implementasi program peduli remaja

9
16 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014 ABSTRAK Program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan pelayanan kesehatan kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan, selera dan kebutuhan remaja. Meskipun program ini sudah disosialisasikan dan dilakukan berbagai upaya guna meningkatkan mutu pelayanan kepada remaja seperti pelatihan bagi petugas pelaksana, akan tetapi di puskesmas Kabupaten Tegal program ini belum terlaksana dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program PKPR di puskesmas Kabupaten Tegal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif melalui wawancara mendalam dan observasi. Informan utama adalah tiga pelaksana pro- gram PKPR di puskesmas, informan triangulasi adalah remaja, kepala puskesmas dan kepala seksi anak dan remaja Dinkes Kabupaten Tegal. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam dan selanjutnya dilakukan analisa data dengan metode content analisis. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program PKPR di Puskesmas Kabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan Depkes RI. Semua puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranya pelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPR kurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dari instansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal kurang konsisten dalam program PKPR, petugas yang terlibat dalam pelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, kurangnya dukungan dana dan sarana prasarana. Sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal terhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksana program dalam melaksanakan program PKPR di puskesmas. Dalam pelaksanaan pro- gram PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait pro- gram PKPR. Disamping itu belum ada SOP ( Standard Operational Procedure) pelaksanaan program PKPR baik di puskesmas maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal. Berdasarkan penelitian ini maka direkomendasikan untuk tetap melanjutkan kebijakan PKPR namun perlu ditingkatkan sosialisi program, pemenuhan sarana prasarana, meningkatkan kompetensi petugas yang terlibat dalam program PKPR, dukungan dana yang memadai dan meningkatkan kerjasama antar instansi yang terkait. Kata kunci : Implementasi program PKPR ABSTRACT Adolescent Health Care Services Program is a health care services to adolescents through the special treatment tailored to the desires, appetites and needs of adolescents. Although this program has been promoted and made many efforts to improve the quality of service to youth, such as training for the program officer, but in public health centeres of Tegal regency this program has not been implemented well. The objective of this research IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA (PKPR) DI PUSKESMAS WILAYAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL Tri Agustina H 1 , Atik Mawarni 2 , Septo Pawelas Arso 2 1 STIKes Bhamada Slawi 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Upload: aprilia-echy

Post on 18-Feb-2016

19 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

kesehatan remaja

TRANSCRIPT

Page 1: Implementasi Program Peduli Remaja

16 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

ABSTRAKProgram Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) merupakan pelayanan

kesehatan kepada remaja melalui perlakuan khusus yang disesuaikan dengan keinginan,selera dan kebutuhan remaja. Meskipun program ini sudah disosialisasikan dan dilakukanberbagai upaya guna meningkatkan mutu pelayanan kepada remaja seperti pelatihan bagipetugas pelaksana, akan tetapi di puskesmas Kabupaten Tegal program ini belum terlaksanadengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi program PKPRdi puskesmas Kabupaten Tegal. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatifmelalui wawancara mendalam dan observasi. Informan utama adalah tiga pelaksana pro-gram PKPR di puskesmas, informan triangulasi adalah remaja, kepala puskesmas dankepala seksi anak dan remaja Dinkes Kabupaten Tegal. Data dikumpulkan denganwawancara mendalam dan selanjutnya dilakukan analisa data dengan metode contentanalisis. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan program PKPR di PuskesmasKabupaten Tegal belum memenuhi kriteria pelayanan remaja seperti yang ditetapkan DepkesRI. Semua puskesmas belum melaksanakan semua kegiatan puskesmas PKPR diantaranyapelatihan pendidik sebaya dan konselor sebaya, alur dan pelaksanaan pelayanan PKPRkurang sesuai, kurangnya cakupan layanan kepada remaja, dan kurangnya dukungan dariinstansi lain yang terkait dengan program PKPR. Faktor penyebabnya adalah kurangnyasosialisasi program PKPR kepada remaja, pelaksana program PKPR dan Dinas KesehatanKabupaten Tegal kurang konsisten dalam program PKPR, petugas yang terlibat dalampelaksanaan PKPR belum semuanya terlatih, kurangnya dukungan dana dan saranaprasarana. Sikap pelaksana program, remaja dan Dinas Kesehatan Kabupaten Tegalterhadap program sangat positif, namun tidak tersedia dana guna memotivasi pelaksanaprogram dalam melaksanakan program PKPR di puskesmas. Dalam pelaksanaan pro-gram PKPR kurang adanya kerjasama yang baik antara berbagai pihak yang terkait pro-gram PKPR. Disamping itu belum ada SOP (Standard Operational Procedure) pelaksanaanprogram PKPR baik di puskesmas maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal.Berdasarkan penelitian ini maka direkomendasikan untuk tetap melanjutkan kebijakan PKPRnamun perlu ditingkatkan sosialisi program, pemenuhan sarana prasarana, meningkatkankompetensi petugas yang terlibat dalam program PKPR, dukungan dana yang memadaidan meningkatkan kerjasama antar instansi yang terkait.Kata kunci : Implementasi program PKPR

