implementasi peraturan daerah kabupaten …repository.fisip-untirta.ac.id/1165/1/skripsi eko...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007
TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA
KECAMATAN KRAGILAN) SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial
Pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh EKO SETYAWAN
NIM. 061514
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2011
ABSTRAK
Eko Setyawan, Nim 061514, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, “Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat Pulp and Paper Di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan)”. Kata Kunci: Implementasi Kebijakan, Lingkungan Hidup Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang adalah sebagai pelaksana peraturan daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup. Fenomena Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup ditinjau dari aspek kepatuhan merupakan permasalahan yang penting mengingat peraturan daerah ini dibuat dalam rangka memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Ketertarikan guna meneliti Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang adalah ketidakpatuhan perusahan dalam melakukan pengolahan linbah yang dihasilkan dalam penelitian ini dikhususkan pada PT. Indah Kiat yang diduga limbah buangannya mencemari lingkungan di sekitarnya khususnya Desa Tegalmaja. Tujuan penelitian ini untuk mengklarifikasi, menguraikan, menggambarkan serta menganalisis suatu fenomena implementasi kebijakan publik yang berkembang dalam masyarakat dengan cara mendiskripsikan bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Linglungan Hidup berdasarkan aspek compliance. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Maka dalam pemilihan informan peneliti menggunakan purposive. Adapun teknih yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan masih kurangnya sosialiasasi dan pengawasan yang dilakukan oleh BPLH. Dalam penelitian ini juga peneliti menemukan Kepatuhan PT. Indah Kiat Pulp and Paper terhadap Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007. Penelitan ini membuat peneliti mengerti akan sulitnya membuat sebuah ukuran atau parameter yang dapat di terima untuk kepentingan pelaku industri dan kepentingan masyarakat. Dengan adanya peraturan daerah tentang pengendalian lingkungan hidup sangat lah baik untuk kehidupan masyarakat khususnya menjaga hak-hak masyarakat dalam rangka mendapatkan lingkungan yang layak tidak tercemar oleh limbah.
ABSTRACT Eko Setyawan, Nim 061514, Sultan Ageng Tirtayasa University Serang-Banten, Faculty of Social and Political Science, Public Administration Studies Program, " The Regulation Implementation in Serang Regency No. 17 of 2007 about Controlling the Environment (Case Study of Waste Disposal in PT. Indah Kiat Pulp and Paper In Tegalmaja Village, Kragilan District)". Keyword: Policy Implementation, Environment Environmental Management Agency of Serang Regency is the regulation implementation agency in Serang Regency as mentioned in No. 17 Year 2007 about the Environment Control. The phenomenon of Serang Regency Implementation Regulation No. 17 year 2007 on Environmental Control viewed from the aspect of compliance is an important issue considering the regulation of this area was made in order to preserve natural resources and environment. The enthusiasm in researching the Regulation Implementation in Serang Regency is about the disobedient of the company to do the waste recycle which in the case is to study PT. Indah Kiat which is seem to be suspected wasting its disposal waste and contaminating the local environment, especially Tegalmaja Village. The goal of this research is to clarify, explain, describe and analyze the public policy implementation phenomenon which is developing within the society by describing the Implementation of Serang District Local Regulation No.17 years 2007 about the Environment Control using compliance aspect. The research method applied to this case is a descriptive method with a qualitative observing. So, the researcher will be going to use purposive way to choose the sources. The techniques used by the researcher to collect the data are by interview, observation and study documentation. The outcome of the research will be the display the lack of socialization and monitoring by the BPLH. In this research the researcher is also finding the subservience of PT. Indah Kiat Pulp and Paper to the Local Regulation No. 17 years 2007. This research then makes the researcher realized the difficulty of making a standard or limitation that caFn be accepted by the society for industry people and society’s interest. The existence of the local regulation about environment control is taking a good point in order to keep the society moods especially to keep their rights to make sure their inhabitants is not contaminated by dangerous waste.
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : EKO SETYAWAN NIM : 061514 Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN)
Serang, Oktober 2011
Pembimbing Skripsi I
Abdul Hamid, M.Si. NIP. 198104102006041023
Pembimbing Skripsi II
Kristian Widya Wicaksono, M.Si. NIP. 198003222005011005.
Mengetahui, Dekan FISIP UNTIRTA
Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. NIP. 197809182005011002
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI Nama : EKO SETYAWAN NIM : 061514 Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH
KABUPATEN SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. INDAH KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN KRAGILAN)
Telah diuji di hadapan Dewan Penguji Sidang Skripsi di Serang, tanggal 25 Oktober 2011 dan dinyatakan LULUS Serang, Oktober 2011 Ketua Penguji
Dr. Agus Sjafari, M.Si NIP 197108242005011001
…………………………
Anggota
Drs. Hasuri Waseh, SE, M.Si NIP 132 284 930
…………………………
Anggota
Abdul Hamid, M.Si NIP 198104102006041023
…………………………
Mengetahui,
Dekan FISIP UNTIRTA
Prof. Dr. Ahmad Sihabudin, M.Si. NIP. 197809182005011002
Ketua Program Studi
Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., MSi. NIP. 197809182005011002
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Eko Setyawan NIM : 061514 Tempat Tanggal Lahir: Klaten, 29 Mei 1988 Program Studi : Ilmu administrasi Negara Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat Pulp and Paper di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan) adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi ini terbukti mengandung unsure plagiat, maka gelar kesarjanaan saya bisa dicabut. Serang, Oktober 2011 Eko Setyawan
never , never, never give up. . .never , never, never give up. . .never , never, never give up. . .never , never, never give up. . .
(Winston Churcil)(Winston Churcil)(Winston Churcil)(Winston Churcil)
Dad, I can make u proud. . .Dad, I can make u proud. . .Dad, I can make u proud. . .Dad, I can make u proud. . .
Tulisan kecil ini kupersembahkan kepada :Tulisan kecil ini kupersembahkan kepada :Tulisan kecil ini kupersembahkan kepada :Tulisan kecil ini kupersembahkan kepada :
Almarhum Bapak dan Almarhum Bapak dan Almarhum Bapak dan Almarhum Bapak dan
Emak serta adikEmak serta adikEmak serta adikEmak serta adik----adikku tercinta. .adikku tercinta. .adikku tercinta. .adikku tercinta. . ....
Keluarga dan Sahabat tersayang. . .Keluarga dan Sahabat tersayang. . .Keluarga dan Sahabat tersayang. . .Keluarga dan Sahabat tersayang. . .
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian. Usulan
penelitian ini merupakan salah satu syarat skripsi untuk mencapai gelar sarjana
Strata I (satu) pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Penulis menyadari bahwa penulisan usulan penelitian ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun sebagai perbaikan dan untuk menambah wawasan dimasa datang.
Terima kasih paling terdalam untuk Ibunda dan Adik-adikku Tersayang, yang
memberi arti dalam kehidupan ini serta Alm.Ayahanda yang memotivasi menjadi
orang sukses.
Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada pihak yang telah
memberikan pengajaran, bantuan serta dorongan dalam upaya menyelesaikan
proposal penelitian ini mengenai ” Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup” .
Untuk itu peneliti sampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Prof. Dr., Ahmad Sihabudin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Agus Sjafari, Dr., M.Si selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Rahmi Winangsih, S. Sos., M.Si selaku Pembantu Dekan II Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
5. Idi Dimyati, S.Ikom selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
6. Kandung Sapto N, S.Sos., M. Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7. Rina Yulianti, S. Sos., M.Si selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
8. Anis Fuad, S.Sos selaku Dosen pembimbing akademik saya yang memberikan
arahan selama perkuliahan.
9. Abdul Hamid, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing I skripsi, yang
memberikan arahan dan motivasi selama melakukan proses penyusunan.
10. Kristian Widya Wicaksono, S.Sos. M.Si selaku Dosen Pembimbing II skripsi,
yang memberikan arahan dan motivasi selama proses penyusunan. Semoga
sukses pak perajalanan ke Jermannya.
11. Ayuning Budiati, M.PPM yang telah memberikan motivasi untuk terus
berkuliah.
12. Beni Irawan, Dr., M.H , yang telah banyak membantu dan memotivasi saya
agar terus berkuliah
13. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis
dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
14. Kepala Desa Tegalmaja dan seluruh staf yang membantu dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan peneliti selama proses penelitian.
15. Bapak HS. Kustaman dan Bapak Ayi Syamsul Hidayat dari Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang pada Bidang pengendalian
yang telah membeikan peneliti data mengenai penelitian ini.
16. Kakak M. Islah dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang
telah membeikan peneliti data mengenai penelitian ini.
17. Kelurga besar Bapak Sobana dan Ibu Sukmanah sebagai keluarga kedua dan
orang tua kedua selama perantauan mencari setetes ilmu di Banten.
18. Keluarga M. Yusup sebagai pemberi semangat dan pemberi ilmu kehidupan.
19. Ujang Supriatna sebagai sahabat dan saudara terbaik seluruh dunia yang
selama ini selalu mengerti dan berjuang bersama-sama menaklukan
perkuliahan. Tak banyak kata yang bisa ungkapkan karena terlampau banyak
yang harus diungkapkan
20. Azhar Rachmansyah yang kelakarnya sering tidak masuk akal, Nusman
Bundru diskusinya yang luar biasa. Tak ada mantan teman atau mantan
saudara, sekali saudara selamanya tetap saudara.
21. Saudara-saudara seperjuangan kelas C Administrasi Negara 2006 selama kita
menuntut ilmu terima kasih atas kenangan empat tahun perkuliahan..
22. Teman-teman angkatan Administrasi Negara 2006 yang memberikan kesan
selama perkuliahan.
23. Adam Baladika, Irwan Hendrawan Suparlin, teman-teman ”BOUNDERS” dan
teman-teman ”Sehendal Backpacker” atas trip-trip yang luar biasa. Mantap,
bolak-balik baduy dalam-baduy luar.
24. Nadia Fatimah, Yusti Aprilian Adi dan Ravida yang telah memberikan warna
dan semangat pada waktu menempuh perkuliahan hingga pasa saat
penyusunan tulisan kecil ini..
25. Teman-teman ORMAWA. HIMANE 07, BEM 2008 dan BEM FISIP 2009.
Terima kasih atas pembelajaran organisasi yang menyenangkan.
26. Presma, WaPresma Untirta beserta jajaran Kabinet ”Profesional” 2010 atas
kerjasamanya dan pengertiannya.
27. Teman-teman KKM 33 Desa Kamuning Kecamatan Tunjung Teja yang
memberikan kesan selama melakukan pengabdian kepada masyarakat.
Selain itu peneliti sebagai penyusun menyadari akan adanya kekurangan-
kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Dilain sisi peneliti juga berharap agar proposal skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.
Akhir kata peneliti ucapkan terimakasih.
Wassalamualaikum wr.wb
Serang, Oktober 2011
Eko Setyawan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................... 1
1.2 Indentifikasi Masalah ..................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah .......................................................... 6
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................... 7
1.5 Manfaat Penelian ........................................................... 7
1.6 Sistematika Penulisan .................................................... 7
BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR
2.1 Deskripsi Teori ............................................................... 11
2.1.1 Kebijakan .............................................................. 11
2.1.2 Pengertian Publik .................................................. 15
2.1.3 Kebijakan Publik .................................................... 18
2.1.4 Implementasi Kebijakan ....................................... 20
2.1.5 Model-Model Implementasi Kebijakan ................ 23
2.1.6 Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III 24
2.1.7 Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle 29
2.1.8 Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan ............. 32
2.1.9 Faktor Penentu Penolakan dan Penundaan Kebijakan 35
2.1.10 Lingkungan Hidup .............................................. 37
2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................... 48
2.3 Asumsi Dasar ................................................................. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian .......................................................... 53
3.2 Instrumen Penelitian ...................................................... 54
3.3 Informan Penelitian ......................................................... 60
3.4 Tehnik Analisis Data ...................................................... 60
3.5 Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data ....................... 64
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ............................................ 69
4.2 Informan Penelitian ........................................................ 92
4.3 Deskripsi dan Analisis Data ........................................... 94
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian .......................................... 127
BAB IV HASIL PENELITIAN
5.1 Kesimpulan .................................................................... 137
5.2 Saran .............................................................................. 139
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................... 50
Gambar 3.1 Analisis Data Miles and Huberman ................................ 61
Gambar 4.1 Penampakan Lagon dan Saluran Pembuangan Limbah .. 111
Gambar 4.2 Instalasi IPAL PT. IKPP ................................................. 121
Gambar 4.3 Flow Diagram WWTP #1 dan WWTP#2 ....................... 125
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Aktor dalam Implementasi Perda Nomor 17 Tahun 2007 2
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .......................................... 56
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian .................................. 57
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ................................................................ 68
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Tegalmaja .............................................................................................................. 91
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Di Desa Tegalmaja .............................. 92
Tabel 4.3 Daftar Penyakit Yang Diderita Penduduk Desa Tegalmaja . 98
Tabel 4.4 Laporan Limbah PT.IKPP ................................................... 126
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kearsipan
Lampiran 2 Matriks Wawancara
Lampiran 3 Dokumen
Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kabupaten Serang memiliki sebuah sungai yang mengalir dari Kabupaten
Lebak sampai ke Teluk Banten, yaitu Sungai Ciujung. Sungai ini banyak di
manfaatkan oleh warga disekitarnya untuk keperluan irigasi, mandi dan mencuci.
Di Hulu sungai ini masih dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi dan mandi
warga disekitarnya. Turun ke hilir Sungai Ciujung dimanfaatkan untuk aliran
pembuangan limbah industri yang berdiri disekitarnya ataupun ada industri yang
sengaja membuang limbah di Sungai Ciujung.
Sungai Ciujung yang berada diwilayah Kecamatan Kragilan, Kabupaten
Serang mempunyai tingkat pencemaran paling tinggi di Indonesia. Penyebabnya
adalah limbah pabrik yang dibuang kesana tanpa adanya pengolahan terlebih
dahulu. Sepanjang Kawasan Kragilan sampai ke arah Balajara adalah Kawasan
Industri, dari produksi ringan sampai produksi berat. Banyaknya pabrik yang
membuang limbah ke Sungai Ciujung ini yang menyebabkan tingkat pencemaran
yang tinggi. PT. Indah Kiat Pulp and Paper adalah salah satu pabrik yang dituding
sebagai pemasok limbah terbesar.
Tuntutan masyarakat adalah menutup pabrik Indah Kiat Pulp and Paper
yang ada di wilayah Kecamatan Kragilan, keberadaan pabrik kertas ini mencemari
lingkungan dan tak memberi kompensasi apapun bagi warga sekitar. Akibat
pencemaran limbah pabrik, warga tak bisa lagi mengonsumsi air di lingkungan
mereka. Banyak warga yang terkena penyakit, ini akibat ulah perusahaan yang
membuang limbah sembarangan. Pihak perusahaan selama ini juga hanya
mempekerjakan sedikit warga sekitar sebagai pegawai pabrik1.
Kecamatan Kragilan adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten
Serang. Kabupaten Serang sendiri mempunyai Peraturan Daerah yang
digunanakan untuk melakukan pengawasan. Pemerintah Kabupaten Serang
menerbitkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 “Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup”. Dalam Peraturan Daerah ini dijelaskan aturan-aturan
mengenai bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan atau pabrik
yang berada di wilayah Kabupaten Serang wajib melakukan pengolahan untuk
limbah hasil produksinya dan berperan aktif dalam usaha menjaga kelestarian
lingkungan.
Tabel I.1
Aktor dan keterlibatannya dalam Implementasi Perda Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Serang
1 Koran Radar Banten Edisi Sabtu, 10 Januari 2009
Stakeholders Keterkaitan Stakeholders dalam Implementasi Perda
Nomor 18 Tahun 2001
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Merupakan badan yang ditunjik sebagai badan yang megawasi tentang pengelolaan lingkungan hidup dan mengawasi kelestarian lingkungan hidup serta mengawasi pembuangan limbah pabrik yang ada di kabupaten Serang
PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
Merupakan usaha atau pabrik yang berada di wilayah Kabupaten Serang yang menghasilkan limbah.
Walhi Merupakan lembaga Swadaya Masyarakat Sebagai lembaga yang turut mengawasi pencemaran air di Kabupaten Serang
Pada Tabel di atas diperlihatnya siapa saja yang terlibat dalam proses
implementasi peraturan daerah ini. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
bertindak selaku implementator dari perda serta selaku badan yang melakukan
pengawasan terhadap berjalannya perda ini. Organisasi swadaya disini di sebutkan
ada WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yang bergerak dalam usaha
melestarikan lingkungan hidup. Sedangkan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk
sebagai perusahaan yang dikenakan untuk mematuhi perturan daerah ini,
Menurut Ripley2 dalam implementasi kebijakan mempunyai dua fokus
pokok yaitu kepatuhan (complience) dan apa yang terjadi setelah suatu kebijakan
dilaksanakan (what’s happening). Perspektif kepatuhan lebih merupakan analisis
karakter dan kualitas dari perilaku organisasional. Sedangkan perspektif yang
kedua, yaitu perspektif what’s happpening, sangat berbeda dengan perspektif
kepatuhan. Perspektif ini berasumsi adanya banyak faktor yang dapat dan telah
mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor tersebut utamanya berasal dari
lingkungan luar kebijakan.
Dalam permasalahan kepatuhan stakeholder terhadap peraturan daerah
Kabupaten Serang No.17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup
disebutkan bahwa ”Setiap rencana usaha pngelolaan bahan dan atau limbah yang
berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup wajib mendapatkan izin dan
atau rekomendasi dari Bupati”.3 Disebutkan pula ”Dalam pengendalian
lingkungan hidup, setiap orang berkewajiban untuk mencegah terjadinya
2 Randal B.Ripley and Grace A. Franklin. 1982. Policy Implementation and Bureaucracy, the Dorsey Press, Chicago-Illionis hal. 10 3 Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 BAB VIII Pasal 46 a
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup”.4 Dalam penelitian ini di
khususkan kepada PT. Indah Kiat selaku salah satu perusahaan yang disinyalir
bahwa limbah cair yang dihasilkan dan dibuang mencemari air yang dikonsumsi
di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan.
Peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang sebagai
kepanjangan tangan pemerintah daerah Kabupaten Serang dalam hal mengurus
dan mengawasi lingkungan hidup di Kabupaten Serang. Selain mengurus dan dan
mengawasi lingkungan hidup di Kabupaten Serang, tugas Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup adalah mengawasi buangan limbah yang dihasilkan oleh
pabrik-pabrik se Kabupaten Serang. Dan memberikan sanksi administrasi kepada
perusahaan yang membuang limbah melebihi nilai baku mutu yang telah
ditetapkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Tabel 1.2
DAFTAR PENYAKIT YANG DIDERITA PENDUDUK DESA TEGALMA JA
PER 1 OKTOBER-29 DESEMBER 2010
Bulan Penyakit
Panas Batuk Gatal-gatal Diare Ispa
Oktober 16 4 3 5 5
November 14 1 1 5 3
Desember 13 5 0 3 1 Sumber : data dari Ibu Erlin (bidan desa Tegalmaja)
Tabel diatas menunjukkan data jenis penyakit yang diderita oleh penduduk
Desa Tegalmaja selama 3 (tiga) bulan terakhir. Terlihat bahwa jenis penyakit yang
mempunyai hubungan sebab oleh buangan limbah cair adalah penyakit Diare dan
Gatal-gatal. Tetapi angka yang ditunjukkan tidak signifikan, sehingga
4 Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 BAB V Pasal 13
menimbulkan pertanyaan adakah hubungan antara penyakit yang diderita dengan
limbah buangan PT. Indah Kiat Tbk yang melalui wilayah Desa Tegalamaja.
Menurut keterangan Wati,5
“..pencemaran limbah ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Sebenarnya ada usaha tanggung jawab dari PT.Indah Kiat yaitu dengan memberikan pasokan air besih, tapi hal tesebut hanya berlangsung beberapa bulan saja. Selanjutnya tidak ada pasokan lagi, karena menurut dia tidak ada lagi pemberitaan yang menyudutkan PT. Indah Kiat”. Hal senada juga diungkapkan oleh Andi Suhadi,6
”..dari sidak lapangan yang dilakukan oleh WALHI ada dua tempat yang paling parah yang terkena dampak limbah dari PT. Indah Kiat yaitu kampung Glingseng dan Desa Tegalmaja khususnya Kampung Bongas. Di Kampung Bongas tidak bisa diadvokasi karena warganya tidak ada yang mau memberikan keteranga sehingga ini menyulitkan dari pihak WALHI untuk melakukan tuntutan kepada PT. Indah Kiat. Hal tersebut dikarenakan warga takut dengan jawara yang telah memihak PT. Indah Kiat, mereka diancam untuk tidak memberikan kesaksian”. Fenomena Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17
Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup ditinjau dari aspek
kepatuhan merupakan permasalahan yang penting mengingat peraturan daerah ini
dibuat dalam rangka memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup.. Ketertarikan guna meneliti Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang adalah ketidak patuhan perusahan dalam melakukan pengolahan linbah
yang dihasilkan dalam penelitian ini dikhususkan pada PT. Indah Kiat yang
diduga limbah buangannya mencemari lingkungan di sekitarnya khususnya Desa
Tegalmaja. Selain itu, studi Implementasi Kebijakan sangat erat kaitannya dengan
bidang kajian Ilmu Administrasi Negara khususnya kajian Kebijakan Publik.
5 Wawancara dengan salah satu warga desa Tegalmaja tanggal 4 Juni 2009 pukul 14.20 WIB 6 diskusi dengan salah satu SABABAT WALHI BANTEN 24 februari 2010 pukul 16.00 WIB
Dari beberapa keterangan diatas, penulis bermaksud memfokuskan
penelitian pada IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KABUPATEN
SERANG NO. 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN
LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KASUS BUANGAN LIMBAH PT. IN DAH
KIAT PULP AND PAPER DI DESA TEGALMAJA KECAMATAN
KRAGILAN).
1.2 Identifikasi Masalah
Penulis mengidentifikasikan permasalahan yang ada adalah sebagai berikut :
“Ketidakpatuhan PT Indah Kiat Terhadap Peraturan Daerah Kabupaten
Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup yakni
buangan limbah yang mencemari air yang digunakan oleh Masyarakat Tegalmaja
untuk konsumsi.”
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka rumusan masalahnya
adalah
“Bagaimanakah kepatuhan PT Indah Kiat terhadap Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan
Hidup terkait buangan limbah di Desa Tegalmaja, Kabupaten Serang .”
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis ingin mencari jawaban dari semua
permasalahan yang telah dirumuskan. Tujuan penelitian ini untuk mengklarifikasi,
menguraikan, menggambarkan serta menganalisis suatu fenomena implementasi
kebijakan publik yang berkembang dalam masyarakat dengan cara
mendiskripsikan bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Linglungan Hidup berdasarkan aspek
compliance.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin penulis hasilkan dari penelitian ini adalah :Karya
ilmiah ini diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna
bagi kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup terkait Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan
Hidup untuk melaksanakan evaluasi terhadap Peraturan Daerah.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Latar belakang masalah merupakan gambaran tentang ruang lingkup
masalah yang akan diteliti dan alasan penelitian yang dilakukan.
1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah menyebutkan tentang permasalahan yang
muncul dan berkaitan dengan obyek penelitian. Identifikasi masalah
ini dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan tentang
permasalah yang akan diteliti.
