implementasi penyusunan silabus dan bahan ajar …...implementasi penyusunan silabus dan bahan ajar...
TRANSCRIPT
IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA
PURWANI WIDYANINGTYAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
i
IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR
MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA
Oleh:
PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Drs. Sukirman, MM NIP. 195006171982031001
Pembimbing II
Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd NIP. 196912292005012001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : _________________
Tanggal : _________________
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd _____________
Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, M.Si _____________
Anggota I : Drs. Sukirman, MM _____________
Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd _____________
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 196007271987021001
v
HALAMAN REVISI
Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Wahyu Adi M.Pd _____________
Sekretaris : Jaryanto S.Pd, M.Si _____________
Anggota I : Drs. Sukirman, MM _____________
Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd _____________
vi
ABSTRAK
Purwani Widyaningtyas. IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2010.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui proses penyusunan Silabus dan Bahan Ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri Kota Surakarta, (2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta, (3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta.
Penelitian ini dilakukan di delapan SMA Negeri di Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan purpo-sive sampling. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah guru akuntansi, dan kepala sekolah, yang sebagian diwakili oleh wakil kepala sekolah. Untuk menjaga validitas data ditempuh dengan teknik triangulasi, meliputi triangulasi sumber dan metode. Analisis yang dilakukan dengan model analisa interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) a.) Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, landasannya memuat enam komponen utama, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. b.) Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah : Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar; dan identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. (2) a.) Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan Silabus terkait dengan sarana kualitas Sumber Daya Manusia, disparitas kualitas input siswa dan sarana penunjang proses pembelajaran. b.) Kendala yang dihadapi dalam penyusunan bahan ajar berkaitan dengan : sarana, prasarana dan pendanaan serta sumber daya manusia dan beban pekerjaan guru. (3) a.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala penyusunan silabus dilakukan dengan pengadaan sarana peningkatan kualitas SDM, optimalisasi sarana dan laboratorium. b.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan modul atau hand out dengan memberi fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.
vii
ABSTRACT Purwani Widyaningtyas. THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING SUBJECT SYLLABUS AND LEARNING MATERIAL DEVELOPMENT USING EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM IN PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA CITY. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. 2010.
The objectives of research are (1) to find out the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, (2) to find out the obstacles encountered in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, and (3) to find out the measures taken in coping with the obstacles occurring in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City.
The research was taken place in eight Public Senior High Schools in Surakarta City using qualitative approach. The sampling technique used was the purposive sampling one. The informants of research were accounting teachers and the headmasters, most of which are represented by the vice headmaster. In order to keep the data validity, triangulation technique, including source and method triangulation, was used. The analysis was done using an interactive analysis model.
The result of research shows that (1) a) in the process of making and developing syllabus, the foundation contains six main components: standard competency, basic competency, indicator, standard material, standard process (teaching-learning activity), and standard assessment. b) the process of developing learning material is done with the following steps: identifying the standard competency and basic competency; and identifying the material types. (2) a) the obstacles encountered in syllabus development concerns the infrastructure of human resource quality, disparity of students’ input quality and supporting infrastructure of learning process. b) the obstacles encountered in developing the learning material include: infrastructure and funding as well as human resource and teacher workload. (3) a) the measures taken to cope with the obstacles in syllabus development include providing the infrastructure to improve the quality of human resource, optimizing the facilities and laboratory, b) the measures taken to cope with the obstacle in developing learning material in the school party include by encouraging the teachers to develop module or hand out by giving funding facility. In addition, the school also involves actively the teachers in the seminar, workshop and similar activities relevant to the improvement of learning material capability improvement.
viii
MOTTO
~ Waktu tidak bisa diputar, untuk itu kita harus pandai mengisinya dengan
cerdas ~ (Penulis)
~ Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan
segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah,
segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak
ada keuntungan di bawah matahari. ~
(Pkh. 2:11)
9
9
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan
Kepada :
Ibu tersayang
Keluarga terkasih
Masa lalu yang telah terlewati
Masa depan yang akan tertempuh
Dan Almamater
10
10
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan anugrah-Nya saja skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi
ini, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang
timbul dapat teratasi. Untuk segala bantuan, disampaikan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta, yang telah
memberikan surat keputusan tentang ijin menyusun skripsi.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta
yang telah menyetujui permohonan atas penyusunan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi dan Ketua
Program BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta
yang telah memberikan ijin, kesempatan, kepercayaan, dan dorongan untuk
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Sukirman, MM selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dorongan, dan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan kesempatan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan sampai pada akhirnya dengan baik.
6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi khususnya dan Bapak
Ibu dosen FKIP UNS pada umumnya yang telah mendidik dan memberikan
bimbingan selama penulis menuntut ilmu di FKIP UNS Surakarta.
7. Drs. HM. Thoyibun, SH, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan
penelitian.
8. Drs. Sukardjo, MA selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Surakarta beserta
staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
11
11
9. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta
beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
10. Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Surakarta,
beserta staff yang telah penulis dalam mengadakan penelitian.
11. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta,
beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
12. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta,
beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.
13. Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA
Negeri 7 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam
mengadakan penelitian.
14. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8
Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan
penelitian.
15. Teman-teman Program studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi, terima
kasih untuk segala waktu dan kebersamaannya.
16. Keluarga dan orang-orang terkasih di sekeliling penulis, terima kasih untuk
tidak pernah lelah dalam memberikan dukungan dan semangat, untuk semua
cinta yang tak pernah habis.
17. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan sudah memenuhi
persyaratan yang wajib penulis penuhi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dalam dunia pendidikan
pengembangan kurikulum pada khususnya.
Surakarta, Januari 2010
Purwani Widyaningtyas K. 7402020
12
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………..................... iv
HALAMAN REVISI...................................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO..................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... ix
DAFTAR ISI……………………………………………………......……….. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………......….. xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..…. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………... 1
B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 6
C. Pembatasan Masalah………………………………………….. 6
D. Perumusan Masalah…………………………………………… 7
E. Tujuan Penelitian……………………………………………... 7
F. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 8
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka………...……………………………………. 9
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan............................... 9
a. Pengertian Kurikulum………………...………………. 9
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……………….. 17
c. Kategori Sekolah……………………………............... 20
d. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..... 27
2. Silabus dan Bahan Ajar…………………………………... 29
a. Silabus………………………………………………… 29
b. Bahan Ajar……………………………………………. 35
13
13
3. Pengajaran Akuntansi di SMA……………………………. 40
B. Penelitian Yang Relevan ……..……………………………… 42
C. Kerangka Berpikir…………..………………………………… 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….... 45
B. Jenis Penelitian………..………………………………………. 46
C. Sumber Data…………..………………………………………. 46
D. Teknik Sampling……...………………………………………. 47
E. Teknik Pengumpulan Data…………...……………………….. 48
F. Instrumen Pengumpulan Data…………………...………......... 51
G. Teknik Analisa Data………………………………...………… 51
H. Validitas Data…………………………………...………......... 52
I. Prosedur Penelitian……………………………………………. 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………… 55
B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 61
C. Temuan Hasil Penelitian .......................................................... 82
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………… 85
B. Implikasi....……………………………………………….....… 88
C. Saran............…………………..…………………………….... 89
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 91
LAMPIRAN………………………………………………………………... 94
14
14
DAFTAR TABEL
Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS ....... 35 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………….. 45 Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota
Surakarta............................................................................................... 55
15
15
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum.................. 12 Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN ........................... 23 Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus .......................... 34 Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar .................................................. 39 Gambar 5 Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta ........................................... 44 Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120) ........ 52
Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian ..................................................... 54
16
16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daftar Informan..................................................................... 95
Lampiran 2. Pedoman Penelitian ………………………………………. 96
Lampiran 3. Kisi kisi Materi Angket ………………………………….. 97
Lampiran 4. Angket Penelitian ……………………………………….… 99
Lampiran 5. Pedoman Wawancara .............………………………….….. 106
Lampiran 6. Field Note.............................................................................. 109
Lampiran 7. Pedoman Observasi Mengajar Guru …………………….. 122
Lampiran 8. Pedoman Pengamatan …..................................................... 123
Lampiran 9. Contoh Program Tahunan ..................................................... 124
Lampiran 10. Contoh Program Semester ..................................................... 127
Lampiran 11. Contoh Silabus …………………………………………...… 131
Lampiran 12. Contoh RPP ………………………………………………... 136
Lampiran 13. Contoh Kriteria Ketuntasan Minimal ……………………… 156
Lampiran 14. Contoh Modul / Bahan Ajar ……………………………….. 160
Lampiran 15. Perijinan Penelitian ............................................................... 173
17
17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai negara sedang berpacu dalam perubahan di segala bidang,
termasuk dalam bidang pendidikan. Apabila tidak ingin tertinggal, tentunya harus
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Seiring dengan tuntutan
globalisasi, pemerintah Indonesia telah mempercepat pencanangan Millenium
Development Goals (MDGs) yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat
menjadi tahun 2015. Millenium Development Goals adalah era pasar bebas yaitu
era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas. Siapa yang berkualitas,
dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya.
Untuk dapat mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia membutuhkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, yaitu manusia cerdas, sehat,
jujur, beriman, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang
tinggi. Diharapkan dengan memiliki sumber daya manusia semacam ini, bangsa
Indonesia mampu mengolah sumber daya alam (SDA) yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan bangsa sendiri dan tidak kalah bersaing dengan negara lain.
Dengan kata lain, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang
mampu berpikir secara lokal, dan bertindak secara global.
Salah satu jalan utama untuk dapat mewujudkan itu semua adalah melalui
jalur pendidikan. Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1
ayat 1 dikemukakan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Bangsa Indonesia masih memiliki masalah yang begitu berat dalam dunia
pendidikan, yaitu rendahnya mutu pelaksanaan pendidikan terutama pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di beberapa daerah. Oleh karena itu, sudah
merupakan hal yang wajib apabila pemerintah terus melakukan berbagai upaya
1
18
18
dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan
oleh pemerintah antara lain: pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi
guru, pengadaan buku dan alat pengajaran, penyediaan dan perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan, juga peningkatan kualitas manajemen sekolah.
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum,
karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, khususnya oleh guru dan kepala sekolah dalam
penyelenggaraan proses pendidikan. Kurikulum terkini yang ditetapkan oleh
pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupa-
kan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penetapan
KTSP secara resmi dilakukan pada tanggal 26 Mei 2006 melalui Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.
Mulyasa (2006:8) mengemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidik-
an, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat
setempat, dan karakteristik peserta didik. Setiap satuan pendidikan dasar dan
menengah dapat menerapkan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 dan paling
lambat harus telah diterapkan pada tahun ajaran 2009/2010 sebagaimana tercan-
tum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 24 tahun
2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 dan nomor 23
tahun 2006 yang tercantum pada pasal 2 ayat 1, 2, dan 3.
Sampai saat ini yaitu tahun ajaran 2008/2009, pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terus menerus dilakukan untuk memenuhi
standar pelaksanaan KTSP oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai UU No.
20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Maka, guru sebagai pemeran utama dalam
pelaksanaan kurikulum diharapkan telah memiliki pengalaman dan ketrampilan
dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran yang diampunya. Penerapan
KTSP di setiap tingkat sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA pada dasarnya
bertujuan untuk membuat guru semakin pintar dan kompeten karena dalam
implementasi KTSP guru dituntut mampu merencanakan dan mengembangkan
sendiri materi pelajaran, silabus, dan bahan ajar pelajaran yang diampunya untuk
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
19
19
Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas
guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang.
Demikian pendapat dari pakar kurikulum, Karnadi dari Universitas Negeri Jakarta
(UNJ) dan Ansyar dari Universitas Negeri Padang (UNAND) sebagaimana
dikutip dari http://www.erlangga.co.id/index.php. Implementasi KTSP di sekolah
sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan
tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah terutama bagi setiap pendidik, mulai
dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya
pergeseran peran guru yang semula lebih banyak berperan sebagai instruktur
namun kini menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.
Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai lembaga pendidikan
yang bertugas mempersiapkan peserta didik ke tingkat pendidikan yang lebih
tinggi juga mengalami pembenahan penerapan KTSP. Mata pelajaran Akuntansi
di tingkat pendidikan ini merupakan salah satu bahan kajian (sub mata pelajaran)
dari mata pelajaran Ekonomi, sehingga kurikulum pelajaran Akuntansi untuk
SMA juga perlu disesuaikan dengan KTSP yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Penyusunan KTSP selain mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga
berpedoman pada panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi
KTSP adalah Silabus. Pengembangan silabus diatur dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 20 dan pasal 17 ayat 2. Agar pengembangan silabus yang dila-
kukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan
standar nasional kurikulum, maka pihak-pihak terkait perlu memperhatikan
prinsip pengembangan silabus. Prinsip-prinsip tersebut adalah: ilmiah, relevan,
fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, serta efektif,
dan efisien.
Dengan pelaksanaan pengembangan silabus secara mandiri, diharapkan
kebutuhan siswa menjadi semakin terakomodasi oleh guru dan lembaga sekolah,
karena silabus disusun dengan memperhatikan kebutuhan pendidikan siswa.
20
20
Dalam implementasi KTSP, guru tidak berperan penuh dalam kegiatan
pembelajaran siswa di kelas, karena diharapkan siswa mampu belajar secara
mandiri dan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang menjadi penyedia
fasilitas, memberikan arahan, bimbingan, dan menjadi tempat bertanya. Salah satu
alat yang dapat menjadi bantuan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran
adalah bahan ajar. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, siswa tidak
hanya bisa mendapatkan sumber belajar dalam bentuk buku saja, namun juga
dalam bentuk visual, audio, visual audio, multimedia, dan internet. Oleh karena
itu, dengan tersedianya bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan
pembelajaran, maka akan lebih memudahkan guru dan siswa dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar.
Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam penjelasan PP Nomor 19
Tahun 2005 ayat 2 dan ayat 3 menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya
Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah memiliki kepentingan untuk
memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir
memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum
memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah
mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi
Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah
yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar.
Pada saatnya nanti, pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan untuk
menyesuaikan diri dengan Peraturan Pemerintah ini paling lambat dalam jangka
waktu 7 tahun dari diterbitkannya Peraturan tersebut.
Hal tersebut berarti bahwa paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah
jalur pendidikan formal khususnya di SMA/MA sudah atau hampir memenuhi
Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada Kategori Sekolah Mandiri,
yaitu memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan, yang diterapkan secara bertahap.
Selain kedua kategori di atas, pemerintah juga menetapkan kategori
penyelenggaraan pendidikan yang lain yaitu Kategori Sekolah Bertaraf Inter-
nasional (SBI) dan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal. Karakteristik SBI adalah
menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standar isi, standar kompetensi
kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan internasional.
