ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

25
BUKU DIKTAT ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI FAKULTAS KEDOKTERAN

Upload: elfi-corputty

Post on 07-Jul-2016

241 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Rehabilitasi medik yakni suatu proses pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fungsional dan psikis individu dan kalau perlu mekanisme kompensasinya agar individu dapat berdikari.

TRANSCRIPT

Page 1: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

BUKU DIKTAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK

DAN

REHABILITASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

MANADO

2006

Page 2: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

BUKU DIKTAT

ILMU KEDOKTERAN FISIK

DAN

REHABILITASI

Disusun Oleh:

1. Dr. L. S. Angliadi, SpRM

2. Dr. L. Sengkey, SpRM

3. Dr. J. Gessal, SpRM

4. Dr. Th. Isye Mogi, SpRM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI

MANADO

2006

Page 3: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

DAFTAR ISI

Halaman

Pengantar Rehabilitasi Medik 1

Fisioterapi 5

Okupasi Terapi 14

Speech Therapy 19

Pengantar Ortotik Prestetik 25

Psikologi 28

Pengantar Pekerjaan Sosial Medis 33

Rehabilitasi Medik Pada Bell’s Palsy 42

Rehabilitasi Medik pada Cervical Root Syndrome 50

Rehabilitasi pada Stroke 55

Rehabilitasi pada Sindroma Guillain Barre 60

Rehabilitasi Spinal Cord Injury 63

Low Back Pain 79

Carpal Tunnel Syndrom 91

Cerebral Palsy 99

Erb’s Paralise / Erb –Duchenne 105

Duchene Muscular Dystrophy 111

Rehabilitasi Cardiopulmoner 114

Rehabilitasi Geriatrik 126

Page 4: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

PENGANTAR REHABILITASI MEDIK

Pendahuluan

Sebagaimana kita ketahui, bahwa upaya di bidang kesehatan pada

dasarnya meliputi atas upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif),

penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative). Upaya peningkatan,

pencegahan dan penyembuhan telah mencapai kemajuan dan bahkan telah

mencapai hasil-hasil yang sangat mengembirakan, sedangkan upaya pemulihan

atau rehabilitative masih perlu dikembangkan. Untuk itu pemerintah telah

berusaha meningkatkan upaya dalam bidang rehabilitasi medic Rumah Sakit tipe

A, B dan C yang pada mulanya membentuk Preventive Rehabilitation Unit

(sekarang disebut Unit Rehabilitasi Medik).

Upaya rehabilitasi medic di Indonesia mulai dirintis oleh Alm. Prof. dr. R.

Soeharso pada tahun 1955 dalam rangka menolong para penderita cacat akibat

perang kemerdekaan (dikenal sebagai Rehabilitasi Centrum). Karena daya

tamping yang sangat terbatas menyebabkan penca harus antri sekhingga cacat

ringan menjadi berat. Meskipun didirikan lagi 3 RC di Jakarta, Palembang dan

Ujung Pandang, kebutuhan tetap melebihi kemampuan pelayanan yang tersedia.

Oleh karenanya WHO bekerja sama dengan Departemen Kesehatan merangsang

usaha dengan mengadakan proyek pemanduan “Preventive Rehabilitation Unit”

di RS dr.Kariadi – pertama untuk kawasan Asia Tenggara – dengan maksud

menanggulangi kecacatan di RS sedini mungkin, terutama cacat yang sementara.

Akhir-akhir ini WHO bahakan mulai melancarkan usaha Community – based

Rehabilitation (Rehabilitasi bersumber daya masyarakat), yakni usaha pencegahan

kecacatan di luar RS pada tingkat masyarakat.

Pengertian Rehabilitasi

Menurut WHO, rehabilitasi ialah semua tindakan yang ditujukan untuk

mengurangi dampak disabilitas/handicap, agar memungkinkan penyandang cacat

berintegrasi dengan masyarakat.

Dikenal:

Page 5: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

1. Rehabilitasi medik yakni suatu proses pelayanan kesehatan yang bertujuan

untuk mengembangkan kemampuan fungsional dan psikis individu dan

kalau perlu mekanisme kompensasinya agar individu dapat berdikari.

