implementasi bakteri selulolitik yang · pdf file0 implementasi bakteri selulolitik yang...

8
0 IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI RUMEN KERBAU SEBAGAI AGENSIA PROBIOTIK DALAM RANSUM BERBASIS AMPAS TAHU TERHADAP PERFORMANS DAN KONSENTRASI N-NH3 EKSKRETA ITIK SITI, N. W., I. A. P. UTAMI, DAN IGNG., BIDURA Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Jl. PB. Soedirman, Denpasar-Bali E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau yang berpotensi sebagai probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap performans, jumlah daging dada, lemak abdomen, serum kolesterol darah, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik. Dua ratus empat puluh itik bali jantan umur lima minggu dengan berat badan homogen diberi empat macam perlakuan dalam disain rancangan acak lengkap (RAL). Tiap perlakuan dengan enam kali ulangan dengan 10 ekor itik pada masing-masing ulangan. Semua itik diberikan ransum perlakuan selama lima minggu. Keempat perlakuan tersebut adalah: (A) ransum berbasis ampas tahu tanpa disuplemenasi kultur bakteri selulolitik rumen kerbau sebagai kontrol; (B) ransum A + 0,20% kultur bakteri selulolitik rumen kerbau; (C) ransum A + 0,40% kultur bakteri selulolitik rumen kerbau; dan (D) ransum A + 0,60% kultur bakteri selulolitik rumen kerbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kultur bakteri selulolitik rumen kerbau dalam ransum berbasis ampas tahu (perlakuan C dan D) secara nyata (P<0,05) dapat meningkatkan performans itik bali jantan umur 5-10 minggu. Persentase karkas, jumlah daging dada karkas pada itik perlakuan C dan D nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada control (perlakuan A). Sebaliknya, secara nyata (P<0,05) menurunkan jumlah lemak abdomen, kolesterol serum, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik. Disimpulkan bahwa suplementasi 0,40-0,60% kultur bakteri selulolitik sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu dapat meningkatkan pertambahan berat badan, persentase karkas, persentase daging dada karkas, dan efisiensi penggunaan ransum pada itik umur 5-10 minggu. Sebaliknya secara nyata dapat menurunkan jumlah lemak abdomen, kolesterol serum, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik. Kata kunci: Bakteri selulolitik, rumen kerbau, probiotik, karkas, kolesterol, amonia IMPLEMENTATION CELLULOLYTIC BANTERIA ISOLATED FROM THE RUMEN OF BUFFALO AS A PROBIOTICS AGENT IN TOFU-BASED RATION ON THE PERFORMANCE AND CONCENTRATION N-NH3 IN EXCRETA OF DUCK ABSTRACT The study was carried out to study the effect of implementation of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo in tofu-basal diets on performance, breast meat, abdominal-fat, blood serum cholesterol, and concentration N-NH3 of duck excreta. Two hundried fourty of male Bali ducklingr aged five of weeks was assigned to four treatments in a completely randomized design. Each treatment has six replications with ten birds per replication. All of the birds were fed experimental diets for five weeks. The treatments were (i) tofu-basal diets without supplemented of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo as control; (ii) tofu-basal diets with 0.20% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo supplemented; (iii) tofu-basal diets with 0.40% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo supplemented; and (iv) tofu-basal diets with 0.60% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo supplemented, respectively. The study showed that supplementation of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo in tofu-basal diets (treatment C and D) could improve significant differences (P<0.05) on performance of ducks. Carcass percentage and breast meat of birds treatment C and D were increased significantly different (P<0,05) than control (treatment A). Supplementation of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo in tofu-basal diets were decreased significantly different (P<0,05) on abdominal fat, blood serum cholesterol contents, and concentration of N-NH3 on excreta of ducks. It was concluded that supplementation 0,40-0,60% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo in tofu-basal diets were increased live weight gains, carcass percentages, breast meat, and feed efficiencies of duck up to ten weeks of age. On the other hand were decreased abdominal fat, blood serum cholesterol contents, and concentration N- NH3 of duck excreta. Key words: Bacteria cellulolytic, buffalo rumen, probiotics, carcass, cholesterol, ammonia

Upload: lamdat

Post on 07-Feb-2018

220 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

0

IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG DIISOLASI DARI RUMEN KERBAU

SEBAGAI AGENSIA PROBIOTIK DALAM RANSUM BERBASIS AMPAS TAHU TERHADAP

PERFORMANS DAN KONSENTRASI N-NH3 EKSKRETA ITIK

SITI, N. W., I. A. P. UTAMI, DAN IGNG., BIDURA

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar

Jl. PB. Soedirman, Denpasar-Bali

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mempelajari pengaruh implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari

rumen kerbau yang berpotensi sebagai probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap performans,

jumlah daging dada, lemak abdomen, serum kolesterol darah, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik.

Dua ratus empat puluh itik bali jantan umur lima minggu dengan berat badan homogen diberi empat macam

perlakuan dalam disain rancangan acak lengkap (RAL). Tiap perlakuan dengan enam kali ulangan dengan 10

ekor itik pada masing-masing ulangan. Semua itik diberikan ransum perlakuan selama lima minggu.

