implementasi pembelajaran pendidikan agama...

132
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PENDEKATAN FUN LEARNING PADA ANAK USIA DINI DI TPA ALIF SCHOOL BINTARO SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Oleh : RIFDA SHABRINA NIM: 11140110000008 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: vanhuong

Post on 15-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

1

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DENGAN PENDEKATAN FUN LEARNING PADA

ANAK USIA DINI DI TPA ALIF SCHOOL BINTARO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh :

RIFDA SHABRINA

NIM: 11140110000008

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

i

Page 3: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

i

Page 4: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

i

Page 5: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

i

Page 6: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

i

ABSTRAK

Rifda Shabina (NIM: 11140110000008). Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia

Dini di TPA ALIF School Bintaro.

Kata Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Fun Learning, Anak

Usia Dini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di

TPA ALIF School Bintaro yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas di TPA ALIF

School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui observasi secara

partisipan terhadap pembelajaran di kelas dengan menggunakan pedoman

observasi yang meliputi aspek kegiatan pembuka, kegiatan inti, kegiatan penutup,

serta lingkungan pembelajaran. Peneliti juga melakukan wawancara dan

dokumentasi untuk menunjang data yang diperlukan. Wawancara dilakukan

kepada kepala sekolah dan dua orang perwakilan guru berdasarkan pedoman

wawancara yang telah ditetapkan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF

School Bintaro yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

pembelajaran sudah terlaksana dengan baik dengan berbagai upaya yang

dilakukan pihak TPA ALIF School Bintaro. Namun masih terdapat beberapa hal

yang perlu ditingkatkan seperti pembuatan perencanaan pembelajaran,

pelaksanaan kegiatan refleksi di akhir pembelajaran serta penyediaan sarana dan

prasarana sebagai sumber belajar agar pembelajaran dapat berlangsung secara

optimal.

Page 7: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

ii

ABSTRACT

Rifda Shabina (NIM: 11140110000008). Implementation of Islamic

Education Learning with a Fun Learning Approach to Early Childhood at

TPA ALIF School Bintaro.

Keywords: Islamic Education Learning, Fun Learning, Early Childhood.

This study was carried out to determine the implementation of Islamic

Education learning with Fun Learning approach to early childhood in TPA ALIF

Sfchool Bintaro which is related to the planning, implementation and evaluation

of learning. The method used in this study is a descriptive analysis method with a

qualitative approach.

The subjects in this study were all class students at TPA ALIF School

Bintaro aged 3-6 years. Data was obtained through participant observation of

classroom learning using observation guidelines which included aspects of

opening activity, core activitiy, closing activity, and learning environments.

Researcher also conduct interviews and documentation to support the data needed.

Interviews were conducted to the principal and two representative teachers based

on the interview guidelines that had been set.

The results of this study indicate that Islamic Education learning with a

Fun Learning approach for early childhood in TPA ALIF School Bintaro related

to planning, implementing and evaluating has been carried out well with various

efforts made by TPA ALIF School Bintaro. But there are still some things that

need to be improved such as making lesson plans, implementation of reflection

activities at the end of learning and the provision of facilities and infrastructure as

a learning resource so that learning can take place optimally.

Page 8: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kepada Allah SWT. karena atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia

Dini di TPA ALIF School Bintaro” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa

pula penulis senantiasa haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. beserta

seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelesaikan program Sarjana

Pendidikan Agama Islam di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam proses pelaksanaan hingga penulisan penulis banyak mendapat perhatian

dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan

baik. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam atas arahannya kepada penulis dalam penelitian ini.

3. Siti Khadijah, MA. selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan saran-

sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. M. Suparta, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama masa

perkuliahan.

5. Papa Heri Wahyudi, S.H., Mama Nurhabibah dan adikku Reza Zia Ulhaq

yang sangat penulis cintai atas semua doa, kasih sayang, serta dukungan yang

tiada henti.

6. Ahmad Muzakki Kamalie, Lc. selaku guru pembimbing atas segala doa, ilmu,

bimbingan, serta dukungan kepada penulis.

Page 9: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

iv

7. Masmuhah, S.Sos. selaku Wakil Direktur TPA ALIF School dan Fathul Hadi,

S.I.Kom. selaku Kepala Sekolah TPA ALIF School Bintaro beserta

jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti kegiatan

pembelajaran di TPA tersebut.

8. Guru-guru kelas dan privat TPA ALIF School cabang Bintaro dan Menteng

Square atas dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan

skripsi tepat waktu.

9. Teman-teman pengurus, anggota haiah, serta kakak-kakak alumni Lembaga

Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas ilmu, kebersamaan, serta pengalaman yang

berharga.

10. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014

khususnya kelas PAI A (Mafaza) atas bantuan, semangat, serta kebersamaan

dalam suka dan duka yang tak akan terlupakan.

11. Teman-teman seperjuangan Alumni Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta

angkatan 37 atas dukungan, semangat, serta pertemanan yang berharga dan

tidak terlupakan hingga kapanpun.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut

membantu penulis dalam menyusun skripsi ini

Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan dari pihak-

pihak tersebut. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesan

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan

demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Demikian yang dapat penulis

sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, 2 Oktober 2018

Penulis

Page 10: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

ABSTRACT ........................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6

D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7

F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7

BAB II KAJIAN TEORETIK ...............................................................................9

A. Pendidikan Agama Islam ..................................................................... 9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) ......................................... 9

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)............................... 10

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................. 11

B. Anak Usia Dini ................................................................................... 12

1. Pengertian Anak Usia Dini ................................................................... 12

2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini ................ 13

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Dini ......... 20

Page 11: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

vi

D. Konsep Pembelajaran Fun Learning .................................................. 25

E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................34

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 34

B. Latar Penelitian ................................................................................... 34

C. Metode Penelitian ............................................................................... 34

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................... 35

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 38

F. Analisis Data ....................................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................40

A. Gambaran Umum TPA ALIF School Bintaro ................................... 40

B. Temuan Penelitian .............................................................................. 50

C. Pembahasan ........................................................................................ 76

BAB V PENUTUP ................................................................................................81

A. Kesimpulan ........................................................................................ 81

B. Implikasi ............................................................................................. 82

C. Saran ................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83

Page 12: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 4-5 tahun (Kelompok

A) ........................................................................................................ 23

Tabel 2.2 : Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 5-6 tahun (Kelompok B)

............................................................................................................. 24

Tabel 3.1 : Kisi-kisi Pedoman dan Teknik Pengumpulan Data yang Akan

Digunakan ........................................................................................... 36

Tabel 4.1 : Pilihan Waktu Belajar di Kelas TPA ALIF School Bintaro ............... 42

Tabel 4.2: Data Pengajar TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019 .. 44

Tabel 4.3: Data Karyawan TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019

............................................................................................................. 47

Tabel 4.4 : Data Kelas dan Siswa TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran

2018/2019 ............................................................................................ 48

Tabel 4.5 : Data Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran

2018/2019 ............................................................................................ 48

Tabel 4.6 : Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Toddler Tahun

Ajaran 2018/2019 ................................................................................ 51

Tabel 4.7 : Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Kids Tahun Ajaran

2018/2019 ............................................................................................ 53

Tabel 4.8 : Pembagian Waktu Pembelajaran di Kelas .......................................... 56

Tabel 4.9 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pembuka

Pembelajaran ....................................................................................... 57

Tabel 4.10 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Inti

Pembelajaran ....................................................................................... 60

Tabel 4.11 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Penutup

Pembelajaran ....................................................................................... 70

Page 13: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

viii

Tabel 4.12 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi

Pembelajaran ....................................................................................... 72

Tabel 4.13 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Terhadap Lingkungan Belajar ... 75

Page 14: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Guru Sedang Mengkondisikan Siswa dengan Bernyanyi ................ 58

Gambar 4.2 : Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Praktek Shalat

Berjamaah ........................................................................................ 62

Gambar 4.3 : Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Murojaah Hafalan

Surat ................................................................................................. 63

Gambar 4.4 : Siswa Sedang Bermain Ular Tangga dalam Mempelajari Kisah Nabi

Musa ................................................................................................. 65

Gambar 4.5 : Pelatihan Memanah (Archery) untuk Siswa pada Kegiatan Sanlat

ALIF ................................................................................................. 66

Gambar 4.6 : Guru Menggunakan Flashcard yang Menarik untuk Mengajarkan

Huruf Hijaiyah ................................................................................. 68

Gambar 4.7 : Siswa Sedang Bekerja Sama dalam Membuat Crafting .................. 70

Gambar 4.8 : Guru dan Siswa Menyanyi Bersama Sebelum Pulang .................... 72

Gambar 4.9 : Catatan Evaluasi Harian Siswa dalam Buku Student Report .......... 73

Gambar 4.10 : Rapor Semester Siswa ................................................................... 74

Page 15: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Observasi

Lampiran 2 : Hasil Observasi

Lampiran 3 : Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran 4 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara dengan Guru

Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Guru

Lampiran 7 : Jadwal Kelas TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran

2018-2019

Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 10 : Surat Keterangan TPA ALIF School Bintaro

Lampiran 11 : Lembar Uji Referensi

Page 16: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak adalah titipan yang diberikan Allah kepada orang tua. Anak

berhak memperoleh pendidikan sejak usia dini baik itu di rumah, di sekolah,

ataupun di lingkungan masyarakatnya sebagaimana orang dewasa. Indonesia

telah mengatur kewajiban memberikan pendidikan untuk anak dalam Undang-

undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak.

Anak usia dini pun merupakan masa yang tepat untuk melakukan

pendidikan. Pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang

banyak dari luar atau lingkungannya. Dengan kata lain, orang tua maupun

pendidik akan lebih mudah mengarahkan anak menjadi lebih baik.1

Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni memiliki potensi dasar

beragama, dan tidak mengetahui apapun. Hal ini sesuai dengan firman Allah

dalam surat Ar-Rum ayat 30:

هكفأقم ينوج هاعناسالفطرالتاللفط رت حنيفاللد لك الللل قت ب ديلل لي ذ

ين ث رولكنال قي م الد (٣٠لروم:)سورةاي ع لم ونلالناسأك

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah

itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi

kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)

Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa fitrah merupakan potensi

dasar beragama yang dibawa anak sejak mereka lahir, namun potensi tersebut

masih perlu dikembangkan menurut tahap masanya sesuai dengan norma

agama dan norma susila. Sebagaimana yang tertera dalam Hadis Nabi

Muhammad Saw.:

1 M. Fadlillah, dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan

Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana, 2014) Cet. I h. 21

Page 17: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

2

مو ل ودإل علي هوسلممامن اللصلىالل قالرس ول كاني ق ول أبه ري رةأنه ي ولد علىعن

سانه ج (ومسلمبخارىال)رواه...ال فط رةفأب واه ي هو دانهوي نص رانهوي

Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak

yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya

yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, atau Majusi...”(HR. Bukhari dan

Muslim).

Arti Hadis Nabi Muhammad Saw. di atas menekankan bahwa fitrah

yang dibawa anak sejak lahir sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dan karena

fitrah adalah potensi dasar yang harus dikembangkan, maka kita perlu

melakukan usaha berupa pendidikan.2

Di Indonesia, pendidikan agama merupakan salah satu jenis

pendidikan yang wajib dimuat di setiap jenjang pendidikan. Pernyataan

tersebut ditegaskan oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional

No.20/2003 Pasal 37 ayat 1 dan 2 yaitu:

(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a.

Pendidikan agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa; d.

Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g.

Seni dan budaya; h. Pendidikan jasmani dan olahraga; i.

Keterampilan/kejuruan; dan j. Muatan lokal. (2) Kurikulum pendidikan

tinggi wajib memuat: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan

kewarganegaraan; dan c. Bahasa.3

Dari pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa bidang studi

pendidikan agama merupakan komponen dasar dan wajib dalam kurikulum

pendidikan nasional.4

Pendidikan Agama Islam perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-

anak, karena pada tahapan ini pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi

secara menyeluruh, baik dari fisik, kognitif, motorik, emosi, bahasa, dan

2 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 23 3 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Bab X, pasal 37. 4 Akmal Hawi, Op.cit.., h. 25, h.19

Page 18: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

3

moral. Sehingga ilmu-ilmu agama akan menjadi bagian dari unsur

kepribadiannya.

Di tengah era globalisasi ini informasi positif dan negatif mudah

berkembang dan menyebar dengan cepat. Dengan karakteristiknya yang unik,

anak usia dini akan dengan mudah menghafal, meniru dan mengikuti

informasi dan perilaku yang mereka temui. Tanpa arahan yang benar dari

orang tua, guru, dan lingkungannya, anak akan menyerap dan mengikuti

semua informasi yang mereka terima, bahkan informasi negatif sekalipun.

Untuk itu anak perlu dibekali dengan ilmu-ilmu agama Islam sejak usia dini

agar mereka dapat membedakan mana baik dan buruk serta menjadi pribadi

yang beriman dan berakhlak mulia.

Materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai

sarana dalam membina kesadaran bagi anak dalam mengenal dirinya sehingga

ia dapat mengenal Tuhannya. Wujud dari kesadaran diimplementasikan dalam

bentuk beribadah kepada Allah dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup di

dunia dan di akhirat. Pendidikan Agama Islam juga berfungsi untuk

mendekatkan jiwa anak dengan hukum-hukum Islam, yakni melalui

pembiasaan-pembiasaan yang dapat dipraktekkan anak baik di sekolah

maupun dalam keluarga dan kehidup bermasyarakat.5

Saat ini banyak lembaga pendidikan yang menyelenggarakan

pendidikan agama Islam untuk anak usia dini, baik lembaga pendidikan formal

seperti sekolah maupun non formal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an

(TPA/TPQ). TPA kini menjadi pilihan banyak orang tua untuk menambah

pengetahuan agama anak. Di samping karena biaya yang lebih terjangkau,

TPA juga menawarkan waktu pembelajaran yang fleksibel untuk anak

sehingga anak dapat menyesuaikan waktu belajarnya dengan aktivitas yang

lain. Namun dari beberapa kelebihan tersebut, dalam pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dan Al-Qur’an TPA juga masih memiliki kekurangan.

5 Mahdi M. Ali, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini”, Jurnal

Edukasi, Vol. 1, 2015, h. 195

Page 19: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

4

Seorang jurnalis redaksi kompasiana mengatakan dalam artikelnya

bahwa salah satu problematika pelaksanaan pembelajaran di TPA adalah tidak

adanya kurikulum pembelajaran. Kurikulum merupakan hal yang penting

untuk menciptakan ketepatan dan keteraturan dalam proses pembelajaran.6

Dengan kurikulum, pengajar akan mengetahui tujuan pembelajaran, materi,

hingga metode dan media yang tepat untuk digunakan. Tanpa penggunaan

metode dan media pembelajaran yang tepat, pembelajaran Pendidikan Agama

Islam di TPA akan terasa membosankan dan sulit untuk dipahami anak-anak.

Hal tersebut dibuktikan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada 20

orang pengajar dari TPA yang berbeda-beda di sekitar Tangerang Selatan.

Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 17 Taman

Pendidikan Al-Qur’an tidak menggunakan metode yang bervariatif dan media

pembelajaran yang menarik untuk anak usia dini. Anak diharuskan untuk

mendengar guru berceramah, mencatat materi, latihan menulis, dan mengantri

untuk mengaji yang kemudian ditutup dengan evaluasi atau hafalan-hafalan.

Penggunaan metode yang monoton dan kurangnya media pembelajaran

tersebut dapat menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Ditambah

lagi dengan karakteristik anak usia dini yang masih sulit untuk kondusif dan

mudah teralihkan sehingga materi pembelajaran menjadi sulit untuk diterima

dengan baik oleh anak. Anak pun menjadi mudah bosan dan kurang

bersemangat dalam belajar.

Pendidikan anak usia dini yang baik akan terwujud jika didukung

dengan pengelolaan kelas yang baik pula. Dengan kata lain, seorang pendidik

diharapkan mampu mengatur pembelajaran di kelas sesuai dengan

karakteristik dan keunikan peserta didik. Dalam hal ini, di antara keunikan dan

karakteristik anak usia dini ialah suka bermain dan bernyanyi. Seorang anak

akan senang mengikuti pembelajaran jika pembelajaran itu mengasyikkan dan

tidak membosankan.7

6 Akbar Pitopang, Mengurai Problematika TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), diakses

dari https://www.kompasiana.com/akbarisation/55122d58a333115757ba7de3/mengurai-

problematika-tpa-taman-pendidikan-alquran, pada hari Minggu, 2 September 2018 pukul 22.47 7 M. Fadlillah, dkk. Op. cit., h. 22-23

Page 20: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

5

Pembelajaran yang menyenangkan juga merupakan salah satu cara

yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dryden dan Vos dalam

Darmasyah menjelaskan bahwa pembelajaran menyenangkan merupakan

pembelajaran di mana interaksi antara guru dan siswa, lingkungan fisik, dan

suasana memberikan peluang terciptanya kondisi yang kondusif untuk belajar.

Ketiga faktor tersebut dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap

kesenangan belajar anak. Oleh karena itu, pemilihan strategi merupakan hal

yang sangat penting dilakukan guru dalam meningkatkan efektivitas

pembelajaran pada anak.8

Fun Learning dapat menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk

pendidikan anak usia dini. Kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan

dengan berbagai macam metode dan media pembelajaran dirasa cocok dengan

karakter dan dunia anak usia dini yang menyukai kesenangan dan

kegembiraan. Dalam pembelajaran Fun Learning, “kegembiraan” bukan

berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiran ini berarti

bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna,

pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada diri si anak. Karena

kegiatan belajar-mengajar hanya akan dapat berlangsung penuh gairah dan

semangat apabila murid-murid dapat diajak untuk bersungguh-sungguh dalam

mempelajari apa yang ingin dipelajari.9

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengamati

bagaimana pendekatan Fun Learning diterapkan pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini. Hal inilah yang menjadi alasan

pokok peneliti menjadikan “Implementasi Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia Dini di

TPA ALIF School Bintaro” sebagai judul penelitian ini.

8 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2010) Cet. 1, h. 24-25 9 Rini Listiyowati, “Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam Pendidikan

Agama Islam: Studi di SDN 01 Banjarejo, Karanganyar, Pekalongan”, Skripsi pada Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, Pekalongan, 2011, h. 6, tidak dipublikasikan.

Page 21: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang masalah di

atas, dapat ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Masih banyak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang tidak memiliki

kurikulum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Sebagian besar TPA belum menggunakan metode dan media pembelajaran

yang menyenangkan untuk anak usia dini.

3. Guru-guru TPA kurang kreatif dalam memberikan stimulus dan

menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini.

4. Anak usia dini masih sulit untuk belajar secara kondusif dan mudah bosan.

5. Kurangnya kemampuan guru TPA untuk mengelola kelas sesuai dengan

karakteristik anak usia dini.

C. Pembatasan Masalah

Agar lingkup masalah dalam penelitian ini tidak terlalu meluas,

peneliti perlu membatasi masalah menjadi beberapa poin berikut:

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah yang

terkait dengan perencanaan, proses pembelajaran, dan pelaksanaan

evaluasi pembelajaran.

2. Pendekatan Fun Learning yang dimaksud adalah penggunaan metode,

media, bahan ajar, serta fasilitas pembelajaran yang menyenangkan untuk

anak.

3. Anak usia dini yang dimaksud adalah anak dalam rentang usia 3-6 tahun.

4. Taman Pendidikan Al-Qur’an dalam penelitian ini adalah TPA ALIF

School Bintaro.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, peneliti

merumuskan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk

anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro?

Page 22: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

7

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School

Bintaro?

3. Bagaimana evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School

Bintaro?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

untuk anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF

School Bintaro.

3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School

Bintaro.

F. Kegunaan Penelitian

Peneliti membagi kegunaan dalam penelitian ini menjadi dua garis

besar, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

1. Kegunaan Teoritis:

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran para praktisi

Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan kompetensi dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Kegunaan Praktis:

a. Bagi pendidik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai

pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode Fun Learning

untuk anak usia dini.

Page 23: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

8

b. Bagi lembaga pendidikan

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi

tentang pengembangan Pendidikan Agama Islam di Taman

Pendidikan Al-Qur’an (TPA).

c. Bagi para akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau

bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan dalam bidang

pendidikan, terutama Pendidikan Agama Islam.

