protozoa parasitik darah dan saluran...

29
PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN PENCERNAAN PADA ULAR SAWAH (PTYAS CORROS) DI KABUPATEN NGAWI FAJAR SAKTI NUR HARDIANSYAH FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: dinhkhanh

Post on 02-Apr-2018

229 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN

PENCERNAAN PADA ULAR SAWAH (PTYAS CORROS) DI

KABUPATEN NGAWI

FAJAR SAKTI NUR HARDIANSYAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi
Page 3: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Protozoa Parasitik

Darah dan Saluran Pencernaan pada Ular Sawah (Ptyas corros) di Kabupaten

Ngawi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Fajar Sakti Nur Hardiansyah

NIM B04080136

Page 4: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

ABSTRAK

FAJAR SAKTI NUR HARDIANSYAH. Protozoa Parasitik Darah dan Saluran

Pencernaan pada Ular Sawah (Ptyas corros) di Kabupaten Ngawi. Dibimbing oleh

UMI CAHYANINGSIH and ARYANI S. SATYANINGTIJAS

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai protozoa

parasitik darah dan saluran pencernaan pada ular sawah (Ptyas corros). Ular sawah

yang diteliti berjumlah 10 ekor dan diperoleh dari desa Alas Pecah kabupaten Ngawi.

Tiap individu ular diambil sampel darah untuk dibuat preparat ulas darah dan feses

seminggu sekali selama 3 minggu. Preparat ulas diwarnai dengan zat warna Giemsa,

sedangkan pemeriksaan feses dilakukan secara natif. Identifikasi parasit dilakukan

dengan menggunakan pendekatan morfologi melalui mikroskop. Hasil identifikasi

menunjukkan adanya 5 macam parasit yang terdiri dari 4 genus parasit pencernaan

(Giardia sp., Balantidium sp., Entamoeba sp., Cryptosporidium sp.) dan 1 genus

parasit darah (Plasmodium sp.). Seluruh ular yang diteliti terinfeksi oleh Plamodium

sp. Selain itu, presentase hewan terinfeksi Giardia sp., Balantidium sp., Entamoeba

sp. dan Cryptosporidium sp. berturut-turut adalah 90%, 80%, 80%, dan 70% dari 10

ekor ular yang diteliti.

Kata kunci: Darah, saluran pencernaan, protozoa, Ptyas corros

ABSTRACT

FAJAR SAKTI NUR HARDIANSYAH. Parasitic Protozoan in Blood and

Intestinal Tract from Chinese Ratsnake (Ptyas corros) at Ngawi-East Java.

Supervised by UMI CAHYANINGSIH and ARYANI S. SATYANINGTIJAS

The purpose of this study is to give information about blood parasitic

protozoan and gastrointestinal tract protozoan from Chinese Ratsnake (Ptyas

korros). Ten Chinese Ratsnake that collected from Alas pecah village at Ngawi

district used in this study. Faecal and blood sample were collected weekly for three

weeks. Blood sample were stained by Giemsa and faecal sample were natively

examined. Parasites were identified using morphological approach under

microscope. The results showed that 5 parasites type had found on Chinese Ratsnake.

They were consist of 4 intestinal parasites types (Giardia sp., Balantidium sp.,

Entamoeba sp., Cryptosporidium sp.) and blood parasites type (Plasmodium sp.).

Those parasites can be potentially zoonotic. All snakes were infected by Plasmodium

sp. Meanwhile Giardia sp., Balantidium sp., Entamoeba sp. dan Cryptosporidium sp.

of the snake had been founded by number of 90%, 80%, 80% and 70% respectively.

Key words: Blood, intestinal tract, protozoan, Ptyas corros

Page 5: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN

PENCERNAAN PADA ULAR SAWAH (PTYAS CORROS) DI

KABUPATEN NGAWI

FAJAR SAKTI NUR HARDIANSYAH

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi
Page 7: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

Judul Skripsi : Protozoa Parasitik Darah dan Saluran Pencernaan pada Ular Sawah

(Ptyas corros) di Kabupaten Ngawi

Nama : Fajar Sakti Nur Hardiansyah

NIM : B04080136

Disetujui oleh

Prof Dr drh Umi Cahyaningsih, MS

Pembimbing 1

Dr drh Aryani Sismin S, MSc

Pembimbing 2

Diketahui oleh

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

drh Agus Setiyono MS, PhD, APVet

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Page 8: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

PRAKATA

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan.

Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2012

ini adalah Protozoa Parasitik Darah dan Saluran Pencernaan pada Ular Sawah

(Ptyas corros) di Kabupaten Ngawi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Drh. Umi

Cahyaningsih, MS dan Dr. Drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, MSc selaku dosen

pembimbing yang selalu membina dan mengarahkan saya sehingga skripsi ini

terselesaikan dengan baik. Orang tua saya yaitu, Alm. Soehardi dan Sri Sutarsih

yang selalu menjadi motivasi. Serta istri saya tercinta, Ambar Hanum Melati

Ramadhani yang selalu memberikan suntikan semangat dan menjadi inspirasi

dalam perjalanan hidup saya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

Fajar Sakti Nur Hardiansyah

Page 9: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA 1

Taksonomi dan Karakteristik Biologi Ptyas corros 1

Parasit Darah 2

Parasit Saluran Pencernaan 3

Giardia sp. 3

Balantidium sp. 4

Entamoeba sp. 6

Cryptosporidium sp. 6

METODE 8

Hewan Percobaan 8

Pengambilan Sampel 8

Proses Identifikasi Endoparasit 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9

Parasit Saluran Pencernaan 9

Giardia sp. 10

Balantidium sp. 11

Entamoeba sp. 12

Cryptopsoridium sp. 13

Parasit Darah 14

Plasmodium sp. 14

SIMPULAN DAN SARAN 16

Simpulan 16

Saran 16

DAFTAR PUSTAKA 16

RIWAYAT HIDUP 19

Page 10: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

DAFTAR TABEL

1 Macam-macam parasit yang menyerang Ptyas corros dan

jumlah kejadiannya pada 10 ekor ular yang diamati 9

DAFTAR GAMBAR

1 Ptyas corros 2

2 Hepatozoon sp. pada eritosit, 1) Siamese Spitting Cobra, 2)

Ptyas mucosus, 3) king cobra, 4) Banded krait, 5) mask-

faced water snake, 6) mangrove pit viper 2

3 Siklus hidup Giardia sp. 3

4 Sketsa morfologi Balantidium sp. 4

5 Siklus hidup Balantidium spp. kista mengalami ekskistasi

dan mengeluarkan tropozoit. Tropozoit membelah diri dan

menghasilkan kista kembali 5

6 Ilustrasi Balantidium menginvasi mukosa dan submukosa

usus 5

7 Siklus hidup dan cara infeksi Cryprosporidia sp. 7

8 Patologi anatomi pada usus ular yang terkena

Cryptosporidia sp. 7

9 Histologi usus normal pada ular (kiri), mukosa usus

mengalami hipertropi, proliferasi sel mukus pada kelenjar

pencernaan, dan atropi sel granular (kanan) 8

10 Giardia sp. pada: 1). manusia (Min et al. 2013) dan 2). Ptyas

corros (hasil pengamatan) 10

11 Balantidium sp. pada: 1). kera (Katerina et al. 2010) dan 2).

Ptyas corros (hasil pengamatan) 11

12 Entamoeba sp. pada: 1). Manusia dengan pengecatan jodium

(Zaman 1997) dan 2). Ptyas corros (hasil pengamatan) 12

13 Cryptosporidia sp. pada: 1). kura-kura darat, diamati

menggunakan kontras mikroskop (Xiao et al. 2004) dan 2).

