iklim kerja

19
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan baik oleh perusahaan maupun oleh pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan (Abidin., dkk. 2008). Berdasarkan kejadian-kejadian kecelakaan kerja, menunjukkan bahwa salah satu penyebab utama timbulnya kecelakaan kerja karena kurang patuhnya para tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung diri. Menurut Neal dan Griffin (2002) salah satu hal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan keselamatan tersebut adalah iklim keselamatan. Iklim keselamatan merupakan persepsi atas kebijakan, prosedur, dan praktek yang terkait dengan keselamatan. Penelitian McGovern, et. al. mengemukakan bahwa iklim keselamatan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan Iklim Kerja| 1

Upload: wanieyz-diery-makanimam

Post on 17-Jan-2016

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

iklim kerja k3

TRANSCRIPT

Page 1: iklim kerja

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan baik

oleh perusahaan maupun oleh pekerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman,

dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari

itu K3 mutlak untuk dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa

kecuali. Upaya K3 diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya

kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan pekerjaan (Abidin., dkk. 2008).

Berdasarkan kejadian-kejadian kecelakaan kerja, menunjukkan bahwa salah satu

penyebab utama timbulnya kecelakaan kerja karena kurang patuhnya para tenaga

kerja dalam pemakaian alat pelindung diri. Menurut Neal dan Griffin (2002) salah

satu hal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap peraturan keselamatan tersebut

adalah iklim keselamatan. Iklim keselamatan merupakan persepsi atas kebijakan,

prosedur, dan praktek yang terkait dengan keselamatan.

Penelitian McGovern, et. al. mengemukakan bahwa iklim keselamatan

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap

peraturan keselamatan. Hal ini didukung hasil penelitian Neal dan Griffin (2002)

yang menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara iklim

keselamatan dan kepatuhan. Iklim kerja (panas) merupakan salah satu faktor yang

pengaruhnya cukup dominan terhadap kinerja sumber daya manusia bahkan

pengaruhnya tidak terbatas pada kinerja saja melainkan dapat lebih jauh lagi, yaitu

pada kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Oleh karena itu, penulis akan

membahas mengenai iklim kerja sehingga dapat diimplementasikan dengan baik

dan benar iklim kerja yang sesuai, mulai dari identifikasi hingga evaluasi iklim

kerja yang digambarkan nilai ambang batasnya.

B. Rumusan Masalah

- Apa definisi dari iklim kerja?

Iklim Kerja| 1

Page 2: iklim kerja

- Bagaimana cara mengidentifikasi iklim kerja?

- Bagaimana mengevaluasi iklim kerja?

- Bagaimana cara mengontrol iklim kerja?

- Bagaimana nilai ambang batas iklim kerja?

C. Tujuan

- Untuk mengetahui definisi dari iklim kerja.

- Untuk mengetahui cara mengidentifikasi iklim kerja.

- Untuk mengetahui evaluasi iklim kerja.

- Untuk mengetahui cara mengontrol iklim kerja.

- Untuk mengetahui nilai ambang batas iklim kerja.

Iklim Kerja| 2

Page 3: iklim kerja

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Iklim Kerja (Thermal Stress Antisipation)

Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja fisik yang di ukur dari

perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban udara,

kecepatan aliran udara dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor itu di

hubungkan dengan produksi panas oleh tubuh yang di sebut dengan tekanan

panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang di terima oleh tubuh manusia.

Sedangkan regangan panas (heat strain) merupakan efek yang di terima tubuh

manusia atas beban iklim kerja tersebut.

Tubuh Manusia selalu menghasilkan panas sebagai akibat dari proses

pembakaran zat makanan dengan oksigen (metabolisme). Apabila proses

pengeluaran panas tubuh terganggu maka suhu tubuh akan meningkat.

Lingkungan kerja dengan tubuh selalu saling terjadi pertukaran panas, pertukaran

panas ini tergantung dari suhu lingkungan (iklim kerja).

Iklim kerja dibagi menjadi 2, yaitu iklim panas (heat stress) dan iklim

dingin (cold stress). Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan

kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan angin, kelembapan, suhu udara, suhu

radiasi dan sinar matahari. Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan

pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha pertukaran panas dari tubuh

ke lingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi, radiasi dan

evaporasi. Kemudian yang kedua adalah iklim dingin yaitu pajanan suhu

lingkungan yang terlalu dingin disebut cold stress. Pengaruh suhu dingin dapat

mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot.