ABSTRACTAdolescent Health Care Services Program is a health care services to adolescents

through the special treatment tailored to the desires, appetites and needs of adolescents.Although this program has been promoted and made many efforts to improve the qualityof service to youth, such as training for the program officer, but in public health centeres ofTegal regency this program has not been implemented well. The objective of this research

IMPLEMENTASI PROGRAM PELAYANAN KESEHATANPEDULI REMAJA (PKPR) DI PUSKESMAS WILAYAH

DINAS KESEHATAN KABUPATEN TEGAL

Tri Agustina H1, Atik Mawarni2, Septo Pawelas Arso2

1STIKes Bhamada Slawi2Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

Page 2: Implementasi Program Peduli Remaja

17BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

Pendahuluan Data Komisi Penanggulangan AIDS

Provinsi Jawa Tengah menunjukkan epidemikHIV/AIDS di Jawa Tengah sampai dengan Maret2011 sebanyak 1.030 kasus. Jumlah penderitamenurut jenis kelamin, 61% adalah laki-lakidan 39% perempuan, terbanyak pada usiaremaja 20-29 tahun. Untuk mengatasi masalahkesehatan pada remaja, pemerintahmeningkatkan pelayanan kepada remajadengan program Pelayanan KesehatanReproduksi Peduli Remaja (PKPR) dipuskesmas. Berdasarkan programpembangunan dalam Rencana PembangunanJangka Menengah Daerah Provinsi JawaTengah Tahun 2008-2013, target puskesmasPKPR tiap kota/kabupaten adalah 20%. Pro-gram PKPR di Dinas Kesehatan Kabupaten

Tegal mulai diterapkan sejak tahun 2008,Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal memiliki 28puskesmas, dimana semua puskesmas telahmelaksanakan pelayanan kesehatan kepadaremaja, namun hanya 1 (satu) puskesmasyang menerapkan puskesmas PKPR (0,04%),sehingga hal ini tidak sesuai dengan targetpuskesmas PKPR dalam Rencana JangkaMenengah Daerah Provinsi Jawa TengahTahun 2008 – 2013 yaitu sebesar 20%.Berdasarkan data dari Dinas KesehatanKabupaten Tegal menunjukkan cakupanpelayanan kesehatan remaja dari tahun 2007sampai tahun 2009 mengalami kenaikan yangkurang signifikan. Pada tahun 2007 cakupanpelayanan kesehatan remaja 11,31% dari tar-get 30%; tahun 2008 sebesar 10% dari tar-get 30% dan pada tahun 2009 sebesar36,7% dari target 60%.

was to find out the implementation of the Adolescent Healthcare Service program at Pri-mary Healthcare Centers in Tegal regency. This study was descriptive qualitative studythrough in-depth interviews and observation. Three main informants is the program offic-ers, informant triangulation are teenagers, head of the Primary Healthcare Centers, andthe head section children and adolescents of Helath Departement at Tegal regency. Datawere collected by in-depth interviews and furthermore analysis of data by content analysis.The results indicate the implementation of Adolescent Healthcare Service program at Pri-mary Healthcare Centers in Tegal regency has not fulfilled the criteria for adolescent ser-vices based on Health Departement Indonesia. All the public health centers not imple-mented all the activities at Adolescent Healthcare Service program such training peer edu-cators and peer counselors, workflow and Adolescent Healthcare Service not appropiate,the lack of coverage of services to adolescent, and lack of support from other agenciesassociated with Adolescent Healthcare Service program. Contributing factor is the lack ofsocialization Adolescent Healthcare Service program to teenagers, program officers andHealth Departement of Tegal Regency less consistent in Adolescent Healthcare Serviceprogram, the officers involved in the implementation of Adolescent Healthcare Serviceprogram not all trained, lack of funding and infrastructure support. Program officiers, teen-agers and Health Departement of Tegal regency disposition to the program is very posi-tive, but there’s no funds to motivate program officiers in implementing Adolescent HealthcareService program. In the implementation of the Adolescent Healthcare Service programless good cooperation between the various parties involved Adolescent Healthcare Ser-vice program. Besides, there is no SOP (Standard Operating Procedure) AdolescentHealthcare Service program in health centers and in the Health Departement of Tegalregency. Based on this research it is recommended to continue the policy AdolescentHealthcare Service program but needs to be improved socialization programs, fulfillmentinfrastructure, improve the competence of personnel involved in the Adolescent HealthcareService program, sufficient financial support and enhance cooperation among relevantagencies, as well as the need for program implementation SOP Adolescent HealthcareService program.Key words : implementation program, program analysis, Adolescent Healthcare Ser-vice program

