iii kerangka pemikiran - repository.ipb.ac.id filepada analisis usahatani, data mengenai penerimaan,...

13
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Adapun ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia adalah : (1) Kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh para petani, (2) Modal yang dimiliki para petani terbatas, (3) Rendahnya ketrampilan dan pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh para petani, (4) Produktivitas dan efisiensi rendah, (5) Petani dalam kondisi sebagai penerima harga karena bargaining position lemah dan (6) Rendahnya tingkat pendapatan petani (Suratiyah 2006). Hernanto (1989) menjelaskan bahwa terdapat empat unsur pokok faktor- faktor produksi dalam usahatani, yaitu: 1) Tanah Tanah merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain dan distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh karena itu, tanah memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah luas relatif tetap atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Pada dasarnya berdasarkan luas tanah, petani dapat digolongkan menjadi empat, yaitu golongan petani luas (lebih dari 2 ha), sedang (0,5 2 ha), sempit (0,5 ha), dan buruh tani tidak bertanah. Tanah milik petani atau yang dapat dikelola diperoleh dari berbagai sumber yaitu, membeli, menyewa, menyakap, pemberian negara, warisan, wakar, ataupun membuka lahan sendiri. 2) Tenaga Kerja Tenaga kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu tenaga kerja manusia, tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia digolongkan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tanaga kerja manusia dapat diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Satuan ukuran yang umum dipakai untuk mengatur tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Upload: trinhcong

Post on 13-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Konsep Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang

mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi barupa lahan dan alam

sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya.

Adapun ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia adalah : (1) Kecilnya luas lahan

yang dimiliki oleh para petani, (2) Modal yang dimiliki para petani terbatas, (3)

Rendahnya ketrampilan dan pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh para

petani, (4) Produktivitas dan efisiensi rendah, (5) Petani dalam kondisi sebagai

penerima harga karena bargaining position lemah dan (6) Rendahnya tingkat

pendapatan petani (Suratiyah 2006).

Hernanto (1989) menjelaskan bahwa terdapat empat unsur pokok faktor-

faktor produksi dalam usahatani, yaitu:

1) Tanah

Tanah merupakan faktor yang relatif langka dibanding dengan faktor

produksi lain dan distribusi penguasaannya tidak merata di masyarakat. Oleh

karena itu, tanah memiliki beberapa sifat, di antaranya adalah luas relatif tetap

atau dianggap tetap, tidak dapat dipindah-pindahkan, dan dapat

dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Pada dasarnya berdasarkan luas tanah,

petani dapat digolongkan menjadi empat, yaitu golongan petani luas (lebih dari 2

ha), sedang (0,5 – 2 ha), sempit (0,5 ha), dan buruh tani tidak bertanah. Tanah

milik petani atau yang dapat dikelola diperoleh dari berbagai sumber yaitu,

membeli, menyewa, menyakap, pemberian negara, warisan, wakar, ataupun

membuka lahan sendiri.

2) Tenaga Kerja

Tenaga kerja dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu tenaga kerja manusia,

tenaga kerja ternak, dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja manusia digolongkan

menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak. Tanaga kerja manusia dapat

diperoleh dari dalam dan luar keluarga. Satuan ukuran yang umum dipakai untuk

mengatur tenaga kerja adalah sebagai berikut:

Page 2: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

22

a) Jumlah jam dan hari kerja total. Ukuran ini menghitung seluruh

pencurahan kerja dari sejak persiapan sampai panen dengan

menggunakan inventarisasi jam kerja (1 hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan

hari kerja total (HK total).

b) Jumlah setara pria (men equivalen). Ukuran ini menghitung jumlah kerja

yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran

hari kerja pria. Hal ini berarti menggunakan konversi tenaga kerja

menurut Yang 1955, diacu dalam Hernanto 1986, yaitu membandingkan

tenaga pria sebagai ukuran baku dan jenis tenaga kerja lain dikonversikan

atau disetarakan dengan pria, sebagai berikut:

