implementasi pembelajaran pendidikan agama...
TRANSCRIPT
1
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DENGAN PENDEKATAN FUN LEARNING PADA
ANAK USIA DINI DI TPA ALIF SCHOOL BINTARO
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
RIFDA SHABRINA
NIM: 11140110000008
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
i
i
i
i
ABSTRAK
Rifda Shabina (NIM: 11140110000008). Implementasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia
Dini di TPA ALIF School Bintaro.
Kata Kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Fun Learning, Anak
Usia Dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di
TPA ALIF School Bintaro yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas di TPA ALIF
School Bintaro yang berusia 3-6 tahun. Data didapatkan melalui observasi secara
partisipan terhadap pembelajaran di kelas dengan menggunakan pedoman
observasi yang meliputi aspek kegiatan pembuka, kegiatan inti, kegiatan penutup,
serta lingkungan pembelajaran. Peneliti juga melakukan wawancara dan
dokumentasi untuk menunjang data yang diperlukan. Wawancara dilakukan
kepada kepala sekolah dan dua orang perwakilan guru berdasarkan pedoman
wawancara yang telah ditetapkan.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF
School Bintaro yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran sudah terlaksana dengan baik dengan berbagai upaya yang
dilakukan pihak TPA ALIF School Bintaro. Namun masih terdapat beberapa hal
yang perlu ditingkatkan seperti pembuatan perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan kegiatan refleksi di akhir pembelajaran serta penyediaan sarana dan
prasarana sebagai sumber belajar agar pembelajaran dapat berlangsung secara
optimal.
ii
ABSTRACT
Rifda Shabina (NIM: 11140110000008). Implementation of Islamic
Education Learning with a Fun Learning Approach to Early Childhood at
TPA ALIF School Bintaro.
Keywords: Islamic Education Learning, Fun Learning, Early Childhood.
This study was carried out to determine the implementation of Islamic
Education learning with Fun Learning approach to early childhood in TPA ALIF
Sfchool Bintaro which is related to the planning, implementation and evaluation
of learning. The method used in this study is a descriptive analysis method with a
qualitative approach.
The subjects in this study were all class students at TPA ALIF School
Bintaro aged 3-6 years. Data was obtained through participant observation of
classroom learning using observation guidelines which included aspects of
opening activity, core activitiy, closing activity, and learning environments.
Researcher also conduct interviews and documentation to support the data needed.
Interviews were conducted to the principal and two representative teachers based
on the interview guidelines that had been set.
The results of this study indicate that Islamic Education learning with a
Fun Learning approach for early childhood in TPA ALIF School Bintaro related
to planning, implementing and evaluating has been carried out well with various
efforts made by TPA ALIF School Bintaro. But there are still some things that
need to be improved such as making lesson plans, implementation of reflection
activities at the end of learning and the provision of facilities and infrastructure as
a learning resource so that learning can take place optimally.
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Allah SWT. karena atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia
Dini di TPA ALIF School Bintaro” dengan baik. Sholawat serta salam tak lupa
pula penulis senantiasa haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw. beserta
seluruh keluarga dan sahabatnya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Agama Islam di Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam proses pelaksanaan hingga penulisan penulis banyak mendapat perhatian
dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam atas arahannya kepada penulis dalam penelitian ini.
3. Siti Khadijah, MA. selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan saran-
sarannya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Prof. Dr. H. M. Suparta, MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama masa
perkuliahan.
5. Papa Heri Wahyudi, S.H., Mama Nurhabibah dan adikku Reza Zia Ulhaq
yang sangat penulis cintai atas semua doa, kasih sayang, serta dukungan yang
tiada henti.
6. Ahmad Muzakki Kamalie, Lc. selaku guru pembimbing atas segala doa, ilmu,
bimbingan, serta dukungan kepada penulis.
iv
7. Masmuhah, S.Sos. selaku Wakil Direktur TPA ALIF School dan Fathul Hadi,
S.I.Kom. selaku Kepala Sekolah TPA ALIF School Bintaro beserta
jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti kegiatan
pembelajaran di TPA tersebut.
8. Guru-guru kelas dan privat TPA ALIF School cabang Bintaro dan Menteng
Square atas dukungan dan semangatnya kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi tepat waktu.
9. Teman-teman pengurus, anggota haiah, serta kakak-kakak alumni Lembaga
Tahfizh dan Ta’lim Al-Qur’an (LTTQ) Masjid Fathullah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas ilmu, kebersamaan, serta pengalaman yang
berharga.
10. Teman-teman seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2014
khususnya kelas PAI A (Mafaza) atas bantuan, semangat, serta kebersamaan
dalam suka dan duka yang tak akan terlupakan.
11. Teman-teman seperjuangan Alumni Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta
angkatan 37 atas dukungan, semangat, serta pertemanan yang berharga dan
tidak terlupakan hingga kapanpun.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini
Semoga Allah SWT membalas semua bantuan dan bimbingan dari pihak-
pihak tersebut. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesan
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan
demi kesempurnaan skripsi ini kedepannya. Demikian yang dapat penulis
sampaikan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 2 Oktober 2018
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ........................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
D. Perumusan Masalah ............................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORETIK ...............................................................................9
A. Pendidikan Agama Islam ..................................................................... 9
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI) ......................................... 9
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)............................... 10
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI) ............................................. 11
B. Anak Usia Dini ................................................................................... 12
1. Pengertian Anak Usia Dini ................................................................... 12
2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini ................ 13
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Dini ......... 20
vi
D. Konsep Pembelajaran Fun Learning .................................................. 25
E. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................ 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
B. Latar Penelitian ................................................................................... 34
C. Metode Penelitian ............................................................................... 34
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .................................... 35
E. Pemeriksaan Keabsahan Data ............................................................. 38
F. Analisis Data ....................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................40
A. Gambaran Umum TPA ALIF School Bintaro ................................... 40
B. Temuan Penelitian .............................................................................. 50
C. Pembahasan ........................................................................................ 76
BAB V PENUTUP ................................................................................................81
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Implikasi ............................................................................................. 82
C. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................83
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 4-5 tahun (Kelompok
A) ........................................................................................................ 23
Tabel 2.2 : Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 5-6 tahun (Kelompok B)
............................................................................................................. 24
Tabel 3.1 : Kisi-kisi Pedoman dan Teknik Pengumpulan Data yang Akan
Digunakan ........................................................................................... 36
Tabel 4.1 : Pilihan Waktu Belajar di Kelas TPA ALIF School Bintaro ............... 42
Tabel 4.2: Data Pengajar TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019 .. 44
Tabel 4.3: Data Karyawan TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/2019
............................................................................................................. 47
Tabel 4.4 : Data Kelas dan Siswa TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran
2018/2019 ............................................................................................ 48
Tabel 4.5 : Data Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran
2018/2019 ............................................................................................ 48
Tabel 4.6 : Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Toddler Tahun
Ajaran 2018/2019 ................................................................................ 51
Tabel 4.7 : Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Kids Tahun Ajaran
2018/2019 ............................................................................................ 53
Tabel 4.8 : Pembagian Waktu Pembelajaran di Kelas .......................................... 56
Tabel 4.9 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pembuka
Pembelajaran ....................................................................................... 57
Tabel 4.10 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Inti
Pembelajaran ....................................................................................... 60
Tabel 4.11 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Penutup
Pembelajaran ....................................................................................... 70
viii
Tabel 4.12 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi
Pembelajaran ....................................................................................... 72
Tabel 4.13 : Rekapitulasi Data Hasil Observasi Terhadap Lingkungan Belajar ... 75
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Guru Sedang Mengkondisikan Siswa dengan Bernyanyi ................ 58
Gambar 4.2 : Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Praktek Shalat
Berjamaah ........................................................................................ 62
Gambar 4.3 : Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Murojaah Hafalan
Surat ................................................................................................. 63
Gambar 4.4 : Siswa Sedang Bermain Ular Tangga dalam Mempelajari Kisah Nabi
Musa ................................................................................................. 65
Gambar 4.5 : Pelatihan Memanah (Archery) untuk Siswa pada Kegiatan Sanlat
ALIF ................................................................................................. 66
Gambar 4.6 : Guru Menggunakan Flashcard yang Menarik untuk Mengajarkan
Huruf Hijaiyah ................................................................................. 68
Gambar 4.7 : Siswa Sedang Bekerja Sama dalam Membuat Crafting .................. 70
Gambar 4.8 : Guru dan Siswa Menyanyi Bersama Sebelum Pulang .................... 72
Gambar 4.9 : Catatan Evaluasi Harian Siswa dalam Buku Student Report .......... 73
Gambar 4.10 : Rapor Semester Siswa ................................................................... 74
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Observasi
Lampiran 2 : Hasil Observasi
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 4 : Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 5 : Pedoman Wawancara dengan Guru
Lampiran 6 : Hasil Wawancara dengan Guru
Lampiran 7 : Jadwal Kelas TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran
2018-2019
Lampiran 8 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 9 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 10 : Surat Keterangan TPA ALIF School Bintaro
Lampiran 11 : Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anak adalah titipan yang diberikan Allah kepada orang tua. Anak
berhak memperoleh pendidikan sejak usia dini baik itu di rumah, di sekolah,
ataupun di lingkungan masyarakatnya sebagaimana orang dewasa. Indonesia
telah mengatur kewajiban memberikan pendidikan untuk anak dalam Undang-
undang No. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak.
Anak usia dini pun merupakan masa yang tepat untuk melakukan
pendidikan. Pada masa ini anak sedang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan yang luar biasa. Anak belum memiliki pengaruh negatif yang
banyak dari luar atau lingkungannya. Dengan kata lain, orang tua maupun
pendidik akan lebih mudah mengarahkan anak menjadi lebih baik.1
Anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, yakni memiliki potensi dasar
beragama, dan tidak mengetahui apapun. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam surat Ar-Rum ayat 30:
هكفأقم ينوج هاعناسالفطرالتاللفط رت حنيفاللد لك الللل قت ب ديلل لي ذ
ين ث رولكنال قي م الد (٣٠لروم:)سورةاي ع لم ونلالناسأك
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah
itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Rum: 30)
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa fitrah merupakan potensi
dasar beragama yang dibawa anak sejak mereka lahir, namun potensi tersebut
masih perlu dikembangkan menurut tahap masanya sesuai dengan norma
agama dan norma susila. Sebagaimana yang tertera dalam Hadis Nabi
Muhammad Saw.:
1 M. Fadlillah, dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana, 2014) Cet. I h. 21
2
مو ل ودإل علي هوسلممامن اللصلىالل قالرس ول كاني ق ول أبه ري رةأنه ي ولد علىعن
سانه ج (ومسلمبخارىال)رواه...ال فط رةفأب واه ي هو دانهوي نص رانهوي
Dari Abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda, “Setiap anak
yang dilahirkan adalah dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanya
yang menjadikan mereka Yahudi, Nasrani, atau Majusi...”(HR. Bukhari dan
Muslim).
Arti Hadis Nabi Muhammad Saw. di atas menekankan bahwa fitrah
yang dibawa anak sejak lahir sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Dan karena
fitrah adalah potensi dasar yang harus dikembangkan, maka kita perlu
melakukan usaha berupa pendidikan.2
Di Indonesia, pendidikan agama merupakan salah satu jenis
pendidikan yang wajib dimuat di setiap jenjang pendidikan. Pernyataan
tersebut ditegaskan oleh Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
No.20/2003 Pasal 37 ayat 1 dan 2 yaitu:
(1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: a.
Pendidikan agama; b. Pendidikan kewarganegaraan; c. Bahasa; d.
Matematika; e. Ilmu pengetahuan alam; f. Ilmu pengetahuan sosial; g.
Seni dan budaya; h. Pendidikan jasmani dan olahraga; i.
Keterampilan/kejuruan; dan j. Muatan lokal. (2) Kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat: a. Pendidikan agama; b. Pendidikan
kewarganegaraan; dan c. Bahasa.3
Dari pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa bidang studi
pendidikan agama merupakan komponen dasar dan wajib dalam kurikulum
pendidikan nasional.4
Pendidikan Agama Islam perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-
anak, karena pada tahapan ini pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi
secara menyeluruh, baik dari fisik, kognitif, motorik, emosi, bahasa, dan
2 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2013), h. 23 3 Republik Indonesia, Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab X, pasal 37. 4 Akmal Hawi, Op.cit.., h. 25, h.19
3
moral. Sehingga ilmu-ilmu agama akan menjadi bagian dari unsur
kepribadiannya.
Di tengah era globalisasi ini informasi positif dan negatif mudah
berkembang dan menyebar dengan cepat. Dengan karakteristiknya yang unik,
anak usia dini akan dengan mudah menghafal, meniru dan mengikuti
informasi dan perilaku yang mereka temui. Tanpa arahan yang benar dari
orang tua, guru, dan lingkungannya, anak akan menyerap dan mengikuti
semua informasi yang mereka terima, bahkan informasi negatif sekalipun.
Untuk itu anak perlu dibekali dengan ilmu-ilmu agama Islam sejak usia dini
agar mereka dapat membedakan mana baik dan buruk serta menjadi pribadi
yang beriman dan berakhlak mulia.
Materi-materi dalam Pendidikan Agama Islam berfungsi sebagai
sarana dalam membina kesadaran bagi anak dalam mengenal dirinya sehingga
ia dapat mengenal Tuhannya. Wujud dari kesadaran diimplementasikan dalam
bentuk beribadah kepada Allah dalam usaha mencapai kebahagiaan hidup di
dunia dan di akhirat. Pendidikan Agama Islam juga berfungsi untuk
mendekatkan jiwa anak dengan hukum-hukum Islam, yakni melalui
pembiasaan-pembiasaan yang dapat dipraktekkan anak baik di sekolah
maupun dalam keluarga dan kehidup bermasyarakat.5
Saat ini banyak lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan agama Islam untuk anak usia dini, baik lembaga pendidikan formal
seperti sekolah maupun non formal seperti Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA/TPQ). TPA kini menjadi pilihan banyak orang tua untuk menambah
pengetahuan agama anak. Di samping karena biaya yang lebih terjangkau,
TPA juga menawarkan waktu pembelajaran yang fleksibel untuk anak
sehingga anak dapat menyesuaikan waktu belajarnya dengan aktivitas yang
lain. Namun dari beberapa kelebihan tersebut, dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Al-Qur’an TPA juga masih memiliki kekurangan.
5 Mahdi M. Ali, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini”, Jurnal
Edukasi, Vol. 1, 2015, h. 195
4
Seorang jurnalis redaksi kompasiana mengatakan dalam artikelnya
bahwa salah satu problematika pelaksanaan pembelajaran di TPA adalah tidak
adanya kurikulum pembelajaran. Kurikulum merupakan hal yang penting
untuk menciptakan ketepatan dan keteraturan dalam proses pembelajaran.6
Dengan kurikulum, pengajar akan mengetahui tujuan pembelajaran, materi,
hingga metode dan media yang tepat untuk digunakan. Tanpa penggunaan
metode dan media pembelajaran yang tepat, pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di TPA akan terasa membosankan dan sulit untuk dipahami anak-anak.
Hal tersebut dibuktikan oleh peneliti dengan melakukan wawancara kepada 20
orang pengajar dari TPA yang berbeda-beda di sekitar Tangerang Selatan.
Dari wawancara tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 17 Taman
Pendidikan Al-Qur’an tidak menggunakan metode yang bervariatif dan media
pembelajaran yang menarik untuk anak usia dini. Anak diharuskan untuk
mendengar guru berceramah, mencatat materi, latihan menulis, dan mengantri
untuk mengaji yang kemudian ditutup dengan evaluasi atau hafalan-hafalan.
Penggunaan metode yang monoton dan kurangnya media pembelajaran
tersebut dapat menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan. Ditambah
lagi dengan karakteristik anak usia dini yang masih sulit untuk kondusif dan
mudah teralihkan sehingga materi pembelajaran menjadi sulit untuk diterima
dengan baik oleh anak. Anak pun menjadi mudah bosan dan kurang
bersemangat dalam belajar.
Pendidikan anak usia dini yang baik akan terwujud jika didukung
dengan pengelolaan kelas yang baik pula. Dengan kata lain, seorang pendidik
diharapkan mampu mengatur pembelajaran di kelas sesuai dengan
karakteristik dan keunikan peserta didik. Dalam hal ini, di antara keunikan dan
karakteristik anak usia dini ialah suka bermain dan bernyanyi. Seorang anak
akan senang mengikuti pembelajaran jika pembelajaran itu mengasyikkan dan
tidak membosankan.7
6 Akbar Pitopang, Mengurai Problematika TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an), diakses
dari https://www.kompasiana.com/akbarisation/55122d58a333115757ba7de3/mengurai-
problematika-tpa-taman-pendidikan-alquran, pada hari Minggu, 2 September 2018 pukul 22.47 7 M. Fadlillah, dkk. Op. cit., h. 22-23
5
Pembelajaran yang menyenangkan juga merupakan salah satu cara
yang dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dryden dan Vos dalam
Darmasyah menjelaskan bahwa pembelajaran menyenangkan merupakan
pembelajaran di mana interaksi antara guru dan siswa, lingkungan fisik, dan
suasana memberikan peluang terciptanya kondisi yang kondusif untuk belajar.
Ketiga faktor tersebut dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap
kesenangan belajar anak. Oleh karena itu, pemilihan strategi merupakan hal
yang sangat penting dilakukan guru dalam meningkatkan efektivitas
pembelajaran pada anak.8
Fun Learning dapat menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk
pendidikan anak usia dini. Kegiatan belajar-mengajar yang menyenangkan
dengan berbagai macam metode dan media pembelajaran dirasa cocok dengan
karakter dan dunia anak usia dini yang menyukai kesenangan dan
kegembiraan. Dalam pembelajaran Fun Learning, “kegembiraan” bukan
berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiran ini berarti
bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna,
pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada diri si anak. Karena
kegiatan belajar-mengajar hanya akan dapat berlangsung penuh gairah dan
semangat apabila murid-murid dapat diajak untuk bersungguh-sungguh dalam
mempelajari apa yang ingin dipelajari.9
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mengamati
bagaimana pendekatan Fun Learning diterapkan pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini. Hal inilah yang menjadi alasan
pokok peneliti menjadikan “Implementasi Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan Pendekatan Fun Learning pada Anak Usia Dini di
TPA ALIF School Bintaro” sebagai judul penelitian ini.
8 Darmasyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2010) Cet. 1, h. 24-25 9 Rini Listiyowati, “Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam Pendidikan
Agama Islam: Studi di SDN 01 Banjarejo, Karanganyar, Pekalongan”, Skripsi pada Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pekalongan, Pekalongan, 2011, h. 6, tidak dipublikasikan.
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang masalah di
atas, dapat ditemukan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Masih banyak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang tidak memiliki
kurikulum dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Sebagian besar TPA belum menggunakan metode dan media pembelajaran
yang menyenangkan untuk anak usia dini.
3. Guru-guru TPA kurang kreatif dalam memberikan stimulus dan
menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini.
4. Anak usia dini masih sulit untuk belajar secara kondusif dan mudah bosan.
5. Kurangnya kemampuan guru TPA untuk mengelola kelas sesuai dengan
karakteristik anak usia dini.
C. Pembatasan Masalah
Agar lingkup masalah dalam penelitian ini tidak terlalu meluas,
peneliti perlu membatasi masalah menjadi beberapa poin berikut:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah yang
terkait dengan perencanaan, proses pembelajaran, dan pelaksanaan
evaluasi pembelajaran.
2. Pendekatan Fun Learning yang dimaksud adalah penggunaan metode,
media, bahan ajar, serta fasilitas pembelajaran yang menyenangkan untuk
anak.
3. Anak usia dini yang dimaksud adalah anak dalam rentang usia 3-6 tahun.
4. Taman Pendidikan Al-Qur’an dalam penelitian ini adalah TPA ALIF
School Bintaro.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, peneliti
merumuskan masalah dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk
anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro?
7
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School
Bintaro?
3. Bagaimana evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School
Bintaro?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
untuk anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF
School Bintaro.
3. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School
Bintaro.
F. Kegunaan Penelitian
Peneliti membagi kegunaan dalam penelitian ini menjadi dua garis
besar, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.
1. Kegunaan Teoritis:
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pemikiran para praktisi
Pendidikan Agama Islam untuk mengembangkan kompetensi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Kegunaan Praktis:
a. Bagi pendidik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi mengenai
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan metode Fun Learning
untuk anak usia dini.
8
b. Bagi lembaga pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi
tentang pengembangan Pendidikan Agama Islam di Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA).
c. Bagi para akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi atau
bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan, terutama Pendidikan Agama Islam.