Page 24: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)

Pendidikan dalam bahasa Arab adalah tarbiyah yang berasal dari tiga

kata yaitu rabba-yarbu (bertambah, tumbuh dan berkembang), rabiya-

yarbu (besar), dan rabba-yarubbu (memperbaiki, menguasai urusan,

menuntun dan memelihara). Dari istilah-istilah tersebut dapat diketahui

bahwa pendidikan mencakup tiga unsur, yaitu menjaga dan memelihara

peserta didik, mengembangkan bakat dan potensi peserta didik agar

mencapai kebaikan dan kesempurnaan serta melakukan melakukan proses

tersebut secara bertahap dan berkelanjutan.1

Pendidikan agama Islam (tarbiyatul Islamiyah) adalah usaha sadar

dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi

dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam

hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.2

Omar Muhammad al-Thoumi al-Syaibani dalam Sukring

mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku

individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan

cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi asasi

dalam masyarakat. Perubahan tingkah laku ini tidak berhenti pada tingkah

laku individu yang menghasilkan kesalehan individu, tapi juga mencakup

tingkat masyarakat, sehingga menghasilkan kesalehan sosial.3

1 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013) Cet. 1, h. 17 2 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2016) Cet. 5, h. 195-196 3 Sukring, Op.cit., h. 17-18

Page 25: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

10

Arifin dalam Fatah menyatakan bahwa pengertian pendidikan agama

Islam menurut rumusan Seminar Nasional tentang Pendidikan Islam se-

Indonesia tahun 1960 adalah sebagai pengarahan dan bimbingan terhadap

pertumbuhan rohani dan jasmani manusia menurut ajaran Islam dengan

hikmah mengarahkan, membelajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi

berlakunya semua ajaran Islam.4

Beberapa definisi tersebut mengerucut pada kesamaan dimana

pendidikan Islam adalah usaha atau proses yang dilakukan secara sadar

untuk menumbuhkan potensi manusia serta membentuk manusia yang

beriman dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.

Pendidikan Islam bukan hanya tentang mengajarkan atau

menyalurkan ilmu di dalam kelas. Sebagaimana yang dijelaskan Zakiyah

Darajat dalam Fatah bahwa di dalam pendidikan Islam, orang yang dididik

tidak hanya diberi pengetahuan tentang ajaran Islam saja, namun juga

pembentukan kepribadian berupa pembinaan sikap, mental, dan akhlak.

Hal tersebut jauh lebih penting daripada pandai menghafal kata-kata, dalil-

dalil, dan hukum-hukum Islam yang tidak diresapi dan tidak dihayati

dalam hidup. 5

2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)

Ruang lingkup pengajaran Pendidikan Agama Islam mencakup usaha

untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain

sebagai berikut.

a. Hubungan manusia dengan Allah swt.

b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.

c. Hubungan manusia dengan dirinya.

d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.6

4 A. Fatah Yasin Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)

Cet. I h. 24 5 Ibid., h. 24-25 6 Akmal Hawi, Op.cit., h. 25

Page 26: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

11

Dari ruang lingkup ajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat

diketahui bahwa ajaran Agama Islam mencakup segala aspek dalam

kehidupan manusia baik kepada Tuhannya, kepada sesamanya, maupun

kepada makhluk sekitarnya.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Tujuan pendidikan adalah yang hendak dicapai dengan kegiatan atau

usaha pendidikan. Zakiah Daradjat dalam Sukring merumuskan tujuan

pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang

seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian

muslim dalam Al-Qur’an disebut muttaqin.

Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan penciptaan manusia,

sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zariyat/51: 56 dan Al-Baqarah/2: 30

نخلق ت وما ن سال (٥٦ةالذارايت:)سوررلي ع ب د ونإلوال

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Az-Zariyat/51: 56)

لل ملئكةربكقالوإذ (٣٠ةالبقرة:)سور … ليفةخر ضل افجاعل إن

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:

‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…”

(QS. Al-Baqarah/2: 30)

Ayat tersebut mengajarkan bahwa manusia diciptakan hanya untuk

beribadah dalam arti luas, yaitu segala aktivitas untuk mencari ridha Allah,

dan manusia berfungsi sebagai khalifah (pengganti) di muka bumi untuk

memakmurkan, menjaga, memelihara dan melestarikan alam semesta.

Sehingga tujuan pendidikan Islam memiliki makna luas, yaitu pengenalan

manusia sebagai hamba Allah, sebagai khalifah, dan manusia sebagai makhluk

sosial.7

7 Sukring, Op.cit., h. 24-25

Page 27: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

12

Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan

lebih jelek daripada binatang. Dengan demikian, tugas dan fungsi pokok

pendidikan agama Islam adalah menumbuhkan, menanamkan, dan sekaligus

mengubah berbagai dimensi potensial manusia, termasuk juga yang terpenting

adalah dimensi moralitasnya sebagaimana yang dicontohkan dan

diperintahkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadisnya yang artinya,

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak” (HR.

Ahmad).8

Tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut:

a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah.

b. Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan ibadah

mahdhah juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam

kedudukannya sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.

c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat

dan bangsanya serta bertanggung jawab kepada Allah sebagai penciptanya.

d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan

terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki

teknostruktur masyarakat.

e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu islami

lainnya.9

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah anak yang berada pada tahap perkembangan

awal masa anak-anak, yaitu yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia

ini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam

sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia.

Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the golden

ages atau periode keemasan yang terjadi pada usia 0-5 tahun. Pada masa

8 A. Fatah Yasin, Op.cit., h. 30 9 Baharuddin, Op.cit., h. 196-197

Page 28: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

13

ini semua potensi anak berkembang dengan cepat, dan hanya berlangsung

satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia.10 Sehingga pendidikan

pada masa awal anak-anak ini dirasa sangat penting dan sayang untuk

dilewatkan.

Sedangkan untuk para pendidik, masa awal anak-anak disebut juga

dengan usia prasekolah. Sebutan ini diberikan dengan maksud untuk

membedakan antara anak-anak yang berada dalam pendidikan formal dan

yang belum. Bagi para ahli psikologi, anak usia dini disebut sebagai usia

berkelompok yang dimengerti sebagai masa anak-anak mempelajari dasar-

dasar perilaku sosial untuk mempersiapkan diri mereka dalam kehidupan

sosial yang lebih tinggi, misalnya pada waktu mereka berada di sekolah

formal nantinya.11

2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

Pada fase anak usia dini, karakteristik anak dapat dikategorikan

berdasarkan tahap-tahap perkembangan. Berkaitan dengan aspek sosial emosi,

Erikson dalam Riana membagi masa anak usia dini dalam tiga periode

perkembangan, yaitu:

a. Masa bayi (usia 0-18 bulan) dengan karakteristik berupa adanya kebutuhan

dasar bayi yang harus dipenuhi oleh pengasuh agar terbentuk rasa

kepercayaan yang menimbulkan rasa aman.

b. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun) dengan karakteristik berupa adanya

kemauan yang berasal dari diri anak sendiri, sehingga bayi mulai

mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian.

c. Masa awal anak-anak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun) dengan

karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan

perilaku yang lebih bertujuan. 12

10 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format PAUD: Konsep, Karakteristik dan

Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012) Cet. I, h. 32 11 Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2011) Cet 1 h. 7-8 12 Ibid., 12-13

Page 29: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

14

Menurut Dr. Hj. Ihsana El-Khuluqo, M.Pd., perkembangan karakter anak

usia dini adalah sebagai berikut:1) Selalu aktif bergerak, 2) Senang

meniru, 3) Suka menentang, 4) Belum bisa membedakan benar dan salah,

5) Banyak bertanya, 6) Memiliki daya ingat yang kuat, 7) Senang

dimotivasi, 8) Senang bermain, 9) Senang berlomba, 10) Berpikir

imajinatif, 11) Cenderung ingin memperoleh keterampilan-keterampilan,

12) Perkembangan bahasa yang cepat, 13) Cenderung suka merusak dan

memperbaiki kembali, dan 14) Perkembangan emosi yang kuat.13

Perkembangan anak usia dini terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu:

a. Perkembangan Fisik dan Motorik

Aspek jasmani atau fisik merupakan aspek yang paling awal

berkembang dalam diri manusia. Pertumbuhan dan perkembangan fisik

akan menentukan perilaku anak sehari-hari, secara langsung ataupun tidak.

Secara langung pertumbuhan fisik seorang anak akan menentukan

keterampilan anak dalam bergerak, dan secara tidak langsung

pertumbuhan dan perkembangn fungsi fisik akan mempengaruhi

bagaimana anak memandang dirinya dan bagaimana ia memandang orang

lain. Ukuran dan bangun tubuh yang diwariskan secara genetik

mempengaruhi laju pertumbuhan anak. Anak-anak dengan bangun tubuh

yang kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan

mereka yang bertubuh kecil atau sedang. Anak yang bertubuh besar juga

akan memasuki tahap remaja lebih cepat dibandingkan temannya yang

bertubuh lebih kecil. Kesehatan dan pemberian makanan yang bergizi,

terutama pada tahun pertama kehidupan anak, juga menentukan kecepatan

daur pertumbuhannya. Faktor pertumbuhan yang paling menonjol adalah

jenis kelamin. Pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat dibandingkan anak

perempuan pada usia tertentu. Sebaliknya, pada usia 9, 10, 13 dan 14

tahun pertumbuhan anak perempuan lebih cepat karena pengaruh

perkembangan awal remajanya.14

13 Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan

Taman Kehidupan Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) Cet I, h. 26 14 Baharuddin, Op.cit., h. 110-111

Page 30: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

15

Berdasarkan kondisi fisiknya, anak-anak usia dini mulai menyadari

dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Perubahan tubuhnya pun terjadi

begitu drastis sehingga pada usia tiga tahun berat badannya dapat mencapai

10-13 kg dengan tinggi 80-90 cm. perkembangan jasmani anak pra-sekolah

terus berjalan dengan kecepatan tinggi sehingga pada usia 6 tahun (akhir

masa pra-sekolah) berat otaknya sudah mencapai 90% dari berat otak rata-

rata orang dewasa.15

b. Perkembangan Intelektual/Kognitif

Periode anak usia dini juga memiliki karakteristik perkembangan

kognitif yang berbeda dengan periode perkembangan lainnya. Piaget

menyatakan bahwa intelegensi anak usia dini termasuk dalam tahap pra-

operasional, dimana anak sudah memiliki kesadaran akan keberadaan suatu

benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia

tinggalkan atau sudah tidak ada lagi. Anak juga sudah memiliki kemampuan

berimajinasi atau berfantasi meskipun belum mampu menguasai operasi

mental secara logis.16

Perolehan kemampuan kesadaran terhadap eksistensi suatu benda

(object permanence) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang

disebut representation atau mental representation (gambaran mental).

Representasi mental merupakan bagian penting dari skema kognitif yang

memungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi benda atau

kejadian tertentu, walaupun benda itu berada di luar pandangan, pendengaran,

atau jangkauan anak. Representasi mental juga memungkinkan anak untuk

mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang tertunda), yakni

kemampuan untuk meniru perilaku orang lain yang sebelumnya pernah ia

lihat untuk merespons lingkungan, khususnya perilaku orang tua dan guru.

Seiring dengan munculnya kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala

insight learning dimana anak mulai mampu melihat situasi problematis, lalu

15 Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016) Cet. 2, h. 31-32 16 Ibid., h. 32 dan 122

Page 31: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

16

berpikir sesaat. Setelah berpikir, anak akan memperoleh aha moment yaitu

pemahaman berdasarkan ilham spontan untuk memecahkan masalah versi

anak-anak.17

Sesuai dengan teori Piaget tersebut, Semiawan menguraikan ciri-ciri

berpikir anak usia dini yang dituliskan di dalam Riana, yaitu:

1) Berpikir secara konkret, dimana kemampuan untuk memikirkan hal

abstrak (seperti cinta, Tuhan, dan keadilan) belum dapat dipahami.

2) Realisme, yaitu kecenderungan untuk menanggapi segala sesuatu

sebagai hal yang riil atau nyata.

3) Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang

sendiri.

4) Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima

sesuatu yang majemuk.

5) Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek

lingkungan sekitarnya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang

dimiliki anak.

6) Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri hanya

pada satu aspek dari satu situasi.

7) Memiliki imajinasi yang amat kaya.18

c. Perkembangan Bahasa

Pada usia antara satu tahun enam bulan sampai dua tahun,

perkembangan bahasa anak mulai muncul. Hal ini ditandai dengan ekspresi

kalimat sederhana dan singkat yang terdiri dari dua atau tiga kata.19

Selama tahun pertama dan tahun kedua setelah lahir, anak akan

mempelajari kata-kata yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Elizabeth

Hurlock dalam Baharuddin menyatakan bahwa anak akan menggunakan

empat bentuk komunikasi prabicara (prespeech), yaitu:

1) Tangisan. Menangis merupakan cara pertama anak untuk berkomunikasi

dengan dunia luar setelah dilahirkan.

2) Celotehan. Mengeluarkan bunyi-bunyi sederhana karena senang,

mengeluh, menguap, mengeram-mengeram, dan menangis yang seperti

bunyi rengekan.

17 Ibid., h. 122-123 18 Riana Mashar, Op.cit.., h. 12-15 19 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 47

Page 32: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

17

3) Isyarat. Contohnya apabila bayi mengeluarkan makanan dari mulutnya

ketika makan artinya ia sudah kenyang atau tidak lapar.

4) Ekspresi emosional, yaitu ungkapan emosi melalui perubahan tubuh dan

roman wajah. Contohnya ketika senang anak akan mengeluarkan suara

senang seperti dalam bentuk ocehan dan bunyi tertawa. Sedangkan emosi

yang tidak senang ditandai dengan tangisan dan rengekan.20

Ketika anak mencapai usia 5-6 tahun, kemampuan Bahasa yang

dipahami anak antara lain pelafalan dan pengucapan (pronounciation),

kalimat (syntax), kosakata dan artinya (vocabulary and meaning), pragmatis

(pragmatic), metalinguistic (metalinguistic), dan pengaruh bahasa keluarga

(partnership with family).21

Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterapilan

bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat

menggunakan bahasa dengan berbagai cara, seperti bertanya, berdialog, dan

menyanyi. Sejak anak menginjak usia dua tahun, ia sangat tertarik untuk

menyebutkan nama benda. Minat tersebut terus berlangsung hingga

perbendaharaan kata mereka bertambah.22

d. Perkembangan Sosial dan Moral

Perkembangan aspek sosial adalah proses perubahan seseorang dalam

mencapai kematangan untuk berhubungan sosial atau bermasyarakat. Anak

dilahirkan tanpa kemampuan berhubungan sosial, namun lama kelamaan ia

akan belajar menyesuaikan diri dan merespons lingkungan sosial seiring

dengan perkembangan psiko-fisiknya.23

Selain mengalami perkembangan sosial, anak juga akan mengalami

perkembangan moral. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak

khusus berdasarkan pada pengertiannya mengenai hal baik dan buruk. Moral

tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan beragama. Dalam agama Islam moral

20 Baharuddin, Op.cit., h. 124-125 21 Ibid. 22 Novan Ardy Wiyani, Op.cit., h. 85-86 23 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 49-50

Page 33: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

18

sangat identik dengan akhlak, dimana kata akhlak berasal dari bahasa Arab

yang berarti budi pekerti.24

Perkembangan moral pada awal masa anak-anak masih dalam tingkat

yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak

belum mencapai titik dimana mereka mempelajari prinsip abstrak tentang hal-

hal yang benar dan salah. Piaget menyebut moralitas pada masa awal anak-

anak sebagai “moralitas melalui paksaan”, karena pada tahapan ini anak-anak

secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berpikir atau menilai, dan mereka

beranggapan bahwa orang dewasa adalah yang berkuasa. Menurut sudut

pandang anak-anak, perbuatan yang “salah” adalah perbuatan yang

mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun faktor-faktor alam

atau gaib.25

Tahap-tahap perkembangan moral menurut Jean Piaget terdiri atas

empat tahapan, yaitu:

Tahap I (usia 1-2 tahun). Pada tahapan ini pelaksanaan aturan masih

bersifat motor activity, belum ada kesadaran akan adanya peraturan.

Tahap II (usia 2-6 tahun). Anak-anak pada tahapan ini sudah mulai

memiliki kesadaran terhadap peraturan, namun menganggap peraturan itu

bersikap suci, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun. Dalam

pelaksanaannya mereka masih bersikap egosentrik atau berpusat pada dirinya

sendiri.

Tahap III (usia 7-10 tahun). Pada tahap ini pelaksanaan peraturan sudah

mulai bersifat sebagai aktivitas sosial. Sifat egosentrik sudah mulai

ditinggalkan. Dalam tahapan ini sudah ada keinginan untuk memahami

peraturan dan setia mengikutinya.

Tahap IV (usia 11-12 tahun). Pada usia ini kemampuan berpikir anak sudah

mulai berkembang. Mereka sudah mampu berpikir abstrak. Mereka pun sudah

24 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015) h. 366 25 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

Kehidupan, Terj. dari Developmental Psychology: A Life-Span Approach oleh Istiwidayanti dkk.,

(Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 123

Page 34: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

19

memiliki kesadaran bahwa peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama.

Ini merupakan tahap pemantapan peraturan.26

e. Perkembangan Keberagamaan

Perkembangan moral atau nilai-nilai agama artinya perkembangan

dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi

kebenaran-kebenaran yang berasal dari Tuhan, serta berusaha menjadikan apa

yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan

bertingkah laku dalam berbagai situasi.27

Perkembangan jiwa keagamaan anak berlangsung dalam tiga tahap,

yaitu sebagai berikut.

1) Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)

Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3-6 tahun. Disebut sebagai

tingkat dongeng karena pada tahapan ini anak dalam mengenal konsep

tentang Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan perasaan,

sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang masih sederhana. Jiwa

keagamaan anak pada tahap ini bersifat tidak mendalam (unreflective) dan

cenderung menganggap Tuhan seperti manusia, namun dengan kekuatan

yang lebih besar.

2) Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)

Tingkat ini dialami anak pada usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun. Pada

masa ini anak sudah dapat menyerap materi agama berdasarkan kenyataan-

kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik

pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala

bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk

mempelajari lebih jauh.

26 Ahmad Susanto, Op.cit., h. 371-372 27 Asep Darmawanto, Pengembangan Kemampuan Moral dan Agama Anak Usia Dini,

diakses pada http://dapatditerima.blogspot.co.id/2016/02/pengembangan-kemampuan-moral-dan-

agama.html pada Senin, 9 April 2018 pukul 13.18

Page 35: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

20

3) Tingkat Individu (The Individual Stage)

Tingkat individu ini berlangsung pada usia remaja dan seterusnya. Pada

tahapan ini jiwa keagamaan manusia sudah tidak bergantung pada

dongeng dan fantasi. Pada tahapan ini remaja telah memperoleh konsep

ketuhanan yang bersifat humanistik, dalam arti agama yang ia anut telah

dihayati dengan baik dan menjadi jiwa khas kemanusiaan yang tertanam

dalam pribadinya. Namun perasaan keagamaan remaja pada tahap ini pada

umumnya belum stabil dan masih berubah-ubah sesuai dengan

pengalaman /peristiwa yang mereka alami.28

Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Pada masa ini anak-anak

perlu dididik dengan sebaik-baiknya sesuai dengan metode pembelajaran

yang sesuai dengan situasi dan kondisi mereka. Beberapa metode pendidikan

yang dapat diterapkan untuk mendidik anak usia dini antara lain melalui

teladan, nasihat, cerita, dan kebiasaan.29 Pendidikan anak usia dini bertujuan

untuk mendukung perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak

dengan menyediakan kesempatan-kesempatan yang dapat membantu anak

memahami lingkungan, mengembangkan imajinasi, memecahkan masalah,

berpikir secara kreatif dan berkomunikasi.30

C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Dini

Secara umum, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk

mengembangkan berbagai potensi anak sebagai persiapan untuk hidup dan

penyesuaian diri dengan lingkungannya. Namun secara khusus, salah satu

tujuan khusus pendidikan anak usia dini adalah agar anak percaya akan

28 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 139-141 29 Ahmad Zaini, “Metode-metode Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini”, Thufula,

Vol.2, 2014, h. 42 30 Devrim Erdem, “Kindergarten Teachers’ Views About Outdoor Activities”, Journal of

Education and Learning, 2018, Vol. 7, No. 3, h.2

Page 36: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

21

adanya Tuhan, mampu beribadah dengan baik, dan dapat mencintai

sesamanya.31

Pendidikan agama pada masa anak-anak harus mencakup

pengalaman-pengalaman kongkret yang bermakna serta menghindari hal-hal

yang abstrak. Karena sebagaimana yang diungkapkan Piaget dalam teorinya,

anak-anak pada masa awal belum dapat memahami hal-hal yang abstrak.32

Dirertorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama telah

menetapkan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak usia

dini dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489

Tahun 2016. Materi tersebut terbagi menjadi dua bagian yakni sebagai

berikut:

1. Materi Al-Qur’an dan Hadis

Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk anak-anak kelompok A (4-5 tahun) dan

kelompok B (5-6 tahun ) terdiri dari:

a. Hafalan surat-surat pendek

b. Hafalan hadis-hadis

c. Hafalan kutipan ayat-ayat Al-Qur’an

d. Doa harian

e. Dzikir harian (baik berupa Asmaul Husna maupun kalimat thayyibah)

Materi-materi tersebut diistilahkan menjadi nama-nama dibawah ini:

a. Dawaamul Qur’an: berisi surah surat pendek yang dikenalkan dan

dibaca secara berulang-ulang dalam kegiatan sehari-hari.