1.3 Rumusan Masalah
Perumusan masalah menjelaskan tentang pertanyaan dan pernyataan
yang akan dibahas dalam penelitian
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini mengungkap tentang sasaran yang ingin dicapai
dengan dilaksanakannya penelitian, sesuai dengan perumusan
masalah yang telah ditetapkan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini menjelaskan baik secara teoritis maupun
parktis tentang temuan penelitianSistematika penulisan menguraikan
tentang isi bab per bab secara singkat dan jelas dari keseluruhan
penelitian.
BAB II DESKRIPSI TEORI
2.1. Deskripsi Teori
Deskripsi teori yang memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang
relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian sehingga akan
memperoleh konsep yang jelas
2.2. Kerangka Berfikir dan Asumsi Dasar
Merupakan kerangka berfikir sub bab ini menggambarkan alur pikiran
penelitian sebagai kelanjutan dari deskripsi teori
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada sub ini menjelaskan tentang metode yang digunakan dalam
penelitian.
3.2 Instrumen Penelitian
Menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan
data yang digunakan, proses pengumpulan data, dan teknik penentuan
kualitas instrument.
3.3 Informan Penelitian
Menjelaskan wilayah generalisasi atau proposal penelitian,
penetapan populasi, dengan teknik pengambilan informan penelitian.
3.4 Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data menjelaskan mengenai cara menganalisa data
yang dilakukan dalam penelitian.
3.5. Validitas dan Reliabilitas Data
Penjelasan tentang bagaimana hasil data tersebut di uji kredibilitasnya
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian menjelaskan tentang tempat dan waktu
penelitian dilaksanakan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
Menjelaskan tentang obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian
secara jelas
4.2. Informan Penelitian
Penjelasan tentang informan yang ditentukan dalam penelitian ini
yang senantiasa berurusan dengan permasalahan yangg peneliti teliti
4.3. Deskripsi dan Analisis data
Deskripsi Data, menjelaskan hasil penelitian yang telah diperoleh
dari data mentah dengan mempergunakan teknik analisis data yang
relevan
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar
operasional yang telah ditetapkan sejak awal.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Yang menyimpulkan hasil penelitian yang diungkapkan secara
singkat, jelas dan mudah dipahami
5.2. Saran
Sub ini memberikan rekomendasi kepada kantor dinas pendidikan
provinsi banten, sebagai tindak lanjut dari sumbangan penelititan
terhadap bidang yang diteliti secara teoritis maupun praktis
BAB II
DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1 Deskripsi Teori
Penggunaan teori akan ditemukan cara yang tepat untuk mengelola sumber
daya, waktu yang singkat untuk menyelesaikan pekerjaan dan alat yang tepat
untuk memperingan pekerjaan. Teori-teori tersebut untuk itu pada bab ini peneliti
menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini.
Teori dalam ilmu administrasi mempunyai peranan yang sama seperti ilmu-ilmu
lainnya, yaitu berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam
penelitian.
Maka dari itu pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian diantaranya teori kebijakan publik, dan
implementasi kebijakan publik, serta yang berhubungan dengan Pengendalian
Lingkungan HIdup.
2.1.1. Kebijakan
Edi Suharto7 dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik mendefinisikan
”Kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan”.
Dilihat dari definisi yang diungkapkan diatas kebijakan lebih diartikan
sebagai sebuah patokan atau dasar untuk merumuskan sebuah keputusan.
7, Edi Suharto. Ph.D. 2005. Analisis Kebijakan Publik “Panduan Paraktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial”.Bandung. CV. Alfabeta hal. 7
Keputusan-keputusan yang diambil harus berdasarkan pada pakem yang telah
disepakati bersama dan diketahui, agar jelas dan terarah.
Makna kebijakan dalam bahasa inggris modern adalah " a courseof action
or plan, a set of political purposes as opposed to administration" (seperangkat
aksi atau rencana yang mengandung tujuan politik yang berbeda dengan makna
administrasi).8
Sedangkan Ealau dan Prewitt9 (1973) dalam buku Analisis Kebijakan
Publik mengungkapkan bahwa:
”Kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang menaatinya”
Sebuah ketetapan yang sifatnya berulang-ulang dan konsisten menjadi
dasar bagi Ealau dan Prewitt menyatakan sesuatu itu dapa disebut sebagai sebuah
kebijakan. Baik yang sifatnya formal maupun informal yang konsisten di patuhi
oleh yang merumuskan dan yang menjalankan aturan tersebut.
Sedangkan Titmus10 (1974) mendefinisikan:
”Kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu”
Dalam buku Policy Analysis for the Real World yang diterbitkan tahun 1984
dan telah direvisi pada tahun 1990, Hogwood dan Gunn menyebutkan sepuluh
penggunaan istilah kebijakan dalam pengertian modern, diantaranya :11
8 Kristian Widya Wicaksono,. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah. Yogyakarta : GRAHA ILMU.hal. 53 9 Suharto Loc. Cit 10 Ibid 11 Wicaksono Op. Cit
a. Sebagai label untuk sebuah bidang aktivitas (as a label for a field of activity) Contohnya: statemen umum pemerintah tentang kebijakan ekonomi, kebijakan industry, atau kebijakan hukum dan ketertiban.
b. Sebagai ekspresi tujuan umum atau aktivitas negara yang diharapkan (as expression of general purpose or desired state of affairs) Contohnya: untuk menciptakan lapangan kerja seluas mungkin atau pegembangan demokrasi melalui desentralisasi.
c. Sebagai proposal spesifik (as specific proposal) Contohnya: membatasi pemegang lahan pertanian hingga 10 hektar atau menggratiskan pendidikan dasar.
d. Sebagai keputusan pemerintah (as decesions of government) Contohnya: keputusan kebijakan sebagaimana yang diumumkan Dewan Perwakilan Rakyat atau Presiden.
e. Sebagai otorisasi formal (as formal authorization) Contohnya: tindakan-tindakan yang diambil oleh parlemen atau lembaga-lembaga pembuat kebiijakan lainnya.
f. Sebagai sebuah program (as a programe) Contonya: sebagai ruang aktivitas pemerintah yang sudah didefinisikan, seperti program reformasi agrarian atau program peningkatan kesehatan perempuan.
g. Sebagai output (as output) Contohnya: apa yang secara aktual telah disediakan, seperti sejumlah lahan yang diredistribusikan dalam program reformasi agraria dan jumlah penyewa yang terkena dampaknya.
h. Sebagai hasil (as outcome) Contohnya: apa yang secara aktual tercapai, seperti dampak terhadap pendapatan petani dan standar hidup dan output agricultural dari program reformasi agararia.
i. Sebagai teori atau model (as a theory or model) Contohnya apabila kamu melakukan x maka akan terjadi y, misalnya apabila kita meningkatkan insentif kepada industri manufaktur, maka output industry akan berkembang.
j. Sebagai sebuah proses (as a process) Sebagai sebuah proses yang panjang yang dimulai dengan issues lalu bergerak melalui tujuan yang sudah di (setting), pengambilan keputusan untuk implementasi dan evaluasi.
Berbeda dengan pandangan Dunn12 dalam bukunya Pengantar Analisis
Kebijakan Publik, beliau mendefinisikan kata kebijakan dari asal katanya. Secara
etimologis, istilah policy atau kebijakan berasal dari bahasa Yunani, Sanksekerta
12 William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.hal 51
dan Latin, akar kata dalam bahasa Yunani dan Sanksekerta yaitu polis (Negara-
Kota) dan pur (Kota).
Pengertian berikutnya dikemukakan oleh James E. Anderson
“A purposive course of action followed by an actor or set of actors in dealing with a problem or matter of cancern (serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau kelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu)”13
Sedangkan Amara Raksasataya14(1992) menyatakan bahwa :
“Kebijakan sebagai suatu tindakan dan strategi yang diarahkan untuk mencapai suatu tujuan”.
Sedangkan menurut Jones istilah kebijakan digunakan dalam praktik-
praktik sehari-hari. Namun, digunakan untuk menggantikan kegiatan atau
keputusan yang berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan, program,
keputusan, standar, proposal dan grand design. Secara umum, istilah “kebijakan”
dipergunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor dalam suatu bidang
kegiatan tertentu.15
Kebijakan dan politik menjadi istilah yang sama sekali berbeda. Bahasan
serta retorika kebijakan menjadi instrumen utama rasionalitas publik. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Laswell sebagai berikut:
"The word policy commonly use to designate the most important choices made either in organized or in private life... policy is free for many undesirable connotation clustered about the word political, which is often beleived to imply partisanship or corruption"
13 M. Irfan. Islamy. 1991. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 17 14 Humaidi. SU. 1993. Mengenal Ilmu Kebijakan Publik. Pasuruan. PT. Garoeda Buana Indah hal 4 15 Budi WinarNo. 2002. Kebijakan Publik: Teori dan Proses. Yogyakarta: Media Pressindo. Hal.14
(kata "kebijakan" pada umumnya dipakai untuk menunjukan pilihan terpenting yang diambil baik dalam kehidupan organisasi atau privat... "kebijakan" bebas dari konotasi yang dicakup dalam kata politis yang diyakini mengandung makna "keberpihakan" dan "korupsi")16
2.1.2. Pengertian Publik
Dalam bahasa Yunani, istilah public seringkali dipadankan pula dengan
istilah Koinon atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata common yang
bermakna hubungan antar individu. Oleh karenanya public seringkali dikonsepkan
sebagai sebuah ruang yang berisi aktivitas manusia yang dipandang perlu untuk
diatur atau diintervensi oleh pemerintah atau aturan sosial atau setidaknya oleh
tindakan bersama.
Istilah sehari-hari di Indonesia, kata publik lebih dipahami sebagai
"negara" atau umum." Hal ini dapat dilihat dalam menterjemahkan istilah-istilah
public goods sebagai barang barang umum, public transportation sebagai
kendaraan umum atau public administration sebagai administrasi negara.
Arti dari publik itu sendiri adalah sebagai Sejumlah manusia yang
memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar
dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki. 17
Pendapat dari Frederickson menjelaskan lima model formal yang berkaitan
dengan kedudukan konsep publik yang umum digunakan dalam ilmu-ilmu sosial
untuk dikaji dalam rangka revitalisasi konsep tersebut, sehingga diharapkan
muncul suatu perspektif baru yang menjadi esensi administrasi publik modern.
Kelima perspektif untuk memahami konsep publik tersebut memuat :18
16 Wicaksono, Op. Cit Hal 57 17Inu Kencana, Syafei. 1999, Ilmu Administrai Publik, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 17
Pertama, yaitu perspektif pluralis. Dalam perspektif ini publik dipandang
sebagai konfigurasi dari berbagai kelompok kepentingan. Pendukung perspektif
ini berpendapat bahwa setiap orang mempunyai kepentingan yang sama akan
bergabung satu sama lain dan membentuk suatu kelompok yang pada nantinya
kelompok-kelompok tersebut berinteraksi dan berkompetisi untuk
memperjuangkan kepentingan-kepentingan indvidu yang mereka wakili,
khususnya dalam konteks pemerintahan.
Kedua, perspektif pilihan publik. Persektif ini beakar pada tradisi pemikiran
utilitarian yang sangat menekan pada soal kebahagiaan dan kepentingan individu.
Pandangan utilitarian memandang bahwa publik sebagai konsumen dan pasar.
Dengan kata lain perspektif ini mencoba mengaplikasikan prinsip-prinsip
ekonomi pasar kedalam sektor publik, sehingga asumsi metodelogis utama dari
pandangan ini adalah bahwa tindakan publik harus dimengerti sebagai tindakan
individual yang termotivasi oleh kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda satu
dengan yang lainnya.
Ketiga, perspekif legislatif. Sifat pemerintahan yang demokrasi tidak selalu
menggunakan sistem perwakilan secara langsung.pada kenyataannya, banyak
pemerintahan yang demokratis namun menggunakan sistem perwakilan tidak
langsung.asumsi perspektif ini adalah bahwa setiap pejabat yang diangkat untuk
mewakili kepentingan publik, sehingga mereka melegitimasi mewujudkan
perspektif publik dalam administrasi publik. Pejaba-pejabat yang diangkat
diangap sebagai sebagai manifestasi tunggal dari perspektif publik. Jelasnya,
18 Wicaksono, Op.Cit. hlm. 33
perspektif ini tidak bisa untuk mengakomodasi kepentingan-kepentingan publik,
baik dalam teori maupun praktik administrasi pubilk di lapangan.
Keempat, perspektif penyedia lapangan. Apabila konsep pelayanan prima,
maka individu adalah sebagai pelanggan. Oleh karenanya perspektif ini
memandang bahwa publik sebagai pelanggan yang harus dilayani. Selain itu,
aparatur pemerintah yang berada paling dekat dengan publik dengan segala
keahlian, pedidikan dan pengetahuan diharapkan memberikan yang terbaik untuk
publik. Mempunyai tugas untuk melayani publik yang terdiri atas individu-
individu dan kelompok-kelompok.
Kelima, perspektif kewarganegaraan. Reformasi administrasi publik
khususnya di Indonesia dan umumnya di berbagai dunia, ditandai dua tuntutan
penting. Pertama, tuntutan adanya pelayanan publik yang lebih terdidik dan
terseleksi dengan dasar meritokrasi. Kedua, tuntutan agar setiap warga negara
diberi informasi yang cukup agar dapat aktif dalam berbagai kegiatan publik dan
memahami konstitusi secara baik.
W.F. Baber sebagaimana telah dikutip oleh Massey dalam bukunya
Managing Public Sector : A Comparative Analysis of the United Kingdom and the
United State berpendapat bahwa sektor publik memiliki 10 ciri yang membedakan
dengan sektor swasta,19 diantaranya adalah:
a. Sektor publik lebih kompleks dan mengemban tugas-tugas yang lebih ambigu,
b. Sektor publik lebih banyak menghadapi problem dalam mengimplementasikan keputusan-keputusannya,
c. Sektor publik lebih memanfaatkan lebih banyak orang yang memiliki motivasi yang sangat beragam,
19 Wicaksono, Op. Cit hal. 30
d. Sektor publik lebih banyak memperhatikan usaha mempertahankan peuang dan kapasitas,
e. Sektor publik lebih banyak memperhatikan kompensasi atas keegagalan pasar,
f. Sektor publik lebih banyak melakukan aktivitas yang memiliki signifikasi simbolik,
g. Sektor publik lebih ketat dalam menjaga standar komitmen dan legalitas,
h. Sektor publik mempunyai peluang yang lebih besar dalam merspon isu-isu keadilan dan kejujuran,
i. Sektor publik harus beroperasi demi kepentingan publik, dan j. Sektor publik harus mempertahankan level dukungan publik minimal di
atas level yang dibutuhkan dalam industri swasta.
2.1.3. Pengertian Kebijakan Publik
Kebijakan Publik merupakan kajian yang amat penting bagi ilmu
administrasi negara, karena selain untuk menentukan arah ia pun dapat
dipergunakan untuk mengatasi isu-isu masyarakat, juga dapat dipergunakan untuk
menentukan ruang lingkup permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah,
mengetahui betapa luas dan besarnya organisasi pemerintahan itu.20
Woll (1966), kebijakan publik adalah sejumlah aktivitas pemerintah untuk
memecahkan masalah di masyarakat, baik secara langsung maupun melalui
berbagai lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat.21
Dari berbagai kepustakaan dapat diungkapkan bahwa kebijakan publik
dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yang dipahami
oleh Nugroho22 sebagai :
20 Humaidi. Op. Cit hal 1 21Drs Hessel Nogi S, Tangkilisan. 2003. Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta :Lukman Offset YPAPI,:, hlm.24 22 Riant D. Nugroho. 2004. KEBIJAKAN PUBLIK, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo hal 3
“suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi”. Aturan atau peraturan tersebut secara sederhana kita pahami sebagai
kebijakan publik, jadi kebijakan publik ini dapat kita artikan suatu hukum. Akan
tetapi tidak hanya sekedar hukum namun kita harus memahaminya secara utuh
dan benar. Ketika suatu isu yang menyangkut kepentingan bersama dipandang
perlu untuk diatur maka formulasi isu tersebut menjadi kebijakan publik harus
dilakukan dan disusun dan disepakati oleh para pejabat yang berwenang dan
ketika kebijakan publik tersebut ditetapkan menjadi suatu kebijakan publik;
apakah menjadi Undang-Undang, apakah menjadi Peraturan Pemerintah atau
Peraturan Presiden termasuk Peraturan Daerah maka kebijakan publik tersebut
berubah menjadi hukum yang harus ditaati.
Banyak pendapat yang dikemukakan oleh para pakar kebijakan mengenai
pengertian kebijakan publik, dan kesemuanya tidak ada yang keliru dan saling
melengkapi. Dye mengatakan bahwa Public policy is whats government do, why
they do it, and what different it make (Kebijakan publik adalah segala sesuatu
yang dikerjakan pemerintah, mengapa mereka melakukan dan apa perbedaan yang
dihasilkan). Dalam bukunya yang lain, Understanding Public Policy beliau
menyebutkan bahwa kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah
untuk dilakukan dan tidak dilakukan.23
23 Wicaksono, Op. Cit hal 64
Laswell salah seorang pakar kebijakan yang telah mendirikan think-tank
awal di Amerika yang dikenal dengan nama American Policy Commission
mendefinisikan Public policy is a projected program of goals, values and
practices (kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan
tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu dan praktek-praktek tertentu).24
Sedangkan Dunn25 dalam Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi kedua
berpendapat bahwa kebijakan publik adalah pola ketergantungan yang kompleks
dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk keputusan-
keputusan untuk tidak bertindak, yang dibuat oleh badan atau kantor pemerintah.
2.1.4. Implementasi Kebijakan
Kajian implementasi merupakan suatu proses merubah gagasan atau
program mengenai tindakan dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan
perubahan tersebut. Implementasi kebijakan juga merupakan suatu proses dalam
kebijakan publik yang mengarah pada pelaksanaan dari kebijakan yang telah
dibuat. Dalam praktiknya, implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang
begitu kompleks, bahkan tidak jarang bermuatan politis karena adanya intervensi
dari berbagai kepentingan. Eugene mengungkapkan kerumitan dalam proses
implementasi sebagai berikut:
“adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijaksanaan umum yang kelihatannya bagus di atas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendegarkannya. Dan lebih
24 Nugroho, Op. Cit hal 4 25 Dunn, Op. Cit hal 44
sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk yang memuaskan semua orang”.26
Hakekat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang terencana
dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan didasarkan pada
kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam bukunya Implementation and
Public Policy yang diterbitkan pada tahun 1983 mendefinisikan implementasi
kebijakan sebagai:
“Pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang akan diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasinya”.27
Sedangkan menurut Ripley dan Franklin adalah :
“implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan”.28
Sementara Grindle merumuskan definisi yang berbeda dari beberapa definisi-
definisi di atas, beliau memandang implementasi sebagai berikut:
“Pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan yaitu melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah tujuan program tersebut tercapai”.29
Van Meter dan Van Horn mendefinisikan Implementasi Kebijakan
sebagai berikut:
26 Leo AgustiNo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI – Puslit KP2W Lemlit Unpad. hal. 153 27 Ibid 28 Samodra Wibawa. 1994. Kebijakan Publik, Jakarta: Intermedia hal 15 29 Agustino, Loc. Cit
“Policy implementation encompasses those actions by public and private individuals (and groups) that are directed at the achievement of goals and objectives set forth in prior policy decisions.” (Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan).30
Dari definisi-definisi di atas dapat diketahui bahwa implementasi
kebijakan membicarakan (minimal) 3 hal, yaitu:
a. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan yang akan dicapai dengan adanya
penerapan kebijakan tersebut;
b. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian tujuan yang diejawantahkan
dalam proses implementasi;
c. Adanya hasil kegiatan, idealnya adalah tercapainya tujuan dari
kebijakan tersebut.
Berdasarkan uraian ini, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan
merupakan suatu proses yang dinamis, di mana pelaksana kebijakan
melaksanakan aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan
suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Selain itu
perlu di ingat, bahwa implementasi kebijakan merupakan hal yang sangat peting
dalam keseluruhan tahapan kebijakan, karena melalui tahap ini keseluruhan
prosedur kebijakan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya
pencapaian tujuan kebijakan tersebut. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan
oleh Udoji yaitu:
30 ibid
“the execution of policies is as important if not more important that policy-making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented” (pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan).31
2.1.5. Model-Model Implementasi Kebijakan
Dalam literatur ilmu kebijakan terdapat beberapa model implementasi
kebijakan publik yang lazim dipergunakan. Diantara beberapa model
implementasi kebijakan disumbangkan dari pemikiran George C. Edward III
dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, Donald Van Meter dan
Carl Van Horn dengan A Model of The Policy Implementation, Daniel Mazmanian
dan Paul Sabatier dengan A Framework for Policy Implementation Analysis, dan
Merille S. Grindle dengan Implementation as A Political and Administration
Process. Namun, guna pembatasan dalam penelitian ini maka peneliti memilih
untuk menyajikan dua teori yang dianggap relevan dengan materi pembahasan
dari objek yang diteliti. Hal ini bukan berarti bahwa peneliti men-justifikasi teori-
teori lain tidak lagi relevan dalam perkembangan teori implementasi kebijakan
publik, melainkan lebih kepada mengarahkan peneliti agar lebih fokus terhadap
variabel-variabel yang dikaji melalui penelitian ini.
31 Abdul Wahab Solichin. 1997. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara. Malang.hal 59
2.1.6. Implementasi Kebijakan Model George C. Edward III
Model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Edward III
disebut dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Menurut model
yang dikembangkan oleh Edward III, ada empat faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan atau kegagalan implementasi suatu kebijakan, yaitu
faktor sumber daya, birokrasi, komunikasi, dan disposisi.32
1). Faktor Sumber Daya
Faktor sumber daya mempunyai peranan penting dalam implementasi
kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya ketentuan-ketentuan
atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang bertanggung
jawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber
untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan
tersebut tidak akan bisa efektif. Indikator-indikator yang dipergunakan untuk
melihat sejauhmana sumber daya dapat berjalan dengan rapi dan baik adalah:
(a) Staf; sumberdaya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf /
pegawai, atau lebih tepatnya street-level bureaucrats. Kegagalan yang
sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan
oleh staf / pegawai yang tidak memadai, mencukupi ataupun tidak
kompeten dibidangnya. Selain itu, cakupan atau luas wilayah
implementasi perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan
staf pelaksana kebijakan..
32 Agustino, Op. Cit hal 156
(b) Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua
bentuk. Pertama, informasi yang berhubungan dengan cara
melaksanakan kebijakan, implementor harus mengetahui apa yang
harus mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan
tindakan. Kedua, informasi mengenai data kepatuhan dari para
pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah
ditetapkan, implementor harus mengetahui apakah orang lain yang
terlibat dalam pelaksanaan tersebut patuh terhadap hukum.
(c) Wewenang; dalam implementasi kewenangan merupakan otoritas atau
legitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
telah ditetapkan secara politik. Kewenangan harus bersifat formal
untuk menghindari gagalnya proses implementasi karena dipandang
oleh publik implementor tersebut tidak terlegitimasi. Tetapi dalam
konteks yang lain, efektivitas kewenangan dapat menyurut manakala
diselewengkan oleh para pelaksana demi kepentingannya sendiri
maupun demi kepentingan kelompoknya.
(d) Fasilitas; fasilitas fisik juga merupakan factor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang
mencukupi, mengerti apa yang harus dilakukannya dan memiliki
wewenang, akan tetapi tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai, maka implementasi kebijakan tidak akan berhasil.
