infestasi cacing parasitik pada insang … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan...

34
INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG IKAN TONGKOL (Euthynnus sp.) SIONITA GLORIANA GUNAWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Upload: ngonhan

Post on 18-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

INFESTASI CACING PARASITIK PADA

INSANG IKAN TONGKOL (Euthynnus sp.)

SIONITA GLORIANA GUNAWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 2: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

ABSTRAK

SIONITA GLORIANA GUNAWAN. B04104180. Infestasi Cacing Parasitik

pada Insang Ikan Tongkol (Euthynnus sp.). Dibimbing oleh RISA TIURIA

dan ADHI RACHMAT HARIYADI.

Jumlah penduduk yang semakin bertambah akan meningkatkan jumlah

bahan pangan yang dibutuhkan, termasuk ikan laut. Ikan merupakan salah satu

sumber bahan pangan yang mudah didapat dan jumlahnya relatif banyak di alam.

Oleh karena itu, kesehatan ikan sangat penting untuk diperhatikan demi

kesejahteraan dan kesehatan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

jenis cacing parasit yang terdapat pada insang ikan tongkol (Euthynnus sp.) yang

diambil dari pelelangan ikan di daerah Jakarta. Di samping itu penelitian ini juga

bermanfaat untuk memperkaya literatur tentang cacing parasit pada ikan di

Indonesia. Empat jenis cacing parasit dan 1 jenis copepoda berhasil diisolasi dari

insang 16 ekor ikan yang diperiksa. Dari data tersebut dapat diketahui nilai

prevalensi kecacingan yaitu 25% dan prevalensi copepoda yaitu 6.25%. Spesimen

cacing yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s

acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

sp., Digenea Hysterolecitha sp., Copepoda Caligus sp., Digenea 2 (kemungkinan

Hysterolecitha sp.) dan kemungkinan larva Cestoda. Digenea dan cestoda

merupakan kelompok endoparasit yang lazimnya menempati tubuh (saluran cerna,

rongga tubuh dan lain-lain). Kedua kelompok ini ternyata secara insidental dapat

ditemukan pada insang sebagai kontaminan.

Page 3: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

INFESTASI CACING PARASITIK PADA

INSANG IKAN TONGKOL (Euthynnus sp.)

SIONITA GLORIANA GUNAWAN

B04104180

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan

di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Page 4: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : INFESTASI CACING PARASITIK PADA

INSANG IKAN TONGKOL (Euthynnus sp.)

NAMA MAHASISWA : SIONITA GLORIANA GUNAWAN

NOMOR POKOK : B04104180

PROGRAM STUDI : KEDOKTERAN HEWAN

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. drh Risa Tiuria, MS Adhi Rachmat Hariyadi, Bsc, MSi.

NIP : 131 690 352

Diketahui :

Wakil Dekan FKH-IPB

Dr. Nastiti Kusumorini

NIP : 131 669 942

Tanggal lulus :

Page 5: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah Bapa yang telah setia

memimpin, melindungi dan menyertai selama penulis menempuh pendidikan S1

di Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan

pada keluarga yaitu Papa, Mama, Tina dan Lili yang tiada hentinya mendukung

penulis selama mengerjakan skripsi ini.

Penghargaan, penghormatan dan terima kasih penulis sampaikan pada

dosen pembimbing skripsi yaitu Dr. drh. Risa Tiuria, MS, dan Adhi Rahmat

Haryadi, Bsc, MSi, yang telah membantu dan memberikan masukan yang

berharga bagi penulis. Selain itu kepada Dr. drh. Upik Kesumawati Hadi MSi.

sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama penulis

menempa ilmu di IPB. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-

teman tim “Ikan” yaitu Ina, Vonti, Nope, Lina, Arioz, Ari, Ivan, Dwi, Renny,

Deby, Onald, Uya dan Asri serta pada Ibu Irawati dan Pak Eman. Tidak lupa

penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman PF dan teman-teman

“Asteroidea 41” yang telah memberikan semangat dan dukungan serta kepada

teman-teman P44 Ai, Venven, Memey, Titin, Willin, Sherly, Tari, Dika, Bagus,

dan Sius. Kepada Mr. Marty Deveney dan Mr. Ian Whittington penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan

literatur yang diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat dan menambah kekayaan

pengetahuan tentang parasit cacing di Indonesia.

Bogor, Juli 2008

Sionita Gloriana Gunawan

Page 6: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samarinda pada tanggal 24 April 1986 dari ayah

Boyke Gunawan dan ibu Wenny Simon. Penulis merupakan anak sulung dari tiga

bersaudara (Eva Christina Gunawan dan Novia Elisabeth Gunawan).

Penulis masuk Sekolah Dasar Katholik II W.R Soepratman Samarinda dan

lulus pada tahun 1998. Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama Katholik W.R Soepratman, lulus pada tahun 2001, lalu

melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Samarinda dan lulus pada

tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis juga diterima di Institut Pertanian Bogor

melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih

Program Studi Kedokteran Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan sebagai pilihan

pertama.

Selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Kedokteran Hewan, penulis

pernah mengikuti beberapa kepanitiaan dan organisasi. Kepanitiaan yang pernah

diikuti penulis adalah Natal FKH tahun 2006 dan 2007, Introvet tahun 2006 dan

2007. Organisasi yang pernah diikuti penulis adalah Himpunan Minat dan Profesi

Ruminansia sebagai anggota tahun 2005-2007, Neko-neko Veterinary Japanese

Club sebagai anggota tahun 2007-2008, serta Persekutuan Fakultas sebagai

pengurus di bidang Persekutuan tahun 2006-2007.

Page 7: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ............................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ......................................................................................1

Tujuan...................................................................................................2

Manfaat.................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Perairan.........................................................................3

B. Kehidupan Ikan ................................................................................3

a. Ikan Tongkol..........................................................................5

C. Cacing-cacing pada Ikan...................................................................6

a. Monogenea ............................................................................8

b. Trematoda Digenea................................................................9

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian................................................................13

Rancangan Penelitian ............................................................................13

Bahan dan Alat Penelitian .....................................................................13

Teknik Parasitologi ...............................................................................13

Teknik Penghitungan Prevanlesi............................................................14

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monogenea Capsala sp...... ...............................................................18

B. Digenea Hysterolecitha sp ................................................................20

C. Digenea 2 .........................................................................................21

D. Cestoda.............................................................................................21

E. Temuan Non-Helminth (Copepoda) ..................................................22

Prevalensi.........................................................................................23

KESIMPULAN ................................................................................................24

SARAN. ...........................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................25

Page 8: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

DAFTAR TABEL

1 Berbagai Jenis Spesies Monogenea Capsalidae (Dari Williams dan

Williams 1996)............................................................................................10

2 Jenis Cacing Parasit yang Ditemukan pada Insang Ikan Tongkol

(Euthynnus sp.)............................................................................................15