- 1 pria = 1 hari kerja pria - 1 ternak = 2 hari kerja pria

- 1 wanita = 0,7 hari kerja pria - 1 anak = 0,5 hari kerja pria

3) Modal

Modal merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor

produksi lain dan tenaga kerja serja pengelolaan menghasilkan barang-barang

baru, yaitu produksi pertanian. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri,

pinjaman atau kredit (kredit bank, kerabat, dan lainnya), hadiah warisan, usaha

lain, ataupun kontrak sewa. Berdasarkan sifatnya, modal dibedakan menjadi dua,

yaitu modal tetap yang berarti modal yang tidak habis pada satu periode produksi

dan modal bergerak yang berarti modal yang habis atau dianggap habis dalam satu

periode produksi. Jenis modal tetap memerlukan pemeliharaan agar dapat berdaya

guna dalam jangka waktu lama. Jenis modal ini pun terkena penyusutan yang

berarti nilai modal menyusut berdasarkan jenis dan waktu. Penghitungan

penyusutan dengan cara yang dianggap mudah adalah menggunakan metode garis

lurus (straight line method). Metode garis lurus menggunakan dasar pemikiran

bahwa benda yang dipergunakan dalam usahatani menyusut dalam besaran yang

sama setiap tahunnya.

4) Pengelolaan (management)

Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,

mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai

dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan produksi pertanian

sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan itu adalah

Page 3: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

23

produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahanya. Dengan

demikian, pengenalan secara utuh faktor yang dimiliki dan faktor yang dikuasai

akan sangat menentukan keberhasilan pengelolaan.

3.1.2. Konsep Pendapatan Usahatani

Pada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan

usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel ini sering disebut

dengan analisis anggaran arus uang tunai (cash flow analysis) (Soekartawi 1995).

Adapun penjelasan ketiga variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1) Struktur Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh

dengan harga jual (Soekartawi 1995). Istilah lain untuk penerimaan usahatani

adalah pendapatan kotor usahatani (gross farm income) yang didefinisikan sebagai

nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun

tidak dijual. Pendapatan kotor ini mencakup semua produk yang dijual,

dikonsumsi rumah tangga petani, bibit atau makanan ternak, digunakan untuk

pembayaran, dan disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun (Soekartawi

1986).

2) Struktur Biaya Usahatani

Biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan

jasa bagi kegiatan usahatani (Soekartawi 1995). Menurut Hernanto (1989), biaya

dikelompokan dalam empat kategori, yaitu:

a) Biaya tetap (fixed costs); dimaksudkan biaya yang penggunaannya tidak

habis dalam satu masa produksi.

b) Biaya variabel (variable costs), dimana besar kecilnya dipengaruhi oleh

biaya skala produksi.

c) Biaya tunai; dimaksudkan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang.

d) Biaya diperhitungkan, dimaksudkan biaya yang dikeluarkan petani bukan

dalam bentuk uang tunai, tetapi diperhitungkan dalam perhitungan

usahatani.

Page 4: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

24

3) Struktur Pendapatan Usahatani

Pendapatan tunai usahatani adalah selisih antara penerimaan tunai dan

pengeluaran tunai dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk

menghasilkan uang tunai (Soekartawi 1986). Faktor yang mempengaruhi

pendapatan usahatani menurut Hernanto (1989) yaitu, luas usaha, tingkat

produksi, pilihan dan kombinasi cabang usaha, intensitas pengusahaan

pertanaman, dan efisiensi tenaga kerja. Analisis pendapatan usahatani ini

bertujuan mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan

(Soekartawi 1995).

4) Analisis R/C

Analisis R/C (return cost ratio) merupakan perbandingan (ratio atau

nisbah) antara penerimaan dengan biaya dalam satu kali periode produksi

usahatani. R/C menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh sebagai

manfaat dari setiap rupiah yang dikeluarkan, semakin tinggi nilai R/C maka

semakin menguntungkan usahatani tersebut dilakukan. Analisis R/C ini dibagi

dua, yaitu (a) menggunakan data pengeluaran (biaya produksi) tunai dan (b)

menghitung juga atas biaya yang tidak diperhitungkan, dengan kata lain

perhitungan total biaya produksi (Soekartawi 1995).

Kriteria keputusan dari nilai R/C yaitu, jika R/C > 1 maka kegiatan

usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari

pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 menunjukkan maka kegiatan usahatani yang

dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada

pengeluarannya. Nilai R/C = 1, maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat

dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena

penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang

dikeluarkan oleh petani (Soekartawi 1995).

3.1.3. Konsep Usaha Pertanian Kontrak (Contract Farming)

Usaha pertanian kontrak merupakan salah satu bentuk relasi kemitraan.

