laporan praktikum imuno 2
DESCRIPTION
imunoTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNOLOGI
PEMISAHAN ANTIGEN DAN ANTISERA
OLEH:
ANGGREK WIRANTI
1001016
KELOMPOK II
TANGGAL PRAKTIKUM : 14 NOVEMBER 2013
DOSEN PEMBIMBING: Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm, Apt
ASISTEN:
1. THAHRIANI C
2. ULFA TURROHMAH
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2013
PEMISAHAN ANTISERA DAN ANTIGEN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui cara pemisahan antisera dan antigen
Untuk mendapatkan serum/plasma dari sel darah (golongan B)
II. TINJAUAN PUSTAKA
Darah manusia adalah cairan di dalam tubuh yang berfungsi untuk
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah.
Darah manusia berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai
merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan
oleh hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung besi dalam
bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul – molekul oksigen.
Komposisi
Darah terdiri daripada beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari
darah, angka ini dinyatakan dalam nilai hermatokrit atau volume sel darah merah yang
dipadatkan yang berkisar antara 40 sampai 47. Bagian 55% yang lain berupa cairan
kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.
Korpuskula darah terdiri dari:
Sel darah merah atau eritrosit (sekitar 99%).
Eritrosit tidak mempunyai nukleus sel ataupun organela, dan tidak dianggap
sebagai sel dari segi biologi. Eritrosit mengandung hemoglobin dan mengedarkan
oksigen. Sel darah merah juga berperan dalam penentuan golongan darah. Orang
yang kekurangan eritrosit akan menderita penyakit anemia.
Keping-keping darah atau trombosit (0,6 - 1,0%)
Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah.
Sel darah putih atau leukosit (0,2%)
Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Leukosit bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang
tetap. Orang yang kelebihan leukosit akan menderita penyakit leukimia,
sedangkan orang yang kekurangan leukosit akan menderita penyakit leukopenia.
Susunan Darah. serum darah atau plasma terdiri atas:
1. Air: 91,0%
2. Protein: 8,0% (Albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
3. Mineral: 0.9% (natrium klorida, natrium
bikarbonat, garam dari kalsium, fosfor, kalium dan zat besi, nitrogen, dll)
4. Garam
Plasma darah pada dasarnya adalah larutan air yang mengandung :
albumin
bahan pembeku darah
immunoglobin (antibodi)
hormon
berbagai jenis protein
berbagai jenis garam
Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning
yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume
darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10%
berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida.
Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh
ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat,
plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025
kg/l. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor
penting dalam proses pembekuan darah.
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan kata lain,
golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian disebut antigen) yang terkandung di
dalam sel darah merah. Ada dua jenis penggolongan darah yang paling penting, yaitu
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Pengetahuan mengenai golongan darah
dimulai pertama kali, setelah penemuannya oleh Karl Landsteiner tahun 1900. Landsteiner
menemukan bahwa darah seseorang dapat dibagi dalam golongan-golongan, yaitu: A, B,
AB, dan O.
Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang
terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
Tabung reaksi
Tabung sentrifus
Sentrifus dan pipet tetes
Tabung reaksi 10 ml
BAHAN
Darah golongan A, B ,AB, dan O
Lar. NaCL fisiologis
Kalsium klorida
Ammonium oksalat
Natrium azida
IV. PROSEDUR KERJA
Pemisahan plasma (antisera) dan eritrosit (antigen)
1. Ambil darah 5 ml, masukkan dalam tabung sentrifus.
2. Sentrifugasi 2000 rpm selama 10 menit.
3. Ambil plasma dan masukkan dalam tabung reaksi (antisera golongan darah B)
Pemurnian eritrosit (antigen)
1. Eritrosit pada tabung sentrifus di tambah dengan larutan NaCL fisiologis sama
banyak, aduk dengan cara memutar – mutarkan tabung sentrifus pada kedua telapak
tangan.
2. Sentrifugasi 200 rpm selama 10 menit.
3. Buang supernatannya, lalu tambah lagi dengan larutan NaCL sama banyak, aduk
dengan cara memutar-mutarkan tabung sentrifus pada kedua telapak tangan.
