iii. kerangka pemikiran 3.1 kerangka pemikiran...

13
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania & Burhanuddin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang penulis lakukan. 3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya (Kasmir & Jakfar, 2012). Secara umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk digunakan dalam menghasilkan barang dan atau jasa dengan harapan akan memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak. Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu proyek dikatakan layak apabila proyek tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak apabila telah dioperasikan. Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan (Nurmalina et al. 2010).

Upload: phamquynh

Post on 07-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

22

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis

Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang

didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

tujuan penelitian. Pengetahuan dapat diperoleh dari ilmu yang telah dipelajari

yang berasal dari sumber bacaan baik dari buku teks, jurnal, dan logika peneliti

yang telah terbangun dari pengalaman penelitian sebelumnya (Rachmania &

Burhanuddin, 2008). Berikut ini beberapa teori yang mendasari kerangka

pemikiran yang penulis lakukan.

3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis

Bisnis adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk memperoleh

keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan dalam berbagai

bidang, baik dalam jumlah maupun waktunya (Kasmir & Jakfar, 2012). Secara

umum bisnis merupakan suatu kegiatan yang membutuhkan biaya untuk

digunakan dalam menghasilkan barang dan atau jasa dengan harapan akan

memperoleh hasil atau keuntungan di kemudian hari. Menurut Kasmir dan Jakfar

(2012), agar tujuan suatu bisnis dapat dicapai hendaknya sebelum melakukan

investasi didahului dengan suatu studi untuk menilai apakah investasi yang

ditanamkan akan memberikan suatu manfaat atau tidak.

Menurut Umar (2007) studi kelayakan pada hakikatnya adalah suatu

metode penjajakan dari suatu gagasan tentang kemungkinan layak atau tidaknya

gagasan usaha tersebut dilaksanakan. Suatu proyek dikatakan layak apabila

proyek tersebut diperkirakan akan dapat menghasilkan keuntungan yang layak

apabila telah dioperasikan.

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah kegiatan untuk

menilai besarnya manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu

kegiatan usaha. Berdasarkan hal tersebut, studi kelayakan merupakan bahan

pertimbangan untuk melakukan pengambilan keputusan mengenai apakah suatu

rencana bisnis diterima atau ditolak serta apakah akan menghentikan atau

mempertahankan bisnis yang sudah atau sedang dilaksanakan (Nurmalina et al.

2010).

Page 2: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

23

Studi kelayakan bisnis bertujuan untuk mengetahui tingkat benefit yang

dicapai dari suatu bisnis yang akan atau telah dijalankan, memilih alternatif bisnis

yang menguntungkan, dan menentukan prioritas investasi berdasarkan pada

alternatif bisnis yang menguntungkan tersebut. Selain itu, studi kelayakan bisnis

juga dapat digunakan untuk menghindari pemborosan sumberdaya (Nurmalina et

al, 2010).

Tujuan melakukan studi kelayakan adalah untuk menghindari kerugian

penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak

menguntungkan. Studi kelayakan memerlukan biaya, namun biaya tersebut relatif

lebih kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang

menyangkut investasi dalam jumlah besar (Husnan dan Muhammad, 2000).

Menurut Kasmir dan Jakfar (2012), lima tujuan studi kelayakan bisnis dilakukan

yaitu untuk menghindari risiko kerugian, memudahkan perencanaan,

memudahkan pelaksanaan pekerjaan, memudahkan pengawasan, dan

memudahkan pengendalian.

3.1.2 Investasi

Investasi di dalam perusahaan adalah penggunaan sumber-sumber yang

diharapkan akan memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan di

masa yang akan datang. Investasi pada prinsipnya adalah penggunaan sumber

keuangan atau usaha dalam waktu tertentu dari setiap orang yang menginginkan

keuntungan darinya. Dari sudut pandang jangka waktu penanamannya, investasi

dibagi dalam dua yaitu investasi jangka pendek biasanya kurang dari satu tahun

yang bertujuan untuk mendayagunakan atau memanfaatkan dana yang sementara

menganggur serta bersifat marketable (mudah untuk diperjualbelikan) dan

investasi jangka panjang yang ukuran jangka waktunya lebih dari satu tahun serta

tidak bersifat marketable karena investasi ini menyangkut kelangsungan hidup

usaha di masa yang akan datang (Suratman, 2002).

