ilmu imam ali

21
Ilmu Imam Ali(sa) Sumber Semua Ilmu Pasca Rasulullah saw Ibnu Abil Hadid dalam Syarah Nahjul Balaghah tentang keutamaan, kesempurnaan, dan keluasan ilmu Imam Ali bin Abi Thalib (sa) membahas dengan pembahasan yang padat dan patut disebutkan di sini. Dalam menjelaskan ilmu, Abil Hadid menuliskannya demikian: ”Ali bin Abi Thalib adalah sumber dan mata air ilmu. Semua ilmu berujung kepadanya dan dia adalah penghulu ulama.” Salah satu ilmunya yang paling mulia adalah ilmu Ilahi yang bersumber dari ucapan Imam Ali (sa). Mazhab Mu’tazilah mengambil ilmunya dari Washil bin Atha’ dan dia adalah murid Abu Hasyim, dan Abu Hasyim adalah murid Muhammad bin Hanafi, dan Muhammad mengambil ilmunya dari ayahnya yang bernama Ali bin Abi Thalib. Mazhab Asy’ariyah dinisbatkan kepada Ismail bin Abi Baysar Asy’ari murid Abu Ali Jubai. Nama terakhir merupakan salah seorang pemuka Mu’tazilah. Maka, Asy’ariyah akhirnya juga berujung kepada Ali bin Abi Thalib. Adapun penisbatan ilmu Ilahi Mazhab Imamiyah dan Mazhab Zaidiyah kepada Ali bin Abi Thalib adalah suatu perkara yang jelas. Dalam ilmu fikih, Ali merupakan sumber dan mata air. Semua ahli fikih adalah murid beliau dan menggunakan fikihnya. Para sahabat Abu Hanifah, seperti Yusuf, Muhammad, dan orang-orang lainnya dalam fikih adalah murid Abu Hanifah. Syafi’i juga belajar fikih dari Muhammad bin Hasan. Maka, fikih Syafi’i, pada akhirnya, juga berujung kepada Abu Hanifah. Abu Hanifah dalam fikih juga belajar dari Ja’far bin Muhammad sementara ilmu Imam Ja’far Ash-Shadiq berasal dari ayahnya yang

Upload: irdam-jono

Post on 29-Dec-2015

66 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Imam Ali

Ilmu Imam Ali(sa) Sumber Semua Ilmu Pasca Rasulullah saw

Ibnu Abil Hadid dalam Syarah Nahjul Balaghah tentang keutamaan, kesempurnaan, dan keluasan ilmu Imam Ali bin Abi Thalib (sa) membahas dengan pembahasan yang padat dan patut disebutkan di sini.

Dalam menjelaskan ilmu, Abil Hadid menuliskannya demikian: ”Ali bin Abi Thalib adalah sumber dan mata air ilmu. Semua ilmu berujung kepadanya dan dia adalah penghulu ulama.”

Salah satu ilmunya yang paling mulia adalah ilmu Ilahi yang bersumber dari ucapan Imam Ali (sa).

Mazhab Mu’tazilah mengambil ilmunya dari Washil bin Atha’ dan dia adalah murid Abu Hasyim, dan Abu Hasyim adalah murid Muhammad bin Hanafi, dan Muhammad mengambil ilmunya dari ayahnya yang bernama Ali bin Abi Thalib.

Mazhab Asy’ariyah dinisbatkan kepada Ismail bin Abi Baysar Asy’ari murid Abu Ali Jubai. Nama terakhir merupakan salah seorang pemuka Mu’tazilah. Maka, Asy’ariyah akhirnya juga berujung kepada Ali bin Abi Thalib. Adapun penisbatan ilmu Ilahi Mazhab Imamiyah dan Mazhab Zaidiyah kepada Ali bin Abi Thalib adalah suatu perkara yang jelas.

Dalam ilmu fikih, Ali merupakan sumber dan mata air. Semua ahli fikih adalah murid beliau dan menggunakan fikihnya. Para sahabat Abu Hanifah, seperti Yusuf, Muhammad, dan orang-orang lainnya dalam fikih adalah murid Abu Hanifah. Syafi’i juga belajar fikih dari Muhammad bin Hasan. Maka, fikih Syafi’i, pada akhirnya, juga berujung kepada Abu Hanifah. Abu Hanifah dalam fikih juga belajar dari Ja’far bin Muhammad sementara ilmu Imam Ja’far Ash-Shadiq berasal dari ayahnya yang melalui jalur ini berujung kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa).

Malik bin Anas dalam ilmunya adalah murid Rabiah ar-Ra’yu sedangkan Rabiah adalah murid Akramah. Akramah sendiri adalah murid Abdullah bin Abbas sementara Ibnu Abbas adalah murid Ali bin Abi Thalib. Adapun marja’iyah fikih Imam Ali (sa) bagi umat Syiah adalah suatu perkara yang jelas.

Umar bin Khattab dan Abdullah bin Abbas adalah di antara para ahli fikih yang belajar dari ilmu Ali. Ibnu Abbas adalah murid Imam Ali tiada yang meragukan dan tidak lagi memerlukan saksi. Dalam kaitan dengan Umar, semua mengetahui bahwa dalam menyelesaikan problema dan kesulitan, di banyak kesempatan, ia merujuk kepada Ali. Dalam kaitan ini, Umar berkata, “Seandainya tidak ada Ali, Umar pasti celaka.” Ia juga

Page 2: Ilmu Imam Ali

berkata, “Aku tidak akan dapat tenang jika tidak ada Abul Hasan (Ali).” Ia juga berkata: “Tidak seorang pun memberikan fatwa di masjid sementara Ali berada di situ.” Maka, adalah jelas fikih berujung kepada Imam Ali (sa).

Ammah dan Khassah mengutip dari Rasulullah saw yang berkata, “Aqdhakum Ali,” sementara qadha adalah fiqih. Oleh karena itulah, Imam Ali (sa) merupakan orang yang paling paham tentang fikih dibanding yang lain.

Begitu juga, masyarakat umum dan khusus meriwayatkan bahwa ketika mengutus Ali ke Yaman untuk mengadili suatu urusan, Nabi saw bersabda, “Ya Allah! Berilah petunjuk kepada hatinya dan tetapkanlah lisannya.” Imam Ali berkata, “Setelah itu dan berkat doa itu, aku tidak pernah ragu dalam memberikan keputusan dalam pengadilan.”

Ilmu tafsir juga berujung kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Apabila kita membaca kitab-kitab tafsir, kita akan melihat bahwa sebagian besar persoalan dikutip dari beliau atau dari ibnu Abbas yang merupakan murid beliau. Dikatakan kepada ibnu Abbas, “Bagaimana perbandingan ilmumu dengan ilmu Ali (sa).” Dia berkata, “Perbandingannya adalah ibarat setetes air hujan di hadapan samudra.”

Ilmu tarekat, hakikat, dan irfan juga berujung kepada Ali bin Abi Thalib (sa). Ulama irfan di semua negeri Islam menisbatkan dirinya kepada Imam Ali (sa), seperti Syibli, Junaid, Abu Yazid Basthami, dan Abu Mahfudz yang dikenal dengan nama Karlhi. Mereka menjelaskan sebuah persoalan dengan sanad yang menisbatkan dirinya kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa)

Ilmu nahwu (tata bahasa) dan bahasa Arab juga dinisbatkan kepada Imam Ali bin Abi Thalib (sa). Imam Ali-lah yang mengajarkan kaidah-kaidah pokok dan universal ilmu ini kepada Abul Aswad Ad-Duwali. Di antaranya, beliau mengatakan kepada Abul Aswad mengenai kalam (kata) terbagi menjadi tiga: ism (kata benda), fi’il (kata kerja), dan huruf (preposisi). Beliau juga mengatakan mengenai Ism makrifah (definitive) atau nakirah (indefinitif). Selain itu, beliau mengatakan bahwa i’rab ada empat macam: rafa’, nashab, jar, dan jazam.

