implementasi program badan penyelenggaraan jaminan...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PROGRAM BADAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL (BPJS)
KETENAGAKERJAAN DI PT. ANTIKODE DESAIN EKSPERIENSIA TANGERANG SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Disusun Oleh:
Indah Choirunnissa
NIM. 1113054100026
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 / 1441H
i
ABSTRAK
Indah Choirunnissa (1113054100026), Implementasi Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Di PT. Antikode Desain Ekspriensia Tangerang Selatan, 2020
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain Eksperiensia Tangerang Selatan. Masalah yang diteliti adalah sejauh mana sasaran dari Program BPJS.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan Teknik pengumpulan data wawancara, dokumentasi dan observasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama dilapangan, dan setelah dilapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode telah berjalan dengan baik sesuai dengan Undang-Undang. Melihat dari peraturan yang sudah ada bahwa Jaminan Sosial ini telah diwajibkan oleh Pemerintah bagi pemberi kerja untuk mendaftarkan pekerjanya dalam BPJS Ketenagakerjaan agar hak dan kewajiban para pekerja terpenuhi dengan baik.
Kata kunci: Implementasi Program BPJS, Ketenagakerjaan, Jaminan Sosial Nasional
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT
yang telah melimpahkan keberkahan umur, kesehatan, kasih
sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi Program Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Di PT. Antikode
Desain Eksperiensia Tangerang Selatan”. Penulis sadar bahwa
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi materi
dan sistematika pembahasan maupun dalam penulisan. Oleh
karena itu segala kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki skripsi ini lebih lanjut, penulis akan terima
dengan hati terbuka.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak
menerima bantuan dan semangat dari berbagai pihak, baik
bimbingan, saran, maupun data.
Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Drs. Suparto, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dr. Siti Napsiyah, MSW selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik. Dr. Sihabudin Noor,
M.A. selaku Wakil Dekan Bidang Adminstrasi Umum.
iii
Drs. Cecep Castrawijaya, M.A. selaku Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. Selaku Ketua Program Studi
Kesejahteraan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si. Selaku dosen pembimbing
skripsi yang dalam kesibukannya beliau masih bias
meluangkan waktu untuk membimbing saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
4. Staff dan Karyawan PT. Antikode Desain Eksperiensia
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
melakukan penelitian skripsi sampai bias
menyelesaikannya.
5. Seluruh Pengajar dan Staf Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak saya Syahroni (Alm) dan Ibu saya Romdiah
yang telah banyak memberikan doa serta dukungan
tiada henti kepada penulis baik secara moril dan materil
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Teman sejati saya Aria Mustofa Hidayat, M.Kom.,
yang selalu senantiasa tiada henti mensupport,
mengingatkan saya baik secara moril dan materil
sehingga skripsi ini dapat selesai.
iv
8. Saudara, sahabat, Putri Amelia dan Atika Ilmi Puri
yang selalu memberikan semangat dan bantuannya
dalam suka dan duka.
9. Sahabat-sahabat saya Rizkia Ningsih, Dina Nurul
Fathonah, Eka Kartika Sari, Fifih Murtafiah, Syifah
Fauziah dan Rima Layyin yang selalu menyemangati
dalam penulisan skripsi ini dan menyelesaikannya.
10. Teman -teman terbaik dan seperjuanganku Kartika Al-
azhim, Fitta Fauziah, Enung Khoeriyah, Meidi Kartika
Sari, Deshinta Rialiyani, Rizkia Indriani, Rahmat
Jazuli, Erby Eko, Radit, Lisda Nurasiah. Terimakasih
sudah menjadi teman selama dikampus sejak awal
kuliah sampai akhir nanti.
11. The last fighter yang saling mensupport dan sudah
bekerja keras dalam menyelesaikan skripsi agar bisa
lulus di tengah pandemik COVID-19, Ulfah, Rizkia
Indriani, Aya Mahalfa, Indah Juanita.
12. Untuk semua yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
yang sudah membantu saya didalam menyelesaikan
tugas skripsi ini.
v
Pada akhirnya penulis menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Jakarta, Mei 2020
Indah Choirunnissa
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................... vi
BAB I ...................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Pembatasan Masalah ................................................... 7
C. Rumusan Masalah ....................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................ 8
E. Manfaat Penelitian ...................................................... 8
1. Manfaat Teoritis ...................................................... 8
2. Manfaat Praktis ....................................................... 9
F. Tinjauan Pustaka ......................................................... 9
G. Metode Penelitian ...................................................... 11
1. Jenis Penelitian ...................................................... 12
2. Teknik Pengumpulan Data .................................... 12
3. Teknik Analisis Data ............................................. 15
4. Tempat dan Waktu ................................................ 15
H. Sistematika Penulisan ................................................ 15
vii
BAB II .................................................................................. 17
LANDASAN TEORI ........................................................... 17
A. Pengertian Implementasi ........................................... 17
B. Tujuan Implementasi ................................................. 18
C. Model-model Implementasi ...................................... 19
1. Model Teori George C. Edwards III ..................... 19
2. Model Implementasi Merrile S. Grindle ............... 20
3. Model Teori Implementasi dari G. Shabbir Cheema
dan Denis ....................................................................... 21
D. Pengertian Jaminan Sosial ......................................... 22
E. Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional ..... 24
a. Jaminan Kesehatan ................................................ 24
b. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) ......................... 26
F. Pengertian Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS) ............................................................................... 27
G. Undang-undang Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial ................................................................................. 29
1. BPJS Kesehatan .................................................... 29
2. BPJS Ketenagakerjaan .......................................... 29
H. Fungsi BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial)
30
I. Tugas BPJS ............................................................... 31
J. Wewenang BPJS ....................................................... 32
viii
K. Undang-undang BPJS Ketenagakerjaan ................... 33
L. Pengertian Tenaga Kerja ........................................... 34
M. Bentuk dan Perlindungan Tenaga Kerja ............... 35
N. Kerangka Berpikir Penelitian .................................... 38
BAB III ................................................................................. 39
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................ 39
A. Profil Perusahaan ...................................................... 39
B. Sejarah Perusahaan .................................................... 39
C. Logo Perusahaan ....................................................... 43
D. Visi dan Misi Perusahaan .......................................... 44
1. Visi Perusahaan ..................................................... 44
2. Misi Perusahaan .................................................... 44
E. Struktur Organisasi Perusahaan ................................ 44
BAB IV ................................................................................. 48
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................. 48
A. Temuan Penelitian ..................................................... 48
B. Data Penelitian .......................................................... 53
BAB V ................................................................................... 59
PEMBAHASAN .................................................................. 59
ix
A. Implementasi Program Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain
Eksperiensia ...................................................................... 59
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi
Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain
Eksperiensia ...................................................................... 61
1. Faktor Pendukung ................................................. 62
2. Faktor Penghambat ................................................ 63
BAB VI ................................................................................. 64
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 64
A. Kesimpulan ............................................................... 64
B. Saran .......................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 66
LAMPIRAN - LAMPIRAN ............................................... 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan Ketenagakerjaan adalah
merupakan bagian pembangunan seutuhnya dan amanah
dari Undang-undang 1945 dan Pancasila. Pembangunan
ketenagakerjaan seutuhnya telah diatur di dalam
perundang-undangan baik Undang-undang 1945 dan UU
ketenagakerjaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
melalui Menteri Ketenagakerjaan (Undang-Undang
Negara Republik Indonesia, 1945).
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN) pada
dasarnya merupakan program pemerintah dengan tujuan
memberikan kepastian atas perlindungan dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam Undang-Undang tersebut diatur jenis program
jaminan sosial yang meliputi jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan
jaminan kematian bagi seluruh penduduk. Selanjutnya
program jaminan sosial tersebut akan dilakukan oleh
beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
(Undang-Undang Nomor 40 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional., 2004).
2
Pelaksanaan ketenagakerjaan tidak lepas
kaitannya terhadap jaminan dan perlindungan tenaga
kerja dari segala aspek yang harus dipenuhi sehingga
jaminan sosial ketenagakerjaan adalah memadai dan
dapat menjamin kesejahteraan sosial dan keamanan bagi
tenaga kerja itu sendiri. Kegiatan perlindungan atas
ketenagakerjaan adalah merupakan hak hak atas tenaga
kerja yang mereka perjuangkan untuk kehidupan mereka.
Dengan demikian hal ini merupakan bagian atas
kebijaksanaan dan program Pemerintah di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan
khususnya mewujudkan peningkatan perlindungan dan
kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya melalui
sistem jaminan sosial.
Mengingat pentingnya peran tenaga kerja dalam
suatu perusahaan sudah sewajarnya mereka mendapatkan
perlindungan, salah satu kebutuhan para tenaga kerja
ialah kebutuhan akan rasa aman dimana tenaga kerja
butuh perlindungan kesehatan dari perusahaan dimana ia
bekerja untuk sebuah perusahaan yang lebih maju lagi (H
Maslow, 1984).
Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah upaya
kebijaksanaan yang ditujukan kepada tenaga kerja,
terutama yang berada dilingkungan perusahaan dalam hal
penyelenggaraan, perlindungan dengan interaksi kerja
yang saling menguntungkan kedua belah pihak (Tenaga
3
kerja dan pengusaha). Program jaminan sosial pada
dasarnya dapat dipengaruhi oleh kondisi penduduk yang
mempengaruhi pembangunan kependudukan. Setiap
orang yang bekerja membutuhkan jaminan sosial untuk
menjamin kehidupannya, namun tidak semua pekerja
mempunyai jaminan social yang dapat menjamin
kehidupannya. Pada umumnya, situasi demografi dari
negara berkembang ditandai dengan adanya tingkat
pertumbuhan penduduk yang tinggi, tingginya tingkat
kelahiran, menurunnya angka kematian, dan kenaikan
angka harapan hidup. Faktor-faktor ini sangat
mempengaruhi kebutuhan akan perlindungan sosial dan
bekerjanya program jaminan sosial. Salah satu hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia adalah
hak atas jaminan sosial (Asyhadie, 2008).
Mengingat resiko kecelakaan kerja yang harus
ditanggung oleh tenaga kerja sekor informal pun sama
dan bahkan lebih besar dari pekerjaan sektor formal.
Angkatan kerja yang bekerja berdasarkan data Sekernas
(BPS) tahun 2014 berjumlah 118,3 juta orang yang dapat
dibagai menjadi tenaga kerja yang berkerja pada sektor
formal dengan jumlah 47,5 juta orang (40,19%)
sedangkan yang bekerja pada sektor informal berjumlah
70,7 juta orang (59,81%). Tingginya jumlah tenaga kerja
sektor informal, menyebabkan perlu adanya perhatian
4
dari pemerintah dalam hal perlindungan khususnya
dalam program jaminan sosial.
BPJS Ketenagakerjaan yang mengedepankan
kepentingan dan hak normatif Tenaga Kerja di Indonesia
dengan memberikan perlindungan 4 (empat) program,
yang mencakup Program Jaminan Kecelakaan Kerja
(JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua
(JHT) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi
seluruh tenaga kerja dan keluarganya terus berlanjutnya
hingga berlakunya UU No 24 Tahun 2011 (Eka Putri,
n.d.).
