ilwi buletin no 01-2011

Upload: ilwi

Post on 06-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    1/11

    ILWI Buletin No 01-2011 1

    uletinNo : 01-2011

    Februari 2011

    ILWI ( Indonesian Land

    reclamation & Water management Institute),

    adalah sebuah lembaga kajian dibidang

    reklamasi dan pengelolaan air. Lembaga ini

    berupaya untuk menyebarkan informasi dan

    pengetahuan di bidang reklamasi &

    pengelolaan air kepada masyarakat. Salah

    satunya dengan penerbitan buletin.Buletin ini kami kirimkan secara

    gratis. Tulisan, saran dan pemberitaan media

    menjadi bagian dari isi buletin ini.

    Alamat :

    Kompleks Rawa Bambu I

    Jln. D No.12, Pasar Minggu

    Jakarta Selatan 12520

    atau

    P.O. Box 7277/JKSPM

    Jakarta Selatan 12072

    Email : [email protected]

    GEMPURAN LAHAR DINGIN

    MENGHANCURKAN SUNGAI

    JAKARTA MEMASUKI

    ERA TANGGUL LAUT

    GEMPURAN LAHAR DINGIN

    MENGHANCURKAN SUNGAI

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    2/11

    ILWI Buletin No 01-2011 2

    Pengantar Redaksi

    Pembaca yang budiman, kami kembali lagi menyapa Anda di tahun 2011 ini. Tahun baru, dimana

    harapan-harapan baru juga kita gantungkan di tahun ini. Semoga di tahun ini banyak kemajuan yang bisa kita

    capai, baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai satu bangsa.

    Ada beberapa kejadian menarik di pengujung tahun 2010. Salah satunya adalah bencana memilukan,

    meletusnya Gunung Merapi, yang terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Disamping banyak merugikan harta benda bagi warga setempat, malapetaka ini juga membawa

    korban jiwa. Lebih dari tiga ratus jiwa harus meregang nyawa. Kita turut berduka atas kejadian itu.

    Pembaca yang budiman, masih berkaitan dengan meletusnya Merapi, buletin kali ini membahas

    bagaimana sungai-sungai di kaki gunung tersebut berantakan akibat gelontoran lahar dingin yang

    dikeluarkannya. Menarik, karena ratusan kubik material yang dimuntahkannya harus melalui aliran sungai-

    sungai tersebut di kala musim hujan tiba. Sungai yang tidak didesain untuk menahan aliran laha dingin ini

    tentu saja porak poranda.

    Pembaca, disamping lahar dingin, kami juga mengangat tema menarik yang kami sebut era baru

    Jakarta dalam menanggulangi banjir. Bekerjasama dengan Belanda, pemerintah mulai merencanakan

    pembangunan tanggul laut untuk mengurangi risiko banjir Jakarta dalam beberapa tahun ke dapan.Bagaiamana rencananya bisa disimak dalam tulisan kami. Akhir kata, Selamat membaca Buletin ILWI edisi 01

    tahun 2011 ini.

    Redaksi ILWI

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    3/11

    ILWI Buletin No 01-2011 3

    ALIRAN RAKSASA MENGHANCURKAN SUNGAI

    Secara teknis sungai-sungai tidak akan mampu menahan luapan lahar dingin. Tidak hanyamenghancurkan jembatan dan rumah, alur sungai juga berubah akibat keganasan air yang bercampurmaterial Merapi. Sulit mengantisipasi bencana ini dengan cepat.

    Jika semuanya berjalan sesuai rencana awal

    tahun 2011, ruas jalan Magelang di sekitar Jembatan

    Kali Putih, sudah mulai ditempatkan tiang-tiang

    pancang dengan panjang 12 meter. Pemasangan tiang

    pancang ini merupakan babak baru dari upaya

    pemerintah untuk mengeleminir dampak lahar dingin,

    yang memang mulai mengganggu perekonomian warga

    di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) itu.

    Pemasangan tiang pancang ini memang tidak

    serta merta bisa membebaskan jalan Magelang dari

    ganasnya lahar dingin. Akan tetapi, setidaknya bisamengurangi jumlah material yang merangsek ke jalan-

    jalan raya. Banyaknya material yang meluber hingga ke

    badan jalan tidak hanya mengganggu pergerakan para

    pengguna jalan, tapi sangat membahayakan bagi orang

    yang sedang lalu-lalang di atasnya.