Sedangkan pengaruh suhu ruangan sangat rendah terhadap kesehatan dapat

mengakibatkan penyakit terkenal yang disebut dengan chilblains, trench foot dan

frostbite.

Iklim Kerja| 3

Page 4: iklim kerja

B. Identifikasi Iklim Kerja (Thermal Stress Recognize)

1. Heat Stress

Heat stress di tempat kerja dapat diidentifikasi melalui faktor resiko

yang ditimbulkan di tempat kerja serta dampak terhadap tenaga kerja. Adapun

faktor resiko di tempat kerja adalah lingkungan yang panas, tingginya

tuntutan kerja dan tuntutan penggunaan pakaian pelindung. Faktor-faktor ini

merupakan pertimbangan dasar dalam hal evaluasi tekanan panas (heat stress)

dan rincian dari evaluasi tekanan panas. Intinya, jika tempat kerja dikatakan

panas melalui penilaian subjektif pekerja dan supervisor, maka tekanan panas

mungkin ada. Jika tuntutan pekerjaan dari luar tinggi maka hal tersebut akan

mempengaruhi tingkat kenyamanan pekerja. Pakaian adalah faktor ketiga.

Pakaian kerja untuk lingkungan tempat kerja panas sebaiknya dari bahan

yang mudah menyerap keringat seperti bahan yang terbuat dari katun,

sehingga penguapan mudah terjadi. Penilaian lanjutan melalui penyesuaian

dan perilaku fisiologis pekerja.

2. Cold Stress

Respon subjektif dari pekerja merupakan cara terbaik untuk

mengidentifikasi tekanan dingin (cold stress) di tempat kerja. Umumnya jika

tempat kerja dingin, maka akan ada cold stress. Perilaku pekerja yang

terpapar cold stress akan mencari lokasi yang hangat, menambah lapisan

pakaian atau meningkatkan kinerjanya. Perilaku lain yaitu hilangnya

ketangkasan tangan, menggigil, kecelakaan, dan menunjukkan sikap yang

kurang nyaman.

C. Evaluasi Iklim Kerja (Thermal Stress Evaluation)

1. Heat Stress

Pada tahun 1969, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan

perlindungan bagi para pekerja terhadap tekanan panas (heat stress). Satu

rekomendasi pusat sekitar suhu inti tubuh, yang dapat diperkirakan dari suhu

oral seperti yang dijelaskan suhu inti tidak boleh melebihi 38 oC (100.4 oF)

setiap hari terpapar. Paparan harian yang terlalu lama untuk heat stress

Iklim Kerja| 4

Page 5: iklim kerja

dievaluasi dengan asumsi bahwa kondisi kerja yang lazim untuk delapan jam

penuh dengan istirahat nominal. Dalam hal ini, heat stress dievaluasi dalam

hal aman paparan setiap kali untuk tingkat tertentu. Paparan yang aman

diresepkan melalui workrest siklus berdasarkan kriteria paparan lamanya

perhari atau melalui analisis keseimbangan panas. Metode untuk

mengevaluasi heat stress membutuhkan setidaknya penilaian metabolisme

dan beberapa langkah-langkah suhu lingkungan. Evaluasi heat stress di

tempat kerja juga dapat dicapai dengan menunjukkan bahwa tidak ada suatu

sikap fisiologis berlebihan dalam bekerja. Artinya, paparan kurang penting

jika dinilai evaluasinya dari dosis atau hasilnya. Pertama, gambaran dari arus

ACGIH TLV® untuk heat stress dan ketegangan disediakan untuk mengatur

evaluasi dari paparan pekerjaan. Hal ini diikuti oleh diskusi metode untuk

menilai tingkat metabolisme dan kondisi lingkungan. Metode untuk

mengevaluasi kronis dan paparan memiliki waktu yang terbatas serta metode

untuk mengevaluasi regangan fisiologis.

2. Cold Stress

a. Monitoring Tempat Kerja

Ketika suhu turun di bawah 16 oC (61 oF), harus dilakukan

pemantauan tempat kerja. Di bawah -1 oC (30 oF), suhu bola pijar kering

dan kecepatan udara harus diukur dan dicatat setidaknya setiap 4 jam.

