ill. metodologi- penelltlan - repository.ipb.ac.id filebahan baku untuk percobaan ini adalah minyak...
TRANSCRIPT
Il l . METODOLOGI- PENELlTlAN
111.1. Ternpat Dan Waktu
Penelitian dilqkukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pangan
Pusat Antar Universitas (PAU) Pangan dan Gizi-lnstitut Pertanian Bogor
(IPB) serta Puslitbang Kimia Terapan-LIPI, Puspiptek, Serpong. Penelitian
berlangsung dari bulan April 1995 hingga bulan April 1997.
111.2. Bahan Dan Alat
Bahan baku untuk percobaan ini adalah minyak sa@t mentah
(Crude Palm Oil) dari buah kelapa sawit (Elaeis guineensis, Jam) jenis
Tenera yang didapatkan dari PT. Perkebunan Nusantara VIII, PKS.
Kertajaya, Malingping Banten, Jawa Barat. Bahan baku disimpan dalam
lemari pendingin pada temperatur - 14 O C sampai saat digunakan.
Enzim yang digunakan merupakan lipase mikrobial komersial yakni
dari Rhizomucor miehei dengan nama dagang Lipozyme-IM imobil dengan
aktivitas enzimatis = 5-6 BAUN ( BAUN = Batch Acidolysis Unit ), dan
Novozyme-435 imobil dari Candida antartica dengan aktivitas
enzimatisnya: 7000 PLUlgram (PLU = Pmpyl Laurate Unit) berdasarksn
keterangan dari PT. Novo Nordisk, Denmark. Lipase Candida cylindracea
dengan nama dagang Cipase-OF dengan aktivitas enzimatis: 360.000
Ulgr berdasarkan keterangan dari Meito Sangyo Ltd., Jepang. Potasium
dihidroksi fosfat, H2S04, HCI dan NaOH produk dari E.Merck. COz
komersial dipakai sebagai pelarut pada proses ekstraksi superkritik serta
bahan kimia lainnya untuk keperluan analisa berkualitas pro-analisa dan
pro-kromatografi didapat dari penyalur di Bogor, Jakarta dan sekitarnya,
Alat utama yang digunakan adalah : l).Unit ekstraksi fluida
superkri t i k ( Superpressure-hydrodynamics, Newpod Scientific. Inc.
AMINCO, Mary land, USA, model 46-19360-50 Hz) seperti ditunjukkan
pada Gambar 13 dengan spesifikasi sebagai berikut :
2). Kromatografi cairan kinerja tinggi (Shimadzu model SPD-MA) dengan
UVNlS Photo diode array detector, pompa LC-GA , kolom reversed phase
C-18 ukuran 4.6 x 250 mm (Vydac model 201 TP-54). 3). Krornatografi
gas (Shimadzu GC-14A) dengan detektor FID (flame ionization detector)
dilengkapi C-R7A chromatopac sebagai integrator dan kolom kapiler silika
AT-1000 (25 m x 0.25 mm, Altech); 4).Spektrofotometer (Spectronic 2000
dari Bausch and Lomb, &A). S).Kromatografi lapis tipis (Camag) dengan
alat spotting (Linomat);
111.3.1. Perlakuan Pendahuluan Terhadap CPO
111.3.1 .l. Hidrolisis enzimatis CPO
Dalam percobaan ini dipelajari hidrolisis enzimatis sebagai
perlakuan awal dari CPO sebelum proses pemekatan menggunakan
teknik SFE. Diagram hidrolisis enzimatis CPO tertera pada Gambar 14.
Pada tahap ini dilakukan 14 paket perlakuan, dimana faktor perlakuan
yang diteliti pada masing-masing paket tercantum dalam Tabel 10 dan
kondisi yang lain konstan berdasarkan paket perlakuan dengan hasil
terbaik. Perlakuan dilakukan secara berurutan.
