implementasi peraturan gubernur banten nomor …repository.fisip-untirta.ac.id/575/1/implementasi...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR BANTEN
NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM
GERAKAN PEMBANGUNAN KECAMATAN BANTEN
BERSATU (GERBANG RATU)
DI KECAMATAN KASEMEN KOTA SERANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh :
Andri Wijaya
NIM 6661102606
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, Agustus 2015
ABSTRAK
Andri Wijaya, 6661102606, 2015. Implementasi Peraturan Gubernur Banten
Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan
Banten Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang,
Program Studi
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Sultan Ageng Tirtasaya, Dr. Ayuning Budiati, MPPM (Pembimbing I) dan
Titi Stiawati , S.Sos., M.Si (Pembimbing II).
Kata Kunci: Implementasi, Program GERBANG RATU.
Program GERBANG RATU adalah program pemerintah untuk mempercepat
penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan dengan
memberikan dana bantuan sebesar 1 Milyar per kecamatan se Provinsi Banten.
Lokus dalam penelitian ini di Kecamatan Kasemen Kota Serang yang merupakan
Kecamatan yang memiliki masyarakat miskin terbanyak se Kota Serang. Fokus
dalam penelitian ini adalah Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomer 13
Tahun 2012 Tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu
di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Masalah yang muncul dalam penelitian ini
adalah pelaksana program tidak memahami permasalahan didaerah,
ketidakmampuannya pelaksana program dalam menentukan prioritas
pembangunan, dan kurang proporsionalnya pembagian dana. Dengan rumusan
masalahnya yaitu bagaimanakah Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor
13 Tahun 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif,
instrumen penelitiannya adalah peneliti sendiri dengan menggunakan cara
wawancara informan penelitian, studi dokumentasi dan triangulasi. Informan
penelitian dalam penelitian ini sebanyak 8 orang. Penelitian ini menggunakan
teori Edward III yang memuat 4 indikator yaitu komunikasi, sumber daya,
disposisi, dan struktur birokrasi. Adapun hasil dalam penelitian ini berdasarkan
wawancara dengan informan penelitian Implementasi Peraturan Gubernur Banten
Nomer 13 Tahun 2012 Tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan
Banten Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang
tersebut berjalan dengan baik. Saran yang diberikan oleh peneliti adalah
pemerintah dapat melanjutkan kembali Program GERBANG RATU dikarenakan
program ini sangat membantu masyarakat dalam hal ekonomi dan insfrastruktur
pedesaan dan dana GERBANG ratu tidak dikenakan pajak karena perhitungannya
sangat membebani masyarakat dan dana yang diperoleh minim.
ABSTRACT
Andri Wijaya, 6661102606, 2015. Implementation of Regulation No.13 2012
about the GERBANG RATU in Kasemen district of Serang City, Public
Administration Department, Social and Political Faculty, Sultan Ageng
Tirtasaya University, Dr. Ayuning Budiati, MPPM (1st Advisor) and Titi
Stiawati, S. Sos., M.Si (2nd Advisor).
Keywords: Implementation, GERBANG RATU Program.
GERBANG RATU program is a government program to accelerate poverty reduction
integrally and sustained by providing a grants of 1 Billion per district in Banten
Province. The focus of this research is in Kasemen District of Serang City which has
the most many poor people in Serang City. This research is focused on the
Implementation of Banten Governor Regulation No. 13 2012 the Movement of
Development Banten District Unity program in Kasemen District of Serang City. The
problems that arise in this study are the implementation of the program did not
apprehend the problem areas, an inability of the program implementer in the defining
development priority, and the lack of proportional distribution of donation.
Formulation of the problem in this research was how the Implementation of Banten
Governor Regulation No.13 2012. The method used in this study was qualitative
research, and the instrument was the researcher himself used informant interviews
research, documentary studies and triangulation. The informants in this research as
many as 8 people. This research used the theory of Edward III, which includes four
indicators they were communication, resources, disposition, and bureaucratic
structure. The result of this research based on interview with the informants research
Implementation of Banten Governor Regulation No.13 2012 about the Movement of
Development Banten District Unity program (GERBANG RATU) in Kasemen
district of Serang City was running well. The advice that given by the researcher that
government has to continue GERBANG RATU program because this program helps
the society in terms economy and rural infrastructure and GERBANG RATU
donation should not have a taxes because the calculation was so burden on society
and the donations were raised was minim.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul:
“IMPLEMENTASI PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 13
TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN
KECAMATAN BANTEN BERSATU (GERBANG RATU) DI KECAMATAN
KASEMEN KOTA SERANG” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini
dibuat dan diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti ujian sarjana (S-1) pada
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Selama pembuatan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan
pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan proposal skripsi
ini. Maka dari itu penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada :
1. Prof. Drs. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sekaligus
penguji skripsi.
i
4. Mia Dwiana, S.Sos., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Gandung Ismanto, S.Sos., MM., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ipah Ema Jumiati, S.IP., M.Si., Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
8. Dr. Ayuning Budiati, MPPM., Dosen Pembimbing I dalam penyusunan
skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam proses
penyusunan skripsi.
9. Titi Stiawati, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing II dalam penyusunan
skripsi yang telah membantu dan membimbing peneliti dalam proses
penyusunan skripsi.
10. Anis Fuad, S.Sos., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan arahan dan masukan selama perkuliahan.
11. Yeni Widyastuti, M.Si, Penguji seminar proposal dan penguji sidang
skripsi yang telah memberikan saran dan arahannya agar skripsi ini
menjadi lebih baik.
12. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Yang telah
membantu penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan
ii
13. Seluruh Pegawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa
Provinsi Banten, Pegawai PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang, BKM
Kasemen, Kasunyatan dan Kilasah dan Tokoh Masyarakat Kelurahan
Kasemen, Kasunyatan, dan Kilasah. Yang telah memberikan informasi
kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
14. Untuk kedua orang tuaku tercinta papah dan mamah yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil dan selalu tak lelah
memberikan do’a untuk keberhasilan anaknya.
15. Siti Widya Wulan Sari, S.Pd Terimakasih atas motivasinya,
pembelajarannya, serta dukungannya selama ini.
16. Teman-teman angkatan 2010 Ilmu Administrasi Negara UNTIRTA yang
saling mendukung untuk dapat menyelesaikan skripsi di tahun ini.
17. Begleiter, Kokokbeluk, dan Inter Club Indonesia Regional Serang
terimakasih sudah menjadi sahabat setia dan keluarga kedua selama ini.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Dalam kesempatan ini penulis hendak memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kesalahpahaman yang kurang berkenan selama penelitian. Peneliti
berharap semoga skripsi ini bermanfaat dan menambah pengetahuan kepada yang
membaca. Demikian yang disampaikan, peneliti mengucapkan banyak terimakasih.
Serang, Agustus 2015
Andri Wijaya
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
ABSTRAK
ABSTRACT
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang Masalah .......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .............................................................................. 15
1.3 Batasan Masalah .................................................................................... 16
1.4 Rumusan Masalah.................................................................................. 16
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 16
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI
DASAR PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................... 18
iv
2.1.1 Pengertian Kebijakan................................................................... 19
2.1.2 Pengertian Publik......................................................................... 20
2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik ....................................................... 21
2.1.4 Pengertian Implementasi Kebijakan ............................................ 23
2.1.5 Model Pendekatan Implemetasi Kebijakan ................................. 25
2.1.6 Definisi Program GERBANG RATU ......................................... 32
2.2 Penelitian Terdahulu.............................................................................. 33
2.3 Kerangka Pemikiran .............................................................................. 35
2.4 Asumsi Dasar......................................................................................... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian................................................................................... 38
3.2 Fokus Penelitian ..................................................................................... 38
3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................... 39
3.4 Variabel Penelitian................................................................................. 39
3.4.1 Definisi Konsep ........................................................................... 39
3.4.2 Definisi Operasional .................................................................... 40
3.5 Instrumen Penelitian .............................................................................. 42
3.6 Informan Penelitian ............................................................................... 43
3.7 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ............................................... 44
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 44
3.7.2 Teknik Analisis Data ................................................................... 48
3.8 Jadwal Penelitian.................................................................................... 52
v
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................... 53
4.1.1 Profil Kota Serang .............................................................................. 53
4.1.2 Profil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi
Banten ......................................................................................................... 59
4.1.3 Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
Kota Serang ................................................................................................ 66
4.1.4 Profil Kecamatan Kasemen ................................................................ 69
4.2 Deskripsi Data.......................................................................................... 75
4.2.1 Informan Penelitian ............................................................................ 76
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 77
4.3.1 Komunikasi......................................................................................... 79
4.3.1.1 Transmisi ...................................................................................... 81
4.3.1.2 Kejelasan ...................................................................................... 83
4.3.1.3 Konsistensi.................................................................................... 87
4.3.2 Sumber Daya ........................................................................................ 92
4.3.2.1 Staf ................................................................................................ 92
4.3.2.2 Informasi....................................................................................... 96
4.3.2.3 Wewenang .................................................................................... 99
4.3.2.4 Fasilitas ......................................................................................... 103
4.3.3 Disposisi ............................................................................................... 106
4.3.3.1 Pengangkatan Birokrat ................................................................. 106
4.3.3.2 Insentif .......................................................................................... 108
vi
4.3.4 Struktur Birokrasi................................................................................. 111
4.3.4.1 Standart Operating Procedures (SOPs) ....................................... 111
4.3.1.1 Melakukan Fragmentasi ............................................................... 113
4.4 Pembahasan................................................................................................ 115
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................122
5.2 Saran ........................................................................................................124
vii
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di
Indonesia Tahun 2011-2013 ................................................................ 2
Tabel 1.2 Jumlah Pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2014 ........................ 3
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ......... 4
Tabel 1.4 Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dan Pedesaan di Pandeglang, Lebak,
Cilegon, Kota dan Kabupaten Serang Tahun 2012 .............................. 6
Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Miskin di Kota Serang Tahun 2011-2013 ............... 11
Tabel 1.6 Potensi Ekonomi di Kecamatan Kasemen ............................................ 12
Tabel 1.7 Data Perolehan Dana Bantuan Program GERBANG RATU di Kecamatan
Kasemen Kota Serang Tahun 2013 ...................................................... 14
Tabel 1.8 Jumlah Penduduk Miskin di Kelurahan Se Kecamatan Kasemen Tahun
2011-2013 ............................................................................................. 15
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ............................................................ 41
Tabel 3.2 Informan Penelitian............................................................................... 44
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ............................................................................ 46
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian................................................................................... 52
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 36
Gambar 3.1 Analisis Data Menurut Miles dan Huberman.................................... 50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Member Check
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Matriks Hasil Wawancara
Lampiran 5
Lampiran 6
Capaian Kegiatan GERBANG RATU Kota Serang 2013
Kartu Bimbingan Skripsi
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi Indonesia saat ini sedang dihadapkan dengan
masalah kemiskinan yang tak kunjung usai. Pada umumnya di negara berkembang
seperti Indonesia permasalahan pendapatan yang rendah dengan masalah
kemiskinan merupakan permasalahan utama dalam pembangunan ekonomi.
Dengan demikian dalam tujuan ekonomi kedua masalah tersebut dinyatakan
bersamaan sehingga menjadi satu kalimat yaitu peningkatan pendapatan nasional
dan pengurangan kemiskinan.
Kemiskinan merupakan masalah sosial di Indonesia yang sangat kompleks
dan harus segera mendapat formula yang tepat agar cepat terselesaikan. Menurut
BPS tahun 2012 Indonesia memiliki 237.641.326 sehingga tidak bisa terhindar
dari masalah tersebut. Ini dibuktikan dari jumlah penduduk miskin yang sangat
besar yaitu 28.07 juta orang, yang mayoritas penduduk miskin adalah penduduk
pedesaan yang sulit diakses karena keterbatasan infrastruktur. Kemiskinan dapat
diartikan sebagaimana seseorang sangat sulit memenuhi kebutuhan hidupnya
dikarenakan berbagai penyebab salah satunya adalah rendahnya tingkat
pendapatan yang diperoleh. Kemiskinan yang ada saat ini lebih banyak dialami
oleh masyarakat yang tinggal dipedesaan yang jauh dari jangkauan pemerintah
dimana masyarakat yang hidupnya bergantung pada sektor pertanian. Kemiskinan
juga dapat dikatakan akibat dari kebodohan, kurang keterampilan teknis, dan etos
1
2
kerja yang rendah. Namun jika dipahami secara mendalam kemiskinan bukan
semata-mata akibat dari budaya, tetapi juga sangat berkaitan dengan masalah
struktur sosial.
Tabel 1.1
Perbandingan Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan dan Pedesaan di
Indonesia Tahun 2011-2013
No Kemiskinan di Indonesia Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
1. Perkotaaan 9,11 8,4 8,5
2. Pedesaan 17,7 19,3 20,2
(Sumber : Bank Duna dan BPS (Badan Pusat Statistik) Tahun 2014
Pengangguran juga termasuk sebagai salah satu penyebab angka
kemiskinan, pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang
layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau
para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang
mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan
dan masalah-masalah sosial lainnya.
Provinsi Banten merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki
persoalan kemiskinan dan pengangguran. Persoalan pengangguran lebih dipicu
oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan.
Persolan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang
kerja dipedesaan upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan multi
3
disiplin yang berdimensi pemberdayaan. Tingkat pengangguran di Provinsi
Banten bisa menjadi salah satu penyebab tingkat kemiskinan bertambah.
Tabel 1.2
Jumlah Pengangguran di Provinsi Banten Tahun 2014
No
Daerah
Angkatan
Kerja
Pengangguran
Tingkat
Pengangguran
(%)
1. Kab. Pandeglang 469.000 33.000 7,03
2. Kab. Lebak 615.000 59.000 9,57
3. Kab. Tangerang 1.467.000 124.000 8,45
4. Kab. Serang 623.000 92.000 14,76
5. Kota Tangerang 1.001.000 78.000 7,81
6. Kota Cilegon 185.000 22.000 11,83
7. Kota Serang 273.000 27.000 10,03
8. Kota Tangsel 705.000 49.000 6,92
9. Banten 5.338.000 484.000 9,07
(Sumber : BPS Provinsi Banten Per Agustus 2014)
Menurut data di atas tingkat pengangguran di Provinsi Banten sudah
cukup tinggi, pemerintah Provinsi Banten seharusnya dapat membuka lapangan
pekerja dan membuat peluang kerja masyarakat di Provinsi Banten menjadi
banyak dan berkualitas. Peluang kerja atau lapangan kerja tidak semata-mata
hanya untuk mencari uang tetapi harus bisa membangun mental dan kepercayaan
diri masyarakat Provinsi Banten agar menjadi masyarakat yang mandiri.
Sedangkan kemiskinan di Provinsi Banten mencapai angka 690.874 ribu
orang atau 5,89% per bulan September 2012, angka yang cukup tinggi jika
melihat jumlah penduduk Provinsi Banten hanya sekitar 9.916.848 jiwa dengan
luas wilayah 8.651,20 km persegi.
4
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Banten Tahun 2011-2013
No
Kabupaten/Kota
Tahun
2011 2012 2013
1. Kab. Pandeglang 140.281 127.800 117.644
2. Kab. Lebak 142.229 125.200 115.160
3. Kab. Serang 82.897 89.200 82.047
4. Kab. Tangerang 256.151 205.100 188.653
5. Kota Tangerang 106.102 124.300 114.333
6. Kota Cilegon 15.367 16.800 15.453
7. Kota Serang 32.764 40.700 37.436
8. Kota Tangerang Selatan 20.144 18.700 25.400
9. Provinsi Banten 775.791 751.000 690.874
(Sumber : Data PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) Provinsi Banten Tahun 2014)
Dengan melihat kemiskinan di Provinsi Banten yang masih tinggi
pemerintah Provinsi Banten mengeluarkan program untuk membantu
mempercepat penurunan angka kemiskinan. Mulai tahun 2012 Pemerintah
Provinsi Banten mencanangkan program Gerakan Pembangunan Kecamatan
Banten Bersatu (GERBANG RATU). Program GERBANG RATU adalah
program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan
berkelanjutan di wilayah Provinsi Banten dengan memberikan dana bantuan 1
Milyar Per Kecamatan. Dana yang digunakan pada Program Gerbang Ratu ini
menggunakan dana dari APBD Provinsi Banten. Pendekatan program GERBANG
RATU diintegrasikan dan disinergikan dengan pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang selama ini dinilai berhasil.
Beberapa keberhasilan PNPM Mandiri adalah berupa penyediaan lapangan kerja
dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan,
serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Berikut ini
merupakan hasil dari PNPM Mandiri Pedesaan :
5
1. 62,5 juta Hari Orang Kerja (HOK) dihimpun melalui pekerjaan jangka
pendek, yang melibatkan lebih dari 5,5 juta pekerja yang berasal dari
masyarakat pedesaan dengan imbalan dengan harga setempat.
2. Dibukanya usaha dan jasa transportasi oleh masyarakat maupun pihak
lain menyusul terbangunnya jalan, jembatan dan dermaga baru yang
dikerjakan masyarakat dengan dana PNPM Mandiri Pedesaan.
3. Lebih dari 1,57 juta warga desa, pedagang dan pengusaha
kecil/rumahtangga lokal, turut mendapatkan pinjaman dalam kegiatan
simpan pinjam PNPM Mandiri Pedesaan.
(Sumber : PNPMpedesaanbanten.wordpress.com, diakses pada tanggal 4 Oktober 2014)
Program pemerintah Provinsi Banten ini diintegrasikan dengan PNPM
Mandiri karena PNPM Mandiri merupakan program nasional pemberdayaan
masyarakat yang dinilai paling representatif bagi masyarakat Indonesia dan minim
penyelewengan. Selain itu PNPM Mandiri sudah teruji dan terbukti dapat
menggerakan partisipasi masyarakat dan hasilnya sudah bisa dirasakan oleh
masyarakat Banten terutama masyarakat di pedesaan.
6
Tabel 1.4
Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan dan Pedesaan di Pandeglang, Lebak,
Cilegon, Kota dan Kabupaten Serang Tahun 2012
No Kabupaten/Kota Kegiatan
1. Pandeglang Membangun jalan aspal 46,6 km kaki, rabat beton
17,84 km, pengerasan telfrod 39,179 km, paving
block 22,8 km kaki, perbaikan tembok tanah 12
km, drainase 5,856 unit, jembatan 23 unit.
2. Lebak Membangun jalan aspal 157,2 km kaki, jembatan
62 unit, dan irigasi 1085 meter
3. Cilegon Membangun jalan aspal 83,2 km kaki, jembatan 7
unit
4. Kab Serang Membangun jalan aspal 137,8 km kaki, jembatan
14 unit, irigasi 1050 meter, paving block 28 km
kaki.
5. Kota Serang Membangun jalan aspal 102 km kaki, jembatan 5
unit, drainase 2013 unit, paving block 35 km.
(Sumber : Radar Banten 4 Oktober 2013)
Pada pelaksanaan program GERBANG RATU di tingkat kota/kabupaten
dikoordinasikan langsung oleh Walikota/Bupati setempat melalui Badan
Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Desa (BPPMD) kota/kabupaten dengan
menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan Program (TKPP) GERBANG RATU
yang anggotanya terdiri dari pejabat instansi terkait di daerah di bawah koordinasi
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) kota/ kabupaten.
7
TKPKD kota/kabupaten dalam GERBANG RATU berperan mengkoordinasikan
TKPP dari berbagai program penanggulangan kemiskinan.
Di tingkat kelurahan/desa unsur utama pelaksanaan program adalah (1)
Lurah/Kades dan perangkatnya, (2) Relawan Masyarakat, (3) BKM/LKM
(Lembaga Keswadayaan Masyarakat), (4) KSM (Kelompok Swadaya
Masyarakat). Lurah/Kades memfasilitasi pertemuan antara OC/KMW (Konsultan
Manajemen Wilayah) dan relawan masyarakat dalam upaya penyebarluasan
informasi dan pelaksanaan GERBANG RATU.
Untuk menguatkan payung hukum dan menghindari penyimpangan
diterbitkan pula Peraturan Gubernur Banten (Pergub) No. 13 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-
Provinsi Banten melalui program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (Gerbang Ratu) dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri.
Visi program GERBANG RATU adalah tercapainya kesejahteraan dan
kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya
kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri
untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses
sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk
mengatasi masalah kemiskinan. Misi program GERBANG RATU adalah: (1)
peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya; (2) pelembagaan sistem
pembangunan partisipatif; (3) pengefektifan fungsi dan peran pemerintahan lokal
dalam pembangunan infrastruktur kecamatan yang diintegrasikan dan
8
disinergikan dengan PNPM Mandiri; (4) peningkatan kualitas dan kuantitas
infrastruktur kecamatan; (5) pengembangan jaringan kemitraan dalam
pembangunan.
Dalam rangka mencapai visi dan misi program GERBANG RATU,
strategi yang dikembangkan program GERBANG RATU yaitu menjadikan
masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan sistem pembangunan
partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerja sama antar desa.
Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka program
GERBANG RATU lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai
pendekatan yang dipilih. Melalui program GERBANG RATU diharapkan
masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya
kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya
rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program.
b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif.
d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial dan geografis.
9
e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian,
dan keberlanjutan.
Program GERBANG RATU pada dasarnya memiliki tujuan untuk :
1. Mempercepat penurunan angka kemiskinan, meningkatkan peran serta
masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan dalam
hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelestarian pembangunan.
2. Melembagakan sistem pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal.
3. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan keswadayaan masyarakat
dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan perdesaan yang
berkelanjutan.
4. Mempercepat ketersediaan Infrastruktur yang diprioritaskan dan
dibutuhkan masyarakat.
Sesuai dengan peraturan Gubernur Banten nomor 13 tahun 2012 tentang
petunjuk teknis bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota se Provinsi
Banten melalui Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu
dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, pada bab III pasal
4 ayat (1) dan (2) dan lampiran II dari PERGUB mengenai lokasi bantuan
keuangan kabupaten/kota se Provinsi Banten melalui program GERBANG RATU
pada lokasi PNPM Mandiri perkotaan. Dengan demikian setiap kecamatan akan
mendapatkan bantuan dana stimulan sebesar 1 milyar per kecamatan. Untuk Kota
Serang terdapat 6 kecamatan dan 66 kelurahan yang mendapatkan dana dari
10
program GERBANG RATU di wilayah PNPM Mandiri perkotaan. Namun
program tersebut hanya berjalan satu kali anggaran saja yaitu pada tahun 2013.
Kota Serang merupakan salah satu kota di Provinsi Banten yang menjadi
sorotan karena tingginya angka kemiskinan. Penanggulangan kemiskinan di Kota
Serang membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan
yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan
sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan
sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari tingkat
pemerintah kota/kabupaten dan dari tingkat masyarakat. Sebagai lokus program,
kecamatan memiliki peranan pembangunan yang direncanakan oleh SKPD
(Satuan Kerja Pembangunan Daerah) bertemu dengan perencanaan dari
masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)
Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan pembangunan yang menyeluruh,
terpadu dan selaras waktu.
Dengan demikian GERBANG RATU akan menekankan pemanfaatan
musrenbang kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai
program yang ada sehingga peranan Forum Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM)/Lembaga Keswadayaan Masyakat (LKM) tingkat kecamatan menjadi
sangat vital.
Menurut data Pendataan Perlindungan Sosial Per Tahun 2011, 2012, 2013
ada sekitar 30.529 orang yang masih tergolong miskin dari total jumlah penduduk
Kota Serang adalah 517.888 Jiwa. Jumlah masyarakat miskin tersebut tersebar di
11
6 kecamatan di Kota Serang antara lain Kecamatan Serang, Cipocok Jaya, Curug,
Walantaka, Taktakan, dan Kasemen.
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk Miskin di Kota Serang Tahun 2011-2013
No
Daerah
Tahun
2011 2012 2013
1 Kecamatan Serang 6.849 6.857 6.883
2 Kecamatan Cipocok Jaya 2.446 2.451 2.464
3 Kecamatan Curug 2.459 2.476 2.476
4 Kecamatan Walantaka 1.391 1.397 1.402
5 Kecamatan Taktakan 1.053 1.073 1.073
6 Kecamatan Kasemen 16.224 16.231 16.231 (Sumber : Data PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) Provinsi Banten Tahun 2014)
Menurut data di atas, kemiskinan di kecamatan se-Kota Serang setiap
tahunnya ada yang mengalami peningkatan dan ada yang tetap tidak berubah.
Kecamatan Kasemen merupakan salah satu kecamatan di Kota Serang yang
memiliki jumlah penduduk miskin terbanyak se-Kota Serang. Hal ini dikarenakan
masyarakat Kecamatan Kasemen terutama di pedesaan yang hidupnya masih
bergantung pada sektor pertanian, dan jauh dari jangkauan pemerintah.