No Teks Hal

Page 9: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal

1. Euthynnus sp.................................................................................................6

2. Tristoma (Hyman 1951) ................................................................................16

3. Capsala sp. dari penelitian (4x)... ..................................................................16

4. Capsala sp. dari penelitian (10x). ..................................................................16

5. Capsala sp. dari penelitian (40x)...................................................................16

6. Capsala sp. dari penelitian (40x)...................................................................16

7. Capsala sp. dari penelitian (40x)...................................................................16

8. Organ tubuh Hysterolecitha (4x) ...................................................................17

9. Skema organ tubuh Hysterolecitha (Yamaguti 1958) ....................................17

10. Hysterolecitha pada penelitian(10x) ............................................................17

11. Hysterolecitha pada penelitian (10x) ...........................................................17

12. Digenea 2 (10x) ..........................................................................................17

13. Cestoda .......................................................................................................17

14. Cestoda .......................................................................................................17

15. Caligus sp. pada penelitian..........................................................................22

16. Caligus sp. (Williams & Williams 1996).....................................................22

Page 10: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebagian besar wilayah Indonesia terdiri dari perairan yang memiliki

sumber daya beragam. Bila dikelola dengan baik hasil perairan akan menjadi

salah satu sumber pendapatan negara yang sangat menjanjikan. Secara umum

perairan dapat dibedakan menjadi dua yaitu perairan darat (tawar) dan perairan

laut (asin) di mana perikanan merupakan salah satu hasil perairan Indonesia

dengan prospek yang cukup bagus. Perikanan Indonesia semakin berkembang

dengan adanya peningkatan ekspor ke negara lain. Selain itu konsumsi ikan dalam

negeri pun tidak sedikit seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia.

Oleh karena itu, peningkatan mutu harus diperhatikan, terutama dari segi

kesehatan dan kualitas ikan.

Salah satu kendala yang dihadapi dalam menjaga kesehatan ikan adalah

faktor populasi ikan yang sangat besar. Kesehatan ikan akan bisa dijaga dan

diawasi bila dilakukan pada sektor perikanan intensif di mana jumlah ikan terbatas

dengan wilayah perairan yang kecil. Kesehatan ikan di perairan luas seperti laut

akan jauh lebih sulit dijaga karena jumlah ikan yang lebih besar.

Dipandang dari aspek kesehatan, kebutuhan minimal rakyat Indonesia

terhadap ikan lebih dari 20 kg/jiwa/tahun (Jangkaru 2002). Produksi perikanan

yang bermutu baik akan menunjang kesehatan masyarakat. Penyakit dan

malnutrisi / kekurangan gizi dapat menyerang masyarakat jika kualitas produksi

perikanan tidak diperhatikan. Selain itu, ikan dengan kualitas rendah dapat

mengandung toksin atau parasit yang bersifat zoonosis.

Parasit akan merugikan kesehatan dan kualitas ikan maupun bagi manusia

yang mengkonsumsinya. Menurut Buchmann & Bresciani (2001) parasit bagi ikan

dapat menyebabkan anemia, hemoragi, inflamasi, anoreksia dan letargi. Contoh

cacing parasit ikan yang tidak bersifat zoonosis yaitu Capsala sp. (Williams &

Williams 1996, Crisholm & Whittington 2006) dan Hysterolecitha sp. (Yamaguti

1958). Parasit yang bersifat zoonosis dapat menggangu kesehatan manusia berupa

anemia, inflamasi dan hemoragi. Parasit yang bersifat zoonosis mendapat

perhatian yang lebih. Contoh parasit ikan yang bersifat zoonosis dari golongan

cestoda adalah Diphyllobothrium latum, D. dendriticum dan D. ditremum. Contoh

Page 11: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

parasit zoonosis dari golongan digenea adalah Clonorchis sinensis, Opistorchis

felineus, Metagonimus spp., Heterophyes spp. dan parasit nematoda adalah

Anisakis sp (Buchmann & Bresciani 2001).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis cacing parasit yang

terdapat pada insang ikan tongkol.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat dalam penelusuran lebih jauh mengenai

kecacingan pada ikan dan memperkaya pustaka cacing parasitik pada ikan di

Indonesia.

Page 12: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lingkungan Perairan

Lingkungan perairan merupakan habitat dari berbagai jenis biota akuatik,

salah satunya adalah ikan. Lingkungan ini memiliki parameter-parameter yang

mempengaruhi homeostatis yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan

reproduksi ikan. Bila lingkungan berubah dari batas normal akan dapat

menimbulkan penyakit. Parameter yang penting adalah suhu, intensitas dan waktu

mendapat sinar, susunan kimia air, kandungan benda-benda biologis, tersedianya

ruangan dan makanan, serta hal-hal yang dapat membuat ikan stres (Nabib &

Pasaribu 1989).

Perairan terdiri dari perairan tawar, payau dan laut. Menurut Jangkaru

(2002), habitat ikan di perairan tawar adalah sungai, rawa, danau, waduk, sawah,

kolam irigasi dan kolam tadah hujan. Perairan payau biasanya terdapat pada

perbatasan antara perairan tawar dan laut, yaitu di sekitar sungai pinggiran pantai

yang bermuara ke laut. Perairan laut merupakan wilayah perairan paling luas yang

memiliki biota laut yang paling beragam.

B. Kehidupan Ikan

Tiap wilayah perairan memiliki jenis ikan yang berbeda. Perairan laut

memiliki jenis ikan seperti tongkol, kembung, kakap, tuna dan lain-lain. Perikanan

tawar memiliki jenis ikan seperti mujaer, mas, gurame, nila, lele dan lain-lain.

Ikan merupakan hewan poikilothermik atau hewan berdarah dingin yang

suhu tubuhnya mengikuti suhu lingkungan sekitarnya. Ikan memiliki batas-batas

toleransi suhu tinggi dan rendah. Selain itu ikan juga memerlukan suhu optimum

bagi pertumbuhan, inkubasi telur dan resistensi terhadap penyakit-penyakit

tertentu. Batas-batas suhu ini dapat berbeda pada tiap jenis ikan dan dapat berubah

sesuai dengan keadaan parameter lain, seperti tekanan oksigen dan pH air. Suhu

air penting bagi kesehatan ikan karena mempengaruhi sifat-sifat dari lingkungan

air. Suhu air di perairan darat sangat mudah berubah hingga mencapai 40oC. Hal

ini sangat tergantung pada ketinggian, cuaca, garis lintang, perbedaan waktu siang

dan malam serta kedalaman. Perubahan suhu pada air laut lebih kecil karena

sirkulasi dan jumlah air lebih banyak di laut dan samudra. Umumnya daya larut

Page 13: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

gas-gas berkurang bila suhu naik, sedangkan daya larut zat-zat beracun seperti

minyak dan pestisida akan naik dengan kenaikan suhu. Toksisitas logam berat

juga bertambah seiring kenaikan suhu (Nabib & Pasaribu 1989).