Ptyas corros (hasil pengamatan) 13

14 Plasmodium sp. pada eritrosit, 1). Plasmodium falciparum

tropozoit dini (Zaman 1997), dan 2). Plasmodium sp. tropozoit

dini (hasil pengamatan) 15

15 Plasmodium sp. pada eritrosit, 1) gametosit Plasmodium

falciparum (Assafa et al. 2004), dan 2). gametosit Plasmodium

(hasil pengamatan) 15

Page 11: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

PENDAHULUAN

Ptyas corros merupakan ular sawah yang banyak terdapat di Kabupaten

Ngawi. Ptyas corros merupakan ular terrestrial dan diurnal yang seperti namanya

sering ditemukan di area persawahan. Ular ini mempunyai nama lokal lain seperti

ular tikus dan ular jali. Racun dari ular ini tidak mematikan, dan tergolong ular

yang bertipe non-venomous. Predator ini sering memakan hewan-hewan rodensia

dan amphibia (NDF Case Study 2008). Habitat ular ini adalah di areal persawahan,

karena di areal ini banyak terdapat makanan alaminya yaitu katak sawah, tikus

sawah dan terkadang burung pemakan padi/belalang. Areal persawahan biasanya

bersifat basah dan banyak air, namun sebenarnya ular ini tidak tertarik pada

habitat dengan air yang menggenang namun lebih tertarik pada areal yang sedikit

air hingga kering. Keberadaan ular ini tersebar luas di daerah asia terutama Cina

dan Asia Tenggara (NDF Case Study 2008).

Berbagai penelitian tentang ular kini banyak dilakukan. Salah satunya

adalah endoparasit, literature mengenai endoparasit ular masih sangat terbatas,

terutama literatur mengenai protozoa pada ular di wilayah Indonesia. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam protozoa parasitik pada saluran

pencernaan dan pada darah yang terdapat pada Ptyas corros. Informasi yang

didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu

pengetahuan serta dapat menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Dan Karakteristik Biologi Ptyas Corros

Klasifikasi ular ini adalah berasal dari filum Chordata, kelas Reptilian, ordo

Squamata, famili Colubridae, genus Ptyas, dan spesies Ptyas corros. Ular ini

memiliki panjang hingga 2 meter. Dorsal tubuhnya berwarna coklat muda

kekuningan hingga abu-abu kehitaman. Bagian anterior berwarna lebih terang dari

pada bagian ekornya yang berwarna lebih kehitaman. Sisik-sisik di atas ekor

bertepi hitam. Ventral tubuhnya berwarna kekuningan sampai kuning terang dan

memiliki mata yang berukuran besar (Auliya 2010). Kerabatnya yang mirip

adalah Ptyas mucosus, dibedakan dengan adanya loreng-loreng hitam di bibirnya

dan di tubuh bagian belakang.

Ptyas corros memiliki habitat di areal persawahan. Ular ini termasuk hewan

diurnal dan memiliki mangsa vertebrata kecil seperti katak, kadal, burung, dan

tikus (Aulia 2001). Ptyas corros yang jantan memiliki tubuh yang lebih besar dan

panjang daripada ular betinanya. Ular betina dewasa berukuran rata-rata 120 cm

dan telah memiliki organ reproduksi matang setelah berumur 9 bulan. Ular ini

dapat bertelur 2 kali dalam setahun. Total telur yang dapat dihasilkan berkisar 7

hingga 25 butir dan menetas setelah 30 hingga 40 hari (Auliya 2010).

Page 12: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

2

Parasit Darah

Parasit darah yang biasa menginfeksi ular diantaranya adalah Trypanosoma

sp., Hepatozoon sp., Hemogregarine sp., dan Plasmodium sp. Parasit-parasit

tersebut ditularkan melalui vektor invertebrata seperti nyamuk. Hemogregarine sp.

ditemukan pada reptil yang hidup di daerah berarair. Hepatozoon sp. ditemukan

pada reptil yang hidup di darat. Infeksi parasit-parasit tersebut pada reptil dapat

berakibat patogen maupun non-patogen (Jarernsak et al. 2001). Paparan kronis

dapat mengakibatkan anemia akibat terjadinya hemolysis, bahkan dapat disertai

hepatitis granulomatosa (Wozniak et al. 1998).

Gambar 1 Ptyas corros (gambar pribadi)

Gambar 2 Hepatozoon sp. pada eritosit, 1) Siamese Spitting Cobra, 2) Ptyas

mucosus, 3) King cobra, 4) Banded krait, 5) Mask-faced water

snake, 6) Mangrove pit viper (Jarernsak et al. 2001)

Page 13: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

3

Plasmodium sp. merupakan parasit yang dapat menyebabkan penyakit

malaria pada manusia. Penyebarannya di bantu oleh peranan nyamuk betina (Safar

2010). Infeksi Plasmodium sp. dapat terjadi melalui 2 cara yaitu : 1) melalui

vector nyamuk yang mengandung sporozoit Plasmodium sp. dan 2) melalui

induksi, stadium aseksual dalam eritrosit tidak sengaja masuk kedalam badan

inang melalui suntikan, transfusi atau secara kongenital (Saleha 2011).

Parasit Saluran Pencernaan

Secara umum, parasit pada saluran pencernaan dapat masuk kedalam tubuh

secara peroral dalam bentuk kista. Reseptor kista menerima sinyal-sinyal kimia

yang terdapat pada saluran pencernaan sehingga kista tersebut berubah menjadi

stadium infektifnya dan menginvasi saluran pencernaan. Pada saluran pencernaan,

setiap parasit memiliki perbedaan stadium infektif seperti tropozoit dan kista.

Gejala umum yang sering ditimbulkan akibat masuknya parasit pencernaan adalah

anoreksia, penurunan berat badan, gastritis, diare, dan emetika (Karen et al. 1996).