Kecamatan Kasemen merupakan daerah yang memiliki banyak potensi,
yang seharusnya dapat didayagunakan dengan baik oleh pemerintah provinsi
Banten, beberapa potensi yang ada di Kecamatan Kasemen antara lain dibidang
pariwisata (Banten Lama), pelabuhan/perikanan (Karangantu dan Margaluyu),
pertanian (Sawah Luhur, Margaluyu, Terumbu), Panglong (Pabrik Pengolah kayu)
(Kasemen). Dari sekian banyak potensi yang dimiliki oleh Kecamatan Kasemen
seharusnya pemerintah Provinsi Banten memiliki pendapatan asli daerah yang
besar dan sudah tidak ada lagi warga Kasemen yang masih mengkonsumsi nasi
aking.
12
Tabel 1.6
Potensi Ekonomi di Kecamatan Kasemen
No Jenis Potensi Jumlah Penyerapan Karyawan
1. Pariwisata 3 -
2. Pelabuhan/Perikanan 1 -
3. Panglong (Pabrik Pengolah Kayu) 73 730 Orang
4 Pabrik Makanan Ringan 12 360 Orang
5. Pergudangan 5 35 Orang
(Sumber : Peneliti, 2015)
Pada observasi awal peneliti menemukan masalah yang muncul pada
program GERBANG RATU ini diantaranya. Pertama, kurangnya pemahaman
dan keterampilan Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa dalam pengelolaan dana kegiatan
GERBANG RATU. Setelah peneliti melakukan wawancara kepada salah satu
warga Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen yang bernama Aan berusia 26 tahun
mengeluhkan bantuan GERBANG RATU didaerah Kasemen ditujukan hanya
untuk pembangunan infrastruktur jalan pedesaan saja tidak bisa digunakan untuk
pembuatan sarana SAB (saluran air bersih)/MCK (mandi cuci kakus) untuk
umum, padahal pembuatan SAB (Saluran Air Bersih)/MCK (mandi cuci kakus)
sudah masuk dalam musrenbang 2012 dan tentunya sarana itu yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat di daerah tersebut. Permasalahan ini yang
membuktikan bahwa pelaku program kurang memahami dan keterampilan.
(Wawancara dengan narasumber Aan (26) dilakukan pada hari Kamis 23 Oktober
2014 di Kp. Kenari Desa Kasunyatan)
Kedua, ketidakmampuannya Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa dalam menentukan
13
prioritas pembangunan didaerah masing-masing. Setelah peneliti melakukan
observasi awal bahwa tidak semua dana bantuan GERBANG RATU di Kota
Serang diperuntukan untuk pembangunan infrastruktur saja contohnya di
Kecamatan Taktakan dana bantuan GERBANG RATU digunakan untuk
merenovasi posyandu tetapi dalam realitanya di Kecamatan Kasemen hanya
diperuntukkan pembangunan infrastruktur jalan pedesaan saja. Program
GERBANG RATU seharusnya dapat menyesesuaikan dengan kebutuhan prioritas
masyarakat seperti pemberian modal usaha dan pelatihan berwirausaha, padahal
upaya seperti itu yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat miskin dipedesaan agar
bisa mengubah taraf kehidupan keluarganya.
Ketiga, kurang proporsionalnya pembagian dana kegiatan dari kecamatan
kepada kelurahan. Menurut data yang peneliti peroleh dari 10 kelurahan yang
berada di Kecamatan Kasemen tidak semua kelurahan memperoleh dana 100 Juta
Rupiah. Berikut ini adalah data perolehan dana Program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Tabel 1.7 Data Perolehan Dana Bantuan Program GERBANG RATU di Kecamatan
Kasemen Kota Serang Tahun 2013
No Kelurahan di Kecamatan
Kasemen
Jumlah Dana Bantuan Program
GERBANG RATU
1. Kasemen Rp. 75.000.000,-
2. Banten Rp. 75.000.000,-
3. Margaluyu Rp. 125.000.000,-
4. Warung Jaud Rp. 100.000.000,-
5. Mesjid Priyayi Rp. 100.000.000,-
6. Kilasah Rp. 100.000.000,-
7. Terumbu Rp. 125.000.000,-
8. Bendung Rp. 100.000.000,-
9. Sawah Luhur Rp. 100.000.000,-
10. Kasunyatan Rp. 100.000.000,-
(Sumber : Data PNPM Mandiri, 2013)
14
Padahal jika perolehan dana bantuan dilihat dari masalah di masing-
masing kelurahan, Kelurahan Kilasah seharusnya mendapatkan dana lebih
dikarenakan jumlah penduduk miskin yang ada di Kelurahan Kilasah lebih banyak
dari pada di Kelurahan Terumbu, dan Margaluyu yang memperoleh dana 125
Juta. Berikut ini merupakan jumlah penduduk miskin di Kecamatan Kasemen
Kota Serang.
Tabel 1.8
Jumlah Penduduk Miskin di Kelurahan Se Kecamatan Kasemen Tahun
2011-2013
No
Kelurahan di Kecamatan
Kasemen
Jumlah Penduduk Miskin
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
1 Kasemen 1041 1042 1042
2 Banten 862 865 865
3 Margaluyu 1571 1571 1571
4 Warung Jaud 2241 2242 2242
5 Mesjid Priyayi 2205 2206 2206
6 Kilasah 2453 2453 2453
7 Terumbu 912 912 912
8 Bendung 2167 2168 2168
9 Sawah Luhur 1309 1309 1309
10 Kasunyatan 1463 1463 1463 (Sumber : Data PPLS (Pendataan Program Perlindungan Sosial) Provinsi Banten Tahun 2014)
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) yang dikeluarkan oleh
pemerintah provinsi Banten dimaksudkan untuk membantu mempercepat
penurunan angka kemiskinan di seluruh kecamatan se-Provinsi Banten termasuk
di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Namun dalam realitanya program-program
yang ada di dalam Program GERBANG RATU hanya dikhususkan untuk
15
pembangunan Infrastruktur perhubungan pedesaan saja bukan untuk
pembangunan karakter dan mental warga pedesaan agar bisa mandiri untuk
mengubah taraf kehidupannya. Oleh karena itu, penelitian ini lebih ditekankan
pada Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU)
di Kecamatan Kasemen Kota Serang, adapun identifikasi masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Pelaksana program tidak memahami permasalahan di daerah karena tidak
melakukan sosialisasi tentang kebutuhan dari masing-masing daerah.
2. Ketidakmampuannya pelaksana program dalam menentukan prioritas
pembangunan didaerah masing-masing.
3. Kurang proporsionalnya pembagian dana kegiatan dari Pemerintah kepada
BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat).
1.3 Batasan Masalah
Sesuai dengan uraian yang ada didalam latar belakang masalah dan
identifikasi masalah peneliti coba membatasi masalah penelitian ini menjadi
Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012 tentang Program
Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) dalam
upaya menurunkan angka kemiskinan di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu bagaimanakah implementasi Peraturan Gubernur Banten nomor 13 tahun
16
2012 tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu
(GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi Peraturan
Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota
Serang.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua
pihak, terutama bagi yang mempunyai kepentingan langsung terhadap masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun manfaat penelitian ini meliputi :
1.6.1. Manfaat Teoritis
1. Sumbangsih pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
terutama pada bidang studi ilmu sosial dan ilmu politik
2. Memberikan pemahaman tentang implementasi Peraturan
Gubernur Banten nomor 13 tahun 2012 tentang Program Gerakan
Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di
Kecamatan Kasemen Kota Serang.
1.6.2. Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Bagi peneliti diharapkan dapat memperoleh manfaat dan
bisa memperkaya ilmu pengetahuan yang dimiliki
2. Bagi Kalangan Pelaksana Kebijakan dan Masyarakat Umum
17
Sebagai bahan evaluasi program gerakan pembangunan
kecamatan Banten bersatu (GERBANG RATU) dan bahan acuan
serta dapat memperbaiki dalam program-program yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1.Tinjauan Pustaka
Menurut Taylor & Procter dalam Margono (2010;1) tinjauan pustaka
adalah presentasi, klasifikasi dan evaluasi tentang apa yang telah ditulis oleh
peneliti-peneliti lain mengenai suatu subyek tertentu. Meskipun demikian,
tinjauan pustaka bukan hanya sekedar “daftar belanja” tentang apa yang telah
dikemukakan oleh orang lain. Tinjauan pustaka disusun berdasarkan tujuan
penelitian, pernyataan penelitian, dan masalah yang akan dipecahkan. Tanpa
memperhatikan hal-hal tersebut tinjauan pustaka hanya akan merupakan daftar
yang tidak ada gunanya mengenai apa yang telah dikerjakan oleh peneliti lain.
Bersama dengan tujuan penelitian, tinjauan pustaka membentuk garis besar
yang disusun secara hati-hati dan terfokus tentang apa yang telah dikerjakan
oleh orang lain dalam bidang tersebut dan dikemas sedemikian rupa untuk
memenuhi kebutuhan peneliti sendiri.
Tinjauan pustaka mempunyai dua bagian utama meskipun bagian-bagian
tersebut tidak diidentifikasikan secara formal : 1) dimulai dengan membuat garis
besar apa yang telah dikerjakan oleh orang lain dalam hal tertentu yang menjadi
perhatian peneliti; kemudian 2) secara progresif menyempit menjadi kesenjangan
dalam penelitian. Pada tahap kedua hasil penelitian orang lain digunakan untuk
18
19
mempertegas dan memperjelas kesenjangan ini, kemudian pertanyaan penelitian
dan hipotesis diajukan dengan tepat sebelum penelitian dimulai.
2.1.1. Pengertian Kebijakan
Kebijakan (policy) menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
adalah
“rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang
perintah, organisasi, dan sebagainya).”
Selanjutnya kebijakan dijelaskan oleh Budiardjo dalam Imron (2002:34),
mendefiniskan kebijakan (policy) adalah :
“Sekumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan itu
mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya”
Pengertian kebijakan dijelaskan oleh Jones dalam Abidin (2012:6),
menjelaskan kebijakan sebagai :
“’Behavioral consistency and repetitiveness’ associated with efforts in and
through government to resolve public problems” (Perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Kebijakan bersifat dinamis yang nanti dalam bagian lain akan dibicarakan secara
khususdalam hubungannya dengan sifat dari kebijakan.”
Berbeda dengan Jones, pakar Prancis Lemieux dalam Wahab (2012:15)
menjelaskan bahwa kebijakan merupakan :
“The product of activities aimed at the resolution of public problems in the envirronment by political actors whose relationship are structured. The
entire process evolves over time” (Produk aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan unutk memecahkan masalah-masalah publik yang terjadi di
lingkungan tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor politik yang hubungannya terstruktur. Keseluruhan proses aktivitas itu berlangsung
sepanjang waktu).”
20
Kebijakan memang menjadi rana yang amat berbau kekuatan untuk saling
mempengaruhi dan melakukan tekanan para pihak. Sehingga, tak heran jika Carl
Friedrich dalam Indiahono (2009:18) pun mendefinisikan kebijakan sebagai :
“Suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari
peluang-peluang untuk mencapai tujuan tertentu.”
Dari beberapa definisi kebijakan menurut para ahli diatas, kebijakan dapat
disimpulkan sebagai suatu lingkup kegiatan yang diterapkan oleh pemerintah atau
aktor pejabat pemerintahan yang dilaksanakan maupun tidak dilaksanakan oleh
pemerintah atau kelompok lain untuk mencapai tujuan tertentu.
2.1.2. Pengertian Publik
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan Publik sebagai
orang banyak (umum). Sedangkan dalam bahasa Inggris, Publik diserap dari kata
Public artinya milik bangsa, negara atau komunitas dalam jumlah yang besar atau
dipertahankan atau digunakan oleh masyarakat/komunitas secara keseluruhan.
Publik juga berasal dari bahasa latin Publicus yang artinya kedewasaan, dalam
pengertian tentang pelajaran ini adalah membawa ide kepada masyarakat.
Menurut I. Bambang Sugiharto & Agus Rachmat W dalam Kartika
(2012:53), Publik dapat diartikan sebagai :
“Segala hal serentak bukan apapun juga, kekuatan yang paling berbahaya serentak sesuatu yang paling tak bermakna, orang bisa saja bicara atas
nama publik, tetapi tetap publik itu bukan sosok nyata siapa pun.”
Menurut Said Zainal Abidin dalam Abidin (2010:7) definisi dari Publik
adalah :
21
„Pengertian publik dalam rangkaian kata Public Policy, publik memiliki tiga konotasi, yaitu pemerintah, masyarakat, dan umum. Hal ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, publik merupakan kebijakan dari pemerintah. Dalam
dimensi objek adalah masyarakat, sedangkan dari dimensi lingkungan
adalah pelaksana kebijakan.”
Menurut Bilson Simamora dalam Ahadiano (2005:29) definisi publik
adalah:
“Semua pihak yang peduli dengan perusahaan dan pendapatnya dapat mempengaruhi pencapaian sasaran perusahaan.”
Sedangkan menurut Pauline Pudjiastuti dalam Arhata (2011:78) definisi
dari publik dapat diartikan sebagai:
“Orang-orang yang berada diluar keanggotaan, yang juga sangat mungkin tertarik pada isu yang akan dinaikkan.”
Dari beberapa definisi publik menurut para ahli diatas, publik dapat
disimpulkan menjadi masyarakat umum yang menerima atau meminta hasil dari
pejabat atau institusi politis yang dalam kesempatan tertentu menjadi objek
pembangunan dan dapat mempengaruhi pencapaian sasaran pemerintahan.
2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan (policy) publik mempunyai arti yang bermacam-macam
menurut William N. Dunn (1994) mendefinisikan kebijakan publik adalah
“pola ketergantungan yang kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-keputusan untuk tidak bertindak,
yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah”.
Menurut Carl J Federich (1963) dalam Wicaksono (2006:63),
mendefinisikan kebijakan publik sebagai :
“suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang dapat memberikan
22
hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan atau
merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu. Oleh karena itu,
kebijakan harus menunjukan apa yang seharusnya dikerjakan daripada
apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah”.
Richard Rose (1969) dalam Wicaksono (2006:63) mendefinisikan
kebijakan publik sebagai
“serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan dari pada sebagai suatu
keputusan tersendiri‟.
Selanjutnya karakteristik kebijakan publik yang dijelaskan oleh Easton
dalam Islamy (2004:19) yang menegaskan bahwa
“Kebijakan publik adalah keputusan politik yang dikembangkan oleh badan dan pejabat pemerintah. Hanya pemerintah yang secara sah dapat
berbuat sesuatu pada masyarakat dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu tersebut dirupakan dalam bentuk pengalokasian nilai-
nilai pada masyarakat. Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk
kedalam para penguasa suatu sistem politik yang terlibat dalam masalah
sehari-hari yang telah menjadi tanggung jawab atau perannya”.
Menurut Peter Bridgman dan Glyn Davis dalam Islamy (2004:22) adalah
banyaknya definisi kebijakan publik menjadikan kita sulit untuk menentukan
secara tepat sebuah definisi kebijakan publik. Oleh karenanya, untuk
memudahkan pemahaman kita terhadap kebijakan publik, kita dapat meninjaunya
dari lima karakteristik kebijakan publik, yaitu:
1. Memiliki tujuan yang didesain untuk dicapai atau tujuan yang dipahami 2. Melibatkan keputusan beserta dengan kosekuensinya
3. Terstruktur dan tersusun menurut aturan tertentu
4. Pada hakikatnya adalah politis
5. Bersifat dinamis
23
Selain kelima karakteristik di atas, Bridgman dan Davis mengemukakan
pula bahwa Kebijakan Publik dapat ditinjau dari tiga dimensi yakni (1) as
authoritative choice; (2) as hypotesis; dan (3) as objective (dalam Wicaksono,
2006;65).
Kebijakan publik adalah jalan mencapai tujuan bersama yang dicita-
citakan. Jika cita-cita bangsa Indonesia adalah mencapai masyarakat yang adil dan
makmur berdasarkan Pancasila (Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi,
dan Keadilan) dan UUD 1945 (Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan hukum dan tidak semata-mata kekuasaan), kebijakan publik adalah
seluruh prasarana (jalan, jembatan, dan sebagainya) dan sarana (mobil, bahan
bakar, dan sebagainya) untuk mencapai “tempat tujuan” tersebut dalam Nugroho
(2012:170-171).
Dari beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah serangkaian yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak
dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau orientasi pada tujuan
tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.
2.1.4. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu proses dalam kebijakan publik
yang mengarah pada pelaksanaan kebijakan. Dalam praktiknya implementasi
kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang
bermuatan politis dengan adanya intervensi dari berbagai kepentingan. Untuk
melukiskan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat pada
24
pernyataan yang dikemukakan oleh Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier dalam
Agustino (2008:139) mendefinisikan sebagai
“pelaksanaan keputusan kebisaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah
yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur
proses implementasinya”.
Sedangkan menurut Van Meter dan Van Horn (1975) dalam Agustino
(2008:139) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai
“tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat- pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijaksanaan”.
Menurut William N. Dunn (1994) Implementasi Kebijakan (Monitoring
Kebijakan) adalah
“Salah satu tahap penting yang menentukan keberhasilan suatu kebijakan publik, telaah yang menyangkut monitoring terhadap suatu kebijakan biasanya disebut juga studi implementasi. Implementasi kebijakan juga memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan masa lalu
dari diterapkannya alternatif kebijakan termasuk kendala-kendalanya”.
Implementasi kebijakan menurut Lester dan Stewart Jr dalam Agustino
(2008:139) adalah
”Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari
proses dan pencapaian tujuan yang ingin diraih”.
Implementasi Kebijakan menurut Nugroho dalam Nugroho (2003:158)
adalah :
25
“Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan kebijakan.”
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui bahwa implementasi
kebijakan menyangkut tiga hal, yaitu (1) adanya tujuan atau sasaran kebijakan; (2)
adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan; (3) adanya hasil kebijakan.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau dilihat dari proses
dan pencapaian tujuan hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang
ingin diraih. Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah
kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang. Untuk
mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,
yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau
melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.
2.1.5. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan
Model pendekatan Implementasi Kebijakan publik pertama model Van
Metter dan Van Horn dalam Subarsono (2013:99), ada lima variabel yang
mempengaruhi kinerja implementasi, yakni; (1) standar dan sasaran kebijakan; (2)
sumberdaya; (3) komunikasi antarorganisasi dan penguatan aktivitas; (4)
karakteristik agen pelaksana; dan (5) kondisi sosial, ekonomi dan politik.
1. Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apabila standar dan sasaran
kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah
menimbulkan konflik di antara para agen implementasi.
2. Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik
sumberdaya manusia (human resources) maupun sumberdaya non-
manusia (non-human resources). Dalam berbagai kasus program
pemerintah, seperti program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk
kelompok miskin di pedesaan kurang berhasil karena keterbatasan kualitas
aparat pelaksana.
26
3. Hubungan antarorganisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu,
diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu
program.
4. Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana
adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
memengaruhi impelementasi suatu program.
5. Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya
ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi
kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan
dukungan bagi impelementasi kebijakan; karakteristik para para partisipan,
yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di
lingkungan; dan apakah elite politik mendukung impelementasi kebijakan.
6. Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang
pentikng, yakni; (a) respons implementator terhadap kebijakan, yang akan
memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; (b) kognisi,
yakni pemahamannya terhadap kebijakan; dan (c) intensitas disposisi
implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.
Selanjutnya model Mazmanian dan Sabatier dalam Agustino (2008:144)
yang berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah
kemampuannya dalam mengidentifikaskan variabel-variabel yang mempengaruhi
tercapainya tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi. Dan variabel-
variabel yang dimaksud dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori besar, yaitu:
1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi:
a. Kesukaran-kesukaran Teknis.
Tercapainya atau tidaknya tujuan suatu kebijakan akan tergantung
pada sejumlah persyaratan teknis, termasuk diantaranya: kemampuan
untuk mengembangkan indikator-indikator pengukur prestasi kerja
yang tidak terlalu mahal serta pemahaman mengenai prisip-prinsip
hubungan kausal yang mempengaruhi masalah. Disamping itu tingkat
keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi juga oleh tersedianya atau
telah dikembangkannya teknik-teknik tertentu.
b. Keberagaman Perilaku yang diatur.
Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin
beragam pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk
membuat peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin
besar kebebasan bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada
pelaksana (administratur atau birokrat) dilapangan.
27
c. Persentase Totalitas Penduduk yang Tercakup dalam Kelompok Sasaran.
Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya
akan diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar
peluang untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah
kebijakan dan dengannya akan lebih terbuka peluang bagi tujuan
kebijakan.
d. Tingkat dan Ruang Lingkup Perubahan Perilaku yang Dikehendaki.
Semakin besar jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh
kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh
implementasi yang berhasil.
2. Kemampuan Kebijakan Menstruktur Proses Implementasi Secara Tepat.
Para pembuat kebijakan mendayagunakan wewenang yang dimilikinya
untuk menstruktur proses implementasi secara tepat melalui beberapa cara:
a. Kecermatan dan Kejelasan Penjenjangan Tujuan-tujuan Resmi yang
Akan Dicapai
b. Keterandalan Teori Kausalitas yang Diperlukan
c. Ketetapan Alokasi Sumberdana
d. Keterpaduan Hirarki di dalam Lingkungan dan Diantara Lembaga-
lembaga atau Instansi-instansi Pelaksana
e. Aturan-aturan Pembuat Keputusan dari Badan-badan Pelaksana
f. Kesepakatan Para Pejabat Terhadap Tujuan yang Termaktub dalam
Undang-undang
g. Akses Formal Pihak-pihak Luar
3. Variabel-variabel diluar Undang-undang yang Mempengaruhi
Implementasi
a. Kondisi sosial ekonomi dan teknologi
b. Dukungan publik
c. Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat.
d. Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana.
Model pendekatan implementasi kebijakan publik lain menurut Merilee S
Gerindle dalam Agustino (2008:154) dikenal dengan Implementation as A
Political and Administrative Process. Menurut Grindle ada dua variabel yang
mempengaruhi implementasi kebijakan publik, yakni bahwa keberhasilan
implementasi suatu kebijakan publik dapat diukur dari proses pencapain akhir
(outcomes), yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih, yang mana
pengukuran keberhasilannya dapat dilihat dari dua hal :
28
1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan menunjuk pada
aksi kebijakannya.
2) Apakah tujuan kebijakan tercapai, yang mana dimensi ini diukur dengan
dua faktor, yaitu :
a. Imfak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok. b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran
dan perubahan yang terjadi
Keberhasilan sebuah implementasi kebijakan publik juga menurut
Grindle amat ditentukan oleh tingkat implementasi kebijakan itu sendiri, yang
terdiri atas Conten of Policy dan Context of Policy :
1) Content of Policy (isi kebijakan) a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
b. Type of Benefits (tipe manfaat)
c. Exxtent of change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
d. Site of Descision Making (letak pengambilan keputusan)
e. Program Implementer (pelaksana program)
f. Resources Committed (sumber-sumber daya yang digunakan)
2) Context of Policy (lingkungan kebijakan)
a. Power, Interest and Strategi of Actor Involved (kekuasaan
kepentingan-kepentingan dan strategi dari aktor yang terlibat).
b. Intitution and Regime Characteristic (karakteristik atau rejim yang
berkuasa.
c. Compliance and Responsiveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon
dari pelaksana)
Model pendekatan implementasi kebijakan publik selanjutnya adalah
menurut George Edward III dalam Indiahono (2009:31) yang berspektif top-down.
Edward III menanamkan model implementasi kebijakan publiknya dengan direct
and indirect impact of implementation. Dalam modelnya terdapat empat variabel
yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu: (1)
Komunikasi; (2) Sumber Daya; (3) Disposisi; dan (4) Struktur Birokrasi.
Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan adalah komunikasi. Komunikasi menurutnya damhat menetukan
29
keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik. Implementasi
yang efektif baru akan terjadi apabila para pembuat keputusan (decision makers)
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Pengetahuan atas apa yang
akan mereks kerjakan baru dapat manakala komunikasi berlangsung dengan baik,
sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus dapat
ditrasmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat.
Komunikasi (atau pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat
keputusan dan para implementor semakin konsisten dalam melaksanakan setiap
kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Karenanya, komunikasi yang
baik menghasilkan implementasi kebijakan yang baik pula. Terdapat tiga
indikator yang dapat dipakai (digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel
komunikasi tersebut, yaitu:
a. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan menghasilkan suatu
implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam penyaluran
komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi) hal tersebut
disebabkan komunikasi telah melalui beberapa tingkatan birokrasi,
sehingga apa yang diharapkan telah melalui beberapa tingkatan birokrasi,
sehingga apa yang diharapkan terjadi penyimpangan di tengah jalan.
b. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
(street-level-bureucrats) harus jelas dan tidak membingungkan (tidak
ambigu/mendua). Ketidakjelasan pesan kebijakan tidak selalu
menghalangi implementasi tetapi pada tataran tertentu, para pelaksana
membutuhkan fleksibelitas dalam melaksanakan kebijakan. Pada tataran
yang lain, hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak
dicapai oleh kebijakan yang telah diterapkan. Kejelasan diperlukan untuk
menghindari salah tafsir akan substansi kebijakan.
c. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu kominikasi
harus konsisten dan jelas (untuk diterapkan atau dijalankan). Karena jika
perintah yang dibiarkan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan
kebingungan bagi pelaksana di lapangan.
