implementasi sistem pembelajaran pai di...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI SISTEM PEMBELAJARAN PAI
DI HOMESCHOOLING
(STUDI KASUS DI HOMESCHOOLING FIKAR SCHOOL REMPOA)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas akhir perkuliahan
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Disusun Oleh:
Rizqi Minhajul M.H
11140110000058
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
1
ABSTRAK
Rizqi Minhajul M.H (11140110000058) : “Implementasi Sistem Pembelajaran
PAI di Homeschooling (studi kasus di Homeschooling Fikar School
Rempoa)”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pelaksanaan pembelajaran
PAI yang dilaksanakan di hoeschooling secara keseluruhan mulai dari
perencanaan, materi, metode, media, hingga evaluasi pembelajaran. Metode
penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis yaitu penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang keadaan nyata yang terjadi. Adapun tujuan utama dalam
menggunakan pendekatan ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang
sedang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah sistem pembelajaran yang
diterapkan pada homeschooling Fikar School tidak seperti sistem pembelajaran
yang diterapkan pada sekolah formal pada umumnya. Pada homeschooling Fikar
School pembelajaran yang dilakukan bertujuan agar siswa dapat menerapkan
materi yang telah diberikan oleh guru dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan
yang dilakukan pada homeschooling Fikar School tidak menggunakan RPP seperti
sekolah formal pada umumnya, para guru membuat perencaan dengan action
plan, namun pada pelajaran PAI guru tidak diwajibkan untuk membuat action
plan karena pmebelajaran dilaksanakan secara gabungan antar jenjang pendidikan
yaitu SD 2 kelas, SMP 1 kelas, dan SMA 1 kelas. Materi yang diajarkan yaitu
menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya tangkap siswa, contohnya materi
khulafaur rasyidin untuk siswa kelas 4-6 SD. Metode yang digunakan yaitu lebih
kepada metode-metode active learning bertujuan agar siswa tidak bosan dan
merasa senang dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajarn bias
tercapai dengan baik. Evaluasi yang digunakan yaitu Daily Progress Report atau
penilaian harian siswa dan penilaian raport pada umumnya, penilaian tidak hanya
dalam ranah kognitif saja tetapi juga dalam ranah afektif dan psikomotorik pada
keseharian siswa.
2
ABSTRACT
Rizqi Minhajul M.H (11140110000058): "Implementation of Islamic
Education Learning Systems in Homeschooling (case study at Homeschooling
Fikar School Rempoa)"
This study aims to determine the PAI learning implementation system carried
out in hoeschooling as a whole starting from planning, material, methods, media,
to evaluation of learning. The research method used by researchers is a qualitative
method with a descriptive analysis approach, namely research designed to gather
information about the real situation that occurs. The main purpose in using this
approach is to describe a situation that is happening at the time the research was
conducted.
The results found in this study are the learning systems applied to the
homeschooling of Fikar School unlike the learning systems applied to formal
schools in general. At Fikar School homeschooling learning is done so that
students can apply the material that has been given by the teacher in everyday life.
Planning carried out at the Fikar School homeschool does not use lesson plans
like formal schools in general, teachers make planning with an action plan, but in
PAI lessons teachers are not required to make an action plan because learning is
carried out jointly between education levels, namely SD 2 classes, SMP 1 class,
and class 1 high school. The material taught is to adjust to the needs and abilities
of students, for example rashidin khulafaur material for students in grades 4-6
elementary school. The method used is more than active learning methods so that
students do not get bored and feel happy in the learning process so that the
learning objectives can be achieved properly. The evaluation used is the Daily
Progress Report or the student's daily assessment and assessment of report cards
in general, the assessment is not only in the cognitive domain but also in the
affective and psychomotor domains of the students' daily lives.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
untuk Nabi Muhammad SAW karena perjuangannya penulis dapat merasakan
nikmatnya iman dan ilmu pengetahuan seperti sekarang. Penelitian ini berjudul
“Implementasi Sistem Pembelajaran PAI di Homeschooling (studi kasus di
homeschooling Fikar School Rempoa)”. Dalam menyelesaikan penelitian ini,
penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan berbagai pihak, terutama
kepada Ayahanda tercinta Almarhum Sumali, H. Suratno dan Ibunda tercinta Dra.
Sudiyanti yang telah banyak memberikan dorongan baik materil maupun moril
selama penulisan penelitian ini. Selain itu, pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Lubis sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta staf-staf kepegawaian di lingkungan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan periode 2015-2019 dan Dr. Sururin sebagai Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan periode 2019-2023 beserta seluruh staf.
3. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam yang telah banyak memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis
selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Siti Khadijah, MA, sebagai Dosen pembimbing yang telah banyak
membimbing, memberikan ilmu serta motivasi kepada penulis selama
proses penulisan skripsi.
i
5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak
memberikan ilmu dan motivasi kepada penulis selama kuliah di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kakak saya Mahfudz Hasbullah, adik saya Miftahul Anaam Hasbullah dan
Annisa Zahra Hasbullah, Nenek tersayang Laksmi, beserta seluruh
keluarga yang mendoakan, memberikan motivasi, dan bantuan selama
penulis kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Meifitha, Feilla, Amel, Riska, Nufus, Veera, Wiwin, Dian, Merry, Oca,
Hani, Ana, Ulfi, Alfi, Riri, sebagai sahabat-sahabat saya yang telah
meberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama proses penulisan
skripsi.
8. Para dosen dan rekan-rekan Kahfi BBC Motivator School yang telah
banyak memberikan energi-energi positif, dukungan serta arahan kepada
penulis selama proses penulisan skripsi.
9. Seluruh mahasiswa Pendidikan Agama Islam angkatan 2014 umumnya
dan teman-teman mahasiswa PAI lokal B khususnya yang telah
memberikan dukungan terhadap penulis selama kuliah di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Sesungguhnya ada begitu banyak nama yang turut berkontribusi hadirnya
karya ini yang mungkin tidak tertulis di lembaran ini, tetapi ketahuilah cukuplah
Allah SWT yang melihat kerja-kerja kalian. Semoga Allah SWT, memberikan
balasan pahala yang berlipat ganda atas segala yang telah diberikan dan senantiasa
mendapat rahmat dan hidayah-Nya. Akhirnya,penulis mengharapkan semoga
karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Amiiin...
Ciputat, 18 Januari 2019
Penulis
Rizqi Minhajul Muthoharoh Hasbullah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….viii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah......................................................................... 4
D. Perumusan Masalah.......................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian.............................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian............................................................................ 5
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam....................................... 7
1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................ 7
2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam...........................8
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam............................9
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam................................................................................11
5. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam..............................................................................16
B. Homeschooling.............................................................................. 25
1. Pengertian Homeschooling....................................................... 25
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia........................................26
3. Legalitas Homeschooling..........................................................28
4. Tujuan Homeschooling.............................................................29
5. Jenis Homeschooling ................................................................30
C. Kerangka Berpikir............................................................................31
D. Hasil Penelitian Relevan..................................................................32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................34
B. Latar Penelitian……………………………………………………34
C. Metode Penelitian............................................................................37
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data…………………….38
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data…………………..39
F. Tekhnik Analisis Data…………………………………………….40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Tempat Penelitian …………………………………….....42
1. Latar Belakan Berdirinya Homeschooling Fikar School……….42
2. Profil Lembaga Pendidikan Homeschooling Fikar School…….44
B. Deskripsi Data………………………………………………….....48
1. Perencanaan Pembelajaran PAI………………………………..48
2. Kurikulum Pembelajaran PAI………………………………….49
3. Materi Pembelajaran PAI.……………………………………...50
4. Metode Pembelajaran PAI …………………………………….50
5. Media Pembelajaran PAI ……………………………………...54
6. Evaluasi Pembelajaran PAI …………………………………...54
C. Pembahasan………………………………………………………57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..61
B. Saran……………………………………………………………….62
DAFTAR PUSTAKA................................................................................63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS
No.20 tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.1
Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, masyarakat beranggapan bahwa
sekolah formal adalah satu-satunya sistem pendidikan. Sekolah formal
yang diselenggarakan pemerintah saat ini banyak mengalami perubahan
peningkatan mutu. Contohnya guru menyeragamkan kemampuan siswa
sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan, yang
mengakibatkan para peserta didik jenuh dalam proses pembelajaran dan
tidak mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Hal ini juga berdampak
pada kehidupan sehari-hari mereka sehingga kurangnya nilai moral pada
diri peserta didik.
Maka dari itu, sekarang banyak para orang tua yang mengalihkan
pendidikan anak-anak mereka ke homeschooling. Karena dengan
pembelajaran homeschooling orang tua dapat ikut andil dalam proses
pembelajaran anak mereka sehingga kemungkinan penanaman nilai moral
dan akhlak pada anak sangat tinggi.
Konsep pembelajaran homeschooling sesuai dengan ayat Al-Quran
Surat At-Tahrim: 6, yang berbunyi:
1 Hasbullah, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 4
2
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dankeluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu......(QS: At- Tahrim: 6)
Pada zaman sekarang, Inovasi pendidikan harus terus ditingkatkan,
mengingat banyaknya persoalan yang belum tertangani oleh metode
konvensional yang belum seluruhnya mampu mengakomodasi
keberagaman yang dimiliki oleh siswa khususnya ke khasan karakter,
kecerdasan, latar belakang, perkembangan fisik mental, minat, bakat,
kecenderungan, dan sebagainya.
Kenyataannya, metode konvensional yang memperlakukan siswa secara
“seragam” memang tak tepat untuk menangani keberagaman tersebut.
Banyak siswa yang merasa tak tersalurkan potensi kecerdasaan, minat
serta bakatnya. Kenyataan yang terjadi adalah suka tidak suka, minat tak
minat mereka tetap harus mengikuti aturan yang seragam tersebut dengan
jadwal belajar yang sudah terpola dan sistematis lengkap dengan limit
waktu yang harus ditempuh yang pada gilirannya bermuara pada ujian-
ujian yang seragam.
Sistem evaluasi yang digunakan oleh sekolah formal juga cenderung
mengarah pada ranah kognitif siswa. Padahal pembelajaran Pendidikan
Agama Islam lebih menekankan pada praktek bagaimana siswa bisa
menerapkan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Makanya banyak siswa zaman sekarang ini yang terjerumus pada
kerusakan akhlak.
Kenyataan ini oleh sebagian masyarakat khususnya orang tua yang teramat
peduli dengan perkembangan putra-putri mereka menjadi kekhawatiran
tersendiri. Hal inilah kemudian yang menjadi salah satu faktor mengapa
homeschooling menjadi istilah yang kian populer dan banyak
diperbincangkan.
3
Selain mengakomodasi potensi kecerdasan anak secara lebih
maksimal, homeschooling juga menjadi alternatif lain untuk menghindari
pengaruh lingkungan yang negatif yang mungkin akan dihadapi oleh anak
di sekolah-sekolah umum ketika menimba ilmu. Pergaulan bebas, tawuran,
rokok, dan obat-obatan terlarang menjadi momok yang terus menghantui
para orang tua, sementara mereka tak dapat mengawasi putra-putrinya
sepanjang waktu, terutama ketika mereka berada di sekolah dan diluar
rumah daklam kaitannya dengan kegitan sekolah.
Karena itulah, homeschooling memberikan kebebasan dan keleluasaan
waktu bagi para orang tua untuk mengawasi anak mereka, karena kegiatan
pembelajaran dilakukan di rumah.2
Homeschooling adalah sekolah yang diadakan di rumah, namun secara
hakiki ia adalah sebuah sekolah alternatif yang menempatkan anak
sebagai subyek dengan pendekatan pendidikan secaraa at home. Dengan
pendekatan ini anak merasa nyaman. Mereka bisa belajar sesuai keinginan
dan gaya belajar masing-masing; kapan saja dan dimana saja, sebagaimana
ia tengah berada di rumahnya sendiri.
Disini anak tidak terus menerus belajar di rumah, namun bisa dimana dan
kapan saja asal kondisinya betul-betul menyenangkan dan nyaman seperti
suasana di rumah.3 Guru-gurunya pun juga bagaikan orang tua mereka
sendiri karena para guru di homeschooling harus paham dengan kondisi
anak yang mereka bimbing.
Pendidikan Agama Islam juga sangat penting peranannya dalam
kehidupan. Karena agama adalah pedoman hidup manusia. Tetapi pada
zaman sekarang ini, pembelajaran Pendidikan Agama Islam hanya sebatas
materi saja tidak diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya tak
sedikit anak-anak zaman sekarang yang mengalami penyimpangan akhlak
dan pergaulan bebas karena kurangnya penanaman Pendidikan Agama
Islam dalam diri mereka.
2 Arief Rachman, Homeschooling: Rumahku Kelasku, Dunia Sekolahku,(Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara) 2007, hal. vii - ix 3 Ibid., 18-19
4
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk
meneliti dan mengkaji tentang “Implementasi Sistem Pembelajaran PAI
di Homeschooling(studi kasus di Fikar School Rempoa Tangerang
Selatan)”.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, muncul beberapa permasalahan
yang dapat teridentifikasi, diantaranya:
1. Banyak guru yang menyamaratakan gaya belajar dan kemampuan
siswa dengan metode yang sama.
2. Pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa membuat
tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan baik.
3. Sistem evaluasi cenderung hanya berorientasi terhadap ranah kognitif
saja sehingga siswa belum bisa mengembangkan potensiyang ada pada
diri mereka.
C. Batasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan yang
dimaksud, maka penulis membatasinya pada Implementasi Sistem
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Homeschooling.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan diatas, maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan “Bagaimana Implementasi Sistem Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di homeschooling Fikar School, meliputi:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School?
2. Bagaimana materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School?
3. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School?
5
4. Bagaimana media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School?
5. Bagaimana sistem evaluasi yang sesuai untuk mengembangkan potensi
yang ada pada siswa homeschooling Fikar School?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran PAI yang sesuai
dengan kebutuhan siswa homeschooling Fikar School yang meliputi:
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di homeschooling Fikar School.
