implementasi program bantuan pendidikan di …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan...

137
IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL ANAK “GRATAMA” DALAM UPAYA PENANGANAN ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh Ani Zuliyani NIM 3401407074 Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang 2011

Upload: doannhan

Post on 07-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

1

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI RUMAH PERLINDUNGAN SOSIAL ANAK

“GRATAMA” DALAM UPAYA PENANGANAN ANAK JALANAN

DI KOTA SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh

Ani Zuliyani

NIM 3401407074

Jurusan Hukum Dan Kewarganegaraan

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang

2011

Page 2: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

skripsi Fakultas Ilmu Sosial Unnes pada

Hari : Selasa

Tanggal : 26 Juli 2011

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Maman Rachman, M. Sc Drs. Tijan, M. Si NIP.194806091976031001 NIP.1962112019870211001

Mengetahui, Ketua Jurusan HKn

Drs. Slamet Sumarto, M. Pd NIP. 19610127 198601 1 001

ii

Page 3: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

3

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Semarang pada

Hari : Jum’at

Tanggal : 5 Agustus 2011

Penguji Utama

Drs. Setiajid, M. Si. NIP. 19600623 198901 1 001

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. Maman Rachman, M. Sc Drs. Tijan, M. Si NIP.194806091976031001 NIP.1962112019870211001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Subagyo, M.Pd NIP 195108081980031003

iii

Page 4: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

4

PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 26 Juli 2011

Ani Zuliyani NIM. 3401407074

iv

Page 5: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

5

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Kegagalan hanya situasi tak terduga yang menuntut transformasi dalam makna

positif (Eugenio Barba).

2. Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah jaminan

kegagalan (Bill Clinton).

3. Untuk membahagiakan seseorang isilah tangannya dengan kerja, cintanya

dengan kasih sayang, pikirannya dengan tujuan, ingatannya dengan ilmu yang

bermanfaat, masa depannya dengan harapan, dan perutnya dengan makanan.

(Frederick E. Crane ).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibu tercinta yang tidak pernah berhenti

mendukungku, mendoakanku, dan memberikan

semangat di setiap saat.

2. Adikku tercinta, yang selalu memberikan

dukungan dan semangat.

3. Seluruh keluarga besarku yang selalu mendoakan yang

terbaik untukku.

v

Page 6: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

6

PRAKATA

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya, sehingga penyusunan skripsi yang berjudul ”Implementasi

Program Bantuan Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama

Semarang dalam Upaya Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang” dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini

bukan hanya atas kemampuan dan usaha penulis sendiri, namun juga berkat

bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan yang sebesar-

besarnya terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmojo, M.Si Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Subagyo, M.Pd Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri

Semarang.

3. Drs. Slamet Sumarto, M.Pd Ketua Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan,

Universitas Negeri Semarang.

4. Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc dosen pembimbing I yang senantiasa

memberi semangat dan membantu dalam terselesainya penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Tijan, M.Si dosen pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan

meluangkan waktunya untuk membimbing kami dalam penyusunan skripsi

ini.

6. Dwi Priyanto, pimpinan RPSA Gratama Semarang yang telah banyak

membantu dalam memberikan data untuk penyusunan skripsi ini.

vi

Page 7: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

7

7. Bapak dan Ibu Dosen Prodi PPKn Fakultas Ilmu Sosial Unnes yang telah

memberi bekal pengetahuan kepada penulis.

8. Ali Anwar dan Wahyuni, bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan

semangat dan dorongan spiritual dan material kepada penulis.

9. Teman–teman Civic Education angkatan 2007 Unnes.

10. Teman-teman Kos Emeral yang telah memberikan semangat dan dukungan

dalam penulisan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun.

Semarang, 26 Juli 2011 Penyusun

vii

Page 8: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

8

SARI

Zuliyani, Ani. 2011. Implementasi Program Bantuan Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak “Gratama” Semarang dalam Upaya Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang. Skripsi. Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Maman Rachman, M.Sc. Pembimbing II Drs. Tijan, M. Si. 101 hlm. Kata kunci: Implementasi, Program Bantuan Pendidikan, RPSA, Anak Jalanan.

Penelitian ini dilakukan dengan latar belakang bahwa salah satu hak anak adalah mendapatkan pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan kecerdasan anak sesuai dengan bakat dan minatnya. Secara normatif, Negara Republik Indonesia menjamin kesejahteraan anak, termasuk hak anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak. Namun, pada kenyataannya menunjukkan bahwa masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia termasuk yang dialami oleh anak jalanan.

Fenomena yang terjadi di Kota Semarang adalah semakin meningkatnya jumlah anak jalanan. Ironisnya, keberadaan anak jalanan ini sering kali diabaikan dan tidak dianggap ada oleh sebagian masyarakat. Selama ini, berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam menangani masalah anak jalanan belum terlihat maksimal. RPSA Gratama adalah salah satu rumah singgah yang menaruh perhatian terhadap nasib anak-anak jalanan di Kota Semarang. Salah satu program yang dijalankan adalah program bantuan pendidikan. Akan tetapi selama ini masih banyak hambatan yang dialami RPSA Gratama dalam mengimplementasikan program ini. Untuk itu, penelitian ini mencoba untuk mengetahui bagaimana implementasi program bantuan pendidikan di RPSA “Gratama” dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode interaksi dengan tahap-tahap mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Responden dalam penelitian ini adalah anak jalanan, pekerja sosial, pengelola RPSA Gratama, ketua pengelola RPSA Gratama, dan pemerintah Kota Semarang (Dinsospora Kota Semarang). Berdasarkan hasil penelitian, program bantuan pendidikan yang dilaksanakan cukup berhasil dalam mencapai tujuannya yaitu agar anak tidak lagi beraktivitas di jalan, anak kembali ke bangku sekolah bagi yang masih usia sekolah, anak dapat memiliki penghasilan yang layak dengan keterampilan yang dimiliki, anak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan untuk kembali ke jalanan, dan program ini juga cukup membantu anak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan. Sebagai saran yang dapat disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dalam implementasi program bantuan pendidikan ini yaitu (1) kepada RPSA Gratama, seharusnya menggalakkan dana dari pihak-pihak yang berkompeten dan yang terlibat agar mereka dapat mengalokasikan dana untuk pendidikan anak

viii

Page 9: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

9

jalanan yang dibina; meningkatkan komunikasi dengan masyarakat secara umum tentang keberadaan RPSA, peranan, dan program-program yang dijalankan agar masyarakat lebih mengenal RPSA; serta tingkatkan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dengan program bantuan pendidikan yang dijalankan RPSA Gratama sehingga kedepannya implementasi program mencapai hasil yang lebih maksimal, (2) kepada yayasan, perlu merintis usaha sendiri misalnya usaha “kucingan”, konter pulsa, atau usaha tambal ban agar kedepannya tidak selalu menggantungkan dana dari pemerintah dan anak-anak pasca bina bisa bekerja disana, (3) kepada pemerintah, semoga kedepannya dialokasikan dana pendidikan khusus untuk anak jalanan. Karena selama ini program-program yang dijalankan hanyalah program pelatihan keterampilan dan bantuan untuk orang tua anak jalanan. Padahal, pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi anak. Ini dimaksudkan agar dapat mendukung program-program penanganan anak jalanan sehingga bisa berjalan dengan baik.

ix

Page 10: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

10

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………………… ii

PENGESAHAN ......................................................................................... iii

PERNYATAAN ....................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. v

PRAKATA ............................................................................................... vi

SARI ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................ x

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 10

C. Tujuan Penelitian .................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ................................................................. 12

E. Batasan Istilah........................................................................... 12

BAB II LANDASAN TEORETIS

A. Implementasi Kebijakan Publik ............................................. 14

B. Teori Implementasi Kebijakan .............................................. 15

C. Konsep Pendidikan ............................................................... 23

x

Page 11: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

11

D. Pengertian RPSA ................................................................... 26

E. Anak Jalanan.............................................................................. 27

F. Kerangka Berfikir...................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ........................................................... 34

B. Lokasi Penelitian .................................................................. 35

C. Fokus Penelitian ................................................................... 35

D. Sumber Data Penelitian ......................................................... 36

E. Metode Pengumpulan Data ................................................... 37

F. Validitas Data ....................................................................... 38

G. Metode Analisis Data………………………………………… 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ..................................................................... 41

B. Pembahasan ......................................................................... 77

BAB V PENUTUP

A. Simpulan .............................................................................. 97

B. Saran .................................................................................... 99

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi

Page 12: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

12

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Anak Jalanan di Kota Semarang……………………………. 4

Tabel 2 Data Anak Jalanan di Kantong Binaan RPSA Gratama…………….. 5

Tabel 3 Masalah yang Dihadapi Anak Jalanan………………………………. 7

Tabel 4 Idenditas Pemerintah Kota Semarang.................................................. 47

Tabel 5 Daftar Pengelola RPSA Gratama Semarang………………………… 47

Tabel 6 Data Anak Jalanan Informan Penelitian…………………………….. 48

Tabel 7 Lokasi dan Aktifitas Anak Jalanan Kota Semarang………………… 48

Tabel 8 Data Orang Tua Anak Jalanan Kota Semarang……………………... 49

xii

Page 13: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Faktor Penentu Implementasi Kebijakan Menurut George Edwards III..................................................................................................16

xiii

Page 14: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

14

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

2. Lampiran 2 : Identitas Responden

3. Lampiran 3 : Foto Hasil Penelitian Implementasi Program di RPSA Gratama

Semarang

4. Lampiran 4 : Kartu Bimbingan Skripsi

5. Lampiran 5 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Universitas Negeri

Semarang/Kesbangpol dan Linmas Kota Semarang untuk

Kepala Dinsospora Kota Semarang

6. Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Unnes/Kesbangpol dan

Linmas Kota Semarang untuk Pimpinan RPSA Gratama

7. Lampiran 7 : Daftar Anak Jalanan Binaan RPSA Gratama yang Masih

Sekolah Tahun 2011

8. Lampiran 8 : Transkip Wawancara Penelitian Implementasi Program

Bantuan Pendidikan di RPSA Gratama

9. Lampiran 9 : Surat Keterangan Penelitian dari Dinsospora Kota Semarang

10. Lampiran 10 : Surat Keterangan Penelitian dari RPSA Gratama Semarang.

xiv

Page 15: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap-tiap

warga negaranya, termasuk menjamin perlindungan, pemeliharaan, dan

kesejahteraan anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali,

atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak (pasal 23

Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002).

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus

yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan

upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan

memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan

tanpa diskriminasi.

Salah satu hak anak menurut pasal 9 UUPA No. 23 tahun 2002 adalah

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya

dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya. Namun,

keterpurukan ekonomi yang dialami oleh beberapa orang tua dan keluarga di

negara kita menyebabkan beberapa orang tua dan keluarga tidak mampu

Page 16: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

2

memenuhi hak anak. Akibatnya, banyak anak yang terpaksa meninggalkan

bangku sekolah atau drop out.

Menurut Ketua Yayasan Lembaga GNOTA, Jeannette Sudjunadi (Puji,

2010), berdasarkan data dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Pusat tahun 2009, di Indonesia terdapat sedikitnya 13.685.324 anak

sekolah usia 7 hingga 15 tahun yang putus sekolah. Sebanyak 419.940 (32 persen)

diantaranya berada di Provinsi Jawa Tengah. Program-program bantuan yang

dapat diakses dari jumlah angka putus sekolah ini agar anak tersebut tidak putus

sekolah masih sangat minim. http://www.republika.co.id (3 februari 2011).

Data di atas menunjukkan bahwa tingginya angka putus sekolah di

Indonesia, dan 32 persen angka putus sekolah berada di Provinsi Jawa Tengah

yang beribu kota di Kota Semarang. Hal ini disebabkan karena masih banyak

keluarga dan orang tua yang belum mampu memenuhi hak anak untuk

memperoleh pendidikan dan pengajaran.

Kota Semarang adalah salah satu kota besar di Indonesia, Ibu Kota

Provinsi Jawa Tengah, pusat segala aktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Seperti

halnya kota-kota lain yang sedang berkembang di seluruh dunia, Kota Semarang

mengalami perkembangan pesat sama halnya dengan kota-kota besar lainnya di

Indonesia. Kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sarana perhubungan, pabrik, sarana

hiburan, dan sebagainya memadati seluruh bagian Kota Semarang. Hal inilah

yang menjadi salah satu faktor semakin banyaknya urban yang ingin mengadu

nasib di Kota Semarang. Bagi sebagian orang yang mempunyai bekal ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentu akan mampu bertahan di kota ini,

Page 17: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

3

tetapi tidak demikian bagi sebagian orang yang kurang beruntung. Sulitnya

mencari pekerjaan kadang kala memaksa mereka untuk mencari nafkah dengan

jalan mengemis atau mengamen. Pada akhirnya mereka menjadi gelandangan.

Fenomena ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, akan tetapi juga terjadi

pada anak-anak. Hampir di seluruh jalanan besar Kota Semarang, sering kita

jumpai anak-anak usia sekolah meminta-minta, mengamen, mengelap mobil,

menyemir sepatu, berjualan koran, dan sebagainya. Anak-anak inilah yang disebut

anak jalanan.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk

mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat umum lainnya. Definisi

tersebut kemudian berkembang, bahwa anak jalanan adalah anak yang

menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja maupun tidak, yang terdiri

dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarganya, dan anak-anak

yang mandiri sejak kecil karena kehilangan orang tua atau keluarga. Fenomena

anak jalanan ini merupakan fenomena nyata dalam kehidupan. Sering kali

keberadaan mereka diabaikan dan tidak dianggap ada oleh sebagian besar

masyarakat, terutama masyarakat awam.

Fenomena yang terjadi di Kota Semarang adalah semakin meningkatnya

jumlah anak jalanan. Jumlah anak jalanan di Semarang sendiri, dari tahun ke

tahun semakin meningkat.

Rekapitulasi bagian sosial Kota Semarang tahun 2003 (Wijayanti, 2010:7)

ada sekitar 357 anak jalanan, yang terdiri dari 299 anak jalanan laki-laki dan 58

Page 18: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

4

anak jalanan perempuan yang tersebar dalam 16 kecamatan di Kota Semarang,

sedangkan gelandangan (21 tahun keatas) berjumlah 218 orang (2003).

Tabel 1. Jumlah Anak Jalanan di Kota Semarang

No Jenis Kelamin Jumlah Anak Jalanan

Tahun 2003

Tahun 2009

Tahun 2010

1 Laki-laki 299* 529 537 2 Perempuan 58* 257 269

Jumlah 357* 786 806 Sumber: Bagian PMKS Dinsospora Kota Semarang * Sumber: Skripsi Pratiwi Wijayanti, 2010

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa jumlah anak jalanan mengalami

perkembangan yang pesat. Diperkirakan jumlah anak jalanan pada tahun 2011

juga akan mengalami peningkatan. Menurut rekapitulasi bagian PMKS tahun

2010, ada sekitar 181 anak yang rentan menjadi anak jalanan, terdiri dari 88 anak

jalanan perempuan dan 93 anak jalanan laki-laki.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah hingga kini masih mengabaikan

penanganan anak jalanan. Anak jalanan yang berkeliaran di sepanjang ruas jalan

pertokoan di Semarang semakin banyak. Berbagai upaya pemerintah dalam

menangani masalah anak jalanan belum terlihat maksimal, terbukti dengan

semakin banyaknya jumlah anak jalanan yang terlihat di kota ini (Kompas, 14 Mei

2009).

Page 19: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

5

Tabel 2. Data Anak jalanan di Kantong Binaan RPSA Gratama

No Lokasi Jumlah Anjal Awal Tahun

2008

Jumlah Anjal Awal Tahun

2009

Jumlah Anjal Awal Tahun

2010

1 ADA Srondol 11 9 7 2 Kaliwiru 8 8 4 3 Depan Metro 20 25 15 4 Kaligarang 14 16 20 5 Jl. Pahlawan, Johar 25 37 35 6 Bangkong 25 19 21 7 Jatingaleh - - 2 8 Akpol 4 2 - 9 Sompok 6 8 4 10 Citarum 13 18 22 11 Jl. Kartini 16 22 25 12 Jl. Gajah 11 15 20

Jumlah 142 179 175 Sumber:RPSA Gratama

Tabel di atas merupakan pendataan anak jalanan oleh RPSA Gratama.

Pendataan ini tidak mencakup seluruh anak jalanan yang ada di Semarang namun

hanya meliputi daerah kerja RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak) Gratama

Semarang seperti daerah Jatingaleh, Citarum, Ada Srondol, Kaligarang,

Bangkong, dan lain-lain.

Anak-anak jalanan di Semarang berasal dari berbagai daerah di Jawa

Tengah. Menurut Ketua PAJS (Persatuan Anak Jalanan Semarang) Winarto, anak-

anak jalanan banyak berasal dari Kota Semarang, yaitu sebesar 60 persen, dari

daerah lain di luar Kota Semarang diperkirakan sebesar 40 persen, antara lain

berasal dari Purwodadi atau Demak. Pekerjaan yang dilakukan anak jalanan

bermacam-macam. Berdasarkan data penelitian PAJS, anak jalanan yang bekerja

sebagai pengamen sekitar 41,1 persen, tukang semir 22,2 persen, penjual koran

15,6 persen, ciblek 7,8 persen, dan sisanya bekerja apa saja, termasuk menjadi

Page 20: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

6

mayeng (pemungut barang sampah). Anak jalanan tersebut menyebar di berbagai

titik Kota Semarang, di antaranya kawasan Tugu Muda, Simpang Lima, Pasar

Johar, Bundaran Kalibanteng, Perempatan Metro, Pasar Karangayu, dan Swalayan

ADA Banyumanik (Jawa Pos, 21 Juli 2008).

Menjadi anak jalanan tentunya bukanlah sebuah pilihan hidup, namun

menjadi anak jalanan adalah suatu keterpaksaan yang harus mereka terima karena

adanya sebab-sebab tertentu. Bagi sebagian anak, hidup di jalanan mempunyai

dampak yang positif misalnya anak menjadi tahan bekerja keras karena sudah

terbiasa dengan panas dan hujan. Disamping itu, anak menjadi mandiri.

Berdasarkan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, menyebutkan

bahwa ”setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Pasal ini

menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara, tanpa

memandang status, agama, ras, suku, maupun etnis. Baik itu dewasa maupun

anak-anak tanpa terkecuali anak jalanan. Namun, dalam kenyataannya banyak

sekali anak-anak usia sekolah termasuk anak jalanan yang tidak mendapatkan

haknya untuk memperoleh pendidikan. Justru bagi anak jalanan, setiap hari

mereka harus menyusuri jalan-jalan besar mencari nafkah untuk kelangsungan

hidupnya.

Page 21: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

7

Tabel 3. Masalah yang Dihadapi Anak jalanan

Aspek Permasalahan yang Dihadapi

Pendidikan Sebagian besar putus sekolah karena waktunya habis di jalan

Intimidasi Menjadi sasaran tindak kekerasan anak jalanan yang lebih dewasa, kelompok lain, petugas, dan razia

Penyalahgunaan Obat dan Zat Adiktif

Ngelem, minuman keras, pil KB, dan sejenisnya

Kesehatan Rentang penyakit kulit, PMS, gonorhoe, dan paru-paru

Tempat Tinggal Umumnya di sembarang tempat, di gubuk-gubuk, atau di pemukiman kumuh

Risiko Kerja Tertabrak, pengaruh sampah Hubungan dengan Keluarga Umumnya renggang, dan bahkan sama sekali

tidak berhubungan Makanan Seadanya, kadang mengais dari tempat sampah,

kadang beli. Sumber: Bagong Suyanto, 2003.

Tabel di atas menunjukkan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak

jalanan pada umumnya. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa masalah

pendidikan menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh anak jalanan. Hal ini

dikarenakan banyak anak jalanan yang waktunya habis di jalan sehingga sebagian

besar putus sekolah.

Melihat fenomena tersebut, pemerintah dan LSM mendirikan tempat-

tempat penampungan bagi anak-anak jalanan dan anak-anak terlantar, misalnya

Panti Asuhan dan Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA).

Sebenarnya program rumah singgah atau sekarang lebih dikenal dengan

sebutan RPSA ini sudah dimulai sejak tahun 1998. Pemerintah bersama dengan

seluruh stakeholders melaksanakan berbagai upaya implementasi dan realisasi

program RPSA untuk mencapai tujuan. Salah satu yayasan yang dilibatkan adalah

Page 22: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

8

Yayasan Gradhika yang difungsikan sebagai implementor program RPSA melalui

RPSA Gratama.

RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak) Gratama adalah salah satu

rumah singgah bagi anak-anak jalanan di Kota Semarang. RPSA Gratama ini

bekerja di bawah naungan Yayasan Gradhika. RPSA Gratama ini terletak di jalan

Stonen Utara I No. 34 Semarang. Organisasi kemasyarakatan ini sangat peduli dan

menaruh perhatian terhadap nasib anak terlantar atau anak jalanan di Kota

Semarang.

Sebenarnya sampai saat ini masih ada empat RPSA yang masih aktif di

Kota Semarang yaitu RPSA Gratama, YKKS, RPSA Pelangi, dan RPSA Anak

Bangsa. Namun, dari keempat RPSA ini RPSA Gratama dipilih sebagai lokasi

penelitian karena program-program yang dijalankan RPSA Gratama paling

lengkap yaitu program bantuan pendidikan, bantuan keterampilan, dan program

bantuan modal orang tua anak jalanan.

RPSA Gratama berdiri pada tahun 1998 dan mulai aktif pada tahun 1999.

Sejak saat itu sampai sekarang ribuan anak jalanan dibina dan dididik di RPSA

Gratama ini. Ada tiga program yang dijalankan oleh RPSA Gratama dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang. Program yang dimaksud yaitu

program bantuan pendidikan, program bantuan keterampilan, dan program

bantuan modal orang tua anak jalanan.

Program RPSA di Kota Semarang termasuk RPSA Gratama, bertujuan

untuk memberdayakan dan membina anak jalanan sebagai kelompok sasaran agar

Page 23: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

9

anak jalanan dapat mengatasi masalahnya dan menemukan alternatif untuk

pemenuhan kebutuhan hidupnya sehingga mereka tidak perlu turun ke jalan lagi.

Salah satu program bantuan pendidikan oleh RPSA Gratama adalah

program beasiswa. Melalui program ini, anak-anak jalanan diberi beasiswa agar

bisa kembali ke bangku sekolah. Bantuan yang diberikan berupa uang sekolah,

peralatan sekolah, dan perlengkapan sekolah. Program inilah yang paling

membantu anak jalanan agar haknya untuk mendapatkan pendidikan dan

pengajaran yang bermutu terpenuhi.

Akan tetapi, pelaksanaan program ini masih belum optimal. Banyak sekali

hambatan yang dialami rumah singgah dalam mengimplementasikan program.

