implementasi model problem based learning untuk...

146
IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 83 Jakarta Utara) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Oktavia Ningsih 105 016 300 611 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010

Upload: doanhanh

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA

PADA KONSEP OPTIK GEOMETRI

(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 83 Jakarta Utara)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Oktavia Ningsih

105 016 300 611

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 2: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

LEMBAR PENGESAHAN

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul “Implementasi Model Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri (Penelitian

Tindakan Kelas Di SMA NEGERI 83 Jakarta Utara)” disusun oleh Oktavia

Ningsih, NIM 105016300611, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dinyatakan LULUS pada Ujian

Munaqasyah tanggal 12 Agustus 2010 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu,

penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada bidang

Pendidikan Fisika.

Jakarta, 12 Agustus 2010

Panitia Ujian Munaqasyah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua (Ketua Jurusan Pendidikan IPA) ,

Baiq Hana Susanti, M.Sc.

NIP. 19700209 200003 2 001

...................

........................

Sekertaris (Sekertaris Jurusan Pendidikan IPA),

Nengsih Juanengsih,M.Pd

NIP. 19790510 200604 2 001

...................

.........................

Penguji I,

Dr.Sujiyo Miranto, M.Pd

NIP. 19681228 200003 1 004

....................

.........................

Penguji II,

Erina Hertanti,M.Si

NIP. 19720419 199903 2 002

....................

..........................

Mengetahui,

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof.Dr.Dede Rosyada,M.A.

NIP. 19571005 198703 1 003

Page 3: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Lembar Pengesahan Skripsi

Implementasi Model Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri

(Penelitian Tindakan Kelas di SMA N 83 Jakarta Utara)

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi persyaratan

mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh :

Oktavia Ningsih

Nim : 105 016 300 611

Yang mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd

Nip : 19650115 198703 1 020

Kinkin Suartini, M.Pd

Nip : 19780406 200604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010

Page 4: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Barang siapa memiliki satu alasan untuk hidup dia bisa

menahan hampir setiap keadaan (Friedrich Nietzche).

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya (Al Baqarah ayat 286).

Apa yang kamu simpan untuk dirimu sendiri akan lenyap,

apa yang kamu berikan pada orang lain akan kamu miliki

selamanya (Alex Munthe).

Semangat manusia tidak bisa dilumpuhkan, jika kamu

masih bisa bernafas, kamu masih bisa mempunyai impian

(Make Brown).

Karya kecil ini kuperuntukkan:

Ibu dan Alm ayahku tercinta, yang selalu membantuku

dengan doa, kasih sayang dan semangat.

Kakakku (Yuliana) dan adik-adikku (Yenny Puspita Sari,

dan M.Rangga Putra Pratama) yang senantiasa memberiku

dukungan.

Page 5: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

ABSTRAK

Oktavia Ningsih (105 016 300 611). Implementasi Model Problem-Based

Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri.

Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Ilmu Pendidikan Alam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas kemampuan peserta didik

dalam melakukan pemecahan masalah dan meningkatkan hasil belajar fisika pada

konsep optik geometri melalui model problem-based learning. Subjek penelitian

ini adalah peserta didik kelas X-D SMA N 83 Jakarta Utara yang berjumlah 29

orang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode

penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada model Kemmis dan Mc

Taggart yang dilakukan sebanyak dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat

tahapan, yaitu: 1) Perencanaan Tindakan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi

Tindakan, dan 4) Refleksi .

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model problem-based

learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri

peserta didik. Rerata hasil belajar peserta didik pada siklus I dan siklus II berturut-

turut adalah 52,38 dan 84,10 dengan nilai N-Gain sebesar 0,65 yang termasuk

pada kategori sedang. Jumlah peserta didik yang sudah mencapai nilai di atas

KKM juga mengalami peningkatan menjadi 100% pada siklus II dibandingkan

pada siklus I sebanyak 24%. Hal ini jelas menunjukkan bahwa hasil belajar fisika

pada konsep optik geometri peserta didik mengalami peningkatan yang sangat

signifikan dibandingkan pada siklus I. Selain itu model problem based learning

ternyata cukup efektif diterapkan pada konsep optik geometri.

Kata kunci : Model Problem-Based Learning, Hasil Belajar, Penelitian Tindakan

Kelas (PTK)

Page 6: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

ABSTRACT

Oktavia Ningsih (105 016 300 611). Implementation of Problem-Based Learning

Model of learning to improve learning result of optical physics in the concept of

geometry. Physic Education Studies Program Department of Natural Science

education Faculty and Teaching Tarbiya State Islamic University Syarif

Hidayatullah Jakarta.

This study aimed to describe the quality of students' abilities in problem solving

and improve learning outcomes of physics in optical geometry concepts through

problem-based learning model. The subjects were high school students grade XD

N 83 North Jakarta about 29 people. This research is a qualitative research

method action research (CAR), which refers to the model of Kemmis and Mc

Taggart who performed a total of two cycles. Each cycle consists of four stages,

namely: 1) Action Plan, 2) Implementation Measures, 3) Observation of Actions,

and 4) Reflection.

The results of this study indicate that the application of problem-based learning

model can improve learning outcomes of physics on the concept of geometrical

optics learners. The mean results of study of students in the first cycle and second

cycle are respectively 52.38 and 84.10 with the N-Gain value of 0.65 which

included the moderate category. The number of learners who have reached values

above KKM also increased to 100% on the second cycle than in the first cycle as

much as 24%. This clearly shows that the results of studying physics in

geometrical optical concept of learners has increased significantly compared to

the cycle I. Besides the problem based learning model proved effective enough

optical geometry applied to the concept.

Keywords: Problem Based Learning Model , Learning Outcomes, Classroom Action

Research (CAR).

Page 7: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

ABSTRACT..................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI. ................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR. ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah. ................................................................... 5

D. Perumusan Masalah ..................................................................... 5

E. Tujuan Penelitian. ........................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian. ...................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, dan HIPOTESIS

TINDAKAN ...................................................................................... 7

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti............................................ 7

1. Pendekatan Konstruktivisme. ................................................. 7

2. Model Problem Based Learning. ............................................ 9

a. Pengertian Model Problem Based Learning. .................... 14

b. Manfaat Model Problem Based Learning. ........................ 16

c. Karakteristik Model Problem Based Learning. ................. 16

d. Outcome dari Model Problem Based Learning. ................ 17

e. Implementasi Model Problem Based Learning

dalam Pembelajaran. ........................................................ 17

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based

Learning .......................................................................... 20

3. Hasil Belajar. ......................................................................... 22

a. Pengertian Hasil Belajar. .................................................. 22

b. Hubungan Pembelajaran PBL dengan Hasil Belajar. ........ 24

4. Penelitian Tindakan Kelas. ..................................................... 25

a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas................................... 25

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas. ................................... 27

c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas. .......................... 27

d. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas. ....................... 28

5. Konsep Optik Geometri. ........................................................ 29

a. Cermin. ............................................................................ 31

b. Pembiasan Cahaya dan Lensa. .......................................... 32

6. Hasil Penelitian yang Relevan. ............................................... 38

B. Kerangka Pikir ............................................................................. 41

Page 8: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

C. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 44

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ...................................... 44

C. Subjek yang Terlibat .................................................................... 47

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian. .................................. 47

E. Tahapan Pelaksanaan Tindakan. .................................................. 48

1. Penelitian Awal. ..................................................................... 48

a. Wawancara Kepada Guru dan Peserta Didik. ................... 48

b. Observasi Kegiatan Belajar Mengajar............................... 48

2. Siklus I. ................................................................................. 49

a. Tahap Persiapan. .............................................................. 49

b. Tahap Pelaksanaan. .......................................................... 49

c. Tahap Pengamatan. .......................................................... 49

d. Tahap Refleksi. ................................................................ 50

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan. ................................ 50

G. Data dan Sumber Data. ................................................................ 50

H. Teknik Pengumpulan Data. .......................................................... 51

I. Instrumen-Instrumen Penelitian. .................................................. 51

1. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan. ............................... 51

2. Tes Penguasaan Konsep. ........................................................ 51

3. Pedoman Observasi (Catatan Lapangan). ............................... 52

4. Kuesioner. ............................................................................. 53

J. Teknik Pemeriksa Kepercayaan Studi. ......................................... 53

1. Uji Validitas........................................................................... 53

2. Uji Reliabilitas. ...................................................................... 55

3. Uji Tingkat Kesukaran. .......................................................... 56

4. Uji Daya Pembeda. ................................................................ 57

K. Teknik Analisis Data. .................................................................. 58

1. Uji N-Gain. ............................................................................ 58

2. Keefektifan Model Problem Based Learning. ........................ 59

L. Tindaklanjut Perencanaan. ........................................................... 59

1. Perencanaan Tindakan II. ....................................................... 59

2. Pelaksanaan Tindakan II. ....................................................... 59

3. Observasi Tindakan II. ........................................................... 59

4. Refleksi tindakan II. ............................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN .................................. 60

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan ................................................ 60

B. Pemeriksa Keabsahan Data .......................................................... 61

1. Uji Normalitas. ...................................................................... 61

2. Uji Homogenitas. ................................................................... 62

C. Analisis Data ............................................................................... 62

Page 9: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

1. Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri. .......... 62

2. Respon Peserta didik terhadap Keefektifan Model

Problem Based Learning. ....................................................... 64

3. Hasil Observasi Proses Pembelajaran. .................................... 68

D. Interpretasi Hasil Analisis. ........................................................... 70

1. Siklus I. ................................................................................. 70

a. Tahap Perencanaan I. ....................................................... 70

b. Tahap Pelaksanaan I. ........................................................ 71

c. Tahap Observasi I. ........................................................... 75

d. Tahap Refleksi I. .............................................................. 75

e. Keputusan. ....................................................................... 76

2. Siklus II. ................................................................................ 77

a. Tahap Perencanaan II. ...................................................... 77

b. Tahap Pelaksanaan II. ...................................................... 77

c. Tahap Observasi II. .......................................................... 79

d. Tahap Refleksi II. ............................................................. 80

e. Keputusan. ....................................................................... 80

E. Pembahasan Hasil Penemuan Penelitian. ..................................... 81

F. Keterbatasan dalam Penelitian. .................................................... 83

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 84

A. Kesimpulan .................................................................................... 84

B. Saran .............................................................................................. 85

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86

LAMPIRAN. .................................................................................................. 89

Page 10: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

Tabel 2.1 Tahapan Model Problem Based Learning ...................................... 18

Table 3.1 Intervensi Tindakan ........................................................................ 46

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Penulisan Instrumen Tes ................................................... 52

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner ......................................................................... 53

Tabel 4.1 Rekapitulasi Data Tes Penguasaan Konsep Fisika ........................... 61

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I ...................... 61

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. .................... 62

Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Fisika. ............................ 62

Tabel 4.5 Hasil Uji-t Tes Hasil Belajar Fisika. ................................................ 63

Tabel 4.6 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 1. ............................. 65

Tabel 4.7 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 2. ............................. 65

Tabel 4.8 Presentase Respon Peserta Didik soal Nomor 3............................... 66

Tabel 4.9 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 4. ............................. 66

Tabel 4.10 Presentase Respon Peserta Didik Soal Nomor 5. ............................. 67

Tabel 4.11 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik pada Siklus I. ................. 68

Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Peserta didik pada Siklus II. ............... 69

Tabel 4.13 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta didik pada Siklus I. ............... 71

Tabel 4.14 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta didik pada Siklus II. ............. 77

Page 11: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

DAFTAR GAMBAR

Gambar Hal

Gambar 2.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas .................................................. 29

Gambar 2.2 Pemantulan Difuse ....................................................................... 30

Gambar 2.3 Pemantulan Teratur ....................................................................... 30

Gambar 2.4 Hukum Pemantulan Snellius ........................................................ 30

Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan pada Cermin Datar .................................. 31

Gambar 2.6 Hukum Pembiasan Snellius ......................................................... 33

Gambar 2.7 Pembiasan pada Kaca Planpararel. ............................................... 33

Gambar 2.8 Pembiasan Cahaya pada Prisma. .................................................. 34

Gambar 2.9 Pemantulan Sempurna. ................................................................ 35

Gambar 2.10Bagan Kerangka Pikir. ................................................................. 42

Gambar 3.1Bagan Penelitian Tindakan Kelas. .................................................. 45

Page 12: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Tes ............................................................. 90

Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen ........................................................... 101

Lampiran 3 Hasil Uji Validitas .................................................................... 109

Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................. 111

Lampiran 5 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ..................................................... 113

Lampiran 6 Hasil Uji Daya Pembeda ........................................................... 115

Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen. ............................................. 117

Lampiran 8 Contoh Perhitungan Validitas. .................................................. 118

Lampiran 9 Contoh Perhitungan Reliabilitas. ............................................... 119

Lampiran 10 Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran. ................................... 120

Lampiran 11 Contoh Perhitungan Daya Pembeda. ......................................... 121

Lampiran 12 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. ......................................... 122

Lampiran 13 Soal Tes Siklus I dan Siklus II. ................................................. 156

Lampiran 14 Kisi-kisi Kuesioner. .................................................................. 163

Lampiran 15 Kuesioner. ................................................................................ 164

Lampiran 16 Lembar Observasi. .................................................................... 166

Lampiran 17 Lembar wawancara dan Kuesioner. ........................................... 171

Lampiran 18 Data Nilai Siklus I. ................................................................... 178

Lampiran 19 Data Nilai Siklus II. .................................................................. 179

Lampiran 20 Contoh Perhitungan Skor N-Gain. ............................................. 180

Lampiran 21 Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I.......................... 181

Lampiran 22 Uji Normalitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. ...................... 182

Lampiran 23 Contoh Perhitungan Uji Normalitas. ......................................... 183

Lampiran 24 Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar pada Siklus I. ..................... 184

Lampiran 25 Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar pada Siklus II. .................... 185

Lampiran 26 Contoh Perhitungan Uji Homogenitas. ...................................... 186

Lampiran 27 Uji-t. ......................................................................................... 187

Lampiran 28 Contoh Perhitungan Uji-t. ......................................................... 188

Lampiran 29 Perhitungan Presentase Kuesioner. ............................................ 189

Lampiran 30 Catatan Lapangan. .................................................................... 191

Lampiran 31 Silabus. ..................................................................................... 204

Page 13: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT Sang Maharaja segala raja, Robbnya semua

alam semesta, Sang Cahaya atas segala cahaya, Yang kasih sayang-Nya melebihi

Maryam terhadap Isa. Salam kemuliaan bagi kekasih-Nya, yang hanya baginya

seorang semua diwujudkan dari tiada, sang cermin dari Maharaja Cahaya, sang

senyuman dari Yang Maha Penyayang, kekasih dari semua pencinta, Rasulullah

Muhammad SAW, pembimbing bagi siapa yang mencari-Nya, pemegang kunci

gerbang menuju-Nya.

Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Implementasi Model Problem

Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Optik Geometri”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang

tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun materil kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada orang-orang berhati mulia berikut ini:

1. Bapak Prof. Dede Rosyada, MA Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd Sekertaris Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Erina Hertanti, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

5. Bapak Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd pembimbing I, yang telah meluangkan

waktu, tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan

nasehat, bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga penulisan skripsi

ini dapat terselesaikan.

Page 14: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

6. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd pembimbing II, yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran disela-sela kesibukannya untuk memberikan nasehat,

bimbingan dan pengarahan dengan sabar sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

7. Bapak Drs. Budi susilo, MM Kepala Sekolah SMA Negeri 83 Jakarta Utara

yang sudah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melakukan

penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak Sudiro, S.Pd Wakil Kepala Sekolah dan Guru Bidang Studi Fisika

SMA Negeri 83 Jakarta Utara yang sudah memberikan kesempatan kepada

peneliti untuk melakukan penelitian di kelas yang beliau ajar.

9. Secara khusus untuk Ayahanda tercinta Santa Jadil (Alm), Ibunda tercinta

Fatimah, Teteh Lia dan kedua adikku (Yeyen dan si bungsu Rangga) yang

selalu mencurahkan kasih sayang kepada penulis, memberikan pegertian,

memberikan motivasi, dan nasehat yang baik bagi keberhasilan penulis.

Semoga Allah Swt membalas pengorbanannya.

Tak akan cukup terima kasih penulis buat anda semua. Semoga Dia, Sang

Maha Penjamin, yang selama ini memenuhi harapan dan keinginan penulis

dengan kebijaksanaan-Nya, ke-Pemurahan-Nya, ke-Maha Kayaan-Nya, dan kasih

sayang-Nya berkenan menggantinya. Semoga kita semua senantiasa dipelihara

dalam jalan lurus keridhaan-Nya, dan kelak dipersatukan dengan jalinan mawar

wangi dalam istana terang kemilau, bersama para kekasi-Nya di muka singgasana

Sang Maharaja Cahaya.

Jakarta, April 2010

OKTAVIA NINGSIH

Page 15: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

OKTAVIA NINGSIH. Putri kedua dari Ayahanda Santa

Jadil (Alm) dan Ibunda Fatimah yang lahir di Jakarta pada

tanggal 04 Oktober 1987. Saat ini penulis bertempat

tinggal di Jl. Lagoa Terusan Gg II B 2 No. 14 Rt 009 Rw

002 Kelurahan Lagoa Kecamatan Koja Jakarta Utara

14270.

Riwayat Pendidikan. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Dian

Kusuma Pertiwi, setelah lulus dari TK penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri

Percontohan 11 Lagoa Jakarta Utara pada tahun 1999 dan melanjutkan pendidikan ke

SMP Negeri 279 Jakarta Utara lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2005, penulis lulus

dari SMA Negeri 83 Jakarta Utara. Kuliah di Program Studi Pendidikan Fisika UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2005 dan lulus pada Sidang Munaqasyah Skripsi

pada 12 Agustus 2010. Pada pendidikan dasar dan menengah penulis aktif dalam

kegiatan ekstrakulikuler Pramuka, PMR, English Club, KIR dan ROHIS.

Page 16: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Riyanto belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan

nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.1

Dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses

belajar tersebut maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat

bagi dirinya dan orang lain.

Proses pembelajaran yang sesungguhnya ialah kegiatan belajar

peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Belajar bukan hanya

menghapal dan bukan pula mengingat. Proses pembelajaran di kelas yang

optimal dapat menghasilkan hasil belajar yang optimal pula. Peningkatan

hasil belajar peserta didik selalu dipengaruhi oleh banyak faktor, salah

satunya ialah metode mengajar. Seorang guru dituntut untuk pintar dalam

memilih model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran dikelas. Guru sebagai seorang pengajar kadang-kadang salah

dalam menerapkan metode apa yang seharusnya digunakan dalam proses

pembelajaran.

Kesalahan dalam menerapkan metode mengajar dapat menimbulkan

ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil belajar yang tidak optimal,

kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang dapat menghambat proses

pembelajaran. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus

mampu memberikan motivasi yang besar pada peserta didik agar mereka

dapat menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan metode

dalam pembelajaran hendaknya dapat melibatkan peserta didik secara aktif,

baik secara fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam

1 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2009), hal.5

1

Page 17: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

2

pembelajaran fisika yang menuntut peserta didik untuk aktif dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan di sekolah

SMAN 83 Jakarta Utara khususnya di kelas X-D, diperoleh hasil pertama,

sebanyak 62,07% peserta didik di kelas X-D tidak menyukai mata pelajaran

fisika. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peserta didik menganggap

bahwa materi pelajaran fisika sulit, inilah yang menyebabkan nilai fisika

peserta didik di kelas X-D sangat rendah dibandingkan dengan kelas-kelas

yang lain. Terutama pada konsep optik geometri. Kedua, konsep fisika yang

dianggap sulit oleh peserta didik di kelas X-D adalah konsep optik geometri.

Hal ini dapat dimaklumi karena konsep optik geometri bersifat matematis,

sehingga untuk memahaminya diperlukan kemampuan matematika yang

cukup tinggi.

Ketiga, setelah ditelaah ternyata konsep optik geometri bersifat

kontekstual, karena banyak berkaitan atau ditemui peserta didik dalam

kehidupan sehari-harinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa kegiatan

pembelajaran pada konsep optik geometri lebih baik menggunakan model

atau pendekatan yang bersifat kontekstual. Keempat, metode pembelajaran

yang sering digunakan oleh guru untuk mengajar fisika adalah ceramah,

diskusi, eksperimen dan pemecahan masalah. Dari keempat metode yang

sering digunakan di kelas X-D diatas metode ceramah lebih mendominan

dibandingkan metode diskusi, eksperimen, dan pemecahan masalah yang

hanya sesekali diterapkan. Kelima, kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

belum sepenuhnya melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak

semua peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya dalam

menyelesaikan permasalahan yang muncul didalam proses belajar mengajar.

Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan suatu model pembelajaran

yang dapat melibatkan peserta didik untuk mencari pengetahuannya sendiri.

Fisika merupakan salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam

yang di dalamnya dipelajari tentang perilaku dan struktur benda secara fisis.

Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup

Page 18: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

3

ruang dan waktu.2 Tujuan dari mempelajari fisika adalah untuk mengetahui

keteraturan alam berdasarkan pengamatan manusia melalui proses ilmiah.

Namun disisi lain peserta didik beranggapan bahwa fisika merupakan salah

satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika itu

sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu

penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran

fisika, sehingga peserta didik tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang

perlu ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan belum sepenuhnya

melibatkan peserta didik secara aktif, sehingga tidak semua peserta didik

dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya kritis dalam menyelesaikan

permasalahan yang muncul didalam proses belajar mengajar. Salah satu

materi pelajaran fisika yang menghubungkan antara konsep dengan kejadian-

kejadian nyata di lingkungan peserta didik adalah konsep optik geometri

karena didalamnya berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari para

peserta didik. Selama ini peserta didik selalu kesulitan terutama dalam hal

membedakan sifat bayangan maya dan nyata yang terbentuk khususnya pada

cermin dan lensa. Untuk mengatasi hal tersebut biasanya mereka

menghafalkan setiap pembentukan bayangan, padahal pembelajaran yang

diinginkan tidak seperti itu. Peserta didik diharapkan mampu memahami sifat

bayangan maya dan nyata pada cermin dan lensa. Untuk mencapai tujuan

tersebut, akan lebih baik jika peserta didik melihat langsung proses

pembentukan bayangan tersebut, melalui percobaan laboratorium sehingga

mereka dapat membedakan kedua sifat bayangan tersebut tanpa harus

menghafal tetapi peserta didik harus memahami dengan benar sesuai dengan

apa yang mereka lihat ketika melakukan percobaan.

2 Http://id.Wikipedia.or/wiki/fisika diakses pada tanggal 23 desember 2009

Page 19: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

4

Artinya pembelajaran fisika pada konsep optik geometri

membutuhkan pemahaman tingkat tinggi, bukan hanya bersifat matematis.

