implementasi bahan ajar ipa berbasis inkuiri dalam …

11
102 IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM DIKLAT INKUIRI BERJENJANG Eneng Susilawati 1 , Harry Firman 2 , Sri Redjeki 2 , dan Didi Teguh Chandra 2 1 Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA 2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, email: [email protected] Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengimplementasian bahan ajar IPA berbasis inkuiri dalam diklat inkuiri berjenjang yang meliputi jenjang dasar dan jenjang lanjut. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.Pengambilan data dilakukan terhadap 36 guru IPA dari sembilan SMP yang dipilih secara purposive sample. Pengumpulan data dilakukan lewat observasi pembelajaran dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa bahan ajar IPA berbasis inkuiri yang diimplementasikan dalam Diklat inkuiri berjenjang telah mendukung pemikiran dan pertanyaan kritis karena pembelajaran menekankan pada proses penyelidikan yang difasilitasi melalui kegiatan yang bervariasi. Pembelajaran juga menekankan pada prinsip pemahaman materi yang dipelajari. Kata Kunci: bahan ajar IPA berbasis inkuiri, pendidikan dan pelatihan, inkuiri berjenjang THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY-BASED SCIENCE LEARNING MATERIAL IN THE REAL INCREMENTAL INQUIRY TRAINING Abstract. The purpose of this study is to reveal the outcomes of the implemention of inquiry-based science learning material in the Real Incremental Inquiry Training (RIIT) which covers basic and advanced levelS. The study utilized descriptive quantitative approach. The data were collected from August to October 2014. A total of 36 teachers from nine secondary schools were selected through purposive sampling. Observasion sheet and interviews were used to collect data. Results reveal that inquiry-based science learning material improve teachers’s ability in thinking and asking questioning critically as in the learning process teachers are motivated through various investigation and activities. Keywords: inquiry-based science learning material, real incremental inquiry training PENDAHULUAN Bahan ajar merupakan salah satu kom- ponen di dalam proses belajar mengajar disam- ping komponen guru dan siswa. Untuk membantu memudahkan guru dalam menyampaikan pela- jaran khususnya IPA diperlukan buku sebagai pedoman yang sesuai dengan aturan. Pemilihan rincian materi ajar haruslah mempertimbangkan program pemerintah, struktur disiplin ilmu, ke- mampuan siswa, pentingnya bagi siswa, aktivitas siswa, kendala waktu, dan sumber-sumber lokal (Collete, dkk, 1994). Kenyataan menunjukkan, di sekolah-sekolah tidak terlalu banyak ditemui buku sumber yang dapat dijadikan sebagai alter- natif acuan bagi guru untuk dapat menyampaikan materi IPA secara tepat. Bahkan kebanyakan seko- lah kekurangan suplai materi pembelajaran IPA. (Hewson, dkk. 2001; Kahle, dkk. 2000; Knapp & Plecki, 2001; Spillane, dkk. 2001). Buku- buku sumber yang tersedia cenderung bersifat umum, hanya memaparkan materi konsep IPA secara luas tanpa ada tuntunan bagaimana cara mengajarkannya. Dalam mengajarkan materi IPA, inkuiri dipandang sebagai pendekatan yang sesuai ((NRC, 1996; Trowbridge & Bybee, 1990) karena memiliki banyak kelebihan,yaitu dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan menghasilkan efek iringan berupa penumbuhan semangat berkreativitas, kemandirian belajar, toleransi terhadap pendapat yang berbeda, dan pandangan bahwa pengetahuan bersifat tentatif, (Joyce, 2000), mengembangkan pengetahuan danpemahaman ide-ide ilmiah, serta pemahaman tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam (NRC, 2000), serta meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat ilmu pengetahuan.

Upload: others

Post on 17-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

102

IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM DIKLAT INKUIRI BERJENJANG

Eneng Susilawati1, Harry Firman2, Sri Redjeki2, dan Didi Teguh Chandra2

1Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) IPA2Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

email: [email protected]

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengimplementasian bahan ajar IPA berbasis inkuiri dalam diklat inkuiri berjenjang yang meliputi jenjang dasar dan jenjang lanjut. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.Pengambilan data dilakukan terhadap 36 guru IPA dari sembilan SMP yang dipilih secara purposive sample. Pengumpulan data dilakukan lewat observasi pembelajaran dan wawancara. Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa bahan ajar IPA berbasis inkuiri yang diimplementasikan dalam Diklat inkuiri berjenjang telah mendukung pemikiran dan pertanyaan kritis karena pembelajaran menekankan pada proses penyelidikan yang difasilitasi melalui kegiatan yang bervariasi. Pembelajaran juga menekankan pada prinsip pemahaman materi yang dipelajari.

