infoz+ 19 - oktober 2013- dzulhijjah 1434h

90
INFOZ PENDAYAGUNAAN; LUAR BIASA! Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H Kiprah Zakat Indonesia Inovasi Kreatif

Upload: amin-sudarsono

Post on 28-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Majalah INFOZplus, kiprah zakat Indonesia. Diterbitkan oleh Forum Zakat (FOZ), asosiasi organisasi pengelola zakat Indonesia. Memberitakan tentang dunia zakat, infak, sedekah, CSR, filantropi. Baik dari sisi penghimpunan, pemberdayaan maupun pendayagunaan.

TRANSCRIPT

Page 1: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ

PENDAYAGUNAAN;

LUAR BIASA!

Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

Kiprah Zakat Indonesia

Inovasi Kreatif

Page 2: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H
Page 3: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

FOTO BICARA

Ribuan orang dari berbagai elemen

masyarakat melakukan Aksi Damai Solidaritas Peduli Mesir bersama

South East Asian Humanitarian (SEAHUM)

di depan kantor perwakilan Perserikatan

Bangsa-Bangsa (PBB) di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Jumat siang,

(16/8).

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

3

Page 4: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

FOTO BICARA

MERCON SANTRI Bergantian, para santri di Pondok At-Thoyyib Salaman Magelang, menyalakan mercon. Ada yang digantung setinggi 4 meter di tiang depan pondok, sebagian mercon berdiameter 15 sentimeter disulut satu per satu. Meski mercon mulai dilarang, tradisi tiap tahun ini tetap dilakukan. Sepanjang hari sejak turun dari sholat Idul Fitri, suara berdentuman terdengar dari seluruh desa.

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

4

Page 5: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

5

Page 6: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Ketika FOZ Sudah MeremajaDAFTARISI

20 LAPORAN UTAMA

Menggagas Peran Strategis FOZ Gerakan Zakat Indonesia untuk Dunia

78 MOMENT FOZ

Jambore FOZ Wilayah Jawa TengahPerkuat Ukhuwah

46 LAPORAN UTAMA

Sengkarut ProgramMenolong Si Miskin

88 IBHAR

Sinergi Ketaatan Intisari Ibadah Qurban

67BAHTSUL MASAILZakat dengan Kartu Kredit, Bolehkah?

51KATA MEREKAMimpi Menyatukan Data Si Miskin

36 LAPORAN UTAMA

Inovasi Penghimpunan itu Biasa, Inovasi Kreatif Pendayagunaan

Luar Biasa

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

6

Page 7: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

PENANGGUNG JAWAB: Sri Adi Bramasetia PEMIMPIN REDAKSI: Bambang Suherman REDAKTUR PELAKSANA: Amin Sudarsono REDAKSI: Soffan Islam, A Tri Kurniawan, A Hasan, Supriyadi, Muji HastutiLAYOUT: Sri Alusiani Rosario DISTRIBUSI: IfanALAMAT REDAKSI: Jl. Raya Lenteng Agung – Pasar Minggu No. 60 Jagakarsa – Jakarta Selatan 12610 Telp/Faks: 021-78883889Website: www.forumzakat.netEmail: [email protected], [email protected]

DUA WINDU 11

Ketika FOZ Sudah Meremaja

OASE 62

Potret Dakwah Pedalaman & Mancanegara

BUKU PILIHAN 86

Ketika Keimanan (Hendak)

Diatur Negara

80 SOSOK

Adiwarman A. KarimPengelola ZakatHarus Ada Spesialisasi Program

16 TAUJIH

Gerakan Zakat untuk Membangun Karakter Bangsa

74

70

FILANTROPI• Zakat Para Pejabat• Penghargaan Untuk Sinarmas• Pemerintah Jerman Kucurkan Beasiswa untuk Mahasiswa Muslim

KIPRAH OPZ• Setrum Ramah Lingkungan• Pondok Gizi PKPU• BASNAS & Rumah Zakat Salurkan Bantuan Melalui Sail Komodo• Operasi Katarak Gratis YBM-BRI• YDSF Persiapkan Guru Untuk Jatim Mengajar

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

7

Page 8: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

DARI PEMBACA

Page 9: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

dan lainnya. Tema-tema tersebut tidak berdiri sendiri sebagai jargon, melainkan diikuti dengan beragam aksi nyata. Dan hebatnya tawaran kontribusi di dalamnya, direspon positif oleh banyak anak bangsa lain yang lain.

INFOZ+ memiliki caranya sendiri dalam berkontribusi. Media informasi aktivitas lembaga-lembaga zakat di Indonesia ini, menyajikan sekelompok anak bangsa yang seakan berkompetisi menjawab kebutuhan Indonesia dengan caranya sendiri. Dalam rentang waktu sekitar 20 tahun ini, lembaga-lembaga zakat bermetamorfosis dari lembaga kecil berbasis mesjid dan pesantren, menjadi lembaga dengan kontribusi seluas Indonesia. Berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, kebencanaan, buruh migran, difable, sampai pelayanan yang bersifat langsung juga dikelola oleh lembaga-lembaga zakat tersebut. Bahkan kontribusi positif lembaga-lembaga zakat juga menyapa permasalahan berbagai pelosok dunia, hal yang sangat berat jika hanya mengadalkan peran pemerintah saja.

Minimnya informasi tentang sepak terjang lembaga zakat memang menjadi barier

antara kontribusi mereka dengan dinamika Indonesia. Apalagi selama ini diskusi tentang lembaga zakat lebih banyak mengulas potensi penghimpunan zakat di Indonesia. Pada edisi INFOZ+ kali ini, redaksi menyajikan lebih banyak mengenai sepak terjang lembaga-lembaga zakat di Indonesia. Tentu tidak semua lembaga zakat mampu dimunculkan kontribusi positifnya. Namun sebagian yang ditampilkan mewakili lembaga zakat yang lain, sekaligus membawa pesan bahwa kontribusi yang dilakukan jauh lebih besar dari apa yang tersampaikan lewat media ini.

Untuk mengetahui lebih jauh kiprah kontribusi lembaga-lembaga Zakat di Indonesia, silahkan menikmati sajian yang kami persembahkan. Semoga ini menjadi bagian dari semangat baru melihat Indonesia yang lebih positif dengan masa depan yang lebih cerah…

Bambang Suherman

DARI REDAKSI

KONTRIBUSI INOVASI&

Pembaca yang budiman,Banyak peran untuk

membantu Indonesia hari ini. Dari perspektif positif, semua inisiatif yang memunculkan perhatian kepada Indonesia harus kita pandang sebagai peran penting. Dari yang berkarya dan menjawab kebutuhan masyarakat; yang mengisi layar kaca dan ribuan rubrik media dengan beragam komentar; sampai yang mencela sinis dan menjadikan kelemahan bangsa sebagai bahan guyonan, semuanya lahir dari keinginan melihat Indonesia yang lebih baik.

Semua sikap tersebut dapat kita satukan dalam kata kontribusi. Kontribusi akan membungkus apapun niat awal melihat dan merespon dinamika bangsa ini menjadi positif. Kontribusi adalah keniscayaan yang diperlukan Indonesia saat ini. Kontribusi menjadi jawaban atas kegelisahan nurani dari realita dan bayangan masa depan bangsa yang ‘blur’, nampak tidak terang benderang.

Beberapa komunitas anak bangsa menerbitkan aksi dengan tema-tema kontribusi yang kuat: “Ayo Beli Indonesia”, “Indonesia Bangkit”, “Indonesia Berdaya”, “Indonesia Mengajar”, “Belajar Merawat Indonesia”,

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

9

Page 10: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

DUA WINDU

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

10

Page 11: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

sudah MeremajaKetika FOZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

11

DUA windu adalah usia menjelang dewasa. Banyak yang dilalui gerakan zakat selama 16 tahun terakhir. Itu jika penanda waktunya adalah tanggal berdirinya Forum Zakat sebagai wadah berkumpul organisasi pengelola zakat seluruh Indonesia.

Forum Zakat, atau disingkat FOZ adalah asosiasi lembaga pengelola Zakat yang berfungsi sebagai wadah

berhimpunnya Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) di seluruh Indonesia. Lembaga ini didirikan pada Jumat, 19 September 1997 oleh 11 lembaga yang terdiri Dompet Dhuafa Republika, Bazis DKI Jakarta, Baitul Mal Pupuk Kujang, Baitul Mal PT. Pupuk Kaltim, Baitul Mal Pertamina, Telkom Jakarta, Bapekis Bank Bumi Daya, Lembaga Keuangan Syariah Bank Muamalat Indonesia, PT. Internusa Hasta Buana dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE) Jakarta.

Sejak awal berdirinya hingga kurang lebih satu setengah tahun, Forum Zakat berbentuk yayasan, namun sejak Musyawarah Kerja Nasional I (Mukernas I) pada 7-9 Januari 1999, status yayasan tersebut diubah menjadi asosiasi. Ketua Umum pertama FOZ adalah Erie Sudewo.

Perubahan badan hukum dari yayasan menjadi asosiasi, kemudian dicatatkan di notaris sebagai perkumpulan. Badan hukum perkumpulan inilah yang sampai sekarang dimiliki oleh Forum Zakat, dan sudah dicatatkan di lembaran negara.

Page 12: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Sinergi Center Penanganan Gempa Jogja, Juli (2006)

ALBUM PERISTIWA PENTING FOZ

Mukernas I di Jakarta, dibuka oleh Presiden BJ Habibie (1999)

Mukernas II di Batam, dibuka oleh Presiden Abdurahman Wahid (1999)

Rapat Kerja Kepengurusan FOZ Periode 2006 - 2009 (2007)

Training Manajemen Fudraising Anggota FOZ, Surabaya September (2006)

Informal Meeting Persiapan Konferensi Zakat Asia Tenggara (2007)

Training Perencanaan & evauasi Program Pemberdayaan, Puncak Bogor (13-15 Desember 2007)

Lokakarya Nasional, 15 Juli 1999, “Pokok-pokok Materi RUU Zakat di Indonesia” (1999)

Pelantikan FOZ Wilayah DKI Jakarta (sebagai embrio FOZ Nasional). Menghasilkan kepengurusan diketuai oleh Iskandar Zulkarnaen dan Sekjen Ismail Yusanto (2000)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

12

Page 13: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Kerjasama Infaq Indosat dan PT POS dengan Forum Zakat (2001)

Munas IV, digelar di Jakarta, April 2006, dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla

Munas IV, terpilih sebagai Ketua Umum Hamy Wahyunianto dan Sekjen Sri Adi Bramasetia (2006)

Sinergi Center Penanganan Gempa Jogja, Juli (2006)

Lokakarya Nasional Pemberdayaan UU No 38 Tahun 2009 untuk Meningkatkan Ekonomi dalam Kerangka Otonomi Daerah, dibuka oleh Wapres Hamzah Haz (2001)

Pembukaan Munas III di Balikpapan oleh HM. Jusuf Kalla, terpilih sebagai Ketua Umum Naharus Surur dan Sekjen Ahmad Juwaini (2003) Lokakarya Nasional

“Regulasi dan Pengawasan terhadap Pengelolaan Zakat di Indonesia: Menghitung Peran Stragegis Baznas” (2003)

Diskusi Publik, “Posisi Zakat Pasca Pemilu 2004: Gagasan Parpol dan Tokoh Bangsa” (2004)

ALBUM PERISTIWA PENTING FOZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

13

Page 14: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Raker ke-2 dan Inisiasi Presentasi Standarisasi Manajemen OPZ, Bogor (Juni, 2008)

Inisiasi Standar Akuntansi bagi OPZ dan Audiensi dengan IAI (Januari 2009)

Munas V FOZ dilaksanakan di Surabaya. Ahmad Juwaini terpilih sebagai Ketua Umum dan Teten Kustiawan sebagai Sekjen (2009)

Public Hearing dengan DPR RI untuk revisi UU Zakat No 39 Tahun 1999 (11 Nov 2009)

Peresmian Sinergi Center untuk Korban Merapi Jogja, (Maret 2012)

Festival Kejuaraan Futsal Antar Organisasi Pengelola Zakat di Vidi Futsal Pancoran (Mei 2013)

Training Pedoman Penyusunan PSAK 109 (April 2012)

Southeast Asia Humanitarian Meeting on Rohingya Crisis (2012)

Sri Adi Bramasetia terpilih sebagai ketua FOZ dan Bambang Suherman sebagai Sekjen (2012)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

14

Page 15: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Pembukaan World Zakat Forum (2010)

Tasyakuran Kantor FOZ (12 Agustus 2011)

Upgrading Fikih dan Manajemen Zakat (7 Agustus 2010)

Futsal FOZ Award (April 2010)

Deklarasi KISS-Komite Indonesia untuk Solidaritas Somalia (19 Agustus 2011)

Public Expose Diseminasi Pedoman Akuntabilitas Pengelolaan Bantuan Sosial di Indonesia) KISS-Komite Indonesia untuk Solidaritas Somalia (19 Agustus 2011)

Pembukaan Munas FOZ ke-6 di Semarang (2012)

Sri Adi Bramasetia terpilih sebagai ketua FOZ dan Bambang Suherman sebagai Sekjen (2012)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

15

Page 16: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Prof. Dr. H. Didin HafidhuddinKetua Umum Baznas

Gerakan Zakat

KARAKTER BANGSAuntuk Membangun

TAUJIH

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

16

Sekarang ini kaum muslimin dihadapkan pada persoalan-persoalan yang semakin kompleks dan berat. Ini

tidak mungkin dapat kita atasi sendirian. Bukan menjadi single fighter atau pemain tunggal. Betapa pun beratnya masalah yang dihadapi, saya yakin ketika kita bersama-sama dalam jamaah yang rapi

Saya akan membuka dengan ayat yang biasa dibaca pada akad nikah, Surat An-Nisa ayat 1, wattaqullahalladzi tasaa aluna bihi wal arham. Innallaha kaana ‘alaikum raqiibaa.

dan teratur insya Allah bisa diatasi dengan sebaik-baiknya.

Untuk membangun jamaah ini diperlukan berbagai macam persyaratan, sehingga bisa menjadi sebuah tim yang solid. Pertama tentu saja diperlukan keikhlasan kita semua. Tanpa keikhlasan, tidak mungkin kita bisa menyatu. Persoalan persatuan dan kesatuan ini bukan persoalan visi atau misi semata, tapi menurut saya adalah persoalan hati. Karena hati itu bisa disatukan ketika kita pribadi dan orang masing-masing selalu mendekatkan diri kepada Allah, kita harus banyak rukuk dan sujud bersama, maksudnya bertemu dan berjamaah.

Ibarat kaum muslimin di zaman Rasulullah dan para sahabat, begitu solid ukhuwah mereka karena mereka sering rukuk sujud bersama-sama. Muhammadur rasulullah walladzina ma’ahum asyiddaa-u ‘alal kuffar, ruhamaa-u bainahum… Rasul melihat mereka bukan sekedar rukuk sujud bersama-sama. Saya kira persoalan hati ini menjadi penting. Mari kita sebagai para pegiat zakat sangat penting untuk memiliki kebersihan hati, kejernihan pikiran, keikhlasan dalam berbuat.

Page 17: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

17

Kita harus sering sharing terutama tentang berbagai tantangan yang kita hadapi. Tantangan yang kita hadapi ini boleh dikatakan tantangan yang berkaitan dengan pemikiran dan pendidikan. Kita harus menciptakan common enemy, musuh bersama kita. Biasanya ketika kita punya musuh bersama, kita akan waspada. Apa musuh bersama kita? Ya, kemiskinan, kekufuran, kemusyrikan, hedonisme, dan materialisme. Juga machiavelisme yang menghalalkan segala macam cara untuk mendapatkan keuntungan materi.

Dunia perzakatan bukan dunia penghimpunan dan penyaluran semata. Menurut saya, dunia zakat ialah dunia yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Karena zakat itu melahirkan karakter yang baik, melahirkan sifat dan tingkah laku yang baik. Dan jangan sekali-kali kita mengukur diri dengan besarnya penghimpunan dan banyaknya penyaluran.

Tidak, bukan sekedar itu. Ada ukuran lain. Kita harus memaknai zakat ini sebagai sebuah upaya untuk membangun karakter. Karena zakat ini sebenarnya adalah pembentukan karakter. Orang yang suka berzakat itu akan punya etos kerja yang tinggi, etiket, kasih sayang, dan akan punya akhlaq karimah.

Jadi sekali lagi, ketika kita menempatkan posisi bahwa ada common enemy, musuh bersama, biasanya kita akan relatif lebih menyatu. Oleh karena itu, saya berharap bahwa sekarang dan ke depan, sudah waktunya kembali kita menyatukan hati dan pikiran. Kondisi fisik tentu saja sama, tidak ada bedanya. Kalau yang namanya gerakan zakat, insya Allah misi visinya sama.

Kita ini sebagai pengelola zakat harusnya menjadi sahabat setia, sahabat

yang terpercaya bagi masyarakat, bagi umat, bagi muzaki maupun mustahik. Itu harus kita bangun bersama-sama. Kita menjadi tumpuan harapan yang tidak mementingkan politik praktis misalnya, juga tidak mementingkan tujuan yang sifatnya sesaat. Tapi kita memikirkan tujuan yang jauh ke depan yang jangka

panjang. Saya yakin ketika kita memulainya dari ini, peran zakat akan sangat signifikan dalam membangun masyarakat.

Bayangkan, Rukun Islam yang lima itu yang berkaitan dengan harta cuma satu. Padahal kita semua tahu, harta itu sesuatu yang dicintai oleh manusia. Yang namanya maal itu dari Bahasa Arab maalan-yamiilu-muyuulan. Sesuatu yang digandrungi. Tidak ada yang tidak cinta dengan harta. Orang sakit itu ketika diberi uang akan sembuh, dia bisa gunakan untuk berobat. Ibaratnya, orang yang sakit mata, matanya merah ketika kita sodorkan cek giro itu matanya menjadi hijau.

Oleh karena itu sekali lagi, tentu saja zakat ini bukan sekedar mengumpulkan, zakat lebih dari itu. Kita ingin sharing ke depan. Kita ini orang-orang yang mendapatkan kepercayaan membangun karakter bangsa. Bukan sekedar menyejahterakan dalam pengertian fisik.

Pada Ramadhan kemarin, saya diminta ceramah di Balai Kota DKI. Dikumpulkan semua ulama se-DKI, saya diminta untuk ceramah. Saya sampaikan bahwa pembangunan DKI ini bukan fisik yang paling berat, tapi pembangunan SDM. Dan ketika kita berbicara SDM, maka lima unsur masyarakat harus menyatu. Apa lima unsur masyarakat itu? Pertama adalah ilmul ‘ulama, ilmunya para ulama. Yang kedua, ‘adlul umara’ keadilan para pemimpin. Yang

Sebagai pengelola zakat

harusnya menjadi sahabat setia, sahabat yang

terpercaya bagi masyarakat, bagi

umat, bagi muzaki maupun mustahik.

Page 18: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

18

dan terminal dibersihkan dan dicat. Tapi, tiga hari kemudian menjadi kotor kembali, dicoret-coret. Jadi menurut beliau, pembangunan yang berat bagi DKI bukan macet dan sampah. Kata beliau, macet itu akan ada waktunya terurai. Sampah juga bisa diatasi. Tapi yang paling sulit itu adalah pembangunan SDM. Ternyata penduduk DKI ini 12 juta pada siang hari, dan 9 juta pada malam hari. Manusia sebanyak 3 juta itu yang dari Bogor, Tangerang, dari Bekasi, termasuk saya ini.

Saya kira ini strategis bagi dunia perzakatan. Oleh karena itu, mari hati kita menyatu kembali. Walaupun kemarin ada sedikit dinamika. Sedikit saja lah, saya tidak menganggap serius. Tidak perlu menjadi pikiran kita semuanya. Pada kesempatan ini saya mohon maaf apabila ada kata-kata, tulisan-tulisan, atau SMS

ketiga sakhawatul aghniya’ kepemurahan orang kaya. Kemudian yang keempat adalah du’atul fuqara’ doanya orang fakir. Kemudian yang kelima adalah amanatul musrifin amanahnya para pegawai. Itu sebenarnya SDM yang harus kita bangun.

Kalau pun ada orang fakir, mereka bisa berdoa. Bukan fakir secara materi, tapi fakir secara rohani. Pak Jokowi langsung menyatakan setuju hal itu. Karena menurut beliau pembangunan DKI ini bukan persoalan kemacetan. Kemacetan bisa diatasi. Bukan sekedar sampah. Sampah di Jakarta itu 2 ton tiap hari. Coba kalau kita lihat sampah, itu bukan sampah sembarangan. Ada kulkas, ada lemari, ada kursi, ada segala macam. Berarti bukan orang buang sembarangan.

Jokowi mengatakan, sebelum Ramadhan sudah minta semua stasiun

Page 19: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

19

yang kurang berkenan. Saya paling senang membuat SMS. Pak Dahlan Iskan saya SMS subuh-subuh, rupanya beliau suka tahajud, pukul 04.00 sering SMS. Demikian pula kepada yang lain.

Jadi, kita ingin dunia zakat ini sebagai alternatif. Alternatif yang tumbuh berkembang dengan baik, dikelola orang-orang yang terpercaya, dikelola oleh orang-orang yang amanah, dikelola oleh sahabat-sahabat spiritual, baik mustahik maupun muzaki. Kita ini sahabat masyarakat, sahabat muzaki dan mustahik.

Saya yakin, angka-angka pengumpulan penghimpunan itu akan bertambah terus. Apalagi kita sudah menyiapkan Inpres. Saya diminta Pak Dipo Alam mengonsep strategi Inpres yang isinya Presiden menugaskan kepada menteri maupun kepala lembaga supaya membantu perzakatan di Indonesia. Saya yakin, jika Inpres itu turun akan menyebabkan penghimpunan mengalami perubahan signifikan. Saya yakin, dan itu untuk kita semua, untuk Baznas, untuk

LAZ, dan sebagainya. Tujuan kita bukan semata-semata—saya katakan di awal tadi—bukan penghimpunan. Kita bersama-sama membangun karakter bangsa.

Saya merasa mendapat kehormatan dari Ketua Umum FOZ yang meminta khusus. Beliau kemarin datang ke kantor dalam rangka kumpul World Zakat Forum. Kita ingin membuat pelatihan untuk para pengelola zakat di negara-negara yang menurut kita masih lemah, seperti Kamboja, Vietnam, dan Thailand. Mudah-mudahan itu akan bisa kita lakukan November mendatang.

Dan pada Rabu yang akan datang, jika tidak ada halangan kita akan bertemu para tokoh untuk membicarakan kepentingan saudara kita di Mesir. Setidaknya kita bersuara. Apa sih yang bisa kita lakukan untuk menyadarkan dunia internasional? Kondisi Mesir itu tidak bisa dibiarkan.

Demikian pula menjadi perhatian kita, saya diwawancarai wartawan Republika, ditanya pendapat tentang Miss World. Saya menolak ajang itu, kalau bisa jangan diizinkan. Katanya sudah tidak buka-bukaan (aurat), sudah ditutup. Saya kira bukan masalah tutup bukanya, itu kan mudah menutup dan membuka pakaian. Saya mau minta kepada Kapolri supaya jangan diizinkan.

Jadi, sekali diizinkan di Indonesia menurut saya menghancurkan betul. Pada saat kita berhadapan dengan berbagai macam krisis sekarang ini, kemudian kita merasa tidak mempunyai sense of crisis. Menurut saya jika sampai terjadi Miss World ini berarti tidak ada sense of crisis dari para pemimpin kita. Jadi, harus kita ingatkan bersama.[]

*) Taujih ini disampaikan pada acara Halal Bihalal dan Silaturahim Pimpinan Organisasi Pengelola Zakat Indonesia di Jakarta, 23 Agustus 2013.

Page 20: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

LAPORAN UTAMA

Menggagas Peran Strategis FOZGERAKAN ZAKAT INDONESIAUNTUK DUNIA

Satu persatu pimpinan organisasi pengelola zakat berdatangan ke RM Dapur Selera. Sri Adi Bramasetia, Ketua

Umum FOZ, hadir mengenakan baju koko warna putih. Dengan senyum sumringah,

Bram, panggilan akrabnya, menemui tamu undangan. “Hari ini membahagiakan,” kata Bram, ditemani Sabeth Abilawa, Ketua Bidang Advokasi FOZ. Dua pengurus ini telah datang lebih dahulu dari yang lain, di

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

20

Ustadz Didin menegaskan bahwa pegiat zakat harus memiliki musuh yang sama (common enemy). Apa musuh bersama kita? Ya, kemiskinan, kekufuran, kemusyrikan, kemudian hedonisme, materialisme, dan machiavelisme yang menghalalkan segala cara. Dengan musuh bersama, lebih mudah bersatu.

Page 21: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

rumah makan yang terletak di Jl Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan ini.

Tak lama, Prof. Didin Hafidhuddin tampak memasuki pelataran rumah makan. Dengan kopiah hitam yang tak pernah lepas dari wajah berjenggot menyejukkan itu, Ustadz Didin melangkah menuju pintu. Bergegas tamu yang telah datang berdiri, saling memeluk hangat seakan lama tidak jumpa, cipika-cipiki penuh ukhuwah. Hampir seluruh yang hadir memiliki takdzim kepada Ustadz yang telah berpuluh tahun mengawal gerakan zakat. Guru besar IPB ini pula yang menerjemahkan buku Fiqih Zakat, karangan Yusuf Qaradhawi ke dalam Bahasa Indonesia, dan menjadi pegangan pegiat zakat Nusantara.

Hari Jumat, 23 Agustus 2013, bakda sholat Jumat, Forum Zakat mengadakan acara halal bihalal dan silaturahmi bagi seluruh pengurus FOZ, pimpinan lembaga zakat, dan stakeholder zakat baik dari kampus maupun dunia bisnis. Hadir dalam forum itu 34 orang pegiat zakat dan undangan dari kalangan kampus dan aktivis mahasiswa.

Acara diawali dengan taujih dari ustadz Didin. Nasehat selama setengah jam itu dibuka dengan nasehat penting, pegiat zakat harus memiliki kebersihan hati, kejernihan pikiran dan keikhlasan dalam berbuat. Sebab itu inti dari ibadah zakat. Masing-masing juga harus bersinergi. “Jangan menjadi single fighter. Betapa pun beratnya masalah ketika bersama dalam jamaah rapi yang teratur, insya Allah bisa diatasi,” ujarnya memotivasi.