Minyak sawit mentah (CPO)
Gas N2 ------a I
Enzim lipase .-~Erlenmeyer bertutup 4- Larutan bufer
4 Orbital thermoshaker
T,t, rpm
Pendi d ginan
4 Heksan -+ Pem~sahan , Enzim
Fasa asam lem k dlm heksan 1 1 Cuci dgn
Penggunaan ulang Heksan Evaporasi vakum
I
Campuran asa f, lemak sawit Analisis : - Derajat hidrolisis
- Kandungan karotenoid
Gambar 14. Diagram alir proses hidrolisis CPO secara enzimatis
Tabel 10. Faktor dan taraf percobaan hidrolisis CPO secara enzimatis
Prosedur percobaan hidrolisis enzimatis CPO :
No
A 1 2 3 4 5 6
7
8
B
1 2
3 4 5
6
Prosedur percobaan hidrolisis CPO di adopsi dari Lirrfield (1986)
dengan modifikasi. Sejumlah 10 gram substrat dengan konsentrasi CPO
50 %, pada bufer fosfat 0.1 M dengan pH 5.4, ditarnbahkan enzim lipase
Faktor perlakuan percobaan
dengan konsentrasi 5% (blb CPO). Carnpuran reaksi diinkubasikan
Taraf perlakuan
Hidrdisis CPO oleh lipase dari R.miehei (LipozymellM) pH bufer fosfat 0.1 M Variasi konsentrasi enzim (%b/b CPO) Konsentrasi substrat CPO (% berat) Kecepatan pengadukan (rpm) Temperatur proses (OC) Waktu proses (Jam)
lnteraksi faktor pH, konsentrasi enzirn (%bib CPO) dan konsentrasi CPO (%berat substrat)
Penggunaan ulang Lipozyme-IM (Kali)
4; 5; 5.4; 6; 7 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8 40; 50;60; 70;80;. 90 90; 150; 21 0 40; 45; 50; 55; 60 6; 12; 18; 24; 30; 36; 42; 48; 54; 60 pH: 4; 5.4; 7 Enzim: 1; 3; 5 CPO: 30; 50; 70 8
Hidrolisis CPO oleh lipase dari C.cylindmcea (Lipase-QF)
pH bufer fosfat 0.1 M Konsentrasi enzim Lipase-OF(%b/b CPO)
Konsentrasi CPO (%berat substrat) Temperatur proses (OC) Waktu proses (menit)
lnteraksi faktor pH, konsentrasi enzim(%b/b ' CPO) dan konsentrasi CPO (%berat substrat)
,
4; 5; 5.4; 6; 7 0.02; 0.04; 0.06; 0.08; 0.1 ; 0.2; 0.3 50; 60; 70; 80;90 40; 45; 50; 55; 60 1 0;20;30;40;50;60; 70; 80;90; 1 20; 1 80;2 40; 300; 360;420;48 0;540;600 pH: 4; 5; 6 Enzim: 0.04; 0.06; 0.08 CPO: 70; 80; 90
dalam orbital thermoshaking incubator dengan putaran 150 rpm dan
temperatur 45 OC selama waktu 24 jam.
Pemisahan enzim dari tiap tahap proses dilakukan dengan *
melarutkan campuran reaksi dalam 20 ml heksan dan difiltrasi secara
vakum, kemudian larutan dalam heksan dievaporasi dengan vacuum
rotary evaporator pada 35 OC sampai bau heksan hilang dan diperoleh
campuran asarn lemak dan sisa trigliserida dengan karotenoid di
dalamnya. Analisis produk mencakup derajat hidrolisis (3.4.1) serta
kandungan karotenoid (3.4.2).
Pada perlakuan penggunaan ulang lipase, enzim hasil pemisahan
dengan campuran reaksi dicuci dengan heksan dan disaring dehgan filter
vakum sehingga kering dan siap digunakan kembali pada percobaan
berikutnya tanpa ada penambahan enzim baru.