21
21
Sedangkan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal atau SBKL, adalah jenis
sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global
dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi,
ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik, sebagaimana yang tercantum dalam PP 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 91 ayat (1). Dengan
menyesuaikan antara penyelenggaraan pendidikan dengan potensi keunggulan
lokal masing-masing daerah, SMA Berbasis Keunggulan Lokal mampu bersaing
dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.
Pada saat ini, tahap perkembangan setiap sekolah berbeda antara yang
satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kategori sekolah juga berpengaruh dalam
implementasi pengembangan KTSP pada umumnya dan penyusunan silabus serta
bahan ajar secara khusus. Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri tentu akan
berbeda dengan proses penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional misalnya,
meskipun memang perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Yang menjadi
pertanyaan pula, apakah pendidik, dalam hal ini guru mata pelajaran, mampu
mengikuti perkembangan dan memenuhi tuntutan pengem-bangan program
sekolah tempatnya mengajar, sehingga pada saatnya nanti sekolah akan
menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing, serta mencapai
tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah.
Dalam proses perjalanan penerapan dan pengembangan KTSP yang telah
diterapkan beberapa tahun ini, tentu para pendidik menemui berbagai hal untuk
menyesuaikan diri dalam usaha memenuhi tuntutan pendidikan sesuai dengan arah
yang hendak dituju oleh setiap satuan pendidikan. Semakin baik pemahaman guru
tentang program pengembangan sekolah dan implementasi KTSP, serta
penguasaan dalam penyusunan dan penyampaian materi pelajaran, maka
diharapkan semakin maksimal pula hasil pendidikan yang akan dicapai, dan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul ”Implementasi
Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota
Surakarta.”
22
22
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi berbagai permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bangsa Indonesia memiliki masalah di bidang pendidikan berupa rendah-
nya mutu pendidikan dan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalur
utama untuk mempersiapkan dan mengembangkan masyarakat Indonesia
dalam menghadapi era globalisasi.
2. Pemerintah terus-menerus mengupayakan perbaikan untuk meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia salah satunya dengan penerapan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun pelakasanaan di lapangan
masih banyak menemui kendala.
3. Dengan pemberlakuan KTSP, beban guru juga bertambah yaitu mengem-
bangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah, karakteristik dan
kategori sekolah, serta karakteristik peserta didik sehingga dituntut
kesiapan dari sekolah dan guru yang merupakan faktor utama penentu
keberhasilan penerapan KTSP, sementara itu beban mengajar dan
administrasi pendidikan lainya juga memakan waktu yang banyak
4. Salah satu yang perlu dikembangkan dalam KTSP adalah penyusunan
silabus dan bahan ajar yang dapat mempengaruhi tingkat ketercapaian
tujuan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan, sementara
pemahaman pemahaman guru tentang silabus maupun kuriukulum belum
semuanya sama dana memadai.
5. Adanya berbagai kendala dan usaha penanggulanggan dalam pengem-
bangan kurikulum terutama dalam proses penyusunan silabus dan bahan
ajar sesuai dengan ketentuan sekolah, sementara kondisi sekolah yang ada
sangat bervariasi.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam
penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh, maka peneliti
memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:
23
23
1. Prosedur dan proses penyusunan silabus dan pengembangan bahan ajar
mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan
mengembangkan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA.
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyusunan silabus dan
pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA sehingga
diperoleh pelaksanaan pendidikan yang efektif dan optimal.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan hal-hal yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas,
maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah prosedur dan proses penyusunan silabus dan bahan ajar mata
pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Surakarta?
2. Kendala apakah yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan bahan
ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta?
3. Usaha apakah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam menyusun
silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS yang sesuai
dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA
Negeri di Kota Surakarta?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui bagaimana prosedur dan proses penyusunan silabus dan
bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.
24
24
2. Ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menyusun
silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.
3. Ingin mengetahui usaha-usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala
dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI
IPS yang sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pen-
didikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon
guru dan semua pihak yang membutuhkan informasi dari topik ini. Manfaat yang
penulis harapkan adalah sebagai berikut:
2. Secara teoritis:
i. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi guru, siswa
dan semua pihak yang ingin mengetahui dan memahami konsep penerapan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara umum, khususnya dalam
penyusunan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi pada Sekolah
Menengah Atas.
ii. Memberikan gambaran tentang pengkategorian sekolah menurut Standar
Nasional Pendidikan dan pengaruhnya terhadap keoptimalan hasil belajar
dengan penyusunan silabus dan bahan ajar berbasis Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan.
3. Secara praktis:
a. Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan yaitu me-
ningkatkan prestasi akademik siswa XI IPS khususnya dalam pelajaran
Akuntansi.
b. Memahami aplikasi praktis penyusunan KTSP dalam lingkungan pendi-
dikan, terutama pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dan hubungannya
dengan pengkategorian sekolah.
c. Memberikan informasi dan referensi kepada pihak yang berkepentingan
dalam membahas dan memperdalam masalah yang berhubungan dengan
topik penelitian.
25
25
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
i. Pengertian Kurikulum
Kegiatan belajar mengajar di kelas yang dipimpin oleh seorang guru me-
merlukan perencanaan untuk mencapai sasaran pembelajaran yang telah di-
tetapkan. Perencanaan tersebut termuat dalam kurikulum dimana kurikulum
merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan menjadi
patokan bagi setiap guru maupun kepala sekolah dalam menyelenggarakan
proses pendidikan.
Istilah ”Kurikulum” memiliki tafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan
titik berat inti dan pandangan dari pakar yang mencetuskan tafsirannya.
Penafsiran para pakar tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan dan perkembangan kegiatan pendidikan pada saat itu, namun
masih relevan untuk digunakan pada saat ini. Antara lain, tafsiran mengenai
kurikulum seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik sebagai berikut:
1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah penge-tahuan.
2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu pro-gram pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian, siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi pe-rubahan dan perkembangan tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.
3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua ke-giatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan kuri-kulum.
Oemar Hamalik (2003:16-17)
9
26
26
Tafsiran dari Hilda Taba seperti dikutip S. Nasution (2003:7) menge-
mukakan bahwa kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak
agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.
Demikian juga di dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 ayat 19 terdapat definisi tentang kurikulum, yakni ”Kuriku-
lum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan ba-
han pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuri-
kulum merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang
berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi pelajaran,
rencana pengajaran, pengalaman belajar, cara-cara yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar demi men-
capai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mempersiapkan anak agar
berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat.
Setelah definisi kurikulum, maka selanjutnya diuraikan mengenai fungsi
kurikulum. Hendyat Soetopo dan Soemanto seperti yang dikutip oleh M. Joko
Susilo membagi fungsi kurikulum menjadi tujuh bagian, yaitu:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan: kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah.
2. Fungsi kurikulum bagi anak: kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa
3. Fungsi kurikulum bagi guru: sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak, dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.
4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah: sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, menciptakan situasi untuk menunjang belajar anak, dan mem-berikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar. Selain itu, kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman untuk pe-ngembangan lebih lanjut dan untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid: orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.
27
27
6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya: sebagai pemelihara keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.
7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah: untuk mereka ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program kerja sama pendidikan dan kritik atau saran yang membangun untuk menyempurnakan program pendidikan sekolah agar lebih serasi dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat.
M. Joko Susilo (2007:86-87)
Masing-masing fungsi berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan
kurikulum sesuai dengan jenis kebutuhannya terhadap kurikulum. Fungsi
kurikulum dalam rangka pendidikan, akan berbeda dengan fungsi kurikulum
bagi guru atau bagi siswa, atau bagi pihak-pihak lainnya. Namun fungsi terse-
but saling melengkapi dan menunjang satu sama lain. Keberhasilan fungsi
kurikulum akan tampak apabila masing-masing pihak mendapatkan manfaat
dan pengetahuan secara optimal dari kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila seorang guru mampu menyusun dan menerapkan sebuah kurikulum
dengan baik dalam proses belajar mengajar, maka akan terlihat dari
pencapaian siswa yang diajarnya. Apabila siswa berhasil mencapai suatu nilai
tertentu yang telah ditetapkan, maka kualitas sekolah dapat dikatakan mening-
kat, dengan demikian meningkatkan pula kepercayaan masyarakat terhadap
lembaga pendidikan tersebut.
Hal ini berdampak terhadap pencapaian hasil belajar dan pemenuhan
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sehingga pada akhirnya mampu
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yang dapat diartikan sebagai
meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Setelah fungsi kuri-
kulum, selanjutnya mengenai komponen kurikulum, maka seperti yang dikutip
dari Ralph W. Tyler oleh M. Joko Susilo (2007:88-89), terdapat empat kom-
ponen dalam kurikulum yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar meng-
ajar, serta evaluasi dan penilaian.
28
28
Sebagai suatu sistem, kurikulum memiliki komponen-komponen atau
bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang
tidak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat
harmonis, tidak saling bertentangan. Kesatuan dan kesaling-terkaitan keempat
komponen kurikulum ini seperti yang digambarkan dalam bagan berikut:
Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum
Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antara komponen-
komponen kurikulum. Hal ini berarti dalam pengembangan maupun dalam
pelaksanaannya, komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi sehing-
ga pendidik tidak bisa menyusun komponen yang satu tanpa memperhatikan
komponen yang lain. Misalnya dalam menyusun tujuan kurikulum, maka akan
bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian.
Demikian pula sebaliknya. Dalam menyusun bahan pelajaran, harus pula
memperhatikan tujuan dalam proses belajar mengajar yang hendak diraih
sehingga mampu mencapai standar nilai yang telah ditetapkan.
Penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:
1) Tujuan
Yang dimaksud tujuan dalam bagan tersebut adalah tujuan instruk-
sional. Seorang guru yang mengajar tanpa menetapkan dan berpedoman
pada tujuan instruksional akan meraba-raba menentukan tujuan yang
hendak dicapai. Hal ini akan berdampak pada penyampaian materi dan
mutu output sekolah.
Tujuan
Bahan Pelajaran Penilaian
Proses Belajar Mengajar
29
29
Tujuan instruksional diklasifikasi menjadi tiga kawasan yang lebih
khusus. Dengan dikembangkannya tujuan instruksional secara umum dan
khusus akan memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilan atau
prestasi belajar seorang siswa. Pembagian kawasan tujuan instruksional ini
juga memudahkan dalam penyusunan bahan ajar yang dibutuhkan,
sehingga dapat disusun sedemikian rupa untuk dapat mendukung proses
penyampaian pesan yang hendak disampaikan kepada peserta didik.
Pembagian kawasan tersebut yaitu:
a. Kawasan Kognitif (pemahaman) Berorientasi kepada kemampuan ”berpikir dan memahami”, mencakup kemampuan intelektual yang dibagi dalam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam penerapannya, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah, sederhana dan konkrit (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi), sehingga akan didapatkan berbagai tipe tugas dan penilaian yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
b. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku) Afektif sederhana mulai dari memperhatikan suatu fenomena, sampai pada memperhatikan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani. Afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi. Bidang afektif lebih bersifat abstrak daripada yang lain. Perumusan tujuan instruksionalnya tidak berbeda jauh dengan kognitif, tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Tujuan instruksional kawas-an afektif dikategorikan dalam beberapa tingkatan yaitu tingkat menerima (receiving), tingkat menanggapi (responding), tingkat menghargai (appreciating), tingkat mengorganisasi (organization), dan tingkat menghayati (characterization). Tingkatan ini memudahkan penentuan ukuran penilaian kawasan afektif sehingga kesahihan dan keterandalan penilaian dapat diper-tanggungjawabkan.
c. Kawasan Psikomotorik (psychomotor domain) Berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot sehingga diperoleh tingkat ketrampilan fisik tertentu. Tujuan instruksional kawasan psikomotorik dikategorikan menjadi empat kategori yaitu gerakan seluruh badan (gross body movement), gerakan yang terkoordinasi (coordination movement), komunikasi non-verbal (nonverbal communication), dan kebolehan dalam berbicara
30
30
(speech behaviors). Secara umum, pengukuran prestasi belajar kawasan psikomotorik lebih mudah terlihat daripada kawasan afektif, namun penilaian tetap harus dilakukan dengan teliti dan dapat diandalkan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
M. Joko Susilo (2007:88) Dalam penetapannya, ketiga kawasan tujuan instruksional ini saling
mendukung satu sama lain, sehingga harus diperhatikan sesuai dengan
pembelajaran yang hendak diberikan kepada siswa dengan mengelompok-
kan materi sesuai dengan aspek yang tepat sehingga memudahkan
pendidik untuk menyusun rencana proses belajar mengajar yang di-
kehendaki sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2) Bahan Pelajaran
Yang dimaksud bahan pelajaran adalah segala bentuk bahan yang
dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang
diberikan, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Dengan adanya bahan pelajaran yang lengkap dan sesuai ke-
butuhan, akan memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, semakin banyak
variasi bahan pelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu
proses belajar mengajar. Salah satunya yang dapat dijadikan contoh adalah
dengan modul yang disusun oleh guru tiap mata pelajaran sendiri.
3) Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar terdapat isi program kurikulum
yang disampaikan kepada siswa untuk mencapai tujuan. Isi kurikulum
meliputi jenis-jenis bidang studi yang ditentukan atas dasar tujuan ins-
titusional sekolah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, proses
belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidaknya semua komponen
lain yang telah disusun.
31
31
Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara guru dan
siswa. Guru yang kreatif dalam mengembangkan mata pelajaran bidang
studinya sesuai tujuan, baik dalam penyusunan bahan ajar maupun dalam
proses penyampaian materi, akan mampu menarik perhatian dan minat
siswa untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh sehingga mampu
menerima ilmu yang diajarkan dan mengalami proses belajar mengajar
yang kreatif dan menyenangkan.
Dalam proses belajar mengajar juga dapat dilihat strategi peng-
ajaran yaitu dalam cara yang ditempuh untuk melaksanakan pengajaran,
penyampaian materi, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan
kegiatan sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat
atau media pengajaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, keberhasilan
proses pendidikan secara menyeluruh terpusat pada proses ini.
4) Penilaian
Penilaian dan evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan pe-
laksaksanaan kurikulum yang telah disusun. Secara umum, penilaian tidak
dapat dilakukan dengan sama rata, melainkan ada pembagian sesuai
dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai yang maksimal.
Seperti yang diungkapkan oleh Joko Susilo, cara dan standar
penilaian yang digunakan oleh guru akan berpengaruh terhadap tujuan,
proses belajar mengajar, dan penetapan bahan ajar, sehingga berpengaruh
terhadap penetapan penilaian, yaitu:
”Penetapan jenis penilaian hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain dilakukan berdasarkan indikator, mencerminkan alat penilaian yang akan digunakan, indikator dalam satu kompetensi dasar dapat dijadikan alat ukur untuk kompetensi dasar lainnya terutama pada penilaian berbasis kelas, misalnya dengan menetapkan penilaian untuk proyek dengan jenis kompetensi dasar yang sama.”