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)
Pendidikan dalam bahasa Arab adalah tarbiyah yang berasal dari tiga
kata yaitu rabba-yarbu (bertambah, tumbuh dan berkembang), rabiya-
yarbu (besar), dan rabba-yarubbu (memperbaiki, menguasai urusan,
menuntun dan memelihara). Dari istilah-istilah tersebut dapat diketahui
bahwa pendidikan mencakup tiga unsur, yaitu menjaga dan memelihara
peserta didik, mengembangkan bakat dan potensi peserta didik agar
mencapai kebaikan dan kesempurnaan serta melakukan melakukan proses
tersebut secara bertahap dan berkelanjutan.1
Pendidikan agama Islam (tarbiyatul Islamiyah) adalah usaha sadar
dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi
dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.2
Omar Muhammad al-Thoumi al-Syaibani dalam Sukring
mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku
individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan
cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi asasi
dalam masyarakat. Perubahan tingkah laku ini tidak berhenti pada tingkah
laku individu yang menghasilkan kesalehan individu, tapi juga mencakup
tingkat masyarakat, sehingga menghasilkan kesalehan sosial.3
1 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013) Cet. 1, h. 17 2 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2016) Cet. 5, h. 195-196 3 Sukring, Op.cit., h. 17-18
10
Arifin dalam Fatah menyatakan bahwa pengertian pendidikan agama
Islam menurut rumusan Seminar Nasional tentang Pendidikan Islam se-
Indonesia tahun 1960 adalah sebagai pengarahan dan bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani manusia menurut ajaran Islam dengan
hikmah mengarahkan, membelajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.4
Beberapa definisi tersebut mengerucut pada kesamaan dimana
pendidikan Islam adalah usaha atau proses yang dilakukan secara sadar
untuk menumbuhkan potensi manusia serta membentuk manusia yang
beriman dan bertingkah laku sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan Islam bukan hanya tentang mengajarkan atau
menyalurkan ilmu di dalam kelas. Sebagaimana yang dijelaskan Zakiyah
Darajat dalam Fatah bahwa di dalam pendidikan Islam, orang yang dididik
tidak hanya diberi pengetahuan tentang ajaran Islam saja, namun juga
pembentukan kepribadian berupa pembinaan sikap, mental, dan akhlak.
Hal tersebut jauh lebih penting daripada pandai menghafal kata-kata, dalil-
dalil, dan hukum-hukum Islam yang tidak diresapi dan tidak dihayati
dalam hidup. 5
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam (PAI)
Ruang lingkup pengajaran Pendidikan Agama Islam mencakup usaha
untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain
sebagai berikut.
a. Hubungan manusia dengan Allah swt.
b. Hubungan manusia dengan sesama manusia.
c. Hubungan manusia dengan dirinya.
d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungan alamnya.6
4 A. Fatah Yasin Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008)
Cet. I h. 24 5 Ibid., h. 24-25 6 Akmal Hawi, Op.cit., h. 25
11
Dari ruang lingkup ajaran Pendidikan Agama Islam tersebut dapat
diketahui bahwa ajaran Agama Islam mencakup segala aspek dalam
kehidupan manusia baik kepada Tuhannya, kepada sesamanya, maupun
kepada makhluk sekitarnya.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam (PAI)
Tujuan pendidikan adalah yang hendak dicapai dengan kegiatan atau
usaha pendidikan. Zakiah Daradjat dalam Sukring merumuskan tujuan
pendidikan Islam adalah kepribadian muslim, yaitu suatu kepribadian yang
seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang yang berkepribadian
muslim dalam Al-Qur’an disebut muttaqin.
Tujuan pendidikan Islam identik dengan tujuan penciptaan manusia,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Az-Zariyat/51: 56 dan Al-Baqarah/2: 30
نخلق ت وما ن سال (٥٦ةالذارايت:)سوررلي ع ب د ونإلوال
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Az-Zariyat/51: 56)
لل ملئكةربكقالوإذ (٣٠ةالبقرة:)سور … ليفةخر ضل افجاعل إن
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…”
(QS. Al-Baqarah/2: 30)
Ayat tersebut mengajarkan bahwa manusia diciptakan hanya untuk
beribadah dalam arti luas, yaitu segala aktivitas untuk mencari ridha Allah,
dan manusia berfungsi sebagai khalifah (pengganti) di muka bumi untuk
memakmurkan, menjaga, memelihara dan melestarikan alam semesta.
Sehingga tujuan pendidikan Islam memiliki makna luas, yaitu pengenalan
manusia sebagai hamba Allah, sebagai khalifah, dan manusia sebagai makhluk
sosial.7
7 Sukring, Op.cit., h. 24-25
12
Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya, bahkan
lebih jelek daripada binatang. Dengan demikian, tugas dan fungsi pokok
pendidikan agama Islam adalah menumbuhkan, menanamkan, dan sekaligus
mengubah berbagai dimensi potensial manusia, termasuk juga yang terpenting
adalah dimensi moralitasnya sebagaimana yang dicontohkan dan
diperintahkan oleh Rasulullah Saw. dalam hadisnya yang artinya,
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak” (HR.
Ahmad).8
Tujuan pendidikan Islam dapat dipecah menjadi tujuan-tujuan berikut:
a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah.
b. Membentuk manusia muslim yang di samping dapat melaksanakan ibadah
mahdhah juga dapat melaksanakan ibadah muamalah dalam
kedudukannya sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.
c. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat
dan bangsanya serta bertanggung jawab kepada Allah sebagai penciptanya.
d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan
terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki
teknostruktur masyarakat.
e. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu agama dan ilmu-ilmu islami
lainnya.9
B. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada tahap perkembangan
awal masa anak-anak, yaitu yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia
ini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar dalam
sepanjang rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia.
Salah satu periode yang menjadi penciri masa usia dini adalah the golden
ages atau periode keemasan yang terjadi pada usia 0-5 tahun. Pada masa
8 A. Fatah Yasin, Op.cit., h. 30 9 Baharuddin, Op.cit., h. 196-197
13
ini semua potensi anak berkembang dengan cepat, dan hanya berlangsung
satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia.10 Sehingga pendidikan
pada masa awal anak-anak ini dirasa sangat penting dan sayang untuk
dilewatkan.
Sedangkan untuk para pendidik, masa awal anak-anak disebut juga
dengan usia prasekolah. Sebutan ini diberikan dengan maksud untuk
membedakan antara anak-anak yang berada dalam pendidikan formal dan
yang belum. Bagi para ahli psikologi, anak usia dini disebut sebagai usia
berkelompok yang dimengerti sebagai masa anak-anak mempelajari dasar-
dasar perilaku sosial untuk mempersiapkan diri mereka dalam kehidupan
sosial yang lebih tinggi, misalnya pada waktu mereka berada di sekolah
formal nantinya.11
2. Karakteristik dan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Pada fase anak usia dini, karakteristik anak dapat dikategorikan
berdasarkan tahap-tahap perkembangan. Berkaitan dengan aspek sosial emosi,
Erikson dalam Riana membagi masa anak usia dini dalam tiga periode
perkembangan, yaitu:
a. Masa bayi (usia 0-18 bulan) dengan karakteristik berupa adanya kebutuhan
dasar bayi yang harus dipenuhi oleh pengasuh agar terbentuk rasa
kepercayaan yang menimbulkan rasa aman.
b. Masa toddlers (usia 18 bulan-3 tahun) dengan karakteristik berupa adanya
kemauan yang berasal dari diri anak sendiri, sehingga bayi mulai
mengembangkan rasa otonomi atau kemandirian.
c. Masa awal anak-anak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun) dengan
karakteristik anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan
perilaku yang lebih bertujuan. 12
10 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Format PAUD: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012) Cet. I, h. 32 11 Riana Mashar, Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2011) Cet 1 h. 7-8 12 Ibid., 12-13
14
Menurut Dr. Hj. Ihsana El-Khuluqo, M.Pd., perkembangan karakter anak
usia dini adalah sebagai berikut:1) Selalu aktif bergerak, 2) Senang
meniru, 3) Suka menentang, 4) Belum bisa membedakan benar dan salah,
5) Banyak bertanya, 6) Memiliki daya ingat yang kuat, 7) Senang
dimotivasi, 8) Senang bermain, 9) Senang berlomba, 10) Berpikir
imajinatif, 11) Cenderung ingin memperoleh keterampilan-keterampilan,
12) Perkembangan bahasa yang cepat, 13) Cenderung suka merusak dan
memperbaiki kembali, dan 14) Perkembangan emosi yang kuat.13
Perkembangan anak usia dini terbagi menjadi beberapa aspek, yaitu:
a. Perkembangan Fisik dan Motorik
Aspek jasmani atau fisik merupakan aspek yang paling awal
berkembang dalam diri manusia. Pertumbuhan dan perkembangan fisik
akan menentukan perilaku anak sehari-hari, secara langsung ataupun tidak.
Secara langung pertumbuhan fisik seorang anak akan menentukan
keterampilan anak dalam bergerak, dan secara tidak langsung
pertumbuhan dan perkembangn fungsi fisik akan mempengaruhi
bagaimana anak memandang dirinya dan bagaimana ia memandang orang
lain. Ukuran dan bangun tubuh yang diwariskan secara genetik
mempengaruhi laju pertumbuhan anak. Anak-anak dengan bangun tubuh
yang kekar biasanya akan tumbuh dengan cepat dibandingkan dengan
mereka yang bertubuh kecil atau sedang. Anak yang bertubuh besar juga
akan memasuki tahap remaja lebih cepat dibandingkan temannya yang
bertubuh lebih kecil. Kesehatan dan pemberian makanan yang bergizi,
terutama pada tahun pertama kehidupan anak, juga menentukan kecepatan
daur pertumbuhannya. Faktor pertumbuhan yang paling menonjol adalah
jenis kelamin. Pertumbuhan anak laki-laki lebih cepat dibandingkan anak
perempuan pada usia tertentu. Sebaliknya, pada usia 9, 10, 13 dan 14
tahun pertumbuhan anak perempuan lebih cepat karena pengaruh
perkembangan awal remajanya.14
13 Ihsana El-Khuluqo, Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan
Taman Kehidupan Anak, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015) Cet I, h. 26 14 Baharuddin, Op.cit., h. 110-111
15
Berdasarkan kondisi fisiknya, anak-anak usia dini mulai menyadari
dirinya sebagai laki-laki atau perempuan. Perubahan tubuhnya pun terjadi
begitu drastis sehingga pada usia tiga tahun berat badannya dapat mencapai
10-13 kg dengan tinggi 80-90 cm. perkembangan jasmani anak pra-sekolah
terus berjalan dengan kecepatan tinggi sehingga pada usia 6 tahun (akhir
masa pra-sekolah) berat otaknya sudah mencapai 90% dari berat otak rata-
rata orang dewasa.15
b. Perkembangan Intelektual/Kognitif
Periode anak usia dini juga memiliki karakteristik perkembangan
kognitif yang berbeda dengan periode perkembangan lainnya. Piaget
menyatakan bahwa intelegensi anak usia dini termasuk dalam tahap pra-
operasional, dimana anak sudah memiliki kesadaran akan keberadaan suatu
benda yang harus ada atau biasa ada, walaupun benda tersebut sudah ia
tinggalkan atau sudah tidak ada lagi. Anak juga sudah memiliki kemampuan
berimajinasi atau berfantasi meskipun belum mampu menguasai operasi
mental secara logis.16
Perolehan kemampuan kesadaran terhadap eksistensi suatu benda
(object permanence) adalah hasil dari munculnya kapasitas kognitif baru yang
disebut representation atau mental representation (gambaran mental).
Representasi mental merupakan bagian penting dari skema kognitif yang
memungkinkan anak berpikir dan menyimpulkan eksistensi benda atau
kejadian tertentu, walaupun benda itu berada di luar pandangan, pendengaran,
atau jangkauan anak. Representasi mental juga memungkinkan anak untuk
mengembangkan deferred-imitation (peniruan yang tertunda), yakni
kemampuan untuk meniru perilaku orang lain yang sebelumnya pernah ia
lihat untuk merespons lingkungan, khususnya perilaku orang tua dan guru.
Seiring dengan munculnya kapasitas deferred-imitation, muncul pula gejala
insight learning dimana anak mulai mampu melihat situasi problematis, lalu
15 Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016) Cet. 2, h. 31-32 16 Ibid., h. 32 dan 122
16
berpikir sesaat. Setelah berpikir, anak akan memperoleh aha moment yaitu
pemahaman berdasarkan ilham spontan untuk memecahkan masalah versi
anak-anak.17
Sesuai dengan teori Piaget tersebut, Semiawan menguraikan ciri-ciri
berpikir anak usia dini yang dituliskan di dalam Riana, yaitu:
1) Berpikir secara konkret, dimana kemampuan untuk memikirkan hal
abstrak (seperti cinta, Tuhan, dan keadilan) belum dapat dipahami.
2) Realisme, yaitu kecenderungan untuk menanggapi segala sesuatu
sebagai hal yang riil atau nyata.
3) Egosentris, yaitu melihat segala sesuatu hanya dari sudut pandang
sendiri.
4) Kecenderungan untuk berpikir sederhana dan tidak mudah menerima
sesuatu yang majemuk.
5) Animisme, yaitu kecenderungan untuk berpikir bahwa semua objek
lingkungan sekitarnya memiliki kualitas kemanusiaan sebagaimana yang
dimiliki anak.
6) Sentrasi, yaitu kecenderungan untuk mengkonsentrasikan diri hanya
pada satu aspek dari satu situasi.
7) Memiliki imajinasi yang amat kaya.18
c. Perkembangan Bahasa
Pada usia antara satu tahun enam bulan sampai dua tahun,
perkembangan bahasa anak mulai muncul. Hal ini ditandai dengan ekspresi
kalimat sederhana dan singkat yang terdiri dari dua atau tiga kata.19
Selama tahun pertama dan tahun kedua setelah lahir, anak akan
mempelajari kata-kata yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Elizabeth
Hurlock dalam Baharuddin menyatakan bahwa anak akan menggunakan
empat bentuk komunikasi prabicara (prespeech), yaitu:
1) Tangisan. Menangis merupakan cara pertama anak untuk berkomunikasi
dengan dunia luar setelah dilahirkan.
2) Celotehan. Mengeluarkan bunyi-bunyi sederhana karena senang,
mengeluh, menguap, mengeram-mengeram, dan menangis yang seperti
bunyi rengekan.
17 Ibid., h. 122-123 18 Riana Mashar, Op.cit.., h. 12-15 19 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 47
17
3) Isyarat. Contohnya apabila bayi mengeluarkan makanan dari mulutnya
ketika makan artinya ia sudah kenyang atau tidak lapar.
4) Ekspresi emosional, yaitu ungkapan emosi melalui perubahan tubuh dan
roman wajah. Contohnya ketika senang anak akan mengeluarkan suara
senang seperti dalam bentuk ocehan dan bunyi tertawa. Sedangkan emosi
yang tidak senang ditandai dengan tangisan dan rengekan.20
Ketika anak mencapai usia 5-6 tahun, kemampuan Bahasa yang
dipahami anak antara lain pelafalan dan pengucapan (pronounciation),
kalimat (syntax), kosakata dan artinya (vocabulary and meaning), pragmatis
(pragmatic), metalinguistic (metalinguistic), dan pengaruh bahasa keluarga
(partnership with family).21
Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterapilan
bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat
menggunakan bahasa dengan berbagai cara, seperti bertanya, berdialog, dan
menyanyi. Sejak anak menginjak usia dua tahun, ia sangat tertarik untuk
menyebutkan nama benda. Minat tersebut terus berlangsung hingga
perbendaharaan kata mereka bertambah.22
d. Perkembangan Sosial dan Moral
Perkembangan aspek sosial adalah proses perubahan seseorang dalam
mencapai kematangan untuk berhubungan sosial atau bermasyarakat. Anak
dilahirkan tanpa kemampuan berhubungan sosial, namun lama kelamaan ia
akan belajar menyesuaikan diri dan merespons lingkungan sosial seiring
dengan perkembangan psiko-fisiknya.23
Selain mengalami perkembangan sosial, anak juga akan mengalami
perkembangan moral. Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak
khusus berdasarkan pada pengertiannya mengenai hal baik dan buruk. Moral
tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan beragama. Dalam agama Islam moral
20 Baharuddin, Op.cit., h. 124-125 21 Ibid. 22 Novan Ardy Wiyani, Op.cit., h. 85-86 23 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 49-50
18
sangat identik dengan akhlak, dimana kata akhlak berasal dari bahasa Arab
yang berarti budi pekerti.24
Perkembangan moral pada awal masa anak-anak masih dalam tingkat
yang rendah. Hal ini disebabkan karena perkembangan intelektual anak-anak
belum mencapai titik dimana mereka mempelajari prinsip abstrak tentang hal-
hal yang benar dan salah. Piaget menyebut moralitas pada masa awal anak-
anak sebagai “moralitas melalui paksaan”, karena pada tahapan ini anak-anak
secara otomatis mengikuti peraturan tanpa berpikir atau menilai, dan mereka
beranggapan bahwa orang dewasa adalah yang berkuasa. Menurut sudut
pandang anak-anak, perbuatan yang “salah” adalah perbuatan yang
mengakibatkan hukuman, baik oleh orang lain maupun faktor-faktor alam
atau gaib.25
Tahap-tahap perkembangan moral menurut Jean Piaget terdiri atas
empat tahapan, yaitu:
Tahap I (usia 1-2 tahun). Pada tahapan ini pelaksanaan aturan masih
bersifat motor activity, belum ada kesadaran akan adanya peraturan.
Tahap II (usia 2-6 tahun). Anak-anak pada tahapan ini sudah mulai
memiliki kesadaran terhadap peraturan, namun menganggap peraturan itu
bersikap suci, tidak boleh diganggu gugat oleh siapapun. Dalam
pelaksanaannya mereka masih bersikap egosentrik atau berpusat pada dirinya
sendiri.
Tahap III (usia 7-10 tahun). Pada tahap ini pelaksanaan peraturan sudah
mulai bersifat sebagai aktivitas sosial. Sifat egosentrik sudah mulai
ditinggalkan. Dalam tahapan ini sudah ada keinginan untuk memahami
peraturan dan setia mengikutinya.
Tahap IV (usia 11-12 tahun). Pada usia ini kemampuan berpikir anak sudah
mulai berkembang. Mereka sudah mampu berpikir abstrak. Mereka pun sudah
24 Ahmad Susanto, Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015) h. 366 25 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Terj. dari Developmental Psychology: A Life-Span Approach oleh Istiwidayanti dkk.,
(Jakarta: Penerbit Erlangga) h. 123
19
memiliki kesadaran bahwa peraturan merupakan hasil kesepakatan bersama.
Ini merupakan tahap pemantapan peraturan.26
e. Perkembangan Keberagamaan
Perkembangan moral atau nilai-nilai agama artinya perkembangan
dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung tinggi
kebenaran-kebenaran yang berasal dari Tuhan, serta berusaha menjadikan apa
yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan
bertingkah laku dalam berbagai situasi.27
Perkembangan jiwa keagamaan anak berlangsung dalam tiga tahap,
yaitu sebagai berikut.
1) Tingkat Dongeng (The Fairy Tale Stage)
Tingkat ini dialami oleh anak yang berusia 3-6 tahun. Disebut sebagai
tingkat dongeng karena pada tahapan ini anak dalam mengenal konsep
tentang Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan perasaan,
sesuai dengan perkembangan kognitifnya yang masih sederhana. Jiwa
keagamaan anak pada tahap ini bersifat tidak mendalam (unreflective) dan
cenderung menganggap Tuhan seperti manusia, namun dengan kekuatan
yang lebih besar.
2) Tingkat Kenyataan (The Realistic Stage)
Tingkat ini dialami anak pada usia sekolah yaitu usia 7-12 tahun. Pada
masa ini anak sudah dapat menyerap materi agama berdasarkan kenyataan-
kenyataan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anak sudah tertarik
pada apa yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keagamaan. Segala
bentuk tindak amal keagamaan mereka ikuti dan tertarik untuk
mempelajari lebih jauh.
26 Ahmad Susanto, Op.cit., h. 371-372 27 Asep Darmawanto, Pengembangan Kemampuan Moral dan Agama Anak Usia Dini,
diakses pada http://dapatditerima.blogspot.co.id/2016/02/pengembangan-kemampuan-moral-dan-
agama.html pada Senin, 9 April 2018 pukul 13.18
20
3) Tingkat Individu (The Individual Stage)
Tingkat individu ini berlangsung pada usia remaja dan seterusnya. Pada
tahapan ini jiwa keagamaan manusia sudah tidak bergantung pada
dongeng dan fantasi. Pada tahapan ini remaja telah memperoleh konsep
ketuhanan yang bersifat humanistik, dalam arti agama yang ia anut telah
dihayati dengan baik dan menjadi jiwa khas kemanusiaan yang tertanam
dalam pribadinya. Namun perasaan keagamaan remaja pada tahap ini pada
umumnya belum stabil dan masih berubah-ubah sesuai dengan
pengalaman /peristiwa yang mereka alami.28
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Pada masa ini anak-anak
perlu dididik dengan sebaik-baiknya sesuai dengan metode pembelajaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi mereka. Beberapa metode pendidikan
yang dapat diterapkan untuk mendidik anak usia dini antara lain melalui
teladan, nasihat, cerita, dan kebiasaan.29 Pendidikan anak usia dini bertujuan
untuk mendukung perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan sosial anak
dengan menyediakan kesempatan-kesempatan yang dapat membantu anak
memahami lingkungan, mengembangkan imajinasi, memecahkan masalah,
berpikir secara kreatif dan berkomunikasi.30
C. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Anak Usia Dini
Secara umum, pendidikan anak usia dini bertujuan untuk
mengembangkan berbagai potensi anak sebagai persiapan untuk hidup dan
penyesuaian diri dengan lingkungannya. Namun secara khusus, salah satu
tujuan khusus pendidikan anak usia dini adalah agar anak percaya akan
28 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 139-141 29 Ahmad Zaini, “Metode-metode Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini”, Thufula,
Vol.2, 2014, h. 42 30 Devrim Erdem, “Kindergarten Teachers’ Views About Outdoor Activities”, Journal of
Education and Learning, 2018, Vol. 7, No. 3, h.2
21
adanya Tuhan, mampu beribadah dengan baik, dan dapat mencintai
sesamanya.31
Pendidikan agama pada masa anak-anak harus mencakup
pengalaman-pengalaman kongkret yang bermakna serta menghindari hal-hal
yang abstrak. Karena sebagaimana yang diungkapkan Piaget dalam teorinya,
anak-anak pada masa awal belum dapat memahami hal-hal yang abstrak.32
Dirertorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama telah
menetapkan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak usia
dini dalam Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489
Tahun 2016. Materi tersebut terbagi menjadi dua bagian yakni sebagai
berikut:
1. Materi Al-Qur’an dan Hadis
Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk anak-anak kelompok A (4-5 tahun) dan
kelompok B (5-6 tahun ) terdiri dari:
a. Hafalan surat-surat pendek
b. Hafalan hadis-hadis
c. Hafalan kutipan ayat-ayat Al-Qur’an
d. Doa harian
e. Dzikir harian (baik berupa Asmaul Husna maupun kalimat thayyibah)
Materi-materi tersebut diistilahkan menjadi nama-nama dibawah ini:
a. Dawaamul Qur’an: berisi surah surat pendek yang dikenalkan dan
dibaca secara berulang-ulang dalam kegiatan sehari-hari.
