iii

38
III.10 Uraian Obat 1. Infus NaCl 0,9% a.Komposisi Setiap liter larutan mengandung Natrium Klorida (NaCl) 9,0 g b. Indikasi Untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi. c. Dosis dan aturan pakai Infus IV 2,5 ml/kgBB/jam atau 60 tts/70 kg BB/mnt atau 180 mL/70 kg BB/ jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien. d. Efek Samping Panas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi. e. Kontraindikasi Hipernatremia, asidosis, hipokalemia. f. Perhatian

Upload: paris-yayuk-jackson

Post on 10-Nov-2015

230 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

io

TRANSCRIPT

III.10 Uraian Obat1. Infus NaCl 0,9%a. KomposisiSetiap liter larutan mengandung Natrium Klorida (NaCl) 9,0 g b. IndikasiUntuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada dehidrasi.c. Dosis dan aturan pakaiInfus IV 2,5 ml/kgBB/jam atau 60 tts/70 kg BB/mnt atau 180 mL/70 kg BB/ jam atau disesuaikan dengan kondisi pasien.d. Efek SampingPanas, infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis vena atau flebitis yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi.e. KontraindikasiHipernatremia, asidosis, hipokalemia.f. Perhatian Perhatian pada gagal jantung kongestif, gangguan fungsi ginjal, hipoproteinemia, udem perifer, udem paru. Anak, usia lanjut, hipertensi dan toksemia pada kehamilan. Lakukan tes ionogram serum perodik pada terapi jangka panjang.2. Dextrosa 5%a. KomposisiTiap 100 ml mengandung dextrosa 5 gram

b. IndikasiRehidrasi, penambah kalori secara parenteral, basic solutionc. DosisDosis bersifat individual, kecepatan infus 3 ml/kgBB/jamd. KontraindikasiHiperhidrasi, DM, gangguan toleransi glukosa pasca operasi, sindroma malabsorbsi glukosa-galaktosae. Efek sampingDemam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, trombosis atau flebitis3. Ranitidin a. KomposisiSetiap ml mengandung Ranitidin HCl setara dengan ranitidine 25 mg.Ranitidin 150 mg tablet salut selaput mengandung ranitidin HCl setara dengan ranitidin 150 mg.b. Indikasi Pengobatan jangka pendek tukak usus 12 jari aktif, tukak lambung aktif, mengurangi gejala refluks esofagitis. Terapi pemeliharaan setelah penyembuhan tukak usus 12 jari, tukak lambung. Pengobatan keadaan hipersekresi patologis (misal : sindroma Zollinger Ellison dan mastositosis sistemik). Ranitidine injeksi diindikasikan untuk pasien rawat inap di rumah sakit dengan keadaan hipersekresi patologis atau ulkus 12 jari yang sulit diatasi atau sebagai pengobatan alternatif jangka pendek pemberian oral pada pasien yang tidak bisa diberi Ranitidine oral.c. Mekanisme kerjaSuatu antagonis histamin pada reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi sekresi asam lambung. Kadar dalam serum yang diperlukan untuk menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 36 94 mg/ml. kadar tersebut bertahan selama 6 8 jam setelah pemberian dosis 50 mg IM/IV.d. Dosis dan aturan pakaiInjeksi i.m. : 50 mg (tanpa pengenceran) tiap 6 8 jam.Injeksi i.v. : intermittent. Intermittent bolus : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan NaCl 0,9% atau larutan injeksi i.v. lain yang cocok sampai diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL (total volume 20 mL). Kecepatan injeksi tidak lebih dari 4 mL/menit (dengan waktu 5 menit). Intermittent infusion : 50 mg (2 mL) tiap 6 8 jam. Encerkan injeksi 