(M. Joko Susilo, 2007:89)
32
32
Maka, dalam penjabaran mengenai komponen kurikulum ini dapat
dijelaskan bahwa dengan tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, ataupun
psikomotorik, akan mempunyai bahan pelajaran yang sama, namun dalam
proses belajar dan penilaiannya menggunakan pendekatan atau metode yang
berbeda. Metode pengajaran untuk ranah afektif berbeda dengan kognitif atau
psikomotorik. Demikian juga dengan proses penilaian. Penilaian untuk ranah
psikomotorik berbeda dengan penilaian ranah afektif atau kognitif.
Namun perbedaan-perbedaan tersebut harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam mengembangkan kurikulum,
secara teoretis biasanya mulai dengan merumuskan tujuan kurikulum, diikuti
oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, metode atau pendekatan
dalam proses belajar mengajar, dan alat penilaiannya. Namun dalam praktek-
nya, meskipun dimulai dengan perumusan tujuan, masih ada kemungkinan
perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang dianggap perlu
diberikan, sehingga dalam proses pengembangannya tampak proses interaksi
menuju perpaduan dan penyempurnaan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai pengertian
kurikulum yang selalu berkembang. Kurikulum dapat diartikan sebagai
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan yang harus
ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan ke-
giatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah di-
tetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan produktif di masyarakat
dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, berkepribadian, serta
memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Kurikulum mempunyai fungsi-fungsi yang saling mendukung satu
sama lain yang memberikan kegunaan yang berbeda bagi setiap pengguna
kurikulum. Di dalamnya juga terdapat komponen kurikulum yang saling
berkaitan dan disusun dengan sistematis yaitu merumuskan tujuan, memilih
bahan pelajaran, menetapkan proses belajar mengajar, dan membuat alat
penilaian. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang
harmonis dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.
33
33
ii. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang selanjutnya disingkat
KTSP, sampai saat ini sudah berjalan hampir tiga tahun ajaran sejak di-
berlakukan pada tahun ajaran 2006/2007. Kurikulum ini merupakan pe-
nyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menekankan pada
penguasaan kompetensi siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15,
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan berdasarkan panduan pengembangan
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional melalui Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.
Selain itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujud-
kan sekolah yang lebih efektif, produktif dan berprestasi. KTSP memberikan
otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan
proses belajar mengajar di sekolah. Pengembangan KTSP melibatkan peran
serta guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta dewan pendidikan sehingga
diharapkan didapatkan masukan dari berbagai pihak yang dapat meningkatkan
kualitas pendidikan lokal.
Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP
pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan dalam uraian
sebagai berikut:
Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk me-lakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
34
34
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pe-ngembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Mulyasa (2006:22-23)
Menurut pendapat Mulyasa tentang penerapan KTSP pada satuan
pendidikan, beliau mengemukakan bahwa KTSP perlu diterapkan pada satuan
pendidikan berkaitan dengan tujuh hal, yaitu :
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.
2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pen-didikan yang akan dikembangkan.
3) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.
4) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.
5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.
6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.
7) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.
Mulyasa (2006:24)
KTSP dikembangkan dengan dilandasi oleh undang-undang dan per-
aturan pemerintah sebagai berikut:
1) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
3) Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
4) Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5) Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas
nomor 22 dan 23 tahun 2006.
Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permen-
diknas nomor 22 tahun 2006, yang mengatur tentang standar isi untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, men-
35
35
cakup lingkungan materi minimal dan tingkat kompetensi minimal pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu, sebagai berikut:
1) Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis dan ber-tanggung jawab sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembang-an, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik.
2) Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.
4) Relevan dengan kebutuhan. Kurikulum dikembangkan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang saling mengisi dan memberdayakan.
Mulyasa (2006:151-153)
Di samping itu, terdapat tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan KTSP di sekolah, yaitu:
1) Sosialisasi KTSP di sekolah. 2) Menciptakan suasana yang kondusif. 3) Menyiapkan sumber belajar. 4) Membina disiplin. 5) Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah 6) Membangun karakter guru, dan 7) Memberdayakan staf.
Mulyasa (2006:153-167)
36
36
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan yang pengembangannya didasarkan pada
panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan dan melibatkan guru, kepala
sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan serta memperhatikan potensi,
perkembangan, kebutuhan dan lingkungan peserta didik, dan pengembangan
silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum yang telah ditetapkan.
KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk me-
wujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan
paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas
pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka meng-
efektifkan proses belajar mengajar di sekolah.
iii. Kategori Sekolah
Ditjen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa permasalahan
utama pendidikan adalah disparitas (perbedaan) mutu pendidikan dan pe-
nyebaran sekolah yang belum merata. Hal ini menjadi semakin sulit diatasi
karena tidak didukung dengan komponen-komponen utama pendidikan seperti
kurikulum, sumber daya manusia pendidikan yang berkualitas, sarana dan pra-
sarana yang memadai, serta sumber pembiayaan untuk menunjang efektivitas
dan efisiensi pengelolaan pendidikan, dimana sumber pembiayaan ini berasal
dari anggaran pemerintah, orang tua atau peserta didik, dan masyarakat.
Oleh karena itu, salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah dengan menerbitkan UU nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang didalamnya terdapat
acuan dasar (bench mark) bagi setiap penyelenggara dan satuan pendidikan
yang merupakan Standar Nasional Pendidikan atau SNP. SNP, yang tertuang
dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005, memuat kriteria
minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang
dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai
37
37
dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Lingkup Standar Nasional
Pendidikan meliputi:
1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5) Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat ber-olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk peng-gunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6) Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7) Standar pembiayaan adalah standar yg mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.
8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
(Mulyasa, 2006:25-50)
Salah satu implikasi dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah pe-
merintah berkepentingan untuk melakukan pemetaan sekolah atau madrasah
dengan melakukan pengkategorian sekolah khususnya di tingkat pendidikan
SMA berdasarkan tingkat terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan.
Pengkategorian sekolah/madrasah dilakukan dalam beberapa kategori, yaitu:
1) Sekolah Kategori Standar
Sekolah yang memiliki komponen pendidikan standar yang masih
memerlukan bantuan dan penyediaan penuh dari pemerintah dan belum
bisa secara mandiri memenuhi dan menyelenggarakan kebutuhan sekolah-
38
38
nya, sehingga masih tergantung dan memanfaatkan susunan yang diberi-
kan pemerintah dalam seluruh program pengembangan sekolah.
2) Sekolah Kategori Mandiri / Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)
Adalah sekolah yang mampu mengoptimalisasikan pencapaian
tujuan pendidikan, potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk me-
laksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan peserta didik
sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah Kategori Man-
diri atau disebut juga Sekolah Standar Nasional, dapat mengembangkan
diri menjadi sekolah yang unggul dan mengalami percepatan pembelajaran
(accelerated learning), dimana kelas akselerasi merupakan kelas dengan
siswa yang memiliki tingkat kemampuan keberbakatan heterogen.
Sekolah kategori mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah mampu
memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan. Salah
satu ketentuan dalam SKM adalah harus menerapkan sistem kredit
semester (SKS). SKS merupakan salah satu sistem penerapan program
pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai subyek. Pembelajar-
an berpusat pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar.
Peserta didik diberi kebebasan untuk merencanakan kegiatan belajarnya
sesuai dengan minat, kemampuan, dan harapan masing-masing, sehingga
dimungkinkan bagi peserta didik untuk menyelesaikan pendidikannya
lebih cepat dari waktu standar yang ditetapkan yaitu 6 semester, seperti
kutipan berikut:
”Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi me-nyatakan bahwa sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pen-didikan. Mengacu pada konsep tersebut, SKS dapat diterapkan untuk menunjang realisasi konsep belajar tuntas yang digunakan dalam me-nerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada Sistem Kredit Semester, setiap satu satuan kredit semester (1 SKS) berbobot dua jam kegiatan pembelajaran per minggu selama 16 minggu per semester.”
(http://awan965.wordpress.com)
39
39
Hubungan antara SKM / SSN dan SKS, serta pemenuhan Standar
Nasional Pendidikan dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini:
Namun sebelum sekolah-sekolah dapat mencapai taraf SKM,
terlebih dahulu sekolah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Kategori
Mandiri atau RSKM. Ditjen Pembinaan SMA memberikan pembinaan
dalam bentuk peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam me-
ngembangkan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK.
Hasil yang diharapkan dari Rintisan Sekolah Kategori Mandiri
yang dilaksanakan selama tiga (3) tahun ajaran ini, antara lain:
a). Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upaya-upaya menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi/hampir meme-nuhi standar nasional pendidikan.
b). Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan peran-nya masing-masing untuk mewujudkan SMA kategori mandiri.
c). Terpilihnya sejumlah SMA yang dapat dijadikan sekolah model kategori mandiri.
(http://awan965.wordpress.com)
Diharapkan, melalui penetapan RSKM, dapat memenuhi target
pencapaian program rintisan sekolah formal kategori mandiri di SMA
yaitu pada tahun 2009 lebih dari 50% Kabupaten Kota minimal satu SMA
negeri atau swasta yang telah mencapai kategori mandiri dan dapat di-
jadikan SMA model, sehingga pada akhirnya nanti target penetapan SMA
SKM pada tahun 2013 dapat tercapai dan meningkatkan kualitas pen-
didikan di Indonesia.
Sampai saat ini tahun 2009, wilayah Surakarta telah terdapat enam
buah Sekolah Menengah Atas Negeri yang ditetapkan sebagai Rintisan
SKM / SSN
8 SNP SKS
Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN
40
40
Sekolah Kategori Mandiri, antara lain adalah SMAN 2 Surakarta, SMAN 4
Surakarta, SMAN 5 Surakarta, SMAN 6 Surakarta, SMAN 7 Surakarta,
dan SMAN 8 Surakarta. Selain itu, masih ada beberapa Sekolah Menengah
Atas Swasta yang juga ditetapkan sebagai pelaksana RSKM, namun
karena yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah SMA
Negeri, maka SMA Swasta tidak dibahas lebih jauh.
3) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
Adalah sekolah yang menggunakan dua jenis kurikulum yaitu
kurikulum lokal, dalam hal ini KTSP, dan kurikulum internasional yang
disesuaikan dengan tuntutan pendidikan luar negeri. Sekolah ini bertujuan
supaya lulusannya mampu bersaing untuk melanjutkan pendidikannya di
luar negeri maupun di dalam negeri karena telah menempuh masa SMA
dengan kurikulum internasional dan nasional.
Beberapa tingkat yang harus dilalui oleh satuan pendidikan agar
sampai pada level SBI, yaitu sekolah potensial adalah kategori sekolah
yang belum memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan), kemudian
menjadi SSN (Sekolah Standar Nasional) yang berarti penyelenggaraan
pendidikan di sekolah itu sudah memenuhi SNP, setelah itu sekolah
tersebut dapat mencapai SBI (SNP+X).
Di tingkatan SBI pun, satuan pendidikan harus diverifikasi untuk
mendapatkan pengesahan sebagai Sekolah Persiapan RSBI, RSBI,
kemudian SBI. Tersedianya input berupa visi-misi sekolah, kurikulum,
pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dana, regulasi, organisasi, peran
serta masyarakat, dan budaya sekolah belumlah cukup. Satuan pendidikan
harus melakukan inovasi agar tersedia mutu input yang sesuai dengan
standar internasional. Karakteristik SBI antara lain:
a). Menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional.
b). Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris.
c). Mengadopsi buku teks yang dipakai SBI (negara maju).
41
41
d). Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)
Di Surakarta saat ini terdapat dua buah SMA Negeri yang
ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Nasional yaitu SMAN 1
Surakarta dan SMAN 3 Surakarta.
4) Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal (SBKL)
SBKL atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah
sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing
global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi peserta didik.
Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda
dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan
yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara umum tujuan program PBKL di
SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk me-
ngembangkan pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian
materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensinya.
Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta didik :
a.) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada;
b.) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara;
c.) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional;
d.) Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.
(http://awan965.wordpress.com)
42
42
Konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasikan dari
berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya
manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Uraian masing-masing
potensi yang tersebut di atas adalah sebagai berikut:
a). Potensi Sumber Daya Alam. Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup.
b). Potensi Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006).
c). Potensi Geografis. Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer.
d). Potensi Budaya. Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai ke-budayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.
e). Potensi Historis. Keunggulan lokal dalam konsep historis me-rupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu.
(http://awan965.wordpress.com)
Untuk wilayah Surakarta, sampai saat ini belum ada sekolah se-
tingkat SMA yang dikembangkan menuju SMA PBKL, sehingga hanya
ada jenis SMA umum seperti yang tersedia saat ini. Namun apabila hendak
diarahkan menjadi SMA PBKL, wilayah Surakarta mempunyai potensi
Budaya dan Historis yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan ter-
sendiri. Hal ini dilihat dari potensi wisata budaya di Surakarta yang sangat
potensial untuk dikelola lebih lanjut.
43
43
Dalam KTSP, sekolah mempunyai wewenang dalam mengembang-
kan kurikulum sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan tujuan pembelajar-
an sekolah tersebut, sehingga pengembangan KTSP akan berbeda-beda untuk
masing-masing sekolah. Oleh karena itu, sekolah saat ini saling berusaha
memperbaiki mutu pendidikannya sehingga mampu memenuhi standar-
standar yang ditetapkan pemerintah untuk menjadi sekolah yang berkualitas.
iv. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Setelah membahas mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dan pegkategorian sekolah, maka proses penyusunan KTSP perlu diawali
dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan program-program yang ada di sekolah.
2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya.
3) Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mulyasa (2006:172-173)
Selanjutnya dilakukan School review dan Benchmarking. School
review adalah suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah
agar dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional
untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan.
Sedangkan Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan
standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua
proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas
kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting yaitu:
1) Visi dan misi satuan pendidikan Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi, dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.
44
44
2) Tujuan pendidikan satuan pendidikan Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam me-ngembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Kalender pendidikan Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.
4) Struktur muatan KTSP Struktur muatan KTSP terdiri atas: a) Mata pelajaran b) Muatan lokal c) Kegiatan pengembangan diri d) Pengaturan beban belajar e) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan f) Pendidikan kecakapan hidup g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
5) Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.
(Mulyasa, 2006 : 176) Adapun mekanisme penyusunan KTSP yang diungkapkan oleh
Mulyasa yaitu ::
1) Pembentukan tim kerja Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing (konselor / councelor), komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik.