    Tidak hanya air dan pasir saja yang melintas

    ruas jalan tersebut, batu-batu koral juga melaju dengan

    cepat tatkala hujan mengguyur hulu sungai yang berada

    di kaki Gunung Merapi ini. Lebih dari itu batu dengan

    ukuran super gede, sebesar truk, juga mampu

    menerabas sungai hingga melintasi ruas jalan

    Magelang. Dengan adanya tiang pancang ini tentu kita

    berharap bahaya akibat gelindingan material semacam

    ini bisa dikurangi.

    Sejauh ini, akibat letusan Gunung Merapi

    awal November 2010 lalu, Kali Putih lah yang terlihat

    mengalami kerusakan paling parah akibat hantaman

    lahar dingin. Meski masih banyak sungai-sungai lain

    yang terkena dampak lahar dingin, tapi kuantitas

    material yang cukup tinggi sangat membebani sungai

    ini. Akibatnya beberapa dusun yang berada di kiri-

    kanan sungai hancur berantakan.

    Banjir lahar dingin tak hanya mampumenerjang Jembatan Kali Putih, Desa Jumoyo,

    Magelang, akan tetapi juga menyebabkan aktivitas

    warga kacau balau. Ratusan warga Dusun Gempol,

    Ngipik, Randukuning, Gebayan, Sabrangkali, Tegalsari

    dan Seloiring lari tunggang lenggang akibat dasyatnya

    aliran material yang melalui daerah itu.

    Beberapa fasilitas umum dan sekolah rusak,

    selain itu pertokoan yang berada disekitar itu lumpuh

    karena tidak bisa melakukan aktivitas, akibat

    melubernya material hingga menutup sebagaian dari

    toko-toko tersebut. Selain itu setidaknya ada tiga

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    4/11

    ILWI Buletin No 01-2011 4

    jembatan yang melintasi Kali Putih, hancur berantakan.

    Jembatan-jembatan itu terdapat di Dusun Cirahan,

    Dusun Cibayan dan Dusun Sabrangkali.

    Pasir dikeruk dari badan sungai

    Banjir ini tidak hanya memaksa kali untuk

    terus melebar, akan tetapi juga bisa memaksa kali

    berbelok arah. Bagi penduduk yang sudah berpuluh-

    puluh tahun berada di sekitar Desa Jemoyo tentu tidak

    pernah menyangka kalau banjir lahar dingin ini, mampu

    merontokan rumahnya. Selama ini meskipun musim

    hujan besar, jarang sekali air meluber hingga melewati

    talud-talud yang sudah ada.

    Apalagi jika sampai melampaui jembatan

    besar, seperti yang ada di ruas Jalan Yogyakarta-

    Magelang ini. Hampir mustahil rasanya. Dampak dari

    air yang melewati badan jalan tersebut, menyebabkan

    sebagian jalan tergerus akibat dihantam aliran air

    bercampur material dari Merapi. Terjangannya

    menyebabkan jalan yang seharusnya mempunyai lebar

    14 meter itu, menjadi hanya menyisakan separuhnya

    saja, 7 meter, serta tergerus dengan kedalaman 5 meter.

    Untuk sungai-sungai lain yang berhulu di

    Merapi juga harus meningkatkan kewaspadaan yangtinggi, karena masih banyak material yang tertahan di

    puncak gunung dan belum meluncur ke bawah.

    Aliran sungai yang menyempit

    Menurut Subandriyo, Kepala Balai

    Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi

    Kegunungapian, Yogyakarta, akibat letusan Gunung

    Merapi tahun 2010, sekitar 130 juta meter kubik

    material dimuntahkan.

    Tumpukan batu di tepi sungai

    Meskipun selama beberapa hari belakangan

    ini, ancaman lahar dingin lebih dramatis terlihat di

    sebelah Barat Gunung Merapi, utamanya di Kali Putih,

    bukan berarti ancaman itu tidak ada di sebelah Timur,

    antara Sleman dan Kabupaten Klaten. Daerah ini juga

    rawan terjadi banjir lahar dingin. Ini disebabkan sekitar

    40 % dari komposisi endapan Merapi diperkirakan

    akan melewati Kali Gendol dan menyusuri Kali

    Prambanan.