Menurut Daryanto (2012), usaha pertanian kontrak (contract farming) merupakan

satu mekanisme kelembagaan (kontrak) yang memperkuat posisi tawar-menawar

petani, peternak, dan nelayan dengan cara mengaitkannya secara langsung atau

pun tidak langsung dengan badan usaha yang secara ekonomi lebih kuat. Hal ini

Page 5: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

25

tidak hanya berpotensi meningkatkan penghasilan petani, peternak, dan nelayan

kecil yang terlibat dalam usaha pertanian kontrak, tetapi juga mempunyai efek

berlipat ganda (muliplier effects) bagi perekonomi pedesaan maupun

perekonomian dalam skala lebih luas. Menurut Eaton dan Shepherd (2001), usaha

pertanian kontrak dibagi menjadi lima model, yaitu:

1) Centralized model, yaitu model yang terkoordinasi secara vertikal, dimana

pihak perusahaan membeli produk dari para petani yang kemudian

memprosesnya atau mengemasnya dan memasarkan produknya.

2) Nucleus estate model, yaitu variasi model terpusat, dimana dalam model ini

perusahaan dari proyek juga memiliki dan mengatur tanah perkebunan yang

umumnya dekat dengan pabrik pengolahan.

3) Multipartite model, yaitu model yang umumnya melibatkan badan hukum dan

perusahaan swasta yang secara bersama berpartisipasi bersama para petani.

4) Informal model, yaitu model yang umumnya diaplikasikan terhadap

wiraswasta perseorangan atau perusahaan kecil yang umumnya membuat

kontrak produksi informal yang mudah dengan para petani berdasarkan

musiman.

5) Intermediary model, yaitu model yang umumnya diaplikasikan pada

perusahaan swasta yang akan membayar petani mitra sesuai dengan total

produksi. Pihak perusahaan umumnya membina dan mengontrol petani untuk

menggunakan faktor produksi yang telah ditetapkan perusahaan.

Menurut Daryanto (2012), kerjasama antara petani dengan pihak

perusahan dapat terjalin secara baik jika terdapat saling ketergantungan yang

menguntungkan dikedua belah pihak. Usaha pertanian kontrak memungkinkan

untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan minimnya informasi.

Selain itu, usaha pertanian kontrak dapat mengurangi risiko bagi petani maupun

perusahaan, misalnya dalam hal kepastian bahwa hasil produksi petani akan

dibelipada saat panen dan kepastian pasokan bahan baku bagi perusahaan. Pola

kemitraan atau kontrak di Indonesia menurut Sumardjo et al. (2004) terdiri dari

lima macam, yaitu:

Page 6: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

26

1) Pola kemitraan inti plasma

Pola kemitraan inti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antara

kelompok mitra (plasma) dengan perusahaan mitra (inti). Perusahaan mitra

membina kelompok mitra dalam hal lahan, saran produksi, bimbingan teknis,

manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi.

Keunggulan dari pola kemitraan ini yaitu adanya saling ketergantungan dan saling

memperoleh keuntungan. Sementara itu, kelemahan dari pola ini yaitu pihak

plasma kurang memahami hak dan kewaibannya, komitmen perusahaan inti masih

lemah dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya, dan belum ada kontrak

kemitraan yang menjamin hak dan kewajiban komoditas plasma sehingga

terkadang perusahaan inti mempermainkan harga komoditas plasma.

2) Pola kemitraan subkontrak

Pola kemitraan subkontrak merupakan hubungan kemitraan antara

perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi

komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya.

Keunggulan dari pola ini yaitu adanya kesepakan tentang kontrak bersama yang

mencakup volume, harga, mutu, dan waktu. Sementara itu, kelemahan pola ini

yaitu hubungan subkontrak yang terjalin semakin lama cenderung mengisolasi

produsen kecil dan menengah, berkurangnya nilai-nilai kemitraan antara kedua

belah pihak, dan kontrol kualitas produk ketat tetapi tidak diimbangi dengan

sistem pembayaran yang tepat.

3) Pola kemitraan dagang umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam

pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah perusahaan

mitra dan kelompok mitra dengan persyaratan yang telah disepakati bersama.

Keunggulan dari pola ini yaitu kelompok mitra berperan sebagai pemasok

kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra memasarkan

produk kelompok mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan pihak

kelompok mitra karena adanya kepastian harga dan pasar bagi hasil produknya.