Kata Kunci: bahan ajar IPA berbasis inkuiri, pendidikan dan pelatihan, inkuiri berjenjang

THE IMPLEMENTATION OF INQUIRY-BASED SCIENCE LEARNING MATERIAL IN THE REAL INCREMENTAL INQUIRY TRAINING

Abstract. The purpose of this study is to reveal the outcomes of the implemention of inquiry-based science learning material in the Real Incremental Inquiry Training (RIIT) which covers basic and advanced levelS. The study utilized descriptive quantitative approach. The data were collected from August to October 2014. A total of 36 teachers from nine secondary schools were selected through purposive sampling. Observasion sheet and interviews were used to collect data. Results reveal that inquiry-based science learning material improve teachers’s ability in thinking and asking questioning critically as in the learning process teachers are motivated through various investigation and activities.

Keywords: inquiry-based science learning material, real incremental inquiry training

PENDAHULUANBahan ajar merupakan salah satu kom-

ponen di dalam proses belajar mengajar disam-ping komponen guru dan siswa. Untuk membantu memudahkan guru dalam menyampaikan pela-jaran khususnya IPA diperlukan buku sebagai pedoman yang sesuai dengan aturan. Pemilihan rincian materi ajar haruslah mempertimbangkan program pemerintah, struktur disiplin ilmu, ke-mampuan siswa, pentingnya bagi siswa, aktivitas siswa, kendala waktu, dan sumber-sumber lokal (Collete, dkk, 1994). Kenyataan menunjukkan, di sekolah-sekolah tidak terlalu banyak ditemui buku sumber yang dapat dijadikan sebagai alter-natif acuan bagi guru untuk dapat menyampaikan materi IPA secara tepat. Bahkan kebanyakan seko-lah kekurangan suplai materi pembelajaran IPA. (Hewson, dkk. 2001; Kahle, dkk. 2000; Knapp & Plecki, 2001; Spillane, dkk. 2001). Buku-

buku sumber yang tersedia cenderung bersifat umum, hanya memaparkan materi konsep IPA secara luas tanpa ada tuntunan bagaimana cara mengajarkannya.

Dalam mengajarkan materi IPA, inkuiri dipandang sebagai pendekatan yang sesuai ((NRC, 1996; Trowbridge & Bybee, 1990) karena memiliki banyak kelebihan,yaitu dapat meningkatkan keterampilan proses ilmiah dan menghasilkan efek iringan berupa penumbuhan semangat berkreativitas, kemandirian belajar, toleransi terhadap pendapat yang berbeda, dan pandangan bahwa pengetahuan bersifat tentatif, (Joyce, 2000), mengembangkan pengetahuan danpemahaman ide-ide ilmiah, serta pemahaman tentang bagaimana ilmuwan mempelajari alam (NRC, 2000), serta meningkatkan pemahaman siswa tentang sifat ilmu pengetahuan.

Page 2: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

103

Di Indonesia, esensi dari pembelajaran inkuiri tersirat dalam Kurikulum 2013, seba-gaimana dijelaskan dalam Pedoman Mata pelaja-ran IPA SMP (2014) dimana tema pengembangan Kurikulum adalah dapat menghasilkan insan In-donesia yang produktif, kreatif, inovatif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Hal ini sejalan dengan tuntut-an keterampilan Abad 21. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific) dalam Kurikulum 13, perlu diterapkan pembelajaran berbasis pe-nyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learn-ing), sehingga model pembelajaran discovery, merupakan salah satu model yang disarankan pada implementasi kurikulum yang sekarang sedang digunakan.

Tuntutan ini tidak didukung oleh keterse-diaan bahan ajar yang sesuai. Sangat sedikit contoh materi ajar inkuiri di kelas, buku teks, atau struktur pembelajaran yang menunjukkan ciri apa yang terjadi di laboratorium riset sains sebenarnya (Yager & Akcay, 2010). Di Indonesia, pemerintah masih mengalami kendala dalam hal menyiapkan kegiatan pembelajaran dalam buku siswa terutama yang berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 (Krissandi & Rusmawan, 2015) sehingga penting untuk mengembangan materi ajar seperti buku teks, buku latihan, kumpulan tugas, dan kumpulan percobaan yang berhubungan dengan inkuiri (Trna, Trnova, & Sibor, 2012). Untuk keperluan tersebut, penelitian ini bermaksud menawarkan alternatif penggunaan bahan ajar IPA berbasis inkuiri dengan enam level inkuiri (Wenning, 2010) yang dapat digunakan di SMP khususnya kelas VIII guna membantu guru IPA di Indonesia menyampaikan materi secara ter-standar.

Implementasi bahan ajar disampaikan melalui Diklat sebagai salah satu upaya pening-katan profesional guru, karena pada dasarnya pengembangan professional menjadi usaha besar untuk meningkatkan kompetensi guru (Rother-ham, 2009). Peningkatan kompetensi guru akan berpengaruh pada peningkatan kualitas hasil bela-jar siswa, yang pada akhirnya akan menunjukkan kualitas sekolah. Hal ini mendukung pernyataan bahwa pengembangan guru dan sekolah menjadi salah satu komponen yang mempengaruhi efekti-fitas sebuah sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pelaksa-naan implementasi bahan ajar sain berbasis inkuiri dalam Diklat inkuiri berjenjang?”

