imunitas terhadap jamur

2
7/28/2019 imunitas terhadap Jamur http://slidepdf.com/reader/full/imunitas-terhadap-jamur 1/2 imunitas terhadap Jamur IMUNITAS TERHADAP JAMUR  Pada umumnya infeksi terhadap jamur (fungi) hanya terbatas diluar tubuh, tetapi beberapa  jamur dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Misalnya, spora jamur yang masuk ke dalam paru, akibatnya dapat mengaktifkan respon imun yang berupa manifestasi saluran nafas ringan, reaksi hipersensitivitas berat sampai berujung pada kematian.  Mekanisme hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan ( Cryptococ), resistensi terhadap fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel  polimorfonuklear/Coccidiosis (Baratawijdjaja, 1996). Beberapa jamur dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif, namun efek terhadap kelangsungan hidupnya masih belum diketahui. Menurut lokasi infeksinya, jamur pada manusia dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu : 1. -Jamur permukaan yang hidup di kulit mati, rambut dan kuku yang mengandung keratin 2. -Jamur subkutan yang hidup sebagai saprofit  3. -Jamur saluran nafas yang berasal dari saprofit tanah dan menimbulkan infeksi paru subklinis/akut  4. -Jamur yang menimbulkan infeksi superfisial pada kulit dan membran mukosa.  Jamur patogen telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari dan melemahkan  pertahanan host. Karakteristik utama dalam respon imun adalah interdependensi berbagai senjata sistem kekebalan tubuh dan interaksi antara pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen  jamur. Beberapa mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu komponen darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah berada pada organ target pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau merusak jamur. Sedangkan neutrofil dan monosit membantu dalam hal memberi sinyal inflamasi, seperi sitokin, kemokin dan melengkapi komponen. Setelah itu jamur dibunuh atau dirusak oleh pelepasan reaktif oksigen intermediet dan peptida antimikroba (Diamond at al , 1980; Mambula et al , 2000). Sel menggunakan mekanisme anti jamur intraseluler/ekstraseluler tergantung pada spesies yang menginfeksi, morphotype, dan rute paparan. Pada sel dendritik fungsinya adalah memulai imunitas bawaan dan adaptif ke berbagai mikroorganisme (Huang et al , 2001). Sel ini menangkap dan melakukan proses antigen, menyampaikan co-stimulasi limfosit molekul, lalu  bermigrasi ke organ limfoid dan mengeluarkan sitokin untuk memulai respon imun (Banchereau & Steinman, 1998). Peran sel dendritik ini yaitu menghubungkan respon bawaan dan adaptif terhadap berbagai patogen jamur termasuk fumigatus Aspergillus,Cryptococcus neoformans dan C.albicans. Sinyal yang ditransmisikan oleh sel dendritik dapat bervariasi tergantung pada jamur yang ditemui atau morfotype dengan perbedaan yang dihasilkan pada saat menimbulkan respon imun adaptif temporal, produksi sitokin dan pengembangan akhir tanggapan T-sel tertentu, serta  peran modulasi imunitas sehingga membatasi cedera autoimun. Kebanyakan jamur sel membran mengandung ergosterol daripada kolesterol pada bagian dinding selnya. Amfoterisin B langsung mengikat ergosterol, sedangkan azoles dan terbinafine target mensintesis ergosterol. Sistem pertahanan kekebalan bawaan, termasuk B-glucan reseptor (TLRs), telah berevolusi untuk mengenali dan merespon komponen dinding sel jamur. Sebagai contoh, pada fagositosis permukaan sel adalah TLRs yang mengidentifikasikan molekul pada  pola yang ditemukan pada mikroba (termasuk jamur). Reseptor ini terdiri dari domain ekstraseluler yang membedakan produk mikroba dan sebuah domain sitoplasmik yang mengirimkan sinyal intraseluler protein adaptor. Salah satu adaptor seperti, MyD88 memulai

Upload: ryan-budi-gunawan

Post on 03-Apr-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: imunitas terhadap Jamur

7/28/2019 imunitas terhadap Jamur

http://slidepdf.com/reader/full/imunitas-terhadap-jamur 1/2

imunitas terhadap Jamur 

IMUNITAS TERHADAP JAMUR  Pada umumnya infeksi terhadap jamur (fungi) hanya terbatas diluar tubuh, tetapi beberapa

 jamur dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Misalnya, spora jamur yang masuk ke

dalam paru, akibatnya dapat mengaktifkan respon imun yang berupa manifestasi saluran nafasringan, reaksi hipersensitivitas berat sampai berujung pada kematian. 

Mekanisme hidup jamur sama dengan bakteri, kapsul yang sulit dimakan (Cryptococ),

resistensi terhadap fagositosis (Histoplasma) dan destruksi sel

 polimorfonuklear/Coccidiosis (Baratawijdjaja, 1996). Beberapa jamur dapat mengaktifkankomplemen melalui jalur alternatif, namun efek terhadap kelangsungan hidupnya masih belum

diketahui. 

