ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi
DESCRIPTION
Rehabilitasi medik yakni suatu proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fungsional dan psikis individu dan kalau perlu mekanisme kompensasinya agar individu dapat berdikari.TRANSCRIPT
BUKU DIKTAT
ILMU KEDOKTERAN FISIK
DAN
REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
MANADO
2006
BUKU DIKTAT
ILMU KEDOKTERAN FISIK
DAN
REHABILITASI
Disusun Oleh:
1. Dr. L. S. Angliadi, SpRM
2. Dr. L. Sengkey, SpRM
3. Dr. J. Gessal, SpRM
4. Dr. Th. Isye Mogi, SpRM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
MANADO
2006
DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar Rehabilitasi Medik 1
Fisioterapi 5
Okupasi Terapi 14
Speech Therapy 19
Pengantar Ortotik Prestetik 25
Psikologi 28
Pengantar Pekerjaan Sosial Medis 33
Rehabilitasi Medik Pada Bell’s Palsy 42
Rehabilitasi Medik pada Cervical Root Syndrome 50
Rehabilitasi pada Stroke 55
Rehabilitasi pada Sindroma Guillain Barre 60
Rehabilitasi Spinal Cord Injury 63
Low Back Pain 79
Carpal Tunnel Syndrom 91
Cerebral Palsy 99
Erb’s Paralise / Erb –Duchenne 105
Duchene Muscular Dystrophy 111
Rehabilitasi Cardiopulmoner 114
Rehabilitasi Geriatrik 126
PENGANTAR REHABILITASI MEDIK
Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui, bahwa upaya di bidang kesehatan pada
dasarnya meliputi atas upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative). Upaya peningkatan,
pencegahan dan penyembuhan telah mencapai kemajuan dan bahkan telah
mencapai hasil-hasil yang sangat mengembirakan, sedangkan upaya pemulihan
atau rehabilitative masih perlu dikembangkan. Untuk itu pemerintah telah
berusaha meningkatkan upaya dalam bidang rehabilitasi medic Rumah Sakit tipe
A, B dan C yang pada mulanya membentuk Preventive Rehabilitation Unit
(sekarang disebut Unit Rehabilitasi Medik).
Upaya rehabilitasi medic di Indonesia mulai dirintis oleh Alm. Prof. dr. R.
Soeharso pada tahun 1955 dalam rangka menolong para penderita cacat akibat
perang kemerdekaan (dikenal sebagai Rehabilitasi Centrum). Karena daya
tamping yang sangat terbatas menyebabkan penca harus antri sekhingga cacat
ringan menjadi berat. Meskipun didirikan lagi 3 RC di Jakarta, Palembang dan
Ujung Pandang, kebutuhan tetap melebihi kemampuan pelayanan yang tersedia.
Oleh karenanya WHO bekerja sama dengan Departemen Kesehatan merangsang
usaha dengan mengadakan proyek pemanduan “Preventive Rehabilitation Unit”
di RS dr.Kariadi – pertama untuk kawasan Asia Tenggara – dengan maksud
menanggulangi kecacatan di RS sedini mungkin, terutama cacat yang sementara.
Akhir-akhir ini WHO bahakan mulai melancarkan usaha Community – based
Rehabilitation (Rehabilitasi bersumber daya masyarakat), yakni usaha pencegahan
kecacatan di luar RS pada tingkat masyarakat.
Pengertian Rehabilitasi
Menurut WHO, rehabilitasi ialah semua tindakan yang ditujukan untuk
mengurangi dampak disabilitas/handicap, agar memungkinkan penyandang cacat
berintegrasi dengan masyarakat.
Dikenal:
1. Rehabilitasi medik yakni suatu proses pelayanan kesehatan yang bertujuan
untuk mengembangkan kemampuan fungsional dan psikis individu dan
kalau perlu mekanisme kompensasinya agar individu dapat berdikari.
2. Rehabilitasi sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi yang
bertujuan agar penyandang cacat dapat berintegrasi ke dalam masyarakat
dengan membantunya menyesuaikan diri pada keluarga, masyarakat dan
pekerjaannya dan juga dengan mengurangi beban sosial ekonomi yang
dapat menghambat proses rehabilitasinya.