111.3.1.2. Hidrolisis kimiawi CPO
Dalam percobaan ini dipelajari hidrolisis CPO secara kimiawi
diadopsi dari Vogel (1968) yang dimodifikasi dengan menggunakan
HzS04 dan HCI sefia NaOH sebagai katalis basa. Diagram hidrolisis
kimiawi CPO tertera pada Gambar 15. Pada tahap ini dilakukan 2 paket
perlakuan, dimana faktor dan taraf perlakuan yang diteliti pada masing-
masing paket tercantum dalam Tabel 11 dan kondisi yang lain konstan
berdasarkan kondisi terbiik paket percobaan sebelumnya.
label 11. Faktor dan taraf perlakuan hldtolidrr CPO swam klmlrwi
Prosedur percobaan hidrolisis CPO menggunakan katalis asam
Ke dalam 10 gram campuran substrat CPO dan air pada
perbandingan 6:4 (blb) ditambahkan HzSOs atau HCI dengan variasi v/b
CPO. Campuran reaksi dipanaskan di atas stirring hotplate yang
dilengkapi kondensor untuk refluks pada temperatur 9 0 ' ~ dengan laju
putaran 360 rpm selama 6 jam. Untuk menghindari oksidasi, tabu reaksi
ditutup dengan alumunium voil. Setelah reaksi selesai, lapisan air
dipisahkan dan lapisan asam lemak derajat hidrolisis (3.4.1) dan
kandungan karotenoidnya (3.4.2).
Prosedur percobaan hidrolisis CPO dengan katalis basa NaOH
Kedalam 4.2 gram CPO ditambahkan substrat air : metanol ( 5:5
VIV dengan total volume 10 ml) dan NaOH 5% blb CPO. Hidrolisis
dilakukan dalam orbital thermoshaking incubator pada kecepatan putar
150 rpm pada 60 OC selama 1 jam. Hasil reaksi dinetralisir dengan HCI
dan dicuci dengan air. Setiap pemisahan dilakukan dengan sentrifus dan
dianalisa derajat hidrolisis dan kandungan total karotenoidnya.
Minyak sawit mentah (CPO)
Air -1 1 ,yaIiri : - H2S04,HCI
Gas N2 - Erlenmeyer bertutup I
- NaOH +
Reflux magnetic stimng hot plate atau orbital t errnoshaker 1
Pedin inan B Fasa air - Pemisahan
1 Asam lemak sawit
Analisa : - Derajat hidrolisis - Kandungan karotenoid
Gambar 15. Diagram alir proses hidrolisis kimiawi dari CPO
. 111.3.1.3. Alkoholisis CPO secara enzimatis
Alkoholisis enzimatis CPO dilakukan dengan 10paket urutan
percobaan menggunakan 2 macam enzim Lipozyme-IM dan Novozyrne
435 seperti tercantum dalam Tabel 12. Skema percobaan alkoholisis CPO
secara enzimatis tertera pada Gambar 16.
Tabel 12. Faktor dan taraf percobaan alkoholisis CPO secara enzimatis
Prosedur percobaan alkoholisis enzimatis CPO
Kedalam 0.5 gram CPO dalam erlenmeyer joint bertutup gelas
ditambahkan 10 ml caknpuran pelarut-donor alkil (9:l vlv), 0.5 ml bufer
fosfat pH 7.0 dan enzim Lipozyme sebanyak 20% (bib CPO). Headspace
4
5 6
diisi dengan gas Nz. Campuran reaksi diinkubasikan dalam orbital
thermoshaker pada 60 rpm, 40 OC selama 24 jam.
