infotek issn 2085-319xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. ·...

4
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 21 ISSN 2085-319X Info Tek Media Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Volume 11, Nomor 6, Juni 2019 Publikasi Semi Populer Alamat Redaksi: Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111. Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194. email: go.id [email protected]. http//perkebunan.litbang.pertanian.go.id Dana: APBN 2018 DIPA Puslitbang Perkebunan Design: Zainal Mahmud Viabilitas Tepung Sari Kendala pada Persilangan Tanaman Pinang Penyebaran tanaman pinang (Areca catechu L.) meliputi Asia Selatan, Asia Tenggara hingga beberapa pulau di Laut Pasifik, sedangkan di Indonesia tanaman pinang banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, terutama wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi (Miftahorrachman et al., 2015). Indonesia merupakan negara penghasil pinang terbesar ke-3 setelah India dan Cina (Anonim, 2019). Produksi pinang di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tajam mulai tahun 2013, penyebab penurunan produksi tersebut diduga disebabkan: penurunan luas area panen tanaman pinang (Gambar 1); tanaman pinang telah tua sehingga produktivitasnya telah menurun, cuaca ekstrim yang mengakibatkan tanaman pinang tercekam kekeringan, serangan OPT, kurangnya pemeliharaan dan terbatasnya ketersediaan benih unggul pinang. Penurunan produksi pinang tersebut diikuti oleh penurunan volume ekspor pinang dari 58.390 ton (2011) menjadi 39.687 ton (2012), 30.840 ton (2013), 38.811 ton (2014), namun meningkat menjadi 62.134 ton dengan nilai ekspor 71.561.970 US$ pada tahun 2015 (Anonim, 2018). Untuk meningkatkan produksi pinang antara lain dengan menggunakan benih unggul, namun hingga saat ini, Indonesia baru melepas 2 varietas unggul tanaman pinang, yaitu pinang Betara yang berasal dari Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi dengan potensi produksi 7,8 ton kernel kering/ha/tahun dan Pinang Emas yang berasal dari Malinow, Kotamobagu Barat, Kotamobagu, Sulawesi Utara dengan potensi produksi 3,2 ton/ha/tahun. Balit Palma sebagai instansi pemerintah yang memegang mandat penelitian dan pengembangan komoditas tanaman pinang telah berhasil mengkoleksi 24 aksesi tanaman pinang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Varietas dan aksesi-aksesi pinang tersebut dievaluasi, aksesi dengan karakter unggul dan memiliki jarak genetik yang jauh berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai calon tetua dalam perakitan pinang hibrida. Diharapkan pinang hibrida memiliki potensi produksi tinggi seperti pinang Betara, namun cepat berproduksi dan lambat bertambah tinggi. Hingga saat ini persilangan buatan pada tanaman pinang belum pernah dilakukan. Metode koleksi tepung sari pinang dan teknik hibridisasi bunga pinang merupakan pengetahuan yang harus dikuasai dalam perakitan varietas hibrida tanaman pinang melalui persilangan buatan. Berdasarkan hasil peneliti- an Mahayu dan Miftahorrachman (2012) diketahui terdapat perbedaan sistem penyerbukan antar aksesi tanaman pinang yang diteliti dan perbedaan pada pola masa reseptif bunga betina pinang. Hal ini akan mempengaruhi frekuensi dan waktu yang tepat polinator melakukan penyerbukan. Hasil penelitian dengan memanfaatkan 3 aksesi tanaman pinang yaitu Malinow-1, Mongkonai dan Huntu-1 diketahui bahwa tepung sari pinang memiliki viabilitas yang tinggi saat bunga jantan pinang yang dipanen berasal dari: 1. Tanaman pinang yang sehat (bebas serangan OPT) dan subur, kebutuhan hara tercukupi. 2. Tandan bunga yang seludangnya telah pecah dengan beberapa bunga jantan di ujung spikelet seludangnya telah pecah. Viabilitas tepung sari pinang dapat diamati dengan meman- faatkan media agar yang ditambahkan sukrosa sebagai sumber energi dan asam borat. Tepung sari pinang mulai berkecambah 5 jam setelah ditabur di atas media agar dan viabilitas optimum tepung sari pinang dapat diketahui setelah 10 jam ditabur di- atas media agar. Hingga saat ini belum ada ketetapan baku mengenai standar kelayakan tepung sari pinang bagi program hibridisasi, namun pada tanaman kelapa tepung sari dikate- gorikan layak digunakan dalam program hibridisasi jika via- bilitasnya >40%. Viabilitas tepung sari mempengaruhi tingkat keberhasilan program persilangan, semakin tinggi viabilitas te- pung sari yang digunakan maka semakin tinggi peluang keber- hasilan persilangan atau persentase buah jadi. Tepung sari yang memiliki viabilitas yang tinggi diperoleh pada tepung sari yang telah masak secara fisiologis. Rata-rata rendemen tepung sari pinang sekitar 0,159% dengan rata-rata berat tepung sari setiap tandan 0,182 gram (Mahayu dan Pandin, 2013). Rende-men tepung sari pinang jauh lebih rendah bila dibanding dengan rendemen tepung sari kelapa maupun aren, rendemen tepung sari kelapa tipe Dalam sekitar 3,29%, sedangkan rendemen aren tipe Dalam 1,4%. Rendemen tepung sari sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman, kematangan bunga jantan dan proses Editorial Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan masih banyak menghadapi kendala, antara lain masalah organisme pengganggu tanaman maupun terbatasnya benih unggul hasil pemuliaan. Pada nomor ini dibahas ten- tang permasalahan pada persilangan pinang karena viabilitas tepung sari yang rendah. Artikel lain mengulas tentang daya hambat cendawan dan bakteri endofit terhadap pertumbuhan Ganoderma sp. in vitro, penyebab penyakit pada kelapa sawit. Selain itu juga dibahas tentang matrik kebijakan fleksibel campuran biodiesel yang dapat dimanfaatkan untuk menganti- sipasi perubahan harga minyak sawit atau minyak (bumi) mentah. Redaksi Sumber: FAOSTAT (2009) Gambar 1. Luas lahan dan produksi pinang di Indonesia pengolahan bunga jantan. (Weda Makarti Mahayu/Peneliti BalitPalma)