1. Giardia sp.

Giardia sp. dapat ditemukan di lebih dari 40 spesies inang (Xiao dan Fayer

2008) seperti tikus, anjing, kucing dan manusia (Gupta et al. 2008). Secara

morfologi, Giardia sp. berbentuk seperti buah pir yaitu bagian depan lebih lebar

daripada bagian belakangnya. Di dalam usus, Giardia sp. membentuk stadium

trofozoit. Tropozoit ini memiliki dua nukleus dan empat pasang flagel. Kista

Giardia sp. mempunyai dinding tebal dan oval atau elips dengan panjang rata-rata

10 mikron. Kista Giardia sp. memiliki ukuran yang berbeda-beda pada masing-

masing spesies. Kista yang telah tua mengandung empat inti (Tampubolon 2004).

Kista dan tropozoit menunjukkan deretan vakuol di perifer, jika dilihat pada

elektron mikroskop (Zaman 1997).

Gambar 3 Siklus hidup Giardia sp.(CDC 2013).

Kista Giardia sp. dapat hanyut dan masuk kedalam saluran pencernaan

melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Sesampainya di awal bagian usus

halus, kista akan mengalami ekskistasi dan mengeluarkan tropozoit. Tropozoit

akan menyebar ke seluruh usus halus dan berkembang biak dengan membelah diri

atau asexual. Hasil pembelahan dari tropozoit ini akan menghasilkan tropozoit-

tropozoit yang siap meginfiltrasi mukosa usus dan sebagian yang lain akan

Page 14: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

4

membentuk kista yang akan dikeluarkan kembali bersama feses (Tampubolon

2004).

2. Balantidium sp.

Balantidium sp. merupakan protozoa yang diklasifikasikan kedalam kelas

Kinetofragminophora. Parasit ini memiliki flagel yang berfungsi untuk

menangkap dan menelan makanan. Ukuran Balantidium sp. berbeda tiap

spesiesnya. Bentuk dewasa (trofozoit) rata-rata berukuran 50-60, sedangkan

bentuk kistanya berukuran 40-60 mikron (Tampubolon 2004). Bentuk kista

merupakan bentuk yang siap dikeluarkan dari saluran pencernaan bersama feses.

Kista Balantidium sp. dapat bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang

ekstrim. Selain itu, bentuk kista yang keluar bersama feses memudahkan parasit

ini untuk menginvasi spesies lain melalui makanan atau minuman yang tercemari

oleh kista tersebut. Kista Balantidium sp. memiliki ciri, yaitu berbentuk bulat

ovoid, ellipsoidal, memiliki makronukleus yang besar dan dinding kistanya terdiri

dari dua lapis (Levine 1995).

Gambar 4 Sketsa morfologi Balantidium sp. (Chiodini et al. 2001).

Balantidium sp. memiliki dua bentuk, yaitu bentuk trofozoit dan kista. Kista

merupakan bentuk dari Balantidium sp. yang dapat melakukan transmisi ke

spesies lain. Kista yang tertelan oleh induk semang akan berubah menjadi

tropozoit dan melisiskan membran kistanya. Proses lisisnya membran kista

disebut dengan ekskistasis dan proses ini berlangsung di usus halus. Tropozoit

yang terbentuk dari kista dapat bermigrasi dan menginvasi usus besar. Di dalam

usus, Balantidium sp. menyerap eritrosit, leukosit jaringan granula tepung dan sisa

lain. Kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan yang cukup, membuat

tropozoit memperbanyak diri dengan cara membelah diri atau konjugasi sebelum

keluar dari usus dan membentuk kista kembali (CDC 2013)2.

Parasit ini dapat ditemukan di saluran pencernaan, terutama menginvasi

diantara lapisan mukosa dan submukosa colon sehingga dapat mengakibatkan

ulser pada kolon tersebut dan diare berdarah (Stephen dan Dwight 2006). Infeksi

sekunder akibat dari adanya ulser kolon menjadi faktor pendukung patogenitas

yang disebabkan oleh parasit ini.

Page 15: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

5

Rusaknya mukosa dan submukosa usus dilakukan dengan bantuan fermen

sitolitik dan penerobosan secara mekanik. Pergerakan Balantidium sp. mirip

dengan gerakan bor, sehingga mukosa usus dapat dengan mudah ditembus. Invasi

Balantidium sp. membentuk sarang dan abses kecil yang mudah rusak sehingga

membentuk ulkus. Sel-sel radang berkumpul di sekitar ulkus sehingga pada

gambaran histopatologi terlihat adanya hemoragi, invasi parasit, dan sel-sel berinti

polimorf (apabila terdapat infeksi sekunder). Gejala klinis yang dapat diamati saat

terjadi Balantidiosis (penyakit akibat Balantidium sp.) adalah diare yang disertai

lendir, darah, atau nanah. Efek sekunder akibat penyakit ini adalah mual, muntah,

anoreksia, dan kekurusan. Terkadang infeksi parasit ini tidak menunjukkan gejala

klinis yang jelas pada hewan. Hal ini menunjukkan bahwa hewan tersebut telah

menjadi carier bagi Balantidium sp. (Tampubolon 2004).

Gambar 6 Ilustrasi Balantidium sp. menginvasi mukosa dan submukosa usus

(Chiodini et al. 2001).

Gambar 5 Siklus hidup Balantidium sp. kista mengalami ekskistasi dan

mengeluarkan tropozoit. Tropozoit membelah diri dan

menghasilkan kista kembali (CDC 2013)1.

Page 16: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

6

3. Entamoeba sp.

Entamoeba sp. merupakan parasit yang hidup pada habitat yang mendukung

kehodupan seperti, air, tanah, bahan tanaman yang membusuk, dan tempat

pembuangan kotoran. Selain itu, tempat yang mengandung bakteri juga

merupakan daerah yang mendukung kehidupan parasit ini. Entamoeba sp. dapat

ditemukan pada bagian tubuh yang menjadi tempat bersarangnya bakteri seperti

mulut, usus besar, dan sekum. Entamoeba memiliki beberapa spesies dan hanya

satu yang patogen, yaitu Entamoeba histolytica. Beberapa spesies lain diantaranya

adalah Entamoeba coli, Entamoeba gingivalis, Dientamoba fragilis, Endolimax

nana, dan Iodamoeba dutschii. Semua spesies parasit ini berhabitat pada usus

besar, kecuali Entamoeba gingivalis yang berhabitat pada mulut (Tampubolon

2004).