Ketika kecepatan udara lebih besar dari 2 m/s (5 mil per jam, mph), ECT

harus ditentukan. Ketika ECT turun di bawah -7 oC (19 oF), seharusnya

juga dicatat.

b. Sistem Cold Stress

Hipotermia dapat terjadi dengan suhu udara hingga 10 oC (50 oF).

ACGIH merekomendasikan bahwa langkah-langkah protektif ketika suhu

udara kurang dari 5 oC (41 oF). Persamaan 15 dapat digunakan untuk

memperkirakan jumlah insulasi pakaian (Iclo dalam satuan CLO, di mana

1 clo = 0,155 m2 C/ W) yang diperlukan untuk tugas tertentu dalam suhu

udara tertentu (Tdb di C) dan tingkat metabolisme (M dalam watt). Waktu

paparan maksimum tergantung pada suhu udara dan gerakan udara ambien

Iklim Kerja| 5

Page 6: iklim kerja

dan diikuti dengan pemanasan istirahat 10 menit. Pengurangan dalam

waktu kerja dianjurkan jika tingkat pekerjaan rendah sampai sedang,

karena generasi panas internal akan lebih rendah. Ada titik di mana

pekerjaan tidak darurat tidak harus dilakukan.

c. Lokal Cold Stress

Kulit tidak dapat membeku sampai suhu udara kurang dari -1 oC

30oF) dan ada sedikit risiko cedera dingin lokal yang terkait dengan ECTS

lebih besar dari -30 oC (-22 oF) (atau tingkat kehilangan panas kurang dari

1750 W / m2). Membatasi suhu permukaan untuk melindungi kontak

terhadap kulit tepapar dingin adalah -7 oC (19 oF). Jika kontak

berkepanjangan (misalnya, untuk alat), batas tersebut -1 oC (30 oF).

Ketangkasan tangan ketika ada gangguan bekerja selama 10-20 menit pada

suhu di bawah 16 C (61 F).

D. Pengendalian Iklim Kerja (Thermal Stress Control)

1.Heat Stress

a. Aklimitasi

Setiap calon tenaga kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat

kerja panas harus melakukan penyesuaian fisiologis terhadap pajanan panas

secara bertahap. Proses aklimitasi sebaiknya dilakukan secara bertahap

sebagai berikut: pada hari pertama selama 2 jam. Pada hari kedua tenaga

kerja bekerja di lingkungan tempat kerja yang panas selama 4 jam.

Sedangkan pada hari ketiga tenaga kerja bekerja selama 6 jam. Demikian

seterusnya, sehingga akhirnya pada hari ke lima, aklimitasi telah mencapai

100% atau 8 jam ataua 1 shift kerja.

b. Penggantian Cairan

Kehilangan air yang sangat banyak dari tubuh dalam bentuk keringat

adalah untuk tujuan pendinginan dengan penguapan. Kehilangan dapat

mencapai 6 liter air dalam 1 hari. NIOSH menyarankan agar tenaga kerja

minum sebanyak 150 – 200 CC setiap 15 – 20 menit. Air minum sebaiknya

Iklim Kerja| 6

Page 7: iklim kerja

disimpan di tempat dingin dan ditempatkan dekat dengan tempat kerja

sehingga tenaga kerja dapat mengambil tanpa meninggalkan tenaga kerja.

c. Engineering Control

1) Menurunkan Suhu Udara

Suhu udara dapat diturunkan dengan memasang ventilasi denga

cara pengenceran dan dengan pendinginan secara aktif. Ventilasi dengan

cara pengenceran maksudnya memasukkan udara yang lebih dingin dari

tempat lain (dari luar gedung) ke dalam lingkungan tempat kerja panas.

Cara ini dapat dilaksanakan untuk mendinginkan seluruh ruangan atau

hanya pendinginan setempat. Pendinginan secara aktif diartikan sebagai

pendinginan dengan mesin atau penguapan dengan pendinginan udara

yang akan digunakan didinginkan lebih dulu dengan mesin pendingin,

selanjutnya baru dimasukkan ke lingkungan tempat kerja untuk

mengencerkan udara lingkungan kerja panas.

