ilmu dan pendekatan ilmiah - … file · web viewi made nuryata, s.pd., m.pd. stisip margarana...
TRANSCRIPT
Disusun oleh :
I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
STISIP MARGARANA TABANAN2012
KATA PENGANTAR
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
1
Hand out ini disusun sebagai bahan pembelajaran pada mata kuliah Metodologi
Penelitian di STISIP MARGARANA TABANAN, Hand out ini disusun secara ringkas
dan garis besar dengan tujuan untuk:
1. Memberikan gambaran umum tentang materi yang dipelajari selama perkuliahan
berlangsung, sehingga dapat dikembangkan lebih jauh secara bersama-sama antara
dosen dan mahasiswa
2. Mendorong mahasiswa untuk mempersiapkan diri dalam perkuliahan dengan terlebih
dahulu mempelajari bahan yang telah disiapkan sesuai dengan jadwal per
sesi/pertemuan
3. Membuka kesempatan kepada mahasiswa untuk memberikan ide-ide bagi
pengembangan pengetahuannya tentang materi.
Hand out ini disusun dengan materi yang bersifat garis besar dan menyeluruh, dengan
harapan akan terus menerus dikembangkan di kemudian hari sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya metodologi penelitian.
Tabanan, 2012
Penulis,
I Made Nuryata, S.Pd, M.Pd
DAFTAR ISI
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
2
Halaman
COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. ILMU DAN PENDEKATAN ILMIAH 1
BAB II. PERKEMBANGAN METODOLOGI PENELITIAN, JENIS-JENIS
PENELITIAN
6
BAB III. PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF 8
BAB IV. PENELITIAN KUANTITATIF 12
A. Proses Penelitian Kuantitatif 12
B. Masalah, Teori, Kerangka Berpikir, dan Hipotesis 14
C. Metode Penelitian Eksperimen dan Ex post facto 18
D. Data dan Variabel Penelitian 26
E. Populasi dan Sampel 31
F. Teknik Pengumpulan Data 33
G. Teknik Analisis Data 35
BAB V. PENULISAN LAPORAN PENELITIAN 37
DAFTAR PUSTAKA 45
BAB I
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
3
ILMU DAN PENDEKATAN ILMIAH
Sumber PengetahuanSumber-sumber pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori : 1)
pengalaman, 2) keahlian (kewenangan), 3) penalaran deduktif, 4) penalaran induktif, 5)
metode ilmiah.
1. PengalamanPengalaman merupakan suatu sumber pengetahuan yang sering digunakan
manusia. Pengetahuan yang diturunkan oleh satu generasi ke generasi berikutnya
umumnya merupakan hasil dari pengalaman manusia. Bila manusia tidak dapat
mengambil keuntungan dari pengalamannya, kemajuannya akan sangat terlambat.
Sekalipun kegunaannya yang besar, pengalaman sebagai sumber kebenaran
mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Bagaimana seseorang terpengaruh oleh suatu
peristiwa tergantung kepada orang itu sendiri. Kekurangan lain dari pengalaman adalah
bahwa manusia sering kali perlu mengetahui hal-hal yang tidak ia ketahui/dapatkan dari
pengalaman.
2. KeahlianUntuk hal-hal yang sulit atau tidak mungkin diketahui melalui pengalaman pribadi
manusia berpaling kepada orang lain yang dianggap mengetahui, berpengalaman, atau
mempunyai keahlian tentang hal tersebut. Manusia biasanya menganggap informasi
dari para ahli sebagai kebenaran. Meskipun keahlian merupakan salah satu sumber
pengetahuan yang bermanfaat, kita tidak dapat melupakan pertanyaan: ”Bagaimana
para ahli tersebut tahu?” Jaman dahulu seorang ahli dianggap benar hanya karena
jabatan yang dipangkunya misalnya raja, ketua, atau pendeta. Sekarang orang tidak
mau lagi tergantung pada individu sebagai seorang ahli karena jabatannya. Kini orang
cenderung untuk menerima asumsi-asumsi seorang ahli hanya bila ia mendasarkan
pernyataan-pernyataannya pada pengalaman atau sumber-sumber pengetahuan lain
yang dapat dipercaya.
3. Penalaran DeduktifMungkin sumbangan penting pertama dalam pengembangan suatu pendekatan
sistematik untuk menemukan kebenaran diberikan oleh para ahli filsafat kuno Yunani.
Aristoteles beserta pengikutnya memperkenalkan penggunaan penalaran deduktif, yang
dapat digambarkan sebagai suatu proses berpikir di mana orang bertolak dari
pernyataan-pernyataan yang umum ke yang khusus dengan menggunakan aturan-
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
4
aturan logika. Penalaran deduktif merupakan suatu sistem untuk menyusun fakta-fakta
yang telah diketahui sebelumnya agar dapat mengambil kesimpulan. Ini dilakukan
melalui suatu rentetan pernyataan yang dinamakan silogisme. Silogisme berisi: a)
premis mayor, b) premis minor, dan c) kesimpulan. Contoh penalaran silogistik adalah
sebagai berikut : a) Semua manusia dapat mati (premis mayor), b) presiden itu manusia
(premis minor); karena itu c) presiden itu dapat mati (kesimpulan).
Dalam penalaran deduktif, bila premis-premisnya benar, kesimpulannya harus
benar. Penalaran deduktif memungkinkan kita menyusun premis-premis ke dalam pola-
pola yang memberikan bukti konklusif untuk validitas suatu kesimpulan. Akan tetapi,
penalaran deduktif mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Kesimpulan silogisme tidak
pernah dapat melebihi isi premis-premisnya. Penalaran deduktif dapat menyusun apa
yang sudah diketahui dan dapat melahirkan hubungan baru pada waktu kita bergerak
dari pernyataan yang umum ke yang khusus, tapi belum cukup untuk menjadi sumber
kebenaran baru.
Sekalipun mempunyai beberapa keterbatasan, penalaran deduktif bermanfaat pada
proses penelitian. Penalaran ini juga memungkinkan para peneliti untuk menyimpulkan
fenomena apa yang harus diamati dari teori yang sudah ada. Deduksi dari teori dapat
melahirkan hipotesis, yang merupakan bagian penting dari penelitian ilmiah.
4. Penalaran InduktifKesimpulan-kesimpulan penalaran deduktif benar hanya bila premis-premisnya
benar. Tetapi bagaimana orang tahu apakah premis-premis tersebut benar? Dalam
abad pertengahan dogma seringkali digunakan sebagai pengganti premis-premis yang
benar. Akan tetapi hasilnya merupakan kesimpulan yang tidak mempunyai validitas.
Kemudian muncullah seorang yang bernama Francis Bacon (1561 – 1626), orang
pertama yang memperkenalkan pendekatan baru untuk memperoleh pengetahuan. Ia
berpendapat bahwa orang seharusnya tidak usah memperbudak diri sendiri dengan
cara menerima premis-premis yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli
sebagai kebenaran mutlak. Ia berpendapat bahwa peneliti harus menyusun kesimpulan
umum berdasarkan fakta yang dikumpulkan melalui pengamatan langsung. Bagi Bacon,
untuk memperoleh pengetahuan orang harus mengadakan pengamatan,
mengumpulkan fakta dan membuat kesimpulan dari penemuan-penemuannya. Inilah
yang menjadi prinsip dasar dari semua ilmu.
Perlu diperhatikan bahwa dalam penalaran deduktif premis-premis yang
digunakan harus sudah diketahui sebelum kesimpulan dibuat. Tetapi dalam penalaran
induktif kesimpulan diambil dengan pengamatan contoh-contoh dan kemudian barulah
penyimpulan dari contoh-contoh tersebut diambil. Agar kesimpulan induktif lebih dapat
dipercaya, semua contoh harus diamati. Ini dikenal sebagai induksi sempurna dalam
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
5
sistem Bacon. Cara ini menuntut peneliti untuk mengamati setiap contoh. Dalam
kenyataannya hal ini pada umumnya tidak mungkin dilakukan. Karena itu kita biasanya
harus puas dengan induksi yang tak sempurna berdasarkan pengamatan tak tuntas.
Sekalipun induksi tak sempurna tidak memungkinkan kita untuk mengambil kesimpulan
sempurna, kita dapat memperoleh informasi yang bermanfaat untuk membuat
keputusan.
5. Metode IlmiahMetode ilmiah biasanya dilukiskan sebagai suatu proses di mana peneliti menalar
secara induktif dari pengamatan-pengamatannya ke arah hipotesis dan kemudian
secara deduktif dari hipotesis ke arah implikasi logis hipotesis tersebut. Peneliti
mendeduksikan hasil yang akan diperolehnya, bila hipotesis tersebut didukung oleh
data observasinya. Bila implikasi yang dideduksikan ini sesuai dengan pengetahuan
yang sudah ada maka ini kemudian diuji dengan data empiris tambahan. Berdasarkan
bukti ilmiah, maka hipotesis peneliti ditolak atau diterima.
Penggunaan hipotesis merupakan perbedaan utama antara pendekatan ilmiah
dengan penalaran induktif. Dalam penalaran induktif orang mengadakan pengamatan
dulu kemudian ia menyusun informasi yang diperolehnya. Dalam pendekatan ilmiah
orang berpikir tentang apa yang akan ditemukannya bila suatu hipotesis benar
(didukung oleh data) dan kemudian secara sistematis ia mengamati datanya untuk
menguji hipotesisnya. Yang perlu diingat di sini adalah bahwa metode ilmiah merupakan
suatu proses penelitian yang dilakukan melalui bagian-bagian yang saling tergantung
satu dengan yang lain. Ini adalah suatu metode penelitian yang senantiasa berkembang
sepanjang masa dan telah dipertahankan karena metode tersebut telah membuktikan
sebagai metode yang berhasil sampai kini untuk memahami dunia kita yang rumit ini.
Metode Ilmiah dan Pengembangan IlmuMetode ilmiah merupakan prosedur yang sistematis untuk memperoleh ilmu yang
mempunyai sifat rasional dan teruji kebenarannya. Oleh karena itu dalam metode ilmiah
digabungkan pendekatan rasional dan empiris. Ini berarti bahwa sebelum teruji
kebenarannya secara empiris, maka semua pernyataan sekalipun bersifat rasional
kedudukannya hanyalah bersifat sementara yang biasa disebut hipotesis (hipo = di
bawah, tesis = pernyataan). Jadi hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan
populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Hipotesis berfungsi untuk memberikan jawaban sementara terhadap
permasalahan yang dihadapi. Taraf ketepatan prediksi itu sangat ditentukan oleh
ketepatan kerangka teoritis yang mendasarinya. Menurut sifat dan tujuannya, maka
hipotesis dapat dibedakan atas hipotesis kerja dan hipotesis penguji. Hipotesis kerja
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
6
biasanya dinyatakan dalam bentuk : jika .........maka......... Sedangkan hipotesis penguji
biasanya dirumuskan sebagai hipotesis nol. Kerangka berpikir dalam metode ilmiah
merupakan proses logiko-hipotetiko-verifikatif, yang pada dasarnya terdiri dari langkah-
langkah sebagai berikut :
1) Perumusan masalah yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang
jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di
dalamnya.
2) Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terjadi antara berbagai
faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka
berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah
teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan
dengan permasalahan.
3) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
jawaban pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari
kerangka berpikir yang dikembangkan.
4) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-
fakta yang mendukung hipotesis tersebut atau tidak.
5) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang
diajukan itu ditolak atau diterima. Sekiranya dalam proses pengujian terdapat
fakta yang cukup yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu diterima.