2). Faktor Komunikasi
Komunikasi adalah suatu kegiatan manusia untuk menyampaikan apa
yang menjadi pemikiran dan perasaannya, harapan atau pengalamannya
kepada orang lain. Faktor komunikasi dianggap sebagai faktor yang amat
penting, karena dalam setiap proses kegiatan yang melibatkan unsur manusia
dan sumber daya akan selalu berurusan dengan permasalahan “Bagaimana
hubungan yang dilakukan”. Implementasi yang efektif baru akan terjadi
apabila para pembuat kebijakan dan implementor mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan, dan hal itu hanya dapat diperoleh melalui komunikasi yang
baik. Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai dalam mengukur
keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:
(a) Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali
komunikasi yang telah melalui beberapa tingkatan birokrasi
menyebabkan terjadinya salah pengertian (miskomunikasi).
(b) Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan
haruslah jelas, akurat, dan tidak bersifat ambigu, sehingga dapat
dihindari terjadinya perbedaan tujuan yang hendak dicapai oleh
kebijakan seperti yang telah ditetapkan (tidak tepat sasaran).
(c) Konsistensi; perintah yang diberikan kepada implementor haruslah
konsisten dan jelas. Karena apabila perintah sering berubah-ubah akan
membingungkan pelaksana kebijakan, sehingga tujuan dari kebijakan
tidak akan dapat tercapai.
3). Faktor Disposisi (sikap)
Disposisi ini diartikan sebagai sikap para pelaksana untuk
mengimplementasikan kebijakan. Dalam implementasi kebijakan menurut
Edward III, jika ingin berhasil secara efektif dan efisien, para implementor
tidak hanya harus mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan
mempunyai kemampuan untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut,
tetapi mereka juga harus mempunyai kemauan untuk mengimplementasikan
kebijakan tersebut. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan pada variabel
disposisi menurut Edward III antara lain:
(a) Pengangkatan birokrat; pemilihan dan pengangkatan personil
pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi
pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khusus lagi pada
kepentingan warga. Disposisi atau sikap para implementor yang tidak
mau melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan akan
menimbulkan hambatan-hambatan bagi tercapainya tujuan dari
pengimplementasian kebijakan.
(b) Insentif; Edward III menyatakan bahwa salah satu teknik yang
disarankan untuk mengatasi kecenderungan sikap para pelaksana
kebijakan adalah dengan memanipulasi insentif. Pada umunya, orang
bertindak berdasarkan kepentingan meraka sendiri, maka
memanipulasi insentif oleh pembuat kebijakan dapat mempengaruhi
tindakan para pelaksana kebijakan. Dengan menambah keuntungan
atau biaya tertentu mungkin dapat memotivasi para pelaksana
kebijakan untuk dapat melaksanakan perintah dengan baik. Hal ini
dilakukan dalam upaya memenuhi kepentingan pribadi (self interest)
atau organisasi.
4). Faktor Struktur Birokrasi
Meskipun sumber-sumber untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan sudah mencukupi dan para implementor mengetahui apa dan
bagaimana cara melakukannya, serta mereka mempunyai keinginan untuk
melakukannya, implementasi kebijakan bisa jadi masih belum efektif, karena
terdapat ketidakefisienan struktur birokrasi yang ada. Kebijakan yang begitu
kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang. Birokrasi sebagai
pelaksana sebuah kebijakan harus dapat mendukung kebijakan yang telah
diputuskan secara politik dengan jalan melakukan koordinasi yang baik.
Menurut Edward III terdapat dua karakteristik yang dapat
mendongkrak kinerja struktur birokrasi ke arah yang lebih baik, yaitu dengan
melakukan Standard Operating Prosedures (SOPs) dan melaksanakan
fragmentasi.
(a) Standard Operating Prosedures (SOPs); adalah suatu kegiatan rutin
yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana kebijakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatannya setiap hari sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
(b) Fragmentasi; adalah upaya penyebaran tanggungjawab kegiatan-
kegiatan dan aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit.
Untuk lebih mempermudah memahami model implementasi kebijakan dari
Edward III, dapat digambarkan sebagai berikut:
2.1.7. Implementasi Kebijakan Model Merille S. Grindle
Pendekatan implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh Grindle
dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process33.
Menurutnya keberhasilan implementasi kebijakan dapat diliha dari dua hal,
yaitu:
1) Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan
kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada
akasi kebijakannya.
2) Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat
dua faktor, yaitu:
a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok.
b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran
dan perubahan yang terjadi.
Keberhasilan implementasi kebijakan juga sangat ditentukan oleh
tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yaitu yang terdiri dari Content
of Poliy dan Context of Policy.
1) Content of Policy menurut Grindle adalah:
a. Interest Affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)
33 Agustino, Op. Cit hal 167
Berkaitan dengan berbagai kepentingan yang mempengaruhi suatu
implementasi kebijakan. Indicator ini berargumen bahwa suatu
kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak
kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut
membawa pengaruh terhadap implementasinya.
b. Type of Benefit (tipe manfaat)
Pada poin ini Content of Policy berupaya untuk menunjukan atau
menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa
jenis manfaat yang menunjukan dampak positif yang dihasilkan oleh
pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan.
c. Extent of Change Envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)
Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.
Adapun yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa seberapa
besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu
implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas.
d. Site of Decision Making (letak pengambilan keputusan)
Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan mempunyai peranan
penting dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini
harus dijelaskan di mana letak pengambilan keputusan dari suaut
kebijakan yang hendak diimplementasikan.
e. Program Implementer (pelaksana program)
Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung
dengan adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi
keberhasilan suatu kebijakan. Hal ini harus terdata atau terpapar
dengan baik pada bagian ini.
f. Resources Commited (sumber-sumber daya yang digunakan)
Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber-
sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan
baik.
2) Context of Policy menurut Grindle adalah:
a. Power, Interest and Strategy of Actor Involved (kekuasaan,
kepentingan-kepentingn dan strategi dari aktor yang terlibat)
Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau
kekuasaan, kepentingan-kepentingan serta strategi yang digunakan
oleh para actor guna memperlancar jalanya pelaksanaan suatu
implementasi kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan
matang, besar kemungkinan program yang hendak diimplementasikan
akan jauh panggang dari api.
b. Institution and Regime Characteristic (karakteristik lembaga dan
rezim yang berkuasa)
Lingkungan di mana suatu kebijakan dilaksanakan juga berpengaruh
terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin dijelaskan
karakteristik dari lembaga yang akan turut mempengaruhi suatu
kebijakan.
c. Compliance and Responsiveness ( tingkat kepatuhan dan adanya
respon dari pelaksana)
Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu
kebijakan adalah kepatuhan dan respon adri para pelaksana, maka
yang hendak dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan
dan respon dari pelaksana dalam menanggapi suatu kebijakan.
Setelah pelaksanaan kebijakan yang dipengaruhi oleh isi atau konten
dan lingkungan atau konteks yang diterapkan, maka akan dapat diketahui
apakah para pelaksana kebijakan dalam membuat sebuah kebijakan sesuai
dengan apa yang diharapkan, juga dapat diketahui apakah suatu kebijakan
dipengaruhi oleh suatu lingkungan, sehingga tingkat perubahan yang
diharapkan terjadi.
2.1.8. Faktor Penentu Pelaksanaan Kebijakan
Ada beberapa faktor yang menentukan sebuah kebijakan dapat
dilaksanakan dengan baik, antara lain adalah:
a. Respek Anggota Masyarakat Terhadap Otoritas dan Keputusan
Pemerintah;
Dalam filsafat John Locke dikatakan bahwa manusia memiliki
keadaan ilmiah (state of nature) yang besifat positif, pada dasarnya
manusia adalah baik. Manusia dapat saling memberi, saling hormat-
menghormati dan saling tolong menolong. Ketika relasi ini berjalan
dengan baik,34 ada sistem sosial yang menggerakan masyarakat untuk
saling menghormati dan memberikan respek yang baik pada otoritas
34 ibid
negara, undang-undang yang dibuat oleh politisi serta memberikan
kepercayaan kepada pejabat pelaksana kebijakan. Hal ini akan terus
berlangsung selama masyarakat memiliki anggapan yang logis untuk
menghormati persoalan-persoalan itu. Konsekwensinya adalah
manusia telah dididik untuk mematuhi peraturan yang dibuat oleh
pemerintah sebagai sesuatu yang membawa kebaikan bagi kepentingan
bersama.
b. Adanya Kesadaran Untuk Menerima Kebijakan;
Pada kehidupan yang semakin maju ini, dimana segala hal dinilai
secara rasional oleh masyarakat, semakin banyak dijumpai baik oleh
individu, kelompok masyarakat maupun organisasi yang beranggapan
bahwa dalam kehidupan bernegara, kebijakan yang dikeluarkan oleh
pemerintah adalah sesuatu yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah sosial dimasyarakat. Seperti Kebijakan yang dikeluarkan oleh
Pemda DKI Jakarta mengenai pelarangan merokok di tempat umum,
bagi masyarakat rasional hal ini dianggap perlu, karena berkaitan
dengan kebaikan bersama. Namun demikian, masih saja ada yang
tidak mematuhi kebijakan yang telah dibuat tersebut, karena menurut
sebagian masyarakat harus dikaji ulang lagi.
c. Adanya Sanksi Hukum;
Penerapan sanksi bagi individu maupun kelompok yang tidak
melaksanakan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah merupakan
cara yang cukup efektif untuk pengimplementasian kebijakan.
Alasannya sederhana, kebanyakan dari masyarakat tidak mau dan
takut menerima sanksi yang berupa denda yang cukup tinggi maupun
berupa kurungan penjara, selain itu mereka tidak mau dianggap
sebagai orang yang telah melangar peraturan.
d. Adanya Kepentingan Publik;
Masyarakat berkeyakinan bahwa kebijakan yang telah dibuat melalui
proses yang sah dan legitimate. Pada dasarnya kebijakan yang dibuat
adalah sebagai solusi dari permasalahan publik, sehingga mereka mau
menerima kebijakan tersebut, karena berkaitan dengan kepentingan
bersama / publik.
e. Adanya Kepentingan Pribadi;
Seseorang atau kelompok warga akan menerima sebuah kebijakan
dengan senang hati, karena dengan demikian akan mendatangkan
manfaat ataupun keuntungan secara pribadi bagi mereka. Seperti
pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara (Banten), mungkin
ada kelompok masyarakat setempat maupun nelayan yang menolak,
dengan alasan uang sebagai ganti pembebasan lahan tidak sebanding
dan akan menurunkan pendapatan tangkapan ikan bagi nelayan
setempat karena rusaknya ekosistem laut setempat. Namun, bagi
kalangan pengusaha akan sangat mendukung kebijakan tersebut,
karena dengan demikian akses distribusi produksi ke luar negeri bagi
mereka lebih dekat dan mudah
2.1.9. Faktor Penentu Penolakan dan Penundaan Kebijakan
Selain faktor penentu pelaksanaan kebijakan, pada pelaksanaannya
terdapat juga beberapa faktor penentu penolakan dan penundaan kebijakan,
antara lain:
a. Adanya Kebijakan yang Bertentangan dengan Sistem Nilai yang Ada;
Apabila suatu kebijakan dipandang bertentangan dengan sistem nilai
yang berlaku dimasyarakat, maka pada pengimplementasiannya akan
sulit untuk dilaksanakan. Misalnya pada masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), pada saat itu beliau hendak mencabut
pelarangan bagi partai ataupun organisasi yang berhaluan Komunis,
tentunya hal ini bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku
dimasyarakat, sehingga menimbulkan penolakan-penolakan dari
berbagai kalangan masyarakat.
b. Tidak Adanya Kepastian Hukum;
Tidak adanya kepastian hukum, ketidakjelasan kebijakan yang berlaku
akan cenderung membuat masyarakat melanggar dan tidak mematuhi
peraturan tersebut. Karena masyarakat akan beranggapan bahwa tidak
mematuhi peraturan tersebut juga tidak apa-apa, tidak akan mendapat
sanksi dari pemerintah. Seperti peraturan tentang pelarangan menjual
CD/VCD/DVD bajakan, tidak ada kepastian hukumnya, sehingga
banyak penjual di setiap sudut kota bahkan di mal-mal menjualnya
dengan bebas.
c. Adanya Keanggotaan Seseorang Dalam Organisasi;
Keanggotaan seseorang dalam organisasi dapat menimbulkan
penolakan terhadap sebuah kebijakan, karena kemungkinan kebijakan
tersebut dapat mengganggu kepentingannya, namun ada juga karena
keanggotaannya dalam sebuah organisasi, seseorang mendukung
kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Misalnya saja peraturan
mengenai perlindugan hak-hak lingkungan, bagi para aktivis
lingkungan hidup tentunya tanpa diminta pun akan sangat mendukung
kebijakan tersebut, akan tetapi bagi kalangan industri akan sangat
menggangu aktivitas produksi mereka, karena saat ini sangat sedikit
industri yang memiliki pengolahan limbah yang dapat dikatakan
layak, alasannya karena mahalnya biaya pembuatan tempat
pengolahan limbah. Kenyataannya untuk membuat tempat pengolahan
limbah sama saja dengan biaya mereka membangun satu pabrik
produksi lagi.
d. Adanya Konsep Ketidakpatuhan Selektif Terhadap Hukum;
Pada prinsipnya, masyarakat terdiri dari berbagai suku bangsa dan
latar belakang yang berbeda. Ada masyarakat yang patuh pada suatu
kebijakan tertentu, akan tetapi pada saat yang bersamaan dia tidak
patuh pada kebijakan yang lainnya karena adanya ketidakpatuhan
selektif. Misalnya saja ada seseorang yang patuh terhadap peraturan
pemungutan pajak, tetapi pada saat yang bersamaan orang tersebut
tidak patuh terhadap peraturan tindak pidana korupsi (pelaku korupsi)
2.1.10 Lingkungan Hidup
A. Pengertian Lingkungan Hidup
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia
yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun
tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan
abiotik. Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman
sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah,
juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang
ada di sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan
tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di sekitar.35
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lainnya.36
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang
dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi
atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia
yang berlebihan. Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
35 http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian- diakses tanggal 13 juni 2011 Pukul 09.02 WIB 36 Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika
kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh
tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang
dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat
manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku
sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat
adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota
masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari
benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain.
Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup
segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di
muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi
tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak
hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya
berbagai penyakit, dan lain-lain
Di alam terdapat berbagai sumber daya alam. yang merupakan komponen
lingkungan yang sifatnya berbeda-beda, dimana dapat digolongkan atas :
• Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable natural
resources)
• Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (non-renewable natural
resources).
Berbagai sumber daya alam yang mempunyai sifat dan perilaku yang
beragam tersebut saling berinteraksi dalam bentuk yang berbeda-beda pula. Sesuai
dengan kepentingannya maka sumber daya alam dapat dibagi atas;
a) fisiokimia seperti air, udara, tanah, dan sebagainya,
b) biologi, seperti fauna, flora, habitat, dan sebagainya, dan
c) sosial ekonomi seperti pendapatan, kesehatan, adat-istiadat, agama, dan
lain-lain.
Interaksi dari elemen lingkungan yaitu antara yang tergolong hayati dan
non-hayati akan menentukan kelangsungan siklus ekosistem, yang didalamnya
didapati proses pergerakan energi dan hara (material) dalam suatu sistem yang
menandai adanya habitat, proses adaptasi dan evolusi.Dalam memanipulasi
lingkungan hidupnya, maka manusia harus mampu mengenali sifat lingkungan
hidup yang ditentukan oleh macam-macam faktor. Berkaitan dengan pernyataan
ini, sifat lingkungan hidup dikategorikan atas dasar :
1. Jenis dan jumlah masing-masing jenis unsur lingkungan hidup tersebut,
2. hubungan atau interaksi antara unsur dalam lingkungan hidup tersebut,
3. kelakuan atau kondisi unsur lingkungan hidup, dan
4. faktor-faktor non-materil, seperti cahaya dan kebisingan.
B. Kerusakan Lingkungan Hidup :
Kerusakan lingkungan hidup adalah perubahan langsung atau tidak
langsung terhadap sifat fisik dan atau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan
hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.37
1. Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang
menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi. Bahaya yang
ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara lain berupa:
� Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
� Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
� Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
� Gas yang mengandung racun.
� Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan
lain-lain.
37 Op. Cit Perda No. 17 Tahun 2007
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena
beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya
tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat
mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat
memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat
dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi
beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
� Berbagai bangunan roboh.
� Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
� Tanah longsor akibat guncangan.
� Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
� Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami
(gelombang pasang).
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan
tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara ini terjadi
karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Bahaya angin topan bisa diprediksi
melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk
gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan
(puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
� Merobohkan bangunan.
� Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
� Membahayakan penerbangan.
� Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal
2. Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar
dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola
kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini.
Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan
pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan
yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan
lingkungan hidup. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor
manusia, antara lain:
� Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai
dampak adanya kawasan industri.
� Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem
pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan
dampak pengrusakan hutan.
� Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
� Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
� Perburuan liar.
� Merusak hutan bakau.
� Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
� Pembuangan sampah di sembarang tempat.
� Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
� Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
C. Pelestarian Lingkungan Hidup
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa
ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin
negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai
manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan
hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun
usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang
layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan
kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan
Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil
KTT Bumi di Rio de Jeniro Tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan
penting, yaitu:
1) Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk
menopang hidup.
2) Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk
memenuhi kebutuhan baik masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai
berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
1) Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya
memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan
terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah
antara lain:
� Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang
mengatur tentang Tata Guna Tanah.
� Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
� Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986,
tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
� Pada Tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian
Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
a. Menanggulangi kasus pencemaran.
b. Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan
(AMDAL).
� Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
2) Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama
Pemerintah
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian
yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat
berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa
yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan
pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak
pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari
permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur
yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan
kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan
mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya
pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan
menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang
semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi
tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga
mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme
bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara
terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen. Udara yang kotor
karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen
berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup
setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga
kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.
c. Pelestarian hutan
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga
kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan
hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan
salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan
merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan
hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan
juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan
air.
d. Pelestarian laut dan pantai
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial.
Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia.
Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau,
merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut
dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai
disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan
pelindung alami terhadap gempuran ombak.
e. Pelestarian flora dan fauna
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia,
hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai
dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh
karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak
diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia.
2.2 Kerangka Pemikiran
Air merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, 60% dari tubuh manusia
adalah air. Kebutuhan manusia akan air bermacam-macam antara lain untuk
mandi, cuci dan kakus. Air yang digunakan adalah air tanah, sedangkan air tanah
mempunyai jumlah yang tidak terbatas. Jika digunakan dengan tidak bijaksana
dikhawatirkan debet air tanah akan terus menurun. Atas dasar tersebut Kabupaten
Serang menyadari perlu adanya tindakan konkret untuk melakukan suatu
pengawasan pemanfaatan air tanah.
Sehingga untuk melakukan pengawasan Pemerintah Kabupaten Serang
menerbitkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 “Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup”. Dalam Peraturan Daerah ini dijelaskan aturan-aturan
mengenai pengendalian lingkungan hidup dan pelestariaannya. Dalam Peraturan
Daerah tersebut bahwa setiap badan yang melakukan pngelolaan bahan dan atau
limbah yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan hidup wajib
mendapatkan izin dan atau rekomendasi dari Bupati.38
Permasalahan yang terjadi adalah limbah buang PT. Indah Kiat Tbk
disinyalir mencemari air yang dikonsumsi warga Desa Tegalmaja. Hal tersebut
bertentangan dengan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007, yaitu setiap orang
berkewajiban untuk mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan
38 Op. Cit Perda No. 17
lingkungan hidup. Serta dilarang membuang air limbah melebihi baku mutu yang
diijinkan.
Berdasarkan teori Randall B. Ripley 39, studi implementasi mempunyai
dua focus pokok yaitu kepatuhan (complience) dan apa yang terjadi setelah suatu
kebijakan dilaksanakan (what’s happening). Kepatuhan ini muncul dari literatur
administrasi publik dan perspektif ini lebih memusatkan perhatiannya pada
apakah badan dan individu bahwahan mematuhi perintah badan atau individu
atasannya. Perspektif ini lebih merupakan analisis karakter dan kualitas dari
perilaku organisasional. Menurut Ripley40, paling tidak ada dua kekurangan dari
perspektif ini, yaitu banyak faktor non-birokratis yang berpengaruh dan ada
program-program yang tidak disusun dengan baik (maldesigned). Sedangkan
perspektif yang kedua, yaitu perspektif what’s happpening, sangat berbeda
dengan perspektif kepatuhan. Perspektif ini berasumsi adanya banyak faktor yang
dapat dan telah mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor tersebut utamanya
berasal dari lingkuangan luar kebijakan. Berdasarkan kedua perspektif ini, maka
kajian terhadap implementasi kebijakan haruslah memperhatikan faktor eksternal
dari kebijakan yang diimplementasikan (lingkungan non organisasional dan non
birokrasi), maupun faktor internal
39 Ripley, Op. Cit 40 ibid
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Dari model kerangka berpikir diatas dapat dijelaskan bahwa alur penelitan
ini berawal dari input masalah yang di identifikasikan yaitu adanya dugaan bahwa
PT. Indah Kiat Tbk. melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Daerah
Kabupaten Serang No.17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup,
permasalahannya adalah limbah buang cair yang dihasilkan PT. Indah Kiat Tbk
mencemari air yang dikonsumsi oleh warga Desa Tegalmaja.
Indikasi Masalah Pelanggaran PT Indah Kiat terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Serang No.17 Tahun 2007 berupa limbah buangan industri yang mencemari air yang dikonsumsi masyarakat didesa Tegalmaja
Teori yang digunakan untuk menganalisas
Masalah Teori Implementasi Kebijakan yakni Compliance and what’s happpening yang disusun oleh Ripley dan Franklin
Tujuan Penelitian Menemukan informasi yang relevan serta menganalisis fenomena implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian LIngkungan Hidup (Studi kasus Buangan Limbah PT Indah Kiat di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan) yang ditinjau dari aspek Compliance
Kegunaan Penelitian Memberikan informasi kepada Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup berupa pencemaran lingkungan yang disebabkan buangan limbah PT. Indah Kiat yang merugikan masyarakat sekitar.
INPUT PROSES OUTPUT
FEED BACK
Setelah didapatkan identifikasi masalah alur selanjutnya adalah mengalisis
permasalahan dengan teori Implemtasi Kebijakan. Teori yang digunakan peneliti
adalah Teori Compliance and what’s happpening yang disusun oleh Ripley dan
Franklin 41. Dalam teori ini terdapat dua fokus dalam Implementasi Kebijakan
Publik yaitu :
1. Compliance (kepatuhan) adalah menunjuk pada apakah para implementor
patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan.
2. What’s happening adalah berkaitan dengan kondisi yang dihadapi pada
saat suatu program atau kebijakan diimplementasikan.
Dari proses analisis permasalahan dan penelitian dilapangan didapatkan
hasil penelitian yang berupa data-data. Data-data ini berisi tentang informasi yang
relevan dengan identifikasi masalah yang diteliti. Hasil lain yang diharapkan
adalah analisis permasalahan yang terjadi tentang fenomena Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup (Studi kasus Buangan Limbah PT Indah Kiat di Desa
Tegalmaja Kecamatan Kragilan) yang ditinjau dari aspek compliance.