    Jalan Yogya-Magelang menjadi satu jalur

    Seperti diketahui, awan panas yang meluncurdari Merapi saat erupsi sebagaian besar terjadi disekitar

    hulu Kali Gendol. Bisa dibayangkan jumlah material

    yang menumpuk di Puncak Merapi yang merupakan

    hulu kali tersebut. Sedangkan 60 % sisa material yang

    berada di atas gunung diperkirakan akan menyebar ke

    10 sungai yang berhulu disana. Memang dalam

    beberapa hari belakangan ini ancaman di sebelah Timur

    masih belum sebesar di Barat, karena hujan lebih

    banyak turun disisi Barat Gunung Merapi.

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    5/11

    ILWI Buletin No 01-2011 5

    Timbunan material Merapi mengapit aliran air

    Meski demikian, kerawanan itu sudah terlihat

    dengan putusnya 6 buah jembatan yang melintasi Kali

    Opak. Jika intensitas hujan sama dengan di hulu Kali

    Putih bukan tak mungkin Jalan Yogyakarta Klaten

    akan bernasib sama dengan kondisi Jalan Yogyakarta-

    Magelang. Ini mengingat ruas jalan tersebut juga

    dilintasi oleh Kali Opak. Untuk itu memang

    pemerintah perlu mengantisipasinya dengan

    memaksimalkan kapasitas sungai yang ada.

    Jika ditotal sudah sekitar 29 jembatan yang

    hancur akibat ganasnya lahar dingin Merapi. Mengapa

    ini bisa terjadi? Padahal lahar dingin yang meluncur

    diperkirakan belum mencapai 20 % dari material yang

    ada di puncak Merapi. Salah satu penyebabnya , dalam

    membangun jembatan asumsi pembangunan yang

    digunakan adalah setiap kali meletus akan

    menghasilkan material lahar dingin sekitar 1,4 juta

    meter kubik. Akan tetapi pada kenyataannnya letusan

    kali ini mengeluarkan lahar dingin mencapai seratus

    kali lipatnya.Salah satu jembatan yang putus adalah yang

    menghubungkan Kecamatan Dukun dan Sawangan,

    Magelang. Jembatan dengan panjang 150 meter dan

    lebar 5 meter itu ambruk karena penyangga yang

    berada dibagian tengahnya roboh tergerus air dan

    material. Akibat dari jatuhnya jembatan yang sudah

    berusia 35 tahun ini sekitar 15 desa di Kecamatan

    Sawangan terisolasi.

    Jembatan yang rusak juga terjadi Boyolali, di Kali

    Juweh dan Kali Apu. Seperti banyak jembatan lain

    yang dilalui lahar dingin, pondasi jembatan ini pun tak

    kuat menahan gelontoran material, sehingga tergerus

    didasarnya. Kondisi yang sama juga terjadi di beberapa

    tempat di Kabupaten Klaten.

    Gelombang air sungai Kali Code yang semakin mendekati rumah warga

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    6/11

    ILWI Buletin No 01-2011 6

    Warga memasang tumpukan karung pasir

    Sedangkan bagi penduduk Yogyakarta lahar

    dingin juga cukup meresahkan, terutama di daerah

    aliran Kali Code, ini disebabkan oleh banyaknya

    warga yang bertempat tinggal di sepanjang aliran itu.

    Meski penduduk telah memasang tumpukan-tumpukan

    pasir di dalam karung, tetap saja aliran sungai yang

    disertai material dari Gunung Merapi membahayakan

    warga setempat. Jika hujan turun dengan sangat lebat,

    terlihat jelas bahwa dataran-dataran yang berada

    disekitar sungai sudah berada dibawah aliran air yang

    melewati kali tersebut.

    Memang tidak banyak juga usaha untuk

    memaksimalkan kemampuan sungai-sungai tersebut,

    karena seperti biasa kebanyakan sungai di Indonesia,

    bantaran sungai-sungai tersebut tidak sedikit yang

    sudah didirikan bangunan. Jika ingin benar-benar

    aman, tentu saja sejak sekarang sudah harus

    memindahkan warga di sekitar areal sungai tersebut.