Menurut Suratman (2002), salah satu konsep investasi adalah

penganggaran modal karena penganggaran modal merupakan suatu konsep

penggunaan dana di masa yang akan datang yang diharapkan akan memberikan

keuntungan. Investasi dalam usaha umumnya memiliki karakteristik berupa

Page 3: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

24

sebagian besar investasi mencakup aktiva yang dapat didepresiasi dan keuntungan

atas sebagian besar investasi meluas di atas periode waktu yang panjang. Aktiva

yang dapat didepresiasi menunjukkan bahwa aktiva tersebut umumnya

mempunyai nilai jual kembali yang murah atau tidak mempunyai nilai jual

kembali pada akhir masa manfaatnya, sedangkan keuntungan atas sebagian besar

investasi meluas atas periode waktu yang panjang menunjukkan bahwa perlu

penggunaan teknik-teknik penilaian investasi yang mengakui nilai waktu uang.

Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi intensitas studi kelayakan diantaranya adalah besar dana yang

ditanamkan, tingkat ketidakpastian proyek, dan kompleksitas elemen-elemen yang

mempengaruhi proyek. Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek

investasi, semakin tidak pasti estimasi yang dibuat, dan semakin kompleks faktor-

faktor yang mempengaruhinya maka semakin intens atau mendalam penelitian

yang dilakukan. Dengan demikian apapun bentuk investasi yang akan dilakukan

diperlukan studi kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Hal ini dikarenakan

masa mendatang mengandung penuh ketidakpastian.

3.1.3 Biaya dan Manfaat

Dalam menganalisis suatu proyek, penyusunan arus biaya dan arus

manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh

dengan adanya proyek. Biaya didefinisikan sebagai segala sesuatu yang langsung

maupun tidak langsung mengurangi tujuan proyek atau bisnis, sedangkan manfaat

adalah segala sesuatu yang, baik langsung maupun tidak langsung, membantu

tercapainya suatu tujuan dari suatu proyek (Gittinger, 2008). Biaya dapat

dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Biaya modal, merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat

jangka panjang. Contoh dari biaya modal adalah: tanah, bangunan dan

perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum

operasi, biaya penelitian, dan sebagainya.

2. Biaya operasional, disebut juga biaya modal kerja, merupakan kebutuhan dana

yang dikeluarkan pada saat proyek mulai dilaksanakan. Biaya ini didasarkan

pada situasi produksi, artinya biaya dibutuhkan sesuai dengan tahapan operasi.

Page 4: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

25

Contoh dari biaya operasional adalah biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya

perlengkapan, dan biaya penunjang.

3. Biaya lainnya, merupakan biaya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek,

seperti pajak, bunga pinjaman, dan asuransi.

Di sisi lain menurut Nurmalina et al (2010), manfaat terdiri dari tiga

macam, yaitu:

1. Tengible benefit, yaitu manfaat yang dapat diukur karena adanya peningkatan

produksi, perbaikan kualitas produk, perubahan waktu dan lokasi penjualan,

perubahan bentuk produk, mekanisasi pertanian, dan pengurangan biaya

transportasi.

2. Indirect of secondary benefit, yaitu manfaat yang dirasakan di luar bisnis itu

sendiri sehingga mempengaruhi keadaan eksternal di luar bisnis.

3. Intangible benefit, yaitu suatu manfaat yang riil ada tapi sulit diukur seperti

bisnis pertamanan yang memberikan manfaat berupa keindahan, kenyamanan,

dan kesehatan.

Kriteria yang biasa digunakan sebagai dasar persetujuan atau penolakan

suatu proyek yang dilaksanakan adalah kriteria investasi (Gittinger, 2008).

3.1.4 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam studi kelayakan bisnis memiliki berbagai aspek yang harus diteliti,

diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al. (2010), dalam studi kelayakan bisnis

terdapat dua kelompok aspek yang perlu diperhatikan yaitu aspek non finansial

dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis,

aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek

lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi maka perlu

dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar, 2012).

3.1.4.1 Aspek Pasar

Menurut Gittinger (2008) pengajian aspek pasar harus dimulai paling awal

karena ada tidaknya pasar yang cukup menarik dari produk yang dihasilkan

merupakan faktor pokok dalam menentukan keputusan proyek. Pengkajian aspek

Page 5: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

26

pasar harus mencakup hal-hal seperti : perkiraan penawaran dan permintaan

produk, pangsa pasar, dan strategi pemasaran.

Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa

besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang

akan dihasilkan (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan

pemasaran mencoba mempelajari tentang:

1. Permintaan

Permintaan yang diamati baik secara keseluruhan maupun diperinci

menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan

proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran

Penawaran dapat berasal dari dalam negeri maupun berasal dari impor.

