indikator derajat kes sosial individu.rtf

Download indikator derajat kes sosial individu.rtf

If you can't read please download the document

Upload: fionabulqis

Post on 15-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KESEHATANseBAB 23

BAD 23KESEHATANI. PENDAHULUANSebagaimana ditetapkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN), maka dalam Repelita IV akan makin ditingkatkan pelayanan kesehatan sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat sekaligus dalam rangka usaha pembinaan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia.Arah dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan dalam bidang kesehatan telah ditetapkan dalam GBHN sebagai berikut:1.Dalam rangka mempertinggi taraf kesehatan dan kecerdasan rakyat, pembangunan kesehatan termasuk perbaikan mutu gizi perlu makin ditingkatkan dengan mengembangkan suatu sistem kesehatan nasional. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan partisipasi aktif masyarakat, dan diarahkan terutama kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di desa maupun di kota. Perhatian khusus diberikan kepada daerah terpencil, daerah pemukiman baru termasuk daerah transmigrasi dan daerah perbatasan.

2.109Perbaikan kesehatan rakyat dilakukan melalui upaya pencegahan dan penyembuhan dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat. Pembangunan kesehatan ditujukan kepada peningkatan pemberantasan penyakit menular dan penyakit rakyat, peningkatan keadaan gizi rakyat, peningkatan pengadaan air minum, peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan, perlindungan rakyat terhadap bahaya110

narkotika dan penggunaan obat yang tidak memenuhi syarat, serta penyuluhan kesehatan masyarakat untuk memasyarakatkan perilaku hidup sehat yang dimulai sedini mungkin sejak anak-anak, dan sebagainya.3. Dalam rangka lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat akan dilanjutkan dan ditingkatkan pembangunan serta kemampuan pusat-pusat kesehatan masyarakat dan rumahrumah sakit, penyediaan tenaga-tenaga medis dan paramedis dan penyediaan obat-obatan yang makin merata dan terjangkau oleh rakyat banyak.Sesuai dengan arah dan kebijaksanaan yang ditetapkan dalam GBHN tersebut, pengembangan Sistem Kesehatan Nasional akan dilaksanakan secara bertahap dan akan disesuaikan dengan perkembangan upaya penyempurnaan perangkat peraturan perundang-undangan, kemampuan tenaga data organisasi serta kemampuan teknologi yang ada. Tujuan umum dari pengembangan Sistem Kesehatan Nasional ialah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang memadai (optimal) sebagai salah satu unsur kesejahteraan rakyat, serta sekaligus sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam kegiatan pembangunan.Dalam Repelita IV pengembangan sistem kesehatan nasional akan lebih diarahkan untuk memberikan penunjangan pada bidang-bidang lain seperti pendidikan di dalam rangka pengembangan sumber daya manusia, keluarga berencana, serta bidangbidang lain, agar secara bersama dan serasi menunjang terciptanya kerangka landasan yang makin kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus pada tahap-tahap pembangunan berikutnya, sebagaimana diamanatkan oleh GBHN.II. KEADAAN DAN MASALAHDalam Repelita III derajat kesehatan rakyat telah mengalami perbaikan. Petunjuk (indikator) penting untuk mengukur derajat kesehatan antara lain adalah angka kematian kasar, angka kematian bayi dan anak balita, umur harapan hidup waktu lahir, status gizi dan angka kesakitan sesaat.Angka kematian umum atau kematian kasar pada periode 1971-1980 adalah 12,5 per 1.000 penduduk. Angka tersebut se-lama Repelita III telah menurun dari 13,5 per 1.000 penduduk pada tahun 1978 menjadi 11,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1983. Angka kematian ini berbeda-beda antar suatu daerah dengan daerah lain. Hampir separuh dari kematian terjadi pada bayi dan anak di bawah lima tahun (balita). Hal ini menandakan bahwa derajat kesehatan bayi dan anak balita pada umumnya memerlukan perhatian lebih besar.Angka kematian bayi pada periode 1971-1980 adalah 100 per 1.000 kelahiran hidup. Angka tersebut diperkirakan telah dapat ditekan dari 103,8 pada tahun 1978 menjadi 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1983. Angka kematian balita (1 - 4 tahun) pada tahun 1980 adalah 19,6 per 1.000 anak balita. Angka kematian tadi diperkirakan telah menurun dari 20,9 pada tahun 1978 menjadi 17,8 per 1.000 anak balita pada tahun 1983.111Penyakit utama penyebab kematian umum adalah radang saluran nafas bagian bawah, diare, penyakit yang berkaitan dengan jantung dan peredaran darah (kardiovaskuler) dan tuberkulosa paru (TBC). Lebih dari 70% sebab kematian bayi yang utama adalah diare, radang saluran nafas bagian bawah dan kejang tetanus pada bayi (tetanus neonatorum). Lebih dari 80%dari sebab-sebab kematian bayi tersebut sebenarnya dapat dihindarkan dengan usaha-usaha pencegahan yang lebih efektif.Menurunnya angka kematian telah meningkatkan umur harapan hidup. Dalam Repelita III umur harapan hidup waktu lahir untuk laki-laki adalah 54,5 tahun sedang untuk wanita 57,2 tahun. Angka-angka ini lebih tinggi pada penduduk kota daripada penduduk desa. Bila dibandingkan dengan umur harapan hidup pada periode sebelumnya, dalam periode Repelita III telah terjadi peningkatan umur harapan hidup waktu lahir, yaitu dari 52 tahun pada akhir Repelita II menjadi 56 tahun pada akhir Repelita III.Tingginya angka kematian bayi dan anak balita erat kaitannya dengan keadaan atau status gizi. Meskipun persediaan rata-rata kalori dan protein penduduk telah melampaui kebutuhan, jumlah anak-anak balita yang menderita kekurangan kalori dan protein (KKP) masih cukup tinggi. Dalam Repelita III sekitar 30% anak balita menderita berbagai tingkat kurang kalori dan protein dan 3% diantaranya tingkat berat.Inpres Bantuan Pembangunan Sarana Kesehatan dalam Repelita III telah mampu meningkatkan jumlah Puskesmas dari 4.353 buah pada akhir Repelita II menjadi 5.353 buah Puskesmas dan 13.636 buah Puskesmas Pembantu serta 2.479 buah Puskesmas Keliling. Dengan demikian pada akhir Repelita III telah tersedia satu Puskesmas untuk sekitar 30.000 penduduk dan satu Puskesmas Pembantu untuk sekitar 11.800 penduduk.112Dalam Repelita III sejumlah 128 Puskesmas telah ditingkatkan fungsinya dengan menambah tempat perawatan untuk pertolongan pertama. Peningkatan jangkauan pelayanan kesehatan telah dilaksanakan melalui sarana komunikasi, seperti radiotelekomunikasi, team medis keliling, penggunaan pesawat ter-bang di beberapa daerah, dan lain-lain. Sistem rujukan telah pula ditingkatkan khususnya rujukan medis secara timbal-balik antara Puskesmas dan Rumah Sakit baik horizontal maupun vertikal, terutama di kota-kota besar.Dalam usaha peningkatan status gizi masyarakat telah dilakukan kegiatan-kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), pencegahan dan penanggulangan gondok endemik, pencegahan dan penanggulangan anemia gizi besi. Sampai akhir Repelita III UPGK telah mencakup sekitar 36.500 desa di 2.186 kecamatan pada 240 kabupaten di 27 propinsi. Dalam Repelita II UPGK baru mencakup 688 kecamatan, 176 kabupaten dan 25 propinsi.Pencegahan dan penanggulangan gondok endemik dengan penggunaan garam beryodium dalam Repelita III telah dilakukan di 25 propinsi dan penyuntikan larutan zat yodium telah diberikan pada sekitar 5,1 juta penduduk. Dalam Repelita II jumlah garam beryodium masih terbatas dan baru dilakukan di beberapa propinsi yang angka kesakitan gondok endemiknya tinggi, sedang untuk lipiodol baru mencapai 1 juta penduduk.Untuk penanggulangan dan pencegahan kekurangan vitamin A pada anak-anak balita, kapsul vitamin A dosis tinggi telah diberikan kepada anak umur 1 - 5 tahun melalui Puskesmas, paket UPGK dan distribusi khusus sebanyak 10,3 juta. Dalam Repelita II, jumlah anak balita yang memperoleh vitamin A dosis tinggi baru mencapai 2 juta.113Bila dalam Repelita II penanggulangan anemia gizi besi belum dapat perhatian, maka dalam Repelita III telah diambil langkah-langkah yang lebih nyata. Untuk hal ini telah diberikan tablet zat besi kepada sekitar 1,7 juta ibu hamil.Di samping itu untuk mencegah timbulnya krisis pangan, selama Repelita III telah mulai dikembangkan sistem kewaspa-daan pangan dan gizi di daerah-daerah panduan di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Tengah.Pada akhir Repelita III terdapat 1.246 rumah sakit pemerintah dan swasta dengan jumlah tempat tidur 103.505 buah. Dengan demikian, rasio tempat tidur dan penduduk mencapai 1 per 1.500. Bila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita II, jumlah rumah sakit pemerintah dan swasta telah bertambah sebanyak 70 buah.Jumlah tempat tidur rumah sakit umum yang dikelola oleh swasta adalah 23% dan pemerintah 77%. Dari jumlah ini yang dikelola Departemen Kesehatan dan pemerintah Daerah adalah sebesar 49%.Dengan makin meningkatnya jumlah maupun fungsi Puskesmas dan Rumah Sakit, dalam Repelita III jangkauan pelayanan kesehatan telah bertambah baik bila dibanding dengan keadaan se-lama Repelita II.114Jumlah tenaga kesehatan, khususnya dokter dalam Repelita III telah meningkat. Setiap tahunnya telah dihasilkan sekitar 1.500 dokter dan 5.500 tenaga paramedis, sedangkan dalam Repelita II rata-rata setiap tahunnya baru dihasilkan sekitar 850 dokter dan 11.200 tenaga paramedis. Menurunnya angka produksi tenaga paramedis pada Repelita III disebabkan adanya penyederhanaan kategori tenaga dan peningkatan mutu lulusan. Dari jumlah dokter dan paramedis yang dihasilkan tersebut dalam Repelita III, rata-rata 950 dokter dan 2.070 paramedis setiap tahunnya telah ditempatkan ke Puskesmas di daerahdaerah. Dengan demikian jumlah dokter yang di Puskesmas pada akhir Repelita III telah meningkat 3,3 kali dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita II. Meskipun demikian belum seluruh Puskesmas telah dipimpin oleh dokter.Untuk lebih meningkatkan jangkauan pelayanan Puskesmas telah dibina peranserta masyarakat melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang merupakan kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) di 27 propinsi, meliputi 88 kabupaten, 323 kecamatan dan 1.360 desa. Dengan pendekatan PKMD telah dilatih tenaga sukarela kesehatan yaitu 20.400 promotor kesehatan desa (prokesa) dan 172.000 kader gizi. Di samping itu sejumlah kader lain yang menunjang pengembangan pelaksanaan kesehatan, seperti misalnya guru usaha kesehatan sekolah (UKS) sebanyak 96.000 dan dukun bayi sebanyak 70.000 telah dilatih pula melalui program kesejahteraan ibu dan anak.Meningkatnya jangkauan pelayanan antara lain dapat dinilai dari meningkatnya kunjungan rata-rata per hari ke Puskesmas. Bila pada akhir Repelita II kunjungan rata-rata per hari baru mencapai lebih dari 50 orang pada akhir Repelita III meningkat menjadi 75 - 90 orang.Pelayanan kesejahteraan ibu dan anak melalui Puskesmas telah menjangkau bayi sekitar 42%, ibu hamil sekitar 49% dan anak balita 10,8%. Sedang pada akhir Repelita II jangkauan tersebut masing-masing baru mencapai 17 - 21%, 19 - 21% dan 5 - 6%. Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas termasuk juga peningkatan pelayanan keluarga berencana sebagai bagian integral dari program kependudukan dan keluarga berencana.115Pada akhir Repelita III telah dibangun 20 Rumah Sakit ba116ru di Daerah Tingkat II. Di samping itu di Timor Timur dibangun 2 RS di Daerah Tingkat II dan 1 buah RS di Daerah Tingkat I. Begitu pula dilaksanakan pengembangan sebanyak 227 RSU dan pembangunan 13 Rumah Sakit baru sebagai pengganti rumah sakit lama. Dengan demikian pada akhir Repelita III terdapat 1.246 Rumah Sakit pemerintah dan swasta dengan kapasitas tempat tidur Rumah Sakit meningkat sebanyak 31.461 buah atau meningkat sebesar 43,7% selama lima tahun terakhir.Di samping itu telah ditingkatkan pula fungsi rumah sakit antara lain dengan menempatkan 178 dokter ahli di 133 Rumah Sakit kelas C, yaitu rumah sakit dengan 4 tenaga dokter ahli sesuai dengan yang direncanakan.Upaya pemberantasan penyakit menular dalam Repelita III mencakup kegiatan imunisasi (terhadap difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitis, campak dan tuberkulosa), pemberantasan penyakit-penyakit malaria, diare, demam berdarah, tuberkulosa, patek, penyakit kelamin, kusta, kaki gajah (filariasis), gila anjing, demam keong (sistosomiasis) kegiatan-kegiatan pengamanan kesehatan perpindahan penduduk dan jemaah haji, serta isolasi penderita penyakit menular.Terhadap penyakit malaria, dalam Repelita III telah dilakukan pemeriksaan 32,4 juta sediaan darah, pengobatan 32,5 juta penderita tersangka, penyemprotan dengan DDT 12,9 juta rumah dan tindakan anti larva 8.148 hektar. Sampai akhir Repelita II upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit malaria baru terbatas pada penyemprotan 20.400 buah rumah. Dengan kegiatan dalam Repelita III tersebut maka penderita malaria telah menurun dari 2 per 1.000 penduduk dalam Repelita II menjadi 1 per 1.000 penduduk untuk daerah prioritas di Jawa dan117Bali, sedangkan untuk daerah prioritas luar Jawa dan Bali telah terjadi penurunan dari 7 per 1.000 penduduk dalam Repelita II menjadi 4-6 per 1.000 penduduk dalam Repelita III.Seperti halnya pada Repelita II, dalam Repelita III penyakit patek (framboesia) sudah tidak berarti lagi kecuali di beberapa daerah tertentu di luar Jawa dan Bali.Mengenai penyakit diare/kolera, telah dilakukan pemeriksaan dan pengobatan sejumlah 2,1 juta penderita dan tersangka penderita. Di samping itu ditingkatkan penanggulangan penyakit diare pada 513 kecamatan dan pengembangan 329 Puskesmas menjadi Pusat Rehidrasi. Dalam Repelita II upaya pencegahan dan pengobatan baru dilakukan terhadap penderita kolera. Dengan kegiatan dalam Repelita tersebut maka angka kematian kolera menurun dari 5,14% pada Repelita II menjadi 2,8% pada Repelita III.Sedang untuk TBC paru telah dilakukan pengobatan terhadap 91.000 orang dan pemeriksaan bakteriologi pada 850.000 orang. Dalam Repelita II upaya pengobatan baru menjangkau 57.000 penderita. Dengan kegiatan dalam Repelita III tersebut maka angka penyakit TBC paru telah menurun dari 3 per 1.000 penduduk dalam Repelita II menjadi 2,5 per 1.000 penduduk dalam Repelita III.Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah, dilakukan melalui pembersihan sarang nyamuk pada 329.000 rumah, pemberian obat pembunuh jentik nyamuk (abatisasi) pada 4,3 juta rumah, penanggulangan focus sejumlah 2.708 dan penyelidikan epidemiologi pada sejumlah 1.440 lokasi. Dengan upaya terse-but angka kematian penyakit demam berdarah dapat diturunkandari 4,8% pada Repelita II menjadi kurang lebih 4% pada Repelita III.Untuk meningkatkan usaha pemberantasan penyakit menular, telah dilakukan kegiatan pemberian kekebalan (imunisasi) untuk mencegah penyakit tuberkulosa, difteri, batuk rejan (pertusis), kejang tetanus pada bayi, campak dan poliomyelitis. Dalam Repelita III, telah di imunisasi 3,6 juta anak dengan DPT (difteri, pertusis, tetanus), dan sebanyak 2,7 juta ibu hamil dengan suntikan anti tetanus (TFT). Dalam Repelita II kegiatan imunisasi baru mulai dilaksanakan.Dalam rangka peningkatan kesehatan lingkungan telah ditingkatkan penyediaan sarana air bersih baik di pedesaan maupun perkotaan. Kapasitas produksi air bersih di kota-kota seluruh Indonesia sampai dengan akhir Repelita III diperkirakan sebesar 75 liter per detik di 173 kota. Untuk daerah-daerah pedesaan telah dibangun melalui Inpres dan non Inpres sebanyak 300.776 sumur pompa, 26.943 penampungan air hujan, 2.629 perlindungan mata air, 749 perpipaan, 303 sumur artisis dan 18.515 sumur gali. Dengan demikian dalam Repelita III diperkirakan 32% penduduk pedesaan telah terjangkau penyediaan air bersih, dibandingkan dengan hanya 12% dalam Repelita II.Pada akhir Repelita III 25% penduduk pedesaan menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan (saniter). Prosentase penduduk kota yang menggunakan jamban saniter adalah lebih besar daripada penduduk desa. Sebagai upaya untuk mendorong penggunaan jamban saniter, melalui Inpres Sarana Kesehatan dalam Repelita III telah dibangun 900.000 jamban keluarga.118Di samping itu dalam Repelita III telah ditingkatkan pula usaha-usaha pembuangan sampah di kota-kota, pengawasan kebersihan di tempat-tempat umum, pembuangan air limbah, pengawasan kebersihan makanan dan minuman, pengawasan penggunaan obat racun serangga (pestisida) dan lain sebagainya.Dalam Repelita III, pengadaan dan distribusi obat secara nasional telah ditingkatkan. Hampir seluruh kebutuhan obat (98%) telah dapat diproduksi di dalam negeri, termasuk kemampuan Pemerintah untuk memproduksi obat esensial yang diperlukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit. Nilai obat yang diproduksi oleh Pemerintah ini berkisar 5% dari nilai seluruh obat yang beredar. Disamping produksi obat esensial, untuk efisiensi dana dan rasionalisasi penggunaan obat dilaksanakan penerapan Daftar Obat Esensial Nasional pada seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit. Agar distribusi obat ke Puskesmas dan Rumah Sakit dapat dilakukan dengan teratur, telah dilakukan upaya pemantapan sistem distribusi dan membangun gudang farmasi di beberapa Kabupaten.Dalam Repelita III, industri bahan baku obat telah mulai dikembangkan. Beberapa bahan baku obat yang cukup penting seperti paracetamol, etambutol, salicylamid, kanamisin, trimetroprim dan bahan-bahan yang berasal dari alam telah dapat diproduksi di dalam negeri. Meskipun demikian 95% kebutuhan bahan baku obat masih diimpor.Dengan adanya peningkatan produksi dan peredaran obat (termasuk obat tradisional), alat kesehatan dan kosmetika serta makanan dan minuman, maka dalam Repelita III ditingkatkan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawasan agar produk-produk yang beredar bermutu baik dan memenuhi persyaratan standar. Demikian pula pengawasan terhadap produksi, peredar

