indikator kinerja pengelola obat

10
LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 16 Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit Dra. Dwi Pudjaningsih, Apt. *) , dr. Budiono Santoso **) *) RS PKU Muhammadiyah, Yogyakarta (Dosen Farmasi UII) **) Fakultas Kedokteran bagian Farmakologi Klinik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Abstract Hospital Pharmacy is an integral part of hospital that provides hospital pharmaceutical services. The budget which is used to operate it, is very high such as in the Developing Countries for instance approximately 40% from the total budget. The implementation of an adequate management consequently must be carried out. Hospital management mentioned above consists of planning, procurement, storage and distribution. The param- eter or the indicator can be used to know the efficiency level of each step in the hospital pharmacy management should be valid, and or specific, and or sensitive. In addition to the indicators available in the hospital pharmacy, other indicators should be improved in order to make it more perfect. The objective of the current study is to develop the efficiency indicators of the hospital pharmacy management that consists of plan- ning, procurement, storage, and distribution. The method starts with lit- erary study work-shop, maturation of the instrument with Delphi Method and then testing the indicators in six hospitals. The results are three effi- ciency indicators in planning stage, three efficiency indicators in pro- curement stage, four efficiency indicators in storage stage, and six effi- ciency indicators in distribution. The conclusion of the study is that all of the indicators are valid, and or sensitive, and or specific. Key-words: Hospital Pharmacy Pendahuluan Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah bersama masyarakat dituntut untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang sebaik- baiknya. Salah satu tempat sarana kesehatan dilaksanakannya upaya kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang semula hanya melaksanakan upaya kesehatan berupa pemulihan dan penyembuhan maka dengan adanya orientasi nilai dan pemikiran sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial budaya, sekarang juga melaksanakan upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan secara terpadu. Upaya kesehatan yang dilaksanakan di rumah sakit mempunyai karakteristik tersendiri. Bentuk karakteristik yang membedakan antara Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Upload: analisis-data

Post on 14-Aug-2015

382 views

Category:

Documents


30 download

TRANSCRIPT

Page 1: Indikator Kinerja Pengelola Obat

LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315

16

Pengembangan Indikator EfisiensiPengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit

Dra. Dwi Pudjaningsih, Apt.*), dr. Budiono Santoso **)

*)RS PKU Muhammadiyah, Yogyakarta (Dosen Farmasi UII)**)Fakultas Kedokteran bagian Farmakologi Klinik Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta

Abstract

Hospital Pharmacy is an integral part of hospital that provides hospitalpharmaceutical services. The budget which is used to operate it, is veryhigh such as in the Developing Countries for instance approximately 40%from the total budget. The implementation of an adequate managementconsequently must be carried out. Hospital management mentioned aboveconsists of planning, procurement, storage and distribution. The param-eter or the indicator can be used to know the efficiency level of each stepin the hospital pharmacy management should be valid, and or specific,and or sensitive. In addition to the indicators available in the hospitalpharmacy, other indicators should be improved in order to make it moreperfect. The objective of the current study is to develop the efficiencyindicators of the hospital pharmacy management that consists of plan-ning, procurement, storage, and distribution. The method starts with lit-erary study work-shop, maturation of the instrument with Delphi Methodand then testing the indicators in six hospitals. The results are three effi-ciency indicators in planning stage, three efficiency indicators in pro-curement stage, four efficiency indicators in storage stage, and six effi-ciency indicators in distribution. The conclusion of the study is that all ofthe indicators are valid, and or sensitive, and or specific.

Key-words: Hospital Pharmacy

PendahuluanUndang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan

menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga terwujud derajatkesehatan yang optimal bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintahbersama masyarakat dituntut untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang sebaik-baiknya. Salah satu tempat sarana kesehatan dilaksanakannya upaya kesehatan adalahrumah sakit.