Suyanto (2010:199) menyatakan bahwa selama ini penanganan masalah anak

jalanan masih dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah sehingga

hasilnya pun menjadi kurang maksimal. Hal ini ditunjang juga dengan watak anak

jalanan yang cenderung lebih bangga dengan penghasilan yeng mereka peroleh di

jalanan sehingga masih banyak anak jalanan yang lebih memilih kembali ke

jalanan dari pada ke bangku sekolah.

Kenyataan di atas menarik untuk diadakan penelitian berkenaan dengan

implementasi dari program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang

dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk memilih judul

“Implementasi Program Bantuan Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak

Gratama Semarang dalam Upaya Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Page 24: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

10

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan utama yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi program bantuan

pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di

Kota Semarang?

Sedangkan pertanyaan penelitiannya adalah:

1. bagaimanakah tahapan pelaksanaan penanganan anak jalanan?

2. apa saja macam-macam program bantuan pendidikan di RPSA Gratama

Semarang?

3. berapakah besarnya bantuan pendidikan yang diberikan RPSA Gratama

kepada anak jalanan?

4. bagaimanakah pemanfaatan bantuan pendidikan yang diberikan RPSA

Gratama oleh anak jalanan penerima bantuan?

5. bagaimanakah kontrol atau pengawasan terhadap implementasi program

bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang?

6. bagaimanakah dampak dari pemberian bantuan pendidikan terhadap anak

jalanan?

7. faktor apa yang menjadi hambatan dalam mengimplementasikan program

bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan

anak jalanan di Kota Semarang?

8. bagaimanakah tingkat keberhasilan implementasi program bantuan pendidikan

di RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota

Semarang?

Page 25: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui implementasi program bantuan pendidikan di RPSA Gratama

Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Sedangkan sub tujuannya adalah:

1. untuk mengetahui tahapan pelaksanaan penanganan anak jalanan;

2. untuk mengetahui macam-macam program bantuan pendidikan di RPSA

Gratama Semarang;

3. untuk mengetahui besarnya bantuan pendidikan yang diberikan RPSA

Gratama terhadap anak jalanan;

4. untuk mengetahui pemanfaatan bantuan pendidikan yang diberikan RPSA

Gratama oleh anak jalanan penerima bantuan;

5. untuk mengetahui kontrol atau pengawasan terhadap implementasi program

bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang;

6. untuk mengetahui dampak dari pemberian bantuan pendidikan terhadap anak

jalanan;

7. untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam

mengimplementasikan program bantuan pendidikan di RPSA Gratama

Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang;

8. untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program bantuan

pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak

jalanan di Kota Semarang.

Page 26: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

12

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat Teoretis

Melalui penelitian ini peneliti berharap hasilnya dapat dijadikan kontribusi

positif yaitu untuk menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pemerhati

masalah anak jalanan khususnya tentang implementasi program bantuan

pendidikan di RPSA Gratama Semarang.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pimpinan dan

pengurus RPSA Gratama sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaan

program pelayanan sosial anak-anak jalanan di masa yang akan datang. Selain itu

dapat memberikan masukan bagi pemerintah agar lebih memperhatikan

keberadaan anak jalanan khususnya dalam bidang pendidikan.

1.4 Batasan Istilah

1.4.1 Program Bantuan Pendidikan

Program bantuan pendidikan adalah salah satu program yang dijalankan

RPSA Gratama dalam upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Program bantuan pendidikan ini berupa uang sekolah, peralatan sekolah, dan

perlengkapan sekolah untuk sekolah formal. Selain itu juga ada program pelatihan

keterampilan dan program bantuan orang tua anak jalanan.

1.4.2 RPSA Gratama

RPSA yang dulunya lebih dikenal dengan sebutan rumah singgah adalah

suatu wahana yang disiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak

yang akan membantu anak jalanan. RPSA yang dijadikan sebagai lokasi dalam

penelitian ini adalah RPSA Gratama. Sebenarnya ada empat RPSA yang masih

Page 27: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

13

aktif di Kota Semarang yaitu RPSA Gratama, YKKS, RPSA Pelangi, dan RPSA

Anak Bangsa. Namun, dari keempat RPSA ini RPSA Gratama dipilih sebagai

lokasi penelitian karena program-program yang dijalankan RPSA Gratama paling

lengkap yaitu program bantuan pendidikan, bantuan keterampilan, dan program

bantuan modal orang tua anak jalanan.

1.4.3 Penanganan Anak Jalanan

Penanganan merupakan serangkaian proses pekerjaan, cara, perbuatan

menangani, penggarapan, penyelesaian. Penanganan yang dimaksud adalah

penanganan anak jalanan yang dimulai dari pendekatan awal, pertolongan

pertama, assessment, rencana intervensi, pelaksanaan intervensi, evaluasi,

terminasi, dan reunifikasi.

1.4.4 Anak Jalanan

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya di jalan

untuk mencari nafkah. Anak jalanan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

anak jalanan yang pernah mendapatkan bantuan pendidikan dari RPSA Gratama,

baik anak jalanan tersebut pada saat ini masih sekolah maupun sudah bekerja

maksimal berusia 21 tahun.

Page 28: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

14

BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Implementasi Kebijakan Publik

2.1.1 Konsep Implementasi

Kamus Webster, merumuskan secara pendek bahwa

mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu

sehingga menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Implementasi

kebijaksanaan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan

kebijaksanaan, biasanya dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,

keputusan peradilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden (Wahab, 2001:64).

Van Meter dan Van Horn (dalam Wahab, 2001:65) merumuskan proses Implementasi sebagai ”those actions by public or private individuals (or groups) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions” (tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan).

Menurut Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier (dalam Wahab,

2001:65), fokus perhatian implementasi kebijaksanaan adalah memahami apa

yang terjadi setelah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan, yaitu

kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya

pedoman-pedoman kebijaksanaan. Berdasarkan pandangan yang dikemukakan

oleh kedua ahli ini, terlihat pula bahwa antara perumusan kebijaksanaan dan

implementasi kebijaksanaan tidak dianggap sebagai suatu hal yang terpisah,

sekalipun mungkin secara analitis, bisa saja dibedakan.

14

Page 29: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

15

2.1.2 Teori Implementasi Kebijakan

2.1.2.1 Teori George C. Edwards III

Menurut pandangan Edwards (dalam Nawawi, 2009:136) implementasi

kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan satu sama

lain.

a. Komunikasi

Agar implementasi kebijakan berhasil, seorang implementor harus

mengetahui apa yang harus dilakukan secara jelas. Tujuan dan sasaran harus

diinformasikan kepada kelompok sasaran (target group). Apabila penyampaian

tujuan dan sasaran kebijakan kurang jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali

oleh kelompok sasaran, dimungkinkan akan terjadi penolakan dari kelompok

sasaran yang bersangkutan. Oleh karena itu diperlukan adanya tiga hal, yaitu

penyaluran yang baik akan menghasilkan implementasi yang baik, adanya

kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak membingungkan

dalam pelaksanaan kebijakan, dan adanya konsistensi yang diberikan dalam

pelaksanaan kebijakan. Jika yang dikomunikasikan berubah-ubah akan

membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan yang bersangkutan.

Komunikasi ini merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mewujudkan tercapainya kebijakan secara efektif. Adanya proses komunikasi ini

akan memungkinkan setiap anggota komunikasi akan saling membantu

mengadakan interaksi dan saling mempengaruhi sehingga organisasi mampu

mencapai tujuan.

Page 30: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

16

b. Sumberdaya

Sumberdaya merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan.

Sumberdaya yang dimaksud bisa mencakup sumberdaya manusia, material, dan

metoda. Tanpa sumberdaya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen

saja tidak bisa diwujudkan dalam upaya pemberian pelayanan pada masyarakat

dan pemecahan masalahnya. Apabila implementor kekurangan sumberdaya

walaupun sasaran, tujuan, dan isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas

dan konsisten, implementasi tidak akan berjalan efektif dan efisien.

c. Disposisi

Disposisi merupakan sikap yang dimiliki oleh implementor kebijakan,

seperti komitmen, kejujuran, komunikatif, cerdik, dan sifat demokratis.

Implementor yang baik harus memiliki disposisi yang baik sehingga kebijakan

dapat dijalankan sesuai dengan yang diinginkan dan ditetapkan pembuat

kebijakan.

d. Struktur Birokrasi

Organisasi menunjukkan secara umum kegiatan-kegiatan birokrasi dan

jarak dari puncak menunjukkan status relatifnya. Garis-garis antara berbagai

posisi dibingkai untuk menunjukkan interaksi formal yang ditetapkan.

Kebanyakan struktur birokrasi ini menunjukkan hubungan antara atasan dan

bawahan yang menggambarkan jenjang hierarki jabatan-jabatan manajerial yang

jelas sehingga terlihat ”siapa bertanggungjawab kepada siapa?”, pelembagaan

berbagai jenis kegiatan operasional sehingga terlihat ”siapa yang melakukan

apa?”, berbagai saluran komunikasi yang terdapat dalam organisasi sebagai

Page 31: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

17

jawaban terhadap pertanyaan ”siapa yang berhubungan dengan siapa dan untuk

kepentingan apa?”, jaringan informasi yang dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan, dan hubungan satuan kerja dengan berbagai satuan kerja yang lain.

Struktur organisasi dalam implementasi kebijakan mempunyai peran yang

penting. Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan

pengawasan dan menimbulkan red-tape, yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan

kompleks yang akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Gambar 1. Faktor Penentu Implementasi Menurut George C. Edwards III

Sumber: Ismail Nawawi (2009)

Komunikasi

Disposisi

Sumberdaya

Struktur Birokrasi

Implementasi

Page 32: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

18

2.1.2.2 Teori Brian W. Hogwood dan Lewis A.Gunn

Model implementasi kebijakan oleh kedua ahli ini sering disebut dengan

”the top down approach”. Menurut Hogwood dan Gunn (dalam Wahab, 2001:71),

untuk dapat mengimplementasikan kebijaksanaan secara sempurna (perfect

implementation) maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu yaitu:

a. kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan/instansi pelaksana tidak akan

menimbulkan gangguan/kendala yang serius;

b. untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber-sumber yang cukup

memadai;

c. perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-benar tersedia;

d. kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan

kausalitas yang handal;

e. hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai

penghubungnya;

f. hubungan ketergantungan harus kecil;

g. pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan;

h. tugas-tugas diperinci dan ditempatkan dalam urutan yang tepat;

i. komunikasi dan koordinasi yang sempurna;

j. pihak-pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan

mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

2.1.2.3 Teori Van Meter dan Van Horn

Model yang dikembangkan oleh kedua ahli ini disebut sebagai ”A Model

of the policy implementation process” atau model proses implementasi

Page 33: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

19

kebijaksanaan. Van meter dan Van Horn dalam teorinya ini beranjak dari suatu

argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan

dipengaruhi oleh sifat kebijaksanaan yang akan dilaksanakan (Wahab, 2001:78).

Menurut Van meter dan Van Horn (dalam Nawawi, 2009:139) ada enam

variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yaitu sebagai berikut.

a. Standar dan Sasaran Kebijakan

Setiap kebijakan publik harus mempunyai standar dan sasaran kebijakan

yang jelas agar dapat mencapai tujuan. Apabila standar dan sasaran kebijakan

tidak jelas maka akan terjadi multi interpretasi dan mudah menimbulkan

kesalahpahaman dan konflik diantara para agen implementasi.

b. Sumberdaya

Perlu adanya dukungan sumberdaya yang baik (manusia, material, dan

metode) dalam implementasi kebijakan. Diantara ketiga sumberdaya tersebut yang

paling penting adalah sumberdaya manusia, karena disamping sebagai subjek

implementasi juga termasuk objek kebijakan publik.

c. Komunikasi antar Organisasi dan Penguatan Aktivitas

Perlu adanya hubungan yang baik antar instansi yang terkait yaitu

dukungan komunikasi dan koordinasi dalam banyak program implementasi

kebijakan. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi

keberhasilan suatu program tersebut agar dapat direalisasikan dengan tujuan serta

sasarannya.

Page 34: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

20

d. Karakteristik Agen Pelaksana

Agar implementasi mencapai keberhasilan maksimal harus

diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana yang mencakup

struktur birokrasi, norma-norma, dan pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi

karena semua ini berpengaruh terhadap implementasi program.

e. Disposisi Implementor

Disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga hal, respon implementor

terhadap kebijakan (terkait kemauan implementor untuk melaksanakan kebijakan

publik), kondisi (pemahaman terhadap kebijakan yang telah ditetapkan), dan

intensitas disposisi implementor (preferensi nilai yang dimiliki).

f. Lingkungan Kondisi Sosial Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan, dukungan

kelompok-kelompok kepentingan, karakteristik para partisipan, sifat opini publik,

dan dukungan elit politik.

2.1.2.4 Teori daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier

Model yang dikembangkan oleh Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier

disebut sebagai ”a frame work for implementation analysis” atau kerangka

analisis implementasi. Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari

analisis implementasi kebijaksanaan negara ialah mengidentifikasikan variabel-

variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan formal pada keseluruhan

proses implementasi (dalam Wahab, 2001:81).

Variabel-variabel yang dimaksud diklasifikasikan menjadi tiga kelompok

variabel (Nawawi, 2009:146).

Page 35: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

21

a. Karakteristik Masalah

1. Kesulitan permasalahan yang dihadapi. Dalam implementasi kebijakan

terdapat beberapa masalah yang secara teknis mudah dipecahkan tetapi

beberapa masalah lainnya sulit untuk diatasi, misal masalah kemiskinan,

pengangguran, dan sebagainya. Dari realitas tersebut, sifat permasalahan

itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program kebijakan

diimplementasikan.

2. Kemajemukan kelompok sasaran. Suatu program akan relatif mudah

diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah bersifat homogen.

Sebaliknya, apabila kelompok sasaran kebijakan bervariasi maka

implementasi program kebijakan akan relatif sulit karena tingkat

pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relatif

berbeda.

3. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan

mengalami kesulitan apabila cakupannya terlalu luas dan kompleks.

Sebaliknya, implementasi program akan mengalami kemudahan apabila

cakupannya tidak terlalu luas dan kompleks.

4. Lingkup dan cakupan perubahan perilaku kelompok sasaran. Dalam

mengimplementasikan sebuah program yang bertujuan memberikan

pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah dari pada program

yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat.

Page 36: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

22

b. Karakteristik Kebijakan

1. Kejelasan isi kebijakan. Suatu kebijakan yang isinya jelas dan terperinci

maka akan mudah diimplementasikan dikarenakan mudah dipahami dan

diterjemahkan dalam tindakan nyata oleh implementor kebijakan.

2. Dukungan teoretis. Suatu kebijakan yang berorientasi pada teoretis

memiliki sifat kemapanan lebih karena telah teruji.

3. Alokasi sumberdaya finansial. Sumberdaya ini merupakan faktor krusial

dalam setiap program sosial. Setiap program memerlukan dukungan

sumberdaya manusia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat

administrasi dan teknis, serta memonitor dan mengevaluasi program yang

semua memerlukan pembiayaan dan metode yang memadai.

4. Keterikatan dan dukungan berbagai institusi. Program sering mengalami

kegagalan disebabkan kurangnya koordinasi antar instansi yang terlibat

dalam implementasi program kebijakan.

5. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana sebuah

kebijakan yang telah ditetapkan.

6. Adanya komitmen aparat dimana tinggi dan rendahnya komitmen aparat

menentukan tingkat tercapainya program kebijakan.

7. Akses kelompok-kelompok kepentingan suatu program kebijakan yang

memberikan peluang kelompok kepentingan yang ada pada masyarakat

untuk terlibat akan relatif mendapat dukungan dari program yang tidak

melibatkan masyarakat. Masyarakat akan merasa terasing apabila menjadi

penonton terhadap program kebijakan yang ada di daerahnya.

Page 37: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

23

c. Lingkungan Kebijakan

1. Sosial ekonomi dan kemajuan teknologi masyarakat. Kemajuan

masyarakat membuka dan mempermudah penerimaan program-program

pembaruan dibanding masyarakat yang masih terbelakang. Kemajuan

teknologi juga membantu proses keberhasilan implementasi program,

karena program dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan

bantuan media yang ditunjang dengan teknologi canggih.

2. Dukungan publik. Implementasi program kebijakan yang memberikan

motivasi dan intensif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik.

3. Sikap dari kelompok-kelompok pemilih dimana kelompok pemilih ini

dapat mempengaruhi kebijakan melalui berbagai cara.

4. Komitmen dan keterampilan aparat dan implementor. Aparat badan

pelaksana harus memiliki kompetensi dalam menentukan skala prioritas

tujuan dan selanjutnya merealisasikan skala prioritas tujuan program

kebijakan yang telah ditentukan tersebut.

2.2 Konsep Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual-keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan

negara.

Page 38: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

24

Menurut John Dewey (dalam Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69)

pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara

intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia. Menurut John

Dewey tujuan akhir dari setiap program pendidikan adalah terjadinya

pertumbuhan dan perkembangan dalam diri peserta didik atau meningkatkan

kapasitas peserta didik untuk belajar dan berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari.

Menurut Rousseau (dalam Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 2001:69)

pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa anak-anak,

akan tetapi kita membutuhkannya pada masa dewasa.

Menurut pandangan Ki Hajar Dewantara dalam pengantar ilmu

pendidikan, bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan

tumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh

anak. Sedangkan menurut Crow and Crow menyatakan bahwa pendidikan adalah

proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk

kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan budaya serta

kelembagaan sosial dari generasi ke generasi.

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan

pembentukan keterampilan saja, namun diperluas sehingga mencakup usaha untuk

mewujudkan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu sehingga tercapai

pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. Pendidikan bukan semata-mata

sebagai sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi untuk

Page 39: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

25

kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju ke

tingkat kedewasaannnya.

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

dari seorang pendidik terhadap peserta didik yang bertujuan untuk memajukan

kemampuan intelektual dan emosional seseorang yang berguna untuk

berpartisipasi dalam aktivitas masyarakat baik di masa sekarang maupun di masa

yang akan datang.

Menurut sifatnya pendidikan dibedakan menjadi tiga macam.

a. Pendidikan informal, yaitu pendidikan yang diperoleh seseorang dari

pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar sepanjang hayat.

Pendidikan ini dapat berlangsung dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari

maupun dalam pekerjaan, masyarakat, keluarga, dan organisasi.

b. Pendidikan formal, yaitu pendidikan yang berlangsung secara teratur,

bertingkat, dan mengikuti syarat-syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini

berlangsung di sekolah.

c. Pendidikan nonformal, yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara tertentu dan

sadar tetapi tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat (Ahmadi dan Nur

Uhbiyati, 2001:97).

Fungsi pendidikan nasional menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun

2003 Bab II pasal 3 adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa.

Page 40: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

26

Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun

2003 Bab II pasal 3 adalah bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan nasional menurut TAP MPR RI No. II/MPR/1998 bertujuan

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

2.3 Pengertian RPSA (Rumah Perlindungan Sosial Anak)

RPSA yang dulunya lebih dikenal dengan sebutan rumah singgah adalah

suatu wahana yang disiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak

yang akan membantu anak jalanan.

Ciri-ciri rumah singgah adalah sebagai berikut.

a. Lokasi rumah singgah berada dekat dengan lokasi anak-anak jalanan.

b. Rumah singgah terbuka 24 jam bagi anak jalanan, namun mungkin ada aturan

yang membatasi jam buka tersebut.

c. Rumah singgah bukan tempat/menetap, namun hanya merupakan tempat

persinggahan.

Rumah singgah dapat dimanfaatkan oleh anak jalanan kapan saja agar

anak mendapat perlindungan. Di sini anak bebas melakukan berbagai aktivitas

(membaca, menulis, bermain, bercanda, dan sebagainya). Tetapi di rumah singgah

Page 41: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

27

ini mereka dilarang melakukan kegiatan yang tidak baik misalnya mencuri,

berjudi, minum minuman keras, dan sebagainya.

Fungsi dari rumah singgah adalah untuk membantu anak jalanan,

memperbaiki atau membetulkan sikap dan perilaku yang keliru, memberi proteksi,

mengatasi masalah, dan menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan

anak jalanan. Tugas tersebut dilakukan oleh pengurus dan petugas sosial. Para

pekerja sosial membina anak jalanan dengan bertindak sebagi teman, bertindak

sejajar dengan anak jalanan, dan pembinaan ini bersifat kekeluargaan. Diharapkan

dengan cara tersebut anak tidak mengalami hambatan untuk menyampaikan

keluhan, masalah, dan bersedia untuk merubah sikap dan perilaku yang keliru.

2.4 Anak jalanan

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk

mencari nafkah. Ada beberapa pengertian anak jalanan menurut beberapa ahli

hukum.

a. Sandyawan memberikan pengertian bahwa anak jalanan adalah anak-anak

yang berusia maksimal 16 tahun, telah bekerja dan menghabiskan waktunya di

jalanan.

b. Peter Davies memberikan pemahaman bahwa fenomena anak-anak jalanan

sekarang ini merupakan suatu gejala global. Pertumbuhan urbanisasi dan

membengkaknya daerah kumuh di kota-kota yang paling parah keadaannya

adalah di negara berkembang, telah memaksa sejumlah anak yang semakin

besar untuk pergi ke jalanan ikut mencari makan demi kelangsungan hidup

keluarga dan bagi dirinya sendiri (dalam Rosdalina, 2007:71).

Page 42: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

28

Anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam.

a. Anak jalanan on the street/road, yaitu anak-anak yang ada di jalanan, hanya

sesaat saja di jalanan, dan meliputi dua kelompok yaitu kelompok dari luar

kota dan kelompok dari dalam kota (Rosdalina, 2007:72). Anak-anak jalanan

pada kategori ini memberikan sebagian penghasilan mereka kepada orang

tuanya. Menurut Suyanto (2010:187) fungsi anak jalanan pada kategori ini

adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena

beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat

diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

b. Anak jalanan of the street/road atau anak-anak yang tumbuh dari jalanan,

seluruh waktunya dihabiskan di jalanan, tidak mempunyai rumah, dan jarang

atau tidak pernah kontak dengan keluarganya (Rosdalina, 2007:72).

c. Anak jalanan From Families of the Street, yaitu anak-anak yang berasal dari

keluarga yang hidup di jalanan. Anak-anak ini mempunyai hubungan

kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari

satu tempat ke tempat yang lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri

penting dari kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak

masih bayi bahkan sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia, kategori ini

dengan mudah ditemui di kolong-kolong jembatan, rumah-rumah liar

sepanjang rel kereta api, dan sebagainya walau secara kumulatif jumlahnya

belum diketahui secara pasti (Suyanto, 2010:187).