Pemisahan enzim dengan campuran reaksi dilakukan dengan
melarutkan dalam 20 ml heksan. POME didapatkan dengan menguapkan
lnteraksi faktor konsentrasi enzim (%b/b CPO) dan perbandingan molar CPO: metanol
Temperatur proses (OC) Waktu proses (Jam)
pelarut menggunakan vacuum mtary evaporator. Analisis produk
Enzim: 20; 40; 40 CPO: MetOH: 1 :6; 118; 1 : lO 40,45, 50 12, 24, 36, 48, 60, 72,84
B. Alkoholisis CPO oleh Lipase dari R.miehei (Novozyme 436)
mencakup tingkat ester (3.4.5.) dan kandungan karotenoidnya (3.4.2).
1
2
3 4
Jenisdonoralkil
Konsentrasi enzim (%blb CPO)
Jumlah pelarut heksan (ml) Jumlah donor alkil (ml)
metanol, etanol, butanol, etil asetat 20; 40; '60; 80; 100; 120 1 ;2;3;4;5;6;7;8;9 3; 3.5; 4; 4.5; 5
Minyak sawit mentah ( CPO)
' Gas N2 1 i-' Pelarut organik
Enzim lipase --------+Erlenmeyer bertutup Donor alkil I +
Orbital therrnoshaker Tit, rpm
I
Pendi inan is + Heksan -b Pemisahan 7 Enzim
4 Fasa ester dlm heksan
& Evaporysi vakum
f Ester metil sawit
Analisis : - Tingkat ester - Kandungan karotenoid
Gambar 16. Diagram alir proses alkoholisis CPO secara enzimatis
111.3.1.4. Alkoholisis kimiawi CPO
Alkoholisis CPO secara kimiawi dilakukan berdasarkan metoda Ooi
(1994) dengan menggunakan katalis NaOH dalam metanol seperti tertera
pada Gambar 17. Preparasi katalis dilakukan dengan melarutkan
sejumlah NaOH kedalam metanol dengan perbandingan tertentu .
Dilakukan studi pendahuluan untuk melihat konsistensi produk
dengan memvariasikan perbandingan mot antara CPO: metanol 1: 6, 1: 8,
1 : 10, 1 : 12 (mol/mol) dan persentase NaOH 0.5, 1 .O, 1.39, 1.8 % b/b CPO.
Proses alkoholisis dilakukan pada temperatur 60 OC selama 1 jam dalam
orbital thermoshaker dengan kecepatan putar 150 rpm. Setelah reaksi
selesai, campuran reaksi disentrifus sehingga terjadi 2 lapisan. Lapisan
atas berwarna merupakan fasa ester dengan karotenoid di dalamnya dan
lapisan bawah tak bennrarna adalah fasa air. Lapisan atas dicuci dengan
air dan dipisahkan dengan sentrifus, kemudian dilihat penampakan hasil
dan pemisahan lapisannya secara kualitatif serta dianalisis tingkat ester
dan kandungan total karotennya. Proses alkoholisis diulang dengan
menggunakan satu kombinasi perlakuan terpilih dan divariasikan pada
berbagai waktu proses yaitu : 1, 1.5, 2 dan 2.5 jam.
Hasil alkoholisis dengan kondisi waktu terpilih dilanjutkan dengan
mencari kondisi pemisahan tapisan ester dan air yang paling baik.
Campuran reaksi diekstrak dengan berbagai pelarut organik dan
kombinasinya seperti: heksan, petroleum eter dan benzen dengan
perbandingan 1 : 1 serta dibandingkan terhadap kontrol (tanpa pelanrt).
Untuk menyempurnakah pemisahan antara dua lapisan yang terbentuk,
dilakukan optimasi terhadap kecepatan dan waktu pernutaran sentrifus
yaitu dari 1250, 2500 dan 3750 rpm selama 5, 10 dan 15 menit.
Pengaruh temperatur proses dipelajari dengan menggunakan
kombinasi perlakuan dan kondisi proses terpilih sebelumnya. Variasi
temperatur dilakukan pada 40, 45, 50, 55 dan 60 'C. Analisa produk
seluruh tahap hasil alkoholisis meliputi tingkat ester (3.4.5) dan
kandungan karotenoid (3.4.2).
