repository.stei.ac.idrepository.stei.ac.id/1334/2/bab ii.docx · web view2020. 10. 23. · bab...
TRANSCRIPT
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Review Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa referensi untuk
dijadikan acuan dan bahan masukan. Pada kali ini saya selaku peneliti mengambil
kajian-kajian yang relevan dan penelitian yang serupa terkait persepsi kualitas
pelayanan, promosi, yang di mediasi citra merek, terhadap kepuasan pelanggan.
Penelitian pertama yang dilakukan oleh Osman, et al (2015) dalam
American Journal of Economics 2015, 5(2): 168-176. Tujuan penelitian ini untuk
menunjukkan hubungan kualitas layanan, kepuasan pelanggan dan citra pada
loyalitas pelanggan di industri perbankan komersial Malaysia dan untuk menguji
model penelitian konseptual yang menghubungkan, kualitas layanan, kepuasan
pelanggan, citra terhadap loyalitas pelanggan. Structural Equation Model (SEM)
diadopsi untuk menganalisis hubungan antara variabel eksogen dan variabel
endogen. Model ini dikembangkan dan kemudian diuji dengan menggunakan
prosedur Partial Least Square (PLS) pada data yang dikumpulkan dari survei
yang menghasilkan 512 kuesioner yang dapat digunakan.
Pengaruh langsung kualitas layanan dan loyalitas pelanggan menghasilkan
koefisien jalur adalah 0,224 dan rasio-kritis nilai-t adalah 2,263 yang signifikan.
kedua, teori yang paling diterima yang menghubungkan kepuasan pelanggan dan
loyalitas pelanggan juga didukung dengan hubungan langsung antara kepuasan
pelanggan dan koefisien jalur loyalitas pelanggan adalah 0,304 dan rasio-kritis
nilai-t adalah 2,230 yang signifikan. Akhirnya, hubungan antara citra bank dan
loyalitas pelanggan diverifikasi. Hubungan langsung antara kepercayaan
pelanggan dan koefisien jalur loyalitas pelanggan adalah 0,262 dan rasio kritis
nilai-t 2,117 yang signifikan. Temuan menunjukkan bahwa kualitas layanan,
kepuasan dan citra merek memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap
kepuasan dan loyalitas pelanggan di industri perbankan komersial Malaysia.
6
Penelitian kedua yang dilakukan Juniantara, et al (2018) dalam E-Jurnal
Manajemen Unud, Vol. 7, No. 11, 2018: 5955 – 5982 ISSN: 2302-8912. Tujuan
penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh persepsi harga terhadap kepuasan
konsumen, pengaruh promosi terhadap kepuasan konsumen, pengaruh kualitas
pelayanan, terhadap kepuasan konsumen, serta pengaruh kepuasan konsumen
terhadap loyalitas konsumen. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
kuesioner dengan teknik analisis jalur (path analysis). Jumlah sampel yang
digunakan sebanyak 133 responden, penentuan sampel menggunakan metode
non-probability sampling dengan teknik purposive sampling.
Berdasarkan persamaan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa nilai
adalah sebesar 0,821 memiliki arti bahwa Kepuasan Konsumen berpengaruh
positif terhadap Loyalitas Konsumen, dengan kata lain jika faktor Kepuasan
Konsumen meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan pada Loyalitas
Konsumen UberX di Kota Denpasar sebesar 0,821. Berdasarkan hasil analisis
pengaruh Persepsi Harga terhadap Kepuasan Konsumen diperoleh nilai Sig. t
sebesar 0,006 dengan nilai koefisien beta 0,156. Nilai Sig. t 0,006 < 0,05
mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti
bahwa persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
konsumen. Berdasarkan hasil analisis pengaruh promosi terhadap kepuasan
Konsumen diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,206.
Nilai Sig. t5973 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1
diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa Ppromosi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan konsumen. Berdasarkan hasil analisis pengaruh
kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Konsumen diperoleh nilai Sig. t sebesar
0,000 dengan nilai koefisien beta 0,625. Nilai Sig. t 0,000 < 0,05 mengindikasikan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil ini mempunyai arti bahwa kualitas
pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan konsumen.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas
konsumen diperoleh nilai Sig. t sebesar 0,000 dengan nilai koefisien beta 0,821.
Nilai Sig. t 0,000 < 0,05 mengindikasikan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
Hasil ini mempunyai arti bahwa kepuasan konsumen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hasil penelitian menemukan bahwa
persepsi harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, promosi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, kualitas pelayanan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan, dan kepuasan konsumen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen. Hal ini
menunjukan bahwa semakin baik persepsi konsumen terhadap harga, promosi dan
kualitas pelayanan yang diberikan maka akan meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan UberX.
Penelitian ketiga yang dilakukan Basri (2019) dalam Bisman: Volume 2.
Nomor 1, Februari 2019 Online ISSN 2614-6592, Printed ISSN 2614-7734.
Tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui pengaruh dimensi kualitas pelayanan
e-banking terhadap kepuasan nasabah, pengaruh kepuasan dalam penggunaan
pelayanan e-banking terhadap loyalitas nasabah dan pengaruh dimensi kualitas
pelayanan e-banking terhadap loyalitas nasabah. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Analisis data pada
penelitian ini menggunakan teknik analisis SEM (Structural Equation Modeling).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua nasabah perbankan. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 200 nasabah.
Berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel kualitas layanan terhadap
kepuasan nasabah yang ditunjukkan pada tabel diatas, maka pengaruh kualitas
layanan terterhadap variabel kepuasan nasabah secara statistik signifikan, hal ini
ditunjukkan oleh nilai t sebesar 6.086 dengan koefisien γ sebesar 0.686 dan
tingkat signifikansi sebesar 0.01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung
(6.086) yang lebih tinggi dari nilai t tabel (1.97). Dengan demikian, hipotesis H1,
yang menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif terhadap kepuasan
nasabah dapat diterima. Berdasarkan hasil analisis pengaruh variabel kualitas
layanan terhadap kepuasan nasabah yang ditunjukkan pada tabel diatas, maka
pengaruh kualitas layanan terterhadap variabel kepuasan nasabah secara statistik
signifikan, hal ini ditunjukkan oleh nilai t sebesar 6.086 dengan koefisien γ
sebesar 0.686 dan tingkat signifikansi sebesar 0.01. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai t hitung (6.086) yang lebih tinggi dari nilai t tabel (1.97). Dengan
demikian, hipotesis H1, yang menyatakan bahwa kualitas layanan berpengaruh
positif terhadap Kepuasan nasabah dapat diterima. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa nilai t hitung (3.423) yang lebih tinggi dari nilai t tabel (1.97). Dengan
demikian, hipotesis H3, yang menyatakan bahwa Kepuasan berpengaruh positif
terhadap loyalitas Nasabah dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari enam arah yang dihipotesiskan dalam penelitian ini semuanya signifikan.
Tabel di bawah ini menunjukkan ringkasan uji hipotesis dan level signifikansi dari
masing-masing arahan yang dihipotesiskan. kualitas layanan berpengaruh
terhadap kepuasan dan loyalitas. Dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya
kualitas layanan maka akan berdampak pada semakin meningkatnya kepuasan dan
loyalitas pada para nasabah pengguna layanan e-banking. kepuasan berpengaruh
terhadap loyalitas. Dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya kepuasan maka
akan berdampak pada semakin meningkatnya loyalitas pada para nasabah
pengguna layanan e-banking.
Penelitian keempat yang dilakukan Nuraini (2017) dalam Diponegoro
Journal of Management Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 1-11 ISSN
(Online): 2337-3792. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan dan dampaknya terhadap niat pembelian
kembali. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah program
Partial Least Square (PLS) 2.0, Traveloka yang telah melakukan transaksi
sebanyak 2 kali, sebanyak 200 responden yang menjadi objek penelitian.
Hasil analisis hipotesis 1 menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung
dan positif antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini
menyatakan bahwa dengan memberikan kualitas pelayanan dengan baik akan
dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan. Dengan terus memperbaiki kualitas
pelayanan atau meningkatkan kualitas pelayanan diharapkan traveloka dapat terus
memberikan kepuasan akan jasa yang telah diberikan terhadap konsumen. Hasil
analisis hipotesis 2 menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung dan positif
antara kualitas pelayanan terhadap citra merek. Hal ini menyatakan bahwa dengan
memberikan kualitas pelayanan yang baik akan berpengaruh juga terhadap
pembentukan citra merek traveloka, sehingga citra merek traveloka menjadi baik
di mata konsumen karena selalu memberikan pelayanan dengan baik. Hasil
analisis hipotesis 3 menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung dan positif
antara iklan terhadap citra merek. Hal ini menyatakan bahwa dengan
menayangkan berbagai iklan yang menarik dan baik pada media sosial ataupun
media cetak maka akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan citra merek
traveloka di mata konsumen. Hasil analisis hipotesis 4 menyatakan bahwa
terdapat hubungan langsung dan positif antara kepuasan pelanggan terhadap
kepercayaan. Hal ini menyatakan bahwa kepuasan yang dirasakan pelanggan
setelah melakukan transaksi pembelian pada traveloka akan dapat menciptakan
kepercayaan konsumen terhadap situs booking online traveloka. Hasil analisis
hipotesis 5 menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung dan positif antara
kepuasan pelanggan terhadap minat beli ulang. Hal ini menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan setelah melakukan transaksi pembelian pada traveloka dapat
memberikan pengaruh pembelian ulang pada situs booking online traveloka di
masa yang akan datang. Hasil analisis hipotesis 6 menyatakan bahwa terdapat
hubungan langsung dan positif antara citra merek terhadap minat beli ulang. Hal
ini menyatakan bahwa citra merek traveloka yang telah baik akan berpengaruh
juga terhadap minat beli ulang konsumen pada situs booking online traveloka.
Hasil analisis hipotesis 7 menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak langsung
dan negatif antara kepercayaan terhadap minat beli ulang. Hal ini menyatakan
bahwa kepercayaan akan situs booking online traveloka tidak berpengaruh
terhadap minat beli ulang konsumen. Dalam penelitian yang telah dilakukan
menyatakan bahwa kepercayaan konsumen pad traveloka tidak selalu berdampak
pada minat beli ulang konsumen di masa yang akan datang. Hasil penelitian dari
penelitian ini menunjukkan bahwa ada faktor yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan dengan memberikan kualitas layanan yang baik namun, proses yang
paling berpengaruh dari minat pembelian kembali adalah kualitas layanan yang
mempengaruhi citra merek sebagai salah satu penentu keberhasilan untuk
membeli kembali niat.
Penelitian kelima yang dilakukan oleh Ikka, et al (2017) dalam
Diponegoro Journal Management ISSN (Online): 2337-3792. Melalui penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang mempengaruhi kepuasan
pelanggan dan dampaknya terhadap niat pembelian kembali. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah program Partial Least Square (PLS) 2.0.
Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Traveloka yang telah
melakukan transaksi sebanyak 2 kali, sebanyak 200 responden yang menjadi
objek penelitian.