Page 3: Implementasi Program Peduli Remaja

18 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

Program PKPR adalah pelayanankesehatan kepada remaja yang mengasksessemua golongan remaja, dapat diterima,sesuai, komprehensif, efektif dan efesien. Pro-gram ini bertujuan mengoptimalisasi pelayanankesehatan remaja di tingkat puskesmas yaitumenyediakan pelayanan kesehatan remajayang berkualitas, meningkatkan pemanfaatanpuskesmas oleh remaja untuk mendapatkanpelayanan kesehatan, meningkatkanpengetahuan dan ketrampilan remaja dalampencegahan masalah kesehatan khusus padaremaja serta meningkatkan keterlibatan remajadalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasipelayanan kesehatan remaja. Kegiatan yangdilaksanakan dalam memberikan PelayananKesehatan Peduli Remaja (PKPR) diantaranyapemberian informasi dan edukasi, pelayananklinis medis, konseling, PendidikanKetrampilan Hidup Sehat (PKHS), pelatihanpendidik koselor dan konselor sebaya danpelayanan rujukan.1 Implementasi kebijakanyang bersifat kompleks (seperti PKPR)menuntut adanya kerjasama banyak pihak.Struktur organisasi yang melaksanakankebijakan mempunyai pengaruh penting padaimplementasi. Salah satu aspek struktural pal-ing dasar dari suatu organisasi adalah prosedurkerja (Standard Operating Procedures) yangdapat menyeragamkan tindakan danmenyamakan penerapan peraturan.1

Implementasi kebijakan merupakan tahap dariproses kebijakan segera setelah penetapanundang undang. Dalam penelitian ini,kebijakan PKPR akan dianalisis denganmenggunakan model implementasi menurutGeorge Edwards, yaitu terdapat empat faktorkrusial dalam implementasi kebijakan terdiridari komunikasi, sumber daya, disposisi atausikap, dan struktur birokrasi.2

Berdasarkan studi pendahuluan padaempat puskesmas, diperoleh hasil belum adakomunikasi yang baik antara dinas kesehatan,kepala puskesmas dan pelaksana program.Petugas program PKPR belum terlatih danpelaksanaan pelayanan kepada remaja masihdilakukan di ruang pengobatan umum . Darikeempat puskesmas hanya 1 puskesmas

yang memiliki SOP yaitu puskesmas Slawi,sedangkan Dinas Kesehatan Kabupaten tidakmemiliki SOP untuk program PKPR.Berdasarkan permasalahan tersebut makadilakaukan penelitian dengan tujuan untukmengetahui implementasi program PKPR dipuskesmas wilayah Dinas KesehatanKabupaten Tegal meliputi faktor komunikasi,sumber daya, disposisi atau sikap dan strukturbirokrasi .

Metode PenelitianJenis penelitian adalah diskriptif kualitatif

untuk memberikan gambaran implementasiprogram Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja(PKPR) di wilayah Puskesmas KabupatenTegal. Penelitian dilaksanakan pada duaPuskesmas Kabupaten Tegal yang terletak ditengah kota, serta satu puskesmas yangletaknya di daerah pegunungan. Informanutama adalah pengelola PKPR di puskesmassebanyak 3 orang. Sebagai informantriangulasi adalah remaja sebanyak 3 orang,kepala puskesmas sebanyak 3 orang dan satuorang kepala seksi anak dan remaja DinasKesehatan Kabupaten Tegal. Data yangdiambil dalam penelitian ini adalah data primermelalui wawancara mendalam dan datasekunder melalui telaah dokumen, datadianalisis menggunakan metode analisis isi(content analysis).

Hasil dan Pembahasan.Implementasi Program PKPR diPuskesmas Kabupaten Tegal.