Konsep optik geometri merupakan konsep yang sangat erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari. Salah satu model yang mendorong peserta didik untuk

memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan berusaha untuk memecahkan

masalahnya adalah model problem based learning. Model problem based

learning dapat melatih peserta didik untuk mengorganisasikan pengetahuan

dan kemampuan peserta didik, karena menggunakan pendekatan pemecahan

masalah. Pemecahan masalah akan mengembangkan motivasi, ketekunan,

dan kepercayaan diri peserta didik. Model pembelajaran ini menyajikan

masalah, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan

mendiskusikannya untuk menyelesaikan masalah.

Pada model problem based learning pembelajaran dimulai setelah

peserta didik dikonfrontasi dengan struktur masalah yang rill. Semua

informasi akan mereka kumpulkan melalui penelaahan materi, praktikum

ataupun melalui diskusi dengan teman sebaya, untuk dapat memecahkan

masalah yang dihadapi.3 Pembelajaran berdasarkan masalah dimaksudkan

untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan dapat memotivasi peserta didik,

karena melalui belajar berdasarkan masalah, peserta didik belajar bagaimana

menggunakan sebuah proses literatif untuk menilai apa yang mereka ketahui,

mengidentifikasi apa yang mereka ingin ketahui, mengumpulkan informasi

dan secara kolaborasi menyelarasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah

mereka kumpulkan.

Berdasarkan uraian di atas, penggunaan model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik mempunyai peranan penting dalam meningkatkan

hasil belajar fisika. Dipilihnya model problem based learning dalam

penelitian ini karena model pembelajaran ini pada dasarnya lebih mendorong

peserta didik untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Berdasarkan

3 I Nyoman Suardana, “Penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dengan

pendekatan kooperatif berbantu modul untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

mahasiswa pada perkuliahan kimia fisika I”, dalam jurnal pendidikan dan pengajaran IKIP Negeri

Singaraja: No. 4 TH.XXXIX, Oktober 2006. h.754

Page 20: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

5

alasan-alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul: “Implementasi Model Problem Based-Learning untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Terdapat kesulitan peserta didik dalam memahami konsep Optik Geometri

berdasarkan hasil observasi awal.

2. Belum ada model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik pada konsep optik geometri.

3. Terdapat faktor-faktor kesulitan yang dihadapi peserta didik ketika

mempelajari konsep Optik Geometri.

C. Pembatasan Masalah

Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka masalah yang akan

diteliti dibatasi pada penerapan model problem based learning dalam

meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri. Ada pun

masalah yang akan dibatasi pada:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based

learning menurut Arends yang terdiri dari 5 tahapan pembelajaran.

2. Hasil belajar yang diteliti merupakan hasil belajar peserta didik pada ranah

kognitif menurut Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan

Krathwohl yang mencakup aspek C1, C2, C3, C4 dan C5.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan Model Problem Based

Learning dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada konsep optik

geometri?”.

Pertanyaan-pertanyaan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

Page 21: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

6

1. Bagaimana hasil belajar fisika peserta didik setelah penerapan model

problem based-learning ?

2. Apakah model problem based-learning merupakan pembelajaran yang

efektif diterapkan pada konsep optik geometri ?

E. Tujuan Hasil Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Seberapa besar peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik

geometri.

2. Keefektifan penerapan model problem based-learning dalam pembelajaran

fisika pada konsep optik geometri.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta didik,

guru, dan peneliti. Adapun manfaat dari penelitian ini secara:

1. Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan peserta

didik dalam pempelajari konsep fisika.

2. Guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pilihan untuk

menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dalam pembelajaran

fisika.

3. Peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam

bidang penelitian pendidikan dan model-model pembelajaran yang akan

menjadi bekal untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata setelah

menyelesaikan studinya.

Page 22: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti

Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik,

para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma

pembelajaran konstruktivisme untuk kegiatan belajar mengajar di kelas.

Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat

pembelajaran dari belajar berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta

didik. Ketika guru mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan

kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan peserta didik, dapat

mendorong peserta didik untuk belajar, atau memberi kesempatan peserta

didik untuk berperan aktif mengonstruksi konsep-konsep yang akan

dipelajari. Problem based learning merupakan model pembelajaran yang

dasar filosofinya konstruktivisme, yang kegiatan belajar mengajarnya

berpusat pada peserta didik.4 Problem based learning adalah pembelajaran

yang melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui

tahapan-tahapan metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.5 Adapun dalam

penelitian ini, fokus yang diteliti tentang model problem based learning

untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik pada konsep Optik

Geometri.

1. Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun

pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik berdasarkan

pengalaman. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik adalah

4 I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem based

learning)”, dari Http://lubisgafura.wordpress.com/2007/12/16Pembelajaran-berbasis -masalah/

5Ibid

7

Page 23: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

8

pengetahuan yang terbentuk bukan hanya dari objek semata, tetapi juga

dari kemampuan individu sebagai subjek yang menangkap setiap objek

yang diamatinya. Menurut konstruktivisme, pengetahuan itu memang

berasal dari luar, akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam diri

seseorang.6

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang

bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang

dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang

baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan

himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini

menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih

dinamis.7 Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang

menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam indra manusia.

Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah

pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universiti

tetapi tidak begitu terlihat dan tidak ditekankan.8 Kontruksi berarti

bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme

adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya

modern. Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi)

pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh

manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks

yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah

seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan

diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi

makna melalui pengalaman nyata.9

6 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,

(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.264 7 http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme"/2009/10/20 8 Http://www.teachersrock.net/teori-konstruktivisme. html diakses pada tanggal 20

oktober 2009 9Sutisna, “Teori Pembelajaran Konstruktivisme”, artikel diakses pada tanggal 20 oktober

2009 dari http://sutisna.com/psikologi/psikologi_pendidikan/teori belajar konstruktivisme.

Page 24: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

9

Teori konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya

apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.10

Sistem pendekatan

konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pengajaran top down

dari pada bottom up berarti peserta didik memulai dengan masalah

kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan keterampilan dasar

yang diperlukan.11

Inti teori konstruktivisme ialah gagasan bahwa pelajar

masing-masing harus menemukan dan mengubah informasi yang rumit

kalau mereka ingin menjadikannya milik sendiri. Teori konstruktivisme

melihat pelajar terus-menerus memeriksa informasi baru terhadap aturan-

aturan lama dan kemudian mengubah aturan tersebut apabila hal itu tidak

lagi berguna.12

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan

konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang mengacu kepada

teori belajar konstruktivisme yang lebih menfokuskan pada kesuksesan

peserta didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan

kepatuhan peserta didik dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan

dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, peserta didik lebih

diutamakan untuk mengonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui

asimilasi dan akomodasi.

2. Model Problem Based-Learning (PBL)

Untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik, diperlukan

adanya pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara

aktif dan mendorong peserta didik untuk lebih berpikir kreatif dalam

memecahkan berbagai masalah yang berkenaan dengan materi

10 Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta:

Prestasi Pustaka, 2007), hal. 13

11 Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 145 12 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi, (Jakarta: PT. Indeks, 2009),

hal. 6

Page 25: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

10

pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang

mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam memecahkan masalah

ialah Model Problem-Based Learning.

Problem-Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang

merupakan bagian dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL). CTL juga sering dikenal dengan istilah pendekatan kontekstual.

Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah

konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar

tidak hanya sekedar menghapal. Peserta didik harus mengkonstruksikan

pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat

dipisah-pisahkan menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi

mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme

berakar pada filsafat pragmatisme yang digagas oleh John Dewey pada

awal abad 20 yang lalu.13

Melalui landasan konstruktivisme, CTL dipromosikan menjadi

alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL peserta didik

diharapkan dapat belajar melalui mengalami, dengan menghafal.

Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-obyektif,

temporer dan selalu berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan,

bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan

atau proses menggali makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada

orang yang belajar.

CTL itu sendiri merupakan konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata

peserta didik dan mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat diperlukan karena

kebanyakan para peserta didik tidak dapat menerapakan pengetahuan

yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang disebabkan kurang

menariknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Untuk itu

13Yatim Riyanto, Op.Cit, hal. 166

Page 26: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

11

seorang guru harus jeli dalam menerapkan metode apa yang sesuai untuk

peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.

Peserta didik tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran,

melainkan sebagai subjek yang berperan dalam proses pembelajaran.

Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual

harus menekankan pada hal-hal berikut:

1) Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu

pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang berfikir

kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

2) Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan

pengajaran yang memperkenankan peserta didik untuk mempelajari

konteks bermakna

3) Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan

strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan

menyediakan kesempatan untuk pembelajaran bermakna.

4) Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang

membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana

lingkungan belajar peserta didik didesain agar peserta didik dapat

melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk

pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan

tugas bermakna lainnya.

5) Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu

pendekatan pengajaran yang memungkinkan peserta didik

menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi

pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut

dipergunakan kembali ditempat kerja.

6) Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan

penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-

Page 27: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

12

layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk

merefleksikan jasa-layanan tersebut.

7) Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan

pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil peserta

didik untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.

Dari ketujuh komponen tersebut, konsep Belajar Berdasarkan

Masalah termasuk di dalamnya. Maka dari itu jelaslah bahwa model

pembelajaran berdasarkan masalah merupakan bagian dari pembelajaran

Contextual Teaching and Learning yang berakar dari pembelajaran

konstruktivisme.

Sebagaimana umumnya model-model pembelajaran lain, problem

based learning memiliki beberapa landasan teori khusus yang

membedakannya dengan model pembelajaran lain. Beberapa teori yang

melandasi problem based learning itu adalah sebagai berikut:14

1. Dewey dan Kelas Demokratis

Dewey menggambarkan suatu pandangan tentang pendidikan agar

sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan

kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan

yang nyata.15

Dewey juga menganjurkan guru untuk mendorong peserta

didik terlibat dalam proyek atau tugas berorientasi masalah dan

membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual sosial.

Pembelajaran di sekolah seharusnya lebih memiliki manfaat

daripada abstrak dan pembelajaran yang memiliki manfaat terbaik dapat

dilakukan oleh peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil yang

menarik dan pilihan mereka sendiri. Visi pembelajaran yang berdaya

guna atau berpusat pada masalah digerakkan oleh keinginan bawaan

peserta didik untuk menyelidiki secara pribadi situasi yang bermakna

14

Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nur, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku

Ajar Mahasiswa) (Surabaya: Universitas Negeri Surabaya Press, 2001), h. 15 – 24. 15 Ibid. hal 16

Page 28: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

13

secara jelas menghubungkan PBI kontemporer dengan filosofi pendidikan

dan pedagogi Dewey.

2. Piaget, Vygotsky, dan Konstruktivisme

Jean Piaget menyatakan bahwa setiap anak memiliki rasa ingin

tahu bawaan dan secara terus menerus berusaha memahami dunia di

sekitarnya.16

Rasa ingin tahu ini, memotivasi mereka secara aktif untuk

membangun tampilan dalam otak mereka tentang lingkungan yang

mereka hayati.

Pada semua tahap perkembangan, setiap anak perlu memahami

lingkungan mereka. Tugas pendidikan yang berkaitan dengan hal itu

adalah memotivasi mereka untuk menyelidiki dan membangun teori-teori

yang menjelaskan lingkungan itu. Peserta didik dalam segala usia secara

aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun

pengetahuan mereka sendiri. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-

menerus tumbuh dan berubah pada saat peserta didik mendapat

pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodifikasi

pengetahuan awal mereka.

Lev Vygotsky juga mengemukakan pendapat yang sama dengan

Piaget yaitu perkembangan intelektual terjadi pada saat individu

berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang ketika mereka

berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan oleh

pengalaman ini.17

Peserta didik mempunyai dua tingkat perkembangan,

yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.

Konsep ini disebut dengan zone of proximal development. Tingkat

perkembangan aktual didefinisikan sebagai penggunaan fungsi

intelektual individu saat ini dan kemampuan untuk belajar sesuatu yang

khusus atas kemampuannya sendiri. Sedangkan tingkat perkembangan

potensial didefinisikan sebagai tingkat ketika seorang individu dapat

memfungsikan atau mencapai tingkat itu dengan bantuan orang lain,

16 Ibid . hal 17 17 Ibid. hal 18

Page 29: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

14

seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang kemampuannya lebih

tinggi.18

3. Bruner dan Pembelajaran Penemuannya

Jerome Bruner mengajukan sebuah model pembelajaran yang

menekankan pentingnya membantu peserta didik memahami struktur

atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu.19

Hal ini akan menuntut peserta

didik untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

berdasarkan masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner, yaitu

scaffolding. Bruner memberikan scaffolding sebagai suatu proses ketika

seorang peserta didik dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui

kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari seorang

guru atau orang lain yang memiliki kemampuan lebih.20

a. Pengertian Model Problem Based-Learning

Banyak pakar pendidikan mendefinisikan Problem Based-Learning

diantaranya yaitu menurut Duch, Problem Based-Learning adalah metode

pendidikan yang mendorong peserta didik mengenal cara belajar dan

bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-

masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan

keingintahuan peserta didik sebelum mulai mempelajari suatu subjek.

Model problem based learning memfokuskan pada peserta didik dengan

mengarahkan peserta didik menjadi pebelajar yang mandiri dan terlibat

langsung secara aktif. Dalam pembelajaran kelompok model ini dapat

membantu peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir

peserta didik dalam mencari pemecahan masalah.21

Pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan

pembelajaran dimana peserta didik mengerjakan permasalahan yang

otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri

mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi,

18 Ibid. hal 19 19 Ibid. hal 20 20 Ibid hal 22 21Yatim Riyanto. Op.Cit, hal. 288

Page 30: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

15

mengembangkan kemandirian dan percaya diri.22

Menurut I Wayan bahwa

Problem Based-Learning adalah suatu model pembelajaran yang

melibatkan peserta didik untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-

tahap metode ilmiah sehingga peserta didik dapat mempelajari

pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus

memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.23

Menurut Arends salah satu model pembelajaran yang dapat

membantu peserta didik berlatih memecahkan masalah adalah model

Problem Based-Learning. Model ini merupakan pendekatan pembelajaran

peserta didik pada masalah autentik (nyata) sehingga peserta didik dapat

menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan

yang tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan

keterpecayaan dirinya.24

Menurut Hamzah problem based-learning merupakan salah satu

metode pembelajaran dimana Authentic Assesment dapat diterapkan

secara komprehensif.25

Problem based-learning merupakan metode

instruksional yang menantang peserta didik agar mau belajar bekerja sama

dalam kelompok untuk mencari solusi untuk masalah yang nyata. Masalah

ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan

analisis peserta didik atas materi pelajaran. 26

Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa model problem based learning memfokuskan peserta

didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendorong peserta

didik agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan-permasalahan

22 Trianto, Op.Cit ,hal. 68 23 I Wayan Dasna, Op.Cit

24Nurhayati Abas, “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based-

Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 051, Th. Ke-10, November 2004, hal. 833

25 Mrih Kuwato, “ Peningkatan Pembelajaran Antropologi Melalui Problem Based-Learning pada Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajarn 2006/2007”,

dalam Jurnal yang berjudul WIDYATAMA Vol.3, No.4 Desember 2006, hal.45-60. 26M. Taufik Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based-Learning, (Jakarta:

Kencana,2009). h.21

Page 31: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

16

yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya yang ada

kaitannya antara materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian

peserta didik. Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang

membantu peserta didik untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan

penerapan model problem based-learning tersebut.

b. Manfaat Model Problem Based-Learning (PBL)

Problem based-learning tidak dirancang untuk membantu guru

memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik.

Problem based-learning dikembangkan untuk membantu peserta didik

mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan

keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui

keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi

pembelajaran yang otonom dan mandiri. Menurut Sudjana manfaat khusus

yang diperolah dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah.

Tugas guru adalah membantu para peserta didik merumuskan tugas-tugas,

dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak

dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya.27

c. Karakteristik Model Problem Based-Learning

Problem based-learning memiliki karakteristik-karakteristik

sebagai berikut :28

1) Belajar dimulai dengan suatu masalah.

2) Memastikan bahwa masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia

nyata peserta didik.

3) Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar

disiplin ilmu.

4) Memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajar dalam

27Anwar Holil, “Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah” dari

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-pembelajaran-berdasarkan-masalah.html

28 I Wayan Sadia, “Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA Melalui

Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning” dan Cycle Learning” Dalam Pembelajaran

Fisika”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Jakarta, No.1 Th.XXXX Januari

2007, h. 3

Page 32: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

17

membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka

sendiri.

5) Menggunakan kelompok kecil.

6) Menuntut peserta didik untuk mendemontrasikan apa yang telah mereka

pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

d. Outcome dari Model Problem based-learning

Ada tiga hasil belajar (outcome) yang diperoleh dari pembelajar

yang diajar dengan menggunakan model Problem based-learning yaitu:29

1) Inquiry dan keterampilan melakukan pemecahan masalah.

2) Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors).

3) Keterampilan belajar mandiri (skill for independent learning.)

e. Implementasi Model Problem based-learning dalam Pembelajaran

Secara umum penerapan model ini di mulai dengan adanya

masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh peserta

didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau mungkin juga

diberikan oleh pengajar. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di

sekitar masalah tersebut, dengan arti lain peserta didik belajar teori dan

metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat

perhatiannya. Pemecahan masalah dalam Problem based-learning harus

sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta

didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh

sebab itu, penggunaan Problem based-learning dapat memberikan

pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada

peserta didik. Ada 5 tahap utama dalam Problem based-learning.yang

dimulai dengan guru memperkenalkan peserta didik dengan suatu situasi

masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja peserta didik.

Kelima tahapan tersebut disajikan pada Tabel dibawah ini.

29I Wayan Dasna Op.Cit. h. 2

Page 33: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

18

Tabel 2.1 Tahapan-Tahapan model Problem based-learning menurut

Arends

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap – 1

Orientasi peserta didik

kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi peserta didik terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Tahap – 2

Mengorganisasi peserta

didik untuk belajar

Guru membantu peserta didik

mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

Tahap – 3

Membimbing

penyelidikan individu

maupun kelompok

Guru mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Tahap – 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan, video, dan model dan

membantu mereka untuk berbagi tugas

dengan temannya.

Tahap – 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap penyelidikan

mereka dan proses yang mereka gunakan.30

Pada fase pertama hal-hal yang perlu dielaborasi antara lain:

1. Tujuan utama pembelajaran bukan untuk mempelajari sejumlah besar

30 Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Op.Cit, h. 13

Page 34: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

19

informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan

penting dan menjadi pembelajaran mandiri.

2. Permasalahan atau pertanyaan yang diinvestigasi tidak memiliki jawaban

mutlak”benar” dan sebagian bear permasalahan kompleks memiliki

banyak solusi yang kadang-kadang saling bertentangan.

3. Selama fase investigasi pelajar, peserta didik didorong untuk melontarkan

pertanyaan dan mencari informasi. Guru memberikan bantuan tetapi

peserta didik harus berusaha bekerja secara mandiri atau dengan teman-

temannya.

4. Selama fase analisis dan penjelasan pelajaran, peserta didik didorong

untuk mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan terbuka.

Pada fase kedua, guru diharuskan untuk mengembangkan

keterampilan kolaborasi di antara peserta didik dan membantu mereka untuk

menginvestigasi masalah secara bersama-sama. Pada tahap ini pula guru

diharuskan membantu peserta didik merencanakan tugas insvestigatif dan

pelaporannya.

Pada fase ketiga, guru membantu peserta didik menentukan metode

investigasi. Penentuan tersebut didasarkan pada sifat masalah yang hendak

dicari jawabannya atau dicari solusinya.

Pada fase keempat, penyelidikan diikuti dengan pembuatan artefak

dan exhibits. Artefak dapat berupa laporan tertulis, termasuk rekaman proses

yang memperlihatkan situasi yang bermasalah dan solusi yang diusulkan.

Artefak dapat berupa model-model yang mencakup representasi fisik dari

situasi masalah atau solusinya. Exhibit adalah pendemonstrasian atas produk

hasil investigasi atau artefak tersebut.

Pada fase kelima, tugas guru adalah membantu peserta didik

menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan

keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. Lingkungan belajar dan

sistem pengelolaan pembelajaran berbasis masalah harus ditandai oleh

keterbukaan, keterlibatan aktif peserta didik, dan atmosfer kebebasan

intelektual. Dalam pengelolaan model problem based learning memerhatikan

Page 35: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

20

hal-hal seperti situasi multitugas yang akan berimplikasi pada jalannya

penyelesaian masalah, pekerjaan peserta didik, dan gerakan dan perilaku di

luar kelas.31

f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem based-learning

Seiring perkembangan zaman, Problem based-learning mulai

merambah kedunia pendidikan. Secara perlahan ilmu-ilmu pengetahuan

umum mulai melakukan penerapan model Problem based-learning, hal ini

banyak terlihat dari hasil-hasil penelitian dalam dunia pendidikan yang

menerapkan model Problem based-learning dalam proses pembelajaran di

sekolah.

Problem based-learning ini mengkolaborasikan antara pemberian

materi dan pemecahan masalah. Peserta didik dibagi kedalam beberapa

kelompok, kemudian mereka diberi perlakuan sesuai dengan tahapan-

tahapan yang terdapat dalam Problem based-learning. Dalam Problem

based-learning, peserta didik dituntut bertanggung jawab atas pendidikan

yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada

guru. Problem based-learning membentuk peserta didik mandiri yang

dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan

mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor

yang memandu peserta didik menjalani proses pendidikan. Ketika peserta

didik menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar Problem based-

learning, peranan tutor dalam proses pembelajaran akan berkurang

keaktifannya.

Proses belajar dalam Problem based-learning dibentuk dari

ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal

tersebut digunakan sebagai pendorong bagi peserta didik untuk belajar

mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga

nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan

masalah-masalah yang akan dihadapi. Masalah-masalah yang didesain

31 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Surabaya :

PUSTAKAPELAJAR 2009), Hal. 74

Page 36: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

21

dalam Problem based-learning memberi tantangan pada peserta didik

untuk lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu

menyelesaikan masalah secara efektif.

Peserta didik dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk

menyelesaikan dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-

tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami

lebih baik permasalahan - permasalahan dan mencari bagaimana cara

memecahkannya. Langkah selanjutnya, peserta didik mulai mencari

informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, informasi

online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui

cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap

individu. Setelah mendapatkan informasi, mereka kembali pada masalah

dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari untuk lebih

memahami dan menyelesaikannya. Di akhir proses, peserta didik

melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik yang

mambangun bagi teman-temannya.