Ustadz Didin menegaskan bahwa pegiat zakat harus memiliki musuh yang sama (common enemy). Apa musuh kita bersama? Ya, kemiskinan, kekufuran,

kemusyrikan, kemudian hedonisme, materialisme, dan machiavelisme yang menghalalkan segala cara. Dengan musuh bersama, lebih mudah bersatu.

Dunia perzakatan ialah dunia yang berkaitan dengan pembentukan karakter. Ketika berbicara SDM maka lima unsur masyarakat harus menyatu. Apa lima unsur masyarakat itu? Pertama adalah ilmul ‘ulama, ilmunya para ulama. Kedua, ‘adlul umara’ keadilan para pemimpin. Ketiga sakhawatul aghniya’ kepemurahan orang kaya. Keempat adalah du’atul

fuqara’ doanya orang fakir. Kelima adalah amanatul musrifin amanahnya para pegawai.

Tentang prospek zakat, kata ustadz, angka-angka pengumpulan penghimpunan akan bertambah terus. Apalagi sudah disiapkan Inpres. “Saya diminta Pak Dipo Alam mengonsep strategi Inpres yang isinya Presiden menugaskan kepada menteri maupun kepala lembaga supaya membantu perzakatan di Indonesia. Saya yakin, jika Inpres itu turun akan menyebabkan penghimpunan mengalami perubahan signifikan,” ujarnya.

Di akhir taujih, ustadz Didin meminta maaf dan berharap sinergi dan ukhuwah antar gerakan zakat, baik BAZ maupun LAZ, makin kuat dan dalam.

Sinergi Data Mustahik dan Penyaluran

Acara lalu dilanjutkan dengan diskusi yang dipandu oleh Mas Bram. Pertanyaan awal adalah: apakah mungkin dilakukan sinergi data antar organisasi pengelola zakat. Seluruh yang hadir sepakat bahwa penyatuan data penerima manfaat (mustahik) sangat mungkin terjadi. Sinergi

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

21

Pegiat zakat harus memiliki kebersihan hati,

kejernihan pikiran dan keikhlasan dalam berbuat.

Sebab itu inti dari ibadah zakat.

Page 22: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

ini membutuhkan software integral.Teten Kustiawan, Direktur

Eksekutif Baznas, menyatakan Baznas sudah merumuskan ke depan database mustahiq idealnya ada di kabupaten kota. Karena tidak ada satu orang pun mustahik yang beralamatnya di provinsi, apalagi di nasional. Itu pasti akan dinamis. Sehingga OPZ bisa berbagi peran. Satu lembaga mau mengambil program apa, mau mengambil wilayah mana. Sehingga kemanfaatan dan keadilan itu terjadi di dalam penyaluran zakat.

Selain itu, Dompet Dhuafa sudah melakukan riset by name by address-nya. Di TNP2K itu ada 96 juta by name by address penduduk Indonesia yang terbawah. “Nah, itu kan tinggal kita manfaatkan. Soal valid atau tidak, itu tinggal kita verifikasi,” ujar Teten.

Secara undang-undang amanah melakukan integrasi data mustahik itu ada di Baznas. Nanti Baznas kabupaten kota yang punya data. Agenda itu sudah selama setahun dijalankan. Termasuk

sistem aplikasi software-nya, Baznas sudah punya sistem informasi manajemen zakat yang bisa dipakai oleh semua pengelola zakat, yang launching 1 Januari 2013. Jadi kalau Baznas Daerah yang berjumlah 163 lembaga sekarang mengisi berdasarkan transaksi, laporannya otomatis ter-record ke Baznas Pusat karena datanya terpusat.

Cuma memang diakui, SDM Baznas Daerah masih kurang. Tinggal sosialisasi edukasi. Termasuk kepada LAZ itu sudah ada library-nya. Jadi kita sudah memberikan kodifikasi terhadap LAZ-LAZ yang ada. Ini sebagai sebuah sistem konsep digital, sehingga titik tolaknya mengembangnya sebagai sebuah sistem.

“Nanti tinggal disinergikan FOZ Pusat untuk mengadakan capacity building dari sisi SDM-nya. Karena kalau itu di-handle Baznas sendiri, terus terang kita juga kewalahan saat ini,” Teten menawarkan.

CEO PKPU Agung Notowiguno menanggapi, bahwa seluruh lembaga masing-masing telah punya database mustahik, termasuk sistem informasinya.

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

22

Page 23: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Aceh sampai Papua. “Kaleidoskop ini berlatar program

zakat supaya bisa menjelaskan kepada masyarakat bahwa kalau dana yang mereka donasikan dalam bentuk zakat ke lembaga zakat baik LAZ maupun BAZ, maka kira-kira gambaran implementasi di Indonesia itu seperti ini,” kata Bambang Suherman, Sekjen FOZ.

Diharapkan, database dan kaleidoskop itu akan menyediakan pengetahuan bagi masyarakat, menambah motivasi masyarakat, bahwa zakat itu adalah satu

intrumen yang benar memberikan solusi terhadap dinamika permasalahan

yang hari ini dihadapi.Bambang mengkritisi model

kampanye lembaga zakat yang lebih banyak bicara penghimpunan

daripada penyaluran. Dari evaluasi selama 1,5 tahun ini FOZ me-review

komunikasi yang dikembangkan, baik oleh FOZ maupun BAZ dan LAZ. Ternyata volume informasi yang memperkenalkan potensi zakat jauh lebih besar daripada informasi yang memperkenalkan

Sebenarnya bisa saja jumlah penerima manfaat di tiap lembaga itu di-publish dengan baik. Sekarang sekian ratus lembaga yang bergabung di FOZ itu belum mem-publish by name by address. “Jika kita punya pusat informasi, tentu kita tahu sebenarnya yang dikelola lembaga dan amil zakat itu berapa? Kan kita bisa melihat ini akan berkontribusi berapa besarnya. Itu juga hal yang akan membangun kepercayaan masyarakat,” kata Agung.

Kalau Baznas punya data mustahik berbasis wilayah dan Laznas punya by name by address itu bisa dikawinkan menjadi sebuah hal yang difasilitasi oleh FOZ. Sistemnya juga sudah ada. Tiap lembaga punya sistem, Forum Zakat juga punya data yang seluruh Indonesia berlaku. Pengawinan itu bisa dilakukan, sehingga setiap tahun selain pembangunan registrasi bersama, bisa mengeluarkan data penyaluran penerima manfaat by name by address ke seluruh anggota FOZ daan terpublikasi dengan baik.

“Saya pikir kalau ini bisa terjadi, sinergi atau minimal opini sinergis antar lembaga zakat itu akan semakin kuat. Selama ini kan laporan penghimpunan seluruh anggota FOZ sekian triliun, tapi kita belum berbicara tentang seberapa banyak sampai by name by address itu dilampirkan. Itu akan kita lihat berapa ratus ribu jumlah penerima manfaat tercapai. Saya yakin setiap lembaga punya target jumlah penerima manfaatnya, setiap tahun mereka mengevaluasi jumlah penerima manfaat itu,” jelas Agung.

Database ini penting untuk membagikan lebih banyak pengetahuan dan informasi kepada masyarakat tentang sebenarnya apa peran dari penghimpunan zakat yang selama ini sudah dilakukan untuk Indonesia. FOZ telah berencana mengeluarkan kaleidoskop zakat dari

Dalam dunia zakat ini harus diperhatikan tiga hal. Pertama, aspek volume penerima manfaat. Karena ini yang membedakan antara lembaga dengan orang per orang. Kedua adalah akurasi penerima manfaat. Karena ini juga yang membedakan zakat personal dengan melalui badan zakat. Ketiga adalah sustainabilitas program yang dikembangkan. Jangan sampai dinamika program yang dikembangkan oleh lembaga zakat hanya bersifat sementara dan tidak berdampak secara luas.

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

23

Page 24: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

aktualisasi implementasi dana zakat yang dihimpun. Ini yang akan direspon, sehingga FOZ akan mengambil peran strategis untuk mulai meningkatkan kapasitas di bidang komunikasi, baik media konvensional maupun media baru yang kita kenal sebagai social media hari ini.

Sinergi Program

Bagaimana dengan langkah sinergi program antar anggota Forum Zakat yang besar ini? “Terus terang, upaya melakukan sinergi itu pernah, walaupun saya nggak terlalu aktif di FOZ. Pernah dulu ingin membuat program bersama, sehingga masyarakat melihat sebuah sinergi program. Ada yang ingin mempunyai Rumah Sakit Zakat, ada yang ingin mempunyai Gerai Zakat. Sempat beberapa kali dibahas,” ujar Agung Notowiguno.

Agung mengatakan, apa yang ingin dilakukan FOZ dan disampaikan oleh Pak Teten, menggambarkan keinginan yang luar biasa. Tadi disampaikan ada beberapa hal yang bisa dilakukan, seperti standarisasi, capacity building, optimalisasi dana yang kita kumpulkan, dan pembangunan sistem. FOZ pernah menerbitkan satu sistem pengelolaan zakat, buku tulisan Pak Surjani dari Bazda Bandung. Jadi kalau semua lembaga memiliki sistem yang berbasis sama mengarah kepada pengamanan sistem informasi manajemen yang kuat, mengklopkannya akan mudah.

“Jadi mari ide besar yang sudah disampaikan itu segera dikonkretkan. Karena kita 1 ½ tahun di FOZ ini sempat berhenti. UU Zakat itu di-judicial review atau tidak, tidak berpengaruh. Saya pikir sinergi program tetap menjadi kebutuhan yang mendesak,” kata Agung.

Salah satu yang muncul dalam forum itu, adalah kerjasama dalam edukasi

masyarakat untuk membayar zakat. Dulu, FOZ pernah menggulirkan iklan bersama

Ramadhan, “Ayo membayar zakat di amil.” Slogan bersama seperti halnya

dunia perbankan punya “Ayo ke bank,” dan dipakai oleh seluruh bank, sepertinya harus diciptakan juga oleh FOZ untuk dilekatkan

dalam publikasi member FOZ. Edukasi itu terkait penyadaran.

Kampanye dari BAZ itu kepada muzaki dan secara langsung juga kepada mustahik. Karena besarnya zakat yang disalurkan itu tergantung dari kesadaran dan doa dari para mustahik. Itu juga menjadi bagian dari edukasi, konsepnya harus dibicarakan lagi. Disepakati akan mengumpulkan tim markom (marketing komunikasi) untuk membuat workshop tentang edukasi zakat.

Mukhlis Yusuf, Mantan Dirut LKBN Antara yang sekarang menjadi pengurus Baznas menyatakan bersedia memfasilitasi lembaga zakat dengan kalangan media dan praktisi marketing. Dia menyampaikan

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

24

Page 25: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

bahwa ada beberapa orang yang bersedia infak ilmu, yaitu Mario Maulana, pakar brand, Firman Taufiq, Kepala Marketing Komunikasi BRI, yang membuat BRI makin luas dan bertambah komunikasinya, dan putra KH Sholahudin Wahid, Ipang Wahid, praktisi marketing.

Langkah-langkah untuk sinergi OPZ dengan media adalah membuat TOR, lalu menyusun target audience-nya. Lalu mengajak beberapa media. “Saya masih merawat hubungan dengan para pimpinan redaksi media dan kantor berita se-Asia Pasifik,” ujar Mukhlis.

Perlu agenda besar yang matang melalui dunia perzakatan nasional, untuk dipertemukan dalam sebuah isu bersama. Kalangan media yang memiliki perhatian itu seperti Suryopratomo Metro TV, Uni Lubis ANTEVE, dan Trans TV Chairul Tandjung. “Jadi kita bisa mengajak mereka untuk melakukan ini, tentu harus mulai dari kerendahan hati kita mengajak mereka untuk mengetuk hati dan membuka mata para calon muzaki,” kata dosen Tazkia ini.

Kepercayaan itu berbanding lurus dengan akuntabilitas. Makin akuntabel dan terlihat penyaluran zakat itu pada ashnaf yang delapan, muzaki akan makin baik dan rutin komitmennya. Bukan zakat saja, tapi juga infak, dan sedekah. Yang perlu dilakukan nanti adalah memakai riset, biar ada kegiatan yang berdampak pada operasionalisasi agenda. Di FOZ kita buat credit opposition. Pertanyaannya, apa yang di benak masyarakat tentang zakat? Gap

apa yang ada di masyarakat? Berbasis riset itu, kemudian kita datang dengan tahapan yang dapat dipertanggungjawabkan sampai dilihat instrumen medianya.

“Kita datang dengan sebuah program karya bersama, kita ajak media-medianya, baik media konvensional seperti TV, maupun new media. Kita gunakan twitter dan berbagai social media untuk kepentingan kita,” pungkas Mukhlis.

Gerakan Zakat untuk Kemanusiaan Dunia

Pada sesi diskusi itu, muncul tema tentang SEAHUM, atau South East Asia Humanitarian Forum. Ketua Komite SEAHUM, yang juga mantan Ketua Umum FOZ, Ahmad Juwaini menjelaskan, bahwa anggota SEAHUM terdiri dari lembaga zakat dan kemanusiaan non zakat, atau filantropi.

Ada lembaga yang memiliki aktivitas sama dengan LAZ tapi belum masuk dalam lembaga amil zakat, dan bisa bersinergi dengan LAZ demi kegiatan kemanusiaan. Beberapa lembaga yaitu PKPU, DD, PAHAM Indonesia, Aksi Cepat Tanggap, dan Rumah Zakat berinisiasi membentuk sebuah komite kemanusiaan di Asia Tenggara, ini terkait dengan isu Myanmar yang sampai sekarang belum selesai.

“Kita turun bersama untuk menindaklanjuti isu regional ini, yang dia bukan lembaga amil zakat tetapi programnya mirip seperti apa yang kita lakukan, sehingga kita membuat sebuah forum. Alhamdulillah sekarang sudah ada 16 anggota dari 5 negara,” ujar Ahmad.

Khusus untuk persoalan Mesir, di SEAHUM telah ditetapkan empat hal utama dalam rangka merespon persoalan Mesir ini. Pertama, membuat pernyataan sikap dan itu sudah dilakukan pada Kamis lalu, baik di hadapan wartawan maupun kita publikasikan di koran Republika. Kemudian yang kedua

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

25

Langkah-langkah sinergi OPZ dengan media adalah membuat TOR, lalu menyusun target audience-nya. Lalu mengajak beberapa media.

Page 26: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

melakukan pembentukan opini dengan berbagai cara termasuk dengan aksi massa pada hari Jumat, yang dilakukan dengan long march dari Bundaran HI ke Kantor PBB.

Kita terus mengupayakan jaringan informasi dan pengiriman delegasi dalam rangka mendorong proses agar ada sesuatu yang baik di Mesir. Kalau perlu mendorong penyelidikan independen dari Mahkamah Internasional atas pembantaian di Mesir itu. Sehingga kalau itu sebuah kejahatan kemanusiaan, militer Mesir bisa diadili di mahkamah militer.

Sebagai puncaknya, SEAHUM akan bikin konferensi internasional perdamaian Mesir. Mereka yang diundang adalah tokoh masyarakat dan partai lintas negara. Jadi, tidak G2G (government to government), tapi individu-individu di luar negeri yang dianggap representatif, misalnya Mahathir Muhammad sebagai tokoh Malaysia, dan beberapa tokoh negara lain.

“Kita meyakini tempatnya akan di Indonesia, karena pilihan negara cuma dua, yaitu Turki dan Indonesia. Sementara kalau kita pakai Turki, kita tahu Turki terlalu vokal menyatakan sesuatu. Jadi, kalau diadakan di Turki tidak istimewa

karena semua orang sudah tahu. Nah, kalau di Indonesia akan lebih nampak cerita tentang dunia yang terabaikan,” papar Ahmad.

Selain isu kemanusiaan, sinergi internasional juga akan dilakukan. Ketika World Zakat Forum berbicara tentang capacity buiding pengelolaan zakat, bisa dilakukan sinergi pengelolaan pengetahuan tentang gerakan kemanusiaan dengan disaster management. Karena lembaga yang berbasis Islam di negara lain, kondisinya ternyata lebih memprihatinkan. Jangankan berbicara tentang pengelolaan variasi program, capacity building pengelolaan lembaganya saja memprihatinkan. Maka, sinergi itu sangat penting.

World Zakat Forum harus ada

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

26

Ketika World Zakat Forum berbicara tentang capacity building pengelolaan zakat,

bisa dilakukan sinergi pengelolaan pengetahuan

tentang gerakan kemanusiaan dengan disaster management.

Page 27: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

manfaatnya bagi umat dunia, bukan hanya umat Indonesia. Kita harus membantu negara yang minoritas muslim untuk berkembang mengelola zakatnya. Dengan cara apa? Kita sumbangan kemampuan. Indonesia mungkin bukan lembaga pengelola zakat terbaik di dunia, tapi ketika dibandingkan dengan Thailand, Birma, Filipina, Singapura atau mungkin dengan Papua Nugini dan Timor Leste, pasti Indonesia lebih baik. Kenapa kemampuan kita yang lebih ini tidak dibagikan kepada saudara kita yang minoritas di Srilanka, India, dan Bangladesh? Pengelola zakat mereka masih jauh di bawah kita.

Kita undang negara yang keislamannya masih kurang dalam urusan zakat ini. Kita melatih mereka. Pembicaranya tiga saja, dari Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Singapura bisa diminta menceritakan sistem informasi manajemen zakat, karena mereka lebih unggul dibanding Indonesia dan Malaysia.

Jadi, ada 30 negara Asia Pasifik yang diundang untuk hadir dengan dua orang perwakilan negara. Target peserta 100 orang, nanti kita akan pilih. Tambahannya dari Eropa Timur dan Afrika. Akan

Kabar Peraturan Pemerintah tentang Zakat

Dalam forum itu, juga ada informasi tentang Peraturan Pemerintah yang menjadi turunan dari UU Zakat. Meski saat ini, sebagian LAZ masih menunggu keputusan judicial review dari Mahkamah Konstitusi. Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Baznas menyampaikan bahwa Rancangan PP saat ini sudah sampai ke Setneg. Sudah dibahas oleh Kemenag, masuk ke Kementerian Hukum dan HAM, dan sekarang sudah masuk ke Setneg. “Wallahu a’lam apakah akan keluar di bulan September atau akhir tahun ini,” kata Teten.

Di dalam RPP UU Zakat itu, poin yang perlu diperhatikan adalah tentang audit. Audit yang benar ada dua, yaitu audit syariah dan audit keuangan. Audit syariah akan dilakukannya oleh Kementerian Agama, untuk audit keuangan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP). Dan di sana tetap dikenal lembaga amil zakat tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota sesuai dengan UU Zakat. Ini juga sejalan dengan UU Ormas yang sudah diundangkan menjadi UU No. 17 Tahun 2013.[]

diundang juga Australia, New Zealand, dan negara Asia Pasifik. Dengan demikian Indonesia akan tampil sebagai leader dalam dunia perzakatan. Akhirnya kita membangun networking yang kuat.

Insya Allah akan dilaksanakan pada minggu ke-3 bulan November, nama evennya Internasional Zakat Management Training. Diharapkan semua gerakan zakat mendukung, selama ini bermanfaat bagi Indonesia kini dibagikan kepada dunia.[]

© RZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

27

Page 28: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

LAPORAN UTAMA

KEMISKINANdi Benak Gerakan Zakat

Pada 2010, Dompet Dhuafa memiliki program bantuan air bersih di daerah Ponorogo Jawa Timur.

Setelah berjalan setengah tahun, saatnya mengevaluasi. Dikirimlah Amirul Hasan, untuk melakukan monitoring evaluasi ke lokasi program di Desa Tanggungrejo Kecamatan Balongan Kabupaten Ponorogo. “Letaknya hanya 25 kilometer dari ibukota kabupaten. Tapi jalannya susah, naik turun

Konteks kekinian bisa dijadikan pelajaran, bahwa kondisi masyarakat atau daerah tertentu dalam zero miskin seperti masa Umar bin Abdul Aziz itu mungkin terjadi. Tetapi secara umum, kemiskinan akan tetap ada, ini PR bersama agar fuqara’ masakin bisa ditingkatkan kesejahteraannya.

dan bukit bebatuan. Mobil nggak bisa masuk ke desa itu, bahkan motor yang masuk juga dimodifikasi dulu bannya,” ujar Amir.

Begitu masuk ke gerbang desa yang terletak di lereng Bukit Lumbung itu, Amir terhenyak. Di depan matanya tampak penduduk desa yang berusia lanjut, mereka beraktivitas di depan rumah. Pakaian lusuh, tubuh yang kurus, rambut

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

28

Page 29: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

sama sekali tidak rapi. Beberapa di antara mereka duduk mencabuti rumput. “Tatapannya nanar, seperti kosong,” kata Amir.

Ternyata bukan hanya masalah air bersih yang diderita kampung itu, tapi juga kekurangan gizi akut. Gizi buruk ini, karena berlangsung hitungan tahun, akhirnya merontokkan kemanusiaan. Mereka menjadi manusia setengah waras. Kemiskinan ekstrim terjadi di pelosok Ponorogo ini. Ada 53 orang dari 44 kepala keluarga yang menderita keterbelakangan mental. Mayoritas berusia antara 50 hingga 60 tahun. “Kata orang sini, dulu tahun 50-an terjadi paceklik panjang, sehingga mereka yang hidup kala itu sangat

susah, makan gaplek belaka,” papar Amir.

Potret kemiskinan di Ponorogo—sebuah kabupaten di Pulau Jawa yang gemah ripah loh jinawi—menjadi pembuka wacana definisi kemiskinan. Awalnya, pendapat umum ketika orang berbicara tentang kemiskinan seringkali yang dimaksud adalah kemiskinan material. Dengan pengertian ini seseorang dikategorikan miskin apabila tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk hidup layak atau untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (basic needs). Kemiskinan seperti ini sering pula disebut kemiskinan konsumsi.

Tentu saja definisi kemiskinan yang hanya dilihat dari sudut pandang

pemenuhan kebutuhan konsumsi semata tidak menjadi memadai walaupun definisi ini berguna dan akan terus dipakai untuk mengukur kemajuan tingkat kesejahteraan. Bersamaan dengan bertambahnya p e r k e m b a n g a n pengetahuan mengenai kemiskinan, didukung sejumlah realitas dan faktor-faktor penentunya, sekitar tahun 1990-an pengertian kemiskinan mengalami pergeseran. Definisi kemiskinan telah diperluas tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan, tetapi juga terkait dengan ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan.

Mendiskusikan definisi kemiskinan dan bentuknya, dengan pemimpin lembaga zakat menjadi penting. Mengapa? Dari cara pandang ini, lalu turun ke program pemberdayaan lembaga zakat, target capaian dan harapan dampak berkelanjutan. Ahmad Juwaini, Presiden Direktur Dompet Dhuafa, mengatakan bahwa sebaiknya jangan menggunakan kata “pengentasan kemiskinan” tapi “penanggulangan kemiskinan”. Kenapa? Karena “pengentasan” itu orang miskin menjadi objek, kalau “penanggulangan” itu orang miskin dan kita, sama-sama subjek.

Subtansinya adalah jangan menjadikan orang

Defi nisi kemiskinan telah diperluas tidak hanya berdasarkan tingkat

pendapatan, tetapi juga terkait dengan ketidakmampuan di bidang kesehatan,

pendidikan dan perumahan.

© DD

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

29

Page 30: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

miskin sebagai objek. Tidak hanya memberi, tapi betul-betul berbasis pada keadaan dan kebutuhan mereka. Kalau kita mengelola, ada sudut pandang bahwa “penanggulangan” bisa mengatasi orang-orang miskin supaya mereka tidak miskin lagi. Sementara kalau “pengelolaan” itu bagaimana kita bersikap sehari-hari dengan mereka.

“Saya melihat dua hal itu sama pentingnya. Kita menemani kaum dhuafa. Tidak usah terlalu berpikir bahwa kita akan mengatasi kemiskinan mereka. Menjadi teman buat mereka saja sudah luar biasa. Teman itu artinya ketika mereka susah kita ada. Kita ini sahabat bagi orang miskin,” kata Ahmad.

Bagi Nana Sudiana, Direktur Kemitraan PKPU, kemiskinan adalah fenomena yang selalu ada. Menurutnya, pada jaman Rasul, meski sahabat sudah sangat dermawan, ternyata ahlus suffah masih banyak. Ahlus suffah adalah mereka yang berdiam di masjid, menuntut ilmu dan meramaikan syiar Islam di sekitar kediaman Rasulullah. Mereka miskin secara harta akan ditanggung oleh sahabat yang kaya. Jadi kekayaan itu tidak harus berupa harta, justru ada yang kaya ilmu dan kaya iman. Merekalah asnaf fisabilillah dan ibnu sabil yang memiliki hak atas distribusi zakat.

Sejalan dengan Nana,

Muhammad Mudzakir, Kepala Kantor Regional 3 Yatim Mandiri, berpendapat bahwa kemiskinan itu sunnatullah. Syariat zakat yang di dalamnya ada asnaf, sampai kapanpun akan tetap dipakai. Kita diajarkan untuk tetap peduli, mengangkat harkat martabat orang miskin, ini membutuhkan pengelolaan yang massif. Sehingga orang-orang miskin ini tarafnya semakin meningkat jadi tidak miskin lagi.

“Maka dibutuhkan pengelolaan yang sistematis dengan manajemen yang berbasis pengentasan kemiskinan. Namun, toh nanti yang namanya orang miskin di zaman siapapun dan kapan pun akan selalu ada, tapi range persentasenya berbeda-beda,” kata Mudzakir.

Dulu memang Khalifah Umar bin Abdul Aziz tidak bisa mendistribusikan zakatnya. Saat itu tidak ditemukan mustahik di daerah kekuasaannya. Itu merupakan salah satu kesuksesan besar Umar bin Abdul Aziz dalam me-manage Baitul Mal saat itu. Konteks kekinian bisa dijadikan pelajaran, bahwa kondisi masyarakat atau daerah tertentu dalam zero miskin seperti masa Umar itu mungkin terjadi. Tetapi secara umum, kemiskinan akan tetap ada, ini PR bersama agar para fuqara masakin bisa ditingkatkan

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

30

Syariat zakat yang di dalamnya ada asnaf, sampai

kapanpun akan tetap dipakai. Kita diajarkan untuk tetap peduli, mengangkat

harkat martabat orang miskin, ini membutuhkan

pengelolaan yang massif.