50 mg dalam larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak lebih besar dari 0,5 mg/mL (total volume 100 mL). Kecepatan infus tidak lebih dari 5 7 mL/menit (dengan waktu 15 20 menit). Infus kontinyu : 150 mg Ranitidine diencerkan dalam 250 mL dekstrosa atau larutan i.v. lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama 24 jam. Untuk penderita sindrom Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain, Ranitidine injeksi harus diencerkan dengan larutan dekstrosa 5% atau larutan i.v. lain yang cocok sehingga diperoleh konsentrasi tidak lebih dari 2,5 mg/mL. Kecepatan infus dimulai 1 mg/kg BB/jam dan harus disesuaikan dengan keadaan penderita. Oral : 150 mg 2 kali sehari (pagi dan malam) atau 300 mg sehari sekali sesudah makan malam atau sebelum tidur, selama 4-8 minggu.e. Efek samping Sakit kepala Susunan saraf pusat, jarang terjadi : malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi. Kardiovaskular, jarang dilaporkan : aritmia seperti takikardia, bradikardia, atrioventricular block, premature ventricular beats. Gastrointestinal : konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut. Jarang dilaporkan : pankreatitis. Muskuloskeletal, jarang dilaporkan : artralgia dan mialgia. Hematologik : leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita). Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik pernah dilaporkan. Lain-lain, kasus hipersensitivitas yang jarang (contoh : bronkospasme, demam, eosinofilia), anafilaksis, edema angioneurotik, sedikit peningkatan kadar dalam kreatinin serum.f. Kontra indikasi Penderita yang hipersensitif terhadap Ranitidine.g. Peringatan Umum : pada penderita yang memberikan respon simptomatik terhadap Ranitidine, tidak menghalangi timbulnya keganasan lambung. Karena Ranitidine dieksresi terutama melalui ginjal, dosis Ranitidine harus disesuaikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Hati-hati pemberian pada gangguan fungsi hati karena Ranitidine di metabolisme di hati. Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut. Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui. Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti. Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita usia dewasa.h. Interaksi Obat Ranitidine tidak menghambat kerja dari sitokrom P450 dalam hati. Pemberian bersama warfarin dapat meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin. i. PenyimpaanRanitidine injeksi disimpan di tempat sejuk dan kering suhu 425oC, terlindung dari cahaya, harus dengan resep dokter.4. Dexamethasone a. KomposisiTiap ml mengandung dexamethasone natrium fosfat 5,465 mg setara dengan dexamethasone fosfat 5 mg.Tiap tablet mengandung dexamethasone 0,5 mgb. IndikasiDexamethasone digunakan sebagai antialergi, antiinflamasi dan penyakit-penyakit atau keadaan yang memerlukan terapi dengan glukokortikoid, seperti reaksi alergi akut, arthritis rheumatoid, asma bronkhial, demam rematik, radang dan alergi pada kulit.