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang semula hanya melaksanakanupaya kesehatan berupa pemulihan dan penyembuhan maka dengan adanya orientasinilai dan pemikiran sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan sosial budaya,sekarang juga melaksanakan upaya peningkatan dan pencegahan kesehatan secaraterpadu. Upaya kesehatan yang dilaksanakan di rumah sakit mempunyai karakteristiktersendiri. Bentuk karakteristik yang membedakan antara

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 2: Indikator Kinerja Pengelola Obat

ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006

17

pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan barang/jasa atau komoditas lain adalahfaktor eksternal, yaituadanya informasi yang asimetris artinyaadanya kesenjangan informasiyang dimiliki oleh penyedia pelayanan kesehatan dengan pengguna pelayanan kesehatan.Faktor lain adalah tingginya ketidakpastian sehingga sistem pasar pelayanan kesehatanberbeda dengan sistem pasar bebas murni. Perubahan kebijakan pemerintah mengenairumah sakit akan mengakibatkan perubahan sistem pasar.

Perubahan regulasi pemerintah pada bidang rumah sakit pemerintah dari rumahsakit yang dimiliki pemerintah penuh menjadi swadana bahkan sekarang badan layananumum mengakibatkan terjadinya investasi yang berkembang pesat dan mengakibatkantimbulnya iklim kompetisi yang semakin tajam. Manajemen rumah sakit dituntutmeningkatkan kemampuannya secara lebih inovatif, terampil, dan meningkatkan mutupelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit berarti meningkatkan mutupelayanan masing-masing unit yang ada di rumah sakit diantaranya adalah mutupelayanan farmasi rumah sakit.

Farmasi Rumah Sakit merupakan bagian integral pelayanan kesehatan di rumahsakit yang memberikan pelayanan kefarmasian yang efektif dan efisien, penyediaanobat yang bermutu dengan harga terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Obatmerupakan barang yang penting di rumah sakit karena obat dapat meningkatkan derajatkesehatan, meninggikan kepercayaan dan keterlibatan penuh dengan pelayanankesehatan serta merupakan komoditas khusus yang mahal.

Obat mempunyai dua sisi yang berbeda seperti mata uang, disatu sisi obatmemberkahi tetapi disisi lain obat membebani dan mempunyai efek samping. Obatyang ada di rumah sakit harus dikelola dengan efektif dan efisien karena mengambildana yang cukup besar bahkan sampai 40% dari anggaran rumah sakit, sedang diAmerika atau negara maju hanya mencapai 10% - 20%. Sebagai contoh di sebuahrumah sakit kecil di DIY yaitu RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta kebutthan obatmencapai 1,7 M (tahun 1995), yang merupakan 35% dari anggaran rumah sakit.Pengelolaan obat yang tidak efisien memberikan pengaruh yang besar terhadap sistemkeuangan rumah sakit.

Pengelolaan obat di farmasi rumah sakit harus efektif dan efisien karena obatharus ada saat dibutuhkan, dalam jumlah yang cukup, mutu terjamin dan harga yangterjangkau. Pada dasarnya pengelolaan obat di farmasi rumah sakit meliputiperencanaan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi, keempat tahap ini saling terkaitdan saling mempengaruhi sehingga harus terkoordinasi dengan optimal. Tingkat kualitaspengelolaan obat di farmasi rumah sakit perlu dinilai dan salah satu tolok ukur yangdigunakan untuk menilai adalah indikator. Indikator yang ada sekarang dirasa belumcukup maka untuk melengkapi perlu dilakukan pengembangan indikator efisiensipengelolaan obat di farmasi rumah sakit.

Tujuan PenelitianTujuan utama penelitian ini adalah mengembangkan indikator efisiensi pengelolaan

obat di farmasi rumah sakit pada tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan dandistribusi.

Manfaat PenelitianPenelitian ini bermanfaat bagi pengelola farmasi rumah sakit untuk menilai diri

sendiri, atau membandingkan dengan kinerja farmasi rumah sakit lain, manajemendiatas instalasi farmasi rumah sakit sampai ke direktur dalam kerangka monitoringkinerja farmasi rumah sakit, Departemen Kesehatan atau Tim Akreditasi rumah sakit,atau konsultan untuk menilai efisiensi pengelolaan obat di farmasi rumah sakit.