METODEPartisipan berjumlah 36 orang guru IPA

SMP yang berasal dari sembilan sekolah, dipilih secara purposivesample berdasarkan rekomen-dasi dari Dinas Pendidikan. Penentuan sekolah berdasarkan: 1) clustering, yaitu kelompok atas, menengah, dan bawah; 2) karakteristik sekolah, terdiri atas sekolah negeri dan swasta; 3) komit-men dan semangat guru-guru dalam membelajar-kan IPA di sekolah, yang direalisasikan dengan pemberian izin dan dukungan dari kepala sekolah sehingga guru dapat mengikuti Diklat dari awal sampai akhir. Komposisi guru sebagai partisipan penelitian tampak dalam Tabel 1.

Bahan ajar IPA yang digunakan selama Diklat berupa pedoman kegiatan guru dan siswa. Bahan ajar disiapkan sebelum Diklat dilaksanakan sebagai hasil dari pemetaaan materi IPA sesuai dengan kebutuhan guru yang diperoleh melalui Training Need Assessment (TNA). Bahan ajar

Implementasi Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri dalam Diklat Inkuiri Berjenjang

Tabel 1. Komposisi Guru sebagai Partisipan

Tabel 2. Kompetensi Dasar

Page 3: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

104

Cakrawala Pendidikan, Februari 2017, Th. XXXVI, No. 1

merupakan materi IPA yang diajarkan di SMP kelas VIII meliputi empat Kompetensi Dasar (KD) seperti tampak pada Tabel 2.

Bahan ajar IPA berbasis inkuiri disusun dalam beberapa tema dan mendeskripsikan kom-petensi inkuiri yang dilatihkan.Untuk setiap KD disiapkan bahan ajar dengan enam level inkuiri yaitu discovery learning (DL), interactive de-monstration (ID), inquiry lesson (ILes), inquiry laboratory (ILab), real world application (RWA), dan hypothetical inquiry (HI). Akan tetapi dalam pelaksanaan pelatihan setiap KD dilatihkan dua level inkuiri seperti tertera pada Tabel 3.

Bahan ajar yang berbentuk pedoman ke-giatan diimplementasikan dalam Diklat inkuiri berjenjang yaitu jenjang dasar dan jenjang lanjut masing-masing dengan pola 40 jamin service learning (ISL) dan 48 jam on the job learning (OJL). Fase-fase dalam model Diklat inkuiri berjenjang tampak pada Gambar 1.

Bahan ajar digunakan baik pada tahap ISL maupun OJL terutama pada fase pemodelan dan diskusi. Fasilitator memodelkan kegiatan pem-

belajaran yang ada pada pedoman kegiatan guru dan siswa. Guru melakukan berbagai kegiatan percobaan.Hasil percobaan kegiatan didiskusikan baik dalam kelompok maupun secara klasikal. Fasilitator memfasilitasi penggunaan bahan ajar selama Diklat menggunakan pendekatan inkuiri. Selama pelaksanaan Diklat dilakukan observasi terhadap aktivitas fasilitator, aktivitas guru, dan proses pembelajarannya sendiri.

Pengambilan data dilakukan selama tiga bulandengan menggunakan teknik observasi, dokumentasi, field note, dan wawancara. Lembar observasi digunakan untuk mengukur keterlaksa-naan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar IPA berbasis inkuiri selama kegiatan Diklat berlangsung meliputi aspek aktivitas fasilitator, aktivitas guru sebagai partisipan, dan proses pem-belajarannya sendiri. Lembar observasi berformat skala Likert dengan skor penilaian 1-4. Setiap skor memiliki deskripsi sendiri.

Wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih lengkap berkaitan dengan keter-laksanaan proses pembelajaran IPA menggunakan

Tabel 3. Materi, Tema, dan Kompetensi Inkuiri yang Dilatihkan pada Setiap KD

Page 4: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

105

bahan ajar IPA berbasis inkuiri yang dilaksanakan gurudi sekolah sebagai dampak Diklat dan tang-gapan peserta tentang manfaat penggunaan bahan ajar. Wawancara dilakukan kepada perwakilan guru dari tiap sekolah pada akhir kegiatan Diklat. Wawancara bersifat terbuka sehingga memung-kinkan pertanyaan berkembang berdasarkan jawaban guru dari pertanyaan sebelumnya.

Analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif. Data hasil observasi diper-oleh baik dari skoring aktivitas fasilitator, guru, maupun prosesnya sendiri. Perolehan skor akhir dideskripsikan berdasarkan rubrik yang sudah ada. Data hasil wawancara dianalisis kecen-derungannya berkaitan dengan penggunaan bahan ajarpada proses pembelajaran yang dialami.