2. Rehabilitasi sosial merupakan bagian dari proses rehabilitasi yang

bertujuan agar penyandang cacat dapat berintegrasi ke dalam masyarakat

dengan membantunya menyesuaikan diri pada keluarga, masyarakat dan

pekerjaannya dan juga dengan mengurangi beban sosial ekonomi yang

dapat menghambat proses rehabilitasinya.

3. Rehabilitasi kekaryaan (vocational Rehabilitation) ialah pemberian

pelayanan kekaryaan berupa bimbingsan kekaryaan, latihan kerja dan

penempatan selektif yang didesain untuk penyandang cacat

Meskipun fokus kita selanjutnya terutama pada Rehabilitasi Medik, namun jangan

lupa, bahwa dalam praktek Rehabilitasi Medik selalu berkaitan dengan rehabilitasi

lainnya, dan kegagalan sering terjadi oleh karena memandang rehabilitasi dari satu

segi saja, tidak secara keseluruhan.

Tujuan Rehabilitasi Medik

Dalam upaya rehabilitasi medic mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Pemulihan penderita yang mengalami cacat kepada kondisi semula atau

setidaknya kembali mendekati keadaan sebelum sakit.

2. Menghindarkan semaksimal mungkin timbulnya cacat sekunder.

3. Masa/waktu perawatan dapat dipersingkat.

4. Mengusahakan sedapat mungkin penderita cepat kembali ke pekerjaan

semula atau pekerjaan baru.

5. Psikologik lebih baik oleh karena penderita tidak terlalu menderita tekanan

jiwa berat dan lama

Ruang Lingkup Rehabilitasi medik

Dalam rehabilitasi medik sebagaimana ilmu kedokteran lainnya, meliputi:

1. Pemeriksaan fisik: disini difokuskan kepada mencara tingkat kemampuan

fisik dari yang sakit atau fungsi secara keseluruhannya. Misalnya pasien

yang mengalami patah utulang kita evaluasi ototnya, pergerakan sendinya

Page 6: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

dan fungski tangannya, pemeriksaan ini diperlukan untuk menjadi dasar-

dasar pengobatan dan tindakan selanjutnya.

2. Diagnosis dan pengobatan: diagnosis dan pengobatan didasarkan pada

pemeriksaan yang meliputi aspek medis dan rehabilitasi termasuk disini

apakah termasuk disini apakah terdapat atrofi otot, kontraktur sendi,

kelumpuhan kemampuan mobilisasi, aktifitas sehari-hari, komunikasi

masalah sosial, pendidikan, psikologi dan pekerjaanya. Dalam pengobatan

disini dapat diartikan koreksi kondisi cacat yang ada.

3. Pencegahan: pencegahan terutama dilakukan untuk menghindari

timbulnya kecacatan sekunder yang menyertai kecacatan primer sebagai

akibat komplikasi istirahat lama selama perawatan atau pengobatan.

Berdasarkan hal tersebut maka upaya rehabilitasi harus diberikan sedini

mungkin.

Pelaksana Program Rehabilitasi Medik

Dalam penanganan penderita diperlukan adanya satu tim yang terdiri dari

berbagai disiplin keahlian, agar tercapai hasil yang sebaik-baiknya.

Tim terdiri dari:

1. Dokter

2. Fisioterapi

3. Terapi okupasi

4. Ortotis prostetis

5. Pekerja social medic

6. Psikolog

7. Ahli bina bicara

8. Perawat rehabilitasi

Dokter disini terdiri dari para spesialis rehabilitasi medic yang melakukan

pemeriksaan, menegakan diagnosis dan menentukan program rehabilitasi.

Fisioterapis mempunyai keahlian dalam bidang terapi fisik untuk

pengobatan sesuai program yang ditentukan.

Page 7: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

Ortotis prostetis mempunyai keahlian sebagai teknisi dalam mengukur,

membuat dan mengepas komponen tubuh palsu dan atau alat penunjang

anggota tubuh yang sakit.