Page 31: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

kesejahteraannya.“Kalau bagi saya, justru

tidak perlu membicarakan kemiskinan. Maksudnya kemiskinan sebagai topik utama. Kita harus lebih sering membicarakan bagaimana mencapai kesejahteraan. Kalau narasi kesejahteraan terus kita diskusikan, maka kemiskinan akan hilang dengan sendirinya,” ujar Iqbal Noviawan, General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI).

Menurut Iqbal, di dalam Al-Quran tidak ada kata miskin, yang ada adalah tidak berkecukupan. Dia lebih sepakat konsep “menjembatani kesejahteraan,” dan meninggalkan sama sekali kata miskin. Ini adalah sugesti alam fikiran. Itulah sebab tidak usah bicara miskin, sebab biasanya langkah berikutnya adalah meningkatkan pendapatan. “Padahal, tidak ada orang menjadi kaya atau sejahtera dengan menambah pendapatan. Yang ada adalah mengecilkan pengeluaran,” ujarnya.

Artinya, untuk mengelolanya dengan mendidik mustahik membuat manajemen pengeluaran keuangan keluarga. Persoalan manajemen pengeluaran ini sejalan dengan konsep hemat dalam Islam. Islam memperhatikan

perputaran kekayaan pada masyarakat, dan ditentukan satu bagian dari harta orang kaya untuk diberikan kepada fakir miskin. Pada sisi lain diperintahkan kepada tiap individu mengeluarkan harta pembelanjaan, hingga keseimbangan pembagian kekayaan tidak terganggu karena kelalaian dan keterlaluan individu dalam mempergunakan kekayaan mereka.

© DD

© DD

© DD

Allah berfirman dalam Al-Furqan ayat 67, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, tetapi adalah (pembelanjaan) itu di tengah-tengah antara yang demikian.”

Islam tidak menghendaki orang membelanjakan harta selain dalam lingkungan batas kemampuan ekonominya. Tidak dihalalkan baginya melampaui batas, hingga pengeluarannya lebih besar dari pada pendapatannya. Apalagi kemudian dia terpaksa menjadi pengemis dan perampas harta orang lain, atau utang kepada orang lain tanpa ada keperluan yang dia tidak mampu membayarnya, atau menjual alat-alat perabot rumah tangga yang dimilikinya untuk membayar utang. “Itu artinya dia memasukkan diri ke dalam golongan orang fakir miskin karena perbuatannya sendiri,” paparnya.

Bagi Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), kemiskinan itu struktural tetapi juga area kultural. Kultural adalah wujud pola

kesejahteraannya.“Kalau bagi saya, justru

tidak perlu membicarakan kemiskinan. Maksudnya kemiskinan sebagai topik utama. Kita harus lebih sering membicarakan bagaimana mencapai kesejahteraan. Kalau narasi kesejahteraan terus kita diskusikan, maka kemiskinan akan hilang dengan sendirinya,” ujar Iqbal Noviawan, General Manager Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia (YBM-BRI).

Menurut Iqbal, di dalam Al-Quran tidak ada kata miskin, yang ada adalah tidak berkecukupan. Dia lebih sepakat konsep “menjembatani kesejahteraan,” dan meninggalkan sama sekali kata miskin. Ini adalah sugesti alam fikiran. Itulah sebab tidak usah bicara miskin, sebab biasanya langkah berikutnya adalah meningkatkan pendapatan. “Padahal, tidak ada orang menjadi kaya atau sejahtera dengan menambah pendapatan. Yang ada adalah mengecilkan pengeluaran,” ujarnya.

Artinya, untuk mengelolanya dengan mendidik mustahik membuat manajemen pengeluaran keuangan keluarga. Persoalan manajemen pengeluaran ini sejalan dengan konsep hemat dalam Islam. Islam memperhatikan

perputaran kekayaan pada masyarakat, dan ditentukan satu bagian dari harta orang kaya untuk diberikan kepada fakir miskin. Pada sisi lain diperintahkan kepada tiap individu mengeluarkan harta pembelanjaan, hingga keseimbangan pembagian kekayaan tidak terganggu karena kelalaian dan keterlaluan individu dalam mempergunakan kekayaan mereka.

© DD

© DD

© DD

Allah berfirman dalam Al-Furqan ayat 67, “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta) tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula kikir, tetapi adalah (pembelanjaan) itu di tengah-tengah antara yang demikian.”

Islam tidak menghendaki orang membelanjakan harta selain dalam lingkungan batas kemampuan ekonominya. Tidak dihalalkan baginya melampaui batas, hingga pengeluarannya lebih besar dari pada pendapatannya. Apalagi kemudian dia terpaksa menjadi pengemis dan perampas harta orang lain, atau utang kepada orang lain tanpa ada keperluan yang dia tidak mampu membayarnya, atau menjual alat-alat perabot rumah tangga yang dimilikinya untuk membayar utang. “Itu artinya dia memasukkan diri ke dalam golongan orang fakir miskin karena perbuatannya sendiri,” paparnya.

Bagi Teten Kustiawan, Direktur Pelaksana Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), kemiskinan itu struktural tetapi juga area kultural. Kultural adalah wujud pola

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

31

Page 32: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

pemikiran yang menjadi perilaku. Mereka menikmati kemiskinan, karena dia merasa menjadi miskin sesuatu yang tidak harus dirubah. Ada yang ingin berubah, tapi tidak melihat peluang kemampuan. Ini perlu penelitian lebih jauh, mana yang dominan, apakah karena dia si miskin atau pegiat zakat yang nggak tahu pemantik apa untuk merubah itu.

“Tentu saya belum punya data penelitian, tapi kita tahu sekian orang dikategorikan miskin. Perlu penelitian lagi, sehingga misalnya kita bisa memetakan dari 15,5 juta kepala keluarga penerima BLSM itu, apakah memang tipe yang senang posisinya seperti itu,” kata Teten.

Selama ini kemiskinan didefinisikan oleh pihak lain, bukan dirinya sendiri. Tentu kalau orang bisa memahami dirinya miskin, itu orang punya kesadaran. Ada orang yang

pertama, tidak memenuhi ukuran umum atau kedua, dia memenuhi ukuran umum yang kategori berkekurangan. Misalnya Al-Quran membedakan fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu sabil. Karena memang ada kriteria-kriteria yang bisa dipahami oleh umum. Sehingga kita bisa mengatakan orang itu miskin dari sisi mana. Misal, orang miskin harta, miskin dari ilmu, miskin akidah atau akhlaknya. Sementara dalam konteks umum ukuran miskin itu kategori harta atau dari unsur pendapatan.

Kalau orang sadar bahwa dirinya memenuhi kriteria miskin, itu menjadi modal utama untuk berubah. Tapi kalau ada orang berkekurangan, yang tidak merasa miskin artinya sudah menjadi sesuatu yang tidak bisa diubah, itu agak susah. Semua orang

sukses pernah melampaui posisi berkekurangan. Mereka hanya move on dan berubah, dari awalnya biasa saja. Dia berubah atau tidak itu bergantung mentalnya. Ini tentu akan menjadi tugas berat para pengelola zakat, kalau karakter dari orang yang tidak mau berubah, membutuhkan cara yang berbeda.

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

32

Kalau orang sadar bahwa dirinya

memenuhi kriteria miskin, itu menjadi modal utama untuk

berubah. Tapi kalau ada orang berkekurangan,

yang tidak merasa miskin artinya sudah menjadi

sesuatu yang tidak bisa diubah, itu

agak susah.

Page 33: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Bagi Hastuti, peneliti pada The SMERU Research Center, yang paling tepat adalah penanggulangan kemiskinan karena mengandung arti ‘mengeluarkan dari kemiskinan’. Di dalamnya sekaligus ada unsur pengelolaan. Jika ‘pengelolaan’ berarti lebih sempit yaitu hanya mengelola, tidak ada upaya untuk mengeluarkan dari kemiskinan.

“Hal tersebut sesuai dengan UUD 45 pasal 34 dan 28. Kalau mencermati pasal 34 memang cenderung tentang pengelolaan kemiskinan tetapi pada pasal 28 H dinyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,” kata Hastuti.

Dari kedua pasal tersebut dapat dikatakan bahwa negara bertanggungjawab untuk mengelola masyarakat miskin dan mereka dikeluarkan dari kemiskinan untuk mencapai hidup sejahtera. Secara regulasi

ini dikuatkan oleh Teten, yang menyebut bahwa dalam UU No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat telah menetapkan tujuan pengelolaan zakat, yaitu pertama, meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan peran zakat dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Tujuan pertama meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan yang itu bukan hanya kepada muzaki, tapi juga mustahik. Jadi satu posisi yang harus dipahami oleh para pengelola zakat bahwa tugasnya adalah melayani mustahik.

Tujuan kedua secara tegas bicara tentang penyaluran dan di situ ada dua poin, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. “Ini sesuatu yang harus menjadi kesepakatan karena dituangkan dalam UU. Sementara eksistensi lembaga pengelola zakat itu karena ada UU ini,” kata Teten.

Dalam Islam ada dua mazhab dalam menjelaskan tentang siapa sebenarnya yang disebut miskin itu. Pertama, mazhab Hanafi dan Maliki yang berpendapat miskin itu adalah “orang yang tidak mempunyai sesuatu pun juga.” Kedua,

mazhab Hambali dan Syafi’i yang menyatakan miskin itu adalah “orang yang mempunyai seperdua dari keperluannya atau lebih tetapi tidak mencukupi.”

Dalam kehidupan kita, biasanya kata miskin dijadikan kata majemuk dengan faqir, sehingga menjadi faqir miskin yang artinya kurang lebih sama. “Faqir dapat disamakan dengan kemiskinan absolut dan miskin dengan kemiskinan relatif,”

Dalam buku Yusuf Al-Qaradhawi, Konsep Islam dalam Mengentaskan Kemiskinan, terdapat lima pendapat terhadap masalah kemiskinan. Pertama, pendirian yang menyucikan kemiskinan. Bagi golongan ini kemiskinan bukan masalah yang harus dipecahkan, tetapi harus dibiarkan, karena dengan demikian manusia manusia bisa berkonsentrasi berhubungan dengan Tuhannya, tidak diganggu dengan urusan duniawi.

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

33

Negara bertanggungjawab

untuk mengelola masyarakat miskin

dan mereka dikeluarkan dari

kemiskinan untuk mencapai hidup

sejahtera.

Page 34: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Kedua, pendirian para fatalis yang menganggap bahwa kemiskinan itu merupakan takdirAllah dan manusia harus sabar dengan ujian itu. Ketiga, pendirian ketiga sama dengan fatalis, namun mereka maju selangkah. Yaitu secara perorangan mereka harus membantu orang-orang miskin. Mazhab ini dikenal sebagai “kebajikan pribadi”.

Keempat, kaum kapitalis memandang kemiskinan menimbulkan problem yang harus diselesaikan dengan orang miskin sendiri, sedangkan orang kaya bebas dalam mempergunakan hartanya. Kelima, kaum Marxis yang menyatakan bahwa kemiskinan itu bisa diatasi kalau kaum borjuis dan kekayaannya tidak dimusnahkan, tetapi lalu ditata kelas-kelas baru.

Jhon Kenneth, dalam Hakekat Kemiskinan Massa, melihat penyebab kemiskinan bisa dilihat dari tiga teori. Pertama, teori yang menekankan kepada pada nilai-nilai. Mereka miskin karena bodoh, malas, tidak ulet, tidak mempunyai prestasi, fatalistik. Kedua, teori yang menekankan pada organisasi ekonomi masyarakat. Teori ini menganggap orang itu miskin karena kurangnya peluang dan kesempatan untuk memperbaiki hidup mereka.

Ketiga, teori yang menekankan pada pembagian

kekuasaan dalam struktur sosial dan tatanan masyarakat. Tatanan dan struktur masyarakat yang ada dianggap sebagai hasil paksaan (bukan konsensus) sekelompok kecil anggota masyarakat yang berkuasa dan kaya akan mayoritas warga masyarakat miskin, dan inilah yang menjadi sebab kemiskinan.

Jalan keluar dari teori ini bermacam pula. Bagi teori pertama caranya mereka harus dicerdaskan, sedangkan bagi teori kedua caranya adalah adanya industrialisasi agar ada tetesan sampai ke bawah. Bagi teori ketiga, yang diperlukan adalah perombakan struktur.

Bagi lembaga zakat, tampaknya semua memiliki pandangan yang sama bahwa menjadi miskin bisa berasal dari diri sendiri, namun juga bisa karena faktor luar. Darimanapun sumbernya, yang inti, misi Islam adalah pemberdayaan. Jika itu berasal dari diri sendiri, maka membangkitkan mental menjadi kaya itu yang utama. Jika itu karena sistem, maka lembaga zakat sebagai

partner pemerintah mengisi “celah kosong” yang kadang ditinggalkan negara dalam melakukan pemberdayaan warganya.

Celah kosong ini ternyata multi aspek, ada pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang paling dominan. Hak dasar warga yang dinikmati kadang masih jauh panggang dari api, jaminan kesehatan yang dijamin oleh konstitusi dan berasal dari anggaran negara, kadang tidak sampai pada warga, yang karena persoalan administratif.

Di titik inilah, Rumah Sehat Terpadu, Layanan Kesehatan Cuma-Cuma, Rumah Bersalin Gratis, Rumah Sehat Baznas dan berbagai layanan kesehatan tanpa kasir alias tidak perlu membayar sepeser pun yang diinisiasi lembaga zakat menjadi penopang utama. Warga miskin yang tak tersentuh tangan negara, masuk dalam jaring pengaman sosial versi masyarakat sipil, yaitu gerakan zakat.[]

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

34

Page 35: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Tiga anak kecil mengemis di perempatan lampu merah di Jakarta. Relawan Dompet Dhuafa, lembaga amil

zakat, mengawasi gerak-gerak tiga bocah itu. Keberadaan relawan bertujuan melihat fenomena suburnya pengemis di Ibu Kota. Bocah kecil tadi terlihat percaya diri dan jauh dari raut ketakutan. Tak jauh dari mereka seorang lelaki berumur mengawasi aksi bocah dekil tadi dari pinggir jalan.

Bapak itu memberi kode dan mengajak bocah pengemis ke warung makan. Dari keterangan yang dihimpun relawan, Si Bapak berperan membawa anak-anak tadi pulang pergi dari rumah mereka ke perempatan jalan. Anak-anak itu diantar pukul 14.00 dan baru pulang pukul 22.00 WIB. Selain antar jemput, bapak itu bertanggungjawab atas ongkos operasional “pekerjaan” semua bocah pengemis.

Salah seorang pengemis berhasil diwawancara oleh relawan Dompet Dhuafa. Mereka mengklaim mampu mengumpulkan hasil mengemis hingga Rp 300 ribu per hari. Hasil itu digunakan untuk membayar sewa rumah. Relawan yang bertugas berhari-hari memantau mereka berhasil menilik rumah tinggal mereka. Di luar dugaan, rumah pengemis itu berisi kulkas, televisi. “Mereka juga sedang mengkredit motor,” kata seorang relawan.

Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, mengatakan beberapa orang memanfaatkan kemiskinan untuk mencari keuntungan. Mereka mengkoordinir pengemis lalu disuplai di jalanan kota-kota besar. Peristiwa yang ditemui relawan Dompet Dhuafa itu, menurut Juwaini, merupakan bukti bahwa kemiskinan dapat dibelokkan untuk kepentingan mendulang rente.

Ahmad mengatakan mereka memanfaatkan kemiskinan untuk melestarikan gaya hidup bermalas-malasan. Dengan mengemis mereka bisa bertahan hidup tanpa bekerja. “Daripada ngojek hasilnya tidak seberapa lebih baik

Mereka yang Menikmati

KEMISKINANmengemis,” katanya.

Ahmad menilai peristiwa yang ditemui relawan itu menggambarkan adanya industri pengemis. Fenomena ini menjadi faktor penghalang upaya pengentasan kemiskinan. Menurutnya, peristiwa itu menginspirasi inovasi dalam menolong orang miskin. Membantu kelompok miskin tidak sekadar memberi apa yang dibutuhkan mereka. Urusan membantu tidak selalu berhubungan dengan dana yang besar. Memperbaiki mental si miskin jauh lebih penting ketimbang mentransfer dana. “Kalau mentalnya belum diperbaiki, diberi modal usaha berapa pun, fasilitas apapun, tetap akan jatuh,” katanya.

Setelah mendapatkan hasil penelusuran di beberapa tempat itu, Ahmad sampai pada kesimpulan tidak usah memberi uang langsung kepada pengemis. Sebelumnya, Ahmad hanya menduga-duga bahwa ada di antara mereka yang mengeksploitasi kemiskinan itu. Hanya menyangka saja. Dia teringat dengan sahabat Rasulullah yang diuji dengan pengemis, namun tidak mau memberi bahkan menyatakan bahwa kekayaannya adalah hasil jerih payahnya sendiri. Lalu Allah mencabut segala kekayaan dari dirinya. Malaikat itu berada di antara pengemis miskin itu, jadi kita harus mawas diri dan hati-hati.

Namun, Ahmad berubah pendapat setelah mendapatkan banyak fakta. Semua fakta yang ditemukan relawan DD ini menunjukkan dunia pengemis itu mengindustri. Bahkan ada di perempatan lampu merah yang lain, setiap pagi pengemis di-drop oleh induk semangnya memakai mobil. Mereka ditampung di satu rumah.

“Maka, kalau ada pertanyaan, apakah ada yang menikmati kemiskinan itu, ya memang ada. Meskipun tidak semua, tapi ada, mereka harus dibangkitkan mentalnya,” kata Teten Kustiawan dalam wawancara di waktu berbeda. []

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

35

Page 36: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

LAPORAN UTAMA

Inovasi Penghimpunan itu Biasa,

Inovasi KreatifPendayagunaan:

LUAR BIASA!JAMAN telah berubah. Jika dulu zakat hanya diberikan sebagai santunan, kini berbagai program dilakukan organisasi pengelola zakat. Bukan hanya memberikan uang untuk menyambung hidup saja, semuanya memiliki program unggulan yang memastikan bergulirnya dana umat dari muzaki untuk memberdayakan hidup mustahik.

Urusan penghimpunan uang, semua LAZ dan BAZ sangat pandai. Karena ilmu marketing dan komunikasi

benar-benar dipakai. Asal bisa mengikuti semangat jaman dan menyasar audiens yang tepat, pasti uang mengalir di pundi-pundi pengelola zakat.

Menghimpun uang pasti banyak caranya, ada yang aktif di dunia media sosial, dengan bebagai akun jejaring dan cabang di seluruh Indonesia. Ada yang

memanfaatkan iklan di televisi, radio dan media cetak. Ada juga, yang menerbitkan newsletter, majalah atau buletin sebagai sarana komunikasi dan sosialisasi, terutama akuntabilitas pengelolaan uang dan laporan kepada donatur.

Program-program penggalangan (fundraising) tampak tambah kreatif. Semakin mudah masyarakat menunaikan zakatnya, banyak masyarakat yang membayar zakat melalui organisasi zakat.

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

36

Page 37: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Sederhananya, semakin banyak dana zakat yang dihimpun dan dikelola secara profesonal, maka semakin banyak pula masyarakat yang dapat dientaskan dari masalah laten yang bernama kemiskinan.

Namun, penggalangan atau penghimpunan tentu berbeda dengan pendayagunaan. Pemberdayaan kreatif menjadi kunci keberhasilan dan sustainabilitas dari seluruh lembaga zakat. Imbasnya, bukan hanya membuat mustahik bisa mandiri dan bangkit dari kemiskinan, tapi juga membuat muzaki berlomba-lomba menyalurkan dana ke lembaga yang inovasinya paling menarik.

Menurut Sabeth Abilawa, saat ini gerakan zakat telah melewati dua gelombang peradaban dan sedang menuju fase ketiga. Fase pertama adalah ketika zakat dikelola secara sederhana dengan pola pendisribusian bagi-habis (karitatif) untuk kebutuhan konsumtif. Fase

kedua adalah ketika manajemen zakat dikelola lebih modern dengan pencatatan yang lebih rapi dan pola pendistribusian yang lebih produktif, meski tidak meninggalkan sisi konsumtif.

Di fase kedua ini aneka program pemberdayaan digulirkan oleh banyak organisasi pengelola zakat yang kian hari banyak bermunculan. Mulai dari program yang menyasar usaha kecil dan menengah, pertanian, peternakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui program pendidikan, hingga pelayanan publik seperti klinik dan rumah sakit gratis bagi kaum dhuafa.

Dan gelombang ketiga, gerakan zakat adalah ketika

© RGI

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

37

Pemberdayaan kreatif menjadi kunci keberhasilan dan sustainabilitas dari seluruh lembaga zakat. Imbasnya, bukan hanya membuat mustahik bisa mandiri dan bangkit dari kemiskinan, tapi juga membuat muzaki berlomba-lomba menyalurkan dana

Page 38: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

lembaga zakat memainkan peranan untuk memandirikan umat melalui advokasi kebijakan untuk keadilan sosial. Fase ini yang belum sepenuhnya dimainkan oleh organisasi pengelola zakat saat ini. Mari kita lihat fase kedua gerakan zakat ini, yang bergeliat penuh gairah: mengisi celah kosong yang sering ditinggalkan negara karena terlalu luasnya jangkauan warga.

Inovasi Unggulan Apa saja inovasi program yang menjadi

unggulan? Kita ambil satu sektor saja, yaitu pemberdayaan ekonomi. Baitul Maal Muamalat (BMM) memiliki skema yang bernama KUMMM (Komunitas Usaha Mikro Muamalat berbasis Masjid), biasa disingkat menjadi KUM3. Program ekonomi andalan lembaga yang didirikan oleh Bank Muamalat Indonesia ini, telah berjalan sejak 2006.

Dalam proses penyusunan hingga pelaksanaan program tersebut, BMM mendorong keterlibatan aktif masyarakat. Misalnya, masyarakat diminta untuk menentukan anggota masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan modal kerja usaha dan mereka juga diminta untuk melakukan pengawasan. Tentu saja, proses tersebut juga melibatkan BMM sebagai pendamping sekaligus pengawas program.

Pemilihan masjid sebagai pusat pemberdayaan, terkait dengan pembinaan mentalitas masyarakat target. Hal itu di sebagian besar masyarakat di Indonesia, masjid tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tapi juga sebagai pusat kegiatan positif masyarakat. Terlebih, melalui pembinaan rohani di masjid, kemandirian

berusaha masyarakat target diyakini dapat terealisasi dengan cepat. ‘’Ini karena dalam Islam sebetulnya semuanya sudah lengkap. Islam memang mendorong orang untuk giat dan mampu berusaha meningkatkan kualitas hidupnya,” kata Isnaini Mufti Aziz, Direktur Eksekutif BMM.

Konsep pemberdayaan masyarakat berbasis masjid yang digulirkan BMM diyakini memberikan dampak positif bagi masyarakat target. Hal

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

38

Dalam proses penyusunan

hingga pelaksanaan

program tersebut, BMM mendorong keterlibatan aktif

masyarakat. Misalnya,

masyarakat diminta untuk menentukan

anggota masyarakat yang berhak mendapatkan bantuan modal kerja usaha dan

mereka juga diminta untuk

melakukan pengawasan.

Page 39: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

itu karena masyarakat dituntut untuk giat berusaha dan berserah diri pada Allah. Yang menarik lagi dari model KUM3 ini, karena membuat para mustahik yang dikucuri uang, akan menjadi rajin shalat berjamaah di masjid dan mengikuti kajian mingguan yang dipandu seorang fasilitator.

“Kalau Anda pernah tahu konsep murabbi, bisa dikatakan fasilitator program KUM-3 melebihi perannya. Dia memastikan shalat jamaah, memberi materi kajian Islam tiap minggu, sekaligus mengawal pencairan dana hingga evaluasi bisnis usaha kecil mustahik,” kata Agus Khalifatullah, Manager Pemberdayaan Ekonomi BMM.

Sementara itu, Rumah Zakat memiliki skema bantuan ekonomi, yaitu bantuan langsung untuk program ekonomi, dengan peruntukan kegiatan Wirausaha dan Balai Bina Mandiri.

Program pemberdayaan masyarakat ini bentuknya adalah set up infrastruktur dan sarana penunjang aktivitas pemberdayaan komunitas dan lingkungan di wilayah ICD binaan Rumah Zakat dan mitra. ICD adalah singkatan dari Integrated Community Development. Di ICD itu, juga dilakukan aktivitas berdasarkan pemetaan potensi sumber daya di masing-masing wilayah . Kegiatannya diadakan di Balai Bina Mandiri didampingi oleh Member Relationship Officer (MRO).

Kisah tentang MRO ini juga membanggakan. Dia harus seorang psikolog dan trainer. Dia pasti muslim, baik laki-laki ataupun perempuan, dan bersedia ditempatkan di manapun. Tapi prioritas utama di wilayah dia sendiri, karena akan lebih menguasai dan lebih mengenal medan.

“Kalau dia belum punya rumah, kita siapkan rumah di situ. Kalau belum menikah, maka akan kita nikahkan, targetnya dengan anaknya Pak Lurah dan Pak Camat, biar gerakan lebih mudah. MRO itu datangnya ditunggu, pendampingannya dirasakan,” kata CEO RZ Nur Efendi.

Saat ini yang sudah berjalan bagus ada di 240 wilayah, sementara yang lainnya sedang di-develop.

Target tahun ini ada 6.000 MRO di 6.000 wilayah di Jawa dan Sumatera. RZ mengoptimalkan Pulau Jawa, namun tahun depan harapannya komposisi bisa 10% Sumatera, 10% Jawa, dan 10% Kalimantan. “Sampai 2018 untuk area pemberdayaan, kita ingin menguasai 30% Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Indonesia Timur,” kata alumni IAIN Walisongo ini.

MRO juga mendampingi program peningkatan kapasitas skill produktif pemuda sebagai modal menjadi pengusaha. Penekanan program ini pada pengembangan potensi lokal masing-masing daerah. Program RZ yang lain adalah Kampung Mandiri Pangan. Skema programnya yaitu pengembangan peternakan terintegrasi dengan pertanian, dan didukung perbaikan infrastruktur untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi masyarakat desa.