Page 43: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

29

Adapun ciri-ciri anak jalanan secara umum antara lain:

a. berada di tempat umum (jalanan, pasar, pertokoan, dan tempat hiburan)

selama 3-24 jam sehari;

b. berpendidikan rendah (kebanyakan putus sekolah dan sedikit sekali yang

tamat SD);

c. berasal dari keluarga-keluarga yang tidak mampu (kebanyakan kaum urban

dan beberapa diantaranya tidak jelas keluarganya); dan

d. melakukan aktivitas ekonomi atau melakukan pekerjaan pada sektor informal

(Rosdalina, 2007:72).

Rosdalina (2007:202) menarik kesimpulan dari jurnal penelitian tersebut

yaitu:

adanya ciri umum tersebut di atas, tidak berarti bahwa fenomena anak jalanan merupakan fenomena yang tunggal. Penelusuran yang lebih empatik dan intensif ke dalam kehidupan mereka menunjukkan adanya keberagaman. Keberagaman tersebut antara lain: latar belakang keluarga, lamanya berada di jalanan, lingkungan tempat tinggal, pilihan pekerjaan, pergaulan, dan pola pengasuhan. Sehingga tidak mengherankan jika terdapat keberagaman pola tingkah laku, kebiasaan, dan tampilan dari anak-anak jalanan.

Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab munculnya fenomena

anak jalanan (Rosdalina 2007:72), yaitu:

a. sejumlah kebijakan makro dalam bidang sosial ekonomi telah menyumbang

munculnya fenomena anak jalanan;

b. modernisasi, industrialisasi, migrasi, dan urbanisasi menyebabkan terjadinya

perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup yang membuat dukungan

sosial dan perlindungan terhadap anak menjadi berkurang;

Page 44: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

30

c. kekerasan dalam keluarga menjadi latar belakang penting penyebab anak

keluar dari rumah dan umumnya terjadi dalam keluarga yang mengalami

tekanan ekonomi dan jumlah anggota keluarga yang besar;

d. terkait permasalahan ekonomi sehingga anak terpaksa ikut membantu orang

tua dengan bekerja (di jalanan);

e. orang tua “mengkaryakan” sebagai sumber ekonomi keluarga pengganti peran

yang seharusnya dilakukan oleh orang dewasa.

Seperti pekerja anak pada umumnya, anak jalanan tak jarang mulai hidup

di jalanan pada usia yang sangat belia. Bagi anak-anak jalanan ini, keterlibatan

mereka dalam perekonomian sektor informal biasanya membuahkan rasa bangga

dan layak karena kemampuannya menyumbang kepada kelangsungan hidup

keluarganya. Namun hal ini juga terbukti pada akhirnya menghilangkan minat

anak pada sekolah karena keinginan mendapatkan uang lebih banyak (Suyanto,

2003:190).

Menurut pengamatan RPSA Gratama Semarang, ada beberapa

permasalahan/penyebab anak turun ke jalanan, yaitu: kemiskinan, mentalitas,

kebodohan, ikut-ikutan teman, butuh uang saku/transport sekolah, broken home,

disuruh (dikaryakan) oleh orang tua, tidak mempunyai pekerjaan, tidak

mempunyai tempat bermain, korban trafficking, konflik bersenjata, kerusuhan,

bencana, dan orang tua dipenjara ataupun orang tua meninggal.

Pada batas-batas tertentu, memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi

yang mendorong anak-anak hidup di jalanan. Namun, bukan berarti kemiskinan

merupakan satu-satunya faktor determinan yang menyebabkan anak lari dari

Page 45: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

31

rumah dan terpaksa hidup di jalanan. Menurut penjelasan Justika S. Baharsjah,

kebanyakan anak bekerja di jalanan bukanlah atas kemauan mereka sendiri,

melainkan sekitar 60 % (persen) diantaranya karena dipaksa oleh orang tuanya

(dalam Suyanto, 2003:197).

Berdasarkan studi yang dilakukan UNICEF pada anak-anak yang

dikategorikan children of the street (dalam Suyanto, 2003:197), menunjukkan

bahwa motivasi anak turun ke jalan bukan hanya karena desakan kebutuhan

ekonomi rumah tangga tetapi juga karena adanya kekerasan dan keretakan

kehidupan rumah tangga orang tuanya. Keadaan ini menjadikan mereka menilai

bahwa kehidupan di jalan memberikan alternatif dibandingkan hidup dalam

keluarganya yang penuh kekerasan yang tidak dapat dihindari.

Adapun aktivitas yang biasa dilakukan anak jalanan di jalan untuk mencari

uang menurut pengamatan RPSA Gratama Semarang antara lain mengamen, jual

koran, semir sepatu, ngelap kaca mobil, meminta-minta, menjadi tukang parkir,

pemulung/pencari barang bekas, dan jual mainan.

Menurut Tata Sudrajat (dalam Suyanto, 2003:201), selama ini ada tiga

pendekatan yang biasa dilakukan oleh LSM dalam penanganan anak jalanan yaitu

sebagai berikut.

a. Street based, yaitu model penanganan anak jalanan di tempat anak jalanan itu

berasal/tinggal. Para street educator datang kepada mereka untuk berdialog,

mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasinya, serta

menempatkan diri sebagai teman. Dalam beberapa jam, anak-anak diberikan

materi pendidikan dan keterampilan yang berguna bagi pencapaian tujuan

Page 46: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

32

intervensi. Disini para street educator memberikan kehangatan hubungan dan

perhatian yang bisa menumbuhkan kepercayaan satu sama lain.

b. Centre based, yaitu pendekatan dan penanganan anak jalanan di lembaga atau

panti. Di sini anak-anak ditampung dan diberikan pelayanan, makanan,

perlindungan, serta perlakuan yang hangat dan bersahabat dari pekerja sosial.

Pada panti yang permanen, bahkan disediakan pelayanan pendidikan,

keterampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan bagi anak

jalanan.

c. Community based, yaitu model penanganan yang melibatkan seluruh potensi

masyarakat, terutama keluarga atau orang tua anak jalanan. Pendekatan ini

bersifat preventif atau pencegahan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah anak

agar tidak masuk dan terjerumus dalam kehidupan di jalanan. Kegiatan

penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya untuk meningkatkan taraf

hidup diberikan kepada keluarga, sedangkan anak-anak diberikan kesempatan

memperoleh pendidikan formal maupun informal serta kegiatan lainnya yang

bemanfaat. Pendekatan ini ditujukan agar orang tua mandiri dan lebih

bertanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Menurut Suyanto (2003:202) dari berbagai pendekatan tersebut tidak

berarti satu pendekatan lebih baik dari pendekatan lainnya. Pendekatan yang akan

digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah yang dihadapi anak

jalanan. Menurut Suyanto, secara keseluruhan modal awal yang dibutuhkan untuk

menangani permasalahan anak jalanan sesungguhnya adalah sikap empati dan

komitmen yang benar-benar tulus dari kita semua agar masalah anak jalanan dapat

Page 47: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

33

terselesaikan sampai tuntas. Namun menurut Suyanto, selama ini penanganan

masalah anak jalanan masih dilakukan secara temporer, segmenter, dan terpisah

sehingga hasilnya pun menjadi kurang maksimal.

2.5 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, implementasi suatu kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan

struktur organisasi. Keempat variabel ini saling berpengaruh satu sama lain dalam

menentukan tingkat keberhasilan implementasi suatu kebijakan. Implementasi

kebijakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah implementasi kebijakan

tentang penanganan anak jalanan di Kota Semarang. Dalam hal ini dijalankan oleh

RPSA Gratama dengan melaksanakan program-program dalam upaya penanganan

anak jalanan di Kota Semarang, salah satunya adalah program bantuan

pendidikan.

Sumberdaya Komunikasi

Disposisi Struktur Organisasi

Implementasi

Kebijakan

Page 48: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Prosedur penelitian yang dijalankan peneliti dalam metode kualitatif ini

akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar

belakang dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi, dalam hal ini individu

atau organisasi tidak diisolasikan ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi

dipandang sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.

Peneliti mengumpulkan data deskriptif dalam penelitian ini dan bukan

menggunakan angka-angka sebagai alat metode utama. Data-data yang

dikumpulkan berupa teks, kata-kata, simbol, gambar, walaupun dapat

dimungkinkan terkumpulnya data-data yang bersifat kuantitatif.

Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

antara lain: pertama, penelitian ini diarahkan pada pengkajian mengenai suatu

pelaksanaan program bantuan dari RPSA Gratama kepada anak jalanan berupa

bantuan pendidikan. Dengan demikian studi ini merupakan studi dari fenomena

yang cukup kompleks. Keadaan yang ada kemudian diuraikan secara spesifik,

rinci, dan jelas sehingga objektivitas penelitian akan semakin terwujud. Kedua,

penelitian ini tidak ditujukan untuk menguji suatu teori atau konsep melainkan

lebih bersifat memaparkan kondisi nyata yang terjadi berkaitan dengan

34

Page 49: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

35

implementasi program bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama

kepada anak jalanan, sehingga pencarian data tidak bertujuan untuk membuktikan

hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian. Ketiga, sesuai dengan

perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka pendekatan yang tepat adalah

pendekatan kualitatif, dimana peneliti sebagai instrumen dan sebagai pengumpul

data harus turun secara langsung ke objek penelitian. Hal tersebut adalah ciri dari

penelitian kualitatif.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah RPSA (Rumah Perlindungan Sosial

Anak) ”Gratama” jalan Stonen Utara 1 No. 34 Semarang. Sebenarnya di

Semarang ada empat RPSA yang masih aktif yaitu RPSA Gratama, YKKS, RPSA

Pelangi, dan RPSA Anak Bangsa. Namun dari keempat RPSA tersebut program

penanganan anak jalanan yang paling lengkap adalah RPSA Gratama. Program

yang dimaksud adalah program bantuan pendidikan, program keterampilan, dan

program bantuan modal untuk orang tua anak jalanan sehingga peneliti memilih

RPSA Gratama sebagai lokasi penelitian.

3.3 Fokus Penelitian

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri serta sifat

khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa

depan. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia

perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang

secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu

Page 50: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

36

dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak

dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

perlakuan tanpa diskriminasi.

Salah satu hak anak adalah mendapatkan pendidikan, namun masalah

kemiskinan yang menimpa bangsa Indonesia masih belum bisa teratasi sehingga

masih banyak anak yang terpaksa tidak bersekolah dan bahkan sebagian dari

mereka harus mengais rejeki sebagai anak jalanan. Hal ini tentu tidak sejalan

dengan pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan.

Dalam penelitian ini, yang menjadi fokus penelitian adalah implementasi

program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang yaitu terkait tahapan pelaksanaan

penanganan anak jalanan, macam-macam program bantuan pendidikan, besarnya

bantuan pendidikan, pemanfaatan bantuan pendidikan, kontrol atau pengawasan

terhadap implementasi program bantuan pendidikan, dampak dari pemberian

bantuan pendidikan terhadap anak jalanan, implementasi program bantuan

pendidikan, serta faktor yang menjadi hambatan dalam mengimplementasikan

program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

3.4 Sumber Data Penelitian

3.4.1 Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah anak jalanan, pekerja

sosial, pengelola RPSA Gratama, ketua pengelola RPSA Gratama, dan pemerintah

Kota Semarang (Dinsospora Kota Semarang). Diharapkan dari sumber data

Page 51: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

37

primer ini dapat memberikan informasi dan keterangan-keterangan yang memadai

sesuai aspek kajian yang dirumuskan.

3.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini berupa arsip-arsip, dokumen-

dokumen, catatan-catatan, yang terdapat di RPSA Gratama Semarang serta bahan

studi lainnya yang dapat digunakan untuk studi kelayakan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Wawancara (Interview)

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang

akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur ini digunakan untuk menemukan

informasi yang tidak baku atau informasi tunggal. Hasil wawancara seperti ini

menekankan perkecualian, penyimpangan, penafsiran yang tidak lazim, penafsiran

kembali, pendekatan baru, pandangan ahli, atau perspektif tunggal.

Responden dalam wawancara ini terdiri dari mereka yang terpilih karena

sifat-sifatnya yang khas yaitu mereka yang memiliki pengetahuan dan mendalami

situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan.

Wawancara tidak terstruktur ini digunakan untuk memperoleh data tentang

implementasi program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang dalam

upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

3.5.2 Pengamatan (Observasi)

Pengamatan yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data dalam

penelitian ini adalah pengamatan nonpartisipatif yaitu dalam melaksanakan

pengamatan, peneliti tidak secara terus menerus atau intens dan aktif mengikuti

Page 52: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

38

kegiatan yang dilaksanakan oleh RPSA Gratama Semarang dalam penerapan

program bantuan pendidikan bagi anak jalanan. Dalam penelitian ini, yang

diamati adalah sikap pekerja sosial terhadap anak jalanan, kondisi tempat tinggal

anak jalanan, serta sarana dan prasarana di RPSA Gratama.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi

yang ada di RPSA Gratama Semarang serta catatan-catatan tertulis yang dapat

dipertanggungjawabkan serta menjadi alat bukti yang resmi.

3.6 Validitas Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi yaitu

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar

data itu, untuk keperluan pengecekan data sebagai pembanding data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak di gunakan ialah pemeriksaan melalui sumber

lainya (Moleong, 2007: 330).

Metode pengukuran data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan teknik triangulasi sumber dan teknik triangulasi teknik. Di sini

peneliti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu, sumber dan alat yang berbeda.

Dalam hal ini dapat dicapai dengan jalan sebagai berikut.

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang di katakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa-apa yang di katakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang di katakan sepanjang waktu.

Page 53: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

39

4) Membandingkan keadaan dengan perspektif seseorang dengan berbagai

pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan

menengah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2007: 330).

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan dan setelah selesai di lapangan. Analisis yang dimaksud

dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan

digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun fokus penelitian ini masih

bersifat sementara, akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di

lapangan.

3.7.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan

dan peneliti mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan

hasil wawancara, pengamatan, dan observasi di lapangan. Analisis selama

pengumpulan data dilakukan menggunakan multi sumber bukti.

3.7.2 Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema

dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan

gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan dan selanjutnya mencarinya bila diperlukan. Jadi, dalam reduksi

Page 54: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

40

data peneliti harus memilih, memusatkan perhatian dan menyederhanakan data

kasar yang diperoleh di lapangan.

3.7.3 Penyajian Data (Data Display)

Dalam penelitian kualitatif ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Namun, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian

kualitatif ini adalah teks yang bersifat naratif.

3.7.4 Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan yaitu langkah terakhir dari analisis data. Dalam

penarikan kesimpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang

merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

Page 55: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum RPSA Gratama

RPSA Gratama Merupakan salah satu unit kegiatan Yayasan Gradhika

Semarang. Yayasan Gradhika Semarang merupakan yayasan pendidikan dan

sosial yang berdiri pada tanggal 1 Maret 1998. Yayasan ini dibentuk sebagai

respon munculnya berbagai masalah sosial dan pendidikan di masyarakat yang

semakin kompleks dan meningkat kualitas serta kuantitasnya.

Fenomena muncul dan merebaknya anak jalanan dipandang sebagai suatu

hal yang sangat memprihatikan. Oleh sebab itu perlu dibentuk unit khusus guna

menangani permasalahan tersebut. Maka pada tanggal 29 Maret 1998 Yayasan

Gradhika membentuk Rumah Singgah Gratama, beralamat di Jalan Mugas

Semarang dengan binaan sebanyak 40 anak jalanan. Setelah ada koordinasi

dengan Rumah Singgah lain di Semarang, Gratama mendapat tugas untuk

membina anak jalanan di bagian timur Kota Semarang. Untuk mendekati kantong

anak jalanan maka Gratama pada tahun 2000 pindah ke Jl. Sukarno-Hatta 5

Semarang. Lokasi yang sangat dekat dengan kantong anak jalanan dekat lampu

merah ternyata menyulitkan proses reunifikasi anak karena anak tidak mau pulang

dan ingin tinggal terus di Rumah Singgah. Karena pertimbangan tersebut akhirnya

pada tahun 2002 Gratama pindah ke Jl. Gombel Lama 125 C Semarang. Di tempat

itu pun Gratama tidak lama. Karena kondisi tanah lokasi yang labil di tempat itu,

itu memaksa Gratama untuk pindah tempat. Pada bulan Agustus 2002, Gratama

41

Page 56: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

42

pindah ke Jl. Jangli Krajan Barat IV No. 230 B Semarang. Di Jl. Jangi ini ternyata

Gratama juga menghadapi kendala yang cukup fital, yaitu kesulitan air. Akhirnya

pada Bulan Juni 2007 sampai sekarang RPSA Gratama pindah di Jl. Stonen Utara

I No. 34 Semarang.

Sejak tahun 2004, untuk perbaikan dan penyempurnaan program terjadi

perubahan metode pembinaan yaitu model Rumah Singgah menjadi Rumah

Perlindungan Sosial Anak (RPSA), sehingga namanya pun berubah menjadi

RPSA Gratama.

Total anak jalanan yang telah dibina RPSA Gratama sejak berdiri sudah

sekitar 1.200 anak jalanan. Untuk tahun 2010 Gratama membina 175 anak

jalanan.

Visi dan misi RPSA Gratama adalah sebagai berikut.

1) Visi

Terentaskannya anak jalanan dan terpenuhinya hak-hak anak, sehingga

anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan menjadi generasi yang

berkualitas.

2) Misi

a. Melindungi anak dari situasi terburuk yang dihadapi dan menciptakan situasi

yang memungkinkan anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

b. Melindungi anak agar dapat melaksanakan tugasnya sebagai anak, baik di

rumah, sekolah, maupun situasi kehidupan sosial lainnya.

c. Memulihkan kondisi normal fisik, mental, dan sosial anak yang terganggu

akibat tekanan dan trauma.

Page 57: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

43

d. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami anak sebagai akibat tekanan dan

trauma.

e. Mengembangkan relasi dengan lembaga atau orang lain yang peduli terhadap

permasalahan anak jalanan.

f. mewujudkan situasi kehidupan dan lingkungan yang mendukung

keberfungsian sosial dan mencegah terulangnya tindak kekerasan dan

perlakuan salah terhadap anak.

g. Membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan anak jalanan.

4.1.1.1 Pelayanan RPSA Gratama

a. Penerimaan Pelayanan

Kapasitas RPSA Gratama adalah 170 anak. Dulu ada beberapa anak yang

diasuh di RPSA dan selebihnya diasuh di rumah orang tuanya dengan bimbingan

petugas RPSA. Namun, karena keterbatasan dana akhirnya mulai tahun 2009

program pengasuhan di RPSA Gratama ditiadakan.

Ada beberapa ketentuan yang ditetapkan RPSA Gratama untuk anak

jalanan sebagai penerima pelayanan.

1) Anak jalanan yang menjadi korban tindak kekerasan dan perlakuan salah

(child abuse) baik fisik, mental, maupun seksual.

2) Anak jalanan yang termasuk kategori memerlukan perlindungan khusus

(korban trafficking atau eksploitasi lainnya).

3) Anak jalanan yang terpisah dari orang tuanya karena konflik bersenjata,

kerusuhan, bencana, orang tua dipenjara, orang tua meninggal secara tragis,

dan lain-lain.

4) Anak jalanan karena kemiskinan orang tuanya.

Page 58: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

44

b. Prinsip-prinsip Pelayanan

1) Prinsip Non Diskriminasi

a. Setiap anak berhak mendapat pelayanan secara manusiawi dan adil tanpa

membeda-bedakan jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan status sosial

lainnya.

b. Menghargai anak sebagai manusia seutuhnya yang memiliki hak dan

kewajiban yang sama.

c. Menerima keadaan anak apa adanya sebagai individu yang mempunyai

harga diri, potensi, kelebihan, kemampuan, serta mempunyai sikap empati.

d. Menghadapi anak sebagai individu yang berbeda dengan yang lainnya atau

unik dari segi potensi, bakat, minat, ciri-ciri, latar belakang, kondisinya

saat ini, cita-cita, dan harapan masa depannya.

2) Prinsip Kepentingan Terbaik Anak

a. Mengupayakan semua keputusan, kegiatan dan dukungan dari berbagai

pihak (kepolisian, pengadilan, dan instansi pemerintah lainnya, organisasi

internasional dan nasional, serta masyarakat) untuk membantu anak yang

membutuhkan perlindungan khusus dan semata untuk kepentingan terbaik

anak.

b. Mengupayakan suatu lingkungan yang terbaik bagi anak yang

membutuhkan perlindungan khusus untuk dapat hidup, berkembang, dan

memperoleh masa depannya secara lebih baik.

3) Prinsip Menghormati Pandangan Anak

a. Pandangan anak perlu didengar dan diperhatikan.

Page 59: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

45

b. Mendorong, memberikan kesempatan, dan melibatkan anak seluas-luasnya

untuk berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan.

c. Menghormati hak anak untuk menentukan keputusan bagi dirinya dan

memberi kesempatan seluasnya untuk mengambil keputusannya tersebut.

4) Mengutamakan Hak Anak untuk Hidup, Kelangsungan Hidup, dan Tumbuh

Kembang

a. Kegiatan disusun untuk meningkatkan perkembangan anak berdasarkan

kemampuan dan tugas-tugas perkembangannya.

b. Menghargai bahwa setiap anak mempunyai keinginan untuk

mengembangkan diri.

5) Prinsip Kerahasiaan

Memperlakukan semua informasi anak sebagai dokumen yang rahasia

dan tidak dapat diceritakan pada forum-forum dan orang-orang lain, kecuali

untuk kepentingan anak.

4.1.1.2 Indikator Keberhasilan Program

RPSA Gratama mempunyai beberapa indikator keberhasilan program,

yaitu:

1) anak tidak lagi beraktivitas di jalan;

2) anak kembali ke bangku sekolah bagi yang masih usia sekolah;

3) anak dapat menjaga kebersihan diri dan lingkungannya;

4) anak dapat memiliki penghasilan yang layak dengan ketrampilan yang

dimiliki;

5) anak mampu menyelesaikan permasalahannya sendiri;

Page 60: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

46

6) anak mengerti, menghayati, dan mematuhi norma-norma sosial;

7) anak mematuhi aturan-aturan yang ada (agama, hokum, dan sosial);

8) anak memiliki hubungan yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat

sekitar; dan

9) anak mampu mengendalikan diri terhadap godaan-godaan untuk kembali ke

jalanan.

4.1.1.3 Struktur Organisasi RPSA Gratama

Struktur Organisasi RPSA Gratama

Sumber : RPSA Gratama

DWI PRIYANTO R., S.PD.

Pimpinan RPSA Gratama

PROF. DRA. NISWATIN RAKUB

YAYASAN GRADHIKA

AGUSTINA MERDEKAWATI, A.MD.

ADMINISTRASI

NURYANTA, S.Pd.

BID. MANAJ. KASUS

ABDUL W., S.Pd.

BID. PELAYANAN

SEPTI KURNIAWATI.

BID. PENGASUHAN

NURSANTI, S.Pd.