Terapi okupasi mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi fungsi

tangan serta memberikan latihan pengembaliannya.

Pekerja social medik mempunyai keahlian dalam

menyelesaikan/memecahkan masalah social yang berkaitan dengan

penyakit.kecacatannya. Masalah dapat berasal dari keluarga, lingkungan

serta material. Penanganannya mulai dari saat penderita dirawat sampai

penderita dipulangkan dan kembali ke lingkungan semula/khusus bekerja

sama dengan Dinas Sosial/Organisasi khusus.

Psikolog mengadakan evaluasi dan mengobati gangguan mental akibat

cacat untuk meningkatkan motivasi berusaha mengatasi kecacatan serta

akibatnya.

Ahli bina wicara mempunyai keahlian dalam mengadakan evaluasi serta

melatih gangguan komunikasi

Perawat rehabilitasi mempunya tugas dan keahlian dalam perawatan

khusus selain perawatan umum, terutama dalam mencegah komplikasi

istirahat/tirah baring lama.

Meskipun ahli-ahli tersebut sudah ada, belum terjamin berhasilnya usaha

rehabilitasi, bila tidak mengikuti konsep rehabilitasi medic sedini mungkin. Untuk

lebih memberikan gambaran yang jelas, marilah kita mengambil satu contoh

kasus:

Seorang laki-laki berusia 35 tahun, dalam menjalankan tugasnya sebagai

pesuruh kantor, mendapat cedera pada tulang punggungnya dengan akibat

kelumpuhan pada kedua tungkainya.

1. Dokter memutuskan untuk merawat penderita seca konservatif, perhatian

utama untuk mengobati / mencegah onfeksi saluran kencingnya.

2. Penderita terpaksa tiduran terus menerus sambil menunggu pertumbuhan

tulang yang patah yang memakan waktu berminggu-minggu (sampai 12

minggu).

Page 8: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

3. Setelah dokter membuat X-foto ulang dan menetapkan bahwa mobilisasi

aktif sudah dapat dilaksanakan, penderita lalu dikirim ke fisioterapis untuk

latihan berjalan.

4. Latihan ternyata belum dapat dilakukan oleh karena adanya kekakuan

sendi dan atrofi otot-otot akibat terlalu lama tiduran. Fisioterapis dan

terapis okupasi terpaksa berusaha menanggulangi komplikasi-komplikasi

tersebut lebih dulu, baru kemudian dapat melatih berjalan dan melakukan

aktifitas kehidupan sehari-hari.

5. Ternyata penderita kurang berminat untuk latihan, bermurung terus dan

gairahnya berkurang.

6. Dokter kemudian merujuknya ke Psikolog.

7. Penderita kemudian meneruskan latihannya.

8. Ternyata penderita membutuhkan alat bantu untuk berjalan, dokter lalu

memanggil Ortotis untuk membuat alat tersebut.

9. Penderita akhirnya pulang dan kehilangan pekerjaanya.

10. Seorang pekerja social medic terlupa diminta bantuannya untuk

menghubungi tempat pekerjaan penderita

Sekarang marilah kita coba memakai konsep rehabilitasi sedini mungkin

(rehabilitasi preventif). Begitu penderita masuk rumah sakit, dokter segera

membicarakan dengan fisioterapis, terapis okupasi, psikolog, pekerja sosial

medic, dan ortotis. Fisioterapis dan terapi okupasi segera membuat program

latihan mencegah kekakuan sendi dan atrofi otot meskipun penderita masih

tiduran. Pekerja sosial medic segera mencari informasi mengenai pekerjaan,

keluarga, tempat tinggal penderita, mengadakan kunjungan rumah, kunjungan ke

tempat pekerjaannya, membicarakan keadaan penderita dengan majikannya.

