indeks kesamaan
TRANSCRIPT
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
1/12
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Juli 2013 yang terdiri dari
beberapa tahap seperti terlampir pada lampiran 3. Lokasi penelitian berada di
sekitar perairan Pulau Sawah dan Lintea, Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Pulau
Sawah dan Lintea terletak diperairan kepulauan Wakatobi pada posisi 1230
53
29,8 Bujur Timur dan 50
43 9,3 Lintang Selatan (Gambar 6).
Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
2/12
18
Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Sawah dan Lintea yang terbagi
dalam 8 stasiun ( Tabel 1).
Tabel 1. Posisi geografis stasiun penelitian
Stasiun
Pengamatan
Posisi Geografis
LS BT
1 05 46 28.3 123 51 42.1
2 05 48 27.8 123 52 08.9
3 05 48 39.0 123 50 41.8
4 05 47 21,9 123 53 3.6
5 05 49 32.6 123 49 39.3
6 05 50 39.59 123 51 15.8
7 05 49 11.38 123 53 15.9
8 05 50 6.09 123 55 17.66
3.2.Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Peralatan scuba divinguntuk menyelam saat mengamati terumbu
karang dan Megabentos.
2. Global Positioning System (GPS) untuk menentukan posisi.
3. Kamera Under wateruntuk dokumentasi bawah air.
4. Sabak dan pensil 2B untuk alat tulis bawah air.
5. Rollmeter untuk dibentangkan sebagai garis transek.
6. Termometer untuk mengukur suhu.
7. Refraktometer untuk mengukur salinitas
8.
Secchi disk untuk mengukur kecerahan.9. Flouting droudgeuntuk mengukur kecepatan arus.
10.Perahu motor untuk transportasi
11.Seperangkat komputer, software IBM SPSS Statistics Version 17.0
for Window, Arcgis 10.1 dan Microsoft Excel 2007 untuk
mengolah data.
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
3/12
19
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Lifeform karang untuk identifikasi bentuk pertumbuhan karang yang
mengacu pada English et al. (1997)
2. Buku Identifikasi Megabentos yang dilindungi mengacu pada IUCN
dan SK Menteri Kehutanan No. 12/KPTS-II/Um/1987
3. Peta tematik Pulau Sawah dan Lintea
4. Data kondisi Terumbu Karang dan Kelimpahan mega bentos
dilindungi
3.3.Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk penelitian ini yaitu metode survey dengan
mendapatkan data terumbu karang, megabentos dilindungi serta parameter fisik-
kimia melalui pengamatan dan pengukuran langsung yang terdiri dari 8 stasiun
yang telah direncanakan serta dilakukan pada 2 kedalaman yang berbeda yaitu 3-5
meter mewakili perairan dangkal dan 7-10 meter mewakili perairan dalam denganpanjang transek 50 meter.
3.4.
Prosedur Penelitian
3.4.1. Pengamatan Terumbu Karang
Pengamatan terumbu karang didasarkan pada kode pencatatan pada
transek permanen pada tabel 2, dalam kegiatan monitoring kesehatan terumbu
karang versi CRITC-COREMAP (Manuputty dan Juwariyah 2009) menggunakanmetode Point Intercept Transect(PIT) dengan menghitung persen tutupan karang
keras hidup (% cover ) substrat secara acak, dengan menggunakan tali bertanda di
setiap jarak 0,5 meter atau juga dengan pita berskala (roll meter) pada gambar 7.
Kedalaman ditentukan antara 3-5 meter, transek ditarik sejajar garis pantai, dan
pulau atau bagian daratan berada di sebelah pengamat.
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
4/12
20
Gambar 7. Skema cara pencatatan data koloni karang(sumber: Manuputty dan Juwariyah, 2009)
Tabel 2. Kode pencatatan data transek permanen dalam kegiatan monitoring
kesehatan terumbu karang (Reef Health Monitoring) versi CRITC-
COREMAP
Kode Kategori Biota Keterangan
AC Acropora Karang Acropora
NA Non-Acropora Karang Non-Acropora
DC Death Coral Karang mati masih berwarna putih
DCA Death Coral Algae Karang mati yang warnanya berubah
karena ditumbuhi alga filamen
SC Soft Coral Jenis-jenis Karang Lunak
FS Fleshy Seaweed Jenis-jenis makro alga : Sargassum,
Turbinaria, Halimeda dll.
R Rubble Patahan karang bercabang (mati)
RK Rock Substrat dasar yang keras (cadas)
S Sand Pasir
SI Silt Pasir lumpuran yang halus
Sumber : (Manuputty dan Juwariyah 2009)
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
5/12
21
3.4.2. Pengamatan Mega Bentos
Pengambilan data mega bentos dilakukan pada titik pengamatan terumbu
karang, pengamatan dilakukan dengan menggunakan metode Belt Transectyang
digunakan untuk menggambarkan kondisi suatu jenis biota laut dilindungi (jumlah
koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di daerah terumbu karang yang mengacu
pada SK Menteri Kehutanan No.12/KPTS-II/Um/1987 yang terdaftar pada tabel 3.