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 3: Indikator Kinerja Pengelola Obat

LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315

18

Tinjauan PustakaMenurut Hassan (1981) farmasi rumah sakit merupakan bagian atau pelayanan

di rumah sakit yang dipimpin oleh seorang profesional apoteker dengan suatu kualifikasitertentu secara resmi. Mengingat peran, tugas dan nilai barang, serta akibat yangakan timbul pada pasien, maka farmasi rumah sakit harus dikelola oleh orang yangmempunyai kemampuan tinggi dalam hal manajerial dan profesional di profesinya.Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah khusus mengenai manajemen dandasar utama yang digunakan dalam hal manajemen obat adalah Drug ManagementCycle yang tertera pada gambar 1.

Selection

Use Procurement

Distribution

ManagementSupport:

*Organization*Financial

*Informationsystem

*Human resource

Gambar 1.Drug Management Cycle

Management support yang terdiri dari manajemen organisasi, finansial, sumberdaya manusia dan sistem informasi merupakan hal yang sangat penting diperhatikankarena akan mendukung pelaksanaan tahapan pengelolaan obat yang meliputi tahap-tahap selection, procurement, distribution dan use. Selectionadalah tahapan pemilihanobat yang akan dipakai di rumah sakit yang nanti akan berakhir dengan dibuatnyaformularium. Procurement merupakan tahapan yang terdiri dari perencanaan,pengadaan dan produksi. Distribution merupakan tahapan bagaimana merancangdistribusi yang harus dilakukan di rumah sakit, penyimpanan dan pengiriman ke tempatpelayanan. Use merupakan tahapan yang terdiri dari diagnozing, prescribing, dispens-ingdan evaluasi penggunaan obat. Fokus utama dari penelitian ini adalah pada keadaankenyataan sehari-hari dalam manajemen logistik gambarnya dapat dilihat pada gambar2 sebagai berikut:

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 4: Indikator Kinerja Pengelola Obat

ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006

19

Distribusi

Penyimpanan

Pengadaan

Perencanaan

Gambar 2.Siklus Logistik (Kenyataan)

Perencanaan adalah rangkaian proses pembuatan daftar kebutuhan obat sejakdari pemilihan macam dan jumlah obat serta menghitung dana yang dibutuhkan kalauperlu sampai pada penyesuaian dengan dana yang ada, kemudian hasil akhirperencanaan adalah sebuah daftar perencanaan kebutuhan obat. Ada dua metodeperencanaan yaitu metode konsumsi, dan metode morbiditas. Metode konsumsidilakukan dengan mengevaluasi penggunaan obat masa yang lalu sebagai dasarpenentuan perkiraan kebutuhan, kemudian disesuaikan dengan rencana strategis darirumah sakit maupun farmasi rumah sakit, sehingga hasil akhir adalah suatu daftarkebutuhan obat. Metode morbiditas dilakukan dengan melihat berapa episode masalahkesehatan yang ada, standar terapi, tingkat kepatuhan terhadap standar terapi, makaakan diperoleh jumlah obat yang dibutuhkan. Metode ini cukup sulit dipakai sebagaipilihan karena faktor sistem informasi yang belum tertata dengan baik demikian jugakarena adanya ketidak patuhan terhadap standar terapi dan penentuan masalahkesehatan yang ada beserta penentuan jumlah episode. Sebetulnya metode morbiditaslebih menjanjikan ketepatannya tetapi karen sulit dilaksanakan maka pilihan metodeutamanya pada metode konsumsi yang lebih relistis dapat dilakukan. Beberapa rumahsakit mempunyai keterbatasan dana untuk itu diperlukan penyesuaian dengan danayang ada. Untuk penyesuaian dengan dana yang ada dapat dilakukan koreksi denganmengkombinasi antara analisis menurut VEN dan analisis ABC.

Pengadaan merupakan rangkaian proses sejak dari penerimaan daftarperencanaan, membuat rencana pembelian, memilih pemasok, negosiasi harga,menentukan kapan membeli, menulis surat pesanan, dan menyerahkan surat pesanankepada pemasok.

Penyimpanan merupakan proses sejak dari penerimaan obat, penyimpanan danmengirimkan obat ke outlet pelayanan di rumah sakit. Penyimpanan mempunyai

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 5: Indikator Kinerja Pengelola Obat

LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315

20

karakteristik tersendiri karena menggambarkan adanya investasi uang, kerugianakibat bocor, rusak, hilang, biaya yang tinggi karena fasilitas gudang, pemeliharaandan pengendalian yang tinggi. Tujuan inventori adalah melindungi permintaan yangnaik turun, pelayanan terhadap keterlambatan pengiriman dan inflasi, membantumelancarkan proses pelayanan (Turban & Meredith, 1988).