Ada juga Kampung Perubahan, yaitu program yang dirancang untuk mendukung pengembangan infrastruktur wilayah binaan Rumah Zakat, melalui kegiatan: sarasehan warga, ruang terbuka hijau, balai pertemuan warga, sumur resapan, pengecatan mural, dan perbaikan jalan gang (paving block).

Dompet Dhuafa sebagai lembaga yang tercatat

KUM-3

Peserta Usaha MikroPendampingMasjid ProvinsiKelompokTotal Modal Yang Disalurkan

TOTAL KESELURUHAN2006 – 2012

7.853 mustahiq194 orang229 masjid20 provinsi

437 kelompokRp. 6,9 Miliar

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

39

Page 40: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

memiliki paling banyak jejaring, bisa dikatakan, paling inovatif dan berani menabrak pakem. Ahmad Juwaini menyatakan, untuk memulai sesuatu yang baru, kadang harus melalui dan menghadapi tantangan dari beberapa kalangan. “Tapi yang pokok, kita sudah konsultasikan dengan Dewan Syariah. Setelah kajian fikih oke, program langsung kita jalankan sesuai rencana dan target,” katanya.

Untuk pendidikan dan kesehatan, seluruh organisasi pengelola zakat memiliki skema yang menarik. Dompet Dhuafa bahkan sudah membangun RS Rumah Sehat Terpadu di Parung Bogor—selain Layanan Kesehatan Cuma-cuma yang ada di Ciputat, Bekasi dan Depok. Rumah Zakat menginisiasi Rumah Bersalin Gratis (RBG), dan Baznas mendirikan Rumah Sehat Baznas di beberapa provinsi sekaligus.

Sementara untuk pendidikan, lebih banyak LAZ yang mengalokasikan dalam bentuk beasiswa. Artinya penggunaan dana pendidikan masih dibelanjakan oleh pihak ketiga, yaitu sekolah di luar lembaga zakat. Namun, semuanya mencoba merintis sekolah percontohan. Sebut saja, SMART Ekselensia milik Dompet Dhuafa dan Sekolah Juara punya Rumah Zakat. Dua institusi pendidikan tanpa kasir ini—alias tidak perlu membayar—terbukti menghasilkan lulusan yang ciamik. Bukan hanya menurut standar kualifikasi siswa nasional, kekuatannya ada di mental mandiri yang kokoh.

Tentang sekolah ini, INFOZ+ menanyakan kepada Agus Edi Sumanto, Direktur Yatim Mandiri yang berkantor pusat di Surabaya. Agus sepakat dengan model pengentasan yatim berbasis pemberdayaan. Secara khusus Yatim

Mandiri tengah menjajagi kemungkinan bekerjasama dengan kementerian perikanan dan kelautan. “Kami sudah tiga kali rapat untuk mempertemukan ide besar kemandirian yatim dengan pembekalan skill oleh Kementerian Perikanan dan Kelautan melalui SMK perikanan yang mereka miliki,” paparnya.

Ke depan, para yatim binaan YM akan disekolahkan di SMK Perikanan. Kenapa orientasi pada perikanan? Agus menjelaskan bahwa kekayaan alam Indonesia ada di laut. Kekuatan bangsa maritim ini juga ada di laut. Maka, menyekolahkan para yatim binaan lembaganya ke sekolah perikanan, adalah langkah paling tepat untuk masa depan anak dan masa depan bangsa.

I n t e r v e n s i pemberdayaan yang kreatif ini penting. Jika kita bicara secara mikro, zakat diakui memiliki dampak yang cukup signifikan sebagai salah satu alternatif pengentasan kemiskinan. Beberapa data berikut mungkin bisa dijadikan rujukan. Dalam Indonesia Zakat and Development Report 2012 yang dirilis oleh IMZ diketahui, intervensi dana zakat kepada kelompok dhuafa terbukti telah mengangkat mereka dari jurang kemiskinan.

Penelitian yang mengambil sampel 1.639 dari 10.806 rumah tangga miskin

© RZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

40

Page 41: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

ini diketahui, zakat secara umum memiliki implikasi positif dalam mengurangi beban kemiskinan, seperti mengurangi jumlah rumah tangga miskin, tingkat kedalaman kemiskinan dan tingkat keparahan kemiskinan.

Dari data di atas dapat diketahui, bahwa persentase rumah tangga miskin yang awalnya 0,220 turun 21,11 persen menjadi 0,173 (H). Sementara untuk indeks kesenjangan pendapatan (I) terjadi penurunan dari 0,247 menjadi 0,235, dan untuk tingkat kedalaman kemiskinan (P1), diketahui bahwa biaya pengentasan kemiskinan yang dibutuhkan berkurang dari Rp326.501/ rumah tangga/bulan menjadi Rp318.846/rumah tangga/bulan.

Sementara untuk tingkat keparahan kemiskinan, dengan menggunakan analisa Sen Index (P2) juga terjadi penurunan dari 0,089 menjadi 0,067 atau 25,22 persen. Sedangkan dengan indeks FGT (Foster Greer Thorbecke) juga menurun dari 0,020 menjadi 0,14.

Ini adalah hasil empiris dari penelitian ilmiah yang patut kita hargai. Tapi sekali lagi ini adalah level mikro. Namun dampak zakat itu secara makroekonomi belum berdampak secara signifikan, bahkan cenderung labil terhadap perubahan kebijakan pemerintah.

Hal ini diakui oleh Direktur Komunikasi dan Hubungan Eksternal Dompet Dhuafa, Nana Mintarti. Menurutnya, peran zakat dalam upaya pengentasan kemiskinan sejauh ini masih sebagai pelengkap dalam konteks makro atau nasional. Hal ini dikarenakan masih sangat kecilnya potensi zakat yang dapat dioptimalkan. Perbandingan antara Rp 50 triliun dana penanggulangan kemiskinan pemerintah yang digelontorkan dengan Rp 1,2 triliun yang dihimpun oleh organisasi pengelola zakat. “Ini kan masih seberapa persennya, masih relatif kecil,” katanya.

Sementara menurut Abilawa, ada dua problem yang membuat segala inovasi program yang dijalankan oleh organisasi pengelola zakat menjadi rentan terhadap

Indeks Kemiskinan

HP1 (Rp)IP2P3

Persentase Perubahan

21,112,344,84

25,2230,14

Dengan Zakat

0,173318.846,15

0,2350,0670,014

Tanpa Zakat

0,220326.501,01

0,2470,0890,020

Tabel Analisa Kemiskinan (2012). Sumber : IZDR 2012

kebijakan pemerintah. Yang pertama adalah problem irisan kebijakan negara terhadap kegiatan masyarakat. Ia memberi tamsil seperti seorang pemain bola yang sudah dilatih bertahun-tahun tapi tak bisa menjadi bintang karena tak diberi kesempatan bermain oleh pelatihnya. Bertahun-tahun lembaga zakat membina peternak, petani, dan usaha kecil dan menengah, tapi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tidak pernah berpihak kepada mereka. Antara pemerintah dan organisasi pengelola zakat

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

41

Peran zakat dalam upaya pengentasan kemiskinan sejauh ini masih sebagai pelengkap dalam

konteks makro atau nasional. Hal ini

dikarenakan masih sangat kecilnya

potensi zakat yang dapat dioptimalkan.

Page 42: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

bergerak sendiri-sendiri, di wilayah masing-masing.

Kedua, masih kecilnya dana zakat yang dapat dihimpun oleh lembaga zakat dibandingkan negara. Kecilnya dana zakat yang berhasil dihimpun ini membuat program-program yang dijalankan sangat terbatas, dengan jangkauan yang terbatas

pula.Setiap tahunnya pertumbuhan

penghimpunan dana zakat terus meningkat. Menariknya, pertumbuhan itu juga diiringi dengan semakin banyaknya lembaga pengelola zakat baru. Artinya, tingkat kesadaran masyarakat untuk menunaikan zakatnya melalui institusi professional juga semakin tinggi, sehingga meski institusi

pengelola bertambah, tidak terjadi perebutan “pangsa pasar”.

Terus tumbuhnya kepercayaan masyarakat ini harus dijaga dan dipelihara dengan baik oleh seluruh organisasi pengelola zakat. Salah satu caranya adalah dengan terus melakukan inovasi program, sehingga manfaat zakat benar-benar dapat dirasakan oleh kaum dhuafa, serta dapat dilihat secara kasat mata oleh masyarakat.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

42

Page 43: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Potret Pendayagunaan Zakat

Bagaimana model penyaluran dan pendayagunaan organisasi pengelola zakat? Potretnya bisa dilihat pada 14 LAZ yang dihimpun oleh Forum Zakat pada pertengahan 2013 lalu. Alokasi paling besar tetap ada di sektor pendidikan.

Walau memang, jika dihitung secara kuantitas, model santunan seperti beasiswa tetap paling besar porsinya dalam kue distribusi zakat di beberapa lembaga.

Pd. Ks. Pe Km Ch Dk

1 Bamuis BNI 39% 2% 6% 3% 18% 31% 100% 22,367,777,538 2 Dompet Dhuafa 25% 16% 19% 26% 10% 3% 100% 75,523,980,061 3 DPU Daarut Tauhid 18% 5% 18% 29% 3% 27% 100% 15,153,411,638 4 Griya Yatim dan Dhuafa 23% 5.2% 0.0% 71.5% 0.2% 100% 7,720,670,568 5 LAZIS Dewan Dakwah 7% 5% 10% 78% 100% 6,775,653,7856 LAZIS Nahdlatul Ulama 17% 38% 5% 15% 15% 9% 100% 3,681,849,016 7 LAZIS PT PLN (Persero) 52% 12% 5% 7% 10% 14% 100% 3,544,876,435 8 LAZNAS BSM 36% 16% 12% 5% 16% 16% 100% 16,707,797,495 9 Rumah Amal Salman ITB 22% 5% 11% 4% 26% 31% 100% 3,925,999,984 10 Rumah Zakat Bank Indonesia 37% 4% 10% 10% 39% 100% 2,858,060,000 11 Yayasan Dana Sosial Al-Falah 35% 3% 4% 16% 16% 26% 100% 30,610,510,409 12 Lembaga Manajemen Infaq 12% 3% 9% 1% 40% 35% 100% 10,863,909,310 13 Baitul Mal Pupuk Kaltim 25% 27% 8% 33% 4% 4% 100% 4,100,571,738 14 LAZ DAI Lampung 34% 4% 2% 30% 29% 100% 1,307,058,508

Tabel Pendayagunaan Tahun 2011

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

43

Page 44: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Pd. Ks. Pe Km Ch Dk

1 Bamuis BNI 36% 3% 4% 3% 22% 32% 100% 26,902,301,543 2 Dompet Dhuafa 30% 18% 22% 14% 6% 10% 100% 95,482,152,934 3 DPU Daarut Tauhid 21% 13% 36% 5% 25% 100% 20,431,637,824 4 Griya Yatim dan Dhuafa 56.2% 18.5% 4.1% 20.7% 0.5% 100% 14,288,737,496 5 LAZIS Dewan Dakwah 10% 4% 7% 79% 100% 9,811,730,6046 LAZIS Nahdlatul Ulama 31% 3% 25% 31% 11% 100% 3,223,296,500 7 LAZIS PT PLN (Persero) 71% 6% 2% 9% 6% 6% 100% 3,301,987,019 8 LAZNAS BSM 42% 12% 11% 4% 13% 18% 100% 22,926,943,357 9 Rumah Amal Salman ITB 22% 5% 11% 4% 27% 31% 100% 3,964,763,339 10 Rumah Zakat Bank Indonesia 49% 7% 8% 10% 27% 100% 3,069,490,000 11 Yayasan Dana Sosial Al-Falah 25% 6% 20% 21% 28% 100% 28,526,224,923 12 Lembaga Manajemen Infaq 6% 2% 3% 2% 45% 42% 100% 16,226,150,457 13 Baitul Mal Pupuk Kaltim 25% 32% 32% 11% 100% 3,690,930,065 14 LAZ DAI Lampung 48% 4% 1% 35% 12% 100% 1,055,399,615

Tabel Pendayagunaan organisasi pengelola zakat tahun 2012

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

44

Page 45: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Kisah Nuril Ingin Mandiri

Pandangan Nuril terfokus pada layar kaca di sudut ruang rumahnya. Serta merta dia membesarkan

volume televisi dan menyimak dengan seksama program siaran yang ditayangkan DAAI TV itu. Semangatnya kembali bangkit, secercah asa kembali dia temukan setelah menonton acara yang mengulas program-program pelatihan keterampilan di Institut Kemandirian (IK). Pria yang tinggal di Gunung Sitoli Pulau Nias itu mengutarakan maksudnya kepada keluarga untuk merantau ke Pulau Jawa demi menggapai impian.

Dia sadar, jika tetap tinggal di daerahnya yang terpencil di Sumatera Utara itu, tidak akan banyak mengubah nasibnya. Bersyukur, keluarganya mendukung Nuril untuk merantau dengan niatan memperbaiki nasib. Usianya yang masih muda menambah gairahnya untuk bangkit. Bahkan Nuril bertekad membawa angin perubahan yang baik bagi daerahnya. “Saya yakin dengan adanya bimbingan dari instruktur Institut Kemandirian, saya dapat membawa energi positif perubahan untuk daerah saya.”

Pemuda yang memiliki keahlian beladiri ini akhirnya dapat menggabungkan diri dengan Institut Kemandirian pada Februari 2012. Nuril masuk ke kelas Otomotif. Nuril sangat berkesan dengan suasana belajar yang mengutamakan kekeluargaan. Setelah mengikuti pelatihan di IK, kini Nuril bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka.

Institut Kemandirian (IK) merupakan bagian dari jejaring Dompet

Dhuafa. Sasaran progam ini adalah kelompok masyarakat yang berada pada usia produktif namun belum memiliki pekerjaan alias pengangguran. Keterampilan yang diajarkan diantaranya bengkel handphone, mesin motor, menjahit, tata busana, sablon, teknik komputer, perdagangan kecil dan tata boga. Meski bukan program permodalan, Dompet Dhuafa tetap membuka peluang bantuan modal. Namun bantuan ini bukan untuk semua peserta program. Peserta dengan nilai terbaik akan mendapatkan bantuan modal, serta inkubasi bisnis.

Sejak dibuka, peserta institut yang pernah mendapatkan pelatihan keterampilan di Intitut Kemandirian mencapai 2000 orang. Mereka mayoritas tidak berpendidikan tinggi. “Namun kini sudah banyak di antara mereka yang sukses dengan membuka usaha, bahkan penghasilannya lebih dari kita-kita ini,” ungkap Verry Aria Firmansyah, Manager Program Institut Kemandirian.

Institut Kemandirian adalah satu program Dompet Dhuafa. Program serupa juga banyak dilakukan oleh organisasi pengelola zakat lainnya dalam upaya pengentasan kemiskinan. Zakat sudah tidak zamannya lagi dibagi habis secara karitatif kepada mereka yang berhak menerimanya (mustahik) melainkan sudah menjelma ke berbagai bentuk program yang lebih langgeng (sustain), sehingga tujuan untuk mengubah mustahik menjadi muzakki benar-benar terwujud.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

45

Page 46: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

LAPORAN UTAMA

SENGKARUT PROGRAMMenolong Si Miskin

Duduk berjejer, dua orang perempuan setengah baya berbagi cerita di dalam angkutan kota. Kisah tentang

gagalnya mereka mengantongi jatah program bagi-bagi duit dari pemerintah pada Juli lalu. “Si RT (Rukun Tetangga) sentimen sama gue, padahal gue janda tapi tidak didata dapat BLSM,” katanya.

Teman si ibu yang duduk di sampingnya menyahuti. “Lepas dulu itu cincin dan gelang, pantes saja lu kagak dapat, di tangan lu penuh emas kayak gitu,” ujarnya. “Tetangga gue punya banyak emas lebih dari gue, tapi dapat BLSM, dasar Pak RT saja sentimen,” kata si ibu pertama tak mau kalah.

Obrolan dua perempuan di dalam angkutan umum itu menggambarkan penyaluran Bantuan Langsung Sementara Masyakarat (BLSM) tidak tepat sasaran. Percakapan itu terjadi di dalam angkutan umum jurusan Parung-Bogor, Jawa Barat, pada Sabtu siang 6 Juli 2013. Kala itu mayoritas penduduk Indonesia membincangkan program BLSM yang diterbitkan pemerintah sebulan sebelumnya.

BLSM merupakan program untuk mengantisipasi gejolak inflasi akibat naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter untuk premium dan Rp 5.500 untuk solar. Bentuk antisipasinya adalah menjaga daya beli masyarakat agar tidak tergerus oleh inflasi yang membumbung.

Kelompok masyarakat yang perlu ditopang daya belinya adalah kelompok miskin. Mereka rentan terhadap gejolak harga yang ditimbulkan kenaikan harga

BBM bersubsidi. Kelompok inilah yang disasar dalam program BLSM. Mereka akan menerima dana tunai dari pemerintah sebesar Rp 150 ribu per bulan, diberikan empat kali. Kelompok penerima BLSM mencapai 15,5 juta rumah tangga miskin. Sebelumnya program serupa yaitu Bantuan Langsung Tunai pada 2008 dan 2009 menyasar 18 juta rumah tangga miskin.

Masalah mulai datang ketika banyak kalangan, misalnya Dewan Perwakilan Rakyat, menggugat keabsahan 15,5 juta rumah tangga miskin atau lebih dari 65 juta jiwa yang disasar pemerintah untuk mendapatkan duit BLSM. Namun, gugatan legislator perlahan meredup. Pasalnya anggota dewan yang menggugat tak memiliki data pembanding yang akurat. Alih-alih dapat dipertanggungjawabkan, politikus tidak mampu menyajikan data pembanding yang setara dengan pemerintah.

Selesai? Belum. Masalah kedua datang ketika banyak penerima BLSM diprofilkan sebagai kalangan mampu yang tidak layak memperoleh BLSM. Artinya ada dana negara berupa BLSM jatuh pada tangan yang tidak berhak. Kendati demikian belum ada orang atau lembaga yang mengumumkan seberapa besar penyimpangan dana BLSM. Ketidakakuratan itu hanya isapan jempol, paling-paling akan menjadi senjata kelompok oposisi menyerang pemerintah pada rapat kerja di Gedung Parlemen.

Di tengah karut marut program BLSM, Koordinator Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Ari A. Perdana mengklaim ada kemajuan yang

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

46

Page 47: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

dicapai pemerintah dalam mengurangi jumlah kemiskinan. Selain jumlahnya yang terus menyusut menjadi 28,5 juta rumah tangga miskin, langkah Tim Nasional mengumpulkan data orang miskin merupakan angin segar dalam langkah besar mengurangi jumlah si miskin.

Data si miskin dinilai penting karena menyangkut pilihan program yang tepat, strategi, efektivitas sasaran, pengawasan, dan evaluasi. Selama ini, dalam penanggulangan kemiskinan data acuan Pemerintah tidak tunggal. Ia mencontohkan ketika krisis ekonomi 1998, pemerintah tidak memiliki database orang miskin. Satu dasawarsa berjalan, ketika pemerintah menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai pada menjelang Pemilihan Umum 2009, lagi-lagi data kemiskinan itu tidak tersedia lengkap dan rinci. Ari menilai ketiadaan data itu akibat koordinasi antar lembaga dan kementerian tidak padu. “Ini memprihatinkan,” katanya saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Pasca BLSM, Bagaimana Penanggulangan Kemiskinan?,” yang digelar Dompet Dhuafa awal Juli lalu.

Siapa yang bertanggungjawab terhadap ketersediaan data yang masih membingungkan, apakah Badan Pusat Statistik, Kementerian Sosial, atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) ? Gonjang-gonjang itu mulai terjawab setelah pemerintah membentuk TNP2K yang bekerja di bawah koordinasi Wakil Presiden Boediono.

Data kemiskinan ini penting karena program bagi-bagi duit seperti BLT dan BLSM menjadi langganan pemerintah untuk mengantisipasi dampak sementara dari gejolak inflasi. Bukan barang baru jika inflasi di Indonesia terus bergejolak. Perekonomian masih rentan dari dampak krisis ekonomi negara maju dan ulah spekulan yang menguasai kantong-kantong ekonomi. Sebut saja krisis ekonomi di Eropa dan krisis keuangan di Amerika Serikat merembet dan menurunkan ekspor Indonesia.

Adapun ulah spekulan ekonomi acap kali berdampak pada meroketnya harga pangan. Sejak Agustus 2012, masyarakat harus menanggung beban gejolak harga mulai dari naiknya harga daging sapi, buah-buahan, bawang merah dan bawang putih dan disusul belakangan ini dengan melambungnya harga kedelai. Gejolak harga makin menjadi-jadi menyusul kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi Juni lalu. Di tengah gejolak inflasi itu, sudah pasti angka kemiskinan ikut bergerak naik.

Menurut Ari, pendataan kemiskinan sudah lebih maju dari sebelum-sebelumnya. Kemajuan itu berupa pencataan informasi yang beragam tentang si miskin. Ari mencontohkan beberapa informasi yang digali di antaranya jenis pekerjaan, jumlah anak, sumber energi yang digunakan si miskin, sumber mata air, dan sebagainya. Data-data itu hanya bisa diperoleh melalui survei lapangan.

Kendati demikian, kemajuan ini bukan tanpa masalah. Peliknya kemiskinan tidak bisa digambarkan dengan survei yang mengacu pedoman di atas kertas. Di lapangan petugas kerap kali dihadapkan pada fakta-fakta yang berlawanan dengan buku acuan pencatatan kemiskinan. Ari bercerita seorang petugas menemukan rumah tangga dengan rumah berukuran 36, ayah bekerja informal, si ibu tidak bekerja, dan memiliki satu anak yang masih duduk di Sekolah Dasar. Mengacu pada buku panduan, rumah tangga ini masuk kategori miskin.

Di tempat lain petugas menemukan rumah tangga yang isinya ayah dan ibu bekerja sebagai guru Sekolah Dasar, memiliki rumah bertipe 60 masih mencicil, anaknya tiga. Orang tua ini masih menanggung beban ekonomi orang tuanya, dan memiliki adik yang masih harus dibantu untuk biaya kuliah. Mengacu pada pedoman kemiskinan keluarga ini tidak masuk kategori miskin. Menurut Ari fakta kedua ini akan membingungkan petugas survei. “Apakah dimasukkan sebagai

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

47

Page 48: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

rumah tangga miskin atau tidak,” katanya.Kendala seperti inilah yang perlu

dipecahkan oleh perumus kebijakan. Ari optimistis persoalan pendataan kemiskinan akan berhasil jika apa yang sedang direncanakan saat ini dikerjakaan dengan konsisten. Tentu saja dibarengi dengan pengawasan dan evaluasi.

Saat ini pemerintah mengacu tiga kelompok yang digolongkan sebagai miskin dan rawan miskin. Menurut Ari jumlah penduduk miskin di bawah garis kemiskinan mencapai 11,6 persen dari total penduduk atau 5,7 juta rumah tangga miskin setara 28,6 juta jiwa. Jika kelompok ini digabung dengan rumah tangga di level garis kemiskinan berjumlah 25 persen dari total penduduk atau 15,5 juta rumah tangga setara 65,6 juta jiwa. Jika kategori hampir miskin atau rentan miskin dimasukkan maka kelompok miskin mencapai 40 persen dari total penduduk. Jumlahnya mencapai 24,7 juta rumah tangga setara dengan 96,4 juta jiwa.

Ari mengatakan setiap program kemiskinan akan menyasar tiga kategori itu. Kelompok mana yang disasar mempertimbangkan bentuk program, dampak kebijakan dan anggaran. Misalnya mengantisipasi gejolak inflasi Juli lalu, pemerintah memutuskan menyasar hanya sampai kelompok pada garis kemiskinan hingga di bawah garis kemiskinan. Kelompok rentan miskin diputuskan tidak mendapat kucuran BLSM.

Mengenai program penanggulangan kemiskinan selain BLSM, pemerintah telah merencanakan beberapa anggaran untuk kelompok miskin. Anggaran yang telah disetujui DPR ini berupa Bantuan Siswa Miskin (BSM), bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin) dan Program Keluarga Harapan (PKH). Untuk bantuan siswa miskin dan program keluarga harapan merupakan anggaran kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi Juni lalu. Adapun raskin sudah diberikan sejak krisis ekonomi 1998.

Agar program BLSM, KPS, BSM, dan raskin berjalan tepat sasaran pemerintah memberlakukan kartu perlindungan sosial (KPS). Penduduk Indonesia yang tergolong rentan miskin dan miskin akan diberikan KPS. Program bantuan sosial ini merupakan satu dari model program lain seperti pemberdayaan masayarakat, pengembangan usaha UKM, dan program pro kemiskinan lainnya. Salah satu yang diklaim pemerintah sebagai program pengembangan usaha adalah mengucurkan kredit dana bergulir, dan kredit usaha rakyat. Program ini di bawah koordinasi Kementerian Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Peneliti SMERU Research Institute, Hastuti, memuji strategi pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan. “Sudah semakin membaik,” katanya. Menurut dia konsep empat klaster penanggulangan kemiskinan menunjukkan upaya menggempur kemiskinan dari berbagai sudut. Hastuti menilai program pemerintah semakin mengerucut ke sasaran yang sama yaitu mengacu basis data terpadu.

Kendati demikian Hastuti menganggap tetap ada kekurangan yang tidak kunjung diperbaiki pemerintah, misalnya, penyaluran raskin. Alih-alih menurunkan kemiskinan, program raskin terkesan sebagai program bagi-bagi yang memboroskan anggaran negara. “Efektivitasnya rendah,” katanya.