Panjang transek tiga puluh meter dan lebar dua meter (satu meter sisi kiri dan satu
meter sisi kanan) untuk mencatat keberadaan biota laut (Johan 2003)
Tabel 3. Daftar Pencatatan data Mega bentos dilindungi berdasarkan (SK MenteriKehutanan No. 12/KPTS-II/Um/1987 dan IUCN)
No. Nama Indonesia Nama Latin Nama Inggris
1 Kima raksasa Tridacna gigas Giant clam
2 Kima selatan Tridacna derasa Southern giant clam
3 Kima cina Hippopus porcellanus China clam
4 Kima lubang Tridacna crocea Saffron-coloured boring
clam
5 Kima sisik Tridacna squamosa Scaly clam
6 Kima kecil Tridacna maxima Small giant clam
7 Kima tapak kuda/
kima kuku beruang
Hippopus hippopus Horse hoof/ bear paw
clam
8 Triton terompet Charonia tritonis Tritons trumpet
9 Kepala Kambing Cassis cornuta Giant helmet shell
10 Lola Trochus niloticus Top shells
11 Nautilus berongga Nautilus pompilus Pearly/ chambered
nautilus
12 Batu laga, siput hijau Turbo marmoratus Green snail
Sumber : Ditjen PHPA, 1993.
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
6/12
22
3.4.3. Pengamatan Parameter Fisik-Kimia
Parameter fisik-kima di perairan Pulau Tomia dilakukan pengukuran di
setiap stasiun penelitian. Pengukuran dilakukan pada saat pengambilan data
kelimpahan Mega bentos dan terumbu karang seperti arus, suhu, salinitas,
kecerahan dan kedalaman.
3.5.
Pengolahan Data
3.5.1. Presentase Tutupan Karang dan Indeks Mortalitas
Nilai presentase penutupan terumbu karang keras hidup dan mati diperolehdari hasil pengukuran Point Intercept Transek, yang kemudian diolah dengan
menggunakan formula ( Manuputty dan Juwariyah 2009) :
= 1 100%
Untuk menduga tingkat kesehatan atau kondisi dari ekosistem terumbu
karang terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati
dapat diketahui melalui indeks kematian karang dengan perhitungan (Fachrul
2008) :
! = % % " %
Keterangan:
MI = Mortality Index (Indeks Mortalitas)
Nilai MI mempunyai kisaran antara 0 1, apabila nilai MI mendekati 0,
berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian karang yang
kecil atau tingkat kesehatan karang tinggi. nilai MI mendekati 1 berarti kondisiterumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian yang besar atau memiliki
kesehatan yang rendah (Fachrul 2008).
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
7/12
23
Penilaian kondisi ekosistem terumbu karang ditentukan berdasarkan
persen tutupan karang batu hidup dengan kriteria CRITC-COREMAP LIPI
berdasarkan (Gomez & Yap 1988 dalamManuputty dan Juwariyah 2009) :
Sangat baik = 75%-100%
Baik = 50%-74,9%
Sedang = 25%-49,9%
Buruk = 0%-24,9%
Indikator kesehatan ekosistem terumbu karang terdiri dari kondisi fisik
ekologi terumbu karang (dalam bentuk persen tutupan karang batu hidup/HC)
dan biota asosiasi terumbu karang yang mempungaruhi karang batu hidup.
Kondisi fisik ekosisitem terumbu karang juga dipengaruhi oleh substrat dasar
terumbu karang lain seperti DC ( karang mati yang ditumbuhi algae dan karang
mati yang berwarna putih), MA (makro alga / Fleshy Seaweed), SC (Karang
lunak), dan kondisi Abiotik (Sand, Silt, Rubble dan Rock).
3.5.2. Kelimpahan Mega Bentos
Kelimpahan Mega bentos adalah jumlah individu tiap satuan luas dan
waktu tertentu dan berdasarkan dengan dengan rumus berikut (Zar dan Brower
1987) :
# = $
Keterangan :
D = kelimpahan Megabentos ind.(m2
)-1
Ni = Jumlah individu species Megabentos
A = luas (m2)
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
8/12
24
3.5.3. Indeks Keanekaragaman Mega Bentos
Keanekaragaman suatu biota air dapat ditentukan dengan menggunakan
teori Shannon-Wienner yang menunjukan kekayaan spesies dalam suatu
komunitas dan juga memperlihatkan keseimbangan dalam pembagian jumlah per
individu per spesies. Untuk melihat keanekaragaman Mega bentos maka
digunakan rumus Shannon-Wiener (Krebs 1989) dengan menggunakan persamaan
:
&=' ( )* +, )*-
*=1
Keterangan :
H= indeks keanekaragaman
Pi = ni/N
ni = jumlah individu spesies ke-i
N = jumlah individu total
S = jumlah spesies
Kriteria hasil keanekaragaman (H) adalah sebagai berikut :
H .1.6 : Keanekaragaman rendah1.6
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
9/12
25
3.5.4. Indeks Similaritas Bray Curtis
Menurut Handojo (2006) pola pengelompokan habitat terumbu karang
dilihat dengan analisis cluster berdasarkan indeks similaritas Bray Curtis yang
menggunakan data komposisi habitat (parameter biologis). Data komposisi habitat
yang digunakan untuk pengelompokan tersebut yaitu nilai presentase tutupan
karang hidup berdasarkan life form(Dartnal dan Jones 1986dalam Handojo 2006)
dengan rumus indeks similaritas Bray Curtis :
Keterangan :
B : Disimilaritas Bray Curtis
S : Similaritas Bray Curtis
Xij, Xik : Jumlah jenis ke-I dalam setiap sampel j dan k
n : Jumlah jenis dalam sampel
Indeks similaritas Bray Curtis berkisar antara 0-1. Nilai S = 0 menunjukan
tingkat kesamaan yang paling rendah dan nilai S = 1 menunjukan kesamaan yang
paling tinggi. Kumpulan indeks similaritas Bray Curtis digunakan untuk membuat
matriks similaritas dan kemudian dikombinasikan untuk membentuk dendogram
berdasarkan metode keterkaitan (ikatan) rata-rata antar kelompok. Dari nilai
tingkat keterkaitan dibuat hirarki kelompok statiun pengamatan (habitat).