4. Sentrifugasi 200 rpm lagi selama 10 menit.
5. Lakukan prosedur ini sampai 3 kali, sehingga diperoleh eritrosit bersih( eritrosit ini
dianggap 100 %).
Pemurnian plasma (antisera)
1. Cairan plasma ditambahkan kristal kalsium klorida sebanyak 1 mg untuk 1 ml ,aduk,
biarkan 10 menit.
2. Saring dengan kapas, lalu ditambahkan lagi kalsium klorida sebanyak 1 mg untuk 1
ml darah, aduk, biarkan 10 menit.
3. Lakukan sebanyak 3 kali
4. Kemudian ditambahkan dengan kristal ammonium oksalat sebanyak 1 mg untuk 1 ml
darah, aduk, biarkan 10 menit, kemudian saring.
5. Ditambahkan natrium azida sebanyak 1 mg untuk 1 ml darah
6. Antisera siap digunakan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pemisahan yang dilakukan dengan sentrifuge diperoleh dua lapisan. Lapisan
antisera dan lapisan antigen. Lapisan antisera berwarna merah pekat dan lapisan antigennya
berwarna merah.
Gambar 1. Hasil pemisahan antisera dan antigen
Warna antisera yang berwarna merah disebabkan karena sampel yang digunakan telah
lisis sebelumnya sehingga eritrositnya keluar dan antisera berwarna merah. Antisera yang
diperoleh sebanyak 2,1 ml.
Pemurnian antigen dilakukan dengan melakukan sentrifugasi sebanyak 3 kali agar
hasil yang didapat benar – benar murni dengan cairan pembersih larutan NaCl fisiologis.
Pemurnian antisera menggunakan Kristal CaCl2 untuk mengikat senyawa murni
antisera lalu diberikan Kristal ammonium oksalat untuk mengendapkan, dan terakhir diberi
natrium azida sebagai pengawet. Masing – masing langkah tersebut juga dilakukan
sebanyak 3 kali agar didapat antisera yang murni dan siap digunakan.
VI. KESIMPULAN
Antisera / Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning
yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup.
Warna antisera yang berwarna merah disebabkan karena sampel yang digunakan
telah lisis sebelumnya sehingga eritrositnya keluar dan antisera berwarna merah.
Pemurnian antigen dilakukan dengan melakukan sentrifugasi sebanyak 3 kali agar
hasil yang didapat benar – benar murni.
Didalam antisera terdapat antibody dan didalam eritrosit terdapat antigen.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Nanny, K H. et all.1990. Isolasi imunogamaglobulin anti-T4 dari antisera. Seminar
Pendayagunaan Reaktor Nuklir untuk Kesejahteraan Masyarakat, PPTN- BATAN. Bandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/mikrositik.html
http://www.medicastore.com
http://stitidharma.org/golongan-darah/
http://smabiologi.blogspot.com/2013/09/apa-pengertian-antiserum.html
LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNOLOGI
PEMERIKSAAN SPESIFISITAS ANTISERA
OLEH:
ANGGREK WIRANTI
1001016
KELOMPOK II
TANGGAL PRAKTIKUM : 14 NOVEMBER 2013
DOSEN PEMBIMBING: Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm, Apt
ASISTEN:
1. THAHRIANI C
2. ULFA TURROHMAH
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2013
PEMERIKSAAN SPESIFISITAS ANTISERA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui cara pemeriksaan spesifisitas antisera
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ada beberapa sistem penggolongan darah, namun yang terpenting untuk tujuan klinis
adalah sistem penggolongan darah ABO dan Rhesus. Menurut sistem penggolongan darah
ABO, darah dibagi 4 golongan, yakni golongan A, B, AB dan O; untuk penetapan
golongan darah tersebut digunakan reagen yang disebut antisera.
.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah
dibubuhi zat anti-koagulanyang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh
ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat,
plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025
kg/l. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi
lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor
penting dalam proses pembekuan darah.