2. Untuk mengetahui materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School.
3. Untuk mengetahui metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School.
4. Untuk mengetahui media pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
homeschooling Fikar School.
5. Untuk mengetahui sistem evaluasi yang sesuai untuk mengembangkan
potensi yang ada pada siswa homeschooling Fikar School.
F. Manfaat Penelitian
Adapun setelah penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat di
antaranya:
1. Melengkapi dan memperluas teori yang sudah diperoleh melalui
penelitian sebelumnya.
2. Menyajikan wawasan khusus tentang metode pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dalam praktek homeschooling.
3. Memberikan gambaran pada masyarakat terutama tamatan fakultas
tarbiyah, jurusan Pendidikan Agama Islam bahwa homeschooling
bukanlah sesuatu yang sulit untuk diadakan mengingat proses dan
pelaksanaannya yang mudah dan menyenangkan.
6
4. Memberikan sumbangsih karya ilmah yang bermanfaat untuk
dipersembahkan pada masyarakat umumnya dan bagi pribadi penulis
khususnya.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
1. Definisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, berkenaan dengan
tanggung jawab ini, maka pendidikan agama di sekolah berarti suatu usaha
yang secara sadar dilakukan guru untuk mempengaruhi siswa dalam
rangka pembentukan manusia beragama.
Pemberian pengaruh pendidikan agama disini mempunyai arti ganda,
yaitu: pertama sebagai salah satu sarana agama (dakwah islamiah) yang
diperlukan bagi pengembangan kehidupan keagamaan, dan kedua, sebagai
salah satu sarana pendikan nasional untuk meningkatkan ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.1
Kata “Agama” menurut istilah al-Quran disebut al-Din. Sedangkkan
secara bahasa, kata “Agama” ini diambil dari bahasa Sanskrit (Sansekerta),
sebagai pecahan dari kata-kata “A” artinya “tidak” dan “gama” artinya
“kacau”, “Agama” berarti “tidak kacau”.
Pengertian diatas mengandung makna bahwa agama sebagai pedoman
aturan hidup akan memberikan petunjuk kepada manusia sehingga dapat
menjalani kehidupan ini dengan baik, teratur, aman, dan tidak terjadi
kekacauan yang berujung pada tindakan anarkis.
Jadi, Agama merupakan peraturan yang dijadikan sebagai pedoman
hidup sehingga dalam menjalani kehidupan ini manusia tidak
mendasarkannya pada selera masing-masing.2
Kata Islam merupakan turunan dari kata assalmu, assalamu,
assalaamatu yang berarti bersih dan selamat dari kecacatan lahir dan batin.
Islam berarti suci dan bersih tanpa cacat. Islam berarti “menyerahkan
sesuatu”. Islam adalah memberikan keseluruhan jiwa dan raga seseorang
1Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), hal. 172 2Rois Mahfud, Pendidikan Agama Islam, (Erlangga, 2011), hal. 2
8
kepada Allah SWT, dan mempercayakan seluruh jiwa raga seseorang
kepada Allah SWT. (Arkoun, 1997: 17).
Secara terminologis, pengertian “Islam” diungkapkan Ahmad
Abdullah Almasdoosi (1962) sebagai kaidah hidup yang diturunkan
kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi, dan terbina
dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Quran yang suci
yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad saw.
Jadi, Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia
melalui rasul-Nya yang berisi hukum-hukum yang mengatur suatu
hubungan segitiga yaitu hubungan antara manusia dengan Allah (hablum
min Allah), hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum min
Annas), dan hubungan manusia dengan linngkkungan alam semesta.3
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar
senantiasa dapat memahami agama Islam seluruhnya serta menghayati
tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam
sebagai pedoman hidup.
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan Pendidikan Islam ialah kepribadian muslim, yaitu suatu aspek
kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang
berkepribadian muslim dalam Al-Quran disebut “Muttaqun”. Karena itu
pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang bertaqwa. Ini
sesuai benar dengan pendidikan nasional kita yang dituangkan dalam
tujuan pendidikan nasional yang akan membentuk manusia Pancasilais
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.4
Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu membina manusia beragama,
berarti manusia yang mampu melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam
dengan baik dan sempurna, sehingga tercermin pada sikap dan tindakan
3Ibid., hal. 4
4Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta, Metodologi Pengajaran
Agama Islam, (Jakarta, 1983), hal. 60
9
dalam seluruh kehidupannya, dalam rangka mencapai kebahagiaan dan
kejayaan hidup dunia akhirat, yang dapat dibina melalui pengajaran agama
yang intensif dan efektif.5
Sementara menurut beberapa para ahli pendidikan Islam mengemukakan
tujuan akhir pendidikan Islam itu dalam redaksi yang berbeda:
a. Zakiah Daradjat berpendapat bahwa pendidikan itu berlangsung
seumur hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di
dunia ini telah berakhir pula. Insan kamil yang mati akan menghadap
Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam.6
b. Imam Al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam ialah
kesempurnaan insan di dunia dan akhirat. Manusia dapat mencapai
kesempurnaan melalui pencarian keutamaan dengan menggunakan
ilmu. Keutamaaan itu akan memberinya kebahagian di dunia serta
mendekatkannya kepada Allah, sehingga dia akan mendapat pula
kebahagiaan akhirat.7
c. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi berpendapat bahwa tujuan tertinggi
pendidikan Islam ialah tercapainya akhlak yang sempurna atau
keutamaan.8
d. Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa tujuan akhir pendidikan
Islam ialah terbentuknya kepribadian muslim.9
3. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Materi Pendidikan Agama Islam mencakup lima unsur pokok, yaitu:
a. Al-Quran
5Ibid., hal 172
6 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. ke- 3, hal.
30 7 Zainuddin, dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara. 1991),
Cet. ke- 1, hal. 48-49 8 Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H. Bustami A.
Gani, Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet. ke- 7, hal. 10 94Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma‟arif,
1989), Cet. ke- 8, hal 20
10
Lingkup kajiannya tentang membaca al-Quran dan mengerti arti
kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat al-Quran. Akan tetapi
dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam
materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan tingkat
pendidikannya dan beberapa hadist terkait.
b. Aqidah
Lingkup kajiannya tentang aspek kepercayaan menurut ajaran Islam,
dan inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun iman.
c. Akhlak
Lingkup kajian mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap
individu pada kehidupannya dalam mencapai akhlak yang baik.
d. Fiqih/Ibadah
Lingkup kajian tentang segala bentuk ibadah dan tata cara
pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar peserta didik mampu
melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk
ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah. Juga
materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber
pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang lain. Tujuan
pengajaran ini adalah agar peserta didik mengetahui dan mengerti
tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari.
e. Sejarah Kebudayaan Islam
Lingkup kajiannya tentang pertumbuhan dan perkembangan agama
Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga peserta didik
dapat mengenal dan meneladani tokoh-tokoh Islam serta mencintai
agama Islam.10
10
Siti Khadijah, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam,
http://sitikhadijahibrahim.blogspot.co.id/2013/08/tujuan-dan-ruang-lingkup-pendidikan_12.html
(Diakses pada tanggal 02 April 2018 Pukul 01.05 WIB)
11
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam dipengaruhi oleh dua
faktor utama yakni faktor dalam diri siswa itu sendiri dan faktor yang
datang dari luar diri siswa dan dangat besar sekali pengaruhnya yakni
faktor lingkungan. Faktor yang ada pada diri siswa adalah kemampuan
yang ada pada dirinya sendiri, dan sangat besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti apa yang telah dikemukakan
oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh
kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.11
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dimana ketiga faktor tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya
sehingga kehilangan salah satu dari faktor ini bisa menyebabkan tidak
tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Ketiga faktor
tersebut antara lain, yaitu:
1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kondisi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat di klasifikasikan
menjadi :
a. Tujuan pembelajaran pendidikan agama islam
Tujuan pembelajaran menggambarkan bentuk tingkah laku atau
kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah proses
pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran dapat dibuat dalam
berbagai macam cara. Seringkali terjadi, rumusan itu
menggambarkan apa yang akan dilakukan guru dalam proses
pembelajaran. Jika rumusan semacam ini dibuat, tidak memberi
tuntutan kepada siswa untuk belajar sehingga memperoleh hasil
tertentu. Dengan singkat dapat dikemukakan bahwa rumusan
tujuan harus menggambarkan bentuk hasil belajar yang ingin
dicapai siswa melalui proses pembelajaran dilaksanakan.
11
Nana Sudiana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : PT Sinar Baru
Algesindo, 1989), hal. 39
12
Di tinjau dari aspek tujuan pendidikan agama islam yang akan
dicapai adalah mengantarkan peserta didik mampu memilih Al-
Qur‟an sebagai pedoman hidup (kognitif), mampu menghargai Al-
Qur‟an sebagai pilihannya yang paling benar (afektif), serta
mampu bertindak dan mengamalkan pilihannya (Al-Qur‟an sebagai
pedoman hidup) dalam kehidupan sehari-hari (psikomotorik).12
b. Karakteristik bidang studi Pendidikan Agama Islam
Aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi
dan konstruk atau tipe isi bidang studi Pendidikan Agama Islam
berupa fakta, hukum atau dalil, konsep, prinsip atau kaidah,
prosedur dan keimanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur‟an
sebagai pedoman hidup manusia. Serta menanamkan jiwa dengan
akhlakul karimah sebagai landasan hidupnya dan dengan tujuan
agar siswa mampu berlaku sopan dan santun terhadap sesama
dalam bergaul.
c. Kendala pembelajaran
Beberapa kendala tentunya ada dalam pembelajaran, misalnya:
keterbatasan sumber belajar yang ada, keterbatasan alokasi waktu
dan keterbatasan dana yang tersedia. Sehingga ini dapat
menghambat dalam proses pembelajaran. Kendala yang paling
utama yang dihadapi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah proses pembelajarannya, karena Pendidikan Agama Islam
masuk dalam mata pelajaran sehingga cara pembelajarannya
hanya transfer of knowledge, dan penerapannya sangat kurang
sekali, sehingga siswa yang mendapat pelajaran Pendidikan Agama
Islam namun tingkah lakunya tidak mencerminkan Pendidikan
Agama Islamnya, ini disebabkan karena kurangnya pantauan dari
orang tua serta peran guru dalam proses pembelajarannya.13
d. Karakteristik peserta didik
12
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012)
hal. 150 13
Ibid., hal. 151
13
Adalah kualitas perseorangan peserta didik memiliki karakteristik
yang berbeda seperti, bakat gaya belajar, perkembangan moral,
perkembangan kognitif, sosial budaya, dan sebagainya.
Karakteristik peserta didik adalah kualitas perseorangan peserta
didik, seperti bakat, kemampuan awal yang dimiliki, motivasi
belajar dan kemungkinan hasil belajar Pendidikan Agama Islam.
2. Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Strategi pengorganisasian,
Strategi pengorganisasian adalah suatu metode untuk
mengorganisasi isi bidang studi Pendidikan Agama Islam yang
pilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian isi bidang studi
mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi, pembuatan
diagram, skema dan sebagainya.
b. Strategi penyampaian isi pembelajaran
Strategi penyampaian isi pembelajaran Pendidikan Agama Islam
adalah metode-metode penyampaian Agama Islam pembelajaran
pendidikan agama islam yang dikembangkan untuk membuat siswa
dapat merespon dan meneriama pelajaran pendidikan agama islam
dengan mudah, cepat, dan menyenangkan. Strategi penyampaian
isi pembelajaran ini berfungsi sebagai penyampaian isi
pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi
yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja
(hasil kerja).Ada tiga komponen dalam strategi penyampaian ini,
yaitu:
1) Media pembelajaran
2) Interaksi media pembelajaran dengan peserta didik
3) Pola atau bentuk belajar mengajar.14
14
Ibid., hal. 152
14
Pemilihan media pembelajaran pendidikan Agama Islam sekurang-
kurangnya dapat mempertimbangkan beberapa hal yakni :
kecermatan representative, tingkat interaktif yang mampu
ditimbulkan, tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya, tingkat
motivasi yang mampu ditimbulkannya dan tingkat biaya yang
diperlukannya. Interaksi peserta didik dengan media berarti
bagaimana peran media pembelajaran dalam meragsang kegiatan
belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan dan
dikembangkan sehingga dapat meimbulkan interaksi peserta didik
dengan pesan-pesan yang di bawa media pembelajaran.
c. Strategi pengelolaan pembelajaran.
Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata
interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode
pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran pendidikan agama islam sekurang-
kurangnya dapat mempertimbangkan lima hal, yaitu:
1) Tingkat kecermatan representasi
2) Tingkat interaktif yang mampu ditimbulkannya
3) Tingkat kemampuan khusus yang dimilikinya
4) Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya
5) Tingkat biaya yang diperlukannya.15
3. Hasil Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Dalam hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah mencakup
semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dibawah kondisi
15
Ibid., hal. 153
15
pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat berupa hasil nyata (actual out-come) dan hasil yang di inginkan
(desired out-come). Actual out-comeadalah hasil belajar Pendidikan
Agama Islam yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya
suatu metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam tertentu yang
dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out-
come merupakan tujuan yang ingin dicapai yang biasanya sering
memepengaruhi keputusan perancang pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling
baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada.16
Sedangkan indikator keberhasilan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dapat di klasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1) Keefektifan
Pembelajaran dikatakan efektif jika pembelajaran tersebut mampu
memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi
siswa. Adapun keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan kriteria :
a) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari
b) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
c) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus
ditempuh
d) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
e) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai Pendidikan Agama Islam
f) Tingkat alih belajar
g) Tingkat retensi belajar
2) Efisiensi
Pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang menyenangkan,
menggairahkan dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam
16
Ibid., hal. 154-155
16
belajar, sehingga pendidik harus bisa menciptakan sesuatu yang baru
dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh dalam
pembelajaran.