HASIL DAN PEMBAHASANObservasi Pelaksanaan Diklat Jenjang Dasar

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan Diklat jenjang dasar, baik dari ak-tivitas fasilitator, aktivitas guru, maupun proses pembelajaran cenderung menunjukkan tingkat ke-berhasilan yang tinggi dengan perolehan rata-rata skor yang hampir mencapai maksimal (3,97). Data hasil pengamatan disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan aktivitas fasilita-tor dengan perolehan rata-rata skor yang sangat tinggi (3,98). Hal itu menunjukkan bahwa secara keseluruhan fasilitator telah berhasil memfasilitasi pelaksanaan Diklat inkuiri dengan baik, walaupun masih harus dioptimalkan lagi sampai mencapai skor maksimal (4). Kegiatan yang dilakukan

fasilitator beserta perolehan skor rata-rata untuk setiap level dan setiap komponen terlihat pada Tabel 4.

Gambar 2. Skor Rerata Pelaksanaan In Service Learning Jenjang Dasar

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas fasilitator selama Diklat berlangsung terdapat tiga komponen kegiatan yang berhasil dicapai dengan kriteria sempurna seperti ditunjuk-kan dalam Tabel 4. Fasilitator telah menyediakan percobaan yang bervariasi (4) dengan memberi-kan kebebasan kepada guru untuk menentukan percobaan dan menyediakan sarana untuk menye-lesaikan tugas-tugas menggunakan berbagai cara; menyediakan akses ke beberapa sumber; serta menggunakan pendekatan kolaboratif. Fasilita-tor juga telah berperan sebagai fasilitator/mentor secara sempurna (4) dengan memberikan petunjuk sesedikit mungkin; memberikan arahan panduan daripada menjawab langsung ketika ditanya oleh guru, merespon dengan pertanyaan atau melaku-kan diskusi dengan guru lain; menghindari figur sebagai sumber utama atau orang yang paling berkuasa.

Implementasi Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri dalam Diklat Inkuiri Berjenjang

Gambar 1. Fase-fase dalam model Diklat Inkuiri Berjenjang

Page 5: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

106

Cakrawala Pendidikan, Februari 2017, Th. XXXVI, No. 1

Selama Diklat berlangsung, fasilitator menjaga lingkungan kelas tetap dalam proses belajar inkuiri (4). Cara yang dilakukan fasilitator adalah dengan melibatkan partisipasi guru secara total dalam penyelidikan; berbicara tentang proses penyelidikan; memberikan penekanan pada pem-belajaran; melibatkan para guru supaya berminat dalam penyelidikan; merespon dengan tepat ter-hadap kontribusi guru dalam pelajaran; dan guru mengerjakan tugas secara teratur.

Pada lima komponen kegiatan lainnya walaupun sudah mencapai skor lebih dari 3,9, tetapi kegiatan fasilitator dalam memotivasi, me-ngarahkan untukberdiskusi, fokus pada satu atau dua pertanyaan utama sebagai pedoman inkuiri, mengajukan pertanyaan aktif untuk informasi/ide

baru, dan menekankan pada prinsip pemahaman materi yang dipelajari masih perlu ditingkatkan untuk dapat menjadi contoh bagi guru bagaimana mengajukan pertanyaan yang baik karena dasar dari inkuiri adalah mengajukan pertanyaan. Skor yang lebih rendah (3,93) dalam kegiatan fokus pada satu atau dua pertanyaan utama sebagai pedoman inkuiri dibanding kegiatan lainnya, tam-pak sejalan dengan aktivitas guru pada kegiatan merumuskan dan mengajukan pertanyaan guru yang skor nya paling rendah (3,92).

Pengamatan terhadap beberapa aktivitas yang dilakukan guru selama mengikuti Diklat dari empat level memperoleh rata-rata skor 3,97. Guru sangat tertarik pada materi ajar IPA ber-basis inkuiri dan berminat mengikuti kegiatan

Tabel 4. Aktivitas Fasilitator Selama In Service Learning Jenjang Dasar

Keterangan: DL=Discovery Learning, ID=Interactive Demonstration, I Les=Inquiry Lesson, I Lab=Inquiry Labiratory

Tabel 5. Aktivitas Guru Selama In Service Learning Jenjang Dasar

Keterangan: DL=Discovery Learning, ID=Interactive Demonstration, I Les=Inquiry Lesson, I Lab=Inquiry Labiratory