119an dan penggunaan narkotika, psikotropika dan minuman keras telah semakin diperketat.Dalam rangka menunjang program pembangunan kesehatan se-lama Repelita III telah dilakukan 224 penelitian meliputi 31 buah di bidang pelayanan kesehatan, 101 buah di bidang penyakit, 30 buah di bidang gizi, 30 buah di bidang farmasi, 20 buah di bidang lingkungan hidup dan 12 buah di bidang manajemen kesehatan. Dibandingkan dengan Repelita II jumlah penelitian telah meningkat hampir 2 kali lipat. Dalam Repelita III telah diselesaikan berbagai penelitian yang telah digunakan untuk menunjang kegiatan seperti penyusunan Sistem Kesehatan Nasional, perencanaan, penyusunan kebijaksanaan program Puskesmas, imunisasi, gizi, kesehatan lingkungan, diare dan lain-lain.Dalam rangka meningkatkan jumlah, jenis dan mutu tenaga kesehatan dalam Repelita III, telah dilakukan peningkatan pembangunan dan rehabilitasi sarana pendidikan di beberapa daerah meliputi sekolah tenaga paramedis, termasuk 10 buah sekolah tenaga sanitasi dan 3 buah sekolah tenaga gizi. Dalam hubungan ini telah dihasilkan sebanyak 13.532 tenaga Perawat Kesehatan (PK), 1.237 tenaga sanitasi dan 188 tenaga gizi dari berbagai tingkatan. Dalam Repelita III telah dihasilkan 6.494 tenaga dokter diantaranya 750 dokter ahli, dan 20.102 tenaga paramedis, serta telah diangkat sekitar 5.100 dokter dan sekitar 15.000 paramedis.120Di bidang penyempurnaan efisiensi aparatur pemerintahan dalam Repelita III telah lebih ditingkatkan kegiatan pengawasan dan pengendalian secara menyeluruh baik intern maupun ekstern. Koordinasi antara perangkat yang ada ditingkatkan melalui penetapan tata cara pengawasan yang seragam. Ditingkatkan pula penyempurnaan organisasi dan ketatalaksanaan, peningkatan kemampuan perencanaan dan penilaian serta peningkatan prasarana fisik lainnya baik di pusat maupun di daerah. Telah pula dihasilkan rencana jangka panjang kesehatan sampai tahun 2.000.Masalah-masalah pokok di bidang kesehatan dalam Repelita III, yang diperkirakan masih akan dihadapi dalam Repelita IV, dapat dikelompokkan sebagai berikut :1. Masalah Kependudukan, Lingkungan Sosial Budaya dan Peranserta Masyarakat.Besarnya jumlah penduduk Indonesia serta susunan distribusinya sangat berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Pada akhir Repelita III jumlah penduduk diperkirakan sebesar 159.000.000. Penduduk berusia kurang dari 1 tahun adalah 2,5 persen, jumlah anak usia 1 - 4 tahun adalah 12 persen, sedang usia muda di bawah 15 tahun merupakan 40,82% penduduk. Dengan demikian susunan penduduk Indonesia sebagian besar merupakan penduduk berusia muda. Susunan penduduk yang demikian ini berpengaruh terhadap berbagai permasalahan dari upaya kesehatan. Di samping itu derajat kesehatan dipengaruhi pula oleh kepadatan penduduk yang sangat bervariasi bagi berbagai daerah di Indonesia. Hal ini erat pula kaitannya dengan masalah urbanisasi. Kecenderungan urbanisasi berakibat meningkatnya kepadatan penduduk di beberapa wilayah perkotaan, yang berpengaruh pada kesehatan lingkungan, gangguan kejiwaan pada masyarakat (psikososial) dan memudahkan penularan penyakit.121Tingkat pendidikan yang masih rendah, adat istiadat yang ketat serta sistem nilai dan kepercayaan akan takhayul, di samping tingkat penghasilan yang pada umumnya masih rendah,122merupakan faktor yang menghambat upaya menggerakkan potensi masyarakat untuk berperanserta dalam pembangunan kesehatan.Terbatasnya tingkat pendidikan dan kurangnya ketrampilan dasar yang dimiliki kaum wanita, terutama di pedesaan, berpengaruh terhadap kurangnya kesadaran akan manfaat pemeliharaan kesehatan, khususnya yang menyangkut kesehatan ibu dan anak.Di samping itu dengan meningkatnya pembangunan, makin banyak wanita dan ibu yang mencari nafkah di luar rumah. Bagi golongan wanita atau ibu yang tidak mampu dan kurang pendidikan, keadaan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan ibu, anak dan keluarga.Masalah lingkungan sosial lainnya yang dirasakan masih merupakan hambatan bagi peningkatan pembangunan kesehatan adalah masih kurangnya peranserta masyarakat mengenai kewajiban dan tanggung jawabnya dalam bidang kesehatan. Di samping itu kerjasama antara Pemerintah dan sektor swasta dalam pelayanan kesehatan masih perlu ditingkatkan keserasiannya.2. Masalah Lingkungan Fisik dan Biologik.Masih tingginya angka kesakitan penyakit-penyakit menular di Indonesia, antara lain sangat dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan lingkungan biologik. Misalnya penyakit infeksi karena bakteri, virus, parasit, umumnya tumbuh subur pada iklim tropik yang lembab dan kotor. Terbatasnya penyediaan air bersih, saran pembuangan air limbah, kurangnya kebersihan lingkungan perumahan dan lain sebagainya merupakan pendorong timbulnya berbagai penyakit tersebut. Di samping itu perilaku membuang sampah tidak pada tempatnya, minum air yang tidakdimasak, kebiasaan makan yang tidak memenuhi persyaratan gizi dan lain-lain, mempermudah terjadinya penularan penyakit.Makin banyaknya bahan-bahan kimia yang dipergunakan dalam pertanian, seperti pupuk dan obat pembunuh hama, dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama di pedesaan. Demikian pula pencemaran lingkungan oleh bahan buangan industri yang dapat mengandung bahan-bahan berbahaya cenderung meningkatkan kasus keracunan dan kerugian kesehatan lainnya.3. Masalah Gangguan Terhadap Status Kesehatan.Mengingat keadaan lingkungan seperti yang telah dikemukakan, berbagai gangguan kesehatan dalam masyarakat masih banyak dijumpai seperti penyakit menular, gangguan gizi dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang merupakan sebab kematian umum adalah infeksi saluran nafas, diare, gangguan jantung dan pembuluh darah serta tuberkulosa. Penyakit-penyakit utama yang menghinggapi bayi adalah diare, infeksi saluran nafas, kejang tetanus dan penyakit akibat kelahiran.Berbagai penyakit menular masih terdapat di Indonesia seperti infeksi saluran nafas, kolera, diare, malaria dan tuberkulosa. Penyakit-penyakit lain yang masih cukup tinggi angka kesakitannya adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah dan kaki gajah (filariasis). Begitu pula penyakit-penyakit kejang tetanus, batuk rejan, polio dan campak masih banyak terdapat di Indonesia.123Berbagai gangguan gizi terdapat di Indonesia, antara lain kurang kalori protein (KKP), kekurangan vitamin A, anemia gizi dan penyakit gondok endemik. Dalam Repelita III diperkirakan 30% anak balita menderita berbagai tingkat KKP dan 3% diantaranya KKP berat. Kekurangan vitamin A terdapat pada 16,4per 1.000 anak balita. Anemia gizi terdapat masing-masing pada 70% wanita hamil, 40% anak balita, 70% anak berumur 6 - 14 tahun dan 40% pekerja kasar. Gondok endemik yang terdapat di daerah-daerah tertentu mencapai 50%. Dengan meningkatnya upaya penyuntikan larutan zat yodium dan yodisasi garam selama Repelita III, jumlah penderita gondok endemik diperkirakan relatif mulai berkurang dibanding dengan keadaan dalam Repelita II.Penyakit-penyakit yang cenderung meningkat adalah penyakit kelainan jiwa seperti psikosa dan neurosa, demikian pula penyakit gigi dan mulut serta penyakit yang berhubungan dengan jantung dan pembuluh darah.4.Masalah Pelayanan Kesehatan.Cakupan pelayanan kesehatan terutama di bidang upaya kesehatan ibu dan anak serta imunisasi masih perlu ditingkatkan. Sarana kesehatan perlu lebih dimanfaatkan dan berbagai kegiatan pokok pelayanan kesehatan Puskesmas perlu diselenggarakan secara lebih terpadu. Upaya kesehatan Puskesmas pada umumnya masih berorientasi pada pengobatan dan belum didukung sepenuhnya oleh upaya rujukan, baik rujukan medis maupun ru-jukan kesehatan. Pelayanan kesehatan terhadap tenaga kerja di bidang pertanian, industri kecil dan industri rumah tangga belum dikembangkan. Perkembangan teknologi pelayanan medis dengan konsekuensi pembiayaan yang tinggi masih cenderung diterapkan oleh banyak rumah sakit. Hal ini perlu diatur agar menghindarkan terjadinya duplikasi jenis pelayanan yang sama di suatu wilayah yang mengakibatkan biaya cenderung meningkat.

