hany ayuning putri tugas ilmu kedokteran kehakiman

23
MAKALAH “Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Pemecahan Kasus Pidana” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran Kehakiman Dosen Pembina: Prof. Dr. Teguh Sulistia, S.H., M.H. DISUSUN OLEH : HANY AYUNING PUTRI 1010112021 3.2

Upload: hany-ayuning-putri

Post on 12-Aug-2015

1.257 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kekuatan visum et repertum dalam proses peradilan

TRANSCRIPT

Page 1: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

MAKALAH

“Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Pemecahan Kasus Pidana”

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran KehakimanDosen Pembina: Prof. Dr. Teguh Sulistia, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :

HANY AYUNING PUTRI

1010112021

3.2

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2012

Page 2: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis tentang ”Peranan Ilmu Kedokteran

Kehakiman dalam Pemecahan Kasus Pidana”. Shalawat beserta salam tak lupa pula

penulis ucapkan kepada Tauladan umat manusia, Nabi Muhammad SAW.

Pada karya tulis ini penulis menyadari masih terdapat beberapa kekurangan. Namun

penulis telah berusaha memanfaatkan segala ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh

karena itu, penulis akan menerima segala kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat

membangun demi kesempurnaan karya tulis ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis

dalam penyusunan karya tulis ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan

para pembaca pada umumnya.

Padang, April 2012

Penulis

2

Page 3: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….. 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………………...……….…. 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang ………………………………………….…………………….. 4

1.2 Batasan Masalah ………………………………………………………………. 4

1.3 Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 5

1.4 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………… 5

1.5 Metode Penulisan ……………………….…………………………………….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ilmu Kedoketan Kehakiman ………………………………………. 6

2.2 Tujuan Ilmu Kedokteran Kehakiman ………..………………………………… 6

2.3 Pengertian Visum et Repertum ………………………………………………… 7

2.4 Bentuk Visum et Repertum berdasarkan objek …….………………………….. 8

2.5 Bagian-bagian Visum et Repertum ...................................................................... 9

BAB II PEMBAHASAN

3.1 Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Menentukan Pertanggungjawaban

Pelaku Tindak Pidana .………………………….………………………………

10

3.2 Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman bagi Pembuktian Suatu Tindak Pidana

…………………………...…………………………………………………………

11

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan ……………………………………..…………………………………..

14

3

Page 4: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..

15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada hakikatnya

adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materiil terhadap perkara tersebut1. Hal ini dapat

dilihat dari adanya berbagai usaha yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam

memperoleh bukti-bukti yang dibutuhkan untuk mengungkap suatu perkara baik pada tahap

pemeriksaan pendahuluan seperti penyidikan dan penuntutan maupun pada tahap persidangan

perkara tersebut.

Dalam contoh kasus tindak pidana, seperti pencurian, penggelapan, penipuan dan

sejenisnya, tentunya pihak penyidik tidak akan mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi

barang bukti yang salah satu atau beberapa diantaranya dapat dijadikan sebagai alat bukti,

yang selanjutnya akan diperiksa dalam sidang pengadilan. Akan tetapi, apabila kasus tindak

pidana tersebut berkaitan dengan timbulnya luka, terganggunya kesehatan maupun kematian,

maka persoalannya tidak sesederhana seperti pada contoh kasus diatas.

Oleh karena luka, terganggunya kesehatan pada suatu saat akan sembuh atau bahkan

kemungkinan menjadi lebih parah. Demikian halnya dengan korban yang meninggal, juga

harus selekasnya dikubur. Untuk mengungkap secara hukum, tentang benarkah telah terjadi

tindak pidana serta apa sesungguhnya penyebabnya dan dengan alat apa perbuatan pidana itu

dilakukan, diperlukan alat bukti yang konkrit pada saat terjadinya tindak pidana yang bisa

dipertanggung jawabkan secara yuridis.