3) Daya Tarik
Daya tarik yang dimaksud dalam hal ini adalah pembelajaran itu
diukur dengan mengamati kecendurungan peserta didik untuk
berkeinginan terus belajar. Dan serta harus dimotivasi agar peserta
didik dapat gemar dengan Pendidikan Agama Islam. Karena akhir-
akhir ini Pendidikan Agama Islam dianggap kuno sehingga minat
untuk belajar sangatlah kurang dan lebih memilih dengan pelajaran-
pelajaran eksak yang dianggap penting dan populer saat ini dan
mengabaikan pelajaran Pendidikan Agama Islam.17
5. Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a. Strategi Pembelajaran
Menurut Sanjaya, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan Kemp (1995)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat
tersebut, Dick dan Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar
pada siswa.18
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
17
Ibid., 18
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidika,(Bandung:
PT. Remaja RosdaKarya, 2008), cet ke-14, hal.139
17
1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana
yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendekatan belajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik beajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan
dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional
yang bersangkutan secara keseluruhan.19
Pada dasarnya banyak strategi pembelajaran progresif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran PAI. Hal ini sebagaimana penjelasan Rudi
Hartono dalam tulisannya menguraikan terdapat delapan strategi
pembelajaran, meliputi; strategi pembelajaran ekspositori, strategi
pembelajaran inkuiri, strategi pembelajaran konstektual, strategi
pembelajaran kooperatif, berbasis masalah, strategi pembelajaran foxfire,
strategi pembelajaran PAIKEM, dan strategi pembelajaran tematik.
Strategi tersebut dapat digunakan pada pembelajaran PAI.
Implementasi multi strategi pembelajaran tersebut dalam pembelajaran
PAI diuraikan secara ringkas pada penjelasan berikut:
1) Strategi pembelajaran ekspositori
19
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: CV. Alfabeta, 2006), cet.
Ke-IV. Hal. 222
18
Abdul Azid Muttaqin menjelaskan bahwa ekspositori adalah bentuk
pembelajaran yang lebih menekankan pada bertutur atau bercerita
secara verbal. Guru mempunyai peran paling utama untuk bertutur di
hadapan siswa. Para siswa bertugas untuk menyimak dengan baik
materi yang disampaikan oleh guru. Materi pelajaran sudah dirancang
dan disiapkan dengan baik oleh guru sehingga ketika bertutur atau
bercerita mampu menjiwai dengan baik. Strategi ekspositori ini
digunakan secara langsung oleh guru pada materi yang bersifat fakta-
fakta sejarah yang sudah tidak menuntut lagi untuk berfikir ulang.
Strategi ekspositori cocok digunakan pada mata pelajaran Sejarah
Kebudayan Islam (SKI), “tentunya tidak juga digunakan secara
berkelanjutan.”
2) Strategi pembelajaran inkuiri
Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari temuan diri sendiri.
3) Strategi pembelajaran konstektual20
Strategi pembelajaran konstektual (Contextual Teaching and
Learning/CTL) merupakan strategi pembelajaran yang menekankan
pada proses keterlibatan siswa secara penuh dalam rangka menemukan
materi dan hubungannya dengan realitas kehidupan. Abdul Rahman
Shaleh menjelaskan, pembelajaran konstektual adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi (bahan ajar)
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dari lingkungannya
diharapkan dengan pendekatan demikian akan dapat mendorong siswa
untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
lingkungannya dengan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai
individu, sebagai anggota masyarakat dan bangsanya.
20
Sulaiman, Jurnal Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif Di
Sekolah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia
19
4) Strategi pembelajaran kooperatif
Strategi pembelajaran kooperatif dikenal juga dengan model
pembelajaran kooperatif. Muchlas Samani, dkk menjelakan,
pembelajaran kooperatif terkadang disebut kelompok pembelajaran
(group learning), adalah istilah generik bagi bermacam prosedur
instruksional yang melibatkan kelompok kecil yang interaktif.
5) Strategi pembelajaran berbasis masalah
Menurut Abdul Azid Muttaqin, strategi pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
masalah sebelum memulai proses pembelajaran. Siswa dihadapkan
pada suatu masalah nyata yang memacunya untuk meneliti,
menguraikan, dan mencari penyelesaian.
6) Strategi pembelajaran foxfire21
Abdul Azid Muttaqin menjelaskan, strategi pembelajaran foxfer lebih
menekankan pada proses pemberian tugas terhadap siswa dalam
rangka melakukan kajian langsung ke beberapa daerah sesuai dengan
materi pelajaran. Hasil dari kajian di lapangan itu ditulis dengan
bentuk laporan. Tujuan utama dari kajian lapangan ini tak lain adalah
untuk melatih siswa dalam proses mencari dan mengumpulkan data,
membangun kemampuan menulis mulai dari dini, serta dapat
meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga warisan
sosial masyarakat.
7) Strategi pembelajaran PAIKEM Salah satu Strategi pembelajaran
dianggap mampu mendorong semangat belajar dan menghilangkan
rasa jenuh dan monoton adalah PAIKEM. PAIKEM singkatan dari,
pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
PAIKEM biasa diartikan sebagai pendekatan mengajar yang digunakan
bersama dengan metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang
disertai penataan lingkungan dengan baik sehingga proses
21
Ibid., Jurnal Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif Di Sekolah
20
pembelajaran menjadi Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Penggunaan PAIKEM pada proses pembelajaran PAI
dapat memotivasi siswa untuk melakukan aktivitas belajar.22
b. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.23
Dibawah ini
akan diuraikan secara singkat macam-macam metode pembelajaran:
1) Metode ceramah
Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid
pada waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula.
Dilaksanakan dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian
terhadap suatu masalah, karena itu cara tersebut juga sering disebut
dengan metode kuliah, sebab ada persamaan guru mengajar dengan
seorang dosen/mahaguru memberikan kuliah kepada mahasiswa-
mahasiswanya.
Dalam metode ceramah ini murid-murid duduk, melihat dan
mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru
itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar ceramah semampu murid
itu sendiri dan menghafalkannya tanpa ada penyelidikan lebih
lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Untuk bidang studi agama, metode ceramah masih tepat untuk
dilaksanakan, misalnya: untuk memberikan pengertian tentang
Tauhid.24
22
Ibid., Jurnal Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif Di Sekolah 23
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, (Jakarta : Quantum teaching,
2005), hal. 52 24
Op.cit., Dzakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hal. 289
21
2) Metode Diskusi
Metode ini biasanya erat kaitannya dengan metode lainnya,
misalnya metode ceramah, karyawisata, dan lain-lain karena
metode diskusi ini adalah bagian yang terpenting dalam
memecahkan suatu masalah (Problem Solving).25
Dalam dunia pendidikan metode diskusi ini mendapatkan perhatian
karena dengan dsikusi akan merangsang murid-murid berpikir atau
mengeluarkan pendapat sendiri.
Dasar metode diskusi dalam alQur‟an dapat diketengahkan dari
sebuah pemikiran dan ulasan tentang pengertian metode diskusi
tersebut yang menggambarkan adanya pertukaran pendapat yang
menuntut penggunaan pemikiran untuk memecahkan sebuah
persoalan, di mana metode diskusi dalam diskursus Indonesia
dikenal dengan “metode musyawarah” dalam diskursus Islam.
Musyawarah ini bila dilihat fakta-fakta sejarah memiliki kemiripan
dengan makna metode diskusi dan hal itu dapat dipergunakan
dalam proses pembelajaran. Metode diskusi/musyawarah ini dapat
lebih jelas dilihat dalam firman Allah SWT berikut:
.
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras
lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan
25Op.cit., Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching hal. 292
22
itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orangorang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali Imran, 3:
159).26
3) Metode Eksperimen
Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu perjalanan tertentu
seperti ilmu alam, ilmu kimia, dan sejenisnya, biasanya terhadap
ilmu-ilmu alam yang di dalaam penelitiannya menggunakan
metode yang sifatnya objektif, baik dilakukan di dalam/ di luar
kelas maupun dalam suatu laboratorium tertentu.
Melalui pelajaran tentu, seperti ilmu hayat, sebenarnya ilmu hayat
sebenarnya seorang guru dapat pula memanfaatkan eksperimen
untuk membantu aspek-aspek pelajaran agama.
4) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk
memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik.
Dengan metode demonstrasi guru atau murid memperlihatkan pada
seluruh anggota kelas suatu proses, misalnya bagaimana cara shalat
yang sesuai dengan ajaran/ contoh Rasulullah saw.
5) Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara dalam proses belajar
mengajar bilamana guru memberi tuas tertentu dan murid
mengerjakannya, kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan
26
Syahraini Tambak, Jurnal Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru
23
kepada guru. Dengan cara tersebut diharapkan agar murid belajar
secara bebas tapi bertanggung jawab dan murid-murid akan
berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian berusaha
untuk mengatasi kesulitan-kesulitan itu.27
6) Metode Sosiodrama
Drama atau sandiwara dilakukan sekelompok orang, untuk
memainkan suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan
dipelajari sbeelum dimainkan. Adapun para pelakunya harus
memahami lebih dahulu tentang peranan masing-masing yang akan
dibawakannya.
Metode sosiodrama adalah juga semacam drama atau sandiwara,
akan tetapi tidak disiapkan naskahnya terlebih dahulu. Tidak pula
diadakan pembagian tugas pembagian tugas yang harus mengalami
latihan lebih dahulu, tetapi dilaksanakan seperti sandiwara di
panggung.
7) Metode Drill (Latihan)
Penggunaan istilh “Latihan” sering disamakan artinya dengan
istilah “Ulangan”. Padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud
agar pengetahuan dan kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak
ddik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan hanayalah untuk
sekedar mengukur sejauh mana dia telah menyerap pelajaran
tersebut.
8) Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok adalah membagi-bagi anak didik dalam
kelompok-kelompok untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
27
Op.cit., Dzakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam hal. 296-298
24
menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjkan bersama-
sama.28
9) Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode
ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran
sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa
yang telah diceramahkan.
10) Metode Proyek
Metode ini disebut juga dengan tekhnik pengajaran unit. Anak
didik disuguhi berbagai macam masalah dan anak didik bersama-
sama menghadapi masalah tersebut dengan mengikuti langkah-
langkah tertentu secara ilmiah, logis dan sistematis. Cara demikian
adalah teknik yang modern. Karena murid tidak dapat begitu saja
menghadapi perssoalan tanpa pemikiran ilmiah.
Tujuan metode ini adalah melatih anak didik agar berpikir secara
ilmiah, logis dan sistematis.29
Metode-metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki
manfaat bagi pendidik dan peserta didik, baik dalam proses belajar
dan pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari, bahkan
untuk hari esok. Sehubungan dengan itu, Omar Muhammad Al-
Thoumy Al-Saibany mengatakan bahwa kegunaan metodologi
pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
28
Op.cit., Dzakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hal. 301-305 29
Op.cit., Dzakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, hal. 307-310
25
a) Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
pengalaman,keterampilan, terutama berpikir ilmiah dan sikap
dalm satu kesatuan.
b) Membiasakan pelajar berpikir sehat, rajin, sabar, dan teliti
dalam menuntut ilmu.
c) Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif
dan efisien.
d) Menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif,
komunikatif, sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta
didik.
Dengan demikian, keberadaan metodologi pembelajaran
menunjukkan pentingnya metode dalam sistem pengajaran. Tujuan
dan materi yang baik tanpa didukung dengan metode penyampaian
yang baik dapat menghasilkan yang tidak baik. Atas dasar itu,
Pendidikan Agama Islam sangat memperhatikan terhadap masalah
metodologi pembelajaran ini. Sebagaimana hadits nabi, yang
artinya sebagai berikut : “Bagi segala sesuatu itu ada caranya
(metodenya). Dan metode masuk surga, adalah ilmu” (H.R.
Dailami).30
B. Homeschooling
1. Pengertian Homeschooling
Sekolah rumah (homeschooling) adalah proses layanan pendidikan
yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua/ keluarga di
rumah atau tempat-tempat lain dimana proses belajar mengajar dapat
berlangsung dalam suasana yang kondusif dengan tujuan agar setiap
potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Dalam
sekolah rumah (homeschooling), syarat yang paling penting bukanlah
30
Nur Ahyat Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam; Volume 4, No. 1,
Maret 2017
26
kurikulum, teknik atau tata cara mengajar, tetapi peranan penuh tanggung
jawab dan komitmen dari ayah dan ibu sebagai orang tua merupakan kunci
keberadaan dan keberhasilan sekolah rumah (homeschooling).31
Salah satu pengertian umum homeschooling adalah model pendidikan
dimana sebuah keluarga memilih untuk bertanggung jawab sendiri atas
pendidikan anak-anaknya dan mendidik anak-anaknya dengan
menggunakan rumah sebagai basis pendidikannya.32
Sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 dan UU Sisdiknas, sertiap
warga negara mendapat jaminan dan perlindungan untuk memperoleh
pendidikan yang berkualitas. Setiap anak Indonesia memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai bakat, minat, dan
kemampuannya (pasal 12). Setiap warga negara Indoesia memiliki
keleluasaan untuk memilih sendiri model pendidikan yang sesuai bagii
dirinyaatau anak-anaknya selama tidak melanggar ketentuan hukum yang
berlaku.