31 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 78 32 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2008) Cet. 4, h. 63

Page 37: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

22

b. Mutiara Al-Qur’an: berisi kutipan ayat Al-Qur’an yang utuh atau

penggalan ayat yang mengandung hikmah dalam kegiatan sehari-hari.

c. Mutiara Hadis: yaitu kutipan hadis yang mengandung hikmah dalam

kehidupan sehari-hari.

d. Doa Harian: yaitu doa yang dikenalkan sesuai dengan kegiatan harian

yang dibaca sehari-hari.

e. Dzikir Harian: berisi kalimat-kalimat thayyibah yang digunakan

sehari-hari sesuai situasi dan kondisi.

f. Asmaul Husna: yaitu 99 nama Allah yang dikenalkan baik melalui

senandung maupun aplikasi dalam kehidupan sehari hari sesuai kondisi

dan situasi.33

2. Materi Pendidikan Agama Islam (PAI)

Selain pembelajaran mengenai Al-Qur’an dan Hadis, anak usia dini juga

perlu mempelajari materi Pendidikan Agama Islam lainnya. Materi-materi

tersebut antara lain

a. Rukun iman

b. Rukun Islam

c. Ihsan

d. Kisah Nabi dan Rasul

e. Lagu-lagu Islami34

Kedua kelompok materi pembelajaran tersebut disesuaikan dengan

kelompok usia anak sebagaimana yang tertera pada tabel-tabel di bawah ini.

33 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Keputusan Direktur

Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489 Tahun 2016 Tentang Kurikulum Raudhatul Athfal, Bab

IV. 34 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ibid.

Page 38: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

23

Tabel 2.1

Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 4-5 tahun (Kelompok A)35

Kompetensi Inti 1 : Menerima ajaran yang dianutnya

KD 1.1 : Mempercayai adanya Allah melalui ciptaan-Nya

KD 1.2 : Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa

syukur kepada Allah

No.

Dawaa

mul

Qur’an

Mutiara

Al-

Qur’an

Mutiara

Hadis Doa Dzikir

Asmaul Husna

Senand

ung Aplikasi

1. Al-

Fatihah

Al-

An’am:

54

Menyebark

an salam

Sebelum dan

sesudah

belajar

Tasbih 99

Asmaul

Husna

Ar-

Rosyid

2. An-Nas Ali

Imran:

103

Sesama

muslim

bersaudara

Sebelum dan

sesudah

makan

Tahmid Al-Kholiq

3. Al-Falaq Al-

Baqarah:

222

Kebersihan Sebelum dan

sesudah

kegiatan

Tahlil Al-

Qowiyyu

4. Al-Ikhlas Al-‘Ashr:

3

Menjaga

lisan

Sebelum dan

sesudah tidur

Takbir Ar-

Rozzaq

5. Al-Lahab Al-

A’raaf:

199

Tidak boleh

marah

Kedua orang

tua

Istighfar Ash-

Shobuur

6. An-

Nashr

Al-

‘Ankabut:

45

Mendirikan

Shalat

Kebahagiaan

dunia dan

akhirat

An-Naafi’

7. Al-

Kafirun

An-Nisa:

59

Ketaatan Masuk dan

keluar WC

As-Sami’

35 Ibid.

Page 39: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

24

8. Al-

Kautsar

Al-

Anbiya:

107

Kasih

sayang

Masuk dan

keluar rumah

Al-Bashir

9. Al-

Ma’un

Az-

Zalzalah:

7

Beramal Naik

kendaraan

As-Salam

10. Quraisy Al-

Maidah: 2

Berbuat

baik

Masuk dan

keluar masjid

Al-Jami’

11. Al-Fil Al-‘Alaq:

1

Belajar Al-

Qur’an

Niat

berwudhu

12. Al-‘Ashr At-

Taubah:

40

Tidak boleh

bersedih

Setelah

berwudhu

Tabel 2.2

Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 5-6 tahun (Kelompok B)36

Kompetensi Inti 1 : Menerima ajaran yang dianutnya

KD 1.1 : Mempercayai adanya Allah melalui ciptaan-Nya

KD 1.2 : Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa

syukur kepada Allah

No.

Dawaa

mul

Qur’an

Mutiara

Al-

Qur’an

Mutiara

Hadis Doa Dzikir

Asmaul Husna

Senand

ung Aplikasi

1. Al-Lahab Al-

An’am:

54

Menyebark

an salam

Sebelum dan

sesudah

belajar

Tasbih 99

Asmaul

Husna

Ar-

Rosyid

2. An-

Nashr

Ali

Imran:

103

Sesama

muslim

bersaudara

Sebelum dan

sesudah

makan

Tahmid Al-Kholiq

36 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ibid.

Page 40: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

25

3. Al-

Kafirun

Al-

Baqarah:

222

Kebersihan Sebelum dan

sesudah

kegiatan

Tahlil Al-

Qowiyyu

4. Al-

Kautsar

Al-‘Ashr:

3

Menjaga

lisan

Sebelum dan

sesudah tidur

Takbir Ar-

Rozzaq

5. Al-

Ma’un

Al-

A’raaf:

199

Tidak boleh

marah

Kedua orang

tua

Istighfar Ash-

Shobuur

6. Quraisy Al-

‘Ankabut:

45

Mendirikan

Shalat

Kebahagiaan

dunia dan

akhirat

Ta’jub An-Naafi’

7. Al-Fil An-Nisa:

59

Ketaatan Masuk dan

keluar WC

Hawqol

a

As-Sami’

8. Al-

Humazah

Al-

Anbiya:

107

Kasih

sayang

Masuk dan

keluar rumah

Istirja Al-Bashir

9. Al-‘Ashr Az-

Zalzalah:

7

Beramal Naik

kendaraan

As-Salam

10. At-

Takatsur

Al-

Maidah: 2

Berbuat

baik

Masuk dan

keluar masjid

Al-Jami’

11. Al-

Qoriah

Al-‘Alaq:

1

Belajar Al-

Qur’an

Niat

berwudhu

12. Al-

‘Adiyat

At-

Taubah:

40

Tidak boleh

bersedih

Setelah

berwudhu

D. Konsep Pembelajaran Fun Learning

Fun Learning berasal dari dua kata, yaitu fun dan learning. Dalam

bahasa Indonesia, “fun berarti kesenangan, kegembiraan. Sedangkan learning

Page 41: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

26

berarti pengetahuan, pembelajaran.”37 Sehingga secara bahasa, fun learning

berarti pembelajaran yang menyenangkan.

Berk dalam Darmasyah menyatakan bahwa strategi pembelajaran

menyenangkan adalah strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan

materi sehingga mudah dipahami siswa dan memungkinkan untuk

tercapainya lingkungan belajar yang efektif dan tidak membosankan.38

Dayang Rohaya dkk. mengutip pernyataan Charsky dalam jurnalnya.

Ia menyatakan dalam bahwa, “Fun and interactive learning is one of the

powerful pedagogical factors which could yield to create the interactive and

engaged learning environment.” Pembelajaran yang interaktif dan

menyenangkan merupakan salah satu faktor pedagogik yang kuat yang dapat

menciptakan lingkungan belajar yang aktif.39

Dari beberapa pemaparan tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang

menyenangkan untuk anak-anak adalah pembelajaran yang interaktif, dimana

anak-anak mendapatkan stimulasi yang baik melalui kegiatan-kegiatan yang

menyenangkan. Pembelajaran Fun Learning juga ditandai dengan adanya

keterlibatan antara pendidik dan peserta didik, adanya kegembiraan, tidak

membosankan, serta variasi dalam penggunaan sumber dan metode belajar.

Dalam Pendidikan Islam dikenal bahwa belajar yang menyenangkan

bersumber dari jiwa yang paling dalam, yang bukan hanya mengandalkan

academic skill tapi juga life skill dan mentality power atau dalam nuansa

religius disebutkan sebagai belajar yang melibatkan jasad, hayat, dan ruh.

Kunci belajar menyenangkan secara academic skill adalah mampu

mengeksplorasikan tiga anugerah Allah, yakni mata, pendengaran, dan rasa.

Secara life skill, belajar menyenangkan adalah mampu menempatkan motivasi

dan tabungan kebaikan dalam berempati dan bersilaturahim dengan pendidik

dan masyarakat. Sedangkan secara life power, belajar yang menyenangkan

37 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2007),Cet. 29, h. 260 dan 352 38 Darmasyah, Op.cit.,, h. 21 39 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman, “Fun

Learning with AR Alphabet Book for Preschool Children”, Elsevier B.V, 2013. h. 213

Page 42: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

27

adalah yang memiliki mental sukses, suka belajar, tidak malas, dan kemauan

kuat.40

Kriteria pembelajaran yang menyenangkan menurut Remiswal dan

Rezki Amelia adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembelajaran guru harus bisa menciptakan komunikasi atau

interaksi edukatif yang efektif dan efisien, baik antara guru dengan murid

ataupun sesama murid dengan lingkungan yang ada.

2. Guru dalam memberikan pelajaran harus dapat menggunakan komponen

pembelajaran yang baik berupa metode, media, ataupun alat yang dapat

menciptakan rasa senang siswa.

3. Guru juga perlu memberikan motivasi dalam pembelajaran.

4. Menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan juga perlu

diolah agar siswa tidak bosan ketika belajar. Lingkungan yang dimaksud

tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga bisa di tempat-tempat yang

berkaitan dengan materi yang dipelajari.41

Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu diciptakan suasana belajar

yang menyenangkan sehingga anak memusatkan perhatiannya secara penuh

ketika belajar. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian anak terbukti

dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Kondisi belajar yang

menyenangkan akan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan

kepercayaan diri anak.42

Beberapa metode pembelajaran menyenangkan untuk anak usia dini

antara lain:

1. Metode pembelajaran bermain

Bermain merupakan hal yang paling disukai anak-anak. Ketika

bermain anak akan merasa gembira dan suasana hatinya ceria. Dalam

keceriaan inilah, guru dapat menyelipkan ajarannya dengan mudah.

40 Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM dalam

Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) Cet. I, h. 94 41 Remiswal dan Rezki Amelia, Ibid., h. 95 42 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks

Permata Puri Media, 2012) h. 88

Page 43: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

28

Bermain bagi anak usia dini adalah kebutuhan, sama seperti kebutuhan

pokok yang lain seperti makan dan minum, kesehatan, kasih sayang, dan

lain-lain. Melalui kegiatan bermain ini semua potensi kecerdasan yang

dimiliki anak dapat dikembangkan.43

Banyak psikolog telah berpendapat mengenai manfaat yang

didapat dari bermain. Perintis psikolog perkembangan Lev Vygotsky

berpendapat bahwa bermain adalah sumber utama perkembangan pada

anak. Pausewang mengatakan bahwa permainan dapat berkontribusi dalam

pengembangan keterampilan pengetahuan, psikomotorik, emosional,

kreativitas, dan sosial anak. Baer pun menyimpulkan bahwa bermain

adalah bentuk pembelajaran terbaik.44

Harlock dalam Novan Ardy menyatakan bahwa setidaknya terdapat

sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, antara lain: a.

perkembangan fisik, b. dorongan berkomunikasi, c. penyaluran bagi

energi emosional yang terpendam, d. penyaluran bagi keinginan dan

kebutuhan, e. sumber belajar, f. rangsangan bagi kreativitas, g.

perkembangan wawasan diri, h. belajar bermasyarakat, i. standar

moral, j. belajar bermain sesuai peran jenis kelamin, dan k.

perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.45

Anne Haas Dyson, Profesor bidang Kurikulum dan Pengajaran

dari College of Education, menyebutkan dalam Dayang Rohaya dkk.

bahwa pembelajaran bagi anak akan bermula dari bermain. Karena ketika

anak-anak bermain, mereka akan belajar berpartisipasi, berpikir, serta

menemukan ide dan pengalaman baru. Dyson juga menambahkan bahwa

anak-anak tidak akan merespon pembelajaran secara baik jika hanya

duduk diam dan mendengarkan, karena anak-anak membutuhkan stimulasi

untuk membantunya belajar.46 Dalam pembelajaran, permainan yang

digunakan dapat berupa permainan pendidikan ataupun permainan non-

43 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 122-123 44 Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar, “Designing Playful

Learning by Using Educational Board Game for Children In The Age Range of 7-12: (A Case

Study: Recycling and Waste Separation Education Board Game)”, International Journal of

Environmental and Science Education, 2016, vol.11, no.12, h. 4 45 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit h. 124 46 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman, Op.cit., h. 213

Page 44: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

29

pendidikan. Permainan pun tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi

dapat juga dilakukan di luar kelas.47

2. Metode pembelajaran melalui bercerita

Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau

menjelaskan secara lisan. Metode bercerita merupakan salah satu metode

yang banyak digunakan di PAUD, karena bercerita dapat memberikan

pengalaman belajar bagi anak. Cerita yang dibawakan baiknya berkaitan

dengan kehidupan anak yang menyenangkan, minat anak, dan tingkatan

usia anak. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam bercerita antara

lain membaca langsung dari buku cerita, mendongeng (narasi), bercerita

menggunakan ilustrasi gambar, menggunakan papan flannel, media

boneka, atau memainkan jari-jari tangan.48

Kaderavek dan Sulzby menjelaskan bahwa ketika bercerita, orang

tua atau guru tidak hanya membaca tetapi terkadang juga mendeskripsikan

gambar, nama-nama benda, menjelaskan fakta, bertanya, dan

menghubungkan cerita dengan pengalaman anak. Dengan demikian,

mereka menciptakan konteks yang meningkatkan perkembangan

intelektual dan bahasa anak di luar dari apa yang bisa anak-anak

dapatkan.49

Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau

mendongeng antara lain sebagai berikut:

a. Mengembangkan imajinasi anak

b. Menambah pengalaman

c. Melatih daya konsentrasi

d. Menambah perbendaharaan kata

e. Menciptakan suasana yang akrab

f. Melatih daya tangkap

g. Mengembangkan perasaan sosial

h. Mengembangkan emosi anak

47 Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar, Loc..Cit 48 Mukhtar Latif dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan Aplikasi,

(Jakarta: Kencana, 2013) h. 111-112 49 Triantafillia Natsiopoulou, Mimis Souliotis and Argyris G. Kyridis, “Narrating and

Reading Folktales and Picture Books: Storytelling Techniques and Approaches with Preschool

Children”, Early Childhood Research & Practice, 2006, h. 1-2

Page 45: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

30

i. Berlatih mendengarkan

j. Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif

k. Menambah pengetahuan50

3. Metode pembelajaran melalui bernyanyi

Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat disukai

anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian

yang didengarkan. Melalui kegiatan bernyanyi, suasana pembelajaran akan

lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia,

menghilangkan kesedihan, anak-anak merasa terhibur, dan lebih

bersemangat sehingga pesan-pesan yang diberikan akan lebih mudah dan

cepat diterima serta diserap oleh anak-anak. Anak juga akan lebih mudah

mengingat pesan jika dengan nyanyian.51

Dalam setiap taman kanak-kanak, lagu atau nyanyian memegang

peran yang sangat penting sebagai alat pendidikan. Melalui lagu banyak

hal yang dapat dipesankan kepada anak, terutama pesan moral dan nilai-

nilai agama. Pesan-pesan tersebut akan lebih cepat dan mudah dipelajari

serta melekat lebih lama di dalam pikiran anak. Tipe nyanyian yang

menarik untuk anak-anak adalah lagu yang pendek dan energik dengan

banyak refrain.52

4. Metode pembelajaran demonstrasi

Hampir dalam setiap kegiatan main akan terjadi pengalaman-

pengalaman baru yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak.

Pengalaman belajar tersebut diperoleh melalui penglihatan, pendengaran,

dan peniruan. Demonstrasi merupakan salah satu metode bermain yang

dirancang untuk menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan suatu objek

atau proses dari suatu peristiwa yang sedang dilakukan. Beberapa bentuk

50 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Opcit., h. 128 51 Ibid., h. 131 52 Lihanna Borhan, “Teaching Islam: A Look Inside An Islamic Preschool in Malaysia”,

Contemporary Issues in Early Childhood, 2004, Vol. 5, No. 3, h. 8-9

Page 46: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

31

kegiatan yang sesuai dengan metode demonstrasi dalam rangka

memberikan pengalaman belajar anak antara lain:

a. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi mata dan jari seperti

memegang dan menggunakan alat tulis, mengikat tali sepatu,

mengancingkan baju, dan lain sebagainya.

b. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi tubuh atau gerakan-

gerakan dasar motorik kasar, seperti gerakan merayap, merangkak,

berjalan pada balok titian, dan lain-lain.53

5. Metode pembelajaran karya wisata

Karya wisata adalah salah satu metode pembelajaran yang

memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengamati atau

mengobservasi, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara

langsung. Melalui kegiatan karya wisata anak-anak akan memperoleh

pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh panca

indera sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan

lebih diingat anak.54

Penelitian menunjukkan bahwa melakukan karya wisata

mempengaruhi pembelajaran anak secara kognitif dan emosional. Bahkan,

karya wisata pun dapat memfasilitasi anak untuk lebih aktif. Misalnya,

anak-anak akan lebih banyak bertanya dalam pembelajaran karya wisata

dibandingkan di dalam kelas.55

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Terdapat beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian

ini, antara lain:

1. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian

Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara) oleh

Himmatul Uliya jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Tarbiyah

53 Mukhtar Latif dkk., Op.cit., h. 114 54 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Opcit., h. 137 55 Devrim Erdem, Loc.Cit.

Page 47: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

32

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Penelitian

tersebut menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan

kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran

baca tulis Al-Qur’an pada anak usia dini di tempat tersebut terlaksana

dengan baik, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan

seperti metode dan sarana prasarana.56

2. Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam Pendidikan Agama

Islam (Studi di SDN 01 Banjarejo Karanganyar Pekalongan) oleh Rini

Listiyowati jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Pekalongan tahun 2011. Metode yang digunakan pada penelitian

ini adalah field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan

kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning di SDN 01

Banjarejo Pekalongan berjalan dengan baik, maka untuk penelitian kali ini

pun peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran PAI untuk anak usia

dini di ALIF School berjalan dengan baik pula.57

3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Paud IT El-Itqan Desa

Mulyadadi Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap oleh Mahfudhotul

Mar’ah jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri

(STAIN) Purwokerto tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode

study research atau penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran

yang dilakukan oleh PAUD IT El-Itqon sudah sesuai dengan kurikulum

yang ditetapkan pemerintah. Suasana pembelajaran yang menyenangkan

pun tidak terpaku pada pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga melalui

pembelajaran di luar kelas.58

56 Himmatul Uliya, “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini: Penelitian

Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Pusat”, Skripsi pada Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 78-82, tidak dipublikasikan. 57 Rini listiyowati, Op. cit., h. 82-84 58 Mahfudhotul Mar’ah, “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PAUD IT El-

Itqon Desa Mulyadain, Cipari, Cilacap, Skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Purwokerto, Purwokerto, 2010, h. 80-81, tidak dipublikasikan.

Page 48: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

33

Dari ketiga penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan dan

perbedaan dengan penelitian yang dilakukan kali ini. Persamaannya terletak

pada materi pembelajaran yang diteliti, yaitu pembelajaran Pendidikan

Agama Islam. Namun pada penelitian pertama difokuskan kepada

pembelajaran baca tulis Al-Qur’an saja. Pendekatan yang digunakan pun

sama, yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Persamaan yang lebih spesifik ditemukan dengan penelitian kedua, karena

sama-sama meneliti penerapan metode Fun Learning pada pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

Sedangkan untuk perbedaannya, selain terletak pada lokasi penelitian,

pada penelitian kedua juga terletak pada objek penelitian. Penelitian tersebut

meneliti anak-anak usia Sekolah Dasar, sedangkan penelitian kali ini meneliti

anak usia dini.

Page 49: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di TPA ALIF School Bintaro yang beralamat

di Jalan Wahid Hasyim blok FG 12 No.14 Pondok Jaya, Pondok Aren,

Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan

yaitu dimulai dari bulan Juli 2018 sampai dengan September 2018. Penulis

memilih TPA ALIF School Bintaro sebagai tempat penelitian karena tempat

ini dianggap memiliki karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun

Learning pada anak usia dini.

B. Latar Penelitian

Latar yang dipilih dalam penelitian ini adalah tempat berlangsungnya

kegiatan belajar mengajar di TPA ALIF School Bintaro, yaitu ruang kelas.