Keempat perlakuan tersebut adalah: (A) ransum berbasis ampas tahu tanpa disuplemenasi kultur bakteri

selulolitik rumen kerbau sebagai kontrol; (B) ransum A + 0,20% kultur bakteri selulolitik rumen kerbau; (C)

ransum A + 0,40% kultur bakteri selulolitik rumen kerbau; dan (D) ransum A + 0,60% kultur bakteri

selulolitik rumen kerbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suplementasi kultur bakteri selulolitik rumen

kerbau dalam ransum berbasis ampas tahu (perlakuan C dan D) secara nyata (P<0,05) dapat meningkatkan

performans itik bali jantan umur 5-10 minggu. Persentase karkas, jumlah daging dada karkas pada itik

perlakuan C dan D nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pada control (perlakuan A). Sebaliknya, secara nyata

(P<0,05) menurunkan jumlah lemak abdomen, kolesterol serum, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik.

Disimpulkan bahwa suplementasi 0,40-0,60% kultur bakteri selulolitik sebagai agensia probiotik dalam

ransum berbasis ampas tahu dapat meningkatkan pertambahan berat badan, persentase karkas, persentase

daging dada karkas, dan efisiensi penggunaan ransum pada itik umur 5-10 minggu. Sebaliknya secara nyata

dapat menurunkan jumlah lemak abdomen, kolesterol serum, dan konsentrasi N-NH3 dalam ekskreta itik.

Kata kunci: Bakteri selulolitik, rumen kerbau, probiotik, karkas, kolesterol, amonia

IMPLEMENTATION CELLULOLYTIC BANTERIA ISOLATED FROM THE RUMEN OF

BUFFALO AS A PROBIOTICS AGENT IN TOFU-BASED RATION ON THE PERFORMANCE

AND CONCENTRATION N-NH3 IN EXCRETA OF DUCK

ABSTRACT

The study was carried out to study the effect of implementation of Cellulolytic bacteria isolated

from rumen of buffalo in tofu-basal diets on performance, breast meat, abdominal-fat, blood serum

cholesterol, and concentration N-NH3 of duck excreta. Two hundried fourty of male Bali ducklingr aged five

of weeks was assigned to four treatments in a completely randomized design. Each treatment has six

replications with ten birds per replication. All of the birds were fed experimental diets for five weeks. The

treatments were (i) tofu-basal diets without supplemented of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of

buffalo as control; (ii) tofu-basal diets with 0.20% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo

supplemented; (iii) tofu-basal diets with 0.40% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo

supplemented; and (iv) tofu-basal diets with 0.60% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo

supplemented, respectively. The study showed that supplementation of Cellulolytic bacteria isolated from

rumen of buffalo in tofu-basal diets (treatment C and D) could improve significant differences (P<0.05) on

performance of ducks. Carcass percentage and breast meat of birds treatment C and D were increased

significantly different (P<0,05) than control (treatment A). Supplementation of Cellulolytic bacteria isolated

from rumen of buffalo in tofu-basal diets were decreased significantly different (P<0,05) on abdominal fat,

blood serum cholesterol contents, and concentration of N-NH3 on excreta of ducks. It was concluded that

supplementation 0,40-0,60% of Cellulolytic bacteria isolated from rumen of buffalo in tofu-basal diets were

increased live weight gains, carcass percentages, breast meat, and feed efficiencies of duck up to ten weeks of

age. On the other hand were decreased abdominal fat, blood serum cholesterol contents, and concentration N-

NH3 of duck excreta.

Key words: Bacteria cellulolytic, buffalo rumen, probiotics, carcass, cholesterol, ammonia

Page 2: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

1

PENDAHULUAN

Pengembangan ternak unggas di Indonesia menghadapi kendala, yaitu potensi pakan yang

tidak sesuai dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas, sehingga penanganannya perlu mendapat

perhatian serius, karena pakan merupakan salah satu faktor penting dalam usaha ternak unggas.

Oleh sebab itu, perbaikan manajemen pakan diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha

ternak unggas, khususnya ternak itik. Usaha ternak unggas memerlukan pakan yang cukup banyak

pakan, sehingga perlu rekayasa pemberian pakan menggunakan bahan pakan lokal dengan manfaat

yang optimal.

Ampas tahu terbuat dari hasil aksktraksi kacang kedelai berupa limbah basah yang kaya

protein (Wina et al., 2012). Kelemahan utama ampas tahu sebagai pakan unggas adalah tingginya

kandungan air (82-90%) dan serat kasar (Wina et al., 2008). Ampas tahu mengandung protein

dengan asam amino lysin, metionin, dan kalsium yang cukup tinggi. Namun, kandungan serat

kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum unggas

(Mahfudz, 2006).