+ hAetanol + MOH - Tabun~ bertutup
1 ~enyemprotan N2 di head
1 Orbital thermoshaker 60 OC, 1 50 rpm, 1 jam
1 Pendinginan 1
Ekstraksi - Kombinasi peiaNt : I - Heksan 1 - Petroleum eter
Lapisan tak t- Sentrifus
1 - Benzen
berwarna
Lapisan berwarna I +
Evaporasi
1 Pencucian dg akuades
I 4
Sentrifuse 1
Ester metil sawit
Gambar 17. Diagram alir proses alkoholisis minyak sawit
111.3.2. Pemekatan Karotenoid Dengan Teknik Fiuida C Q SuperkrMlk
Pemekatan karoten dengan teknik fluida CO;! dilakukan dengan
urutan pengerjaan seperti tercantum pada Gambar 18.
111.3.2.1. Preparasi bahan baku pemekatan karoten CPO dengan teknik fluida C02 superkritik
Preparasi bahan baku guna pemekatan karoten CPO dengan
teknik fluida superkritik merupakan hasil pemilihan proses pendahuiuan
(111.3.1) dalam skala 20 kg bahan baku CPO. Pemilihan proses perlakuan
awal CPO berdasarkan: kandungan karotenoid terbaik dan tingkat ester
atau derajat hidrolisis terbaik.
111.3.2.2. Pemekatan karoten CPO
Percobaan dilakukan dalam 2 tahap. Tahap awal dimaksudkan
untuk mencari kondisi tekanan dan temperatur optimum dengan
memvariasikan beberapa tekanan dan temperatur proses pada waktu dan
laju alir COz yang konstan.
Sejumlah 200 gram bahan baku hasil preparasi pada bagian
111.3.2.1 dimasukkan ke dalam ekstraktor pada sistem ekstraksi dengan
fluida superkritik dan ditutup rapat. Kondisi proses di set sesuai dengan
variasi perlakuan tahap awal sebagai berikut : Tekanan : 1500 , 2000,
2500,3000, 3500 psi, Temperatur : 40 ,45,50,55, 60 OC dan Waktu :
4 jam dan laju alir COz sebesar 0.56 kgdam. Tekanan dalam separator di
set pada 500 psi dan, temperatur sama dengan temperatur ekstraktor.
Banyaknya COz yang digunakan dihitung dari selisih berat sebelum dan
sesudah proses. Hasil proses ekstraksi terpisah masing-masing sebagai
ekstrak yang merupakan keluaran dari separator dan residu adalah
bagian yang masih tinggal dalam ekstraktor. Analisis produk ekstrak dan
residu mencakup perolehan produk, kandungan total karotenoid (3.4.2)
dan komposisi alp-karoten (3.4.3) serta komposisi asam lemak masing-
masing fraksi (3.4.4). Pekatan karoten dikoleksikan dalam fraksi residu.
Selanjutnya, percobaan tahap 2 dilakukan pengamatan perubahan
hasil pemekatan terhadap waktu ekstraksi : 0.5 jam - 10 jam (selang 0.5
jam) pada beberapa tekanan dan temperatur terpilih pada tahap awal.
Diagram alir sistem ekstraksi dengan fluida COz superkritik ditunjukkan
pada Gambar 18.
Filtrasi
Alkoholisis * Kimiawi Enzimatis + NaOMe + Lipase
Hidrdisis * Kimiawi * Enzimatis
+ HCI, HzS04 + Lipase
perlakuan idrotisis1 - Tingkat ester
Preparasi dengan
I , Pemekat:n karotenoid dgn teknik SFE
1
Gambar 18. Diagram alir proses pemekatan karotenoid sawit dengan teknik ekstraksi fluida COz superkritik
Dalam tahap pemekatan ini dipelajari :
1. Hubungan antara solubilitas komponen utama CPO terhadap pelamt
COz superkritik sebagai fungsi dari berbagai kondisi proses.
