imuno-fisik

Upload: stephanie

Post on 06-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

imunologi

TRANSCRIPT

Sistem imun non spesifikSistem imun non spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena sistem imun spesifik memerlukan waktu sebelum memberikan responnya. Sistem imun tersebut disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. Sistem pertahanan nonspesifik terdiri dari pertahanan fisik,pertahanan larut (biokimia) dan pertahanan seluler. (Baratawidjaja, 1991; Setiyo, 2015)

Pertahanan Fisik / MekanikDalam sistem pertahanan fisik atau mekanik ini, kulit, mukosa dan silia saluran nafas, batuk dan bersin, akan mencegah masuknya berbagai bakteri pathogen ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan mukosa yang rusak oleh asap rokok, akan meninggikan resiko infeksi. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada tubuh kita. (Avicenna, 2012; Baratawidjaja, 1991; Setiyo, 2015)a. KulitKulit merupakan suatu organ pada tubuh manusia yang membatasi dengan lingkungan luar. Dalam kedudukannya sebagai sistem imun, kulit memiliki 3 fungsi, antara lain : sebagai pelindung dari mikroorganisme yang merugikan, menghasilkan suatu protein (keratin) sehingga sulit didekomposisi oleh bakteri / mikroorganisme, menghasilkan keringat & minyak yang memberikan suasana asam pada kulit. Kulit yang tertutup merupakan pertahanan paling kuat untuk melindungi dari masuknya mikroba patogen. Dalam kulit terdapat sel langerhans pada lapisan epidermis yang menjaga kulit dari serangan benda asing. Terdapat juga proses deskuamasi yang berjalan terus-menerus dengan siklus yang tetap (kecuali pada psoriasis) setiap 28 hari sekali. Deskuamasi adalah proses terlepasnya stratum korneum yang telah mati dan akan digantikan dengan kulit yang baru yang bertujuan untuk membuang mikroorganisme patogen yang biasa menempel pada kulit (stratum korneum), dikenal pula dengan nama keratinisasi. Selain itu, terdapat juga suatu substansi antijamur, yaitu unsatturated transferin dan alfa2 makroglobulin keratinase inhibitor yang mencegah invasi jamur dermatofita dan mencegah pertumbuhan organisme pada lapisan yang lebih dalam. Jika sel langerhans dan keratinisasi ini gagal dalam menghadapi mikroorganisme patogen, maka selanjutnya akan datang bantuan dari mediator inflamasi seperti netrofil, limfosit, komplemen, PMN, dan aktivasi faktor penghambat serum (serum inhibitory factor) yang disebut proliferasi epidermis. Proliferasi epidermis inilah yang termasuk sistem imun non spesifik dari kelompok selular. Jika, sampai pada sistem imun non spesifik jenis selular ini belum berhasil mengatasi serangang patogen, maka akan dilanjutkan oleh sistem imun spesifik, pada kulit aktivitasnya dilakukan oleh sel limfosit T dan B. (Avicenna, 2012; Setiyo, 2015)Di dalam kulit juga terdapat perlindungan tubuh lain yaitu dari pigmen kulit. Warna pada kulit akan melindungi tubuh dari paparan cahaya matahari. Apabila intensitas paparan cahaya matahari tidak direduksi oleh warna kulit, tubuh akan mengalami radiasi berlebih seperti efek radiasi nuklir. Akibatnya kalau warna kulit tidak sesuai dengan paparan sinar matahari maka seseorang dapat terkena kanker kulit. (Avicenna, 2012; Setiyo, 2015)Secara fisika, ketebalan kulit dapat dihitung untuk menghadapi daya tekanan. Meskipun tipis, kulit mampu bertahan terhadap tekanan secara merata. Ketika ada tekanan, kulit akan menyebarkannya ke seluruh tubuh agar anggota tubuh bagian dalam dapat terlindungi. Di samping itu, kulit mampu memperbaiki dan memperbarui diri. Pembungkus ajaib ini memiliki struktur yang sangat lentur sehingga memungkinkannya bergerak secara bebas dan tidak mudah robek. Kulit juga mampu melindungi tubuh dari panas, dingin, dan sinar matahari yang merugikan. Kaitannya dengan sistem pertahanan tubuh, kulit mampu melindungi tubuh dari mikroorganisme penyebab penyakit. Karena bersifat semipermeabel yaitu tidak sembarang benda bisa menembusnya, kulit menjadi benteng terluar untuk menghalangi tamu-tamu asing sebelum masuk ke dalam tubuh. Kulit merupakan benteng pertahanan pertama dari berbagai ancaman yang datang dari luar, seperti bakteri. Sel-sel langerhans yang terdapat dalam lapisan kulit epidermis kulit merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. (Avicenna, 2012; Baratawidjaja, 1991; Setiyo, 2015)Kulit memiliki tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan subkuntan. Epidermis merupakan lapisan paling luar dan berfungsi sebagai lapisan proteksi. Proses deskuamasi terjadi pada lapisan ini. (Avicenna, 2012; Baratawidjaja, 1991; Setiyo, 2015)