Sebaliknya sekiranya dalam proses pengujian tidak terdapat fakta yang cukup
yang mendukung hipotesis maka hipotesis itu ditolak. Hipotesis yang diterima
kemudian dianggap menjadi bagian dari pengetahuan ilmiah sebab telah
memenuhi persyaratan keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya dan telah teruji kebenarannya.
Pengertian kebenaran di sini harus ditafsirkan secara pragmatis artinya bahwa
sampai saat ini belum terdapat fakta yang menyatakan sebaliknya.
Nilai-nilai ilmiah ini sangat erat kaitannya dengan sikap ilmiah, yaitu : 1) mengejar
kebenaran, 2) skeptif, 3) objektif, 4) terbuka, 5) kesabaran intelektual dan emosional.
Kebenaran ilmiah bukanlah kebenaran yang seluruhnya bersifat mutlak dan
selamanya bersifat terpateri, melainkan bersifat relatif. Sikap skeptif berarti selalu
mempertanyakan sesuatu secara rasional. Tidak begitu saja percaya sehingga mudah
tertipu. Objektif artinya sesuatu dengan objek yang sebenarnya, tidak dibumbui, apalagi
dimanipulasi. Jadi subjek harus terlepas objek yang diteliti (depersonalized). Kebenaran
ilmiah terbuka untuk dikritik atau diuji kembali. Seorang ilmuan tidak perlu merasa
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
7
kehilangan muka kalau teorinya harus digantikan oleh teori lain yang lebih baru. Itulah
sebabnya setiap penemuan harus dikomunikasikan. Kesabaran intelektual dan
emosional berarti adanya ketekunan dan pengabdian dalam mencari sesuatu, sehingga
tidak cepat putus asa, tidak melakukan tindakan atau ucapan yang kekanak-kanakan.
Ilmu dapat didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan yang disusun secara
sistematis dan logis. Definisi ini mempersyaratkan adanya objek, metode dan teori,
hukum atau prinsip. Ilmu bukanlah sekedar kumpulan fakta. Semua pengetahuan yang
diperoleh melalui pengalaman harus disusun secara sistematis dan logis sehingga
nampak apa yang menjadi objek, metode dan teori, hukum atau prinsipnya yang dapat
menjelaskan gejala-gejala yang serupa. Objek ilmu harus jelas dan spesifik. Metode
(bahasa Yunani methodos) merupakan cara kerja dan prosedur untuk mendapatkan
kebenaran ilmiah. Itulah sebabnya setiap ilmu atau rumpun ilmu berusaha
mengembangkan metodologinya (metodologi di sini dapat diartikan sebagai
pengetahuan tentang cara kerja ilmiah). Hukum merupakan pernyataan mengenai
hubungan antara dua variabel atau lebih. Sedangkan prinsip adalah pernyataan yang
berlaku bagi sekelompok gejala tertentu dan mampu menjelaskan kejadian yang ada.
Suatu teori ialah seperangkat konstruk (konsep), batasan, dan proposisi yang
menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomen dengan merinci hubungan-
hubungan antar variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksikan gejala itu.
Selain daripada itu, ilmu juga berpijak pada postulat sebagai titik awal kegiatan ilmiah.
Jadi, postulat adalah asumsi dasar yang kebenarannya dapat diterima tanpa dituntut
pembuktiannya. Dengan demikian struktur ilmu terdiri dari postulat, objek, metode, teori,
hukum, prinsip. Tujuan-tujuan ilmu pengetahuan adalah : penjelasan, pemahaman,
prediksi/peramalan, dan kontrol/pengendalian.
BAB II
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
8
PERKEMBANGAN METODOLOGI PENELITIAN, JENIS-JENIS PENELITIAN
Taraf-taraf perkembangan metodologi penelitian :
1. Periode trial and error
Pada periode trial and error, ditandai adanya ilmu pengetahuan yang masih
bersifat embrio. Manusia pada masa ini tidak menggunakan dalil-dalil deduksi yang
logis dalam menyusun ilmu pengetahuan sebagaimana yang diperlukan. Sebagai
gantinya mereka mencoba dan terus mencoba sampai ditemukannya sesuatu yang
dianggap memuaskan.
2. Periode authority and tradition
Pada periode authority and tradition, doktrin-doktrin harus diikuti dengan tertib
tanpa kritik berasal dari kutipan pendapat pemimpin-pemimpin di masa itu.
3. Periode speculation and argumentation
Pada periode speculation and argumentation ditandai pula adanya keraguan dari
doktrin yang ditawarkan oleh para tokoh penguasa dengan semangat dan
keyakinan. Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa ini lebih mengutamakan
kemampuan akal atau olah pikir dan ketangkasan bicara saja, tanpa ada dukungan
pembuktian-pembuktian yang bersifat empiris maupun ajaran tertentu yang dapat
dijadikan dasar pemikiran.
4. Periode hypothesis and experimentation
Masa ini merupakan masa di mana metodologi penelitian telah memegang
peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Proses
menemukan solusi ataupun penarikan kesimpulan dari suatu persoalan yang
dihadapi telah dilakukan menurut cara-cara tertentu, yang sesuai dengan kaidah-
kaidah keilmuan, sehingga ilmu pengetahuan yang lahir pada masa ini dapat
dijadikan dasar dalam menuntun kehidupan.
Jenis-jenis penelitian :
1. Menurut bidang keilmuannya: penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian
bahasa, penelitian teknik, penelitian biologi, penelitian pertanian, penelitian
ekonomi, penelitian kedokteran, penelitian hukum dan sebagainya.
2. Menurut tempat pelaksanaannya: penelitian laboratorium, penelitian
perpustakaan dan penelitian langsung di masyarakat dan sekitarnya.
3. Menurut pemakaiannya: penelitian murni (pure research) dan penelitian terapan
(applied research).
4. Menurut tujuan umumnya: penelitian eksploratif (explorative research), penelitian
pengembangan (developmental research) dan penelitian verifikatif (verification
research).
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
9
5. Menurut tarafnya: penelitian deskriptif (descriptive research) dan penelitian
inferensial (inferential research)
6. Menurut pendekatannya (approach): penelitian belah silang (cross sectional
research) dan penelitian periode waktu berkesinambungan / time series
(longitudinal research).
Langkah-langkah esensial dalam suatu penelitian :
1. Menetapkan objek atau pokok persoalan
2. Membatasi objek atau pokok persoalan
3. Mengumpulkan data atau informasi
4. Mengolah data dan menarik kesimpulan
5. Merumuskan dan melaporkan hasilnya
6. Mengemukakan implikasi-implikasi penelitian.
BAB IIIPENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
10
Pendekatan penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai pendekatan penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi
atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara
random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat
diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat
sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu
yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab
rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis.
Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data di lapangan. Untuk
mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul
selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau
inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak.
Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan dilakukan pada sampel yang diambil
secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada
populasi di mana sampel tersebut diambil.
Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi.
Pendekatan penelitian kualitatif sering disebut pendekatan penelitian naturalistik
karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga
sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan
untuk penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif karena
data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif dan
konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh,
kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal).
Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang
berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak
begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif
instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk
dapat menjadi instrumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang
luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, menginterpretasikan dan
mengkonstruksi fenomena dalam situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
11
bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap
situasi sosial yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu
menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis
data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori. Metode kualitatif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yaitu data yang mengandung
makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu
nilai di balik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak
menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi
dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.
Perbedaan aksioma antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif
Aksioma Dasar Kuantitatif Kualitatif
Sifat realitas Dapat diklasifikasikan,
konkrit, teramati, terukur
Ganda, holistic, dinamis,
hasil konstruksi dan
pemahaman
Hubungan peneliti
dengan yang diteliti
Independen, supaya
terbangun obyektivitas
Interaktif dengan sumber
data supaya memperoleh
makna
Hubungan variabel Sebab-akibat (kausal) Timbal balik/interaktif
Kemungkinan
generalisasi
Cenderung membuat
generalisasi
Transferability (dapat
diterapkan di tempat lain
bila kondisinya hamper
sama)
Peranan nilai Cenderung bebas nilai Terikat nilai-nilai yang
dibawa peneliti dan
sumber data
Selanjutnya untuk memahami secara lebih jelas dan rinci tentang pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dapat dilihat dengan cara membandingkan antara kedua pendekatan
tersebut.
Karakteristik Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
12
No Kuantitatif Kualitatif
1 A. Desain1. Spesifik, jelas, rinci
2. Ditentukan secara mantap sejak awal
3. Menjadi pegangan langkah demi langkah
A. Desain1. Umum
2. Fleksibel
3. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian
2 B. Tujuan1. Menunjukkan hubungan antar
variabel
2. Menguji teori
3. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif
B. Tujuan1. Menemukan pola hubungan
yang bersifat interaktif
2. Menemukan teori
3. Menggambarkan realitas yang kompleks
4. Memperoleh pemahaman makna
3 C. Teknik Pengumpulan Data1. Kuesioner
2. Observasi dan wawancara terstruktur
C. Teknik Pengumpulan Data1. Participant observation
2. In depth interview
3. Dokumentasi
4. Triangulasi
4 D. Instrumen Penelitian1. Test, angket, wawancara terstruktur
2. Instrumen yang telah terstandar
D. Instrumen Penelitian1. Peneliti sebagai instrumen
(human instrumen)
2. Buku catatan, tape recorder, camera, handycam dan lain-lain
5 E. Data1. Kuantitatif
2. Hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen
E. Data1. Deskriptif kualitatif
2. Dokumen pribadi, catatan lapangan, ucapan dan tindakan responden, dokumen dan lain-lain
6 F. Sampel1. Besar
2. Representatif
3. Sedapat mungkin random
4. Ditentukan sejak awal
F. Sampel/sumber data1. Kecil
2. Tidak representatif
3. Purposive, snowball
4.Berkembang selama proses penelitian
7 G. Analisis1. Setelah selesai pengumpulan data
G. Analisis1. Terus menerus sejak awal
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
13
2. Deduktif
3. Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis
sampai akhir penelitian
2. Induktif
3. Mencari pola, model, thema, teori
8 H. Hubungan dengan Responden1. Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa
kontak supaya obyektif
2. Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden
3. Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan
H. Hubungan dengan Responden
1. Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam
2. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan
3. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori
9 I. Usulan Desain1. Luas dan rinci
2. Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti
3. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya
4. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
5. Hipotesis dirumuskan dengan jelas
6. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan
I. Usulan Desain1. Singkat, umumnya bersifat
sementara
2. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama
3. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknik
4. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan
5. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis
6. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan
10 J. Kapan penelitian dianggap selesai?Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
J. Kapan penelitian dianggap selesai?Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh
11 K. Kepercayaan terhadap Hasil PenelitianPengujian validitas dan reliabilitas
K. Kepercayaan terhadap Hasil PenelitianPengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian
BAB IV
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
14
PENELITIAN KUANTITATIF
A. PROSES PENELITIAN KUANTITATIF
Penelitian kuantitatif dikembangkan dari proses penelitian kuantitatif seperti pada
gambar berikut.
Gambar komponen dan proses penelitian kuantitatif
Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap penelitian
selalu berangkat dari masalah. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh
peneliti harus jelas, sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan.
Setelah masalah diidentifikasikan, dan dibatasi, maka selanjutnya masalah
tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat
pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan
penelitian selanjutnya. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti
menggunakan berbagai teori untuk menjawabnya. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif
ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap
rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka
hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.
Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah tersebut, selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris
berdasarkan data dari lapangan. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data.
Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
15
RumusanMasalah
LandasanTeori
PerumusanHipotesis
Pengumpulan Data
AnalisisData
Populasi & Sampel
PengembanganInstrumen
PengujianInstrumen
Kesimpulandan saran
Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti mempunyai batasan waktu, dana dan
tenaga, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut.
Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus
representatif, dengan teknik random sampling.
Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti perlu
menggunakan instrumen penelitian. Dalam ilmu-ilmu alam dan teknik, instrumen
penelitian seperti termometer untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur berat
sudah ada sehingga tidak perlu membuat instrumen. Tetapi dalam penelitian sosial
sering instrumen yang akan digunakan untuk meneliti belum ada, sehingga peneliti
harus membuat atau mengembangkan sendiri. Agar instrumen dapat dipercaya, maka
harus diuji validitas dan reliabilitasnya.
Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk
mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan
data dapat berbentuk test dan non test. Untuk instrumen yang berbentuk non test, dapat
digunakan kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik
pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner,
observasi dan wawancara.
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk
menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif
analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik
deskriptif dan inferensial.
Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian
data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang dan
lain-lain. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam
dan interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan.
Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat
disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah
berdasarkan data yang telah terkumpul. Jadi, kalau rumusan masalah ada lima, maka
kesimpulannya juga lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk
memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran.
Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang
diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi, jangan membuat saran
yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila hipotesis
penelitian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada yang salah dalam
penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data, atau rumusan masalah yang
diajukan.
B. MASALAH, TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
16
1. Masalah PenelitianMasalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan
apa yang benar-benar terjadi. Masalah terjadi apabila ada :
a. Penyimpangan antara apa yang direncanakan atau diharapkan dengan
kenyataan, misalnya target kunjungan wisatawan ke suatu obyek wisata adalah
1.000 orang per bulan, tetapi ternyata hanya 500 orang.
b. Komplain atau pengaduan konsumen, misalnya kualitas barang maupun mutu
layanan terhadap konsumen.
c. Tajamnya persaingan bisnis, seperti misalnya PT. Telkom menghadapi pesaing
telepon seluler sehingga terlihat semakin mengaktifkan program pemasarannya.
Meskipun setiap penelitian dilandasi oleh permasalahan, namun tidak semua
masalah dapat diangkat ke dalam suatu penelitian atau tidak semua pertanyaan
penelitian dapat dijawab. Suatu pertanyaan penelitian harus dapat didukung data, bukan
hanya sekedar informasi. Jika permasalahan terlalu rumit, banyak kendala akan sulit
dianalisis atau dengan kata lain, sulit dipecahkan.
Masalah penelitian yang layak diangkat dalam suatu penelitian sebagai berikut :
a. Masalah harus memungkinkan untuk dicari jawabannya, dalam arti efisien dari
segi dana, daya, dan waktu serta jelas sumbernya.
b. Setiap orang mempunyai persepsi sama terhadap masalah tersebut.
c. Masalah harus cukup penting untuk memberikan kontribusi pada ilmu
pengetahuan, teknologi, dan problem hidup masyarakat.
d. Permasalahan harus etis, tidak melanggar etika, moral, agama, dan keyakinan
masyarakat.
e. Sebaiknya, masalah dirumuskan dalam kalimat pertanyaan yang mengaitkan
variabel penelitian.
Contoh Perumusan Masalah Penelitian
1. Penelitian Deskriptif
Permasalah dalam penelitian deskriptif memiliki variabel bebas. Dalam penelitian,
variabel tidak diperbandingkan dengan yang lain.
Contoh perumusan masalah :
a. Bagaimana tanggapan karyawan terhadap pemotongan gaji tiap bulan untuk
dana pensiun ?
b. Seberapa besar efektivitas penjualan sistem multilevel secara online?
2. Penelitian Komparatif
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
17
Permasalahan dalam penelitian komparatif bersifat membandingkan antara satu
variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
Contohnya :
a. Apakah ada perbedaan antara pendapatan pengemudi bus pariwisata dengan
pengemudi taxi?
b. Seberapa besar perbedaan produktivitas kerja karyawan tetap dengan karyawan
sistem kontrak?
3. Penelitian asosiatif
Permasalahan dalam penelitian asosiatif berusaha menghubungkan dua variabel
atau lebih. Berikut adalah bentuk hubungan dalam penelitian asosiatif beserta
contohnya :
a. Hubungan simetris
Jenis hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan muncul bersama.
Contohnya :
Apakah ada hubungan antara banyaknya sepeda motor yang dijual dengan
meningkatnya kejahatan?
Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli?
b. Hubungan kausal
Bentuk hubungan antara dua variabel yang bersifat sebab akibat, yaitu antara
variabel terikat dengan variabel bebas.
Contohnya :
Seberapa besar pengaruh kepemimpinan manajer terhadap iklim kerja perusahaan?
Adakah pengaruh keamanan dengan kedatangan wisatawan ?
c. Hubungan interaktif atau timbal balik
Model hubungan adalah saling mempengaruhi antara dua variabel. Di sini tidak
diketahui mana variabel bebas dan variebel terikat.
Contoh :
Hubungan antara motivasi kerja dan prestasi kerja karyawan. Motivasi kerja dapat
menyebabkan prestasi kerja meningkat dan begitu pula sebaliknya, karyawan yang
berprestasi akan lebih termotivasi untuk giat bekerja.
Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan
kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi
terpenuhi.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
18
Untuk menggali topik dan permasalahan paling tidak ada tiga (3) sumber pokok
yang dapat dijadikan sumber perolehannya, yaitu dari : (1) Diri pribadi; (2) Sumber-
sumber perpustakaan yang tersedia, baik hasil-hasil penelitian sebelumnya berupa
teori-teori ataupun referensi-referensi maupun sumber-sumber kepustakaan lainnya
yang berhubungan; (3) Orang lain, yaitu kawan sejawat, pihak sponsor ataupun
konsultan.
Bagi calon peneliti yang belum berpengalaman, ia dapat mengatasi kesulitan
dalam menggali topik melalui studi perpustakaan. Bila cara ini yang ditempuh, ada
beberapa langkah penting yang sebaiknya diperhatikan, yaitu :
1. Kumpulkan beberapa teori, referensi dan lain-lainnya yang berhubungan
(data colecting).
2. Pelajari satu per satu dengan seksama kepustakaan yang dikumpulkan
(analysis and interpretation)
3. Usahakan membuat klasifikasi temuan-temuan, mana yang sama dan
mana yang bertentangan dan atas dasar apa itu terjadi ke dalam daftar tertentu.
4. Lakukan justifikasi, sehingga diperoleh topik perbincangan dan
permasalahan yang ideal.
5. Lakukan evaluasi seperlunya, jika perlu dilakukan pengulangan kembali.
2. TeoriTeori didefinisikan sebagai seperangkat proposisi yang berhubungan yang
menggambarkan suatu pemikiran sistematis terhadap fenomena melalui penentuan
hubungan antar konsep. Suatu teori terdiri dari konsep-konsep, asumsi-asumsi,
hipotesis dan hubungan perilaku. Proposisi merupakan suatu pernyataan yang
membenarkan atau menolak suatu perkara. Asumsi merupakan dasar argumentasi atau
alasan yang mendasari argumentasi yang tidak perlu dibuktikan. Sedangkan konsep
merupakan suatu pendapat ringkas yang dibentuk melalui proses penyimpulan umum
dari peristiwa-peristiwa khusus hasil observasi yang berhubungan. Selanjutnya hipotesis
merupakan dugaan yang bersifat sementara yang masih perlu dibuktikan dan hubungan
perilaku menunjukkan interaksi antar variabel observasi dalam suatu peristiwa tertentu.
Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat dikatakan bahwa teori memegang
peranan penting dalam usaha membantu mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi
dan mempermudah pencapain sasaran yang diinginkan. Suatu teori lahir dari pemikiran
empiris yang bersifat ilmiah, oleh karena itu ia dapat memberikan jawaban atas
persoalan serupa dalam lingkungannya sendiri.
Namun demikian, dalam prakteknya tidak semua teori dapat memberikan
kepuasan tuntutan yang dikehendaki. Oleh karena itu, bagi peneliti perlu mengetahui
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
19
teori apa yang sebaiknya ia gunakan, sejauh mana keandalannya serta dapatkah ia
memberi jalan dan membantu kita dalam memecahkan masalah. Dasar untuk menilai
hal tersebut paling tidak dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1) Apakah teori tersebut mampu menjelaskan fenomena-fenomena penting serupa
yang diteliti.
2) Apakah penjelasan yang diberikan dipaparkan secara tegas, sederhana dan
dapat dimengerti.
Dalam dunia penelitian, teori dapat berfungsi ganda : Pertama, teori sebagai
sumber bagi peneliti menggali permasalahan atau merumuskan topik. Kedua, teori
merupakan wadah yang memberikan kemudahan bagi peneliti membentuk hipotesis
penelitian. Ketiga, melalui hubungan-hubungan variabel yang diperlihatkannya, teori
memberikan kerangka kerja bagi peneliti sehingga dapat menuntun peneliti dalam
melaksanakan penelitian sampai ditemukannya jawaban yang diinginkan.
3. Kerangka BerpikirKerangka berpikir akan mempertautkan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu
hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta varabel lain yang
mungkin akan terlibat dalam penelitian. Jadi, kerangka berpikir muncul apabila dalam
suatu penelitian mempertautkan dua variabel atau lebih. Jika hanya membahas satu
variabel atau lebih secara mandiri, maka peneliti harus melakukan deskripsi teoritis
untuk masing-masing variabel tentang argumentasi terhadap variasi besaran variabel
yang diteliti.
Kerangka berpikir yang mempertautkan dua variabel atau lebih akan
menghasilkan rumusan hipotesis yang berbentuk perbandingan atau hubungan. Di sini
peneliti harus menguasai teori yang mendukung argumentasi dalam mewujudkan suatu
kerangka berpikir dan sifatnya merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang
diteliti. Peneliti harus menetapkan terlebih dahulu variabel yang akan diteliti dan
berguna untuk menetapkan teori pendukungnya. Kemudian, berdasarkan teori yang
telah dipelajari, peneliti menyusun definisi operasional masing-masing variabel
penelitian, nama variabel, serta kedudukan antar variabel dalam penelitian.
Sesudah menetapkan kedudukan masing-masing variabel, peneliti melakukan
analisis terhadap teori yang mendukung dengan membandingkan antara teori dan
penelitian terdahulu. Pendalaman teori dan analisis terhadap hasil penelitian lain akan
menghasilkan sintesis atau kesimpulan sementara.Akhirnya, dari sintesis, peneliti dapat
menyusun hipotesis penelitian. Akhirnya, dari sintesis, peneliti dapat menyusun
hipotesis penelitian.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
20
Kerangka berpikir yang baik memuat kriteria sebagai berikut :
a. Variabel yang akan diteliti harus diuraikan
b. Kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan hubungan antar
variabel yang diteliti serta teori yang melatar belakanginya.
c. Bentuk hubungan antar variabel harus ditegaskan apakah positif atau negatif,
berbentuk simetris, kausal, atau timbal balik (interaktif)
d. Sebaiknya, kerangka berpikir perlu disusun ke dalam suatu gambar kerangka
berpikir agar setiap individu dapat memahami hubungan antar variabel penelitian.