Pelaksanaan program BPJS Ketenagakerjaan
sendiri sejak berdirinya hingga saat ini banyak
mengalami perubahan dan perkembangan. Untuk di
Provinsi Banten pada tahun 2018 dari target kepesertaan
BPJS Ketenagakerjaan perusahaan aktif mengalami
peningkatan dari target sebanyak 19.880 peserta
terealisasi 22.074 peserta. “Tenaga Kerja Penerima Upah
(TK PU) aktif dengan target 1.292.692 dan terealisasi
sebanyak 1.241.036. Disusul dengan Tenaga Kerja
Bukan Penerima Upah (TK BPU) aktif, target 144.650
dan terealisasi sebanyak 96.916, serta Tenaga Kerja Jasa
Kontruksi (TK Jakon) aktif target 255.460 dan yang
terealisasi sebanyak 334.428 (kabarbanten.com, 2018),
dan untuk di Kota Tangerang Selatan Sebanyak 4,196
perusahaan dengan total 61.801 pekerja di Kota
5
Tangerang Selatan, yang telah terdaftar BPJS
Ketenagakerjaan pada tahun 2019 (Finansialku, 2019).
Semua pekerja di Indonesia wajib menjadi
peserta BPJS Ketenagakerjaan. Baik mereka bekerja di
sektor formal maupun non formal. Untuk yang bekerja di
sektor formal, pihak perusahaan harus mendaftarkan
pegawai mereka menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan
dan juga menanggung sejumlah iuran BPJS
ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sementara, untuk yang bekerja di sektor non formal juga
bisa mendapatkan BPJS ketenagakerjaan dengan
membayar sendiri uang kepesertaan sesuai dengan Upah
Minimum Provinsi (UMP).
Penyelenggaraan program jaminan sosial
merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada tenaga kerja (Sulastomo, 2008b, p. 103).
Berdasarkan dari data BPJS Ketenagakerjaan
Tangerang Selatan jumlah peserta perusahaan aktif
sebanyak 1.467 dengan 90.785 karyawan perusahaan
yang sudah terdaftar jadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.
Sedangkan, jumlah perusahaan yang belum
mendaftarkan karyawannya di BPJS Ketenagakerjaan
sebanyak 217 dengan 163.685 karyawan (Perusahaan Di
Tangerang Belum Daftarkan BPJS Karyawan, n.d.).
6
Untuk perhitungan pembayaran iuran BPJS
Ketenagakerjaan adalah sebagai berikut, Karyawan
memperoleh Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 5,7% dari
upah sebulan: 3,7% ditanggung oleh perusahaan dan 2%
ditanggung oleh pekerja. Serta memperoleh Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 0,24% - 1,74% sesuai
dengan tingkat resiko yang dipotong dari upah sebulan
dan untuk Jaminan Kematian (JKM) adalah sebesar
0,30% dari upah sebulan dan dibayarkan oleh
Perusahaan. Untuk karyawan dalam masa percobaan
yang membedakan hanya upah saja sedangkan
perhitungan pemotongan upah sama dengan karyawan
tetap.
PT. Antikode Desain Eksperiensia adalah
perusahaan atau agensi pembuat Aplikasi dan UX
Design. Jaminan Sosial Tenaga Kerja di PT. Antikode
Desain Eksperiensia sudah sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional yang meliputi, Jaminan Kesehatan,
Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan
Jaminan Kematian.
PT. Antikode Desain Eksperiensia merupakan
perusahaan start-up dan masih terdapat beberapa
karyawan yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagkerjaan. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi implementasi program BPJS
7
Ketenagakerjaan antara lain, sosialisasi, sumber daya dan
komitmen pelaksana BPJS Ketenagakerjaan.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas,
peneliti tertarik untuk mengetahui program BPJS yang
ada di PT. Antikode Desain Eksperiensia untuk
mengetahui “Implementasi Program Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di
PT. Antikode Desain Eksperiensia Tangerang
Selatan”.
B. Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini terdapat beberapa batasan
masalah, yaitu Program BPJS Ketenagakerjaan yang
diambil hanya 3 program, yaitu Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM) dan
Jaminan Hari Tua (JHT).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Bagaimana Implementasi Program BPJS
Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain
Eksperiensia terhadap keikutsertaan karyawan?
8
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Implementasi
Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode
Desain Eksperiensia.
D. Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang dan perumusan masalah
yang di kemukakan diatas maka tujuan dari penelitian ini
yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Implementasi Program BPJS
Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain
Eksperiensia terhadap keikutsertaan karyawan.
2. Untuk mengetahui manfaat faktor-faktor yang
mempengaruhi Implementasi Program BPJS
Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain
Eksperiensia.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini terbagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat
menambah wawasan keilmuan bagi peneliti
pribadi tentang faktor – faktor yang menjadi
pertimbangan perusahaan maupun tenaga kerja
untuk memilih program BPJS Ketenagakerjaan
serta sebagai pengaplikasian ilmu perlindungan
9
jaminan sosial khususnya studi menurut kajian
perlindungan jaminan sosial tenaga kerja. Dan
dapat dijadikan tambahan ilmu mengenai dimensi
perlindungan tenaga kerja sebagai instrument
untuk mengentaskan masalah-masalah sosial
tenaga kerja kepada mahasiswa Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan rujukan terutama mengenai objek
studi kajian tentang Implementasi Program
Jaminan Sosial terhadap Program Perlindungan
Kesehatan. Selain itu, manfaat besarnya dapat
dijadikan referensi ataupun bahan bacaan untuk
kalangan mahasiswa yang juga membahas objek
kajian secara mikro dengan adanya BPJS
Ketenagakerjaan.
F. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan
pustaka sebagai langkah dari penyusunan skripsi yang
diteliti agar terhindar dari kesamaan judul dan lain-lain.
Dari skripsi yang sudah ada sebelumnya, serta sebagai
10
referensi penelitian yang berhubungan dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
1. Nama : Shofi Fairuz Zuhad
Jurusan/ Fakultas :Administrasi Publik, Fakultas
Ilmu Adminstrasi Publik
Universitas Brawijaya, Malang
Judul Jurnal :Implementasi Kebijakan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
Pada Sektor Publik.
Jurnal tersebut membahas tentang proses
penerapan Peserta Program BPJS Ketenagakerjaan
dalam memberikan kebijakan jaminan kepada tenaga
kerjanya. Berbeda dengan skripsi ini, skripsi ini lebih
fokus membahas implementasi kebijakan kepesertaan
program BPJS. Penulis menggunakan beberapa kutipan
dari jurnal di bagian latar belakang masalah.
2. Nama : Habibullah
Tahun : 2016
Jurusan Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Agung
Tirtayasa.
Judul Skripsi :Implementasi Program Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
BPJS Ketenagakerjaan di Kota
Tangerang.
11
Skripsi tersebut membahas tentang perbedaan
pelayanan dan fasilitas yang masih diterima oleh
tenagakerja mengenai program tersebut. Berbeda dengan
skripsi ini, skripsi ini lebih fokus membahas pelayanan
dan fasilitas Program tersebut.
3. Nama : Desima Erianti
Tahun : 2011
Jurusan Fakultas :Ilmu Kesejahteraan Sosail
Sosial Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera
Utara.
Judul Skripsi : Evaluasi Pelaksanaan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja
Oleh PT. Sarana Agro Nusantara
Belawan.
Skripsi tersebut membahas tentang program
Jamsostek kepada tenaga kerja untuk mengikuti seluruh
jenis pelayanan yang diberikan. Serta mengetahui
pelaksanaan program jamsostek untuk perusahaan
tersebut.
G. Metode Penelitian
Pada penelitian ini terdapat beberapa metode
penelitian, antara lain sebagai berikut:
12
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang lebih
menekankan analisi pada proses penyimpulan
secara deduktif dan induktif serta pada analisis
terhadap dinamika hubungan antara fenomena
yang diamati, dengan menggunakan logika
ilmiah.
Yayan Sopyan berpendapat jenis penelitian
kualitatif deskriptif adalah penelitian yang
memaparkan suatu karakteristik tertentu dari
suatu fenomena (Sopyan, 2010).
Fokus dari penelitian ini adalah Implementasi
Program BPJS Terhadap Perlindungan Kesehatan
Di PT. Antikode Desain Eksperiensia,
mendeskripsikan hal-hal yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat dalam program BPJS
perlindungan kesehatan bagi pekerja.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data
dilakukan pada kondisi yang alamiah. Teknik
pengumpulan data penelitian ialah (Sugiono, n.d.)
:
13
a. Observasi
Observasi atau suatu pengamatan adalah
kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan panca indera. Pengamatan
yang dilakukan penulis adalah mendatangi
langsung ke lokasi penelitian. Kemudian
mengamati proses kegiatan intern perusahaan
yang terjadi disekitar lokasi penelitian
khususnya kegiatan para pekerja dan
perlindungan apa yang diterapkan oleh
perusahaan.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu untuk mendapatkan data
yang kongkret dari hasil pertanyaan-
pertanyaan yang dajukan. Dalam wawancara
ini dilakukan penulis untuk mengumpulkan
data yakni dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan langsung kepada
pihak perusahaan dan juga tenaga kerja.
Sesuai dengan karakteristik penelitian
kualitatif Teknik pemilihan informan dalam
wawancara adalah purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dari populasi yang
didasarkan atas tujuan atau pertimbangan dari
penulis. Berdasarkan pada konteks tersebut,
14
maka peneliti memilih subyek penelitian
diantaranya :
Tabel 1. 1 Wawancara Informan
No Informan Jumlah
Informan
(orang)
Pertanyaan yang
diajukan
1 Direktur/CEO 1 Implementasi
program BPJS
Ketenagakerjaan
di PT. Antikode
Desain
Eksperiensia
2 Pekerja yang
menerima program
BPJS
Dan Pekerja yang
belum mendapatkan
BPJS
1
1
Pemberian jaminan
BPJS
Ketenagakerjaan
oleh perusahaan.
c. Studi dokumentasi
Mencari data yang tertulis, baik berupa buku,
jurnal, ataupun yang lainnya,. Teknik ini
dilakukan dengan cara mengintreogasi
15
kemudian mempelajari bahan tertulis yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan analisis data
secara kualitatif salah satunya yaitu dengan
Teknik observasi yang berfokus pada aspek
tertentu.
4. Tempat dan Waktu
Tempat penelitian dilaksanakan di PT. Antikode
Desain Eksperiensia yang berlokasi Jl Jurang
Mangu Barat No. 8 Bintaro Jaya Sektor VII
Jakarta Selatan. Penulis melakukan penelitian
pada 3 Februari 2020 – 5 April 2020.
H. Sistematika Penulisan
Dalam hal sistematika penulisan menggunakan
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi dan Tesis)
yang dterbitkan CeQDa (Center for Quality Development
and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta sebaga pedoman Penulisan Skripsi.