3. Rehabilitasi kekaryaan (vocational Rehabilitation) ialah pemberian
pelayanan kekaryaan berupa bimbingsan kekaryaan, latihan kerja dan
penempatan selektif yang didesain untuk penyandang cacat
Meskipun fokus kita selanjutnya terutama pada Rehabilitasi Medik, namun jangan
lupa, bahwa dalam praktek Rehabilitasi Medik selalu berkaitan dengan rehabilitasi
lainnya, dan kegagalan sering terjadi oleh karena memandang rehabilitasi dari satu
segi saja, tidak secara keseluruhan.
Tujuan Rehabilitasi Medik
Dalam upaya rehabilitasi medic mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Pemulihan penderita yang mengalami cacat kepada kondisi semula atau
setidaknya kembali mendekati keadaan sebelum sakit.
2. Menghindarkan semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder.
3. Masa/waktu perawatan dapat dipersingkat.
4. Mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan
semula atau pekerjaan baru.
5. Psikologik lebih baik oleh karena penderita tidak terlalu menderita tekanan
jiwa berat dan lama
Ruang Lingkup Rehabilitasi medik
Dalam rehabilitasi medik sebagaimana ilmu kedokteran lainnya, meliputi:
1. Pemeriksaan fisik: disini difokuskan kepada mencara tingkat kemampuan
fisik dari yang sakit atau fungsi secara keseluruhannya. Misalnya pasien
yang mengalami patah utulang kita evaluasi ototnya, pergerakan sendinya
dan fungski tangannya, pemeriksaan ini diperlukan untuk menjadi dasar-
dasar pengobatan dan tindakan selanjutnya.
2. Diagnosis dan pengobatan: diagnosis dan pengobatan didasarkan pada
pemeriksaan yang meliputi aspek medis dan rehabilitasi termasuk disini
apakah termasuk disini apakah terdapat atrofi otot, kontraktur sendi,
kelumpuhan kemampuan mobilisasi, aktifitas sehari-hari, komunikasi
masalah sosial, pendidikan, psikologi dan pekerjaanya. Dalam pengobatan
disini dapat diartikan koreksi kondisi cacat yang ada.
3. Pencegahan: pencegahan terutama dilakukan untuk menghindari
timbulnya kecacatan sekunder yang menyertai kecacatan primer sebagai
akibat komplikasi istirahat lama selama perawatan atau pengobatan.
Berdasarkan hal tersebut maka upaya rehabilitasi harus diberikan sedini
mungkin.
Pelaksana Program Rehabilitasi Medik
Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari
berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya.
Tim terdiri dari:
1. Dokter
2. Fisioterapi
3. Terapi okupasi
4. Ortotis prostetis
5. Pekerja social medic
6. Psikolog
7. Ahli bina bicara
8. Perawat rehabilitasi
Dokter disini terdiri dari para spesialis rehabilitasi medic yang melakukan
pemeriksaan, menegakan diagnosis dan menentukan program rehabilitasi.
Fisioterapis mempunyai keahlian dalam bidang terapi fisik untuk
pengobatan sesuai program yang ditentukan.
Ortotis prostetis mempunyai keahlian sebagai teknisi dalam mengukur,
membuat dan mengepas komponen tubuh palsu dan atau alat penunjang
anggota tubuh yang sakit.
Terapi okupasi mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi fungsi
tangan serta memberikan latihan pengembaliannya.
Pekerja social medik mempunyai keahlian dalam
menyelesaikan/memecahkan masalah social yang berkaitan dengan
penyakit.kecacatannya. Masalah dapat berasal dari keluarga, lingkungan
serta material. Penanganannya mulai dari saat penderita dirawat sampai
penderita dipulangkan dan kembali ke lingkungan semula/khusus bekerja
sama dengan Dinas Sosial/Organisasi khusus.
Psikolog mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat
cacat untuk meningkatkan motivasi berusaha mengatasi kecacatan serta
akibatnya.
Ahli bina wicara mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi serta
melatih gangguan komunikasi
Perawat rehabilitasi mempunya tugas dan keahlian dalam perawatan
khusus selain perawatan umum, terutama dalam mencegah komplikasi
istirahat/tirah baring lama.
Meskipun ahli-ahli tersebut sudah ada, belum terjamin berhasilnya usaha
rehabilitasi, bila tidak mengikuti konsep rehabilitasi medic sedini mungkin. Untuk
lebih memberikan gambaran yang jelas, marilah kita mengambil satu contoh
kasus:
Seorang laki-laki berusia 35 tahun, dalam menjalankan tugasnya sebagai
pesuruh kantor, mendapat cedera pada tulang punggungnya dengan akibat
kelumpuhan pada kedua tungkainya.