1 Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 8

4

Page 5: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

Disini dibutuhkan bantuan disiplin ilmu lain untuk membantu membuat terang suatu

perkara pidana. Disiplin ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu kedokteran kehakiman (ilmu

kedokteran forensik). Ide inilah yang membuat penulis tertarik untuk menuliskannya dalam

suatu karya tulis yang berjudul “Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam

Pemecahan Kasus Pidana”

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari adanya kesimpangsiuran dalam penulisan makalah ini, maka penulis

akan membatasi masalahnya sebagai berikut:

1. Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Menentukan Pertanggungjawaban Pelaku

Tindak Pidana

2. Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman bagi Pembuktian suatu Tindak Pidana.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Menentukan Pertanggungjawaban

Pelaku Tindak Pidana?

2. Apa Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman bagi Pembuktian suatu Tindak Pidana?

1.4 Tujuan Penulisan

Adapun Tujuan Penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

a. Mengamalkan Hukum Pidana Indonesia

b. Membuat pembaca memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan peranan

ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Pemecahan kasus Pidana

2. Tujuan Khusus

a. Menyelesaikan Tugas Ilmu Kedokteran Kehakiman

b. Menambah pengetahuan tentang peranan ilmu Kedokteran Kehakiman dalam

Pemecahan kasus Pidana

5

Page 6: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan studi kepustakaan. Penulis

membaca buku-buku ataupun kumpulan mata pelajaran yang berkaitan dengan materi

makalah ini, Selain media cetak yang merupakan salah satu media yang dipakai oleh penl;is

untuk mendapatkan data, penulis juga menggunakan media internet yang merupakan jendela

dunia bagi seluruh umat manusia di dunia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ilmu Kedoketan Kehakiman

Ilmu kedokteran kehakiman disebut juga sebagai ilmu kedokteran forensik yang

merupakan terjemahan dari gerechtelijk geneeskunde atau forensic medicine atau legal

medicine atau medical jurisprudence, yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran khusus

yang berkaitan dengan interaksi (hubungan) antara medis dan hukum. Ilmu ini sangat

berperan dalm mengungkapkan dan memecahkan segala soal hubungan sebab akibat

(casualitas verband) terjadinya suatu tindak pidana sehingga pelakunya dapat

dipertanggungjawabkan menurut hukum di dalam sidang peradilan (pidana) yang

dilaksanakan2.

Ilmu ini membahas kejahatan dan kasus-kasus seperti kejahatan seksual, homoseksual,

identifikasi, kecelakaan lalu lintas, keracunan, yang dapat dipergunakan oleh mahasiswa

kedokteran ataupun masyarakat umum yang mempunyai ketertarikan terhadap dunia

kedokteran.

kedokteran kehakiman, disebut juga ilmu Ilmu kedokteran forensik, merupakan salah

satu mata ajaran wajib dalam rangkaian pendidikan kedokteran di Indonesia, dimana

peraturan perundangan mewajibkan setiap dokter baik dokter, dokter spesialis kedokteran

forensik, spesialis klinik untuk membantu melaksanakan pemeriksaan kedokteran forensik

bagi kepentingan peradilan bilamana diminta oleh polisi penyidik.

2 Achmad Rosyidi, ____, Resume Ilmu kedokteran Kehakiman, Universitas Abdurrachman Saleh, Situbondo, Hlm. 2

6

Page 7: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

Ilmu Kedokteran kehakiman adalah cabang spesialistik ilmu kedokteran yang

memanfaatkan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum. Proses penegakan

hukum dan keadilan merupakan suatu usaha ilmiah, dan bukan sekedar common sense,

nonscientific belaka. Dengan demikian, dalam penegakan keadilan yang menyangkut tubuh,

kesehatan dan nyawa manusia, bantuan dokter dengan pengetahuan Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal yang dimilikinya amat diperlukan.

2.2 Tujuan Ilmu Kedokteran Kehakiman

Tujuan dari Ilmu Kedokteran Kehakiman adalah untuk membantu aparat kepolisian,

kejaksaan, dan kehakiman dalam menghadapi kasus-kasus atau perkara yang hanya dapat

dipecahkan dengan ilmu kedokteran kehakiman.