Dari uraian di atas jelas bahwa Problem based-learning dapat

mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar mandiri. Maka

dari itu dapat dikatakan bahwa Problem based-learning sebaiknya

digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai kelebihan diantaranya :

(1) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi

pelajaran. (2) menantang kemampuan peserta didik serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi peserta didik. (3)

meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik. (4) membantu peserta

didik mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam

kehidupan nyata. (5) membantu peserta didik untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

merekalakukan. (6) mendorong peserta didik untuk melakukan evaluasi

sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.(7) memperlihatkan

kepada peserta didik bahwa mata pelajaran apapun pada dasarnya

merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta

Page 37: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

22

didik bukan hanya sekedar belajar dari guru dan buku. (8)

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan

mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru. (9) Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.32

Selain kelebihan, tentunya model Problem based-learning juga

mempunyai kelemahan. Adapun kelemahanya ialah : (1) untuk peserta

didik yang malas tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai. (2)

membutuhkan banyak waktu dan dana. (3) tidak semua mata pelajaran

dapat diterapkan dengan model ini. 33

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Witerington dalam Ngalim Purwanto bahwa belajar

adalah sesuatu perubahan yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru

dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian

atau suatu pengertian.34

Belajar adalah proses perubahan dari belum

mampu menjadi sudah mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Perubahan yang terjadi harus secara relative yang bersifat menetap

(permanen) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak,

tetapi perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang. Oleh karena itu,

perubahan-perubahan terjadi karena pengalaman.35

Belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut

ditampakkan dalam bentuk peningkatkan kualitas dan kuantitas tingkah

laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,

32 Wina Sanjaya, Op.Cit, h.220 33 http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah/

34 M.Ngalim Prwanto,Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosda Karya,2000),

hal.84 35 Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi

Brother’s, 2006), hal.76

Page 38: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

23

pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain-lain.36

Sedangkan hasil belajar adalah pola-pola perubahan nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.37

Menurut

Bloom, hasil belajar adalah mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik.38

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan

bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil

pembelajaran yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana

tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah,melainkan

komprehensif.39

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan hasil belajar fisika adalah hasil penilaian setelah peserta

didik melakukan pembelajaran. Namun, berdasarkan pembatasan masalah

seperti yang telah diuraikan di Bab I, maka hasil belajar yang dimaksud

pada penelitian ini hanya terbatas pada hasil penilaian kognitif.

Faktor-faktor yang dapat memyebabkan timbulnya kesulitan-

kesulitan dalam belajar di sekolah itu banyak dan beragam. Penyebab

kesulitan belajar tersebut dapat di kelompokkan menjadi dua bagian besar

yaitu faktor yang berasal dari diri individu peserta didik yang belajar dan

faktor yang berasal dari luar diri peserta didik. Faktor internal yang ada

pada diri peserta didik adalah faktor kemampuan intelektual seperti

perasaan, minat , motivasi, kematangan untuk belajar, kebiasaan belajar,

kemampuan menginggat, dan kemmapuan alat inderanya dalam melihat

dan mendengar. Sedangkan faktor eksternal yang ada di luar diri peserta

didik adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi belajar mengajar seperti

guru, kualitas proses belajar mengajar serta lingkungan seperti teman

sekelas, keluarga dan sebagainya.40

36 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif, (Jakarta: Pustaka Pembanggunan Swadaya

Nusantara: 2008), hal. 1 37 Agus Suprijono, Op.Cit. hal. 5 38 Agus Suprijono, Op.Cit. hal. 6 39 Agus Suprijono, Op.Cit. hal.7 40 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), hal. 89

Page 39: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

24

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan

dalam belajar dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor internal dan

faktor eksternal. Dalam faktor internal yang mempengaruhi adalah faktor

biologis (jasmaniah) dan faktor psikologis (rohaniah), sedangkan untuk

faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi faktor lingkungan keluarga,

faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat dan faktor

waktu.41

Dari pendapat di atas, diketahui bahwa strategi merupakan salah

salah satu faktor yang menentukan dalam pembelajaran fisika.

Pembelajaran fisika akan lebih bermakna apabila diimbangi dengan

strategi belajar yang tepat, dalam hal ini pemilihan metode dan

penggunaan model pembelajaran yang tepat sebagai alat hasil belajar

peserta didik. Pembelajaran harus melibatkan peserta didik secara aktif

dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat bekerja sama dan saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Hubungan Pembelajaran Problem Based Learning dengan Hasil

Belajar.

Pengajaran dengan penerapan model problem based learning

dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-

banyaknya kepada peserta didik. Model problem based learning

dikembangkan terutama untuk membantu peserta didik dalam

mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah, dan

keterampilan intelektual, serta belajar tentang berbagai peran orang

dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi

dan menjadi pembelajaran yang otonom serta mandiri.

Maka dari itu, untuk mencapai itu semua diperlukan suatu

kesungguhan dari semua pihak dalam pelaksanaan penerapan model

problem based learning. Dengan kesungguhan dan dukungan dari semua

pihak, maka tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil yang optimal

dalam hal ini ialah hasil belajar peserta didik. Dengan adanya model

41 Thursan Hakim, Op.Cit. hal. 11

Page 40: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

25

problem based learning, peserta didik lebih ditempatkan sebagai subjek

yang berperan dalam proses pembelajaran.

Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aeni dalam

skripsi yang berjudul: “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Pemahaman

Siswa pada Konsep Laju Reaksi.” Menyimpulkan bahwa penerapan model

problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan

peserta didik dalam proses pembelajaran dan kemampuan peserta didik

dalam memecahkan masalah.

Penelitian yang telah dilaakukan Suherman dalam skripsi yang

berjudul: “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika melalui Penerapan

Model Pembelajaran Problem Based Learning.” Dari penelitian yang

telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, model problem

based learning secara umum dapat meningkatkan hasil belajar peserta

didik. Peningkatkan ini tidak hanya berupa Peningkatan kognitifnya saja,

melainkan peningkatkan pada ranah afektif dan psikomotornya juga.

Karena model problem based learning fokus perhatian pembelajaran tidak

hanya pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas

penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis dan

pensil. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model problem

based learning adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan peserta didik

yang merupakan hasil penyelidikan mereka.

4. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

a. Definisi Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

PTK pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika

yang bernama kurt lewin pada tahun 1946. Inti gagasan lewin inilah yang

selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis,

Page 41: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

26

Robin Mc.Taggart, John Elliot, Dave Ebbut dan masih banyak lagi yang

lainnya. Di Indonesia sendiri PTK baru diperkenalkan pada akhir dekade

80-an.42

Penelitian Tindakan Kelas atau disingkat dengan PTK dalam

bahasa Inggris dikenal dengan nama class action research (CAR)

merupakan penelitian tindakan pada level kelas. Penelitian Tindakan Kelas

dibentuk oleh tiga kata, yaitu penelitian; tindakan; dan kelas. Penelitian

adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi

tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk

meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi

peneliti. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian

siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok pserta didik yang dalam waktu

yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Berdasarkan

uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang

dilakukan oleh peserta didik.43

Hopkins menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

salah satu jenis penelitian tindakan yang bersifat praktis, sebab penelitian

ini menyangkut kegiatan yang dipraktikkan oleh guru sehari-hari. Menurut

Suhadjono, Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang

dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di

kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang

terjadi di kelas, bukan pada input kelas ataupun out put. 44

Dengan demikian, PTK dapat diartikan sebagai jenis penelitian

tindakan yang dilakukan oleh guru di kelasnya tempat ia mengajar. Tujuan

42 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),

h. 3

43 Ibid. hal. 3 44 Ibid hal. 58

Page 42: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

27

PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran,

keterampilan guru mengajar, profesionalosme guru, serta untuk

menumbuhkan budaya meneliti ilmiah di kalangan pengajar.

PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru dalam meningkatkan

profesionalismenya dengan lima alasan, yaitu:

1) PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka dan tanggap

terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

2) PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional.

3) PTK dapat membuat guru mampu memperbaiki proses pembelajaran

melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelasnya.

4) PTK dalam pelaksanaannya tidak membuat guru meninggalkan

kelasnya sehingga kegiatan pembelajaran tidak terganggu.

5) PTK dapat membuat guru menjadi kreatif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian yang menggunakan ancangan penelitian tindakan kelas

umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut:45

1) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil

pembelajaran.

2) Menumbuh-kembangkan budaya meneliti para guru dan dosen agar

lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran.

3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para dosen

dan guru, khususnya dalam mencari solusi masalah-masalah

pembelajaran.

4) Meningkatkan kolaborasi antar dosen dan guru dalam memecahkan

masalah pembelajaran.

c. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas mempunyai karakteristik sebagai berikut:

46

45 Sukarno, Penelitian Tindakan Kelas Prinsip-Prinsip Dasar, Konsep dan

Implementasinya, (Surakarta: Media Perkasa, 2009), h. 7 46 Ibid. h. 7

Page 43: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

28

1) Permasalahannya diangkat dari dalam kelas tempat guru mengajar yang

benar-benar dihayati oleh guru sebagai masalah yang harus diatasi.

2) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Artinya guru tidak

harus sendirian berupaya memperbaiki praktik pembelajarannya.

3) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan

tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

d. Prinsip-Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Hopkins menyebutkan ada enam prinsip dasar yang melandasi

penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu: 47

1) Tugas dosen dan guru yang utama adalah menyelenggarakan

pembelajaran yang baik dan berkualitas.

2) Kegiatan meneliti dalam PTK merupakan bagian integral dari

pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode

pengumpulan data.

3) Kegiatan meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus

diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

4) Masalah yang ditanggani adalah masalah-masalah pembelajaran yang

rill dan merisaukan pertanggungjawaban profesional dan komitmen

terhadap mutu pembelajaran.

5) Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

Model PTK sudah banyak dikembangkan oleh para ahli, dalam

penelitian ini model PTK yang digunakan adalah model PTK yang

dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robbin McTanggart. Model

yang dikembangkan oleh Kemmis dan MCTanggart pada dasarnya

merupakan pengembangan dari model PTK Kurt Lewin, seorang ahli

pendidikan yang pertama kali mengenalkan PTK. Model PTK Kemmis

dan MC Tanggart terdiri dari empat komponen dasar, yaitu:

47 Ibid. h. 10

Page 44: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

29

Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2.1 : Model PTK Kemmis dan Tanggart (Suharsimi hal. 16)

1) Menyusun rancangan tindakan (perencanaan), yang menjelaskan

tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana

tindakan tersebut dilaksanakan.

2) Pelaksanaan tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi rancangan

didalam kancah, mengenakan tindakan dikelas.

3) Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh pengamat.

4) Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali

apa yang sudah terjadi.

5. Konsep Optik Geometri

Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang

elektromagnetik. Cahaya dapat merambat dalam ruang hampa dengan

kecepatan 3 x 108 m/s. cahaya memiliki beberapa sifat, yaitu : Dapat

mengalami pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), pelenturan (difraksi),

dapat dijumlahkan (interferensi), dapat diuraikan (dispersi), dapat diserap

arah getarnya (polarisasi) dan bersifat sebagai gelombang dan partikel.

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

SIKLUS I

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

SIKLUS II

Page 45: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

30

Cahaya dapat mengalami pemantulan. Pemantulan cahaya ada 2 jenis,

yaitu :

1. Pemantulan Difuse ( pemantulan baur) yaitu : pemantulan cahaya

kesegala arah.

Gambar 2.2 Pemantulan Difuse

2. Pemantulan teratur yaitu pemantulan cahaya yang mempunyai arah

teratur.

Gambar 2.3 Pemantulan Teratur

Sifat-sifat pemantulan berkas cahaya dapat diselidiki oleh Willebord

Snellius(1581-1626). Dari hasil penyelidikannya dapat dihasilkan suatu

hukum yang disebut Hukum Pemantulan snellius, yang berbunyi :

1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang datar

ketiganya berpotongan pada satu titik.

2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (p).

Gambar 2.4 Hukum Pemantulan Snellius

a. Cermin

Pemantulan cahaya oleh cermin berlangsung secara teratur

sehingga menghasilkan pantulan yang jelas. Hukum pemantulan:

i p

Page 46: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

31

1. Sinar datang, garis normal dan sinar pantul terletak pada satu bidang

datar ketiganya berpotongan pada satu titik.

2. Sudut datang (i) sama dengan sudut pantul (p).

Pembentukan bayangan pada cermin datar:

Gambar 2.5 Pembentukan Bayangan Cermin Datar

Sifat bayangan yang terbentuk oleh cermin datar sesuai dengan

gambar diatas adalah: sifat kesebangunan OAB dengan OA’B’ diperoleh :

1. AB = A’B’ atau h = h’

2. OA = OA’ atau s=s’

3. Bayangannya bersifat maya dan tegak

4. Pembesaran bayangan (M) = 1

Cermin lengkung adalah cermin yang permukaannya lengkung.

Ada dua jenis cermin lengkung yaitu :

1. cermin cekung : permukaan yang memantulkan cahaya bagian

dalamnya. Bersifat mengumpulkan sinar yang datang padanya

2. cermin cembung : permukaan yang memantulkan cahaya bagian

luarnya. Bersifat menyebarkan sinar yang datang padanya

Hubungan antara jarak benda (s), jarak bayangan (s’), jari-jari

kelengkungan (R), dan jarak fokus (f) pada cermin lengkung dapat dilihat

pada Persamaan 2.1 dan persamaan 2.2 di bawah ini:

s

1 +

'

1

s =

f

1.............. (2.1)

s

1 +

'

1

s =

R

2......................... (2.2)

Cermin cekung adalah cermin lengkung dengan lapisan mengkilap

pada bagian dalam. Cermin cekung memiliki sifat mengumpulkan cahaya.

Sinar-sinar istimewa pada cermin cekung :

h

B

S O

D

C

S’

h’

B’

Page 47: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

32

1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus

2. Sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar sumbu utama

3. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan akan dipantulkan melalui

titik pusat cermin

Sifat Bayangan pada cermin cekung :

1. Bila benda di ruang I, maka bayangan di ruang IV dan bersifat maya,

tegak dan diperbesar.

2. Bila benda di ruang II, maka bayangan di ruang III dan bersifat nyata,

terbalik dan diperbesar.

3. Bila benda di ruang III, maka bayangan di ruang II dan bersifat nyata,

terbalik, diperkecil

Cermin cembung adalah cermin lengkung dengan lapisan cermin di

bagian luar. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya. Pada cermin

cembung sifat bayangan yang dihasilkan adalah: maya, tegak , dan

diperkecil.

Sinar-sinar Istimewa pada cermin Cembung :

1. Sinar datang sejajar sumbu utama dipantulkan seolah-olah berasal dari

titik fokus.

2. Sinar datang melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.

3. Sinar datang melalui pusat kelengkungan cermin dipantulkan melalui

titik itu juga.

b. Pembiasan cahaya dan lensa

Cahaya yang melalui bidang batas antara dua medium, akan

mengalami perubahan arah rambat atau pembelokan. Peristiwa perubahan

arah rambat cahaya dapat pada batas dua medium tersebut pada dasarnya

disebabkan adanya perbedaan kecepatan merambat cahaya pada satu

medium dengan medium yang lain. Peristiwa inilah yang disebut sebagai

pembiasan cahaya.

Page 48: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

33

Hukum Snellius pada pembiasan

Gambar 2.6 Hukum Snellius Pembiasan

Persamaan umum snellius tentang pembiasan dapat dilihat pada persamaan

2.3 di bawah ini:

= = ............................. (2.3)

Keterangan:

dan = indeks bias medium 1 dan 2

dan = kecepatan merambat cahaya dalam medium 1 dan 2

Pembiasan cahaya pada kaca plan-paralel

Gambar 2.7 Pembiasan Cahaya Pada Planparalel

Persamaan yang bisa digunakan untuk menghitung indeks biasa pada kaca

plan paralel adalah persamaan 2.4 di bawah ini:

n = = dimana i=r’....... (2.4)

i

r

x

Garis

normal

r’

udara

kaca

n1

Kaca plan-paralel

i’

udara

n2 d

i

r

Sinar datang

Garis

normal

Sinar bias

Medium 1

Medium 2

N1

N2

v1

v2

Page 49: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

34

Sedangkan untuk menghitung jarak pada kaca plan parallel dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 2.5 di bawah ini:

x = ................... (2.5)

Keterangan :

d = ketebalan kaca plan paralel

X = jarak pergeseran sinar

Pembiasan cahaya pada prisma

Gambar 2.8 Pembiasan Cahaya Pada Prisma

Berdasarkan gambar diatas maka dapat disimpulkan secara matematis:

........................................ (2.6)

Sudut devisiasi minimum:

........................................... (2.7)

...................................... (2.8)

Berdasarkan hukum snellius dapat dirumuskan:

i1

i2 r

1 r

2

D

T

R

Q

P

n1 n2

B

S

U

B

C

Page 50: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

35

.......................... (2.9)

Untuk sudut Dmin dan β yang kecil, maka :

.......................... (2.10)

.............................................. (2.11)

Pemantulan Sempurna

Pada sudut kecil boleh dikatakan semua sinar dibiaskan. Ketika

sudut bias mencapai 900, seluruh sinar dipantulkan oleh bidang batas. Sudut

900 disebut juga sudut kritis atau sudut batas. Pemantulan sempurna hanya

dapat terjadi jika cahaya datang dari zat yang mempunyai kerapatan lebih

besar ke zat yang mempunyai kerapatan lebih kecil. Jika ik menyatakan sudut

kritis dan nm menyatakan indeks bias medium, maka persamaan yang berlaku

pada pemantulan sempurna adalah:

....................................... (2.12)

Gambar 2.9 Pemantulan Sempurna

ik

Udara

air Pemantulan

sempurna

Page 51: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

36

Pembiasan cahaya dapat terjadi oleh lensa tipis karena lensa tipis

merupakan benda tembus cahaya yang terdiri atas dua bidang lengkung atau

satu bidang lengkung dan satu bidang datar.

Macam-macam lensa tipis :

1. Lensa cembung-cembung (bikonveks)

2. Lensa Cembung-datar (plan konveks

3. Lensa Cembung-Cekung (konkave konveks)

4. Lensa Cekung – Cekung (Bikonkave)

5. Lensa Cekung – Datar ( plan Konkave)

6. Lensa Cekung – Cembung ( Konveks-konkave)

Pembiasan dapat terjadi pada lensa cembung. Untuk melukiskan

pembentukan bayangan pada lensa cembung dapat mengunakan sinar-sinar

istimewa pada lensa cembung, yaitu :

1. Sinar sejajar sumbu utama dipantulkan melalui titik fokus.

2. Sinar melalui titik fokus dipantulkan sejajar sumbu utama.

3. Sinar datang melalui titik pusat optik tidak dibiaskan.

Selain pada lensa cembung, pembiasan juga dapat terjadi pada lensa

cekung. Untuk pembentukan bayangan pada lensa cekung dapat

menggunakan sinar-sinar istimewa pada lensa cekung, yaitu :

1. Sinar sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus.

2. Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus dibiaskan sejajar sumbu

utama.

3. Sinar datang melalui pusat optik tidak dibiaskan.

Hubungan antara f, R, dan n pada lensa tipis:

........................................ (2.13)

.................................. (2.14)

Page 52: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

37

Keterangan :

S = Jarak benda dari lensa

S’ = Jarak banyangan dari lensa

n1 = Indeks bias medium sekitar lensa

n2 = indeks bias medium lensa

R1 = jari-jari lensa pada arah sinar datang

R2 = jari-jari kelengkungan lensa pada arah sinar bias.

Rumus untuk menghitung perbesaran bayangan:

........................................... (2.15)

Menghitung kekuatan lensa :

........................................ (2.16)

Menghitung kekuatan lensa ganda :

..................................... (2.17)

Page 53: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

38

6. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini terkait dengan beberapa penelitian yang relevan ,

diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Bornok Sinaga dalam jurnal yang berjudul ”Efektifitas Pembelajaran

Berdasarkan Masalah (Problem Based-Instruction) Pada Kelas I SMU

dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat” menunjukkan bahwa model

pembelajaran berdasarkan masalah adalah model pembelajaran yang

efektif diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran bahan kajian fungsi

kuadrat.48

2) Nurhayati Abas dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based-Learning) dalam

pembelajaran Matematika di SMU” menunjukkan bahwa hasil belajar

peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model PBL adalah

lebih baik dari pada hasil belajar peserta didik yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran konvensional.49

3) I Nyoman Suardana dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Strategi

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Kooperatif Berbantu

Modul untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa

Pada Perkuliahan Kimia Fisika I” menunjukkan bahwa penerapan strategi

pembelajran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa

melakukan pemecahan masalah, meningkatkan kualitas proses

pembelajaran yang ditinjau dari aktivitas mahasiswa dan dapat

meningkatkan hasil belajar mahasiswa.50

4) Mrih Kuwato dalam jurnal yang berjudul “ Peningkatan Pembelajaran

Antropologi Melalui Problem Based-Learning pada Siswa Kelas XI

48 Bornok Sinaga,, ”Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based-Instruction)

Pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat”, dalam Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan vol.10 (2) Maret 2004, hal.122-133

49 Nurhayati Abas, “Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based-Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 051,

Th. Ke-10, November 2004, hal. 831-843 50 I Nyoman Suardana, “Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan

Kooperatif Berbantu Modul untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Perkuliahan Kimia Fisika I”, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4, Th. XXXIX, Oktober 2006, hal. 751-767

Page 54: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

39

Bahasa SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajarn 2006/2007” menunjukkan

bahwa pendekatan PBL dapat meningkatkan pembelajaran antropologi

yang terjadi meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif baik secara

individual maupun secara klasik.51

5) Supramono “ Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Berpikir Ilmiah

melalui Model Problem Based-Instruction Pada Konsep Difusi dan

Osmosis Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Jekan Raya Palangkaraya”

model pembelajaran PBI ternyata dapat meningkatkan keterampilan proses

berpikir ilmiah para siswa.52

6) Titin Khurotul Aeni dalam skripsi yang berjudul “Pendekatan

Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Problem Based-Learning

untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Konsep Laju Reaksi”

menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based-learning ternyata

dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan dan meningkatkan

kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.53

7) Suherman dalam skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Fisika Penerapan Model Pembelajaran Problem Based-Learning”

menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based-learning dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.54

8) Diah Mulhayatiah dalam jurnal yang berjudul ”Model Pembelajaran

Berbasis Masalah Pada Pokok Bahasan Gelombang dan Optik untuk

51 Mrih Kuwato, “ Peningkatan Pembelajaran Antropologi Melalui Problem Based-Learning pada

Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Wonogiri Tahun Pelajarn 2006/2007”, dalam Jurnal yang berjudul WIDYATAMA Vol.3, No.4 Desember 2006, hal.45-60.

52 Supramono, “ Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Berpikir Ilmiah melalui Model Problem Based-Instruction Pada Konsep Difusi dan Osmosis Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Jekan Raya Palangkaraya”, dalam Jurnal Ilmiah Kependidikan dan Kemasyarakatan Vol.2 No. 1 Januari- Juni 2007, hal. 31-42

53 Titin Khurotul Aeni, “Pendekatan Konstruktivisme dengan Model Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi (Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta Timur),” (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008), h. 81. 54 Suherman, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang Jakarta,” (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 71.

