iii. gambaran umum wilayah 3.1. letak geografis · dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada...

12
III. GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Letak Geografis Kawasan Wisata Tanjungkarang-Pusentasi merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Banawa adalah salahsatu dari 19 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Donggala. Wilayah ini membentang di sepanjang pesisir pantai mulai dari bagian barat Teluk Palu hingga Selat Makassar yang membentang dari arah utara ke selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer. Kecamatan Banawa, yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten Donggala, terletak antara 0°9´-0°1´ LS dan 119°34´-119°10´ BT dengan batas fisik wilayah yaitu : - Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu, - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan, - Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu, dan - Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. Kecamatan Banawa memiliki luas 213,39 km², yang terdiri dari 17 desa dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, sehingga mempermudah hubungan antara satu desa/kelurahan ke ibukota kecamatan dan dengan desa/kelurahan lainnya. Secara khusus, Kawasan Wisata Tanjung Karang-Pusentasi mencakup dua wilayah Kelurahan dan dua Desa yaitu Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, Desa Limboro, dan Desa Tovale. Meskipun demikian, fokus kegiatan pariwisata hanya terdapat pada lokasi Tanjung Karang yang merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, dan Dusun Kaluku yang merupakan bagian dari wilayah Desa Limboro, serta salah satu lokasi yang dikenal dengan nama Pusentasi terletak diujung Desa Tovale dan tidak dihuni oleh masyarakat. Kawasan ini berada pada ujung barat Teluk Palu, yang memanjang dari utara ke selatan sepanjang ± 10 kilometer dan sebagian besar terletak di Selat Makassar.

Upload: trannhi

Post on 09-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1. Letak Geografis

Kawasan Wisata Tanjungkarang-Pusentasi merupakan bagian dari

wilayah Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.

Kecamatan Banawa adalah salahsatu dari 19 kecamatan yang terdapat di

Kabupaten Donggala. Wilayah ini membentang di sepanjang pesisir pantai mulai

dari bagian barat Teluk Palu hingga Selat Makassar yang membentang dari arah

utara ke selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer.

Kecamatan Banawa, yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten

Donggala, terletak antara 0°9´-0°1´ LS dan 119°34´-119°10´ BT dengan batas

fisik wilayah yaitu :

- Sebelah utara berbatasan dengan Teluk Palu,

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan,

- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu, dan

- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.

Kecamatan Banawa memiliki luas 213,39 km², yang terdiri dari 17 desa

dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan dapat dilalui dengan kendaraan roda

empat, sehingga mempermudah hubungan antara satu desa/kelurahan ke ibukota

kecamatan dan dengan desa/kelurahan lainnya.

Secara khusus, Kawasan Wisata Tanjung Karang-Pusentasi mencakup

dua wilayah Kelurahan dan dua Desa yaitu Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan

Boneoge, Desa Limboro, dan Desa Tovale. Meskipun demikian, fokus kegiatan

pariwisata hanya terdapat pada lokasi Tanjung Karang yang merupakan bagian

dari wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, dan Dusun Kaluku

yang merupakan bagian dari wilayah Desa Limboro, serta salah satu lokasi yang

dikenal dengan nama Pusentasi terletak diujung Desa Tovale dan tidak dihuni

oleh masyarakat. Kawasan ini berada pada ujung barat Teluk Palu, yang

memanjang dari utara ke selatan sepanjang ± 10 kilometer dan sebagian besar

terletak di Selat Makassar.

18

Gambar 2. Peta lokasi penelitian

3.2. Iklim dan Curah hujan

Sebagaimana dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten

Donggala memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim

panas terjadi antara bulan April sampai September, sedangkan musim hujan pada

bulan Oktober sampai Maret.

Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu pada tahun

2005 bahwa suhu udara maksimum tertinggi terjadi pada bulan Juli (34,0° C)

dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan Nopember (31,6° C).

Sementara suhu rata-rata minimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu

23,8° C, sedangkan suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Juni yang

mencapai 22,1° C (Badan Meteorologi dan Geofisika Palu, 2006).

Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun yang sama berkisar antara

73 – 82 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Pebruari

yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi

Pusentasi

19

pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73 persen. Curah hujan pada tahun 2005 yaitu

antara 27-281 mm perbulan atau rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah

hari hujan berkisar anatara 4-13 hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan.

Penyinaran matahari rata-rata 69%, dan penguapan rata-rata 6,14 mm/hari.

Tabel 2. Keadaan curah hujan di Kecamatan Banawa tahun 2006

Lokasi pengukuran Bulan Hari hujan Curah hujan (mm)

Banawa Januari 12 281

Pebruari 8 125

Maret 11 200

April 9 183

Mei 7 265

Juni 5 81

Juli 13 177

Agustus 4 27

September 6 35

Oktober 4 29

Nopember 11 202

Desember 9 172

Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006

3.3. Kondisi hidrologi

Secara umum, keadaan hidrologi di Kecamatan Banawa sama dengan

kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala. Di Kecamatan Banawa terdapat

beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi

rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di Desa

Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta satu buah

sungai yang membelah kota Donggala.

Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu

Tanjung Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain

Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang

dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali

sumur di sekitar pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan

wilayah daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif

sempit dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki

oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan

wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum

(PDAM) di Donggala.

20

3.4. Geologi dan Topografi

Kawasan Kecamatan Banawa merupakan bagian dari wilayah Dataran

Bambamua-Tanah Mea, yang secara geologi terdiri dari endapan-endapan pantai

dan alluvial baru yang berasal dari sedimen yang lebih tua. Tanahnya bertekstur

sedang dengan drainase dari lambat sampai agak baik. Topografi dari datar

sampai bergelombang. Dataran-dataran yang lebih sempit/kecil terdapat di

wilayah pesisir pantai.

Kawasan pesisir kecamatan Banawa merupakan dataran yang berbatasan

dengan laut, dengan ketinggian antara 0 - 100 meter dari permukaaan laut.

Topografi relatif sedang dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. Disepanjang pantai

membentang pasir putih dan rataan terumbu karang (reef flat), yang merupakan

habitat beberapa jenis ikan karang (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi

Sulawesi Tengah, 2003). Keadaan topografi wilayah di kawsan wisata Tanjung

Karang Pusentasi tersebut dikemukakan pada Tabel berikut.

Tabel 3. Luas wilayah dan keadaan topografi di wilayah penelitian

Desa/Kelurahan Luas

(km²)

Bentuk permukaan tanah (%) Ketinggian

dari

permukaan

laut (meter) Dataran Perbukitan Pegunungan

Boneoge 5,50 40 60 - 0 – 250

Labuan Bajo 5,50 50 50 - 0 – 250

Limboro 23,46 60 40 - 0 – 200

Sumber: Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006

3.5. Tipologi dan Ekosistem Pantai

Kawasan pantai Tanjung Karang - Pusentasi sebagian didominasi oleh

jenis batuan lepas (rawan longsor) dan karang pantai seperti yang terdapat pada

bagian ujung selatan Boneoge sampai Dusun Kaluku, Limboro, sedangkan pantai

yang landai dan berpasir sebagian besar terdapat pada bagian tengah hingga utara

Desa Boneoge dan Tanjung Karang.

Di bagian utara kawasan ini terdapat terumbu pantai yang relatif sempit,

dan rataan tengah yang relatif lebar. Disamping itu terdapat pula suatu patch reef

(gosong) dengan lebar sekitar 100 meter dan kedalaman antara 1 – 2 meter pada

saat air surut. Gosong tersebut memanjang dari Tanjung Karang ke Wilayah

21

Boneoge. Di kawasan ini, khususnya di Boneoge dan Dusun Kaluku (Limboro)

sebagian ditumbuhi oleh lamun dari jenis Enhallus acoroides, Thalassia

hemprichii, dan Syringgoinium sp. Berdasarkan laporan Dinas Perikanan dan

Kelautan Sulawesi Tengah (2003) pada beberapa tempat telah terjadi kerusakan

karang yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa pengambilan batu karang

untuk bahan bangunan dan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan

peledak dan potasium. Disamping itu kerusakan yang terjadi juga disebabkan

oleh organisme pemangsanya yaitu bintang laut bermahkota duri atau

Acanthaster plancii.