Psikolog berusaha mengurangi depresi dan menimbulkan kembali gairah

penderita, juga keluarga diberitahu mengenai keadaan penderita dan bagaimana

cara membantu penderita dalam proses rehabilitasinya. Ortotis mulai mengukur

dan membuat alat bantu yang akan dibutuhkan, sehingga pada saat akan

digunakan, sudah tersedia dan penderita lebih cepat keluar dari RS untuk kembali

ke lingkungannya semula.

Page 9: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

FISIOTERAPI

Fisioterapi, physical treatment, physical therapy atau physiotheraphy

diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1956, terutama dilingkungan Rehabilitasi

Centrum yang terkenal sekarang dengan nama Rehabilitasi Centrum

Prof.dr.Soeharso di Surakarta.

ARTI DAN SARANA

Arti dan sarana yang dipergunakan oleh fisioterapis dalam menjalankan

tugas-tugasnya tercantum dalam definisi WCPT (World Confederation for

Physical Therapy) sebagai berikut: “qualified physiotherapist are those who have

been trained in the theory and practice of physical theraphy, defined by WCPT is

the art and science of physical treatment by meant of theraupetic exercise, heat,

cold, light, water, massage and electrotherapy”.

Dengan kata lain bahwa fisioterapis yang terampil dan diakui adalah

mereka yang memperoleh pendidikan teori dan praktek fisioterapi. Sedangkan

fisioterapi menurut WCPT adalah “merupakan seni dan ilmu pengetahuan

pengobatan fisik (alam) dengan sarana : latihan-latihan (terapi latihan), panas,

dingin, sinar, air, pemijatan dan pengobatan listrik”.

TUJUAN FISIOTERAPI:

Secara garis besar tujuan fisioterapi meliputi:

1. Menghilangkan rasa sakit dan nyeri

2. Mencapai gerak sendi yang normal

3. Memperbaiki koordinasi dan keseimbangan dalam bergerak

4. Penguatan otot

5. Pencegahan komplikasi

6. Mencegah pemendekan otot (kontraktur)

7. Penyembuhan decubitus

8. Melemaskan otot yang spastik/spasme

9. Meningkatkan daya tahan tubuh

10. Meningkatkan pigmentasi

11. Meningkatkan kemampuan/keterampilan hidup sehari0hari (ADL-Activity

of Daily Living)

12. Melemaskan ketegangan otot

Page 10: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

13. Mempermudah persalinan/partus

14. Membunuh bakteri

15. Memperlancar peredaran darah, peredaran limphe, dan memperbaiki

nutrisi

16. Memperbaiki metabolime

A. TERAPI PANAS

Efek fisiologis pemberian terapi panas pada tubuh manusia dapat diringkaskan

seperti skema di bawah ini:

Dari skema diatas dapat disimpulkan adanya 2 efek terpi panas:

Efek lokal:

1. Vasodilatasi : terjadi lewat refleks axon dalam usaha untuk mengurangi

panas yang terjadi

2. Meningkatnya metabolism : setiap kenaikan temperature 100 C

metabolisme naik 2 kali.

3. Efek analgesic lokal : mekanismenya dikatakan dengan meningkatkan

nilai ambang rasa nyeri pada reseptor rasa nyeri.

Naiknya temperature ↑

Efek analgesik Efek sedasiMetabolisme

Dilatasi arteriole

phagocytosis Reflex vasodilatasi

Aliran darah kapiler ↑ Tekanan hidrostatik kapiler ↑

Pembersihan zat-zatHasil metabolisme

Penyaluran ↑ - O2

- Bahan makanan- Antibody- Sel – sel darah putih

Page 11: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

4. Udema lokal : akibat vasodilatasi dan transudasi cairan ke jaringan

interstitial

Efek sistemik

Adanya vasodilatasi lokal menyebabkan penyebaran panas keseluruhan

sirkulasi sistemik dan mengakibatkan naiknya temperature darah dan temperature

tubuh (core temperature). Hal ini selanjutnya akan merangsang susunan saraf

pusat dan mengakibatkan timbulnya refleks pendinginan berupa:

Pengeluaran keringat

Peningkatan respirasi

Peningkatan cardiac output

Efek sistemik lain berupa sedasi (penenangan) dimana sejarah pernah dipakai

untuk menenangkan penderita yang gelisah.