Antibodi dalam antiserum mengikat agen menular atau antigen. Sistem kekebalan
tubuh kemudian mengakui agen-agen asing terikat antibodi dan memicu respon imun yang
lebih kuat. Penggunaan antiserum sangat efektif melawan patogen yang mampu
menghindari sistem kekebalan tubuh dalam keadaan tidak distimulasi, tetapi yang tidak
cukup kuat untuk menghindari sistem kekebalan tubuh dirangsang. Keberadaan antibodi
kepada agen karena itu tergantung pada “korban beruntung” awal yang sistem kekebalan
tubuh secara kebetulan menemukan counteragent ke patogen, atau “spesies inang” yang
membawa virus tetapi tidak menderita dari efek nya. Saham lebih lanjut dari antiserum
kemudian dapat dihasilkan dari donor awal atau dari organisme donor yang diinokulasi
dengan patogen dan disembuhkan oleh beberapa saham yang sudah ada sebelumnya
antiserum.
Komponen Penyusun antiserum (Plasma Darah)
Senyawa atau zat-zat kimia yang larut dalam cairan darah antara lain sebagai berikut:
a. Sari makanan dan mineral yang terlarut dalam darah, misalnya monosakarida,
asam lemak, gliserin, kolesterol, asam amino, dan garam-garam mineral.
b. Enzim, hormon, dan antibodi, sebagai zat-zat hasil produksi sel-sel.
c. Protein yang terlarut dalam darah, molekul-molekul ini berukuran cukup besar
sehingga tidak dapat menembus dinding kapiler. Contoh:
Albumin, berguna untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik
darah.
Globulin, berperan dalam pembentukan g-globulin, merupakan
komponen pembentuk zat antibodi.
Fibrinogen, berperan penting dalam pembekuan darah.
d. Urea dan asam urat, sebagai zat-zat sisa dari hasil metabolisme.
e. O2, CO2, dan N2 sebagai gas-gas utama yang terlarut dalam plasma.
Fungsi antiserum (Plasma Darah)
Bagian plasma darah yang mempunyai fungsi penting adalah serum. Serum
merupakan plasma darah yang dikeluarkan atau dipisahkan fibrinogennya dengan cara
memutar darah dalam sentrifuge. Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat
antibodi. Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam
tubuh. Protein asing yang masuk ke dalam tubuh disebut antigen.
Antiserum adalah produk yang berasal dari darah yang dapat digunakan untuk
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh seseorang yang telah terkena patogen atau toksin
sehingga sistem kekebalan tubuh dapat menghilangkannya. Antisera digunakan bila
pengobatan lain tidak tersedia, atau sebagai salah satu garis pertahanan dalam rencana
pengobatan, tergantung pada spesifikasi situasi. Banyak perusahaan memproduksi antiserum
untuk penggunaan medis dan penelitian, dan aplikasi yang paling umum dari antiserum
adalah sebagai produk antivenin digunakan untuk mengobati paparan ular berbisa dan
binatang beracun lainnya.
Antiserum terdiri dari serum darah, bentuk dimurnikan plasma darah yang sarat
dengan antibodi poliklonal yang dihasilkan oleh organisme inang. Antibodi poliklonal klon
sel induk yang menghasilkan antibodi terhadap satu atau lebih antigen. Ketika antibodi
memasuki tubuh pasien, mereka menempel pada antigen mereka mengenali dan sistem
kekebalan tubuh melihat mereka sehingga bisa menyerang. Pada dasarnya, tindakan
antiserum seperti bendera, menempel ke antigen dan penandaan mereka sehingga mereka
dapat dilihat oleh sistem kekebalan tubuh.
Beberapa racun dan patogen mengandalkan menyerang sementara sistem kekebalan
tubuh yang tersisa aktif. Mereka relatif lemah, dan ketika sistem kekebalan tubuh terbangun
dengan infus antiserum, dapat menghilangkan penyerbu yang bermusuhan. Sumber
Antiserum bervariasi, tergantung pada jenis patogen atau toksin seseorang yang telah
terkena.
