pedoman teknis kes lingkungan

122
A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSIS Trombosis dan Emboli a).Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena. Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat). Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma). Trombosis dapat pula terjadi pada pasien yang harus berbaring untuk waktu yang lama kerana aliran darah di vena tertentu terhenti dan mengumpal .Tumor ganas ,kehamilan dan pil anti hamil dapat menyebabkan timbulnya tromboemboli vena . Emboli paru sering kali timbul akibat DVT,Dimana (sebagian )gumpalan darah terlepas melalui

Upload: dedek-ria

Post on 11-Jul-2016

260 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

dokumen

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli

a) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.

Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).

Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).

Trombosis dapat pula terjadi pada pasien yang harus berbaring untuk waktu yang lama kerana aliran darah di vena tertentu terhenti dan mengumpal .Tumor ganas ,kehamilan dan pil anti hamil dapat menyebabkan timbulnya tromboemboli vena .

Emboli paru sering kali timbul akibat DVT,Dimana (sebagian )gumpalan darah terlepas melalui sirkulasi lalu di angkut ke paru-paru .gejalanya tergantung dari besarnya trombus yang tersendat di vena paru.sumbatan yang besar bisa fatal secara akut dengan diawali oleh shock,sumbatan –sumbatan kecil sering kali berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala tak nyata,misalnya kehabisan nafas bila mengeluarkan tenaga.

Terapi dan profilaktis trombosis (dan emboli paru)lazimnya dimulai dengan antikoagulansia parenteral heparin (UFH)atau fraksi-fraksinya (LMWH).Kemudian dapat dilanjutkan dengan anti-koagulansia oral.

b) Trombi dalam arteri sering kali terjadi di jantung dan otak ,yang dapat mengakibatkan matinya jaringan (infark jantung/otak)dan bisa fatal.

Page 2: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Infrak jantung ,gejala dan penanganannya telah dibicarakan secara luas di Bab 37,obat-obat jantung.di sini hanya akan disinggung peranan yang dipegang oleh antitrombotika.Terapi.obat-obat utamanya adalah trombolitika guna melarutkan trombus yang menyumbat arteri koroner(streptokinase dan lain-lain ).penanggulangan sedini mungkin dapat menurunkan risiko kematian sampai 50%.Prevensi sekunder,yakni menghindari terbentuknya lagi trombus baru,dewasa ini dilakukan dengan antikoagulansia oral (warfarin dan lain-lain )atau asetosal dalam dosis rendah .3,4

Infrak otak dapat disebabkan oleh trombosis atau emboli dan bergejala kelumpuhan sebelah baan (hemiplegia).merupakan k.i.80% dari semua kasus<<beroerte>>,<<stroke>>atau CVA (Cerebral vaskular accident).sisanya (20%)diakibatkan oleh perdarahan di otak akibat pecahnya pembuluh otak,kerap kali berhubungan dengan hipertensi.Berdasarkan meningkatnya kasus stroke dari tahun ke tahun diperkirakan bahwa lebih dari 1,5 juta penduduk indonesia akan terkena serangan penyakit tersebut dalam rentang waktu 6 tahun mendatang.TIA (Transient ishhaemic Attack)terjadi secara mendadak dengan menimbulkan hilang kesadaran untuk waktu yang singkat,beberapa detik atau beberapa menit.peristiwa ini disebabkan oleh masuknya mikro –emboli dalam pembuluh pembuluh otak.lazimnya,pasien sembuh secara tuntas,tetapi TIAcenderung kambuh lagi.guna menghindarkan residif atau infrak umumnya digunakan asetosal dalam dosis rendah (40-100 mg sehari).BIOKIMIAPada trombosis vena/arteri berulang terdapat kadar homosistein yang meningkat dalam darah .asam amino ini terbentuk sebagai produk antara pada reaksi pengubahan metionin menjadi cystein,yakni :

Metionin → homosistein → sistein

Page 3: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Kadar hemosistein darah yang meningkat ternyata merupakan faktor risiko PJP(penyakit jantung dan pembuluh :trombosis,infrak).lihat juga bab 37,obat –obat jantung ,faktor-faktor risiko.Asam folat,vitamin B6,Vitamin B12 berkhasiat menurunkan kadar hemosistein dan dengan demikian meniadakan salah satu faktor risiko PJP.Asam folat banyak terdapat dalam gandum whole-grain damn makanan yang kaya akan serat nabati,lihat selanjutnya bab 53,vitamin.FibrinFibrinogen adalah suatu globulin yang terbentuk di dalam hati.protein ini merupakan zat utama dari bekuan darah dan keropeng (kerak pada luka ;crust)diluka terbuka .tetapi ,fibrin juga dapat membentuk trombi yang menyumbat pembuluh darah ,hingga dapat memutuskan penyaluran oksigen ke organ –organ penting.fibrinogen di angkut dalam darah dalam keadaan terlarut ketempat peradangan atau penyembuhan .di tempat ini fibrinogen di ubah menjadi fibrin yang memiliki struktur seperti serat (lat =fibra )dan tak dapat larut .serat-serat yang panjang dari fibrin melekatkannya pada dinding pembuluh .fibrin dapat dianggap sebagai molekul reparasi yang berperan penting pada penutupan luka melalui pembentukan keropeng .

Fibrinolisis gumpalan fibrin tersebut bersifat sementara dan setelah beberapa waktu seharusnya dilarutkan lagi oleh plasmin.enzim protease ini berdaya menguraikan fibrin dan faktor-faktor pembekuan v dan VIII .dalam darah ,plasmin berada dalam bentuk pro –enzim inaktif plasminogen,yang dapat diaktivasi oleh zat-zat aktivator plasminogen (ZAP).ZAP faal adalah tPA urokinase dan faktor XII teraktivasi(lihat dibawah ).pembentukan berlebihan plasmin dengan resiko perdarahan dihindarkan oleh adanya inhibitor –ZAP Faal.

Page 4: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Gambar 38-1:skema sistem fibrinolis.Aktivasi dicetuskan oleh faktor tertentu di molekul fibrin.dengan demikian ,bertumpuknya fibrin dipembuluh dihindarkan ,yang dapat menghalangi aliran darah dan menimbulkan trombosis.antara pembentukan dan pelarutan fibrin terdapat keseimbangan.pelarutan (degradasi)fibrin yang terlalu cepat tau dini dapat menimbulkan perdarahan .dalam plasma terdapat juga zat –zat faal yang menginaktivir plasmin guna turut mengendalikan fibrinolis ,misalnya antiplasmin.Plasminogen dan fibrinogen terbentuk didalam hati ,sedangkan ZAP diproduksi di banayak tempat ,antara lain di endotel pembuluh diseluruh tubuh dan ginjal(urokinase)ZAP alamiahpenting ya ng juga digunakan dalam terapi sebagai zat pelarut trombus (trombolitika)adalah :

a. tPA(Tissue plasminogen activator)yang dilepaskan oleh endotel dalam bentuk aktif;dan

b. U PA (Urokinase –type plasminogen activator),yang pertama kali ditemukan dalam urin ,dilepaskan dari endotel ke dalam darah sebagai pro-urokinase yaitu bentuk inaktif yang baru diaktifkan bila perlu.

Pada keadaan stress fisik atau mental kadar tPAmeningkat ,begitu pula sejumlah hormon yang berdaya menginduksi pelepasan ZAP ke dalam darah ,misalnya adrenalin dan desmopresin.

Plasminogen → plasmin →antiplasmin(streptokinase)↓Fibrinogen →fibrin →degradasi

Page 5: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Proses pembekuan darah2

Bila pembuluh darah terluka ,sebagaireaksi pertamanya terjadi pengumpalan trombosit pada dinding pembuluh.gumpalan ini diperkuat oleh serat-serat fibrin.melalui proses feedback tubuh mengatur agar jangan terbentuk bekuan darah terlalu banyak atau terlalu sedikit. Mekanisme pembekuan darah merupakan suatu proses yang kompleks dan menyangkut 13 faktor pembekuan.yang utama adalah faktor-faktor berikut: fibrinogen(faktor 1)protrombin (faktor 11),kalsium (faktor IV),faktor VII,VIII Dan IX. Dalam garis besar ,urutan proses ini berlangsung sebagai berikut.bila darah mengalir keluar dari ,misalnya suatu luka ,yakni suatu permukaan”asingyang kasar,maka proses pembekuan dimulai dengan timbulnya tissue faktor(Tf)di permukaan sel ,yang bersentuha dengan plasma .bersama faktor VII yang telah diaktivir(VIIa0,tf dapat mengaktivir faktor x (rute sekunder).tetapi,peranan utama dari Tf+VIIa in vivo adalah aktivasi dari faktor IX(rute primer)Faktor Ixa bersama faktor VIII +ion ca mengativir faktor X.Faktor XI hanya diaktivasi pada lika parah oleh faktor XIIa,akhirnya ,mendorong pengubahan protrombin menjadi trombin ,yang menghindrolisa ikatan peptida dari fibrinogen dengan membebaskan serat-serat fibrin ,yang mengendap sebagai gumpalan ,sementar itu ,trombin +ion-Ca mengaktifar faktor XIII,yang bekerja menstabilkan gumpalan fibrin dengan jalan cross-linking molekul fibrin yang berdekatan .sel-sel darah akan “teperangkap”dalam gumpalan yang menyurupai serat-serat lekat dan membentuk suatu trombus padat.lihat skema proses pembekuan darah di gambar 38-2. Tromboplastin (trombonikase,faktor III)Adalah suatu enzim yang berkhasiat mengaktifkan pengubahan protrombin →trombin.dibentuk dalam jaringan cacat dan dilepaskan ke dalam plaasma .khususnya digunakan sebagai reagens pada tes protrombin untuk mengontrolpertekaran antikoagulansia oral. Pada keadaan normal,tidak akan terjadi pembekuan dan pengumpulan dalam pembuluh darah,berhubung dengan licinnya dindingnya.tetapi ,bila dinding ini menjadi kasar akibat luka atau peradangan ,maka proses pembekuan darah tercetus guna mencapai hemostasis(lat.haema =darah,statis =berhenti).B. ZAT-ZAT ANTI TROMBOTIK Penggolongan Antitrombotika adalah zat-zat yang digunakan untuk terapi dan prevensi trombosis,yang berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibagi dalam 3 kelompok ,yakni:

Page 6: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Rute sekunder primer VII IX XIIa

VIIa Xia XI

Ixa VII + Ca X Xa V Protrombin trombin

Fibrinogen fibrin XIIa Tf=tissue faktor Sel-sel trombus

Gambar 38-2:skema mekanisme pembekuan darah dan peranan beberapa faktor pembekuan.1.antikoagulansia: (senyawa heparin dan kumarin)yang menghindari terjadinya pembekuan darah .senyawa kumarin juga disebut antagonis vitamin k(AVK),karena menghindari sintesa dari beberapa faktor pembekuan di hati.dengan jalan menghambat sentesa fibrin zat-zat ini secara tak langsung menghambat proses pembekuan . Zat-zat penghambat sentesa fibrin baru adalah penghambat trombin langsung melagatran dan produknya ximelagatran (exanta,2004).13juga dua senyawa dari kelompok baru pentasa karida fonda –parinux(arixtra,2000)15dan idraparinux.2. penghambat pengumpulan trombosit(asetosal,dipiridamol,ticlopidin,indobufen,epoprostenol),yang berdaya

Page 7: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

menghambat agregasi trombosit.caranya adalah dengan jalam menghambat sintesa tromboxan A2 di trombosit,meningkatkan jumlah cAMPatau dengan mengurangi pengikatan fibrinogen pada reseptor GP trombosit.sering kali obat –obat ini disebut antitrobotika (dalam arti sempit ). Zat-zat baru adalah antagonis reseptor-glikoprotein abciximab(reopro)yang berdaya mengikat pada reseptor glikoprotein GP pada permukaan trombosit dan demikian menghambat agregasinya.3. trombolitika (fibrinolitika):streptokinase,alteplase,urokinase dan reteplase (rapilysin).obat-obat ini berdaya melarutkan gumpalan darah yang terbentuk beberapa jam sebelumnya caranya ialah dengan jalan mengaktivasi sistem fibrinolitis tubuh melalui stimulasi perubahan plasminogen menjadi plasmin.plasmin ini memecahkan jaringan fibrin dari trombus.1.ANTIKOAGULANSIAAntikoagulansia (lat:coagularia=membeku)adalah zat-zat yang dapat mencengah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan fibrin.antagonis-vitamin kini digunakan pada keadaan dimana terdapat kecenderungan darh untuk membeku yang meningkat ,misalnya pada trombosis.pada trombosis koroner (infrak),sebagian otot jantung menjadi mati karena penyakuran darah ke bagian ini terhalang oleh trombus di salah satu cabangnya .obat-obat ini sangat penting untuk meningkatkan harapan hidup penderita.

Penggolongan .antikoagulansia dapat dibagi dalam dua golongan ,yakni obat dengan kerja tak langsung .

a. Zat-zat dengan kerja langsung :heparin,heparin Bm rendah(enoxaparin ,nadroparin )dan zat-zat heparinoid.zat-zat ini dapat bereaksi dengan tromboplastin dan membentuk suatu persenyawaan kompleks antitromboplastin ,yang menghindarkan terbentuknya trombin dari protrombin .dengan demikian ,heparin adalah suatu zat pencengah pembekuan darah yang kuat .keunggulan heparin adalah khasiatnya yang langsung dan singkat ,tetapi penggunaannya harus secara parental (i.v./infus.s.k.),karena dimusnahkan dalam saluran lambung –usus.*heparin BM rendah(LMWH)=Low molecular weight heparines).Heparin merupakan polimer dari mokoitinester-sulfat dan memiliki BM paling besar ,yakni rata-rata 15.000-18.000 D(alton).LMWH adalah heparin yang telah dipecah (difraksionasi)dengan BM 4.000-6.500,seperti enoxaprin dan nadroparin .fraksi heparin ini memiliki

Page 8: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

panjang rantai berbeda –beda.dalam hubungan ini,heparin juga disebut UFH (un-fractionated heparin).efek antitrombotik dari LMWH tergantung dari besar molekulnya;semakin besar BM,semakin kuat dan cepat kerjanya. LMWH ternyata sama efektifnya dengan UFH pada trombosis dan emboli paru ,lagi pula bekerja lebih efektif mengenai inaktivasi sistem pembekuan darah.3,4selain ini .LMWH memiliki bio-availability biologis serta kinetik yang lebih baik,juga lebih mudah penggunaannya .LMWH yang lebih baru adalah reviparin (clivarin ),tinzaparin (innohep),dan danaparoide(orgaran).*heparinoida.terdiri atas zat-zat dengan khasiat yang mirip heparin .khususnya digunakan dalam salep atau krem sebagai obat pembantu pada penanganan tromboflebitis,luka akibat olahraga,keseleo dan salah urat.b.zat zat dengan kerja tak langsung:warfarin,asenokumarol,fenprokumon. Struktur kimia dari zat kumarin ini sangat mirip dengan vitamin k (lihat rumus bangunnya )dan khasiatnya berdasarkan antar alin saingan terhadap vitamin ini .sebagai antagonis vitamin k,zat ini menghalangi pembentukan factor pembekuan di Dallam hati ,antara lain dari protrombin ,karenanya,proses pembekuan darah terhambat secara tidak langsung .lagi pula mengurangi pembentukan fibrin .Antikoagulansia oral ini mulai kerjanya agak lambat,,baru sesudah 18-72 jam,yaitu bila mana factor pembekuan yang sudah ada dan bersikulasi hilang seluruhnya .setelah penggunaannya dihentikan ,efeknya masih berlangsung minimal beberapa hari ,pada fenprokumon malah sampai 2 minggu .untuk efek antipembekuan yang segera,tetapi harus dimulai dengan heparin ,lalu dilanjutkan dengan suatu kumarin .Luas terapi.pengunaan obat-obat ini harus selalu diawasi ketat dengan penentuan kadar protrombin dalam darah secara periodic ,karena luas terapinya hanya kecil,artinya jarak antara pengobatan yang kurang dan pengobatan yang berlebihan dengan

Page 9: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

resiko perdarahan adalah sempit,lagi pula sangat berbeda-beda secara individual.PenggunaanAntikoagulansia digunakan pada tromboemboli,termasuk tromboflebitis (radang vena )setelah pembedahan dimana terdapat factor-faktor yang memudahkan terjadinya thrombosis ,terutama thrombosis koroner.5,6

secara preventif ,antikoagolansia digunakan untuk mencengah terbentuknya trombi(darah beku )pada aterosklerosis,misalnya pada gangguan sirkulasi akibat penyimpitan pembuluh .penggunaan secara profilaktis setelah infrak jantung ternyata tidak mengurangi risiko serangan kedua ,namun terjadinya trombose perifer dapat dicegah dengan efektif.8,9

EFEK SAMPINGNYA Berupa perdarahan hebat ,antara lain dilambung –usus,terutama pada over-dose.juga reaksi kepekaan yang serius ,karena heparin adalah suatu zat elergen ,yakni suatu zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi .bila terjadi perdarahan ,misalnay dari hidung ,perlu segera diberikan zat penawar vitamin k1(*ossovit,konakion )secara oral (5-10 mg).pemberian vitamin k yang merupakan antagonis dari zat kumarin akan menormalkan kadar protrombin dalam darah,walaupun efek klinisnya baru tampak setelah beberapa jam .Kehamilan dan laktasi.zat-zat kumarin tidak boleh diberikan pada wanita hamil selama 3 bulan pertama kehamilan dan setelah minggu ke 36 berhubung sifat teratogennya .obat-obat ini masuk kedalam air susu ibu dalam jumlah kecil ,namun boleh digunakan selama laktasi Heparin juga dapat digunakan selama masa itu.Kontra indikasi adalah kecendrungan untuk perdarahan ,tekanan darah tinggi ,gangguan pada ginjal dan penyakit parah dari usus dan hati yang mengganggu resopsi dan produksi vitamin k.heparin tidak boleh diberikan pada penderita penyakit hemophilia (sakit bluder)dan penyakit purpura hemorrhagica.