4. HipotesisHipotesis adalah jawaban sementara rumusan masalah penelitian. Oleh karena
itu, sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam kalimat pertanyaan dan jawabannya akan
diperoleh dalam hipotesis. Hipotesis harus diuji kebenarannya sebab baru disusun atas
dasar teori, belum diuji secara empiris melalui pengumpulan data dan atau pengamatan
langsung pada obyek penelitian.
Penelitian yang memerlukan hipotesis adalah yang bersifat kuantitatif, sedangkan
penelitian kualitatif yang tidak mengajukan hipotesis justru akan menemukan hipotesis,
yang selanjutnya akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini, kita mengenal hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis
statistik diperlukan apabila menggunakan sampel.
Contoh perumusan hipotesis :
a. Hipotesis deskriptif
Produktivitas karyawan (dalam populasi) pada tahun 2008 rendah.
b. Hipotesis komparatif
Ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang pada siang hari
dengan pedagang yang bedagang pada malam hari.
c. Hipotesis asosiatif
Ada hubungan positif antara pengalaman kerja dengan pendapatan karyawan.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
21
C. METODE PENELITIAN EKSPERIMEN DAN EX POST FACTO
1. Metode Penelitian EksperimenTerdapat beberapa bentuk desain eksperimen yang dapat digunakan dalam
penelitian bisnis, yaitu : Pre-Experimental Design, True Experimental Design, Factorial
Design, dan Quasi Experimental Design. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar. Macam-macam Design Eksperimen
1. Pre-Experimental Designs
Dikatakan pre-experimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel
dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat
terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.
Terdapat beberapa bentuk pre-experimental designs yaitu one shot case study
dan one-group pre test-post test design.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
22
Pre-Eksperimental
One-shot Case Studi
One Group Pretest-Posttest
Intact-Group Comparison
True - Experimental
Posttest Only Control Design
Pretest-Control Group Design
FactorialExperimental
Quasi Eksperimental
Time-Series Design
Nonequivalent Control Group Design
MacamDesignEksperimen
a. One-shot case study
Paradigma dalam design ini dapat digambarkan seperti berikut :
X = treatment yang diberikan (variabel
independen)
O = observasi (variabel dependen)
Paradigma itu dapat dibaca sebagai berikut : terdapat suatu kelompok diberi
treatmen/perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya. (Treatment adalah
sebagai variabel independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen).
Contoh :
Pengaruh diklat (X) terhadap prestasi kerja karyawan (O)
Terdapat kelompok pegawai yang diberi diklat, kemudian setelah selesai dan bekerja
beberapa bulan diukur prestasi kerjanya.
b. One-Group Pretest-Posttest Design
Kalau pada desain no.a, tidak ada pre test, maka pada desain ini terdapat pre
test, sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi
perlakuan. Desain ini dapat digambarkan seperti berikut :
O1 = nilai pretest (sebelum diberi
diklat)
O2 = nilai posttest (setelah diberi
Diklat)
Pengaruh diklat terhadap prestasi
kerja pegawai = (O2 – O1)
c. Intact-Group Comparison
Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi
dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk eksperimen (yang diberi perlakuan) dan
setengah untuk kelompok kontrol (yang tidak diberi perlakuan). Paradigma
penelitiannya digambarkan sebagai berikut :
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
23
X O
O1 X O2
O1 = hasil pengukuran setengah
Kelompok yang diberi
Perlakuan
O2 = hasil pengukuran setengah
Kelompok yang tidak diberi
Perlakuan
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
Contoh :
Terdapat sekelompok karyawan di bidang pemasaran, yang separo dalam tugasnya
berbaju seragam (O1) dan separonya lagi tidak berseragam (O2). Setelah beberapa
minggu diukur prestasi kerjanya, kelompok mana yang lebih berprestasi dalam bidang
pemasaran. Jadi pengaruh seragam terhadap prestasi penjualan adalah (O1 – O2)
Seperti telah dikemukakan bahwa, ketiga bentuk desain pre-experimental itu bila
diterapkan untuk penelitian akan banyak variabel-variabel luar yang berpengaruh dan
sulit dikontrol sehingga validitas internal penelitian menjadi rendah.
2. True Experimental Design
Dikatakan true experimental (eksperimen yang betul-betul), karena dalam desain ini,
peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya
eksperimen. Dengan demikian validitas internal (kualitas pelaksanaan rancangan
penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true eksperimental adalah bahwa
sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random dari populasi tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontroldan
sampel dipilih secara random.
Di sini dikemukakan dua bentuk design true experimental design yaitu : Post test
Only Control Design dan Pre test Group Design.
a. Post test-only control design
O1 = hasil pengukuran kelompok
Eksperimen diberi treatment X
O2 = hasil pengukuran kelompok
Kontrol yang tidak ditreatment
Pengaruh perlakuan = O1 – O2
Dalam design ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R).
Kelompok pertama diberi perlakuan (X) dan kelompok yang lain tidak. Kelompok yang
diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi
perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh adanya perlakuan (treatment adalah
(O1 : O2). Dalam penelitian yang sesungguhnya, pengaruh treatmentdianalisis dengan
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
24
X O1
O2
R X O1
R O2
uji beda, pakai statistik t-test misalnya. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan
berpengaruh secara signifikan.
b. Pre test-control group design
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian
diberi pretest untuk mengetahui adakah perbedaan antara kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak
berbeda secara signifikan.
3. Factorial Design
Design faktorial merupakan modifikasi dari true experimental yaitu dengan
memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi
perlakuan (variabel independen) terhadap hasil (variabel dependen).Paradigma
design faktorial dapat digambarkan seperti berikut :
Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random, kemudian masing-masing
diberi pretest. Kelompok untuk penelitian dinyatakan baik, bila setiap kelompok nilai
pretestnya sama. Jadi O1 = O2 = O3 = O5. dalam hal ini variabel moderatornya adalah
Y1 dan Y2.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh metode pemasaran tertentu
terhadap nilai penjualan. Untuk itu dipilih empat kelompok secara random. Variabel
moderatornya adalah jenis kelamin, yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).
Treatment / perlakuan (metode pemasaran baru) dicobakan pada kelompok
eksperimen pertama yang telah diberi pre test (O1 = kelompok laki-laki) dan
kelompok eksperimen kedua yang telah diberi pre test (O5 = kelompok perempuan)
Pengaruh perlakuan (metode pemasaran baru) terhadap nilai penjualan barang
untuk kelompok laki-laki =
(O2 – O1) – (O4 – O3)
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
25
R O1 X O3
R O2 O4
R O1 X Y1 O2
R O3 Y1 O4
R O5 X Y2 O6
R O7 Y2 O8
Pengaruh perlakuan (metode pemasaran baru) terhadap nilai penjualan barang
untuk kelompok perempuan =
(O6 – O5) – (O8 – O7)
Bila terdapat perbedaan pengaruh metode pemasaran terhadap nilai penjualan
antara kelompok pria dan wanita, maka penyebab utamanya adalah bukan karena
treatment yang diberikan (karena treament yang diberikan sama), tetapi karena
adanya variabel moderator, yang dalam hal ini jenis kelamin.
4. Quasi Experimental Design
Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental
design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak
dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian desain ini lebih baik
dari pre-experimental design. Quasi-experimental design, digunakan karena pada
kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian.
Dalam suatu kegiatan bisnis, sering tidak mungkin menggunakan sebagian para
karyawannya untuk eksperimen dan sebagian tidak. Oleh karena itu, untuk
mengatasi kesulitan dalam menentukan kelompok kontrol dalam penelitian, maka
dikembangkan desain Quasi Experimental.
Berikut ini dikemukakan dua bentuk desain quasi eksperimen yaitu Time-Series
Design dan Nonequivalent Control Group Design.
a. Time Series Design
Dalam desain ini kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dapat dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan,kelompok diberi pre test sampai 4 kali,
dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan keadaan kelompok
sebelum diberi perlakuan. Bila hasil pre test selama empat kali ternyata nilainya
berbeda-beda, berarti kelompok tersebut keadaannya labil, tidak menentu, dan tidak
konsisten. Setelah kestabilan keadaan kelompok dapat diketahui dengan jelas, maka
baru diberi treatment. Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok saja
sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol.
Hasil pre test yang baik adalah O1 = O2 = O3 = O4 dan hasil perlakuan yang baik
adalah O5 = 06 = 07 = 08. Besarnya pengaruh perlakuan adalah = (O5 + O6 + O7 + O8)
– (O1 + O2 + O3 + O4).
b. Nonequivalent Control Group Design
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
26
O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8
Desain ini hampir sama dengan pre test-post test control group design, hanya pada
desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.
Contoh :
Dilakukan penelitian untuk mencari pengaruh perlakuan senam pagi terhadap
derajat kesehatan karyawan suatu perusahaan. Desain penelitian dipilih satu kelompok
karyawan. Selanjutnya dari satu kelompok tersebut yang setengah diberi perlakuan
senam pagi setiap hari dan yang setengah lagi tidak. O1 dan O3 merupakan derajat
kesehatan karyawan sebelum ada perlakuan senam pagi. O2 adalah derajat kesehatan
karyawan setelah senam pagi selama 1 tahun. O4 adalah derajat kesehatan karyawan
yang tidak diberi perlakuan senam pagi. Pengaruh senam pagi terhadap derajat
kesehatan karyawan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3).
2. Penelitian Ex Post FactoPenelitian ex post facto sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian
yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Disebut juga sebagai restropective
study karena penelitian ini merupakan penelitian penelusuran kembali terhadap suatu
peristiwa atau suatu kejadian dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut
Penelitian ex post facto merupakan penelitian yang variabel-variabel bebasnya
telah terjadi perlakuan atau treatment tidak dilakukan pada saat penelitian berlangsung,
sehingga penelitian ini biasanya dipisahkan dengan penelitian eksperimen. Peneliti ingin
melacak kembali, jika dimungkinkan, apa yang menjadi faktor penyebab terjadinya
sesuatu.
3. Perbandingan Penelitian Ex post Facto dengan Penelitian EksperimenDalam beberapa hal, penelitian ex post facto dapat dianggap sebagai kebalikan
dari penelitian eksperimen. Sebagai pengganti dari pengambilan dua kelompok yang
sama kemudian diberi perlakuan yang berbeda. Studi ex post facto dimulai dengan dua
kelompok yang berbeda kemudian menetapkan sebab-sebab dari perbedaan tersebut.
Studi ex post facto dimulai dengan melukiskan keadaan sekarang, yang dianggap
sebagai akibat dari faktor yang terjadi sebelumnya, kemudian mencoba menyelidiki ke
belakang guna menetapkan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebabnya.
Penelitian ex post facto memiliki persamaan dengan penelitian eksperimen.
Logika dasar pendekatan dalam ex post facto sama dengan penelitian eksperimen,
yaitu adanya variabel x dan y. Kedua metode penelitian tersebut membandingkan dua
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
27
O1 X O2
O3 O4
kelompok yang sama pada kondisi dan situasi tertentu. Perhatiannya dipusatkan untuk
mencari atau menetapkan hubungan yang ada di antara variabel-variabel dalam data
penelitian. Dengan demikian, banyak jenis informasi yang diberikan oleh eksperimen
dapat juga diperoleh melalui analisis ex post facto.
Dalam penelitian eksperimen, pengaruh variabel luar dikendalikan dengan
kondisi eksperimental. Variabel bebas yang dianggap sebagai penyebab dimanipulasi
secara langsung untuk meminimalkan pengaruh terhadap variabel terikat. Melalui
eksperimen, peneliti dapat memperoleh bukti tentang hubungan kausal atau hubungan
fungsional di antara variabel yang jauh lebih menyakinkan daripada yang dapat
diperoleh menggunakan studi ex post facto.