31 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 78 32 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2008) Cet. 4, h. 63
22
b. Mutiara Al-Qur’an: berisi kutipan ayat Al-Qur’an yang utuh atau
penggalan ayat yang mengandung hikmah dalam kegiatan sehari-hari.
c. Mutiara Hadis: yaitu kutipan hadis yang mengandung hikmah dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Doa Harian: yaitu doa yang dikenalkan sesuai dengan kegiatan harian
yang dibaca sehari-hari.
e. Dzikir Harian: berisi kalimat-kalimat thayyibah yang digunakan
sehari-hari sesuai situasi dan kondisi.
f. Asmaul Husna: yaitu 99 nama Allah yang dikenalkan baik melalui
senandung maupun aplikasi dalam kehidupan sehari hari sesuai kondisi
dan situasi.33
2. Materi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Selain pembelajaran mengenai Al-Qur’an dan Hadis, anak usia dini juga
perlu mempelajari materi Pendidikan Agama Islam lainnya. Materi-materi
tersebut antara lain
a. Rukun iman
b. Rukun Islam
c. Ihsan
d. Kisah Nabi dan Rasul
e. Lagu-lagu Islami34
Kedua kelompok materi pembelajaran tersebut disesuaikan dengan
kelompok usia anak sebagaimana yang tertera pada tabel-tabel di bawah ini.
33 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Keputusan Direktur
Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489 Tahun 2016 Tentang Kurikulum Raudhatul Athfal, Bab
IV. 34 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ibid.
23
Tabel 2.1
Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 4-5 tahun (Kelompok A)35
Kompetensi Inti 1 : Menerima ajaran yang dianutnya
KD 1.1 : Mempercayai adanya Allah melalui ciptaan-Nya
KD 1.2 : Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Allah
No.
Dawaa
mul
Qur’an
Mutiara
Al-
Qur’an
Mutiara
Hadis Doa Dzikir
Asmaul Husna
Senand
ung Aplikasi
1. Al-
Fatihah
Al-
An’am:
54
Menyebark
an salam
Sebelum dan
sesudah
belajar
Tasbih 99
Asmaul
Husna
Ar-
Rosyid
2. An-Nas Ali
Imran:
103
Sesama
muslim
bersaudara
Sebelum dan
sesudah
makan
Tahmid Al-Kholiq
3. Al-Falaq Al-
Baqarah:
222
Kebersihan Sebelum dan
sesudah
kegiatan
Tahlil Al-
Qowiyyu
4. Al-Ikhlas Al-‘Ashr:
3
Menjaga
lisan
Sebelum dan
sesudah tidur
Takbir Ar-
Rozzaq
5. Al-Lahab Al-
A’raaf:
199
Tidak boleh
marah
Kedua orang
tua
Istighfar Ash-
Shobuur
6. An-
Nashr
Al-
‘Ankabut:
45
Mendirikan
Shalat
Kebahagiaan
dunia dan
akhirat
An-Naafi’
7. Al-
Kafirun
An-Nisa:
59
Ketaatan Masuk dan
keluar WC
As-Sami’
35 Ibid.
24
8. Al-
Kautsar
Al-
Anbiya:
107
Kasih
sayang
Masuk dan
keluar rumah
Al-Bashir
9. Al-
Ma’un
Az-
Zalzalah:
7
Beramal Naik
kendaraan
As-Salam
10. Quraisy Al-
Maidah: 2
Berbuat
baik
Masuk dan
keluar masjid
Al-Jami’
11. Al-Fil Al-‘Alaq:
1
Belajar Al-
Qur’an
Niat
berwudhu
12. Al-‘Ashr At-
Taubah:
40
Tidak boleh
bersedih
Setelah
berwudhu
Tabel 2.2
Materi Al-Qur’an dan Hadis untuk Anak Usia 5-6 tahun (Kelompok B)36
Kompetensi Inti 1 : Menerima ajaran yang dianutnya
KD 1.1 : Mempercayai adanya Allah melalui ciptaan-Nya
KD 1.2 : Menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar sebagai rasa
syukur kepada Allah
No.
Dawaa
mul
Qur’an
Mutiara
Al-
Qur’an
Mutiara
Hadis Doa Dzikir
Asmaul Husna
Senand
ung Aplikasi
1. Al-Lahab Al-
An’am:
54
Menyebark
an salam
Sebelum dan
sesudah
belajar
Tasbih 99
Asmaul
Husna
Ar-
Rosyid
2. An-
Nashr
Ali
Imran:
103
Sesama
muslim
bersaudara
Sebelum dan
sesudah
makan
Tahmid Al-Kholiq
36 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ibid.
25
3. Al-
Kafirun
Al-
Baqarah:
222
Kebersihan Sebelum dan
sesudah
kegiatan
Tahlil Al-
Qowiyyu
4. Al-
Kautsar
Al-‘Ashr:
3
Menjaga
lisan
Sebelum dan
sesudah tidur
Takbir Ar-
Rozzaq
5. Al-
Ma’un
Al-
A’raaf:
199
Tidak boleh
marah
Kedua orang
tua
Istighfar Ash-
Shobuur
6. Quraisy Al-
‘Ankabut:
45
Mendirikan
Shalat
Kebahagiaan
dunia dan
akhirat
Ta’jub An-Naafi’
7. Al-Fil An-Nisa:
59
Ketaatan Masuk dan
keluar WC
Hawqol
a
As-Sami’
8. Al-
Humazah
Al-
Anbiya:
107
Kasih
sayang
Masuk dan
keluar rumah
Istirja Al-Bashir
9. Al-‘Ashr Az-
Zalzalah:
7
Beramal Naik
kendaraan
As-Salam
10. At-
Takatsur
Al-
Maidah: 2
Berbuat
baik
Masuk dan
keluar masjid
Al-Jami’
11. Al-
Qoriah
Al-‘Alaq:
1
Belajar Al-
Qur’an
Niat
berwudhu
12. Al-
‘Adiyat
At-
Taubah:
40
Tidak boleh
bersedih
Setelah
berwudhu
D. Konsep Pembelajaran Fun Learning
Fun Learning berasal dari dua kata, yaitu fun dan learning. Dalam
bahasa Indonesia, “fun berarti kesenangan, kegembiraan. Sedangkan learning
26
berarti pengetahuan, pembelajaran.”37 Sehingga secara bahasa, fun learning
berarti pembelajaran yang menyenangkan.
Berk dalam Darmasyah menyatakan bahwa strategi pembelajaran
menyenangkan adalah strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan
materi sehingga mudah dipahami siswa dan memungkinkan untuk
tercapainya lingkungan belajar yang efektif dan tidak membosankan.38
Dayang Rohaya dkk. mengutip pernyataan Charsky dalam jurnalnya.
Ia menyatakan dalam bahwa, “Fun and interactive learning is one of the
powerful pedagogical factors which could yield to create the interactive and
engaged learning environment.” Pembelajaran yang interaktif dan
menyenangkan merupakan salah satu faktor pedagogik yang kuat yang dapat
menciptakan lingkungan belajar yang aktif.39
Dari beberapa pemaparan tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang
menyenangkan untuk anak-anak adalah pembelajaran yang interaktif, dimana
anak-anak mendapatkan stimulasi yang baik melalui kegiatan-kegiatan yang
menyenangkan. Pembelajaran Fun Learning juga ditandai dengan adanya
keterlibatan antara pendidik dan peserta didik, adanya kegembiraan, tidak
membosankan, serta variasi dalam penggunaan sumber dan metode belajar.
Dalam Pendidikan Islam dikenal bahwa belajar yang menyenangkan
bersumber dari jiwa yang paling dalam, yang bukan hanya mengandalkan
academic skill tapi juga life skill dan mentality power atau dalam nuansa
religius disebutkan sebagai belajar yang melibatkan jasad, hayat, dan ruh.
Kunci belajar menyenangkan secara academic skill adalah mampu
mengeksplorasikan tiga anugerah Allah, yakni mata, pendengaran, dan rasa.
Secara life skill, belajar menyenangkan adalah mampu menempatkan motivasi
dan tabungan kebaikan dalam berempati dan bersilaturahim dengan pendidik
dan masyarakat. Sedangkan secara life power, belajar yang menyenangkan
37 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris – Indonesia, (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007),Cet. 29, h. 260 dan 352 38 Darmasyah, Op.cit.,, h. 21 39 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman, “Fun
Learning with AR Alphabet Book for Preschool Children”, Elsevier B.V, 2013. h. 213
27
adalah yang memiliki mental sukses, suka belajar, tidak malas, dan kemauan
kuat.40
Kriteria pembelajaran yang menyenangkan menurut Remiswal dan
Rezki Amelia adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran guru harus bisa menciptakan komunikasi atau
interaksi edukatif yang efektif dan efisien, baik antara guru dengan murid
ataupun sesama murid dengan lingkungan yang ada.
2. Guru dalam memberikan pelajaran harus dapat menggunakan komponen
pembelajaran yang baik berupa metode, media, ataupun alat yang dapat
menciptakan rasa senang siswa.
3. Guru juga perlu memberikan motivasi dalam pembelajaran.
4. Menjadikan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan juga perlu
diolah agar siswa tidak bosan ketika belajar. Lingkungan yang dimaksud
tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga bisa di tempat-tempat yang
berkaitan dengan materi yang dipelajari.41
Dalam pelaksanaan pembelajaran perlu diciptakan suasana belajar
yang menyenangkan sehingga anak memusatkan perhatiannya secara penuh
ketika belajar. Menurut hasil penelitian, tingginya perhatian anak terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Kondisi belajar yang
menyenangkan akan mengoptimalkan proses belajar dan meningkatkan
kepercayaan diri anak.42
Beberapa metode pembelajaran menyenangkan untuk anak usia dini
antara lain:
1. Metode pembelajaran bermain
Bermain merupakan hal yang paling disukai anak-anak. Ketika
bermain anak akan merasa gembira dan suasana hatinya ceria. Dalam
keceriaan inilah, guru dapat menyelipkan ajarannya dengan mudah.
40 Remiswal dan Rezki Amelia, Format Pengembangan Strategi PAIKEM dalam
Pembelajaran Agama Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013) Cet. I, h. 94 41 Remiswal dan Rezki Amelia, Ibid., h. 95 42 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Indeks
Permata Puri Media, 2012) h. 88
28
Bermain bagi anak usia dini adalah kebutuhan, sama seperti kebutuhan
pokok yang lain seperti makan dan minum, kesehatan, kasih sayang, dan
lain-lain. Melalui kegiatan bermain ini semua potensi kecerdasan yang
dimiliki anak dapat dikembangkan.43
Banyak psikolog telah berpendapat mengenai manfaat yang
didapat dari bermain. Perintis psikolog perkembangan Lev Vygotsky
berpendapat bahwa bermain adalah sumber utama perkembangan pada
anak. Pausewang mengatakan bahwa permainan dapat berkontribusi dalam
pengembangan keterampilan pengetahuan, psikomotorik, emosional,
kreativitas, dan sosial anak. Baer pun menyimpulkan bahwa bermain
adalah bentuk pembelajaran terbaik.44
Harlock dalam Novan Ardy menyatakan bahwa setidaknya terdapat
sebelas pengaruh bermain bagi perkembangan anak, antara lain: a.
perkembangan fisik, b. dorongan berkomunikasi, c. penyaluran bagi
energi emosional yang terpendam, d. penyaluran bagi keinginan dan
kebutuhan, e. sumber belajar, f. rangsangan bagi kreativitas, g.
perkembangan wawasan diri, h. belajar bermasyarakat, i. standar
moral, j. belajar bermain sesuai peran jenis kelamin, dan k.
perkembangan ciri kepribadian yang diinginkan.45
Anne Haas Dyson, Profesor bidang Kurikulum dan Pengajaran
dari College of Education, menyebutkan dalam Dayang Rohaya dkk.
bahwa pembelajaran bagi anak akan bermula dari bermain. Karena ketika
anak-anak bermain, mereka akan belajar berpartisipasi, berpikir, serta
menemukan ide dan pengalaman baru. Dyson juga menambahkan bahwa
anak-anak tidak akan merespon pembelajaran secara baik jika hanya
duduk diam dan mendengarkan, karena anak-anak membutuhkan stimulasi
untuk membantunya belajar.46 Dalam pembelajaran, permainan yang
digunakan dapat berupa permainan pendidikan ataupun permainan non-
43 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 122-123 44 Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar, “Designing Playful
Learning by Using Educational Board Game for Children In The Age Range of 7-12: (A Case
Study: Recycling and Waste Separation Education Board Game)”, International Journal of
Environmental and Science Education, 2016, vol.11, no.12, h. 4 45 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit h. 124 46 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman, Op.cit., h. 213
29
pendidikan. Permainan pun tidak hanya dilakukan di dalam kelas, tetapi
dapat juga dilakukan di luar kelas.47
2. Metode pembelajaran melalui bercerita
Bercerita adalah cara bertutur dan menyampaikan cerita atau
menjelaskan secara lisan. Metode bercerita merupakan salah satu metode
yang banyak digunakan di PAUD, karena bercerita dapat memberikan
pengalaman belajar bagi anak. Cerita yang dibawakan baiknya berkaitan
dengan kehidupan anak yang menyenangkan, minat anak, dan tingkatan
usia anak. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru dalam bercerita antara
lain membaca langsung dari buku cerita, mendongeng (narasi), bercerita
menggunakan ilustrasi gambar, menggunakan papan flannel, media
boneka, atau memainkan jari-jari tangan.48
Kaderavek dan Sulzby menjelaskan bahwa ketika bercerita, orang
tua atau guru tidak hanya membaca tetapi terkadang juga mendeskripsikan
gambar, nama-nama benda, menjelaskan fakta, bertanya, dan
menghubungkan cerita dengan pengalaman anak. Dengan demikian,
mereka menciptakan konteks yang meningkatkan perkembangan
intelektual dan bahasa anak di luar dari apa yang bisa anak-anak
dapatkan.49
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan bercerita atau
mendongeng antara lain sebagai berikut:
a. Mengembangkan imajinasi anak
b. Menambah pengalaman
c. Melatih daya konsentrasi
d. Menambah perbendaharaan kata
e. Menciptakan suasana yang akrab
f. Melatih daya tangkap
g. Mengembangkan perasaan sosial
h. Mengembangkan emosi anak
47 Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar, Loc..Cit 48 Mukhtar Latif dkk., Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan Aplikasi,
(Jakarta: Kencana, 2013) h. 111-112 49 Triantafillia Natsiopoulou, Mimis Souliotis and Argyris G. Kyridis, “Narrating and
Reading Folktales and Picture Books: Storytelling Techniques and Approaches with Preschool
Children”, Early Childhood Research & Practice, 2006, h. 1-2
30
i. Berlatih mendengarkan
j. Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif
k. Menambah pengetahuan50
3. Metode pembelajaran melalui bernyanyi
Bernyanyi merupakan salah satu kegiatan yang sangat disukai
anak-anak. Hampir setiap anak sangat menikmati lagu-lagu atau nyanyian
yang didengarkan. Melalui kegiatan bernyanyi, suasana pembelajaran akan
lebih menyenangkan, menggairahkan, membuat anak bahagia,
menghilangkan kesedihan, anak-anak merasa terhibur, dan lebih
bersemangat sehingga pesan-pesan yang diberikan akan lebih mudah dan
cepat diterima serta diserap oleh anak-anak. Anak juga akan lebih mudah
mengingat pesan jika dengan nyanyian.51
Dalam setiap taman kanak-kanak, lagu atau nyanyian memegang
peran yang sangat penting sebagai alat pendidikan. Melalui lagu banyak
hal yang dapat dipesankan kepada anak, terutama pesan moral dan nilai-
nilai agama. Pesan-pesan tersebut akan lebih cepat dan mudah dipelajari
serta melekat lebih lama di dalam pikiran anak. Tipe nyanyian yang
menarik untuk anak-anak adalah lagu yang pendek dan energik dengan
banyak refrain.52
4. Metode pembelajaran demonstrasi
Hampir dalam setiap kegiatan main akan terjadi pengalaman-
pengalaman baru yang menimbulkan kegiatan belajar pada anak.
Pengalaman belajar tersebut diperoleh melalui penglihatan, pendengaran,
dan peniruan. Demonstrasi merupakan salah satu metode bermain yang
dirancang untuk menunjukkan, mengerjakan, dan menjelaskan suatu objek
atau proses dari suatu peristiwa yang sedang dilakukan. Beberapa bentuk
50 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Opcit., h. 128 51 Ibid., h. 131 52 Lihanna Borhan, “Teaching Islam: A Look Inside An Islamic Preschool in Malaysia”,
Contemporary Issues in Early Childhood, 2004, Vol. 5, No. 3, h. 8-9
31
kegiatan yang sesuai dengan metode demonstrasi dalam rangka
memberikan pengalaman belajar anak antara lain:
a. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi mata dan jari seperti
memegang dan menggunakan alat tulis, mengikat tali sepatu,
mengancingkan baju, dan lain sebagainya.
b. Kegiatan yang bertujuan melatih koordinasi tubuh atau gerakan-
gerakan dasar motorik kasar, seperti gerakan merayap, merangkak,
berjalan pada balok titian, dan lain-lain.53
5. Metode pembelajaran karya wisata
Karya wisata adalah salah satu metode pembelajaran yang
memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengamati atau
mengobservasi, memperoleh informasi, dan mengkaji dunia secara
langsung. Melalui kegiatan karya wisata anak-anak akan memperoleh
pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh panca
indera sehingga apa yang diperoleh dari lapangan dapat lebih berkesan dan
lebih diingat anak.54
Penelitian menunjukkan bahwa melakukan karya wisata
mempengaruhi pembelajaran anak secara kognitif dan emosional. Bahkan,
karya wisata pun dapat memfasilitasi anak untuk lebih aktif. Misalnya,
anak-anak akan lebih banyak bertanya dalam pembelajaran karya wisata
dibandingkan di dalam kelas.55
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian
ini, antara lain:
1. Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini (Penelitian
Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Utara) oleh
Himmatul Uliya jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Ilmu Tarbiyah
53 Mukhtar Latif dkk., Op.cit., h. 114 54 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Opcit., h. 137 55 Devrim Erdem, Loc.Cit.
32
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Penelitian
tersebut menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan
kualitatif. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
baca tulis Al-Qur’an pada anak usia dini di tempat tersebut terlaksana
dengan baik, namun masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan
seperti metode dan sarana prasarana.56
2. Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam Pendidikan Agama
Islam (Studi di SDN 01 Banjarejo Karanganyar Pekalongan) oleh Rini
Listiyowati jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Pekalongan tahun 2011. Metode yang digunakan pada penelitian
ini adalah field research (penelitian lapangan) dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun Learning di SDN 01
Banjarejo Pekalongan berjalan dengan baik, maka untuk penelitian kali ini
pun peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran PAI untuk anak usia
dini di ALIF School berjalan dengan baik pula.57
3. Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Paud IT El-Itqan Desa
Mulyadadi Kecamatan Cipari Kabupaten Cilacap oleh Mahfudhotul
Mar’ah jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam Negeri
(STAIN) Purwokerto tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metode
study research atau penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran
yang dilakukan oleh PAUD IT El-Itqon sudah sesuai dengan kurikulum
yang ditetapkan pemerintah. Suasana pembelajaran yang menyenangkan
pun tidak terpaku pada pembelajaran di dalam kelas, tetapi juga melalui
pembelajaran di luar kelas.58
56 Himmatul Uliya, “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini: Penelitian
Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta Pusat”, Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 78-82, tidak dipublikasikan. 57 Rini listiyowati, Op. cit., h. 82-84 58 Mahfudhotul Mar’ah, “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PAUD IT El-
Itqon Desa Mulyadain, Cipari, Cilacap, Skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Purwokerto, Purwokerto, 2010, h. 80-81, tidak dipublikasikan.
