implementasi penyusunan silabus dan bahan ajar …...implementasi penyusunan silabus dan bahan ajar...

108
IMPLEMENTASI PE MATA PELAJARA TINGK PADA SMA PUR FAKULTAS KE UNIVE ENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AN AKUNTANSI DENGAN KURIKU KAT SATUAN PENDIDIKAN NEGERI DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh: RWANI WIDYANINGTYAS K 7402020 EGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 N AJAR ULUM N

Upload: ngokhue

Post on 29-Mar-2019

265 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR

MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA

PURWANI WIDYANINGTYAS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

i

IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR

MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA

SKRIPSI

Oleh:

PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR

MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

ii

IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR

MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM

TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA

Oleh:

PURWANI WIDYANINGTYAS K 7402020

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. Sukirman, MM NIP. 195006171982031001

Pembimbing II

Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd NIP. 196912292005012001

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk

memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : _________________

Tanggal : _________________

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd _____________

Sekretaris : Jaryanto, S.Pd, M.Si _____________

Anggota I : Drs. Sukirman, MM _____________

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd _____________

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 196007271987021001

v

HALAMAN REVISI

Skripsi ini telah direvisi sesuai dengan arahan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Wahyu Adi M.Pd _____________

Sekretaris : Jaryanto S.Pd, M.Si _____________

Anggota I : Drs. Sukirman, MM _____________

Anggota II : Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd _____________

vi

ABSTRAK

Purwani Widyaningtyas. IMPLEMENTASI PENYUSUNAN SILABUS DAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI DENGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA SMA NEGERI DI KOTA SURAKARTA. Skripsi. Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui proses penyusunan Silabus dan Bahan Ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SMA Negeri Kota Surakarta, (2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta, (3) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam penyusunan dan pengembangan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan oleh SMA Negeri di Kota Surakarta.

Penelitian ini dilakukan di delapan SMA Negeri di Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengambilan sampel menggunakan purpo-sive sampling. Yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah guru akuntansi, dan kepala sekolah, yang sebagian diwakili oleh wakil kepala sekolah. Untuk menjaga validitas data ditempuh dengan teknik triangulasi, meliputi triangulasi sumber dan metode. Analisis yang dilakukan dengan model analisa interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) a.) Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, landasannya memuat enam komponen utama, yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian. b.) Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah : Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar; dan identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. (2) a.) Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan Silabus terkait dengan sarana kualitas Sumber Daya Manusia, disparitas kualitas input siswa dan sarana penunjang proses pembelajaran. b.) Kendala yang dihadapi dalam penyusunan bahan ajar berkaitan dengan : sarana, prasarana dan pendanaan serta sumber daya manusia dan beban pekerjaan guru. (3) a.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala penyusunan silabus dilakukan dengan pengadaan sarana peningkatan kualitas SDM, optimalisasi sarana dan laboratorium. b.) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan modul atau hand out dengan memberi fasilitas pendanaan. Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.

vii

ABSTRACT Purwani Widyaningtyas. THE IMPLEMENTATION OF ACCOUNTING SUBJECT SYLLABUS AND LEARNING MATERIAL DEVELOPMENT USING EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM IN PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURAKARTA CITY. Thesis. Surakarta. Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, Surakarta. 2010.

The objectives of research are (1) to find out the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, (2) to find out the obstacles encountered in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City, and (3) to find out the measures taken in coping with the obstacles occurring in the process of developing Accounting Subject Syllabus and Learning Material using Education Unit Level Curriculum in Public Senior High Schools in Surakarta City.

The research was taken place in eight Public Senior High Schools in Surakarta City using qualitative approach. The sampling technique used was the purposive sampling one. The informants of research were accounting teachers and the headmasters, most of which are represented by the vice headmaster. In order to keep the data validity, triangulation technique, including source and method triangulation, was used. The analysis was done using an interactive analysis model.

The result of research shows that (1) a) in the process of making and developing syllabus, the foundation contains six main components: standard competency, basic competency, indicator, standard material, standard process (teaching-learning activity), and standard assessment. b) the process of developing learning material is done with the following steps: identifying the standard competency and basic competency; and identifying the material types. (2) a) the obstacles encountered in syllabus development concerns the infrastructure of human resource quality, disparity of students’ input quality and supporting infrastructure of learning process. b) the obstacles encountered in developing the learning material include: infrastructure and funding as well as human resource and teacher workload. (3) a) the measures taken to cope with the obstacles in syllabus development include providing the infrastructure to improve the quality of human resource, optimizing the facilities and laboratory, b) the measures taken to cope with the obstacle in developing learning material in the school party include by encouraging the teachers to develop module or hand out by giving funding facility. In addition, the school also involves actively the teachers in the seminar, workshop and similar activities relevant to the improvement of learning material capability improvement.

viii

MOTTO

~ Waktu tidak bisa diputar, untuk itu kita harus pandai mengisinya dengan

cerdas ~ (Penulis)

~ Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan

segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah,

segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak

ada keuntungan di bawah matahari. ~

(Pkh. 2:11)

9

9

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada :

Ibu tersayang

Keluarga terkasih

Masa lalu yang telah terlewati

Masa depan yang akan tertempuh

Dan Almamater

10

10

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan anugrah-Nya saja skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi

sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi

ini, namun atas bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang

timbul dapat teratasi. Untuk segala bantuan, disampaikan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta, yang telah

memberikan surat keputusan tentang ijin menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta

yang telah menyetujui permohonan atas penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi dan Ketua

Program BKK Pendidikan Akuntansi Jurusan P.IPS FKIP UNS Surakarta

yang telah memberikan ijin, kesempatan, kepercayaan, dan dorongan untuk

menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Sukirman, MM selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dorongan, dan kesempatan dalam penyusunan skripsi ini

sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

5. Sri Sumaryati, S.Pd, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan masukan, dorongan, bimbingan, dan kesempatan sehingga skripsi

ini dapat terselesaikan sampai pada akhirnya dengan baik.

6. Bapak Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi khususnya dan Bapak

Ibu dosen FKIP UNS pada umumnya yang telah mendidik dan memberikan

bimbingan selama penulis menuntut ilmu di FKIP UNS Surakarta.

7. Drs. HM. Thoyibun, SH, MM selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1

Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan

penelitian.

8. Drs. Sukardjo, MA selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Surakarta beserta

staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

11

11

9. Drs. H. Ngadiyo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta

beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

10. Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Surakarta,

beserta staff yang telah penulis dalam mengadakan penelitian.

11. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta,

beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

12. Drs. Makmur Sugeng, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Surakarta,

beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan penelitian.

13. Dra. Hj. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA

Negeri 7 Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam

mengadakan penelitian.

14. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 8

Surakarta, beserta staff yang telah membantu penulis dalam mengadakan

penelitian.

15. Teman-teman Program studi Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi, terima

kasih untuk segala waktu dan kebersamaannya.

16. Keluarga dan orang-orang terkasih di sekeliling penulis, terima kasih untuk

tidak pernah lelah dalam memberikan dukungan dan semangat, untuk semua

cinta yang tak pernah habis.

17. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun diharapkan sudah memenuhi

persyaratan yang wajib penulis penuhi. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan dalam dunia pendidikan

pengembangan kurikulum pada khususnya.

Surakarta, Januari 2010

Purwani Widyaningtyas K. 7402020

12

12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i

HALAMAN PENGAJUAN............................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………..................... iv

HALAMAN REVISI...................................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK................................................................................. vi

HALAMAN MOTTO..................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................... viii

KATA PENGANTAR..................................................................................... ix

DAFTAR ISI……………………………………………………......……….. xi

DAFTAR TABEL……………………………………………………......….. xiii

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..…. xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………... 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………… 6

C. Pembatasan Masalah………………………………………….. 6

D. Perumusan Masalah…………………………………………… 7

E. Tujuan Penelitian……………………………………………... 7

F. Manfaat Penelitian…………………………………………….. 8

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka………...……………………………………. 9

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan............................... 9

a. Pengertian Kurikulum………………...………………. 9

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan……………….. 17

c. Kategori Sekolah……………………………............... 20

d. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan..... 27

2. Silabus dan Bahan Ajar…………………………………... 29

a. Silabus………………………………………………… 29

b. Bahan Ajar……………………………………………. 35

13

13

3. Pengajaran Akuntansi di SMA……………………………. 40

B. Penelitian Yang Relevan ……..……………………………… 42

C. Kerangka Berpikir…………..………………………………… 43

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….... 45

B. Jenis Penelitian………..………………………………………. 46

C. Sumber Data…………..………………………………………. 46

D. Teknik Sampling……...………………………………………. 47

E. Teknik Pengumpulan Data…………...……………………….. 48

F. Instrumen Pengumpulan Data…………………...………......... 51

G. Teknik Analisa Data………………………………...………… 51

H. Validitas Data…………………………………...………......... 52

I. Prosedur Penelitian……………………………………………. 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………… 55

B. Deskripsi Hasil Penelitian …………………………………… 61

C. Temuan Hasil Penelitian .......................................................... 82

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan…………………………………………………… 85

B. Implikasi....……………………………………………….....… 88

C. Saran............…………………..…………………………….... 89

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 91

LAMPIRAN………………………………………………………………... 94

14

14

DAFTAR TABEL

Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS ....... 35 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……………………………………….. 45 Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota

Surakarta............................................................................................... 55

15

15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum.................. 12 Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN ........................... 23 Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus .......................... 34 Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar .................................................. 39 Gambar 5 Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta ........................................... 44 Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120) ........ 52

Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian ..................................................... 54

16

16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Informan..................................................................... 95

Lampiran 2. Pedoman Penelitian ………………………………………. 96

Lampiran 3. Kisi kisi Materi Angket ………………………………….. 97

Lampiran 4. Angket Penelitian ……………………………………….… 99

Lampiran 5. Pedoman Wawancara .............………………………….….. 106

Lampiran 6. Field Note.............................................................................. 109

Lampiran 7. Pedoman Observasi Mengajar Guru …………………….. 122

Lampiran 8. Pedoman Pengamatan …..................................................... 123

Lampiran 9. Contoh Program Tahunan ..................................................... 124

Lampiran 10. Contoh Program Semester ..................................................... 127

Lampiran 11. Contoh Silabus …………………………………………...… 131

Lampiran 12. Contoh RPP ………………………………………………... 136

Lampiran 13. Contoh Kriteria Ketuntasan Minimal ……………………… 156

Lampiran 14. Contoh Modul / Bahan Ajar ……………………………….. 160

Lampiran 15. Perijinan Penelitian ............................................................... 173

17

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai negara sedang berpacu dalam perubahan di segala bidang,

termasuk dalam bidang pendidikan. Apabila tidak ingin tertinggal, tentunya harus

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Seiring dengan tuntutan

globalisasi, pemerintah Indonesia telah mempercepat pencanangan Millenium

Development Goals (MDGs) yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat

menjadi tahun 2015. Millenium Development Goals adalah era pasar bebas yaitu

era globalisasi, sebagai era persaingan mutu atau kualitas. Siapa yang berkualitas,

dialah yang akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya.

Untuk dapat mencapai hal tersebut, bangsa Indonesia membutuhkan

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi, yaitu manusia cerdas, sehat,

jujur, beriman, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial yang

tinggi. Diharapkan dengan memiliki sumber daya manusia semacam ini, bangsa

Indonesia mampu mengolah sumber daya alam (SDA) yang tersedia untuk

memenuhi kebutuhan bangsa sendiri dan tidak kalah bersaing dengan negara lain.

Dengan kata lain, bangsa Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang

mampu berpikir secara lokal, dan bertindak secara global.

Salah satu jalan utama untuk dapat mewujudkan itu semua adalah melalui

jalur pendidikan. Menurut UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1

ayat 1 dikemukakan bahwa: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Bangsa Indonesia masih memiliki masalah yang begitu berat dalam dunia

pendidikan, yaitu rendahnya mutu pelaksanaan pendidikan terutama pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah di beberapa daerah. Oleh karena itu, sudah

merupakan hal yang wajib apabila pemerintah terus melakukan berbagai upaya

1

18

18

dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Berbagai upaya dilakukan

oleh pemerintah antara lain: pengembangan kurikulum, peningkatan kompetensi

guru, pengadaan buku dan alat pengajaran, penyediaan dan perbaikan sarana dan

prasarana pendidikan, juga peningkatan kualitas manajemen sekolah.

Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum,

karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh

setiap satuan pendidikan, khususnya oleh guru dan kepala sekolah dalam

penyelenggaraan proses pendidikan. Kurikulum terkini yang ditetapkan oleh

pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang merupa-

kan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penetapan

KTSP secara resmi dilakukan pada tanggal 26 Mei 2006 melalui Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.

Mulyasa (2006:8) mengemukakan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidik-

an, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat

setempat, dan karakteristik peserta didik. Setiap satuan pendidikan dasar dan

menengah dapat menerapkan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 dan paling

lambat harus telah diterapkan pada tahun ajaran 2009/2010 sebagaimana tercan-

tum pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 24 tahun

2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 dan nomor 23

tahun 2006 yang tercantum pada pasal 2 ayat 1, 2, dan 3.

Sampai saat ini yaitu tahun ajaran 2008/2009, pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terus menerus dilakukan untuk memenuhi

standar pelaksanaan KTSP oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai UU No.

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Maka, guru sebagai pemeran utama dalam

pelaksanaan kurikulum diharapkan telah memiliki pengalaman dan ketrampilan

dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran yang diampunya. Penerapan

KTSP di setiap tingkat sekolah, mulai dari SD, SMP, dan SMA pada dasarnya

bertujuan untuk membuat guru semakin pintar dan kompeten karena dalam

implementasi KTSP guru dituntut mampu merencanakan dan mengembangkan

sendiri materi pelajaran, silabus, dan bahan ajar pelajaran yang diampunya untuk

mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

19

19

Kurikulum yang selama ini dibuat dari pusat menyebabkan kreativitas

guru kurang terpupuk, tetapi dengan KTSP, kreativitas guru bisa berkembang.

Demikian pendapat dari pakar kurikulum, Karnadi dari Universitas Negeri Jakarta

(UNJ) dan Ansyar dari Universitas Negeri Padang (UNAND) sebagaimana

dikutip dari http://www.erlangga.co.id/index.php. Implementasi KTSP di sekolah

sebenarnya membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan

tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah terutama bagi setiap pendidik, mulai

dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Hal ini berkaitan dengan adanya

pergeseran peran guru yang semula lebih banyak berperan sebagai instruktur

namun kini menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran.

Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai lembaga pendidikan

yang bertugas mempersiapkan peserta didik ke tingkat pendidikan yang lebih

tinggi juga mengalami pembenahan penerapan KTSP. Mata pelajaran Akuntansi

di tingkat pendidikan ini merupakan salah satu bahan kajian (sub mata pelajaran)

dari mata pelajaran Ekonomi, sehingga kurikulum pelajaran Akuntansi untuk

SMA juga perlu disesuaikan dengan KTSP yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Penyusunan KTSP selain mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) juga

berpedoman pada panduan penyusunan KTSP yang diterbitkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Salah satu bagian penting yang perlu diperhatikan dalam implementasi

KTSP adalah Silabus. Pengembangan silabus diatur dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 20 dan pasal 17 ayat 2. Agar pengembangan silabus yang dila-

kukan oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan

standar nasional kurikulum, maka pihak-pihak terkait perlu memperhatikan

prinsip pengembangan silabus. Prinsip-prinsip tersebut adalah: ilmiah, relevan,

fleksibel, kontinuitas, konsisten, memadai, aktual dan kontekstual, serta efektif,

dan efisien.

Dengan pelaksanaan pengembangan silabus secara mandiri, diharapkan

kebutuhan siswa menjadi semakin terakomodasi oleh guru dan lembaga sekolah,

karena silabus disusun dengan memperhatikan kebutuhan pendidikan siswa.

20

20

Dalam implementasi KTSP, guru tidak berperan penuh dalam kegiatan

pembelajaran siswa di kelas, karena diharapkan siswa mampu belajar secara

mandiri dan guru lebih berperan sebagai fasilitator yang menjadi penyedia

fasilitas, memberikan arahan, bimbingan, dan menjadi tempat bertanya. Salah satu

alat yang dapat menjadi bantuan bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran

adalah bahan ajar. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, siswa tidak

hanya bisa mendapatkan sumber belajar dalam bentuk buku saja, namun juga

dalam bentuk visual, audio, visual audio, multimedia, dan internet. Oleh karena

itu, dengan tersedianya bahan ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan

pembelajaran, maka akan lebih memudahkan guru dan siswa dalam pelaksanaan

proses belajar mengajar.

Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam penjelasan PP Nomor 19

Tahun 2005 ayat 2 dan ayat 3 menyebutkan bahwa dengan diberlakukannya

Standar Nasional Pendidikan, maka pemerintah memiliki kepentingan untuk

memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir

memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan sekolah/madrasah yang belum

memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah

mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi

Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah

yang belum memenuhi Standar Nasional Pendidikan ke dalam kategori standar.

Pada saatnya nanti, pemerintah mewajibkan setiap satuan pendidikan untuk

menyesuaikan diri dengan Peraturan Pemerintah ini paling lambat dalam jangka

waktu 7 tahun dari diterbitkannya Peraturan tersebut.

Hal tersebut berarti bahwa paling lambat pada tahun 2013 semua sekolah

jalur pendidikan formal khususnya di SMA/MA sudah atau hampir memenuhi

Standar Nasional Pendidikan yang berarti berada pada Kategori Sekolah Mandiri,

yaitu memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan, yang diterapkan secara bertahap.

Selain kedua kategori di atas, pemerintah juga menetapkan kategori

penyelenggaraan pendidikan yang lain yaitu Kategori Sekolah Bertaraf Inter-

nasional (SBI) dan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal. Karakteristik SBI adalah

menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standar isi, standar kompetensi

kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan internasional.

21

21

Sedangkan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal atau SBKL, adalah jenis

sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global

dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi,

ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan

kompetensi peserta didik, sebagaimana yang tercantum dalam PP 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 91 ayat (1). Dengan

menyesuaikan antara penyelenggaraan pendidikan dengan potensi keunggulan

lokal masing-masing daerah, SMA Berbasis Keunggulan Lokal mampu bersaing

dan mengembangkan potensi daerahnya masing-masing.