Page 55: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

40

Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Kelas I SMA”, menunjukan

bahwa model pembelajaran PBL dapat meningkatkan penguasaan konsep55

9) I Wayan Sadia dalam jurnal yang berjudul,”Pengembangan Kemampuan

Berpikir Formal Siswa SMA melalui Penerapan Model Pembelajaran

Problem Based Learning dan Cycle Learning dalam Pembelajaran Fisika”,

menunjukan bahwa model pembelajaran PBL cukup efekif dalam

mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa.56

10) Ida Bagus Putu Arnyana dalam jurnal yang berjudul, “Pengaruh

Penerapan Model Belajar Berdasaran Masalah dan Model Pengajaran

Langsung dipandu Strategi Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi

Siswa SMA”, menunjukkan bahwa model belajar berdasarkan masalah

dapat meningkatkan hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan model

pengajaran langsung.57

55 Diah Mulhayatiah, M.Pd, “Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pokok

Bahasan Gelombang dan Optik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Kelas I SMA”,

dalam Jurnal EDUSAINS Vol.1 No.1 Juni 2008 hal. 47-55 56 I Wayan Sadia, “Pengembangan Kemmapuan Berpikir Formal Siswa SMA melalui

Penerapan Model Pembelajaran PBL dan Cycle Learning dalam Pembelajaran Fisika”,dalam

Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA No. 1 thn.xxxx Januari 2007. hal 1-18 57 Ida Bagus Putu Arnyana,”Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan Masalah

dan Model Pengajaran Langsung dipandu Strategi Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Biologi

SIswa SMA”, dalam jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri SIngaraja, No.4 thn. XXXIX

oktober 2006,hal.695-711.

Page 56: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

41

B. Kerangka Pikir

Fisika merupakan salah satu cabang keilmuan sains yang menuntut

peserta didik untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Banyak faktor yang dapat membuat pelajaran fisika lebih menarik dan

menghasilkan prestasi peserta didik yang tinggi. Namun, salah satu faktor

terpenting dalam hal ini adalah keterlibatan peserta didik secara aktif dalam

proses pembelajaran. Salah satu materi pelajaran fisika yang menghubungkan

antara konsep dengan kejadian-kejadian nyata di lingkungan peserta didik

adalah konsep optik geometri karena didalamnya berhubungan erat dengan

kehidupan sehari-hari para peserta didik. Untuk itu seorang guru harus

mampu menerapkan suatu model pembelajaran yang dapat melibatkan peserta

didik untuk mencari pengetahuannya sendiri.

Untuk itu diperlukan sekali kejelian seorang guru dalam menerapkan

strategi apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Proses belajar

yang berpusat pada guru sudah harus ditinggalkan, karena proses

pembelajaran sekarang bukan hanya penyampaian informasi melainkan

proses pertukaran informasi. Pertukaran informasi ini bisa dari guru ke

peserta didik atau bahkan sebaliknya dan pertukaran informasi dari peserta

didik ke peserta didik. Peserta didik dituntut untuk aktif dalam pembelajaran

tanpa pandang bulu, tidak ada lagi anggapan bahwa peserta didik yang pintar

saja yang berperan di dalam kelas, akan tetapi semua peserta didik

mempunyai peluang yang sama untuk berkembang. Melalui model Problem-

Based Learning, semua peserta didik mendapat porsi yang sama di dalam

kelas guna mencapai hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uraian di atas,

maka diduga model problem based-learning dapat meningkatkan penguasaan

konsep fisika peserta didik. Bagan kerangka berpikir penelitian ini dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Page 57: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

42

Masalah:

1. Pembelajaran Optik Geometri masih belum bersifat kontekstual.

2. Penguasaan Konsep Peserta didik pada konsep optik geometri masih

rendah.

3. Model pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk mencari

pengetahuannya sendiri adalah model Problem Based Learning.

Penelitian tindakan Kelas (PTK) Pretes

Tindakan Berupa Implementasi Model Problem Based Learning

Postes Siklus I

Analisis dan Refleksi

Kesimpulan Sementara

Hasil Belajar fisika

dengan KKM ≥ 65

Hasil Belajar fisika

dengan KKM ≤ 65

SIKLUS II

Tindakan ulang yang bersifat

pengayaan (Enrichment)

Postes Siklus II

Analisis dan Refleksi II

Kesimpulan Akhir

Hasil Belajar Fisika Meningkat

Hasil Belajar Fisika tidak Meningkat

Signifikan jika

thit<ttab

Tidak Signifikan jika thit>ttab

Gambar 2.11: Bagan Kerangka Pikir

Tindakan dianggap

tidak tepat.

Page 58: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

43

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis tindakan penelitian ini

adalah “Penerapan Model Problem-Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar fisika pada konsep Optik Geometri.”

Page 59: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 83 Jakarta Utara, pada

semester genap tahun ajaran 2009-2010. Waktu penelitian dimulai dari

penetili merumuskan masalah pada bulan Januari 2009 dan diakhiri sampai

penarikan kesimpulan pada bulan Maret 2010.

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan

guru bidang studi fisika di sekolah. Dalam hal ini posisi peneliti sebagai guru

fisika sedangkan posisi guru bidang studi fisika sebagai observer. Hal ini

dilakukan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai

dengan hasil yang diharapkan.58

Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru

yang dilakukan oleh peserta didik.59

Jika kita lihat dari pengertian tersebut,

penelitian tindakan kelas sangat baik untuk kita terapkan dalam dunia

pendidikan. Ini terlihat dari pencermatan kegiatan belajar yang dilakukan oleh

peserta didik yang tidak lepas pengawasan seorang guru. Adapun tujuan dari

penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan

praktik pembelajaran di kelas secara berkesinambungan.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan

kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat

tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi,

dan (4) refleksi. Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap

adalah sebagai berikut:

58

Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), h.

16

59 Ibid., hal.3

44

Page 60: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

45

Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Bagan 3.1 : Bagan PTK Menurut Kemmis dan Tanggat

Tahap 1 : Menyusun rancangan tindakan (perencanaan), diantaranya :

a. Merencanakan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam

proses pembelajaran di kelas.

b. Menentukan konsep yang akan dipelajari.

c. Mengembangkan rancangan pembelajaran.

d. Menyusun sumber belajar.

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan, diantaranya adalah:

a. Guru memberikan materi pelajaran yang sesuai dengan materi

yang telah disiapkan.

b. Guru mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan model problem based learning.

c. Guru mengobservasi kegiatan belajar peserta didik.

Tahap 3 : Pengamatan, diantaranya adalah:

a. Melakukan observasi, dengan mancatat kegiatan belajar mengajar

peserta didik.

b. Menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

SIKLUS I

Perencanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

SIKLUS II

Page 61: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

46

Tahap 4 : Refleksi, diantaranya adalah:

a. Menganalisis data pada siklus I.

b. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan.

c. Menarik kesimpulan.

Berikut ini adalah tabel intervensi tindakan dalam penelitian:

Tabel 3.1 Intervensi Tindakan

Perencanaan

: Ide Awal

Mengetahui pembelajaran sains khususnya pada materi

fisika.

Diagnosa Hasil belajar fisika peserta didik dapat meningkat dengan

menggunakan model problem based learning.

Temuan Awal Berdasarkan hasil observasi di dalam kelas dan

wawancara terhadap peserta didik dan guru diperoleh

keterangan bahwa pembelajaran fisika pada konsep optik

geometri adalah pelajaran yang cukup sulit. Dalam

kegiatan pembelajaran di kelas guru hanya menggunakan

metode ceramah sehingga peserta didik cenderung tidak

tertarik pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Hal ini mendorong peneliti untuk mencoba menerapkan

model problem based learning yang digunakan di kelas.

Perencanaan Merencanakan model pembelajaran yang akan

diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.

Mengembangkan rencana program pembelajaran

(RPP).

Membuat acuan program pembelajaran berupa silabus.

Tindakan Guru memberikan materi pelajaran sesuai materi yang

telah disiapkan.

Guru mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan

menerapkan model pembelajaran problem based

learning dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai

berikut:

Page 62: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

47

1. Orientasi peserta didik pada masalah.

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar.

3. Membimbing individual maupun kelompok.

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan

masalah

Guru mengobservasi kegiatan belajar peserta didik.

Observasi Mengumpulkan data penelitian. Data yang dikumpulkan

berupa catatan setiap detail aktivitas peserta didik dan

guru dalam kegiatan pembelajaran silkus I.

Refleksi Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada

siklus I.

Menarik kesimpulan pada siklus I.

Merefleksi kekurangan pada siklus I dengan merujuk

pada Indikator Pencapaian Hasil (IPH) ≥ 75 % dengan

nilai ketuntasan ≥ 65

C. Subjek yang Terlibat

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas X-D SMA Negeri 83

Jakarta Utara pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 29

orang.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi antara peneliti dan guru

bidang studi fisika. Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam

proses pembelajaran sebagai guru bidang studi fisika. Untuk observasi pada

saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru

bidang studi fisika kemudian untuk evaluasi dan refleksi dilakukan secara

bersama antara peneliti dan observer.

Page 63: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

48

E. Tahapan Pelaksanaan Tindakan

Pada penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam beberapa siklus

pada konsep optik geometri. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan

hasil belajar fisika peserta didik pada setiap siklus setelah diberi tindakan

berupa model problem based learning. Bila pada siklus I terdapat

perkembangan, maka penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan

dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I.

1. Penelitian Awal

Penelitian ini diawali dengan menggumpulkan data analisis

kebutuhan penelitian. Kegiatan tersebu dilakukan untuk memperoleh

deskripsi umum, mengenai situasi dan kondisi belajar ditempat penelitian.

a. Wawancara Kepada Guru dan Peserta Didik

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa model

pembelajaran yang selama ini dilakukan oleh guru sudah cukup

bervariasi. Metode pembelajaran yang sering digunakan adalah

ceramah dengan diselingi oleh diskusi yang sesekali dilakukan oleh

guru. Pada kenyataannya sebagian peserta didik masih mengalami

kesulitan dalam mempelajari fisika khususnya pada konsep optik

geometri. Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh interaksi antara

peserta didik dan guru yang kurang berjalan denagn baik saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

b. Observasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

Berdasarkan hasil observasi diperoleh deskripsi umum

mengenai situasi dan kondisi pembelajaran peserta didik. Infoemasi lain

yang diperoleh yaitu tentang kondisi lingkungan sekolah beserta

fasilitas penunjang proses pembelajaran yang ada. Alokasi waktu untuk

mata pelajaran fisika disekolah untuk kelas X yaitu 3 Jam Pelajaran

(1xPertemuan) perminggu. Sarana dan prasarana penunjang

pembelajaran disekolah ini cukup memadai. Sekolah ini memiliki

banyak ruang kelas dan fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran

seperti laboratorium kimia, fisika, biologi, komputer, dan bahasa. Selain

Page 64: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

49

itu tersedia pula perpustakaan yang menyediakan bahan bacaan bagi

peserta didik.

2. Siklus I

a. Tahap Persiapan

Persiapan yang dilakukan yaitu berupa penyesuaian waktu

belajar disekolah sesuai dengan satuan pelajaran dan alokasi waktu

yang telah ditetapkan, selain itu guru juga menyiapkan materi yang

akan diajarkan dengan menerapkan model problem based learning dan

melakukan pembuatan dan pengujian instrumen penelitian.

b. Tahap pelaksanaan

Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan tahapan-tahapan

sebagai berikut:

1) Guru memberikan penjelasan mengenai rencana dan tujuan

pembelajaran yang terdapat dalam acuan program pembelajaran.

2) Guru menjelaskan langkah-langkah model problem based learning.

3) Guru menjelaskan konsep optik geometri.

4) Guru dan peserta didik menjalankan pembelajaran dengan model

problem based learning.

5) Pada akhir pembelajaran peserta didik bersama-sama menyimpulkan

materi pelajaran yang telah diajarkan.

6) Pada akhir siklus I guru memberikan tes kepada peserta didik.

c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pada tahap pengamatan berupa pengamatan terhadap

kegiatan belajar pada siklus I. Hasil pengamatan yang dikumpulkan

berupa catatan setiap aktivitas peserta didik dan guru dalam kegiatan

pembelajaran pada siklus I. Hasil pengamatan dicatat pada lembar

observasi dan catatan lapangan yang dapat dijadikan sebagai bahan

refleksi.

Page 65: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

50

d. Tahap Refleksi

Refleksi pada proses pembelajaran siklus I dilakukan untuk

memperbaiki kekurangan pada siklus I sebagai tolak ukur untuk

menyempurnakan siklus selanjutnya. Beberapa tahapan antara lain:

1) Menggolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus I

2) Menarik kesimpulan pada siklus I

3) Merefleksikan kekurangan pada siklus I denagn menunjuk pada IPH

≥ 75%, peserta didik dengan nilai ketuntasan belajar ≥ 65

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning

pada konsep optik geometri diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

fisika peserta didik. Adapun keberhasilan belajar yang diharapkan ditentukan

berdasarkan IPH ≥ 75% peserta didik dengan nilai ketuntasan belajar ≥ 65.

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh berupa nilai hasil belajar yang mencangkup

penguasaan konsep serta keefektifan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran yang diberikan.

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data

No. Jenis Data Instrumen yang

digunakan

Sumber Data

1 Analisis kebutuhan

proses pembelajaran.

Lembar wawancara

analisis kebutuhan dan

lembar kuisioner

Peserta didik dan

guru

2 Proses pembelajaran Lembar observasi dan

catatan lapangan

Peserta didik dan

guru

3 Hasil belajar Tes hasil belajar fisika Peserta didik

4 Keefektifan model

pembelajaran

kuisioner Peserta didik

Page 66: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

51

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

berupa tes dan non tes. Tes yang digunakan berupa tes objektif yang

berbentuk pilihan ganda dengan 27 soal. Tes ini digunakan untuk melihat

peningkatan hasil belajar fisika. Sedangkan instrumen nontes yang digunakan

berupa lembar observasi untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam

kegiatan belajar mengajar dan kuisioner untuk mengetahui keefektifan

pembelajaran.

I. Instrumen-instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini mengunakan multi istrumen yang terdiri dari

dua jenis instrumen yang digunakan yaitu instrumen test dan instrumen non

tes. Instrumen pengumpul data yang digunakan antara lain :

1. Lembar Wawancara dan Kuesioner analisis Kebutuhan

Wawancara adalah instrumen pengumpulan data yang digunakan

untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.60

Wawancara

dilakukan terhadap guru dan peserta didik . pedoman wawancara untuk

guru menitik beratkan pada tanggapan dan kesulitan guru dalam

menyampaikan pelajaran fisika khususnya pada konsep optik geometri.

Sedangkan, wawancara peserta didik bertujuan untuk mengetahui

pandangan peserta didik terhadap pelajaran fisika dan kesulitan dalam

memepelajari fisika khususnya pada konsep optik geometri.

2. Tes hasil belajar (pretes dan postes)

Tes hasil belajar adalah alat yang digunakan untuk mengukur

kemampuan kognitif peserta didik. Tes hasil belajar ini berupa tes objektif

bentuk pilihan ganda sebanyak 27 butir soal. Tes hasil belajar diberikan

sebelum (pretes) dan sesudah (postes) siklus pembelajaran.61

Adapun kisi-

kisi dari penulisan instrumen tes adalah sebagai berikut:

60 Subana, dkk., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hal. 29 61 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2009), hal. 76

Page 67: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

52

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Penulisan Instrumen Tes

Sub Konsep Indikator Aspek Kognitif ∑

Soal C1 C2 C3 C4 C5

a. Pemantulan

Cahaya

Menjelaskan pemantulan

cahaya secara kualitatif dan

kuantitatif

3 1

Menjelaskan pemantulan

cahaya pada cermin datar

4 5 6, 7 4

Menjelaskan pemantulan

cahaya pada cermin lengkung

8, 9 10 11 4

b. Pembiasan

Cahaya

Menjelaskan pembiasan cahaya

pada permukaan bidang datar

12 13,

14

15 4

Menganalisis pembiasan

cahaya pada prisma

16 17 18 3

Menganalisis pembiasan

cahaya pada permukaan

lengkung

20 21,

22

3

c. Pembiasan

pada lensa

Menjelaskan dan menganalisis

pembentukan bayangan yang

terjadi pada lensa

23,

24

25 3

Menganalisis hubungan jarak

benda, jarak bayangan, jarak

fokus, dan indeks bias lensa

26 27 28 3

Merumuskan perbesaran

bayangan dan kekuatan lensa

29 30 2

Jumlah Soal 2 9 8 6 2 27

3. Pedoman Observasi (Catatan Lapangan)

Observasi atau pengamatan adalah cara menghimpun bahan-bahan

keterangan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang

dijadikan sasaran pengamatan. Observasi juga dapat disebut alat evaluasi

yang digunakan untuk menilai tingkah laku individu/ proses terjadinya

suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya

maupun dalam situasi buatan62

62 Ibid. hal. 76

Page 68: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

53

4. Kuisioner

Kuisioner juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka

penilaian penguasaan konsep. Kuisioner dapat diberikan langsung kepada

peserta didik, dapat pula diberikan kepada guru dan orang tua. Tujuan

penggunaan kuisioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk

memperoleh data mengenai proses belajar mengajar dikelas.63

Adapun

kisi-kisi dari penulisan kuisioner adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuisioner

Indikator No soal

Mutu Pengajaran / Kualitas Pembelajaran 1

Tingkat pengajaran yang tepat 2

Pemberian Insentif 3

Waktu yang digunakan 4

Faktor kesulitan belajar 5

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih

dahulu dilakukan uji coba kepada responden, dalam hal ini di luar subjek

yang sudah ditetapkan. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan reliabilitasnya

atau tidak.

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat / sahih,

yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurannya artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur

tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan

pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.64

Suatu alat evaluasi disebut

valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya, atau

63 Ibid. hal. 84

64 Ahmad Sofyan, dkk., Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta : UIN

Jakarta Press, 2006), hal.105

Page 69: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

54

dengan kata lain suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat

mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi tersebut. Uji validitas

adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi sebenarnya. Uji

coba ini dilakukan dengan mengkorelasionalkan skor masing-masing item

dengan skor total.

Tes yang digunakan hasil belajar adalah berupa tes obyektif, maka

untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus

korelasi Point Biserial65

, yaitu:

rpbis = q

p

SD

MM

t

tp ............................................. (3.1)

Keterangan :

rpbis : r point biserial

Mp : mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes

menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara

keseluruhan

Mt : mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes

SDt : deviasi standar total skor

P : proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir

soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara keseluruhan

Dimana : Mt = N

Xt dan SDt =

22

N

X

N

X tt....... (3.2)

Sedangkan dalam penentuan mean siswa yang menjawab benar,

digunakan persamaan :

Mp = Jumlah skor total siswa yang menjawab benar

Jumlah skor tertinggi siswa yang menjawab benar ............ (3.3)

Kemudian untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka

harga rpbis yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel, jika hasil

perhitungan rpbis lebih besar dari rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan

65 Anas Sudjiono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004), h. 258

Page 70: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

55

valid dan jika rpbis lebih kecil dari rtabel, maka butir soal tersebut

dinyatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang telah

dilakukan dari 30 soal yang diuji coba, didapatkan sebanyak 27 soal yang

valid dilihat dari interpretasi validitasnya 6,7% soal termasuk kategori

sangat rendah, 63,3% soal termasuk kategori rendah, 23,3 % soal termasuk

kategori cukup dan 6,7% soaltermasuk kategori tinggi. Untuk lebih

jelasnya hasil uji validitas butir soal instrumen tes hasil belajar dapat

dilihat pada lampiran 3.

2. Uji Reliabilitas

Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki

reliabilitas. Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam

menilai apa yang dinilainya. Tes hasil belajar yang baik harus memiliki

reliabilitas yang dapat dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu

dilaksanakan berulang kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu

relatif sama.

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

rumus Kuder Richardson atau dikenal dengan K-R 2066

, yaitu:

r11 =

2

1

1 S

pq

n

n.................................. (3.4)

Keterangan :

r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan

n : banyaknya item

S 2 : varian total

p : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah

qi : 1 – p

∑pq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

66 Suharsimi Arokunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara,

2006), Cet. ke-6, h. 100

Page 71: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

56

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

r11 : 0,91 – 1,00 = sangat tinggi

r11 : 0,71 – 0,90 = tinggi

r11 : 0,41 – 0,70 = cukup

r11 : 0,21 – 0,40 = rendah

r11 : 0.20 = sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba instrumen yang telah dilakukan,

reliabilitas tes hasil belajar yang di dapat dari seluruh item sebesar 0,82.

dilihat pada kriteria pengujian reliabilitas termasuk ke dalam kategori

tinggi. Untuk lebih jelasnya hasil uji reliabilitas seluruh item soal

instrumen tes penguasaan konsep dapat dilihat pada lampiran 4.

3. Uji Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak

terlalu sulit/sukar. Bilangan yang menunjukan sukar atau mudahnya suatu

soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Untuk dapat mengukur

tingkat kesukaran suatu soal digunakan rumus :67

P = JS

B................................ (3.5)

Keterangan :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul

JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria tingkat kesukaran soal :

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah

Berdasarkan hasil uji coba instrument yang telah dilakukan

tingkat kesukaran dari tes penguasaan konsep yang didapatkan dari item

butir soal, sebanyak 23,3 % soal termasuk kategori mudah dan 76,7% soal

67 Ibid., h. 208

Page 72: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

57

termasuk kategori sedang. Untuk lebih jelasnya hasil uji coba instrument

tes penguasaan konsep untuk tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat

pada lampiran 5.

4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk

membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi)

dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang

menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat

D. Untuk mengetahui indeks diskriminasi, digunakan rumus :68

D = BA

B

B

A

A PPJ

B

J

B .......................... (3.6)

Keterangan :

D : indeks diskriminasi (daya pembeda)

BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA : banyak peserta kelompok atas

JB : banayak peserta kelompok bawah

PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar (P

sebagai Taraf kesukaran).

Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00 – 0,20 = buruk

0,21 – 0,40 = cukup

0,41 – 0,70 = baik

0,71 – 1,00 = baik sekali

Berdasarkan hasil uji coba instrumen untuk daya pembeda yang

telah dilakukan, daya pembeda dari tes penguasaan konsep didapatkan dari

item butir soal sebanyak 6,7 % soal termasuk kategori buruk, sebanyak 6,7

68 Ibid, h. 213

Page 73: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

58

% soal termasuk kategori baik sekali, sebanyak 50% soal termasuk

kategori baik, dan sebanyak 36,7 % soal termasuk kategori cukup. Untuk

lebih jelasnya hasil uji daya pembeda butir soal tes penguasaan konsep

dapat dilihat pada lampiran 6.