Variabel atau faktor kedua, yang mempengaruhi keberhasilan
implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal
30
penting lainnya dalam mengimplementasikan kebijakan dengan baik. Indikator-
indikator yang digunakan untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan
dengan rapi dan baik, yaitu:
a. Staf; sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah
staf/pegawai. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi
kebijakan, salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang tidak
mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Penambahan
jumlah staf dan implementor saja tidak cukup menyelesaikan persoalan
ketidakberhasilan implementasi kebijakan, tetapi diperlukan pula staf
dengan keahlian dan kemampuan yang diperlukan (the right man and the
right place) dalam mengimplementasikan kebijakaan atau melaksanakan
tugas yang diinginkan oleh kebijakan itu sendiri.
b. Informasi; dalma implementasi kebijakan informasi mempunyai dua
bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dnegan cara
melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa saja yang
harus mereka lakukan di saat mereka diberi perintah untuk melakukan
tindakan. Kedua informasi mengenai data kepatuhan dari para pelaksana
terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan.
Implementor harus mengetahui apakah orang lain yang terlibat di dalam
pelaksanaan kebijakan tersebut patuh terhadap hukum (kepatuhan hukum).
c. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar
perintah dapat dilaksanakan. Kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para
implementor di mata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat
menggagalkan proses implementasi kebijakan. Tetapi, dalam konteks yang
lain, ketika wewenang formal tersebut ada, maka sering terjadi kesalahan
dalam melihat efektifitas kewenangan. Di satu pihak, efektifitas
kewenangan diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan; tetapi
di sisi lain, efektifitas akan menyurut manakala wewenang diselewengkan
oleh para pelaksanan demi kepentingannya sendiri atau demi kepentingan
kelompoknya. Pelimpahan dan penempatan wewenang yang baik akan
menghasilkan efektifitas kewenangan.
d. Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti
apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk
melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana
dan prasarana) maka terjadi kegagalan implementasi kebijakan.
Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi
kebijakan publik adalah Disposisi. Disposisi atau siakp dari pelaksana kebijakan
31
adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu
kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para
pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi
juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam
praktiknya tidak terjadi bias. Hal-hal penting yang perlu dicermatu pada variabel
disposisi adalah:
a. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan
menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap impelementasi
kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan
yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu, pemilihan dan
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang
memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan; lebih khusus lagi
pada kepentingan warga.
b. Insentif; salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah
kecenderungan para pelaksana adalah dengan memanipulasi insentif. Pada
umumnya orang bertindak menurut kepentingan mereka sendiri, maka
memanipulasi insentif oleh para pembuat kebijakan mempengaruhi
tindakan pelaksana kebijakan diharapkan dengan menambah keuntungan
atau biasa tertentu mungkin akan menjadi faktor pendorong yang memuat
pelaksana kebijakan melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini
dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest) atau
organisasi.
Dan variabel keempat yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-
sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana
kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan mempunyai keinginan
untuk melaksanakan suatu kebijakan, tetapi kemungkinan kebijakan tersebut tidak
dapat terlaksana atau terealisasi masih tetap ada karena terdapatnya kelemahan
dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya
kerjasama banyak orang. Ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan
32
yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber-sumber daya menjadi tidak
efektif dan menghambat jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik
dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik.
Dua karakteristik yang dapat mendongkrak kinerja struktur
birokrasi/organisai kearah yang lebih baik adalah melakukan standart operating
procedures (SOPs) dan melaksanakan fragmentasi. SOPs adalah suatu kegiatan
rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelakasana kebijakan/administratur
birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya, setiap hari sesuai dengan
standar yang ditetapkan (atau standar minimum). Sedangkan fragmentasi adalah
membelah menjadi beberapa bagian, setiap belahan dapat berkembang menjadi
organisme baru.
2.1.6. Definisi Program GERBANG RATU
Program GERBANG RATU adalah program yang bertujuan untuk
mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di
wilayah Provinsi Banten dengan memberikan dana stimulan sebesar 1 Milyar per
Kecamatan. Pendekatan Program GERBANG RATU diintegrasikan dan
disinergikan dengan pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri, yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PNPM
Mandiri adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok
rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan
kebersamaan dan partisipasi masyarakat.
33
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya
rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip
pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program.
b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses
pembangunan partisipatif.
d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan
karakteristik sosial dan geografis.
e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian,
dan keberlanjutan.
Program GERBANG RATU pada dasarnya memiliki tujuan untuk :
1. Mempercepat penurunan angka kemiskinan, meningkatkan peran serta
masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan dalam
hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelestarian pembangunan.
2. Melembagakan sistem pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal.
3. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan keswadayaan masyarakat
dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan perdesaan yang
berkelanjutan.
4. Mempercepat ketersediaan Infrastruktur yang diprioritaskan dan
dibutuhkan masyarakat. (Sumber : Pedoman Pelaksanaan Program
Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu).
2.2.Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
penyusunan skripsi ini. Beberapa penelitian terdahulu yang akan mengarahkan
penelitian ini diantaranya yaitu :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nursanti Pratiwi (2010) dengan
judul Implementasi peraturan daerah Kabupaten Tangerang Nomor 20 Tahun
2006 tentang pembentukan Kecamatan Kelapa Dua. Masalah penelitian ini karena
kurangnya komunikasi peraturan daerah kepada masyarakat, sumber daya
manusia dalam segi kualitas yang kurang, infrastruktur jalan masih banyak yang
34
rusak, dan ketidakjelasan dalam pembagian tugas atau wewenang antara
pemerintah kabupaten dengan pemerintah kecamatan. Penelitian ini menggunakan
teori Implementasi Kebijakan Publik dari George Edward III dan menggunakan
metode penelitian kualitatif. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti tentang implementasi kebijakan
publik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah peneliti tidak melibatkan pejabat
pembuat kebijakan. Kritik peneliti seharusnya dapat melibatkan pejabat pembuat
kebijakan agar peneliti dapat mengetahui alasan yang kuat atas terbentuknya
kecamatan baru di Kota Tangerang.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Hilman Irmansyah (2015) dengan
judul Implementasi peraturan daerah Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010 tentang
pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan penyakit masyarakat di Kota
Serang. masalh dalam penelitian ini adalah pembiayaan yang terbatas, tidak ada
efek jera yang ditunjukkan oleh PSK, tidak ada kerja sama antara pemeritah
dengan masyarakat, pemerintah belum memiliki tempat rehabilitasi untuk
menampung para PSK yang terjaring razia dan kurangnya sosialisai kepada
mereka. Penelitian ini menggunakan teori Implementasi kebijakan publik dari
Merilee S. Grindle dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah sama-sama meneliti
tentang implementasi kebijakan publik. Perbedaannya penelitian ini tidak
melibatkan masyarakat sekitar tempat prostitusi apakah PSK tersebut merugikan
atau sebaliknya menguntungkan bagi mereka. Kritik yang dapat penulis berikan
35
yaitu seharusnya peneliti tidak hanya melibatkan pemerintah dalam hal pelaksana
Perda, masyarakat yang tinggal di sekitar tempat prostitusi juga harus dilibatkan.
2.3.Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir merupakan alur pemikiran dari penulis sendiri atau juga
mengambil dari suatu teori yang dianggap relevan dengan fokus/judul penelitian
dalam upaya menjawab masalah-masalah yang ada dirumuskan penelitian
tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis meneliti mengenai Implementasi Peraturan
Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota
Serang, dalam upaya menjawab rumusan masalah penelitian ini penulis
mengambil teori dari model implementasi kebijakan dari tokoh George Edward III
yang berspektif top-down. Edward III menanamkan model implementasi
kebijakan publiknya dengan direct and indirect impact of implementation. Dalam
modelnya terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan
implementasi suatu kebijakan, yaitu: (1) Komunikasi; (2) Sumber Daya; (3)
Disposisi; dan (4) Struktur Birokrasi.
Dari teori tokoh Edward III tersebut peneliti akan mencoba menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada dalam implementasi program gerakan
pembangunan kecamatan banten bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan
Kasemen Kota Serang.
36
Berikut ini adalah kerangka berpikir yang akan membantu peneliti dalam
menjawab masalah-masalah diatas.
Program GERBANG RATU betujuan untuk : 1. Mempercepat penurunan angka kemiskinan meningkatkan peran serta
masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan dalam hal
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pelestarian pembangunan.
2. Melembagakan sistem pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan potensi dan sumber daya lokal.
3. Mengembangkan kapasitas kelembagaan dan keswadayaan masyarakat dalam
memfasilitasi pengelolaan pembangunan perdesaan yang berkelanjutan.
4. Mempercepat ketersediaan Infrastruktur yang diprioritaskan dan dibutuhkan
masyarakat. (Sumber : Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu)
Identifikasi Masalah 1. Pelaksana program tidak memahami permasalahan di daerah karena tidak
melakukan sosialisasi tentang kebutuhan dari masing-masing daerah.
2. Ketidakmampuannya pelaksana program dalam menentukan
prioritas pembangunan didaerah masing-masing 3. Kurang proporsionalnya pembagian dana kegiatan dari kecamatan kepada
kelurahan.
(Sumber : Peneliti, 2015)
Implementasi Kebijakan Teori Edward III
1. Komunikasi
2. Sumber Daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Sumber : Indiahono (2009:31)
Outcomes Implementasi Peraturan Gubernut Banten Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Program
Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di
Kecamatan Kasemen Kota Serang berjalan dengan baik.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
37
2.4.Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas,
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
berasumsi bahwa Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun
2012 Tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu
(GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang belum berjalan dengan
optimal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Metode penelitian ini muncul karena terjadi perubahan paradigma dalam
memandang suatu realitas/fenomena/gejala. Dalam paradigma ini realitas sosial
dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh
makna. Untuk mengetahui Implementasi dari Peraturan Gubernur Banten Nomor
13 tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang yang sesuai
dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini peneliti
ingin menggunakan metode pendekatan kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
unutk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai imstrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generasi (Sugiyono 2010:1).
3.2.Fokus Penelitian
Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Implementasi dari Peraturan
Gubernur nomor 13 tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan
Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota
Serang.
38
39
3.3.Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokus di Kota Serang dan studi kasusnya di
Kecamatan Kasemen atau di tiga BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat)
Kasemen, Kasunyatan, dan Kilasah. Selain itu peneliti akan melakukan penelitian
di Kantor Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Desa Provinsi Banten
yang berada di Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (DISTAMBEN),
Jln. Syech Nawawi Al-Bantani Palima Serang, dan Kantor Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang berada di Komplek Ciceri
Permai.
3.4.Variabel Penelitian
Sugiyono (2010:61) menjelaskan bahwa variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.
3.4.1. Definisi Konsep
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian yang
berkaitan dengan Implementasi Peraturan Gubernur Banten nomor 13
tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
Impelementasi Kebijakan dari Edward III (dalam Indiahono (2009;31),
yang menjelaskan bahwa dalam Implementasi Kebijakan terdapat empat
variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik yaitu :
40
1. Komunikasi
2. Sumber daya
3. Disposisi
4. Struktur Birokrasi
Variabel Implementasi Kebijakan Publik yang disebutkan diatas,
dinilai dan dianggap lebih rasional dan tepat untuk menjawab
permasalahan-permasalahan yang ada pada Implementasi Pergub ini.
3.4.2. Definisi Operasional
Pada penelitian Impelementasi Peraturan Gubernur Banten nomor
13 tahun 2012 tentang Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU) di Kecamatan Kasemen Kota Serang, teori
yang digunakan adalah teori implementasi Edward III, berikut rincian dari
dimensi dan indikator yang digunakan pada tabel 3.1 di bawah ini :
41
Tabel 3.1
Definisi Operasional Penelitian
Dimensi Indikator Pertanyaan
Impelementasi
Peraturan
Gubernur Banten
nomor 13 Tahun
2012 tentang
Program Gerakan
Pembangunan
Kecamatan
Banten Bersatu di
Kecamatan
Kasemen Kota
Serang
Komunikasi Transmisi : Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada
masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Kejelasan : Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Konsistensi : Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi
yang disampaikan mengenai kebijakan ini?
Sumber daya Staf : Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan
tersebut?
Informasi : Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai
kebijakan tersebut?
Wewenang : Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para
pelaksana kebijakan?
Fasilitas : Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung
(sarana/prasarana) untuk menunjang
pelaksanaan kebijakan tersebut?
Disposisi Pengangkatan Birokrat : Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana
kebijakan untuk diberi wewenang
menjalankan kebijakan tersebut?
Insentif : Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh
para pelaksana kebijakan?
Struktur Birokrasi
Melaksanakan SOPs : Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Melaksanakan Fragmentasi : Bagaimanakah pemerintah melaksanakan
fragmentasi untuk melaksanakan kebijakan
tersebut?
(Sumber : Peneliti, 2015)
42
3.5.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian diperlukan suatu alat ukur yang tepat dalam proses
pengolahannya. Hal ini untuk mencapai hasil yang diinginkan. Alat ukur dalam
penelitian disebut juga instrumen penelitian, atau dengan kata lain bahwa pada
dasarnya instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan dalam mengukur
fenomena alam atau sosial yang diamati. Secara spesifik fenomena ini disebut
dengan variable penelitian yang kemudian ditetapkan untuk diteliti.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat peneltian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen
meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek
penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi
adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap
metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Adapun alat-alat tambahan yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan
data berupa panduan wawancara, buku catatan, dan kamera digital. Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono 2010;59).
43
3.6.Informan Penelitian
Informan penelitian diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di
lokasi penelitian yaitu di Badan Pemberdayaan Perempuan Masyarakat Desa
(BPPMD) Provinsi Banten, Tim Koordinasi Pelaksana Program (TKPP) Gerbang
Ratu Kota Serang, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Kota Serang, dan Camat Kasemen serta Lurah Kasemen, Lurah Banten, Lurah
Kasunyatan yang bertanggung jawab atas jalannya program di Kecamatan
Kasemen dan Tokoh masyarakat dari beberapa Kelurahan di Kecamatan Kasemen
sebagai pembanding. Informan tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak
berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan
fungsi dan peran informan sesuai fokus dan lokus masalah penelitian.
Informan dalam penelitian ini merupakan stakeholders Implementasi
Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Gerakan
Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu yaitu : Ketua Tim Koordinasi
Pelaksana Program (TKPP) Gerbang Ratu Kota Serang, Koordinator Kota
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang,
Camat Kasemen, Lurah Kasemen, Lurah Banten, Lurah Kasunyatan dan tokoh
masyarakat dari Kelurahan Kasemen, Kelurahan Banten, Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen.
44
Tabel 3.2
Informan Penelitian
No
Kode
Informan
Jabatan Informan
1. I1 Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten
2. I2 Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang
3. I3 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat ) Kelurahan Kasemen
4. I4 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat ) Kelurahan Kasunyatan
5. I5 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat ) Kelurahan Kilasah
6. I6 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasemen
7. I7 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasunyatan
8. I8 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kilasah
(Sumber : Peneliti, 2015)
3.7.Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
3.7.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiyono 2010;62).
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan dalam
empat cara yaitu sebagai berikut;
1. Observasi
Nasution (1988) Observasi adalah dasar semua ilmu pegetahuan.
Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan
dan sering dengan bantuan berbagai alat canggih, sehingga benda-benda
45
yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda
ruang angkasa dapat diobservasi dengan jelas (Sugiyono 2010; 64).
2. Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan wawancara atau interview sebagai
berikut. “a meeting of two persons to exchange infoemation and idea
throught question and responses, resulting in comunnication and joint
contstruction of meaning about a particular topic”. Wawancara adalah
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui
tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono 2010;72).
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini,
khususnya dalam melakukan wawancara adalah :
1. Buku catatan : untuk mencatat percakapan dengan sumber data.
2. Alat perekam : untuk merekam semua percakapan karena jika hanya
menggunakan buku catatan, peneliti sulit untuk mendapatkan
informasi yang diberikan oleh informan.
Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini
terbagi atas data primer dan sekunder. Data primer diambil langsung dari
informan penelitian. Dalam hal ini data primer diambil melalui
wawancara. Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak langsung
berasal dari informan. Data sekunder yang dipakai yaitu Buku Pedoman
Pelaksana Program GERBANG RATU.
46
Berdasarkan sumber data primer diatas berupa hasil wawancara
untuk mempermudah dan memfokuskan masalah penelitian maka
disusunlah pedoman wawancara dengan berdasarkan indikator variabel
penelitian, yaitu sebagai berikut :
Tabel. 3.3
Pedoman Wawancara
Variabel Sub Variabel Indikator Kode Informan
Implementasi
Kebijakan
Komunikasi Transmisi I1, I2, I3, I4, I5, I6,
I7, I8 Kejelasan
Konsistensi
Sumber Daya Staff I1, I2, I3, I4, I5, I6,
I7, I8 Fasilitas
Informasi
Wewenang
Disposisi Pengangkatan Birokrat I1, I2, I3, I4, I5
Insentif
Struktur Birokrasi
Melaksanakan SOPs I1, I2, I3, I4, I5
Melaksanakan Fragmentasi
(Sumber : Peneliti, 2015)
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa
dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang
dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen
47
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara
dalam penelitian kualtitatif (Sugiyono 2010;82)
4. Triangulasi
Dalam teknik pegumpulan data, triangulasi dapat diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber daya (Sugiyono 2010;83).
Denzin (Prastowo, 2011;269) membedakan teknik menjadi lima macam
yaitu :
a. Triangulasi sumber, yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data
yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui
beberapa sumber.
b. Triangulasi teknik, yaitu suatu teknik pemgecekan kredibilitas data
yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik berbeda.
c. Triangulasi waktu, suatu teknik pengecekan kredibilitas data dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik
lain dalam waktu atau situasi berbeda.
d. Triangulasi penyidik, yaitu cara pemeriksaan kredibilitas data yang
dilakukan dengan memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan
derajat kepercayaan data.
48
e. Triangulasi teori, yaitu cara pemeriksaan kredibilitas data yang
dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa
data temuan penelitian.
Dari semua macam triangulasi data diatas, peneliti dalam
melakukan analisis data menggunakan triangulasi sumber dan teknik.
Triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan
membandingkan data hasil wawancara dari pada informan yang dituju.
Sedangkan triangulasi teknik dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data
yang diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan observasi
di lapangan dan dokumentasi.
3.7.2. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan
dilakukan secara terus-menerus sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang
terus-menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang
diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data
kuantitatif), sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada polanya yang
jelas.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, setelah selesai di lapangan. Dalam hal
ini Nasution (1998) menyatakan analisis telah mulai sejak merumuskan dan
49
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penulisan hasil penelitian (Sugiyono 2010;89).
1. Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti
memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi
pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan
fokus penelitian. Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat
sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di
lapangan.
2. Analisis Selama di lapangan Model Miles and Huberman
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang
diwawancarai setetlah dianalisis terasa belum memuaskan, amaka peneliti
akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data
yang dianggap kredibel.
Menurut Miles and Huberman dalam Sugiyono (2010:91) aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclusion drawing/verification. Apabila digambarkan proses tersebut
akan nampak sebagai berikut :
50
Data
Collection
Data Display
Data Reduction
Conclusion:
Drawing/verivying
Gambar 3.1
Analisis Data Menurut Miles dan Huberman
a. Data Reduction
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mepermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif, penyajian data
bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Dengan mendisplaykan data, maka
akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah difahami tersebut.
51
c. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal,
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti
kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan itu merupakan kesimpulan yang kredibel.
52
3.8.Jadwal Penelitian
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No
Kegiatan Waktu Penelitian
2014 2015 Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus
1 Observasi
Awal
2
Pengajuan
BAB I, II,
III
3
Bimbingan
Dan Revisi
BAB I, II, III
4 Seminar
Proposal
5 Revisi
Proposal
6 Penyusunan
BAB IV-V
7
Bimbingan
dan Revisi
BAB IV-V
8
Penyusunan
Laporan
Akhir
9 Sidang
Skripsi
(Sumber : Peneliti, 2015)
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Profil Kota Serang
Kota Serang adalah wilayah baru hasil pemekaran dari Kabupaten Serang
Provinsi Banten. Sebagai ibukota provinsi, kehadirannya adalah sebuah
konsekuensi logis dari keberadaan Provinsi Banten. Terdiri dari 6 (enam)
kecamatan yaitu; Kecamatan Serang, Kecamatan Kasemen, Kecamatan
Walantaka, Kecamatan Curug, Kecamatan Cipocok Jaya dan Kecamatan
Taktakan. Kota Serang memiliki luas wilayah 266,77 km2
dengan jumlah
penduduk sekitar 523.384 jiwa.
Batas wilayahnya diantaranya adalah sebelah Utara yaitu Teluk Banten
Sebelah Timur yaitu Kecamatan Pontang dan Kecamatan Kragilan Kabupaten
Serang, sebelah Selatan yaitu Kecamatan Cikeusal, Kecamatan Petir dan
Kecamatan Baris Kabupaten Serang serta Sebelah Barat yaitu Kecamatan
Pabuaran, Kecamatan Waringin Kurung dan Kecamatan Kramatwatu Kabupaten
Serang.
Dari 6 (enam) kecamatan tersebut sendiri 20 kelurahan dan 46 desa. Kota
ini diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan UU Nomor 32 Tahun
2007 tentang Pembentukan Kota Serang, setelah sebelumnya RUU Kota Serang
disahkan 17 Juli 2007 kemudian dimasukkan dalam lembaran Negara Nomor 98
53
54
Tahun 2007 dan tambahan lembaran Negara nomor 4748, tertanggal 10 Agustus
2007. Sebelumnya, pemerintah Provinsi Banten dalam mempercepat terwujudnya
pemerintahan Kota Serang telah mempersiapkan empat kelompok kerja ( Pokja )
yang akan bekerja sebelumnya ditetapkan Penjabat Walikota Serang. Keempat
pokja tersebut terdiri dari Pokja Personil, Pokja Keuangan Perlengkapannya dan
Pokja Partai Politik.
Pembentukan dan susunan personil masing masing pokja diisi oleh pejabat
Pemprov Banten dan Pemkab Serang. Untuk menjalankan roda pemerintahan
sebelum diselenggarakan pilkada, Asisten Daerah ( Asda ) 1 Pemprov Banten
Asmudji HW akhirnya terpilih sebagai Depdagri menyaring tiga nama calon yang
diajukan Gubernur Banten saat itu,
Asmudji dilantik di Jakarta oleh Mendagri pada 02 November 2007.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota
Serang, Pertimbangan pembentukan Kota Serang adalah perlunya peningkatan
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan publik
guna terwujudnya kesejahteraan masyarakatnya.
Pada 5 Desember 2008 melalui pemilihan kepala daeang langsung/
dilantiklah Walikota dan Wakil Walikota Serang definitif. Sejak saat itu hingga 5
tahun ke depan Kota Serang akan dipimpin oleh duet kepemimpinan H. Bunyamin
dan TB. Chaerul Jaman yang mengusung visi terwujudnya landasan Kota Serang
yang global dan berwawasan lingkungan dan misi menyiapkan proses perencanan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah
55
Kota Serang; Menyiapkan tata pemerintahan yang baik dan benar; Meningkatkan
iklim usaha yang kondusif bagi pelaku ekonomi di berbagai sektor; Meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia melalui pendidikan formal dan non formal yang
terjangkau dan bekualitas.
Pemerintah Kota Serang juga ingin mewujudkan pelayanan kesehatan
dasar gratis bagi masyarakat kurang mampu; menciptakan sistem pelayanan prima
(mudah, murah, cepat, ramah dan berkualitas) dan mengembangkan nilai-nilai
seni dan budaya serta pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan.
Kemudian pada pemilihan Kepala Daerah (pilkada) Kota Serang, 5
September 2013, TB Chaerul Jaman yang berpasangan dengan Sulhi Choir
mengalahkan empat pasangan calon lain. Lalu pelantukan pun digelar dalam
siding paripurna istimewa DPRD Kota Serang yang dipimpin Ketua DPRD Kota
Serang Nur’aini..