Perkembangan Entamoeba sp. terdiri dari beberapa stadium, yaitu tropozoit,

prakista, kista, dan metakista. Masing-masing stadium memiliki bentuk, ukuran,

dan ciri khas yang berbeda. Secara umum, tropozoit merupakan bentuk vegetatif

dan bersifat patogen. Stadium ini berbentuk tidak tetap dan bergerak dengan

menggunakan pseudopodia. Stadium prakista adalah tahapan Entamoeba sp.

untuk membentuk kista. Pada tahapan ini, dinding kista masih belum terbentuk

dan masih memiliki pseudopodia yang pasif. Bentuk prakista lebih kecil dari

bentuk tropozoit namun lebih besar dari bentuk kistanya. Kista yang telah

terbentuk berbentuk bulat dan memiliki beberapa inti. Kista yang telah tua akan

menunjukkan berinti 4. Kista sesampainya di usus akan mengalami ekskistasi dan

mengeluarkan metakista. Metakista berisi komponen yang sama dengan kista,

namun bentuknya telah berubah karena sudah tidak dibatasi oleh dinding kistanya.

(Tampubolon 2004).

4. Cryptosporidium sp.

Cryptosporidia sp. merupakan parasit yang sering menyerang reptil. Parasit

ini memiliki habitat pada saluran pencernaan dan sering berakibat kronis dan

berakhir dengan kematian apabila menyerang ular (Xiao et al. 2004). Tercatat

lebih dari 150 spesies telah terinfeksi oleh parasit ini, termasuk juga manusia.

Cryptosporidia sp. memiliki lebih dari 20 spesies dengan berbagai spesies induk

semang dan ciri khas masing-masing spesies. Tahun 2004, Xiao et al. menambah

daftar spesies Cryptosporidia sp. dengan menemukan spesies Cryptosporidia sp.

baru. Spesies tersebut adalah Cryptosporidia saurophilum. Secara morfologi,

ukuran Cryptosporidia saurophilum lebih kecil daripada ukuran Cryptosporidia

serpentis yang sering menyerang ular.

Umumnya, Cryptosporidia sp. pada pengamatan mikroskop terhadap feses

akan menghasilkan gambaran ookista yang berbentuk bulat dan bergranul. Hal ini

terjadi karena di dalam ookista tersebut terdapat sporozoit-sporozoit yang

nantinya akan menginfeksi usus. Secara umum, jenis Cryptosporidia sp. yang

menyerang ular adalah Cryptosporidia serpentis. Parasit ini memiliki panjang

5.94 mikrometer dan lebar 5.11 mikrometer (Xiao et al. 2004). Selain itu

Cryptosporidia hominis dan Cryptosporidia parvum memiliki dimensi 4.5x5.5

mikrometer, Cryptosporidia baileyi berdimensi 4.6x6.2 mikrometer. Ukuran

Cryptosporidia sp. memiliki perbedaan disetiap spesiesnya. Untuk itu, pendekatan

morphometric akan sulit dilakukan. Identifikasi lebih mendalam untuk

Page 17: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

7

membedakan masing-masing spesies harus menggunakan sequencing DNA atau

dapat juga menggunakan PCR (Robinson et al.2008).

Gambar 7 Siklus hidup dan cara infeksi Cryprosporidia sp. (CDC 2013)

3

Cryptosporidia sp. merupakan parasit yang menyerang saluran pencernaan.

Parasit ini akan membentuk tropozoit, kemudian bersarang didalam mukosa usus

dan berkembang biak. Sarang tersebut akan menyebabkan luka pada mukosa usus

dan mengakibatkan peradangan sebagai reaksi dari luka tersebut atau biasa

disebut dengan gastritis. Ular yang terinfeksi parasit ini akan mengalami gejala

seperti anoreksia, penurunan berat badan, gastritis, diare, emetika, midbody

swelling, dan terdapat ookista dalam jumlah besar pada feses yang dikeluarkannya

(Karen et al. 1996).

Gambar 8 Patologi anatomi pada usus ular yang terkena Cryptosporidia sp.

(Brownstein 1977).

Penurunan berat badan disebabkan karena vili-vili usus pada mukosa usus

tidak dapat menyerap makanan dengan baik karena terdapat sarang-sarang

Cryptosporidia sp. Gangguan absorbsi ini terjadi akibat adanya peradangan

sebagai reaksi dari infiltrasi tropozoit pada mukosa. Perubahan mukosa tampak

Page 18: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

8

pada pengamatan histopatologi berupa penebalan/hipertropi serta proliferasi sel

mukus pada kelenjar pencernaan.

Gambar 9 Histologi usus normal pada ular (kiri), mukosa usus mengalami

hipertropi, proliferasi sel mukus pada kelenjar pencernaan, dan

atropi sel granular (kanan) (Brownstein 1977).

METODE

Hewan Percobaan

Ular sawah yang diteliti berjumlah 10 ekor dan dipesan dari pengepul ular

di desa Alas Pecah, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Ular-ular tersebut

kemudian diadaptasikan selama seminggu dan dipelihara dengan memberi pakan

1-2 ekor katak/minggu. Pembersihan kandang dilakukan setelah ular defekasi

untuk menjaga kebersihan dan mencegah terjadinya infeksi berulang.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel protozoa parasotik dari darah dan feses ular dilakukan

disetiap akhir pekan selama 3 minggu. Pengambilan feses ular dilakukan segera

setelah ular defekasi. Hal ini karena proses defekasi pada ular tidak dilakukan

setiap hari. Feses dimasukkan kedalam kantong plastik. Pengambilan sampel

darah dilakukan melalui “ventral caudal vein” dengan menggunakan jarum

syringe berukuran 22-gauge (Jarernsak et al. 2001). Darah yang di dapat

kemudian dibuat preparat ulas darah tipis dan difiksasi dengan metanol dan

diwarnai dengan Giemsa.

Proses Identifikasi Endoparasit

Proses identifikasi protozoa parasitik pencernaan pada sampel feses

dilakukan dengan metode natif. Identifikasi protozoa parasitik pada sampel darah

dilakukan dengan metode ulas darah dengan pewarnaan giemsa. Seluruh sampel

Page 19: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

9

yang dikoleksi dilakukan diagnosa tentang keberadaan protozoa parasitik.

Identifikasi protozoa dilakukan berdasarkan pengamatan morfologi di bawah

mikroskop yang disesuaikan dengan buku-buku dan jurnal-jurnal terkait. Besarnya

presentase infeksi akibat parasit dihitung dengan cara:

X 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parasit yang didapat pada ular sawah dari penelitian ini berupa 5 macam

parasit yang terdiri atas 4 genus parasit saluran pencernaan dan 1 genus parasit

darah. Parasit dari saluran pencernaan meliputi Balantidium sp., Giardia sp.,

Criptosporidia sp., dan Entamoeba sp. Sedangkan Plasmodium sp. merupakan

parasit yang ditemukan pada sampel darah. Identifikasi yang dilaksanakan masih

terbatas pada tingkatan genus yang diamati berdasarkan morfologi. Tabel 1

menyajikan parasit-parasit yang ditemukan dari sampel feses dan darah sekaligus

jumlah kejadiannya pada 10 ekor ular yang diamati.

