implementasi multiple intelligences dan refleksi …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.naskah...

19
IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Oleh: RIDWAN AGUS MASNI G 000 130 153 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Upload: others

Post on 10-Dec-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI

PRAKSIS PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KARTASURA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I

pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh:

RIDWAN AGUS MASNI G 000 130 153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

Page 2: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

HALAMAN PERSETUJUAI{

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI

PRAKSIS PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KARTASURA

TAHTIN PELAJARAN zAfiIzOI7

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

RIDWAN AGUS MASNI

G 000 130 153

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Drs. Marpuii AIi. M.SI

NIK.052

Page 3: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H
Page 4: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam nask,rh publikasi ini tidak

terdapat karya yang pemah diajukan untuk menperoleh gelu kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pemah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tefiulis

diacu clalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pemyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakrrrta, 24 Oktober 2016

It

Page 5: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H. AHMAD DAHLAN DI MADRASAH

IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pola pendidikan yang dilaksanakan selama ini masih memberikan perlakuan dan layanan yang sama kepada semua peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan kognitif, minat, bakat, dan kreatifitasnya. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat jarang dilakukan sebagai sandaran utama dalam pelaksanaan kegiatan dan pembelajaran di sekolah. kecenderungan minat, bakat, talenta, dan keterampilan dasar belum menjadi bagian yang integral. Dalam teori Gardner (Multiple Intelligences) yang mengembangkan 8 kecerdasan, pendidik dapat menumbuh kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Konsep Multiple Intelligences yang menitik beratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field Research) yang menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura, Kepala Bidang Kesiswaan, Kepala Bidang Akademik, Wali Kelas, Guru, dan Wali Murid. Objeknya adalah pelaksanaan pembelajaran sebagai bentuk implementasi Multiple Intelligences di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura. metode pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis data kualitatif menggunakan deskripsi kualitatif dengan metode induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menerapkan Multiple Intelligences, MIM PK Kartasura mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelas berdasarkan hasil Multiple Intelligences Research yang kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelas dengan kecenderungan gaya belajar yang mirip. Kelas A adalah kelompok siswa yang memiliki kecerdasan di bidang naturalis, intrapersonal, dan spaial-visual; Kelas B adalah kelompok siswa yang memiliki kecenderungan di bidang kinestetik, matematis-logis, dan musik; Sedangkan Kelas C adalah kelompok siswa yang memiliki kecenderungan di bidang linguistik dan interpersonal.

Kata Kunci: implementasi, k.h. ahmad dahlan, multiple intelligences, refleksi praksis.

Page 6: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

Abstract

This event will be based on research by educational pattern that was implemented during this treatment and still give the same service to all learners. In fact, they are different levels of cognitive skills, intelligence, interests, talents, and his creativity. The excavation of the intelligence of learners is still very rarely done as the main pitch in the implementation of activities and learning in school. trend of interest, talent, talents, and basic skills is not yet a part of the integral. In the theory of Gardner (Multiple Intelligences) that developed the 8 intelligences, educators can develop the overall student achievement. The concept of Multiple Intelligences which operates in the realm of the uniqueness of each child's excess always find.

This is the kind of research the research field (Field Research) using the method of data collection with interviews, observation, and documentation. The subject is the head of Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Special Program's debt, the head of the student, the head of the academic field, Homeroom, teachers, and Caregivers. Its object is the implementation of learning as a form of implementation of Multiple Intelligences in Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Special Program's debt. method of data collection techniques interviews, observation, and documentation. Data analysis in this study uses qualitative analysis. Qualitative data analysis using qualitative description with the inductive method.

The results of this study show that in applying Multiple Intelligences, MIM PK Kartasura classify students into a class based on Multiple Intelligences Research results which are then grouped into 3 classes with similar learning style tendencies. Class A is the Group of students who have intelligence in the field sometimes intrapersonal, and naturalist, spaial-visual; Class B is a group of students who have a tendency in the field of kinesthetic, logical-mathematical, and music; While class C is the Group of students who have a tendency in the field of Linguistics and interpersonal.