2. Berdasarkan hasil dari kajian tahap pengaruh tekanan dan temperatur
dicari kondisi operasi yang optimum.
3. Bersamaan dengan proses di atas, dipelajari model kinetika pemekatan
P-karoten pada kondisi proses terpilih.
Setiap percobaan dilakukan dengan 2 ulangan. Data diuji dengan
analisis sidik ragam dan bila berbeda nyata, dilakukan uji Duncan taraf
5%. Kecenderungan pengaruh kondisi proses terhadap hasil pemekatan
digunakan metoda permukaan respon (Respon surface methoddogy
111.4. METODA ANALISIS
111.4.1. Derajat Hidrolisis, Metoda titrimetri ( Linfield, 1988)
Derajat hidrolisis merupakan kemampuan suatu proses
menghidrolisa lemak menjadi asam-asam lemaknya. Sampel ditimbang 2
gram kedalam erlenmeyer 200 ml, ditambahkan 50 ml alkohol (etanol
absolut), kemudian dipanaskan dalam penangas air pada temperatur
90'~ selama 10 menit sambil diaduk. Selanjutnya dititrasi dengan KOH
0.1 N dan indikator fenolftalein 1% dalam alkohol, sampai terlihat warna
merah jambu. Sebagai kontrol dilakukan titrasi terhadap sampel sebelum
dihidrolisis. Derajat hidrolisis didefinisikan sebagai berat asam yang
terhidrolisa per berat sampel :
B - A Derajat h'idrolisis = X N X M
10 x G
Dimana : A : jumlah ml KOH untuk titrasi CPO sebelum dihidrolisis B : jumlah ml KOH untuk titrasi sampel setelah dihidrolisis N : normalitas larutan KOH
* G : berat sampel (gram) M : berat molekul asam lemak yang dominan dalam minyak atau
lemak (rata-rata campuran asam lemak CPO = 263)
111.4.2. Kadar Karotenoid Total Metoda Spektrofotometri (Parker, 1992)
Contoh minyak sebanyak 0.5 gram didispersikan dalam 6 ml KOH
5% dalam metanol, di dalam tabung reaksi 18 ml bertutup teflon (alufo).
Headspace diisi dengan gas nitrogen, kemudian di saponifikasi pada
temperatur 60-70 OC selama 1 jam di dalam penangas air dengan kondisi
gelap. Setiap 10 menit di kocok dengan pengocok tabung. Setelah itu
didinginkan dan ditambahkan 2 ml air bebas ion dan 6 ml heksan.
Headspace diisi nitrogen, ditutup dan dikocok selama I menit. Kemudian
disentrifus, larutan bagian atas dipindahkan ke tabung reaksi 18 ml yang
bersih. Bagian bawah hasil ekstrak pertama diekstrak ulang dengan 6 ml
heksan, disentrifus dan lapisan atas ditambahkan ke ekstrak pertama.
Selanjutnya kumpulan ekstrak ditambahkan 3 ml asam asetat 5%
(didalam air) dan headspace diisi gas nitrogen, ditutup dan dikocok
selama 3 menit, disentrifus dan lapisan atas dipindahkan ke dalam tabung
reaksi bersih dan dievaporasi vakum pada 40 OC, hasil ekstrak ditimbang.
Selanjutnya dilarutkan dengan 3 ml pelarut asetonitril : metanol :
diklorometan (75205) dan diukur absorbansinya pada h = 450 nm
dengan spektrofotometer. Kandungan total karotenoid dalam sampel
dihitung dengan menggunakan nilai E'% (1 cm) untuk p-karoten = 2600.