Sebagai pengganti paru-paru pada hewan darat, ikan dilengkapi dengan

insang. Luas permukaan epitel insang dapat menyerupai luas dari total permukaan

kulit, bahkan pada sebagian besar spesies ikan luas permukaan epitel insang ini

jauh melebihi kulit. Struktur insang ini merupakan hal yang penting dalam

menyelenggarakan homeostatis ikan. Lapisan epitelnya tipis untuk mempermudah

pertukaran gas, namun hal ini menyebabkan insang rawan terhadap invasi agen

penyakit. Selain berfungsi dalam pertukaran gas, insang juga berfungsi sebagai

pengatur pertukaran garam dan air, serta berperan penting dalam pengeluaran

limbah-limbah yang mengandung nitrogen. Kerusakan struktur yang ringan pun

dapat sangat mengganggu pengaturan osmosis dan pernafasan.

Ikan dapat pula mengalami stres seperti makhluk hidup lain. Hal-hal yang

dapat menyebabkannya adalah anoksia, infeksi, ketakutan serta gerakan-gerakan

yang dipaksakan. Stres dapat mempengaruhi reaksi tanggap kebal pada hewan

termasuk ikan. Kekebalan tubuh akan menurun jika ikan mengalami stres,

sehingga ikan akan mudah terinfeksi agen penyakit.

Menurut Nabib & Pasaribu (1989) kelainan-kelainan yang dapat terjadi

pada ikan terutama pada organ insang adalah sebagai berikut :

1. Pembendungan hebat dari pembuluh darah insang. Hal ini dapat disebabkan

oleh pencemaran lingkungan, infeksi kuman, iritasi oleh parasit ikan,

avitaminosis dan jamur ikan.

2. Pengeluaran lendir berlebihan yang dapat disebabkan oleh zat kimia dan

parasit.

3. Insang rusak tercabik-cabik yang disebabkan oleh zat kimia dan jarang oleh

parasit.

4. Pembengkakan filamen-filamen insang yang disebabkan oleh kuman-kuman,

avitaminosis dan iritasi oleh parasit.

5. Adanya cacing-cacing (monogenea, Diplozoon, Phylometra) yang terdapat

pada insang ikan.

Page 14: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Ikan dapat menjadi inang bagi parasit. Menurut Buchmann & Bresciani

(2001), terdapat beberapa jenis inang, yaitu inang antara, inang paratenik dan

inang definitif. Cacing mencapai stadium dewasa pada inang definitif. Inang

antara merupakan tempat perkembangan stadium-stadium larva cacing, biasanya

satu stadium larva hidup pada satu jenis inang antara. Inang paratenik adalah

inang yang membawa larva cacing dalam jangka waktu tertentu tanpa terjadi

perkembangan larva tersebut.

Ikan pelagis adalah ikan yang berenang bebas. Ikan ini biasanya

mendatangi karang-karang walaupun sebagian besar bukan merupakan ikan yang

berhabitat di sekitar karang. Hanya sedikit ikan pelagis yang berhabitat di sekitar

karang. Ikan yang termasuk pelagis adalah famili Scombroidae, famili

Carangidae dan famili Sphyraenidae (Kuiter 1992).

a. Ikan Tongkol

Ikan tongkol termasuk dalam kelompok ikan tuna yang biasanya disebut

Scombroid fish. Ada yang hidup di perairan tertentu, namun sebagian besar

mengadakan migrasi sepanjang tahun. Telur-telurnya dapat mencapai 300.000

sampai 1.000.000 butir, yang biasanya ditetaskan di karang-karang. Tubuhnya

berbentuk stream line dengan kondisi tubuh yang kuat dan mampu bergerak cepat.

Ikan tuna memiliki sifat dan kebiasaan yaitu senang berenang cepat dan memburu

mangsanya di lapisan permukaan ataupun di laut dalam. Ikan tuna di perairan

biasanya membentuk suatu gerombolan.

Tongkol atau Euthynnus sp. merupakan ikan yang juga dikenal dengan

nama komo di Indonesia. Tongkol banyak terdapat pada Samudra Pasifik dan

Samudra Hindia sepanjang khatulistiwa dan hampir tidak pernah berpindah ke

daerah sub tropis. Ikan tongkol ini dapat hidup pada suhu air 16o sampai 31

o C di

daerah dekat pantai dengan kadar garam 34 ‰.

Ikan tongkol sering dicampurbaurkan dengan tongkol pisang (Auxis

thazard). Ikan tongkol memiliki bentuk kepala yang tajam dan bermata besar,

sedangkan tongkol pisang memiliki mata yang kecil. Ikan tongkol memiliki badan

padat dan linea lateralis yang berbentuk hampir lurus. Selain itu tongkol memiliki

garis-garis hitam yang melengkung pada bagian punggung mulai di depan sirip

Page 15: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

punggung pertama. Ciri terakhir ini dapat digunakan untuk membedakan tongkol

dari tongkol pisang. Tongkol pisang memiliki garis yang dimulai di belakang sirip

punggung pertama. Tanda paling khas yang terdapat pada tongkol adalah adanya

enam atau lebih bintik-bintik hitam di antara sirip dada dan perut. Bintik-bintik ini

tidak ditemukan pada ikan tongkol pisang. Hal lain yang membedakan tongkol

dan tongkol pisang adalah jarak sirip punggung pertama dan sirip punggung

kedua, di mana jarak sirip-sirip tongkol lebih dekat dibandingkan dengan tongkol

pisang (Tampubolon 1983).

Gambar 1. Euthynnus sp. [http://www.pick5.pick.uga.edu]

Tongkol maupun tongkol pisang memiliki warna hijau tua dan hijau muda

pada bagian dorsal tubuhnya mulai dari linea lateralis sampai punggung. Bagian

ventral ikan ini berwarna keperak-perakan. Rasa dagingnya kurang lezat

dibandingkan dengan tuna lainnya sehingga kurang begitu terkenal dalam

perdagangan tuna dunia. Tongkol ini termasuk dalam kingdom Animalia, filum

Chordata, subfilum Vertebrata, superkelas Osteichthyes, kelas Actinopterygii,

subkelas Neopterygii, infrakelas Teleostei, superordo Acanthopterygii, ordo

Perciformes, subordo Scombroidei, famili Scombridae, subfamili Scombrinae,

genus Euthynnus dan spesies Euthynnus sp. (Saanin 1984).

C. Cacing-cacing pada Ikan

Parasit pada ikan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu ektoparasit dan

endoparasit. Ektoparasit menyerang bagian luar tubuh inang seperti insang, sirip,

lubang hidung, kornea dan permukaan kulit. Endoparasit menyerang bagian dalam

Page 16: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

tubuh inang seperti esofagus, usus, kantung renang, otot, darah, jantung, hati,

ginjal, saluran urinarius, limpa dan gonad (Nabib & Pasaribu 1989).