Hasil analisis hipotesis 1 menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung
dan positif antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan. Hal ini
menyatakan bahwa dengan memberikan kualitas pelayanan dengan baik akan
dapat menciptakan kepuasan bagi pelanggan. Dengan terus memperbaiki kualitas
pelayanan atau meningkatkan kualitas pelayanan diharapkan Traveloka dapat
terus memberikan kepuasan akan jasa yang telah diberikan terhadap konsumen.
Hasil analisis hipotesis 7 menyatakan bahwa terdapat hubungan tidak
langsung dan negatif antara kepercayaan terhadap minat beli ulang. Hal ini
menyatakan bahwa kepercayaan akan situs booking online Travelokatidak
berpengaruh terhadap minat beli ulang konsumen. Dalam penelitian yang telah
dilakukan menyatakan bahwa kepercayaan konsumen pad Traveloka tidak selalu
berdampak pada minat beli ulang konsumen di masa yang akan datang.
Penelitian keenam yang dilakukan oleh Walandouw, et al (2014) dalam
Jurnal EMBA 1261 Vol.2 No.2 Juni 2014, Hal. 1261-1271 ISSN 2303-1174.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan citra merek
terhadap kepercayaan konsumen pengguna kartu debit Taplus di BNI. Metode
penelitian yang digunakan asosiatif, dengan tekhnik analisis regresi linear
berganda, korelasi berganda, dan koefisien determinasi. Alat uji hipotesis yang
digunakan yaitu uji F dan uji t. Penelitian ini menggunakan 100 responden
sebagai sampel.
Pengaruh antara kualitas pelayanan dan citra merek dapat dilihat melalui
koefisien korelasi terutama digunakan terhadap kepercayaan nasabah pengguna
kartu debit Taplus BNI dari BNI Cabang Utama Manado. Hasil koefisien korelasi
atau R sebesar 0,665 hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kualitas pelayanan dan
citra merek, terhadap kepercayaan nasabah kartu debit Taplus BNI dari BNI
Cabang Utama Manado, mempunyai pengaruh yang positif sebesar 66,5%. Hasil
Koefisien Determinasi atau R square (r2) adalah 0,442 yang menunjukan bahwa
44,2% kepercayaan nasabah kartu debit Taplus BNI dari BNI Cabang Utama
Manado, dipengaruhi oleh kualitas pelayanan dan citra merek sementara sisanya
sebesar 55,8% dipengaruhi oleh sebabsebab lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Hasil perhitungan menunjukan bahwa angka F sebesar 38,400
dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0.05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Artinya variabel kualitas pelayanan dan citra merek berpengaruh secara simultan
terhadap kepercayaan nasabah kartu debit Taplus BNI dari BNI Cabang Utama
Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel kualitas
pelayanan dan citra merek secara bersama (simultan) berpengaruh terhadap
kepercayaan nasabah pengguna kartu debit Taplus BNI dari BNI Cabang Utama
Manado, dapat di terima. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kualitas
pelayanan dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap kepercayaan
nasabah pengguna kartu debit Taplus BNI Cabang Utama Manado, sehingga
hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel kualitas pelayanan dan citra
merek secara simultan berpengaruh terhadap kepercayaan nasabah pengguna
kartu debit Taplus BNI dari BNI dapat di terima, Kualitas pelayanan, berpengaruh
secara parsial terhadap kepercayaan nasabah pengguna kartu debit Taplus BNI
dari BNI Cabang Utama Manado, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa
diduga kualitas pelayanan, secara parsial berpengaruh terhadap kepercayaan
nasabah pengguna kartu debit Taplus BNI dapat di terima. citra merek
berpengaruh secara parsial terhadap kepercayaan nasabah pengguna kartu debit
Taplus BNI dari BNI Cabang Utama Manado, sehingga hipotesis yang
menyatakan bahwa diduga citra merek, secara parsial berpengaruh terhadap
kepercayaan nasabah pengguna kartu debit Taplus BNI dapat di terima.
Penelitian ketujuh yang dilakukan oleh Nguyen (2018) dalam
Econometrics for Financial Applications, Studies in Computational Intelligence
760, Studi ini menyelidiki peran risiko yang dirasakan dan kepercayaan pada
adopsi pembayaran elektronik. Data dikumpulkan dari responden yang telah
menggunakan atau berniat untuk menggunakan pembayaran elektronik untuk
perdagangan elektronik di Kota Ho Chi Minh, Struktural pemodelan persamaan
(SEM) dianalisis pada total sampling 200 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh dari risiko-positif dan
risiko yang dibeli-negatif pada adopsi pembayaran elektronik relatif besar, dengan
koefisien masing-masing c = 0,284 dan -0,271. Itu menegaskan hubungan seperti
dalam e-CAM memvalidasi tingkat substansial dari pemasaran yang diterima dan
untuk melanjutkan adopsi pembayaran elektronik. Di sisi lain, kepercayaan
tersebut juga memiliki dampak yang signifikan terhadap perantara - kemudahan
dengan pengaruh yang relatif besar (c = 0,237), tetapi tidak signifikan secara
statistik dengan keberpihakan perantara lainnya yang dirasakan. Berdasarkan hasil
tersebut, data menolak hubungan antara kepercayaan dan manfaat yang dirasakan.
seperti dalam teori Gefen et al, Pavlou. Ada yang tidak signifikan untuk jalur dari
risiko yang dirasakan ke manfaat yang dirasakan dan kemudahan penggunaan.
Kebetulan, di bawah sistem pembayaran elektronik, data tidak mendukung
hubungan negatif antara risiko yang dirasakan dan kepercayaan seperti pada Kim
dan Benbasat, Pavlou. Secara berbeda, meskipun pembayaran elektronik adalah
kemudahan penggunaan, ketidakpastian manfaat yang dirasakan karena tidak
mendukung tidak dari faktor-faktor yang dipicu oleh penggunaan di dalam TAM.