2) Penyusunan draft Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran.
45
45
3) Revisi dan Finalisasi Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik.
Mulyasa (2006:184)
Kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi penyiapan
dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi. Langkah lebih rinci
dari semua kegiatan tersebut dapat diatur dan dikembangkan oleh tim pe-
nyusun kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan. Dengan proses
penyusunan yang tidak hanya berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai
salah satu komponen penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi hasil
pekerjaan penyusunan tersebut dan dapat menentukan apakah kiranya dapat
berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Setelah semua prosedur dan dokumen penyusunan KTSP terpenuhi
dan lengkap, langkah selanjutnya adalah melakukan pengesahan terhadap
dokumen KTSP. Untuk tingkat SMA dan SMK, dokumen KTSP dinyatakan
berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, dan oleh
departemen agama bagi instansi pendidikan yang diselenggarakan dengan
basic keagamaan.
2. Silabus dan Bahan Ajar
a. Silabus
Terdapat beberapa pengertian silabus seperti yang diungkapkan oleh
beberapa pihak. Salah satu pendapat tentang pengertian silabus yaitu :
“Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan”.
Mulyasa (2006:190)
46
46
Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran
Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas (2002:17-18), silabus
merupakan produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut
dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan uraian
materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi
dan kompetensi dasar tersebut.
Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa silabus
merupakan pengembangan dari kurikulum yang berupa rencana pembelajaran
suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Pengembangan silabus berbasis KTSP dapat dilakukan oleh para
guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa
sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat
Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara mandiri
oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik
siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.
Dengan demikian, silabus KTSP yang pengembangannya diserahkan
kepada guru diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda
antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam
daerah yang berbeda. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen
utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar,
standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.
Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Per-
aturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal
20.
Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan
kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan pe-
47
47
nambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar
komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang me-
nangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan
MAK. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan guru
dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pem-
belajaran.
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan
pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pe-
ngembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum
nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan silabus sebagai berikut:
1). Ilmiah Prinsip ilmiah berarti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan.
2). Relevan Relevan berarti bahwa pengembangan silabus harus disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik serta sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3). Fleksibel Prinsip fleksibel mengandung makna bahwa pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Dengan demikian guru tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus (dokumen tertulis), tetapi guru dapat juga mengakomodasi berbagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Untuk peserta didik, mereka diberi berbagai pengalaman belajar yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kewenangan dan kemam-puan yang multi arah, berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasuki.
4). Kontinuitas Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.
48
48
5). Konsisten Konsisten mengandung arti bahwa standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompe-tensi peserta didik.
6). Memadai Memadai mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksana-kan dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembela-jaran. Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembela-jaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pen-capaian kompetensi dasar.
7). Aktual dan kontekstual Aktual dan kontekstual berarti bahwa ruang lingkup komponen-kom-ponen silabus memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, sesuai dengan konteksnya. Cakupan indikator, materi pokok/ pembela-jaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
8). Efektif dan Fleksibel Silabus yang efektif adalah silabus yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pen-didik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan ma-syarakat.
9). Efisien dan Menyeluruh Efisien dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk
memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psiko-motor).
(Mulyasa, 2006 : 191-196)
Selain prinsip-prinsip di atas, dalam pengembangan silabus perlu
diperhatikan pula komponen silabus, seperti yang ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Materi Pokok/Pembelajaran 4. Kegiatan Pembelajaran 5. Indikator 6. Penilaian
49
49
7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar
(http://www.presidenri.go.id)
Adapun prosedur pengembangan silabus berbasis KTSP menurut
Mulyasa, meliputi:
a. Mengisi kolom identitas b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan
hal-hal berikut: a). Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;
b). Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c). Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan memper-
timbangkan: a). Potensi peserta didik; b). Relevansi dengan karakteristik daerah; c). Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spritual peserta didik; d). Kebermanfaatan bagi peserta didik; e). Struktur keilmuan; f). Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g). Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; h). Alokasi waktu.
e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain: a). Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara
berurutan untuk mencapai kompetensi dasar b). Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran c). Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal me-
ngandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.
f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinui-tas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten, dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat pe-nilaian.
50
50
g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan serang-kaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan /atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada stan-dar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Mulyasa (2006:203)
Hal ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Sosialisasi KTSP
MEKANISME PENGEMBANGAN SILABUSMEKANISME PENGEMBANGAN SILABUS
AnalisisSI/SKL/SK-KD
KD-Indikator
Materi Pokok/Pembelajaran
KegiatanPembelajaran
Sumber BelajarPenilaian
Alokasi Waktu
Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
51
51
Contoh Format Silabus yang dapat digunakan pada tingkat SMA :
Nama Sekolah : SMA N 1 Surakarta
Mata Pelajaran : Akuntansi
Kelas/Semester : XI IPS 2 / 2
Standar Kompetensi : Siswa memahami siklus akuntansi
No. Kompetensi
Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Sumber Belajar
1. Siswa mampu menyelesaikan Siklus Akuntansi
Siklus Akuntansi perusahaan jasa
Membuat jurnal – Laporan Keuangan
Jurnal dan laporan keuangan
Tugas dan Ulangan harian
3 x 45 menit
Buku Esis, Akuntansi Jilid 2, Erlangga
Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
b. Bahan Ajar
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran maka seorang guru
berkewajiban membuat dan menyediakan materi pembelajaran (instructional
materials). Materi atau bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam
sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kom-
petensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks
yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implemen-
tasi pembelajaran.
Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari materi secara
runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua
kompetensi secara utuh dan terpadu. Secara garis besar materi atau bahan ajar
ini berisikan tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang
harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subyek didik. Hal ini sesuai
dengan salah satu pendapat yang menyatakan :
52
52
“Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat pe-nilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”.
Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan
jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap
materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu di-
identifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media,
metode, dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalam-
an suatu materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak
kurang dan tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses
pembelajaran menjadi runtut (hirarkis). Langkah-langkah dalam memilih
materi pembelajan, yaitu :
1) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini diperlukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, psikomotorik atau afektif.
2) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Materi aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain : pertama, materi jenis fakta yaitu materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, peristiwa atau sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya. Kedua, materi konsep yaitu berupa pengertian, definisi, hakekat, inti dan isi. Ketiga, materi jenis prinsip yang berupa rumus, dalil, postulat, adagium, paradigma, dan teorema. Keempat, materi jenis prosedural yaitu berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi pemberian respon, apresiasi, internalisasi dan penilaian. Sedangkan materi aspek motorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin.
Mimin Haryati (2007:11)
Disamping memperhatikan langkah-langkah pemilihan materi pem-
belajaran, juga perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip dalam menentukan
materi pembelajaran antara lain:
53
53
1) Prinsip relevansi Adanya keterkaitan antara materi dengan standar kompetensi dan kom-petensi dasar yang ingin dicapai.
2) Prinsip konsistensi Adanya keajegan antara materi dengan standar kompetensi dan kom-petensi dasar yang harus dikuasai siswa.
3) Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan.
Mimin Haryati (2007:15)
Bahan ajar disusun dengan tujuan: menyediakan bahan ajar yang
sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan
siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau
lingkungan sosial siswa, membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan
ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, dan me-
mudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Manfaat bahan ajar yaitu :
”Bagi guru, bahan ajar bermanfaat dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya, dan menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.
Sedang bagi siswa, bahan ajar menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya
Dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Litbang Depdiknas mengenai bahan ajar, disebutkan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.”
(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:
1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)
2) Kompetensi yang akan dicapai
3) Informasi pendukung
54
54
4) Latihan-latihan
5) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
6) Evaluasi
Namun demikian, bahan ajar berbeda dengan sumber belajar (learning
resource). Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam
belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber belajar,
siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang dimaksud
antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang studi/
professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku kurikulum,
internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar.
Dalam pelaksanaannya, untuk mengembangkan bahan ajar harus mem-
perhatikan beberapa hal, antara lain:
1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,
2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman 3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman
siswa 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan
mencapai ketinggian tertentu. 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus
mencapai tujuan. (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun
guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang me-
mungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika
tidak, maka semuanya tidak berarti apa-apa. Masing-masing sumber bahan
ajar akan semakin memaksimalkan proses pembelajaran dan penyerapan
pengetahuan oleh siswa karena dengan demikian siswa akan memiliki
pengalaman secara langsung dan aplikasi nyata materi yang diberikan oleh
guru di sekolah.
55
55
Dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan oleh pemerintah melalui
bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar, bahan atau materi ajar
yang tersedia saat ini terbagi dalam beberapa jenis yaitu:
1) Bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
Dalam usaha mewujudkan bahan ajar menjadi bentuk nyata yang dapat
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, perlu melakukan analisa pe-
nyusunan bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, analisis SK – KD,
analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar. Hal ini
dapat digambarkan dalam alur penyusunan bahan ajar sebagai berikut:
Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar atau
materi ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur
untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, dan juga
memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-
indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
BAHAN AJAR
56
56
dasar. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan bahan ajar dan
sumbernya sesuai dengan standar atau kategori satuan pendidikan tempatnya
bekerja sehingga kreatifitas dan wawasan guru akan berpengaruh pada
keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar.
3. Pengajaran Akuntansi di SMA
Sebelum membahas pengertian pengajaran akuntansi, terlebih dahulu
perlu dibahas pengertian pengajaran. Pengajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi subyek belajar dapat menguasai
pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi
Arikunto (1990:2) yang menyatakan bahwa secara sederhana pengajaran me-
nunjuk suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan penge-
tahuan, ketrampilan dan sikap oleh subyek yang sedang belajar.
Penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap tersebut merupakan
tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa. Dalam KTSP, tujuan
instruksional dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Agar
dapat mencapai tujuan tersebut, guru harus menciptakan kondisi yang me-
mungkinkan siswa dapat belajar secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa
pengajaran melibatkan aktivitas siswa sebagai subyek belajar dan guru yang
memberikan pengajaran.
Pengajaran merupakan proses sistematis yang terdiri dari komponen-
komponen dalam pengajaran yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa: ”Sistem pengajaran adalah
suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang berinteraksi untuk
mencapai tujuan” (Oemar Hamalik, 1990:12).
Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu sistem yang merupakan proses
mengkoordinasikan komponen-komponen meliputi tujuan, unsur-unsur manusia-
wi, bahan ajar, metode, alat dan evaluasi yang saling berinteraksi sehingga me-
mudahkan siswa mencapai tujuan pengajaran.
57
57
Dalam Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Pe-
nyelenggaraan Persekolah dari Depdiknas menyatakan bahwa:
”Pendidikan di Sekolah Menengah Atas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu penge-tahuan, teknologi dan kesenian, serta untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar”.
M. Joko Susilo (2007:17) Berdasarkan tujuan pendidikan SMA yang telah diungkapkan, maka
mata pelajaran Akuntansi di SMA diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan-
nya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (perguruan tinggi)
dengan membekali para siswanya ilmu pengetahuan dan kompetensi serta ke-
mampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sehingga
menjadi siswa yang cerdas, pintar, berwawasan luas dan berjiwa sosial.
Dari pengertian pengajaran dan akuntansi diatas, disimpulkan bahwa
pengajaran akuntansi adalah suatu proses mengkoordinasikan komponen-
komponen meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terkait dengan
akuntansi, unsur-unsur manusiawi, bahan pelajaran akuntansi, metode, alat dan
evaluasi yang berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri
siswa seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pengajaran akuntansi merupakan suatu sistem yang membutuhkan lingkungan
yang memungkinkan terjadinya proses belajar akuntansi pada diri siswa.
Mata pelajaran akuntansi yang merupakan bahan kajian mengenai
suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan,
diberikan pada kelas XI jurusan IPS pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Hal ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional,
teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan,
pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran
hasil-hasilnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Adapun tujuan dari diberikannya mata pelajaran akuntansi di SMA
adalah untuk membekali lulusan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar
mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan
58
58
prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan
ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat khususnya dunia usaha,
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa lulusan. Ruang lingkup
pelajaran Akuntansi di SMA dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan
siklus akuntansi.
Dari tahun ke tahun, materi pokok pelajaran Akuntansi yang diberikan
pada siswa SMA sedikit mengalami perubahan, sampai akhirnya yang diberikan
kepada siswa tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut:
i. Akuntansi dan sistem akuntansi
ii. Dasar hukum pelaksanaan akuntansi
iii. Struktur dasar akuntansi
iv. Siklus akuntansi perusahaan jasa
v. Siklus akuntasi perusahaan dagang
B. Penelitian Yang Relevan
Sebagai referensi pendukung dalam penelitian ini digunakan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Untuk pembahasan
topik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, telah dilakukan berbagai penelitian
dengan segala macam variasi subyek yang diteliti.
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis
lakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian oleh Nur Puji Lestari, K 1304007,
2008, yang berjudul Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di
Kota Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Guru Matematika di Sekolah
Menengah Atas Negeri Di Wilayah Surakarta memiliki : (a). Karakter dan ke-
cintaan yang kuat terhadap profesinya, sehingga hal ini mempengaruhi kinerja dan
profesionalisme mereka, (b). Guru Matematika di SMA Negeri di Surakarta ini
memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai pelaksanaan dan
implementasi KTSP di SMA, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, dan
mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penerapan KTSP, dan
59
59
(c). Penelitian ini menemukan bahwa Guru Matematika di SMA Negeri di
Wilayah Surakarta telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan KTSP.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan
penelitian dari Nur Puji Lestari adalah keduanya sama-sama melakukan penelitian
mengenai implementasi KTSP dalam lingkup Sekolah Menengah Atas Negeri di
Wilayah Surakarta.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan arah penalaran untuk sampai pada
pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, yaitu tentang
pengaliran jalan pikiran menurut kerangka yang logis. Hal ini berarti me-
nempatkan masalah dalam kerangka teoritis yang relevan yang mampu me-
nangkap, menerangkan dan menunjukkan masalah. Upaya ini ditujukan untuk
menjawab atau menerangkan masalah yang diidentifikasikan.
Sekolah mempunyai tujuan yang termuat dalam KTSP yaitu: mem-
bekali siswa agar dapat mengembangkan kepribadian, ketrampilan dan ke-
mampuan berkomunikasi, menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir,
ulet dan gigih dalam berkompetisi, terutama untuk menghadapi tantangan
globalisasi mendatang. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan perubahan jaman
adalah dengan mempunyai kompetensi unggul yang didapatkan dari pembelajaran
di sekolah.
Oleh karena itu, dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di sekolah saat ini, sangat perlu untuk mempersiapkan pengembangan
KTSP dengan semaksimal mungkin. Salah satu hal penting yang harus diper-
hatikan dalam implementasi KTSP adalah pengembangan silabus dan bahan ajar.