Menarik untuk mempelajari adalah penggunaan mikroba dalam rumen kerbau, karena

sebagian besar mengandung mikroba selulolitik dan memiliki aktivitas selulolitik tertinggi

dibandingkan dengan mikroba selulolitik ternak lainnya, seperti sapi (Prabowo et al., 2007). Pada

rumen kerbau cairan menemukan tujuh koloni bakteri selulolitik, sedangkan di empat koloni pada

sapi bali. Melalui isolasi dan kemampuan pengujian mikroba isolat terpilih sebagai probiotik dan

serat merendahkan (CMC-ase) dan ketika dilaksanakan melalui produk fermentasi kontinyu

melalui pakan, mungkin akan dapat membantu dalam mencerna unggas dalam ransum berbasis

kedelai penyulingan oleh-produk, dari aspek nilai-nilai kering materi cerna, bahan organik, dan

serat kasar.

Fraksi selulosa merupakan komponen yang paling besar sebagai penyusun dinding sel

ampas tahu, yaitu sekitar 40-50% yang sangat sulit/tidak dapat dicerna oleh enzim pencernaan pada

ternak itik. Supaya dapat digunakan, maka selulosa terlebih dahulu harus diuraikan menjadi

senyawa dengan berat molekul rendah, seperti mono, di, dan tri sakarida. Degradasi tersebut

melibatkan kompleks enzim selulase yang dihasilkan oleh mikroba (Wainwright, 2002), yaitu

endo-beta-glucanase dan beta glucosidase.

Berdasarkan hal tersebut, menarik untuk diteliti adalah pemanfaatan jasa mikroba

selulolitik yang berasal dari cairan rumen kerbau sebagai inokulan pendegradasi serat pada ampas

tahu sebelum diberikan kepada ternak itik. Hal ini dimungkinkan karena bakteri dari cairan rumen

kerbau mempunyai aktivitas selulolitik yang paling tinggi dibandingkan dengan mikroba selulolitik

ternak lainnya, seperti sapi (Prabowo et al., 2007).

Fermentasi dengan mikroba selulolitik dapat menyederhanakan partikel bahan pakan,

sehinggadapat meningkatkan nilai gizinya, serta mengubah protein kompleks menjadi asam amino

sederhana yang mudah diserap (Mahfudz et al., l996). Proses fermentasi yang tidak sempurna

tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen yang menimbulkan

gangguan kesehatan dan kematian ternak. Oleh karena itu, pemilihan mikroba sebagai inokulan

dalam proses fermentasi perlu dicermati.

Produk pakan fermentasi nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan serum

kolesterol dan meningkatkan kualitas karkas itik (Bidura et al., 2008b). Khasiat lain dari produk

fermentasi adalah dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A reduktase yang

berfungsi untuk sintesis kolesterol dalam hati (Tanaka et al., l992), serta dapat menurunkan jumlah

lemak tubuh ayam broiler (Kataren et al., 1999). Menurut Harmayani (2004), bakteri yang mampu

tumbuh dan mengasimilasi kolesterol dalam usus halus mempunyai potensi sebagai pengontrol

kadar kolesterol serum darah inang, karena di dalam usus halus terjadi proses absorpsi kolesterol.

Kemampuan asimilasi kolesterol oleh bakteri probiotik tersebut bervariasi diantara strain dan

memerlukan kondisi yang anaerob serta adanya asam empedu.

Berdasarkan uraian tersebut diatas penelitian bertujuan untuk mengkaji pengaruh

suplementasi bakteri selulolitik yang diseleksi dari rumen kerbau dalam ransum berbasis ampas

tahu untuk meningkatkan performans dan menurunkan lemak abdomen dan kadar amonia dalam

ekskreta itik.

Page 3: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

2

METODE PENELITIAN

Rancangan Percobaan

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian feeding trial ini adalah rancangan acak

lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit

percobaan) menggunakan masing-massing 10 ekor itik Bali jantan dewasa umur 5 minggu dengan

berat badan homogen. Keempat perlakuan tersebut, yaitu (i) itik yang diberi ransum bebasis ampas

tahu dengan 0,00% kultur bakteri selulolitik unggulan sebagai kontrol (A); (ii) ransum A + 0,20%

kultur bakteri selulolitik B-6 unggulan (B); (iii) ransum A + 0,40% kultur bakteri selulolitik B-6

unggulan (C); dan (iv) ransum A + 0,60% kultur bakteri selulolitik B-6 unggulan (D).

Semua diet yang dalam bentuk mash dan disusun oleh iso-energi (2900 kkal ME / kg) dan

iso-protein (17% CP). Diet dan air minum diberikan ad libitum selama masa percobaan lima

minggu. Berat badan dan konsumsi pakan dicatat mingguan.

Ransum dan Air Minum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan Tabel komposisi zat

makanan menurut Scott et al. (1982), dengan menggunakan bahan, seperti jagung kuning, tepung

ikan, bungkil kelapa, dedak padi, garam, dan ampas tahu. Semua perlakuan ransum disusun

isokalori (ME: 2900 kcal/kg) dan isoprotein (CP: 17%). Air minum yang diberikan bersumber dari

perusahan air minum setempat.