Keywords: implementation, k.h. ahmad dahlan, multiple intelligences, praxis reflexion. 1. PENDAHULUAN

Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index (HDI) tahun 2014 yang diterbitkan pada 14 Desember 2015

Indonesia berada pada kategori Pembangunan Manusia Menengah dengan Indeks

IPM 0,684, dan berada di urutan ke-110 dari 188 negara. Posisi ini jauh di bawah

Malaysia yang berada pada urutan ke-62 dengan kategori Pembangunan Manusia

Tinggi dengan indeks IPM 0,779. IPM merupakan pengukuran perbandingan dari

Page 7: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

harapan hidup, melek huruf, pendidikan, dan standar hidup untuk semua negara

seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara

dikategorikan sebagai negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang

dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas

hidup.1

Terlihat jelas bagaimana kondisi pendidikan bangsa kita dewasa ini. Pada

kenyataanya pendidikan belum sepenuhnya memberikan pencerahan kepada

masyarakat melalui nilai dan manfaat pendidikan itu sendiri. Kondisi ini belum

sesuai dengan harapan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam UU No. 20

tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1, “Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”2

Pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan secara universal

diharapkan mampu memberikan kontribusi positif karena keberadaannya sebagai

“arena riset masa depan” sebagaimana diistilahkan oleh Harold G. Share (1973)

dalam bukunya The Educational Significance of the Future. Kontribusi positif

yang dimaksud tidak hanya sebagai penyangga nilai-nilai, tetapi sekaligus sebagai

penyeru pikiran-pikiran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman

serta memberikan kreasi imajinatif dan sensitif terhadap konsekuensi yang bakal

timbul oleh suatu tindakan tertentu. Pendidikan Islam diharapkan tidak saja

memainkan peran sebagai pelayan rohaniah semata, yaitu fungsi yang sangat

sempit dan suplementer; tetapi juga terlibat dan melibatkan diri di dalam

pergaulan global.3

                                                            1 http://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development_Index. Diakses

pada 15 Oktober 2015. 2 Yaya Suyana dan A. Rusdiana. 2015. Pendidikan Multikultural, Suatu Upaya Penguatan Jati

Diri Bangsa. Bandung: CV Pustaka Setia. Hal. 76. 3 Ahmad Barizi. 2011. Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan

Islam. Malang: UIN-Maliki Press. Hal. 3-4.

Page 8: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

Pada kenyataannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia

seperti madrasah dan pesantren, sebagai artikulasi sistem pendidikan Islam, masih

jauh tertinggal dari sistem-sistem pendidikan modern di negara-negara lain,

misalnya, Malaysia, Singapura, Australia, terlebih Amerika. Suatu ironi antara

luasnya konsep Islam tentang pendidikan dengan melekatnya identitas tertinggal,

terbelakang, dan miskin idealitas.4

Ketertinggalan itu bisa dilihat dari eksistensi madrasah dan pesantren yang

dulu memiliki peran strategis dalam mengantarkan pembangunan masyarakat

Indonesia, kini antusiasme masyarakat terhadap pendidikan madrasah dan

pesantren mengalami penurunan drastis. Kecuali pada pesantren modern yang

beradaptasi dengan perkembangan global. Menurunnya antusiasme masyarakat

terlihat dari adanya kekuatiran terhadap kesempatan lulusan madrasah dan

pesantren memasuki lapangan kerja modern yang hanya terbuka bagi mereka yang

memiliki kemampuan keterampilan dan penguasaan teknologi.5

Selain itu, sekolah ataupun madrasah sebagai salah satu penyelenggara

pendidikan, banyak yang tidak memperhatikan potensi peserta didiknya dengan

menggunakan tes-tes kognitif untuk menentukan grade apakah siswa sesuai

dengan kriteria di sekolah tersebut atau tidak, karena cara ini dianggap paling

efektif untuk menentukan kecerdasan anak. Bahkan, sebagian masyarakat ikut

menentukan anggapan bahwa sukses atau tidaknya anak bisa diprediksi dari hasil

tes-tes bidang studi yang didapat siswa. Oleh karena itu, Munif Chatib menyebut

kebanyakan sekolah di Indonesia berpredikat “sekolah robot”, yang kaku mulai

dari proses pembelajaran, target keberhasilan sekolah, hingga sistem

penilaiannya.6

                                                            4 Ibid,. Hal. 4-5. 5 Ibid,. Hal. 5. 6 Dalam bukunya yang berjudul “Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences

di Indonesia”, Munif Chatib menyatakan bahwa dengan menganut sistem the best proses, melalui konsep Multiple Intelligences dari Howard Gardner, dia menyarankan sekolah agar tidak pilih-pilih dalam menerima siswa, atau dengan kata lain menganut sistem the best input. Sekolah seharusnya menerima siswa yang mendaftar lebih awal sampai pada batas maksimal kuota sekolah tersebut. Tidak perlu melihat apakah siswa itu mempunyai nilai ujian akhir yang bagus atau jelek. Selama tidak melebihi kuota kelas di sekolah tersebut. Sebagai resikonya adalah sekolah harus menerima kondisi apapun dari siswanya, selama tidak mengalami kelainan yang disebabkan klinis