2.3 Pengertian Visum et Repertum

Visum et repertum adalah istilah yang dikenal dalam Ilmu Kedokteran Forensik,

biasanya dikenal dengan nama “Visum”. Visum berasal dari bahasa Latin, bentuk tunggalnya

adalah “visa”. Dipandang dari arti etimologi atau tata bahasa, kata “visum” atau “visa” berarti

tanda melihat atau melihat yang artinya penandatanganan dari barang bukti tentang segala

sesuatu hal yang ditemukan, disetujui, dan disahkan, sedangkan “Repertum” berarti melapor

yang artinya apa yang telah didapat dari pemeriksaan dokter terhadap korban. Secara

etimologi visum et repertum adalah apa yang dilihat dan diketemukan3

Menurut Staatsblad Tahun 1937 Nomor 350 “Visum et repertum adalah laporan tertulis

untuk kepentingan peradilan (pro yustisia) atas permintaan yang berwenang, yang dibuat oleh

dokter, terhadap segala sesuatu yang dilihat dan ditemukan pada pemeriksaan barang bukti,

berdasarkan sumpah pada waktu menerima jabatan, serta berdasarkan pengetahuannya yang

sebaik-baiknya.

Visum et Repertum Psychiatricum, digunakan sebagai alat bukti surat, hal ini diatur

dalam Pasal 187 huruf (c) KUHAP4, yang berbunyi: “Surat keterangan dari seorang ahli

3 Sampurna B. M-Husni-Gani, 2001, Ilmu Kedokteran Forensik Visum et Repertum dan Perundang-undangan serta Pembahasan, Bagian Kedokteran Forensik FK-Unand. Padang. Hlm. 14________, 2006, KUHP (kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dan KUHAP (kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana) Beserta Penjelasannya. Citra Umbara, Bandung, Hlm. 250.

7

Page 8: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu

keadaan yang diminta secara resmi daripadanya”.

Jadi fungsi dan tujuan Visum et Repertum Psychiatricum sama dengan alat bukti, yaitu

merupakan alat bantu untuk memperjelas keadaan jiwa terdakwa sehingga penegak hukum

dapat memperoleh suatu keyakinan seadil-adilnya. Juga keyakinan yang diperoleh hakim

dapat dibuktikan secara ilmiah.

2.4 Bentuk Visum et Repertum berdasarkan objek 5

1) Visum et Repertum Korban Hidup

Visum et Repertum

Visum et Repertum diberikan kepada korban setelah diperiksa didapatkan lukanya tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan atau aktivitasnya.

Visum et Repertum Sementara

Misalnya visum yang dibuat bagi si korban yang sementara masih dirawat di rumah

sakit akibat luka-lukanya akibat penganiayaan.

Visum et Repertum Lanjutan

Misalnya visum bagi si korban yang lukanya tersebut (Visum et Repertum Sementara)

kemudian lalu meninggalkan rumah sakit ataupun akibat luka-lukanya tersebut si korban

kemudian di pindahkan ke rumah sakit atau dokter lain ataupun meninggal dunia.

2) Visum et Repertum pada mayat

Visum pada mayat dibuat berdasarkan otopsi lengkap atau dengan kata lain berdasarkan

pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam pada mayat.

3) Visum et Repertum Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

4) Visum et Repertum Penggalian Mayat

5) Visum et Repertum Mengenai Umur

5 Peranan Dokter dalam Pembuktian Tindak Pidana,2008 : 51

8

Page 9: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

6) Visum et Repertum Psikiatrik6

Visum et Repertum ini menguraikan segi kejiwaan manusia, bukan segi fisik atau raga

manusia. Visum et Repertum Psikiatrik dibuat oleh adanya pasal 144 (1) KUHP yang

berbunyi: “Barang siapa merlakukan perbuatan yanhg tidak dapat dipertanggungjawabkan

padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya (gebrekkige ontwikkeling) atau

terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana”

7) Visum et Repertum Mengenai Barang Bukti

Misalnya berupa jaringan tubuh manusia, bercak darah, sperma dan sebagainya.

2.5 Bagian-bagian Visum et Repertum7

1. Pro Justisia. Kata ini diletakkan di bagian atas untuk menjelaskan bahwa visum et

repertum dibuat untuk tujuan peradilan. VeR tidak memerlukan materai untuk dapat

dijadikan sebagai alat bukti di depan sidang pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum

2. Pendahuluan. Kata pendahuluan sendiri tidak ditulis dalam VeR, melainkan langsung

dituliskan berupa kalimat-kalimat di bawah judul. Bagian ini menerangkan penyidik

pemintanya berikut nomor dan tanggal, surat permintaannya, tempat dan waktu

pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.