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Ganoderma banyak muncul dari celah-celah bekas pelepah daun. Hasil eksplorasi terhadap

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan 21

ISSN 2085-319X

InfoTekMedia Bahan Bakar Nabati dan Perkebunan

InfoTek Perkebunan diterbitkan setiap bulan oleh Pusat Penelitiandan Pengembangan Perkebunan,

Badan Penelitian danPengembangan Pertanian

Volume 11, Nomor 6, Juni 2019 Publikasi Semi Populer

Alamat Redaksi:Jalan Tentara Pelajar No.1, Bogor 16111.Telp. (0251) 8313083. Faks. (0251) 8336194.email: [email protected]//perkebunan.litbang.pertanian.go.idDana: APBN 2018 DIPA Puslitbang PerkebunanDesign: Zainal Mahmud

Viabilitas Tepung Sari Kendala pada Persilangan Tanaman Pinang Penyebaran tanaman pinang (Areca catechu L.) meliputi

Asia Selatan, Asia Tenggara hingga beberapa pulau di Laut Pasifik, sedangkan di Indonesia tanaman pinang banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia, terutama wilayah Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi (Miftahorrachman et al., 2015). Indonesia merupakan negara penghasil pinang terbesar ke-3 setelah India dan Cina (Anonim, 2019).

Produksi pinang di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tajam mulai tahun 2013, penyebab penurunan produksi tersebut diduga disebabkan: penurunan luas area panen tanaman pinang (Gambar 1); tanaman pinang telah tua sehingga produktivitasnya telah menurun, cuaca ekstrim yang mengakibatkan tanaman pinang tercekam kekeringan, serangan OPT, kurangnya pemeliharaan dan terbatasnya ketersediaan benih unggul pinang. Penurunan produksi pinang tersebut diikuti oleh penurunan volume ekspor pinang dari 58.390 ton (2011) menjadi 39.687 ton (2012), 30.840 ton (2013), 38.811 ton (2014), namun meningkat menjadi 62.134 ton dengan nilai ekspor 71.561.970 US$ pada tahun 2015 (Anonim, 2018).