1. Dokter memutuskan untuk merawat penderita seca konservatif, perhatian
utama untuk mengobati / mencegah onfeksi saluran kencingnya.
2. Penderita terpaksa tiduran terus menerus sambil menunggu pertumbuhan
tulang yang patah yang memakan waktu berminggu-minggu (sampai 12
minggu).
3. Setelah dokter membuat X-foto ulang dan menetapkan bahwa mobilisasi
aktif sudah dapat dilaksanakan, penderita lalu dikirim ke fisioterapis untuk
latihan berjalan.
4. Latihan ternyata belum dapat dilakukan oleh karena adanya kekakuan
sendi dan atrofi otot-otot akibat terlalu lama tiduran. Fisioterapis dan
terapis okupasi terpaksa berusaha menanggulangi komplikasi-komplikasi
tersebut lebih dulu, baru kemudian dapat melatih berjalan dan melakukan
aktifitas kehidupan sehari-hari.
5. Ternyata penderita kurang berminat untuk latihan, bermurung terus dan
gairahnya berkurang.
6. Dokter kemudian merujuknya ke Psikolog.
7. Penderita kemudian meneruskan latihannya.
8. Ternyata penderita membutuhkan alat bantu untuk berjalan, dokter lalu
memanggil Ortotis untuk membuat alat tersebut.
9. Penderita akhirnya pulang dan kehilangan pekerjaanya.
10. Seorang pekerja social medic terlupa diminta bantuannya untuk
menghubungi tempat pekerjaan penderita
Sekarang marilah kita coba memakai konsep rehabilitasi sedini mungkin
(rehabilitasi preventif). Begitu penderita masuk rumah sakit, dokter segera
membicarakan dengan fisioterapis, terapis okupasi, psikolog, pekerja sosial
medic, dan ortotis. Fisioterapis dan terapi okupasi segera membuat program
latihan mencegah kekakuan sendi dan atrofi otot meskipun penderita masih
tiduran. Pekerja sosial medic segera mencari informasi mengenai pekerjaan,
keluarga, tempat tinggal penderita, mengadakan kunjungan rumah, kunjungan ke
tempat pekerjaannya, membicarakan keadaan penderita dengan majikannya.
Psikolog berusaha mengurangi depresi dan menimbulkan kembali gairah
penderita, juga keluarga diberitahu mengenai keadaan penderita dan bagaimana
cara membantu penderita dalam proses rehabilitasinya. Ortotis mulai mengukur
dan membuat alat bantu yang akan dibutuhkan, sehingga pada saat akan
digunakan, sudah tersedia dan penderita lebih cepat keluar dari RS untuk kembali
ke lingkungannya semula.
FISIOTERAPI
Fisioterapi, physical treatment, physical therapy atau physiotheraphy
diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1956, terutama dilingkungan Rehabilitasi
Centrum yang terkenal sekarang dengan nama Rehabilitasi Centrum
Prof.dr.Soeharso di Surakarta.
ARTI DAN SARANA
Arti dan sarana yang dipergunakan oleh fisioterapis dalam menjalankan
tugas-tugasnya tercantum dalam definisi WCPT (World Confederation for
Physical Therapy) sebagai berikut: “qualified physiotherapist are those who have
been trained in the theory and practice of physical theraphy, defined by WCPT is
the art and science of physical treatment by meant of theraupetic exercise, heat,
cold, light, water, massage and electrotherapy”.
Dengan kata lain bahwa fisioterapis yang terampil dan diakui adalah
mereka yang memperoleh pendidikan teori dan praktek fisioterapi. Sedangkan
fisioterapi menurut WCPT adalah “merupakan seni dan ilmu pengetahuan
pengobatan fisik (alam) dengan sarana : latihan-latihan (terapi latihan), panas,
dingin, sinar, air, pemijatan dan pengobatan listrik”.
TUJUAN FISIOTERAPI:
Secara garis besar tujuan fisioterapi meliputi:
1. Menghilangkan rasa sakit dan nyeri
2. Mencapai gerak sendi yang normal
3. Memperbaiki koordinasi dan keseimbangan dalam bergerak
4. Penguatan otot
5. Pencegahan komplikasi
6. Mencegah pemendekan otot (kontraktur)
7. Penyembuhan decubitus
8. Melemaskan otot yang spastik/spasme
9. Meningkatkan daya tahan tubuh
10. Meningkatkan pigmentasi
11. Meningkatkan kemampuan/keterampilan hidup sehari0hari (ADL-Activity
of Daily Living)
12. Melemaskan ketegangan otot
13. Mempermudah persalinan/partus
14. Membunuh bakteri
15. Memperlancar peredaran darah, peredaran limphe, dan memperbaiki
nutrisi
16. Memperbaiki metabolime
A. TERAPI PANAS
Efek fisiologis pemberian terapi panas pada tubuh manusia dapat diringkaskan
seperti skema di bawah ini:
Dari skema diatas dapat disimpulkan adanya 2 efek terpi panas:
Efek lokal:
1. Vasodilatasi : terjadi lewat refleks axon dalam usaha untuk mengurangi
panas yang terjadi
2. Meningkatnya metabolism : setiap kenaikan temperature 100 C
metabolisme naik 2 kali.
