ikga respon
DESCRIPTION
referensi responTRANSCRIPT
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
1. Mekanisme pembekuan darah:
Pembekuan darah merupakan proses autokatalisis dan ‘self limited’ dimana pembentukan
thrombin memegang peranan yang cukup untuk mengatasi efek dari anti thrombin yang
beredar dan serine protease inhibitor yang lain (serpins). Fibrinogen segera diubah menjadi
fibrin dalam bentuk gel.
Ketika luka terjadi yang mengakibatkan rusaknya jaringan tubuh, merobek pembuluh
darah hingga darah keluar, maka hati akan menggenjot produksi komponen yang ada di
trombosit, maupun yang ada di plasma darah yang bernama fibrinogen. Fibrinogen adalah
sebuah glikoprotein yang ada dalam plasma darah dalam bentuk cairan dan trombosit dalam
bentuk granula yang semuanya dihasilkan oleh hati. Fibrinogen ini yang kemudian
melakukan proses koagulasi darah dan meningkatkan viskositas darah. Proses ini akan
menghasilkan trombin dan protrombin dengan bantuan Ca2+ dan vitamin K. Trombin yang
terbentuk akan memecah fibrinogen menjadi benang-benang fibrin. Bersamaan dengan
proses ini, terjadi pengendapan LDL yang memicu agresi trombosit yang pecah
mengeluarkan trombokinase untuk merubah protrombin menjadi trombin dan proses kembali
ini menyebabkan semakin banyaknya benang-benang fibrin yang terbentuk. Benang fibrin
yang terbentuk lantas menjalin kembali sel-sel yang terkoyak sehingga menutup jalan
keluarnya darah. Fibrinogen akan bertahan hingga sel di sekitarnya membelah diri dan
menutup luka yang terjadi. Fibrinogen berperan seperti jembatan molekul dalam interaksi
antar sel ketika bereaksi dengan inflamasi atau luka.
2. Kelainan jantung pada anak dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: kelainan jantung bawaan dan
kelainan jantung didapat. Secara garis besar kelainan jantung bawaan dibagi menjadi
kelainan jantung bawaan sianotik dan kelainan jantung bawaan non-sianotik. Kelainan
jantung bawaan sianosis secara klinis dapat disebabkan oleh berrbagai faktor, seperti
pneumonia, sepsis, hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi pada gagal jantung kongestif.
Tindakan perawatan gigi dapat menimbulkan bakteriemia yang pada akhirnya dapat
menimbulkan endokarditis infektif.endokarditis infektif adalah penyakit yang disebabkan
oleh mikroba pada lapisan endothelium jantung dan pembuluh darah besar. Penyakit ini
ditandai dengan terbentuknya vegetasi yang dapat terjadi pada katup jantung (baik katup
buatan maupun natif), endokardium dan benda asing intravaskuler seperti benda penutup
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
defek atau membuat pirau intrakardiak untuk memperbaiki kelainan jantung bawaan.
Timbulnya bakterimia dapat berasal dari perawatan yang dilakukan di ruang praktek gigi atau
sebagai akibat dari aktivitas sehari-hari seperti mengunyah, menyikat gigi atau flossing pada
mulut yang sehat.
Endokarditis bakterialis disebabkan oleh infeksi bakteri pada katup jantung atau
endokardium. Di bidang kedokteran gigi, endokarditis erat hubungannya dengan infeksi gigi.