5.Masalah Tenaga Kesehatan. 124

Masalah pokok dalam bidang ketenagaan adalah kurang mema-125dainya jumlah dan mutu tenaga kesehatan dibandingkan dengan luas, kompleks serta beraneka ragamnya masalah kesehatan yang perlu diatasi dan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan.Dalam bidang pendidikan dan latihan, hambatan pokok yang dihadapi terutama adalah belum mantapnya pola pendidikan dan latihan yang terarah, menyeluruh dan terperinci serta kurang jelasnya sistem nilai peserta didik. Di samping itu sistem informasi tenaga kesehatan belum memadai, kerjasama antar pendidikan dan latihan serta pengelola tenaga belum serasi. Hal ini sering mengakibatkan keterlambatan pengangkatan dan penempatan lulusan.6.Masalah Penyediaan Obat.Obat sebagai salah satu unsur penting dalam pelaksanaan upaya kesehatan belum sepenuhnya terjangkau oleh masyarakat luas. Meskipun hampir seluruh obat jadi telah dapat diproduksi di dalam negeri, sebagian besar bahan baku masih harus di impor. Pengelolaan obat masih belum mantap sehingga perlu ditingkatkan agar penyediaan obat dapat dilakukan dengan lebih berhasilguna dan berdayaguna. Demikian pula pengendalian dan pengawasan produksi, distribusi dan penggunaan obat masih perlu ditingkatkan dengan prasarana maupun sarana yang lebih memadai. Sebagian besar obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat, pada umumnya kepastian khasiatnya belum dibuktikan secara ilmiah.

7.Masalah Efisiensi, Ketatalaksanaan dan Sarana Penunjang lainnya.Dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan dirasakan bahwa126

berbagai program penunjang masih dapat lebih ditingkatkan, khususnya usaha-usaha peningkatan efisiensi dan ketatalaksanaan terutama sistem informasi kesehatan, perencanaan dan penilaian, pengawasan dan pengendalian, sarana hukum serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Masalah perencanaan dan penilaian terutama mencakup tatalaksana dari sistem manajemen kesehatan, metode dan prosedur perencanaan dan penilaian terutama program yang bersifat lintas sektoral dan antar daerah.Di bidang pengawasan dan pengendalian, masalah utama adalah koordinasi dan kerjasama pengawasan, di samping pengembangan tolok ukur program dan pemanfaatan umpan balik pengawasan. Kemampuan mengelola data dan informasi masih perlu ditingkatkan disamping jenis data dan informasi perlu lebih disesuaikan dengan kebutuhan.Di bidang hukum, masih banyak upaya kesehatan yang masih memerlukan landasan hukum di samping masih terdapat produk hukum yang perlu disesuaikan dengan perkembangan upaya kesehatan. Penelitian dan pengembangan kesehatan perlu lebih dilaksanakan atas dasar kebutuhan program, sedangkan hasil penelitian perlu lebih dimanfaatkan secara optimal.III. KEBIJAKSANAAN DAN LANGKAH-LANGKAHPembangunan kesehatan dalam Repelita IV terutama ditujukan kearah tercapainya tujuan-tujuan pokok sebagai berikut:1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama melalui upaya peningkatan pencegahan dan penyembuhan.127Kemampuan ini didukung oleh peningkatan upaya kesehatan terutama untuk ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.2.Peningkatan kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dimanfaatkan, dipelihara dan dikembangkan oleh masyarakat dalam rangka perbaikan mutu lingkungan hidup.

3.Peningkatan status gizi masyarakat dengan cara mencegah dan menanggulangi masalah gizi terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak balita.

4.Pengurangan kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh penyakit yang banyak di derita rakyat terutama penyakit menular, diare, infeksi akut saluran nafas, penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, malaria dan tuberkulosa, serta penyakit yang diakibatkan karena pengaruh buruk dari bahan berbahaya bagi kesehatan. Peningkatan pemberantasan frambusia dan demam keong sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi. Untuk semua kegiatan tersebut diperlukan peningkatan dukungan pengadaan obat yang cukup dan terjangkau oleh masyarakat.

5.Penurunan tingkat kesuburan (fertilitas) penduduk secara ber makna, melalui peningkatan pelayanan keluarga berencana.

6.Peningkatan pendidikan dan latihan serta pengelolaan tenaga kesehatan masyarakat agar dapat tersedia dan didayagunakannya tenaga paramedis, terutama perawat kesehatan dan tenaga pekarya disamping bidan dan dokter, yang dapat menunjang peningkatan upaya kesehatan.

2.Untuk tercapainya tujuan-tujuan pokok Repelita IV, pembangunan kesehatan akan diselenggarakan melalui lima karya kesehatan yang disebut Panca Karya Husada. Panca Karya Husada merupakan karya yang saling berkait antara satu dengan yang lain serta saling berhubungan dengan karya-karya dari pembangunan nasional lainnya dalam suatu sistem kesehatan nasional. Panca Karya tersebut adalah sebagai berikut :

1.Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan;

2.Pengembangan tenaga kesehatan;

3.Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan;

4.Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan;

5.Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum.

Panca Karya Husada diselenggarakan atas pola kebijaksanaan pelaksanaan sebagai berikut :1. Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan.Upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan masyarakat, peranserta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan.a.128Upaya kesehatan masyarakat dimantapkan melalui penyelenggaraan upaya menyeluruh dan terpadu yang meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan. Fungsi Puskesmas akan semakin ditingkatkan sebagai pusat pembangunan kesehatan yang mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan kepada rakyat.

b.Dalam melaksanakan dan mengembangkan upaya kesehatan ma129

syarakat diutamakan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak serta penanggulangan penyakit dan gangguan kesehatan yang banyak di derita rakyat. Dalam upaya ini peranserta masyarakat khususnya para ibu dan generasi muda adalah sangat penting.c. Masyarakat termasuk swasta mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan upaya kesehatan. Pembinaan diutamakan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat menolong dirinya sendiri dan berpartisipasi serta berswasembada di bidang kesehatan masyarakat. Pembinaan yang merupakan kegiatan penyuluhan kesehatan ini dilakukan melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD) yang pada hakekatnya merupakan kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi yang dikenal sebagai pendekatan edukatif dan diselenggarakan terutama melalui Puskesmas.d. Rujukan upaya kesehatan yang dapat bersifat vertikal atau horizontal serta timbal balik akan ditingkatkan melalui:(1)Rujukan kesehatan sebagai rujukan yang terutama berkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan mencakup bantuan sarana dan bantuan operasional.