Parasit Saluran Pencernaan

Secara umum, parasit pencernaan dapat masuk kedalam tubuh secara peroral

dalam bentuk kista. Reseptor kista menerima sinyal-sinyal kimia yang terdapat

pada saluran pencernaan sehingga kista tersebut berubah menjadi stadium

infektifnya dan menginvasi saluran pencernaan. Pada saluran pencernaan, setiap

parasit memiliki perbedaan stadium infektif seperti tropozoit, merozoit, dan kista.

Tabel 1 Macam-macam parasit yang menyerang Ptyas corros dan jumlah kejadiannya

pada 10 ekor ular yang diamati

No. Ular

Jenis Parasit

Saluran Pencernaan Darah

Giardia Balantidium Entamoeba Cryptosporidia Plasmodium

1 √ √ √ √ √

2 √ √ √ - √

3 - √ - √ √

4 √ √ √ - √

5 √ √ √ √ √

6 √ - √ √ √

7 √ √ √ - √

8 √ √ - √ √

9 √ √ √ √ √

10 √ - √ √ √

Jumlah 9 8 8 7 10

Keterangan: (-) Parasit tidak ditemukan, (√) Parasit ditemukan

Page 20: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

10

Mayoritas parasit pencernaan memiliki stadium infektif pada stadium tropozoit.

Gejala umum yang sering ditimbulkan akibat masuknya parasit pencernaan adalah

anoreksia, penurunan berat badan, gastritis, diare, dan emetika (Karen et al. 1996).

1. Giardia sp.

Giardia sp. pada Ptyas corros ditemukan dalam stadium kista. Kista

tersebut memiliki karakteristik yaitu berbentuk seperti buah pir dengan bagian

depan membulat luas, bagian belakang meruncing, memiliki 2 inti, aksostil

terlihat, dan berdinding tegas. Menurut Tampubolon (2004), karakteristik kista

Giardia sp. memiliki dinding yang tebal, berbentuk oval atau elips, mengandung

2-4 inti dan aksostil. Safar (2010) mengatakan bahwa kista yang memiliki 2 inti

menunjukkan bahwa kista tersebut berumur muda. Protozoa ini ditemukan pada 9

ekor dari 10 ekor hewan yang diamati, sehingga protozoa ini memiliki presentase

hewan yang terinfeksi sebesar 90%.

Adanya Giardia sp. pada Ptyas corros disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah Ptyas corros meminum air yang tercemari oleh kista Giardia

sp. Kista Giardia sp. pada air tersebut dapat berasal dari individu lain Ptyas

corros atau dapat juga berasal dari feses tikus. Selain dikarenakan meminum air

yang mengandung kista, kehadiran Giardia sp. pada Ptyas corros dapat

disebabkan kerena ular ini memakan tikus sawah yang mengandung Giardia sp.

Ptyas corros akan mengeluarkan enzim sitolitik untuk mencerna tikus yang

dimakannya. Dinding kista Giardia sp. tidak tahan terhadap kondisi asam (Assafa

et al. 2004), sehingga proses mencerna tikus sawah juga disertai dengan

pencernaan dinding kista Giardia sp. Pencernaan kista ini dimanfaatkan oleh

Giardia sp. untuk ekskistasi dan melakukan infeksi pada saluran pencernaan Ptyas

corros.

Gambar 10 Giardia sp. pada: 1). Manusia (Min et al. 2013) dan 2). Ptyas

corros (hasil pengamatan). Ket: (a) aksostil, (b) nukleus

Giardia sp. merupakan parasit pencernaan yang memiliki transmisi utama

melalui air yang tercemar kista atau biasa disebut dengan waterborne

tramsmission. Parasit ini memiliki flagel dan dapat ditemukan di lebih dari 40

spesies inang (Xiao dan Fayer 2008). Infestasi Giardia sp. di dalam usus akan

menghasilkan beberapa perubahan dan gangguan pada saluran pencernaan.

Gangguan ini berawal dari kista yang masuk peroral dan telah berubah menjadi

stadium tropozoit di saluran pencernaan. Stadium ini dilengkapi dengan flagel

yang berguna untuk bergerak di dalam usus dan bersarang pada epitel tersebut.

b

a

a b

1 2

Page 21: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

11

Tropozoit juga dilengkapi dengan sucker-disk yang berfungsi sebagai alat pelekat

pada permukaan sel epitel usus dan untuk mengambil makanan dari sel usus halus

dengan cara melisiskan sel epitel tersebut. Selain itu, Giardia sp. mengeluarkan

toksin yang dapat bercampur dengan bahan makanan dalam usus dan

menyebabkan kerusakan bahan makanan yang akan diserap tubuh (Tampubolon

2004). Kejadian-kejadian tersebut akan menimbulkan gejala pada penderita

berupa muntah, kembung, dan diare (Zaman 1997).

2. Balantidium sp.

Balantidium sp. yang ditemukan memiliki karakteristik yaitu, berbentuk

bulat atau elips dan terlihat makronukleus. Vakuola dan mikronukleus tidak dapat

diamati. Hal ini dikarenakan sampel feses yang diperiksa tidak diberikan bahan

kontras yang berguna untuk memperjelas pengamatan. Levine (1995)

mengemukakan bahwa kista Balantidium sp. memiliki ciri, yaitu berbentuk bulat

ovoid, ellipsoidal, memiliki makronukleus yang besar dan dinding kistanya terdiri

dari dua lapis. Jumlah ular yang terserang Balantidium sp. adalah 8 ekor, berarti

presentase balantidiosis pada ular ini adalah 80%.

Balantidium sp. sering ditemukan pada manusia. Organisme dengan bentuk

morfologi yang mirip dengan Balantidium sp. (Balantidium like paracites) dapat

ditemukan pada berbagai macam mamalia seperti tikus, simpanse, orang hutan,

anjing dan kucing. Selain itu, beberapa spesies lain dari Balantidium sp. pernah

ditemukan pada babi, kecoa, burung, ikan dan amfibi (Schuster dan Avila 2008).

Adanya Balantidium sp. pada Ptyas corros dapat disebabkan kerena beberapa

faktor diantaranya adalah meminum air yang tercemar kista Balantidium sp. atau

memakan mangsa yang terinfeksi oleh Balantidium sp. Seperti halnya Giardia sp.,

kista Balantidium sp. juga tidak tahan terhadap rendahnya pH lambung. Paparan

asam lambung akan membuat kista Balantidium sp. melakukan ekskistasi dan

mengeluarkan tropozoit.

Gambar 11 Balantidium sp. pada: 1). kera (Katerina et al. 2010) dan 2).