Untuk meningkatkan produksi pinang antara lain dengan menggunakan benih unggul, namun hingga saat ini, Indonesia baru melepas 2 varietas unggul tanaman pinang, yaitu pinang Betara yang berasal dari Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi

dengan potensi produksi 7,8 ton kernel kering/ha/tahun dan Pinang Emas yang berasal dari Malinow, Kotamobagu Barat, Kotamobagu, Sulawesi Utara dengan potensi produksi 3,2 ton/ha/tahun. Balit Palma sebagai instansi pemerintah yang memegang mandat penelitian dan pengembangan komoditas tanaman pinang telah berhasil mengkoleksi 24 aksesi tanaman pinang yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Varietas dan aksesi-aksesi pinang tersebut dievaluasi, aksesi dengan karakter unggul dan memiliki jarak genetik yang jauh berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai calon tetua dalam perakitan pinang hibrida. Diharapkan pinang hibrida memiliki potensi produksi tinggi seperti pinang Betara, namun cepat berproduksi dan lambat bertambah tinggi.

Hingga saat ini persilangan buatan pada tanaman pinang belum pernah dilakukan. Metode koleksi tepung sari pinang dan teknik hibridisasi bunga pinang merupakan pengetahuan yang harus dikuasai dalam perakitan varietas hibrida tanaman pinang melalui persilangan buatan. Berdasarkan hasil peneliti-an Mahayu dan Miftahorrachman (2012) diketahui terdapat perbedaan sistem penyerbukan antar aksesi tanaman pinang yang diteliti dan perbedaan pada pola masa reseptif bunga betina pinang. Hal ini akan mempengaruhi frekuensi dan waktu yang tepat polinator melakukan penyerbukan.

Hasil penelitian dengan memanfaatkan 3 aksesi tanaman pinang yaitu Malinow-1, Mongkonai dan Huntu-1 diketahui bahwa tepung sari pinang memiliki viabilitas yang tinggi saat bunga jantan pinang yang dipanen berasal dari: 1. Tanaman pinang yang sehat (bebas serangan OPT) dan

subur, kebutuhan hara tercukupi. 2. Tandan bunga yang seludangnya telah pecah dengan

beberapa bunga jantan di ujung spikelet seludangnya telah pecah.

Viabilitas tepung sari pinang dapat diamati dengan meman-faatkan media agar yang ditambahkan sukrosa sebagai sumber energi dan asam borat. Tepung sari pinang mulai berkecambah 5 jam setelah ditabur di atas media agar dan viabilitas optimum tepung sari pinang dapat diketahui setelah 10 jam ditabur di-atas media agar. Hingga saat ini belum ada ketetapan baku mengenai standar kelayakan tepung sari pinang bagi program hibridisasi, namun pada tanaman kelapa tepung sari dikate-gorikan layak digunakan dalam program hibridisasi jika via-bilitasnya >40%. Viabilitas tepung sari mempengaruhi tingkat keberhasilan program persilangan, semakin tinggi viabilitas te-pung sari yang digunakan maka semakin tinggi peluang keber-hasilan persilangan atau persentase buah jadi. Tepung sari yang memiliki viabilitas yang tinggi diperoleh pada tepung sari yang telah masak secara fisiologis. Rata-rata rendemen tepung sari pinang sekitar 0,159% dengan rata-rata berat tepung sari setiap tandan 0,182 gram (Mahayu dan Pandin, 2013). Rende-men tepung sari pinang jauh lebih rendah bila dibanding dengan rendemen tepung sari kelapa maupun aren, rendemen tepung sari kelapa tipe Dalam sekitar 3,29%, sedangkan rendemen aren tipe Dalam 1,4%. Rendemen tepung sari sangat dipengaruhi oleh jenis tanaman, kematangan bunga jantan dan proses

Editorial

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan masih banyak menghadapi kendala, antara lain masalah organisme pengganggu tanaman maupun terbatasnya benih unggul hasil pemuliaan. Pada nomor ini dibahas ten-tang permasalahan pada persilangan pinang karena viabilitas tepung sari yang rendah. Artikel lain mengulas tentang daya hambat cendawan dan bakteri endofit terhadap pertumbuhan Ganoderma sp. in vitro, penyebab penyakit pada kelapa sawit. Selain itu juga dibahas tentang matrik kebijakan fleksibel campuran biodiesel yang dapat dimanfaatkan untuk menganti-sipasi perubahan harga minyak sawit atau minyak (bumi) mentah.