BID. RUJUKAN

Page 61: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

47

4.1.2 Profil Responden dan Anak jalanan Kota Semarang

Subjek penelitian dari penelitian adalah Pemerintah Kota Semarang dalam

hal ini adalah Dinsospora Kota Semarang, pimpinan RPSA Gratama Semarang,

pekerja sosial di RPSA Gratama Semarang, dan anak-anak jalanan binaan RPSA

Gratama yang mendapatkan bantuan pendidikan.

Mengenai indentitas subjek penelitian yaitu dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 4. Pemerintah Kota Semarang (Dinsospora Kota Semarang)

No Nama Jabatan Pendidikan Usia Peranan dalam Penanganan ANJAL

1

Sulistyo Budi

Staff Dinsospora

SLTA

51 Tahun

Rehabilitasi Sosial

Tabel 5. Daftar Pengelola RPSA Gratama Semarang

No Nama Pendidikan Usia Peranan dalam Penanganan ANJAL

1

2

3

Dwi Priyanto R. Agustina Merdekawati Septi Kurniawati

S1 S1 Unissula Mahasiswa Pend. Ekonomi Unnes

35 Tahun 27 Tahun 22 Tahun

Pimpinan RPSA Gratama Pengelola RPSA Gratama bidang administrasi Pengelola RPSA Gratama bidang pengasuhan

Ketiga responden tersebut adalah pengelola RPSA Gratama Semarang

yang masih aktif sampai saat ini kerena pengelola yang lain sudah tidak aktif.

Page 62: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

48

Tabel 6. Data Anak jalanan Responden Penelitian

No Nama Usia Jenis Kelamin Pendidikan Aktivitas di

Jalan

1 2 3 4 5

Etik Werdiyanti Mirahayu

Edi prasetyo

Miyadi Miranti

16 tahun 17 tahun 15 tahun 21 tahun 19 tahun

Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan

SMK Antonius SMK Cut Nya’ Dien Lulus SD Lulus SMK Lulus SMK

Ngamen Ngamen Ngelap Mobil Ngamen Ngamen

Anak jalanan ini berasal dari berbagai tempat tetapi masih dalam

lingkungan Kota Semarang. Lokasi dan waktu dalam beraktivitas anak jalanan

satu sama lainnya tidak sama karena memang penelitian ini diambil di wilayah

yang tidak sama namun masih dalam ruang lingkup kantong binaan RPSA

Gratama Semarang. Mereka ini adalah anak-anak jalanan binaan RPSA Gratama

yang pernah mendapatkan bantuan pendidikan. Daftar lokasi dan aktivitas anak

jalanan dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7. Lokasi dan Aktivitas Anak jalanan Kota Semarang

No Nama Lokasi Sejak Aktivitas Waktu 1 2 3 4 5

Etik Werdiyanti Mirahayu Edi Prasetyo Miyadi Miranti

Bangjo Metro Johar Bangjo Metro Johar Johar

Umur 5 tahun Umur 6 tahun Umur 6 tahun Umur 7 tahun Umur 7 tahun

Ngamen Ngamen Ngelap Mobil Ngamen Ngamen

18.30- 22.00 13.00-17.00 Tidak pasti 13.00-17.00 13.00-17.00

Page 63: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

49

Setiap anak jalanan mempunyai aktivitas dan jenis pekerjaan sendiri-

sendiri seperti yang terlihat tabel di atas. Jenis pekerjaan anak jalanan dapat

dikelompokkan menjadi berbagai macam seperti mengamen, mengemis, nyemir

sepatu, mengelap mobil, memanfaatkan barang bekas, dan lain-lain.

Indentitas orang tua dari anak jalanan yang dijadikan subjek penelitian

dapat dibaca pada tabel di bawah ini.

Tabel 8. Data Orang Tua Anak Jalanan Kota Semarang

No Nama Usia Alamat Pendidi

kan Pekerja

an Jumlah Anak Penghasilan Status

1 2

3

Edi Suranto Wardiningsih Kamdi Sumirah Sutadi Kasmin

50 tahun 55 tahun 42 tahun 40 tahun 43 tahun 40 tahun

Wonodri Kopen Rt 01 Rw 04 Jalan Bayam V Wonodri Kopen Rt 01 Rw 04

Tidak sekolah Tidak sekolah Tidak sekolah

Buruh Tidak bekerja Tukang Becak dan ibu rumah tangga

8 anak 5 anak 2 anak

600.000 per bulan - 300.000 per bulan

Menikah Cerai Menikah

Orang tua dari anak jalanan yang dijadikan subjek penelitian berasal dari

Kota Semarang. Bila dilihat dari pendidikan merekapun tidak lulus SD sehingga

mereka juga sulit untuk mencari pekerjaan yang mantap, sehingga pekerjaan

apapun tetap mereka terima untuk menyambung hidup. Konsekwensi lain

Page 64: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

50

akhirnya anak-anak mereka terpaksa ikut menanggung beban. Inilah salah satu

penyebab munculnya anak jalanan di Kota Semarang.

4.1.3 Implementasi Program Bantuan Pendidikan

4.1.3.1 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Anak jalanan

4.1.3.1.1 Pendekatan Awal

Pada tahap pendekatan awal ini, yang pertama RPSA Gratama

menjangkau sendiri anak dari kantong-kantong binaan sebagaimana yang

dikemukakan oleh pimpinan RPSA Gratama, Bapak Dwi Priyanto.

“Tahapan penanganan anak jalanan yang pertama yaitu pendataan. Pendataan itu istilahnya pake istilah penjangkauan itu datang ke lokasi anak-anak ngamen, anak-anak beraktivitas di jalan itu yang jual koran, minta-minta atau apalah yang jelas kita datang ke lokasi dimana anak beraktivitas di jalan” (wawancara tanggal 21 Juni 2011).

Hal yang serupa dikemukakan juga oleh Ibu Agustina Merdekawati, salah

satu pekerja sosial di RPSA Gratama.

“Tahapan pelaksanaan program biasanya kalau awal program untuk penanganan anak jalanan sendiri, setelah proposal kita disetujui oleh dinas, kita itu mengadakan yang namanya penjangkauan. Jadi, masing-masing pekerja sosial itu turun ke jalan memantau ke daerah-daerah atau kantong kantong binaan kita dimana anak-anak jalanan itu turun kemudian kita mendatangi mereka. Kadang juga berkunjung ke rumah mereka atau tanya-tanya mengapa mereka turun ke jalan. Pokoknya latar belakang mereka” (wawancara tanggal 7 Juni 2011).

Pada tahap penjangkauan ini para pekerja sosial RPSA Gratama turun

langsung ke jalan (lokasi anak jalanan beraktivitas) atau jika diperlukan mereka

mendatangi rumah anak jalanan tersebut. Hal ini bertujuan agar data yang

diperoleh benar-benar valid. Selain penjangkauan pada tahap penerimaan ini

RPSA Gratama juga menerima rujukan dari Satpol PP, Kepolisian yang

melakukan yustisi terhadap anak jalanan di kantong-kantong anak jalanan, juga

menerima rujukan anak jalanan dari masyarakat.

Page 65: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

51

Tahapan selanjutnya setelah penjangkauan pekerja sosial melakukan

pendataan dan pengarahan awal terhadap anak jalanan. Dalam tahap ini biasanya

anak jalanan diundang ke RPSA Gratama untuk mendapatkan pengarahan awal

dari pekerja sosial di RPSA Gratama. Setelah itu para pekerja sosial

melaksanakan identifikasi awal terhadap permasalahan anak untuk menentukan

langkah penanganan awal yang paling tepat bagi anak.

4.1.3.1.2 Pertolongan Pertama

Pada tahap ini pekerja sosial memberikan pertolongan pertama terhadap

anak yang sifatnya segera untuk dipenuhi, misalnya menyehatkan psikologis anak

yang trauma akibat ancaman atau tekanan terhadap anak dari pihak lain.

4.1.3.1.3 Assesment

Merupakan penelaahan dan pengungkapan permasalahan setiap anak yang

kemudian dicatat dalam file identifikasi. Hal ini dilakukan guna menentukan

solusi yang tepat untuk membantu anak dalam memecahkan permasalahannya.

“Ini sudah masuk ke tahap identifikasi. Pada tahap ini anak-anak pelan-pelan diajak ke RPSA untuk pembinaan lebih lanjut ya. Itu nanti diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengungkap permasalahan anak kenapa ia turun ke jalan, latar belakangnya apa terus setelah itu digali mengenai potensi-potensi dia itu apa. Jadi nanti dia itu cocoknya diberdayakan dengan metode yang bagaimana, dengan cara yang bagaimana, jadi nanti kita carikan solusi bagaimana dia bisa keluar dari jalan” (wawancara dengan Bapak Dwi Priyanto tanggal 21 Juni 2011).

1) Identifikasi Masalah

Dari data yang diperoleh pada tahap sebelumnya kemudian masuk ke

tahap identifikasi. Pada tahap ini anak-anak pelan-pelan diajak ke RPSA untuk

pembinaan lebih intensif. Anak-anak jalanan yang sudah didata kemudian

diidentifikasi terlebih dahulu untuk mengungkap permasalahan anak . Pada tahap

Page 66: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

52

ini harus diungkap secara jelas karena permasalahan satu anak dengan anak

lainnya tidak sama.

2) Identifikasi Potensi

Menggali dan mengungkap potensi yang ada pada diri anak yang dapat

dikembangkan untuk masa depannya. Untuk selanjutnya, pembinaan ataupun

metode yang akan digunakan untuk membantu anak jalanan juga disesuaikan

dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan saja anak jalanan tersebut masih

dalam usia sekolah dan dia punya minat untuk bersekolah, maka pembinaan yang

tepat adalah dengan memasukkan anak jalanan tersebut ke sekolah.

3) Identifikasi Kebutuhan

Mengungkap kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan anak untuk

memecahkan permasalahannya, agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

Selanjutnya dapat mempengaruhi metode yang akan digunakan agar anak jalanan

ini tidak turun ke jalan.

4.1.3.1.4 Rencana Intervensi

Merupakan kegiatan untuk merencanakan bentuk penanganan masalah

yang tepat untuk anak berdasarkan hasil assessment. Hal-hal yang

dipertimbangkan dalam rencana intervensi adalah:

1) hasil assessment dan deskripsi;

2) menghitung berbagai sumberdaya;

3) menghitung sumberdaya manusia yang dibutuhkan dan kualifikasi yang

diperlukan;

4) merencanakan berbagai kegiatan yang akan dilakukan;

Page 67: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

53

5) menetapkan tujuan hasi-hasil kegiatan;

6) membagi tugas kepada profesi lain sebagai tim;

7) menyusun jadwal kegiatan; dan

8) melakukan induksi peranan pada anak mengenai tugas-tugas yang harus

dilakukan anak di RPSA dan dalam rangka intervensi.

4.1.3.1.5 Pelaksanaan Intervensi

Merupakan pelaksanaan kegiatan dalam pembinaan anak. Dalam

pelaksanaan intervensi ini jenis pelayanan yang disediakan adalah sebagai berikut.

1) Tutorial, yaitu ceramah dan pengarahan dari berbagai lembaga yang

berkompeten terhadap anak, baik instansi pemerintah, LSM, dan lembaga

swasta lain.

2) Pemberian beasiswa, yaitu bagi anak jalanan yang sekolah. Pemberian

beasiswa ini tidak diberikan kepada semua anak jalanan tapi mereka saja yang

punya potensi, kemauan, masih usia sekolah, dan diprioritaskan untuk anak-

anak yang benar-benar membutuhkan. Hal ini sesuai dengan apa yang

diutarakan oleh Pak Dwi Priyanto.

“Kalau anak masih usia sekolah dan punya potensi untuk itu ya kita rujukkan ke sekolah, minimal ya sampai tingkat dasar atau wajib belajar 9 tahun. Kita motivasi anak itu untuk sekolah mungkin lewat orang tuanya (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

Hal yang serupa juga diutarakan oleh salah satu pekerja sosial di RPSA

Gratama, yaitu Ibu Agustina Merdekawati.

“Sasarannya yaitu anak jalanan yang masih usia sekolah baik yang masih sekolah maupun yang tidak sekolah, anak jalanan yang di luar usia sekolah tetapi masih ingin sekolah, juga ada anak pascabina. Sebenarnya si tujuan kita atau sasaran kita semuanya mbak. Tapi kalau bantuan pendidikan sendiri itu kita sesuaikan dengan alokasi

Page 68: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

54

dana juga. Karena gak mungkin kan kita bisa membantu semuanya. Paling ya yang kita prioitaskan adalah yang benar-benar membutuhkan. Misalnya yang sudah gak punya orang tua dan kita lihat juga dari segi ekonominya. Maka dari itu pada saat penjangkauan itu pun kita berusaha semaksimal mungkin untuk dapat datang ke tempat tinggalnya untuk mengecek kondisinya juga (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

3) Pelatihan keterampilan dan pembentukan KUEB, yaitu penyelenggaraan

pelatihan keterampilan untuk anak jalanan yang sudah tidak bersekolah dan

tidak dalam usia sekolah. Dalam hal ini yayasan bekerjasama dengan LPK.

4) Pendampingan, bimbingan, dan pemberdayaan orang tua ANJAL, yaitu

pembinaan terhadap orang tua anak jalanan yang mencakup bimbingan

pengasuhan anak, bimbingan mendidik anak, dan bimbingan pemberdayaan

ekonomi. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat mandiri dalam mengasuh,

mendidik, dan membiayai anaknya. Sehingga tidak membebani pemerintah

ataupun orang lain lagi.

Untuk program bantuan pendidikan pendampingan dilakukan sampai ke

sekolah dan orang tua anak jalanan. Pendampingan ini untuk memantau

sampai sejauh mana perkembangan anak jalanan, mungkin semula mengamen

selanjutnya tidak lagi. Hal ini seperti yang diutarakan oleh Pak Dwi P sebagai

berikut.

“Pendampingan itu misalnya anak ini (ANJAL) sekolah. Berarti nanti pendampingannya kan tetep dipantau ya. Tahap pertama mungkin dia ngamen, tahap kedua setelah ada pemberdayaan orang tua, mungkin dia gak ngamen lagi. Jadi sedikit-sedikit kegiatan ngamennya bisa dikurangi. Trus akhirnya setelah orang tuanya jadi dan punya penghasilan selanjutnya anak ini ndak ngamen”. “Iya, ke tempat tinggal anak itu, kita datangi orang tuanya dan ke sekolah juga. Kalau ke sekolah itu kadangkala saja, paling ya kita menjalin komunikasi misal pembayaran si anak itu kurang atau apa (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

Page 69: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

55

5) Khusus anak yang tidak memiliki pengasuh

a) Penyediaan kebutuhan dasar seperti tempat berlindung atau tempat tinggal,

makan, pakaian, pendidikan, dan pengobatan.

b) Pelayanan asuhan dan pendampingan oleh pekerja sosial.

c) Pelayanan rehabilitasi dan trauma, meliputi pelayanan psikososial dan

konseling oleh pekerja sosial dan psikolog, serta terapi untuk

penyembuhan trauma oleh psikiater, pekerja sosial, terapis, dan ahli

agama.

4.1.3.1.6 Evaluasi

Merupakan proses peninjauan ulang pada akhir setiap tahapan sebagai

mekanisme timbal balik kepada tim dan anak mengenai kemajuan yang dicapai

anak. Evaluasi ini berlangsung tidak hanya di akhir tahapan pelaksanaan program

penanganan anak jalanan tetapi berlangsung di setiap akhir tahapan program yang

dijalankan. Dengan kata lain, peninjauan ulang atau evaluasi ini bisa berlangsung

di awal, tengah, maupun di akhir tahapan. Evaluasi ini untuk meninjau setiap

tahapan yang dilaksanakan dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai masukan

untuk ke tahapan berikutnya.

4.1.3.1.7 Terminasi

Merupakan tahapan akhir pelayanan atau pengakhiran intervensi terhadap

anak melalui RPSA, namun hubungan komunikasi dengan RPSA masih tetap ada.

Terminasi ini berupa penanganan pasca bina.

“Langkah terakhirnya yaitu namanya terminasi. Terminasi itu pengakhiran pelayanan. Jadi misalnya pemberdayaan orang tuanya sudah berhasil, anak sekolah dan orang tua sudah mempu membiayai sekolah anaknya tersebut

Page 70: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

56

Alur Pelayanan Utama

Alur Pelayanan Pilihan

TEMPORARY SHALTER

ya pelayanan atau bantuan kita hentikan. Jadi kita ganti yang lain (wawancara dengan Pak Dwi Priyanto tanggal 21 Juni 2011)”. Ada berbagai alternatif penanganan anak pasca bina RPSA supaya dapat

dipastikan anak tidak kembali ke jalan.

1) Anak mendirikan usaha mandiri (wira swasta).

2) Anak dikembalikan pada orang tua setelah orang tua punya penghasilan.

3) Anak disalurkan bekerja pada dunia usaha/dunia industri.

4) Anak dicarikan keluarga pengganti (orang tua asuh).

Skema proses penanganan anak jalanan melalui RPSA

: : Sumber: RPSA Gratama

Pendekatan Awal

(1)

Pertolongan

Pertama

Kembali ke Dirujuk ke Assesment (3)

RUMAH PERLINDUNGAN

Rencana Intervensi (4)

Pelaksanaan Intervensi (5)

Evaluasi (6)

Terminasi (7)

Pendekatan Awal

(1)

Kembali ke

Page 71: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

57

4.1.3.1.8 Reunifikasi

Reunifikasi adalah tahapan pengembalian anak jalanan yang sudah dibina

kepada orang tua anak jalanan tersebut. Reunifikasi ini dilakukan misalnya ketika

orang tua anak jalanan sudah mampu membiayai sekolah anak dan anak

jalanannya itu sendiri sudah tidak lagi di jalan. Jadi di sini bantuan dihentikan dan

dialihkan ke anak jalanan yang lain.

4.1.3.2 Macam-macam Program Bantuan Pendidikan

Program bantuan pendidikan merupakan salah satu program yang

dijalankan RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di

Kota Semarang selain program keterampilan dan bantuan orang tua ANJAL.

Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan pemerintah

Kota Semarang terkait penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Macam-macam program bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA

Gratama yaitu berupa uang sekolah, buku, alat tulis, seragam sekolah, tas, dan

sepatu. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Pak Dwi Priyanto,

pimpinan RPSA Gratama yaitu sebagai berikut.

“Jadi bantuannya bisa berupa pendanaan uang, buku-buku, perlengkapan sekolah, seragam juga ada. Itupun gak mesti kalau mereka butuh, kita siap gitu. Kalau buku dan alat tulis si kita selalu siap. Tapi kalau seragam, pas ada ya kita berikan. Jadi prioritas kebutuhan. Misal anak ini butuh banget seragam ya kita usahakan belikan seragam (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Agustina Merdekawati, salah satu

pekerja sosial di RPSA Gratama.

“Program bantuan pendidikan yang formal ya untuk yang sekolah itu kita berikan beasiswa, peralatan sekola, dan perlengkapan sekolah. Kalau yang sudah tidak sekolah tapi masih dalam usia sekolah itu kita arahkan untuk mengikuti kejar paket. Jadi, untuk segala surat menyuratnya itu kita urus

Page 72: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

58

terus kita ajukan ke PKBN. Kalau disini itu kita juga kerjasama dengan RPSA lain, kalau untuk yang nonformal ya misalnya saja kita berikan keterampilan ataupun kursus (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

4.1.3.3 Besarnya Bantuan Pendidikan

Besarnya bantuan yang diberikan tergantung dengan kebutuhan anak.

Anak jalanan yang masih duduk di bangku SMP tentu besarnya bantuan yang

diberikan berbeda dengan anak jalanan yang duduk di bangku SMA. Untuk uang

sekolah (SPP) besarnya itu juga disesuaikan dengan besarnya alokasi dana yang

ada. Untuk SMU sekitar Rp 45.000,00 per bulan, untuk SLTP Rp 35.000,00 per

bulan, SD sekitar Rp 25.000,00 per bulan.

Untuk seragam sekolah, tas, dan sepatu biasanya diberikan langsung ke

anak jalanan setahun sekali. Kalau buku dan alat tulis biasanya diberikan saat

anak membutuhkan lagi. Tapi ini juga tergantung kondisi, apakah persediaan di

RPSA masih ada atau tidak.

”Anak-anak tertentu saja yang mendapat beasiswa. Soalnya kan anak-anak jalanan yang kami tangani itu banyak dari berbagai macam usia. Nah, yang mendapatkan bantuan pendidikan itu hanya anak-anak yang masih berminat untuk sekolah dan masih usia sekolah. Gak ada syarat lain karena menurut kami mungkin ada dari anak-anak seperti itu (anak jalanan) yang pandai. Tapi dari kami yang penting adalah anak-anak tersebut berminat, kami yakin mereka mau berusaha (wawancara dengan Septi tanggal 9 Juni 2011)”.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Septi Kurniawati di atas, sasaran

dari program bantuan pendidikan ini adalah anak-anak jalanan yang masih usia

sekolah dan masih berminat untuk bersekolah. Hal yang senada juga diungkapkan

oleh Ibu Agustina namun menurut beliau anak jalanan yang diprioritaskan adalah

yang benar-benar membutuhkan.

Page 73: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

59

“Sasarannya yaitu anak jalanan yang masih usia sekolah baik yang masih sekolah maupun yang tidak sekolah, anak jalanan yang diluar usia sekolah tetapi masih ingin sekolah, juga ada anak pascabina. Sebenarnya si tujuan kita atau sasaran kita semuanya mbak. Tapi kalau bantuan pendidikan sendiri itu kita sesuaikan dengan alokasi dana juga. Karena gak mungkin kan kita bisa membantu semuanya. Paling ya yang kita prioitaskan adalah yang benar-benar membutuhkan. Misalnya yang sudah gak punya orang tua dan kita lihat juga dari segi ekonominya. Maka dari itu pada saat penjangkauan itu pun kita berusaha semaksimal mungkin untuk dapat datang ke tempat tinggalnya untuk mengecek kondisinya juga (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

4.1.3.4 Pemanfaatan Bantuan oleh Anak jalanan

Tujuan dari pemberian bantuan pendidikan kepada anak jalanan adalah

sebagaimana yang diutarakan oleh Bapak Dwi Priyanto sebagai berikut.

“Tujuannnya ya yang utama untuk membantu anak mendapatkan pengetahuan ya. Setelah mereka mendapatkan ilmu pengetahuan, nanti harapannya ya mereka punya peluang dan pengetahuan yang memadai untuk memasuki dunia kerja atau untuk terjun di masyarakat mereka dapat pekerjaan yang baik, kayak gitu. Tujuan lainnya ya membantu mereka agar dapat mengenyam pendidikan. Ketika dia mengenyam pendidikan, otomatis dia itu pola pikirnya berkembang. Dia punya banyak wawasan untuk dapat mencari solusi sendiri terhadap berbagai macam permasalahan. Jadi nanti dia punya peluang juga yang lebih besar untuk masuk ke dunia kerja. Agar tidak terjun ke jalan lagi (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”. Jadi, menurut beliau tujuan dari program bantuan pendidikan ini adalah

untuk membantu anak jalanan agar dapat mengenyam pendidikan dan

mendapatkan pengetahuan yang cukup sehingga kedepannya anak jalanan ini

punya bekal yang cukup untuk memasuki dunia kerja. Tujuan finalnya adalah agar

anak tidak lagi turun ke jalan.