Penulisan Skripsi ini disajikan kedalam 6 bab,
berikut adalah:
BAB I Pendahuluan: Terdiri dari Latar Belakang
Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,
16
Metodologi Penelitian yang berisikan Jenis
Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teori : Bab ini mengemukakan
tentang Sistem Jaminan Sosial ketenagakerjaan
Kesehatan, Pengertian Jaminan Sosial,
Implementasi dan prinsip jaminan sosial,
pengertian tenaga kerja, hak kewajiban
perusahaan dengan pekerja.
BAB III : Gambaran Umum dan Sejarah PT.
Antikode Desain Eksperiensia.
BAB IV Analisis Data : pada Bab ini penulis
memuat tentang temuan, studi kasus dan analisis
yang ditemui selama penelitian berlangsung.
BAB V Pembahasan : yang berisi berbagai
macam ulasan yang memilikiketerikatan maupun
hubungan antara latar belakang, teori, rumusan
masalah, terutama teori-teori yang melandasi
data-data yang akan penulis analisis.
BAB VI Penutup : terdiri dari kesimulan
dan saran dengan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran wawancara, observasi, table dan
dokumentasi.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini peneliti akan mengemukakan
tentang Implementasi Program, Implementasi Kebijakan
Publik, Model-model Implementasi, Pengertian BPJS
Ketenagakerjaan, Undang-undang BPJS
Ketenagakerjaan, Fungsi Bpjs Ketenagakerjaan, Prinsip
Sistem Jaminan Sosial, Pengertian Tenaga Kerja, Hak
dan Kewajiban perusahaan terhadap tenaga kerja
terhadap perlindungan kesehatan.
A. Pengertian Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan atau
pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun
matang dan terperinci. Menurut Guntur Setiawan (2004,
p. 39) Implementasi adalah perluasan aktivitas yang
saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan
tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan
pelaksana birokrasi yang efektif.
Sedangkan menurut Nurdin Usman (2002, p. 70)
pengertian Implementasi adalah sesuatu yang bermuara
pada aktivitas, aksi, tindakan, atau aktivitas yang
dilakukan secara sistematis dan terikat oleh mekanisme.
Dengan begitu, maka implementasi bukan hanya sekedar
18
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk
mencapai suatu kegiatan.
Dari penjelasan tersebut dapat melihat bahwa
implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem.
Penerapan implementasi harus sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat agar hasil yang dicapai
sesuai dengan yang diharapkan.
B. Tujuan Implementasi
Tujuan Implementasi merupakan aktivitas yang
dilakukan secara sistematis dan terikat oleh mekanisme
untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun beberapa tujuan
implementasi sebaagi berikut (Pengertian Implementasi,
n.d.):
1. Tujuan Implementasi adalah untuk melaksanakan
rencana yang sudah disusun, baik oleh individu
maupun kelompok.
2. Untuk menguji atau mendokumentasikan suatu
prosedur dalam penerapan rencana atau kebijakan.
3. Untuk mengetahui kemampuan masyarakat dalam
menerapkan sesuatu kebijakan atau rencana sesuai
dengan yang diharapkan.
4. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu
kebijakan atau rencana yang telah dirancang demi
perbaikan atau peningkatan mutu.
19
C. Model-model Implementasi
Untuk melihat hasil pencapaian dari sebuah
kebijakan yang telah dibuat, maka harus ada suatu
pengukuran. Pengukuran dari hasil sebuah kebijakan
dapat diketahui dari beberapa model implementasi yang
telah banyak disampaikan oleh para ahli. Berikut ini
adalah model-model implementasi:
1. Model Teori George C. Edwards III
Dalam pandangan Edwards III (Subarsono, 2012, p.
90), implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat
variable, yakni:
a. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi
kebijakan mensyaratkan agar implementator
mengetahui apa yang harus dilakukan, yang
menjadi tujuan serta sasaran kebijakan harus
membutuhkan kejelasan informasi dalam
melaksanakan kebijakan agar tujuan yang
dicapai dapat diraih sesuai dengan kebijakan.
b. Sumber Daya adalah faktor utama implementasi
kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut
dapat terwujud sumber daya manusia dan
sumber daya finansial.
c. Struktur Birokrasi yang bertugas
mengimplementasikan kebijakan memiliki
20
pengaruh yang signifikan terhadap
implementasi kebijakan.
d. Disposisi adalah karakteristik yang dimiliki oleh
implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan
sifat demokratis.
Berdasarkan sebuah penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa dalam mengimplementasikan
suatu program kebijakan sangat dipengaruhi oleh
adanya komunikasi yang jelas baik antara individu
maupun perusahaan, sumber daya yang digunakan,
serta perilaku dari para implementornya. Dan
akhirnya akan menghasilkan suatu struktur birokrasi
yang tidak berbelit-belit.
2. Model Implementasi Merrile S. Grindle
Pada implementasi ini, menurut Grindle (Wibawa,
1994) implementasi kebijakan ditentukan oleh isi
kebijakan dan konteks implementasinya
mencangkup hal-hal sebagai berikut:
a. Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan
b. Jenis manfaat yang akan dihasilkan
c. Derajat perubahan yang diinginkan
d. Pelaksanaan program
e. Sumber daya yang dikerahkan
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa dalam mengimplementasikan suatu kebijakan
21
harus dilihat dari isi kebijkan itu sendiri, sehingga
dapat terlihat bagaimana impak, atau efek yang
dialami oleh pelaksana dan penerima kebijakan.
3. Model Teori Implementasi dari G. Shabbir Cheema
dan Denis
a. Kondisi Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi
kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini
mencangkup lingkungan sosio kultural serta
keterlibatan penerima program.
b. Hubungan Antara Organisasi
Implementasi sebuah program perlu dukungan
dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar
instansi bagi keberhasilan suatu program.
c. Sumberdaya Organisasi untuk Implementasi
Program
Sumberdaya organisasi untuk implementasi
program perlu didukung sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources)
maupun sumberdaya non- manusia (non human
resources).
d. Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana
22
Yang dimaksud dengan karakteristik dan
kemampuan agen pelaksana adalah mencakup
struktur birokrasi, yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi suatu program.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa implementasi kebijakan sangat dipengaruhi
oleh bagaimana lingkungan dapat menerima
kebijakan yang akan diimplemntasikan. Kemudian
implementasi program kebijakan juga harus
didukung oleh organisasi yang berkaitan dengan
kebijakan serta kemampuan dari sumber daya yang
dimiliki.
D. Pengertian Jaminan Sosial
Menurut Sulastomo (2008b, p. 5) jaminan sosial
adalah sistem untuk menyediakan keamanan pendapatan
untuk menghadapi resiko kemungkinan hidup. Seperti
sakit, bersalin, kecelakaan kerja, pengangguran,
ketidakabsahan, usia tua dan kematian, penyediaan
perawatan medis dan pemberian subsidi untuk keluarga
dengan anak-anak.
Jaminan Sosial merupakan salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dapat disimpulkan bahwa sistem jaminan sosial
adalah upaya mewujudkan kesejahteraan, memberikan
23
rasa aman sepanjang hidup manusia, melalui pendekatan
sistem.
Dengan pemahaman seperti itu, Sistem jaminan
sosial bias terdiri dari berbagai program. Antara laian,
program jaminan kesehatan, program jaminan pemutusan
hubungan kerja, program jaminan kecelakaan kerja,
program jaminan hari tua, program jaminan pensiun, dan
program kematian. Program jaminan sosial lain, bias
diselenggarakan, sesuai dengan kebutuhan, misalnya
jaminan Pendidikan (Sulastomo, 2008a, p. 5).
Menurut Peraturan Mentri Perburuhan Nomor 8
Tahun 1956 Tentang Pengaturan Bantuan untuk Usaha
Penyelenggaraan Kesehatan buruh, PMP (Peraturan
Menteri Perburuhan) Nomor 5 Tahun 1964 Tentang
Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial. Selanjutnya
diberlakukan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969
Tentang pokok-pokok tenaga kerja secara kronologis
proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin
transparan dan terbentuknya Undang-undang Nomor 3
Tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
(Jamsostek) pemerintah juga menerbitkan Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN).
Menurut peneliti, dari berbagai pengertian
mengenai jaminan sosial maka dapat disimpulkan, bahwa
pada hakekatnya jaminan sosial merupakan perlindungan
24
yang bertujuan untuk membantu mengurangi beban
seseorang sebagai akibat dari ketidaksengajaan resiko
ekonomi maupun sosial yang terjadi dengan cara
memberikan santunan berupa uang.
E. Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), adalah sebagai
berikut (Undang-Undang Nomor 40 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional., 2004) :
a. Jaminan Kesehatan
Menurut UU No. 40 Tahun 2004 Pasal 19,
menyebutkan: jaminan kesehatan diselenggarakan
secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
dan prinsip ekuitas. Jaminan Kesehatan
diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Dalam Pasal 20 disebutkan bahwa peserta
jaminan kesehatan adalah (Undang- Undang Nomor
40 Tahun 2004 Pasal 20, n.d.) :
a. Setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah
b. Anggota keluarga berhak menerima manfaat
jaminan sosial
25
c. Setiap peserta dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain menjadi tanggungannya
dengan penambahan iuran.
Kemudian dalam Pasal 21 tentang jaminan kesehatan
adalah:
a. Kepesertaan jaminan kesehatan tetap berlaku
paling lama 6 (enam) bulan sejak seorang peserta
mengalami pemutusan hubungan kerja.
b. Dalam hal sebagimana dimaksud pada ayat (1)
setelah 6 (enam) belum memperoleh pekerjaan
dan tidak mampu, iurannya dibayar oleh
pemerintah.
Kemudian dalam Pasal 22 disebutkan bahwa
manfaat jaminan kesehatan adalah:
a. Jaminan Kesehatan bersifat pelayanan
perorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif,
dan rehabiltatif, termasuk obat dan bahan medis
habis pakai yang diperlukan.
b. Untuk jenis pelayanan dapat menimbulkan
penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan
iuran biaya.
Manfaat jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 diberikan pada fasilitas kesehatan
26
milik Pemerintah atau Swasta yang menjalin
kerjasama dengan Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial (BPJS). Dalam keadaan darurat, pelayanan
dapat diberikan pada fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS) (Sulastomo, 2008a, pp. 22–
24).
b. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Pasal 29
menyebutkan tentang jaminan kecelakaan kerja
adalah:
a. Jaminan kecelakaan kerja diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial.
b. Jaminan kecelakaan kerja adalah seseorang yang
telah membayar iuran. Dalam hal kecelakaan
kerja terjadi disuatu daerah belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat, maka
guna memenuhi kebutuhan medis bagi peserta.