Perhitungan :
10 v [ Karoten ] = X A X F P X
E'" (1 cm) B
Dimana : [Karoten]
E '% (1 cm)
= konsentrasi karoten dalam CPO contoh dalam satuan pglg
= faktor konversi dari persen kadar p-karoten menjadi satuan mglml atau pglpl
= nilai koefisien ekstinsi 9-karoten dalam asetonitril : metanol : diklorometan (75205) pada panjang gelombang 450 nm adalah 2600 (Parker, 1992)
= nilai absorbansi pada panjang gelombang 450 nm
= faktor pengenceran pada saat pengukuran absorbansi
= volume yang diukur absorbansinya adalah 3000 PI
= berat CPO yang diekstrak P-karotennya (gram)
111.4.3. Komposisi a- dan p- karoten Dengan Metoda Kromatografi '
Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ( modifikasi Parker, 1992). . Sampel dipreparasi seperti pada penentuan total karoten sampai
hasil ekstrak akhir dilarutkan dalam 3 ml eluen asetonitril : metanol :
diklormetan (75:20:5) , pada botol amber dan disimpan pada -14 '~
sebelum digunakan.
Teknik KCKT yang digunakan adalah nonaqueous reversed
phase (NARP-HPLC) dengan UV-Vis Photo diode array detector SPD-
M6A dan SCL-GA sistem kontrol dari Shimadzu. Sebagai eluen dipakai
campuran asetonitiril : metanol : diklorometan : 75 : 20 : 5 (vlv),
kecepatan alir eluen 1 mllmenit dengan temperatur kolom : temperatur
+ ruang dengan tekanan kolom : 17 kgflan' serta jelajah panjang
gelombang 420-480 nm. Volume sampel atau standar yang diinjeksikan
: 10 pI dan sebelumnya disaring dengan membran filter nylon 0.45 pm.
Konsentrasi p-karoten dalam contoh mengikuti perhitungan :
Ac [ contoh ] = - x FP x [ standar ]
As dimana :
[ contoh ] : konsentrasi beta karoten dalam eontoh (ppm) [ standar ] : konsentrasi beta karoten standar (ppm) As : luas area kromatogram standar Ac : luas area kromatogram contoh FP : faktor pengenceran
111.4.4. Komposisi Asam Lemak Dengan Metoda Kromatografi Gas (GC) (modifikasi Morrison dan Smith, 1964)
Preparasi sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut : 2 tetes
(0.04 gram) sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertutup.
Kemudian ditambahkan 1.5 ml BF3 -metanol (12% beraffvolume) dan 1.5
ml benzen. Campuran dipanaskan dalam penangas air selama 1 jam pada
temperatur 6 0 ' ~ sambil dikocok dengan vorteks setiap 15 menit. Setelah
itu campuran didinginkan, ditambah 2 ml heksan dan 2 rnl aquadest.
Campuran disentrifus dan terbentuk dua lapisan. Lapisan atas diambil,
sedangkan lapisan bawah disentrifus kembali setelah ditambahkan 2 ml
heksan. Lapisan atas yang terbentuk diambil dan dicampurkan dengan
lapisan atas yang pertama, kemudian disaring melalui Na2S04 anhidrat.