Redaksi

Sumber: FAOSTAT (2009)

Gambar 1. Luas lahan dan produksi pinang di Indonesia

pengolahan bunga jantan. (Weda Makarti Mahayu/PenelitiBalit Palma)

Page 2: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Ganoderma banyak muncul dari celah-celah bekas pelepah daun. Hasil eksplorasi terhadap

22 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Ganoderma sp. Penyebab Penyakit pada Tanaman Sawit

Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Sawit dapat me-nyebabkan kehilangan hasil dan menimbulkan kerugian yang cukup besar karena menyebabkan kematian tanaman produktif hingga 50%. Hasil pengamatan pada dua lokasi kebun sawit di Kabupaten Tembihan Riau, menunjukkan bahwa tanaman sawit telah terserang penyakit busuk pangkal batang yang di-sebabkan oleh cendawan Ganoderma boninense.

Pengamatan terhadap bentuk tubuh buah (fruiting bodies) dari Ganoderma ditemukan 3 bentuk (Gambar 1) yaitu (a) bentuk gradual besar dengan pileus halus, (b) bentuk pileus bergelombang dengan warna cokelat kemerahan dan (c) bentuk pileus halus dengan warna cokelat kemerahan. Posisi tubuh buah banyak ditemukan pada 0 - 50 cm dari pangkal batang, dan juga ditemukan pada ketinggian 1,5 meter. Tubuh buah Ganoderma banyak muncul dari celah-celah bekas pelepah daun.

Hasil eksplorasi terhadap cendawan dan bakteri endofit pada tanaman sawit diperoleh Trichoderma sp, Penicillium sp dan Mucor sp ternyata berpotensi sebagai pengendali G. boninense

Uji antagonis yang dilakukan menunjukkan bahwa ketiga isolat cendawan tersebut memberikan bentuk penghambatan yang berbeda dalam menekan perkembangan cendawan G. boninense.

Hasil penelitian laboratorium menunjukkan bahwa pada pengujian awal pertumbuhan isolat G. boninense pada be-berapa media tumbuh yang sudah dimodifikasi seperti pada media F1, F2, F3 dan PDA, ternyata media F1, pertambahan luas koloni mulai terlihat pada hari ketujuh. Pada media F2 dan F4, pertambahan luas koloni mulai terlihat setelah hari ke sepuluh sedangkan pada media F3 tidak terjadi pertambahan. Diameter koloni pada awal penelitian adalah 0,7 cm (Gambar 1 dan 4). Selain itu juga dilakukan pengujian pada media M1 dan M2, ternyata kedua media ini dapat digunakan sebagai media tumbuh G. boninense (Gambar 2). Pengujian selanjutnya dilakukan pada F1, F2, Nira kelapa Genjah Kuning Nias (nira GKN) dan media PDA. Cendawan ini bertumbuh baik pada media PDA dan nira GKN dibandingkan dengan media F1 dan F2 (Gambar 3).

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiakan isolat murni dengan menggunakan beberapa modifikasi media spesifik untuk Ganoderma dapat menghambat pertumbuhan miselia cendawan tetapi belum dapat membentuk konidia. (Novalisa Lumentut/Peneliti Balit Palma)

Dia

met

er k

olo

ni

Gambar 2. Pertumbuhan cendawan G. boninense pada media

M1 dan M2 Gambar 3. Pertumbuhan cendawan G. boninense pada media

F1, F2, Nira GKN dan PDA

Gambar 4. Pertumbuhan cendawan G.boninense pada media PDA, F1 (Formulasi media standar) dan F4 (media yang sudah dimodifikasi)

Gambar 1. a, b, c dan d Bentuk dan posisi tubuh buah G. boninense pada tanaman sawit

Hari

Gambar 2. Isolat Cendawan antagonis hasil eksplorasi. a). Trichoderma, b) . Penicillium sp, c). Mucor sp