Page 6: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

107

belajar (4) selama in service learning. Sebagian besar waktu pembelajaran digunakan guru untuk melakukan percobaan, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan berdasarkan data hasil per-cobaan. Tingginya skor (4) yang diperoleh guru pada saat membuat kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan sejalan dengan tingginya skor (4) kesimpulan pembelajaran di kelas diambil berdasarkan bukti pada proses pembelajaran berlangsung. Begitu juga dengan kegiatan guru dalam melakukan percobaan mendapat skor yang sama tinggi (4) dengan proses pembelajaran, dimana pembelajaran menekankan pada proses penyelidikan (komponen kegiatan nomor 3). Pada lima komponen kegiatan lainnya walaupun sudah mencapai skor lebih dari 3,9, tetapi kegiatan guru dalammerumuskan dan mengajukan pertanyaan (3,92), melakukan diskusi (3,96), menyusun dan menguji hipotesis atau perkiraan (3,94), menganalisis, menginterpretasi, dan mengevalu-asi data (3,95), serta merumuskan konsep (3,96) masih perlu dioptimalkan untuk mencapai kriteria tertinggi dengan skor maksimal 4,00.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan model Diklat Inkuiri Berjenjang dari empat level memperoleh skor rata-rata 3,96. Pembelajaran IPA berbasis inkuiri yang dimodel-kan selama Diklat telah berhasil mendapat skor maksimal (4) terutama pembelajaran yang mene-kankan pada proses penyelidikan, dimana semua peserta dimotivasi untuk mengikuti penyelidi-kan, dan semua kesimpulan dibuat berdasarkan bukti yang diperoleh dari hasil penyelidikan guru.

Namun demikian, masih ada lima komponen kegiatan lainnya yang memerlukan peningkatan sampai pada kriteria maksimal (4) walaupun su-dah mencapai skor lebih dari 3,9, yaitu: kegiatan pembelajaran (3,98) dan penggunaan bahan ajar (3,95) yang mendukung pemikiran, pertanyaan, dan diskusi; hubungan antara konten dengan tingkat intelektual (3,98); kajian konsep ilmu secara mendalam dan terintegrasi (3,93); serta pemanfaatan alat bantu secara efektif sebagai alat tambahan (3,93).

Terdapat hubungan antara kegiatan yang dilakukan fasilitator, guru, dan proses pelaksana-an Diklat sendiri yang semuanya menunjukkan skor maksimal (4). Fasilitator telah menyediakan percobaan yang bervariasi sehingga memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan per-cobaan dan mengumpulkan data sesuai dengan keperluan. Data hasil percobaan dijadikan dasar untuk membuat kesimpulan. Proses pembelaja-ran yang menekankan pada proses penyelidikan menggunakan materi ajar berupa pedoman guru dan siswa telah membuat guru tertarik dan ber-minat mengikuti kegiatan belajar.

Hasil Observasi Pelaksanaan Diklat Jenjang Lanjut

Seperti halnya pada Diklat jenjang dasar, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelak-sanaan pembelajaran pada Diklat jenjang lanjut, dapat disimpulkan bahwa model Diklat Inkuiri Berjenjangdapat diimplementasikan dengan baik, terlihat dari aktifitas baik fasilitator, guru,

Implementasi Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri dalam Diklat Inkuiri Berjenjang

Tabel 6. Proses Pelaksanaan Pembelajaran In Service Learning Jenjang Dasar

Keterangan: DL=Discovery Learning, ID=Interactive Demonstration, I Les=Inquiry Lesson, I Lab=Inquiry Labiratory

Page 7: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

108

Cakrawala Pendidikan, Februari 2017, Th. XXXVI, No. 1

maupun proses, cenderung menunjukkan tingkat keberhasilan yang tinggi. Hal ini dibuktikan de-ngan perolehan rata-rata skor 3,97 seperti tampak pada Gambar 3.

Gambar 3. Skor Rerata Pelaksanaan In Service Learning Jenjang Lanjut

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran pada Diklat jenjang lanjut, fasilitator menunjukkan cara memfasilitasi Diklat inkuiri dan mendapat rata-rata skor (3,98) yang diperoleh baik pada kedua level maupun rata-rata keseluruhan seperti tampak pada Tabel 7.

Dari delapan kegiatan yang dilakukan fasilitator, lima diantaranya memperoleh skor maksimal (4), sedangkan tiga kegiatan lainnya masih memerlukan peningkatan walaupun sudah mencapai skor lebih dari 3,9. Kegiatan yang ber-hasil difasilitasi secara maksimal oleh fasilitator yaitu memotivasi guru berfikir dan bertanya kritis (kegiatan 1) dengan cara memberikan kesempa-tan guru lebih banyak bicara daripada fasilitator; menyajikan fenomena yang menarik dan relevan sehingga memunculkan pertanyaan-pertanyaan guru; menggunakan keterampilan pertanyaan

yang tepat seperti waktu tunggu dan berbagai tingkat keterampilan berpikir kritis; membuat guru berpikir jernih; dan menggunakan pertan-yaan tindak lanjut.

Fasilitator berhasil menciptakan suasana interaksi yang banyak antara guru dengan guru dengan cara menggunakan pertanyaan aktif (ke-giatan 6), mengalihkan pertanyaan-pertanyaan guru kepada guru lain sehingga memunculkan minat untuk melakukan diskusi dan perdebatan guru (kegiatan 2), guru secara aktif terlibat. Ke-giatan fasilitator dalam memotivasi guru berpikir dan bertanya kritis (4) sejalan dengan proses yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang selalu mendukung pemikiran, pertanyaan, dan diskusi (4). Tingginya skor yang diperoleh fasilitator (4) dalam kegiatan mengarahkan terjadinya diskusi diantara guru, mendukung kegiatan guru pada saat melakukan diskusi (3,97) walaupun belum mencapai skor maksimal.