(2)Rujukan medis sebagai rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan serta memberikan pada rumah sakit suatu fungsi utama untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi penderita.

e. Kesehatan kerja ditingkatkan secara bertahap melalui upaya pelayanan kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan kerja.2. Pengembangan Tenaga Kesehatan.a.Pengembangan tenaga kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat akan diarahkan agar lebih menunjang seluruh upaya kesehatan serta meningkatkan pemanfaatan dan penyediaan tenaga medis dan paramedis (terutama tenaga perawat kesehatan termasuk bidan dan tenaga pembantu paramedis). Khusus bagi daerah transmigrasi akan diperhatikan penyediaan baik tenaga dokter maupun tenaga kesehatan lainnya.

b.Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan akan ditingkatkan dengan berpedoman pada konsep yang lebih terarah dan menyeluruh untuk sejauh mungkin memenuhi kebutuhan pelayanan bagi masyarakat. Kegiatan pendidikan dan latihan diarahkan untuk dapat menjamin pengembangan periakal, perirasa dan perilaku tenaga-tenaga kesehatan berdasarkan nilai-nilai yang menunjang pembangunan kesehatan. Pendidikan dan latihan secara berjenjang dan berlanjut bagi tenaga kesehatan akan lebih dikembangkan. Penyebarluasan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan ditingkatkan agar sepenuhnya dapat menunjang pemerataan upaya kesehatan.

c.130Pembinaan tenaga berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja ditingkatkan, terutama bagi tenaga kesehatan masyarakat dan tenaga paramedis serta tenaga klinik spesialis. Kemampuan aparat pengelola tenaga kesehatan di berbagai tingkat satuan kerja akan lebih ditingkatkan.

a.3. Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya bagi Kesehatan.a.Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat serta alat kesehatan, makanan dan bahan berbahaya bagi kesehatan manusia akan lebih ditingkatkan untuk mendukung peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna. Di samping itu ditingkatkan pula upaya untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat, alat kesehatan, makanan dan kosmetika yang tidak memenuhi persyaratan mutu. Pengendalian dan pengawasan terhadap narkotika, psikotropika dan minuman keras serta bahan berbahaya bagi kesehatan dilaksanakan secara ketat dan tepat demi kesehatan, keselamatan dan keamanan rakyat.

b.Untuk mencukupi kebutuhan obat dan alat kesehatan dilakukan pembinaan dan pengendalian yang tepat untuk mengarahkan agar jenis dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat. Produksi dan distribusi obat, khususnya obat esensial ditingkatkan dengan pengelolaan yang makin berhasilguna sehingga terjangkau oleh masyarakat luas. Untuk itu produksi bahan baku obat esensial akan ditingkatkan.

4. Perbaikan Gizi dan Kesehatan Lingkungan.131a. Perbaikan gizi diharapkan untuk mengatasi masalah gizi utama yaitu KKP, kekurangan vitamin A, gondok endemik dan anemia gizi dan dilaksanakan secara bertahap, diserasikan dengan upaya pengadaan pangan yang bergizi secara merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dalam rangka upaya perbaikan gizi makakemampuan manajemen, pengembangan dan perluasan jangkauan program gizi perlu ditingkatkan.b. Dalam peningkatan kesehatan lingkungan, diutamakan upaya untuk meningkatkan kemampuan manajemen, mengembangkan dan meluaskan jangkauan program kesehatan lingkungan. Untuk hal ini dilakukan pembangunan fisik sarana air bersih dan penyehatan lingkungan, pengawasan kualitas dan pengendalian pencemaran lingkungan. Pembagian tugas dan wewenang serta kerjasama lintas sektoral dan swadaya masyarakat akan lebih ditingkatkan.5. Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum.a. Dalam peningkatan manajemen kesehatan, akan diteruskan langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, penilaian serta pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan. Kemampuan perencanaan perlu lebih ditingkatkan, terutama yang berkaitan dengan perencanaan wilayah atau daerah. Pengawasan fungsional yang melekat, penting sekali dan akan lebih dikembangkan. Kedudukan, tugas dan pengaturan masingmasing unit organisasi dari tingkat kecamatan sampai ke tingkat pusat perlu jelas dan mantap. Integrasi dan keserasian berbagai kegiatan pokok Puskesmas perlu berjalan lancar.Koordinasi lintas sektoral akan lebih dikembangkan sedangkan koordinasi dari berbagai upaya kesehatan diharapkan pada akhir Repelita IV telah berjalan dengan 132lancar. Di samping itu pengaturan hukum di bidang ke133sehatan diarahkan untuk memantapkan kepastian hukum sehingga memberikan kejelasan dan kepastian tentang peran, hak, wewenang, kewajiban dan tanggungjawab berbagai pihak dalam menyelenggarakan upaya kesehatan. Dalam hubungan ini berbagai peraturan perundangundangan yang menyangkut penyelenggaraan upaya kesehatan perlu disempurnakan.b.Sistem informasi kesehatan pusat dan daerah dalam Repelita IV perlu dikembangkan, terutama yang menunjang peningkatan upaya kesehatan masyarakat dan pengembangan tenaga kesehatan. Disamping itu perlu diutamakan pengembangan pola sistem informasi manajemen kesehatan bagi seluruh jajaran aparatur bidang kesehatan yang dilaksanakan secara bertahap.

c.Penelitian dan pengembangan kesehatan dalam Repelita IV berorientasi pada kebutuhan program. Diutamakan kepada penelitian dan pengembangan yang mendukung peningkatan upaya kesehatan Puskesmas dan rujukannya, pengembangan tenaga kesehatan dan manajemen upaya kesehatan. Kemampuan penelitian dan pengembangan kesehatan di wilayah/daerah perlu ditingkatkan secara bertahap dengan memanfaatkan potensi yang ada di wilayah/daerah tersebut.

Sasaran-sasaran pokok Repelita IV di bidang kesehatan (antara lain termuat pada Tabel 23 - 1) pada dasarnya merupakan suatu pentahapan dari tujuan dan sasaran rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan.Sasaran-sasaran utama tersebut adalah sebagai berikut :TABEL 23 1TINGKAT KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP PADA AKHIRREPELITA II, REPELITA III DAN REPELITA IV

AkhirRepelita II(1978)AkhirRepelita III(1983)AkhirRepelita IV(1988)

(1)(2)(3)1.Tingkat Kematian

Kasar13,511,710,12.Tingkat Kematian

Bayi103,090,370,03.Tingkat Kematian Anak

Balita20,917,814,04.Harapan Hidup Rata

rata5256591/ Tingkat Kematian Kasar= Jumlah kematian per 1.000 penduduk.

2/ Tingkat Kematian Bayi= Jumlah kematian bayi (0 - 12 bulan) per 1.000 kelahiran hidup.

3/ Tingkat Kematian Anak= Jumlah kematian anak balita (1 - 4 tahun) per 1.000 anak balita.

1344/ Harapan Hidup Rata-rata= Rata-rata umur penduduk (dalam tahun)

20,91978Tingkat Kematian KasarTingkat Kematian Ray1135GRAFIK 23 - 1

1988

Tingkat Kematian Anak BalitaHarapan Hidup Rata-rata

TINGKAT KEMATIAN DAN HARAPAN HIDUP PADA AKHIRREPELITA II, REPELITA III DAN REPELITA IV1.136Angka kematian kasar yang pada akhir Repelita II diperkirakan 13,5 per 1.000 penduduk, pada akhir Repelita III diperkirakan telah turun menjadi 11,7 per 1.000 penduduk dan diharapkan menjadi 10,1 per 1000 penduduk pada akhir Repelita IV.

2.Umur harapan hidup waktu lahir yang pada akhir Repelita II (tahun 1978) diperkirakan baru sekitar 53 tahun, dan pada akhir Repelita III (tahun 1983) diperkirakan telah meningkat sekurang-kurangnya menjadi 56 tahun; pada akhir Repelita IV diperkirakan akan dapat meningkat lagi menjadi sekurang-kurangnya 59 tahun.

3.Angka kematian bayi yang pada tahun 1978 diperkirakan 103,0 per 1.000 kelahiran hidup dan diperkirakan menurun menjadi sekitar 90,3 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita III akan menjadi setinggi-tingginya 70 per 1.000 kelahiran hidup. Kematian anak balita (1 - 4 tahun) yang pada tahun 1978 diperkirakan sebesar 20,9 per 1.000 anak balita diperkirakan telah turun menjadi 17,8 per 1.000 anak balita pada akhir Repelita III dan diharapkan menja-di 14,0 per 1.000 anak balita pada akhir Repelita IV.

4.Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dari 2.500 gram yang pada akhir Repelita III masih sekitar 14% diperkirakan akan menurun setinggi-tingginya menjadi 12% pada akhir Repelita IV. Penderita kurang kalori dan protein (KKP) pada anak balita berkurang dari 30% menjadi 22%. Angka kesakitan karena kekurangan vitamin A (xerophthalmia) pada anak balita turun dari 1,6% menjadi setinggi-tingginya 1,2%; kekurangan darah (anemi gizi) pada ibu hamil turun dari 70% menjadi 40%, dan penderita gondok di daerah endemik berkurang dengan 50% dari keadaan aural Repelita IV.

5.Menurunnya angka kesakitan dan angka kematian berbagai penyakit menular diperkirakan sebagai berikut : angka kesakitan diare menurun dari sekitar 400 per 1.000 penduduk pada akhir Repelita III menjadi setinggi-tingginya 350 per 1.000 penduduk pada akhir Repelita IV. Daerah dengan kejadian malaria yang tinggi di Jawa dan Bali akan berkurang dari 82 kecamatan pada akhir Repelita III menjadi 37 kecamatan pada akhir Repelita IV. Di daerah prioritas luar Jawa dan Bali angka kesakitan malaria menurun dari sekitar 10% pada tahun 1980 menjadi 5% pada akhir Repelita IV. Sedangkan untuk daerah luar Jawa dan Bali lainnya menurun sekitar 20% menjadi sekitar 17% pada akhir Repelita IV.

6.Angka kesakitan tuberkulosa paru (TBC) pada akhir Repelita III sekitar 2,5 per 1.000 penduduk, akan diturunkan menjadi sekitar 2 per 1.000 penduduk pada akhir Repelita IV.

7.Angka kematian karena kejang tetanus pada bayi (tetanus neonatorum) yang pada akhir Repelita III sekitar 11 per 1.000 kelahiran hidup menurun menjadi di bawah 5 per 1.000 kelahiran hidup pada akhir Repelita IV.

8.Angka penderita kelainan jiwa (psikosa) dapat dicegah peningkatannya dan tetap 1 - 3 per 1.000 penduduk. Angka penderita dengan gangguan jiwa yang relatif ringan (neurosa) dan gangguan perilaku dapat dicegah peningkatannya sehingga tetap 20-80 per 1.000 penduduk.

9.137Angka pencakupan imunisasi untuk anak-anak di bawah umur138

14 bulan yang pada akhir Repelita III sekitar 40% meningkat menjadi sekitar 65% pada akhir Repelita IV.10.Angka pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih yang pada akhir Repelita III sekitar 40% akan ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 55% pada akhir Repelita IV.

11.Angka pencakupan penyediaan air bersih yang pada akhir Repelita III sekitar 32% penduduk pedesaan dan sekitar 60% penduduk perkotaan, meningkat menjadi 55% penduduk daerah pedesaan dan 65% penduduk perkotaan. Pada akhir Repelita III, 30% penduduk kota mempunyai sarana penyehatan lingkungan. Sedangkan jamban keluarga untuk penduduk pedesaan pada akhir Repelita III mencakup 25% akan meningkat 42% pada akhir Repelita IV. Adapun pengelolaan air limbah yang dalam Repelita III baru dalam tahap perintisan, pada akhir Repelita IV akan mencakup 21% penduduk pedesaan.

12.Produksi obat esensial oleh Pemerintah pada akhir Repelita III baru sekitar 5% dari nilai yang beredar, meningkat menjadi 15%. Produksi bahan baku obat esensial di dalam negeri pada akhir Repelita III dapat dipenuhi sekitar 5%, pada akhir Repelita IV menjadi 15%.

13.Jangkauan pelayanan rumah sakit dalam rujukan medis dan kesehatan yang pada akhir Repelita III mencapai sekitar 10% dari jumlah Puskesmas, pada akhir Repelita IV mencapai paling sedikit 25% dari jumlah Puskesmas.