Peneliti dalam penelitian ex post facto tidak dapat melakukan manipulasi atau
pengacakan terhadap variabel-variabel bebasnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perubahan dalam variabel-variabelnya sudah terjadi. Peneliti dihadapkan kepada
masalah bagaimana menetapkan sebab dari akibat yang diamati tersebut.
4. Kekurangan Penelitian Ex Post FactoPendekatan ex post facto memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas.
Oleh karena tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas, maka sukar untuk
memperoleh kepastian bahwa faktor-faktor penyebab yang relevan telah benar-
benar tercakup dalam kelompok faktor-faktor yang sedang diselidiki.
2. Kenyataan bahwa faktor penyebab bukanlah faktor tunggal, melainkan kombinasi
dan interaksi antara berbagai faktor dalam kondisi tertentu untuk menghasilkan
efek yang disaksikan, menyebabkan soalnya sangat kompleks.
3. Suatu gejala mungkin tidak hanya merupakan akibat dari sebab-sebab ganda,
tetapi dapat pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh
lain sebab pada kejadian lain.
4. Apabila saling hubungan antar dua variabel telah diketemukan, mungkin sukar
untuk menentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.
5. Kenyataan bahwa dua, atau lebih, faktor saling berhubungan tidaklah mesti
memberi implikasi adanya hubungan sebab akibat.
6. Menggolongkan-golongkan subjek ke dalam kategori dikotomi (misalnya
golongan pandai dan golongan bodoh) untuk tujuan perbandingan, menimbulkan
persoalan-persoalan, karena kategori-kategori itu sifatnya kabur, bervariasi, dan
tak mantap.
7. Studi komparatif dalam situasi alami tidak memungkinkan pemilihan subyek
secara terkontrol. Menempatkan kelompok yang telah ada yang mempunyai
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
28
kesamaan dalam berbagai hal kecuali dalam hal dihadapkannya kepada variabel
bebas adalah sangat sukar.
5. Keunggulan Penelitian Ex Post FactoMetode ini baik untuk berbagai keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu
metode eksperimental, tak dapat digunakan. Apabila tidak selalu mungkin untuk
memilih, mengontrol, dan memanipulasikan faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki
hubungan sebab akibat secara langsung. Apabila pengontrolan terhadap semua
variabel kecuali variabel bebas sangat tidak realistik dan dibuat-buat, yang mencegah
interaksi normal dengan lain-lain variabel yang berpengaruh.
Apabila control di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak
praktis, terlalu mahal, atau dipandang dari segi etika diragukan atau dipertanyakan.
Studi kausal-komparatif menghasilkan informasi yang sangat berguna mengenai sifat-
sifat gejala yang dipersoalkan. Perbaikan-perbaikan dalam hal teknik, metode statistik,
dan rancangan dengan kontrol parsial, pada akhir-akhir ini telah membuat studi kausal
komparatif itu lebih dapat dipertanggungjawabkan.
D. DATA DAN VARIABEL PENELITIANSecara sederhana data dapat diartikan sebagai keterangan mengenai sesuatu.
Keterangan dapat berupa bilangan, angka atau disebut data kuantitatif, juga dapat
berupa keterangan yang bukan bilangan atau disebut data kualitatif. Pada data
kuantitatif; umur, jumlah, tinggi dan sebagainya dapat dinyatakan dengan bilangan
misalnya 20 tahun, 10 juta, 175 cm. Sedangkan pada data kualitatif, misalnya warna,
status perkawinan, jenis kelamin dan sebagainya tidak dapat dinyatakan dengan angka
atau bilangan.
Statistik lebih berkenaan dengan data kuantitatif dari pada kualitatif. Data
kualitatif lazimnya diolah menggunakan analisis kualitatif dengan memakai dasar-dasar
berfikir induktif, deduktif, analogi dan generalisasi.
Data juga merupakan indikasi-indikasi terdapatnya suatu variabel penelitian.
Misalnya, variabel indeks prestasi dicerminkan oleh data yang berupa angka-angka,
demikian juga variabel jenis kelamin diwujudkan oleh data tentang laki-laki dan
perempuan. Lalu apa yang dimaksud dengan variabel penelitian itu.
Variabel diartikan sebagai suatu konsep yang mempunyai variasi atau
keragaman. Sedangkan konsep itu sendiri adalah penggambaran atau abstraksi dari
suatu fenomena atau gejala tertentu. Konsep tentang apapun jika memiliki ciri-ciri yang
bervariasi atau beragam dapat disebut sebagai variabel. Jadi, variabel adalah segala
sesuatu yang bervariasi.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
29
Sebagai contoh misalnya, kita akan meneliti tentang kepemimpinan. Maka
kepemimpinan ini masih merupakan sebuah konsep, karena masih berhubungan
pendefinisian dan penggambaran istilah kepemimpinan itu sendiri dan tidak memiliki
keragaman. Akan tetapi apabila diubah menjadi tipe kepemimpinan, gaya
kepemimpinan, efektifitas kepemimpinan atau sejenisnya yang menunjukkan adanya
keragaman maka hal ini dapat dikategorikan sebagai variabel penelitian. Untuk tipe
kepemimpinan, misalnya dapat dilihat keragamannya dengan mengenali adanya tipe
kepemimpinan demokratis, otoriter dan permisif.
Dalam suatu penelitian, ada beberapa jenis variabel yang menurut hubungan
antara satu variabel dengan variabel yang lain, dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
menjadi penyebab berubahnya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).
Variabel independen sering pula dikatakan sebagai variabel stimulus, prediktor, atau
anteseden.
2. Variabel Dependen
Sering dikatakan pula sebagai variabel terikat atau tergantung, yaitu merupakan
variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh adanya variabel bebas. Jadi,
variabel dependen merupakan konsekuensi dari variabel independen.
3. Variabel Moderator
Hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung seringkali dipengaruhi
(diperkuat atau diperlemah) oleh variabel moderator. Oleh karena itu, variabel
moderator sering kali disebut variabel bebas kedua.
4. Variabel Intervening
Variabel intervening atau disebut pula variabel antara merupakan variabel yang
secara teoritis mempengaruhi (memperlemah dan memperkuat) hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen, tetapi tidak dapat diamati dan
diukur atau dimanipulasi. Dampaknya harus disimpulkan berdasarkan dampak
variabel-variabel independen dan variabel moderator terhadap fenomena yang
diamati.
5. Variabel Kontrol
Variabel kontrol merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti jika akan
melakukan penelitian komparatif (perbandingan).
6. Variabel luar biasa
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
30
Extraneous variabel merupakan variabel yang jumlahnya hampir tak terbatas dan
bisa berpengaruh pada hubungan tertentu. Sebagian variabel dapat diperlakukan
sebagai variabel bebas atau variabel moderator. Namun, variabel memiliki hanya
sedikit atau bahkan tidak memiliki dampak terhadap keadaan tertentu. Pada
umumnya, variabel dapat diabaikan karena dampaknya sangat kecil.
Data dan variabel selalu berkaitan erat dan karena eratnya istilah data dan
variabel sering dipertukar-pakaikan bahkan juga sering dipersamakan. Apabila
seseorang menyebut variabel maka dalam benaknya juga bermaksud menyebut pada
data, begitu juga sebaliknya, apabila menyebut data tersirat juga maksudnya untuk
menunjuk pada suatu variabel.
Apabila ditinjau dari tingkat pengukurannya (level of measurement) variabel atau
data terdiri dari 4 macam, yaitu data nominal, ordinal, interval dan rasio. Beberapa ahli
mengelompokkan data menjadi 2 bagian, yaitu data nominal dan kontinum (yang di
dalamnya dibagi menjadi data ordinal, interval dan rasio). Untuk memudahkan
pembahasan akan digunakan pendapat yang pertama.
a. Data Nominal
Data nominal disebut juga data diskrit adalah suatu data yang hanya dapat
digolong-golongkan secara terpisah, secara diskrit, secara kategorik dan lebih
merupakan sebuah lambang dari suatu kategori.
Data nominal merupakan data yang bervariasi menurut jenisnya; misalnya jenis
kelamin laki-laki dan wanita, jenis pekerjaan dapat digolong-golongkan secara terpisah
menjadi pegawai negeri, pedagang, dokter, petani, buruh dan sebagainya. Suku,
golongan darah, jenis penyakit, bentuk tubuh termasuk ke dalam data nominal.
Sebenarnya bukan data kualitatif saja yang dapat masuk dalam data nominal.
Data kuantitatif yang sekiranya hanya mengindikasikan adanya pelambangan-
pelambangan kategori saja dan tidak menunjukkan adanya suatu urutan tinggi
rendahnya suatu data maka data kuantitatif tersebut masuk dalam data nominal.
Misalnya nomor urut pada presensi mahasiswa. Mahasiswa yang nomor urutnya 1
dalam daftar presensi, bukan berarti mahasiswa tersebut yang terbaik atau terpandai di
dalam kelas itu. Nomor 1 pada daftar presensi tersebut lebih merupakan lambang atau
kode dari mahasiswa yang bersangkutan.
Demikian juga nomor rumah, nomor seri karcis, nomor kendaraan adalah
termasuk dalam data nominal. Meskipun nomor kendaraan yang satu lebih besar dari
pada nomor kendaraan yang satunya, misalnya DK 32 BH dengan DK 36 BH, bukan
berarti kendaraan yang bernomor DK 36 BH itu lebih mewah atau lebih mahal harganya
karena memiliki nomor lebih besar dibanding dengan kendaraan yang bernomor DK 32
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
31
BH. Nomor kendaraan tersebut hanya merupakan lambang saja dan tidak menunjukkan
urutan kualitas.
Data nominal ini sering juga disebut dengan data enumerasi. Karena apa yang
dapat dilakukan terhadap data nominal hanya semata-mata menghitung banyaknya
subyek atau pendukung tiap-tiap kategori data tersebut. Misalnya, jumlah pria sekian
orang, perempuan sekian orang. Berapa besar kecilnya derajat kepriaan dan
kewanitaan seseorang sama sekali tidak dipersoalkan.
Penelitian terhadap data nominal memiliki kegunaan yang terbatas dan menjadi
ciri pokok dari penelitian-penelitian eksploratif dan studi-studi pendahuluan yang
maksudnya semata-mata mencari hubungan tanpa lebih jauh melihat taraf besar
kecilnya suatu ciri yang terdapat pada gejala tersebut. Beberapa metode statistik yang
dapat digunakan untuk meneliti data nominal, antara lain : mode, korelasi kontingensi,
phi atau chi-square.
b. Data Ordinal
Ordinal adalah angka yang menunjukkan posisi dalam urut-urutan dalam suatu
seri. Data ordinal disebut juga data berjenjang. Angka tidak digunakan sebagai
lambang, tetapi merupakan gradasi atau perbedaan tingkat. Misalnya, dalam suatu
perlombaan terdapat istilah juara I, II, III dan sebagainya. Dalam penilaian prestasi
belajar di sekolah dikenal ada ranking I, II, III dan seterusnya. Juara dan ranking
tersebut menunjukkan adanya suatu tingkatan atau urutan. Ranking I lebih tinggi dari II,
III dan seterusnya.
Namun, batas dari satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas dan
masing-masing tingkatan atau jarak dari tingkatan satu ke tingkatan di bawah atau di
atasnya tidaklah sama. Pada pokoknya, variabel yang memiliki nilai tertinggi diberi
tingkat yang tertinggi dan nilai yang paling rendah diberi tingkat terendah.