Page 9: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

Oleh karena itu, perlu adanya terobosan baru dalam mengembangkan

model pendidikan Islam di Indonesia, salah satunya dengan menggunakan sistem

Multiple Intelligences (MI). MI merupakan sebuah konsep desain pembelajaran

yang digagas oleh Howard Gardner. Dia adalah Hobbs Professor dari Kognisi dan

Pendidikan dan wakil direktur dari Project Zero di Harvard Graduate School of

Education dan dosen neurologi di Boston Unversity School of Medicine.

Selanjutnya, penerapan dan pengembangan MI di Indonesia dilakukan oleh Munif

Chatib yang merupakan penulis dan konsultan pendidikan.

Penulis menganggap model MI dapat dijadikan solusi untuk mewujudkan

tujuan pendidikan Indonesia sebagaimana UU noomor 20 tahun 2003. Hal ini

dikarenakan model MI menawarkan pola dengan mengembangkan cara belajar

menyesuaikan gaya belajar anak didik. Selain itu, model MI menitikberatkan

sekolah untuk selalu menemukan potensi anak. Model ini juga menganggap

bahwa tidak ada anak yang bodoh karena setiap anak pasti mempunyai minimal

satu kelebihan. Sekolah yang unggul adalah sekolah yang fokus pada proses

pembelajaran, bukan pada input siswanya. Kualitas proses pembelajaran ini

tergantung pada guru sebagai “agent of change” bagi siswanya.7

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus (MIM PK)

Kartasura adalah sekolah dengan berbasis pada kecerdasan anak. MIM PK

Kartasura merupakan satu-satunya sekolah Muhammadiyah di wilayah Solo yang

menerapkan model MI. Sekolah ini yakin bahwa setiap anak memiliki kecerdasan

yang berbeda-beda yang harus dioptimalkan. Dengan konsep manajemen kelas

yang menggembirakan, pembelajaran berbasis siswa aktif, pembelajaran aplikatif,

dan sebagai sekolah yang bernafaskan Islam, sekolah ini tidak lupa menanamkan

aqidah dan kecerdasan Qur’ani yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.8

                                                                                                                                                                   dan patologis. (Munif Chatib. 2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung : Mizan Pustaka. Hal. 8-9).

7 Munif Chatib.2009. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung : Mizan Pustaka. Hal. 92-93.

8 www.mimpk-kartasura.com/#!project/c21kz diakses pada 28 Agustus 2016 Pukul 05:41 WIB.

Page 10: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilatar belakangi oleh pola pendidikan yang dilaksanakan

selama ini masih memberikan perlakuan dan layanan yang sama kepada semua

peserta didik. Padahal, mereka berbeda tingkat kecakapan, kecerdasan kognitif,

minat, bakat, dan kreatifitasnya. Penggalian kecerdasan peserta didik masih sangat

jarang dilakukan sebagai sandaran utama dalam pelaksanaan kegiatan dan

pembelajaran di sekolah. kecenderungan minat, bakat, talenta, dan keterampilan

dasar belum menjadi bagian yang integral. Dalam teori Gardner (Multiple

Intelligences) yang mengembangkan 8 kecerdasan, pendidik dapat menumbuh

kembangkan prestasi siswa secara menyeluruh. Konsep Multiple Intelligences

yang menitik beratkan pada ranah keunikan selalu menemukan kelebihan setiap

anak.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (Field Research) yang

menggunakan metode pengumpulan data dengan wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Subjek penelitian adalah Kepala Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Program Khusus Kartasura, Kepala Bidang Kesiswaan, Kepala

Bidang Akademik, Wali Kelas, Guru, dan Wali Murid. Objeknya adalah

pelaksanaan pembelajaran sebagai bentuk implementasi Multiple Intelligences di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura. metode

pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Analisis data

kualitatif menggunakan deskripsi kualitatif dengan metode induktif.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Implementasi  Multiple  Intelligences  (MI)  di  Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura 