4.1.1.1. Slogan Kota Serang Madani
Menegaskan tujuan pemerintahan Kota Serang untuk mewujudkan
Kota Serang yang madani, yang pada dasarnya mempunyai prinsip sebagai
berikut :
1) Menghormati kebebasan beragama (5 agama yang diakui pemerintah
Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945)
2) Menjaga persaudaraan antar umat beragama
3) Menjaga perdamain dan kedamaian
4) Menjaga persatuan
56
5) Etika politik yang bebas bertanggung jawab
6) Pemerintahan yang melindungi hak dan kewajiban warga Negara
(masyarakat)
7) Konsistensi penegakan hukum berdasarkan kebenaran dan keadilan
8) Terciptanya masyarakat yang demokratis
9) Menghormati hak-hak azasi individu
10) Selalu berada dalam koridor agama
Semua itu diharapkan bisa terwujud dalam pemerintahan kota yang
bersih, adil, bertanggung jawab, agung, dan berwibawa, sehingga bisa
menciptakan masyarakat Kota Serang yang sejahtera di semua bidang
(sosial, politik, budaya dan pendidikan)
4.1.1.2.Visi Misi Kota Serang
1) Visi
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan pimpinan
dan pelayanan publik di bidang informasi dan kehumasan yang berkualitas
2) Misi
a. Mengembangkan aparatur kehumasan yang professional dalam mengolah
informasi
b. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang informasi dan
komunikasi
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas system informasi dan komunikasi
57
4.1.1.3.Keadaan Geografis
Kota Serang secara geografis terletak antara 5099’-60 22’ Lintang
Selatan dan 1060 07’-1060 25’ Bujur Timur. Apabila memakai koordinat
system UTM (Universal Transfer Mercator) zone 48E wilayah Kota Serang
terletak pada koordinat 618.000 m sampai dengan 638.000 m dari Barat ke
Timur dan 9.337.725 m sampai dengan 9.312.475 m dari Utara ke Selatan.
Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 21,7
Km dan jarak terpanjang dari Barat ke timur adalah sekitar 20Km. sebelah
utara Kota Serang berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah timur
berbatasan dedngan Kabupaten Serang, begitu juga disebelah selatan dan
disebelah barar berbatasan dengan Kabupaten Serang.
58
Kota Serang mempunyai kedudukan sebagai pusat pemerintahan
Provinsi Banten, juga sebagai daerah alternatif dan penyangga (hinterland)
ibukota Negara, karena dari Provinsi DKI Jakarta hanya berjarak sekitar 70
km. wilayah Kota serang sebagian besar adalah dataran rendah yang
memiliki ketinggian kurang dari 500 mdpl dan beriklim tropis dengan curah
hujan yang cukup tinggi dan hari hujan banyak dengan ukuran tertinggi
dalam sebulan 70 mm dan rata-rata 19 hari hujan.
4.1.1.4.Pemerintahan
Kota Serang pada tahun 2012 terdiri dari 6 kecamatan dan 66
desa/kelurahan, dengan 36 diantaranya adalah kelurahan. Pemerintah Kota
Serang selama tahun 2012 didukung oleh 5.317 orang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang terdiri dari 29 orang PNS golongan I, 1.029 orang golongan II,
2.756 orang golongan III dan 1620 orang golongan IV. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kota Serang pada tahun 2011, mempunyai 4 Komisi dan 5
Fraksi dengan total anggota adalah 45 orang.
Jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Serang
diantaranya sebagai berikut :
1) Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masuarakat
2) Badan Penanggulangan Bencana Daerah
3) Kantor Perpustakaan & Arsip Daerah
4) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan KB
5) Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal
59
6) Dinas Perhubungan, Komunikasi & Informatika
7) Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
8) Dinas Pertanian
9) Badan Kepegawaian Daerah
10) Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
11) Kantor Lingkungan Hidup
12) Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah
13) Dinas Pendidikan
14) Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Kebudayaan
15) Dinas Pekerjaan Umum
16) Dinas Kesehatan
17) Sekretariat DPRD
18) Sekretariat Kota Serang
19) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
4.1.2.
Profil Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat
Provinsi Banten
Desa
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa (BPPMD)
dipimpin oleh seorang Kepala dan didampingi oleh Sekretaris serta 6 (enam)
Kepala Bidang lainnya yang diharapkan mampu melaksanakan Tugas dan
Fungsi sehingga dapat melakukan perubahan sosial dalam arti merubah
kondisi kehidupan masyarakat untuk mencapai suatu kemajuan yang
diinginkan.
60
Program Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa
(BPPMD) Provinsi Banten memiliki dua makna pokok, yakni meningkatkan
kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan
program pembangunan dan meningkatkan kemandirian masyarakat melalui
pemberian wewenang secara proporsional kepada masyarakat dalam
pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya
secara mandiri.
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa dapat dilakukan
melalui tiga aspek pokok, yakni : (1) menciptakan suasana yang
memungkinkan berkembangnya potensi yang dimiliki masyarakat, (2)
memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui pemberian input
berupa bantuan dana, pembangunan sarana dan prasarana baik fisik maupun
sosial dan (3) melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada
masyarakat yang lemah.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa sebagai
salah satu perangkat daerah Provinsi Banten memiliki kewajiban untuk turut
serta dalam mewujudkan Visi Pembangunan Banten 2012-2017 yaitu
“Perempuan dan Masyarakat Sebagai Penggerak Utama Terwujudnya
Masyarakat Banten Bersatu dan Sejahtera”. Visi ini diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan perempuan dan masyarakat di Banten yang
dinamis dan religius untuk mewujudkan kemampuannya dalam menentukan
masa depan perempuan dan masyarakat desa Provinsi Banten yang sejahtera
berlandaskan Iman dan Takwa.
61
Dalam upaya mendukung perwujudan visi Provinsi Banten, Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa Provinsi Banten sebagai
unit yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan pemerintah di bidang
pemberdayaan masyarakat telah merumuskan pula visi sebagai berikut :
4.1.2.1.Visi BPPMD
Dalam periode 2012-2017, Visi Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Masyarakat Desa (BPPMD) Provinsi Banten adalah:“Perempuan dan
Masyarakat Sebagai Penggerak Utama Terwujudnya Masyarakat Banten
Bersatu dan Sejahtera”. Diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
perempuan dan masyarakat di Banten yang dinamis dan religius untuk
mewujudkan kemampuannya dalam menentukan masa depan perempuan
dan masyarakat desa Provinsi Banten yang sejahtera berlandaskan Iman
dan Takwa. Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa
(BPPMD) Provinsi Banten tersebut mengacu kepada Visi dan Misi
Pembangunan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Periode 2012-2017
adalah “ Bersatu mewujudkan Rakyat Banten Sejahtera Berlandaskan Iman
dan Taqwa” diharapkan perempuan dan masyarakat Provinsi Banten
mampu untuk meningkatkan dan mewujudkan seluruh perempuan dan
masyarakat Provinsi Banten lebih sejahtera dan mandiri.
Perempuan dan Masyarakat Provinsi Banten Sebagai Penggerak Utama
Pada intinya, dapat meningkatkan kesejahteraan perempuan dan
masyarakat desa di Banten yang dinamis dan religius untuk mewujudkan
62
kemampuannya dalam menentukan masa depan perempuan dan
masyarakat desa Provinsi Banten yang sejahtera berlandaskan Iman dan
Takwa. Merupakan refleksi dari kemauan perempuan dan masyarakat desa
Provinsi Banten dalam menentukan jati dirinya untuk mewujudkan masa
depan dalam rangka meningkatkan pemahaman, perilaku dan harkat hidup
sebagai individu dan kelompok menuju sejahtera atau keadaan yang
menyebabkan individu dan kelompok, memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk dapat memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki oleh
diri dan lingkungannya, sehingga mampu mendukungnya untuk tidak
bergantung pada orang lain dan dapat menjaga keberlangsungan
keberadaannya agar senantiasa mampu berpartisipasi dalam proses
pembangunan dengan melibatkan peran serta perempuan dan masyarakat
desa sebagai mitra pemerintah dengan tidak ketergantungan kepada pihak
lain dan dapat meningkatkan taraf hidup dan kehidupan baik di dalam
keluarga dan masyarakat.
Konsepsi Menuju Sejahtera ini adalah kata kunci dari visi Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa (BPPMD) Provinsi
Banten yang merupakan refleksi dari berkurangnya masyarakat miskin,
meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat terutama perempuan
dan masyarakat desa, terpenuhinya sarana dan prasarana dasar pendidikan,
kesehatan dan ekonomi serta ditemukannya jati diri masyarakat Banten
merupakan kondisi dinamis yang memungkinkan perempuan dan
masyarakat desa mampu membangun diri dan lingkungannya berdasarkan
63
potensi, kebutuhan, aspirasi dan kewenangan yang ada pada perempuan
dan masyarakat desa sendiri yang difasilitasi oleh pemerintah dengan
melibatkan peran serta perempuan dan masyarakat desa dalam
pembangunan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan perempuan dan
masyarakat desa Provinsi Banten. Keberlangsungan partisipasi dan peran
perempuan dan masyarakat desa dalam proses pembangunan untuk
mewujudkan kesejahteraan tersebut dibekali dengan kompetensi keahlian
yang memadai yang memungkinkan untuk mewujudkan kesejahteraan
baik di keluarga dan lingkungan masyarakat.
Pembangunan seyogyanya dilihat sebagai proses untuk
meningkatkan kapasitas wilayah dan atau kelompok perempuan dan
masyarakat desa agar senantiasa mampu beradaptasi secara kreatif
terhadap dinamika lingkungannya. Proses adaptasi-kreatif itu akan
menjaga atau bahkan meningkatkan kualitas hubungan timbal balik antara
perempuan, masyarakat desa, pemerintah dengan lingkungannya. Hal
tersebut berarti bahwa perempuan dan masyarakat desa akan mampu
mempertahankan keberlangsungan keberadaannya serta sekaligus tetap
mampu berpartisipasi dalam proses pembaharuan pembangunan.
Konsepsi pemberdayaan perempuan dan masyarakat desa pada
hakekatnya memiliki dua makna pokok, yakni (1) meningkatkan
kemampuan perempuan dan masyarakat desa (to give ability or enable)
melalui pelaksanaan berbagai kebijakan dan pembangunan, agar kondisi
kehidupan perempuan dan masyarakat desa dapat mencapai tingkat
64
kemampuan yang diharapkan; (2) meningkatkan kemandirian perempuan
dan masyarakat desa melalui pemberian wewenang secara proporsional
kepada perempuan dan masyarakat desa dalam mengambil keputusan (to
give autority) dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara
mandiri. Hal ini menunjukan bahwa upaya pemberdayaan perempuan dan
masyarakat desa berarti memampukan dan memandirikan perempuan dan
masyarakat desa.
Dalam konteks ini, pemberdayaan perempuan dan masyarakat desa
harus dilakukan melalui tiga aspek pokok, yakni : (1) menciptakan suasana
atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang
dimiliki perempuan dan masyarakat desa; (2) memperkuat potensi atau
daya yang dimiliki perempuan dan masyarakat desa melalui pemberian
input berupa bantuan dana, pembangunan prasarana dan sarana baik fisik
maupun sosial serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan
pemasaran di daerah; (3) melindungi perempuan dan masyarakat melalui
pemihakan kepada perempuan dan masyarakat desa untuk mencegah
persaingan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau
menutupi dari interaksi.
Kemajuan ekonomi merupakan salah satu dari sekian banyak
tujuan pembangunan lainnya, yang pada gilirannya akan mewujudkan
masyarakat sejahtera. Namun demikian, kemajuan ekonomi dapat menjadi
tidak bermakna tanpa dilandasi kehidupan masyarakat yang penuh
magfiroh dari khalik-Nya, oleh karena itu pembangunan yang diarahkan
65
untuk mencapai rakyat Banten Sejahtera harus dilandasi oleh Iman dan
Taqwa sebagai ruh-Nya.
Khusus dalam rangka meningkatkan kemampuan perempuan dan
masyarakat dibutuhkan empat akses minimal yang diperoleh perempuan
dan masyarakat desa melalui fasilitas pemerintah, yakni akses terhadap
sumber daya; akses terhadap teknologi berdaya guna dan berhasil guna;
akses terhadap informasi pasar dan kemudahan pemasaran hasil usaha; dan
akses terhadap pembiayaan melalui bantuan dan skim kredit untuk modal
usaha ekonomi produktif. Pemberdayaan perempuan dan masyarakat desa
yang demikian akan membawa implikasi terhadap tugas dan fungsi Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa (BPPMD) Provinsi
Banten.
4.1.2.2.Misi BPPMD
Guna mendukung visi tersebut maka dirumuskanlah 4 Misi yang
memfokuskan tujuan dan sasarannya dalam rangka melakukan
pembangunan di bidang pemberdayaan perempuan dan masyarakat di
wilayah Propinsi Banten.
Misi tersebut antara lain:
1. Meningkatkan kinerja dan profesionalisme Aparatur melalui
dukungan Pelayanan Keuangan, Sarana dan Prasarana Perkantoran,
Sistem Perencanaan, Evaluasi Pengendalian dan Penyediaan Data
Informasi yang Akuntabel.
66
2. Meningkatkan Kapasitas Pemerintahan Desa, Kelembagaan
Perempuan dan Masyarakat Sebagai Pemersatu Masyarakat Banten;
3. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan dan
meningkatkan Ekonomi Masyarakat Menuju Masyarakat Banten
Sejahtera;
4. Meningkatkan Perlindungan serta Kualitas Hidup Perempuan dan
Anak Menuju Masyarakat Banten Sejahtera.
4.1.3. Profil Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perkotaan Kota Serang
Program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP)
dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai salah satu upaya untuk
membangun kemandirian masyarakat bersama pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Melalui P2KP-1
sampai P2KP-3 (1999-2006) telah terbentuk 6.168 BKM yang
merupakan kelembagaan masyarakat terbuka, representative dan
mengakar. Dalam rangka sinegisasi upaya penanggulangan
kemiskinan pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia membuat
kebijakan untuk melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) sebagai Program Payung (umbrella policy)
untuk mensinergikan berbagai program pemberdayaan masyarakat
yang dimulai dengan P2KP dengan PPK.
67
Tujuan program PNPM Mandiri Perkotaan antara lain
sebagai berikut :
1. Meningkatkan perubahan perilaku dan sikap masyarakat yang
lebih peduli, kebersamaan dan gotong royong dalam
memperbaiki kualitas lingkungan permukiman di perkotaan dan
kesejahteraan masyarakat.
2. Meningkatkan akses dan pelayanan kebutuhan dasar (linkungan
permukiman, sosial dan ekonomi) sesuai IPM-MDG, bagi warga
miskin perkotaan dengan membangun kemandirian masyarakat.
3. Perwujudan good governance dan membangun sinergi
pemerintah daerah bersama masyarakat dan pelaku
pembangunan kelompok peduli untuk mencapai pembangunan
berkelanjutan (sustainability development)
4.1.3.1.Visi PNPM Mandiri Perkotaan
Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan
sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari.
4.1.3.2.Misi PNPM Mandiri Perkotaan
Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin
kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli
setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu
mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat,
produktif dan berkelanjutan.
68
4.1.3.3.Nilai-Nilai dan Prinsip-Prinsip yang Melandasai P2KP
Nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan
yang bersifat universal, dan prinsip-prinsip pembangunan
berkelanjutan, yang melandasi pelaksaan P2KP adalah sebagai berikut :
1) Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral)
Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dijunjung
tinggi, ditumbuh kembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku
P2KP dalam melaksanakan P2KP adalah :
1. Jujur
2. Dapat dipercaya
3. Ikhlas/kerelawanan
4. Adil
5. Kesetaraan
6. Kesatuan dalam keragaman
4.1.3.4.Komponen Program PNPM Mandiri Perkotaan
a. Komponen 1 : Pemberdayaan Masyarakat dan Penguatan
Pemda
o Fasilitasi Masyarakat di lokasi PNPMM
o Fasilitasi Masyarakat di lokasi “Graduated” BKMs
o Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah
69
b. Komponen 2 : Stimulan BLM
o Stimulasi BLM bagi lokasi PNPMM Perkotaan untuk
pembiayaan upaya penanggulangan kemiskinan,
khususnya pelayanan insfruktur.
o Stimulant BLM Koordinasi bagi lokasi >3x BLM
PNPMM untuk koordinasi, promosi, pengembangan
kapasitas menuju chanelling program
c. Komponen 3 : Dukungan Pelaksanaan dan Bantuan Teknis
o Dukungan bantuan teknis konsultan, monitoring dan
evaluasi, SIM, dll.
d. Komponen 4 : Contingency Activities
o Disaster Risk Reduction (DRR) untuk wilayah yang
dibiayai oleh World Bank dan Livelihood Development
untuk wilayah yang dibiayai oleh IDB
4.1.4. Profil Kecamatan Kasemen
70
Kecamatan Kasemen memiliki luas wilayah 66,52 Km2, dengan batas-
batas Kecamatan sebagai berikiut :
1. Utara : Laut Jawa
2.
Selatan :
Kecamatan Serang
3.
Barat :
Kecamatan Kramat Watu Kabupaten Serang
4.
Timur :
Kecamatan Pontang Kabupaten Serang
Secara Administrasi wilayah Kecamatan Kasemen terbagi menjadi
10 Desa/Kelurahan, 64 Rukun Warga (RW), 227 Rukun Tetangga (RT).
Dengan jumlah penduduk 87.794 jiwa, yang terdiri dari 45.740 jiwa laki-
laki, dan 42.054 jiwa perempuan.
Kecamatan Kasemen merupakan wilayah pembangunan bagian utara
dari kota Serang. Wilayah Pembangunan Bagian Utara ini diarahkan dengan
fungsi utama pariwisata cagar budaya dan cagar alam, pelabuhan,
perdagangan dan jasa, perumahan dan berbagai fasilitas umum. Di wilayah
Kecamatan Kasemen melintas sebuah sungai yang cukup besar dan terkenal
yaitu Sungai Cibanten yang bermuara di Karangantu yang ada di wilayah
Kecamatan Kasemen. Di Kecamatan Kasemen juga terdapat Cagar Budaya
Banten Lama dan Cagar Alam Pulau Dua. Cagar Budaya Banten Lama ini
merupakan tempat ziarah yang banyak dikunjungi oleh peziarah baik dari
daerah Banten sendiri maupun dari luar daerah Banten, serta masih banyak
peninggalan sejarah di masa Kesultanan Banten yang ada di wilayah
Kecamatan Kasemen.
71
4.1.4.1.Visi dan Misi Kecamatan Kasemen
A. Visi Kecamatan Kasemen Tahun 2012 – 2016
Visi adalah cara pandang jauh ke depan kemana organisasi
harus dibawa agar dapat eksis, antipatif, dan inovatif. Visi adalah suatu
gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan oleh organisasi.
Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategik,
merupakan langkah penting dalam perjalanan organisasi. Visi adalah
suatu pedoman dan pendorong organisasi untuk mencapai tujuannya.
Visi yang tepat bagi masa depan suatu organisasi akan mampu menjadi
akselerator kegiatan organisasi tersebut, termasuk perancangan rencana
strategik secara keseluruhan, pengelolaan sumber daya, pengembangan
indikator kinerja, cara pengukuran kinerja, evaluasi pengukuran
kinerja, yang akan diintegrasikan menjadi sinergi yang diperlukan oleh
organisasi. Menyadari pentingnya visi bagi organisasi, maka
Kecamatan Kasemen menetapkan visinya sebagai berikut :
“TERWUJUDNYA KONSISTENSI PERMBANGUNAN DAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG TERPADU,
TERUKUR DAN BERKESINAMBUNGAN DI KECAMATAN
KASEMEN TAHUN 2016”.
72
4.1.4.2.Misi Kecamatan Kasemen Tahun 2012 – 2016
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi (Pasal 1 ayat (13) UU No. 25
Tahun 2004). Misi merupakan pernyataan secara luas dan komprehensif
tentang tujuan suatu daerah/organisasi yang diekspresikan dalam produk
dan pelayanan yang akan diberikan atau dilaksanakan, kebutuhan
masyarakat yang dapat dipenuhi, kelompok masyarakat yang dilayani,
serta nilai-nilai yang dapat diperoleh.
Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, setiap organisasi
harus memiliki misi yang jelas. Misi merupakan pernyataan yang
menetapkan tujuan organisasi kepada suatu fokus. Misi menjelaskan
mengapa organisasi ada, apa yang dilakukan dan bagaimana
melakukannya.
Misi Kecamatan Kasemen adalah :
1. Meningkatkan Kualitas Aparatur Yang Bersih Dan Berwibawa;
2. Meningkatkan Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat;
3.Mewujudkan Kecamatan Kasemen sebagai pintu gerbang ekonomi
Kota Serang, Provinsi Banten dan Nasional;
4. Meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah;
73
5.Meningkatkan Kualitas Hasil Pertanian, Perikanan, Pariwisata,
Pendidikan, Perdagangan dan Jasa.
4.1.4.3. Strategi Kecamatan Kasemen
Strategi pada dasarnya lebih bersifat grand design (agenda),
sebagai suatu cara atau pola yang dirancang untuk merespon isu strategis
yang dihadapi dan/atau untuk mencapai visi dan misi instansi.
Berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan maka diperlukan
strategi sebagai suatu landasan tindak lanjut untuk merespon isu strategis
serta prospek pembangunan 2008 - 2013. Strategi sebagai suatu cara atau
pola untuk mewujudkan tujuan atas misi yang ditetapkan.
Adapun Strategi Kecamatan Kasemen tahun 2012 - 2016 adalah
sebagai berikut:
1. Pemantapan dan Peningkatan Sumber Daya dan Manajemen
Kelembagaan. Strategi ini ditempuh dalam rangka pencapaian
Misi Meningkatkan Kualitas Aparatur Yang Bersih Dan
Berwibawa;
2. Pemantapan kualitas pembangunan dalam pelayanan masyarakat
yang konsisten dan terpadu. Strategi ini ditempuh dalam rangka
pencapaian Misi Meningkatkan Pembangunan dan Pelayanan
Masyarakat;
74
3. Harmonisasi kerjasama antar lembaga multi stakeholders. Strategi
ini ditempuh dalam rangka pencapaian Misi Mewujudkan
Kecamatan Kasemen sebagai pintu gerbang ekonomi Kota
Serang, Provinsi Banten dan Nasional;
4. Pembagian klastersisai ekonomi lokal . Strategi ini ditempuh
dalam rangka pencapaian Misi Meningkatkan Usaha Kecil dan
Menengah;
5. Peningkatan kualitas dan hasil usaha unggulan. Strategi ini
ditempuh dalam rangka pencapaian Misi Meningkatkan Kualitas
Hasil Pertanian, Perikanan, Pariwisata, Pendidikan, Perdagangan
dan Jasa.
Rumusan kebijakan Kecamatan Kasemen dalam melaksanakan
tugas pemerintahannya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
pelayanan Kecamatan;
2. Mengadakan rapat kordinasi satu kali dalam satu bulan dan
konsultasi keluar daerah tiap tiga bulan sekali;
3. Meningkatkan disiplin administrasi perkantoran;
4. Meningkatkan peran aktif dan control masyarakat dalam
pelaksanaan pembangunan yang telah direncanakan untuk
mencapai hasil yang diharapkan;
5. Meningkatkan pengawasan dan monitoring serta evaluasi
program kegiatan yang telah direncanakan;
75
6. Meningkatkan hubungan kerja dengan seluruh lembaga
pemerintah maupun non pemerintah;
7. Meningkatkan kinerja petugas pelayanandengan SDM yang
handal untuk mencapai pelayanan masyarakat yang maksimal;
8. Peningkatan transparansi, partisipasi dan mutu pelayanan
melalui peningkatan akses dan sebaran informasi.
4.2. Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang telah didapatkan
dari hasil penelitian lapangan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori
model implementasi kebijakan menurut Edward III. Teori tersebut menjelaskan
bahwa keberhasilan implementasi kebijakan publik dapat diukur dari proses
pencapaian hasil akhir (outcomes) yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang akan
dicapai. Variable-variabel yang mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi
kebijakan yaitu :
1. Komunikasi
a. Transisi
b. Kejelasan
c. Konsistensi
2. Sumber Daya
a. Staff
b. Informasi
c. Wewenang
d. Fasilitas
76
3. Disposisi
a. Pengangkatan Birokrat
b. Insentif
4. Struktur Birokrasi
a. Melaksanakan SOPs
b. Melaksanakan Fragmentasi
Berdasarkan kategori diatas, maka peneliti membuat matrik agar data-data
yang ada dari hasil kategorisasi dapat dibaca dan dipahami secara keseluruhan.
Setelah itu dianalisis kembali untuk mencari kesimpulan yang signifikan selama
penelitian. Setelah data dan informasi yang didapatkan bersifat jenuh, artinya
telah ada pengulangan informasi, maka kesimpulan tersebut dapat diambil untuk
dijadikan jawaban dalam membahas masalah penelitian.
4.2.1. Informan Penelitian
Adapun informan-informan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1
Informan Penelitian
No.
Kode Informan
Nama/Jabatan Informan
1. I1 Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten
2. I2 Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang
3. I3 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Kasemen
4. I4 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Kasunyatan
5. I5 BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) Kilasah
6. I6 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasemen
7. I7 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasunyatan
8. I8 Tokoh Masyarakat Kelurahan Kilasah
77
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Mengingat bahwa jenis dan analisis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian kualitatif, maka data yang diperoleh bersifat
deskriptif berbentuk kata dan kalimat dari hasil wawancara, hasil observasi
lapangan serta data hasil dokumentasi lainnya. Dengan menggunakan teknik data
kualitatif menggunakan konsep yang diberikan oleh Edward III, data-data tersebut
dianalisis selama proses penelitian berlangsung.
