indra adi

Upload: dangers-super

Post on 20-Feb-2018

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/24/2019 indra adi

    1/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    66

    HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT DENGAN PENCEGAHAN DEMAMBERDARAH DENGUE(DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

    TARATARA KECAMATAN TOMOHON BARAT

    PEOPLEKNOWLEDGEANDATTITUDERELATIONSIP WITHTHE PREVENTIONOF DENGUEHEMORRHAGIC FEVER (DHF) AT TERITORIAL OF TARA-TARA PRIMARY HEALTH CENTRE

    THE DISTRICT OF WESTTOMOHON

    Cindy J. Paendong, Nursalam, Estefina Makausi

    Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia TomohonDosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon

    ABSTRAK

    Penyakit demam berdarah Dengue(DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat sampai saatini oleh karena itu dibutukan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap pencegahan penyakitini.Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya hubungan pengetahuan dan sikap denganpencegahan demam berdarah Dengue (DBD) pada masyarakat di Wilayah kerja PuskesmasTaratara Kecamatan Tomohon Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang diwilayah kerja Puskesmas Tara-tara, sampel yang diambil adalah masyarakat yang dengandiagnosis Demam Berdarah denganjumlah 32 orang. Metode peneltian yaitu Cross Sectionaldengan Kuesioner sebagai instrument penelitian.Hasil penelitian menunjukan bahwa (41%)pengetahuan masyarakat pada kategori baik, dan sikap (66%) pada kategori positif.Sedangkanpencegahan demam berdarah yang paling banyak adalah (34%) pada kategori baik. Hasil ujiSpearman Rho didapat nilai koefisien korelasi sebesar 0,760 dan signifikan sebesar 0.000 ataulebih kecil dari = 0,05, yang bermakna kedua variabel berhubungan secara signifikan dengankorelasi yang positif. Kesimpulan penelitian ini adalah semakin tinggi pendidikan semakin baik pulatingkat pengetahuan. Sikap berhubungan dengan Pencegahan Demam Berdarah Dengue,berdasarkan hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar responden memliki sikap yang positifpada pencegahan penyakit demam berdarah.

    Kata Kunci : Demam B erdarah, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat.

    ABSTRACT

    Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a public health problem until today and therefore required agood knowledge and attitude towards prevention of this disease. The purpose of this research isknowing the relationship of knowledge and attitudes to the prevention of dengue HemorrhagicFever (DHF) in the communities in PHC Taratara Western District of Tomohon. The population inthis study was a community health center in the region of Tara-tara, the sample taken is thecommunity that the diagnosis of Dengue Fever with number 32. Other research method that iscross sectional with a questionnaire as a research instrument. The results showed that (41%) ofpublic knowledge in both categories, and attitude (66%) in the positive category. While theprevention of dengue fever is at most (34%) in both categories. The test results obtainedSpearman Rho correlation coefficient of 0.760 and 0.000 significant or smaller than = 0.05, whichmeans the two variables significantly associated with a positive correlation. The conclusion of thisstudy is the higher education the better the level of knowledge. Attitudes related to DenguePrevention, based on the results show that most respondents possess a positive attitude in theprevention of dengue fever.

    Keywords: Dengue, Know ledge and Publ ic At t i tudes.

    PENDAHULUAN

    Penyakit berbasis lingkungan masihmerupakan masalah kesehatan masyarakatsampai saat ini.Salah satu penyakit yang

    disebabkan oleh kondisi sanitasi lingkunganyang tidak memenuhi syarat kesehatan adalahdemam berdarah Dengue.Penyakit demam

  • 7/24/2019 indra adi

    2/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    67

    berdarah Dengue pertama kali ditemukan diManila (Filipina) pada tahun 1953, selanjutnyamenyebar keberbagai negara.Data dari seluruhdunia menunjukkan Asia menempati urutanpertama dalam jumlah penderita DBD setiaptahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun

    1968 hingga tahun 2009, World HealthOrganization (WHO) mencatat negaraIndonesia sebagai negara dengan kasus DBDtertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2011).