Penyelenggaraan pendidikan anak oleh keluarga sebagaimana yang
dilakukan oleh keluarga homeschooling adalah sebuah kegiatan yang legal
dan dijamin oleh hukum. Keluarga sebagai bagian yang dijamin haknya
oleh UU No. 20/ 2003 untuk menyelenggarakan pendidikan bagi putra-
putrinya.33
2. Sejarah Homeschooling di Indonesia
Homeschooling bukanlah sesuatu yang baru bagi dunia pendidikan di
Indonesia. Sesungguhnya bangsa Indonesia ini sudah lama mengenal
homeschooling. Sebelum sistem penjajahan Belanda lahir di bumi tercinta
ini, homeschooling sudah berkembang di Indonesia. Di pesantren-
pesantren misalnya, banyak para kyai, buya, dan tuan guru secara khusus
mengajar anak-anaknya di rumah. Begitu pula para pendekar dan
31 Departemen Pendidikan Nasional, Komunitas Sekolah Rumah Sebagai Satuan
Pendidikan Kesetaraan, (Jakarta, 2007) hal. 12 32
Sumardiono, Homeschooling A Leap for Better Learning, 2007, (Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2007), hal. 4 33
Ibid, hal. 58-59
27
bangsawan zaman dahulu. Mereka suka mendidik anak-anaknya secara
mandiri di rumah atau padepokannya ketimbang mempercayakan
pendidikannya kepada orang lain. “ Mengenai tempat belajar,
homeschooling tidak memiliki batasan tempat karena proses belajar itu
dapat terjadi dimana saja, baik ruang fisik maupun ruang maya.”34
Perkembangan homeschooling di Indonesia belum diketahui secara
persis karena belum ada penelitian khusus tentang akar perkembangannya.
Istilah homeschooling merupakan khazanah relatif baru di Indonesia.
Namun jika dilihat dari konsep homeschooling sebagai pembelajaran yang
tidak berlangsung di sekolah formal alias otodidak, maka sekolah rumah
sudah tidak merupakan hal baru. Tak kurang para tokoh besar semacam
KH. Agus Salim, Ki Hajar Dewantara, dan Buya Hamka juga
mengembangkan cara belajar dengan sistem persekolahan rumah
(homeschooling), bukan sekedar agar lulus ujian kemudian memproleh
ijazah, namun agar lebih mencintai dan mengembangkan ilmu itu sendiri.35
Sejak tanggal 4 Mei 2006, di Jakarta telah dideklarasikan berdirinya
ASAH PENA (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) oleh
beberapa tokoh dan praktisi pendidikan di kantor departemen Pendidikan
dan Kebudayaan pelindungnya adalah Dr. Ace Suryadi (Direktur Jendral
Pendidikan Luar Sekolah) dengan para penasehat, antara lain Prof. Dr.
Mansyur Ramli (Kepala Balitbang Depdiknas) dan Dr. Ella Yuliawati
(Direktur Kesetaraan Depdiknas) Apresiasi Depdiknas terhadap lahirnya
ASAH PENA tentu memperkuat keyakinan bahwa homeschooling bisa
merupakan salah satu alternatif pendidikan pada masa depan.36
Saat ini homeschooling atau Sekolah-Rumah mulai dilirik oleh
pengamat pendidikan nusantara. Sebagai salah satu alternatif pendidikan,
homeschooling mempunyai daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki
sekolah formal. Para orang tua sedikit demi sedikit mulai memilih untuk
34Abe Saputro, Rumahku Sekolahku, (Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007), hal. 12
35 Chris Verdiansyah, Membuat Usaha Sukses dari Rumah, (Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2007), hal. 19 36
Maulia D. Kembara, Panduan LengkapHomeschooling (Bandung: Progressio,
2007),hal. 43
28
melanjutkan pendidikan anaknya melalui homeschooling. Hal ini ditempuh
karena orang tua memandang homeschooling lebih tepat untuk
mengembangkan minat dan bakat sang buah hati.
Jika homeschooling difahami sebagai model belajar otodidak dan
mandiri, maka jejaknya sudah dikenal sejak dahulu. Banyak tokoh dunia
yang „lahir‟ dari homeschooling, seperti Albert Einstein, Alexander
Graham Bell, Agatha Christie, Thomas Alfa Edison, George Bernard
Shaw, Woodrow Wilson, Mark Twain, Charlie Chaplin, Charles Dickness,
dan Winston Churchill. Adapun tokoh nasional yang mejalankan
homeschooling adalah Ki Hajar Dewantara, K.H. Agus Salim, dan Buya
Hamka.37
3. Legalitas Homeschooling
Sekolah disebut jalur pendidikan formal, homeschooling disebut jalur
pendidikan informal. Di Negara Republik Indonesia, kegiatan pendidikan,
baik untuk memenuhi kebutuhan perorangan ataupun masyarakat, bangsa
dan negara, dibagi dalam dua golongan sebagai bagian dari satu sistem
pendidikan nasional, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan
luar sekolah.
Keberadaan homeschooling di Indonesia telah diatur dalam Undang-
Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
tertuang dalam pasal 27 ayat (1) dan (2):
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebgaimana dimaksud dalam pasal 1 diakui sama dengan
hasil pendidikan formal dan non formal setelah peserta didik lulus ujian
sesuai dengan standar nasional pendidikan.38
37
Yayah Komariyah, Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternatif, (Jakarta: Sakura
Publishing, 2007), hal. 6 38
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Undang-Undang
Repbulik Indonesia, (Jakarta, 1992), hal. 61
29
Dalam buku karangan Loy Kho dijelaskan mengenai Legalitas hukum
homeschooling di Indonesia, diantaranya sebagai berikut:
a. Undang-Undang Dasar 1945
b. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional terutama dalam pasal 27 ayat 1 dan 2 mengenai sistem
pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan hasil
pendidikan formal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan
standar nasional pendidikan.
c. UU nomor 32 tahun 2003 tentang desentralisasi dan otonomi daerah.
d. PP nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
e. PP nmor 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.
f. PP nomor 73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah.
g. Keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0131/U/1991
tentang paket A dan paket B.
h. Keputusan menteri pendidikan nasional nomor 132/U/2004 tentan
paket C.
i. Peraturan menteri pendidikan nasional RI nomor 14 tahun 2007
tentang standar isi pendidikan kesetaraan.39
4. Tujuan Homeschooling
Pendidikan informal melalui homeschooling berfungsi
mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap da
kepribadian professional, sekaligus memperluas akses terhadap pendidikan
dasar dan menengah. Tujuan diselenggarakannya homeschooling, yaitu:
a. Untuk menjamin penyelesaian pendidikan dasar dan menengah yang
bermutu bagi peserta didik yang berasal dari keluarga yang
pendidikan anaknya melalui homeschooling.
39
Loy Kho, Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling, (Yogyakarta: Kansius,
2008), hal. 243-244
30
b. Untuk menjamin pemenuhan kebutuhan belajar bagi semua manusiaa
muda dan orang dewasa melalui akses yang adil pada ptogram-
program belajar dan kecakkapan hidup..
c. Untuk menghapus disparitas gender dalam pendidikan dasar dan
menengah.
d. Untuk melayani peserta didik yang memerlukan pendidikan akademik
dan kecakapan hidup secara fleksibel untuk meningkatkan mutu
kehidupannya.40
5. Jenis Homeschooling
Menurut data yang dihimpun Direktorat Pendidikan Kesetaraan
Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 600 peserta Homeschooling
di Indonesia. Sebanyak 83,3 % atau sekitar 500 orang mengikuti
Homeschooling majemuk dan komunitas, sedangkan sebanak 16,7 %
mengikuti Homeschooling tunggal.41
Berikut adalah jenis-jenis homeschooling:
a) Homeschooling tunggal
Homeschooling tunggal adalah Homeschooling yang dilaksanakan oleh
orang tua dalam suatau keluarga tanpa bergabung dengan yang lainnya.
Biasanya Homeschooling jenis ini diterapkan karena adanya tujuan atau
alasan khusus yang tidak dapat diketahui atau dikompromikan dengan
komunitas Homeschooling lainnya. Alasan lain adalah karena lokasi
atau tempat tinggal si pelaku Homeschooling yang tidak
memungkinkan berhubungan dengan komunitas Homeschooling lain.
b) Homeschooling majemuk
Homeschooling majemuk adalah Homeschooling yang dilaksanakan
oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan
40
Direktorat Pendidikan Kestaraan, Komuntas Homeschooling Sebagai Pendidikan
Kesetaraan, (Jakarta, 2006), hal. 12 41
Seto Mulyadi, Homeschooling Keluarga Kak Seto: mudah, meriah, dan direstui
pemerintah. (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), hal. 34
31
pokok tetap dilakukan oleh keluarga masing-masing. Alasannya
terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh
beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya
kurikulum dari konorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlit
tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial atau kegiata keagamaan.
c) Komunitas Homeschooling
Komunitas Homeschooling adalah gabungan dari beberapa
Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus,
bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa),
sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen
penyelenggaraan antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih
50:50.
Alasan memilih Homeschooling tersebut antara lain:
1. Terstruktur dan lebih lengkap untuk pendidikan akademik,
pembangunan akhlak mulia, dan pencapaian hasil belajar.
2. Tersedia fasilitas pembelajaran yang baik.
3. Ruang gerak sosialisasi peserta didik lebih luas tetapi dapat
dikendalikan.
4. Dukungan lebih besar karena masing-masing bertanggung jawab
untuk saling mengejar sesuai keahlian masing-masing.
5. Menggabungkan keluarga yang tinggal berjauhan melalui internet
dan alat-alat informasi-komunikasi lainnya untuk tolak banding
(bencmarking) termasuk untuk standarisasi.42
C. Kerangka Berpikir
Keberadaan homeschooling pada saat ini disebabkan oleh kurangnya
kepuasan orang tua dengan pembelajaran di sekolah formal karena tidak
mampu mewujudkan harapan orang tua atas anaknya. Seperti dari segi
42
Ibid., hal. 36-40
32
kompetensi spiritual dan afektif peserta didik yang kurang tercapai dengan
sekolah formal. Hal ini disebabkan karena selama ini metodologi
pembelajaran agama Islam yang diterapkan masih mempertahankan cara-
cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan demonstrasi
praktik-praktik ibadah yang tampak kering. Seperti halnya pada materi
ilmu tajwid dari masa kemasa selalu menggunakan cara-cara lama dengan
ceramah dan membaca al-Qur‟an sehingga cara-cara seperti itu diakui atau
tidak, membuat siswa tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam
belajar agama.
Padahal Pendidikan agama sangatlah penting, karena agama adalah
pedoman hidup manusia. Maka dari itu sudah seharusnya pendidikan
agama diterapkan sejak lahir dalam kehidupan anak. Dengan adanya
homeschooling semestinya dapat membuat pendidikan agama jauh lebih
baik. Karena metode pembelajaran pada homeschoolinglebih intens,
efektif dan invoatif sehingga orang tua dan tutor dapat mengajarkan materi
yang diajarkan dengan menyenangkan.Dengan itu, siswa tidak akan bosan
untuk belajar agama dan pada akhirnya pelajaran tersebut dapat diserap
dengan baik sehinggadapat mempengaruhi kehidupansehari-hari peserta
didik itu sendiri.
D. Hasil Penelitian Relevan
Secara umum, penelitian tentang homeschooling telah dilakukan para
peneliti di berbagai tempat, diantaranya:
1. Fifia Wandi, Pengembangan Pendidikan Agama Islam di
Homeschooling (Studi kasus di Komunitas Homeschooling Sekolah
Dolan). Malang: Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas
Tarbiyah, Universitas Islam Negri Malang, 2008.
Kesamaan pembahasan diatas dengan penullis ialah sama-sama
embahas tentang PAI homeschooling, perbedaannya yaitu
pembahasan diatas lebih membahas bagaimana kurikulum yang
33
dipakai sedangkan penulis lebih membahas tentang bagaimana
perbedaan antara metode pembelajaran PAI di homeschooling dan
sekolah formal.
2. Himmatul Aliyah, Konsep Homeschooling menurut Dr. Seto Mulyadi
dalam Perspektif Pendidikan Islam. Semarang: Program Studi
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam
Negri Walisongo, 2008.
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis ialah sama-sama
membahas tentang PAI homeschooling, perbedaannya pembahasan
diatas lebih membahas tentang konsep homeschooling dalam
pendidikan Islam menurut pakar homeschooling sendiri yaitu Dr. Seto
Mulyadi (Kak Seto). Sedangkan penulis membahas tentang perbedaan
metode pembelajaran PAI di homeschooling dan sekolah formal.
3. Syafina Hanum, Homeschooling Sebagai Sarana Alternatif: Studi
Kasus SUN Homeschooling. Jakarta: Program Studi Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Kesamaan pembahasan diatas dengan penulis ialah sama-sama
membahasa tentang homeschooling. Perbedaannya pembahasan diatas
lebih membahas tentang homeschooling sebagai sarana alternatif
peserta didik dan pembahasan diatas banyak membahas tentang alasan
para orang tua peserta didik memindahkan anaknya ke
homeschooling. Sedangkan penulis membahas tentang bagaimana
perbedaan metode pembelajaran PAI di homeschooling dan sekolah
formal.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan di Fikar School, Komplek
Puri Flamboyan Pesona E-3 No. 8, Rempoa, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Adapun waktu yang direncanakan selama melakukan
penelitian adalah dari bulan Agustus hingga Desember 2018.
Tabel 3.1
B. Latar Penelitian
Fikar school didirikan oleh Bapak Donnny Adiguna sejak tahun 2008
sampai saat ini. Alasan dididrikannya sekolah ini berawal dari keresahannya
dengan mutu pendidikan di Indonesia, dikarenakan menurut pengamatan
beliau kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan, meskipun
No Waktu Agustus September November Desember Januari
Tahap 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan v v v
2 Penyusunan
Instrumen
v v V v v
3 Pelaksanaan v v v
4 Analisis
Data
v v v v
5 Pelaporan v V v v v
35
mereka lulusan perguruan tinggi tetapi skill dan karakter yang mereka miliki
tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan di lapangan.1
Dengan pengalaman tersebut Bapak Donny memutuskan untuk mendirikan
lembaga pendidikan yang berbeda dengan pendidikan formal pada
umumnya. Pendidikan formal yang hanya menekankan pada pendidikan
akademis semata tanpa melihat apa yang menjadi kebutuhan si anak atau
pendidikan yang sesuai dengan bakat dan passion yang mereka miliki. Maka
dari itu didirikanlah Fikar Schoolyang memfokuskan anak pada minat dan
bakat mereka dengan sistem coaching method.