Begitu pula pendapat Septi Kurniawati, salah satu pekerja sosial di RPSA

Gratama, “yang jelas itu untuk membantu anak-anak agar mereka itu

mendapatkan haknya, salah satunya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan

(wawancara tanggal 9 Juni 2011)”.

Page 74: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

60

Tak jauh beda dengan apa yang diutarakan Septi Kurniawati, diungkapkan

juga oleh Ibu Agustina Merdekawati yang berpendapat bahwa program ini untuk

membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak mendapatkan pendidikan

atau pengajaran. Namun dalam hal ini RPSA hanya sekedar membantu

meringankan biaya sekolah, jadi tidak sepenuhnya biaya sekolah ditanggung oleh

RPSA. Dalam hal ini tetap melibatkan orang tua anak jalanan sebagai orang yang

bertanggungjawab sepenuhnya terhadap anak jalanan.

“Ya…namanya saja bantuan ya mbak. Jadi disini kita cuma menyokong mereka, ya paling tidak bisa meringankan beban mereka terkait biaya sekolah ataupun sarana dan prasarana mereka dalam bersekolah sehingga mereka itu bisa lebih konsentrasi ke pelajaran. Dan untuk yang gak sekolah tujuannya ya sebisa mungkin kita apa ya mbak namanya…ya mendapatkan atau memenuhi hak-hak mereka untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”. Bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama dimanfaatkan

anak-anak jalanan penerima bantuan untuk bersekolah. Kebanyakan bersekolah di

sekolah swasta. Mirahayu (17 tahun) misalnya, dia bersekolah di SMK Cut Nya’

Dien Semarang. Waktu masih kecil aktivitas Mirahayu di jalan adalah ngamen.

Setelah didata oleh RPSA Gratama, Mirahayu mendapatkan bantuan pendidikan

berupa beasiswa (uang sekolah), peralatan sekolah, seragam, tas, dan sepatu.

Sama seperti anak-anak lain bantuan ini digunakannya untuk bersekolah.

Sekarang ini Mirahayu sudah duduk di kelas XI SMK.

4.1.3.5 Kontrol Implementasi Program

Pihak-pihak maupun instansi yang terlibat dalam implementasi program

ini yaitu Dinas Sosial Pemuda dan Olahraga (Dinsospora) Kota Semarang, Dinas

Page 75: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

61

Sosial Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pendidikan, Disnakertrans, pihak sekolah

tempat anak jalanan bersekolah, dan orang tua anak jalanan.

Implementasi program bantuan pendidikan ini melibatkan orang tua anak

jalanan, mengingat bahwa di sini program yang yang dilaksanakan bertujuan agar

anak tidak terjun lagi ke jalan. Jadi orang tua anak jalanan dilibatkan agar orang

tua itu bisa mandiri sehingga tidak membebani anak jalanan dan pada akhirnya

anak tidak lagi turun ke jalan. Jadi, untuk mendukung program bantuan

pendidikan ini, diadakan juga program pemberdayaan orang tua anak jalanan.

Dalam program ini orang tua anak jalanan ini diberikan bantuan modal sekitar dua

bulan sekali. Jadi pada awal program para pekerja sosial RPSA Gratama sudah

menentukan besarnya bantuan itu berapa dan sisanya diberikan ke orang tua anak

jalanan. Tapi bantuan ini diberikan secara bertahap untuk mengantisipasi jikalau

bantuan ini disalahgnakan atau tidak digunakan sebagaimana mestinya.

Kontrol implementasi program bantuan pendidikan ini dilakukan sampai

ke sekolah dan rumah anak jalanan sendiri. Sedangkan kontrol terhadap program

pemberdayaan orang tua anak jalanan dilakukan dengan mengecek ke lokasi

usaha. Kontrol ke sekolah biasanya dilakukan selama 6 bulan sekali sedangkan

kontrol ke rumah lebih rutin yaitu sekitar dua minggu sekali. Kontrol

implementasi program ini juga dilakukan dengan komunikasi lewat Hand Phone.

Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Pak Dwi P.

“Kontrolnya ya kalau untuk dana pendidikan ke sekolah kan dananya itu langsung kita salurkan mbak. Jadi kontrolnya ya kita lewat kwitansi-kwitansi sebagai bukti pembayaran. Kemudian untuk yang pemberdayaan orang tua, itu kontrolnya kita ngecek ke lokasi usaha. Kalau peralatan itu lewat bukti penerimaan peralatan (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

Page 76: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

62

“Kalau datang ke sekolahnya itu bisa 6 bulan sekali mbak. Cuma kita kadang-kadang telfon ke sekolah. Ada masalah gak dengan anak ini (anak jalanan). Tapi ada juga yang jarang banget kita datangi jadi kontrolnya lebih lewat ke orang tuanya. Kalau kontrol ke rumahnya itu rutin ya. Seminggu atau dua minggu sekali (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

Fungsi dari kontrol implementasi program bantuan pendidikan ini untuk

memantau jika ada masalah terkait program dan untuk mengetahui perkembangan

sekolah anak jalanan. Kontrol program ini dilakukan oleh semua pekerja sosial di

RPSA Gratama karena hanya tiga orang yang masih aktif di RPSA Gratama yaitu

pimpinan dan dua pekerja sosial. Hal ini diungkapkan oleh Ibu Agustina

Merdekawati.

“Ya kita semua terjun mbak (sambil tertawa ringan). Bayangkan saja mbak hanya dua pekerja sosial saja yang sampai saat ini masih aktif. Jadi ya mau gak mau kita semua harus campur tangan. Wong kadang saja Pak Dwi juga terpaksa campur tangan (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

4.1.3.6 Dampak Pemberian Bantuan

Program bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama kepada

anak jalanan sangatlah membantu anak-anak jalanan dalam rangka mendapatkan

haknya yaitu hak untuk mendapatkan pengajaran atau pendidikan. Berdasarkan

wawancara kepada beberapa anak jalanan yang menjadi responden dalam

penelitian ini, kebanyakan anak jalanan yang mendapatkan bantuan pendidikan

mengaku senang. Ini karena bantuan yang diberikan dapat membantu mereka

mendapatkan kesempatan bersekolah dan mereka senang karena program ini dapat

meringankan beban orang tua mereka yang kebanyakan berasal dari keluarga

kurang mampu. Hal ini diungkapkan oleh salah satu anak jalanan Etik Werdiyanti

(16 tahun), “ya seneng mbak, karena dapat membantu meringankan beban orang

tua” (wawancara tanggal 28 Juni 2011).

Page 77: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

63

Hal senada juga diungkapkan oleh anak jalanan lain, yaitu Mirahayu (17

tahun), “senang mbak, karena saya dapat bantuan untuk biaya sekolah”

(wawancara tanggal 28 Juni 2011). Begitu juga dengan Miyadi (21 tahun),

“senang mbak, sekolahnya dibayari. Saya juga diajari keterampilan” (wawancara

tanggal 28 Juni 2011).

Dari kelima responden anak jalanan yang diwawancarai, dua diantaranya

sudah bekerja yaitu Miyadi (21 tahun) dan Miranti (19 tahun). Keduanya dulu

juga mendapatkan bantuan pendidikan dari RPSA Gratama. Menurut

pengakuannya, mereka berdua tidak lagi turun ke jalan sejak lulus SMP. Namun,

ada anak jalanan yang tidak melanjutkan sekolahnya yaitu Adi Prasetyo (15

tahun). Adi mengenyam pendidikan hanya sampai lulus SD. Hal ini dikarenakan

keadaan ekonomi yang sangat tidak memungkinkan untuk dia bersekolah. Dua

responden lainnya yaitu Etik werdiyanti (16 tahun) dan Mirahayu (17 tahun)

sampai saat ini masih sekolah dan duduk di bangku SMK.

Banyak dari mereka yang merasakan manfaat dari program bantuan

pendidikan ini. Kebanyakan mengaku senang dan tidak terpaksa mengikuti

program ini. Walaupun sebelumnya cukup sulit untuk mengajak anak-anak

jalanan ini bersekolah lagi. Ini dikemukakan oleh salah satu pekerja sosial, ibu

Agustina Merdekawati.

“………..kita tanya-tanya “mau gak sekolah lagi, pokoke sekolahe gratis ditanggung. Mengko ijasahe ijasah resmi”. mereka itu malah jawab ‘lha mbak aku iku wis kesuwen ning ndalan, golek sing cah cilik-cilik wae mbak’. Lain lagi yang anak kecil, mereka itu banyak yang masih takut. Alasan gak boleh orang tuanya lah, atau apalah. Karena juga kan terkait faktor ekonomi (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

Page 78: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

64

Menurut penuturan Ibu Agustina di atas, terlihat bahwa cukup sulit untuk

mengajak anak jalanan sekolah lagi. Pada awalnya, mereka kurang begitu

memahami arti pentingnya pendidikan. Banyak dari mereka yang berfikir bahwa

mencari uang dengan menjadi anak jalanan lebih menguntungkan daripada

bersekolah walaupun dibiayai. Namun, mindset mereka yang seperti ini perlahan

berubah setelah mengikuti program-program dari RPSA Gratama, khususnya

program bantuan pendidikan. Terbukti mayoritas lebih suka bersekolah daripada

hidup di jalan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Etik Werdiyanti (16 tahun),

“lebih suka sekolah mbak, karena banyak temen dan dapat ilmu yang bermanfaat

dari sekolah” (wawancara tanggal 28 Juni 2011).

Hal serupa juga diungkapkan oleh Mirahayu (17 tahun). Juga ada

perubahan pemikiran dari Mirahayu. Dia juga menuturkan tidak ingin ke jalan lagi

karena malu. Lebih lanjut dia menuturkan setelah lulus ingin bekerja tapi tidak

lagi sebagai anak jalanan, “nggak mau aku mbak, pengen kerja saja tapi gak di

jalan. Kalau sekarang wis isin aku mbak”. Ungkapnya ketika wawancara tanggal

28 Juni 2011.

Menyikapi permasalahan anak jalanan yang sangat sulit diselesaikan,

Pemerintah Kota Semarang dalam hal ini Dinsospora Kota Semarang juga

melaksanakan program-program yang bertujuan untuk menangani masalah anak

jalanan. Selama ini program yang dijalankan pemerintah berupa pelatihan

keterampilan yang diberikan satu tahun sekali juga memberikan bantuan kepada

orang tua anak jalanan. Kedua program ini cukup membantu anak jalanan dan

Page 79: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

65

orang tuanya dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Namun, tidak ada program

khusus yang dilaksanakan terkait pendidikan anak jalanan.

4.1.4 Hambatan Implementasi Program Bantuan Pendidikan

Dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan, RPSA

mengalami beberapa hambatan, yaitu sebagai berikut.

1) Pendanaan

Menurut Pimpinan RPSA Gratama Bapak Dwi Priyanto implementasi

program bantuan pendidikan ini mengalami masalah di bidang pendanaan.

Menurut beliau, pemerintah kurang mensupport program ini. Misalkan saja dari

Dinas Pendidikan dan Dinsospora Kota Semarang tidak ada dana khusus untuk

pendidikan anak jalanan.

Hambatannya yang pertama ya masalah pendanaan ya. Kalau dari pemerintah, menurut saya itu pemerintah kurang mensupport, kurang memberikan solusi terhadap permasalahan anak jalanan. Kurang sabar dan program-programnya kurang relevan dengan permasalahan anak jalanan. Yang kedua dari masyarakat juga. Kesadaran untuk membantu sesama itu saya kira masih kurang ya. Coba kalau banyak orang-orang kaya yang mau menzakatkan hartanya 20 %. Pasti dapat membantu masyarakat lain yang kurang mampu. Termasuk anak jalanan (wawancara tanggal 21 Juni 2011)”.

2) Rendahnya Kesejahteraan dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Anak Jalanan

Menurut penuturan Bapak Dwi Priyanto, biasanya pendidikan orang tua

anak jalanan ini rendah. Akibatnya dia tidak punya pengetahuan atau wawasan

yang cukup luas. Dengan kata lain tidak punya pandangan bagaimana agar dia

bisa keluar dari masalah yang dihadapinya. Selain itu juga karena masalah

kemiskinan yang pada akhirnya memaksa anak ikut memikul tanggungjawab

Page 80: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

66

orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ini juga yang menjadi

penghambat pelaksanaan program-program RPSA Gratama.

Hambatan lain dari orang tua anak jalanan adalah terkadang ada orang tua

yang berfikiran daripada sekolah lebih baik bantu orang tua cari uang untuk

makan. Namun ada juga pemikiran anak jalanan yang bertolak belakang dengan

pemikiran orang tua yang seperti ini. Ada orang tua yang ingin anaknya itu turun

ke jalan mencari uang tapi anaknya lebih memilih bersekolah.

3) Hambatan dari Anak jalanan

Terkadang ada anak jalanan yang mempunyai watak yang keras sehingga

sulit untuk dibina. Selain itu cukup sulit untuk mengajak anak jalanan agar mau

bersekolah lagi. Mereka lebih suka berada di jalan karena menganggap lebih

menguntungkan dan dapat mengahasilkan uang.

“Gak serta merta mudah ya mbak. Perlu proses itu. Ya saya gak mengatakan sulit ya, tapi butuh proses. Tergantung kondisi anaknya. Ada yang anak itu mau sekolah tapi gak punya biaya. Itu kan mudah ya. Tapi ada juga yang gak mau walau akan dibiayai. Jadi untuk anak yang gak mau sekolah itu solusinya yang pertama kebutuhan untuk makan kita penuhi dulu. Terus dimotivasi orang tuanya. Anaknya dikasih wawasan ke depan, kalau gak sekolah jadi apa. Nanti kalau sekolah untungnya apa (wawancara dengan Pak Dwi tanggal 21 Juni 2011)”. Hal serupa juga dikemukakan oleh Ibu Agustina Merdekawati. “………..kita tanya-tanya “mau gak sekolah lagi, pokoke sekolahe gratis ditanggung. Engko ijasahe ijasah resmi?” mereka itu malah jawab ‘lha mbak aku iku wis kesuwen ning ndalan, golek sing cah cilik-cilik wae mbak’. Lain lagi yang anak kecil, mereka itu banyak yang masih takut. Alasan gak boleh orang tuanya lah, atau apalah. Karena juga kan terkait faktor ekonomi (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”. Begitu juga dengan yang dikemukanan Bapak Sulistyo Budi, salah satu

Staff Dinsospora Kota Semarang bagian rehabilitasi sosial sebagai berikut.

Page 81: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

67

“Hambatannya salah satunya ya karena kurangnya anggaran untuk penanganan anak jalanan. Seperti memberikan uang pendidikan untuk anak jalanan yang dibina oleh rumah-rumah singgah atau RPSA. Kalau masalah pelatihan kita memang memberikan. Tapi untuk dana yang dianggarkan untuk pendidikan belum ada. Dari pemerintah itu belum ada (wawancara tanggal 30 Juni 2011)”. Menurut penuturan beliau, belum ada anggaran penanganan anak jalanan

di bidang pendidikan. Selama ini Dinsospora Kota Semarang sendiri hanya

memberikan pelatihan keterampilan kepada anak-anak jalanan. Hal ini

dikarenakan belum ada dana yang khusus dianggarkan untuk memberikan bantuan

pendidikan kepada anak jalanan.

4) Kurang Sinerginya Pihak-pihak yang Terkait dengan Implementasi Program

Menurut hasil wawancara dengan pekerja sosial di RPSA Gratama

Semarang, mereka berpendapat bahwa pihak-pihak yang terkait dengan

implementasi program ini kurang bersinergi dengan baik. Dinas Pendidikan hanya

menjangkau anak-anak yang sekolah di sekolah negri dan anak-anak yang sudah

masuk di sekolah. Tidak ada dana tersendiri untuk anak jalanan. Ini tentu menjadi

kendala sendiri. Hal ini dikemukakan oleh Ibu Agustina, yaitu sebagai berikut.

“Hambatan-hambatannya ya terutama dari dinasnya. Mereka kan anak-anak kita kebanyakan sekolahnya di swasta. Nah, kalau dari Dinas Pendidikan itu kalau kita mengajukan bantuan untuk anak jalanan itu biasanya ditolak. Karena mereka kan sudah memberikan bantuan pendidikan tapi ke sekolah yang negri. Jadi anak-anak kita yang sekolah di swasta kan tidak terjangkau. Jadi bantuan ini diberikan ke sekolah. Hanya anak jalanan yang sudah sekolah saja yang kemungkinan dapat terjangkau bantuan dari dinas ini. Padahal kan tidak semua anak jalanan bisa bersekolah (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”.

5) Kesadaran Masyarakat untuk Membantu Sesama Masih Kurang

6) Hambatan lainnya menurut penuturan Pak Sulistyo Budi (51 tahun), salah satu

Staff Dinsospora bagian rehabilitasi sosial adalah bertambah banyaknya anak

Page 82: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

68

jalanan dari luar kota, bukan dari Semarang. Misalkan saja dari Demak,

Kendal, Rembang, dan sekitarnya. Dari 100 % jumlah anak jalanan yang ada

di Semarang, sekitar 80 % nya berasal dari luar Kota Semarang. Hal ini tentu

menjadi kendala tersendiri karena belum tuntas masalah anak jalanan di Kota

Semarang yang dibina, sudah muncul lagi anak jalanan yang lain.

4.1.5 Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Pendidikan

4.1.5.1 Komunikasi

Komunikasi dalam hal ini berhubungan dengan penyampaian informasi

baik kepada anak jalanan maupun pihak-pihak yang terkait dalam implementasi

program bantuan pendidikan di RPSA Gratama.

“Ya itu, makanya kan kalau awal program kita itu lebih ke penjangkauan dulu. Pada saat penjangkauan itu selain kita mendatangi mereka ya sekaligus kita menjelaskan sedikit lah kita ini siapa dan kita kan pada waktu itu kan juga memberikan undangan untuk mengajak mereka kumpul-kumpul misal ada tutorial atau pelatihan. Ya tentunya kita harus mengiming-imingi mereka denga uang ganti atau uang saku kalau pelatihan/tutorial sudah selesai. Ya nanti kita kumpulkan semua anak yang sudah kita data dan kita juga mendatangkan tutor-tutor sesuai dengan program yang bersangkutan misalnya dari Dinas Sosial atau dari Dinas Pendidikan atau juga ada dari RPSA sendiri. Lha dari itu kita menjelaskan yang lebih rinci dan lebih terbuka apa sebenarnya program kita (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”. Menurut penuturan Ibu Agustina di atas, strategi yang digunakan RPSA

Gratama dalam menjelaskan peranan RPSA kepada anak jalanan dan orang tua

anak adalah dengan mendatangi langsung ke lokasi anak jalanan ataupun ke

rumahnya. Pertama-tama penyampaian informasi dilakukan saat penjangkauan. Di

sini para pekerja sosial menjelaskan inti dari fungsi RPSA dan program-program

yang dijalankan. Setelah itu anak jalanan diberikan undangan untuk berkumpul

atau terkadang diadakan tutorial. Baru ketika turorial berlangsung para pekerja

Page 83: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

69

sosial menjelaskan fungsi, peranan, dan program-program RPSA lebih rinci.

Penyampaian informasi dilakukan dengan sangat terbuka.

Semua pekerja sosial di RPSA Gratama bertanggungjawab terhadap

penyampaian program-program yang dijalankan oleh RPSA karena sampai saat

ini hanya dua pengurus yang masih aktif yaitu Ibu Agustina Merdekawati dan

Septi Kurniawati serta satu pimpinan yaitu Bapak Dwi Priyanto.

“Ya kalau mengenai siapa yang bertanggungjawab terhadap penyampaian program-program yang kami jalankan semua pengurus RPSA dan yayasan mbak. Karena disini (RPSA Gratama) kan sebenarnya pengurusnya lumayan banyak tapi yang masih aktif tinggal dua orang dan satu pimpinan (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”. Selama ini koordinasi dan komunikasi yang dilakukan RPSA dengan

pihak-pihak yang terkait dalam implementasi program bantuan pendidikan ini

masih kurang. Hal ini diungkapkan oleh Pak Dwi Priyanto.

“Kalau menurut saya komunikasinya masih kurang, ini jelas kami akui ya. Komunikasi dengan Dinas Pendidikan selama ini pun masih kurang intensif. Memang beberapa kali kami sudah menghubungi ke dinas, tapi dari dinasnya sendiri kan tidak ada ketika kami ke staffnya di dinas itu tidak ada program yang khusus menangani anak jalanan. Jadi ya mereka pun gak bisa mengalokasikan dana ini khusus untuk anak jalanan. Itu ndak bisa mbak. Istilahe prosedur menurut SK nya kan sudah begitu. Akhirnya kami koordinasinya juga kurang karena programnya gak nyambung. Jadi ya gak bisa intensif gitu. Seharusnya pengambil kebijakannya harus lebih jeli mbak. Tapi kita mau ke arah sana juga susah. Mau ketemu dewan aja susah. Jadi komunikasinya hanya sampai pada staff-staffnya (wawancara dengan Pak Dwi Priyanto tanggal 21 Juni 2011)”. Namun menurut pendapat Septi Kurniawati koordinasi yang dilakukan

dengan sekolah cukup baik. Hal ini juga untuk memantau perkembangan anak.

Ketika pekerja sosial mengunjungi sekolah tempat anak jalanan bersekolah,

terkadang jug dimanfaatkan untuk sharing tentang anak jalanan yang sekolah di

sekolah tersebut.

Page 84: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

70

Selain dengan sekolah, koordinasi juga dijalin dengan orang tua anak

jalanan. Karena tanpa dukungan mereka program bantuan pendidikan yang

dilaksanakan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini orang

tua anak jalanan diberikan bantuan agar mampu mengembangkan usaha sehingga

kedepannya dapat membiayai kebutuhan anak. Ini juga bertujuan agar anak tidak

menanggung beban yang seharusnya ditanggung orang tua yaitu mencari

penghasilan. Tujuan akhirnya kedua program ini dapat saling mendukung

sehingga anak tidak lagi turun ke jalan.

4.1.5.2 Sumberdaya

Sumber dana yang dipergunakan untuk implementasi program di RPSA

Gratama khususnya program bantuan pendidikan berasal dari berbagai sumber,

yaitu:

1) usaha-usaha Yayasan Gradhika yang sah;

2) bantuan-bantuan yang tidak mengikat dari pemerintah, swasta nasional,

maupun bantuan dari luar negeri;

3) pendapatan lain yang sah dan tidak mengikat, seperti bantuan dari mahasiswa

maupun donatur tidak tetap.

