implementasi pelayanan persampahan di desa sungai …repository.uinjambi.ac.id/1203/1/amin ma_ruf -...
TRANSCRIPT
-
1
IMPLEMENTASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI DESA SUNGAI
DUREN DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO
JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI
DI KABUAPTEN MUARO JAMBI
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1)
Dalam Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
Oleh:
AMIN MA’RUF
SIP.151923
PEMBIMBING:
1. Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI 2. Irsadunnas Noveri, SH., MH
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2019
-
2
-
3
-
4
-
v
MOTTO
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat”. An-Nisa (4) 58”
-
vi
ABSTRAK
Nama Amin Ma’ruf, Nim SIP.151923. Skripsi ini berjudul implementasi
pelayanan persampahan di Desa Sungai Duren ditinjau dari Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten
Muaro Jambi. Sebagai tujuan antaranya untuk mengetahui implementasi
pelayanan persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten
Muaro Jambi, untuk mengetahui faktor penghambat Implementasi Pelayanan
Persampahan di Desa Sungai Duren dan untuk mengetahui faktor pendukung
Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren. Skripsi ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: (1) Implementasi pelayanan
persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten
Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi Persampahan di
Kabuapten Muaro Jambi, diantaranya Partisipasi dan akuntabilitas (2) Terdapat
dua faktor penghambat implementasi pelayanan persampahan di Desa Sungai
Duren, diantaranya; Minimnya Partisipasi Masyarakat dan Terbatasnya SDM
Yang Memadai (3) Terdapat dua faktor pendukung implementasi pelayanan
persampahan di Desa Sungai Duren, diantaranya; peningkatan disiplin kerja dan
melibatkan partisipasi masyarakat.
Kata kunci: Pelayanan Persampahan, Pemerintah Desa
-
vii
PERSEMBAHAN
Alhamdulilllah….
Kupanjatkan rasa syukurku kehadirat-MU ya Allah
Berkat ridho-MU aku telah berhasil menyelesaikan skripsi ini
Kupersembahkan semua ini sebagai tanda cinta
Dan baktiku atas segala curahan kasih sayang
Serta doa yang kuterima dari ibunda Basiah dan ayahanda Ahmad Chanif
Serta adikku Nafisatul Afifah
Terima kasih….
Ya Allah…..
Diriku berserah semua atas kehendak-MU
Diriku ingin berguna dalam hidup
Semoga hidayah dan rahmat-MU selalu menyertaiku
Aku berharap masa depanku akan lebih baik
Dengan membaca bismillahirrohmaanirrohim
Aku akan meneruskan langkahku menuju masa depan yang lebih cerah
Amin……….
-
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmat, hidayahnya, yang mana dalam penyelesaian skripsi ini
penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Kemudian shalawat dan salam semoga tetap telimpah
kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya
kejalan yang benar dan dapat dirasakan manifestasinya dalam wujud Imam, Islam
dan amal nyata yang shalih likulli zaman wa makan.
Skripsi ini diberi judul “Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi
Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi”
merupakan suatu kajian terhadap Komunikasi Kepemimpinan yang diperuntukkan
untuk komunikasi kepemimpinan terhadap sebagai abdi masyarakat. Dan inilah
yang diketengahkan dalam skripsi ini.
Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, penulis akui tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,
terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen pembimbing, maka
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang pantas
penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada yang terhormat
-
ix
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. Suaidi, MA., Ph. D selaku wakil rektor I Bidang Akademik
dan Pengembangan Pendidikan, Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd selaku wakil
rektor II Bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Ibu
Dr. Hj. Fadillah, M. Pd, selaku wakil rektor III Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. A. A. Miftah, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
4. Bapak H. Hermanto Harun, M. HI., Ph. D, selaku Wakil Dekan I, Bidang
Akademik, Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan II,
Bidang Adminitrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, Ibu Dr. Yuliatin,
S. Ag., M. HI, selaku Wakil Dekan III, Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
5. Ibu Mustiah, S. Ag., M. Sy selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan di
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
6. Ibu Tri Endah Karya Lestriyani, S. IP., M. IP selaku Sekretaris jurusan Ilmu
Pemerintahan di Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
7. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI selaku Pembimbing I dan Bapak
Irsadunnas Noveri, SH., MH selaku Pembimbing II skripsi ini di Fakultas
Syariah UIN STS Jambi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah UIN STS Jambi yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.
-
x
9. Bapak dan Ibu karyawan/karyawati di lingkungan Fakultas Syariah UIN
STS Jambi.
10. Sahabat-sahabatku jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 2015.
11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupun tidak langsung.
Di samping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT
kita mohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kemaafannya.
Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, 2019
Penulis,
Amin Ma’ruf
SIP.151923
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................ ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................ iv
MOTTO ...................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................... 7 C. Batasan Masalah.................................................................. 6 D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ....................... 6 E. Kerangka Teori.................................................................... 8 F. Tinjauan Pustaka ................................................................. 25
BAB II METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitan .............................................. 30 B. Pendekatan Penelitian ......................................................... 30 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................ 31 D. Unit Analisis ....................................................................... 32 E. Instrumen Pengumpulan Data ............................................. 33 F. Teknik Analisis Data ........................................................... 34 G. Sistematika Penulisan ......................................................... 36 H. Jadwal Penelitian ................................................................. 38
BAB III GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Sungai Duren .................................... 39 B. Visi dan Misi Desa Sungai Duren ....................................... 41 C. Struktur Organisasi Desa Sungai Duren .............................. 43 D. Sarana dan Prasarana Desa Sungai Duren ........................... 46
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten
Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Persampahan di Kabuapten Muaro Jambi ............ 4
-
xii
B. Faktor Penghambat Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren........................................................... 55
C. Faktor Pendukung Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren........................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………... 64 B. Saran.............. ………...……………………............……... 65
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………..
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
-
xiii
DAFTAR SINGKATAN
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
KUPT : Kepala Unit Pemukiman Transmigrasi
STS : Sulthan Thaha Saifuddin
SWT : Subhanahu Wata’ala
SAW : Shallallahu Alaihi Wasallam
SDM : Sumber Daya Manusia
SDA : Sumber Daya Alam
UIN : Universitas Islam Negeri
UU : Undang-Undang
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lingkungan perdesaan yang baik, bersih dan rapi merupakan idaman bagi
semua warga masyarakat. Dengan lingkungan perdesaan yang baik
mengakibatkan warga yang menempatinya merasa tentram, aman dan dapat
tinggal dengan tenang. Untuk membangun lingkungan perdesaan yang sesuai
dengan keinginan tersebut perlu pengelolaan lingkungan yang sesuai dengan
Undang-undang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Menurut
Pasal 28 Ayat 1 Undangundang RI No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yang berbunyi “masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan
sampah yang diselenggarakan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.” itu
artinya bahwa partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat
dibutuhkan demi terwujudnya lingkungan yang baik sehat, bersih dan rapi.1
Penataan lingkungan yang tidak baik dan pengelolaan lingkungan hidup
yang tidak teratur berakibat timbulnya berbagai masalah seperti banjir, tanah
longsor, dan bencana alam lainya. Sedangkan penataan lingkungan yang baik
akan menghasilkan lingkungan yang bersih, teratur dan bisa meningkatkan
pelestarian lingkungan itu sendiri. Untuk itu perlu adanya peran serta masyarakat
1Kamalludin, “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah Di Kelurahan Gadang
Kecamatan Sukun Kota Malang”, (Studi Implementasi Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 5
Tahun 2001 Tentang Perubahan Perda Kotamadya Daerah TK II Malang No. 6 Tahun 1989
Tentang Penyelenggaraan Kebersihan di Kelurahan Gadang Kecamatan Sukun Kota Malang ),
hlm, hlm. 35
-
2
dalam memelihara lingkungan sekitarnya yang akan mempengaruhi terjadinya
perubahan lingkungan disekitarnya.
Ketidakikutan masyarakat dalam memelihara lingkungannya akan
mengakibatkan lingkungan itu menjadi kurang bersih dan kurang sehat. Demikian
juga masyarakat yang ada di lingkungannya akan mengakibatkan lingkungan
perdesaan menjadi lingkungan yang kotor. Selain itu partisipasi masyarakat luas
juga berperan serta dalam menjaga pelestarian lingkungan, karena hal ini saling
terkait antara satu dengan yang lainya. Proses pembangunan di Desa Sungai
Duren semakin pesat seiring dengan perkembangan waktu dan kemajuan
teknologi. Penanganan masalah sampah khususnya di sepanjang daerah aliran
sungai masih banyak mengalami kendala. Kebiasaan masyarakat perumahan yang
membuang sampah langsung ke badan air/sungai serta kurangnya kemauan
masyarakat untuk mengelola sampah yang dihasilkan dalam kegiatan industri dan
rumah tangga mengakibatkan penurunan kualitas air sungai akibat masuknya
beban pencemar baik sampah organik maupun non organik ke dalam air sungai.2
Kondisi tersebut juga terjadi pada beberapa sungai di Desa Sungai Duren.