Fikar Schoolterletak di Komplek Puri Flamboyan Pesona E-3 No. 8,
Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan dan memiliki 1 cabang di
kawasan BSD sejak tahun lalu. Dalam pembelajaran seharinya para siswa
tidak hanya diajarkan materi pembelajaran saja tetapi mereka akan terlibat
dalam pelaksanaan project-project dan aktifitas-aktifitas yang membuat
mereka mendapatkan pemahaman lebih dalam terhadap materi tersebut.
Fikar School mengaplikasikan metode Project Based Learning dalam
pengajaran. Dalam metode ini para siswa tidak hanya memahami teori yang
ada pada setiap pelajaran tetapi mereka juga dapat mencapai level ketiga
pada Taxonomi Bloom yaitu mengaplikasikan.
Fikar School juga menggunakan sistem coaching method dimana
seorang guru melakukan coaching terhadap muridnya secara privat. Ada 3
hal yang mempengaruhi sesi coaching, yaitu tes bakat, sesi sharing, dan
observasi. Dengan melaksanakan ketiga hal tersebut, para guru di Fikar
School percaya bahwa mereka dapat mengeksplorasi, mengembangkan dan
mengelola setiap potensi siswa di Fikar School. Dengan begitu setiap siswa
di Fikar Schoolakan berkembang sesuai dengan potensi mereka masing-
masing.2
1http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/(Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB) 2http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/(Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB)
36
Visi Fikar School adalah terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter
sesuai potensi kemanusiaan. Sedangkan misinya adalah Mewujudkan
generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat dan berbudi pekerti luhur,
Mewujudkan generasi muda Indonesia yang menyadari bahwa mereka
memiliki keunikan di dalam potensi mereka masing-masing, Mewujudkan
generassi muda Indonesia yang berjiwa leadership, entrepreneurship dan
religious.3
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mencari informasi terlebih
dahulu mengenai lokasi penelitian, kemudian menghubungi sekolah yang
akan menjadi tempat penelitian untuk mengutarakan maksud dan tujuan
penelitian tersebut. Setelah disetujui oleh pihak sekolah, peneliti mulai
mengambil data sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah disusun.
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan mulai dari
tanggal 10 November 2018 sampai dengan 10 Desember 2018. Selama
proses penelitian berlangsung, peneliti berada di sekolah selama satu bulan
dengan 3 kali pertemuan pelajaran PAI. Peneliti mewawancarai guru mata
pelajaran PAI dengan instrument yang telah dibuat mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan system pembelajaran PAI di Fikar School, mulai dari
perencanaan, proses pengajaran, metode dan media pembelajaran yang
dipakai, hingga system evaluasi pembelajarannya.
Observasi yang dilakukan peneliti meliputi observasi terhadap
bagimana guru mempersiapkan pembelajaran PAI untuk siswa
homeschooling, proses kegiatan belajar mengajarnya, proses evaluasinya,
kendala yang didapat ketika mengajarkan PAI di homeschooling, serta
bagaimana efek yang didapat oleh siswa homeschooling tersebut setelah
menerima pembelajaran PAI dari guru.
3http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/(Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB)
37
C. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengantujuan dan kegunaan tertentu. Data yang diperoleh
bersifat empiris dengan kriterianya yaitu, valid, reliabel dan obyektif. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.4
Menurut Bogdan dan Taylor Penelitian kualitatif ialah proses penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5
Menurut Sugiyono yang dikutip oleh Trainto penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan.
Dengan demikian, penelitian kualitatif ialah penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana peneliti merupakan
instrumen kunci.6
Dalam penelitian ini, penulis meggunakan pendekatan deskriptif analisis
yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan nyata yang
terjadi. Adapun tujuan utama dalam menggunakan pendekatan ini adalah
untuk menggambarkan suatu keadaan yang sedang terjadi pada saat
penelitian dilakukan.
Alasan peneliti memilih homeschooling Fikar School sebagai tempat
penelitian karena homeschooling ini memiliki program coaching method
dalam pembentukan karakter anak, yang mana karakter atau akhlak
4 Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011),
hal. 13 5 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kulitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000), hal. 3 6 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Kencana, 2010) Cet ke-1., hal. 179
38
merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam Pendidikan Agama
Islam.
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Dalam penelitian, banyak variasi teknik pengumpulan data untuk
mendukung dan menjawab masalah yang ada. Adapun teknik pengumpulan
data yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah:
1. Observasi
Observasi yaitu cara menghimpun data yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.7
Pada saat observasi, penulis melihat langsung kegiatan sehari-hari
orang yang diamati (subjek yang diteliti). Sebelum dilaksanakan
observasi, subjek yang diamati sudah mengetahui dan menyetuui bahwa
dirinya akan diobservasi sehingga keberadaan peneliti tidak
mengganggu kegiatan sehari-harinya.
Dalam penelitian ini, penulis memilih jenis metode observasi
partisipatif pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan
orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
Hal ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi
dengan mudah dan leluasa.
Penulis melakukan observasi pada sistem pembelajaran
homeschooling Fikar School. Mulai dari proses perencanaan
pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, sampai evaluasi
pembelajarannya.
7 Idrus Alwi, Metodologi Penelitian pendidikan, (Jakarta: Daraz Publishing, 2013), Cet.
Ke-1., hal. 110
39
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (interviewer) dinamankan interview.8
Tujuan wawancara pada hal ini adalah untuk melengkapi informasi
yang ada dari hasil observasi. Teknik wawancara yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu wawancara yang
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara sistematis
dan pertanyaan yang diajukan telah disusun. Wawancara dilakukan
peneliti terhadap kepala sekolah dan guru mata pelajaran PAI di
homeschooling Fikar School tentang sistem pembelajaran PAI yang
diterapkan disana.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi menurut Djam’an Satori, yaitu “Mengumpulkan
dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian
lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah
kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian”.9
Dalam penelitian ini, penulis melakukan dokumentasi seperti
meminta contoh rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) Pendidikan
Agama Islam, penilaian harian siswa, serta nilai rapor di
homeschoolingFikarSchool.
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Untuk memeperoleh keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
8Op.Cit., Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, hal. 262 9 Djam’an Stori dan Aan Komariah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), hal. 149
40
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembimbing data.10
Teknik triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan
metode.
1. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek
derajat kepercayaan suatu informasi, baik yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda dalam peneitian kualitatif. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan dua cara yakni
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan isi
suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi metode, menurut Patton (1987:329), terdapat dua
strategi dalam triangulasi metode, yaitu: pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data, dan pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam
penelitian ini, peneliti hanya menggunakan strategi pengecekan
derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama, peneliti membandingkan data hasil wawancara antara
kepala sekolah dan guru.
F. Tekhnik Analisis Data
Menurut Lexy Moeleong, analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.11
Sebagaimana yang dikatakan Miles dan Huberman yang dikutip oleh
Sugiyono mengemukakan bahwa “Aktivitas dalam analisis kualitatif
10
Lexy j. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1988), hal. 330 11
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2010),
Cet. 27, hal. 103
41
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis data, yaitu
data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.12
1. Reduksi Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia
dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan. Setelah itu mengadakan
reduksi data. Menurut Sugiyono dalam bukunya,reduksi data diartikan
sebagai proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu.13
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, kemudian langkah selanjutnya yaitu peneliti
menyajikan data berupa pendeskripsian sekumpulan informasi yang
telah disusun sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,
kemudian merencanakan tindakan selanjutnya berdasarkan apa yang
telah difahami tersebut. Dalam penelitian ini penyajian data disajikan
dalam bentuk teks naratif.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan penarikan
kesimpulan dari data yang telah disajikan. Menurut Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya bahwa
kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya.14
12
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012) Cet. 15, hal. 337 13
Ibid., hal. 338 14
Ibid., hal. 345
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Tempat Penelitian
1. Latar Belakang Berdirinya Fikar School
Fikar School didirikan oleh Bapak Donnny Adiguna sejak tahun 2008
sampai saat ini. Alasan didirikannyaFikar School berawal dari
keresahannya dengan mutu pendidikan di Indonesia, kebetulan Bapak
Donny memiliki background pendidikan bukan berasal dari sarjana
pendidikan maupun psikologi, tapi pendidikan terakhir Bapak Donny
adalah lulusan dari salah satu akademi pariwisata yang berada di Jakarta.
Alasan Bapak Donny berkecimpung dalam dunia pendidikan ini
dikarenakan pengalaman pribadinya ketika bekerja di luar negri tepatnya
di sebuah perusahaan kapal pesiar Royal Carribean. Bapak Donny
merasakan bahwa orang-orang Indonesia meskipun berasal dari perguruan
tinggi tetapi harus memulai pekerjaan dari level bawah dulu, dan ini
dikarenakan menurut pengamatannya kualitas pendidikan di Indonesia
sangat memprihatinkan, meskipun lulusan perguruan tinggi tetapi skill dan
karakter yang dimiliki tidak sesuai dengan tuntutan pekerjaan di
lapangan.1
Ketika Pak Donny melihat lebih jauh ke belakang ke masa bersekolah
dahulu dari tingkat Sekolah dasar sampai Sekolah Menengah Atas
pendidikan yang dialami lebih menekankan pada pendidikan akademis
semata, para murid dijejalkan begitu banyak jumlah pelajaran akademis
yang harus dikuasai, yang dirasakan bahwa Bapak Donnytidak
membutuhkan semuanya tapi karena itu sudah merupakan kewajiban yang
1http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/ (Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB)
43
harus ditempuh jadi dengan terpaksa harus menjalaninya agar bisa
mendapatkan selembar ijazah sebagai syarat unyuk melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas,
para murid tidak pernah ditanyakan mengenai apa yang menjadi cita-
citanya, oleh karena itu meskipun Bapak Donny sudah bekerja, beliau
merasakan pekerjaan yang dijalani bukan pekerjaan yang dicintai, Bapak
Donny merasakan ada yang kurang di dalam kehidupannya. Bapak Donny
merasa ingin berkontribusi, tetapi tidak tahu harus berbuat apa hingga
akhirnya Bapak Donnymemutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya
meskipun pada saat itu digaji sangat besar.
Dengan pengalaman tersebut Bapak Donny memutuskan untuk
mendirikan lembaga pendidikan yang berbeda dengan pendidikan formal
pada umumnya. Pendidikan formal yang hanya menekankan pada
pendidikan akademis semata tanpa melihat apa yang menjadi kebutuhan si
anak atau pendidikan yang sesuai dengan bakat dan passion yang mereka
miliki. Setiap anak adalah unik, mereka memiliki potensi yang sangat
besar apabila kita aware dengan itu. Bukan hanya sekolah yang
menjejalkan pada pendidikan akademis semata tetapi membangun karakter
terbaik anak. Bapak Donny memiliki keyakinan bahwa dengan karakter
yang baik dan kuat maka akan lahir anak-anak yang memiliki rasa percaya
diri yang tinggi. Dengan itulah hal-hal baik yang lainnya akan mengikuti
seperti kegigihan dalam meraih masa depannya, memiliki attitude yang
44
baik memiliki spiritual yang baik, (bukan hanya sekedar ritual semata
tetapi dapat menjadi bagian dari jati dirinya).2
2. Profil Lembaga Pendidikan Fikar School
a. Identitas Lembaga
Fikar School beralamat di kawasan Komplek Puri Flamboyan
Pesona E-3 No. 8, Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
Fikar School memiliki website yang beralamat
dihttp://www.fikarschool.com/, emailnya yaitu
[email protected] dan nomor telepon Fikar School 021
– 7361684.
b. Visi dan Misi
Visi Fikar School
Terwujudnya generasi bangsa yang berkarakter sesuai potensi
kemanusiaan.