Indikasi terapi panas:

1. Mengurangi nyeri

2. Merangsang relaksasi otot

3. Anti inflamasi setelah fase akut

4. Meningkatkan suhu jaringan hingga terjadi vasodilatasi dan meningkatkan

vaskularisasi

5. Terapi fisik sebelum latihan dan peregangan

6. Mengurangi kekakuan sendi

Kontraindikasi panas

1. Umur yang sangat muda atau yang sangat tua

Anak-anak 0 – 3 tahun: Jaringan saraf tepi belum matang

Orang tua: Jaringan saraf tepi sudah mundur fungsinya, dan

kemampuan cadangan jantung dan paru juga sudah sangat menurun

2. Penderita yang tidak dapat kooperasi dengan baik, misalnya:

Tidak sadar atau tidur

Gangguan bahasa : Afasia

Gangguan jiwa

3. Gangguan sensibilitas kulit

4. Iskemia jaringan, misal: pada gangguan/penyakit pembuluh darah tepi

seperti arteriosclerosis dan penyakit Buerger.

Page 12: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

5. Adanya metal dalam tubuh. Hal-hal ini banyak pada kasus-kasus bedah

ortopedi.

6. Proses keradangan akut. Dengan pemberian panas justru akan menambah

udema atau nyerinya. Dalam hal ini lebih baik diberikan terapi dingin.

7. Perdarahan akut. Dalam waktu 8 jam pertama sebaiknya diberikan terapi

dingin.

8. Adanya proses keganasan

9. Penderita memakai alat pacu jantung.

10. Kehamilan → kontraindikasi relative dengan pemberian diatermi.

Beberapa cara penghantaran panas

1. Konduksi.

Cara penghantaran panas melalui kontak langsung antara dua benda yang

berbeda suhunya : Hotpack, Whirpool, Parafin bath.

2. Konfeksi

Cara penghantaran panas melalui pergerakan masa udara atau air :

Whirpool

3. Radiasi

Cara penghantaran melalui udara dimana udara tersebut tidak mengalami

perubahan temperature: sinar infra merah, diatermi microwave.

Konversi

Cara penghantaran panas dengan cara merubah energy non termal menjadi

termal: SWD, MWD, USD

Menurut penetrasinya dibedakan 2 jenis terapi panas :

1. Terapi panas superficial

Disini panas hanya mengenai kutis atau jaringan sub kutis saja : Hot pack,

Infra merah, kompres air hangat, paraffin bath.

Infra Red/IR :

Daya tembus superficial sekitar 1 mm, dosis 10-20 menit. Dapat

mengurangi nyeri, relaksasi spasme otot superficial, meningkatkan aliran

darah setempat.

Page 13: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

Kontra indikasi : Hilangnya sensasi termal kulit di daerah yang luas,

penyakit kulit, perdarahan.

2. Terapi panas dalam

Disini panas dapat menembus sampai ke jaringan yang lebih dalam (otot,

tulang, sendi). Ada 3 jenis diatermi :

1. Diatermi gelombang mikro (MWD) : penetrasi 0-1 cm

2. Diatermi gelombang pendek (SWD) : penetrasi 1-3 cm

3. Diatermi gelombang suara ultra (USD) : penetrasi 3-5 cm

MWD ( Micro Wave Diathermy )

Merupakan gelombang mikro dengan spectrum elektromagnetik.

Daya tembus tergantung frekuensi. Diabsorbsi secara selektif pada

jaringan dengan kadar yang tinggi yaitu otot.

SWD ( Short Wave Diathermy )

Merupakan diatermi gelombang pendek dengan frekuensi ultra

tinggi. Kontra indikasi MWD dan SWD : Radang atau inflamasi akut,

trauma akut, hilangnya sensasi kulit di daerah yang luas, keganasan,

insufisiensi arterial, implantasi metalik, pace maker jantung, TBC, edema

berat, kehamilan, diathesis hemoragik.

