indonesia terjangkit phobia nuklir?
TRANSCRIPT
Indonesia Terjangkit Phobia Nuklir?
Mungkin sampai dengan detik ini, kita masih akan memiliki persepsi yang negatif
terhadap kata “nuklir”. Bahkan mungkin juga diantara kita akan langsung terbayang sebuah
gambaran situasi mengenai perang, dimana perang tersebut menghasilkan sebuah ledakan
besar seperti yang pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945. Mari kita telaah
kembali, apakah benar bahwa fakta akan senantiasa terjadi seperti apa yang kita persepsikan.
Sebuah barang mati tentunya akan bersifat netral pada dasarnya. Manusia sebagai makhluk
berakal dan bernurani tentunya adalah subyek yang akan menggunakan barang tersebut untuk
tindakan yang sesuai dengan kaidah etika dan logika. Dan, hal tersebut tentu berlaku juga
untuk pemanfaatan energi nuklir.
Hal yang menarik dari energi nuklir adalah besarnya panas yang dihasilkan dari
sebuah reaksi nuklir. Panas tersebut kemudian akan dikonversi menjadi energi listrik untuk
dimanfaatkan dalam menopang kehidupan kita sehari-hari. Dapat ditarik kesimpulan bahwa
energi nuklir akan menghasilkan kapasitas energi listrik yang besar pula. Bagaimana dengan
konversi bahan baku energi nuklir jika dibandingkan dengan sumber energi konvensional?
Dalam jumlah yang sama (asumsikan 1 gram), uranium sebagai bahan baku energi nuklir
akan menghasilkan listrik sebesar 175,014 kwh, minyak hanya akan menghasilkan 0,0117
kwh, batu bara sebesar 0,00806 kwh, dan gas alam adalah 0,0128 kwh. Sedangkan untuk
biaya produksi energi nuklir ini selisih sekitar Rp 9.000,00/kwh jika dibandingkan dengan
sumber energi konvensional yang lain. Dari perhitungan teknis dan ekonomis, energi listrik
yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) lebih unggul dibandingkan
pembangkit listrik lainnya yang berbahan bakar konvensional yang selama ini dilakukan di
Indonesia.
Kegiatan produksi PLTN tidak menghasilkan efek samping yang dapat mencemari
lingkungan, tingkat pencemarannya hampir mendekati nol persen. Dari proses produksi
energi nuklir yang dilakukan, tidak juga dihasilkan limbah padat atau emisi gas rumah kaca,
tidak pula menghasilkan gas pencemar udara seperti karbon monoksida, sulfur
dioksida, aerosol, mercury, atau nitrogen oksida. Tapi, bagaimanapun juga, setiap proses
produksi pastinya akan menghasilkan limbah. Tak terkecuali dengan produksi yang dilakukan
oleh PLTN. Limbah yang dihasilkan disini adalah bahan-bahan yang mengandung radioaktif.
Industri nuklir senantiasa didesain untuk memenuhi standar keselamatan dengan prosedur
yang sangat ketat. Limbah-limbah nuklir yang dihasilkan disimpan dalam tromol-tromol
berukuran besar dan disimpan dalam kedalaman tertentu di bawah tanah. Sebelumnya,
limbah tersebut telah diperpendek umur radiasinya melalui teknologi transmutasi, teknik
isolasi, pengurangan volume dan pemadatan, dengan standar internasional yang telah
ditentukan. Dengan hal itu, radiasi yang berumur panjang bahkan bisa mencapai ribuan tahun
akan mampu dipersingkat menjadi sekitar 500 tahun. Secara teknis, kekuatan media
penyimpanan limbah nuklir sekarang telah teruji penyimpanannya untuk jangka waktu 500-
800 tahun.