Selain itu, pihak perusahaan mitra mendapatkan bahan baku sesuai dengan

kualitas yang telah disepakati. Namun, kelemahan dari pola ini yaitu dalam

prakteknya harga dan volume produk sering ditentukan secara sepihak oleh

Page 7: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

27

perusahaan mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra dan terkadang sistem

pembayaran barang-barang pada kelompok mitra tertunda.

4) Pola kemitraan keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan dimana perusahaan

mitra memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang

atau jasa perusahaan yang dipasok oleh perusahaan mitra. Terdapat kesepakatan di

antara pihak-pihak yang terlibat mengenai target-target yang harus dicapai dan

besarnya komisi yang siterima oleh pihak yang memasarkan produk. Keunggulan

pola ini yaitu mudah dilaksanakan oleh para perusahaan kecil yang kurang kuat

modalnya. Sementara itu, kelemahan pola ini yaitu beberapa mitra kurang mampu

membaca segmen pasar, tidak memenuhi target, dan kelompok mitra menetapkan

harga produk secara sepihak sehingga harga di tingkat konsumen menjadi tinggi.

5) Pola kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan

oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan,

sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya,

modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau

membudidayakan suatu komoditas pertanian. Selain itu, perusahaan mitra

berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah

produk melalui pengolahan dan pengemasan. Keunggulan pola KOA ini serupa

dengan pola inti plasma, namun kelemahan pola ini yaitu pengambilan untuk oleh

perusahan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolahan produk terlalu

besar dan perusahaan mitra cenderung monopsoni.

3.1.4. Konsep Fungsi Produksi

Ditinjau dari pengertian teknis, maka produksi merupakan suatu proses

pendayagunaan dari sumber-sumber yang telah tersedia sehingga dapat

mewujudkan suatu hasil yang optimal, baik secara kualitas dan kuantitas sehingga

menjadi suatu komoditi yang dapat diperdagangkan. Produksi adalah segala

kegiatan dalam rangka menciptakan dan menambah kegunaan atau uitlity sesuatu

barang atau jasa untuk kegiatan dimana dibutuhkan faktor-faktor produksi yang

didalam ilmu ekonomi terdiri dari tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen

(Assauri 2004). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi adalah suatu

Page 8: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

28

kegiatan/aktivitas yang dapat menambah nilai guna dan manfaat barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Sudarsono (1995) mengatakan fungsi produksi adalah hubungan teknis

yang menghubungkan antara faktor produksi yang disebut dengan masukan atau

input. Disebut faktor produksi karena adanya sifat mutlak agar produksi dapat

dijalankan untuk menghasilkan produk. Suatu fungsi produksi menggambarkan

semua metode produksi yang efisien secara teknis dalam arti menggunakan

kuantitas faktor produksi yang minimal. Metode produksi yang boros tidak

diperhitungkan dalam fungsi produksi. Metode produksi adalah suatu kombinasi

dari faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi satu satuan

produk.

Soekartawi (2005) menjelaskan bahwa fungsi produksi merupakan

hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output). Variabel Y

digambarkan sebagai hasil produksi dan variabel Xi adalah masukan i, maka

besarnya Y dipengaruhi oleh besarnya X1, X2, X3, ..., Xm yang digunakan pada

fungsi tersebut. Secara matematis, hubungan Y dan X dapat ditulis sebagai

berikut:

Y = f(X1, X2, X3, ..., Xm)

Keterangan:

Y = produksi/output

X1, X2, X3, ..., Xm = faktor produksi/input

Hubungan masukan dan produksi pertanian mengikuti kaidah tambahan

hasil yang semakin berkurang (law of diminishing returns) untuk semua variabel

X. Tiap tambahan unit masukan akan mengakibatkan proporsi unit tambahan

produksi yang semakin kecil dibanding unit tambahan masukan tersebut

(Soekartawi 1986). Salah satu model fungsi produksi yang digunakan dalam

analisis usahatani adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Menurut Soekartawi

(2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan

yang melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel yang dijelaskan disebut variabel

dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X).

Variabel yang dijelaskan biasanya berupa output dan variabel yang menjelaskan

Page 9: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

29

biasanya berupa input. Tiga alasan pokok memilih menggunakan analisis fungsi

produksi Cobb-Douglas antara lain (Soekartawi 2002):

1) Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah

dibandingkan dengan fungsi lain. Fungsi Cobb-Douglas dapat dengan mudah

diubah ke dalam bentuk linier.

2) Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan elastisitas.

3) Besaran elastisitas tersebut juga sekaligus menunjukan return to scale. Hal ini

perlu diketahui untuk menentukan keadaan dari suatu produksi, apakah

mengikuti kaidah decreasing, constant atau increasing return to scale.

a) Decreasing returns to scale, bila (b1 + b2) < 1. Dalam keadaan

demikian, dapat diartikan bahwa proporsi penambahan masukan-

produksi melebihi proporsi penambahan produksi.

b) Constant returns to scale, bila (b1 + b2) = 1. Dalam keadaan demikian

penambahan masukan-produksi akan proporsional dengan penambahan

produksi yang diperoleh.

c) Increasing returns to scale, bila (b1 + b2) > 1. Ini artinya bahwa proporsi

penambahan masukan-produksi akan menghasilkan tambahan produksi

yang proporsinya lebih besar.

Kesulitan yang umum dijumpai dalam penggunaan fungsi Cobb-Douglas

(Soekartawi 2002) adalah sebagai berikut:

1) Spesifikasi variabel yang keliru.

2) Kesalahan pengukuran variabel.

3) Bias terhadap variabel manajemen.

4) Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan.

Persamaan matematis dari fungsi produksi Cobb-Douglas secara umum

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y = b0 X1b1 X2

b2 X3b3 . . . Xi

bi eu

Dimana:

Y = variabel yang dijelaskan

X = variabel yang menjelaskan

b0, bi = besaran yang akan diduga

u = kesalahan (disturbance term)

e = logaritma natural (e = 2,718)

Page 10: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

30

Fungsi Cobb-Douglas di atas kemudian ditransformasikan ke dalam

bentuk linear logaritma untuk memudahkan pendugaaan terhadap fungsi produksi

tersebut, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 ... + bi ln Xi + u

Pada persamaan tersebut terlihat bahwa nilai b1 dan b2 adalah tetap

walaupun variabel yang terlibat telah dilogaritmakan. Hal ini dapat dimengerti

karena b1 dan b2 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan

elastisitas X terhadap Y. Elastisitas produksi (Ep) adalah presentase perubahan

dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input (Rahim & Hastuti,

2008). Elastisitas produksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

𝐸𝑝 =

∆𝑌𝑌 𝑥 100%

∆𝑋𝑋 𝑥 100%

𝐸𝑝 =

∆𝑌𝑌

∆𝑋𝑋

𝐸𝑝 = ∆𝑌

∆𝑋 𝑥

𝑋

𝑌

𝐸𝑝 = 𝑃𝑀 𝑥 1

𝑃𝑅

𝐸𝑝 = 𝑃𝑀

𝑃𝑅

Dimana:

Ep = elastisitas produksi

∆Y = perubahan hasil produksi komoditas pertanian

∆X = perubahan penggunaan faktor produksi

Y = hasil produksi komoditas pertanian

X = jumlah penggunaan faktor produksi

Kurva dapat menggambarkan hubungan fisik faktor produksi dan hasil

produksinya, dengan asumsi hanya satu produksi yang berubah dan faktor

produksi lainnya dianggap tetap (ceteris paribus). Fungsi produksi juga

menggambarkan Marginal Product (PM) dan Average Product (PR). Marginal

Product (PM) merupakan tambahan produksi per satuan tambahan input,

sedangkan Average Product (PR) merupakan produksi per satuan input.

Berdasarkan Gambar 1, kurva produksi terbagi menjadi menjadi tiga daerah.

Page 11: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

31

Gambar 1. Hubungan antara TP, PM, dan PR (Sumber : Rahim & Hastuti 2008)

Daerah I dimana terjadi peningkatan PR dengan elastisitas produksi lebih

dari satu (EP > 1). Hal ini menunjukkan penambahan faktor produksi sebesar satu

satuan akan menyebabkan penambahan produksi lebih besar dari satu satuan.

Dimana kondisi ini keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih

dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, daerah ini disebut daerah irrasional atau

inefisien.

Daerah II terjadi penurunan PR saat PM positif dengan elastisitas produksi

antara nol dan satu (0 < EP < 1). Hal ini menunjukkan penambahan faktor

produksi sebesar satu satuan akan menyebabkan penambahan produksi paling

besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Pada daerah ini terjadi penambahan

hasil produksi yang semakin menurun, namun penggunaan faktor-faktor produksi

tertentu di daerah ini dapat memberikan keuntungan maksimum. Oleh karena itu,

daerah ini disebut daerah rasional atau efisien.