3. Efek analgesic lokal : mekanismenya dikatakan dengan meningkatkan
nilai ambang rasa nyeri pada reseptor rasa nyeri.
Naiknya temperature ↑
Efek analgesik Efek sedasiMetabolisme
Dilatasi arteriole
phagocytosis Reflex vasodilatasi
Aliran darah kapiler ↑ Tekanan hidrostatik kapiler ↑
Pembersihan zat-zatHasil metabolisme
Penyaluran ↑ - O2
- Bahan makanan- Antibody- Sel – sel darah putih
4. Udema lokal : akibat vasodilatasi dan transudasi cairan ke jaringan
interstitial
Efek sistemik
Adanya vasodilatasi lokal menyebabkan penyebaran panas keseluruhan
sirkulasi sistemik dan mengakibatkan naiknya temperature darah dan temperature
tubuh (core temperature). Hal ini selanjutnya akan merangsang susunan saraf
pusat dan mengakibatkan timbulnya refleks pendinginan berupa:
Pengeluaran keringat
Peningkatan respirasi
Peningkatan cardiac output
Efek sistemik lain berupa sedasi (penenangan) dimana sejarah pernah dipakai
untuk menenangkan penderita yang gelisah.
Indikasi terapi panas:
1. Mengurangi nyeri
2. Merangsang relaksasi otot
3. Anti inflamasi setelah fase akut
4. Meningkatkan suhu jaringan hingga terjadi vasodilatasi dan meningkatkan
vaskularisasi
5. Terapi fisik sebelum latihan dan peregangan
6. Mengurangi kekakuan sendi
Kontraindikasi panas
1. Umur yang sangat muda atau yang sangat tua
Anak-anak 0 – 3 tahun: Jaringan saraf tepi belum matang
Orang tua: Jaringan saraf tepi sudah mundur fungsinya, dan
kemampuan cadangan jantung dan paru juga sudah sangat menurun
2. Penderita yang tidak dapat kooperasi dengan baik, misalnya:
Tidak sadar atau tidur
Gangguan bahasa : Afasia
Gangguan jiwa
3. Gangguan sensibilitas kulit
4. Iskemia jaringan, misal: pada gangguan/penyakit pembuluh darah tepi
seperti arteriosclerosis dan penyakit Buerger.
5. Adanya metal dalam tubuh. Hal-hal ini banyak pada kasus-kasus bedah
ortopedi.
6. Proses keradangan akut. Dengan pemberian panas justru akan menambah
udema atau nyerinya. Dalam hal ini lebih baik diberikan terapi dingin.
7. Perdarahan akut. Dalam waktu 8 jam pertama sebaiknya diberikan terapi
dingin.
8. Adanya proses keganasan
9. Penderita memakai alat pacu jantung.
10. Kehamilan → kontraindikasi relative dengan pemberian diatermi.
Beberapa cara penghantaran panas
1. Konduksi.
Cara penghantaran panas melalui kontak langsung antara dua benda yang
berbeda suhunya : Hotpack, Whirpool, Parafin bath.
2. Konfeksi
Cara penghantaran panas melalui pergerakan masa udara atau air :
Whirpool
3. Radiasi
Cara penghantaran melalui udara dimana udara tersebut tidak mengalami
perubahan temperature: sinar infra merah, diatermi microwave.
Konversi
Cara penghantaran panas dengan cara merubah energy non termal menjadi
termal: SWD, MWD, USD
Menurut penetrasinya dibedakan 2 jenis terapi panas :
1. Terapi panas superficial
Disini panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja : Hot pack,
Infra merah, kompres air hangat, paraffin bath.
Infra Red/IR :
Daya tembus superficial sekitar 1 mm, dosis 10-20 menit. Dapat
mengurangi nyeri, relaksasi spasme otot superficial, meningkatkan aliran
darah setempat.