    Tapi, upaya ini tentu saja tidak mudah,

    permasalahannya akan sama dengan upaya merelokasi

    warga di Kali Putih

    Melihat kondisi kerusakan yang sudah terjadihingga saat ini, untuk menyelamatkan warga memang

    Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berhulu di Merapi

    dan berjarak sekitar 20-30 kilometer harus segera

    dikosongkan. Apalagi dibulan-bulan dimana curah

    hujan cukup tinggi seperti di bulan Januari maupun

    bulan Februari. Untuk Kali Putih radius 300 meter dari

    aliran sungai harus menjadi perhatian. Mengingat

    banyaknya material yang melalui sungai ini.

    Rumah korban lahar dingin

    Batu besar di tengah sungai

    Bagaimana seharusnya menindaklanjuti

    peringatan ini? Seperti lazimnya kebanyakan DAS di

    Indonesia, untuk memindahkan warga yang berada di

    sekitar daerah itu bukan perkara mudah. Apalagi jika

    sifatnya mendesak semacam ini, dimana ancaman

    keselamatan nyata-nyata sudah ada di depan mata. Jika

    warga lengah sedikit saja artinya mereka harus

    mempertaruhkan keselamatannya seandainya gulungan

    lahar dingin merengsek kediaman mereka. Dalam

    beberapa kondisi, sudah terlihat dimana beberapa

    rumah hancur berantakan diterjang banjir lahar dingin.

    Untuk tujuh dusun yang mengalami kerusakancukup parah, di Kecamatan Salam, Magelang, memang

    harus segera direlokasi. Ini mengingat kondisi dusun

    itu yang sudah porak poranda, dimana ketinggian pasir

    yang menimbun daerah tersebut mencapai 3 4 meter.

    Dam penahan material Merapi

    Pemerintah setempat sebenarnya sudah

    bertindak cepat dengan mengosongkan dusun-dusun

    tersebut, akan tetapi untuk merelokasi penduduk

    setempat masih memerlukan waktu lagi. Ini bisa

    dimaklumi karena perlu berbagai pertimbangan untuk

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    7/11

    ILWI Buletin No 01-2011 7

    melakukan relokasi, diantaranya kesediaan warga untuk

    dipindahkan dan ketersediaan lahan relokasi. Untuk

    melakukan relokasi memang membutuhkan kerjasama

    berbagai pihak, karena ini menyangkut keamanan,

    dana dan keinginan warga.

    Tak hanya di Desa Jumoyo, Kecamatan Salam,

    saja warga harus bertarung keras melawan dasyatnya

    lahar dingin, di Desa Gondosuli, Kecamatan Muntilan

    masyarakatnya juga ketar-ketir. Ini disebabkan olehluapan air dan material berasal dari Gunung Merapi

    yang melalui Sungai Pabelan. Akibat banjir lahar ,

    dua rumah yang berada dipinggiran sungai roboh akibat

    terjangan lahar dingin. Kini sungai tersebut telah

    banyak tertimbun material, karena itu penduduk

    setempat meminta pemerintah untuk segera

    menormalisasi aliran sungai tersebut. Jika normalisasi

    ini tidak segera dilakukan bisa dipastikan aliran sungai

    ini bisa menyimpang kemana-mana sehingga

    membahayakan rumah-rumah penduduk.

    Normalisasi juga perlu dilakukan di Kali Putih,

    salah satu yang terpenting harus dilakukan adalah

    segera mengeruk sungai itu dari material yang

    tertimbun. Dengan memperdalam palung dan

    mengeruk material vulkanik di sungai, kami berharap

    banjir ahar dingin tetap berada di alur sungai, kata

    Hermanto Dardak, Wakil Menteri Pekerjaan Umum

    (PU). Yang akan dilakukan adalah memperdalam

    sungai hingga 6 meter dan membangun JembatanBailey di atas aliran.

    Melihat dasyatnya hantaman banjir lahar

    dingin yang dapat menghancurkan banyak jembatan.

    Pemerintah perlu melakukan inventarisasi, bukan saja

    terhadap jumlah jembatan yang ambruk akan tetapi juga

    jembatan yang masih bisa dipertahankan. Ini penting,

    setidaknya harus ada upaya maksimal untuk

    mempertahankan agar jembatan yang masih ada bisa

    bertahan dan tentu saja harus aman. Seperti Jembatan

    Ngepos, yang ada di Kabupaten Srumbung, Magelang,

    Satu rumah warga di Jumoyo yang berangsur-angsur hilang akibat lahar dingin

    jembatan yang melintasi Kali Putih ini kondisinya

    sungguh mengkhawatirkan. Untuk mempertahankan

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    8/11

    ILWI Buletin No 01-2011 8

    jembatan ini agar bisa dipergunakan mungkin bisa juga

    dilakukan dengan memasang tiang pancang. Sehingga

    material yang melewatinya bisa tertahan.