Berdasarkan hasil wawancara denganinforman utama petugas PKPR dan informantriangulasi kepala puskesmas diproleh hasilbahwa kegiatan PKPR di puskesmasKabupaten Tegal belum semuanya terlaksana.Ada beberapa kegiatan yang belum dilakukanoleh petugas pelaksana PKPR diantaranyaadalah pelatihan pendidik sebaya dan konselorsebaya. Dalam Modul Pelatihan PelayananKesehatan Peduli Remaja (PKPR), kegiatan

Page 4: Implementasi Program Peduli Remaja

19BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

yang dilaksanakan dalam memberikanPelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)terdiri dari pemberian informasi dan edukasi,pelayanan klinis medis, konseling, PendidikanKetrampilan Hidup Sehat (PKHS), pelatihanpendidik sebaya , konselor sebaya danpelayanan rujukan.1 Dengan demikian,kegiatan PKPR di puskesmas Kabupaten Tegalbelum sesuai dengan program PKPR dipuskesmas yang dicanangkan pemerintah. Halini disebabkan karena petugas pelaksanaPKPR semuanya adalah bidan, sedangkantugas bidan sendiri sangat banyak, sehinggauntuk kegiatan PKPR tidak dapat dilaksanakansemua. Kondisi tersebut diungkapkan salahsatu informan utama sebagai berikut :

“….pelayanan kesehatan untuk remajapenginnya dilaksanakan sesuaipedoman, kami hanya melakukankegiatan penyuluhan, pemeriksaan,rujukan, dan konseling. Belum sampaike pelatihan pendidik dan konselorsebaya….” (IU 2).

Dalam rangka menggali sejauhmanaremaja mengetahui tentang kesehatanreproduksi, perilaku hidup sehat pada remajadan persiapan berkeluarga, semua remajayang datang di puskesmas dianamnesatentang keluhan sakitnya saja, kemudiandilakukan pemeriksaan, konseling dan rujukan.Hal ini menunjukkan alur dan pelaksanaankegiatan PKPR di puskesmas KabupatenTegal belum sesuai dengan pedomanpelaksanaan PKPR . Pada saat remajadatang seharusnya dilakukan anamnesa,remaja digali sejauhmana mereka mengetahuitentang kesehatan reproduksi remaja, perilakuhidup sehat pada remaja dan persiapanberkeluarga. Setelah kegiatan tersebut,selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik danpelayanan konseling, bila remaja tersebutmembutuhkan pelayanan klinis medis,ditangani sesuai dengan penyakitnya dandilakukan konseling bila diperlukan.1 DiKabupaten Tegal cakupan pelayanankesehatan untuk remaja kurang dari 36% ,masih dibawah target yaitu 60%. Dari ketigapuskesmas yang dilakukan penelitian, cakupan

layanan kesehatan remaja di puskesmas yangterletak di kota Kabupaten Tegal sebesar 28,89% dan cakupan layanan kesehatan remaja dipuskesmas yang terletak di perbatasan kotadan Kabupaten Tegal sebesar 1,64 %.Kurangnya cakupan layanan kepada remajadapat disebabkan jam kerja puskesmas yangbersamaan dengan jam sekolah, hal tersebutmenjadi salah satu faktor penghambatterhadap akses pelayanan. Dukungan instansilain dalam program PKPR di Kabupaten Tegalmasih kurang, hal ini terbukti bahwa ada salahsatu SMA yang menjalin kerjasama denganpuskesmas untuk pelayanan kesehatanremaja dikarenakan sebagai syarat akreditasisaja, bahkan ada sekolah yang menolakdilakukan penyuluhan kesehatan reproduksiremaja di sekolah dengan alasan administrasiyang berbelit. Ada pula petugas BPPKB yangtidak berkoordinasi dengan petugas PKPRdalam memberikan pelayanan kepadaremaja, hal tersebut disebabkab dari dinaskurang banyak melibatkan petugas PKPR dipuskesmas bila ada program untuk kesehatanremaja yang bekerjasama dengan instansi lain.

KomunikasiProses transmisi informasi tentang

PKPR dari puskesmas kepada remaja masihbelum berjalan dengan baik, hal ini terlihat daripernyataan informan utama petugas PKPRdan informan triangulasi remaja yaitu duainforman utama menyatakan bahwa merekagencar melakukan sosialisasi hanya pada saatawal pencanangan program PKPR namunkemudian tidak dilakukan secara rutin,sedangkan satu informan utama lainnyamenyatakan tidak pernah melakukansosialisasi program PKPR, hal ini disebabkankurangnya dukungan berbagai pihak maupuntumpang tindihnya tugas penanggung jawabprogram PKPR. Petugas PKPR di puskesmasselain bertanggungjawab atas program remajajuga bertanggung jawab terhadap programanak, oleh karena itu perlu personel yangkhusus menangani program PKPR.Pernyataan salah satu informan utama adalahsebagai berikut :

Page 5: Implementasi Program Peduli Remaja

20 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

“….kalau sosialisasi program kami tidakpernah melaksanakan, karenadisamping pegang program remaja,saya juga pegang program anak. Sayalebih konsen ke anak daripada keremaja, karena kasus remaja sendirimasih kurang diperhatikan….” (IU 3)

