implementasi nilai pancasila dalam pembangunan ekonomi

16
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh : Edy Santosa, Biro Telematika Lemhannas RI 1. Latar Belakang Pancasila sesuai dengan ketetapan MPR No. XVIII tahun 1998 telah di tetapkan sebagai dasar negara, ideologi nasional dan falsafah pandangan hidup bangsa. Sebagai ideologi nasional, Pancasila berfungsi menggerakkan masyarakat untuk membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi semua bidang kehidupan. Pancasila tidak menentukan secara apriori sistem ekonomi dan politik, tetapi sistem apapun yang dipilih harus mampu menyalurkan aspirasi untuk kepentingan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi nasional, Pancasila yang pada dasarnya menampilkan nilai-nilai universal, menunjukkan wawasan yang integral-integratif, dan sebagai ideologi modern yang mampu memberikan gairah dan semangat tinggi. Berbeda dengan ideologi-ideologi barat, Pancasila yang dilahirkan dalam budaya dan sejarah peradaban timur sangat menjunjung tinggi peran religiositas, yang justru sangat didambakan dalam alam kehidupan dan peradaban teknokratis sekarang ini. Pancasila digali dari akar budaya bangsa Indonesia walaupun bangsa Indonesia terdiri dari bermacam ras dan suku yang memiliki bahasa dan adat istiadatnya sendiri, tetapi mereka, bangsa Indonesia tetap bertekad untuk bersatu (Sumpah Pemuda 1928), dari sinilah kemudian Pancasila dijadikan falsafah pandangan hidup bangsa.

Upload: edy-santosa

Post on 12-Jun-2015

2.170 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pancasila dalam Pembangunan Ekonomi

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Oleh : Edy Santosa, Biro Telematika Lemhannas RI

1. Latar Belakang

Pancasila sesuai dengan ketetapan MPR No. XVIII tahun 1998 telah di

tetapkan sebagai dasar negara, ideologi nasional dan falsafah pandangan hidup

bangsa. Sebagai ideologi nasional, Pancasila berfungsi menggerakkan masyarakat

untuk membangun bangsa dengan usaha-usaha yang meliputi semua bidang

kehidupan. Pancasila tidak menentukan secara apriori sistem ekonomi dan politik,

tetapi sistem apapun yang dipilih harus mampu menyalurkan aspirasi untuk

kepentingan seluruh masyarakat Indonesia.

Sebagai ideologi nasional, Pancasila yang pada dasarnya menampilkan nilai-

nilai universal, menunjukkan wawasan yang integral-integratif, dan sebagai ideologi

modern yang mampu memberikan gairah dan semangat tinggi. Berbeda dengan

ideologi-ideologi barat, Pancasila yang dilahirkan dalam budaya dan sejarah

peradaban timur sangat menjunjung tinggi peran religiositas, yang justru sangat

didambakan dalam alam kehidupan dan peradaban teknokratis sekarang ini.

Pancasila digali dari akar budaya bangsa Indonesia walaupun bangsa Indonesia

terdiri dari bermacam ras dan suku yang memiliki bahasa dan adat istiadatnya

sendiri, tetapi mereka, bangsa Indonesia tetap bertekad untuk bersatu (Sumpah

Pemuda 1928), dari sinilah kemudian Pancasila dijadikan falsafah pandangan

hidup bangsa.

Di negerinya sendiri nasib ideologi Pancasila mengalami pasang surut.

Pancasila sempat disakralkan diera orde baru, tapi kemudian pada awal era

reformasi Pancasila dicampakkan. Karena itu pula, Pancasila tidak membumi lagi

bagi kehidupan bangsa. Sakralisasi terhadap Pancasila pada masa lalu telah

menyebabkan Pancasila seperti benda museum yang berjarak dari generasi anak

bangsa. Akibat itu pula Pancasila dianggap barang langka yang tidak menarik untuk

diimplementasikan. Beberapa televisi pernah menayangkan wawancara mendadak

dengan sejumlah generasi muda dari kalangan siswa sampai mahasiswa, terbukti

semakin sulitnya mencari generasi muda yang paling tidak, “tahu” Pancasila.