Hal ini harus dilakukan dengan persiapan yang matang karena silabus dan bahan
ajar akan digunakan sebagai pilar utama dalam proses pembelajaran setiap hari,
sehingga harus sesuai dengan prinsip pengembangan dan tujuan masing-masing
satuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik,
sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.
60
60
Untuk bisa mempersiapkan silabus dan bahan ajar dengan baik,
dituntut pemahaman dan kesiapan guru terhadap pelaksanaan KTSP dan juga
semangat siswa untuk menyerap pelajaran dalam proses pembelajaran. Upaya
untuk mempersiapkan silabus dan bahan ajar tidak selalu berjalan mudah dan
lancar, namun juga dihadapkan dengan berbagai kendala baik yang bersumber
dari guru pengampu mata pelajaran itu sendiri seperti kemampuan profesional-
isme guru, pemahaman terhadap KTSP dan peserta didik, dan lain sebagainya
maupun dari pihak selain guru seperti peraturan pemerintah, keterbatasan sarana,
kerjasama dengan rekan guru yang lain, dan lain-lain.
Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk menemukan solusi dari
berbagai kendala yang dihadapi sehingga pada akhirnya akan dapat mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan
pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan peningkatan kualitas pendidikan di
sekolah menengah atas pada khususnya.
Uraian tersebut di atas dapat digambarkan dalam skema berikut:
Gambar 5. Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta
KTSP
Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar
Guru Akuntansi
Institusi Sekolah
Kendala
Solusi
Pemahaman terhadap KTSP
Kategori Sekolah
61
61
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) Sekolah Menengah Atas Negeri di
Kota Surakarta yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri karena sebelum ini belum
ada penelitian yang meneliti tentang penyusunan silabus dan bahan ajar dalam
KTSP yang dilakukan di SMA Negeri di Kota Surakarta, dan juga SMA merupa-
kan jenjang pendidikan yang akan berlanjut ke perguruan tinggi, sehingga peneliti
tertarik untuk meneliti proses penyesuaian yang dilakukan pihak sekolah dengan
kriteria dalam KTSP untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Adapun subyek
penelitiannya adalah guru mata pelajaran Akuntansi dan Kepala Sekolah yang
sebagian diwakili oleh Waka Kurikulum.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang penulis rencanakan untuk menyelesaikan penelitian ini
terbagi dalam beberapa tahap seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian
KEGIATAN Tahun 2009-2010 Feb Mar Apr Juli Okt Jan ‘10
A. Tahap Persiapan
1. Pengajuan Proposal
2. Ijin Penelitian
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pengumpulan Data Lapangan
2. Analisis Data
C. Penulisan Laporan Penelitian
45
62
62
B. Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data penelitian yang
diperlukan, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif
kualitatif karena penelitian bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan
menggambarkan dan memaparkan keadaan subyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.
Menurut Lexy J. Moleong (2007:4) mengutip pendapat Bogdan dan
Taylor mengemukakan bahwa “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati.” Oleh karena itu data yang terkumpul
berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar berisi catatan yang menggambar-
kan keadaan yang sebenarnya.
Dalam buku yang sama, Lexy J. Moleong (2007:5) juga menyatakan
bahwa dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa dimanfaatkan adalah
wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Pada penelitian kualitatif,
penelitian lebih ditekankan pada sifat naturalisme, yaitu realita yang muncul dan
didasarkan pada peristiwa-peristiwa nyata yang menjadi bahan kajian dalam
penelitian, sehingga arah dari kegiatannya diarahkan secara dekat pada masalah
kekinian dengan semua teknik pengumpulan data, dan kualitas pelaksanannya
sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data utama.
C. Sumber Data
Ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data dalam penelitian
akan turut menentukan ketepatan, kekayaan data dan atau informasi yang di-
peroleh peneliti. Pemilihan sumber data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh kedalaman studi. Menurut Sutopo, H.B. (2006:2) “Sumber data
penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen
serta arsip serta berbagai benda lain.”
Menurut Lofland dan Lofland, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong
(2007:157) mengatakan bahwa: “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif
63
63
adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain.”
Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informan atau nara sumber, adalah orang-orang yang memberikan informasi
kepada peneliti karena orang tersebut dipandang mengetahui permasalahan
yang dikaji peneliti. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati me-
rupakan penelitian. Informan yang dipilih peneliti adalah orang-orang yang
dipandang benar-benar mengetahui permasalahan sehingga dapat diperoleh
data yang obyektif. Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah :
a). Guru-guru mata pelajaran Akuntansi
b). Kepala sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum
2. Tempat, peristiwa atau kejadian, adalah tempat terjadinya peristiwa atau ber-
langsungnya kegiatan yang dijadikan sumber data bagi penelitian. Dalam
penelitian ini, tempat dan peristiwa merupakan kegiatan yang dapat diamati
yang dilakukan oleh informan pada SMA Negeri 1 Surakarta hingga SMA
Negeri 8 Surakarta.
3. Sumber tertulis yaitu dokumen berupa arsip atau catatan mengenai segala
informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
D. Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran
Akuntansi, Kepala Sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum SMA Negeri di
Kota Surakarta yang telah melaksanakan KTSP yaitu pada SMA Negeri 1
Surakarta hingga SMA Negeri 8 Surakarta.
Untuk meneliti seluruh kegiatan yang ada pada wilayah penelitian, maka
peneliti harus meneliti seluruh populasi tersebut. Akan tetapi hal ini membutuh-
kan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, peneliti meng-
ambil sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan menggali
informasi yang sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber yang
tepat dan dapat dipercaya. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan rekomen-
dasi dari sekolah terhadap salah satu guru Akuntansi di sekolah tersebut.
64
64
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik
purpossive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel diambil tidak ditekankan
pada jumlah, melainkan pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel
sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-
karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena
sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi.
Pengertian menurut Lexy J. Moleong (2007:165) tentang sampel yaitu:
“sampling dimaksudkan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dalam
pelbagai macam sumber dan bangunannya. ... maksud yang kedua ialah menggali
informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.”
Sehingga dalam penelitian kualitatif tidak akan ada sampel acak, melainkan
sampel yang bertujuan. Dalam pelaksanaannya pilihan informan dapat ber-
kembang sesuai dengan kebutuhan data. Informan yang dipilih dapat menunjuk
yang lebih mengetahui permasalahan sehingga diperoleh data yang mendalam dan
benar-benar dapat mendukung tercapainya hasil penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data merupakan suatu bagian sangat penting
dalam setiap bentuk penelitian. Kesalahan dalam suatu pengumpulan data akan
sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Maka data yang dikumpulkan di-
harapkan dalam setiap penelitian adalah data yang benar dan dapat dipercaya.
Sesuai dengan pendekatan kualitatif dan jenis sumber data yang dibutuh-
kan dalam penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pe-
nelitian ini meliputi:
1. Kuesioner
Metode kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tertulis kepada responden serta
terdapat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Metode ini juga
sering disebut metode angket. Penggunaan metode kuesioner ini dilandasi karena
peneliti ingin mendapatkan data yang cukup banyak dalam waktu yang singkat
65
65
namun mencakup keseluruhan materi dan garis besar sehingga didapatkan
gambaran umum penelitian.
Metode kuesioner dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat
sistem penilaian dengan kelompok angka melainkan akan dideskripsikan dalam
bentuk kalimat. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada guru mata
pelajaran Akuntansi yang menjadi responden utama dalam penelitian ini sebagai
salah satu sumber data yang akan digunakan sebagai trianggulasi dalam peng-
olahan hasil penelitian.
2. Wawancara
Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah
berupa manusia dalam posisinya sebagai nara sumber atau informan sehingga
untuk mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik wawancara.
Salah satu pendapat tentang wawancara yaitu:
“Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.
Moh. Nazir (1999:234) Lexy J. Moleong (2002:135) menyatakan bahwa, “Wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di-
wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.
Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif tidak dilakukan
secara terstruktur dan ketat dengan pertanyaan tertutup, tetapi dilakukan secara
tidak terstruktur sebagai teknik wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan
dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah kepada kedalaman
informasi, sehingga tidak terpancang pada satu bentuk atau jenis pertanyaan saja,
namun dapat berkembang sesuai dengan temuan studi dan kebutuhan penelitian.
Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilaksanakan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan secara lisan untuk memperoleh informasi-informasi yang
66
66
berkaitan dengan masalah penelitian serta informan juga memberikan jawaban
secara lisan. Terdapat dua kelompok informan atau interviewee dalam penelitian
ini, yaitu informan utama, yang terdiri dari guru-guru mata pelajaran Akuntansi di
SMA Negeri di Surakarta, dan informan yang digunakan sebagai validasi atas
hasil wawancara dengan informan utama, yaitu kepala sekolah yang diwakili oleh
waka kurikulum, dan beberapa siswa kelas XI IPS yang diajar oleh guru yang
menjadi responden utama.
3. Observasi
Teknik obsevasi atau pengamatan digunakan untuk menggali data dari
sumber data yang berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, tempat, benda, serta
rekaman gambar. Menurut Suharsismi Arikunto (1997:146), “Observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap
sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra”.
Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan adalah mengamati
proses kegiatan belajar mengajar Akuntansi di salah satu kelas yang diampu guru-
guru yang menjadi informan utama dalam teknik wawancara, dan juga mengamati
penyusunan silabus dan bahan ajar yang digunakan oleh informan tersebut dalam
proses belajar mengajarnya sehingga akan mendapatkan informasi yang di-
butuhkan dalam penelitian.
4. Dokumentasi
“Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan
suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.” Demikian diungkapkan oleh H.B. Sutopo
(2006:54) yang menunjukkan bahwa teknik pengumpulan data ini merupakan cara
untuk mendapatkan data tertulis dengan cara mencatat dan mengumpulkan data
yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah
dan tujuan dari penelitian ini, yaitu implementasi penyusunan silabus dan bahan
ajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
mempelajari dokumen, arsip, catatan-catatan, atau hal-hal lain guna melengkapi
informasi-informasi agar lebih dalam dan lengkap. Dokumen tersebut antara lain
67
67
berupa kelengkapan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, program
tahunan, program semester, rancangan penilaian, bahan ajar yang disusun atau
digunakan oleh guru yang menjadi informan utama, beserta dokumen lain yang
dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti (atau orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar
kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah (Budiyono, 2003:47).
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa lembar
observasi, lembar dokumentasi, pedoman wawancara, serta angket yang akan
digunakan untuk saling melengkapi dan mendukung informasi yang didapatkan
dari masing-masing instrumen.
G. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian kualitatif, data-data disajikan dalam bentuk kata-kata
verbal, bukan dalam bentuk angka. Data yang berupa kata-kata tersebut masih
sangat beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi sistematis, ringkas dan logis.
Data yang diperoleh dari lapangan harus dipelajari, dan selanjutnya dipilah-pilah
sehingga informasi penting bisa didapatkan.
Penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis yang dibuat sebelum peneliti-
an. Proses analisis data dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan dengan
proses pengumpulan data. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Lexy J.
Moleong. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis interaktif. H.B. Sutopo (2006:120) mengungkapkan: ”Analisis terdiri dari
tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian
data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.”
68
68
Berikut ini gambaran analisis data model interaktif :
Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120)
Semua komponen dalam analisis data tersebut merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, dimana suatu langkah harus dilakukan untuk menuju
langkah selanjutnya dan terjadi hubungan antara satu langkah dengan langkah
lain.
H. Validitas Data
Data yang telah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan peneliti-
an, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk memperoleh data
yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka peneliti me-
lakukan pemeriksaan keabsahan data atau validitas data. Menurut Lexy J.
Moleong (2007:178), ”Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu.”
Macam teknik triangulasi menurut Patton sebagaimana telah dikutip oleh
H.B Sutopo (2002:78), yaitu ”(1) triangulasi data (data triangulation), (2) tri-
angulasi peneliti (investigator triangulation), (3) triangulasi metodologis
(methodological triangulation), dan (4) triangulasi teoretis (theoretical tri-
angulation)”.
Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
Verifikasi / Penarikan Kesimpulan
69
69
Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Triangulasi Data
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan beragam sumber data
yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap ke-
benarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
2. Triangulasi Peneliti
Yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu
atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
3. Triangulasi Metode
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang sejenis
tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang ber-
beda
4. Triangulasi Teori
Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan perspektif lebih dari
satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah
triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan tri-
angulasi data (sumber) dengan tujuan agar di dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau
sejenis akan lebih valid kebenarannya bila di dapat dan digali dari beberapa
sumber data yang berbeda.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang
harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat diper-
tanggungjawabkan. Prosedur penelitian dapat berupa gambar (skema) yang me-
lukiskan kegiatan sejak awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan.
Menurut Bogdan yang dikutip Lexy J. Moleong (2007:85) mengatakan
bahwa dalam prosedur penelitian ada tiga tahapan, yaitu: pra lapangan, kegiatan
lapangan, dan analisis data.
70
70
Dalam penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Disebut juga tahap pra lapangan yang kegiatannya antara lain dimulai dari
mempersiapkan rancangan penelitian dan mengurus ijin penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini sering disebut juga tahap lapangan. Pada tahap ini kegiatan peneliti-
an adalah menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan peneliti-
an, antara lain wawancara dan pengumpulan dokumen.
3. Tahap Analisis Data
Kegiatan pada tahap ini adalah berusaha menemukan tema-tema yang relevan
dengan masalah penelitian, serta merumuskan hipotesis, dan menganalisis ber-
dasarkan hipotesis tersebut, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu ada
karena tidak semua penelitian kualitatif merumuskan hipotesis.
4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
Tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses penelitian, dimana dalam tahap
ini semua data yang telah didapatkan, diolah dan dianalisis untuk kemudian
dilaporkan dan disusun dalam bentuk skripsi.
Keempat tahap tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini:
Proposal
Persiapan Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dan analisis
Analisis Akhir
Laporan dan penggandaan
Penarikan Kesimpulan
Penulisan Laporan
Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian
lxxi
lxxi
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di delapan (8) SMA Negeri di kota Surakarta.
Secara terperinci, ke-delapan Sekolah Menengah Atas tersebut bisa disajikan
dalam tabel berikut :
Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Surakarta.