Kegiatan fasilitator untuk memotivasi guru berfikir dan bertanya kritis, mengarahkan terjadinya diskusi, dan mengajukan pertanyaan yang dilakukan pada jenjang lanjut (4) menunju-kan peningkatan dibanding jenjang dasar (3,98). Fasilitator juga telah konsisten menjaga perannya sebagai fasilitator baik pada jenjang dasar maupun jenjang lanjut (skor 4) dengan memberikan ara-han panduan daripada menjawab langsung ketika ditanya olehguru, merespon dengan pertanyaan atau melakukan diskusi dengan guru lain, serta menghindari figur sebagai sumber utama atau orang yang paling berkuasa.

Hasil pengamatan terhadap guru selama Diklat jenjang lanjut berlangsung, menunjukkan

Tabel 7. Aktivitas Fasilitator Selama In Service Learning Jenjang Lanjut

Keterangan: RWA=Real World Application, HI=Hypothetical Inquiry

Page 8: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

109

bahwa guru telah berperan aktif sebagai pebelajar yang baik dengan mengikuti arahan dan petunjuk fasilitator dari awal sampai kegiatan Diklat sele-sai. Skor rata-rata yang diperoleh adalah 3,985. Skor tiap level tiap kompetensi dapat dilihat pada Tabel 8.

Tingginya minat guru terhadap materi ajar mendorong mereka mengikuti kegiatan belajar termasuk melakukan percobaan, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan. Semuanya menunjukkan skor maksimal pada akhir pembelajaran. Dilihat dari perolehan skor rata-rata, kegiatan yang dilaku-kan guru dalam merumuskan dan mengajukan pertanyaan (kegiatan 3), melakukan diskusi (kegiatan 5), menyusun dan menguji hipotesis atau perkiraan (kegiatan 7), serta merumuskan konsep (kegiatan 9) belum maksimal dan masih perlu dioptimalkan, tetapi pada level HI kegiatan merumuskan dan mengajukan pertanyaan dan merumuskan konsep sudah tampak maksimal.

Perolehan skor untuk kegiatan yang sama pada jenjang lanjut telah menunjukkan peningkatan dibanding jenjang dasar.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran menggunakan model Diklat inkuiri berjenjang dari dua level memperoleh skor rata-rata 3,96. Komponen kegiatan yang terjadi selama pembe-lajaran berlangsung beserta rata-rata skor untuk setiap level terlihat pada Tabel 9.

Keberhasilan fasilitator dalam memfasilita-si guru selama proses pembelajaran menunjukkan hubungan antara satu sama lain. Hal ini terlihat dari perolehan skor maksimal yang diperoleh pada tiga kegiatan (1,3,7).Semua peserta dimotivasi un-tuk mengikuti penyelidikan sehingga mendorong mereka untuk berpikir, bertanya, dan diskusi. Semua kesimpulan dibuat berdasarkan bukti yang diperoleh dari hasil penyelidikan guru.

Kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses penyelidikan serta pengambilan ke-simpulan berdasarkan bukti secara konsisten di-

Implementasi Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri dalam Diklat Inkuiri Berjenjang

Tabel 9. Proses Pelaksanaan Pembelajaran In Service Learning Jenjang Lanjut

Keterangan: RWA=Real World Application, HI=Hypothetical Inquiry

Tabel 8. Aktivitas Guru Selama In Service Learning Jenjang Lanjut

Keterangan: RWA=Real World Application, HI=Hypothetical Inquiry

Page 9: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

110

Cakrawala Pendidikan, Februari 2017, Th. XXXVI, No. 1

lakukan secara maksimal baik pada jenjang dasar maupun jenjang lanjut. Kegiatan pembelajaran mendukung pemikiran, pertanyaan, dan diskusi (1) serta proses pembelajaran meliputi konsep keilmuan (5) pada jenjang lanjut menunjukkan adanya peningkatan dibanding jenjang dasar.

Berdasarkan hasil wawancara, setelah mengikuti diklat diperoleh data terkait imple-mentasi bahan ajar IPA berbasis inkuiri, sebagai berikut. (1) Memunyai panduan dalam melaksana-kan kegiatan pembelajaran. (2) Me-ningkatnya kepercayaan diri dalam membimbing siswa se-lama proses pembelajaran IPA berbasis inkuiri. (3) Memahami kemampuan dasar inkuiri yang dapat digunakan untuk mengajarkan IPA. (4) Meningkatnya kemampuan untuk mengaktifkan siswa, terutama memotivasi siswa untuk bertanya. (5) Meningkatnya kemampuan dalam menyiasati keperluan alat dan bahan yang diperlukan untuk proses belajar mengajar. (6) Menambah pengala-man mengajar dengan menggunakan metode yang bervariasi. (7) Mengetahui adanya gambaran, tahap-tahap yang bisa dilakukan, cara/strategi melatihkan ke anak lebih mudah. (8) Proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang sudah disiapkan sebelumnya pada RPP. (9) Tiap akhir pembelajaran ada produk siswa sebagai bahan review pembelajaran. (10) Meningkatnya kemam-puan dalam hal efektivitas waktu.

