implementasi keperawatan dengan gangguan rasa … · rasa nyaman nyeri pada pasien hipertensi di...

90
i IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN HIPERTENSI DI RSUD OGAN ILIR TAHUN 2018 Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan memperoleh gelar Ali Madya Keperawatan OLEH HENDRIYANI NIM. PO. 71.20.1.17.105. RPL POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    IMPLEMENTASI KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

    RASA NYAMAN NYERI PADA PASIEN HIPERTENSI

    DI RSUD OGAN ILIR

    TAHUN 2018

    Diajukan Kepada Poltekkes Kemenkes Palembang Untuk Memenuhi Salah

    Satu Persyaratan memperoleh gelar Ali Madya Keperawatan

    OLEH

    HENDRIYANI

    NIM. PO. 71.20.1.17.105. RPL

    POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

    PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Karya tulis Ilmiah oleh Hendriyani NIMPO. 71.20.1.17.105

    RPLdenganjudul”Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman

    Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018”telah diperiksa dan

    disetujui untuk diujikan.

    Palembang, 2018

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    Ns. Lukman, S.kep., MM., M.Kep SumitroAdi Putra, S.Kep, Ns, M.Kes

  • LEMBAR PENGESAHAN

    Karya tulis Ilmiah oleh Hendriyani dengan judul” Implementasi Keperawatan

    Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Ogan

    Ilir Tahun 2018” telah dipertahankan didepan dewan pengujipada bulan Juli 2018

    Dewan Penguji

    Penguji Ketua Penguji Anggota 1 Penguji Anggota II

    ............................. .................................. ................................

    Mengetahui

    Kepala Prodi DIII Keperawatan

    Ns. Lukman, S. Kep, MM. M. Kep

    NIP. 197254321 199603 1 001

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

    karunia dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah. Penulisan

    Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

    mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Poltekkes

    Kemenkes Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

    berbagai pihak pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini, sangatlah sulit bagi saya

    untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih

    Kepada :

    1. Ibu Drg. Hj. Nur Adiba Hanum, Kes Selaku Direktur Politeknik

    Kesehatan Palembang.

    2. Bapak H. Budi Santoso, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua

    Jurusan Keperawatan Palembang Politeknik Kesehatan Kemenkes

    Palembang.

    3. Ns. Lukman, S. Kep, MM, M. Kep Selaku Kepala Prodi DIII

    Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang.

    4. Ns. Lukman, S.kep., MM., M.Kep selaku Pembimbing I yang telah

    menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.

    5. Sumitro Adi Putra, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

    menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

    penyusunan Karya Tulis Ilmiah Ini.

    6. Drs. H.M. Nasir A.Hamid, S.Pd, M.Kes Selaku Penguji Utama.

    7. Sulaiman, S.Pd, M.Pd Selaku Penguji Kedua.

    8. H. Aguscik, S.Kep, Ns, M.Kes Selaku Penguji Ketiga.

    9. Suami Tercinta dan Anak – Anak tersayang yang memberikan bantuan

    dan semangat baik materi maupun moral.

    10. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan

    material maupun moral.

    11. Puskesmas Payaraman Kecamatan Parayaman Kabupaten Ogan Ilir yang

    telah membantu selama proses Karya Tulis Ilmiah ini.

  • 12. Sahabat – sahabat angkatan I RPL yang telah berjuang bersama dan

    saling mendukung serta saling berbagi informasi dalam menyelesaikan

    Karya Tulis Ilmiah ini.

    Semoga bantuan serta budi baik yang telah diberikan kepada penulis,

    mendapat balasana dari Allah SWT. Besar harapan penulis agar Karya Tulis

    Ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pengembangan ilmu

    keperawatan.

    Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

    Palembang, 2018

    Penulis

  • vi

    ABSTRAK

    Hendriyani, 2018. Implementasi Keperawatan Dengan Gangguan Rasa

    Nyaman Nyeri Pada Pasien Hipertensi Di RSUD Ogan Ilir Tahun

    2018. Program Diploma III Keperawatan, Jurusan Keperawatan

    Poltekkes Kemenkes Palembang. Pembimbing (I) : Ns. Lukman,

    S.kep., MM., M.Kep. Pembimbing (II) :Sumitro Adi Putra, S.Kep,

    Ns, M.Kes

    Latar belakang penelitian ini dikarenakan sampai saat ini, hipertensi masih

    merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa tidak, hipertensi

    merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan

    primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang

    tinggi, yaitu, sebesar 25,8%,. Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum

    ada meskipun obat-obatan yang efektif banyak tersedia. Tujuan Umum dari

    penelitian ini adalah penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata

    tentang penerapan Implementasi Keperawatan pada Pasien Hipertensi

    Primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018.Sedangkan Tujuan Khusus dari

    penelitian ini adalah Untuk mendapatkan gambaran tentang Pengkajian

    pada Pasien Hipertensi Primer di RSUD Ogan Ilir, Untuk mendapatkan

    gambaran tentang Diagnosa Keperawatan Pasien Hipertensi primer di

    RSUD Ogan Ilir, Untuk mendapatkan gambaran tentang Rencana

    Keperawatan pada Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir, Untuk

    mendapatkan gambaran tentang Tindakan Keperawatan pada Pasien

    Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir, Untuk mendapatkan gambaran

    tentang tindakan yang telah dilakukan Pasien Hipertensi primer di RSUD

    Ogan Ilir. Metodelogi Studi kasus pada penelitian ini yaitu deskriptif dalam

    bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi implementasi keperawatan pada

    pasien hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018. Pendekatan yang

    digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

    pengkajian, diagnosa keperawatan, intevensi keperawatan, implementasi

    keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Hasil penelitian yang didapat

    Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. “N” dan Tn. “A”

    dengan penyakit hipertensi selama 3 hari (dari tanggal 02 Juli 2018-04 Juli

    2018 jam 10.00 WIB dan jam 16.30 WIB ) di Ruang Penyakit Dalam

    Wanita dan Ruang Penyakit dalam Laki-laki RSUD Ogan Ilir, maka pada

    bab ini penulis mengemukakan pembahasannya. Kesimpulan yang didapat

    dari penelitian ini mulai dari pengkajian sampai evaluasi dapat dilaksanakan

    selama 3 hari.

    Kata Kunci : Hypertensi, Gangguan rasa nyaman

  • ABSTRACT

    Hendriyani, 2018. Implementation of Nursing With Impaired Pain

    Comfortable Pain In Hypertension Patients In Hospital Ogan Ilir

    Year 2018. Diploma Program III Nursing, Department of Nursing

    Poltekkes Kemenkes Palembang. Advisor (I): Ns. Lukman, S.kep.,

    MM., M.Kep. Counselor (II): Sumitro Adi Putra, S.Kep, Ns,

    M.Kes

    The background of this research is because until now, hypertension is still a

    big challenge in Indonesia. Imagine, hypertension is a condition often found

    in primary health care. It is a health problem with a high prevalence of

    25.8%. In addition, control of hypertension does not yet exist although

    effective medicines are widely available. General Purpose of this research is

    writer can get real picture about applying of Implementation of Nursing at

    Primary Hypertension Patient at RSUD Ogan Ilir Year 2018.Sedangkan

    Special Purpose of this research is To get description about Assessment on

    Primary Hypertension Patient in RSUD Ogan Ilir, To get description of

    Nursing Diagnosis of Patients Primary Hypertension at RSUD Ogan Ilir To

    get an overview of Nursing Plans in Primary Hypertension Patients at Ogan

    Ilir General Hospital, To get an overview of Nursing Actions on Primary

    Hypertension Patients at Ogan Ilir Hospital, To get an overview of the

    actions that have been done Primary Hypertension Patient at RSUD Ogan

    Ilir. Methods The case study in this study is descriptive in the form of case

    studies to explore the implementation of nursing in primary hypertension

    patients in RSUD Ogan Ilir Year 2018. The approach used is the approach

    of nursing care which includes assessment, nursing diagnoses, nursing

    introsence, nursing implementation, and nursing evaluation . The results

    obtained by the author has done nursing care on Ny. "N" and Mr. "A" with

    hypertension for 3 days (from 02 July 2018-04 July 2018 at 10.00 am and

    16.30 pm) at the Women's Hospital and Infectious Diseases Room in Ogan

    Ilir General Hospital, so in this chapter the authors put forward the

    discussion . The conclusions from this study ranging from assessment to

    evaluation can be implemented for 3 days.

    Keywords: Hypertension, Impaired sense of comfort

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. iv

    ABSTRAK .............................................................................................. v

    ABSTRACT ............................................................................................ vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................... x

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    1.1 Latar belakang ................................................................................... 1

    1.2 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 3

    1.3 Tujuan................................................................................................ 3

    1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 5

    2.1 Konsep Dasar Hipertensi .................................................................... 5

    2.2 Konsep Asuhan keperawatan pada pasien hipertensi .......................... 17

    BAB III METODELOGI STUDI KASUS ............................................... 34

    3.1 Rancangan Studi Kasus ...................................................................... 34

    3.2 Kerangka Konsep ............................................................................... 34

    3.3 Definisi Istilah ................................................................................... 34

    3.4 Subyek Studi Kasus ........................................................................... 35

    3.5 Fokus Studi Kasus .............................................................................. 35

    3.6 Tempat dan Waktu Studi Kasus ......................................................... 36

    3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ......................................... 36

    3.8 Analisis dan Penyajian Data ............................................................... 36

    3.9 Etika Studi Kasus ............................................................................... 37

  • BAB IVHASIL PENELITIAN................................................................. 38

    12.1 Profil RSUD Ogan Ilir ...................................................................... 38

    12.2 Hasil ................................................................................................. 41

    12.3 Pemeriksaan Fisik ............................................................................. 46

    12.4 Analisa Data ..................................................................................... 35

    12.5 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 58

    12.6 Intervensi .......................................................................................... 59

    12.7 Implementasi .................................................................................... 61

    12.8 Evaluasi ............................................................................................ 62

    BAB V PEMBAHASAN ......................................................................... 64

    5.1 Pengkajian ........................................................................................ 64

    5.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 64

    5.3 Intervensi Keperawatan ..................................................................... 65

    5.4 Implementasi .................................................................................... 65

    5.5 Evaluasi ............................................................................................ 69

    BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 71

    6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 71

    6.2 Saran .................................................................................................. 73

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi ................................................................. 5

    Gambar 2.2 Etiologi ................................................................................ 9

    Gambar 2.3 Etiologi ................................................................................. 10

    Gambar 2.4 Patofisiologi ......................................................................... 10

  • DAFTAR BAGAN

    Bagan 3.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 41

  • xii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Afikri

    NIM : PO. 71.20.1.17.082

    Progaram studi : Diploma DIII Keperawatan

    Institusi : Poltekkes Kemenkes Palembang

    Menyatakan dengan sebernarnya bahwa karya tulis Ilmiah yang saya tulis ini

    adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan merupakan

    pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil atau

    pikiran saya sendiri.

    Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan karya tulis Ilmiah ini hasil

    jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

    Palembang, 2018

    Pembuat Pernyataan

    AFIKRI

    Mengetahui

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    Hj. Jawiah, S. Pd, M. Kes Rehana, S. Pd, S. Kep, M. Kes

  • PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

    JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

    LEMBAR KONSULTASI

    BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

    NAMA PEMBIMBING :

    NIM/NPM :

    NAMA PEMBIMBING : ( UTAMA/PENDAMPING)

    NO TANGGAL REKOMENDASI

    PEMBIMBING

    PARAF

    PENDAMPING

    Mengetahui

    Kepala Prodi DIII Keperawatan

    Ns. Lukman, S. Kep, MM. M. Kep

    NIP. 197254321 199603 1 001

  • xiv

    PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

    (PSP)

    1. Kami adalah penelitian berasal dari institusi/jurusan/program

    studi DIII Keperawatan dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi

    dengan sukarela dalam penelitian yang berjudulImplementasi

    Keperawatan Pada Anak Demam Typhoid Dengan Hyperthermi Di

    RSUD Ogan Ilir Tahun 2018

    2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalahMampu melakukan

    Implementasi Keperawatan Pada Anak Demam Typhoid Dengan

    Hyperthermi Di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018 yang dapat memberi

    manfaat sebagai sumber informasi bagi Rumah Sakit dalam memberikan

    pelayanan kesehatan khususnya dalam melaksanakan implementasi pada

    anak Anak Demam Typhoid Dengan Hyperthermi penelitian ini akan

    berlangsung selama 1 bulan

    3. Produser penggambilan bahan data dengan cara wawancara terpimpin

    dengan menggunakan pedoman wawancara yang akan berlangsung lebih

    kurang 15-20menit.Cara ini mungkin penyababkan ketidak nyamanan

    tetapi anda tidak perlu khawatir karena penelitian ini kepentingan

    pengembangan asuhan/pelayanan keperawatan .

    4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian

    ini adalah anda turut terlibat aktif mengikuti perkembangan

    asuhan/tindakan yang diberikan.

    5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan

    akan tetap dirahasiakan

    6. Jika saudara membutuhkan informasi sehungan dengan penelitiaini,silakan

    menghubungi penelitian pada nomor Hp. 0812 7143 4152

    PENELITI

    AFIKRI

  • INFORMED CONSENT

    (Persetujuan menjadi partisipan)

    Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

    mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

    akan dilakukan oleh Afikri dengan judulImplementasi Keperawatan Pada Anak

    Demam Typhoid Dengan Hyperthermi Di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018.

    Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipan pada penelitian ini

    secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

    mengundurkan diri,maka saya dapat mengundurkan waktu-waktu tanpa sanksi

    apapun.

    .................., 2018

    Saksi Yang Memberikan

    Persetujuan

    _______________ ________________

    ..................................... 2018

    Peneliti

    AFIKRI

  • xvi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Hipertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak,

    syaraf, kerusakan hati, dan ginjal sehingga membutuhkan biaya pengobatan

    yang tidak sedikit. Hal ini merupakan beban yang besar bagi keluarga,

    masyarakat maupun Negara. Hepertensi merupakan masalah kesehatan global

    yang memerlukan penanggulangan yang baik. Terdapat factor yang

    mempengaruhi jumlah hipertensi seperti ras, umur, obesitas, asupan garam

    yang tinggi dan adanya riwayat hipertensi dalam keluarga (Ardiansyah,

    2012 ).

    Menurut laporan Wold Health Organization (WHO) batasan normal

    tekanan darah adalah 140-190 mmHg. Sedangkan seseorang dinyatakan

    mengidap hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 160-95 mmHg. Tekanan

    darah diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline hypertension

    (garis batas hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan

    jenis kelamin. Pada tahun 2012, sedikitnya sejumlah 839 juta kasus hipertensi

    diperkirakan menjadi 1,5 milyar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total

    penduduk dunia, dimana penderita hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita

    (30%) dibanding laki-laki (29%) sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terjadi

    terutama di negara-negara berkembang (Udjianti, 2011).

    Menurut National Health and Nutrition Examination Survey

    (NHNES), insiden hipertensi pada orang dewasa di Amerika tahun 2010-2012

    adalah sekitar 35-50%. Dari data NHNES III, terdapat 58-65 juta orang

    menderita hipertensi dan terjadi peningkatan menjadi 15 juta orang yang

    menderita hipertensi (Triyanto, 2014).

    Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di

    Indonesia. Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan

    pada pelayanan kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan

    dengan prevalensi yang tinggi, yaitu, sebesar 25,8%,. Disamping itu,

    pengontrolan hipertensi belum ada meskipun obat-obatan yang efektif banyak

    tersedia (Riskesdas, 2013).

  • 2

    Di Indonesia sebagai Negara berkembang penderita hipertensi

    meningkat. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran

    pada umur ≥ 18 tahun terbesar 25,8%. Angka tertingi di Bangka Belitung

    (30,9%), diikuti Kalimantan selatan (30,8%), Kalimantan timur (29,6%) dan

    jawa barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui

    kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang diagnosis

    tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1

    persen yang minum obat sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah

    normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar 0,7 persen, cakupan

    tenaga kesehatan hanya 36,8 persen, sebagian besar (63,2%) kasus hipertensi

    di masyarakat tidak terdiagnosis. Jadi, frevalensi hipertensi di Indonesia

    sebesar 26,5 %. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada kelompok

    pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak berkerja, kemungkinan akibat

    ketidaktahuan tentang pola makan yang baik. Pada analisis hipertensi terbatas

    pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII 2003 didapatkan prevalensi nasional

    sebesar 5.3 persen (laki-laki 6,0% dan perempuan 4,7%, perdesaan (5,6%)

    lebih tinggi dari perkotaan (5,1%). Prevalensi hipertensi pada perempuan

    cenderung lebih tinggi dapi pada laki-laki (Riskesdas, 2013).

    Di Provinsi Sumatera Selatan didapatkan data penderita hipertensi

    melalui Medical Record RSUD Ogan Ilir selama 3 tahun terakhir yaitu ditahun

    2015 yang menderita hipertensi berjumlah 10 orang, di tahun 2016 terjadi

    penurunan penderita yang mengalami hipertensi 8 orang, sedangkan di tahun

    2017 angka penderita hipertensi meningkat menjadi 13 orang. Ini

    menunjukkan angka penyakit hipertensi di Sumatera Selatan dari tahun 2016

    sampai tahun 2017 terjadi peningkatan, sedangkan ditahun 2018 dari bulan

    Januari sampai bulan Maret penderita hipertensi mencapai 5 orang (Medical

    Record RSUD Ogan Ilir, 2018).

    Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu

    lama dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

    (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). Banyak pasien

    hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus

    meningkat (Wijaya,2013).

  • 3

    Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan fungsi perawat,

    perawat dapat membantu mengurangi angka kesakitan dan angka kematian

    akibat komplikasi pada penyakit hipertensi yaitu dengan melakukan 3 tahap

    upaya antara lain sebagai berikut :

    1. Tahap primer dengan memberikan penyuluhan tentang cara pencegahan

    penyakit hipertensi dan perilaku yang dapat menjadi faktor pencetus

    hipertensi.

    2. Tahap sekunder dengan memberikan pengobatan melalui deteksi dini

    (Early Detection) atau mendeteksi lebih awal penyakit hipertensi.

    3. Tahap tersier dengan memberikan perawatan yang menggunakan

    pendekatan proses perawatan, tahap ini difokuskan pada rehabilitasi yaitu

    memelihara agar tidak terjadi kekambuahn dengan cara memberi

    penyuluhan tentang perawatan klien hipertensi di rumah (Triyanto, 2014).

    Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menyusun laporan

    asuhan keperawatan pada pasien dengan hipertensi di RSUD Ogan Ilir Tahun

    2018.

    1.2 Ruang Lingkup Penulisan

    Penulis membatasi penulisan dibidang ilmu Keperawatan pada

    Implementasi Keperawatan Pasien dengan Hipertensi di Rumah Sakit Umum

    Daerah Ogan Ilir pada bulan Juli tahun 2018.

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Penulis dapat memperoleh gambaran yang nyata tentang penerapan

    Implementasi Keperawatan pada Pasien Hipertensi Primer di RSUD Ogan

    Ilir Tahun 2018.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    1. Untuk mendapatkan gambaran tentang Pengkajian pada Pasien

    Hipertensi Primer di RSUD Ogan Ilir

  • 4

    2. Untuk mendapatkan gambaran tentang Diagnosa Keperawatan Pasien

    Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir

    3. Untuk mendapatkan gambaran tentang Rencana Keperawatan pada

    Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir

    4. Untuk mendapatkan gambaran tentang Tindakan Keperawatan pada

    Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir

    5. Untuk mendapatkan gambaran tentang tindakan yang telah dilakukan

    Pasien Hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir

    1.4 Manfaat Studi Kasus

    1.4.1 Manfaat Bagi Pasien / Keluarga

    Dapat menegtahui tentang hipertensi secara umum, pengertian, gejala serta

    dapat melakukan pencegahan sedini mungkin sebelum terjadinya

    komplikasi yang lebih lanjut dan jika sudah pulang dari Rumah Sakit

    pasien rajin kontrol ke Rumah Sakit atau Puskesmas terdekat.