Gambar Lapisan-lapisan Kulit (David, 2014)

b. Mukosa dan cilia (bulu halus) saluran nafasSalah satu jalan yang dilalui musuh untuk masuk ke dalam tubuh adalah saluran pernapasan. Ratusan macam mikroba dalam udara yang terhirup akan berusaha memasuki tubuh lewat jalur ini. Sekresi khusus pada mukosa hidung mampu menahan dan membersihkan sekitar 80% mikroorganisme yang memasuki sistem pernapasan secara langsung lewat partikel debu atau substansi lain. (Bernd, 2010; Yudianto 2014)Mukosa berperan dalam hal mencegah invasi mikroba ke epitel dan jaringan sekitar bahkan sistemik. Mukosa dibantu dengan silia saluran nafas (bulu hidung), mampu mengatur turbulensi udara yang masuk ke dalam tubuh lewat hidung. Dengan perantaraan silia dan mukosa, udara dingin akan berubah menjadi hangat ketika masuk ke dalam tubuh. Sebaliknya, jika udara di luar terlalu panas, silia dan mukosa akan melakukan proses pendinginan. Hasilnya, setiap udara yang masuk lewat hidung dapat diterima oleh paru-paru dengan suhu yang paling sesuai kondisi tubuh. (Bernd, 2010; Yudianto 2014)Mukosa dibantu dengan cilia saluran nafas, mampu mengatur turbulensi udara yang masuk ke dalam tubuh lewat hidung. Dengan perantaraan cilia dan mukosa, udara dingin akan berubah menjadi hangat ketika masuk ke dalam tubuh. Sebaliknya, jika udara di luar terlalu panas, cilia dan mukosa akan melakukan proses pendinginan. Hasilnya, setiap udara yang masuk lewat hidung dapat diterima oleh paru-paru dengan suhu yang paling sesuai kondisi tubuh. (Bernd, 2010; Yudianto 2014)

Gambar Cilia Saluran Nafas (Bernd, 2010)

DAFTAR PUSTAKA (kulit&mukosa+silia)

Avicenna. 2012. Sistem Pertahanan Kulit. Available online at : http://poetryimsez.blogspot.com/2012/01/sistem-pertahanan-pada-kulit.html. (diakses 7 Maret 2015)

Baratawidjaja, Karnen Garna. 1991. Imunologi Dasar. Edisi kedua. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Bernd, Karen. 2010. Epithelial Cells. Davidson College. Available online at : http://www.bio.davidson.edu/people/kabernd/BerndCV/ Lab/EpithelialInfoWeb/Ciliated%20Columnar%20Epithelium.html. (diakses 7 Maret 2015)

David D. NDa. 2014. Prodrug Strategies for Enhancing the Percutaneous Absorption of Drugs. South Africa : North West University. Available online at: http://www.mdpi.com/1420-3049/19/12/20780/htm. (diakses 7 Maret 2015)

Setiyo, Hardi. 2015. Definisi Sistem Imun. Available online at : http://www.academia.edu/7294780/ Definisi_Sistem_Imun. (diakses 7 Maret 2015)

Yudianto, Azmi. 2014. Cara Kerja Sistem Imun. Available online at : http://agenbioterra.com/informasi-kesehatan/191-cara-kerja-sistem-imun. (diakses 7 Maret 2015)