Terkait sistem perekrutan pengurus di RPSA Gratama, Septi Kurniawati

salah satu pekerja sosial di RPSA Gratama mengungkapkan bahwa dirinya

bergabung di RPSA karena ajakan dari Pak Dwi Priyanto.

“Kalau saya sendiri itu dulu bergabung di RPSA Karena diajak Pak Dwi. Pak Dwi dulu itu guru saya. Setelah saya lulus, saya diajak bergabung di RPSA Gratama. Jadi sudah sekitar tiga tahun (wawancara dengan Septi Kurniawati tanggal 9 Juni 2011)”.

Page 85: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

71

Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu Agustina Merdekawati sebagai

berikut.

“Sistem perekrutannya itu biasanya diadakan seleksi bagi yang benar-benar berminat beraktivitas yang benar-benar untuk motif sosial. Ya awalnya si kita semacam interview ya mbak. Kalau yang benar-benar berminat ya diadakan wawancara dan juga diajak turun ke jalan bagaimana cara mereka menghadapi anak-anak, cara ngomongnya dengan anak. Kalau di awal program, kami agak kuwalahan dan biasanya kami menerima jasa-jasa untuk menjadi sukarelawan. Kalau saya dulu diajak oleh Mas Dwi mbak (wawancara tanggal 7 Juni 2011)”. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pekerja sosial di RPSA Gratama,

mayoritas tidak memiliki metode khusus dalam mengimplementasikan program

bantuan pendidikan yang dilaksanakan. Hanya saja mereka mengandalkan

pendekatan langsung dengan anak jalanan dan sebelum awal penyampaian para

pekerja sosial selalu mengadakan rapat koordinasi mengenai metode-metode

penyampaian, pembagian-pembagian wilayah, jadi sudah merupakan kesepakatan

bersama seluruh petugas RPSA Gratama. Pendekatan ini bertujuan untuk

mengetahi kebutuhan anak jalanan dan menjelaskan keberadaan RPSA serta

program-programnya.

“Kalau metode khusus gak ada ya mbak. Tapi dari pengurus itu kan ada yang namanya rapat koordinasi. Disana dirapatkan, nanti dikasih tahu cara mendekati anak itu bagaimana, setelah terjun ke lapangan itu ya langsung pendekatan dengan anak jalanan tersebut”. Kami mendatangi anak di jalanan agar lebih dekat dengan mereka. Pendekatan ini agar kami lebih mengetahui kebutuhan mereka dan agar mereka lebih mengetahui siapa kami dan apa program kami. Kami membujuknya dengan memberikan pengertian pentingnya sekolah bagi mereka dan tentu saja dengan iming-iming sekolahnya gratis (wawancara dengan Septi Kurniawati tanggal 9 Juni 2011)”. RPSA Gratama juga mempunyai fasilitas yang cukup sehingga diharapkan

mendukung program penanganan anak jalanan.

Page 86: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

72

1) Rumah Perlindungan Sosial Anak dengan 8 kamar tidur (masing – masing

kamar ada 2 ranjang susun), 1 ruang pertemuan yang dapat digunakan untuk

tempat tidur darurat, ruang tamu, ruang baca, ruang bermain, ruang belajar,

dapur, 1 kamar mandi/WC, dan ruang administrasi/sekretariat.

2) Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama berlokasi di perkampungan

penduduk sehinga memungkinkan anak berinteraksi dan bersosialiasi dengan

masyarakat.

3) Air sumur, listrik, dan telepon.

4) Pelengkapan untuk anak seperti televisi dan perpustakaan.

5) Perlengkapan rumah tangga seperti alat kebersihan, perlengkapan memasak,

serta setrika meja dan kursi.

6) Perlengkapan kantor seperti komputer, mesin ketik, papan tulis dan papan

informasi, ATK, dan keperluan administrasi lainya.

4.1.5.3 Disposisi

Disposisi merupakan sikap pelaksana, dalam hal ini adalah para pekerja

sosial di RPSA Gratama. Implementasi program bantuan pendidikan untuk anak

jalanan ini membutuhkan kesungguhan dari para pekerja sosialnya. Tanpa itu

kemungkinan besar upaya penanganan anak jalanan khususnya di Kota Semarang

tidak akan berjalan dengan baik.

Ibu Agustina Merdekawati misalnya, beliau berkomitmen kuat untuk

membantu anak jalanan mendapatkan haknya tanpa motif profit.

“Komitmen saya ya kami bergabung di RPSA Gratama ini tidak untuk motif profit. Jadi kami disini ikhlas membantu anak-anak jalanan yang membutuhkan agar haknya terpenuhi, salah satunya adalah hak untuk

Page 87: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

73

mendapatkan pendidikan atau pengajaran” (wawancara tanggal 7 Juni 2011). Hal senada juga diungkapkan oleh pekerja sosial yang lain, yaitu Septi

Kurniawati sebagai berikut.

“Yang pasti itu harus sabar dan ikhlas mbak. Beneran, di sosial itu sulit sekali untuk berkembang. Jadi ya harus sabar. Kalau masalah finansial itu tidak bisa diharapkan. Yang bikin saya semangat itu ya bisa ketemu dengan anak-anak terus pengalaman juga. Dari situ saya tidak mengharapkan apa-apa. Yang penting sabar menghadapi mereka karena banyak anak dengan bermacam-macam latar belakang. Terbiasa hidup di jalanan dengan kehidupan yang keras jadi ya harus ekstra sabar (wawancara tangggal 9 Juni 2011)”. Begitu juga dengan Pak Dwi Priyanto, Pimpinan RPSA Gratama, yaitu

sebagai berikut.

“Kalau saya sebagai pimpinan dan saya sebagai manusia juga ya komitmen saya karena saya sudah tahu permasalahan anak dan solusinya seperti apa. Jadi komitmen saya, saya akan yang pertama memberi contoh dulu. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu. Yang jelas saya berkomitmen untuk mengentaskan anak-anak itu yang pertama di Kota Semarang dulu. Terus nanti karena kami terkendala dengan pendanaan dan sebagainya saya berkomitmen untuk merintis usaha dulu dan ini sudah saya wujudkan ya. Ini supaya nanti saya biisa ikut membantu mengentaskan anak jalanan, bukan karena saya sebagai Pimpinan RPSA saja tapi juga merupakan kewajiban saya sebagai masyarakat dan saya harus membantu meningkatkan kesejahteraan mereka. Jadi yang sejahtera bukan hanya orang-orang mampu saja, tapi harus ada pemerataan, setidaknya mereka bisa hidup normal lah (wawancara tanggal 21 Juni 2011). Dari apa yang diutarakan Bapak Dwi di atas, komitmen yang dia pegang

adalah memberi contoh yang baik terlebih dahulu sebelum mengajak orang lain

untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penanganan anak jalanan.

Menurut pendapat beberapa anak jalanan yang diwawancarai, mereka

berpendapat bahwa para pekerja sosial di RPSA Gratama baik dan ramah-ramah.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Mirahayu (17 tahun), “ada yang kenal, tapi

Page 88: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

74

ada juga yang nggak. Sikapnya ya baik sama saya, ramah-ramah juga mbak”.

Ungkapnya ketika wawancara tanggal 28 Juni 2011. Begitu juga dengan Etik

Werdiyanti (16 tahun), “gak pernah dimarahi mbak, paling ya kalau ada yang

salah ya cuma dibilangin aja. Mereka semua baik mbak, ramah-ramah”. Ungkap

Etik saat wawancara tanggal 28 Juni 2011.

Para pekerja sosial juga menjalin komunikasi yang baik dengan para anak

jalanan binaan RPSA Gratama lewat SMS atau terkadang menyempatkan diri

untuk berkunjung ke rumah anak jalanan walau hanya sekedar untuk mampir

saja”.

4.1.5.4 Struktur Birokrasi

Masing-masing pengelola di RPSA Gratama mempunyai tugas sesuai

dengan bidangnya dan saling berkoordinasi satu dengan yang lain, yaitu sebagai

berikut.

1) Koordinator Program

a. Menetapkan kebijakan, program, dan kegiatan.

b. Menetapkan rencana tahunan.

c. Mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan pelayanan.

d. Mengembangkan dan menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga

pelayanan, organisasi, perorangan, dan kelompok profesional.

e. Membuat laporan pertanggungjawaban pelayanan kepada Bagian Sosial

Kota, Departemen Sosial/Instansi Sosial.

2) Sekretariat/Administrasi

a. Melakukan tugas-tugas administrasi kantor dan keuangan.

Page 89: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

75

b. Melakukan pengarsipan dokumen administrasi.

c. Membuat laporan.

3) Bidang Manajemen Kasus

a. Melakukan kegiatan berdasarkan intervensi mulai dari pendekatan awal,

assessment, dan perencanaan intervensi.

b. Menyiapkan perangkat penanganan kasus dan mendokumentasikan seluruh

kegiatan.

c. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan manajemen

kasus.

d. Mendukung dan memberi informasi terhadap bidang pelayanan dalam

melakukan intervensi.

e. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.

4) Bidang Pelayanan

a. Melaksanakan intervensi berdasarkan hasil pembahasan kasus.

b. Mengatur dan menyediakan jenis-jenis pelayanan pada anak.

c. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan pelayanan.

d. Melakukan pemantauan proses pelayanan intervensi yang dilakukan.

e. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.

5) Bidang Pengasuhan

a. Membuka pendampingan dan asuhan pada anak.

b. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan pengasuhan.

c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan rekreasi yang bersifat edukatif.

Page 90: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

76

d. Memberikan penjelasan dan bimbingan kepada anak untuk penyesuaian

diri dan keterlibatan dalam proses pelayanan dan penanganan masalah.

e. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.

6) Bidang Rujukan

a. Mengidentifikasi dan menyiapkan lembaga/keluarga asli maupun

pengganti untuk reunifikasi anak setelah terminasi.

b. Mengorganisir kelompok profesi bantu untuk kepentingan rujukan.

c. Mengidentifikasi dan menyiapkan panti/keluarga lain untuk reunifikasi.

d. Menempatkan anak pada keluarga atau panti yang sesuai.

e. Melakukan monitoring setelah anak mendapat terminasi.

f. Membuat laporan kegiatan kepada pimpinan.

7) Kelompok Profesi Bantu

Merupakan tenaga-tenaga professional yang terdiri dari dokter, psikolog,

psiater, guru, ahli agama, pengacara, polisi, terapis, dan lainnya. Kelompok ini

bertanggung jawab kepada pimpinan sedangkan tugasnya membantu pekerja

sosial sebagai profesi utama dalam proses pelayanan.

Dari struktur organisasai, tidak semua pekerja sosial masih aktif sampai

saat ini. Beberapa diantaranya sudah tidak aktif lagi. Sampai saat ini yang masih

aktif adalah pimpinan, Bapak Dwi Priyanto, Agustina Merdekawati dan Septi

Kurniawati. Dalam juklisnya, ketiganya mampunyai peran masing-masing sesuai

dengan ketetapan. Namun dalam praktek sehari-hari pekerja sosial yang masih

aktif menjalankan tugas bersama-sama mengingat sedikitnya pekerja sosial yang

masih aktif.

Page 91: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

77

4.2 Pembahasan

4.2.1 Implementasi Program Bantuan Pendidikan

Anak adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita

perjuangan bangsa, memiliki peran strategis, dan mempunyai ciri dan sifat khusus

yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan.

Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu

mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara

optimal, baik fisik, mental, maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan

upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan

memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan

tanpa diskriminasi termasuk juga anak jalanan.

Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk

mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan dan tempat umum lainnya. Dalam

penelitian ini anak jalanan yang menjadi responden beraktivitas di jalan dengan

ngamen dan mengelap mobil di sekitar traffic light. Anak jalanan ini mencari uang

dan biasanya digunakan untuk membantu orang tua mereka dan untuk keperluan

lainnya.

Beberapa permasalahan/penyebab anak turun ke jalanan, yaitu kemiskinan,

mentalitas, kebodohan, ikut-ikutan teman, butuh uang saku/transport sekolah,

broken home, disuruh (dikaryakan) oleh orang tua, tidak mempunyai pekerjaan,

tidak mempunyai tempat bermain, korban trafficking, konflik bersenjata,

kerusuhan, bencana, dan orang tua dipenjara ataupun orang tua meninggal. Dari

kelima responden anak jalanan yang sudah diwawancarai, kebanyakan dari

Page 92: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

78

mereka turun ke jalan karena faktor ekonomi. Mayoritas berasal dari keluarga

yang kurang mampu.

Pada batas-batas tertentu memang tekanan kemiskinan merupakan kondisi

yang mendorong anak-anak hidup di jalanan selain faktor-faktor lainnya. Namun,

bukan berarti kemiskinan merupakan satu-satunya faktor yang menyebabkan anak

hidup di jalanan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Justika S.B. (dalam Suyanto,

2003:197) yang menyatakann bahwa sekitar 60 % (persen) penyebab anak jalanan

turun ke jalan adalah karena dipaksa oleh orang tuanya.

Fungsi dari rumah singgah (RPSA) adalah untuk membantu anak jalanan,

memperbaiki atau membetulkan sikap dan perilaku yang keliru, memberi proteksi,

mengatasi masalah, dan menyediakan berbagai informasi yang berkaitan dengan

anak jalanan. Di RPSA inilah anak jalanan dibantu dengan program-program yang

dilaksanakan. Dalam penelitian ini anak-anak jalanan dibantu mengatasi masalah

yang dihadapinya salah satunya dengan memberikan bantuan pendidikan agar

anak jalanan bisa bersekolah.

Dari beberapa permasalahan anak jalanan tersebut metode penanganan

anak jalanan yang digunakan untuk membantu anak-anak jalanan mengatasi

masalahnya adalah berbeda-beda. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki

masalah dan latar belakang yang berbeda-beda pula. Selain itu potensi antara satu

anak dengan anak yang lain juga tidaklah sama. Salah satu metode penanganan

yang diberikan oleh RPSA Gratama untuk mengatasi permasalahan anak jalanan

adalah dengan memberikan bantuan pendidikan bagi beberapa anak jalanan.

Page 93: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

79

Program bantuan pendidikan di RPSA Gratama Semarang ini memberikan

bantuan pendidikan formal untuk anak jalanan. Pendidikan formal, yaitu

pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat, dan mengikuti syarat-

syarat tertentu secara ketat. Pendidikan ini berlangsung di sekolah. Dalam

penelitian ini anak-anak jalanan yang mendapatkan bantuan pendidikan

disekolahkan di sekolah formal agar anak dapat tumbuh berkembang secara

normal. Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan

Pemerintah Kota Semarang terkait masalah sosial, yaitu penanganan anak jalanan.

Program ini bertujuan untuk membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu

hak mendapatkan pendidikan. Ini sesuai dengan pasal 31 ayat 1 Undang-Undang

Dasar 1945, menyebutkan bahwa ”setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan”. Pasal ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga

negara, tanpa memandang status, agama, ras, suku, maupun etnis. Baik itu dewasa

maupun anak-anak tanpa terkecuali anak jalanan.

Pada awal tahapan pelaksanaan program para pekerja sosial melakukan

penjangkauan langsung ke lokasi anak-anak jalanan beraktivitas di jalan ataupun

rumah orang tuanya. Di sini masing-masing pekerja sosial turun ke jalan

memantau ke daerah atau kantong binaan mendatangi anak-anak jalanan tersebut.

Penjangkauan dengan mendatangi anak jalanan secara langsung ini bertujuan agar

data yang diperoleh benar-benar valid dan selanjutnya para pekerja sosial dapat

menentukan metode yang tepat untuk mengatasi masalah anak jalanan. Selain itu,

penjangkauan secara langsung ini berguna untuk meyakinkan anak jalanan bahwa

masih banyak orang yang peduli terhadap masa depan mereka dan secara tidak

Page 94: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

80

langsung anak jalanan merasa bahwa dirinya tidak termarjinalkan dan tidak

dikucilkan oleh masyarakat. Hal ini tentu merupakan awal yang baik dalam

melakukan pendekatan dengan anak jalanan. Dengan begitu, akan mudah untuk

menyampaikan dan mengajak mereka mengikuti program-program yang akan

dilaksanakan RPSA.

Pendekatan yang dilakukan oleh RPSA Gratama dalam upaya penanganan

anak jalanan bermacam-macam dan berbeda-beda antara satu anak dengan anak

yang lainnya. Pendekatan yang dipakai ini tergantung dari kondisi anak jalanan itu

sendiri. Ada beberapa anak diajak berdialog, mereka didampingi, dan selanjutnya

para pekerja sosial mancoba memahami situasi, latar belakang, dan kondisi anak

jalanan tersebut. Setelah itu, anak-anak jalanan ini diberi materi pendidikan dan

keterampilan. Dalam pendekatan ini para pekerja sosial di RPSA Gratama

mencoba memberikan kehangatan bagi anak-anak jalanan agar mereka merasa

nyaman dan pada akhirnya tidak merasa terpaksa mengikuti program-program

yang dilaksanakan oleh RPSA Gratama. Pendekatan ini menurut Tata Sudrajat

(dalam suyanto, 2003:201) dapat disebut dengan pendekatan street based.

Menurutnya, pendekatan ini lebih cocok untuk anak-anak jalanan yang masih ada

hubungan dengan keluarga, tetapi jarang berhubungan atau tinggal dengan orang

tua maupun keluarganya.

Pendekatan lain yang dipakai adalah dengan memasukkan anak-anak

jalanan ke RPSA maupun ke panti-panti untuk direhabilitasi. Disini anak-anak

jalanan ini diberikan perlindungan serta perlakuan yang hangat dari para pekerja

sosial. Bahkan mereka juga mendapatkan makanan gratis dan tempat untuk

Page 95: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

81

tinggal. Di panti ini biasanya anak-anak jalanan juga mendapatkan pelayanan

pendidikan, ketrampilan, kebutuhan dasar, kesehatan, kesenian, dan pekerjaan.

Anak-anak yang direhabilitasi di panti biasanya adalah anak-anak jalanan yang

memiliki permasalahan yang lebih rumit. Pendekatan ini diberikan untuk anak-

anak jalanan yang tersisih atau putus hubungan dengan keluarga maupun orang

tuanya. Menurut Tata Sudrajat (dalam suyanto, 2003:201) pendekatan seperti ini

disebut dengan pendekatan centre based.

Berbeda lagi untuk anak-anak jalanan yang masih berhubungan atau

tinggal dengan keluarga atau orang tua. Pendekatan yang dilakukan lebih

berfungsi sebagai pencegahan agar anak tidak terjerumus lebih dalam kehidupan

di jalanan. Dalam pendekatan penanganan anak jalanan ini RPSA Gratama

melibatkan masyarakat dan orang tua anak jalanan. Keluarga diberikan kegiatan

penyuluhan tentang pengasuhan anak dan upaya meningkatkan taraf hidup mereka

agar selanjutnya anak-anak tidak terbebani dengan beban hidup yang ditanggung

oleh orang tuanya sehingga memaksa mereka untuk ikut membantu dengan cara

turun ke jalanan menjadi anak jalanan. Orang tua anak jalanan diberikan bantuan

modal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan keluarga dengan

membuka usaha sendiri agar mereka sanggup melindungi, mengasuh, dan

memenuhi kebutuhan anak-anaknya sendiri. Sementara orang tua diberikan

penyuluhan dan bantuan modal, anak-anak mereka diberi kesempatan

memperoleh pendidikan formal maupun informal, pengisian waktu luang,

pelatihan keterampilan, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat. Untuk pendidikan,

anak-anak jalanan ini diberikan bantuan pendidikan agar mereka bisa kembali lagi

Page 96: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

82

ke bangku sekolah untuk mendapatkan kesempatan belajar (pendidikan formal).

Sedangkan untuk pendidikan informal, RPSA mengadakan pengajian bersama,

pelatihan keterampilan tertentu, dan sebagainya. Penyelenggaraan pelatihan

keterampilan ini diprioritaskan untuk anak jalanan yang sudah tidak bersekolah

dan tidak dalam usia sekolah.

RPSA Gratama menggabungkan ketiga pendekatan tersebut yaittu

community based, centre based, dan street based dalam upaya penanganan anak

jalanan di Kota Semarang. Dari ketiga pendekatan tersebut menurut Suyanto

(2003:202) bukan berarti satu pendekatan lebih baik dari pendekatan yang lain.

RPSA Gratama menggunakan ketiga pendekatan tersebut karena selama ini

kondisi anak-anak jalanan yang ditangani tidaklah sama antara satu anak dengan

anak yang lainnya jadi tidak mungkin hanya menggunakan satu metode

pendekatan saja. Apapun pendekatan yang dipilih, yang paling penting adalah

modal awal yang dibutuhkan untuk menangani permasalahan anak jalanan

sesungguhnya adalah sikap empati dan komitmen yang benar-benar tulus dari kita

semua. Tanpa dilandasi oleh kedua hal itu, permasalahan anak jalanan tidak akan

terselesaikan dengan baik.

4.2.2 Hambatan Implementasi Program Bantuan Pendidikan

Dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan, RPSA

mengalami beberapa hambatan, yaitu sebagai berikut.

1) Pendanaan

Implementasi program bantuan pendidikan ini mengalami masalah di

bidang pendanaan. Pemerintah terlihat sangat kurang mensupport program

Page 97: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

83

bantuan pendidikan ini. Terbukti dari Dinas Pendidikan sendiri tidak ada dana

khusus untuk pendidikan anak jalanan. Pemerintah dirasa kurang memberikan

solusi terhadap permasalahan anak jalanan. Mengingat bahwa permasalahan anak

jalanan sangatlah kompleks. Tata Sudrajat (dalam Suyanto, 2003:190)

menyebutkan bahwa salah satu masalah yang dihadapi anak jalanan adalah

masalah pendidikan yaitu sebagian anak jalanan putus sekolah karena waktu

mereka habis di jalan. Selain itu, juga karena disebabkan faktor ekonomi.

Sebagian anak jalanan ini berasal dari keluarga yang kurang mampu.

Selama ini Pemerintah Kota Semarang (dalam hal ini Dinsospora Kota

Semarang) memang sudah melaksanakan program-program dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang, namun program-program yang

dilaksanakan dirasa kurang relevan dengan permasalahan anak jalanan. Selama ini

pemerintah hanya memberikan pelatihan keterampilan yang hasilnya pun kurang

begitu maksimal, tanpa melihat kenyataan bahwa anak jalanan juga memerlukan

pendidikan yang berguna untuk masa depannya kelak. Karena dari Pemerintah

Kota Semarang tidak ada program khusus yang menangani permasalahan

pendidikan untuk anak jalanan, maka RPSA Gratama pun tidak mendapatkan dana

dari Pemerintah Kota Semarang khusus untuk pendidikan anak jalanan.

Hal inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa selama ini masalah

pendanaan program bantuan pendidikan di RPSA Gratama selalu menjadi

hambatan tersendiri dalam mengimplementasikannya. Dari beberapa anak jalanan

yang menjadi responden menyatakan bahwa mereka tidak lagi mendapatkan

bantuan pendidikan setelah lulus SMP. Hal ini disebabkan dana yang dibutuhkan

Page 98: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

84

untuk membantu pendidikan anak jalanan sangatlah besar. Jadi terpaksa ada

beberapa anak jalanan yang bantuan pendidikannya dihentikan dan digantikan

dengan anak jalanan yang lain.