Distribusi obat dapat dilakukan dengan jalan metode individuals praescription(peresepaan untuk individu pasien), unit dose dispensing (UDD= memberikan untuktiap dosis obat kepada pasien), ward floor stock (menyediakan obat di ruang rawatinap dan atas pengelolaan perawat).

Oleh Nadzam (1991) dikatakan bahwa indikator merupakan alat ukur kualitatifyang dapat digunakan untuk monitoring, evaluasi, dan mengubah atau meningkatkanmutu pengelolaan. Indikator yang baik adalah indikator yang valid, spesifik, dan sensitif.Indikator yang valid adalah indikator yang dapat digunakan untuk mengukur keadaantingkat pengelolaan, sehingga pengelolaan dapat ditingkatkan. Indikator yang senstitifadalah indikator yang dapat menunjukkan semua kasus-kasus yang terjadi saatpengukuran. Indikator yang spesifik adalah indikator yang menunjukkan suatu kasusmemang betul-betul terjadi saat dilakukan pengukuran.

Metode PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk membuat instrumen atau alat ukur yang dapat

digunakan untuk menilai efisiensi pengelolaan obat di farmasi rumah sakit. Penelitianini berusaha untuk mengembangkan instrumen yang dapat digunakan untuk mendekatikeadaan sesungguhnya. Instrumen yang disusun dicari berdasarkan pendekatan padafungsi farmasi rumah sakit yang meliputi tahapan perencanaan, pengadaan,penyimpanan dan distribusi.

Alur Proses PenelitianJalannya penelitian dilakukan melalui lima tahap, yaitu: Pertama, dilakukan

studi pustaka untuk menentukan rencana indikator yang akan dikembangkan. Berbasiskepada pendekatan fungsi farmasi rumah sakit pada tahap perencanaan, pengadaan,penyimpanan dan distribusi. Masing-masing tahap mempunyai butir-butir fungsi dankendala, dan berdasarkan butir-butir fungsi dan kendala tersebut diperoleh instrumensebagai draf indikator (I) yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi pengelolaanfarmasi rumah sakit.

Kedua, bahan instrumen sebagai draf indikator (I) yang dihasilkan dari studipustaka, kemudian dikritisi dalam sebuah lokakarya yang melibatkan pakar di bidangfarmasi rumah sakit (4 orang), direktur rumah sakit (5 orang), fasilitator, dan nara sumberyang merupakan pembimbing. Hasil dari lokakarya adalah perbaikan dari instrumenyang akan menjadi draf indikator (II) yang dikembangkan.

Ketiga, pematangan dari draf indikator (II) ini dengan menggunakan metode Delphi,yaitu membuat dan menyebarkan kuesioner yang berasal dari draf indikator (II) hasillokakarya kepada pengelola farmasi rumah sakit (50 orang), untuk memperolehkonsensus perumusan indikator. Metode Delphi ini dilakukan sampai dua putaran.

Keempat, yaitu tahap akhir dengan melakukan uji coba instrumen indikator hasilkonsensus putaran kedua. Uji coba dilakukan di 6 rumah sakit di Yogyakarta yangterdiri dari 3 rumah sakit pemerintah dan 3 rumah sakit swasta dengan kualifikasi tipeC.

Kalau digambarkan dalam bentuk skema alur penelitian ini dapat dilihat sepertitertera pada gambar 3 di bawah ini:

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 6: Indikator Kinerja Pengelola Obat

ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006

21

Studi Pustaka

Lokakarya

PenentuanIndikator

PematanganIndikator(Metode Delphi)

Kuesioner I

Kuesioner II Konsensus

Anal isis &Evaluasi

Uji Coba 6 RS

Gambar 3.Skema Jalannya Penelitian

Jalannya Penelitian1. Studi Pustaka

Studi pustaka diawali dengan melihat fungsi, kendala, dan butir-butir yangada di dalamnya, dari pengelolaan obat di farmasi rumah sakit. Berdasarkan analisishal-hal tersebut di atas akan diperoleh instrumen indikator yang dapat digunakansecara tepat menilai keadaan dan diperlakukan sebagai draf I