Parasit ikan menjadi penting dalam kesehatan manusia bila dapat menular

ke manusia atau yang disebut zoonosis. Zoonosis dapat terjadi bila manusia

berkontak dengan hewan atau memakan daging yang terkontaminasi.

Permasalahan penyakit cacing ikan biasanya dihubungkan dengan adanya larva

cacing pada produk ikan. Demi keamanan dan kelayakan sebagai pangan manusia,

produk ikan dipanaskan/dimasak atau dibekukan agar larva atau cacing dapat

dimatikan (Buchmann & Bresciani 2001).

Grabda (1991) membagi parasit pada ikan menjadi beberapa filum yaitu

filum Cnidaria, Arthropoda, Plathelminthes, Nemathelminthes dan

Acanthocephala. Filum Cnidaria adalah jenis parasit yang menyerang dan hidup

pada oosit ikan. Filum Arthropoda merupakan jenis parasit yang bentuknya

berbuku-buku. Filum Platyhelminthes memiliki karakteristik simetris bilateral,

pipih dorsoventral, tidak ada segmen yang sesungguhnya, sistem pencernaan tidak

lengkap, serta memiliki batil isap atau kait atau keduanya untuk menempel pada

inang. Selain itu karakteristik lain cacing filum ini adalah memiliki lapisan otot

yang berkembang baik dan tidak memiliki rongga tubuh. Ruangan antara organ

dalam tubuh diisi oleh massa sel parenkim. Filum ini tidak memiliki sistem

rangka, sirkulasi dan respiratori. Cacing filum ini biasanya bersifat hermaprodit

sehingga dapat melakukan fertilisasi sendiri. Cacing yang termasuk dalam filum

Platyhelminthes adalah kelas Monogenea, kelas Trematoda, kelas Cestodaria dan

kelas Cestoidea. Karakteristik filum Nemathelminthes adalah simetris bilateral,

tidak memiliki segmen yang sesungguhnya, tubuh silindris, alat pencernaan yang

lengkap, serabut otot yang hanya longitudinal dan pseudocoel. Selain itu cacing

ini tidak memiliki organ sirkulasi atau respiratori, dan kelamin biasanya terpisah,

ada hewan jantan dan betina. Cacing yang termasuk dalam filum

Nemathelminthes adalah kelas Nematoda atau yang biasa disebut cacing gilig

(Storer et al 1968).

Page 17: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

a. Monogenea

Hampir semua spesies dari kelas Monogenea berperan sebagai ektoparasit

ikan, hanya sebagian kecil yang hidup sebagai endoparasit. Kelas Monogenea

terbanyak terdapat pada ikan yaitu sekurang-kurangnya 95%, dan sisanya terdapat

pada amfibi dan reptil. Pada ikan biasanya cacing menempel di insang atau di

permukaan tubuh. Pada sedikit kasus, monogenea telah ditemukan pada kloaka,

ureter atau dalam rongga tubuh.

Monogenea adalah cacing pipih yang tidak bersegmen dengan organ

perlekatan berbentuk sucker (batil isap) atau cakram perlekatan. Terdapat dua

jenis batil isap, batil isap oral (prohaptor) yang mengelilingi mulut, dan batil isap

ventral yang tidak memiliki hubungan dengan saluran pencernaan melainkan

hanya sebagai media perlekatan pada inang. Baer (1952) menyebutkan batil isap

ventral sebagai opisthaptor. Opisthaptor terletak posterior berbentuk cakram

kompleks dilengkapi dengan kait dan alat pengisap yang memungkinkan parasit

menempel pada inang. Bentuk opisthaptor bermacam-macam tergantung

klasifikasi filogeninya. Batil isap berbentuk seperti mangkuk, memiliki otot, dan

merupakan organ kontraktil yang kuat. Mulut merupakan tempat masuknya

makanan, kemudian dilanjutkan faring muskular yang kuat dan saluran

pencernaan buntu yang biasanya bercabang (Nabib & Pasaribu 1989).

Perkembangan monogenea berawal dari telur menetas menjadi larva yang

secara bertahap berkembang menjadi dewasa. Larva berenang bebas kemudian

menemukan inang, menghilangkan silianya dan merayap pada kulit untuk

selanjutnya menuju insang, mulut atau anus dan menjadi dewasa. Transformasi

larva menjadi dewasa selalu terjadi pada inang definitif dan tidak melibatkan

inang antara, oleh karena itu siklus hidupnya disebut siklus hidup langsung.

Monogenea yang ditemukan dalam jumlah besar pada ikan akan menyebabkan

kondisi patologis seperti kerusakan epitel insang dan anemia. Contoh monogenea

yang telah ditemukan pada ikan laut adalah Entobdella, Ancyrocotyle dan

Encotyllabe (Baer 1952). Menurut Nabib & Pasaribu (1989), monogenea parasit

ikan yang terpenting secara ekonomis di perairan tawar antara adalah famili

Dactylogyridae dan Gyrodactylidae.

Page 18: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Dogiel dan Lutta (1937) di dalam Grabda (1991) menyebutkan bahwa

seekor parasit monogenea dapat mengisap darah inangnya sebanyak 0.5 cm3

dalam sehari. Parasit dapat ditemukan mencapai 1000 ekor dalam satu spesimen

inang. Semakin kecil ukuran inang semakin sedikit pula volume darah yang

dimilikinya, sehingga keberadaan parasit dapat berdampak buruk sampai pada

kematian. Sebaliknya, semakin besar ukuran tubuh seekor inang semakin besar

pula volume darah yang dimilikinya sehingga keberadaan parasit masih dapat

ditolerir walau inang juga dirugikan.

Salah satu jenis monogenea yang banyak ditemukan pada ikan tongkol

adalah dari famili Capsalida dan subfamili Capsalinae. Subfamili Capsalinae

memiliki beberapa genus yaitu Tristoma, Capsaloides dan Capsala. Williams dan

Williams (1996) menulis beberapa spesies Capsalinae seperti terangkum dalam

Tabel 1.

b. Trematoda Digenea

Trematoda digenea memiliki tiga subkelas yaitu Aspidogastrea,

Didymozoida dan Digenea (Grabda 1991). Aspidogastrea merupakan parasit yang

ditemukan terutama pada ikan laut, terdapat dalam rongga tubuh (usus, esophagus,

kantong empedu dan saluran empedu). Digenea merupakan parasit yang memiliki

satu atau sepasang alat pengisap. Perkembangannya selalu melalui satu atau dua

jenis induk semang antara. Induk semang definitif umumnya mengandung

berbagai stadium larva yang berkembang biak secara aseksual. Digenea

ditemukan pada ikan dalam bentuk larva atau dewasa seksual. Pada stadium larva

ia berbentuk kista sebagai metaserkaria dalam jaringan bawah kulit atau di dalam

alat tubuh internal (saluran gastro-intestinal) dan jarang pada insang atau darah

(Nabib & Pasaribu 1989).