c. Dosis a. Injeksi Dosis antara 4 sampai 20 mg/hari diberikan secara i.v atau i.m tergantung keparahan penyakit. Dianjurkan digunakan pada keadaan akut dan serius dengan rentang dosis 0,4 sampai 6 mg diberikan secara intrasinovial atau pada jaringan halus.b. tablet Dosis awal : 0,75 9 mg sehari tergantung pada berat ringannya penyakit. Dosis pemeliharaan : dikurangi sesuai kondisi pasien. Pada penyakit ringan : < 0,75 mg/hari. Pada penyakit yang berat mungkin dibutuhkan > 9 mg/hari.d. KontraindikasiDexamethasone tidak dapat diberikan kepada pasien dengan tukak gastrointestinal, sindroma cushing, mikosis sistemik, herpes okuler, osteoporosis parah, varicella, amebiasis dan tidak lama sebelum maupun setelah vaksinasi. Penderita yang sensitif terhadap obat ini dan komponennya.e. Efek sampingPenggunaan dexamethasoine jangka lama dapat mengakibatkan tukak lambung, hipokalemia, mudah kena infeksi, osteoporosis, kelainan mata, atropi kulit, melambbatnya menyembuhan luka, kelemahan otot, menstruasi tidak teratur dan sakit kepala. Supresi pertumbuhan anak, penembahan nafsu makan, gangguan keseimbangan tubuh dan cairan elektrolit.5. Cefotaxime Injeksia. KomposisiSetiap vial mengandung cefotaxime sodium setara dengan cefotaxime 1 gb. Indikasi Infeksi berat yang disebabkan oleh pathogen-patogen yang sensitif terhadap cefotaxime seperti: Infeksi saluran pernapasan, termasuk hidung dan tenggorokan Infeksi pada telinga Infeksi kulit dan jaringan lunak Infeksi tulang dan sendi Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata Infeksi abdominalc. Mekanisme kerjaCefotaxime adalah antibiotik sefalosporin generasi ke 3 dan bersifat bakterisidal cefotaxime aktif terhadap bakteri gram negatif seperti E.coli, H. influenza, klebsiella sp, proteus sp,. (indole positif dan negatif), serratia sp . Neisseri sp. dan Bacteroides sp. Bakteri gram positif yang peka antara lainStaphylococci, Stretococi aerob dan anaerob, Streptococci aerob dan anaerob, Streptococcus pneumonia, Clostridium sp.d. Dosis dan aturan pakaiDewasa dan anak >12 tahun : 1 gram setiap 12 jam, pada infeksi berat dosis 2 kali 2 gram/hari biasanya cukup. Jika diperlukan dosis yang lebih besar, interval pemberiaan obat dapat diperpendek menjadi setiap 6-8 jam. Cara pemberiaan obat sebaiknya melalui intravena, walaupun pemberiaan dapat pula dilakukan secara intramuscular. Tiap 1 g cefotaxime memerlukan aquades/ aqua pro injeksi paling sedikit 4 ml dan larutan injeksi harus disuntikkan perlahan-lahan selama 3-5 menit. Pada pemberiaan intramuskular injeksi harus disuntikkan dalam-dalam pada otot gluteal.e. Efek samping Gastrointestinal: Colitis, diare, mual, muntah, nyeri abdomen. Susunan saraf pusat: sakit kepala, pusing. Hati: kenaikan sementara pada serum kreatindan ureum, parestesia, perubahan nilai parameter laboratorium seperti peningkatan SGOT, SPGT, LDH, dan alkalifosfatase dapat terjadi. f. KontraindikasiPenderita dengan riwayat hipersensitif terhadap antibiotik sefalosporin.Penderita ginjal yang berat.

g. Interaksi Penggunaan bersamaan dengan diuretik kuat misalnya Furasemid dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal. Melalui penghambatan eksresi ginjal, pemberiaan bersamaan probenesid meningkatkan dan memperpanjang lamanya kadar cefotaxime di serum. Pasien yang mendapatkan obat-obat yang berpotensi nefrotoksik ( misal, Aminoglikosid) secara berbarengan atau berikutnya, harus dipantau ketat fungsi ginjalnya Efek pada parameter laboratorium Walaupun jarang, hasil test Coombspositif palsu dapat dihasilkan pada pasien yang diberi cefotaximeh. Peringatan dan perhatian Pada pasien yang hipersensitif terhadap penisilin ada kemungkinan terjadi sensitivitas silang Hati-hati pemberiaan pada wanita hamil. Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan riwayat penyakit gastrointestinal terutama colitis Cefotaxime dieksresikan dalam air susu ibu, hati-hati penggunaanya pada ibu menyusui Agar dilakukan pemeriksaan hitung darah pada penderitaan yang mendapatkan pengobatan lebih dari 10 hari dan pengobatan dihentikan jika timbul neutropenia Pemberiaan jangka panjang menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme yang resisten, oleh karena itu kondisi pasien harus dicek selama waktu tertentu6. Spironolakton a. Komposisi Tiap tablet mengandung spironolactone 25 mgb. Indikasi Spironolactone diindikasikan untuk penatalaksanaan : Hiperaldosteronisme primer : untuk diagnosis dan pengobatan pada hiperaldosteronisme primerKondisi- kondisi edematosa untuk pasien dengan : gagal jantung kongestif, sirosis hati disertai dengan edema dan/atau asites, sindrom nefrotik.c. Mekanisme kerjaSpironolakton adalah antagonis farmakologis spesifik dari aldosteron, berperan terutama melalui pengikatan kompetitif reseptor-reseptor pada tempat pertukaran natrium-kalium yang tergantung pada aldosteron pada distal convoluted renal tubule. Spironolaktone menyebabkan peningkatan jumlah natrium dan air untuk diekskresi, sedangkan kalium ditahan (retensi). Spironolactone dapat diberikan tunggal atau kombinasi dengan obat diuretik lainnya yang bekerja pada tubulus ginjal yang lebih proksimal. d. Dosis 1. Diagnosa dan pengobatan hiperaldosteronisme primerBila waktu test lama diberikan dosis 400mg/hari selama 3-4 mingguBila waktu test singkat diberikan dosis 400 mg/hari selama 4 hari2. Edema jantungDewasa : 50 mg- 100 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagiEdema akibat sirosis hati (dengan atau tanpa ascites) : Dewasa : 300 mg-600 mg/hariEdema akibat sindrom nefrotik : biasanya 100-200 mg/hari3. Hipertensi esensialDewasa : dosis awal 25 mg/hari, kemudian dinaikkan menjadi 100 mg/hari dalam dosis tunggal atau terbagi dua. Dosis diatur sesuai dengan tekanan darah dan kadar kalium serum.e. Efek sampingPencernaan: perdarahan lambung, tukak, gastritis, diare dan kram perut, mual, muntahEndokrin: ginekomastia, amenorrhea, perdarahan pasca menopauseHipersensitivitas : demam, urtikariareaksi anafilaksis, vaskulitisGinjal : gangguan fungsi f. Kontraindikasi Spironolaktone dikontraindikasikan pada pasien dengan anuria, gangguan ginjal akut, gangguan fungsi ekskresi ginjal yang signifikan, hiperkalemia, sensitif terhadap spironolactone, atau kehamilan.7. Furosemide a. Komposisi Tiap tablet mengandung furosemid 40 mgb. Indikasi Udema yang disebabkan oleh payah jantung, sirosis hati, penyakit ginjal termasuk sindrom nefrotik. Hipertensi ringan sampai sedang dfalam bentuk tunggal atau kombinasi. c. Mekanisme kerjaFurosemid menghambat reabsorbsi air dan elektrolit sebagai hasil utama kerjanya pada simpul Henle. Furosemid memperlihatkan efek diuresis (natrium) tergantung dari besarnya dosis yang diberikan.d. Dosis 1. Untuk udema Dewasa : dosis awal : 20-80 mg sebagai dosis tunggal, jika diperlukan dapat diulang dengan dosis sama 6-8 jam kemudian. Dosis dapat ditingkatkan 20- 40 mg, setiap 6 8 jam, sampai tercapai diuresis yang diharapkan. Kemudian dosis diberikan 1-2 kali/hari. Dosis dapat ditingkatkan sampai 600 mg/hari pada pasien dengan keadaan udema yang parah. Anak- anak : dosis awal : 1-2 mg/kg BB sebagai dosis tunggal jika respon yang diharapkan tidak tercapai, dosis dapat ditingkatkan 1-2 mg/kg, setiap 6-8 jam sampai tercapai diuresis yang diharapkan. Dosis maksimal 6 mg/kg BB. Untuk pemeliharaan, dosis dikurangi sampai tingkat minimum efektif untuk pemeliharaan.2. Untuk hipertensiDewasa : 40 mg, 2 kali sehari, dosis disesuaikan dengan keadaan penderitae. Efek samping Gangguan pada saluran pencernaan seperti : mual, diare, pankreatitis, jaundice, anoreksia, iritasi oral dan gaster, muntah, kejang dan konstipasi. Reaksi hipersensitivitas : sistemik vaskulitis, interstisial nefritis alergi Reaksi saluran saraf pusat : tinitus dan gangguan pendengaran, parestesia, vertigo, pusing, dan sakit kepala Reaksi hematologi : trombositopenia, anemia hemolitik, leukopenia dan anemiaf. Kontraindikasi Anuria, hipersensitif terhadap furosemid atau sulfonamid8. Ondansentron a. Komposisi Injeksi 4mg/2ml, tiap ml mengandung : ondansentron HCl.2H2O setara dengan ondansentron 2 mgb. Indikasi Penanggulangan mual dan muntah karena kemoterapi sitotoksik dan radioterapi serta setelah operasi. c. Mekanisme kerjaOndansentron suatu antagonis reseptor 5HT3 yang bekerja secara selektif dan kompetitif dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah akibat pengobatan dengan kemoterapi sitotoksik dan radioterapi. d. Dosis Untuk mual dan muntah setelah operasi :Untuk pencegahan ondansentron dapat diberikan secara oral dengan dosis 8 mg diberikan 1 jam sebelum anestesi diikuti 2 dosis 8 mg lagi dengan interval. Untuk pengobatan mual dan muntah setelah operasi, 4 mg dosis tunggal dapat diberikan secara IM atau IV perlahan.Pencegahan mual dan muntah karena kemoterapi :Dewasa : untuk pasien yang mendapat kemoterapi yang sangat emetogenik misalnya ciplastin. Mula-mula diberikan injeksi 8 mg ondansentron IV secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan infus 1 mg ondansentron/jam terus menerus selama kurang dari 24 jam atau 2 injeksi 8 mg IV secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit dengan selang waktu 4 jam, atau bisa juga diikuti dengan pemberian 8 mg peroral 2 kali sehari hingga 5 hari setelah pengobatan. Untuk pasien yang mendapat kemoterapi atau radioterapi yang kurang emetogenik, misalnya cyclospamide. Injeksi IV 8 mg ondansentron secara lambat atau diinfuskan selama 15 menit segera sebelum diberikan kemoterapi, diikuti dengan 8 mg peroral 2 kali sehari hingga 5 hari setelah pengobatan.Anak- anak > 4 tahun :Dapat diberikan dalam 5 mg/ml dosis tunggal IV segera sebelum kemoterapi, diikuti 4 mg secara oral 12 jam, kemudian dilanjutkan 4 mg secara oral dua kali sehari hingga 5 hari setelah pengobatan.Untuk usia lanjut :Ditoleransi dengan baik pada pasien > 65 tahun dan tidak perlu penyesuaian dosis, frekuensi pemberian atau cara pemberian.Untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal :Tidak perlu adanya perubahan dosis harian, frekuensi pemberian atau cara pemberian.Untuk pasien dengan gangguan fungsi hati :Dosis total perhari tidak boleh lebih dari 8 mge. Efek sampingSakit kepala, konstipasi rasa panas atau hangat di kepala dan epigastrum, sedasi dan diare.f. Kontraindikasi Dikontraindikasikan untuk pasien dengan hipersensitivitas terhadap komponen obat ini. 9. Prednisona. Komposisi Tiap tablet mengandung 5 mgb. Indikasi Artritis