Misalnya, prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah statistik berturut-turut
adalah 90, 85, 70, 50 dan seterusnya sampai nilai terendah. Maka secara berturut-turut
nilai-nilai tersebut mendapat ranking I untuk nilai 90, II untuk 85, III untuk 70, IV untuk 50
dan seterusnya. Apabila diamati secara cermat, maka jarak antara nilai pada ranking I
dan II (90 dan 85) dengan jarak nilai pada ranking II dan III (85 dan 70) adalah tidak
sama. Dimana jarak antara nilai 90 ke 85 adalah 5 sedangkan jarak dari nilai 85 ke nilai
70 adalah 15.
Sehingga apa yang dilakukan pada data ordinal adalah hanya membandingkan
nilai-nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah dibanding nilai-nilai yang lainnya,
dengan tidak memperhatikan jarak antara nilai-nilai variabel yang diukur. Teknik-teknik
statistik yang dapat digunakan untuk analisis data ordinal antara lain : median, persentil
dan teknik korelasi tata jenjang dari Spearman.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
32
c. Data interval
Jika dalam data ordinal hanya dapat dinyatakan bahwa sesuatu nilai itu lebih,
sama atau kurangdari yang lain, maka pada data interval kita menghadapi angka skala
yang batas variasi nilai satu dengan yang lainnya sudah jelas, sehingga jarak atau
intervalnya dapat dibandingkan. Nilai yang diperoleh dari pengukuran-pengukuran
psikologi, misalnya IQ adalah contoh data yang jenisnya interval. Dimana untuk
pengklasifikasian IQ sudah digunakan skala-skala interval di dalamnya. Koefisien dalam
IQ menunjukkan hasil pertimbangan tentang nilai-nilai pada aspek numerikal,
mekanikal, verbal dan spatial. Demikian juga data tentang prestasi belajar atau Indeks
Prestasi adalah data pengukuran dalam bidang pendidikan yang berjenis interval. Nilai
6,7,8 dan sebagainya dalam raport atau ijazah, juga nilai 2,5 untuk Indeks Prestasi
adalah data interval. Sebab nilai-nilai tersebut diperoleh dengan berpedoman pada jarak
antara satu ke yang lain, misalnya seorang mahasiswa yang menguasai materi antara
64% s/d 75% mendapat nilai 2 atau C dalam kartu hasil studinya. Akan tetapi nilai
mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena batas-batas variasi
nilainya tidak memiliki angka nol yang mutlak. Sehingga seorang anak yang diberi nilai 0
oleh gurunya dalam suatu tes berhitung, tidak berarti bahwa anak tersebut tidak tahu
sama sekali dalam berhitung.
Demikian juga kita tidak dapat mengatakan bahwa IQ anak sebesar 60 itu
separuh dari IQ anak lain yang besarnya 120, juga tidak dibenarkan apabila dikatakan
bahwa kepandaian si A dalam matematika dua kali lipat dari kepandaian si B, jika si A
mendapat nilai 8 dan si B mendapat nilai 4 dalam mata pelajaran matematika.
Walaupun tidak mempunyai angka nol yang mutlak, akan tetapi hampir semua teknik
statistik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berjenis interval, misalnya :
mean, standard deviasi, analisis varian, t-Tes dan juga korelasi product moment.
d. Data Rasio
Data rasio merupakan data pengukuran yang paling tinggi dan paling ideal. Di
samping intervalnya jelas batasannya, juga variasi nilainya mempunyai batas yang
tegas dan memiliki titik nol yang mutlak. Hal ini berarti bahwa pencatatan dengan
menggunakan bilangan nol menunjukkan bahwa tidak ada gejala sama sekali.
Malahan secara pasti, dengan data rasio dapat dikatakan bahwa sesuatu itu
keadaannya separuh dari yang lain, sesuatu itu dua kali lipat dari yang lain. Mudah
dipahami bahwa gula yang beratnya 4 kg berarti separuh dari gula yang beratnya 8 kg.
Demikian juga dapat dimengerti bahwa cincin kawin yang beratnya 10 gram adalah dua
kali lipat dari cincin yang beratnya 5 gram.
Kebanyakan alat-alat pengukuran pada benda-benda fisika memiliki ciri-ciri rasio
dan ciri-ciri itu tidak dimiliki oleh instrumen-instrumen pengukuran ilmu sosial. Contoh-
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
33
contoh data rasio antara lain : ukuran panjang, tinggi, berat, luas, usia, kadar zat, jumlah
sel dan sebagainya.
E. POPULASI DAN SAMPELPopulasi adalah seluruh individu yang dimaksudkan untuk diteliti dan yang
nantinya akan dikenai generalisasi. Generalisasi adalah suatu cara pengambilan
kesimpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data
yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya. Sebagian kecil individu
yang dijadikan wakil dalam penelitian disebut sampel.
Sampel yang baik (biasa disebut sampel yang mewakili atau representatif)
adalah sampel yang anggota-anggotanya mencerminkan sifat dan ciri-ciri yang terdapat
pada populasi. Bahkan sangat diharapkan keadaan sampel dapat merupakan miniatur
dari populasi.
Apabila sampel tidak representatif, maka secara ilmiah tidak ada hak bagi peneliti
untuk menarik kesimpulan, kecuali kesimpulan yang berlaku untuk sampel itu sendiri.
Sampel yang tidak representatif sering kali menyesatkan hasil-hasil penelitian.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah mengetahui
terlebih dahulu karakteristik, ciri dan sifat populasi. Karena ada kalanya sampel harus
diambil dalam jumlah yang sangat besar bila menghadapi populasi yang memiliki sifat
heterogen dan mungkin akan mengambil sampel dengan jumlah sampel yang sedikit
bila sifat populasinya sangat homogen. Penelitian tentang aspirasi politik masyarakat
tertentu akan memerlukan jumlah sampel yang jauh lebih besar, dibandingkan
pengambilan sampel pada penelitian tentang kadar garam air laut. Aspirasi politik
masyarakat memiliki ciri-ciri yang sangat heterogen, dan sebaliknya kadar garam air laut
memiliki sifat homogen. Oleh karena itu penelitian dengan jumlah sampel yang besar
pada penelitian kadar garam air laut merupakan pekerjaan yang berlebih-lebihan.
Apabila ada dugaan yang kuat secara teoritis bahwa karakteristik populasi akan
secara sistematis berpengaruh pada hasil-hasil penelitian, maka pengambilan sampel
penelitian harus dilakukan secara cermat serta menggunakan teknik yang tepat.
1. Alasan samplingUntuk melakukan analisis statistik diperlukan data, karenanya data perlu
dikumpulkan. Bergantung pada berbagai faktor, untuk ini kadang-kadang dilakukan
sensus, kadang-kadang dilakukan sampling. Sensus terjadi apabila setiap anggota atau
karakteristik yang ada di dalam populasi dikenai penelitian. Jika tidak, maka samplinglah
yang ditempuh, yaitu sampel diambil dari populasi dan datanya dikumpulkan. Ada
berbagai alasan mengapa sensus tidak dilakukan, antara lain :
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
34
a) Ukuran populasi
b) Masalah biaya
c) Masalah waktu
d) Percobaan yang sifatnya merusak
e) Masalah ketelitian
2. Teknik samplingPada dasarnya, teknik pengambilan sampel dikelompokkan menjadi dua cara,
yaitu : Probability Sampling dan Non probability Sampling.
a. Probability Sampling (Random Sampling)
Teknik pengambilan sampel secara random atau acak memberikan peluang yang sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Berikut
adalah beberapa teknik random sampling :
1) Simple Random Sampling (Sampling Acak Sederhana)
Pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang
ada dalam populasi. Cara ini dilakukan apabila populasi dianggap homogen. Metode
bisa juga dilakukan secara sembarang atau melalui undian. Pengambilan sampel
acak bisa dilakukan dengan menempatkan kembali (with replacement) atau tanpa
menempatkan kembali (without replacement). Selain dengan cara undian,
pengambilan sampel secara acak dapat dilakukan dengan menggunakan tabel
bilangan acak.
b) Proporionate Stratified Random Sampling (Sampling bertingkat Proporsinal)
Teknik pengambilan sampel digunakan apabila kondisi populasi heterogen dan
berstrata secara proporsional. Cara ini memiliki efisiensi statistik yang lebih tinggi
daripada yang dihasilkan sampel acak sederhana.
c) Disproportionate Stratified Random Sampling (Sampling bertingkat tidak
proporsional)
Teknik pengambilan sampel digunakan untuk menentukan jumlah sampel apabila
populasinya berstrata, tetapi kurang proporsional. Keputusan pengambilan sampel
dalam hal ini dibuat dengan pertimbangan bagaimana sampel akan dialokasikan di
antara strata-strata.
d) Cluster Sampling (Area Sampling)
Teknik cluster sampling atau pengambilan sampel kumpulan diperlukan jika
obyek penelitian atau daerah penelitian sangat luas sehingga populasi perlu dibagi
menjadi beberapa kelompok elemen dan memilihnya secara acak dari masing-
masing kelompok.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
35
b. Non probability Sampling (Sampling Nonprobabilitas)
Ada beberapa teknik pengambilan non probabilitas :
1) Sistematic Sampling
Teknik pengambilan sampel dilakukan berdasarkan urutan anggota populasi
(yang telah diberi nomor urut).
2) Purposive Sampling
Teknik mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau
tujuan tertentu (disengaja). Dalam hal ini, ada dua bentuk pengambilan sampel,
yaitu :
(a) Judgment Sampling (Pengambilan Sampel Keputusan)
Jenis pengambilan sampel paling banyak digunakan dalam studi kasus
dan dipercaya mempunyai mempunyai posisi terbaik dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan.
(b) Quota Sampling (Pengambilan Sampel Quota)
Pada tipe pengambilan sampel kuota, peneliti tertarik menyeleksi subyek
yang sesuai dengan desain pengukuran (desain kontrol) yang sudah
ditentukan.
3) Accidental Sampling (Pengambilan Sampel Aksidental)
Pengambilan sampel aksidental menentukan sampel berdasarkan kebetulan
yang ditemui atau siapa pun yang dipandang oleh peneliti cocok sebagai sumber
data.
4) Snowball Sampling (Pengambilan Sampel Bola Salju)
Dalam teknik pengambilan sampel bola salju, peneliti memilih suatu kelompok
atau satu orang, kemudian orang atau kelompok digunakan untuk menempatkan
orang atau kelompok lain yang memiliki karakteristik serupa dan sebaliknya,
mengidentifikasikan yang lain. Ibarat bola salju yang menggelinding sehingga
semakin lama jumlah sampel semakin banyak.
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATAPengumpulan data dapat menggunakan sumber primer maupun sekunder.
Sumber primer merupakan sumber data yang memberikan data kepada pengumpul
data, sedangkan sumber sekunder adalah sumber data yang secara tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalkan melalui dokumen atau arsip.
1. WawancaraWawancara bisa dilakukan secara langsung (personal interview) maupun tidak
langsung (misalkan melalui telepon atau e-mail). Wawancara merupakan komunikasi
atau pembicaraan dua arah yang dilakukan oleh pewawancara dan responden untuk
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
36
menggali informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Jadi, dalam wawancara
pembicaraan terarah pada tujuan tertentu. Pewawancara akan meminta responden
memberikan informasi dalam bentuk fakta, opini, atau sikap sehingga manfaat
pembicaraan lebih banyak dimiliki oleh pewawancara.