Ptyas corros (hasil pengamatan). Ket: (a) dua lapis dinding sel

Balantidium sp. memiliki 2 macam stadium dalam siklus hidupnya, yaitu

stadium kista dan stadium tropozoit. Bentuk kista merupakan bentuk yang siap

dikeluarkan dari saluran pencernaan bersama feses. Kista Balantidium sp. dapat

bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang ekstrim. Selain itu, bentuk kista

yang keluar bersama feses memudahkan parasit ini untuk menginvasi spesies lain

melalui makanan atau minuman yang tercemari oleh kista tersebut.

2 1

a

Page 22: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

12

Stadium tropozoit berhabitat pada lapisan mukosa dan submukosa colon.

Kehadiran parasit ini mengakibatkan terjadinya kerusakan pada epitel tersebut

(Stephen dan Dwight. 2006). Rusaknya mukosa dan submukosa usus dilakukan

dengan penerobosan secara mekanik dengan bantuan zat sitolitik. Hal ini dapat

mengakibatkan ulkus hingga gangren (Safar 2010). Selain itu, gejala klinis yang

dapat diamati saat terjadi Balantidiosis adalah diare yang disertai lendir, darah,

atau nanah.

3. Entamoeba sp.

Penelitian ini menemukan Entamoeba sp. dalam stadium kista. Kista

tersebut memiliki karakteristik yaitu berbentuk bulat, berukuran kecil, dinding

kista jelas, dan berinti 4. Kista yang ditemukan merupakan kista matang. Kista

matang dapat diketahui dengan menghitung inti kista yang berjumlah 4 buah.

Karakteristik tersebut sesuai dengan karakteristik kista Entamoeba sp. yang di

kemukakan oleh Safar (2010) dan Zaman (1997). Kista Entamoeba sp. ditemukan

pada 8 ekor dari 10 ekor ular yang diamati, sehingga presentase amobiasis pada

populasi yang diamati adalah sebesar 80%.

Gambar 12 Entamoeba sp. pada: 1). Manusia dengan pengecatan jodium

(Zaman 1997) dan 2). Ptyas corros (hasil pengamatan). Ket: (a)

nukleus.

Entamoeba sp. dapat ditemukan diseluruh dunia, terutama di daerah tropis

dan sub tropis dengan kondisi sanitasi yang kurang baik (Umair et al. 2008).

Adanya Entamoeba sp. pada Ptyas corros lebih banyak disebabkan oleh

waterborne transmission. Kista Entamoeba tahan terhadap kondisi asam lambung

sehingga, proses ekskistasi terjadi didalam usus. Ekskistasi dapat terjadi karena

dinding kista yang mengandung galaktosamin dicerna oleh usus-usus ular.

Hilangnya dinding kista menyebabkan pengeluaran tropozoit-tropozoit yang

mengandung enzim histolisin. Enzim ini berfungsi sebagai zat pembantu untuk

penetrasi kedalam mukosa usus dengan cara melisiskan sel-sel usus tersebut

(Sehgal et al. 1996).

Patogenesa dari gangguan pencernaan yang ditimbulkan oleh Entamoeba sp.

berawal dari kista yang masuk kedalam pencernaan. Tropozoit membentuk sarang

di mukosa usus dengan gerakan yang dibuat oleh pseudopodia dan berkembang

biak di daerah tersebut. Akibatnya, epitel usus mengalami nekrosa. Infiltrasi

Entamoeba sp. ke dalam mukosa usus menyisakan sebuah saluran yang dapat

dimasuki oleh koloni bakteri (infeksi sekunder), sehingga dapat menimbulkan

abses-abses di saluran limfe dan menimbulkan ulkus-ulkus. Tropozoit juga dapat

a

a

1 2

Page 23: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

13

menginfiltrasi usus hingga menembus lapisan otot hingga ke serosa usus, dengan

begitu kerusakan jaringan tampak semakin parah. Adanya kerusakan jaringan ini,

menstimulasi tubuh untuk memperbaiki jaringan-jaringan yang rusak, sehingga

akan teramati suatu penebalan fibrotik dari dinding usus (Tampubolon 2004).

Selain itu, Entamoeba sp. juga dapat masuk kedalam saluran sirkulasi dan

menyebar menuju hati dan menyebabkan Amebic liver abcess (Davis et al. 2006).

4. Cryptosporidia sp.

Cryptosporidia sp. pada pengamatan mikroskop terhadap feses akan

menghasilkan gambaran kista yang berbentuk bulat dan bergranul. Hal ini terjadi

karena di dalam kista tersebut terdapat sporozoit-sporozoit yang nantinya akan

menginfeksi usus. Hasil identifikasi Cryptosporidia sp. menunjukkan bentuk kista

yang bulat, memiliki 2 granul dan berukuran lebih kecil dari kista Entamoeba sp.

Jenis Cryptosporidia sp. yang menyerang ular adalah Cryptosporidia serpentis

(Xiao et al. 2004). Kriptosporidiosis menyerang 7 dari 10 ekor ular yang diamati

(70%). Kriptosporidiosis memiliki prevalensi terendah daripada infeksi parasit

yang lain. Cryptosporidia sp. banyak ditemukan pada reptil (Xiao et al.2004).

Selain itu, cryptosporidia sp. pernah ditemukan di 150 inang diantaranya adalah

lembu, ayam, anjing, kucing, burung, babi, kalkun, ular tikus (Elaphe

subocularis) (Xiao dan Fayer 2008) dan pernah dilaporkan juga terdapat pada

rodensia (Palmer et al. 2003).

Gambar 13 Cryptosporidia sp. pada: 1). kura-kura darat, diamati

menggunakan kontras mikroskop (Xiao et al. 2004) dan 2).

Ptyas corros (hasil pengamatan)

Cryptosporidia sp. memiliki beberapa bentuk perkembangan dalam siklus

hidupnya. Bentuk yang pertama adalah ookista yang dikeluarkan bersama feses

dari hewan atau manusia yang terinfeksi. Bentuk ini berisi 4 sporozoit dan

memiliki membran yang berguna untuk melindungi sporozoit tersebut. Ookista

akan hanyut bersama aliran air hingga mendapatkan inang baru yang dapat

dijadikan media untuk berkembang.

Kista Cryptosporidia sp. yang masuk melalui peroral akan mengeluarkan

sporozoit dan berkumpul pada mukosa usus dalam bentuk tropozoit. Kumpulan

tropozoit tersebut akan menyebabkan luka pada mukosa usus dan mengakibatkan

peradangan (Karen et al. 1996). Tropozoit dalam mukosa usus memperbanyak diri

2 1

Page 24: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

14

dengan cara asexual. Hasil pembelahan tropozoit menghasilkan merozoit-

merozoit yang memiliki makrogamet dan mikrogamet yang berfungsi untuk

perkembangan sexual dan menghasilkan zigot. Zigot akan diubah menjadi ookista

dengan 2 tipe yaitu, ookista berdinding tipis dan ookista berdinding tebal. Ookista

berdinding tipis akan menginfeksi mukosa usus sedangkan ookista berdinding

tebal akan dikeluarkan bersama feses (CDC 2013)3.