Misi Fikar School:
1) Mewujudkan generasi muda Indonesia yang berkarakter kuat
dan berbudi pekerti luhur
2) Mewujudkan generasi muda Indonesia yang menyadari bahwa
mereka memiliki keunikan di dalam potensi mereka masing-
masing
3) Mewujudkan generassi muda Indonesia yang berjiwa
leadership, entrepreneurship dan religious
Tujuan Fikar School:3
2http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/ (Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB)
45
1) Menghasilkan lulusan yang berkualitas, beriman, bertaqwa
kepada Tuhan YME, berjiwa enterepreneur, memiliki wawasan
luas, memiliki disiplin dan etos kerja serta mampu bersaing di
tingkat internasional
2) Menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai dengan potensi
mereka masing-masing
3) Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya guna mendorong pembangunan bangsa.
c. Keadaan Guru dan Karyawan4
Data Guru
3http://www.fikarschool.com/id/school/fikar-school-rempoa/ (Diakses pada tanggal 21
November 2018, pukul 11.00 WIB) 4 Hasil observasi data guru homeschooling Fikar School pada tanggal 21 November 2018
No Nama Guru Pendidikan Jabatan Bidang Studi yang
diajarkan
1 Donny Adiguna D3 Direktur
Utama
-
2 Zusrini, S.Pd S1 Kepala
Sekolah
-
3 Nurul Zakia Derajat,
S.Pd
S1 Guru Bahasa Indonesia,
Sosiologi, PKn,
Geografi
4 Rahman Suherman,
S.Si
S1 Guru Matematika, IPA,
Fisika, Kimia
5 Ervina Seli Rusiani,
S.Pd.I
S1 Guru Pendidikan Agama
Islam, PKn, IPS
6 Ekky Karmila, S.E S1 Guru Bahasa Inggris,
46
Tabel 4.1
Dari data guru tersebut terdapat 1 guru Pendidikan Agama Islam
yaitu Ibu Ervina Seli Rusiani, S.Pd. Ibu Ervina mengajar mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pada tingkatan SD, SMP, dan
SMA.
d. Keadaan Siswa
Adapun data yang diperoleh tentang keadaan siswa berdasarkan
tingkat pendidikannya pada tahun ajaran 2018/2019 hingga tanggal 10
Desember 2018 adalah sebagai berikut:
Matematika, Science
7 Syahru Romdani, S.S S1 Guru English, Geografi,
Sosiologi, IPS, PKn
8 Norma Melinda
Thamrin, M.Pd
S2 Guru Math, Biology
9 Siti Lutfah
Yuspianti, S.Pd
S1 Guru Bahasa Inggris,
Matematika, Bahasa
Indonesia, Art & Craft
10 Sari Abasara, S.Si S1 Guru Chemistry, Physic
Science
11 Suhud Adiyanto,
S.Pd
S1 Guru Math, Physic
12 Minarni, A.Md D3 Guru Bahasa Inggris,
English, Bahasa
Indonesia
14 Sutiawati, S.Pd S1 Guru Bahasa Indonesia
47
TTabel 4.2
Dari data siswa tersebut, terdapat 91% siswa yang beragama
Islam, dan 9% siswayang beragama Kristen.5
e. Sarana dan Prasarana
Untuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar, Fikar
School menyediakan sarana dan prasarana, yaitu:
No Jenis Bangunan Jumlah
1 R. Kepala Sekolah 1
2 R. Tata Usaha 1
3 R. Belajar 7
4 R. Perpustakaan 1
5 R. Multimedia 1
6 Kamar Mandi 1
7 Masjid/ Musholla 1
Tabel 4.3
5 Hasil observasi data siswa homeschooling Fikar School pada tanggal 21 November 2018
No
Tingkatan
Jumlah Murid
Total L P
1 SD 13 3 16
2 SMP 12 5 17
3 SMA 23 12 35
48
Dari sarana dan prasarana diatas, terdapat beberapa sarana yang
dipergunakan untuk membantu proses pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, yaitu ruang belajar dan musholla untuk praktek Ibadah.6
B. Deskripsi Data
1. Perencanaan Pembelajaran PAI
Pada sekolah formal guru dituntut untuk membuat RPP
(Rancangan Perencanaan Pembelajaran) sebelum mereka
melangsungkan kegiatan belajar mengajar, tetapi lain halnya dengan
sekolah formal, di Fikar School guru tidak membuat Rancangan
Perencanaan Pembelajaran (RPP) untuk merencanakan proses belajar
mengajar, tetapi para guru diwajibkan membuat Action Plan sebelum
mereka melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Action Plan tersebut
disusun oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan daya tangkap siswa,
karena di Fikar School guru tidak membebankan siswa dengan materi
pelajaran yang sulit dipahami oleh siswa. Tetapi pada mata pelajaran
PAI guru tidak diwajibkan untuk membuat action plan karena
pelajaran PAI dilaksanakan secara gabungan antara siswa kelas 1-3
SD, 4-6 SD, kelas 1-3 SMP, dan kelas 1-3 SMA. 7
Perencanaan yang dilakukan oleh guru PAI homeschooling Fikar
School yaitu dengan mempersiapkan materi-materi yang sesuai dengan
kebutuhan siswa pada setiap jenjang, contohnya pada jenjang kelas 1-3
SD siswa belum mengetahui tentang tata cara shalat, maka guru
mempersiapkan materi tersebut dengan membuat power point sebagai
6 Hasil observasi data sarana dan prasarana di homeschooling Fikar School pada tanggal 21
November 2018 7 Hasil wawancara guru PAI yaitu Ms. Ervina Seli Rusiani, S.Pd terkait perencanaan
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 13 November 2018
49
bahan ajar beserta metode yang sesuai untuk menyampaikannya agar
siswa dapat memahami tata cara shalat dengan baik dan siswa dapat
menerapkan dalam shalat 5 waktu sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.8
2. Kurikulum Pembelajaran PAI
Kurikulum yang digunakan di homeschooling Fikar School sama
dengan kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan saat ini sedang berproses
menuju ke tahap Kurikulum 2013 (K13). Dengan kurikulum ini,
homeschooling Fikar School menggunakan pendekatan berdasarkan
teori Agil Talcot Parson (seorang sosiolog yang terkenal dengan
pemikiran-pemikirannya. Ia lahir pada tahun 1902 di Colorado) yang
mengemukakan bahwa lulusan dari sebuah perguruan tinggi/sekolah
harus bermanfaat kepada lingkungan sekitar. Jika lulusan itu tidak
bermanfaat dilingkungannya maka bisa dianggap tujuan pendidikan
yang dicanangkan sebuah instansi pendidikan gagal.
Maka dengan pendekatan ini, para guru di homeschooling Fikar
School harus memahami bagaimana caranya agar nilai-nilai
pendidikan itu dapat cepat diterima dan diserap oleh peserta didik.
Agar pendidikan itu efektif dan efisien, tepat guna dan tepat sasaran
sehingga terciptalah pendidikan multicultur. Melihat fungsi dan tujuan
pendidikan multikultur maka jelaslah pendidikan semacam itu
diharapkan menjadikan adaptasi pendidikan terhadap keberadaan
budaya dimana pendidikan itu tumbuh dan berkembang.
8 Hasil observasi perencanaan pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal
14 November 2018
50
3. Materi Pembelajaran PAI
Materi belajar Pendidikan Agama Islam pada tingkatan SD, SMP,
maupun SMA pada homeschooling Fikar School yaitu mencakup
akhlak, ibadah, dan sejarah Islam. Secara umum materi yang diajarkan
sama dengan materi Pendidikan Agama Islam di sekolah formal,
hanya saja pembelajaran Pendidikan Agam Islam di homeschooling
Fikar School ini dilaksanakan secara gabungan antar siswa kelas 1-3
SD, kelas 4-6 SD, kelas 1-3 SMP, dan kelas 1-3 SMA. Maka dari itu,
guru harus menyesuaikan materi belajar dengan kebutuhan dan
pengetahuan siswa. Misalnya siswa kelas 1-3 SD belum mengerti
tentang bagaimana cara sholat, maka guru memberikan materi tentang
tata cara sholat kemudian siswa mempraktekkannya.
Pada tingkatan SD materi yang digunakan lebih kepada 5W 1H,
pada tingkatan SMP lebih kepada sebab-akibat, dan pada tingkatan
SMA lebih kepada peningkatan nalar. Contoh materi pembelajaran
PAI di Fikar School yaitu sebagai berikut:
1) Kelas 1-3 SD : Tata cara shalat
2) Kelas 4-6 SD : Kisah Khulafaur Rasyidin
3) Kelas 1-3 SMP : Sifat Dendam dan Munafik
4) Kelas 1-3 SMA : Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin
Kepribadian
Materi-materi tersebut diambil dari buku-buku yang diakses guru
melalui internet dan guru tidak mengambil dari sumber yang lain.
4. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Metode pembelajaran merupakan suatu cara untuk mengemas
pembelajaran agar terlihat menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Pemilihan metode pembelajaran harus beragam dan menyesuaikan
dengan karakter yang dimiliki siswa. Di homeschooling Fikar School
51
guru juga menggunakan beberapa metode active learning. Adapun
metode pembelajaran yang digunakan oleh guru homeschooling Fikar
School diantaranya :9
a. Metode demonstrasi
Guru menggunakan metode demonstrasi pada materi tata cara
shalat di jenjang SD, langkah-langkah yang diterapkan yaitu
sebgai berikut:
- Guru menjelaskan tentang tata cara shalat dengan cara
mencontohkannya di depan siswa
- Murid menirukan apa yang dicontotohkan oleh guru
- Guru mengamati murid yang sedang mempraktekkan sholat
serta mengoreksi jika terdapat kesalahan
b. Metode information search
Guru menggunakan metode information searching pada
jenjang SMP dan SMA, langkah-langkahnya yaitu sebagai
berikut:
- Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
- Guru memberikan pertanyaan untuk dijawab oleh
kelompok-kelompok tersebut
- Guru menjelaskan bahwa siswa dapat mencari jawaban dari
pertanyaan tersebut melalui gadget mereka dengan bantuan
internet dan mendiskusikannya
- Setelah kelompok-kelompok tersebut mendapatkan
jawaban dari pertanyaan guru, maka guru membahas
jawaban siswa satu- per satu10
9 Hasil wawancara guru PAI yaitu Ms. Ervina Seli Rusiani, S.Pd terkait metode pembelajaran
PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 13 November 2018
52
Berikut adalah gambar yang diambil saat pembelajaran:
Gambar 4.1
c. Metode everyone is a teacher here
Guru menggunakan metode everyone is a teacher here pada
jenjang SMP dan SMA. Langkah-langkahnya yaitu sebagai
berikut:
- Guru mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan
untuk melaksanakan metode every one is a teacher here,
seperti kertas yang telah bertuliskan pertanyaan-pertanyaan
- Guru menjelaskan tata cara pelaksanaan metode every one
is a teacher her
- Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok
- Guru membagikan lembar pertanyaan yang sudah
dituliskan di kertas kepada 4 kelompok tersebut
(pertanyaan yang diberikan tiap kelompok berbeda-beda)
10
Hasil wawancara guru PAI yaitu Ms. Ervina Seli Rusiani, S.Pd terkait metode pembelajaran
PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 14 November 2018
53
- Kelompok A memberikan pertanyaan kepada kelompok B
- Kelompok B menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
kelompok A
- Kelompok A memberikan nilai terhadap jawaban dari
kelompok B
Begitupun selanjutnya siklus pertanyaan berputar terhadap
kelompok C dan kelompok D. Berikut adalah gambar yang
diambil saat pembelajaran:
Gambar 4.2
d. Metode drill
Guru menggunakan metode drill pada semua jenjang
pendidikan. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
- Guru memberikan materi kepada siswa
- Guru menginstruksikan siswa untuk menghafal materi yang
diberikan guru
- Siswa menghafal materi yang diberikan guru secara
individual
54
- Guru membimbing hafalan siswa serta memperhatikan
hambatan yang dialami siswa
- Siswa menyetorkan hafalan kepada guru serta
mengkonsultasikan hambatan-hambatan yang dialami11
5. Media Pembelajaran PAI
Setelah melakukan penelitian di lapangan, terdapat beberapa
media pembelajaran yang dijadikan alat pembelajaran di
homeschooling Fikar School. Media pembelajaran yang digunakan
menyesuaikan dengan kebutuhan siswa.
Media pembelajaran yang digunakan pada homeschooling Fikar
School yaitu:
1) Visual :
- Hand out (materi power point yang telah disiapkan guru),
terdapat pada semua materi.
- Poster, contohnya pada materi mengenal huruf hijaiyah.
2) Audio Visual :
- Laptop, contohnya pada materi meneladani kisah nabi, tata
cara sholat, tata cara wudhu, dsb.12
6. Evaluasi Pembelajaran PAI
Evaluasi pembelajaran adalah tolak ukur tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Sistem evaluasi yang digunakan di homeschooling Fikar
School terdapat beberapa macam, sistem evaluasi tersebut berbeda
dengan sistem evaluasi yang terdapat di sekolah formal pada
11
Hasil observasi metode pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 14
November 2018
12
Hasil observasi media pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 14
November 2018
55
umumnya. Contoh sistem evaluasi yang digunakan pada Fikar School
yaitu:
a. Daily Progres Report.13
Penilaian ini dilakukan setelah guru menyelesaikan proses
kegiatan belajar mengajar dalam 1 sesi. Pada penilaian tersebut
guru menilai siswa melalui ranah afektif dan kognitif, pada ranah
afektif yaitu seperti ketertarikan siswa terhadap materi
pembelajaran, tingkat keaktifan siswa, kedisiplinan siswa,
semangat dan antusias siswa dalam proses pembelajaran, tingkat
konsentrasi siswa, ketekunan siswa, kesopanan siswa terhadap
guru, motivasi berprestasi siswa, kemandirian siswa, serta
kesenangan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan
penilaian dari segi kognitif yaitu penilaian terhadap kuis atau tes
formatif siswa pada pembelajaran PAI. Selain itu guru juga
memberikan beberapa saran untuk siswa terhadap penilaian yang
telah dicapai pada sesi tersebut. Penilaian tersebut akan dikirimkan
ke orang tua siswa setelah proses pembelajaran pada hari itu
selesai.
Berikut adalah contoh Daily Progress Report:14
13
Hasil observasi evaluasi pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada tanggal 14
November 2018 14
Hasil studi dokumentasi evaluasi pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada
tanggal 21 November 2018
56
Gambar 4.3
b. Penilaian Raport
Penilaian ini dilakukan tiap semester, penilaian raport ini pada
umumnya sama dengan penilaian raport pada sekolah formal
hanya saja pada raport homeschooling Fikar School ini terdapat
57
tambahan penilaian secara deskriptif dan catatan catatan tertentu
untuk tiap siswa. 15
Tekhnik penilaian raport yang digunakan yaitu dengan cara
menggabungkan nilai-nilai yang telah diperoleh dari daily
progress report kemudian ditambah dengan nilai hasil ujian
semester, selain itu guru juga menilai melalui keseharian siswa
(segi afektif) dalam penerapan nilai-nilai keagamaan dan
psikomotorik dalam praktek ibadah. 16
c. Ujian Paket
Homeschooling merupakan lembaga pendidikan informal, maka
dari itu sistem pembelajaran homeschooling tidak sepenuhnya
mengikuti kurikulum pemerintah. Maka untuk mendapatkan
ijazah, para siswa harus mengikuti ujian paket A, B, dan C sesuai
dengan jenjang pendidikan mereka. Teknis ujian paket yang
dilakukan yaitu secara gabungan dengan beberapa homeschooling
lainnya dengan mengumpulkan para siswa dari beberapa
homeschooling tersebut di satu tempat untuk melakukan ujian
paket. Lulusan homeschooling Fikar School juga bisa melanjutkan
pendidikan mereka di sekolah formal.