Sebagian dari mereka tak bisa menyebutkan sila-sila Pancasila. Ini menjadi indikator

Page 2: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

sederhana dari semakin terasingnya Pancasila dari nafas kehidupan anak bangsa,

khususnya bagi generasi muda.

Sebagai ideologi nasional Pancasila seharusnya tersosialisasi dalam bentuk

ajaran atau doktrin yang mengandung nilai-nilai dasar, nilai instrumental dan nilai

praksis. Ajaran atau doktrin ini harus menjadi referensi dalam kegiatan

pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang ekonomi.

2. Pembahasan

Pada tanggal 1 Juni 1945 para founding fathers berkumpul dalam forum

persidangan BPUPKI untuk merumuskan dasar negara bagi Indonesia Merdeka

yang akan segera dicapai.  Hal yang sungguh luar biasa pada momentum itu adalah

sikap negarawan dan visi ke depan yang universal dari para pemimpin politik kita

jauh melampaui masanya.  Wujud nyata dari keberhasilan itu adalah dirumuskannya

prinsip–prinsip ber-negara dan ber-bangsa, yang digali dari Nilai-nilai Luhur Bangsa

Indonesia, dan terciptanya harmoni atas perbedaan pandangan ditengah

Keragaman Budaya dan Latar Belakang Pemikiran demi tercapainya Indonesia

Merdeka yang mereka cita-citakan dan perjuangkan bersama.  Rumusan hasil

sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945 berupa konsensus sosial inilah yang

kemudian kita kenal dengan Pancasila.  Pancasila terlahir sebagai kristalisasi

perjalanan sejarah dan komitmen kebangsaan segenap pemimpin politik pada waktu

itu, dan sekaligus menjadi cita-cita kolektif tentang terselenggaranya tata kehidupan

masyarakat baru yang lebih beradab, adil makmur, dan sejahtera materil maupun

spirituil dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Peringatan hari lahirnya Pancasila setiap tanggal 1 Juni, adalah sebagai

penghargaan terhadap ideologi nasional Bangsa Indonesia yang tentu saja akan

dikaji berdasarkan konteks waktu, generasi dan semangat jaman, maupun perspektif

sudut pandangnya, dan diharapkan dapat menjadi wacana yang lebih komprehensif

serta bermuara pada kegiatan dan tindakan yang nyata, sehingga tidak terjebak

dalam abstraksi dan angan-angan pemikiran belaka.  Maka memperingati Hari

Lahirnya Pancasila, merupakan hal yang penting dan perlu digarisbawahi dengan

tegas, dalam mengkaji dan memperbincangkan Pancasila dengan keterbukaan

terhadap konteks waktu dan semangat jaman, aspirasi generasinya dengan

berbagai perspektif sudut pandang. Dengan demikian diharapkan dapat menjadi

perspektif baru yang ditarik dari realitas historis Indonesia dan Pancasila, dengan

Page 3: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

realitas kekiniannya.  Perspektif baru ini menjadi pijakan utama dalam menempatkan

diri (reposisi), guna penataan dan pengelolaan negara dan bangsa agar berada

pada ruang dan waktu yang tepat.

Sejarah lahirnya Pancasila memberikan pesan kepada kita bahwa Pancasila

merupakan manifestasi dari keluhuran budi dan semangat kolektifitas dari bangsa

Indonesia yang oleh para founding fathers dirumuskan menjadi suatu tata nilai bagi

kehidupan kebangsaan untuk Indonesia yang merdeka.  Pancasila menjadi produk

historis dari konsensus sosial segenap kekuatan sosial politik yang membentuk

Indonesia modern tersebut, sekaligus dijadikan pengalaman empiris dalam

menciptakan harmoni di antara perbedaan kepentingan dari keragaman orientasi.