Salah satu sumber adalah manusia yang berhasil bertahan hidup dari terinfeksi atau
serangan berbisa. Misalnya, dengan Ebola, penyakit yang berbahaya yang menolak semua
bentuk lain dari perawatan, antiserum yang dimurnikan dari darah dari beberapa korban
beruntung telah digunakan untuk berhasil mengobati orang-orang yang telah terkena
penyakit. Antibodi yang berasal dari korban manusia kadang-kadang digunakan pada tahap
awal epidemi, sementara peneliti masih mengidentifikasi penyakit dan mengembangkan
pendekatan untuk pengobatan.
Secara komersial, antiserum dapat dihasilkan dari hewan yang membawa infeksi,
tetapi tidak sakit, atau dari hewan yang terkena jumlah kecil dari patogen dari waktu ke
waktu. Eksposur tersebut memberikan sistem kekebalan tubuh dari waktu hewan untuk
merespon dan mengembangkan antibodi, dan darah dapat diambil dan diproses untuk
mengembangkan antiserum. Antisera dapat berlangsung singkat, dan mungkin cukup mahal
karena jumlah pekerjaan yang terlibat dalam produksi, sehingga mereka biasanya disimpan
ditebar di pusat medis utama saja, dengan rumah sakit dan klinik membuat permintaan ketika
mereka membutuhkan antiserum spesifik yang lebih kecil.
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Pipet tetes
Objek glass
Tabung reaksi
Tusuk gigi
BAHAN :
Eritrosit murni gol A, B, AB, O
Larutan NaCL fisiologis
IV. PROSEDUR KERJA
Pembuatan eritrosit 5 %
Masukkan kedalam tabung reaksi larutan NaCL sebanyak 19 tetes.
Dengan menggunakan pipet tetes yang sama, masukkan kedalam tabung reaksi
diatas 1 tetes eritrosit golongan A.
Aduk hingga homogen dengan cara memutar-mutar menggunakan kedua
telapak tangan sehingga diperoleh larutan 5 %.
Hal yang sama dilakukan terhadap eritrosit murni golongan B,AB, dan O,
sehingga diperoleh masing-masing larutan eritrosit 5%.
Tandai larutan keempat tersebut.
Uji spesifitas antisera
Teteskan diatas 4 buah objek glass bersih larutan antisera (plasma golongan A
yang telah dimurnikan) masing-masing sebanyak 1 tetes.
Pada objek glass pertama ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan A, lalu
amati reaksi yang terjadi
Pada objek glass kedua ditambahkan 1 tetes 5% golongan eritrosit B, lalu amati
reaksi yang terjadi
Pada objek glass ketiga tambahkan 1 tetes eritrosit 5 % golongan AB , lalu
amati reaksi yang terjadi.
Dan pada objek glass keempat ditambahkan 1 tetes eritrosit 5% golongan O,
lalu amati reaksi yang terjadi.
Pengerjaan yang sama juga dilakukan terhadap plasma golongan A, B, AB. Dan
O.
Tabelkan hasil reaksi yang terjadi, Bila terjadi aglutinasi dinyatakan dengan
tanda (+) dan bila reaksi negatif dinyatakan dengan tanda negatif (-).
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Plasma A Plasma B Plasma O Plasma AB Plasma AB
Eritrosit A
5%-
+
8’ 25”
+
3’ 20”- -
Eritrosit B
5%
+
9’ 12”-
+
3’ 8”- -
Eritrosit AB
5%
+
7’ 13”
+
9’ 36”
+
3’ 27”- -
Eritrosit O
5%- - - - -
Terjadinya reaksi aglutinasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di
permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B
dalam serum darahnya sehingga apabila eritrosit A direaksikan dengan plasma B maka
akan terjadi aglutinasi.
Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah
merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya sehingga
jika eritrosit B direaksikan dengan plasma A akan terjadi aglutinasi.
Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B
serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B sehingga ketika
direaksikan tidak terjadi aglutinasi.
Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B sehingga terjadi aglutinasi.
Gambar 2. Eritrosit 5% gambar 3. Uji spesifitas dan aviditas
VI. KESIMPULAN
Aglutinasi terjadi karena adanya reaksi antara antisera dengan antigen.
Serum tampak sangat jernih dan mengandung zat antibodi.
Eritrosit berwarna merah dan mengandung antigen.