Gambar 1. Pertumbuhan cendawan G. boninense pada

media F1, F2 dan F4

Dia

met

er K

olo

ni

PDA

Hari

F1

a b

c c

a

b

c

PDA F4

Page 3: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Ganoderma banyak muncul dari celah-celah bekas pelepah daun. Hasil eksplorasi terhadap

23Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Pelindung Dr. Fadjry Djufry

(Kepala Puslitbang Perkebunan)

Penanggung Jawab Dr. Jelfina Constansje Alouw

Pemimpin Redaksi Dr. Nurliani Bermawie

Anggota Dr. Joko Pitono

Dr. Rr. Sri Hartati Dr. Rita Harni

Dr. Suci Wulandari

Redaksi Pelaksana Dr. Saefudin

Sudarsono.SE Elfiansyah Damanik

Matrik Kebijakan Fleksibel Campuran Biodiesel

Kebijakan pemerintah untuk mendorong penggunaan

biodiesel telah direalisasikan dengan penggunaan B20

(campuran biodiesel 20% dalam solar) secara mandatory.

Penggunaan biodiesel yang semakin banyak seperti

penggunaan B30 bahkan hingga B100 sangat diharapkan

karena Indonesia dapat menghasilkan bahan baku biodiesel

berupa minyak sawit mentah (CPO) dalam jumlah berlebih

(dari kebutuhan dalam negeri) yang dapat digunakan sebagai

substitusi minyak (bumi) mentah yang jumlahnya kurang

(impor). Pada gilirannya diharapkan dapat menghemat devisa

dan mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan

internasional.

Nilai keekonomian biodiesel pada tingkat penggunaan

biodiesel tertentu tergantung pada harga relatif minyak sawit

mentah dan minyak mentah, yang harganya lebih murah

digunakan lebih banyak. Dengan asumsi bahwa secara teknis

tingkat penggunaan masing-masing bahan memiliki

fleksibilitas untuk dicampur, maka dapat ditentukan tingkat

kombinasi (pencampuran) biodiesel optimum dengan harga

yang paling murah. Jika tingkat pencampuran biodiesel yang

layak dilakukan secara teknis, misalkan, minimum 20% (B20)

dan maksimum 100% (B100), maka dapat disusun matrik

tingkat pencampuran biodiesel optimum sesuai dengan harga

relatif minyak sawit mentah dan minyak mentah (Tabel 1).

Untuk produksi biodiesel yang berdaya saing atau yang

secara ekonomis berkelanjutan dapat menentukan ting-

kat pencampurannya menggunakan matrik tersebut, yang

dinamakan “Matrik Kebijakan Fleksibel” atau MKF.

Harga bahan baku minyak sawit mentah dan minyak

mentah dapat dikategorikan menjadi tiga strata yaitu harga

tinggi, sedang, dan rendah. Sebagai referensi ketiga kategori

tersebut merupakan selang harga (price ranges) yang

ditentukan berdasarkan perkiraan perkembangan harga di

pasar internasional di waktu yang akan datang (forecasting),

sehingga selang harga tersebut dapat mencerminkan salah satu

dari ketiga strata harga yang bersangkutan. Kombinasi

kategori harga kedua komoditas tersebut yang menentukan

tingkat pencampuran biodiesel.

Kebijakan penetapan campuran biodiesel dapat

dilaksanakan secara bulanan, kuartal, semester atau tahunan,

sehingga data perkiraan harga yang digunakan disesuaikan

dengan jangka waktu tersebut. Dengan pertimbangan bahwa

harga kedua komoditas tersebut sangat “volatile”, maka

semakin pendek jangka waktu penetapannya semakin baik.

Pertimbangan utamanya adalah kapasitas teknis kilang

pencampuran untuk menyesuaikan perubahan-perubahan

tersebut.

Berdasarkan pengalaman, harga minyak sawit mentah

bergerak antara USD 400 hingga USD 1200 tiap ton, sehingga

dapat disusun strata selang harganya, misalnya, harga rendah

bila kurang dari USD 600, harga sedang bila antara USD 600-

900, dan harga tinggi bila lebih dari USD 900. Sedangkan

harga minyak mentah dunia bergerak antara USD 40 hingga

USD 120 tiap barrel, sehingga selang harganya, misalnya, harga

rendah bila kurang dari USD 60, harga sedang bila antara USD

60-90, dan harga tinggi bila harga lebih dari USD 90. Dengan

demikian bila perkiraan harga kedua bahan baku tersebut,

misalkan, dalam satu semester ke depan untuk harga minyak

sawit mentah sebesar USD 720-760 dan minyak mentah

sebesar USD 82-88, maka biodiesel yang secara ekonomis bisa

dihasilkan adalah B40-60.

