indonesia produsen kakao terbesar ketiga di dunia

2
Indonesia Produsen Kakao Terbesar Ketiga di Dunia Thu, 13 Oct 2011, 09:08 WIB Ekonomi dan Bisnis Pada 2011 ini, terdapat investasi baru, yaitu PT. Asia Cocoa Indonesia, yang merupakan perluasan dari perusahaan pengolahan cokelat Guan Chong Cocoa Manufacturer Sdn, Bhd di Malaysia dengan kapasitas produksi mencapai 60.000 ton/tahun yang akan ditingkatkan menjadi 120.000 ton/tahun pada Maret 2012 dengan investasi sekitar US$ 24 juta. Rully Ferdian Jakarta–Industri hilir pengolahan kakao nasional memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan mengingat ketersediaan bahan baku biji kakao yang cukup melimpah di dalam negeri. Selama ini, Indonesia tercatat sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada 2010 produksi biji kakao Indonesia mencapai 600.000 ton. Keterangan pers yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2011, menyebutkan, pengembangan industri hilir kakao nasional yang kini sedang digalakkan pemerintah diharapkan mampu meningkatkan perolehan nilai tambah di dalam negeri yang pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan mendongkrak perolehan devisa dari kegiatan ekspor produk olahan biji kakao. “Selama ini memang ada beberapa kebijakan yang kurang mendukung upaya pengembangan industri hilir kakao dalam negeri sehingga industri hilir kakao nasional kurang berkembang, antara lain adanya kebijakan pengenaan pajak produk primer dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 tentang PPN atas komoditi primer,” tulis siaran pers tersebut. Pengenaan PPN sebesar 10% mengakibatkan beralihnya biji kakao yang tadinya diolah di dalam negeri menjadi diekspor dalam bentuk biji, sehingga industri pengolahan kakao tidak memperoleh bahan baku yang cukup. Akibatnya, beberapa perusahaan pengolahan biji kakao tidak dapat beroperasi. Dalam rangka menumbuhkan kembali industri pengolahan kakao, maka pada 2007 pemerintah mencabut kebijakan pengenaan PPN melalui PP No. 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Impor Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Namun, kebijakan ini belum serta merta menghidupkan industri yang sudah terlanjur tidak beroperasi. Pemerintah melakukan upaya peningkatan produksi biji kakao melalui Program Gerakan Nasional Kakao pada 2009 dan masih berlanjut sampai sekarang. Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah melakukan kebijakan pengenaan Bea Keluar Biji Kakao pada April 2010 melalui PMK No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Bea Keluar Kakao. Rangkaian kebijakan tersebut diambil pemerintah dalam rangka menghidupkan kembali industri pengolahan kakao dalam negeri. Keberhasilan kebijakan ini juga terlihat dari data ekspor biji kakao yang menurun pada 2010 dibandingkan pada 2009. Sedangkan ekspor biji kakao sampai dengan Mei 2011 mencapai 97.265 ton, turun dibandingkan dengan ekspor Jan-Mei 2010 sebesar 158.855 ton. Sedangkan ekspor kakao olahannya meningkat pada periode Jan-Mei 2011 sebesar 55.651 ton dibandingkan Jan-Mei 2010 sebesar 35.508 ton. Perkembangan ekspor terlihat pada tabel dibawah: Deskripsi 2009 2010 (Jan-Mei 2010) (Jan-Mei 2011) Berat (mt) Nilai(juta US $) Berat (mt) Nilai(juta US $) Berat (mt) Nilai(juta US $) Berat (mt) Nilai(juta US $) Biji Kakao 439.305 1.087 432.427 1.191 158.855 448,3 97.265 289,4 Kakao Olahan 82.540 296 103.055 406 35.508 142 55.651 216,4 Cokelat 7.993 22 11.765 35 4.084,80 12,2 5.047 16 Pada 2011 ini beberapa industri yang semula mati suri bangkit kembali dan beberapa perusahaan melakukan perluasan. Namun, peningkatan kapasitas tersebut belum signifikan pada tahun ini karena perlu waktu untuk menjalankan kembali industri yang sudah berhenti beberapa tahun dan untuk industri yang ekspansi, pemesanan mesin dan peralatannya memakan waktu minimal satu tahun.