Ucapan Imam Ali (sa) ini bagaikan mukjizat karena mengklasifikasi ‘kata’ untuk manusia biasa adalah tidak mungkin. (Syarah Nahjul Balaghah, Ibn Abil Hadid, jilid 1, hlm 17-20)

Tentang ketinggian ilmu Imam Ali (sa) secara detail, silahkan membaca kitab Nahjul Balaghah. Menurut kesaksian para cendekiawan, setelah Al-Quran, kitab ini adalah kitab ilmiah yang paling kaya. Kita juga dapat

Page 3: Ilmu Imam Ali

merujuk kepada ratusan, bahkan ribuan hadis yang ada di berbagai bidang, yang dikutip dari Imam Ali (sa) dan tercatat dalam kitab-kitab hadis.

« Beauty

Belajar dari Sejarah: Perdebatan Ibnu Abbas dengan Khawarij di Harura

Sunday, 25 November, 2012 by haldi

Di tengah rasa suka cita rakyat Gaza dan faksi perjuangan Palestina yang dimotori oleh Hamas dan

Jihad Islam atas kemenangan dan poin-poin perjanjian gencatan senjata yang telah dicapai,

ternyata tidak sedikit yang menyampaikan kritik atas hal tersebut. Di Indonesia, salah satunya

sikap kritis itu dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL seperti Zuhari

Miswari.

 

Berita tentang sikap Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL itu bisa dilihat di sini:

1. http://news.fimadani.com/read/2012/11/23/kader-jil-dan-hti-kritisi-kemenangan-rakyat-gaza/

2. http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/21/menolong-gaza-bukan-dengan-mediasi-dan-delegasi-bela-

sungkawa/

 

Untuk menjawab sikap yang dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia dan beberapa tokoh JIL

tersebut, bisa kita lihat dari jawaban-jawaban yang diberikan oleh Ibnu Abbas R.A dengan Khawarij

pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib R.A

 

Selamat membaca 

Perdebatan Ibnu Abbas dengan Khawarij di Harura1

 Para ulama mendefinisikan Khawarij dengan beberapa pengertian, salah satunya dikemukakan

oleh Abul Hasan Al-Asy’ary bahwa sebutan Khawarij disematkan terhadap kelompok yang

memberontak terhadap Ali bin Abi Thalib R.A, khalifah keempat di antara Khulafaur Rasyidin. Abul

Hasan Al-Asy’ari menjelaskan bahwa keluarnya mereka dari ketaatan pada Ali R.A merupakan

alasan penamaan ini; ia berkata, “Faktor yang menyebabkan orang-orang menyebut

mereka Khawarij adalah keluarnya mereka dari ketaatan pada Ali tatkala ia mengambil

kebijakan At-Tahkim (arbitrase dengan pasukan Muawiyah dalam perang Shiffin)2.

Khawarij melepaskan diri dari pasukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A dalam jumlah besar,

sekembalinya mereka dari perang Shiffin menuju Kufah. Dalam sebuah riwayat, jumlah mereka

diperkirakan mencapai belasan ribu orang, dan dalam riwayat lain disebutkan dua belas ribu

Page 4: Ilmu Imam Ali

orang3. Ada juga riwayat yang menyatakan delapan ribu orang4, dan ada pula yang menyatakn

empat belas ribu orang5.

Mereka membelot dari pasukan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A beberapa kilometer

sebelum  sampai ke Kufah. Pembelotan ini menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan luar biasa

di kalangan pasukan Amirul Mukminin. Akan tetapi Amirul Mukminin tetap menggerakkan

pasukannya yang masih setia hingga memasuki Kuffah. Amirul Mukminin benar-benar disibukkan

Khawarij, terlebih lagi setelah mengetahui mereka merapatkan barisan dan membangun sistem

politik dengan mengangkat seorang imam shalat dan seorang panglima perang, dan menyatakan

bahwa baiat (sumpah setia) hanyalah kepada Allah serta kewajiban menyuruh orang berbuat baik

dan melarang orang berbuat mungkar. Itu semua mengindikasikan bahwa mereka benar-benar

memisahkan diri dari jamaah kaum Muslimin.

Meskipun demikian, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib R.A senantiasa berupaya agar mereka

kembali pada kebenaran dan bergabung lagi dengan jamaah kaum Muslimin. Untuk itulah, ia

mendelegasikan Ibnu Abbas R.A untuk berdialog dengan mereka dan memberi mereka

pencerahan. Ibnu Abbas R.A mengisahkannya kepada kita:

Aku berangkat untuk berdialog dengan mereka (Khawarij) sambil mengenakan pakaian terbaik dari

Yaman. Turun dari kendaraan, aku berjalan kaki dan menemui mereka pada tengah hari di sebuah

rumah. (Ibnu Abbas R.A. adalah lelaki yang tampan rupawan).

Khawarij: Selamat datang, wahai Ibnu Abbas. Pakaian apa itu?

Ibnu Abbas: Memangnya kenapa? Apakah kalian mencelaku? Aku benar-benar melihat Rasulullah

SAW mengenakan pakaian yang paling bagus. Lagi pula, telah turun firman Allah: Katakanlah,

“Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-

hambaNya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?” (Al-A’raf: 32).

Khawarij: Baiklah, angin apa yang membawamu kemari?

Ibnu Abbas: Aku menemui kalian sebagai utusan para Sahabat Rasulullah, baik kaum Muhajirin

maupun Anshar, juga utusan sepupu Rasulullah SAW sekaligus menantunya (Ali R.A). Adalah

kepada mereka Al-Qur’an diturunkan; merekalah yang lebih mengetahui penafsirannya

dibandingkan kalian; tidak seorangpun di antara kalian yang merupakan bagian dari mereka untuk

kusampaikan kepada kalian pendapat mereka, dan kusampaikan kepada mereka pendapat kalian.

Sampai di sini,  sekelompok orang di antara mereka cenderung kepadaku.

Ibnu Abbas: Utarakanlah kepadaku alasan kalian membenci para sahabat Rasulullah SAW dan

sepupunya Ali R.A.

Khawarij: Ada tiga alasan. Pertama, ia (Ali R.A) telah menyerahkan keputusan hukum kepada para

tokoh ihwal agama Allah, padahal Allah SWT berfirman, “Menetapkan hukum itu hanya hak

Allah.” (Al-An’am: 57). Apalah wewenang orang-orang itu terhadap keputusan hukum?”

Ibnu Abbas: Baiklah. Itu satu.

Page 5: Ilmu Imam Ali

Khawarij: Kedua, ia berperang (dalam Perang Jamal) akan tetapi tidak  mengambil tawanan perang

ataupun pampasan perang. Kalau mereka itu orang-orang kafir, tentulah mereka boleh dijadikan

tawanan. Kalau mereka itu orang-orang Mukmin, tentulah tidak boleh ditawan ataupun dibunuh.

Ibnu Abbas: Itu baru dua.

Khawarij: Ketiga, ia telah menghapus jabatannya sebagai Amirul Mukminin (dalam dokumen

perdamaian); jika ia bukan Amirul Mukminin, berarti ia Amirul Kafirin (pemimpin orang-orang kafir).

Ibnu Abbas: Apakah ada alasan selain ketiga hal itu?

Khawarij: Cukuplah tiga hal itu bagi kami.

Ibnu Abbas: Menurut kalian, apabila kubacakan dalil dari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya yang

membantah pendapat kalian, apakah kalian mau bertaubat dan kembali pada jalan yang benar?

Khawarij: Ya.

Ibnu Abbas: Berkenaan dengan keputusan hukum ihwal agama Allah yang diserahkan kepada para

tokoh, aku membacakan ayat dari Kitabullah bahwa Allah SWT menyerahkan keputusan hukum-

Nya kepada para tokoh ihwal barang seharga seperempat dirham. Allah SWT memerintahkan

mereka untuk memutuskan hukum dalam hal itu. Tidakkah kalian mengetahui firman Allah: “Wahai

orang-orang yang beriman, janganlah bunuh binatang buruan ketika kamu sedang ihram.

Barangsiapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti

dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang

yang adil di antara kamu.” (Al-Ma’idah:95)

Ibnu Abbas: Nah, itu termasuk hukum yang diputuskan para tokoh. Aku bersumpah demi Allah

agar kalian menjawab, bukankah keputusan para tokoh ihwal perdamaian dan perlindungan darah

kaum Muslimin jauh lebuh utama daripada perlindungan darah seekor kelinci?

Khawarij: Betul, itu lebih utama.