Dari hasil dokumentasi dan wawancara sebagaimana yang telah

dipaparkan pada Bab IV halaman 36-37 bahwasanya, Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Program Khusus Kartasura mulai menerapkan Multiple

Intelligences System (MIS) dengan mengganti nama menjadi Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah Program Khusus Kartasura sebagai langkah awal untuk

Page 11: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

mendapatkan kembali kepercayaan dari masyarakat. Alasan sekolah menerapkan

Multiple Intelligences adalah sebagai cara mengembangkan sekolah dari segi

konten bukan melaui pembangunan fisik (image building). Hal ini dikarenakan

perlu biaya yang sangat banyak jika pegembangan yang dilakukan dengan cara

image building. Sedangkan dengan pengembangan konten akan menghasilkan

output yang lebih bagus.

Pihak sekolah melihat bahwa keberagaman anak sangat dihargai dari

konsep MI ini. Dalam konsep ini, fokus pengembangan anak didik tidak hanya

dari segi kognitif saja. Guru dituntut untuk menemukan kecenderungan anak

terhadap cara belajarnya, karena pada dasarnya setiap anak dipandang hebat

dalam konsep MI. Pemilihan konsep MI sebagai pola pembelajaran di MIM PK

Kartasura juga dilatarbelakangi dari keprihatinan pihak sekolah yang melihat

masih banyak penyelenggara pendidikan yang masih hanya berfokus pada

pengelompokkan anak-anak dari segi kognitif. Hal ini dilihat tidak memanusiakan

manusia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Munif Chatib tentang

Multiple Intelligences System (MIS) yang dapat dilihat pada Bab II halaman 23-

24.

Namun penerapan MI di MIM PK Kartasura memiliki perbedaan dengan

MI yang diterapkan di sekolah lain. Hal ini sebagaimana dipaparkan dalam hasil

wawancara pada Bab IV halaman 44-45, salah satu perbedaan Multiple

Intelligences yang diterapkan di MIM PK Kartasura dengan Multiple Intelligences

yang diterapkan di sekolah lain adalah dalam bentuk penilaian atau penghargaan

hasil kerja siswa yang dilihat mulai dari proses, tidak hanya dilihat dari hasilnya.

Misalkan dalam pelajaran Matematika, ketika siswa diberikan pertanyaan, dan

siswa tahu jawabannya dengan tepat tetapi tidak bisa menuliskannya, maka guru

mengapresiasinya dengan mengambil jawaban siswa secara lisan. Hal seperti ini

diakui pihak sekolah sebagai bentuk apresiasi terhadap kemauan (afeksi) siswa.

3.1.1 Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai Alat Ukur

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura

menggunakan Multiple Intelligences Research (MIR) sebagai alat ukur yang

Page 12: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

menunjukkan kecenderungan kecerdasan siswa dan gaya belajar siswa, dan

kemudian digunakan untuk menentukan kelompok kelas siswa. Pihak sekolah

bekerjasama dengan lembaga Edu Next yang berada di Surabaya untuk

menentukan pengelompokkan siswa. Test MIR diadakan dua kali, yakni ketika

anak pertama mendaftar (kelas I) dan juga test MIR ketika menjelang kenaikan ke

kelas IV. Hal ini dilakukan karena setiap anak berkembang, begitu juga dengan

potensi yang dimilikinya, ada kemungkinan potensi awal yang dimiliki siswa

semakin menonjol dibandingkan potensi lainnya, atau ada potensi lain yang lebih

menonjol dibandingkan potensi awal siswa ketika masih kelas I.

Di MIM PK Kartasura, prosedur penerimaan siswa baru adalah dengan

berdasarkan kuota yang telah disesuaikan dengan fasilitas sekolah. Selanjutnya,

test MIR (Multiple Intelligences Research) dilakukan oleh pihak sekolah dengan

tujuan untuk menentukan siswa masuk dalam kategori kencenderungan

kecerdasan yang mana. Selain itu, pihak sekolah juga melakukan pendeteksian

dini dengan cara menanyakan riwayat kehamilan ibu dan riwayat persalinan, serta

riwayat ketika anak di Taman Kanak-Kanak. Setelah melakukan pendeteksian

dini, pihak sekolah bekerjasama dengan lembaga assesment anak (Happy House)

untuk membantu memberikan solusi pada anak yang mengalami riwayat yang

kurang normal baik dari dalam kandungan, persalinan, maupun saat TK.