Pada saat ini, tahap perkembangan setiap sekolah berbeda antara yang

satu dengan yang lain. Oleh karena itu, kategori sekolah juga berpengaruh dalam

implementasi pengembangan KTSP pada umumnya dan penyusunan silabus serta

bahan ajar secara khusus. Penyelenggaraan Sekolah Kategori Mandiri tentu akan

berbeda dengan proses penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional misalnya,

meskipun memang perbedaan tersebut tidak terlalu jauh. Yang menjadi

pertanyaan pula, apakah pendidik, dalam hal ini guru mata pelajaran, mampu

mengikuti perkembangan dan memenuhi tuntutan pengem-bangan program

sekolah tempatnya mengajar, sehingga pada saatnya nanti sekolah akan

menghasilkan lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing, serta mencapai

tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan pemerintah.

Dalam proses perjalanan penerapan dan pengembangan KTSP yang telah

diterapkan beberapa tahun ini, tentu para pendidik menemui berbagai hal untuk

menyesuaikan diri dalam usaha memenuhi tuntutan pendidikan sesuai dengan arah

yang hendak dituju oleh setiap satuan pendidikan. Semakin baik pemahaman guru

tentang program pengembangan sekolah dan implementasi KTSP, serta

penguasaan dalam penyusunan dan penyampaian materi pelajaran, maka

diharapkan semakin maksimal pula hasil pendidikan yang akan dicapai, dan

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Oleh karena itu, penelitian ini mengambil judul ”Implementasi

Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota

Surakarta.”

22

22

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi berbagai permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Bangsa Indonesia memiliki masalah di bidang pendidikan berupa rendah-

nya mutu pendidikan dan bahwa pendidikan merupakan salah satu jalur

utama untuk mempersiapkan dan mengembangkan masyarakat Indonesia

dalam menghadapi era globalisasi.

2. Pemerintah terus-menerus mengupayakan perbaikan untuk meningkatkan

mutu pendidikan di Indonesia salah satunya dengan penerapan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), namun pelakasanaan di lapangan

masih banyak menemui kendala.

3. Dengan pemberlakuan KTSP, beban guru juga bertambah yaitu mengem-

bangkan kurikulum sesuai dengan potensi daerah, karakteristik dan

kategori sekolah, serta karakteristik peserta didik sehingga dituntut

kesiapan dari sekolah dan guru yang merupakan faktor utama penentu

keberhasilan penerapan KTSP, sementara itu beban mengajar dan

administrasi pendidikan lainya juga memakan waktu yang banyak

4. Salah satu yang perlu dikembangkan dalam KTSP adalah penyusunan

silabus dan bahan ajar yang dapat mempengaruhi tingkat ketercapaian

tujuan pembelajaran dan peningkatan kualitas pendidikan, sementara

pemahaman pemahaman guru tentang silabus maupun kuriukulum belum

semuanya sama dana memadai.

5. Adanya berbagai kendala dan usaha penanggulanggan dalam pengem-

bangan kurikulum terutama dalam proses penyusunan silabus dan bahan

ajar sesuai dengan ketentuan sekolah, sementara kondisi sekolah yang ada

sangat bervariasi.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam

penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh, maka peneliti

memberikan pembatasan masalah sebagai berikut:

23

23

1. Prosedur dan proses penyusunan silabus dan pengembangan bahan ajar

mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

2. Kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan

mengembangkan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS

dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah penyusunan silabus dan

pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada tingkat SMA sehingga

diperoleh pelaksanaan pendidikan yang efektif dan optimal.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan pada latar belakang masalah di atas,

maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah prosedur dan proses penyusunan silabus dan bahan ajar mata

pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Surakarta?

2. Kendala apakah yang dihadapi oleh guru dalam menyusun silabus dan bahan

ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta?

3. Usaha apakah yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam menyusun

silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS yang sesuai

dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA

Negeri di Kota Surakarta?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan

yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui bagaimana prosedur dan proses penyusunan silabus dan

bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.

24

24

2. Ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menyusun

silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI IPS dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.

3. Ingin mengetahui usaha-usaha yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala

dalam menyusun silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi kelas XI

IPS yang sesuai dengan ketentuan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pen-

didikan pada SMA Negeri di Kota Surakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru, calon

guru dan semua pihak yang membutuhkan informasi dari topik ini. Manfaat yang

penulis harapkan adalah sebagai berikut:

2. Secara teoritis:

i. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi guru, siswa

dan semua pihak yang ingin mengetahui dan memahami konsep penerapan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan secara umum, khususnya dalam

penyusunan silabus dan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi pada Sekolah

Menengah Atas.

ii. Memberikan gambaran tentang pengkategorian sekolah menurut Standar

Nasional Pendidikan dan pengaruhnya terhadap keoptimalan hasil belajar

dengan penyusunan silabus dan bahan ajar berbasis Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.

3. Secara praktis:

a. Untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan yaitu me-

ningkatkan prestasi akademik siswa XI IPS khususnya dalam pelajaran

Akuntansi.

b. Memahami aplikasi praktis penyusunan KTSP dalam lingkungan pendi-

dikan, terutama pada tingkat Sekolah Menengah Atas, dan hubungannya

dengan pengkategorian sekolah.

c. Memberikan informasi dan referensi kepada pihak yang berkepentingan

dalam membahas dan memperdalam masalah yang berhubungan dengan

topik penelitian.

25

25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

i. Pengertian Kurikulum

Kegiatan belajar mengajar di kelas yang dipimpin oleh seorang guru me-

merlukan perencanaan untuk mencapai sasaran pembelajaran yang telah di-

tetapkan. Perencanaan tersebut termuat dalam kurikulum dimana kurikulum

merupakan salah satu komponen penting dalam pendidikan dan menjadi

patokan bagi setiap guru maupun kepala sekolah dalam menyelenggarakan

proses pendidikan.

Istilah ”Kurikulum” memiliki tafsiran yang berbeda-beda sesuai dengan

titik berat inti dan pandangan dari pakar yang mencetuskan tafsirannya.

Penafsiran para pakar tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh keadaan

lingkungan dan perkembangan kegiatan pendidikan pada saat itu, namun

masih relevan untuk digunakan pada saat ini. Antara lain, tafsiran mengenai

kurikulum seperti yang diungkapkan oleh Oemar Hamalik sebagai berikut:

1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah penge-tahuan.

2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum adalah suatu pro-gram pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Dengan demikian, siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi pe-rubahan dan perkembangan tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan.

3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar. Pengertian ini lebih menekankan bahwa kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua ke-giatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan kuri-kulum.

Oemar Hamalik (2003:16-17)

9

26

26

Tafsiran dari Hilda Taba seperti dikutip S. Nasution (2003:7) menge-

mukakan bahwa kurikulum merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak

agar berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakatnya.

Demikian juga di dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 19 terdapat definisi tentang kurikulum, yakni ”Kuriku-

lum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan ba-

han pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa kuri-

kulum merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang

berisi seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi pelajaran,

rencana pengajaran, pengalaman belajar, cara-cara yang digunakan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta evaluasi hasil belajar demi men-

capai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan mempersiapkan anak agar

berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat.

Setelah definisi kurikulum, maka selanjutnya diuraikan mengenai fungsi

kurikulum. Hendyat Soetopo dan Soemanto seperti yang dikutip oleh M. Joko

Susilo membagi fungsi kurikulum menjadi tujuh bagian, yaitu:

1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan: kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai oleh sekolah.

2. Fungsi kurikulum bagi anak: kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa

3. Fungsi kurikulum bagi guru: sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar bagi anak didik, sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak, dan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran.

4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah: sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, menciptakan situasi untuk menunjang belajar anak, dan mem-berikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar. Selain itu, kurikulum juga berfungsi sebagai pedoman untuk pe-ngembangan lebih lanjut dan untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar.

5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid: orang tua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya.

27

27

6. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya: sebagai pemelihara keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah: untuk mereka ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program kerja sama pendidikan dan kritik atau saran yang membangun untuk menyempurnakan program pendidikan sekolah agar lebih serasi dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan masyarakat.

M. Joko Susilo (2007:86-87)

Masing-masing fungsi berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan

kurikulum sesuai dengan jenis kebutuhannya terhadap kurikulum. Fungsi

kurikulum dalam rangka pendidikan, akan berbeda dengan fungsi kurikulum

bagi guru atau bagi siswa, atau bagi pihak-pihak lainnya. Namun fungsi terse-

but saling melengkapi dan menunjang satu sama lain. Keberhasilan fungsi

kurikulum akan tampak apabila masing-masing pihak mendapatkan manfaat

dan pengetahuan secara optimal dari kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.

Apabila seorang guru mampu menyusun dan menerapkan sebuah kurikulum

dengan baik dalam proses belajar mengajar, maka akan terlihat dari

pencapaian siswa yang diajarnya. Apabila siswa berhasil mencapai suatu nilai

tertentu yang telah ditetapkan, maka kualitas sekolah dapat dikatakan mening-

kat, dengan demikian meningkatkan pula kepercayaan masyarakat terhadap

lembaga pendidikan tersebut.

Hal ini berdampak terhadap pencapaian hasil belajar dan pemenuhan

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sehingga pada akhirnya mampu

meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, yang dapat diartikan sebagai

meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia. Setelah fungsi kuri-

kulum, selanjutnya mengenai komponen kurikulum, maka seperti yang dikutip

dari Ralph W. Tyler oleh M. Joko Susilo (2007:88-89), terdapat empat kom-

ponen dalam kurikulum yaitu tujuan, bahan pelajaran, proses belajar meng-

ajar, serta evaluasi dan penilaian.

28

28

Sebagai suatu sistem, kurikulum memiliki komponen-komponen atau

bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang

tidak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat

harmonis, tidak saling bertentangan. Kesatuan dan kesaling-terkaitan keempat

komponen kurikulum ini seperti yang digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Bagan kesalingterkaitan antar komponen kurikulum

Tanda panah dua arah melambangkan interrelasi antara komponen-

komponen kurikulum. Hal ini berarti dalam pengembangan maupun dalam

pelaksanaannya, komponen-komponen tersebut saling mempengaruhi sehing-

ga pendidik tidak bisa menyusun komponen yang satu tanpa memperhatikan

komponen yang lain. Misalnya dalam menyusun tujuan kurikulum, maka akan

bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian.

Demikian pula sebaliknya. Dalam menyusun bahan pelajaran, harus pula

memperhatikan tujuan dalam proses belajar mengajar yang hendak diraih

sehingga mampu mencapai standar nilai yang telah ditetapkan.

Penjelasan dari uraian di atas adalah sebagai berikut:

1) Tujuan

Yang dimaksud tujuan dalam bagan tersebut adalah tujuan instruk-

sional. Seorang guru yang mengajar tanpa menetapkan dan berpedoman

pada tujuan instruksional akan meraba-raba menentukan tujuan yang

hendak dicapai. Hal ini akan berdampak pada penyampaian materi dan

mutu output sekolah.

Tujuan

Bahan Pelajaran Penilaian

Proses Belajar Mengajar

29

29

Tujuan instruksional diklasifikasi menjadi tiga kawasan yang lebih

khusus. Dengan dikembangkannya tujuan instruksional secara umum dan

khusus akan memudahkan dalam mengukur tingkat keberhasilan atau

prestasi belajar seorang siswa. Pembagian kawasan tujuan instruksional ini

juga memudahkan dalam penyusunan bahan ajar yang dibutuhkan,

sehingga dapat disusun sedemikian rupa untuk dapat mendukung proses

penyampaian pesan yang hendak disampaikan kepada peserta didik.

Pembagian kawasan tersebut yaitu:

a. Kawasan Kognitif (pemahaman) Berorientasi kepada kemampuan ”berpikir dan memahami”, mencakup kemampuan intelektual yang dibagi dalam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda yaitu mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai, dan mencipta. Dalam penerapannya, perlu diperhatikan eksistensi dan kontinuitas dari tingkat yang paling rendah, sederhana dan konkrit (tingkat pengetahuan) sampai pada tingkat yang paling tinggi, kompleks dan abstrak (tingkat evaluasi), sehingga akan didapatkan berbagai tipe tugas dan penilaian yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pendidikan.

b. Kawasan Afektif (sikap dan perilaku) Afektif sederhana mulai dari memperhatikan suatu fenomena, sampai pada memperhatikan faktor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani. Afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai, serta kecenderungan emosi. Bidang afektif lebih bersifat abstrak daripada yang lain. Perumusan tujuan instruksionalnya tidak berbeda jauh dengan kognitif, tetapi dalam mengukur hasil belajarnya jauh lebih sukar karena menyangkut kawasan sikap dan apresiasi. Tujuan instruksional kawas-an afektif dikategorikan dalam beberapa tingkatan yaitu tingkat menerima (receiving), tingkat menanggapi (responding), tingkat menghargai (appreciating), tingkat mengorganisasi (organization), dan tingkat menghayati (characterization). Tingkatan ini memudahkan penentuan ukuran penilaian kawasan afektif sehingga kesahihan dan keterandalan penilaian dapat diper-tanggungjawabkan.

c. Kawasan Psikomotorik (psychomotor domain) Berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot sehingga diperoleh tingkat ketrampilan fisik tertentu. Tujuan instruksional kawasan psikomotorik dikategorikan menjadi empat kategori yaitu gerakan seluruh badan (gross body movement), gerakan yang terkoordinasi (coordination movement), komunikasi non-verbal (nonverbal communication), dan kebolehan dalam berbicara

30

30

(speech behaviors). Secara umum, pengukuran prestasi belajar kawasan psikomotorik lebih mudah terlihat daripada kawasan afektif, namun penilaian tetap harus dilakukan dengan teliti dan dapat diandalkan sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

M. Joko Susilo (2007:88) Dalam penetapannya, ketiga kawasan tujuan instruksional ini saling

mendukung satu sama lain, sehingga harus diperhatikan sesuai dengan

pembelajaran yang hendak diberikan kepada siswa dengan mengelompok-

kan materi sesuai dengan aspek yang tepat sehingga memudahkan

pendidik untuk menyusun rencana proses belajar mengajar yang di-

kehendaki sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2) Bahan Pelajaran

Yang dimaksud bahan pelajaran adalah segala bentuk bahan yang

dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan

kegiatan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang

diberikan, baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Dengan adanya bahan pelajaran yang lengkap dan sesuai ke-

butuhan, akan memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi

dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu

menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, semakin banyak

variasi bahan pelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk membantu

proses belajar mengajar. Salah satunya yang dapat dijadikan contoh adalah

dengan modul yang disusun oleh guru tiap mata pelajaran sendiri.

3) Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar terdapat isi program kurikulum

yang disampaikan kepada siswa untuk mencapai tujuan. Isi kurikulum

meliputi jenis-jenis bidang studi yang ditentukan atas dasar tujuan ins-

titusional sekolah yang bersangkutan. Dalam pelaksanaannya, proses

belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidaknya semua komponen

lain yang telah disusun.

31

31

Proses belajar mengajar melibatkan interaksi antara guru dan

siswa. Guru yang kreatif dalam mengembangkan mata pelajaran bidang

studinya sesuai tujuan, baik dalam penyusunan bahan ajar maupun dalam

proses penyampaian materi, akan mampu menarik perhatian dan minat

siswa untuk memperhatikan dengan sungguh-sungguh sehingga mampu

menerima ilmu yang diajarkan dan mengalami proses belajar mengajar

yang kreatif dan menyenangkan.

Dalam proses belajar mengajar juga dapat dilihat strategi peng-

ajaran yaitu dalam cara yang ditempuh untuk melaksanakan pengajaran,

penyampaian materi, penilaian, bimbingan dan konseling, pengaturan

kegiatan sekolah secara keseluruhan, pemilihan metode pengajaran, alat

atau media pengajaran, dan sebagainya. Oleh karena itu, keberhasilan

proses pendidikan secara menyeluruh terpusat pada proses ini.

4) Penilaian

Penilaian dan evaluasi merupakan tolok ukur keberhasilan pe-

laksaksanaan kurikulum yang telah disusun. Secara umum, penilaian tidak

dapat dilakukan dengan sama rata, melainkan ada pembagian sesuai

dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai yang maksimal.

Seperti yang diungkapkan oleh Joko Susilo, cara dan standar

penilaian yang digunakan oleh guru akan berpengaruh terhadap tujuan,

proses belajar mengajar, dan penetapan bahan ajar, sehingga berpengaruh

terhadap penetapan penilaian, yaitu:

”Penetapan jenis penilaian hendaknya memperhatikan beberapa hal, antara lain dilakukan berdasarkan indikator, mencerminkan alat penilaian yang akan digunakan, indikator dalam satu kompetensi dasar dapat dijadikan alat ukur untuk kompetensi dasar lainnya terutama pada penilaian berbasis kelas, misalnya dengan menetapkan penilaian untuk proyek dengan jenis kompetensi dasar yang sama.”

(M. Joko Susilo, 2007:89)

32

32

Maka, dalam penjabaran mengenai komponen kurikulum ini dapat

dijelaskan bahwa dengan tujuan yang berlainan, kognitif, afektif, ataupun

psikomotorik, akan mempunyai bahan pelajaran yang sama, namun dalam

proses belajar dan penilaiannya menggunakan pendekatan atau metode yang

berbeda. Metode pengajaran untuk ranah afektif berbeda dengan kognitif atau

psikomotorik. Demikian juga dengan proses penilaian. Penilaian untuk ranah

psikomotorik berbeda dengan penilaian ranah afektif atau kognitif.

Namun perbedaan-perbedaan tersebut harus disesuaikan dengan

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Dalam mengembangkan kurikulum,

secara teoretis biasanya mulai dengan merumuskan tujuan kurikulum, diikuti

oleh penentuan atau pemilihan bahan pelajaran, metode atau pendekatan

dalam proses belajar mengajar, dan alat penilaiannya. Namun dalam praktek-

nya, meskipun dimulai dengan perumusan tujuan, masih ada kemungkinan

perubahan atau tambahan setelah mempelajari bahan yang dianggap perlu

diberikan, sehingga dalam proses pengembangannya tampak proses interaksi

menuju perpaduan dan penyempurnaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada berbagai pengertian

kurikulum yang selalu berkembang. Kurikulum dapat diartikan sebagai

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan yang harus

ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan ke-

giatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah di-

tetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan produktif di masyarakat

dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak mulia, berkepribadian, serta

memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Kurikulum mempunyai fungsi-fungsi yang saling mendukung satu

sama lain yang memberikan kegunaan yang berbeda bagi setiap pengguna

kurikulum. Di dalamnya juga terdapat komponen kurikulum yang saling

berkaitan dan disusun dengan sistematis yaitu merumuskan tujuan, memilih

bahan pelajaran, menetapkan proses belajar mengajar, dan membuat alat

penilaian. Komponen-komponen tersebut merupakan suatu kesatuan yang

harmonis dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

33

33

ii. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang selanjutnya disingkat

KTSP, sampai saat ini sudah berjalan hampir tiga tahun ajaran sejak di-

berlakukan pada tahun ajaran 2006/2007. Kurikulum ini merupakan pe-

nyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi yang menekankan pada

penguasaan kompetensi siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajarinya.

Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2006 pasal 1 ayat 15,

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan berdasarkan panduan pengembangan

standar kompetensi dan kompetensi dasar yang disusun oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) yang selanjutnya ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan Nasional melalui Permendiknas nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006.

Selain itu, pengembangan KTSP harus disesuaikan dengan kondisi satuan

pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, serta peserta didik.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk mewujud-

kan sekolah yang lebih efektif, produktif dan berprestasi. KTSP memberikan

otonomi luas pada setiap satuan pendidikan dalam rangka mengefektifkan

proses belajar mengajar di sekolah. Pengembangan KTSP melibatkan peran

serta guru, kepala sekolah, komite sekolah, serta dewan pendidikan sehingga

diharapkan didapatkan masukan dari berbagai pihak yang dapat meningkatkan

kualitas pendidikan lokal.

Terdapat beberapa tujuan mengapa pemerintah memberlakukan KTSP

pada setiap jenjang pendidikan. Tujuan tersebut dijabarkan dalam uraian

sebagai berikut:

Secara umum tujuan diterapkannya KTSP adalah untuk memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk me-lakukan pengambilan keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP adalah: 1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah

dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.

34

34

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam pe-ngembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

3) Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan yang akan dicapai.

Mulyasa (2006:22-23)

Menurut pendapat Mulyasa tentang penerapan KTSP pada satuan

pendidikan, beliau mengemukakan bahwa KTSP perlu diterapkan pada satuan

pendidikan berkaitan dengan tujuh hal, yaitu :

1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya.

2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input pen-didikan yang akan dikembangkan.

3) Pengambilan keputusan lebih baik dilakukan oleh sekolah karena sekolah sendiri yang paling tahu yang terbaik bagi sekolah tersebut.

4) Keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat.

5) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikannya masing-masing.

6) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah lain dalam meningkatkan mutu pendidikan.

7) Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan lingkungan yang berubah secara cepat serta mengakomodasikannya dengan KTSP.

Mulyasa (2006:24)

KTSP dikembangkan dengan dilandasi oleh undang-undang dan per-

aturan pemerintah sebagai berikut:

1) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2) Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan

3) Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi

4) Permendiknas nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan

5) Permendiknas nomor 24 tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas

nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Adapun prinsip-prinsip pengembangan KTSP menurut Permen-

diknas nomor 22 tahun 2006, yang mengatur tentang standar isi untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah yang selanjutnya disebut Standar Isi, men-

35

35

cakup lingkungan materi minimal dan tingkat kompetensi minimal pada

jenjang dan jenis pendidikan tertentu, sebagai berikut:

1) Berpusat pada potensi, perkembangan serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya. Pengembangan kurikulum didasarkan atas prinsip bahwa peserta didik adalah sentral proses pendidikan agar menjadi manusia yang bertakwa, berakhlak mulia, berilmu, serta warga negara yang demokratis dan ber-tanggung jawab sehingga perlu disesuaikan dengan potensi, perkembang-an, kebutuhan, dan lingkungan peserta didik.

2) Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman peserta didik, kondisi daerah dengan tidak membedakan agama, suku, budaya, adat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu.

3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis.

4) Relevan dengan kebutuhan. Kurikulum dikembangkan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) dan memperhatikan relevansi pendidikan tersebut dengan kebutuhan hidup dan dunia kerja.

5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antar semua jenjang pendidikan.

6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

7) Seimbang antara kepentingan global, nasional dan lokal. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan global, nasional, dan lokal untuk membangun kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang saling mengisi dan memberdayakan.

Mulyasa (2006:151-153)

Di samping itu, terdapat tujuh strategi yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan KTSP di sekolah, yaitu:

1) Sosialisasi KTSP di sekolah. 2) Menciptakan suasana yang kondusif. 3) Menyiapkan sumber belajar. 4) Membina disiplin. 5) Mengembangkan kemandirian Kepala Sekolah 6) Membangun karakter guru, dan 7) Memberdayakan staf.

Mulyasa (2006:153-167)

36

36

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh

masing-masing satuan pendidikan yang pengembangannya didasarkan pada

panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan dan melibatkan guru, kepala

sekolah, komite sekolah dan dewan pendidikan serta memperhatikan potensi,

perkembangan, kebutuhan dan lingkungan peserta didik, dan pengembangan

silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum yang telah ditetapkan.

KTSP merupakan strategi pengembangan kurikulum untuk me-

wujudkan sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. KTSP merupakan

paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas

pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka meng-

efektifkan proses belajar mengajar di sekolah.

iii. Kategori Sekolah

Ditjen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa permasalahan

utama pendidikan adalah disparitas (perbedaan) mutu pendidikan dan pe-

nyebaran sekolah yang belum merata. Hal ini menjadi semakin sulit diatasi

karena tidak didukung dengan komponen-komponen utama pendidikan seperti

kurikulum, sumber daya manusia pendidikan yang berkualitas, sarana dan pra-

sarana yang memadai, serta sumber pembiayaan untuk menunjang efektivitas

dan efisiensi pengelolaan pendidikan, dimana sumber pembiayaan ini berasal

dari anggaran pemerintah, orang tua atau peserta didik, dan masyarakat.

Oleh karena itu, salah satu solusi pemerintah untuk meningkatkan

mutu pendidikan adalah dengan menerbitkan UU nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang didalamnya terdapat

acuan dasar (bench mark) bagi setiap penyelenggara dan satuan pendidikan

yang merupakan Standar Nasional Pendidikan atau SNP. SNP, yang tertuang

dalam Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005, memuat kriteria

minimal tentang komponen pendidikan yang memungkinkan setiap jenjang

dan jalur pendidikan untuk mengembangkan pendidikan secara optimal sesuai

37

37

dengan karakteristik dan kekhasan programnya. Lingkup Standar Nasional

Pendidikan meliputi:

1) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

2) Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.

3) Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

5) Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat ber-olahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk peng-gunaan teknologi informasi dan komunikasi.

6) Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7) Standar pembiayaan adalah standar yg mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

8) Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

(Mulyasa, 2006:25-50)

Salah satu implikasi dari Peraturan Pemerintah tersebut adalah pe-

merintah berkepentingan untuk melakukan pemetaan sekolah atau madrasah

dengan melakukan pengkategorian sekolah khususnya di tingkat pendidikan

SMA berdasarkan tingkat terpenuhinya delapan Standar Nasional Pendidikan.

Pengkategorian sekolah/madrasah dilakukan dalam beberapa kategori, yaitu:

1) Sekolah Kategori Standar

Sekolah yang memiliki komponen pendidikan standar yang masih

memerlukan bantuan dan penyediaan penuh dari pemerintah dan belum

bisa secara mandiri memenuhi dan menyelenggarakan kebutuhan sekolah-

38

38

nya, sehingga masih tergantung dan memanfaatkan susunan yang diberi-

kan pemerintah dalam seluruh program pengembangan sekolah.

2) Sekolah Kategori Mandiri / Sekolah Standar Nasional (SKM/SSN)

Adalah sekolah yang mampu mengoptimalisasikan pencapaian

tujuan pendidikan, potensi dan sumber daya yang dimiliki untuk me-

laksanakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan peserta didik

sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sekolah Kategori Man-

diri atau disebut juga Sekolah Standar Nasional, dapat mengembangkan

diri menjadi sekolah yang unggul dan mengalami percepatan pembelajaran

(accelerated learning), dimana kelas akselerasi merupakan kelas dengan

siswa yang memiliki tingkat kemampuan keberbakatan heterogen.

Sekolah kategori mandiri (SKM) adalah sekolah yang telah mampu

memenuhi delapan Standar Nasional Pendidikan yang ditetapkan. Salah

satu ketentuan dalam SKM adalah harus menerapkan sistem kredit

semester (SKS). SKS merupakan salah satu sistem penerapan program

pendidikan yang menempatkan peserta didik sebagai subyek. Pembelajar-

an berpusat pada peserta didik, yaitu bagaimana peserta didik belajar.

Peserta didik diberi kebebasan untuk merencanakan kegiatan belajarnya

sesuai dengan minat, kemampuan, dan harapan masing-masing, sehingga

dimungkinkan bagi peserta didik untuk menyelesaikan pendidikannya

lebih cepat dari waktu standar yang ditetapkan yaitu 6 semester, seperti

kutipan berikut:

”Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi me-nyatakan bahwa sistem kredit semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pen-didikan. Mengacu pada konsep tersebut, SKS dapat diterapkan untuk menunjang realisasi konsep belajar tuntas yang digunakan dalam me-nerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pada Sistem Kredit Semester, setiap satu satuan kredit semester (1 SKS) berbobot dua jam kegiatan pembelajaran per minggu selama 16 minggu per semester.”

(http://awan965.wordpress.com)

39

39

Hubungan antara SKM / SSN dan SKS, serta pemenuhan Standar

Nasional Pendidikan dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini:

Namun sebelum sekolah-sekolah dapat mencapai taraf SKM,

terlebih dahulu sekolah ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Kategori

Mandiri atau RSKM. Ditjen Pembinaan SMA memberikan pembinaan

dalam bentuk peningkatan kemampuan tenaga pendidik dalam me-

ngembangkan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK.

Hasil yang diharapkan dari Rintisan Sekolah Kategori Mandiri

yang dilaksanakan selama tiga (3) tahun ajaran ini, antara lain:

a). Adanya sejumlah SMA yang terdorong untuk melakukan upaya-upaya menyelenggarakan pendidikan yang memenuhi/hampir meme-nuhi standar nasional pendidikan.

b). Terjalinnya kerjasama dan terlaksananya peran serta stakeholder pendidikan di SMA antara pusat dan daerah sesuai tugas dan peran-nya masing-masing untuk mewujudkan SMA kategori mandiri.

c). Terpilihnya sejumlah SMA yang dapat dijadikan sekolah model kategori mandiri.

(http://awan965.wordpress.com)

Diharapkan, melalui penetapan RSKM, dapat memenuhi target

pencapaian program rintisan sekolah formal kategori mandiri di SMA

yaitu pada tahun 2009 lebih dari 50% Kabupaten Kota minimal satu SMA

negeri atau swasta yang telah mencapai kategori mandiri dan dapat di-

jadikan SMA model, sehingga pada akhirnya nanti target penetapan SMA

SKM pada tahun 2013 dapat tercapai dan meningkatkan kualitas pen-

didikan di Indonesia.

Sampai saat ini tahun 2009, wilayah Surakarta telah terdapat enam

buah Sekolah Menengah Atas Negeri yang ditetapkan sebagai Rintisan

SKM / SSN

8 SNP SKS

Gambar 2. Skema Hubungan Pemenuhan SKM / SSN

40

40

Sekolah Kategori Mandiri, antara lain adalah SMAN 2 Surakarta, SMAN 4

Surakarta, SMAN 5 Surakarta, SMAN 6 Surakarta, SMAN 7 Surakarta,

dan SMAN 8 Surakarta. Selain itu, masih ada beberapa Sekolah Menengah

Atas Swasta yang juga ditetapkan sebagai pelaksana RSKM, namun

karena yang menjadi obyek penelitian dalam penelitian ini adalah SMA

Negeri, maka SMA Swasta tidak dibahas lebih jauh.

3) Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)

Adalah sekolah yang menggunakan dua jenis kurikulum yaitu

kurikulum lokal, dalam hal ini KTSP, dan kurikulum internasional yang

disesuaikan dengan tuntutan pendidikan luar negeri. Sekolah ini bertujuan

supaya lulusannya mampu bersaing untuk melanjutkan pendidikannya di

luar negeri maupun di dalam negeri karena telah menempuh masa SMA

dengan kurikulum internasional dan nasional.

Beberapa tingkat yang harus dilalui oleh satuan pendidikan agar

sampai pada level SBI, yaitu sekolah potensial adalah kategori sekolah

yang belum memenuhi SNP (Standar Nasional Pendidikan), kemudian

menjadi SSN (Sekolah Standar Nasional) yang berarti penyelenggaraan

pendidikan di sekolah itu sudah memenuhi SNP, setelah itu sekolah

tersebut dapat mencapai SBI (SNP+X).

Di tingkatan SBI pun, satuan pendidikan harus diverifikasi untuk

mendapatkan pengesahan sebagai Sekolah Persiapan RSBI, RSBI,

kemudian SBI. Tersedianya input berupa visi-misi sekolah, kurikulum,

pendidik, peserta didik, sarana prasarana, dana, regulasi, organisasi, peran

serta masyarakat, dan budaya sekolah belumlah cukup. Satuan pendidikan

harus melakukan inovasi agar tersedia mutu input yang sesuai dengan

standar internasional. Karakteristik SBI antara lain:

a). Menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan Internasional.

b). Menerapkan proses pembelajaran dalam Bahasa Inggris, minimal untuk mata pelajaran MIPA dan Bahasa Inggris.

c). Mengadopsi buku teks yang dipakai SBI (negara maju).

41

41

d). Menerapkan standar kelulusan yang lebih tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada di dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).

(http://akhmadsudrajat.wordpress.com)

Di Surakarta saat ini terdapat dua buah SMA Negeri yang

ditetapkan sebagai Rintisan Sekolah Berstandar Nasional yaitu SMAN 1

Surakarta dan SMAN 3 Surakarta.

4) Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal (SBKL)

SBKL atau Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah

sekolah yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing

global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan

komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi

pengembangan kompetensi peserta didik.

Pengembangan PBKL di SMA memiliki karakteristik berbeda

dengan di SMK, sebab SMA lebih mengutamakan perluasan pengetahuan

yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi. Oleh karena itu, secara umum tujuan program PBKL di

SMA adalah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk me-

ngembangkan pendidikan di sekolahnya dengan memasukkan kajian

materi keunggulan lokal sesuai dengan kondisi dan potensinya.

Sedangkan secara khusus PBKL bertujuan agar peserta didik :

a.) Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada;

b.) Memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara;

c.) Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai / aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional;

d.) Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.

(http://awan965.wordpress.com)

42

42

Konsep pengembangan keunggulan lokal diinspirasikan dari

berbagai potensi, yaitu potensi sumber daya alam (SDA), sumber daya

manusia (SDM), geografis, budaya dan historis. Uraian masing-masing

potensi yang tersebut di atas adalah sebagai berikut:

a). Potensi Sumber Daya Alam. Sumber daya alam (SDA) adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup.

b). Potensi Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menjadi makhluk sosial yang adaptif dan transformatif dan mampu mendayagunakan potensi alam di sekitarnya secara seimbang dan berkesinambungan (Wikipedia, 2006).

c). Potensi Geografis. Objek geografi antara lain meliputi, objek formal dan objek material. Objek formal geografi adalah fenomena geosfer yang terdiri dari, atmosfer bumi, cuaca dan iklim, litosfer, hidrosfer, biosfer (lapisan kehidupan fauna dan flora), dan antroposfer.

d). Potensi Budaya. Budaya adalah sikap, sedangkan sumber sikap adalah kebudayaan. Agar kebudayaan dilandasi dengan sikap baik, masyarakat perlu memadukan antara idealisme dengan realisme yang pada hakekatnya merupakan perpaduan antara seni dan budaya. Ciri khas budaya masing-masing daerah tertentu (yang berbeda dengan daerah lain) merupakan sikap menghargai ke-budayaan daerah sehingga menjadi keunggulan lokal.

e). Potensi Historis. Keunggulan lokal dalam konsep historis me-rupakan potensi sejarah dalam bentuk peninggalan benda-benda purbakala maupun tradisi yang masih dilestarikan hingga saat ini. Konsep historis jika dioptimalkan pengelolaannya akan menjadi tujuan wisata yang bisa menjadi asset, bahkan menjadi keunggulan lokal dari suatu daerah tertentu.

(http://awan965.wordpress.com)

Untuk wilayah Surakarta, sampai saat ini belum ada sekolah se-

tingkat SMA yang dikembangkan menuju SMA PBKL, sehingga hanya

ada jenis SMA umum seperti yang tersedia saat ini. Namun apabila hendak

diarahkan menjadi SMA PBKL, wilayah Surakarta mempunyai potensi

Budaya dan Historis yang dapat dikembangkan menjadi keunggulan ter-

sendiri. Hal ini dilihat dari potensi wisata budaya di Surakarta yang sangat

potensial untuk dikelola lebih lanjut.

43

43

Dalam KTSP, sekolah mempunyai wewenang dalam mengembang-

kan kurikulum sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan tujuan pembelajar-

an sekolah tersebut, sehingga pengembangan KTSP akan berbeda-beda untuk

masing-masing sekolah. Oleh karena itu, sekolah saat ini saling berusaha

memperbaiki mutu pendidikannya sehingga mampu memenuhi standar-

standar yang ditetapkan pemerintah untuk menjadi sekolah yang berkualitas.

iv. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Setelah membahas mengenai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

dan pegkategorian sekolah, maka proses penyusunan KTSP perlu diawali

dengan melakukan analisis konteks terhadap hal-hal sebagai berikut:

1) Analisis potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pendidikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah dan program-program yang ada di sekolah.

2) Analisis peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar, baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pendidikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya alam dan sosial budaya.

3) Mengidentifikasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mulyasa (2006:172-173)

Selanjutnya dilakukan School review dan Benchmarking. School

review adalah suatu proses untuk mengembangkan seluruh komponen sekolah

agar dapat bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional

untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan.

Sedangkan Benchmarking adalah suatu kegiatan untuk menetapkan

standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua

proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas

kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.

Secara garis besar, KTSP memiliki enam komponen penting yaitu:

1) Visi dan misi satuan pendidikan Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi, dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang.

44

44

2) Tujuan pendidikan satuan pendidikan Tujuan pendidikan satuan pendidikan merupakan acuan dalam me-ngembangkan KTSP. Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

3) Kalender pendidikan Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki peserta didik.

4) Struktur muatan KTSP Struktur muatan KTSP terdiri atas: a) Mata pelajaran b) Muatan lokal c) Kegiatan pengembangan diri d) Pengaturan beban belajar e) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan f) Pendidikan kecakapan hidup g) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

5) Silabus Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

6) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

(Mulyasa, 2006 : 176) Adapun mekanisme penyusunan KTSP yang diungkapkan oleh

Mulyasa yaitu ::

1) Pembentukan tim kerja Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing (konselor / councelor), komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik.

2) Penyusunan draft Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran.

45

45

3) Revisi dan Finalisasi Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah/madrasah dan/atau kelompok sekolah/madrasah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik.