Pancasila tidak hanya bergerak pada proses konseptualisasi yang semakin

mantap, tetapi juga mempunyai peran dalam kegiatan empirik sebagai visi, orientasi

dan perangkat kritik dalam kehidupan praktis berbangsa dan bernegara khususnya

dalam pembangunan ekonomi nasional.  Oleh sebab itu implementasi Pancasila

sebagai ideologi nasional yang modern harus berjalan selaras dengan proses

pembangunan bangsa dalam berbagai aspeknya tanpa terjebak dalam praktik

dogmatisme dan determinisme, serta indoktrinasi.  Indonesia dan Pancasila adalah

realitas historis dari hasil perjuangan rakyat yang melepaskan diri dari penjajahan

dan penindasan, untuk hidup sebagai bangsa yang lebih bermartabat dan lebih

sejahtera. 

Pancasila sebagai ideologi nasional mempunyai makna fungsional sebagai

penopang solidaritas bangsa Indonesia dan sekaligus sebagai sumber inspirasi

pembangunan untuk mewujudkan keadilan sosial yang merata bagi seluruh rakyat

Indonesia.  Pancasila oleh para founding fathers dimaksudkan sebagai staat

fundamental norm sekaligus philosophie groundslag.  Makna dari hal ini adalah

ditempatkannya Pancasila sebagai sistem nilai yang menjadi landasan bagi

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta filosofi hidup bagi

setiap warga negaranya.  Dengan demikian Pancasila memiliki makna emansipatif

karena ada orientasi berupa tindakan praktis dalam setiap denyut kehidupan di

Indonesia.  Pancasila menjadi jiwa yang tertanam dalam setiap sanubari seluruh

elemen bangsa untuk menyusun Indonesia,kini dan esok.  Dalam pengalaman

kehidupan kebangsaan kita, Pancasila yang telah berusia lebih dari 64 tahun, telah

melampaui ruang dan waktu berdialektika dengan dinamika jaman.  Sepanjang

waktu itu, Pancasila telah menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara dengan

berbagai dinamikanya.

Page 4: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

Nilai-nilai Pancasila pada praktik pengejawantahannya kemudian sangatlah

dipengaruhi oleh struktur kepentingan kekuasaan politik yang tengah berlangsung. 

Pengalaman sejarah politik bangsa kita memperlihatkan hal tersebut.  Pancasila

pernah berada pada masa dijadikan suatu instrumen politik untuk mengakhiri

fragmentasi dan kekacaubalauan politik eksperimen demokrasi liberal dalam sistem

politik parlementer yang bertentangan dengan Pancasila yang berlandaskan nilai-

nilai ke-Indonesiaan.  Dengan demikian, keluarnya dekrit Presiden 1 Juli 1959 dapat

dimaknai sebagai suatu upaya politik untuk mengembalikan prinsip

permusyawaratan yang merupakan nilai prinsipal dalam Pancasila dan UUD 1945.

Dalam perjalanan sejarah selanjutnya, Pancasila harus berdialektika dengan

interpretasi yang dilakukan oleh kekuasaan Orde Baru. Komitmen untuk

melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen pada

realitasnya kemudian justru menjadi jargon dan idiom politik politik belaka.  Kita

menyaksikan realitas adanya keretakan antara sistem nilai ideal dengan

pengalaman praktis yang kemas dalam bentuk doktrin resmi berupa butir–butir P4

(Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) yang dioperasionalisasikan

secara represif oleh aparatue negara dalam forum–forum resmi penataran, litsus, dll.

Tingkat pemahaman terhadap butir–butir P4 kemudian menjadi ukuran bagi sesuatu

yang oleh negara dianggap sebagai kadar komitmen terhadap Pancasila.  Persoalan

muncul bukan pada nilai–nilai ideal yang terkandung dalam P4, namun terletak pada

kesenjangan antara nilai–nilai ideal dalam penjabaran Pancasila dengan praktek

kenegaraan.  Tak hanya itu, Pancasila pun digunakan sebagai instrumen untuk

melakukan penataan politik yang muaranya adalah menjaga legitimasi dan stabilitas

kekuasaan rezim yang berlangsung.  Atas nama Pancasila, penguasa secara

sewenang–wenang melakukan tindakan represi terhadap masyarakat kritis yang

dianggap potensial menjadi ancaman bagi kekuasaan. 