    1.4.2 Manfaat bagi perkembangan IPTEK Keperawatan

    Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah informasi dalam

    pengembangan IPTEK dan sebagai referensi mahasiswa / mahasiswi

    Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan untuk

    meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya keperawatan penyakit

    dalam.

    1.4.3 Bagi Lahan Penelitian “ RSUD Ogan Ilir “

    Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi informasi bagi RSUD Ogan

    Ilir dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien hipertensi.

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Hipertensi

    2.1.1 Definisi Hipertensi

    Hipertensi adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna

    dalam dimensi psikospiritual, lingkungan dan sosial ( Tim Pokja SDKI

    DPP PPNI, 2016).

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

    abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

    lebih dari satu periode. Hipertensi menambah beban kerja jantung dan

    arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan

    pembuluh darah (Udjianti, 2010).

    Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

    peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

    angka kesakitan (Morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Tekanan

    Darah 140/90 mmHg didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

    jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang

    dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukan fase darah yang

    kembali kejantung (Trianto, 2014).

    Menurut laporan Word Health Organization (WHO), batas

    tekanan darah yang masih diatas normal adalah 130/85 mmHg, sedangkan

    bila lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Batas tekanan

    darah dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg. Sebetulnya

    batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi masih belum

    jelas, sehingga klasifikasi hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya

    tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung

    dan pembuluh darah.

    2.1.2 Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler

    Darah bergerak melalui jaringan arteri dan vena yang sangat luas. Darah

    memasuki semua jaringan tubuh, menyediakan oksigen dan substansi

  • 6

    untuk nutrisi dan membuang sisa pembakaran. Darah terus-menerus

    dipompa jantung, mengalir melalui semua pembuluh darah di tubuh dalam

    satu menit melalui dua jalur berbeda yaitu sirkulasi pulmonal dan

    sistematik. Sistem kardiovaskuler terdiri dari dua jalur berbeda yaitu aliran

    darah pulmonal meliputi arteri dan vena pulmonalis dan

    kapiler.Ventrikulus kanan jantung memompa darah ke paru-paru dimana

    darah mengikat oksigen dan melepas karbon monoksida.Aliran darah

    sistemik meliputi semua pembulu darah di tubuh termasuk aorta dan vena

    cava. Darah dialirkan dari ventrikulus kiri dan bersirkulasi dalam semua

    jaringan kecuali paru-paru (Wibowo, 2006). Adapun sistem sirkulasi dapat

    dibagi :

    a. Sirkulasi Sistemik

    Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris.Darah di atrium kiri

    kemudian mengalir ke dalam ventrikel kiri melalui katup atrio

    ventrikel (AV) semua katup jantung membuka ketika tekanan dalam

    ruang jantung atau pembuluh yang ada dibawah.Aliran darah keluar

    dari ventrikel kiri menuju sebuah arteri besar berotot yang disebut

    aorta darah mengalir dari ventrikel kiri ke aorta kemudian disalurkan

    keseluruh tubuh sirkulasi sistemik.

    b. Sirkulasi Jantung dan Paru-paru

    Darah di atrium kanan mengalir ke ventrikel kanan melalui katup

    trikuspidalis. Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati

    katup pulmonaris dan kedalam arteri pulmanoris. Arteri pulmanoris ini

    dibagi menjadi kanan dan kiri yang masing-masing mengalir melalui

    sebelah kanan dan sebelah kiri. Di paru-paru arteri pulmanoris ini

    bercabang lagi menjadi arteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler

    memberi satuan pernafasan melalui sebuah alveolus (Ardiansyah,

    2012).

    Proses peredaran darah dipengaruhi oleh kecepatan darah, luas

    penampang pembuluh darah, tekanan darah dan kerja otot yang terdapat

    pada jantung dan pembuluh darah. Tekanan darah adalah kekuatan yang

    digunakan oleh darah yang bersikulasi pada dinding-dinding dari

  • 7

    pembulu-pembuluh darah, dan merupakan satu dari tanda-tanda vital yang

    utama dari kehidupan, yang juga termasuk detak jantung, kecepatan

    pernafasan temperatur. Tekanan darah dihasilkan oleh jantung yang

    memompa darah kedalam arteri-arteri dan diatur oleh arteri-arteri pada

    aliran darah (Muhammad, 2010). Tekanan darah terbagi menjadi :

    a. Tekanan Sistol

    Tekanan darah tertinggi selama satu siklus jantung, merupakan tekanan

    yang dialami pembuluh darah saat jantung berdenyut / memompakan

    darah keluar jantung. Pada orang dewasa normal tekanan sistol

    berkisar 120 mmHg.

    b. Tekanan Diastol

    Tekanan darah terendah selama satu siklus jantung, suatu tekanan di

    dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa

    tekanan diastol berkisar 80 mmHg.

    c. Tekanan nadi

    Selisih antara tekanan sistol dan diastol.

    2.1.3 Etiologi Hipertensi

    Menurut Semeltzer dan Bare (2000) penyebab terjadinya hipertensi ada

    dua, yaitu :

    a. Hipertensi Esensial atau Primer

    Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum

    dapat diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong

    hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.

    Pada hipertensi primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, gagal

    ginjal dan penyakit lainnya. Genetik dan ras bagian yang menjadi

    penyebab hipertensi primer, termasuk juga faktor lain diantaranya

    adalah stres, pengaruh alkohol, merokok, lingkungan, demografi dan

    gaya hidup.

    b. Hipertensi Sekunder

    Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat

    diketahui, (Triyanto, 2014) antara lain :

  • 8

    1) Kelainan pembuluh darah ginjal

    2) Gangguan kelenjer tiroid

    3) Penyakit kelenjer adrenal

    2.1.4 Klasifikasi Hipertensi

    Klasifikasi hipertensi pada klien menurut dejoint national committee on

    detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.

    Tabel : 2.1.4 Klasifikasi Hipertensi ( Ardiansyah,2012)

    Kategori Tekanan Darah

    Sistolik Diastolik

    Normal Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg

    Normal Tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg

    Stadium 1

    (Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

    Stadium 2

    (Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

    Stadium 3

    (Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

    Stadium 4

    (Hipertensi Maligna)

    210 mmHg atau

    lebih

    120 mmHg atau

    lebih

    2.1.5 Patofisiologi Hipertensi

    Meningkatnya tekanan darah didalam arteri terjadi melalui

    beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga lebih banyak

    mengalirkan cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan

    kelenturan dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang

    pada saat jantung memompa dara melalui arteri tersebut. Tekanan darah

    juga meningkat pada saat terjadi vasokontriksi.(Triyanto. 2014).

    Tekanan arteri sistemik adalah hasil dari perkalian curah jantung

    dengan total tahanan perifer, curah jantung diperoleh dari perkalian antara

  • 9

    volume darah yang dipompa dari ventrikel jantung dengan denyut jantung.

    Pengaturan tahanan perifer dipertahankan oleh sisitem syaraf otonom dan

    sirkulasi hormon. Empat sistem kontrol yang berperan dalam

    mempertahankan tekanan darah antara lain system barolesseptor arteri,

    pengaturan volume cairan tubuh, system rennim angiotensim, auto regulasi

    vaskuler (Ardiyansyah, 2012).

    Pengerasan arteri atau Arterosklerosis ditandai oleh penimbunan

    lemak yang progresif pada dinding arteri sehingga mengurangi volume

    aliran darah kejaringan.Karena sel-sel arteri tertimbun lemak yang

    kemudian membentuk flak, maka terjadi penyempitan pada arteri dan

    penurunan elastisitas arteri sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah

    lalu mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambatan aliran

    darah menyebabkan jantung bertambah berat yang dimanisfestasikan

    dalam bentuk hipertropi ventrikel kiri dan gangguan fungsi diastolik

    karena gangguan relaksasi ventrikel kiri yang disusul oleh dilatasi

    ventrikel kiri sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam

    sirkulasi.

    Darah mengandung angioensinogen yang diproduksi di hati.

    Selanjutnya oleh hormon renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah

    menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru angiotensin I

    diubaha menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki

    peranan kunci dalam menaikan tekanan darah melalui dua aksi utama :

    a. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon anti diuretik (ADH)

    dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan

    bekerja pada ginjal untuk mengatur osmotalitas dan volume urin.

    Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang di ekskresikan

    keluar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi

    osmotalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler

    akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler.

    Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya meningkatkan

    tekanan darah.

  • 10

    b. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

    Aldosteron merupakan hormone steroid yang memiliki peranan penting

    pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron

    akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara me reabsorpsinya

    dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali

    dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada

    gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah

    (Ardiansyah,2012).

    2.1.6 Pathway

    Skema 2.1.6. Pathway

    ( Sumber : Smelzer dan Bare, 2002 : 2009 )

    Otak Ginjal Retina Koroner

    Jantung

    Hipertensi

    Resistensi

    Pemb. Drh

    ke Otak

    Suplai O2

    ke otak

    Tek.

    Pembuluh

    Drh Otak

    Nyeri

    Kepala

    Gang. rasa

    nyaman

    Nyeri

    Kesadaran

    Resiko

    Injuri

    Vasokonstrik

    si pemb. drh

    ginjal

    Blood flow

    Respon

    KAA

    Rangsang

    aldosteron

    Retensi NA

    Gang.

    Keseimbangan

    cairan

    Oedema

    Spasmus

    Arteriole

    Diplopia

    Resiko Injuri

    Infark Miocard

    Nyeri dada

  • 11

    2.1.7 Manifestasi Klinis Hipertensi

    Pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan apapun selain

    tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan retina,

    seperti perdarahan ekspudat (kumpulan cairan), penyempitan pembulu

    darah. Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan

    gejala sampai bertahun-tahun.Bila ada gejala yaitu adanya kerusakan

    vaskuler.Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai

    nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari). Keterlibatan pembulu

    darah otak dapat menimbulkan struk dan serangan iskemik (Wijaya dan

    putrid, 2013).