Peneliti akan mengamati proses pembelajaran, guru dan siswa selama

pembelajaran berlangsung.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud berarti kegiatan

penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris dan

sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara

yang masuk akal, empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh

indera manusia, dan sistematis berarti menggunakan langkah-langkah yang

bersifat logis. Walaupun langkah-langkah penelitian kuantitatif, kualitatif,

ataupun gabungan dari keduanya berbeda, tetapi semuanya memiliki langkah-

langkah sistematis.1

1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017) Cet. 2,5 h. 3

Page 50: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

35

Pendekatan atau metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi

dan objek yang alamiah (natural setting), yaitu objek yang berkembang apa

adanya tanpa dimanipulasi oleh peneliti. Metode kualitatif juga digunakan

untuk mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang mengandung

makna.2 Untuk itu, agar dapat meneliti lebih dalam mengenai penggunaan

metode Fun Learning dalam pembelajaran PAI pada anak usia dini di ALIF

School, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untu menjelaskan

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi

tertentu. Dengan kata lain penelitian deksriptif hanya menggambarkan apa

adanya, tidak untuk mencari atau menerangkan keterkaitan antarvariabel.3

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam

terkait objek yang diteliti, maka penelitian kualitatif menggunakan teknik

trianggulasi. Trianggulasi adalah penggabungan data dengan tiga teknik

pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.4

Selengkapnya tiga teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti

adalah sebagai berikut:

1. Observasi Partisipan

Observasi partisipan adalah bentuk observasi dimana peneliti tidak

hanya menjadi pengamat, melainkan ikut mengambil peran dalam situasi

tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang akan diteliti.5 Dalam

penelitian ini, peneliti akan ikut berperan sebagai tenaga pengajar sehingga

selain mengamati, peneliti dapat terlibat secara langsung dengan proses

pembelajaran di kelas.

2 Ibid., h. 15 3 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,

2014) Cet. 2 h. 59 4 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Terj. dari Case Study Research:

Designs and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 15 5 Ibid.., h. 114

Page 51: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

36

2. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan

makna dalam suatu topik tertentu.6 Wawancara dilakukan untuk

mendapatkan data yang valid yang berkaitan dengan penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti akan mewawancarai kepala sekolah dan dua orang

perwakilan guru kelas TPA ALIF School Bintaro.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian

dengan dokumen. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-

karya dari seseorang.7 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa

pengumpulan data-data tentang lembaga, staff pengajar, foto-foto serta

data lain yang menunjang kelengkapan data penelitian.

Dari ketiga teknik tersebut, berikut peneliti lampirkan pedoman

pengumpulan data berupa kisi-kisi mengenai hal yang akan diteliti beserta

teknik yang akan digunakan.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Pedoman dan Teknik Pengumpulan Data yang Akan Digunakan

No. ASPEK INDIKATOR TEKNIK YANG

DIGUNAKAN

1. Perencanaan

pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan

pendekatan Fun

Learning

a. Bentuk dan format

perencanaan

pembelajaran yang

digunakan

Wawancara

Dokumentasi

2. Implementasi

pendekatan Fun

Learning dalam

pembelajaran

Pendidikan Agama

Kegiataan pembukaan

pembelajaran:

a. Pengkondisian kelas

b. Pelaksanaan kegiatan

Wawancara

Observasi

Dokumentasi

6 Sugiyono, Op.cit., h. 317 7 Ibid., h. 329

Page 52: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

37

Islam. apersepsi

c. Pemberian motivasi

kepada siswa

Kegiatan inti pembelajaran:

a. Materi Pendidikan Agama

Islam yang disampaikan

dan variasinya

b. Variasi metode yang

digunakan dalam

pembelajaran Fun

Learning

c. Variasi media yang

digunakan dalam

pembelajaran Fun

Learning

d. Gaya mengajar guru

e. Interaksi guru dengan

murid

Kegiatan penutup

pembelajaran:

a. Pelaksanaan kegiatan

refleksi

b. Tindak lanjut

pembelajaran

3. Pelaksanaan evaluasi

hasil belajar dalam

pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan

pendekatan Fun

Learning.

a. Teknik penilaian yang

digunakan guru Wawancara

Observasi

Dokumentasi

4. Lingkungan belajar yang

mendukung penerapan

pendekatan Fun

Learning dalam

pembelajaran Pendidikan

Agama Islam

a. Keadaan gedung dan

ruang belajar

b. Sarana dan prasarana

yang disediakan

Wawancara

Observasi

Page 53: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

38

E. Pemeriksaan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang dapat dilakukan meliputi uji kredibilitas data

(validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas

(validitas eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas (objektivitas).

Namun yang paling utama adalah uji kredibilitas data yang dilakukan melalui

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, member check, dan analisis kasus negatif.8

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis

data yang diperoleh dari hasi wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga

mudah dipahami oleh diri sendiri maupun oran lain. Analisis data kualitatif

bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis, kemudian

dicarikan data lagi secara berulang-ulang hingga selanjutnya dapat

disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak.9

Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak

dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan

Huberman dalam Sugiyono terdapat tiga tahap yang dilakukan dalam proses

analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data

display), dan interpretasi data (verification).10

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini

adalah sebagai berikut:

8 Ibid., h. 401-402 9 Ibid., h. 335 10 Ibid., h. 401

Page 54: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

39

1. Analisis data observasi. Data-data observasi disusun dalam tabel yang

kemudian dianalisis dengan rumus persentase berikut11:

Rumus: p =

Keterangan:

f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N : Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

p : angka persentase

2. Analisis dari data hasil wawancara dan dokumentasi. Yaitu data yang

diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif yang

kemudian dapat ditarik kesimpulan.

11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2006) Cet. 12, h. 43

Page 55: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum TPA ALIF School Bintaro

1. Sejarah Singkat TPA ALIF School Bintaro

ALIF (Al-Qur’an Learning and Islamic Foundation) adalah lembaga

pendidikan keagamaan dan ke-Al-Qur’an-an di bawah naungan Yayasan

Sahabat Shalawat. ALIF berdiri atas gagasan Ibu Fenty Noverita yang

ingin mendirikan sebuah taman pendidikan Al-Qur’an untuk anak usia dini

dengan konsep modern. Bekerja sama dengan Ustadz Ahmad Muzakki

Kamalie, Lc. selaku pembina Yayasan Sahabat Shalawat, maka pada tahun

2015 muncullah konsep taman pendidikan Al-Qur’an untuk anak dengan

strategi Fun Learning, Bilingual, dan Intensive yang diberi nama ALIF

School. TPA ALIF School pertama ini berlokasi di Bintaro sektor 7,

Jakarta Selatan.1

Tahun 2015 hingga awal tahun 2016 digunakan ALIF untuk

menyiapkan tempat dan fasilitas, kurikulum, hingga buku-buku pelajaran

anak. Kemudian di bulan April 2016, ALIF School mulai membuka

pendaftaran untuk murid angkatan pertama program pembelajaran kelas

dan home private untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan

Bekasi (Jabodetabek) dengan pengajar yang baru berjumlah 10 orang.

ALIF School menyelenggarakan Grand Opening dan Launching pada

tanggal 5 Mei 2016 yang kemudian tanggal tersebut ditetapkan menjadi

hari kelahiran TPA ALIF School Bintaro.

ALIF School menetapkan kurikulum pembelajarannya dengan

mengkombinasikan kurikulum TPA/TPQ dari Kementerian Agama dan

kebutuhan ALIF School. Pada mulanya ALIF School menggunakan

metode pembelajaran Al-Qur’an yang ditetapkan sendiri. Namun di

pertengahan tahun 2017, ALIF School mengganti metode pembelajaran

1 Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 25 Juli 2018

Page 56: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

41

Al-Qur’annya dengan metode Tilawati. Sejak saat itu, setiap pengajar

diwajibkan untuk memiliki syahadah atau sertifikat khusus dari metode

Tilawati dengan mengikuti pelatihan-pelatihannya.2

ALIF School memiliki tujuan untuk menjadi lembaga pembelajaran

Al-Qur’an sekaligus penyelenggara acara Islami untuk anak yang

terpercaya di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ALIF School

terus meningkatkan kualitasnya dengan membuat program-program

tambahan selain pembelajaran harian. ALIF School juga terus menambah

jangkauannya dengan membuat cabang dan mitra di berbagai daerah di

Indonesia. Hingga pada bulan Januari 2018, berdirilah cabang kedua dari

ALIF School yang bertempat di apartment Menteng Square, Jakarta Pusat.

Saat ini ALIF School sedang dalam tahap membuka cabang

berikutnya di kota Pontianak, Pekanbaru, dan Tangerang. ALIF School

juga sedang dalam proses pembuatan aplikasi pencarian guru mengaji

secara online yang akan tersebar di beberapa kota besar seperti

Yogyakarta, Malang, Bandung, Surabaya, Pontianak, Pekanbaru,

Palembang, Medan, Cirebon, Lampung, Makassar dan Denpasar.

2. Visi, Misi dan Motto TPA ALIF School Bintaro

a. Visi

Menciptakan generasi yang beragama dan berbudaya baik

b. Misi

1) Menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur’an dengan baik dan

menyenangkan

2) Menghadirkan pembelajaran ibadah dengan baik dan mudah

c. Motto

Mengenalkan Al-Qur’an lebih dekat dengan cara yang lebih akrab

2 Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 25 Juli 2018

Page 57: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

42

3. Program Pendidikan TPA ALIF School Bintaro

TPA ALIF School memiliki tiga program untuk pembelajaran kelas,

yaitu program regular (satu kali seminggu), program intensive (dua kali

dalam seminggu), dan program daily (4 kali dalam seminggu). Kegiatan

pembelajaran tersebut diselenggarakan pada hari Senin, Selasa, Rabu,

Kamis dan Sabtu dengan pilihan waktu belajar sebagai berikut.

Tabel 4.1

Pilihan Waktu Belajar di Kelas TPA ALIF School Bintaro3

No. Pilihan Kelas Waktu Belajar

1. Kelas Pagi Jam 8 (khusus hari Sabtu) 08.00-10.00

2. Kelas Pagi 10.00-12.00

3. Kelas Siang 13.00-15.00

4. Kelas Sore 15.00-17.00

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa durasi kegiatan

pembelajaran di kelas adalah 120 menit. Siswa dibebaskan untuk memilih

program, hari, dan waktu belajar sehingga dapat menyesuaikan dengan

aktivitas-aktivitas lain yang mereka miliki.

Selain pembelajaran di kelas, TPA ALIF School juga memiliki kelas

home private atau guru datang ke rumah untuk wilayah Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Untuk kelas ini siswa dapat

memilih guru, hari, waktu, dan tempat belajar yang diinginkan. Program

yang disediakan pun terdapat private regular (satu kali seminggu) dan

private intensive (dua kali dalam seminggu). Durasi pembelajaran untuk

kelas home private adalah 90 menit.

TPA ALIF School tidak hanya membagi kelas berdasarkan waktu

belajar, tetapi juga berdasarkan usia dan kemampuan anak. Pembagian

3 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro

Page 58: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

43

kelas sesuai usia anak yakni kelas Toddler untuk anak usia 3-5 tahun dan

kelas Kids untuk usia 6-12 tahun. ALIF School juga membuka kelas untuk

remaja dan dewasa, namun untuk saat ini kelas tersebut belum berjalan.

Sedangkan berdasarkan tingkat kemampuan anak, TPA ALIF School

membagi kelas sesuai dengan kemampuan pembelajaran Tilawati mereka.

Dalam mengajarkan Al-Qur’an untuk anak-anak, TPA ALIF School

menggunakan metode Tilawati. Sedangkan untuk pembelajaran materi

Pendidikan Agama Islam, TPA ALIF School menggunakan tiga strategi

pembelajaran yakni fun learning, bilingual, dan intensive. Materi-materi

Pendidikan Agama Islam tersebut disesuaikan dengan kurikulum

TPA/TPQ yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. Adapun materi

Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di TPA ALIF School meliputi:

a. Baca tulis Al-Qur’an. Materi ini disampaikan dengan memadukan

strategi yang digunakan TPA ALIF School dengan metode Tilawati.

b. Praktik ibadah, seperti praktik wudhu, sholat berjamaah, tata cara

ibadah haji, dan lain-lain.

c. Hafalan surat-surat pendek (surat An-Nas sampai adh-Dhuha) dan doa-

doa harian.

d. Akidah akhlak, meliputi rukun iman, rukun Islam, dan semua yang

mencakup di dalamnya.

e. Tajwid (teori dan praktik) untuk kelas Kids.

f. Character building (pembentukan karakter anak). Materi ini

disampaikan melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kisah-kisah

hikmah para Nabi dan sahabatnya, kisah-kisah dalam Al-Qur’an,

ataupun kejadian sehari-hari.

g. Materi penunjang, seperti archery, musik, dan lain sebagainya.4

Selain program pembelajaran harian, TPA ALIF School juga

memiliki progam tambahan yang diadakan per tiga bulan, per semester

dan per tahun seperti Sanlat ALIF (pesantren kilat), ALIF Fieldtrip (ALIF

Goes to Mosque), ALIF Islamic Camp, ALIF Islamic Fun Holiday, ALIF

4 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 59: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

44

Islamic Fair, dan lain sebagainya. Program tersebut bertujuan untuk

menambah pengetahuan dan kemampuan anak di luar pembelajaran yang

mereka dapat sehari-hari. Program-program tambahan ini tidak hanya

diikuti untuk siswa TPA ALIF School saja, melainkan juga terbuka untuk

umum.

4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan TPA ALIF School Bintaro

a. Tenaga Pendidik

Saat ini tenaga pendidik di TPA ALIF School berjumlah 62

orang yang terdiri dari 6 orang guru kelas dan 56 orang guru privat.

Mayoritas guru merupakan alumni dari Pondok Pesantren Darunnajah

Jakarta angkatan 2010-2017 dengan latar belakang pendidikan akhir

yang berbeda-beda. Berikut adalah data tenaga pendidik TPA ALIF

School Bintaro tahun ajaran 2017/2018.

Tabel 4.2

Data Pengajar TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20195

No. NAMA L/P PENDI

DIKAN JABATAN

1. Masmuhah, S.Sos. P S1 Guru Kelas dan Privat

2. Fathul Hadi, S.I. Kom. L S1 Guru Kelas dan Privat

3. Khoirul Umam, S.Sos. L S1 Guru Privat

4. Maretha Widia Putri, S.Hum. P S1 Guru Kelas dan Privat

5. Nahdlotur Rosyidah, S.Sos P S1 Guru Privat

6. Fitriana Junaid, S.Psi. P S1 Guru Privat

7. Fitriani Junaid, S.E. P S1 Guru Privat

8. Muzakka Alzama Rizki L SMA Guru Privat

5 Sumber Data: Bagian HRD TPA ALIF School Bintaro

Page 60: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

45

9. Siti Nuravivah, S.Sy. P S1 Guru Privat

10. Mauridah Muhdy, B.Sc. P S1 Guru Kelas dan Privat

11. Muhammad Ali Ibrahim, S.S L S1 Guru Kelas dan Privat

12. Rizka Arfeinia, S.Kom.I. P S1 Guru Privat

13. Ayu Setia Mauliddina, S.Psi. P S1 Guru Kelas dan Privat

14. Faisal Rizky Aditya L SMA Guru Privat

15. Lisa Analisa, S.S.I P S1 Guru Privat

16. Dini Trias Ramadhani P SMA Guru Privat

17. Rizka Maulidya, S.Tr.Gz P D4 Guru Privat

18. Rifda Shabrina P SMA Guru Privat

19. Nabilah Fakhrati, S.S.I P S1 Guru Privat

20. Rahman Saleh, S.Pd.I. L S1 Guru Privat

21. Rahmawati Glamindia,

Amd.Far. P D3

Guru Privat

22. Lu’lu Firdaus Ramadhani L SMA Guru Privat

23. Deby Nurjihan P SMA Guru Privat

24. Rivia Zatalini P SMA Guru Privat

25. Nisa Alimah P SMA Guru Privat

26. Alifuddin Fahmi Abdilah,

S.Hum. L S1 Guru Privat

27. Luthfi Wibowo L SMA Guru Privat

28. Miftahul Khausar L SMA Guru Privat

29. Fadli Husnurrahman L SMA Guru Privat

30. Rizka Aufa Millati P SMA Guru Privat

31. Elsye Putri Ananda, S.E. P S1 Guru Privat

32. Ismi Salsabilah P SMA Guru Privat

33. Akbar Kurniawan L SMA Guru Privat

Page 61: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

46

34. Rodliatum Mardliyah Alhadi,

S.Kom. P S1 Guru Privat

35. Irma Putri Utami, S.Hub.Int. P S1 Guru Privat

36. Nurul Hidayanti, S.Sos. P S1 Guru Privat

37. Aninda Ferrizqi, S.Psi. P S1 Guru Privat

38. Farisha, S.Pd. P S1 Guru Privat

39. Fitrah Awaluddin, S.H. L S1 Guru Privat

40. Rifanny Fathia Caesa Putri,

S.Sy. P S1 Guru Privat

41. Alpha Shibaa Dewi P SMA Guru Privat

42. Muhammad Rizki L SMA Guru Privat

43. Eliza Nurjannah, S.I.Kom. P S1 Guru Privat

44. Alfiyah Mufidah P SMA Guru Privat

45. Gita Gemala Rizki P SMA Guru Privat

46. Intan Bustiananda, S.Psi. P S1 Guru Privat

47. Zahrotun Nafisah P SMA Guru Privat

48. Putri Syafikha Izzati Rachman P SMA Guru Privat

49. Hakimatul Latifah P SMA Guru Privat

50. Zahrah Karimah P SMA Guru Privat

51. Lathuf Nabilah Amin,

S.I.Kom. P S1 Guru Privat

52. Jehan Shofiah P SMA Guru Privat

53. Hidayati Majidah P SMA Guru Privat

54. Nopi Sri Wahyuni P SMA Guru Privat

55. Qothrun Nada P SMA Guru Privat

56. Safira, S.Tr. P D4 Guru Privat

57. Anasarach Dea Delinda, S.H. P S1 Guru Privat

Page 62: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

47

58. Haris Manaf L SMA Guru Privat

59. Rusdamayanti Eka P. L. P SMA Guru Privat

60. Avilla Syafitri P SMA Guru Privat

61. Maulidia Citra P SMA Guru Privat

62. Robiatul Adawiyah P SMA Guru Privat

b. Tenaga Kependidikan

Adapun daftar nama-nama tenaga kependidikan atau staff TPA ALIF

School Bintaro tahun ajaran 2018/2019 beserta jabatannya adalah sebagai

berikut.

Tabel 4.3

Data Karyawan TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20196

No. NAMA L/P PENDI

DIKAN JABATAN

1. Andre Irawan, S.Sy. L S1 Bagian Administrasi

2. Achmad Dion Perdana L SMA Bagian Event

3. Asrul Sani Nasution, S.Kom.I. L S1 Bagian Event

4. Oktarijal Abdul Razik Karami,

S.Pd. L S1 Bagian Event

5. Hendy Darmansyah, S.E.Sy. L S1 Bagian Event

6. Muhammad Irham L S1 Bagian Event

7. M. Iqbal Al-Ayub, S.Pd. L S1 Bagian Event

5. Keadaan Siswa TPA ALIF School Bintaro

Secara kesuluruhan siswa TPA ALIF School Bintaro berjumlah 324 anak

yang terdiri dari 125 siswa kelas dan 198 siswa privat. Adapun rinciannya

dapat dilihat dalam tabel berikut.

6 Sumber Data: Bagian HRD TPA ALIF School Bintaro

Page 63: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

48

Tabel 4.4

Data Kelas dan Siswa TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20197

JUMLAH KELAS JUMLAH PESERTA DIDIK

Kelas Toddler 18 kelas Kelas Toddler 83 anak L = 46 P = 37

Kelas Kids 8 kelas Kelas Kids 41 anak L = 14 P = 27

Kelas Private 180 kelas Kelas Private 199 anak L = 107 P = 92

TOTAL 206 kelas TOTAL 324 anak L = 167 P = 156

6. Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro

TPA ALIF School Bintaro senantiasa menyediakan fasilitas yang

dapat mendukung pembelajaran anak secara nyaman dan menyenangkan.