    Penyakit ini termasuk salah satu penyakitmenular yang dapat menimbulkan bawah,maka sesuai dengan Undang-Undang No. 4Tahun 1984 tentang wabah penyakit menularserta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560Tahun1989, setiap penderita termasuktersangka demam berdarah Dengue (DBD)harus segera dilaporkan selambat-lambatnyadalam jangka waktu 24 jam oleh unit pelayanan

    kesehatan (rumah sakit, puskesmas, poliklinik,balai pengobatan, dokter praktik swasta, danlain-lain) (Depkes RI, 2005).

    Menurut Depkes RI (2009) pada tahun2008 dijumpai kasus DBD di Indonesiasebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86%dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk,dan mengalami kenaikan pada tahun 2009yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000,dan pada tahun 2010 Indonesia menempatiurutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitusebanyak 156.086 kasus dengan kematian

    1.358 orang. Tahun 2011 kasus DBDmengalami penurunan yaitu 49.486 kasusdengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PLKemkes RI, 2011). Berdasarkan RisetKesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007) dengandiagnosis + gejala penyakit DBD, penyakit inijuga ditemukan di semua kabupaten/kotadengan prevalensi 0,1-0,7%. Penyakit DBDdapat diditeksi di seluruh Kabupaten/Kota diSulawesi Utara dengan rerata prevalensisebesar 0,4%. Prevalensi tertinggi ditemukan diKabupaten Minahasa (0,7%), dan terendah diKota Bitung (0,1%). Sebaran prevalensi

    penyakit DBD,semakin jelas bahwa penyakitDBD tidak hanya menyerang daerah perkotaan

    saja, tetapi sudah menyebar sampai daerahperdesaan. Kejadian penyakit DBD sangatdipengaruhi oleh musim.Kejadian DBDumumnya meningkat pada awal musimpenghujan.Penyakit DBD dapat bersifat fatalbila tidak segera ditangani dengan

    benar.Program promosi kesehatan yangselama ini dilakukan dengan menekankanpentingnya upaya masyarakat melakukan 3Mmasih perlu ditingkatkan secara intensifsehingga memungkinkan kewaspadaan dandeteksi dini terhadap penyakit ini menjadi lebihbaik suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) jikasudah terdapat 1 kasus penderita telahtermasuk sebagai kasus KLB.

    Dari berbagai kegiatan yangdilaksanakan pemerintah dalam rangkapemberantasan Demam Berdarah Dengue(DBD) melalui upaya-upaya pencegahan yang

    dilakukan secara berkelanjutan, seperti dengancara melakukan pengasapan (foging) danpemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengankegiatan 3M (menguras, menutup, mengubur).Namun hasilnya belum optimal bahkan masihdijumpai kejadian luar biasa (KLB) yangmenelan korban jiwa.Hal ini tentu jugaberkaitan erat dengan tingkat pengetahuanmasyarakat tentang pencegahan DBD (Krianto,2009).

    Dengan adanya kejadian demamberdarah Dengue (DBD) pada masyarakat,dibutuhkn pengahuan yang cukup serta dapat

    memberi respon yang dapat menunjang agarsupaya mewaspadai penyakit tersebut. Tenagakesehatan diharapkan dapat melaksanakanfungsi menentukan kebutuhan kesehatanmasyarakat dan mendorong masyarakat untukberperan serta dalam memenuhi kebutuhankesehatan serta memberikan pengeahuankesehatan mengenai pencegahan penyakitdemam berdarah Dengue (DBD)

    Tujuan Penelitian ini adalah diketahuinyaHubungan Pengetahuan dan Sikap MasyarakatDengan Pencegahan Demam BerdarahDengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas

    Taratara, Kecamatan Tomohon Barat.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilaksanakan di Di WilayahKerja Puskesmas Taratara, KecamatanTomohon Barat..Sampel yang digunakanadalah masyarakat yang didiganosis dengangejala Demam Berdarah.Penelitian inimengunakan rancangan Cross Sectional

    dimana jenis penelitian ini merupakanpenelitian dengan melakukan pengukuran pada

    variabel independen dan dependen yangditelusuri secara simultan. Rancangan inibertujuan untuk mencari hubungan antaravariabel dengan cara dengan menggunakaninstrument yaitu kuesioner dan lembarobservasi. Analisa statistik mengunakan

    ujiSpearman Rho.