Cryptosporidia sp. dapat masuk kedalam tubuh melalui air minum yang

terkontaminasi atau makanan yang bahan-bahannya dicuci menggunakan air

mengandung ookista parasit ini (Robinson et al. 2008). Kondisi lingkungan dan

higiene personal turut mempengaruhi dalam proses transmisi penyakit ini kepada

manusia. Spesies Cryptosporidia sp. yang zoonotik adalah Cryptosporidia

parvum pada sapi (Smith et al. 2007). Cryptosporidia serpentis pada ular tidak

dilaporkan sebagai parasit zoonotik.

Parasit Darah

Parasit darah merupakan parasit yang memiliki habitat pada darah. Parasit

ini dibedakan menjadi parasit eksoeritrosit dan parasit intraeritrosit. Parasit

eksoeritrosit memiliki habitat pada plasma sel darah. Contoh parasit eksoeritrosit

adalah Leucocytozoon sp. dan Trypanosoma sp. Parasit intraeritrosit merupakan

parasit yang memiliki habitat didalam eritrosit. Contoh parasit intraeritrosit adalah

Plasmodium sp., Babesia sp., dan Anaplasma sp. parasit darah memiliki siklus

hidup yang berbeda dengan parasit pencernaan. Parasit-parasit ini memerlukan

vektor didalam penyebarannya sebelum mencapai induk semang. Vektor tersebut

dapat dibagi menjadi vektor mekanis maupun vektor biologis. Vektor biologis

terjadi proses perkembangan dan proses seksual yang menghasilkan stadium

infektif untuk induk semang. Contoh vektor yang dapat menyebarkan parasit

darah adalah nyamuk dan caplak. Perubahan bentuk yang terjadi pada parasit di

dalam induk semang meliputi perubahan aseksual yang meliputi perbanyakan diri

serta pembentukan makro dan mikro gamet. Efek umum yang ditimbulkan akibat

infestasi parasit ini adalah terjadi anemia, haemolisis, dan demam (Tampubolon

2004).

1. Plasmodium sp.

Identifikasi darah ditemukan Plasmodium sp. stadium dini yang dicirikan

dengan bentuk bulat kecil gelap dan berada di dalam eritrosit. Selain itu,

ditemukan juga gametosit Plasmodium sp. yang berbentuk lonjong dan berukuran

lebih panjang daripada eritrosit itu sendiri. Presentase hewan terinfeksi yang

ditimbulkan oleh infeksi Plasmodium sp. adalah 100%, karena seluruh ular telah

diinfeksi oleh parasit ini.

Page 25: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

15

Gambar 14 Plasmodium sp. pada eritrosit, 1). Plasmodium falciparum

tropozoit dini (Zaman 1997), dan 2). Plasmodium sp.

tropozoit dini (hasil pengamatan). Ket: (a) Plasmodium

tropozoit dini.

Gambar 15 Plasmodium sp. pada eritrosit, 1). gametosit Plasmodium

falciparum (Assafa et al. 2004), dan 2). gametosit Plasmodium

(hasil pengamatan). Ket: (a) gametosit Plasmodium

Gejala akibat Plasmodium sp. sama seperti gejala umum akibat parasit darah

pada umumnya. Lesio yang dapat diamati pada induk semang adalah adanya

hepatomegali, splenomegali, pendarahan subcutan, dan pembendungan pada

pembuluh darah (Tampubolon 2004). Hepatomegali dan splenomegali terjadi

akibat siklus skizogonic yang terjadi pada sel-sel hati. Pendarahan subcutan dan

pembendungan pembuluh darah terjadi akibat siklus eritrositik. Siklus ini terjadi

didalam eritrosit dan mengakibatkan eritrosit ruptur dan mengakibatkan

pembendungan. Namun, pada ular yang diamati, tidak terlihat gejala fisik yang

dapat diamati karena nafsu makan dan perilaku ular ini tetap aktif seperti biasanya.

a

a

1 2

a a

Page 26: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

16

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada ular Ptyas corros ditemukan protozoa parasitik yang terdiri atas 5

macam parasit yaitu 4 genus parasit pada saluran pencernaan dan 1 genus parasit

pada darah. Parasit pada pencernaan ular meliputi Balantidium, Giardia,

Criptosporidia, dan Entamoeba. Plasmodium merupakan parasit yang ditemukan

pada darah ular. Presentase hewan terinfeksi Giardia, Balantidium, Entamoeba dan

Cryptosporidium berturut-turut adalah 90%, 80%, 80%, dan 70%. Plasmodium

menginfeksi seluruh ular yang diamati.

Saran

Penelitian ini adalah penelitian dasar berupa sebuah proses identifikasi.

Penelitian lanjutan diperlukan untuk identifikasi parasit yang lebih spesifik

hingga ke tingkat spesies dengan PCR dan DNA sequence. Selain itu, diperlukan

penelitian lanjutan juga untuk mengetahui potensi zoonosis akibat protozoa

parasitik pada Ptyas corros.

DAFTAR PUSTAKA

Assafa D, Kibru E, Nagesh S, Gabreselassie S, Deribe F, Ali j. 2004. Medical

Parasitology. Ethiopia

Aulia M. 2001. Rediscovery of the Indochinese Rat Snake Ptyas korros (Schlegel,

1837) (Serpentes: Colubridae) in Borneo. The Raffles Bulletin of Zoology

50(1): 197-198

Auliya M. 2010. Conservation Status and Impact of Trade on the Oriental Rat

Snake Ptyas mucosa in Java, Indonesia. Selangor: TRAFFIC Southeast Asia

[CDC] Center for Disease Control and Prevention. 2013. Diunduh tanggal: 20

April 2013. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/parasites/giardia/biology.html

[CDC]1 Center for Disease Control and Prevention. 2013. Diunduh tanggal: 20

April 2013. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/parasites/balantidium/

biology.html

[CDC]2 Center for Disease Control and Prevention. 2013. Diunduh tanggal: 20

April 2013. Tersedia pada: http://www.cdc.gov/parasites/balantidium/

[CDC]3 Center for Disease Control and Prevention. 2013. Diunduh tanggal: 3juli

2013. Tersedia pada: http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/Cryptosporidiosis.

htm

Brownstein DG, Stranberg JD, Montali RJ, Bush M, Fortner J. 1977.

Cryptosporidium in Snakes with Hypertropic Gastritis. Vet. Pathol. 14:606.

DOI:10.1177/030098587701400607

Chiodini PL, Moody AH, Manser DW. 2001. Atlas of Medical Helminthology and

Protozoology. USA: Churchill Livingstone.