Kritik terhadap pelaksanaan raskin juga datang dari Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO), lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada advokasi anggaran. Dari penelitian PATTIRO di sepuluh kota pada 2010 hingga 2011, pelaksanaan raskin menjauh dari tujuan mengurangi kemiskinan. Temuan PATTIRO menunjukkan masyarakat kerap disuguhi raskin kualitas jelek dengan harga lebih mahal dari patokan pemerintah sebesar Rp 1.800 per kilogram.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

48

Page 49: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Peta Kemiskinan yang dirilis Dompet Dhuafa ini menampilkan potret mustahik dan muzakki serta data potensi kawasan sebagai wawasan sumberdaya bagi penyelesaian masalah kemiskinan. Data mengenai modal sosial berupa kearifan lokal, potensi sosial budaya juga ditampilkan dalam peta ini.[]

Sumber: Peta Kemiskinan (2010, DD)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

49

Pemetaan Muzaki, Mustahik dan Potensi Wilayah INDONESIA

Page 50: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Sumber: Peta Kem

iskinan (2010, DD)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

50

Distribusi Persentase MustahikMenurut Lokasi Tempat Tinggal, Indonesia

No

123456789

101112131415161718192021222324252627282930313233

Perdesaan

91.374.486.087.787.084.690.989.679.746.40.0

67.172.055.673.769.961.274.696.283.186.787.675.576.193.390.693.684.793.793.991.377.886.876.2

Jumlah

100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0100.0

Jumlah Mustahik

1,280,1041,076,778551,300560,838318,748

1,219,058372,221

1,560,51691,70389,401

272,7085,736,4257,012,814630,825

7,446,1801,113,876

16,7261,041,402109,856223,898100,873224,470278,77674,366

423,875761,507381,471254,564157,800197,70292,251

112,178158,150

33,943,313

Provinsi

Nanggroe AcehSumatera UtaraSumatera Barat

RiauJambi

Sumatera SelatanBengkuluLampung

Kep. Bangka BelitungKepulauan Riau

DKI JakartaJawa Barat

Jawa TengahD I Yogyakarta

Jawa TimurBanten

BaliNusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur

Kalimantan BaratKalimantan TengahKalimantan SelatanKalimantan Timur

Sulawesi UtaraSulawesi TengahSulawesi Selatan

Sulawesi TenggaraGorontalo

Sulawesi BaratMaluku

Maluku UtaraIria Jaya Barat

PapuaIndonesia

Perkotaan

8.725.614.012.313.015.49.1

10.420.353.6

100.032.928.044.426.330.138.825.43.8

16.913.312.424.523.96.79.46.4

15.36.36.18.7

22.213.223.8

Dilihat dari tempat tinggal mustahik, sebagian besar mustahik tinggal di wilayah pedesaan (76%) sedangkan yang tinggal di perkotaan hanya (24%). Persentase tertinggi mustahik yang tinggal di pedesaan berada di provinsi NTT (96%) dan yang terendah berada di DKI Jakarta (0%)

Page 51: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

KATA MEREKA

KEMISKINAN menjadi tema abadi bagi siapapun. Sejak Republik ini berdiri, para pemimpin bersepakat bahwa menolong orang miskin adalah tugas negara. Tiga kali rezim politik berganti—Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi—formula menolong orang miskin ikut berubah. Belakangan kemiskinan menjadi lahan empuk kaum politikus untuk menabur janji kampanye.

Perjalanan menolong kemiskinan menjadi tema yang tak pernah selesai kendati para pemimpin, Dewan

Perwakilan Rakyat dan Pemerintah, berdebat sengit di Gedung Parlemen. Jangankan soal bagaimana menolong orang

miskin, menyoal jumlah orang miskin, para pemimpin itu tidak saling percaya.

Bukan sesuatu yang baru jika beberapa anggota parlemen mencibir data jumlah orang miskin yang disodorkan pemerintah. Cibiran itu seperti menganggap jumlah orang miskin yang diklaim menurun adalah kampanye politikus yang duduk di pemerintahan. Anggapan itu

Mimpi MenyatukanDataSi Miskin

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

51

Page 52: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

menguat belakangan, ketika pemerintah menerbitkan kebijakan bagi-bagi uang melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) menjelang pemilihan umum 2014. Sebelumnya bantuan serupa pernah berlangsung menjelang 2009 dengan nama Bantuan Langsung Tunai.

Sudah pasti yang rugi dari sengkarut ini adalah masyarakat. Sorotan kemiskinan para pemimpin itu bak air laut, kadang surut lalu disusul pasang. Di tengah pasang surut itu, roda mengentaskan kemiskinan terus berputar. Pemerintah tidak berhenti berinovasi membentuk tim khusus mengurus kemiskinan, yang terbaru adalah Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Sementara itu, kesadaran menolong orang miskin makin subur, yang datang

dari kelompok masyarakat, baik berlatar keagamaan atau sosial. Misalnya lembaga zakat partikelir yang ikut aktif menyusutkan jumlah orang miskin yang, menurut Badan Pusat Statistik, tercatat mencapai 28 juta orang hingga Maret 2013.

Strategi lembaga zakat dan pemerintah berbeda. INFOZ+ mengulas perbedaan itu bukan untuk melihat siapa yang terdepan menolong orang miskin. Membandingkan lembaga zakat dengan pemerintah jelas tidak tepat. Justru keduanya harus bersinergi. Koordinator Kelompok Kerja Monitoring dan Evaluasi TNP2K, Ari A. Perdana, mengatakan data kemiskinan yang dikelola pemerintah dapat digunakan oleh lembaga zakat dalam menjalankan program. “Kita bisa bersinergi,” katanya.

Sinergi itu bukan hal yang baru dibahas antar lembaga itu. Kesadaran itu sudah dirasakan lama. Direktur Pelaksana Baznas, Teten Kustiawan, mengatakan sinergi sudah mencapai taraf kewajiban. Ia mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pernah menyampaikan perlu adanya koordinasi antara pemerintah dan lembaga zakat pada 2011. “Ini tinggal mengkonkretkan,” katanya.

Langkah konkret itu yang tidak pernah terwujud. Belum ada langkah atau terobosan untuk memulainya. Presiden Direktur Dompet Dhuafa, Ahmad Juwaini, mengatakan percobaan sinergi antara lembaga zakat pernah dilaksanakan. Langkah itu dikoordinir melalui Forum Zakat (FOZ) kala Juwaini memimpin lembaga itu. Namun gagasan itu mengendur dan selanjutnya hilang ditelan bumi. “Beberapa kali pernah dicoba, namun agak lambat, sementara membuat sistemnya tidak kunjung selesai,” katanya. Bagaimana lembaga ini merumuskan formula dan strategi menolong orang miskin, Majalah INFOZ+ mengupasnya.

© DD

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

52

Page 53: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H
Page 54: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

KOORDINATOR KELOMPOK KERJA MONEV TNP2K, ARI A. PERDANA:

“Antar Lembaga Pemerintah Sering Tidak Ada Koordinasi”

Apa filosofi pemerintah memilih menanggulangi ketimbang mengelola kemiskinan?

Penanggulangan kemiskinan itu adalah target. Kebijakan harus memiliki target yang bisa dijadikan ukuran seberapa berhasil kita melakukan itu. Misalnya, kemiskinan turun dari sekian menjadi sekian.

Dalam mencapai target penanggulangan kemiskinan itu, tentu ada berbagai cara dan strategi melalui bantuan, pemberdayan, pengelolaan, juga produktivitas. Jadi bukan mengapa penanggulangan dan bukan pengelolaan, karena itu bukanlah substitusi.

Strategi TNP2K menanggulangi orang miskin?

Ada sejumlah program yang terbagi dalam tiga klaster. Pertama bantuan sosial atau program yang targetnya rumah tangga. Misalnya program beras untuk rakyat miskin (raskin), jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas), bantuan siswa miskin, dan program keluarga harapan. Klaster kedua yaitu pemberdayaan komunitas seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dan ketiga program berbasis kegiatan ekonomi seperti penyaluran Kredit Usaha Rakyat. Ini semua di luar program pemerintah daerah, dan di luar program yang tidak spesifik untuk kemiskinan tetapi akan berpengaruh terhadap kemiskinan seperti pembangunan infrastruktur dan kredit pertanian.

KATA MEREKA

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

54

Page 55: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Apa acuan TNP2K menghitung jumlah orang miskin?

Yang digunakan adalah perhitungan kemiskinan absolut dengan pendekatan cost of basic needs. Intinya kita menghitung kebutuhan minimum rumah tangga untuk mencapai 2.100 kalori, lalu dikonversi ke dalam rupiah. Kemudian ditambahkan beberapa kebutuhan non-makanan. Dari situ kita mendapatkan angka yang disebut sebagai garis kemiskinan. Nah, rumah tangga yang konsumsinya per bulan di bawah garis kemiskinan itulah yang dikategorikan penduduk miskin.

Data itu yang dipakai untuk semua program penanggulangan kemiskinan?

Untuk menentukan penerima program pendekatannya berbeda. Karena penerima program tidak selalu harus berarti mereka yang di bawah garis kemiskinan. Bisa saja kita berikan lebih banyak dari itu. Contohnya beras untuk rakyat miskin (raskin), Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) diberikan pada 25 persen rumah tangga termiskin. Padahal tingkat kemiskinan adalah 11 persen.

Untuk menyasar penerima program, kami menggunakan basis data terpadu. Isinya berbagai informasi tentang karakteristik rumah tangga, pekerjaan kepala rumah tangga, pendidikan, jumlah anak, kondisi rumah dan sebagainya. Dari situ kita tentukan siapa yang termasuk penerima sebuah program.

Bagaimana TNP2K melihat lembaga zakat dan filantopi dalam pengentasan kemiskinan?

Kami menyadari pengentasan atau penanggulangan kemiskinan menjadi upaya bersama (concerted efforts).

Pemerintah hanya salah satu aktor, dan mungkin bukan yang paling utama. Kenyataannya, lembaga zakat, filantropi, bahkan inisiatif komunitas dan individu sudah lebih banyak berperan dalam mengatasi problem kemiskinan secara langsung. Idealnya berbagai aktor itu harus berkoordinasi dan sinergi. Tapi sinergi itu belum berjalan sebagaimana seharusnya. Saat ini pemerintah berfokus pada penguatan birokrasi. Ke depan semua pihak perlu memikirkan cara yang lebih baik dalam menciptakan sinergi itu.

Peluang sinergi itu antara pemerintah dan lembaga non-pemerintah seberapa besar?

Sinergi itu artinya saling melengkapi dan menguatkan. Mulai dari awal yaitu sumber daya. Mungkin kalau dikumpulkan, jumlah anggaran pemerintah ditambah zakat dan sumbangan akan sangat besar. Tapi karena berjalan sendiri-sendiri, skala di tiap kegiatan menjadi kecil.

Banyak calon penerima bantuan yang tidak menerima. Sementara yang menerima, karena biasanya mudah teridentifikasi, bisa menerima berkali-kali. Tiap Idul Fitri atau Idul Adha kita melihat banyak orang berkeliling menerima kurban atau zakat fitrah berulang-ulang. Tapi kita juga melihat banyak orang di daerah lain tidak kebagian. Jangankan antara lembaga zakat dan pemerintah, bahkan antara lembaga zakat pun koordinasinya masih kurang. Demikian halnya, antara lembaga pemerintah pun sering tidak ada koordinasi.

Apakah mungkin terjadi sinergi data antara TNP2K dengan lembaga zakat?

Bisa. Di dalam Basis Data Terpadu kita memiliki informasi untuk 96 juta penduduk atau 40 persen penduduk

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

55

Page 56: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

dengan status sosial ekonomi terbawah. Ada berbagai informasi seputar karakteristik rumah dan rumah tangga. Kita bisa mencari di mana sebuah rumah tangga dengan karakteristik tertentu berada.

Tapi perlu juga dipahami keterbatasan data yang ada. Data itu cocok untuk program yang bersifat bantuan atau transfer. Tapi untuk program yang sifatnya pemberdayaan atau kredit, informasi yang ada masih sangat terbatas. Kita tidak punya informasi menyoal apakah ia punya warung atau punya peternakan susu. Intinya kita bisa sinergi tergantung bentuk program seperti apa yang bisa menggunakan data TNP2K.

Sinergi selanjutnya berupa kegiatan. Siapa yang punya kekuatan di bidang pemberdayaan, akses kepada kredit, yang berfokus pada bantuan, ini perlu dipetakan. Pemerintah perlu sadar tidak bisa mengerjakan semua, jadi fokus apa yang memang perlu dikerjakan.

Data antar lembaga pemerintah misalnya Bappenas dan BPS kerap kali berbeda, sekarang ditambah TNP2K. Bagaimana lembaga zakat bersikap terhadap data beragam itu?

Kita perlu memahami data yang tersedia apa saja, kekuatan dan kelemahan masing-masing apa. Ada data-data yang sifatnya agregat dan nasional, itu cocok buat perencanaan awal, memetakan di mana wilayah yang potensial. Tapi setelah itu perlu ditindaklanjuti dengan data yang lebih mikro.

Jadi, berbagai data itu bukan buat dikonfrontasikan, tapi dilihat apa yang bisa diambil dari data A, apa yang bisa diambil dari data B. Dan apa yang perlu dicari sendiri. Pemerintah lebih tidak

fleksibel karena harus mengacu pada data yang dikumpulkan. Tapi lembaga zakat bisa lebih fleksibel dalam menggunakan informasi lain, misalnya dari data masjid, pengajian dan lainnya. Kekuatan itulah yang perlu digunakan.

Pemberdayaan masyarakat berbasis zona oleh lembaga zakat apakah bisa sinergi dengan pemerintah?

Di pemerintah pusat, yang baru adalah menyasar target itu kepada rumah tangga. Program berbasis zona itu sudah banyak dikerjakan pemerintah misalnya target ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani, komunitas rukun tetangga dan rukun warga, dan pos pelayanan terpadu. Tapi model zona adalah sesuatu yang tidak perlu ditinggalkan. Intinya, kembali ke program kita. Apa tujuan program kita, siapa yang mau disasar.

Apa kendala yang ditemukan TNP2K selama ini? Apakah kendala regulasi?

Lebih ke birokrasi pemerintah yaitu koordinasi. Banyak lembaga pemerintah punya program sendiri, dengan data sendiri, target sendiri, dan mekanisme pelaporan sendiri. Jadi ada dua-tiga program yang harusnya menyasar rumah tangga yang sama, malah jalan sendiri-sendiri. Idealnya kan yang sangat miskin bisa menerima 3-4 program. Tapi karena jalan sendiri, yang satu hanya dapat program A, yang lain hanya dapat B. Jadi koordinasi dan sinergi dalam pemerintah sendiri itu tantangan.

Lalu komunikasi antara pusat dan daerah. Banyak program nasional, implementasinya terbentur sosialisasi ke daerah yang tidak jalan. Jadi aparat di daerah tidak tahu harus apa. Memang ini juga kelemahan di pusat yang sering tidak memikirkan desain sosialisasi yang baik.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

56

Page 57: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Dompet Dhuafa lebih memilih mengelola ketimbang mengentaskan kemiskinan, apa perbedaan yang mendasar?

Pengentasan menjadikan orang miskinnya sebagai objek. Adapun pengelolaan berarti kita dan orang miskin sama-sama menjadi subyek. Mengelola itu bagaimana kami bersikap sehari-hari dengan kaum dhuafa atau menjadi teman mereka. Menjadi teman kaum dhuafa, itu luar biasa. Teman itu artinya ketika mereka susah kita ada, itulah yang namanya sahabat. Tidak perlu terlalu berpikir kami akan mengatasi kemiskinan mereka karena di antara mereka ada yang menikmati kemiskinan. Dengan menikmati kemiskinan mereka dapat sesuatu tanpa harus bekerja.

Lembaga zakat menyalurkan dananya berbasis program, bagaimana formulanya program itu terjaga dari penyaluran kepada yang tidak berhak?

Kalau konteksnya menggunakan dana zakat, penerima manfaat harus

PRESIDEN DIREKTUR DOMPET DHUAFA, AHMAD JUWAINI:“Data Mustahik Bisa Sinergi, Donatur Tidak”

KATA MEREKA

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

57

Page 58: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

masuk dalam salah satu dari delapan asnaf (penerima zakat). Seluruh program baik pendidikan, kesehatan, atau ekonomi. Kami tidak memilah program ke dalam delapan asnaf, tetapi kami mengklasifikasi penerima manfaat berdasarkan jenis dan sektor program. Sumber dana untuk program yang tidak terkunci pada delapan asnaf tadi semakin membesar. Namun dana zakat di Dompet Dhuafa masih cukup dominan meski persentasenya menurun. Dulu pernah mencapai 80 persen, lalu turun 70 persen dan sekarang pada kisaran 50-60 persen.

Bagaimana mengklasifikasi orang miskin?

Kami menggunakan indikator BPS sebagai seleksi awal mustahik atau asnaf. Setiap mustahik harus memenuhi syarat tertentu, kami menyortir dengan persyaratan tertentu yang berbeda untuk tiap jenis program. Di Dompet Dhuafa, penerima manfaat itu ada nama dan alamat. Kadang ada telepon dan fotonya, ada juga tambahan beberapa data. Akurasinya bisa dipertanggungjawabkan. Itu yang kita maintain. Kecuali daerah bencana, belum dicatat penerima manfaat zakat ini. Ada namanya tapi tidak dimasukkan dalam komputer pusat. Ini karena sifatnya segera.

Seberapa besar peluang menyatukan data orang miskin itu?

FOZ bisa mensinergikan seluruh Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat (BAZ). Yang bisa disenergikan data mustahik. Kalau donatur rahasia. Tapi ada mustahik yang tidak bisa dibagi bersama misalnya penerima beasiswa. Karena penerima beasiswa itu tidak selalu orang miskin ekonomi, tetapi bisa kategori fi sabilillah dalam asnafnya. Misalnya dianggap memiliki potensi unggul.

Sudah pernah dicoba?Secara teknis, untuk penyatuan data

mustahik harus kompatibel software-nya. Aplikasi programnya harus bisa terhubung. Kalau tidak, bakalan manual prosesnya. Harus ada sistem koneksi yang bisa diakses dari beberapa komputer lembaga zakat. Ketika saya menjadi Ketua FOZ, beberapa kali pernah dicoba membuat sistem, namun agak lambat sampai masa kepengurusan saya habis. Sementara di vendor yang menyiapkan sistem tadi tak kunjung selesai.

Sinergi dengan pemerintah?Menjalankan konsep pemberdayaan

masyarakat terpadu berbasis wilayah di suatu desa melibatkan banyak pihak. Misalnya di suatu desa ada pihak pemerintah yang juga memiliki program di sana. Mungkin juga lembaga lain termasuk perusahaan swasta. Kami harus menganggapnya sebagai multi-stakeholder. Pendekatan pemberdayaannya harus mempertimbangkan mereka, berkomunikasi dengan mereka, paling tidak share kegiatan, mengetahui mereka melakukan kegiatan apa. Kalau tidak bakal ada benturan kegiatan tanpa disadari.

Koordinasi dengan pemerintah itu seperti apa?

Kami kerap mengundang pemerintah dalam diskusi terfokus. Kami menyadari pemerintah kerap tidak selalu sama dengan kami. Misalnya di Zona Madina (program pemberdayaan Dompet Dhuafa di Kabupaten Bogor), kami sudah berjalan lima tahun tetapi tetap ada tarik ulur hubungan dengan pemerintah daerah. Untuk level pemerintah kabupaten dan kecamatan kami tidak ada masalah. Masalah itu lebih banyak datang dalam hubungannya dengan pemerintah desa.

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

58

Page 59: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Seperti apa masalahnya?Kami dianggap kompetitor sosial.

Bagaimanapun program kami berpotensi menarik simpati publik. Ini yang tidak disukai oleh kelompok politik di desa itu. Sering pula kami menjadi sasaran untuk diminta segala sesuatu. Kami dianggap memiliki kepentingan terhadap desa itu, pikiran ini membuat segelintir orang mempersulit kami untuk mendapatkan keuntungan ekonomi. Ketika terjun ke masyarakat sudah harus siap bertemu preman, guru ngaji, kepala desa, camat, orangnya beragam.

Pernah kami didemo gara-gara pemasangan pipa sumur. Isu yang diembuskan sumur kami akan menyedot air sumur warga lain. Kendati kita sudah lima tahun menjalankan Zona Madina, kecurigaan sebagian orang tetap muncul. Meski mereka mengakui keberadaan kami banyak membantu, tetapi kewaspadaan seperti tidak mau dijebak itu nuansanya terasa.

Mengapa harus memaksakan program berbasis zona, bukankah tidak semua lembaga zakat mampu, ini hanya menyelesaikan masalah di permukaan?

Masalah pembangunan Indonesia adalah koordinasi dan integrasi. Di lembaga zakat ada program sektoral seperti kesehatan, pendidikan, ekonomi, atau dakwah saja. Padahal masalah masyarakat tidak tunggal. Orang miskin itu ekonominya kurang, kesehatannya rendah, pendidikannya rendah. Kalau kita sentuh dari ekonomi saja, pendidikannya bagaimana? Banyak yang gagap memegang uang, begitu dapat langsung dibelanjakan hal tidak penting. Bahkan ada yang berjudi dan main perempuan. Kami ingin mereka pintar menggunakan uang. Itulah pentingnya penanganan terintegrasi.

Apa target Dompet Dhuafa di Zona Madina?

Ini adalah program terpadu berbasis wilayah, kami menyebutnya klaster mandiri. Sudah kami terapkan di enam tempat. Konsepnya menyiapkan masyarakat yang tercerahkan. Makna tercerahkan lebih memprioritaskan pembangunan kesadaran. Tercerahkan itu tujuan nomor satu. Karena kalau memfokuskan misalnya ke ekonomi, kami menyadari ekonomi itu naik turun. Hakikat hidup itu, ya, begitu.

Ini harus disadari, kalau tidak dia belum tercerahkan, dibolak-balik tetap saja. Diberi modal habis, minta uang lagi bulan depan. Dia tidak akan menyadari tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Pendampingan yang utama berupa mendampingi mental. Mengubah pola pikirnya agar berubah dan merasa malu jika hidup terus menerus dikasihani.

Apakah perlu ada fokus tertentu dalam zona tadi?

Dompet Dhuafa mengutamakan pendidikan, ekonomi, dan kesehatan. Belakangan ini pendidikan dan kesehatan menyedot banyak dana, namum dalam jangka panjang visi kami memfokuskan pada ekonomi dan pendidikan. Dua hal ini modal kemandirian.

Bagaimana peluang antar OPZ dalam satu zona?

Zona itu bisa level Rukun Warga, kelurahan, kecamatan, bahkan kabupaten. Agar sinergi bisa dibagi wilayah atau bidangnya. Pada saat kuliah, kita mengenal konsep desa binaan. Sebenarnya itu menggambarkan zona mandiri yang marak diterapkan oleh lembaga zakat. FOZ bisa merintisnya.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

59

Page 60: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

DIREKTUR PELAKSANA BAZNAS,TETEN KUSTIAWAN:“Data Mustahiq Idealnya Berbasis Kabupaten”

Pengentasan kemiskinan yang diusung Baznas mengikuti Pemerintah?

Berdasarkan Undang-Undang tujuan pengelolaan zakat itu meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Tujuan efektivitas dan efisiensi yang diharapkan tentu bukan hanya muzaki tetapi juga mustahik. Melayani mustahik itu poin penting. Adapun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan menjadi kesepakatan dan dituangkan dalam Undang-Undang. Itu menjadi misi besar pengelolaan zakat.

Bagaimana Baznas mengklasifikasi orang miskin?

Al-Quran itu membedakan antara fakir, miskin, amir, muallaf, riqab, gharimin, fisabilillah, dan ibnu sabil. Kriteria itu bisa dipahami oleh umum. Sehingga kita juga bisa mengatakan orang itu miskin. Tapi mungkin sisi mananya yang harus kita lihat. Sehingga

nanti kita melihat orang miskin dari harta, miskin dari ilmunya, miskin dari akhlaknya. Tapi dalam konteks umum kita ketahui bahwa ukuran miskin itu adalah ukuran yang namanya kategori harta, atau dari unsur pendapatan.

Menggunakan acuan tambahan?Dilihat dari filosofi, mustahik ada

delapan dan dibagi dua kelompok besar. Kelompok itu adalah menggunakan kata li dan fi. Bukan tanpa makna, Allah membuat pengelompokan itu. Secara huruf maknanya berbeda, secara konsekuensi manajemennya juga berbeda. Untuk kelompok pertama, pengelola zakat harus memiliki data lengkap. Contoh mualaf diberikan dana zakat maksimal dua tahun. Adapun riqob ktika sudah ditebus selesai.

Dari filosofi bahasa dan praktek, orang fakir lebih darurat ketimbang miskin. Begitu juga mualaf, kalau di masyarakat kita cenderung mualaf itu seumur hidup, padahal secara fiqih itu hanya 2-3 tahun. Bahkan ketika sudah lepas dari mualaf setidaknya akidahnya sudah kuat. Dari asnaf itu tampak tiap sektor itu bisa muncul

KATA MEREKA

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

60

Page 61: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.

Apakah Baznas juga menerapkan program berbasis integrasi dan zona seperti lembaga zakat lainnya?

Berdasarkan pemahaman terhadap sirah dan dalil, Baznas membuat kebijakan, seharusnya database mustahik itu berbasis kabupaten dan kota. Mereka yang memegang dan memperbarui data itu. Kami sudah punya sistemnya, sehingga misi kami dalam waktu tertentu data yang dimiliki oleh Baznas Pusat dan Propinsi diserahkan ke Baznas Kabupaten atau Kota karena otonominya kita hanya sampai pada kabupaten dan kota. Tidak ada zonaisasi melainkan mana yang prioritas, misalnya di kabupaten ada 50 desa yang masuk miskin sedangkan dana kita terbatas maka dipilihlah yang menjadi prioritas.

Program berbasis zona yang menerapkan daerah bukan pusat?

Konsep Baznas yaitu membangun kerjasama dengan Baznas kabupaten dan kota. Di 2013 kami punya program 100 zakat community development di 100 kabupaten dan kota. Soal yang menentukan desa mana biarlah Baznas daerah melakukan penilaian dan seleksi. Koridornya inovasi program itu jangan sampai menabrak syariat. Mereka menyalurkan uang di daerah sendiri.

Peluang terjadinya sinergi program antar LAZ dan BAZ melalui FOZ misalnya?

Sinergi itu bukan lagi kewajiban tetapi kebutuhan. Titik tolaknya dari mustahik itu basisnya di kabupaten dan kota. Kita wujudkan database itu dulu, kedua sasarannya itu sama. Kalau bisa sinergi bisa duplikasi. Ide sinergi ini di dunia lembaga zakat pernah diinisiasikan. Waktu mengambil zakat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Presiden mengungkapkan untuk mencoba mengagendakan bagaimana rapat

kordinasi antara pemerintah dan pengelola zakat. Ini bukan mengesampingkan FOZ, Baznas harus mengemban tugas bekerjasama dengan pemerintah.