Pantai di kawasan ini umumnya ditumbuhi oleh vegetasi hutan pantai

seperti jenis Ketapang (Terminalia catappa), Beringin (Ficus benyamina), dan

Bayam (Intsia bijuga). Pada bagian lain sebagian besar ditumbuhi oleh pohon

kelapa milik masyarakat. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis burung

seperti burung Gosong (Megapodius bernsteinee), Dara Laut (Sterna hirundo),

Elang Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), dan Nuri atau Betet kelapa punggung

biru (Tanygnathus sumatranus). Sedangkan jenis fauna yang lainnya adalah

Biawak (Varanus sp.), Musang Sulawesi (Macrogalidea Musschenbroeki), dan

Penyu (Celonia sp.) (Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Tengah, 2003).

3.6. Sosial Ekonomi dan Budaya

3.6.1. Penduduk

Secara keseluruhan penduduk yang mendiami kelurahan dan desa di

kawasan wisata ini berjumlah 1424 KK atau 6799 jiwa. Jumlah penduduk pada

masing-masing kelurahan/desa diwilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan rata-rata

per rumah tangga

Desa/Kelurahan Luas

wilayah

(km²)

Rumah

tangga Penduduk

Rata-rata

per Rumah

Tangga

Rata-rata

per km²

Limboro 5,50 366 1.565 4 521

Labuan Bajo 5,50 394 2.371 6 431

Boneoge 23,46 663 2.863 4 67

Jumlah 1.423 6.799

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

22

Jika dilihat jumlah penduduk sebanyak 6.799 jiwa dan dibandingkan

dengan luas wilayah (37,94 km²), secara geografis kepadatan penduduk pada

kawasan ini adalah 179,20 jiwa per km². Penduduk yang bermukim di wilayah

ini memiliki mata pencaharian yang beragam, tetapi sebagaian besar diantara

mereka bekerja sebagai nelayan. Gambaran tentang keragaman mata pencaharian

penduduk disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Mata pencaharian penduduk di Kawasan Tanjung Karang Pusentasi

Desa/Kelurahan

Mata pencaharian

Petani Peternak Nelayan Dagang Buruh dan

lainnya

Limboro 177 6 5 25 110

Labuan Bajo 21 5 195 45 400

Boneoge 125 10 132 12 247

Jumlah 323 21 332 82 757

Sumber : Kecamatan Banawa Dalam Angka, 2006

Bila dilihat pada tabel tersebut, sebagian besar masyarakat di kawasan ini

menggantungkan hidupnya sebagai buruh dan lainnya yang terdiri dari kegiatan-

kegiatan sebagai buruh baik di pelabuhan Donggala maupun sebagai buruh

bangunan, pegawai negeri, sopir, serta beberapa kegiatan jasa baik sebagai sopir

angkutan maupun sebagai ojek. Namun jika dicermati maka pekerjaan sebagai

nelayan menempati posisi yang tertinggi disusul oleh pekerjaan sebagai petani,

dan peternak.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari masyarakat di wilayah

penelitian, sebagian penduduk memiliki pekerjaan ganda seperti nelayan dan

peternak, nelayan dan petani, ataupun nelayan dan sesekali bekerja sebagai buruh

pelabuhan atau bangunan dan beberapa pekerjaan lainnya untuk memenuhi

kebutuhan keluarga. Hal tersebut terutama dilakukan pada saat musim tertentu

yaitu musim barat ketika mereka tidak dapat melaut karena cuaca yang tidak

memungkinkan. Keadaan tersebut dapat berlangsung selama kurang lebih tiga

bulan yaitu pada bulan Desember, Januari, dan Pebruari.

23

3.6.2. Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan dan kesehatan merupakan prasyarat bagi terciptanya

masyarakat yang sejahtera, disamping aspek-aspek yang lainnya. Di wilayah ini,

fasilitas pendidikan dan kesehatan terdapat pada semua desa dan kelurahan

meskipun tingkatnya disesuaikan dengan kondisi dan status wilayahnya. Keadaan

sarana pendidikan dan kesehatan di wilayah penelitian disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana pendidikan dan kesehatan di Kawasan Tanjung Karang

Pusentasi

Desa/Kelurahan

Tingkat pendidikan Sarana kesehatan

TK SD SLTP SMA Pustu/

Polindes Pos KB

Limboro 1 1 1 - 1 1

Labuan Bajo 2 4 - - 1 1

Boneoge 1 2 1 - 1 1

Sumber : Kecamatan Banawa dalam Angka, 2006

Bila dilihat dari sarana pendidikan yang ada maka peluang masyarakat

untuk mendapatkan pendidikan sampai pada tingkat menengah cukup besar.