Ampas Tahu Ampas tahu diperoleh dari industri rumah tangga pembuatan tahu di daerah Ubung Kaja,

Denpasar Barat.

Pembuatan kultur Bakteri Selulolitik yang diisolasi dari Rumen Kerbau

Pembuatan kultur bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau dilakukan dengan

melakukan isolasi bakteri selulolitik dari cairan rumen kerbau. Isolat yang digunakan dalam

penelitian ini adalah isolat yang telah lolos uji probiotik (uji berbagau level suhu, asam, dan garam

empedu) serta mempunyai aktivitas selulolitik/CMC-ase (Siti et al., 2014). Isolate yang diperoleh

selanjutnya dibuatkan kultur bakteri selulolitik dengan menggunakan media padat (dedak padi),

yaitu: 150 g molasses, 15 g urea, 5 g kapur, 5 g garam dapur, 2 g multi vitamin-mineral, 400 g

dedak padi, dan air secukupnya sampai campuran tadi mencapai berat 1 kg, kemudian tambahkan

isolate bakteri selulolitik yang telah diisolasi dari cairan rumen kerbau sebanyak 0,50%.

Selanjutnya campuran tersebut diinkubasi dalam ruang inkubator dalam suasana anaerob selama 1

minggu pada suhu 37-390C (temperatur dijaga konstan). Setelah satu minggu inkubasi, selanjutnya

dikeringkan dalam oven pada suhu 450C dan setelah kering dihancurkan kembali dan diamati

jumlah colony bakteri selulolitik pada kultur tersebut (siap digunakan sebagai kultur bakteri

selulolitik cairan rumen dari kerbau).

Tabel 1. Komposisi bahan pakan dalam ransum itik umur 5-10 minggu

Bahan Pakan (%) Implementasi Kultur Isolat Selulolitik Kerbau (%)

0,00 0,20 0,40 0,60

Jagung kuning 47,20 47,20 47,20 47,20

Dedak padi 10,50 10,50 10,50 10,50

Bungkil kelapa 4,30 4,30 4,30 4,30

Tepung ikan 7,50 7,50 7,50 7,50

Ampas tahu 30,00 30,00 30,00 30,00

Garam dapur 0,50 0,50 0,50 0,50

Total 100 100 100 100 Keterangan:

1. Ransum berbasis ampas tahu tanpa suplementasi kultur bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen

kerbau sebagai kontrol (A); ransum berbasis ampas tahu yang di suplementasi 0,20% kultur bakteri

selulolitik (B); dengan suplementasi 0,40% kultur bakteri selulolitik (C); dan dengan suplementasi

0,60% kultur bakteri selulolitik (D).

Pemotongan Itik

Pengambilan sampel itik untuk disembelih dilakukan pada akhir penelitian, yaitu semua

itik pada masing-masing unit percobaan disembelih. Sebelum disembelih, terlebih dahulu itik

Page 4: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

3

dipuasakan selama 12 jam. Itik disembelih dengan sayatan pada vena jugularis. Darah itik

ditampung, kemudian di masukkan ke dalam tabung yang telah diberi kode perlakuan, lalu

ditimbang untuk keperluan analisis lebih lanjut.

Tabel 2. Komposisi zat makanan dalam ransum itik umur 5-10 minggu1)

Zat Makanan Perlakuan Standar2)

A B C D

Energi termetabolis (kkal/kg) 2900 2900 2900 2900 2900

Protein kasar ( % ) 17,0 17,0 17,0 17,0 18.00

Serat kasar ( % ) 9,01 9,01 9,01 9,01 5-7

Lemak kasar ( % ) 4,78 4,78 4,78 4,78 5-10

Ca ( % ) 0,94 0,94 0,94 0,94 0.8-1.2

P-tersedia ( % ) 0,61 0,61 0,61 0,61 0.40

Arginin ( % ) 1,64 1,64 1,64 1,64 1.00

Lysin ( % ) 1,41 1,41 1,41 1,41 0.82

Metionin+sistein ( % ) 0,81 0,81 0,81 0,81 0.60 Notes: 1. Berdasarkan perhitungan Scott et al. (1982)

2. standard Farrell (1995)

Kolesterol darah

Kadar kolesterol darah: analisis kolesterol menggunakan metode Lieberman-Burchad,

dengan menggunakan 3 cc darah itik yang diambil pada bagian sayap pada akhir penelitian pada

masing-masing ulangan (unit percobaan). Analisis kolesterol dengan menggunakan larutan sterol

dalam kloroform direaksikan dengan asam asetat anhidrat sulfat pekat. Dalam uji ini dihasilkan

warna dari hijau kebiruan sampai warna hijau, tergantung kadar kolesterol sampel. Larutan yang

dihasilkan tertera pada spektrofotometer untuk mendapatkan densitas optik (DO). Hasil tersebut

kemudian dibandingkan dengan DO dari larutan standar.

Kadar N-Amonia Ekskreta

Metode yang digunakan adalah metode Phenolhypoclorite dari Saransi et al. (2004).