C. Pembahasan
Berdasarkan interpretasi data diatas dapat diketahui bahwa implementasi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di homeschooling Fikar School tidak
jauh berbeda dengan sekolah formal. Hanya saja pembelajaran di
homeschooling Fikar School lebih fleksibel dan lebih menyesuaikan dengan
kebutuhan siswa, karena siswa hanya mempelajari materi yang akan diujikan
15
Hasil studi dokumentasi terkait evaluasi pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School
pada tanggal 21 November 2018 16
Hasil wawancara terkait evaluasi pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School pada
tanggal 13 November 2018
58
dan materi yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka sehari-hari
saja.
Pada homeschooling Fikar School ini pembelajaran PAI dilaksanakan
seminggu sekali dalam waktu 90 menit. Pembelajaran dimulai pada pukul
09.00 – 13.00 WIB. Sebelum dimulai pembelajaran, siswa yang beragama
Islam dianjurkan untuk mengikuti shalat dhuha berjama’ah bersama dengan
para guru pada pukul 08.45 – 09.00 WIB setelah itu barulah proses
pembelajaran dimulai. Jadwal pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
SD yaitu pada pukul 09.00 – 10.45 WIB, untuk SMP pada hari Rabu pukul
11.00 – 13.00 WIB(dipotong dengan shalat dzuhur dan istirahat pada pukul
12.00 – 12.30 WIB), dan untuk SMA pada hari Kamis pada pukul 09.00 –
10.45 WIB.
Dari hasil wawancara dengan kepala sekolah homeschooling Fikar School
dinyatakan bahwa pembelajaran PAI di sekolah ini tidak hanya berpacu pada
teori, tetapi lebih mengarah kepada praktek siswa dalam kehidupan sehari-
hari. Maka dari itu homeschooling Fikar School memiliki program Coaching
method yang bertujuan untuk melakukan pendekatan kepada siswa,
menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, serta memberikan support kepada
siswa agar lebih semangat dalam belajar dan mengembangkan potensi
mereka. Dengan program ini siswa yang sebelumnya memiliki penyakit
akhlak lama-kelamaan akan berubah dengan kebiasaan baik yang diterapkan
di homeschooling Fikar School.
Pelajaran PAI di homeschooling Fikar School ini merupakan salah satu
mata pelajaran non UN yang diwajibkan. Menurut kepala sekolah
homeschooling Fikar School pelajaran ini harus didapatkan oleh siswa karena
agama adalah hal yang sangat penting bagi kehidupan. Di homeschooling
Fikar School ini guru tidak hanya mengajarkan PAI di dalam kelas saja, tetapi
juga diluar kelas juga. Contohnya pada pelaksanaan shalat dhuha berjama’ah,
59
dzuhur berjama’ah, menegur ketika murid berkata-kata tidak baik dan kurang
sopan, berdo’a sebelum belajar, berdoa sebelum makan dsb.
Pelaksanaan Pembelajaran PAI di dalam kelas berlangsung secara
gabungan antar jenjang pendidikan yang dibagi dalam 4 kelompok, yaitu
kelas 1-3 SD, 4-6 SD, 1-3 SMP, dan 1-3 SMA, hal ini dilakukan karena siswa
dalam homeschooling tidak sebanyak siswa di sekolah formal. Sebenarnya hal
ini kurang efisien dalam penyampaian materi, karena pada umumnya materi
antar jenjang pendidikan berbeda-beda. Tetapi dengan diadakannya kelas
gabungan ini, guru mencoba menyesuaikan materi yang ingin disampaikan
agar tidak mengulang materi-materi yang telah disampaikan.
Metode pembelajaran PAI yang digunakan guru juga menyesuaikan
dengan keadaan siswa homeschooling Fikar School. Karena tidak semua siswa
di homeschooling Fikar School merupakan anak-anak normal, tetapi ada
beberapa siswa yang memiliki kekurangan daya tangkap dan adapula siswa
yang memiliki keaktifan yang berlebih. Maka dari itu, guru memilih metode-
metode active learning untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif. Dengan digunakannya metode active learning ini siswa dapat
menerima pelajaran dengan baik dan suasana pembelajaran menjadi asyik dan
menyenangkan.
Kurikulum yang digunakan di homeschooling Fikar School berlandaskan
pada teori Agil. Teori Agil dalam pendidikan yaitu bagaimana caranya agar
nilai-nilai pendidikan itu dapat cepat diterima dan diserap oleh peserta didik.
Agar pendidikan itu efektif dan efisien, tepat guna dan tepat sasaran maka
terciptalah pendidikan multikultur. Melihat fungsi dan tujuan pendidikan
multicultur maka jelaslah pendidikan semacam itu diharapkan menjadikan
adaptasi pendidikan terhadap keberadaan budaya dimana pendidikan itu
tumbuh dan berkembang. Logikanya lulusan dari sebuah perguruan
tinggi/sekolah harus bermanfaat kepada lingkungan sekitar. Jika lulusan itu
60
tidak bermanfaat dilingkungannya maka bisa dianggap tujuan pendidikan
yang dicanangkan sebuah instansi pendidikan gagal.
Evaluasi pembelajaran yang digunakan juga semata-mata tidak hanya
berdasarkan nilai kognitif siswa saja, melainkan juga pada segi afektif siswa
itu sendiri. Dalam hal ini guru menilai perilaku siswa dalam proses
pembelajaran dan juga diluar pembelajaran. Penilaian saat proses
pembelajaran dilakukan setelah proses pembelajaran selesai, dan penilaian
keseharian siswa didukung dengan adanya Coaching method.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh dari penelitian tentang implementasi sistem pembelajaran PAI
di homeschooling Fikar School sebagai hasil penelitian yang telah
dijabarkan pada bab-bab sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa
implementasi sistem pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School
berjalan dengan cukup baik dengan beberapa rincian sebagai berikut:
1. Perencanaan Pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School tidak
menggunakan RPP seperti halnya di sekolah formal. Karena
pembelajaran PAI dilakukan secara gabungan antar jenjang
pendidikan.
2. Materi pembelajaran PAI diajarkan pada homeschooling Fikar
School menyesuaikan dengan kebutuhan dan daya tangkap siswa,
contohnya yaitu tata cara shalat untuk jenjang kelas 1-3 SD, kisah
khulafaur rasyidin untuk jenjang 4-6 SD, sifat dendam dan munafik
untuk jenjang 1-3 SMP, dan mempertahankan kejujuran sebagai
cermin kepribadian untuk jenjang 1-3 SMA. Guru mengambil
materi-materi tersebut melalui internet.
3. Metode pembellajaran yang digunakan pada homeschooling Fikar
School yaitu: metode demonstrasi, metode information search,
metode every one is a teacher here, dan metode drill.
4. Media pembelajaran yang digunakan pada homeschooling Fikar
School yaitu poster dan laptop.
5. Evaluasi pembelajaran yang digunakan pada homeschooling Fikar
School yaitu Daily Progress Report (penilaian harian) dan penilaian
raport yang mencakup ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik.
62
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka ada beberapa saran dari
peneliti sebagai berikut:
1. Sebaiknya sistem pembelajaran di homeschooling Fikar School ini
disusun agar menjadi lebih tertata lagi terutama dalam hal
perencanaan pembelajarannya. Karena perencanaan pembelajaran
sangat penting perannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sebaiknya pembelajaran PAI dipisahkan saja antar kelas, tidak
digabung antar jenjang pendidikan. Karena materi yang didapatkan
antar kelas seharusnya berbeda-beda.
63
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. H.
Bustami A. Gani, Djohar Bahry, Jakarta: Bulan Bintang, 1993, Cet. 7
Alwi, Idrus. Metodologi Penelitian pendidikan, Jakarta: Daraz Publishing, 2013,
Cet. Ke-1
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 1995
Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet.3
Departemen Pendidikan Nasional, Komunitas Sekolah Rumah Sebagai Satuan
Pendidikan Kesetaraan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2007
Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah Pemuda dan Olahraga, Undang-
Undang Repbulik Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Luar
Sekolah Pemuda dan Olahraga, 1992
Direktorat Pendidikan Kestaraan, Komunitas Homeschooling Sebagai Pendidikan
Kesetaraan, Jakarta: Direktorat Pendidikan Kestaraan, 2006
Hasbullah. Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005
Kembara, Maulia D. Panduan Lengkap Homeschooling, Bandung: Progressio,
2007
Kho, Loy. Secangkir Kopi: Obrolan Seputar Homeschooling, Yogyakarta:
Kansius, 2008
Komariyah, Yayah. Homeschooling: Trend Baru Sekolah Alternatif, Jakarta:
Sakura Publishing, 2007
Mahfud, Rois. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Erlangga, 2011
Marimba, Ahmad D. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT Al-
Ma’arif, 1989, Cet. 8
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kulitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000
-----------, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2010, Cet.
27
64
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
Mulyadi, Seto. Homeschooling Keluarga Kak Seto: mudah, meriah, dan direstui
pemerintah, Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007
Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama/ IAIN di Jakarta. Metodologi
Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama, 1983
Rachman, Arief. Homeschooling: Rumahku Kelasku, Dunia Sekolahku, Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara, 2007
Sabri, Ahmad. Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching, Jakarta : Quantum
Teaching, 2005
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2008, cet ke-14
Saputra, Abe A. Rumahku Sekolahku, Yogyakarta: Graha Pustaka, 2007
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: CV. Alfabeta, 2006,
cet. Ke-IV
Satori, Djam’an, dkk. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2013
Sudiana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Sinar Baru
Algesindo, 1989
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), Bandung: Alfabeta,
2011
-----------, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 15
Sumardiono, Homeschooling A Leap for Better Learning, 2007, Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo, 2007
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Kencana, 2010 Cet ke-1
Verdiansyah, Chris. Membuat Usaha Sukses dari Rumah, Jakarta: Kompas Media
Nusantara, 2007
Zainuddin, dkk, Seluk-Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara.
1991, Cet. 1
65
Sulaiman, Jurnal Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Progresif Di
Sekolah, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, Indonesia
Syahraini Tambak, Jurnal Metode Diskusi dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR)
Pekanbaru
Nur Ahyat Edusiana: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam; Volume 4, No. 1,
Maret 2017
Siti Khadijah, Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam,
http://sitikhadijahibrahim.blogspot.co.id/2013/08/tujuan-dan-ruang-
lingkup-pendidikan_12.html
(Diakses pada tanggal 02 April 2018 Pukul 01.05 WIB)
Lampiran 1
Berita Wawancara 1
Nama : Ervina Seli Rusiani, S.Pd
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal : Selasa/ 13 November 2018
Tempat : Homeschooling Fikar School
1. Pertanyaan: Bagaimana sistem pembelajaran PAI di homeschooling Fikar
School?
Jawaban : Di homeschooling Fikar School proses pembelajaran PAI
dilaksanakan secara gabungan antar tingkatan, yaitu SD kelas 1-3 dan 4-6,
SMP kelas 1-3, dan SMA kelas 1-3. Karena pada homeschooling
umumnya pelajaran PAI tidak diwajibkan, tetapi di Fikar School ini
pelajaran PAI termasuk pelajaran yang diwajibkan walaupun tidak
diujikan pada Ujian Nasional. Maka dari itu, materi pelajaran PAI di Fikar
School menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, misalkan siswa pada
tingkatan SD belum mengetahui tentang tata cara shalat, maka yang
diajarkan pada siswa SD adalah bagaimana tata cara shalat.
2. Pertanyaan: Metode pembelajaran apa saja yang digunakan pada
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Metode yang digunakan pada pembelajaran PAI di Fikar
School yaitu metode yang menyenangkan seperti metode demonstrasi atau
games pada tingkatan SD, every where is teacher here pada tingkatan
SMP, dan information searching pada tingkatan SMA. Disini kami jarang
menggunakan metode ceramah, karena para siswa disini tidak seperti
siswa di sekolah formal yang bisa duduk diam dan mendengarkan
ceramah dari guru, hal itu disebabkan karena beberapa siswa yang ada di
Fikar School ini merupakan siswa yang spesial.
3. Pertanyaan: Metode pembelajaran apa yang paling efektif pada
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Metode demonstrasi, video kritik, everyone is a teacher here,
picture comment, dan information searching.
4. Pertanyaan : Media pembelajaran apa yang sering digunakan dalam
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Media audio visual, poster, audio.
5. Pertanyaan : Media pembelajaran apa yang paling efektif pada
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Media audio visual.
6. Pertanyaan : Bagaimana pencapaian tujuan pembelajaran yang diperoleh
dengan menggunakan media dan metode tersebut?
Jawaban : Alhamdulillah tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.
7. Pertanyaan : Bagaimana sistem evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Setiap selesai pembelajaran guru ada laporan hasil belajar
siswa yang bernama daily progress report. Laporan tersebut diserahkan
kepada orang tua siswa setelah jam pembelajaran selesai.
8. Pertanyaan : Apakah kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran PAI
di Fikar Homeschooling sama dengan kurikulum yang ditentukan
pemerintah? Kalau berbeda menggunakan kurikulum apa?
Jawaban : Kurikulumyang digunakan sama, disini kami masih
menggunakan KTSP. Tapi kami memakai KBM Agil sesuai dengan teori
Agil Talcot Parson.
9. Pertanyaan : Berapa lama durasi pembelajaran PAI di homeschooling
Fikar School? Dan berapa kali dalam seminggu?
Jawaban : Durasi pembelajaran PAI selama 2 jam dipotong waktu
istirahat 15 menit. Dalam seminggu pelajaran PAI hanya sekali.
10. Pertanyaan : Apakah ada fasilitas khusus yang digunakan dalam
pembelajaran PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : tidak ada.
11. Pertanyaan : Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Faktor pendukung yaitu dari metode pembelajaran itu
sendiri. Dengan metode yang menyenangkan maka anak akan lebih
mondusif mengikuti pembelajaran.