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
10/12
26
3.6.Analisis Data
Data yang dihasilkan ditampilkan secara spasial, untuk mengetahuihubungan antara kelimpahan dan keanekaragaman mega bentos dengan kondisi
terumbu karang maka digunakan korelasi dan analisis regresi.
3.6.1.
Analisis Spasial
Visualisasi data spasial menampilkan dimensi dari data yang telah
dikelompokan yang melalui beberapa proses seperti pada gambar 8. Data tersebut
diolah menggunakan software Arcgis 10.1 yang dapat merepresentasikan data
dalam bentuk peta secara spasial dengan teknik interpolasi yang bertujuan untuk
memprediksi nilai yang tidak diketahui untuk setiap data titik geografis dan dapat
menggambarkan distribusi mega bentos dan habitatnya pada daerah penelitian
(Georgakarakos dan Kitsiou 2008). Selanjutnya hasil analisis yang berupa grafik,
tabel dan peta dibahas secara deskriptif.
Gambar 8. Proses penyajian data spasial
Survey Mega bentos dan Terumbu
Karang
Kondisi lapangan Dunia nyata
Model data nyata
Pengolahan Data Spasial
Visualisasi Data Spasial
Kelimpahan, Keanekaragaman,
dan Similaritas Habitat
Sistem Koordinat Data Konversi sistem
Menyusun Layout Peta
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
11/12
27
3.6.2. Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk mencari arah dan hubungan antara
kelimpahan dan keanekaragaman mega bentos dengan presentase tutupan karang
keras hidup atau mortalitas yang didukung parameter fisik-kimia perairan.
Kuatnya hubungan antara variabel yang dihasilkan dari analisis korelasi dapat
diketahui berdasarkan besar kecilnya koefisien korelasi yang harganya antara
minus satu (-1) sampai dengan plus satu (+1). Bila koefisien (r) tinggi, pada
umumnya koefisien regresi (b) tinggi, maka pada umumnya koefisien regresi juga
minus (-), maka pada umumnya koefisien regresi juga minus (-) dan sebaliknya
(Sugiyono 2011)
Analisis korelasi dalam regresi linier digunakan koefisien determinasi
(R2). Koefisien determinasi menunjukan berapa besar perubahan pada variabel
dependen (y) yang dapat dijelaskan oleh variabel independen (x). Data yang
dianalisis disajikan secara deskriptif komparatif
-
8/9/2019 Indeks kesamaan
12/12
28
3.6.3. Analisis Regresi Mega Bentos dan hubungannya dengan Terumbu
Karang
Analisis regresi digunakan untuk melihat keterkaitan antara berbagai
macam species mega bentos dengan tutupan karang hidup dimana variabel
independen sebagai faktor prediktor lebih dari satu variabel. Variabel yang
diprediksi disebut variabel dependen yang umumnya ditulis dengan lambang y
kelimpahan jenis megabentos/ keanekaragaman mega bentos sedangkan variabel
yang memprediksi disebut variabel independen, yang ditulis dengan x yaitu
tutupan karang hidup atau mortalitas, serta parameter fisik-kimia pendukung
ekosistem terumbu karang seperti salinitas, kedalaman dan suhu. Formula yang
dihasilkan sebagai berikut (Sudjana 2005) :
34 = a + b1x1+ b2x2 + b3x3 + b4x4
Keterangan :
54 = Kelimpahan Jenis mega bentos / Keanekaragaman mega bentosa,b = Koefisien regresiX1 = tutupan karang hidup atau mortalitas
X2 = Salinitas
X3 = Kedalaman
X4 = Suhu
Dalam menginterpretasi model regresi linier ganda digunakan koefisien
determinasi (R2). Koefisien determinasi menunjukkan berapa besar perubahan
pada variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh seluruh variabel independen.