K. Teknik Analisis Data

1. Uji Normal-Gain

Dalam penelitian ini gambaran pemahaman awal peserta didik

diperoleh dari data hasil pretes, kemudian gambaran pemahaman peserta

didik setelah diberi perlakuan dengan menggunakan model problem based-

learning diperoleh dari data hasil postes. Data hasil pretes dan postes

pemahaman peserta didik kemudian diolah secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus Normal-Gain. Gain adalah selisih antara nilai pretes

dan postes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau hasil belajar

fisika peserta didik setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Hal ini

dilakukan untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan

bias penelitian, karena pada nilai pretest dan posttes dalam penelitian

sudah berbeda. Rumus Normal Gain menurut Meltzer, yaitu :69

Gain = skorpretes

skorpretesskorpostes

100............................... (3.7)

dengan kategorisasi perolehan 70

:

g-tinggi : nilai (<g>)>0,70

g-sedang : nilai 0,70 e”(<g>)e” 0,30

g-rendah : nilai (<g>)< 0,30

Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75 %

peserta didik mendapat nilai > 65.

69 David.E. Meltzer, “Addentum to : TheRelation Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain In Physic : A Possible Hidden Variabel In Diagnostic Pretest Scores”, dari HTTP://Physic.lastate.edu/per/docs/sddendum_on_mormalized_gain.pdf

70 Inayatussholihah, dkk.,”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan

Laboratorium (Praktikum) Pada Konsep Fotosintesis” (Penelitian Tindakan Kelas di MTs. N

Tangerang 2 Pamulang Banten), dalam Jurnal EDUSAINS Vol. 1 No. 1 Juni 2008, hal. 80

Page 74: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

59

2. Keefektifan Model Pembelajaran

Keefektifan model pembelajaran dapat dianalisis secara deskriptif

dengan penghitungan presentase keefektifan model pembelajaran dapat

dihitung dengan menggunakan rumus71

:

P = N

F X 100 %................................ (3.8)

Keterangan:

P : Prosentase

F : Frekuensi

N : Number of Cases

L. Tindaklanjut Perencanaan

Setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus I, maka

ditindaklanjuti dengan melakukan tahapan pada siklus II, adapun tahapan

dalam siklus II adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan tindakan II

- Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

- Pengembangan program tindakan

2. Pelaksanaan tindakan II

- Pelaksanaan program tindakan

3. Observasi tindakan II

- Pengumpulan data tindakan

4. Refleksi tindakan II

- Menganalisa data pada siklus

- Mengevaluasi tindakan

71 Anas Sudijono, Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009), hal.43

Page 75: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan

Pada penelitian ini jumlah peserta didik yang berada didalam kelas

X-D SMAN 83 Jak-Ut sebanyak 29 orang. Peserta didik tersebut memiliki

karakteristik yang berbeda-beda, ada peserta didik yang pendiam, ada peserta

didik yang aktif dan ada juga peserta didik yang berani untuk tampil di depan

kelas pada saat pembelajaran. Jika dilihat dari segi kecerdasan, peserta didik

tersebut memiliki kemampuan yang berbeda, yaitu ada yang berkemampuan

tinggi, sedang dan bahkan ada yang berkemampuan rendah. Secara

keseluruhan pembelajaran yang dilakukan disiklus I aktivitas dalam kegiatan

belajar mengajar masih terfokus pada guru, sehingga peningkatan hasil

belajar fisika pada konsep optik geometri peserta didik belum tercapai secara

maksimal.

Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai N-Gain siklus I sebesar 0,36

dengan rerata nilai postes sebesar 52,38. Sedangkan pada proses

pembelajaran pada siklus II, proses pembelajarannya jauh lebih baik

dibandingkan dari pada siklus I karena pada siklus II ini peserta didik benar-

benar aktif dan guru tidak lagi sebagai satu-satunya pusat informasi, tetapi

sebagai motivator, dan fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar. Pada

siklus II nilai N-Gain tes hasil belajar fisika pada konsep optik geometri

peserta didik sebesar 0,65 dengan rerata nilai postes sebesar 84,10, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran18 rekapitulasi data hasil belajar

fisika dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

60

Page 76: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

61

Table 4.1 Rekapitulasi Data Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep

Optik Geometri

Tahapan Siklus Pretes Postes N-Gain

Siklus I 25,34 52,38 0,36

Siklus II 52,38 84,10 0,65

B. Pemeriksa Keabsahan Data

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui data yang diperoleh berdistribusi normal atau

tidaknya, maka peneliti melakukan uji normalitas dengan menggunakan

rumus liliefors. Adapun hasil perhitungan data dapat dilihat dibawah ini:

a. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri

Pada Siklus I

Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors pada taraf

signifikan 5%.

Table 4.2 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep

Optik Geometri Pada Siklus I

Variabel N Lhitung Ltabel Kesimpulan

X 29 0,05 0,161 Normal

Hasil perhitungan uji normalitas untuk data tes hasil belajar fisika

pada konsep optik geometri pada siklus I diperoleh Lhitung 0,05 < Ltabel

0,161 pada taraf signifikan 5 % dengan N = 29, maka hipotesis nol (Ho)

diterima, yang berarti bahwa data tes hasil belajar fisika pada konsep optik

geometri pada siklus I berdistribusi normal.

b. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri

Pada Siklus II

Uji normalitas yang digunakan adalah uji liliefors pada taraf

signifikan 5%.

Page 77: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

62

Table 4.3 Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep

Optik Geometri Pada Siklus II

Variabel N Lhitung Ltabel Kesimpulan

X 29 0,04 0,161 Normal

Hasil perhitungan uji normalitas untuk data tes hasil belajar fisika

pada konsep optik geometri pada siklus II diperoleh Lhitung 0,04 < Ltabel

0,161 pada taraf signifikan 5% dengan N = 29, maka hipotesis nol (Ho)

diterima, yang berarti bahwa data tes hasil belajar fisika pada konsep optik

geometri pada siklus II berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Pada pengujian homogenitas dari N-Gain hasil belajar fisika pada

konsep optik geometri pada siklus I dan siklus II didapatkan hasil

perhitungan dengan harga Fhitung 0,67, sedangkan harga Ftabel pada taraf

signifikan 0,005 dengan derajat kebebasan penyebut 28 adalah 1,96,

karena harga Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan

bahwa data tersebut homogen. Dapat dilihat pada table di bawah ini:

Table 4.4 Hasil Pengujian Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Fisika

pada Konsep Optik Geometri

α N Fhitung Ftabel Kesimpulan

0,05 28 0,67 1,96 Homogen

C. Analisi Data

1. Tes Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik Geometri

Untuk melihat terjadinya peningkatan hasil belajar fisika pada

konsep optik geometri peserta didik dan terdapatnya peningkatan yang

signifikan, maka dilakukan perhitungan N-Gain, uji normalitas dengan

menggunakan rumus liliefors dan uji homogenitas. Dari uji normalitas

siklus I didapatkan hasil yang sesuai dengan Ltabel sebesar 0,161. Dengan

kriteria pengujian jika Lhitung > Ltabel, artinya data tersebut berdistribusi

Page 78: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

63

tidak normal dan jika Lhitung < Ltabel, artinya data tersebut berdistribusi

normal. Dari perhitungan didapatkan Lhitung = 0,05 dan Ltabel = 0,161.

Sedangkan untuk uji normalitas pada siklus ke II didapatkan hasil sesuai

dengan Ltabel sebesar 0,161. Dengan kriteria pengujian jika Lhitung > Ltabel,

artinya data tersebut berdistribusi tidak normal dan jika Lhitung < Ltabel,

artinya data tersebut berdistribusi normal. Dari perhitungan didapatkan

bahwa Lhitung = 0,04 dan Ltabel = 0,161 maka data skor peserta didik pada

siklus II berdistribusi normal.

Selanjutnya dilakukan pengujian 2 sampel yang bertujuan untuk

mengetahui peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri

kedua siklus. Pengujian kedua sample ini dilakukan dengan uji-t dengan

ketentuan:

Ho: X = Y Tidak terdapat peningkatan yang signifikan antara N-gain

Siklus I dengan N-gain Siklus II

Ha: X ≠ Y Terdapat peningkatan yang signifikan antara N-gain Siklus

I dengan N-gain Siklus II

Dari hasil pengujian dua sampel uji-t diperoleh rata-rata

peningkatan hasil belajar fisika pada konsep optik geometri sebesar -0,291

dengan simpangan baku atau standar deviasi sebesar 0,0721, thitung sebesar

-4,036 dengan derajat kebebasan 28 pada taraf kesalahan 5%. Uji-t

dihitung dengan menggunakan rumus manual, maka dapat disimpulkan

terdapat peningkatan yang signifikan antara nilai N-Gain siklus I dengan

N-Gain siklus II. Ada pun hasil data tertera pada table di bawah ini :

Table 4.5 Hasil Pengujian Hasil Belajar Fisika pada Konsep Optik

Geometri Uji-t

α N thitung ttabel

0,05 29 -4,036 1,701

Pengujian apakah hipotesis tindakan dapat diterima atau ditolak.

Harga thitung harus dibandingkan dengan harga ttabel. Untuk melihat harga

Page 79: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

64

tabel, maka didasarkan pada (df) derajat kebebasan yang besarnya adalah

n-1. Besarnya adalah 29-1 =28 dan derajat kesalahan 5%, sedangkan

pengujian dilakukan denga menggunakan dua pihak didapat ttabel sebesar

1,701.

Adapun hasil yang diperoleh dari siklus I dan siklus II, dimana

thitung -4,036 dan ttabel 1,701 karena thitung< ttabel maka Ho ditolak. Jadi

terdapat peningkatan N-gain siklus I ke siklus II. Skor hasil belajar fisika

pada konsep optik geometri peserta didik yang berupa nilai postest

kemudian dikonversikan dengan nilai SKBM fisika yang berlaku di

sekolah tersebut yaitu (≥65). Adapun kriteria ketuntasan minimal ideal

yang ditargetkan peneliti adalah sebesar 100%.

Presentase jumlah peserta didik yang mencapai nilai Standar

Kegiatan Belajar Mengajar (SKBM) mengalami peningkatan pada siklus II

bahkan melebihi kriteria yang ditargetkan oleh peneliti sebesar 75%,

dengan presentase siklus I sebesar 24% meningkat menjadi 100% pada

siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II seluruh peserta didik

sudah mencapai nilai SKBM dalam pembelajaran fisika, hal ini

menunjukkan bahwa hasil belajar fisika peserta didik pada konsep optik

geometri mengalami peningkatan.

2. Respon peserta didik terhadap Penerapan Model Problem Based

Learning

Berdasarkan kuisioner yang telah disebarkan kepada peserta didik

kelas X-D diakhir pembelajaran, yaitu setelah siklus I maka didapatkan

data mengenai keefektifan penerapan model problem based learning pada

konsep optik geometri. Pertanyaan dikelompokan ke dalam lima buah

indikator yaitu mutu pengajaran/kualitas pengajaran, tingkat pengajaran

yang tepat, pemberian insentif, waktu yang digunakan dan faktor kesulitan

belajar. Setiap indikator diwakilkan oleh satu buah pertanyaan. Berikut ini

adalah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalam kuisioner yang

disebarkan pada akhir siklus I:

Page 80: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

65

a. Apakah ada Peningkatan antara hasil postesmu dibandingkan dengan

hasil pretesmu pada konsep optik geometri.

Tabel 4.6 Presentase respon peserta didik terhadap Penerapan

Model Problem Based Learning soal nomor 1

Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa sebesar 59%

peserta didik menjawab ya 7% peserta didik menjawab tidak, sedangkan

34% Peserta didik menjawab cukup. Dari tabel 4.6 di atas dapat

disimpulkan bahwa sebesar 59% peserta didik mengalami peningkatan

hasil tes.

b. Apakah kamu memahami materi optik geometri yang telah diajarkan

dengan menggunakan model problem based learning?

Tabel 4.7 Presentase respon peserta didik terhadap Penerapan Model

Problem Based Learning soal nomor 2

Berdasarkan tabel 4.7 di atas peserta didik yang menjawab ya,

mengerti sebesar 4%, peserta didik yang menjawab cukup mengerti

sebesar 72%, dan peserta didik yang menjawab tidak mengerti sebesar

24%. Dari tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa 72% peserta didik

Page 81: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

66

cukup mengerti dengan materi optik geometri yang disampaikan dengan

mengunakan model problem based learning.

c. Apakah yang kamu harapkan setelah mengikuti pembelajaran optik

geometri dengan menggunakan model problem based learning?

Tabel 4.8 Presentase respon peserta didik terhadap Penerapan Model

Problem Based Learning soal nomor 3

Berdasarkan tabel 4.8 di atas peserta didik yang menjawab nilai

yang baik sebanyak 62%, peserta didik yang menjawab hadiah yang

menarik sebanyak 0%, sedangkan peserta didik yang menjawab semangat

belajar fisika yang lebih tinggi sebesar 38%. Dari data pada tabel 4.8 di

atas ternyata sebagian besar peserta didik mengharapkan mendapatkan

nilai yang baik pada konsep optik geometri setelah menggunakan model

problem based learning.

d. Menurut pendapatmu, apakah waktu yang tersedia cukup atau tidak

untuk semua kegiatan pembelajaran dengan model problem based

learning?

Tabel 4.9 Presentase respon peserta didik terhadap Penerapan Model

Problem Based Learning soal nomor 4

Page 82: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

67

Berdasarkan tabel 4.9 di atas peserta didik yang menjawab ya

sebesar 10%, peserta didik yang menjawab tidak sebesar 42% dan peserta

didik yang menjawab kadang-kadang sebesar 48%. Dari data pada tabel

4.9 diperoleh kesimpulan bahwa waktu yang tersedia kadang-kadang

cukup untuk semua kegiatan pembelajaran di kelas.

e. Faktor kesulitan apakah yang kamu hadapi dalam mempelajari konsep

optik geometri dengan menggunakan model problem based learning?

Tabel 4.10 Presentase respon peserta didik terhadap Penerapan

Model Problem Based Learning soal nomor 5

Berdasarkan tabel 4.10 di atas peserta didik yang menjawab

melakukan praktikum sebesar 10%, peserta didik yang menjawab

menyusun laporan percobaan sebesar 4% dan peserta didik yang

menjawab mengerjakan soal-soal optik geometri sebesar 86%. Dari data

pada tabel 4.10 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa peserta didik

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan

dengan konsep optik geometri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

problem based learning cukup efektif diterapkan pada mata pelajaran

fisika khususnya pada konsep optik geometri. Selain itu faktor kesulitan

yang sering dihadapi oleh peserta didik adalah sebagian besar peserta didik

mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal latihan sehingga peserta

didik mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang diberikan

oleh guru pada saat ulangan.

Page 83: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

68

3. Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Selama Pembelajaran

Berlangsung.

Dari hasil observasi yang dilakukan selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.11 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus I

Aspek Yang

Diamati

Siklus I

Pertemuan Ke-

I II III IV V

Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Postest

1. Antusias

peserta didik

dalam proses

pembelajaran.

Pretest √ √ √

2. Memperhatikan

dan menyimak

penjelasan

yang

didampaikan

oleh guru.

√ √ √

3. Tertib dalam

membagi

kelompok.

√ √ √

4. Berinteraksi

dengan anggota

kelompoknya.

√ √ √

5. Berinteraksi

dengan anggota

kelompok lain.

√ √ √

6. Bersungguh-

sungguh dalam

mengerjakan

tugas yang

diberikan oleh

guru.

√ √ √

7. Mengumpulkan

tugas tepat

waktu

√ √ √

8. Mengikuti

proses

pembelajaran

dengan baik.

√ √ √

Page 84: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

69

9. Mengajukan

dan

menanggapi

pertanyaan

pada saat

berdiskusi.

√ √ √

10. Berinteraksi

dengan guru.

√ √ √

Tabel 4.12 Lembar Observasi Aktivitas Peserta Didik Pada Siklus II

Aspek Yang Diamati Siklus II

Pertemuan Ke-

VI VII VIII

Ya Tidak Ya Tidak Postest

1. Antusias peserta didik

dalam proses pembelajaran.

√ √

2. Memperhatikan dan

menyimak penjelasan yang

didampaikan oleh guru.

√ √

3. Tertib dalam membagi

kelompok. √ √

4. Berinteraksi dengan

anggota kelompoknya. √ √

5. Berinteraksi dengan

anggota kelompok lain. √ √

6. Bersungguh-sungguh dalam

mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

√ √

7. Mengumpulkan tugas tepat

waktu

√ √

8. Mengikuti proses

pembelajaran dengan baik. √ √

9. Mengajukan dan

menanggapi pertanyaan

pada saat berdiskusi.

√ √

10. Berinteraksi dengan guru. √ √

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh observer dapat

diperoleh bahwa pada pertemuan pertama seluruh peserta didik melakukan

pretes pada siklus I untuk menguji kemampuan awal peserta didik dan

pertemuan kelima seluruh peserta didik melakukan postes siklus I,

Page 85: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

70

sehingga aktivitas peserta didik belum dinilai. Baru pada pertemuan kedua

dan seterusnya sebelum pemberian postes pada siklus I, beberapa peserta

didik masih terlihat bermain-main pada saat melakukan percobaan yang

pertama. Setelah diberi pengarahan, peserta didik melakukan praktikum

dengan sungguh-sungguh. Tidak ada lagi peserta didik yang yang terlihat

mengobrol sendiri ataupun bermain-main. Setelah itu, masih terlihat

beberapa peserta didik yang tidak berinteraksi dengan kelompoknya. Hal

ini terjadi karena peserta didik masih senang mengandalkan teman

sekelompoknya untuk menyelesaikan praktikum. Pada pertemuan

selanjutnya yaitu pertemuan pada siklus ke II, peserta didik melakukan

semua aktivitas yang diberikan oleh guru dengan baik. Tidak ada lagi yang

bermain-main atau mengobrol pada saat pembelajaran berlangsung. Pada

siklus II interaksi antara guru dengan peserta didik tidak berjalan dengan

baik. Hal ini dapat di maklumi karena pada siklus II peserta didik lebih

banyak mengerjakan latihan-latihan dibandingkan pada siklus I, yang

kegiatan peserta didik lebih banyak melakukan percobaan-percobaan.

D. Interpretasi Hasil Analisis

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan I

Ada beberapa tahapan perencanaan yang dilakukan peneliti pada

siklus I, yaitu membuat instrument penelitian, seperti soal pretes dan

postes siklus I dan siklus II sebanyak 27 butir soal tes objektif, lembar

observasi kegiatan pembelajaran dan kuisioner yang akan diberikan

diakhir pembelajaran pada siklus I. Selain itu peneliti juga membuat

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran dilakukan di

kelas, materi yang diajarkan tentang optik geometri. Pembelajaran

dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan, setiap pertemuan kegiatan

pembelajaran selama 3 x 40 menit . Pelaksanaan kegiatan pembelajaran

melalui model problem based learning, pada siklus I pembelajaran

lebih ditekankan atau difokuskan pada kegiatan praktikum dan diskusi

Page 86: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

71

kelompok. Peneliti menyiapkan segala bahan-bahan yang diperlukan

dalam melakukan percobaan.

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang

dipilih secara acak atau random dengan cara diundi. Setiap kelompok

terdiri dari 5 (lima) orang peserta didik. Setiap peserta didik ditugaskan

untuk membuat laporan dari hasil kegiatan praktikum. Pada kegiatan

kelompok, peserta didik melakukan kegiatan sesuai dengan yang

tercantum di dalam LKS praktikum. Masing-masing kelompok

mendiskusikan hasil praktikum yang telah dilakukan. Rencana

pembelajaran pada siklus I dapat dilihat di dalam lampiran. Selain

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) peneliti juga menyiapkan

materi ajar yang akan diajarkan, alat dan bahan untuk melakukan

praktikum, LKS praktikum dan keperluan belajar lainya.

b. Tahap Pelaksanaan I

Guru membuka pelajaran dengan terlebih dahulu berdoa

bersama dilanjutkan dengan memperkenalkan diri dan mengabsen

kehadiran peserta didik di kelas. Selesai mengkondisikan kelas guru

menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini kepada peserta didik.

Apersepsi dan motivasi yang dilakukan guru kepada peserta didik. Pada

tahapan tindakan, peneliti berusaha untuk melaksanakan pembelajaran

yang sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang

telah disusun pada tahap perencanaan. Langkah-langkah pembelajaran

siklus I dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.13 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta Didik Pada Siklus I

Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik

Pertemuan Pertaman

Memberitahukan kepada peserta didik

bahwa selama pembelajaran berlangsung

pada konsep optik geometri guru akan

dibantu oleh peneliti. Peserta didik

diharpkan untuk mengikuti semua

rangkaian kegiatan secara serius.

Menyimak dan melaksanakan

pengarahan yang diinstruksikan

guru. Semua peserta didik mengikuti

kegiatan pembelajaran.

Memberikan tes awal (pretest) dengan tes

pilihan ganda sebanyak 27 soal. Dengan

tujuan untuk mengetahui pengetahuan

awal peserta didik tentang konsep optik

geometri.

Secara perorangan/ individu peserta

didik mengisi soal yang diberikan.

Page 87: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

72

Pertemuan Kedua

Sebelum memulai pembelajaran guru

membuka pembelajaran dengan

memberikan apersepsi dan motivasi yang

berupa beberapa pertanyaan untuk

merangsang pemahaman peserta didik.

Menyimak dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Guru mengorientasikan peserta didik

pada masalah.

Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi peserta didik terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Menyimak dan mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru.

Mengorganisasikan peserta didik

untuk belajar.

Membantu peserta didik mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Berkumpul dengan anggota

kelompok untuk melakukan

praktikum

Membantu penyelidikan secara

individu maupun kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan praktikum, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Melakukan praktikum dengan

arahan dan pengawasan dari guru.

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan hasil

praktikum untuk membantu mereka

berbagi tugas dengan temannya.

Mempresentasikan hasil praktikum

didepan kelas

Menganalisis dan mengevalusi hasil

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan

Menarik kesimpulan dari hasil

praktikum.

Menyimpulkan materi dan memberikan

rangkuman. Memberikan latihan soal

Menyimak dan mencatat kesimpulan

yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Pertemuan Ketiga

Sebelum memulai pembelajaran guru

membuka pembelajaran dengan

Menyimak dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh

Page 88: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

73

memberikan apersepsi dan motivasi yang

berupa beberapa pertanyaan untuk

merangsang pemahaman peserta didik.

guru.

Guru mengorientasikan peserta didik

pada masalah.

Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi peserta didik terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Menyimak dan mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru.

Mengorganisasikan peserta didik

untuk belajar.

Membantu peserta didik mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Berkumpul dengan anggota

kelompok untuk melakukan

praktikum

Membantu penyelidikan secara

individu maupun kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan praktikum, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Melakukan praktikum dengan

arahan dan pengawasan dari guru.

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan

untuk berbagi tugas dengan temannya.

Mempresentasikan hasil praktikum

didepan kelas

Menganalisis dan mengevalusi hasil

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan

Menarik kesimpulan dari hasil

praktikum

Menyimpulkan materi dan memberikan

rangkuman. Memberikan latihan soal

Menyimak dan mencatat kesimpulan

yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Pertemuan Keempat

Sebelum memulai pembelajaran guru

membuka pembelajaran dengan

memberikan apersepsi dan motivasi yang

berupa beberapa pertanyaan untuk

merangsang pemahaman peserta didik.

Menyimak dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Guru mengorientasikan peserta didik

pada masalah.