Ibnu Abbas: Juga, ihwal istri dan suaminya. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu khawatirkan ada

persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang

hakam dari keluarga perempuan.” (An-Nisa’: 35)

Ibnu Abbas: Aku bersumpah demi Allah agar kalian menjawab, bukankah keputusan hukum para

tokoh ihwal perdamaian dan perlindungan darah kaum Muslimin jauh lebih utama daripada

keputusan hukum mereka ihwal talak seorang istri? Apakah aku sudah membantah alasan ini?

Khawarij: Ya.

Ibnu Abbas: Berkenaan dengan berperangnya ia (Ali R.A dalam perang Jamal) tanpa mengambil

tawanan perang ataupun pampasan perang, apakah kalian hendak menjadikan ibunda kalian

Aisyah R.A sebagai tawanan perang, lantas kalian menghalalkan darinya apa yang kalian halalkan

dari orang lain, padahal ia adalah ibunda kalian? Jika kalian menjawab, “Kami menghalalkan

darinya sebagaimana yang kami halalkan dari selainnya”, berarti kalian telah kafir. Jika kalian

menjawab, “Ia bukanlah ibunda kami”, berarti kalian juga telah kafir. Allah berfirman: “Nabi itu

Page 6: Ilmu Imam Ali

(hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya

adalah ibu-ibu mereka.” Nah, kalian berada di antara dua kesesatan, maka berilah suatu jalan

keluar dari kesesatan itu. Apakah aku sudah membantah alasan ini.

Khawarij: Ya.

Ibnu Abbas: Berkenaan dengan penghapusan jabatannya sebagai Amirul Mukminin (dalam

dokumen perdamaian), kuberikan kalian dalil yang membantah kalian, yaitu ketika Nabi

Muhammad SAW berdamai dengan orang-orang musyrik dalam perjanjian Hudaibiyah, beliau

memerintahkan Ali, “Wahai Ali,  tulislah: Inilah perjanjian damai yang disepakati Muhammad

utusan Allah”. Lantas orang-orang musyrik itu menukas, “Kalau kami mengakui engkau sebagai

utusan Allah, tentulah kami tidak memerangimu.” Maka, Rasulullah SAW

memerintahkan, “Hapuslah wahai Ali. Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa aku ini benar-benar

utusan Allah. Hapuslah wahai Ali, dan tulislah: Inilah perjanjian damai yang disepakati Muhammad

putera Abdullah.” Demi Allah, Rasulullah SAW jauh lebih baik dari Ali, tetapi beliau menghapus

dirinya sendiri (kata utusan Allah dalam dokumen perdamaian). Nah, penghapusan yang

dilakukannya itu bukan berarti penghapusan status kenabian. Apakah aku sudah membantah

alasan ini?

Khawarij: Ya.

Setelah dialog tersebut, sebanyak dua ribu orang di antara mereka kembali ke jalan yang benar,

sedangkan yang lain tetap berperang berdasarkan kesesatan mereka. Akhirnya mereka ditumpas

kaum Muhajirin dan Anshar6.

[1] Khawarij dan Syiah Dalam Timbangan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-

Shalabi, Pustaka Al-kautsar, 2012.

[2] Maqalat Al-Islamiyyin, 1/207.

[3] Tarikh Baghdad, 1/160.

[4] Al-Bidayah wa An-Nihayah, 7/280/281, dan sanad hadits ini shahih. Lihat Majma’ Az-zawaid,

6/235.

[5] Mushannaf Abdurrazzaq, 10/157 dan 160, dengan sanad hasan.

[6] Khasha’ish Amir Al-Mu’minin Ali bin Abi Thalib R.A, karya An-Nasa’i, tahqiq Ahmad Al-Balusyi,

hlm. 200, dengan sanad hasan.

Tentara Yazid Bantai 10 Ribu Rakyat Madinah

 

Setelah peristiwa Karbala yang berujung syahadah Imam Husein as dan sahabatnya serta ditawannya

keluarga beliau, sejumlah warga Madinah pergi ke Syam untuk mengenal lebih dekat perilaku Yazid bin

Page 7: Ilmu Imam Ali

Muawiyah. Sekembalinya mereka di Madinah, mulailah mereka mengungkapkan kefasikan Yazid. Kaki

tangan Yazid seperti Utsman bin Muhammad bin Abi Sufyan dan Marwan bin Hakam serta mereka yang

masih keturunan Bani Umayah diusir dari Madinah. Pasca pengusiran itu, rakyat Madinah berbaiat kepada

Abdullah bin Hanzhalah.

 

Ketika berita ini sampai ke telinga Yazid bin Muawiyah, ia memerintahkan Muslim bin Uqbah yang terkenal

akan kesadisannya bersama sepasukan tentara menuju Madinah. Bala tentara Syam berada di bebatuan

di luar kota Madinah yang lebih dikenal dengan nama Harrah dan berjarak sekitar satu kilo meter dari

Masjid Nabawi.

 

Pada 28 Dzulhijjah, pasukan Yazid terlibat perang dengan rakyat Madinah. Setelah banyak yang gugur

syahid dari rakyat Madinah, mereka kemudian melarikan diri ke dalam kota Madinah. Pasukan Yazid tidak

membiarkan rakyat Madinah begitu saja dan mulai mengejar mereka.

 

Selama tiga hari Muslim bin Uqbah menghalalkan apa saja yang ada di kota Madinah dan terjadilah

kejahatan yang luar biasa. Dalam tiga hari itu banyak perempuan Madinah yang menjadi sasaran

pemerkosaan, bahkan dilakukan di Masjid Nabawi.

 

Beberapa hari setelah melakukan kejahatan tidak berperikemanusiaan ini, Muslim bin Uqbah menuju

Mekah dan melakukan kejahatan lainnya di sana. Namun serangan brutal pasukan Muslim bin Uqbah di

Madinah telah merenggut nyawa lebih dari 10 ribu warga Madinah dan peristiwa itu akhirnya dikenal

dengan nama Harrah. (IRIB Indonesia)

Di Balik Syahadah Ali

:Persahabatan Tak Membuktikan Kesetiaan

Oleh: Yulian Rama

Persahabatan tidak membuktikan kesetiaan. Ada banyak dalil untuk pernyataan ini, baik pada tataran mafhum

(konseptual), maupun pada tataran mishdaq (realitas). Pada tataran mafhum, banyak ide yang muncul untuk

menjawabnya. Namunbiasanya mishdaq lebih diandalkan untuk membuktikan pernyataan di atas.

Malam ke-21 bulan Ramadhan adalah satu bentuk mishdaq yang menguatkan pernyataan tersebut. Di mana

malam tersebut masyhur sebagai malam syahidnya Ali ibn Abi Thalib kwj oleh tebasan pedang Abdurrahman

ibn Muljam. Mengapa malam ini menjadi mishdaq dari pernyataan tersebut?

Jawabnya adalah karena Ibnu Muljam dikenal sebagai sahabat Ali ibn Abi Thalib kwj yang kemudian

menyimpang dan menjadi khawarij dan pada akhirnya membunuh Ali sendiri.

Az-Zirkuli menulis tentang Ibnu Muljam:

Page 8: Ilmu Imam Ali

فكان من القراء و أهل الفقه و العبادة. ثم شهد فتح مصر و سكنهافكان فيها فارس بني تدؤل. و كان من شيعة علي بن أبي طالب (رضي…

[i]…الله عنه) و شهد معه صفين. ثم خرج عليه

(Ia adalah qari’ dan ahli fikih dan ibadah. Ia ikut serta pada fathu mishr dan pendudukannya. Pada saat itu ia

adalah ksatria dari Bani Tad`ul di Mesir. Dan ia juga adalah Syi’ah Ali ibn Abi Thalib ra dan ikut bersamanya di

perang Shiffin. Kemudian ia keluar dari Ali [menjadi khawarij])

Tulisan di atas membuktikan bahwa Ibnu Muljam adalah anggota pasukan dua sahabat besar: Umar ibn

Khaththab dan Ali ibn Abi Thalib kwj. Ia ikut berperang bersama pasukan Umar ibn Khaththab pada waktu

menaklukan Mesir[ii].Ia juga ikut berperang bersama pasukan Ali ibn Abi Thalib di Shiffin, lalu kemudian

menentang Ali dan ikut ke dalam kelompok Khawarij.