33
Dari ketiga penelitian tersebut terdapat beberapa persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan kali ini. Persamaannya terletak
pada materi pembelajaran yang diteliti, yaitu pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Namun pada penelitian pertama difokuskan kepada
pembelajaran baca tulis Al-Qur’an saja. Pendekatan yang digunakan pun
sama, yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Persamaan yang lebih spesifik ditemukan dengan penelitian kedua, karena
sama-sama meneliti penerapan metode Fun Learning pada pembelajaran
Pendidikan Agama Islam.
Sedangkan untuk perbedaannya, selain terletak pada lokasi penelitian,
pada penelitian kedua juga terletak pada objek penelitian. Penelitian tersebut
meneliti anak-anak usia Sekolah Dasar, sedangkan penelitian kali ini meneliti
anak usia dini.
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TPA ALIF School Bintaro yang beralamat
di Jalan Wahid Hasyim blok FG 12 No.14 Pondok Jaya, Pondok Aren,
Tangerang Selatan. Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan
yaitu dimulai dari bulan Juli 2018 sampai dengan September 2018. Penulis
memilih TPA ALIF School Bintaro sebagai tempat penelitian karena tempat
ini dianggap memiliki karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun
Learning pada anak usia dini.
B. Latar Penelitian
Latar yang dipilih dalam penelitian ini adalah tempat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar di TPA ALIF School Bintaro, yaitu ruang kelas.
Peneliti akan mengamati proses pembelajaran, guru dan siswa selama
pembelajaran berlangsung.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang dimaksud berarti kegiatan
penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yakni rasional, empiris dan
sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara
yang masuk akal, empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh
indera manusia, dan sistematis berarti menggunakan langkah-langkah yang
bersifat logis. Walaupun langkah-langkah penelitian kuantitatif, kualitatif,
ataupun gabungan dari keduanya berbeda, tetapi semuanya memiliki langkah-
langkah sistematis.1
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017) Cet. 2,5 h. 3
35
Pendekatan atau metode penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
dan objek yang alamiah (natural setting), yaitu objek yang berkembang apa
adanya tanpa dimanipulasi oleh peneliti. Metode kualitatif juga digunakan
untuk mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang mengandung
makna.2 Untuk itu, agar dapat meneliti lebih dalam mengenai penggunaan
metode Fun Learning dalam pembelajaran PAI pada anak usia dini di ALIF
School, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untu menjelaskan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi
tertentu. Dengan kata lain penelitian deksriptif hanya menggambarkan apa
adanya, tidak untuk mencari atau menerangkan keterkaitan antarvariabel.3
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam
terkait objek yang diteliti, maka penelitian kualitatif menggunakan teknik
trianggulasi. Trianggulasi adalah penggabungan data dengan tiga teknik
pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.4
Selengkapnya tiga teknik pengumpulan data yang akan digunakan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Observasi Partisipan
Observasi partisipan adalah bentuk observasi dimana peneliti tidak
hanya menjadi pengamat, melainkan ikut mengambil peran dalam situasi
tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa yang akan diteliti.5 Dalam
penelitian ini, peneliti akan ikut berperan sebagai tenaga pengajar sehingga
selain mengamati, peneliti dapat terlibat secara langsung dengan proses
pembelajaran di kelas.
2 Ibid., h. 15 3 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana,
2014) Cet. 2 h. 59 4 Robert K. Yin, Studi Kasus: Desain dan Metode, Terj. dari Case Study Research:
Designs and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 15 5 Ibid.., h. 114
36
2. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.6 Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan data yang valid yang berkaitan dengan penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti akan mewawancarai kepala sekolah dan dua orang
perwakilan guru kelas TPA ALIF School Bintaro.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data penelitian
dengan dokumen. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-
karya dari seseorang.7 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
pengumpulan data-data tentang lembaga, staff pengajar, foto-foto serta
data lain yang menunjang kelengkapan data penelitian.
Dari ketiga teknik tersebut, berikut peneliti lampirkan pedoman
pengumpulan data berupa kisi-kisi mengenai hal yang akan diteliti beserta
teknik yang akan digunakan.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Pedoman dan Teknik Pengumpulan Data yang Akan Digunakan
No. ASPEK INDIKATOR TEKNIK YANG
DIGUNAKAN
1. Perencanaan
pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan
pendekatan Fun
Learning
a. Bentuk dan format
perencanaan
pembelajaran yang
digunakan
Wawancara
Dokumentasi
2. Implementasi
pendekatan Fun
Learning dalam
pembelajaran
Pendidikan Agama
Kegiataan pembukaan
pembelajaran:
a. Pengkondisian kelas
b. Pelaksanaan kegiatan
Wawancara
Observasi
Dokumentasi
6 Sugiyono, Op.cit., h. 317 7 Ibid., h. 329
37
Islam. apersepsi
c. Pemberian motivasi
kepada siswa
Kegiatan inti pembelajaran:
a. Materi Pendidikan Agama
Islam yang disampaikan
dan variasinya
b. Variasi metode yang
digunakan dalam
pembelajaran Fun
Learning
c. Variasi media yang
digunakan dalam
pembelajaran Fun
Learning
d. Gaya mengajar guru
e. Interaksi guru dengan
murid
Kegiatan penutup
pembelajaran:
a. Pelaksanaan kegiatan
refleksi
b. Tindak lanjut
pembelajaran
3. Pelaksanaan evaluasi
hasil belajar dalam
pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan
pendekatan Fun
Learning.
a. Teknik penilaian yang
digunakan guru Wawancara
Observasi
Dokumentasi
4. Lingkungan belajar yang
mendukung penerapan
pendekatan Fun
Learning dalam
pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
a. Keadaan gedung dan
ruang belajar
b. Sarana dan prasarana
yang disediakan
Wawancara
Observasi
38
E. Pemeriksaan Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang dapat dilakukan meliputi uji kredibilitas data
(validitas internal), uji dependabilitas (reliabilitas) data, uji transferabilitas
(validitas eksternal/generalisasi), dan uji konfirmabilitas (objektivitas).
Namun yang paling utama adalah uji kredibilitas data yang dilakukan melalui
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, member check, dan analisis kasus negatif.8
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasi wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga
mudah dipahami oleh diri sendiri maupun oran lain. Analisis data kualitatif
bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis, kemudian
dicarikan data lagi secara berulang-ulang hingga selanjutnya dapat
disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau tidak.9
Dalam penelitian kualitatif, teknik analisis data lebih banyak
dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Menurut Miles dan
Huberman dalam Sugiyono terdapat tiga tahap yang dilakukan dalam proses
analisis data, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data
display), dan interpretasi data (verification).10
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian deskriptif ini
adalah sebagai berikut:
8 Ibid., h. 401-402 9 Ibid., h. 335 10 Ibid., h. 401
39
1. Analisis data observasi. Data-data observasi disusun dalam tabel yang
kemudian dianalisis dengan rumus persentase berikut11:
Rumus: p =
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number of Case (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
p : angka persentase
2. Analisis dari data hasil wawancara dan dokumentasi. Yaitu data yang
diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisis dengan cara deskriptif yang
kemudian dapat ditarik kesimpulan.
11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006) Cet. 12, h. 43
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum TPA ALIF School Bintaro
1. Sejarah Singkat TPA ALIF School Bintaro
ALIF (Al-Qur’an Learning and Islamic Foundation) adalah lembaga
pendidikan keagamaan dan ke-Al-Qur’an-an di bawah naungan Yayasan
Sahabat Shalawat. ALIF berdiri atas gagasan Ibu Fenty Noverita yang
ingin mendirikan sebuah taman pendidikan Al-Qur’an untuk anak usia dini
dengan konsep modern. Bekerja sama dengan Ustadz Ahmad Muzakki
Kamalie, Lc. selaku pembina Yayasan Sahabat Shalawat, maka pada tahun
2015 muncullah konsep taman pendidikan Al-Qur’an untuk anak dengan
strategi Fun Learning, Bilingual, dan Intensive yang diberi nama ALIF
School. TPA ALIF School pertama ini berlokasi di Bintaro sektor 7,
Jakarta Selatan.1
Tahun 2015 hingga awal tahun 2016 digunakan ALIF untuk
menyiapkan tempat dan fasilitas, kurikulum, hingga buku-buku pelajaran
anak. Kemudian di bulan April 2016, ALIF School mulai membuka
pendaftaran untuk murid angkatan pertama program pembelajaran kelas
dan home private untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan
Bekasi (Jabodetabek) dengan pengajar yang baru berjumlah 10 orang.
ALIF School menyelenggarakan Grand Opening dan Launching pada
tanggal 5 Mei 2016 yang kemudian tanggal tersebut ditetapkan menjadi
hari kelahiran TPA ALIF School Bintaro.
ALIF School menetapkan kurikulum pembelajarannya dengan
mengkombinasikan kurikulum TPA/TPQ dari Kementerian Agama dan
kebutuhan ALIF School. Pada mulanya ALIF School menggunakan
metode pembelajaran Al-Qur’an yang ditetapkan sendiri. Namun di
pertengahan tahun 2017, ALIF School mengganti metode pembelajaran
1 Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 25 Juli 2018
41
Al-Qur’annya dengan metode Tilawati. Sejak saat itu, setiap pengajar
diwajibkan untuk memiliki syahadah atau sertifikat khusus dari metode
Tilawati dengan mengikuti pelatihan-pelatihannya.2
ALIF School memiliki tujuan untuk menjadi lembaga pembelajaran
Al-Qur’an sekaligus penyelenggara acara Islami untuk anak yang
terpercaya di Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, ALIF School
terus meningkatkan kualitasnya dengan membuat program-program
tambahan selain pembelajaran harian. ALIF School juga terus menambah
jangkauannya dengan membuat cabang dan mitra di berbagai daerah di
Indonesia. Hingga pada bulan Januari 2018, berdirilah cabang kedua dari
ALIF School yang bertempat di apartment Menteng Square, Jakarta Pusat.
Saat ini ALIF School sedang dalam tahap membuka cabang
berikutnya di kota Pontianak, Pekanbaru, dan Tangerang. ALIF School
juga sedang dalam proses pembuatan aplikasi pencarian guru mengaji
secara online yang akan tersebar di beberapa kota besar seperti
Yogyakarta, Malang, Bandung, Surabaya, Pontianak, Pekanbaru,
Palembang, Medan, Cirebon, Lampung, Makassar dan Denpasar.
2. Visi, Misi dan Motto TPA ALIF School Bintaro
a. Visi
Menciptakan generasi yang beragama dan berbudaya baik
b. Misi
1) Menyelenggarakan pembelajaran Al-Qur’an dengan baik dan
menyenangkan
2) Menghadirkan pembelajaran ibadah dengan baik dan mudah
c. Motto
Mengenalkan Al-Qur’an lebih dekat dengan cara yang lebih akrab
2 Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada hari Rabu, 25 Juli 2018
42
3. Program Pendidikan TPA ALIF School Bintaro
TPA ALIF School memiliki tiga program untuk pembelajaran kelas,
yaitu program regular (satu kali seminggu), program intensive (dua kali
dalam seminggu), dan program daily (4 kali dalam seminggu). Kegiatan
pembelajaran tersebut diselenggarakan pada hari Senin, Selasa, Rabu,
Kamis dan Sabtu dengan pilihan waktu belajar sebagai berikut.
Tabel 4.1
Pilihan Waktu Belajar di Kelas TPA ALIF School Bintaro3
No. Pilihan Kelas Waktu Belajar
1. Kelas Pagi Jam 8 (khusus hari Sabtu) 08.00-10.00
2. Kelas Pagi 10.00-12.00
3. Kelas Siang 13.00-15.00
4. Kelas Sore 15.00-17.00
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa durasi kegiatan
pembelajaran di kelas adalah 120 menit. Siswa dibebaskan untuk memilih
program, hari, dan waktu belajar sehingga dapat menyesuaikan dengan
aktivitas-aktivitas lain yang mereka miliki.
Selain pembelajaran di kelas, TPA ALIF School juga memiliki kelas
home private atau guru datang ke rumah untuk wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Untuk kelas ini siswa dapat
memilih guru, hari, waktu, dan tempat belajar yang diinginkan. Program
yang disediakan pun terdapat private regular (satu kali seminggu) dan
private intensive (dua kali dalam seminggu). Durasi pembelajaran untuk
kelas home private adalah 90 menit.
TPA ALIF School tidak hanya membagi kelas berdasarkan waktu
belajar, tetapi juga berdasarkan usia dan kemampuan anak. Pembagian
3 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro
43
kelas sesuai usia anak yakni kelas Toddler untuk anak usia 3-5 tahun dan
kelas Kids untuk usia 6-12 tahun. ALIF School juga membuka kelas untuk
remaja dan dewasa, namun untuk saat ini kelas tersebut belum berjalan.
Sedangkan berdasarkan tingkat kemampuan anak, TPA ALIF School
membagi kelas sesuai dengan kemampuan pembelajaran Tilawati mereka.
Dalam mengajarkan Al-Qur’an untuk anak-anak, TPA ALIF School
menggunakan metode Tilawati. Sedangkan untuk pembelajaran materi
Pendidikan Agama Islam, TPA ALIF School menggunakan tiga strategi
pembelajaran yakni fun learning, bilingual, dan intensive. Materi-materi
Pendidikan Agama Islam tersebut disesuaikan dengan kurikulum
TPA/TPQ yang ditetapkan oleh Kementerian Agama. Adapun materi
Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di TPA ALIF School meliputi:
a. Baca tulis Al-Qur’an. Materi ini disampaikan dengan memadukan
strategi yang digunakan TPA ALIF School dengan metode Tilawati.
b. Praktik ibadah, seperti praktik wudhu, sholat berjamaah, tata cara
ibadah haji, dan lain-lain.
c. Hafalan surat-surat pendek (surat An-Nas sampai adh-Dhuha) dan doa-
doa harian.
d. Akidah akhlak, meliputi rukun iman, rukun Islam, dan semua yang
mencakup di dalamnya.
e. Tajwid (teori dan praktik) untuk kelas Kids.
f. Character building (pembentukan karakter anak). Materi ini
disampaikan melalui nilai-nilai yang terkandung dalam kisah-kisah
hikmah para Nabi dan sahabatnya, kisah-kisah dalam Al-Qur’an,
ataupun kejadian sehari-hari.
g. Materi penunjang, seperti archery, musik, dan lain sebagainya.4
Selain program pembelajaran harian, TPA ALIF School juga
memiliki progam tambahan yang diadakan per tiga bulan, per semester
dan per tahun seperti Sanlat ALIF (pesantren kilat), ALIF Fieldtrip (ALIF
Goes to Mosque), ALIF Islamic Camp, ALIF Islamic Fun Holiday, ALIF
4 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
44
Islamic Fair, dan lain sebagainya. Program tersebut bertujuan untuk
menambah pengetahuan dan kemampuan anak di luar pembelajaran yang
mereka dapat sehari-hari. Program-program tambahan ini tidak hanya
diikuti untuk siswa TPA ALIF School saja, melainkan juga terbuka untuk
umum.
4. Tenaga Pendidik dan Kependidikan TPA ALIF School Bintaro
a. Tenaga Pendidik
Saat ini tenaga pendidik di TPA ALIF School berjumlah 62
orang yang terdiri dari 6 orang guru kelas dan 56 orang guru privat.
Mayoritas guru merupakan alumni dari Pondok Pesantren Darunnajah
Jakarta angkatan 2010-2017 dengan latar belakang pendidikan akhir
yang berbeda-beda. Berikut adalah data tenaga pendidik TPA ALIF
School Bintaro tahun ajaran 2017/2018.
Tabel 4.2
Data Pengajar TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20195
No. NAMA L/P PENDI
DIKAN JABATAN
1. Masmuhah, S.Sos. P S1 Guru Kelas dan Privat
2. Fathul Hadi, S.I. Kom. L S1 Guru Kelas dan Privat
3. Khoirul Umam, S.Sos. L S1 Guru Privat
4. Maretha Widia Putri, S.Hum. P S1 Guru Kelas dan Privat
5. Nahdlotur Rosyidah, S.Sos P S1 Guru Privat
6. Fitriana Junaid, S.Psi. P S1 Guru Privat
7. Fitriani Junaid, S.E. P S1 Guru Privat
8. Muzakka Alzama Rizki L SMA Guru Privat
5 Sumber Data: Bagian HRD TPA ALIF School Bintaro
45
9. Siti Nuravivah, S.Sy. P S1 Guru Privat
10. Mauridah Muhdy, B.Sc. P S1 Guru Kelas dan Privat
11. Muhammad Ali Ibrahim, S.S L S1 Guru Kelas dan Privat
12. Rizka Arfeinia, S.Kom.I. P S1 Guru Privat
13. Ayu Setia Mauliddina, S.Psi. P S1 Guru Kelas dan Privat
14. Faisal Rizky Aditya L SMA Guru Privat
15. Lisa Analisa, S.S.I P S1 Guru Privat
16. Dini Trias Ramadhani P SMA Guru Privat
17. Rizka Maulidya, S.Tr.Gz P D4 Guru Privat
18. Rifda Shabrina P SMA Guru Privat
19. Nabilah Fakhrati, S.S.I P S1 Guru Privat
20. Rahman Saleh, S.Pd.I. L S1 Guru Privat
21. Rahmawati Glamindia,
Amd.Far. P D3
Guru Privat
22. Lu’lu Firdaus Ramadhani L SMA Guru Privat
23. Deby Nurjihan P SMA Guru Privat
24. Rivia Zatalini P SMA Guru Privat
25. Nisa Alimah P SMA Guru Privat
26. Alifuddin Fahmi Abdilah,
S.Hum. L S1 Guru Privat
27. Luthfi Wibowo L SMA Guru Privat
28. Miftahul Khausar L SMA Guru Privat
29. Fadli Husnurrahman L SMA Guru Privat
30. Rizka Aufa Millati P SMA Guru Privat
31. Elsye Putri Ananda, S.E. P S1 Guru Privat
32. Ismi Salsabilah P SMA Guru Privat
33. Akbar Kurniawan L SMA Guru Privat
46
34. Rodliatum Mardliyah Alhadi,
S.Kom. P S1 Guru Privat
35. Irma Putri Utami, S.Hub.Int. P S1 Guru Privat
36. Nurul Hidayanti, S.Sos. P S1 Guru Privat
37. Aninda Ferrizqi, S.Psi. P S1 Guru Privat
38. Farisha, S.Pd. P S1 Guru Privat
39. Fitrah Awaluddin, S.H. L S1 Guru Privat
40. Rifanny Fathia Caesa Putri,
S.Sy. P S1 Guru Privat
41. Alpha Shibaa Dewi P SMA Guru Privat
42. Muhammad Rizki L SMA Guru Privat
43. Eliza Nurjannah, S.I.Kom. P S1 Guru Privat
44. Alfiyah Mufidah P SMA Guru Privat
45. Gita Gemala Rizki P SMA Guru Privat
46. Intan Bustiananda, S.Psi. P S1 Guru Privat
47. Zahrotun Nafisah P SMA Guru Privat
48. Putri Syafikha Izzati Rachman P SMA Guru Privat
49. Hakimatul Latifah P SMA Guru Privat
50. Zahrah Karimah P SMA Guru Privat
51. Lathuf Nabilah Amin,
S.I.Kom. P S1 Guru Privat
52. Jehan Shofiah P SMA Guru Privat
53. Hidayati Majidah P SMA Guru Privat
54. Nopi Sri Wahyuni P SMA Guru Privat
55. Qothrun Nada P SMA Guru Privat
56. Safira, S.Tr. P D4 Guru Privat
57. Anasarach Dea Delinda, S.H. P S1 Guru Privat
47
58. Haris Manaf L SMA Guru Privat
59. Rusdamayanti Eka P. L. P SMA Guru Privat
60. Avilla Syafitri P SMA Guru Privat
61. Maulidia Citra P SMA Guru Privat
62. Robiatul Adawiyah P SMA Guru Privat
b. Tenaga Kependidikan
Adapun daftar nama-nama tenaga kependidikan atau staff TPA ALIF
School Bintaro tahun ajaran 2018/2019 beserta jabatannya adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.3
Data Karyawan TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20196
No. NAMA L/P PENDI
DIKAN JABATAN
1. Andre Irawan, S.Sy. L S1 Bagian Administrasi
2. Achmad Dion Perdana L SMA Bagian Event
3. Asrul Sani Nasution, S.Kom.I. L S1 Bagian Event
4. Oktarijal Abdul Razik Karami,
S.Pd. L S1 Bagian Event
5. Hendy Darmansyah, S.E.Sy. L S1 Bagian Event
6. Muhammad Irham L S1 Bagian Event
7. M. Iqbal Al-Ayub, S.Pd. L S1 Bagian Event
5. Keadaan Siswa TPA ALIF School Bintaro
Secara kesuluruhan siswa TPA ALIF School Bintaro berjumlah 324 anak
yang terdiri dari 125 siswa kelas dan 198 siswa privat. Adapun rinciannya
dapat dilihat dalam tabel berikut.
6 Sumber Data: Bagian HRD TPA ALIF School Bintaro
48
Tabel 4.4
Data Kelas dan Siswa TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20197
JUMLAH KELAS JUMLAH PESERTA DIDIK
Kelas Toddler 18 kelas Kelas Toddler 83 anak L = 46 P = 37
Kelas Kids 8 kelas Kelas Kids 41 anak L = 14 P = 27
Kelas Private 180 kelas Kelas Private 199 anak L = 107 P = 92
TOTAL 206 kelas TOTAL 324 anak L = 167 P = 156
6. Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro
TPA ALIF School Bintaro senantiasa menyediakan fasilitas yang
dapat mendukung pembelajaran anak secara nyaman dan menyenangkan.