Page 10: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Interaksi dengan obat lain Efeknya terhadap waktu pembekuan darah dapat sangat dipengaruhi bila digunakan bersamaan dengan obat lain .daya antikoagulansnya dapat diperkuat tetapi dengan resiko besar akan perdarahan ,berdasarkan beberapa mekanisme yakni:

a. Inhibisi enzim oleh aloporinol,antidiabetikaoral,kloramfenikol,dan metranidazol,karena biotransformasi (hidroksilasi)zat-zat tersebut dipengaruhi oleh enzim yang sama,yaitu hidroksilase.zat-zat androgen ,anabolika,vitamin E dan dekstrotiroksin memperkuat efeknya ,tetapi mekanisme kerjanya tidak diketahui .

b. Penggeseran dari ikatan proteinnya yang kuat (96-98%),oleh obat-obat dengan PP yang juga kuat ,antara lain fenilbutazon ,sulfonamida tertentu ,kliralhidrat dan asam nalidiksat.karenanya persentase obat bebas yang aktif dapat dilipatgandakan .

c. Merintangi agregasi trombosit hingga efek anti pembekuannya diperkuat ,misalnya salisilat.Sebaliknya terdapat terdapat sejumlah obat yang justru memperlemah efek anti pembekuan nya,berdasarkan mekanisme berikut:

d. Induksi enzim ,rifampisin ,griseofulvin dan barbiturate ,yang mempercepat boitransformasinya .

e. Mrngurangi resopsinya dari usus:kolistiramin.f. Menstimulir aktivitas factor pembekuan :antikonseptiva oral.

Oleh karena interaksi tersebut ,efek yang diinginkan tidak akan tercapai .maka,bila pemakai antikoagolansia perlu menggunakan obat-obat tersebut di atas,sebaiknya dilakukan pengawasan terhadap kadar antikoagulansianya di dalam darahnya,hingga dosisnya dapat disesuaikan seperlunya.

ZAT-ZAT TERSENDIRI1a. heparin :*thrombophon ,calparine

Page 11: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Senyawa glycosaminoglglycan ini(nama lain :mucopolysaccharide)bersifat asam kuat dan terdiri dari glukosamin dan asam glukoronat.Heparin untuk pertama kailinya didapatkan dalam hati (lat:hepar=hati),tetapi umumnya juga terdapat dalam darah dan sel jaringan ,bersamaan dengan histamin dan serotonin ,heparin kini diperoleh dengan jalan ekstraksi dari paru-paru dan hati sapi(1937).berhubung masih terdapat variasi dalam sifat dan kadar heparin,maka potensinya dinyatakan dalam unit-unut tertentu(USP).

Heparin berkhasia menetralkan trombin dengan segera dan digunakan sebagai zat antitrombin dalam keadaan dimana perlu mencairkan darah yang pesat, missal-nya trombose vena dalam (VDT) dengan bahaya emboli. Juga untuk profilaksis DVT (dosis rendah). Perlu diberikan parental (s.k atau i.v) karena per oral tidak diserap. Untuk efek yang segera (dalam 10 menit) heparin diberikan dengan jalan intravena. Plasma-t ½-nya 0,5-3 jam tergantung dari dosis. Efeknya berlangsung singkat, yakni k.l. 3 jam, karena ekskresinya oleh ginjal cepat. Pentakaran harus ditentukan atas dasar dasar kebutuhan penderita dan suatu penelitian periodik dari awal pembekuan darah (normal berkisar antara 10-20 menit), atau Activated Partial Thromboplastin Time (APTT normal = lebih kurang 45 detik), mutlak harus dilaksanakan. Secara dermal juga digunakan pada tromboflebitis permukaan dan peradangan, tetapi efektivitasnya diragukan (*Thorombophop).

Efek samping utamanya adalah pendarahan akibat efek antipembekuan berlebihan atau trombositepeni yang ditibulkan-nya. Jarang reaksi alergi dan rontok rambut (reversible).

Dosis: pada trombo-emboli i.v tiap 4 jam 5.000-10.000 UI (garam – Na) atau dengan infuse 1.000 unit/jam. Profilaksi s.k 5.000 UI 1-2 jam sebelum pembedahan, lalu 2-3 dd 5.000 UI selama 7-10 hari.1 mg heparin = 150 UI1b. Enoxaparin: lovenox, Clexane

LMWH in adalah campuran dari sejumlah heparin dengan BM rendah (rata-rata 4.500), yang dibuat dengan jalan Fraksional, yakni perombkan esterbenzil dari heparin dengan alkali (1988). Plasma-t ½-nya pada injeksi s.k. lebih panjang dari heparin, k.l. 4 jam, juga lebih dapat diperkirakan. Sebaliknya, daya kerjanya dibandingkan heparin hanya lemah. Karenanya terutama digunkan untuk pencegahan, misalnya DVT pasca bedah dan emboli paru.

Page 12: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Efek sampingnya sama dengan heparin, tetapi risiko pendarahan lebih rendah karena afinitasnya untuk trombil lebih ringan. Agregasi trombosit juga kurang dihambat, sehingga resiko trombositopeni juga lebih kecil.

Dosis s.k. 20 mg garam-Na 2 jam sebelum pembedahan, lalu 1 dd 20 mg selama 7-10 hari. 1 mg enoxaparin-Na memiliki aktivitas 100 AXa-UI.*Nadroparin (fraxiparine) adalah campuran dari molekul heparin dengan BM rendah pula, yang dibentuk melalui fraksinasi heparin dengan asam nitrat (1989). Plasma t k.l 3.5 jam. Aktivitasnya dinyatakan dalam unit AXa-E (IC) {=0,41 AXa-UI.

Dosis: profilaksis s.k. 7.500 unit (AXa-E) garam-Ca, 12 jam sebelum dan sesudah pembedahan, lalu 1 dd selama 7-10 hari. Terapi 2 dd 225 Axa-E/kg selama 10 hari.1.c Heparinoida: *Lasonil, *Mobilat Terdiri atas ester sulfat dari polysaccarida dengan khasiat heparin lemah1949). Khusunya digunakan untuk mengobati cedera olah raga, umumnya dikombinasi dengan enzim hyaluronidase untuk memperkuat efeknya ( lihat boks dbawakn). Efek sampingnya jarang terjadi dan berupa reaksi alergi pada kulit kadar dalam krem / salep 3 mg/g1.d. Warfarin: (simacr-2) Derivate-asetonilbenzil ini dari kumarin (1950) terdiri dari campuran resemis. Khasiat antikoagulansnya berdasarkan mekanisme saingan terhadap vitamin k.

Terutama digunakan untuk prevensi sekunder infark otak dan jantung. Penggunaan non-medis adalah sebagai racun tikus. Resorbsinya baik, PP-nya k.l. 99%, plasma t ½-nya 40-50 jam. Mulai bekerjanya agak cepat dan maksimal sesudah 36-72 jam dan bertahan lama: 4-5 hari. Dalam hati diubah menjadi bebrapa metabolit inaktif, yang diekskerikan memalui urin. Dosis: permulaan 1 dd 10-15 mg (garam-Na) selama 3 hari, pemeliharaan 1 dd 2-10 mg berdasarkan arahan masa prototrombin.

*hyaluronidase: Hyason,*Lasonil Enzim mukolitis ini (1949) berkhasiat merombak asam hyaluronat dengan efek melarutkan subtansi-dasar dari jaringan dan menurunkan viskositasnya, sehingga permeabilitasnya dinaikkan. Dengan demikian, absorpi dari obat yang diberikan bersamaan (heparinoida, anastetika local) diperbaiki. Kelarutan dari kulit dan jaringan pengikat juga ditingkatkan. Jarang sekali menimbulkan reaksi alergi. Efeknya dikurangi oleh salisilat. Kadar yang digunakan adalah 150 U per g salep / krem.

Page 13: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

*Asenokumarol: (Sintrom) adalah derivate nitro dari warfarin (1955) berkhasiat kuat. Resorpsinya di atas 60%,PP-nya 99% plasma t ½-nya 8-14 jam. Mulai kerjanya agak lambat, yakni setelah 18-24 jam dan bertahan sampai 48 jam. Metabolit inaktifnya diekskresikan melalui urun dan tinja. Lama kerjanya agak singkat. Dosis: hari pertama 1 dd 8 mg, hari ke-2 dan ke-3 1dd 4mg, pemeliharaan 1-8 mg sehari berdasarkan arahan MPT.*Fenporkumon (fenilpropiloksikumarin, Marcoumar) adalah derivate etibenzil dari kumarin (1953) dengan sifat yang mirip. Mulai kerjanya lebih lambat lagi, yakni setelah 36-48 jam, dan bertahan sangat lama, sampai 1-2 minggu. Plasma-t ½-nya k.l. 160 jam. Dosis: hari pertama 1 dd 12 mg, hari ke-2 6mg, hari ke-3 3mg, pemeliharaan 1,5 mg sehari.2. PENGHAMBATAN AGREGASI TROMBOSITSeperti telah diuraikan diatas penggumpalan darah sebagai akibat dari agresi trombosit akan terjadi bila misalnya darah mengalir melalui suatu permukaan yang kasar, seperti dinding pembuluh yang rusak atau meradang. Zat – zatini, yang singkatnya juga disebut penghambat trombosit (“platelet inhibitor”), berkhasiat menghindari terbentuk dan berkembangnyatrombi dengan jalan meghambat penggumpalannya. Termasuk dalam kelompok ini antara lain asam asetilasilat, dipiridamol,tiklopidin,indobufen dan epoprostenol.ZAT – ZAT TERSENDIRI2a. Asam asetilasitat : asetosal, aspirin, aspilet. Di samping khasiat analgesic dan anti radangnya ( pada dosis tinggi), obat anti nyeri tertua ini (Gerhardt, 1853- Hoffman, 1897) pada dosis rendah berkhasiat merintangi pemggumpalan trombosit. Dewasa ini, asetosal adalah obat yang paling banyak digunakan dalam efek terbukti pada prevensi trombosit astriil. Sejak akir tahun 1980-an, asam ini mulai banyak digunkan untuk prevensi sekunderdan infark otak dan jantung. Risikonya diturunkan dan jumlah kematian karena infark kedua dikurangi sampai 25%. Keuntungannya banyak dibandingkan anti koagulasi untuk indikasi ini, antar lain kerjanya cepat sekali dan dosisnya lebih midah diregulasi. Lagi pula pasien tidak perlu dimonitor waktu protombin dalam darahnya dan tidak perlu mentaati skema pentakaran yang rumit (7a,7b). tedapat pula bebrapa indikasi bahwa asetosal, seperti,NSAIDs lainnya, bersifat melindungi terhadap kanker usus besar. Penggunaan lainnya. Asetosal juga digunkan pad dosis rendah untuk gangguan kardiovaskuler berikut :

- Prevensi sekunder dari TIA (transient Ischaemic attack), yakni kehilangan kesadaran selewat akibatngangguan sirkulasi di otak.

Page 14: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

- Terapi angina pectoris instabil; dan- Pasca pembedahan hypass

Penggunaan kombinasi asetosal dengan anti-koagulansia setelah infark jantung ternyata bermanfaat. Misalnya, terapi di mulai dengan asetol untuk kerja cepat dilanjutkan bebrapa minggu kemudian engan warfarin, dan sebagainya. Untuk penggunaan sebagai zat penghalau nyeri, lihat bab 20, Analgetika .Mekanisme kerja. Hambtan agregasi trombosinya berasarkan inhibisi pembentukan tromboxan-A2(TxA2) dari asam arachidonat yang dibebaskan dari senyawa – esternya dengan fosfolipida (dalam membaran sel) oleh enzim fosfolipase. Asetosal mengastelasi secara irreversible dan engan demikian menginaktivir enzim cylo-oxygenase-I, yang umumnya mengubah arachidonat menjadi endoperoksida. TxA2 memiliki khasiat kuat menggumpalkan trombosit dan vasokonstriksi. Dosis 30-100 mg sehari sudah cukup efektif untuk menginaktivir cylo-oxigenase tanpa menhalangi reproduksi prostacyclin. Prostacylin berkhasiat menghalangi agregasi, vasodilatasi dan melindugi mukosa kambung. Lihat juga Bab 21, Analgetika antiradang, gambar 21-2.Dosis : antiagresi: oral 1 dd 40-100 mg p.c., atau 50-125 mg asetosal-kalsium (=carbasalat). Antinyeri: 3 dd500 mg, antiradang 3-4 dd 1 g p.c.. Efek sampingnya yang terkenal adalah sifat merangsangnya terhadap mukosa lambung dengan risiko pendarahan, yang berkaitan dnegan penghambat pula prostacycline (Pg12), yang dibentuk oleh dinding pembuluh. Pg12 ini mencegah sintesa TxA2 dan bersifat mengambat kuat agregasi trombosit. Lihat Bab 21, analgetika antiradang. Namun pada dosis rendah yang diperlukan untuk daya kerja antiagregasi, efek sampingnya ini ternyata jarang sekali menimbulkan keluhan lambung, sedangkan produksi Pg12 sistemik tidak dihalangi. Dosis : prevensi sekunder infrak otak/ jantung 1 d 100 mg p.c., prevensi TIA 1 dd 30-100 mg p.c. pada infark jantung akut 75-160mg sebelum infuse dengan streptokinase. Pada angina pectoris 1 dd 75-100 mg.2b. Clopidogrel: Plavix Drivat-piridin ini (1998) adalah pro-drug, yang dalam hati diubah untuk k.l. 15% menjadi metabolit thiolnya yang aktif. Zat aktif ini setelah diresirbsi mengikat dengan pesat dan irreversible pada reseptor trombosit dan menghambat penggumpaannya, yang diinduksi oleh adenosinedofosfad (ADP). Reseptornya minimal 50%, PP-nya 98%. Ekskerisnya memlalui kemih dan tinja. Terutama digunakan untuk prevensi sekunder dari infark jantung dan CVA bila terdapat hiversintivitas terhadap asetosal yang sama efektifnya, terapi jauh lebih murah.Efek sampingnya terpentinga adalah pendarahan yang dapat terjadi diseluruh tubuh ( saluran cerna dan napas ,hidung, mata, kulit). Sering terjadi gangguan lambung-usus (sakit perut, mual, muntah, diare atau obstipasi).

Page 15: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Dianjurkan pemantauan gambaran darah bila ada gejala- gejala pendarahan. Wania hamil dan selama lataksi tidak dianjurkan minum obat ini. Infraksi. Berhubung risisko akan kehilangan darah tersembunyi (occult) dilambung-usus, maka kombinasi dengan NSAID’s hemdaknya dengan sangat berhati – hati.Dosis : dewasa 1 dd 75 mg/p.c.

lipoxinase leokotrien Fospolipida arachidonat PgE2, PgI2 Endoperoksida

Tromboxan-A2a= fosfolipase, b= cyco-oxygenase, c= tromboxan-synthetasePgE2 = prostaglandin E2, PgI2 = prosracyclin

Gambar 38-3:cascade arachidonat dengan pembentukan pg12 dan txA2

2c. Cilostazol: PletaalFosfodiesterase inhibator ini meningkatkan caMP yang menimbulkan

vasodilatasi dan menghambat agregasi trombosit. Digunakan untuk claudicatol, dengan gejala nyeri, hilang rasa atau kelemahan di betis, paha dan pinggul yang timbul sewaktu berjalan dan pulih kembali setelah istirahat bebrapa menit.