12. Pertanyaan : Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan pembelajaran
PAI di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Dari kondisi siswa, karena ada beberapa siswa yang tidak
bisa diam, dan itu terjadi pada siswa SD, sedangkan siswa SMP dan SMA
Alhamdulillah sudah kondusif.
Lampiran 2
Berita Wawancara 2
Nama : Zusrini, S.Pd
Jabatan : Homeschooling Fikar School
Hari/Tanggal : Jum’at/ 9 November 2018
Tempat : Homeschooling Fikar School
1. Pertanyaan: Bagaimana kurikulum di homeschooling Fikar School?
Jawaban : kurikulum yang lami gunakan di Homeschooling Fikar School
sama dengan pemerintah dan saat ini kami masih menggunakan KTSP
sedang menuju ke tahap K13.
2. Pertanyaan: KBM apa yang digunakan di homeschooling Fikar School?
Jawaban : Sistem KBM yang kami gunakan disini yaitu berdasarkan
teori Agil Talcot Parson, yang menyatakan bahwa seorang manusia yang
belajar harus dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya sehingga
dapat menjadi oorang yang bermanfaat untuk orang lain.
3. Pertanyaan: Jenis homeschooling apa saja yang ada di sekolah ini?
Jawaban : ada 2 jenis homeschooling yang kami gunakan, yaitu jenis
homeschooling tunggal dan homeschooling komunitas.
4. Pertanyaan: Diantara jenis homeschooling yang ada, manakah yang paling
banyak diminati oleh orang tua?
Jawaban : Para orang tua siswa lebih banyak berminat pada
homeschooling komunitas. Karena anak-anak lebih senang datang ke
sekolah dan bertemu teman-temannya. Beberapa orang tua yang memilih
jenis homeschooling tunggal beralasan karena anak mereka merupakan
anak yang spesial sehingga harus memiliki perhatian khusus.
5. Pertanyaan: Apakah sistem pembelajaran PAI di Homeschooling Fikar
School ini sama dengan sistem pembelajaran PAI di sekolah formal?
Jawaban : Tidak, karena walaupun homeschooling kami bukanlah
homeschooling yang berbasis Islam, tatpi pelajaran PAI disini merupakan
pelajaran yang wajib diikuti. Maka dari iitu pembelajaran PAI disini kami
lakukan secara gabungan antar tingkat pendidikan, yaitu: kelas 1-3 SD,
kelas 4-6 SD, kelas 1-3 SMP, dan kelas 1-3 SMA.
Lampiran 3
INSTRUMEN PENELITIAN
Tujuan Penelitian Rumusan Masalah Data Teknik
Pengumpulan
Data
Sumber Data
Untuk mengetahui
sistem pembelajaran
PAI di Homeschooling
Fikar School
- Untuk mengetahui
metode pembelajaran
apa saja yang
digunakan pada
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School
- Untuk mengetahui
metode pembelajaran
yang paling efektif
pada pembelajaran PAI
Homeschooling Fikar
School
- Bagaimana sistem
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Metode pembelajaran
apa saja yang
digunakan pada
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Metode pembelajaran
apa yang paling
efektif pada
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
Primer Wawancara Wawancara:
Guru PAI
Homeschooling
Fikar School
- Untuk mengetahui
media pembelajaran
- Media pembelajaran
apa yang sering
Primer Wawancara Wawancara:
Guru PAI
yang sering digunakan
dalam pembelajaran
PAI di Homeschooling
Fikar School.
- Untuk mengetahui
media pembelajaran
yang paling efektif
pada pembelajaran PAI
di Homeschooling
Fikar School.
- Untuk mengetahui
pencapaian tujuan
pembelajaran dari
metode dan media yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School.
- Untuk mengetahui
evaluasi yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School.
- Untuk mengetahui
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Media pembelajaran
apa yang paling
efektif pada
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Bagaimana
pencapaian tujuan
pembelajaran yang
diperoleh dengan
menggunakan media
dan metode tersebut?
- Bagaimana sistem
evaluasi yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Apakah kurikulum
yang digunakan
dalam pembelajaran
Homeschooling
Fikar School
kurikulum apa yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School.
- Untuk mengetahui
durasi pembelajaran
PAI di Homeschooling
Fikar School.
- Untuk mengetahui
fasilitas khusus yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School.
- Untuk mengetahui
faktor pendukung
dalam pembelajaran
PAI di Homeschooling
Fikar School.
PAI di
Homeschooling Fikar
School? Apakah sama
dengan kurikulum
yang ditentukan
pemerintah? Kalau
berbeda
menggunakan
kurikulum apa?
- Berapa lama durasi
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School? Dan berapa
kali dalam seminggu?
- Apakah ada fasilitas
khusus yang
digunakan dalam
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Apa saja faktor
pendukung dalam
pelaksanaan
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
- Apa saja faktor
penghambat dalam
- Untuk mengetahui
faktor penghambat
dalam pembelajaran
pelaksanaan PAI di
Homeschooling Fikar
School.
pelaksanaan
pembelajaran PAI di
Homeschooling Fikar
School?
Lampiran 4
Form Assesment guru PAI
Nama Guru : Ervina Seli Rusiani, S.Pd
No Indikator Deskripsi
1 Perencanaan
Pembelajaran
Guru menyiapkan beberapa bahan untuk
melangsungkan proses pembelajaran, yaitu hand out
power point pembelajaran, menyiapkan metode
pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
kebutuhan siswa, serta tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa.
2 Materi Pembelajaran Materi pembelajaran terdiri dari sejarah, fiqih, dan
akhlak. Materi tersebut menyesuaikan kebutuhan
siswa karena pembelajaran PAI di homeschooling
Fikar School dilaksanakan secara gabungan antara
siswa kelas 1-3 SD, siswa kelas 4-6 SD, siswa kelas
1-3 SMP dan siswa kelas 1-3 SMA.
3 Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode
demonstrasi, metode information searching, metode
every one is a teachere here, dan metode drill.
4 Media Pembelajaran Media pembelajaran yang digunakan yaitu poster
dalam matei pengenalan huruf hijaiyah, laptop dalam
materi kisah-kisah nabi, dan tata cara sholat.
5 Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran yang digunakan yaitu Daiky
Progress Report yang dilakukan setiap sesi
pembbelajaran dan penilaian raport yang dilakukan
tiap semester.
Lampiran 5
Lampiran 6
LAPORAN
HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SEKOLAH DASAR
(SD)
Nama Peserta Didik : Adi (Nama Samaran)
NIS : 8030-433
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SEKOLAH DASAR
(SD)
Nama Peserta Didik : Adi (Nama Samaran)
No. Induk : 8030-433
Kelas : V SD
Semester : II / Genap
Tahun Pelajaran : 2017 / 2018
CAPAIAN KOMPETENSI
No Komponen
Nilai Hasil Belajar
Angka Huruf
A. Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama 80,0 Delapan Puluh Koma Nol
2 Pendidikan Kewarganegaraan 83,0 Delapan Puluh Tiga Koma Nol
3 Bahasa Indonesia 85,0 Delapan Puluh Lima Koma Nol
4 Matematika 75,0 Tujuh Puluh Lima Koma Nol
5 Ilmu Pengetahuan Alam 75,0 Tujuh Puluh Lima Koma Nol
6 Ilmu Pengetahuan Sosial 79,0 Tujuh Puluh Sembilan Koma Nol
7 Bahasa Inggris 70,0 Tujuh Puluh Koma Nol
8 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 80,0 Delapan Puluh Koma Nol
B Muatan Lokal
1 Character Building 80,0 Delapan Puluh Koma Nol
2 Kerajinan Tangan dan Kesenian 79,0 Tujuh Puluh Sembilan Koma Nol
Jumlah 786
Rata-rata 78,6 Tujuh Puluh Delapan Koma Enam
Ekstrakurikuler Keikutsertaan dalam kegiatan
1. English Club A
2. Musik B+
Ketidakhadiran
Sakit ………..hari
Izin ………..hari
Tanpa Keterangan ………..hari
LAPORAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK
SEKOLAH DASAR
(SD)
DESKRIPSI KOMPETENSI
No Komponen Catatan
A. Mata Pelajaran
1 Pendidikan Kewarganegaraan Tingkatkan motivasi dalam belajar.
2 Bahasa Indonesia Motivasi belajar dan pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran baik.
3 Matematika Penguasaan terhadap materi cukup baik. Berlatih untuk
lebih teliti lagi dalam menjawab soal.
4 Ilmu Pengetahuan Alam
Siswa cukup baik dalam pembelajaran, hanya perlu
ditambah lebih banyak mengulas kembali materi agar
lebih paham.
5 Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa mampu mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan cukup baik.
6 Bahasa Inggris
Harus lebih sering menggunakan Bahasa Inggris dalam
berbicara setiap hari dan perbanyak memahami
kosakata.
7 Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Tetap semangat dan selalu terapkan pola hidup sehat.
B Muatan Lokal
1 Kerajinan Tangan dan Kesenian Tingkatkan selalu kreativitasmu.
Keputusan : Berdasarkan hasil yang di capai pada semester
1 dan 2, peserta didik ditetapkan:
naik ke kelas VI ( Enam )
tinggal di kelas ……… (……….………)
Rempoa, 09 Juli 2018
Orang Tua/Wali, Kepala Sekolah
…………………. . Zusrini, S.Pd.
LAPORAN COACHING
Dari kegiatan coaching yang telah dilaksanakan dari Maret 2017 sampai dengan Juni 2017 terhadap
coachee Adi ditemukan temuan sebagai berikut:
Pencapaian:
Siswa sangat aktif, sudah mulai memahami apa yang dijelaskan dan mampu menjawab pertanyaan
dari gurunya dengan cukup baik.
Kendala:
Siswa masih belum mampu mengontrol emosinya dengan baik.
Penyelesaian:
Harus lebih diberikan pengertian dan perhatian khusus terhadap siswa.
Catatan dari Coach:
Tetap fokus dan selalu semangat dalam belajar.
Piramida Kehidupan
1
2
3
4
5
LAPORAN PENCAPAIAN PENDIDIKAN AGAMA
Materi yang diajarkan pada semester ini:
Rukun iman dan islam, Asmaul Husnah, 25 Nabi dan Rasul, Akhlak terpuji
Pencapaian siswa:
Kemampuan siswa dalam memahami materi dasar yang diajarkan cukup baik.
Catatan dari guru:
Tetap semangat dalam belajar.
Depok, 17 Juli 2017
Apriadi Fauzan, S.Th.I
(Guru Pendidikan Agama)
LAPORAN PENCAPAIAN CHARACTER BUILDING
Materi yang diajarkan pada semester ini:
Cinta (dasar) Pancasila & Indonesia.
Pencapaian siswa:
Siswa mau belajar dan mengerti gambaran dasar tentang materi.
Catatan dari guru:
Belajar lebih giat lagi dan diskusikan dengan orang tua tentang materi, terutama tindakan cinta Negara
dalam kehidupan sehari-hari (lingkungan rumah).
Depok, 17 Juli 2017
Stravial Fawaqa, Sos.
(Guru Character Building)
1
Nama : Adi (Nama Samaran)
Kelas : V SD
LAPORAN COACHING
Dari kegiatan coaching yang telah dilaksanakan terhadap coachee ditemukan temuan sebagai
berikut : potensi yang sudah terlihat dari bagas adalah dia seorang yang sosialis, memiliki rasa ingin
tahu yang tinggi
Pencapaian : Coachee masih dalam proses pembelajaran, sudah lancar memimpin dan membaca
doa solat dhuha dan artinya, mudah adaptasi dengan lingkungan, dapat cepat
mengenal dan mengingat nama seseorang.
Kendala : Sang coachee masih dalam proses pembelajaran yang harus lebih ditingkatkan.
Penyelesaian : mendampingi apabila ada kesulitan yang mengganjal pada dirinya.
Catatan dari Coach:
Berdasarkan proses pelaksanaan coaching yang telah di laksanakan pada bulan juni-
desember, coach dapat memberi saran bahwa sang coachee harus lebih giat dalam menggalih
informasi seputar dunia leader, pendidikan, dan psikologi. Serta harus banyak berkerja sama dalam
hal kegiatan proses pembelajaran, baik dengan coach, guru, dan juga teman-teman di sekolah.
Piramida Kehidupan
Tujuan Utama:
1. Menjadi seorang masinis.
Langkah-langkah:
2. Belajar ke jenjang selanjutnya sesuai dengan cita-cita.
3. Belajar menjadi seorang pemimpin atau leader.
4. Belajar dengan giat.
Catatan:
Bagian puncak dari piramida merupakan tujuan hidup/cita-cita dari coachee dan bagian-bagian di
bawahnya merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk meraih tujuan hidup/cita-cita tersebut.
1
2
3
4
5
2
Nama : Adi (Nama Samaran)
Kelas : V SD
LAPORAN PENCAPAIAN CHARACTER BUILDING
1. Materi yang diajarkan pada semester ini:
1) TLIM (The Leader In Me) :
a) Be Proactive
b) Begin With The End In Mind
c) Put First Things First
2) FGD (Focus Group Discussion) :
a) Discuss about activities in the school
b) Analysis topic
c) Exploring knowledge with walk in interview
3) Pendidikan Agama Islam
a) Pengenalan konseptual dasar agama islam
b) Pemahaman konseptual dasar agama islam
c) Mempraktekan konseptual dasar agama islam
2.
Mata Pelajaran
Nilai
TLIM (The Leader In Me) 80
FGD (Focus Group Discussion) 75
PAI (Pendidikan Agama Islam) 75
3.
Mata Pelajaran
Pencapaian Siswa
TLIM (The Leader In Me) A
FGD (Focus Group Discussion) A
PAI (Pendidikan Agama Islam) B
4. Catatan dari guru:
Adi harus lebih disiplin dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran di kelas
maupun diluar kelas, serta juga harus di tingkatkan lagi minat belajarn