Berbagai fasilitas yang disediakan dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.5
Data Sarana dan Prasarana TPA ALIF School Bintaro Tahun Ajaran 2018/20198
No. Jenis Fasilitas Jumlah Keadaan
1. Ruang kelas non multimedia 2 Baik
2. Ruang kelas multimedia 1 Baik
3. Kantor guru 1 Baik
4. Kamar mandi/ WC 3 Baik
5. Ruang tunggu 1 Baik
6. Perpustakaan 1 Baik
7. Dapur 1 Baik
8. Tempat wudhu 1 Baik
9. Tempat sholat 1 Baik
10. Panggung kecil 1 Baik
7 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro
8 Sumber Data: Bagian Administrasi TPA ALIF School Bintaro
49
11. Tempat bermain 1 Baik
12. Gudang 1 Baik
Ruang kelas TPA ALIF School Bintaro di desain secara nyaman
dan modern dengan pilihan meja, alas duduk, lantai, dan aksesoris ruangan
yang aman dan sesuai untuk anak-anak. Tiap kelas juga dilengkapi dengan
pendingin ruangan (air conditioner), papan tulis, jam dinding dan mural
(lukisan dinding) sehingga anak akan merasa nyaman dan senang ketika
belajar. Salah satu ruang kelas dilengkapi dengan televisi untuk
penyampaian materi melalui video, film, ataupun lagu-lagu. TPA ALIF
School Bintaro juga memiliki ruang tunggu yang dilengkapi dengan 2 set
sofa dan perpustakaan. Ruang tunggu ini dapat digunakan oleh wali murid
ataupun anak-anak ketika menunggu dijemput orang tuanya, karena buku-
buku yang disediakan tidak hanya buku-buku umum namun juga buku
anak-anak. Tempat wudhu di TPA ALIF School memiliki 5 buah keran air
yang sesuai untuk ukuran anak dan karpet anti slip untuk menghindari
anak terpeleset ketika selesai wudhu. Untuk ruangan sholat, TPA ALIF
School Bintaro menggunakan aula yang bertempat di tengah-tengah
sekolah yang dialasi oleh karpet. TPA ALIF School juga menyediakan
banyak sajadah dan mukena ukuran dewasa dan anak-anak sehingga ketika
anak lupa membawa peralatan sholatnya, mereka bisa menggunakan alat
sholat yang telah disediakan. Orang tua murid pun dapat memakainya jika
ingin melakukan sholat sembari menunggu. Di belakang tempat sholat
terdapat panggung kecil berlatarkan spanduk berwarna cerah bertuliskan
‘ALIF’ sebagai tempat untuk mengadakan pertunjukkan dan acara-acara
atau untuk sekedar berfoto setelah selesai belajar. Halaman depan
dimanfaatkan sebagai taman bermain untuk anak. Dilengkapi dengan
beberapa macam mainan yang terbuat dari plastik dan dialasi alas karet
sehingga anak tetap merasa senang dan aman ketika bermain.
Selain fasilitas untuk anak dan orang tua, TPA ALIF School juga
memfasilitasi guru dan karyawannya dengan baik. TPA ALIF School
50
memiliki dapur untuk menyediakan makanan para guru dan karyawannya.
TPA ALIF School juga memiliki dispenser yang dapat diakses oleh siapa
saja baik itu guru dan karyawan, orang tua murid, ataupun anak-anak.
Untuk penyimpanan barang dan bahan-bahan mengajar, TPA ALIF School
memiliki gudang dan kantor guru yang dilengkapi dengan lemari, rak, dan
laci-laci penyimpanan.
B. Temuan Penelitian
Pada Bab sebelumnya peneliti telah menjelaskan bahwa teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipan, wawancara,
dan dokumentasi. Dalam melakukan observasi partisipan, peneliti tidak hanya
mengamati namun juga ikut menjadi tenaga pengajar mendampingi wali kelas.
Observasi dan wawancara dilakukan berdasarkan pedoman yang telah dibuat,
dan dokumentasi diambil dari pengumpulan data dan pengambilan foto selama
kegiatan.
Berikut adalah hasil yang didapatkan peneliti melalui penggabungan
dari observasi, wawancara, dan pengumpulan data di TPA ALIF School
Bintaro.
1. Perencanaan Pembelajaran
Guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
yang telah ditetapkan oleh Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro.
Kurikulum yang ditetapkan tersebut berlaku untuk semua murid TPA
ALIF Bintaro, baik yang mengikuti pembelajaran di kelas ataupun home
private. Pada mulanya, Bagian Akademik menyusun Program Tahunan
(Prota), Silabus Pembelajaran per Semester dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) untuk guru. Namun seiring berjalannya
waktu, para guru merasa RPPH sulit untuk terlaksana dengan baik karena
target pemberian materi yang terlalu banyak setiap harinya. Anak usia dini
memiliki karakter yang unik dan berbeda-beda untuk belajar sehingga
terkadang materi yang diberikan hari ini harus terus diulang untuk
51
beberapa pertemuan ke depan agar mereka mengerti dan hafal. Maka
Bagian Akademik pun memutuskan untuk menyederhanakan materi
pembelajaran dalam silabus yang telah dibuat untuk memudahkan siswa
memahami pelajaran.9
Berikut adalah Silabus Pembelajaran per Semester TPA ALIF
School Bintaro untuk kelas Kids dan Toddler.
Tabel 4.6
Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Toddler Tahun Ajaran 2018/201910
No. Jenis Pembelajaran Materi
Usia 2,5-3 Tahun Usia 3-5 Tahun
1. Pembelajaran Tilawati Tilawati PAUD Tilawati PAUD
2. Hafalan Doa Harian Doa sebelum tidur
Doa bangun tidur
Doa sebelum makan
Doa setelah makan
Doa kedua orang tua
Doa sebelum tidur
Doa bangun tidur
Doa sebelum makan
Doa setelah makan
Doa kedua orang tua
3. Praktek Ibadah Praktek wudhu
Praktek shalat
Praktek wudhu
Praktek shalat
Niat berwudhu
Niat shalat
4. Hafalan Surat Pendek Surat Al-Fatihah
Surat An-Nas
Surat Al-Falaq
Surat Al-Ikhlas
Surat Al-Fatihah
Surat An-Nas
Surat Al-Falaq
Surat Al-Ikhlas
Surat Al-Lahab
9 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 10 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro
52
5. Menulis Mewarnai huruf Arab
Menebalkan angka Arab
Mencontoh penulisan
huruf dan angka Arab
Mewarnai kaligrafi
sederhana
6. Aqidah Akhlak Mengenal Tuhan, agama,
Nabi, dan kitab
Penggunaan salam
Penggunaan basmalah
dan hamdalah
Kalimat-kalimat baik
dalam Islam
Sikap terhadap orang tua
dan orang lain
Mengenal Allah
Mengenal ciptaan
Allah
Rukun Islam
7. Kisah Nabi Sejarah Nabi Muhammad
Keluarga Nabi
Muhammad
Mengenal 10 nama nabi
Kisah Nabi Adam
Kisah Nabi Nuh
Sejarah Nabi
Muhammad
Keluarga Nabi
Muhammad
Kisah Nabi Adam
Kisah Nabi Nuh
Kisah Nabi Musa
Kisah Nabi Ibrahim
8. Muatan Lokal Crafting
Painting
Archery
Crafting
Painting
Archery
53
Tabel 4.7
Silabus Pembelajaran per Semester Untuk Kelas Kids Tahun Ajaran 2018/201911
No. Jenis
Pembelajaran
Materi
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
1. Pembelajaran
Tilawati
Jilid 1 Jilid 2 Jilid 3 Jilid 4 Jilid 5
2. Praktek Ibadah Berwud
hu
Shalat
Adzan dan
Iqomah
Shalat
berjamaah
Shalat
tarawih
Shalat
Idul
Fitri
Tayamu
m
Shalat
dhuha
Shalat
tahajud
Shalat
Jumat
Shalat
rawatib
3. Hafalan Doa
Harian Doa
mau
tidur
Doa
bangun
tidur
Doa
sebelum
makan
Doa
setelah
makan
Doa
kedua
orang
tua
Doa
belajar
Doa masuk
WC
Doa keluar
WC
Doa masuk
masjid
Doa keluar
masjid
Doa
bercerm
in
Doa
keluar
rumah
Doa
memak
ai
pakaian
Doa
melepas
pakaian
Doa
naik
kendara
an
Doa
selesai
adzan
Doa
ketika
sakit
Doa
menjeng
uk orang
sakit
Doa
kebaika
n dunia
akhirat
Niat
puasa
Doa
berbuka
puasa
4. Hafalan
Bacaan Ibadah Niat
wudhu
Doa
setelah
Niat shalat
Bacaan
ruku’
Bacaan
Bacaan
duduk
di
antara
dua
Bacaan
tahiyat
awal
Bacaan
tahiyat
Zikir
dan doa
setelah
shalat
Niat
11 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro
54
wudhu
Niat
shalat
sujud
Bacaan
i’tidal
sujud akhir
Bacaan
salam
mandi
6. Hafalan Surat
Pendek Surat
An-Nas
Surat Al-
Falaq
Surat Al-
Ikhlas
Surat Al-
Lahab
Surat An-
Nashr
Surat Al-
Kafirun
Surat Al-
Kautsar
Surat Al-
Ma’un
Surat
Quraisy
Surat
Al-Fiil
Surat
Al-
Humaza
h
Surat
Al-‘Asr
Surat
At-
Takatsu
r
Surat Al-
Qoriah
Surat Al-
‘Adiyat
Surat Al-
Zalzalah
Surat Al-
Bayinah
Surat Al-
Qadr
Surat
Al-
‘Alaq
Surat
At-Tin
Surat
Al-
Insyirah
Surat
Adh-
Dhuha
7. Menulis Mencont
oh
penulisa
n huruf
dan
angka
Arab
Mewarn
ai
kaligrafi
sederhan
a
Mencontoh
penulisan
huruf dan
angka
Arab
Mewarnai
kaligrafi
sederhana
Meneba
lkan
huruf
Arab
sambun
g
Menya
mbung
huruf
Arab
Mewarn
ai
kaligraf
i
sederha
na
Imla’
(dikte
tulisan
Arab
sambung
)
Menulis
ayat
Menulis
hadis
8. Akidah Akhlak Mengena
l Allah
Mengena
l ciptaan
Allah
Rukun
Islam
Mengenal
25 Nabi
Mengenal
12 bulan
Hijriah
Rukun
Iman
Pelaksanaa
Asmaul
husna
10
malaika
t dan
tugasny
a
Sifat-
sifat
Allah
Mengena
l kitab-
kitab
Allah
Hari
kiamat
Makana
n halal
dan
haram
Adab
kepada
orang
tua dan
guru
55
n Haji
9. Kisah Nabi
dan Sahabat Kisah
Nabi
Adam
Kisah
Nabi
Ibrahim
Kisah
Nabi
Musa
Kisah
Nabi
Yunus
Kisah Nabi
Ismail
Kisah Nabi
Sholeh
Kisah Nabi
Muhamma
d
Kisah Nabi
Nuh
Kisah
Nabi
Musa
Kisah
Nabi Isa
Kisah
Nabi
Luth
Kisah
Nabi
Yusuf
Kisah
Abu
Bakar
Kisah
Umar bin
Khattab
Kisah
Utsman
bin
‘Affan
Kisah
Ali bin
Abi
Thalib
Kisah
keajaiba
n
bersede
kah
Kisah
Uwais
Al-
Qorni
10. Muatan Lokal Crafting
Painting
Archery
Crafting
Painting
Archery
Crafting
Painting
Archery
Crafting
Painting
Archery
Crafting
Painting
Archery
Dari Silabus Pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa TPA
ALIF School Bintaro telah menetapkan kurikulum dengan baik. Materi-
materi pembelajarannya sudah mencakup seluruh materi Pendidikan
Agama Islam yang harus diberikan untuk anak usia dini, meskipun untuk
teknik penyusunannya masih belum mengikuti standar pembuatan silabus
yang telah ditetapkan Pemerintah. Silabus Pembelajaran tersebut hanya
berisi target materi yang harus disampaikan guru selama satu semester
tanpa mencantumkan indikator, bentuk penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar. TPA ALIF School pun tidak mewajibkan setiap gurunya
untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), baik harian
maupun semester. TPA ALIF School hanya menetapkan kurikulum
sebagai pedoman pembelajaran dan gurulah yang harus berpikir kreatif
dan inovatif dalam melaksanakan pembelajaran tersebut mulai dari
56
membuat perencanaan, pemberian materi, penggunaan metode dan media
pembelajaran, serta pemilihan sumber belajar.
Penerapan pendekatan Fun Learning di TPA ALIF School Bintaro
mengacu pada materi yang akan disampaikan. Dari materi tersebut
kemudian ditentukan metode dan media pembelajaran yang sesuai untuk
penyampaiannya. Setiap guru dibebaskan untuk menggunakan metode dan
media pembelajaran apapun. Hal tersebut bertujuan untuk melatih
kreatifitas guru serta mencegah anak bosan dengan penggunaan metode
dan media pembelajaran yang monoton.12
Setelah 6 bulan, Bagian Akademik dan Management TPA ALIF
School akan melakukan peninjauan dan evaluasi pada silabus
pembelajaran bersamaan dengan pelaksanaan evaluasi murid, sehingga
materi-materi pembalajarannya akan terus disesuaikan dan dapat
ditambahkan sesuai kebutuhan.13
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran kelas di TPA ALIF School Bintaro
berlangsung selama 120 menit dengan pembagian waktu sebagai berikut.
Tabel 4.8
Pembagian Waktu Pembelajaran di Kelas14
No. Kegiatan Waktu
1. Kegiatan pembuka 10 menit
2. Kegiatan inti 100 menit
3. Kegiatan penutup 10 menit
12 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 13 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 14 Sumber Data: Bagian Akademik TPA ALIF School Bintaro
57
a. Kegiatan Pembuka
Kegiatan pembuka terdiri dari pengkondisian kelas dan murid,
kegiatan apersepsi, pemberian motivasi, hingga membaca doa sebelum
belajar. TPA ALIF School memiliki 3 ruang belajar yang ketiganya
selalu disiapkan dengan baik oleh guru sebelum mulai belajar, mulai
dari kebersihannya hingga kelengkapan perlengkapan yang akan
digunakan di dalam kelas. Ketika sudah masuk waktunya belajar,
siswa dipersilahkan masuk ke dalam kelasnya masing-masing yang
sudah ditetapkan. Satu kelas terdiri dari maksimal 9 orang siswa
dengan 2 orang guru.15
Adapun hasil observasi terhadap pelaksanaan kegiatan pembuka
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Pembuka
Pembelajaran
Jumlah Guru = 6 Orang
No. Indikator
Klasifikasi
Selalu Sering Kadang
-kadang
Jarang Tidak
Pernah
1. Guru melakukan
pengkondisian kelas 6 - - - -
2. Guru melakukan
apersepsi 6 - - - -
3. Guru memberikan
motivasi kepada
siswa
6 - - - -
Jumlah 18 - - - -
% 100% - - - -
15 Hasil Observasi kelas pagi (Toddler) pada hari Senin, 6 Agustus 2018
58
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua guru selalu
melakukan rangkaian kegiatan pembuka mulai dari pengkondisian
kelas, apersepsi dan pemberian motivasi dengan sangat baik. Mula-
mula guru memberikan motivasi dengan bertanya kepada siswa
mengenai kegiatan sehari-hari yang dilanjutkan dengan pemberian
nasehat. Kemudian guru mengajak siswanya bernyanyi sambil
mengkondisikan mereka untuk siap belajar. Nyanyiannya adalah
sebagai berikut.
Ada anak sholeh, duduknya yang rapi
Tangannya dilipat, tidak bercanda lagi
Bila aku berdoa kuangkat tanganku
Dengan suara lembut tidak berteriak
Berdoa sungguh-sungguh agar dikabulkan
Semua permohonan hamba yang beriman
Pengkondisian siswa dalam kegiatan pembuka pembelajaran di
kelas sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.1
Guru Sedang Mengkondisikan Siswa dengan Bernyanyi
Setelah bernyanyi, guru akan mengajak siswa untuk berdoa
sebelum belajar dengan ajakan yang menyenangkan.
59
Guru : “Attention!”
Siswa : “Ready!”
Bersama-sama :“Tangan diangkat, kepala tundukkan, kita
berdoa.”
نالرحيم مهللاالرح بس
ال عظ الل ت غ فر مي اس
هد أنم وأش لإلهإلهللا هد أن هللادارمأش س و ل
مدم الله مصل علىسيدانم مدوعلىآلسيدان
ابلل رابرضي ت
وابلس لمدي نا
وب حمدنبياورس و ل
زد نعل ما، ما رب وار ز ق ن ف ه
Oh Allah, increase my knowledge and improve my understanding
Ya Allah, tambahkanlah ilmuku dan tingkatkanlah kecerdasanku
Amin.
Setelah berdoa, guru melakukan apersepi dengan menyebutkan
apa yang akan dipelajari hari ini beserta tujuannya. Apersepsi tersebut
disampaikan dengan melakukan komunikasi yang menyenangkan
dengan siswa.16
b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti terdiri dari praktek ibadah, pembelajaran membaca
Al-Qur’an, hafalan doa sehari-hari dan surat-surat pendek, serta
pemberian materi Pendidikan Agama Islam yang lain. Terdapat 12
16 Hasil Observasi kelas pagi (Toddler) pada hari Sabtu, 1 September 2018
60
indikator yang diamati oleh peneliti dalam kegiatan inti mencakup
penggunaan metode dan media pembelajaran, gaya mengajar guru,
serta kemampuan guru dalam menciptakan interaksi yang edukatif.
Berikut adalah hasil observasi terhadap kegiatan inti pembelajaran.
Tabel 4.10
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Inti Pembelajaran
No. Indikator
Klasifikasi
Selalu Sering Kadang
-kadang
Jarang Tidak
Pernah
1. Penyampaian materi
Pendidikan Agama
Islam bervariasi dan
menimbulkan rasa
senang siswa
6 - - - -
2. Metode yang digunakan
bervariasi dan
menimbulkan rasa
senang siswa
6 - - - -
3. Guru menggunakan
metode bermain - 6 - - -
4. Guru menggunakan
metode bercerita - 6 - - -
5. Guru menggunakan
metode bernyanyi 6 - - - -
6. Guru menggunakan
metode demonstrasi 6 - - - -
7. Guru menggunakan
metode karya wisata - - 6 - -
8. Media yang digunakan
bervariasi dan
menimbulkan rasa
senang siswa
6 - - - -
9. Gaya mengajar guru
menyenangkan 6 - - - -
10. Guru menciptakan
interaksi edukatif yang 6 - - - -
61
efektif dan efisien
dengan siswa
11. Guru menciptakan
interaksi edukatif yang
efektif dan efisien antar
siswa
2 4 - - -
12. Guru menciptakan
interaksi edukatif yang
efektif dan efisien antara
siswa dengan
lingkungan sosial
- 6 - - -
Jumlah 44 22 6
% 61,1% 30,6% 8,3%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persentase guru melakukan
seluruh rangkaian kegiatan inti adalah 61,1%. Persentase tersebut
menunjukkan bahwa guru sudah melakukan keseluruhan kegiatan inti
dengan baik. Salah satu kegiatan yang selalu dilakukan oleh semua guru
adalah menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam dengan bervariasi
dan menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan siswa.
Materi yang disampaikan di TPA ALIF School tidak hanya pembelajaran
membaca Al-Qur’an saja, melainkan mencakup materi Pendidikan Agama
Islam yang lain seperti praktek ibadah, kisah-kisah dalam Al-Qur’an,
materi keimanan dan fikih, dan lain sebagainya.17
Praktek ibadah yang selalu dilakukan di setiap pembelajaran adalah
praktek shalat berjamaah. Praktek shalat ini dilaksanakan sesuai dengan
waktu shalat ketika kelas sedang berjalan. Untuk kelas pagi shalat yang
dilaksanakan adalah shalat Dhuha, untuk kelas siang adalah shalat Zuhur
dan untuk kelas sore adalah shalat Asar. Kelas pagi dan siang
melaksanakan praktek shalat di awal pembelajaran sebelum masuk ke
dalam kelas. Sedangkan untuk kelas sore, praktek shalat dilaksanakan 30
menit sebelum kelas berakhir.
17 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
62
Praktek shalat berjamaah diawali dengan praktek berwudhu. Mula-
mula guru akan memandu siswa untuk membuat lingkaran dan menyanyi
bersama. Kemudian guru akan mengajarkan tahapan-tahapan untuk
berwudhu melalui tepuk wudhu.
Tepuk Wudhu
Baca bismilah sambil cuci tangan
Kumur-kumur basuh hidung basuh muka
Basuh tangan sampai siku
Kepala dan telinga
Terakhir basuh kaki lalu doa
Setelah melakukan tepuk wudhu, guru memandu siswa untuk
membaca niat wudhu bersama. Kemudian guru meminta siswa berbaris
dan mengantri untuk berwudhu di tempat wudhu. Setelah itu para siswa
dibantu untuk memakai perlengkapan shalatnya dan diarahkan untuk
merapikan barisan shalatnya. Yang menjadi imam dalam praktek shalat
adalah salah satu guru laki-laki. Untuk kelas Toddler, imam akan
mengeraskan semua bacaan shalatnya agar dapat didengar dan diikuti
siswa. Namun untuk kelas Kids, imam akan melaksanakan shalat yang
sesungguhnya sehingga bacaan-bacaan shalatnya tidak lagi dikeraskan.