Sebab pembunuhan Ali ibn Abi Thalib kwj adalah sebagai berikut:

�همبالح �واسمهالحج�اجوعمروبنبكرالتميميالسعدي�،ثالثتهممنالخوارجلحقوامنفل �الصريمي �والبركبنعبداللهالتميمي �عبدالرحمنبنملجمالمرادي وكانسببقتلهأن

جاز،واجتمعوافتذاكروامافيهالناسوعابواالوالةوترح�مواعلىقتلىالنهروان،وقالوا:

�ا،وقااللبرك: مانصنعبالبقاءبعدهمفلوشريناأنفسناوقتلناأئمةالضاللوأرحنامنهمالناس،فقاالبنملجموكانمنمصر: أناأكفيكمعلي

[iii].أناأكفيكممعاوية،وقالعمروبنبكرالتميمي: أناأكفيكمعمروبنالعاص.وتعاهدواأناليرجعأحدعنصاحبهحتىيقتلهأويموت

(Sebab pembunuhannya adalah Abdurrahman ibn Muljam al Muradi, al Barak ibn Abdullah at-Tamimi ash-

Sharimi (al Hajjaj), dan ‘Amru ibn Bakr at-Tamimi as-Sa’di. Mereka adalah anggota kelompok Khawarij yang

setelah kekalahan Khawarij berpindah ke Hijaz. Mereka berkumpul membicarakan keadaan manusia sambil

mencari-cari aib pemerintah dan mendoakan orang-orang yang terbunuh di Nahrawan. Mereka berkata: Apa

yang akan kita lakukan sepeninggal mereka? Bagaimana kalau kita membunuh para pemimpin sesat itu dan

menyelamatkan manusia dari mereka? Ibnu Muljam (yang datang dari Mesir) berkata: “Aku akan

menyelesaikan Ali.” Al Barak berkata: “Muawiyah biar aku.” Amru ibn Bakr at-Tamimi berkata: “Biar aku

yang ,mengurusi Amru ibn Ash.” Mereka kemudian mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari rencana

tersebut kecuali setelah berhasil membunuh atau terbunuh.)

Dapat dikatakan bahwa sebab Ibnu Muljam kehilangan kesetiaannya kepada Ali ibn Abi Thalib kwj adalah

kebodohan dan mengikuti kehendak nafsu. Orang-orang Khawarij keluar dari pasukan Ali karena mereka

menghukumi masalah dengan kehendak akal mereka sendiri, dan mengesampingkan imam ma’shum. Dan

pada akhirnya dengan alasan balas dendam, Ibnu Muljam melakukan pembunuhan tersebut. Ketika

memutuskan untuk keluar dari barisan Ali, Ibnu Muljam mengikuti kebodohannya. Dan kemudian setelah

Perang Nahrawan, ia tergelincir oleh hawa nafsunya untuk membalas dendam kematian teman-temannya.

Hal yang unik terjadi pada saat Ibnu Muljam hendak melaksanakan rencananya. Ibnu Atsir menulis:

فقدمعبدالرحمنبنملجمالكوفة،فلقىأصحابهمنالخوارج،فكاتمهممايريد. وكانيزورهمويزرونه،فزاريومانفرامنبنىتيمالرباب،فرأىامرأةمنهميقاللها: …

قطامبنتشجنةبنعديبنعامربنعوفبنثعلبةبنسعدبنذهلبنتيمالرباب،وكانعلىقتألباهاوأخاهابالنهروان،فأعجبتهفخطبها،فقالت: الأتزو�جكحتىتشتفىلي. فقال:

التسألينىشيئاإالأعطيتك. فقالت: ثالثةآالف،وقتلعلىبنأبىطالب. فقال. واللهماجاءبىإلىهذاالمصرإالقتلعلى،وقدأعطيتكماسألت.

[iv].ولقيابنملجمشبيببنبجرةاألشجعي. فأعلمهمايريد،ودعاهإلىأنيكونمعه،فأجابهإلىذلك

(Ibnu Muljam pergi ke Kufah dan menjumpai sahabatnya dari Khawarij dan merahasiakan rencananya dari

masyarakat. Ia dan masyarakat saling mengunjungi pada saat itu. Suatu hari berkunjung sekelompok orang

dari Bani Tayim, dan ia melihat seorang perempuan di kelompok tersebut yang bernama Qatham binti Syajnah.

Page 9: Ilmu Imam Ali

Ayah dan saudara Perempuan tersebut terbunuh di Perang Nahrawan. Ibnu Muljam jatuh hati pada perempuan

itu dan meminangnya. Perempuan itu berkata: “Aku tidak akan menikahimu kecuali kau penuhi permintaanku.”

Ibnu Muljam berkata: “Tidaklah kau minta dariku kecuali aku akan memenuhinya.” Perempuan tersebut

berkata: “Tiga Ribu dan kematian Ali ibn Abi Thalib.” Ibnu Muljam berkata: “Demi Allah, aku tidak datang ke sini

kecuali memang untuk membunuh Ali. Aku akan memenuhi permintaanmu.” Kemudian Ibnu Muljam

mendatangi Syabib ibn Bajrah al Asyja’i dan memberitahunya apa yang ia rencanakan, lalu ia mengajak Syabib

dan Syabib menerimanya.)

Dalam perjalanannya membunuh Ali ibn Abi Thalib kwj, Ibnu Muljam bukan hanya diperdaya oleh kebodohan

dan nafsu membalas dendam, akan tetapi juga ditambah nafsu duniawi untuk mendapatkan hati perempuan. Ia

mengkhianati seorang manusia agung hanya karena kecantikan seorang perempuan.

Pengkhianatan sahabat tidak hanya terjadi dalam hidup Ali ibn Abi Thalib kwj, akan tetapi juga dalam hidup

Rasulullah saww. Salah seorang sahabat Rasulullah saww bernama Hurqush ibn Zuhair as-Sa’di (atau dikenal

dengan laqabDzulkhuwaishirah) ikut menjadi anggota pasukan Ali di Shiffin dan kemudian membelot menjadi

Khawarij. Ia kemudian terbunuh pada perang Nahrawan.[v]

Rasulullah saww bukan saja meramalkan adanya pengkhianatan sebagian dari sahabatnya[vi], tetapi juga

meramalkan akan adanya gerakan-gerakan besar berbentuk peperangan sepeninggal beliau. Sehingga beliau

memberikan rambu-rambu tentang siapa yang harus dibela pada saat hal itu terjadi.

Ibnu Katsir meriwayatkan:

�مبقتااللناكثينوالمارقينوالقاسطين �ىاللهعليهوسل [vii].عنعلىقال: أمرنىرسوالللهصل

(Ali berkata: Rasulullah saww memerintahkanku untuk memerangi an-Nakitsin[viii], al Mariqin[ix], dan al

Qasithin[x].)

Tak bisa dipungkiri bahwa memang terjadi peperangan antar kaum muslimin sepeninggal Rasulullah saww.

Akan tetapi beliau sudah memberikan rambu-rambu bahwa Ali ibn Abi Thalib adalah sahabat yang harus dibela

pada saat itu terjadi. Dalam riwayat lain Ibnu Katsir menulis:

�مبقتااللناكثينوالقاسطينوالمارقينفقلت: يارسواللله! أمرتنابقتالهؤالءفمعمن؟فقال: �ىاللهعليهوسل �قال: »أمرنارسوالللهصل عنأبىسعيدالخدري

[xi].»مععلىبنأبىطالبمعهيقتلعماربنياسر

(Abu Sa’id al Khudri berkata: Rasulullah saww memerintahkan kami untuk memerangi an-Nakitsin, al Qasithin,

dan al Mariqin. Lalu aku bertanya: “Wahai Rasulullah! Engkau telah memerintahkan kami memerangi mereka,

lalu dengan siapa?” Beliau saww bersabda: “Bersama Ali ibn Abi Thalib, dan bersamanya akan terbunuh Ammar

ibn Yasir.”)