Menyimak dan mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru.

Page 89: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

74

Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang dibutuhkan,

memotivasi peserta didik terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Mengorganisasikan peserta didik

untuk belajar.

Membantu peserta didik mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

Berkumpul dengan anggota

kelompok untuk melakukan

praktikum

Membantu penyelidikan secara

individu maupun kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan praktikum, untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Melakukan praktikum dengan

arahan dan pengawasan dari guru.

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan

hasil praktikum.

Mempresentasikan hasil praktikum

didepan kelas

Menganalisis dan mengevalusi hasil

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan

Menarik kesimpulan dari hasil

praktikum.

Menyimpulkan materi dan memberikan

rangkuman. Memberikan latihan soal

Menyimak dan mencatat kesimpulan

yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Pertemuan Kelima

Memberikan tes akhir (postes) dengan

soal yang sama pada saat tes awal

(pretes)

Peserta didik menjawab soal yang

diberikan oleg guru secara individu.

c. Tahap Observasi I

Pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus I, masih terdapat

beberapa kekurangan dalam setiap pertemuan. Beberapa kejadian yang

terpantau oleh peneliti dan observasi antara lain:

Page 90: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

75

1) Terdengar suara ribut dan masing-masing kelompok. Hal ini

dikarenakan para peserta didik masih binggung dengan sistem

pembelajaran yang diterapkan.

2) Banyak peserta didik yang belum dapat bekerja sama dengan

kelompoknya. Peserta didik yang memiliki kemampuan lebih

cenderung mendominasi kegiatan diskusi, sementara itu peserta

didik yang merasa memiliki kemampuan kurang cenderung menjadi

pasif.

3) Beberapa orang peserta didik masih terlihat asyik bercanda saat guru

menerangkan dan menyuruh mengerjakan tugas.

4) Adapula peserta didik yang bertanya berulang-ulang kepada peneliti

mengenai soal yang sulit dipecahkan khususnya pada pembiasan dan

lensa.

5) Alokasi waktu untuk pengerjaan tugas, pembahasan dan penarikan

kesimpulan belum sepenuhnya optimal.

6) Berdasarkan hasil tes yang dilakukan pada siklus I, diperoleh rata-

rata 52,38 kondisi tersebut belum mencapai indikator batas

penelitian. Selain analisis perolehan nilai dari tes tersebut juga dapat

diketahui kurangnya pemahaman konsep peserta didik dalam sub

konsep cermin dan lensa hal ini terlihat dari rendahnya kemampuan

peserta didik untuk menjawab soal tersebut.

d. Tahap Refleksi I

Hasil analisis dan evaluasi pada siklus I mendeskripsikan secara

garis besar kekurangan penerapan model problem based learning,

beberapa hal yang masih harus diperbaiki, antara lain:

1. Perlu ditingkatkan bimbingan dan arahan saat peserta didik

mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru agar tidak

menimbulkan kegaduhan di kelas.

2. Perlu diberikan motivasi kepada peserta didik untuk lebih aktif

dalam kegiatan kelompok, agar tidak hanya peserta didik yang

berkemampuan lebih saja yang dominan dalam kegiatan diskusi.

Page 91: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

76

3. Peningkatan pengawasan dari peneliti, dengan memantau dari dekat

setiap kelompok saat kegiatan diskusi. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisir peserta didik yang mengobrolkan dan becanda saat

kegiatan diskusi berlangsung

4. Perlu dibuat aturan yang tegas dan jelas, seperti ketika peserta didik

bertanya kepada guru harus dengan tertib.

5. Perlu diatur secara proposional pembagian waktu dalam pengerjaan

tugas, diskusi, dan kesimpulan hasil diskusi

6. Mempersiapkan latihan-latihan tentang cermin, pembiasan dan lensa.

e. Keputusan

Berdasarkan hasil refleksi I dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar fisika pada konsep optik geometri belum sesuai dengan kriteria

yang peneliti harapkan. Hal ini perlu ditindak lanjut pada proses

pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki hasil belajar fisika peserta

didik oleh karena itu peneliti memutuskan untuk melanjutkan penelitian

tindakan kelas ini ke siklus II. Adapun perbaikan yang harus dilakukan

antara lain:

1) Guru lebih mengintensifkan kegiatan di kelas sehingga diharapkan

tidak ada lagi peserta didik yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri

saat jam pelajaran berlangsung.

2) Membangkitkan semangat belajar yang lebih tinggi lagi agar semua

peserta didik dapat terlibat secara aktif dalam berdiskusi.

3) Peneliti harus membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan

konsep yang diajarkan untuk menggali dan menggasah sejauh mana

pemahaman konsep yang diperoleh oleh peserta didik setelah

mengikuti pembelajaran.

2. Siklus II

Pada siklus II ini lebih ditekankan pada perbaikan dan

penyempurnaan terhadap tindakan yang dilakukan pada siklus I. Tindakan

pada siklus II diarahkan pada optimalisasi proses pembelajaran dan

Page 92: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

77

meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik dalam konsep optik

geometri. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik yang mengacu pada hasil belajar fisika peserta didik pada

siklus I. Siklus II dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan.

a. Tahap Perencanaan II

Pada tahap perencanaan untuk siklus II didasarkan pada hasil

refleksi dari tindakan yang dilakukan pada siklus I. Perencanaan yang

dilakukan berupa penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran, untuk

materi ajar yang akan dibahas yang bersifat pengayaan (enrichment)

dan penyusunan soal-soal latihan.

b. Tahap Pelaksanaan II

Tindakan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai

tindakan untuk memperbaiki hasil belajar fisika peserta didik serta

memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I. Deskripsi aktivitas

guru dan peserta didik pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.10 di

bawah ini:

Tabel 4.14 Deskripsi Aktivitas Guru dan Peserta Didik pada Siklus II

Kegiatan Guru Kegiatan Peserta Didik

Pertemuan Keenam

Sebelum memulai pembelajaran guru

membuka pembelajaran dengan

memberikan apersepsi dan motivasi yang

berupa beberapa pertanyaan untuk

merangsang pemahaman peserta didik.

Pertanyaan yang diberikan sifatnya

menggulang pembelajaran yang telah

diajarkan.

Menyimak dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Guru mengorientasikan peserta didik

pada masalah.

Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran,

memotivasi peserta didik agar terlibat

pada aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Menyimak dan mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru.

Mengorganisasikan peserta didik

untuk belajar.

Membantu peserta didik untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan

Berkumpul dengan anggota

kelompok untuk melakukan

praktikum

Page 93: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

78

tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

Membantu penyelidikan secara

individu maupun kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

dan melaksanakan praktikum untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Melakukan praktikum dengan

arahan dan pengawasan dari guru.

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan

dari hasil praktikum.

Mempresentasikan hasil praktikum

didepan kelas

Menganalisis dan mengevalusi hasil

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan

Menarik kesimpulan dari hasil

praktikum.

Menyimpulkan materi dan memberikan

rangkuman. Memberikan latihan soal

Menyimak dan mencatat kesimpulan

yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Pertemuan Ketujuh

Sebelum memulai pembelajaran guru

membuka pembelajaran dengan

memberikan apersepsi dan motivasi yang

berupa beberapa pertanyaan untuk

merangsang pemahaman peserta didik.

Pertanyaan yang diberikan sifatnya

menggulang pembelajaran yang telah

diajarkan.

Menyimak dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh

guru.

Guru mengorientasikan peserta didik

pada masalah.

Guru Menjelaskan tujuan pembelajaran,

memotivasi peserta didik agar terlibat

pada aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

Menyimak dan mencatat apa yang

telah disampaikan oleh guru.

Mengorganisasikan peserta didik

untuk belajar.

Membantu peserta didik untuk

mendefinisikan dan mengorganisasikan

tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah tersebut.

Berkumpul dengan anggota

kelompok untuk melakukan

praktikum

Page 94: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

79

Membantu penyelidikan secara

individu maupun kelompok.

Mendorong peserta didik untuk

mengumpulkan informasi yang sesuai,

dan melaksanakan praktikum untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Melakukan praktikum dengan

arahan dan pengawasan dari guru.

Mengembangkan dan menyajikan

hasil karya.

Membantu peserta didik dalam

merencanakan dan menyiapkan laporan

dari hasil praktikum.

Mempresentasikan hasil praktikum

didepan kelas

Menganalisis dan mengevalusi hasil

pemecahan masalah.

Membantu peserta didik untuk

melakukan evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang

mereka gunakan

Menarik kesimpulan dari hasil

praktikum.

Menyimpulkan materi dan memberikan

rangkuman. Memberikan latihan soal

Menyimak dan mencatat kesimpulan

yang diberikan oleh guru.

Mengerjakan tugas yang diberikan

oleh guru.

Pertemuan Kedelapan

Memberikan tes akhir siklus II (posttest)

dengan soal yang sama pada saat tes

akhir siklus I

Peserta didik menjawab soal yang

diberikan oleg guru secara individu.

c. Tahap Observasi II

Didalam proses pembelajaran pada siklus II mengalami

peningkatan dibandingkan dengan siklus I. Kondisi tersebut dapat

diamati berdasarkan hasil observasi pada saat proses pembelajaran.

Beberapa peningkatan tersebut antara lain :

1) Suasana kelas menjadi lebih tertib, keadaan peserta didik pun

menjadi lebih terkendali. Sehingga peserta didik dapat lebih

berkonsentrasi dalam belajar.

2) Peserta didik sudah mulai memahami langkah-langkah yang harus

dilakukan didalam belajar.

Page 95: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

80

3) Alokasi waktu untuk mengerjakan latihan, diskusi dan

mengumpulkan hasil dari praktikum lebih optimal hal tersebut karna

didukung oleh peserta didik yang cukup optimal dalam belajar.

4) Pada siklus II kesulitan peserta didik dalam memahami konsep

cukup teratasi. Kondisi ini dapat terlihat dari peningkatan rerata skor

hasil belajar fisika pada siklus I sebesar 52,38 menjasi 84,10 pada

siklus II.

d. Tahap Refleksi II

Berdasarkan hasil analisi dan evaluasi data pada siklus II

diperoleh deskripsi bahwa model problem based learning cukup

membantu peserta didik dalam proses pembelajaran fisika pada konsep

optik geometri antara lain sebagai berikut:

1) Hasil belajar fisika yang dicapai peserta didik telah mencapai

indikator pencapaian hasil yang telah ditetapkan pada awal

penelitian.

2) Hal-hal lain yang perlu diperbaharui pada siklus I sudah terlihat dan

dapat disempurnakan pada siklus II.

e. Keputusan

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I

dan siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar fisika

pada konsep optik geometri peserta didik pada siklus I dan siklus II

mengalami peningkatan yang signifikan.

E. Pembahasan Hasil Penemuan Penelitian

Pada siklus I, temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil nilai

ketuntasan belajar yang dapat tercapai oleh peserta didik adalah 24% dengan

21 orang peserta didik masih mendapatkan nilai di bawah KKM (65). Hasil

tersebut belum mencapai nilai KKM yang diharapkan peneliti sebesar dengan

ketuntasan belajar 100%, sehingga peneliti memutuskan untuk melanjutkan

penelitian pada siklus berikutnya yaitu siklus II.

Page 96: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

81

Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning

pada siklus I belum sesuai dengan yang diharapkan. Aktivitas belajar peserta

didik pada siklus I belum maksimal, kegiatan belajar belum berjalan dengan

baik, sebab masih terdapat beberapa peserta didik yang berbicara dan becanda

dengan temannya serta kurangnya kerja sama peserta didik disetiap

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik belum siap untuk

mengikuti kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Pada siklus I masih

banyak peserta didik yang mengumpulkan tugasnya tidak tepat waktu. Selain

itu pada saat diskusi sedang berjalan hanya beberapa peserta didik saja yang

menanggapi dan bertanya, sehingga diskusi pada siklus I belum berjalan

sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Pada akhir pembelajaran di siklus I guru memberikan kuisioner

kepada peserta didik. Di siklus I hanya 21 orang peserta didik yang

mengalami peningkatan hasil tesnya. Selain itu peserta didik juga mengaku

cukup memahami konsep optik geometri yang disampaikan melalui model

problem based learning, peserta didik berharap dengan diterapkannya model

problem based learning dapat memperoleh nilai yang baik dan semangat

belajar fisika yang lebih tinggi. Tetapi sangat disayangkan waktu yang

tersedia tidak cukup untuk melakukan semua kegiatan pembelajaran. Pada

siklus I peserta didik mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal yang

berhubungan dengan konsep optik geometri. Maka dari itu peneliti

memutuskan untuk melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya yaitu siklus

II dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada siklus I.

Pada siklus II penelitian tindakan kelas yang digunakan berupa

penelitian tindakan kelas yang bersifat pengayaan. Temuan pada penelitian

siklus II bahwa hasil nilai ketuntasan belajar peserta didik mencapai 100%.

Hal ini sudah sesuai dengan yang peneliti harapkan. Sebanyak 29 orang

peserta didik mendapatkan nilai di atas KKM (65).

Pembelajaran pada siklus II jauh lebih kondusif dibandingkan

pembelajaran pada siklus I. Pada siklus II seluruh pesrta didik sudah

memahami tahapan-tahapan yang harus dilakukan. Tetapi masih ada

Page 97: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

82

beberapa peserta didik yang belum bisa berinteraksi dengan teman yang

lainnya, hal ini dikarenakan peserta didik tersebut merasa minder dengan

teman-temannya yang selalu aktif dalam diskusi. Baik pembelajaran pada

siklus I maupun pada siklus II peserta didik yang memiliki kemampuan yang

tinggi dan sedang masih mendominan dalam kegiatan pembelajaran,

sedangkan peserta didik yang berkemampuan rendah masih terlihat sesekali

pasif. Pada siklus II kegiatan praktikum tidak terlalu mendominan seperti

pada siklus I, hal ini disebabkan karna pada siklus II peneliti lebih

memfokuskan peserta didik untuk mengerjakan latihan-latihan soal. Sehingga

interaksi dengan guru tidak begitu mendominan seperti pada siklus I.

Proses belajar adalah perubahan tingkah laku atau perilaku yang

terjadi di dalam diri peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu.

Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti peserta didik berorientasi ke

arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Proses belajar yang berpusat

pada guru sudah harus ditinggalkan, oleh karena itu salah satu pemilihan

model pembelajaran yang sesuai sangat dibutuhkan agar dapat menunjang

proses belajar.

F. Keterbatasan dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengalami keterbatasan dalam

penelitian seperti :

1. Kurangnya sarana dan prasarana di sekolah yang dapat menunjang

kegiatan pembelajaran.

2. Keterbatasan alat praktikum, sehingga beberapa alat yang tidak tersedia

harus dibawa sendiri oleh peserta didik.

3. Kurangnya kerja sama antara peserta didik yang memiliki kemampuan

rendah dengan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi. Sehingga

peserta didik yang memiliki kemampuan rendah masih pasif, sehingga

dalam proses pembelajaran yang lebih mendominan adalah peserta didik

yang memiliki kemampuan tinggi dan sedang.

Page 98: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan

yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan sebesar

76% dibandingkan pada siklus I. Hasil belajar fisika pada konsep optik

geometri peserta didik siklus I dengan rerata skor sebesar 52, 38 dengan

skor N-gain sebesar 0,36 pada kriteria sedang. Hasil belajar fisika pada

konsep optik geometri peserta didik pada siklus II mengalami peningkatan

dengan rerata skor sebesar 84,10 dengan skor N-gain sebesar 0,65 yang

masih dalam kriteria sedang.

2. Model Problem Based Learning cukup efektif diterapkan pada mata

pelajaran fisika khusunya pada konsep optik geometri. Hal ini dapat dilihat

dari respon baik yang diberikan oleh peserta didik. Selain itu model

problem based learning juga dapat meningkatkan hasil belajar fisika

peserta didik terutama pada konsep optik geometri.

83

Page 99: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

84

B. Saran

Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka penulis

mengajukan beberapa saran sebagai perbaikan di masa yang akan mendatang.

1. Model Pembelajaran ini dapat dijadikan salah satu alternatif model

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran fisika. Namun, harus

disesuaikan dengan konsep fisika yang cocok dengan model pembelajaran

ini.

2. Setiap guru harus pandai dalam memilih dan menentukan model

pembelajaran, metode, pendekatan, strategi dalam kegiatan belajar

mengajar agar peserta didik tidak selalu menerima informasi hanya dari

guru saja.

3. Untuk penelitian lebih lanjut, diharapkan dapat menghubungkan antara

model pembelajaran ini dengan hasil belajar pada ranah afektif dan

psikomotorik.

Page 100: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

85

DAFTAR PUSTAKA

Meltzer, David. The Relationship Between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Gain in Physics: a possible “hidden variable”

in diagnostic pretest score. Department of Physics and Astronomy.

Bagus, Ida Putu Arnyana. Pengaruh Penerapan Model Belajar Berdasarkan

Masalah dan Model Pengajaran Langsung dipadu dengan Strategi

Kooperatif terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA, dalam Jurnal

Pendidikan dan Penguasaan IKIP Negeri Singaraja, No.4 Thn.XXXIX

Abas, Nurhayati. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(Problem Based-Learning) dalam pembelajaran Matematika di SMU,

dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 051, Th. Ke-10,

November 2004

Kuwato, Mrih. Peningkatan Pembelajaran Antropologi Melalui Problem

Based-Learning pada Siswa Kelas XI Bahasa SMA Negeri 2 Wonogiri

Tahun Pelajarn 2006/2007, dalam Jurnal yang berjudul

WIDYATAMA Vol.3, No.4 Desember 2006.

Sadia, I Wayan. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa SMA

Melalui Penerapan Model Pembelajaran “Problem Based Learning”

dan Cycle Learning” Dalam Pembelajaran Fisika, dalam Jurnal

Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, Jakarta, No.1 Th.XXXX

Januari 2007

Sagala, Syaiful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan Dalam Pendekatan Baru. Rosda

Karya: Bandung

Sutarto. Buku Ajaran Fisika dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika

sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan, 11 (054), 2005

http://pkab.wordpress.com/2008/06/21/discovery-inquiry-sts-fisika/Diakses

tanggal 20 April 2009

Prwanto, Ngalim. 2000. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosda Karya: Bandung

Sinaga Bornok. Efektifitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem

Based-Instruction) Pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi

Kuadrat, dalam Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan vol.10 (2) Maret

2004.

Page 101: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

86

Suardana, I Nyoman. Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

dengan Pendekatan Kooperatif Berbantu Modul untuk Meningkatkan

Kualitas Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Pada Perkuliahan Kimia

Fisika I, dalam Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri

Singaraja, No. 4, Th. XXXIX, Oktober 2006.

Supramono. Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Berpikir Ilmiah melalui

Model Problem Based-Instruction Pada Konsep Difusi dan Osmosis

Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Jekan Raya Palangkaraya, dalam

Jurnal Ilmiah Kependidikan dan Kemasyarakatan Vol.2 No. 1 Januari-

Juni 2007.

Khurotul Aeni, Titin. Pendekatan Konstruktivisme dengan Model

Pembelajaran Berbadasarkan Masalah (Problem Based Learning)

untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Laju Reaksi

(Sebuah Penelitian Tindakan Kelas di MAN 8 Cakung, Jakarta

Timur), (Skripsi S1 Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan

Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Suherman, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri 3 Pondok Pinang

Jakarta, (Skripsi S1 Jurusan Pendidikan IPA Program Studi

Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008).

Mulhayatiah, Diah M.Pd, Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pokok

Bahasan Gelombang dan Optik untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep Siswa Kelas I SMA, dalam Jurnal EDUSAINS Vol.1 No.1

Juni 2008.

Http://id.Wikipedia.or/wiki/fisika diakses pada tanggal 23 desember 2009

I Wayan Dasna dan Sutrisno, “Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

basedlearning)”,dariHttp://lubisgafura.wordpress.com/2007/12/16Pe

mbelajaran-berbasis -masalah/

http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme"/2009/10/20

Http://www.teachersrock.net/teori-konstruktivisme. html diakses pada tanggal

20 oktober 2009.

Sutisna, “Teori Pembelajaran Konstruktivisme”, artikel diakses pada tanggal

20 oktober 2009 dari

Page 102: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

87

http://sutisna.com/psikologi/psikologi_pendidikan/teori belajar

konstruktivisme.

Anwar Holil, “Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah” dari

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/model-pembelajaran-

berdasarkan-masalah.html

Inayatussholihah, dkk.,”Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Kegiatan

Laboratorium (Praktikum) Pada Konsep Fotosintesis” (Penelitian

Tindakan Kelas di MTs. N Tangerang 2 Pamulang Banten), dalam

Jurnal EDUSAINS Vol. 1 No. 1 Juni 2008.

Sofyan, Ahmad, dkk.2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi.

Lembaga Penelitian UIN Jakarta Press: Jakarta

Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

Universitas Negeri Surabaya: Surabaya

Neni, Zikri. 2006. Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Kizi

Brother’s: Jakarta

Sabri, Alisuf. 2007. Psikologi Pendidikan. Pedoman Ilmu Jaya: Jakarta

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara:

Jakarta

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara:

Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana: Jakarta.

Hakim, Thursan. 2008. Belajar Secara Efektif. Pustaka Pembangunan Swadaya

Nusantara: Jakarta

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. PT. Raja Grafindo

Persada: Jakarta

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Kencana: Jakarta

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Page 103: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

88

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo

Persada: Jakarta

Amir, Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning.

Kencana: Jakarta

Sukarno. 2009. Penelitian Tindakan Kelas Prinsip-Prinsip Dasar Konsep dan

Implementasinya. Media Perkasa: Surakarta

Slavin, E Robert. 2009. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi, PT. Indeks:

Jakarta

Page 104: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

101

Lampiran 2

UJI INSTRUMENT PENELITIAN

1. Pemantulan difus adalah pemantulan yang terjadi jika sinar jatuh mengenai

permukaan yang ….

a. kasar

b. licin

c. datar

d. halus

e. bening

2. 1) Cahaya dapat dipantulkan

2) Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik

3) Cahaya dapat dibiaskan

4) Cahaya dapat merambat lurus

Dari pernyataan di atas yang merupakan sifat dari cahaya adalah….

a. 1 dan 3 d. 4 saja

b. 2 dan 4 e. 1, 2, 3 dan 4

c. 1, 2 dan 3

3. Jika seberkas cahaya mengenai benda gelap, akan membentuk bayangan gelap

di belakang benda. Hal ini disebabkan karena cahaya dapat….

a. dibiaskan

b. diteruskan

c. diserap

d. diinterferensi

e. dipolarisasi

4. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai bayangan yang dibentuk oleh

cermin datar adalah….

Mata Pelajaran : FISIKA

Konsep : Optik Geometri

Waktu : 2 Jam Pelajaran ( 80 Menit )

Petunjuk Pengerjaan Soal :

1. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban

yang paling benar.

2. Berilah tanda silang pada lembar jawaban anda.

3. Jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada

jawaban yang telag anda beri tanda (X) kemudian beri tanda

silang kembali pada jawaban anda yang baru.