Dengan demikian, sebagian penduduk di wilayah ini setidaknya memiliki tingkat

pendidikan yang setara dengan sekolah lanjutan pertama dan selanjutan tingkat

atas. Keadaan tersebut tidak dapat dijelaskan dengan rinci karena saat ini tidak

tersedia data yang menerangkan tentang tingkat pendidikan penduduk secara

keseluruhan baik pada ketiga desa/kelurahan di kawasan wisata ini maupu

Kecamatan Banawa secara keseluruhan.

Sedangkan yang berkaitan dengan sarana kesehatan, yang tersedia baru

berupa Puskesmas Pembantu (Pustu) masing-masing di desa Limboro, kelurahan

Labuan Bajo dan Boneoge. Hal ini dikarenakan jarak yang tidak terlalu jauh

(hanya sekitar 3 – 9 km) dari Kota Donggala yang memiliki sarana kesehatan

yang lebih lengkap, sehingga masih memungkinkan bagi masyarakat untuk

menjangkau dalam waktu yang tidak terlalu lama. Meskipun demikian, jika

dilihat dari kepentingan wilayah ini sebagai suatu kawasan wisata yang banyak

dikunjung orang dan memiliki peluang untuk menghadapi resiko didalam

aktifitasnya maka sarana kesehatan yang lebih baik tentu sangat dibutuhkan.

24

3.6.3. Kelompok Etnis

Masyarakat yang bermukim di wilayah Kecamatan Banawa terdiri dari

berbagai etnis, meskipun didominasi oleh Suku Kaili sebagai kelompok etnis asli.

Kelompok etnik lainnya yang terdapat di wilayah ini adalah Bugis, Jawa,

Minahasa, dan kelompok etnik lainnya meskipun dalam jumlah yang kecil.

Kehidupan antara etnis berlangsung rukun dan damai, dan terjalin interaksi yang

baik antar mereka.

Bahasa Indonesia dipergunakan sebagai bahasa pengantar sehari-hari

dalam pemerintahan, komunikasi antar etnis, pendidikan, dan bahasa pergaulan

sehari-hari. Bahasa daerah biasanya hanya digunakan untuk berkomunikasi

secara internal pada masing-masing kelompok etnis.

3.7. Kegiatan Pariwisata di Kecamatan Banawa

Kegiatan kepariwisataan di wilayah ini sebenarnya telah berlangsung

sejak lama sebelum pemerintah menetapkannya sebagai salahsatu sektor prioritas.

Hal ini dimungkinkan karena Kecamatan Banawa memiliki beberapa lokasi

wisata yang dikenal dan merupakan tempat yang banyak dikunjungi oleh

masyarakat baik yang bermukim di Kabupaten Donggala maupun Kota Palu dan

sekitarnya. Lokasi wisata tersebut diantaranya Pemandian Loli yang terletak di

Desa Loli Oge, Air terjun Loto yang terletak di Desa Loli Tasiburi, pantai pasir

putih Tanjung Karang yang terletak di Kelurahan Labuan Bajo, Pantai Pasir Putih

Boneoge di Kelurahan Boneoge, Pantai Pasir Putih Kaluku yang terletak di

Dusun Kaluku Desa Limboro, dan Pantai Pusentasi di Desa Tovale.