Efek sampingnya: sakit kepala, pusing dan diare. Tidak boleh digunakan oleh penderita gagal jantung.Dosis: 2 dd 100 mg2d. Dipiridamol: Persatin, *Asasantin Retard.senyawa dipiridimin (1959) berkhasiat menghindari agregasi tro,bosit dan adhesinya pada dinding pembuluh. Juga menstimulir efek dan sintesa epoprostenol (lihat 2g). Kerjanya berdasarkan inhibisi fosfodiesterterase, sehingga cAMP( dengan daya menghambat agregasi) tidak diubah dan kadarnya dalam trombosit meningkat (sama denga 2c). Terutama digunakan pada bedah katup jantung, bersama anti koagulansia. Kombinasinya dengan asetosal dahulu dianjurkan sebagai profilaksi infark kedua, tetapi ternyata bahwa monotrapi esetosal menghasilkan efek yang sama. Suatu studi baru telah menunjukan efektivitas dari kombinasi ( asetosal 25 mg + dipiridamol retard 200 mg = *Asasantin) untuk menurunkan resiko akan CVA sekunder dan prevensi TIA (Ph Wkbl 1998;133:1298-1300). Kombinasi ini

Page 16: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

ternyata lebih efektif dari pada asetosal tunggal berdasarkan titik kerja yang berlainan dari kedua senyawa ini. Penggunaannya pada angina pectoris dianggap obsolet.

Resorbsinya dari usus tidak menentu, BA-nya 30-65%, diikatpada plasma – protein untuk 90-99%, plasma t nya k.l. 11 jam. Diubah di dalam hati menjadi glukuronida, yang dikeluarkan melalui tinja.Efek sampingnya, seperti sakit kepala, gangguam lambung-usus, debar jantung dan pusing, akan jauh berkurang pada dosis rendah.Pada dosis diatas 200 mg, tensi dapat menurun dan kolaps pada orang dengan sirkulasi buruk.

Dosis: oral 1 dd 300 mg jam a.c. pada bedah katup jantung 4 dd 75-100 mg, dikombinasi dengan suatu antikoagulans.2e. Ticlopidin : Ticlid

Drivat tetrahidropiridin ini (1978) menghambat agregasi trombosit, yaitu cetuskan oleh antara lain ADP (adenosindifospafad).Resorbsinya dari usus sekitar 80%, PP-nya k.l. 98%, plasma t k.l. 8 jam (setelah 1 dosis) dan 96 jam setelah digunakan 14 hari. Efeknya maksimal setelah 3 hari dan bertahan selama 14 hari.

Efek sampingnya berupa gangguan saluran cerna, ruam kulit, pusing dan hepatitis.lebih gawat lagi adalah efeknya terhadap sel-sel darah (agranulocytose, anemi aplastis dan lain- lain) yang jarang terjadi tetapi bersifat fatal. Karenanya, ticlopidin di tahun 1982 telah ditarik dari peredaran di belanda.Dosis: oral 2 add 250 mg d.c./ p.c. (garam HCL)2f. Indobufen : Ibustrin

Senyawa asam butirat ini (1995) berkhasiat menghambat agresi trombosit, lagi pula bekerja anti radang dan analgestik. Terutama digunakan antara lain pada trombosis vena dan gangguan jantung ischemis serta prevensinya.Efek sampingnya dapat berupa gangguan lambung-usus, pendarahan hidung dan gusi, juga reaksi alergi.

Dosis : 2 dd 100 mg, lensia separuhnya.2g. Epoprostenol: (prostaglandin 12, prostacycline, Fiolan).

Prostasuklin alamiah ini (1982) di bentuk di dindiding pembuluh pada sistem cascade arachidonat dan berkhasiat menghambat agregasi trombosit, juga berdaya vasodilatasi kuat. Pada hakikatnya, zat ini merupakan antalgonis dari tromboxan (TxA2) (lihat gambar 38-3). Kerja anti trombositnya teragantung dari dosis dan berdasarakan peningkatan kadar cAMP dalam trombosit melalui stimulasi enzim prevensi trombosis pada waktu hemodialisa (ginjal) sebagai zat pengganti heparin. Lihat juga misoprostol (cytotec) dengan khasiat mukosa-protektif pula di Bab 21. Obat- obat rema.

Page 17: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Efek sampingnya berupa muka merah, hipotensi, nyeri kepala, pusing, tachycardia atau bradycardia, juga gangguan lambung – usus dan mulut kering.

Dosis: infus (i.v) selama dialyse 4 mg/kg.3.TROMBOLITIKTrombolitika, juga disebut fibrinolitika, berkhasiat melarutkan trombus dengan cara mengubah plasminogen menjadi plasmin, suatu enzim yang dapat menguraikan fibrin, Firbrin ini meupakan zat pengikat dari gumpalan darah. Terutama digunakan pada infark jantung akut untuk melarutkan trombi yang telah menyumbat arteri koroner. Bila diberikan tepat pada waktunya, yakni dalam jam pertama setelah timbulnha gejala, obat obat ini dapat membatasi luasnya infark dan kerusakan otot jantung, sehingga memperbaiki pragnosa penyakit. Juga pada emboli paru, trombosit perifer dan untuk trombolisis preoperatif. Pemberiannya setelah infark jantung otak akud ( dalam waktu 3 jam) masih kontropersial manfaatnya. (lancet 1997;350:607-14).

Efek samping yang serius dari obat-obat ini adalah meningkatkan kecenderungan pendarahan, terutama pendarahan otak, khususnya pada manula. Juga harus waspada pada pasien yang condrong mengalami perdarahan, misalnya yang baru menjalanai pembedahan atau yang menderita luka besar.Penggolongan. Dapat dibedakan dua kelompok trombotika, yaitua.fibrinosylin(plasmin) adalah enzim protease (fibrinoitis). Yang langsung merombak jaringan-fibrin dan trombus dan protein plasma lainnya, seperti fibrinogen, faktor beku 5 dan 8

penggunaanya secara dermal untuk melarutkan jaringan mati di borok, seperti pada ulcus cruris dan dec ubitus, sudah diganti dengan colla-genase yang lebih efektif.b. zat-zat aktivator plasminogen streptokinase, altepalase, urokinase dan reteplase(rapilysin). Obat – obat ini bekerja taklangsung dengan jalan menstimulir pengubahan plasminogen menjadi plasmin.ZAT- ZAT TERDENDIRI3a.Steptokinase: Kabikinase, sreptanase Stertokinase adalah protein yang dibuat dari fitrat kultur stereptolokus B-hemolotichus(1962). Berdaya fibriolitis dengam jalan membentuk kompleks dengan plasminogen yang mengubahnya menjadi plasmin. Digunakan pada gangguan trombo-emboli, misalnya emboli paru dan infark jantung, terutama intrakoroner dan i.v.(infus). Keberatannya dalah risiko perdarahan akibat aktivitas plasminogen berlebihan, sehingga tidak saja gumpalan tirbin dilaurkan, melainkan juga fibrinogin bebas. Efek samping dari kontra-indikasinya sama seperti pada zat- zat di ats.Dosis: ditentukan secara individual, lamnya pengobatan5 hari3b Alteplase: tPA (Tissue Plasminogen Acti-vator)Actylase.

Page 18: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Atlepase adalah enzim serine-protease dari sel endotel pembuluh yang dibentuk dengan teknik rekmbinan-DNA (1987) T hanya 5 menit. Bekernya sebagai fibrinolitikum dengan jalan mengikta pada fibrin dan mengaktivasi plasminogen jaringan. Plasmin yang terbentuk kemudian mendegradasi fibrin dan dngan dmikian melarutkan trombus.Digunkaan pada infark otot jantung akut, sebaiknya dalam wakti 1-3 jam setelah timbulnya gelaja, makssimal setelah 6 jam. Untuk menghindarkan timbulnya trombus baru dianjurkan untuk sesudahnya juga diberikan heparin da atikoagulans, juga pada emboli –baru.Dosis: pada infark jantung akut i.v (infus) permulaan 10 mg dalam 1-2 menit, lalu 50 mg selama jam pertama dan 10 mg dalam 30 menit, sampai maksimal 100 mg dalam 3 jam.

Tenecteplase (mytase, 2000) adalah varian alteplase, yang dibentuk dengan manipulasi genetis. Masa paruhya lebih panjang (k.l 20 menit), spetifitasnya untuk fibrin lebih besar dan lebih besar dan lebih tahan terhadap ppenghambatan activator – plasminogen. Dosinnya : intravena dalam k.l. 10 detik, tergantung berat badan 30 mg / 60 kg sampai 50 mg/ 90 kg 50 mg = 10.000 U tenecteplase3c. Urokinase : ukida, MedicanaeUrokinase adalah enzim yang dihasikan dari biakan jaringan sel ginjal manusia (1962). Plasma t 10-20 menit. Digunkan pada trombose ven dalam dan earteriil, juga pada embili-paru.Dosis: i.v. (infus) permula 250.000 UI dalam larutan NaCL / glukosa selama 15 menit, lalu 100-250.000 UI/jam selama 8-12 jam.

DAFTAR PUSTAKA

1. Brommer EJP et al. Lifestyle, fibrinolysis and lipids. Pham Word & Scl 1997:19:82-88

2. Davie EW et al. The coagulationcascade: initiation maintenance and regulation. Biochenistry 1991;30: 10363-70

3. Cate H ten et al. Developments in antithrombic theraphy : state of tehe art anno 1996. Pharm Word & Sci 1996;19:195-203

Page 19: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

4. Lensing AWA et al. Treatmen of deef venous thrombosi with low moleculer weght heparins arch INTERN med 1995:155:601-7

5. Prins MH. Optimale behandeling met orale anticoagulantia. Ned Tydschr v Geneesk 1996;140:1059-1061.

6. Bemt PMLA van den. Het dilemma van de therapieduur van orale anticoagulantia ( na een tweede opisode van veneuze trombo-embolie). Pharm Wkbl 1997;132:1667-8

7. Vos BG. Aspirine of sintrom? (redact). Ph Wkbl 1995;130:1305.8. Meer van der J. Antitrombitische behandeling. Diphyridamole en / of

acetosal, of cumarine? Pharm Wkbl 1995;130:563-89. DiennerH et al. European Stroke Prevention study 2 Dipyridamole and

acetylsalycilacid in the secondary prevention of stroke. J Neurol sci 1996;143;1-13

10.Waskowsky WM et al. Antitrombotissche therapie naeen myocardinfarct: argumenten voor acetosal emcumarine . NTvG 2005;149:65-70

11.Boersma E et al. Trombolytic treatment inacute myocardial infarktion: reappraisal of the golden hour. Lencet 1996;348:771-5.

12.Meister FI et al. Trombolycid therphy for acute myocardial infarktion. Pharmacotraphy 1998;18(4);686-97

13.Westerman EM et al. Reperfusteplase voor snelle reperfusie? Pharma Sel 1999:15:90-4

14.Wallentin L et a. oral ximelagatran for seconday prophylaxis after myocardial infarktion. Lencet 2003;363:787-97

15.Levi M et al. Nieuwe anticoagulantia. NTvG2003:147:909-1516.Eriksoon BI et al. Fondaparinux compared with enoxaparin for the

prevention of venous trombo- embolism after hip-fracture surgery, NengI J Med 2001;345:1298-304.

17.Es RF et al. Asprin and coumadin after acute coronary syndromes (the ASFECT-2 study):a randomized controlled trial. Lencet 2002;360:109-133

18.Luicjkx GJ en de keyser JHA. Combinatie van acetylsalycilzuur en diphyridamol gusting voor secundaire preventie na een TIA of een herseninfarct. NtaG 2006;150:1812-14

Page 20: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

D I

S U S U

N Oleh:

Raihanil fauza(124301235) Julita wati (124301219)

Page 21: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN

A. UmumKeselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat besar peranannya dalam upaya

meningkatkan produktivitas tenaga kerja terutama mencegah korban manusia dan segala

kerugian sebagai akibat kecelakaan. K3 sangat penting untuk mewujudkan kualitas hidup

masyarakat maju sesuai dengan tuntutan global. Dengan menerapkan prinsip-prinsip K3

secara tepat, masyarakat akan mampu mencegah terjadinya kecelakaan kerja, menghindari

adanya korban juga.

Program K3 di rumah sakit dilaksanakan untuk melindungi pegawai, pasien maupun

masyarakat lainnya dari kemungkinan terjadinya kecelakaan baik di dalam maupun di luar

rumah sakit. Di samping itu, juga untuk menjaga agar peralatan dan bahan yang

dipergunakan selama proses pelayanan kesehatan dapat dipakai dan dimanfaatkan secara

benar, efisien, dan produktif.

B. Maksud dan Tujuan1. Maksud

Memberikan petunjuk kepada pegawai RSU Permata Madina khususnya pegawai

yang rawan terhadap ancaman kesehatan dan keselamatan kerja agar dalam

melaksanakan tugasnya didapat suatu dasar, satu pengertian dan tata cara

pelaksanaan yang memadai

2. Tujuan1. Sebagai pedoman bagi pegawai RSU Permata Madina guna menyikapi,

melaksanakan, dan menindak lanjuti fungsi dari keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Menciptakan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSU Permata Madina.

C. PengertianKeselamatan dan Kesehatan Kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan

peralatan, baik berupa peralatan kesehatan maupun non kesehatan yang dipergunakan oleh

pegawai, penderita maupun pengunjung di rumah sakit.

1

Page 22: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

BAB IIPENGORGANISASIAN K3 RS.

I. STRUKTUR ORGANISASI

2

Page 23: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

II. SUSUNAN KEPANITIAAN

A. Tenaga Staf Panitia K3RS

NAMA JABATAN

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris

Penanggung Jawab Kesehatan Kerja

Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana

Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

B. Tenaga Pendukung Panitia K3RS1. General Manager = 3 orang

2. Kepala Bagian = 7 orang

3. Kepala Ruangan = 10 orang

4. Kepala Instalasi = 4 Orang

3

Page 24: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

III. URAIAN TUGAS

I. Ketua Panitia K3RS

NAMA JABATAN : Ketua Panitia K3RS

TUGAS POKOK : Mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSU Permata Madina

WEWENANG : 1. Menyusun program kerja PK3RS.2. Memberikan usulan kepada Direktur RSU

Permata Madina tentang perbaikan masalah K3.URAIAN TUGAS : 1. Menentukan langkah, kebijakan demi tercapainya

pelaksanaan program Panitia K3 RSU Permata Madina

2. Memimpin semua rapat pleno Panitia K3 RSU Permata Madina atau menunjuk anggota untuk memimpin rapat pleno.

3. Melakukan rapat dan evaluasi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja RSU Permata Madina

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal dokter umum yang memiliki sertifikat K3.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Direktur RSU Permata Madina

II. Wakil Ketua Panitia K3RS

NAMA JABATAN : Wakil Ketua Panitia K3RS

TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam mengawasi pelaksanaan kegiatan K3 di RSU Permata Madina

WEWENANG : Membantu ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3 RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : Menggantikan ketua dalam memimpin semua rapat panitia K3 RSU Permata Madina jika ketua berhalangan hadir.

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal pendidikan S1 dari segala jurusan.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

III. Sekretaris Panitia K3RS

NAMA JABATAN : Sekretaris Panitia K3RS.

TUGAS POKOK : Melakukan pencatatan dan pengumpulan dokumen yang berkaitan dengan K3 di RSU Permata Madina

WEWENANG : Membantu Ketua dalam menyusun program kerja Panitia K3RS.

URAIAN TUGAS : 1. Mencatat notulen rapat rutin.

4

Page 25: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

2. Mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan K3RS.

PERSYARATAN : JABATAN

Pendidikan minimal SLTA dari segala jurusan.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

IV. Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Penanggulangan Kebakaran

TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegaitan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program penanggulangan kebakaran di RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : 1. Melaksanakan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

2. Melakukan identifikasi risiko bahaya kebakaran di lingkungan RSU Permata Madina

3. Melakukan pengecekan sarana dan prasarana yang menunjang pencegahan dan penanggulangan kebakaran.

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal pengalaman di bidang Maintenance selama 1 tahun.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

V. Penanggung Jawab Kewaspadaan Bencana

NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kewapadaan Bencana

TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kewaspadaan bencana.

WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kewaspadaan bencana di RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kewaspadaan bencana.

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal D3 Keperawatan yang bertugas di UGD.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

5

Page 26: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

VI. Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kesehatan Lingkungan Kerja

TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kesehatan lingkungan kerja.

WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan lingkungan kerja di RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kesehatan lingkungan kerja.

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal D3 Keperawatan.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

VII. Penanggung Jawab Kesehatan Kerja

NAMA JABATAN : Penanggung Jawab Kesehatan Kerja.

TUGAS POKOK : Membantu ketua dalam melaksanakan kegiatan K3 di RSU Permata Madina khususnya di bidang kesehatan kerja.

WEWENANG : Bertanggung jawab dalam pelaksanaan program kesehatan kerja di RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : Melaksanakan program kesehatan kerja.

PERSYARATAN : JABATAN

Minimal D3 Keperawatan.

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

VIII. Tenaga Pendukung Panitia K3RS

NAMA JABATAN : Tenaga Pendukung Panitia K3RS.