Kurangnya kepedulian masyarakat dan keterbatasan dana Pemerintah Desa Sungai
Duren, merupakan salah satu penyebab terjadinya permasalahan pencemaran di
wilayah ini. Selain itu, pada daerah sekitar sungai merupakan kawasan
permukiman dengan kepadatan relatif tinggi dan kualitas lingkungan permukiman
yang relatif rendah. Misalnya pemanfaatan sungai sebagai pembuangan limbah
industri, limbah padat/sampah, limbah padat manusia, sekaligus sebagai tempat
2Ragil Agus Prianto, “Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di Kelurahan
Jombang Kota Semarang”, Analisis Sosio Yuridis Pasal 28 Undang Undang No 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah), Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, 2011, hlm. 25
-
3
pengambilan air baku untuk keperluan rumah tangga melalui sumur-sumur yang
berada di sekitar badan sungai. Kondisi ini dikhawatirkan semakin lama akan
memburuk jika tidak segera dilakukan upaya-upaya perbaikan akan menimbulkan
dampak pada kesehatan manusia serta degradasi lingkungan yang lebih besar.
Kurangnya kesadaran mereka tentang arti pentingnya pelestarian
lingkungan, menyebabkan mereka kurang peduli terhadap lingkungan sekitarnya.
Pembuangan sampah langsung ke sungai, merupakan salah satu bukti masih
rendahnya peran serta masyarakat dalam pelestarian lingkungan hidup. Karena
pada dasarnya pengelolaan lingkungan tersebut, bukan saja menjadi tanggung
jawab pemerintah saja, tetapi juga tanggung jawab masyarakat. Pengikutsertaan
masyarakat ini, diperlukan untuk meningkatkan perasaan ikut memiliki (sense of
belonging) dalam setiap proses kegiatan.
Disamping itu, melalui peran serta mereka dalam setiap kegiatan,
masyarakat mempunyai kesempatan untuk mengembangkan keahlian pribadi,
kepemimpinan dan pertanggungjawaban melalui proses “learning by doing”.3
Selama ini program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan didasarkan pada
pendekatan dari atas, dimana dalam pendekatan ini terdapat anggapan bahwa
untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan masyarakat tidak mempunyai
kemampuan untuk menganalisis kondisi dan merumuskan persoalan serta
kebutuhannya. Dalam visi ini masyarakat ditempatkan pada posisi yang
membutuhkan bantuan dari luar. Oleh karena itu pendekatan program pengelolaan
lingkungan seperti ini sering tidak berhasil dan kurang memberi manfaaat kepada
3 Kamalludin, “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah Di Kelurahan Gadang
Kecamatan Sukun Kota Malang”, hlm. 3
-
4
masyarakat, karena masyarakat kurang terlibat sehingga kurang bertanggung
jawab terhadap program dan keberhasilannya.
Melihat beberapa upaya pengelolaan sampah tidak sesuai tujuan
disimpulkan bahwa peran serta masyarakat dalam pembangunan merupakan
faktor yang sangat penting. Dengan demikian dalam setiap kegiatan pembangunan
pelibatan masyarakat, dimana masyarakat lebih mengetahui permasalahan yang
dihadapi dan kepentingan yang mereka miliki daripada pihak lain.
Dari hasil observasi penulis ditemukan bahwa Desa Sungai Duren
merupakan lokasi yang strategis bagi kalangan mahasiswa dan sebagai salah satu
pusat lingkungan pendidikan, mempunyai permasalahan yang sama tentang
sampah yakni peningkatan volume sampah. Data peningkatan sampah akibat
peningkatan jumlah penduduk di Desa Sungai Duren.4
No Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Volume Sampah
1 2014 4976 28,8 Ton
2 2015 3935 30,6 Ton
3 2016 4214 30,9 Ton
4 2017 4234 32,4 Ton
5 2018 4854 33,8 Ton
Masyarakat yang semakin meningkat terjadi di Desa Sungai Duren
dikarenakan banyaknya perumahan yang dibangun di Desa Sungai Duren, itu juga
mempengaruhi lingkungan yang dulunya asri kini menjadi gersanga dikarenakan
4 Observasi penulis, di Desa Sungai Duren, pada 03 Maret 2019
-
5
banyaknya perumahan baru di Desa Sungai Duren. Peran serta masyarakat
merupakan salah satu faktor penting untuk memecahkan permasalahan sampah di
Desa Sungai Duren. Sampai saat ini peran serta masyarakat secara umum hanya
sebatas pembuangan sampah saja belum sampai pada tahapan pengelolaan
sampah yang dapat bermanfaat kembali bagi masyarakat. Pengelolaan sampah
yang paling sederhana dengan memisahkan sampah organik dan anorganik
memerlukan sosialisasi yang intensif dari pemerintah kepada masyarakat.
Konsep pendekatan seperti ini menempatkan masyarakat sebagai pihak
utama atau pusat pengembangan yang bersifat mendorong peran serta dan
kemitraan dengan masyarakat. Disamping itu, peran serta masyarakat itu sendiri
merupakan wujud dari upaya peningkatan kapasitas masyarakat bersumber dari
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk turut terlibat dalam setiap tahapan
pembangunan. Peran serta memfokuskan masyarakat sebagai pelaku utama
sedangkan pemerintah sebagai fasilitator yang akan mengembangkan sumber daya
dan dana dalam menumbuhkan rasa keterikatan dan rasa tanggung jawab dari
masyarakat yang sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan. Oleh
karena itu penulis berkeinginan mempelajari lebih mendalam dengan mengadakan
penelitian dan dengan mengambil judul: Implementasi Pelayanan Persampahan
di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro
Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis jelaskan
sebelumnya, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren
Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun
2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi?
2. Apa saja faktor penghambat Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren?
3. Apa saja faktor pendukung Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren?
C. Batasan Masalah
Untuk menghindari adanya perluasan masalah yang dibahas yang
menyebabkan pembahasan menjadi tidak konsisten dengan rumusan masalah yang
telah penulis buat sebelumnya maka penulis memberikan batasan masalah ini
hanya membahas Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren
Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012
Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dengan adanya semua perumusan masalah di atas, diharapkan adanya
suatu kejelasan yang dijadikan tujuan bagi penulis dalam skripsi ini. Tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:
-
7
a. Untuk mengetahui Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai
Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09
Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
b. Untuk mengetahui faktor penghambat Implementasi Pelayanan Persampahan
di Desa Sungai Duren.
c. Untuk mengetahui faktor pendukung Implementasi Pelayanan Persampahan di
Desa Sungai Duren.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian mengenai Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09
Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi, ini diharapkan dapat
memberikan manfaat, sebagai berikut:
a. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam hal ini pemerintah Kabupaten
Muaro Jambi. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu
pengalaman dan wawasan bagi penulis sendiri terhadap Implementasi
Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di
Kabuapten Muaro Jambi.
b. Menjadi bahan bacaan yang menarik bagi siapapun yang akan membacanya.
c. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Siafuddin
Jambi.
-
8
d. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk Fakultas Syari’ah khususnya
jurusan Ilmu Pemerintahan, dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah lainnya.
e. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
E. Kerangka Teori
1. Kewenangan
Wewenang dalam konsep hukum publik merupakan konsep inti dari
hukum tata negara dan hukum administrasi negara. Pemerintah baru dapat
menjalankan fungsinya atas dasar wewenang yang diperolehnya, artinya
keabsahan tindak pemerintahan atas dasar wewenang yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan. Tanpa adanya kewenangan yang dimiliki, maka badan atau
pejabat tata usaha negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan atau tindakan
pemerintah, ada dua fungsi berkaitan dengan kewenangan yaitu: fungsi
pembuatan kebijakan (policy marking) yaitu kekuasaan yang menentukan tugas
(taakstelling) dari alat pemerintahan dan fungsi pelaksanaan kebijakan (policy
exsecuting) yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan pepraturan yang
salah satunya adalah implementasi pelayanan persampahan di Desa Sungai Duren
Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012
Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi dengan adanya kewenangan yang
-
9
dimiliki desa, maka desa sepenuhnya mengelola BUMDes guna pemasukan
desa..5
Sukasmanto dan Dina Mariana menerangkan kewenangan adalah apa yang
disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan
oleh undang-undang, sedangkan wewenang hanya mengenai suatu “onderdeel”
(bagian) tertentu saja dari kewenangan.6 Wewenang terdiri atas sekurang-
kurangnya mempunya 3 (tiga) komponen, yaitu pengaruh, dasar hukum, dan
komformitas hukum. Komponen pengaruh, bahwa penggunaan wewenang
dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subjek hukum; dasar hukum
dimaksudkan, bahwa wewenang itu haruslah mempunyi dasar hukum; sedangkan
komponen komformitas, bahwa wewenang haruslah mempunyai standar.7
Bahasan mengenai keabsahan itu sendiri setara jika berbicara mengenai
keberadaan hukum, sebagaimana pendapat Silahuddin bahwa hukum ada karena
kekuasaan yang sah.8 Kekuasaan yang sahlah yang menciptakan hukum.