Lebih lanjut, penerapan pajak yang dilakukan adalah cara pembayaran yang
signifikan. Secara khusus, manfaat yang dirasakan dan kemudahan penggunaan
memiliki signifikansi statistik dengan adopsi pembayaran elektronik, koefisien
masing-masing c = 0,234 dan 0,345. Yang mendemonstrasikan bahwa model
penelitian ini sesuai dengan model adopsi TI. Sementara itu, dari sudut pandang
jumlah pengguna yang menggunakan metode pembayaran berbayar atau biaya
konstruksi. Oleh karena itu, selain itu juga harus mempertimbangkan sebagian
besar faktor risiko yang berkaitan dengan penggunaan, karena terlalu banyak
risiko yang sulit untuk digunakan bersama-sama dengan menggunakan berbagai
alasan, baik karena terlalu mahal maupun tingkat konsumsi yang lebih tinggi,
karena faktor-faktor tersebut sangat sulit untuk digunakan, baik karena faktor-
faktor risiko, maupun lebih tinggi karena terlalu banyak pertimbangan, karena
terlalu banyak risiko yang harus dibayar, baik karena faktor-faktor yang sulit
maupun karena penggunaannya, tetapi juga sangat sulit untuk digunakan, baik
karena faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko tersebut, maupun karena terlalu
sulit untuk menggunakan lebih banyak uang dibandingkan dengan berbagai alasan
karena terlalu sulit untuk menggunakan lebih banyak uang dibandingkan dengan
berbagai alasan, baik karena menggunakan terlalu banyak risiko maupun biaya,
tetapi karena faktor risiko yang lebih tinggi, maka akan sangat sulit untuk
menggunakan lebih banyak uang dibandingkan dengan berbagai alasan, baik
karena terlalu mahal atau terlalu mahal. Menariknya, hasil penelitian
mengeksternalkan bahwa risiko yang dirasakan dan kepercayaan memiliki peran
utama model struktural adopsi pembayaran elektronik. Itu model penelitian
menyumbang 38% dari adopsi pembayaran elektronik. Hasil penelitian yang ada
mengemukakan bahwa risiko yang dirasakan dan kepercayaan pengguna
pelayanan FinTech memiliki peran yang signifikan terhadap keinginan dari
pengguna untuk menggunakan pelayanan FinTech yang tersedia.
Penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Amin (2016) dalam
International Journal of Bank Marketing Vol. 34 No. 3, 2016 pp. 280-306
Emerald Group Publishing Limited 0265-2323. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memeriksa kualitas layanan internet banking dan implikasinya terhadap kepuasan
pelanggan dan kesetiaan pelanggan elektronik Sebanyak 1.000 kuesioner
dibagikan untuk pelanggan internet banking dan 520 dikembalikan (menghasilkan
52 persen tingkat responden).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kualitas layanan
perbankan internet secara signifikan berdampak pada kepuasan pelanggan dan
akibatnya mengarah pada kesetiaan pelanggan elektronik dan niat yang lebih
rendah untuk meninggalkan hubungan dengan bank Temuan ini menemukan
bahwa hubungan antara kualitas layanan internet banking, kepuasan pelanggan
dan loyalitas pelanggan adalah signifikan.
Penelitian kesembilan yang dilakukan oleh Okeke (2015) dalam Journal
of Internet Banking and Commerce, December 2015, vol. 20, no. 3. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui layanan, keandalan, jaminan, daya
tanggap, risiko yang dirasakan, tangibilitas, keamanan, dan harga. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini dengan analisis Regresi Linier Berganda
Penelitian ini didasarkan pada sampel 400 responden dari 258 yang menanggapi
kuesioner.
Variasi tertinggi dalam tanggapan terhadap demografi adalah etnis diikuti
oleh kelompok usia; dan alasan untuk ini adalah aksesibilitas ke peneliti; karena
penelitian dilakukan di daerah yang didominasi budaya igbo. Tanggapan pada
pendidikan menunjukkan bahwa responden cukup berpendidikan untuk
memahami pentingnya dan pentingnya penelitian ini. Keempat variabel yang
digunakan memberikan R2 dari 0,544 yang berarti bahwa 54,4% variasi dalam
variabel dependen diperhitungkan oleh empat variabel: bukti fisik, keamanan,
risiko yang dirasakan dan harga. Statistik 'F' akhir 75,577 signifikan pada 0,000
dan ini berarti bahwa model tersebut memiliki kecocokan yang baik. Tiga
variabel: bukti fisik, keamanan, dan harga signifikan pada 0,000 sedangkan risiko
yang dirasakan memiliki nilai ρ sebesar 0,001. Berdasarkan korelasi tangibles
memiliki kekuatan prediksi tertinggi diikuti oleh harga, keamanan dan risiko yang
dirasakan. Tingkat toleransi di bawah satu untuk empat variabel, sedangkan faktor
inflasi varians di bawah ambang 5 dan berdasarkan hipotesis ini 4 sampai 7
sepenuhnya divalidasi. Dari variabel yang dikecualikan, daya tanggap memiliki
toleransi minimum dan nilai ρ 0,096 sehingga hipotesis 3 sebagian divalidasi.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa lima dari tujuh variabel: harga,
keamanan, risiko yang dirasakan, daya tanggap, dan jaminan signifikan dalam
meningkatkan kepuasan pelanggan dengan layanan online bank Nigeria.
Penelitian kesepuluh yang dilakukan oleh Hammoud, et al (2018) dalam
Sage Open Research. Tujuh penelitian ini adalah ntuk menguji hubungan antara
dimensi kualitas layanan E-Banking dan kepuasan pelanggan untuk menentukan
dimensi mana yang berpotensi memiliki pengaruh paling kuat terhadap kepuasan
pelanggan. Data dianalisis secara statistik menggunakan pemodelan persamaan
struktural dengan SPSS dan Amos (20) Penelitian ini didasarkan survei yang
dikumpulkan dan dianalisis adalah total 258 sampel.