Terkait dengan proses transmisi daridinas kesehatan kepada penanggungjawabPKPR di puskesmas sudah cukup baik,namun penyampaian program PKPR sendiritidak terlalu banyak, karena program kesehatanremaja tersebut dijadikan satu dengan pro-gram kesehatan anak. Menurut informantriangulasi Kepala Seksi Anak dan Remaja,karena program kesehatan remaja tidaktermasuk dalam MDG’s maka tidak terlalubanyak dibahas, dalam pertemuan rutin lebihbanyak membahas tentang kesehatan anakyang termasuk dalam MDG’s. Menurut Ed-ward penyaluran komunikasi yang baik akandapat menghasilkan suatu implementasi yangbaik pula. Seringkali terjadi masalah dalampenyaluran komunikasi yaitu adanya salahpengertian (miskomunikasi) yang disebabkanbanyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilaluidalam proses komunikasi, sehingga apa yangdiharapkan terdirtorsi di tengah jalan.3

Meskipun penyaluran informasi tentang PKPRdari dinas kesehatan kepada puskesmassudah dilakukan , tetapi harus ditingkatkan lagikarena dinas kesehatan kurang intensif dalampenanganan program PKPR dengan anggapanbahwa program pelayanan kesehatan remajatidak termasuk dalam MDG’s. Keseriusandinas kesehatan dalam menyalurkan informasitentang PKPR kepada puskesmas dapatmendorong puskesmas untuk lebih seriusmenangani kegiatan PKPR.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal seringmenyampaikan informasi tentang programPKPR dalam rapat rutin 3 bulan sekali, saatmonitoring dan evaluasi setahun 2 kalibersamaan dengan program dari Kesgalainnya. Namun dari hasil monitoring danevaluasi program PKPR, belum ada tindaklanjut yang nyata dari Dinkes Kab Tegal, hal inidapat dilihat dari hasil laporan bulanan tiap

puskesmas. Dari ketiga puskesmas, duapuskesmas yang terletak di tengah kotakabupaten dan di perbatasan antara kota danKabupaten Tegal memberikan laporan rutin tiapbulan, sedangkan satu puskesmas yangletaknya di daerah pegunungan tidak pernahmelakukan laporan rutin ke Dinkes tentangpelayanan kesehatan remaja selama 1 tahun.Dalam 1 tahun tidak ada perubahan pada hasillaporan 3 puskesmas tersebut, jumlah remajadan pelayanan yang diberikan tiap bulannyasama, hal ini disebabkan karena DinasKesehatan Kabupaten Tegal kurang intensifdalam melakukan monitoring dan evaluasiterutama di daerah yang sulit terjangkau sepertipuskesmas yang letaknya di daerahpegunungan dengan kondisi jalan yang kurangbagus dan sulit dijangkau dengan kendaraanumum. Berdasarkan uraian diatas dapatdisimpulkan bahwa Dinas KesehatanKabupaten Tegal kurang konsisten dalam pro-gram PKPR di puskesmas.

Sumber DayaBerdasarkan wawancara dengan

informan utama petugas, semua menyatakanbahwa petugas yang memberikan pelayananPKPR t idak semuanya mendapatkanpelatihan. Pada dasarnya satu petugas darisetiap puskesmas telah mengikuti pelatihanakan tetapi tidak memberikan sosialisasikepada petugas lainnya sehingga petugaskurang menguasai materi dan tidak cekatandalam memberikan pelayanan. Pelaksana pro-gram PKPR dalam hal ini adalah seorang bidandengan beban kerja yang sangat tinggisehingga tidak sempat mensosialisasikantentang program PKPR kepada petugaslainnya yang terlibat dalam pelayanan kepadaremaja, yang pada akhirnya dapatmenghambat keberhasilan program PKPR dipuskesmas.

“…. Saya mengikuti pelatihan tentangremaja hanya sekali di Dinas KesehatanKabupaten Tegal sekitar tahun 2007.Masing – masing puskesmas mengirim1 orang. Setelah pelatihan ya saya

Page 6: Implementasi Program Peduli Remaja

21BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

menyampaikan sama beberapa temansaja. Waktunya nggak ada bu….” (IU 2)

Berdasarkan hasil wawancara denganinforman triangulasi remaja didapatkan hasilbahwa dari ketiga remaja menyatakan hal yangsama bahwa petugas yang melayani kurangkompeten. Pernyataan ketiga informantriangulasi remaja ini menunjukkan bahwapetugas yang sesuai dengan selera remajabelum dapat dipenuhi oleh semua puskesmas.