Ketentuan-ketentuan yang tidak berdasarkan kekuasaan yang sah pada dasarnya
bukanlah hukum, jadi hukum berdasar kekuasaan yang sah. Secara teoritas,
kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut
diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Kewenangan yang
sumbernya dari peraturan perundang-undangan disebut dengan kewenangan
5 Lutfiah Hanim, “Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pemerintah Kelurahan
Dalam Pelayanan Publik Di Era Otonomi Daerah (Studi Di Kelurahan Gadang Kota Malang)”,
Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 2, 2014, hlm. 3 6 Sukasmanto dan Dina Mariana, Modul Panduan Menyususn Kewenangan dan
Perencanaan Desa, (Yogyakart: IRE Yogyakarta – CCES, 2015), hlm. 13 7 Syamsi, “Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Tehadap Kepuasan Konsumen Pada
Siswa Bimbingan Dan Konsultasi Belajar Al Qolam Bandarlampung”, Jurnal Ekonomi dan
Pendidikan, Volume 5 Nomor 1, April, 2008, hlm. 25 8 Silahuddin, Kewenangan Desa Dan Regulasi Desa, (Jakarta: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015), hlm. 32
-
10
konstitusionalisme yang merupakan sejumlah ketentuan hukum yang tersusun
secara sistematis untuk menata dan mengatur sturtur dan fungsi lembaga-lembaga
negara.
a. Atribusi adalah kewenangan yang diperoleh oleh organ pemerintah secara
langsung dari peraturan perundang-undangan.
b. Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari satu organ pemerintahan kepada
organ pemerintahan lainnya.
c. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan
dijalankan oleh organ lain atas namanya.9
Pada atribusi terjadi pemberian yang baru oleh suatu ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan. Disini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenang
pemerintah baru. Dapat diberi uraian bahwa ketentuan hukum yang menjadi dasar
dikeluarkanya keputusan yang disengketakan itu mungkin menyebutkan dengan
jelas badan atau pejabat tata usaha negara yang diberi wewenang pemerintah, jadi
dasar wewenang tersebut dinamakan bersifat atributif. Delegasi yaitu terjadinya
pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh badan atau jabatan tata usaha
negara yang telah memperoleh suatu wewenang pemerintahan secara atributif
kepada badan tata usaha negara lainnya.10 Dengan demikian, suatu delegasi selalu
didahului oleh adanya atribusi wewenang, adalah sangat penting untuk
mengetahui apakah suatu badan atau jabatan tata usaha negara itu pada waktu
mengeluarkan suatu keputusan yang berisi suatu pendelegasian wewenang
9 Badan Ramdan dkk, ABCD Perencanaan desa Bacaan Khusus Untuk Kaum Perempuan
dan Masyarakat Miskin, (Jakarta: Inisiatif, 2014), hlm. 6. 10 Basseng, Aktualisasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Pegawai Negeri Sipil, (Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia, 2015), hllm. 27.
-
11
berdasarkan suatu wewenang pemerintah atributif yang sah atau tidak. Dalam hal
mandat, maka tidak terjadi perubahan apa-apa mengenai distribusi wewenang
yang telah ada, yang ada hanya suatu hubungan intern, pemberi mandat
menugaskan penerima mandat untuk atas nama mandans melakukan suatu
tindakan hukum dan mengambil serta mengeluarkan keputusan-keputusan tata
usaha negara tertentu. Jadi pada mandat, wewenang pemerintah tersebut dilakukan
oleh mandataris atas nama dan tanggung jawab mandans.11
2. Kewenangan Desa
Dengan dua azasutama “rekognisi” dan “subdidiaritas” UU Desa
mempunyai semangat revolusioner, berbeda dengan azas “desentralisasi” dan
“residualitas”. Dengan mendasarkan pada azas desentralisasi dan residualitas Desa
hanya menjadi bagian dari daerah, sebab desentralisasi hanya berhenti di
kabupaten atau kota. Disamping itu, Desa hanya menerima pelimpahan sebagian
kewenangan dari kabupaten atau kota. Sehingga Desa hanya menerima sisa-sisa
lebihan daerah, baik sisa kewenangan maupun sisa keuangan dalam bentuk
Alokasi Dana Desa.
Kombinasi antara azas rekognisi dan subsidiaritas UU Desa menghasilkan
definisi Desa yang berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya. Desa
didefinisikan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NKRI.
11 Ihsanuddin, “Kualitas Pelayanan Publik Pada Badan Perizinan Penanaman Modal dan
Promosi Daerah (BP2MPD) Kabupaten Indragiri Hilir”, Jurnal Universitas Negeri Padang, 2011,
hlm. 7
-
12
Dengan definisi dan makna itu, UU Desa telah menempatkan Desa sebagai
organisasi campuran (hybrid) antara masyarakat berpemerintahan (self governing
community) dengan pemerintahan lokal (local self government).12 Dengan begitu,
sistem pemerintahan di Desa berbentuk pemerintahan masyarakat atau
pemerintahan berbasis masyarakat dengan segala kewenangannya (authority).
Desa juga tidak lagi identik dengan pemerintah Desa dan kepala Desa, melainkan
pemerintahan Desa yang sekaligus pemerintahan masyarakat yang membentuk
kesatuan entitas hukum. Artinya, masyarakat juga mempunyai kewenangan dalam
mengatur Desa sebagaimana pemerintahan Desa.
Kewenangan merupakan elemen penting sebagai hak yang dimiliki oleh
sebuah Desa untuk dapat mengatur rumah tangganya sendiri. Dari pemahaman ini
jelas bahwa dalam membahas kewenangan tidak hanya sematamata
memperhatikan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa namun harus juga
memperhatikan subjek yang menjalankan dan yang menerima kekuasaan.
Kewenangan harus memperhatikan apakah kewenangan itu bisa diterima oleh
subjek yang menjalankan atau tidak. Dalam pengelompokannya, kewenangan
yang dimiliki Desa meliputi: kewenangan dibidang penyelenggaraan
pemerintahan Desa, kewenangan dibidang pelaksanaan pembangunan Desa,
kewenangan dibidang pembinaan kemasyarakatan Desa, dan kewenangan
dibidang pemberdayaan masyarakat Desa yang berdasarkan prakarsa masyarakat,
atau yang berdasarkan hak asal usul dan yang berdasarkan adat istiadat Desa.
12 Siska Dewi Agustin, “Peran BPD (BPD ) Dalam Proses Sinergisitas Dengan Kepala
desa Untuk Membangun pemerintahan Yang Demokratis Di desa Matekan kecamatan Besuk
kabupaten Probolinggo”, Jurnal Universitas Negeri malang, 2011, hlm. 22
-
13
Desa menurut UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
mengartikan Desa sebagai berikut:
“Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik
Indonesia(UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 1
ayat 12).13
Dalam pengertian Desa menurut Widjaja dan UU nomor 32 tahun 2004 di
atas sangat jelas sekali bahwa Desa merupakan Self Community yaitu komunitas
yang mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa Desa memiliki
kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya sesuai
dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi Desa yang memiliki
otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang seimbang
terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan Otonomi Desa yang
kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan Otonomi Daerah.14
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1, Desa adalah
Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional
13 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengartikan Desa
Pasal 1 14 Widjaja, Pemerintahan Desa/Marga. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
3
-
14
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.15
Dengan demikian sebagai suatu bagian dari sistem pemerin tahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala melalui
pemerintah dapat diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun
dari pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu. Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai adalah keanekaragaman, partisipai,
otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Dengan pemahaman
bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan
masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi
desa yang memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian
yang seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan
Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan
Otonomi Daerah. Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni:16
a. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak
asal-usul desa.
b. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan
pemerintahan urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan
pelayanan masyarakat.
15 Ahmad Hidayat, Transparansi Penyelenggaraan Pelayanan Publik di Indonesia,
Jakarta: Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas 17 Agustus 1945, hlm. 5 16 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1
-
15
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.17
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:
1) Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul,
adat-istiadat, dannilai sosial budaya masyarakat desa;
2) Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;
3) Mendapatkan sumber pendapatan.18
Desa berkewajiban;
a) Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan masyarakat desa
dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
b) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;
c) Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan
e) Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa.
Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan
penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna dan
peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan
17 Yuni Ilmi Kurniati, “Analisis Kinerja Pelayanan Publik Aparatur Pemerintah Pada
Kantor Camat Labuhan Badas kecamatan Labuhan Badas kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa
Tenggara Barat”, Skripsi: Program Pascasarjana Universitas Terbuka Jakarta, 2012, hlm. 28 18 Muhammad Yasin, Anotasi Undang-Undang No. 6 tahun 2014 Tentang desa, (Jakarta:
Pusat Telaah dan Informasi Regional PATTIRO, 2015), hlm. 192
-
16
dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan pembangunan hingga ditingkat
akar rumput, maka terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk
pembentukan desa yakni: pertama, faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500
kepala keluarga, kedua, faktor luas yang terjangkau dalam pelayanan dan
pembinaan masyarakat, ketiga, faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan
atau komunikasi antar dusun, keempat, factor sarana prasarana, tersedianya sarana
perhubungan, pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima,
faktor sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan
bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan
masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.19 Dari
penjelasan di atas ddapat disimpulkan bahwa dalam wewenang desa sangat
berperan berpengaruh dala pembentukan desa menjadi lebih baik dan lebih maju,.
3. Proses Perencanaan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat
Perencanaan merupakan suatu proses yang mempersiapkan seperangkap
keputusan untuk melakukan tindakan dimasa depan. Tahap perencanaan
merupakan tahapan awal dalam proses pelaksanaan program pembangunan
pengelolaan sampah. Hal ini dimaksudkan bahwa perencanaan akan arah, langkah
atau pedoman dalam proses pembangunan dimaksud. Pada tahapan ini akan
ditelusuri aktivitas atau kegiatan yang dilakukan masyarakat, dimulai dari
keterlibatan mereka dalam menyusun rencana program yang diaktualisasikan
melalui keaktifannya pada setiap rapat dan inisiatif diadakannya rapat, dan
19 Sutoro Eko, Desa Membangun Indonesia, (Yogykarta: Forum Pengembangan
Pembaharuan desa FPPD, 2014), hlm. 43
-
17
keterlibatan dalam memberikan pendapat, tanggapan masyarakat serta
pengembangan terhadap upaya pengelolaan sampah, sampai dengan keterlibatan
mereka dalam pengambilan keputusan terhadap program yang direncanakan.
Melalui interaksi dan komunikasi, perencanaan bersama dengan
masyarakat membantu mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan, memahami
situasi dan mengidentifikasi solusi bagaimana memecahkan masalah masalah
yang dimaksud. Dalam konteks ini perencanaan adalah aktivitas moral,
perencanaan merupakan komunikator yang menggunakan bahasa sederhana dalam
pekerjaannya agar membuat logika dari perilaku manusia. Kunci dari gagasan
perencanaan dan pembelajaran sosial adalah evolusi dari desentralisasi yang
membantu orang-orang untuk memperoleh akses yang lebih dalam pengambilan
keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Tahapan perencanaan yang harus dilalui yaitu:
a. Tahap pembuatan kesepakatan awal, dimaksudkan untuk menetapkan wilayah
dari perencanaan, termasuk prosedur teknis yang akan diambil dalam proses
perencanaan.
b. Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Data atau
informasi yang dikumpulkan di olah sedemkian rupa sehingga
diperolehgambaran yang lebih lengkap, utuh dan mendalam.
c. Identifikasi daya dukung yang dimaksud dalam hal ini, daya dukung tidak
harus segera diartikan dengan dana kongkrit (money,atau uang), melainkan
keseluruhan aspek yang bisa memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam
mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan. Daya dukung akan sangat
-
18
tergantung pada persoalan yang dihadapi, tujuan yang hendak dicapai,
aktivitas yang akan datang. Pengelolaan sampah tentu tidak saja dapat di
topang dengan gerakan yang hanya ditanamkan pada masyarakat. Hal tersebut
ditanamkan pada pemerintah, yang juga bertanggung jawab\terhadap
persoalan pengolahan sampah ini.
Secara umum, pelaksanaan pekerjaan perencanaan teknis pengelolaan
sampah terpadu 3R (reuse, reduce, recycle) yaitu kegiatan penggunaan kembali
sampah secara langsung, mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan
timbulnya sampah, memanfaatkan kembali sampah setelah mengalami proses
pengolahan, maka 5 tahap pelaksanaan pekerjaaan, yaitu : tahap persiapan, tahap
pemilihan lokasi, tahap pengorganisasian dan pemberdayaan masyarakat, tahap uji
coba pelaksanaan pengelolaan sampah 3R (Reuse, Reduce, Recycle), serta terakhir
adalah tahap monitoring dan evaluasi.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan pelaksanaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat
adalah melakukan persiapan dengan melakukan tindakan peningkatan pemahaman
masyarakat terhadap konsep dasar program pengelolaan sampah berbasis
masyarakat, terutama teknologi komposting di tingkat masyarakat. Dinas
Kebersihan Kabupaten Muaro Jambi menyusun metode dan pendekatan untuk
pelaksanaan pekerjaan yang meliputi antara lain; menentukan pemilihan lokasi,
menentukan pengorganisasian dan pemerdayaan masyarakat, serta pengadaan
sarana dan prasarana pengelolaan sampah berbasis masyarakat.
-
19
2) Tahap Pemilihan Lokasi
Tahap pemilihan lokasi disini merupakan awal dimulainya tahap
pengumpulan data calon lokasi yang akan dipilih untuk melaksanakan program
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat. Data data tersebut dapat
diperoleh dari hasil kajian studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan
Rencana Retail Tata Ruang Kota (RDTRK).20
3) Tahap Perencanaan Teknis
Tahap perencanaan teknis adalah tahap penyusunan dokumen kerja serta
melakukan pengadaan peralatan pengelolaan sampah. Peralatan prasarana dan
sarana persampahan 3R(reuse,reduce,recycle) yang meliputi penentuan jenis dan
jumlah peralatan, baik untuk pemilahan jenis sampah, pewadahan dan.
pengangkutan dan alat pengolahan sampah untuk menjadi kompos, termasuk
mengidentifikasi kebutuhan tempat untuk pengolahan sampah terpadu TPS
(Tempat Penampungan Sementara).
4) Tahap Pengorganisasian dan Pemberdayaan Masyarakat.
Pengorganisasian tentang pemberdayaan masyarakat dan stakeholder
menjadi fasilitator terhadap kegiatan ditingkat komunitas/masyarakat
dikawasanlokasi terpilih. Tahap ini dibagi menjadi 4 kegiatan : melakukan
identifikasi lokasi terpilih, melakukan sosialisasi pada masyarakat dengan cara
memperkenalkan program pengelolaan sampah, pembentukan organisasi,
melakukan pelatihan pengelolaan sampah terpadu. Kegiatan Penyusunan Program
Sampah 3R (reuse, reduce, recycle) adalah proses penyusunan rencana
20 Kamalludin, “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah Di Kelurahan Gadang
Kecamatan Sukun Kota Malang”, hlm. 35
-
20
pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat dengan pola 3R adalah:
membuat identifikasi permasalahan dan menentukan rumusan permasalahan serta
menentukan kebutuhan yang dilakukan dengan metode penyerapan aspirasi
masyarakat dan melakukan survei kampong sendiri dan menyusun analisis
permasalahan untuk menentukan skala perioritas kebutuhan serta menentukan
potensi sumber daya setempat.
Kegiatan Menyusun Indentifikasi Kebutuhan peralatan Prasarana dan
Sarana persampahan 3R (reuse, reduce, recycle) yaitu menentukan jenis dan
jumlah peralatan yang dibutuhkan dalam pengelolaan sampah rumah tangga
berbasis masyarakat, pewadahan, pengangkutan dan alat pengolahan sampah
untuk menjadi kompos.
5) Tahap Evaluasi Dan Uji Coba Pelaksanaan Pengelolaan Sampah 3R.
Tahap evaluasi ini merupakan rangkuman dari keseluruhan hasil program
pengelolaan sampah rumah tangga berbasis masyarakat. Kegiatan evaluasi ini
dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan kemajuan kegiatan yang telah
dilakukan oleh masyarakat, dan dilakukan pengontrolan secara intensif serta
sebagai upaya untuk menyiapkan kemandirian masyarakat.
6) Aspek Pengelolaan Sampah Sistem Pengolahan sampah adalah proses
pengelolaan sampah yang meliputi 5 (lima) aspek/komponen yang saling
mendukung dimana antara satu dengan lainnya saling berinteraksi untuk
mencapai tujuan.Kelima aspek tersebut meliputi:
a) Aspek teknis operasional
b) Aspek kelembagaan
-
21
c) Aspek hukum dan peraturan
d) Aspek pembiayaan
e) Aspek peran serta masyarakat.21
4. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat
Dalam Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Sampah yang berbunyi:
“Masyarakat dapat berperan dalam pengelolaan sampah yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan/atau pemerintah daerah”. Tanggung jawab pengelolaan
sampah ada pada masyarakat sebagai produsen timbulan sampah sejalan dengan
hal tersebut, masyarakat sebagai produsen timbulan sampah diharapkan terlibat
secara total dalam lima sub sistim pengelolaan sampah, yang meliputi sub sistem
kelembagaan, sub sistem teknis operasional, sub sistem finansial, sub sistem
hukum dan peraturan serta sub sistem peran serta masyarakat.