Antibodi ini berfungsi untuk membinasakan protein asing yang masuk ke dalam tubuh.
Protein asing yang masuk kedalam tubuh disebut antigen.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/mikrositik.html
http://www.medicastore.com
http://stitidharma.org/golongan-darah/
http://smabiologi.blogspot.com/2013/09/apa-pengertian-antiserum.html
LAPORAN PRAKTIKUM
IMUNOLOGI
PEMISAHAN ANTIGEN DAN ANTISERA
OLEH:
ANGGREK WIRANTI
1001016
KELOMPOK II
TANGGAL PRAKTIKUM : 14 NOVEMBER 2013
DOSEN PEMBIMBING: Dra. SYILFIA HASTI, M.Farm, Apt
ASISTEN:
1. THAHRIANI C
2. ULFA TURROHMAH
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
2013
PEMERIKSAAN AVIDITAS DAN TITER ANTISERA
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Untuk mengetahui cara pemeriksaan aviditas dan titer antisera.
Untuk menghitung waktu ternya penggumpalan
II. TINJAUAN PUSTAKA
Antiserum (jamak: antiserum) adalah serum darah yang mengandung
poliklonalantibodi. Antiserum digunakan untuk menyampaikan pasif kekebalan banyak
penyakit. Transfusi antibodi pasif dari korban manusia sebelumnya adalah pengobatan
yang efektif hanya dikenal untuk Ebola infeksi (tetapi dengan tingkat keberhasilan kecil).
Reaksi antigen-antibodi yang digunakan pada serologi diagnostic:
1. Uji Presipitasi
Presipitasi terjadi antara molekul Ab dan Ag pada bentuk solubel. Pada pengujian ini
antigen berbentuk koloidal. Laju presipitasi sangat tergantung pada proporsi antigen dan
antibodi pada campuran. Terdapat beberapa cara pengujian pada metode presipitasi,
yakni:
Uji tabung
Dengan mencampur pada tabung, masukkan dilusi antigen atau antibodi dengan jumlah
tertentu. Dilusi dilakukan dari konsentrasi tinggi (tabung pertama) sampai konsentrasi
terendah (tabung terakhir). Presipitat timbul pada tabung yang mengandung Ag dan Ab
secara proporsional.
Presipitasi Cincin
Antigen dilapiskan pada serum (antibodi), terjadi difusi setelah mencapai ikatan
proporsional dengan antibodi akan menghasilkan presipitasi berbentuk cincin.
Difusi Gel
Pada pengujian ini memungkinkan antigen dan antubodi berdifusi perlahan dari arah
tertentu melalui gel. Pada cara ini homogenitas dan derajat kemurnian dari berbagai
antigen dapat diuji. Pita presipitasi terbentuk pada setiap antigen dapat saling bertemu,
atau bersilangan menunjukkan: bersambungan, antigen identik secara imunologik
(terhadap serum uji), bercabang: antigen berhubungan sebagian, bersilangan:
menunjukkan antigen tidak berhubungan.
2. Metode difusi tunggal
Di sini anti serum dalam agar semi solid, zona buffer dari agar dan antigen terpisah
secara vertikal dalam tabung. Garis presipitasi terbentuk dalam zona buffer.
3. Metode difusi ganda
Agar dituang pada plat. Di bagian tengah diisi antigen atau antiserum sedangkan sera atau
ekstrak di bagian tepi. Pita presipitasi terbentuk dalam gel pada posisi Ag dan Ab
mencapai proporsi optimal setelah berdifusi. Dapat dimodifikasi dengan uji mikrodilusi
menggunakan obyek gelas
4. Immunoelektroforesis
Jika terdapat sejumlah Ag dalam larutan seperti serum, sulit memisahkan pita presipitasi
yang timbul pada setiap reaksi Ab-Ag, bila hanya menggunakan cara difusi di atas.
Komponen serum dipisahkan dengan elektroforesis dalam agar gel dan antiserum
dibiarkan berdifusi melalui komponen yang dihasilkan pada pita-pita yang terbentuk.