Page 19: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Tabel 1. Berbagai Jenis Spesies Monogenea Capsalidae (Dari Williams dan

Williams 1996)

Monogenea

Capsalidae

Nama lain Panjang

tubuh

(mm)

Letak

opisthaptor

Inang

Capsaloides

cornutus

- 5.3-8.0

4.3-5.5

Dalam garis

tepi tubuh

White marlin

Longbill

spearfish

Capsaloides

magnaspinosus

- 5.4-6.6

4.3-5.5

Dalam garis

tepi tubuh

White marlin

Longbill

spearfish

Caballerocotyla

manteri

Capsala sp.

2.1-2.6 Luar garis

tepi tubuh

Tuna kecil

Nasicola klawei Caballerocotyla

sp.

Tristoma

sp.(Rossignol &

Repelin)

Capsala thynni

(Guiart)

7.5-11.9

8.2-10.9

Dalam garis

tepi tubuh

Yellowfin

tuna

Blackfin tuna

Tristoma

coccineum

Tristoma

aculeatum (Grube)

T. papillosum

(Diesing)

10.0-16.4

Dalam garis

tepi tubuh

Swordfish

Tristoma

integrum

5.8-12.0

Dalam garis

tepi tubuh

Swordfish

Tristomella

laevis

Capsala sp.

Tristoma sp.

Tristomum poeyi

(Vigueras)

7.75-11.5

Luar garis

tepi tubuh

Ikan bill

Tristomella

lintoni

- - skipjack tuna

Tristomella

onchidiocotyle

- 2.6

bluefin tuna

Page 20: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Dydimozoida adalah digenea yang tubuhnya terbagi menjadi dua bagian

yaitu bagian utama yang lebih besar, serta bagian kedua yang lebih kecil dan

berbentuk menyerupai pita atau filamen. Digenea dalam sistem peredaran darah

dapat menimbulkan kerusakan hebat terutama pada anak ikan bila terdapat dalam

jumlah yang besar. Parasit ini hidup dalam pembuluh darah, terutama dalam

bulbus arteriosus, pembuluh darah insang dan ginjal. Genus utamanya adalah

Sanguinicola, yang spesies utamanya S. inermis pada ikan mas. Cacing dewasa

yang terdapat dalam jumlah besar dapat menyumbat pembuluh darah insang,

gumpalan-gumpalan besar telurnya dapat terbawa ke ginjal yang kemudian

membentuk kista-kista. Cara pemberantasannya ialah dengan membasmi siput-

siput induk semang antara dengan menggunakan kapur yang ditaburkan dalam

kolam, juga dapat menggunakan baylucid (0.5 mg/liter air) dalam kolam yang

belum berisi ikan (Nabib & Pasaribu 1989).

Digenea merupakan parasit yang bersifat hermaprodit, yaitu memiliki dua

jenis kelamin jantan dan betina dalam satu individu. Kelamin betina terdiri dari

ovarium tunggal, oviduk, ootipe, vitelaria, uterus, dan lubang kelamin. Kelamin

jantan terdiri dari testes yang kebanyakan sepasang, vas deferens, saluran

ejakulasi, dan penis. Siklus hidup digenea sangat kompleks dan biasanya

melibatkan dua inang antara dan satu inang definitif. Menurut Grabda (1991)

stadium perkembangan digenea adalah telur, mirasidium, sporokista, redia,

serkaria, metaserkaria dan dewasa.

Larva mirasidium yang keluar dari telur berbentuk oval dan panjang,

memiliki silia yang berguna untuk berenang dalam air. Mirasidium ini berumur

tidak lebih dari 24 jam dan akan mati bila tidak menemukan inang antara pertama

(biasanya moluska). Pada beberapa spesies digenea, telur mengendap ke dasar

perairan dan dimakan oleh siput. Dalam usus siput telur pecah menghasilkan

mirasidium tidak bersilia yang terus berada dalam usus siput yang kemudian akan

mengalami perkembangan lebih lanjut. Larva memiliki kelenjar yang dapat

mensekresi bahan pelisis bagian dinding tubuh inang sehingga ia dapat

berpenetrasi ke tubuh inang antara. Pada mirasidium dapat ditemukan tahap awal

dari sistem pencernaan, ekskretori dan saraf.

Page 21: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Sporokista dan redia berbentuk seperti kantung. Perkembangan redia lebih

maju dibandingkan dengan sporokista karena sel-sel germinalnya berkembang

lebih baik daripada sel germinal sporokista. Sel germinal inilah yang menjadi

dasar untuk berkembang ke stadium selanjutnya. Ada beberapa spesies yang tidak

mengalami stadium sporokista atau redia; bahkan ada serkaria yang langsung

dapat menjadi dewasa tanpa melalui stadium metaserkaria.

Serkaria memiliki saluran pencernaan yang berkembang dengan baik. Pada

tahap ini juga sudah terlihat perkembangan awal dari organ-organ dewasa.

Serkaria memiliki sesuatu yang akan hilang pada stadium dewasa yaitu bintik

mata berbentuk X dan dua grup kelenjar penetrasi yang terletak pada kedua sisi

mulut. Kelenjar ini mensekresikan enzim pelisis yang menghancurkan jaringan

inang. Serkaria dilengkapi dengan organ lokomotor yaitu ekor, yang berbeda

bentuk dan ukuran tergantung spesiesnya. Ekor ini memungkinkan serkaria

berenang bebas di air setelah meninggalkan inang antara pertama menuju inang

antara kedua yang biasanya ikan. Serkaria berpenetrasi melalui kulit masuk ke

dalam otot ikan, lalu kehilangan ekornya dan kemudian membentuk kista untuk

menuju tahap selanjutnya yaitu metaserkaria. Beberapa serkaria masuk ke dalam

tubuh ikan karena tertelan bersama makanan.

Metaserkaria tinggal dalam berbagai organ dalam tubuh inang antara

kedua dan menunggu sampai ada inang definitif muncul. Inang definitif dapat

berupa ikan, amfibi, reptil, unggas dan mamalia. Pada inang definitif meteserkaria

kehilangan kistanya dan mengembangkan gonad untuk menjadi bentuk dewasa

yang mampu menghasilkan telur.

Page 22: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli 2007 hingga Juli 2008.

Pengambilan ikan tongkol dilakukan di tempat pelelangan ikan Jakarta dan

pengamatan dilakukan pada Laboratorium Helminthologi Bagian Parasitologi dan

Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan insang ikan laut yaitu tongkol yang didapat

dari pelelangan ikan Muara Angke Jakarta Utara. Cara memilih ikan segar yaitu

dengan melihat insang dan matanya di mana insang ikan segar berwarna merah

dan matanya terlihat jernih. Ikan tongkol yang diambil sejumlah 16 ekor cukup

sebagai bahan untuk penelitian eksploratif kecacingan pada insang ikan tongkol.

Metode yang dilakukan pertama-tama adalah ikan yang sudah mati diambil

insangnya dan dimasukkan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl fisiologis.