Page 27: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

17

Davis PH, Schulze J, Stanley SL. 2006. Transcriptomic Comparison of Two

Entamoeba histolytica Strains With Defined Virulence Phenotypes Identifies

New Virulence Factor Candidates And Key Differences In The Expression

Patterns Of Cysteine Protease, Lectin Light Chains, and Calmodulin.

Molecular & Biochemical Parasitology 151:118-128. doi:10.1016/j.molbiopara.

2006.10.014

Gupta N, Gupta DK, Shalaby S. 2008. Parasitic Zoonotic Infections In Egypt And

India: an Overview. J Par Disease 32:1-9

Jarernsak S, Chaleow S, Nual-Anong N, Lawan C, Nirachra R, Piyawan S. 2001.

Hematozoa of Snake in Queen Saovabha Memorial Institute. Thailand.

Karen YC, Oberst RD, Upton SJ, Mosier DA. 1996. Biliary Cryptosporidiosis in

two corn snakes (Elaphe guttata). J Vet Diagn Invest 8:398-399.

Katerina P, Klara JP, Ilona P, Jana P, David M. 2010. Discrepancies in the

Occurrence of Balantidium coli Between Wild and Captive African Great Apes.

J Parasitol. 96(6): 1139-1144. doi: 10.1645/GE-2433.1

Levine ND. 1995. Protozoologi Veteriner. Di dalam : Soekardono, penerjemah ;

Brotowidjoyo, editor. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan

dari: Veterinary Protozoology.

Min DY, Ahn MH, Ryu JS. 2013. Web Atlas of Medical Parasitology. [diunduh

tanggal 20 September 2013]. Tersedia pada: http://atlas.or.kr/atlas/include/view

Img.html?uid=640

NDF WORKSHOP CASE STUDY. 2008. Reptiles And Amphibians Case Study 4

Ptyas mucosus. Mexico. Hal: 2-3

Palmer CJ et al.. 2003. Cryptosporidium Muris, a Rodent Pathogen, Recovered

From a Human in Peru. Emerging Infectious Disease vol 9.

Robinson G, Elwin K, Chalmers RM. 2008. Unusual Cryptosporidium Genotypes

in Human Cases of Diarrhea. Emerging Infectious Diseases 14:1800-1802.

DOI:10.3201/eid1411.080239

Safar R. 2010. Parasitologi Kedokteran. Bogor (ID): Yrama Widya

Saleha S. 2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta (ID):

Badan Penerbit FKUI

Schuster FL, Avila LR. Current World Status of Balantidium coli. Clinical

microbiol review 21:626-638. doi:10.1128/CMR.00021-08

Sehgal D, Bhattacharya A, Bhattacharya S. 1996. Pathogenesis of infection by

Entemoeba histolytica. J Biosci 21:423-432

Smith HV, Caccio SM, Cook N, Nichols RAB, Tait A. 2007. Cryptosporidium

and Giardia as Foodborne zoonoses. Vet Par 149:29-40.

DOI:10.1016/j.vetpar.2007.07.015

Stephen CB, Dwight DB. 2006. The 5-minute Veterinary Consult Clinical

Companian: Canine and Feline Infectious Disease and Parasitology. USA:

Blackwell Publishing.

Tampubolon M. 2004. Protozoology. Bogor (ID). Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan; Dierektorat Jendral Pendidikan Tinggi; Pusat Studi Ilmu Hayati,

Institut Pertanian Bogor

Umair S, Maqbool A, Shabbir Z, Ahmad MD. 2008. Amoebic Dysentry In Dogs

And Dog Owners. J Par Disease 32:74-76

Wozniak EJ, Telford SR, DeNardo DF, McLaughlin GL, Butler JF. 1998.

Granulomatous Hepatitis Associated With Hepatozoon sp. Meronts in a

Page 28: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

18

Southern Water Snake (Nerodia Fasciata pictiventris). J. of Zoo and Wildlife

Med. 29(1):68-71

Xiao L et al. 2004. Genetic Diversity of Cryptosporidium spp. in Captive Reptiles.

Applied and Environmental Microbiology 891-899. doi:10.1128/AEM.70.2.891

-899.2004

Xiao L, Fayer R. 2008. Molecular Characterisation of Spesies and Genotypes of

Cryptosporidium and Giardia and Assessment of zoonotic Transmission.

International Journal for Parasitology 38:1239-1255. doi:10.1016/j.ijpara.

2008.03.006

Zaman V. 1997. Atlas Parasitologi Kedokteran Edisi II. Jakarta (ID): Hipokrates.

Page 29: PROTOZOA PARASITIK DARAH DAN SALURAN …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68201/B14fsn_IPH.pdf · 3 Siklus hidup Giardia sp. 3 ... Parasit darah yang biasa menginfeksi

19

RIWAYAT HIDUP

Fajar Sakti Nur Hardiansyah adalah seorang mahasiswa muslim di

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor yang masuk pada tahun

2008. Dia lahir di kota Ngawi, Jawa Timur, pada tanggal 1 Oktober 1989 dan

berdomisili di Jl. S. Parman no. 23 Ngawi 63216. Riwayat pendidikannya antara

lain, SDN Margomulyo III Ngawi pada tahun 1996-2002, SMPN 2 Ngawi tahun

2002-2005, dan SMAN 2 Ngawi tahun 2005-2008. Beberapa prestasi yang pernah

diraih diantaranya adalah Juara I paduan suara SMA tk. Kab Ngawi tahun 2005,

Juara II pengembaraan V gerakan Pramuka Kwarcab Ngawi tahun 2005, Juara II

dimas diajeng Kab Ngawi tahun 2007, Paskibraka Nasional di Istana Negara

tahun 2007, Duta belia Indonesia untuk negara Vieatnam dan Thailand tahun 2007,

Peraih the best humor film dalam festival film Smada tahun 2008, Peraih SMADA

Awards kategori Bela Negara tahun 2008, Paskibra IPB tahun 2009, Juara II

lomba nasyid Al-Huriah tahun 2008, dan Penerima proposal PKM didanai DIKTI

tahun 2012.

Riwayat organisasi yang pernah diikuti diantaranya adalah Purna

Paskibraka Indonesia (2007-sekarang), Ikatan Mahasiswa Jawa Timur,

IMAJATIM (wakil ketua/2008-2009), Badan Eksekutif Mahasiswa TPB, BEM

TPB 45 (staf kajian & strategi/2008-2009), Dewan Perwakilan Mahasiswa FKH

IPB, DPM FKH IPB (komisi I/2009-2010), Himpunan Profesi Satwa Liar,

HIMPRO SATLI IPB (2009-sekarang), Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan

Indonesia, IMAKAHI (staf kaderisasi/2010-2011), Badan Eksekutif Mahasiswa

Keluarga Mahasiswa IPB, BEM KM IPB (staf Kementrian Pertanian/2010-2011).