    Menurut crowin (dalam wijaya dan putrid, 2013) menyebutkan

    bahwa sebagian besar gejala klinis timbul :

    1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah,

    akibat peningkatan tekanan darah intrakarnia.

    2. Pengelihatan kabur akibat kerusakan retina yang diakibatkan oleh

    hipertensi.

    3. Ayunan langkah kaki yang tidak mantap karena kerusakan susunan

    saraf pusat.

    4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal.

    5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan

    kapiler.

    Peninggian tekanan darah kadang kala merupakan satu-satunya gejala

    pada hipertensi dan kadang-kadang berjalan tanpa gejala dan baru disadari

    setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Gejala lain

    yang sering ditemukan adalah sakit kepala, pusing atau migren, marah,

    telinga berdengung, rasa berat di kepala bagian belakang dan leher, pusing

    atau dan mata berkunang-kunang. Gejala ini akibat komplikasi hipertensi

    seperti gangguan penglihatan, gangguan neurologi, gejala payah jantung

    dan gejala lain akibat fungsi ginjal (Wijayaningsih, 2013).

    2.1.8 Faktor Resiko Hipertensi

    Beberapa Faktor Resiko Hipertensi dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • 12

    1. Faktor Genetik

    Pada 70-80% kasus hipertensi didapatkan riwayat hipertensi didalam

    keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua

    maka dugaan hipertensi esensial akan lebih besar. Hipertensi juga banyak

    dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu telur), apabila salah

    satunya menderita hipertensi.Oleh karena itu faktor genetik sangat

    berperan dalam terjadinya hipertensi (Triyanto, 2014).

    2. Jenis Kelamin dan Usia

    Laki-laki yang berusia 35-50 tahun dan wanita pasca menopause beresiko

    tinggi untuk mengalami hipertensi (Udjianti, 2010).

    3. Obesitas

    Penimbunan lemak berlebihan dalam tubuh dapat mengakibatkan

    meningkatnya volume plasma, penyempitan pembulu darah dan memacu

    jantung memompa darah lebih cepat, dan tekanan darah meningkat (D.

    Tilong, 2014).

    4. Stres

    Stres dapat memicu meningkatnya hormone adrenalin dalam tubuh yang

    berpotensi mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat, dan

    tekanan darah meningkat (D.Tilong, 2014).

    5. Stres lingkungan

    Hubungan antara stres dan hipertensi melalui aktifitas saraf simpatis yang

    dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Stres yang

    berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menjadi tinggi.Hal

    tersebut belum terbukati secara pasti. Selama terjadi rasa takut ataupun

    stres, tekanan arteri semakin meningkat mencapai setinggi 2 kali normal

    dalam waktu beberapa detik (Triyanto, 2014).

    2.1.9 Komplikasi Hipertensi

    1. Stroke

    Dapat timbul akibat pendarahan tekanan tinggi di otak atau akibat

    embolus yang terlepas dari pembulu non otak. Stroke dapat terjadi pada

    hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdari otak mengalami

  • 13

    hipertrofi dan menebal,sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang

    diperdarahinya menjadi berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami

    arterosklorosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan

    terbentuknya aneurisma (Ardiansyah, 2012).

    2. Infark Miokard

    Menurut crowin (dalam triyanto,2014) infark miokard dapat terjadi

    apabila arteri koroner yang arteroskleorosis tidak dapat menyuplay

    cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang

    menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena

    terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan

    oksigen tidak terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang

    menyebabkan infark.

    3. Gagal Ginjal

    Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan

    tinggi akibat kapiler-kapiler, glumerolus. Dengan rusaknya glomerolus,

    darah akan mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan

    terganggu dan dapat terlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

    rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin

    sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, hal ini

    menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik

    (Triyanto, 2014).

    4. Jantung

    Ketidak mampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya

    kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru-paru,

    kaki dan jaringan lain disebut edema. Cairan didalam paru-paru

    mengakibatkan sesak nafas, timbunan cairan ditungkai menyebabkan

    pembengkakan pada kaki (Triyanto, 2014).

    2.1.10 Pencegahan Hipertensi

    Ada beberapa hal yang dilakukan agar terhindar dari penyakit hipertensi

    dengan melakukan pencegahan-pencegahan dan menghindari faktor

    resikonya sebagai berikut :

  • 14

    1. Tahap Primer

    Pencegahan primer adalah upaya pencegah berkembangnya factor

    resiko, tujuannya untuk mengurangi insiden penyakit hipertensi

    dengan cara mengendalikan factor-faktor resiko agar tidak terjadi

    penyakit hipertensi. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan primer

    antara lain :

    a) Mengatur Pola Makan Yang Baik

    b) Mengatur diet agar berat badan tetap ideal dan merubah kebiasaan

    makan sehari-hari dengan konsumsi rendah garam dan perlunya

    meningkatkan buah dan sayuran.Tujuan diet rendah garam untuk

    menurunkan tekanan darah dan mencegah edema dan penyakit

    jantung (Triyanto, 2014).

    c) Perubahan Gaya Hidup (Triyanto, 2014).

    1) Olahraga yang teratur, penderita hipertensi melakukan

    olahraga seperti senam aerobic

    2) Menghentikan rokok atau berhenti merokok

    3) Membatasi konsumsi alkhol

    4) Mengurangi kelebihan berat badan

    2. Tahap Sekunder

    Upaya pencegahan hipertensi yang sudah pernah terjadi akibat

    serangan ulang atau untuk mencegah menjadi berat terhadap timbulnya

    gejala-gejala klinis melaluai deteksi dini (early detection). Pencegahan

    ini ditunjukan untuk mengobati para penderita dan mengurangi akibat-

    akibat yang lebih serius dari penyakit melalui diagnosis dini (Triyanto,

    2014).

    3. Tahap Tersier

    Penatalaksanaan tahap tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi

    yang lebih berat. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan

    penyakit kearah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan

    tujuan memperbaiki kualitas hidup pasien (Triyanto, 2014).

  • 15

    2.1.11 Pemeriksaan Penunjang

    1. Hitung darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk

    menilai apakah ada indikator faktor resiko seperti anemia (Udjianti, 2011),

    2. Pemeriksaan Kimia Darah (Udjianti, 2011).

    a. Pemeriksaan kreatinin

    b. Pemeriksaan serum glukosa

    c. Pemeriksaan kadar kolestrol

    d. Kadar serum aldosteron

    e. Pemeriksaan asam uran

    f. Pemeriksaan tiroid

    g. Rontgen Dada

    3. Dapat penunjukan obstruksi klasifikasi pada areah kutup jantung dan

    melihat apakah ada pembesaran jantung (Ardiansyah, 2012).

    4. CT-Scan

    5. Mengkaji tumor serebral, ensefalopati (penyakit pada otak), dan

    feokkromositoma (Ardiyansyah, 2012).

    6. Elektrokardiografi (EKG)

    Dapat menunjukan pembesaran jantung, pola regangan, dan gangguan

    kondusi (Ardiyansyah, 2012).

    2.1.12 Penatalaksanaan Hipertensi

    1. Penatalaksanaan Non Farmakologis

    Penatalaksanaan hipertensi dengan non farmakologi terdiri dari

    berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan

    tekanan darah yaitu:

    a. Mempertahankan Berat Badan Ideal

    b. Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan diet rendah

    kolesterol namun kaya dengan serat dan protein dan jika berhasil

    menurunkan berat badan 2,5 Kg maka tekanan darah diastolik

    dapat diturunkan 5 mmHg (Rahmaliayah, 2007)

    c. Batasi Konsumsi Alkohol

  • 16

    Konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah.

    Bagi peminum berat mempunyai resiko tekanan hipertensi 4 kali

    lebih besar dari pada mereka yang tidak mengkonsumsi alkohol

    (Wijaya dan putrid, 2013).

    d. Olahraga Aerobik

    Penderita hipertensi esensial tidak perluh membatasi aktifitasnya

    selama tekanan darahnya terkendali (Ardiyansyah, 2012).

    e. Menghindari Merokok

    Merokok dapat meningkatkan resiko komlikasi pada pasien

    hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke (Triyanto, 2014).

    f. Mengurangi Asupan Sodium

    Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram

    natrium disertai dengan asupan kalsium, magnesium, dan kalium

    yang cukup (Ardiyansyah, 2012).

    2. Penatalaksanaan Farmakologi

    Terapi penderita terhadap penderita hipertensi dilakukan dengan

    pemberian obat-obatan seperti berikut :

    a. Golongan Deuretik

    Diuretic thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan

    untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang

    garam dan air, yang akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh

    sehingga menurunkan tekanan darah (triyanto, 2014).

    b. Penghambat Adrenergik

    Penghambat adrenergic merupakan sekelompok obat yang terdiri dari

    alfa-blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek

    sistem saraf simpati. Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang

    dengan segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara

    meninggalkan tekanan darah (Triyanto, 2014).

    c. ACE-inhibitor

    Angitensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan

    penurunan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Triyanto,

    2014).

  • 17

    2.2 Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Hipertensi

    2.2.1 Pengkajian

    a. Wawancara

    Wawancara adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dari

    pasien, orang terdekat dan keluarganya melalui percakapan. Data tersebut

    dapat berupa identitas pasien dan identitas penanggung jawab (Doenges,

    Moorhouse dan Geissler, 1999). Identitas atau biodata pasien terdiri dari :

    nama atau inisial pasien, umur, alamat dan telepon jika ada, pekerjaan dan

    pendidikan pasien, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial,

    jenis kelamin, umur, hubungan dengan pasien, agama, pendidikan, dan

    genogram (Wijaya dan Putri, 2013).

    b. Riwayat Kesehatan

    Keluhan Utama

    Keluhan utama yang biasanya disarankan oleh pasien adalah fatigue,

    nyeri di bagian leher, penglihatan kabur, sakit kepala/pusing, lemah, dan

    sulit bernafas (Udjianti,2011).

    c. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik (Head to toe) untuk melihat data objektif pasien dari

    riwayat keperawatan pasien. Pemeriksaan dilakukan dengan 4 teknik,

    yaitu:

    1) Inspeksi yaitu melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui

    pengamatan seperti: mengamati pernafasan pasien.