2) Menurunkan Kelembaban Udara

Dengan menggunakan ruangan yang dingin akan menurunkan

tekanan panas, hal ini disebabkan oleh karena suhu udara dan

kelembaban udara yang lebih rendah, sehingga meningkatkan kecepatan

penguapan dengan pendinginan.

3) Menurunkan Panas Radiasi

Panas radiasi dapat datang dari sumber dengan suhu permukaan

yang tinggi (dari dapur peleburan). Bila suatu sumber panas dapat

ditentukan atau dilokalisir, maka panas radiasi dapat dikembalikan secara

efektif dengan memasang lembaran logam alumunium sebagai perisai di

sekeliling sumber tanpa menyentuh dinding dapur. Permukaan logam

aluminium yang menghadap ke sumber dibuat mengkilap. Ternyata

dengan cara demikian 95% energi panas radiasi yang dipancarkan dari

sumber akan dipantulkan kembali, sedangkan yang 5% lainnya akan

diabsorbsi oleh logam aluminium. Dengan cara demikian udara

dibelakang logam aluminium akan tetap terasa dingin.

Iklim Kerja| 7

Page 8: iklim kerja

d. Administratif Control

1) Training

Pendidikan atau pelatihan bagi calon tenaga kerja sebelum

ditempatkan dan setelah ditempatkan yang dilaksanakan secara berkala.

Pendidikan yang demikian dilaksanakan baik untuk para calon tenaga

kerja yang akan bekerja di lingkungan tempat kerja panas atau para

tenaga kerja yang bekerja di lingkungan kerja panas maupun untuk

supervisornya. Informasi yang menguntungkan yang dapat diperoleh dari

pendidikan ini adalah cara-cara mengendalikan tekanan panas dan cara-

cara untuk mengendalikan resiko yang berhubungan dengan panas.

2) Membagi Pekerjaan

Untuk mengurangi pajanan panas, pekerjaan dapat dibagi atau

dikerjakan oleh beberapa orang dengan cara bergantian. Dengan

demikian pemaparan terhadap panas bagi pekerja turun/berkurang atau

hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

3) Perlindungan Perorangan

Perlindungan perorangan dalah suatau cara pengendalian yang

diselenggarakan untuk perorangan. Untuk tekanan panas, perlindungan

perorangan terutama berupa suatu pakaian pendingin, namun juga dapat

termasuk pakaian yang dapat memantulkan panas radiasi yang tinggi

dalam lingkungan tempat kerja panas.

e. Upaya pengendalian dengan pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) yaitu

helm, masker,sepatu, dan pakaian kerja yang diberikan kepada pekerja.

2. Cold Stress

a. Hindari paparan lebih lanjut terhadap dingin, cepat pindahkan ke area

yang lebih  hangat.

b. Jika kondisi memungkinkan, hangatkan organ yang terkena penyakit

forstbite di dalam wadah yang berisi air hangat. Hangatkan secara

perlahan sampai kulitnya berubah menjadi memerah kurang lebih 45

menit.

Iklim Kerja| 8

Page 9: iklim kerja

c. Jika tidak tersedia air hangat, balut daerah yang mengalami frostbite

dengan kain atau jika tangan yang terkena, selipkan saja tangan di bawah

ketiak atau di perut untuk menghangatkan organ yang terkena forstbite.

d. Jangan pernah menggosok atau menggaruk daerah yang mengalami

frostbite karena dapat menyebabkan infeksi bahkan cidera jaringan lebih

lanjut.

e. Jika mati rasa tetap berlanjut selama proses penghangatan segera pergi ke

rumah sakit.

E. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja

Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran seperti

suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan angin dan kelembaban udara.

Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara

dan kecepatan angin disebut dengan iklim kerja (Haryuti et al.,1987).

Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer  untuk mengukur

suhu basa, termometer kata untuk mengukur kecepatan kecepatan udara dan

termometer bola untuk mengukur suhu radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja

dapat menggunakan “Questemp”  yaitu suatu alat digital untuk mengukur tekanan

panas dengan parameter Indek Suhu Bola Basah (ISBB). Alat ini dapat mengukur

suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.Pengukuran tekanan panas di

lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat pada ketinggian 1,2 m (3,3

kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6m (2 kaki) bila tenaga kerja duduk

dalam melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran reservoir (tandon) termometer

suhu basah diisi dengan aquadest dan waktu adaptasi alat 10 menit (Tim Hiperkes,

2006).