Kegiatan shalat berjamaah siswa dan guru sebagaimana tertera pada
gambar berikut.
Gambar 4.2
Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Praktek Shalat Berjamaah
63
Kegiatan shalat berjamaah diakhiri dengan zikir dan membaca doa
setelah shalat bersama, lalu dilanjutkan dengan kegiatan murojaah.
Murojaah adalah kegiatan membaca surat-surat pendek bersama untuk
mengingat kembali surat yang telah dihafal ataupun untuk mempermudah
menghafalkan surat yang baru. Surat yang dibaca ketika murojaah adalah
surat An-Nas sampai Al-Fil.18 Berikut adalah gambar siswa dan guru yang
sedang melakukan kegiatan murojaah bersama.
Gambar 4.3
Guru dan Siswa Sedang Melaksanakan Kegiatan Murojaah Hafalan Surat
Setelah murojaah, siswa dipersilahkan masuk ke dalam kelas
masing-masing. Kemudian guru mulai menjelaskan materi Pendidikan
Agama Islam yang akan dipelajari hari ini dengan cara-cara yang disukai
oleh anak-anak. Sebagaimana yang tertulis pada hasil observasi di atas,
pada indikator pengunaan metode pembelajaran (indikator 2-7)
menunjukkan bahwa guru tidak selalu menggunakan metode yang sama
secara monoton. Hal tersebut dilakukan karena guru menyesuaikan metode
pembelajaran dengan materi yang disampaikan.19 Berikut adalah
penjelasan mengenai metode yang digunakan TPA ALIF School.
18 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018
19 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
64
1) Metode bernyanyi
Metode ini adalah metode yang selalu digunakan semua guru
dalam pembelajaran sebagaimana yang tertulis pada hasil observasi
indikator ke-5. Untuk kelas Toddler, di awal pemberian materi guru
akan meminta siswa untuk bernyanyi menyebutkan huruf-huruf
hijaiyah. Selain itu, beberapa materi lain juga disampaikan melalui
nyanyian seperti rukun iman, rukun Islam, mengenal keluarga-keluarga
Nabi Muhammad, dan lain sebagainya. Lagu-lagu tersebut diambil
melalui Youtube yang sebelumnya sudah dipilih dan diperiksa oleh
Bagian Akademik TPA ALIF School. 20
2) Metode bermain
Selain dengan bernyanyi, penyampaian materi juga disampaikan
melalu permainan-permainan yang diciptakan oleh guru. Berdasarkan
hasil observasi indikator ke-3, metode ini tidak selalu dilakukan dalam
pembelajaran karena tidak semua materi dapat disampaikan melalui
permainan. Untuk kelas Toddler, materi yang disampaikan ketika
bermain adalah pengenalan huruf hijaiyah atau doa-doa sehari. Namun
untuk kelas Kids, materi yang disampaikan melalui permainan bisa
lebih meluas seperti mengenal kisah-kisah Nabi melalui permainan
ular tangga atau monopoli, cerdas cermat, tebak-tebakan dan lain
sebagainya.21 Di bawah ini merupakan salah satu contoh permainan
yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu ular tangga.
20 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018 21 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018
65
Gambar 4.4
Siswa Sedang Bermain Ular Tangga dalam Mempelajari Kisah Nabi Musa
3) Metode bercerita
Seperti metode bermain, menurut hasil observasi indikator ke-4
diketahui bahwa metode bercerita juga tidak selalu diterapkan oleh
guru karena harus menyesuaikan dengan materi yang diberikan.
Metode bercerita digunakan untuk menceritakan kisah hikmah dari
para Nabi, sahabat, ataupun kisah-kisah lain dalam Al-Qur’an.22 Dalam
bercerita guru menggunakan media yang dapat menarik perhatian
siswa seperti boneka tangan, buku cerita, atau gambar-gambar. Selain
itu guru juga dapat meminta siswa untuk menonton video atau film
pendek yang ditayangkan guru di laptop ataupun kelas multimedia.
Setelah siswa selesai menonton guru akan menjelaskan kembali
kandungan yang terdapat dalam video tersebut, nilai-nilai yang
terkandung didalamnya, apa yang boleh dan tidak boleh ditiru, dan lain
sebagainya.23
4) Metode demonstrasi
Berdasarkan hasil observasi di indikator ke-6 dapat diketahui
bahwa metode demonstrasi juga merupakan metode yang selalu
digunakan oleh semua guru. Metode ini diterapkan pada materi yang
berupa praktek ibadah seperti berwudhu, shalat berjamaah, shalat-
22 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 23 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018
66
shalat sunnah seperti shalat idul fitri, adzan dan iqomah, dan lain-lain.
Guru akan mencontohkan di depan siswa terlebih dahulu kemudian
guru meminta siswa untuk menirukan apa yang dilakukan guru.24
5) Metode karya wisata
Pada hasil observasi indikator ke-7 diketahui bahwa metode
karya wisata adalah metode yang jarang dilakukan karena metode ini
dilakukan menurut jangka waktu tertentu. TPA ALIF School Bintaro
menggunakan metode karya wisata pada program pembelajaran
tambahan yang dilaksanakan per 3 bulan, per 6 bulan dan per tahun.
Program-program tersebut ditujukan untuk menambah pengalaman
siswa dan menjadikan lingkungan luar sekolah sebagai lingkungan
belajar siswa. Di antara programnya yaitu ALIF Fieldtrip (ALIF Goes
to Mosque). Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan masjid kepada
siswa dan memberikan mereka pengalaman mengikuti shalat
berjamaah di masjid. Selain itu TPA ALIF School juga memiliki
program Islamic Camp untuk kelas Kids di akhir tahun dan Sanlat
(pesantren kilat) yang diadakan setiap bulan Ramadhan.25 Salah satu
kegiatan dalam Sanlat adalah latihan memanah (archery) sebagaimana
yang terlihat pada gambar berikut.
Gambar 4.5
Pelatihan Memanah (Archery) untuk Siswa pada Kegiatan Sanlat ALIF
24 Hasil Observasi kelas pada tanggal 6 Agustus - 1 September 2018 25 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
67
Dari pemaparan mengenai metode-metode yang digunakan dan
hasil observasi di atas, dapat diketahui bahwa TPA ALIF School
sering menggunakan kombinasi dari beberapa metode dalam
menciptakan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
menyenangkan. Metode yang sering dikombinasikan antara lain
metode bernyanyi dengan demonstrasi dan bercerita atau metode
bernyanyi dengan demonstrasi dan bermain. Untuk metode karya
wisata hanya dapat digunakan ketika TPA ALIF School mengadakan
program pembelajaran tambahan yang telah disebutkan di atas.
Selain penggunaan metode pembelajaran yang variatif, semua
guru juga selalu menggunakan media pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan untuk siswa sebagaimana yang tertulis dalam hasil
observasi indikator ke-8. Media pembelajaran yang digunakan guru
antara lain flashcard hijaiyah dengan gambar binatang, balok-balok
hijaiyah, puzzle, boneka-boneka tangan, dan lain sebagainya. Guru
juga menggunakan media video untuk menayangkan kisah-kisah Nabi,
papan tulis, dan peraga dari Tilawati untuk pembelajaran membaca Al-
Qur’an. Penggunaan media tersebut menyesuaikan dengan materi
pembelajaran dan tema yang ditentukan oleh Bagian Akademik.26
Berikut adalah gambar penggunaan salah satu media yang menarik
dalam pembelajaran untuk anak usia dini yaitu flashcard.
26 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
68
Gambar 4.6
Guru Menggunakan Flashcard yang Menarik untuk Mengajarkan Huruf
Hijaiyah
Setelah memberikan materi Pendidikan Agama Islam, guru
memulai pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Tilawati.
Pembelajaran ini diawali dengan membaca peraga bersama yang
dipandu oleh guru. Setelah membaca peraga, pembelajaran dilanjutkan
secara intensive yaitu guru mengajarkan siswa secara satu per satu.
Untuk menunggu giliran siswa yang sedang mengaji, guru akan
menyediakan fun learning activity yang dapat dikerjakan siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa mewarnai, melukis, ataupun
membuat art and craft berkaitan dengan materi yang disampaikan pada
hari itu. Kegiatan fun learning activity ini dibimbing oleh salah satu
guru yang lain.
Berdasarkan hasil observasi pada indikator ke-9 dapat diketahui
bahwa semua guru TPA ALIF School memiliki gaya mengajar yang
menyenangkan. Gaya mengajar yang menyenangkan tersebut
ditunjukkan dengan kemampuan guru untuk berkomunikasi dengan
siswa, kemampuan guru untuk menyampaikan materi sehingga dapat
dipahami siswa, serta kemampuan guru untuk memvariasikan
69
penggunaan metode dan media pembelajaran. Semua guru juga selalu
menciptakan interaksi edukatif dengan siswa sebagaimana yang
ditunjukkan oleh hasil observasi indikator ke-10. Interaksi yang
diciptakan berupa tanya-jawab dengan murid baik sebelum maupun
selama pembelajaran berlangsung. Guru TPA ALIF School diharuskan
untuk memposisikan dirinya sejajar dengan murid. Sejajar yang
dimaksud adalah sebagai orang yang dekat dan hangat dengan anak
sehingga pembelajaran akan lebih menyenangkan karena guru dan
siswa terasa akrab. Namun disaat yang bersamaan siswa juga harus
paham dengan posisinya sehingga siswa harus mendengarkan dan
melakukan apa yang diperintahkan guru. Hal tersebut dapat
diwujudkan dengan membangun komunikasi yang baik dengan
siswa.27
Berdasarkan hasil observasi indikator ke-11 dapat diketahui
bahwa 2 dari 6 orang guru kelas selalu menciptakan interaksi edukatif
antar siswa dan 4 orang lainnya melakukannya dengan sering. Interaksi
antar siswa diciptakan melalui kerja sama tim dalam membuat crafting
ataupun membentuk grup ketika bermain sehingga siswa dapat lebih
mudah bersosialisasi dengan temannya. Kemudian hasil observasi
indikator ke-12 menunjukkan bahwa semua guru sering kali
menciptakan interaksi siswa dengan lingkungan sosialnya. Interaksi
yang diciptakan hanya berupa pemberian nasehat dan contoh untuk
bersikap yang baik agar dapat ditiru siswa di lingkungan luar
sekolahnya seperti mengucapkan salam kepada orang lain, bagaimana
menghormati orang yang lebih tua, bagaimana bersalaman yang baik,
dan lain sebagainya.28 Di bawah ini merupakan gambar dari salah satu
kegiatan siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya.
27 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018 28 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
70
Gambar 4.7
Siswa Sedang Bekerja Sama dalam Membuat Crafting
c. Kegiatan Penutup
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan melakukan evaluasi,
refleksi dan memberikan tindak lanjut dari materi yang telah
disampaikan hari itu. Adapun hasil observasi terhadap kegiatan
penutup pembelajaran adalah sebagai berikut.
Tabel 4.11
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Penutup
Pembelajaran
Jumlah Guru = 6 Orang
No. Indikator
Klasifikasi
Selalu Sering Kadang-
kadang
Jarang Tidak
Pernah
1. Guru melakukan
kegiatan refleksi 3 2 1 - -
2. Guru menjelaskan
kegiatan tindak
lanjut dari
pembelajaran
- 6 - - -
Jumlah 3 8 1 - -
71
% 25% 66,7% 8,3%
Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa guru telah
melakukan kegiatan penutup dengan cukup baik. Indikator ke-1
menunjukkan bahwa 3 orang guru selalu melakukan kegiatan refleksi
di akhir pembelajaran sedangkan 3 orang selebihnya hanya
melakukannya dengan sering atau kadang-kadang. Refleksi
dilaksanakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana
atau juga berupa kuis dan permainan agar membangkitkan semangat
siswa untuk menjawab. Setelah itu pada indiator ke-2 dapat diketahui
bahwa semua guru sering memberikan tindak lanjut pembelajaran.
Untuk kelas Toddler tindak lanjut yang dapat diberikan berupa nasihat
atau pesan yang harus siswa lakukan di rumah yang diambil dari
pembelajaran pada hari itu. Namun untuk kelas Kids tindak lanjut yang
diberikan dapat berupa pekerjaan rumah atau tugas yang harus
dikerjakan siswa.29
Setelah melakukan kegiatan-kegiatan tersebut, pembelajaran
ditutup dengan membaca doa bersama yaitu surat Al-‘Asr dan
bernyanyi.
اللقاءإل , إلاللقاء
Sampai berjumpa lagi
اللقاءإل , إلاللقاء
Sampai berjumpa lagi
Kita berjumpa karena Allah
Kita berpisah karena Allah
Kita berjumpa karena Allah
Kita berpisah karena Allah
29 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
72
Di bawah ini merupakan gambar siswa bernyanyi bersama dalam
kegiatan penutup pembelajaran.
Gambar 4.8
Guru dan Siswa Menyanyi Bersama Sebelum Pulang
Guru kemudian mengucapkan salam yang dijawab oleh siswa,
dan membimbing siswa untuk bersalaman kepada guru.
3. Pelaksanaan Evaluasi Pembelajaran
TPA ALIF School Bintaro melaksanakan dua macam evaluasi
pembelajaran, yakni evaluasi harian dan evaluasi per semester. Berikut
adalah hasil observasi dari pelaksanaan evaluasi pembelajaran.
Tabel 4.12
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi
Pembelajaran
Jumlah Guru = 6 Orang
No. Indikator
Klasifikasi
Selalu Sering Kadang
-kadang
Jarang Tidak
Pernah
18. Guru melaksanakan
evaluasi
pembelajaran
6 - - - -
73
Jumlah 6 - - - -
% 100%
Dari hasil observasi di atas dapat diketahui bahwa semua guru
selalu melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan sangat baik.
Terdapat dua macam evaluasi di TPA ALIF School Bintaro, yaitu
evaluasi harian dan evaluasi semester. Evaluasi harian dilaksanakan
setelah pembelajaran dengan mencatat hasil pembelajaran dan
perkembangan anak di buku student report. Buku tersebut juga berfungsi
sebagai buku penghubung antara orang tua dan guru. Di dalam buku
tersebut guru akan mencatat materi apa yang sudah anak pelajari dan
kuasai, serta materi apa yang harus anak ulang di rumah. Selain di dalam
buku student report, guru juga memiliki catatan-catatan pribadi
mengenai perkembangan dan kemampuan anak.30 Berikut adalah gambar
buku student report siswa.
Gambar 4.9
Catatan Evaluasi Harian Siswa dalam Buku Student Report
30 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
74
Evaluasi yang kedua yakni evaluasi per semester. Evaluasi ini
biasanya diadakan selama satu minggu penuh sehingga minggu evaluasi
ini disebut dengan evaluation week. Evaluasi ini berfungsi untuk
mengetahui perkembangan dan pembelajaran anak setelah 6 bulan
berjalan. Bentuk evaluasi ini seperti ujian lisan namun tetap berjalan
dengan santai dan menyenangkan sehingga anak tetap merasa senang
dan tidak takut menghadapi ujian. Setelah melakukan evaluasi, orang tua
akan menerima hasil berupa rapor seperti sekolah-sekolah pada
umumnya. Rapor tersebut berisi penggabungan penilaian hasil evaluasi
semester, catatan dari buku student report siswa dan catatan pribadi
guru. Karena evaluasi ini diadakan per semester, maka dalam 1 tahun
pembelajaran orang tua akan menerima 2 rapor anak.31 Berikut adalah
gambar rapor yang diterima siswa per semester.
Gambar 4.10
Rapor Semester Siswa
31 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Toddler pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
75
4. Lingkungan Belajar
TPA ALIF School Bintaro menyediakan fasilitas-fasilitas yang
mendukung pembelajaran menyenangkan untuk siswa. Berikut adalah
hasil observasi terhadap penggunaan lingkungan belajar.
Tabel 4.13
Rekapitulasi Data Hasil Observasi Terhadap Lingkungan Belajar
Jumlah Guru = 6 Orang
No. Indikator
Klasifikasi
Selalu Sering Kadang
-kadang
Jarang Tidak
Pernah
1. Guru menjadikan
lingkungan sekolah
sebagai sumber
belajar
- 6 - - -
2. Guru menggunakan
sarana dan prasarana
yang tersedia untuk
mendukung
pelaksanaan
pembelajaran fun
learning
- 6 - - -
Total - 12 - - -
% - 100% - - -
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa guru telah menggunakan
lingkungan sekolah sebagai sumber belajar dengan baik. Hal tersebut
dikarenakan TPA ALIF School Bintaro menyediakan fasilitas yang dapat
digunakan sebagai sumber belajar yang menyenangkan, seperti buku-buku
bacaan anak, tempat wudhu dan shalat yang aman dan nyaman, dan
halaman yang disertai tempat bermain anak dan tempat latihan memanah
(archery). Namun untuk buku-buku bacaan anak jumlahnya belum cukup
banyak dan bervariasi sehingga penggunaannya pun belum maksimal.
76
TPA ALIF School juga menyediakan sarana dan prasarana yang modern,
aman dan nyaman untuk siswa belajar seperti kelas yang dilengkapi mural-
mural menarik, meja dan bantal duduk untuk siswa, serta aksesoris kelas
yang menarik lainnya. Guru juga sering kali menggunakan panggung kecil
yang disediakan untuk pembelajaran dan berfoto bersama di akhir
pembelajaran. Sarana dan prasarana yang ramah anak tersebut dapat
mendukung terciptanya pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa.32
C. Pembahasan
Berdasarkan data-data yang telah diinterpretasikan di atas dapat
diketahui bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan
Fun Learning untuk anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro telah
terlaksana dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi langsung
dan wawancara terhadap guru yang sebagian besar sudah cukup baik dalam
melaksanakan rentetan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam
menggunakan prinsip-prinsip Fun Learning dan pendidikan untuk anak usia
dini.
Dari hasil wawancara dengan salah satu guru kelas diketahui bahwa
pelaksanaan perancanaan pembelajaran oleh guru di TPA ALIF School
Bintaro belum terlaksana dengan baik. Guru-guru TPA ALIF School Bintaro
tidak membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar
karena penggunaannya yang dirasa kurang efektif. Guru hanya diberikan
acuan berupa kurikulum yang berisi materi-materi yang harus disampaikan
selama satu semester pembelajaran. Sedangkan untuk penggunaan metode dan
media pembelajarannya dapat ditentukan sendiri oleh guru dengan
memperhatikan materi yang akan mereka berikan. Penetapan hal tersebut
sudah baik dengan tujuan agar anak tidak mudah bosan dengan media dan
metode pembelajaran yang monoton serta menyesuaikan gaya belajar anak.
Namun dengan tidak adanya RPP, guru tidak memiliki acuan secara pasti
32 Hasil wawancara dengan salah satu guru kelas Kids pada hari Sabtu, 28 Juli 2018
77
mengenai tujuan pembelajaran yang harus dicapai setiap harinya, sumber
belajar, hingga teknik evaluasi yang digunakan untuk tiap materinya.
Sejalan dengan hasil wawancara peneliti kepada kepala sekolah dan
salah satu guru kelas, hasil pengumpulan data melalui dokumentasi
menujukkan bahwa TPA ALIF School Bintaro telah menetapkan kurikulum
pembelajaran dengan baik. Hal tersebut dibuktikan dengan materi-materi
Pendidikan Agama Islam di dalamnya yang sesuai dengan kurikulum
Pendidikan Agama Islam Raudhatul Athfal yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam. Materi-materi tersebut pun disampaikan sesuai
porsi anak dan dengan cara yang mudah dimengerti.
Menurut data hasil wawancara kepada kepala sekolah dan guru serta
hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa sebagian besar
guru telah melakukan tahapan proses pembelajaran secara baik dengan
menggunakan prinsip-prinsip dalam pendekatan Fun Learning. TPA ALIF
School menerapkan lingkungan belajar yang interaktif dengan membangun
susasana belajar yang menyenangkan untuk anak melalui kegiatan-kegiatan
pembelajarannya, variasi penggunaan metode dan media pembelajaran, serta
keterlibatan antara guru dan murid. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikatakan Charsky dalam jurnal Dayang Rohaya dkk.33 Dari hasil observasi
pula dapat diketahui bahwa guru-guru TPA ALIF School Bintaro telah
menerapkan pembelajaran menyenangkan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan Remiswal dan Rezki Amelia, yaitu menciptakan komunikasi atau
interaksi yang edukatif antara guru dengan murid atau antar murid,
menggunakan komponen pembelajaran yang menciptakan rasa senang siswa,
serta memberikan motivasi kepada siswa.34 Namun penggunaan lingkungan
sekolah dan sarana prasarana sebagai sumber belajar belum maksimal. Salah
satunya seperti kurangnya penggunaan buku-buku bacaan yang disediakan
33 Dayang Rohaya Awang Rambli, Wannisa Matcha, and Suziah Sulaiman., Loc.cit. 34 Remiswal dan Rezki Amelia, Loc.cit.
78
karena pilihan bukunya yang masih terbatas sehingga sulit untuk digunakan
sebagai sumber belajar.