Menurut (Syafrudin, 2004:102), salah satu alternatif yang bisa dilakukan
adalah melaksanakan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat, seperti
minimasi limbah dan melaksanakan 5 R (Reuse, Recycling, Recovery, Replacing
dan Refilling). Kedua program tersebut bisa dimulai dari sumber timbulan sampah
hingga ke Lokasi TPA. Seluruh sub sistem didalam sistem harus dipandang
sebagai suatu sistem yang memerlukan keterpaduan didalam pelaksanaannya.
:(Tchobanoglous, 1993 dalam Syafrudin, 2004:134). “Sistem pengelolaan sampah
terpadu (Integrated Solid Waste management) didefinisikan sebagai pemilihan
21 Andri Nugraha, “Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah Di Kota Cimahi”,
UNIBRAW dan IKIP Malang, hlm. 23
-
22
dan penerapan program teknologi dan manajemen untuk mencapai sistem yang
tinggi.”
Dengan mempelajari berbagai teori dan pemahaman terkait dengan konsep
pengelolaan sampah dalam hubungannya dengan proses perencanaan sampai
dengan pembangunan yang berkelanjutan, serta teori peran serta, maka dapat
diajukan kerangka konsep pola/bentuk peran serta masyarakat dan kelembagaan
dalam pengelolaan sampah dengan pendekatan kemitraan antara pemerintah dan
masyarakat. Munculnya pendekatan dengan pelibatan masyarakat ini didasari dari
pemikiran terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup di perkotaaan akibat
perilaku manusia. Sedangkan program-program yang dijalankan pemerintah untuk
meningkatkan kesadaran agar dapat merubah perilaku kurang memberikan hasil
sesuai yang diharapkan. Untuk itu diperlukan adanya pengelolaan lingkungan
sosial dalam kerangka pengelolaan lingkungan hidup. Prinsip pengelolaan
lingkungan sosial harus mengutamakan pelibatan warga masyarakat atau
komunitas secara penuh, dengan kata lain pengembangan dan perencanaan
pengelolaan lingkungan sosial menggunakan pendekatan partisipatif, dan
masyarakat sebagai inti dalam pendekatan tersebut.
Pendekatan ini dalam pelaksanaannya ditekankan pada inisiatif local
dengan memperkuat kapasitas masyarakat karena merupakan bottom-up approach
yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh,
melalui aspek ekonomi, sosial, budaya secara terintregrasi dan berkesinambungan.
Pada akhirnya dapat memperkuat kepedulian masyarakat terhadap lingkungan
yang bermuara terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam mengelola
-
23
lingkungan hidup secara berkelanjutan (Kipp and Callaway, 2004:89). Dalam
upaya pelibatan masyarakat tersebut, terjadi interaksi sosial yang intensif dalam
bentuk kerjasama sesuai dengan kedudukan dan perannya masingmasing dalam
upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Kerjasama itu dilakukan oleh seluruh
anggota dalam kelompoknya dalam upaya pemenuhan kebutuhan prasarana.
Pada dasarnya tanggungjawab penyediaan prasarana dilakukan oleh
pemerintah, melalui berbagai program pembangunan. Dari pengalaman masa lalu
dapat dilihat akibat pendekatan pembangunan yang kurang mencerminkan
kebutuhan nyata masyarakat dengan tidak berfungsi dan terpeliharanya hasil
pembangunan, khususnya prasarana pemukiman.22 Pembangunan berkelanjutan,
menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sehingga mampu
mengidentifikasi, menganalisa serta merumuskan kebutuhannya sendiri dalam
upaya perbaikan kualitas hidup. Pembangunan dalam pelaksanaan pengelolaan
sampah perlu adanya pelibatan masyarakat secara nyata dalam aktivitas-aktivitas
riil yang merupakan perwujudan program yang telah disepakati dalam kegiatan
fisik. Bentuk, tingkatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam
berperan serta harus mampu diidentifikasi dan dianalisa sehingga dapat
dipergunakan sebagai pendekatan atau model pembangunan partisipatif yang
sesuai dengan kondisi masyarakat setempat.
Dalam beberapa hal karena kondisi masih rendahnya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat sehingga diperlukan adanya keterlibatan peran organisasi
non pemerintah/LSM yang bermitra baik dengan pemerintah sebagai salah satu
22 Kamalludin, “Implementasi Kebijakan Retribusi Sampah Di Kelurahan Gadang
Kecamatan Sukun Kota Malang”, hlm. 43
-
24
pihak yang berperan dalam pembangunan melalui pelayanan kepada masyarakat
berdasarkan asas kesukarelaan. Adapun pemerintah dalam hal ini berperan
dalammemfasilitasi kegiatan yang akan dilakukan, melalui perbaikan manajemen
pengelolaan, perbaikan metode, penyediaan tenaga ahli, pelatihan ketrampilan,
penyediaan informasi dan komunikasi yang berorientasi kepada proses
pemberdayaan masyarakat.
Keterlibatan penuh masyarakat dalam setiap tahapan mekanisme
pembangunan dapat dilihat dari berbagai faktor, seperti kesediaan dan keaktifan
untuk menghadiri pertemuan dan kegiatan kerjabakti, pemberian sumbangan dana,
tenaga dan material dalam pelaksanaan serta pemeliharaan yang nantinya dapat
dirasakan manfaatnya. Dalam operasi dan pemeliharaaan, khususnya prasarana
yang dipakai bersama, masyarakat menginginkan suatu bentuk pengelolaan yang
terorganisir dalam kepengurusan. Dalam organisasi ini membentuk suatu aturan,
norma, kaidah yang disepakati bersama sehingga mampu mengikat anggotanya
untuk patuh dalam melaksanakan tugas operasi dan pemeliharaan prasarana.
Kemampuan prasarana dalam pemenuhan kebutuhan sangat berpengaruh
terhadap tingkatan peran serta masyarakat. Apabila seluruh warga merasakan
manfaatnya maka dengan sendirinya akan timbul kesadaran yang sifatnya
sukarela. Kesadaran keberlanjutan terhadap prasarana akan dipahami lebih mudah
oleh masyarakat bila kinerja prasarana yang dimiliki oleh masyarakat berjalan
dengan baik dan kontinu.
Dalam meningkatkan peran serta masyarakat diperlukan perubahan
perilaku dengan pemahaman terhadap kondisi masyarakat setempat dengan
-
25
mempertimbangkan nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku dalam masyarakat
karena hal ini dapat membangun kepercayaan sehingga mempermudah
implementasi program. Pemahaman tersebut berkaitan dengan kondisi internal
masyarakat meliputi,, lamanya tinggal dan status hunian. Dengan memahami
kondisi masyarakat akan dapat diketahui kebutuhan dan keinginan masyarakat.