reumatoid, asma bronkhial, bursitis erimatosus, nefrosis, radang dan alergic. Dosis 1-4 tablet seharid. Efek sampingRetensi cairan dan garam, edema, hipertensi, amenore (tidak haid) Hiperhidrosis, kelainan mental, pankreatitis akut, osteonekrosis aseptik, kelemahan otot, Cushingoid state, meningkatnya tekanan dalam mata, gangguan penglihatan dan atropi lokal.e. Kontraindikasi Ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis atau psikoneurosis berat, tuberkulosa aktif, infeksi akut.10. Parasetamol tableta. Komposisi Tiap tablet mengandung 500 mgb. Indikasi Menghilangkan rasa sakit dan penurun panasc. Dosis Dewasa : 3 4 kali sehari 1 2 tabletAnak berusia 6 12 tahun : - 1 tablet tiap 4 6 jamAnak berusia 2 5 tahun : tablet tiap 4 6 jamd. Efek sampingReaksi kulit, hematologis, reaksi alergi yang lain.e. Kontraindikasi Gagal ginjal dan hati11. Aspar Ka. Komposisi Tiap tablet mengandung kalium L-aspartat 300 mgb. Indikasi Sebagai suplemen kalium pada penyakit dan gejala yang disertai keseimbangan abnormal dari elektrolit, penyakit jantung, penyakit hati, tetraplegigi periodik karena hipokalemia, hipokalemia yang disebabkan pemberian jangka panjang obat antihipertensi diuretika, adrenokortikosteroid, digitalis, insulun, gangguan metabplisme kalium (sebelum dan sesudah operasi, diare, muntah).c. Dosis Tablet 300 mg 1- 3 tablet 3 kali sehari atau lebih, jika dibutuhkan.d. Efek sampingAnoreksia, gangguan lambung, perasaan berat pada bagian precordial.e. Kontraindikasi Pasien dengan penyakit Addisonb yang tidak diobati, pasien dengan hiperkalemia,hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. 12. Vitamin Ca. Komposisi Tiap tablet mengandung 50 mgb. Indikasi Mencegah dan mengobati kekurangan vitamin Cc. Dosis Untuk pencegahan terhadap kekurangan vitamin C : sehari 2 4 tablet.13. Kalsium Laktata. Komposisi Tiap tablet mengandung 500 mgb. Indikasi Suplemen pada hipokalsemia ataukebutuhan kalsium meningkat seperti masa kehamilan dan menyusuic. Dosis Sehari 4 x 1 kapletd. Kontraindikasi Penderita dengan pengobatan glikosida jantung14. New Diataba. Komposisi Tiap tablet mengandung 600 mg atalpulgit aktifb. Indikasi Pengobatan gejala gejala diare akibat keracunan makanan dan zat racun dari bakteri dan virus.c. DosisDewasa dan anak > 12 tahun : 2 tablet setelah setiap kali diare, maksimum sehari 12 tabletAnak 6 12 tahun : 1 tablet setelah setiap kali diare, maksimum sehari 6 tablet. 15. Sohobion a. Komposisi Tiap ampul (3 ml) mengandung :Vit B1 HCl : 100 mgVit B6 HCl: 100 mgVit B12: 5000 mcg

b. Indikasi Untuk pengobatan penyakit karena kekurangan vitamin B1, B6, dan B12 seperti polyneuritis.c. Mekanisme kerjaVitamin B1 berperan sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam alfa-keto dan berperan dalam metabolisme karbohidrat.Vitamin B6 di dalam tubuh berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu dalam metabolisme protein dan asam amino.Vitamin B12 berperan dalam sintesis asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas jaringan saraf.d. Dosis Dalam keadaan sakit yang parah Sohobin 5000 injeksi diinjeksikan secara intra muskular (intra gluteal) 1 ampul sehari.e. Efek sampingPenggunaan vitamin B6 dosis besar dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan sindroma neuropati.f. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap komponen obat ini.