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
wajib memberikan kompensasi (Sulastomo,
2008a, p. 26).
c. Jaminan Hari Tua
Adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan
untuk menjamin agar peserta menerima uang
27
tunai apabila memasuki masa pension,
mengalami cacat total tetap, atau meninggal
dunia.
d. Jaminan Pensiun
Adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan
untuk mempertahankan derajat kehidupan yang
layak pada saat peserta mengalami kehilangan
atau berkurang penghasilannya karena memiliki
usia pensiun.
e. Jaminan Kematian
Adalah program jaminan sosial yang
diselenggarakan secara nasional dengan tujuan
untuk memberikan santunan kematian yang
dibayarkan kepada ahli waris peserta yang
meninggal dunia.
F. Pengertian Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial
(BPJS)
Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS)
adalah badan hukum yang dibnentuk dengan Undang-
undang untuk menyelenggarakan Program Jaminan
sosial (Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1
Angka 6, n.d.).
BPJS menurut UU SJSN adalah transformasi dari
badan penyelenggaraan jaminan sosial yang sekarang
28
telah berjalan dan dimungkinkan untuk membentuk
badan penyelenggaraan baru sesuai dengan dinamikan
perkembangan jaminan sosial.
Pembubaran PT Askes dan PT. Jamsotek
(Persero) berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan pada
tanggal 1 Januari 2014 (Eka Putri, 2014).
BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan
program jaminan kecelakaan, program jaminan hari tua,
program jaminan kesehatan dan program jaminan
kematian yang selama ini diselenggarakan oleh PT.
Jamsostek (Persero), termasuk menerima peserta baru,
sampai dengan beroperasi BPJS Ketenagakerjaan yang
sesuai ketentuan Pasal 29 sampai dengan Pasal 38 dan
Pasal 43 sampai Pasal 46 Undang-undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(Undang-Undang Nomor 40 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional., 2004).
Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial, maka
BPJS merupakan Lembaga hukum nirlaba untuk
perlindungan sosial dalam menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan hidup yang layak sekaligus
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial di Indonesia.
29
G. Undang-undang Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial
Undang-undang BPJS (Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial) adalah dasar hukum bagi pembentukan
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial atau yang
sekarang disebut BPJS, yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan pengertiannya sebagai berikut
(Pujileksono M. Si, 2015, p. 266):
1. BPJS Kesehatan
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional Bab IV Bagian kedua Pasal
27 ayat (1) Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk
memberikan perlindungan terhadap kesehatan
pekerja peserta penerima upah sampai batas tertentu,
yang secara bertahap ditanggung bersama oleh
pekerja dan pemberi kerja.
2. BPJS Ketenagakerjaan
Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang sistem
Jaminan Sosial Nasional Bab IV Bagian ketiga Pasal
31 ayat (1) peserta yang mengalami kecelakaan kerja
berhak mendapatkan manfaat berupa pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya dan
mendapatkan manfaat berupa uang tunai apabila
terjadi cacat total atau meninggal dunia.
30
H. Fungsi BPJS (Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial)
Undang-Undang BPJS menentukan bahwa BPJS
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan
menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas,
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Dalam
melaksanakan sebuah fungsi, BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan menerima pendaftaran peserta.
2. Mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuaran dari pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan
peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program
jaminan sosial dan;
6. Memberikan informasi mengenai penyelenggara
program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat.
BPJS Ketenagakerjaan meliputi pendaftaran
kepesertaan dan kepengolaan data kepesertaan,
pemungutan, pengumpulan iuaran termasuk menerima
bantuan iuran dari pemerintah, pengelola dana dari
jaminan sosial dan pembayaran manfaat atau membiayai
pelayanan kesehatan dan tugas penyampaian informasi
31
dalam rangka sosialisasi program jaminan sosial dan
keterbukaan informasi.
I. Tugas BPJS
Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana
tersebut diatas BPJS bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuaran dari peserta
dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan
peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program
jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan
program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan
Program jaminan sosial kepada peserta dan
masyarakat. Dengan kata lain tugas BPJS
Ketenagakerjaan meliputi pendaftaran kepesertaan dan
pengelolaan data kepesertaan, pemungutan,
pengumpulan iuran yang termasuk menerima bantuan
iuran dari pemerintah, pengelolaan dana jaminan sosial
32
dan pembayaran manfaat atau membiayai pelayanan
kesehatan dan tugas penyampaian informasi.
J. Wewenang BPJS
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana
dimaksud diatas BPJS berwenang:
1. Menagih pembayaran iuran;
2. Menempatkan dan jaminan sosial untuk investasi
jangka pendek dan jangka Panjang dengan
mempertimbangkan aspek kehati-hatian, keamanan,
dan hasil yang memadai;
3. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas
kepatuhan peserta dan pemberi kerja dalam
memenuhi kewajibannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan jaminan sosial.
4. Melaporkan pemberi kerja kepada instansi yang
berwenang mengenai ketidakpatuhannya dalam
membayar iuran atau dalam memenuhi kewajiban
lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
dan;
5. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam
rangka penyelenggaraan jaminan sosial.
Kewenangan menagih pembayaran iuran dalam
arti kata meminta pembayaran dalam hal terjadi
penunggakan, kemacetan dan kekurangan pembayaran,
33
kewenangan melakukan pengawasan sanksi
administrative yang diberikan kepada BPJS.
K. Undang-undang BPJS Ketenagakerjaan
Badan Penyelenggraan Jaminan Sosial (BPJS)
adalah badan hukum yang dibentuk dengan Undang-
undang untuk menyelenggrakan program jaminan sosial
(Eka Putri, 2004).
BPJS menurut SJSN (Sistem Jaminan Sosial
Nasional) adalah transformasi dari badan
penyelenggaraan jaminan sosial yang sekarang telah
berjalan dan mungkin untuk membentuk badan
penyelenggaraan baru sesuai dengan dinamika
perkembangan jaminan sosial.
BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
adalah badan hukum publik menurut UU BPJS.
Pengertian jaminan sosial dapat dijumpai dalam
Undang-undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial yaitu Jaminan sosial memiliki
fungsi memberikan perlindungan dari berbagai resiko
(Pujileksono M. Si, 2015, pp. 260–261). Selain
ditemukan dalam UU Kesejahteraan Sosial, pengertian
Jaminan Sosial juga dapat dijumpai dalam Undang-
undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional (SJSN) (Undang-Undang Nomor 40
Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional., 2004).
34
L. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja memiliki beberapa definisi, menurut
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 memberi
pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam
pasal 1 angka 2 bahwa tenaga kerja yaitu setiap orang
yang akan melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa baik memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang
ketentuan pokok ketenagakerjaan (H. Manulang, 2001, p.
3).
Pengertian tenaga kerja menurut Undang-
undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
dengan pengertian tenaga kerja menurut Payaman
Simanjutak (H. Manulang, 2001, p. 4) tenaga kerja atau
manpower mencakup penduduk yang sudah bekerja dan
yang sedang mencari kerja dan yang melakukan
pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah
tangga.
Menurut Murti Sumarnih (2014, p. 5), tenaga
kerja adalah individu yang menawarkan keterampilan
dan kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa
agar perusahaan dapat meraih keuntungan dan untuk itu
individu tersebut akan memperoleh gaji atau upah sesuai
dengan keterampilan yang dimilikinya.
35
Menurut Dumairy bahwa pengertian tenaga kerja
adalah penduduk yang memiliki umur didalam batas usia
kerja. Tujuannya dalam pemilihan batas umur tersebut,
agar memberikan pendapat yang sebenarnya (Pengertian
Tenaga Kerja Dan Jenis- Jenisnya, n.d.).
Dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja terdiri dari
berbagai tingkatan dengan fungsi antara kelompok satu
dengan kelompok yang lainnya, dan mempunyai tujuan
yang sama yaitu demi produktifitas perusahaan dan
peningkatan kesejahteraan hidup dari yang bersangkutan.
M. Bentuk dan Perlindungan Tenaga Kerja
Asas pembangunan ketenagakerjaan pada
dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional,
khususnya asas demokrasi, asas adil, dan merata. Hal ini
dilakukan karena pembangunan ketenagakerjaan
menyangkut multidimensi dan terkait dengan berbagai
pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha dan
pekerja/buruh. Oleh karenanya pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk
kerjasama yang saling mendukung (Khakim, 2009, p. 9).
Tujuan dari hukum ketenagakerjaan adalah:
a. Untuk mencapai/melaksanakan keadilan sosial dalam
bidang ketenagakerjaan.
b. Untuk melindungi tenaga kerja terhadap kekuasaan
yang tidak terbatas dari pengusaha.
36
Dari tujuan diatas menunjukkan bahwa hukum
ketenagakerjaan harus menjaga ketertiban, keamanan
dan keadilan bagi pihak-pihak yang terkait dalam proses
produksi, untuk dapat mencapai ketenangan dalam
bekerja dan kelangsungan berusaha. Tenaga kerja
tersebut perlu diberikan pelayanan oleh Lembaga publik
yaitu pemerintah, terutama dalam hal penempatan,
sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan masing-masing.
Dan berdasarkan Pasal 2 Undang-undang Nomor
13 tahun 2003 dinyatakan, bahwa pembangunan
ketenagakerjaan berdasarkan Pancasila dan UUD
Republik Indonesia Tahun 1945 (Undang-Undang
Negara Republik Indonesia, 1945). Dalam penjelasan
Pasal tersebut bahwa pembangunan ketenagakerjaan
dilaksanakan dalam rangka pembangunan Indonesia
seutuhnya. Oleh karena itu, pembangunan
ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan
manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil,
makmur dan merata, baik materil maupun spiritual.
Menurut Imam Soepomo membagi perlindungan
pekerja ini menjadi 3 macam, yaitu (M. Hum, 2010, p.
61) :
37
a. Perlindungan ekonomi yaitu perlindungan yang
berkaitan dengan usaha-usaha untuk memberikan
kepada pekerja suatu penghasilan yang cukup
memenuhi keperluan sehari-hari baginya serta
keluarganya, termasuk dalam hal pekerja tersebut
tidak mampu bekerja seseuatu diluar kehendaknya.
b. Perlindungan Sosial yaitu perlindungan yang
berkaitan dengan usaha-usaha kemasyarakatan yang
tujuannya memungkinkan pekerja mengembangkan
kehidupannya sebagai manusia pada umumnya,
sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga,
atau disebut kesehatan kerja.
38
N. Kerangka Berpikir Penelitian
IDENTIFIKASI MASALAH Faktor-faktor yang menghambat Implementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain Eksperiensia.
OUTPUT
Untuk mengetahui Impelementasi Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain Eksperiensia berjalan dengan baik.
IMPLEMENTASI MENURUT GEORGE C. EDWARDS III 1. Komunikasi, yaitu keberhasilan implementasi kebijakan
mensyaratkan agar implementator mengetahui apa yang harus dilakukan, yang menjadi tujuan serta sasaran kebijakan harus membutuhkan kejelasan informasi dalam melaksanakan kebijakan agar tujuan yang dicapai dapat diraih sesuai dengan kebijakan.