    Cemas melihat air yang terus meninggi

    Pelurusan aliran yang melalui jembatan ini

    juga perlu dilakukan, agar hantaman material tak terlalu

    kuat menabrak jembatan. Jika sebelumnya mengalirlewat sisi tepi barat maka akan diubah dengan

    mengalirkannya melewati tengah sungai. Beberapa

    batu besar juga dipasang di depan fondasi yang sudah

    mulai tergerus air ini, dengan maksud agar kekuatan

    aliran tak terlalu keras menghantam pondasi Jembatan

    Ngepos yang memang sudah sekarat .

    Secara keseluruhan memang harus ada upaya

    penanggulangan sekaligus penataan yang sifatnya cepat

    dan segera dilakukan. Meski terlambat musibah

    melubernya lahar dingin ini, harus pula dijadikan

    kesempatan untuk menata ulang kawasan-kawasan

    yang rawan bencana lahar dingin.

    Bibit Waluyo, Gubernur Jawa Tengah, sudah

    meminta Pemkab Magelang, untuk segera menata

    ulang tata ruang di Kecamatan Salam, Muntilan danMungkid. Keinginan gubernur ini memang harus

    segera ditindaklanjuti, bagaimanapun juga masih ada

    kesempatan untuk mengurangi jumlah korban akibat

    lahar dingin. Berbagai pihak berkompeten meyakini

    bahwa lahar dingin dari Merapi ini bisa berlangsung 2-

    3 tahun. Untuk itu tidak ada kata terlambat untuk

    penataan ruang yang lebih baik. Dengan segera

    melakukan penataan ruang yang lebih teratur maka

    keberlanjutan atas keselamatan warga bisa lebih

    terjamin. Bagaimanapun juga pembangunan tembok

    penahan dan tiang pancang hanya efektef untuk jangka

    pendek.

    Di Kabupaten Magelang meski tidak separah 7

    dusun tersebut, masih banyak daerah lain yang

    terancam lahar dingin. Setidaknya ada 45 desa dan

    enam kecamatan, yang tergolong rawan bencana.

    Puncak Merapi masih menyimpan ratusan juta material vulkanik

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    9/11

    ILWI Buletin No 01-2011 9

    JAKARTA MEMASUKI ERA TANGGUL LAUTJakarta mulai merencanakan pembangunan tanggu laut. Dengan bantuan Belanda melakukan kajian terhadap

    pengamanan pantai. Nota kerjasama pun ditandatangani dengan Walikota Rotterdam

    Workshop awal Jakarta Coastal Defense Strategy (JCDS)

    Apabila tidak ada aral melintang minggu kedua

    bulan Februari 2011 ini Fauzi Bowo, Gubernur DKIJakarta dan Ahmed Aboutaleb, Walikota Rotterdam,

    Belanda akan mengadakan pertemuan di Jakarta.

    Pertemuan ini dalam rangka program 'Sister City'

    2011-2012, dimana kegiatan ini merupakan kelanjutan

    program yang sama atau periode 2008-2010. Kerjasama

    kali ini akan fokus terhadap manajemen air.

    Kedatangan Aboutaleb, kali ini akan

    dimanfaatkan untuk mendapatkan masukan dari

    pemerintah Kota Rotterdam di Belanda menangani

    masalah banjir. "Wilayah Belanda ada di bawah

    permukaan laut, sehingga Belanda memiliki

    pengalaman dan ahli menangani manajemen air saat

    menghadapi banjir dan badai," kata Fauzi Bowo.Bagi DKI Jakarta, kedatangan Aboutaleb ini

    tentu memiliki arti penting mengingat belakangan ini

    memang pemerintah provinsi mulai menggadang-

    gadang rencana pembangunan tanggul laut di utara

    Jakarta. Kesempatan bertemu Aboutaleb seharusnya

    bisa dimanfaatkan untuk menimba ilmu sebanyak-

    banyaknya tentang strategi penanggulangan banjir.