USD ( Ultra Sound Diathermy )

Diatermi berdasarkan konversi energy suara frekuensi tinggi. Dosis

dapat ditetapkan dan tidak ada kontra indikasi terhadap metal. Selain efek

termal juga mempunyai efek nontermal yaitu mikro masase dan dapat

dikombinasikan untuk memasukkan bahan kimia melalui kulit disebut

phonophoresis. Kontra indikasi : daerah mata, otak, gonad, medulla

spinalis post laminectomy, kehamilan, pace maker jantung, daerah epifise

yang sedang tumbuh, pergantian sendi dengan bahan methyl methacrylate,

neoplasma, TBC.

Dosis dan lama pemberian terapi :

Pada umumnya dosis sangat tergantung pada toleransi penderita. Pada

setiap pemberian terapi panas secara rutin penderita diminta

kooperasinya apabila dia merasakan terlalu panas atau kurang panas.

Page 14: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

Khusus untuk USD dosis terapinya adalah 0,5 – 4 watt/cm2, lama

terapi : 3-10 menit.

Komplikasi terapi panas :

1. Luka bakar

2. Katarak mata (untuk MWD)

3. Nekrosis jaringan pada pemakaian USD akibat terbentuknya

gelembung-gelembung udara di dalam jaringan.

B. TERAPI DINGIN :

Paling sering digunakan pada cedera musculoskeletal akut.

Indikasi :

Mengurangi perdarahan atau udema sesudah suatu trauma

Mengurangi nyeri

Mengurangi spastisitas otot

Mempertahankan kehidupan bagian tubuh apabila ada gangguan sirkulasi

darah sementara

Menunda terjadinya nekrosis jaringan pada keadaan iskemia

Kontraindikasi :

Raynaud phenomenon

Iskemik local

Tidak tahan terhadap dingin, dengan tanda gatal-gatal di kulit, kemerah-

merahan di muka pada kecenderungan untuk pingsan (sincope)

Teknik terapi dingin :

1. Masase es dengan menggosokkan es secara langsung pada daerah yang

diterapi 5-7 menit.

2. Kompres es selama 20 menit.

3. Kompres dingin (vapocoolant spray) misalnya dengan chlorethyl spray,

terutama untuk spasme otot dari MTPS.

4. Cryokinetics : Yaitu terapi pendinginan local diikuti dengan latihan aktif

bagian tubuh yang bersangkutan.

Page 15: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

C. TRAKSI

Traksi adalah suatu teknik penerapan kekuatan tarikan pada salah satu

bagian tubuh, untuk meregangkan jaringan lunak dan melebarkan ruang sendi.

Kekuatan tarikan dapat ditimbulkan secara manual, dengan beban dan sistem

katrol, maupun secara elektromekanis.

Tujuan traksi servikal & lumbal :

1. Menghilangkan nyeri

2. Menghilangkan spasme otot-otot

3. Memberi jarak antara vertebrae menjadi lebih longgar sehingga didapat

efek pembebasan tekanan terhadap saraf-saraf spinal.

4. Mengembalikan fungsi dan gerak sendi

5. Menurunkan lordosis

Efek mekanis traksi pada susuna tulang belakang :

1. Penguluran otot-otot paravertebra, ligamentum dan kapsula artikularis

2. Peregangan diskus intervertebralis, memperlebar jarak antara korpus

vertebra satu dengan lainnya yang menyebabkan turunnya tekanan

intradiskus

3. Traksi menyebabkan lordosis menjadi lurus dan pelebaran jarak foramen

intervertebralis

4. Peregangan dan penambahan gerak terhadap sendi apofisial pada prosesus

artikularis.

Metode Traksi Servikal :

1. Intermitent traksi, beban diberikan secara bertahap sampai beban

maksimal sesuai toleransi penderita. Tarikan dipertahankan selama 10-30

detik, kemudian diulang kembali secara ritmik, tujuannya untuk

menghilangkan rasa nyeri dan spasme otot.