Setelah itu dengan menggunakan mikroskop, cacing dikoleksi dengan cara

menyisir setiap filamen insang. Cacing yang ditemukan disimpan dalam botol

plastik kecil berisi alkohol 70 % sebelum dilakukan pewarnaan.

Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : NaCl fisiologis, alkohol

70%, bahan pewarnaan Semichon’s acetocarmine, asam alkohol, alkohol

bertingkat (70%, 85%, 95% dan absolut) dan xylol. Alat yang digunakan pada

penelitian ini adalah mikroskop cahaya, gelas objek, gelas penutup, video

mikrometer, kulkas, cawan petri, botol plastik kecil, gunting, pinset dan pipet.

Teknik Parasitologi

Platyhelminthes diwarnai menggunakan teknik pewarnaan permanen.

Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Semichon’s

acetocarmine. Pewarnaan ini dilakukan dengan cara merendam sampel cacing

dalam zat warna Semichon’s acetocarmine selama 5-7 menit sampai menjadi

berwarna merah. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam asam alkohol (alkohol

Page 23: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

70% yang mengandung 2-45 tetes HCl) selama 3-5 menit. Asam alkohol

berfungsi untuk menghilangkan warna yang berlebihan. Lalu sampel tersebut

didehidratasi dengan alkohol secara bertingkat (70%, 85%, 95% dan absolut).

Selanjutnya dilakukan clearing, yaitu teknik untuk membuat sampel tembus

terang menggunakan xylol kemudian sampel dimounting dengan Entelan.

Teknik Penghitungan Prevalensi

Metode penghitungan prevalensi yang digunakan pada penelitian ini

adalah dengan membagi jumlah ikan terinfeksi parasit dengan jumlah total sampel

ikan tongkol dan dikalikan dengan 100 %, seperti berikut :

Jumlah ikan yang terinfeksi parasit

Jumlah total sampel ikan

X 100 % Prevalensi =

Page 24: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dari ikan tongkol (Euthynnus sp.) menunjukkan adanya

parasit, yaitu cacing monogenea, cacing digenea, cacing cestoda dan copepoda

yang menginfestasi bagian insang ikan. Cacing parasit yang yang ditemukan dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Cacing Parasit yang Ditemukan pada Insang Ikan Tongkol

(Euthynnus sp.)

Cacing Jenis Ukuran

(mm)

Morfologi

1 Monogenea

Capsala sp.

2.97 x

2.10

Terdapat lobus sephalik yang memiliki

sepasang bintik mata & sepasang prohaptor;

opisthaptor memiliki tanduk kitin dan

berada sedikit di luar garis tepi tubuh serta

memiliki 1 depresi sentral dan 7 depresi

perifer; mulut; pharyng; uterus; ovarium;

saluran sperma; testes; vitelaria yang

menyebar; dan intestin yang bercabang.

(Gambar 2-7)

2 Digenea

Hysterolecitha

sp.

2.45 Terdapat acetabulum lebih besar dari batil

hisap oral; batil hisap oral terletak

subterminal; pharyng globular; uterus yang

desenden lalu asenden; sepasang testes

diagonal post acetabulum; ovarium post

testes; vitelaria berbentuk seperti bunga;

lubang genital di dekat percabangan usus;

usus yang bercabang sampai ke posterior;

saluran ekskretori berbentuk huruf Y

(Gambar 8-11)

3 Digenea

2

1.04 Terdapat batil hisap oral & acetabulum

(Gambar 12)

4 Larva Cestoda

0.60 Terdapat skoleks & bentukan leher

(Gambar 13-14)

Page 25: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Gambar 2. Tristoma (Hyman 1951)

Keterangan :

1. Prohaptor

2. Mulut 3. Faring

4. Usus/intestin

5. Vitelin 6. Opisthaptor

7. Saluran sperma

8. Uterus

9. Saluran vitelin

10. Ovarium

11. Testes

Gambar 3. Capsala sp. dari penelitian

(4x)

Gambar 6. Capsala sp. dari penelitian (40x)

Gambar 4. Capsala sp. dari penelitian (10x) Gambar 5. Capsala sp. dari penelitian (40x)

Gambar 7. Capsala sp. dari penelitian (40x)

Page 26: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Keterangan :

1. Batil isap oral

2. Faring

3. Acetabulum

4. Uterus

5. Testes saling

diagonal

6. Ovarium

7. Vitelin

8. Usus/sekum

Gambar 8. Organ tubuh Hysterolecitha (4x) Gambar 9. Skema organ tubuh Hysterolecitha

(Yamaguti 1958)

Gambar 10. Hysterolecitha pada penelitian(10x) Gambar 11. Hysterolecitha pada penelitian (10x)

Gambar 12. Digenea 2 (10x)

Gambar 13. Larva Cestoda Gambar 14. Larva Cestoda

Page 27: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

A. Monogenea Capsala sp.

Cacing yang ditemukan menurut Bychowsky (1962) termasuk dalam filum

Platyhelminthes, kelas Monogenea, subkelas Polyonchoinea, ordo

Dactylogyridea, subordo Monophisthocotylinea, famili Capsalidae dan subfamili

Capsalinae. Subfamili Capsalinae merupakan parasit yang banyak ditemukan pada

ikan laut famili Scombridae.

Tubuh monogenea dapat memendek dan memanjang secara luar biasa.

Bentuk tubuh monogenea biasanya bilateral simetris dorsoventral. Monogenea

subfamili Capsalinae (Tristoma coccineum) memiliki panjang dan lebar tubuh

yang hampir sama ukurannya. Batil hisap anterior (prohaptor) muskulatoris

berkembang dengan baik. Batil hisap posterior (opisthaptor) seluruhnya dapat

berada di dalam garis tepi tubuh atau sedikit di luar garis tepi tubuh. Bagian

ventral tubuh biasanya konkaf dan bagian dorsal biasanya konvek.

Monogenea bergerak seperti lintah yaitu dengan mengkontraksikan

tubuhnya hingga dapat memendek atau memanjang. Ketika ingin berpindah

parasit ini mengencangkan prohaptornya pada tubuh inang, lalu melepaskan

opisthaptornya dan menempelkannya kembali pada daerah lain. Kemudian

prohaptor dilepaskan dan dilekatkan kembali pada daerah baru di mana ia akan

makan. Makanan cacing monogenea adalah mukus, sel epitel atau darah

(Williams & Williams 1996).

Pada bagian anterior terdapat lobus sephalik yang berkembang dengan

sangat baik dan sepasang prohaptor. Pada bagian posterior terdapat opisthaptor

yang memiliki depresi sentral, dan dari sentral tersebut terbagi-bagi menjadi 7

depresi perifer di mana setiap bagian dibatasi oleh septa muskular. Pada 2 septa

paling posterior terdapat 2 tanduk kitin (kait) yang berfungsi sebagai alat

pencengkram agar parasit melekat lebih kuat (Bychowsky 1962).