TUGAS POKOK : Membantu panitia K3RS dalam memobilisasi kegiatan K3 di RSU Permata Madina

WEWENANG : Bertanggung jawab melaksanakan mobilisasi kegiatan K3 di RSU Permata Madina

URAIAN TUGAS : Mobilisasi pegawai dalam penanggulangan bencana di RSU Permata Madina

PERSYARATAN : JABATAN

1. Kepala Bagian2. Kepala Instalasi3. Kepala Ruangan

TANGGUNG : JAWAB

Bertanggung jawab kepada Ketua Panitia K3 RSU Permata Madina

6

Page 27: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

BAB IIIIMPLEMENTASI K3 DI RSU Permata Madina

I. PENANGGULANGAN KEBAKARAN RSU PERMATA MADINAA. Pengertian

Keadaan Darurat: Keadaan darurat disini adalah setiap kejadian yang dapat menimbukan

gangguan terhadap kelancaran operasi / kegiatan di lingkungan lingkungan RSU

Permata Madina yang meliputi kejadian kebakaran, peledakan, kecelakaan, gangguan

tenaga, gangguan keamanan dan bencana alam.

Kebakaran: Adalah suatu peristiwa terbakarnya peralatan, unit kerja atau instalasi

disebabkan api sebagai akibat reaksi kimia (reaksi oksidasi) yang bersifat eksotermis

dan diikuti oleh pengeluaran cahaya, panas, serta dapat menghasilkan nyala api dan bara.

Kebakaran Kecil: Adalah kebakaran yang dapat ditanggulangi oleh karyawan

setempat baik secara perorangan, kelompok maupun bersama-sama dengan Tim

Penanggulangan kebakaran lingkungan RSU Permata Madina dengan menggunakan

alat pemadam api yang tersedia ditempat tersebut.

Kebakaran Besar: Adalah kebakaran yang tidak dapat ditanggulangi oleh karyawan dan

peralatan seperti tersebut diatas (kebakaran kecil), tetapi memerlukan pengerahan

seluruh karyawan yang terlibat dalam organisasi penanggulangan keadaan darurat.

Penanggulangan Kebakaran: Adalah suatu usaha mengatasi kejadian kebakaran,

termasuk melokalisir/mencegah kemungkinan meluasnya kebakaran, mengevakuasi

pasien / karyawan serta usaha penyelamatan jiwa dan harta benda.

Gangguan Tenaga: Adalah suatu gangguan teknis yang dapat menghambat/

mengakibatkan terhentinya penyaluran tenaga seperti listrik, air dan sebagainya yang

dapat menimbulkan bahaya.

Gangguan Keamanan: Adalah suatu kejadian non teknis yang mengganggu keamanan

dan menjurus kepada pengrusakan seperti huru-hara, demonstrasi liar dan sebagainya

yang dapat menimbulkan bahaya.

Bencana Alam: Adalah suatu kejadian yang disebabkan oleh faktor alam seperti gempa

bumi, angin topan, banjir dan sebagainya yang dapat menimbulkan bahaya.

Lantai Rawat: Adalah lantai / ruangan yang dipergunakan sebagai tempat pasien rawat

tinggal.

Lantai Non Rawat: Adalah lantai / ruangan yang tidak dipergunakan untuk rawat inap.

Lantai Z: Adalah lantai tempat terjadinya kebakaran

7

Page 28: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Daerah Rawan Bakar Tinggi: Adalah unit kerja yang memenuhi kriteria rawan terhadap

terjadinya risiko kebakaran, baik karena penyalaan sendiri maupun akibat kelalaian

petugas.

B. Prosedur Penanggulangan

Langkah-langkah:

1. Kebakaran Kecil.

Apabila terjadi kebakaran di area gedung, petugas yang pertama kali menemukan

kebakaran segera memadamkan api dengan alat pemadam api yang tersedia atau

dengan karung/kain basah yang ada sambil meminta pertolongan ke petugas yang ada.

Bila usaha pemadaman dini tidak bisa dilakukan, segera hubungi petugas jaga/piket

(jaga ksatrian). Setelah mendapat laporan berlaku prosedur pemadaman kebakaran

tingkat II / sedang.

2. Kebakaran Besar.

2.1 Pengawas Bagian Keamanan.

2.1.1. Tim Pemadam.

- Mengetahui apakah api bisa dipadamkan dengan tabung APAR atau

Hydrant.

- Mengetahui dengan pasti letak alat pemadam kebakaran.

- Mengambil alih dan membawa alat pemadam kebakaran ketempat kejadian.

- Berusaha memadamkan api dengan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

dan Hydrant, Hydrant dipergunakan setelah listrik dipadamkan.

- Melokalisir area kebakaran dengan manyingkirkan barang-barang yang

mudah terbakar, menutup jendela-jendela dan pintu agar api tidak menjalar

ke area lain.

- Cegah / melarang orang-orang yang bukan petugas Keselamatan

Kebakaran mendekati lokasi api hanya untuk menyelamatkan barang-

barangnya.

- Bila tidak mampu menguasai api, keluar dari lokasi api dengan cepat,

segera menghubungi Pos Jaga / Piket.

- Melaporkan tindakan dan hasilnya kepada Kepala Jaga.

2.1.2. Tim Evakuasi.

- Memerintahkan semua karyawan agar segera keluar gedung dengan tertib.

8

Page 29: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

- Memimpin pelaksanaan Evakuasi.

- Usahakan orang-orang keluar dengan cepat (jalan lari).

- Perintahkan wanita-wanita untuk melepas sepatu hak tingginya.

- Pimpin evakuasi dan berkumpul dilokasi masing-masing yang telah

ditentukan.

- Segera dievaluasi jumlah mereka, bersama-sama dengan Kepala pelaksana

Keselamatan Kebakaran Lantai.

- Jaga ketat jangan sampai ada yang berusaha masuk ke gedung atau

meninggalkan kelompok, sebelum ada instruksi lebih lanjut.

2.1.3. Tim Penyelamat:

- Sebelum pelaksanaan evakuasi orang-orang cacat, wanita-wanita hamil,

orang-orang berpenyakit langsung segera dibantu untuk keluar gedung.

- Jika terjadi pakaian seseorang terbakar maka “Fire Blanket” harus

diselimutkan pada nyala api tersebut dan memerintahkan orang tersebut

untuk berguling-guling dalam blanket diatas lantai agar api cepat padam.

- Jika P3K gagal, segera hubungi Rumah Sakit terdekat /ambulance/dokter.

- Menghitung jumlah karyawan dan melaporkan kepada kepala Pelaksana

Keselamatan Kebakaran.

2.1.4. Tim Pengaman:

- Mengamankan area kebakaran agar jangan dimasuki orang-orang yang

tidak bertanggung jawab.

- Mengamankan lokasi penampungan korban.

- Mengamankan lokasi penempatan penyelamatan dokumen.

- dan barang berharga, brangkas, dan lain-lain.

- Menangkap orang yang mencurigakan, dibawa ke pos jaga/piket

diinterview kemudian diserahkan ke Polisi.

- Mengatur kelancaran ambulance dan mobil unit kebakaran yang datang

memberi pertolongan.

2.1.5. Petugas Pintu Depan:

- Menutup pintu masuk dan melarang kendaraan masuk

- Menuntun/menyediakan jalur untuk unit mobil Pemadam Kebakaran dan

Aparat Keamanan.

9

Page 30: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

- Melarang orang-orang yang tidak berkentingan memasuki area dan

mengeluarkan kendaraan yang akan keluar.

- Memberitahu petugas Dinas Pemadam Kebakaran tentang lokasi terjadinya

kebakaran dan jalan yang terdekat menuju lokasi tersebut.

10

Page 31: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

II. KEWAPADAAN BENCANA DI RSU PERMATA MADINAA. PENGERTIAN

Bencana adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia yang

mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan

lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum, serta menimbulkan gangguan

terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional

yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus. Guna untuk kepentingan

kelancaran penanganan dan kesamaan istilah dengan Badan Koordinasi Nasional

Penanggulangan Bencana, maka korban bencana dikelompokkan dalam :

Bencana Tk. I : Korban diatas 300 0rang

Bencana Tk. II : Korban 100 – 200 orang

Bencana Tk. III : Korban 50 – 99 orang

Bencana Tk. IV: Korban 30 – 40 orang.

B. TATA CARA KERJA PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN)Untuk menjalin kerja sama yang baik sehingga berdaya guna dan berhasil guna maka

diaturlah tata kerja (Disaster Plan) sebagai berikut :

1. Tempat masuknya informasiTempat informasi pertama tentang terjadinya bencana sudah disiapkan sarana

komunikasi berupa pesawat telepon langsung masuk UGD dari luar dengan nomor

(0264 219168). Penerima berita pertama lewat operator adalah dokter Triase yang

bertugas, dan harus mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menginformasikan dan mencatat laporan tersebut sejelas mungkin

mengenai:

1) Kapan.

2) Dimana.

3) Perkiraan jumlah korban.

4) Macam bencana (gunung berapi, tanah longsor, banjir, kebakaran,

kecelakaan lalu lintas dll).

5) Situasi terkini.

6) Mencatat identitas pelapor.

7) dll yang dapat memperjelas situasi.

b. Melaporkan langsung kepada Kepala UGD dan menantikan instruksi

lebih lanjut.

c. Menghubungi semua anggota Tim Penanggurulangan Bencana RSU

Permata Madina

11

Page 32: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

d. Mempersiapkan peralatan dan obat-obatan yang mungkin diperlukan

dalam rangka evaluasi dan penanganan bencana di lapangan.

2. Mobilisasi tenaga dan saranaPemanfaatan secara maksimal semua tenaga, sarana dan prasarana yang ada di

Instalasi Gawat Darurat untuk penanggulangan bencana supaya mendapatkan

hasil yang optimal.

a. Dokter yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dan paling senior

harus bertindak sebagai ”Triage Offiser” dengan tugas-tugas :

1) Melaporkan secara vertikal kepada Kepala Unit Gawat Darurat dan

juga Direktur Rumah Sakit tentang terjadinya bencana.

2) Mengkoordinasikan semua tenaga yang sedang bertugas di UGD

untuk penanggulangan bencana.

3) Memanfaatkan semua sarana dan prasarana yang ada di UGD

secara optimal.

4) Memobilisasi semua tenaga yang ada di UGD, jika dirasakan

tenaga yang sedang bertugas kurang memadai.

5) Meminta dan merencanakan semua sarana dan prasarana yang

diperlukan dalam penanggulangan bencana.

6) Semua tugas harus segera dikerjakan sampai ada pengambil

alihan tugas oleh yang lebih berwenang. (Tim Penanggulangan

Bencana Rumah Sakit).

b. Petugas paramedis berkewajiban membantu pelaksanaan penanganan

pasien bencana, dengan mempersiapkan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan seperti :

1) Mempersiapkan peralatan medis bencana yang telah tersedia

sehingga dapat dipergunakan sewaktu-waktu dengan cepat.

2) Mempersiapkan tempat dan ruangan untuk pasien bencana.

c. Petugas Instalasi Farmasi mempersiapkan dan merencakanan obat –

obatan yang dibutuhkan dengan :

1) Mempersiapkan obat-obatan yang telah tersedia untuk

penanggulangan bencana sehingga siap digunakan.

2) Merencanakan dan meminta obat-obatan tambahan sehingga siap

digunakan.

12

Page 33: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3) Selalu berhubungan dengan Triage Offiser untuk mengetahui

perkembangan yang baru dan lebih lanjut.

d. Petugas lain yang ada di UGD

Berkewajiban membantu pelaksanaan penanggulangan bencana sesuai

dengan bidang masing-masing seperti :

1) Pekarya, petugas urusan rumah tangga membantu mempersiapkan

peralatan nonmedis yang diperlukan.

2) Petugas gizi mempersiapkan konsumsi petugas dan pasien.

3) Petugas Rekam Medik mempersiapkan dan melakukan pencatatan

clan pendataan pasien.

3. Sistem Koordinasi dan Penanggulangan Bencana di dalam dan di luar Rumah SakitDalam tugas penanggulangn bencana UGD mengadakan koordinasi dengan

dibentuknya Tim Penanggulangan Bencana yang dipimpin oleh Kepala UGD.

Sedang anggotanya terdiri atas unit terkait yaitu Dokter, Perawat UGD dan

Security.

Dalam hal bencana besar yang melibatkan banyak korban maka lewat Direktur

Rumah Sakit diadakan Koordinasi dengan Rumah Sakit lain dengan sistem rujukan

antar Rumah Sakit.

4. Sistem Informasi keluar Rumah SakitInformasi adalah keterangan yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan

dan data-data yang ada. Informasi harus diberikan dengan suatu sistem yang baku

yaitu satu pintu, sehingga penyampaian informasi dilakukan hanya untuk orang

yang berkepentingan dan menghindari kebocoran kepada orang yang tak

berwenang.

5. Cadangan Logistik MedikDalam hal persediaan rumah sakit tidak mencukupi, maka atas wewenang Instalasi

farmasi atau Apotik yang telah diberikan Kepala Rumah Sakit, akan mencari

sumber cadangan yang ditunjuk Direktur Rumah Sakit untuk mencukupi kebutuhan

tersebut.

6. Alternatif cara pelayananBila terjadi gangguan/kerusakan bangunan Rumah Sakit setempat akibat bencana

baik bencana alam maupun bencana ulah manusia (kebakaran gedung rumah sakit

dsb), maka dibawah koordinator Direktur RS. ........, akan ditentukan alternatif cara

pelayanan dengan koordinasi dinas terkait untuk mencari penampungan

sementara.

13

Page 34: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

III. PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RSU PERMATA MADINA

A. PENGERTIANBahan berbahaya dan beracun adalah bahan atau zat yang mempunyai karakteristik

mudah terbakar, mudah meledak, beracun bersifat reaktif koroksif atau menyebabkan

infeksi.

Bahan Mudah Terbakar : Bahan yang apabila berdekatan dengan api, percikan api,

gesekan atau sumber nyala lain akan, mudah menyala / terbakar dan apabila telah nya

akan terus terbakar dalam waktu lama.

Bahan Mudah Meledak : Bahan yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas

dengan suhu dan tekanan yang tinggi yang dengan cepat merusak lingkungan sekitar

Bahan Bersifat Reaktif : Bahan yang mudah menyebabkan kebakaran atau ledakan

karena sifat kimia yang tidak stabil pada suhu tinggi karena mengalami oksidasi.

Bahan Korosif : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan

baja.

Bahan Infeksious : Bahan yang berbahaya bagi lingkungan karena mengandung

kuman penyakit yang dapat menular.

Bahan Beracun : Adalah bahan yang mengandung racun berbahaya bagi manusia dan

lingkungan karena dapat menyebabkan kematian atau sakit serius

Bahan Iritan : Adalah bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit dan

selaput lendir

Material Safety Sheet ( MSDS ) : Lembar data pengaman Bahan adalah lembar

petunjuk yang berisi informasi tentang sifat fisik, kimia dari bahan berbahaya dan

beracun, cara pengamanan dan tindakkan khusus yang dapat dilakukan dalam keadaan

darurat apabila terpapar bahan berbahaya dan beracun.

B. KETENTUAN 1. Pemesanan

a. Pemesanan Bahan berbahaya dan beracun dapat dilakukan apabila disertai

permintaan tertulis yang ditandatangani oleh kepala bagian logistik farmasi

b. Pemesanan bahan berbahaya dan beracun menggunakan nota pemesanan

yang terpisah dengan bahan yang tidak termasuk bahan berbahaya dan

beracun

c. Pemesanan harus disertai dengan notifikasi bahwa bahan yang dipesan

merupakan B3

d. Pemesanan dilakukan melalui Distributor resmi yang terdaftar pada balai POM

atau Departemen perindustrian dan perdagangan

14

Page 35: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

e. Setiap pemesanan harus mencantumkan dengan jelas nama bahan, nama

dagang, nama kimia, jumlah yang dipesan nama dan alamat distributor.

f. Setiap pemesanan harus mencantumkan pernyatan bahwa pihak distributor

akan melampirkan MSDS pada saat penyerahan B3

g. Tidak diperkenankan memesan B3 yang terlarang berdasarkan peraturan

pemerintah RI No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan

beracun

h. Pemesanan B3 yang termasuk golongan bahan dengan penggunaan terbatas

sesuai dengan peraturan pemerintah RI No. 74 Tahun 2001 tentang pengelolan

bahan berbahaya dan beracun harus mendapat persetujuan PK3RS dengan

masa berlaku 1 tahun

2. Penyerahan Barang

a. Pada saat penyerahan B3, nota penyerahan harus mencantumkan dengan jelas

nama, bahan, nama dagang, nama kimia jumlah bahan nama distributor, dan

nama pengimpor / produsen.

b. Setiap B3 yang diserahkan harus disertai dengan lembar data pengaman bahan

( material Safety data sheet ) yang berisi merek dagang, rumus kimia jenis B3,

klasifikasi, teknik penyimpanan, dan tatacara penanganan bila kecelakaan

c. Pada saat diserahkan, B3 harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1) Diserahkan dalam bentuk kemasan yang kompak

2) Wadah kemasan tidak bocor

3) Tidak berkarat

4) Tidak rusak

5) Disertai dengan penandaan nama dangan, nama bahan, berat yang sesuai

dengan yang tertera pada nota penyerahan bahan

d. Setiap B3 yang diserahkan harus telah memiliki tanda peringatan sesuai dengan

jenis dan bahayanya. Simbol bahaya dan petunjuk P3K yang mudah dilihat,

dibaca, dimengerti dan tidak luntur

e. Bahan berbahaya dan beracun tidak dapat diterima apabila :

1) Dokumen tidak lengkap

2) Sudah kadaluarsa

3) Label yang tertera pada bahan dan dokumen tidak cocok

f. Penyerahan B3 harus dilakukan secara langsung kepala petugas bagian logistik

sedangkan bahan langsung ditempatkan pada ruang Penyimpanan B3

15

Page 36: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3. Penanganan Bahan Kimia

a. Penandaan

1) Setiap bahan berbahaya dan beracun harus diberikan penandaan agar

dapat dikenali oleh setiap orang

2) Penandaan meliput nama bahan, nama kimia dan simbol bahan

berbahayaan beracun ( B3 )

3) Penandaan harus diberikan pada setiap kemasan luar/ pembungkus bahan,

dengan tulisan dan simbol yangs jelas, mudah terbaca, tidak mudah

terlepas dan bertahan lama

4) Simbol yang dipergunakan untuk penandaan bahan B3 mengacu pada

ketentuan yang berlaku yaitu sebagai berikut

BAHAN IRITASI BAHAN TOKSIK

BAHAN KOROSIF BAHAN MUDAH MELEDAK

BAHAN OKSIDATOR BAHAN MUDAH TERBAKAR

16

Page 37: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Tata Cara pengunaan Bahan Berbahaya dan Beracun

1) Dalam menangani bahan kimia berbahaya dan beracun setiap karyawan

harus menghindari terjadinya inhalasi bahan, penyerapkan melalui kulit,

tertelan melalui mulut, atau kontak langsung dengan peralatan/ bahan yang

terkantaminasi.