2. Sumber Daya adalah faktor utama implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat terwujud sumber daya manusia dan sumber daya finansial.
3. Struktur Birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.
39
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan
PT. Antikode Desain Experiensia adalah
perusahaan yang bergerak di bidang UX (User
Experience) Design dan Pengembangan situs web atau
aplikasi mobile yang bertujuan untuk membantu klien
dari bisnis kecil sampai dengan menengah hingga
merek besar dari berbagai industri untuk membuat
pengalaman pengguna situs web dan aplikasi seluler
mereka mulai dari desain hingga pengembangan.
B. Sejarah Perusahaan
PT. Antikode Desain Experiensia dikenal
sebagai spesialis periset dan desain UI/UX, kliennya
dari perusahaan rintisan hingga perusahaan besar di
Indonesia.
Sebelumnya PT. Antikode Desain Experiensia
mengembangkan bisnis clothing dan apparel dengan
merk Monstore sejak tahun 2008.
Setelah 7 tahun berjalan kemudian PT.
Antikode Desain Experiensia mencari programmer
aplikasi (web developer) untuk mengembangkan
aplikasi pertamanya Monstore yaitu aplikasi e-
40
commerce dan pernah mengalami kegagalan dalam
pengembangannya dikarenakan programmer yang
tidak bertanggung jawab.
Kemudian PT. Antikode Desain Experiensia
belajar dari pengalaman tersebut dan memutuskan
untuk membuat sendiri bisnis pengembangan situs web
yang dinamakan Antikode pada tahun 2012. Pada saat
itu belum merambah ke bisnis jasa UI/UX, setelah
beberapa tahun berjalan akhirnya merambah ke dunia
UI/UX dimana Pendiri perusahaan tersebut melihat
peluang yang cukup besar dibidang tersebut.
Jasa yang ditawarkan PT. Antikode Desain
Experiensia mencakup riset UI/UX, desain UI/UX,
serta pengembangan produk akhir seperti situs web atau
aplikasi mobile.
Langkah awal meriset UI/UX sangat krusial;
banyak aplikasi atau situs web gagal memenuhi target
dikarenakan tidak mampu menangkap kebutuhan calon
penggunanya dengan tepat. Kemudian PT. Antikode
Desain Experiensia mencari tahu mengenai UX
personal, melakukan review terhadap masalah dan
kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna terhadap
produk.
Setelah tervalidasi dengan baik, PT. Antikode
Desain Experiensia mengembangkan desain UI/UX.
Salah satu desain UI/UX adalah dengan membuat
41
wireframe, yakni struktur dasar desain situs web atau
aplikasi yang dilanjutkan dengan desain visual, dan
yang terakhir yaitu proses pengembangan situs web dan
aplikasi mobile sebagai produk akhir dari seluruh
proses pengembangan UI/UX.
Tantangan terbesar PT. Antikode Desain
Experiensia saat merintis bisnisnya yaitu tidak adanya
jurusan di kampus Indonesia yang fokus pada bidang
tersebut. Alhasil sulit mencari tenaga kerja yang
menguasai bidang itu. Terlebih UI/UX merupakan
bidang yang menggabungkan sejumlah disiplin ilmu.
Ada 4 kompetensi dasar yang harus dimiliki
pengembang UI/UX yakni, psikologi, bisnis, desain dan
TI.
Psikologi dibutuhkan karena perancang UI/UX
harus memiliki empati terhadap pengguna agar dapat
memahami kebutuhannya. Pemahaman aspek bisnis
pun mutlak dikuasai agar produk akhir dari situs web,
aplikasi dan sebagainya dapat memenuhi kebutuhan
pengguna. Kemudian, bidang desain yang merangkum
sisi psikologi dan bisnis menjadi desain dalam bentuk
visual, flow, dan interaksinya. Yang terakhir adalah
bidang TI yang menciptakan produk jadi dalam bentuk
website, aplikasi, atau platform lainnya.
Agar dapat memenuhi spesifikasi kemampuan
tersebut, PT. Antikode Desain Experiensia menerapkan
42
knowledge management dalam sistem pengembangan
SDM perusahaan yang disebut Antipedia untuk
menentukan skill set apa saja yang dibutuhkan.
Tantangan terbesar lainnya adalah memasarkan
jasa PT. Antikode Desain Experiensia. Menurut CEO
PT. Antikode Desain Experiensia yaitu Nick Yudha,
fokus utamanya adalah membangun kredibilitas. Oleh
karena itu, meski klien yang diraih pada awalnya dari
perusahaan kecil dan menengah, tim PT. Antikode
Desain Experiensia tetap mengerjakan dengan sepenuh
hati. Dengan strategi ini, perlahan PT. Antikode Desain
Experiensia mulai dikenal. Bahkan, Kepala Badan
Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf memberikan
referensi kepada rekan-rekannya untuk menggunakan
jasa PT. Antikode Desain Experiensia. “Awalnya, kami
banyak word of mouth marketing. Namun sekarang,
kami sudah melakukan marketing dengan menjemput
bola dengan menawarkan problem solving terhadap
kebutuhan dari pengguna.
Fokus strategi tersebut berbuah manis, PT.
Antikode Desain Experiensia berhasil meraih klien dari
perusahaan rintisan sampai korporasi. Sejumlah proyek
riset dan desain UI/UX yang pernah dikerjakan antara
lain, Mandiri Online dan e-cash BAnk Mandiri, BIIMA
Mobile App milik Bekraf, situs web T-Cash Telkomsel,
Go Mobile App milik CIMB Niaga, situs web Cork &
43
Screw dari Union Group, situs web dan aplikasi Grup
Ismaya, e-commerce Monstore, FIRA OS Polytron, e-
Toll Mobile App, dan Indosat BRI.
C. Logo Perusahaan
Logo atau lambang merupakan bagian dari
identitas perusahaan. Yang dimaksud dengan identitas
perusahaan adalah suatu cara atau hal yang
memungkinkan perusahaan dapat dibedakan dari
perusahaan lain. PT. Antikode Desain Experiensia
mempunyai logo atau lambang yang dijadikan sebagai
identitas perusahaan dengan tujuan agar konsumen atau
masyarakat mengenal bahkan mengingat PT. Antikode
Desain Experiensia. Adapun logo PT. Antikode Desain
Experiensia adalah bertuliskan Antikode.
Gambar 3. 1 Logo PT. Antikode Desain Experiensia
44
D. Visi dan Misi Perusahaan
Adapun Visi dan Misi PT. Antikode Desain
Experiensia adalah sebagai berikut:
1. Visi Perusahaan
Berusaha untuk menjadi perusahaan desain dan
pengembangan pengalaman pengguna terkemuka
yang menciptakan dampak, tidak hanya bagi klien
tetapi juga bagi dunia.
2. Misi Perusahaan
Membantu klien kami menciptakan pengalaman
pengguna yang khas untuk produk mereka yang
melayani kebutuhan pelanggan yang sebenarnya.
E. Struktur Organisasi Perusahaan
Karyawan merupakan aset terpenting
perusahaan, maka setiap karyawan diberikan
kesempatan untuk berkembang, dan diberikan
pendidikan agar menjadi Sumber Daya Manusia yang
profesional.
45
Gambar 3.2 Bagan Struktur PT. Antikode Desain
Experiensia
Berdasarkan bagan struktur, PT. Antikode
Desain Experiensia memiliki susunan seperti gambar
3.1 dengan keterangan sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Karyawan PT. Antikode Desain Experiensia
No Jabatan Nama Inisial
1 Director / CEO • Nicholas Yudha
2 Creative Director • LSM
1. Head of UX Designer • SS
• UX Designer • CW
• NW
• RRA
46
• UX Researcher /
Writer
• ADP
• MMS
• MTW
2. Head of UI Designer • HS
• UI Designer • VC
• AA
• AN
• JL
• KH
• RA
• TI
3 Account Manager • RF
1. Account Executive • ANF
• FKRP
2. Project Manager • NAP
• NV
• OS
• DP
• HYR
4 Load Developer
1. Frontend Developer
• ADJ
• IDL
• IHK
• SK
47
2. Backend Developer • BDY
• LS
• AMH
• JSPD
3. Mobile Developer • HD
• SK
• BC
4. Quality Assurance / • KP
Business Analyst • DS
5 Digital Analyst • FA
48
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Penelitian
Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil-hasil
peneliti diperoleh berdasarkan tindakan pengamatan
peneliti serta wawancara kepada Account Executive
menganai BPJS Ketenagakerjaan di Perusahaan
tersebut.
Peneliti melakukan observasi ke PT. Antikode
Desain Eksperiensia Bintaro Jaya Kota Tangerang
Selatan dengan mengunjungi lokasi tersebut, dalam
mencari Informan peneliti mengambil 1 Account
Manager dan 2 karyawan yang bekerja di perusahaan
tersebut.
Perhitungan pemotongan upah karyawan untuk
iuran Program BPJS Ketenagakerjaan Jaminan Hari
Tua (JHT) dengan ilustrasi gaji sebagai berikut:
49
Tabel 4. 1 Pemotongan Upah Karyawan Untuk Iuran Program BPJS
Ketenagakerjaan Jaminan Hari Tua
No Gaji Pokok
(Rp)
Iuran BPJS
(%)
Nominal
Potongan (Rp)
1 5.000.000 2 100.000
2 10.000.000 2 200.000
3 15.000.000 2 300.000
Menurut NF (inisial) mengenai tanggapan
terkait BPJS Ketenagakerjaan bagi karyawan / pegawai
sebagai berikut:
“Oke baik mba, tanggapan saya mengenai BPJS Ketenagakerjaan sangat memudahkan karyawan/pegawai karena selain biaya Iuran murah juga menjamin proteksi seumur hidup” (A. N. Fasya,, February 20, 2020).
Mengenai kebijakan perusahaan dalam
menangani BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode
kepada Karyawan/Pegawainya:
“Untuk kebijakan perusahaan dalam menangani BPJS kita selalu mengikuti aturan dari Pemerintah, perusahaan memberikan jaminan kepada pekerjanya seperti memberikan layanan dan safety kepada karyawan/pegawai untuk menerapkan BPJS Ketenagakerjaan dan Program Kesehatan”.
50
Menurut (A. N. Fasya, February 20, 2020)
Jaminan yang diberikan perusahaan kepada tenaga
kerja/ Pegawainya :
“Perusahaan memberikan jaminan kepada pekerjanya seperti memberikan pelayanan dan safety kepada pegawai untuk menerapkan BPJS Ketenagakerjaan dan Program BPJS Kesehatan.
Sedangkan program yang diberikan perusahaan
terkait program BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja:
“Untuk Program yang diberikan perusahaan kami hanya menerapkan Program BPJS Ketenagakerjaan dan Program BPJS Kesehatan”.
Hak dan Kewajiban tenaga kerja yang
mendapatkan program BPJS dan menjadi kewajiban
bagi perusahaan untuk mendaftarkan setiap
karyawannya seperti dalam wawancara oleh Ibu (A. N.