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengenai ketidakpatuhan PT Indah Kiat
terhadap Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007
Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup berupa pencemaran lingkungan yang
disebabkan buangan limbah yang merugikan masyarakat sekitar. Sehingga dalam
41 Ripley, Op. Cit hal 10
perencanaan pembangunan dan pembuatan Peraturan Daerah dapat
mempertimbangkan akibat yang dihasilkan dari ketidakpatuhan.
2.3 Asumsi Dasar
Berdasarkan pada kerangka pemikiran yang telah dipaparkan di atas,
peneliti telah melakukan observasi awal terhadap objek penelitian. Maka peneliti
berasumsi bahwa penelitian tentang Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang No. 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi
Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat di Desa Tegalmaja) adalah PT. Indak Kiat
Tbk. tidak patuh terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun
2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode bersal dari bahasa Yunani, yaitu methodos yang artinya cara atau
jalan. Menurut Koentjaraningrat 42 , Metode adalah cara kerja untuk dapat
memahami objek yang sama menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan sedangkan
Metodologi adalah pengetahun tentangberbagai cara kerja yang disesuaikan
dengan objek studi ilmu-ilmu yang bersangkutan. Jadi metodologi penelitian
adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat
dalam penelitian.43 Metode penelitian oleh Enderud44 didefinisikan sebagai alat
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan
masalah ilmu ataupun praktis. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk mengetahui sejauh mana pelayanan yang telah
dilakukan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dalm
pelaksanaan Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun
2007 Tentang Tentamg Pengendalian Lingkungan Hidup, yang sesuai dengan
rumusan masalah dan tujuan penelitian
42 Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama hal 7-8 43 Edi Usman, Husain dkk..2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi hal 41 44 Britha Mikkelsen 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hal. 313
Metode kualitatif digunakan untuk mengeksplorasi fokus penelitian dari
fenomena sosial yang terjadi. Kualitatif menurut Bagdon dan Taylor45 adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Sedangkan menurut Burgess46,
Metode penelitian kualitatif bukan satu metode khusus melainkan meliputi
berbagai metode yang digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Dalam
penelitian kualitatif, data yang dihasilkan berbentuk kata, kalimat dan gambar
untuk mengeksplorasi bagaimana fenomena sosial yang terjadi.
Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif, karna ada masalah-
masalah yang sifatnya jauh lebih dalam. Yang tidak bisa diungkapkan dengan
metode Diskriptif Kuantitatif, Kuantitatif bersifat general.
3.2 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri.
Menurut Irawan47, dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi instrumen
terpenting adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong48, pencari tahu
alamiah (peneliti) dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya
sebagai alat pengumpul data. Lain halnya dengan pendapat Bogdan & Taylor,
menurutnya :
45 Lexy J. Moleong. 2005. Edisi Revisi: Metodolgi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya hal 3 46 S.Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Penerbit Tarsito hal.17 47 Prasetya Irawan.. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok : Departemen Ilmu Administrasi, FISIP U.hal 17 48Moleong Loc.Cit hal 13
”Sebagai peneliti kualitatif, tugas anda adalah menembus pengertian akal sehat (commonsense understanding) tentang kebenaran dan kenyataan. Apa yang kelihatannya keliru atau tidak konsisten menurut perspektif dan logika anda, mungkin menurut subyek anda tidak demikian. Dan, kendati anda tidak harus sependapat dengan pandangan subyek terhadap dunia ini, anda harus dapat mengetahui, menerima dan menyajikan pandangan mereka itu sebagaimana mestinya”49
Dijelaskan diatas bahwa instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Dalam penelitian ini peneliti diharapkan bisa bersifat netral agar penelitian yang
dihasilkan tidak bersifat subjektif. Sehingga posisi peneliti adalah sangat penting
sebagai instrument penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara merupakan proses untuk memperoleh data, informasi,
keterangan untuk pencapaian tujuan penelitian yang dilakukan melalui
kegiatan komunikasi Verbal. Wawancara dalam penelitian kualitatif
bersifat mendalam (indept interview). Adapun jenis wawancara yang
digunakan adalah wawancara tak terstruktur. Jika dalam wawancara
terstrukur, pewancaraannya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan. Maka wawancara tak terstruktur sangat
berbeda dalam hal waktu bertanya dan memberikan respon, yaitu cara ini
lebih bebas iramanya. Pertanyaan biasanya tidak disusun terlebih dahulu,
tetapi disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari informan,
pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.
49 Arif Furchan & Agus Maimun. 2005. Studi Tokoh: Metode Penelitian Mengenai Tokoh. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal. 33
Adapun kisi-kisi wawancara tak terstruktur pada penelitian ini disusun
bukan berupa daftar pertanyaan, akan tetapi hanya berupa poin-poin pokok
yang akan ditanyakan pada informan dan dikembangkan pada saat
wawancara berlangsung. Hal ini dimaksudkan agar proses wawancara
berlangsung secara alami dan mendalam seperti yang diharapkan dalam
penelitian kualitatif.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Setelah terdapat kisis-kisi pedoman wawancara, dalam penelitian ini
peniliti juga membuat Operasional Variabel. Operasional Variabel ini peneliti
Variabel Dimensi Deskripsi Pertanyaan Informan
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan)
Complience ( kepatuhan)
- Tujuan dikeluarkan perda No.17 Tahun 2007
- aktor yang terlibat dalam Implementasi perda No.17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup.
BPLH
- proses produksi dan pengelolaan limbah.
- pertanggungjawaban pengelolaan limbah
PT. Indah Kiat Tbk.
- Tujuan dikeluarkan perda No.17 Tahun 2007
- keterlibatan dalam pelaksanaan Perda No.17 Tahun 2007 tentang pengendalian lingkungan hidup
LSM dan Masyarakat desa Tegalmaja
pergunakan untuk memperoleh sub idikator yang jelas dari dimensi complience
(kepatuhan). Agar pada saat turun di tempat penelitian, peneliti lebih mudah untuk
mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. Sehingga tidak terkesan
meluas, tetapi fokus pada objek penelitian.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Seperti yang telah disinggung diatas, bahwasanya dalam penelitian ini
variabelnya adalah Implementasi Kebijakan Publik yaitu dimensi complience
(kepatuhan). Dengan demikian dalam penelitian ini yang hendak ditemukan
adalah kepatuhan dari impelementor dalam implementasi kebijakan. Terutama
melihat kepatuhan PT. Indah Kiat Tbk terhadap peraturan yang ada di Kabupaten
Serang.
Varibel Dimensi Aspek Informan
Implementasi Kebijakan
Publik (Ripley)
complience (kepatuhan)
1. Terjaganya kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Serang
2. Kualitas limbah pabrik yang ramah lingkungan
3. Tercapainya tujuan dikeluarkannya peraturan daerah
BPLH
1. Kualitas air disekitar pabrik terjaga kualitasnya
2. Pertanggung jawaban akan limbah yang telah dibuang
PT. Indah Kiat Tbk.
1. Peran serta dalam penyusunan AMDAL
2. Peran serta dalam pengawasan terhadap limbah pabrik
LSM dan Masyarakat
Complience :
Definisi Konsep : adalah menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap
prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan.
Definisi Operasional : Kepatuhan BPLH selaku badan pengawasan lingkungan
hidup, indikatormya adalah :
• Melakukan pengawasan yang lebih agar kualitas lingkugan hidup di
Kabupaten Serang tetap terjaga
• Memperketat aturan mengenai AMDAL, sehingga limbah yang dihasilkan
ramah lingkungan
• Menjadi control agar tujuan dari diterbitkannya peraturan daerah berhasil
Definisi Operasional : Kepatuhan PT. Indah Kiat akan peraturan daerah yang
berlaku, indikatornya adalah :
• Menjaga kualitas buangan air limbah agar tidal mencemari air dikawasan
sekitarnya
• Bentuk pertanggung jawaban PT indah Kiat Tbk akan limbah yang telah di
buang.
Definisi Operasional : Kepatuhan Masyarakat dan LSM sebagai social control
perusahaan, indikatornya adalah :
• Terlibat dalam penyusunan AMDAL yang dilaksanakan oleh perusahaan
• Melakukan pengawasan terhadap limbah yang dihasilkan oleh pabrik
2. Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pengamanan
terhadap kegiatan yang akan dilakukan oleh sumber penelitian di
lapangan. menurut Maleong50 adalah kegiatan untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak
sadar, kebiasaan dan sebagainya. Dalam penelitian ini, teknik
observasi/pengamatan yang digunakan adalah observasi berperanserta
(observation participant).
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian ini memanfaatkan
teknik observasi/pengamatan, seperti yang dikemukakan oleh Guba &
Lincoln 51diantaranya;
Pertama, teknik ini didasarkan pada pengalaman secara langsung.
Kedua, memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat perilaku dan kejadian sebagimana yang terjadi pada
keadaan sebenarnya. Ketiga, memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari
data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-
jangan pada data yang didapatnya ada yang bias. Kelima,
memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang
rumit, karena harus memperhatikan beberapa tingkah laku yang
kompleks sekaligus. Keenam, dalam kasus-kasus tertentu dimana
50 Maleong Loc. Cit hal 126 51 Ibid
teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat
menjadi alat yang sangat bermanfaat.
3. Study dokumentasi yaitu pengumpulan data yang bersumber dari dokumen
resmi yang relevan dengan teori pelayanan. Studi dokumentasi dapat
diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis
yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga yang menjadi obyek penelitian,
baik berupa prosedur, peraturan-peraturan, gambar, laporan hasil
pekerjaan serta berupa foto ataupun dokumen elektronik (rekaman).
Menurut Guba & Lincoln 52 dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun
film, gambar dan foto-foto yang dipersiapkan karena adanya permintaan
seorang penyidik.
3.3 Informan Penelitian
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup, penentuan
informannya menggunakan teknik Purposive Sampling (sampel bertujuan), yaitu
merupakan metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria
tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan.
3.4 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan & Biklen analisis data kualitatif adalah:
”upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
52 Ibid
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain”53.
Dalam penelitian kualitatif, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan selesainya penelitian. Analisis
data dilakukan secara terus-menerus tanpa henti sampai data tersebut bersifat
jenuh. Dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman 54, yaitu selama
proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).
Apabila digambarkan proses tersebut akan nampak seperti berikut ini.
Gambar 3.1
Analisis data menurut Miles & Huberman
Dari gambar 3.1 dapat dilihat bahwa pada prosesnya peneliti akan melakukan
kegiatan berulang-ulang secara terus-menerus. Ketiga hal utama itu tersebut
53 Ibid hal 248 54 Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia Press: Jakarta. Hal. 16
Data Collecting
Data Reduction
Data Display
Verification
merupakan sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah
pengumpulan data. Ketiga kegiatan di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan
sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti berada di
lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan rumit, sehingga
apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti, oleh karena itu proses
analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan. Untuk memperjelas data yang
didapatkan dan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data selanjutnya,
maka dilakukan reduksi data.
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan yang muncul di lapangan 55. Reduksi data
berlangsung selama proses pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini
juga akan berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas dan membuat partisi
(bagian-bagian). Proses transformasi ini berlanjut terus sampai laporan akhir
penelitian tersusun lengkap.
b. Penyajian Data ( Data Dispay)
Langkah penting selanjutnya dalam kegiatan analisis data kualitatif adalah
penyajian data. Secara sederhana penyajian data dapat diartikan sebagai
55 Ibid
sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.56
Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Namun pada peneltian ini, penyajian data yang peneliti lakukan dalam penelitian
ini adalah bentuk teks narasi, hal ini seperti yang dikatakan oleh Miles &
Huberman, ”the most frequent form display data for qualitative research data ini
the past has been narrative text” (yang paling sering digunakan untuk penyajian
data kualitatif pada masa yang lalu adalah bentuk teks naratif)57. Selain itu
penyajian data dalam bentuk bagan dan jejaring juga dilakukan pada penelitian
ini. Penyajian data bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan
merencanakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
c. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan (Verification)
Langkah ketiga dalam tahapan analisis interkatif menurut Miles &
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari permulaan
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti dari hubungan-hubungan, mencatat
keteraturan, pola-pola dan menarik kesimpulan. Asumsi dasar dan kesimpulan
awal yang dikemukakan dimuka masih bersifat sementara, dan akan terus berubah
selama proses pengumpulan data masih terus berlangsung.
Dapat disimpulkan bahwa proses analisis data yang dikemukakan oleh
Miles & Huberman lebih sederhana dan lebih efisien. Yang hanya terdiri dari tiga
tahapan saja.
56 Ibid 57 Ibid
3.5. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Data
Menurut Nasution 58, validitas adalah membuktikan bahwa apa yang
diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam duni
kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai
dengan yang sebenarnya ada atau terjadi
Sedangkan menurut Sugiyono, validitas adalah derajat ketepatan antara
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh
peneliti.59 Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara
data yang dilaporkan oleh peneliti dengan yang sesungguhnya terjadi pada obyek
penelitian.
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal yang
berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai, dan
validitas eksternal yang berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian
dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Sedangkan reliabilitas dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan yang
terdapat pada penelitian kuantitatif. Bila dalam penelitian kuantitatif reliabilitas
berkenaan dengan konsistensi data, dimana bila terdapat peneliti yang melakukan
penelitian pada obyek yang sama, maka akan mendapatkan data yang sama. Maka
dalam penelitian kualitatif tidak demikian, suatu realitas (social situation) bersifat
majemuk dan dinamis, sehingga tidak ada data yang bersifat konsisten dan
berulang seperti semula. 58 Nasution Loc.Cit hal 105 59 SugiyoNo. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&B, Bandung :Alfabeta.Hlm 252
Reliabilitas adalah berkenaan dengan pertanyaan apakah penelitian itu dapat
diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain dan dan menemukan hasil yang sama
bila ia menggunakan metode yang sama. Jadi reliabilitas menunjukkan adanya
konsistensi, yakni memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil sehingga
dapat dipercaya.60
Sedangkan Objektivitas adalah dipertentangkan dengn subjektivitas tiap
penelitian harus memenuhi syarat objektivitas. Dianggap bahwa data yang hanya
didasarkan atas pengalaman atau pengamatan seseorang individu bersifat
subjektif. Data hanya dapat dianggap objektif bila diperoleh berdasarkan
kesamaan hasil pengamatan sejumlah peneliti dan dapat di check kebenarannya
oleh orang lain.61
Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu triangulasi dan membercheck.
a. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan
data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Terdapat
tiga jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi
waktu.62 Namun dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber dan
triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh dari lapangan melalui beberapa sumber. Sedangkan triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan
60 Nasution, . Loc. Cit hal 108 61 Ibid 62 Sugiyono Loc. Cit
teknik yang berbeda. Pengecekan dilakukan dengan mengunakan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
b. Mengadakan Membercheck
Membercheck adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data.63 Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh sumber data. Setelah
membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti
otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck.
Penelitian ini difokuskan mengenai implementasi kebijakan. Untuk dapat
mendeskripsikan hal-hal tersebut di atas, maka peneliti menggunakan metode
penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan menggunakan metode ilmiah berupa wawancara,
studi dokumentasi dan observasi.
63 Ibid
3.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi (locus) dalam penelitian ini yang berjudul “Implementasi Peraturan
Daerah (PERDA) Kabupaten Serang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup” adalah di Desa Tegalmaja Kecamatan Kragilan
Kabupaten Serang Provinsi Banten. Adapun waktu pelaksanaan penyusunan
penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Tahun 2010-2011
Bulan Februari
Maret April Mei Juni Juli Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret April Mei Juni Juli Agustus
September
Oktober
1 Penelitian Awal
2 Penyusunan Proposal
3 Bimbingan
4 Perbaikan Proposal
5 Penyerahan Proposal
6 Ujian proposal
7 Revisi Proposal
8 Penelitian Di lapangan
9 Penyelesaian Penelitian
10. Sidang Skripsi
11. Revisi Skripsi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Profil Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupeten Serang
4.1.1.1 Gambaran Umum Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupeten Serang
Badan Penglolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang. Keberadaan
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dalam melaksanakan
fungsinya mengutamakan pemanfaatan potensi sumber daya yang dimiliki
meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, ilmu pengetahuan dan
teknologi demi peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan hidup, oleh
karenanyadituntut adanya inovasi,kreativitas dan lebih responsive terhadap
kepentingan public. Dengan demikian jarak antara pemerintah dan masyarakat
menjadi semakin dekat yang memungkinkan kinerja pelayanan kepada
masyarakat khususnya di bidang lingkungan hidup menjadi lebih baik.
Badan pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang terletak di Jln.
Brigjen. KH. Syam’un No. 7 serang. Secara umum landasan hukum Badan
pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang didasarkan pada: 64
• Undang-undang No.7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.
64 RenStra Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang Tahun 2011-2015
• Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor Kep-13 / MENLH /
3 / 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
• Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor Kep-51 / MENLH /
10 / 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
• Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup.
4.1.1.2 Visi ,Misi dan Tujuan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kabupeten Serang
Berikut Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan 65
Visi
“ Kabupeten Serang yang ramah lingkungan menuju terwujudnya kualitas
lingkungan hidup yang baik”.
• Ramah Lingkungan adalah segala aktivitas yang selalu menitikberatkan
kepada pengelolaan lingkungan yang lebih baik.
• Kualitas Lingkungan Hidup Yang Baik adalah suatu keadaan dimana daya
dukung dan tamping lingkungan sesuai dengan peruntukannya.
Misi
1. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan kemitraan dengan lembaga lain.
2. Meningkatkan komitmen pelaku usaha terhadap pengelolaan lingkungan.
65 ibid
3. Meningkatkan sarana prasarana pengelolaan lingkungan hidup.
4. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian dampak lingkungan.
5. Meningkatkan konservasi sumber daya alam.
Tujuan
1. meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan
2. meningkatkan ketaatan pelaku usaha dalam pengelolaan lingkungan.
3. Menguatkan ketaatan pelaku usaha dalam pengelolaan lingkungan.
4. Meningkatkan kesiapan pengelolaan lingkungan dalam setiap kegiatan
pembangunan.
5. Meningkatkan kualitas sumber daya alam.
Sasaran:
1. Terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan.
2. Terwujudnya jejaring pengelolaan lingkungan yang terpadu.
3. Makin taatnya pelaku usaha dalam pengelolaan lingkungan.
4. Efektifnya pelaksanaan kegiatan pengawasan dan pengendalian
lingkungan hidup.
5. Terkendalinya kegiatan pembangunan yang berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan.
6. Meningkatkan manajemen pengelolaan.
Strategi dan Kebijakan:
1. Tujuan : a. meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan.
b. meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.
Strategi : membangun kerjasama yang harmonis.
Kebijakan : mengikutsertakan masyarakat dalam proses kegiatan.
2. Tujuan : menguatkan ketaatan pelaku usaha dalam pengelolaan
lingkungan.
Strategi : atur dan awasi menjadi alur diri sendiri.
Kebijakan : mendorong para pelaku usaha untuk mentaati lingkungan.
3. Tujuan : meningkatkan kelancaran pelaksanaan kegiatan pengawasan
dan pengendalian lingkungan hidup.
Strategi : pembagian zonasi pengawasan
Kebijakan : Seluruh kegiatan usaha diawasi
4. Tujuan : Meningkatkan kesiapan pengelolaan lingkungan dalam setiap
kegiatan pembangunan.
Strategi : Pro aktif dalam setiap pelaksanaan kegiatan
Kebijakan : Seluruh kegiatan usaha memiliki dokumen lingkungan dan
perijinan.
5. Tujuan : meningkatkan kualitas sumber daya alam.
Strategi : meningkatkan intensitas koordinasi.
Kebijakan : membangun manajemen pengelolaan sumber daya alam yang
efektif.
4.1.1.3 Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kabupeten Serang
Berikut Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi66
a. Tugas
Badan pengelolaan lingkungan hidup mempunyai tugas melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut diatas, badan
pengelolaan lingkungan hidup kabupaten serang mempunyai fungsi :
• Perumusan kebijaksanaan teknis operasional dan administrative di
bidang lingkungan hidup.
• Penyelenggaraan, pengkoordinasian dan pengedalian kegiatan
operasional dan administratif di bidang lingkungan hidup.
• Penyelenggaraan dan pembinaan aparatur pada badan.
• Pembinaan dan pengendalian tugas unit pelaksana teknis di
lingkungan badan.
66 ibid
• Pengkoordinasian di bidang lingkungan hiup dengan instansi
terkait.
• Penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pertanggungjawaban
(akuntabilitas) kinerja badan.
c. Struktur Organisasi
Susunan Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten
Serang terdiri atas :
1. Kepala Badan
2. Sekretariat, membawahkan :
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian keuangan
c. Sub bagian program dan evaluasi
3. Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan, membawahkan :
a. Sub bidang kajian lingkungan
b. Sub bidang bina lingkungan
4. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan, membawahkan :
a. Sub bidang pengawasan dan pengendalian
b. Sub bidang pemantauan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan
5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam, membawahkan :
a. Sub bidang pengendalian sumber daya alam
b. Sub bidang pemulihan sumber daya alam
6. Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Lingkungan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional
4.1.1.4 Bidang Tugas Organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan
Hidup Kabupeten Serang
Berikut Tugas setiap jabatan di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup :67
1. Kepala Badan
Kepala Badan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, yang mempunyai tugas pokok
memimpin, merumuskan, mengkoordinir sasaran kegitan badan,
melakukan pembinaan dan pengarahan kegitan Badan serta
menyelenggarakan, mengevaluasi dan melaporkan kegiatan Badan agar
terlaksana dengan baik, efektif dan efisien dan sesuai dengen ketentuan
yang berlaku.
Kepala Badan mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis operasional dan administrative di
bidang lingkungan hidup.
b. Penyelenggarakan,pengkoordinasian dan pengendalian kegiatan
operasional dan administratif di bidang lingkungan hidup.
c. Penyelenggaraan dan pembinaan aparatur pada Badan
d. Pembinaan dan pengendalian tugas Unit Pelaksana Teknis di
lingkungan Badan.
67 ibid
e. Pengkoordinasian di bidang lingkungan hidup dengan instansi
terkait.
f. Penyelenggaraan evaluasi, pelaporan dan pertanggung jawaban
(akuntabilitas) kinerja Badan.
2. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris berkedudukan di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan, yang mempunyai
tugas pokok memimpin dan mengkoordinir penyusunan kebijakan
pembinaan kepegawaian, pengaturan pengelolaan ketatausahaan,
keuangan, rumah tangga dan perlengkapan Badan, dan pelaksanaan
laporan akuntabilitas dan evaluasi kinerja badan agar terlaksana dengan
baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sekretaris mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan program, kegiatan dan pengendalian kegiatan
pada Sekretariat.
b. Pengkoordinasian penyusunan program kerja, rencana kegiatan,
dan pelaporan kinerja badan.
c. Penghimpunan rencan kerja Badan.
d. Penyusunan Rencana Strategis Badan.
e. Penyelenggaraan pengelolaan urusan administrasi umum,
kepegawaian dan keuangan Badan.
f. Penyelenggaraan pengelolaan rumah tangga dan perlengkapan
Badan.
g. Pengkoordinasian dan pembinaan tugas-tugas Sub Bagian pada
Sekretariat.
h. Pengkoordinasian dan sinkronisasi tugas, program dan kegiatan
tiap-tiap Bidang pada Badan.
i. Penyusunan laporan pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan
kinerja Badan.
j. Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintah dalam bidang
Lingkungan Hidup.
k. Penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati
bidang Lingkungan Hidup.
l. Penyusunan laporan pengelolaan asset daerah yang menjadi
tanggungjawab badan.
m. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Sekretariat
Sekretariat membawahkan :
2.1 Sub Bidang Program dan Evaluasi
Sub Bagian Program dan Evaluasi mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bagian Program
dan Evaluasi.
b. Penyusunan rencana strategis badan.
c. Pelaksanaan penghimpunan rencana kerja secretariat dan bidang
d. Pelaksanaan pengelolaan bahan referensi kegiatan badan.
e. Pengumpulan dan pengolahan data laporan hasil kegiatan badan.
f. Penyusunan laporan pertanggungjawaban (akubtabilitas) dan
kinerja badan.
g. Penyusunan laporan penyelenggaraan pemerintahan bidang
lingkungan hidup.
h. Penyusunan laporan keterangan pertanggungjawaban Bupati
bidang Lingkungan Hidup.
i. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bagian Program dan
Evaluasi.