  • 7/24/2019 indra adi

    3/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    68

    HASIL PENELITIAN

    ANALISA UNIVARIAT1. Jenis Kelamin

    Laki-Laki

    12

    37%

    Perempuan

    20

    63%

    Jenis Kelamin

    Laki-Laki

    Perempuan

    Gambar.1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara, Tahun 2015

    Berdasarkan gambar di atas menunjukanbahwa responden terbanyak adalah perempuan

    yaitu sebanyak 20 orang (63%) dan 12 laki-lakisebanyak orang (37%).

    2. Umur

    20-30 Thn

    17

    53%30-40 Thn

    11

    34%

    > 40 Thn

    4

    13%

    Umur

    20-30 Thn

    30-40 Thn> 40 Thn

    Gambar. 2Karakteristik Responden berdasarkan umur di Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara, Tahun 2015

    Berdasarkan gambar di atas menunjukanbahwa rata-rata umur responden terbanyakadalah 20 sampai dengan 30 tahun yaitusebanyak 17 orang (53%), diikuti dengan rata-rata umur 30 sampai dengan 40 tahun yaitusebnayak 11 orang (34%), sedangkan

    responden yang paling sedikit adalah padarata-rata umur diatas 40 tahun yaitu sebanyak 4orang (13%).

    3. Pendidikan

    SD

    2

    6%

    SMP

    6

    19%SMA

    15

    47%

    Perguruan

    Tinggi

    9

    28%

    Pendidikan

    SD

    SMP

    SMA

    Perguruan Tinggi

    Gambar. 3Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikandi Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara, Tahun 2015

  • 7/24/2019 indra adi

    4/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    69

    Dari gambar diatas menunjukkan bahwatingkat pendidikan responden yang palingbanyak adalah tingkat pendidikan SekolahMenengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 15orang (46%), diikuti dengan tingkat pendidikanPerguuruan tinggi yaitu 9 orang (28%),

    kemudian tingkat pendidikan SekolahMenengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 6orang (19%). Sedangkan tingkat pendidikanresponden yang paling sedikit adalah SekolahDasar (SD) yaitu sebanyak 2 (6%).

    4. Pengetahuan masyarakat

    Kurang

    7

    22%

    Cukup

    12

    37%

    Baik

    13

    41%

    Pengetahuan

    Kurang

    Cukup

    Baik

    Gambar. 4Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pengetahuan respondendi Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara, Tahun 2015

    Dari gambar di atas menunjukan bahwa

    tingat pengetahuan responden yang palingbanyak adalah pada kategori baik yaitusebanyak 13 orang (41%) diikuti dengan

    pengetahuan pada kategori cukup yaitu

    sebanyak 12 orang (37%). Sedangkan yangpaling sedikit adalah pengetahuan padakategori kurang yaitu sebanyak 7 orang (22%).

    5. Sikap masyarakat

    Negatif

    11

    34%

    Positif

    21

    66%

    Sikap

    Negatif

    Positif

    Gambar 5Karakteristik Responden berdasarkan Sikap responden di Wilayah KerjaPuskesmas Taratara Tahun 2015.

    Dari gambar di atas menunjukan bahwasebagian besar sikap responden termasukpada kategori positif yaitu sebanyak 21 orang

    (66%).Sedangkan sikap pada kategori negativesebanyak 11 orang (34%).

  • 7/24/2019 indra adi

    5/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    70

    6. Pencegahan DBD

    Kurang

    619%

    Cukup

    15

    47%

    Baik

    11

    34%

    Pencegahan DBD

    Kurang

    Cukup

    Baik

    Gambar 6. Karakteristik Responden berdasarkan Sikap responden di Wilayah Kerja PuskesmasTaratara, Tahun 2015

    Dari gambar diatas menunjukkan bahwapencegahan responden yang paling banyakadalah yang termasuk pada kategori cukupyaitu sebanyak 15 orang (47%) diikuti dengan

    pencegahan DBD pada kategori baik yaitusebanyak 11 orang (34%), sedangkan yangpaling sedikit adalah pencegahan DBD padakategori kurang yaitu sebanyak 6 orang (19%).