Sudah berjalan?Pemerintah ingin melihat efektivitas,

efisiensi dan koordinasi antara penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dana corporate social responsibility (CSR), dan dana zakat. Koordinasi itu tujuan besarnya menanggulangi kemiskinan. Rencana dan ide sudah tinggal menjalankan. Baznas di daerah kerjasama antara lembaga ini sudah berjalan, misalnya di Sragen. Di sana database orang miskin antara Bazda dan Pemerintah Kabupaten sudah sama.

Soal database tujuan besar Baznas akan menyatukan dengan seluruh pemerintah daerah?

Data itu yang bisa mensensus hanya pemerintah. Ada kaidah dalam Islam jika sesuatu yang tidak bisa diambil semua, jangan dibuang semua. Dalam soal ini, pakai data pemerintah, kalau ada yang error tinggal diverifikasi. Ketika penyaluran berbagai macam bantuan dari lembaga sosial, skema di tiap sektor tumpang tindih, pemerintah juga databasenya masih tumpang tindih. Ini tidak hanya Baznas, antara pengelola zakat harus ada kesepakatan dan dialog dengan pemerintah.

Ketiadaan data tunggal berdampak pada penyaluran yang tidak optimal, seperti apa kondisinya?

Pengelola zakat yang baik adalah terus berinovasi, tergantung keadaan yang dihadapi. Harus diyakini bahwa fakir miskin atau mustahik itu berubah. Ketika Baznas presentasi di Libanon pada Maret 2010 mengenai pengelolaan zakat, hampir seluruh negara mengapresiasi kreativitas penyaluran zakat di Indonesia. Kemudian dikomentari oleh Ustadz Didin (Didin Hafidhuddin, Ketua Umum Baznas), meski dipuji banyak pihak, sebenarnya pengelolaan zakat di Indonesia masih banyak masalah.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

61

Page 62: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

POTRET DAKWAHPedalaman dan Mancanegara

Robithoh Alam Islami, lelaki muda itu terhenyak saat kapalnya telah bersandar di pantai Pulau Kera,

Nusa Tenggara Timur. Apa yang bisa dilakukannya? Ini yang pertama kali dilihatnya sesampai di sana: alam yang indah, pasir putih di sepanjang pantai, air laut yang biru, dan ikan berenang tampak di air pantai bening kebiruan.

Ustad Robith m

endarat di Pulau Kera

OASE

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

62

Page 63: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Tapi, kata Robith, panggilan akrabnya, penduduknya buta huruf. Mereka tidak berpendidikan. Jika malam masih gulita, air bersih juga susah. Selain itu, yang paling fatal pemahaman Islam sangat minim. “Padahal mereka, meski tinggal di provinsi yang mayoritas nonmuslim, penduduk Pulau Kera adalah keturunan Suku Bajo yang turun temurun adalah muslim,” keluhnya.

Dai muda asli Temanggung Jawa Tengah ini, adalah salah satu utusan Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) untuk melakukan dakwah di pedalaman Indonesia. Program dai pedalaman dan daerah perbatasan telah lama dilakukan berbagai organisasi. Selain DDII, juga ada Hidayatullah, dan berbagai yayasan dakwah Islam lainnya.

Berbagai Organisasi Pengelola Zakat sengaja mengalokasikan pendayagunaan zakat untuk kepentingan dakwah. Mereka yang mengurus pada ustadz dan dai itu untuk menjangkau para mad’u (obyek dakwah) di berbagai lokasi dan usia.

Salah satu sumber dana untuk pemberangkatan, ongkos hidup dan biaya

dakwah itu bersumber dari zakat. Dai Dewan Dakwah diongkosi Lazis DDII dan dai Hidayatullah disokong oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Selebihnya, para dai yang dilepas ke alam itu, harus menghidupi diri sendiri dan keluarganya, ada yang berdagang kerupuk, atau beternak, sebagian bertani.

Dakwah adalah kewajiban muslim. Bingkai utama seluruh pendayagunaan, hakikinya adalah membuat kaum muslimin tetap pada iman mereka, baru yang lainnya. Salah satu caranya adalah dengan memberi “gula-gula dakwah,” demikian istilah dari Ade Salamun, Direktur Eksekutif Lazis DDII.

Daerah pedalaman dan perbatasan hingga kini masih menghadapi berbagai persoalan pembangunan dasar, seperti keterbatasan dalam hal pendidikan, kesehatan, perumahan, aksesibilitas, infrastruktur, air bersih dan listrik. Dalam penanganannya kawasan perbatasan juga masih terkendala dengan adanya ketidakjelasan mekanisme kerja antara pemerintah pusat dan daerah. Inilah

Memimpin Shalat di tengah hutan

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

63

Page 64: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

celah bagi organisasi pengelola zakat untuk kontribusi pada pemberdayaan—sekaligus penguatan keislaman.

“Dai datang desaku terang; Dai datang desaku rindang; Dai datang perbatasanku tenang.” Kalimat itu bukan lirik lagu, melainkan program nyata Lazis DDII. Tak cuma memberi pelajaran mengaji dan salat atau syiar Islam, “Para dai Dewan Dakwah harus jadi solusi bagi masyarakat setempat,” ujar Ade Salamun.

Karena itu, bila suatu daerah belum teraliri listrik, para dai yang ditempatkan harus berupaya menjadi fasilitator dan katalisator terwujudnya pembangkit listrik, minimal kelas kampung. Begitu juga, para dai harus menjadi yang terdepan dalam upaya penghijauan kembali hutan-hutan yang rusak di desa-desa terpencil, seperti di Kalimantan dan Nusa Tenggara Timur.

DDII merekrut para calon dai dan melatih mereka di Sekolah Tinggi Dakwah Islam Muhammad Natsir di Tambun Selatan, Bekasi, Jawa Barat. Setiap siswa pada tahun pertama, mendapat pendidikan Bahasa Arab, filsafat, dan teknis ibadah Islam.

Tahun kedua, mereka dititipkan ke mushala atau masjid sekitar kampus untuk

bersosialisasi. Setelah itu, baru mereka dikirim ke daerah-daerah terpencil dan pedalaman selama setahun. Jika berhasil, baru mereka diwisuda. “Menjadi dai itu harus tahan banting,” kata Ade.

Kisah tak berbeda dialami dai Hidayatullah. Sejak awal berdirinya, Hidayatullah concern pada upaya merekrut para pemuda untuk dibina dan diantarkan menjadi kader-kader dakwah. Mereka kemudian disebarkan ke seluruh wilayah Nusantara. Sampai hari ini para dai itu telah merambah 287 kabupaten di seluruh Indonesia. Sebagian di antaranya adalah daerah pedalaman, minoritas, pulau-

pulau terpencil dan wilayah-wilayah perbatasan.

Hidayatullah punya 3 perguruan tinggi strata satu (S1) yaitu: Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim

(STAIL) Hidayatullah Surabaya, Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS)

Hidayatullah Balikpapan, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah Depok. Satu lagi perguruan tinggi yang sedang disiapkan yaitu Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Hidayatullah Batam.

Penyelenggaraan pendidikan

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

64

Page 65: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

tinggi dengan konsentrasi studi yang beragam ini tetap dengan satu tujuan utama, mencetak dai sarjana sesuai dengan spesialisasi di bidangnya. Pada tahun 2011 ketiga perguruan tinggi di atas berhasil meluluskan 81 orang dai sarjana. Seluruh alumni lulusan terbaru ini telah ditugaskan berdakwah ke berbagai wilayah Nusantara.

Di samping pendidikan formal, juga diselenggarakan pendidikan dan pelatihan dai non formal melalui program Kuliah Dai Mandiri (KDM). KDM merupakan program akselerasi (short course) selama enam bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga dai. Mencetak kader dai merupakan kebutuhan mendesak karena jumlah tenaga dai tidak seimbang dengan jumlah penduduk Indonesia. “Pelatihan ini dilakukan secara boarding (berasrama) agar pelaksanannya bisa lebih efektif,” ujar Wahyu Rahman, Direktur Eksekutif Baitul Maal Hidayatullah.

Selain yang bergerak di pedalaman dan perbatasan, sebagian lembaga zakat memiliki konsentrasi ke luar negeri. DD mengirim dai ke mancanegara dengan nama program Cordofa (Corps Da’i Dompet Dhuafa). Awal Juli 2013, Cordofa memberangkatkan 10 orang ke sepuluh negara, yaitu Inggris, Hongkong, Cina, Filipina, Malaysia, Jepang, Amerika, Timor Leste, Australia, dan Korea Selatan.

Pengiriman dai tersebut dalam rangka silaturahmi dan penguatan jaringan dakwah internasional. “Sepuluh dai Dompet Duafa negara ini untuk mengajarkan bahwa Islam adalah humanis,” ujar Ahmad Fauzi Qosim, koordinator Cordofa saat acara pelepasan, Senin (8/7).

Fauzi mengatakan, mereka dipilih melalui serangkaian proses seleksi, yakni sekitar 3 bulan.

Awalnya, ada 85 dai dari seluruh nusantara mendaftarkan diri. Melalui seleksi wawancara

dan rangkaian tes lainnya terpilih sebanyak 20 dai. Lalu mereka dikarantina selama

dua minggu. Dari hasil seleksi pada karantina tersebut, terpilih 10 orang.

Nur Hidayat misalnya, dai muda itu dikirim ke Timor Leste,

negara yang memisahkan diri dari Indonesia. Menurutnya ditugaskan ke

Timur Leste memiliki tantangan tersendiri. Sebagian rakyat Timor Leste masih menaruh curiga kepada orang Indonesia. “Mereka masih menganggap kita sebagai penjajah,” ujarnya.

Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU tak mau ketinggalan, mereka juga mengirim dai ke berbagai komunitas muslim Indonesia di mancanegara. Persyaratan utama dai yang dikirim itu, selain pandai dalam ilmu agama, mereka juga harus fasih dalam berbahasa Inggris atau Arab. “Minimal salah satu di antara dua bahasa itu,” kata Nana Sudiana, Direktur Kemitraan

PKPU.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

65

Page 66: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Membangun Pesantren

Desa Mualaf Pulau SeramDESA Solan merupakan desa mualaf

yang terletak di Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Sebagian besar penduduknya mantan Nasrani. Solan (baca: solang) artinya hijrah. Masyarakat Solan terdiri dari 88 kepala keluarga dengan 700 jiwa, yang tersebar di 3 dusun, yakni Solan, Bonfia Pante, dan Bonfia Gunung.

Kepala Desa Solan, Abu Bakar As-Shiddiq, mengatakan warga Dusun Solan semula beragama Kristen Protestan. Sedangkan warga Dusun Bonfia penganut animisme Hindu. Desa yang terletak di pesisir pantai itu masih sangat terbelakang dalam hal perekonomian, pendidikan dan keagamaan. “Kondisi demikian menuntut kepedulian dari berbagai pihak, terutama saudara sesama Muslim,” kata Ade Salamun, Direktur Eksekutif Lazis Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).

Desa Solan mengalami banyak perubahan setelah ditugaskannya dua dai DDII, yakni Yusman Dawolo dan Muttaqin Salam. Mereka mengawal berdirinya Madrasah Tsanawiyah, Pondok Pesantren Al-Anshor, Taman Pendidikan Al-Quran, dan kelompok tani untuk bercocok tanam produktif. Demikian pula soal pemahaman keislaman yang sudah mengalami peningkatan yang cukup baik.

Tahun 2013, DDII mengutus dua dai ke Solan, yakni Ustadz Muhammad Idris Yusuf dan Ustadz Busiri untuk melanjutkan tugas dakwah. Melalui keduanya, Solan menunjukkan keadaan yang lebih baik. Dengan bimbingan dan pengarahan yang intensif, kini kegiatan pengajian masyarakat Solan berjalan baik, demikian pula kegiatan TPA, Madrasah Tsanawiyah dan kegiatan kelompok tani.

“Bahkan kini telah dibuka lahan baru untuk memperluas dan memperbanyak hasil pertanian. Lahan ini dipersiapkan untuk menanam padi dan sayur-sayuran,” ujar Ustadz Idris, yang baru dikirim ke Solan.

Sekarang mereka sudah mulai mengenal shalat, puasa, mengaji, dan pendidikan yang nantinya bisa mencetak generasi rabbani untuk membawa kemajuan bagi keluarga dan daerah mereka sendiri.

Pada Ramadhan yang baru saja lewat, mereka mengadakan kegiatan buka bersama dengan beberapa desa mualaf seperti Solan dan Salas Gunung, dan menyelenggarakan pesantren kilat yang diadakan di Pesantren Al-Anshor Bula dengan jumlah peserta 16 orang yang terdiri dari anak-anak mualaf Solan, Kilga, dan anak SBB.

Batu pertama pendirian Pondok Pesantren Al-Anshor juga sudah diletakkan. Lokasinya di Kecamatan Bula Kabupaten Seram Bagian Timur. Acara ini dihadiri oleh Bupati Seram Bagian Timur H. Abdullah Vanath, beserta pimpinan daerah. Saat ini, ponpes dipindahkan ke kecamatan agar lebih mudah dikenal masyarakat dan mudahnya transportasi.

Dalam peresmian itu, Bupati menyampaikan tentang pemekaran Seram Bagian Timur dan perkembangan moral masyarakat yang semakin hari kurang baik. Meski wilayah pelosok, namun di sini telah berdiri rumah-rumah hiburan. Untuk memperbaiki moral, perlu kerjasama berbagai elemen masyarakat. “Saya dukung penuh pesantren ini,” ujar Bupati Abdullah Vanath.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

66

Page 67: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

67

Zakat dengan Kartu Kredit

Bolehkah?

“Pak Ustadz, bagaimana hukumnya membayar zakat dengan menggunakan kartu kredit? Apakah itu diperbolehkan?” demikian salah satu pertanyaan yang mengemuka dari pembaca salah situs web lembaga zakat terkemuka di Indonesia.

Bukankah kartu kredit itu ribawi, tapi mengapa ada lembaga zakat yang menyediakan layanan zakat,

infak dan sedekah dengan kartu kredit? Demikian pertanyaan-pertanyaan serupa yang menyeruak terkait kontroversi pemakaian credit card dalam membayar zakat.

Perkembangan teknologi dewasa ini memang semakin pesat. Jika kita tidak beradaptasi dengan teknologi tentu kita akan tertinggal. Teknologi telah merubah gaya hidup kita, bahkan bagi sebagian orang teknologi menjadi kebutuhan dasar yang

BAHTSUL MASAIL

harus melekat pada dirinya. Kemudahan, kecepatan, dan efesiensi yang ditawarkan oleh teknologi, termasuk dalam hal kegiatan ekonomi bisnis. Sekedar gambaran, pengguna total pasar e-commerce di salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia meningkat cukup tajam, dari 8 juta pengguna pada 2011 menjadi 16 juta pengguna pada tahun 2012. Sementara untuk nilai total transaksinya sudah mencapai USD 1 miliar pada tahun 2012.

Penggunaan e-commerce juga merambat dalam transaksaksi muamalah, termasuk di dalamnya zakat infak, dan

Page 68: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

68

sedekah. Beberapa lembaga bahkan sudah menyediakan layanan ini melalui situs web mereka. Donatur tak lagi repot harus datang ke kantor lembaga zakat, atau antri di anjungan tunai mandiri (ATM), tapi cukup dengan duduk di balik layar monitor yang terkoneksi dengan internet untuk menunaikan ibadahnya.

Saat ini masih banyak memang yang mempertanyakan keabsahan penggunaan kartu kredit dalam transaksi bisnis kita sehari-hari, terlebih dalam membayar zakat. Kontroversi ini hingga kini masih terus menjadi perbincangan hangat di berbagai media. Ada yang membolehkan, ada pula yang melarang.

Kartu kredit pada hakikatnya merupakan sarana untuk mempermudah proses jual-beli yang tidak tergantung pada uang tunai. Dalam fikih kontemporer, status hukum kartu kredit sebagai objek jasa kafalah (jaminan). Penyedia jasa layanan kartu kredit, dalam hal ini bank, bertindak sebagai penjamin (kafil) bagi pemegang kartu kredit. Kafil (bank) diperbolehkan mendapat upah (ujrah) atas jasanya itu dari pengguna kartu sesuai ketentuan yang disepakati kedua pihak

Wahbah Zuhaili dalam kitabnya Al Fiqhul Islam wa Adillatuhu membolehkan praktek transaksi kafalah ini. Dewan Syariah Nasional juga pernah mengeluarkan fatwa bernomor 54/DSN-MUI/X/2006 yang membolehkan transaksi kartu kredit ini. Namun, yang menjadi catatan di sini, transaksi yang menggunakan kartu kredit ini harus bersih dari praktik riba. Salah

satu caranya adalah dengan melunasi pinjaman sebelum jatuh tempo agar tidak terkena bunga.

Cara lainnya adalah dengan memilih kartu kredit yang dikeluarkan oleh bank syariah. Saat ini, beberapa bank syariah nasional sudah menerbitkan kartu kredit yang terjaga dari praktik ribawi tadi.

Model muamalah lainnya yang menjadi landasan penggunaan kartu kredit adalah Qardh dan Ijarah. Penerbit kartu (bank) adalah adalah pemberi pinjaman (muqridh) kepada pemegang kartu (muqtaridh) melalui transaksi yang dilakukannya. Sementara untuk Ijarah, penerbit kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas transaksi ini, pemegang kartu dikenakan biaya keanggotaan.

Berdasarkan istinbath di atas, pembayaran zakat dengan menggunakan kartu kredit diperbolehkan, selama sang pemegang kartu sadar bahwa dirinya memiliki kemampuan dan komitmen untuk membayar tagihan kredit tadi. Karena kartu kredit di sini hanya berfungsi sekedar sebagai kemudahan talangan pembayaran. Diharapkan, dengan ini optimalisasi dan mobilisasi pembayaran zakat, infak dan sedekah semakin tinggi.

Semoga, dengan kemudahan ini, semakin banyak umat Islam yang tergerak untuk menunaikan kewajibannya demi kemaslahatan kaum muslimin. Wallahu a’lam.[]

*Redaksi menerima ruang diskusi dalam kolom ini. Bagi pembaca yang hendak mengirimkan pertanyaan, silahkan dikirimkan melalui email redaksi:

[email protected] Pertanyaan yang masuk akan dibahas secara mendalam oleh para ahli untuk disajikan dalam kolom ini.

Page 69: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

SPACE AVAILABLE

Page 70: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro berhasil dibangun dan beroperasi di Desa Plakat, Kecamatan Semende

Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Agustus lalu. Pembangunan pembangkit ini dari program corporate social responsibility (CSR) PT Bukit Asam Tbk, dengan dukungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar Peduli Umat.

Sebelumnya pihak Bukit Asam hanya memiliki kemampuan dana dan ide untuk pembangunan jaringan listrik ini. Modal itu dinilai belum cukup untuk mewujudkan mimpi membangun pembangkit setrum. Belakangan Al-Azhar menawarkan kerja sama sebagai fasilitator dan pendamping.

Setrum Ramah LingkunganBukit Asam - Al Azhar Peduli Umat

Pondok Gizi PKPU

Direktur Utama Bukit Asam Milawarma mengatakan pembangunan pembangkit listrik menelan dana Rp 869 juta. Pengelolaannya dipercayakan kepada Koperasi Harapan Bersama Desa Pelakat. Adapun peran Al Azhar yaitu membimbing warga dalam merawat dan melestarikan mesin pembangkit.

Direktur Yayasan Islam Al-Azhar, Hari Rahmat, mengatakan jaringan listrik tenaga mikro hidro dibangun sejak Februari 2013. Adapun penerangan berlangsung sejak Juni lalu. Setiap rumah mendapatkan kuota setrum 250 watt. Untuk fasilitas umum seperti sekolah, Puskesmas, dan masjid, disuplai 400 watt.

Listrik ini tidak gratis. Warga Desa Plakat yang terdiri 124 kepala keluarga diwajibkan mengganti penggunaan setrum dengan satu kilogram biji kopi atau setara Rp 18 ribu per bulan. Dari ongkos itu Rp 5.000 dialokasikan untuk dana simpan pinjam dan biaya perawatan turbin pembangkit.

Hari mengatakan pendampingan Al Azhar akan berlangsung selama tiga tahun. Targetnya mengajarkan masyarakat agar mengetahui dan ahli dalam merawat turbin pembangkit. Sehingga jika turbin macet, masyarakat tidak perlu menyewa ahli mesin.[]

POS Keadilan Peduli Umat Cabang Aceh meluncurkan program Pondok Gizi Ibu Sadar Gizi di Meunasah Desa Lamkuk, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Nanggroe Aceh Darussalam, Selasa, 3 September 2013. Program ini lahir untuk

menekan angka kekurangan gizi pada balita di daerah itu.Kepala PKPU Cabang Aceh, Rohandi, mengatakan orientasi program mengutamakan

pada pemeliharaan kesehatan dan gizi dan meningkatkan kesadaran ibu menyusun menu balita. Program ini menyasar ibu-ibu dari Desa Lamkuk dan Desa Lamcarak. Di kedua desa itu masih terdapat anak-anak yang kurang gizi. Program ini menolong karena pelayanan Posyandu dari pemerintah digelar sekali dalam sebulan.[]

KIPRAH OPZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

70

Page 71: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

KIPRAH OPZ

BAZNAS DAN RUMAH ZAKATSalurkan Bantuan Melalui Sail Komodo

Ekspedisi Bhakesra merupakan kegiatan koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Kesra dengan berbagai pihak

yang terlibat, mulai dari TNI-AL, kementerian-lembaga, BUMN, perusahaan swasta, organisasi kemasyarakatan, organisasi keagamaan, bahkan dari perorangan. Keikutsertaan Baznas merupakan peran aktif dalam sinergi bersama-sama membangun bangsa melalui kepedulian kepada kaum tak berpunya.

Bantuan diberikan sesuai dengan kebutuhan pulau-pulau terpencil dan terdepan tersebut, yang pada umumnya terbatas dalam bidang kesehatan, pendidikan, sarana dan prasarana, serta mahalnya barang-barang kebutuhan pokok, maka ada enam jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu bantuan sosial, pasar murah, penyuluhan dan hiburan, penukaran uang, serta identifikasi permasalahan dan potensi pengembangan wilayah.

Barang-barang yang dikirimkan antara lain sembako, alat-alat kesehatan dan

pendidikan, peralatan olah raga, Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), truk sampah, mobil tangki air, dan kapal penangkap ikan. Nilai keseluruhan bantuan yang berhasil dihimpun dari berbagai pihak dan akan diberikan kepada masyarakat di pulau-pulau terpencil dan terdepan lebih dari Rp 72,2 miliar.

Baznas menyalurkan bantuan berupa paket sembako sebanyak 6.000 paket senilai Rp 410 juta, bagi 6.000 KK untuk mendukung kebutuhan dasar mereka. Dalam penyaluran bantuan ini, Baznas bekerjasama dengan Baznas Provinsi Nusa Tenggara Timur yang juga memiliki berbagai program di kawasannya.

Sementara bagi Rumah Zakat, keikutsertaan tahun ini adalah yang ketiga kali. Chief Executive Officer Rumah Zakat Nur Efendi mengatakan, pada 2012 pihaknya mengirimkan empat utusan relawan. “Kali ini kami mengutus delapan relawan,” katanya.

Ekspedisi itu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan

Badan Amil Zakat Nasional (Baz-nas) menyalurkan bantuan kepada masyarakat di kawasan pelosok, di pulau-pulau terpencil Provinsi Nusa

Tenggara Timur (NTT). Menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Banda

Aceh, Baznas bergabung dengan Gugus Laut Ekspedisi Bhakti Kesra Nusantara

atau Ekspedisi Bhakesra tim dari Ke-menterian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Kemenkokesra). Masyarakat

yang dibantu ialah mereka yang tinggal di enam pulau yaitu Pulau Kayuwadi,

Pulau Alor, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Sumba (Sumba Timur), Pulau Ko-modo. Tim berlayar selama tiga pekan mulai Kamis (29/8) hingga Selasa (17/9).

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

71

Page 72: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

masyarakat di pulau terluar Indonesia. Untuk menyukseskan visi tersebut, Rumah Zakat berkontribusi menyalurkan 75.600 paket kornet Super Qurban, 18.000 paket Siaga Gizi, dan 9000 paket buku Iqra, doa-doa, dan tuntunan shalat.

Selain itu, kata Nur, pihaknya mengirim satu unit Mobil Juara sebagai perpustakaan keliling untuk menambah wawasan masyarakat di sembilan pulau terluar di Indonesia. Satu unit Mobil Sehat juga dikirimkan untuk memberikan pelayanan kesehatan, baik bagi peserta ekspedisi maupun bagi masyarakat di pulau-pulau tersebut.

Ekspedisi yang dilaksanakan selama 30 hari ini akan menyusuri sembilan pulau terluar di wilayah Indonesia barat dan timur. Perjalanan akan dimulai dengan mengunjungi

YDSF Persiapkan Guru untuk JATIM MENGAJAR

Program Jatim Mengajar (JM) memasuki tahap penting. Tim gabungan YDSF (Yayasan Dana

Sosial Al-Falah) dan Unesa (Universitas Negeri Surabaya) telah meluluskan 10 peserta seleksi. Sabtu pagi (31/8) tujuh pengajar muda mengikuti pembekalan di Graha Zakat YDSF Surabaya. Pembekalan ini meliputi pemahaman kiprah YDSF, keterampilan rekayasa sosial, dan muatan dakwah Islam.

Pulau Siberut dan Pulau Sipora selama 10 hari di wilayah Indonesia barat. Dari titik itu, ekspedisi dilanjutkan ke wilayah Indonesia timur, yaitu Pulau Tello, Pulau Kayuwadi, Pulau Alor, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Sumba, dan Pulau Komodo. Perjalanan di wilayah Indonesia Timur akan berlangsung selama 20 hari. Bantuan yang dititipkan para donatur akan disalurkan secara merata di sembilan pulau tersebut.