Berbagai fasilitas yang disediakan dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.5

Data Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20198

No. Jenis Fasilitas Jumlah Keadaan

1. Ruang kelas non multimedia 2 Baik

2. Ruang kelas multimedia 1 Baik

3. Kantor guru 1 Baik

4. Kamar mandi/ WC 3 Baik

5. Ruang tunggu 1 Baik

6. Perpustakaan 1 Baik

7. Dapur 1 Baik

8. Tempat wudhu 1 Baik

9. Tempat sholat 1 Baik

10. Panggung kecil 1 Baik

7 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro

8 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro

Page 64: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

49

11. Tempat bermain 1 Baik

12. Gudang 1 Baik

Ruang kelas TPA ALIF School Bintaro di desain secara nyaman

dan modern dengan pilihan meja, alas duduk, lantai, dan aksesoris ruangan

yang aman dan sesuai untuk anak-anak. Tiap kelas juga dilengkapi dengan

pendingin ruangan (air conditioner), papan tulis, jam dinding dan mural

(lukisan dinding) sehingga anak akan merasa nyaman dan senang ketika

belajar. Salah satu ruang kelas dilengkapi dengan televisi untuk

penyampaian materi melalui video, film, ataupun lagu-lagu. TPA ALIF

School Bintaro juga memiliki ruang tunggu yang dilengkapi dengan 2 set

sofa dan perpustakaan. Ruang tunggu ini dapat digunakan oleh wali murid

ataupun anak-anak ketika menunggu dijemput orang tuanya, karena buku-

buku yang disediakan tidak hanya buku-buku umum namun juga buku

anak-anak. Tempat wudhu di TPA ALIF School memiliki 5 buah keran air

yang sesuai untuk ukuran anak dan karpet anti slip untuk menghindari

anak terpeleset ketika selesai wudhu. Untuk ruangan sholat, TPA ALIF

School Bintaro menggunakan aula yang bertempat di tengah-tengah

sekolah yang dialasi oleh karpet. TPA ALIF School juga menyediakan

banyak sajadah dan mukena ukuran dewasa dan anak-anak sehingga ketika

anak lupa membawa peralatan sholatnya, mereka bisa menggunakan alat

sholat yang telah disediakan. Orang tua murid pun dapat memakainya jika

ingin melakukan sholat sembari menunggu. Di belakang tempat sholat

terdapat panggung kecil berlatarkan spanduk berwarna cerah bertuliskan

‘ALIF’ sebagai tempat untuk mengadakan pertunjukkan dan acara-acara

atau untuk sekedar berfoto setelah selesai belajar. Halaman depan

dimanfaatkan sebagai taman bermain untuk anak. Dilengkapi dengan

beberapa macam mainan yang terbuat dari plastik dan dialasi alas karet

sehingga anak tetap merasa senang dan aman ketika bermain.

Selain fasilitas untuk anak dan orang tua, TPA ALIF School juga

memfasilitasi guru dan karyawannya dengan baik. TPA ALIF School

Page 65: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

50

memiliki dapur untuk menyediakan makanan para guru dan karyawannya.

TPA ALIF School juga memiliki dispenser yang dapat diakses oleh siapa

saja baik itu guru dan karyawan, orang tua murid, ataupun anak-anak.

Untuk penyimpanan barang dan bahan-bahan mengajar, TPA ALIF School

memiliki gudang dan kantor guru yang dilengkapi dengan lemari, rak, dan

laci-laci penyimpanan.

B. Temuan Penelitian

Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan bahwa teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara,

dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi partisipan, peneliti tidak hanya

mengamati namun juga ikut menjadi tenaga pengajar mendampingi wali kelas.

Observasi dan wawancara dilakukan berdasarkan pedoman yang telah dibuat,

dan dokumentasi diambil dari pengumpulan data dan pengambilan foto selama

kegiatan.

Berikut adalah hasil yang didapatkan peneliti melalui penggabungan

dari observasi, wawancara, dan pengumpulan data di TPA ALIF School

Bintaro.

1. Perencanaan Pembelajaran

Guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum

yang telah ditetapkan oleh Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro.

Kurikulum yang ditetapkan tersebut berlaku untuk semua murid TPA

ALIF Bintaro, baik yang mengikuti pembelajaran di kelas ataupun home

private. Pada mulanya, Bagian Akademik menyusun Program Tahunan

(Prota), Silabus Pembelajaran per Semester dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH) untuk guru. Namun seiring berjalannya

waktu, para guru merasa RPPH sulit untuk terlaksana dengan baik karena

target pemberian materi yang terlalu banyak setiap harinya. Anak usia dini

memiliki karakter yang unik dan berbeda-beda untuk belajar sehingga

terkadang materi yang diberikan hari ini harus terus diulang untuk

Page 66: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

51

beberapa pertemuan ke depan agar mereka mengerti dan hafal. Maka

Bagian Akademik pun memutuskan untuk menyederhanakan materi

pembelajaran dalam silabus yang telah dibuat untuk memudahkan siswa

memahami pelajaran.9

Berikut adalah Silabus Pembelajaran per Semester TPA ALIF

School Bintaro untuk kelas Kids dan Toddler.

Tabel 4.6

Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Toddler Tahun Ajaran 2018/201910

No. Jenis Pembelajaran Materi

Usia 2,5-3 Tahun Usia 3-5 Tahun

1. Pembelajaran Tilawati Tilawati PAUD Tilawati PAUD

2. Hafalan Doa Harian Doa sebelum tidur

Doa bangun tidur

Doa sebelum makan

Doa setelah makan

Doa kedua orang tua

Doa sebelum tidur

Doa bangun tidur

Doa sebelum makan

Doa setelah makan

Doa kedua orang tua

3. Praktek Ibadah Praktek wudhu

Praktek shalat

Praktek wudhu

Praktek shalat

Niat berwudhu

Niat shalat

4. Hafalan Surat Pendek Surat Al-Fatihah

Surat An-Nas

Surat Al-Falaq

Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Fatihah

Surat An-Nas

Surat Al-Falaq

Surat Al-Ikhlas

Surat Al-Lahab

9 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 10 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro

Page 67: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

52

5. Menulis Mewarnai huruf Arab

Menebalkan angka Arab

Mencontoh penulisan

huruf dan angka Arab

Mewarnai kaligrafi

sederhana

6. Aqidah Akhlak Mengenal Tuhan, agama,

Nabi, dan kitab

Penggunaan salam

Penggunaan basmalah

dan hamdalah

Kalimat-kalimat baik

dalam Islam

Sikap terhadap orang tua

dan orang lain

Mengenal Allah

Mengenal ciptaan

Allah

Rukun Islam

7. Kisah Nabi Sejarah Nabi Muhammad

Keluarga Nabi

Muhammad

Mengenal 10 nama nabi

Kisah Nabi Adam

Kisah Nabi Nuh

Sejarah Nabi

Muhammad

Keluarga Nabi

Muhammad

Kisah Nabi Adam

Kisah Nabi Nuh

Kisah Nabi Musa

Kisah Nabi Ibrahim

8. Muatan Lokal Crafting

Painting

Archery

Crafting

Painting

Archery

Page 68: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

53

Tabel 4.7

Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Kids Tahun Ajaran 2018/201911

No. Jenis

Pembelajaran

Materi

Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5

1. Pembelajaran

Tilawati

Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5

2. Praktek Ibadah Berwud

hu

Shalat

Adzan dan

Iqomah

Shalat

berjamaah

Shalat

tarawih

Shalat

Idul

Fitri

Tayamu

m

Shalat

dhuha

Shalat

tahajud

Shalat

Jumat

Shalat

rawatib

3. Hafalan Doa

Harian Doa

mau

tidur

Doa

bangun

tidur

Doa

sebelum

makan

Doa

setelah

makan

Doa

kedua

orang

tua

Doa

belajar

Doa masuk

WC

Doa keluar

WC

Doa masuk

masjid

Doa keluar

masjid

Doa

bercerm

in

Doa

keluar

rumah

Doa

memak

ai

pakaian

Doa

melepas

pakaian

Doa

naik

kendara

an

Doa

selesai

adzan

Doa

ketika

sakit

Doa

menjeng

uk orang

sakit

Doa

kebaika

n dunia

akhirat

Niat

puasa

Doa

berbuka

puasa

4. Hafalan

Bacaan Ibadah Niat

wudhu

Doa

setelah

Niat shalat

Bacaan

ruku’

Bacaan

Bacaan

duduk

di

antara

dua

Bacaan

tahiyat

awal

Bacaan

tahiyat

Zikir

dan doa

setelah

shalat

Niat

11 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro

Page 69: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

54

wudhu

Niat

shalat

sujud

Bacaan

i’tidal

sujud akhir

Bacaan

salam

mandi

6. Hafalan Surat

Pendek Surat

An-Nas

Surat Al-

Falaq

Surat Al-

Ikhlas

Surat Al-

Lahab

Surat An-

Nashr

Surat Al-

Kafirun

Surat Al-

Kautsar

Surat Al-

Ma’un

Surat

Quraisy

Surat

Al-Fiil

Surat

Al-

Humaza

h

Surat

Al-‘Asr

Surat

At-

Takatsu

r

Surat Al-

Qoriah

Surat Al-

‘Adiyat

Surat Al-

Zalzalah

Surat Al-

Bayinah

Surat Al-

Qadr

Surat

Al-

‘Alaq

Surat

At-Tin

Surat

Al-

Insyirah

Surat

Adh-

Dhuha

7. Menulis Mencont

oh

penulisa

n huruf

dan

angka

Arab

Mewarn

ai

kaligrafi

sederhan

a

Mencontoh

penulisan

huruf dan

angka

Arab

Mewarnai

kaligrafi

sederhana

Meneba

lkan

huruf

Arab

sambun

g

Menya

mbung

huruf

Arab

Mewarn

ai

kaligraf

i

sederha

na

Imla’

(dikte

tulisan

Arab

sambung

)

Menulis

ayat

Menulis

hadis

8. Akidah Akhlak Mengena

l Allah

Mengena

l ciptaan

Allah

Rukun

Islam

Mengenal

25 Nabi

Mengenal

12 bulan

Hijriah

Rukun

Iman

Pelaksanaa

Asmaul

husna

10

malaika

t dan

tugasny

a

Sifat-

sifat

Allah

Mengena

l kitab-

kitab

Allah

Hari

kiamat

Makana

n halal

dan

haram

Adab

kepada

orang

tua dan

guru

Page 70: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

55

n Haji

9. Kisah Nabi

dan Sahabat Kisah

Nabi

Adam

Kisah

Nabi

Ibrahim

Kisah

Nabi

Musa

Kisah

Nabi

Yunus

Kisah Nabi

Ismail

Kisah Nabi

Sholeh

Kisah Nabi

Muhamma

d

Kisah Nabi

Nuh

Kisah

Nabi

Musa

Kisah

Nabi Isa

Kisah

Nabi

Luth

Kisah

Nabi

Yusuf

Kisah

Abu

Bakar

Kisah

Umar bin

Khattab

Kisah

Utsman

bin

‘Affan

Kisah

Ali bin

Abi

Thalib

Kisah

keajaiba

n

bersede

kah

Kisah

Uwais

Al-

Qorni

10. Muatan Lokal Crafting

Painting

Archery

Crafting

Painting

Archery

Crafting

Painting

Archery

Crafting

Painting

Archery

Crafting

Painting

Archery

Dari Silabus Pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa TPA

ALIF School Bintaro telah menetapkan kurikulum dengan baik. Materi-

materi pembelajarannya sudah mencakup seluruh materi Pendidikan

Agama Islam yang harus diberikan untuk anak usia dini, meskipun untuk

teknik penyusunannya masih belum mengikuti standar pembuatan silabus

yang telah ditetapkan Pemerintah. Silabus Pembelajaran tersebut hanya

berisi target materi yang harus disampaikan guru selama satu semester

tanpa mencantumkan indikator, bentuk penilaian, alokasi waktu dan

sumber belajar. TPA ALIF School pun tidak mewajibkan setiap gurunya

untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), baik harian

maupun semester. TPA ALIF School hanya menetapkan kurikulum

sebagai pedoman pembelajaran dan gurulah yang harus berpikir kreatif

dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran tersebut mulai dari

Page 71: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

56

membuat perencanaan, pemberian materi, penggunaan metode dan media

pembelajaran, serta pemilihan sumber belajar.

Penerapan pendekatan Fun Learning di TPA ALIF School Bintaro

mengacu pada materi yang akan disampaikan. Dari materi tersebut

kemudian ditentukan metode dan media pembelajaran yang sesuai untuk

penyampaiannya. Setiap guru dibebaskan untuk menggunakan metode dan

media pembelajaran apapun. Hal tersebut bertujuan untuk melatih

kreatifitas guru serta mencegah anak bosan dengan penggunaan metode

dan media pembelajaran yang monoton.12

Setelah 6 bulan, Bagian Akademik dan Management TPA ALIF

School akan melakukan peninjauan dan evaluasi pada silabus

pembelajaran bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi murid, sehingga

materi-materi pembalajarannya akan terus disesuaikan dan dapat

ditambahkan sesuai kebutuhan.13

2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran kelas di TPA ALIF School Bintaro

berlangsung selama 120 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut.

Tabel 4.8

Pembagian Waktu Pembelajaran di Kelas14

No. Kegiatan Waktu

1. Kegiatan pembuka 10 menit

2. Kegiatan inti 100 menit

3. Kegiatan penutup 10 menit

12 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 13 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 14 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro

Page 72: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

57

a. Kegiatan Pembuka

Kegiatan pembuka terdiri dari pengkondisian kelas dan murid,

kegiatan apersepsi, pemberian motivasi, hingga membaca doa sebelum

belajar. TPA ALIF School memiliki 3 ruang belajar yang ketiganya

selalu disiapkan dengan baik oleh guru sebelum mulai belajar, mulai

dari kebersihannya hingga kelengkapan perlengkapan yang akan

digunakan di dalam kelas. Ketika sudah masuk waktunya belajar,

siswa dipersilahkan masuk ke dalam kelasnya masing-masing yang

sudah ditetapkan. Satu kelas terdiri dari maksimal 9 orang siswa

dengan 2 orang guru.15

Adapun hasil observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembuka

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.9

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pembuka

Pembelajaran

Jumlah Guru = 6 Orang

No. Indikator

Klasifikasi

Selalu Sering Kadang

-kadang

Jarang Tidak

Pernah

1. Guru melakukan

pengkondisian kelas 6 - - - -

2. Guru melakukan

apersepsi 6 - - - -

3. Guru memberikan

motivasi kepada

siswa

6 - - - -

Jumlah 18 - - - -

% 100% - - - -

15 Hasil Observasi kelas pagi (Toddler) pada hari Senin, 6 Agustus 2018

Page 73: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

58

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua guru selalu

melakukan rangkaian kegiatan pembuka mulai dari pengkondisian

kelas, apersepsi dan pemberian motivasi dengan sangat baik. Mula-

mula guru memberikan motivasi dengan bertanya kepada siswa

mengenai kegiatan sehari-hari yang dilanjutkan dengan pemberian

nasehat. Kemudian guru mengajak siswanya bernyanyi sambil

mengkondisikan mereka untuk siap belajar. Nyanyiannya adalah

sebagai berikut.

Ada anak sholeh, duduknya yang rapi

Tangannya dilipat, tidak bercanda lagi

Bila aku berdoa kuangkat tanganku

Dengan suara lembut tidak berteriak

Berdoa sungguh-sungguh agar dikabulkan

Semua permohonan hamba yang beriman

Pengkondisian siswa dalam kegiatan pembuka pembelajaran di

kelas sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 4.1

Guru Sedang Mengkondisikan Siswa dengan Bernyanyi

Setelah bernyanyi, guru akan mengajak siswa untuk berdoa

sebelum belajar dengan ajakan yang menyenangkan.

Page 74: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

59

Guru : “Attention!”

Siswa : “Ready!”

Bersama-sama :“Tangan diangkat, kepala tundukkan, kita

berdoa.”

نالرحيم مهللاالرح بس

ال عظ الل ت غ فر مي اس

هد أنم وأش لإلهإلهللا هد أن هللادارمأش س و ل

مدم الله مصل علىسيدانم مدوعلىآلسيدان

ابلل رابرضي ت

وابلس لمدي نا

وب حمدنبياورس و ل

زد نعل ما، ما رب وار ز ق ن ف ه

Oh Allah, increase my knowledge and improve my understanding

Ya Allah, tambahkanlah ilmuku dan tingkatkanlah kecerdasanku

Amin.

Setelah berdoa, guru melakukan apersepi dengan menyebutkan

apa yang akan dipelajari hari ini beserta tujuannya. Apersepsi tersebut

disampaikan dengan melakukan komunikasi yang menyenangkan

dengan siswa.16

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti terdiri dari praktek ibadah, pembelajaran membaca

Al-Qur’an, hafalan doa sehari-hari dan surat-surat pendek, serta

pemberian materi Pendidikan Agama Islam yang lain. Terdapat 12

16 Hasil Observasi kelas pagi (Toddler) pada hari Sabtu, 1 September 2018

Page 75: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

60

indikator yang diamati oleh peneliti dalam kegiatan inti mencakup

penggunaan metode dan media pembelajaran, gaya mengajar guru,

serta kemampuan guru dalam menciptakan interaksi yang edukatif.

Berikut adalah hasil observasi terhadap kegiatan inti pembelajaran.

Tabel 4.10

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Inti Pembelajaran

No. Indikator

Klasifikasi

Selalu Sering Kadang

-kadang

Jarang Tidak

Pernah

1. Penyampaian materi

Pendidikan Agama

Islam bervariasi dan

menimbulkan rasa

senang siswa

6 - - - -

2. Metode yang digunakan

bervariasi dan

menimbulkan rasa

senang siswa

6 - - - -

3. Guru menggunakan

metode bermain - 6 - - -

4. Guru menggunakan

metode bercerita - 6 - - -

5. Guru menggunakan

metode bernyanyi 6 - - - -

6. Guru menggunakan

metode demonstrasi 6 - - - -

7. Guru menggunakan

metode karya wisata - - 6 - -

8. Media yang digunakan

bervariasi dan

menimbulkan rasa

senang siswa

6 - - - -

9. Gaya mengajar guru

menyenangkan 6 - - - -

10. Guru menciptakan

interaksi edukatif yang 6 - - - -

Page 76: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

61

efektif dan efisien

dengan siswa

11. Guru menciptakan

interaksi edukatif yang

efektif dan efisien antar

siswa

2 4 - - -

12. Guru menciptakan

interaksi edukatif yang

efektif dan efisien antara

siswa dengan

lingkungan sosial

- 6 - - -

Jumlah 44 22 6

% 61,1% 30,6% 8,3%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase guru melakukan

seluruh rangkaian kegiatan inti adalah 61,1%. Persentase tersebut

menunjukkan bahwa guru sudah melakukan keseluruhan kegiatan inti

dengan baik. Salah satu kegiatan yang selalu dilakukan oleh semua guru

adalah menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam dengan bervariasi

dan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa.

Materi yang disampaikan di TPA ALIF School tidak hanya pembelajaran

membaca Al-Qur’an saja, melainkan mencakup materi Pendidikan Agama

Islam yang lain seperti praktek ibadah, kisah-kisah dalam Al-Qur’an,

materi keimanan dan fikih, dan lain sebagainya.17

Praktek ibadah yang selalu dilakukan di setiap pembelajaran adalah

praktek shalat berjamaah. Praktek shalat ini dilaksanakan sesuai dengan

waktu shalat ketika kelas sedang berjalan. Untuk kelas pagi shalat yang

dilaksanakan adalah shalat Dhuha, untuk kelas siang adalah shalat Zuhur

dan untuk kelas sore adalah shalat Asar. Kelas pagi dan siang

melaksanakan praktek shalat di awal pembelajaran sebelum masuk ke

dalam kelas. Sedangkan untuk kelas sore, praktek shalat dilaksanakan 30

menit sebelum kelas berakhir.

17 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 77: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

62

Praktek shalat berjamaah diawali dengan praktek berwudhu. Mula-

mula guru akan memandu siswa untuk membuat lingkaran dan menyanyi

bersama. Kemudian guru akan mengajarkan tahapan-tahapan untuk

berwudhu melalui tepuk wudhu.

Tepuk Wudhu

Baca bismilah sambil cuci tangan

Kumur-kumur basuh hidung basuh muka

Basuh tangan sampai siku

Kepala dan telinga

Terakhir basuh kaki lalu doa

Setelah melakukan tepuk wudhu, guru memandu siswa untuk

membaca niat wudhu bersama. Kemudian guru meminta siswa berbaris

dan mengantri untuk berwudhu di tempat wudhu. Setelah itu para siswa

dibantu untuk memakai perlengkapan shalatnya dan diarahkan untuk

merapikan barisan shalatnya. Yang menjadi imam dalam praktek shalat

adalah salah satu guru laki-laki. Untuk kelas Toddler, imam akan

mengeraskan semua bacaan shalatnya agar dapat didengar dan diikuti

siswa. Namun untuk kelas Kids, imam akan melaksanakan shalat yang

sesungguhnya sehingga bacaan-bacaan shalatnya tidak lagi dikeraskan.

Kegiatan shalat berjamaah siswa dan guru sebagaimana tertera pada

gambar berikut.