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan melalui wawancara,
dokumentasi, maupun observasi. Kemudian dilakukan reduksi berdasarkan
jawaban yang sama dan berkaitan dengan pembahasan masalah penelitian serta
dilakukan kategorisasi dalam penyusunan jawaban penelitian.
Dari data yang diperoleh peneliti dilapangan, baik itu berupa observasi
maupun wawancara, maka peneliti mendapatkan beberapa data yang kompleks.
Akan tetapi setelah data direduksi, maka peneliti mendapatkan data-data sesuai
dengan apa yang diinginkan pada fokus penelitian.
Edward III mengungkapkan bahwa suatu keberhasilan implementasi
kebijakan publik amat ditentukan oleh tingkat implementabilitas kebijakan itu
sendiri, yang terdiri atas Komunikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi.
Kaitannya dengan Peraturan Gubernur Banten Nomer 13 Tahun 2012 Tentang
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu di Kecamatan
Kasemen Kota Serang harus dilihat dari empat factor yaitu 1. Komunikasi, 2.
Sumber daya, 3. Disposisi, 4. Struktur birokrasi, sebab dari keempat faktor
78
tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda. Jika (1). Komunikasi (atau
pentransmisian informasi) diperlukan agar para pembuat keputusan dan para
implementor semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan
diterapkan dalam masyarakat. Karenanya, komunikasi yang baik menghasilkan
implementasi kebijakan yang baik pula. (2). Sumber daya merupakan hal penting
lainnya karena dalam mengimplementasikan kebijakan sumber daya merupakan
tokoh atau penggerak kebijakan tersebut. Indikator-indikator yang digunakan
untuk melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan baik. (3).
Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam
pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu
kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus
mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan
untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias. (4).
Struktur birokrasi, walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan
tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya
dilakukan dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, tetapi
kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi masih tetap
ada karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang
begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang. Ketika struktur
birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan
menyebabkan sumber-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat
jalannya kebijakan. Birokrasi sebagai pelaksana sebuah kebijakan harus dapat
79
mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik dengan jalan
melakukan koordinasi dengan baik.
Peraturan Gubernur Nomer 13 Tahun 2012 Tentang Program Gerakan
Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu merupakan peratuan yang mengatur
tentang Program Pembangunan Kecamata Banten Bersatu antara lain adalah
pemberian dana bantuan 1 Milyar per kecamatan se Provinsi Banten. Terkait
implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana
kebijakan melaksanakan aktivitas, sehingga ujungnya akan mendapatkan hasil
yang sesuai dengan tujuan kebijakan tersebut. Lain dari pada itu implementasi
kebijakan juga merupakan perihal yang penting dalam semua tahapan kebijakan,
sebab dari sini, keseluruhan prosedur kebijakan bisa dipengaruhi oleh tingkat
keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan kebijakan tersebut.
Pada saat penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan maupun
observasi lapangan, peneliti mendapatkan data-data yang kompleks. Setelah
melakukan proses reduksi data justru mendapatkan data-data yang peneliti
butuhkan. Data-data tersebut akan dipaparkan peneliti sesuai focus penelitian,
diantaranya :
4.3.1. Komunikasi
4.3.1.1.Transmisi
Penyaluran komunikasi yang baik akan mendapatkan suatu implementasi
yang baik pula, seringkali yang terjadi dalam penyaluran komunikasi adalah
adanya salah pengertian (miskomunikasi). Hal tersebut disebabkan karena
80
komunikasi telah memulai beberapa tingkatan birokrasi sehingga apa yang
diharapkan terdistorsi ditengah jalan. Implementasi yang efektif terjadi apabila
para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.
Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komuni kasi
berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan
implementasi harus ditransisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian
personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikan harus tepat,
akurat, dan konsisten.
Komunikasi (pennyaluran informasi) diperlukan agar para pembuat
keputusan dan para implementor akan semakin konsisten dalam melaksanakan
setiap kebijakan yang akan diterapkan dalam masyarakat. Komunikasi antar tim
pelaksana dengan masyarakat sudah berjalan dengan baik karena dengan adanya
komunikasi yang baik maka penerima kebijakan akan paham apa yang harus
mereka lakukan. Sesuai apa yang dikatakan oleh Tenaga Ahli Administrasi
GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, belaiu menyatakan bahwa:
“Komunikasi berjalan dengan baik, karena memang harus terjalin komunikasi
yang baik agar program tersebut dapat berjalan dengan semestinya. Sehingga
tidak ada hambatan-hambatan yang berarti..” (Wawancara dengan I1 Senin 04
Mei 2015, 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi antara tim pelaksana program dengan masyarakat harus terjalin
dengan baik karena komunikasi itu sangat penting agar program ini berjalan
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
81
Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota
Serang, beliau mengatakan: “Semua komunikasi sudah berjalan dengan baik dan
maksimal, sudah seharusnya komunikasi harus terjalin dengan baik agar
program pemerintah bisa terlaksana.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April
2015, 13.00 WIB, kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi antara tim pelaksana program dengan masyarakat harus berjalan
dengan baik dan maksimal. Hal ini dipertegas oleh BKM Kelurahan Kasemen,
beliau menyatakan bahwa: “Komunikasinya baik sekali dan berjalan dengan
lancar.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 2015, 13.00 WIB, Kantor BKM
Kelurahan Kasemen Kecamatan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi dari Top-Down berjalan dengan lancar dan baik sekali. Hal ini juga
diperkuat oleh tokoh masyarakat Kelurahan Kasemen yang menyatakan bahwa:
“Baik, komunikasi berjalan dengan baik. Sebelumnya pihak kecamatan
mengadakan sosialisasi di kantor BPPMD provinsi Banten dan yang kedua di
Kantor BKM Kelurahan Kasemen yang memberi arahan langsung ke kampung-
kampung.” (Wawancara dengan I6 Kamis 30 April 2015, 16.00 WIB, Kampung
Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dan I6 dapat diketahui bahwa
komunikasi dari pelaksana program kepada masyarakat Kecamatan Kasemen
berjalan dengan baik karena pihak pelaksana program mengadakan sosialisasi dan
memberi arahan langsung terkait dengan program tersebut.
82
Kemudian wawancara dengan BKM Kelurahan Kasunyatan, beliau
mengungkapkan bahwa: “Bagus, komunikasi yang terjalin antara pelaksana
program dan masyarakat sangat berjalan dengan maksimal.” (Wawancara
dengan I4 Rabu 29 April 2015, 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I4 diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi dari pelaksana program dan masyarakat harus terjalin dengan baik,
agar program pemerintah dapat berjalan dengan maskimal. Hal demikian juga
disampaikan oleh tokoh masyarakat Desa Kasunyatan yang mengungkapkan
bahwa: “Cukup baik, pihak pemerintah dan PNPM Mandiri sudah cukup
memberikan arahan soal GERBANG RATU jadi Insha Allah tidak ada masalah
untuk Desa Kasunyatan.” (Wawancara dengan I7 Kamis 30 April 2015, 13.00
WIB, Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat diketahui bahwa
komunikasi yang dilakukan pelaksana program sudah cukup, dan tidak ada
masalah komunikasi untuk masyarakat Kelurahan Kasunyatan.
Selanjutnya wawancara dengan BKM Kelurahan Kilasah, beliau
menyatakan bahwa: “Sudah berjalan dengan baik sekali, kalau menurut saya
tidak ada masalah kalau untuk masalah komunikasi mengenai program
GERBANG RATU ini.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 2015, 10.00 WIB,
Kantor BKM Kelurahan Kilasah Kecamatan Kasemen).
83
Berdasarkan wawancara dengan I5 diatas dapat diketahui bahwa
komunikasi sudah berjalan dengan baik, dan tidak masalah mengenai masalah
komunikasi. Hal demikian juga diperkuat oleh tokoh masyarakat Desa Kilasah,
beliau menyatakan bahwa: “Komunikasi sudah berjalan dengan baik, pihak
kelurahan mengadakan pertemuan dan sudah memberikan arahan yang cukup
jelas.” (Wawancara dengan I8, Kamis 30 April 10.00 WIB, Kampung Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi dan arahan yang diberikan pihak Kelurahan Kilasah kepada masyakat
kasemen sudah cukup jelas.
Dalam pelaksanaan program GERBANG RATU ini komunikasi dari atas
ke bawah/ Top-Down sangat penting sekali, agar terlaksananya program dengan
maksimal. Selain itu juga peneliti menggunakan triangulasi teknik yaitu dengan
cara mewawancarai informan lain dengan pertanyaan serupa terhadap informan
yang berbeda dan kesimpulan hasil wawancaranya adalah komunikasi yang
terjalin dari pelaksana Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota
Serang dengan sasaran program sudah berjalan dengan baik dan maksimal.
4.3.1.2.Kejelasan
Komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan harus jelas dan
tidak membingungkan. Ketidakjelasan pesan kebijakan selalau menghalangi
implementasi, pada tatanan tertentu, para pelaksana membutuhkan fleksibilitas
dalam melaksanakan kebijakan. Tetapi pada tatanan yang lain hal tersebut justru
akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang hendak
84
diciptakan. Dalam suatu program, kejelasan sangatlah penting karena untuk
menjalankan suatu program terutama program pemberdayaan yang diperuntukan
kepada masyarakat. Dalam hal ini pemerintah maupun pelaksana program harus
dapat mensosialisasikan program tersebut dengan jelas sehingga program tersebut
dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran. Komunikasi antar pelaksana
program dengan masyarakat sudah berjalan cukup baik karena adanya komunikasi
yang baik maka penerima pelaksana program akan mudah mengerti apa yang
harus mereka lakukan. Kejelasan dalam komunikasi juga harus diperhatikan agar
komunikasi yang diterima tidak membingungkan dan ambigu.
Sesuai dengan yang diutarakan oleh Tenaga Ahli Administrasi
GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, bahwa: “Secara prosedural sudah
jelas semua, kita melakukan sosialisasi dengan cara memberikan pengarahan
langsung dan memberikan pedoman pelaksanaan program dari situ diharapakan
dapat dimengerti.” (Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei 2015, 10.00 WIB, Kantor
BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 diatas dapat diketahui bahwa pelaksana
program sudah melakukan semua secara prosedural dengan cara melakukan
sosialisasi dengan cara memberikan pengarahan langsung dan memberikan
pedoman pelaksanaan program dan diharapakan semua pihak dapat mengerti. Hal
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Korkot Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang, beliau menyatakan
bahwa: “Harus jelas, Sosialisasi pelaksana program di Kota Serang terutama di
Kecamatan Kasemen sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, walaupun tidak
85
semua masyarakat Kasemen hanya tokoh masyarakat saja yang kami harapkan
para tokoh masyarakat dapat menyebarluaskan informasi yang sudah diperoleh
kepada masyarakat Kasemen lainnya.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April
2015, 13.00 WIB. Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan dengan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa
sosialisasi sudah dilakukan dengan apa yang diharapkan walaupun tidak semua
masyarakat yang menerima sosialisasi tersebut, pelaksana program berharap tokoh
masyarakat dapat menyebarluaskan informasi ke semua masyarakat mengenai
program GERBANG RATU ini. Hal ini serupa dengan yang dinyatakan oleh
BKM Kelurahan Kasemen, bahwa: “Informasi mengenai GERBANG RATU dari
pihak pemerintah kepada kami sudah cukup jelas, dan kami pun
menginformasikan ke seluruh ketua RT/RW juga sudah jelas.” (Wawancara
dengan I3 Selasa 28 April 2015, 13.00 WIB Kantor BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 diketahui bahwa dalam pentransmisian
informasi dari pihak Pemerintah sudah cukup jelas, dan dari pihak kelurahan
kepada ketua RT/RW pun sudah cukup jelas. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
dari tokoh masyarakat Kelurahan Kasemen, beliau menyatakan bahwa: “Jelas,
semua informasi mengenai GERBANG RATU untuk Kelurahan Kasemen sudah
tersampaikan dengan baik sampai ke RT/RW setempat.” (Wawancara dengan I6
Kamis 30 April 16.00 WIB, Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara I3 dan I6 komunikasi sudah jelas, informasi
mengenai GERBANG RATU di Kelurahan Kasemen sudah tersampaikan dengan
jelas sampai ke tingkat RT/RW.
86
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kasunyatan
menyatakan bahwa: “Sudah jelas, setelah pemerintah mengadakan sosialisasi
dengan seluruh BKM di kantor BPPMD Provinsi Banten, dan selang waktu 3 hari
kami langsung mengadakan pertemuan dengan ketua RT/RW se Kelurahan
Kasunyatan guna memberikan informasi yang sudah diperoleh.” (Wawancara
dengan I4 Rabu 29 April, 10.00 WIB. Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa setelah pihak
Pemerintah mengadakan sosialisasi, tidak menunggu lama BKM Kelurahan
Kasunyatan pun langsung mengadakan pertemuan dengan ketua RT/RW se
Kelurahan Kasunyatan guna memberikan informasi yang sudah diperoleh. Hal
serupa juga dinyatakan oleh tokoh masyarakat Kelurahan Kasunyatan bahwa:
“Jelas, dari pihak pemerintah sangat jelas, dari pihak BKM Kasunyatan juga
sangat jelas, tidak ada masalah kalau untuk informasi.” (Wawancara dengan I7
Kamis 30 April 13.00 WIB, Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat diketahui bahwa
komunikasi yang dilakukan pihak pemerintah kepada pihak BKM Kelurahan
Kasunyatan sudah cukup jelas, dan dari pihak BKM Kelurahan Kasunyatan
kepada RT/RW juga sangat jelas. Tidak ada masalah dalam hal komunikasi untuk
Kelurahan Kasunyatan.
Menanggapi wawancara I2, BKM Kelurahan Kilasah mengakatan bahwa:
“Jelas sekali sampai ke tingkat RT/RW juga sudah cukup jelas, sampai ke
masyarakat juga tidak ada masalah.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 10.00
WIB, Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
87
Berdasarkan wawancara dengan I5 komunikasi yang diberikan oleh pihak
pemerintah sudah jelas sampai ke tingkat RT/RW. Sampai ke masyarakat juga
tidak ada masalah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan dari tokoh masyarakat Desa
Kilasah, beliau menyatakan bahwa: “Dari pemerintah sampai ke BKM kebetulan
saya ikut sosialisasinya jadi menurut saya jelas sekali arahan yang diberikan
mengenai GERBANG RATU ini.” (Wawancara dengan I8 Kamis 30 April 10.00
WIB, Kampung Kilasah).
Dari wawancara dengan I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi dari pihak pemerintah kepada BKM Kelurahan Kilasah dan kepada
masyarakat sudah cukup jelas.
Setelah peneliti membandingkan hasil wawancara, observasi, studi
dokumentasi maka peneliti dapat menarik kesimpulan sementara bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana program sampai kepada
masyarakat Kecamatan Kasemen Kota Serang megenai Program GERBANG
RATU ini sudah cukup jelas. Hal ini juga diperkuat dengan adanya laporan
capaian kegiatan yang diberikan oleh korkot kota Serang.
4.3.1.3. Konsistensi
Pemerintah harus konsisten dengan apa yang diberikan dalam suatu
pelaksanaan suatu komunikasi. Karena jika tidak ada konsistensi maka dapat
menimbulkan kebingungan bagi pelaksana program di lapangan. Dalam segi
pemberian arahan dan perintah sikap Pemerintah harus konsisten agar pelaksana
program dapat menjalankan program dengan baik dan sesuai prosedur dari
88
Pemerintah. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Tenaga Ahli
Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau
mengungkapkan bahwa: “Sudah sangat konsisten, bahkan pemerintah ikut
mendorong agar program ini berjalan dengan baik karena dengan adanya
program GERBANG RATU ini dapat membantu masyarakat di Kecamatan se
Provinsi Banten baik secara fisik maupun ekonomi masyarakatnya.” (Wawancara
dengan I1 Senin 04 Mei 2015 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten
KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa komunikasi yang
dilakukan pemerintah sudah konsisten dan pemerintah ikut mendorong agar
program ini dapat berjalan dengan baik sehingga dapat membantu masyarakat di
semua kecamatan se Provinsi Banten baik secara fisik maupun ekonomi
masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan Korkot Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang, beliau
mengungkapkan bahwa: “Sudah konsisten dan cukup jelas sekali.” (Wawancara
dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota
Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa komunikasi yang
dilakukan dengan pemerintah sudah konsisten dan cukup jelas sekali. Hal ini juga
diperkuat dengan pernyataan dari BKM Kelurahan Kasemen: “Sudah, kami semua
bekerja sesuai prosedur yang telah diberikan dan disepakati.” (Wawancara
dengan I3 Selasa 28 April 13.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasemen).
89
Berdasarkan wawancara dengan I3 diketahui bahwa pihak pelaksana
program sudah melakukan komunikasi dengan konsisten dan pihak Kelurahan
Kasemen juga sudah melakukan hal yang sama dan bekerja sesuai prosedur yang
telah diberikan dan disepakati. Hal ini diperkuat dengan pernyataan tokoh
masyarakat Kelurahan Kasemen yang menyatakan bahwa: “Konsisten, pihak BKM
Kelurahan Kasemen memberikan komunikasi yang baik.” (Wawancara dengan I6
Kamis 30 April 16.00 WIB, Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Dari wawancara I3 dan I6 dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi yang
dilakukan pemerintah kepada masyarakat Kasemen sudah konsisten karena pihak
BKM sendiri sudah memberikan arahan sesuai prosedur yang sudah disepakati.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kasunyatan
menyatakan bahwa: “Jelas konsisten sekali, dalam hal ini pemerintah sudah jelas
memberikan arahan dan dorongan, pihak kami pun sudah mengikuti prosedur
sehingga semua masyarakat kasunyatan sudah mengerti mengenai program ini.”
(Wawancara dengan I4 Rabu 29 April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan
Kasunyatan).
Berdasarkan dengan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa
komunikasi yang dilakukan pelaksana program sudah cukup konsisten, dan pihak
BKM Kelurahan Kasunyatan pun sudah mengikuti prosedur sehingga diharapkan
masyarakat sudah mengerti mengenai Program GERBANG RATU ini. Berbeda
dengan pernyataan I4, tokoh masyarakat Kelurahan Kasunyatan menyatakan
bahwa: “Tidak konsisten kalau menurut saya, sebelumnya program ini berjalan
sosialisasi pihak BKM menjelaskan bahwa program GERBANG RATU ini akan
90
bekerja berdasarkan musrenbang kecamatan, tapi dalam implementasinya tidak
sesuai dengan musrenbang.” (Wawancara dengan I7 Kamis 30 April 10.00 WIB,
Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana program tidak konsisten ini
dibuktikan dengan pernyataan dari tokoh masyarakat Kelurahan Kasunyatan
bahwa implementasi Program GERBANG RATU ini tidak sesuai dengan
musrenbang.
Menanggapi jawaban dari I7, I2 menjelaskan bahwa: “Memang
berdasarkan musrenbang tetapi dalam implementasinya kita sengaja memberikan
wewenang kepada pelaksana program di tingkat desa agar mereka mengetahui
apa yang dibutuhkan oleh desa masing-masing, jadi kalau mereka mau bikin
jalan yasudah kita bantu fasilitas dan lain-lainnya.” (Wawancara tambahan
dengan I2 Rabu 06 Mei 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota
Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 menanggapi pernyataan dari I7 dapat
diketahui bahwa Program GERBANG RATU mengikuti agenda musrenbag,
tetapi dalam implementasinya tetap masyarakat yang memegang kendali atas
penggunaan dana bantuan tersebut.
Menanggapi wawancara I2, BKM Kelurahan Kilasah menyatakan bahwa:
“Sudah konsisten dengan adanya program ini pemerintah juga turut meninjau
91
implementasinya.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 2013 10.00 WIB,
Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dapat diketahui bahwa komunikasi ke
BKM Kelurahan Kilasah sudah konsisten dan pemerintah juga turut meninjau
implementasinya. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari tokoh masyarakat
Kelurahan Kilasah bahwa: “Konsisten, karena pihak PNPM Mandiri juga
melakukan monitoring langsung.” (Wawancara dengan I8 Kamis 30 April 10.00
WIB, Kampung Kilasah).
Dari wawancara I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi yang
dilakukan pelaksana program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota
Serang dari BKM Kelurahan Kilasah sudah konsisten karena adanya tinjauan
langsung dan monitoring dari pelaksana program terkait GERBANG RATU.
Hasil wawancara ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi teknik yaitu tidak
hanya mempercayai satu informan saja tetapi juga mecoba mewawancarai
informan lain agar hasil dari wawancara tersebut benar-benar dipercaya.
Dalam indikator komunikasi baik transmisi, kejelasan maupun konsistensi
yang dilakukan oleh pihak pelaksana program maupun masyarakat sudah berjalan
dengan baik hal tersebut dapat dilihat berdasarkan asumsi-asumsi dari setiap
informan bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pelaksana program sudah
dilakukan dengan baik. Selain itu juga sesuai dengan obsevasi yang peneliti
lakukan, serta ada bukti dokumentasi tentang jalannya proses sosialisai kepada
warga. Serta pemerintah konsisten dalam menyampaikan informasi maupun
menjalankan kegiatan dari Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen
92
Kota Serang ini dan senantiasa mendorong program ini dengan baik karena
dengan adanya program ini dapat membantu masyarakat baik secara fisik maupun
secara ekonomi. Hal ini juga diperkuat dengan adanya laporan capaian kegiatan
yang diberikan oleh korkot kota Serang.
4.3.2. Sumber Daya
4.3.2.1.Staf
Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu
kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya,
sumber daya manusia yang ada di Kecamatan Kasemen Kota Serang cukup
mendukung unutk mendorong agar program pemerintah ini dapat terlaksana
dengan baik. Sumber daya manusia yang ada di Kecamatan Kasemen Kota Serang
dipilih berdasarkan musyawarah dan seleksi oleh pihak kecamatan dan kelurahan
sehingga dapat terlihat yang berkompeten dan mampu untuk menjalankan
program tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Tenaga Ahli Administrasi
GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau menyatakan bahwa:
“Seluruh pelaksana program ini dipilih oleh kami serta mendapatkan persetujuan
dari masyarakat desa tersebut melalui musyawarah berdasarkan syarat-syarat
tertentu baik dari segi kemampuan dan pengetahuannya.” (Wawancara dengan I1
Senin 04 Mei 2015 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 diatas dapat diketahui bahwa orang-
orang yang melaksanakan Program GERBANG RATU ini adalah orang-orang
yang sudah dipilih secara musyawarah berdasarkan syarat-syarat tertentu baik dari
segi kemampuan dan pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
93
oleh Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota
Serang, beliau mengungkapkan bahwa: “Pelaksana program di tingkat
kelurahan/desa dipilih berdasarkan musyawarah dan telah disepakati oleh semua
pihak.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM
Mandiri Perkotaan Kota Serang).
Berdasarkan wawancara dengan I2 menerangkan bahwa pelaksana program
ditingkat kelurahan/desa sudah dipilih berdasarkan musyawarah dan telah
disepakati oleh semua pihak. Hal ini diperkuat oleh pernyataan BKM Kelurahan
Kasemen, beliau menyatakan bahwa: “Pelaksana program semuanya dari warga
desa setempat, jadi mereka yang lebih mengerti apa yang desa mereka butuhkan
yang paling penting dana tersebut digunakan dengan sewajarnya dan bersifat
pembangunan desa.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 13.00 WIB, Kantor
BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat diketahui bahwa pelaksana
program semuanya dari warga desa setempat, jadi mereka yang lebih mengerti apa
yang desa mereka butuhkan yang paling penting dana tersebut digunakan dengan
sewajarnya dan bersifat pembangunan desa. Hal ini juga sesuai dengan yang
dinatakan oleh tokoh masyarakat Kelurahan Kasemen, yang menyatakan bahwa:
“Kita dipilih berdasarkan musyawarah di BKM Kelurahan Kasemen, dan harus
ada persetujuan dari semua tokoh masyarakat desa.” (Wawancara dengan I6
Kamis 30 April 2015 16.00 WIB, Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dan I6 maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pemilihan staf atau pelaksana program di tingkat kelurahan terutama
94
Kelurahan Kasemen dipilih berdasarkan musyawarah, yang sesuai dengan kriteria
dan disepakati oleh semua pihak dan masyarakat desa terkait.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kasunyatan
mengungkapkan bahwa: “Orang-orangnya sesuai dengan musyawarah di BKM
waktu itu, pengalamannya, pengetahuannya juga sebagai pertimbangan untuk
dipilih.” (Wawancara dengan I4 Rabu 29 April 2014 10.00 WIB, Kantor BKM
Kelurahan Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa orang-orangnya
sesuai dengan musyawarah di BKM waktu itu, pengalamannya, pengetahuannya
juga sebagai pertimbangan untuk dipilih. Hal ini juga diperkuat dengan
pernyataan dari tokoh masyarakat Kelurahan Kasunyatan yang menyatakan
bahwa: “Saya dipilih waktu itu karena saya aktif di kegiatan karang taruna desa,
dan saya dipercaya sebagai pelaksana program GERBANG RATU di tingkat desa
melalui musyawarah.” (Wawancara dengan I7 Kamis 30 April 13.00 WIB,
Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemilihan staf/pelaksana program di tingkat Kelurahan Kasunyatan berjalan
melalui musyawarah dan mempertimbangkan pengalaman dan pengetahuannya.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kilasah menyatakan
bahwa: “Semua berasal dari desa tempat tinggal masing-masing, dipilih dari
musyawarah, setelah dicatat kemudian dipanggil ditanya bersedia atau tidak,
95
setelah itu langsung berjalan.” (Wawancara dengan I6 Senin 27 April 10.00 WIB,
Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I5 pelaksana program di tingkat
kelurahan harus berasal dari kelurahan masing-masing, dan kemudian dipilih dari
musyawarah setelah itu dipanggil dan ditanya bersedia atau tidaknya menjalan
program ini di kelurahannya setelah itu langsung program berjalan. Hal ini juga
diperkuat dengan adanya pernyataan dari tokoh masyarakat Kilasah yang
menyatakan bahwa: “Pemilihan staf waktu itu lewat musyawarah dan hasilnya
baik.” (Wawancara dengan I8 Kamis 30 April 10.00 WIB, Kampung Kilasah).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan
bahwa staf Kelurahan Kilasah dipilih melalui musyawarah yang adil dan mufakat.
