ineffective perfution perifer tissue

6
Diagnosa : Ketidakefetifan Perfusi Jaringan Perifer Definisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan Batasan Karakteristik Tidak ada nadi Perubahan fungsi motorik Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembatap, kuku, sensasi, suhu) Indeks ankle brachial < 0,90 Perubahan tekanan darah di ekstremitas Waktu pengisian kapiler 3 detik Klaudikasi Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan Kelembatan penyembuhan luka perifer Penurunan nadi Edema Nyeri ekstremitas Bruit femoral Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit Parestesia Warna kulit pucat saat elevasi Faktor yang Berhubungan Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (misalnya Diabetes, hiperlipidemia) Diabetes Melitus Hipertensi Gaya hidup monoton

Upload: rianti-putri-tsani

Post on 29-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Analisa Diagnosa KeperawatanIneffective Perfution Perifer TissueKebutuhan Biologi dan Fisiologi manusia

TRANSCRIPT

Diagnosa : Ketidakefetifan Perfusi Jaringan PeriferDefinisi : Penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat mengganggu kesehatan

Batasan Karakteristik Tidak ada nadi Perubahan fungsi motorik Perubahan karakteristik kulit (warna, elastisitas, rambut, kelembatap, kuku, sensasi, suhu) Indeks ankle brachial < 0,90 Perubahan tekanan darah di ekstremitas Waktu pengisian kapiler 3 detik Klaudikasi Warna tidak kembali ke tungkai saat tungkai diturunkan Kelembatan penyembuhan luka perifer Penurunan nadi Edema Nyeri ekstremitas Bruit femoral Pemendekan jarak total yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit Pemendekan jarak bebas nyeri yang ditempuh dalam uji berjalan enam menit Parestesia Warna kulit pucat saat elevasi

Faktor yang Berhubungan Kurang pengetahuan tentang faktor pemberat (misalnya merokok, gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas) Kurang pengetahuan tentang proses penyakit (misalnya Diabetes, hiperlipidemia) Diabetes Melitus Hipertensi Gaya hidup monoton Merokok

Domain 4: Aktivitas / IstirahatKelas 5: Respons Kardiovaskular / PulmonalKode 00204

Analisa Faktor yang Berhubungan dengan Diagnosa Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer1. Diabetes MellitusPenderita Diabetes Mellitus mengalami gangguan sekresi insulin atau gangguan kerja insulin yang mengakibatkan hormon insulin tidak mampu mengubah glukosa menjadi glikogen dengan optimal, sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia). Hiperglikemia menyebabkan terjadinya abnormalitas metabolik dan berpengaruh terhadap kemampuan sel endotelia dalam memproduksi nitrit oksida. Padahal, nitrit oksida sangat berperan dalam menghambat atherogenesis (proses pembentukan aterosklerosis). Karena nitrit oksida tidak diproduksi oleh sel endotelia maka akan terbentuklah atherosklerosis.Aterosklerosis memungkinkan penyempitan pembuluh darah yang dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah sehingga perfusi tidak berjalan secara optimal. Ketidakefektifan perfusi jaringan mempengaruhi suplai oksigen yang diterima jaringan otak dan jaringan di perifer. Gangguan perfusi jaringan ke serebro menyebabkan kematian otak atau stroke, gangguan perfusi jaringan ke perifer menyebabkan akral dingin dan keringat dingin yang hebat.

2. ObesitasObesitas dapat meningkatkan gangguan fungsi jantung dengan mekanisme berupa :a. Obesitas dan Peningkatan Beban Kerja JantungObesitas dikaitkan dengan peningkatan beban kerja jantung yang dikaitkan dengan peningkatan volume darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan oksigen dalam tubuh . Jika jantung bermasalah maka perfusi jaringan perifer akan mengalami masalah.