Anak-anak dengan kelainan jantung congenital seperti ToF berisiko tinggi terkena karies,
terutama pada gigi sulung. Hal ini terjadi karena beberapa obat-obatan untuk penyakit
jantung mengandung gula. Selain itu, terdapat pula peningkatan prevalensi gangguan
mineralisasi enamel. Untuk mencegah endokarditis diperlukan profilaksis dengan antibiotika
pada prosedur dental tertentu. Prosedur dental yang memerlukan profilaksis antibiotika
antara lain: pembedahan, scaling dan root planning, probing, implantasi gigi, anastesi injeksi
intraligamen, serta profilaksis oral yang dapat menyebabkan perdarahan. Profilaksis
antibiotika diberikan sebelum dan setelah perawatan gigi, yaitu 1 jam sebelum tindakan dan 6
jam setelah tindakan, kemudian dilanjutkan selama 3 hari berturut-turut. Antibiotika yang
diberikan secara oral 1 jam sebelum perawatan adalah amoksisilin dengan dosis pada orang
dewasa 2,0 gram dan untuk anak 50mg/kg berat badan.
3. Diabetes melitus merupakan penyakit yang kompleks yang berhubungan dengan komponen
metabolic dan komponen vascular. Komponen metabolic mencakup peningkatan kadar
glukosa darah yang berkaitan dengan perubahan metabolism lemak dan metabolism protein
akibat berkurangnya insulin secara relative maupun absolute. Sedangkan komponen vaskuler
berhubungan dengan proses terjadinya arterosklerosis dan mikroangiopati.
Penyakit ini memberikan komplikasi dalam bentuk akut maupun kronis yang menyerang
berbagai organ tubuh seperti, mata, kulit, ginjal, pembuluh darah, termasuk juga struktur
rongga mulut. Gambaran yang khas penyakit ini pertama kali dikemukakan pertama kali
pada tahun 1928 oleh William, yang menyebutnya sebagai periodontoklasia diabetika dan
stomatitis diabetika. Diabetes mellitus juga dapat menyebabkan peningkatan insiden karies.
Secara umum diketahui bahwa penyakit periodontal selalu dimulai dengan adanya plak
gigi. Pada diabetes mellitus terjadi perubahan respon jaringan periodontal terhadap iritasi
lokal yang mempercepat hilangnya tulang alveolar. Penyebab terjadinya komplikasi diabetes
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
melitus pada rongga mulut antara lain karena adanya mikroangiopati pada system vaskuler
jaringan periodontal. Pada mikroangiopati ini akan dijumpai penebalan membrane basalais
pembuluh kapiler jaringan periodontal. Hal ini menyebabkan terjadinya gangguan
penyebaran oksigen, nutrisi, maupun pembuangan sisa metabolism yang mengakibatkan
penurunan resistensi jaringan sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Diabetes mellitus pada anak-anak menyebabkan hipoplasia gigi pada masa
perkembangan gigi geligi dan perubahan pada pola erupsi gigi. Pada jaringan gingiva tampak
adanya gingivitis marginalis dimana terlihat adanya hipertrofi gingiva yang berwarna merah
tua, mudah berdarah, sakit, dan sering terjadi abses gingival yang multiple. Pada jaringan
penyangga terlihat adanya periodontitis diabetika yang merupakan suatu periodontitis kronis
yang sudah bisa terjadi pada usia muda. Kerusakan jaringan periodontal pada penderita
diabetes mellitus dengan insulin dependent timbul setelah usia 15 tahun.
4. Pedodontic Treatment Triangle adalah gambaran hubungan antar komponen dalam segitiga
perawatan pedodontik dimana setiap komponen saling berhubungan erat, posisi anak pada
puncak segitiga dan posisi orang tua serta dokter gigi pada masing-masing sudut kaki
segitiga. Garis menunjukan komunikasi berjalan dua arah antar masing komponen dan
merupakan hubungan timbal balik.
Anak
Dokter gigi Orangtua
(The Pedodontic Treatment Triangle given by Wright 1975)
Textbook of Community Dentistry, Fig.1.6
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
Pedodontic Treatment Triangle terdiri dari tiga komponen, yaitu:
Anak, perbedaan umum antara perawatan pasien dewasa dan anak terletak pada teknik
komunikasi. Teknik komunikasi antara pasien anak dan dokter gigi dalam kasusnya
merupakan hubungan satu untuk dua, yang berarti anak menjadi fokus perhatian dokter gigi
dan orang tua. Ini digambarkan pada penempatan anak pada segitiga dimana anak menempati
puncak dari segitiga dan menjadi fokus dari perhatian dokter gigi dan orangtua.