Pengambilan sampel cairan saluran pencernaan dilakukan pada akhir penelitian. Itik dipotong dan

cairan saluran pencernaan yang ada di dalam saluran pencernaan pada bagian sekum dan kolon

dikeluarkan, kemudian disaring dengan kain satin rangkap tiga ke dalam tabung reaksi yang

sebelumnya sudah ditetesi asam sulfat pekat satu tetes. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium

untuk dianalisis kandungan N-Amonia. Penentuan kadar N-NH3 dengan menggunakan difusi

Conway (Saransi et al., 2010) sebagai berikut: ambil sebanyak 1 ml sampel supernatant disebelah

kiri sekatan cawan Conway, 1 ml larutan Na2CO3 jenuh pada sekat sebelah kanan, 1 ml H3BO3 2%

yang berindikator BCG + MR pada cawan tengah, kemudian tutup cawan conway bervaselin

dengan rapat, goyang dengan perlahan sampai supernatant dengan Na2CO3 bercampur sempurna,

kemudian biarkan 24 jam dalam suhu kamar, selanjutnya lakukan titrasi dengan menggunakan

H2SO4 0,005 N sampai titik akhir titrasi. Kadar N-NH3 dapat dihitung sebagai berikut ini: mM N-

NH3 = (Volume titrasi x N H2SO4 x 1.000)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat Badan Akhir dan Konsumsi Ransum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan berat badan akhir itik yang diberi ransum

berbasis ampas tahu tanpa penambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau sebagai

kontrol adalah 1174,62 g/ekor (Tabel 3). Rataan berat badan akhir itik yang diberi ransum berbasis

ampas tahu dengan penambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau 0,20% dalam ransum

(B), tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan kontrol. Namun,

penambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau 0,40% dalam ransum (C) dan 0,60%

dalam ransum (D), masing-masing adalah 13,14% dan 11,22% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada

Page 5: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

4

kontrol. Rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama lima minggu oleh itik tidak menunjukkan

adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) diantara perlakuan.

Feed Conversion Ratio (FCR)

Rataan nilai FCR (konsumsi ransum : pertambahan berat badan) selama lima minggu

pengamatan pada itik yang diberi perlakuan kontrol adalah 6,41/ekor (Tabel 3), dan tidak

menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan itik perlakuan B. Rataan nilai FCR

pada itik perlakuan C dan D, masing-masing adalah 17,32% dan 15,44% nyata (P<0,05) lebih

rendah daripada kontrol. Peningkatan berat badan akhir dan penurunan FCR disebabkan oleh

kultur isolate selulolitik rumen kerbau yang telah lolos uji sebagai agensia probiotik serta

mempunyai aktivitas selulolitik atau mempunyai aktivitas CMC-ase (Bidura et al., 2014) dalam

saluran pencernaan itik. Menurut Piao et al. (l999), suplementasi probiotik dalam ransum nyata

dapat meningkatkan pertambahan berat badan, pemanfaatan nutrisi, serta kecernaan nitrogen dan

phosphor. Hal senada dilaporkan oleh Stanley et al. (l993), bahwa ayam broiler yang diberi

probiotik 0,10% nyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan

ransum. Pemberian pakan yang mengandung probiotik akan dapat meningkatkan metabolisme zat

makanan pada proses pencernaan (Nurhayati, 2008).

Han et al. (1999) menyatakan bahwa suplementasi Aspergillus oryzae dan S.cerevisiae

dalam ransum basal pada level 0,15% dan 0,30% dapat meningkatkan aktivitas enzim amilolitik

dan proteolitik dalam saluran pencernaan ayam, sehingga dapat meningkatkan energi termetabolis

dan kecernaan protein ransum. Meningkatnya kecernaan protein dan energi termetabolis ransum

dapat berdampak pada peningkatan efisiensi penggunaan ransum dan meningkatkan pertumbuhan

itik. Respons pemberian probiotik pada ternak ternyata berbeda pengaruhnya, dan hal tersebut

sangat dipengaruhi oleh strain bakteri yang digunakan sebagai probiotik, dosis atau level

pemberiannya, komposisi ransum, sistem pemberian pakan, bentuk ransum, dan interaksi dengan

feed additive lainnya (Chesson, 1994). Seperti dilaporkan oleh Mahfudz (2006), bahwa pemberian

ampas tahu terfermentasi pada level 10% dalam ransum ternyata belum berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan dan karkas ayam, namun pada level 15-20% dalam ransum nyata dapat meningkatkan

pertumbuhan dan karkas ayam.