“…. Petugasnya kurang cekatan,kebanyakan ngobrol dengan petugaslainnya…” (IT 2)

Hasil tersebut didukung temuan KusumaDewi Palupi tahun 2009 di Kota Semarangyang memberikan hasil bahwa belum semuapetugas pemberi layanan sesuai denganselera remaja.4 Suhariati dalam penelitiannyamenemukan bahwa di Kediri tahun 2010,52,7% petugas menyatakan tidak ada waktuluang kalau melakukan pelayanan remaja diluar puskesmas. Petugas PKPR merasakanjumlah pegawai yang memberikan pelayananbelum mencukupi.5 Beban kerja pelaksanaprogram PKPR (bidan) yang tinggimenyebabkan pelaksana program tidakmaksimal dalam memberikan layanan kepadaremaja baik di dalam maupun di luarpuskesmas. Menurut Edward kegagalan yangsering terjadi dalam implementasi kebijakan,salah-satunya disebabkan oleh staf/pegawaiyang tidak cukup memadai, mencukupi,ataupun tidak kompeten dalam bidangnya.Penambahan jumlah staf dan implementorsaja tidak cukup menyelesaikan persoalanimplementasi kebijakan, tetapi diperlukansebuah kecukupan staf dengan keahlian dankemampuan yang diperlukan (kompeten dankapabel) dalam mengimplementasikankebijakan.6 Dengan demikian personel dalamprogram PKPR di puskesmas KabupatenTegal masih kurang mendukung pelaksanaanprogram PKPR sehingga masih dibutuhkanpengembangan sumber daya manusia dalamprogram PKPR di puskesmas. Agar ProgramPKPR di puskesmas dapat dilaksanakandengan baik perlu ditunjuk petugas tambahan

yang bekerja dalam tim, petugas ini dapatdilatih tersendiri oleh dokter puskesmas terlatihsebelum mendapat kesempatandiikutsertakan dalam pelatihan resmi.1 Terkaitdengan fasilitas yang ada di puskesmas,untuk program PKPR masih sangat kurang halini diperkuat dengan pernyataan informantriangulasi Kepala Seksi Anak dan Remaja yangmenyatakan bahwa dinas kesehatan belumpernah memberikan bantuan pemenuhansarana dan prasarana untuk puskesmaskarena tidak ada dana. Salah satu ungkapandari informan utama adalah sebagai berikut :

“…. Ruangan sudah ada bu, sayamanfaatkan untuk kegiatan konseling.Kalau untuk pemeriksaan tergantungkebutuhan. Kalau butuh pemeriksaankebidanan kami periksa di ruangkebidanan. Kalau sakit biasa kamiperiksa di ruang pemeriksaan umum,kalau butuh pemeriksaan lab, ya kamikirim ke laboratorium. Sarana yang lainjuga masih kurang. Terutama lembarbalik untuk konseling. Jadi, kalaukonseling ya sebisa saya sesuai bukupetunjuk konseling….” (IU 1)

Menurut Edward, fasilitas fisik merupakanfaktor penting dalam implementasi kebijakan.Implementator mungkin mempunyai staf yangmencukupi, kapabel dan kompeten, tetapitanpa adanya fasilitas pendukung (sarana danprasarana) maka implementasi kebijakantersebut tidak akan berhasil.6 Fasilitaskesehatan yang peduli remaja harus dapatmenjamin privasi dan kerahasiaan di ruangpemeriksaan, ruang konsultasi dan ruangtunggu, di pintu masuk dan pintu keluar, sertajaminan kerahasiaan. Selain ruangandibutuhkan pula materi KIE. 1

Terkait dengan dana, di puskesmas tidaktersedia cukup dana untuk pelaksanaankegiatan PKPR, dana yang disediakan olehdinas kesehatan hanya untuk kegiatan moni-toring dan evaluasi program 2 kali dalam 1tahun, hal ini tentunya menjadi salah satufaktor yang menyumbang belum maksimalnyakegiatan PKPR di puskesmas Kabupaten

Page 7: Implementasi Program Peduli Remaja

22 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

Tegal. Dalam pelaksanaan program PKPRdibutuhkan sumber dana agar programberjalan lancar, dana yang tersedia harusdialokasikan secara tepat, demikian puladalam proses penyediaan danpenggunaannya. Kusuma Dewi Palupi tahun2009 juga menemukan di puskesmas KotaSemarang belum ada alokasi dana yang cukupuntuk membiayai program PKPR.4 Begitu puladari hasil penelitian Suhariat i yangmenyatakan di wilayah puskesmasKabupaten Kediri tidak ada dana khusus untukkegiatan PKPR.5 Terkait dengan insentif,dalam pelaksanaan program PKPR dipuskesmas Kabupaten Tegal tidak ada insentifkhusus bagi pelaksana program . Namundemikian karena semua pelaksana programPKPR di puskesmas adalah pegawai negerisipil, maka tidak adanya insentif bukanmerupakan faktor penghambat dalampelaksanaan tugasnya.

