ind kont

Upload: ayu-larissa-putri

Post on 09-Jan-2016

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asdfghjkl

TRANSCRIPT

Indikasi 1. Dentin HipersensitifPenyebab utama dentin yang hipersensitif adalah karena terbukanya tubulus dentin. Ada 2 kemungkinan proses yanng menyebabkan tubulus dentin terbuka yaitu kehilangan jaringan pelindung periodontal atau resesi gingiva dan terkikisnya enamel (Garg, 2010). Diagnosis perlu dilakukan secara tepat untuk membedakan antara nyeri yang bersifat darurat atau hanya hipersensitif yang belum pernah ditangani secara tepat (Guttman & Lovhdal, 2011). Perawatan utama yang dilakukan adalah dengan menutup tubulus dentin untuk mencegah masuknya cairan dan desensitasi saraf untuk mengurangi respon terhadap stimulus (Garg, 2010).

2. Cracked tooth syndromeYang dimaksud dengan cracked tooth syndrome adalah fraktur sebagian dengan pulpa yang masih vital. Fraktur tersebut biasanya melibatkan enamel dan dentin, terkadang pulpa dan jaringan periodontal ikut terlibat. Anamnesa dapat dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memliliki kebiasaan buruk, trauma, dan makanan yang dikonsumsi. Untuk mengetahui letak crack selama pemeriksaan taktil dapat menggunakan ujung sonde (Garg, 2010).

Gambar 1. Cracked tooth (Garg, 2010)

3. Pulpitis reversible Pulpitis reversible akut ditandai dengan adanya inflamasi pada pulpa. Pasien biasanya pernah dilakukan prosedur restorasi, terapi periodontal, trauma minor seperti subluksasi atau konkusi. Banyak kasus pulpitis reversible yang disebabkan prosedur restoratif yang menyebabkan inflamasi yang melibatkan jaringan pulpa (Walton & Torabinejad, 2002). Gejala sensitifitas terhadap termal ini tidak mengganggu pasien ketika mengonsumsi makanan atau minuman dengan temperatur ekstrim. Apabila rasa sensitif tersebut merupakan keluhan utama dari pasien, operator harus dapat membedakan antara hipersensitif dan nyeri sebenarnya (Garg, 2010).

4. Pulpitis irreversible Jika inflamasi berlanjut, maka dapat menyebabkan pulpitis irreversible yang ditandai dengan nyeri spontan, respon berlebih terhadap panas atau dingin dimana nyeri tersebut bertahan beberapa menit hingga jam walaupun stimulus telah dihilangkan, nyeri dimalam hari, nyeri yang timbul pada daerah yang spesifik setelah makan atau minum, dan nyeri pada saat oklusi (Walton & Torabinejad, 2002). Antibiotik tidak diindikasikan pada kasus pulpitis irreversible. Pulpa yang terinflamasi irreversible masih vital dan immunokompeten, dengan kemampuan untuk menahan terjadinya infeksi bakteri. Tetapi pada umumnya beberapa operator memberikan antibiotik secara tidak tepat pada kasus ini (Garg, 2010).

Gambar 2. Radiografik menunjukkan karies pada pulpitis irreversible (Garg, 2010).

5. Abses periapikal akutTerbentuknya abses periapikal disebabkan oleh sistem imun tubuh yang rusak karena adanya invasi mikroorganisme ke dalam saluran akar. Beberapa bakteri memasuki apeks hingga kedalam jaringan periradikuler sehingga menghasilkan eksudat yang purulen (Garg, 2010).

Gambar 3. Abses periapikal akut yang berasal dari karies (Garg, 2010). 6. Periodontitis apikalis akutAdalah inflamasi pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang disebabkan oleh bakteri patogen dari pulpa (pulpa nekrosis) atau trauma oklusi yang ditandai dengan nyeri ekstrim saat perkusi, pulpektomi total atau sebagian merupakan indikasi, mengurangi oklusi bertujuan untuk meredakan gejala. Trephination (fistulasi buatan) dengan membuat drainase melalui mukosa merupakan kontraindikasi. Tekanan pada gigi yang ditransmisikan pada cairan yang menekan ujung saraf pada ligamen periodontal (Garg 2010; Walton & Torabinejad, 2008).

Gambar 4. Periodontitis apikalis akut (Garg, 2010).

Kontra Indikasi (Wong et al, 2014)1. Gigi dengan kelainan anatomis yang berat;2. Penyakit periodontalPerawatan tidak dapat dilakukan apabila terdapat penyakit periodontal, karena dapat memicu terjadinya kalsifikasi distrofik. 3. Rasio mahkota akar yang tidak adekuat4. Karies pada akar dan bifurkasi5. Fraktur vertikal6. Resorpsi internal disertai perforasi7. Temporo mandibular disorder, disebabkan proses perawatan yang membutuhkan waktu cukup lama sehingga dapat memicu stress dan disfungsi sendi temporo mandibula.

DAFTAR PUSTAKA

Garg N, Garg A. 2010. Textbook of Endodontics 2nd Ed. New Delhi. Jaypee Brothers Medical Publisher. Guttman JL, Lovhdal PE. 2011. Problem Solving in Endodontics. Missouri. ElsevierWalton RE, Torabinejad M. 2008. Principles and Practice of Endodontics 4th Ed. Philadelphia. Saunders. Wong A, Zhang C, Chu C. 2014. A systematic review of nonsurgical single-visit versus multiple-visit endodontic treatment. Clin Cosmet Investig Dent. 6: 4556.