Tabel 3. Pengaruh penambahan kultur bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau dalam

ransum berbasis ampas tahu terhadap performans dan karkas itik Bali umur 5-10 minggu Variabel Yang Diamati Perlakuan

1) SEM

2)

A B C D

Berat badan akhir (g/ekor) 1174,62b3)

1196,15b 1328,91a 1306,47a 31,902

Pertambahan berat badan (g/ekor/5 minggu) 659,30b 678,05b 812,81a 792,47a 29,714

Kons. Ransum (g/ekor/5 minggu) 4226,92a 4276,10a 4308,52a 4295,71a 65,804

Feed Conversion Ratio (FCR) 6,41a 6,31a 5,30b 5,42b 0,319

Berat Karkas 787,94b 812,78b 907,11a 893,76a 30,067

Persentase karkas (%) 67,08a 67,95a 68,26a 68,41a 0,647

Persentase daging dada karkas (% berat

karkas)

11,15b 12,69a 13,24a 13,15a 0,375

Keterangan :

1. Ransum basal berbasis ampas tahu tanpa suplementasi kultur isolat bakteri selulolitik rumen

kerbau sebagai kontrol (A); dengan suplementasi 0,20% kultur isolat bakteri selulolitik rumen

kerbau (B); dengan suplementasi 0,40% kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau (C); dan

suplementasi 0,60% kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau (D);

2. SEM :”Standard Error of Treatment Means”

3. Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata

(P<0.05)

Karkas

Rataan berat karkas itik yang diberi ransum kontrol adalah 787,94 g/ekor (Tabel 3) dan

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan berat karkas itik yang mendapat

perlakuan B. Akan tetapi berat karkas itik perlakuan C dan D secara berturutan adalah 15,12% dan

13,43% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol. Persentase daging dada karkas itik perlakuan

Page 6: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

5

C dan D secara berturutan adalah 18,74% dan 17,93% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol

Hal ini disebabkan oleh keberadaan mikroba probiotik dalam saluran pencernaan itik dapat

meningkatkan aktivitas enzim, penyerapan zat makanan, dan meningkatkan retensi protein dan

energi dalam tubuh itik. Dilaporkan Yi et al. (l996), bahwa suplementasi mikroba probiotik ke

dalam ransum nyata dapat meningkatkan retensi nitrogen pada broiler, proses fermentasi akan

memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang

diperlukan untuk sintesis protein tubuh. Tang et al. (2007) menyatakan bahwa peningkatan

konsumsi protein dan asam amino lysin pada ayam broiler menyebabkan peningkatan jumlah

daging dada dibandingkan dengan konsumsi protein dan lysin yang lebih rendah. Pakan yang

mengandung protein tinggi dapat meningkatkan komponen daging dalam dada (Al-Batshan dan

Hussein, 1999; Bidura, 2012).

Lemak Abdomen

Rataan jumlah lemak abdomen (abdominal-fat) pada tubuh itik kontrol adalah 2,58% berat

potong (Tabel 4). Rataan jumlah lemak abdomen itik yang diberi ransum dengan penambahan

0,20% kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau tidak menunjukkan adanya perbedaan yang

nyata (P>0,05) dengan kontrol. Namun, penambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau

dalam ransum basal berbasis ampas tahu pada tingkat 0,40% (C) dan 0,60% (D), masing-masing

adalah 16,67% dan 18,60% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol.

Kadar Kolesterol Serum

Rataan kadar kolesterol serum darah pada itik yang diberi ransum kontrol adalah 179,71

mg/dl serum (Tabel 4). Panambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau dalam ransum

basal pada tingkat 0,20% (B), 0,4% (C) dan 0,6% (D) menunjukkan perbedaan yang nyata

(P<0,05) masing-masing: 7,78%, 8,71% dan 10,47% lebih rendah daripada kontrol. Hal ini

disebabkan oleh lemak makanan yang dimakan dalam usus dicerna oleh enzim pankreas dan

diemulsikan oleh garam empedu menjadi micelles atau kilomikron. Micelles inilah yang diserap

oleh tubuh sebagai sumber tenaga dan bahan dasar pembentuk kolesterol, selanjutnya didepositkan

pada bagian organ tubuh sebagai lemak dan kolesterol. Nurhayati (2008) menyatakan bahwa

penggunaan campuran pakan terfermentasi oleh A. niger pada level 10-30% secara nyata

menurunkan bobot lemak abdominal. Min (2006) melaporkan, pemberian pakan terfermentasi

nyata menurunkan kandungan lemak dan peningkatan persentase daging loin pada babi.

Tabel 4. Pengaruh penambahan kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau dalam ransum

berbasis ampas tahu terhadap bobot potong, lemak abdomen, kadar kolesterol serum,

dan kadar N-NH3 ekskreta itik umur 10 minggu

Variabel Yang Diamati Perlakuan1)

SEM2)

A B C D

Abdominal-fat 2,58a 2,19b 2,15b 2,10b 0,083

Kolesterol (mg/dl) darah 177,05a 163,27b 161,81b 158,52b 4,029

Kadar N-NH3 ekskreta (m.Mol/liter

ekskreta)

12,593a 12,371a 11,291b 11,187b 0,375

Keterangan :