Dari uraian tersebut tampak dua realitas penyelewengan terhadap nilai-nilai

Pancasila1. Pertama bentuk dari praktik kemalasan bangsa untuk senantiasa

mengaktualisasi dan merevitalisasi nilai-nilai luhur jati diri bangsa, sebagai elaborasi

Pancasila terhadap konteks aspirasi jaman dan dan generasi.  Sehingga menjadikan

kita tidak percaya diri dan gamang.  Mengadopsi sebuah nilai dengan menirunya

mentah-mentah.  Bila tanah (baca: ruang) yang mau dipijak saja tidak tahu, langit

(baca: jaman) mana yang akan dijunjung.  Kedua: pada praktik penyerderhanaan,

yang melahirkan penyeragaman dan orientasi kepada materi yang bersifat fisik

1 Yanuar Arifin, Revitalisasi Pancasila dan Redefinisi Nasionalisme Keindonesiaan’ Jakarta 2 Juni 2008.

Page 5: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

belaka.  Proses sebagai nilai penentuan hasil cenderung dibaikan, tak pelak lebih

mudah menerima hal yang instan dan cepat saji.  Rakyat dan realitasnya diabaikan

perannya sebagai unsur emansipatoris bersama pemerintah dan negara, untuk

menggunakan Pancasila dalam menilai pembangunan bangsa dan negara.  Pada

prinsipnya kedua praktik penyimpangan, adalah praktik korupsi, terutama terhadap

nilai, yang kini telah melahirkan ketidakadilan, diskriminasi, dan cenderung

menggunakan kekerasan daripada berdialog dan bertoleransi karena pluralitas

masyarakat dan budayanya yang hidup dalam satu negara yang berdaulta di era

globalisasi.

Dari perkembangan lingkungan global, Indonesia yang saat ini masuk

pada tata masyarakat global yang makin integratif, dihadapkan pada berbagai

tantangan yang semakin kompleks. Banyak peluang dan tantangan ada didepan

kita, misalnya perkembangan tehnologi dan informasi memungkinkan kita untuk

mengembangkan diri dan memajukan peradaban kita.  Namun demikian,

ketidaksiapan kita dapat juga menimbulkan permasalahan dalam pergaulan global. 

Dalam konteks ini kita merasakan bahwa dampak globalisasi yakni liberalisasi

ekonomi dengan praktik korporasi yang tamak, yang pernah dialami oleh bangsa

Indonesia hampir genap empat abad lamanya.  Mulai era imperialisme kolonial

Belanda dengan Perseroan Terbatas yang bernama VOC menancapkan kuku

kekuasaanya di kerajaan–kerajaan Nusantara.  Kemudian hingga berlangsung pada

derajat yang lebih intens ketika pada pemerintahan yang merilis kebijakan politik dan

ekonomi pintu terbuka terhadap kepentingan modal asing.  Dikeluarkannya Undang-

undang No 1 Tahun 1967 Tentang Penanaman Modal Asing jo. (junto) Undang-

undang No. 11 tahun 1970, membawa Indonesia dalam tata ekonomi yang

dikonstruksi oleh paham kapitalisme-liberalisme secara lebih dalam.  Pancasila

dilupakan sebagai dasar filosofi kehidupan berbangsa dan bernegara, yang dapat

menjadi dasar penataan, politik, ekonomi dan negara.  Liberalisasi tahap lanjut saat

ini, berjalan paralel dengan arus gerakan demokratisasi yang diusung oleh

gelombang reformasi, implikasinya adalah semakin terbukanya ruang untuk

mengekspresikan kebebasan yang cenderung menjadi anarkhi.  Liberalisasi

melanda seluruh sektor dan bidang kehidupan tanpa terkecuali dan menyeret

Indonesia dalam tata dunia global.  