Page 105: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

102

a. bayangan bersifat semu /virtual

b. bayangan bersifat nyata

c. bayangan terletak pada ruang yang sama

d. bayangan yang dihasilkan lebih kecil

e. jarak bayangan lebih dekat dari pada jarak benda

5. Perhatikan Gambar di bawah ini :

Gambar 1 Pemantulan oleh 2 buah Cermin Datar

Setelah berkas sinar mengalami pemantulan 2 kali, maka arah berkas sinar….

a. menuju sinar datang

b. memotong sinar datang

c. tegak lurus sinat datang

d. sejajar dan berlawanan dengan arah sinar datang

e. sejajar dan searah dengan sinar dating

6. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 2 Pemantulan Pada Cermin Datar

Pada gambar di atas. Seseorang berdiri di depan sebuah cermin datar sejauh x

meter. Jika letak mata orang tersebut tepat pada pertengahan cermin dan ia

dapat melihat seluruh lebar dinding yang berada di belakangnya, maka nilai x

maksimumnya adalah ….

a. 1,5 m b. 1,8 m c. 2,3 m d. 2,5 m e. 3 m

Page 106: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

103

7. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 3 Pemantulan pada Cermin Datar

Duah buah cermin datar X dan Y saling berhadapan dan membentuk sudut

600. seberkas sinar menuju X dengan sudut datang 60

0 hingga dipantulkan ke

Y (r1). Jika sinar r1 dipantulkan kembali (r2), maka besar sudut pantul r2

adalah....

a. 00 b. 30

0 c. 45

0 d.60

0 e.90

0

8. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung

Pernyataan yang benar mengenai gambar di atas adalah….

a. cermin tersebut adalah cermin cekung

b. jarak benda ke cermin lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin

c. jarak bayangan lebih kecil dari jari-jari kelengkungan cermin

d. jarak fokus cermin positif

e. cermin tersebut adalah cermin cembung

9. Sebuah sumber cahaya (lampu) dipasang didepan cermin cekung. Jari-jari

kelengkungan cermin 20 cm. agar cermin tersebut mampu menghasilkan sinar

pantul yang sejajar, maka jarak pantul ke pusat cermin adalah….

a. 5 cm b. 10 cm c. 15 cm d. 20 cm e. 25 cm

10. Benda setinggi h diletakkan pada jarak 4 cm di depan cermin cekung yang

berjari-jari kelengkungan 14 cm. Berapa jarak bayangan dan Sifat bayangan

yang terbentuk adalah....

Benda Bayangan benda di dalam cermin

Page 107: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

104

a. dan nyata, tegak, setinggi

b. dan nyata,terbalik, diperbesar

c. cm dan nyata, tegak, diperkecil

d. dan maya, tegak, setinggi h

e. cm dan maya, tegak, diperbesar

11. Cermin cekung A berjari-jari 20 cm, dipasang berhadapan dengan cermin

cembung B yang berjari-jari 30 cm pada jarak 40 cm satu sama lain dengan

sumbu berimpit. Sebuah benda tegak lurus dengan sumbu utama berada pada

jarak 15 cm dari cermin A (perhatikan gambar 5).

Gambar 5 Pemantulan pada 2 buah Cermin Lengkung

Bagaimanakah besarnya perbandingan jarak bayangan cermin B terhadap

jarak bayangan cermin A....

a. 1 : 2 b. 1 : 3 c. 1 : 4 d. 1 : 5 e. 1 : 6

12. Pembiasan cahaya terjadi karena....

a. persamaan sifat sat yang dilalui cahaya

b. perbedaan massa jenis zat yang dilalui cahaya

c. pengaruh penyerapan cahaya oleh zat yang dilalui

d. perbedaan kecepatan cahaya dalam zat yang dilalui cahaya

e. persamaan kecepatan cahaya dalam zat yang dilalui

13. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1 merambat

dalam medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium kedua n2.

Ternyata sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan

menggunakan hukum 1 snellius tentang pembiasan pada 2 medium yang

berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa....

a. n2>n1 d. f2>f1 dan v2>v1

b. f2>f1 dan n2>n1 e. v2>v1 dan λ2>λ1

c. f2>f1, n2>n1 dan v2>v1

14. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20x108 m/s, maka indeks bias

alkohol tersebut adalah....

Page 108: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

105

a. 1,36 b. 1,41 c. 1,53 d. 1,63 e. 1,8

15. Sebuah prisma yang terbuat dari gelas yang indeks biasnya 1,6. Memiliki

sudut pembias 600. Jika sinar dating pada salah satu bidang pembias dengan

sudut datang 530(sin 53 = 0,8), maka sudut yang dibentuk sinar ketika keluar

dari prisma adalah….

a. 450 b. 53

0 c. 60

0 d. 65

0 e. 68

0

16. Sinar monokromatik dari udara mengenai bidang pembias prisma dengan

indeks bias 1,6 jika sudut pembiasnya 300, maka besar sudut deviasi

minimumnya adalah....

a. 15,50

d. 18,80

b. 16,60

e. 19,90

c. 17,70

17. Perhatikan gambar dibawah adalah grafik hubungan sudut deviasi (δ) terhadap

sudut datang (i) dari suatu percobaan yang menggunakan prisma.

Gambar 6 Grafik hasil percobaan pembiasan pada prisma

Berdasarkan grafik pada gambar 6, maka besar sudut pembiasan prisma

adalah….

a.70 b. 46

0 c. 53

0 d. 60

0 e. 99

0

18. Sebuah prisma (n = 1,5) dengan sudut pembias 600. Jika seberkas sinar datang

pada salah satu bidang sisi dengan sudut datang 300, maka besar sudut deviasi

prisma di udara....

a. 300 b. 47,2

0 c. 62,2

0 d. 77,2

0 e. 90

0

19. Jika indeks bias air 4/3 dan indeks bias kaca 3/2, maka indeks bias relatif kaca

terhadap air adalah....

a. 3/5 b. 7/5 c. 8/3 d. 6/4 9/8

20. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca planparalel dengan sudut datang 600.

Jika indeks bias kaca 3 dan tebal kaca adalah 6 cm, maka pergeseran cahaya

terhadap berkas semula setelah keluar dari kaca adalah....

530

δ

460

i

Page 109: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

106

a. 2 2 cm b. 2 3 cm c. 4 cm d. 3 3 cm e. 5 cm

21. Suatu sistem optik terdiri dari 2 permukaan sferis yang membentuk sebuah

bola berjari-jari R= 5 cm. indeks bias bahan bola tersebut n = 4/3. Jika sebuah

benda b di letakkan 3 cm di depan A1 (lihat gambar 7) maka jarak bayangan

yang terbentuk adalah....

Gambar 7 Optik Sferis

a. 5 cm di kiri A2 d. 30 cm di kiri A2

b. 10 cm di kiri A2 e. 45 cm di kiri A2

c. 15 cm di kiri A2

22. Sebuah titik cahaya S diletakkan di dasar sebuah bejana yang berisi cairan

dengan indeks bias 3

5. Seseorang melihat sumber cahaya dari atas permukaan

cairan, dimana terdapat sebuah cairan tak tembus cahaya dengan jari-jari 1 cm

terapung pada permukaan cairan. Pusat cakram terletak vertikal di atas sumber

S. Cairan dalam bejana secara perlahan-lahan disalurkan keluar melalui

sebuah keran, maka ketinggian maksimum cairan dimana sumber cahaya S

sama sekali tidak dapat dilihat dari atas permukaan (lihat gambar) adalah....

Gambar 8 pembiasan cahaya

a. 1,33 cm d. 3,55 cm

b. 2, 35 cm e. 4,02 cm

c. 3, 21 cm

Page 110: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

107

23. Di bawah ini yang bukan sinar istimewa pada lensa cekung adalah....

a. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (F2)

b. sinar datang melalui titik fokus (F1) dibiaskan sejajar sumbu utama

c. sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa mengalami

pembiasan

d. sinar datang menuju titik fokus (F2) dipantulkan sejajar sumbu utama

e. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik

fokus (F1)

24. Sumber cahaya ditempatkan diantara pusat optik dan titik api lensa cembung.

Sifat bayangan benda yang dibentuk oleh lensa adalah….

a. nyata, tegak, dan diperbesar

b. nyata, terbalik dan diperkecil

c. maya, terbalik dan diperbesar

d. maya, tegak dan diperbesar

e. maya, tegak dan diperkecil

25. Sebuah benda diletakkan 30 cm di depan lensa konvergen dengan jarak fokus

15 cm. Besar bayangan dan sifat bayangan yang terbentuk adalah....

a. 1 x, maya dan terbalik

b. 2 x, nyata dan tegak

c. -1 x, nyata dan terbalik

d. -2 x, nyata dan terbalik

e. 3 x, maya dan tegak

26. Sebuah benda terletak pada sumbu utama lensa plankonveks yang mempunyai

jari-jari kelengkungan 10 cm, letak benda pada jarak 30 cm dari lensa. Jika

indeks bias 3/2, berapa jarak bayangannya....(nu = 1)

a. 45 cm b. 60 cm c. 85 cm d. 90 cm 100 cm

27. Dua buah lensa tipis dengan indeks bias sama 1,5 memiliki jarak fokus 5 cm

dan 20 cm. jika keduanya di lekatkan (digabung) kemudian dicelupkan ke

dalam air dengan indeks bias 4/3, maka jarak fokus lensa gabungan dalam air

adalah….

a. 16 cm b. 20 cm c. 25 cm d. 36 cm e. 100 cm

28. Sebuah lensa cembung di udara mempunyai jarak fokus 24 cm. Jika indeks

bias lensa 1,6 , maka jarak fokus lensa di dalam air yang indeks biasnya 1,33

adalah....

a. 30 cm b. 45 cm c. 50 cm d. 63 cm e. 72 cm

29. Kuat lensa di udara adalah 32

1 dioptri. Jika indeks bias lensa 3/2, maka kuat

lensa di dalam air yang indeks biasnya 4/3 adalah....

a. 1/3 dioptri b. 2/5 dioptri c. 5/6 dioptri d. 3/7 dioptri e. 6/8 dioptri

Page 111: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

108

30. Dua buah lensa konvergen, dengan panjang fokus F1 = 20 cm dan F2 = 25 cm,

diletakkan berjarak 80 cm (lihat gambar 9a). Sebuah benda diletakkan 60 cm

di depan lensa pertama (lihat gambar 9b). Apakah bayangan total yang

dibentuk oleh 2 kombinasi lensa lebih besar dibandingkan dengan yang

dihasilkan lensa ke-2....

Gambar 9 Lensa Konvergen

a. ½ kali d. 2 kali

b. 1 kali e. 3/2 kali

c. 1/6 kali

Page 112: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

109

Lampiran 3

UJI VALIDITAS SOAL

Siswa Skor untuk Item Soal Skor untuk Item Soal Xt 𝑿𝒕𝟐 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 81 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 17 289 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 9 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64 6 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 7 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10 100 8 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 256 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 17 289

10 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 841 11 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 17 289 12 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 20 400 13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 21 441 14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 18 324 15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23 529 16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 19 361 17 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 18 324 18 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 20 400 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 16 256 20 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22 484 21 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22 484 22 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 17 289 23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529 24 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 18 324 25 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 23 529 26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 27 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 22 484 28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 23 529 29 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 20 400 30 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 16 256

Page 113: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

110

31 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 18 324 32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24 576 33 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15 225 34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 19 361 Σ 27 31 18 25 25 20 19 17 18 14 19 19 16 21 17 19 19 29 31 19 19 31 15 20 15 16 19 20 21 15 614 12130 P 0,79 0,91 0,53 0,74 0,74 0,59 0,56 0,50 0,53 0,41 0,56 0,56 0,47 0,62 0,50 0,56 0,56 0,85 0,91 0,56 0,56 0,91 0,44 0,59 0,44 0,47 0,56 0,59 0,62 0,44 Q 0,21 0,09 0,47 0,26 0,26 0,41 0,44 0,50 0,47 0,59 0,44 0,44 0,53 0,38 0,50 0,44 0,44 0,15 0,09 0,44 0,44 0,09 0,56 0,41 0,56 0,53 0,44 0,41 0,38 0,56

Mp 18,19 17,77 21,31 19,57 19,08 19,53 20,39 19,81 19,82 20,54 20,00 19,94 19,86 19,55 19,93 19,78 20,29 18,81 18,45 20,00 19,72 18,66 20,57 19,63 20,93 20,79 19,89 20,89 19,95 20,79 Rpbi 0.05 -0.17 0.62 0.45 0.31 0.32 0.47 0.32 0.34 0.37 0.39 0.38 0.31 0.34 0.34 0.35 0.45 0.33 0.23 0.39 0.34 0.35 0.40 0.34 0.46 0.46 0.37 0.61 0.43 0.44 Hasil IN IN V V V V V V V V V V V V V V V V IN V V V V V V V V V V V

Mt 18.06 SD 5.536

Uji Validitas menggunakan rumus point biserial : 𝒓𝒑𝒃𝒊 = 𝑴𝒑−𝑴𝒕

𝑺𝑫

𝑷

𝑸

Keterangan :

𝒓𝒑𝒃𝒊 = Koefisien Korelasi Biserial

Mt = Rerata skor Total

Mp = Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

P = Proporsi siswa yang menjawab benar ( P = 𝒃𝒂𝒏𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓

𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂 )

Q = Proporsi siswa yang menjawab salah ( Q = 1-P ) SD = Standar Deviasi dari skor total

Page 114: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

111

Lampiran 4

UJI RELIABILITAS

Siswa Skor untuk Item Soal Xt 𝑿𝒕𝟐 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 81 2 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 17 289 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 9 4 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64 6 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 7 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10 100 8 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 256 9 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 17 289 10 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 841 11 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 17 289 12 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 20 400 13 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 21 441 14 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 18 324 15 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23 529 16 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 19 361 17 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 18 324 18 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 20 400 19 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 16 256 20 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22 484 21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22 484 22 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 17 289 23 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529 24 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 18 324 25 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 23 529 26 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 27 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 22 484

Page 115: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

112

28 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 23 529 29 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 20 400 30 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 16 256 31 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 18 324 32 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24 576 33 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15 225 34 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 19 361

Σ 18 25 25 20 19 17 18 14 19 19 16 21 17 19 19 29 19 19 31 15 20 15 16 19 20 21 15 614 12130 P 0,53 0,74 0,74 0,59 0,56 0,50 0,53 0,41 0,56 0,56 0,47 0,62 0,50 0,56 0,56 0,85 0,56 0,56 0,91 0,44 0,59 0,44 0,47 0,56 0,59 0,62 0,44 Q 0,47 0,26 0,26 0,41 0,44 0,50 0,47 0,59 0,44 0,44 0,53 0,38 0,50 0,44 0,44 0,15 0,44 0,44 0,09 0,56 0,41 0,56 0,53 0,44 0,41 0,38 0,56

PxQ 0.25 0.19 0.19 0.24 0.25 0.25 0.25 0.24 0.25 0.25 0.25 0.24 0.25 0.25 0.25 0.13 0.25 0.25 0.08 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.25 0.24 0.25 SD 5.536

ΣPQ 6.3

Rtabel 0.301 R11 0.82

Untuk menghitung reliabilitas soal menggunakan rumus Kuder Richardson (KR-20) :

𝒓𝟏𝟏 = (𝒏

𝒏−𝟏) (𝑺𝑫𝟐−𝜮𝑷𝑸

𝑺𝑫𝟐)

Keterangan :

𝒓𝟏𝟏 = reliabilitas tes secara keseluruhan

P = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

Q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (Q = 1-P)

ΣPQ = jumlah hasil perkalian antara P dan Q

N = banyaknya item

SD = standar deviasi dari tes

𝒓𝟏𝟏 = (𝒏

𝒏−𝟏) (𝑺𝑫𝟐−𝜮𝑷𝑸

𝑺𝑫𝟐)

𝒓𝟏𝟏 = (𝟐𝟕

𝟐𝟕−𝟏) (

(𝟓.𝟓𝟑𝟔)𝟐−𝟔.𝟑

(𝟓.𝟓𝟑𝟔)𝟐)

𝒓𝟏𝟏 = (𝟐𝟕

𝟐𝟔) (𝟑𝟎.𝟔𝟓−𝟔.𝟑

𝟑𝟎.𝟔𝟓)

𝒓𝟏𝟏 = (1.04) (𝟐𝟒.𝟑𝟓

𝟑𝟎.𝟔𝟓)

𝒓𝟏𝟏 = (1.04) (0.79)

𝒓𝟏𝟏 = 0.82

Page 116: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

113

Lampiran 5

UJI TARAF KESUKARAN

Siswa Skor untuk Item Soal Xt 𝑿𝒕𝟐 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9 81 2 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 17 289 3 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3 9 4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 5 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8 64 6 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 25 7 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10 100 8 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16 256 9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 17 289

10 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 841 11 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 17 289 12 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 20 400 13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 21 441 14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 18 324 15 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23 529 16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 19 361 17 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 18 324 18 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 20 400 19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 16 256 20 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22 484 21 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22 484 22 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 17 289 23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23 529 24 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 18 324 25 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 23 529 26 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23 529 27 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 22 484

Page 117: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

114

28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 23 529 29 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 20 400 30 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 16 256 31 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 18 324 32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24 576 33 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15 225 34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 19 361

Σ 27 31 18 25 25 20 19 17 18 14 19 19 16 21 17 19 19 29 31 19 19 31 15 20 15 16 19 20 21 15 614 12130 TK 0.79 0.91 0.53 0.74 0.74 0.59 0.56 0.50 0.53 0.41 0.56 0.56 0.47 0.62 0.50 0.56 0.56 0.85 0.91 0.56 0.56 0.91 0.44 0.59 0.44 0.47 0.56 0.59 0.62 0.44

Hasil mdh mdh sdg mdh mdh mdh sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg mdh mdh sdg sdg mdh sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg sdg

Keputusan Taraf Kesukaran:

Sukar : 0,00 – 0,30

Sedang : 0,31 – 0,70

Mudah : 0,71 – 1,00

Rumus Taraf Kesukaran : P = 𝑩

𝑱𝑺

Keterangan :

P = Indeks Kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Page 118: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

115

Lampiran 6

DAYA PEMBEDA

No Subjek

Skor untuk item no Σ

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 42

Kelompok Atas

10 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29

32 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 24

7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23

15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 23

23 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 23

25 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 23

26 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 23

28 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 23

20 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 22

Tidak dimasukkan dalam

perhitungan

21 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 22

27 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 23

13 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 21

12 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 20

18 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 19

29 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 20

16 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 19

34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 19

14 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 18

17 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 18

24 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 18

31 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 18

6 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 17

9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 17

11 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 17

Page 119: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

116

22 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 17

Kelompok Bawah

8 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 16

19 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 16

30 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 16

33 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 15

5 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 10

1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 9

4 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 8

3 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5

2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 3

WH 8 9 7 8 9 7 6 6 6 5 7 6 5 9 7 7 7 9 9 7 6 9 5 7 5 7 7 9 7 7

WL 7 9 0 4 6 3 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 6 7 1 4 7 0 4 1 1 4 2 1 1

DP 0,11 0,00 0,78 0,44 0,33 0,44 0,44 0,44 0,33 0,33 0,44 0,33 0,33 0,56 0,44 0,44 0,44 0,33 0,22 0,67 0,22 0,22 0,56 0,33 0,44 0,67 0,33 0,78 0,67 0,67

HASIL Buruk Buruk Baik

Sekali Baik Cukup Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Baik Baik Baik Cukup Cukup Baik Cukup Cukup Baik Cukup Baik Baik Cukup

Baik Sekali

Baik Baik

Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00 – 0,20 = buruk

0,21 – 0,40 = cukup

0,41 – 0,70 = baik

0,71 – 1,00 = baik sekali

Page 120: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

117

Lampiran 7

REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN

No

Item

Validitas Reliabilitas Taraf

Kesukaran

Daya

Pembeda

Keputusan

1 Tidak Valid Reliabel Mudah Buruk Buang

2 Tidak Valid Reliabel Mudah Buruk Buang

3 Valid Reliabel Sedang Baik Sekali Pakai

4 Valid Reliabel Mudah Baik Pakai

5 Valid Reliabel Mudah Cukup Pakai

6 Valid Reliabel Mudah Baik Pakai

7 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

8 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

9 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

10 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

11 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

12 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

13 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

14 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

15 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

16 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

17 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

18 Valid Reliabel Mudah Cukup Pakai

19 Tidak Valid Reliabel Mudah Cukup Buang

20 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

21 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

22 Valid Reliabel Mudah Cukup Pakai

23 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

24 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

25 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

26 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

27 Valid Reliabel Sedang Cukup Pakai

28 Valid Reliabel Sedang Baik sekali Pakai

29 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

30 Valid Reliabel Sedang Baik Pakai

Page 121: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

118

Lampiran 8

Uji Validitas Soal

(Contoh Perhitungan Validitas Soal No.1)

Diket :

Mp = 18,19

Mt = 18,06

SD = 5,536

P = 0,79

Q = 0,21

Dit : rpbi ?

Jawab :

Rpbi = SD

MtMp

Q

P

= 536,5

06,1819,18

21,0

79,0

= 536,5

13,076,3

Rpbi = 0,0388 atau 0,04

Soal dikatakan valid jika rhitung > rtabel

Kesimpulan : Rpbi = 0,04 sedangkan rtabel = 0,301 jadi rhitung < rtabel maka soal

nomor 1 dinyatakan tidak valid.

Page 122: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

119

Lampiran 9

Uji Reliabilitas

(Contoh Perhitungan Reliabilitas)

Diket:

N = 27

P =0,79

Q = 0,21

SD = 5,536

Dit: r11 ?

Jawab :

= ( ) ( )

= ( ) ( )

= ( ) ( )

= (1.04) ( )

= (1.04) (0.79)

= 0.82

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

r11 : 0,91 – 1,00 = sangat tinggi r11 : 0,71 – 0,90 = tinggi

r11 : 0,41 – 0,70 = cukup

r11 : 0,21 – 0,40 = rendah

r11 : 0.20 = sangat rendah

Page 123: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

120

Lampiran 10

Taraf Kesukaran

(Contoh Perhitungan Taraf Kesukaran No.1)

Diket: B = 27

Js = 34

Dit : P ?

Jawab : P = Js

B

P = 34

27

P = 0,79 (Mudah)

Kriteria tingkat kesukaran soal :

0,00 – 0,30 = sukar

0,31 – 0,70 = sedang

0,71 – 1,00 = mudah

Page 124: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

121

Lampiran 11

Daya Pembeda

(Contoh Perhitungan Daya Pembeda)

Diket :

BA = 8

JA =9

BB = 7

JB = 9

Dit : D ?