Regular Program Management Division Head Rumah Zakat, Herlan Wilandari menjelaskan, nilai keseluruhan bantuan yang berhasil dihimpun Rumah Zakat dan akan disalurkan pada Ekspedisi Bhakesra, yaitu Rp 3,4 miliar. Selain bantuan sosial, dalam ekspedisi ini akan dilaksanakan pasar murah, penyuluhan, dan hiburan.[]

Mashari, penanggung jawab pembekalan, mengatakan dari 10 yang lulus seleksi hanya tujuh yang hadir. “Awalnya kami menghubungi sembilan peserta. Sebelumnya ada satu yang menyatakan mundur lewat email. Hanya tujuh yang siap hadir. Sisanya sulit dihubungi dan tak ada kejelasan,” tutur alumnus Fakultas MIPA Unesa ini.

Sementara itu, MG. Hanafi, Manajer Bidang Pendidikan, mengungkapkan kebulatan tekad untuk menyukseskan JM. “Kami tidak risau walaupun hanya tujuh yang mau bergabung. Bagi kami, kualitas adalah yang utama. Kami hanya merekrut yang berdedikasi tinggi. Agar menambah semangat, program ini kami beri semboyan: Bersama Dai Mendidik Desa,” tegas aktivis dakwah kepemudaan era 90an ini.

“Apalagi ini angkatan pertama. Bila tahun depan masih dibuka, maka angkatan ini bakal menjadi teladan bagi pengajar yunior lainnya. Berapa pun yang masuk, akan kami back-up sepenuhnya,” tandasnya.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

72

Page 73: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

OPERASI KATARAK GRATIS YBM-BRI

JAKARTA — Program Ramadhan Merakyat 1434 H, YBM-BRI melaksanakan kegiatan Operasi Katarak bekerjasama dengan Persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI) dan dilaksanakan di Rumah Sehat Masjid Sunda Kelapa. Pelaksana teknis kegiatan ini YBM-BRI turut menggandeng Rumah Layanan Umat Tebet, Grogol dan Bekasi.

Proses operasi katarak ditangani oleh 5 orang dokter dan melewati beberapa tahapan. Awalnya, ada 99 orang mendaftar sebagai pasien.Tahap pertama adalah screeaning terhadap 99 pasien pada 26 Juni 2013. Dari proses tersebut 67 pasien lolos.

Screening kedua pada 2 Juli, dari 67 hanya 37 pasien dinyatakan layak untuk menjalani operasi. Sebagian tidak lolos karena alasan medis, yaitu menderita hipertensi dan asam lambung tinggi. Setelah menjalani operasi pada 3 Juli, 37 orang mendapatkan

pemeriksaan medis tahap 1 pasca operasi. Untuk memastikan hasil operasi baik, pada 10 Juli diadakan pemeriksaan medis tahap 2.

Seluruh pasein mengaku bersyukur setelah menjalani operasi. Salah satunya Toyyib, kakek berusia 78 tahun yang juga pensiunan BRI ini belasan tahun tak merasakan nikmat dan anugerah berupa penglihatan yang sempurna. “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur setelah sekian lama tak bisa melihat, akhirnya saya bisa melihat anak-anak saya,” ujarnya.

Lain lagi Wasik, nenek 60 tahun ini hanya ingin jelas membaca kitab suci. “Emak cuma pengen bisa liat normal dan di Ramadhan ini bisa mengkhatamkan Qur’an,” tutur Emak Wasik. Operasi kali ini PERDAMI juga berhasil mengoperasi anak laki-laki 13 tahun. Cahya Alamsyah, sejak usia SD sudah menderita katarak dan penglihatannya tidak normal.[]

KIPRAH OPZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

73

Page 74: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Ramadhan kerap menjadi momentum masyarakat membayar zakat. Tidak sekadar zakat fitrah, mereka juga mengeluarkan kewajiban berupa zakat maal.

Muzaki dari kalangan pejabat menjadi incaran banyak media untuk diberitakan terkait besaran zakatnya.

Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, menyalurkan zakatnya di Badan Amil Zakat Provinsi DKI Jakarta (Bazis DKI). Ia mengakui membayar Rp 20 juta ke lembaga amil tertua di Indonesia itu. Gubernur yang kesohor dengan nama Jokowi itu juga mengakui masih menyalurkan zakatnya secara langsung kepada masyarakat miskin. “Yang lain saya tidak ngomong,” katanya Selasa, 6 Agustus 2013.

Pejabat lain yang menyebut zakatnya ke publik adalah Dahlan Iskan, Menteri Badan Usaha Milik Negara. Pemilik media Grup Jawa Pos itu menyalurkan Rp 100 juta ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak mau ketinggalan. Menurut Ketua Umum Baznas Didin Hafidhuddin, Yudhoyono membayar zakat tak jauh dari besaran zakat tahun lalu yaitu Rp 21 juta. Kali ini momentum membayar zakat, sakligus dimanfaatkan pemimpin tertinggi republik ini untuk mensosialisasikan 27 Ramadhan sebagai hari zakat nasional.[]

ZAKAT Para Pejabatkompas.com

Ciputra GrupAnggarkan

Dana SosialRp 4,8 Miliar

TAIPAN Properti C i p u t r a m e n g a n g g a r k a n

dana untuk program Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 4,8 miliar tahun ini. Jumlah ini dua kali lipat ketimbang anggaran tahun lalu. Anggaran ini merupakan total anggaran CSR dari semua perusahaan yang menginduk pada Group Ciputra.

Dana sosial ini akan digunakan untuk program pengembangan enterpreneurship secara bertahap dari inkubasi melalui sekolah, komunitas masyarakat, dan program kerjasama dengan menggandeng kementerian. Ciputra, yang berusia 82 tahun pada 24 Agustus lalu, masih berkeinginan kuat mendorong lahirnya para entrepreneur. Ia bertekad mendidik 4 juta entrepreneur baru hingga 2033.

Selain itu, Ciputra berfokus mendidik buruh migran di Singapura, Malaysia, dan Hongkong. Perusahaan yang dikenal dengan membangun perumahan berkonsep kota ini memilih metode Training of Trainers dalam mendidik peserta program.[]

FILANTROPI

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

74

Page 75: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

FILANTROPI

Program CSR Mudik GratisTekan Angka Kecelakaan

UPAYA pemerintah mengurangi korban kecelakan pada mudik tahun ini masih belum optimal. Mudik gratis yang ditujukan untuk pengendara sepeda motor mendapatkan respon beragam dari masyarakat. Moda transportasi kapal laut ramai peminat

tahun ini. Adapun kereta api masih sepi peminat.Wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susantono, pemerintah menyediakan empat

angkutan bagi pemudik yakni kapal laut, kapal penyeberangan feri, kereta api, dan perpaduan antara bus dan truk. Kapal laut menjadi moda paling banyak dipilih. Banyak masyarakat yang mendaftar untuk arus mudik dan balik. Menurut catatan, lebih dari 4 ribu unit motor dan 5 ribu pemudik diangkut. Moda kedua yang banyak dipilih adalah bus dan truk. Modal yang sepi peminat adalah kereta api dan kapal feri.

Mudik gratis juga banyak digelar oleh perusahaan sebagai bentuk pelaksanaan program CSR. Kini, mudik gratis makin diminati oleh perusahaan, apalagi dinilai dapat menekan jumlah korban kecelakaan saat mudik.[]

PenghargaanSINARMASuntuk

Sinar Mas Forestry meraih tiga penghargaan internasional Communitas Awards dalam kategori

Corporate Social Responsibility (CSR) dari Association of Marketing and Communication Professional (AMCP), Texas, Amerika Serikat. Penghargaan itu diraih unit pengelolaan hutan tanaman industri Sinar Mas di Riau, PT Arara Abadi.

AMCP menilai setiap nominator dari segi efektifitas pengelolaan organisasi, hingga upaya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat sekitar. CEO SinarMas Forestry, Robin Mailoa, mengatakan tak kesulitan dengan penilaian AMCP. Menurut dia unit pengelolaan hutan di perseroan memiliki perencanaan program CSR yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Perseroan yang memasok bahan baku untuk Asia Pulp & Paper (APP) itu mengklaim mengikuti kebijakan konservasi hutan sejak 1 Februari 2013. Adapun tiga penghargaan itu diganjar atas kerja Sinar Mas Forestry yang dinilai sukses menanam benih buah-buahan untuk warga perdesaan Riau, pemberdayaan masyarakat adat asli Riau dan Sakai, serta pembangunan infrastruktur di Pulau Muda yang membuka akses transportasi, membangun sekolah dan instalasi listrik.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

75

Page 76: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Pemerintah Jerman Kucurkan

BEASISWA UNTUK MAHASISWA MUSLIM

Selasa, 16 Juli 2013, menjadi sejarah baru bagi warga muslim Jerman. Mulai hari itu Kementerian Pendidikan

Jerman resmi mengucurkan anggaran beasiswa khusus untuk mahasiswa muslim. Besarnya beasiswa mencapai EUR 7 juta atau setara Rp 106 miliar lebih, selama empat tahun. Penyaluran beasiswa melalui Yayasan Avicenna yang didirikan oleh mahasiswa muslim di Offenbach, Jerman. Di Indonesia Avicenna dikenal dengan nama Ibnu Sina, ilmuwan muslim bidang kedokteran pada abad ke-11.

Siham Fet Tahi, salah satu perintis yayasan, mengatakan proses merencanakan hingga terbentuknya yayasan berlangsung tiga tahun. “Kadang-kadang kami rapat hingga tengah malam,” katanya. Ketua Dewan Pengurus Yayasan Avicenna, Bülent Ucar, mengatakan pendirian dan pengakuan terhadap Avicenna dari Pemerintah Jerman menjadi sinyal penting pengakuan terhadap Islam. Menteri Pendidikan Johanna Wanka juga memuji pendirian Avicenna sebagai “langkah penting politik integrasi”.

Kementerian Pendidikan membantu 12 lembaga bantuan program beasiswa ke beberapa organisasi yang berlatar belakang politik maupun agama. Avicenna adalah lembaga ke-13 yang dibantu dan merupakan satu-satunya lembaga bantuan pendidikan yang secara khusus memberikan beasiswa kepada mahasiswa muslim.

Sekitar tiga persen mahasiswa di Jerman beragama Islam. Menurut Ucar jumlah mahasiswa muslim yang menikmati beasiswa masih sedikit. Penyebabnya,

menurut Profesor Pendidikan Agama Islam dari Universitas Osnabrück, banyak mahasiswa muslim tidak tahu ada peluang mendapatkan beasiswa.

“Banyak juga yang segan mengajukan,” katanya. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi bagi mahasiswa pemeluk Kristen dan Yahudi. Ada lembaga bantuan khusus yang menyalurkan beasiswa untuk mereka.

Yayasan Avicenna juga mendapat sokongan dana operasional EUR 1 juta atau setara Rp 15 miliar dari Yayasan Mercator. Ucar menilai peluang lain mendapatkan dana bantuan berasal dari masyarakat dan organisasi Islam di Jerman. “Sekitar 2.000 komunitas muslim di Jerman terbuka lebar dan mereka siap mendukung program ini,” katanya. Yayasan Avicenna juga diizinkan menerima sumbangan pribadi namun tidak menerima sumbangan dari luar negeri.

Target Avicenna memberikan 400 beasiswa setiap tahun. Ucar mengatakan mahasiswa non-muslim berpeluang menerima beasiswa dari Yayasan Avicenna, Syaratnya memilih penelitian atau berpartisipasi dalam kehidupan Islam. Ucar menambahkan latar belakang sosial mahasiswa tidak menjadi pertimbangan. Yayasan lebih mengutaman prestasi mahasiswa dan partisipasi sosial, misalnya, membantu di masjid atau menjadi relawan di pemadam kebakaran.

Beleid soal kriteria itu sedang dirumuskan pengurus. Ucar berkomitmen tidak ada aliran tertentu dalam Islam yang mendominasi yayasan. Sebaliknya organisasi ini menjadi cerminan keberagaman kehidupan Islam di Jerman.[]

FILANTROPI

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

76

Page 77: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

MOMENT FOZ

Kunjungan Redaksi Eramadina OnlineJAKARTA – Membangun relasi dengan berbagai kalangan menjadi kebutuhan di era sekarang. Tak terkecuali bagi media, termasuk Eramadina Online. Menyadari hal tersebut, pada Jumat (19/7), segenap awak Eramadina mengadakan kunjungan ke kantor Forum Zakat (FOZ), Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Agenda kunjungan ini adalah pemaparan singkat profil FOZ dan Eramadina. “Lembaga zakat kini makin menjamur. Tren kesadaran berzakat umat Islam Indonesia juga naik. Sehingga bukan

mustahil kelak zakat menjadi penopang bangkitnya ekonomi,” ujar Soffan Islam, pengurus FOZ kepada Eramadina.

Dua pihak menyatakan akan bekerjasama, salah satunya dalam pemberitaan aktivitas FOZ, dan peluang kerjasama program.

Usai berdiskusi dan membicarakan peluang kerjasama ke depan, agenda ini ditutup dengan berbuka puasa bersama. “Agenda silaturahmi seperti ini penting dilakukan,” pungkas Pemimpin Redaksi Eramadina, Sofistika Carevy Ediwindra.[]

OPZ dan Aktivis Mahasiswa Ngabuburit Bareng FOZ

JAKARTA – Forum Zakat menggelar diskusi terbatas dengan peserta aktivis mahasiswa dan organisasi pengelola zakat, bertema “Sinergi Gerakan Zakat dan Gerakan Mahasiswa untuk Pemberdayaan Masyarakat”. Bertempat di Kantor FOZ, Jl Lenteng Agung Raya No 60, Jagakarsa, Jakarta Selatan pada 30 Juli 2013.

Perwakilan organisasi pengelola zakat yang hadir pada diskusi sambil berbuka puasa itu adalah Dompet Dhuafa, Baitul Maal Muamalat dan Rumah Zakat. Sementara perwakilan aktivis mahasiswa hadir dari KAMMI Madani, Universitas Siswa Bangsa Indonesia (USBI), Universitas Prof Dr HAMKA (Uhamka) dan LIPIA (Lembaga Pengetahuan Islam dan Arab).

Pemantik diskusi adalah Sabeth Abilawa, General Manager Social Development Dompet Dhuafa, dan Shopia Mulyani, aktivis pemberdayaan kampung pemulung Pancoran. Masing-masing mempresentasikan aktivitasnya.

“Penting untuk mengadakan forum yang memfasilitasi sharing pengetahuan

dan pengalaman dalam pengelolaan dana umat ini. Agar terjadi sinergi yang baik antara kami pengelola zakat dengan aktivis mahasiswa,” papar Sabeth.

Tentu bukan hanya memandang mahasiswa sebagai obyek pengaluran zakat. Maksudnya mahasiswa sebagai penerima bantuan, baik beasiswa maupun ongkos hidup selama belajar. Namun sekaligus menjadikan mahasiswa sebagai aktivis filantropi Islam: mencari dan membuka peluang, menyalurkan dana dan memberdayakan masyarakat. Seperti yang dilakukan KAMMI Madani di Kampung Pemulung Pancoran, jika selama ini bersifat santunan, sudah saatnya dibuat skema program berkelanjutan.

Agus Khalifatullah, Manajer pemberdayaan Ekonomi Baitul Maal Muamalat, yang hadir di forum itu, juga menyambut baik peluang kerjasama. “Kami memiliki banyak program pemberdayaan masyarakat. Adik-adik bisa ikut terlibat di sana. Silakan kalau ada proposal yang bagus, kami siap memfasilitasi,” ujarnya.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

77

Page 78: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Jambore FOZ Wilayah Jawa Tengah

Perkuat Ukhuwah

KENDAL – Delapan puluh amil dari organisasi pengelola zakat di Jawa Tengah berkumpul di Bumi Perkemahan Nglimut, Gonoharjo, Kendal, Jawa Tengah, Sabtu-Minggu, 14-15 September 2013. Mereka mengikuti kegiatan Jambore FOZ Jateng yang digelar oleh pengurus Forum Zakat Wilayah Jawa. Acara selama dua hari satu malam itu, diisi dengan outbond, pembekalan materi dan penguatan spiritual.

Hadir sebagai pemateri pada Sabtu sore, Nana Sudiana, pengurus Bidang Keanggotaan dan Jaringan FOZ Pusat. Nana memberikan motivasi tentang bagaimana seorang amil harus melakukan tugasnya dengan baik, menjaga keikhlasan dan selalu amanah. Peran amil sangat diharapkan oleh masyarakat. Bukan sekedar teori tapi juga backup bagi masyarakat yang membutuhkan. Program pemerintah belum banyak menjangkau warga.

Selain itu, Nana juga menyinggung tentang perkembangan UU Pengelolaan

Zakat. “Selama regulasi dan PP belum jelas, aktivitas zakat tetap jalan saja. Kita tetap produktif,” kata Nana. Tahun 2015 nanti pasal-pasal di UU Zakat efektif berlaku.

Acara dilanjutkan diskusi upgrading pengurus lembaga zakat Jateng. Rencananya, akan dilakukan pelatihan untuk meningkatkan skill personal maupun kelembagaan. Diskusi sampai pukul 10 malam. Dilakukan mapping program dan penyaluran, daerah pembinaan mana saja. “FOZ mengawal sinergi lembaga. Kita berbagi sesuai daerah, petanya di mana saja, agar tidak tumpang tindih mustahik,” kata Sri Suroto, Ketua FOZ Jateng.

Hadir dalam Jambore itu perwakilan lembaga Rumah Zakat, PKPU, DPU DT, LAZIS Baiturrahman, Jateng Peduli, Rijalul Quran Manajemen. Yatim Mandiri, Dompet Dhuafa, dan Baitul Maal Hidayatullah. “Tujuan utama Jambore ini adalah menguatkan silaturahmi antar pegiat zakat di jawa Tengah. Sesuai temanya Indahnya Ukhuwah Bahagiakan Umat,” ujar Suroto.[]

MOMENT FOZ

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

78

Page 79: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

CITIZEN JOURNALISM

Rakorbu (Rapat K

oordinasi

Bulanan) Pengurus FOZ dan

FGD “Akuntabilitas

: Jantung

Gerakan Zakat

,” bersama Ahmad

Alamsyah Sarag

ih (mantan

Ketua Komisi Inform

asi Pusat)

(10

Oktober 20

13)

Diskusi Dua Mingguan FOZ• “Bilakah Organisasi Pengelola Zakat

Berbisnis?: Kajian Kritis atas Fiqih, Manajemen, dan Praktek yang Dilakukan” (Rabu, 22 Oktober 2013)

• “Mempertajam Tafsir Asnaf dalam Praktek Pendayagunaan Zakat

Kontemporer” (Tentatif)

Training Video Broadcasting:

Menunjang Kinerja Kehumasan

Organisasi Zakat, bersama

Firtra Ratori (Produser Eksekutif

TVOne) (Selasa-Kamis, 5-7 November 2013)

Kami menawarkan kepada pembaca dan khalayak ramai, bagi Anda yang memiliki informasi dan berita menarik tentang dunia zakat, infak, sedekah, wakaf, CSR, filantropi, dan aktivitas sosial di sekitar Anda, silakan kirim berita dan foto melalui email [email protected]. Berita itu akan dimuat di Majalah INFOZ+ dan ditayangkan melalui website www.forumzakat.net.Kirimkan Surat Pembaca Anda!

AGENDA

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

79

Page 80: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

SO

SO

K

PENGELOLA ZAKATHarus Ada Spesialisasi Program

Adiwarman A. KarimPendiri Karim Business Consulting (KBC)

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

80

Pengelolaan zakat di Indonesia merupakan dinamika yang positif. Masing-masing lembaga zakat memiliki program unggulan. Namun, bagi Adiwarman Karim, tampaknya lembaga zakat masih belum memiliki kekhususan. Banyak yang melakukan beberapa program sekaligus, akhirnya ciri khas tiap lembaga zakat belum menonjol. Berikut kutipan wawancara INFOZ+ dengan pendiri Karim Business Consulting (KBC).

Sebagai praktisi zakat dan pakar di bidang ekonomi syariah, menurut pandangan Bapak sudah sejauh mana perzakatan nasional kita sekarang?

Pertama, meskipun zakat tidak diwajibkan (sebagaimana mana kewajiban membayar pajak oleh negara-red) tapi kita lihat perolehan dana di organisasi pengelola zakat dari tahun ketahun naik secara fenomenal. Model perzakatan di Indonesia luar biasa, karena model ini membujuk orang membayar zakat. Bukan mewajibkan orang membayar zakat. Dan model ini eksis di Indonesia. Kedua, kreativitas organisasi berkembang sedemikian rupa sehingga ada polarisasi, segmentasi atau spesialisasi. Misalnya ada program Kornet Kurban yang diluncurkan oleh sebuah LAZ, ada ‘Rumah Sehat’, ada ‘Peternakan Kurban’, ada listrik masuk desa, dan segala macam sehingga masyarakat itu diberikan banyak sekali pilihan, terserah minatnya ke arah mana zakatnya akan disalurkan berdasarkan program-program itu.

Masyarakat bukan sekedar menyetor dana kepada OPZ, tapi memilih program yang ditawarkan.

Page 81: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

81

Kalau merasa programnya tepat, mereka salurkan ke sana, sehingga ada muzaki yang membayar zakat kepada lebih dari satu OPZ, karena merasa tertarik pada program yang ditawarkan OPZ lainnya. Kompetisi atau persaingan di antara OPZ ini tidak saling memperebutkan muzaki, tapi yang terjadi adalah OPZ saling berlomba menawarkan program yang kreatif. Ini dua hal yang sangat baik.

Ketiga, karena model di Indonesia seperti itu dan kemudian ada ketentuan bahwa pembayaran zakat melalui lembaga amil yang telah ditetapkan akan bisa menjadi unsur pengurang pendapatan yang kena pajak, ini juga merupakan satu langkah yang baik, karena masyarakat dapat memperhitungkan itu ketika mereka menunaikan kewajibannya membayar pajak.

Karena zakat menyangkut hajat hidup orang banyak, makanya pemerintah bisa bertindak sebagai regulator yang mengatur, mengawasi lembaga amil zakat, harus diaudit dan diberikan pengesahan. Khudz min amwalihim hak pemerintah, kemudian didelegasikan kepada LAZ-LAZ dengan aturan yang ditentukan pemerintah.

Bagaimana dengan cetak biru (blue print) perzakatan di Indonesia?

Itu sangat strategis dan diperlukan,

namun pertanyaannya sekarang adalah kalau proses itu dilakukan dengan pendekatan top-down artinya ada segelintir orang yang berkumpul berfikirsendiri lalu dipaksakan maka itu akan sulit direalisasikan. Tapi kalau prosesnya kita rembugan sama-sama buat bagaimana cara terbaiknya tentu ini baik sekali. Namun bila draf akademik dibuat oleh pemerintah lalu dipaksakan, saya rasa kurang pas.

Apa urgensinya sehingga harus melibatkan masyarakat (stake holders) zakat?

Pengalaman-pengalaman yang dimiliki berbagai LAZ ini sangat kaya dan beragam, jadi itu harusnya sama-sama pikirkan dengan satu platform. Dalam penyusunan ini, apakah digagas oleh FOZ atau BAZNAS. Yang namanya platform awal tidak perlu bercita-cita bahwa hanya satu yang dipaksakan, karena dengan pengalaman masing-masing belum tentu ada pemahaman yang sama tentang hal tersebut.

Artinya ketika membuat platform bisa jadi pemikiran dari FOZ itu dianggap platform bagian A dan misalnya BAZNAS buat lagi, nanti kita lihat mana yang sama. Jadi pendekatannya demikian, sama-sama berfikir dan berkontribusi, sehingga blue print tersebut akan mendapat dukungan penuh dari semua

© DD

Page 82: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

82

pihak yang terlibat. Ini yang paling penting di Indonesia. Karena sesuatu yang dimonopoli dan dianggap sebagai satu-satunya kebenaran biasanya pihak lain yang tidak terakomodir tidak menjadi bagian itu dan bikin sendiri sebagai tandingan.

Kemana sebetulnya cita-cita ideal zakat nasional?

Sebenarnya sama dengan yang dikatakan praktisi zakat lainnya, cuma ketika pemberdayaan ekonomi dan yang lain-lain itu diterjemahkan dan dilakukan oleh pemerintah maka akan repot. Pemerintah sudah punya sumber anggaran yang namanya pajak, jadi tidak usah ikut terlibat lagi dan pemerintah mengurusi yang hal yang demikian (pemberdayaan ekonomi melalui dana zakat-red). Nanti masyarakat apatis, tapi ini terserah pemerintah saja.

Lantas siapa yang paling tepat untuk melakukan pemberdayaan?

Pemberdayaan itu harusnya dilakukan oleh masyarakat sebagaimana sekarang yang terjadi di LAZ. Kalau membayangkan bahwa zakat ini seperti zaman Rasulullah SAW di mana dibayarkan ke baitul mal, dikelola oleh negara lalu dibagikan oleh negara, saya rasa kurang pas untuk konteks Indonesia. Kita belum punya pemimpin yang levelnya seperti Rasulullah atau Khulafaurasyidin. Jadi pendekatan-pendekatan kekuasaan seperti itu kurang tepat kalau digunakan di Indonesia karena situasinya malah bisa merugikan.

Bukankah tujuannya sama-sama menggapai maqashid syari’ah?

Kalau tujuannya ingin menggapai maqashid al-syariah benar, tapi

apakah yang melakukan maqashid al-syariah harus pemerintah, apakah kita masyarakat tidak bisa, tentu bisa. Kita bisa membuat program seperti membangun rumah sakit, kereta jenazah gratis dan sebagainya tanpa subsidi pemerintah, artinya maqashid al-syariah terpenuhi tanpa harus diserahkan semua pada pemerintah. Zakat untuk pemberdayaan masyarakat miskin dan sebagainya, apakah itu harus dilakukan pemerintah? Tidak harus. Masyarakat inilah yang sebenarnya letak dari kekuatan Islam itu.

Apa saja prasyarat menuju cita-cita zakat?

Platform, yang penting adalah masing-masing LAZ akhirnya nanti memilih spesialisasinya. Ada LAZ yang memang spesialisasi untuk pemberdayaan ekonomi, ada yang pendidikan, ada yang kesehatan dan sebagainya, tinggal nanti dalam platform itu bagi tugas. Dengan adanya pembagian tugas ini bukan berarti tidak boleh mengerjakan yang lain, tapi ada spesialisasinya. Misalnya McDonald jualan hamburger tapi dia jualan ayam juga. Masing-masing tugas spesialisasi dalam pelaksanaan itu, kita akan melihat masing-masing LAZ mempunyai keahlian dan bidang garapan yang sangat spesifik.