Pada dekade 1990an Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala, mulai

memberikan perhatian kepada wilayah ini karena memiliki potensi yang cukup

besar bagi pembangunan daerah. Disamping kebijakan pemerintah pusat yang

menetapkan pariwisata sebagai salahsatu sektor yang terus didorong

perkembangannya, juga karena kunjungan wisatawan lokal yang tetap stabil pada

lokasi-lokasi tersebut serta mengalirnya kunjungan wisatawan mancanegara ke

Tanjung Karang merupakan dorongan bagi pemerintah daerah untuk lebih serius

dalam memberikan perhatiannya. Bukti keseriusan pemerintah daerah tersebut

adalah dengan menjadikan sektor pariwisata sebagai salahsatu unggulan dan

kemudian berdasarkan PERDA Nomor 6 Tahun 1995 dibentuk Dinas Pariwisata

25

di Kabupaten Donggala, yang selanjutnya berdasarkan PERDA Nomor 6 Tahun

2001 berubah menjadi Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya (Disparsenibud

Donggala, 2002).

Pada Kawasan Wisata Tanjung Karang Pusentasi terdapat beberapa

lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan yaitu Tanjung Karang, Boneoge,

Kaluku, dan Pusentasi. Tanjung Karang merupakan lokasi yang merupakan

sebuah tanjung diujung Teluk Palu dimana salahsatu sisi pantainya menghadap

ke teluk sementara sisi yang lainnya menghadap ke Selat Makassar. Lokasi ini

memiliki pantai pasir putih yang indah serta memiliki gugusan terumbu karang

yang dekat dari pantai. Hal ini menyebabkan Tanjung Karang menjadi lokasi

yang paling dikenal dan disukai oleh wisatawan dibanding lokasi lainnya di

kawasan ini. Berdasarkan informasi yang dikemukakan oleh pengelola pintu

masuk, lokasi ini dikunjungi oleh sekitar 200 – 700 orang wisatawan lokal setiap

minggu (dihitung berdasarkan jumlah karcis pintu masuk yang terjual).

Disamping wisatawan lokal yang biasanya berkunjung pada setiap hari Minggu,

terutama minggu pertama dan kedua, lokasi ini juga banyak dikunjunhg oleh

wisatawan mancanegara.

Gambar 3. Lokasi wisata Tanjung Karang dilihat dari salahsatu sisi

Lokasi Wisata Boneoge yang terletak sekitar 1 kilometer sebelah barat

Tanjung Karang merupakan sebuah kelurahan yang memanjang dari arah timur

ke barat dan memiliki pantai pasir putih membentang hampir disepanjang

wilayahnya. Namun demikian, kondisi pantainya nampak tidak terurus karena

sebagian besar dipenuhi oleh sampah yang sebagian besar terbawa oleh air laut

26

pada saat pasang, kecuali pada ujung bagian barat dimana terdapat pondok

peristrahatan/penginapan yang dimiliki oleh Pemda Kabupaten Donggala.

Dibandingkan dengan Tanjung Karang, lokasi ini agak jarang dikunjungi oleh

wisatawan. Meskipun demikian, wisatawan lokal yang berkunjung ke Tanjung

Karang sering melanjutkan perjalanan ke Boneoge untuk membeli ikan segar

yang dijual oleh nelayan yang baru tiba melaut.

Gambar 4. Sebagian Pantai Boneoge yang belum terurus (kiri), dan sumur laut

yang terdapat di Lokasi Pusentasi (kanan).

Lokasi Wisata Pantai Kaluku yang terletak di Desa Limboro merupakan

lokasi yang memiliki pantai yang landai dengan pasir putih yang indah serta

memiliki gugusan terumbu karang yang merupakan salahsatu sumber mata

pencaharian nelayan. Pada bagian lain dari lokasi ini terdapat sebuah batu karang

berukuran besar terletak agak menjorok kelaut yang oleh masyarakat disebut

dengan vatu nolanto (batu mengapung) yang sering digunakan untuk melakukan

pesta adat untuk mendapatkan keselamatan dalam melakukan aktifitas melaut.

Pada lokasi ini terdapat 5 buah pondok penginapan yang dimiliki oleh pengusaha

27

dari Palu, namun karena pengelolaan yang kurang baik lokasi ini sangat jarang

dikunjungi.

Lokasi yang terakhir adalah Pusentasi yang berjarang sekitar 500 meter

dari Kaluku. Di lokasi ini terdapat sebuah sumur air laut yang terletak ± 75 meter

dari bibir pantai yang oleh masyarakat disebut dengan pusentasi atau pusat laut.