    2) Palpasi yaitu dengan menggunakan indera peraba melalui tangan dan

    jari_jari seperti memeriksa denyut nadi, denyut jantung dan

    pemeriksaan tekanan darah.

    3) Perkusi yaitu pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian permukaan

    tutbuh menghasilkan suara.

    4) Auskultasi yaitu pemeriksaan dengan cara mendengar bagian tubuh

    tertentu

    d. Data Pengkajian Fisik

    1) Aktivitas/Istirahat

    Gejala : kelemahan, letih dan nafas pendek.

  • 18

    Tanda : frekuensi denyut jantung meningkat, perubahan irama

    jantung dan takipnea.

    2) Sirkulasi

    Gejala : riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner,

    penyakit katup jantung atau stroke, serta berkeringat banayak.

    Tanda :

    a) Kenaikan tekanan darah

    b) Hipotensi postural akibat kebiasaan minum obat tertentu

    c) Nadi meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis,

    perbedaan denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa

    area seperti srteri poplitea, posterior tibia

    d) Denyut apical bergeser dan atau kuat angkat

    e) Denyut jantung : takikardia, distrimia

    f) Murmur : dapat terdengar jika ada stenosis atau insufisiensi katup

    g) Vascular bruid : terdengar diats karotis, vemoral, atau

    epigastrium ( arteri stenosis ), distensi vena jugular ( kongesti

    vena ).

    h) Perifer : suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiller

    lambat ( > 2 detik ), sianosis, diaphoresis atau flushing

    pheochromocytoma )

    3) Integritas Ego

    Gejala : riwayat perubahan kepribadian, ansietas, deprsesi, rasa marah

    kronis ( mengindikasikan gangguan cerebral ).

    Tanda : kegelisahan, penyempitan lapang perhatian, menangis, otot wajah

    tegang terutama disekitar mata, menarik nafas panjang dan peningkatan

    pola bicara.

    4) Eliminasi

    Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu.

    Tanda : produksi urine < 50 ml / jam atau oliguri.

    5) Makanan

  • 19

    Gejala : riwayat mengkonsumsi makanan tinggi lemak, tinggi garam dan

    tinggi kalori. Selain itu, melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan,

    dan riwayat pemakaian diuretic

    Tanda : berat badan normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi

    vena jugularis dan glikosuria ( riwayat DM ).

    6) Neurosensori

    Gejala : keluhan pusing, sakit kepala berdenyut disuboksipital, episode

    mati rasa atau kelumpuhan salah satu sisi badan, gangguan penglihatan (

    diplopia, penglihatan kabur ), episode epitaksis.

    Tanda : perubahan status mental meliputi kesadaran, orientasi, isi dan pola

    pembicaraan, efek yang tidak tepat,

    7) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.

    8) Perubahan retina optic : pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan

    atau skelerosis arteri, edema atau papiladema ( aksudat atau hemoragi)

    tergantung derajat dan lamanya hipertensi.

    9) Nyeri/Ketidaknyamanan

    Gejala : melaporkan angina, nyeri intermiten pada paha-claudicaton

    (indikasi arterisklerosis pada ekstremitas bawah), sakit kepalah hebat di

    opsipital, nyeri atau terabahmassadiapdomen.

    10) Pernafasan

    Gejala : mengeluh sesak nafas saat beraktivitas, takipnea, ortophnea,

    dyfpnea nocturnal proximal, batuk dengan atau tanpa skutum, riwayat

    merokok

    Tanda : sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan, terdengar nafas

    tambahan (ronkhi, rales, wheezing).

    11) Keamanan

    Kelelahan atau gejala : gangguan keordinasi atau cara berjalan episode

    parestesia unilateral transsien, pengguanaan kontrasepsioral.

    12) Pembelajaran / penyuluhan

    Gejala : faktor-faktor resiko keluarga ( hipertensi, aterosklerosis, penyakit

    jantung, diabetes mellitus penyakit ginjal, penggunaan pil KB atau hormon

    lain ).

  • 20

    Pertimbangan : dokter menunjukkan retara lamanya dirawat.

    Rencana pengulangan : bantuan dengan pemantauan diri TD, perubahan

    dalam terapi obat.

    ( Sumber : doenges, moorhouse dan gaessler 1999 : padilah, 2013 ).

    e. Pemeriksaan Diagnostik

    Berdasarkan doenges, morhos dan gessler, pemeriksaan diagnostic yang

    dapat dilakukan antara lain :

    1. Kimia darah

    a. Blood Urea Nitrogen ( BUN )

    BUN mengukur tingkat nitrogen darah.Nitrogen adalah hasil

    buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air

    seni.Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan

    berprotein tinggi, dehidrasi atau gagal ginjal atau jantung.

    Pada BUN nilai batas normal : 8-20 mmol / L.

    Kreatinin : peningkatan kadar menandakan penurunan perpusi

    atau fallfenal.

    Pada kreatinin nilai batas normal : 0.5-1.5 mg /L.

    b. Semua glukosa : hiperglikemiaa ( diabetes mellitus adalah

    pencetus hipertensi ) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.

    Nilai normal serum glukosa : 74-106 mg/dL

    c. Kadar kolestrol atau triglesireda : peningkatan kadar

    mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

    Nilai batas normal pada kolestrol :

  • 21

    2. Elektrolit

    a. Serum potassium atau kalium (hipokalimia mengindikasikan

    adanya adanya aldosteronisme atau efek samping terapi diuretik.

    b. Serum kalsium bila meningkat berkontrubusi terhadap

    hipertensi.

    3. Urine

    a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

    mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.

    b. Urine VMA (catecholamine metabolite) : peningkatan kadar

    mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

    c. Steroid urine : peningkatan kadar mengindikasikan

    hiperadrenalisme, pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary,

    sindrom cusing’s : kadar rennin juga meningkat.

    4. Radiologi

    a. Intra venous pyelografi (IVP) : mengindikasikan penyebab

    hipertensi seperti renal pharencymal disease, urolithiasis, benign

    prostate hyperplasia (BPH).

    b. Rontgen toraks :menilai adanya klafikasi obstruktif katup

    jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

    5. EKS : menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan

    konduksi atau distrimia.

    2.2.2 Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada klien den gan hipertensi

    antara lain :

    1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

    peningkatan afterload, vasokontruksi, iskemia miokard,

    hipertropi/regiditas ventricular (doenges, moorhouse dan geissler, 1999).

    Rasional : hipertensi mengacu pada peningkatan tekanan darah sistemik

    yang menaikkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri

    ke aorta. Akibatnya, beban kerja jantung bertambah.Sebagai mekanisme

    kompensasinya, terjadinya hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan

  • 22

    kekuatan kontraksi.Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi dilantasi atau payah

    jantung atau gagal jantung (Rahmalia, 2007).

    2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan resitensi pembuluh darah

    otak dan peningkatan peningkatan vascular serbal (Doenges Moorhouse

    dan Geissler, 1999).

    Rasional : nyeri akut merupakan nyeri yang tiba-tiba atau perlahan dari

    intesitas ringan sampai beratdengan akhir yang dapat diantisipasi dan

    durasinya kurang dari 6 bulan. Nyeri kepala timbul karena adanya

    peningkatan curah jantung dan resitensi vascular sehingga tekanan darah

    akan meningkat.

    3. Ketidakseimbangan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan

    dengan kelebihan asupan makanan, pola gaya hidup, kebiasaan (Doenges,

    Moorhouse dan Geissler, 1999).

    Rasional : factor resiko hipertensi adalah genetic, usia, jenis kelalmin,

    merokok, stress, kurang olahraga, alcohol, konsentrasi garam, obesitas.

    Factor ini menyebabkan tekanan darah meningkat, kemudian terjadi reflek

    control sirkulasi yang meningkatkan tekanan arteri sistemik yang

    menimbulakan peningkatan beban jantung.Aliran darah makin cepat

    keseluruh tubuh sedangkan nutrisi dalam sel sudah mencukupi kebutuhan

    (NANDA, 2013).

    4. Intolarensi aktifitas berhubungan dengan energy yang dihasilkan menurun,

    kelemahan umum, ketidak keseimbangan antara suplai dan kebutuhan

    oksigen (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 1999).

    Rasional: jantung harus memompah secara kuat dan menghasilakan

    tekanan lebih besar untuk mendorongkan darah melintasi pembuluh darah

    yang menyempit pada peningkatan total periperial resistence. Keadaan ini

    disebut peningkatan afterload jantung yang berkaitan dengan p-eningkatan

    tekenan diastolic.Peningkatan afterload yang berlangsung lama,

    menyebabkan vertikel harus mampu memompah darah lebih keras untuk

    memenuhi kebutuhan tersebut (Ardiansyah, 2011).

  • 23

    5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/ daya ingat, misinterprestasi

    informasi, keterbatasan koknitif (Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

    Rasional : factor resiko stress pada hipertensi yang menyebabkan

    peningkatan tekanan darah yang akan menjadi perubahan situasi.

    Perubahan situasi akan membawah informasi yang minim sehingga terjadi

    defesiensi pengetahuan (NANDA, 2013).

    2.2.3 Rencana Keperawatan

    1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

    peningkatan abterload, pasokontriksi, iskemia miokard,

    hipertropi/regiditas pentricular.

    Tujuan : mempertahankan tekanan darah dalam batas normal.

    Kriteria hasil : tekanan drah dalam batas normal, irama jantung dan

    denyut jantung stabil dalam rentang normal pasien.

    Tabel 2.2.3.1

    Intervensi Keperawatan

    No Intervensi Rasional

    1 Monitor tekanan darah, ukur

    pada kedua ekstremitas baik

    lengan maupun kaki pada awal

    evaluasi. Gunakan ukuran

    manset dan cara pengukuran

    yang cepat.