Selain itu juga pertimbangannya adalah pelaksana program harus orang asli desa
tersebut.
Setelah peneliti mewawancarai semua informan, mengobservasi, dan
melihat dokumentasi terkait sumber daya ini terutama dalam hal staf peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa penentuan pegawai yang akan mengelola kegiatan
tersebut berdasarkan hasil musyawarah dan juga seleksi berdasarkan kemampuan
dan pengetahuannya. Hal ini agar pegawai yang akan mengelola kegiatan
memiliki kemampuan yang bagus, sehingga dapat menjalankan tugas dengan baik.
4.3.2.2.Informasi
Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yaitu
pertama, informasi yang berhubungan dengan cara cara melaksanakan kebijakan.
96
Implementor harus harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan disaat
mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan. Kedua, informasi mengenal
data kepatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah
yang telah ditetapkan. Implementor harus mengetahui apakah orang yang terlihat
dalam pelaksanaan tersebut patuh terhadap hukum. Dalam pelaksanaan Program
GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang masyarakat mengetahui
proses yang berlaku dalam pengelolaan program tersebut. Seperti yang
diungkapkan Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi
Banten beliau mengungkapkan bahwa: “ Sosialisasi dari kami sudah dari A-Z,
informasi yang jelas sudah tersampaikan dengan baik, ini dibuktikan dengan
implementasi di lapangan.” (Wawancara dengan I6 Senin 04 Mei 2015 10.00
WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa sosialisasi yang
dilakukan oleh BPPMD sudah cukup, informasinya juga sudah tersampaikan
dengan baik ini dibuktikan dengan implementasi di lapangan. Hal ini juga
diperkuat oleh pernyataan dari Korkot Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang beliau menyatakan bahwa: “Informasi
sudah jelas dengan dikeluarkan buku pendoman pelaksanaan yang diberikan
kepada masing-masing fasilitator di desa, didalam buku pendoman tersebut sudah
sangat jelas peraturan, teknis, dan segala sesuatu mengenai Program GERBANG
RATU ada di situ.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB,
Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
97
Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa informasi yang
diberikan oleh kami sudah cukup jelas dan kami juga mengeluarkan buku
pedoman pelaksanaan yang didalamnya sudah tertera teknis, peraturan, dan segala
sesuatu mengenai program tersebut. Hal ini serupa dengan dinyatakan oleh BKM
Kelurahan Kasemen: “Bagus sekali tidak ada masalah, kalau masyarakat masih
bingung kan bisa menghubungi fasilitator dari PNPM Mandiri atau saya dan
sudah diberikan buku pedoman, yang jelas informasi sudah sampai dengan
maksimal.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 2015 13.00 WIB, Kantor BKM
Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat kita ketahui bahwa informasi
sudah tersalurkan dengan baik ini dibuktikan dengan pernyataan dari tokoh
masyarakat Kasemen, beliau menyatakan bahwa: “Jelas dan sudah dimengerti,
lagi pula sudah ada buku pedoman pelaksanaan jadi yang kurang dimengerti
tinggal baca disitu ada semua.” (Wawancara dengan I6 Kamis 30 April 16.00
WIB, Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dan I6 maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa untuk di Kelurahan Kasemen dalam hal informasi tidak ada masalah
dikarenakan masyarakat terbantu dengan adanya sosialisasi dan pemberian buku
pedoman pelaksanaan GERBANG RATU disetiap desa.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kasunyatan
menyatakan bahwa: “Informasi sudah jelas, kalau tidak jelas pasti mandek dan
banyak masalahnya.” (Wawancara dengan I4 Rabu 29 April 2015 10.00 WIB,
Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
98
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa informasi yang
dilakukan oleh pihak BKM Kelurahan Kasunyatan sudah sangat jelas ini
dibuktikan tidak ada masalah dalam pelaksanaan program di wilayah tersebut. Hal
ini juga diperkuat oleh tokoh masyarakat Kasunyatan, beliau mengungkapkan
bahwa: “Jelas sekali, Informasi yang saya dapat jelas dan ada buku pedoman
pelaksanaan juga jadi cukup jelas.” (Wawancara dengan I7 Kamis 30 April 13.00
WIB, Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat ditarik kesimpulan bahwa
informasi dari BKM Kelurahan Kasunyatan tidak ada masalah karena masyarakat
merasa terbantu dengan adanya informasi berupa lisan dan tulisan dari
pemerintah.
Menanggapi wawancara I2, BKM Kelurahan Kilasah juga beranggapan
bahwa: “Informasi yang disalurkan sudah jelas dan dimengerti, buku pedoman
pelaksanaan juga sudah saya berikan.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April
2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dapat diketahui bahwa informasi yang
sudah disalurkan oleh pihak BKM Kelurahan Kilasah sudah dimengerti dan jelas,
sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan yang sudah diberikan. Hal ini juga
diperkuat dengan adanya pernyataan dari tokoh masyarakat Kelurahan Kilasah
yang menyatakan bahwa: “Cukup jelas dan dimengerti, kita bekerja juga
berdasarkan buku pedoman pelaksanaan yang sudah diberikan.” (Wawancara
dengan I8 Kamis 30 April 10.00 WIB, Kampung Kilasah).
99
Berdasarkan wawancara dengan I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan bahwa
informasi yang diberikan oleh pihak BKM Kelurahan Kilasah kepada masyarakat
Kilasah mengenai Program GERBANG RATU ini sudah cukup dimengerti dan
masyarakat bekerja juga sesuai dengan buku pedoman pelaksanaan yang sudah
diberikan.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumentasi dengan
semua informan mengenai sumber daya dalam hal informasi maka peneliti dapat
menarik kesimpulan bahwa baik Pemerintah dan masyarakat sudah memberikan
semua informasi terkait dengan Program GERBANG RATU di Kecamatan
Kasemen Kota Serang ini dengan sangat baik dan menjalankan proses tersebut
sesuai dengan alur yang berlaku berdasarkan buku pedoman pelaksanaan. Hal ini
juga diperkuat dengan adanya laporan capaian kegiatan yang diberikan oleh
korkot kota Serang.
4.3.2.3.Wewenang
Pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat
dilaksanakan dengan baik. Kewenangan merupakan otoritas atas legitimasi bagi
para pelaksana program dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara
politik. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan para implementor di mata
publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat menggagalkan proses implementasi
kebijakan.
Tetapi dalam konteks lain, ketika wewenang formal tersebut ada maka
sering terjadi kesalahan dalam melihat efektivitas kewenangan. Di satu pihak
100
efektivitas diperlukan dalam pelaksanaan implementasi kebijakan, tetapi disisi
lain efektivitas akan menyurut mana kala wewenang diselewengkan oleh para
pelaksana demi kepentingannya sendiri atas demi kepentingan kelompoknya.
Dalam hal ini pemerintah maupun pengelola di lapangan sudah menjalankan tugas
dan wewenangnya dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh Tenaga Ahli
Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau menyatakan
bahwa: “Pemerintah maupun pelaksana program GERBANG RATU sudah
menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik ketika musyawarah maupun
dalam pelaksanaannya.” (Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei 2015 10.00 WIB,
Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa pemerintah
sudah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik ketika musyawarah
maupun dalam pelaksanaannya. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan dari
Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota
Serang yang menyatakan bahwa: “Semua koordinator sudah menjalankan tugas
dan wewenangnya dengan baik dan dalam pelaksanaan pun berjalan dengan
baik.” ( Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM
Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa semua
koordinator sudah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik dan dalam
pelaksanaannya pun berjalan dengan baik. Hal ini juga dipertegas oleh BKM
Kelurahan Kasemen bahwa: “Semua wewenang sudah diberikan kepada masing-
masing pelaksana program di tingkat kelurahan, dan semuanya berjalan dengan
101
baik.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 2015 13.00, Kantor BKM Kelurahan
Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat diketahui bahwa semua
wewenang sudah diberikan kepada masing-masing pelaksana program di tingkat
Kelurahan, semuanya berjalan dengan baik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan
dari tokoh masyarakat Kelurahan Kasemen yang menyatakan bahwa: “ Wewenang
sudah diberikan setelah hasil musyawarah pelaksana program diberikan, setelah
itu pelaksana program langsung menjalankan program dengan wewenang yang
sudah diberikan.” (Wawancara dengan I6 Kamis 30 April 2015 16.00 WIB,
Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dan I6 dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberian wewenang dari Pemerintah kepada pelaksana program di tingkat
Kelurahan Kasemen di Kecamatan Kasemen berjalan dengan baik.
Menanggapi wawancara I2, BKM Kelurahan Kasunyatan menyatakan
bahwa: “Pemberian wewenang kepada pelaksana program di tingkat kelurahan
sudah berjalan dengan baik dan tidak ada masalah.” (Wawancara dengan I5 Rabu
29 April 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa pemberian
wewenang kepada pelaksana program di tingkat kelurahan sudah berjalan dengan
baik dan tidak ada masalah. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh tokoh
masyarakat Kelurahan Kasunyatan yang menyatakan bahwa: “Wewenang sudah
102
diberikan oleh masing-masing pelaksana program dengan baik.” (Wawancara
dengan I7 Kamis 30 April 13.00 WIB, Kampung Kenari Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara I4 dan I7 dapat ditarik kesimpulan bahwa
wewenang yang diberikan kepada pelaksana program di tingkat Kelurahan
Kasunyatan sudah berjalan dengan baik dan tidak ada masalah.
Menanggapi wawancara I3, BKM Kelurahan Kilasah menyatakan bahwa:
“Sudah dengan baik pemberian wewenangnya, masing-masing pelaksana
program yang sudah diberikan wewenang di Kelurahan Kilasah juga melakukan
tugasnya dengan baik.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 2015 10.00 WIB,
Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dapat diketahui bahwa pemberian
wewenang pada masing-masing pelaksana program berjalan dengan baik. Hal ini
juga sesuai dengan apa yang diutarakan oleh tokoh masyarakat Kelurahan Kilasah
yang menyatakan bahwa: “Sudah baik, semuanya sudah punya wewenangnya
masing-masing.” (Wawancara dengan I8 Kamis 30 April 2015 10.00 WIB,
Kampung Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dan I8 dapat ditarik kesimpulan bahwa
pemberian wewenang kepada semua pelaksana program di tingkat Kelurahan
Kilasah sudah berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan
semua informan untuk sumber daya dalam hal wewenang dapat ditarik
kesimpulan bahwa Pemerintah maupun pelaksana program sudah menjalankan
103
wewenangnya masing-masing dengan baik sesuai dengan prosedur GERBANG
RATU yang berlaku.
4.3.2.4.Fasilitas
Fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi
kebijakan, implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti apa
yang harus dilakukan, dan memiliki wewenang untuk melaksanakan tugasnya,
tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung (sarana dan prasarana) maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan berhasil. Maka dari itu fasilitas sarana dan prasarana
harus mendukung agar implementasi dari suatu kebijakan dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Sesuai dengan apa yang diutarakan oleh
Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau
mengutarakan bahwa: “Fasilitas pastinya kita bantu dari segi pengadaan alat-
alat pendukung yang dibutuhkan masyarakat maupun prasarananya.”
(Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei 2015 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi
Banten KP3B).
Berdasarkan hasil wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa fasilitas
yang dibutuhkan masyarakat dalam melaksanakan program tersebut akan sepenuh
dibantu oleh dinas-dinas terkait. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Korkot
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang yang
menyatakan bahwa: “Fasilitas yang dibutuhkan masyarakat tersedia cukup, dan
mendukung jalannya program dengan baik.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29
April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
104
Berdasarkan hasil wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa fasilitas
tersedia cukup dan sangat membantu jalannya program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang. BKM Kelurahan Kasemen yang menyatakan
bahwa: “Fasilitas sudah ada dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing kelurahan.” (Wawancara dengan dengan I3 Selasa 28 April 2015
13.00 Kantor BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat diketahui bahwa fasilitas
pendukung sudah ada dan dapat digunakan dengan kebutuhan dari masing-masing
desa. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh tokoh masyarakat Kelurahan
Kasemen, yang menyatakan bahwa: “Fasilitas sudah ada dari pemerintah, tinggal
kita butuhnya apa tinggal bilang dan pakai.” (Wawancara dengan I6 Kamis 30
April 2015 16.00 WIB, Kampung Angsoka Jaya Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dan I6 dapat diketahui bahwa fasilitas
dalam mendukung program GERBANG RATU untuk di Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen Kota Serang sudah ada dan tersedia dengan baik.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kasunyatan
menyatakan bahwa: “Fasilitas sudah ada tinggal pakai saja.” (Wawancara
dengan I4 Rabu 29 April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
Hal ini sesuai dengan apa yang diutarakan dengan tokoh masyarakat Kelurahan
Kasunyatan yang mengutarakan bahwa: “Fasilitas yang dibutuhkan sudah ada
dan tidak ada masalah.” (Wawancara dengan I7 Kamis 30 April 2015 13.00 WIB,
Kampung Kenari Kasunyatan).
105
Berdasarkan wawancara dengan I4 dan I7 dapat diketahui bahwa fasilitas
untuk menjalankan program GERBANG RATU di Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen Kota Serang sudah tersedia dengan baik dan tidak ada
masalah.
Menanggapi wawancara dengan I2, BKM Kelurahan Kilasah menyatakan
bahwa: “Untuk fasilitas pendukung tidak ada masalah, masyarakat juga merasa
terbantu untuk menjalankan program tersebut.” (Wawancara dengan I5 Senin 27
April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kilasah). Hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan oleh tokoh masyarakat Kelurahan Kilasah yang menyatakan
bahwa: “Fasilitas lengkap dan cukup membantu.” (Wawancara dengan I8 Kamis
30 April 2015 10.00 WIB, Kampung Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan I5 dan I8 dapat diketahui bahwa fasilitas
dalam mendukung Program GERBANG RATU di Kelurahan Kilasah Kecamatan
Kasemen Kota Serang sudah cukup lengkap dan tidak ada masalah. Fasilitas yang
dimaksud adalah fasilitas pendukung jalannya program tesebut seperti
pembangunan jalan, fasilitas yang dibutuhkan adalah alat berat seperti buldozer.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi dokumentasi dengan
semua informan penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa fasilitas pendukung
untuk kegiatan Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang
dipenuhi dengan baik, sehingga dengan demikian dapat mempermudah
masyarakat dalam menjalankan program tersebut dengan baik. Hal ini juga
diperkuat dengan adanya laporan capaian kegiatan yang diberikan oleh korkot
kota Serang.
106
4.3.3. Disposisi
4.3.3.1.Pengangkatan Birokrat
Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-
hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada
tidak melaksanakan kabijakan-kabijakan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu,
pemilihan dan pegangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
yang memiliki dedikasi pada kabijakan yang telah ditetapkan, lebih khususnya
lagi pada kepentingan masyarakat. Jadi dalam pemilihan personil itu harus melalui
seleksi yang jelas agar kebijakan yang akan dijalankan berjalan dengan baik.
Dalam menangani Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota
Serrang ini pengangkatan pegawainya sudah cukup baik dikarenakan melalui
tahap musyawarah dan seleksi berdasarkan kemampuan dan pengetahuannya. Hal
ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Tenaga Ahli Administrasi GERBANG
RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau mentakan bahwa: “Seperti yang sudah
dikatakan diawal, seluruh pelaksana program ini dipilih berdasarkan
musyawarah di BKM kelurahan berdasarkan syarat-syarat tertentu baik dari segi
kemampuan maupun pengetahuannya.” (Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei 2015
10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa seluruh
pelaksana program ini dipilih berdasarkan musyawarah di BKM kelurahan
berdasarkan syarat-syarat tertentu baik dari segi kemampuan maupun
pengetahuannya. Hal demikian juga disampaikan oleh Korkot Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang beliau menyampaikan
107
bahwa: “Lewat musyawarah di BKM, setiap kampung mengusulkan nama nanti
ada seleksi dengan persyaratan tertentu.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April
2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa pengangkat
pelaksana program dipilih berdasarkan musyawarah yang masing-masing
kampung mengusulkan nama dan setelah itu di seleksi sesuai dengan kemampuan
dan pengetahuannya. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan BKM Kelurahan
Kasemen yang menyatakan bahwa: “Lewat musyawarah yang dihadiri oleh
semua perwakilan kampung setelah itu dilakukan tahap penyeleksian mana yang
sekiranya mampu itulah yang dipilih untuk menjalankan program di wilayah
masing-masing.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 2015 13.00 WIB, Kantor
BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat diketahui bahwa pengangkatan
pelaksana program di BKM Kelurahan Kasemen lewat tahap musyarawah dan
seleksi berdasarkan kemampuan dan pengetahuan. Hal ini juga senada dengan
yang disampaikan BKM Kelurahan Kasunyatan, beliau menyatakan bahwa:
“Lewat musyawarah dan seleksi, yang terpenting harus berasal dari
desa/kelurahan masing-masing.” (Wawancara dengan I4 Rabu 29 April 2015
10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat diketahui bahwa pengangkatan
birokrat di BKM Kelurahan Kasunyatan juga melewati tahap musyawarah dan
seleksi, yang terpenting harus berasal dari desa/kelurahan masing-masing. Hal ini
juga diperkuat oleh BKM Kelurahan Kilasah yang menyatakan bahwa:
108
“Penangakatan pelaksana program berdasarkan musyawarah dan seleksi kepada
masing-masing nama dari setiap kampung.” (Wawancara dengan I5 Senin 27
April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan semua informan penelitian mengenai
pengangkatan birokrat dalam hal menjalankan Program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang lewat tahapan musyawarah dan seleksi sesuai
dengan kemampuan dan pengetahuannya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya
laporan capaian kegiatan yang diberikan oleh korkot kota Serang.
4.3.3.2.Insentif
Edward III juga menjelaskan bahwa salah satu teknik yang disarankan
untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan
memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang yang bertindak
menurut kepentingannya sendiri, maka memanipulasi insentif oleh para pembuat
kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan cara
menambah keuntungan atau biaya tertentu mungkin akan menjadi faktor
pendorong yang membuat para pelaksana kebijakan melaksanakan perintah
dengan baik. Hal ini dilakukan sebagai upaya memenuhi kepentingan pribadi (self
interest) atau organisasi. Dalam pengelolaan Program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang pegawai yang mengelola tidak mendapatkan
insentif dari pemerintah namun dana bantuan ini dikenakan pajak pph 22 sebesar
1,5%. Seperti yang diungkapkan oleh Tenaga Ahli Administrasi GERBANG
RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau mengungkapkan bahwa: “Tidak ada,
hanya saja ada potongan pajak pph 22 sebesar 1,5%. Hanya itu saja yang
109
dibebankan ke dana bantuan.” (Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei 2015 10.00
WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara dengan I1 dapat diketahui bahwa pelaksana
program tidak mendapatkan insentif dari program tersebut hanya saja terdapat
potongan pajak pph 22 sebesar 1,5% yang dibebankan kepada dana bantuan
Program GERBANG RATU tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh Korkot Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang, beliau
menyatakan bahwa: “Untuk insentif kepada pelaksana program tidak ada dan
tidak bisa karena semua pelaporan dana semuanya transparan, BKM dan
masyarakat sebelumnya sudah mengetahui adanya potongan pajak didalam
Program GERBANG RATU ini.” (Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015
13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara dengan I2 dapat diketahui bahwa tidak ada
insentif yang diterima oleh pelaksana program, karena semua pelaporan dana
transparan dan BKM dan semua masyarakat sebelumnya sudah mengetahui bahwa
ada potongan pajak didalam Program GERBANG RATU ini. Hal demikian juga
disampaikan oleh BKM Kelurahan Kasemen, beliau menyatakan bahwa: “Tidak
ada, karena semuanya bisa melihat laporan pengeluaran dan pemasukan.
Potongan saya jamin hanya ada di pajak pph 22 saja.” (Wawancara dengan I3
Selasa 28 April 2015 13.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara dengan I3 dapat diketahui bahwa untuk di BKM
Kelurahan Kasemen semua pelaporan dana dapat dilihat pemasukan maupun
pengeluarannya, sekalipun ada potongan dalam dana Program GERBANG RATU
110
ini itu hanyalah pajak pph 22. Hal demikian juga diperkuat oleh BKM Kelurahan
Kasunyatan, beliau menyatakan bahwa: “Kami dan semua masyarakat tidak
mendapatkan insentif apa-apa, kami sudah berkomitmen bahwa dana bantuan ini
adalah murni untuk pengembangan jalan-jalan kampung.” (Wawancara dengan I4
Rabu 29 April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan).
Berdasarkan wawancara dengan I4 dapat ditarik kesimpulan bahwa, BKM
Kelurahan Kasunyatan dan semua masyarakat sudah berkomitmen bahwa dana
bantuan GERBANG RATU ini adalah murni untuk pengembangan jalan-jalan
kampung di Kelurahan Kasunyatan. Hal ini juga sama dinyatakan oleh BKM
Kelurahan Kilasah, yang menyatakan bahwa: “Untuk insentif tidak ada, potongan
hanya ada pada pajak pph 22 sebesar 1,5% saja, untuk potongan yang lain tidak
ada.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 2015 10.00 WIB, Kantor BKM
Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara dengan semua informan penelitian mengenai
insentif, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pelaksana Program
GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang tidak ada yang dapat
insentif dan memanipulasi dari dana bantuan dikarenakan semua pelaporan dana
pemasukan dan pengeluaran bersifat trasparan, hanya saja terdapat potongan pajak
pph 22 sebesar 1,5%. Hal ini juga diperkuat dengan adanya laporan capaian
kegiatan yang diberikan oleh korkot kota Serang.
111
4.3.4. Struktur Birokrasi
4.3.4.1.Standart Operating Procedures (SOPs)
Standart Operating Procedures (SOPs) adalah suatu kegiatan rutin yang
memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/administrator/birokrat)
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada tiap harinya sesuai dengan
standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan oleh
masyarakat). Prosedur pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari
kegiatan yang berhubungan satu sama lain dan prosedur-prosedur yang berkaitan
dengan melaksanakan dan memudahkan kegiatan dalam suatu oraganisasi
sehingga tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan, dalam pelaksanaan
Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang pun harus
memiliki prosedur yang jelas terkait dengan program tersebut agar tercapainya
tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan wawancara dengan Tenaga
Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten, beliau
menyatakan bahwa: “Melalui sosialisasi yang dilakukan pihak kami dan pihak
BKM setempat dengan menjelaskan semua prosedurnya, dan hasilnya bagus
masyarakat dapat menerima dengan baik.” (Wawancara dengan I1 Senin 04 Mei
2015 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara diatas, Korkot Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang juga menyatakan bahwa: “Prosedurnya
sudah dijelaskan pada tahap sosialisasi awal dan masyarakat mau tidak mau
harus mengikuti prosedur demi berjalannya program ini dengan baik.”
112
(Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri
Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa prosedur sudah
dijelaskan pada tahap sosialisasi awal dan masyarakat mau tidak mau harus
mengikuti prosedur demi berjalannya program ini dengan baik. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan dari BKM Kelurahan Kasemen, yang menyatakan bahwa:
“Prosedurnya ada dan sudah dijelaskan dengan baik, kalau belum dijelaskan
pelaksana program di Kelurahan pasti tidak akan mengerti program ini untuk
apa dan untuk siapa.” (Wawancara dengan I3 Selasa 28 April 13.00 WIB, Kantor
BKM Kelurahan Kasemen).
Hal demikian juga diperkuat oleh BKM Kelurahan Kasunyatan yang
menyatakan bahwa: “Melalui sosialisasi awal dan semua prosedurnya sudah
dijelaskan dengan baik sehingga masyarakat tahu tujuan dari program ini apa.”
(Wawancara dengan I4 Rabu 29 April 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan
Kasunyatan).