Pusentasi merupakan lokasi yang dikelola oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya

Kabupaten Donggala dan sering dijadikan sebagai lokasi festival budaya yang

dilakukan oleh pemerintah. Di lokasi ini terdapat beberapa bangunan sebagai

tempat peristrahatan bagi pengunjung dan sering pula digunakan sebagai ruang

pameran dan berbagai aktifitas lainnya. Setiap minggu lokasi ini ramai

dikunjungi oleh wisatawan lokal baik yang berasal dari Kota Palu maupun

Donggala, tetapi tidak diperoleh catatan tentang jumlah pengunjung yang

mendatangi lokasi ini.

Berkaitan dengan potensi pariwisata baik alam maupun budaya yang

tersedia, pemerintah daerah Kabupaten Donggala menjadikan lokasi-lokasi yang

terdapat di kawasan ini sebagai bagian dari prioritas pengembangan pariwisata

(Bappeda Kabupaten Donggala, 1999). Berdasarkan rencana strategi

pengembangan kepariwisataan Kabupaten Donggala, aspek-aspek yang perlu

mendapat perhatian adalah dalam hal pengembangan produk yang khas dan

memiliki daya tarik, promosi, peningkatan keterampilan pengelola, dan

pengembangan kelembagaan (Disparsenibud Donggala, 2002).

3.8. Tipologi wisatawan

Wisatawan yang berkunjung di Kawasan Wisata Tanjung Karang

Pusentasiterdiri dari wisatawan mancanegara, wisatawan nusantara, dan

wisatawan lokal. Wisatawan mancanegara berasal dari berbagai negara seperti

Amerika Serikat, Australia, negara-negara Eropa, dan Asia. Berdasarkan catatan

kunjungan wisatawan mancanegara yang dimiliki oleh Dinas Pariwisata Seni dan

Budaya Kabupaten Donggala terlihat bahwa pada tahun 2005 berjumlah 254

wisatawan. Sebagaian besar diantaranya berasal dari Jerman sejumlah 100 orang,

selebihnya berasal dari Perancis 53 orang, Belanda 39 orang, Australia 13 orang,

Austria 11 orang, Amerika Serikat 15 orang, Inggris 9 orang, Swiss 6 orang,

28

Selandia Baru 3 orang, Ukraina 2 orang, serta Belgia, Italia, dan Thailand

masing-masing 1 orang, dengan waktu tinggal selama 5 – 21 hari.

Sebagian besar wisatawan mancanegara yang berkunjung merupakan

wisatawan yang melakukan perjalanan dengan inisiatif sendiri karena telah

mengetahui informasi tentang lokasi ini melalui informasi perorangan.

Berdasarkan wawancara dengan pemilik dan pengelola salahsatu cottage, seorang

yang berkebangsaan Jerman, bahwa informasi tentang lokasi wisata Tanjung

Karang beredar melalui kawan-kawan dan keluarga beliau yang pernah

berkunjung ke lokasi ini. Sementara itu, wisatawan yang berkunjung sebagian

besar merupakan wisatawan yang berasal dari kelas menengah. Meskipun

demikian, tidak diperoleh data yang lengkap tentang tipologi wisatawan secara

rinci baik pada lokasi wisata maupun pada instansi pemerintah di daerah ini.

Wisatawan lokal yang berkunjung terutama berasal dari kota Palu yang

terdiri atas pelajar, mahasiswa, dan pegawai negeri dan swasta yang berkunjung

secara perorangan maupun berkelompok. Mereka memanfaatkan hari-hari libur

untuk berkunjung ke beberapa lokasi wisata di Kawasan Tanjung Karang

Pusentasi. Diantaranya ada pula yang menggunakan sarana penginapan/cottage

baik yang disediakan oleh pemerintah, pengusaha wisata, maupun masyarakat

lokal untuk bermalam di lokasi wisata. Sementara itu, wisatawan nusantara yang

berkunjung sebagian besar adalah warga masyarakat dari luar daerah baik dari

bwebagai wilayah di Sulawesi maupun dari daerah lainnya yang kebetulan

memiliki kegiatan baik di Palu maupun Donggala.