2.2 Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum mempunyai fungsi :
a. Penyusunan perencanaan Sub Bagian Umum.
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum dan tata usaha
Badan.
c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi kepegawaian Badan..
d. Pelaksanaan pengelolaan kerumahtanggaan Badan.
e. Penyusunan rencana kebutuhan peralatan dan perlengkapan
Badan.
f. Pengadaan sarana, prasarana, peralatan, dan perlengkapan
Badan.
g. Pelaksanaan pendistribusian barang keperluan Badan.
h. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemanfaatan barang inventaris
Badan.
i. Penyusunan laporan penglolaan asset daerah yang menjadi
tanggungawab Badan.
j. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bagian Umum.
2.3 Sub Bagian Keuangan
a. Penyusunan rancana kegiatan Sub Bagian Keuangan.
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi gaji pegawai Badan.
c. Penyusunan anggaran belanja langsung dan tidak langsung
Badan.
d. Pelaksanaan verifikasi atas surat pertanggungjawaban (SPJ)
Badan.
e. Penyusunan alur kas keuangan Badan.
f. Penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan Badan.
g. Penyusunan laporan pertanggungjawaban keuangan Badan.
h. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Keuangan Badan.
3. Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan
Bidang pencegahan dampak lingkungan dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala Badan, yang mempunyai tugas pokok memimpin dan
merencanakan penyusunan program dan pengendalian kegiatan Bidang
Pencegahan Dampak Lingkungan, mengkoordinir, menyelenggarakan dan
mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang Pencegahan Dampak
Lingkungan, membagi tugas dan mengatur serta member petunjuk
kegiatan Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan kepada bawahan, dan
memberikan laporan kepada pimpinan sehingga kegiatan di Bidang
Pencegahan Dampak Lingkungan berjalan dengan baik, efektif dan efisien,
dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan mempunyai tugas :
a. Penyelenggaraan program, rencana kegiatan dan pengendlian kegiatan
pada Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan.
b. Penyelenggaraan perumusan kebijakanteknis Bidang Pencegahan
Dampak Lingkungan.
c. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Sub Bidang pada
Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan.
d. Penyelenggaraan dan pelayanan Bidang Pencegahan Dampak
Lingkungan.
e. Penyelenggaraan pengendalian dan pengawasan di Bidang
Pencegahan Dampak Lingkungan.
f. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi/pihak terkait di Bidang
Pencegahan Dampak Lingkungan.
g. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Pencegahan Dampak
Lingkungan.
Bidang Pencegahan Dampak Lingkungan, membawahkan :
3.1 Sub Bidang Kajian Lingkungan.
Sub Bidang Kajian Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bidang Kajian
Lingkungan.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Kajian Lingkungan.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data
pada Sub Bidang Kajian Lingkungan.
d. Penyiapan bahan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan di Bidang
Kajian Lingkungan.
e. Pelaksanaan kegiatan di Bidang Kajian Lingkungan.
f. Pelaksanaan pembinaan di Bidang Kajian Lingkungan.
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Kajian
Lingkungan
3.2 Sub Bidang Bina Lingkungan.
Sub Bidang Bina Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bidang Bina
Lingkungan.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Bina Lingkungan.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data
pada Sub Bidang Bina Lingkungan.
d. Penyiapan bahan dan pelaksanaan pelayanan di Bidang Bina
Lingkungan.
e. Pelaksanaan pembinaan di Bidang Bina Lingkungan.
f. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Bina
Lingkungan.
4. Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Badan, yang mempunyai tugas pokok memimpin dan
merencanakan penyusunan program dan pengendalian kegiatan Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan, mengkoordinasikan,
menyelenggarakan dan mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan, membagi tugas dan mengatur serta
member petunjuk kegiatan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan
kepada bawahan, dan memberikan laporan kepada pimpinan sehingga
kegiatan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan berjalan dengan
baik, efektif, dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan program, rencana kegiatan dan pengendalian
kegiatan pada Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Pengendalian
Dampak Lingkungan.
c. Pengkoordinasiaan dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Sub Bidang pada
Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
d. Penyelenggaraan Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan.
e. Pengendalian dan pengawasan di Bidang Pengendalian Dampak
Lingkungan.
f. Penyelenggaraan koordinasi dengan instansi/pihak terkait di Bidang
Pengendalian Dampak Lingkungan.
g. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Bidang Pengendalian Dampak
Lingkungan.
Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan membawahkan :
4.1 Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian
Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bidang
Pengawasan dan Pengendalian.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Pengawasan dan
Pengendalian.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data
pada Sub Bidang Pengawasan dan Pengendalian.
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Pengawasan
dan Pengendalian
4.2 Sub Bidang Pemantauan dan Penanggulangan Pencemaran
Lingkungan.
Sub Bidang Pemantauan dan Penanggulangan Pencemaran
Lingkungan mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusuan rencana kegiatan Sub Bidang
Pemantauan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Pemantauan dan
Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data
pada Sub Bidang Pemantauan dan Penanggulangan Pencemaran
Lingkungan.
d. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Sub Bidang
Pemantauan dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Pemantauan
dan Penanggulangan Pencemaran Lingkungan.
5. Bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Badan, yang mempunyai tugas pokok memimpin dan
merencanakan penyusunan program dan pengendalian kegiatan Bidang
Konservasi Sumber Daya Alam, mengkoordinir, menyelenggarakan dan
mengawasi serta mengevaluasi kegiatan Bidang Konservasi Sumber Daya
Alam, membagi tugas dan mengatut serta memberi petunjuk kegiatan
Bidang Analisis, Penyuluhan dan Pembinaan Lingkungan Hidup kepada
bawahan, dan memberikan laporan kepada pimpinan sehingga kegiatan di
Bidang Analisis, Penyuluhan dan Pembinaan Lingkungan Hidup berjalan
dengan baik, efektif dan efisien dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam mempunyai tugas :
a. Penyelenggaraan program, kegiatan dan pengendalian kegiatan pada
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam.
b. Penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis Bidang Konservasi
Sumber Daya Alam.
c. Pengkoordinasian dan pembinaan kegiatan tiap-tiap Sub Bidang pada
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam.
d. Penyelenggaraan Bidang Konservasi Sumber Daya Alam.
e. Pengendalian dan pengawasan di Bidang Konservasi Sumber Daya
Alam.
f. Penyelenggaran koordinasi dengan instansi/pihak terkait di Bidang
Konservasi Sumber Daya Alam.
g. Penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Bidang Konservasi Sumber
Daya Alam.
Bidang Konservasi Sumber Daya Alam membawahkan :
5.1 Sub Bidang Pengendalian Sumber Daya Alam.
Sub Bidang Pengendalian Sumber Daya Alam mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bidang
Pengendalian Sumber Daya Alam.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Pengendalian Sumber
Daya Alam.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, penganalisaan data di
Sub Bidang Pengendalian Sumber Daya Alam.
d. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Sub Bidang
Pengendalian Sumber Daya Alam.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Pengendalian
Sumber Daya Alam
5.2 Sub Bidang Pemulihan Sumber Daya Alam.
Sub Bidang Pemulihan Sumber Daya Alam mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan Sub Bidang
Pemulihan Sumber Daya Alam.
b. Pelaksanaan kegiatan teknis Sub Bidang Pemulihan Sumber
Daya Alam.
c. Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan,penganalisaan data pada
Sub Bidang Pemulihan Sumber Daya Alam.
d. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan di Sub Bidang
Pemulihan Sumber Daya Alam.
e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan Sub Bidang Pemulihan
Sumber Daya Alam
4.1.2 PT. Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill
4.1.2.1 Profil PT. Indah Kiat Pulp and Paper Serang Mill
PT. IKPP adalah Perusahaan yang melakukan joint venture pada bulan
Desember 1976 dengan Chung Hwa Pulp Corporation dan Yuen Foong Yu Paper
Manufacturing Company Ltd, yaitu perusahaan Pulp dan Paper yang berkantor di
Taiwan. Pada proses perjalannya PT. Indah Kiat mengakuisisi PT. Sinar Dunia
Makmur pada Desember 1991, sebuah pabrik kertas industri yang berlokasi di
Serang dengan kapasitas produksi 900 ton/hari yang merupakan cikal bakal dari
PT.IKPP Serang Mill.68
Saat ini PT. IKPP adalah perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA)
yang terletak di jalan raya Serang Km. 76 Kecamatan Kragilan Serang Banten,
yang berada di wilayah administratif desa Kragilan. PT. IKPP Serang adalah
Industri Pulp dan Paper yang mulai dibangun pada Tahun 1991 dan memulai
produksi perdananya sebagai pabrik kertas industri pada bulan Januari 1993.
Perusahaan yang berada di lahan seluas 450 Hektar ini adalah perusahaan yang
memproduksi kertas-kertas industri seperti : kertas linear medium, kertas folding
box board, corrugated carton boxes, dan paper tube.69
PT IKPP Serang Mill memiliki 5000 karyawan tetap dan 1500 sampai
dengan 2000 karyawan outsourcing yang dikelola oleh Yayasan Lokal yang
bekerja sama dengan Koperasi karyawan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja. Saat ini PT IKPP mengerjakan produksi Kertas Industri dengan 3 shift
kerja atau 24 jam tanpa henti.70
4.1.2.2 Visi dan Misi Perusahaan
PT IKPP adalah perusahaan yang memiliki visi berusaha untuk menjadi
Perusahaan yang terbesar di dunia dan terkuat dalam mengintegrasikan Hutan,
Pulp dan Paper, serta siklus hijau kokoh.
68 www.ikserang.com 69 ibid 70 ibid
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan PT IKPP memiliki beberapa
Misi yang dijalankan oleh perusahaan sebagai berikut :
• Meningkatkan pasar global
• Menggunakan teknologi dalam mengembangkan produk baru dan proses
pengolahan yang efisien
• Mengembangkan kapasitas Sumber Daya Manusia melalui training.
• Merealisasikan keberlanjutan (sustainable) pada semua kegiatan.
Misi inilah yang akan dikerjakan dalam bentuk program dan aktivitas oleh
seluruh bagian yang terdapat di dalam perusahaan mulai dari Board OF Director
(BOD) bahkan sampai karyawan.
Selain Visi dan Misi PT. IKPP Serang Mill memiliki filosofi yang juga
dipegang kuat oleh seluruh Pimpinan dan Karyawan. Filosopi yang pada awalnya
adalah filosopi Pemimpin Perusahaan tetapi saat ini menjadi filosopi yang juga
dipegang oleh seluruh karyawan mulai dari Level Direktur, Manajer bahkan
sampai level Staff. Filosopi ini dipegang bersama antara lain :
• Sumber Daya Manusia sebagai kunci sukses
• Keseimbangan antara kebutuhan lingkungan dengan kebutuhan
perusahaan untuk menghasilkan kegiatan yang berkelanjutan.
• Mengembangkan karyawan sebagai kepedulian untuk memenuhi
kebutuhan konsumen
• Akuntabel baik kepada shareholder maupun masyarakat secara umum
• Menghargai principle yang menjalankan bisnis dengan good governance
dengan tujuan bisnis yang berkelanjutan.71
Filosopi yang telah diterima oleh seluruh pimpinan dan karyawan
PT.IKPP Serang Mill menurunkan nilai-nilai yang harus dipegang secara
bersamaan. Nilai ini akan mejadi pedoman seluruh unit usaha yang ada di PT
IKPP saat menjalankan tugasnya. Keempat nilai tersebut adalah :
1. Mengejar Manajemen yang Berkelanjutan melalui Pertumbuhan dan
Kemajuan merupakan Tujuan Kami.
2. Menyediakan pelayanan yang excellent untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan adalah niat kami.
3. Mengatur dengan terbuka dan bertanggung jawab untuk mendapatkan
kepercayaan masyarakat adalah akuntabilitas kami
4. Bertanggung jawab terhadap pemeliharaan lingkungan adalah tanggung
jawab sosial kami.72
4.1.3 Gambaran Umum Desa Tegalmaja
Desa Tegalmaja adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan
Kragilan Kabupaten Serang. Luas wilayah Desa Tegalmaja adalah 198 ha.
Dengan rincian penggunaan lahan sebagai berikut :73
• Permukiman : 15 Ha • Perkantoran : 0,12 Ha
71 ibid 72 ibid 73 Data desa
• Pertaniaan : 4 Ha • Peternakan : 0,5 Ha
• Fasilitas Sosial : 0,12 Ha • Lain-lain : 155 Ha
Secara Administrasi wilayah Desa Tegalmaja terbagi menjadi 6 kampung,
yang terbagi atas 4 RW dan 12 RT. Adapun batas-batas wilayah nya sebagai
berikut:74
• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kamaruton
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jeruk Tipis
• Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sukamaju
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kragilan
Gambaran Umum Penduduk Desa Tegalmaja
Wilayah Desa Tegalmaja secara administrasi terbagi atas 6 kampung yaitu
1. Kampung Pabrik
2. Kampung Tegalmaja
3. Kampung Penggalih
4. Kampung Bongas
5. Kampung Rangkas Baru
6. Kampung Pinggir Kali
Dengan jumlah penduduk 2965 jiwa terdiri dari 1525 jiwa laki-laki dan
1440 jiwa perempuan.75 Jumlah penduduk di Desa Tegalmaja menurut jenis
kelamin setiap RT(Rukun Tetangga) dapat dilihat pada table berikut :
74 ibid
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Tegalmaja
Per Januari 2011
Nama Wilayah Jumlah KK
Jumlah Penduduk L P Jumlah
RT 001/01 108 246 201 447
RT 002/01 98 185 163 348
RT 003/01 31 69 65 134
RT 004/02 55 92 99 191
RT 005/02 94 136 156 292
RT 006/02 76 133 118 251
RT 007/03 77 161 143 304
RT 008/03 65 116 102 218
RT 009/03 56 93 104 197
RT 010/04 65 108 89 197
RT 011/04 68 81 95 176
RT 012/04 69 105 105 210
Jumlah 862 1525 1440 2965 Sumber : Data Base Desa Tegalmaja 2011
Tingkat pendidikan di Desa Tegalmaja cukup mengkhawatirkan, hal
tersebut berimbas dengan kondisi perekonomian mereka. Hubungan yang erat
antara tingkat pendidikan dengan tinkat perekonomian. Dimana masyarakat yang
tidak lulus SD berjumlah 416 orang, lulusan SD berjumlah 882 orang, lulusan
SLTP berjumlah600 orang, dan lulusan SLTA berjumlah 225, sedangkan lulusan
Perguruan Tinggi hanya berjumlah 13 orang saja.76 Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat di table di bawah ini :
75 ibid 76 ibid
Tabel 4.2 Tingkat Pendidikan Di Desa Tegalmaja
Per Januari 2011
Nama Wilayah
Pendidikan Penduduk TT SD SD SLTP SLTA PT
RT 001/01 79 90 82 62 5
RT 002/01 69 92 73 31 1
RT 003/01 31 27 23 12 0
RT 004/02 35 57 33 16 0
RT 005/02 32 87 65 31 3
RT 006/02 23 64 74 14 0
RT 007/03 42 110 60 11 0
RT 008/03 25 95 43 6 0
RT 009/03 16 61 27 9 0
RT 010/04 21 84 39 4 1
RT 011/04 26 62 31 14 3
RT 012/04 17 53 50 15 0
Jumlah 416 882 600 225 13 Sumber : Data Base Desa Tegalmaja 2011
4.2 Informan Penelitian
Seperti yang sudah dikemukakan di bab 3, bahwa dalam penelitian
mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 17 Tahun
2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi Kasus Limbah Buang PT
Indah Kiat di Desa Tegalmaja) ini, dalam pemilihan informan penelitiannya,
peneliti menggunakan teknik Purposive sampling (sampel bertujuan). Adapun
informan-informan yang peneliti tentukan, merupakan orang-orang yang menurut
peneliti memiliki informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka
(informan) dalam kesehariannya senantiasa berurusan dengan permasalahan yang
sedang peneliti teliti.
Selanjutnya perlu diketahui, adapun informan yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 8 orang, diantaranya adalah:
a. HS. Kustaman.S.T. Beliau adalah yang berkaitan dengan pengawasan
lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah melalui BPLH.
b. Ayi Syamsul Hidayat. Beliau adalah Kepala Sub Bidang Pengawasan
Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten
Serang yang berkaitan langsung dengan pengawasan dampak
lingkungan akibat limbah industri di Kabupaten Serang.
c. Ibu X (nama disamarkan permintaan dari informan) Beliau adalah
pegawai PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk. Pada bagian Divisi
Pengolahan Limbah. Jabatan Beliau adalah Kepala Divisi Pengolahan
Limbah.
d. M. Islah. Beliau adalah Manager Kampanye Air dan Pangan Eksekutif
Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia yang dalam tugas
sehari-hari mengkampanyekan pentingnya menjaga ketahanan air dan
pangan pada tataran nasional, juga beliau menerima laporan atau
pengaduan masyarakat tentang pencemaran limbah dan membantu
mengadvokasinya.
e. Roni. Beliau adalah Sekretaris Desa Tegalmaja yang dalam kegiatan
sehari-hari menjalankan tugas membantu dan memperlancar kinerja
kepala desa.
f. Erlin. Beliau adalah Bidan Desa Tegalmaja yang dalam tugasnya
sehari-hari adalah sebagai dokter desa, banyak warga yang sakit datang
ke beliau untuk berobat.
g. Junaedi. Beliau adalah tokoh masyarakat Kampung Pinggir Kali
sekaligus menjadi ketua RW 04, pekerjaan sehari-hari adalah pengepul
barang rongsokan seperti plastik, besi dan kertas.
h. Kasim. Beliau adalah tokoh masyarakat Kampung Rangkas Baru
sekaligus menjadi ketua RW. 03. Pekerjaan sehari-harinya adalah buruh
pabrik pada salah satu pabrik yang ada di kawasan indutri modernland.
4.3 Deskripsi dan Analisis Data
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten
Serang Nomor 17 Tahun 2001 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi
Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat di Desa Tegalmaja) ini, data yang peneliti
dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti dapatkan
melalui proses wawancara dan observasi berperan serta. Dalam penelitian ini,
kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan
sumber data utama. Sumber data utama dicatat dalam catatan tertulis atau melalui
alat perekam yang peneliti gunakan selama proses wawancara berlangsung.
Selain data berupa kata-kata dan tindakan, dalam penelitian ini juga
peneliti menggunakan data-data dan dokumentasi yang berada di Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang, Wahana Lingkungan Hidup
Indonesia. Dokumentasi tersebut bermacam-macam bentuknya. Adapun
dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan berperanserta
adalah berupa catatan lapangan peneliti.
Selanjutnya, karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka
dalam proses pengumpulan datanya peneliti juga melakukan aktivitas mengalisis
data secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
bahwa dalam prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model
interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles & Huberman , yaitu selama
proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting, diantaranya; reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display) dan verifikasi (verification).77
Selanjutnya untuk menjaga validitas data yang didapatkan selama penelitian
berlangsung, peneliti juga melakukan aktivitas triangulasi sumber serta
membercheck.
4.3.1 Implementasi Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 Tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup
4.3.1.1 Pandangan Masyarakat Desa Tegalmaja terhadap PT.
Indah Kiat Pulp&Paper Tbk.
77 Miles & Huberman, Loc. Cit.
Desa Tegalmaja merupakan salah satu desa yang terkena dampak langsung
dari adanya PT. IKPP baik dampak akibat pendirian pabriknya maupun dampak
dari pembuangan limbahnya. PT. IKPP sendiri didirikan dari mulai Tahun 1991
dan memulai proses produksinya pada Januari Tahun 1993. Sejak saat itu
perubahan yang terjadi dilingkungan Desa Tegalmaja mulai terasa. Yang paling
dirasakan adalah mengenai air seperti yang di ungkapkan oleh Bapak Kasim :
“…efek mungkin banyak ya, terutama air, air disini berasal dari sumur keduk. Sejak adanya Indah Kiat air sumur disini banyak kekurangan terutama pada musim kemarau. Entah itu gara-gara Indah Kiat atau emang faktor cuaca, yang pasti ini terjadi sejak adanya Indah Kiat.”78 Hal yang sama juga diungkapkan oleh, Bapak Junaedi sebagai berikut :
“...pas jaman saya kecil mah dek dulu, namanya mau musim apa namanya air di sumur gak bakal habis kaya sekarang. Kalau sekarang kemarau dikit aja pasti sumur kering, pokoknya sejak ada Indah Kiat sumur jadi kering kalau kemarau sama warnanya rada buteg gitu dek.”79 Dulu hanya pendirian pabrik untuk produksi sekarang bertambah dengan
adannya lagon (penampungan air) dan kawasan pembuangan limbah padat PT.
IKPP. 2 bangunan yang baru tersebut semakin memperparah kondisi di Desa
Tegalmaja. Dahulu masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, sekarang
lahan pertanian mereka telah dijual untuk dijadikan lagon dan tempat pembuangan
limbah padat. Dengan adanya aliran limbah yang melewati Desa Tegalmaja ini
menimbulkan permasalahan terhadap lingkungan tempat tinggal masyarakat
terutama air yang mereka konsumsi tiap harinya. Sumur-sumur masyarakat yang
78 Wawancara dengan Bapak Kasim selaku ketua RW. 03 Kampung Rangkas Baru tanggal 5 Januari 2011 pukul 18.30-19.30 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Rangkas Baru. 79 Wawancara dengan Bapak Junaedi selaku ketua RW. 04 Kampung Pinggir Kali tanggal 5 Januari 2011 pukul 12.00-13.00 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Pinggir Kali
berada berdekatan dengan aliran air limbah PT. IKPP berubah warna dan susah
untuk dikonsumsi. Kondisi air tersebut peneliti temukan sendiri dan di perjelas
dengan pernyataan oleh Bapak Kasim :
“…tuh liat aja air yang disumur bapak, ade timba sendiri. Nanti ade liat airnya rada buteg sama kaya ada olinya gitu. Bisa si dimasak tapi mesti didiemin dulu biar kotorannnya ngendap di bawah. Kalau udah dimasak nanti diminumnya rasanya rada anta gitu. Ya semenjak ada Indak Kiat air disini jadi aneh dek”80
Pernyataan yang hampir sama dinyatakan oleh Bapak Junaedi, yaitu
sebagai berikut :
“…sudah hampir 2 tahun ini saya dan keluarga gak pake air sumur buat minum. Orang airnya aja begitu (buteg dan berminyak) mau dipakai buat minum gak berani saya mending pakai air isi ulang ketauan. Dulu si gak separah sekarang tapi sekarang ade bisa liat sendiri deh. Dulu sebelum ada Indah Kiat gak begini dek, bagus-bagus aja. Nah, pas Indah Kiat mulai buka jadi begini dek.” 81 Asumsi yang berkembang dimasyarakat adalah bahwa dengan adanya PT.