Menurut Hyman (1951) tubuh monogenea genus Trisoma dan Capsala

memiliki sepasang prohaptor, opisthaptor, mulut, pharyng, saluran sperma, uterus,

ovarium, testes, kelenjar vitelin dan intestin yang bercabang. Dari spesimen

cacing yang ada dapat ditemukan sepasang prohaptor, opisthaptor, mulut,

pharyng, intestin, saluran sperma, uterus, ovarium, testes dan kelenjar vitelin.

Anatomi organ tubuh cacing monogenea Tristoma dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 28: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Pada spesimen dapat ditemukan prohaptor yang terletak di lateral lobus

sephalik. Pada lobus sephalik juga terdapat sepasang bintik mata yang terletak di

anterior prohaptor (Gambar 4). Menurut Grabda (1991) bintik mata ini

dilengkapi juga dengan lensa dan berfungsi sebagai sensor. Opisthaptor yang

terletak di bagian posterior memiliki depresi sentral dan 7 depresi perifer di mana

setiap bagian dibatasi oleh septa muskular. Seperti terlihat pada Gambar 7, pada

2 septa paling posterior terdapat 2 tanduk atau kait kitin. Opisthaptor tersebut

terletak sedikit di luar garis tubuh monogenea dan dapat dilihat pada Gambar 3 &

7. Di posterior lobus sephalik dan prohaptor terdapat mulut berbentuk bulat

seperti lubang dan pharyng muskularis yang mengelilinginya (Gambar 3 & 4).

Pharyng ini berfungsi sebagai pompa untuk menyerap makanan dari inangnya.

Ovarium berbentuk lobus dan terletak di posterior pharyng. Testes yang

jumlahnya banyak terletak di bagian posterior ovarium. Ovarium dan testes

terletak di bagian medial tubuh mulai dari posterior pharyng sampai ke anterior

opisthaptor. Kedua sisi lateral tubuh cacing dipenuhi oleh kelenjar vitelin

berlobus-lobus yang menyebar. Ovarium, testes dan vitelin dapat dilihat pada

Gambar 5. Uterus dan saluran sperma terletak berdekatan dan sejajar berada di

salah satu sisi pharyng. Pada daerah ini terlihat bentuk uterus berupa saluran lurus

dan saluran sperma berbentuk melingkar-lingkar dan ujungnya menyerupai

payung (Gambar 6).

Monogenea Capsalidae ini memiliki panjang 2.9 mm dan opishaptornya

terletak sedikit di luar garis tepi tubuh. Menurut Tabel 1 dapat disimpulkan

bahwa spesies yang paling cocok dengan spesimen monogenea yang ditemukan

adalah Caballerocotylla sp. atau dapat digolongkan dalam Capsala sp. Crisholm

& Whittington (2006) mengatakan bahwa Capsaloides sp. lebih banyak

menyerang ikan kelompok famili Isthioporidae, oleh karena itu spesimen cacing

yang ditemukan dapat dikatakan tidak termasuk golongan Capsaloides sp. Di

samping itu, Capsala sp. memiliki inang spesifik pada ikan tuna kecil seperti

tongkol (Euthynnus sp. atau Auxis sp.).

Page 29: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

B. Digenea Hysterolecitha sp.

Subkelas Digenea memiliki acetabulum, batil hisap oral, testes, vas

deferens, ovarium, vitelaria, uterus, pharyng, sekum, alat ekskresi dan lain-lain.

Spesimen cacing yang ditemukan adalah berasal dari filum Platyhelminthes, kelas

Trematoda, subkelas Digenea, subordo Prosostomata, famili Hemiuridae,

subfamili Hysterolecithinae dan genus Hysterolecitha (Yamaguti 1958).

Subordo Prosostomata diidentifikasi dari letak mulut di terminal atau

subterminal. Famili Hemiuridae diidentifikasi dari letak acetabulum di ventral,

intestin bercabang, ekskretori vesikel berbentuk huruf Y (Gambar 10), adanya

duktus hermaproditikus, ovarium yang kompak dan sepasang testes. Subfamili

Hysterolecithinae diidentifikasi dari testes dan vitelaria yang terletak di tubuh

bagian belakang, di mana vitelaria terletak di posterior testes. Vitelaria ini

berbentuk kompak dan terbagi menjadi 7 lobus berbentuk seperti bunga. Selain itu

subfamili Hysterolecithinae tidak memiliki kantong cirrus, tidak memiliki ekor

dan seminal vesikel terletak di bagian depan tubuh.

Genus Hysterolecitha memiliki ciri-ciri badan silindris tanpa ekor, batil

hisap oral subterminal, pharyng globular, esophagus pendek dan sekum yang

mencapai posterior. Acetabulum sangat menonjol dan berukuran lebih besar dari

batil hisap oral, terletak sekitar sepertiga anterior tubuh. Sepasang testes yang

letaknya diagonal tidak langsung terletak di posterior acetabulum, melainkan ada

sedikit jarak. Duktus hermaproditikus dikelilingi oleh kantong muskular

hermaproditik. Lubang genital terletak tepat setelah percabangan usus. Ovarium

terletak di bagian belakang tubuh dan vitelaria berbentuk lobus menyerupai

bunga. Uterus berjalan desenden di belakang vitelaria lalu asenden ke bagian

anterior tubuh. Spesimen digenea yang ditemukan memiliki ciri-ciri menyerupai

genus Hysterolecitha, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa spesimen

termasuk dalam genus Hysterolecitha.

Menurut Williams dan Williams (1996) cacing digenea dewasa dapat

ditemukan pada usus, lambung, mulut dan kadang pada paru-paru serta organ

lainnya. Yamaguti (1958) menyebutkan bahwa spesies Hysterolecitha microrchis

dapat ditemukan pada esofagus ikan Girella punctata (ikan pedang). Cacing

digenea yang ditemukan pada insang ikan tongkol diduga disebabkan faktor

Page 30: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

insidental atau tidak sengaja berada pada insang. Selain itu, jika melihat siklus

hidup digenea yang kompleks, serkaria yang berenang bebas dapat tertelan

langsung oleh ikan setelah keluar dari inang siput (Grabda 1991). Tidak tertutup

kemungkinan serkaria ini berada di insang dan berkembang menjadi dewasa di

insang tersebut.

C. Digenea 2

Digenea lain juga ditemukan pada preparat insang ikan tongkol. Spesimen

cacing digenea yang kedua ini tidak mudah diidentifikasi karena kondisi spesimen

yang sudah mengkerut (Gambar 12). Spesimen ini rusak diduga disebabkan

karena proses fiksasi dan pewarnaan yang kurang sempurna. Untuk memudahkan

dalam analisis, jenis cacing parasitik ini diberi sandi digenea 2.

