ikut delapan kali mudik gratis - · pdf filekakak-adik, winda widyana dan anggi lia asal ......

1
Pasti Dapat Tempat Duduk MUDIK gratis tahun ini merupakan yang keenam kalinya diikuti oleh Rianto. Warga Pen- jaringan, Rungkut ini sudah merasa nyaman de ngan acara yang rutin yang digelar Radar Surabaya bersama Yamaha. Bersama dua anaknya, dia mudik ke Banyuwa- ngi menjadi sangat melelahkan. “Saya semua anggota keluarga mudik. Enak, semua dapat tempat duduk. Tidak perlu berdesak-desakan,” ujar Rianto. Hanya saja dirinya juga memberi catatan untuk arus balik. Dari tahun lalu yang diikutinya, dia merasa keberang- katan terlalu siang. Sehingga sampai di Surabaya malam. (bae/no) Tidak Perlu Oper Bus PULANG ke Ba nyuwangi merupakan ru- tinitas Selvia Wiwit Eka Aminda yang di ja la ni nya setiap tahun. Jauhnya per- jalanan, harus berganti bus sebanyak dua kali, membuat warga Manyar Sabrangan ini memilih untuk ikut dalam mudik gratis. “Saya mudik bersama tiga orang, terma- suk ibu dan adik. Kalau ikut mudik gratis langsung turun di Banyuwangi, tidak perlu ganti bus di Jember,” ujar Selvia. (bae/no) HALAMAN 24 RADAR SURABAYA SABTU, 2 JULI 2016 layouter: hadi KAKAK-ADIK, Winda Widyana dan Anggi Lia asal Madiun ini sudah delapan kali ikut mudik gratis yang diadakan oleh Radar Sura- baya dan Yamaha. Itu berarti semenjak awal diselengga- rakan kedua warga Kapas Madya tersebut tak pernah absen. ”Saya selalu ikut sejak awal Radar Surabaya me- ngadakan mudik gratis. Tidak macet dan menguras tenaga. Kalau biasanya 4 jam per- jalanan, mudik bersama ini hanya 2 jam. Mungkin karena berangkatnya lebih dahulu juga,” ujar Winda. Untuk arus mudik kali ini, Winda memberikan saran jika penukaran tiket dijadikan satu saja. Dua tempat pendaftaran dirasa kurang efektif. Berbeda dengan tahun lalu yang terpusat di Gedung Graha Pena. ”Penukaran tiket tahun ini kurang tertib. Saya pikir lebih baik dijadikan satu saja. Dan lagi, kalau bisa Madiun juga ada arus balik nya juga,” ungkapnya. (bae/no) Ikut Delapan Kali Mudik Gratis Pernah Tak Dapat Bus Musim mudik menjadi momen bagi seluruh orang untuk pulang ke kampung ha la- mannya. Akhirnya, bus-bus selalu penuh pe num- pang. Kondisi ini membuat Mei Dwi Purwanti selalu kesulitan ketika akan pulang kam- pung ke Madiun. ”Kalau naik bus umum itu ribet,” ujar Mei yang tinggal di Tandes, Surabaya. Pengalaman pahit Mei seharian tidak mendapatkan bus, menjadi salah satu alasan ikut mudik gratis pada tahun ini. Dia tidak ingin pengalaman ngantre pan- jang menunggu bus terulang lagi. ”Ikut mudik gratis ini menjadi pengalaman per- tama bagi saya,” ujarnya.(bae/no) Sangat Membantu MUDIK ke Ngawi selalu dijalani oleh Bari Saputra. Warga Taman, Sidoarjo ini biasanya meng- gunakan moda transportasi kereta api untuk pulang kampung. Namun, tahun ini dia keha- bisan tiket untuk bisa menuju ke kampung halaman- nya. “Saya lihat di koran Radar Sura- baya, ada mudik gratis. Saya lantas ingin mencobanya,” ujar Bari. Karena kehabisan tiket kereta api, tanpa pikir panjang, dirinya langsung mendaftar begitu ada mudik gratis. Dia mudik bersama dengan orang tua, istri dan anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. “Mudik gratis ini sangat membantu. Di tengah-tengah keha- bisan tiket kereta api, tetapi saya masih bisa pulang kampung,” lanjutnya. (bae/no) Pasangan muda suami istri ini juga pertama kali ikut mudik gratis di Radar Surabaya yang bekerja sama dengan Yamaha. Mu- dik dan berkumpul bersama dengan keluarga di Ma- getan pada tahun-tahun sebelumnya selalu dilalui dengan kendaraan pribadi. Radina dan Danar biasanya menggunakan mobil untuk menempuh perjalanan 5-6 jam menuju kampung hala- man. “Kali ini tidak bisa naik mobil,” ujar Radina. Sementara, tiket kereta dan travel juga sudah pe- nuh semua. Itulah sebab- nya, pasangan suami istri asal Sidoarjo ini ikut mu- dik gratis. “Ini pengalaman bagi kami. Ya, mungkin tahun ini tidak bisa bawa oleh-oleh banyak. Tapi seti- daknya, mudik gratis ini sa- ngat membantu saat se- perti ini. Kalau naik bus ekonomi berdesak-desa- kan,” tuturnya.(bae/no) Daripada Berdesak-desakan Lebih Efisien MUDIK gratis tahun ini merupakan pe- ngalaman kedua bagi Muhammad Fauzi. Pemuda asal Jember yang kini tinggal di Ketintang, Surabaya ini ketagihan untuk ikut. Baginya, ikut mudik ini lebih efisien jika dibandingkan dengan naik bus umum. Serta dari segi biaya, lebih murah jika dibandingkan naik ken- daraan umum. Selain itu, terhindar dari macet yang biasa jadi momok saat musim mudik. “Kursinya sudah disiapkan. Tidak perlu berdesak-desakan saat naik dan memilih bus. Sebab, ada juga bus itu yang memak- sakan terus menaikkan penumpang. Padahal sudah tidak muat, tapi tetap saja dimasukkan,” ujar Fauzi yang juga ikut arus balik gratis itu. (bae/no) Solusi Bagi yang Kehabisan Tiket SEBAGAI seorang wanita, bagi Natalia Intan Pernamasari, pulang kampung sendiri tentunya sedikit mengkhawa- tirkan. Perjalanan ke Po norogo selama 6-7 jam bukannya waktu sebentar. Bia- sanya, dirinya naik travel saat mudik. Namun, tahun ini dirinya tidak kebagian tiket travel. “Semua tiket travel ke Ponorogo habis terjual,” ujar Natalia, warga Bumi Harjo, Surabaya. Untuk itu, kali ini ia memutuskan ikut mudik gratis yang diadakan Radar Surabaya. Ini akan menjadi pengalaman pertama baginya. (bae/no) Selvia