Senada dengan pernyataan diatas, BKM Kelurahan Kilasah juga
menyatakan bahwa: “Prosedur sudah dijelaskan dengan baik dan tidak ada
masalah, karena dari atas pun sudah menjalankan semuanya sesuai prosedur
yang berlaku.” (Wawancara dengan I5 Senin 27 April 10.00 WIB, Kantor BKM
Kelurahan Kilasah).
Berdasarkan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi diatas dengan
semua informan penelitian maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Pemerintah
113
sudah melakukan Standart Operating Procedures dengan baik guna menjelaskan
kepada masyarakat tujuan dari Program GERBANG RATU di Kecamatan
Kasemen Kota Serang. Hal ini juga diperkuat dengan adanya laporan capaian
kegiatan yang diberikan oleh korkot kota Serang.
4.3.4.2.Melakukan Fragmentasi
Melakukan fragmentasi merupakan penyebaran tanggung jawab suatu
kebijakan kepada beberapa badan yang berbeda sehingga memerlukan koordinasi,
pada umumnya semakin besar koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan
kebijakan semakin berkurang kemungkinan keberhasilan kebijakan tersebut.
Dalam Program GERBANG RATU ini pemerintah dalam hal ini adalah Badan
Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Desa berkoordinasi dengan PNPM
Mandiri Perkotaan. sehingga keberhasilan atau kegagalan dalam program ini
adalah murni tanggung jawab dari kedua badan tersebut. Berdasarkan wawancara
dengan Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD Provinsi Banten,
beliau menyatakan bahwa: “Kami maupun pelaksana program di tingkat
kelurahan sudah tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan GERBANG RATU
baik dari sosialisasi maupun pelaksanaannya.” (Wawancara dengan I1 Senin 04
Mei 2015 10.00 WIB, Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B).
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemerintah dan
pelaksana program di tingkat desa sudah bertanggung jawab dalam pelaksanaan
kegiatan GERBANG RATU baik dari sosialisasi maupun pelaksanaannya. Hal ini
juga serupa dengan yang disampaikan oleh Korkot Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kota Serang, beliau menyatakan
114
bahwa: “Pemerintah maupun pelaksana program sudah menjalankan program
dengan baik, dan sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan program ini.”
(Wawancara dengan I2 Rabu 29 April 2015 13.00 WIB, Kantor PNPM Mandiri
Perkotaan Kota Serang Ciceri).
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemerintah maupun
pelaksana program sudah menjalankan program dengan baik, dan sangat
bertanggung jawab dalam melaksanakan program ini. Hal ini diperkuat oleh
pernyataan dari BKM Kelurahan Kasemen yang menyatakan bahwa: “Pemerintah
dan pelaksana program di tingkat kelurahan sudah menjalankan program ini
sesuai prosedur dan sudah bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya
masing-masing. Jalan yang sudah bagus merupakan bukti konkritrnya bahwa
tanggung jawab semua pelaksana program sudah baik.” (Wawancara dengan I3
Selasa 28 April 2015 13.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kasemen).
Berdasarkan wawancara diatas dapat diketahui bahwa pemerintah dan
pelaksana program di tingkat kelurahan sudah menjalankan program ini sesuai
prosedur dan sudah bertanggung jawab sesuai dengan wewenangnya masing-
masing. Jalan yang sudah bagus merupakan bukti konkritrnya bahwa tanggung
jawab semua pelaksana program sudah baik. Hal demikian juga dinyatakan oleh
BKM Kelurahan Kasunyatan, beliau menyatakan bahwa: “Pemerintah sudah
bertanggung jawab dengan baik dan tidak ada masalah.” (Wawancara dengan I4
Rabu 29 April 2015 10.00 WIB, BKM Kelurahan Kasunyatan).
Hal demikian juga dinyatakan dengan BKM Kelurahan Kilasah, beliau
menyatakan bahwa: “Tanggung jawab pemerintah dan pelaksana program di
115
tingkat kelurahan sudah bagus, karena sebelumnya sudah diberikan tanggung
jawab dan wewenang masing-masing.”(Wawancara dengan I5 Senin 27 April
2015 10.00 WIB, Kantor BKM Kelurahan Kilasah.)
Berdasarkan wawancara, studi dokumentasi, dan observasi yang peneliti
lakukan dengan semua informan penelitian mengenai fragmentasi (penyebaran
tanggung jawab) pada pelaksanaan Program GERBANG RATU di Kecamatan
Kasemen Kota Serang sudah berjalan dengan baik, bahwa dalam pelaksanaannya
dan sosialisasinya Pemerintah dan pelaksana program di tingkat desa sudah
bertanggung jawab sesuai dengan wewenang yang sudah diberikan. Dan adanya
beberapa dokumentasi mengenai proyek-proyek yang sudah dijalankan
merupakan bukti bahwa penyebaran tanggung jawab sudah dilakukan dengan baik
oleh pelaksana program dengan menggunakan dana bantuan dari Program
GERBANG RATU. Hal ini juga diperkuat dengan adanya laporan capaian
kegiatan yang diberikan oleh korkot kota Serang.
4.4. Pembahasan
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG
RATU) merupakan program yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Banten yang
dalam pelaksanaannya, program ini mempunyai visi yaitu tercapatnya
kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin pedesaan. Dimana perangkat
kecamatan dan desa adalah bagian yang sangat vital, dan harus ikut berpartisipasi
dalam menjalankan program tersebut agar program tersebut dapat berjalan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan.
116
Dalam penelitian ini peneliti akan membahas tentang fokus penelitian,
dimana berdasarkan mekanisme implementasi kebijakan menurut Edward III ada
empat faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan dalam berjalan
dengan baik, yaitu:
1. Komunikasi : Transmisi, Kejelasan, dan Konsistensi
2. Sumber Daya : Staf, Wewenang, Informasi, dan Fasilitas
3. Disposisi : Pengangkatan Birokrat dan Insentif
4. Struktur Birokrasi : Melaksanakan SOPs dan Melakukan Fragmentasi
1. Komunikasi
Dimana dalam mengimplementasikan kebijakan komunikasi sangat
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari kebijakan tersebut. Pengetahuan
atas apa yang akan mereka kerjakan dan dapat berjalan dengan baik bila
komunikasi yang terjalin antara Pemerintah dengan masyarakat berjalan dengan
baik pula. Komunikasi dalam hal ini ada tiga bagian yaitu transmisi, kejelasan,
dan konsistensi harus berjalan dengan baik.
Pertama yaitu transmisi, dalam penelitian ini transmisi (penyaluran
komunikasi) yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat sudah berjalan
dengan baik, karena dalam kegiatan ini adanya sosialisasi yang melibatkan
Pemerintah dan perwakilan dari setiap BKM. Dari perwakilan BKM ini
diharapkan dapat menyebarluaskan informasi kepada semua masyarakat di
Kelurahan tersebut.
117
Kedua yaitu kejelasan, dalam penelitian ini kejelasan dalam
menyampaikan komunikasi yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat
sudah berjalan dengan baik dan jelas. Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa
Pemerintah sudah melakukan sosialisasi yang sesuai dengan prosedur.
Ketiga yaitu konsisten, dalam penelitian ini konsistensi dalam
menyampaikan komunikasi yang diberikan oleh Pemerintah kepada masyarakat
sudah konsisten dalam memberikan informasi mengenai program tersebut.
Walaupun hasil wawancara dengan dengan I8 menyebutkan bahwa pemerintah
tidak konsinten dalam melakukan komunikasi mengenai program ini, hal ini
langsung diklarifikasi oleh I2 bahwa program tersebut memang berdasarkan
musrenbang tetapi dalam implementasinya kita sengaja memberikan wewenang
kepada pelaksana program di tingkat kelurahan agar mereka mengetahui apa yang
dibutuhkan oleh kelurahan masing-masing, jadi singkatnya jalannya program
GERBANG RATU fleksibel, bisa sesuai dengan musrenbang atau sesuai dengan
kebutuhan desa tersebut ini tergantung dengan pelaksana program di lapangan.
2. Sumber Daya
Faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan dari implementasi
kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya,
menurut Edward III. Dalam menjalankan suatu kebijakan untuk menjalankan
kebijakan tersebut agar dapat berjalan dengan baik dibutuhkan sumber daya yang
baik dan mendukung agar kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan
sesuai yang diharapkan. Sumber daya dalam hal ini ada empat bagian yaitu staf,
wewenang, informasi, dan fasilitas.
118
Pertama yaitu staf, seluruh pelaksana program dipilih berdasarkan hasil
musyawarah dan seleksi berdasarkan syarat-syarat tertentu dari segi kemampuan
dan pengentahuan, jadi dapat disimpulkan dari bagian staf sudah memadai dan
bagus karena mereka dipilih berdasarkan musyawarah dan seleksi sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan, sehingga sudah memenuhi syarat untuk menjadi
pelaksana Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Kedua yaitu informasi, Pemerintah sudah memberikan informasi kepada
masyarakat dengan sangat baik ini dibuktikan dengan dikeluarkannya buku
pedoman pelaksanaan sebagai sumber informasi tertulis yang diberikan kepada
seluruh pelaksana program di tingkat desa.
Ketiga yaitu wewenang, Pemerintah sudah memberikan wewenang kepada
pelaksana program berdasarkan musyawarah pemilihan pelaksana program dan
masing-masing sudah menjalankan wewenangnya dengan baik.
Keempat yaitu fasilitas, fasilitas pendukung untuk kegiatan Program
GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang dipenuhi dengan baik,
sehingga dengan demikian dapat mempermudah masyarakat dalam menjalankan
program tersebut dengan baik.
3. Disposisi
Disposisi atau sikap para pelaksana akan menimbulkan hambatan-
hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan bila personil yang ada
tidak melaksanakan kabijakan-kabijakan oleh pejabat-pejabat tinggi. Karena itu,
pemilihan dan pegangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang
119
yang memiliki dedikasi pada kabijakan yang telah ditetapkan, lebih khususnya
lagi pada kepentingan masyarakat. Jadi dalam pemilihan personil itu harus melalui
seleksi yang jelas agar kebijakan yang akan dijalankan berjalan dengan baik. Jika
pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, amak para pelaksana kebijakan tidak
hanya harus mengetahui apa yangakan mereka lakukan tetapi juga harus memiliki
kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi
bias.
Pertama yaitu pengangkatan birokrat, untuk menjadi pegawai dalam
pelaksanaan Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang ini
melalui musyawarah, setiap kampung mengusulkan perwakilannya masing-
masing dan nantinya akan ada tahapan seleksi dengan persyaratan tertentu oleh
BKM Kelurahan. Dalam mekanisme pengangkatan birokrat dapat diketahui
dengan jelas bahwa telah berjalan dengan baik. Dengan adanya seleksi diharapkan
pelaksana program di tingkat desa dapat menjalankan program tersebut dengan
baik.
Kedua yaitu insentif, dalam impelementasinya pelaksana program tidak
ada yang mendapatkan insentif atau dapat memanipulasi dana karena pelaporan
pemasukan dan pengeluaran dana semua trasparan. Hanya saja Program
GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang dikenakan potongan
pajak pph 22 sebesar 1,5%.
120
4. Struktur Birokrasi
Walaupun sumber-sumber unutk melaksanakan kebijakan tersedia, atau
para pelasana kebijakan sudah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan
mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan
kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya
kelemahan dalam struktur birokrasi. Birokrasi sebagai pelaksana sebuhan
kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah diputuskan secara politik
dengan jalan melakukan koordinasi dengan baik, adalah dengan melakukan
Standart Operating Procedures (SOPs) dan melaksanakan Fragmentasi
(Penyebaran tanggung jawab).
Pertama yaitu Standart Operating Procedures (SOPs), masyarakat harus
mengetahui prosedur yang berlaku dalam Program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang karena masyarakat merupakan sasaran penting
dalam program tersebut. Jika Pemerintah tidak menjelaskan prosedur program ini
dengan baik maka masyrakat sebagai pelaksana program tidak akan bisa
menjalankan program ini dengan baik juga. Memberikan buku pedoman
pelaksanaan GERBANG RATU kepada pelaksana program merupakan salah satu
contoh Pemerintah telah mengikuti SOPs dengan baik.
Kedua yaitu melakukan Fragmentasi (penyebaran tanggung jawab),
Pemerintah maupun pelaksana program yang ada di Kecamatan Kasemen Kota
Serang sudah melakukan Fragmentasi dengan baik, sesuai dengan pernyataan dari
informan penelitian dan adanya beberapa dokumentasi mengenai proyek -proyek
yang sudah dijalankan merupakan bukti bahwa penyebaran tanggung jawab sudah
121
dilakukan dengan baik oleh pelaksana program dengan menggunakan dana
bantuan dari Program GERBANG RATU.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Implementasi Peraturan Gubernur Banten Nomer 13 Tahun 2012 Tentang
Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten Bersatu (GERBANG RATU)
di Kecamatan Kasemen Kota Serang sudah berjalan dengan baik seperti yang
diharapkan, karena sesuai dengan teori Edward III yaitu implementasi kebijakan
akan berjalan dengan baik jika faktor-faktor seperti Komunikasi, Sumber daya,
Disposisi, dan Struktur Birokrasi sudah dijalankan oleh pemeirintah dengan baik
pula. Adapun penjelasan dari penelitian ini menurut faktor-faktor dari Edward III
yang mempengaruhi implementasi kebijakan, antara lain sebagai berikut:
1. Komunikasi
Komunikasi memiliki tiga faktor pendukung yaitu, transmisi, kejelasan
dan konsisten. Dari ketiga faktor pendukung komunikasi dapat disimpulkan
bahwa, komunikasi yang dilakukan oleh Pemerintah kepada masyarakat sudah
tersampaikan dengan baik, jelas dan konsisten. Hal ini dibuktikan dengan adanya
papan informasi yang terpampang di setiap BKM, dan dikeluarkannya buku
pedoman pelaksanaan yang diberikan kepada masing-masing BKM.
2. Sumber Daya
Sumber daya memiliki empat faktor pendukung yaitu, staf, wewenang,
informasi, dan fasilitas. Dari keempat faktor pendukung sumber daya dapat
122
123
123
disimpulkan bahwa sumber daya untuk melakukan program GERBANG RATU di
Kecamatan Kasemen Kota Serang sudah sesuai dengan prosedur dari pemilihan
staf, pemberian informasi, pemberian wewenang, sampai kepada penyediaan
fasilitas semua sudah berjalan dengan baik.
3. Disposisi
Disposisi memiliki dua faktor pendukung yaitu pengangkatan birokrat, dan
insentif. Dari kedua faktor pendukung disposisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengangkatan birokrat dipilih berdasarkan musyawarah di BKM dan
dilakukan tahap seleksi sesuai kemampuan dan pengetahuannya sehingga dalam
implementasinya semua dapat bekerja dengan baik. Dalam penentuan insentif
semua pelaksana program tidak menerima insentif dan dana yang turun dari
pemerintah tidak ada potongan apapun selain pajak pph 22 sebesar 1,5%.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi memiliki dua faktor pendukung yaitu Standart
Operating Procedures (SOPs) dan melakukan fragmentasi. Dari kedua faktor
pendukung strutur birokrasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah
sudah melakukan Standart Operating Procedures (SOPs) dengan baik ini
dibuktikan dengan kegiatan yang dilakukan BKM sesuai dengan buku pedoman
pelaksanaan. Dalam melakukan fragmentasi pemerintah juga sudah melakukan
penyebaran tanggung jawab dengan baik, ini dibuktikan dengan koordinasi dan
tanggung jawab dari pemerintah sampai masyarakat jelas dan sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
124
124
5.2. Saran
1) Diharapkan kepada Pemerintah di Provinsi Banten dapat melanjutkan
kembali program tersebut dikarenakan program ini sangat membantu
masyarakat pedesaan dalam hal pembangunan infrastruktur,
menumbuhkan rasa gotong-royong di lingkungan masyarakat desa, dan
melatih kemampuan serta keterampilan masyarakat desa dalam hal
merencanakan, mengaplikasikan, dan bertanggung jawab atas segala hal
yang bersangkutan dengan kemajuan atau kemunduran dari desa tersebut.
2) Seharusnya dana bantuan dari Program GERBANG RATU ini tidak
dikenakan pajak karena perhitungannya sangat membebani masyarakat
dan dana yang diperoleh minim. Seperti yang diketahui oleh peneliti dana
bantuan tersebut dikenakan pajak pph 22 atau potongan sebesar 1,5% dari
jumlah dana bantuan. Pemerintah Provinsi Banten seharusnya dapat
mencontoh PNPM Mandiri karena dana bantuan dari PNPM Mandiri tidak
dikenakan pajak.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abidin, S Z. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta : Salemba Humanika
Agustino, L. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta
Ahadiano, A. 2011. Public Goods. Jakarta : Semesta
Arikunto, S. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Aristo, A. 2005. Public dan Private Goods. Bandung : Alfabeta
Dunn, W. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press
Islamy, I. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta :
Bumi Aksara
Imron, Ali. 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Indiahono, D. 2009. Kebijakan Publik (Berbasis Dynamic Policy Analisys).
Yogyakarta: Gava Media
Margono, 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Mega, K. 2012. Public Goods ( Barang Publik ). Jakarta: Sienarita
Nugroho, R. 2012. Public Policy. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Prastowo, A. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (dalam perspektif rancangan
penelitian). Yogyakarta: Arruzz Media
Subarsono. 2013. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Wahab, S A, 2012. Analisis Kebijakan (Dari Formulasi ke Penyusunan Model
Implementasi Kebijakan). Jakarta: PT. Bumi Aksara
Wicaksono, K W. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta :
Graha Ilmu
DOKUMEN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN :
Peraturan Gubernur Banten Nomor 13 Tahun 2012. Tentang Pentunjuk Teknis
Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Kabupaten/Kota Se-Provinsi
Banten Melalui Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu Dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Tahun 2012
Pedoman Pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Kecamatan Banten
Bersatu (GERBANG RATU)
Data PPLS (Pendataan Perlindungan Sosial) Tahun 2011, 2012, 2013
SUMBER LAIN
Badan Pusat Statistik. Jumlah Pengangguran dan Tingkat Kemiskinan di Provisi
Banten. Melalui, http://www.BPS.go.id/modules.php?na/jumlah-
pengangguran-dan-tingkat-kemiskinan-banten, (Diakses pada tanggal 28
Oktober 2014)
Skripsi Nursanti Pratiwi, Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang
Nomor 20 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Kecamatan Kelapa Dua.
Tahun 2010.
Skripsi Hilman Irmansyah, Implementasi Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 2
Tahun 2010 Tentang Pencegahan, pemberantasan, dan Penanggulangan
Penyakit Masyarakat di Kota Serang. Tahun 2015.
MEMBER CHECK
Nama : Aan
Jabatan : Tokoh Masyarakat Kelurahan Kilasah
Waktu Wawancara : Kamis 30 April 2015 Pukul 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kampung Kilasah
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Komunikasi sudah berjalan dengan baik, pihak kelurahan mengadakan
pertemuan dan sudah memberikan arahan yang cukup jelas.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Dari pemerintah sampai ke BKM kebetulan saya ikut sosialisasinya jadi menurut
saya jelas sekali arahan yang diberikan mengenai GERBANG RATU ini.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Konsisten, karena pihak PNPM Mandiri juga melakukan monitoring langsung.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pemilihan staf waktu itu lewat musyawarah dan hasilnya baik.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Cukup jelas dan dimengerti, kita bekerja juga berdasarkan buku pedoman
pelaksanaan yang sudah diberikan.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Sudah baik, semuanya sudah punya wewenangnya masing-masing.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas lengkap dan cukup membantu.
Tanda Tangan
Aan
MEMBER CHECK
Nama : Ba’adrun
Jabatan : Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasunyatan
Waktu Wawancara : Kamis 30 April 2015 Pukul 13.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kampung Kenari
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Cukup baik, pihak pemerintah dan PNPM Mandiri sudah cukup memberikan
arahan soal GERBANG RATU jadi Insha Allah tidak ada masalah untuk Desa
Kasunyatan.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Jelas, dari pihak pemerintah sangat jelas, dari pihak BKM Kasunyatan juga
sangat jelas, tidak ada masalah kalau untuk informasi.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Tidak konsisten kalau menurut saya, sebelumnya program ini berjalan sosialisasi
pihak BKM menjelaskan bahwa program GERBANG RATU ini akan bekerja
berdasarkan musrenbang kecamatan, tapi dalam implementasinya tidak sesuai
dengan musrenbang.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Saya dipilih waktu itu karena saya aktif di kegiatan karang taruna desa, dan saya
dipercaya sebagai pelaksana program GERBANG RATU di tingkat desa melalui
musyawarah.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Jelas sekali, Informasi yang saya dapat jelas dan ada buku pedoman pelaksanaan
juga jadi cukup jelas.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Wewenang sudah diberikan oleh masing-masing pelaksana program dengan baik.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas yang dibutuhkan sudah ada dan tidak ada masalah.
Tanda Tangan
Ba’adrun
MEMBER CHECK
Nama : Ali Misri
Jabatan : BKM Kelurahan Kasemen
Waktu Wawancara : Selasa 28 April 2015 Pukul 13.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor BKM Kelurahan Kasemen
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Komunikasinya baik sekali dan berjalan dengan lancar.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Informasi mengenai GERBANG RATU dari pihak pemerintah kepada kami sudah
cukup jelas, dan kami pun menginformasikan ke seluruh ketua RT/RW juga sudah
jelas.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Sudah, kami semua bekerja sesuai prosedur yang telah diberikan dan disepakati
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pelaksana program semuanya dari warga desa setempat, jadi mereka yang lebih
mengerti apa yang desa mereka butuhkan yang paling penting dana tersebut
digunakan dengan sewajarnya dan bersifat pembangunan desa.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Bagus sekai tidak ada masalah, kalau masyarakat masih bingung kan bisa
menghubungi fasilitator dari PNPM Mandiri atau saya dan sudah diberikan
buku pedoman, yang jelas informasi sudah sampai dengan maksimal.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Semua wewenang sudah diberikan kepada masing-masing pelaksana program di
tingkat kelurahan, dan semuanya berjalan dengan baik.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas sudah ada dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dari masing-
masing kelurahan.
8. Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan untuk
diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
Lewat musyawarah yang dihadiri oleh semua perwakilan kampung setelah itu
dilakukan tahap penyeleksian mana yang sekiranya mampu itulah yang dipilih
untuk menjalankan program di wilayah masing-masing.
9. Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
Tidak ada, karena semuanya bisa melihat laporan pengeluaran dan pemasukan.
Potongan saya jamin hanya ada di pajak pph 22 saja.
10. Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Prosedurnya ada dan sudah dijelaskan dengan baik, kalau belum dijelaskan
pelaksana program di Kelurahan pasti tidak akan mengerti program ini untuk
apa dan untuk siapa.
11. Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pemerintah dan pelaksana program di tingkat kelurahan sudah menjalankan
program ini sesuai prosedur dan sudah bertanggung jawab sesuai dengan
wewenangnya masing-masing. Jalan yang sudah bagus merupakan bukti
konkritrnya bahwa tanggung jawab semua pelaksana program sudah baik.
Tanda tangan
Ali Misri
MEMBER CHECK
Nama : Fadoli
Jabatan : BKM Kelurahan Kilasah
Waktu Wawancara : Senin 27 April 2015 Pukul 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor BKM Kelurahan Kilasah
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Sudah berjalan dengan baik sekali, kalau menurut saya tidak ada masalah kalau
untuk masalah komunikasi mengenai program GERBANG RATU ini.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Jelas sekali sampai ke tingkat RT/RW juga sudah cukup jelas, sampai ke
masyarakat juga tidak ada masalah.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Sudah konsisten dengan adanya program ini pemerintah juga turut meninjau
implementasinya.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Semua berasal dari desa tempat tinggal masing-masing, dipilih dari musyawarah,
setelah dicatat kemudian dipanggil ditanya bersedia atau tidak, setelah itu
langsung berjalan.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Informasi yang disalurkan sudah jelas dan dimengerti, buku pedoman
pelaksanaan juga sudah saya berikan.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Sudah dengan baik pemberian wewenangnya, masing-masing pelaksana program
yang sudah diberikan wewenang di Kelurahan Kilasah juga melakukan tugasnya
dengan baik.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Untuk fasilitas pendukung tidak ada masalah, masyarakat juga merasa terbantu
untuk menjalankan program tersebut.
8. Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan untuk
diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
Penangakatan pelaksana program berdasarkan musyawarah dan seleksi kepada
masing-masing nama dari setiap kampung.
9. Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
Untuk insentif tidak ada, potongan hanya ada pada pajak pph 22 sebesar 1,5%
saja, untuk potongan yang lain tidak ada.
10. Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Prosedur sudah dijelaskan dengan baik dan tidak ada masalah, karena dari atas
pun sudah menjalankan semuanya sesuai prosedur yang berlaku.
11. Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Tanggung jawab pemerintah dan pelaksana program di tingkat kelurahan sudah
bagus, karena sebelumnya sudah diberikan tanggung jawab dan wewenang
masing-masing.