    ANALISA BIVARIAT

    1. Tabulasi silang Pengetahuan dengan Pencegaan Demam Berdarah

    Tabel 1.Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Pencegahan DBD di Wilayah Kerja PuskesmasTarataraTahun 2015

    Pengetahuan

    Pencegahan DBDTotal

    Kurang Cukup Baik

    n % n % n % n %

    Kurang 4 12,5 3 9,4 0 ,0 7 21,9

    Cukup 2 6,2 9 28,1 1 3,1 12 37,5

    Baik 0 ,0 3 9,4 10 31,2 13 40,6

    TOTAL 6 18,8 15 46,9 11 34,4 32 100

    Koefisien Korelasi (r) =0,760

    Signifikan (p) =0,000

    Dari hasil uji Spearman Rho didapat nilaisignifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari = 0,05 dengan koefisien korelasi sebesar 0,760yang bermakna kedua variabel berhubungandengan tingkat hubungan yang kuat.

    Dari tabel diatas menunjukan bahwaresponden dengan Pencegahan Demamberdarah Dengue (DBD) pada kategori baikyang adalah 10 orang (31,2%) memilikipengetahuan yang baik pula, diikuti dengan 1

    orang (3,1%) dengan pengetahuan yang cukup.Kemudian pencegahan DBD pada kategori

    cukup yang paling banyak adalah 9 orang(28,1%) dengan pengetahuan yang cukup puladan dikuti dengan masing-masing 3 orang(9,4%) dengan pengetahuan yang baik dankurang. Sedangkan pencegahan DBD yangpaling sedikit adalah pada kategori kurang yaitusebanyak 4 orang (12,5%) denganpengetahuan yang kurang dan 2 orang (6,2%)dengan pengetahuan yang cukup serta tidakditemukan responden yang berada pada

    kategori kurang.

  • 7/24/2019 indra adi

    6/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    71

    2. Tabulasi Sikap dengan Pencegaan Demam Berdarah

    Tabel 2. Tabulasi Silang Sikap dengan Pencegahan DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Tara-tara,Tahun 2015

    Dari hasil uji Spearman Rho didapat nilaikoefisien korelasi sebesar 0,618 dengan nilaisignifikan sebesar 0.000 atau lebih kecil dari =0,05yang bermakna kedua variabelberhubungan secara signifikan dengan korelasipositif. Dari tabel di atas menunjukan bahwapencegahan pada kategori baik yang palingbanyak adalah 11 orang (34,4%) dengan sikapyang positi dan tidak ditemukan adanyaresponden dengan sikap yang negative.

    Kemudian pencegahan DBD pada kategoricukup didapat responden yang paling banyakadalah 9 orang (28,1%) dengan sikap yangpositif dan 6 orang (18,8%) dengan sikap yangnegative. Sedangkan Pencegahan DBD padakategori kurang didapat responden terbanyakadalah 5 orang (15,6%) dengan sikap yangnegative, dan hanya 1 orang (3,1%) dengansikap yang positif.

    PEMBAHASAN

    A. Hubungan Pengetahuan denganPencegahan Penyakit Demam Berdarahdi Wilayah KerjaPuskesmas Tara-tara,Kota Tomohon.Dari hasil uji statistic menunjukan bahwa

    Pengetahuan berhubungan denganPencegahan Penyakit Demam Berdarah dimasyarakat.Semakin tinggi pendidikan semakinbaik pula tingkat pengetahuan. Hal ini dapatdibuktikan dengan hasil penelitian yangditunjukan oleh gambar 5.2 yaitu umurresponden yang paling banyak adalah rata-rataumur 30 sampai dengan 40 tahun yaitusebnayak 11 orang (34%). Sedangkan tingkatpendidikan yang paling banyak adalah tingkatpendidikan tingkat pendidikan SekolahMenengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 15orang (46%) yang menunjukan tingkatpengetahuan yang baik.

    Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalahsemakin baik tingkat pengetahuan masyarakatsemakin baik pemahaman tentang pencegahanpencegahan.

    Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo(2011) bahwa Pengetahuan merupakan hasildari tahu, dan ini setelah orang melakukan

    pengindraan terhadap suatu objek tertentu.Pengindraan terjadi melalui panca indramanusia, yakni indra penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusiadiperoleh melalui mata dan telinga. Umumnyapengetahuan datang dari informasi yangdidapat melalui buku, internet, surat kabar, danlain-lain. Pengetahuan kognitif merupakandomain yang sangat penting dalam membentuktindakan seseorang atau over behaviour(Natoatmodjo, 2011).

    Lebih lanjut Notoatmodjo(2003)mengemukakan bahwa Pengetahuandipengaruhi oleh faktor Umur, Pengalaman danPendidikan. Semakin cukup umur maka tingkatkekuatan dan kematangan seseorang akanlebih matang dalam berpikir. KemudianPendidikan berarti bimbingan yang di berikanoleh seseorang terhadap perkembangan oranglain menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

    Hasil penelitian ini didukung denganpenelitian yang dilakukan oleh Zulaikhah (2014)

    tentang hubungan pengetahuan masyarakatterhadap praktik pencegahan demam berdarahdengue pada masyarakat, menunjukan bahwa

    Sikap

    Pencegahan DBD

    TotalKurang Cukup Baik

    n % n % n % n %

    Negatif 5 15,6 6 18,8 0 ,0 11 34,4

    Positif1 3,1 9 28,1 11 34,4 21 65,6

    TOTAL 6 18,8 15 46,9 11 34,4 32 100

    Koefisien Korelasi (r) =0,618

    Signifikan (p) =0,000

  • 7/24/2019 indra adi

    7/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    72

    terdapat hubungan antara pengetahuan denganpraktik pencegahan demam berdarah.Penelitian yag serupa juga yang dilakukan olehNelwan (2010) bahwa Perilaku Masyarakat diKabupaten Minahasa Utara Propinsi SulawesiUtara pada sebagian besar didasarkan pada

    pengetahuan yang baik tentang pemberantasanpenyakit demam berdarah. Hasil penelitian inijuga membuktikan hasil penelitian yangditunjukan oleh gambar 4 tentang pengetahuanmasyarakat di wilayah kerja Puskesmas Tara-Tara.

    B. Hubungan Sikap dengan PencegahanPenyakit Demam Berdarah di WilayahKerja Puskesmas Tara-tara, KotaTomohon.

    Dari hasil uji statistic menunjukan bahwa

    Sikap berhubungan dengan PencegahanPenyakit Demam Berdarah di wilayah kerjaPuskesmas Tara-tara.Hasil penelitianmenunjukan bahwa sebagian besar respondenmemliki sikap yang positif pada pencegahanpenyakit demam berdarah.Faktor yangmempengaruhi sikap salah satunya adalahPengalaman pribadi.Untuk dapat menjadi dasarpembentukan sikap, pengalaman pribadi harusmeninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,sikap akan lebih mudah terbentuk apabilapengalaman pribadi tersebut melibatkan faktoremosional. Dalam situasi yang melibatkan

    emosi, penghayatan akan pengalaman akanlebih mendalam dan lebih lama berbekas.Ditinjau dari pengetahuan dan tingkat

    pendidikan maka dapat dikatakan bahwasebagian besar masyarakat di wilayah kerjamengetahui tentang penyakit ini danberpengalaman terhadap pencegahannya.

    Asumsi peneliti dalam penelitian ini adalahsemakin positif sikap terhadap pencegahan

    penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD),maka semakin baik pula tindakan pencegahanpenyakit.

    Hal ini sesuai dengan teori bahwa Sikap(attitude) merupakan reaksi atau respon yangmasih tertutup dari seseorang terhadap suatustimulus atau objek.Manifestasi sikap itu tidakdapat langsung dilihat, tetapi hanya dapatlangsung ditafsirkan terlebih dahulu dariperilaku yang tertutup. Sikap belum merupakansuatu tindakan atau aktivitas, akan tetapimerupakan predisposisi tindakan suatuperilaku.Sikap merupakan kesiapan untuk

    bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentusebagai penghayatan terhadap objek(Notoatmodjo, 2010).