Dalam praktek ada dua kendala teknis yaitu kendala teknis

produksi biodiesel dan teknis penggunaan. Kendala produksi

secara umum dapat diselesaikan di dalam rancangan industri,

dengan mengatur sistem pencampuran secara fleksibel yang

dapat dikendalikan dengan menggunakan teknologi digital

seperti Artificial Intelligence (AI) dan Internet of Things (IoT).

Kendala teknis penggunaan antara lain adalah rigiditas teknis

penggunaan biodiesel untuk mesin-mesin tertentu seperti alat-

alat berat dan lokomotif dan dampak dalam jangka panjang

untuk semua jenis mesin terutama terhadap keawetan mesin,

belum ada penelitian.

Beberapa negeri yang sudah menerapkan kebijakan serupa

adalah Brazil dan Thailand untuk penggunaan bioetanol.

Secara umum kebijakan ini mampu mendorong peng-

gunaan bioetanol dalam jangka panjang, sehingga impor

minyak mentah dapat berkurang secara signifikan terutama

Tabel 1. Matrik Kebijakan Fleksibel

Harga minyak

sawit mentah

Harga minyak Mentah

Rendah Sedang Tinggi

Rendah B40 - 60 B60 - 80 B100

Sedang B60 - 80 B40 - 60 B60 - 80

Tinggi B20 B20 - 40 B40 - 60

pada saat harganya meningkat. (Agus Wahyudi/Ditjen

Perkebunan)

Page 4: InfoTek ISSN 2085-319Xperkebunan.litbang.pertanian.go.id/wp-content/uploads/... · 2020. 1. 9. · Ganoderma banyak muncul dari celah-celah bekas pelepah daun. Hasil eksplorasi terhadap

24 Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

InfoTek Perkebunan memuat informasi mengenai perkembangan bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan;inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian cq Puslitbang Perkebunan dan instansi lain; opini, atau gagasanberdasarkan hasil penelitian dalam bidang teknik, rekayasa, sosial ekonomi; serta tanya-jawab seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan. Redaksi menerima pertanyaan-pertanyaan seputar bahan bakar nabati dan teknologi perkebunan yang akan dijawab oleh para peneliti Puslitbang Perkebunan. Selain dalam bentuk tercetak, InfoTek Perkebunan juga tersedia dalam bentuk elektronis yang dapat diakses secara on-line pada: http//perkebunan.litbang.deptan.go.id

ISSN 2085-319X

9 772085 319001

Puslitbang Perkebunan Memperingati Hari Lahir

Pancasila dalam Kebersamaan

Pancasila adalah ideologi dasar bagi Bangsa Indonesia, dan menjadi perekat Bangsa Indonesia yang masyarakatnya sangat majemuk. Tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila. Lahirnya Pancasila adalah judul dari pidato yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945. Badan Litbang Pertanian,

Kementerian Pertanian bersama Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis yang berada di lingkungan Kantor Pusat Cimanggu – Bogor, termasuk Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan sangat antusias dalam memperingati Hari Lahir Pancasila pada hari Sabtu, 1 Juni 2019 di lapangan BB. Biogen jalan Tentara Pelajar No 3 Bogor. Bertindak sebagai Pembina Upacara adalah Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Fadjry Djufry, M.Si. Peserta upacara adalah seluruh Jajaran Aparat Sipil Nasional (ASN) Lingkup Badan Litbang Pertanian di Bogor.

Dalam pidato arahan Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo yang dibacakan oleh Kepala Badan Litbang Pertanian mengatakan bahwa kita harus memanfaatkan momen penting ini sebagai renungan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kepada seluruh ASN lingkup Badan Litbang Pertanian untuk bisa mengembalikan/mempersatukan perbedaan, perekat antar elemen masyarakat/bernegara, tetap solid menjalankan tugas, dan jangan terpancing oleh isu keagamaan, kesukuan, etnis dan identitas lain yang bisa memecah belah bangsa. Kepada ASN untuk ikut berperan dalam menjaga, merawat dan menjalankan semangat Pancasila menjadi bagian dari solusi persatuan bangsa.