Disposisi atau SikapDalam kaitannya denga disposisi atau

sikap, semua informan utama pelaksana pro-gram PKPR dan informan trianggulasi remajadan Kepala Seksi Anak dan Remaja sangatmendukung adanya program PKPR hal iniditunjukkan dengan adanya jawaban setujuterhadap program PKPR. Menurut Edwards,jika pelaksana mempunyai kecenderunganatau sikap positif atau adanya dukunganterhadap implementasi kebijakan makakemungkinan besar implementasi kebijakanakan terlaksana sesuai dengan keputusanawal.2

Struktur BirokrasiDi Kabupaten Tegal belum ada SOP yang

berasal dari Dins Kesehatan maupunpuskesmas untuk mendukung programPKPR. Dengan adanya SOP, para pelaksanadapat mengoptimalkan waktu yang tersediadan dapat berfungsi untuk menyeragamkantindakan pejabat dalam organisasi yangkompleks dan tersebar luas, sehingga dapatmenimbulkan fleksibilitas yang besar dankesamaan yang besar dalam penerapanperaturan.2 Tidak adanya SOP dapat

menghambat pelaksanaan program PKPR dipuskesmas Kabupaten Tegal sehinggaimplementasi program PKPR tidak dapatberjalan dengan baik, Petugas PKPR akanmelaksanakan pelayanan sesuai denganpemahaman mereka sendiri tanpa adapedoman yang jelas untuk mengendalikanmutu pekerjaannya. Kusuma Dewi Palupidalam penelitiannya juga menemukan bahwadi puskesmas Kota Semarang belum tersediaSOP dan Standar Pelayanan Minimal untukprogram PKPR di puskesmas.4 DisampingSOP, faktor lain yang mempengaruhipelaksanaan program PKPR adalahfragmentasi. Program PKPR membutuhkankerjasama dari berbagai pihak yang terkaitseperti dinas pendidikan, BPPKB, departemenagama dan instansi swasta yang menanganikasus remaja. Di kabupaten Tegal kerjasamaini belum terjalin sehingga pelaksanaan pro-gram PKPR di puskesmas berjalan tidakefektif. Uangkapan dari informan utama adalahsebagai berikut :

“…. Koordinasinya masih sangat kurang,ini saja ada MoU dari salah satu SMAnegeri dengan puskesmas untukpelayanan kesehatan di sekolah karenasekolah itu mau akreditasi….” (IU 1)

Dengan demikian, dibutuhkan peran aktifdari pelaksana program untuk menjalinkerjasama dengan pihak lain. Seperti yangdiungkapkan oleh informan utama pelaksanaprogram PKPR bahwa di puskesmas adabidan PLKB yang menangani remaja, namunantara petugas PLKB dan petugas PKPR tidakada koordinasi yang baik dalam melaksanakanprogram kesehatan remaja. Petugas PLKBmelaksanakan program dari BPPKB tanpakoordinasi dengan PKPR, sebaliknya petugasPKPR melaksanakan program PKPR tanpakoordinasi dengan petugas PLKB. Hal initentunya akan menghambat pelaksanaan pro-gram. Disamping kerjasama dengan BPPKB,dibutuhkan pula kerjasama dengan sekolah diwilayah kerja puskesmas, oleh karena ituperlu koordinasi yang baik antara DinasPendidikan, sekolah dan puskesmas agarterjadi penolakan dari sekolah karena alasan

Page 8: Implementasi Program Peduli Remaja

23BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

tidak ada rekomendasi dari Dinas Pendidikan.Dengan adanya kerjasama lintas sektoraldiharapkan dapat membantu pelaksanaanPKPR berupa kegiatan KIE seperti ceramah,diskusi, role play oleh petugas terlatih di luarsektor kesehatan dan LSM yang nantinya akansangat membantu pelaksana program dipuskesmas.1

Kesimpulan1. Dari ketiga puskesmas, hanya satu

puskesmas yang melaksanakan programPKPR sedangkan dua puskesmas lainnyatidak melaksanakan. Dari ketigapuskesmas, dua puskesmas secara rutinmelaporkan kegiatan pelayanan kesehatanremaja sedangkan satu puskesmas tidakpernah melaporkan , hal ini disebabkankarena letak geografis, dua puskesmasmudah dijangkau sedangkan satupuskesmas lainnya terletak di daerahpegunungan yang sulit dijangkau

2. Penyaluran informasi tentang PKPR daripuskesmas kepada sasaran programmasih kurang. Semua petugas PKPRmelakukan sosialisasi kepada sasaranhanya pada awal pencanangan program,selanjutnya tidak dilakukan secara rutin,sehingga sasaran program (remaja) banyakyang tidak mengetahui bahwa dipuskesmas ada pelayanan khususkesehatan remaja.