Kematangan anak bisa dikelompokan mengikuti kronologis tingkatan usia sebagai
berikut ini:
1) Usia dua tahun : dalam usia ini kosakata dari anak bervariasi dari 15 sampai 1000 kata.
Anak pada periode ini takut pada gerakan mendadak yang tidak terduga. Pergerakan
mendadak pada kursi gigi (dental chair) tanpa peringatan akan menimbulkan rasa takut,
cahaya yang terang juga terasa menakutkan bagi anak. Memisahkan anak pada usia ini
dari orang tuanya sangat sulit. Sebisa mungkin anak pada periode usia dua tahun ditemani
oleh orang tua atau pendamping selama berada di ruang perawatan.
2) Usia tiga tahun : anak memiliki keinginan untuk berbicara dan mendengarkan, pada
usia ini, sikap kooperatif muncul dan dokter gigi bisa mulai menggunakan pendekatan
positif dengan anak tersebut.
3) Usia empat tahun : seorang anak usia empat tahun umumnya mendengarkan dan
tertarik untuk menjelaskan, jika tidak diatur dengan baik pada beberapa situasi anak usia
empat tahun bisa menjadi tidak patuh dan menentang. 4)Usia lima tahun : ini merupakan
periode dari penggabungan, dimana anak pada usia lima tahun senang melakukan
aktifitas berkelompok dan siap berpartisipasi didalamnya dan mereka juga memiliki
sedikit rasa khawatir bila terpisah dari orangtuanya saat melakukan perawatan gigi.
5) Usia enam sampai
duabelas tahun : biasanya anak pada usia ini bisa menangani ketakutan terhadap prosedur
perawatan gigi karena dokter gigi bisa menjelaskan apa yang akan dilakukan dan alas an
kenapa perawatan tersebut dilakukan.
Posisi dokter gigi pada Pedodontic Treatment Triangle berada di sudut kiri bawah. Agar
dapat tercipta komunikasi antar personal oleh dokter gigi dengan pasien anak dan
orangtuanya, terdapat syarat yang harus dipenuhi yaitu:
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
1. Positiveness (sikap positif) dokter gigi diharapkan mau menunjukan sikap positif pada
pesan yang disampaikan oleh pasien anak atau orangtuanya seperti keluhan, usulan,
pendapat, pertanyaan.
2) Supportiveness (sikap mendukung) ketika pasien atau orang tua pasien anak nampak
ragu untuk memutuskan sebuah pilihan tindakan, maka dokter gigi diharapkan
memberikan dukungan agar keraguan tersebut berkurang atau bahkan hilang.
3) Equality (keseimbangan antar pelaku komunikasi) yang dimaksud dengan kesamaan
atau kesetaraan adalah bahwa diantara dokter gigi , pasien, dan orang tua pasien tidak
boleh ada kedudukan yang sangat berbeda misalnya dokter yang menguasai semua
keadaan dan pasien yang tidak berdaya.
4) Openess (sikap dan keinginan untuk terbuka) dokter gigi bila perlu juga mengatakan
kesulitan yang dihadapinya saat menangani masalah pasien. Dengan keterbukaan
komunikasi ini maka akan terbangun kepercayaan dari pasien anak dan orang tuanya.
Tingkah laku orangtua merupakan hal yang penting antara hubungan interpersonal anak yang
mempengaruhi respon tingkah laku anak tersebut terhadap perawatan gigi. Pada berbagai
motif dan situasi, orangtua mengambil sikap ekstrim yang berbeda-beda terhadap anaknya,
sikap itu antara lain :
1) Terlalu melindungi (overprotection), sikap terlalu melindungi ditunjukan dengan
terlalu mencampuri dan mendominasi anak oleh orangtuanya.