Selanjutnya Kepala Badan Litbang Pertanian menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh ASN lingkup Badan Litbang Pertanian yang sudah berperan aktif dalam mendukung pencapaian WTP Kementerian Pertanian selama 3 tahun berturut-turut. Hal ini menjadi modal untuk meningkatkan tunjangan kinerja lingkup Kementerian Pertanian yang semula 80% akan menjadi 90%. Hal ini penting untuk menjadi tanggung jawab bersama untuk meningkatkan kinerja dalam menjalankan kewajiban sebagai ASN. (Anjas Satria Pamungkas/Puslitbangbun)

Puslitbang Perkebunan Pamerkan Produk Inovasi Perkebunan di

Indonesia Agrofood ekspo 2019

Indonesia Agrofood Expo adalah acara pameran terbesar yang menampilkan produk hasil pertanian segar maupun olahan yang berasal dari tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, dan sektor perkebunan. Dalam upaya memperkenalkan produk-produk unggulan hasil pertanian kepada masyarakat khususnya pelaku bisnis di bidang pertanian, kegiatan ini merupakan sarana promosi yang tepat untuk mengembangkan jaringan informasi kepada khalayak luas.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan merupakan satuan kerja yang berada di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian dan memiliki mandat untuk menghasilkan serta mengembangkan inovasi hasil penelitian pada komoditas unggul perkebunan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mendukung perannya ialah mendiseminasikan produk hasil penelitian tersebut melalui acara pameran Indonesia Agrofood Expo 2019 pada tanggal 27 Juni s/d 30 Juni 2019 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.

Acara berskala internasional ke-19 ini diselenggarakan atas kerja sama Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Daerah serta Badan Usaha Milik Negara maupun pihak swasta yang turut berpartisipasi. Selain itu beberapa negara seperti Malaysia, Bahrain, dan Korea Selatan juga diundang untuk memeriahkan kegiatan pameran.

Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Bapak Ir. Dedi Junaedi, M.Sc selaku Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian. Dalam sambutannya Dedi memaparkan pentingnya acara ini berkaitan dengan kebutuhan optimalisasi ketahanan pangan bersumber dari sektor pertanian yang akan menjadi lubang pangan dunia di masa yang akan datang. Selain itu ia juga menambahkan bahwa dunia saat ini tengah memasuki era ekonomi 4.0 yang mengedepankan teknologi di segala aspek khususnya inovasi teknologi pertanian.

Adapun produk invensi yang dipamerkan oleh Puslitbang Perkebunan antara lain ialah produk olahan tanaman obat dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), kopi hasil penelitian dengan cita rasa khas dari Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri), produk makanan hasil olahan sagu dan kelapa dari Balai Penelitian Tanaman Palma serta teh rosela yang merupakan salah satu produk unggulan hasil penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balittas). Selain itu pada booth Puslitbang Perkebunan juga turut disediakan leaflet, brosur hingga buku mengenai hasil penelitian komoditas perkebunan yang dapat dimanfaatkan secara gratis untuk para pengunjung pameran.

Indonesia Agrofood Expo 2019 akan diselenggarakan bersamaan dengan pameran Indonesia Internasional Modern Agriculture Expo 2019, yaitu pameran mengenai pertanian modern yang meliputi alat dan mesin pertanian, agro chemical, hydroponic, pembibitan, teknologi pengemasan makanan dan minuman dan industri penunjang lainnya serta Halal Indonesia Expo 2019. Diharapkan dengan adanya acara ini mampu meningkatkan perhatian serta antusias masyarakat terhadap

Gambar 1. Upacara 1 Juni hari lahir Pancasila, Peserta upacara seluruh jajaran Aparat Sipil Nasional (ASN) Lingkup Badan Litbang Pertanian di Bogor.

dunia pertanian di negara Indonesia. (Anjas Satria Pamungkas

dan Elfiansyah Damanik/Staf Pendayagunaan Hasil Penelitian,

Puslitbang Perkebunan)