Ketika Abu Ayub al Anshari pulang dari perang Shiffin, sekelompok orang mendatanginya dan mempertanyakan

alasan terjadinya perang Shiffin. Berikut riwayat Makhnaf ibn Sulaiman:

�مثمجئتتقاتاللمسلمين؟ �ىاللهعليهوسل مخنفبنسليمان. قال:أتيناأباأيوبفقلنا: قاتلتبسيفكالمشركينمعرسوالللهصل

�مبقتااللناكثينوالمارقينوالقاسطين �ىاللهعليهوسل [xii].فقال:أمرنىرسوالللهصل

Page 10: Ilmu Imam Ali

(Makhnaf ibn Sulaiman berkata: kami mendatangi Abu Ayub. Dan kami berkata: “Kau telah membunuh kaum

musyrik bersama Rasulullah saww, sekarang kau datang membunuh orang-orang islam?” Ia menjawab:

“Rasulullah saww memerintahkanku memerangi an-Nakitsin, al Mariqin, dan al Qasithin.”)

Dalam riwayat lain Abu Ayub al Anshari menjelaskan secara sharihsiapa saja yang dimaksud dengan ketiga

kelompok tersebut:

فأماالناكثونفقدقاتلناهموهمأهاللجمل،طلحةوالزبير،وأماالقاسطونفهذامنصرفنامنعندهم- يعنىمعاويةوعمرا-

[xiii].وأماالمارقونفهمأهاللطرفاتوأهاللسعيفاتوأهاللنخيالتوأهاللنهروان،واللهماأدرىأينهمولكنالبدمنقتالهمإنشاءالله

(Adapun an-Nakitsun: kami telah memerangi mereka, dan mereka adalah Ahli Jamal, Thalhah dan Zubair. Dan

al Qasithun, mereka adalah orang-orang yang membelot dari kami, yaitu Mu’awiyah dan Amru ibn al Ash.

Sedangkan al Mariqun, mereka adalah Ahli Tharafat, Ahli Sa’ifat, Ahli an-Nakhilat, dan Ahli an-Nahrawan, Demi

Allah aku tidak tahu di mana mereka, tapi kami pasti kami akan memerangi mereka dengan seizin Allah.)

Orang-orang yang disebut Abu Ayub al Anshari telah diperangi dan akan diperangi adalah kaum muslimin.

Sebagian mereka adalah sahabat Rasulullah saww semasa hidup beliau, dan sebagian lain adalah sahabat Ali

ibn Abi Thalib yang membelot dari barisannya.

Apa yang terjadi pada sebagian sahabat Rasullah saww dan Ali ibn Abi Thalib kwj adalah salah satu mishdaq

dari pernyataan “persahabatan tidak membuktikan kesetiaan”. Ada banyak mishdaq lain yang bisa dilihat dari

sejarah atau kenyataan hidup sekarang ini. Yang pasti adalah tolok ukur kesetiaan bukanlah persahabatan.

Boleh jadi seseorang nampak setia di masa-masa awal persahabatan dari bentuk-bentuk pengorbanan yang ia

perlihatkan. Akan tetapi seiring dengan perjalanan waktu, seseorang mungkin berubah karena desakan-

desakan dari dalam atau dari luar dirinya.

Malam ke-21 bulan Ramadhan tercatat sebagai malam syahidnya Ali ibn Abi Thalib kwj oleh tebasan pedang

Abdurrahman ibn Muljam. Semoga malam ini menjadi momen yang berharga bagi kaum muslimin untuk

berkontemplasi, melakukan perenungan mendalam tentang arti sebuah persahabatan dan bagaimana menjaga

kesetiaan dalam persahabatan. Lebih jauh lagi, menjaga kesetiaan kepada junjungan setiap hati orang-orang

beriman: Rasulullah saww dan pengemban wasiatnya: Ali ibn Abi Thalib kwj. []

Catatan Kaki:

[i]Khairuddin az-Zirkuli, al A’lam; Qamus Tarajim li Asyhar ar-Rijal wa an-Nisa min al ‘Arab wa al Musta’ribin wa

al Mustasyriqin, (Beirut: Dar al ‘Ilm Lilmulayyin, 1989), cet. 1989, jil. 3, hal. 339. Bandingkan dengan

Syamsuddin Muhammad ibn Ahmad adz-Dzahabi, Tarikh al Islam, Tahqiq Umaryu Abdussalam Tadmiri, (Beirut:

Dar al Kitab al ‘Arabi, 1413), cet. 2, Jil. 3, hal. 653

[ii]Fathu Mishr terjadi pada tahun ke-20 Hijriyah pada masa pemerintahan Umar ibn Khaththab. Pada waktu itu

pasukan Islam dipimpin oleh Amru ibn al ‘Ash. Lihat ‘Izzuddin Abu al Hasan ‘Ali ibn Muhammad Ibn al Atsir, Al

Kamil fi at-Tarikh, (Beirut: Dar Shadir, 1385), Jil. 2, hal. 564

[iii] ‘Abdurrahman ibn Muhammad Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun, Tahqiq Khalil Syihadah, (Beirut: Dar al Fikr,

1408), cet.2, Jil. 2, hal. 645

Page 11: Ilmu Imam Ali

[iv]‘Izzuddin Abu al Hasan ‘Ali ibn Muhammadibn al Atsir, Usd al Ghabah Fi Ma’rifah ash-Shahabah, (Beirut: Dar

al Fikr, 1409), Jil. 3, hal. 616-617

[v]Lihat Khairuddin az-Zirkuli, op. cit., Jil. 2, hal 173. Bukhari meriwayatkan dalam Kitab al Manaqib, Bab

‘Alamat an-Nubuwwah fi al Islam, bahwa dia adalah sahabat yang menuntut Rasul berbuat adil pada saat beliau

sedang melakukan pembagian. Sehingga beliau bersabda: “Jika aku tidak berbuat adil maka siapa yang akan

berbuat adil?” Umar kemudian memukulnya setelah meminta izin terlebih dahulu kepada Rasulullah saww.

LihatMuhammad ibn Ismail al Bukhari, Shahih Bukhari, (Kairo: al Mathba’ah as-Salafiyah wa Maktabuha, 1403),

Jil. 2 hal. 530

[vi]Rasulullah saww pernah meramalkan bahwa di telaga al Haudh (surga) sebagian sahabatnya keluar dari

barisan kaum muslimin. Kemudian Rasulullah saww memanggil-manggil mereka: “Ya Allah! mereka adalah

sahabatku.” Kemudian dikatakan: “Kau tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalmu.” Shahih Muslim, Kitab al

Fadha`il, Bab Itsbat al Haudh Nabiyyina saww wa Muslim wa Shifatih. Lihat Abu Zakariya ibn Syarf an-Nawawi,

Shahih Muslim bi Syarh  an-Nawawi, (Beirut: Dar al Fikr, tt), Jil. 10, hal. 6101

[vii]Abu al Fida` `Isma’il ibn ‘Umar ibn Katsir ad-Dimasyqi, al Bidayah wa an-Nihayah, (Beirut: Dar al Fikr, 1407),

Jil. 7, hal. 305

[viii]orang-orang yang membatalkan baiat

[ix]Orang-orang yang keluar/sesat

[x]Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran

[xi]Ibnu Katsir, log. cit.,

[xii]Ibid., hal 306

[xiii]Ibid.,

Al Quran menyatakan Tidak Semua Sahabat Rasulullah Adalah Adil   (3) Posted on Mei 14, 2013 by syiahali

Yg mengatakan sebagian sahabat itu ingkar, lari dari medan perang, meninggalkan rasulullah sedang khutbah

jumat dan mereka keluar mengejar pedagag makanan, sahabat yg mengancam mengawini istri nabi saw. dll. ITU

SEMUA ALLAH YG MENGATAKANNYA. KALO ANTUM TIDAK PERCAYA SILAHKAN SURAT DAN AYAT YG

SAYA KEMUKAKAN ANTUM CEK BENAR APA SALAH.

Page 12: Ilmu Imam Ali

RATUSAN SAHABAT LARI DARI PERANG UHUD INIKAH BUKTI SAHABAT CINTA PADA ALLAH DAN

RASULNYA ?

PERANG UHUD

Perang uhud adalah perang antara kaum muslimin yg dipimpin oleh Rasulullah sendiri melawan kaum kafir.

Terjadinya perang uhud adalah pertengahan bulan Syawal 3 H pasukan muslimin berjumlah 700 orang dipimpin

oleh Nabi saw VS 3000 org kaum musryikin mekah pimpinan Abu sofyan bin harb( baca: Sirah nabawiyah

HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.565-569 ).