IKPP air yang mereka konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari tercemari dan tidak
dapat dipergunakan dengan semestinya. Sehingga sebagian penduduk memilih
untuk menggunakan air isi ulang untuk keperluan konsumsinya. Dengan adanya
PT. Indah Kiat ini ada beberapa efek tidak langsung yang berdampak pada
kehidupan penduduk, contohnya dengan adanya tempat pembuangan limbah padat
PT. Indah Kiat mendorong masyarakat untuk menjadi pemulung sebagai mata
80 Wawancara dengan Bapak Kasim selaku ketua RW. 03 Kampung Rangkas Baru tanggal 5 Januari 2011 pukul 18.30-19.30 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Rangkas Baru. 81 Wawancara dengan Bapak Junaedi selaku ketua RW. 04 Kampung Pinggir Kali tanggal 5 Januari 2011 pukul 12.00-13.00 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Pinggir Kali
pencaharianya karena mata pencaharian mereka sebelumnya yaitu bertani sudah
tidak bisa dilakukan hal tersebut dikarekan lahan pertanian mereka sudah dijual
kepada PT. Indah Kiat untuk dijadikan lagon dan tempat pembuangan limbah
padat. Berikut adalah data kesehatan masyarakat Desa Tegalmaja yang terkena
efek tidak langsung dari adanya PT. Indah Kiat :
Tabel 4.3 DAFTAR PENYAKIT YANG DIDERITA PENDUDUK DESA TEGALMA JA
PER 1 OKTOBER-29 DESEMBER 2010
Bulan Penyakit
Panas Batuk Gatal-gatal Diare Ispa
Oktober 16 4 3 5 5
November 14 1 1 5 3
Desember 13 5 0 3 1 Sumber : data dari Ibu Erlin (bidan desa Tegalmaja)
Penyakit yang ada dalam daftar diatas adalah akibat tidak langsung dari
adanya PT. Indah Kiat. Penyakit ini memang rata-rata terjadi karna pola hidup
penduduk yang tidak sehat, seperti memulung dan melakukan pengepulan barang
bekas. Tidak jarang rumah tempat tinggal mereka dijadian tempat pengepulan
sementara sebelum diberikan kepada pengepul. Berikut pernyataan Ibu Erlin
selaku bidan desa terkait dengan beberapa penyakit yang menimpa warga Desa
Tegalmaja :
“…penyakit yang ada bukan disebabkan oleh air yang mereka konsumsi. Air sumur yang ada juga masih layak konsumsi dengan catatan air yang akan dikonsumsi diberikan tawas terlebih dahulu, tau tawaskan dek ? kalaupun ada beberapa penyakit yang ada lebih disebabkan dari faktor pola hidup mereka yang kurang sehat dan lingkungan sekitar mereka yang kurang higienis. Gimana mau sehat kalau tiap hari aja hidupnya bareng
sama sampah, belum lagi kalau mereka rebutan limbah padat di ujung desa sana. Ya, susah juga di dek.” 82
Kondisi terakhir yang ada di Desa Tegalmaja adalah salah satu kampung
yaitu Kampung Bongas direlokasi karna kampung tersebut terancam dengan
adanya lagon. Lagon tersebut dibangun mencapai tinggi 3 (tiga) meter memiliki
pondasi tanah, jika lagon jebol yang ditakutkan akan seperti yang terjadi di Situ
Gintung. Lagon-lagon ini dibangun dilingkungan dekat dengan tempat tinggal
penduduk, lagon yang ada di Kampung Bongas jarak dengan rumah penduduk
sekitar 2-3 meter. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup
penduduk yang ada di sekitar lagon. Berikut pernyataan Bapak Roni terkait
pendirian lagon :
“…waktu buat lagon mah gak ada itu obrolan ma warga, gak tau juga deh udah ngobrol kali ma Ibu (Ibu Lurah). Entah itu lagonnya ada AMDALnya apa gak, orang buat, buat aja. Harusnyakan masyarakat di ajak tuker pikiran gimana baenya.”83
4.3.1.2 Implementasi Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007
oleh Badan Pengelolaan Lingkungan HIdup
Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 17 Tahun 2007
Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup telah dilaksanakan di wilayah
Kabupaten Serang sejak tanggal disahkannya oleh Bupati Kabupaten Serang,
yaitu pada tanggal 14 Desember 2007 dan diundangkan di Kabupaten Serang pada
tanggal 28 Desember 2007. Cakupan wilayah pengimplementasiannya meliputi
82 Wawancara dengan Ibu Erlin selaku Bidan Desa Tegalmaja tanggal 18 Juni 2011 pukul 16.30-18.00 Wib. Wawancara dilakukan dikediamanya di Desa Tegalmaja 83 Wawancara dengan Bapak Roni selaku sekretaris Desa Tegalmaja tanggal 4 januari 2011 Pukul. 10.30-1130 Wib. Wawancara dilakukan di rumah beliau di Kampung Pinggir Kali
Kecamatan Kramatwatu, Kecamatan Waringinkurung, Kecamatan Bojonegara,
Kecamatan Pulo Ampel, Kecamatan Ciruas, Kecamatan Kragilan, Kecamatan
Pontang, Kecamatan Tirtayasa, Kecamatan Tanara, Kecamatan Cikande,
Kecamatan Kibin, Kecamatan Carenang, Kecamatan Binuang, Kecamatan Petir,
Kecamatan Tunjung Teja, Kecamatan Baros, Kecamatan Cikeusal, Kecamatan
Pamarayan, Kecamatan Kopo, Kecamatan Jawilan, Kecamatan Ciomas,
Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Padarincang, Kecamatan Anyar, Kecamatan
Cinangka, Kecamatan Mancak, Kecamatan Gunungsari, Kecamatan Bandung
Bentuk kegiatan pengimplementasiannya adalah dengan melakukan
sosialisai secara langsung pada masyarakat dan pengusaha, serta pemberian
pembinaan kepada perusahaan yang belum memiliki kelengkapan dokumen
lingkungan yang meliputi : analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL),
upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan (UKL/UPL)
dan surat pernyataan pengelolaan lingkungan (SPPL). Hal ini diperkuat oleh
pernyataan Bapak Ayi Syamsul Hidayat selaku Kepala Sub Bidang Pengawasan
Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang,
beliau berkata:
"…secara langsung kita melakukan pertemuan-pertemuan para pealu usaha, dan kita terus melakukan pembinaan kepada perusahaan atu industri yang masih belum memiliki dokumen lingkungan. Alhamdulillah, sampai
saat ini sudah ada sekitar 60% perusahan dan industri yang ada di Kabupaten Serang telah memiliki dokumen lingkungan." 84
Kegiatan yang dilaksanakan selama Implementasi Peraturan Daerah ini
meliputi :
• Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi Peraturan Daerah.
• Melaksanakan Program Pencegahan Dampak Lingkungan
• Melaksanakan Program Pengawasan dan Pengendalian Dampak
Lingkungan
• Melaksanakan Program Pemantauan dan Pemulihan Kualitas Lingkungan.
Tujuan dikeluarkannya peraturan daerah ini adalah untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan lingkungan hidup di Kabupeten Serang. Lebih
jelasnya seperti yang diutarakan oleh Bapak Ayi :
“…kalau perda 17 mah lebih pada pengendalian pencemaran limbah yang ada di Kabupaten Serang. Pengendaliannya berupa apa, jadi gini dari mulai perencanaan usaha, pelaksanaan usaha dan pengawasan usaha. Jadi dari proses awal sampai akhir itu dikendalikan dan aturannya ada di perda ini”. 85 Dalam Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 ini Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kabupeten Serang berperan sebagai implementator dan
pengawas para perusahaan, agar pelaku usaha memiliki dokumen lingkungan
84 Wawancara dengan Bapak Ayi Syamsul Hidayat selaku Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang 15 Juni 2011 pukul 09.30 – 11.00 Wib 85 Wawancara dengan Bapak Ayi Syamsul Hidayat selaku Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang 15 Juni 2011 pukul 09.30 – 11.00 Wi
hidup yang berarti sanggup untuk melakukan pengelolaan terhadap limbah yang
dihasilkan. BPLH mempunyai fungsi sebagai berikut :86
a) Perencanaan dan perumusan kebijakan teknis dibidang lingkungan
hidup.
b) Pelaksanaan pembinaan teknis dan pembinaan lingkungan hidup,
pertambangan.
c) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian bidang lingkungan hidup.
d) Pemberian perijinan dan pelayanan umum bidang lingkungan hidup.
e) Pelaksanaan pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis BPLH
f) Pelaksanaan pelayanan teknis administrasi ketatausahaan badan.
Untuk mengetahui kejelasan tentang tugas dan fungsi BPLH, peneliti coba
menanyakan kepada Bapak Kustaman, beliau mengatakan :
“…peran BPLH dalam perda ini adalah kami melakukan pengawasan dan pembinaan kepada industri-industri yang nakal..”87
Selain melakukan pembinaan dan pengawasan BPLH juga melakukan
sidak langsung kelapangan dengan mengambil sampel limbah, hal ini bertujuan
untuk melakukan penjagaan kualitas limbah agar tidak mencari lingkungan.
Sebagaimana yang di utarakan oleh Bapak Ayi :
“.. kita sering tiba-tiba kelapangan dek, langsung ambil sample limbah. Apakah limbahnya melewati baku mutu atau gak. Ini bentuk komitmen kami kepada masyarakat.”88
86 Wawancara dengan Bapak Kustaman selaku Kepala Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kanupaten Serang tanggal 15 Maret 2011, pukul 09.30-11.00 Wib. Wawancara dilakukuan di dalam ruang Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan BPLH Kabupaten Serang. 87 Wawancara dengan Bapak Kustaman selaku Kepala Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kanupaten Serang tanggal 15 Maret 2011, pukul 09.30-11.00 Wib. Wawancara dilakukuan di dalam ruang Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan BPLH Kabupaten Serang
Pembinaan ini bertujuan untuk memberikan kesadaran kepada pelaku
industri tentang pentingnya melakukan pengolahan limbah yang dihasilkan agar
tidak merusak lingkungan disekitarnya. Pembinaan ini dilakukan secara intensif
kepada industry-industri yang belum memiliki kepatuhan terhadap aturan
lingkungan hidup yang berlaku. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ayi :89
“…usaha pembinaan ini kita lakukan secara terus-menerus kepada pelaku industi yang belum patuh, sampai mereka mentaati aturan yang ada”.
Dalam usaha pembinaan ini tidak serta merta hasilnya pelaku industri ini
menjadi patuh. Ada yang memang memiliki perkembangan yang cepat, dan ada
pula yang lambat. Hal tersebut sangat disadari oleh Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, sehingga Badan terus bekerja keras untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Ayi :90
“…dalam proses pembinaan ini ada industri yang perkembanganya bagus, ada yang cuma biasa aja, ada juga yang cuma pelan-pelan. Yang terpenting adalah keinginan mereka untuk berubah. Toh proses pembinaan tidak serta merta menjadikan semuanya baik, ada proses yang harus dilalui”.
BPLH mempunyai visi mewujudkan pengelolaan lingkungan hidup
menuju terciptanya daya dukung lingkungan yang berkelanjutan. Di dalam visi
tersebut terkandung misi sebagai berikut: 91
88 Wawancara dengan Bapak Ayi Syamsul Hidayat. Beliau adalah Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan tanggal 23 Februari 2011 pukul 08.30-09.30 Wib, percakapan dilakukan di Ruang Bidang Pengawasan dan Pengendalian BPLH Kabupaten Serang 89 Op.Cit Bapak Ayi tanggal 15 Juni 2011 90 ibid 91 Op.Cit Bapak Ayi tanggal 23 Februari 2011
� Menyiapkan pedoman dan petunjuk teknis mengenai pencegahan,
penanggulangan dan pemulihan kualitas lingkungan.
� Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap segala
aktivitas yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan.
� Melaksanakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi-instansi
pemerintah, lembaga ilmiah, swasta, masyarakat termasuk lembaga
swadaya masyarakat.
� Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kapasitas lembaga
SDM aparat pengelola lingkugan hidup.
� Meningkatkan penelitian dan pengujian mutu.
� Melaksanakan penegakan hukum secara tegas dan konsisten
terhadap setiap pelanggaran yang dilakukan setiap pelaku usaha.
� Meningkatkan pemulihan kualitas lingkungan secara berkelanjutan
sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat.
Dalam melaksanakan Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Serang
No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup oleh Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang terdapat beberapa kendala
teknis. Kendala Utamanya adalah Fasilitas dan Anggaran, dimana Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang hanya memiliki 1 (satu) unit
kendaraan operasional berupa mobil dinas. Dimana dengan hanya 1 unit
kendaraan operasional dirasakan sangat kurang untuk menunjang kinerja Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang khususnya Sub Bidang
Pengawasan Dampak Lingkungan. Yang mempunyai tugas untuk :
1. Melakukan cross chek ke lapangan, melihat kelayakan limbah buang
yang dihasilkan oleh proses produksi industri se-Kabupaten Serang.
2. Melakukan pembinaan terhadap industri-industri yang belum memiliki
dokumen lingkungan dan fasilitas pengolahan limbah.
3. Melakukan Pengawan kepada perusahaan-perusahaan yang dianggap
“nakal”.
Satu unit kendaraan operasional yang dimiliki oleh Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dirasakan belum cukup untuk menunjang
kinerja dari Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan yang harus mengawasi
400 industri yang ada di kawasan Kabupaten Serang, seperti yang diungkapkan
oleh Pak Ayi, sebagai berikut :
“..mobil dinas yang dimiliki oleh badan hanya 1 unit, itupun bukan kendaraan operasional khusus Bidang Pengawasan. Mobil tersebut digunakan untuk kperluan semua bidang yang ada di Badan. Sehingga sering mobil pribadi juga digunakan untuk keperluan ke lapangan. Ya ade.. bayangkan saja, kalau Bidang Pengawasan ini harus mengawasi 400 perusahaan yang ada di wilayah Kabupaten Serang, sehingga diambil kebijakan kami hanya mengawasi 200 industri yang dianggap vital”92
Kendala yang lain berupa anggaran, anggaran yang ada belum cukup
untuk membeli peralatan uji emisi dan laboratorium limbah mobile. Anggaran
yang ada lebih dimanfaatkan untuk keperluan teknis, seperti sidak kelapangan,
keperluan rumah tangga Badan. Sehingga alokasi anggaran untuk membeli
92 Op.Cit Bapak Ayi tanggal 15 Juni 2011
peralatan uji emisi yang modern belum tercukupi. Seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Ayi :
“…anggaran yang ada belum cukup untuk membeli peralatan uji emisi yang baru dan laboratorium mobile. Harga perlatan uji emisi yang baru itu berkisar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) sedangkan anggaran operasional sendiri berkisat diangka Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). Kalau Bidang memilik untuk membeli alat, bisa gak berjalan kerja Bidang karna gak ada dana operasionalnya. Kami sedang mengajukan pengadaan untuk fasilitas ini, kalau disuruh memilih antara SDM dulu atau alat ini dulu, saya lebih memilih alat ini ada dulu. SDM yang ada sekarang saya rasa sudah cukup, walaupun masih terlihat keteter”93.
4.3.1.3 Impementasi Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007
pada masyarakat Desa Tegalmaja
Dalam penelitian mengenai Implementasi Peraturan Daerah No. 17 Tahun
2007 ini masyarakat diposisikan sebagai salah satu pengawas jalan nya peraturan.
Dimana peran indepedensi masyarkat sangat diperlukan agar peraturan daerah ini
dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pengetahuan masyarakat akan perda ini pun
akan mempengaruhi, bagaimana berjalannya. Bagaimana mau mengawasi jika
perdanya saja tidak mengetahui, hal tersebut yang banyak peneliti temukan di
masyarakat, berikut beberapa pernyataan masyarakat yang berhasil peneliti
kumpulkan :
Bapak Roni Selaku Sekretaris Desa Tegalmaja, berkata :
“…wah saya gak tau masalah peraturan ini, yang saya tahu cuman peraturan tentang air bersih.”94
93 ibid 94 Wawancara dengan Bapak Roni selaku sekretaris Desa Tegalmaja tanggal 4 januari 2011 Pukul. 10.30-1130 Wib. Wawancara dilakukan di rumah beliau di Kampung Pinggir Kali.
Bapak Junaedi selaku Tokoh mayarakat kampung Pinggir Kali sekaligus ketua
RW 04 mengatakan :
“.. wah dek… kalo masalah aturan mah. Tanya aja ke Bapak(sekdes) atau Ibu(Lurah), saya mah Cuma bisa ngatur warga aja. Yang begituan kurang paham.”95
Bapak Kasim sekalu Tokoh masyarakat kampung Rangkas Baru sekaligus ketua
RW. 03, berkata :
“…gak tau saya mah dek. Yang saya tau cuman Pancasila sama UUD 1945 itu aja. Kalau aturan-aturan yang lain saya gak tau.”96
Dengan adanya beberapa pernyataan tersebut diatas, peneliti mencoba
untuk mengklarifikasi hal masalah tersebut. Yang berkaitan dengan sosialisasi
Perda ke masyarakat, peneliti mencoba menanyakan langsung kepada Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang selaku pelaksana. Berikut apa
yang diutarakan Bapak Ayi menanggapi permasalahan tersebut :
“…kami memang telah mengadakan sosialisasi, tapi dek. Coba lihat perdanya, kami mengacu pada perda. Bahwa sasaran utama dalam sosialisasi perda ini adalah pelaku usaha yang limbahnya berdampak mencemati lingkunga. Makanya jelas jika sebagian besar masyarkat tidak tau akan adanya perda ini.”97
Dalam proses produksinya industri pulp and paper membutuhkan air
dalam jumlah yang sangat besar. Hal ini dapat mengancam kelestarian habitat di
sekitarnya karena mengurangi tingkat ketersediaan air bagi kehidupan hewan air
95 Wawancara dengan Bapak Junaedi selaku ketua RW. 04 Kampung Pinggir Kali tanggal 5 Januari 2011 pukul 12.00-13.00 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Pinggir Kali 96 Wawancara dengan Bapak Kasim selaku ketua RW. 03 Kampung Rangkas Baru tanggal 5 Januari 2011 pukul 18.30-19.30 Wib. Wawancara dilakukan di Kediaman beliau di Kampung Rangkas Baru. 97 Op. Cit Bapak Ayi tanggal 23 Februari 2011
dan merubah suhu air. Pulp dibuat secara mekanis maupun kimia dengan
memisahkan serat kayu atau selulosa dari bahan lain. Dalam proses kraft pulping,
larutan campuran antara sodium hidroksida dan sodium sulfida digunakan untuk
melarutkan bahan tidak berserat. Pulp kemudian diputihkan untuk menghasilkan
kertas yang putih. Beberapa zat kimia digunakan dalam proses pemutihan
(bleaching) antara lain gas klorin, sodium hidroksida, kalsium hipoklorit, klorin
dioksida, hidrogen peroksida dan sodium peroksida. Setelah penambahan filter
dan pewarna, bubur kertas dibuat menjadi kertas. Beberapa jenis pelapis juga
digunakan dalam tahap penyelesaian.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan industri kertas antara lain : 98
a. Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya
b. Memasukkan zat kimia karsinogen dan zat pengganggu aktivitas hormon ke
dalam lingkungan
c. Menghabiskan jutaan liter air tawar
d. Menimbulkan risiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya
dari limbah industri yang mencemari lingkungan.
Zat pencemar dari proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari
lingkungan dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :99
1. Efluen limbah cair
98 Wawancara dengan Bang Islah selaku Manager Kampanye Ai r dan Pangan Eksekutif Nasional Walhi tanggal 24 Maret 2011 pukul 14.00-16.00 WIB. Wawancara dilakukan di sekretariat Walhi Nasional. 99 ibid
� Padatan tersuspensi yang terdiri dari partikel kayu, serat, pigmen,
debu dan sejenisnya
� Senyawa organik koloid terlarut serat hemisellulosa, gula, lignin,
alkohol, terpentin, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis
yang menghasilkan BOD tinggi.
� Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna
kertas
� Bahan anorganik terlarut seperti NaOH, Na2SO4, klorin dan lain-
lain
� Limbah panas
� Mikroorganisme seperti golongan bakteri coliform
2.Partikulat:
� Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain
� Partikulat zat kimia terutama yang mengandung Na dan Ca
3.Gas:
� Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang
dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan
proses pemulihan bahan kimia
� Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery
furnace dan lime Kiln
� Uap yang akan membahayakan karena mengganggu jarak
pandangan
4.Solid Wastes:
� Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder
� Limbah padat seperti potongan kayu dan limbah pabrik lainnya
Diatas dijelaskan secara gamblang oleh Bang Islah apa yang akan terjadi
karna pencemaran limbah produksi pulp dan kertas dan zar-zat yang terindikasi
akan mencemari lingkungan yang ada. Maka dari itu peran masyarkat dan LSM
dalam rangka pengawasan pembuangan limbah industri. Masyarakat dan LSM
diposisikan sebagai pihak ketiga yang menjadi pengawas independen. Berikut
beberapa pernyataan Bang Islah tentang pengawasan yang dilakukan oleh
WALHI yang dilakukan di Banten :
“…Walhi Banten secara definitif belum ada, maka pengawasan yang dilakukan bila ada pelaporan tentang suatu permasalahan, contohnya : laporan masyarakat Glinseng, laporan masyarakat tentang PT. IKPP yang membuat wagon-wagon yang menyebabkan kekhawatiran warga akan terjadi bencana seperti di Situ Gintung, Laporan pemakaian air permukaan sungai Ciujung yang dilakukan oleh PT. IKPP, sehingga menyebabkan debit air sungai berkurang yang menyebabkan permasalahan bagi petani dan petambak di daerah Pontang dan Tirtayasa, Limbah buang perusahaan yang di buang ke sungai Ciujung dilaporkan menyebabkam tercemarinya air.”100
4.3.2 Kepatuhan PT. Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
Pada Perda No. 17 Tahun 2007 tentang Pengemdalian Dampak
Lingkungan, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. menjadi salah satu perusahaan
yang harus mematuhi perda ini. Pada rumusan masalah di Bab I dikemukan :
“Bagaimanakah kepatuhan PT Indah Kiat terhadap Implementasi Peraturan
Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Dampak
100 ibid
Lingkungan terkait buangan limbah di Desa Tegalmaja, Kabupaten Serang” , yang
diduga buangan limbah dan adanya lagon(penampungan air) ini telah mencemari
sumur- sumur masyarakat yang mendiami di sekitar pabrik.
Gambar 4. 1 Penampakan Lagon dan Saluran pembuangan limbah
Untuk mengklarifikasi hal tersebut peneliti mencoba untuk melakukan
wawancara kepada Ibu X yang merupakan salah satu staf pengolahan limbah PT.