Spesimen ini diduga berasal dari famili yang sama dengan digenea

sebelumnya yaitu famili Hemiuridae. Pendugaan ini didasarkan pada letak batil

hisap dan acetabulum yang berdekatan merupakan karakteristik famili

Hemiuridae. Ukuran digenea kedua ini lebih kecil sekitar setengah kali

dibandingkan dengan digenea pertama yaitu 1.04 mm.

D. Cestoda

Spesimen cacing lain yang ditemukan diduga adalah berasal dari

kelompok cestoda dalam stadium larva. Cacing ini memiliki bentukan yang

menyerupai skoleks di bagian anterior. Spesimen ini tidak dapat diidentifikasi

dengan baik karena kondisi preparat yang kurang baik. Cestoda bukan merupakan

parasit yang terdapat pada insang. Cacing dewasa cestoda dapat ditemukan di

saluran pencernaan vertebrata. Cacing ini ditemukan pada insang dikarenakan

kontaminasi dari perairan atau dari dalam saluran cerna ikan.

Page 31: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

E. Temuan Non-Helminth (Copepoda)

Parasit copepoda juga ditemukan pada spesimen insang ikan tongkol.

Parasit tersebut termasuk kelas Crustacea, ordo Siphonostomatoida, famili

Caligidae, genus Caligus dan spesies Caligus sp. Menurut Williams & Williams

(1996) parasit copepoda ini merupakan parasit yang umum menyerang ikan laut

seperti famili Rachycentridae, Carangidae, Coryphaenidae, Sphyraenidae,

Scombridae, Xiphiidae dan Istiophoridae. Parasit ini ditemukan di daerah

permukaan tubuh, ruang mulut, ruang insang, filamen insang dan sirip ikan.

Bentuk parasit ini dapat dilihat pada Gambar 15 &16. Copepoda merupakan

salah satu inang antara dari cestoda. Copepoda menelan telur cacing cestoda yang

kemudian akan berkembang menjadi procerkoid di dalam tubuhnya.

Gambar 15. Caligus sp. pada penelitian Gambar 16. Caligus sp. (Williams & Williams 1996)

Page 32: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

Prevalensi

Prevalensi kecacingan yang didapat pada penelitian ini adalah 25 % yang

berarti dari sampel ikan sebanyak 16 ekor, didapat 4 ekor ikan terinvestasi parasit

cacing. Berdasarkan kategori yang ditulis Williams & Williams (1996) prevalensi

tersebut termasuk dalam kategori “often” (sering kali). Bila dihitung berdasarkan

kelompok cacing, maka prevalensi kecacingan monogenea didapat sebesar 6.25%

dan prevalensi kecacingan cestoda sebesar 6.25% termasuk dalam kategori

“occasionally” (kadang-kadang). Selain itu didapat pula prevalensi kecacingan

digenea sebesar 12.5% dan termasuk dalam kategori “often”. Prevalensi copepoda

yang didapat yaitu 6.25% dan termasuk dalam kategori “occasionally”.

Kategori Prevalensi menurut Williams & Williams (1996)

Frequency of Infection :

always = 100-99%

almost always = 98-90%

usually = 89-70%

frequently = 69-50%

commonly = 49-30%

often = 29-10%

occasionally = 9-1%

rarely = <1-0.1%

very rarely = <0.1-0.01%

almost never = <0.01%

Page 33: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Parasit yang ditemukan pada insang ikan tongkol adalah cacing

monogenea genus Capsala, cacing digenea genus Hysterolecitha, larva cestoda

dan copepoda Caligus sp. Cacing digenea dan cestoda yang bersifat endoparasit

ditemukan pada insang diduga disebabkan karena faktor insidental. Dari kelima

jenis parasit yang ditemukan tidak ada parasit yang bersifat zoonotik, kecuali

larva cestoda karena belum dapat diidentifikasi.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah ikan yang lebih

banyak dan berbeda musim serta lokasi yang bervariasi untuk lebih mendalami

cacing parasit pada ikan. Sebaiknya cacing yang ditemukan direlaksasi dalam

NaCl Fisiologis terlebih dahulu untuk menghindari kondisi cacing yang

mengkerut. Selain itu diperlukan ketelitian dalam pewarnaan terutama setelah

perendaman dalam alkohol absolut sebaiknya sesegera mungkin direndam dalam

cairan berikutnya agar kondisi preparat tidak rusak.

Page 34: INFESTASI CACING PARASITIK PADA INSANG … yang ditemukan diwarnai dengan menggunakan pewarnaan Semichon’s acetocarmine. Kelima parasit yang ditemukan terdiri dari Monogenea Capsala

DAFTAR PUSTAKA

Baer JG. 1952. Ecology of Animal Parasites. The University of Illinois Press :

Urbana.

Bychowski. 1962. Monogenetic Trematodes 9Ed. Graphic Arts Press, Inc :

Washington.

Buchmann K & J Bresciani. 2001. Parasitic Diseases of Freshwater Trout. DSR

Publisher : Denmark.

Crisholm LA & ID Whittington. 2006. Revision of Capsaloides (Monogenea:

Capsalidae) with a redescription of C. magnaspinosus Price, 1939 from

the nasal tissue of Tetrapterus audax (Istiophoridae) collected off Nelson

Bay, New South Wales, Australia. Zootaxa 1160: 1–20, 27 Maret.

Grabda J. 1991. Marine Fish Parasitology. Polish Scientific Publisher :

Warszawa.

Hyman LH. 1951. The Invertebrates : Platyhelminthes and Rhinchocoela the

Acoelomata Bilateria Vol. II. McGraw-Hill Bool Company : USA.

Jangkaru Z. 2002. Pembesaran Ikan Air Tawar di Berbagai Lingkungan

Pemeliharaan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Klinke HR & E Elkan. 1965. The Principal Diseases of Lower Vertebrates Book I

Diseases of Fishes. Academic Press Inc. Ltd : London.

Kuiter RH. 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pasific Indonesia and

Adjacent Water. PT Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.

Nabib R & FH Pasaribu. 1989. Patalogi dan Penyakit Ikan. Lembaga Sumberdaya

Informasi : Bogor.

Noga EJ. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Mosby-Year Book, Inc. :

North Carolina.

Robertson R. 2006. Discover life - Euthynnus image. [website]

http://www.pick5.pick.uga.edu [25Agustus 2008]

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Vol. 1&2. Bina Cipta :

Jakarta.

Storer TI et al. 1968. Elements of Zoology 3rd Edition. McGraw Hill Book

Company : New York.

Tampubolon SM. 1983. Ikan Tuna dan Perdagangannya. Gaya Baru : Jakarta.

Williams EH Jr & LB Williams. 1996. Parasites of Offshore Big Game Fishes of

Puerto Rico and The Western Atlantic. Departement of Natural and

Environmental Resources dan University of Puerto Rico : Puerto Rico.

Yamaguti S. 1958. Systema Helminthum Vol.1 The Digenetic Trematodes of

Vertebrates Part I&II. Interscience publisher, Inc : New York.