IV. PROGRAM-PROGRAMKeseluruhan kebijaksanaan dan langkah-langkah serta pro-gram pembangunan di bidang kesehatan dalam Repelita IV akan lebih diserasikan dan diseimbangkan dengan bidang-bidang pembangunan lainnya agar dapat menunjang tercapainya sasaran pada bidang-bidang tersebut. Keserasian dan keseimbangan terse-but juga diwujudkan di antara program-program dan kegiatankegiatan kesehatan sendiri, seperti antara pencegahan dan pengobatan, demikian pula antara upaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan Swasta.1. Program Pelayanan Kesehatan.a. Peningkatan Upaya Kesehatan MasyarakatUpaya kesehatan masyarakat terutama akan dilakukan melalui peningkatan pelayanan Puskesmas dan upaya peningkatan kesehatan kerja. Upaya ini bertujuan meningkatkan fungsi Puskesmas terutama mutu pelayanan kesehatan, pemerataan dan perluasan jangkauan pelayanan dan peningkatan peranserta masyarakat dalam rangka tercapainya kemampuan untuk hidup sehat guna mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai unsur kesejahteraan umum. Untuk itu jumlah, fungsi dan mutu pelayanan Puskesmas akan ditingkatkan.Dalam rangka mengatasi permasalahan proses perpindahan penduduk ke kota-kota yang lebih merata dan seimbang maka dalam Repelita IV diberikan perhatian khusus kepada peningkatan upaya kesehatan di kota-kota yang merupakan pusat pembangunan daerah transmigrasi dan kota-kota sedang/kecil lainnya.(1). Peningkatan Pelayanan Puskesmas.139Pada akhir Repelita IV, upaya kesehatan Puskesmas direncanakan mencakup 65% penduduk yang terutama ditujukan kepada golongan ibu, bayi, anak, tenaga kerja dan masyarakat yangberpenghasilan rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Kebijaksanaan dalam Repelita III dimana setiap Puskesmas akan melayani sekitar 30.000 penduduk, sedangkan kecamatan yang wilayahnya cukup luas dapat mempunyai lebih dari satu Puskesmas akan tetap dipertahankan. Kebijaksanaan tersebut ditempuh mengingat antara lain keterbatasan sumber daya dan tingkat pertumbuhan penduduk, disamping kebutuhan masyarakat. Direncanakan akan dibangun sekitar 500 buah Puskesmas baru, terutama di daerah pemukiman baru, termasuk daerah transmigrasi, daerah terpencil dan daerah perbatasan. Setiap Puskesmas akan ditunjang oleh 3 sampai 5 Puskesmas Pembantu dan sekitar 5% dari seluruh Puskesmas yang ada akan dilengkapi dengan 10 tempat tidur. Dengan demikian jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Puskesmas Perawatan pada akhir Repelita IV berturut-turut akan menjadi sekitar 5.850, 19.630, 4.000 dan 290 buah. Bila dibandingkan dengan keadaan pada akhir Repelita II (1978), jumlah tersebut telah meningkat berturut-turut dengan 9, 44, 61 dan 131 persen (Tabel 23 - 2).Puskesmas akan dikembangkan menjadi pusat pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Pemerataan upaya kesehatan Puskesmas akan diusahakan, baik melalui peningkatan fungsi Puskesmas maupun peranserta masyarakat dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD).140Peningkatan fungsi Puskesmas dilakukan melalui berbagai kegiatan pokok yang meliputi kesejahteraan ibu dan anak; keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan; pencegahan dan pemberantasan penyakit khususnya melalui imunisasi; penyuluhan kesehatan masyarakat; pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan; kesehatan sekolah; perawatan ke141TABEL 23 - 2KEADAAN BEBERAPA SARANA UPAYA KESEHATAN,(1984/85 - 1988/89)

Sarana Upaya KesehatanKeadaan padaTahun 1983/84Keadaan padaTahun 1988/891.Puskesmas5.3535.8532.Puskesmas Pembantu13.63619.6363.Puskesmas Keliling2.4794.0004.Puskesmas Perawatan1282965.Rumah Sakit Pemerintah dan

Swasta1.2461.3296.Jumlah tempat tidur RS dan

Puskesmas Perawatan103.505119.385

142sehatan masyarakat; kesehatan gigi dan mulut; kesehatan jiwa; laboratorium sederhana; pencatatan dan pelaporan. Kegiatankegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat. Kegiatankegiatan pokok tersebut akan terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan terpadu keluarga berencana, gizi, kesejahteraan ibu dan anak, imunisasi dan pencegahan Rehidrasi pada bayi dan anak akan dilanjutkan dan lebih ditingkatkan lagi.(a) Kesejahteraan Ibu dan AnakTujuan kegiatan peningkatan kesejahteraan ibu dan anak dalam Repelita IV ialah :1)Meningkatkan pencakupan perawatan ibu hamil termasuk imunisasi menjadi 65% dan perawatan ibu menyusui menjadi 60% pada akhir Repelita IV, dengan rata-rata kunjungan perawatan ibu hamil 4 kali selama masa kehamilan;

2)Meningkatkan pencakupan perawatan bayi termasuk imunisasi menjadi 60% dan anak pra sekolah menjadi 30% pada akhir Repelita IV, dengan rata-rata kunjungan bayi dan balita masing-masing 4 kali dan 3 kali dalam satu tahun;

3)Meningkatkan pencakupan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih menjadi 60% pada akhir Repelita IV.

Dalam Repelita IV, pelayanan dan monitoring ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu menyusui ditingkatkan melalui pemeriksaan kehamilan, imunisasi, identifikasi risiko tinggi kehamilan dan tindak lanjutnya, pelayanan ibu menyusui dan pertolongan persalinan oleh tenaga terlatih. Pelayanan bayi dan anak pra sekolah termasuk murid Taman Kanak-kanak dilakukanmelalui penelitian dan pengamatan dari pertumbuhan dan perkembangan secara berkala, imunisasi, identifikasi risiko tinggi dengan tindak lanjut dan pencegahan Rehidrasi. Peranserta masyarakat ditingkatkan melalui penyuluhan, yang terutama ditujukan kepada ibu dan dukun beranak serta guru Taman Kanak-kanak. Penyuluhan juga dilakukan melalui PKK. Peningkatan pembinaan manajemen melalui pembinaan sistem rujukan secara vertikal dan horizontal.(b)Keluarga BerencanaDalam Repelita IV kegiatan Keluarga Berencana diarahkan pada pengembangan keluarga sehat sejahtera, yaitu dengan ma-kin diterimanya norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera (NKKBS) melalui kegiatan penyuluhan dan motivasi pada pasangan usia subur, generasi muda serta pelayanan medis keluarga berencana. Pada akhir Repelita IV, melalui upaya kesehatan Puskesmas akan dilayani 16.000.000 akseptor baru.

(c)Perbaikan GiziDalam rangka peningkatan status gizi masyarakat melalui Puskesmas akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai ber ikut:

1)Kegiatan UPGK untuk menurunkan penyakit kurang kalori dan protein (KKP) di 25.000 desa baru dan 40.000 desa lama.

2)Penanggulangan gondok endemik dengan pemberian larutan yodium terhadap 10 juta penduduk.

3)143Penurunan angka anemia gizi pada anak pra sekolah, anak sekolah dasar, ibu hamil, ibu menyusui dan pekerja berpenghasilan rendah.

4)Penanggulangan KKP pada ibu hamil dan KKP berat serta ke144

butaan akibat kekurangan vitamin A pada anak balita.5) Melaksanakan sebagian dari sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKG) dalam pencegahan dan penanggulangan kekurangan gizi terutama di daerah rawan pangan.(d)Kesehatan LingkunganDalam Repelita IV direncanakan peningkatan kualitas lingkungan di setiap desa yang telah dibina dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa. Direncanakan pula bahwa 55% penduduk pedesaan mendapatkan air bersih, 42% penduduk telah menggunakan sarana jamban keluarga, dan 21% telah mengelola air limbah. Di samping itu dilakukan pula pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan perumahan dan lingkungan, penyehatan tempat kerja dan tempat umum serta pengawasan higiene dan sanitasi makanan.

(e)Pencegahan dan Pemberantasan PenyakitTujuan kegiatan pokok pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah untuk mencegah dan mengurangi penyakit yang pa-ling banyak di derita rakyat, dengan memberikan prioritas penanggulangan terhadap penyakit-penyakit dengan angka kematian, angka kesakitan dan angka kecacatan yang tinggi, sehingga angka kesakitan beberapa penyakit menular dapat diturunkan sebesar rata-rata 40% dibanding Repelita III dan dengan demikian angka kematian karena penyakit dapat ditekan pula.

Dalam Repelita IV dilaksanakan kegiatan pengamatan kejadian penyakit (surveilans epidemiologi) dan penanggulangan terhadap penyakit diare, infeksi akut saluran nafas, malaria, kusta, tuberkulosa paru, penyakit kelamin dan penyakit yang menimbulkan wabah atau kejadian luar biasa. Kegiatan serupadilakukan juga terhadap penyakit tidak menular.Untuk penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteria, pertusis, polio, campak, tetanus neonatorum, dan tuberkulosa dilakukan imunisasi terutama kepada bayi, anak sekolah, ibu hasil dan wanita usia subur. Terhadap penyakit demam berdarah dan arbovirosis lainnya dilakukan abatisasi dan pengasapan (fogging).(f)Penyuluhan Kesehatan MasyarakatPada akhir Repelita IV setiap Puskesmas diharapkan telah mengembangkan peranserta masyarakat melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa pada 40% dari wilayah kerja Puskesmas. Peranserta masyarakat sebagai hasil penyuluhan kesehatan terutama ditekankan untuk mengembangkan perilaku hidup sehat seperti penggunaan dan pemanfaatan sarana air bersih, jamban keluarga dan sarana kebersihan lingkungan lainnya. Disamping itu dikembangkan pula perilaku hidup sehat dalam perbaikan gizi, pencegahan penyakit dengan imunisasi, penanggulangan diare, keluarga berencana dan lain sebagainya.

Kegiatan ini terutama akan dilakukan melalui pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa dengan peningkatan kerja sama lintas program dan lintas sektoral serta memanfaatkan teknologi tepat-guna seperti lokakarya mini. Dalam hal ini semua Puskesmas akan telah mempunyai tenaga terlatih dalam penerapan teknologi penyuluhan.(g)Pelayanan PengobatanPelayanan pengobatan diharapkan dapat ditingkatkan dari 40% menjadi 50% dari penderita yang membutuhkan pengobatan. Hal ini akan dicapai melalui :

1451)146Peningkatan kegiatan diagnostik, pengobatan dasar dengan teknologi tepat-guna, pertolongan gawat darurat, tindak lanjut dan rujukan;

2)Pemeriksaan kesehatan bagi calon jemaah haji dan calon transmigran serta merintis pelayanan kesehatan kerja secara bertahap khususnya tenaga pengrajin, petani, nelayan serta tindak lanjutnya;

3)Merintis pembinaan pengobatan tradisional;

4)Membina taman obat tradisional keluarga;

5)Pelayanan kesehatan mata dan pencegahan kebutaan meliputi diagnosa dan pengobatan dini, pertolongan pertama gawat mata, tindak lanjut dan rujukannya pada 1.000 Puskesmas.

(h)Perawatan Kesehatan MasyarakatPencakupan pelayanan perawatan paripurna kepada keluarga dengan prioritas sasaran pada ibu dan anak melalui kegiatan penemuan kasus-kasus dini, seperti ibu hamil dengan risiko tinggi, anak bergizi buruk, penyakit menular ataupun kronis di berbagai daerah binaan.

Bagi kelompok usia lanjut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan akan dilakukan perawatan kesehatan paripurna yang mencakup perawatan tindak lanjut, rehabilitasi, penyuluhan dan penemuan kasus dini di berbagai panti panduan.(i)Kesehatan SekolahPada akhir Repelita IV melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) diharapkan dapat ditingkatkan derajat kesehatan dan kemampuan untuk hidup sehat dari anak sekolah pada tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB); SMTP dan147

SMTA termasuk pondok Pesantren melalui upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan sehingga mempunyai dampak terhadap penurunan angka absensi karena sakit menjadi kurang dari 2%. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan adalah :1)Penjaringan/skrining kesehatan anak kelas I SD, kelas I SMTP dan kelas I SMTA serta tindak lanjutnya;

2)Imunisasi difteri, tetanus pada murid kelas I SD dan tetanus toxoid pada murid kelas VI SD;

3)Pembinaan oleh petugas kesehatan dengan kunjungan ke setiap sekolah sekurang-kurangnya 8 kali setahun.