Berat badan berlebihan semakin banyak membutuhkan oksigen dan nutrisi sel volum darah yang dibutuhkan tubuh semakin banyak karena harus menyuplai kebutuhan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan tubuh volum darah yang banyak membuat jantung bekerja lebih berat untuk memompa dalam waktu yang lama akan membuat jantung mengalami masalah hingga akhirnya sistem sirkulasi terganggu.

b. Obesitas dan Penimbunan Lemak di JantungObesitas dapat mengakibatkan akumulasi lemak seperti trigliserida dalam sel-sel jantung. Diduga penumpukan trigliserida dalam jumlah besar dapat memicu kerusakan sel-sel jantung serta mengganggu fungsi pemompaan darah oleh jantung, yang dalam waktu lama akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan perifer.

c. Obesitas dan Penimbunan Lemak di Sekitar Pembuluh DarahPenimbunan lemak di sekitar pembuluh darah jantung mengakibatkan kekakuan pembuluh darah dan memicu terbentuknya protein-protein yang bersifat 'jahat' sehingga menimbulkan peradangan pembuluh darah jantung, dan pada akhirnya akan mengakibatkan aterosklerosis. Arterosklerosis akan menambah risiko hipertensi yang akan membuat sistem sirkulasi menjadi tidak efektif.

3. Asupan GaramGaram menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan dari luar sel menuju dalam sel dengan mekanisme osmosis, sehingga akan meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah akan berbanding lurus dengan tekanan darah yang semakin tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa asupan garam yang berlebihan akan menyebabkan hipertensi, dan hiprtensi akan sangat mengganggu perfusi jaringan perifer.

4. HiperlipidemiaHiperlipidemia merupakan kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat.

5. TraumaTrauma, khususnya pada bagian kepala menyebabkan tengkorak beserta isinya bergetar kerusakan yang terjadi tergantung pada besarnya getaran atau tekanan, makin besar getaran makin besar kerusakan yang timbul. Getaran dan benturan akan diteruskan menuju galia aponeorotika sehingga banyak energi yang diserap oleh perlindungan otak, hal itu menyebabkan pembuluh darah robek atau fraktur sehingga akan menyebabkan haematoma epidual, sepdural maupun intra cranial, perdarahan tersebut akan mempengaruhi sirkulasi darah keotak menurun, sehingga suplay oksigen berkurang sehingga terjadi hipoksia jaringan lalu terjadilah perfusi jaringan.

6. Gaya Hidup MonotonGaya hidup yang monoton dapat menyebabkan stres pada individu. Stres yang berkelanjutan akan mempengaruhi kondisi kesehatan. Secara fisiologis, apabila masalah kesehatan terganggu, tubuh akan meresponnya dengan mengekskresikan hormon epinefrin dan norepinefrin yang menyebabkan vasokontriksi pada pembuluh darah. Pembuluh darah yang menyempit akan mengganggu terpenuhinya kebutuhan akan oksigen dalam jaringan akibat ketidakefektifan perfusi jaringan ke otak maupun ke perifer.

7. MerokokMerokok akan melepaskan nikotin dan karbonmonoksida ke dalam darah. Karbonmonoksida lebih besar daya ikatnya dengan hemoglobin daripada dengan oksigen. Akibatnya suplay darah untuk jantung berkurang karena telah didominasi oleh karbondioksida. Sedangkan nikotin yang ada dalam darah akan merangsang pelepasan katekolamin. Katekolamin ini menyebabkan konstruksi pembuluh darah sehingga supply darah ke jantung berkurang. Selain itu dengan merokok bisa meningkatkan adhesi trombosit yang mengakibatkan terbentuknya thrombus.

8. HipertensiPada awal hipertensi curah jantung meningkat sedangkan tahanan perifer normal karena terjadi peningkatan curah jantung tersebut maka terjadi konstriksi sfingter prekapiler sebagai bentuk autoregulasi tubuh yang mengakibatkan curah jantung menurun dan tahanan perifer meningkat. Tahanan perifer yang tinggi dapat mengurangi atau menghambat perfusi jaringan perifer dan tahanan perifer yang tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hipertrofi dinding pembuluh darah yang meyebabkan terganggunya sirkuasi darah ke perifer.

DAFTAR PUSTAKASusalit. E, Kapojos E.J, Lubis H.R. Buku ajar ilmu penyakit dalam : Hipertensi Primer Jilid II edisi ketiga, Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001. 456Silverthorn, Dee Unglaub. Fisiologi manusia : sebuah pendekatan terintegrasi Edisi keenam, Jakarta : EGC ; 2014. 480-538