Perkembangan jiwa keagamaan anak-anak usia dini masih berada pada
tahapan dongeng atau Fairy Tale Stage di mana pemahaman anak mengenai
agama akan lebih banyak dipengaruhi oleh khayalan dan perasaan. Hal
tersebut sesuai dengan karakteristik berpikir anak usia dini yang imajinatif,
berpikir konkret, dan realisme seperti yang dikatakan oleh Semiawan yang
dikutip oleh Riana Mashar.35 Untuk menyikapi hal tersebut, guru dianjurkan
untuk memiliki kemampuan mengajar dan komunikasi yang baik kepada anak.
Guru-guru kelas TPA ALIF School Bintaro melakukan hal tersebut dengan
baik yang ditunjukkan dengan hasil observasi yang dilakukan terhadap
pembelajaran di kelas. Guru-guru menjelaskan materi Pendidikan Agama
Islam dengan gaya mengajar yang menyenangkan. Mereka berkomunikasi
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami anak, mengajukan
pertanyaan yang menambah rasa keingintahuan anak, serta menggunakan
media dan metode pembelajaran yang menarik sehingga materi yang
disampaikan dapat dipahami dan diterima anak dengan mudah.
Berdasarkan hasil wawancara kepada guru dan observasi diketahui
bahwa pembelajaran kelas TPA ALIF School Bintaro diampu oleh dua orang
guru dengan maksimal 9 orang murid. Dua orang guru tersebut merupakan
wali kelas dan guru pendamping. Guru pendamping berfungsi untuk
membantu wali kelas mengawasi murid ketika pembelajaran berlangsung. Hal
tersebut tepat dilakukan karena anak usia dini memiliki karakteristik yang
unik. Mereka senang bermain, bercanda, bahkan berlari karena mereka juga
senang bergerak sebagaimana yang dikatakan oleh Ihsana El-Khuluqo.36
Untuk itu mereka butuh pengawasan guru selama pembelajaran berlangsung
agar kelas tetap berjalan kondusif. Guru pendamping juga berfungsi untuk
35 Riana Mashar, Loc.cit. 36 Ihsana El-Khuluqo, Loc.cit.
79
mendampingi siswa ketika melakukan fun learning activity ketika menunggu
giliran mengaji.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa guru
menggunakan beberapa metode pembelajaran untuk mendukung pembelajaran
Pendidikan Agama Islam yang menyenangkan. Metode-metode tersebut antara
lain metode bernyanyi, bercerita, demonstrasi, bermain dan karya wisata.
Metode bernyanyi merupakan salah satu metode yang selalu digunakan guru
dalam penyampaian materi karena bernyanyi merupakan salah satu kegiatan
yang sangat disukai anak. Selain itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Novan
Ardy dan Barnawi, dengan nyanyian anak-anak akan lebih mudah menerima
dan menyerap materi yang disampaikan.37 Selain bernyanyi, metode yang
selalu digunakan adalah demonstrasi. Materi yang disampaikan dengan
metode demonstrasi antara lain materi yang berhubungan dengan praktik
seperti shalat, wudhu, dan ibadah lainnya. Menurut Mukhtar Latif,
penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran dapat melatih koordinasi
tubuh atau gerakan-gerakan motorik kasar pada anak.38
Menurut hasil wawancara dengan salah satu guru kelas diketahui bahwa
guru selalu melakukan kegiatan refleksi di akhir pembelajaran. Namun setelah
melakukan observasi, peneliti menemukan bahwa tidak semua guru selalu
melakukan kegiatan refleksi. Hal tersebut dapat disebabkan karena waktu
yang terbatas atau lupa. Sedangkan untuk pemberian tindak lanjut
pembelajaran hampir selalu dilakukan oleh semua guru sesuai dengan jenjang
kelas siswa. Untuk kelas Toddler tindak lanjut yang diberikan hanya berupa
pesan atau nasihat untuk dilakukan di rumah, sedangkan untuk kelas Kids
berupa tugas atau pekerjaan rumah (PR).
Untuk pelaksanaan evaluasi pembelajaran, sesuai dengan hasil
wawancara kepada Kepala Sekolah dan salah satu perwakilan guru kelas serta
hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat diketahui bahwa TPA ALIF
37 Novan Ardy Wiyani dan Barnawi, Op.cit., h. 131 38 Mukhtar Latif dkk., Loc.cit.
80
School Bintaro telah melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan baik. Hal
ini dapat dilihat dari penggunaan dua teknik dalam evaluasi pembelajaran,
yaitu teknik observasi harian yang mana hasilnya dicatat langsung dalam buku
student report siswa di setiap akhir pembelajaran dan teknik ujian di setiap
akhir semester. Ujian tersebut berupa pertanyaan secara lisan dan praktik
untuk ibadah. Materi yang diujikan menyesuaikan dengan apa yang telah
dipelajari anak selama satu semester. Hasil dari ujian tersebut nantinya
dimasukkan ke dalam rapor yang akan dibagikan kepada orang tua siswa.
Hasil ujian tersebut akan menjadi acuan bagi siswa untuk dapat melanjutkan
ke jenjang kelas berikutnya atau masih harus mengulang di jenjang kelas yang
sama.
Menurut pengamatan peneliti, dapat diketahui bahwa sarana dan
prasarana TPA ALIF School sudah baik, namun masih perlu dioptimalkan lagi
dalam beberapa hal seperti penyediaan buku-buku bacaan untuk siswa dan
wali murid. Buku-buku untuk anak sebaiknya ditambah sehingga dapat
digunakan sebagai sumber belajar di kelas. Sedangkan buku-buku bacaan
untuk wali murid sangat berguna agar para orang tua tidak merasa bosan
ketika menunggu anaknya belajar.
Berdasarkan pemaparan mengenai hasil penelitian ini, dapat diketahui
bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan Fun
Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro telah terlaksana
dengan baik, meskipun terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan seperti
pembuatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan refleksi di akhir
pembelajaran serta penyediaan sarana dan prasarana agar pembelajaran dapat
berlangsung secara optimal.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diuraikan,
maka implementasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF School Bintaro
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk anak usia dini
di TPA ALIF School Bintaro ditetapkan oleh Bagian Akademik.
Perencanaan tersebut berupa kurikulum yang berisi silabus atau materi-
materi pembelajaran yang harus diajarkan guru dalam satu semester pada
tiap jenjang kelas. Dalam silabus tersebut Bagian Akademik tidak
menetapkan metode dan media pembelajaran yang harus digunakan guru
pada tiap materinya. Guru pun tidak diwajibkan untuk membuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mengajar.
2. Terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan pendekatan Fun Learning pada anak usia dini di TPA ALIF
School Bintaro, yakni kegiatan pembuka, kegiatan inti dan kegiatan
penutup. Kegiatan pembuka diawali dengan pengkondisian kelas dan
siswa dengan bernyanyi bersama yang dilanjutkan dengan berdoa,
penyampaian tujuan pembelajaran hari ini dan pemberian motivasi
melalui komunikasi yang menyenangkan dengan siswa. Dalam
pelaksanaan kegiatan inti, TPA ALIF School menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan seperti metode
bernyanyi, bercerita, bermain, demonstrasi dan karya wisata. Media
pembelajaran yang digunakan pun beragam seperti flashcard bergambar
binatang, balok hijaiyah, puzzle dan lain sebagainya. Kemudian
pembelajaran ditutup dengan melakukan refleksi dari materi yang telah
disampaikan melalui permainan sederhana atau komunikasi yang
menyenangkan.
82
3. Evaluasi pembelajaran di TPA ALIF School Bintaro dilaksanakan dalam
dua teknik. Teknik pertama yaitu melalui observasi pembelajaran harian
yang hasilnya dicatat dalam buku student report siswa. Teknik kedua
yaitu pelaksanaan ujian di tiap akhir semester secara lisan dan praktik.
Hasil dari ujian tersebut akan dimasukkan ke dalam rapor semester.
B. Implikasi
1. Perbaikan dan pengembangan pembuatan silabus pembelajaran serta
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2. Pelaksanaan refleksi dalam kegiatan penutup pembelajaran untuk
mengulang pembelajaran atau materi yang telah disampaikan.
3. Peningkatan penyediaan sarana dan prasarana sebagai sumber dan
lingkungan belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang menyenangkan untuk anak usia dini.
C. Saran
Untuk meningkatkan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan
pendekatan Fun Learning pada anak usia dini penulis menyarankan beberapa
hal berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
Disarankan untuk melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung
pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan pendekatan
Fun Learning.
2. Bagi Guru
Disarankan untuk mengoptimalkan penggunaan lingkungan belajar selain
ruang kelas dan memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan sebagai
sumber belajar.
3. Bagi Lembaga Pendidikan Islam
Disarankan agar selalu mendukung pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam pada anak usia dini.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Kementerian Agama RI, 2014.
Ali, Mahdi M. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Usia Dini.
Jurnal Edukasi. 1, 2015.
Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016.
Borhan, Lihanna. Teaching Islam: A Look Inside An Islamic Preschool in
Malaysia. Contemporary Issues in Early Childhood. 2004, Vol. 5, No. 3
Daradjat, Zakiah dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2008.
Darmawanto, Asep. “Pengembangan Kemampuan Moral dan Agama Anak Usia
Dini”, http://dapatditerima.blogspot.co.id/2016/02/pengembangan-
kemampuan-moral-dan-agama.html, 9 April 2018.
Darmasyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2010.
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3489 Tahun 2016 Tentang
Kurikulum Raudhatul Athfal. Jakarta
Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama, 2007. ,Cet. 29.
El-Khuluqo, Ihsana. Manajemen PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini): Pendidikan
Taman Kehidupan Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.
Erdem, Devrim. Kindergarten Teachers’ Views About Outdoor Activities. Journal
of Education and Learning. 2018, Vol. 7, No. 3
Fadlillah, M. dkk. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif, dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana,
2014.
Hawi, Akmal. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2013.
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Terj. dari Developmental Psychology: A Life-Span
Approach oleh Istiwidayanti dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Latif, Mukhtar dkk. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini: Teori dan
Aplikasi. Jakarta: Kencana, 2013.
84
Listiyowati, Rini. “Penerapan Konsep Pembelajaran Fun Learning dalam
Pendidikan Agama Islam: Studi di SDN 01 Banjarejo, Karanganyar,
Pekalongan”, Skripsi pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Pekalongan, Pekalongan: 2011. tidak dipublikasikan.
Mar’ah, Mahfudhotul. “Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di PAUD
IT El-Itqon Desa Mulyadain, Cipari, Cilacap, Skripsi pada Sekolah Tinngi
Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto, Purwokerto: 2010. tidak
dipublikasikan.
Mashar, Riana. Emosi Anak Usia Dini dan Strategi Pengembangannya. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2011.
Rambli, Dayang Rohaya Awang, et. al. Fun Learning with AR Alphabet Book for
Preschool Children. Elsevier B.V. 2013.
Remiswal dan Rezki Amelia. Format Pengembangan Strategi PAIKEM dalam
Pembelajaran Agama Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Republik Indonesia. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sekretariat Negara. Jakarta
Sara Mostowfi, Nasser Koleini Mamaghani, and Mehdi Khorramar. Designing
Playful Learning by Using Educational Board Game for Children In The
Age Range of 7-12: (A Case Study: Recycling and Waste Separation
Education Board Game). International Journal of Environmental and
Science Education. 2016, vol.11, no.12
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikian: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana, 2014.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2006.
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta, 2017.
Sujiono, Yuliono Nurani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks Permata Puri Media, 2012
Sukring. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2013.
Susanto, Ahmad. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
Syah, Muhibbin. Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016.
85
Triantafillia Natsiopoulou, Mimis Souliotis and Argyris G. Kyridis. Narrating and
Reading Folktales and Picture Books: Storytelling Techniques and
Approaches with Preschool Children. Early Childhood Research &
Practice. 2006.
Uliya, Himmatul. “Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an pada Anak Usia Dini:
Penelitian Deskriptif di TKA-TPA Plus Jakarta Islamic Centre Jakarta
Pusat”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
Jakarta: 2014. tidak dipublikasikan.
Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi. Format PAUD: Konsep, Karakteristik dan
Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruz Media,
2012.
Yasin, A. Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-Malang Press,
2008.
Yin, Robert K. Studi Kasus: Desain dan Metode, Terj. dari Case Study Research:
Designs and Methods oleh M. Djauzi Mudzakir. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2008.
Zaini, Ahmad. Metode-metode Pendidikan Islam Bagi Anak Usia Dini. Thufula.
2, 2014.
86
Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
ASPEK INDIKATOR
SKOR
KET. Selalu Sering Kadang
-kadang
Pernah Tidak
pernah
Implementasi
pendekatan
fun learning
dalam
pembelajaran
PAI.
Kegiataan
pembukaan
pembelajaran:
1. Guru
melakukan
pengkondi
sian kelas
2. Guru
melakukan
apersepsi
3. Guru
memberika
n motivasi
kepada
siswa
Kegiatan inti
pembelajaran:
4. Penyampai
an materi
Pendidikan
Agama
Islam
bervariasi
dan
menimbulk
an rasa
senang
siswa
5. Metode
yang
digunakan
bervariasi
dan
menimbulk
an rasa
senang
87
siswa
6. Guru
mengguna
kan
metode
bermain
7. Guru
mengguna
kan
metode
bercerita
8. Guru
mengguna
kan
metode
bernyanyi
9. Guru
mengguna
kan
metode
demonstras
i
10. Guru
mengguna
kan
metode
karya
wisata
11. Media
yang
digunakan
bervariasi
dan
menimbulk
an rasa
senang
siswa
12. Gaya
mengajar
guru
menyenang
kan
13. Guru
menciptaka
88
n interaksi
edukatif
yang
efektif dan
efisien
dengan
siswa
14. Guru
menciptaka
n interaksi
edukatif
yang
efektif dan
efisien
antar siswa
15. Guru
menciptaka
n interaksi
edukatif
yang
efektif dan
efisien
antara
siswa
dengan
lingkungan
sosial
Kegiatan
penutup
pembelajaran:
16. Guru
melakukan
kegiatan
refleksi
17. Guru
menjelaska
n kegiatan
tindak
lanjut dari
pembelajar
an
89
Pelaksanaan
evaluasi
pembelajaran
dalam
pembelajaran
PAI dengan
pendekatan
fun learning.
18. Guru
melaksana
kan
evaluasi
pembelajar
an
Lingkungan
belajar yang
mendukung
penerapan
pendekatan
fun learning
dalam
pembelajaran
PAI
19. Guru
menjadika
n
lingkungan
sebagai
sumber
belajar
20. Sarana dan
prasarana
yang
tersedia
mendukun
g
pelaksanaa
n
pembelajar
an fun
learning
90
Lampiran 2
Rekapitulasi Hasil Observasi
No. Nama Guru
Proses Pembelajaran Evaluasi
Lingk. Belajar
Keg. Pembuka
Kegiatan Inti Keg.
Penutup
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Masmuhah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
2 Fathul Hadi 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4
3 M. Ali Ibrahim 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 3 4 5 4 4
4 Maretha W.P. 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
5 A.S. Mauliddina 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4
6 Mauridah 5 5 5 5 5 4 4 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
Keterangan
5 : Selalu
4 : Sering
3 : Kadang-kadang
2 : Jarang
1 : Tidak Pernah
91
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
1. Hari, tanggal : Rabu, 25 Juli 2018
2. Tujuan : Untuk mengetahui pembelajaran pendidikan Agama Islam
dengan pendekatan fun learning untuk anak usia dini dan
tentang sekolah yang diteliti.
3. Daftar Pertanyaan :
a. Bagaimana latar belakang berdirinya TPA ALIF School?
b. Siapakah yang mempelopori berdirinya TPA ALIF School?
c. Apa saja yang menjadi visi dan misi TPA ALIF School?
d. Apa saja yang menjadi target jangka panjang dan pendek dari TPA ALIF
School?
e. Apa saja program yang dilaksanakan untuk mencapai target-target tersebut?
f. Adakah kebijakan atau aturan untuk pencapaian visi dan misi tersebut?
g. Apakah yang menjadi acuan/standar kurikulum pembelajaran di TPA ALIF?
h. Bagaimana karakteristik peserta didik ALIF dari aspek pendidikan orang
tua, religiusitas, ekonomi, dan sosial-budaya?
i. Bagaimana proses perekrutan guru ALIF? Apa saja yang menjadi kriteria
dan persyaratan untuk menjadi guru ALIF?
j. Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran PAI
dengan pendekatan fun learning?
k. Bagaimana solusi dari kendala-kendala yang dihadapi tersebut?
l. Apa saja pelatihan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas guru?
92
Lampiran 4
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
1. Hari, tanggal : Rabu, 25 Juli 2018
2. Narasumber : Fathul Hadi, S.I.Kom. (Kepala Sekolah)
3. Tempat : TPA ALIF School Bintaro Jakarta Selatan
4. Hasil Wawancara :
a. Pertanyaan: Bagaimana latar belakang berdirinya TPA ALIF School dan
siapakah yang mempeloporinya?
Jawaban: ALIF sendiri sebenarnya adalah singkatan dari Al-Qur’an
Learning and Islamic Foundation. ALIF berdiri berawal dari inisiatif
anggota Yayasan Sahabat Shalawat untuk mendirikan sebuah taman
Pendidikan Al-Qur’an yang modern dan bisa mengajarkan anak usia dini.
Maka pada November 2016 muncullah gagasan untuk mendirikan TPA
anak-anak dengan strategi fun learning, bilingual (bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris), dan intensive yang diberi nama ALIF School. ALIF ini
tidak jauh berbeda dengan lembaga Al-Qur’an berbasis TPA/TPQ di
Indonesia, hanya saja terdapat kurikulum dan pelajaran tambahan yang up
to date. Yang mempelopori berdirinya ALIF School adalah Ustadz Ahmad
Muzakki Kamalie, Lc. selaku pembina Yayasan Sahabat Shalawat dan Ibu
Fenty Noverita. Ibu Fenty sebagai penggagas dan donatur awal, dan Ustad
Zakki yang menyediakan SDM-nya dari Yayasan Sahabat Shalawat.
Akhirnya mulai bulan November 2015 sampai Maret 2016 itu kita
persiapan tempat, renovasi, bahan ajar, kurikulum dan sebagainya. Lalu di
bulan April-Mei 2016 ALIF mulai membuka pendaftaran. Awalnya kita
pakai metode buatan sendiri buat belajar Qur’annya, tapi di tahun 2017
kita ganti pakai metode Tilawati.
b. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi visi dan misi TPA ALIF School?
Jawaban: Visi ALIF School adalah untuk menciptakan generasi yang
beragama dan berbudaya baik. Misinya yaitu menyelenggarakan
93
pembelajaran Al-Qur’an dengan benar dan menyenangkan serta
menghadirkan pembelajaran ibadah dengan baik dan mudah.
c. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi target jangka pendek dan panjang
dari TPA ALIF School?
Jawaban: Target jangka pendeknya yaitu mempunyai cabang dan mitra
pasif di wilayah Jabodetabek dan menjadi penyelenggara atau event
organizer program pesantren kilat di beberapa SD Internasional di
Jabodetabek. Untuk jangka panjangnya sendiri ALIF memiliki beberapa
target, seperti membuat platform online aplikasi pencarian guru ngaji yang
tersebar luas di seluruh Indonesia dengan standarisasi ALIF School. Jadi
nantinya mencari guru ngaji itu akan mudah sekali. ALIF juga ingin
menjadi penyelenggara event islami anak terbesar di Indonesia, menjadi
lembaga Al-Qur’an yang kredibel dan terpecaya di Indonesia, dan
membuka cabang di Asia.
d. Pertanyaan: Apa saja program yang dilaksanakan untuk mencapai target-
target tersebut?
Jawaban: Untuk mencapai target-target tadi program yang kami lakukan
yaitu
1) Menyusun kurikulum untuk toddler dan kids dalam pengenalan Al-
Qur’an yang up to date. Jadi untuk kelas di ALIF sendiri kami
pisahkan berdasarkan rentang usia anak jadi anak dapat belajar sesuai
dengan kemampuannya.
2) Membuka program kelas dan home private. Jadi selain belajar di kelas
ALIF juga menyediakan guru privat yang bisa datang ke rumah jadi
bisa lebih menyesuaikan dengan waktu anak.
3) Membuat ALIF Training Center untuk mengembangkan kemampuan
dan kapabilitas pengajar untuk dapat mengajar anak usia dini.
4) Mengadakan event bulanan dan tahunan seperti ALIF Goes to Mosque,
Islamic Fun Holiday, Pesantren Kilat, dan ALIF Fieldtrip secara rutin.
5) Membuka recruitment guru wilayah Jabodetabek dan sekitarnya.
94
6) Menyiapkan tim aplikasi pencarian guru ngaji dengan nama ALIF
IQRA.
7) Menstandarisasi SOP pengajaran dan atribut guru dan staff.
8) Mengatur sistem administrasi dan customer service yang profesional.
e. Pertanyaan: Adakah kebijakan atau aturan untuk pencapaian visi dan misi
TPA ALIF School?