5. Elektroforesis “roket”
Merupakan metode kuantitatif, dilakukan elektroforesis antigen ke dalam gel yang telah
mengandung antibodi. Presipitasi yang terjadi berbentuk roket, panjang masing-masing
roket menunjukkan konsentrasi antigen.
6. Immunodifusi radial tunggal
Antiserum monospesifik ditambahkan ke dalam gel, kemudian dituang pada slide
petridisk atau lempeng plastik. Dibuat lubang gel, larutan antigen dimasukkan pada
lubang. Terjadi difusi sehingga terbentuk zona sirkuler yang menunjukkan jarak
proporsional dengan jumlah antigen yang ditambahkan pada setiap lubang. Kuantitasi
antigen yang diperiksa diketahui dari perbandingan cincin presipitasi dibandingkan
dengan cincin presipitasi kontrol.
7. Uji aglutinasi
Digunakan untuk antigen berukuran besar, pada reaksi ini antibodi dikontakkan dengan
antigen yang merupakan bagian permukaan suatu material misalnya eritrosit,
mikroorganisme atau partikel anorganik (polystyrenelatex) yang telah dicoated dengan
Ag. Reaksi Ab-Ag membentuk agregat yang dapat diamati atau aglutinasi.
8. Uji Litik
Uji ini tergantung pada proses lisis dari darah atau bakteri dari suatu sistem yang
mengandung antigen, direaksikan dengan antibodi dan komplemen. Antigen yang
digunakan berupa :
Sel (uji litik langsung)
Bahan yang diadsorbsikan pada eritrosit atau lekosit (uji litik tidak langsung)
Serological Inhibition Test
Untuk mendeteksi netralisasi antigen dan antibodi dengan mendemonstrasikan
hambatan pada reaksi tertentu yang secara normal terjadi pada antigen atau
organisme.
Aplikasi:
Deteksi antistreptolisin O
Animal protection tes
Viral haemagglutination inhibition
Viral neutralization test menggunakan CPE pada kultur
9. Immunoflourescence
Cat flourescence atau rhodamin diikatkan pada antibodi tanpa merusak spesifitasnya.
Suatu konjugat dikombinasi dengan antigen (misalnya potongan jaringan) dan diikat oleh
antibodi akan tampak dengan mikroskop UV, distribusi Ag pada jaringan atau sel.
10. Skin Test
Memanfaatkan reaksi kulit sebagai indikator sistem. Ada dua cara:
Pasif, bila antigen dan serum diinokulasikan, misalnya menguji toksin-antitoksin
Aktif, bila status immunologik diuji
Skin test digunakan untuk mengetahui adanya:
Antibodi terhadap bakteri
Reaksi alergi
11. Antigen Binding Techniques
Metode ini digunakan untuk mengethui level antibodi dengan menentukan kapasitas
antiserum dalam kompleks dengan antigen radioaktif, atau dengan mengukur jumlah
immunoglobulin yang mengikat larutan antigen yang diberikan. Ada dua macam cara
pada metode ini:
Radioimmunoassay
Teknik Sandwich
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT :
Pipet tetes
Objek glass
Tabung reaksi 5 ml
Tusuk gigi
Stopwatch
BAHAN :
Larutan eritrosit 5% Gol A, B, AB, O
Larutan NaCL
IV. PROSEDUR KERJA
1. Uji aviditas antisera
Pengujian aviditas dilakukan terhadap antisera yang memberikan reaksi aglutinasi
terhadap antigen eritrosit reaksi (+) pada uji spesifitas.
Pengerjaan pengujian sama dengan uji spesifitas, tapi disini yang dihitung berapa
lama waktu yang diperlukan mulai di tetesi larutan eritrosit 5 % sampai terbentuk
aglutinasi.
Tabelkan waktu yang diperoleh untuk terjadi aglutinasi tersebut.
2. Uji titer antisera
Pada rak, letakkan secara berurutan 10 buah tabung reaksi kecil yang masing-
masingnya telah di tandai dengan ½, ¼ sampai 1/512 dan K (kontrol).
Pada tabung reaksi ke 1 (½) sampai dengan tabung ke 9 (1/512 ) dimasukkan
larutan NaCL sebanyak 0,2 ml (4 tetes) dan pada tabung K 8 ml.