    Perbandingan dari tekanan darah

    memberikan gambaran yang lebih

    lengkap tentang masalah vascular.

    Hipertensi disklasifikasikan pada orang

    dewasa sebagai peningkatan tekanan

    diastolic sampai 130 mmHg. Hasil

    pengukuran diastolik diatas 130 mmHg

    terjadi peningkatan tekanan darah

    menjadi hipertensi malikna. Hipertensi

    sisitolik merupakan faktor resiko

    dalam penyakit serebrovaskular dan

    penyakit iskemik jantung apabila

    tekanan diastolik 90-115 mmHg.

  • 24

    2. 2. Catat kualitas denyutan

    sentral dan perifer.

    Denyutan karotis, jugularis, radialis,

    dan femorasil mungkin teramati atau

    terpalpasi. Denyut pada tungkai

    menurun, mencerminkan efek dari

    vasonkontriksi dan kongesti vena.

    3. Auskultasi suara nafas dan

    bunyi jantung.

    Umumnya terdengar pada pasien

    hipertensi berat karena adanya

    hipertropi atrium, adanya krakles dapat

    mengindikasikan kongesti paru

    skunder terhadap terjadinya gagal

    jantung kronik.

    4. Observasi warna kulit,

    kelembaban, suhu kulit, dan

    waktu pengisian kembali

    kapiler.

    Adanya kepucatan, dingin, kulit

    lembab, dan waktu Pengisian kapiler

    lambat karena berkaitan dengan

    vasokontriksi atau dekonpentasi atau

    penurunan curah jantung.

    5. Berikan lingkungan yang

    tenang dan nyaman. Batasi

    jumlah pengunjung.

    Lingkungan nyaman dan pembatasan

    aktipitas dan menurunkan rangsang

    simpatis, dan meningkatkan relaksasi

    6. Pertahankan pembatasan

    aktipitas, buat jadwal terapi

    yang tidak mengganggu massa

    istrahat klien dan bantu klien

    melakukan aktifitas atau

    perawatan diri sesuai

    kebutuhan.

    Menurunkan stress dan ketegangan

    yang mempengaruhi tekanan darah dan

    perjalan penyakit.

    7. Berikan diet rendah garam dan

    pembatasan cairan.

    Diet renda garam dan pembatasan

    cairan mencegah peningkatan volume

    cairan ekstraseluler yang dapat

    meningkatkan tekanan darah dan

    menurunkan beban kerja jantung

  • 25

    8. Berikan obat sesuai indikasi,

    Contoh :

    Diuretic thiyazid

    (chlorothiazide) diuretic loop

    (purosenide), asam

    ethacrynic potassium -

    sparing deuretik (

    spironolocate) penghambat

    simpatis atau β bloker

    (pronolol, metropolol)

    vasodilator (monoxidil)

    ganglion bloodker

    (buanedtidine) ACE inhibitor

    (captropil).

    Diuretic thiazid (Chlorothiazid) untuk

    menurunkan volume cairan

    ekstraseluler dan mengurangi volume

    darah. Diuretic loop (purosenide) untuk

    menghambat resopsi natrium plorida

    dan membuang kelebihan cairan

    potassium – sparing diuretic

    (spironolocate) sebagai penghambat

    kompetitip aldesteron yang mencegah

    hypokalemia. Penghambat simpatis β

    bloker (propranolol, metropolo) untuk

    menghambat sistesimpatis,

    menurunkan denyut jantung dan

    tekanan darah. Pasodilator (monoxidil)

    menurunkan tahanan perifer

    ganglionblodker (guannepidine)

    menurunkan denyut jantung dan

    vasodalitasi ACE inhibitor (captropil)

    menurunkan tahanan priper (Triyanto,

    2014).

    (Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

    2. Nyeri akut (sakit kepala) berhubungan dengan resistensi pembulu

    darah otak dan peningkatan tekanan vascular serebral.

    Tujuan : mengurangi nyeri hilang atau terkontrol

    Kriteria hasil : nyeri bekurang atau hilang dengan flasma terkontrol

    ditandai dengan wajah tenang, pasien tampak rilaks dan tekanan darah

    dengan batas normal.

    Tabel. 2.2.3.2

    Intervensi Keperawatan

    1. Kaji skala nyeri dan intesitas

    nyeri, kegelisaan

    Mengetahui seberapa nyeri yang

    dirasakan dan rencana tindakan

  • 26

    selanjutnya. Nyeri hilang timbul

    secara tiba-tiba dapat mencetuskan

    kegelisaan dan kekuatan

    2. Pembandingan dari tekanan darah Pembandingan dari tekanan

    memberikan gambaran yang lebih

    lengkap tentang masalah vascular

    3. Mempertahankan tirah baring/bed

    rest selama fase akut dan

    lingkungan yang tentang

    Bedret adekuat meminimalkan

    stimulasi dan meningkat relaksi,

    membantu merelaksasikan otot, dan

    menurunkan kecemasan

    4. Berikan tindakan nonfarmakologi

    untuk mengurangi sakit kepala

    seperti masase punggung dan

    leher, teknik relaksasi, distraksi,

    dan aktifitas waktu senggang.

    Tindakan yang menurunkan tekanan

    vascular serbal dan yang

    memperlambat respon simpatis

    efektif dalam menghilangkan sakit

    kepala dan komplikasinya

    5. Kurangi aktifitas yang merangsang

    aktifitas vasokntriksi/ simpatis

    yang makin memperberat sakit

    kepal seperti mengedan saat BAB

    Aktifitas yangf meningkatkan

    vasokontriksi/simpatis menyebabkan

    sakit kepala karena adanya

    peningkatan tekanan vascular serbal.

    Aktifitas yang memperberat sakit

    kepala seperti pengedan saat BAB

    (sakit kepala bisa terjadi akibat

    reaksi dari pengedan yang terlalu kuat

    waktu sembelit yang disebabkan

    peningkatan tekanan dalam perut

    hingga kekepala

    6. Kalaborasi dalam pemberian obat

    sesuai indikasi.

    Obat anti hipetensi menurunkan atau

    mengontrol tekanan membantu

    menurunkan rangsangan simpatis

    seperti beta-blockers seperti capoten

    (captopril merupakan obat untuk

  • 27

    mengontrol tekanan darah melalui

    proses memperlambat kerja jantung

    dan memperlebar (vasodilatasi)

    pembuluh darah. Analgesic

    menurunkan atau mengontrol nyeri

    kepala dan menurunkan rangsang

    system saraf simpatis

    (Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

    3. Perubahan nutrisi (lebih dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan

    meningkatnya tekanan sitemik darah.

    Tujuan : intake nutrisi kebutuhan tubuh yang seimbang.

    Kreteria hasil : berat badan dalam batas normal atau ideal, mampu

    mmengubah pola makan, melakukan olahraga yang tepat

    Tabel.2.2.3.3

    Intervensi Keperawatan

    1. Bantu klien memahami hubungan

    antara hipetensi antara hipetensi

    dan obesitas

    Kegemukan atau obesitas adalah

    resiko tambahan pada tekanan darah

    tinggi karena disproporsi antara

    kapasitas aorta dan peningkatan curah

    jantung berkaitan dengan

    peningkatan massa tubuh

    2. Diskusikan manfaat penurunan

    asupan kalori dan pembatasan

    asupan garam, lemak, serta gula

    dan kalori melatih cara memutus

    halusinasi secara berharap.

    Kesalahan kebiasaan makan

    menunjang terjadinya arterosklerosis

    dan kegemukan yang merupakan

    predisposisi untuk hipertensi dan

    komplikasinya. Kelebihan masukan

    garam memperbanyak volume cairan

    intravascular dan dapat merusak

    ginjal, yang lebih memperparah

    hipertensi

    3. Pertimbangan kemauan klien Pengaturan berat badan dapat

  • 28

    untuk menurunkan berat badan.

    mencegah obesitas dan

    komplikasinya

    4. Review asupan kalori harian dan

    pilihan diet

    Mengidentifikasi

    kekuatan/kelemahan dalam program

    diet terakhir. Membantu dalam

    menentukan kebutuhan individu

    untuk menyesuaikan

    5. Perhitungan penurunan berat

    badan realitas bersama klien,

    misalnya 0,5 kg perminggu

    Penurunan asupan kalori seseorang

    sebanyak 500 kalori perhari secara

    teori dapat menurunkan berat badan

    yang lambat mengindikasi kehilangan

    lemak melalui kerja otot dengan cara

    mengubah pola makan

    6. Dorong klien untuk

    mempertahankan masukan

    makanan yang seimbang.

    Memberikan data dasar tentang

    nutrisi yang adekuat dan seimbang.

    Mengontrol emosi saat makan dan

    membantu untuk memfokuskan

    perhatian pada factor mana klien

    dapat mengontrol perubahan

    7. Anjuran klien menghindari

    konsumsi makanan dengan kadar

    lemak jenuh/ lemak tinggi

    (mentega, keju, telur, es krim) dan

    mengandung kolesterol (sperti

    daging berlemak, udang)

    Mengindari makanan tinggi lemak

    jenuh dan kolestrol penting dalam

    mencegah perkembangan

    aterogenesis (penyumbatan pembuluh

    darah sebagai salah satu factor

    pemicu meningkatnya tekanan

    darah). Konsumsi lemak jenuh dapat

    meningkatkan kadar kolestrol dalam

    darah.

    Kaloborasi untuk merujuk ke ahli

    gizi/ahli diet sesuai indikasi.

    Memberikan konseling dan bantuan

    dengan memenuhi kebutuhan diet.

    Diet yang tepat dapat mencegah

  • 29

    serangan ulang hipertasi dan

    komplikasinya

    (Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

    4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan energi yang dihasilkan

    menurun, kelemahan umum, ketidak seimbangan antara suplai dan

    kebutuhan oksigen.