Gambar 4.2

Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Praktek Shalat Berjamaah

Page 78: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

63

Kegiatan shalat berjamaah diakhiri dengan zikir dan membaca doa

setelah shalat bersama, lalu dilanjutkan dengan kegiatan murojaah.

Murojaah adalah kegiatan membaca surat-surat pendek bersama untuk

mengingat kembali surat yang telah dihafal ataupun untuk mempermudah

menghafalkan surat yang baru. Surat yang dibaca ketika murojaah adalah

surat An-Nas sampai Al-Fil.18 Berikut adalah gambar siswa dan guru yang

sedang melakukan kegiatan murojaah bersama.

Gambar 4.3

Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Murojaah Hafalan Surat

Setelah murojaah, siswa dipersilahkan masuk ke dalam kelas

masing-masing. Kemudian guru mulai menjelaskan materi Pendidikan

Agama Islam yang akan dipelajari hari ini dengan cara-cara yang disukai

oleh anak-anak. Sebagaimana yang tertulis pada hasil observasi di atas,

pada indikator pengunaan metode pembelajaran (indikator 2-7)

menunjukkan bahwa guru tidak selalu menggunakan metode yang sama

secara monoton. Hal tersebut dilakukan karena guru menyesuaikan metode

pembelajaran dengan materi yang disampaikan.19 Berikut adalah

penjelasan mengenai metode yang digunakan TPA ALIF School.

18 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018

19 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 79: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

64

1) Metode bernyanyi

Metode ini adalah metode yang selalu digunakan semua guru

dalam pembelajaran sebagaimana yang tertulis pada hasil observasi

indikator ke-5. Untuk kelas Toddler, di awal pemberian materi guru

akan meminta siswa untuk bernyanyi menyebutkan huruf-huruf

hijaiyah. Selain itu, beberapa materi lain juga disampaikan melalui

nyanyian seperti rukun iman, rukun Islam, mengenal keluarga-keluarga

Nabi Muhammad, dan lain sebagainya. Lagu-lagu tersebut diambil

melalui Youtube yang sebelumnya sudah dipilih dan diperiksa oleh

Bagian Akademik TPA ALIF School. 20

2) Metode bermain

Selain dengan bernyanyi, penyampaian materi juga disampaikan

melalu permainan-permainan yang diciptakan oleh guru. Berdasarkan

hasil observasi indikator ke-3, metode ini tidak selalu dilakukan dalam

pembelajaran karena tidak semua materi dapat disampaikan melalui

permainan. Untuk kelas Toddler, materi yang disampaikan ketika

bermain adalah pengenalan huruf hijaiyah atau doa-doa sehari. Namun

untuk kelas Kids, materi yang disampaikan melalui permainan bisa

lebih meluas seperti mengenal kisah-kisah Nabi melalui permainan

ular tangga atau monopoli, cerdas cermat, tebak-tebakan dan lain

sebagainya.21 Di bawah ini merupakan salah satu contoh permainan

yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu ular tangga.

20 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018 21 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018

Page 80: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

65

Gambar 4.4

Siswa Sedang Bermain Ular Tangga dalam Mempelajari Kisah Nabi Musa

3) Metode bercerita

Seperti metode bermain, menurut hasil observasi indikator ke-4

diketahui bahwa metode bercerita juga tidak selalu diterapkan oleh

guru karena harus menyesuaikan dengan materi yang diberikan.

Metode bercerita digunakan untuk menceritakan kisah hikmah dari

para Nabi, sahabat, ataupun kisah-kisah lain dalam Al-Qur’an.22 Dalam

bercerita guru menggunakan media yang dapat menarik perhatian

siswa seperti boneka tangan, buku cerita, atau gambar-gambar. Selain

itu guru juga dapat meminta siswa untuk menonton video atau film

pendek yang ditayangkan guru di laptop ataupun kelas multimedia.

Setelah siswa selesai menonton guru akan menjelaskan kembali

kandungan yang terdapat dalam video tersebut, nilai-nilai yang

terkandung didalamnya, apa yang boleh dan tidak boleh ditiru, dan lain

sebagainya.23

4) Metode demonstrasi

Berdasarkan hasil observasi di indikator ke-6 dapat diketahui

bahwa metode demonstrasi juga merupakan metode yang selalu

digunakan oleh semua guru. Metode ini diterapkan pada materi yang

berupa praktek ibadah seperti berwudhu, shalat berjamaah, shalat-

22 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 23 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018

Page 81: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

66

shalat sunnah seperti shalat idul fitri, adzan dan iqomah, dan lain-lain.

Guru akan mencontohkan di depan siswa terlebih dahulu kemudian

guru meminta siswa untuk menirukan apa yang dilakukan guru.24

5) Metode karya wisata

Pada hasil observasi indikator ke-7 diketahui bahwa metode

karya wisata adalah metode yang jarang dilakukan karena metode ini

dilakukan menurut jangka waktu tertentu. TPA ALIF School Bintaro

menggunakan metode karya wisata pada program pembelajaran

tambahan yang dilaksanakan per 3 bulan, per 6 bulan dan per tahun.

Program-program tersebut ditujukan untuk menambah pengalaman

siswa dan menjadikan lingkungan luar sekolah sebagai lingkungan

belajar siswa. Di antara programnya yaitu ALIF Fieldtrip (ALIF Goes

to Mosque). Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan masjid kepada

siswa dan memberikan mereka pengalaman mengikuti shalat

berjamaah di masjid. Selain itu TPA ALIF School juga memiliki

program Islamic Camp untuk kelas Kids di akhir tahun dan Sanlat

(pesantren kilat) yang diadakan setiap bulan Ramadhan.25 Salah satu

kegiatan dalam Sanlat adalah latihan memanah (archery) sebagaimana

yang terlihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5

Pelatihan Memanah (Archery) untuk Siswa pada Kegiatan Sanlat ALIF

24 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018 25 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 82: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

67

Dari pemaparan mengenai metode-metode yang digunakan dan

hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa TPA ALIF School

sering menggunakan kombinasi dari beberapa metode dalam

menciptakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang

menyenangkan. Metode yang sering dikombinasikan antara lain

metode bernyanyi dengan demonstrasi dan bercerita atau metode

bernyanyi dengan demonstrasi dan bermain. Untuk metode karya

wisata hanya dapat digunakan ketika TPA ALIF School mengadakan

program pembelajaran tambahan yang telah disebutkan di atas.

Selain penggunaan metode pembelajaran yang variatif, semua

guru juga selalu menggunakan media pembelajaran yang menarik dan

menyenangkan untuk siswa sebagaimana yang tertulis dalam hasil

observasi indikator ke-8. Media pembelajaran yang digunakan guru

antara lain flashcard hijaiyah dengan gambar binatang, balok-balok

hijaiyah, puzzle, boneka-boneka tangan, dan lain sebagainya. Guru

juga menggunakan media video untuk menayangkan kisah-kisah Nabi,

papan tulis, dan peraga dari Tilawati untuk pembelajaran membaca Al-

Qur’an. Penggunaan media tersebut menyesuaikan dengan materi

pembelajaran dan tema yang ditentukan oleh Bagian Akademik.26

Berikut adalah gambar penggunaan salah satu media yang menarik

dalam pembelajaran untuk anak usia dini yaitu flashcard.

26 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 83: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

68

Gambar 4.6

Guru Menggunakan Flashcard yang Menarik untuk Mengajarkan Huruf

Hijaiyah

Setelah memberikan materi Pendidikan Agama Islam, guru

memulai pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Tilawati.

Pembelajaran ini diawali dengan membaca peraga bersama yang

dipandu oleh guru. Setelah membaca peraga, pembelajaran dilanjutkan

secara intensive yaitu guru mengajarkan siswa secara satu per satu.

Untuk menunggu giliran siswa yang sedang mengaji, guru akan

menyediakan fun learning activity yang dapat dikerjakan siswa.

Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa mewarnai, melukis, ataupun

membuat art and craft berkaitan dengan materi yang disampaikan pada

hari itu. Kegiatan fun learning activity ini dibimbing oleh salah satu

guru yang lain.

Berdasarkan hasil observasi pada indikator ke-9 dapat diketahui

bahwa semua guru TPA ALIF School memiliki gaya mengajar yang

menyenangkan. Gaya mengajar yang menyenangkan tersebut

ditunjukkan dengan kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan

siswa, kemampuan guru untuk menyampaikan materi sehingga dapat

dipahami siswa, serta kemampuan guru untuk memvariasikan

Page 84: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

69

penggunaan metode dan media pembelajaran. Semua guru juga selalu

menciptakan interaksi edukatif dengan siswa sebagaimana yang

ditunjukkan oleh hasil observasi indikator ke-10. Interaksi yang

diciptakan berupa tanya-jawab dengan murid baik sebelum maupun

selama pembelajaran berlangsung. Guru TPA ALIF School diharuskan

untuk memposisikan dirinya sejajar dengan murid. Sejajar yang

dimaksud adalah sebagai orang yang dekat dan hangat dengan anak

sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan karena guru dan

siswa terasa akrab. Namun disaat yang bersamaan siswa juga harus

paham dengan posisinya sehingga siswa harus mendengarkan dan

melakukan apa yang diperintahkan guru. Hal tersebut dapat

diwujudkan dengan membangun komunikasi yang baik dengan

siswa.27

Berdasarkan hasil observasi indikator ke-11 dapat diketahui

bahwa 2 dari 6 orang guru kelas selalu menciptakan interaksi edukatif

antar siswa dan 4 orang lainnya melakukannya dengan sering. Interaksi

antar siswa diciptakan melalui kerja sama tim dalam membuat crafting

ataupun membentuk grup ketika bermain sehingga siswa dapat lebih

mudah bersosialisasi dengan temannya. Kemudian hasil observasi

indikator ke-12 menunjukkan bahwa semua guru sering kali

menciptakan interaksi siswa dengan lingkungan sosialnya. Interaksi

yang diciptakan hanya berupa pemberian nasehat dan contoh untuk

bersikap yang baik agar dapat ditiru siswa di lingkungan luar

sekolahnya seperti mengucapkan salam kepada orang lain, bagaimana

menghormati orang yang lebih tua, bagaimana bersalaman yang baik,

dan lain sebagainya.28 Di bawah ini merupakan gambar dari salah satu

kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya.

27 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 28 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 85: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

70

Gambar 4.7

Siswa Sedang Bekerja Sama dalam Membuat Crafting

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan melakukan evaluasi,

refleksi dan memberikan tindak lanjut dari materi yang telah

disampaikan hari itu. Adapun hasil observasi terhadap kegiatan

penutup pembelajaran adalah sebagai berikut.

Tabel 4.11

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Penutup

Pembelajaran

Jumlah Guru = 6 Orang

No. Indikator

Klasifikasi

Selalu Sering Kadang-

kadang

Jarang Tidak

Pernah

1. Guru melakukan

kegiatan refleksi 3 2 1 - -

2. Guru menjelaskan

kegiatan tindak

lanjut dari

pembelajaran

- 6 - - -

Jumlah 3 8 1 - -

Page 86: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

71

% 25% 66,7% 8,3%

Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa guru telah

melakukan kegiatan penutup dengan cukup baik. Indikator ke-1

menunjukkan bahwa 3 orang guru selalu melakukan kegiatan refleksi

di akhir pembelajaran sedangkan 3 orang selebihnya hanya

melakukannya dengan sering atau kadang-kadang. Refleksi

dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana

atau juga berupa kuis dan permainan agar membangkitkan semangat

siswa untuk menjawab. Setelah itu pada indiator ke-2 dapat diketahui

bahwa semua guru sering memberikan tindak lanjut pembelajaran.

Untuk kelas Toddler tindak lanjut yang dapat diberikan berupa nasihat

atau pesan yang harus siswa lakukan di rumah yang diambil dari

pembelajaran pada hari itu. Namun untuk kelas Kids tindak lanjut yang

diberikan dapat berupa pekerjaan rumah atau tugas yang harus

dikerjakan siswa.29

Setelah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, pembelajaran

ditutup dengan membaca doa bersama yaitu surat Al-‘Asr dan

bernyanyi.

اللقاءإل , إلاللقاء

Sampai berjumpa lagi

اللقاءإل , إلاللقاء

Sampai berjumpa lagi

Kita berjumpa karena Allah

Kita berpisah karena Allah

Kita berjumpa karena Allah

Kita berpisah karena Allah

29 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 87: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

72

Di bawah ini merupakan gambar siswa bernyanyi bersama dalam

kegiatan penutup pembelajaran.

Gambar 4.8

Guru dan Siswa Menyanyi Bersama Sebelum Pulang

Guru kemudian mengucapkan salam yang dijawab oleh siswa,

dan membimbing siswa untuk bersalaman kepada guru.

3. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran

TPA ALIF School Bintaro melaksanakan dua macam evaluasi

pembelajaran, yakni evaluasi harian dan evaluasi per semester. Berikut

adalah hasil observasi dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran.

Tabel 4.12

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi

Pembelajaran

Jumlah Guru = 6 Orang

No. Indikator

Klasifikasi

Selalu Sering Kadang

-kadang

Jarang Tidak

Pernah

18. Guru melaksanakan

evaluasi

pembelajaran

6 - - - -

Page 88: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

73

Jumlah 6 - - - -

% 100%

Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa semua guru

selalu melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan sangat baik.

Terdapat dua macam evaluasi di TPA ALIF School Bintaro, yaitu

evaluasi harian dan evaluasi semester. Evaluasi harian dilaksanakan

setelah pembelajaran dengan mencatat hasil pembelajaran dan

perkembangan anak di buku student report. Buku tersebut juga berfungsi

sebagai buku penghubung antara orang tua dan guru. Di dalam buku

tersebut guru akan mencatat materi apa yang sudah anak pelajari dan

kuasai, serta materi apa yang harus anak ulang di rumah. Selain di dalam

buku student report, guru juga memiliki catatan-catatan pribadi

mengenai perkembangan dan kemampuan anak.30 Berikut adalah gambar

buku student report siswa.

Gambar 4.9

Catatan Evaluasi Harian Siswa dalam Buku Student Report

30 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 89: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

74

Evaluasi yang kedua yakni evaluasi per semester. Evaluasi ini

biasanya diadakan selama satu minggu penuh sehingga minggu evaluasi

ini disebut dengan evaluation week. Evaluasi ini berfungsi untuk

mengetahui perkembangan dan pembelajaran anak setelah 6 bulan

berjalan. Bentuk evaluasi ini seperti ujian lisan namun tetap berjalan

dengan santai dan menyenangkan sehingga anak tetap merasa senang

dan tidak takut menghadapi ujian. Setelah melakukan evaluasi, orang tua

akan menerima hasil berupa rapor seperti sekolah-sekolah pada

umumnya. Rapor tersebut berisi penggabungan penilaian hasil evaluasi

semester, catatan dari buku student report siswa dan catatan pribadi

guru. Karena evaluasi ini diadakan per semester, maka dalam 1 tahun

pembelajaran orang tua akan menerima 2 rapor anak.31 Berikut adalah

gambar rapor yang diterima siswa per semester.

Gambar 4.10

Rapor Semester Siswa

31 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 90: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

75

4. Lingkungan Belajar

TPA ALIF School Bintaro menyediakan fasilitas-fasilitas yang

mendukung pembelajaran menyenangkan untuk siswa. Berikut adalah

hasil observasi terhadap penggunaan lingkungan belajar.

Tabel 4.13

Rekapitulasi Data Hasil Observasi Terhadap Lingkungan Belajar

Jumlah Guru = 6 Orang

No. Indikator

Klasifikasi

Selalu Sering Kadang

-kadang

Jarang Tidak

Pernah

1. Guru menjadikan

lingkungan sekolah

sebagai sumber

belajar

- 6 - - -

2. Guru menggunakan

sarana dan prasarana

yang tersedia untuk

mendukung

pelaksanaan

pembelajaran fun

learning

- 6 - - -

Total - 12 - - -

% - 100% - - -

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru telah menggunakan

lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan baik. Hal tersebut

dikarenakan TPA ALIF School Bintaro menyediakan fasilitas yang dapat

digunakan sebagai sumber belajar yang menyenangkan, seperti buku-buku

bacaan anak, tempat wudhu dan shalat yang aman dan nyaman, dan

halaman yang disertai tempat bermain anak dan tempat latihan memanah

(archery). Namun untuk buku-buku bacaan anak jumlahnya belum cukup

banyak dan bervariasi sehingga penggunaannya pun belum maksimal.

Page 91: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

76

TPA ALIF School juga menyediakan sarana dan prasarana yang modern,

aman dan nyaman untuk siswa belajar seperti kelas yang dilengkapi mural-

mural menarik, meja dan bantal duduk untuk siswa, serta aksesoris kelas

yang menarik lainnya. Guru juga sering kali menggunakan panggung kecil

yang disediakan untuk pembelajaran dan berfoto bersama di akhir

pembelajaran. Sarana dan prasarana yang ramah anak tersebut dapat

mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.32

C. Pembahasan

Berdasarkan data-data yang telah diinterpretasikan di atas dapat

diketahui bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan

Fun Learning untuk anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro telah

terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi langsung

dan wawancara terhadap guru yang sebagian besar sudah cukup baik dalam

melaksanakan rentetan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam

menggunakan prinsip-prinsip Fun Learning dan pendidikan untuk anak usia

dini.

Dari hasil wawancara dengan salah satu guru kelas diketahui bahwa

pelaksanaan perancanaan pembelajaran oleh guru di TPA ALIF School

Bintaro belum terlaksana dengan baik. Guru-guru TPA ALIF School Bintaro

tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar

karena penggunaannya yang dirasa kurang efektif. Guru hanya diberikan

acuan berupa kurikulum yang berisi materi-materi yang harus disampaikan

selama satu semester pembelajaran. Sedangkan untuk penggunaan metode dan

media pembelajarannya dapat ditentukan sendiri oleh guru dengan

memperhatikan materi yang akan mereka berikan. Penetapan hal tersebut

sudah baik dengan tujuan agar anak tidak mudah bosan dengan media dan

metode pembelajaran yang monoton serta menyesuaikan gaya belajar anak.

Namun dengan tidak adanya RPP, guru tidak memiliki acuan secara pasti

32 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018

Page 92: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

77

mengenai tujuan pembelajaran yang harus dicapai setiap harinya, sumber

belajar, hingga teknik evaluasi yang digunakan untuk tiap materinya.

Sejalan dengan hasil wawancara peneliti kepada kepala sekolah dan

salah satu guru kelas, hasil pengumpulan data melalui dokumentasi

menujukkan bahwa TPA ALIF School Bintaro telah menetapkan kurikulum

pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan materi-materi

Pendidikan Agama Islam di dalamnya yang sesuai dengan kurikulum

Pendidikan Agama Islam Raudhatul Athfal yang ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Pendidikan Islam. Materi-materi tersebut pun disampaikan sesuai

porsi anak dan dengan cara yang mudah dimengerti.

Menurut data hasil wawancara kepada kepala sekolah dan guru serta

hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa sebagian besar

guru telah melakukan tahapan proses pembelajaran secara baik dengan

menggunakan prinsip-prinsip dalam pendekatan Fun Learning. TPA ALIF

School menerapkan lingkungan belajar yang interaktif dengan membangun

susasana belajar yang menyenangkan untuk anak melalui kegiatan-kegiatan

pembelajarannya, variasi penggunaan metode dan media pembelajaran, serta

keterlibatan antara guru dan murid. Hal tersebut sesuai dengan apa yang

dikatakan Charsky dalam jurnal Dayang Rohaya dkk.33 Dari hasil observasi

pula dapat diketahui bahwa guru-guru TPA ALIF School Bintaro telah

menerapkan pembelajaran menyenangkan sesuai dengan kriteria yang

ditetapkan Remiswal dan Rezki Amelia, yaitu menciptakan komunikasi atau

interaksi yang edukatif antara guru dengan murid atau antar murid,

menggunakan komponen pembelajaran yang menciptakan rasa senang siswa,

serta memberikan motivasi kepada siswa.34 Namun penggunaan lingkungan

sekolah dan sarana prasarana sebagai sumber belajar belum maksimal. Salah

satunya seperti kurangnya penggunaan buku-buku bacaan yang disediakan

33 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman., Loc.cit. 34 Remiswal dan Rezki Amelia, Loc.cit.

Page 93: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

78

karena pilihan bukunya yang masih terbatas sehingga sulit untuk digunakan

sebagai sumber belajar.

Perkembangan jiwa keagamaan anak-anak usia dini masih berada pada

tahapan dongeng atau Fairy Tale Stage di mana pemahaman anak mengenai

agama akan lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan perasaan. Hal

tersebut sesuai dengan karakteristik berpikir anak usia dini yang imajinatif,

berpikir konkret, dan realisme seperti yang dikatakan oleh Semiawan yang

dikutip oleh Riana Mashar.35 Untuk menyikapi hal tersebut, guru dianjurkan

untuk memiliki kemampuan mengajar dan komunikasi yang baik kepada anak.