Upload: muhammad-alidf

Post on 26-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

data produksi kakao indonesia

TRANSCRIPT

Indonesia Produsen Kakao Terbesar Ketiga di Dunia

Thu, 13 Oct 2011, 09:08 WIBEkonomi dan Bisnis

Pada 2011 ini, terdapat investasi baru, yaitu PT. Asia Cocoa Indonesia, yang merupakan perluasan dari perusahaan pengolahan cokelat Guan Chong Cocoa Manufacturer Sdn, Bhd di Malaysia dengan kapasitas produksi mencapai 60.000 ton/tahun yang akan ditingkatkan menjadi 120.000 ton/tahun pada Maret 2012 dengan investasi sekitar US$ 24 juta.Rully Ferdian

JakartaIndustri hilir pengolahan kakao nasional memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan mengingat ketersediaan bahan baku biji kakao yang cukup melimpah di dalam negeri. Selama ini, Indonesia tercatat sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pada 2010 produksi biji kakao Indonesia mencapai 600.000 ton.

Keterangan pers yang dikeluarkan Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Rabu, 12 Oktober 2011, menyebutkan, pengembangan industri hilir kakao nasional yang kini sedang digalakkan pemerintah diharapkan mampu meningkatkan perolehan nilai tambah di dalam negeri yang pada gilirannya akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan mendongkrak perolehan devisa dari kegiatan ekspor produk olahan biji kakao.

Selama ini memang ada beberapa kebijakan yang kurang mendukung upaya pengembangan industri hilir kakao dalam negeri sehingga industri hilir kakao nasional kurang berkembang, antara lain adanya kebijakan pengenaan pajak produk primer dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 18 Tahun 2000 tentang PPN atas komoditi primer, tulis siaran pers tersebut.

Pengenaan PPN sebesar 10% mengakibatkan beralihnya biji kakao yang tadinya diolah di dalam negeri menjadi diekspor dalam bentuk biji, sehingga industri pengolahan kakao tidak memperoleh bahan baku yang cukup. Akibatnya, beberapa perusahaan pengolahan biji kakao tidak dapat beroperasi.

Dalam rangka menumbuhkan kembali industri pengolahan kakao, maka pada 2007 pemerintah mencabut kebijakan pengenaan PPN melalui PP No. 7 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 Tentang Impor Dan/Atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai.

Namun, kebijakan ini belum serta merta menghidupkan industri yang sudah terlanjur tidak beroperasi. Pemerintah melakukan upaya peningkatan produksi biji kakao melalui Program Gerakan Nasional Kakao pada 2009 dan masih berlanjut sampai sekarang.

Upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah melakukan kebijakan pengenaan Bea Keluar Biji Kakao pada April 2010 melalui PMK No. 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Bea Keluar Kakao. Rangkaian kebijakan tersebut diambil pemerintah dalam rangka menghidupkan kembali industri pengolahan kakao dalam negeri.

Keberhasilan kebijakan ini juga terlihat dari data ekspor biji kakao yang menurun pada 2010 dibandingkan pada 2009. Sedangkan ekspor biji kakao sampai dengan Mei 2011 mencapai 97.265 ton, turun dibandingkan dengan ekspor Jan-Mei 2010 sebesar 158.855 ton. Sedangkan ekspor kakao olahannya meningkat pada periode Jan-Mei 2011 sebesar 55.651 ton dibandingkan Jan-Mei 2010 sebesar 35.508 ton.