No Nama Sekolah Alamat Kepala Sekolah 1. SMA N 1 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Drs. Thoyibun, SH, MM
2. SMA N 2 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Drs. Sukardjo, MA
3. SMA N 3 Surakarta Jl. Prof Johannes 58 Surakarta Drs. Ngadiyo, M.Pd.
4. SMA N 4 Surakarta Jl. Adi Sucipto No. 1 Surakarta Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd.
5. SMA N 5 Surakarta Jl. Letjend. Sutoyo 18 Surakarta Drs. Unggul S, M.Pd
6. SMA N 6 Surakarta Jl. Mr. Sartono No. 30 Surakarta Drs. Makmur S, M.Pd.
7. SMA N 7 Surakarta Jl. Muh. Yamin No. 79 Surakarta Dra. Endang Sri K, M.Pd
8. SMA N 8 Surakarta Jl. Sumbing VI No. 65, Surakarta Drs. Sudadi Mulyono, M.Si
Secara ringkas deskripsi penelitian dari 8 (delapan) SMA di kota
Surakarta dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Sekolah Menegah Atas Negeri I Surakarta
Visi :
Terwujudnya sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas.
Misi :
a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama masing-masing
dengan mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah.
c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal se-
hingga terbentuk insan yang berprestasi di segala bidang.
55
lxxii
lxxii
d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
budaya bangsa.
e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar.
f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkat-
kan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil
g. Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi lokal, nasional, maupun inter-
nasional.
h. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap kelestarian
lingkungan hidup.
Tujuan :
a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia.
b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian,
cerdas, berkualitas, dan berprestasi di bidang akademik maupun non-
akademik.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar
mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup ber-
masyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan
budi luhur bangsa.
e. Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya bangsa
(budaya Jawa khususnya seni budaya Surakarta).
2. Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Surakarta
Visi :
Mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olah Raga dan
IMTAQ
Misi :
a. Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah.
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efesien, se-
hingga mencapai hasil yang optimal.
lxxiii
lxxiii
c. Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih berprestasi sesuai
bakat minatnya.
d. Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat dikembangkan
secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni, budaya, olah raga dan
ilmu pengetahuan),sehingga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mampu
bersaing masuk perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang favorit.
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Surakarta
Visi :
Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang Ilmu Penge-
tahuan dan Teknologi serta Seni Buaya menuju sekolah unggul yang berwawasan
Internasional.
Misi :
a. Mengembangkan tata nilai dan akhlak mulia berdasarkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mewujudkan sinergi dan profesionalisme warga sekolah
c. Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif untuk mewujudkan semangat
berprestasi dan berkembangnya wawasan keilmuan, teknologi serta seni
budaya
Tujuan
a. Memberi layanan kepada siswa yang berpotensi untuk mencapai prestasi
bertaraf nasional dan internasional
b. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta yang mampu berperan aktif
dalam masyarakat global
c. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki kompetensi seperti
yang tercantum dalam SKL yang diperkaya dengan sekolah berciri inter-
nasional
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta
Visi :
SEKOLAH : UNGGUL DALAM PRESTASI SANTUN DALAM PERILAKU
Dengan Indikator:
lxxiv
lxxiv
a. Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Nasional
b. Unggul dalam Persaingan SNMPTN
c. Unggul dalam lomba akademik dan non akademik
d. Unggul dalam hal mentalitas dan moralitas
Misi :
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Tujuan :
Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
5. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surakarta
Visi :
“Unggul dalam mutu, berpijak pada budaya bangsa, beriman, bertaqwa dan
mampu menghadapi tantangan global”.
Misi :
a. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
budi pekerti.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang membentuk pe-
ngembangan diri guru dan memotivasi siswa.
c. Menumbuhkan semangat kedisiplinan, kejujuran, ketertiban dan rasa
tanggung jawab yang tinggi kepada seluruh warga sekolah.
d. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap
siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
e. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah
lxxv
lxxv
f. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya agar dapat
dikembangkan secara optimal
6. Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta
Visi :
Menjadi sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas.
Misi :
a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama
b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah.
c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal
d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
budaya bangsa.
e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar.
f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkat-
kan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil
Tujuan :
a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia.
b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian,
cerdas, berkualitas, dan berprestasi.
c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup ber-
masyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan
budi luhur bangsa.
7. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Surakarta
Visi :
Unggul dalam meraih Pendidikan Tinggi
Misi :
a. Disiplin dan berbudi luhur menuju prestasi.
b. Dengan menumbuhkan semangat disiplin tinggi pada seluruh warga Sekolah.
lxxvi
lxxvi
c. Terwujudnya siswa memiliki keimanan, ketaqwaan, sehat jasmani dan rohani.
d. Memelihara, melestarikan dan memberdayakan budaya daerah.
e. Menyiapkan SDM yang berdaya saing tinggi.
8. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Surakarta
Visi
Meningkat dalam prestasi akademis dan unggul dalam prestasi non akademis ber-
dasarkan iman dan takwa
Misi
a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat berkembang
secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki
b. Mengenalkan dan menggunakan serta mengembangkan hasil teknologi
modern
c. Mengoptimalisasi bakat dan ketrampilan siswa sehingga memiliki ke-
mandirian dan kecakapan hidup di tengah masyarakat
d. Menumbuhkan semangat ketertiban dan kedisiplinan bagi warga sekolah
sebagai konsep dasar menuju sukses
e. Mendorong semangat kerja bagi guru dan karyawan sehingga memiliki
tanggung jawab dan berdedikasi tinggi
f. Meningkatkan pengamalan ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa
sehingga menjadi sumber kearifan berperilaku
g. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri dalam bidang
olahraga dan seni sehingga dapat berkembang secara optimal
h. Membudayakan etika pergaulan yang saling sapa, salam, senyum sehingga
terjalin persaudaraan dan kesetiakawanan sejati, saling asah, asih asuh.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada SMA di Kota Surakarta
lxxvii
lxxvii
Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam
kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri
1 dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yatu SMA Negeri 2,4,5,6,7,8
termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Tidak bisa
dipungkiri bahwa pemahaman guru terhadap kurikulum masih beragam,
namun tidak salah artinya mereka menekankan pada inti dan pandangan pakar.
Ada yang mengemukakan, sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru
SMA Negeri 4, Bp Haryanto bahwa :
”Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah
sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah
pengetahuan” .
Sementara itu, salah seorang guru SMA Negeri 6, Ibu Hestrini me-
ngemukakan bahwa :
”Kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar
dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja
melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua
kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan
kurikulum”.
Pandangan yang agak berbeda dikemukakan oaleh salah satu kepala
Sekolah Menengah Atas, Bp Edy Pudiyanto sebagai berikut :
”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.”
Sebagai suatu perangkat sekaligus sistem, kurikulum memiliki empat
komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c) Proses belajar
mengajar, d) Evaluasi dan penilaian. Sebagai suatu sistem, kurikulum
memiliki komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung
dan membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen-komponen
dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan
lxxviii
lxxviii
Tujuan pembelajaran merupakan kompas bagi guru mencapai tiga ranah
utama, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psiko-
motorik. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan
untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar meng-
ajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan, baik berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Proses Belajar Mengajar
mencakup isi program kurikulum yang disampaikan kepada siswa untuk
mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang di-
tentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Dalam
pelaksanaannya, proses belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidak-
nya semua komponen lain yang telah disusun. Sedang penilaian dan evaluasi
merupakan tolok ukur keberhasilan pelaksaksanaan kurikulum yang telah
disusun. Secara umum, penilaian tidak dapat dilakukan dengan sama rata,
melainkan ada pembagian sesuai dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai
yang maksimal.
Dari sekian pendapat dari informan bisa dikemukakan bahwa pemaham-
an kurikulum selalu dinamis, namun setidaknya bisa disimpulkan bahwa
kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
bahan yang harus ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pen-
didikan yang telah ditetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan
produktif di masyarakat dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak
mulia, berkepribadian, serta memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi
masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan mengadopsi pengertian kurikuluam di atas, maka pengertian
Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang di-
kembangkan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan situasi dan
kondisi masing-masing satuan pendidikan agar benar-benar sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang ada disekitar.
Hampir semua informan mengemukakan kesamaan pandangan dalam
proses penyusunan KTSP. Mereka mengemukakan bahwa dalam proses
lxxix
lxxix
penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap
hal-hal sebagai berikut :
a. Potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pen-
didikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah
dan program-program yang ada di sekolah.
b. Peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar,
baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pen-
didikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya
alam dan sosial budaya.
c. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam pe-
nyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Dalam proses penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Salah seorang informan dari SMA 4 (Bp Haryanto) mengemukakan bahwa :
”Setelah dilakukan tiga langkah diatas kemudian dilakukan School review dan Benchmarking. School review adalah suatu proses mengembangkan komponen sekolah agar bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan. Benchmarking adalah kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan”.
Sebagai suatu sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan me-
miliki enam komponen penting, yaitu bahwa satuan pendidikan dalam me-
nyusun kurikulum harus memiliki :
a. Visi dan misi satuan pendidikan
b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan
c. Kalender pendidikan
d. Struktur muatan KTSP yang terdiri atas :
1) Mata pelajaran
2) Muatan lokal
3) Kegiatan pengembangan diri
4) Pengaturan beban belajar
5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan
lxxx
lxxx
6) Pendidikan kecakapan hidup
7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global
e. Silabus
f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Implementasi penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan pada
Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta secara formal telah me-
menuhi enam tuntutan itu, yang meliputi : a) Visi dan misi pendidikan, b)
Tujuan pendidikan, c) Kalender pendidikan, d) Struktur muatan KTSP e)
Silabus dan f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hampir semua
informan pada SMA Negeri di Kota Surakarta memiliki pandangan yang sama
terhadap enam komponen tersebut.
Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan
representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi,
dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang. Tujuan pendidikan satuan
pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP.
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan
menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus
mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi
peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang harus dimiliki peserta didik.
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetesi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang meng-
gambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan
dalam silabus.
lxxxi
lxxxi
Mekanisme penyusunan KTSP pada Sekolah Menengah Atas di Kota
Surakarta menempuh tiga tahap utama, yaitu a) Pembentukan tim kerja, b)
Penyusunan draft dan c) Revisi dan Finalisasi.
Bpk Wiyono, sebagai salah satu tim pengembang kurikulum pada
SMA Negeri 1 Surakarta mengemukakan :
”Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing, komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik. Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran, yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran.
Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik”.
Penyusunan KTSP meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review
dan revisi, serta finalisasi. Dengan proses penyusunan yang tidak hanya
berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai salah satu komponen
penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi. Langkah selanjutnya adalah
melakukan pengesahan terhadap dokumen KTSP oleh kepala sekolah serta
diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota.
2. Proses Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada
SMA Negeri di Kota Surakarta Seperti diketahui bahwa silabus merupakan salah satu komponen dalam
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Silabus merupakan rencana pem-
belajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan. Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil
Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas
dikatakan bahwa silabus merupakan produk pengembangan kurikulum berupa
lxxxii
lxxxii
penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang
ingin dicapai, dan uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
Di Sekolah Menengah Atas wilayah Kota Surakarta, pengembangan
silabus berbasis KTSP dilakukan oleh para guru secara mandiri dan atau
berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG),
dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus KTSP bisa diserahkan kepada
guru sehingga diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda
antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam
daerah yang berbeda. Namun demikian, hampir semua SMA yang ada di Kota
Surakarta tetap mengacu pada Silabus yang diedarkan pemerintah (Dep-
diknas), sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Th. Dwi Nuraini seorang guru
SMA 2 Surakarta:
”Penyusunan Silabus mengacu pada silabus KTSP dari Pemerintah
dan dikembangkan melalui forum MGMP baik sekolah maupun MGMP
Kota”.
Hampir semua guru memahmi bahwa Landasan pengembangan
silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2)
dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu silabus minimal harus memuat
enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan
standar penilaian. Kenyataan seperti itu didukung oleh seorang guru SMA
Negeri 3, Ibu Dyah Retniningsih yang berpendapat :
”Penyusunan Silabus tetap mengacu pada silabus dari pemerintah
tetapi dikembangkan secara intern sekolah itu sendiri dengan me-
manfaatkan forum MGMP sekolah maupun MGMP Kota”
Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan
kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan
lxxxiii
lxxxiii
penambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar
komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di
bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pen-
didikan. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan
guru dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pem-
belajaran.
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan
pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pe-
ngembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum
nasional, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembang-
annya.
Dalam penyusunan silabus senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip
dimana setiap silabus harus : ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten,
memadai, aktual dan kontekstual, efektif dan fleksibel serta efisien dan me-
nyeluruh. Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Sistem Pen-
didikan Nasional memberi arahan bahwa dalam pengembangan silabus perlu
diperhatikan komponen-komponen penting yang meliputi : Standar Kompe-
tensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,
Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu serta Sumber Belajar. Fleksibilitas dan
aktualitas penyusunan silabus dikemukakan seorang guru SMA 5, Bp
Maryono :
“Penyusunan silabus mengacu pada prinsip-prinsip yang di-sampaikan pemerintah, antara lain bahwa silabus harus fleksibel dan aktual. Pengembangan silabus ditempuh melalui forum MGMP sekolah dan Kota. Salah satu bentuk pengembangan silabus yang fleksiabel dan aktual yang diberlakukan pada SMA Negeri 5 adalah pemberian materi Myob Accounting. Pemberian materi itu sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat industri dan dunia usaha saat ini, sehingga dirasa perlu diberikan kepada siswa”.
Hampir tidak ada perbedaan pengembangan silabus yang berlaku pada
Rintisan Sekolah Berbasis Internasional dengan Rintisan Sekolah Katagori
Mandiri. Pendapat seperti itu dikemukakan oleh dua orang guru akuntansi
pada dua SMA bertaraf RSBI di Kota Surakarta (Bp Wiyono dan Ibu Dyah
Retniningsih), yang mengemukakan :
lxxxiv
lxxxiv
“Katagori sekolah baik RSBI ataupun RSKM tidak terlalu ber-pengaruh dalam penyusunan dan pengembangan silabus. Penyusunan silabus pada sekolah RSBI hanya mentranslate silabus sekolah Reguler (RSKM) kedalam silabus dalam bahasa inggris. Untuk kelas SBI silabus-nya hanya akan mentransfer silabus kelas IPS reguler yang ada sekarang ke bahasa inggris”.
Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta
telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP
baik tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi :
a. Pengisian kolom identitas
b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan
hal-hal berikut:
1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat
kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
Standar Isi;
2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran;
3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata
pelajaran.
c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar.
d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan memper-
timbangkan:
1) Potensi peserta didik;
2) Relevansi dengan karakteristik daerah;
3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
spiritual peserta didik;
4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;
5) Struktur keilmuan;
6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;
8) Alokasi waktu.
e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar
dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain:
lxxxv
lxxxv
1) Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara
berurutan untuk mencapai kompetensi dasar
2) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran
3) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal me-
ngandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.
f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator
adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinu-
itas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator
dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk
pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir,
dan bertindak secara konsisten. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun
alat penilaian.
g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan se-
rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan
data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, peng-
amatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kom-
petensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu
mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan
kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan/
atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa
media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,
lxxxvi
lxxxvi
sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Salah satu format silabus yang dikembangkan pada sekolah bertaraf
RSBI di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
Nama Sekolah : SMA N 1 Surakarta Mata Pelajaran : Akuntansi Kelas/Semester : XI IPS 2 / 2 Standar Kompetensi : Siswa memahami siklus akuntansi
No. Kompetensi
Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan
Pembeljrn Indikator Penilaian Alokasi Sumber Belajar
1. Siswa mam pu menye-lesaikan Siklus akuntansi
Siklus akuntansi perusahaan jasa
Membuat jurnal – laporan keuangan
Jurnal & lap keu
Tugas dan Ulangan harian
3 x 45 menit
Buku Esis, Akuntansi Jilid 2, Erlangga
3. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala yang
dihadapi bukan pada prosedur penyusunan silabus, namun lebih banyak pada
implementasi pelaksanaan dari silabus yang telah disusun. Berbagai kendala
itu antara lain :
i. Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM (tidak ada
laboratorium IPS).
Harus diakui bahwa untuk mencapai standar kompetensi dibutuh-
kan berbagai sarana penunjang. Meskipun silabus telah disusun secara
baik, namum dalam pelaksanaannya masih perlu dilengkapi sarana yang
lain. Satu hal yang dirasakan adalah terbatasnya sarana laboratorium
berupa laboratorium komputer dan laboratorium IPS sebagai sarana
lxxxvii
lxxxvii
praktik akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh seorang guru SMA
Negeri 5, Bp Maryono:
”Satu hal yang menyulitkan bagi guru dalam mengimplementasi-
kan silabus, yaitu terbatasnya laboratorium IPS, sehingga menyulitkan
dalam proses pembelajaran”
ii. Kualitas Sumber Daya Manusia pada Sekolah berkatagori RSBI.
Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah yang berkatagori RSBI
menitikberatkan pada pembelajaran bertaraf internasional, namun kenyata-
annya masih sulit dibedakan dengan proses pembelajaran yang terjadi pada
sekolah yang berkatagori RSKM. Penguasaan bahasa inggris bagi para
tenaga pengajar menjadi kendala utama, sebagaimana dikemukakan Bpk.
Wiyono dan Ibu Dyah Retniningsih sebagai berikut :
”Sumber daya manusia dari guru masih belum cukup mampu
memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, termasuk
didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya”.
iii. Disparitas Kualitas Input Siswa
Terdapat perbedaan kualitas input siswa pada kelompok sekolah
bertaraf RSBI dengan sekolah berkatagori RSKM. Perbedaan itu sangat
menyulitkan bagi guru dalam ”mensukseskan” silabus yang telah di-
kembangkan dan disusun dengan susah payah. Tidak bisa dipungkiri
bahwa kesenjangan kualitas input siswa pada SMA Negeri di Kota
Surakarta antara SMA Negeri 1 sampai SMA Negeri 8 sangat tampak.
Kondisi seperti itu sangat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran,
sebagaimana dikemukakan seorang guru SMA Negeri 8, Bp Joko Trisianto
sebagai berikut :
”Input nilai siswa yang sangat rendah dibanding Sekolah Me-
nengah Atas Negeri yang lain sangat mempengaruhi kualitas pembelajar-
an”
iv. Sarana penunjang Proses Pembelajaran
lxxxviii
lxxxviii
Partisipasi orang tua dalam bentuk sumbangan komite sekolah sangat
mempengaruhi penyediaan sarana penunjang pembelajaran bagi siswa.
Pada sekolah sekolah yang tergolong RSKM dalam katagaori ”rendah”
masih banyak dijumpai persoalan, terutama berkenaan dengan sarana
media pembelajaran maupun sarana praktik dalam wujud fasilitas
laboratorium, sebagaimana disampaikan oleh dua orang guru, SMA Negeri
6 dan SMA Negeri 8 sebagai berikut :
”Terbatasnya sarana dan prasarana berupa media pembelajaran
maupun laboratorium baik komputer maupun laboratorium IPS sangat
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran”
Kendala utama yang dihadapi masing masing sekolah berbeda-
beda, sehingga masing-masing sekolah akan melakukan upaya yang be-
ragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran
pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara
bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota maupun
pusat serta kepada komite sekolah. Pada sekolah berkatagori RSBI,
peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bahasa
inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan laboratorium yang di-
miliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan dan kendala
bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM.
4. Proses Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta
Seorang guru berkewajiban membuat dan menyediakan materi
pembelajaran (instructional materials). Materi pembelajaran atau bahan ajar
merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang memegang
peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator
yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan
ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk
perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.
Dengan materi pembelajaran berupa bahan ajar siswa dapat mem-
pelajari materi secara runtut dan sistematis sehingga siswa mampu menguasai
lxxxix
lxxxix
semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi atau bahan ajar berisikan
tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang harus dipelajari
dan dikuasai siswa sebagai subyek didik.
Betapa pentingnya materi ajar dalam proses pembelajaran siswa,
maka setiap guru harus merancang agar komponen pengetahuan, sikap dan
ketrampilan bisa ditransfer ke subyek didik secara baik. Transfer disini tidak
diartikan secara statis bahwa guru hanya sekedar menyampaikan materi,
namun guru dituntut untuk bisa mendesain dan mengorganisir materi sehingga
kompetensi bisa tercapai dengan menggunakan model pembelajaran yang
inovatif dan media setepat mungkin. Tuntutan penyusunan bahan ajar yaitu :
“Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”.
Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan
jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap
materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifi-
kasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media, metode, dan
teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu
materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak kurang dan
tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses pembelajar-
an menjadi runtut (hirarkis).
Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks
saja, namun bisa berbentuk lain. Hasil wawancara terhadap sejumlah guru
akuntansi bisa dikemukakan bahwa terdapat wacana yang semakin maju,
bahwa bahan ajar yang disampaikan dan dirancang guru tidak terbatas pada
buku teks, namun sudah dalam bentuk lain yag beragam dan sangat inovatif,
sebagaimana dikemukakan salah seorang guru SMA Negeri 7, Ibu Miyanti
sebagai berikut :
xc
xc
“Setiap guru diwajibkan membuat bahan ajar berupa modul
akuntansi, namun dalam implementasinya siswa diwajibkan mencari
bahan-bahan yang relevan melalui internet dan media cetak lainnya”.
Pemahaman guru yang seperti itu sejalan dengan apa yang di-
rekomendasikan Pemerintah dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan melalui
bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar. Menurut rekomendasi itu
dikemukakan bahwa bahan ajar bisa meliputi :
a. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
b. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
c. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.
d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti
CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning
materials).
Memperhatikan berbagai ragam bahan ajar yang bisa dikembangkan,
ternyata apa yang dilakukan guru-guru SMA Negeri di Kota Surakarta masih
banyak bertumpu pada bahan ajar yang bersifat bahan cetak seperti modul,
hand out maupun lembar kerja siswa, sebagaimana dikemukakan oleh guru
SMA Negeri 6, Ibu Hestrini :
“Pengembangan bahan ajar yag dilakukan adi SMA Negeri 6
berupa hand out untuk materi tertentu disamping juga menggunakan bahan
cetak berupa buku teks yang sudah terstandar”.
Masing-masing sekolah berbeda dalam pengembangan bahan ajar,
seperi yang terjadi pada SMA Negeri 1,2,3,4, dan 7 bahwa setiap guru di-
wajibkan membuat modul pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh guru
SMA Negeri 4, Bp Haryanto :
“Pada sekolah kami, setiap guru diwajibkan membuat modul dan
dibiayai pihak sekolah sebagai bentuk penghargaan serta hand out untuk
materi tertentu”.
xci
xci
Lain halnya yang terjadi pada SMA Negeri 5, 6 dan 8 bahwa bahan
ajar merujuk pada buku teks yang sudah jadi dengan disertai pembuatan hand
out oleh guru sebagai sarana penunjang, sebagaimana dikemukakan oleh guru
SMA Negeri 6, Ibu Hestrini :
“Untuk materi-materi akuntansi tertentu, guru diwajibkan untuk
membuat hand out agar proses pembelajaran lebih terarah”
Apa yang dilakukan guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota
Surakarta dalam usaha mewujudkan bahan ajar baik berupa hand out ataupun
modul tetap berkonsentrasi pada analisis kebutuhan bahan ajar itu sendiri.
Analisis yang dilakukan meliputi :
a. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar disertai indikator
pencapaian standar yang dimaksud.
b. Analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar.
Analisis penyusunan kebutuhan bahan ajar yang dilakukan guru-guru
bisa digambarkan pada alur sebagai berikut :
Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi pada SMA Negeri
di Kota Surakarta dalam penyusunan bahan ajar apabila dihubungkan
dengan pendapat Mimin Haryati (2007:11) terdapat kesamaan pandangan.
Kesamaan itu terletak pada langkah-langkah dalam memilih materi pem-
belajaran, yaitu meliputi :
a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh siswa.
b. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Indikator
Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
BAHAN AJAR
xcii
xcii
Kegiatan guru-guru akuntansi yang berkenaan dengan kegiatan
pembelajaran siswa terkoordinasi dalam kegiatan MGMP baik tingkat
sekolah maupun tingkat kota, sehingga setiap perkembangan yang terjadi
selalu bergerak secara sinergi antar guru antar sekolah di wilayah kota
Surakarta. Ada empat prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guru-
guru dalam penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip
konsistensi dan c) Prinsip kecukupan. Ketiga prinsip itu menjadi penting
pada saat mengembangkan bahan ajar, sebagaimana dikemukakan oleh
guru akuntansi dari SMA Negeri 5, Bp Maryono :
“Pengembagan bahan ajar memang masih berkonsentrasikan pada bahan ajar berupa bahan cetak berupa modul dan hand out, namun setidaknya kami selalu berusaha mengembangkan bahan ajar agar relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dimasyarakat, selalu konsisten dalam penyampaian materi serta memadai dengan kebutuhan siswa”
Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru-guru
akuntansi antara sekolah yang satu dengan yang lain memang bervariasi.
Pada sekolah berkatagori RSBI, bahan ajar dikembangkan oleh guru
berupa modul dan lembar kerja siswa yang disusun oleh guru. Pe-
ngembangan bahan ajar seperti itu dimaksudkan agar guru lebih ber-
tanggunjawab terhadap sajian materi, disamping hal itu dituntut oleh pihak
sekolah agar guru berkonsentrasi penuh terhadap penguasaan kompetensi
siswa, sebagamana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 3, Ibu Dyah
Retniningsih :
“Guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul yang dikembangan dengan mengacu berbagai sumber yang bisa dipercaya. SMA Negeri 3 Surakarta sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional mau tidak mau harus berbenah diri untuk lebih maju, satu upaya diantaranya adalah pengembagan bahan ajar”.
Pengembangan bahan ajar pada SMA Negeri berkatagori RSKM
lebih banyak berkonsentrasi pada pembuatan hand out, disamping ada pula
yang telah berusaha pada pembuatan bahan ajar berupa modul sebagai-
mana dikemukakan guru Akuntansi pada SMA Negeri 8, Bp Joko
Trisianto :
xciii
xciii
“ Pengembangan bahan ajar masih terbatas pada pembuatan hand
out saja”
Meskipun terjadi perbedaan dalam pengembangan jenis
bahan ajar, namun hampir seluruh guru akuntansi pada SMA Negeri di
Kota Surakarta telah mengembangkan bahan ajar baik berupa modul, hand
out maupun pengembangan media pembelajaran yang kesemuanya di-
maksudkan untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa.
Dari hasil observasi dilapangan, pengembangan bahan ajar oleh
guru akuntansi baik berupa modul maupun hand out telah memenuhi
beberapa komponen, antara lain :
a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)
b. Kompetensi yang akan dicapai
c. Informasi pendukung
d. Latihan-latihan
e. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
f. Evaluasi
Untuk mendukung proses pembelajaran, harus dipisahkan antara
bahan ajar dengan sumber belajar. Pengertian bahan ajar telah dijelaskan
dimuka, sedang sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan
dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa
dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber
belajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang
dimaksud antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang
studi/professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku
kurikulum, internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru
apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkin-
kan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar.
5. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan
Bahan ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta
xciv
xciv
Harus disadari bahwa pengembangan bahan ajar baik berupa modul
ataupun hand out yang dilakukan guru-guru akuntansi di SMA Negeri di Kota
Surakarta masih menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan itu ter-
utama berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas
sumber daya manusia serta beban pekerjaan guru.
i. Sarana, Prasarana dan Pendaanaan
Kondisi sarana dan prasarana yang ada antara sekolah yang
berkatagori RSBI dan yang RSKM menjadikan kendala dalam pe-
ngembangan bahan ajar. Pada jenis sekolah yang RSBI tidak banyak
mengalami kendala oleh karena pihak sekolah memfasilitasi. Fasilitas yag
diberikan sekolah tidak lepas dari partisipasi orang tua siswa yang
memang tergolong tinggi, terutama dalam pembiayaan melalui komite
sekolah, sebagamana dikemukakan oleh guru akuntansi dari SMA Negeri
1 dan 3. Pengakuan yang disampaikan Ibu Dyah Retniningsih sebagai
berikut :
“Pengembangan bahan ajar berupa modul yang disusun guru merupakan tahap awal yang harus dibuat. Oleh karena pengembangan bahan ajar seperti itu juga dimaksudkan untuk mensukseskan keberhasilan sekolah maka diberikan pendanaan yang besarnya memang tidak terlalu besar, namun cukuplah untuk pengganti pembiayaan penyusunan bahan ajar”.
Hal senada juga disampaikan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi
SMA Negeri 1 Surakarta. Beliau mengatakan :
“Untuk pengembangan bahan ajar, terus terang pihak sekolah mendorong agar guru aktif dan kreatif membuat modul dan juga LKS untuk menopang keberhasilan proses pemelajaran. Kami diberi dana secukupnya untuk mensukseskan program sekolah tersebut. Dengan modul dan LKS buatan guru maka akan lebih terfokus karena dalam penyusunannya mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah dibuat”.
Kondisi yang agak berbeda terjadi pada kelompok sekolah
berkatagori RSKM. Pada sekolah jenis inipun kondisi masing-masing
sekolah juga berbeda. Yang menjadi perbedaan sekali lagi adalah
dukungan sekolah terhadap pengembangan bahan ajar tersebut. Pada
sekolah RSKM yang agak maju, kendala pendanaan tidak begitu dirasa-
xcv
xcv
kan, sebagaimana dikemukakan oleh Bp Haryanto, guru akuntansi dari
SMA Negeri 4 Surakarta. Beliau mengatakan :
“Untuk pengembangan bahan ajar khususnya bagi guru-guru yang membuat modul maupun hand out, pihak sekolah membantu sepenuhnya dengan diberi stimulan. Tujuan pemberian stimulan tidak lain agar guru lebih giat melakukan pengembangan kualitas pembelajaran, disamping hal itu merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.”