(j) Kesehatan Gigi dan MulutDalam memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan kegiatankegiatan:1)Pelayanan kesehatan gigi pada unit keluarga terutama ibu hamil, ibu menyusui dan anak pra sekolah minimal di dua desa di 45% Puskesmas;

2)Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara paripurna di 5% Sekolah Dasar. Kegiatan peningkatan promotif dan preventif dijalankan di 20% Sekolah Dasar;

3)Pelayanan medis dasar kedokteran gigi dilakukan pada 33% Puskesmas;

(k) Kesehatan JiwaTujuan pokok kegiatan ini adalah mencegah meningkatnya angka penderita berbagai gangguan jiwa, seperti psikonerotik,148psikosomatik, retardasi mental, kelainan perilaku dan penyalahgunaan/ketergantungan narkotik, alkohol, obat dan bahan berbahaya lainnya. Pelayanan kesehatan jiwa di Puskesmas dilakukan berdasarkan pendekatan yang menyeluruh dan mendalam dari berbagai segi yang saling berkaitan. Pembinaan melalui RS Jiwa/RSU dilakukan terhadap 10% dari jumlah Puskesmas yang belum dibina, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa, terutama untuk dapat mendeteksi secara dini berbagai gangguan kesehatan jiwa.(1)Laboratorium SederhanaDalam Repelita IV sasaran pokok kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan pemeriksaan sediaan, sehingga dalam satu hari mampu memeriksa rata-rata 20 25 sediaan untuk tiap Puskesmas. Untuk mencapai ini dilaksanakan penataran tenaga laboratorium. Kegiatannya adalah melaksanakan pelayanan rutin, penyuluhan dan pengiriman sediaan penyakit menular dalam rangka pengamatan kejadian penyakit.

(2)Upaya Peningkatan Kesehatan KerjaUpaya ini meliputi kegiatan pelayanan kesehatan kerja, keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan kerja. Tujuan upaya ini adalah meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja dalam mencapai produktivitas kerja yang optimal. Untuk melaksanakan upaya ini ditempuh kebijaksanaan antara lain :

(a)Pelayanan kesehatan kerja bagi tenaga kerja beserta keluarganya makin dikembangkan secara terpadu dan menyeluruh dalam pola pelayanan kesehatan Puskesmas beserta rujukannya;

(b)Kerjasama lintas program dan lintas sektor ditingkatkanagar mampu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja;

(c) Peranserta masyarakat termasuk swasta ditingkatkan agar mampu menyelenggarakan upaya kesehatan kerja.b. Peningkatan Upaya Kesehatan RujukanUpaya kesehatan rujukan pada dasarnya meliputi pokok kegiatan rujukan medis, yaitu rujukan untuk keperluan pengobatan dan rehabilitasi serta rujukan kesehatan, yaitu rujukan untuk peningkatan kesehatan dan pencegahan. Sifat rujukan dapat vertikal atau horizontal serta timbal balik, yaitu ru-jukan antara berbagai tingkat sarana pelayanan kesehatan.Tujuan Upaya Kesehatan Rujukan adalah mewujudkan peningkatan fungsi jaringan pelayanan kesehatan melalui rujukan medis dan rujukan kesehatan di semua tingkat untuk mendukung upaya pelayanan Puskesmas. Tujuan tersebut akan dicapai melalui : (1) Pengadaan dan penerapan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana yang jelas di berbagai tingkat pelayanan serta meningkatkan manajemen rujukan medis dan rujukan kesehatan; (2) Penyediaan tenaga dalam kualitas dan kuantitas yang cukup; (3) Peningkatan motivasi penyelenggara rujukan di semua tingkat;(4) Pengadaan sarana komunikasi dan transportasi yang cepat dan lengkap serta sarana ambulans yang memadai; (5) Peningkatan pembiayaan operasional rujukan. (6) Pembinaan peranan swasta dalam jaringan rujukan medis maupun rujukan kesehatan tanpa mengabaikan fungsi sosialnya; (7) Peningkatan kerjasama antara semua unit pelayanan kesehatan guna mengurangi beban RSU kelas A dan B di daerah perkotaan.Sesuai dengan kebijaksanaan di atas, selama Repelita IV

149akan dibangun Rumah Sakit Umum dan khusus, baik Pemerintah maupun Swasta, di samping peningkatan Rumah Sakit kelas D ke C, C ke B dan D ke D plus dan C ke C plus serta peningkatan Puskesmas menjadi Puskesmas perawatan, sehingga jumlah tempat tidur akan bertambah sekitar 15.880 buah.(1). Rujukan MedisKegiatan rujukan medis bertujuan untuk terwujudnya peningkatan dan pemantapan fungsi rujukan yang bersifat pengobatan dan rehabilitasi baik di rumah sakit pemerintah maupun swasta guna menunjang upaya pelayanan Puskesmas.Kegiatan dan sasaran upaya peningkatan fungsi rujukan medis adalah :(a)Pengadaan dan penerapan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana pelayanan rujukan untuk berbagai tingkat pelayanan;

(b)Peningkatan kemampuan manajemen rujukan medis disemua tingkat, baik secara horizontal maupun vertikal;

(c)Penyuluhan kepada penyelenggara rujukan medis dalam rangka peningkatan motivasi para penyelenggara tersebut;

(d)Pengadaan ambulans dan sarana komunikasi sesuai dengan kebutuhan pelayanan;

(e)Pemantapan pelayanan evaluasi pasien sehingga dapat menangani rujukan medis dalam kejadian luar biasa, malapetaka dan penyakit akut darurat;

(f)Penyediaan tenaga medik, paramedis perawatan dan pengemudi yang mencukupi, baik mutu maupun jumlahnya;

(g)150Peningkatan fungsi 30% rumah sakit kelas D menjadi kelas C;

(a)(h)Peningkatan manajemen dan motivasi penyelenggaraan di semua rumah sakit kelas C;

(i)Peningkatan fungsi rujukan medik dengan menyediakan biaya operasional dan pemeliharaan yang cukup bagi pelaksanaan evakuasi dan pelayanan penderita serta untuk kelancaran komunikasi yang diperlukan bagi penyelenggaraan upaya tersebut;

(j)Peningkatan peranserta rumah sakit swasta dalam rujukan medik termasuk meningkatkan kemampuan agar dapat melakukan fungsi sosialnya;

(k)Peningkatan fungsi 30% rumah sakit kelas C yang telah ada pada Repelita III yaitu :

1)Melengkapi dengan dokter ahli penunjang seperti ahli radiologi, ahli anestesi dan ahli patologi klinik dalam rangka lebih meningkatkan RS kelas C;

2)Menempatkan dokter ahli lain di luar 4 (empat) ahli yang telah diprogramkan, didasarkan atas kebutuhan serta proyeksi lulusan yang ada.

(l) Peningkatan fungsi seluruh RS kelas C dengan mengadakan pelayanan spesialistik kedokteran gigi dan rehabilitasi prostetik. Mengembangkan rujukan spesialistik kedokteran gigi di lima kota;(m) Peningkatan kemampuan 25% Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan dasar kesehatan gigi melalui pembinaan oleh rumah sakit;151(n) Peningkatan fungsi semua rumah sakit dengan menempatkan dokter dan perawat gigi bagi rumah sakit yang belum mempunyai;(o)Peningkatan upaya kesehatan jiwa dengan pengembangan rumah sakit jiwa sebagai pusat pengembangan kesehatan jiwa di propinsi dan mengembangkan rumah sakit Dati II sehingga sekurang-kurangnya dapat memberikan pelayanan rawat jalan kesehatan jiwa. Selain itu ditingkatkannya kemampuan rumah sakit jiwa dan rumah sakit ketergantungan obat untuk menanggulangi korban narkotika dan penyalahgunaan/ketergantungan obat, disamping menambah jenis pelayanan;

(p)Peningkatan fungsi dan efisiensi rujukan medis subspesialistik dengan mengadakan dan menetapkan pusat-pusat rujukan yang disesuaikan dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan kesehatan. Selain itu akan dibangun RS pendidikan di Ujung Pandang dan Medan serta beberapa rumah sakit lainnya sesuai kebutuhan.

(q)Pengembangan unit kesehatan masyarakat di rumah sakit secara bertahap yang dirintis melalui proyek pemanduan di beberapa propinsi. Selain itu diperluas pula pelayanan yang bersifat terpadu seperti pelayanan keluarga berencana rumah sakit, pelayanan gizi rumah sakit dan penyuluhan kesehatan masyarakat di rumah sakit.

(r)Pelayanan rehabilitasi medis dilanjutkan baik di rumah sakit kelas C maupun di rumah sakit yang lebih tinggi kelasnya.

(2). Rujukan Kesehatan152Kegiatan rujukan kesehatan bertujuan untuk terwujudnya peningkatan dan pemantapan fungsi rujukan yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif), dalam menunjang upaya pelayanan Puskesmas baik di sarana kesehatan pemerintah maupun swasta.Kegiatan dan sasaran upaya peningkatan rujukan kesehatan adalah :(a)Peningkatan cakupan sehingga meliputi pula bantuan sarana, baik di sektor kesehatan maupun sektor-sektor teknis lainnya, berupa obat, peralatan, biaya, bibit tanaman dan ternak, pangan untuk usaha-usaha padat karya, bahan bangunan dan tenaga;

(b)Pengembangan petunjuk pelaksanaan dan tatalaksana yang jelas secara horizontal maupun vertikal termasuk laboratorium Rumah Sakit Dati II untuk menyelenggarakan pemeriksaan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat terutama untuk survai epidemiologi guna mengatasi wabah dan kejadian luar biasa;

(c)Peningkatan kemampuan Balai Laboratorium Kesehatan dan laboratorium rumah sakit kelas C untuk melakukan pemeriksaan di lapangan dengan cara mendatangi tempat kejadian untuk mengambil sediaan;

(d)Peningkatan kemampuan laboratorium di semua Puskesmas melalui pembinaan yang diselenggarakan oleh semua balai laboratorium kesehatan dan laboratorium rumah sakit;

(e)Pembinaan mutu pemeriksaan laboratorium swasta di bidang kimia klinik dengan penambahan 50% jumlah parameter dan mulai melaksanakan peningkatan mutu pemeriksaan untuk bidang lainnya;

(f)Peningkatan kemampuan dan jangkauan pengawasan air minum 153dan pencemaran lingkungan, mendirikan 3 balai teknik ke154

sehatan lingkungan (BTKL) serta memantapkan jaringan pengawasan air minum dan pencemaran lingkungan di seluruh propinsi;(g)Peningkatan kemampuan pelayanan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan, pelayanan medis proteksi radiasi dan kalibrasi (BP3K) di Medan, Surabaya, dan Ujung Pandang, juga ditingkatkan kemampuan pemeliharaan instalasi dan sarana rumah sakit kelas A, B, dan C;

(h)Pengadaan pusat laboratorium kesehatan, pusat laboratorium teknik kesehatan lingkungan, pusat pemeliharaan peralatan kesehatan dan proteksi radiasi dan kalibrasi yang kesemuanya sebagai tempat rujukan di tingkat pusat;

(i) Peningkatan kemampuan Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan di Pusat dan Daerah.(j) Peningkatan pembinaan upaya rujukan kesehatan di Puskes-mas.2. Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit bertujuan mencegah dan menurunkan kesakitan, kematian dan akibat buruk dari penyakit yang menular maupun yang tidak menular, gangguan kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan gigi.Sasaran program pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian berbagai penyakit menular sebanyak 25 - 50%. Di samping itu meningkatkan cakupan dan intensitas pencegahan dan pemberantasan beberapa penyakit menular yang diperkirakan angka kesakitannya belum dapat diturunkan.155Untuk mencegah dan menanggulangi penyakit yang tidak menular, seperti penyakit jantung dan kanker paru-paru, kesadaran masyarakat tentang masalah dan bahaya penyakit-penyakit tersebut akan ditingkatkan. Di samping itu akan mulai digalakkan cara-cara pencegahan primer seperti misalnya mengurangi kebiasaan merokok, mengembangkan kebiasaan hidup sehat dan lain sebagainya.Sehubungan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit gangguan jiwa, akan ditingkatkan pelayanan kesehatan jiwa pada 200 Puskesmas dan dikembangkan Badan Pembina Kesehatan Jiwa Masyarakat di semua propinsi. Selain itu akan dikembangkan beberapa rumah sakit jiwa propinsi dan unit kesehatan jiwa pada beberapa RS Jiwa kelas C dan D.Untuk mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, kesadaran masyarakat ditingkatkan agar mampu mengambil tindakan yang tepat dengan memberikan pelayanan dasar kesehatan gigi disertai dengan penyuluhan.Kebijaksanaan program pencegahan dan pemberantasan penyakit dalam Repelita IV adalah sebagai berikut:a.Pencegahan dan pemberantasan penyakit secara terpadu di laksanakan melalui Puskesmas dan rujukan serta upaya lain.