Kontra indikasi : Hilangnya sensasi termal kulit di daerah yang luas,
penyakit kulit, perdarahan.
2. Terapi panas dalam
Disini panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam (otot,
tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi :
1. Diatermi gelombang mikro (MWD) : penetrasi 0-1 cm
2. Diatermi gelombang pendek (SWD) : penetrasi 1-3 cm
3. Diatermi gelombang suara ultra (USD) : penetrasi 3-5 cm
MWD ( Micro Wave Diathermy )
Merupakan gelombang mikro dengan spectrum elektromagnetik.
Daya tembus tergantung frekuensi. Diabsorbsi secara selektif pada
jaringan dengan kadar yang tinggi yaitu otot.
SWD ( Short Wave Diathermy )
Merupakan diatermi gelombang pendek dengan frekuensi ultra
tinggi. Kontra indikasi MWD dan SWD : Radang atau inflamasi akut,
trauma akut, hilangnya sensasi kulit di daerah yang luas, keganasan,
insufisiensi arterial, implantasi metalik, pace maker jantung, TBC, edema
berat, kehamilan, diathesis hemoragik.
USD ( Ultra Sound Diathermy )
Diatermi berdasarkan konversi energy suara frekuensi tinggi. Dosis
dapat ditetapkan dan tidak ada kontra indikasi terhadap metal. Selain efek
termal juga mempunyai efek nontermal yaitu mikro masase dan dapat
dikombinasikan untuk memasukkan bahan kimia melalui kulit disebut
phonophoresis. Kontra indikasi : daerah mata, otak, gonad, medulla
spinalis post laminectomy, kehamilan, pace maker jantung, daerah epifise
yang sedang tumbuh, pergantian sendi dengan bahan methyl methacrylate,
neoplasma, TBC.
Dosis dan lama pemberian terapi :
Pada umumnya dosis sangat tergantung pada toleransi penderita. Pada
setiap pemberian terapi panas secara rutin penderita diminta
kooperasinya apabila dia merasakan terlalu panas atau kurang panas.
Khusus untuk USD dosis terapinya adalah 0,5 – 4 watt/cm2, lama
terapi : 3-10 menit.
Komplikasi terapi panas :
1. Luka bakar
2. Katarak mata (untuk MWD)
3. Nekrosis jaringan pada pemakaian USD akibat terbentuknya
gelembung-gelembung udara di dalam jaringan.
B. TERAPI DINGIN :
Paling sering digunakan pada cedera musculoskeletal akut.
Indikasi :
Mengurangi perdarahan atau udema sesudah suatu trauma
Mengurangi nyeri
Mengurangi spastisitas otot
Mempertahankan kehidupan bagian tubuh apabila ada gangguan sirkulasi
darah sementara
Menunda terjadinya nekrosis jaringan pada keadaan iskemia
Kontraindikasi :
Raynaud phenomenon
Iskemik local
Tidak tahan terhadap dingin, dengan tanda gatal-gatal di kulit, kemerah-
merahan di muka pada kecenderungan untuk pingsan (sincope)
Teknik terapi dingin :
1. Masase es dengan menggosokkan es secara langsung pada daerah yang
diterapi 5-7 menit.
2. Kompres es selama 20 menit.
3. Kompres dingin (vapocoolant spray) misalnya dengan chlorethyl spray,
terutama untuk spasme otot dari MTPS.
4. Cryokinetics : Yaitu terapi pendinginan local diikuti dengan latihan aktif
bagian tubuh yang bersangkutan.
C. TRAKSI
Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu
bagian tubuh, untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi.
Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban dan sistem
katrol, maupun secara elektromekanis.
Tujuan traksi servikal & lumbal :
1. Menghilangkan nyeri
2. Menghilangkan spasme otot-otot
3. Memberi jarak antara vertebrae menjadi lebih longgar sehingga didapat
efek pembebasan tekanan terhadap saraf-saraf spinal.
4. Mengembalikan fungsi dan gerak sendi
5. Menurunkan lordosis
Efek mekanis traksi pada susuna tulang belakang :
1. Penguluran otot-otot paravertebra, ligamentum dan kapsula artikularis
2. Peregangan diskus intervertebralis, memperlebar jarak antara korpus
vertebra satu dengan lainnya yang menyebabkan turunnya tekanan
intradiskus
3. Traksi menyebabkan lordosis menjadi lurus dan pelebaran jarak foramen
intervertebralis
4. Peregangan dan penambahan gerak terhadap sendi apofisial pada prosesus
artikularis.