3. Pemberitaan. Bagian ini berjudul “Hasil Pemeriksaan”, berisi semua keterangan

pemeriksaan. Temuan hasil pemeriksaan medik bersifat rahasia dan yang tidak

berhubungan dengan perkaranya tidak dituangkan dalam bagian pemberitaan dan

dianggap tetap sebagai rahasia kedokteran.

4. Kesimpulan. Bagian ini berjudul “kesimpulan” dan berisi pendapat dokter terhadap

hasil pemeriksaan, berisikan: Jenis luka, Penyebab luka, Sebab kematian, Mayat,

Luka, TKP, Penggalian jenazah, Barang bukti, Psikiatrik

6 Sampurna B. M-Husni-Gani, 2001, Ilmu Kedokteran Forensik Visum et Repertum dan Perundang-undangan serta Pembahasan, Bagian Kedokteran Forensik FK-Unand. Padang. Hlm. 107 Achmad Rosyidi, ____, Resume Ilmu kedokteran Kehakiman, Universitas Abdurrachman Saleh, Situbondo, Hlm. 2

9

Page 10: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

5. Penutup. Bagian ini tidak berjudul dan berisikan kalimat baku “Demikianlah visum et

Repertum ini saya buat dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan

mengingat sumpah sesuai dengan kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana”8.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman dalam Menentukan Pertanggungjawaban

Pelaku Tindak Pidana

Bagian dari norma Hukum pidana menetapkan bahwa pada prinsipnya setiap perbuatan

pidana disyaratkan selain bersifat melawan hukum diperlukan juga pertanggungjawaban yang

terdapat pada orang yang berbuat. Kamampuan bertanggungjawab dalam hukum pidana

merupakan suatu keadaan dari hubungan batin atau jiwa sedemikian rupa terhadap perbuatan

yang dilakukan oleh orang yang bersangkutan9. Rumusan pasal-pasal dalam undang-undang

dipergunakan berbagai istilah niat, maksud, kehendak, sengaja, alpa, dan lain-lainnya dengan

makna diperlukan pada masing-masing jenis kejahatan atau pelanggaran.

Dalam hukum pidana dikenal dasar pemikiran bahwa setiap orang yang melakukan

kejahatan atau pelanggaran “dianggap” mampu bertanggung jawab kecuali dibuktikan

sebaliknya.10 Disinilah Ilmu Kedokteran Forensik (Ilmu Kedokteran Forensik Psikiatry)

penting untuk membantu membuktikan keadaan jiwa seseorang pelaku tindak pidana untuk

menentukan masalah pertanggungjawabannya.

Pada dasarnya pengadaan visum et repertum (psychiatricum) diperuntukan sebagai

rangkaian 10okum pembuktian tentang kualitas tersangka pada waktu melakukan perbuatan

pidana dan penentuan kemampuan bertanggung jawab bagi tersangka, Karena jika pelaku

tindak pidana tersebut terbukti mengalami cacat jiwa, batin, atau menderita kelainan

penyakit-penyakit lain, maka tentu si pelaku tidak dapat dimintai pertanggung jawabannya.

8 Sampurna B. M-Husni-Gani, 2001, Ilmu Kedokteran Forensik Visum et Repertum dan Perundang-undangan serta Pembahasan, Bagian Kedokteran Forensik FK-Unand. Padang. Hlm. 3

9 Andi Hamzah, 2004, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, Hlm. 13010 Bambang Purnomo, 1984, Operasi Pemberantasan Kejahatan dan Kemanfaatan Ahli Kedokteran Jiwa, Bina Aksara, Yogyakarta. Hlm. 22-23

10

Page 11: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

Dasar pembenaran adanya Visum et Repertum Psikiatrik ini adalah adanya pasal 144 (1)