2) Pengambilan bahan kimia cair dengan mempergunakan pipet yang disedot

dengan mulut tidak diperkenankan karena dapat menyebabkan tertelanya

bahan kimia tersebut.

3) Dalam menuangkan bahan kimia cair, tidak boleh dilakukan dengan terburu-

buru yang sampai mengotori label

4) Sebelum menuangkan bahan kimia, pekerja harus membaca dengan teliti

label kimia. Apabila label sudah tidak jelas atau tidak ada maka tidak

diperkenankan mengambil bahan kimia dari kontener

5) Apabila menuang bahan kimia cair dari kontener yang besar kedalam gelas

ukur yang kecil maka gelas ukur harus ditahan agar cairan tidak tumpah

6) Setiap pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya dan beracun harus

mempergunakan sarung tangan gown. Sepatu tertutup dan celana pendek,

baju lengan diperkenankan dan sepatu yang terbuka apabila bekerja

dengan bahan kimia yang berbahaya dan beracun

7) Makan, minum atau merokok tidak diperkenankan apabila sedang bekerja

dengan bahan kimia bebahaya dan beracun

8) Tidak diperkenankan mengembalikan bahan kimia yang berlebih setelah

ditungkan kedalam wadah semula karena hal ini akan dapat menimbulkan

suatu reaksi kimia yang berbahaya. Harus diupayakan pengambilan bahan

secara tepat tanpa berlebihan

9) Apabila sedang mengerjakan pencampuran bahan kimia, tidak

diperkenankan meninggalkan tempat sehingga proses pencampuran/reaksi

tidak diawasi

10) Tidak diperkenankan mencicipi/meras bahan kimia jenis apapun. Apabila

harus mencium bahan kimia maka lakukan sehingga hanya sebagai kecil

uap yang masuk kehidung

11) Tidak diperkenankan menyimpan mantel, baju lais, atau buku dalam ruang

berisi bahan kimia karena bisa terkontaminasi oleh bahan kimia

b. Tatacara Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun

17

Page 38: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

1) Untuk menghindari terjadinya kecelakaan akibat bahan kimia berbahaya

maka bahan kimia berbahaya dan beracun harus disimpan. Dipergunakan

dan dibuang dengan cara yang sesuai tertentu

2) Setiap bagian dan setiap personal di rumah sakit harus melakukan secara

benar seluruh ketentuan penyimpanan, penggunaan pembuangan bahan

kimia berbahaya dan beracun

3) Setiap bagian yang menyimpan bahan kimia berbahaya dan beracun dalam

jumlah besar dan jenis bahan kimia yang banyak, harus mempunyai

ruangan penyimpanan khusus

4) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diberikan label yang

benar agar tidak terjadi pencampuran bahan yang tidak sesuai

5) Semua bahan kimia berbahaya dan beracun harus diperiksa secara teratur

untuk mendeteksi kebocoran atau kerusakan wadah

6) Bahan kimia yang menjadi basah akibat kelembaban yang tinggi harus

dikeringkan sebelum dipergunakan

7) Sampah yang berasal dari bahan kimia harus dibuang pada kontener yang

telah disiapkan khusus untuk bahan tersebut, tidak boleh dibuang pada

sampah untuk bahan kimia lain.

8) Tidak diperkenankan mempergunakan lampu spirtus dalam ruang berisi

bahan kimia apabila tidak diinstruksikan

9) Setiap wadah dari gelas harus diperiksa apakah ada keretakan atau tidak

karena akan menyebabkan cedera serius apabila terjadi kebocoran bahan

kimia.

10) Untuk menghindari terjadinya peledakan bahan kimia maka setiap bahan

kimia dengan konsentrasi yang tinggi harus disimpan dalam rungan suhu

yang lebih rendah dari titik nyala bahan kimia tersebut

11) Setiap bahan kimia yang mudah meledak atau terbakar harus diidentifikasi

titik nyala dari bahan tersebut

12) Setiap karyawan harus memperhatikan bahwa beberapa bahan kimia padat

tidak boleh terkena air, terkena pemanasan. Terjadi gesekan atau terkena

cahaya/sinar matahari karena akan mudah terbakar.

13) Setiap karyawan harus mengetahui dari alat pemadam. Api ringan ( APAR),

tempat pembilasan, dan mengetahui cara mempergunakan peralatan

tersebut

18

Page 39: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

14) Setelah kejadian pemaparan, kecelakan peledakan atau adanya tumpuhan

bahan, karyawan harus segera memberitahukan kepala bagiannya atau

atasan langsung

c. Penganganan Bahan Gas

1) Penggunalan Gas yang tidak benar dapat menimbulkan peledakan,

kebakam, keracunan intoksidasi akibat inhalasi gas tau dapat mencederai

kulit. Karena di rumah sakit terdapat banyak jenis gas yang berbahaya

dengan efek yang bermacam-macam maka dibuat beberapa ketentuan

umum yang berlaku untuk semua tindakan yang mempergunakan gas.

2) Pemakaian lampu spiritus ( Bunsen ) pada daerah yang mengndung gas

harus dilakukan dengan sangat hati – hati dan hanya dapat dilakukan

apabila tidak terdapat kebocoran gas. Lampu spiritus harus segeraa

dimatikan apabila tidak dipegunakan. Apabila sedang ada nyata api maka

tidak diperkenankan menggunakan oksigen

3) Merokok dilarang diseluruh bagian, seluruh tempat tindakan di rumah sakit

apabila ditempatkan gas dan penganan yang mempergunakan gas

4) Penyimpanan gas apabila memungkinkan tempat yang berjauhan dengan

pusat kegiatan pelayanan dan dilindungi dari pemaparan suhu tinggi

5) Seluruh tabung gas harus diberi label yang jelas. Tabung yang tidak

berlabel tidak boleh dipergunakan karena sangat membahayakan.

6) Seluruh staf harus mengetahui tatacara mengidentifikasi gas berdasarkan

kode warna yang disepakati

7) Pengangkutan tabung gas dan pengisian gas harus mempergunakan troli

yang menahan tang gas tidak jatuh

8) Dalam menuang gas bentuk cair maka tidak boleh terjadi tumpahan gas

pada pakaian dan lantai

9) Setiap pekerjaan harus mempergunakan pakaian pelindungan masker,

sarung tangan dan baju lengan panjang.

d. Penyimpanan Bahan Berbahaya Dan Beracun

1) Persyaratan Umum Ruang Penyimpanan

a) Ruangan penyimpanan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Kedap air, tidak bocor, ada ventillasi untuk mencegah akumulasi

gas, lubang angin harus dilengkapi dengan kasa penutup agas

burung dan binatang tidak masuk dan dilengkapi penerangan yang

mencukupi

19

Page 40: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Instansi penerangan harus tidak menimbulkan ledakan, dengan

memsang lampu penerangan minimal 1 meter diatas kemasan dan

semua saklar untuk ruang bahan mudah tebakar tepasang dari sisi

luar

Tersedia sarana pencucian yang dekat lokasi dan memada

misalnya wastafel untuk terpapar bahan berbahaya dan beracun

Tesedia sistim pemadam kesadaran dan deteksi kebakaran yang

sesuai dengan luas ruang dan jenis bahan yang disimpan

Tersedia pembangkit listrik cadanngan yang berfungsi secara

otomatik apabila terjadi gangguan aliran listrik

Tersedia fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan dalam

jumlah dan jenis yang memadai

Peralatan komunikasi dalam ruang penyimpanan harus tersedia

agar memudahkan komunikasi dengan bagian lain.

Setiap ruang penyimpanan harus mempunyai pompa penyedot

tumpahan B3 yang juga berfungsi menyedot tumpahan cair

Tersedia pengontrol suhu dan kelembaban disetiap ruang

penyimpanan bahan berbahaya dan beracun

Ruangan penyimpanan tidak boleh terkena cahaya matahari secara

langsung karena dapat menyebabkan terjadi reaksi kimia pda

bahan kimia yang tidak stabil

Ruangan penyimpanan bahan berbahaya dan beracun dinyatakan

sebagai “restrieted area” sehingga setiap orang yang tidak

berkepentingan tidak diperkenan masuk

Semua sistim pengamanan ruangan penyimpanan bahan kimia

harus diperiksa sekurang kurangnya setiap bulan

Setiap hasil pemeriksaan harus didokumentasikan dilaporkan ke

PK3RS

b) Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus mengikuti ketentuan

sebagai berikut ;

Dilakukan dengan sistem blok, terdiri dari 2 x 2 kemasan sehingga

dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhdap setiap kemasan

Jarak antar blok minimum 60 cm agar masih tersisa runagn untuk

melakukan pengawasan rutin

20

Page 41: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Maksimal tumpukan 3 lapis, apabila lebih maka harus dengan

memakai rak, kecuali untuk bahan kimia yang disimpan dalam

wadah botol tidak diperkenankan untuk disimpan bersusun

Jarak kemasan tertular tidak boleh kurang 1 meter dari atap

Kemasan B3 yang tidak saling cocok harus disimpan terpisah, tidak

dalam 1 blok untuk menghindari terjadinya reaksi kimia yang

membahayakan

Penempatan kemasan harus dengan syarat tidak ada kemungkinan

tumpah ke kemasan lain.

4. Persyaratan Berdasarkan Jenis B3

4.1 Bahan Beracun

Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

Jauhkan dari bahan lain yang dapat beraksi

Tersedia alat perlindungan diri

4.2 Bahan Korosif

Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

Bahan disimpan dalam wadah tertutup berlabel

Tersedia alat pelindung diri

4.3 Bahan Mudah Terbakar

Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas

Hindari terjadinya loncatan api listrik atau bara rokok

Tersedia alat pemadam kebakaran

Penyimpanan harus dijauhkan dari bahan kimia oksidator

Tesedia alat pelindung diri

4.4 Bahan Mudah Meledak

Ruangan penyimpanan harus dingin dan berventilasi

Ruangan / bahan harus jauh dari sumber aoi / panas

Tersedia alat pemadam kebakaran

Tempat penyimpanan tidak menimbulkan gesekan atau benturan mekanis

Tesedia alat pelindung diri

4.5 Bahan Oksidator

Rungan penyimpanan harus dingin, kering dan berventilasi

Ruangan / bahan harus jauh dari sumber api / panas

Ruangan harus kedap air

21

Page 42: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Tersedia alat pemadam kebakaran

Tersedia alat pelindung diri

C. PROSEDUR PENANGGULANGAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN1. AIR RAKSA

a. Nama Kimia : Hg

b. Nama Lain : Mercury

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui, inhalasi, tertelan. Absorbsi kulit, atau kontak dengan

mata.

d. Gejala Keracunan :

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi Kulit

3) Inhalasi : Batuk, sakit dada, sesak napas, bronkhitis, pnuemonitis,

edema paru, ataxia. Tremor, sakit kepala, nausea, vomiting, insomnia,

gelisah, stomatitis, hypersalivasi, gangguan parut, anoreksia,

proteinuria, hematemesis, ARF, shock, cardiac areest

e. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan mengunakan air mengalir

selama 15 menit

2) Segera melakukan pembilasan dengan air

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan

4) Bila tertelan segera lakukan lavase lambung

5) Dapat diberikan antidotum yaitu Dimercaprol

6) Bila perlu dilakukan hemodialisis

f. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/ kulit

2) Pebelian cepat pada kamar bilas atau kamar mandi

2. ALKOHOL

a. Nama Kimia : Ethyl Alkohol

b. Nama Lain : Alkohol Ethanol

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi tertelan atau kontak denga kulit / mata

d. Gejala Keracunan

22

Page 43: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi Kulit

3) Inhalasi : Sakit kepala, lemas, batuk – batuk, pusing, tidak

sadar, kerusakan hati, anmia

e. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air

3) Berikan oksigen / bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernafasan

4) Bila tertelan, segera lakukan lavase lambung, berikan charcoal untuk

menyerap sisa bahan yang masih berada dalam lambung

f. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit

2) Pakai baju pelindung

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/ kulit

2) Pakai masker bila kansentrasi > 2000ppm

3. BARIUM SULFAT

a. Nama Kimia : BaSO4

b. Nama Lain : Barium Sulfate

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi mellaui inhalasi, tertelan atau kontak dengan

mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit, terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi saluran napas, spasme otot, nadi lambat,

ekstrasistol, hypokalemia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran pernapasan, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera lakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir selama

15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun dan air.

23

Page 44: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan bila ada gangguan pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata/kulit.

4. CIDEX

a. Nama Kimia : Glutaraldehyde (OCH(CH2)3CHO)

b. Nama Lain : Cidex

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak

dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit, dermatitis, sensitisasi kulit.

3) Inhalasi : Mual, muntah, batuk, asma.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

24

Page 45: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

5. ELPIJI

a. Nama Kimia : C3H8/C3H6/C4H10/C4H8

b. Nama Lain : LPG (Liquified Petroleum Gas, Liquified Hidrocarbon Gas)

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata, frostbite.

2) Kulit : Frostbite.

3) Inhalasi : Pusing, kesadaran menurun, asfiksia.

e. Target Organ

Saluran napas, CNS.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

6. FENOL

a. Nama Kimia : C6H5OH

b. Nama Lain : Phenol, Carbolic Acid, Hydroxy Benzene, Phenyl Alcohol.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak

dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit, Dermatitis, kulit terbakar.

25

Page 46: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3) Inhalasi : Iritasi hidung/tenggorokan, anoreksia, kelemahan, nyeri otot,

urin warna gelap, sianosis, kerusakan ginjal dan hati, tremor,

konvulsi, twiching.

26

Page 47: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, hati, ginjal.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

7. FORMALIN

a. Nama Kimia : HCHO

b. Nama Lain : Formaldehyda, Methanal, Methyl Aldehida, Methylene Oxide.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata, hiperlakrimasi.

2) Kulit : Iritasi kulit.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, batuk, wheezing, sesak napas,

Bronkhitis, Pneumonitis, dan edema paru.

e. Target Organ

Mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata/kulit.

8. FREON

a. Nama Kimia : CCl4

b. Nama Lain : Karbon klorida, Halon, Tetraklorometana.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit atau kontak

dengan mata/kulit.

27

Page 48: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit.

3) Inhalasi : Mual, muntah, pusing, gangguan koordinasi, depresi saraf

pusat, gangguan hati, dan ginjal.

e. Target Organ

1) Mata, kulit, paru-paru, saraf perifer, hati, ginjal.

2) Menyebabkan kanker hati (pada binatang).

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada ruang bilas atau kamar mandi.

9. HIDROGEN PEROKSIDA

a. Nama Kimia : H2O2

b. Nama Lain : Peroxide, Hydrogen Diooxyde.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan

mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik : Rambut menjadi putih.

e. Target Organ

Kulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

28

Page 49: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

10. KARBON DIOKSIDA

a. Nama Kimia : CO2

b. Nama Lain : Gas CO2, Dry Ice.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan

mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Penglihatan kabur, iritasi mata, myosis.

2) Kulit : Melepuh, luka bakar (frosbite).

3) Inhalasi : Sakit kepala, berkeringat, hypersalivasi, asfiksia, kram perut,

diare, mual, muntah, lemas, twiching otot, inkoordinasi,

kejang.

e. Target Organ

Saraf pusat, saraf perifer, cholinesterase darah.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit

2) Pakai pelindung badan.