b.Peranan dan tanggungjawab masyarakat termasuk swasta dalam pengamatan penyakit tertentu akan ditingkatkan dengan mengutamakan pelaporan yang tepat dan cepat; demikian pula dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit secara sederhana.

c.Penentuan prioritas penyakit mana yang diberantas berdasarkan pertimbangan antara lain: a) angka kesakitan,kematian dan kecacatan yang tinggi; b) yang dapat menimbulkan wabah; c) menyerang bayi, anak dan usia produktif terutama di daerah pembangunan sosial ekonomi; d) adanya metode dan teknologi yang efektif; dan e) adanya kerjasama internasional.

d.Pelayanan kesehatan tertentu di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit diberikan dengan cuma-cuma. Tercakup disini adalah semua pelayanan di luar prasarana kesehatan terhadap penyakit wabah dan penyakit yang pemberantasannya memerlukan cakupan massal, di samping pelayanan pada daerah terpencil dan transmigrasi.

e.Partisipasi masyarakat untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit, khususnya penanggulangan wabah dimana diperlukan tindakan pembatasan seseorang atau sebagian masyarakat bagi kepentingan umum.

f.Pembangunan di sektor lain diusahakan agar memenuhi sya-rat kesehatan untuk mencegah dampak yang merugikan masyarakat.

g.Pencegahan dan pemberantasan penyakit sejauh mungkin ber-landaskan pada kemampuan nasional. Namun demikian dalam pelaksanaannya kerjasama regional dan internasional diperhatikan.

h.Upaya pencegahan penyakit tak menular terutama penyakit jantung, pertumbuhan ganas (kanker), penyakit jiwa dan penyakit gigi/mulut akan ditingkatkan dan dikembangkan.

i.156Pengembangan penelitian penyakit tak menular juga diting-katkan untuk mengetahui besarnya masalah, epidemiologi dan metodologi penanggulangan serta mengembangkan caracara pencegahan dan pemberantasannya.

Pokok-pokok kegiatan dalam program ini adalah pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular, kesehatan jiwa dan kesehatan gigi dan mulut.(1) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.Tujuan pokok kegiatan ini adalah untuk mencegah timbulnya penyakit, menurunkan angka kesakitan, kematian dan akibat buruk dari penyakit menular. Sasaran dari pencegahan dan pemberantasan penyakit menular adalah :a)Menurunkan angka kematian diare menjadi dibawah 2% dengan mengutamakan pemakaian oralit dan menurunkan angka kesakitan dibawah 350 per 1.000 penduduk. Apabila dalam Repelita III jangkauan upaya penanggulangan diare dan kolera masih terbatas dan lebih banyak memperhatikan kolera daripada diare sehingga baru mencapai 1,1 juta penderita, maka dalam Repelita IV upaya tersebut akan lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu akan dilakukan usaha untuk mencari dan mengobati penderita diare dan kolera sebanyak kurang lebih 27,7 juta penderita (Tabel 23 -3).

b)157Menurunkan angka kesakitan malaria di Jawa dari 1 per 1.000 penduduk, menjadi kurang dari 1 per 1.000 penduduk. Jumlah kecamatan yang tinggi angka malarianya (API) menurun dari 82 menjadi 37 kecamatan. Sedang di daerah prioritas di luar Jawa-Bali angka kesakitan menurun dari 4-6% menjadi 3-5% dan di daerah non prioritas menurun dari 20-25% menjadi 15-20%. Untuk itu antara lain akan dilakukan penyemprotan terhadap 21,0 juta rumah dan peTABEL 23 - 3BERBAGAI UPAYA KESEHATANDALAM REPELITA III DAN REPELITA IVJenis Kegiatan Repelita III Repelita IV

1. Pemberantasan Penyakit Malaria:a. Penyemprotan Rumah (buah)16,5 juta23,0 jutab. Pengobatan Penderita (orang)40,0 juta50,0 juta2. Pemberantasan TBC Paru:-Pengobatan jangka panjang dan

jangka pendek (orang/penderita) 120,0 ribu 120,0 ribu3. Pemberantasan Penyakit Diare/ Kolera:-Mencari dan mengobatipenderita (orang) 1,1 juta*) 27,7 juta

4.Imunisasi BOG (orang)16,5 juta23,8 juta

5.Usaha perbaikan GiziKeluarga/UPGK (desa) 36.000 64.448

158*) Jangkauan upaya masih sangat terbatas dan masih lebih banyak mencakup kolera daripada diare.ngobatan penderita sebanyak 50,0 juta orang (Tabel 23-3).c) Penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi:Melalui kegiatan vaksinasi ECG, DPT, Polio dan campak pada bayi dibawah 14 bulan, vaksinasi TT pada ibu hamil dan wanita usia subur, dan pemberian vaksinasi DT pada anakanak SD kelas I dan vaksinasi TT pada anak SD kelas VI, maka akan tercapai penurunan angka kesakitan dari penyakit sebagai berikut:1)Angka kesakitan difteria akan menurun 50% dan angka kematiannya turun sebesar lebih dari 50%.

2)Angka kesakitan pertusis akan turun sebesar 50% dan angka kematiannya sebesar 40%.

3)Angka kesakitan dan kematian campak akan menurun sebesar 25-50%.

4)Angka kesakitan poliomyelitis akan menurun 25 - 50%.

Dalam Repelita IV diharapkan dapat dilakukan imunisasi BCG terhadap sekitar 23,8 juta anak (Tabel 23 -3).d) Menurunkan angka kesakitan tuberkulosa paru dari 2,5% menjadi 2% dengan kegiatan imunisasi dan pengobatan.e) Angka kesakitan demam keong akan diturunkan dari 10-20% menjadi 2-5% di dua lokasi di Sulawesi Tengah.f) Angka kesakitan framboesia menurun hingga mencapai 1 per 100.000 penduduk.g) Angka kesakitan demam berdarah akan diturunkan dari 4-5 per 100.000 menjadi 3-4 per 100.000 dan menurunkan angka kematian dari 3-4% menjadi 2-3%.h) Penyakit lainnya seperti gila anjing (rabies), kaki gajah (filariasis), kusta, penyakit kelamin, penyakit cacing159160yang ditularkan lewat tanah, anthrax dan lain-lain diturunkan angka kesakitannya. Sedang penyakit pes dipertahankan tetap nol. Pengamatan dan penyelidikan serangga menular penyakit diteruskan.Untuk mencapai sasaran tersebut akan diambil langkahlangkah untuk meningkatkan:1)Pengamatan penyakit menular, termasuk pula di pelabuhan- pelabuhan;

2)Kualitas dan kuantitas tenaga di bidang epidemiologi, entomologi, ekologi, sanitasi dan laboratorium;

3)Kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam hal pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dengan menggunakan teknologi tepatguna dan cara sederhana yang berhasilguna dan berdayaguna;

4)Peraturan perundang-undangan yang mencakup aspek pelapor an, pengamatan dan penanggulangan penyakit menular, khu susnya yang dapat menimbulkan wabah atau penyakit baru yang mengancam;

5)Penggunaan alat, serum dan vaksin dalam negeri guna pemberantasan penyakit;

6)Pengamanan kesehatan perpindahan penduduk (transmigrasi) dan jemaah haji;

7)Isolasi penderita penyakit menular;

8)Pengamatan vector penyakit.

(2). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Tak Menular. Pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular bertu-161juan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, kecelakaan dan penyakit tidak menular lainnya.Kebijaksanaan dari pencegahan dan pemberantasan penyakit tak menular terutama didasarkan kepada peranserta masyarakat dalam usaha pencegahan dan peningkatan yang ditujukan terutama pada golongan yang rentan atau penduduk dengan resiko tinggi. Kegiatan pelayanan penyembuhan dan pemulihan diutamakan pada pengobatan jalan melalui Puskesmas dan rujukannya.Sebagai langkah pertama diadakan kegiatan pengumpulan data dan penelitian tentang masalah penyakit tak menular, antara lain dengan mengadakan kegiatan panduan atau penjaringan selektif pada Puskesmas di daerah tertentu.(3). Kesehatan JiwaKegiatan kesehatan jiwa bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan individu dan masyarakat sehingga memberi kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang selaras dengan perkembangan masyarakat melalui upaya yang bersifat peningkatan pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Dengan kegiatan tersebut akan dicegah kenaikan angka gangguan jiwa berat (psikosa) tetap pada 1 - 3 per 1.000 penduduk dan gangguan jiwa ringan tetap pada 20 - 80 per 1.000 penduduk. Untuk itu direncanakan pengembangan RS Jiwa di tingkat propinsi. Di setiap RSU kelas A dan B akan dikembangkan unit psikiatri lengkap. Di setiap RSU Dati II direncanakan sudah dapat memberikan pelayanan kesehatan jiwa melalui fasilitas pelayanan rawat jalan, serta ditingkatkan dan diperluasnya pelayanan kesehatan secara terpadu di 10% Puskesmas secara selektif.Demikian pula akan ditingkatkan kerjasama lintas sektor dan partisipasi masyarakat, khususnya melalui badan pembina kesehatan jiwa masyarakat/badan pelaksana kesehatan jiwa masyarakat di 27 propinsi dan beberapa Daerah Tingkat II. Penyuluhan kesehatan jiwa dilakukan di 27 propinsi dengan pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat desa.Lebih lanjut akan dikembangkan berbagai jenis fasilitas pelayanan kesehatan jiwa khusus misalnya kesehatan jiwa anak remaja, dewasa dan usia lanjut, kesehatan jiwa organik/biologik, kesehatan jiwa masyarakat, ketergantungan narkotika dan penyalahgunaan obat dan alkohol, percobaan bunuh diri dan lain sebagainya, baik di rumah sakit jiwa yang berdiri sendiri sebagai unit pelaksana teknis maupun yang merupakan bagian dari Rumah Sakit Umum sebagai unit pelaksana fungsional.(4). Kesehatan Gigi dan MulutPelayanan kesehatan gigi dan mulut terutama ditujukan kepada golongan rawan (ibu hamil, ibu menyusui, anak pra sekolah dan anak sekolah dasar), keluarga dan masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan dan perkotaan. Kegiatan ini akan memperluas jangkauan, pemerataan dan peningkatan mutu pelayanan dilaksanakan melalui upaya kesehatan Puskesmas dan rujukannya. Sasaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah:(a)Pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara lengkap ataupun secara peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif) di sekolah dasar;

(b)162Pelayanan kesehatan gigi diberikan kepada keluarga, terutama terhadap ibu hamil, ibu menyusui dan anak pra-sekolah, minimal di 2 desa melalui 45% Puskesmas;

(a)163

(c) Pelayanan medis dasar kedokteran gigi dilakukan pada 33% Puskesmas.Langkah-langkah kegiatan terutama ditekankan pada upaya peningkatan dan pencegahan melalui perbaikan higiene mulut. Di samping itu dilakukan pengobatan paripurna bagi anak sekolah dasar dengan pendekatan usaha kesehatan gigi sekolah selektif. Pelayanan medis dasar kedokteran gigi akan diberikan kepada ibu menyusui dan anak dibawah lima tahun (balita) melalui kegiatan kesejahteraan ibu dan anak di Puskesmas.3. Program Penyuluhan Kesehatan.Penyuluhan kesehatan masyarakat bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dengan melaksanakan hidup sehat dan dapat berperanserta aktif dalam upaya kesehatan, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:a.Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan bagian integral dan katalisator dari setiap program kesehatan;

b.Puskesmas dimanfaatkan sebagai pusat pengembangan dan pembinaan kesadaran dan peranserta masyarakat di bidang kesehatan di wilayahnya, dengan pendekatan edukatif mela lui pembangunan kesehatan masyarakat desa;

c.Pendayagunaan jalur dan media komunikasi seluas-luasnya baik yang modern maupun tradisional;

d.Integrasi penyuluhan kesehatan masyarakat kedalam seluruhsistem pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dan pendidikan umum;

e.Meningkatkan kemampuan aparat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM) di pusat dan daerah;

f.Pembinaan kelompok sasaran diutamakan bagi golongan wanita dan generasi muda dalam rangka peningkatan peranserta masyarakat.