Adapun kesulitan yang dihadapi guru da-lam mengimplementasikan bahan ajar diantaranya adalah: (1) sebagian guru merasa kekurangan waktu untuk mengimplementasikan bahan ajar di kelasnya; (2) ada guru yang di sekolahnya tidak memiliki cukup alat yang diperlukan untuk melakukan sebagian percobaan sesuai dengan pedoman kegiatan karena jumlah siswa yang ba-nyak; dan (3) ada guru yang tidak dapat melaku-kan sebagian percobaan sesuai dengan pedoman kegiatan karena sekolah sedang dalam renovasi.

PembahasanImplementasi bahan ajar IPA berbasis

inkuiri dalam Diklat telah membantu guru be-lajar, memahami dan mengingat konten supaya mengajar lebih akurat (Lee dkk, 2004). Adanya bahan ajar berbasis inkuiri yang dimodelkan dalam Diklat telah meningkatkan kepercayaan guru dalam mengajar IPA dan mengurangi rasa takut terkait dengan student center inquiry. Diklat membuat situasi pembelajaran menjadi menyenangkan (Baseya & Francis, 2011) karena

pembelajaran sain dengan pendekatan inkuiri da-pat menurunkan tekanan stress ketika sedang be-lajar, meningkatkan kerja memori, dan memiliki kecenderungan untuk meningkatkan keterampilan problem solving (Bunterm dkk. 2012). Sebagai hasil dari keterlibatan selama pelaksanaan Diklat, guru memiliki pandangan yang lebih positif ter-hadap IPA (Mao, 1998) dan telah merubah cara mengajar mereka. Impelementasi bahan ajar telah memberikan pengembangan profesional berba-sishands-on yang mengandung unsur pemodelan atau menunjukkan keterampilan dan strategi baru (Ross dkk, 2011).

Diklat menggunakan bahan ajar inkuiri yang berfokus pada pedoman telah terbukti me-ningkatkan perubahan pengajaran (Ermeling, 2010), meningkatkan kemampuan memahami dan melakukan inkuiri guru terutama dalam pelaksa-naan laboratorium inkuiri terbimbing, kemam-puan bertanya, dan diskusi setelah kegiatan labo-ratorium (Banerjee, 2010).Tingginya minat guru pada penggunaan bahan ajar ditunjukkan oleh skor yang maksimal kemungkinan disebabkan karena bahan ajar berisi kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan bersifat baru. Bahan ajar yang digunakan telah meningkatkan motivasi, minat, serta rasa percaya diri (Lee, 2004; Os-termeier, 2010; Trna, Trnova, & Sibor, 2012). Peningkatan pengetahuan inkuiri sebagai dampak Diklat yang diperoleh dari penggunaan bahan ajar berpengaruh terhadap keyakinanguru mengajar IPA berbasis inkuiri di dalam kelas (Saad & Bou Jaoude, 2012).

SIMPULAN Berdasarkan uraian hasil analisis data dan

pembahasan secara umum dapat disimpulkan bahwa bahan ajar IPA berbasis inkuiri dapat di-implementasikan dengan baik pada pelaksanaan Diklat inkuiri berjenjang. Pada pelaksanaan Diklat, fasilitator mempraktikan penggunaan bahan ajar dengan sangat baik. Hal itu terbukti dari perolehan skor hasil observasi pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang tinggi. Demikian pula dengan proses pembelajaran yang berjalan dengan sangat baik. Semua tahapan dilalui sesuai dengan panduan yang ada di dalam pedoman guru dan pedoman siswa. Guru menunjukkan antusiasme yang tinggi ketika mengikuti pembelajaran Diklat menggunakan bahan ajar yang sudah disiapkan. Guru menganggap bahan ajar berupa pedoman kegiatan telah membantu mereka memenuhi

Page 10: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

111

Implementasi Bahan Ajar IPA Berbasis Inkuiri dalam Diklat Inkuiri Berjenjang

kebutuhan sumber belajar dan meningkatkan ke-percayaan diri untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran IPA berbasis inkuiri.

UCAPAN TERIMAKASIHUcapan terimakasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya disampaikan kepada manaje-ment SEAMEO QITEP in Science yang telah memfasilitasi pelaksanaan penelitian iniberikut narasumber yang telah membantu melakukan pemodelan bahan ajar IPA berbasis inkuiri selama Diklat berlangsung.