Bagaimana perkembangan di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang

akan datang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penawaran ini seperti jenis

barang yang dapat menyaingi, kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya.

3. Harga

Harga ditentukan berdasarkan perbandingan dengan barang-barang impor

dan produksi dalam negeri. Apakah ada kecenderungan perubahan harga dan

bagaimana polanya.

4. Program pemasaran

Program pemasaran mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan

bauran pemasaran (marketing mix).

5. Perkiraan penjualan yang dapat dicapai perusahaan

Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara :

3.1.4.2 Aspek Teknis

Studi aspek teknis mengungkapkan kebutuhan apa yang diperlukan dan

bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan (Umar, 2007).

Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek teknis merupakan suatu aspek yang

berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya

Page 6: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

27

setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari

beberapa faktor, yaitu :

1. Penentuan Lokasi Bisnis

Hal yang perlu diperhatikan untuk pemilihan lokasi bisnis antara lain

ketersedian bahan baku, letak pasar yang dituju, ketersediaan tenaga kerja, dan

iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis

2. Luas Produksi

Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses, yaitu proses

produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan

lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas

tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan sistem terputus.

3. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan

fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Pengertian layout mencakup

layout site (layout lahan lokasi bisnis), layout pabrik, layout bangunan bukan

pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya.

4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment

Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah

seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang

diharapkan, disamping kriteria yang lain yakni:

a) Ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan.

b) Keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang

memiliki ciri-ciri yang mendekati dengan lokasi bisnis.

c) Kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) setempat dan kemungkinan

pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.

d) Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan

teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang

secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, peralatan mekanik, peralatan

elektronik, peralatan angkutan, dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib

mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu

mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti:

Page 7: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

28

a) Keadaan infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat

pembongkaran pertama sampai ke lokasi bisnis.

b) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang

ada di sekitar lokasi bisnis.

c) Kemungkinan memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan

peralatan tersebut.

3.1.4.3 Aspek Manajemen dan Hukum

Ada dua macam studi aspek manajemen yang dilaksanakan, yaitu

manajemen saat pembangunan suatu bisnis dan manajemen saat bisnis telah

dioperasikan secara rutin (Umar, 2007). Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek

manajemen juga mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan

bisnis dan manajemen dalam masa operasi. Pada masa pembangunan, aspek

manajemen mempelajari siapa yang akan menjadi pelaksana bisnis, jadwal

penyelesaian bisnis, dan siapa yang akan melakukan studi kelayakan bisnis untuk

masing-masing aspek. Evaluasi aspek manajemen operasional bertujuan untuk

menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih,

struktur organisasi yang digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar

usaha tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah

tenaga kerja (Umar, 2007)

Aspek hukum berisi mengenai masalah kelengkapan dan keabsahan

dokumen perusahaan, mulai dari bentuk badan usaha sampai izin-izin yang

dimiliki (Kasmir & Jakfar 2012). Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan

yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman,

berbagai akta, sertifikat, dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam hal

mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan

kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al. 2010).

3.1.4.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Menurut Nurmalina et al. (2010), yang akan dinilai dalam aspek ini adalah

seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap

masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan

Page 8: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

29

kesempatan kerja atau pengangguran, pemerataan kesempatan kerja, dan

bagaimana bisnis tersebut terhadap lingkungan sekitar lokasi bisnis seperti

semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya

penerangan listrik, telepon, dan sarana lain. Pada aspek ekonomi yang dipelajari

yaitu apakah suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan

masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan dapat menambah

aktivitas ekonomi. Secara budaya, perubahan dalam teknologi atau peralatan

mekanis dalam bisnis dapat mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh

masyarakat.

3.1.4.5 Aspek Lingkungan

Aspek lingkungan merupakan analisis yang dibutuhkan saat ini karena

setiap bisnis yang dijalankan akan memberikan dampak terhadap lingkungan di

sekitarnya (Kasmir & Jakfar, 2012). Apabila bisnis tidak bersahabat dengan

lingkungan akan mempengaruhi jalannya usaha tersebut dalam jangka panjang

atau tidak ada bisnis yang akan bertahan lama.

3.1.4.6 Aspek Finansial

Analisis finansial adalah analisis yang hanya membatasi manfaat dan

pengorbanan hanya dari sudut pandang perusahaan (Husnan dan Muhammad,

2000). Bila biaya dan manfaat sudah diidentifikasi, dihitung dan dinilai, maka

hasil analisis sudah dapat menentukan proyek dapat diterima atau ditolak.

1. Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan

penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi yang

menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (Gittinger, 2008).

Laba merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan laba

diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan

penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai

untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk

memproduksi output, diantaranya biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.

Page 9: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

30

2. Kriteria Kelayakan Investasi

Dalam analisis finansial, selain analisis rugi laba diperlukan juga

menganalisis suatu proyek investasi terhadap kas, hal ini dilakukan agar investor

dapat melakukan investasi dan membayar kewajiban finansial (terutama bila

proyek dibiayai oleh modal pinjaman). Menurut Nurmalina et al. (2010), Cash

flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode tertentu serta

memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari

mana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya.

Analisis secara finansial menggunakan perhitungan kriteria investasi yang

terdiri dari empat bagian yaitu:

a) Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah selisih dari total present value manfaat dengan

total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan

selama umur bisnis. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari

nol (NPV > 0) yang menunjukkan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima

lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Apabila NPV lebih kecil dari nol (NPV <

0) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

b) Net Benefit-Cost Ratio

Net benefit-cost ratio (Net B/C) adalah rasio antara manfaat bersih yang

bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dapat

dikatan layak jika Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika Net B/C

kurang dari satu.

c) Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan 0

dan dapat menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi

yang ditanamkan. Sebuah bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari

opportunity cost of capital (OCC) atau discount rate (DR).

d) Payback Period

Analisis payback period dalam studi kelayakan digunakan untuk

mengetahui berapa lama usaha dapat mengembalikan investasi yang ditanamkan.

Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya

Page 10: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

31

kemungkinan besar akan dipilih. Usaha ini dikatakan layak jika nilai PP kurang

dari umur bisnis (PP < umur bisnis).

e) Incremental Net Benefit

Analisis studi kelayakan bisnis terutama yang bergerak dibidang pertanian

membedakan antara arus komponen biaya dan manfaat antara kondisi dengan

(with) dan tanpa (without) bisnis. Perbedaan besaran angka kondisi tanpa dan

dengan bisnis merupakan besaran sebenarnya yaitu sebagai pengaruh kondisi yang

dihasilkan oleh adanya investasi baru atau kondisi yang dihasilkan oleh adanya

suatu bisnis. Usaha pada sektor agribisnis seringkali diperhitungkan manfaat

bersih tambahan (Incremental Net Benefit) yaitu manfaat bersih dengan bisnis (net

benefit with business) dikurangi dengan manfaat bersih tanpa bisnis (net benefit

without business). Hal ini dimungkinkan karena ada faktor-faktor produksi yang

sebelumnya tidak digunakan atau tidak terpakai ataupun belum termanfaatkan

sehingga pada saat ada bisnis apakah faktor tersebut memberikan manfaat atau

tidak bagi bisnis yang dijalankan (Nurmalina et al. 2010).

3.1.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap

ketidakpastian. Menurut Kadariah (1999), analisis sensitivitas bertujuan untuk

melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa proyek jika suatu kesalahan

atau perubahan-perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan manfaat.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel

yang penting, masing-masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi

dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian

dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut

berdampak pada hasil kelayakan, nilai besarnya nilai NPV, IRR, dan nilai Net B/C

(Gittinger, 2008).

Analisis sensitivitas perlu digunakan untuk melihat dampak dari suatu

keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu kelayakan. Tujuan dari analisis

ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan suatu

kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan

Page 11: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

32

biaya atau manfaat (Nurmalina et. al, 2010). Perubahan-perubahan yang sering

terjadi dalam menjalankan proyek atau usaha umumnya dikarenakan oleh :

a. Harga

b. Keterlambatan pelaksanaan (contoh ; mundurnya waktu implementasi)

c. Kenaikan dalam biaya (Cos Over Run)

d. Hasil produksi.

Faktor-faktor perubahan tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan

suatu aktivitas usaha atau proyek. oleh karena itu, diperlukan analisis dan

identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang

sesuai dengan usaha yang dijalankan.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Kumbung Jamur D & D yang dimiliki oleh M. Danang yang baru berdiri

pada bulan Mei 2011 merupakan salah satu dari tiga pelaku usaha budidaya jamur

tiram putih yang berada di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Usaha ini

didirikan berdasarkan permintaan jamur tiram yang terus meningkat, sampai saat

ini Kumbung Jamur D & D baru memenuhi 29 persen permintaan pasar, hal ini

dikarenakan keterbatasan kumbung yang dimiliki oleh Kumbung D & D.