BAB IVPEMBAHASAN

Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomelurus terhadap protein plasma, yang menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomelural akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria akan menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga ciran intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi. Karena terjadi penurunan aliran darah ke renal, maka ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin-angiotensi dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air, dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema. Pada sindrom nefrotik terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma.Studi kasus pasien dengan diagnosa sindrom nefrotik dan anemia diambil dari unit pelayanan dan perawatan ruang interna Rumah Sakit Umum Daerah Kota Makassar. Data yang diperoleh diambil berdasarkan medical record pasien. Pasien yang bernama Tn. AP umur 21 tahun, masuk rumah sakit pada tanggal 19 Agustus 2014 di unit Gawat Darurat RSUD Kota Makassar, dengan keluhan rasa lemas dialami sejak 1 minggu terakhir, demam, muntah, BAB encer, nyeri ulu hati, sakit perut dialami sejak 2 hari yang lalu. Riwayat berobat dengan sindrom nefrotik tapi tidak tuntas. Selama perawatan di ruang interna pasien mendapatkan 19 terapi pengobatan yaitu, Infus NaCl 0,9 %, infus Dextrosa 5 %, infus asering, ranitidin Inj dan tablet, ondansentron Inj, Cefotaxim Inj, Dexamethasone Inj dan tablet, Sohobion drips, Tramadol Inj, Paracetamol tab, Furosemid tab, spironolakton tab, prednison tab, Aspar K tab, Vit. C tab, kalsium laktat tab, dan New Diatab tab.Penanganan awal pasien saat masuk ke rumah sakit pada tanggal 19 Agustus 2014 yaitu pemberian infus Nacl 0,9 % : Dextrosa 5 % 500 ml sebanyak 16 tetes per menit, digunakan untuk mengatasi dehidrasi serta kehilangan dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit plasma. Pemberian infus selama 10 hari dari tanggal 19 28 Agustus 2014. Pada hari yang sama, pasien juga diberikan Ranitidin Inj guna untuk mengatasi keluhan pasien yaitu nyeri ulu hati dan nyeri perut dan juga untuk mengatasi efek samping obat yang terjadi pada pencernaan. Ranitidin Inj diberikan mulai tanggal 19 25 Agustus 2014 kemudian dilanjutkan dengan pemberian ranitidin tablet dari tanggal 26 31 Agustus 2014. Ranitidin merupakan suatu histamin antagonis reseptor H2 yang menghambat kerja histamin secara kompetitif pada reseptor H2 dan mengurangi asam lambung. Ondansentron Inj juga diberikan pada pasien untuk mengatasi keluhan mual dan muntah yang dialami pasien, yang diberikan sampai tanggal 25 Agustus 2014. Selanjutnya Cefotaxim Inj diberikan sebagai antibiotik untuk mencegah adanya infeksi yang ditandai pada hasil laboratorium dengan adanya peningkatan sel darah putih (WBC) dan monosit. Pasien dengan sindrom nefrotik mengalami penurunan daya tahan tubuh yang mengakibatkan mudah terkena infeksi. Dexamethason Inj diindikasikan untuk terapi inisial pada sindrom nefrotik yang termasuk dalam golongan obat kortikosteroid, diberikan sampai tanggal 26 Agustus 2014 kemudian dilanjutkan dengan dexamethason tablet 0,5 mg 2 x 1 selama 2 hari dan digantikan dengan golongan obat kortikosteroid yang lain yaitu prednison tab 5 mg 2 x 1 diberikan mulai tanggal 29 Agustus 2014 04 September 2014. Deksametason dapat menurunkan manifestasi peradangan berupa penurunan kadar leukosit dalam darah. Efek lainnya meliputi penurunan konsentrasi basofil, eusinofi, dan monosit. Setelah penggunaan beberapa hari dosis harus diturunkan secara bertahap untuk menghindari komplikasi yang mungkin timbul. Penggunaan deksametason dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa, kolesterol, dan natrium dan juga dapat menyebabkan penurunan kadar kalium dan kalsium dalam darah. Oleh