    Pembangunan tanggul laut ini tampaknya tak

    bisa lagi dielakan oleh Jakarta, mengingat 40 %

    wilayah Jakarta berada di bawah permukaan laut dan

    sungai, serta masalah penurunan permukaan tanah

    (land subsidence). Kondisi ini tak hanya menyebabkan

    Jakarta terancam kebanjiran akibat hujan saja, akan

    tetapi ancaman terjadinya rob semakin menjadi

    kenyataan. Apalagi dalam beberapa tahun ke depan,

    perubahan iklim global juga akan mengakibatkan

    kenaikan muka laut.

    Rencana pembangunan tanggul laut ini terus

    bergulir, apalagi pemerintah Belanda memberikan

    technical assistance untuk melakukan kajian/studi

    pengamanan pantai melalui Jakarta Coastal Defence

    Strategy (JCDS). Menurut Fauzi Bowo, dalam

    menghadapi ancaman rob Pemerintah DKI telah

    melakukan tindakan dengan memperbaiki dan

    meninggikan tanggul disepanjang Pantai Utara Jakarta.

    Penyelesaian dengan cara ini merupakan penyelesaian jangka pendek danJCDS akan lebih fokus dalam

    memformulasikan penyelesaian jangka panjang. JSDC

    rencananya akan memberikan opsi pembangunan

    tanggul laut kepada pemerintah provinsi.

    Sejauh ini memang sudah ada beberapa wacana

    tentang opsi pembangunan tanggul laut di Jakarta

    utara. Diantaranya adalah tanggul laut diintegrasikan

    dengan reklamasi pantai utara Jakarta, tanggul laut

    berada di luar wilayah reklamasi, tanggul laut berada di

    luar wilayah reklamasi kecuali Tanjungpriok dan

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    10/11

    ILWI Buletin No 01-2011 10

    tanggul laut menghubungkan antarpulau di Kepulauan

    Seribu. JCDS akan melakukan pengkajian tentang opsi

    mana nanti yang dianggap paling mungkin

    dilaksanakan, ujar Sawarendro, salah seorang anggota

    konsorsiun JCDS.

    Kajian yang dilakukan JCDS ini dengan

    melalui proses Triple-A yaitu Atlas, Agenda dan

    Aturan main. Pembuatan atlas dimaksudkan untuk

    menampilkan keadaan/situasi yang ada sebanyakmungkin dalam gambar dan grafik. Agenda bertujuan

    untuk memberikan rencana strategis dan Aturan Main

    dimaksudkan untuk memberikan gamabaran siapa yang

    berbuat apa

    Untuk mematangkan rencana itu JCDS

    mengadakan 'Workshop Draft Atlas' di Jakarta, Selasa,

    1 Februari 2011. Dalam workshop itu dikemukakan

    bahwa pada periode 1974-2010, peneliti ITB Heri

    Andreas mengemukakan adanya penurunan permukaan

    tanah hingga 4,1 meter, di wilayah Muara Baru,

    Cilincing, Jakarta Utara. Wilayah lain seperti

    Cengkareng Barat mengalami penurunan 2,5 meter,

    Daan Mogot 1,97 meter, Ancol 1,88 meter (titik pantaudi area wisata Ancol), Cempaka Mas 1,5 meter, Cikini

    0,80 meter, dan Cibubur 0,25 meter.

    Untuk menghentikan penurunan tanah ini

    dibutuhkan waktu yang lama. Di Osaka Jepang dan

    Amerika Serikat sudah sejak lama melarang warganya

    mengambil air tanah untuk menghindari land

    subsidance. Di Jakarta, hingga saat ini kebijaksanaan

    semacam itu belum bisa dilaksanakan secara tegas.

    Meskipun nantinya bisa dilaksanakan tetap saja kondisi

    muka tanah di Jakarta rawan terhadap banjir.

    Rencananya hasil pemetaan dan pengamatan pantai

    Jakarta yang dilakukan JCDS ini akan dijadikan

    rujukan pembangunan tanggul laut raksasa.Menurut Sawarendro, penyelesaian banjir

    dalam jangka panjang ini dirasakan keperluan untuk

    membangun tanggul laut dan membuat sistim polder

    dalam skala yang lebih luas. Sistim polder dengan skala

    luas ini akan membutuhkan waduk (tempat retensi air)

    yang cukup luas yang sulit diimplementasikan pada

    wilayah daratan karena keterbatasan lahan. Oleh

    karenanya pengembangan sistim polder ke arah laut

    menjadi pilihan yang rasional.