Upload: ngonhi

Post on 05-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ikut Delapan Kali Mudik Gratis - · PDF filekakak-adik, Winda Widyana dan Anggi Lia asal ... ini ketagihan untuk ikut. Baginya, ikut mudik ini lebih efisien jika dibandingkan dengan

Pasti Dapat Tempat Duduk Mudik gratis

tahun ini me ru pa kan yang keenam kalinya diikuti oleh Rianto. Warga Pen­jaringan, Rung kut ini sudah me rasa nyaman de ngan acara yang rutin yang digelar Radar Surabaya bersama Yamaha. Bersama dua anak nya, dia mudik ke Ba nyu wa­ngi men jadi sangat me lelahkan. “Saya

se mua anggota ke luarga mudik. Enak, semua dapat tempat du duk. Tidak perlu berdesak­desakan,” ujar Rianto.

Hanya saja dirinya juga memberi catatan untuk arus balik. Dari tahun lalu yang di ikuti nya, dia merasa ke be rang­katan terlalu siang. Sehingga sampai di Surabaya malam. (bae/no)

Tidak Perlu Oper BusPulang ke

Ba nyuwangi me rupakan ru­tini tas Selvia Wi wit Eka Amin da yang d i j a l a n i nya setiap ta hun. Jauhnya per­jalanan, ha rus berganti bus sebanyak dua kali, membuat war ga Manyar Sabrangan ini memilih untuk ikut dalam mudik gratis. “Saya mu dik bersama tiga orang, ter ma­suk ibu dan adik. Kalau ikut mudik gratis langsung turun di Banyuwangi, tidak perlu ganti bus di Jember,” ujar Selvia. (bae/no)

HALAMAN 24RadaR SuRaBaYa SaBtu, 2 JULI 2016

layouter: hadi

kakak-adik, Winda Widyana dan Anggi Lia asal Madiun ini sudah delapan kali ikut mudik gratis yang dia da kan oleh Radar Sura­baya dan Yamaha. Itu berarti se menjak awal dise leng ga­rakan kedua warga Kapas Madya tersebut tak pernah absen. ”Saya selalu ikut sejak awal Radar Surabaya me­ngadakan mudik gratis. Tidak macet dan menguras tenaga. Kalau biasanya 4 jam per­jalanan, mudik ber sama ini hanya 2 jam. Mung kin karena be rang katnya lebih dahulu juga,” ujar Winda.