    Tujuan : Mampu beraktifitas secara mandiri

    Kriterian hasil : Berpartisipasi dalam aktifitas, tekanan darah, nadi dan

    respirasi dalam batas normal.

    Tabel.2.2.3.4

    Intervensi Keperawatan

    1 Kaji respon klien terhadap

    aktifitas, keletihan dan kelemahan

    yang berlebihan, pusing.

    Menyebutkan parameter membantu

    dalam mengkaji repons fisiologis

    terhadap stress aktivitas dan apabila

    ada merupakan indicator dari

    kelebihan kerja yang berkaitan

    dengan tingkat aktifitas

    2 Anjurkan klien menggunakan

    teknik penghematan energy/tenaga

    saat beraktivitas, seperti mandi,

    duduk saat menyisir rambut atau

    menggosok gigi, melakukan

    aktifitas secara perlahan.

    Teknik menghemat energy

    mengurangi penggunaan energy dan

    membantu keseimbangan antara

    suplai dan kebutuhan oksigen

    3 Berikan dorongan untuk

    melakukan aktifitas/perawatan diri

    secara tertahap dan berikan

    bantuan sesuai kebutuhan.

    Kemajuan aktifitas bertahap

    mencegah peningkatan kerja jantung

    secar tiba-tiba memberikan bantuan

    sebatas kebutuhan akan mendorong

    klien melakukan aktifitas secara

    mandiri

    (Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

  • 30

    5. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

    berhubungan dengan kurangnya pengetahuan/daya ingat,

    misinterprestasi informasi, keterbatasan kognitif.

    Tujuan : pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan

    baik/paham.

    Kriteria hasil : klien memahami proses penyakit, mampu

    mengidentifikasi efek samping obat dan komplikasi, dan

    mempertahankan tekanan dalam rentang normal.

    Tabel.2.2.3.5

    Intervensi Keperawatan

    Kaji kesepian klien dan keluarga

    untuk belajar

    Kesalahan konsep dan menyangkal

    diagnose karena perasaan sejahtera

    yang sudah lama mempengaruhi

    klien/orang terdekat untuk mempelajari

    penyakit dan prognosis

    Diskusikan defenisi batasan

    tekanan darah normal. Jelaskan

    hipertensi dan efeknya terhadap

    jantung, pembuluh darah, ginjal

    dan otak.

    Memberikan dasar untuk pemahaman

    tentang peningkatan tekanan darah dan

    mengklarifikasi istilah menis yang

    sering digunakan. Pemahaman tekanan

    darah tinggi dapat terjadi tanpa gejala

    adalah untuk memungkinkan klien

    melanjutkan pengobatan walaupun

    klien merasa sehat

    Hindari mengatakan tekanan

    darah “normal” tetapi gunakan

    “terkontrol dengan baik” saat

    menggambarkan tekanan darah

    klien dalam rentang yang

    diharapkan.

    Karena pengobatan untuk hipertensi

    adalah sepanjang kehidupan, maka

    dengan mengatakan “tekontrol dengan

    baik” akan membantu klien untuk

    memahami kebutuhan untuk

    melanjutkan pengobatan/meditasi

    Bantu klien dalam

    mengidentifikasi factor resiko

    Faktor-faktor resiko ini telah

    menunjang hubungan dalam

  • 31

    kardiovascular yang dapat

    diubah (obesitas ; pola diet

    tinggi lemak jenuh dan

    kolesterol, merokok, asupan

    alcohol, dan gaya hidup penuh

    stress.

    menunjang hipertensi, penyakit

    kardiovaskular serta ginjal

    5. Pecahkan masalah bersama klien

    untuk mengindentifikasi

    perubahan gaya hidup tepat yang

    dapat menurunkan factor-faktor

    resiko.

    Faktor-faktor resiko dapat

    meningkatkan proses penyakit

    memperburuk gejala. Dengan

    mengubah perilaku yang biasa atau

    memberikan rasa aman dapat

    menyusahkan dukungan, pertunjukan

    dan empati dapat meningkatkan

    keberhasilan klien dalam

    menyelesaikan tugas ini

    (Sumber. Doenges, Moorhouse dan Geissler,1999).

    2.2.4 Implementasi

    Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses asuhan

    keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

    (tindakan keperawan ) yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat

    harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan prosedur

    tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat perkembangan

    pasien, dalam tahan pelaksanaan, terdapat dua tindakan yaitu tindakan

    mandiri dan tindakan kolaborasi.Implementasi tindakan keperawatan

    dibedakan menjadi tiga kategori. Antara lain :

    1. Independent adalah suatu kegitan yang dilaksanakan oleh perawatan

    tanpa pertunjukan dari dokter atau tenaga kesehatan lain.

    Tindakan ini antara lain :

    a. Mengkaji klien atau keluarga melalui riwat keperawatan dan

    pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.

  • 32

    b. Merumuskan diagnose keperawan sesuai respon klien yang

    memerlukan intervensi keperawatan

    c. Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan

    atau memulihkan kesehatan klien.

    d. Megevaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan dan

    medis.

    2. Interdependent adalah suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama

    dari tenaga kesehatan lain.

    3. Dependent adalah berhubungan dengan pelaksanaan rencana

    tindakan medis atau instruksi dan tenaga medis.

    Pada tahap implementasi ini juga mendokumentasi tindakan

    keperawatan. (Handayaningsih, 2009 ;Asmadi 2008)

    2.2.5 Evaluasi

    Tahap evaluasi, evaluasi merupakan tahap terakhir proses keperawatan

    dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

    tercapai atau tidak. Dalam mengevaluasi, perawat harus memiliki

    pengetahuan dan kemampuan untuk memahami respon terhadap

    interventasi keperawatan, kemampuan menggambarkan menghubungkan

    tindakan keperawatan pada criteria hasil. Tahan evaluassi ini terjadi dari

    evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi terbagi menjadi dua jenis,

    antara lain :

    1. Evaluasi formatif

    Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas keperawatan dan hasil

    tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan setelah perawat

    mengimplementasikan rencana keperawatan untuk menilai

    keefektifan tindakan keperawatan yang telah di laksanakan.

    Perumusan evaluasi ini meliputi empat komponen yang dikenal

    dengan istilah SOAP, yaitu :

    a. Subjektif adalah data yang berupa keluhan klien.

    b. Objektif adalah data hasil pemeriksaan.

    c. Analisis data adalah pembandingan data dengan teori.

  • 33

    d. Perencanaan adalah rencana tindak lanjut yang akan dilanjutkan.

    2. Evaluasi sumatif

    Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan semua aktifitas

    proses keperawatan selesai di lakukan. Evaluasi ini bertujuan untuk

    menilai dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah

    diberikan.Metode yang digunakan dalam evaluasi ini adalah

    melakukan wawancara pada akhir layanan dan menanyakan respon

    klien dan keluarga atau orang terdekat klien dalam pelayanan

    keperawatan. (Handayaningsih, 2009 ;Asmati, 2008).

  • 34

    BAB III

    METODELOGI STUDI KASUS

    3.1 Rancangan Studi Kasus

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu deskriptif

    dalam bentuk studi kasus untuk mengeksplorasi implementasi keperawatan

    pada pasien hipertensi primer di RSUD Ogan Ilir Tahun 2018. Pendekatan

    yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

    pengkajian, diagnosa keperawatan, intevensi keperawatan, implementasi

    keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

    3.2 Kerangka Konsep

    Kerangka konsep penulisan Asuhan Keperawatan Hipertensi ini

    meliputi proses siklus berkelanjutan mulai dari pengkajian, Diagnosa

    Keperawatan, Intervensi, Implementasi dan Evaluasi.

    Bagan 3.2

    Kerangka Konsep Penelitian

    Implementasi

    3.3 Definisi Istilah

    1. Kaji Skala Nyeri

    Kaji Skala Nyeri Adalah suatu tindakan untuk mengetahui tingkat

    kesakitan / Nyeri yang sedang diderita oleh seseorang yang mana

    hasilnya dapat membantu kita dalam membedakan tingkat beratnya suatu

    penyakit sehingga dapat membantu menegakkan diagnosis yang akurat,

    mengintervensikan pengobatan yang tepat, dan menilai efektifitas terapi

    yang diberikan ( bangsalsehat.blogspot.com)

    1. Kaji Skala Nyeri

    2. Nafas Dalam

    3. Tirah Baring

    4. Masage

    5. Kurangi Aktifitas

    6. Kolaborasi Minum Obat

    Gangguan Rasa

    Nyaman Nyeri pada

    pasien Hipertensi

  • 35

    2. Nafas Dalam

    Nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam

    hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan

    napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan

    bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat

    menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat

    meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah

    (Smeltzer & Bare, 2002).

    3. Tirah Baring

    Tirah baring (bahasa Inggris: bed rest) adalah perawatan kedokteran yang

    melibatkan berbaringnya pasien di tempat tidur untuk suatu jangka yang

    sinambung. Perawatan ini diperlakukan untuk suatu penyakit atau kondisi

    medis tertentu ( wikipedia.org )

    4. Massage

    Massage adalah seni gerak tangan yang bertujuan untuk mendapatkan

    kesenangan dan memelihara kesehatan jasmani ( Olahragamo.com )

    5. Kurangi Aktifitas

    Kurangi aktifitas adalah mengurangi kegiatan sehari-hari yang dilakukan

    secara rutin

    6. Kolaborasi Minum Obat

    Kolaborasi minum obat adalah kerjasama dengan tim kesehatan lainnya

    untuk memberikan terapi.

    3.4 Subyek Studi Kasus

    Subyek studi kasus yang digunakan dalam penelitian keperawatan ini adalah

    individu dengan kasus yang diteliti secara rinci dan mendalam. adapun

    subyek yang diteliti berjumlah dua orang pasien dengan kasus dan masalah

    keperawatan yang sama yaitu pasien hipertensi primer.

    3.5 Fokus Studi Kasus

    Fokus penelitian pada studi kasus ini adalah implementasi keperawatan pada

    pasien hipertensi primer.