Kondisi yang memprihatinkan terjadi pada sekolah katagori RSKM
namun masih dalam katagori “rendah”. Pada sekolah tersebut pe-
ngembangan bahan ajar masih terkonsentrasi pada pembuatan hand out
saja. Hal itu lebih disebabkan pada kemampuan sekolah dalam mem-
fasilitasi. Pengembangan bahan ajar. Pengakuan itu terungkap dari per-
nyataan salah seorang guru akuntansi pada SMA Negeri 8 Surakarta, Bp
Joko Trisianto sebagai berikut :
“Untuk SMA Negeri 8 terus terang pengembangan bahan ajar
masih terbatas pada pembuatan hand out,. Karena pihak sekolaha belum
mampu sepenuhnya mendukung pengembangan bahan ajar berupa
modul”.
Upaya yang dilakukan pihak sekolah maupun guru dalam
mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dilihat dari sisi
pendanaan, sarana dan prasarana adalah dengan mengusulkan kepada
pihak sekolah dan komite agar mengalokasikan dana bagi guru untuk
pengembangan bahan ajar. Selain itu, untuk mengatasi terbatasnya sarana
dan pendanaan adalah melalui pengembangan guru agar lebiha kreatif dan
memanfaatkan lingkungan sekitar. Upaya lain yang dilakukan adalah
pengupayaan terhadap guru agar lebih kreatif agar siswa bisa menerima
materi pembelajaran secara optimal.
ii. Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru
Tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing sekolah akan
didukung oleh kuantitas dan kualitas guru yang berbeda-beda. Maju
tidaknya sebuah sekolah memang tidak haya dipengaruhi oleh kualitas
guru, namun juga faktor-faktor lain seperti kualitas siswa, fasilitas, model
pembelajaran yang diterapkan serta media dan lain-lain. Akan tetapi tidak
xcvi
xcvi
bisa dipungkiri pula bahwa peran guru juga sangat strategis dalam pe-
ningkatan kualitas pembelajaran siswa. Pada sekolah berkatagori RSBI ,
kendala utama yang dihadapi guru dalam pengembangan bahan ajar adalah
penguasaan bahasa inggris begitu pula terhadap teknik penyusunan bahan
ajar yang memenuhi standart karya ilmiah sebuah bahan ajar. Kondisi
seperti itu dikemukakan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi pada SMA
Negeri 1 Surakarta :
“Sumber daya manusia berupa guru belum sepenuhnya mampu
memenuhi tuntutan kompetensi seperti yang diharapkan sebagai guru
sekolah yang bertaraf internasional. Kendala utama adalah penguasaan
bahasa asing (inggris) begitu pula penguasaan model pembelajaran serta
penguasaan medianya”.
Lain halnya pada sekolah yang masih dalam katagori RSKM,
kendala yang dihadapi lebih luas. Rendahnya nilai input siswa, partisipasi
orang tua yang belum optimal sampai pada kualitas guru yang belum
seperti harapan. Dari sisi guru, kualitas yang belum opotimal menjadikan
proses pengembangan bahan ajar juga terganggu. Terbatasnya akses bahan
referensi serta penguasaan bahasa asing menjadi kendala dalam pe-
ngembangan bahan ajar. Sehingga tidak jarang bahan ajar yang disusun
hanya sebatas hand out, itupun kadang-kadang hanya terfokus pada pokok
bahasan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh guru akuntansi SMA
Negeri 6 Ibu Hestrini dan SMA Negeri 8 Bp. Joko Trisianto :
“Kami membuat bahan ajar masih terbatas hand out saja, dan hal
itu juga masih kadang terbatas pada pokok bahasan tertentu”.
Beban guru dalam mengajar dan tugas tambahan lainnya ternyata
juga menyita waktu dalam pengembangan bahan ajar. Beban guru 24 jam
setiap minggu cukup memberatkan dalam rangka meningkatkan ke-
mampuan menyusun bahan ajar. Kondisi seperti itu kadang masih
ditambah dengan tidak aktifnya guru yang serumpun karena alasan
kesehatan, sehingga mau atau tidak harus ikut membantu menyelesaikan
xcvii
xcvii
tugas guru yang berhalangan tersebut, sebagaimana dikemukakanm Bp.
Maryono, Guru akuntansi SMA Negeri 5 Surakarta :
“Kami dihadapkan pada persoalan dalam pengembangan bahan
ajar. Pertama beban mengajar yang cukup berat, kadang masih disampiri
tugas membantu guru yang kebetulan berhalangan hadir karena kondisi
kesehatan”.
Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan memberi
dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar baik berupa
modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan. Disamping itu
pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang berminat pada
kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan
peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada
kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.
C. Temuan Hasil Penelitian
Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam
kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri 1
dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yaitu SMA Negeri 2,4,5,6,7, dan 8
termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Kedelapan SMA
tersebut mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ada-
lah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembela-
jaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai suatu sistem, kuriku-
lum memiliki empat komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c)
Proses belajar mengajar, d) Evaluasi dan penilaian.
Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi
tiga ranah, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psikomo-
torik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka dibutuhkan materi pelajaran
yang dituangkan dalam bahan ajar. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan
yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegi-
xcviii
xcviii
atan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan,
baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber bela-
jar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu
silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar
mengajar), dan standar penilaian.
Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta
telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP baik
tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi :
1. Pengisian kolom identitas
2. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
3. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
4. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran
5. Mengembangkan pengalaman belajar
6. Merumuskan indikator keberhasilan
7. Menentukan penilaian (standar penilaian)
8. Menentukan alokasi waktu
9. Menentukan sumber belajar
Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala utama yang
dihadapi masing masing sekolah berbeda-beda, sehingga masing-masing sekolah
akan melakukan upaya yang beragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatas-
nya sarana pembelajaran pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan peng-
adaan secara bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota mau-
pun pusat serta kepada komite sekolah.
xcix
xcix
Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilakukan
dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan
laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan
dan kendala bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM.
Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja,
namun bisa berbentuk lain, bisa meliputi :
1. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, model/maket.
2. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk
audio.
3. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn
interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi dalam penyusunan bahan
ajar meliputi :
1. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari
dan dikuasai oleh siswa.
2. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.
Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan bahan ajar terutama
berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas sumber daya
manusia serta beban pekerjaan guru. Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah
dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar
baik berupa modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan.
Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang
berminat pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan
dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada
kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.
c
c
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan
yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Proses Penyusunan dan Pengembangan Silabus dan Bahan Ajar
a. Silabus
Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, Landasan
pengembangan silabus diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20.
Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama,
yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar,
standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.
Pengembangan silabus mengikuti prosedur melalui forum MGMP
meliputi :
1.) Pengisian kolom identitas
2.) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi
3.) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar
4.) Merumuskan indikator keberhasilan
5.) Menentukan penilaian (standar penilaian)
ci
ci
6.) Menentukan alokasi waktu didasarkan pada jumlah minggu, jumlah
kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingan kompetensi dasar.
7.) Menentukan sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,
nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
b. Bahan Ajar
Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah :
1.) Identifikasi standar kompetensi Identifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa.
2.) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.
Bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja,
namun bisa berbentuk lain seperti :
1.) Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,
leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.
2.) Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact
disk audio.
3.) Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.
4.) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)
multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web
based learning materials).
Tiga prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guru-guru dalam
penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip konsistensi
dan c) Prinsip kecukupan.
2. Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan dan Pengembangan Silabus
dan Bahan Ajar
a. Silabus
85
cii
cii
Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan
pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota
Surakarta antara lain :
1) Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM
2) Kualitas Sumber Daya Manusia dari guru masih belum mampu
memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, terma-
suk didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya
3) Disparitas Kualitas Input Siswa
4) Sarana penunjang Proses pembelajaran
b. Bahan Ajar
Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan
pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota
Surakarta antara lain :
1) Sarana, Prasarana dan Pendanaan
2) Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru
3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan dan
pengembangan silabus dan bahan ajar
a. Silabus
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penyusunan dan
pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi sangat beragam sesuai
persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran pada sekolah
berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara bertahap melalui
pengajuan dana kepada pemerintah.
Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilaku-
kan dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimali-
sasi sarana dan laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk
mengatasi kekurangan dan kendala bagi sekolah berkatagori RSKM.
b. Bahan Ajar
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan
dan pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi
ciii
ciii
dorongan kepada guru guru untuk mengembangkan modul atau hand out
dengan memberi fasilitas pendanaan.
Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-
guru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkena-
an dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini membawa implikasi baik secara teoritis maupun
secara praktis, yaitu :
1. Implikasi secara teoritis
Penelitian ini mengungkap proses penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar.
Secara hierarkhis, dalam kurikulum ada komponen yang namanya silabus.
Untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar, maka seorang guru akan
menyampaikan materi yang tertuang dalam materi pembelajaran. Wujud
konkrit dari materi pembelajaran berupa bahan ajar, bisa bebentuk modul
ataupun hand out. Pembahasan tentang pengembangan kurikulum, silabus dan
bahan ajar akan membuka wacana betapa pentingnya ketiga kegiatan itu
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan penelitian ini
setidaknya akan menambah khasanah keilmuan, setidaknya pula bisa
dijadikan referensi untuk kajian lebih mendalam bagi peneliti lain.
2. Implikasi secara praktis
Penelitian ini akan membawa implikasi secara praktis, terutama bagi
para guru maupun pimpinan sekolah. Dampak yang paling bisa dirasakan
bahwa dengan pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar akan
memudahkan bagi guru-guru terutama guru akuntansi dalam menjalankan
tugas. Bagi pimpinan sekolah, pengembangan kurikulum, silabus dan bahan
civ
civ
ajar bisa dijadikan pijakan dalam menjalankan fungsi kepemimpinan,
terutama dari sisi akademis.
C. SARAN
Dengan memperhatikan berbagai kendala yag dihadapi dalam penyusunan
kurikulum KTSP, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar pada
SMA Negeri di Kota Surakarta, maka saran yang dikemukakan adalah :
1. Kepada Guru-guru Akuntansi
a. Guru sebagai salah satu komponen pada institusi pendidikan, maka harus
ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum KTSP di tingkat
sekolah. Indikasi keaktifan guru dengan memberi masukan berkenaan
dengan perkembangan dinamika tuntutan masyarakat .
b. Kurikulum tidak bersifat statis, sehingga guru harus selalu terbuka dengan
setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu
sistem, kurikulum akan dijabarkan dalam silabus. Dalam hal pengembang-
an silabus, guru akuntansi juga harus melihat perkembangan dan praktik
yang terjadi di lapangan dan dunia usaha, sehingga tidak kedaluwarsa.
2. Kepada Institusi Sekolah
a. Oleh karena guru dalam berkarya selalu melibatkan unsur pimpinan sekolah,
maka pihak sekolah harus selalu mendorong kepada guru-guru untuk aktif
berkarya dalam pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar.
b. Pihak sekolah harus selalu mengevaluasi terhadap produk yang berupa kuri-
kulum, silabus dan bahan ajar agar tidak ketinggalan dengan laju per-
kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Pihak sekolah hendaknya memberi dorongan agar guru-guru selalu aktif dan
berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, terutama berkenaan dengan pengem-
cv
cv
bangan kurikulum, silabus maupun bahan ajar serta model pembelajaran
yang inovatif. Pelatihan-pelatihan seperti itu menjadi penting untuk mening-
katkan kompetensi guru, sehingga kualitas proses pembelajaran menjadi
lebih baik.
3. Kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta
Gerak langkah kinerja sekolah menjadi bagian penting dari fungsi
Dikpora, oleh karena itu pihak Dikpora harus senantiasa memberi dorongan,
fasilitas dalam rangka peningkatan guru-guru serta institusi sekolah untuk
mengikuti kegiatan ilmiah berupa pengembangan kurikulum, silabus maupun
bahan ajar.
cvi
cvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Akhmad Sudrajad, 2007, Program Implementasi Sekolah Kategori Mandiri,
http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/program-
implementasi-sekolah-kategori-mandiri/index.php, diakses Desem-
ber 2008
Akhmad Sudrajad, 2008, Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri dan Sekolah
Standar Nasional, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/
01/konsep-dasar-sekolah-kategori-mandiri-sekolah-standar-
Nasional. Diunduh pada September 2008
Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Bahan Ajar SMA (Power Point), http://
akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembangan-
bahan-ajar.ppt – diunduh pada Januari 2009
Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Silabus SMA (Power Point), http://.
akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembangan-
silabus.ppt – diunduh pada Januari 2009
Awan, 2008, Seputar Sekolah Kategori Mandiri, http://awan965.wordpress.com/
2008/11/19/seputar-sekolah-kategori-mandiri/ diunduh pada
Januari 2009
Budiyono, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surakarta: UNS Press.
Depdiknas, 2002, Pola Induk Sistem Pengujian hasil kegiatan pembelajaran
berbasis kemampuan dasar SMU, Jakarta.
Depdiknas, 2003, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, http://www.presidenri.go.id/dokumenuu.php/177.pdf, di-
akses Desember 2008.
cvii
cvii
Depdiknas, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, www.presidenri.go.id/
dokumenuu.php/177.pdf, diakses Desember 2008.
H.B. Sutopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Lexy. J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Masnur Muslich, 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual, Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
Martinis Yamin, 2008, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Implementasi
KTSP & UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta:
Gaung Persada Press.
Miles & Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.
Mimin Haryati, 2008, Model dan Teknik Penilaian pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press.
Muh. Nazir, Metode Penelitian, 1999, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyasa, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, 2006, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompe-
tensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nur Puji Lestari, 2008, Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pen-
didikan di Kota Surakarta, Skripsi, Surakarta: FKIP.
Oemar Hamalik, 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
_____________, 1990, Perencanaan Pengajaran, Bandung: Cipta Aditya Bakti.
S. Nasution, 2003, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara
91
cviii
cviii
Siti Nur Halimah, 2009, Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran Ekonomi di
SMA Batik Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, Skripsi, Surakarta:
FKIP.
Suara Pembaruan Daily, 2003, KTSP membuat guru kreatif, www.erlangga.co.id/
index.php, diakses Desember 2008.
Suharsimi Arikunto, 1990, Manajemen Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Waspada, 2007, Keunggulan PBKL, http://www.waspada.co.id, diunduh pada
Desember 2008