1. Ransum basal berbasis ampas tahu tanpa suplementasi kultur isolat bakteri selulolitik rumen

kerbau sebagai kontrol (A); dengan suplementasi 0,20% kultur isolat bakteri selulolitik rumen

kerbau (B); dengan suplementasi 0,40% kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau (C); dan

suplementasi 0,60% kultur isolat bakteri selulolitik rumen kerbau (D);

2. SEM:”Standard Error of Treatment Means”

3. Nilai dengan huruf yang berbeda pada baris yang sama menunjukan perbedaan yang nyata

(P<0.05)

Amonia/N-NH3 Ekskreta Rataan kadar ammonia (N-NH3) dalam ekskreta pada itik kontrol adalah 12,593 m.Mol/ltr

(Tabel 4) dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) dengan kadar ammonia dalam

ekskreta pada itik yang diberi ransum perlakuan B. Panambahan masing-masing: 0,40% (C) dan

Page 7: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

6

0,60% (D) kultur bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau dalam ransum berbasis tofu,

berbeda nyata (P<0,05) dapat menurunkan kadar ammonia dalam ekskreta pada itik masing-

masing: 10,33% dan 11,20% lebih rendah daripada kontrol. Hal ini disebabkan oleh penggunaan

mikroba probiotik pada ternak unggas dilaporkan mampu menekan aktivitas enzim urease dan

dapat menurunkan jumlah asam urat dalam saluran pencernaan ayam, karena asam urat sudah

dimanfaatkan menjadi protein mikrobial (Chiang dan Hsieh, l995). Penurunan kadar N-NH3 pada

ekskreta itik tersebut, menurut Yeo dan Kim (l997) disebabkan karena probiotik dalam ransum

(Lactobacillus cassei) dapat menekan aktivitas enzim urease dalam usus kecil, sehingga kadar gas

organik dalam ekskreta menurun. Han et al. (1999) menyatakan bahwa suplementasi Aspergillus

oryzae dan S.cerevisiae dalam ransum basal secara signifikan dapat meningkatkan jumlah bakteri

asam laktat (BAL) serta menurunkan jumlah bakteri E.choli dan bakteri aerobik dalam ekskreta.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Suplementasi 0,40-0,60% kultur isolate

bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau dalam ransum berbasis ampas tahu dapat

meningkatkan penampilan, berat karkas, persentase karkas, dan jumlah daging dada karkas itik Bali

umur 5-10 minggu. Sebaliknya, nyata menurunkan jumlah lemak abdomen, kolesterol serum darah,

dan kadar N-NH3 ekskreta itik Bali.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Direktorat

Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan

Penelitian Nomor: 179/UN14.2/PNL.01.03.00/2015, tanggal 3 Maret 2015, atas dana yang

diberikan melalui dana penelitian Unggulan Perguruan Tinggi, sehingga penelitian dapat

dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Batshan, H. A. and E. O. S. Hussein. 1999. Performance and Carcass Composition of Broiler

Under Heat Stress: 1. The Effects of Dietary Energy and Protein. Asian-Aust. J. of Anim.

Sci. 12 (6): 914-922

Bidura, I.G.N.G., T. G. O. Susila, dan I. B. G. Partama. 2008b. Limbah, Pakan Ternak Alternatif

dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press, Unud., Denpasar

Bidura, I.G.N.G. 2012. Isolasi, identifikasi dan uji kemampuan khamir Saccharomyces cerevisiae

yang diisolasi dari ragi tape sebagai agensia probiotik dan peningkatan produktivitas itik

Bali. Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Ternak, Program Pascasarjana, Universitas

Udayana, Denpasar

Chesson, A. 1994. Probiotics and Other Intestinal Mediators. In: (Ed. D.J.A. Cole, J. Wiseman,

and M.A. Varley) Principles of Pig Science. Loughborgough, UK: Nottingham University

Press. Pp. 197-214.

Chiang, S. H., and W. M. Hsieh. 1995. Effect of Direct-Fed Microorganisms on Broiler Growth

Performance and Litter Ammonia Level. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol 8 (2): 159-162

Farrell, D. J. 1995. Table Egg Laying Ducks: Nutritional Requirements and Husbandry Systems in

Asia. Poult and Avian Biol. Rev. 6 (1): 55-69.

Han, S.W., K. W. Lee, B. D. Lee and C. G. Sung. 1999. Effect of Feeding Aspergillus oryzae

Culture on Fecal Microflora, Egg Qualities, and Nutrient Metabolizabilities in Laying

Hens. AJAS 12 (3): 417-421

Harmayani, E. 2004. Peranan Probiotik untuk Menurunkan Kolesterol. Makalah Seminar Nasional

“Probiotik dan Prebiotik sebagai Makanan Fungsional”, tanggal 30 Agustus 2004,

Kerjasama Pusat kajian Keamanan Pangan, Lemlit Unud dengan Indonesian Society for

Lactic Acid Bacteria (ISLAB). Denpasar: Univ. Udayana.