sebab itu harus dipantau nila-nilai laboratorium pada pasien ini. Selain itu penggunaan prednison juga perlu dipantau karena dapat menyebabkan hipertensi.Pada tanggal 20 Agustus 2014 dokter melakukan visite, pasien mengeluhkan kedua kaki bengkak, dan kondisi pasien sangat lemas. Dokter meresepkan obat diuretik kuat yaitu furosemid tab 40 mg 1 x 1 untuk mengatasi udema yang terjadi pada pasien. Setelah melihat kondisi pasien yang hipokalemia yang ditunjukkan pada hasil pemeriksaan elektrolit dengan kadar kalium yang sangat rendah, obat furosemid diganti dengan golongan diuretik hemat kalium yaitu spironolakton 25 mg 2 x 1 diberikan sampai pasien pulang. Pada saat dokter melakukan visite selanjutnya tanggal 21 Agustus pasien mengeluhkan rasa mual, lemah, dan pusing. Pemberian terapi masih dilanjutkan seperti pada terapi hari pertama. Demikianpun pada tanggal 22 Agustus 2014 pasien masih dalam keadaan lemah. Pada tanggal 23 Agustus dokter melakukan visite, pasien mengeluhkan lemah, kurang darah (anemis). Dokter meresepkan sohobion drips 1amp/24 jam. Penggunaan sampai tanggal 01 september 2014 dengan melihat kondisi pasien yang lemah sehingga perlu asupan vitamin dan mineral.Pada tanggal 25 Agustus 2014 dokter melakukan visite, pasien mengeluhkan pusing, anemis, sakit seluruh badan, dan lemah. Pemberian terapi dilanjutkan. Pada tanggal 26 Agustus 2014 pasien mengeluhkan sakit kepala tapi dokter tidak meresepkan obat untuk sakit kepalanya.Pada tanggal 27 Agustus 2014 dokter melakukan visite, pasien mengeluhkan nyeri pinggang tembus belakang. Dokter meresepkan obat tramadol inj. 100mg/2ml. Dan pada tanggal 28 Agustus 2014 nyeri pinggang yang dikeluhkan pasien sudah berkurang sehingga penggunaan tramadol dihentikan. Pada tanggal 29 Agustus 2014 dokter melakukan visite, pasien mengeluhkan badan kaku, kedua tangan kaku dan tidak bisa digerakkan. Dokter meresepkan obat Aspar K 300 mg 2 x 1, vitamin C 500 mg 2 x 1 dan kalsium laktat 500 mg 2 x 1. Aspar K mengandung kalium L-aspartat digunakan sebagai suplemen kalium pada penyakit dan gejala yang disertai keseimbangan abnormal dari elektrolit atau hipokalemia dengan gejala badan kaku, pusing dan lemah. Pada hari yang sama, dokter menyuruh untuk menghentikan semua obat injeksi dan dilanjutkan dengan obat oral. Pada tanggal 30 Agustus 2014 dokter melakukan visite pasien mengeluhkan masih dalam kondisi lemas dan terapi tetap dilanjutkan. Pada tanggal 31 Agustus 2014 pasien mengeluh BAB encer 5 x, tetapi karena hari minggu dokter tidak melakukan visite dan diarenya belum teratasi.Pada tanggal 1 September 2014, dokter kembali melakukan visite, pasien mengeluhkan BAB encer, anemis, dan sakit ulu hati, dokter kembali meresepkan infus asering : dextrosa 5 % 1:1 sebanyak 20 tetes per menit. Dan pada tanggal 2 september 2014 dokter baru meresepkan obat New diatab untuk mengatasi diarenya.Pada tanggal 3 september dokter melakukan visite, tampak semua keluhan dari pasien mulai membaik, dokter menyuruh aff infus dan pasien bisa pulang.Dari hasil pemantauan selama proses terapi yang dilalui pasien semua pengobatan sudah tepat atau rasional. Dari hasil penilaian yang telah dilakukan terhadap pengobatan yang diterima oleh pasien, maka terlihat bahwa peran apoteker sangat berpengaruh terhadap keberhasilan terapi. Peran seorang apoteker yang utama yaitu menjamin pasien menggunakan obat secara tepat dan benar. Hal itu dapat dilakukan melalui kegiatan berupa konseling dan monitoring penggunaan obat pasien. Kegiatan konseling merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepatuhan pasien, melalui pemberian informasi kepada pasien dan mencari tahu hambatan yang menyebabkan ketidakpatuhan pasien. Keberhasilan terapi juga sangat dipengaruhi oleh komunikasi dengan tim kesehatan yang lainnya