Kumbung D & D berencana untuk meningkatkan skala produksinya

dengan memperluas kumbung yang saat ini memiliki kapasitas 15.000 baglog

menjadi 45.000 baglog. Rencana perluasan kumbung dalam rangka

pengembangan usaha diharapkan dapat memenuhi permintaan yang berlebih.

Pengembangan usaha yang dilakukan menggunakan modal gabungan antara

modal sendiri dengan modal pinjaman.

Pengembangan usaha yang akan dilakukan pada Kumbung Jamur D & D

dihadapkan pada pilihan rangka bangunan yang akan digunakan, antara

menggunakan bahan yang sederhana dari bambu dan yang semi permanen dari

kayu. Bahan yang digunakan untuk membangun rangka kumbung tersebut dapat

menentukan umur teknis bangunan kumbung dan besarnya keuntungan yang akan

diperoleh oleh Kumbung Jamur D & D. Oleh karena itu diperlukan penelitian

lebih lanjut mengenai kelayakan usaha baik secara non finansial maupun finansial

terhadap kedua jenis pilihan rangka bangunan kumbung.

Page 12: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

33

Analisis finasial yang akan dilakukan yaitu membandingkan kondisi

Kumbung Jamur D & D sebelum perkembangan usaha (skenario I), dan masing-

masing rencana pengembangan usaha baik membangun kumbung menggunakan

bahan bambu (skenario II) maupun menggunakan bahan kayu (skenario III)

dimana umur usaha menggunakan rangka bambu (skenario II) yaitu 5 tahun

sedangkan umur usaha menggunakan rangka kayu (skenario III) yaitu 10 tahun

dan perbandingan harga bahan rangka bambu dan kayu yaitu 1 : 7. Segi finansial

kelayakan pengembangan dianalisis dengan melihat nilai Net Present Value

(NPV), Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Return ( IRR), Payback

Period (PP), dan Incremental Net Benefit. Analisis kelayakan yang dilakukan

nantinya akan memberikan alternatif rencana pengembangan yang menghasilkan

manfaat lebih baik.

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah dari hasil suatu analisis. Perubahan dari sisi penerimaan yaitu

penurunan harga produk, hal ini didasarkan pengalaman pelaku usaha sehingga

tidak menutup kemungkinan kedepannya akan terjadi penurunan harga produk.

Sedangkan perubahan dari sisi pengeluaran yaitu kenaikan harga faktor produksi

serbuk kayu. Serbuk kayu merupakan media jamur tiram yang paling utama dalam

budidaya jamur tiram putih, Kumbung jamur D & D yang memproduksi baglog

sendiri sampai saat ini belum bekerjasama dengan penyedia serbuk kayu sehingga

pelaku usaha harus mencari serbuk kayu ke beberapa tempat yang harganya

ditentukan tempat penyedia serbuk kayu dan tidak menutup kemungkinan harga

serbuk kayu naik.

Rangkaian analisis kelayakan usaha tersebut akan memberikan informasi

apakah perlu adanya pengembangan usaha dan alternatif pengembangan yang

lebih menguntungkan. Analisis kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih diatas

dapat diringkas seperti pada Gambar 1.

Page 13: III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/60750/BAB III... · Semakin besar dana yang tertanam dalam proyek investasi, semakin

34

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Permintaan jamur terus meningkat, namun Kumbung Jamur D & D

belum mampu memenuhi permintaan tersebut.

Pelaku usaha budidaya jamur tiram putih Kumbung

Jamur D&D merencanakan pengembangan usaha

dengan membangun kumbung baru

Analisis kelayakan Usaha

Analisis Non Finansial

Aspek pasar

Aspek teknis

Aspek manajemen

dan Hukum

Aspek Sosial,

Ekonomi dan

Budaya

Aspek Lingkungan

Analisis Finansial

Laba Rugi

Analisis kriteria investasi (NPV, Net B/C,

IRR, PP, Incremental Net Benefit)

Skenario I

Sebelum

pengembangan

usaha

Skenario II

Pembangunan

kumbung

menggunakan

bahan bambu

Layak Tidak Layak

Pengembangan usaha (skenario mana yang

lebih menguntungkan)

Skenario III

Pembangunan

kumbung

menggunakan

bahan kayu

Kondisi sebelum pengembangan, pembangunan kumbung dengan bahan

bambu atau kayu yang lebih menguntungkan

Jangan lakukan

Analisis Sensitivitas