Metode Traksi Servikal :
1. Intermitent traksi, beban diberikan secara bertahap sampai beban
maksimal sesuai toleransi penderita. Tarikan dipertahankan selama 10-30
detik, kemudian diulang kembali secara ritmik, tujuannya untuk
menghilangkan rasa nyeri dan spasme otot.
2. Continous traksi; tarikan dipertahankan secara terus-menerus sampai
selesai waktu traksi, tujuannya untuk immobilisasi dan koreksi
Pada traksi servikal, posisi penderita dapat duduk atau berbaring terlentang
dengan kepala fleksi kedepan 10Pada traksi servikal, posisi penderita dapat duduk
atau berbaring terlentang dengan kepala fleksi kedepan 10º-20º. Beban
menggunakan presentasi berat badan total, mulai dari 10-20%; selanjutnya
dinaikkan pelan-pelan sesuai toleransi setiap kedatangan kemudian. Lama waktu
traksi 10-20 menit, frekuensi 5 kali seminggu.
Pemberian terapi panas, masase, anti inflamasi sebelum dilakukan traksi dapat
memperbesar efektifitas traksi serta menambah toleransi penderita.
Kontra Indikasi: Infeksi spinal (TBC, osteomielitis). Keganasan daerah
servikal, osteoporosis, fraktur unstable, hipertensi, herniasi diskus intervertebralis
tipe median, penyakit arteri karotis atau arteri vertebralis, Reumatoid arthritis,
kehamilan.
D. Masase
Merupakan prosedur terapi fisik tertua dan termurah. Pada indikasi dan
teknik yang tepat, hasil terapeutik sangat nyata. Digunakan untuk menghilangkan
nyeri otot dan tendon, spasme otot, adhesi jaringan kutan dan subkutan, serta
relaksasi.
Teknik pemberian masase :
Effleurage atau stroking (usapan): bermanfaat untuk menenangkan,
relaksasi , dan mengurangi nyeri
Kompresi atau petrissage (friction dan kneading), merupakan bentuk
masase dengan efek mekanik dan membantu memperlancar aliran
darah dan limfe.
Perkusi dan vibrasi.
E. Terapi Latihan/ Exercise Terapi
Terapi latihan mengandung arti terapi dengan memakai teknik latihan.
Sebagai program terapi fisik, terapi latihan dapat berdiri sendiri, tetapi umumnya
bersamaan dengan terapi fisik lainnya ataupun dengan medikamentosa.
Untuk sindroma neuromuscular maka terapi yang digunakan adalah :
Latihan mobilitas sendi (ROM exercise)
Latihan penguatan (strengthening exercise)
Latihan daya tahan (endurance exercise)
Latihan koordinasi (ditujukkan kepada mereka yang mendapat
gangguan koordinasi)
Latihan dengan tujuan khusus : re-edukasi otot, latihan kegiatan hidup
sehari-hari (ADL)
Exercise therapy adalah metode penyembuhan, pengobatan atau perawatan
dengan menggunakan latihan dan pergerakan.
Gerak dasar yang dipergunakan adalah :
1. Gerak Pasif (passive movement) : ialah suatu gerak yang terjadi oleh
adanya force atau tenaga dari luar (external force).
2. Gerak Aktif (active movement) : ialah suatu gerak yang terjadi oleh
karena kerja atau tenaga dari benda itu sendiri (internal force)
Gerak pasif terbagi lagi atas :
1. Relaxed passive movement ialah gerakan yang diberikan dimana
penderita dalam keadaan posisi relax (istirahat) sehingga penderita
dapat istirahat penuh (dalam posisi relaxasi)
2. Forced passive movement, ialah gerakan yang diberikan merupakan
paksaan, biasanya untuk menambah jarak pergerakan sendi (range of
motion) dengan pembiusan
3. Passive stretching ialah gerakan yang dipaksakan untuk mengulur
jaringan yang memendek, mencegah kecenderungan otot untuk
memendek (kontraktur) ataupun lengket (adhesion)
Dengan gerakan pasif yang ritmik, halus, dan teratur akan mempengaruhi
ekstensibilitas otot menjadi menurun. Dengan irama yang tetap akan
menolong/membantu pemompaan darah ke jantung, menambah nutrisi pada sendi
dan otot sehingga atropi otot dapat dicegah
Gerak aktif terbagi atas :
Active voluntary ialah gerak aktif yang berada di bawah kehendak
kita, termasuk free, assested, resisted, dan static