2. LokakaryaPeserta lokakarya terdiri dari direktur rumah sakit (5 orang), pengelola farmasi

rumah sakit (4 orang), fasilitator (peneliti)dan nara sumber(pembimbing tesis).Lokakarya ini mendiskusikan dan mengkritisi draf indikator (I) dari kata per katauntuk menghasilkan draf indikator (II).Jalannya lokarya adalah sebagai berikut:a. Penjelasan mengenai tujuan, materi dan manfaat lokakarya oleh fasilitator.b. Diskusi dengan topik yang sudah ditentukan dan mengarahkan pertanyaan-

pertanyaan pada topikc. Pendokumentasian seluruh materi yang diperolehd. Analisis hasil diskusi dengan langkah memahami secara keseluruhan,

mengaitkan antara pertanyaan, pernyataan, tanggapan, identifikasi hal yangpenting, penyelarasan gagasan dan sumbangan pemikiran dengan tujuanpenelitian.

Keluaran dari lokakarya ini adalah draf indikator (II) yang sudah layak untukdigunakan sebagai dasar untuk pembuatan kuesioner tahapan berikut.

3. Pematangan draf indikator (II) dengan Metode DelphiMetode ini dipilih dengan tujuan untuk mendapatkaan konsensus mengenai

instrumen indikator efisiensi pengelolaan farmasi rumah sakit, di DIY Jawa Tengah,Jawa Timur dan Bali. Draf indikator (II) dipakai sebagai dasar untuk pembuatankuesioner I kemudian disebarkan kepada pengelola farmasi rumah sakit yangsudah berpengalaman berjumlah 50 orang. Berdasarkan masukan dan tanggapandari para responden maka mengubah draf indikator (II) menjadi draf indikator (III).Draf indikator (III) ini dipakai sebagai dasar pembuatan kuesioner II kemudiandisebarkan pada responden yang sama dan hasil masukan dan tanggapan daripara responden dari putaran II menjadi draf

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 7: Indikator Kinerja Pengelola Obat

LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315

22

indikator (IV) yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya yaitu dilaksanakan uji coba.4. Uji Coba draf indikator (IV).

Uji coba dilakukan pada 6 rumah sakit tipe C atau yang sederajat di DIY,terdiri dari 3 rumah sakit pemerintah dan 3 rumah sakit swasta. Fasilitator mengukursendiri pelaksanaan pengukuran di 6 rumah sakit tadi dibantu oleh kepala farmasirumah sakit. Hasil pengukuran dianalisis berdasar atas masukan dari parapengelola farmasi rumah sakit tersebut.

5. Analisis hasil uji coba dilakukan dengan identifikasi, tabulasi jawaban respondendan semakin tinggi frekuensi atau persentase maka semakin baik pengelolaan,sedang semakin rendah persentase atau frekuensi semakin buruk pengelolaan,setelah itu dilakukan inferensi yang menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan

6. Hasil akhir analisis hasil uji coba merupakan hasil akhir dari penelitian ini yaitupengembangan indikator efisiensi pengelolaan obat di farmasi rumah sakit.

Hasil Penelitian Dan PembahasanPenelitian ini dimulai dengan studi pustaka untuk menentukan rencana indikator

efisiensi pengelolaan obat di farmasi rumah sakit. Dengan mempelajari fungsi dankendala pada setiap tahap pengelolaan obat di farmasi rumah sakit kemudian membuatsebuah tabel maka akan diperoleh rencana indikator yang dimaksud. Pengalaman danpengetahuan peneliti sangat membantu dalam penentuan draf indikator (I).