Mulyasa (2006:184)

Kegiatan penyusunan KTSP secara garis besar meliputi penyiapan

dan penyusunan draft, review dan revisi, serta finalisasi. Langkah lebih rinci

dari semua kegiatan tersebut dapat diatur dan dikembangkan oleh tim pe-

nyusun kurikulum pada masing-masing satuan pendidikan. Dengan proses

penyusunan yang tidak hanya berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai

salah satu komponen penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi hasil

pekerjaan penyusunan tersebut dan dapat menentukan apakah kiranya dapat

berjalan dengan baik dan telah sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Setelah semua prosedur dan dokumen penyusunan KTSP terpenuhi

dan lengkap, langkah selanjutnya adalah melakukan pengesahan terhadap

dokumen KTSP. Untuk tingkat SMA dan SMK, dokumen KTSP dinyatakan

berlaku oleh kepala sekolah serta diketahui oleh komite sekolah dan dinas

kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan, dan oleh

departemen agama bagi instansi pendidikan yang diselenggarakan dengan

basic keagamaan.

2. Silabus dan Bahan Ajar

a. Silabus

Terdapat beberapa pengertian silabus seperti yang diungkapkan oleh

beberapa pihak. Salah satu pendapat tentang pengertian silabus yaitu :

“Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,

dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan”.

Mulyasa (2006:190)

46

46

Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil Kegiatan Pembelajaran

Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas (2002:17-18), silabus

merupakan produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut

dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin dicapai, dan uraian

materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi

dan kompetensi dasar tersebut.

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa silabus

merupakan pengembangan dari kurikulum yang berupa rencana pembelajaran

suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu yang mencakup standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian,

alokasi waktu, dan sumber belajar yang digunakan untuk mencapai standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Pengembangan silabus berbasis KTSP dapat dilakukan oleh para

guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa

sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat

Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Silabus disusun secara mandiri

oleh guru apabila guru yang bersangkutan mampu mengenali karakteristik

siswa, kondisi sekolah dan lingkungannya.

Dengan demikian, silabus KTSP yang pengembangannya diserahkan

kepada guru diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda

antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam

daerah yang berbeda. Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen

utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar,

standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.

Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Per-

aturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal

20.

Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan

kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan pe-

47

47

nambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar

komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di

bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang

pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang me-

nangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI. MTs, MA, dan

MAK. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan guru

dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pem-

belajaran.

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan

pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pe-

ngembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum

nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip

pengembangan silabus sebagai berikut:

1). Ilmiah Prinsip ilmiah berarti bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang

menjadi muatan silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung-jawabkan secara keilmuan.

2). Relevan Relevan berarti bahwa pengembangan silabus harus disesuaikan dengan

karakteristik peserta didik serta sesuai dengan tuntutan kerja di lapangan. Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.

3). Fleksibel Prinsip fleksibel mengandung makna bahwa pelaksana program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. Dengan demikian guru tidak mutlak harus menyajikan program dengan konfigurasi seperti dalam silabus (dokumen tertulis), tetapi guru dapat juga mengakomodasi berbagai ide baru atau memperbaiki ide-ide sebelumnya. Untuk peserta didik, mereka diberi berbagai pengalaman belajar yang sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kewenangan dan kemam-puan yang multi arah, berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasuki.

4). Kontinuitas Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian.

48

48

5). Konsisten Konsisten mengandung arti bahwa standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompe-tensi peserta didik.

6). Memadai Memadai mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksana-kan dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan. Memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembela-jaran. Cakupan indikator, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembela-jaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pen-capaian kompetensi dasar.

7). Aktual dan kontekstual Aktual dan kontekstual berarti bahwa ruang lingkup komponen-kom-ponen silabus memperhatikan perkembangan IPTEK dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat, sesuai dengan konteksnya. Cakupan indikator, materi pokok/ pembela-jaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.

8). Efektif dan Fleksibel Silabus yang efektif adalah silabus yang dapat diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran nyata di kelas atau di lapangan. Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pen-didik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan ma-syarakat.

9). Efisien dan Menyeluruh Efisien dalam pengembangan silabus berkaitan dengan upaya untuk

memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psiko-motor).

(Mulyasa, 2006 : 191-196)

Selain prinsip-prinsip di atas, dalam pengembangan silabus perlu

diperhatikan pula komponen silabus, seperti yang ditetapkan oleh Peraturan

Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

1. Standar Kompetensi 2. Kompetensi Dasar 3. Materi Pokok/Pembelajaran 4. Kegiatan Pembelajaran 5. Indikator 6. Penilaian

49

49

7. Alokasi Waktu 8. Sumber Belajar

(http://www.presidenri.go.id)

Adapun prosedur pengembangan silabus berbasis KTSP menurut

Mulyasa, meliputi:

a. Mengisi kolom identitas b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan

hal-hal berikut: a). Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat

kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di Standar Isi;

b). Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;

c). Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.

c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan memper-

timbangkan: a). Potensi peserta didik; b). Relevansi dengan karakteristik daerah; c). Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

spritual peserta didik; d). Kebermanfaatan bagi peserta didik; e). Struktur keilmuan; f). Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; g). Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; h). Alokasi waktu.

e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain: a). Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara

berurutan untuk mencapai kompetensi dasar b). Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran c). Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal me-

ngandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.

f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinui-tas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak secara konsisten, dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat pe-nilaian.

50

50

g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan serang-kaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan /atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada stan-dar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Mulyasa (2006:203)

Hal ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

Sosialisasi KTSP

MEKANISME PENGEMBANGAN SILABUSMEKANISME PENGEMBANGAN SILABUS

AnalisisSI/SKL/SK-KD

KD-Indikator

Materi Pokok/Pembelajaran

KegiatanPembelajaran

Sumber BelajarPenilaian

Alokasi Waktu

Gambar 3. Skema Mekanisme Pengembangan Silabus (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)

51

51

Contoh Format Silabus yang dapat digunakan pada tingkat SMA :

Nama Sekolah : SMA N 1 Surakarta

Mata Pelajaran : Akuntansi

Kelas/Semester : XI IPS 2 / 2

Standar Kompetensi : Siswa memahami siklus akuntansi

No. Kompetensi

Dasar Materi Pokok/ Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi

Sumber Belajar

1. Siswa mampu menyelesaikan Siklus Akuntansi

Siklus Akuntansi perusahaan jasa

Membuat jurnal – Laporan Keuangan

Jurnal dan laporan keuangan

Tugas dan Ulangan harian

3 x 45 menit

Buku Esis, Akuntansi Jilid 2, Erlangga

Tabel. 1. Contoh Format Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)

b. Bahan Ajar

Sebelum melaksanakan proses pembelajaran maka seorang guru

berkewajiban membuat dan menyediakan materi pembelajaran (instructional

materials). Materi atau bahan ajar merupakan salah satu komponen dalam

sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa

untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kom-

petensi dan kompetensi dasar. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks

yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implemen-

tasi pembelajaran.

Bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari materi secara

runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua

kompetensi secara utuh dan terpadu. Secara garis besar materi atau bahan ajar

ini berisikan tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang

harus dipelajari dan dikuasai siswa sebagai subyek didik. Hal ini sesuai

dengan salah satu pendapat yang menyatakan :

52

52

“Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat pe-nilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”.

Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan

jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap

materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu di-

identifikasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media,

metode, dan teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalam-

an suatu materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak

kurang dan tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses

pembelajaran menjadi runtut (hirarkis). Langkah-langkah dalam memilih

materi pembelajan, yaitu :

1) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa. Hal ini diperlukan karena setiap aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu juga harus ditentukan apakah aspek standar kompetensi dan kompetensi dasar termasuk aspek kognitif, psikomotorik atau afektif.

2) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar. Materi aspek kognitif secara terperinci dapat dibedakan menjadi empat jenis antara lain : pertama, materi jenis fakta yaitu materi berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, peristiwa atau sejarah, nama bagian atau komponen suatu benda dan lain sebagainya. Kedua, materi konsep yaitu berupa pengertian, definisi, hakekat, inti dan isi. Ketiga, materi jenis prinsip yang berupa rumus, dalil, postulat, adagium, paradigma, dan teorema. Keempat, materi jenis prosedural yaitu berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut. Materi pembelajaran aspek afektif meliputi pemberian respon, apresiasi, internalisasi dan penilaian. Sedangkan materi aspek motorik meliputi gerakan awal, semi rutin dan rutin.

Mimin Haryati (2007:11)

Disamping memperhatikan langkah-langkah pemilihan materi pem-

belajaran, juga perlu diperhatikan pula prinsip-prinsip dalam menentukan

materi pembelajaran antara lain:

53

53

1) Prinsip relevansi Adanya keterkaitan antara materi dengan standar kompetensi dan kom-petensi dasar yang ingin dicapai.

2) Prinsip konsistensi Adanya keajegan antara materi dengan standar kompetensi dan kom-petensi dasar yang harus dikuasai siswa.

3) Prinsip kecukupan Materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditentukan.

Mimin Haryati (2007:15)

Bahan ajar disusun dengan tujuan: menyediakan bahan ajar yang

sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan mempertimbangkan kebutuhan

siswa, yakni bahan ajar yang sesuai dengan karakteristik dan setting atau

lingkungan sosial siswa, membantu siswa dalam memperoleh alternatif bahan

ajar di samping buku-buku teks yang terkadang sulit diperoleh, dan me-

mudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Manfaat bahan ajar yaitu :

”Bagi guru, bahan ajar bermanfaat dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh, memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi, menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dengan siswa karena siswa akan merasa lebih percaya kepada gurunya, dan menambah angka kredit ataupun dikumpulkan menjadi buku dan diterbitkan.

Sedang bagi siswa, bahan ajar menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, dan mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya

Dalam sosialisasi yang dilakukan oleh Litbang Depdiknas mengenai bahan ajar, disebutkan bahwa bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.”

(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com) Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:

1) Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)

2) Kompetensi yang akan dicapai

3) Informasi pendukung

54

54

4) Latihan-latihan

5) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

6) Evaluasi

Namun demikian, bahan ajar berbeda dengan sumber belajar (learning

resource). Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan

disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam

belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber belajar,

siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang dimaksud

antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang studi/

professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku kurikulum,

internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar.

Dalam pelaksanaannya, untuk mengembangkan bahan ajar harus mem-

perhatikan beberapa hal, antara lain:

1) Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret untuk memahami yang abstrak,

2) Pengulangan akan memperkuat pemahaman 3) Umpan balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman

siswa 4) Motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan belajar 5) Mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan

mencapai ketinggian tertentu. 6) Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong siswa untuk terus

mencapai tujuan. (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun

guru apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang me-

mungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika

tidak, maka semuanya tidak berarti apa-apa. Masing-masing sumber bahan

ajar akan semakin memaksimalkan proses pembelajaran dan penyerapan

pengetahuan oleh siswa karena dengan demikian siswa akan memiliki

pengalaman secara langsung dan aplikasi nyata materi yang diberikan oleh

guru di sekolah.

55

55

Dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan oleh pemerintah melalui

bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar, bahan atau materi ajar

yang tersedia saat ini terbagi dalam beberapa jenis yaitu:

1) Bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

(http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)

Dalam usaha mewujudkan bahan ajar menjadi bentuk nyata yang dapat

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, perlu melakukan analisa pe-

nyusunan bahan ajar, yaitu analisis kebutuhan bahan ajar, analisis SK – KD,

analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar. Hal ini

dapat digambarkan dalam alur penyusunan bahan ajar sebagai berikut:

Gambar 4. Alur Penyusunan Bahan Ajar (http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar atau

materi ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur

untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran, dan juga

memegang peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-

indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

BAHAN AJAR

56

56

dasar. Guru memiliki kebebasan untuk mengembangkan bahan ajar dan

sumbernya sesuai dengan standar atau kategori satuan pendidikan tempatnya

bekerja sehingga kreatifitas dan wawasan guru akan berpengaruh pada

keberhasilan pelaksanaan proses belajar mengajar.

3. Pengajaran Akuntansi di SMA

Sebelum membahas pengertian pengajaran akuntansi, terlebih dahulu

perlu dibahas pengertian pengajaran. Pengajaran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan untuk menciptakan suatu kondisi subyek belajar dapat menguasai

pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi

Arikunto (1990:2) yang menyatakan bahwa secara sederhana pengajaran me-

nunjuk suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan penge-

tahuan, ketrampilan dan sikap oleh subyek yang sedang belajar.

Penguasaan pengetahuan, ketrampilan dan sikap tersebut merupakan

tujuan instruksional yang harus dicapai oleh siswa. Dalam KTSP, tujuan

instruksional dirumuskan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Agar

dapat mencapai tujuan tersebut, guru harus menciptakan kondisi yang me-

mungkinkan siswa dapat belajar secara optimal sehingga dapat dikatakan bahwa

pengajaran melibatkan aktivitas siswa sebagai subyek belajar dan guru yang

memberikan pengajaran.

Pengajaran merupakan proses sistematis yang terdiri dari komponen-

komponen dalam pengajaran yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Hal

ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa: ”Sistem pengajaran adalah

suatu kombinasi yang terorganisasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur-prosedur yang berinteraksi untuk

mencapai tujuan” (Oemar Hamalik, 1990:12).

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pengajaran adalah suatu sistem yang merupakan proses

mengkoordinasikan komponen-komponen meliputi tujuan, unsur-unsur manusia-

wi, bahan ajar, metode, alat dan evaluasi yang saling berinteraksi sehingga me-

mudahkan siswa mencapai tujuan pengajaran.

57

57

Dalam Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Pe-

nyelenggaraan Persekolah dari Depdiknas menyatakan bahwa:

”Pendidikan di Sekolah Menengah Atas bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dan mampu mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu penge-tahuan, teknologi dan kesenian, serta untuk meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar”.

M. Joko Susilo (2007:17) Berdasarkan tujuan pendidikan SMA yang telah diungkapkan, maka

mata pelajaran Akuntansi di SMA diselenggarakan untuk mempersiapkan lulusan-

nya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi (perguruan tinggi)

dengan membekali para siswanya ilmu pengetahuan dan kompetensi serta ke-

mampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sehingga

menjadi siswa yang cerdas, pintar, berwawasan luas dan berjiwa sosial.

Dari pengertian pengajaran dan akuntansi diatas, disimpulkan bahwa

pengajaran akuntansi adalah suatu proses mengkoordinasikan komponen-

komponen meliputi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terkait dengan

akuntansi, unsur-unsur manusiawi, bahan pelajaran akuntansi, metode, alat dan

evaluasi yang berinteraksi sehingga menumbuhkan kegiatan belajar pada diri

siswa seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengajaran akuntansi merupakan suatu sistem yang membutuhkan lingkungan

yang memungkinkan terjadinya proses belajar akuntansi pada diri siswa.

Mata pelajaran akuntansi yang merupakan bahan kajian mengenai

suatu sistem untuk menghasilkan informasi berkenaan dengan transaksi keuangan,

diberikan pada kelas XI jurusan IPS pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Hal ini berguna untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap rasional,

teliti, jujur dan bertanggung jawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokan,

pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran

hasil-hasilnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Adapun tujuan dari diberikannya mata pelajaran akuntansi di SMA

adalah untuk membekali lulusan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar

mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan

58

58

prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan

ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat khususnya dunia usaha,

sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa lulusan. Ruang lingkup

pelajaran Akuntansi di SMA dimulai dari dasar-dasar konseptual, struktur, dan

siklus akuntansi.

Dari tahun ke tahun, materi pokok pelajaran Akuntansi yang diberikan

pada siswa SMA sedikit mengalami perubahan, sampai akhirnya yang diberikan

kepada siswa tahun ajaran 2008/2009 adalah sebagai berikut:

i. Akuntansi dan sistem akuntansi

ii. Dasar hukum pelaksanaan akuntansi

iii. Struktur dasar akuntansi

iv. Siklus akuntansi perusahaan jasa

v. Siklus akuntasi perusahaan dagang

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai referensi pendukung dalam penelitian ini digunakan hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Untuk pembahasan

topik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, telah dilakukan berbagai penelitian

dengan segala macam variasi subyek yang diteliti.

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis

lakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian oleh Nur Puji Lestari, K 1304007,

2008, yang berjudul Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Di

Kota Surakarta. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Guru Matematika di Sekolah

Menengah Atas Negeri Di Wilayah Surakarta memiliki : (a). Karakter dan ke-

cintaan yang kuat terhadap profesinya, sehingga hal ini mempengaruhi kinerja dan

profesionalisme mereka, (b). Guru Matematika di SMA Negeri di Surakarta ini

memiliki pemahaman yang cukup mendalam mengenai pelaksanaan dan

implementasi KTSP di SMA, khususnya dalam mata pelajaran Matematika, dan

mengetahui apa saja yang perlu dipersiapkan dalam penerapan KTSP, dan

59

59

(c). Penelitian ini menemukan bahwa Guru Matematika di SMA Negeri di

Wilayah Surakarta telah memiliki kesiapan untuk melaksanakan KTSP.

Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan

penelitian dari Nur Puji Lestari adalah keduanya sama-sama melakukan penelitian

mengenai implementasi KTSP dalam lingkup Sekolah Menengah Atas Negeri di

Wilayah Surakarta.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan arah penalaran untuk sampai pada

pemberian jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan, yaitu tentang

pengaliran jalan pikiran menurut kerangka yang logis. Hal ini berarti me-

nempatkan masalah dalam kerangka teoritis yang relevan yang mampu me-

nangkap, menerangkan dan menunjukkan masalah. Upaya ini ditujukan untuk

menjawab atau menerangkan masalah yang diidentifikasikan.

Sekolah mempunyai tujuan yang termuat dalam KTSP yaitu: mem-

bekali siswa agar dapat mengembangkan kepribadian, ketrampilan dan ke-

mampuan berkomunikasi, menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir,

ulet dan gigih dalam berkompetisi, terutama untuk menghadapi tantangan

globalisasi mendatang. Salah satu cara untuk memenuhi tuntutan perubahan jaman

adalah dengan mempunyai kompetensi unggul yang didapatkan dari pembelajaran

di sekolah.

Oleh karena itu, dalam implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan di sekolah saat ini, sangat perlu untuk mempersiapkan pengembangan

KTSP dengan semaksimal mungkin. Salah satu hal penting yang harus diper-

hatikan dalam implementasi KTSP adalah pengembangan silabus dan bahan ajar.