2. Continous traksi; tarikan dipertahankan secara terus-menerus sampai

selesai waktu traksi, tujuannya untuk immobilisasi dan koreksi

Pada traksi servikal, posisi penderita dapat duduk atau berbaring terlentang

dengan kepala fleksi kedepan 10Pada traksi servikal, posisi penderita dapat duduk

atau berbaring terlentang dengan kepala fleksi kedepan 10º-20º. Beban

menggunakan presentasi berat badan total, mulai dari 10-20%; selanjutnya

Page 16: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

dinaikkan pelan-pelan sesuai toleransi setiap kedatangan kemudian. Lama waktu

traksi 10-20 menit, frekuensi 5 kali seminggu.

Pemberian terapi panas, masase, anti inflamasi sebelum dilakukan traksi dapat

memperbesar efektifitas traksi serta menambah toleransi penderita.

Kontra Indikasi: Infeksi spinal (TBC, osteomielitis). Keganasan daerah

servikal, osteoporosis, fraktur unstable, hipertensi, herniasi diskus intervertebralis

tipe median, penyakit arteri karotis atau arteri vertebralis, Reumatoid arthritis,

kehamilan.

D. Masase

Merupakan prosedur terapi fisik tertua dan termurah. Pada indikasi dan

teknik yang tepat, hasil terapeutik sangat nyata. Digunakan untuk menghilangkan

nyeri otot dan tendon, spasme otot, adhesi jaringan kutan dan subkutan, serta

relaksasi.

Teknik pemberian masase :

Effleurage atau stroking (usapan): bermanfaat untuk menenangkan,

relaksasi , dan mengurangi nyeri

Kompresi atau petrissage (friction dan kneading), merupakan bentuk

masase dengan efek mekanik dan membantu memperlancar aliran

darah dan limfe.

Perkusi dan vibrasi.

E. Terapi Latihan/ Exercise Terapi

Terapi latihan mengandung arti terapi dengan memakai teknik latihan.

Sebagai program terapi fisik, terapi latihan dapat berdiri sendiri, tetapi umumnya

bersamaan dengan terapi fisik lainnya ataupun dengan medikamentosa.

Untuk sindroma neuromuscular maka terapi yang digunakan adalah :

Latihan mobilitas sendi (ROM exercise)

Latihan penguatan (strengthening exercise)

Latihan daya tahan (endurance exercise)

Latihan koordinasi (ditujukkan kepada mereka yang mendapat

gangguan koordinasi)

Page 17: ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi

Latihan dengan tujuan khusus : re-edukasi otot, latihan kegiatan hidup

sehari-hari (ADL)

Exercise therapy adalah metode penyembuhan, pengobatan atau perawatan

dengan menggunakan latihan dan pergerakan.

Gerak dasar yang dipergunakan adalah :

1. Gerak Pasif (passive movement) : ialah suatu gerak yang terjadi oleh

adanya force atau tenaga dari luar (external force).

2. Gerak Aktif (active movement) : ialah suatu gerak yang terjadi oleh

karena kerja atau tenaga dari benda itu sendiri (internal force)

Gerak pasif terbagi lagi atas :

1. Relaxed passive movement ialah gerakan yang diberikan dimana

penderita dalam keadaan posisi relax (istirahat) sehingga penderita

dapat istirahat penuh (dalam posisi relaxasi)

2. Forced passive movement, ialah gerakan yang diberikan merupakan

paksaan, biasanya untuk menambah jarak pergerakan sendi (range of

motion) dengan pembiusan

3. Passive stretching ialah gerakan yang dipaksakan untuk mengulur

jaringan yang memendek, mencegah kecenderungan otot untuk

memendek (kontraktur) ataupun lengket (adhesion)

Dengan gerakan pasif yang ritmik, halus, dan teratur akan mempengaruhi

ekstensibilitas otot menjadi menurun. Dengan irama yang tetap akan

menolong/membantu pemompaan darah ke jantung, menambah nutrisi pada sendi

dan otot sehingga atropi otot dapat dicegah

Gerak aktif terbagi atas :

Active voluntary ialah gerak aktif yang berada di bawah kehendak

kita, termasuk free, assested, resisted, dan static