Dalam model ini, ada empat variabel eksogen (efisiensi dan kemudahan,
keandalan, keselamatan dan privasi, dan responsif dan komunikasi), dan satu
variabel endogen (kepuasan dengan kualitas layanan). Model ini cocok dengan
data sesuai dengan indikator fit model standar berikut: χ2 (130, N = 258) =
289.61, di mana CMIN / df = 2.22 (<3; Hu & Bentler, 1995, 1999; Kline, 1998),
kebaikan indeks fit (GFI) = 0,89, indeks kebaikan yang disesuaikan (AGFI) =
0,85, CFI = 0,95, TLI = 0,95, NFI = 0,92, RMSEA = 0,06 (<0,08), dan kami
memeriksa residu rata-rata kuadrat akar standar (SRMR) = 0,04 (<0,05).
Selanjutnya, nilai R-square memberikan indikasi kemampuan prediksi konstruk
model. Efisiensi dan kemudahan penggunaan mencetak R-square 0,66, reliabilitas
mencetak 0,75, keselamatan dan privasi mencetak 0,46, dan responsif dan
komunikasi mencetak 0,63, dengan demikian mengkonfirmasikan kemampuan
prediksi model dan keempat hipotesis terkait dengan anteseden kualitas layanan
dalam hal ini. belajar. Model struktural muncul. Hasil SEM menunjukkan bahwa
keandalan layanan E-Banking memiliki kontribusi terbesar (beta terstandarisasi =
0,87) terhadap persepsi pelanggan tentang kualitas layanan, diikuti oleh efisiensi
dan kemudahan penggunaan (standar beta = 0,81 ), daya tanggap dan komunikasi
(beta terstandarisasi = 0,79), dan keselamatan dan privasi (beta terstandarisasi =
0,68), yang terakhir adalah faktor dengan kontribusi terkecil terhadap kualitas
layanan E-Banking.
Hasil lain penelitian yang dilakukan di pasar lain (Wirtz & Bateson, 1995),
yang menyatakan bahwa tingkat efisiensi yang lebih tinggi meningkatkan
kepuasan pelanggan dengan E-Banking. Di sisi lain, meskipun dimensi keamanan
dan privasi memiliki efek positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan,
sehingga mengkonfirmasi penelitian sebelumnya (Jun, Yang, & Kim, 2004),
dampaknya tampaknya lebih rendah daripada variabel lain dari kualitas layanan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kualitas Pelayanan
Perkembangan perusahaan menciptakan persaingan yang ketat. Berbagai
cara dilakukan agar dapat memperoleh pelanggan dan mempertahankannya. Salah
satu strategi yang dipakai perusahaan untuk bisa memenangkan persaingan adalah
dengan kualitas layanan yang baik. Pelanggan tertarik membeli sebuah produk
atau jasa karena kualitas layanan yang baik. menjelaskan kualitas pelayanan
adalah mencerminkan perbandingan antara tingkat layanan yang disampaikan
perusahaan dibandingkan espektasi pelanggan, (Tjiptono, 2019:75).
2.2.1.1 Indikator Kualitas Pelayanan
Menurut Tjiptono (2019:77) dalam mengevaluasi jasa yang bersifat,
intangible, variable, inseparable, dan perishable, konsumen umumnya
menggunakan beberapa atribut atau faktor:
1. Bukti fisik (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai
dan sarana komunikasi.
2. Keandalan (reliability), yakni kemampuan para staf dan karyawan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan.
3. Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf dan
karyawan untuk membantu para pelanggan atau memberikan
pelayanan dengan tanggap.
4. Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan,
kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf bebas dari
bahaya, resiko atau keragu-raguan.
5. Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan
para pelanggan.
2.2.2 Promosi
Lupiyoadi (2014:178) menyatakan promosi adalah merupakan salah satu
dalam bauran pemasaran yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam
memasarkan produk jasa. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat
komunikasi antara perusahaan dan konsumen, melainkan juga sebagai alat untuk
memengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan. Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat-
alat promosi, perangkat promosi yang kita mencakup aktivitas periklanan
(advertising) penjualan perseorangan (personal selling), promosi penjualan (sales
promotion), hubungan masyarakat (humas atau public relation-PR), informasi dari
mulut ke mulut (word of month-wom), pemasaran langsung (direct marketing dan
publikasi pemasaran (marketing publication). Periklanan merupakan salah satu
bentuk dari komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan dalam
mengomunikasikan produknya, baik barang maupun jasa lebih lanjut
menggungkapkan bahwa. Terdapat beberapa jenis periklanan antara lain sebagai
berikut: (Iklan yang bersifat memberikan informasi, Iklan membujuk. Iklan
pengingat, Iklan pemantapan).
2.2.2.1 Strategi Promosi
Tjiptono, (2019:397) Strategi ini biasanya dirancang untuk keperluan periklanan,
personal selling, dan promosi penjualan. Secara spesifik, enam strategi
komunikasi pemasaran terintegrasi ditekankan disini, yakni :
1. Strategi pengeluaran promosi
2. Strategi bauran promosi
3. Strategi pemilihan media
4. Strategi copy iklan
5. Strategi penjualan
6. Strategi pemotivasian dan penyeliaan wiraniaga
Sebagai catatan, dua strategi pertama adalah strategi penentuan dana dan alokasi
baruan promosi; dua strategi berikutnya adalah strategi periklanan; sedangkan dua
strategi terakhir merupakan strategi personal selling.