Dalam melaksanakan perilaku yang berkelanjutan diperlukan komitmen untuk
menunjang keberhasilan program yang dilaksanakan dengan kemitraan yang
terjalin antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
F. Tinjauan Pustaka
Terdapat penelitian yang memiliki kesamaan tema dengan penelitian yang
peneliti lakukan, yaitu;
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Regina Veranty Damopolii
mahasiswa jurusan ilmu pemerintahan FISIP UNSRAT Manado, ditulis pada
tahun 2016, dengan judul “Implementasi pemungutan retribusi kebersihan di kota
medan berdasarkan Perda No. 8 Tahun 2002 (kecamatan medan tembung)”23
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana sistem penanganan sampah
oleh Dinas Kebersihan di Kecamatan Medan Tembung; 2. Bagaimana kontribusi
retibusi kebersihan di Kecamatan Medan Tembung terhadap pendapatan asli Kota
Medan; 3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penerimaan retibusi kebersihan di Kecamatan Medan
Tembung? Metode pendekatan yuridis normatif dalam penelitian ini dilakukan
23 Adyatma Murdhani, “Implementasi pemungutan retribusi kebersihan di kota medan
berdasarkan perda no. 8 tahun 2002 (kecamatan medan tembung”, hlm. 4
-
26
dengan cara meneliti sumber-sumber bacaan yang relevan dengan tema penelitian,
yang meliputi penelitian terhadap asas-asas hukum, sumber-sumber hukum,
peraturan perundang-undangan yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat
menganalisa permasalahan yang akan dibahas. Kesimpulan Sistem penanganan
sampah oleh Dinas Kebersihan di Kecamatan Medan Tembung adalah melalui
penanggulangan penanganan sampah dengan berbagai cara, mulai dari 3R
(Reduce, Reuse dan Recycle). Retribusi Pelayanan Kebersihan, yang secara
langsung pengelolaannya diserahkan kepada wilayah hukum masing-masing
kecamatan dan kelurahan di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penerimaan retibusi
kebersihan di Kecamatan Medan Tembung adalah melalui sistem membuat
strategi serta kebijakan yang berdampak langsung dalam hal pengelolaan
kebersihan
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sri Nurhayati Qodriyatun
mahasiswi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, ditulis pada tahun 2018, dengan
judul “Bentuk Lembaga Yang Ideal Dalam Pengelolaan Sampah Di Daerah (Studi
Di Kota Malang Dan Kabupaten Gianyar);24 Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sampah termasuk permasalahan lingkungan yang dihadapi banyak
kota di Indonesia, namun belum semua kota telah memberikan pelayanan
persampahan dengan baik. Salah satu faktor yang memengaruhi rendahnya tingkat
pelayanan persampahan di suatu daerah adalah bentuk lembaga atau institusi
24 Sri Nurhayati Qodriyatun, “Bentuk Lembaga Yang Ideal Dalam Pengelolaan Sampah
Di Daerah (Studi Di Kota Malang Dan Kabupaten Gianyar)” Program Studi Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, 2018, hlm. 5
-
27
pengelola sampah yang pada umumnya kapasitas atau kemampuan institusi atau
pengelola di daerah lebih kecil jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang
harus mereka kelola. Melalui penelitian yang dilakukan pada tahun 2013, dengan
menggunakan metode kualitatif disimpulkan bahwa institusi pengelola sampah di
daerah perlu memisahkan antara regulator dan operator sehingga pengelolaan
sampah di daerah dapat berjalan efisien dan efektif. Regulator dijalankan oleh
Dinas dan operator dijalankan oleh Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Syahriar Tato mahasiswa Jurusan
Teknik PWK, Universitas 45 Makassar, ditulis pada tahun 2015, dengan judul
“Evaluasi Pengelolaan Sampah Kabupaten Gowa Studi Kasus Kecamatan Somba
OPU”,25 Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi pengelolaan
persampahan maka disingkronkan antara kenyataan dilapangan dan sarana
persampahan yang harus ada dengan menggunakan standar pelayanan minimal
(SPM) dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian pengelolaan sampah
yang ada saat ini, sehingga menghasilkan pengelolan sampah yang akan
dievaluasi kemudian memberi penanganan dari evaluasi yang dilakukan. Sebagai
rekomendasi, perlu dilakukan penanganan sampah pada sumbernya dengn
menggunakan konsep 3R, peran serta masyarakat, pemerintah dan swasta sangat
dibutuhkan dalam pelaksanaan dan pengambil kebijakan tertinggi dalam peraturan
daerah dan sanksi tentang persampahan yang ada di Kecamatan Somba Opu
Kabupaten Gowa.
25 Syahriar Tato, “Evaluasi Pengelolaan Sampah Kabupaten Gowa Studi Kasus
Kecamatan Somba OPU”, Teknik PWK, Universitas 45 Makassar, 2015, hlm. 5
-
28
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Widyarsana mahasiswa
Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, ditulis pada tahun 2015, dengan judul
“Kajian Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Di Kabupaten Tangerang”,26
Penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan
dan gangguan kelestarian fungsi lingkungan akibat sampah. Hal ini tidak terlepas
dari hal penyediaan sarana dan prasarananya, oleh sebab itu dalam laporan ini
akan dievaluasi terkait sarana prasarana yang dibutuhkan dimulai dari penanganan
di sumber hingga ke tempat pemrosesan akhir. Kondisi pengelolaan sampah
Kabupaten tangerang saat ini yakni 60% warga tidak memiliki wadah sampah,
sistem pengumpulan sampah dominan tidak ada karena jumlah TPS yang ada
sangat minim. Sehingga tidak adanya reduksi sampah dan sistem pengelolaan
hanya kumpul angkut buang. TPA Jatiwaringin sebagai TPA yang menampung
sampah Kabupaten Tangerang masih menggunakan metoda open dumping dengan
fasilitas TPA yang sangat minim. Tidak adanya proteksi lingkungan dan
manajemen landfill dengan baik berdampak pada usia layan pakai TPA dan
wilayah sekitar TPA. Untuk mencapai universal akses 100-0-100 maka pada
tahun 2019 diperlukan pengadaan 760.928 set bin, 159 TPST, penambahan 487
truk sampah, dan optimalisasi TPA dengan berpedoman pada peraturan menteri
pekerjaan umum tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan
dalam penanganan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga.
Dengan pengadaan sarana prasarana tersebut, usia layan pakai TPA meningkat 1
26 Wahyu Widyarsana, “Kajian Pengembangan Sistem Pengelolaan Sampah Di
Kabupaten Tangerang”, Program Studi Rekayasa Infrastruktur Lingkungan Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, 2015, hlm. 5
-
29
tahun 26 hari. Selain rekomendasi teknis penanganan sampah yang ada harus
ditunjang oleh berbagai aspek yakni pembiayaan dengan konsep sunsidi silang,
regulasi terkait peraturan pengelolaan sampah, kerjasama dan koordinasi antar
instansi terkait, serta peningkatan peran serta dan partsipasi masyarakat. Biaya
satuan pengelolaan sampah yang dibutuhkan untuk perbaikan penanganan sampah
Kabupaten Tangerang sejumlah Rp. 439.381/ton (tanpa depresiasi).
Dari beberapa contoh hasil penelitian di atas, maka dapat digambarkan
beberapa persamaan dan perbedaannya. Persamaan proposal ini dengan hasil-hasil
penelitian sebelumnya adalah pada salah satu variabel yang digunakan dalam
membahas pokok permasalahan yaitu pada keberadaan sampah. Sedangkan,
perbedaan antara proposal ini dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya adalah di
mana di Desa Sungai Duren dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sehingga itu berdampak pada
meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan, untuk itu perlu dilakukan
penelitian mengenai implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren
Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012
Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
-
30
BAB II
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini tentang Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09
Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi. Kegiatan penelitian ini
dimulai sejak disahkannya penelitian, yaitu bulan April 2019. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:
1. Rendahnya perhatian masyarakat dalam membuang sampah pada tempatnya.
2. Adanya kemudahan untuk mendapatkan data dan informasi dan berbagai
keterangan yang diperlukan untuk menyusun proposal skripsi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu
untuk mengetahui atau menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti.27
Sehingga memudahkan penulis untuk mendapatkan data yang objektif dalam
rangka mengetahui penelitian ini tentang Implementasi Pelayanan Persampahan di
Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi
Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi. Menurut
Sugiyono menyatakan bahwa “Metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,
(sebagai lawanya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen
27Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2011), hlm. 22.
-
31
kunci.28 Merriam menambahkan. kualitatif adalah suatu rencana dan cara yang
akan digunakan peneliti untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) 29 di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci,
teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer yang penulis ambil dari informasi di lapangan berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang
Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi melalui observasi dan wawancara di
lokasi penelitian, adapun data primer penulis adalah Pegawai Pemerintah
Kabuapten Muaro Jambi dalam implementasi pembangunan pelayanan
persampahan.
2. Data sekunder yang penulis ambil adalah yang berhubungan dengan penelitian
ini.
Sumber data penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/ peristiwa, dan
dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan orang yang bisa
memberikan data melalui wawancara. Sumber data yang berbentuk suasana/
peristiwa berupa suasana yang bergerak ataupun lisan, meliputi ruangan, suasana,
28Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 9. 29Sharan B. Merriam, Rualitative Research and Case Study Applications in Education,
(New York City, 1998), hlm. 3.
-
32
dan proses. Sumber data tersebut merupakan objek yang akan diobservasi.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa atau kejadian, di mana
dalam penelitian ini peristiwa dijadikan sumber data adalah penelitian ini tentang
Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari
Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang
Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi perlu dicantumkan apabila penelitian
tersebut adalah penelitian lapangan yang tidak memerlukan populasi dan sampel.
Unit analisis dapat berupa organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun
organisasi swasta atau sekelompok orang.30 Unit analisis juga menjelaskan kapan
waktu (tahun berapa, atau bulan apa) penelitian dilakukan, jika judul penelitian
tidak secara jelas menggambarkan mengenai batasan waktu tersebut. Dalam
penelitian ini, unit analisisnya Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09
Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi. Penetapan unit
analisis tersebut, karena penelitian yang dilakukan tidak menggunakan popupasi
dan sampel, namun hanya menggunakan dokumen-dokumen dari Bapeda dan
informasi- informasi yang berasal dari aparat-aparatnya saja.
Dalam penelitian ini informan ditentukan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yaitu cara pengambilan sampel dengan pertimbangan
informasi. Penentuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai
30Sayuti Una (ed), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah IAIN STS
Jambi, (2012), hlm. 62.