KUHP yang berbunyi: “Barang siapa merlakukan perbuatan yanhg tidak dapat

dipertanggungjawabkan padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya

(gebrekkige ontwikkeling) atau terganggu karena penyakit (ziekelijke storing), tidak dipidana”

3.2 Peranan Ilmu Kedokteran Kehakiman bagi Pembuktian Suatu Tindak Pidana

Pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses persidangan pidana

mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan penuntut umum. Oleh

karena pembuktian merupakan bagian dari proses peradilan pidana, maka tata cara

pembuktian tersebut terikat pada Hukum Acara Pidana yang berlaku yaitu Undang-Undang

nomor 8 tahun 1981. Dalam pasal 183 Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 dinyatakan:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-

kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana

benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang melakukannya”. Dari bunyi pasal 183

Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 kiranya dapat dipahami bahwa pemidanaan baru boleh

dijatuhkan oleh hakim apabila :  Terdapat sedikitnya dua alat bukti yang sah.

Dua alat bukti tersebut menimbulkan keyakinan hakim tentang telah terjadinya

perbuatan pidana. Dan perbuatan pidana tersebut dilakukan oleh terdakwa. Alat bukti yang

sah menurut pasal 184 ayat 1, Undang-Undang nomor 8 tahun 1981 adalah : Keterangan

saksi, Keterangan ahli, Surat, Petunjuk, dan Keterangan terdakwa.

Berdasarkan pasal 184 ayat 1 diatas jelaslah bahwa Keterangan ahli merupakan salah

satu alat bukti yang sah yang dapat diajukan di muka persidangan. Hal ini juga diterangkan

oleh Pasal 133 ayat (1) KUHAP yang menegaskan bahwa dalam hal penyidik untuk

kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang

diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli

lainnya. Selanjutnya dalam ayat (2) Permintaan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan

11

Page 12: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ketentuan Pasal 133 ayat

(1) dan (2) ini biasa dikenal dengan permintaan keterangan ahli yang dituangkan dalam

laporan atau “visum et repertum” yang meskipun dalam ketentuan KUHAP tidak

menjelaskan tentang kata “visum et repertum” hanya didalam Lembaran Negara tahun 1973

No.350 Pasal 1 dan Pasal 2 yang menyatakan bahwa Visum et Repertum adalah suatu

keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas sumpah atau janji tentang apa yang dilihat

pada benda yang diperiksanya yang mempunyai daya bukti dalam perkara-perkara pidana.

Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis  dalam pasal

184 KUHP. Visum et Repertum tergolong ke dalam alat bukti surat11. Sebagaimana diatur

dalam pasal 187 huruf c KUHAP yang berbunyi ”Surat keterangan dari seorang ahli yang

memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang

diminta secara resmi dari padanya”.

Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana

terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana Visum et Repertum menguraikan segala

sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang

karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat

keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di

dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah

menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et

repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para

praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang

menyangkut tubuh dan jiwa manusia. Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan

duduk persoalan di hukum pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau

diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan

dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan

yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan.

Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHAP.

Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan

perkara. Di dalam suatu perkara yang mengharuskan penyidik melakukan penahanan

11 Sampurna B. M-Husni-Gani, 2001, Ilmu Kedokteran Forensik Visum et Repertum dan Perundang-undangan serta Pembahasan, Bagian Kedokteran Forensik FK-Unand. Padang. Hlm. 5

12

Page 13: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

tersangka pelaku tindak pidana, maka penyidik harus mempunyai bukti-bukti yang cukup

untuk melakukan tindakan tersebut. Salah satu bukti adalah akibat tindak pidana yang

dilakukan oleh tersangka terhadap korban. Visum et repertumyang dibuat oleh dokter dapat

dipakai oleh penyidik sebagai pengganti barang bukti untuk melengkapi surat perintah

penahanan tersangka.

Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang

akan didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan

pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu

Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tata laksana

pengadaan visum et repertum.