Guru-guru kelas TPA ALIF School Bintaro melakukan hal tersebut dengan

baik yang ditunjukkan dengan hasil observasi yang dilakukan terhadap

pembelajaran di kelas. Guru-guru menjelaskan materi Pendidikan Agama

Islam dengan gaya mengajar yang menyenangkan. Mereka berkomunikasi

dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak, mengajukan

pertanyaan yang menambah rasa keingintahuan anak, serta menggunakan

media dan metode pembelajaran yang menarik sehingga materi yang

disampaikan dapat dipahami dan diterima anak dengan mudah.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru dan observasi diketahui

bahwa pembelajaran kelas TPA ALIF School Bintaro diampu oleh dua orang

guru dengan maksimal 9 orang murid. Dua orang guru tersebut merupakan

wali kelas dan guru pendamping. Guru pendamping berfungsi untuk

membantu wali kelas mengawasi murid ketika pembelajaran berlangsung. Hal

tersebut tepat dilakukan karena anak usia dini memiliki karakteristik yang

unik. Mereka senang bermain, bercanda, bahkan berlari karena mereka juga

senang bergerak sebagaimana yang dikatakan oleh Ihsana El-Khuluqo.36

Untuk itu mereka butuh pengawasan guru selama pembelajaran berlangsung

agar kelas tetap berjalan kondusif. Guru pendamping juga berfungsi untuk

35 Riana Mashar, Loc.cit. 36 Ihsana El-Khuluqo, Loc.cit.

Page 94: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

79

mendampingi siswa ketika melakukan fun learning activity ketika menunggu

giliran mengaji.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru

menggunakan beberapa metode pembelajaran untuk mendukung pembelajaran

Pendidikan Agama Islam yang menyenangkan. Metode-metode tersebut antara

lain metode bernyanyi, bercerita, demonstrasi, bermain dan karya wisata.

Metode bernyanyi merupakan salah satu metode yang selalu digunakan guru

dalam penyampaian materi karena bernyanyi merupakan salah satu kegiatan

yang sangat disukai anak. Selain itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Novan

Ardy dan Barnawi, dengan nyanyian anak-anak akan lebih mudah menerima

dan menyerap materi yang disampaikan.37 Selain bernyanyi, metode yang

selalu digunakan adalah demonstrasi. Materi yang disampaikan dengan

metode demonstrasi antara lain materi yang berhubungan dengan praktik

seperti shalat, wudhu, dan ibadah lainnya. Menurut Mukhtar Latif,

penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat melatih koordinasi

tubuh atau gerakan-gerakan motorik kasar pada anak.38

Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru kelas diketahui bahwa

guru selalu melakukan kegiatan refleksi di akhir pembelajaran. Namun setelah

melakukan observasi, peneliti menemukan bahwa tidak semua guru selalu

melakukan kegiatan refleksi. Hal tersebut dapat disebabkan karena waktu

yang terbatas atau lupa. Sedangkan untuk pemberian tindak lanjut

pembelajaran hampir selalu dilakukan oleh semua guru sesuai dengan jenjang

kelas siswa. Untuk kelas Toddler tindak lanjut yang diberikan hanya berupa

pesan atau nasihat untuk dilakukan di rumah, sedangkan untuk kelas Kids

berupa tugas atau pekerjaan rumah (PR).

Untuk pelaksanaan evaluasi pembelajaran, sesuai dengan hasil

wawancara kepada Kepala Sekolah dan salah satu perwakilan guru kelas serta

hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa TPA ALIF

37 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 131 38 Mukhtar Latif dkk., Loc.cit.

Page 95: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

80

School Bintaro telah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik. Hal

ini dapat dilihat dari penggunaan dua teknik dalam evaluasi pembelajaran,

yaitu teknik observasi harian yang mana hasilnya dicatat langsung dalam buku

student report siswa di setiap akhir pembelajaran dan teknik ujian di setiap

akhir semester. Ujian tersebut berupa pertanyaan secara lisan dan praktik

untuk ibadah. Materi yang diujikan menyesuaikan dengan apa yang telah

dipelajari anak selama satu semester. Hasil dari ujian tersebut nantinya

dimasukkan ke dalam rapor yang akan dibagikan kepada orang tua siswa.

Hasil ujian tersebut akan menjadi acuan bagi siswa untuk dapat melanjutkan

ke jenjang kelas berikutnya atau masih harus mengulang di jenjang kelas yang

sama.

Menurut pengamatan peneliti, dapat diketahui bahwa sarana dan

prasarana TPA ALIF School sudah baik, namun masih perlu dioptimalkan lagi

dalam beberapa hal seperti penyediaan buku-buku bacaan untuk siswa dan

wali murid. Buku-buku untuk anak sebaiknya ditambah sehingga dapat

digunakan sebagai sumber belajar di kelas. Sedangkan buku-buku bacaan

untuk wali murid sangat berguna agar para orang tua tidak merasa bosan

ketika menunggu anaknya belajar.

Berdasarkan pemaparan mengenai hasil penelitian ini, dapat diketahui

bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun

Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro telah terlaksana

dengan baik, meskipun terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti

pembuatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan refleksi di akhir

pembelajaran serta penyediaan sarana dan prasarana agar pembelajaran dapat

berlangsung secara optimal.

Page 96: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan,

maka implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro

dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini

di TPA ALIF School Bintaro ditetapkan oleh Bagian Akademik.

Perencanaan tersebut berupa kurikulum yang berisi silabus atau materi-

materi pembelajaran yang harus diajarkan guru dalam satu semester pada

tiap jenjang kelas. Dalam silabus tersebut Bagian Akademik tidak

menetapkan metode dan media pembelajaran yang harus digunakan guru

pada tiap materinya. Guru pun tidak diwajibkan untuk membuat Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar.

2. Terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF

School Bintaro, yakni kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan

penutup. Kegiatan pembuka diawali dengan pengkondisian kelas dan

siswa dengan bernyanyi bersama yang dilanjutkan dengan berdoa,

penyampaian tujuan pembelajaran hari ini dan pemberian motivasi

melalui komunikasi yang menyenangkan dengan siswa. Dalam

pelaksanaan kegiatan inti, TPA ALIF School menggunakan metode

pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan seperti metode

bernyanyi, bercerita, bermain, demonstrasi dan karya wisata. Media

pembelajaran yang digunakan pun beragam seperti flashcard bergambar

binatang, balok hijaiyah, puzzle dan lain sebagainya. Kemudian

pembelajaran ditutup dengan melakukan refleksi dari materi yang telah

disampaikan melalui permainan sederhana atau komunikasi yang

menyenangkan.

Page 97: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

82

3. Evaluasi pembelajaran di TPA ALIF School Bintaro dilaksanakan dalam

dua teknik. Teknik pertama yaitu melalui observasi pembelajaran harian

yang hasilnya dicatat dalam buku student report siswa. Teknik kedua

yaitu pelaksanaan ujian di tiap akhir semester secara lisan dan praktik.

Hasil dari ujian tersebut akan dimasukkan ke dalam rapor semester.

B. Implikasi

1. Perbaikan dan pengembangan pembuatan silabus pembelajaran serta

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

2. Pelaksanaan refleksi dalam kegiatan penutup pembelajaran untuk

mengulang pembelajaran atau materi yang telah disampaikan.

3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sebagai sumber dan

lingkungan belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam yang menyenangkan untuk anak usia dini.

C. Saran

Untuk meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan

pendekatan Fun Learning pada anak usia dini penulis menyarankan beberapa

hal berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Disarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung

pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan

Fun Learning.

2. Bagi Guru

Disarankan untuk mengoptimalkan penggunaan lingkungan belajar selain

ruang kelas dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan sebagai

sumber belajar.

3. Bagi Lembaga Pendidikan Islam

Disarankan agar selalu mendukung pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam pada anak usia dini.

Page 98: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

83

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014.

Ali, Mahdi M. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini.

Jurnal Edukasi. 1, 2015.

Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2016.

Borhan, Lihanna. Teaching Islam: A Look Inside An Islamic Preschool in

Malaysia. Contemporary Issues in Early Childhood. 2004, Vol. 5, No. 3

Daradjat, Zakiah dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2008.

Darmawanto, Asep. “Pengembangan Kemampuan Moral dan Agama Anak Usia

Dini”, http://dapatditerima.blogspot.co.id/2016/02/pengembangan-

kemampuan-moral-dan-agama.html, 9 April 2018.

Darmasyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: PT

Bumi Aksara, 2010.

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Keputusan

Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489 Tahun 2016 Tentang

Kurikulum Raudhatul Athfal. Jakarta

Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2007. ,Cet. 29.

El-Khuluqo, Ihsana. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan

Taman Kehidupan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Erdem, Devrim. Kindergarten Teachers’ Views About Outdoor Activities. Journal

of Education and Learning. 2018, Vol. 7, No. 3

Fadlillah, M. dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan

Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana,

2014.

Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Persada, 2013.

Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Terj. dari Developmental Psychology: A Life-Span

Approach oleh Istiwidayanti dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Latif, Mukhtar dkk. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2013.

Page 99: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

84

Listiyowati, Rini. “Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam

Pendidikan Agama Islam: Studi di SDN 01 Banjarejo, Karanganyar,

Pekalongan”, Skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Pekalongan, Pekalongan: 2011. tidak dipublikasikan.

Mar’ah, Mahfudhotul. “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PAUD

IT El-Itqon Desa Mulyadain, Cipari, Cilacap, Skripsi pada Sekolah Tinngi

Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, Purwokerto: 2010. tidak

dipublikasikan.

Mashar, Riana. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2011.

Rambli, Dayang Rohaya Awang, et. al. Fun Learning with AR Alphabet Book for

Preschool Children. Elsevier B.V. 2013.

Remiswal dan Rezki Amelia. Format Pengembangan Strategi PAIKEM dalam

Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Republik Indonesia. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta

Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar. Designing

Playful Learning by Using Educational Board Game for Children In The

Age Range of 7-12: (A Case Study: Recycling and Waste Separation

Education Board Game). International Journal of Environmental and

Science Education. 2016, vol.11, no.12

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikian: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:

Kencana, 2014.

Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2006.

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017.

Sujiono, Yuliono Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT

Indeks Permata Puri Media, 2012

Sukring. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2013.

Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Prenadamedia Group, 2015.

Syah, Muhibbin. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016.

Page 100: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

85

Triantafillia Natsiopoulou, Mimis Souliotis and Argyris G. Kyridis. Narrating and

Reading Folktales and Picture Books: Storytelling Techniques and

Approaches with Preschool Children. Early Childhood Research &

Practice. 2006.

Uliya, Himmatul. “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini:

Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta

Pusat”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

Jakarta: 2014. tidak dipublikasikan.

Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. Format PAUD: Konsep, Karakteristik dan

Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruz Media,

2012.

Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press,

2008.

Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metode, Terj. dari Case Study Research:

Designs and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2008.

Zaini, Ahmad. Metode-metode Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini. Thufula.

2, 2014.

Page 101: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

86

Lampiran 1

PEDOMAN OBSERVASI

ASPEK INDIKATOR

SKOR

KET. Selalu Sering Kadang

-kadang

Pernah Tidak

pernah

Implementasi

pendekatan

fun learning

dalam

pembelajaran

PAI.

Kegiataan

pembukaan

pembelajaran:

1. Guru

melakukan

pengkondi

sian kelas

2. Guru

melakukan

apersepsi

3. Guru

memberika

n motivasi

kepada

siswa

Kegiatan inti

pembelajaran:

4. Penyampai

an materi

Pendidikan

Agama

Islam

bervariasi

dan

menimbulk

an rasa

senang

siswa

5. Metode

yang

digunakan

bervariasi

dan

menimbulk

an rasa

senang

Page 102: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

87

siswa

6. Guru

mengguna

kan

metode

bermain

7. Guru

mengguna

kan

metode

bercerita

8. Guru

mengguna

kan

metode

bernyanyi

9. Guru

mengguna

kan

metode

demonstras

i

10. Guru

mengguna

kan

metode

karya

wisata

11. Media

yang

digunakan

bervariasi

dan

menimbulk

an rasa

senang

siswa

12. Gaya

mengajar

guru

menyenang

kan

13. Guru

menciptaka

Page 103: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

88

n interaksi

edukatif

yang

efektif dan

efisien

dengan

siswa

14. Guru

menciptaka

n interaksi

edukatif

yang

efektif dan

efisien

antar siswa

15. Guru

menciptaka

n interaksi

edukatif

yang

efektif dan

efisien

antara

siswa

dengan

lingkungan

sosial

Kegiatan

penutup

pembelajaran:

16. Guru

melakukan

kegiatan

refleksi

17. Guru

menjelaska

n kegiatan

tindak

lanjut dari

pembelajar

an

Page 104: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

89

Pelaksanaan

evaluasi

pembelajaran

dalam

pembelajaran

PAI dengan

pendekatan

fun learning.

18. Guru

melaksana

kan

evaluasi

pembelajar

an

Lingkungan

belajar yang

mendukung

penerapan

pendekatan

fun learning

dalam

pembelajaran

PAI

19. Guru

menjadika

n

lingkungan

sebagai

sumber

belajar

20. Sarana dan

prasarana

yang

tersedia

mendukun

g

pelaksanaa

n

pembelajar

an fun

learning

Page 105: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

90

Lampiran 2

Rekapitulasi Hasil Observasi

No. Nama Guru

Proses Pembelajaran Evaluasi

Lingk. Belajar

Keg. Pembuka

Kegiatan Inti Keg.

Penutup

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Masmuhah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4

2 Fathul Hadi 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4

3 M. Ali Ibrahim 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4

4 Maretha W.P. 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4

5 A.S. Mauliddina 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4

6 Mauridah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4

Keterangan

5 : Selalu

4 : Sering

3 : Kadang-kadang

2 : Jarang

1 : Tidak Pernah

Page 106: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

91

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

1. Hari, tanggal : Rabu, 25 Juli 2018

2. Tujuan : Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan Agama Islam

dengan pendekatan fun learning untuk anak usia dini dan

tentang sekolah yang diteliti.

3. Daftar Pertanyaan :

a. Bagaimana latar belakang berdirinya TPA ALIF School?

b. Siapakah yang mempelopori berdirinya TPA ALIF School?

c. Apa saja yang menjadi visi dan misi TPA ALIF School?

d. Apa saja yang menjadi target jangka panjang dan pendek dari TPA ALIF

School?

e. Apa saja program yang dilaksanakan untuk mencapai target-target tersebut?

f. Adakah kebijakan atau aturan untuk pencapaian visi dan misi tersebut?

g. Apakah yang menjadi acuan/standar kurikulum pembelajaran di TPA ALIF?

h. Bagaimana karakteristik peserta didik ALIF dari aspek pendidikan orang

tua, religiusitas, ekonomi, dan sosial-budaya?

i. Bagaimana proses perekrutan guru ALIF? Apa saja yang menjadi kriteria

dan persyaratan untuk menjadi guru ALIF?

j. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PAI

dengan pendekatan fun learning?

k. Bagaimana solusi dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut?

l. Apa saja pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas guru?

Page 107: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

92

Lampiran 4

HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH

1. Hari, tanggal : Rabu, 25 Juli 2018

2. Narasumber : Fathul Hadi, S.I.Kom. (Kepala Sekolah)

3. Tempat : TPA ALIF School Bintaro Jakarta Selatan

4. Hasil Wawancara :

a. Pertanyaan: Bagaimana latar belakang berdirinya TPA ALIF School dan

siapakah yang mempeloporinya?

Jawaban: ALIF sendiri sebenarnya adalah singkatan dari Al-Qur’an

Learning and Islamic Foundation. ALIF berdiri berawal dari inisiatif

anggota Yayasan Sahabat Shalawat untuk mendirikan sebuah taman

Pendidikan Al-Qur’an yang modern dan bisa mengajarkan anak usia dini.

Maka pada November 2016 muncullah gagasan untuk mendirikan TPA

anak-anak dengan strategi fun learning, bilingual (bahasa Indonesia dan

bahasa Inggris), dan intensive yang diberi nama ALIF School. ALIF ini

tidak jauh berbeda dengan lembaga Al-Qur’an berbasis TPA/TPQ di

Indonesia, hanya saja terdapat kurikulum dan pelajaran tambahan yang up

to date. Yang mempelopori berdirinya ALIF School adalah Ustadz Ahmad

Muzakki Kamalie, Lc. selaku pembina Yayasan Sahabat Shalawat dan Ibu

Fenty Noverita. Ibu Fenty sebagai penggagas dan donatur awal, dan Ustad

Zakki yang menyediakan SDM-nya dari Yayasan Sahabat Shalawat.

Akhirnya mulai bulan November 2015 sampai Maret 2016 itu kita

persiapan tempat, renovasi, bahan ajar, kurikulum dan sebagainya. Lalu di

bulan April-Mei 2016 ALIF mulai membuka pendaftaran. Awalnya kita

pakai metode buatan sendiri buat belajar Qur’annya, tapi di tahun 2017

kita ganti pakai metode Tilawati.

b. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi visi dan misi TPA ALIF School?

Jawaban: Visi ALIF School adalah untuk menciptakan generasi yang

beragama dan berbudaya baik. Misinya yaitu menyelenggarakan

Page 108: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

93

pembelajaran Al-Qur’an dengan benar dan menyenangkan serta

menghadirkan pembelajaran ibadah dengan baik dan mudah.

c. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi target jangka pendek dan panjang

dari TPA ALIF School?

Jawaban: Target jangka pendeknya yaitu mempunyai cabang dan mitra

pasif di wilayah Jabodetabek dan menjadi penyelenggara atau event

organizer program pesantren kilat di beberapa SD Internasional di

Jabodetabek. Untuk jangka panjangnya sendiri ALIF memiliki beberapa

target, seperti membuat platform online aplikasi pencarian guru ngaji yang

tersebar luas di seluruh Indonesia dengan standarisasi ALIF School. Jadi

nantinya mencari guru ngaji itu akan mudah sekali. ALIF juga ingin

menjadi penyelenggara event islami anak terbesar di Indonesia, menjadi

lembaga Al-Qur’an yang kredibel dan terpecaya di Indonesia, dan

membuka cabang di Asia.

d. Pertanyaan: Apa saja program yang dilaksanakan untuk mencapai target-

target tersebut?

Jawaban: Untuk mencapai target-target tadi program yang kami lakukan

yaitu

1) Menyusun kurikulum untuk toddler dan kids dalam pengenalan Al-

Qur’an yang up to date. Jadi untuk kelas di ALIF sendiri kami

pisahkan berdasarkan rentang usia anak jadi anak dapat belajar sesuai

dengan kemampuannya.

2) Membuka program kelas dan home private. Jadi selain belajar di kelas

ALIF juga menyediakan guru privat yang bisa datang ke rumah jadi

bisa lebih menyesuaikan dengan waktu anak.

3) Membuat ALIF Training Center untuk mengembangkan kemampuan

dan kapabilitas pengajar untuk dapat mengajar anak usia dini.

4) Mengadakan event bulanan dan tahunan seperti ALIF Goes to Mosque,

Islamic Fun Holiday, Pesantren Kilat, dan ALIF Fieldtrip secara rutin.

5) Membuka recruitment guru wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.

Page 109: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

94

6) Menyiapkan tim aplikasi pencarian guru ngaji dengan nama ALIF

IQRA.

7) Menstandarisasi SOP pengajaran dan atribut guru dan staff.

8) Mengatur sistem administrasi dan customer service yang profesional.

e. Pertanyaan: Adakah kebijakan atau aturan untuk pencapaian visi dan misi

TPA ALIF School?

Jawaban: Ohh, iya ada. Kebijakan untuk murid itu seperti yang sudah

dijelaskan di awal ya, kalau ALIF membagi kelas sesuai dengan rentang

usia anak. Jadi untuk anak usia 3-5 tahun itu di kelas Toddler, 6-12 tahun

itu kelas Kids, 13-17 tahun di kelas Teens dan kelas dewasa untuk usia di

atas 17 tahun. Durasi pembelajaran di kelas itu 120 menit atau 2 jam.

Metode yang digunakan adalah metode Tilawati (untuk mengaji) dan fun

learning. Sedangkan kebijakan untuk guru yaitu semua guru harus melalui

standarisasi guru ALIF, yaitu screening, pelatihan, dan mengikuti weekly

meeting. Guru juga harus mengikuti standar operasional dan tata cara

pengajaran ALIF School.

f. Pertanyaan: Apakah yang menjadi acuan/standar kurikulum

pembelajaran di TPA ALIF School?