-
33
pada taraf kelebihan artinya bahwa dengan menggunakan informan selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru.31 Informan adalah
orang yang memberi atau orang yang menjadi sumber data dalam penelitian
(narasumber). Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh
peneliti dan diperkirakan orang yang menjadi informan ini menguasai dan
memahami data, informasi, ataupun fakta dari objek penelitian. Informan dalam
penelitian ini dipilih berdasarkan kewenangan dan keilmuan yang terkait dengan
penelitian ini, mereka diantaranya:
1. Kepala Desa Sungai Duren
2. Kepala bagian BUMDES Desa Sungai Duren
E. Instrumen Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam observasi ini, penulis terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
Martinis Yamin menyatakan bahwa “dalam observasi partisipatif peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan,
dan berpatisipasi aktif dalam aktiivitas mereka.”32 Dalam penelitian ini, sesuai
dengan objek penelitian maka, penulis memilih observasi partisipan. Observasi
partisipan yaitu suatu teknik pengamatan di mana penulis ikut ambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diselidiki. Observasi ini dilakukan
dengan mengamati dan mencatat langsung terhadap Implementasi Pelayanan
Persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten
31 Sugiyono, Op. Cit., hlm.85. 32Martinis Yamin, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kualitatif dan
Kuantitatif, (Jakarta: Komplek Kejaksaan Agung, Cipayung, 2009), hlm. 79.
-
34
Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro
Jambi.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi
terstruktur (semistructure interview) di mana pelaksanaannya lebih bebas bila
dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Alat-alat yang digunakan penulis
dalam wawancara adalah buku catatan, laptop, dan camera karena penulis
menggunakan wawancara catatan lapangan. Hal ini bermanfaat untuk mencatat
dan mendokumentasikan semua percakapan dengan sumber data, di mana
kesemuanya telah digunakan setelah mendapat izin dari sumber data.
3. Dokumentasi
Analisis dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber
dari arsip dan dokumen baik yang berada di Pemerintah Kabuapten Muaro Jambi,
yang ada hubungannya dengan penelitian tersebut. Dalam hal ini dokumentasi
diperoleh melalui dokumen-dokumen atau arsip-arsip dari lembaga yang di teliti.
Adapun di dalam skripsi ini penulis mengumpulkan data mengenai sejarah, visi-
misi, profil, serta bukti-bukti Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa
Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09
Tahun 2012 Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
-
35
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan
membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lainAktivitas analisis
data yaitu reduksi data, penyajian data, dan mengambil kesimpulan lalu
diverifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai
dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus,
menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data atau informasi
yang tidak relevan. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui catatan lapangan
dan wawancara, kemudian data tersebut dirangkum, dan diseleksi sehingga akan
memberikan gambaran yang jelas kepada penulis.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan penyusunan sekumpulan informasi dari reduksi
data yang kemudian disajikan dalam laporan yang sistematis dan mudah
dipahami. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif.
Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. Penyajian
data juga dapat dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan antara kategori dan
sejenisnya. Penyajian data dilakukan dengan mengelompokkan data sesuai dengan
sub bab-nya masing-masing. Data yang telah didapatkan dari hasil wawancara,
-
36
dari sumber tulisan maupun dari sumber pustaka. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan/Verifikasi
Langkah yang terakhir dilakukan dalam analisis data kualitatif adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam
penulisan kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya
kurang jelas sehingga menjadi jelas setelah diteliti.
Dari ketiga metode analisis data di atas penulis menyimpulkan bahwa,
ketiga metode ini yang meliputi reduksi data, penyajian data dan kesimpulan akan
penulis lakukan setelah semua data telah diperoleh melalui wawancara catatan
lapangan, dan juga memudahkan penulis di dalam mengetahui dan menarik
kesimpulan tentang Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren
Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012
Tentang Retribusi di Kabuapten Muaro Jambi.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara runtut, pembahasan dalam
penulisan skripsi ini akan disistematisasi sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan BAB I, Pendahuluan. BAB ini pada hakiatnya
menjadi pijakan bagi penulisan skripsi, baik mencakup background, pemikiran
tentang tema yang dibahas. BAB I mencakup Latar Belakang Masalah, Rumusan
-
37
Masalah, Batsan Masalah, Tujuan Dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,
Kerangka Pemikiran, Tinjauan Pustaka.
BAB II dipaparkan, Metode Penelitian yang mencakup Pendekatan
Penelitian, Jenis Dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Unit Analsis dan
Alat Analisis Data, Sistematika Penulisan dan Jadwal Penelitian.
BAB III dipaparkan tentang gambaran umum tempat penelitian. Sejarah
Berdirinya, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, dan Sarana dan Prasarana
BAB IV merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan tentang
pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu BAB V penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran-saran, kata penutup serta dilengkapi dengan
Daftar Pustaka, Lampiran dan Curriculum Vitae.
-
38
H. Jadwal Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dilapangan,
maka penulis menyusun agenda secara sistematis yang terlihat pada tabel jadwal
penelitian sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Jadwal Penelitian
NO Kegiatan Maret –Juli
2019
Agustus-
September
2019
Oktober 2019
1 Pengajuan judul √
2 Pembuatan proposal √ √
3 Peerbaikan proposal
dan seminar
√ √
4 Surat izin Riset √
5 Pengumpulan Data √ √
6 Pengolahan Data √ √
7 Pembuatan Laporan √
8 Bimbinangan dan
Perbaikan
√ √ √
9 Agenda dan Ujian
Skripsi
√
10 Perbaikan dan
Perjilidan
√ √
-
39
BAB III
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
A. Sejarah Singkat Desa Sungai Duren
Desa Sungai Duren sebelumnya merupakan Unit Pemukiman Transmigrasi
yang di sebut Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT) X Kecamatan Jambi Luar
Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan penduduk 454 Kepala Keluarga yang
berasal dari Jawa dan didatangkan oleh Pemerintah pada tahun 1978 secara
bergelombang, gelombang 1 sampai dengan 5 dari bulan Juni sampai dengan Juli
1978. Untuk gelombang ke 3 khusus dari Intransum ABRI baik yang masi aktif
maupun Purnawirawan dan keluarganya. Bagi Transmigran Inti yang didatangkan
oleh pemerinta mendapatkan tana seluas ± 5 ha beserta rumah serta jaminan hidup
selama 1 tahun tetapi bagi Transmigran Swakarsa hanya diberikan tanah seluas ±
2 ha tidak ada rumah maupun jaminan hidup khusus bagi yang masuk program
Transmigrasi Swakarsa Mandiri (TSM) tahun 1993, 1994 dan 1995 mendapatkan
tambahan rumah.33
Pada awalnya dipimpin oleh seorang kepala Unit Pemukiman Transmigrasi
(KUPT) Bapak Drs. Abdurrahman dan semenjak tahun 1979 Unit Pemukiman
Transmigrasi diuba menjadi Desa dan Unit X berubah menjadi Desa Sungai
Duren Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muaro Jambi dipimpin oleh
seorang pejabat Sementara Kepala Desa Bapak S. Bakir, tahun 1983 s/d 1993
Kepala Desa dijabat Bapak Mardi Supangkat, tahun 1993 s/d 2001 Bapak
Trimoyo, tahun 2001 s/d 2004 bapak Sunali, tahun 2004 s/d 2005 dijabat Pejabat
33 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
39
-
40
Sementara Kepala desa Bapak Hendra Budhiartapa tahun 2005 s/d 2011 dijabat
oleh Bapak Hendra budhiartapa dan tahun 2011 s/d 2017 dijabat ole Bapak endra
Buadiartapa dan tahun 2018 s/d 2023 dijabat oleh Bapak Zaini.
Desa Sungai Duren dengan luas 5.800 ha atau 5 km bujur sangkar pada saat
sekarang dengan penduduk berjumla 200 Kepala Keluarga (KK), 8.867 jiwa, laki-
laki: 4.586 jiwa dan perempuan 4.281 jiwa dibagi menjjadi 5 Dusun terdiri dari 6
RT, masin-masing Dusun dipimpn oleh seorang Kepala Dusun dan masing-
masing RT dipmpn oleh seorang ketua RT. Batas Desa Sungai Duren adalah
sebelah utara berbatasan dengan Desa Simpang Sungai Duren. Mata pencaharian
penduduk pada umumnya Petani/ Pekebun dan sebagian juga PNS yang pada
umumnya guru bak guru SD, SLTP maupun SLTA.
Tingkat Penddikan bagi yang tua-tua pada umumnya SD namun bagi yang
lahir 1980 keatas mnmal SLTP bahkan sudah banyak yang menandang gelar
Sarjana baik D2, D3, S1 baik dalam bidang pendidikan, Kesehatan, kebidanan,
Keagamaan, Pertanin, petrnakan dan Komputer bahkan ada yang telah mencapai
S2 sebanyak 4 orang dan ada yang menjadi Dokter Umum 1 orang dan Dokter
hewan 2 orang.