Page 12: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

32

Daerah III terjadi penurunan PR saat PM negatif dengan elastisitas

produksi kurang dari nol (EP < 0). Hal ini menunjukkan setiap penambahan satu

satuan input akan menyebabkan penurunan produksi. Pada daerah ini penggunaan

faktor produksi sudah tidak efisien. Oleh karena itu, daerah ini disebut daerah

irrasional.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kentang merupakan salah satu tanaman hortikultura unggulan Desa

Cigedug yang telah lama dibudidayakan. Hal ini didukung dengan kondisi

geografis yang cocok untuk ditanam kentang baik varietas Granola yang

merupakan komoditas noncontract farming (usaha nonpertanian kontrak) maupun

varietas Atlantic yang merupakan komoditas contract farming (usaha pertanian

kontrak) dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Kondisi geografis tersebut tidak

serta merta dapat meningkatkan produktivitas kentang di lokasi penelitian.

Peningkatan produksi kentang yang terjadi belum didukung dengan peningkatan

produktivitas. Produktivitas kentang yang pernah dicapai Desa Cigedug belum

mencapai produktivitas potensialnya. Produktivitas kentang aktual pada tahun

2011 sebesar 18 ton/ha (BP3K Kecamatan Cigedug 2012), padahal produktivitas

potensial yang dapat dicapai kentang varietas Granola maupun varietas Atlantic,

yaitu kurang lebih 30 ton/ha (Samadi 2007).

Produktivitas yang belum mampu mencapai produktivitas potensial

menjadi salah satu permasalahan bagi petani di Desa Cigedug. Hal tersebut diduga

disebabkan oleh penerapan teknologi maupun penggunaan faktor produksi yang

belum mengikuti kaidah standar operasional prosedur (SOP). Secara teoritis,

produktivitas dapat menggambarkan pendapatan yang diperoleh dan penggunaan

faktor produksi apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani kentang.

Perbedaan harga jual pada kedua varietas menjadi salah satu permasalahan

usahatani kentang di Desa Cigedug dimana harga jual rata-rata kentang varietas

Granola relatif lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Atlantic. Selain itu,

pada varietas Granola harga jual mengikuti harga pasar yang cenderung

berfluktuatif, sedangkan pada varietas Atlantic harga jual tetap sesuai dengan

harga kontrak dengan PT IFM yang berlaku. Hal tersebut tentu akan berpengaruh

terhadap pendapatan usahatani kentang di Desa Cigedug.

Page 13: III KERANGKA PEMIKIRAN - repository.ipb.ac.id filePada analisis usahatani, data mengenai penerimaan, biaya, dan pendapatan usahatani perlu diketahui. Cara analisis terhadap tiga variabel

33

Pendapatan usahatani dapat digunakan sebagai tolok ukur tingkat

keberhasilan petani. Pendapatan usahatani ini dapat diperoleh setelah analisis

penerimaan dan analisis pengeluaran dilakukan. Pendapatan merupakan hasil

akhir yang diperoleh petani sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya

yang dimiliki dalam usahataninya. Sementara itu, fungsi produksi Cobb-Douglas

digunakan untuk melihat pengaruh penggunaan faktor produksi (input) terhadap

output.

Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan melihat fakta di lapangan

untuk menganalisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi produksi kentang. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

petani ataupun pihak lain dalam penyajian informasi tentang usahatani kentang

dan dapat dijadikan sebagai langkah kebijakan yang diambil untuk meningkatkan

produktivitasnya. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka pemikiran

operasional penelitian ini dapat digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

- Luas lahan - Kalium

- Bibit - Fungisida

- Varietas - Insektisida

- Nitrogen - Perekat

- Fosfat - Tenaga Kerja

Produksi Kentang

Analisis Pendapatan

Usahatani Kentang

Noncontract

Farming

(Varietas

Granola)

Contract

Farming

(Varietas

Atlantic)

R/C

R/C

Penerapan teknologi maupun penggunaan faktor produksi kentang di

Desa Cigedug diduga belum mengikuti kaidah standar operasional

(SOP)

belum mengikuti kaidah standar operasional Produktivitas kentang di Desa Cigedug

belum mencapai produktivitas potensial

Analisis Fungsi Produksi

Cobb- Douglass

Rekomendasi