11. KLORIN

a. Nama Kimia : Cl2

b. Nama Lain : Chlorine, Sodium Hypochloride, Precept, Bleaching Agent.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

29

Page 50: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

1) Mata : Rasa perih, panas, terbakar.

2) Kulit : Dermatitis, frostbite.

3) Inhalasi : Hipersalivasi, mual, muntah, rinorea, batuk, kesedakan, nyeri

substernal, sakit kepala, pusing, sinkope, edema paru,

pneumonia, hipoksemia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

30

Page 51: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun bila belum ada

frostbite.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

4) Kortikosteroid, antibiotika.

g. Pencegahan Pemaparan

Hindari kontak dengan mata/kulit

12. LAS KARBID

a. Nama Kimia : CH2

b. Nama Lain : Acetylene, Ethirine (Gas yang dipakai untuk las).

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontrak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Luka beku (frostbite)

2) Kulit : Frostbite

3) Inhalasi : Sakit kepala, pusing, asfiksia.

e. Target Organ

Saluran napas, saraf pusat.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit. Bila terjadi frostbite, jangan dibilas dengan air.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun, bila belum ada

frostbite.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker.

13. METHANOL

a. Nama Kimia : CH3OH

b. Nama Lain : Methyl alkohol, Carbinol, Spiritus, Wood alkohol, thiner.

31

Page 52: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak

dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi, gangguan penglihatan, kerusakan saraf mata.

2) Kulit : Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi : Iritasi saluran napas/hidung, sakit kepala, pusing, mual,

muntah, gangguan kesadaran.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, CNS, GIT.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

4) Lakukan lavese lambung, dapat diberikan Charcoal.

5) Dapat diberikan antidotom yaitu Ethanol atau Fomeprazole.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 2000 ppm.

14. NATRIUM HIDROKSIDA

a. Nama Kimia : NaOH

b. Nama Lain : Caustic Soda, Lye, Sodium Hydrate

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan, absorbsi kulit, kontak dengan

kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata.

2) Kulit : Iritasi kulit, kulit terbakar.

3) Inhalasi : Iritasi mukosa saluran napas, pneumonitis, kerontokan rambut

temporer.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas.

f. Pertolongan Pertama

32

Page 53: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan air.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 10 mg/m3

15. NITROGEN DIOKSIDA

a. Nama Kimia : N2O

b. Nama Lain : Nitrogen peroksida, Dinitrogen tetraoksida-gas anestesi

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan

kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata, penglihatan kabur, frostbite.

2) Kulit : Iritasi kulit, melepuh, frostbite.

3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, anastesi, batuk, frothy sputum,

penurunan fungsi paru, bronkitis, sesak napas, edema paru,

sianosis, takipnea, takikardia.

e. Target Organ

Mata, saluran napas, kardiovaskular.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila konsentrasi lebih besar 20 ppm.

16. NITROGLISERIN

a. Nama Kimia : CH2NO3CHNO3CH2NO3

33

Page 54: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

b. Nama Lain : Glyceryl, Trinitrate, Trynitroglyceryne

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, absorbsi kulit, tertelan atau kontak

dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata

2) Kulit : Iritasi kulit

3) Inhalasi: Sakit kepala, pusing, mual, muntah, nyeri perut, hipotensi,

flushing, Palpitasi, methemoglobinemia, delirium, depresi

saraf pusat.

e. Target Organ

Kardiovaskuler, darah, kulit, saraf pusat

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pemaparan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan dalam ruang bilas atau kamar mandi.

3) Pakai masker.

17. TIMBAL

a. Nama Kimia : Pb

b. Nama Lain : Lead, Plumbum

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui tertelan atau kontak dengan kulit/mata.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata

2) Tertelan: Lemah, pucat, insomnia, anoreksia, berat badan menurun,

konstipasi, nyeri abdomen, anemia, tremor, paralisis,

encephalopati, gangguan ginjal, hipotensi.

e. Target Organ

Mata, saraf pusat, ginjal, saluran pernapasan, darah.

f. Pertolongan Pertama

34

Page 55: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

4) Lakukan irigasi lambung.

5) Berikan antidotum EDTA atau Dimercaptosuccinic acid

6) Dapat diberikan Carchoal.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker.

18. XYLENE

a. Nama Kimia : C6H4(CH3)2.

b. Nama Lain : Orthoxylene-O-Xylol.

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi atau kontak dengan mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi, vakuolisasi cornea.

2) Kulit : Iritasi, dermatitis.

3) Inhalasi: Iritasi hidung/tenggorokan, pusing, eksitasi, gangguan

koordinasi, nausea, vomiting, jalan limbung, abdominal pain,

anoreksia.

e. Target Organ

Mata, kulit, saluran napas, saraf pusat, saluran cerna, darah.

f. Pertolongan Pertama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Pakai masker bila > 1900 ppm.

19. WASH BENSIN

a. Nama Kimia : -

35

Page 56: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

b. Nama Lain : -

c. Pemaparan

Pemaparan dapat terjadi melalui inhalasi, tertelan atau kontak dengan

mata/kulit.

d. Gejala Keracunan

1) Mata : Iritasi mata, ulkus cornea.

2) Kulit : Iritasi kulit, vesikel, eritema.

3) Inhalasi : Iritasi hidung, tenggorokan, pneumonia, edema paru.

4) Sistemik: Rambut menjadi putih.

e. Target Organ

Kulit, mata, saluran napas.

f. Pertolongan Pert0ama

1) Segera melakukan irigasi mata dengan menggunakan air mengalir

selama 15 menit.

2) Segera melakukan pembilasan kulit dengan sabun.

3) Berikan oksigen/bantuan pernapasan apabila ada gangguan

pernapasan.

g. Pencegahan Pemaparan

1) Hindari kontak dengan mata/kulit.

2) Lakukan pembilasan cepat pada kamar bilas atau kamar mandi.

3) Gunakan masker apabila konsentrasi > 10 ppm.

36

Page 57: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

IV. KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAIA. Pengunaan Alat Pelindung Diri

Melakukan observasi lapangan dan mendata pegawai yang harus wajib menggunakan

Alat Pelindung Diri

Mempersiapkan Alat Pelindung Diri seperti : masker, sarung tangan disposible, sarung

tangan karet, sarung tangan kain, sarung tangan Pb, tutup kepala, helm, apron, baju

steril, sepatu boots, dan celemek.

Membagikan dan mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri bagi petugas.

B. Pemeriksaan kesehatan pra-pekerjaan

Pemeriksaan kesehatan dilakukan setelah diakan rekrutmen pegawai baru.

Setiap calon pegawai yang dinyatakan diterimasebagai pegawai RSU Permata Madina

pada saat rekrutmen diharuskan melakukan pemeriksaan kesehatan.

Lakukan pemeriksaan kesehatan calon pegawai yang meliputi pemeriksaan isik

lengkap, anamnesa riwayat kesehatan, pemeriksaan laboratorium, dan rongent paru

(bila mungkin)

C. Pemeriksaan kesehatan berkala

Dilakukan setiap satu tahun sekali untuk seluruh pegawai RSU Permata Madina

Tentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan, dibuat beberapa gelombang

untuk memudahkan pelaksanaan.

Lakukan pemeriksaan kesehatan yang meliputi pemeriksaan darah dan urine lengkap,

serta pemeriksaa foto thorax.

Buat kesimpulan hasil pemeriksaan.

Lakukan tindak lanjut apabila ditemukan gangguan kesehatan terhadap pegawai

RS. .........

D. Pemeriksaan kesehatan khusus

Menentukan pegawai pada unit kerja tertent yang akan dilakukan pemeriksaan

kesehatan.

Menentukan waktu pelaksanaan pemeriksaan kesehatan.

Pelaksanaan pemeriksaan keehatan bagi pegawai yang memiliki rasio tinggi yang

meliputi foto thorax, HbsAg, liver fngsi test.

Melakukan penilaian hasil pemeriksaan kesehatan.

Melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan apabila ditemukan gangguan kesehatan

terhadap pegawai RSU Permata Madina

37

Page 58: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

V. KESEHATAN LINGKUNGAN KERJA (SANITASI)A. PENGERTIAN

Sanitasi adalah pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan

faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tertentu.

Dan sanitasi adalah suatu istilah yang selalu dikaitkan dengan kesehatan terutama

kesehatan manusia. Ehlers dan Steele mendefinisikan sanitasi sebagai pencegahan

penyakit dengan cara menghilangkan atau mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang

berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit tersebut.

Manusia selalu berupaya untuk memanipulasi lingkungan untuk menghasilkan kondisi

yang paling menguntungkan. Salah satu contoh dalam hal ini adalah aplikasi ilmu

sanitasi.

Secara luas ilmu sanitasi adalah penerapan dari prinsip-prinsip tersebut yang bisa

membantu dalam memperbaiki, menjaga atau memulihkan lingkungan manusia

sehingga kehidupan yang sehat dapat terwujud.

B. RUANG LINGKUP1. Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan,

Penghawaan serta Pengendalian Kebisingan.

2. Penyehatan Makanan dan Minuman

3. Penyehatan Air Termasuk Penyediaan dan Pengawasan Kualitas Air.

4. Pengelolaan Limbah.

5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian Linen.

6. Pengendalian Serangga dan Tikus.

7. Sterilisasi/Desinfeksi.

8. Perlindungan Radiasi.

9. Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan

C. LANDASAN HUKUM1. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

2. PP No.19/1994 jo PP No.12/1995 Pasal 4 tentang Setiap orang atau badan usaha

dilarang membuang limbah B3 secara langsung ke dalam air, tanah, atau udara.

3. Kepmenkes RI No.1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Rumah Sakit.

4. Direktorat Jendral PPM 7 PL dan Direktorat Jendral Pelayanan Medik

Departemen Kesehatan Republik Indonesia No. 363.729.7 tahun 2002 tentang

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia.

38

Page 59: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

5. Permenaker No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja.

6. Kepmen LH No. Kep-58/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah

Sakit.

7. Undang-undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

D. FASILITAS SANITASI RSU PERMATA MADINA

No Fasilitas Sanitasi Keterangan

1. Penyediaan air Air yang digunakan di RSU Permata Madina

bersumber dari air tanah.

2. Toilet a. Ruang perawatan toilet disesuaikan dengan

ketentuan Permenkes No.1204 tahun 2004.

b. Tersedia toilet untuk umum bagi pengunjung

dan pengguna jasa RSU Permata Madina

disesuaikan ketentuan Permenkes No. 1204

tahun 2004.

3. Kamar Mandi Ruang perawatan kamar mandi sudah sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

4. Tempat pengelolaan sampah

padat :

a. Tempat sampah

b. Gerobak Pengangkut Sampah

c. Tempat Sampah Sementara

(TPS).

d. Incinerator

a. Meliputi sampah padat medis dan non medis.

b. Sampah/limbah padat medis dan non medis

dikelola sesuai dengan jenisnya.

c. Limbah padat infeksius dimusnahkan di

Incinerator dengan suhu ± 1000°C.

d. Limbah padat non infeksius dari TPS dibuang

ke TPA bekerja sama dengan dinas

kebersihan Jakarta.

5. Pengelolaan Limbah Cair RSU

Permata Madina

Instalasi pengolahan air limbah yang digunakan

di RSU Permata Madina adalah sistem tabung.

6. Pengendalian Serangga a. Pengendalian nyamuk dengan cara fogging.

b. Pengendalian lalat dengan cara Elektrik Fly

Killer.

7. Penyehatan Makanan dan

Minuman

Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minuman

di Instalasi Gizi meliputi :

39

Page 60: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

a. Penerimaan bahan baku.

b. Pemilahan bahan baku

c. Pengolahan penghidangan

d. Distribusi ke ruangan

e. Pemeriksaan Kesehatan Pegawai.

8. Tempat Pencucian Kegiatan pengelolaan Pencucian di Unit Laundry

RSU Permata Madina

Pengelolaan Pencucian Meliputi :

a. Pengambilan Linen kotor ke ruangan dan

instalasi.

b. Penerimaan Linen kotor.

c. Pemilahan dan Penimbangan Linen kotor.

d. Pencucian

e. Pemerasan

f. Pengeringan

g. Penyetrikaan

h. Pelipatan

i. Perbaikan

j. Penyimpanan

k. Pendistribusian

l. Penggantian Linen Rusak.

E. TATA LAKSANA PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN RSU PERMATA MADINA1. Penyehatan Bangunan dan Ruang termasuk Pengaturan Pencahayaan,

Penghawaan serta Pengendalian Kebisingana. Pengertian

1) Ruang bangun dan halaman rumah sakit adalah semua ruang/unit dan

halaman yang ada di dalam batas pagar rumah sakit (bangunan fisik

dan kelengkapannya) yang dipergunakan untuk berbagai keperluan dan

kegiatan rumah sakit.

2) Pencahayaan di dalam ruang bangun rumah sait adalah intensitas

penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangun

rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

efektif.

40

Page 61: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

3) Penghawaan ruang bangun adalah aliran udara segar di dalam ruang

bangun yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.

4) Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga

mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.

5) Kebersihan ruang bangun dan halaman adalah suatu keadaan atau

kondisi ruang bangun dan halaman bebas dari bahaya dan risiko

minimal untuk terjadinya infeksi silang, serta masalah kesehatan dan

keselamatan kerja.

b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan, serta Pengendalian Kebisingan1) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

a) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore hari

dilaksanakan oleh Cleaning Service (pihak ketiga).

b) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah

jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

c) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.

d) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang

memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.

e) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.

f) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan

bergerak menuju arah luar.

g) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua

perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya

harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai sempurna.

h) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali

dalam setahun.

i) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang

perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai

dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/Per/X/2004.

j) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding

segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

k) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk

masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.

41

Page 62: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

2) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Pencahayaan

a) Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak

menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan

peruntukkannya.

b) Penempatan bola lampu sedemikian rupa sehingga menghasilkan

penyinaran yang optimal dan sering dibersihkan.

c) Bola lampu yang mulai tidak berfungsi segera diganti.

d) Pemeriksaan kualitas pencahayaan dilaksanakan satu tahun dua

kali oleh Badan Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingkungan.

e) Apabila dari hasil pemeriksaan ada yang tidak sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004. Segera diganti,

koordinasi dengan bagian teknik.

f) Jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa kondisinya untuk

menjamin keamanan.

g) Persyaratan kualitas pencahayaan untuk masing-masing ruangan

atau unit harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004.

3) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Penghawaan dan Udara

Ruang.

a) Penghawaan alamiah, lubang ventilasi diupayakan sistem silang

(Cross Ventilation) dan dijaga agar aliran udara tidak terhalang.

b) Penghawaan mekanis dengan mengunakan exhause fan, dipasang

pada ketinggian minimal 2 meter di atas lantai atau minimal 0,20

meter dari langit-langit.

c) Penghawaan ruang operasi harus dijaga agar tekanannya lebih

tinggi dibandingkan ruang-ruang lain dan menggunakan cara

mekanis (Air Conditioner).

d) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,

laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat

pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.

e) Ruang yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara segar

dalam ruang harus cukup (mengikuti pedoman teknis yang

berlaku).

f) Agar mengurangi kadar kuman dalam udara ruang (indoor) satu

kali dalam satu bulan didesinfeksi dengan menggunakan aerosol

42

Page 63: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

(resorconol triethylin glikol) atau disaring dengan electron

presipitator atau menggunakan penyinaran ultra violet.

g) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa

sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban sesuai dengan

standar suhu, kelembaban, dan tekanan udara sesuai dengan

Ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.

h) Pemantauan kualitas udara ruang diperiksa satu tahun dua kali

parameter kualitas udara (kuman dan debu) sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

i) Ruang tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan Amoniak)

j) Kadar debu (particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron

dengan rata-rata pengukuran 8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150

ug/m3, dan tidak mengandung debu asbes. Indeks angka kuman

untuk setiap ruangan/unit sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI

No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

k) Persyaratan kualitas penghawaan dan kualitas udara ruang untuk

masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

4) Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Kualitas Kebisingan

a) Pengaturan dan tata letak harus sedemikian rupa sehingga kamar

dan ruangan yang memerlukan suasana tenang terhindar dari

kebisingan.

b) Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit

harus sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI No.

1204/Menkes/SK/X/2004.

c) Sumber bising yang berasal dari rumah sakit dan sekitarnya

diupayakan untuk dikendalikan antara lain dengan cara :

Sumber kebisingan di dalam ruangan : peredam penyekatan,

pemindahan pemeliharaan mesin-mesin yang menjadi sumber

bising.

Sumber kebisingan berasal dari luar : Penyekatan, penerapan

bising dengan penanaman pohon (green belt), meninggikan

tembok, dan meninggikan tanah (bukit buatan).

Pemeriksaan kualitas kebisingan dilaksanakan satu tahun dua kali

sesuai dengan Ketentuan Kepmenkes RI

43

Page 64: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

No.1204/Menkes/SK/X/2004 oleh Badan Pengujian Mutu

Konstruksi dan Lingkungan.