Fasya, February 20, 2020) sebagai berikut:
“ Setiap karyawan di perusahaan ini wajib ikut mendaftarkan BPJS Ketenagakerjaan dan Program BPJS Kesehatan untuk perlindungan guna mereka bekerja mba. Oleh karena itu mba, karyawan/pekerja yang sudah terdaftar BPJS Ketenagakerjaan boleh bernafas lega. Setidaknya mereka punya jaminan sosial yang bias diandalkan termasuk untuk keluarga
51
mereka, saat mereka sudah tidak produktif lagi”.
Menurut NF (inisial) Terkait syarat dan
ketentuan perusahaan dalam menerima BPJS
Ketenagakerjaan:
“Syarat dan Ketentuan penerima BPJS di Perusahaan kami yang pertama karyawan tidak dalam masa percobaan. Yang kedua setelah masa percobaan 3 bulan. Yang ke tiga setelah menjadi karyawan tetap”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, bahwa PT.
Antikode sendiri telah mendaftarkan karyawannya.
Keikut sertaan pekerja PT. Antikode dalam BPJS
Ketenagakerjaan tertuang dalam Pasal 20
perjanjiankerja Bersama yang berbunyi:
Setiap karyawan didaftarakan peserta BPJS
Ketenagakerjaan berdasarkan Undang-undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial. Pekerja diikut sertakan didalam
program BPJS Ketenagakerjaan yang meliputi:
Jaminan kecelakan kerja, Jaminan kematian dan
Jaminan hari tua.
Menurut AMH karyawan yang sudah
mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan:
52
“Program yang kami dapatkan dari perusahaan ini adalah BPJS Ketenagakerjaan, dan hanya 3 program saja yaitu Program Kematian, Program Kecelakaan Kerja dan Program Jaminan Hari Tua”.
Selain itu juga adanya perbedaan didalam
pemotongan gaji untuk iuran BPJS kepada Pekerja:
“Perbedaannya sih berdasarkan gaji pokok yang didapat oleh masing-masing Karyawan” (A. Hidayat, February 20, 2020).
Bahwa pada perusahaan tersebut masih terdapat
pegawai/karyawan yang belum terdaftar dalam BPJS
Ketenagakerjaan, alasannya karena pekerja masih
dalam masa percobaan selama 3 bulan, hal tersebut
sudah menjadi kesepakatan yang ada didalam kontrak
kerja antara perusahaan dan pekerja.
Sebagaimana diketahui bahwa iuran paling
besar dibebankan kepada perusahaan yaitu (Jaminan
Kecelakaan Kerja 0,89% x upah sebulan), (Jaminan
Hari Tua 3,7% x upah sebulan), (Jaminan Kematian
0,30% x upah sebulan). Maka iuran yang wajib
dikeluarkan perusahaan jika mengikutsertakan
pekerjanya dalam keempat program yang ada pada
BPJS Ketenagakerjaan sebesar 6,89% x upah sebulan.
Karena hal ini maka sampai saat ini masih terdapat
pekerja PT. Antikode yang hanya diikutsertakan pada
53
sebagian program yangada dalam BPJS
Ketenagakerjaan.
Menurut (A. Hidayat, 20 Februari 2020):
“Untuk biaya iuran BPJS yang dikeluarkan peserta penerima upah mengikuti 3 (tiga) program ya mba yaitu, total premi yang mesti dibayar setiap bulan adalah 9,24% hingga 10,74% upah (tergantung iuran jkk yang didasarkan pada tingkat risiko kerjanya mba),namun karyawan hanya membayar 3% upah, sedangkan 6,24% hingga 7,74% ditanggung perusahaan mba”. “Iuaran yang ditanggung perusahaan diberikan dalam bentuk tunjangan BPJS Ketenagakerjaan, sedangkan sebesar 3% upah dipotong dari gaji karyawan setiap bulannya”.
B. Data Penelitian
Pada penelitian ini akan dijelaskan tentang data-
data yang diperoleh dari hasil penelitian, sebagai
berikut:
Tabel 4. 2 Persentase BPJS Ketenagakerjaan PT. Antikode Desain
Eksperiensia
Deskripsi Jumlah (orang) Persentase (%)
Total Karyawan 38 100
Karyawan Yang Sudah Mendapatkan
BPJS Ketenagakerjaan 24 63
54
Karyawan Yang Belum Mendapatkan
BPJS Ketenagakerjaan 14 37
Berdasarkan tabel diatas, dari total karyawan
sebanyak 38 orang, Karyawan yang sudah
mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 24
orang atau 63% dan Karyawan yang belum
mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan sebanyak 14
orang atau 37%.
Tabel 4. 3 Karyawan Yang Sudah Mendapatkan BPJS
Ketenagakerjaan
No Nama karyawan yang sudah mendapatkan BPJS (Inisial)
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan Kematian
(JKM)
Jaminan Hari Tua
(JHT) 1 AMH Ö Ö Ö
2 IDDY Ö Ö Ö
3 RF Ö Ö Ö
4 OKS Ö Ö Ö
5 LS Ö Ö Ö
6 SP Ö Ö Ö
7 BC Ö Ö Ö
8 KP Ö Ö Ö
9 JL Ö Ö Ö
10 KH Ö Ö Ö
55
11 RA Ö Ö Ö
12 ANF Ö Ö Ö
13 AAS Ö Ö Ö
14 VC Ö Ö Ö
15 HYR Ö Ö Ö
16 DL Ö Ö Ö
17 SK Ö Ö Ö
18 HD Ö Ö Ö
19 MS Ö Ö Ö
20 NY Ö Ö Ö
21 AR Ö Ö Ö
22 HYR Ö Ö Ö
23 NW Ö Ö Ö
24 NA Ö Ö Ö
Berdasarkan data tabel diatas dapat diuraikan
bahwa Karyawan yang sudah mendapatkan BPJS
Ketenagakerjaan sebanyak 24 orang dari total
Karyawan sebanyak 38 orang.
56
Tabel 4. 4 Karyawan Yang Belum Mendapatkan BPJS
Ketenagakerjaan
No Nama karyawan yang sudah
mendapatkan BPJS
Jaminan
Kecelakaan
Kerja (JKK)
Jaminan
Kematian
(JKM)
Jaminan
Hari Tua
(JHT)
1 LS – – –
2 HS – – –
3 FKR – – –
4 DP – – –
5 ADJ – – –
6 IHK – – –
7 BDM – – –
8 IDL – – –
9 DS – – –
10 FA – – –
11 RRA – – –
12 AD – – –
13 SS – – –
14 CY – – –
Berdasarkan data tabel diatas dapat diuraikan
bahwa Karyawan yang belum mendapatkan BPJS
Ketenagakerjaan sebanyak 14 orang dari total
Karyawan sebanyak 38 orang.
57
Dalam hal tersebut, perusahaan belum pernah
memberikan sosialisasi mengenai BPJS
Ketenagakerjaan sebagaimana yang dikatakan oleh
BDM:
“Perusahaan belum pernah sosialisasi mengenai apa itu BPJS Ketenagakerjaan. Dan saya mengetahui perusahaan ini memberikan Program tersebut, tetapi saya belum mendapatkan BPJS, karena saya masih karyawan baru dan masih dalam tahap percobaan untuk mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan di perusahaan ini”.
Mereka pernah menggunakan salah satu
program yang ada dalam BPJS Ketenagakerjaan yaitu
program Jaminan Kesehatan. Jaminan Kesehatan
sendiri bukan merupakan salah satu program yang ada
dalam BPJS Ketenagakerjaan.
Melihat dari peraturan yang ada, bahwa
Jaminan sosial ini telah diwajibkan oleh Pemerintah
bagi pemberi kerja untuk mendaftarkan karyawannya
dalam BPJS Ketenagakerjaan agar hak dan kewajiban
para karyawan/pekerja terpenuhi dengan baik. Sesuai
dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 24
Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggaraan Jaminan
Sosial sudah jelas mengatur bahwa perusahaan dan
58
karyawan/pekerja wajib mendaftarkan diri ke BPJS
Ketenagakerjaan.
Sebagaimana menurut BDM Karyawan yang
belum mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan:
“saya belum mendapatkan Program BPJS Ketenagakerjaan mba, karena saya karyawan baru disini, masih dalam percobaan, nanti kalo sudah 1 Tahun bekerja, katanya dapet mba”.
Dari hasil wawancara tersebut hanya
mendaftarkan karyawannya dalam 2 program BPJS
Ketenagakerjaan saja yaitu Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian
(JKM). Seiring berjalannya waktu dan peraturan yang
ada bahwa minimal perusahaan harus mengikutsertakan
pekerjanya dalam 3 program BPJS Ketenagakerjaan.
Maka kini PT. Antikode mendaftark pekerjanya dalam
3 Program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Program
Jaminan Kecelakaan kerja (JKK), Jaminan Kematian
(JKM) dan Jaminan Hari Tua (JHT).
59
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti menjelaskan hasil
penelitian yang telah dilaksanakan berdasarkan temuan
yang ada di tempat penelitian.
A. Implementasi Program Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di PT. Antikode
Desain Eksperiensia
Sebagaimana Pasal 10 huruf (g) Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menyatakan, bahwa
BPJS bertugas untuk memberi informasi mengenai
penyelenggaraan Jaminan Sosial kepada Peserta dan
Masyarakat, narasumber mengatakan bahwa sudah
mengikuti semua sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
wajib memberikan data dirinya dan pekerjanya berikut
anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada
BPJS. Dalam Pasal 10 huruf (g) menyatakan bahwa
BPJS berwenang memberikan informasi mengenai
penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada
peserta dan masyarakat. Sesuai dengan pendapat
narasumber karena pihak Perusahaan selalu
mendapatkan informasi atau berita terbaru dari BPJS
Ketenagakerjaan baik melalui email ataupun surat.
60
Perlindungan tenaga kerja yang diberikan oleh
BPJS terdapat kesesuaian dan ketidaksesuaian dengan
perlindungan tenaga kerja yang diutarakan oleh
Soepomo Asikin adalah sebagai berikut:
1. Perlindungan ekonomis, yaitu perlindungan
tenaga kerja dengan bentuk penghasilan yang
cukup, konsep ini sudah dilaksanakan oleh PT.
Antikode Desain Eksperiensia dan tunjangan
tambahan yaitu Tunjangan Hari Raya (THR)
dan Tunjangan Prestasi (Bonus).
2. Perlindungan sosial, yaitu perlindungan kerja
dalam bentuk kesehatan kerja, kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk
bernegosiasi, dalam konsep ini pemberi kerja
sudah memberikan jaminan kesehatan kerja
kepada pekerja, namun untuk kebebasan
berserikat dan perlindungan hak untuk
organisasi tidak ditemukan informasi yang jelas
terkait keberadaan serikat pekerja di PT.
Antikode Desain Eksperiensia.