3.1.2 Strategi Implementasi Multiple Intelligences (MI) dalam Proses Pembelajaran

Dalam penerapannya, Multiple Intelligences tidak diterapkan pada sisi

manajemen sekolah, melainkan hanya pada sisi interaksi edukatif guru dengan

siswa. Multiple Intelligences merupakan sebuah metode atau pola dalam

menyampaikan sebuah materi pelajaran, oleh karena itu, Multiple Intelligences ini

hanya dipraktekkan untuk guru dan siswa yakni dengan bagaimana cara

menghargai setiap potensi dan keberagaman siswa. Selain itu, pendampingan

khusus bagi anak yang dinilai perlu mendapatkan perhatian lebih menjadi cara jitu

agar siswa merasa dihargai.

Page 13: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

 

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura dalam

mengimplementasikan Multiple Intelligences (MI) senantiasa menyesuaikan

kecenderungan gaya belajar siswa dalam suatu kelas. Guru mempunyai kewajiban

untuk memahami kecenderungan gaya belajar setiap siswa di kelasnya,

selanjutnya guru menyesuaikan gaya mengajarnya dengan gaya belajar siswa.

Pengelompokkan anak dibagi menjadi tiga kelas yang berdasarkan kecenderungan

kemiripan cara belajar siswa, misalnya anak dengan kecerdasan naturalis memiliki

kemiripan dengan cara belajar anak yang memiliki kecerdasan intrapersonal dan

kecerdasan spasial-visual. Anak-anak dengan kecerdasan-kecerdasan ini

dimasukkan dalam Kelas A.

Penggabungan antara anak yang memiliki kecerdasan kinestetis dan anak

dengan kecerdasan musikal dengan anak yang memiliki kecerdasan matematis-

logis karena memiliki gaya belajar yang mirip, yakni lebih antusias dengan gaya

belajar yang melibatkan aktifitas fisik, mereka dikelompokan ke dalam Kelas B.

Selanjutnya untuk anak dengan kecerdasan interpersonal dan kecerdasan

linguistik ditempatkan dalam Kelas C. Anak-anak dengan kecerdasan

interpersonal dan linguistik lebih tertarik dengan model pembelajaran yang

melibatkan kerja sama kelompok ataupun dengan bercerita.

Jadi tidak dipisahkan berdasarkan 8 kelompok kecerdasan. Selanjutnya,

untuk teknis penerapan konsep MI ini adalah dengan pendampingan guru terhadap

siswa yang dinilai perlu mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan siswa

lainnya. Alasan mendasar mengapa pihak sekolah tidak secara langsung membagi

siswa ke dalam 8 kelompok kecerdasan berdasarkan MI adalah karena melihat

apabila siswa dibagi dalam 8 kelas, maka yang akan terjadi adalah kegemukan

jumlah siswa dalam salah satu kelas, dan akan ada kelas yang hanya sedikit sekali

siswanya.

Terkait strategi yang digunakan dalam penerapan Multiple Intelligences di

dalam kelas, penerapan Multiple Intelligences di dalam kelas sangat bergantung

pada strategi yang digunakan guru dalam menyampaikan materi. Misalnya ketika

menghadapi kelas B dengan kecenderungan kinestetik tinggi, guru menerapkan

Page 14: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

10 

 

peraturan yang lebih ketat. Hal ini dikarenakan anak dengan kecenderungan

kinestetik tinggi lebih patuh pada peraturan. Sedangkan dalam proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan kinestetik, yakni lebih melibatkan

aktivitas fisik siswa, sebagai contoh dengan model permainan detektif sebagai

strategi untuk menyampaikan materi.

Pembagian kelas ditentukan berdasarkan pada kecenderungan gaya belajar

yang mirip. Oleh karena itu setiap anak yang dominan di bidang naturalis,

intrapersonal, dan spasial digabung ke dalam Kelas A; anak yang dominan di

bidang kinestetik, matematis-logis, dan musik digabung dalam Kelas B;

sedangkan anak yang dominan pada bidang linguistik digabungkan dengan anak

yang dominan di bidang interpersonal ke dalam Kelas C.

Strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi

senantiasa menyesuaikan kelompok kelas. Untuk kelas Naturalis – Intrapersonal -

Spasial, metode yang umum dipakai adalah dengan mengajak siswa belajar

dengan media alam, baik dengan cara bersentuhan langsung dengan alam, maupun

dengan media-media yang menggambarkan bentuk dan unsur-unsur alam.

Selanjutnya, untuk kelas yang beranggotakan anak-anak dengan kecenderungan

Kinestetik - Matematis Logis - Musik, strategi yang umum dilakukan oleh guru

adalah dengan senantiasa melibatkan gerak tubuh siswa.

Sedangkan untuk kelas yang didominasi oleh anak dengan kecenderungan

Linguistik – Interpersonal, metode mengajar yang umum digunakan oleh guru

adalah dengan melibatkan anak untuk bercerita ataupun mendengarkan cerita, hal

ini akan meningkatkan ketertarikan anak dalam memahami materi pelajaran. Oleh

karena itu, guru dituntut untuk menyiapkan lesson plan (RPP) sebelum mengajar

di dalam kelas. Selain itu, peraturan yang sudah ditetapkan oleh sekolah

menjadikan anak menjadi lebih taat.

Kondisi setiap kelas memiliki perbedaan yang mencolok. Kelas A memiliki

karakter tenang, sehingga dalam penyampaian materi para siswa antusias

memperhatikan penjelasan guru. Tenang di sini penulis artikan sebagai bentuk

Page 15: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

11 

 

antusiasme siswa terhadap materi pelajaran, karena sebagaimana hasil observasi

dalam kelas tidak ada siswa yang mengantuk.

Karakter dengan kinestetik tinggi ditunjukkan oleh Kelas B yang

beranggotakan anak-anak dengan kecerdasan kinestetik, matematis-logis, dan

musik. Oleh karena itu, kondisi kelas B cenderung paling ramai. Ramai dalam hal

ini masih dalam kondisi kondusif karena dalam penyampaian materi lebih banyak

melibatkan aktifitas fisik siswa.

Sedangkan di Kelas C dengan anak-anak yang memiliki kecerdasan

linguistik dan interpersonal memiliki kecenderungan gaya belajar dengan

melibatkan kerja kelompok, diskusi, maupun bercerita. Sehingga kondisi kelas

tidak terlalu terlihat aktifitas fisiknya, namun lebih banyak pada aktifitas verbal.

Untuk menanamkan nilai-nilai keislaman di MIM PK, ada bidang Diniyah

yang diberikan wewenang untuk mengurusi hal ini. Penerapan nilai-nilai

keislaman tidak ada hubungannya dengan konsep MI. Di MIM PK Kartasura juga

terdapat program tahfidz dan sholat berjamaah sebagai bentuk pembiasaan dan

penanaman nilai-nilai keislaman. Selain itu, ketika jam makan siang, para siswa

dibiasakan untuk berdoa sebelum menyantap makanan. Selanjutnya, konsep

pengelompokkan berdasarkan Multiple Intelligences dalam ranah penanaman

nilai-nilai keislaman tidak diberlakukan. Namun nilai-nilai warisan dasar

pendidikan K.H. Ahmad Dahlan juga mencakup beberapa konsep dasar MI, yakni

menghargai keberagaman setiap anak didik.

3.2 Refleksi Praksis Pendidikan K.H. A. Dahlan di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura

Ada tiga komponen pendidikan yang diwariskan oleh K.H. Ahmad

Dahlan yakni dengan meberikan pengetahuan (akal) baik pengetahuan yang

bersifat umum maupun pengetahuan keagamaan, kemudian dilakukan

kontrol oleh bagian Diniyah dalam pengaplikasian pengetahuan keagamaan

berupa pembiasaan ibadah; selain itu, siswa juga dilatih untuk peduli

terhadap orang lain dengan mengadakan pengumpulan sembako dari wali

murid yang kemudian dibagikan kepada warga sekitar yang berhak

Page 16: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

12 

 

menerimanya; warisan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan yang berupa

pendidikan berkemajuan adalah dengan meningkatkan kompetensi siswa di

bidang IT dengan memberikan Notebook kepada siswa untuk media belajar.

Selain itu, diadakan pula ektrakurikuler Robotik dan Panahan sebagai

bentuk perbaikan untuk menghadapi perkembangan jaman.