Sumber bising biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk, di luar

jam besuk kebisingan masih bisa ditolerir dalam batas normal.

2. Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minumana. Pengertian

1) Makanan dan minuman di rumah sakit adalah semua makanan yang

disajikan dari dapur/gizi rumah sakit untuk pasien.

2) Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu. Misalnya, mencuci tangan, mencuci

piring, membuang bagian makanan yang rusak.

3) Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan lingkungan. Misalnya, menyediakan air bersih,

menyediakan tempat sampah dan lain-lain.

b. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Makanan dan Minuman

1) Pengadaan Bahan Makanan

a) Pengadaan bahan makanan instalasi gizi oleh pihak ketiga.

b) Bahan makanan yang akan diolah terlebih dahulu diperiksa secara

fisik terutama daging, daging ayam, ikan, udang, sayuran, buah

harus baik segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna, dan

rasa.

c) Bahan makan kemasan hendaknya memenuhi persyaratan, sudah

terdaftar pada Depkes dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

d) Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak rusak

dan pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya digunakan

untuk satu kali.

e) Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar, tidak

basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak menggunakan bahan

makanan yang memakai bahan pengawet dan pewarna.

44

Page 65: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

2) Penyimpanan Bahan Makanan

a) Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan

dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia

berbahaya, serangga, dan hewan lain.

b) Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang

terpisah.

c) Makanan yang mudah busuk disimpan dalam suhu panas lebih dari

65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C atau dalam suhu

dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.

d) Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk

mencegah genangan air dan kelembaban.

e) Bahan makanan disimpan pada rak-rak yang baik dengan

ketinggian rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini untuk

menghindari dan mencegah infeksi seranggga serta memudahkan

pembersihan.

f) Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.

3) Pengolahan Makanan

a) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur

orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.

b) Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan dengan

sikap dan perilaku yang higienis yaitu :

Tidak merokok.

Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin.

Tidak menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah selama

mengolah makanan.

Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala, dan alas

kaki.

Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan kesehatan

secara rutin minimal 6 bulan satu kali.

Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat

pengolah makanan selalu dibersihkan.

Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi sumber

penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan yang diberikan

oleh dokter.

45

Page 66: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Selama melakukan pengolahan makanan, penjamah makanan

terlindung dari kontak langsung dengan tubuh menggunakan

sarung tangan plastik, penjepit makanan, sendok, garpu, dan

sebagainya.

Penjamah makanan selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan

setelah keluar dari kamar kecil.

Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang bersih dan

perlengkapan pelindung dengan serta tidak dipakai di luar dapur.

c) Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004.

4) Pendistribusian Makanan

Makanan yang telah diolah dikirim ke ruangan dengan

menggunakan kereta makan tertutup, anti karat, bersih, dan mudah

dibersihkan.

Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia udara

untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.

Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang dipesan.

Makanan tidak dicampur dengan bahan-bahan lain seperti : linen,

Alat Tulis Kantor (ATK) dan yang lainnya.

Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai dengan

ketentuan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.

5) Penyajian Makanan

Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran (dengan

menggunakan kereta makan khusus).

Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan dijamah

dengan peralatan yang bersih.

Ditutup dengan plastik transparan.

Makanan disajikan dalam keadaan hangat.

Makanan disajikan oleh petugas gizi ke ruangan-ruangan.

Petugas memakai pakaian bersih dan rapi.

Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada pasien.

6) Tempat Pengolahan Makanan

Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat

pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptik.

Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux.

Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A).

46

Page 67: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Air bersih yang digunakan diperiksa 3 bulan sekali oleh Dinas

Pertambangan dan Energi.

3. Pengelolaan Penyehatan Aira. Pengertian

1) Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa

proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat

langsung diminum.

2) Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit

berasal dari air tanah melalui tangki air dan harus memenuhi syarat

kualitas air minum.

3) Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari

dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu.

4) Sebagai batasan air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan

bagi sistem penyediaan air minum dimana persyaratan yang

dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi

kualitas fisik, kimia, biologi, dan dari bakteriologi sehingga apabila

dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping.

5) Sumber penyediaan air minum dan air bersih untuk keperluan

rumah sakit dapat diperoleh dari sumber air tanah yang telah diolah

sehingga memenuhi persyaratan.

b. Tata Cara Pengelolaan Penyehatan Air

1) Kualitas Air Minum

Syarat-syarat dan Pengawasan Air Minum sesuai dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.907/Menkes/SK/VII/2002.

2) Kualitas Air yang Digunakan di Ruang Khusus

a) Ruang Operasi

c. Tata Cara Pelaksanaan Pengelolaan Penyehatan Bangunan dan Ruang, termasuk Pengaturan Pencahayaan, Penghawaan, serta Pengendalian Kebisingan5) Pemeliharaan Ruang dan Bangunan

l) Pemeliharaan dan pembersihan ruang dilakukan pagi dan sore hari

dilaksanakan oleh Cleaning Service (pihak ketiga).

47

Page 68: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

m) Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah

jam makan, setelah kunjungan keluarga dan sewaktu-waktu apabila

diperlukan.

n) Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu dihindari.

o) Cara menggunakan pembersihan dengan perlengkapan pel yang

memenuhi syarat dan bahan antiseptic yang ramah lingkungan.

p) Masing-masing ruangan disediakan perlengkapan pel sendiri.

q) Pembersihan lantai dimulai dari bagian ruangan paling dalam dan

bergerak menuju arah luar.

r) Sewaktu membersihkan lantai dengan perlengkapan pel semua

perabotan ruang seperti meja, kursi, tempat tidur, dan yang lainnya

harus diangkat/digeser, agar pembersihan lantai sempurna.

s) Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal dua kali

dalam setahun.

t) Pemeriksaan usap dinding dan lantai secara acak di setiap ruang

perawatan dan instalasi dilaksanakan satu tahun dua kali sesuai

dengan Kepmenkes RI No.1204/Menkes/Per/X/2004.

u) Setiap percikan ludah, darah atau eksudat luka pada dinding

segera dibersihkan dengan menggunakan antiseptik.

v) Persyaratan kualitas penyehatan bangunan dan ruang untuk

masing-masing ruangan atau unit harus sesuai dengan Ketentuan

Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004.

menggunakan air untuk keperluan Kamar Operasi bersumber

dari air tanah yang telah diolah terlebih dahulu.

b) Air Minum Pasien dan Pegawai

Air minum untuk pasien dan pegawai RSU Permata Madina

bersumber dari air tanah yang telah diolah terlebih dahulu.

3) Kebutuhan Air Bersih

Jumlah kebutuhan air minum dan air bersih RSU Permata Madina

tergantung kepada berbagai pelayanan yang ada di rumah sakit.

Semakin banyak pelayanan yang ada di rumah sakit semakin besar

jumlah kebutuhan air.

Secara umum perkiraan kebutuhan air bersih minimal 500

liter/hari/tempat tidur.

4) Pemeriksaan Kualitas Air Bersih

48

Page 69: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Pemeriksaan kualitas air bersih dilaksanakan 3 bulan sekali ke

Dinas Pertambangan dan Energi.

Parameter yang diperiksa sesuai dengan Permenkes RI

No.416/Per/X/1990.

5) Desinfeksi Sistem Saluran Air

Desinfeksi akan lebih efektif bila dilakukan upaya untuk mencegah

kontaminasi permukaan dalam pipa sebelum dan selama dipasang

pipa hendaknya disimpan di tempat bersih, dan di setiap ujung

hendaknya ditutup, sistem harus diglonir keseluruhan sebelum

didesinfeksi.

4. Pengolahan Sampah dan Limbah Rumah Sakita. Pengertian

1) Limbah Rumah Sakit adalah limbah yang dihasilkan dari

kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair, dan gas.

2) Limbah Padat Rumah Sakit adalah semua limbah rumah sakit

yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang

terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

3) Limbah Medis Padat adalah limbah padat yang terdiri dari

limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

farmasi, limbah citotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah

kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat

yang tinggi.

4) Limbah Padat Non Medis adalah limbah padat yang dihasilkan

dari kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,

perkantoran, taman, dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali

apabila ada teknologinya.

5) Limbah Cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang

berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemudian mengandung

mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya

bagi kesehatan.

6) Limbah Gas adalah limbah gas yang berbentuk gas yang

berasal dari kegiatan pembakaran di rumah sakit seperadalah limbah

gas yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran di

rumah sakit seperi incenerator, dapur, perlengkapan generator,

anestesi, dan pembuatan obat citotoksik.

49

Page 70: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

7) Limbah Infeksius adalah limbah yang terkontaminasi

organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan dan

organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk

menularkan penyakit pada manusia rentan.

8) Limbah Citotoksis adalah limbah dari bahan terkontaminasi

dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi

kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau

menghambat pertumbuhan sel hidup.

9) Minimisasi Limbah adala upaya yang dilakukan rumah sakit

untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara

mengurangi bahan (reduse), menggunakan kembali (reuse), dan

daur ulang limbah (recycle).

b. Tata Cara Pengelolaan Sampah dan Limbah Rumah Sakit

1) Jenis Limbah yang Dihasilkan RSU Permata Madina

a) Limbah Padat Medis Infeksius

Sumber limbah padat infeksius : Ruang Perawatan,

Poliklinik, UGD, OK, Apotik, Laboratorium, Farmasi.

Limbah Medis Infeksius berupa : organ tubuh, bekas kateter

swab, bekas plester, spuit bekas, jarum suntik bekas, under

pet, sarung tangan disposible, pipet pasteur, dll.

b) Limbah Padat Non Medis

Sumber limbah padat Non Infeksius : pada umumnya dari

semua kegiatan/aktivitas RSU Permata Madina yang

menghasilkan buangan limbah padat.

Limbah pada Non Infeksius berupa : sisa makanan, sampah

perkantoran, sampah taman, dll.

Volume Limbah Padat yang Mudah Busuk yaitu : Sampah

sisa buangan dapur dan mess (sisa makanan), sisa

makanan pasien serta sampah halaman sekitar pertamanan.

c) Limbah Cair

Semua limbah cair RSU Permata Madina sebelum dibuang ke

badan air terlebih dahulu diolah dengan IPAL sistem tabung.

50

Page 71: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

c. Metode Penanganan Limbah Padat Infeksius dan Non Infeksius

RSU Permata Madina

Penanganan limbah padat infeksius dan non infeksius RSU Permata

Madina melihat pada potensi bahaya yang dapat ditimbulkan terhadap

manusia sehingga diperlukan adanya pemisahan antara limbah padat

infeksius dan non infeksius yaitu :

a) Pewadahan

Pewadahan limbah padat infeksius dikelompokkan menjadi :

o Limbah medis infeksius

Pewadahan limbah padat infeksius di ruang perawatan dan instalasi

dimasukkan ke tempat sampah infeksius yang tertutup dilapisi kantong

plastik kuning.

o Limbah medis benda tajam

Pewadahan limbah padat infeksius benda tajam di ruang perawatan

dan instalasi dimasukkan ke dalam kardus persegi panjang (safety box)

dengan ukuran yang telah ditentukan, dan ketebalan tertentu diberi

label infeksius berwarna kuning dan diberi tulisan RSU Permata Madina

Pewadahan limbah padat non infeksius :

o Pewadahan limbah padat non infeksius di ruang perawatan dan

instalasi dimasukkan ke tempat sampah tertutup dilapisi kantong plastik

hitam.

o Limbah padat non medis dipisahkan ke dalam 2 (dua) kelompok yaitu :

Limbah padat non medis kering

Sampah perkantoran, sampah taman, dan sampah plastik bekas

makanan.

Limbah padat non medis basah

Sampai sisa makanan baik dari Dapur, Ruang Perawatan Inap dan

Mess.

b) Pengumpulan

Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam

Limbah padat infeksius dan limbah padat benda tajam dari ruang perawatan

dan instalasi setelah penuh atau apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi

oleh limbah segera diangkut supaya tidak menjadi perindukan vektor

penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya kantong plastik kuning

diikat kuat terlebih dahulu, tidak boleh dibuka ikatannya sampai ke tempat

51

Page 72: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

pemusnahan. Alat pengangkut limbah medis benda tajam dan non benda

tajam menggunakan

Limbah Padat Non Infeksius

Limbah padat non infeksius indoor dan outdoor setelah penuh atau apabila

2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah segera diangkat supaya tidak

menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu, sebelumnya

kantong plastik hitam diikat kuat.

c) Pemusnahan

Limbah Padat Infeksius dan Limbah Benda Tajam

Limbah padat benda tajam dan limbah padat infeksius non benda tajam

dibawa ke lokasi pemusnahan sampah infeksius, dimusnahkan di

incenerator.

Limbah Padat Non Infeksius

Limbah padat non infeksius dibawa ke lokasi Tempat Pembuangan

Sementara.

5. Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat Pencucian Linend. Pengertian

1. Laundry Rumah Sakit adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi

dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat, dan desinfektan,

mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin setrika.

2. Unit Laundry adalah unit pelayanan mulai dari perencanaan pengadaan linen

baru, melaksanakan proses pencucian linen kotor, pengeringan,

penyetrikaan, penyortiran, penjahitan untuk membuat peralatan linen baru

serta linen yang mengalami kerusakan dari berbagai unit pelayanan dan

pendistribusian untuk keperluan pelayanan terhadap pasien.

3. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada

saat masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa

inkubasi.

4. Linen adalah bahan/alat yang terbuat dari kain, tenun.

5. Linen kotor adalah linen yang sudah digunakan. Pada umumnya berasal

dari ruang isolasi, ICU, UGD, OK, poliklinik, dan lain-lain.

6. Bahan kimia berbahaya adalah bahan yang mudah terbakar, meledak,

korosif, reaktif, beracun, dan mudah menyebabkan infeksi.

7. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit dan

membran mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.

52

Page 73: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

8. Dekontaminasi adalah suatu proses untuk mengurangi jumlah pencemaran

mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk

penanganan lebih lanjut.

9. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem.

10.Infeksi adalah proses dimana seseorang yang suscaptible terkena invasi

agen yang patogen atau infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan

menyebabkan sakit.

11.Bahaya (hazard) adalah suatu keadaan yang berpotensi menimbulkan

dampak merugikan atau menimbulkan kerusakan.

e. Tata Cara Pengelolaan Penyehatan Tempat Pencucian Umum Termasuk Tempat

Pencucian Linen

1) Persyaratan suhu ari panas untuk pencucian 70°C dalam waktu 25 menit atau

95°C dalam waktu 10 menit.

2) Penggunaan jenis deterjen dan desinfektan untuk proses pencucian yang ramah

lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah terurai oleh lingkungan.

3) Standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari proses tidak mengandung 6 x

103 spora species Bacillus per inci persegi.

4) Pelayanan/Tahap Kerja Unit Laundry meliputi :

5) Jam kerja Unit Laundry mulai 07.00 – 17.00 WIB.

6) Unit Laundry tidak menyediakan linen baru.

7) Pengangkutan linen kotor dan bersih menggunakan tempat yang berbeda.

8) Pengajuan perbaikan (penjahitan) linen, diketahui oleh kepala bagian yang

bersangkutan.

9) Penggunaan deterjen pencuci ditetapkan oleh bagian rumah tangga dan

maintenance.

10) Lantai dan ruang tempat kerja laundry dibersihkan dua kali sehari yaitu pagi dan

siang.

11) Pembersihan kereta dorong linen kotor dibersihkan setiap hari dan kereta linen

bersih dibersihkan satu minggu satu kali.

12) Pencucian tower dilaksanakan satu bulan sekali.

13) Lokasi laundry jauh dari ruangan pasien dan tidak berada di jalur lalu lintas.

14) Ruang-ruang terpisah sesuai kegunaannya antara lain :

a) Ruang Linen Kotor

b) Ruang Linen Bersih

c) Tempat cuci kereta dorong.