Kebijakan yang diberikan perusahaan
berdasarkan Peraturan Presiden No 109/2013 tentang
Tahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial. Perpres
ini merupakan amanat dari UU Nomor 40/2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU Nomor
24/2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
61
(BPJS). Dimana penahapan pendaftaran untuk usaha
besar dan usaha menengah wajib mengikuti program
Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), program Jaminan
Hari Tua (JHT), program Jaminan Pensiun (JP) dan
program Jaminan Kematian (JKM).
Besaran iuran dari program-program tersebut
berdasarkan pada besaran upah pekerja, apabila
komponen upah tercantum dan diketahui, maka besaran
iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) bagi para
pekerja ditetapkan sebesar 1,74% dari upah sebulan.
Iuran Jaminan Kematian (JKM) ditetapkan sebesar
0,30% dari upah sebulan. Iuran Jaminan Hari Tua
(JHT) sebesar 2% dari upah sebulan, sedangkan jika
komponen upah tidak tercantum dan tidak diketahui
maka besaran iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
dihitung berdasarkan nilai kontrak kerja.
B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Implementasi
Program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode
Desain Eksperiensia
Dari hasil penelitian yang didapat, terdapat
faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi
program BPJS Ketenagakerjaan di PT. Antikode
Desain Eksperiensia. faktor-faktor tersebut dapat
diketahui dari analisis implementasi antara lain sebagai
berikut:
62
1. Faktor Pendukung
a. Sosialisasi
Dalam implementasi kebijakan program BPJS,
pelaksana program melakukan komunikasi atau
sosialisasi kepada karyawan. Diharapkan
dengan komunikasi atau sosialisasi secara
persuasif, peserta bisa mendukung tercapainya
tujuan dan partisipasi yang lebih optimal.
b. Sumber Daya
Sumber daya sangat penting dalam mendukung
kelancaran implementasi program BPJS
Ketenagakerjaan. Sumber daya yang tidak
memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat
tidak dapat dilaksanakannya program secara
sempurna karena mereka tidak bisa melakukan
pekerjaan dengan baik. Jika jumlah staf
pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang
harus dilakukan adalah meningkatkan
kemampuan para pelaksana untuk melakukan
program.
Sumber lain yang tidak kalah penting adalah
kewenangan untuk menentukan bagaimana
program dilakukan, kewenangan untuk
mengatur keuangan sendiri, pengadaan staf,
maupun fasilitas lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan kebijakan program tersebut.
63
c. Komitmen Pelaksana BPJS
Jika implementasi kebijakan ini ingin berhasil
secara efektif, para pelaksana tidak hanya
mengetahui apa yang harus dilakukan dan
mempunyai kemampuan untuk melakukan
kebijakan tersebut (Edward II, 2009:53).
Berdasarkan uraian tersebut, maka
implementasi program tersebut mutlak dan
harus dikuatkan dengan adanya komitmen dan
kesadaran yang tinggi dari para pelaksana
program secara sistematis, berkelanjutan dan
konsisten.
2. Faktor Penghambat
a. Sumber Daya
Berhasil atau tidaknya sosialisasi, ditentukan
oleh banyak faktor yaitu eksternal dan internal,
faktor eksternal antara lain adalah kondisi alam
geografis yang menjadikan penghambat
terbesar dalam pelaksanaan program BPJS
termasuk kepatuhan membayar iuran dan
sosialisasi, sedangkan untuk faktor internal
adalah terbatasnya anggaran, keterbatasan
waktu staf karena sibuk melayani warga
masyarakat dan peserta program tersebut.
64
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang ada, dapat
disimpulkan bahwa implementasi program BPJS
Ketenagakerjaan di PT. Antikode Desain Eksperiensia
sudah berjalan dengan baik. Melihat dari peraturan
yang sudah ada bahwa Jaminan Sosial ini telah
diwajibkan oleh Pemerintah bagi pemberi kerja untuk
mendaftarkan pekerjanya dalam BPJS Ketenagakerjaan
agar hak dan kewajiban para pekerja terpenuhi dengan
baik. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2011 Pasal 5 ayat (1) tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial yang mengatur bahwa pengusaha dan
pekerja wajib mendaftarkan diri ke BPJS
Ketenagakerjaan, apabila tidak segera mendaftarkan
diri ke BPJS Ketenagakerjaan, maka akan dikenakan
sanksi administratif. Merujuk pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 86 Tahun 2013 sanksi yang
dapat dikenakan berupa teguran tertulis, denda dan atau
tidak mendapat pelayanan public tertentu.
65
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, maka
peneliti memberikan saran, sebaiknya Perusahaan
segera mengikutsertakan pekerja yang belum terdaftar
di BPJS Ketenagakerjaan. Karena dalam Pasal 20
Perjanjian Kerja Bersama (PKB) jelas mengatur bahwa
Perusahaan mengikutsertakan pekerjanya ada Jaminan
Sosial BPJS Ketenagakerjaan. Sebagaimana tertuang
dalam Pasal 20 PKB dari total 4 program yang ada
perusahaan tersebut mengikutsertakan pekerjanya
hanya dalam 3 program yang ada pada BPJS
Ketenagakerjaan untuk itu perusahaan harus memenuhi
apa yang sudah tertera dalam Perjanjian Kerja Bersama.
66
DAFTAR PUSTAKA
Asyhadie, Z. (2008). Aspek-aspek Jaminan Sosial Tenaga
Kerja di Indonesia. PT. Raja Grafindo.
Eka Putri, A. (n.d.). Paham BPJS Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial.
Eka Putri, A. (2004). UU NO 40 Pasal 1 angka 6. jakarta.
Eka Putri, A. (2014). Paham BPJS (Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial) (1 September 2014). CV Komunitas
Pejaten Mediatama.
Fasya, A. N. (2020, February 20). Jaminan Pekerja [Personal
communication].
Finansialku. (2017, April 5). Jamsostek dan BPJS
Ketenagakerjaan, Apa Persamaan dan Perbedaannya?
Finansialku Perencana Keuangan Independen.
https://www.finansialku.com/jamsostek-dan-bpjs-
ketenagakerjaan-apa-persamaan-dan-perbedaannya/
H. Manulang, S. (2001). Pokok-Popok Hukum
Ketenagakerjaan Di Indonesia. Rhineka Cipta.
67
H Maslow, A. (1984). Motivation and Personality. Nurul Iman.
Hidayat, A. (2020, February 20). Mengenai BPJ
Ketenagakerjan bagi Pekerja ( Pegawai yang sudah
mendaptakan BPJS) [Personal communication].
Khakim, A. (2009). Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti.
M. Hum, Dr. A., S. H. ,. M. Hum. (2010). Hukum
Ketenagakerjaan Indonesia. Ghalia Indonesia.
Pengertian Implementasi. (n.d.).
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/arti-
implementasi.html
Pengertian Tenaga Kerja dan Jenis- Jenisnya. (n.d.).
https://www.artikelsiana.com/2017/12/pengertian-
tenaga-kerja-jenis-jenis.html
Perusahaan Di Tangerang Belum Daftarkan BPJS Karyawan.
(n.d.). https://kabar6.com/217-perusahaan-di-
tangerang-belum-daftarkan-bpjs-karyawan/
Pujileksono M. Si, Dr. S. (2015). Perundang-undangan Sosial
dan Pekerja Sosial. Setara Press.
68
Setiawan, G. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi
pembangunan. Balai Pustaka.
Sopyan, Y. (2010). Pengantar Metode Penelitian. UIN Jakarta
Press.
Subarsono. (2012). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori,
dan Aplikasi. Pustaka Pelajar.
Sugiono, Prof. D. (n.d.). Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D.
Sulastomo. (2008a). Sistem Jaminan Sosial Nasional. Rajawali
Pers.
Sulastomo. (2008b). Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah
Introduksi. PT. Raja Grafindo.
Sumarni, M. (2014). Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan. Liberty.
Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 Pasal 20. (n.d.).
http://www.jkn.kemkes.go.id/attachment/unduhan/UU
%20No.%2040%20Tahun%202004%20tentang%20SJ
SN.pdf
Undang-undang Negara Republik Indonesia. (1945).
Undang-Undang No 40 Tahun 2004 Pasal 1 angka 6. (n.d.).
69
Undang-undang Nomor 40 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. (2004).
Usman, N. (2002). Implementasi Menurut Para Ahli.
Wibawa, samoedra. (1994). Evaluasi Kebijakan Publik. PT.
Raja Grafindo.
70
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Daftar Wawancara
1. Wawancara dengan Account Executive ANF, 20 Februari
2020 Pukul 10.30 WIB.
2. Wawancara dengan AMH Pekerja / Karyawan yang
mendapatkan Program BPJS, 20 Februari 2020 Pukul
14.00 WIB.
3. Wawancara dengan BDM pekerja harian yang tidak
mendapatkan Program BPJS, 20 Februari 2020 Pukul
14.45 WIB.
71
Pedoman Observasi
1. Melakukan observasi mengenai Tenaga Kerja yang berada
di perusahaan dengan Direktur/ CEO.
2. Melakukan observasi mengenai BPJS ketenagakerjaan.
3. Melakukan observasi kondisi pekerjaan dan melakukan
wawancara dengan pekerja tetap.
4. Melakukan observasi pada pekerja training.
72
Pedoman Wawancara
Nama Narasumber : ANF
Jabatan : Account Executive
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Antikode
1. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu terkait BPJS
Ketenagakerjaan bagi Pegawai?
2. Apa saja kebijakan yang diberikan perusahaan kepada
pegawai?
3. jaminan yang diberikan oleh perusahaan kepada
tenaga kerja?
4. Program apa saja yang diberikan perusahaan terkait
program BPJS Ketenagakerjaan bagi pekerja?
5. Apa saja Hak dan kewajiban dalam menerima BPJS
Ketenagakerjaan?
6. Apa saja Syarat dan Ketentuan dalam meneriman
BPJS bagi pekerja?
73
7. Apakah ada kendala atau faktor-faktor yang
mempengaruhi penanganan BPJS di Perusahaan?
74
Pedoman Wawancara
Nama Narasumber : AMH
Jabatan : Pegawai yang menerima BPJS
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor PT. Antikode
Pekerja yang sudah menerima Program BPJS.
1. Program apa saja yang diberikan perusahaan terkait
Program BPJS Ketenagakerjaan?
2. Apakah ada perbedaan didalam memberikan
pelayanan BPJS terhadap para pekerja?
3. Apakah ada perbedaan antara pekerja lama dan
pekerja baru didalam menerima BPJS?
4. Siapa saja yang di covery BPJS selain anda? Apakah
keluarga Bapak/Ibu juga mendapatkan BPJS?
5. Siapa yang membayarankan iuran BPJS setiap
bulannya?
6. Bagaimana Manfaat adanya BPJS untuk Bapak/Ibu
dan keluarga?
7. Apakah Bapak/Ibu ada kesulitan saat ingin
menggunakan BPJS?
75
8. Apakah BPJS yang diberikan oleh Perusahaan sudah
secara maksimal?