Bagaimana tahapan-tahapan jangka pendek, menengah dan panjang seperti apa road mapnya?

Bicara seperti ini butuh waktu tidak sedikit. Tapi yang harus kita harapkan pada tahapan terakhirnya sudah terjadi keseimbangan antara inisiatif yang diambil LAZ dengan yang diinginkan pemerintah.[]

Page 83: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

KOLOM

“Kurang percaya diri, adalah sifat wafa’ yang palsu, yang menimpa di antara kaum muslimin, dia menolak berbicara, padahal dia sebenarnya mampu.”

-Syaikh Ibrahim Ad Duwaisi.

Nur EfendiCEO Rumah Zakat/Ketua FOZ Bidang Jaringan

Akhir Desember 2012, saya mendapatkan kabar kalau Menteri BUMN Dahlan Iskan ada jadwal senam

pagi bersama anak-anak luar pulau di Monas. Sebelumnya, beberapa kali saya membuat janji dengan DI, demikian biasa disingkat, selalu saja dibatalkan karena ada agenda lain. Kesempatan ini tidak saya lewatkan, yaitu bertemu DI untuk sharing dan ambil gambar

bagi TVC Rumah Zakat. Karena acaranya pukul 05.00 WIB, malamnya saya berangkat dengan Riyan, bagian marketing RZ. Pukul 00.30 WIB sampai di Kantor RZ Matraman Jakarta.

Pagi habis subuh saya berangkat ke Monas. Alhamdulillah sudah ada DI, Direksi PGN dan sekitar 10 orang dari berbagai perusahaan serta media menanti, seperti

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

83

Masalahnya, KitaSering Kurang Yakin

Page 84: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

saya yang ingin bertemu dengan DI. Selesai senam, saya beserta rombongan mengikuti DI menuju kantor Kementerian BUMN dengan berjalan kaki. Dalam hati saya berkata, “Hari ini harus ketemu DI.” Sampai di ruangan DI, beliau langsung memberikan layanan sendiri, mengambilkan botol minum kepada seluruh tamu. Subhanallah, hati saya berbisik, ini ciri orang sukses.

Lalu, beliau ijin untuk mandi dulu, tamu dipersilahkan duduk. Kecuali saya dan Riyan yang berdiri sembari menunggu DI karena sebelumnya memang belum janjian. “Mas Riyan, kita balik aja yuk ke Bandung, kelihatannya tidak mungkin hari ini kita bisa sharing dan ambil gambar DI,” kata saya ke Riyan dengan bahasa kurang yakin. Kondisinya memang tidak memungkinkan, karena ada 10 tamu yang sudah ada janji dengan DI dan beliau akan ada agenda juga di Lantai 8. Kata Riyan, “Yakin bisa, Pak. Harus yakin. Yakin bisa, Pak. Ayo Pak, Bismillah,” kata Riyan.

Subhanallah, kalimat Riyan mengembalikan keyakinan saya. Selesai mandi, DI langsung duduk di meja meeting menemui tamu yang menunggu. Dengan penuh keyakinan, saya langsung menghampiri beliau dengan memperkenalkan diri serta mengingatkan DI bahwa dulu saya pernah sarapan pagi bersama di rumah DI di Surabaya.

“Iyaa, saya sangat ingat Mas Fendi dan Rumah Zakat, apa yang bisa saya bantu?” tanya DI. Saya sampaikan tentang program Kampung Perubahan Rumah Zakat kurang lebih 5 menit dan di akhir saya minta gambar beliau untuk kita jadikan TVC.

DI menyambut dengan sangat antusias, “Program ini akan kita bicarakan di Kementerian BUMN.” DI langsung berdiri dan menuju depan meja kerjanya, “Diambil gambar di sini saja, ya?” Tamu yang lain pada bengong, “Ini di luar agenda nih..,” ucap salah satu tamu. Riyan langsung ambil gambar DI 2 kali.

“Terimakasih banyak, Pak Dahlan. Kami

mohon pamit,” kata saya. Setelah selesai diambil gambar, DI keluar untuk mengikuti acara, dengan permohonan maaf kepada para tamu bahwa dia belum bisa melayani hari itu. DI bergegas keluar menuju Lantai 8 Kementerian BUMN. “Alhamdulillah, bisa sharing dan ambil gambar DI,” dalam hati saya, sementara tamu yang lain tidak jadi bisa bicara dengan DI.

Kalau saja, saya hari itu memutuskan untuk langsung pulang ke Bandung karena kurang yakin, kita tidak bisa lihat TVC Rumah Zakat bersama DI, dalam waktu

cepat. Ternyata untuk berhasil atas apa yang kita targetkan sangatlah mudah, hanya dengan sebuah keyakinan untuk mencapainya. Masalahnya, kita sering kurang yakin atas apa yang menjadi target kita.

“Kurang percaya diri, adalah sifat wafa’ yang palsu,

yang menimpa di antara kaum muslimin, dia menolak berbicara, padahal dia sebenarnya mampu,” tulis Syaikh Ibrahim ad-Duwaisi.

Atha’ Al Khurasani juga tidak pernah lupa, bahwa keyakinan adalah hasil dari meminta, sebelum menemukan kesimpulan dari realitas hidup yang penuh warna. Maka dia selalu minta pada Allah untuk mendapatkan keyakinan itu. Sepanjang hidupnya setiap kali ia bangkit dari duduk, selalu berdoa dan meminta, “Ya Allah berilah aku keyakinan tentang Engkau, sehingga ringan bagiku beban dunia dan aku jadi tahu, bahwa tidak sesuatu pun yang menimpaku, kecuali itu telah Engkau tetapkan untukku. Dan bahwa tidak ada dari rezeki yang datang kepadaku, kecuali dari apa yang memang Engkau jatahkan untukku.”

Sederhana sekali untuk bisa sukses dan berhasil atas target kita, hanya butuh sebuah keyakinan. Yakin akan tercapainya setiap target kita, Allah tidak meminta kita untuk memikirkan bagaimana caranya. Dengan keyakinan, Allah akan memberikan

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

84

untuk bisa sukses dan berhasil atas target kita, hanya

butuh sebuah keyakinan.

Page 85: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

jalan kemudahan dalam setiap tahapan pencapaian target kita. Karena Allah itu sesuai dengan prasangka hambaNya. Kalau kita yakin bisa berhasil, Allah akan mudahkan atas keberhasilan tercapainya target kita atau sebaliknya.

Allah berfirman, “Aku sebagaimana prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya bila dia berzikir pada-Ku. Apabila dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Dan apabila dia mengingat-Ku di tengah kumpulan banyak orang, maka Aku akan mengingatnya di hadapan kumpulan yang lebih baik dari pada mereka.” (HR. Al-Bukhari no. 325 dan Muslim no. 2675)

Seharusnya kita lebih yakin untuk sukses dan berhasil, karena kita punya Allah. Kita harus berprasangka baik dan harus mencari rahmat kebaikan dari Allah. Tidak boleh putus asa, tak boleh merasa tidak bisa, sulit, berat, karena kita punya Allah yang setiap saat membentangkan karunia-Nya. Maka kita harus selalu tampil dengan penuh keyakinan dan percaya diri serta bangga selalu mengatakan “Hasbunallahu wani’mal wakiil” cukuplah Allah sebagai penolong kami dan Dialah sebaik baiknya pelindung.

Bukankah Rasulullah pada saat situasi sulit, seperti di saat Perang Badar dengan keyakinannya Allah memberikan kemenangan.

Kesuksesan dan keberhasilan atas target kita adalah sejauh mana keyakinan kita. Silahkan baca kisah-kisah sukses orang-orang hebat di seluruh dunia. Mereka yang memiliki bisnis raksasa saat ini, yang memiliki kekayaan nyaris menyamai APBN Indonesia itu, bagaimana mereka dulunya? Bekal mereka satu: yakin bahwa mereka akan bisa melakukannya. Mereka tidak pernah memikirkan caranya, sebab memikirkan caranya justru hanya akan merintangi proses kreatif yang berjalan di benak mereka.

Mereka hanya pandai-pandai melihat peluang, memanfaatkannya, dan kemudian menikmati hasilnya. Padahal mereka semua

tidak mengenal siapa itu Allah. Bagaimana Dia mengatur dengan sempurna semesta raya ini? Bagaimana Dia meletakkan kebahagiaan di tengah-tengah umatnya dengan adil. Tapi mereka memanfaatkan keyakinan mereka dan mereka berhasil.

Allah tidak akan pernah bohong. Allah tidak akan pernah ingkar janji. Ud’uni astajib lakum (berdoalah kepadaku maka akan Aku kabulkan). Dan ini bagi Allah sangat amat mudah sekali. Seperti yang sudah pernah saya tuliskan, bahwa target yang ada di hadapan mata kita itu terasa susah dan berat, karena kita mengukurnya dengan ukuran kita. Kita menghitungnya dengan perhitungan manusia. Kita membayangkannya dengan bayangan kita sendiri, bayangan manusia. Padahal bagi Allah itu kecil, sangat kecil. Bahkan besok pun jika Allah kehendaki kita bisa menutup target itu dengan mudah. Karena bagi Allah itu urusan kecil, sangat remeh, dan sangat amat mudah sekali.

Tinggal bagaimana kita meyakininya sebagai sebuah kepastian sebagaimana yang Allah kehendaki. Dalam pandangan Allah, dunia seisinya ini bagaikan satu sayap pada seekor nyamuk. Bayangkan, betapa remehnya. Kurang remeh apa coba? Kecil sekali itu dalam pandangan Allah untuk mengabulkanya. Maka tugas kita setelah memohon kepada-Nya dengan segenap kesungguhan adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah akan mengabulkan permohonan kita.

Sekali lagi jangan pernah memikirkan caranya, sebab itu akan membatasi kita. Biar Allah yang mengatur semuanya, biar Allah yang akan melapangkan jalan kita, biar Allah membukakan pintu hati donatur kita, biar Allah yang akan memudahkan pelaksanaan program-program kita, sebagaimana dengan mudahnya dia mendinginkan api bagi Nabi Ibrahim, menundukkan air laut bagi Nabi Musa, dan mengirim malaikat bagi Rasulullah di Perang Badar. Berdoa, lalu yakinilah. Insya Allah berhasil. Allahu Akbar! [www.rumahzakat.org]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

85

Page 86: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

BUKU PILIHAN

KETIKA KEIMANAN (HENDAK) DIATUR NEGARA

PREMIS di atas cukup menarik, dan kalimat senada dapat kita temukan beberapa kali dalam buku Faith and

the State: A History of Islamic Philanthropy in Indonesia, yang ditulis oleh Dr Amelia Fauzia, salah satu pakar filantropi Islam Indonesia.

“Kesimpulan” Dr Amelia ini bukan tanpa dasar, keberadaan lembaga-lembaga filantropi Islam yang berkembang cukup pesat dewasa ini memang telah melengkapi dan memainkan peranan ‘negara’ dalam mengatasi persoalan-persoalan mendasar

masyarakat yang belum dikelola secara optimal oleh negara. Mereka memasuki semua lini, mulai dari kesehatan, pendidikan, pelayanan sosial, hingga kebencanaan. Mereka mengatur dan membiayai sendiri, mereka hidup, tumbuh, dan berkembang tanpa bantuan negara. Justru sokongan “receh” masyarakat, seperti zakat, infak, dan sedekah yang menjadi bahan bakar mereka untuk bergerak.

Buku yang diterbitkan di Leiden-Belanda oleh Brill ini mengulas secara komprehensif praktik filantropi Islam di Indonesia sejak abad ke-13. M.C Ricklefs, professor di Australian National University mengakui buku ini sebagai kajian sejarah yang otoritatif.

Dr. Fauzia mengulas panjang lebar fase-fase awal pengenalan dan praktek filantropi Islam Nusantara hingga post-era reformasi. Mulai dari masa Sultan Malik Al Zahir di awal abad 13-an, Sultan Iskandar Muda pada abad awal 16-an, hingga kini. Terakhir, pro-kontra Undang-Undang No.23 Tahun 2011 pun tak luput dibahas olehnya.

Dr. Amelia meneropong bagaimana dialektika antara kelompok yang mendukung negara memainkan prerogative religiosity, dan mereka yang menginginkan sekulerisasi. Antara pendukung privatisasi spiritualitas dan formalisasi “keimanan”. Menurutnya, kontestasi kedua kubu ini akan terus berlangsung, terkhusus perihal pengelolaan filantropi Islam berupa zakat, infak-sedekah, dan wakaf, yang merupakan refleksi keimanan seseorang.

Pada masa-masa pemerintahan kesultanan sebelum abad 19 misalnya, pengelolaan filantropi Islam dilakukan dengan dua model pendekatan, privatisasi maupun institusionalisasi, tergantung pada gaya kepemimpinan penguasa pada saat itu. Bahkan

“When the state weak, philanthropy developed powerfully and was used to challenge it. When the state was strong and powerful, Muslim civil society tended to weaken.”

Penulis: Amelia Fauzia | Tahun Terbit: 2013Halaman: xxxii, 346 | Penerbit: BRILLBahasa: Inggris | ISBN13: 9789004233973

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

86

Page 87: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

ada yang menggunakan model sebagaimana yang dilakukan oleh Kesultanan Usmani dan Dinasti Mughal yang memungut zakat pada jenis-jenis tertentu seperti pertanian dan harta-harta perniagaan saja, sementara untuk zakat perhiasan diserahkan kepada keinginan masing-masing muzaki. Setelah periode kesultanan runtuh, dan kolonial Belanda datang, dana-dana kedermawanan diserahkan kepada tokoh masyarakat lokal.

Pemerintahan kolonial Belanda terus konsisten untuk tidak campur tangan dalam masalah-masalah keagamaan, terutama yang menyangkut masalah pribadi, sehingga praktek filantropi Islam terus berkembang di bawah pengelolaan masyarakat sipil.

Pada masa ini, entitas pengelola filantropi Islam seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Jam’iyah Al Washliyah dan yang lainnya justru mengalami perkembangan yang cukup pesat. Berbagai fasilitas layanan publik seperti sekolah, madrasah, panti asuhan, bahkan rumah sakit didirikan di berbagai tempat.

Negara baru serius mengontrol masalah-masalah keislaman, termasuk zakat ketika rezim Orde Baru berkuasa-walaupun sebenarnya, Menteri Keuangan zaman Orla, Jusuf Wibisono pernah mengutarakan bahwa zakat akan dimasukkan sebagai system keuangan ketika itu. Di bawah kepemimpinan Soeharto, —institusi-instusi keislaman bermunculan, mulai dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YABMP) yang memungut dana sebesar Rp1000 dari para PNS yang beragama Islam, Bank Muamalat, hingga Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Badan Amil Zakat Infak/Shadaqoh (BAZIS) DKI juga lahir atas dukungan Soeharto pada 1968, yang kemudian diikuti dengan pembentukan lembaga sejenis di daerah-daerah. Keintiman Orde Baru dengan Islam terus berlanjut, dan semakin banyak muncul lembaga filantropi Islam di Indonesia seperti Dompet Dhuafa, Yayasan Dana Sosial Al Falah, dan Dompet Sosial Ummul Quro.

Fase setelah era reformasi juga menarik untuk dicermati, terutama ketika akan

diamandemennya UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dalam rentang 2007-2010, yang disebut oleh Dr. Amel sebagai “Hidden War”. Ada empat pihak yang memiliki peranan penting dalam proses amandemen ini, yaitu Kementerian Agama, Forum Zakat dan BAZNAS, DPR-RI, dan terakhir adalah koalisi masyarakat sipil dan pengelola zakat swasta yang menamakan dirinya Gerakan Masyarakat Peduli Zakat. Cukup banyak tarik ulur dalam pembahasan amandemen UU ini yang membuat Parlemen berlarut-larut memutuskannya.

Dan akhirnya, secara tiba-tiba DPR mengetok UU No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang mengubah peta konfigurasi di atas. Kementerian Agama yang didukung BAZNAS kerap kali mengadakan pertemuan tertutup dengan dengan Komisi 8 DPR RI untuk membahas UU ini, tanpa melibatkan organisasi pengelola zakat dan entitas masyarakat sipil lainnya.

Sejumlah pasal yang dianggap kontroversi dalam beleid itu kemudian diperkarakan oleh Koalisi Masyarakat Zakat (KOMAZ) yang terdiri dari sejumlah organisasi pengelola zakat besar seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, lembaga zakat daerah, pengelola zakat tradisional dan akademisi, ke Mahkamah Konstitusi, yang hingga kini belum juga diputuskan. Kondisi inilah yang kemudian membuat sejumlah organisasi pengelola zakat mentransformasi dirinya menjadi berbagai macam organisasi turunan, seperti lembaga kemanusiaan, dan lembaga mitra CSR perusahaan, dan seterusnya.

Dialektika dan kontestasi ini nampaknya akan terus mengiringi perkembangan filantropi Islam di Indonesia. Namun, lebih penting dari semua itu, kita berharap potensi dana filantropi Islam, baik itu zakat, infak-sedekah, maupun wakaf yang sangat besar dapat tergarap secara maksimal, sehingga zakat bisa betul-betul menjadi alternatif funding bagi penyelesaian problem-problem sosial, kemanusiaan, dan bahkan ekonomi. Wallahu A’lam.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

87

Page 88: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

Sinergi KetaatanIntisari Ibadah Qurban

Sri Adi BramasetiaKetua Umum Forum Zakat

IBHAR

Apa hikmah terbesar dalam ibadah qurban? Hikmah yang ternyata tidak hanya ada dalam qurban namun

juga dalam ibadah lainnya, yaitu Ketaatan pada Allah semata. Mengapa ini saya sebut sebagai hikmah terbesar? Karena ketaatan pada Allah inilah yang menjadi kriteria seorang hamba sebenarnya terhadap Sang Pencipta. Ketaatan ini jugalah yang menjadi bukti apakah kita beriman dan cinta, atau masih ragu dan terbelah hati antara kepada-Nya dan makhluk-Nya.

Dulu Ibrahim ‘alaihis salam sangat merindukan keturunan, karena dia khawatir tidak ada yang meneruskan dakwah yang telah dibebankan kepadanya. Memang, tidak ada penerus yang lebih ideal selain manusia yang memang dibesarkan sendiri oleh dakwah orang tuanya. Maka Ibrahim senantiasa bermunajat untuk mendapatkan anak.

Namun, setelah Allah mengabulkan doanya dan memberikan seorang anak yang patuh, shaleh dan taat pada Allah dan orang tuanya, Allah kemudian memberi ujian ketaatan, keimanan dan dan kecintaan. Manakah yang lebih dia cintai: Allah penciptanya, atau Ismail anak yang telah lama dirindunya?

Bagi kita, misi ini seperti mission impossible. Bagaimana mungkin seorang ayah mengorbankan anaknya? Dan memang demikian Ibrahim kala memimpikan hal ini. Harus menunggu hingga tiga kali mimpi yang sama,

baru yakinlah Ibrahim bahwa pembunuhan terhadap anaknya itu adalah perintah Allah.

Dan apa jawaban keimanan Ibrahim? Sami’na wa atha’na. Kami dengar dan kami patuh. Ngeri, takut, sedih, namun memang demikian yang diminta Allah. Mau bagaimana lagi? Ibrahim sudah mengakui bahwa dia adalah hamba Allah dan kepada Allah dia serahkan hidup dan mati.

Bagaimana dengan Anda, wahai sahabat? Allah mensyariatkan agar Anda mengorbankan sebagian harta. Tidak semuanya, hanya sebagian saja yang mampu Anda belikan hewan qurban terbaik. Setelah disembelih pun Anda masih diperbolehkan memakannya dan menghadiahkannya kepada orang lain.

Ibrahim dan Ismail adalah potret sinergi dalam ketaatan. Ketika iman Ibrahim bertemu dengan takwanya Ismail. Dua kebaikan, keikhlasan dan semangat pengorbanan (tadhiyah) bersatu dalam ibadah qurban. Hikmah kedua dalam ibadah qurban adalah sinergi beberapa pihak. Aktivitas kebaikan seperti pegiat zakat yang berhimpun dalam Forum Zakat, juga harus meneladani dua Nabiyullah itu. Agar kebaikan yang kita perbut tidak terdiri dari serpihan-serpihan rapuh, namun gepokan dan ikatan ibadah yang bermakna penuh.

Ya Allah, ampunilah kami bila kami terlalu mencintai dunia ini. Didiklah kami, Ya Allah, agar mampu berkata sami’na wa atho’na atas semua perintah dan laranganmu. Kami bersungguh-sungguh bersaksi bahwa Andalah satu-satunya Ilah, tiada ilah yang lain. Berilah kami pertolongan agar Engkau menjadi bagian terbesar cinta kami dalam dunia ini.

Ya Allah Ya Tuhan Kami sesungguhnya kami beriman kepadaMu, maka ampunilah dosa kami dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka. Aamiin.[]

INFOZ+ | Edisi 19 | Oktober 2013 | Dzulhijjah 1434H

88

Page 89: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H
Page 90: INFOZ+ 19 - Oktober 2013- Dzulhijjah 1434H

BAZ PROV. SUMUT | BAZNAS JAMBI | BAZNAS PROV. BALI | BAZ PROV. SUMUT | BAZ PROV. BENGKULU | BAZ JABAR | BAZ DIY | BAZ PROV. KALSEL | BAZ PROV. RIAU | BAZ PROV. SUMSEL | BAZ TANA TIDUNG | BAZ KOTA BOGOR | BAITUL MAAL PIDIE JAYA | BAITUL MAAL SABANG ACEH | BAITUL MAAL LANGSA | BAITUL MAAL ACEH JAYA | BAITUL MAAL ACEH BESAR | BAITUL MAAL ACEH |

BAITUL MAAL ACEH UTARA | BAITUL MAAL ACEH TAMIANG | BAITUL MAAL KOTA BANDA ACEH | BAZ PADANG | BAZ BALIKPAPAN | BAZ PAMEKASAN | BAZ TANJUNG JABUNG TIMUR JAMBI | BAZ

TANJUNG JABUNG BARAT JAMBI | BAZ TANA TIDUNG | BAZ KUKAR | BAZ PADANG | BAZ NGANJUK | BAZ PASER KALTIM | BAZ KABUPATEN AGAM | BAZ KABUPATEN BIMA | BAZ KABUPATEN BINTAN | BAZ

KABUPATEN DONGGALA | BAZ KABUPATEN MAGETAN | BAZ KABUPATEN SUKABUMI | BAZ KOTA SIDOARJO | BAZ KAB. DOMPU | BAZ KAB. LUMAJANG | BAZ WONOSOBO | BAZ KABUPATEN LOMBOK TIMUR | LAZIS MUHAMADIYYAH | RUMAH YATIM | AMIL ZAKAT INDONESIA | PUSAT ZAKAT UMAT | LAZ AMANAH TAKAFUL | LAZ MASJID AGUNG JATENG | LAZIS ASSALAM | LAZ DANA SOSIAL NURUL ISLAM | RADAR BANJAR PEDULI | LAZ RIZKI JEMBER | LAZ TPU AL-MUMTAZ KALBAR | LAZ DANA SOSIAL NURUL ISLAM AMANAH BATAM | LAZIS AL IHSAN, SURAKARTA | LKN KOTAK AMAL INDONESIA | DOMPET UMMAT KALBAR | LAMPUNG PEDULI | LPZIS UHAMKA | DKKD JATENG | DOMPET SOSIAL HIDAYATULLAH (DSH) | DSM BALI | MATHLA’UL ANWAR | YAYASAN AL MUHTADIN TANJUNG PURA | BAITUL MAAL PUPUK KALTIM | LAZIS PLN PUSAT | LPZIS UHAMKA | BAITUL MAAL MUTAQIN TELKOM | BAITUL MAAL PT CITRA MARGATAMA SURABAYA | YAYASAN AL-MAGFIROH JAMSOSTEK | UPZ PT. PERUMNAS | UPZ PT. KAWASAN BERIKAT NUSANTARA | UPZ ESQ PUSAT | LAZ NURUL IMAN PAMA BONTANG | BPZIS MANDIRI | LAZ BSM UMMAT | YAYASAN KLATEN PEDULI UMMAT | BAITUL MAAL BMT INTI | BAITUL MAKMUR BALI | BAITUL MAL AMANAH JATINOM | BMT AL-HUDA WONOSOBO | BMT BINAMAS PURWOREJO | BMT KARISMA MAGELANG | BMT MARHAMAH WONOSOBO | LKI DANA KEMANUSIAAN DHUAFA | YKPU KLATEN | BMT DKM AL-FURQAN UPI | BMT YAUMMI FATIMAH PATI | HARAPAN UMAT | IMZ | KOPERASI BMT NURUL JANNAH PRETROKIMIA GRESIK | LAZ AL-IHSAN SURAKARTA | LAZ BAITUL UMMAH MALANG | LAZ BINA UMAT | LAZ DAERAH AMAL INSANI LAMPUNG | LAZ DANA SOSIAL NURUL ISLAM | LAZ DOMPET UMMAT - KALBAR | LAZ YKSU | LAZIS AL-HAROMAIN | LAZIS AL-IHSAN JAWA TENGAH | LAZIS DPP WAHDAH ISLAMIYAH | LAZIS UII YOGYAKARTA | LAZIS UNS SOLO | LAZISWA SIDOGIRI PASURUAN | LEMBAGA AMIL ZAKAT UMAT SEJAHTERA PONOROGO | LEMBAGA KONSULTAN ZAKAT AR-RAHMAN | LG ELEKTRONICS INDONESIA | LKS BMT AL-AMIN | L-MAS | LPU PUNDI ZAKAT MADANI | LZIS AS-SALAM | RUMAH YATIM ARROHMAN INDONESIA | RUMAH ZAKAT BANK INDONESIA | SIWAKZ AL-SOFWA | WAHDAH ISLAMIYAH KOTA TERNATE | YAYASAN MEDIA AMAL ISLAMI | YAYASAN NURUL HAYAT TUBAN | YAYASAN PEDULI UMAT WASPADA

Selamat Hari RayaIdul Adha1434 H