2) Penolakan ( rejection), anak yang sedikit terabaikan oleh orang tuanya merasa rendah
diri, dilupakan, pesimis dan memiliki rasa percaya diri yang rendah. Pada perawatan gigi
anak seperti ini bisa menjadi tidak kooperatif, menyulitkan, dan susah diatur.
3) Terlalu Cemas (overanxiety) sikap dari orangtua dengan perhatian yang berlebihan dan
tidak semestinya pada anak, hal ini selalu diiringi dengan sikap terlalu memanjakan anak,
terlalu melindungi, atau terlalu ikut campur.
4) Terlalu Mengidentifikasi (overidentification), jika si anak tidak mau mengikuti
keinginannya, orangtua anak tersebut merasa dikecewakan. Umumnya tingkah laku anak
tercermin dalam perasaan malu-malu, mengucilkan diri sendiri, pesimis dan tidak percaya
diri.
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
Perkembangan rasa takut anak pada perawatan gigi dan mulut yang dijabarkan sesuai
tingkatan usia ialah sebagai berikut :
1) Pada usia 2-3 tahun adalah waktu yang tepat untuk memperkenalkan anak pada
perawatan gigi dan mulut.
2) Pada usia 3-4 tahun anak merasa bahwa pergi ke dokter gigi merupakan ancaman dari
orangtua. Ini membuat peran orangtua menjadi lebih dominan dalam mendampingi anak
selama ada di ruang perawatan.
3) Pada usia 4-6 usia empat sampai enam tahun rasa takut tersebut secara berangsur-
angsur berkurang bila perawatan gigi tidak menumbulkan rasa sakit atau kegaduhan yang
ditimbulkan alat-alat kedokteran gigi.
4) Pada usia 7 tahun anak bisa mempertimbangkan dan menyampaikan pada dokter gigi
saat muncul rasa sakit dengan gerak isyarat atau bahasa non verbal.
5) Pada usia 8-14 tahun anak belajar untuk mentoleransi situasi tidak menyenangkan dan
memiliki keinginan untuk menjadi pasien yang patuh.
6) Pada anak remaja dorongan dari dokter gigi dan orangtua menambah motivasi anak
untuk merawat giginya. Anak akan merasa tidak percaya diri bila estetika giginya kurang
baik.
5. Penggunaan resin komposit pada gigi posterior:
Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam tahun-tahun belakangan ini dalam usaha untuk
mengembangkan resin komposit yang sesuai untuk restorasi gigi-gigi posterior dan beberapa
pabrik telah memperkenalkan bahan-bahan untuk tujuan ini. Studi-studi mengenai restorasi
resin komposit pada gigi molar susu telah menunjukkan bahwa bahan ini dapat digunakan
untuk restorasi klas I dan II dengan hasil yang memuaskan (Robberts, Moffa dan Broring,
1985). Resin komposit lebih tahan terhadap keausan dibandingkan amalgam. Akan tetapi,
telah disimpulkan bahwa resin komposit belum dapat diterima sebagai pengganti amalgam.
Karena keausan bagian oklusal akan tampak nyata setelah 2 tahun (Nelson et al, 1980) dan
restorasi selama waktu tersebut ssudah cukup untuk gigi-gigi susu.
6. Prosedur perawatan pulpektomi
a) Pulpektomi sebagian sekali kunjungan (perawatan pulpektomi vital)
1) Dilakukan anastesi lokal
2) Karet isolasi dipasang
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
3) Semua jaringan karies dibuang. Outline form dibetulkan, atap pulpa dibuka
seluruhnya. Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum ekstirpasi
yang dimasukkan dengan perlahan-lahan sampai dirasakan adanya hambatan
untuk masuk lebih dalam. Ukuran ini dapat pula diperkirakan dengan patokan
radiogram.