2.2.2.2 Bauran Promosi
Tjiptono, (2019:399) Dalam komposisi bauran komunikasi pemasaran integrasi
dipengaruhi oleh lima faktor utama, yaitu :
1. Tipe pasar produk
2. Push vs pull strategy
3. Kesiapan konsumen untuk melakukan pembelian
4. Tahap dalam siklus hidup produk
5. Posisi persaingan perusahaan
2.2.2.3 Indikator Promosi
Tjiptono (2019) mengemukakan bahwa promosi bertujuan untuk
menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan
sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci tujuan promosi
tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Menginformasikan (Informing)
a. Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru
b. Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk
c. Menyampaikan perubahan harga kepada pasar
d. Menjelaskan harga cara kerja suatu produk
e. Menginformasikan jasa jasa yang disediakan oleh perusahaan
f. Meluruskan kesan yang keliru
g. Membangun citra perusahaan
2. Membujuk pelanggan sasaran (Persuanding)
a. Membentuk pilihan merek memiliki keunggulan ditransaksi yang
aman
b. Mengalihkan pilihan ke merek tertentu
c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk
d. Mendorong pembelian untuk belanja saat itu juga
e. Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga (salesmen)
3. Meningkatkan (reminding)
a. Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan
dalam waktu dekat
b. Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk
perusahaan
c. Membantu pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan
Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan
2.2.3 Citra merek
Merek sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi di
antaranya yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari satu
penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa para
pesaingnya. Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen, bagi produsen
merek berperan penting sebagai sarana identifikasi produk dan perusahaan, bentuk
proteksi hukum, signal jaminan kualitas, sarana menciptakan asosiasi dan makna
unik (diferensiasi), sarana keunggulan kompetitif, dan sumber financial return
sebuah merek memiliki beberapa elemen/identitas, baik yang bersifat tangible
(seperti nama, merek, symbol, slogan, desain grafis, dan sebagainya) maupun
intangible (contohnya, nilai simbolis, ikatan khusus, kepribadian, citra diri, dan
seterusnya), (Tjiptono, 2019:187).
2.2.3.1 Manfaat Citra merek
Merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Bagi produsen, merek
berperan penting sebagai sarana identifikasi produk dan perusahaan, bentuk
proteksi hukum, signal jaminan kualitas, sarana menciptakan asosiasi dan makna
unik (diferensiasi), sarana keunggulan kompetitif, dan sumber financial returns.
Sementara bagi konsumen, merek berperan krusial sebagai identifikasi sumber
produk, penetapan tanggung jawab pada produsen atau distributor spesifik,
pengurang risiko, penekan biaya pencarian internal dan eksternal, janji atau ikatan
khusus dengan produsen, alat simbolis yang memproyeksikan citra diri, dan signal
kualitas. Tjiptono (2019:187).
2.2.3.2 Faktor yang mempengaruhi Citra merek
Tjiptono, (2019:188) Dalam hal pemilihan nama merek, ada lima cara untuk
mengembangkan nama perusahaan, merek, dan sub merek:
1. Founder and owner names banyak nama perusahaan yang menggunakan
nama pendiri atau pemilik perusahaan, seperti Sosro (Sosrodjojo), Ford
Motor Company (Henry Ford).
2. Functional brands yakni nama-nama berasal dari manfaat pokok (basic
benefit) yang ditawarkan produk. DuraCell (tahan lama), Federal Express
(pengiriman cepat), Microsoft (micro-computer software) berusaha
menciptakan asosiasi antara nama merek dan fungsi pokok merek
bersangkutan.
3. Invented brands ada dua jenis invented names. Pertama, nama yang
dibangun dari kata dasar dan morpheme. Contohnya, Agilent dan Alliant
adalah invented company names yang bermakna “agile” dan “ally”.
Kedua, kata-kata yang merupakan kontruksi puitis berdasarkan rima atau
pengalaman mengucapkannya, di antaranya Oreo, Kleenex, Snapple, dan
Google. Google berasal dari istilah matematika googol, yang merujuk
pada nilai 10100 (sepuluh pangkat seratus).
4. Experiental brands yaitu nama perusahaan atau merek yang berasosiasi
dengan pengalaman, seperti pengalaman sukses, penemuan, pergerakan,
atau Kesehatan.
5. Evocative brands yaitu nama-nama yang membangkitkan atribut atau
perasaan positif, contohnya Apple, Yahoo!, Virgin Airlines, Nike.
2.2.3.3 Indikator Citra merek
Mendefinisikan bahwa merek adalah produk atau layanan yang
dimensinya berbeda dalam beberapa hal dari produk atau layanan lain yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Adapun Indikator yang
memenuhi syarat merek dalam (Kotler, 2016:327) antara lain:
1. Diferensiasi energi mengukur sejauh mana suatu merek dilihat sebagai
berbeda dari yang lain serta kekuatan harga.
2. Relevansi mengukur kesesuaian dan luasnya daya tarik merek.
3. Esteem mengukur persepsi tentang kualitas dan loyalitas, atau seberapa
baik merek itu dihargai dan dihormati.
4. Pengetahuan mengukur seberapa sadar dan akrab konsumen dengan merek
dan kedalaman pengalaman mereka
2.2.4 Kepuasan Pelanggan
Dalam hal ini kepuasan pelanggan telah menjadi fokus setiap organisasi,
baik profit maupun nirlaba. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan
beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggannya
menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan
terciptanya loyalitas pelanggan, serta membentuk rekomendasi gethok tular positif
yang menguntungkan bagi perusahaan.
Persaingan yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen yang
terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, menyebabkan
setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan pelanggan sebagai
salah satu tujuan pokok, Tjiptono (2019:75).