Tanda Tangan
Budi Surya Ismaya
MEMBER CHECK
Nama : Mihroni
Jabatan : Tokoh Masyarakat Kelurahan Kasemen
Waktu Wawancara : Kamis 30 April 2015 Pukul 16.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kampung Angsoka Jaya
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Baik, komunikasi berjalan dengan baik. Sebelumnya pihak kecamatan
mengadakan sosialisasi di kantor BPPMD provinsi Banten dan yang kedua di
Kantor BKM Kelurahan Kasemen yang memberi arahan langsung ke kampung-
kampung.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Jelas, semua informasi mengenai GERBANG RATU untuk Kelurahan Kasemen
sudah tersampaikan dengan baik sampai ke RT/RW setempat.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Konsisten, pihak BKM Kelurahan Kasemen memberikan komunikasi yang baik.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Kita dipilih berdasarkan musyawarah di BKM Kelurahan Kasemen, dan harus
ada persetujuan dari semua tokoh masyarakat desa.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Jelas dan sudah dimengerti, lagi pula sudah ada buku pedoman pelaksanaan jadi
yang kurang dimengerti tinggal baca disitu ada semua.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Wewenang sudah diberikan setelah hasil musyawarah pelaksana program
diberikan, setelah itu pelaksana program langsung menjalankan program dengan
wewenang yang sudah diberikan.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas sudah ada dari pemerintah, tinggal kita butuhnya apa tinggal bilang dan
pakai.
Tanda Tangan
Mihroni
MEMBER CHECK
Nama : Budi Surya Ismaya
Jabatan : BKM Kelurahan Kasunyatan Waktu
Wawancara : Rabu 29 April 2015 10.00 WIB Lokasi
Wawancara : Kantor BKM Kelurahan Kasunyatan Hasil
Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Bagus, komunikasi yang terjalin antara pelaksana program dan masyarakat
sangat berjalan dengan maksimal.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Sudah jelas, setelah pemerintah mengadakan sosialisasi dengan seluruh BKM di
kantor BPPMD Provinsi Banten, dan selang waktu 3 hari kami langsung
mengadakan pertemuan dengan ketua RT/RW se Kelurahan Kasunyatan guna
memberikan informasi yang sudah diperoleh.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Jelas konsisten sekali, dalam hal ini pemerintah sudah jelas memberikan arahan
dan dorongan, pihak kami pun sudah mengikuti prosedur sehingga semua
masyarakat kasunyatan sudah mengerti mengenai program ini.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Orang-orangnya sesuai dengan musyawarah di BKM waktu itu, pengalamannya,
pengetahuannya juga sebagai pertimbangan untuk dipilih.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Informasi sudah jelas, kalau tidak jelas pasti mandek dan banyak masalahnya.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Pemberian wewenang kepada pelaksana program di tingkat kelurahan sudah
berjalan dengan baik dan tidak ada masalah.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas sudah ada tinggal pakai saja.
8. Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan untuk
diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
Lewat musyawarah dan seleksi, yang terpenting harus berasal dari
desa/kelurahan masing-masing.
9. Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
Kami dan semua masyarakat tidak mendapatkan insentif apa-apa, kami sudah
berkomitmen bahwa dana bantuan ini adalah murni untuk pengembangan jalan-
jalan kampung.
10. Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Melalui sosialisasi awal dan semua prosedurnya sudah dijelaskan dengan baik
sehingga masyarakat tahu tujuan dari program ini apa.
11. Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pemerintah sudah bertanggung jawab dengan baik dan tidak ada masalah..
Tanda Tangan
Budi Surya Ismaya
MEMBER CHECK
Nama : Abdi Arrafi S. Kom
Jabatan : Korkot Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Kota Serang
Waktu Wawancara : Rabu 29 April 2015 Pukul 13.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor PNPM Mandiri Perkotaan Kota Serang Ciceri
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Semua komunikasi sudah berjalan dengan baik dan maksimal, sudah seharusnya
komunikasi harus terjalin dengan baik agar program pemerintah bisa terlaksana.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Harus jelas, Sosialisasi pelaksana program di Kota Serang terutama di
Kecamatan Kasemen sudah sesuai dengan apa yang diharapkan, walaupun tidak
semua masyarakat Kasemen hanya tokoh masyarakat saja yang kami harapkan
para tokoh masyarakat dapat menyebarluaskan informasi yang sudah diperoleh
kepada masyarakat Kasemen lainnya.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Sudah konsisten dan cukup jelas sekali.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pelaksana program di tingkat kelurahan/desa dipilih berdasarkan musyawarah
dan telah disepakati oleh semua pihak.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Informasi sudah jelas dengan dikeluarkan buku pendoman pelaksanaan yang
diberikan kepada masing-masing fasilitator di desa, didalam buku pendoman
tersebut sudah sangat jelas peraturan, teknis, dan segala sesuatu mengenai
Program GERBANG RATU ada di situ.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Semua koordinator sudah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik dan
dalam pelaksanaan pun berjalan dengan baik.
7. Bagaimanakah pemerintah mencukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas yang dibutuhkan masyarakat tersedia cukup, dan mendukung jalannya
program dengan baik.
8. Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan untuk
diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
Lewat musyawarah di kecamatan, setiap desa mengusulkan nama nanti ada
seleksi dengan persyaratan tertentu.
9. Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
Untuk insentif kepada pelaksana program tidak ada dan tidak bisa karena semua
pelaporan dana semuanya transparan, BKM dan masyarakat sebelumnya sudah
mengetahui adanya potongan pajak didalam Program GERBANG RATU ini.
10. Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Prosedurnya sudah dijelaskan pada tahap sosialisasi awal dan masyarakat mau
tidak mau harus mengikuti prosedur demi berjalannya program ini dengan baik.
11. Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Pemerintah maupun pelaksana program sudah menjalankan program dengan
baik, dan sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan program ini.
Pertanyaan Tambahan Untuk menanggapi pernyataan I7 Bagian Komunikasi
(Konsistensi).
Apakah Program GERBANG RATU di Kecamatan Kasemen Kota Serang harus
sesuai dengan musrenbang? Dikarenakan di Kelurahan Kasunyatan ada
pernyataan bahwa pemerintah tidak Konsisten dalam melaksanaka program ini
karena tidak sesuai dengan musrenbang.
Memang berdasarkan musrenbang tetapi dalam implementasinya kita sengaja
memberikan wewenang kepada pelaksana program di tingkat desa agar mereka
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh desa masing-masing, jadi kalau mereka
mau bikin jalan yasudah kita bantu fasilitas dan lain-lainnya.
Tanda Tangan
Abdi Arrafi, S.Kom
MEMBER CHECK
Nama : Budi Setiawan
Jabatan : Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU BPPMD
Provinsi Banten
Waktu Wawancara : Senin 04 Mei 2015 Pukul 10.00 WIB
Lokasi Wawancara : Kantor BPPMD Provinsi Banten KP3B
Hasil Wawancara :
1. Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada masyarakat
mengenai kebijakan tersebut?
Komunikasi berjalan dengan baik, karena memang harus terjalin komunikasi
yang baik agar program tersebut dapat berjalan dengan semestinya. Sehingga
tidak ada hambatan-hambatan yang berarti.
2. Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang disampaikan
oleh pemerintah kepada masyarakat?
Secara prosedural sudah jelas semua, kita melakukan sosialisasi dengan cara
memberikan pengarahan langsung dan memberikan pedoman pelaksanaan
program dari situ diharapakan dapat dimengerti.
3. Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan mengenai kebijakan ini?
Sudah sangat konsisten, bahkan pemerintah ikut mendorong agar program ini
berjalan dengan baik karena dengan adanya program GERBANG RATU ini
dapat membantu masyarakat di Kecamatan se Provinsi Banten baik secara fisik
maupun ekonomi masyarakatnya.
4. Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Seluruh pelaksana program ini dipilih oleh kami serta mendapatkan persetujuan
dari masyarakat desa tersebut melalui musyawarah berdasarkan syarat-syarat
tertentu baik dari segi kemampuan dan pengetahuannya.
5. Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
Sosialisasi dari kami sudah dari A-Z, informasi yang jelas sudah tersampaikan
dengan baik, ini dibuktikan dengan implementasi di lapangan.
6. Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para pelaksana
kebijakan?
Pemerintah maupun pelaksana program GERBANG RATU sudah menjalankan
tugas dan wewenangnya dengan baik ketika musyawarah maupun dalam
pelaksanaannya.
7. Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung (sarana/prasarana)
untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
Fasilitas pastinya kita bantu dari segi pengadaan alat-alat pendukung yang
dibutuhkan masyarakat maupun prasarananya.
8. Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan untuk
diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
Seperti yang sudah dikatakan diawal, seluruh pelaksana program ini dipilih
berdasarkan musyawarah di kecamatan berdasarkan syarat-syarat tertentu baik
dari segi kemampuan maupun pengetahuannya.
9. Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
Tidak ada, hanya saja ada potongan pajak pph 22 sebesar 1,5%. Hanya itu saja
yang dibebankan ke dana bantuan.
10. Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
Melalui sosialisasi yang dilakukan pihak kami dan pihak BKM setempat dengan
menjelaskan semua prosedurnya, dan hasilnya bagus masyarakat dapat
menerima dengan baik.
11. Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
Kami maupun pelaksana program di tingkat kelurahan sudah tanggung jawab
dalam pelaksanaan kegiatan GERBANG RATU baik dari sosialisasi maupun
pelaksanaannya.
Tanda Tangan
Budi Setiawan
LAMPIRAN
Lampiran
Proses Pengaspalan Jalan Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen Kota Serang
Proses Pengaspalan Jalan Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kasemen
Kecamatan Kasemen Kota Serang
Jalan Coran Hasil Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen Kota Serang
Jalan Paving Block Hasil Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kasunyatan
Kecamatan Kasemen Kota Serang
\
Jalan Paving Block Hasil Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kilasah
Kecamatan Kasemen Kota Serang
Jalan Paving Block Hasil Program GERBANG RATU di BKM Kelurahan Kilasah
Kecamatan Kasemen Kota Serang
Proses Sosialisasi Program GERBANG RATU dari BKM Kelurahan Kasemen Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Proses Sosialisasi Program GERBANG RATU dari BKM Kelurahan Kasunyatan Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Proses Sosialisasi Program GERBANG RATU dari BKM Kelurahan Kilasah Kecamatan
Kasemen Kota Serang
Wawancara dengan Bapak Budi Setiawan (Tenaga Ahli Administrasi GERBANG RATU
BPPMD Provinsi Banten)
MATRIKS HASIL WAWANCARA
1. Komunikasi
1.1.Transmisi
Q
I
Bagaimanakah penyaluran komunikasi dari pemerintah kepada
masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
I1 Komunikasi berjalan dengan baik, karena memang harus terjalin
komunikasi yang baik agar program tersebut dapat berjalan dengan
semestinya. Sehingga tidak ada hambatan-hambatan yang berarti.
I2 Semua komunikasi sudah berjalan dengan baik dan maksimal, sudah
seharusnya komunikasi harus terjalin dengan baik agar program
pemerintah bisa terlaksana.
I3 Komunikasinya baik sekali dan berjalan dengan lancar.
I4 Bagus, komunikasi yang terjalin antara pelaksana program dan
masyarakat sangat berjalan dengan maksimal.
I5 Sudah berjalan dengan baik sekali, kalau menurut saya tidak ada
masalah kalau untuk masalah komunikasi mengenai program GERBANG
RATU ini.
I6 Baik, komunikasi berjalan dengan baik. Sebelumnya pihak kecamatan
mengadakan sosialisasi di kantor BPPMD provinsi Banten dan yang
kedua di Kantor BKM Kelurahan Kasemen yang memberi arahan
langsung ke kampung-kampung.
I7 Cukup baik, pihak pemerintah dan PNPM Mandiri sudah cukup
memberikan arahan soal GERBANG RATU jadi Insha Allah tidak ada
masalah untuk Desa Kasunyatan.
I8 Komunikasi sudah berjalan dengan baik, pihak kelurahan mengadakan
pertemuan dan sudah memberikan arahan yang cukup jelas.
1.2.Kejelasan
Q
I
Bagaimanakah kejelasan dalam penyaluran komunikasi yang
disampaikan oleh pemerintah kepada masyarakat?
I1 Secara prosedural sudah jelas semua, kita melakukan sosialisasi dengan
cara memberikan pengarahan langsung dan memberikan pedoman
pelaksanaan program dari situ diharapakan dapat dimengerti.
I2 Harus jelas, Sosialisasi pelaksana program di Kota Serang terutama di
Kecamatan Kasemen sudah sesuai dengan apa yang diharapkan,
walaupun tidak semua masyarakat Kasemen hanya tokoh masyarakat
saja yang kami harapkan para tokoh masyarakat dapat
menyebarluaskan informasi yang sudah diperoleh kepada masyarakat
Kasemen lainnya.
I3 Sudah, kami semua bekerja sesuai prosedur yang telah diberikan dan
disepakati
I4 Sudah jelas, setelah pemerintah mengadakan sosialisasi dengan seluruh
BKM di kantor BPPMD Provinsi Banten, dan selang waktu 3 hari kami
langsung mengadakan pertemuan dengan ketua RT/RW se Kelurahan
Kasunyatan guna memberikan informasi yang sudah diperoleh.
I5 Jelas sekali sampai ke tingkat RT/RW juga sudah cukup jelas, sampai ke
masyarakat juga tidak ada masalah.
I6 Jelas, semua informasi mengenai GERBANG RATU untuk Kelurahan
Kasemen sudah tersampaikan dengan baik sampai ke RT/RW setempat.
I7 Jelas, dari pihak pemerintah sangat jelas, dari pihak BKM Kasunyatan
juga sangat jelas, tidak ada masalah kalau untuk informasi.
I8 Dari pemerintah sampai ke BKM kebetulan saya ikut sosialisasinya jadi
menurut saya jelas sekali arahan yang diberikan mengenai GERBANG
RATU ini.
1.3.Konsistensi
Q
I
Bagaimanakah konsistensi pemerintah dalam penyaluran komunikasi
yang disampaikan mengenai kebijakan ini?
I1 Sudah sangat konsisten, bahkan pemerintah ikut mendorong agar
program ini berjalan dengan baik karena dengan adanya program
GERBANG RATU ini dapat membantu masyarakat di Kecamatan se
Provinsi Banten baik secara fisik maupun ekonomi masyarakatnya.
I2 Sudah konsisten dan cukup jelas sekali.
I3 Sudah, kami semua bekerja sesuai prosedur yang telah diberikan dan
disepakati
I4 Jelas konsisten sekali, dalam hal ini pemerintah sudah jelas memberikan
arahan dan dorongan, pihak kami pun sudah mengikuti prosedur
sehingga semua masyarakat kasunyatan sudah mengerti mengenai
program ini.
I5 Sudah konsisten dengan adanya program ini pemerintah juga turut
meninjau implementasinya.
I6 Konsisten, pihak BKM Kelurahan Kasemen memberikan komunikasi yang
baik..
I7 Tidak konsisten kalau menurut saya, sebelumnya program ini berjalan
sosialisasi pihak BKM menjelaskan bahwa program GERBANG RATU
ini akan bekerja berdasarkan musrenbang kecamatan, tapi dalam
implementasinya tidak sesuai dengan musrenbang.
I8 Konsisten, karena pihak PNPM Mandiri juga melakukan monitoring
langsung.
2. Sumber Daya
2.1.Staf
Q
I
Bagaimanakah staf yang dipilih oleh pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan tersebut?
I1 Seluruh pelaksana program ini dipilih oleh kami serta mendapatkan
persetujuan dari masyarakat desa tersebut melalui musyawarah
berdasarkan syarat-syarat tertentu baik dari segi kemampuan dan
pengetahuannya.
I2 Pelaksana program di tingkat kelurahan/desa dipilih berdasarkan
musyawarah dan telah disepakati oleh semua pihak.
I3 Pelaksana program semuanya dari warga desa setempat, jadi mereka
yang lebih mengerti apa yang desa mereka butuhkan yang paling penting
dana tersebut digunakan dengan sewajarnya dan bersifat pembangunan
desa.
I4 Orang-orangnya sesuai dengan musyawarah di BKM waktu itu,
pengalamannya, pengetahuannya juga sebagai pertimbangan untuk
dipilih.
I5 Semua berasal dari desa tempat tinggal masing-masing, dipilih dari
musyawarah, setelah dicatat kemudian dipanggil ditanya bersedia atau
tidak, setelah itu langsung berjalan.
I6 Kita dipilih berdasarkan musyawarah di BKM Kelurahan Kasemen, dan
harus ada persetujuan dari semua tokoh masyarakat desa.
I7 Saya dipilih waktu itu karena saya aktif di kegiatan karang taruna desa,
dan saya dipercaya sebagai pelaksana program GERBANG RATU di
tingkat desa melalui musyawarah.
I8 Pemilihan staf waktu itu lewat musyawarah dan hasilnya baik.
2.2.Informasi
Q Bagaimanakah informasi yang diberikan pemerintah kepada pelaksana
I kebijakan dan masyarakat mengenai kebijakan tersebut?
I1 Sosialisasi dari kami sudah dari A-Z, informasi yang jelas sudah
tersampaikan dengan baik, ini dibuktikan dengan implementasi di
lapangan.
I2 Informasi sudah jelas dengan dikeluarkan buku pendoman pelaksanaan
yang diberikan kepada masing-masing fasilitator di desa, didalam buku
pendoman tersebut sudah sangat jelas peraturan, teknis, dan segala
sesuatu mengenai Program GERBANG RATU ada di situ.
I3 Bagus sekai tidak ada masalah, kalau masyarakat masih bingung kan
bisa menghubungi fasilitator dari PNPM Mandiri atau saya dan sudah
diberikan buku pedoman, yang jelas informasi sudah sampai dengan
maksimal.
I4 Informasi sudah jelas, kalau tidak jelas pasti mandek dan banyak
masalahnya.
I5 Informasi yang disalurkan sudah jelas dan dimengerti, buku pedoman
pelaksanaan juga sudah saya berikan.
I6 Jelas dan sudah dimengerti, lagi pula sudah ada buku pedoman
pelaksanaan jadi yang kurang dimengerti tinggal baca disitu ada semua.
I7 Jelas sekali, Informasi yang saya dapat jelas dan ada buku pedoman
pelaksanaan juga jadi cukup jelas.
I8 Cukup jelas dan dimengerti, kita bekerja juga berdasarkan buku
pedoman pelaksanaan yang sudah diberikan.
2.3.Wewenang
Q
I
Bagaimanakah pemerintah memberikan wewenang kepada para
pelaksana kebijakan?
I1 Pemerintah maupun pelaksana program GERBANG RATU sudah
menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik ketika musyawarah
maupun dalam pelaksanaannya.
I2 Semua koordinator sudah menjalankan tugas dan wewenangnya dengan
baik dan dalam pelaksanaan pun berjalan dengan baik.
I3 Semua wewenang sudah diberikan kepada masing-masing pelaksana
program di tingkat kelurahan, dan semuanya berjalan dengan baik.
I4 Pemberian wewenang kepada pelaksana program di tingkat kelurahan
sudah berjalan dengan baik dan tidak ada masalah.
I5 Sudah dengan baik pemberian wewenangnya, masing-masing pelaksana
program yang sudah diberikan wewenang di Kelurahan Kilasah juga
melakukan tugasnya dengan baik.
I6 Wewenang sudah diberikan setelah hasil musyawarah pelaksana
program diberikan, setelah itu pelaksana program langsung menjalankan
program dengan wewenang yang sudah diberikan.
I7 Wewenang sudah diberikan oleh masing-masing pelaksana program
dengan baik.
I8 Sudah baik, semuanya sudah punya wewenangnya masing-masing.
2.4.Fasilitas
Q
I
Bagaimanakah pemerintah mecukupi fasilitas pendukung
(sarana/prasarana) untuk menunjang pelaksanaan kebijakan tersebut?
I1 Fasilitas pastinya kita bantu dari segi pengadaan alat-alat pendukung
yang dibutuhkan masyarakat maupun prasarananya.
I2 Fasilitas yang dibutuhkan masyarakat tersedia cukup, dan mendukung
jalannya program dengan baik.
I3 Fasilitas sudah ada dan dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dari
masing-masing kelurahan.
I4 Fasilitas sudah ada tinggal pakai saja.
I5 Untuk fasilitas pendukung tidak ada masalah, masyarakat juga merasa
terbantu untuk menjalankan program tersebut.
I6 Fasilitas sudah ada dari pemerintah, tinggal kita butuhnya apa tinggal
bilang dan pakai.
I7 Fasilitas yang dibutuhkan sudah ada dan tidak ada masalah.
I8 Fasilitas lengkap dan cukup membantu.
3. Disposisi
3.1.Pengangkatan Birokrat
Q
I
Bagaimanakah pemerintah memilih/mengangkat pelaksana kebijakan
untuk diberi wewenang menjalankan kebijakan tersebut?
I1 Seperti yang sudah dikatakan diawal, seluruh pelaksana program ini
dipilih berdasarkan musyawarah di kecamatan berdasarkan syarat-
syarat tertentu baik dari segi kemampuan maupun pengetahuannya.
I2 Lewat musyawarah di kecamatan, setiap desa mengusulkan nama nanti
ada seleksi dengan persyaratan tertentu.
I3 Lewat musyawarah yang dihadiri oleh semua perwakilan kampung
setelah itu dilakukan tahap penyeleksian mana yang sekiranya mampu
itulah yang dipilih untuk menjalankan program di wilayah masing-
masing.
I4 Lewat musyawarah dan seleksi, yang terpenting harus berasal dari
desa/kelurahan masing-masing.
I5 Penangangkatan pelaksana program berdasarkan musyawarah dan
seleksi kepada masing-masing nama dari setiap kampung.
I6 -
I7 -
I8 -
3.2.Insentif
Q
I
Bagaimanakah pemerintah menentukan insentif yang akan diperoleh para
pelaksana kebijakan?
I1 Tidak ada, hanya saja ada potongan pajak pph 22 sebesar 1,5%. Hanya
itu saja yang dibebankan ke dana bantuan.
I2 Untuk insentif kepada pelaksana program tidak ada dan tidak bisa
karena semua pelaporan dana semuanya transparan, BKM dan
masyarakat sebelumnya sudah mengetahui adanya potongan pajak
didalam Program GERBANG RATU ini.
I3 Tidak ada, karena semuanya bisa melihat laporan pengeluaran dan
pemasukan. Potongan saya jamin hanya ada di pajak pph 22 saja.
I4 Kami dan semua masyarakat tidak mendapatkan insentif apa-apa, kami
sudah berkomitmen bahwa dana bantuan ini adalah murni untuk
pengembangan jalan-jalan kampung.
I5 Untuk insentif tidak ada, potongan hanya ada pada pajak pph 22 sebesar
1,5% saja, untuk potongan yang lain tidak ada.
I6 -
I7 -
I8 -
4. Struktur Birokrasi
4.1.Standart Operating Procedures (SOPs)
Q
I
Bagaimanakah pelaksana kebijakan melaksanakan SOPs?
I1 Melalui sosialisasi yang dilakukan pihak kami dan pihak BKM setempat
dengan menjelaskan semua prosedurnya, dan hasilnya bagus masyarakat
dapat menerima dengan baik.
I2 Prosedurnya sudah dijelaskan pada tahap sosialisasi awal dan
masyarakat mau tidak mau harus mengikuti prosedur demi berjalannya
program ini dengan baik.
I3 Prosedurnya ada dan sudah dijelaskan dengan baik, kalau belum
dijelaskan pelaksana program di Kelurahan pasti tidak akan mengerti
program ini untuk apa dan untuk siapa.
I4 Melalui sosialisasi awal dan semua prosedurnya sudah dijelaskan
dengan baik sehingga masyarakat tahu tujuan dari program ini apa.
I5 Prosedur sudah dijelaskan dengan baik dan tidak ada masalah, karena
dari atas pun sudah menjalankan semuanya sesuai prosedur yang
berlaku.
I6 -
I7 -
I8 -
4.2.Melakukan Fragmentasi
Q
I
Bagaimanakah pemerintah melaksanakan fragmentasi untuk
melaksanakan kebijakan tersebut?
I1 Kami maupun pelaksana program di tingkat kelurahan sudah tanggung
jawab dalam pelaksanaan kegiatan GERBANG RATU baik dari
sosialisasi maupun pelaksanaannya.
I2 Pemerintah maupun pelaksana program sudah menjalankan program
dengan baik, dan sangat bertanggung jawab dalam melaksanakan
program ini.
I3 Pemerintah dan pelaksana program di tingkat kelurahan sudah
menjalankan program ini sesuai prosedur dan sudah bertanggung jawab
sesuai dengan wewenangnya masing-masing. Jalan yang sudah bagus
merupakan bukti konkritrnya bahwa tanggung jawab semua pelaksana
program sudah baik.
I4 Pemerintah sudah bertanggung jawab dengan baik dan tidak ada
masalah.
I5 Tanggung jawab pemerintah dan pelaksana program di tingkat
kelurahan sudah bagus, karena sebelumnya sudah diberikan tanggung
jawab dan wewenang masing-masing.
I6 -
I7 -
I8 -