3. Program PKPR di puskesmas telahdisampaikan dengan jelas oleh DinasKesehatan Kabupaten Tegal kepadapemegang program PKPR. DinasKesehatan Kabupaten Tegal telahmelaksanakan pelatihan, memberikan bukupanduan dan melakukan penyegaran pro-gram PKPR bagi pelaksana program.

4. Pelaksana program PKPR dan DinasKesehatan Kabupaten Tegal kurangkonsisten dalam program PKPR, hal initerlihat bahwa semua pelaksana programPKPR menyampaikan sosialisasi programhanya pada awal pencanangan program.

5. Sumber daya di puskesmas dalampelaksanaan program PKPR masih sangat

kurang. Petugas yang sudah mendapatkanpelatihan PKPR t idak melakukansosialisasi kepada petugas kesehatanlainnya, sehingga pelayanan yang diberikantidak optimal. Fasilitas yang ada dipuskesmas untuk program PKPR masihsangat kurang, dari tiga puskesmas hanyasatu yang memiliki ruang PKPR, saranakonseling seperti leaflet dan lembar baliktidak tersedia. Dana yang disediakan olehdinas kesehatan hanya untuk kegiatanmonitoring dan evaluasi program 2 kalidalam 1 tahun tidak dapat digunakan untukpemenuhan sarana prasarana kegiatanPKPR di puskesmas.

6. Sikap pelaksana program terhadap PKPRsangat mendukung. Semua informanutama dan informan triangulasi setujudengan program PKPR, namun dinaskesehatan terutama seksi kesehatan anakdan remaja tidak memprioritaskan programtersebut karena tidak masuk dalam pro-gram untuk MDG’s.

7. Puskesmas dan dinas kesehatanmembutuhkan SOP guna menyeragamkantindakan yang berhubungan denganpelayanan kesehatan kepada remaja danmenunjang program PKPR di puskesmas.Disamping itu, perlu adanya peningkatankerjasama pada pihak terkait agarpelaksanaan program PKPR di puskesmasberjalan lebih efektif.

DAFTAR PUSTAKA1. Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan

Publik. Bandung: AIPI Bandung2. BKKBN & Bank Dunia. (2004). Multi Media

Materi KRR: Buku II Fasilitator KRR.Jakarta

3. BKKBN. (1999). Buku Pegangan PelayananKesehatan Peduli Remaja (PKPR).Semarang

4. BKKBN.(2007). Remaja Hari Ini adalahPemimpin Masa Depan. Jakarta

5. Bungin Burhan. (2007), Penelitian Kualitatif,Jakarta: Kencana Prenada Media Group

6. Danim, S. (2003). Metode Penelitian

Page 9: Implementasi Program Peduli Remaja

24 BHAMADA, JITK, Vol. 4, No. 1, Januari 2014

Kebidanan: Prosedur, Kebijakan, Etik.Jakarta: EGC

7. Depkes RI (2007). Modul PelatihanPelayanan Kesehatan Peduli Remaja(PKPR). Jakarta: Departemen KesehatanRI

8. Depkes RI. (2002). Materi Inti KesehatanReproduksi. Jakarta: Depkes RI

9. Depkes RI. (2002). PedomanPelaksanaan Kegiatan Komunikasi,Informasi, Edukasi (KIE) KesehatanReproduksi Untuk Petugas Kesehatan diTingkat Pelayanan Dasar. Jakarta:Departemen Kesehatan RI & BinaKesehatan Masyarakat

10. Dinkes Kabupaten Tegal. (2009). ProfilKesehatan Kabupaten Tegal.

11. Edward III, George C,. 1978. Understand-ing Public Policy. New Jersey: Prantice Hall

12. Hessel Nogi S, Tangkilisan. (2003).Implementasi Kebijakan PublikTransformasi Pikiran George Edwards.Yogyakarta: Lukman Offset

13. Kusuma Dewi Palupi, 2009. AnalisisImplementasi Program PelayananKesehatan Remaja (PKPR) diPuskesmas Wilayah Kota SemarangTahun 2009 (Tesis), Magister IlmuKesehatan Masyarakat Semarang: Univer-sitas Diponegoro

14. Suhariati, 2010. Analisis Beberapa FaktorYang Mempengaruhi Implementasi Pro-gram PKPR di Puskesmas WilayahKabupaten Kediri Tahun 2010 (Tesis),Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatSemarang: Universitas Diponegoro.