Pada tabung reaksi ke 1 di tambahkan antisera (golongan A) sebanyak 0,2 ml ( 4
tetes), lalu aduk.
Ambil 0,2 ml ( 4 tetes ) larutan pada tabung ke 1 dan masukkan ke tabung reaksi
ke 2, aduk dan begitu seterusnya sampai tabung reaksi ke 9 dan tabung reaksi ke 9
ini dibuang 0,2 ml (4 tetes).
Pada masing2 tabung reaksi di tambahkan suspensi eritrosit 5 % golongan B
sebanyak 0,005 ml (1 tetes)
Biarkan 10 ml , lalu disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 5 menit.
Amati pengenceran yang tertinggi yang masih mengalami aglutinasi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambar 4. Uji aviditas
Hasil pengamatan aviditas
Plasma A Plasma B Plasma O Plasma AB Plasma AB
Eritrosit A
5%-
+
8’ 25”
+
3’ 20”- -
Eritrosit B
5%
+
9’ 12”-
+
3’ 8”- -
Eritrosit AB
5%
+
7’ 13”
+
9’ 36”
+
3’ 27”- -
Eritrosit O
5%- - - - -
Aviditas (avidity) adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kekuatan gabungan dari interaksi ikatan ganda (sebagai kontras dari afinitas, yang
menggambarkan kekuatan ikatan tunggal). Aviditas menggambarkan interaksi antigen-
antibodi, di mana ikatan lemah terbentuk antara antigen dan antibodi. Secara individual
mungkin lemah, namun ketika hadir pada saat yang sama, efek keseluruhan mengikat kuat
antigen dan antibody (kamus kesehatan,com). Pengujian ini termasuk uji kualitatif dengan
menghitung waktu terbentuknya reaksi aglutinasi.
Waktu yang dibutuhkan plasma B untuk bereaksi dengan eritrosit A 5% adalah 8
menit 25 detik. Dan waktu yang dibutuhkan plasma B untuk bereaksi dengan eritrosit A 5%
adalah 9 menit 36 detik. Namun waktu ini sangat individual, tergantung dari sifat
antibodinya.
Hasil pengamatan uji titer
P E ½ 1/4 1/8 1/16 1/32 1/64 1/128 1/256 1/512 K
B A + + + + + + + + + +
Pada uji titer, konsentrasi plasma B diturunkan dari ½ sampai 1/512. Pengamatan ini
bertujuan sampai batas mana pengenceran plasma B (antibodi B) efektif terhadap ikatan
antibodi-antigen. Dari hasil pengamatan, dari tabung 1 hingga 9 masih menunjukkan
aktivitas ikatan antibodi-antigen (reaksi aglutinasi),hal ini menunjukkan bahwa sampai
dengan pengenceran 1/512 plasma B masih efektif dalam menjalankan perannannya
sebagai antibodi.
VI. KESIMPULAN
Aviditas menggambarkan interaksi antigen-antibodi, di mana ikatan lemah terbentuk
antara antigen dan antibodi. Secara individual mungkin lemah, namun ketika hadir pada
saat yang sama, efek keseluruhan mengikat kuat antigen dan antibody (kamus
kesehatan,com). Pengujian ini termasuk uji kualitatif dengan menghitung waktu
terbentuknya reaksi aglutinasi.
Waktu yang dibutuhkan plasma B untuk bereaksi dengan eritrosit A 5% adalah 8 menit
25 detik. Dan waktu yang dibutuhkan plasma B untuk bereaksi dengan eritrosit A 5%
adalah 9 menit 36 detik. Namun waktu ini sangat individual, tergantung dari sifat
antibodinya.
Untuk uji titer, masih terdapat antibody dalam konsentrasi terkecil yaitu 1/512. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam konsentrasi terkecil antibody masih bekerja.
VII. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Darah
http://analisqmateri.blogspot.com/2010/09/mikrositik.html
http://www.medicastore.com
http://stitidharma.org/golongan-darah/
http://smabiologi.blogspot.com/2013/09/apa-pengertian-antiserum.html