Dalam setahun MIM PK Kartasura mengadakan 2 kali kegiatan yang

melibatkan siswa untuk langsung berbaur dengan masyarakat dengan

agenda acara pengabdian masyarakat yang disebut Praktik Pengenalan

Lapangan (PPL). Kegiatan ini betujuan untuk menanamkan perasaan empati

siswa kepada masyarakat. Selain itu, dengan pengembangan potensi-potensi

peserta didik membuktikan bahwa dalam hal ini salah satu konsep Multiple

Intelligences memiliki kesesuaian dengan nilai dasar pendidikan menurut

K.H. Ahmad Dahlan terkait pendidikan.

3.3 Kendala yang Dihadapi Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Program Khusus Kartasura dalam Mengimplementasikan Multiple Intelligences

Kendala yang dihadapi oleh guru yakni sulitnya menyelami kondisi

siswa yang sangat aktif (kinestetis) sehingga perlu tenaga ekstra dalam

pendampingan. Selain itu, faktor usia yang belum ideal untuk masuk

Sekolah Dasar juga menjadi kendala tersendiri bagi guru. Hal ini

menyebabkan perkembangan siswa belum begitu terlihat signifikan dan

belum memiliki kepercayaan diri yang tinggi seperti terjadi pada kelas satu.

Meski demikian, memasuki kelas tiga atau empat, siswa akan mengalami

perkembangan potensi yang sangat signifikan, peningkatan gerak aktif siswa

menjadi kendala yang cukup merepotkan

4. PENUTUP

Berdasarkan data yang terkumpul dan analisis yang dikemukakan pada

bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan:

1. Dalam menerapkan Multiple Intelligences, MIM PK Kartasura

mengelompokkan siswa ke dalam suatu kelas berdasarkan hasil Multiple

Intelligences Research yang kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelas

Page 17: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

13 

 

dengan kecenderungan gaya belajar yang mirip. Pembagian kelas tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Kelas A adalah kelompok siswa yang memiliki kecerdasan di bidang

naturalis, intrapersonal, dan spaial-visual;

b. Kelas B adalah kelompok siswa yang memiliki kecenderungan di

bidang kinestetik, matematis-logis, dan musik;

c. Kelas C adalah kelompok siswa yang memiliki kecenderungan di

bidang linguistik dan interpersonal.

2. Konsep Multiple Intelligences memiliki kesesuaian dengan nilai dasar

pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan. Yakni, dengan meberikan

pengetahuan (akal) baik pengetahuan yang bersifat umum maupun

pengetahuan keagamaan, pengaplikasian pengetahuan keagamaan berupa

pembiasaan ibadah; selain itu, siswa juga dilatih untuk peduli terhadap

orang lain dengan yang disebut Praktik Pengenalan Lapangan (PPL);

warisan pendidikan K.H. Ahmad Dahlan yang berupa pendidikan

berkemajuan adalah dengan meningkatkan kompetensi siswa di bidang IT

dengan memberikan Notebook kepada siswa untuk media belajar. Selain

itu, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah pengembangan

potensi-potensi peserta didik.

PERSEMBAHAN

Teriring do’a setiap langkah penulis, dan dengan ridha Allah SWT serta dengan

kerendahan hati, karya sederhana ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahanda Massail dan Ibunda Siti Uyuni tercinta yang telah mendidik,

merawatku serta tak pernah letih memanjatkan do’a untuk anak-anaknya.

2. Dua adikku Aprian Sibkhi dan Ilham Tri Saputra yang tak lelah memberi

motivasi.

3. Almamaterku Pondok Hajjah Nuriyah Shabran (HNS), serta Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (FAI-UMS), tempat di mana

penulis menimba ilmu.

Page 18: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

14 

 

4. Teman-teman Thaifah Manshuroh yang sejatinya menjadi saudara

sepenanggungan menjalani hidup mencari jati diri, mengajarkan keceriaan

sepanjang waktu, serta tegar dan ikhlas dalam menjalani hidup ini.

5. Bapak Istanto, S.Pd.I., M.Pd. yang telah memberikan inspirasi dalam penulisan

skripsi ini.

6. Teman-teman seperjuangan Almamater FAI UMS angkatan 2013.

DATAR PUSTAKA Ali, Mohamad. 2015. Pendidikan Berkemajuan: Refleksi Pendidikan K.H.