53

Page 74: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

d) Tempat kereta linen bersih dan kotor.

e) Kamar mandi/WC tersedia untuk petugas pencucian.

f) Gudang tempat penyimpanan perlengkapan kebersihan dan perlengkapan

pencucian.

g) Tempat pembersihan linen kotor sebelum dicuci.

h) Tersedianya tempat cuci tangan dan larutan desinfeksi.

i) Penempatan ruang-ruang diatur sedemikian rupa sehingga linen bersih tidak

terkontaminasi dengan linen kotor.

j) Alur lalu lintas linen kotor dan bersih terpisah mulai dari pintu masuk Unit

Laundry.

k) Petugas laundry sebelum dan sesudah bekerja harus selalu mencuci tangan.

l) Alat Pelindung Diri (APD) yang harus digunakan oleh petugas laundry yaitu :

Masker

Sepatu Boot

f. Standar Material

Pemilihan material linen disesuaikan dengn fungsi, cara perawatan, dan

penampilan yang diharapkan.

g. Standar Ukuran dan Jumlah

Linen rumah sakit merupakan barang habis pakai yang mempunyai standar

ukuran yang diperhitungkan tidak dari penggunaannya tetapi juga dari biaya

pengadaan dengan adanya ukuran tempat tidur standar maka ukuran linen

distandarkan menjadi:

Jenis linen yang digunakan di RSU Permata Madina

No Jenis Linen Jumlah Ukuran1 Laken P = 238 cm, L = 138 cm2 Steek laken P = 149 cm, L = 75 cm3 Sarung bantal P = 65 cm, L = 47 cm4 Sarung guling P = 95 cm, L = 33 cm 5 Selimut salur P = 168 cm, L = 157 cm6 Selimut tebal P = 190 cm, L = 150 cm7 Laken VIP/Bunga P = 236 cm, L = 160 cm8 Bed cover P = 203 cm, L = 150 cm9 Perlak merah + biru P = 134 cm, L = 74 cm

10 Pernel P = 123 cm, L = 72 cm11 Lap tangan P = 56 cm, L = 50 cm12 Doek besar P = 150 cm, L = 150 cm13 Doek sedang P = 100 cm, L = 100 cm14 Doek kecil P = 50 cm, L = 50 cm15 Laken putih P = 256 cm, L = 150 cm16 Baju pasien ukuran (S) S

54

Page 75: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

17 Baju pasien ukuran (M) M18 Baju pasien ukuran (L) L19 Baju pasien ukuran (XL) XL20 Gordyn besar hijau muda  21 Gordyn besar hijau tua  22 Gordyn gambar  23 Gordyn gambar kecil  24 Gordyn orange besar  25 Gordyn orange kecil  26 Gordyn biru muda  27 Popok  28 Topi  29 Gurita  30 Baju bayi  31 Spanduk kain warna P = 5 m, L = 1,5 m32 Jas dokter  33 Sarung tangan + kaki  34 Sarung guling kotak  35 Taplak meja  36 Waslap  37 Mukena  38 Handuk kecil  39 Bantal  40 Guling  

h. Bahan Kimia yang digunakan di Unit Laundry RSU Permata Madina

1) Cheml (Deterjen)

2) Chemca (Pemutih)

3) Chemsour (Pelembut)

4) STTP (Penghilang Minyak)

5) Presept (Desinfektan)

6) Oxalid Exid (Menghilangkan Noda)

7) Creolin (Pembersih Lantai)

8) Lysol (Desinfektan)

6. Pengendalian Serangga dan Tikusi. Pengertian

1) Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah

upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang

pengganggu lainnya sehingga keberadaannya tidak menjadi vektor

penularan penyakit.

55

Page 76: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

2) Vektor (serangga dan tikus) dalam program sanitasi rumah sakit adalah

semua jenis serangga dan tikus yang dapat menularkan beberapa

penyakit tertentu, merusak bahan pangan di gudang dan peralatan

instalasi rumah sakit.

3) Insektisida adalah bahan kimia beracun yang digunakan untuk campuran

umpan untuk membunuh serangga atau tikus atau binatang pengganggu

lainnya di dalam maupun di luar rumah sakit.

j. Tata Cara Pengendalian Serangga dan Tikus

1) Tempat perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya

yaitu :

a. Tempat penampungan sampah.

b. Saluran air limbah.

c. Tempat penyimpanan, pengelolaan, dan penyajian makanan.

d. Penampungan air bersih.

e. Gudang : Farmasi, Peralatan, dll.

2) Pengendalian Nyamuk, Kecoa, Lalat, dan Tikus:

a. Pengendalian Nyamuk

Pemberantasan jentik nyamuk di saluran-saluran air dengan

menambahkan kimia “Vectoback”.

Pemberantasan di ruang-ruang perawatan dan instalasi dengan

treatment spraying, sedangkan di luar ruangan menggunakan

treatment fogging satu minggu dua kali.

b. Pengendalian Kecoa

Pemberantasan kecoa dengan cara fisik atau mekanis yaitu dengan

membunuh langsung dengan alat pemukul, menyiram tempat

perindukan dengan air panas dan menutup celah-celah dinding.

Secara kimia dengan menggunakan insektisida dengan

pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan.

c. Pengendalian Lalat

Pengendalian lalat khususnya di Instalasi Gizi dengan memasang

Elektrik Fly Killer.

d. Pengendalian Tikus

56

Page 77: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Pengendalian tikus secara fisik dengan cara memasang perangkap,

sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan

menggunakan umpan beracun.

3) Pemeliharaan Kebersihan

a. Penampungan, pengangkutan, dan pembuangan sampah yang

benar dan sesuai dengan ketentuan merupakan unsur

pengendalian yang sangat penting.

b. Diusahakan tidak terjadi penumpukan sisa makanan menginap di

dalam ruangan.

c. Kebersihan ruangan dan halaman merupakan tindakan yang sangat

penting

4) Tenaga Pengelola

a. Bagian Rumah Tangga dan Maintenance.

7. Sterilisasi/Desinfeksik. Pengertian

1) Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan

kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan

ruang melalui desinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.

2) Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah

mikroorganisme patogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora)

dengan cara fisik dan kimia.

3) Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme

dengan cara fisik dan kimia.

l. Tata Cara Sterilisasi/Desinfeksi

Tata laksana strilisasi sesuai dengan buku pedoman pelayanan sterilisasi

RS. Efarin Etaham.

8. Perlindungan Radiasim. Pengertian

1) Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam

bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer

dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat

radiasi yang digunakan oleh instansi di rumah sakit.

2) Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan

masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko

atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi

57

Page 78: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan

atau alat yang mengandung radiasi.

3) Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di

ruang kerja dan tingkat pemaparan pada kerja.

4) Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium

penyidikan/pemeriksaan mendalam terhadap instansi dan tindak lanjut.

n. Tata Cara Perlindungan Radiasi

1) Tata Laksana Perlindungan Radiasi harus sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya :

a) Perizinan.

b) Sistem Pembatasan Dosis.

c) Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap

Pemanfaatan Radiasi Pengion diantaranya :

d) Kalibrasi.

e) Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.

f) Pengelolaan Limbah Radioaktif.

9. Penyuluhan atau Pelatihan Kesehatan Lingkungano. Pengertian

Penyuluhan kesehatan rumah sakit adalah penyuluhan penyampaian pesan

tentang penyehatan lingkungan rumah sakit kepada pegawai, pasien, dan

pengunjung serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan

benar.

p. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan

1) Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan

dengan teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan

diskusi pameran, demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran

leaflet, dll.

2) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh

seluruh pegawai rumah sakit di bawah koordinasi tenaga atau unit

organisasi yang menangani kesehatan lingkungan rumah sakit.

3) Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan berdasarkan sasarannya.

a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi hubungan fasilitas sanitasi

pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan pembersihan fasilitas

sanitasi,.

58

Page 79: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

b) Pentingnya memberi contoh terhadap pasien dan pengunjung tentang

pemanfaatan fasilitas sanitasi.

c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan masyarakat di

sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan dari

hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas

kesehatan lainnya.

10.Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaywhtahtttttttttttttttttttttttttttttttttt

tttttttttttttttttttttttttt4444444444444444444444444hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff

fffffffffffffggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

ggggggggggggggggggggggDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDD Perlindungan Radiasiq. Pengertian

1) Radiasi adalah emisi dan penyebaran energi melalui ruang (media) dalam

bentuk gelombang elektromagnetik atau partikel-partikel atau elementer

dengan kinetik yang sangat tinggi yang dilepaskan dari bahan atau alat

radiasi yang digunakan oleh instansi di rumah sakit.

2) Pengamanan dampak radiasi adalah upaya perlindungan kesehatan

masyarakat dari dampak radiasi melalui promosi dan pencegahan risiko

atas bahaya radiasi, dengan melakukan kegiatan pemantauan, investigasi

dan mitigasi pada sumber, media lingkungan dan manusia yang terpajan

atau alat yang mengandung radiasi.

3) Pemantauan radiasi adalah pemeriksaan rutin tingkat energi radiasi di

ruang kerja dan tingkat pemaparan pada kerja.

59

Page 80: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

4) Evaluasi radiasi adalah rangkaian kegiatan sejak analisis laboratorium

penyidikan/pemeriksaan mendalam terhadap instansi dan tindak lanjut.

r. Tata Cara Perlindungan Radiasi

1) Tata Laksana Perlindungan Radiasi harus sesuai dengan Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004. Diantaranya :

a) Perizinan.

b) Sistem Pembatasan Dosis.

c) Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja terhadap

Pemanfaatan Radiasi Pengion diantaranya :

d) Kalibrasi.

e) Penanggulangan Kecelakaan Radiasi.

f) Pengelolaan Limbah Radioaktif.

11.Penyuluhan atau Pelatihan Kesehatan Lingkungans. Pengertian

Penyuluhan kesehatan rumah sakit adalah penyuluhan penyampaian pesan

tentang penyehatan lingkungan rumah sakit kepada pegawai, pasien, dan

pengunjung serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi rumah sakit dengan

benar.

t. Tata Cara Penyuluhan/Pelatihan Kesehatan Lingkungan

1) Penyuluhan kesehatan lingkungan di rumah sakit dapat dilaksanakan

dengan teknik atau cara, tanya jawab dan bimbingan, ceramah dan

diskusi pameran, demonstrasi pemasangan poster/gambar, penyebaran

leaflet, dll.

2) Kegiatan penyuluhan kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan oleh

seluruh pegawai rumah sakit di bawah koordinasi tenaga atau unit

organisasi yang menangani kesehatan lingkungan rumah sakit.

3) Pesan penyuluhan hendaknya di bedakan berdasarkan sasarannya.

a) Pesan penyuluhan untuk karyawan bersisi hubungan fasilitas sanitasi

pentingnya pengadaan, pemeliharaan, dan pembersihan fasilitas

sanitasi,.

b) Pentingnya memberi contoh terhadap pasien dan pengunjung tentang

pemanfaatan fasilitas sanitasi.

c) Pesan penyuluhan untuk pasien, pengunjung, dan masyarakat di

sekitarnya berisi tentang cara-cara dan pentingnya membiasakan dari

60

Page 81: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan fasilitas

kesehatan lainnya.

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaay

whtahtttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt4444444444444444444444444hhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh

hhhhhhhhhhhhhhffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff

fgggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggg

ggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggggDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDD

DD

Antitrombotika adalah zat-zat yang digunakan untuk pengobatan atau pencegahan trombosis dan emboli.pada trombosis terjadi pembentukan suatu trombus,yakni bekuan darah didalam pembuluh .pada terdapat penyumbatan arteri kecil atau kapiler akibat embulus ,yakni bekuan darah atau sumbatan lain (antara lain gelumbung udara)yang dibawa oleh aliran darah dan tersendat di pembuluh dan menyumbatnya.A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli

c) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.

Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).

61

Page 82: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).

A.PROSES PEMBEKUAN DARAH DAN TROMBOSISTrombosis dan Emboli

d) .Trombosis Vena bisa terjadi di bagian dalam maupun permukaan sistem vena.

Trombosis vena dalam(deep venous thrombosis,DVT,bercirikan terbentuknya gumpalan darah beku (trombus/i)dalam vena ,yang menghambat atau menghentikan sirkulasi darah (obstruksi).DVT kerap kali menimbulkan sirkulasi tersendat ditangkai dan dalam paru-paru (emboli paru ),gejalanya dapat berupa rasa sakit setempat ,adakala tachycardia,demam(dan BSE meningkat).

Trombosis vena permukaan oleh bekuan darah ,terutama bercirikan peradangan dan umumnya disebut tromboflebitis.gejalanya berupa sakit ,kemerah merahan dan pengerasan setempat akibat pembentukan jaringan ikat sekitar vena yang terkena ,adakalanya juga demam.gangguan ini dapat terjadi spontan setelah persalinan,dapat pula karena adanya varises (pemekaran vena lokal <<spatader>>)atau cedera(trauma).

Trombosis dapat pula terjadi pada pasien yang harus berbaring untuk waktu yang lama kerana aliran darah di vena tertentu terhenti dan mengumpal .Tumor ganas ,kehamilan dan pil anti hamil dapat menyebabkan timbulnya tromboemboli vena .

Emboli paru sering kali timbul akibat DVT,Dimana (sebagian )gumpalan darah terlepas melalui sirkulasi lalu di angkut ke paru-paru .gejalanya tergantung dari besarnya trombus yang

62

Page 83: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

tersendat di vena paru.sumbatan yang besar bisa fatal secara akut dengan diawali oleh shock,sumbatan –sumbatan kecil sering kali berlangsung tanpa gejala atau dengan gejala tak nyata,misalnya kehabisan nafas bila mengeluarkan tenaga.

Terapi dan profilaktis trombosis (dan emboli paru)lazimnya dimulai dengan antikoagulansia parenteral heparin (UFH)atau fraksi-fraksinya (LMWH).Kemudian dapat dilanjutkan dengan anti-koagulansia oral.

e) Trombi dalam arteri sering kali terjadi di jantung dan otak ,yang dapat mengakibatkan matinya jaringan (infark jantung/otak)dan bisa fatal.

Infrak jantung ,gejala dan penanganannya telah dibicarakan secara luas di Bab 37,obat-obat jantung.di sini hanya akan disinggung peranan yang dipegang oleh antitrombotika.Terapi.obat-obat utamanya adalah trombolitika guna melarutkan trombus yang menyumbat arteri koroner(streptokinase dan lain-lain ).penanggulangan sedini mungkin dapat menurunkan risiko kematian sampai 50%.Prevensi sekunder,yakni menghindari terbentuknya lagi trombus baru,dewasa ini dilakukan dengan antikoagulansia oral (warfarin dan lain-lain )atau asetosal dalam dosis rendah .3,4

Infrak otak dapat disebabkan oleh trombosis atau emboli dan bergejala kelumpuhan sebelah baan (hemiplegia).merupakan k.i.80% dari semua kasus<<beroerte>>,<<stroke>>atau CVA (Cerebral vaskular accident).sisanya (20%)diakibatkan oleh perdarahan di otak akibat pecahnya pembuluh otak,kerap kali berhubungan dengan hipertensi.Berdasarkan meningkatnya kasus stroke dari tahun ke tahun diperkirakan bahwa lebih dari 1,5 juta penduduk indonesia

63

Page 84: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

akan terkena serangan penyakit tersebut dalam rentang waktu 6 tahun mendatang.TIA (Transient ishhaemic Attack)terjadi secara mendadak dengan menimbulkan hilang kesadaran untuk waktu yang singkat,beberapa detik atau beberapa menit.peristiwa ini disebabkan oleh masuknya mikro –emboli dalam pembuluh pembuluh otak.lazimnya,pasien sembuh secara tuntas,tetapi TIAcenderung kambuh lagi.guna menghindarkan residif atau infrak umumnya digunakan asetosal dalam dosis rendah (40-100 mg sehari).BIOKIMIAPada trombosis vena/arteri berulang terdapat kadar homosistein yang meningkat dalam darah .asam amino ini terbentuk sebagai produk antara pada reaksi pengubahan metionin menjadi cystein,yakni :

Metionin → homosistein → sistein

Kadar hemosistein darah yang meningkat ternyata merupakan faktor risiko PJP(penyakit jantung dan pembuluh :trombosis,infrak).lihat juga bab 37,obat –obat jantung ,faktor-faktor risiko.Asam folat,vitamin B6,Vitamin B12 berkhasiat menurunkan kadar hemosistein dan dengan demikian meniadakan salah satu faktor risiko PJP.Asam folat banyak terdapat dalam gandum whole-grain damn makanan yang kaya akan serat nabati,lihat selanjutnya bab 53,vitamin.FibrinFibrinogen adalah suatu globulin yang terbentuk di dalam hati.protein ini merupakan zat utama dari bekuan darah dan keropeng (kerak pada luka ;crust)diluka terbuka .tetapi ,fibrin

64

Page 85: Pedoman Teknis Kes Lingkungan

juga dapat membentuk trombi yang menyumbat pembuluh darah ,hingga dapat memutuskan penyaluran oksigen ke organ –organ penting.fibrinogen di angkut dalam darah dalam keadaan terlarut ketempat peradangan atau penyembuhan .di tempat ini fibrinogen di ubah menjadi fibrin yang memiliki struktur seperti serat (lat =fibra )dan tak dapat larut .serat-serat yang panjang dari fibrin melekatkannya pada dinding pembuluh .fibrin dapat dianggap sebagai molekul reparasi yang berperan penting pada penutupan luka melalui pembentukan keropeng .

Fibrinolisis gumpalan fibrin tersebut bersifat sementara dan setelah beberapa waktu seharusnya dilarutkan lagi oleh plasmin.enzim protease ini berdaya menguraikan fibrin dan faktor-faktor pembekuan v dan VIII .dalam darah ,plasmin berada dalam bentuk pro –enzim inaktif plasminogen,yang dapat diaktivasi oleh zat-zat aktivator plasminogen (ZAP).ZAP faal adalah tPA urokinase dan faktor XII teraktivasi(lihat dibawah ).pembentukan berlebihan plasmin dengan resiko perdarahan dihindarkan oleh adanya inhibitor –ZAP Faal.

Plasminogen → plasmin →antiplasmin(streptokinase)↓Fibrinogen →fibrin →degradasi

65