.

dimana abu sofyan bin harb (pemimpin kaum kafir) dan hindun (keduanya adalah orang tua muawiyah bin abu

sofyan) yg masih kafir ikut serta memerangi nabi saw. perang ini dicatat oleh sejarah. Perang ini yg membuat

nabi saw menangis dan sedih tiada tara karena melihat kondisi paman beliau wafat dimedan perang uhud .

Bukan krn kematian paman nabi saw. (yaitu hamzah bin abdul muthalib) yg membuat hati nabi saw yg mulia itu

begitu sedih tapi karena perlakukan thd jenazah paman beliau saw

.

Perlakuan atas jenazah paman beliau saw yg tidak manusiawi itu yg dilakukan seorang manusia TERKUTUK YG

BERNAMA HINDUN (istri abu sofyan , ibu muawiyah bin abu sofyan dan nenek dari yazid bin muawiyah.)

semoga Allah melaknat hindun yg bersikap DZHOLIM dan MELAMPAUI BATAS KEMANUSIAAN (baca : Allah

tdk akan memberi petunjuk bagi manusia yg DZALIM DAN MELAMPAUI BATAS) yaitu bukan sekedar merobek

perut jenazah yg mulia yaitu hamzah ra. tetapi juga memakan hati dan jantung paman nabi saw seperti

MANUSIA KANIBAL

.

( dari rahim perempuan dzalim inilah lahir seorang anak bernama Muawiyah bin abu sofyan yg melakukan

pemberontakan kpd Ali ra. yg pada saat itu menjadi khalifah yg sah, yg kita kenal dgn perang shiffin, 70 ribu

kaum muslimin gugur akibat ambisi muawiyah yg ingin menjadi khalifah )

.

QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada

perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara

manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan

orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. DAN ALLAH TIDAK

MENYUKAI ORANG-ORANG YANG DZALIM

.

Seteleh selasai perang uhud lalu nabi saw melihat jenazah hamzah ra, ketika Rasulullah menyaksikan kondisi

jenazah paman beliau , Rasulullah bersabda “ PAMAN, BELUM PERNAH ADA ORANG MENGALAMI

KEADAAN SEPERTI ANDA. AKUPUN BELUM PERNAH MELIHAT PERISTIWA YG MEMBANGKITKAN

KEMARAHANKU SEPERTI KEJADIAN YG ANDA ALAMI INI “ sambil menahan gejolak hati dan perasaan beliau

berucap “ : Demi Allah pada suatu ketika, bila Allah memenangkan kami dalam peperangan melawan mereka ,

mereka akan menyaksikan sendiri apa yg hendak kami lakukan terhadap mereka . ( baca: Sirah nabawiyah

HMH.AL-HAMID AL HUSAINI hal.575, SIRAH NABAWIYAH IBNU HISYAM JILID 2)

.

setelah itu turunlah ayat An-nahl 126 :

Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang

ditimpakan kepadamu[846]. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-

orang yang sabar

.

Kekalahan peperangan ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran 121-179 ( baca sirah nabawiyah ibnu

hisyam jilid 2 bab 146 “ Ayat-ayat Al-Quran yg diturunkan Allah tentang perang Uhud hal 72-98 ).

untuk meringkas tulisan saya akan pilih point2 penting saja sebagai kronologis kejadian perang uhud hingga

kaum muslimin menderita kekalahan.

1. Pasukan panah ditempatkan Rasulullah diatas bukit selain untuk menyerang musuh juga berfungsi melindungi

pasukan kaum muslimin didataran.

2. Awalnya kaum kafir quraisy banyak terbunuh oleh pasukan pemanah sehingga mereka kucar kacir.

Page 13: Ilmu Imam Ali

3. kaum quraisy lari dan meninggalkan harta rampasan perang

4. pasukan (sahabat nabi saw) pemanah turun karena tergiur dengan harta rampasan perang. satu riwayat

mereka sudah diingat kembali agar jangan turun sebelum nabi saw memerintahkan tp mereka tidak

menghiraukan seruan tersebut dan tetap turun mengambil harta rampasan perang, mereka tidak taat atas

perintah nabi saw

5. pasukan berkuda khalid bin walid (masih kafir) yg bersembunyi dibalik bukit uhud menyerang balik pasukan

Rasulullah yg lengah.

6. Pasukan Rasulullah (terdiri dari sahabat2 nabi saw) yg tidak siap dengan serangan dadakan dari khalid bin

walid dll menjadi kocar kacir dan sebagian besar melarikan diri.

7. Rasulullah memanggil dan memperingati sahabat2nya yg lari untuk kembali tp sahabat2 tersebut tidak

menghiraukannya n ( mungkin jg mrk tidak dengar). hal ini diabadikan oleh Al-Quran disurat Ali imran ayat 153 :

(INGATLAH) KETIKA KAMU LARI DAN TIDAK MENOLEH KEPADA SESEORANGPUN, SEDANG RASUL

YANG BERADA DI ANTARA KAWAN-KAWANMU YANG LAIN MEMANGGIL KAMU, KARENA ITU ALLAH

MENIMPAKAN ATAS KAMU KESEDIHAN ATAS KESEDIHAN[240], SUPAYA KAMU JANGAN BERSEDIH HATI

TERHADAP APA YANG LUPUT DARI PADA KAMU DAN TERHADAP APA YANG MENIMPA KAMU. ALLAH

MAHA MENGETAHUI APA YANG KAMU KERJAKAN.

[240]. Kesedihan kaum muslimin disebabkan mereka tidak mentaati perintah Rasul yang mengakibatkan

kekalahan bagi mereka.

ada yg orang pandir yang menulis bahwa yg lari dari medan uhud bukan sahabat tapi orang munafik dari

kalangan kaum muslimin.

Hal ini tidak beralasan sama sekali sebab sebelum perang nabi mengumpulkan para sahabatnya untuk

berperang. dan banyak defenisi sahabat yg dikemukakan oleh ulama hampir semuanya menyatakan syarat

sahabat nabi saw adalah yg ikut berperang.

sehingga jelas bahwa sahabat2 tersebut pada lari ketika perang uhud. Hal ini diperjelas lagi dengan ayat Al-

quran tentang kekalahan sahabt2 dalam perang uhud : (Tidak mungkin ayat ini diturunkan kepada orang

munafik.

QS.3:165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah

menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata:

“Darimana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah: “Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah

Maha Kuasa atas segala sesuatu

QS. 3:166. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah

dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman

QS. 3: 167. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik…..

Ibnu hisyam memberi coment QS 3:167 : “maksudnya agar Allah menampakan apa saja yang ada pada orang-

orang munafik diantara kalian”

.

8. Kekalahan pada perang uhud diderita oleh sahabat-sahabat nabi (kaum muslimin) pada saat itu

QS. 3:140. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada

perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara

manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan

orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’[231]. Dan Allah tidak

menyukai orang-orang yang DZALIM

PERANG HUNAIN

Perang hunain terjadi tidak lama setelah penaklukan kota mekah tanpa adanya perlawanan. pasukan pada saat

yg dipimpin langsung oleh Rasulullah berjumlah 12 ribu ( 10 ribu dari Madinah dan 2 ribu org yg terdiri dari

Page 14: Ilmu Imam Ali

penduduk makkah yg baru memeluk islam ) diantara 2 ribu pasukan tersebut ada yg masuk islam secara

sukarela dan ada yg terpaksa. pasukan kaum muslimin berangkat kehunain melawan kaum kafir HAWAZIN yg

dipimpin oleh malik bin auf yg memobilisasi anak suku kabilahnya seperti tsaqif, nashr, jusyam dan sa’ad bin

bakar. semua suku kabilah HAWAZIN turut serta kecuali bani ka’ab dan bani kilab.

.

RINGKAS PERISTIWA

1. Pasukan Rasulullah tiba dihunain menjelang malam dan pada pagi harinya,ketika fajar mulai menyingsing

mereka mulai bergerak menyusuri lembah TIHAMAH tetapi tiba-tiba kaum muslimin diserang dengan hujan

panah oleh pasukan hawazin.

2. Dalam keadaan kalang kabut tersebut mereka mundur dan lari kocar – kacir untuk menyelamatkan diri dari

lembah maut (lari dari medan perang hunain) sehingga sejarah mencatat sangking ketakutannya para sahabat2

tersebut diantara mereka terjadi saling bentur dan tabrakan sesama pasukan kaum muslimin.