Perkembangan ekspor terlihat pada tabel dibawah:

Deskripsi

2009

2010

(Jan-Mei 2010)

(Jan-Mei 2011)

Berat (mt)

Nilai(juta US $)

Berat (mt)

Nilai(juta US $)

Berat (mt)

Nilai(juta US $)

Berat (mt)

Nilai(juta US $)

Biji Kakao

439.305

1.087

432.427

1.191

158.855

448,3

97.265

289,4

Kakao Olahan

82.540

296

103.055

406

35.508

142

55.651

216,4

Cokelat

7.993

22

11.765

35

4.084,80

12,2

5.047

16

Pada 2011 ini beberapa industri yang semula mati suri bangkit kembali dan beberapa perusahaan melakukan perluasan. Namun, peningkatan kapasitas tersebut belum signifikan pada tahun ini karena perlu waktu untuk menjalankan kembali industri yang sudah berhenti beberapa tahun dan untuk industri yang ekspansi, pemesanan mesin dan peralatannya memakan waktu minimal satu tahun.

Disamping itu, ada beberapa perusahaan yang melakukan perluasan di antaranya PT. General Food Industry, PT. Bumitangerang Mesindotama, PT. Cocoa Ventures Indonesia, PT.Teja Sekawan, PT.Kakao Mas Gemilang, PT. Gandum Mas Kencana, PT. Freyabadi Indotama dan PT. Sekawan Karsa Mulia.

Jumlah kapasitas produksi dari lima perusahaan tersebut meningkat dari dari 188.875 ton menjadi 281.950 ton, sebagaimana dirinci pada tabel dibawah ini.

NO

PERUSAHAAN

LOKASI

KAPASITAS TERPASANG

PENAMBAHAN(TON)

SEMULA(TON)

MENJADI(TON)

1

PT. General Food Industry

Bandung

80.000

100.000

20.000

2

PT. Bumitangerang Mesindotama

Tangerang

48.000

96.000

48.000

3

PT. Cocoa Ventures Indonesia

Medan

7.000

14.000

7.000

4

PT. Teja Sekawan

Surabaya

15.000

24.500

9.500

5

PT. Kakao Mas Gemilang

Tangerang

375

450

75

6

PT. Gandum Mas Kencana

Tangerang

10.000

15.000

5.000

7

PT. Freyabadi Indotama

Karawang

22.500

25.000

2.500

8

PT. Sekawan Karsa Mulia

Jakarta

6.000

7.000

1.000

Total

188.875

281.950

93.075

Pada 2011 ini, terdapat investasi baru, yaitu PT. Asia Cocoa Indonesia, yang merupakan perluasan dari perusahaan pengolahan cokelat Guan Chong Cocoa Manufacturer Sdn, Bhd di Malaysia dengan kapasitas produksi mencapai 60.000 ton/tahun yang akan ditingkatkan menjadi 120.000 ton/tahun pada Maret 2012 dengan investasi sekitar US$ 24 juta.

Pembangunan pabrik baru oleh PT. Nestle Indonesia salah satu industri pengguna produk kakao (makanan bayicerelac,bubukmilodansusu bubukdancow) dengan kapasitas produksi mencapai 65.000 ton/tahun dengan total investasi Rp4,8 triliun. Berminatnya ADM Cocoa untuk melakukan investasi dan telah menyampaikan surat kepada Menteri Keuangan pada 22 Agustus 2011 untuk menanyakan fasilitas/insentif yang dapat diberikan oleh pemerintah Indonesia.

Rencana pembangunan pabrik pengolahan kakao di Sulawesi Selatan oleh PT. Cargill Indonesia dengan rencana investasi sebesar Rp1 triliun yang akan dimulai pembangunan pada Juni 2012 dan selesai Juni 2013 dengan memproduksi 70- 80 jenis produk kakao olahan kualitas tinggi.

Dalam rangka peningkatan kapasitas industri, PT. Cocoa Venture memerlukan listrik 865 Kva dan pada saat ini telah dilaksanakan proses penyambungan daya oleh PLN.

Dengan masuknya para investor dan mulai berjalannya beberapa pabrik yang melakukan ekspansi diperkirakan kapasitas produksi pada 2012 meningkat lagi dari 280.000 ton/tahun menjadi 400.000 ton per tahun. (*)