Jawab : D = JA

BA-

JB

BB

D = 9

8-

9

7

D = 9

1

D = 0,11 (Jelek)

Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :

0,00 – 0,20 = buruk

0,21 – 0,40 = cukup

0,41 – 0,70 = baik

0,71 – 1,00 = baik sekali

Page 125: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

156

Lampiran 13

SOAL SIKLUS I DAN SIKLUS II

1. Pernyataan di bawah ini yang benar mengenai bayangan yang dibentuk oleh cermin

datar adalah….

a. bayangan bersifat semu /virtual

b. bayangan bersifat nyata

c. bayangan terletak pada ruang yang sama

d. bayangan yang dihasilkan lebih kecil

e. jarak bayangan lebih dekat dari pada jarak benda

2. Perhatikan Gambar di bawah ini :

Gambar 1 Pemantulan oleh 2 buah Cermin Datar

Setelah berkas sinar mengalami pemantulan 2 kali, maka arah berkas sinar….

a. menuju sinar datang

b. memotong sinar datang

c. tegak lurus sinat datang

d. sejajar dan berlawanan dengan arah sinar datang

e. sejajar dan searah dengan sinar dating

3. Jika seberkas cahaya mengenai benda gelap, akan membentuk bayangan gelap di

belakang benda. Hal ini disebabkan karena cahaya dapat….

a. dibiaskan

b. diteruskan

c. diserap

Mata Pelajaran : FISIKA

Konsep : Optik Geometri

Waktu : 2 Jam Pelajaran ( 80 Menit )

Petunjuk Pengerjaan Soal :

1. Kerjakanlah soal-soal di bawah ini dengan memilih jawaban

yang paling benar.

2. Berilah tanda silang pada lembar jawaban anda.

3. Jika anda ingin mengganti jawaban, berilah tanda (=) pada

jawaban yang telag anda beri tanda (X) kemudian beri tanda

silang kembali pada jawaban anda yang baru.

Page 126: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

157

d. diinterferensi

e. dipolarisasi

4. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 2 Pemantulan Pada Cermin Datar

Pada gambar di atas. Seseorang berdiri di depan sebuah cermin datar sejauh x meter.

Jika letak mata orang tersebut tepat pada pertengahan cermin dan ia dapat melihat

seluruh lebar dinding yang berada di belakangnya, maka nilai x maksimumnya

adalah ….

a. 1,5 m b. 1,8 m c. 2,3 m d. 2,5 m e. 3 m

5. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 3 Pemantulan pada Cermin Datar

Duah buah cermin datar X dan Y saling berhadapan dan membentuk sudut 600.

seberkas sinar menuju X dengan sudut datang 600 hingga dipantulkan ke Y (r1). Jika

sinar r1 dipantulkan kembali (r2), maka besar sudut pantul r2 adalah....

a. 00 b. 30

0 c. 45

0 d.60

0 e.90

0

6. Perhatikan Gambar di bawah ini:

Gambar 4 Pembentukan Bayangan pada Cermin Lengkung

Pernyataan yang benar mengenai gambar di atas adalah….

Page 127: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

158

a. cermin tersebut adalah cermin cekung

b. jarak benda ke cermin lebih besar dari jari-jari kelengkungan cermin

c. jarak bayangan lebih kecil dari jari-jari kelengkungan cermin

d. jarak fokus cermin positif

e. cermin tersebut adalah cermin cembung

7. Sebuah sumber cahaya (lampu) dipasang didepan cermin cekung. Jari-jari

kelengkungan cermin 20 cm. agar cermin tersebut mampu menghasilkan sinar

pantul yang sejajar, maka jarak pantul ke pusat cermin adalah….

a. 5 cm b. 10 cm c. 15 cm d. 20 cm e. 25 cm

8. Benda setinggi h diletakkan pada jarak 4 cm di depan cermin cekung yang berjari-

jari kelengkungan 14 cm. Berapa jarak bayangan dan Sifat bayangan yang terbentuk

adalah....

a. dan nyata, tegak, setinggi

b. dan nyata,terbalik, diperbesar

c. cm dan nyata, tegak, diperkecil

d. dan maya, tegak, setinggi h

e. cm dan maya, tegak, diperbesar

9. Cermin cekung A berjari-jari 20 cm, dipasang berhadapan dengan cermin cembung

B yang berjari-jari 30 cm pada jarak 40 cm satu sama lain dengan sumbu berimpit.

Sebuah benda tegak lurus dengan sumbu utama berada pada jarak 15 cm dari cermin

A (perhatikan gambar 5).

Gambar 5 Pemantulan pada 2 buah Cermin Lengkung

Bagaimanakah besarnya perbandingan jarak bayangan cermin B terhadap jarak

bayangan cermin A....

a. 1 : 2 b. 1 : 3 c. 1 : 4 d. 1 : 5 e. 1 : 6

10. Pembiasan cahaya terjadi karena....

a. persamaan sifat sat yang dilalui cahaya

b. perbedaan massa jenis zat yang dilalui cahaya

c. pengaruh penyerapan cahaya oleh zat yang dilalui

d. perbedaan kecepatan cahaya dalam zat yang dilalui cahaya

e. persamaan kecepatan cahaya dalam zat yang dilalui

Page 128: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

159

11. Seberkas cahaya dengan laju v1, panjang gelombang λ1, frekuensi f1 merambat

dalam medium yang indeks biasnya n1 lalu dibiaskan ke medium kedua n2. Ternyata

sudut biasnya lebih besar daripada sudut datangnya. Dengan menggunakan hukum 1

snellius tentang pembiasan pada 2 medium yang berbeda, maka dapat disimpulkan

bahwa....

a. n2>n1 d. f2>f1 dan v2>v1

b. f2>f1 dan n2>n1 e. v2>v1 dan λ2>λ1

c. f2>f1, n2>n1 dan v2>v1

12. Jika kecepatan cahaya dalam alkohol adalah 2,20x108 m/s, maka indeks bias

alkohol tersebut adalah....

a. 1,36 b. 1,41 c. 1,53 d. 1,63 e. 1,8

13. Sebuah prisma yang terbuat dari gelas yang indeks biasnya 1,6. Memiliki sudut

pembias 600. Jika sinar dating pada salah satu bidang pembias dengan sudut datang

530(sin 53 = 0,8), maka sudut yang dibentuk sinar ketika keluar dari prisma

adalah….

a. 450 b. 53

0 c. 60

0 d. 65

0 e. 68

0

14. Sinar monokromatik dari udara mengenai bidang pembias prisma dengan indeks

bias 1,6 jika sudut pembiasnya 300, maka besar sudut deviasi minimumnya adalah....

a. 15,50

d. 18,80

e. 19,90

b. 16,60

c.17,70

15. Perhatikan gambar dibawah adalah grafik hubungan sudut deviasi (δ) terhadap sudut

datang (i) dari suatu percobaan yang menggunakan prisma.

Gambar 6 Grafik hasil percobaan pembiasan pada prisma

Berdasarkan grafik pada gambar 6, maka besar sudut pembiasan prisma adalah….

a.70 b. 46

0 c. 53

0 d. 60

0 e. 99

0

16. Sebuah prisma (n = 1,5) dengan sudut pembias 600. Jika seberkas sinar datang pada

salah satu bidang sisi dengan sudut datang 300, maka besar sudut deviasi prisma di

udara....

a. 300 b. 47,2

0 c. 62,2

0 d. 77,2

0 e. 90

0

17. Seberkas cahaya dijatuhkan pada kaca planparalel dengan sudut datang 600. Jika

indeks bias kaca 3 dan tebal kaca adalah 6 cm, maka pergeseran cahaya terhadap

berkas semula setelah keluar dari kaca adalah....

530

δ

460

i

Page 129: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

160

a. 2 2 cm b. 2 3 cm c. 4 cm d. 3 3 cm e. 5 cm

18. Suatu sistem optik terdiri dari 2 permukaan sferis yang membentuk sebuah bola

berjari-jari R= 5 cm. indeks bias bahan bola tersebut n = 4/3. Jika sebuah benda b di

letakkan 3 cm di depan A1 (lihat gambar 7) maka jarak bayangan yang terbentuk

adalah....

Gambar 7 Optik Sferis

a. 5 cm di kiri A2 d. 30 cm di kiri A2

b. 10 cm di kiri A2 e. 45 cm di kiri A2

c. 15 cm di kiri A2

19. Sebuah titik cahaya S diletakkan di dasar sebuah bejana yang berisi cairan dengan

indeks bias 3

5. Seseorang melihat sumber cahaya dari atas permukaan cairan,

dimana terdapat sebuah cairan tak tembus cahaya dengan jari-jari 1 cm terapung

pada permukaan cairan. Pusat cakram terletak vertikal di atas sumber S. Cairan

dalam bejana secara perlahan-lahan disalurkan keluar melalui sebuah keran, maka

ketinggian maksimum cairan dimana sumber cahaya S sama sekali tidak dapat

dilihat dari atas permukaan (lihat gambar) adalah...

Gambar 8 pembiasan cahaya

a. 1,33 cm d. 3,55 cm

b. 2, 35 cm e. 4,02 cm

c. 3, 21 cm

20. Di bawah ini yang bukan sinar istimewa pada lensa cekung adalah....

a. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus (F2)

b. sinar datang melalui titik fokus (F1) dibiaskan sejajar sumbu utama

Page 130: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

161

c. sinar yang melalui titik pusat optik (O) diteruskan tanpa mengalami pembiasan

d. sinar datang menuju titik fokus (F2) dipantulkan sejajar sumbu utama

e. sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik fokus

(F1)

21. Sumber cahaya ditempatkan diantara pusat optik dan titik api lensa cembung. Sifat

bayangan benda yang dibentuk oleh lensa adalah….

a. nyata, tegak, dan diperbesar

b. nyata, terbalik dan diperkecil

c. maya, terbalik dan diperbesar

d. maya, tegak dan diperbesar

e. maya, tegak dan diperkecil

22. Sebuah benda diletakkan 30 cm di depan lensa konvergen dengan jarak fokus 15

cm. Besar bayangan dan sifat bayangan yang terbentuk adalah....

a. 1 x, maya dan terbalik

b. 2 x, nyata dan tegak

c. -1 x, nyata dan terbalik

d. -2 x, nyata dan terbalik

e. 3 x, maya dan tegak

23. Sebuah benda terletak pada sumbu utama lensa plankonveks yang mempunyai jari-

jari kelengkungan 10 cm, letak benda pada jarak 30 cm dari lensa. Jika indeks bias

3/2, berapa jarak bayangannya....(nu = 1)

a. 45 cm b. 60 cm c. 85 cm d. 90 cm 100 cm

24. Dua buah lensa tipis dengan indeks bias sama 1,5 memiliki jarak fokus 5 cm dan 20

cm. jika keduanya di lekatkan (digabung) kemudian dicelupkan ke dalam air dengan

indeks bias 4/3, maka jarak fokus lensa gabungan dalam air adalah….

a. 16 cm b. 20 cm c. 25 cm d. 36 cm e. 100 cm

25. Sebuah lensa cembung di udara mempunyai jarak fokus 24 cm. Jika indeks bias

lensa 1,6 , maka jarak fokus lensa di dalam air yang indeks biasnya 1,33 adalah....

a. 30 cm b. 45 cm c. 50 cm d. 63 cm e. 72 cm

26. Kuat lensa di udara adalah 32

1 dioptri. Jika indeks bias lensa 3/2, maka kuat lensa di

dalam air yang indeks biasnya 4/3 adalah....

a. 1/3 dioptri b. 2/5 dioptri c. 5/6 dioptri d. 3/7 dioptri e. 6/8 dioptri

27. Dua buah lensa konvergen, dengan panjang fokus F1 = 20 cm dan F2 = 25 cm,

diletakkan berjarak 80 cm (lihat gambar 9a). Sebuah benda diletakkan 60 cm di

depan lensa pertama (lihat gambar 9b). Apakah bayangan total yang dibentuk oleh 2

kombinasi lensa lebih besar dibandingkan dengan yang dihasilkan lensa ke-2....

Page 131: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

162

Gambar 9 Lensa Konvergen

a. ½ kali d. 2 kali

b. 1 kali e. 3/2 kali

c. 1/6 kali

Page 132: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

163

Lampiran 14

KISI-KISI KUISIONER

Indikator No. soal

Mutu Pengajaran / Kualitas Pembelajaran 1

Tingkat pengajaran yang tepat 2

Pemberian Insentif 3

Waktu yang digunakan 4

Faktor kesulitan belajar 5

Page 133: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

164

Lampiran 15

KUISIONER

Nama :

Kelas :

Sekolah :

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda ( √ ) pada jawaban

yang kamu anggap sesuai !

1. Apakah ada peningkatan antara hasil posttes mu dibandingkan dengan hasil

pretes mu pada konsep optik geometri ?

Ya

Tidak

Sedikit

2. Apakah kamu memahami materi optik geometri yang telah diajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning ?

Ya, mengerti

Cukup mengerti

Tidak mengerti

3. Apakah yang kamu harapkan setelah mengikuti pembelajaran optik geometri

dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning ini ?

Nilai yang baik.

Hadiah yang menarik

Semangat belajar fisika yang lebih tinggi

4. Menurut pendapatmu, apakah waktu yang tersedia cukup atau tidak untuk

semua kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran problem based

learning?

Ya

Tidak

Kadang-kadang

Page 134: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

165

5. Faktor kesulitan apakah yang kamu hadapi dalam mempelajari konsep optik

geometri dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning ?

Melakukan Percobaan

Menyusun laporan Percobaan

Mengerjakan soal-soal optik geometri

Page 135: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

166

Lampiran 16

FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Siklus I

Nama Obsever : Sudiro, S.Pd

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X-D

Konsep : Optik Geometri

Sub Konsep : Cermin

Pertemuan Ke : II

Tanggal :12 Januari 2010

Berilah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh pada peserta didik.

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Antusias Peserta didik dalam Proses Pembelajaran. √

2 Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang

diberikan oleh guru.

3 Tertib dalam membagi kelompok. √

4 Berinteraksi dengan kelompoknya. √

5 Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam

berdiskusi.

6 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

7 Mengumpulkan tugas tepat waktu. √

8 Mengikuti proses pembelajaran dengan baik. √

9 Mengajukan dan menangapi pertanyaan pada saat

berdiskusi.

10 Berinteraksi dengan guru √

Page 136: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

167

FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Siklus I

Nama Obsever : Sudiro, S.Pd

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X-D

Konsep : Optik Geometri

Sub Konsep : Pembiasan Cahaya

Pertemuan Ke : III

Tanggal :19 Januari 2010

Berilah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh pada peserta didik.

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Antusias Peserta didik dalam Proses Pembelajaran. √

2 Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang

diberikan oleh guru.

3 Tertib dalam membagi kelompok. √

4 Berinteraksi dengan kelompoknya. √

5 Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam

berdiskusi.

6 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

7 Mengumpulkan tugas tepat waktu. √

8 Mengikuti proses pembelajaran dengan baik. √

9 Mengajukan dan menangapi pertanyaan pada saat

berdiskusi.

10 Berinteraksi dengan guru √

Page 137: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

168

FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Siklus I

Nama Obsever : Sudiro, S.Pd

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X-D

Konsep : Optik Geometri

Sub Konsep : Lensa

Pertemuan Ke : IV

Tanggal :26 Januari 2010

Berilah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh pada peserta didik.

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Antusias Peserta didik dalam Proses Pembelajaran. √

2 Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang

diberikan oleh guru.

3 Tertib dalam membagi kelompok. √

4 Berinteraksi dengan kelompoknya. √

5 Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam

berdiskusi.

6 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

7 Mengumpulkan tugas tepat waktu. √

8 Mengikuti proses pembelajaran dengan baik. √

9 Mengajukan dan menangapi pertanyaan pada saat

berdiskusi.

10 Berinteraksi dengan guru √

Page 138: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

169

FORMAT OBSERVASI PRSES PEMBELAJARAN

Siklus II

Nama Obsever : Sudiro, S.Pd

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X-D

Konsep : Optik Geometri

Sub Konsep : Cermin

Pertemuan Ke : VI

Tanggal :9 Februari 2010

Berilah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh pada peserta didik.

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Antusias Peserta didik dalam Proses Pembelajaran. √

2 Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang

diberikan oleh guru.

3 Tertib dalam membagi kelompok. √

4 Berinteraksi dengan kelompoknya. √

5 Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam

berdiskusi.

6 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

7 Mengumpulkan tugas tepat waktu. √

8 Mengikuti proses pembelajaran dengan baik. √

9 Mengajukan dan menangapi pertanyaan pada saat

berdiskusi.

10 Berinteraksi dengan guru √

Page 139: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

170

FORMAT OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN

Siklus II

Nama Obsever : Sudiro, S.Pd

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas : X-D

Konsep : Optik Geometri

Sub Konsep : Pembiasan Lensa

Pertemuan Ke : VII

Tanggal :16 Februari 2010

Berilah tanda (√) jika kegiatan itu dilakukan oleh pada peserta didik.

No. Aspek yang diamati Ya Tidak

1 Antusias Peserta didik dalam Proses Pembelajaran. √

2 Memperhatikan dan menyimak penjelasan yang

diberikan oleh guru.

3 Tertib dalam membagi kelompok. √

4 Berinteraksi dengan kelompoknya. √

5 Berinteraksi dengan kelompok lain terutama dalam

berdiskusi.

6 Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

7 Mengumpulkan tugas tepat waktu. √

8 Mengikuti proses pembelajaran dengan baik. √

9 Mengajukan dan menangapi pertanyaan pada saat

berdiskusi.

10 Berinteraksi dengan guru √

Page 140: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

171

Lampiran 17

BERITA WAWANCARA

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses belajar fisika.

Bentuk Wawancara : Bebas

Waktu : 30 Januari 2009

Tempat : SMA N 83 Jak-ut

Objek Wawancara : Guru bidang studi fisika kelas X

Subjek wawancara : Peneliti

1. Peneliti : Bapak mengajar fisika di kelas berapa? Dan sudah berapa lama

mengajar fisika di sekolah ini?

Guru : - kelas XII-IPA dan kelas X

- Sudah 12 tahun

2. Peneliti : Pendekatan/ model/ metode apa saja yang pernah bapak gunakan

untuk mengajar?

Guru : Inkuiri, Sains Teknologi Masyarakat, Ceramah, Diskusi,

Eksperimen dan Pemecahan Masalah. Tetapi yang lebih sering digunakan

adalah metode ceramah, diskusi dan sesekali melakukan eksperimen.

3. Peneliti : Bagaimana cara bapak membangkitkan motivasi dan rasa ingin

tau para peserta didik?

Guru : - Memberikan umpan balik

- Mengadakan tes awal

- Memberikan kesempatan bertanya seluas-luasnya pada peserta

didik.

4. Peneliti : Apakah para peserta didik mengalami kesulitan dalam

mempelajari dan memahami konsep optik geometri?

Guru : Ya

5. Peneliti : Apa yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan dalam

mempelajari konsep tersebut?

Page 141: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

172

Guru : - Kurang paham dan mendalamnya konsep yang disampaikan.

- Minimnya alat peraga.

- Sulitnya menghubungkan antara konsep dengan kehidupan

sehari-hari.

6. Peneliti : Apakah bapak tahu Model Pembelajaran Problem Based-

Learning? Pernahkah bapak menggunakannya?

Guru : - Tahu, tapi tidak mendalam

- Belum pernah

7. Peneliti : Bagaimana jika dalam pembelajaran konsep optik geometri,

model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran problem

based-learning?

Guru : Mudah-mudahan menjadi sesuatu yang baru buat peserta didik

sehingga peserta didik menjadi lebih tertarik untuk belajar tentang Optik

Geometri.

Page 142: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

173

BERITA WAWANCARA

Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses belajar fisika.

Bentuk Wawancara : Bebas

Waktu : 30 Januari 2009

Tempat : SMA N 83 Jak-ut

Objek Wawancara : Peserta didik kelas XII

Subjek wawancara : Peneliti

Pertanyaan

1. Peneliti : Siapa nama anda ? dan duduk dikelas berapa?

Peserta didik : Wisnu Widiatmoko, XII-IPA

2. Peneliti : Berapa nilai fisika anda pada waktu kelas X?

Peserta didik : 7,0

3. Peneliti : Apa yang anda lakukan untuk meningkatkan nilai fisika

anda?

Peserta didik : Belajar, Belajar dan Belajar

4. Peneliti : Bagaimana cara guru fisika anda mengajar?

Peserta didik : Ceramah, Memberikan catatan dan latihan soal.

5. Peneliti : Konsep fisika apa yang anda anggap paling sulit waktu

kelas X ?

Peserta didik : Optik Geometri

6. Peneliti : Bagaimana cara guru anda mengajar saat menjelaskan

konsep tersebut?

Peserta didik : Ceramah.

7. Peneliti : Apakah langkah tersebut dapat membantu anda?

Peserta didik : Sedikit membantu tapi pusing.

Page 143: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

174

KUISIONER

Nama : ...................................................

Kelas : ...................................................

Sekolah : ...................................................

Pilihlah salah satu alternative jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di bawah

ini dengan cara memberi tanda ( √ ) !

1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran Fisika ?

ya

biasa saja

tidak, karena..................................................................................................

2. Urutkanlah materi fisika yang diajarkan di kelas X pada semester II di bawah

ini dari yang kamu anggap paling sulit sampai yang kamu anggap paling

mudah!

Optik Geometri

Alat-alat Optik

Suhu dan Kalor

Listrik Dinamis

Gelombang Elektromagnetik

3. Faktor kesulitan apa yang kamu hadapi dalam mempelajari fisika?

mengerjakan soal-soal fisika

memahami konsep

melakukan praktikum

Page 144: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

175

4. Diantara model pembelajaran di bawah ini model yang sering digunakan oleh

guru fisika ketika mengajar di kelas ?

ceramah dan diskusi

eksperimen

pemecahan masalah

Page 145: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

176

Hasil Perhitungan Kuisioner

1. Apakah kamu menyukai mata pelajaran fisika?

Alternatif Jawaban F P

Ya 5 17,24 %

Biasa Saja 6 20,67 %

Tidak 18 62,07 %

Jumlah 29 100 %

2. Urutkanlah materi fisika yang diajarkan di kelas X pada semester II di

bawah ini dari yang kamu anggap paling sulit sampai yang kamu anggap

paling mudah!

Alternatif Jawaban F P

Optik Geometri 13 44,83 %

Alat-Alat Optik 10 34,48 %

Suhu dan Kalor 1 3,45 %

Listrik Dinamis 4 13,79%

Gelombang Elektromagnetik 1 3,45%

Jumlah 29 100 %

Page 146: IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1134/1/98319... · PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA . JURUSAN PENDIDIKAN ILMU

177

3. Faktor kesulitan yang kamu hadapi dalam mempelajari fisika?

Alternatif Jawaban F P

Mengerjakan soal-soal fisika 9 31,03 %

Memahami konsep 17 58,62 %

Melakukan praktikum 3 10,34 %

Jumlah 29 100 %

4. Diantara model pembelajaran di bawah ini, model yang sering digunakan

oleh guru fisika ketika mengajar di kelas?

Alternatif Jawaban F P

Ceramah dan Diskusi 24 82,76 %

eksperimen 5 17,24 %

Pemecahan Masalah 0 0 %

Jumlah 29 100 %