    Penelitian yang dilakukan oleh Tangyong(2013) menyatakan bahwa sebanyak (84,9%)masyarakat mempunyai sikap yang positifterhadap pencegahan demam berdarahsehingga sikap berhubungan denganpencegahan demam berdarah padamasyarakat. Penelitian ini didukung denganjurnal penelitian Epidemiologi (2012) tentanghubungan pengetaohuan dan sikap denganpencegahan demam berdarah dimana sikap

    pada umumnya terhadapa pencegahanpenyakit demam berdara adalah sikap yangpositif.

    KESIMPULAN

    1. Pengetahuan masyarakat tentang demamberdarahDengue (DBD) di Wilayah kerjaPuskesmas Taratara Kecamatan TomohonBarat. Pada sebagian besar responden

    pada kategori baik.2. Sikap masyarakat tentang demam

    berdarah Dengue (DBD) di Wilayah kerjaPuskesmas Taratara Kecamatan TomohonBarat pada sebagian besar responden

    memliki sikap positif terhadap pencegahandemam berdarah

    3. Ada hubungan bermakna dengan tingkathubungan kuat antara pengetahuan dan

    sikap masyarakat dengan pencegahandemam berdarah Dengue (DBD) di Wilayahkerja Puskesmas Taratara KecamatanTomohon Barat.

    SARAN

    1. Bagi institusi Pendidikan Keperawatan,dapat digunakan sebagai bahan informasi

    pengetahuan dan referensi untuk melakukanpenelitian lebih lanjut mengenai

    Pengetahuan dan Sikap DenganPencegahan Demam Berdarah Dengue

    (DBD) pada masyarakat.

  • 7/24/2019 indra adi

    8/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    73

    2. Bagi masyarakat, agar supaya masyarakatlebih mewaspadai akan bahaya penyakitDemam Berdarah Dengue (DBD).

    3. Bagi Pelayanan Kesehatan, agar dapatmelaksanakan intervensi baik di lingkungan

    masyarakat dan keluarga dalammeningkatkan dan mempertahankanpegetahuan dan sikap masyarakat yangbaik dalam pencegahan penyakit demamberdarah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Achmadi (2011).Dasar-dasar Penyakit BerbasisLingkungan. Jakarta: PT. RajagafindoPersada

    Depkes RI (2005). Profil Kesehatan RI. Jakarta.Online: www.depkes.go.id

    Krianto (2009).Pencegahan Penyakit DemamBerdarah Dengue (DBD).EGC.Jakarta.

    NotoatmodjoS (2010).Pendidikan danKesehatan Perilaku. Jakarta: PT. RinekaCipta(2011).Konsep Dasar Pengetahuan.Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Tangyong , S.I. (2013). HubunganPengetahuan dan Sikap dengan PerilakuMasyarakat dalam Pencegahan DemamBerdarah Dengue di Wilayah KerjaPuskesmas Tamlanrea Makassar.JurnalSTIKES Nani Hasanudin Makassar Vol. 2

    Nomor 5 Tahun 2013.

    Jurnal Epidemiologi (2012). HubunganPengetahuan, Sikap dan PerilakuMasyarakat Terhadap Demam BerdarahDengue di Kota Banjarbaru, KalimantanSelatan.Jurnal Buski. Vol.4, No.1, Juni2012.

    Zulaikhah, U. (2014). Hubungan PengetahuanMasyarakat Terhadap PraktikPencegahan Demam Berdara Dengue

    Pada Masyarakat di RW 022 KelurahanPamulang Barat.Skirpsi.Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Nelwan, J.P. (20120). Perilaku MasyarakatTentang Program PemberantasanPenyakit DBD di Kabupaten MinahasaUtara.Jurnal. Fakultas Kesehatan

    Masyarakat Universitas SamratulangiManado

  • 7/24/2019 indra adi

    9/9

    E-Jurnal Sariputra, Juni 2015 Vol. 2(2)

    74