2.2.4.1 Indikator Kepuasan Pelanggan
Perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan
kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja atau hasil yang
diharapkan. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya.
Adapun indikator dari kepuasan pelanggan (Kotler, 2016) :
1. Repurchase : membeli kembali, dimana pelanggan tersebut akan kembali
kepada perusahaan untuk mencari barang / jasa.
2. Menciptakan Word-of-mouth : dalam hal ini, pelanggan akan mengatakan
hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain.
3. Menciptakan Citra Merek : pelanggan akan kurang memperhatikan merek
dan iklan dari produk pesaing.
4. Menciptakan keputusan pembelian pada perusahaan yang sama membeli
produk lain dari perusahaan yang sama.
2.2.4.2 Faktor Kepuasan Pelanggan
Faktor lain yang tak kalah pentingnya dalam pembentukan harapan
pelanggan adalah pengalaman pelanggan dengan produk/jasa lain yang memiliki
karakteristik serupa. Pengalaman dengan kelas produk ini mempengaruhi
pembentukan norma atau standar tingkat kinerja yang harus dapat dipenuhi merek
tertentu. Tjiptono, (2019:80).
Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, diantaranya:
mempertahankan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, menerapkan customer
relationship management (misalnya lewat sejumlah program dan aktivitas, seperti
frequency marketing program, club marketing program, brand community
program, operasi call centre, web based services, blog marketing, dan seterusnya)
dan menawarkan produk komplementer (baik dalam wujud bundling sales
maupun systems selling), Tjiptono, (2019:90).
2.2.5 E-Commerce
e-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses
bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu
melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan, dan informasi
yang dilakukan secara elektronik (Baum, 2001:2).
E-commerce didefinisikan sebagai proses pembelian, penjualan,
mentransfer atau bertukar produk, jasa atau informasi melalui jaringan komputer
melalui Internet (Kozinets et al, 2010). Dengan mengambil bentuk-bentuk
tradisional dari proses bisnis dan memanfaatkan jejaring sosial melalui internet,
strategi bisnis dapat berhasil jika dilakukan dengan benar, yang akhirnya
menghasilkan peningkatan pelanggan, kesadaran merek dan pendapatan.
keputusan pembelian pelanggan dipengaruhi oleh persepsi, motivasi,
pembelajaran, sikap dan keyakinan. Persepsi dipantulkan ke pada bagaimana
pelanggan memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk
membentuk pengetahuan. Motivasi tercermin keinginan pelanggan untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Karmawan (2014:5), ada beberapa jenis-jenis e-commerce diantaranya
yaitu:
a. Business to-Business (B2B), kebanyakan e-commerce yang diterapkan saat ini
merupakan tipe B2B. e-commerce tipe ini meliputi transaksi antar organisasi yang
dilakukan di electronic market.
b. Business to-Consumer (B2C), ini merupakan transaksi eceran dengan pembeli
perorangan;
c. Consumer to-Consumer (C2C), dalam kategori ini, seorang komponen menjual
secara langsung ke konsumen lainnya;
d. Consumer to-Business (C2B), termasuk ke dalam kategori ini adalah
perseorangan yang menjual produk-produk atau layanan organisasi, dan
perseorangan menyepakati suatu transaksi.
2.2.6 FinTech (Finance Technology)
FinTech merupakan perpaduan antara teknologi dan fitur keuangan atau
dapat juga diartikan inovasi pada sektor keuangan dengan sentuhan teknologi
modern (Pribadiono, 2016), merupakan industri yang bergerak dengan sangat
cepat dan dinamis dimana terdapat banyak model bisnis yang berbeda Dorfleitner
et al, (2017), merupakan model layanan keuangan baru yang dikembangkan
melalui inovasi teknologi informasi (Hsueh, 2017).
Hsueh (2017) menyatakan terdapat tiga tipe financial technology yaitu:
1. Sistem pembayaran
Sistem pembayaran melalui pihak ketiga (Third-party pembayaran
systems) Contoh - contoh sistem pembayaran melalui pihak ketiga yaitu
crossborder EC, online-to-offline (O2O), sistem pembayaran mobile, dan
platform pembayaran yang menyediakan jasa seperti pembayaran bank dan
transfer.
2. Peer-to-Peer (P2P) Lending
Peer-to-Peer Lending merupakan platform yang mempertemukan pemberi
pinjaman dan peminjam melalui internet. Peer-to-Peer Lending menyediakan
mekanisme kredit dan manajemen risiko. Platform ini membantu pemberi
pinjaman dan peminjam memenuhi kebutuhan masing-masing dan menghasilkan
penggunaan uang secara efisien.
3. Crowdfunding
Crowdfunding merupakan tipe FinTech di mana sebuah konsep atau
produk seperti desain, program, konten, dan karya kreatif dipublikasikan secara
umum dan bagi masyarakat yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau
produk tersebut dapat memberikan dukungan secara keuangan. Crowdfunding
dapat digunakan untuk mengurangi kebutuhan keuangan kewirausahaan, dan
memprediksi permintaan pasar.
Otoritas Jasa Keuangan (2016), mengidentifikasi beberapa kelemahan dan
kelebihan dari FinTech.
Kelebihannya: (1.) Melayani masyarakat Indonesia yang belum dapat
dilayani oleh industri keuangan tradisional dikarenakan ketatnya peraturan
perbankan dan adanya keterbatasan industri perbankan tradisional dalam melayani
masyarakat di daerah tertentu. (2.) Menjadi alternatif pendanaan selain jasa
industri keuangan tradisional dimana masyarakat memerlukan alternatif
pembiayaan yang lebih demokratis dan transparan).