3. Dalam keadaan genting tersebut orang-orang yg baru memeluk islam bukannya membantu kaum muslimin

malah senyum tanda puas atas kondisi pasukan kaum muslimin pada saat itu. diantara mereka adalah ABU

SOFYAN BIN HARB, DAN SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH.

ABU SOFYAN BIN HARB dengan gembira dan sambil tersenyum berkata kepada konco2nya : “MEREKA

(sahabat2 nabi yg lari dari medan perang hunain) AKAN TERUS LARI SAMAPAI TERJUN KELAUT”. dan

SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH berkata : SEKARANG INILAH AKU DAPAT ,MENGALAHKAN

MUHAMMAD.

mendengar hal itu khaladah bin hanbal dengan nada mengejek ( kepada abu sofyan dan syaibah) berkata :

TUTUP MULUTMU AKU LEBIH SUKA BERADA DIBAWAH QURAISY DARIPADA DIBAWAH HAWAZIN.

( baca : sirah nabawiyah HMH. Al-hamid al-husaini hal 691)

4. Raulullah ingin terjun sendiri ketengah medan perang tapi dihalangi oleh abu sofyan bin al-harist bin abdul

mutholib. nabi saw bersabda : aku seorang nabi dan aku putra abdulmuthalib…d st (hadist ini diabadikan oleh

bukhari dan muslim) walau pada akhirnya nabi menerima pendapat abu sofyan bin al-harist.

5. Al abbas dikala itu yg dekat dgn Rasulullah berteriak dengan keras memanggil sahabat2 yg lari kocar kacir

agar kembali : HAI KAUM ANSHAR YG BERJANJI DIAQABAH !!! HAI KAUM MUHAJIRIN YG TELAH

MENYATAKAN BAIT DIPOHON!!

6. sahabat yg lari sadar dan kembali berperang bersama Rasulullah menghadapi pasukan hawazin dan akhirnya

menang

Kesimpulan:

1. Pasukan kaum muslimin pada saat itu yg banyak 12 ribu tidak menjamin mereka bisa menang dan terbukti

mereka pada awalnya kalah hal ini terlihat pasukan kaum muslimin yg terdiri 10 ribu sahabat NABI SAW

sebagian dari mereka lari dari medan perang untuk menyelamatkan diri peristiwa ini diabadikan oleh Allah SWT

dalam kalamNYA :

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan

(ingatlah) peperangan HUNAIN, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka

jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit

olehmu, kemudian kamu LARI KEBELAKANG DENGAN BERCERAI BERAI. ( QS. At taubah:25)

Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah

menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang

yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir ( QS. At taubah:26)

Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang ( QS. At taubah:26)

2. ALLAH menunjukkan kepada kaum muslimin bahwa orang2 yg baru masuk islam sebagian masih memiliki

sifat dengki dan hasut kepada nabi saw seperti yg terlukis dalam kalimat ABU SOFYAN BIN HARB, DAN

SYAIBAH BIN USMAN BIN ABI THALHAH. bukannya membantu malah mereka mengejek sahabat2 yg lari dari

perang hunain.

3. APA KIRA-KIRA YG TERJADI JIKA AL-ABBAS TIDAK BERTERIAK MENGINGATKAN PARA SAHABAT YG

LARI TERSEBUT ? BUKANKAH KAUM MUSLIMIN AKAN KALAH.

Page 15: Ilmu Imam Ali

KESIMPULAN DARI 2 PEPERANGAN KAUM MUSLIMIN YG MELIBATKAN SAHABAT2 NABI PADA SAAT ITU

TERBUKTI BAHWA MEREKA (SEBAGIAN SAHABAT) LARI DARI MEDAN PERANG.

PERTANYAANNYA MENGAPA PARA SAHABAT LARI DARI MEDAN PERANG ? JAWABNYA BANYAK TAPI

CUKUP SATU SAJA SAYA SIMPULKAN MEREKA LARI KARENA INGIN MENYELAMATKAN JIWANYA ATAU

TAKUT MATI

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bahwa beliau SAWW pernah bersabda kepada kaum

Anshar: “Suatu hari kalian akan menyaksikan sifat tamak yang dahsyat sepeninggalku. Karena itu

bersabarlah sehingga kalian menemui Allah dan Rasul-Nya di telaga haudh.” Anas berkata, “Kami tidak

sabar.“(1)

Ala’ bin Musayyab dari ayahnya pernah berkata: “Aku berjumpa dengan Barra’ bin A’zib ra. Kukatakan

padanya, “berbahagialah Anda karena dapat bersahabat dengan Nabi SAWW dan membai’atnya di bawah

pohon (bai’ah tahta syajarah). Barra’ menjawab, “wahai putera saudaraku, engkau tidak tahu apa yang

telah kami lakukan sepeninggalnya.”(2)

Jika sahabat utama yang tergolong di antara as-Sabiqin al-Awwalin dan pernah membai’at Nabi di bawah pohon,

serta Allah rela kepada mereka dan Maha Tahu apa yang ada dalam hati mereka sehingga diberinya ganjaran

yang besar;  apakah mereka yang menghianati Bai’ah itu tetap diridhoi Allah ? apalagi  sahabat-sahabat ini

kemudian bersaksi bahwa dirinya dan para sahabat yang lain telah melakukan “sesuatu yang berbeda (baca

bid’ah)” sepeninggal  Nabi, pengakuan mereka ini adalah bukti kebenaran yang disabdakan oleh Nabi SAW

bahwa sebagian dari sahabatnya akan berpaling darinya sepeninggalnya.

Rasululah SAW juga  telah bersabda: “Siapa yang mencaci Ali maka dia telah mencaciku; dan siapa yang

mencaciku maka dia telah mencaci Allah; dan siapa yang mencaci Allah maka Allah akan

menjatuhkannya ke dalam api neraka.“(3)

Sangat jelas hukuman bagi orang yang mencaci Imam Ali AS.  Lalu apa hukuman bagi mereka yang

melaknatnya dan memeranginya., sementara sejarah mengabarkan bahwa Muawiyah melaknati Imam Ali

AS selama 70 tahun lebih , dan juga beliau AS telah diperangi oleh 3 kelompok dalam 3 Perang Besar.

1. Shahih Bukhari jil. 2 hal. 135

2. Shahih Bukhari jil.3 hal. 32.

3. Mustadrak al-Hakim jil. 3 hal. 121; Khasais an-Nasai hal. 24; Musnad Ahmad Bin Hanbal jil. 6 hal. 33; Manaqib

al-Khawarizmi

Syi’ah Mencela Sahabat Nabi ?? Syi’ah Hina Sahabat Nabi ?? Syi’ah Mencaci Sahabat Nabi ?? Syi’ah

mengkafirkan para Sahabat ??

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT

PERNIAGAAN DAN PERMAINAN

Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka

tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan

dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki. (Al Jumuah : 11)

(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN

Page 16: Ilmu Imam Ali

Di antara mereka  ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang

didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai

orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang

yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61)

(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU

Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu).

Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan

mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya),

kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka

bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka

dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak

(pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74)

(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH

Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan

sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang

yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan

karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At

Taubah : 75-76)

(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR

(KERAS)

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu

berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian

yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2)

(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN

“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik

dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha

pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).

(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA

RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG

Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi

segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka

menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita

barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di

tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu;

mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita

tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang

yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat

demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu.

Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154)

(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA

“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinyaberkata:”

Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12)

(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG

“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara

berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang

sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah

memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.” (Qs. An-Nisa’: 71-72).

(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”

Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan

membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan

Page 17: Ilmu Imam Ali

kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan)

mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).

(11) LARI DARI MEDAN PERANG

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan

(ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah

yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit

olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25)

(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG

(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara

kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas

kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang

menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153)

Mengenai sikap terhadap sahabat, kaum Syi’ah berpegang pada Al-Quran dan Sunnah serta catatan

sejarah. Bahwa diantara para sahabat ada juga yang lalim 

Lihat buku-buku sejarah Islam, seperti “Riwayat Hidup Rasulullah SAW” karangan Abul Hasan Ali Al-Hasany an-

Nadwy, terjemahan Bey Arifin dan Yunus Ali Muhdhar, hal. 213 atau Ibnu Hisyam, “Sirah Nabawiyah” jilid II, hal.