Menurut lokasi infeksinya, jamur pada manusia dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu : 

1.  -Jamur permukaan yang hidup di kulit mati, rambut dan kuku yang mengandung keratin 

2.  -Jamur subkutan yang hidup sebagai saprofit 

3.  -Jamur saluran nafas yang berasal dari saprofit tanah dan menimbulkan infeksi paru

subklinis/akut 4.  -Jamur yang menimbulkan infeksi superfisial pada kulit dan membran mukosa. 

Jamur patogen telah mengembangkan mekanisme untuk menghindari dan melemahkan

 pertahanan host. Karakteristik utama dalam respon imun adalah interdependensi berbagai senjata

sistem kekebalan tubuh dan interaksi antara pertahanan host (inang) dan mekanisme patogen jamur. Beberapa mekanisme pertahanan dalam merespon berbagai bentuk jamur, yaitu

komponen darah yang meliputi neutrofil, makrofag dan monosit. Fagosit sudah berada pada

organ target pada saat infeksi sebagai upaya untuk membunuh atau merusak jamur. Sedangkanneutrofil dan monosit membantu dalam hal memberi sinyal inflamasi, seperi sitokin, kemokin

dan melengkapi komponen. Setelah itu jamur dibunuh atau dirusak oleh pelepasan reaktif 

oksigen intermediet dan peptida antimikroba (Diamond at al , 1980; Mambula et al , 2000). Sel

menggunakan mekanisme anti jamur intraseluler/ekstraseluler tergantung pada spesies yangmenginfeksi, morphotype, dan rute paparan. Pada sel dendritik fungsinya adalah memulai

imunitas bawaan dan adaptif ke berbagai mikroorganisme (Huang et al , 2001). Sel ini

menangkap dan melakukan proses antigen, menyampaikan co-stimulasi limfosit molekul, lalu bermigrasi ke organ limfoid dan mengeluarkan sitokin untuk memulai respon imun (Banchereau

& Steinman, 1998). Peran sel dendritik ini yaitu menghubungkan respon bawaan dan adaptif 

terhadap berbagai patogen jamur termasuk fumigatus Aspergillus,Cryptococcus neoformans danC.albicans. Sinyal yang ditransmisikan oleh sel dendritik dapat bervariasi tergantung pada jamur 

yang ditemui atau morfotype dengan perbedaan yang dihasilkan pada saat menimbulkan respon

imun adaptif temporal, produksi sitokin dan pengembangan akhir tanggapan T-sel tertentu, serta

 peran modulasi imunitas sehingga membatasi cedera autoimun. 

Kebanyakan jamur sel membran mengandung ergosterol daripada kolesterol pada bagian

dinding selnya. Amfoterisin B langsung mengikat ergosterol, sedangkan azoles dan terbinafine

target mensintesis ergosterol. Sistem pertahanan kekebalan bawaan, termasuk B-glucan reseptor 

(TLRs), telah berevolusi untuk mengenali dan merespon komponen dinding sel jamur. Sebagaicontoh, pada fagositosis permukaan sel adalah TLRs yang mengidentifikasikan molekul pada

 pola yang ditemukan pada mikroba (termasuk jamur). Reseptor ini terdiri dari domain

ekstraseluler yang membedakan produk mikroba dan sebuah domain sitoplasmik yangmengirimkan sinyal intraseluler protein adaptor. Salah satu adaptor seperti, MyD88 memulai

Page 2: imunitas terhadap Jamur

7/28/2019 imunitas terhadap Jamur

http://slidepdf.com/reader/full/imunitas-terhadap-jamur 2/2

sinyal yang mengarah ke ekspresi molekul microbicidal dan sitokin. Peran reseptor individu,

seperti TLR2, TLR4, dan TLR9, dalam MyD88 aktivasi bervariasi tergantung pada proses

menginfeksi jamur dan tempat infeksi. Reseptor spesifik diferensial mengaktifkan fungsi anti jamur yang dapat mengakibatkan perbedaan tangapan dan kerantanan terhadap infeksi

(Shoham et al , 2005). 

DAftar Pustaka: 

anchereau, J. & Steinman, R.M. (1998) Dendritic cells and the control of immunity. Nature, 392, 245 – 252. 

Diamond, R.D., Clark, R.A. & Haudenschild, C.C. (1980) Damage toCandida albicans hyphae and

 pseudohyphae by the myeloperoxidase system and oxidative products of neutrophil metabolism

in vitro. Journal of Clinical Investigation, 66, 908 – 917. 

Huang, Q., Liu, D., Majewski, P., Schulte, L.C., Korn, J.M., Young, R.A., Lander, E.S. & Hacohen, N.,

2001. The plasticity of dendritic cell responses to pathogens and their components. Science, 294,

870 – 875. 

Mambula, S.S., Simons, E.R., Hastey, R., Selsted, M.E. & Levitz, S.M., 2000. Human neutrophil-mediatednonoxidative antifungal activity against Cryptococcus neoformans. Infection and Immunity,

68,6257 – 6264. 

hoham, S. & Stuart, M.L., 2005. The immune response to fungal infections. Blackwell Publishing Ltd,British Journal of Haematology, 129, 569 – 582. Posted by Dny_Nomiya17 at 8:13 PM