Larutan yang tersaring dimasukkan kedalam labu takar 5 ml, diencerkan
dengan heksan sampai 5 ml dan siap disuntikan ke GC. Volume
Oenyuntikan 5 - 15 PI. Pengukuran standar eksternal langsung
disuntikkan sebanyak 1-10 PI setelah diencerkan dengan pelarut yang
sama (heksan) ke GC. Alat kromatografi gas yang digunakan adalah
Shimadzu GC - 14A dilengkapi C-R 7 A chromatopac sebagai integrator,
dengan kondisi :
Perhitungan :
Instrumen Kolom
Gas pembawa Volume injeksi Temperatur detektor FID Temperatur injektor Teknik injeksi Split ratio Attenuasi Range kepekaan Waktu sampling Prog.Temperatur : - Temperatur awal - Laju kenaikan temperatur - Temperatur akhir
1. Kurva kalibrasi standar eksternal
Shimadzu GC-14A Heliflex AT-1000, capillary column, 25 m x 0.25 mm x 0.2pm He, P=1.4 kgIcm2 5-15 p1 275 OC 250 OC
Grob split dan splitless 100 :1 0 (paling peka direkorder) 1 oZ( kepekaan diatat terpeka 10") 15 menit 100 'C ditahan selarna 1 menit
10 'Clmin 180 OC selama 11 rnenit dan 200 "C selama 38 menit
Dari data dilakukan regresi linear sehingga mendapatkan persamaan :
Y = a X + b
Dimana : Y = berat asam lemak X = luas area a,b = konstanta regresi
2. Berat asam lemak sampel diketahui berdasarkan persamaan kalibrasi
di atas dengan memasukkan nilai luas area sampel dan diperoleh M, . Berat asam lemak awal di dapat dengan persamaan :
dimana : Vl = volume sampel yang disuntikkan (pi) Vz = volume total pengencerean awal (pl) Mi = berat asam lemak bebas dalam V, (pg) Mz = berat asam lemak bebas dalam Vz (pg)
3. Komposisi asam lemak :
111.4.5. Tingkat Ester, Metode Kromatografi Lapis Tipis (Modifikasi GanshirtJ969)
Sampel ester metil yang akan diuji tingkat estemya, terlebih
dahulu diencerkan menggunakan pelarut petroleum eter : dietil eter :
asam asetat (90 : 10 : 1). Penotolan sampellstandar pada pelat silika
(Kieselgel 60) dilakukan dengan alat Linomat sebanyak 1-5 pI. Setelah itu
pelat silika tersebut dimasukkan kedalam ruang KLT yang telah jenuh
dengan eluen petroleu'm eter : dietil eter : asam asetat (90:10:1). Jika
eluen telah mencapai garis akhir, pelat silika diangkat dan dikeringkan
dalam udara terbuka. Untuk memperjelas bentuk spot yang terjadi, pelat
silika tersebut dimasukan dalam ruang jenuh lod. Setelah beberapa menit,
terlihat noda-noda hasil pemisahan dan ditandai dengan pinsil kemudian
dijiplak dikertas tipis dan dipotong sekelilingnya untuk di lakukan
perhitungan secara 'potong-timbang'. Pelat silika disimpan dalam
eksikator.
Perhitungan : Berat jiplakan kertas sampel
[ Sarnpel ] = X FP X [ Standar ] Berat kertas jiplakan standar
Dimana : [Sampel] : konsentrasi ester sawit total yang ada dalam sampel
(glliter) [Standar] : konsentrasi standar ester-ester asam lemak palmitat,
stearat, oleat, linoleat dan linolenat) ( Miter) FP : faktor pengenceran
111.4.6. Perolehan Produk
Perolehan produk didefinisikan sebagai perbandingan berat hasil
akhir produk setelah pemisahan dengan produk lain terhadap berat total
substrat awal yang direaksikan. Sebagai contoh pada pemekatan dengan
SFE ( Bagian 3.3.2.2):
Berat fraksi ekstrak Perolehan ekstrak (%) = - ~ 1 0 0 %
Berat bahan baku yang diekstrak
Berat fraksi residu Perolehan residu (%) = ~ 1 0 0 %
Berat bahan baku yang diekstrak
111.4.7. Rendemen . Rendemen didefinisikan sebagai perbandingan berat suatu
komponen tertentu dalam produk terhadap berat komponen tersebut
dalam bahan baku yang diproses. Contoh pada pemekatan karotenoid
dengan teknik fluida superkritik (3.2.2.2):
Berat karotenoid dalam ekstrak Rendemen karotenoid terekstrak (%) : ~ 1 0 0 %
Berat karotenoid dalam bahan baku