213. Atau Mu’awiyah dan para jendralnya yang melakukan pembersihan etnis dengan membunuh kaum Syi’ah

secara berdarah dingin, shabran, menyembelih bayi-bayi Syi’ah, memperbudak para muslimah dan membakar

kebun dan membakar manusia hidup-hidup, mengarak kepala dari kota ke kota, minum arak, berzina dan

sengaja merencanakan dan membuat hadits hadits palsu yang bertentangan dengan hukum syar’i. Mengapa

saudara tidak membaca sejarah dan hadits-hadits kita sendiri?

.

Bila saudara-saudara menganggap cerita-cerita yang membuka ‘aib’ para sahabat sebagai kufur, maka tidak

akan ada lagi ahli sejarah dan ahli hadits yang tidak kafir. Syi’ah menolak hadits yang diriwayatkan oleh para

sahabat lalim. Mereka heran mengapa kaum Sunnah keberatan bila mereka meriwayatkan hadits-hadits dari

keluarga Rasulullah sebab ayat-ayat Al-Qur’an turun dirumah mereka

.

Dan Rasulullah tinggal serumah dan mengajari mereka? Mengapa mereka harus mencari hadits-hadits Abu

Hurairah misalnya, yang meriwayatkan bahwa Allah menciptakan Adam seperti wajah Allah dengan panjang 60

hasta (sittuna dzira), sedang Al-Qur’an mengatakan bahwa tiada sesuatu pun yang menyerupaiNya, laisa

kamitslihi syai’un, atau Nabi Musa lari telanjang bulat karena bajunya dibawa lari oleh batu, atau sapi berbahasa

Arab, atau hadits yang menyatakan kalu lalat masuk ke dalam kuah, maka seluruh lalat harus dimasukkan

kedalamnya sehingga menimbulkan ‘perang lalat’ di koran-koran Mesir karena dokter-dokter muda menolak

hadits yang ‘berbahaya’ tersebut? Dan Allah yang turun ke langit bumi, sepertiga malam, sehingga Allah tidak

punya kesempatan untuk kembali karena kesiangan?

.

Mengapa mereka harus berpegang pada Abu Hurairah yang oleh sahabat-sahabat besar seperti ummul

mu’minin Aisyah dan Umar bin Khattab dan ulama-ulama besar seperti Ibnu Qutaibah menganggapnya sebagai

pembohong? Bukankah Ibnu Qutaibah disebut sejarawan sebagai nashibi atau pembenci Ahlul Bait dan bukan

Syi’ah? Baca sejarah dan hadits-hadits shahih Bukhari Muslim! Haruslah diakui bahwa pandangan Syi’ah ini

Page 18: Ilmu Imam Ali

berbeda dengan kaum Sunni yang menganggap semua sahabat itu adil, ‘udul, dan bila mereka membunuh atau

memerangi sesama muslim, mereka akan tetap mendapat pahala. Bila tindakan mereka salah, mereka akan

mendapat satu pahala dan kalau benar mendapat dua pahala.

.

Malah ada ulama Sunni, seperti Ibnu Katsir, Ibnu Hazm dan Ibnu Taymiyyah menganggap ‘Abudrrahman bin

Muljam yang membacok Imam ‘Ali bin Abi Thalib yang sedang shalat shubuh sebagai mujtahid. Demikian pula

pembantai Husain dan keluarganya di Karbala. Pembunuh-pembunuh cucu Rasulullah ini dianggap mendapat

pahala, satu bila salah dan dua bila benar! Suatu hari, saya kedatangan tiga orang Afghanistan. Saya tanyakan,

mengapa kaum muslimin di Afghanistan saling berperang? Mereka menjawab: mereka berperang karena

berijtihad seperti ummul mu’minin ‘Aisyah yang memerangi ‘Ali dalam perang Jamal. Kalau benar dapat dua

pahala dan kalau salah dapat satu.

.

Dan saya dengar, koran-koran Jakarta pun telah memuat keyakinan mereka ini. Kaum Thaliban di Afghanistan,

yang punya pendapat seperti ini, yang mengurung dan tidak membolehkan wanita bekerja atau sekolah

bukanlah Syi’ah, tetapi kaum Wahabi! Sebaliknya kaum Syi’ah juga berpendapat bahwa banyak pula sahabat

yang mulia, yang harus diteladani kaum muslimin. Al-Qur’an juga menyebutkan bahwa diantara para sahabat

ada yang ‘kufur’ dan ‘munafik’. (Termasuk ayat-ayat terakhir bacalah At-Taubah ayat 48, 97)

.

Banyak sekali hadits-hadits seperti hadits Al-Haudh, diantaranya tercatat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.

Mereka membenarkan ayat Al-Qur’an tersebut dan menceritakan adanya sekelompok sahabat digiring ke neraka

dan tatkala ditanya Rasul, ada suara yang menjawab “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka lakukan

sesudahmu”. Ahli-ahli sejarah kita dengan gamblang menggambarkan ulah beberapa sahabat tersebut. Apakah

pandangan Syi;ah tersebut ‘kufur’ atau ‘sesat’? Apakah mereka harus dikafirkan karena keyakinan mereka itu?

Kita boleh menyesali perbedaan itu, tetapi perbedaan ini menyangkut masalah cabang agama bukan pokok,

bukan ushuluddin

.

Mengenai mencela dan melaknat sahabat, saya belum pernah membaca fatwa ulama yang mengkafirkan

mereka. Misalnya, selama 80 tahun dinasti ‘Umayyah, kecuali di zaman khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azis yang

hanya dua setengah tahun

.

Muawiyyah dan para pejabatnya serta para ulamanya melaknat dan mencaci Ali bin Abu Thalib dan keluarga

beserta pengikutnya diatas mimbar diseluruh dunia Islam termasuk di Makkah dan Madinah, kecuali di Sijistan

.

Di Sijistan, sebuah kota yang sekarang terletak antara Afghanistan dan Iran, hanya sekali melakukan pelaknatan

diatas mimbar.  Ali dilaknat dan dicaci atas perintah sahabat dan ipar Rasulullah SAWW, Mu’awiyyah, serta

khalifah-khalifah Bani Umayyah lainnya. Pada masa itu, misalnya, Ali tidak dianggap khalifah yang lurus

.

Abdullah bin Umar tidak mau membai’at Ali malahan membai’at Mu’awiyyah, Yazid bin Mu’awiyyah dan gubernur

Hajjaj bin Yusuf yang terkenal sebagai penjahat yang mebunuh 120 ribu kaum muslimin dan muslimat secara

berdarah dingin, shabran. Umar bin Abul Azis mengatakan bahwa Hajjaj pasti akan menjadi juara dunia bila para

penjahat dikumpulkan dan ‘diperlombakan’

.

Page 19: Ilmu Imam Ali

Ibnu Umar juga mengeluarkan hadits-hadits yang menyingkirkan Ali sebagai salah satu khalifah yang lurus. Kita

tahu, Mu’awiyyah membunuh para sahabat seperti, Hujur bin ‘Adi, Syarik bin Syaddad, Shaifi bin Fasil, Asy-

Syabani, Qabisyah bin Dhabi’ah Al-Abbasi, Mahraz bin Syahhab Al- Munqari, Kadam bin Hayyan Al-Anzi dan

Abdurrahman bin Hassan Al-Anzi hanya karena tidak mau melaknat Ali. Abdurrahman Al-Anzi dikirim kepada

Ziyad bin Abih dan dikuburkan hidup-hidup di Nathif dekat kuffah, ditepi sungai Efrat

.

Beranikah saudara-saudara peserta menganggap Mu’awiyyah dan seluruh pejabat, sahabat Rasulullah SAWW

yang mendukungnya, serta para ulama telah kafir karena bukan saja memerintahkan kaum muslimin, termasuk

para sahabat agar melaknat Ali, tetapi juga membunuh mereka yang menolak untuk melaknat? Pada masa itu

tidak ada yang berani menamakan anaknya Ali. Sampai-sampai pernah seorang ayah melaporkan kepada

penguasa karena merasa terhina oleh istrinya karena memanggilnya Ali!