Komunikasi dapat dilakukan secara informal maupun formal (terstruktur). Pada
wawancara informal, pewawancara hanya mengingat pertanyaan kunci yang digunakan
untuk menggali informasi. Sebaliknya, dalam wawancara formal, pewawancara
berpedoman pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya.
a. Wawancara terstruktur
Apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti mengenai informasi yang akan
diperoleh dari responden, maka dapat menggunakan cara wawancara terstruktur dan
dilengkapi dengan instrumen penelitian, yaitu berupa pertanyaan tertulis disertai
alternatif jawabannya. Pewawancara dapat pula menggunakan alat bantu lain, seperti
gambar atau tape recorder, agar wawancara lebih lancar.
b. Wawancara tidak terstruktur
Di sini pewawancara bersikap bebas dalam melakukan tanya jawab, tanpa terikat
dengan pedoman wawancara. Pedoman wawancara hanya berupa garis besar apa
yang akan ditanyakan.
Peneliti tidak dapat menduga secara pasti jawaban yang akan diperoleh dan dalamhal
ini, peneliti hanya dapat bersikap sebagai pendengar. Wawancara tidak terstruktur
menuntut kesabaran peneliti, pemahaman akan situasi, dan kondisi responden, apalagi
jika dilakukan melalui pesawat telpon.
2. Kuesioner (Angket)Teknik pengumpulan data kuesioer paling efisien karena peneliti tidak perlu
mendatangi responden, cukup menyiapkan daftar pertanyaan tertulis yang dikirim
kepada responden untuk dijawab. Cara ini sesuai pula apabila jumlah responden cukup
besar atau lokasi mereka tersebar di beberapa wilayah.
3. ObservasiMetode observasi merupakan prosedur yang sistematis dan standar dalam
pengumpulan data. Pemakaian cara ini didasarkan pada konsep, definisi, dan
pengukuran variabelnya. Dengan observasi peneliti dapat memperoleh ukuran variabel
yang bukti empirisnya dapat diambil melalui pertanyaan yang diajukan. Di sini peneliti
tidak hanya berkomunikasi dengan orang, tetapi juga obyek penelitian yang lain. Jadi,
dalam hal ini observasi melibatkan proses pengamatan dan ingatan. Teknik observasi
digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala
alam, dan jika responden yang diamati tidak terlalu besar jumlahnya. Dari segi proses
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
37
pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi (1) observasi berperan serta dan
(2)observasi nonpartisipan. Sebaliknya, dari segi instrumen yang digunakan, observasi
dibedakan menjadi (1) observasi terstruktur dan (2) observasi tidak terstruktur.
G. TEKNIK ANALISIS DATADalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari
seluruh responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. Untuk penelitian yang tidak merumuskan
hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan.
Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua
macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik
deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan
non parametris.
1. Statistik Deskriptif dan InferensialStatistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya)
jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian
dilakukan pada sampel maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif
maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin
mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk
populasi di mana sampel tersebut diambil. Tetapi bila peneliti ingin membuat
kesimpulan yang berlaku untuk populasi, maka teknik analisis yang digunakan adalah
statistik inferensial.
Yang termasuk dalam statistik deskriptif adalah penyajian data melalui tabel,
grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran
tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui
perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan prosentase. Dalamstatistik
deskriptif juga dapat dilakukan mencari kuatnya hubungan antara variabel melalui
analisis korelasi, melakukan prediksi dengan analisis regresi, dan membuat
perbandingan dengan membandingkan rata-rata data sampel atau populasi. Hanya
saja, perlu diketahui bahwa dalam analisis korelasi, regresi, atau membandingkan dua
nilai rata-rata (populasi/sampel) atau lebih tidak perlu diuji signifikansinya. Jadi secara
teknis dapat diketahui bahwa dalam statistik deskriptif tidak ada uji signifikansi, tidak
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
38
ada taraf kesalahan, karena peneliti tidak bermaksud membuat generalisasi, sehingga
tidak ada kesalahan generalisasi.
Statistik inferensial (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas)
adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari
populasi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu diberlakukan
secara random.
Statistikini disebut statistik probabilitas karena kesimpulan yang diberlakukan
untuk populasi berdasarkan data sampel itu kebenarannya bersifat peluang (probability)
Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan diberlakukan untuk populasi itu
mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran (kepercayaan) yang dinyatakan dalam
bentuk persentase. Bila peluang kesalahan 5% maka taraf kepercayaan 95%, bila
peluang kesalahan 1%, maka taraf kepercayaannya 99%. Peluang kesalahan dan
kepercayaan ini disebut dengan taraf signifikansi. Pengujian taraf signifikansi dan hasil
suatu analisis akan lebih praktis bila didasarkan pada tabel sesuai teknik analisis yang
digunakan. Misalnya uji-t akan digunakan tabel-t, uji F digunakan tabel F. Pada setiap
tabel sudah disediakan untuk taraf signifikansi berapa persen, suatu hasil analisis dapat
digeneralisasikan.
2. Statistik Parametris dan Non ParametrisPada statistik inferensial terdapat statistik parametris dan non parametris.
Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik, atau
menguji ukuran populasi melalui data sampel. (pengertian statistik di sini adalah data
yang diperoleh dari sampel).
Penggunaan statistik parametris dan non parametris tergantung pada asumsi dan
jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak
asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi
normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data homogen,
dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik non parametris tidak menuntut
terpenuhi banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi
normal. Oleh karena itu statistik nonparametris sering disebut distribution free (bebas
distribusi). Statistik parametris mempunyai kekuatan yang lebih daripada statistik non
parametris, bila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi.
Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang
dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan menganalisis data interval dan
rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan digunakan untuk
menganalisis data nominal, ordinal.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
39
BAB V PENULISAN LAPORAN PENELITIAN
Contoh. Format Penulisan Laporan Penelitian
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
B. Kajian Pustaka/Penelitian yang Relevan
C. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
E. Teknik Analisis Data
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
B. Temuan Penelitian
C. Pembahasan
BAB V. PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. IMPLIKASI
C. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
40
1. Halaman Judul
Pada umumnya, halaman judul memuat empat hal, yaitu judul laporan, penyusun
laporan, sasaran, dan tahun penulisan. Judul penelitian memuat kurang lebih 10 – 15
kata dan mencakup (1) variabel penelitian, (2) hubungan antarvariabel, dan (3) populasi
penelitian
Contoh judul:
a. Penelitian deskriptif : PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN HOTEL
BATUKARU TAHUN 2009
b. Penelitian korelasional : HUBUNGAN ANTARA NILAI DOLAR DI PASAR DUNIA
DENGAN TINGKAT KEDATANGAN WISATAWAN KE BALI
c. Penelitian kausalitas : PENGARUH KUALITAS LAYANAN HOTEL DENGAN
TINGKAT HUNIAN HOTEL
2. Kata Pengantar
Kata pengantar dibuat sebagai ungkapan rasa peneliti dan bisa berupa rasa
syukur, terimakasih, serta harapan peneliti. Kemudian, isinya bisa pula berisi
permohonan maaf apabila ada kesalahan dan mengharapkan adanya kritik maupun
saran para pembaca.
3. Daftar Isi, Tabel, Gambar, dan Lampiran
Daftar isi disusun sesuai dengan isi laporan beserta halamannya. Daftar tabel,
gambar, serta lampiran hanya dibuat kalau dianggap perlu (misalnya, kalau banyak
jumlahnya).
4. Sinopsis (Ringkasan Laporan Penelitian)
Sinopsis berupa garis besar materi laporan yang berisi ringkasan Bab 1 sampai
penutup. Format sinopsis tidak sama dengan laporan sesungguhnya sehingga hanya
berisi hal-hal penting. Sinopsis seringkali diartikan abstraksi laporan dan berisi
maksimum 150 kata.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
41
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Pada bagian ini, peneliti menjelaskan mengapa topik atau masalah penelitian itu
penting untuk diangkat menjadi masalah penelitian. Masalah akan muncul apabila
terjadi penyimpangan dari apa yang seharusnya terjadi. Dalam hal ini, peneliti akan
memperkenalkan beberapa variabel utama yang akan diteliti dan hubungannya
dengan penelitian terdahulu atau teori yang mendasarinya. Pola uraian latar
belakang masalah seperti bentuk kerucut terbalik, artinya berbicara mengenai hal-
hal bersifat umum terlebih dahulu, kemudian mengerucut ke arah hal-hal spesifik
pada obyek penelitian.
B. Identifikasi Masalah
Dalam bagian ini perlu dituliskan berbagai masalah yang ada pada obyek yang
diteliti. Semua masalah dalam obyek, baik yang akan diteliti maupun yang tidakakan
diteliti sedapat mungkin dikemukakan. Untuk dapat mengidentifikasi masalah
dengan baik, maka peneliti perlu melakukan studi pendahuluan ke obyek yang
diteliti, melakukan observasi, dan wawancara ke berbagai sumber, sehingga semua
permasalahan dapat diidentifikasi.
Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah diketahui tersebut, selanjutnya
dikemukakan hubungan satu masalah dengan masalah yang lain. Masalah yang
akan diteliti itu kedudukannya di mana di antara keseluruhan masalah yang akan
diteliti. Masalah apa saja yang diduga berpengaruh positif dan negatif terhadap
masalah yang diteliti. Selanjutnya massalah tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk
variabel.
C. Batasan Masalah
Karena adanya keterbatasan, waktu, dana, tenaga, teori-teori, dan supaya
penelitian dapat dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang
telah diidentifikasikan akan diteliti. Untuk itu maka peneliti memberi batasan, dimana
akan dilakukan penelitian, variabel apa saja yang akan diteliti, serta bagaimana
hubungan variabel satu dengan variabel yang lain. Berdasarkan batasan masalah
ini, maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian.
D. Rumusan Masalah
Setelah masalah yang akan diteliti itu ditentukan (variabel apa saja yang akan
diteliti, dan bagaimana hubungan variabel satu dengan yang lain), dan supaya
masalah dapat terjawab secara akurat maka masalah yang akan diteliti itu perlu
dirumuskan secara spesifik. Pedoman merumuskan masalah sebagai berikut :
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
42
1) Perumusan masalah sebaiknya dengan kalimat tanya
2) Perumusan sebaiknya padat, jelas, dan spesifik
3) Perumusan hendaknya dapat memberi petunjuk tentang kemugkinan
pengumpulan data guna menjawab permasalahan.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian di sini tidak sama dengan tujuan yang ada pada sampul skripsi
atau tesis, yang merupakan tujuan formal (misalnya untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mendapat gelar sarjana), tetapi tujuan di sini berkenaan dengan tujuan
peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan
rumusan masalah yang dituliskan. Misalnya rumusan masalahnya : apakah ada
pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja karyawan? Maka tujuan penelitiannya
adalah : ingin mengetahui apakah ada pengaruh latihan terhadap produktivitas kerja
karyawan. Rumusan masalah dan tujuan penelitian ini jawabannya terletak pada
kesimpulan penelitian.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian merupakan dampak dari tercapainya tujuan. Kalau tujuan
penelitian dapat tercapai dan rumusan masalah dapat terjawab secara akurat maka
sekarang kegunaannya apa. Kegunaan hasil penelitian ada dua hal yaitu :
1) Kegunaan untuk mengembangkan ilmu/kegunaan teoritis
2) Kegunaan praktis, yaitu membantu memecahkan dan mengantisipasi masalah
yang ada pada obyek yang diteliti.
II. LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKAA. Landasan Teori
Deskripsi teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti, serta sebagai dasar untuk memberi
jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis) dan
penyusunan instrumen penelitian.
Teori-teori yang digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat
penguasa, tetapi teori yang betul-betul telah teruji kebenarannya secara empiris. Di sini
juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian yang telah ada sebelumnya yang ada
kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Jumlah teori yang dikemukakan tergantung
pada variabel yang diteliti.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
43
B. Kajian Pustaka / Penelitian yang Relevan
Kajian pustaka memaparkan secara sistematis tentang gagasan, konsep,
pemikiran, teori, dan temuan dari berbagai penelitian terdahulu yang ada hubungannya
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti dapat memulai dengan
mengemukakan penelitian-penelitian secara kronologis atau disistematisasikan menurut
masalah. Dari tiap penelitian dapat dipetik hal-hal tentang masalah, teori yang
digunakan, metodologinya, dan temuan-temuannya, dengan memberikan komentar,
kritik, evaluasi, dan sebagainya sehingga tidak ada kesan bahwa bagian ini merupakan
tumpukan hasil-hasil penelitian tanpa ada internalisasi dan pengolahan dari peneliti.
Dari semua itu peneliti dapat mengemukakan bagian-bagian atau aspek-aspek mana
yang berhubungan dan yang tidak berhubungan dengan bagian-bagian atau aspek-
aspek yang dikaji sekarang; masalah-masalah mana yang sudah diteliti orang dan
masalah-masalah mana yang belum digarap sehingga peneliti bisa menempatkan di
mana posisi masalah yang akan diteliti.
C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan dalam
penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang diteliti,
menunjukkan hubungan antar variabel yang diteliti dan mampu membedakan nilai
variabel pada berbagai populasi. Kerangka berpikir akan mempertautkan variabel-
variabel yang akan diteliti yaitu hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung
serta variabel lain yang mungkin akan terlibat dalam penelitian. Jadi, kerangka berpikir
muncul apabila dalam suatu penelitian mempertautkan dua variabel atau lebih. Jika
hanya membahas satu variabel atau lebih secara mandiri maka peneliti harus
melakukan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel tentang argumentasi
terhadap variasi besaran variabel yang diteliti.
Kerangka berpikir yang mempertautkan dua variabel atau lebih akan menghasilkan
rumusan hipotesis yang berbentuk perbandingan atau hubungan. Di sini peneliti harus
menguasai teori yang mendukung argumentasi dalam mewujudkan suatu kerangka
berpikir dan sifatnya merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang diteliti.
Peneliti harus menetapkan terlebih dahulu variabel yang akan diteliti dan berguna untuk
menetapkan teori pendukungnya. Kemudian, berdasarkan teori yang telah dipelajari,
peneliti menyusun definisi operasional masing-masing variabel penelitian, nama
variabel, serta kedudukan antarvariabel dalam penelitian.
Sesudah menetapkan kedudukan masing-masing variabel, peneliti melakukan analisis
terhadap teori yang mendukung dengan membandingkan antara teori dan penelitian
terdahulu. Pendalaman teori dan analisis terhadap hasil penelitian lain akan
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
44
menghasilkan sintesis atau kesimpulan sementara. Akhirnya, dari sintesis, peneliti dapat
menyusun hipotesis penelitian.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara rumusan masalah penelitian. Oleh karena
itu, sebaiknya rumusan masalah dibuat dalam kalimat pertanyaan dan jawabannya akan
diperoleh dalam hipotesis. Hipotesis harus diuji kebenarannya sebab baru disusun atas
dasar teori, belum diuji secara empiris melalui pengumpulan data dan atau pengamatan
langsung pada obyek penelitian.
Penelitian yang memerlukan hipotesis adalah yang bersifat kuantitatif, sedangkan
penelitian kualitatif yang tidak mengajukan hipotesis justru akan menemukan hipotesis,
yang selanjutnya akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini, kita mengenal hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Hipotesis
statistik diperlukan apabila menggunakan sampel.
Contoh perumusan hipotesis:
a. Hipotesis deskriptif
Produktivitas karyawan (dalam populasi) pada tahun 2008 rendah.
b. Hipotesis komparatif
Ada perbedaan pendapatan pedagang kaki lima yang berdagang pada siang
hari dengan pedagang yang bedagang pada malam hari.
c. Hipotesis asosiatif
Ada hubungan positif antara pengalaman kerja dengan pendapatan karyawan.
III. METODE PENELITIANA. Rancangan Penelitian
Peneliti perlu mengemukakan jenis penelitian atau pendekatan yang digunakan
dalam penelitian yang dirancang. Misalnya, apakah penelitian yang hendak dilakukan ini
tergolong penelitian kepustakaan atau eksperimen, penelitian kebijakan, penelitian
kualitatif atau kuantitatif. Apakah peneliti akan menggunakan penelitian laboratorium
atau penelitian lapangan dan sebagainya. Penyebutan jenis penelitian ini mempunyai
konsekuensi atau implikasi metodologis selanjutnya.
B. Populasi dan sampel
Dalam penelitian perlu dijelaskan populasi dan sampel yang dapat digunakan
sebagai sumber data. Bila hasil penelitian akan digeneralisasikan (kesimpulan data
sampel yang dapat diberlakukan untuk populasi) maka sampel yang digunakan sebagai
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
45
sumber data harus representatif. Sampel yang representatif dapat diambil dari populasi
secara random.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Hal-hal yang dikemukakan pada bagian ini ialah identifikasi variabel penelitian,
definisi operasional, dan konstelasi variabel. Uraian mengenai ketiga hal ini dilakukan
secara amat singkat karena maksud utamanya adalah untuk memberikan gambaran
utuh dalam bentuknya yang ringkas mengenai fokus penelitian.
Definisi operasional diberikan kepada variabel yang akan diteliti. Definisi operasional
adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal didefinisikan yang dapat diamati.
Secara tidak langsung definisi operasional itu akan menunjuk alat pengambil data yang
cocok digunakan.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Yang diperlukan di sini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat
sehingga betul-betul didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua teknik
pengumpulan data (angket, observasi, wawancara) dicantumkan kalau sekiranya tidak
dapat dilaksanakan. Selain itu konsekuensi dari mencantumkan ketiga teknik
pengumpulan data itu adalah setiap teknik pengumpulan data yang dicantumkan harus
disertai datanya. Memang untuk mendapatkan data yang lengkap dan obyektif
penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan, tetapi bila satu teknik dipandang
mencukupi maka teknik yang lain bila digunakan akan menjadi tidak efisien.
Penelitian yang bertujuan untuk mengukur suatu gejala diperlukan instrumen
penelitian untuk mengukurnya. Jumlah instrumen yang akan digunakan tergantung pada
variabel yang diteliti. Perlu dikemukakan instrumen apa saja yang akan digunakan untuk
penelitian, skala pengukuran yang ada pada setiap jenis instrumen (Likert, dll), prosedur
pengujian validitas dan reliabilitas instrumen.
E. Teknik Analisis Data
Untuk penelitian dengan pendekatan kuantitatif maka teknik analisis data ini
berkenaan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan pengujian
hipotesis yang diajukan. Bentuk hipotesis yang diajukan akan menentukan teknik
statistik yang digunakan. Jadi, sejak membuat rancangan, maka teknik analisis data ini
telah ditentukan. Bila peneliti tidak membuat hipotesis, maka rumusan masalah
penelitian itulah yang perlu dijawab. Dan apabila hanya rumusan masalah itu dijawab,
maka sulit membuat generalisasi sehingga kesimpulan yang dihasilkan hanya dapat
berlaku untuk sampel yang digunakan, tidak dapat berlaku untuk populasi.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
46
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANBagian ini merupakan laporan hasil penelitian dengan menyajikan data, fakta,
dan temuan, berikut pembahasannya. Layaknya sebuah laporan, hasil penelitian
disajikan dalam ragam bahasa tulis yang baku, didukung oleh tabel, grafik, gambar,
foto, atau bentuk lain. Jika ada hipotesis, bagian ini merupakan medan uji hipotesis.
Dalam hal ini hipotesis perlu dikemukakan lagi dengan rumusan hipotesis nol dan hasil
serta penjelasannya dikemukakan secara ringkas dan jelas.
Temuan-temuan dengan dukungan data dan fakta juga dikemukakan secara ringkas,
padat dan jelas. Temuan-temuan ini kemudian dibahas satu demi satu dengan tujuan :
(1) menjawab masalah penelitian, atau menunjukkan bagaimana tujuan penelitian ini
dicapai,tercapai atau tidak tercapai; (2) menafsirkan temuan-temuan penelitian; (3)
memadukan atau menggolongkan temuan penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan
yang telah ada (misalnya, apakah temuan ini sesuai, sejajar, tidak sesuai atau
bertentangan dengan hasil penelitian terdahulu); (4) memodifikasi (memperkuat,
mengubah, merevisi) teori yang sudah ada dan menyusun teori baru. Bentuk dan
luasnya pembahasan dapat disesuaikan dengan tujuan tersebut.
V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARANKesimpulan merupakan ungkapan singkat temuan pokok yang diperoleh dari
analisis data. Jika memungkinkan, temuan spesifik lebih ditonjolkan daripada temuan
lain. Temuan yang diungkapkan dalam kesimpulan hanya yang berhubungan dengan
permasalahan atau hipotesis. Ada kemungkinan bahwa temuan pokok bertentangan
dengan hipotesis yang diajukan. Penelitian tidak perlu melakukan penyesuaian atau
mengubah data, melainkan justru melakukan analisis lebih lanjut tentang mengapa
hasilnya bertentangan atau hipotesis yang diajukan tidak terbukti. Inilah tantangan bagi
peneliti untuk mengkaji lebih lanjut hasil temuannya.
Saran atau rekomandasi dibatasi pada sejumlah opini peneliti tentang apa yang
sebaiknya dilakukan untuk kurun waktu mendatang. Dasar rekomendasi tentu berawal
dari temuan yang sudah disimpulkan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKASampai akhir penulisan laporan, peneliti telah banyak menggunakan buku,jurnal,
dan sumber referensi lain yang diperlukan, baik dalam proses penelitian maupun
penulisan laporan penelitian. Pola penulisan daftar pustaka bermacam-macam, tetapi
dalam satu judul penelitian, peneliti harus menggunakan satu pola yang konsisten
sesuai dengan standar penulisan daftar pustaka yang telah dipilih. Daftar pustaka akan
memperlihatkan perkembangan pola pikir peneliti, yaitu pada kelengkapan, relevansi,
dan kemutakhirannya.
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
47
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Donald T. Campbell, Julian C. Stanley. 1963. Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research. USA : Houghton Mifflin Company
Erwan Agus Purwanto, Dyah Ratih Sulistyastuti. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Gava Media
Fred N.Kerlinger. 2003. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
J. Supranto. 2000. Teknik Sampling untuk Survei & Eksperimen. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Lexy J. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Muhammad Teguh. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada
Murti Sumarni, Salamah Wahyuni. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta : Andi Offset
Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito
Rindjin I Ketut. 1987. Pengantar Filsafat Ilmu dan Ilmu Sosial Dasar. Bandung : Ganeca Exact
Sutrisno Hadi.2004. Metodologi Research Jilid I. Yogyakarta : Andi
Sugiyono. 2009. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta
Sutrisno Hadi. 2001. Metodologi Research jilid 4. Yogyakarta : Andi
William G. Cochran. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Jakarta : UI-Press
Metodologi Penelitian I Made Nuryata, S.Pd., M.Pd
48