Ahmad Dahlan. Yogyakarta: Disertasi UNY. Amirin, Tatang M. 1995. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada. Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Rineka Cipta. Armstrong, Thomas. 2013. Kecerdasan Multipel di dalam Kelas Edisi

Ketiga. Jakarta: Indeks. Diterjemahkan oleh Dyah Widya Prabaningrum dari judul asli Multiple Intelligences in The Classroom Third Edition.

. 2014. Kecerdasan Jamak dalam Membaca dan Menulis: Membuat Kata-Kata Menjadi Lebih Hidup. Jakarta: Indeks. Diterjemahkan oleh Dyah Widya Prabaningrum dari judul asli The Multiple Intelligences of Reading and Writing.

Barizi, Ahmad. 2011. Pendidikan Integratif Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang: UIN-Maliki Press.

Campbell, Linda, etc. 2004. Teaching & Learning Though Multiple Intelligence. Diterjemahkan oleh Tim Intuisi dengan judul Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. 2006. Depok: Intuisi Press.

Chatib, Munif. 2015. Sekolahnya Manusia: Sekolah Berbasis Multiple Intelligences di Indonesia. Bandung : Kaifa.

Dewey, John (1916/1944). Democracy and Education. The Free Press. pp. 1–4. ISBN 0-684-83631-9.

Effendi, Herizal, dkk. 2010. Jadilah Guru Sekaligus Murid. Jakarta: MI Production.

Fakhriyah, Fina. 2013. Implementasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Makalah disampaikan pada PROSIDING Seminar Nasional 30 Maret 2013.

Gardner, H. 1993. Multiple Intelligences : The Theory in Practice. New York : Basic Books yang dialihbahasa oleh Alexander Sindoro. 2013. Multiple Intelligence Kecerdasan Majemuk: Teori dalam Praktik. Tangerang Selatan: Interaksara.

Hadi, Sutrisno. 2007. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi UGM.

Page 19: IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI …eprints.ums.ac.id/48046/21/02.NASKAH PUBLIKASI.pdf · IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCES DAN REFLEKSI PRAKSIS PENDIDIKAN K.H

15 

 

Hasan, Muhammad Tholhah. 1987. Islam dalam Perspektif Sosial Budaya. Jakarta: Galasa Nusantara.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Hidayat, Syamsul dkk. 2013. Studi Kemuhammadiyahan: Kajian Historis, Ideologis, dan Organisasi. Surakarta: LPIK UMS.

Jasmine, Julia. 2001. Profesional’s Guide: Teaching with Multiple Intelligences. Diterjemahkan oleh Purwanto dengan judul: Panduan Praktis Mengajar Berbasis Multiple Intelligences. 2007. Bandung: Nuansa.

KHR. Hadjid. 2011. Pelajaran KH. Ahmad Dahlan, 7 falsafah Ajaran dan 17 kelompok Ayat al-Qur’an. Yogyakarta: LPI PP.Muhammadiyah.

Kuntowijoyo. 1994. Dinamika Sejarah Umat Islam Indonesia. Yogjakarta: Shalahuddin Press dan Pustaka Pelajar.

Lubis, Arbiyah. 1989. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh. Jakarta: Bulan Bintang.

Mardalis. 2006. Model Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy. 1991. Model Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Mulkhan, Abdul Munir. 1990. Pemikiran KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah dalam perspektif perubahan sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

. 2010. Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan Kiai Ahmad Dahlan. Jakarta: Buku Kompas.

Suyana, Yaya dan A. Rusdiana. 2015. Pendidikan Multikultural, Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa. Bandung: CV Pustaka Setia.

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Citra Umbara: Jakarta. 2003.

Zainuddin. 2013. Paradigma Pendidikan Terpadu: Menyiapkan Generasi Ulul Albab. Malang: UIN-Maliki Press.

Zamroni. 2010. Pendidikan Muhammadiyah pada abad ke-21. Dalam Suyatno et. Al. (Eds). Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah di tengah persaingan nasional dan global. Jakarta: Uhamka Press.

Zubaidi. 2001. Pendidikan Islam dalam Perspektif Pendidikan Nasional. Dimuat dalam buku yang berjudul Paradigma Pendidikan Islam. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo bekerjasama dengan PUSTAKA PELAJAR.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan diakses pada 18 September 2016. http://en.m.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_Human_Development

_Index. Diakses pada 15 Oktober 2015. http://kbbi.web.id/implementasi. diakses pada 13 Agustus 2016. www.mimpk-kartasura.com/#!project/c21kz diakses pada 28 Agustus 2016