Indah Kiat Pulp & Paper. Beliau berkata :
“…jika terbukti benar bahwa kami(indah kiat) mencemari sumur masyarakat kami siap bertanggung jawab. Adek bisa liat lihat sendiri laporan periodik kami di BPLH dan adek juga bisa menyimpulkan sendiri. Kami gak mungkin bisa dapet Proper Biru dari kementrian LH kalo limbah kami mencemari dan membahayakan masyarakat sekitar.”101
Hal yang hampir sama juga dikatakan oleh Bapak Ayi, bahwa :
“…Indah Kiat diawasi langung oleh kementrian LH, dengan adanya Proper. Masyarakat kurang tau hal itu. Pengolahan limbah PT. Indah Kiat
101 Wawancara dengan Ibu X salah satu staf PT. Indah Kiat Pulp&Paper tanggal 15 April 2011 pukul 10.00-10.30 Wib, percakapan ini dilakukan melalui telepon difasilitasi oleh BPLH. Dilakukan di ruang Bidang Pengendalian dan Pengawasan BPLH. Karna ada beberapa alasan sehingga peniliti tidak dapat melakukan wawancara secara langsung.
memakai system dan mesin yang canggih. Ya, ketika ada baku mutu melebihi batas, itu mungkin keteledoran operator.” 102
Penegasan seperti yang dikatakan oleh Ibu X bahwa jika limbah PT. IKPP
mencemari sumur masyarakat yang ada disekitar pabrik pihak perusahaan siap
untuk bertanggungjawab. Tanggungjawab yang dilakukan sekarang adalah dengan
memaksimalkan proses pengelolaan limbah yang maksimal. Pengelolaan dari
limbah hasil proses produksi PT. IKPP dilakukan dengan mesin yang canggih dan
peralatan yang modern seperti yang dikemukan oleh Bapak Ayi juga.
Pengelolaan limbah PT. IKPP juga diawasi langsung oleh Kementrian
Lingkungan Hidup dengan program PROPER sehingga diharapkan pengelolaan
limbah dapat maksimal, hasilnyapun bagus PT. IKPP mendapat PROPER Biru
dari Kementrian LH yang artinya limbah yang dihasilkan oleh PT. IKPP aman
bagi lingkungan.
Dalam penelitian ini dilapangan peneliti menemukan fakta baru, bahwa
sumur-sumur yang tercemar dan beberapa penyakit yang diderita masyarakat
Desa Tegalmaja pada Bab I adalah karna pola kehidupan masyarakat sendiri. Pola
hidup masyarakat yang masih belum sehat seperti melakukan kegiatan membuang
air besar di halaman, kandang itik yang berdekatan dengan sumur yang digunakan
untuk konsumsi dan banyak dari penduduk desa Tegalmaja matapencahariannya
adalah pemulung. Pemulung dan pengepul barang bekas ini yang menyebabkan
terjangkitnya berbagai penyakit dan pencemaran terhadap sumur-sumur yang
102 Wawancara dengan Bapak Ayi Syamsul Hidayat. Beliau adalah Kepala Sub Bidang Pengawasan Dampak Lingkungan Badan Pengelolaan Lingkungan tanggal 23 Februari 2011 pukul 08.30-09.30 Wib, percakapan dilakukan di Ruang Bidang Pengawasan dan Pengendalian BPLH Kabupaten Serang
berdekatan dengan tempat pengepulan barang bekas. Seperti yang ditegaskan oleh
Bidan Erlin sebagai berikut:103
“…penyakit yang diderita warga kebanyakan memang dari limbah, tapi bukan limbak PT.IKPP melainkan dari limbah atau rongsokan yang mereka kumpulka di rumah. Ya, mata pencaharian masyarakat disikan pengepul dan pemulung barang de. Jadi wajar saja kalo mereka kurang mementingkan pola hidup sehat. “
Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh Pak Kustaman:104
“…dari awal tahun 90an memang Indah Kiat dan masyarakat selalu ada masalah. Tapi tudungan tentang limbah Indah Kiat mencemari lingkungan tidak terbukti sampai sekarang, permasalahan yang ada di Tegalmaja memang disebabkan oleh pola hidup masyarakatnya. Ya tadi itu, masi ada yang dolbonlah (buang air besar di pekarangan atau di kebun), naruh kandang bebek deket sumur, naruh hasil memulung di rumahlah, itukan semua ada zat-zat yang bisa mencemari air. Masyarakat kurang memahami hal tersebut, makanya BPLH dan Dinas Kesehatan pernah mengambil sample disana, yaitu tadi hasilnya memang semuanya berasal dari pola hidup masyarakatnya, bukan berasal dari limbah Indah Kiat. Tapi yang ada hasilnya BPLH dan DinKes di bilang disuap sama Indah Kiat,.”
Proses pembuatan kertas umumnya dibagi dalam beberapa tahapan yang
akan dijelaskan berikut ini : 105
a. Pemilihan Jenis Kayu
Jenis kayu yang banyak digunakan dalam pembuatan kertas adalah:
• Kayu lunak (softwood), adalah kayu dari tumbuhan konifer
contohnya pohon pinus.
• Kayu keras (hard wood), adalah kayu dari tumbuhan yang
menggugurkan daunnya setiap tahun.
103 Wawancara dengan Bidan Erlin selaku Bidan Desa Tegalmaja tanggal 18 Juni 2011 pukul 16.30-18.00 Wib. Wawancara dilakukan dikediamanya di Desa Tegalmaja. 104 Op. Cit Bapak Kustaman 15 Maret 2011 105 Op. Cit Ibu X
Kayu lunak yang memiliki panjang dan kekasaran lebih besar digunakan
untuk memberi kekuatan pada kertas. Kayu keras lebih halus dan kompak
sehingga menghasilkan permukaan kertas yang halus. Kayu keras juga lebih
mudah diputihkan hingga warnanya lebih terang karena memiliki lebih sedikit
lignin. Kertas umumnya tersusun atas campuran kayu keras dan kayu lunak untuk
mencapai kekuatan dan permukaan cetak yang diinginkan pembeli.
Kayu sebagai bahan dasar dalam industri kertas mengandung beberapa komponen
antara lain :
• Selulosa, tersusun atas molekul glukosa rantai lurus dan panjang
yang merupakan komponen yang paling disukai dalam pembuatan
kertas karena panjang, kuat.
• Hemiselulosa, tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.
Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya
dihilangkan dalam proses pulping.
• Lignin, adalah jaringan polimer fenolik tiga dimensi yang
berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku.
Pulping kimia dan proses pemutihan akan menghilangkan lignin
tanpa mengurangi serat selusosa secara signifikan
• Ekstraktif, meliputi hormon tumbuhan, resin, asam lemak dan
unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan perairan
dan mencapai jumlah toksik akut dalam efluen indsutri kertas.
b. Persiapan Kayu :
Bahan baku yang mengandung selulosa seperti kayu, bambu, serat kapas,
bagas dan lain-lain dipotong menjadi serpihan kecil. Kulit kayu dikelupas secara
mekanis atau hidraulis sebelum dicacah menjadi serpihan kayu, kemudian dicuci
dan disaring untuk menghilangkan debu yang melekat. Efluen dari proses
persiapan kayu berasal dari air bilasan kayu yang mengandung partikel halus
batang kayu dan padatan terlarut. Proses ini juga menghasilkan limbah padat
berupa potongan kayu tidak layak pakai dan kulit kayu yang dapat digunakan
sebagai kayu bakar.
c. Pembuburan Kayu (Pulping)
Dalam proses pulping secara kimiawi ditambahkan panas dan zat kimia
pada serpihan kayu yang dimasukkan ke dalam tabung bertekanan yang disebut
digester. Pembuatan pulp dengan proses kraft menggunakan larutan putih (white
liquor), yaitu larutan campuran sodium hidroksida dan sodium sulfida yang secara
selektif akan melarutkan lignin dan membuatnya lebih larut dalam cairan
pengolah.
Setelah 2-4 jam, campuran antara pulp, sisa zat kimia dan limbah kayu
dikeluarkan dari digester. Pulp kemudian dicuci untuk memisahkannya dari cairan
hitam (sisa zat kimia dan limbah). Larutan yang mengandung serat kayu terlarut
kemudian masuk ke digester dan dipanaskan. Larutan hasil pemanasan yang
berwarna hitam (black liquor) dipisahkan dari pulp (brownstock) setelah proses
pemanasan. Dalam batch digester, pulp (brownstock) diambil dari dasar digester
tabung untuk dilanjutkan dengan pencucian. Pada digester bersinambungan,
pencucian dilakukan di dalam digester untuk menghilangkan larutan lain dan
mendinginkan pulp. Kraft pulping adalah proses dengan hasil rendah yaitu hanya
45% dari kayu akan menjadi pulp yang dapat digunakan. Pulp atau disebut
brownstock pada tahap ini siap untuk diputihkan.
d. Pencucian (Washing)
Pencucian pulp secara efisien sangat penting dilakukan untuk memastikan
kebutuhan maksimal zat kimia dalam proses pulping dan mengurangi jumlah
limbah organik yang terbawa oleh pulp dalam proses pemutihan. Pulp yang
kurang tercuci membutuhkan dosis zat pemutih yang lebih besar.
Pencucian pulp dilakukan mengikuti masing-masing proses untuk menghilangkan
materi yang tidak diinginkan dalam pulp. Hasil samping berupa black liquor,
debu, lignin, dan pemutih dihilangkan setelah tiap tahapan proses selesai.
Efisiensi pencucian diukur berdasarkan tingkat kebersihan bubur kertas dan
jumlah air yang digunakan untuk mencapai tingkat kebersihan tersebut.
e. Refining
Pulp melewati slot dalam piringan yang berputar untuk memisahkan
gumpalan selulosa menjadi serat dan mempersiapkan pulp untuk proses
pembuatan kertas. Serat dipotong dengan panjang yang seragam dan diperlakukan
untuk memperbaiki ikatan dan kekuatan produk akhir kertas.
f. Oksigen Delignification
Penghilangan lignin (delignifikasi) menggunakan oksigen diperlukan
untuk menghilangkan sisa lignin dari brownstock yang merupakan tahap
prebleaching. Dengan mengurangi lignin akan dihasilkan bubur kayu yang lebih
putih. Oksigen dan larutan putih ditambahkan ke dalam brownstock dalam reaktor
pemanas. Senyawa lignin akan lepas dan dihilangkan dengan pencucian dan
ekstraksi. Oksigen delignification akan mengurangi jumlah klorin yang
dibutuhkan dalam proses pemutihan (bleaching).
a. Bleaching
Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan menghilangkan lignin
tanpa merusak selulosa. Dalam industri kertas terdapat beberapa tahap dalam
proses pemutihan. Masing-masing tahapan dijabarkan di bawah ini.
C : tahap klorinasi, menggunakan Cl2 dalam media asam
E : Extraksi Alkali, untuk melarutkan hasil degradasi lignin yang terbentuk pada
tahap sebelumnya dengan larutan NaOH.
D : Klorin dioksida, mereaksikan ClO2 dengan pulp pada kondisi asam
O : Oksigen, digunakan pada tekanan tinggi dan suasana basa
H : Hipoklorit, mereaksikan NaClO dalam media basa
P : Peroksida, reaksi dengan hidrogen peroksida (H2O2) dalam kondisi basa
Z : Ozon, menggunakan ozon (O3) dalam kondisi asam
X : Xylanase, Biobleaching dengan enzim murni mikroba dalam kondisi netral
Proses bleaching biasanya melibatkan 4-6 tahap. Di beberapa industri, tahap Q
(Q-stage) juga digunakan yang merupakan tahap chelation untuk menghilangkan
zat anorganik sebelum pengolahan dengan peroksida.
b. Paper Making
Pulp yang sudah diputihkan kemudian dibawa ke mesin pembuat kertas
dimana akan dibentuk lembaran pulp pada screen. Air dihilangkan dari lembaran
dengan kombinasi vakum, panas, dan tekanan yang diberikan di bagian
penggulung (roller). Kertas jadi dapat dibuat dengan berbagai jenis berat dan
digulung menjadi gulungan besar untuk diproses lebih lanjut. Kertas jadi
terkadang juga dilapisi dengan kaolin untuk memutihkan permukaan atau diberi
pengikat yang mengandung formaldehyde., ammonia atau polivinil alkohol agar
lebih kuat.
Energi yang dibutuhkan dalam proses pembuatan kertas dalam bentuk
panas dihasilkan dari pembakaran sampah padat (sisa potongan kayu) dan uap
serta bahan bakar fosil. Industri kertas membutuhkan energi dalam jumlah besar
untuk dapat beroperasi. Dalam proses pembuburan kayu, sisa larutan pemasak
dapat dimurnikan kembali dengan proses pemulihan (chemical recovery). Siklus
pemulihan akan melewati liquor evaporator, recovery boiler, clarifier, dan lime
kiln melalui 4 tahapan yaitu :
• air dari pencucian dialirkan ke evaporator dimana black liquor
mengandung konsentrasi solid sebanyak 65% sampai 75% sebelum masuk
ke recovery boiler. Pada recovery boiler, dalam furnis yang didisain
khusus, zat kimia sisa pakai dipisahkan dari limbah kayu. Zat kimia dalam
proses pulping membentuk lelehan menyerupai lava di dasar recovery
boiler, sedangkan limbah kayu dibakar pada bagian atas recovery boiler.
Panas ini digunakan untuk menghasilkan uap bertekanan tinggi yang dapat
digunakan untuk memenuhi uap yang dibutuhkan dalam penggilingan dan
kebutuhan pembangkit listrik.
• Sisa larutan pemasak (black liquor) mengandung berbagai senyawa
organik dan senyawa sulfur disamping NaOH and Na2S yang reaktif.
Black liquor diuapkan dalam furnis bersama sodium sulfat (Na2SO4) untuk
mendapatkan Na2S, dan sodium karbonat (Na2CO3) dalam bentuk abu.
• Abu kemudian dituangkan ke tanki besar untuk membentuk green liquor,
yaitu campuran dari sodium sulfida dan sodium karbonat. Abu ini
kemudian dicampur dengan air dan lime (CaO) yang membentuk larutan
hijau (green liquor) dan menghilangkan bahan kimia asalnya yaitu NaOH
and Na2S, kalsium karbonat (CaCO3).
• Pada langkah selanjutnya, lime (kalsium oksida) ditambahkan ke dalam
green liquor untuk mengubah sodium karbonat menjadi sodium hidroksida
sehingga kembali terbentuk white liquor yang akan digunakan kambali
dalam proses pulping berikutnya.
Kegiatan produksi kertas membutuhkan air yang sangat banyak. Untuk
melakukan proses produksi kertas dan pulp PT. IKPP menggunakan air yang
berasal dari aliran Sungai Ciujung. Seperti yang dikemukakan oleh Ibu X, sebagai
berikut :
“…dalam proses produksi kami memanfaatkan air yang berasal dari aliran sungai ciujung, kami simpan di lagon-lagon. Air yang di lagon kami gunakan untuk kebutuhan kegiatan produksi..”106
106 Wawancara dengan Ibu X , kepala divisi pengolahan limbah PT.IKPP tanggal 17 April 2011, pukul 15.00-16.00 Wib. Wawancara dilakukan di rumah beliau dikawasan perumahan Bumi Ciruas Permai.
Bapak Kustaman mengungkapkan hal yang hampir sama, yaitu :
“…Indah Kiat menggunakan air yang ada di lagon untuk keperluan proses produksinya. Makanya lagon-lagon itu dibuat besar, gunanya untuk tempat penampungan air.”107
Pernyataan-pernyataaan diatas menegaskan bahwa dalam kegiatan proses
produksi kertas di PT. IKPP memanfaatkan air yang berasal dari kali Ciujung.
Dalam memanfaatkan air yang berasal dari kali Ciujung ini PT. IKPP membangun
lagon-lagon untuk tempat menyimpan cadangan air yang akan digunakan pada
proses kegiatan produksi.
Dasar pengelolaan limbah yang dilakukan oleh IKPP adalah sebagai
berikut :
1. UU. No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
2. Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995 Tentang Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
3. Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan
Hidup.
107 Wawancara dengan Bapak Kustaman selaku Kepala Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kanupaten Serang tanggal 15 Maret 2011, pukul 09.30-11.00 Wib. Wawancara dilakukuan di dalam ruang Bidang Pengendalian Badan Pengelolaan BPLH Kabupaten Serang.
0
Gambar 4.2 Instalasi IPAL PT. IKPP
Proses Pengolahan limbah yang dilakukan oleh IKPP :
Berdasarkan Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 1995,
parameter untuk industry kertas adalah : pH, COD, BOD, TSS. Langkah
pengolahan limbahnya sebagai berikut :108
1. Screening
Proses penyisihan sampah dan partikel solid yang berukuran cukup
besar/solid, sehingga proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang
di jalani menjadi lebih efektif.
2. Equalisasi
Merupakan proses penghomogenan limbah sehingga kualitas air limbah
yang masuk ke proses lebih stabil. Selain itu equalisasi juga mengurangi
fluktuatif debit yang masuk ke dalam proses IPAL (Instalasi Pengolahan
Air Limbah)
108 Op.Cit Ibu X tanggal 17 April 2011
3. Koagulasi
Merupakan proses rapid mixing/pengadukan cepat yang berfungsi untuk
membentuk flok-flok kecil dengan bantuan chemical. Chemical yang
dipakai : sludge floc, PAC, Aluminium Sulfat/tawas, sekaligus dengan
penambahan asam/basa untuk menetralkan pH air limbah.
4. Flokulasi
Proses kelanjutan proses dari Koagulasi, dalam hal ini pengadukan lambat
akan menggumpalkan/menggabungkan flok-flok kecil yang sudah
terbentuk dari proses Koagulasi. Untuk lebih merekatkan dalam
penggumpalan ditambahkan chemical polimer
5. Sedimentasi (Primary Clarifier)
Merupakan proses pengendapan daripada flok-flok besar yang sudah
terbentuk. Flok-flok ini yang terbentuk di endapkan melalui proses
gravitasi. Air limbah selanjutnya masuk ke proses biological chemical
treatment. Proses Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi cenderung berfokus
untuk menyisihkan partikel suspended solid/koloid. Sludge yang
dihasilkan dari proses sedimentasi ini kemudian masuk ke dalam bak
penampungan sludge yang nantinya akan diproses dalam beltpress dan
screwpress.
6. Cooling Tower
Proses ini berfungsi untuk menurunkan suhu/temperature air limbah,
sehingga air limbah yang masuk ke dalam biological chemical treatment
tidak membunuh mikroba. Mikroba dipakai dalam biological chemical
treatment ini merupakan mikroba mesofilik yang hanya dapat hidup pada
temperatur 200-400C.
7. Biological Treatment (aerob activated sludge)
Biological treatment yang dipakai disini adalah proses activated sludge
dnegan menggunakan mikroba aerob. Disini lebih difokuskan untuk
menyisihkan parameter BOD dan COD. Untuk kelangsungan hidup
mikroba ditambahkan nutrisi N dan P yang didapat dari pupuk Urea dan
Asam Phospat/pupuk TSP, selain itu untuk kebutuhan 02 maka
ditambahkan aerator. Aerator ini ada 2 jenis yaitu : Submersible Aerator
dan Surface Aerator. Untuk WWTP (Wash Water Treatment Proses) # 3,
sebelum masuk ke aerob activated sludge, air limbah masuk ke dalam an
aerob activated sludge yang berfungsi untuk menurunkan BOD dan COD.
Selain itu dengan proses an aerob akan menghasilkan gas methane (CH4)
yang dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar boiler.
8. Sedimentasi
Proses sedimentasi yang kedua ini berfungsi untuk memisahkan antara
sludge yang mengandung mikroba dengan air limbah hasil proses. Air
proses yang dihasilkan akan menuju ke saluran pembuangan/outlet.
Sedangkan sludge yang mengandung mikroba sebagian direcycle sebagian
masuk ke bak penampungan sludge.
9. Pengolahan Lumpur
# Beltpress dan screwpress
Merupakan dewatering sludge untuk mengurangi kadar air pada sludge
IPAL. Dengan proses ini sludge dapat menjadi bentuk uang lebih solid
sehingga lebih mudah dalam proses pengolahan. Sedangkan air limbah air
dewatering dikembalikan ke proses equalisasi.
Beda Beltpress dan Screwpress hanya terdapat pada bentuk, beltpress
berbentuk mesin press, sedangkan pada screwpress, sludge dilewatkan
pada mesin berbentuk ulir sehingga air akan jatuh dengan sendirinya.
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang 2011
Gambar 4.3 Flow Diagram WWTP #1 dan WWTP #2
Diatas kita dapat melihat proses pengolahan limbah dan flow diagramnya.
Pengolahan limbah yang canggih adalah bentuk komitmen PT. IKPP dalam
menjaga kelestarian lingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu X, sebagai
berikut :
“…pengolahan limbah dengan teknologi mutakhir adalah bentuk komitmen kami dan tanggung jawab kami kepada lingkungan dan masyarakat. Pada proses WWTP #3 yang menggunakan bakteri mikroba, yang sengaja kami impor dari Belanda karna di Indonesia bibit bakteri ini
Bar & Rotary Screening
Buffer Tank (Equalisasi)
Koagulasi Flokulasi
Primary Clarifier
Cooling Tower Activated Sludge
Secondary Clarifier
Effluent Tank
Beltpress Screwpress
Bak Sludge
Polimer
INFLUENT
EFLUENT
HCL ALUM/PAC Polimer
O2 P N
belum ada. Teknologi yang kami gunakan ini adalah mungkin satu-satunya yang ada di Indonesia.”109
Tabel 4.4 Laporan Limbah PT. IKPP
Periode April-Desember 2010 De-inking Pulp
Parameter Satuan Baku Mutu (Kepmen
No. 51/95) Bulan
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Debit m3/bln 104,762 94,662 105,295 81,563 136,438 116,78 108,95 101,403 109,3 BOD mg/L 100 62 72 27 34 53 28 41 86 49 COD mg/L 300 179 196 76 96 151 80 117 247 137 TSS mg/L 100 20 23 62 19 19 10 13 41 49 pH 6~9 7,1 7,3 8,2 7,6 7,4 7,6 7,03 7,5 7,9
Kertas kasar
Parameter Satuan Baku Mutu
(Kepmen No. 51/95) Bulan
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Debit m3/bln 690,497 776,25 754,888 876,723 824,927 813,392 760,363 783,106 815,951 BOD mg/L 90 34 41 21 28 41 32 31 53 44 COD mg/L 175 97 114 56 80 118 92 89 155 127 TSS mg/L 80 13 11 25 18 8 38 41 2 31 pH 6~9 7,2 7,4 7,8 7,7 7,6 7,6 7,21 7,4 7,7
Sumber : Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup 2011
Dari tabel diatas terlihat komitmen PT. IKPP untuk melakukan
pengelolaan terhadap limbah hasil produksinya agar tidak melebihi bahu mutu
yang ditetapkan. Melebihi baku mutu yang ditetapkan akan merusak kelestarian
lingkungan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu X sebagai berikut :110
“.. komitmen kami (PT.IKPP) adalah menjaga kelestarian lingkungan untuk anak cucu kita nanti. Produksi yang kami lakukan menghasilkan De-inking Pulp dan Kertas Kasar, sehingga proses pengelolaan limbah yang kami lakukan ada 2 macam. 1 untuk pengolahan limbah produksi De-inking Pulp dan yang 1 lagi untuk pengolahan limbah kertas kasar.”
109 Op. Cit Ibu X tanggal 17 April 2011 110 ibid
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Langkah selanjutnya dalam proses analisa data adalah melakukan kegiatan
intrepretasi hasil penelitian. Intrepretasi hasil penelitian ini merupakan penapsiran
terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data dengan teori dan konsep
sehingga dapat mendiskripsikan hasil data dan fakta dilapangan. Pada langkah ini
peneliti mencoba menghubungkan data-data yang peneliti dapat dilapangan
dengan dasar opersional yang telah ditetapkan sejak awal. Dasar opersional
tersebut adalah teori implementasi kebijakan yang dikemukan oleh Randall B.