13

Page 14: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Pada prinsipnya setiap perbuatan pidana disyaratkan selain bersifat melawan hukum

diperlukan juga pertanggungjawaban yang terdapat pada orang yang berbuat. Dalam

menentukan pertanggungjawaban ini bukanlah perkara yang mudah karena ada beberapa

unsur dan kondisi jiwa si pelaku tindak pidana yang harus diperhatikan. Untuk

mengetahui kondisi jiwa si pelaku ini dibutuhkan bantuan dokter untuk memberikan

keterangan mengenai kondisi kejiwaan si pelaku. Hal inilah yang membuat peranan Ilmu

Kedokteran Kehakiman menjadi sangat urgent dalam membantu pemecahan suatu kasus

pidana.

pembuktian merupakan tahap paling menentukan dalam proses persidangan pidana

mengingat pada tahap pembuktian tersebut akan ditentukan terbukti tidaknya seorang

terdakwa melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang didakwakan penuntut umum.

Dalam pasal 184 ayat 1 diatur beberapa jenis alat bukti diantaranya: keterangan saksi,

keterangan ahli, Surat, Petunjuk, dan Keterangan terdakwa.

Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap

kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil

pemeriksaan medik yang tertuang di dalam Pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap

sebagai benda bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter

mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di bagian Kesimpulan. Dengan

demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu

hukum sehingga dengan membaca visum et repertum dapat diketahui dengan jelas apa

yang telah terjadi pada seseorang dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-

norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh/jiwa manusia.

14

Page 15: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan

perkara.

Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan

didakwakan, sedangkan bagi Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana

atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum

DAFTAR PUSTAKA

Buku / Diktat

Ganim, M-Husni-Sampurna B. 2001. Ilmu Kedokteran Forensik Visum et Repertum dan Perundang-undangan serta Pembahasan, Bagian Kedokteran Forensik. Padang: Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Hamzah, Andi. 2004. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Purnomo, Bambang. 1984. Operasi Pemberantasan Kejahatan dan Kemanfaatan Ahli Kedokteran Jiwa, Yogyakarta : Bina Aksara.

Ranoemihardja, R. Atang. 1991. Ilmu Kedokteran Kehakiman. Bandung: Tarsito

Internet/ Artikel

______. ______. “Ilmu Kedokteran Kehakiman”. http://underlaw98.tripod.com/ilmu_kedokteran_kehakiman.htm. diakses tanggal 1 April 2012.

Ferly, Hidayat. 2009. “Visum et repertum”. http://ferli1982.wordpress.com/2011/03/06/visum-et-repertum/. Diakses tanggal 1 April 2012.

Handayani, Nuningsih. 2011. ”PERANAN VISUM ET REPERTUM DALAM UPAYA PEMBUKTIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN DI PENGADILAN NEGERI SLEMAN”. http://jenifer-nuning.blogspot.com/ Diakses tanggal 1 April 2012.

Muharrany. 2011. “Peranan Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana Perkosaan Sebagai Kejahatan Kekerasan Seksual (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)”http://library.usu.ac.id/index.php?op tion=com_journal_review&id=5504&task=view. Diakses tanggal 1 April 2012.

Purwadianto, Agus. 2007. “Peranan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Menopang Sistem Etikolegal untuk Membingkai Profesionalisme Dokter”.

15

Page 16: HANY AYUNING PUTRI tugas ilmu kedokteran kehakiman

---Hany Ayuning Putri (1010112021), “Peranan IKK dalam Pemecahan Kasus Pidana”,FHUA.---

http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=592. diakses tanggal 1 April 2012.

Raharjo, Fanny. 2009. ”Peran Ilmu Kedokteran Forensik Dalam Pembuktian Tindak Pidana”. http://fannyraharjo.wordpress.com/2009/05/19/peran-ilmu-kedokteran-forensik-dalam-pembuktian-tindak-pidana/ . diakses tanggal 1 April 2012.

Rosyidi, Achmad. ____. “Resume Ilmu kedokteran Kehakiman”. Situbondo: Universitas Abdurrachman Saleh.

Utomo, Muhammad Priadi Budi. 2005. “PERANAN ILMU FORENSIK DALAM USAHA UNTUK MEMECAHKAN KASUS-KASUS KRIMINALITAS ( DITINJAU DARI SEGI ILMU HUKUM PIDANA)”. http://www.scribd.com/doc/57650686/peranan-ilmu-forensik. diakses tanggal 1 April 2012

16