Pengukuran suhu basah dan suhu kering menggunakan peralatan yang sama

yaitu thermometer suhu udara, perbedaannya terletak pada pemasangan kain katun

pada bola (bulb) thermometer tersebut. Suhu basah menunjukkan keadaan uap air

dan angin di udara. Suhu bola atau suhu radiasi merupakan pengukuran suhu

akibat adanya radiasi panas di lingkungan. Radiasi panas bisa berasal dari sinar

matahari, proses produksi ataupun proses metabolisme tubuh. Kelembaban udara

Iklim Kerja| 9

Page 10: iklim kerja

mengukur banyaknyanya uap air yang berada di udara sedangkan kecepatan

gerakan udara atau angin merupakan pengukuran terhadap gerakan udara.

Suhu Kering (Dry bulb temperature) adalah suhu yang ditunjukkan oleh

termometer suhu kering. Suhu basah alami (Natural Wet bulb temperature) adalah

suhu yang ditunjukkan termomoter suhu basah. Suhu bola (Globe Temperature)

adalah suhu yang ditunjukkan oleh temperatur bola. (Hiperkes, 2005) Suhu tubuh

manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem pengatur suhu

(Thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan

diantara panas yang dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan

pertukaran panas diantara tubuh dengan lingkungan sekitar. Dari suatu

penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja manusia akan mencapai

tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius sampai 27

derajat Celsius (Sritomo Wigjosoebrata, 2003). 

Di Indonesia, parameter yang digunakan untuk menilai tingkat iklim kerja

adalah Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Hal ini telah ditentukan dengan

Permenaker No. 13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di

Tempat Kerja.

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah Dan Bola

(ISBB) yang Diperkenankan

Pengaturan waktu kerja setiap

jam

ISBB (oC)Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31,0 28,0 -

50% - 75% 31,0 29,0 27,5

25% - 50% 32,0 30,0 29,0

0% - 25% 32,2 31,1 30,5

1. Beban kerja ringan membutuhkan kalori 100 – 200 kilo kalori/jam

2. Beban kerja sedang membutuhkan kalori > 200 – 350 kilo kalori/jam

3. Beban kerja berat membutuhkan kalori > 350 – 500 kilo kalori/jam.

Iklim Kerja| 10

Page 11: iklim kerja

Lingkungan kerja yang panas lebih banyak menimbulkan permasalahan

daripada lingkungan kerja yang dingin. Hal ini karena, umumnya manusia lebih

mudah melindungi dirinya dari pengaruh suhu udara yang rendah daripada suhu

udara yang tinggi.

Iklim Kerja| 11

Page 12: iklim kerja

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

- Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja fisik yang di ukur dari

perpaduan antara suhu udara (suhu basah dan suhu kering), kelembaban

udara, kecepatan aliran udara dan suhu radiasi.

- Heat stress di tempat kerja dapat diidentifikasi melalui faktor resiko yang

ditimbulkan di tempat kerja serta dampak terhadap tenaga kerja.

Sedangkan cold stress dilihat melalui respon subjektif dari pekerja

merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi tekanan dingin (cold

stress) di tempat kerja.

- Heat stress dapat dievaluasi dengan asumsi bahwa kondisi kerja yang

lazim untuk delapan jam penuh dengan istirahat nominal. Sedangkan cold

stress dapat dievluasi melalui monitoring tempat kerja, sistem cold stress,

lokal stres cold.

- Pengendalian iklim kerja dapart dilakukan aklimitasi, penggantian cairan,

engineering control, administratif control, hindari paparan lebih lanjut

terhadap dingin serta cepat pindahkan ke area yang lebih  hangat.

- Nilai ambang batas iklim kerja ditentukan dengan Permenaker No.

13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat

Kerja.

B. Saran

Untuk mengurangi paparan heat stress dan cold stress dapat dilakukan

beberapa proses pengendalian yang perlu dipatuhi oleh tenaga kerja. Oleh karena

itu diharapkan tenaga kerja maupun pihak atasan dapat bekerjasama untuk

menghilangkan atau mengurangi jumlah paparan berdasarkan nilai ambang batas

yang telah ditentukan. Sehingga baik atasan maupun bawahan tidak ada yang

dirugikan.

Iklim Kerja| 12