Page 8: IMPLEMENTASI BAKTERI SELULOLITIK YANG · PDF file0 implementasi bakteri selulolitik yang diisolasi dari rumen kerbau sebagai agensia probiotik dalam ransum berbasis ampas tahu terhadap

7

Kataren, P. P., A. P. Sinurat, D. Zainuddin, T. Purwadarta, dan I. P. Kompiang. 1999. Bungkil Inti

Sawit Dan Produk Fermentasinya Sebagai Pakan Ayam Pedaging. Journal Ilmu Ternak

Dan Veteriner 4 (2): 107-112

Mahfudz, L. D. 2006. Efektifitas Oncom Ampas Tahu sebagai Bahan Pakan Ayam. Jurnal

Produksi Ternak Vol. 8 (2): 108 – 114

Mahfudz, L. D., K. Hayashi, M. Hamada, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1996. The Effective Use of

Shochu Ditellery By-Product as Growth Promoting Factor for Broiler Chicken. Japanese

Poult. Sci. 33 (1): 1 – 7

Min, B. J. 2006. “Nutritional Value of Fermented Soy Protein (FSP) and Effect of FSP on

Performance and Mea Quality of Pigs”. (Ph.D. Thesis). Seoul, Korea: Department Of

Animal Resourches and Science.

Nurhayati. 2008. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Bungkil Inti Sawit Dan Onggok yang

Difermentasi dengan Aspergillus Niger dalam Pakan terhadap Bobot dan Bagian-Bagian

Karkas Broiler. Animal Production Vol 10 (1): 55-59

Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y. H. Kim, and C. Liang. 1999. Effects Of Kemzyme,

Phytase, and Yeast Supplementation On The Growth Performance and Pullution Reduction

Of Broiler Chicks. Asian-Aust. J.Anim.Sci. 12 (1):36-41

Prabowo, A., S. Padmowijoyo, Z. Bachrudin dan A. Syukur. 2007. Potensi selulolitik campuran

dari ekstrak rayap, larutan feses gajah, dan cairan rumen kerbau. J. of The Indonesian

Tropical Anim. Agric. 32 (3): 151-158

Saransi, U., I. K. Lana, dan T. I. Putri. 2004. Teknik Laboratorium. Denpasar: Lab. Kimia, Fakultas

Peternakan, Universitas Udayana.

Siti, N. W., I.A.P. Utami, dan IGNG. Bidura. 2014. Isolasi, Identifikasi, dan Uji Kemampuan

Bakteri Selulolitik Rumen Kerbau yang Berpotensi sebagai Agensia Probiotik untuk

Tingkatkan Efisiensi Produksi Itik Bali yang Diberi Ransum Berbasis Ampas Tahu .

Laporan Penelitian Hibh Unggulan Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian

Kepada Masyarakat, Universitas Udayana, Denpasar

Stanley, V. G., R. Ojo, S. Woldesenbet, D. Hutchinson and L. F. Kubena. 1993. The Use of

Saccharomyces Sereviseae to Supress the Effects of Aflatoxicosis In Broiler Chicks. Poult.

Sci. 72: 1867-1872

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw-Hill

International Book Co., London.

Tanaka, K., B. S. Youn, U. Santoso, S. Ohtani, and M. Sakaida. 1992. Effects of Fermented Feed

Products From Chub Mackerel Extract on Growth and Carcass Composition, Hepatic

Lipogenesis and on Contents of Various Lipid Fraction In The Liver And The Thigh

Muscle of Broiler. Anim. Sci. Technol. 63: 32 – 37

Tang, M. Y., Q. G. Ma, X. D. Chen and C. Ji. 2007. Effects of Dietary Metabolizable Energy and

Lysine on Carcass Characteristics and Meat Quality in Arbor Acres Broiler. AJAS Vol. 20

(12): 1865-1873

Wainwright, M. 2002. An Introduction to Fungal Biotechnology. John Wiley & Sons Ltd. Baffins

Lane, Chichester, West Sussex PO19 IUD, England.

Wang, Y. And T. A. McAllister. 2002. Rumen microbes, enzymes and feed digestion-A Review.

Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol. 15 (11): 1659-1676

Wina, E., D. Yulistiani, I.W.R. Susana and B. Tangendjaya. 2012. Improving microbial protein

synthesis in the rumen of sheep fed fresh Tofu waste by crude tannin extract of Acacia

mangium. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 17 (3): 207-214

Wina, E., B. Tangendjaya and Dumaria. 2008. Effect of Calliandra calothyrsus on in vitro

digestibility of soubean meal and tofu wastes. Livest. Res. Rural Develop.

http://www.lrrd.org/lrrd20/6/wina20098.htm Vol. 20 issue 6

Yeo, J. and K. Kim. 1997. Effect of Feeding Diets Containing Antibiotics, A Probiotic or Yucca

Extract on Growth and Intestinal Urease Activity In Broiler Chicks. Poult. Sci. 76: 381-385

Yi, Z., E. T. Kornegay and D. M. Denbow. 1996. Effect of Microbial Phytase on Nitrogen and

Amino Acid Digestibility and Nitrogen Retention of Turkey Poults Fed Corn-Soybean

Meal Diets. Poultry Sci. 75: 979-990