Liberalisasi di satu sisi memberikan inspirasi akan tata masyarakat bebas,

keluar dari praktik penindasan dan penjajahan, dari rezim yang hegemonik dan

represif.  Kebebasan ini diyakini dapat memberikan kesempatan untuk menata

Page 6: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

kehidupan lebih baik sebagaimana menjadi cita–cita founding fathers.  Namun

demikian, yang perlu dikritisi adalah muatan kepentingan neoliberal yang

menyelusup dalam kebebasan ini sarat dengan sejumlah kontradiksi yang tidak

sesuai dengan Indonesia Merdeka yang dicita-citakan bangsa Indonesia2.

Di era globalisasi ini, arus perubahan Negara-negara di dunia telah mengarah

kepada homogenisasi paradigma kehidupan, yaitu universalisasi liberalisme. Di

bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada kapitalisme global menjadi

arus utama. Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang telah mulai

berkenalan dengan kapitalisme global seiring dengan perekonomian era Orde baru

yang menjadikan paradigma pertumbuhan ekonomi (economic growth) menjadi

panglima. Krisis devaluasi rupiah yang kemudian menjadi krisis moneter sepanjang

1997-1998 telah membutakan mata bahwa pondasi perekomomian Indonesia yang

dibangun atas dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Di era reformasi ini,

kesadaran demikian belum mampu membangkitkan semangat di kalangan

pemerintahan untuk mencari alternatif system perekonomian yang berkeadilan

sosial, sebaliknya saat ini Indonesia mengalami berbagai dentumen arus

neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi, privatilasi, dan liberalisasi

perdagangan.

Dari perkembangan lingkungan Regional, negara-negara ASEAN

mengakui peran strategis Indonesia dalam pembangunan ekonomi regional.

Bahkan, ASEAN masih memandang Indonesia sebagai inisiator dalam

pengembangan kerja sama lingkungan, sosial budaya, pendidikan termasuk politik.

Indonesia termasuk sebagai inisitor dalam pengembangan arus investasi termasuk

pemberdayaan UKM antarnegara ASEAN.  'Peran aktif Indonesia dalam kerja sama

regional ASEAN sangatlah strategis. Hingga kini walaupun taraf pembangunan

ekonomi negara-negara ASEAN berbeda, keselarasan untuk menuju kawasan

regional yang memiliki daya tahan ekonomi yang kuat terbangun dengan baik.

Sekretaris Direktorat Jenderal kerja sama ASEAN Deplu Mayerfas, mengatakan

“Stabilitas hubungan regional negara-negara ASEAN bahkan hingga tahun ke-40 ini

masih damai. Tidak ada konflik yang menjurus pada perpecahan komunitas

regional.  ASEAN termasuk kerja sama regional yang paling solid”.

Presiden Bank Pembangunan Asia (ADB), Haruhiko Kuroda, mengatakan

ASEAN bisa dan seharusnya menjadi contoh bagi negara-negara lain di Asia

2 Palar Batubara, Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Dan Sumber Nilai Dalam Praksis Sosial Dan

Kebangsaan, Jakarta 2008

Page 7: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

mengenai bagaimana kerjasama ekonomi dapat mempererat integrasi regional.

"ASEAN berada dalam posisi yang unik sebagai ‘regional sub de facto’ bagi

kerjasama dan integrasi ekonomi di kawasan Asia Timur dan pada akhirnya seluruh

Asia,"3. Kuroda menambahkan bahwa penandatanganan Piagam ASEAN menjadi

satu pencapaian yang paling penting dalam proses evolusi ASEAN. Piagam ASEAN

akan mengubah kerangka institusi ASEAN menjadi salah satu yang berbasis pada

peraturan, namun masih pragmatis, dengan kesadaran bahwa pembangunan

ekonomi nasional dan prioritas nasional itu bervariasi di setiap negara.