Ripley yang menyebutkan bahwa fokus utama dalam implementasi kebijakan
terdapat 2 fokus utama yaitu compliance (kepatuhan) dan what’s happening (apa
yang terjadi ketika kebijakan dilaksanakan)111.
“…There are two principal ways of assessing implementation. One approach is to ask whether implementers comply with the prescribed procedures, timetable and restrictions. The compliance perspective sets up a preexisting model of correct implementation behavior and measures actual behavior. The second approach to assessing implementation is to ask how implementation is proceeding. What is it achieving? Why? This perspective can be characterized as inductive or empirical: there is a focus on what’s happening and why.”112
Dalam teori yang diungkapkan oleh Ripley sebenarnya terdapat 2 fokus
utama kebijakan, tetapi pada penelitian ini peneliti sengaja hanya menggunakan
salah satu fokus kebijakan yaitu pendekatan kepatuhan (compliance). Sengaja
peneliti menggunakan satu pendekatan ini, bertujuan agar penelitian yang peneliti
lakukan fokus pada 1 titik permasalahan yaitu kepatuhan. Pada fokus kepatuhan
(compliance) menunjuk pada apakah para implementor patuh terhadap prosedur
111 Ripley Loc.Cit 112 ibid
atau standard aturan yang telah ditetapkan. Pada sub bab sebelumnya telah
peneliti jabarkan data-data yang peneliti dapatkan selama melakukan penelitian.
Berikut temuan yang didapatkan peneliti dalam penelitian mengenai Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Pengendalian
Lingkungan Hidup studi kasus limbah buang PT. Indah Kiat Pulp&Paper di Desa
Tegalmaja, Kecamatan Kragilan adalah :
Pertama, tentang Pelaksanaan Implementasi Peraturan Daerah No. 17
Tahun 2007 Tentang Pengendalian Lingkungan Hidup oleh Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, pelaksanaan implementasi yang dilakukan oleh Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup belum maksimal. Hal tersebut dikarenakan
sosialisasi peraturan daerah yang belum menyeluruh ke masyarakat dan para
pelaku usaha. Usaha yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan, masih banyak pelaku usaha di wilayah Kabupaten Serang yang
belum memiliki dokumen lingkungan hidup, ini adalah tantangan bagi Badan
Pengelolaan Lingkugan Hidup sebagai pelaksanan perda.
Tugas selanjutnya selain menjadi pelaksana kebijakan, Badan Pengelolaan
Lingkugan Hidup Kabupaten Serang juga menjadi pengawas bagi pelaku usaha
yang memiliki ijin. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengelolaan
Lingkugan Hidup dilaksanakan secara intens. Pengawasan yang seperti ini
dilakukan untuk memberikan pembinaan kepada industri yang dianggap nakal dan
belum memiliki dokumen lingkungan hidup. Hal ini menjadi belum dapat berjalan
maksimal karna adanya kendala pada fasilitas dan anggaran, jadi BPLH belum
bisa melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap industri yang ada di
Kabupaten Serang.
Setelah Peneliti melakukan penelitian di Badan Pengelolaan Lingkugan
Hidup Kabupaten Serang. Peneliti menjadi mengetahui sebab yang menjadikan
Badan Pengelolaan Lingkugan Hidup kurang maksimal dalam melaksanakan
implementasi perda ini. Seperti yang sudah dibahas diatas penyebabnya itu ada
beberapa faktor, tapi yang paling utama dan perlu itu kendaraan operasional dan
peralatan uji laboratorium yang modern. Kendaraan operasional ini sangat vital
funsinya untuk keperluan pengawasan dan kegiatan sidak pada industri-industri
yang dikategorikan “nakal”, kendaraan operasional yang ada sekarang hanya ada
1 (satu) unit mobil. Dengan adanya 1 mobil ini tidak bisa menunjang kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh BPLH karna cakupan pengawasannya ada
sekitar 400 industri yang tersebar di seluruh Kabupaten Serang. Anggaran yang
dilakukan untuk kegiatan pengawasan juga kurang, anggaran yang ada hanya
cukup untuk melakukan operasional pengawasan sekitar 200 industri. Maka dari
itu BPLH hanya melakukan pengawasan kepada 200 industri yang dianggap vital
saja.
Masalah lain berupa penyediaan peralatan laboratorium yang modern, 1
set peralatan in harganya berkisar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Sedangkan dana untuk Bidang Pengendalian hanya berkisar antara Rp
200.000.000,00 an ( dua ratus juta an) , jika anggaran yang ada dipergunakan
untuk membeli peralatan tersebut operasional Bidang Pengawasan akan
terganggu. Peralatan modern ini memiliki kelebihan berupa keakuratan data dan
kecepatan dalam test uji ilmiah untuk sample limbah. Keunggulan yang lain
berupa peralatan ini lebih ringkas dan simple, jadi dapat dipergunakan untuk
laboratorium mobile.
Dari temuan-temuan hasil penelitian ketidakpatuhan BPLH terletak pada
ketidakpatuhan terhadap prosedural pelaksanaan peraturan daerah dan
ketidakpatuhan teknis. Ketidakpatuhan terhadap prosedural pelaksanaan dapat
dilihat pada bagaimana BPLH melakukan pengawasan terhadap pelaku-pelaku
industri. BPLH seharusnya melakukan pengawasan terhadap lebih dari 400
industri yang ada di Kabupaten Serang. Tetapi dalam pelaksanaannya BPLH
hanya melakukan pengawasan terhadap 200an industri yang dianggap vital. Hal
tersebut bertentangan dengan tujuan diterbitkannya Peraturan Daerah No. 17
Tahun 2007, bahwa tujuan dari ada nya perda ini adalah melakukan pengawasan
terhadap semua industri di Kabupaten Serang agar kegiatan usahanya tidak
mengganggu dan mencemari lingkungan hidup dan melindungi masyarakat
diseluruh Kabupaten Serang agar terhindar dari bahaya pencemaran lingkungan
yang disebabkan oleh limbah hasil produksi.
Ketidakpatuhan prosedural lainnya adalah berupa penerapan persyaratan
bagi industri untuk dapat menjalankan proses produksinya yaitu dokumen
UKL/UPL. Banyak industri yang belum memiliki dokumen UKL/UPL ini hal
tersebut dikarenakan lemahnya pengawasan yang dilakukan dan ketidaktegasan
dalam pemberian sanksi. Padahal dokumen tersebut menjadi syarat kelayakan
untuk mengajukan izin mendirikan sebuah industri, tapi pada kenyataanya masih
banyak indutri yang belum memiliki UKL/UPL penyebabnya adalah lemahnya
pengawasan dan sosialisasi pentingnya dokumen UKL/UPL. Keterangan yang
peneliti dapat dari BPLH yaitu, usaha untuk menyadarkan para pelaku industri ini
ada tetapi tidak bisa serta merta industri tersebut dapat sadar dan memenuhi
persyaratan pengelolaan limbah sesuai dengan aturan yang berlaku, hal tersebut
membutuhkan proses. Maka dari itu BPLH melakukan pemantauan kepada
industri yang bermasalah tersebut ada yang memiliki perkembangan cepat , ada
yang lambat dan ada pula yang diam di tempat.
Ketidakpatuhan teknis adalah kepatuhan BPLH dalam rangka menyiapkan
dan mengadakan fasilitas yang diperlukan, seperti kurangnya kendaraan dinas
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pengawasan ke industri-industri yang
ada di Kabupaten Serang. Serta perangkat yang penting ada laboratorium uji
limbah yang modern, laboratorium yang ada sekarng sudah tidak layak lagi.
Seharusnya BPLH bisa mengadakan fasilitas tersebut dengan mengajukan
anggaran dana kepada Provinsi maupun hibah dari Kementrian Lingkungan
Hidup, dengan tidak dipatuhinya hal teknis ini menyebabkan BPLH seperti
kurang profesional dalam menjalankan kinerja. Hal tersebut dibuktikan lemahnya
pengawasan yang disebabkan oleh kurangnya fasilitasa kendaaran operasional,
untuk pengurusan Dokumen Lingkungan Hidup juga memakan waktu yang cukup
lama karna hasil test laboratorium untuk uji limbah baru bisa diketahui setelah 1
minggu pengujian. BPLH sebagai garda terdepan sebagai penjaga kelestarian
lingkungan hidup di Kabupaten Serang seharusnya memiliki fasilitas yang
memadai agar kegiatan pengawasan dapat dilakukan secara maksimal, fasilitas
yang minimal harus terpenuhi adalah penambahan kendaaraan operasional karna
sekarang yang tersedia hanya 1(satu) unit mobil serta BPLH harus memiliki
laboratorium uji limbah yang baru agar keakuratan pengujian limbah dan waktu
proses uji limbah tidak memakan waktu yang lama. Dalam penelitian ini yang
peneliti batasi pada Buangan Limbah PT. Indah Kiat Pulp&Paper BPLH dapat
dikatakan patuh. Kepatuhan tersebut dibuktikan dengan adanya pengawasan yang
di intens kepada PT. Indah Kiat Pulp&Paper. Pengawasan ini dilakukan dengan
bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan Hidup, karna PT. Indah Kiat
Pulp&Paper dibawah pengawasan langsung oleh Program pengawasan
Kementrian Lingkungan Hidup.
Kedua, mengenai kepatuhan PT. Indah Kiat Pulp&Paper terhadap
peraturan daerah no 17 ini. Di dalam latar belakang peneliti menuliskan adanya
indikasi bahwa limbah pabrik PT. Indah Kiat yang melewati Desa Tegalmaja
mencemari sumur penduduk yang digunakan untuk konsumsi dan mck (mandi,
cuci, kakus). Setelah peneliti telusuri dari berbagai sumber ternyata ada fakta yang
terungkap, bahwasanya sebagian air sumur masyarakat yang tercemar adalah
akibat dari limbah yang berasal dari warga sendiri. Di desa Tegalmaja khususnya
banyak warga yang bermata pencaharian sebagai pemulung dan banyak juga yang
menjadi pengepul rongosokan. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab sumur
warga tercemar. Penyebab lainnya adalah kesadaran masyarakat desa akan
pentingnya kesehatan dan kebersihan yang kurang, dengan melakukan buang air
besar di lahan-lahan pekarang dan menaruh kandang ternak dekat dengan sumur
yang digunakan untuk konsumsi warga. Sehingga terjawab sumur warga yang
tercemar akibat kurang pahamnya masyarakat akan kesehatan lingkungan.
PT. Indah Kiat Pulp&Paper dapat dikatakan patuh, kewajiban-kewajiban
mengenai persyaratan dokumen lingkungan dan pelaporan periodik terpenuhi.
Pengolahan limbahnnyapun menggunakan teknologi modern dan canggih
sehingga pengolahan hasil limbah produksinya dapat maksimal. Baku mutu dari
limbah yang dihasilkan juga memenuhi batasan yang tercantum dalam
KepMenLH No. 51 Tahun 1995. Usaha yang dilakukan oleh PT.IKPP harus
mendapatkan apresiasi yang baik,karna untuk membangun sebuah utilitas
pengolahan lombah tidak memerlukan dana yang sedikit. Biasanya industri
enggan membuat utilitas limbah yang baik, menurut mereka lebih baik dana yang
dipergunakan untuk pembangunan IPAL digunakan untuk penambahan modal
produksi.
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, kepatuhan PT. IKPP
meliputi kepatuhan prosedural dan kepatuhan teknis. Kepatuhan prosedural
PT.IKPP dapat dilihat bahwa PT. IKPP telah memiliki dokumen lingkungan yang
menjadi persyaratan utama mendirikan sebuah industri. Selain itu adalah
pelaporan periodik dari pemantauan limbah PT.IKPP yang dilaporkan kepada
BPLH secara berkala, dalam laporan tersebut dilaporkan bahwa limbah yang
dikeluarkan dari PT.IKPP telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 yang mengacu pada KepMenLH No.
51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah. Dalam hal ini PT.IKPP telah
melakukan kepatuhan terhadap peraturan yang ada dengan membuang limbah cair
yang dihasilkan sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada KepMenLH No.
51 Tahun 1995.
Kepatuhan teknis PT. IKPP dapat dilihat pada usaha pengelolaan limbah
yang dilakukan oleh PT. IKPP. PT. IKPP berusaha mengolah limbah yang mereka
hasilkan dengan 3 metode pengolahan limbah yang disebut WWT (Waste Water
Treatment) ada WWT 1 , WWT 2 dan WWT3. Teknologi yang digunakan untuk
melakukan pengelolaan limbah sudah modern sehingga limbah yang dihasilkan
bisa maksimal dan aman bagi lingkungan. Untuk mendirikan ke 3 metode
pengelolaan limbah tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit, apalagi pada
WWT 3 yang menggunakan bakteri dalam proses pengolahan limbahnya. Dengan
kegiatan pengolahan limbah yang dilakukan PT.IKPP tersebut didapatkan hasil
buangan yang ramah lingkungan/
Berdasarkan uraian yang telah peneliti jelaskan diatas bahwa Implementasi
Peraturan Daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007 Tentang Ijin
Pengendalian Dampak Lingkungan terkait studi kasus buangan limbah PT. Indah
Kiat Pul&Paper di Desa Tegalmaja belum dilaksanakan secara maksimal. Badan
Pengelolaan Lingkungan Hidup selaku pelaksan kebijakan belum bisa melakukan
sosialisasi dan pengawasan dengan maksimal. PT. Indah Kiat Pulp&Paper sebagai
subyek yang dikenakan kebijakan dapat dikatakan patuh, karna kewajibannya
untuk mematuhi aturan yang ada dalam peraturan daerah terpenuhi. Laporan
periodic limbahnya menunjukkan konsistensi PT.IKPP dalam melakukan
pengolahan terhadap limbah yang dihasilkan.
Ketiga, isi dari peraturan daerah Kabupaten Serang No. 17 Tahun 2007
belum bisa melindungi masyarakat Kabupaten Serang secara penuh. Terbukti
dengan masih adanya peneemaran yang terjadi di wilayah Kabupaten Serang.
Dengan adanya masalah yang terjadi di Desa Tegalmaja ini menjadi sebuah bukti.
Bahwa kepatuhan terhadap peraturan yang ada belum tentu tidak melanggar
aturan-aturan yang lainnya. Permasalahannya sebenarnya berasal dari dasar
hukum dalam penentuan baku mutu limbah. Peraturan Daerah Kabupaten Serang
No. 17 menggunakan KepMenLH No. 51 Tahun 1995 tentang baku mutu limbah
sebagai dasar hukum dan patokan, sedangkan yang terjadi dalam masyarakat
adalah air yang mereka konsumsi tercemar oleh limbah buangan PT. IKPP. Dasar
menentukan air yang bisa dikonsumsi menggunakan SK. MenKes
907/MenKes/SK/VII/2002 syarat-syarat dan pengawasan air minum. Parameter
dalam SK. MenKes 907/MenKes/SK/VII/2002 lebih jelas dan teperinci tentang
kriteria air minum yang layak dikonsumsi, sedangkan parameter dalam
KepMenLH No. 51 Tahun 1995 hanya berupa parameter air limbah yang aman
untuk di buang seteleh proses pengolahan limbah.
Ada beberapa perbedaan yang jelas dalam kedua aturan tersebut adalah
terletak pada parameter yang digunakan dalam menentukan mutu air. Dalam
KepMenLH No. 51 Tahun 1995 lebih sedikit parameter yang harus dipenuhi
sedangkan pada SK. MenKes 907/MenKes/SK/VII/2002 lebih banyak parameter
yang harus dipenuhi karna ini digunakan untuk menentukan kualitas air minum
yang akan dikonsumsi. Tujuan dari kedua kebijakan tersebut sama yaitu ingin
melindungi masyarakat dengan memberian batasan-batasan dan parameter yang
jelas yang aman bagi kehidupan masyarakat.Ada baiknya parameter dalam
KepMenLH No. 51 Tahun 1995 ditinjau ulang dan diberikan revisi agar relevan
dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan parameter yang ada dalam
SK. MenKes 907/MenKes/SK/VII/2002. Dasar menggunakan parameter dalam
Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 juga harus dikaji ulang jika parameter yang
ada dalam KepMenLH No. 51 Tahun 1995 tidak relevan dengan yang terjadi di
lapangan. Dibutuhkan pengkajian yang dalam tentang parameter yang akan
digunakan karna hal tersebut menyangkut hajat hidup orng banyak.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Implementasi
Perda Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkunga Hidup, dimana
yang menjadi fokus utama adalah mengenai kepatuhan PT. Indah Kiat. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori Ripley dan Franklin yang
menyatakan bahwa terdapat dua fokus dalam Implementasi Kebijakan Publik
yaitu Compliance (kepatuhan) adalah menunjuk pada apakah para implementor
patuh terhadap prosedur atau standard aturan yang telah ditetapkan dan What’s
happening adalah berkaitan dengan kondisi yang dihadapi pada saat suatu
program atau kebijakan diimplementasikan. Peneliti memfokuskan penelitian
pada fokus Compliance (kepatuhan).
Berdasarkan perumusan masalah yang terdapat pada latar belakang tentang
Kepatuhan PT. Indah Kiat terhadap Implementasi Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pengendalian Lingkungan Hidup, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kepatuhan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup selaku pelaksana
Peraturan Daerah No, 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Dampak
Lingkungan adalah patuh. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pengawasan yang dilakukan kepada PT. Indah Kiat Pulp&Paper,
pengawasan menjadi salah satu tugas dari Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup selaku pelaksana kebijakan.
2. Kepatuhan PT. Indah Kiat Pulp&Paper, Tbk selaku subyek yang
dikenakan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian
Dampak Lingkungan adalah patuh. Kepatuhaannya berupa beberapa
laporan periodik yang ada menunjukkan konsistensi dalam usaha
pengelolaan limbah yang dihasilkan dari proses produksinya. Dalam
laporan disebutkan bahwa limbah cair yang dibuang melalui saluran
pembuangan sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
3. Parameter yang digunakan dalam Peraturan Daerah No. 17 Tahun
2007 kurang tepat. Terbukti dengan adanya masalah PT.IKPP
padahal dalam laporan periodik perusahaan ini patuh terhadap
parameter yang dijadikan dasar tapi di dalam masyarakat timbul
perdebatan tentang kualitas dari limbah yang dihasilkan PT. IKPP
yang mencemari air sumur mereka. Peraturan Daerah No. 17 Tahun
2007 menggunakan parameter dari KepMenLH No. 51 Tahun 1995
yang hanya menetapkan standar baku mutu limbah yang aman untuk
dikeluarkan atau dibuang, bukan untuk standar yang layak konsumsi
dan aman bagi masyarakat,
4. Pola hidup masyarakat yang kurang sehat mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit yang timbul Di Desa Tegalmaja. Pekerjaan mereka
yang menjadi pemulung dan pengepul sampah yang mengakibatkan
banyak penyakit yang menjangkiti, belum lagi penempatan kandang
itik yang bersebelahan dengan sumur yang mengakibatkan air sumur
tercemar oleh limbah ternak tersebut.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang berjudul “Implementasi Peraturan
Daerah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup (Studi
Kasus Buangan Limbah PT. Indah Kiat di Desa Tegalmaja, Kecamatan Kragilan)”
ini, maka peneliti dapat memberikan saran agar dapat melaksanakan atau
mengimplementasikan peraturan daerah tersebut berjalan dengan semestinya.
Adapun saran-saran tersebut yaitu:
1. Hendaknya diadakan pengkajian ulang yaitu dengan melakukan evaluasi
yang ditindaklanjuti dengan melakukan revisi terhadap Peraturan Daerah
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Lingkungan Hidup dengan
melihat dari berbagai aspek kehidupan dan kepentingan bersama. Bila
perlu membuat peraturan daerah yang baru dengan berdasarkan Undang-
undang yang terbaru.
2. Mengkaji parameter tentang baku mutu air yang digunakan dalam
pembuatan peraturan daerah, mengingat baku mutu air sangat penting
dalam menjaga kualitas air yang akan dikonsumsi oleh masyarakat.
Sehingga hak masyarakat akan air bersih tidak terabaikan.
3. Membuka ruang komukasi publik yang luas agar peraturan daerah dapat
tersosialisasi dengan baik. contohnya : mengadakan loka karya di
kecamatan yang menjadi peserta adalah para perangkat desa tujuan adalah
perangkat desa ini mampu memberikan gambaran perda ini kepada
mayarakat di desanya.
4. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup perlu menambah personil dan
kendaraan operasional untuk melakukan pengawasan kepada industri di
seluruh wilayah Kabupaten Serang. Agar program pemerintah dalam
rangka menjaga kelestarian ligkunga hidup berhasil.
5. Membuat forum komunikasi dan dialog antara masyarakat dan PT. Indah
Kiat yang di fasilitasi oleh pemerintah daerah, agar tidak ada kepentingan
yang saling tumpang tindih. Komukasi dua arahpun dapat terjadi, sehingga
miss komunikasi antara masyarakat dan PT. Indah Kiat tidak terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Agustino, Leo. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung : AIPI
AG. Subarsono, 2005, Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori, dan
Aplikasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dunn, William,N. 2003, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
Furchan, Arif & Agus Maimun. 2005. Studi Tokoh: Metode Penelitian
Mengenai Tokoh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu
Sosial. Jakarta :DIA FISIP Universitas Indonesia.
Islamy, M. Irfan. 1991. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara.
Jakarta: Bumi Aksara.
Koentjaraningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta ;
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Universitas Indonesia
Press: Jakarta.
Nasution. S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung :
Penerbit Tarsito
Nugroho, Riant D. 2004. KEBIJAKAN PUBLIK, Formulasi, Implementasi
dan Evaluasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Parsons, Wayne. 2001. Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.
Jakarta:Kencana.
Ripley, Randal B. Ripley dan Grace A. Franklin, 1982. Policy
Implementation and Bureaucracy, The Dorsey Press.
Sugiyono 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung :ALFABETA.
Suharto, Edi, 2006, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: ALFABETA.
Syafei, Inu Kencana , 1999, Ilmu Administrai Publik, Jakarta: Rineka Cipta.
Tangkilisan, Drs Hessel Nogi S, 2003. Kebijakan Publik yang Membumi,
Yogyakarta :Lukman Offset YPAPI
Usman, Husain dkk. Edi.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Penerbit Bumi
Wahab, Solichin Abdul. 2005, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi kebijakan Negara.Jakarta: Bumi Aksara.
Wibawa, Samodra. 1994. Kebijakan Publik, Jakarta: Intermedia
Wicaksono, Kristian Widya. 2006. Administrasi dan Birokrasi Pemerintah.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Widodo, Joko. 2002. Good Governance: Akuntabilitas dan Kontrol
Birokrasi. Surabaya:Insan Cendekia.
Winarno,, Budi. 2002. Kebijakan Publik :Teori dan Proses. Yogyakarta:
Media Presindo
B. DOKUMEN
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pengendalian Dampak
Lingkungan.
Rencana Strategis Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang
Tahun 2011-20155
Keputusan Menteri Likungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907/MenKes/SK/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.
C. SUMBER LAIN
Koran Radar Banten Edisi Sabtu, 10 Januari 2009
www.ikserang.com diakses tanggal 10 Oktober 2010 Pukul 10.05 WIB
http://afand.abatasa.com/post/detail/2405/linkungan-hidup-kerusakan-lingkungan-pengertian-kerusakan-lingkungan-dan-pelestarian- diakses tanggal 13 juni 2011 Pukul 09.02 WIB