Hasil akhir dari studi pustaka draf indikator (I) adalah 6 indikator untuk tahapperencanaan, 6 indikator untuk pemasok, 6 indikator untuk tahap pengadaan, 14indikator untuk tahap penyimpanan, dan 11 indikator untuk tahap distribusi. Tahapanlokakarya yang dihadiri oleh 5 direktur rumah sakit dan 4 pengelola farmasi rumahsakit mendiskusikan secara intensif rencana indikator hasil studi pustaka tersebut.Diskusi tersebut menarik karena para direktur sebagai penentu kebijakan rumah sakitdapat memberikan masukan yang berarti dalam tingkat kebijakan dan pengelola farmasirumah sakit sebagai pelaksana teknis dari farmasi rumah sakit dapat memberikanmasukan yang berarti karena berdasar pengetahuan dan pengalaman. Diskusi tersebutmenelaah kata demi kata rencana indikator tersebut sehingga disimpulkan adanyaperubahan yang bermakna adapun hasil akhir dari lokakarya adalah draf indikator (II)yaitu 5 indikator untuk tahap perencanaan, 12 indikator untuk tahap pengadaan, 13indikator untuk tahap penyimpanan dan 11 indikator untuk tahap distribusi.

Tahapan berikut adalah pematangan indikator dengan metode Delphi, yaitu suatumetode penyebaran kuesioner yang dipakai untuk tujuan mendapatkan konsensusmengenai rencana indikator tersebut. Kuesioner I dibuat berdasar pada draf indikator(II) yang disebar ditujukan kepada pengelola farmasi rumah sakit yang sudahberpengalaman lebih dari 3 tahun di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali berjumlah 50(kuesioner yang kembali 75%), dan pengiriman kuesioner dilakukan sebanyak dua kaliputaran. Dengan dua kali putaran pengiriman kuesioner akan memberikan pemantapanterhadap hasil kesepatan penilaian terhadap kuesioner (rencana indikator) tersebut.Pengalaman dan pengetahuan pengelola farmasi rumah sakit yang berjumlah 38 or-ang dapat memberikan sumbangan pemikiran yang lebih pada pematangan drfa indikator(III). Hasil akhir pada putaran I metode Delphi adalah 6 indikator untuk tahapperencanaan, 10 indikator untuk tahap pengadaan, 8 indikator untuk tahap penyimpanandan 6 indikator untuk tahap distribusi. Hasil rencana indikator pada putaran pertama,draf indikator (III) dijadikan dasar untuk pembuatan

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 8: Indikator Kinerja Pengelola Obat

ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006

23

kuesioner kedua dan hasil akhir dari putaran II metode Delphi adalah 3 indikatoruntuk tahap perencanaan, 3 indikator untuk tahap pengadaan, 4 indikator untuk tahappenyimpanan dan 6 indikator untuk tahap distribusi.

Hasil analisis dari kuesioner kedua atau draf indikator (IV) merupakan indikatorakhir yang akan diuji di 6 rumah sakit tipe C atau yang setara di DIY yaitu 3 rumahswasta dan 3 rumah sakit pemerintah. Hasil uji coba di 6 rumah sakit menunjukkanbahwa 16 indikator dinyatakan valid, sensitif dan spesifik. Indikator hasil pengembanganterlihat pada tabel 1.

Tabel 1.Indikator hasil pengembangan

Tahap Macam IndikatorPerencanaan 1. Persentase modal atau dana yang tersedia dengan

keseluruhan dana yang sesungguhnya dibutuhkan2. Perbandingan antara jumlah item obat yang ada dalam

perencanaan dengan jumlah item obat dalam kenyataanpemakaian

3. Perbandingan antara jumlah obat dari satu item obat dalamperencanaan dengan jumlah obat dari item tersebut dalamkenyataan pemakaian.

Pengadaan 1. Frekuensi pembelian2. Frekuensi kurang lengkapnya surat pesanan/kontrak3. Frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit

terhadap waktu yang disepakati

Penyimpanan 1. Kecocokan obat dengan kartu kendali2. Turn Over Ratio3. Sistem penataan gudang4. Banyaknya obat yang rusak dan kadaluwarsa

Distribusi 1. Penggunaan obat generik berlogo dengan keseluruhanpemakaian obat

2. Frekuensi keluhan penderita rawat jalan terhadap pelayananfarmasi

3. Frekuensi keluhan profesi kesehatan lain terhadappelayanan farmasi

4. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melayani resep, yaitusejak resep masuk kebagian distribusi sampai obatketangan pasien

5. Persentase resep yang tidak dapat dilayani tiap bulan6. Persentase obat yang tidak masuk ke dalam formularium.

Kesimpulan Dan SaranKesimpulan1. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 3 indikator efisiensi untuk tahap perencanaan,

3 indikator efisiensi untuk tahap pengadaan, 4 indikator efisiensi untuk tahappenyimpanan dan 6 indikator efisiensi untuk tahap distribusi. Berdasarkan uji cobadi 6 rumah sakit diperoleh kesimpulan bahwa ke 16 indikator ini valid, sensitif danspesifik.