Kelompok yang menjadi sasaran penyuluhan kesehatan adalah masyarakat umum baik di daerah pedesaan maupun daerah perkotaan, yaitu mulai usia sekolah yang memiliki kemampuan memahami informasi, dan diutamakan pada pemuka masyarakat, golongan wanita dan generasi muda dan tenaga kesehatan. Secara khusus kelompok sasaran adalah :a.Masyarakat yang terkena masalah kesehatan, antara lain kejadian luar biasa, diare dan malaria;

b.Masyarakat yang rentan terhadap masalah kesehatan tertentu antara lain Ibu hamil dan golongan remaja;

c.Masyarakat yang berada pada instansi pemerintah maupun swasta;

d.Masyarakat yang mempunyai pengaruh menentukan dalam proses pengambilan keputusan, seperti pemuka masyarakat, baik formal maupun non formal;

Penyuluhan kesehatan masyarakat pada dasarnya dilaksanakan guna menunjang pencapaian sasaran program-program pembangunan kesehatan dalam Repelita IV terutama untuk menunjang:a.Kesehatan ibu dan anak.

b.164Pengembangan keluarga sehat dengan makin diterima norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

a.c.Peningkatan status gizi masyarakat.

d.Peningkatan kesehatan lingkungan.

e.Pencegahan dan penanggulangan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat.

f.Penggunaan obat, alat kesehatan, makanan dan kosmetika secara tepat serta pencegahan penyalahgunaan bahan berbahaya dan narkotika.

g.Keselamatan dan kesehatan kerja.

h.Pemanfaatan sarana kesehatan secara tepat.

i. Pembinaan sikap dan perilaku masyarakat dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan hukum dan bidang kesehatan.Pokok-pokok kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut :a. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan guna mengembangkan pengetahuan, kesadaran dan minat individu, kelompok dan masyarakat dalam melaksanakan cara hidup sehat, dengan jalan:(1)Meningkatkan dan membina kerjasama lintas program dan lintas sektoral dalam bidang komunikasi dan informasi.

(2)Meningkatkan kemampuan serta membina motivasi petugas dan masyarakat agar mampu melaksanakan komunikasi dan informasi dalam bidang kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna.

(3)Melengkapi sarana penyuluhan aparat PKM untuk semua tingkat secara bertahap.

165b. Menggali dan mengembangkan potensi masyarakat, sehingga mampu mengenal masalahnya sendiri, dan berperan secara166aktif dalam memecahkan masalah-masalah kesehatan, dengan jalan:(1)Membina Puskesmas agar mampu mengembangkan dan membina peranserta masyarakat di wilayah kerjanya, dengan pendekatan PKMD.

(2)Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan antara pro gram-program kesehatan yang beroperasi di desa atau melibatkan masyarakat desa secara keseluruhan.

(3)Mengadakan pendekatan dan kerjasama dengan sektor yang berkaitan dengan pembinaan peranserta masya rakat disemua tingkat.

(4)Memanfaatkan teknologi tepatguna sehubungan dengan pengembangan dan pembinaan peranserta masyarakat.

c. Pembinaan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan agar para petugas kesehatan mempunyai pengetahuan dan sikap positif serta ketrampilan di bidang penyuluhan kesehatan dan meningkatkan kemampuan aparat program penyuluhan kesehatan dengan jalan:(1)Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan aparat PKM di Pusat dan Daerah, baik dalam bidang teknis maupun pengelolaan program PKM.

(2)Secara bertahap memenuhi dan membina tenaga aparat PKM terutama di tingkat kabupaten.

(3)Menyempurnakan kurikulum penyuluhan kesehatan di sekolah kesehatan, terutama bagi pendidikan perawatan kesehatan masyarakat, akademi teknologi sanitasi dan akademi gizi.

(4)Melaksanakan koordinasi dan keterpaduan dengan sektor-sektor yang berkaitan, dalam rangka integrasi167

materi kesehatan dalam kurikulum semua jenis pendidikan.4. Program Pendidikan, Latihan dan Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.a. Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.Tujuan dari kegiatan utama pendidikan dan latihan tenaga kesehatan pada Repelita IV, ialah tersedianya tenaga kesehatan yang trampil dan bermutu, dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan jenis, macam dan sifat pekerjaan yang sesuai sehingga mampu mengemban tugas untuk mewujudkan perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan dalam pembangunan kesehatan bagi seluruh masyarakat.Sasaran peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan diarahkan kepada tenaga dokter, tenaga perawat kesehatan termasuk bidan, serta tenaga pembantu tugas-tugas paramedis yang diperlukan guna dapat menunjang peningkatan upaya kesehatan Puskesmas yang didukung oleh upaya kesehatan rujukan. Kegiatan tersebut meliputi peningkatan jumlah tenaga kesehatan dari 162.129 orang pada akhir Repelita III menjadi 283.897 orang pada akhir Repelita IV, termasuk di dalamnya penambahan 691 dokter ahli dan 6.085 dokter umum serta lebih dari 31.000 tenaga perawat kesehatan dan 20.988 tenaga pembantu para medis (Tabel 23 - 4). Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut kebijaksanaan yang digariskan adalah :(1) Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan ditingkatkan berlandaskan pada pemikiran dasar atau konsep yang lebih terarah dan mantap untuk memenuhi kebutuhan program dan masyarakat.168TABEL 23 - 4

KEADAAN BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN PADA AKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IV

Jenis KategoriJumlah TenagaAkhir Repelita IIIJumlah TenagaAkhir Repelita IV1.Dokter ahli2.7333.4242.Dokter umum7.52913.6143.Dokter Gigi1.2921.7734.Sarjana Kesehatan lain1.2195.2835.Perawat Kesehatan44.65176.2386.Paramedis Non Perawat12.01138.4617.Pembantu Paramedis/Pekarya29.47350.4618.Non Medis63.22194.643

Jumlah :162.129283.897

14,000 - 12.000 - 10.000 -8.000 - 6.000 - 4.000 - 2.000 -5.283

100.000 - 80.000 - 60.000 - 40.000 - 20.000 -63.221

Non Medis16994.643

KEADAAN BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN UNTUK PELAYANAN KESEHATAN PADA AKHIR REPELITA III DAN AKHIR REPELITA IVPerawat Paramedis KesehatanNon Perawat1988/1989Pembantu Paramedis/ Pekarya1983/1984%it

(2)Pendidikan dan latihan diarahkan untuk menjamin perkembangan periakal, perirasa, perilaku tenaga kesehatan berdasarkan nilai-nilai yang menunjang pembangunan kesehatan.

(3)Pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dilakukan secara berjenjang dan berlanjut yang memungkinkan setiap tenaga kesehatan memperoleh pendidikan dan latihan lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan program pembangunan kesehatan dan kemampuan perorangan.

(4)Peranan institusi pendidikan dan latihan tenaga diarahkan sesuai dengan perkembangan masyarakat serta sebagai sumber informasi, perubahan, pertumbuhan dan pembaharuan bagi pembangunan kesehatan.

(5)Pendidikan dan latihan diselenggarakan secara serasi dengan peningkatan perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan serta dengan kerjasama antar program dan sektor pembangunan yang berkaitan.

(6)Peranserta masyarakat termasuk swasta dalam penyelenggaraan pendidikan dan latihan akan ditingkatkan.

Langkah-langkah yang akan dilakukan berdasarkan kebijaksanaan diatas meliputi usaha-usaha untuk :(1)Memantapkan dan mengembangkan konsep pendidikan dan latihan tenaga kesehatan yang lebih terarah dan menyeluruh.

(2)170Meningkatkan dan mengembangkan pendidikan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sesuai bagi bidang tugas tenaga kesehatan yang bersangkutan terutama untuk menunjang pembangunan kesehatan serta sejauh mungkin dapat memantapkan pengembangan karir.

(1)(3)Meningkatkan penyebarluasan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan agar setiap daerah mampu memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang sepenuhnya dapat menunjang pemerataan upaya kesehatan.

(4)Meningkatkan jumlah mutu dan tenaga pengajar sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan latihan.

(5)Meningkatkan kelengkapan perangkat lunak dan perangkat keras pendidikan dan latihan.

(6)Meningkatkan perencanaan, pengawasan dan penilaian pengembangan tenaga kesehatan.

(7)Mengikutsertakan masyarakat termasuk swasta dalam pengadaan tenaga kesehatan untuk meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang diperlukan, antara lain turut mendirikan sekolah perawat kesehatan.

Sesuai dengan kebijaksanaan dan langkah-langkah di atas, ditetapkan pokok kegiatan pendidikan dan latihan sebagai berikut :(1)Meningkatkan kemampuan perencanaan, pengawasan dan penilaian pengembangan tenaga kesehatan.

(2)171Meningkatkan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan, dengan jalan penyusunan konsep pendidikan yang terarah dan mantap, pemantapan kurikulum, peningkatan tenaga pendidik, peningkatan pembinaan, pengembangan informasi pendidikan, penelitian dan pengembangan pendidikan dan latihan, pengembangan sistem penelaahan dan penilaian, pengembangan institusi dan perangkatnya, peningkatan keserasian kerjasama dengan perencanaan dan172

pengelolaan tenaga kesehatan dan peningkatan peranserta masyarakat termasuk swasta.(3)Meningkatkan penyelenggaraan latihan tenaga kesehatan, dengan jalan menyusun pola latihan yang terarah dan menyeluruh, pemantapan kurikulum, penyebarluasan latihan, pemantapan persyaratan peserta latihan, peningkatan pelatih, pengembangan informasi latihan, pengembangan sistem penelaahan dan penilaian, peningkatan keserasian kerjasama dengan unsur lainnya dari pengembangan tenaga, peningkatan pembinaan, peningkatan balai latihan termasuk perangkatnya, dan memantapkan kerjasama antar pro-gram dan sektor lainnya yang berkaitan.

(4)Pelaksanaan pendidikan dan latihan dilaksanakan terutama dengan lebih menyempurnakan kelembagaan dan tata laksana serta pemenuhan tenaga bagi upaya pendidikan dan latihan. Pembimbingan, pemberian motivasi pada masyarakat dan peningkatan kerjasama serta koordinasi penyelenggaraan pendidikan dan latihan akan lebih ditingkatkan.

(5)Pengawasan, pengendalian dan penilaian penyelenggaraan pendidikan dan latihan akan ditingkatkan secara teratur dan terus menerus.

b. Pendayagunaan Tenaga Kesehatan.Tujuan kegiatan utama dari pendayagunaan tenaga kesehatan dalam Repelita IV ialah terciptanya pengelolaan yang berhasilguna dan berdayaguna terhadap tenaga kesehatan pada berbagai tingkat jabatan dalam program pembangunan kesehatan.Pokok-pokok kegiatan dalam rangka mencapai tujuan terse-but adalah (1) peningkatan pendayagunaan tenaga kesehatan,dan (2) penyempurnaan sistem informasi tenaga kesehatan.Sasaran program ini ialah tercapainya pengisian formasi, pengembangan karir dan peningkatan administrasi tenaga kesehatan. Kebijaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran terse-but dilakukan sebagai berikut :(1)Penyempurnaan konsep pengelolaan tenaga dalam bidang kesehatan secara menyeluruh termasuk usaha pendayagunaannya.

(2)Penerimaan, pengangkatan, penyebaran dan penempatan tenaga dengan memperhatikan segi perimbangan kebutuhan pemerintah dan unsur masyarakat yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah.

(3)Pemberian izin melaksanakan profesi yang merupakan persyaratan wajib bagi setiap tenaga profesi.

(4)Pemberian penghargaan kepada setiap tenaga kesehatan yang berjasa dalam pembangunan ke