Hal ini harus dilakukan dengan persiapan yang matang karena silabus dan bahan

ajar akan digunakan sebagai pilar utama dalam proses pembelajaran setiap hari,

sehingga harus sesuai dengan prinsip pengembangan dan tujuan masing-masing

satuan pendidikan sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik,

sehingga pada akhirnya diharapkan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

60

60

Untuk bisa mempersiapkan silabus dan bahan ajar dengan baik,

dituntut pemahaman dan kesiapan guru terhadap pelaksanaan KTSP dan juga

semangat siswa untuk menyerap pelajaran dalam proses pembelajaran. Upaya

untuk mempersiapkan silabus dan bahan ajar tidak selalu berjalan mudah dan

lancar, namun juga dihadapkan dengan berbagai kendala baik yang bersumber

dari guru pengampu mata pelajaran itu sendiri seperti kemampuan profesional-

isme guru, pemahaman terhadap KTSP dan peserta didik, dan lain sebagainya

maupun dari pihak selain guru seperti peraturan pemerintah, keterbatasan sarana,

kerjasama dengan rekan guru yang lain, dan lain-lain.

Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk menemukan solusi dari

berbagai kendala yang dihadapi sehingga pada akhirnya akan dapat mencapai

tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan meningkatkan kualitas pelaksanaan

pendidikan di Indonesia pada umumnya, dan peningkatan kualitas pendidikan di

sekolah menengah atas pada khususnya.

Uraian tersebut di atas dapat digambarkan dalam skema berikut:

Gambar 5. Skema Kerangka pemikiran Implementasi Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada SMA Negeri Di Kota Surakarta

KTSP

Penyusunan Silabus dan Bahan Ajar

Guru Akuntansi

Institusi Sekolah

Kendala

Solusi

Pemahaman terhadap KTSP

Kategori Sekolah

61

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 8 (delapan) Sekolah Menengah Atas Negeri di

Kota Surakarta yang telah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP). Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri karena sebelum ini belum

ada penelitian yang meneliti tentang penyusunan silabus dan bahan ajar dalam

KTSP yang dilakukan di SMA Negeri di Kota Surakarta, dan juga SMA merupa-

kan jenjang pendidikan yang akan berlanjut ke perguruan tinggi, sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti proses penyesuaian yang dilakukan pihak sekolah dengan

kriteria dalam KTSP untuk meningkatkan kualitas anak didiknya. Adapun subyek

penelitiannya adalah guru mata pelajaran Akuntansi dan Kepala Sekolah yang

sebagian diwakili oleh Waka Kurikulum.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang penulis rencanakan untuk menyelesaikan penelitian ini

terbagi dalam beberapa tahap seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 2: Jadwal Pelaksanaan Penelitian

KEGIATAN Tahun 2009-2010 Feb Mar Apr Juli Okt Jan ‘10

A. Tahap Persiapan

1. Pengajuan Proposal

2. Ijin Penelitian

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengumpulan Data Lapangan

2. Analisis Data

C. Penulisan Laporan Penelitian

45

62

62

B. Jenis Penelitian

Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data penelitian yang

diperlukan, maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif

kualitatif karena penelitian bermaksud untuk melakukan penyelidikan dengan

menggambarkan dan memaparkan keadaan subyek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya.

Menurut Lexy J. Moleong (2007:4) mengutip pendapat Bogdan dan

Taylor mengemukakan bahwa “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati.” Oleh karena itu data yang terkumpul

berwujud kata-kata dalam kalimat atau gambar berisi catatan yang menggambar-

kan keadaan yang sebenarnya.

Dalam buku yang sama, Lexy J. Moleong (2007:5) juga menyatakan

bahwa dalam penelitian kualitatif, metode yang biasa dimanfaatkan adalah

wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. Pada penelitian kualitatif,

penelitian lebih ditekankan pada sifat naturalisme, yaitu realita yang muncul dan

didasarkan pada peristiwa-peristiwa nyata yang menjadi bahan kajian dalam

penelitian, sehingga arah dari kegiatannya diarahkan secara dekat pada masalah

kekinian dengan semua teknik pengumpulan data, dan kualitas pelaksanannya

sangat tergantung pada penelitinya sebagai alat pengumpulan data utama.

C. Sumber Data

Ketepatan dalam memilih dan menentukan sumber data dalam penelitian

akan turut menentukan ketepatan, kekayaan data dan atau informasi yang di-

peroleh peneliti. Pemilihan sumber data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

memperoleh kedalaman studi. Menurut Sutopo, H.B. (2006:2) “Sumber data

penelitian kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa dan tingkah laku, dokumen

serta arsip serta berbagai benda lain.”

Menurut Lofland dan Lofland, yang dikutip oleh Lexy J. Moleong

(2007:157) mengatakan bahwa: “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif

63

63

adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain.”

Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Informan atau nara sumber, adalah orang-orang yang memberikan informasi

kepada peneliti karena orang tersebut dipandang mengetahui permasalahan

yang dikaji peneliti. Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati me-

rupakan penelitian. Informan yang dipilih peneliti adalah orang-orang yang

dipandang benar-benar mengetahui permasalahan sehingga dapat diperoleh

data yang obyektif. Informan yang dipilih pada penelitian ini adalah :

a). Guru-guru mata pelajaran Akuntansi

b). Kepala sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum

2. Tempat, peristiwa atau kejadian, adalah tempat terjadinya peristiwa atau ber-

langsungnya kegiatan yang dijadikan sumber data bagi penelitian. Dalam

penelitian ini, tempat dan peristiwa merupakan kegiatan yang dapat diamati

yang dilakukan oleh informan pada SMA Negeri 1 Surakarta hingga SMA

Negeri 8 Surakarta.

3. Sumber tertulis yaitu dokumen berupa arsip atau catatan mengenai segala

informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

D. Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru mata pelajaran

Akuntansi, Kepala Sekolah yang diwakili oleh Waka Kurikulum SMA Negeri di

Kota Surakarta yang telah melaksanakan KTSP yaitu pada SMA Negeri 1

Surakarta hingga SMA Negeri 8 Surakarta.

Untuk meneliti seluruh kegiatan yang ada pada wilayah penelitian, maka

peneliti harus meneliti seluruh populasi tersebut. Akan tetapi hal ini membutuh-

kan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, peneliti meng-

ambil sampel, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan tujuan menggali

informasi yang sebanyak-banyaknya dan sedalam-dalamnya dari sumber yang

tepat dan dapat dipercaya. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan rekomen-

dasi dari sekolah terhadap salah satu guru Akuntansi di sekolah tersebut.

64

64

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah teknik

purpossive sampling (sampel bertujuan), yaitu sampel diambil tidak ditekankan

pada jumlah, melainkan pada kekayaan informasi yang dimiliki anggota sampel

sebagai sumber data. Cara pengambilan sampel didasarkan pada karakteristik-

karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian karena

sampel tidak dimaksudkan untuk generalisasi.

Pengertian menurut Lexy J. Moleong (2007:165) tentang sampel yaitu:

“sampling dimaksudkan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dalam

pelbagai macam sumber dan bangunannya. ... maksud yang kedua ialah menggali

informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.”

Sehingga dalam penelitian kualitatif tidak akan ada sampel acak, melainkan

sampel yang bertujuan. Dalam pelaksanaannya pilihan informan dapat ber-

kembang sesuai dengan kebutuhan data. Informan yang dipilih dapat menunjuk

yang lebih mengetahui permasalahan sehingga diperoleh data yang mendalam dan

benar-benar dapat mendukung tercapainya hasil penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan pengumpulan data merupakan suatu bagian sangat penting

dalam setiap bentuk penelitian. Kesalahan dalam suatu pengumpulan data akan

sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Maka data yang dikumpulkan di-

harapkan dalam setiap penelitian adalah data yang benar dan dapat dipercaya.

Sesuai dengan pendekatan kualitatif dan jenis sumber data yang dibutuh-

kan dalam penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam pe-

nelitian ini meliputi:

1. Kuesioner

Metode kuesioner merupakan cara pengumpulan data melalui pengajuan

pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tertulis kepada responden serta

terdapat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Metode ini juga

sering disebut metode angket. Penggunaan metode kuesioner ini dilandasi karena

peneliti ingin mendapatkan data yang cukup banyak dalam waktu yang singkat

65

65

namun mencakup keseluruhan materi dan garis besar sehingga didapatkan

gambaran umum penelitian.

Metode kuesioner dalam penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat

sistem penilaian dengan kelompok angka melainkan akan dideskripsikan dalam

bentuk kalimat. Kuesioner dalam penelitian ini diberikan kepada guru mata

pelajaran Akuntansi yang menjadi responden utama dalam penelitian ini sebagai

salah satu sumber data yang akan digunakan sebagai trianggulasi dalam peng-

olahan hasil penelitian.

2. Wawancara

Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah

berupa manusia dalam posisinya sebagai nara sumber atau informan sehingga

untuk mengumpulkan informasi dari sumber data diperlukan teknik wawancara.

Salah satu pendapat tentang wawancara yaitu:

“Yang dimaksud dengan wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.

Moh. Nazir (1999:234) Lexy J. Moleong (2002:135) menyatakan bahwa, “Wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang di-

wawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Pada umumnya, wawancara dalam penelitian kualitatif tidak dilakukan

secara terstruktur dan ketat dengan pertanyaan tertutup, tetapi dilakukan secara

tidak terstruktur sebagai teknik wawancara mendalam. Wawancara ini dilakukan

dengan pertanyaan yang bersifat terbuka dan mengarah kepada kedalaman

informasi, sehingga tidak terpancang pada satu bentuk atau jenis pertanyaan saja,

namun dapat berkembang sesuai dengan temuan studi dan kebutuhan penelitian.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilaksanakan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara lisan untuk memperoleh informasi-informasi yang

66

66

berkaitan dengan masalah penelitian serta informan juga memberikan jawaban

secara lisan. Terdapat dua kelompok informan atau interviewee dalam penelitian

ini, yaitu informan utama, yang terdiri dari guru-guru mata pelajaran Akuntansi di

SMA Negeri di Surakarta, dan informan yang digunakan sebagai validasi atas

hasil wawancara dengan informan utama, yaitu kepala sekolah yang diwakili oleh

waka kurikulum, dan beberapa siswa kelas XI IPS yang diajar oleh guru yang

menjadi responden utama.

3. Observasi

Teknik obsevasi atau pengamatan digunakan untuk menggali data dari

sumber data yang berupa peristiwa, aktifitas, perilaku, tempat, benda, serta

rekaman gambar. Menurut Suharsismi Arikunto (1997:146), “Observasi atau yang

disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap

sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra”.

Dalam penelitian ini, observasi yang akan dilakukan adalah mengamati

proses kegiatan belajar mengajar Akuntansi di salah satu kelas yang diampu guru-

guru yang menjadi informan utama dalam teknik wawancara, dan juga mengamati

penyusunan silabus dan bahan ajar yang digunakan oleh informan tersebut dalam

proses belajar mengajarnya sehingga akan mendapatkan informasi yang di-

butuhkan dalam penelitian.

4. Dokumentasi

“Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan

suatu peristiwa atau aktivitas tertentu.” Demikian diungkapkan oleh H.B. Sutopo

(2006:54) yang menunjukkan bahwa teknik pengumpulan data ini merupakan cara

untuk mendapatkan data tertulis dengan cara mencatat dan mengumpulkan data

yang bersumber dari arsip dan dokumen yang isinya berhubungan dengan masalah

dan tujuan dari penelitian ini, yaitu implementasi penyusunan silabus dan bahan

ajar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Metode dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

mempelajari dokumen, arsip, catatan-catatan, atau hal-hal lain guna melengkapi

informasi-informasi agar lebih dalam dan lengkap. Dokumen tersebut antara lain

67

67

berupa kelengkapan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, program

tahunan, program semester, rancangan penilaian, bahan ajar yang disusun atau

digunakan oleh guru yang menjadi informan utama, beserta dokumen lain yang

dibutuhkan untuk melengkapi penelitian ini.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti (atau orang lain yang ditugasi) dalam kegiatan pengumpulan data agar

kegiatan pengumpulan data menjadi sistematis dan mudah (Budiyono, 2003:47).

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa lembar

observasi, lembar dokumentasi, pedoman wawancara, serta angket yang akan

digunakan untuk saling melengkapi dan mendukung informasi yang didapatkan

dari masing-masing instrumen.

G. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, data-data disajikan dalam bentuk kata-kata

verbal, bukan dalam bentuk angka. Data yang berupa kata-kata tersebut masih

sangat beragam, sehingga perlu diolah agar menjadi sistematis, ringkas dan logis.

Data yang diperoleh dari lapangan harus dipelajari, dan selanjutnya dipilah-pilah

sehingga informasi penting bisa didapatkan.

Penelitian kualitatif tidak menguji hipotesis yang dibuat sebelum peneliti-

an. Proses analisis data dilakukan secara bersamaan dan berkelanjutan dengan

proses pengumpulan data. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Lexy J.

Moleong. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis interaktif. H.B. Sutopo (2006:120) mengungkapkan: ”Analisis terdiri dari

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.”

68

68

Berikut ini gambaran analisis data model interaktif :

Gambar 6. Analisis Data Model Interaktif (H.B. Sutopo, 2006:120)

Semua komponen dalam analisis data tersebut merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan, dimana suatu langkah harus dilakukan untuk menuju

langkah selanjutnya dan terjadi hubungan antara satu langkah dengan langkah

lain.

H. Validitas Data

Data yang telah digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam kegiatan peneliti-

an, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk memperoleh data

yang akurat serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka peneliti me-

lakukan pemeriksaan keabsahan data atau validitas data. Menurut Lexy J.

Moleong (2007:178), ”Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu.”

Macam teknik triangulasi menurut Patton sebagaimana telah dikutip oleh

H.B Sutopo (2002:78), yaitu ”(1) triangulasi data (data triangulation), (2) tri-

angulasi peneliti (investigator triangulation), (3) triangulasi metodologis

(methodological triangulation), dan (4) triangulasi teoretis (theoretical tri-

angulation)”.

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Verifikasi / Penarikan Kesimpulan

69

69

Adapun uraiannya sebagai berikut:

1. Triangulasi Data

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan beragam sumber data

yang tersedia. Artinya, data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap ke-

benarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.

2. Triangulasi Peneliti

Yaitu hasil penelitian baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu

atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.

3. Triangulasi Metode

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data yang sejenis

tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang ber-

beda

4. Triangulasi Teori

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan perspektif lebih dari

satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data yang digunakan adalah

triangulasi data (sumber) dan triangulasi metode. Peneliti menggunakan tri-

angulasi data (sumber) dengan tujuan agar di dalam pengumpulan data, peneliti

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau

sejenis akan lebih valid kebenarannya bila di dapat dan digali dari beberapa

sumber data yang berbeda.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang

harus ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Hal ini dimaksudkan agar

penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil penelitian dapat diper-

tanggungjawabkan. Prosedur penelitian dapat berupa gambar (skema) yang me-

lukiskan kegiatan sejak awal (persiapan) sampai dengan pembuatan laporan.

Menurut Bogdan yang dikutip Lexy J. Moleong (2007:85) mengatakan

bahwa dalam prosedur penelitian ada tiga tahapan, yaitu: pra lapangan, kegiatan

lapangan, dan analisis data.

70

70

Dalam penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Disebut juga tahap pra lapangan yang kegiatannya antara lain dimulai dari

mempersiapkan rancangan penelitian dan mengurus ijin penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini sering disebut juga tahap lapangan. Pada tahap ini kegiatan peneliti-

an adalah menggali data dan sumber data yang relevan dengan tujuan peneliti-

an, antara lain wawancara dan pengumpulan dokumen.

3. Tahap Analisis Data

Kegiatan pada tahap ini adalah berusaha menemukan tema-tema yang relevan

dengan masalah penelitian, serta merumuskan hipotesis, dan menganalisis ber-

dasarkan hipotesis tersebut, meskipun hipotesis tersebut tidak selalu ada

karena tidak semua penelitian kualitatif merumuskan hipotesis.

4. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam proses penelitian, dimana dalam tahap

ini semua data yang telah didapatkan, diolah dan dianalisis untuk kemudian

dilaporkan dan disusun dalam bentuk skripsi.

Keempat tahap tersebut dapat digambarkan dalam skema berikut ini:

Proposal

Persiapan Pelaksanaan Penelitian

Pengumpulan data dan analisis

Analisis Akhir

Laporan dan penggandaan

Penarikan Kesimpulan

Penulisan Laporan

Gambar 7. Skema Prosedur Penelitian

lxxi

lxxi

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di delapan (8) SMA Negeri di kota Surakarta.

Secara terperinci, ke-delapan Sekolah Menengah Atas tersebut bisa disajikan

dalam tabel berikut :

Tabel 3. Nama Sekolah, Alamat dan Kepala Sekolah SMA Negeri di Kota Surakarta.

No Nama Sekolah Alamat Kepala Sekolah 1. SMA N 1 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Drs. Thoyibun, SH, MM

2. SMA N 2 Surakarta Jl. Monginsidi No. 40 Surakarta Drs. Sukardjo, MA

3. SMA N 3 Surakarta Jl. Prof Johannes 58 Surakarta Drs. Ngadiyo, M.Pd.

4. SMA N 4 Surakarta Jl. Adi Sucipto No. 1 Surakarta Drs. Edy Pudiyanto, M.Pd.

5. SMA N 5 Surakarta Jl. Letjend. Sutoyo 18 Surakarta Drs. Unggul S, M.Pd

6. SMA N 6 Surakarta Jl. Mr. Sartono No. 30 Surakarta Drs. Makmur S, M.Pd.

7. SMA N 7 Surakarta Jl. Muh. Yamin No. 79 Surakarta Dra. Endang Sri K, M.Pd

8. SMA N 8 Surakarta Jl. Sumbing VI No. 65, Surakarta Drs. Sudadi Mulyono, M.Si

Secara ringkas deskripsi penelitian dari 8 (delapan) SMA di kota

Surakarta dapat dideskripsikan sebagai berikut :

1. Sekolah Menegah Atas Negeri I Surakarta

Visi :

Terwujudnya sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas.

Misi :

a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama masing-masing

dengan mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah.

c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal se-

hingga terbentuk insan yang berprestasi di segala bidang.

55

lxxii

lxxii

d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

budaya bangsa.

e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar.

f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkat-

kan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil

g. Menjalin kerjasama dengan berbagai instansi lokal, nasional, maupun inter-

nasional.

h. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian warga sekolah terhadap kelestarian

lingkungan hidup.

Tujuan :

a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan berakhlak mulia.

b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian,

cerdas, berkualitas, dan berprestasi di bidang akademik maupun non-

akademik.