Jawaban: Kurikulum ALIF sendiri menyesuaikan kurikulum TPA/TPQ

Kemenag yang disesuaikan dengan kebutuhan ALIF School, dan

dikombinasi antara metode tilawati dan fun learning versi ALIF.

g. Pertanyaan: Bagaimana karakteristik peserta didik ALIF dari aspek

pendidikan orang tua, religiusitas, ekonomi, dan sosial-budaya?

Jawaban: Mayoritas pendidikan orang tua murid ALIF minimal S1,

tingkat religiusitasnya standar, dan tingkat ekonominya menengah ke atas.

Terus berdasarkan sosial-budayanya kebanyakan murid ALIF berasal dari

keluarga muda ibukota, expact family atau keluarga multicultur seperti

yang berkebangsaan non-Indonesia.

h. Pertanyaan: Bagaimana proses perekrutan guru ALIF? Apa saja yang

menjadi kriteria dan persyaratan untuk menjadi guru ALIF?

Page 110: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

95

Jawaban: Proses perekrutan menggunakan media sosial dan semua

lingkungan terdekat Yayasan Sahabat Shalawat. Kemudian semua di-

screening melalui 4 tahapan tes yaitu seleksi berkas, BTQ, micro teaching,

dan interview. Syarat dan ketentuan pengajar diantaranya berusia 20-30

tahun, mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai kaidah tajwid,

mampu memegang anak usia 2,5-4 tahun, fasih berbahasa Inggris, dan

memiliki pengetahuan agama yang komprehensif. ALIF juga tidak

menerima pengajar yang bercadar. Ketentuan lainnya nanti bisa dilihat di

standar operasional pengajar, ya.

i. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan

pembelajaran PAI dengan pendekatan fun learning?

Jawaban: Kendalanya itu yang pertama karena faktor usia dan karakter

anak yang berbeda-beda. Jadi kemampuan anak untuk menangkap materi

yang disampaikan juga berbeda-beda, ada yang cepat/mudah ada juga

yang agak lambat. Anak usia di bawah 5 tahun juga kadang masih sulit

untuk fokus belajar karena masih senang bermain. Karena itu gurunya

harus pintar-pintar menyiapkan media yang bisa buat anak tertarik belajar.

Kemudian dari segi fasilitas, ruang sholat yang disediakan ALIF tidak

begitu besar untuk sholat berjamaah bersama. Jadi ketika muridnya

banyak, terasa agak sempit.

j. Pertanyaan: Bagaimana solusi dari kendala-kendala yang dihadapi

tersebut?

Jawaban: solusinya itu ALIF mengklasifikasi kelas sesuai umur agar anak

bisa lebih fokus, penyediaan fasilitas yang lebih memadai, modern dan

nyaman serta meningkatkan kualitas mengajar guru dengan pelatihan-

pelatihan.

Page 111: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

96

Page 112: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

97

Lampiran 5

PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU

1. Hari, tanggal : Sabtu, 28 Juli 2018

2. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan

Agama Islam dengan pendekatan fun learning untuk anak

usia dini di sekolah yang diteliti.

3. Daftar Pertanyaan:

a. Seperti apa bentuk perencanaan pembelajaran yang digunakan?

b. Kapan perencanaan pembelajaran dibuat?

c. Apakah guru melaksanakan pengkondisikan kelas sebelum pembelajaran

dimulai?

d. Apakah guru melaksanakan kegiatan apersepsi?

e. Apakah guru memberikan motivasi kepada siswa?

f. Berapa lama durasi pembelajaran berlangsung?

g. Apa saja materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan di TPA ALIF?

h. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran PAI dengan pendekatan fun

learning yang diterapkan oleh TPA ALIF?

i. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat

menimbulkan rasa senang anak?

j. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat

menimbulkan rasa senang anak?

k. Apa saja sumber belajar yang digunakan guru ALIF dalam pembelajaran

PAI dengan pendekatan fun learning?

l. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif dengan murid?

m. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antar murid?

n. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antara murid dengan

lingkungan sosialnya?

o. Bagaimana respon anak setelah diterapkan pendekatan fun learning pada

pembelajaran PAI?

p. Apakah guru melakukan refleksi sebelum pembelajaran ditutup?

Page 113: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

98

q. Bagaimana guru menindaklanjuti pembelajaran yang telah berlangsung?

r. Apakah teknik penilaian yang digunakan guru?

s. Kapan saja guru melakukan evaluasi pembelajaran?

t. Bagaimana guru menjadikan lingkungan sekolah dan sekitar sebagai sumber

belajar?

u. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan mendukung siswa untuk

dapat belajar secara menyenangkan?

Page 114: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

99

Lampiran 6

HASIL WAWANCARA DENGAN GURU

1. Hari, tanggal : Sabtu, 28 Juli 2018

2. Narasumber : Masmuhah, S.Sos. dan Mauridah Muhdy, B.Sc (Guru

Kelas)

3. Tempat : TPA ALIF School Bintaro Jakarta Selatan

4. Hasil Wawancara :

a. Pertanyaan: Seperti apa bentuk perencanaan pembelajaran yang

digunakan oleh TPA ALIF School dan kapan perencanaan

pembelajarannya dibuat?

Jawaban: Jadi ALIF ini kan masih baru ya kak, baru 2 tahun di bulan Mei

kemarin. Dan memang dari awal ALIF berdiri sudah ditetapkan RPP nya

oleh bagian akademik, baik itu harian, bulanan, per 6 bulan, dan tahunan.

Tetapi semakin ke sini ternyata tidak semua perencanaan pembelajaran

dapat kita pakai, terutama yang harian, karena kita juga harus

menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak. Jadi pada

akhirnya yang masih digunakan adalah RPP yang per 6 bulan, dan RPP

hariannya menyesuaikan dengan yang ada di RPP itu. Nanti di akhir setelah

6 bulan itu akan diadakan evaluation week agar kita tahu apakah RPP

tersebut terlaksana dengan baik.

b. Pertanyaan: Apakah guru melaksanakan pengkondisikan kelas sebelum

pembelajaran dimulai?

Jawaban: Iya, karena pembelajaran di kelas tidak bisa dimulai dengan one

by one tetapi harus dengan metode klasikal yaitu guru memberikan materi

dan murid mendengarkan. Jadi harus dikondisikan. Kita kasih tahu kalua

sekarang sudah waktunya belajar, jadi tidak ada lagi yang main-main.

Semua murid harus duduk, diam, memperhatikan gurunya, mengikuti

pembelajaran dari salam pembuka sampai pemberian materi. Nanti ketika

waktunya crafting baru deh murid bisa muter-muter. Jadi ada waktunya

untuk duduk dan bermain. Intinya ketika di awal dan akhir pembelajaran

Page 115: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

100

anak-anak harus tertib. Anak harus ikut doa bersama bahkan bisa ditutup

dengan kuis seperti yang bisa menjawab boleh pulang duluan. Karena itu

akan melatih disiplin anak. Apalagi pada anak 3-5 tahun itu perlu sekali

diberi kompetisi dan konsekuensi dari perbuatan mereka, semacam

punishment dan reward. Menurut saya itu strategi paling penting untuk

pembelajaran di dalam kelas karena berdasarkan pengalaman, dari situ anak

bisa semakin dekat sama kita.

c. Pertanyaan: Apakah guru melaksanakan kegiatan apersepsi?

Jawaban: Iya, jadi di ALIF ini biasanya sebelum mulai belajar anak-anak

kita kumpulkan dulu di kelas multimedia untuk menyanyi bersama atau

menonton video tentang materi yang akan diajarkan hari ini. Jadi selain

mengkondisikan anak-anak, karena di ALIF ini kan anak-anaknya

kebanyakan toddler ya jadi perlu disiapkan dulu sebelum belajar, video ini

juga memberi tahu anak tentang materi yang akan disampaikan. Jadi anak-

anak akan tau apa yang akan mereka pelajari hari ini dan makin excited

buat belajar. Setelah menonton, anak-anak akan masuk ke kelasnya. Baru

nanti tujuan dari materi tersebut dan penjelasan lebih lengkapnya kita

sampaikan di kelas masing-masing.

d. Pertanyaan: Apakah guru memberikan motivasi kepada siswa?

Jawaban: Iya, khususnya untuk toddler karena mereka masih perlu

motivasi untuk belajar. Seperti contohnya kita bilang ke mereka, kalau hari

ini mengajinya bagus nanti akan dapat hadiah. Pemberian award seperti itu

masih kita butuhkan untuk memotivasi anak-anak toddler belajar karena

mereka masih sulit untuk duduk dan fokus belajar selama beberapa menit.

Atau kita kasih tahu kalau setelah mengaji nanti bisa main, tapi mengajinya

harus yang betul dulu.

e. Pertanyaan: Berapa lama durasi pembelajaran berlangsung?

Jawaban: Untuk kelas durasinya itu 120 menit atau 2 jam, tapi untuk

privat itu hanya 90 menit atau 1,5 jam. Itu sudah termasuk praktek sholat

dari wudhu sampai doa, mengaji, materi tambahan, dan kegiatan fun

learningnya.

Page 116: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

101

f. Pertanyaan: Apa saja materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan di

TPA ALIF?

Jawaban: Yang pertama baca-tulis Al-Qur’an yang dirangkum dengan

metode Tilawati, yang kedua praktek ibadah yang dirangkum dengan

praktek wudhu, praktek sholat, praktek ibadah haji. Untuk praktek ibadah

haji dilaksanakan dengan kreatifitas guru, seperti membuat kubah-kubahan

di kelas atau semacamnya. Karena ini berbeda dengan praktek manasik haji

yang merupakan program dari lembaga. Materi yang diberikan ALIF juga

menyesuaikan dengan perayaan hari-hari besar seperti di bulan ini temanya

adalah Idul Adha, berarti yang dibahas adalah tentang haji, penyembelihan

qurban, bangunan Kakbah dan lain-lain. Kemudian yang ketiga ada hafalan

surat dan doa. ALIF ini bukan sekolah tahfidz jadi materinya hanya hafalan

surat-surat pendek dari an-Nas sampai adh-Dhuha dan ayat-ayat pilihan.

Kemudian untuk hafalan doanya adalah doa-doa penting sehari-hari sesuai

Kemenag. Yang kelima ada akidah akhlak. Akidah akhlak itu mencakup

rukun iman, rukun Islam, dan semua yang mencakup di dalamnya. Lalu

kemudian ada tajwid untuk kelas Kids berupa pemberian teori dan

prakteknya. Kemudian yang ketujuh ada character building. Character

building ini dirangkum melalui nilai-nilai akidah akhlak tadi namun lebih

banyak disampaikan melalui story telling, kisah-kisah, ataupun kejadian

sehari-hari anak lewat interaksi pertanyaan guru ke anak. Yang terakhir itu

ada materi penunjang. Itu bisa berupa archery, musik, dan lain sebagainya.

Tapi semuanya dikemas dengan metode fun learning.

g. Pertanyaan: Bagaimana langkah-langkah pembelajaran PAI dengan

pendekatan fun learning yang diterapkan oleh TPA ALIF?

Jawaban: Fun learning di ALIF ini bukan asal fun learning saja, tapi

patokannya kurikulum dan mengacu ke materi. Misalnya materinya tentang

Nabi Musa, fun learningnya kita buat snake and ladders, replika tongkat

nabi Musa atau yang lainnya. Jadi dari materi kita kembangkan lagi metode

fun learningnya apa. Kemudian yang selanjutnya paling lebih ke kreatifitas

Page 117: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

102

guru. Jadi tiap guru metode fun learningnya bisa berbeda-beda untuk satu

materi. Karena kalau dibatasi nanti malah ga kreatif kalau menurutku.

Jadi dari pembelajaran PAI yang dimaksud untuk menjadikan fun learning

itu, karena aku merasa dulu belajar agama ya gitu-gitu aja. Hafalan juga

gitu-gitu aja. Nah pengemasannya tadi itu sih, dari materi ke fun

learningnya apa. Intinya materi PAI-nya sih sama dengan TPA-TPA lain.

h. Pertanyaan: Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran yang

dapat menimbulkan rasa senang anak?

Jawaban: Metode yang digunakan itu biasanya bernyanyi, karena anak-

anak toddler itu senang sekali bernyanyi. Lalu kita juga biasa pakai metode

bermain seperti pakai puzzle, ular tangga, atau mainan-mainan lainnya.

Atau bisa juga kita membuat crafting jadi nanti ide craftingnya kita

relevankan dengan materi yang dipelajari hari ini seperti misalnya

membuat planet-planet untuk mengenal ciptaan Allah, membuat miniatur

Kakbah dan lain sebagainya. Untuk anak Kids sih kita biasanya kita ajak

diskusi juga karena mereka sudah bisa diajak diskusi tentang kehidupan

sehari-harinya seperti apa, lalu kita sebagai umat Islam ini harusnya

melakukan apa, dan lain-lain. Kita juga pakai metode cerita atau story

telling untuk menceritakan kisah-kisah Nabi, hewan-hewan dalam Al-

Qur’an, sahabat-sahabat Nabi dan sebagainya. Di ALIF ini juga

mengadakan kegiatan fieldtrip. Yang pertama itu ada ALIF Goes to

Mosque jadi nanti kita dan anak-anak akan mendatangi masjid besar di

daerah sekitar Jakarta. Tujuannya itu selain untuk mengenalkan masjid

kepada anak juga agar anak mempelajari dengan benar bagaimana sholat

berjamaah di masjid. Fieldtrip ini per 3 bulan. Lalu memasuki bulan

Ramadhan kita ada kegiatan sanlat, yang batchnya dibagi kids dan toddler.

Dan di akhir tahun juga kita ada Islamic Camp atau lomba tahfiz untuk

anak-anak. Nah kegiatan ini terbuka untuk umum tidak hanya untuk murid

ALIF saja.

i. Pertanyaan: Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran yang

dapat menimbulkan rasa senang anak?

Page 118: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

103

Jawaban: Media yang kita pakai sebenarnya banyak sekali. Karena ALIF

ini menggunakan fun learning, jadi kita akan kasih media yang membuat

anak belajar lebih fun seperti puzzle, balok-balok hijaiyah, ataupun games

yang sesuai tema pembelajaran, trus juga ada crafting yang sesuai tema

juga.

j. Pertanyan: Apa saja sumber belajar yang digunakan guru ALIF dalam

pembelajaran PAI dengan pendekatan fun learning?

Jawaban: Macem-macem. Misalnya kaya menonton video itu kita ambil

dari Youtube. Untuk crafting-crafting nya juga kita ambil dari internet

nanti dikombinasikan dengan kreativitas gurunya. Kalau mengajinya kita

pakai metode Tilawati.

k. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif dengan

murid?

Jawaban: Sebenarnya, yang pertama guru itu harus memposisikan dirinya

sejajar dengan murid, apalagi muridnya anak usia dini. Sejajar artinya

posisikan kita itu sebagai orang yang hangat dengan mereka. Yang kedua,

aku sendiri ga pernah langsung masuk ke materi ketika belajar. Pasti

diawali dengan bertanya soal kabar, kegiatan dia seperti apa, karena di usia

4-5 tahun itu mereka lagi suka-sukanya ngomong. Dan di usia itu juga anak

lebih suka didengarkan. Ketika dia sudah tahu lawan bicaranya siapa, baru

diperkenalkan bahwa kita ini guru mereka dan mereka harus mengikuti

kita. Kalau mereka tidak mau, berarti kita yang mencoba menyesuaikan

dengan mau anak tanpa mengurangi materi yang akan disampaikan.

Kemudian menurutku juga harus ada rules kelas. Jadi ketika di kelas, kita

menjadi guru dan mereka muridnya, yang berarti harus mendengarkan kita.

Tapi ketika di luar kelas kita bisa lebih akrab lagi. Sehingga apa yang kita

bicarakan akan didengarkan oleh mereka.

l. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antar murid?

Jawaban: Kalau antar murid paling lewat games, jadi nanti murid bisa

lebih dekat satu sama lain. Karena menurutku sekolah adalah tempat

bersosialisasi paling utama dalam masyarakat kita. Kalau antar anak saja

Page 119: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

104

tidak nyaman, itu bisa mempengaruhi anak yang lain. Anak toddler itu

gampang sekali disuruh membaur, karena mereka itu senang bermain. Beda

dengan orang dewasa yang sudah pilih-pilih. Selain games, kita juga bisa

membuat team group. Menurutku ini lebih efektif daripada anak harus

mengerjakan coloring sendiri-sendiri, karena ketika team group anak bisa

saling membantu.

m. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antara murid

dengan lingkungan sosialnya?

Jawaban: Itu sebenarnya harus kita contohkan, seperti cara kita salaman,

dan cara kita berbicara antar guru. Karena itu nanti akan mereka tiru. Anak-

anak usia dini itu sedang mengabsorbsi banyak hal, jadi susah kalau kita

beritahu secara lisan. Misalnya kalau kita mau anak salaman yang baik,

maka kita salaman yang baik dengan teman, dengan wali-wali murid

karena secara ga langsung mereka akan merekam perbuatan kita. Jadi

jangan kita perintahkan anak melakukan sesuatu, tetapi kita sendiri tidak

memberikan contoh perbuatan tersebut kepada mereka.

n. Pertanyaan: Bagaimana respon anak setelah diterapkan pendekatan fun

learning pada pembelajaran PAI?

Jawaban: Happy sekali dan bahkan kadang suka lupa, mereka lebih suka

craftingnya daripada ngajinya. Ini juga yang jadi bahan evaluasi kita sih.

o. Pertanyaan: Apakah guru melakukan refleksi sebelum pembelajaran

ditutup?

Jawaban: Iya. Kalau aku melakukannya sekaligus dengan evaluasi. Jadi

nanti aku akan tanya, hari ini siapa yang muter-muter atau ga duduk rapi

coba tunjuk tangan. Nanti akan dikasih hukuman baca surat tertentu

sebelum pulang.

p. Pertanyaan: Bagaimana guru menindaklanjuti pembelajaran yang telah

berlangsung?

Jawaban: Biasanya untuk kelas Kids aku beri PR. Kalau Toddler lebih

berupa review sih, seperti nilai-nilai apa yang bisa kita ambil dari kisah

Nabi Ibrahim misalnya. Jadi yang ingin kita tekankan adalah bagaimana

Page 120: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

105

Al-Qur’an itu bukan cuma bisa dibaca atau dihafalkan, tetapi bisa dipahami

lewat nilai-nilai itu. ALIF itu ingin mengajarkan Al-Qur’an bukan hanya

dibaca atau dihafal, tetapi juga dipahami melalui banyak metode yang kita

gunakan, materi-materi yang kita breakdown sedemikian rupa. Intinya kita

memahami Allah itu bukan cuma lewat hafalan, tetapi memahami

keberadaan Allah itu yang menciptakan kita semua, dan keberadaan Allah

itu sebuah pengetahuan yang memang harus dipahami dari kecil.

q. Pertanyaan: Apakah teknik penilaian yang digunakan guru?

Jawaban: kalau untuk penilaian harian, setiap setelah pembelajaran di hari

itu kita catat di buku student report yang mana buku itu adalah buku

penghubung antara orang tua dan guru. Jadi nanti kita akan catat apa yang

sudah anak pelajari dan apa yang mesti anak ulang di rumah. Selain itu

guru juga memiliki catatan-catatan pribadi tentang perkembangan anak.

Kemudian kita juga mengadakan evaluation week atau evaluasi

perkembangan dan pembelajaran anak setelah 6 bulan berjalan. Jadi nanti

ada rapotnya gitu seperti di sekolah, cuman memang ujiannya diadakan per

semester jadi 2 kali dalam setahun.

r. Pertanyaan: Kapan saja guru melakukan evaluasi pembelajaran?

Jawaban: Tadi sudah ya, jadi evaluasi diadakan harian setelah

pembelajaran selesai di hari itu dan per 6 bulan atau semester.

s. Pertanyaan: Bagaimana guru menjadikan lingkungan sekolah dan sekitar

sebagai sumber belajar?

Jawaban: Dengan fasilitas, buku, tempat wudhu dan sholat dan lain-lain.

Sebenarnya kita agak sulit jika disamakan dengan metode Montessori yang

benar-benar melepas anak untuk belajar sendiri, namun kita mencoba

mengkombinasi metode-metode Pendidikan anak usia dini yang terkini

dengan Pendidikan agama Islam.

t. Pertanyaan: Apakah sarana dan prasarana yang disediakan mendukung

siswa untuk dapat belajar secara menyenangkan?

Jawaban: ALIF ini memiliki lapangan bermain dengan beberapa

permainan anak dan tempat untuk latihan archery. ALIF juga menyediakan

Page 121: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

106

Page 122: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

107

Page 123: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

108

Page 124: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

109

Page 125: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

110

Page 126: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

111

Page 127: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

112

Page 128: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

113

Page 129: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

114

Page 130: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

115

Page 131: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

116

Page 132: IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41962/2/RIFDA... · School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui

117