Implementasi program bantuan pendidikan yang dilaksanakan oleh RPSA

Gratama pun hasilnya menjadi kurang maksimal karena program ini

membutuhkan dana yang cukup besar akan tetapi sumber dana yang ada sangatlah

tidak mendukung. Hal ini tentu saja mempengaruhi implementasi program

bantuan pendidikan yang dilaksanakan. Karena menurut George C. Edwards salah

satu faktor yang mempengaruhi implementasi suatu kebijakan adalah faktor

sumberdaya. Dan pendanaan ini termasuk dalam sumber daya material.

Menurutnya, jika implementor kekurangan sumber daya, maka implementasi tidak

akan berjalan efektif dan efisien.

Konsekwensi lain yang harus dihadapi karena kurangnya dana yang ada

ini adalah kontrol terhadap implementasi program bantuan pendidikan ini menjadi

kurang maksimal. Kontrol implementasi program hanya dilakukan dalam enam

bulan sekali dan menurut pengakuan beberapa anak jalanan kontrol atau

pengawasan ke rumah orang tua anak jalanan hanya dilakukan sesekali waktu

saja. Tentu saja ini dapat menjadikan implementasi program yang dijalankan

kurang maksimal.

Sebaiknya RPSA Gratama maupun Yayasan Gradhika mulai merintis

usaha yang profit misalnya “kucingan”, konter pulsa, dan tambal ban sehingga

laba yang diperoleh dari usaha ini dapat digunakan untuk membantu pendanaan

program bantuan pendidikan yang dijalankan. Dengan begitu masalah pendanaan

Page 99: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

85

akan sedikit teratasi karena RPSA Gratama tidak terlalu bergantung pada bantuan

dari pemerintah sehingga untuk kedepannya program bantuan pendidikan ini lebih

maksimal. Selain itu anak jalanan pascabina juga dapat bekerja di sana.

2) Rendahnya Kesejahteraan dan Tingkat Pendidikan Orang Tua Anak jalanan

Menurut hasil penelitian, biasanya pendidikan orang tua anak jalanan ini

rendah. Akibatnya dia tidak punya pengetahuan/wawasan yang cukup luas.

Dengan kata lain tidak punya pandangan bagaimana agar dia bisa keluar dari

masalah yang dihadapinya. Selain itu juga karena masalah kemiskinan yang pada

akhirnya memaksa anak ikut menanggung tanggungjawab orang tuanya untuk

memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Ini juga yang menjadi penghambat

pelaksanaan program-program RPSA Gratama.

Hambatan lain dari orang tua anak jalanan adalah terkadang ada orang tua

yang berfikiran daripada sekolah lebih baik membantu orang tua mencari uang

untuk makan. Namun ada juga pemikiran anak jalanan yang bertolak belakang

dengan pemikiran orang tua yang seperti ini. Ada orang tua yang ingin anaknya

itu turun ke jalan mencari uang tapi anaknya lebih memilih bersekolah.

3) Hambatan dari Anak jalanan

Terkadang ada anak jalanan yang mempunyai watak yang keras sehingga

sulit untuk dibina. Selain itu cukup sulit untuk mengajak anak jalanan agar mau

bersekolah lagi. Mereka lebih suka berada di jalan karena menganggap lebih

menguntungkan dan dapat menghasilkan uang. Bagi kebanyakan anak-anak

jalanan, keterlibatan mereka dalam perekonomian sektor informal biasanya

membuahkan rasa bangga dan layak karena kemampuannya menyumbang kepada

Page 100: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

86

kelangsungan hidup keluarganya. Hal ini sesuai dengan pendapat Suyanto bahwa

keterlibatan anak dalam sektor informal terbukti pada akhirnya menghilangkan

minat anak pada sekolah karena keinginan mendapatkan uang lebih banyak.

Hal inilah yang menjadi hambatan tersendiri dalam implementasi program

bantuan pendidikan di RPSA Gratama. Sulit sekali mengajak dan membujuk

anak-anak jalanan untuk kembali ke bangku sekolah walaupun sudah

diinformasikan bahwa biaya ditanggung oleh RPSA Gratama.

4) Kurang Sinerginya Pihak-pihak yang Terkait dengan Implementasi Program

Menurut hasil wawancara dengan pekerja sosial di RPSA Gratama

Semarang, mereka berpendapat bahwa pihak-pihak yang terkait dengan

implementasi program ini kurang bersinergi dengan baik. Dinas Pendidikan hanya

menjangkau anak-anak yang sekolah di sekolah negri dan anak-anak yang sudah

masuk di sekolah. Tidak ada dana tersendiri untuk anak jalanan. Sedangkan

Dinsospora Kota Semarang yang dalam hal ini mewakili Pemerintah Kota

Semarang, tidak menyediakan dana khusus untuk anak jalanan. Dari Pemerintah

Kota Semarang hanya memberikan pelatihan keterampilan kepada anak-anak

jalanan di Kota Semarang.

Antara pemerintah, LSM, organisasi sosial, dan pihak-pihak lain yang

bertanggungjawab dalam penanganan anak jalanan di Kota Semarang terlihat

kurang adanya kerjasama dan koordinasi yang baik sehingga penanganan anak

jalanan yang dijalankan cenderung masih bersifat terpisah. Menurut Suyanto

(2003:199) bila penanganan anak jalanan ini masih dilakukan secara temporer,

segmenter, dan terpisah maka hasilnya pun menjadi kurang maksimal.

Page 101: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

87

Agar penanganan, upaya perlindungan, dan pemberdayaan anak-anak

jalanan dapat memberikan hasil yang lebih baik, dibutuhkan kesediaan semua

pihak untuk duduk bersama, berdiskusi untuk mencari jalan keluar yang terbaik

bagi anak-anak jalanan, dan kemudian merumuskan program intervensi yang tepat

sasaran dan sekaligus melakukan pembagian kerja yang lebih terkoordinasi untuk

mencapai hasil yang lebih baik.

5) Kesadaran Masyarakat untuk Membantu Sesama Masih Kurang

Menurut penuturan para pekerja sosial di RPSA Gratama, masyarakat

kurang memiliki kesadaran dalam membantu anak-anak jalanan di Kota

Semarang. Hal ini juga menjadi hambatan implementasi program bantuan karena

selama ini salah satu sumber dana yang digunakan untuk mensupport

implementasi program bantuan di RPSA Gratama ini adalah mengandalkan

bantuan dari masyarakat yang berkenan membantu mengatasi anak jalanan di

Kota Semarang.

6) Bertambah Banyaknya Anak jalanan dari Luar Kota Semarang

Hambatan lainnya menurut penuturan Pak Sulistyo Budi (51 tahun) adalah

bertambah banyaknya anak jalanan dari luar kota, bukan dari Semarang. Misalkan

saja dari Demak, Kendal, Rembang, dan sekitarnya. Dari 100 % jumlah anak

jalanan yang ada di Semarang, sekitar 80 % nya berasal dari luar Kota Semarang.

Hal ini tentu menjadi kendala tersendiri karena belum tuntas masalah anak jalanan

di Kota Semarang yang dibina, sudah muncul lagi anak jalanan yang lain.

Banyak hal yang mendorong anak-anak jalanan ini untuk mengadu nasib

di Kota Semarang. Salah satunya adalah karena Kota Semarang merupakan salah

Page 102: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

88

satu kota besar di Indonesia, pusat segala aktivitas ekonomi, sosial dan budaya.

Kota Semarang mengalami perkembangan pesat sama halnya dengan kota-kota

besar lainnya di Indonesia. Kantor-kantor, pusat perbelanjaan, sarana

perhubungan, pabrik, sarana hiburan, dan sebagainya memadati seluruh bagian

Kota Semarang. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor semakin banyaknya

urban yang ingin mengadu nasib di Kota Semarang.

Bagi sebagian orang yang mempunyai bekal ilmu pengetahuan dan

ketrampilan yang cukup tentu akan mampu bertahan di kota ini, tetapi tidak

demikian bagi sebagian orang yang kurang beruntung. Sulitnya mencari pekerjaan

kadang kala memaksa mereka untuk mencari nafkah dengan jalan mengemis atau

mengamen. Pada akhirnya mereka menjadi gelandangan. Fenomena ini tidak

hanya terjadi pada orang dewasa saja, akan tetapi juga terjadi pada anak-anak.

Anak-anak inilah yang disebut anak jalanan.

4.2.3 Tingkat Keberhasilan Program Bantuan Pendidikan

4.2.3.1 Komunikasi

Strategi yang digunakan RPSA Gratama dalam menjelaskan peranan

RPSA kepada anak jalanan dan orang tua anak adalah dengan mendatangi

langsung ke lokasi anak jalanan ataupun ke rumahnya. Pertama-tama

penyampaian informasi dilakukan saat penjangkauan. Disini para pekerja sosial

menjelaskan inti dari fungsi RPSA dan program-program yang dijalankan. Setelah

itu anak jalanan diberikan undangan untuk berkumpul atau terkadang diadakan

tutorial. Baru ketika turorial berlangsung para pekerja sosial menjelaskan fungsi,

peranan, dan program-program RPSA lebih rinci. Penyampaian informasi

dilakukan dengan sangat terbuka.

Page 103: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

89

Penyampaian informasi secara langsung dan terbuka ini bertujuan untuk

mendekatkan diri dengan anak jalanan dan orang tua anak jalanan agar mereka

benar-benar mengerti program-program yang dijalankan oleh RPSA Gratama.

Pendekatan dilakukan secara personal agar para pekerja sosial mudah

mengidentifikasi potensi, latar belakang, permasalahan, dan kebutuhan anak

jalanan. Untuk selanjutnya hasil identifikasi ini dapat digunakan sebagai acuan

untuk menentukan metode yang tepat untuk membantu anak jalanan mengatasi

masalahnya.

Selain itu, penyampaian program secara langsung dan personal ini

bertujuan agar tujuan dan sasaran yang diinformasikan kepada kelompok sasaran

jelas. Apabila penyampaian tujuan dan sasaran kebijakan kurang jelas atau

bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, dimungkinkan akan

terjadi penolakan dari kelompok sasaran yang bersangkutan. Dari beberapa orang

tua anak jalanan yang diwawancarai, beberapa diantaranya kurang mengerti

tujuan dari program bantuan pendidikan ini. Karena seringnya mendapatkan

bantuan, secara tidak langsung timbullah ketergantungan dari orang tua anak

jalanan ini terhadap belas kasihan para penderma dan akhirnya menuju pada

hilangnya sikap kemandirian dari mereka untuk membiayai anak-anaknya.

Ditambah dengan kurang tahunya mereka terhadap program yang dijalankan

RPSA Gratama, setiap ada pekerja sosial yang datang yang ada dalam fikiran

mereka adalah mereka akan mendapatkan bantuan.

Semua pekerja sosial di RPSA Gratama bertanggungjawab terhadap

penyampaian program-program yang dijalankan oleh RPSA karena sampai saat

Page 104: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

90

ini hanya dua pengurus yang masih aktif yaitu Ibu Agustina Merdekawati dan

Septi Kurniawati serta satu pimpinan yaitu Bapak Dwi Priyanto.

Selama ini koordinasi dan komunikasi yang dilakukan RPSA dengan

pihak-pihak yang terkait dalam implementasi program bantuan pendidikan ini

masih kurang. Komunikasi dan koordinasi yang dilakukan dengan Dinas

Pendidikan selama ini masih kurang intensif. Namun, karena dari Dinas

Pendidikan sendiri tidak ada program khusus untuk pendidikan anak jalanan,

akhirnya koordinasi yang dijalinpun kurang. Hal ini disebabkan program di RPSA

dan program yang ada di Dinas Pendidikan tidak berkaitan.

Koordinasi yang dilakukan dengan sekolah cukup baik. Hal ini juga untuk

memantau perkembangan anak. Ketika pekerja sosial mengunjungi sekolah

tempat anak jalanan bersekolah, terkadang jug dimanfaatkan untuk sharing

tentang anak jalanan yang sekolah di sekolah tersebut.

Selain dengan sekolah, koordinasi juga dijalin dengan orang tua anak

jalanan. Karena tanpa dukungan mereka program bantuan pendidikan yang

dilaksanakan tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam hal ini orang

tua anak jalanan diberikan bantuan agar mampu mengembangkan usaha sehingga

kedepannya dapat membiayai kebutuhan anak. Ini juga bertujuan agar anak tidak

menanggung beban yang seharusnya ditanggung orang tua yaitu mencari

penghasilan. Tujuan akhirnya kedua program ini dapat saling mendukung

sehingga anak tidak lagi turun ke jalan.

Dari beberapa anak jalanan yang diwawancarai, mereka cukup jelas

dengan program bantuan pendidikan yang dilaksanakan RPSA Gratama. Mereka

Page 105: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

91

cukup mengetahui tujuan dari program ini yaitu untuk membantu mereka

mendapatkan haknya yaitu hak pendidikan sehingga kedepannya mereka bisa

mendapatkan pekerjaan yang layak, tidak lagi turun ke jalan.

Komunikasi yang dilakukan RPSA dalam menjelaskan peranan RPSA dan

program-program yang dilaksanakan cukup efektif. Anak jalanan cukup

memahami peranan dan program RPSA. Namun, ada kekurangan disini. Para

pekerja sosial kurang mengkomunikasikan hal ini kepada masyarakat. Selain itu,

komunikasi yang dijalin dengan orang tua anak jalanan juga kurang efektif.

Berdasarkan survey yang dilakukan, beberapa orang tua anak jalanan kurang

begitu memahami peranan RPSA. Ada yang hanya mengharapkan bantuan saja,

apalagi kalau ada program tertentu. Mereka selalu berharap mendapatkan bantuan

dengan ”cuma-cuma”.

Dilihat dari faktor komunikasi ini, implementasi program yang dijalankan

kurang mencapai tujuan. Komunikasi yang dijalin dengan pihak-pihak terkait

seperti Pemerintah Kota Semarang (Dinsospora Kota Semarang), Dinas

Pendidikan, orang tua anak jalanan, anak jalanan, dan masyarakat kurang

sehingga kurang mencapai tujuan. Hal ini sesuai dengan pendapat George

Edwards yang menyatakan bahwa komunikasi merupakan salah satu faktor yang

penting dalam mewujudkan tercapainya kebijakan secara efektif. Adanya proses

komunikasi ini akan memungkinkan setiap anggota komunikasi akan saling

membantu mengadakan interaksi dan saling mempengaruhi sehingga organisasi

mampu mencapai tujuan.

Page 106: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

92

4.2.3.2 Sumberdaya

Pekerja sosial di RPSA Gratama, mayoritas tidak memiliki metode khusus

dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan yang dilaksanakan.

Hanya saja mereka mengandalkan pendekatan langsung dengan anak jalanan dan

sebelum awal penyampaian para pekerja sosial selalu mengadakan rapat

koordinasi mengenai metode-metode penyampaian, pembagian-pembagian

wilayah, jadi sudah merupakan kesepakatan bersama seluruh petugas RPSA

Gratama. Pendekatan ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan anak jalanan dan

menjelaskan keberadaan RPSA serta program-programnya.

Dalam implementasi program bantuan pendidikan ini, metode yang

digunakan cukup baik, namun sumberdaya manusianya yang kurang memadai.

Hal ini dikarenakan pekerja sosial yang sampai sekarang ini masih aktif tinggal

beberapa orang. Ini sangat mempengaruhi pemberian pelayanan kepada anak

jalanan karena kurangnya SDM yang ada.

Selain itu, sumber dana (material) yang menjadi modal dalam program ini

kurang cukup. Dana yang digunakan untuk membiayai program bantuan

pendidikan ini berasal dari swadaya yayasan, usaha-usaha resmi yayasan, donatur

tidak tetap, individu, masyarakat, dan bantuan lainnya. Dari pemerintah sendiri,

kurang dalam menyikapi implementasi program ini. Terbukti dari Pemerintah

Kota Semarang tidak menganggarkan dana khusus untuk pendidikan anak jalanan.

Padahal pendidikan anak termasuk anak jalanan sangatlah penting dalam

mengubah wawasan atau pengetahuan anak sehingga anak dapat berfikir kreatif

Page 107: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

93

dan akhirnya tidak lagi turun ke jalan. Beberapa hal ini yang menyebabkan kurang

efektifnya pemberian pelayanan kepada anak jalanan di Kota Semarang.

Dilihat dari sumber daya manusia, materiil, dan metode yang digunakan

RPSA Gratama ini, program yang dilaksanakan kurang maksimal. Hal ini

dipengaruhi oleh kurangnya dana untuk program bantuan pendidikan, kurangnya

SDM (pekerja sosial) yang masih aktif. Walaupun metode yang digunakan cukup

baki yaitu dengan pendekatan langsung. Karena sumber daya di RPSA Gratama

kurang, maka implementasi programnyapun menjadi kurang maksimal. Ada

beberapa anak yang hanya mendapatkan bantuan sampai lulus SMP atau bahkan

tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Ini sesuai dengan yang diutarakan

oleh George Edwards yang menyatakan bahwa sumberdaya merupakan faktor

penting dalam implementasi agar dapat berjalan efektif dan efisien.

4.2.3.3 Disposisi

Disposisi merupakan sikap pelaksana para pekerja sosial di RPSA

Gratama. Implementasi program bantuan pendidikan untuk anak jalanan ini

membutuhkan kesungguhan dari para pekerja sosialnya. Tanpa itu kemungkinan

besar upaya penanganan anak jalanan khususnya di Kota Semarang tidak akan

berjalan dengan baik.

Para pekerja sosial di RPSA Gratama memiliki komitmen yang kuat dalam

upaya penanganan anak jalanan di Kota Semarang. Mereka bersungguh-sungguh

dalam membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak pendidikan tanpa

motif profit. Para pekerja sosial ini dengan sabar dan ikhlas membantu menangani

masalah anak jalanan. Mereka sama sekali tidak mengharapkan imbalan. Mereka

Page 108: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

94

berusaha semaksimal mungkin untuk mengentaskan anak jalanan dan membantu

meningkatkan kesejahteraan mereka.

Komitmen para pekerja sosial ini sangat berpengaruh terhadap

implementasi program bantuan pendidikan yang dilaksanakan RPSA Gratama.

Karena menurut George Edwards implementor yang baik harus memiliki disposisi

yang baik sehingga kebijakan dapat dijalankan sesuai dengan yang ditetapkan

pembuat kebijakan.

4.2.3.4 Struktur Birokrasi

Sebenarnya struktur birokrasi atau struktur organisasi di RPSA Gratama

tidak terlalu panjang sehingga tidak cenderung melemahkan pengawasan atau

menimbulkan red-tape, yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang

akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Ini sesuai dengan

pendapat George Edwards. Namun ada kendala tersendiri dalam hal ini yaitu

semakin sedikitnya jumlah pekerja sosial di RPSA Gratama Semarang sehingga

mempengaruhi kinerja dari para pekerja sosial itu sendiri. Kenyataan ini tentu saja

dapat mempengaruhi kinerja para pekerja sosial di RPSA Gratama dalam

mengimplementasikan program bantuan pendidikan dalam upaya penanganan

anak jalanan. Tugas dan tanggungjawab yang sebelumnya sudah diatur dan dibagi

menurut struktur organisasi terpaksa tidak diberlakukan kembali mengingat

bahwa banyak pekerja sosial di RPSA Gratama yang sudah tidak aktif lagi. Tugas

dan tanggungjawab ini selanjutnya dibebankan pada pekerja sosial atau pengurus

yang lain sehingga dalam mengimplementasikan program menjadi kurang efektif

dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat George Edwards.

Page 109: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

95

Melalui keempat faktor penentu kebijakan tersebut, dapat dianalisa sejauh

mana tingkat kemanfaatan program baik secara ideal maupun berdasarkan

kenyataan di lapangan serta dapat melihat dampak apa yang diharapkan dan

dirasakan oleh anak jalanan sebagai kelompok sasaran dari program bantuan

pendidikan tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi program bantuan

pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang, jika dilihat dari indikator

keberhasilan program RPSA Gratama cukup berhasil dalam mencapai tujuannya

yaitu agar anak tidak lagi beraktivitas di jalan, anak kembali ke bangku sekolah

bagi yang masih usia sekolah, anak dapat memiliki penghasilan yang layak

dengan keterampilan yang dimiliki, anak mampu mengendalikan diri terhadap

godaan-godaan untuk kembali ke jalanan. Selain itu, program ini juga sudah

cukup membantu anak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan

walaupun dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang dihadapi dari segi

komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasinya. Namun

implementasi program ini didukung oleh disposisi (sikap pelaksana) yang baik

dari para implementor maupun pekerja sosial sehingga mampu mendukung

implementasi program bantuan pendidikan yang dijalankan.

Tolak ukur keberhasilan suatu program tidak hanya ditentukan oleh satu

alat ukur saja. Jika dilihat dari intensitas anak berada di jalan atau turun ke jalan,

program ini cukup berhasil. Namun turun atau tidaknya anak di jalan itu

dipengaruhi seberapa besar masalah dan kondisi si anak. Anak jalanan yang sudah

Page 110: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

96

dibina bertahun-tahun tapi masih berada di jalan belum tentu program dapat

dikatakan gagal. Karena jika kondisi anak jalanan cukup parah, butuh waktu yang

lama untuk membinanya agar benar-benar tidak lagi kembali ke jalan.

Rata-rata keberhasilan program ini mengentaskan anak jalanan dari jalan

jika dirata-ratakan dalan 3 tahun sekitar 60 % anak jalanan tidak turun ke jalan

lagi. Tapi walau masih di jalan, ada perubahan dari anak jalanan ini. Anak sudah

mempunyai perkembangan wawasan dan pola pikirnya sudah berubah. Jadi untuk

mengetahui keberhasilannya itu tidak bisa hanya dipandang dalam sekian tahun

tertentu anak masih turun di jalan atau tidak. Karena tolak ukur keberhasilan

program pendidikan ini bisa dilihat dari tidak turunnya anak ke jalan lagi, kedua

perkembangan pola pikirnya, yang ketiga perubahan perilakunya. Dilihat dari

tolak ukur ini, dapat dikatakan RPSA Gratama Semarang sudah cukup berhasil

dalam mengimplementasikan program bantuan pendidikan dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Page 111: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

97

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Program bantuan pendidikan merupakan salah satu program yang

dijalankan RPSA Gratama Semarang dalam upaya penanganan anak jalanan di

Kota Semarang selain program bantuan keterampilan dan bantuan orang tua

ANJAL. Program ini merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan

Pemerintah Kota Semarang terkait penanganan anak jalanan di Kota Semarang.