4) Sisa-sisa jaringan dibersihkan dan diirigasi, kemudian dikeringkan.
5) Jaringan pulpa dalam saluran akar diambil dengan jarum ekstirpasi yang
dimasukkan dengan perlahan-lahan sampai dirasakan adanya hambatan untuk
masuk lebih dalam. Ukuran ini dapat pula diperkirakan dengan patokan
radiogram.
6) Saluran akar dilebarkan dengan file untuk memudahkan pengisian saluran akar.
7) Karena banyaknya ramifikasi, pengambilan seluruh jaringan pulpa di dalam
saluran akar tidak mungkin dilakukan. Hal ini tidak begitu berpengaruh karena
obat pengisi saluran akar juga mempunyai efek terhadap sisa-sisa jaringan yang
tertinggal.
8) Saluran akar diirigasi berulang-ulang dengan larutan yang tidak mengiritasi
seperti NaOCl, supaya semua sisa jaringan atau debris hilang, kemudian saluran
akar dikeringkan dengan paper point.
9) Saluran akar diisi dengan bahan pengisi yang dapat mengalami resorpsi. Di atas
bahan pengisi diletakkan dasar semen, kemudian gigi ditumpat permanen.
b) Pulpektomi multi kunjungan (perawatan pulpektomi non vital) :
Kunjungan pertama :
1. Lakukan foto rontgen.
2. Isolasi gigi dengan rubber dam.
3. Buang semua jaringan karies dengan ekskavator, selesaikan preparasi dan
desinfeksi kavitas.
4. Buka atap kamar pulpa selebar mungkin.
5. Jaringan pulpa dibuang dengan ekskavator sampai muara saluran akar terlihat.
6. Irigasi kamar pulpa dengan air hangat untuk melarutkan dan membersihkan
debris.
7. Letakkan cotton pellet yang dibasahi trikresol formalin pada kamar pulpa.
Nama: SulastriNIM: J 111 09 135
8. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
9. Instruksikan pasien untuk kembali 2 hari kemudian.
Kunjungan kedua :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Jaringan pulpa dari saluran akar di ekstirpasi, lakukan reaming, filling, dan irigasi.
4. Berikan Beechwood creosote.
5. Celupkan cotton pellet dalam beechwood creosote, buang kelebihannya, lalu
letakkan dalam kamar pulpa.
6. Tutup kavitas dengan tambalan sementara.
7. Instruksikan pasien untuk kembali 3 sampai dengan 4 hari kemudian.
Kunjungan ketiga :
1. Isolasi gigi dengan rubber dam.
2. Buang tambalan sementara.
3. Keringkan kamar pulpa, dengan cotton pellet yang berfungsi sebagai stopper
masukkan pasta sambil ditekan dari saluran akar sampai apeks.
4. Letakkan semen zinc fosfat.
5. Restorasi gigi dengan tambalan permanen.
Sumber:
Achmad M.H. dan Susanti M. Mouth Preparation Pada Anak Dengan Kelainan Jantung Kongenital Tetralogi Of Fallot, Pre-Operatif Kardiovaskuler. Dentofasial. 2007: 6(2); 85-94.
Achmad H, Marhamah F.S., Mulyati Y, Adam M. 2010. Karies Dan Perawatan Pulpa Pada Anak Secara Komperhensif. Makassar: Bimer.
Andlaw R.J. & W.P. Rock. 1992. Perawatan Gigi Anak. edisi 2. Alih bahasa: Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.
Syarif W.S., Hidayat. S. Perawatan dental pada anak dengan kelainan jantung. Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.
Soeparmin Soesilo. Pedodontic treatment triangle berperan dalam proses keberhasilan perawatan gigi anak; 8(2): Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar. 1-5.
Tumilisar D.L. Komplikasi diabetes mellitus pada rongga muliut. Dep.Ilmu peny. Gigi dam mulut FK UKRIDA.