DAFTAR PUSTAKABanerjee, A. 2010. “Teaching Science Using

Guided Inquiry as the Central Theme: A Professional Development Model for High School Science Teachers”. Journal Fall,19 (2).

Baseya, J.M. &Francis, C.D.2011. “Design of inquiry-oriented science labs: impacts on students’ attitudes”.Research in Science & Technological Education, 29 (3), hlm.241-255.

Bunterm, T. et al., (2012). “Impact of Inquiry in Science Education on Working Me-mory, Saliva Cortisol and Problem Solving Skill”. Procedia-Social and Behavioral Sciences,46, hlm. 5387 – 5391.

Collete, dkk. 1994. Science Instruction in The Middle and Secondary Schools. New York: MacMillan Pub.Co.

Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Ermeling, B.A. 2010. “Tracing the Effects of Teacher Inquiry on Classroom Practice”. Teaching and Teacher Education, 26, hlm.377–388.

Hewson, P.W. dkk. 2001. “Equitable Science Education in Urban Middle Schools: Do Reform Efforts Make a Difference?”.Journal of Research in Science Teaching, 38, hlm. 1130–1144.

Joyce, B. M, Weil dan Showers, B. 2000.Models of Teaching. Boston-London: Allyn and Bacon.

Kahle, J.B., Meece, J., & Scantlebury, K. (2000). Urban African American Middle School Science Students: Does Standards-Based Teaching Make a Difference? Journal of Research in Science Teaching, 37, hlm. 1019–1041.

Knapp, M.S. & Plecki, M.L. 2001. “Investing in the Renewal of Urban Science Teaching”. Journal of Research in Science Teaching, 38, hlm. 1089–1100.

Krisandi, A.D.S. dan Rusmawan. 2015. “Kendala Guru Sekolah Dasar dalam Implementasi Kurikulum 13”. Dalam Cakrawala Pen-didikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, XXXIV (3) hlm. 457-467.

Lee, O. dkk. 2004. “Professional Development in Inquiry-Based Science for Elemen-tary Teachers of Diverse Student Groups”. Journal of Research in Science Teaching. 41(10), hlm. 1021–1043.

Mao, S.L. & Chang, C.Y. 1998. “Impacts of an Inquiry Teaching Method on Earth Science Students’ Learning Outcomes and Attitudes at the Secondary School Level”. Proc. Natl. Sci. Counc. ROC(D, 8 (3), hlm. 93-101.

National Research Council. 1996. National Sci-ence Education Standards. Washington: National Academy Press.

National Research Council. 2000. Inquiry and the National Science Education Standards, a Guide for Teaching and Learning. Wash-ington: National Academy Press.

National Science Teacher Association 2003.Standard for Science Teacher Preparation.America.

Ostermeier, C., Prenzel, M., & Duit, R. 2010. “Improving Science and Mathematics Instruction: The SINUS Project as an Ex-ample for Reform as Teacher Professional Development”. International Journal of Science Education.

Palmer, D.H. 2009. “Student Interest Generated During an Inquiry Skills Lesson”. Journal

Page 11: IMPLEMENTASI BAHAN AJAR IPA BERBASIS INKUIRI DALAM …

112

Cakrawala Pendidikan, Februari 2017, Th. XXXVI, No. 1

of Research in Science Teaching, 46(2), hlm.147-165.

Ross, D. dkk. 2011. Secrets of successful profes-sional development. Lesson from award-winning teacher. A joint report of the University of Florida lastinger center for learning and the foundation for excellence in education Gainesville, Fla.: Lastinger Center for Learning.

Rotherham, A. J, and Willingham, D. 2009. “Educational Leadership: Teaching for the 21st Century Skills”, The Challenges Ahead,67(1), hlm.16-21.

Saad, R. & BouJaoude, S. 2012. “The Relation-ship Between Teacher’s Knowledge and Beliefs About Science and Inquiry and Their Classroom Practices”. Eurasian Journal of Mathematics, Sci and Technol-ogy Education,8(2), hlm. 113-8.

Spillane, J.P. dkk. 2001. “Urban School Leader-ship for Elementary Science Instruction: Identifying and Activating Resources in an Undervalued School Subject”. Journal

of Research in Science Teaching, 38, hlm. 918–940.

Sund & Trowbridge. 1973. Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Co-lumbus: Charles E. Merill Publishing Company.

Trna, J., Trnova., dan Sibor, J. 2012. “Implemen-tation of Inquiry-Based Science Education in Science Teacher Training”. Journal of educational and Instructional Studies in The World, 2 (4), hlm. 23.

Trowbridge, L.W., R.W. Bybee 1990. Becoming a Secondary School Science Teacher. Mel-bourne: Merill Publishing Company.

Wenning, C. J. 2010. “Levels of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science”. Journal of Physics Teacher Education Online, 5(4), 11-19.

Yager, R.E. dan Akcay, H. 2010. “The Advantages of an Inquiry Approach for Science Instruc-tion in Middle Grades”. School Science and Mathematics,110(1), hlm. 5–12.