Tabel 3.1
Kepala Desa Sungai Duren 34
No Uraian Jumlah
1 Drs. ABDURRAMAN
Tahun 1978-1980 (selaku Kepla UPT)
2 S. BAKIR Tahun 1982-1985
3 M. SUPANGKAT Tahun 1985-1993
34 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
-
41
4 TRIMOYO Tahun 1993-2001
5 SUNALI Tahun 2001-2004
6
HENDRA BUDHIARTA
Tahun 2004-2005 (PJS, sebelumny Sekdes
sejak 1993)
7 HENDRA BUDHIARTA Tahun 2005-2011
8 HENDRA BUDHIARTA Tahun 2012-2017
9 ZAINI Tahun 2018-2023
1. Perkembangan Desa Sungai Duren
Dilihat dari Gambaran Umum Desa Sungai Duren dapat diketahui
bagaimana perkembangan desa semenjak terbentuk tahun 1978 yang bermula
merupakan lokasi penempatan transmigrasi. 35
B. Visi dan Misi Desa Sungai Duren
1. Visi
Visi adalah gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang
diinginkan dengan melihat potensi dan kebutuhan desa. Penyususnan Visi Desa
Sungai Duren ini dilakukan dengan pendekatan partisipatif, melibatkan pihak-
pihak yang berkepentingan di Desa Sungai Duren sepertii pemerintahan Desa,
BPD, Tokoh Masyarakat, tokoh agama, lembaga masyarakat desa dan masyarakat
desa pada umumnya. Pertimbangan kondisi eksternal di desa seperti satuan kerja
wilayah pembangunan di Kecamatan Jambi Luar Kota (JALUKO) mempunyai
titik berat sektor infrastruktur. Maka berdasarkan pertimbangan di atas Visi Desa
Sungai Duren adalah: “Terwujudnya Desa Sungai Duren Yang Aman, Tertib,
Damai dan Sejahtera Menuju Pembangunan Yang Berkelanutan”
35 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
-
42
2. Misi
Selain penyusunan Visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat
sesuatu pernyataan yang harus dilaksanakan oleh Desa agar tercapainya visi desa
tersebut. Visi berada di atas misi. Pernyataan Visi kemudian dijabarkan kedalam
misi agar dapat di operasionalkan / dikerjakan. Sebagaimana penyusunan Visi,
sebagaimana proses yang dilkukan maka misi Desa Sungai Duren adalah:
a. Mewujudkan pemerintahan Desa Sungai Duren yang efektif dan efisien dalam
rangka mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Meningkatkan derajat hidup masyarakat melalui upaya peningkatan pelayanan
kesehatan desa.
c. Mengembangkan sektor pertanian dan sektor usaha industri kecil yang
berwawasan lingkungan.
d. Mengembangkan pentingnya peningkatan Sumber Daya Manusia melalui
program dukungan wajib belajar 9 tahun.
e. Mengidupkan dan meningkatkan kembali kegiatan lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang ada di desa. 36
36Ibid.
-
43
C. Struktur Organisasi Desa Sungai Duren
STRUKTUR OGANISASI DAN TATA KERJA
PEMERINTAH DESA SUNGAI DUREN
KEPALA DESA
ZAINI
KEPALA SEKSI
PEMERINTAHAN
KARTONO
KEPALA DUSUN
MUKTI SARI
RENI IDAYANTI
KEPALA DUSUN
SIDO REJO
MARKAMTO
KEPALA DUSUN
SIDO MULYO
KUSWOYO
KEPALA DUSUN
MARGO MULYO
UJANG TRIYONO
KEPALA DUSUN
ANDAN ARUM
KASANG
KEPALA SEKSI
KESEJAHTERAAN
KEPALA SEKSI
PELAYANAN
PUPUT PITRIYANA,
SE
KEPALA URUSAN
UMUM DAN
PERENCANAAN
TOHIR
KEPALA URUSAN
KEUANGAN
JUNDHI
SEKRETARIS DESA
WIRAWAN
-
44
2. Struktur Organisasi BUMDES Desa Sungai Duren
KETUA BUMDes M. TOHIR, S.Hum
WAKIL KETUA BUMDes ABDUL HAMID, S.SOS
BENDAHARA BUMDes SURYATIN, SE
KETUA PERSAMPAHAN ZARWANI
KETUA ADMINISTRASI AMER UDAWI, SE
ANGGOTA AMER UDAWI
ANGGOTA BAHARUDDIN
-
45
3. Gambaran Umum Desa Sungai Duren
Gambaran Umum Desa Sungai Duren 37
Luas Desa 11 km2
Batas Desa
Sebelah Utara Desa Simpang Sungai Duren
Sebelah selatan Desa Tantan
Sebelah timur Desa Mendalo Darat
Sebelah barat Desa Muhajirin
Jumlah Dusun 3 Dusun
Jumlah RW 3 RW
Jumlah RT 19 RT
Jumlah Penduduk 8.867
Laki-laki 4.568
Perempuan 4.281
Jumlah KK 2.680
Sumber : Desa Sungai Duren 2017
4. Keadaan masyarakat di Desa Sungai Duren
a. Jumlah Penduduk : 8.867
37 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
-
46
Laki-laki : 4.586
Perempuan : 4.281
Jumlah Kepala keluarga : 2.680
b. Keadaan
Mayoritas bermata pencaharian petani / pekebun karet maupun kelapa sawit,
sebagian kecil PNS dan pedagang, sedangkan keadaan ekonomi masyarakat rata-
rata telah mapan. 38
5. Peran Pemerintahan Desa Dalam Menerapkan Good Governance
a. Mengutamakan pelayanan kepada masyarakat
b. Bermitra dengan BPD dan setiap kebijakan yang akan dilaksanakan
sebelumnya melalui musyawarah mufakat bersama, perangkat desa, BPD,
Ketua RT dan lembaga yang ada di desa.
6. Sarana dan Prasarana Desa Sungai Duren
Kondisi sarana dan prasana umum Desa Sungai Duren secara garis besar
adalah sebagai berikut
a. Sarana Pemerintahan
- Kantor Desa 1 unit - Balai Desa 1 unit b. Saran Pendidikan
- PAUD 5 unit - TK 7 unit - SD 5 unit - MIN 1 unit - SMPN 1 unit - MTS 1 unit - SMAN 1 unit39
38 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019. 39 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
-
47
c. Sarana Kesehatan
- Pustu 1 unit - Polindes 1 unit - Posyandu Balita 7 unit - Posyandu Lansia 3 unit - Tenaga Perawat 1 orang - Bidan 3 orang - Dokter praktek 1 orang - Sarana Ibadah - Masjid 34 buah - Mushola 31 buah - Geraja 2 buah d. Sarana Olah Raga
- Lapangan Sepak Bola 7 buah - Lapangn Bla volly 10 buah - Lapangan futsal 2 buah - Lapangan Tenis Meja 11 buah e. Sarana Perhubungan, Listrik dan Telekomunikasi40
- Jalan tanah 10 km - Jalan Perkerasan 9 km - Jalan Aspal 17 km Listrik Semua warga
menggunakan listrik PLN
Tower Telkomsel 2 uniit
f. Sarana Ekonomi
Pasar Desa 1 unit
40 Dokumentasi profil Desa Sungai Duren, tentang sejarah Desa Sungai Duren, 2
September 2019.
-
48
BAB IV
PENELITIAN DAN HASIL PEMBAHASAN
A. Implementasi Pelayanan Persampahan di Desa Sungai Duren Ditinjau dari Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012
Tentang Retribusi Persampahan di Kabuapten Muaro Jambi
1. Partisipasi
Partisipasi merupakan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan,
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang
dapat menyalurkan aspirasinya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan
berasosiasi, mengawasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif.
Partisipasi adalah salah satu prinsip dari good governance, agar Peraturan Daerah
Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang Retribusi Persampahan
di Kabuapten Muaro Jambi dapat diterapkan dan berjalan. Sebagaimana dapat
dilihat dari wawancara penulis bersama Zaini selaku kepala Desa Sungai Duren
Kecamatan Jambi Luar Kota, sebagai berikut:
Dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah ini kami berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 09 Tahun 2012 Tentang
Retribusi Persampahan di Kabuapten Muaro Jambi, dalam pelaksanaannya
mekamisme pengelolaannya sampah ini yaitu pertama-tama kami datangi
warga yang bersedia ikut, kami jelaskan dan kami upayakan agar mereka
ikut terlibat, setelah itu kami data, barulah dari kami melakukan
penjemputan sampah seusai data tersebut tiga kali seminggu yaitu hari
senin, rabu, dan sabtu. Itu biaya perbulannya kami tetapkan 20 ribu rupiah
sampai 25 rupiah perbulannya, namu ada sebagian warga yang memiliki
usaha dan karena sampah yang harus kami jemput itu banyak jadi biasanya