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar

mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup ber-

masyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan

budi luhur bangsa.

e. Membekali peserta didik untuk dapat memelihara seni dan budaya bangsa

(budaya Jawa khususnya seni budaya Surakarta).

2. Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Surakarta

Visi :

Mampu menjadi SMA unggulan yang berwawasan IPTEK, Seni, Olah Raga dan

IMTAQ

Misi :

a. Menumbuhkan semangat disiplin tinggi kepada seluruh warga sekolah.

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan efesien, se-

hingga mencapai hasil yang optimal.

lxxiii

lxxiii

c. Mendorong semangat seluruh warga sekolah untuk lebih berprestasi sesuai

bakat minatnya.

d. Membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya agar dapat dikembangkan

secara optimal (meliputi bidang agama, bahasa, seni, budaya, olah raga dan

ilmu pengetahuan),sehingga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan mampu

bersaing masuk perguruan Tinggi Negeri dan Swasta yang favorit.

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Surakarta

Visi :

Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang Ilmu Penge-

tahuan dan Teknologi serta Seni Buaya menuju sekolah unggul yang berwawasan

Internasional.

Misi :

a. Mengembangkan tata nilai dan akhlak mulia berdasarkan keimanan dan

ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mewujudkan sinergi dan profesionalisme warga sekolah

c. Menciptakan kondisi sekolah yang kondusif untuk mewujudkan semangat

berprestasi dan berkembangnya wawasan keilmuan, teknologi serta seni

budaya

Tujuan

a. Memberi layanan kepada siswa yang berpotensi untuk mencapai prestasi

bertaraf nasional dan internasional

b. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta yang mampu berperan aktif

dalam masyarakat global

c. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta memiliki kompetensi seperti

yang tercantum dalam SKL yang diperkaya dengan sekolah berciri inter-

nasional

4. Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta

Visi :

SEKOLAH : UNGGUL DALAM PRESTASI SANTUN DALAM PERILAKU

Dengan Indikator:

lxxiv

lxxiv

a. Unggul dalam perolehan Nilai Ujian Nasional

b. Unggul dalam Persaingan SNMPTN

c. Unggul dalam lomba akademik dan non akademik

d. Unggul dalam hal mentalitas dan moralitas

Misi :

Mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun manusia Indonesia seutuhnya

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

luhur memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan

dan kebangsaan.

Tujuan :

Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

5. Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Surakarta

Visi :

“Unggul dalam mutu, berpijak pada budaya bangsa, beriman, bertaqwa dan

mampu menghadapi tantangan global”.

Misi :

a. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta

budi pekerti.

b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang membentuk pe-

ngembangan diri guru dan memotivasi siswa.

c. Menumbuhkan semangat kedisiplinan, kejujuran, ketertiban dan rasa

tanggung jawab yang tinggi kepada seluruh warga sekolah.

d. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap

siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

e. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga

sekolah

lxxv

lxxv

f. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali dirinya agar dapat

dikembangkan secara optimal

6. Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Surakarta

Visi :

Menjadi sekolah yang mampu menghasilkan insan yang bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, disiplin, cerdas, berbudi luhur dan berwawasan luas.

Misi :

a. Memelihara dan meningkatkan pengamalan dari ajaran agama

b. Menanamkan kesadaran berdisipiln tinggi kepada seluruh warga sekolah.

c. Melaksanakan pendidikan pembelajaran dan pelayanan yang optimal

d. Membudayakan perilaku santun, jujur dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

budaya bangsa.

e. Meningkatkan fasilitas-fasilitas sekolah sebagai sumber dan sarana belajar.

f. Mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan untuk meningkat-

kan wawasan yang semakin luas dan semakin terampil

Tujuan :

a. Mempersiapkan peserta didik yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

dan berakhlak mulia.

b. Mempersiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian,

cerdas, berkualitas, dan berprestasi.

c. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi

d. Mempersiapkan dan membekali ketrampilan peserta didik untuk hidup ber-

masyarakat dan bernegara dengan berpegang pada nilai-nilai martabat dan

budi luhur bangsa.

7. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Surakarta

Visi :

Unggul dalam meraih Pendidikan Tinggi

Misi :

a. Disiplin dan berbudi luhur menuju prestasi.

b. Dengan menumbuhkan semangat disiplin tinggi pada seluruh warga Sekolah.

lxxvi

lxxvi

c. Terwujudnya siswa memiliki keimanan, ketaqwaan, sehat jasmani dan rohani.

d. Memelihara, melestarikan dan memberdayakan budaya daerah.

e. Menyiapkan SDM yang berdaya saing tinggi.

8. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Surakarta

Visi

Meningkat dalam prestasi akademis dan unggul dalam prestasi non akademis ber-

dasarkan iman dan takwa

Misi

a. Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga siswa dapat berkembang

secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki

b. Mengenalkan dan menggunakan serta mengembangkan hasil teknologi

modern

c. Mengoptimalisasi bakat dan ketrampilan siswa sehingga memiliki ke-

mandirian dan kecakapan hidup di tengah masyarakat

d. Menumbuhkan semangat ketertiban dan kedisiplinan bagi warga sekolah

sebagai konsep dasar menuju sukses

e. Mendorong semangat kerja bagi guru dan karyawan sehingga memiliki

tanggung jawab dan berdedikasi tinggi

f. Meningkatkan pengamalan ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa

sehingga menjadi sumber kearifan berperilaku

g. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi diri dalam bidang

olahraga dan seni sehingga dapat berkembang secara optimal

h. Membudayakan etika pergaulan yang saling sapa, salam, senyum sehingga

terjalin persaudaraan dan kesetiakawanan sejati, saling asah, asih asuh.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada SMA di Kota Surakarta

lxxvii

lxxvii

Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam

kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri

1 dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yatu SMA Negeri 2,4,5,6,7,8

termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Tidak bisa

dipungkiri bahwa pemahaman guru terhadap kurikulum masih beragam,

namun tidak salah artinya mereka menekankan pada inti dan pandangan pakar.

Ada yang mengemukakan, sebagaimana disampaikan oleh salah satu guru

SMA Negeri 4, Bp Haryanto bahwa :

”Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah

sejumlah mata ajaran, yang telah disusun secara sistematis dan logis, yang

harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah

pengetahuan” .

Sementara itu, salah seorang guru SMA Negeri 6, Ibu Hestrini me-

ngemukakan bahwa :

”Kurikulum merupakan serangkaian kegiatan pengalaman belajar

dimana kegiatan kurikulum tersebut tidak terbatas dalam ruang kelas saja

melainkan juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Pada intinya, semua

kegiatan yang memberikan pengalaman belajar bagi siswa merupakan

kurikulum”.

Pandangan yang agak berbeda dikemukakan oaleh salah satu kepala

Sekolah Menengah Atas, Bp Edy Pudiyanto sebagai berikut :

”Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu.”

Sebagai suatu perangkat sekaligus sistem, kurikulum memiliki empat

komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c) Proses belajar

mengajar, d) Evaluasi dan penilaian. Sebagai suatu sistem, kurikulum

memiliki komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung

dan membentuk satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Komponen-komponen

dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan

lxxviii

lxxviii

Tujuan pembelajaran merupakan kompas bagi guru mencapai tiga ranah

utama, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psiko-

motorik. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan yang dapat digunakan

untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar meng-

ajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan, baik berupa

bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Proses Belajar Mengajar

mencakup isi program kurikulum yang disampaikan kepada siswa untuk

mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang di-

tentukan atas dasar tujuan institusional sekolah yang bersangkutan. Dalam

pelaksanaannya, proses belajar mengajar merupakan penentu berhasil tidak-

nya semua komponen lain yang telah disusun. Sedang penilaian dan evaluasi

merupakan tolok ukur keberhasilan pelaksaksanaan kurikulum yang telah

disusun. Secara umum, penilaian tidak dapat dilakukan dengan sama rata,

melainkan ada pembagian sesuai dengan ranahnya untuk mendapatkan nilai

yang maksimal.

Dari sekian pendapat dari informan bisa dikemukakan bahwa pemaham-

an kurikulum selalu dinamis, namun setidaknya bisa disimpulkan bahwa

kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,

bahan yang harus ditempuh siswa yang digunakan sebagai pedoman dalam

penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pen-

didikan yang telah ditetapkan agar anak dapat berpartisipasi aktif dan

produktif di masyarakat dengan menjadi pribadi yang cerdas, berakhlak

mulia, berkepribadian, serta memiliki keahlian yang dapat digunakan bagi

masyarakat, bangsa, dan negara.

Dengan mengadopsi pengertian kurikuluam di atas, maka pengertian

Kurkulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang di-

kembangkan oleh setiap satuan pendidikan dengan memperhatikan situasi dan

kondisi masing-masing satuan pendidikan agar benar-benar sesuai dengan

tuntutan masyarakat yang ada disekitar.

Hampir semua informan mengemukakan kesamaan pandangan dalam

proses penyusunan KTSP. Mereka mengemukakan bahwa dalam proses

lxxix

lxxix

penyusunan KTSP perlu diawali dengan melakukan analisis konteks terhadap

hal-hal sebagai berikut :

a. Potensi, kekuatan, dan kelemahan yang ada di sekolah dan satuan pen-

didikan, baik yang berkaitan dengan peserta didik, guru, kepala sekolah

dan program-program yang ada di sekolah.

b. Peluang dan tantangan yang ada di masyarakat dan lingkungan sekitar,

baik yang bersumber dari komite sekolah, dewan pendidikan, dinas pen-

didikan, asosiasi profesi, dunia industri, dan dunia kerja, serta sumber daya

alam dan sosial budaya.

c. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan sebagai acuan dalam pe-

nyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Dalam proses penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Salah seorang informan dari SMA 4 (Bp Haryanto) mengemukakan bahwa :

”Setelah dilakukan tiga langkah diatas kemudian dilakukan School review dan Benchmarking. School review adalah suatu proses mengembangkan komponen sekolah agar bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas lembaga, serta mutu lulusan. Benchmarking adalah kegiatan menetapkan standar dan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Semua proses ini dilakukan oleh tim penyusun KTSP di bawah pengawasan dinas kabupaten / kota dan provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan”.

Sebagai suatu sistem Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan me-

miliki enam komponen penting, yaitu bahwa satuan pendidikan dalam me-

nyusun kurikulum harus memiliki :

a. Visi dan misi satuan pendidikan

b. Tujuan pendidikan satuan pendidikan

c. Kalender pendidikan

d. Struktur muatan KTSP yang terdiri atas :

1) Mata pelajaran

2) Muatan lokal

3) Kegiatan pengembangan diri

4) Pengaturan beban belajar

5) Kenaikan kelas, penjurusan, dan kelulusan

lxxx

lxxx

6) Pendidikan kecakapan hidup

7) Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global

e. Silabus

f. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Implementasi penyusunan Kurikulum Satuan Pendidikan pada

Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Surakarta secara formal telah me-

menuhi enam tuntutan itu, yang meliputi : a) Visi dan misi pendidikan, b)

Tujuan pendidikan, c) Kalender pendidikan, d) Struktur muatan KTSP e)

Silabus dan f) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hampir semua

informan pada SMA Negeri di Kota Surakarta memiliki pandangan yang sama

terhadap enam komponen tersebut.

Visi merupakan suatu pandangan atau wawasan yang merupakan

representasi dari apa yang diyakini dan diharapkan dalam suatu organisasi,

dalam hal ini sekolah pada masa yang akan datang. Tujuan pendidikan satuan

pendidikan merupakan acuan dalam mengembangkan KTSP.

Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan untuk pendidikan

menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak

mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih

lanjut.

Dalam penyusunan kalender pendidikan, pengembang kurikulum harus

mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi

peserta didik, dan menyesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi

dasar yang harus dimiliki peserta didik.

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,

kompetesi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang meng-

gambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau

lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan

dalam silabus.

lxxxi

lxxxi

Mekanisme penyusunan KTSP pada Sekolah Menengah Atas di Kota

Surakarta menempuh tiga tahap utama, yaitu a) Pembentukan tim kerja, b)

Penyusunan draft dan c) Revisi dan Finalisasi.

Bpk Wiyono, sebagai salah satu tim pengembang kurikulum pada

SMA Negeri 1 Surakarta mengemukakan :

”Tim pengembang kurikulum terdiri dari guru, kepala sekolah, guru pembimbing, komite sekolah, dan dalam hal tertentu dapat melibatkan orang tua atau peserta didik. Pengembangan draft KTSP yang lengkap mulai dari perumusan visi dan misi satuan pendidikan sampai pada rencana pelaksanaan pembelajaran, yang siap diaktualisasikan dalam pembelajaran.

Sebelum KTSP benar-benar diaplikasikan dalam pembelajaran, perlu dilakukan revisi melalui rapat kerja sekolah dan/atau kelompok sekolah yang diselenggarakan dalam jangka waktu sebelum tahun ajaran baru sehingga semua materi dalam KTSP sesuai dengan kompetensi yang diharapkan dari peserta didik”.

Penyusunan KTSP meliputi penyiapan dan penyusunan draft, review

dan revisi, serta finalisasi. Dengan proses penyusunan yang tidak hanya

berjalan satu kali, memungkinkan guru sebagai salah satu komponen

penyusun KTSP untuk mengoreksi atau merevisi. Langkah selanjutnya adalah

melakukan pengesahan terhadap dokumen KTSP oleh kepala sekolah serta

diketahui oleh komite sekolah dan dinas kabupaten/kota.

2. Proses Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada

SMA Negeri di Kota Surakarta Seperti diketahui bahwa silabus merupakan salah satu komponen dalam

kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Silabus merupakan rencana pem-

belajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan

oleh setiap satuan pendidikan. Menurut Pola Induk Sistem Pengujian Hasil

Kegiatan Pembelajaran Berbasis Kemampuan Dasar SMA terbitan Depdiknas

dikatakan bahwa silabus merupakan produk pengembangan kurikulum berupa

lxxxii

lxxxii

penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kemampuan dasar yang

ingin dicapai, dan uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka

mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.

Di Sekolah Menengah Atas wilayah Kota Surakarta, pengembangan

silabus berbasis KTSP dilakukan oleh para guru secara mandiri dan atau

berkelompok dalam sebuah sekolah atau beberapa sekolah, kelompok

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG),

dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus KTSP bisa diserahkan kepada

guru sehingga diharapkan akan memberikan hasil dan kreatifitas yang berbeda

antara satu guru dengan guru lain, baik dalam satu daerah ataupun dalam

daerah yang berbeda. Namun demikian, hampir semua SMA yang ada di Kota

Surakarta tetap mengacu pada Silabus yang diedarkan pemerintah (Dep-

diknas), sebagaimana dikemukakan oleh Ibu Th. Dwi Nuraini seorang guru

SMA 2 Surakarta:

”Penyusunan Silabus mengacu pada silabus KTSP dari Pemerintah

dan dikembangkan melalui forum MGMP baik sekolah maupun MGMP

Kota”.

Hampir semua guru memahmi bahwa Landasan pengembangan

silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 17 ayat (2)

dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu silabus minimal harus memuat

enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan

standar penilaian. Kenyataan seperti itu didukung oleh seorang guru SMA

Negeri 3, Ibu Dyah Retniningsih yang berpendapat :

”Penyusunan Silabus tetap mengacu pada silabus dari pemerintah

tetapi dikembangkan secara intern sekolah itu sendiri dengan me-

manfaatkan forum MGMP sekolah maupun MGMP Kota”

Pengembangan terhadap komponen-komponen tersebut merupakan

kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan

lxxxiii

lxxxiii

penambahan komponen-komponen lain dalam penyusunan silabus di luar

komponen minimal yang sudah ditentukan, yang pengawasannya berada di

bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pen-

didikan. Semakin lengkap komponen suatu silabus, semakin memudahkan

guru dalam menjabarkan silabus tersebut ke dalam rencana pelaksanaan pem-

belajaran.

Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan

pembelajaran yang berisi garis-garis besar materi pembelajaran. Agar pe-

ngembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan kurikulum

nasional, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip dalam pengembang-

annya.

Dalam penyusunan silabus senantiasa memperhatikan prinsip-prinsip

dimana setiap silabus harus : ilmiah, relevan, fleksibel, kontinuitas, konsisten,

memadai, aktual dan kontekstual, efektif dan fleksibel serta efisien dan me-

nyeluruh. Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Sistem Pen-

didikan Nasional memberi arahan bahwa dalam pengembangan silabus perlu

diperhatikan komponen-komponen penting yang meliputi : Standar Kompe-

tensi, Kompetensi Dasar, Materi Pokok Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran,

Indikator, Penilaian, Alokasi Waktu serta Sumber Belajar. Fleksibilitas dan

aktualitas penyusunan silabus dikemukakan seorang guru SMA 5, Bp

Maryono :

“Penyusunan silabus mengacu pada prinsip-prinsip yang di-sampaikan pemerintah, antara lain bahwa silabus harus fleksibel dan aktual. Pengembangan silabus ditempuh melalui forum MGMP sekolah dan Kota. Salah satu bentuk pengembangan silabus yang fleksiabel dan aktual yang diberlakukan pada SMA Negeri 5 adalah pemberian materi Myob Accounting. Pemberian materi itu sesuai kondisi dan kebutuhan masyarakat industri dan dunia usaha saat ini, sehingga dirasa perlu diberikan kepada siswa”.

Hampir tidak ada perbedaan pengembangan silabus yang berlaku pada

Rintisan Sekolah Berbasis Internasional dengan Rintisan Sekolah Katagori

Mandiri. Pendapat seperti itu dikemukakan oleh dua orang guru akuntansi

pada dua SMA bertaraf RSBI di Kota Surakarta (Bp Wiyono dan Ibu Dyah

Retniningsih), yang mengemukakan :

lxxxiv

lxxxiv

“Katagori sekolah baik RSBI ataupun RSKM tidak terlalu ber-pengaruh dalam penyusunan dan pengembangan silabus. Penyusunan silabus pada sekolah RSBI hanya mentranslate silabus sekolah Reguler (RSKM) kedalam silabus dalam bahasa inggris. Untuk kelas SBI silabus-nya hanya akan mentransfer silabus kelas IPS reguler yang ada sekarang ke bahasa inggris”.

Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta

telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP

baik tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi :

a. Pengisian kolom identitas

b. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, dengan memperhatikan

hal-hal berikut:

1) Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat

kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di

Standar Isi;

2) Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam

mata pelajaran;

3) Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata

pelajaran.

c. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar.

d. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran, dengan memper-

timbangkan:

1) Potensi peserta didik;

2) Relevansi dengan karakteristik daerah;

3) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan

spiritual peserta didik;

4) Kebermanfaatan bagi peserta didik;

5) Struktur keilmuan;

6) Aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

7) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

8) Alokasi waktu.

e. Mengembangkan pengalaman belajar, memberikan bantuan guru agar

dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional, antara lain:

lxxxv

lxxxv

1) Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara

berurutan untuk mencapai kompetensi dasar

2) Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki

konsep materi pembelajaran

3) Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal me-

ngandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan

pengalaman belajar peserta didik yaitu kegiatan siswa dan materi.

f. Merumuskan indikator keberhasilan, prinsip pengembangan indikator

adalah sesuai dengan kepentingan (Urgensi), kesinambungan (Kontinu-

itas), kesesuaian (Relevansi) dan Kontekstual. Keseluruhan indikator

dalam satu KD merupakan tanda-tanda, perilaku, dan lain-lain untuk

pencapaian kompetensi yang merupakan kemampuan bersikap, berpikir,

dan bertindak secara konsisten. Digunakan sebagai dasar untuk menyusun

alat penilaian.

g. Menentukan penilaian (standar penilaian), penilaian merupakan se-

rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan

data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara

sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang

bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dilakukan dengan

menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, peng-

amatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,

penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

h. Menentukan alokasi waktu, penentuan alokasi waktu pada setiap kom-

petensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu

mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi

dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan

kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus

merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar

yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.

i. Menentukan sumber belajar, sumber belajar adalah rujukan, objek dan/

atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan dapat berupa

media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam,

lxxxvi

lxxxvi

sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

Salah satu format silabus yang dikembangkan pada sekolah bertaraf

RSBI di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Nama Sekolah : SMA N 1 Surakarta Mata Pelajaran : Akuntansi Kelas/Semester : XI IPS 2 / 2 Standar Kompetensi : Siswa memahami siklus akuntansi

No. Kompetensi

Dasar Materi

Pembelajaran Kegiatan

Pembeljrn Indikator Penilaian Alokasi Sumber Belajar

1. Siswa mam pu menye-lesaikan Siklus akuntansi

Siklus akuntansi perusahaan jasa

Membuat jurnal – laporan keuangan

Jurnal & lap keu

Tugas dan Ulangan harian

3 x 45 menit

Buku Esis, Akuntansi Jilid 2, Erlangga

3. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan Silabus Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas

Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala yang

dihadapi bukan pada prosedur penyusunan silabus, namun lebih banyak pada

implementasi pelaksanaan dari silabus yang telah disusun. Berbagai kendala

itu antara lain :

i. Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM (tidak ada

laboratorium IPS).

Harus diakui bahwa untuk mencapai standar kompetensi dibutuh-

kan berbagai sarana penunjang. Meskipun silabus telah disusun secara

baik, namum dalam pelaksanaannya masih perlu dilengkapi sarana yang

lain. Satu hal yang dirasakan adalah terbatasnya sarana laboratorium

berupa laboratorium komputer dan laboratorium IPS sebagai sarana

lxxxvii

lxxxvii

praktik akuntansi sebagaimana dikemukakan oleh seorang guru SMA

Negeri 5, Bp Maryono:

”Satu hal yang menyulitkan bagi guru dalam mengimplementasi-

kan silabus, yaitu terbatasnya laboratorium IPS, sehingga menyulitkan

dalam proses pembelajaran”

ii. Kualitas Sumber Daya Manusia pada Sekolah berkatagori RSBI.

Tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah yang berkatagori RSBI

menitikberatkan pada pembelajaran bertaraf internasional, namun kenyata-

annya masih sulit dibedakan dengan proses pembelajaran yang terjadi pada

sekolah yang berkatagori RSKM. Penguasaan bahasa inggris bagi para

tenaga pengajar menjadi kendala utama, sebagaimana dikemukakan Bpk.

Wiyono dan Ibu Dyah Retniningsih sebagai berikut :

”Sumber daya manusia dari guru masih belum cukup mampu

memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, termasuk

didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya”.

iii. Disparitas Kualitas Input Siswa

Terdapat perbedaan kualitas input siswa pada kelompok sekolah

bertaraf RSBI dengan sekolah berkatagori RSKM. Perbedaan itu sangat

menyulitkan bagi guru dalam ”mensukseskan” silabus yang telah di-

kembangkan dan disusun dengan susah payah. Tidak bisa dipungkiri

bahwa kesenjangan kualitas input siswa pada SMA Negeri di Kota

Surakarta antara SMA Negeri 1 sampai SMA Negeri 8 sangat tampak.

Kondisi seperti itu sangat mempengaruhi kualitas proses pembelajaran,

sebagaimana dikemukakan seorang guru SMA Negeri 8, Bp Joko Trisianto

sebagai berikut :

”Input nilai siswa yang sangat rendah dibanding Sekolah Me-

nengah Atas Negeri yang lain sangat mempengaruhi kualitas pembelajar-

an”

iv. Sarana penunjang Proses Pembelajaran

lxxxviii

lxxxviii

Partisipasi orang tua dalam bentuk sumbangan komite sekolah sangat

mempengaruhi penyediaan sarana penunjang pembelajaran bagi siswa.

Pada sekolah sekolah yang tergolong RSKM dalam katagaori ”rendah”

masih banyak dijumpai persoalan, terutama berkenaan dengan sarana

media pembelajaran maupun sarana praktik dalam wujud fasilitas

laboratorium, sebagaimana disampaikan oleh dua orang guru, SMA Negeri

6 dan SMA Negeri 8 sebagai berikut :

”Terbatasnya sarana dan prasarana berupa media pembelajaran

maupun laboratorium baik komputer maupun laboratorium IPS sangat

mempengaruhi kualitas proses pembelajaran”

Kendala utama yang dihadapi masing masing sekolah berbeda-

beda, sehingga masing-masing sekolah akan melakukan upaya yang be-

ragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran

pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara

bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota maupun

pusat serta kepada komite sekolah. Pada sekolah berkatagori RSBI,

peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan pelatihan-pelatihan bahasa

inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan laboratorium yang di-

miliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan dan kendala

bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM.

4. Proses Penyusunan Bahan Ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta

Seorang guru berkewajiban membuat dan menyediakan materi

pembelajaran (instructional materials). Materi pembelajaran atau bahan ajar

merupakan salah satu komponen dalam sistem pembelajaran yang memegang

peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai indikator-indikator

yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar. Bahan

ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.

Dengan materi pembelajaran berupa bahan ajar siswa dapat mem-

pelajari materi secara runtut dan sistematis sehingga siswa mampu menguasai

lxxxix

lxxxix

semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi atau bahan ajar berisikan

tentang pengetahuan, ketrampilan dan minat atau sikap yang harus dipelajari

dan dikuasai siswa sebagai subyek didik.

Betapa pentingnya materi ajar dalam proses pembelajaran siswa,

maka setiap guru harus merancang agar komponen pengetahuan, sikap dan

ketrampilan bisa ditransfer ke subyek didik secara baik. Transfer disini tidak

diartikan secara statis bahwa guru hanya sekedar menyampaikan materi,

namun guru dituntut untuk bisa mendesain dan mengorganisir materi sehingga

kompetensi bisa tercapai dengan menggunakan model pembelajaran yang

inovatif dan media setepat mungkin. Tuntutan penyusunan bahan ajar yaitu :

“Materi ajar adalah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan dipelajari siswa sebagai sarana untuk mencapai indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar, kemudian dievaluasi dengan menggunakan perangkat penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar”.

Mimin Haryati (2007:10) Bahan ajar harus dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan

jenis materi, ruang lingkup, urutan penyajian, perlakuan (treatment) terhadap

materi pembelajaran, dan lain-lain. Jenis materi pembelajaran perlu diidentifi-

kasi dengan tepat. Setiap jenis materi bahan memerlukan media, metode, dan

teknik evaluasi yang berbeda-beda. Ruang lingkup atau kedalaman suatu

materi ajar harus diperhatikan sehingga materi ajar tersebut tidak kurang dan

tidak lebih. Urutan materi ajar harus diperhatikan sehingga proses pembelajar-

an menjadi runtut (hirarkis).

Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks

saja, namun bisa berbentuk lain. Hasil wawancara terhadap sejumlah guru

akuntansi bisa dikemukakan bahwa terdapat wacana yang semakin maju,

bahwa bahan ajar yang disampaikan dan dirancang guru tidak terbatas pada

buku teks, namun sudah dalam bentuk lain yag beragam dan sangat inovatif,

sebagaimana dikemukakan salah seorang guru SMA Negeri 7, Ibu Miyanti

sebagai berikut :

xc

xc

“Setiap guru diwajibkan membuat bahan ajar berupa modul

akuntansi, namun dalam implementasinya siswa diwajibkan mencari

bahan-bahan yang relevan melalui internet dan media cetak lainnya”.

Pemahaman guru yang seperti itu sejalan dengan apa yang di-

rekomendasikan Pemerintah dalam sosialisasi KTSP yang dilakukan melalui

bimbingan teknis tentang pengembangan bahan ajar. Menurut rekomendasi itu

dikemukakan bahwa bahan ajar bisa meliputi :

a. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

b. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk

audio.

c. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.

d. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti

CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia

pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning

materials).

Memperhatikan berbagai ragam bahan ajar yang bisa dikembangkan,

ternyata apa yang dilakukan guru-guru SMA Negeri di Kota Surakarta masih

banyak bertumpu pada bahan ajar yang bersifat bahan cetak seperti modul,

hand out maupun lembar kerja siswa, sebagaimana dikemukakan oleh guru

SMA Negeri 6, Ibu Hestrini :

“Pengembangan bahan ajar yag dilakukan adi SMA Negeri 6

berupa hand out untuk materi tertentu disamping juga menggunakan bahan

cetak berupa buku teks yang sudah terstandar”.

Masing-masing sekolah berbeda dalam pengembangan bahan ajar,

seperi yang terjadi pada SMA Negeri 1,2,3,4, dan 7 bahwa setiap guru di-

wajibkan membuat modul pembelajaran, sebagaimana dikemukakan oleh guru

SMA Negeri 4, Bp Haryanto :

“Pada sekolah kami, setiap guru diwajibkan membuat modul dan

dibiayai pihak sekolah sebagai bentuk penghargaan serta hand out untuk

materi tertentu”.

xci

xci

Lain halnya yang terjadi pada SMA Negeri 5, 6 dan 8 bahwa bahan

ajar merujuk pada buku teks yang sudah jadi dengan disertai pembuatan hand

out oleh guru sebagai sarana penunjang, sebagaimana dikemukakan oleh guru

SMA Negeri 6, Ibu Hestrini :

“Untuk materi-materi akuntansi tertentu, guru diwajibkan untuk

membuat hand out agar proses pembelajaran lebih terarah”

Apa yang dilakukan guru pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota

Surakarta dalam usaha mewujudkan bahan ajar baik berupa hand out ataupun

modul tetap berkonsentrasi pada analisis kebutuhan bahan ajar itu sendiri.

Analisis yang dilakukan meliputi :

a. Analisis Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar disertai indikator

pencapaian standar yang dimaksud.

b. Analisis sumber belajar, kemudian pemilihan dan penentuan bahan ajar.

Analisis penyusunan kebutuhan bahan ajar yang dilakukan guru-guru

bisa digambarkan pada alur sebagai berikut :

Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi pada SMA Negeri

di Kota Surakarta dalam penyusunan bahan ajar apabila dihubungkan

dengan pendapat Mimin Haryati (2007:11) terdapat kesamaan pandangan.

Kesamaan itu terletak pada langkah-langkah dalam memilih materi pem-

belajaran, yaitu meliputi :

a. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus

dipelajari dan dikuasai oleh siswa.

b. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.

Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran

BAHAN AJAR

xcii

xcii

Kegiatan guru-guru akuntansi yang berkenaan dengan kegiatan

pembelajaran siswa terkoordinasi dalam kegiatan MGMP baik tingkat

sekolah maupun tingkat kota, sehingga setiap perkembangan yang terjadi

selalu bergerak secara sinergi antar guru antar sekolah di wilayah kota

Surakarta. Ada empat prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guru-

guru dalam penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip

konsistensi dan c) Prinsip kecukupan. Ketiga prinsip itu menjadi penting

pada saat mengembangkan bahan ajar, sebagaimana dikemukakan oleh

guru akuntansi dari SMA Negeri 5, Bp Maryono :

“Pengembagan bahan ajar memang masih berkonsentrasikan pada bahan ajar berupa bahan cetak berupa modul dan hand out, namun setidaknya kami selalu berusaha mengembangkan bahan ajar agar relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dimasyarakat, selalu konsisten dalam penyampaian materi serta memadai dengan kebutuhan siswa”

Pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh guru-guru

akuntansi antara sekolah yang satu dengan yang lain memang bervariasi.

Pada sekolah berkatagori RSBI, bahan ajar dikembangkan oleh guru

berupa modul dan lembar kerja siswa yang disusun oleh guru. Pe-

ngembangan bahan ajar seperti itu dimaksudkan agar guru lebih ber-

tanggunjawab terhadap sajian materi, disamping hal itu dituntut oleh pihak

sekolah agar guru berkonsentrasi penuh terhadap penguasaan kompetensi

siswa, sebagamana dikemukakan oleh guru SMA Negeri 3, Ibu Dyah

Retniningsih :

“Guru dituntut untuk mengembangkan bahan ajar berupa modul yang dikembangan dengan mengacu berbagai sumber yang bisa dipercaya. SMA Negeri 3 Surakarta sebagai salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional mau tidak mau harus berbenah diri untuk lebih maju, satu upaya diantaranya adalah pengembagan bahan ajar”.

Pengembangan bahan ajar pada SMA Negeri berkatagori RSKM

lebih banyak berkonsentrasi pada pembuatan hand out, disamping ada pula

yang telah berusaha pada pembuatan bahan ajar berupa modul sebagai-

mana dikemukakan guru Akuntansi pada SMA Negeri 8, Bp Joko

Trisianto :

xciii

xciii

“ Pengembangan bahan ajar masih terbatas pada pembuatan hand

out saja”

Meskipun terjadi perbedaan dalam pengembangan jenis

bahan ajar, namun hampir seluruh guru akuntansi pada SMA Negeri di

Kota Surakarta telah mengembangkan bahan ajar baik berupa modul, hand

out maupun pengembangan media pembelajaran yang kesemuanya di-

maksudkan untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa.

Dari hasil observasi dilapangan, pengembangan bahan ajar oleh

guru akuntansi baik berupa modul maupun hand out telah memenuhi

beberapa komponen, antara lain :

a. Petunjuk belajar (petunjuk siswa / guru)

b. Kompetensi yang akan dicapai

c. Informasi pendukung

d. Latihan-latihan

e. Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)

f. Evaluasi

Untuk mendukung proses pembelajaran, harus dipisahkan antara

bahan ajar dengan sumber belajar. Pengertian bahan ajar telah dijelaskan

dimuka, sedang sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan

dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa

dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Dalam mencari sumber

belajar, siswa dapat dilibatkan untuk mencarinya. Sumber belajar yang

dimaksud antara lain buku teks, laporan hasil penelitian, jurnal, pakar bidang

studi/professional, majalah ilmiah, media masa yang terbit berkala, buku

kurikulum, internet, media audiovisual, dan bahkan lingkungan sekitar.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun guru

apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkin-

kan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar.

5. Kendala yang dihadapi dan Upaya yang dilakukan dalam Penyusunan

Bahan ajar Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS pada SMA Negeri di Kota Surakarta

xciv

xciv

Harus disadari bahwa pengembangan bahan ajar baik berupa modul

ataupun hand out yang dilakukan guru-guru akuntansi di SMA Negeri di Kota

Surakarta masih menemui berbagai hambatan. Hambatan-hambatan itu ter-

utama berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas

sumber daya manusia serta beban pekerjaan guru.

i. Sarana, Prasarana dan Pendaanaan

Kondisi sarana dan prasarana yang ada antara sekolah yang

berkatagori RSBI dan yang RSKM menjadikan kendala dalam pe-

ngembangan bahan ajar. Pada jenis sekolah yang RSBI tidak banyak

mengalami kendala oleh karena pihak sekolah memfasilitasi. Fasilitas yag

diberikan sekolah tidak lepas dari partisipasi orang tua siswa yang

memang tergolong tinggi, terutama dalam pembiayaan melalui komite

sekolah, sebagamana dikemukakan oleh guru akuntansi dari SMA Negeri

1 dan 3. Pengakuan yang disampaikan Ibu Dyah Retniningsih sebagai

berikut :

“Pengembangan bahan ajar berupa modul yang disusun guru merupakan tahap awal yang harus dibuat. Oleh karena pengembangan bahan ajar seperti itu juga dimaksudkan untuk mensukseskan keberhasilan sekolah maka diberikan pendanaan yang besarnya memang tidak terlalu besar, namun cukuplah untuk pengganti pembiayaan penyusunan bahan ajar”.

Hal senada juga disampaikan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi

SMA Negeri 1 Surakarta. Beliau mengatakan :

“Untuk pengembangan bahan ajar, terus terang pihak sekolah mendorong agar guru aktif dan kreatif membuat modul dan juga LKS untuk menopang keberhasilan proses pemelajaran. Kami diberi dana secukupnya untuk mensukseskan program sekolah tersebut. Dengan modul dan LKS buatan guru maka akan lebih terfokus karena dalam penyusunannya mengacu pada kurikulum dan silabus yang telah dibuat”.

Kondisi yang agak berbeda terjadi pada kelompok sekolah

berkatagori RSKM. Pada sekolah jenis inipun kondisi masing-masing

sekolah juga berbeda. Yang menjadi perbedaan sekali lagi adalah

dukungan sekolah terhadap pengembangan bahan ajar tersebut. Pada

sekolah RSKM yang agak maju, kendala pendanaan tidak begitu dirasa-

xcv

xcv

kan, sebagaimana dikemukakan oleh Bp Haryanto, guru akuntansi dari

SMA Negeri 4 Surakarta. Beliau mengatakan :

“Untuk pengembangan bahan ajar khususnya bagi guru-guru yang membuat modul maupun hand out, pihak sekolah membantu sepenuhnya dengan diberi stimulan. Tujuan pemberian stimulan tidak lain agar guru lebih giat melakukan pengembangan kualitas pembelajaran, disamping hal itu merupakan tuntutan bagi guru yang profesional.”