Oleh sebab itu, kerjasama dan integrasi ekonomi untuk pembangunan

kawasan, menjadi sangat penting dan memiliki nilai strategis, karena dapat

menjembatani gap pembangunan antara negara-negara di ASEAN dan negara-

negara kawasan. Dalam kaitan ini peran sektor swasta akan menjadi bagian integral

dari upaya ASEAN membentuk masyarakat bersama ASEAN (AEC/ASEAN

Economic Community) pada 2015. Kemitraan negara dan swasta akan menjadi

komponen penting untuk melewati keempat pilar kerjasama dan integrasi regional

yaitu infrastruktur lintas batas, perdagangan dan investasi, uang dan keuangan,

serta penyediaan perangkat-perangkat publik regional4.

Dari perkembangan lingkungan Nasional, muncul perkembangan menarik

dengan mulai diwacanakannya system Ekonomi Pancasila yang merupakan sistem

ekonmi yang berlandasan dan dijiwai spirit nilai-nilai Pancasila. Pandangan sistem

ini yang bisa dilacak dari ide-ide Bung Hatta, salah seorang proklamator RI. Senada

dengan pesan pasal 33 UUD 1945 dan berbasiskan nilai-nilai sosio-religio-budaya

masyarakat Indonesia.

Apabila mencermati pemikiran Adam Smith yang telah menulis The teory of

Moral Sentiments (1759), di dalam salah satu karyanya, terdapatlah ajaran asli

Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa ekonomi sama sekali tidak lepas dari faktor-faktor

etika. Dalam buku ini Adam Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi yang

tidak saja bermoral namun juga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah

keberadaan Ekonomi Pancasila parallel dengan pemikiran Smith.

Sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh lima hal sebagai berikut 5:

a. Koperasi adalah sokogru perekonomian nasional.

b. Manusia adalah “economic man” social and religions man”.

3 Kunjungan Mr. Haruhiko Kuroda (Presiden ADB) ke Bappenas. 22/11/2008.4 Situs Resmi Bank Pembangunan Asia (ADB).5 Mubyarto & Budiono, 1980, Ekonomi Pancasila, Badan Penerbit FE-UGM, Yogyakarta. 

Page 8: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

c. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan

kemerataan sosial.

d. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian

nasional yang tangguh.

e. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai

pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam

cita-cita koperasi.

Pancasila harus diintegrasikan dalam perilaku sosial maupun politik dan

sebagai alat pemersatu bangsa disemua dimensi kehidupan.  Perubahan akan dapat

terjadi jika para pemimpin politik dapat memberikan tauladan kepada seluruh

masyarakat akan pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen.  Bentuk

nyata dari keteladanan dan konsistensi pelaksanaan Pancasila ini dapat dimulai

dengan diakhirinya kebijakan–kebijakan yang tidak berpihak kepada kepentingan

rakyat, praktik kejahatan korupsi, ego kepentingan yang bersifat sektoral,

pengutamaan permusyawaratan sebagai mekanisme politik dalam menyelesaikan

seluruh persoalan bangsa dan menolak seluruh kepentingan asing yang

bertentangan dengan kepentingan nasional 6. 

3. Penutup

a. Kesimpulan

1) Sebagai ideologi nasional, Pancasila yang pada dasarnya

menampilkan nilai-nilai universal, menunjukkan wawasan yang integral-

integratif, dan sebagai ideologi modern yang mampu memberikan

gairah dan semangat tinggi. Sebagai ideologi nasional Pancasila

seharusnya tersosialisasi dalam bentuk ajaran atau doktrin yang

mengandung nilai-nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis.

Ajaran atau doktrin ini harus menjadi referensi dalam kegiatan

pembangunan nasional, khususnya pembangunan di bidang ekonomi.

Pancasila sebagai ideologi nasional mempunyai makna fungsional

sebagai penopang solidaritas bangsa Indonesia dan sekaligus sebagai

sumber inspirasi pembangunan untuk mewujudkan keadilan sosial

6 Pidato Presiden SBY dalam memperingati hari kelahiran Pancasila 1 Juni 2006.

Page 9: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila tidak hanya

bergerak pada proses konseptualisasi yang semakin mantap, tetapi

juga mempunyai peran dalam kegiatan empirik sebagai visi, orientasi

dan perangkat kritik dalam kehidupan praktis berbangsa dan bernegara

khususnya dalam pembangunan ekonomi nasional. 