2. Indikator pertama dan kedua pada indikator perencanaan adalah mutlak digunakansedang untuk indikator yang ketiga tidak mutlak digunakan karena bergantungepisode penyakit.

3. Indikator pertama pada indikator tahap pengadaan adalah mutlak digunakansedang untuk untuk kedua dan ketiga tidak mutlak digunakan karena kerugianyang ditimbulkan hanya masalah waktu.

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 9: Indikator Kinerja Pengelola Obat

LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315

24

4. Indikator untuk penyimpanan dan distribusi mutlak digunakan.5. Bila data sudah terkumpul maka menilai dengan menggunakan indikator ini dapat

dilakukan sehari.

Saran1. Peneliti lain dapat menggunakan indikator ini untuk dicobakan pada rumah sakit

yang lebih banyak lagi.2. Lengkapilah data terlebih dahulu bila akan menggunakan indikator ini, karena

kalau tidak lengkap maka penilaian dapat memakan waktu yang lama.

Kepustakaan

Andersen, D.R., Sweeney, D.J.,William, T.R., 1978, Essentials of Management Sci-ences, West Publishing Co, St. Paul New York.

Departemen Kesehatan dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 1992,Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,PT Sapta Mitra Widya Dinamika, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cetakan Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta.

Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta, Direktorat Jenderal Pelayana Medis, 1992,Standar Pelayanan Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik Indone-sia, Jakarta.

Edward, G.N., 1992, Hospital Pharmacy in 1991, The Yeard in Review, American Soci-ety of Hospital Pharmacists, Inc, All Right Reserved, 0002-9289/92/0501-1143.

Handoko, T.H., 1992,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, BPFE, Yogyakarta.

Handoko, T.H., 1992, Manajemen, Edisi II, Cetakan Keenam, BPFE, Yogyakarta.

Hassan, W.E., 1981, Hospital Pharmacy, Lea & Febiger, Philladelphia.

John, P.S., 1993, Projecting Future Drug Expenditures 1993, American Society of Hos-pital Pharmacists, Inc, All Right Reserved, 0002-9289/93/0101-0071.

Kertonegoro, S.J., 1985, Prinsip dan Teknik Manajemen, Ananda, Yogyakarta.

Kushadiwijaya, H., Emilia, O., 1994., Diskusi Kelompok Terarah sebagai suatu TeknikRapid Assessment Procedure dalam Penelitian, Jurusan Ilmu KesehatanMasyarakat Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Mecimore, C.D., and Weeks, J.k., 1987, Technique in Inventory Management andControl, National Association for Accountants, Montvale, New Jersey.

Moore, C.m., 1987, Group Techniques for Idea Building, Sage Publications NewburyPark Beverly Hills London, New Delhi.

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...

Page 10: Indikator Kinerja Pengelola Obat

ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006

25

Nadzam, D.M., 1991, Development of Medication Use of Indicators, by The JointCommision on Accreditation of Health Care Organizations, American Societyof Hospital Pharmacist, Inc, All Right Reserved 002-9298/91/0901-1925.

Quick, D.J., Hume, M.L., O’Connor, R.W., 1986, Managing Drug Supply, ManagementSciences for Heath, Fourth Printing Boston, Massachussets.

Stephen,W.B., Tony, G.D., and David, A.S., 1992, Perceptions and Use of PerformanceMeasures by Hospital Pharmacy Directors, American Society of Hospital Phar-macists, Inc, All Right Reserved, 0002-9289/0201-0367.

Turban, Efraim, Meredith, J.R., 1988, Fundamentals of Management Sciences, FourthEdition, Business Publication, Inc, Homewood, Illinois.

World health Organization, 1993, How to Investigated Drug Use in Health Facilities,Switzerland, Geneva.

Dwi Pudjaningsih, Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat Di Farmasi Rumah Sakit...