Kondisi yang memprihatinkan terjadi pada sekolah katagori RSKM

namun masih dalam katagori “rendah”. Pada sekolah tersebut pe-

ngembangan bahan ajar masih terkonsentrasi pada pembuatan hand out

saja. Hal itu lebih disebabkan pada kemampuan sekolah dalam mem-

fasilitasi. Pengembangan bahan ajar. Pengakuan itu terungkap dari per-

nyataan salah seorang guru akuntansi pada SMA Negeri 8 Surakarta, Bp

Joko Trisianto sebagai berikut :

“Untuk SMA Negeri 8 terus terang pengembangan bahan ajar

masih terbatas pada pembuatan hand out,. Karena pihak sekolaha belum

mampu sepenuhnya mendukung pengembangan bahan ajar berupa

modul”.

Upaya yang dilakukan pihak sekolah maupun guru dalam

mengatasi kendala dalam pengembangan bahan ajar dilihat dari sisi

pendanaan, sarana dan prasarana adalah dengan mengusulkan kepada

pihak sekolah dan komite agar mengalokasikan dana bagi guru untuk

pengembangan bahan ajar. Selain itu, untuk mengatasi terbatasnya sarana

dan pendanaan adalah melalui pengembangan guru agar lebiha kreatif dan

memanfaatkan lingkungan sekitar. Upaya lain yang dilakukan adalah

pengupayaan terhadap guru agar lebih kreatif agar siswa bisa menerima

materi pembelajaran secara optimal.

ii. Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru

Tidak bisa dipungkiri bahwa masing-masing sekolah akan

didukung oleh kuantitas dan kualitas guru yang berbeda-beda. Maju

tidaknya sebuah sekolah memang tidak haya dipengaruhi oleh kualitas

guru, namun juga faktor-faktor lain seperti kualitas siswa, fasilitas, model

pembelajaran yang diterapkan serta media dan lain-lain. Akan tetapi tidak

xcvi

xcvi

bisa dipungkiri pula bahwa peran guru juga sangat strategis dalam pe-

ningkatan kualitas pembelajaran siswa. Pada sekolah berkatagori RSBI ,

kendala utama yang dihadapi guru dalam pengembangan bahan ajar adalah

penguasaan bahasa inggris begitu pula terhadap teknik penyusunan bahan

ajar yang memenuhi standart karya ilmiah sebuah bahan ajar. Kondisi

seperti itu dikemukakan oleh Bp Wiyono, guru akuntansi pada SMA

Negeri 1 Surakarta :

“Sumber daya manusia berupa guru belum sepenuhnya mampu

memenuhi tuntutan kompetensi seperti yang diharapkan sebagai guru

sekolah yang bertaraf internasional. Kendala utama adalah penguasaan

bahasa asing (inggris) begitu pula penguasaan model pembelajaran serta

penguasaan medianya”.

Lain halnya pada sekolah yang masih dalam katagori RSKM,

kendala yang dihadapi lebih luas. Rendahnya nilai input siswa, partisipasi

orang tua yang belum optimal sampai pada kualitas guru yang belum

seperti harapan. Dari sisi guru, kualitas yang belum opotimal menjadikan

proses pengembangan bahan ajar juga terganggu. Terbatasnya akses bahan

referensi serta penguasaan bahasa asing menjadi kendala dalam pe-

ngembangan bahan ajar. Sehingga tidak jarang bahan ajar yang disusun

hanya sebatas hand out, itupun kadang-kadang hanya terfokus pada pokok

bahasan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh guru akuntansi SMA

Negeri 6 Ibu Hestrini dan SMA Negeri 8 Bp. Joko Trisianto :

“Kami membuat bahan ajar masih terbatas hand out saja, dan hal

itu juga masih kadang terbatas pada pokok bahasan tertentu”.

Beban guru dalam mengajar dan tugas tambahan lainnya ternyata

juga menyita waktu dalam pengembangan bahan ajar. Beban guru 24 jam

setiap minggu cukup memberatkan dalam rangka meningkatkan ke-

mampuan menyusun bahan ajar. Kondisi seperti itu kadang masih

ditambah dengan tidak aktifnya guru yang serumpun karena alasan

kesehatan, sehingga mau atau tidak harus ikut membantu menyelesaikan

xcvii

xcvii

tugas guru yang berhalangan tersebut, sebagaimana dikemukakanm Bp.

Maryono, Guru akuntansi SMA Negeri 5 Surakarta :

“Kami dihadapkan pada persoalan dalam pengembangan bahan

ajar. Pertama beban mengajar yang cukup berat, kadang masih disampiri

tugas membantu guru yang kebetulan berhalangan hadir karena kondisi

kesehatan”.

Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah dengan memberi

dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar baik berupa

modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan. Disamping itu

pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang berminat pada

kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan dengan

peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada

kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.

C. Temuan Hasil Penelitian

Di kota Surakarta terdapat dua SMA Negeri yang termasuk dalam

kelompok Sekolah Rintisan Bertaraf Internasional (RSBI) yaitu SMA Negeri 1

dan 3, sementara enam SMA Negeri lainnya yaitu SMA Negeri 2,4,5,6,7, dan 8

termasuk dalam Rintisan Sekolah Katagori Mandiri (RSKM). Kedelapan SMA

tersebut mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ada-

lah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembela-

jaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sebagai suatu sistem, kuriku-

lum memiliki empat komponen penting, yaitu : a) Tujuan, b) Bahan pelajaran, c)

Proses belajar mengajar, d) Evaluasi dan penilaian.

Kurikulum disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi

tiga ranah, yaitu : a) Ranah Kognitif, b) Ranah Afektif dan c) Ranah Psikomo-

torik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran maka dibutuhkan materi pelajaran

yang dituangkan dalam bahan ajar. Bahan Pelajaran adalah segala bentuk bahan

yang dapat digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegi-

xcviii

xcviii

atan belajar mengajar, dalam rangka menguasai materi pelajaran yang diberikan,

baik berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata

pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi

dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber bela-

jar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Landasan pengembangan silabus diatur dengan jelas di dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20. Suatu

silabus minimal harus memuat enam komponen utama, yaitu: standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, materi standar, standar proses (kegiatan belajar

mengajar), dan standar penilaian.

Pengembangan silabus pada delapan SMA Negeri di Kota Surakarta

telah mengikuti prosedur yang ditawarkan Pemerintah melalui forum MGMP baik

tingkat sekolah maupun MGMP tingkat Kota. Prosedur itu meliputi :

1. Pengisian kolom identitas

2. Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi

3. Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar

4. Mengidentifikasi materi pokok/standar pembelajaran

5. Mengembangkan pengalaman belajar

6. Merumuskan indikator keberhasilan

7. Menentukan penilaian (standar penilaian)

8. Menentukan alokasi waktu

9. Menentukan sumber belajar

Secara keseluruhan, penyusunan silabus pada Sekolah Menengah Atas

Negeri di Kota Surakarta tidak banyak mengalami kesulitan. Kendala utama yang

dihadapi masing masing sekolah berbeda-beda, sehingga masing-masing sekolah

akan melakukan upaya yang beragam sesuai persoalan yang dihadapi. Terbatas-

nya sarana pembelajaran pada sekolah berkatagori RSKM ditempuh dengan peng-

adaan secara bertahap melalui pengajuan dana kepada pemerintah baik kota mau-

pun pusat serta kepada komite sekolah.

xcix

xcix

Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilakukan

dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimalisasi sarana dan

laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk mengatasi kekurangan

dan kendala bagi sekolah-sekolah berkatagori RSKM.

Dalam kontek implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

pengembangan bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja,

namun bisa berbentuk lain, bisa meliputi :

1. Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,

wallchart, foto/gambar, model/maket.

2. Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk

audio.

3. Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn

interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

Langkah yang dilakukan guru-guru Akuntansi dalam penyusunan bahan

ajar meliputi :

1. Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, yang harus dipelajari

dan dikuasai oleh siswa.

2. Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.

Hambatan yang dihadapi dalam pengembangan bahan ajar terutama

berkenaan dengan sarana dan prasarana, sumber pendanaan, kualitas sumber daya

manusia serta beban pekerjaan guru. Upaya yang dilakukan pihak sekolah adalah

dengan memberi dorongan kepada guru-guru untuk mengembangkan bahan ajar

baik berupa modul atau hand out berupa pemberian fasilitas pendanaan.

Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-guru yang

berminat pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkenaan

dengan peningkatan kemampuan dan kompetensi guru, lebih khusus lagi pada

kegiatan-kegiatan ilmiah pengembangan bahan ajar.

c

c

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan

yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Proses Penyusunan dan Pengembangan Silabus dan Bahan Ajar

a. Silabus

Dalam proses penyusunan dan pengembangan silabus, Landasan

pengembangan silabus diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

pasal 17 ayat (2) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19

tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 20.

Suatu silabus minimal harus memuat enam komponen utama,

yaitu: standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi standar,

standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan standar penilaian.

Pengembangan silabus mengikuti prosedur melalui forum MGMP

meliputi :

1.) Pengisian kolom identitas

2.) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi

3.) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar

4.) Merumuskan indikator keberhasilan

5.) Menentukan penilaian (standar penilaian)

ci

ci

6.) Menentukan alokasi waktu didasarkan pada jumlah minggu, jumlah

kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat

kepentingan kompetensi dasar.

7.) Menentukan sumber belajar dapat berupa media cetak dan elektronik,

nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

b. Bahan Ajar

Proses penyusunan bahan ajar dilakukan dengan langkah :

1.) Identifikasi standar kompetensi Identifikasi standar kompetensi dan

kompetensi dasar, yang harus dipelajari dan dikuasai oleh siswa.

2.) Identifikasi jenis-jenis materi atau bahan ajar.

Bahan ajar tidak terbatas pada bahan ajar berbentuk buku teks saja,

namun bisa berbentuk lain seperti :

1.) Bahan cetak seperti handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur,

leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2.) Bahan ajar dengar seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact

disk audio.

3.) Bahan ajar pandang dengar seperti video compact disk, film.

4.) Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)

seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD)

multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web

based learning materials).

Tiga prinsip yang selalu menjadi komitmen bagi guru-guru dalam

penyusunan bahan ajar, yaitu : a) Prinsip relevansi, b) Prinsip konsistensi

dan c) Prinsip kecukupan.

2. Kendala yang dihadapi dalam Penyusunan dan Pengembangan Silabus

dan Bahan Ajar

a. Silabus

85

cii

cii

Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan

pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota

Surakarta antara lain :

1) Sarana yang belum memadai untuk mendukung KBM

2) Kualitas Sumber Daya Manusia dari guru masih belum mampu

memenuhi standar sebagai guru sekolah berbasis internasional, terma-

suk didalamnya adalah penguasaan media pembelajarannya

3) Disparitas Kualitas Input Siswa

4) Sarana penunjang Proses pembelajaran

b. Bahan Ajar

Kendala yang dihadapi oleh guru dalam penyusunan dan

pengembangan bahan ajar mata pelajaran Akuntansi di SMA Negeri Kota

Surakarta antara lain :

1) Sarana, Prasarana dan Pendanaan

2) Sumber Daya Manusia dan Beban Pekerjaan Guru

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan dan

pengembangan silabus dan bahan ajar

a. Silabus

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala penyusunan dan

pengembangan silabus mata pelajaran Akuntansi sangat beragam sesuai

persoalan yang dihadapi. Terbatasnya sarana pembelajaran pada sekolah

berkatagori RSKM ditempuh dengan pengadaan secara bertahap melalui

pengajuan dana kepada pemerintah.

Pada sekolah berkatagori RSBI, peningkatan kualitas SDM dilaku-

kan dengan pelatihan-pelatihan bahasa inggris bagi guru-guru. Optimali-

sasi sarana dan laboratorium yang dimiliki mejadi satu-satunya cara untuk

mengatasi kekurangan dan kendala bagi sekolah berkatagori RSKM.

b. Bahan Ajar

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam penyusunan

dan pengembangan bahan ajar dari pihak sekolah adalah dengan memberi

ciii

ciii

dorongan kepada guru guru untuk mengembangkan modul atau hand out

dengan memberi fasilitas pendanaan.

Disamping itu pihak sekolah juga aktif mengikutsertakan guru-

guru pada kegiatan seminar, lokakarya, workshop dan sejenisnya berkena-

an dengan peningkatan kemampuan pengembangan bahan ajar.

B. IMPLIKASI

Hasil penelitian ini membawa implikasi baik secara teoritis maupun

secara praktis, yaitu :

1. Implikasi secara teoritis

Penelitian ini mengungkap proses penyusunan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar.

Secara hierarkhis, dalam kurikulum ada komponen yang namanya silabus.

Untuk menunjang tercapainya kompetensi dasar, maka seorang guru akan

menyampaikan materi yang tertuang dalam materi pembelajaran. Wujud

konkrit dari materi pembelajaran berupa bahan ajar, bisa bebentuk modul

ataupun hand out. Pembahasan tentang pengembangan kurikulum, silabus dan

bahan ajar akan membuka wacana betapa pentingnya ketiga kegiatan itu

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan penelitian ini

setidaknya akan menambah khasanah keilmuan, setidaknya pula bisa

dijadikan referensi untuk kajian lebih mendalam bagi peneliti lain.

2. Implikasi secara praktis

Penelitian ini akan membawa implikasi secara praktis, terutama bagi

para guru maupun pimpinan sekolah. Dampak yang paling bisa dirasakan

bahwa dengan pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar akan

memudahkan bagi guru-guru terutama guru akuntansi dalam menjalankan

tugas. Bagi pimpinan sekolah, pengembangan kurikulum, silabus dan bahan

civ

civ

ajar bisa dijadikan pijakan dalam menjalankan fungsi kepemimpinan,

terutama dari sisi akademis.

C. SARAN

Dengan memperhatikan berbagai kendala yag dihadapi dalam penyusunan

kurikulum KTSP, pengembangan silabus dan pengembangan bahan ajar pada

SMA Negeri di Kota Surakarta, maka saran yang dikemukakan adalah :

1. Kepada Guru-guru Akuntansi

a. Guru sebagai salah satu komponen pada institusi pendidikan, maka harus

ikut berpartisipasi aktif dalam pengembangan kurikulum KTSP di tingkat

sekolah. Indikasi keaktifan guru dengan memberi masukan berkenaan

dengan perkembangan dinamika tuntutan masyarakat .

b. Kurikulum tidak bersifat statis, sehingga guru harus selalu terbuka dengan

setiap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai suatu

sistem, kurikulum akan dijabarkan dalam silabus. Dalam hal pengembang-

an silabus, guru akuntansi juga harus melihat perkembangan dan praktik

yang terjadi di lapangan dan dunia usaha, sehingga tidak kedaluwarsa.

2. Kepada Institusi Sekolah

a. Oleh karena guru dalam berkarya selalu melibatkan unsur pimpinan sekolah,

maka pihak sekolah harus selalu mendorong kepada guru-guru untuk aktif

berkarya dalam pengembangan kurikulum, silabus dan bahan ajar.

b. Pihak sekolah harus selalu mengevaluasi terhadap produk yang berupa kuri-

kulum, silabus dan bahan ajar agar tidak ketinggalan dengan laju per-

kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

c. Pihak sekolah hendaknya memberi dorongan agar guru-guru selalu aktif dan

berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah, terutama berkenaan dengan pengem-

cv

cv

bangan kurikulum, silabus maupun bahan ajar serta model pembelajaran

yang inovatif. Pelatihan-pelatihan seperti itu menjadi penting untuk mening-

katkan kompetensi guru, sehingga kualitas proses pembelajaran menjadi

lebih baik.

3. Kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Surakarta

Gerak langkah kinerja sekolah menjadi bagian penting dari fungsi

Dikpora, oleh karena itu pihak Dikpora harus senantiasa memberi dorongan,

fasilitas dalam rangka peningkatan guru-guru serta institusi sekolah untuk

mengikuti kegiatan ilmiah berupa pengembangan kurikulum, silabus maupun

bahan ajar.

cvi

cvi

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, 2006, Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Akhmad Sudrajad, 2007, Program Implementasi Sekolah Kategori Mandiri,

http://www.akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/program-

implementasi-sekolah-kategori-mandiri/index.php, diakses Desem-

ber 2008

Akhmad Sudrajad, 2008, Konsep Dasar Sekolah Kategori Mandiri dan Sekolah

Standar Nasional, http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/

01/konsep-dasar-sekolah-kategori-mandiri-sekolah-standar-

Nasional. Diunduh pada September 2008

Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Bahan Ajar SMA (Power Point), http://

akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembangan-

bahan-ajar.ppt – diunduh pada Januari 2009

Akhmad Sudrajad, 2007, Pengembangan Silabus SMA (Power Point), http://.

akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/05/pengembangan-

silabus.ppt – diunduh pada Januari 2009

Awan, 2008, Seputar Sekolah Kategori Mandiri, http://awan965.wordpress.com/

2008/11/19/seputar-sekolah-kategori-mandiri/ diunduh pada

Januari 2009

Budiyono, 2003, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surakarta: UNS Press.

Depdiknas, 2002, Pola Induk Sistem Pengujian hasil kegiatan pembelajaran

berbasis kemampuan dasar SMU, Jakarta.

Depdiknas, 2003, UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, http://www.presidenri.go.id/dokumenuu.php/177.pdf, di-

akses Desember 2008.

cvii

cvii

Depdiknas, 2005, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, www.presidenri.go.id/

dokumenuu.php/177.pdf, diakses Desember 2008.

H.B. Sutopo, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Surakarta: Universitas

Sebelas Maret.

Lexy. J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi), Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Masnur Muslich, 2007, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual, Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas

Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.

Martinis Yamin, 2008, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik, Implementasi

KTSP & UU. No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta:

Gaung Persada Press.

Miles & Huberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Mimin Haryati, 2008, Model dan Teknik Penilaian pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan, Jakarta: GP Press.

Muh. Nazir, Metode Penelitian, 1999, Jakarta : Ghalia Indonesia.

Muhammad Joko Susilo, 2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mulyasa, 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis,

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2006, Kurikulum Yang Disempurnakan Pengembangan Standar Kompe-

tensi dan Kompetensi Dasar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nur Puji Lestari, 2008, Kesiapan Guru Matematika Sekolah Menengah Atas

(SMA) Negeri Dalam Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pen-

didikan di Kota Surakarta, Skripsi, Surakarta: FKIP.

Oemar Hamalik, 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

_____________, 1990, Perencanaan Pengajaran, Bandung: Cipta Aditya Bakti.

S. Nasution, 2003, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara

91

cviii

cviii

Siti Nur Halimah, 2009, Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran Ekonomi di

SMA Batik Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009, Skripsi, Surakarta:

FKIP.

Suara Pembaruan Daily, 2003, KTSP membuat guru kreatif, www.erlangga.co.id/

index.php, diakses Desember 2008.

Suharsimi Arikunto, 1990, Manajemen Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Waspada, 2007, Keunggulan PBKL, http://www.waspada.co.id, diunduh pada

Desember 2008