Teknologi pengolahan energi nuklir saat ini dinilai sudah sangat memenuhi standar
kesehatan dan keselamatan kerja. Desain PLTN generasi ketiga (terbaru) sekarang sudah jauh
lebih baik dibandingkan desain sebelumnya seperti pada reaktor nuklir Fukushima Daichi
yang berasal dari generasi kedua. Dengan memilih lokasi yang lebih aman dari potensi
bencana alam dan mengutamakan keselamatan secara ketat, listrik nuklir tetap paling unggul
dari segi keselamatan jiwa manusia. Fakta juga menunjukkan bahwa reaktor riset yang
dikelola oleh Badan Atom dan Tenaga Nuklir (BATAN) yang sudah berumur lebih dari 40
tahun masih berjalan dengan baik. Hal ini dapat dicapai bukan saja karena SDM nuklir kita
cakap atau berdisiplin tinggi, tapi juga karena desain peralatan dan fasilitas nuklir pada
umumnya sudah memperhatikan kemungkinan-kemungkinan kegagalan akibat kelalaian
manusia, kerusakan alat, bahkan ketidak sempurnaan desain itu sendiri.
Data tahun 2007 dari World Nuclear Association (WNA) menunjukkan bahwa di
dunia telah beroperasi sebanyak 437 PLTN atau sekitar 19% dari total pembangkit listrik
yang ada di dunia. Diantaranya Amerika Serikat yang memiliki 104 PLTN yang
menyumbangkan 19% kebutuhan listrik domestiknya, Prancis sebanyak 59 dengan
sumbangsih listrik 77%, Jepang 53 buah dengan persentase 28%. Dibawahnya diikuti Rusia,
Jerman, Korea Selatan, dan negara lainnya. Negara asia lainnya yang telah membangun
PLTN diantaranya adalah Pakistan, India, dan China. Energi nuklir sudah seharusnya
digunakan oleh negara yang berpenduduk lebih dari 150 juta jiwa setelah kita melihat fakta
bahwa energi konvensional yang berasal dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam dan
batu bara) akan segera habis jika digunakan dalam intensitas yang cukup tinggi. Belum lagi
jika kita melihat dampak penggunaannya terhadap lingkungan.
Bagaimana dengan peluang aplikasi penerapan energi nuklir di Indonesia? Indonesia
saat ini memiliki pusdiklat yang bersertifikasi, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, dan
berbagai perguruan tinggi yang memiliki program pengajaran yang terkait pemanfaatan
energi nuklir. Indonesia juga telah menjadi anggota badan tenaga atom internasional (IAEA),
oleh karenanya kita bisa mendapat bantuan teknis dalam pengembangan teknologi ini. Pada
tahun 2008 di even 8th ASEAN Science and Technology Week di Filipina, Indonesia ditunjuk
sebagai negara penggerak untuk masalah keselamatan dan keamanan nuklir di wilayah Asia
Tenggara . Untuk bahan bakar nuklir, Batan memperkirakan bahwa Indonesia memiliki 70
ribu ton Uranium yang tersebar di Kalimantan Barat, Papua, Bangka Belitung, dan Sulawesi
Barat. Untuk tempat pendirian PLTN di Indonesia, telah dilakukan beberapa kajian dan
menyatakan bahwa daerah Kramatwatu-Bojonegara Banten, Kalimantan Timur (Penajam
Paser Utara, Paser, Berau, Kutai Timur), dan Bangka Belitung (Bangka Barat dan Bangka
Selatan). Beberapa peraturan perundangan yang mendasari persiapan pembangunan PLTN di
Indonesia diantaranya adalah: Perpres No. 5/2006, UU No. 17/2010, Inpres No.1/2010,
Perpres No. 5/2010. Dan kemudian, mungkin dalam hati saya bertanya-tanya, “apalagi yang
akan kita tunggu?”
Gilang Agung Prabowo
Pemuda yang tidak sedang terjangkit penyakit kulit, pendengar setia Iron Maiden, Municipal
Waste dan The Cranberries. Alumni Teknik Kimia ITS dan mantan sekretaris umum HMI
Cabang Surabaya.