    Dalam workshop itu juga, Pitoyo Subandrio,

    Direktur Sungai dan Pantai, Direktorat Jendral

    Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum,

    Pitoyo Subandrio mengatakan, pembuatan tanggulmenjadi penting karena ancaman pemanasan global dan

    penurunan permukaan tanah (land subsidence). Hal ini

    harus menjadi pertimbangan utama, dimana nantinya

    menjadi tanggung jawab pemerintah dan swasta.

    Sedangkan Hermanto Dardak, Wakil Menteri

    PU, mengatakan bahwa sebaiknya tanggul laut itu

    nantinya bisa dimanfaatkan sebagai jalan tol. Sehingga

    bisa meringankan beban sarana transportasi di Jakarta.

    Memang dibeberapa negara tanggul laut semacam itu

    bisa dijadikan tempat prasarana transportasi baik berupa

    jalan maupun rel kereta api.

    Belum ada rencana pasti sepanjang apa nanti

    kira-kira tanggul laut ini akan dibangun, akan jika

    melihat peta Jakarta, kemungkinan akan terbentang dari

    perbatasan dengan Tangerang di sebelah barat dan

    Bekasi di sebelah timur. Jika mengacu jarak kedua

    daerah tersebut maka kira-kira panjang tanggul laut ininantinya bisa mencapai 35 kilometer. Jika bentang

    tanggul laut itu menjadi jalan tol, akan cukup

    berpengaruh untuk mengurangi beban lalu lintas di

    utara Jakarta.

    Melihat dari panjangnya tanggul laut yang

    mungkin dibangun maka sudah barang tentu akan

    menghabiskan biaya yang cukup besar. Untuk

    membangun tanggul laut tersebut, pembiayaannya

    dapat dilakukan dengan pola Public Private Partnersip.

    Jalan untuk pembangunan tanggu laut ini memang

    masih panjang. Untuk itu kerjasama intensif dengan

    pemerintah Belanda yang memang punya pengalaman

    banyak dalam pengelolaan air perlu untuk ditingkatkan.Sementara itu untuk lebih memahami

    permasalahan banjir Jakarta, sebelum menandatangani

    MOU dengan Gubernur DKI, pada Minggu pagi

    tanggal 6 Pebruari 2011, Ahmed Aboutaleb,

    melakukan kunjungan ke kawasan Pantai Utara Jakarta

    (Ancol, Sunda Kelapa dan kawasan kota lama). Pada

    kunjungan tersebut Walikota Rotterdam yang berdarah

    Maroko ini mendapat penjelasan mengenai situasi

    Jakarta dan ancaman banjir rob di Jakarta Utara. Pada

    kesempatan tersebut, Ahmed Aboutaleb juga melihat

    tanggul laut yang dibangun oleh pihak Belanda di

    wilayah Ancol. Wilayah ini sebelumnya sering

    tergenang banjir rob dan sejak dibangunnya tanggultersebut banjir rob tidak terjadi lagi.

    Biurgemeester (Walikota) Rotterdam (kiri) melihat

    tanggul di kawasan Ancol

  • 8/3/2019 ILWI Buletin No 01-2011

    11/11

    ILWI Buletin No 03-2009

    TELAH TERBIT

    Sebuah buku yang membahas secara komprehensif

    masalah banjir di Jakarta

    Buku dapat anda peroleh di Toko Buku GRAMEDIA dan GUNUNG AGUNG

    di kota anda.

    Atau dengan memesan langsung melalui email ke: [email protected] kami akan mengirimkannya ke alamat anda

    Harga buku Rp 65,000

    Buku ini mengangkat latar belakang

    persoalan banjir di Jakarta, baik dalam

    segi sejarah, kondisi geografis,

    kependudukan, dan sosial budaya.

    Langkah-langkah penanggulangan

    banjir yang harus diambil berdasarkandata, konsep, dan sejarah banjir itu

    sendiri.

    Buku ini mengupas pula ancaman

    tenggelamnya kota Jakarta dan konsep

    pemasangan tanggul laut.

    Buku yang komprehensif, membahas

    aspek banjir melalui pendekatan

    perekayasaan fisik (technical

    engineering) dan perekayasaan

    masyarakat (social engineering).

    Buku yang penting bagi orang-orang

    yang menganggap serius masalah banjir

    di Jakarta.