Tahapan pelaksanaan penanganan anak jalanan terdiri atas:

a. pendekatan awal (penerimaan, registrasi, dan identifikasi awal);

b. pertolongan pertama;

c. assessment;

d. rencana intervensi;

e. pelaksanaan Intervensi;

f. evaluasi;

g. terminasi; dan

h. reunifikasi

Macam-macam program bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA

Gratama yaitu berupa uang sekolah, buku, alat tulis, seragam sekolah, tas, dan

sepatu. Besarnya bantuan yang diberikan tergantung dengan kebutuhan anak.

Tujuan dari program bantuan pendidikan ini adalah untuk membantu anak jalanan

agar dapat mengenyam pendidikan dan mendapatkan pengetahuan yang cukup

97

Page 112: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

98

sehingga kedepannya anak jalanan ini punya bekal yang cukup untuk memasuki

dunia kerja. Tujuan finalnya agar anak tidak lagi turun ke jalan. Selain itu juga

untuk membantu anak jalanan mendapatkan haknya yaitu hak mendapatkan

pendidikan atau pengajaran.

Bantuan pendidikan yang diberikan oleh RPSA Gratama dimanfaatkan

anak-anak jalanan penerima bantuan untuk bersekolah. Kebanyakan bersekolah di

sekolah swasta. Dampaknya yaitu anak tidak turun ke jalan lagi dan anak bisa

bersekolah. Bisa bekerja tetapi bukan sebagai anak jalanan.

Hambatan-hambatan dalam implementasi program bantuan pendidikan di

RPSA Gratama adalah sebagai berikut.

1) Pendanaan.

2) Rendahnya kesejahteraan dan tingkat pendidikan orang tua anak jalanan.

3) Hambatan dari anak jalanan.

4) Kesadaran masyarakat untuk membantu sesama masih kurang.

5) Kurang sinerginya pihak-pihak yang terkait dengan implementasi program.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Implementasi program bantuan

pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam upaya

penanganan anak jalanan di Kota Semarang, jika dilihat dari indikator

keberhasilan program, RPSA Gratama cukup berhasil dalam mencapai tujuannya

yaitu agar anak tidak lagi beraktivitas di jalan, anak kembali ke bangku sekolah

bagi yang masih usia sekolah, anak dapat memiliki penghasilan yang layak

dengan keterampilan yang dimiliki, anak mampu mengendalikan diri terhadap

godaan-godaan untuk kembali ke jalanan. Selain itu, program ini juga sudah

Page 113: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

99

cukup membantu anak mendapatkan haknya untuk memperoleh pendidikan

walaupun dalam pelaksanaannya masih banyak hambatan yang dihadapi dari segi

komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasinya. Namun

implementasi program ini didukung oleh disposisi (sikap pelaksana) yang baik

dari para implementor maupun pekerja sosial sehingga mampu mendukung

implementasi program bantuan pendidikan yang dijalankan.

5.2 Saran

1) Kepada RPSA Gratama

a. RPSA Gratama seharusnya menggalakkan dana dari pihak-pihak yang

berkompeten dan yang terlibat agar mereka dapat mengalokasikan dana

untuk pendidikan anak jalanan yang dibina.

b. RPSA Gratama harus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat

secara umum tentang keberadaan RPSA, peranan, dan program-program

yang dijalankan agar masyarakat lebih mengenal RPSA. Harapannya

masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam membantu penanganan anak

jalanan.

c. RPSA Gratama harus meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak yang

terkait dengan program bantuan pendidikan yang dijalankan RPSA

mengingat bahwa penanganan permasalahan anak jalanan bukanlah

perkara yang mudah, untuk itu pihak-pihak tersebut harus lebih bersinergi,

agar penanganan tidak dilakukan secara terpisah sehingga kedepannya

mendapatkan hasil yang maksimal.

Page 114: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

100

2) Kepada Yayasan Gradhika

Yayasan perlu merintis usaha sendiri misalnya usaha “kucingan”, konter

pulsa, dan tambal ban agar kedepannya tidak selalu menggantungkan dana dari

pemerintah dan anak-anak pasca bina bisa bekerja di sana. Selain itu, hasilnya

dapat digunakan untuk membina atau untuk menyokong dana dari program-

program yang dilaksanakan termasuk program bantuan pendidikan.

3) Kepada Pemerintah

Semoga kedepannya Pemerintah Kota Semarang mengalokasikan dana

pendidikan khusus untuk anak jalanan. Karena selama ini program-program yang

dijalankan hanyalah program pelatihan keterampilan dan bantuan untuk orang tua

anak jalanan.

Page 115: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

101

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Abi. 2009. Anak Jalanan di Semarang semakin Banyak. http://kompas.com.

(14 Mei 2009).

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Islamy, M. Irfan. 2009. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.

Jakarta: Bumi Aksara.

Kompas. 2010. Masih Banyak yang Dibiarkan Hidup di Jalanan.

http://kompas.com. (23 Juli 2010).

Moleong, Lexy J. 2002. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosda Karya.

Nawawi, Ismail. 2009. Public Policy. Surabaya: Putra Media Nusantara.

Puji, Tri Siwi. 2010. 32 Persen Angka Putus Sekolah Nasional Ada di Jawa

Tengah. http://www.republika.co.id. (06 Oktober 2010).

Rosdalina. 2007. ”Aspek Keperdataan Perlindungan Hukum terhadap Anak

Jalanan ”. Dalam Jurnal Anak Jalanan, Volume 4 Juli-Desember

2007 Hal 67-79 Manado:STAIN Manado.

http://jurnaliqro.files.wordpress.com/2008/08/07-ros-67-78.pdf.

(18 Mei 2010).

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong. 2010. Masalah Sosial anak. Jakarta: Kencana.

Tim Pustaka Phoenix. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Media Pustaka.

101

Page 116: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

102

Tirtahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan Edisi Revisi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Republik Indonesia 1945. Yogyakarta: Diperbanyak oleh PT

Aditya Pustaka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang

kesejahteraan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak.

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

Wahab, Solichin Abdul. 2001. Analisis Kebijaksanaan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wijayanti, Pratiwi. 2010. ”Aspirasi Hidup Anak Jalanan Semarang”. Skripsi.

Semarang : Fakultas Psikologi UNDIP.

Page 118: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

104

INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen Penelitian dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak “Gratama” Semarang dalam

Upaya Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang.”

1. Fokus : Program Bantuan Pendidikan

a. Macam-macam program penanganan anak jalanan

b. Macam-macam program bantuan pendidikan

c. Besarnya bantuan pendidikan

2. Fokus : Implementasi Program Bantuan Pendidikan

a. Pemanfaatan bantuan pendidikan

b. Dampak pemberian bantuan

c. Kontrol/pengawasan

d. Faktor-faktor penghambat

e. Tingkat keberhasilan program

Page 119: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

105

PEDOMAN WAWANCARA

Pedoman wawancara dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam Upaya

Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Ditujukan untuk Pemerintah Kota Semarang

Idenditas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

A. Implementasi Program

1. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan program penanganan anak jalanan?

2. Apakah dalam penanganan anak jalanan tersebut terdapat program

pendidikan?

3. Menurut anda apakah anak jalanan di Kota Semarang sudah cukup

merasakan dampak yang baik dari program pendidikan ini?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam implementasi program

bantuan pendidikan kepada anak jalanan?

5. Apa harapan anda terhadap pelaksanaan program bantuan pendidikan ini?

6. Bagaimana saran anda agar pelaksanaan implementasi program bantuan

pendidikan dapat tercapai dengan baik?

B. Komunikasi

1. Bagaimana strategi Pemerintah Kota Semarang dalam menjelaskan

peranan RPSA kepada anak jalanan terkait program-program yang

dilaksanakan dalam upaya penanganan anak jalanan?

Page 120: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

106

2. Siapa saja yang bertanggungjawab dalam penyampaian program-program

ini khususnya program pendidikan?

3. Bagaimana keterbukaan komunikasi dalam penyampaian program ini?

4. Bagaimanakah teknik koordinasi dan komunikasi yang telah dilakukan

dalam implementasi program bantuan pendidikan ini?

C. Sumber Daya

1. Dari pemerintah Kota Semarang sendiri, siapakah yang bertanggungjawab

dalam penanganan anak jalanan?

2. Apakah pemerintah Kota Semarang mempunyai metode khusus dalam

pelaksanaan program penanganan anak jalanan khususnya program

bantuan pendidikan?

3. Berapakah dana yang dialokasikan untuk penanganan anak jalanan di

Kota Semarang? Apakah ada dana sendiri untuk pendidikan anak jalanan?

Apakah dalam hal ini terdapat suatu kendala?

D. Disposisi

1. Apakah ada strategi khusus yang dilakukan pemerintah jika implementasi

program penanganan anak jalanan tidak berjalan dengan baik?

2. Bagaimana sikap Satpol PP dalam menertibkan anak jalanan di Kota

semarang?

3. Bagaimanakah komitmen pemerintah Kota semarang dalam penanganan

anak jalanan di kota Semarang?

Page 121: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

107

Pedoman wawancara dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam Upaya

Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Ditujukan untuk Pimpinan RPSA Gratama

Idenditas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

A. Implementasi Program

1. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan program penanganan anak jalanan?

2. Apakah dalam penanganan anak jalanan tersebut terdapat program

pendidikan?

3. Apa saja macam-macam program bantuan pendidikan yang dilaksanakan

RPSA Gratama dalam upaya penanganan anak jalanan?

4. Apakah tujuan utama dari program bantuan pendidikan ini?

5. Siapa saja sasaran utama dari program bantuan pendidikan di RPSA

Gratama?

6. Berapakah besarnya bantuan pendidikan yang diberikan RPSA Gratama

untuk anak jalanan?

7. Siapa sajakah pihak-pihak/instansi yang terkait dalam pelaksanaan

program bantuan pendidikan ini? Apakah melibatkan orang tua anak

jalanan?

8. Bagaimanakah kontrol terhadap implementasi program bantuan

pendidikan? Apakah pengawasan dilakukan sampai ke sekolah dan anak

jalanan langsung? Siapa saja pihak yang terlibat dalam pengawasan ini?

Page 122: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

108

9. Menurut pendapat anda, bagaimanakah tingkat keberhasilan implementasi

program bantuan pendidikan oleh RPSA Gratama dalam penanganan anak

jalanan?

10. Hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam implementasi program

bantuan pendidikan kepada anak jalanan? Apakah ada kasus bantuan tidak

dipergunakan sebagaimana mestinya?

11. Apa harapan anda terhadap pelaksanaan program bantuan pendidikan ini?

12. Bagaimana saran anda agar pelaksanaan implementasi program bantuan

pendidikan dapat tercapai dengan baik?

B. Komunikasi

1. Bagaimana strategi RPSA Gratama dalam menjelaskan peranan RPSA

kepada anak jalanan terkait program-program yang dilaksanakan dalam

upaya penanganan anak jalanan?

2. Siapa saja yang bertanggungjawab dalam penyampaian program-program

di RPSA Gratama khususnya program bantuan pendidikan?

3. Bagaimana keterbukaan komunikasi dalam penyampaian program ini?

4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan agar tujuan dari program

bantuan pendidikan ini dapat terwujud?

5. Bagaimanakah koordinasi yang dilakukan RPSA Gratama dengan pihak-

pihak lain yang bertanggungjawab dalam implementasi program bantuan

pendidikan?

6. Bagaimanakah sarana prasarana yang dipergunakan dalam penyampaian

program ini?

C. Sumber Daya

1. Bagaimana sistem perekrutan pengurus di RPSA Gratama?

2. Dari mana saja sumber dana yang dipergunakan untuk implementasi

program di RPSA Gratama khususnya program bantuan pendidikan?

3. Bagaimanakah sistem pembagian tugas di RPSA Gratama?

Page 123: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

109

4. Apakah RPSA Gratama mempunyai metode khusus dalam implementasi

program bantuan pendidikan?

D. Disposisi/Sikap Pelaksana

1. Bagaimanakah komitmen yang anda pegang dalam upaya penanganan

anak jalanan?

2. Bagaimana pendekatan yang dilakukan untuk membujuk anak jalanan agar

mau ke rumah singgah (RPSA) dan bersekolah lagi? Bagaimanakah

komunikasi yang dijalin?

3. Apakah ada strategi khusus dari RPSA Gratama dalam pelaksanaan

program bantuan pendidikan?

4. Bagaimana cara RPSA Gratama menyikapi program bantuan pendidikan

yang dilaksanakan?

5. Menurut anda, bagaimana pemerintah menyikapi implementasi program

bantuan pendidikan ini?

Page 124: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

110

Pedoman wawancara dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam Upaya

Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Ditujukan untuk Pengurus RPSA Gratama

Idenditas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Peranan dalam penanganan ANJAL :

A. Implementasi Program

1. Bagaimanakah tahapan pelaksanaan program penanganan anak jalanan?

2. Apakah dalam penanganan anak jalanan tersebut terdapat program

pendidikan?

3. Apa saja macam-macam program bantuan pendidikan yang dilaksanakan

RPSA Gratama dalam upaya penanganan anak jalanan?

4. Apakah tujuan utama dari program bantuan pendidikan ini?

5. Siapa saja sasaran utama dari program bantuan pendidikan di RPSA

Gratama?

6. Berapakah besarnya bantuan pendidikan yang diberikan RPSA Gratama

untuk anak jalanan?

7. Siapa sajakah pihak-pihak/instansi yang terkait dalam pelaksanaan

program bantuan pendidikan ini? Apakah melibatkan orang tua anak

jalanan?

8. Bagaimanakah kontrol terhadap implementasi program bantuan

pendidikan? Apakah pengawasan dilakukan sampai ke sekolah dan anak

jalanan langsung? Siapa saja pihak yang terlibat dalam pengawasan ini?

Page 125: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

111

9. Menurut pendapat anda, bagaimanakah tingkat keberhasilan implementasi

program bantuan pendidikan oleh RPSA Gratama dalam penanganan anak

jalanan?

10. Hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam implementasi program

bantuan pendidikan kepada anak jalanan? Apakah ada kasus bantuan tidak

dipergunakan sebagaimana mestinya?

11. Apa harapan anda terhadap pelaksanaan program bantuan pendidikan ini?

12. Bagaimana saran anda agar pelaksanaan implementasi program bantuan

pendidikan dapat tercapai dengan baik?

B. Komunikasi

1. Bagaimana strategi RPSA Gratama dalam menjelaskan peranan RPSA

kepada anak jalanan terkait program-program yang dilaksanakan dalam

upaya penanganan anak jalanan?

2. Siapa saja yang bertanggungjawab dalam penyampaian program-program

di RPSA Gratama khususnya program bantuan pendidikan?

3. Bagaimana keterbukaan komunikasi dalam penyampaian program ini?

4. Upaya-upaya apa saja yang perlu dilakukan agar tujuan dari program

bantuan pendidikan ini dapat terwujud?

5. Bagaimanakah koordinasi yang dilakukan RPSA Gratama dengan pihak-

pihak lain yang bertanggungjawab dalam implementasi program bantuan

pendidikan?

6. Bagaimanakah sarana prasarana yang dipergunakan dalam penyampaian

program ini?

C. Sumber Daya

1. Bagaimana sistem perekrutan pengurus di RPSA Gratama?

2. Dari mana saja sumber dana yang dipergunakan untuk implementasi

program di RPSA Gratama khususnya program bantuan pendidikan?

3. Apakah anda mempunyai metode khusus dalam mengimplementasikan

program bantuan pendidikan ini?

Page 126: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

112

4. Bagaimanakah sistem pembagian tugas di RPSA Gratama?

D. Disposisi/Sikap Pelaksana

1. Bagaimana pendekatan yang dilakukan untuk membujuk anak jalanan agar

mau ke rumah singgah dan bersekolah lagi?

2. Bagaimanakah komitmen yang anda pegang dalam upaya penanganan

anak jalanan?

3. Bagaimanakah anda menjalin komunikasi dengan anak jalanan agar

implementasi program berjalan dengan baik?

4. Apakah ada strategi khusus dari RPSA Gratama dalam pelaksanaan

program bantuan pendidikan?

5. Bagaimana cara RPSA Gratama menyikapi program bantuan pendidikan

yang dilaksanakan ini?

6. Menurut anda, bagaimana pemerintah menyikapi implementasi program

bantuan pendidikan ini?

Page 127: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

113

Pedoman wawancara dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam Upaya

Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Ditujukan untuk Anak Jalanan.

Idenditas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Sekolah/tidak :

Penghasilan sehari-hari :

A. Implementasi Program

1. Apa yang anda lakukan saat berada di rumah singgah?

2. Apa anda senang berada di rumah singgah? Mengapa?

3. Apakah anda pernah mengalami kesulitan saat berada di jalanan,

kesulitannya apa?

4. Apakah rumah singgah memberikan bantuan saat anda mengalami

kesulitan?

5. Bantuan apa yang diberikan?

6. Apa anda menerima bantuan pendidikan dari RPSA Gratama?

7. Apa anda senang dengan bantuan pendidikan yang diberikan? Mengapa?

8. Apa yang anda lakukan sehari-hari selain mencari uang di jalan?

9. Apakah anda merasakan manfaat dari program bantuan pendidikan ini?

10. Apakah anda merasa lebih baik setelah mengikuti program ini?

11. Apakah anda terpaksa mengikuti program bantuan pendidikan oleh RPSA

Gratama ini?

12. Apakah bantuan pendidikan yang diberikan sudah cukup bagi anda?

13. Apa yang anda inginkan dari program bantuan pendidikan berikutnya?

Page 128: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

114

B. Pemanfaatan Bantuan

1. Apa yang anda lakukan saat beraktivitas di jalanan?

2. Peralatan apa yang anda pakai saat beraktivitas di jalan?

3. Anda bersekolah atau tidak? Kalau tidak mengapa? Kalau bersekolah,

sekolah dimana dan kelas berapa?

4. Apa sebabnya anda turun ke jalan?

5. Berapa uang yang anda peroleh sehari-hari?

6. Untuk apa uang yang anda peroleh itu, apakah disisihkan untuk membayar

uang sekolah? Kalau tidak, siapa yang membayar uang sekolah anda?

7. Anda lebih suka bersekolah atau mencari uang? Mengapa?

8. Apakah anda menerima bantuan pendidikan dari RPSA Gratama? Dalam

bentuk apa dan digunakan untuk apa?

9. Apakah anda menerima langsung bantuan tersebut?

10. Apa yang anda lakukan sepulang sekolah? Apakah masih mencari uang di

jalanan?

11. Setelah lulus, apa anda ingin melanjutkan sekolah? Sekolah mana?

12. Apakah anda masih ingin turun ke jalan? Mengapa?

C. Disposisi

1. Apakah anda mengenal semua pengurus RPSA Gratama? Bagaimana sikap

mereka kepada anda?

2. Apakah anda pernah dimarahi? Kalau pernah kenapa?

3. Apakah anda pernah digaruk atau terkena razia oleh petugas keamanan?

4. Bagaimana perlakuan petugas keamanan kepada anda?

5. Apakah anda pernah dipukuli?

Page 129: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

115

Pedoman wawancara dalam penelitian “Implementasi Program Bantuan

Pendidikan di Rumah Perlindungan Sosial Anak Gratama Semarang dalam Upaya

Penanganan Anak Jalanan di Kota Semarang”.

Ditujukan untuk Masyarakat.

Idenditas Responden

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pekerjaan :

Pendidikan :

A. Implementasi Program

1. Menurut anda apakah program bantuan pendidikan ini bisa membuat Kota

Semarang bebas dari anak jalanan?

2. Menurut anda apakah dengan adanya program ini anak jalanan akan turun

lagi ke jalan?

3. Apakah anda sebagai masyarakat ikut merasakan dampak dari program

penanganan anak jalanan ini?

4. Apa harapan anda dengan adanya program bantuan pendidikan oleh RPSA

Gratama ini?

5. Bagaimana saran anda agar pelaksanaan implementasi program bantuan

pendidikan dapat tercapai dengan baik?

B. Komunikasi

1. Apakah masyarakat ikut bertanggungjawab dalam penyampaian program

ini kepada anak jalanan?

2. Apa saja upaya-upaya yang telah dilakukan masyarakat dalam membantu

pelaksanaan program bantuan pendidikan ini?

Page 130: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

116

C. Disposisi

1. Bagaimana pemberdayaan dari masyarakat dalam pelaksanaan program

bantuan pendidikan oleh RPSA Gratama?

2. Bagaimana masyarakat menyikapi program ini?

3. Apakah ada strategi khusus dalam upaya penanganan anak jalanan?

Page 131: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

117

DOKUMENTASI

1. Data observasi digunakan untuk menyempurnakan hasil wawancara. Fokus

observasi pada penelitian ini adalah gambaran umum RPSA Gratama

Semarang.

2. Indikator

a. Sejarah RPSA Gratama semarang.

b. Struktur organisasi RPSA Gratama Semarang.

c. Visi dan Misi RPSA Gratama Semarang.

d. Pelayanan anak jalanana di RPSA Gratama Semarang

− Penerimaan pelayanan.

− Prinsip-prinsip pelayanan di RPSA Gratama Semarang.

e. Indikator keberhasilan program di RPSA Gratama Semarang.

Page 132: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

118

Foto Hasil Penelitian Implementasi Program Bantuan Pendidikan di RPSA

”Gratama” dalam Upaya Penanganan Anak Jalanan

di Kota Semarang

Foto RPSA “Gratama” Semarang Foto Bapak DWi Priyanto Pimpinan

RPSA Gratama Semarang

Foto Ruang Tamu di RPSA Foto Perpustakaan RPSA Gratama

Gratama

Page 133: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

119

Foto Kamar Tidur untuk Anak Foto Tempat Beribadah di RPSA Gratama

Jalanan di RPSA Gratama

Foto Salah Satu Fasilitas di RPSA Foto Ruangan Pekerja Sosial di RPSA Gratama Semarang Gratama

Page 134: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

120

Foto Salah Satu Fasilitas di RPSA Foto Ruangan Pimpinan dan Konseling Gratama Semarang Di RPSA Gratama

Aktivitas Anak Jalanan di Jalan Foto Salah Satu Pekerja Sosial saat Melakukan Penjangkauan

Page 135: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

121

Foto Salah Satu Rumah Anak Foto Penjangkauan ke Salah Satu Jalanan Rumah Anak Jalanan

Foto Anak-anak Jalanan yang sedang Foto Pemberian Bantuan Pendidikan

Mengikuti Tutorial kepada Anak Jalanan

Page 136: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

122

Foto Pemberian Bantuan Pendidikan Foto Pemberian beasiswa dan Bantuan kepada Anak Jalanan Pendidikan kepada Anak Jalanan

Foto Anak-anak Jalanan yang sedang Mengikuti Pelatihan Ketrampilan Komputer

Page 137: IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DI …lib.unnes.ac.id/7794/1/10646.pdf · dalam penulisan skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan

123

Foto Salah satu Pemberdayaan Orang Tua Anak Jalanan

Foto Reunifikasi (Pengembalian) Anak Jalanan kepada Orang Tua