Jawaban: Ohh, iya ada. Kebijakan untuk murid itu seperti yang sudah
dijelaskan di awal ya, kalau ALIF membagi kelas sesuai dengan rentang
usia anak. Jadi untuk anak usia 3-5 tahun itu di kelas Toddler, 6-12 tahun
itu kelas Kids, 13-17 tahun di kelas Teens dan kelas dewasa untuk usia di
atas 17 tahun. Durasi pembelajaran di kelas itu 120 menit atau 2 jam.
Metode yang digunakan adalah metode Tilawati (untuk mengaji) dan fun
learning. Sedangkan kebijakan untuk guru yaitu semua guru harus melalui
standarisasi guru ALIF, yaitu screening, pelatihan, dan mengikuti weekly
meeting. Guru juga harus mengikuti standar operasional dan tata cara
pengajaran ALIF School.
f. Pertanyaan: Apakah yang menjadi acuan/standar kurikulum
pembelajaran di TPA ALIF School?
Jawaban: Kurikulum ALIF sendiri menyesuaikan kurikulum TPA/TPQ
Kemenag yang disesuaikan dengan kebutuhan ALIF School, dan
dikombinasi antara metode tilawati dan fun learning versi ALIF.
g. Pertanyaan: Bagaimana karakteristik peserta didik ALIF dari aspek
pendidikan orang tua, religiusitas, ekonomi, dan sosial-budaya?
Jawaban: Mayoritas pendidikan orang tua murid ALIF minimal S1,
tingkat religiusitasnya standar, dan tingkat ekonominya menengah ke atas.
Terus berdasarkan sosial-budayanya kebanyakan murid ALIF berasal dari
keluarga muda ibukota, expact family atau keluarga multicultur seperti
yang berkebangsaan non-Indonesia.
h. Pertanyaan: Bagaimana proses perekrutan guru ALIF? Apa saja yang
menjadi kriteria dan persyaratan untuk menjadi guru ALIF?
95
Jawaban: Proses perekrutan menggunakan media sosial dan semua
lingkungan terdekat Yayasan Sahabat Shalawat. Kemudian semua di-
screening melalui 4 tahapan tes yaitu seleksi berkas, BTQ, micro teaching,
dan interview. Syarat dan ketentuan pengajar diantaranya berusia 20-30
tahun, mampu membaca Al-Qur’an dengan tartil sesuai kaidah tajwid,
mampu memegang anak usia 2,5-4 tahun, fasih berbahasa Inggris, dan
memiliki pengetahuan agama yang komprehensif. ALIF juga tidak
menerima pengajar yang bercadar. Ketentuan lainnya nanti bisa dilihat di
standar operasional pengajar, ya.
i. Pertanyaan: Apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI dengan pendekatan fun learning?
Jawaban: Kendalanya itu yang pertama karena faktor usia dan karakter
anak yang berbeda-beda. Jadi kemampuan anak untuk menangkap materi
yang disampaikan juga berbeda-beda, ada yang cepat/mudah ada juga
yang agak lambat. Anak usia di bawah 5 tahun juga kadang masih sulit
untuk fokus belajar karena masih senang bermain. Karena itu gurunya
harus pintar-pintar menyiapkan media yang bisa buat anak tertarik belajar.
Kemudian dari segi fasilitas, ruang sholat yang disediakan ALIF tidak
begitu besar untuk sholat berjamaah bersama. Jadi ketika muridnya
banyak, terasa agak sempit.
j. Pertanyaan: Bagaimana solusi dari kendala-kendala yang dihadapi
tersebut?
Jawaban: solusinya itu ALIF mengklasifikasi kelas sesuai umur agar anak
bisa lebih fokus, penyediaan fasilitas yang lebih memadai, modern dan
nyaman serta meningkatkan kualitas mengajar guru dengan pelatihan-
pelatihan.
96
97
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU
1. Hari, tanggal : Sabtu, 28 Juli 2018
2. Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam dengan pendekatan fun learning untuk anak
usia dini di sekolah yang diteliti.
3. Daftar Pertanyaan:
a. Seperti apa bentuk perencanaan pembelajaran yang digunakan?
b. Kapan perencanaan pembelajaran dibuat?
c. Apakah guru melaksanakan pengkondisikan kelas sebelum pembelajaran
dimulai?
d. Apakah guru melaksanakan kegiatan apersepsi?
e. Apakah guru memberikan motivasi kepada siswa?
f. Berapa lama durasi pembelajaran berlangsung?
g. Apa saja materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan di TPA ALIF?
h. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran PAI dengan pendekatan fun
learning yang diterapkan oleh TPA ALIF?
i. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat
menimbulkan rasa senang anak?
j. Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat
menimbulkan rasa senang anak?
k. Apa saja sumber belajar yang digunakan guru ALIF dalam pembelajaran
PAI dengan pendekatan fun learning?
l. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif dengan murid?
m. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antar murid?
n. Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antara murid dengan
lingkungan sosialnya?
o. Bagaimana respon anak setelah diterapkan pendekatan fun learning pada
pembelajaran PAI?
p. Apakah guru melakukan refleksi sebelum pembelajaran ditutup?
98
q. Bagaimana guru menindaklanjuti pembelajaran yang telah berlangsung?
r. Apakah teknik penilaian yang digunakan guru?
s. Kapan saja guru melakukan evaluasi pembelajaran?
t. Bagaimana guru menjadikan lingkungan sekolah dan sekitar sebagai sumber
belajar?
u. Apakah sarana dan prasarana yang disediakan mendukung siswa untuk
dapat belajar secara menyenangkan?
99
Lampiran 6
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU
1. Hari, tanggal : Sabtu, 28 Juli 2018
2. Narasumber : Masmuhah, S.Sos. dan Mauridah Muhdy, B.Sc (Guru
Kelas)
3. Tempat : TPA ALIF School Bintaro Jakarta Selatan
4. Hasil Wawancara :
a. Pertanyaan: Seperti apa bentuk perencanaan pembelajaran yang
digunakan oleh TPA ALIF School dan kapan perencanaan
pembelajarannya dibuat?
Jawaban: Jadi ALIF ini kan masih baru ya kak, baru 2 tahun di bulan Mei
kemarin. Dan memang dari awal ALIF berdiri sudah ditetapkan RPP nya
oleh bagian akademik, baik itu harian, bulanan, per 6 bulan, dan tahunan.
Tetapi semakin ke sini ternyata tidak semua perencanaan pembelajaran
dapat kita pakai, terutama yang harian, karena kita juga harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak. Jadi pada
akhirnya yang masih digunakan adalah RPP yang per 6 bulan, dan RPP
hariannya menyesuaikan dengan yang ada di RPP itu. Nanti di akhir setelah
6 bulan itu akan diadakan evaluation week agar kita tahu apakah RPP
tersebut terlaksana dengan baik.
b. Pertanyaan: Apakah guru melaksanakan pengkondisikan kelas sebelum
pembelajaran dimulai?
Jawaban: Iya, karena pembelajaran di kelas tidak bisa dimulai dengan one
by one tetapi harus dengan metode klasikal yaitu guru memberikan materi
dan murid mendengarkan. Jadi harus dikondisikan. Kita kasih tahu kalua
sekarang sudah waktunya belajar, jadi tidak ada lagi yang main-main.
Semua murid harus duduk, diam, memperhatikan gurunya, mengikuti
pembelajaran dari salam pembuka sampai pemberian materi. Nanti ketika
waktunya crafting baru deh murid bisa muter-muter. Jadi ada waktunya
untuk duduk dan bermain. Intinya ketika di awal dan akhir pembelajaran
100
anak-anak harus tertib. Anak harus ikut doa bersama bahkan bisa ditutup
dengan kuis seperti yang bisa menjawab boleh pulang duluan. Karena itu
akan melatih disiplin anak. Apalagi pada anak 3-5 tahun itu perlu sekali
diberi kompetisi dan konsekuensi dari perbuatan mereka, semacam
punishment dan reward. Menurut saya itu strategi paling penting untuk
pembelajaran di dalam kelas karena berdasarkan pengalaman, dari situ anak
bisa semakin dekat sama kita.
c. Pertanyaan: Apakah guru melaksanakan kegiatan apersepsi?
Jawaban: Iya, jadi di ALIF ini biasanya sebelum mulai belajar anak-anak
kita kumpulkan dulu di kelas multimedia untuk menyanyi bersama atau
menonton video tentang materi yang akan diajarkan hari ini. Jadi selain
mengkondisikan anak-anak, karena di ALIF ini kan anak-anaknya
kebanyakan toddler ya jadi perlu disiapkan dulu sebelum belajar, video ini
juga memberi tahu anak tentang materi yang akan disampaikan. Jadi anak-
anak akan tau apa yang akan mereka pelajari hari ini dan makin excited
buat belajar. Setelah menonton, anak-anak akan masuk ke kelasnya. Baru
nanti tujuan dari materi tersebut dan penjelasan lebih lengkapnya kita
sampaikan di kelas masing-masing.
d. Pertanyaan: Apakah guru memberikan motivasi kepada siswa?
Jawaban: Iya, khususnya untuk toddler karena mereka masih perlu
motivasi untuk belajar. Seperti contohnya kita bilang ke mereka, kalau hari
ini mengajinya bagus nanti akan dapat hadiah. Pemberian award seperti itu
masih kita butuhkan untuk memotivasi anak-anak toddler belajar karena
mereka masih sulit untuk duduk dan fokus belajar selama beberapa menit.
Atau kita kasih tahu kalau setelah mengaji nanti bisa main, tapi mengajinya
harus yang betul dulu.
e. Pertanyaan: Berapa lama durasi pembelajaran berlangsung?
Jawaban: Untuk kelas durasinya itu 120 menit atau 2 jam, tapi untuk
privat itu hanya 90 menit atau 1,5 jam. Itu sudah termasuk praktek sholat
dari wudhu sampai doa, mengaji, materi tambahan, dan kegiatan fun
learningnya.
101
f. Pertanyaan: Apa saja materi Pendidikan Agama Islam yang diberikan di
TPA ALIF?
Jawaban: Yang pertama baca-tulis Al-Qur’an yang dirangkum dengan
metode Tilawati, yang kedua praktek ibadah yang dirangkum dengan
praktek wudhu, praktek sholat, praktek ibadah haji. Untuk praktek ibadah
haji dilaksanakan dengan kreatifitas guru, seperti membuat kubah-kubahan
di kelas atau semacamnya. Karena ini berbeda dengan praktek manasik haji
yang merupakan program dari lembaga. Materi yang diberikan ALIF juga
menyesuaikan dengan perayaan hari-hari besar seperti di bulan ini temanya
adalah Idul Adha, berarti yang dibahas adalah tentang haji, penyembelihan
qurban, bangunan Kakbah dan lain-lain. Kemudian yang ketiga ada hafalan
surat dan doa. ALIF ini bukan sekolah tahfidz jadi materinya hanya hafalan
surat-surat pendek dari an-Nas sampai adh-Dhuha dan ayat-ayat pilihan.
Kemudian untuk hafalan doanya adalah doa-doa penting sehari-hari sesuai
Kemenag. Yang kelima ada akidah akhlak. Akidah akhlak itu mencakup
rukun iman, rukun Islam, dan semua yang mencakup di dalamnya. Lalu
kemudian ada tajwid untuk kelas Kids berupa pemberian teori dan
prakteknya. Kemudian yang ketujuh ada character building. Character
building ini dirangkum melalui nilai-nilai akidah akhlak tadi namun lebih
banyak disampaikan melalui story telling, kisah-kisah, ataupun kejadian
sehari-hari anak lewat interaksi pertanyaan guru ke anak. Yang terakhir itu
ada materi penunjang. Itu bisa berupa archery, musik, dan lain sebagainya.
Tapi semuanya dikemas dengan metode fun learning.
g. Pertanyaan: Bagaimana langkah-langkah pembelajaran PAI dengan
pendekatan fun learning yang diterapkan oleh TPA ALIF?
Jawaban: Fun learning di ALIF ini bukan asal fun learning saja, tapi
patokannya kurikulum dan mengacu ke materi. Misalnya materinya tentang
Nabi Musa, fun learningnya kita buat snake and ladders, replika tongkat
nabi Musa atau yang lainnya. Jadi dari materi kita kembangkan lagi metode
fun learningnya apa. Kemudian yang selanjutnya paling lebih ke kreatifitas
102
guru. Jadi tiap guru metode fun learningnya bisa berbeda-beda untuk satu
materi. Karena kalau dibatasi nanti malah ga kreatif kalau menurutku.
Jadi dari pembelajaran PAI yang dimaksud untuk menjadikan fun learning
itu, karena aku merasa dulu belajar agama ya gitu-gitu aja. Hafalan juga
gitu-gitu aja. Nah pengemasannya tadi itu sih, dari materi ke fun
learningnya apa. Intinya materi PAI-nya sih sama dengan TPA-TPA lain.
h. Pertanyaan: Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran yang
dapat menimbulkan rasa senang anak?
Jawaban: Metode yang digunakan itu biasanya bernyanyi, karena anak-
anak toddler itu senang sekali bernyanyi. Lalu kita juga biasa pakai metode
bermain seperti pakai puzzle, ular tangga, atau mainan-mainan lainnya.
Atau bisa juga kita membuat crafting jadi nanti ide craftingnya kita
relevankan dengan materi yang dipelajari hari ini seperti misalnya
membuat planet-planet untuk mengenal ciptaan Allah, membuat miniatur
Kakbah dan lain sebagainya. Untuk anak Kids sih kita biasanya kita ajak
diskusi juga karena mereka sudah bisa diajak diskusi tentang kehidupan
sehari-harinya seperti apa, lalu kita sebagai umat Islam ini harusnya
melakukan apa, dan lain-lain. Kita juga pakai metode cerita atau story
telling untuk menceritakan kisah-kisah Nabi, hewan-hewan dalam Al-
Qur’an, sahabat-sahabat Nabi dan sebagainya. Di ALIF ini juga
mengadakan kegiatan fieldtrip. Yang pertama itu ada ALIF Goes to
Mosque jadi nanti kita dan anak-anak akan mendatangi masjid besar di
daerah sekitar Jakarta. Tujuannya itu selain untuk mengenalkan masjid
kepada anak juga agar anak mempelajari dengan benar bagaimana sholat
berjamaah di masjid. Fieldtrip ini per 3 bulan. Lalu memasuki bulan
Ramadhan kita ada kegiatan sanlat, yang batchnya dibagi kids dan toddler.
Dan di akhir tahun juga kita ada Islamic Camp atau lomba tahfiz untuk
anak-anak. Nah kegiatan ini terbuka untuk umum tidak hanya untuk murid
ALIF saja.
i. Pertanyaan: Apa saja media yang digunakan dalam pembelajaran yang
dapat menimbulkan rasa senang anak?
103
Jawaban: Media yang kita pakai sebenarnya banyak sekali. Karena ALIF
ini menggunakan fun learning, jadi kita akan kasih media yang membuat
anak belajar lebih fun seperti puzzle, balok-balok hijaiyah, ataupun games
yang sesuai tema pembelajaran, trus juga ada crafting yang sesuai tema
juga.
j. Pertanyan: Apa saja sumber belajar yang digunakan guru ALIF dalam
pembelajaran PAI dengan pendekatan fun learning?
Jawaban: Macem-macem. Misalnya kaya menonton video itu kita ambil
dari Youtube. Untuk crafting-crafting nya juga kita ambil dari internet
nanti dikombinasikan dengan kreativitas gurunya. Kalau mengajinya kita
pakai metode Tilawati.
k. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif dengan
murid?
Jawaban: Sebenarnya, yang pertama guru itu harus memposisikan dirinya
sejajar dengan murid, apalagi muridnya anak usia dini. Sejajar artinya
posisikan kita itu sebagai orang yang hangat dengan mereka. Yang kedua,
aku sendiri ga pernah langsung masuk ke materi ketika belajar. Pasti
diawali dengan bertanya soal kabar, kegiatan dia seperti apa, karena di usia
4-5 tahun itu mereka lagi suka-sukanya ngomong. Dan di usia itu juga anak
lebih suka didengarkan. Ketika dia sudah tahu lawan bicaranya siapa, baru
diperkenalkan bahwa kita ini guru mereka dan mereka harus mengikuti
kita. Kalau mereka tidak mau, berarti kita yang mencoba menyesuaikan
dengan mau anak tanpa mengurangi materi yang akan disampaikan.
Kemudian menurutku juga harus ada rules kelas. Jadi ketika di kelas, kita
menjadi guru dan mereka muridnya, yang berarti harus mendengarkan kita.
Tapi ketika di luar kelas kita bisa lebih akrab lagi. Sehingga apa yang kita
bicarakan akan didengarkan oleh mereka.
l. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antar murid?
Jawaban: Kalau antar murid paling lewat games, jadi nanti murid bisa
lebih dekat satu sama lain. Karena menurutku sekolah adalah tempat
bersosialisasi paling utama dalam masyarakat kita. Kalau antar anak saja
104
tidak nyaman, itu bisa mempengaruhi anak yang lain. Anak toddler itu
gampang sekali disuruh membaur, karena mereka itu senang bermain. Beda
dengan orang dewasa yang sudah pilih-pilih. Selain games, kita juga bisa
membuat team group. Menurutku ini lebih efektif daripada anak harus
mengerjakan coloring sendiri-sendiri, karena ketika team group anak bisa
saling membantu.
m. Pertanyaan: Bagaimana guru menciptakan interaksi edukatif antara murid
dengan lingkungan sosialnya?
Jawaban: Itu sebenarnya harus kita contohkan, seperti cara kita salaman,
dan cara kita berbicara antar guru. Karena itu nanti akan mereka tiru. Anak-
anak usia dini itu sedang mengabsorbsi banyak hal, jadi susah kalau kita
beritahu secara lisan. Misalnya kalau kita mau anak salaman yang baik,
maka kita salaman yang baik dengan teman, dengan wali-wali murid
karena secara ga langsung mereka akan merekam perbuatan kita. Jadi
jangan kita perintahkan anak melakukan sesuatu, tetapi kita sendiri tidak
memberikan contoh perbuatan tersebut kepada mereka.
n. Pertanyaan: Bagaimana respon anak setelah diterapkan pendekatan fun
learning pada pembelajaran PAI?
Jawaban: Happy sekali dan bahkan kadang suka lupa, mereka lebih suka
craftingnya daripada ngajinya. Ini juga yang jadi bahan evaluasi kita sih.
o. Pertanyaan: Apakah guru melakukan refleksi sebelum pembelajaran
ditutup?
Jawaban: Iya. Kalau aku melakukannya sekaligus dengan evaluasi. Jadi
nanti aku akan tanya, hari ini siapa yang muter-muter atau ga duduk rapi
coba tunjuk tangan. Nanti akan dikasih hukuman baca surat tertentu
sebelum pulang.
p. Pertanyaan: Bagaimana guru menindaklanjuti pembelajaran yang telah
berlangsung?
Jawaban: Biasanya untuk kelas Kids aku beri PR. Kalau Toddler lebih
berupa review sih, seperti nilai-nilai apa yang bisa kita ambil dari kisah
Nabi Ibrahim misalnya. Jadi yang ingin kita tekankan adalah bagaimana
105
Al-Qur’an itu bukan cuma bisa dibaca atau dihafalkan, tetapi bisa dipahami
lewat nilai-nilai itu. ALIF itu ingin mengajarkan Al-Qur’an bukan hanya
dibaca atau dihafal, tetapi juga dipahami melalui banyak metode yang kita
gunakan, materi-materi yang kita breakdown sedemikian rupa. Intinya kita
memahami Allah itu bukan cuma lewat hafalan, tetapi memahami
keberadaan Allah itu yang menciptakan kita semua, dan keberadaan Allah
itu sebuah pengetahuan yang memang harus dipahami dari kecil.
q. Pertanyaan: Apakah teknik penilaian yang digunakan guru?
Jawaban: kalau untuk penilaian harian, setiap setelah pembelajaran di hari
itu kita catat di buku student report yang mana buku itu adalah buku
penghubung antara orang tua dan guru. Jadi nanti kita akan catat apa yang
sudah anak pelajari dan apa yang mesti anak ulang di rumah. Selain itu
guru juga memiliki catatan-catatan pribadi tentang perkembangan anak.
Kemudian kita juga mengadakan evaluation week atau evaluasi
perkembangan dan pembelajaran anak setelah 6 bulan berjalan. Jadi nanti
ada rapotnya gitu seperti di sekolah, cuman memang ujiannya diadakan per
semester jadi 2 kali dalam setahun.
r. Pertanyaan: Kapan saja guru melakukan evaluasi pembelajaran?
Jawaban: Tadi sudah ya, jadi evaluasi diadakan harian setelah
pembelajaran selesai di hari itu dan per 6 bulan atau semester.
s. Pertanyaan: Bagaimana guru menjadikan lingkungan sekolah dan sekitar
sebagai sumber belajar?
Jawaban: Dengan fasilitas, buku, tempat wudhu dan sholat dan lain-lain.
Sebenarnya kita agak sulit jika disamakan dengan metode Montessori yang
benar-benar melepas anak untuk belajar sendiri, namun kita mencoba
mengkombinasi metode-metode Pendidikan anak usia dini yang terkini
dengan Pendidikan agama Islam.
t. Pertanyaan: Apakah sarana dan prasarana yang disediakan mendukung
siswa untuk dapat belajar secara menyenangkan?
Jawaban: ALIF ini memiliki lapangan bermain dengan beberapa
permainan anak dan tempat untuk latihan archery. ALIF juga menyediakan
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117