2) Di era Orde Baru, komitmen untuk melaksanakan Pancasila dan

UUD 1945 secara murni dan konsekuen pada realitasnya kemudian

justru menjadi jargon dan idiom politik, sehingga terjadi kesenjangan

antara nilai–nilai ideal dalam penjabaran Pancasila dengan praktek

kenegaraan.  Tak hanya itu, Pancasila pun digunakan sebagai

instrumen untuk melakukan penataan politik yang muaranya adalah

menjaga legitimasi dan stabilitas kekuasaan rezim yang berlangsung.

3) Pancasila harus diintegrasikan dalam perilaku sosial maupun

politik dan sebagai alat pemersatu bangsa disemua dimensi

kehidupan.  Perubahan akan dapat terjadi jika para pemimpin politik

dapat memberikan tauladan kepada seluruh masyarakat akan

pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen.  

b. Saran

Implementasi Pancasila tidak hanya sekedar abtraksi teoritis,

tetapi semakin emansipatif berupa tindakan–tindakan praktis termasuk

dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional. Para pemimpin

elit politik yang ada pada supra dan infra struktur politik, memegang

peran strategis untuk mengintegrasikan Pancasila dalam semua

dimensi kehidupan sebagai upaya menjawab berbagai persoalan yang

dihadapi bangsa.  Oleh karenanya elit politik harus berani memutar

haluan, kembali pada Pancasila sebagai pedoman dalam perilaku

politik secara nyata dengan mendukung kebijakan-kebijakan di bidang

ekonomi yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mencapai

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia melalui kegiatan

pembangunan ekonomi nasional.

Page 10: IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

DAFTAR BACAAN

Budiarto Danujaya, “Reinventing Ideology”, Kompas, 23 Juni 2004

Dumary, 2003. Kendala Sosialisasi Konsep Ekonomi Pancasila: Beberapa Untuk Pengemban Ekonomi Pancasila. Jurnal Ekonomi Rakyat. Th. II-No. 4

Fakih, M. 2002. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Insist Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Hamid, E.S. 2004. Ekonomi Pancasila. Pendidikan NetworkHamid, E.S. 2004. Pemerintahan Baru, Kesempatan Kerja dan Ekonomi Pancasila. Harian Umum Pikiran rayat, 21-Oktober 2004.

Jim Supangkat, “Kebudayaan, Modernitas dan Politik Identitas“, Kompas 7 Novemper 2004, p. 17

Koentowijoyo, “Objektivikasi, Agenda Reformasi Ideologi“, Kompas, 13 Juli 1999

Koentowijoyo, “Objektivikasi, Memotong Mata Rantai Dikotomi“, Kompas, 04 Maret2004

Koentowijoyo, “Radikalisasi Pancasila “, Kompas, 20 Februari 2004

Kuncoro, M. 2006. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah dan kebijakan. Edisi Ke empat. UPP-STIM-YKPN-Yogyakarta

Lemhannas RI, ”Modul-1,2,3,4,5 BS Ideologi”, E-Learning PPRA XLIII Lemhannas RI Tahun 2009.

Mubyarto dan Budiono, 1981. Ekonomi Pancasila. Penerbitan Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjahmada.

Muladi Prof, DR, SH, 2006. Menemukan Kembali Hakekat dan Jati Diri Indonesia. Disampaikan pada Seminar Reinvesi KeIndonesiaan. Bandung.

Rachbini, J. 2001. Mitos dan Implikasi Globalisasi: Catatan untuk Bidang Ekonomi dan Keuangan

Said Ali, A. 2005. Penyegaran Pemahaman terhadap Pancasila. Harian Umum Sinar Harapan

Sayidiman Suryohadiprojo, “Rejuvenasi Pancasila”, Kompas, 23 Juni 2004