  • 36

    3.6 Tempat Dan Waktu Studi Kasus

    Studi kasus ini dilakukan di RSUD Ogan Ilir. Waktu penelitian ini telah

    dilaksanakan pada tanggal 02 Juli 2018 – 04 Juli 2018.

    3.7 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

    3.7.1 Tehnik Pengumpulan data

    Instrumen atau alat pengumpulan data pada studi kasus ini menggunkan

    format pengkajian asuhan keperawatan sesuai dengan ketentuan yang

    berlaku.

    3.7.2 Metode Pengumpulan data

    Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang

    digunakan :

    a. Wawancara ( hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan

    utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat

    penyakit keluarga, dll ) Sumber data berasal dari apsien, keluarga dan

    petugas kesehatan yang berkaitan dengan kasus ini

    b. Observasi dan pemeriksaan fisik ( dengan pendekatan IPPA : Inspeksi,

    Palpasi, Perkusi dan Auskultasi ) pada sistem tubuh klien.

    c. Studi dokumentasi ( hasil dari pemeriksaan diagnostik dengan format

    pengkajian ).

    3.8 Analisis dan Penyajian data

    3.8.1 Analisis Data

    Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk mengolah

    sebuah data menjadi informasi sehingga karekteristik data tersebut

    menjadi mudah untuk dipahami. Dalam studi kasus ini,terdapat dua jenis

    data yakni data subjektif dan data objektif. Data subjektif di analisis

    berdasarkan apa yan ditemukan peneliti pada klien, sedangkan data

    objektif di analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian

    dibandingkan dengan nilai normal.

  • 37

    3.8.2 Penyajian Data

    Teknik menyajikan data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan

    data sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca. Untuk studi

    kasus ini,data disajikan secara narasi yang disertai dengan ungkapan

    verbal dari pasien sebagai data pendukungnya. Kerahasian dari responden

    dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari responden.

    3.9 Etika Studi Kasus

    Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat penting

    dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan berhubung

    langsung dengan manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.

    Masalah etika yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut :

    1. Informed Consent ( Lembar Persetujuan)

    informed consent merupakan bentuk persetujuan anatara peneliti dan

    responden peneliti dengan memberi lembar persetujuan. Informed

    consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta

    mengetahui dampaknya.

    2. Anomity ( Tanpa Nama )

    Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang diberikan jaminan

    dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan

    atau tidak mencantumkan nama responden dalam lembar alat ukur dan

    hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

    penelitian yang akan disajikan.

    3. Confidentialty ( Kerahasiaan )

    Masalah keperawatan merupakan masalah etika dengan memberikan

    jaminan dalam kerahasian hasil penelitian ,baik informasi yang telah

    dikumpulkan dijamin kerahasianannya oleh peneliti,hanya kelompok

    data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

  • 38

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    Pada bab ini penulis akan membahas tentang proses keperawatan pada Ny.

    “N” dan “ Tn. A” yang menulis lakukan selama 3 hari dimulai tanggal 02 Juli

    2018 – 04 Juli 2018 dengan penyakit Hipertensi di Ruang Penyakit Dalam RSUD

    Ogan Ilir yang dilakukan berdasarkan proses keperawatan: melalui tahap-tahap

    pengkajian, diagnosa keperawatan , perencanaan dan evaluasi.

    4.1 Profil RSUD Ogan Ilir

    RSUD Ogan Ilir mulai beroperasi sejak januari 2013 , hal ini berdasarkan

    keputusan Bupati Ogan Ilir Nomor 155/KEP/KES/2013 tentang Izin Operasonal

    Sementara Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Ogan Ilir pada

    tanggal 30 April 2013. dan berdasarkan keputusan ini pula ditetapkan bahwa

    RSUD Ogan Ilir mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan. Pada

    Tanggal 13 Mei 2015 Izin Operasional tersebut diperbaharui dari Izin Operasional

    sementara menjadi izin operasional tetap yang didasarkan pada Keputusan Bupati

    Ogan Ilir Nomor 414/KEP/DINKES/2015 tentang Izin Operasional Rumah Sakit

    Umum Daerah Kabupaten Ogan Iliryang berlaku mulai 13 Mei 2015.

    Pada tanggal 13 Mei 2015 RSUD Ogan Ilir mendapatkan penetapan

    sebagai Rumah Sakit Tipe D berdasarkan keputusan Bupati Ogan Ilir Nomor

    150/KEP/DINKES/2015 tentang Klasifikasi Rumah Sakit Umum Dearah

    Kabupaten Ogan Ilir.

    4.1.1 Visi dan Misi RSUD Ogan Ilir

    Visi RSUD Kabupaten Ogan Ilir :

    “Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Terbaik di Sumatera Selatan”

    misi dan tujuan RSUD Kabupaten Ogan Ilir :

    Misi I

    Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

    Tujuan

    a) Meningkatkan Pelayanan Media Umum

  • 39

    b) Meningkatkan Pelayanan gawat darurat

    c) Meningkatkan Pelayanan medik spesial dasar

    d) Meningkatkan Pelayanan ICU

    e) Meningkatkan Pelayanan medik spesial penunjang

    f) Meningkatkan Pelayanan patologi klinik

    g) Meningkatkan Pelayanan penunjang klinik

    h) Meningkatkan Pelayanan penunjang non klinik

    Misi II

    Meningkatkan kualitas sumber daya manusia

    Tujuan

    a) Meningkatkan intensitas pendidikan dan pelatihan

    b) meningkatkan manajemen SDM

    c) meningkatkan efektif erja pegawai

    Misi III

    Meningkatkan sarana prasarana

    Tujuan

    a) Meningkatkan ketersediaan alat kesehatan

    b) Meniungkatkan ketersediaan peralatan dan perlengkapan kantor

    c) pengadaan kendaraan operasional rumah sakit

    d) pembangunan gedung rumah sakit

    e) meningkatkan kualitas sarana dan prasarana

    4.1.2 Fasilitas pelayanan

    RSUD Ogan Ilir merupakan rumah sakit Daerah Khusus Kabupaten

    Ogan Ilir sehingga memudahkan pelayanan kesehatan di daerah kabupaten Ogan

    Ilir dengan pelayanan :

    1. Pelayanan Rawat Jalan/Poliklinik

    Pelayanan rawat jalan RSUD Ogan Ilir dilakukan pada waktu pagi dan

    sore hari. Dengan pola pelayanan yang ditata dengan baik dan

    dilaksanakan oleh tenaga spesialis dan sub spesialis yang

    berpngalaman.

  • 40

    2. Pelayanan Rawat Inap

    Pelayanan Rawat Inap RSUD Ogan Ilir memiliki 140 tempat tidur

    dengan kelas yang bervariasi dan ditata secara baik sesuai dengan

    kebutuhan perawatan, mulai kelas VIP sampai kelas III.

    3. Pelayanan Rawat Intensip

    Pelayanan Rawat Intensip RSUD Ogan Ilir disediakan dan diberikan

    kepada pasien yang dalam keadaan sakit berat. Dikoordinir oleh dokter

    anastesi khusus intensif care. Pelayanan perawatan intensif ini

    merupakan intensif care unit tersier karena mampu memberikan

    pelayanan tertinggi dan tunjangan hidup dalam jangka panjang.

    4. Pelayanan Bedah

    Pelayanan Bedah sebagai sarana pelayanan terpadu untuk tindakan

    operatif terencana maupun darurat dan diagnostik. Instalasi bedah

    merupakan ruang operasi yang dilengkapi dengan peralatan canggih

    yang dilakukan dikamar operasi.

    5. Pelayanan Bersalin

    Pelayanan Rawat Inap RSUD Ogan Ilir, menata perawatan kebidanan

    ibu bersalin dengan memberikan pelayanan yang khusus kepada wanita

    dan ibu bersalin, kenyamanan dan ketentraman keluarga senantiasa

    terjaga.

    4.1.3 Gambaran Umum Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Ogan

    Ilir

    Ruang Instalasi Rawat Inap RSUD Ogan Ilir merupakan bagian dari

    Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam yang menjadi tempat perawatan bagi pesien

    selama sakit. Dalam pelayanannya instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam melayani

    semua pasien dengan kasus penyakit dalam (non bedah) termasuk pasien dengan

    hipertensi, biasanya lama rawat yang bervariasi hingga pasien dinyatakan

    diperbolehkan pulang/rawat jalan.

    Klasifikasi ketenagaan perawat di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

    RSUD Ogan Ilir diketuai oleh satu orang kepala ruangan, dengan staf

  • 41

    keperawatan yang terbagi menjadi 3 yaitu TIM 1, TIM 2 dan 1 PJ Shift, jadwal

    dinas perawat dibagi dalam 3 shift yaitu shift pagi, sore dan malam.

    Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Ogan Ilir mempunyai 5 ruang

    rawat inap dan 92 tenpat tidur pasien, dimana terdapat 4 tidur dikelas I B dan II A,

    11 tempat tidur dikelas II B dan III A, 62 tempat tidur dikelas III B (Medical

    Record RSUD Ogan Ilir, 2018).

    4.2. Hasil

    Penulis telah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. “N” dan Tn. “A”

    dengan penyakit hipertensi selama 3 hari (dari tanggal 04 Juni 2018-06 Juni 2018

    jam 10.00 WIB dan jam 16.30 WIB ) di Ruang Penyakit Dalam Wanita dan

    Ruang Penyakit dalam Laki-laki RSUD Ogan Ilir, maka pada bab ini penulis

    mengemukakan pembahasannya.

    Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara asuhan

    keperawatan hipertensi secara teoritis dan tindakan keperawatan yang langsung

    diberikan pasien dilapangan,. Selain membahas kesenjangan diatas penulis juga

    akan mengemukakan beberapa masalah selama melaksanakan asuhan

    keperawatan serta pemecahannya.

    Sesuai dengan tahapan proses keperawatan, maka penulis akan

    mengemukakan pembahasan mulai dari pengkajian, pentuan diagnosa perawatan,

    perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

    Pengumpalan data dimulai pada tanggal 02 Juli 2018 s.d 04 Juli 2018.

    Secara teoritis, wawancara dilakukan secara langsung baik pada klie