Untuk arus mudik kali ini, Winda memberikan saran jika penukaran tiket dija di kan satu

saja. Dua tempat pen daf ta ran dirasa kurang efek tif. Ber beda dengan tahun lalu yang terpusat di Gedung Graha Pena. ”Pe nu karan tiket tahun

ini kurang tertib. Saya pikir lebih baik dijadikan satu saja. Dan lagi, kalau bisa Ma diun juga ada arus balik nya juga,” ung kapnya. (bae/no)

Ikut Delapan Kali Mudik Gratis

Pernah Tak Dapat BusMusim mudik

menjadi momen bagi seluruh orang untuk pulang ke kampung ha la­man nya. Akhirnya, bus­bus selalu penuh pe num­pang. Kondisi ini membuat Mei Dwi Purwanti selalu kesulitan ketika akan pulang kam­pung ke Madiun. ”Kalau naik bus

umum itu ribet,” ujar Mei yang tinggal di Tandes, Surabaya.

Pengalaman pahit Mei seharian tidak men dapatkan bus, menjadi salah satu alasan ikut mudik gratis pada tahun ini. Dia tidak ingin pengalaman ngantre pan­jang menunggu bus terulang lagi. ”Ikut mudik gratis ini menjadi pengalaman per­tama bagi saya,” ujarnya.(bae/no)

Sangat MembantuMudik ke Ngawi

selalu dijalani oleh Bari Saputra. Warga Taman, Sidoarjo ini biasanya meng­gunakan moda trans portasi kereta api untuk pulang kam pung. Namun, tahun ini dia ke ha­bisan tiket untuk bisa menuju ke kampung ha la man­nya. “Saya lihat di koran Radar Sura­baya, ada mudik gratis. Saya lantas ingin mencobanya,” ujar Bari.

Karena kehabisan tiket kereta api, tanpa pikir panjang, dirinya langsung mendaftar begitu ada mudik gratis. Dia mudik ber sama dengan orang tua, istri dan anaknya yang masih berusia 3,5 tahun. “Mudik gra tis ini sangat membantu. Di tengah­tengah ke ha­bisan tiket kereta api, tetapi saya masih bisa pulang kampung,” lanjutnya. (bae/no)

Pasangan muda suami istri ini juga pertama kali ikut mudik gratis di Radar Surabaya yang bekerja sama dengan Yamaha. Mu­dik dan berkumpul ber sama dengan keluarga di Ma­getan pada tahun­ta hun sebelumnya selalu dilalui dengan kendaraan pribadi. Radina dan Danar biasanya menggunakan mobil untuk menempuh perjalanan 5­6 jam menuju kampung ha la­man. “Kali ini tidak bisa naik

mobil,” ujar Radina.Sementara, tiket kereta

dan travel juga sudah pe­nuh semua. Itulah se bab­nya, pasangan suami istri asal Sidoarjo ini ikut mu­dik gratis. “Ini pengalaman bagi kami. Ya, mungkin tahun ini tidak bisa bawa oleh­oleh banyak. Tapi seti­dak nya, mudik gratis ini sa­ngat membantu saat se­perti ini. Kalau naik bus ekonomi berdesak­de sa­kan,” tuturnya.(bae/no)

Daripada Berdesak-desakan

Lebih EfisienMudik gratis ta hun

ini merupakan pe­ngalaman kedua bagi Muhammad Fau zi. Pemuda asal Jember yang kini ting gal di Ketintang, Su rabaya ini keta gi han untuk ikut. Ba gi nya, ikut mudik ini lebih efisien jika di ban dingkan dengan naik bus umum. Ser ta dari segi biaya, le bih murah jika diban ding kan naik ken­daraan umum. Selain itu, terhindar dari ma cet yang biasa jadi momok saat musim mudik.

“Kursinya sudah disiapkan. Tidak perlu berdesak­desakan saat naik dan memilih bus. Sebab, ada juga bus itu yang me mak­sakan terus menaikkan penumpang. Padahal sudah tidak muat, tapi tetap saja dimasukkan,” ujar Fauzi yang juga ikut arus balik gratis itu. (bae/no)

Solusi Bagi yang Kehabisan Tiket

SeBagai seorang wanita, bagi Natalia Intan Pernamasari, pulang kampung sendiri tentunya sedikit meng kha wa­tir kan. Perjalanan ke Po norogo selama 6­7 jam bukannya wak tu sebentar. Bia­sanya, dirinya naik travel saat mudik. Namun, tahun ini

dirinya tidak kebagian tiket travel. “Semua tiket travel ke Ponorogo habis terjual,” ujar Natalia, warga Bumi Harjo, Surabaya.

Untuk itu, kali ini ia memutuskan ikut mudik gratis yang diadakan Radar Surabaya. Ini akan menjadi pengalaman pertama baginya. (bae/no)

Selvia