76
Pedoman Wawancara
Nama Narasumber : Bapak BDM
Jabatan : Pegawai yang menerima BPJS
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : PT. Antikode Desain Eksperiensia
Pekerja yang belum menerima program BPJS
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui adanya BPJS
Ketenagakerjaan di PT. Antikode?
2. Kenapa Bapak/Ibu belum menerima program BPJS
Ketenagakerjaan?
3. Berapa lama masa percobaan tersebut?
4. Apakah setelah masa percobaan berakhir akan
langsung ditanggung oleh perusahaan?
5. Bagaimana jika anda sakit sedangkan anda belum di
covery BPJS Ketenagakerjaan selama masa
percobaan?
6. Apakah Bapak/Ibu keberatan dengan peraturan yang
di buat oleh perusahaan tersebut?
77
7. Apa harapan Bapak/Ibu terhadap perusahaan karena
belum mendapatkan BPJS?
78
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : ANF
Jabatan : Account Executive
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : PT. Antikode Desain Eksperiensia
No Pertanyaan Jawaban
1 bagaimana tanggapan Ibu terkait
BPJS Ketenagakerjaan bagi
Pekerja/Pegawai
Oke baik mba, tanggapan saya
mengenai BPJS Ketenagakerjaan
sangat memudahkan
Pegawai/Pekerja karena selain
biaya Iuran murah juga
menjamin proteksi seumur hidup
2 apa saja kebijakan perusahaan
dalam menangani BPJS
Ketenagakerjaan yang diberikan
oleh PT. Antikode Desain
Ekperensia Tangerang Selatan
kepada para pegawai atau tenaga
kerja?
Oke baik, sebelumnya sudah saya
kasih tau ya mba indah mengenai
kebijakan perusahaan dalam
menangani BPJS kita selalu
mengikuti Program Pemerintah
mba, jadi kebijakan yang kita
ambil mengikuti anjuran dari
Pemerintah. Perusahaan
memberikan jaminan kepada
pekerjanya seperti memberikan
layanan dan Safety kepada
79
pegawai untuk menerapkan BPJS
Ketenagakerjaan dan Program
BPJS kesehatan.
3 jaminan apa yang diberikan oleh
perusahaan kepada tenaga kerja?
perusaha memberikan jaminan
kepada pekerjanya seperti
memberikan layanan dan Safety
kepada pegawai untuk
menerapkan BPJS
Ketenagakerjaan dan Program
BPJS kesehatan
4 Program apa saja yang diberikan
perusahaan terkait program BPJS
Ketenagakerjaan bagi pekerja?
Untuk program yang diberikan
ya mba, perusahaan kami hanya
menerapkan Program BPJS
Ketenagakerjaan dan Program
BPJS
5 Apa saja hak dan kewajiban
perusahaan didalam memberikan
BPJS Kepada Karyawan?
Setiap karyawan di perusahaan
ini wajib ikut mendaftarkan BPJS
Ketenagakerjaan dan Program
BPJS Kesehatan untuk
perlindungan guna mereka
bekerja mba.
Oleh karena itu mba,
karyawan/pekerja yang sudah
terdaftar BPJS Ketenagakerjaan
80
boleh bernafas lega. Setidaknya
mereka punya jaminan sosial
yang bias diandalkan termasuk
untuk keluarga mereka, saat
mereka sudah tidak produktif
lagi.
6 Apa saja syarat dan ketentuan
dalam menerima BPJS bagi
Karyawan?
Setiap karyawan di perusahaan
ini wajib ikut mendaftarkan BPJS
Ketenagakerjaan dan Program
BPJS Kesehatan untuk
perlindungan guna mereka
bekerja mba.
7 Apakah ada kendala atau faktor-
faktor yang mempengaruhi
penanganan BPJS di
Perusahaan?
Ohh untuk kendala nya data
karyawan yang tidak lengkap
sehingga membuat proses
pendataan dan pendaftaran BPJS
menjadi lama.
81
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : AMH
Jabatan : Pegawai yang menerima BPJS
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : PT. Antikode Desain Eksperiensia
Table 0-1: Pekerja Yang Sudah Menerima BPJS
No Pertanyaan Jawaban
1 Asalammualaikum Pak, maaf
ganggu waktunya, Perkenalkan
saya Indah Mahasiswa UIN
Jakarta yang sedang
melakukakan penelitian disini,
maaf mengganggu waktunya
pak.
Walaikum salam, ada yang bisa
saya bantu mba?
2 Saya ingin menanyakan
tanggapan Bapak terkait BPJS
Ketenagakerjaan
Tanggapannya adanya BPJS
Ketenagakerjaan sangat
membantu saya dan keluarga
mba.
3 Begini Pak, saya mau tanya-
tanya tentang Program BPJS
Hmm, untuk Program yang kami
dapatkan dari perusahaan ini
82
Ketenagakerjaan apa saja yang
diberikan oleh perusahaan
kepada pegawainya?
hanya BPJS Ketenagakerjaan,
kesehatan dan jaminan hari tua
(JHT0 aja mba.
4 Apakah ada perbedaan didalam
memberikan pelayanan BPJS
terhadap para pekerja?
Perbedaan didalam memberikan
pelayanan BPJS itu berdasarkan
gaji pokok mba.
5 Apakah ada perbedaan antara
pekerja lama dan pekerja baru
didalam menerima BPJS?
Ohhh kalo itu tergantung masa
kerjanya mba, untuk
pegawai/karyawan didalam masa
percobaan memang belum
didaftarkan BPJS selama masa
percobaan berlangsung 1 Tahun.
6 Siapa yang membayarankan
iuran BPJS setiap bulannya?
Untuk biaya iuran BPJS yang
dikeluarkan peserta penerima
upah mengikuti empat program
ya mba yaitu, total premi yang
mesti dibayar setiap bulan adalah
9,24% hingga 10,74% upah
(tergantung iuran jkk yang
didasarkan pada tingkat risiko
83
kerjanya mba),namun karyawan
hanya membayar 3% upah,
sedangkan 6,24% hingga 7,74%
ditanggung perusahaan mba.
Iuaran yang ditanggung
perusahaan diberikan dalam
bentuk tunjangan BPJS
Ketenagakerjaan, sedangkan
sebesar 3% upah dipotong dari
gaji karyawan setiap bulannya
7 Apa manfaat adanya Program
BPJS untuk anda dan keluarga?
Apakah Bapak/Ibu ada kesulitan
saat ingin menggunakan BPJS?
untuk manfaat dari BPJS ini
ketika anak/istri/keluarga sakit
dan kita lagi gak punya uang kan
bisa pakai Program ini mba,
Selama saya memakai BPJS dari
perusahaan tidak ada kendala
karena BPJS sudah ditanggung
perusahaan kecuali perusahaan
telat membayarkan iuran BPJS.
84
Transkip Wawancara
Nama Narasumber : BDM
Jabatan : Pegawai yang menerima BPJS
Tanggal Wawancara : 20 Februari 2020/10.30 WIB
Lokasi Wawancara : PT. Antikode Desain Eksperiensia
Table 0-2: Pekerja Yang Belum Menerima BPJS
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah Bapak/Ibu mengetahui
adanya BPJS Ketenagakerjaan di
PT. Antikode?
Iya saya mengetahui, tetapi saya
belum mendapatkan BPJS,
karena saya masih karyawan baru
dan masih dalam tahap
percobaan untuk mendapatkan
BPJS Ketenagakerjaan di
perusahaan ini.
2 Begini pak, saya mau
menanyakan apakah bapak
belum menerima BPJS
Ketenagakerjaan?
Iya belum mba, karna saya masih
dalam masa percobaan di
perusahaan ini.
85
3 Kira-kira berapa lama masa
percobaan tersebut?
Untuk masa percobaan sekitar 1
tahun mba.
4 Apakah setelah masa percobaan
berakhir akan langsung
ditanggung oleh perusahaan?
Dari informasi di perusahaan ini
sih katanya langsung mba, kalo
masa percobaan saya lanjut.
5 Bagaimana jika anda sakit
sedangkan anda belum di covery
BPJS Ketenagakerjaan selama
masa percobaan?
Kalo itu mba, nanti perusahaan
yang akan mengcovery apabila
saya sakit dan mengharuskan
dirawat dengan catatan ya potong
gaji mba.
6 Apakah Bapak/Ibu keberatan
dengan peraturan yang di buat
oleh perusahaan tersebut?
Tidak, karna masing-masing
perusahaan mempunyai
peraturan sendiri mba.
7 Apa harapan Bapak/Ibu terhadap
perusahaan karena belum
mendapatkan BPJS?
Saya mengharapkan adanya
BPJS Ketenagakerjaan di
perusahaan ini karena saya
merupakan karyawan dan sudah
sepantasnya saya
mendapatkannya sebagai
program perlindungan jaminan
86
sosial ketenagakerjaan dan dapat
menumbuhkan semangat dan
fokus kerja saya dalam bekerja
disini.
87
Hasil Observasi
Tanggal Observasi : 19 Februari 2020
Lokasi : PT. Antikode Desain Eksperiensia
Hari ini peneliti melakukan observasi ke kantor PT.
Antikode Desain Eksperiensia yang terletak dijalan
Jurangmangu Barat No.8 Bintaro Tangerang Selatan. Selama
perjalanan menuju kantor tersebut dengan cuaca yang mendung
peneliti melakukan observasi lokasi untuk bahan dan data
skripsi di perusahaan tersebut. Pada hari itu tanggal 19 februari
2020, peneliti memberikan surat izin penelitian di perusahaan
PT. antikode.
Peneliti bertemu dengan Mba Fahsya. Beliau selaku
account Manager di Perusahaan tersebut. Peneliti memberikan
surat izin penelitian kepada Mba Fahsya agar bisa meneliti
diperusahaan tersebut. Setelah itu peneliti membuat janji untuk
membuat agenda penelitian dan data apa saja yang dibutuhkan
untuk hasil skripsi. Setelah itu membuat janji untuk wawancara
kepada staff dan pekerja di perusahaan tersebut.
88
Tanggal Observasi : 20 Februari 2020
Lokasi : PT. Antikode Desain Eksperiensia
Pada hari Jum’atnya, dengan teriknya matahari yang
begitu panas. Peneliti mendatangi lagi kantor tersebut dan
sudah membuat janji dengan Mba Fahsya untuk Interview
mengenai Program BPJS Ketenagakerjaan di perusahaan itu.
Setelah peneliti selesai wawancara account Manager
peneliti juga membuat janji dengan 2 Pekerja yang
mendapatkan dan tidak mendapatkan Program BPJS
Ketenaagkerjaan.
Setelah selesai wawancara, peneliti pun terus mencari
tahu mengapa ada sebagian dari karyawan disana yang belum
didaftarkan BPJS Ketenagakerjaan.
89
Photo Perusahaan
Gambar 1: Bagian Luar
Gambar 2: Bagian Dalam
90
Gambar 3: Ruangan Rapat
Gambar 4: Ruangan Kerja
91
Surat Izin Penelitian
92
Scanned with CamScanner