Sedangkan kekurangan dari FinTech adalah: (1.) FinTech merupakan
pihak yang tidak memiliki lisensi untuk memindahkan dana dan kurang mapan
dalam menjalankan usahanya dengan modal yang besar, jika dibandingkan dengan
bank. (2.) Ada sebagaian perusahaan FinTech belum memiliki kantor fisik, dan
kurangnya pengalaman dalam menjalankan prosedur terkait sistem keamanan dan
itegritas produknya).
2.3 Keterkaitan antar Variabel Penelitian
2.3.1 Pengaruh Langsung Kualitas Pelayanan terhadap Citra Merek
Kotler (2016:322) layanan yang dimensinya berbeda dalam beberapa hal
dari produk, merek, atau layanan lain yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
yang sama. Nuraini (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung dan
positif antara kualitas pelayanan terhadap citra merek.
2.3.2 Pengaruh Langsung Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan
Selayaknya industri jasa yang berbasis pada pelayanan DANA dimana
kualitas jasa merupakan sebuah upaya untuk berfokus pada pemenuhan harapan,
keinginan dan kebutuhan konsumen agar dapat tersampaikan secara tepat dan
benar (Tjiptono, 2014:268). Surianto, et al (2019) Kualitas Pelayanan, Persepsi
Harga dan Promosi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pelanggan GrabCar di Yogyakarta. Indah (2016) dapat disimpulkan bahwa
seluruh variabel independen, yaitu e-banking dan kualitas pelayanan secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah.
Basri (2019) kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan dan
loyalitas. dapat diartikan bahwa semakin meningkatnya kualitas layanan maka
akan berdampak pada semakin meningkatnya Kepuasan dan Loyalitas pada para
nasabah pengguna layanan e-banking.
2.3.3 Pengaruh Langsung Promosi terhadap Kepuasan Pelanggan
Selain pelayanan kegiatan pemasaran khususnya promosi juga perlu
diperhatikan dimana promosi merupakan salah satu dalam bauran pemasaran yang
sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk jasa
(Lupiyoadi, 2014:178). Hasil penelitian Indriyani, et al (2018) menyatakan secara
parsial (individu) seluruh variabel independen yaitu variabel kualitas website,
kepercayaan, promosi, dan harga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel kepuasan pelanggan.
Selain itu Juniantara, et al (2018) promosi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan. Hal ini berarti apabila UberX mampu memberikan
promosi yang baik dan berkualitas maka konsumen akan memiliki persepsi positif
terhadap promosi UberX, sehingga tingkat kepuasan konsumen akan semakin
meningkat.
2.3.4 Pengaruh Langsung Citra merek terhadap Kepuasan Pelanggan
Selain pelayanan dan promosi, merek sebagai salah satu bentuk dari
pemasaran yang dimensinya berbeda dalam beberapa hal merek dapat memenuhi
kebutuhan pelanggan agar dapat memenuhi kepuasan (Kotler, 2016:322). Nuraini,
(2017) menyatakan terdapat hubungan langsung dan positif antara kualitas
pelayanan terhadap citra merek. kualitas pelayanan yang baik akan berpengaruh
juga terhadap pembentukan citra merek traveloka, sehingga citra merek traveloka
menjadi baik di mata konsumen karena selalu memberikan pelayanan dengan
baik.
Walandouw (2014) kualitas pelayanan, dan citra merek berpengaruh
secara simultan terhadap kepercayaan nasabah pengguna kartu debit taplus BNI
dari BNI, sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa diduga variabel kualitas
pelayanan, dan citra merek secara bersama (simultan).
2.3.5 Pengaruh Kualitas Pelayanan, Promosi, Citra merek terhadap
Kepuasan Pelanggan
Kurniawan, et al (2019) secara simultan citra merek (X1) memiliki
pengaruh yang cukup signifikan bersamaan dengan variabel harga (X2),
pelayanan (X3), promosi (X4) dalam pengaruhnya terhadap kepuasan konsumen
(Y) Grab di Kota Palembang. dari beberapa variabel bauran pemasaran yang di
teliti variabel-variabel tersebut memiliki peranan tersendiri dalam memengaruhi
kepuasan konsumen Grab Kota Palembang.
2.4 Pengembangan Hipotesis
Atas dasar pertimbangan dalam permasalahan penelitian ini maka
hipotesis yang akan dikemukakan adalah:
H1 : Diduga Kualitas Pelayanan berpengaruh langsung terhadap Citra Merek.
H2 : Diduga Kualitas Pelayanan berpengaruh terhadap Kepuasan
Pelanggan.
H3 : Diduga Promosi berpengaruh terhadap Citra Merek.
H4 : Diduga Promosi berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan.
H5 : Diduga Citra merek berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan.
H6 : Diduga Kualitas pelayanan secara tidak langsung
berpengaruh terhadap Kepuasan Pelanggan yang di mediasi Citra Merek.
H7 : Diduga Promosi secara tidak langsung berpengaruh
terhadap Kepuasan Pelanggan yang di mediasi Citra Merek.
2.5 Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual penelitian ini menggambarkan pengaruh 4 variable yaitu
kualitas pelayanan, promosi, dan citra merek terhadap kepuasan pelanggan.
berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tinjauan landasan teori dan
penelitian terdahulu, dengan tujuan agar mempermudah pembaca memahami
maka dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.5.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.5.1 Kualitas pelayanan merupakan hal yang harus dipertahankan oleh
sebuah perusahaan, karena kualitas pelayanan yang baik dapat membentuk
kepuasan. kualitas pelayanan dan kepuasan merupakan prasyarat dari kepercayaan
pelanggan, jika kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan harapan maka
pelanggan akan puas sebaliknya jika kualitas lebih rendah dibandingkan dengan
harapan maka pelanggan tersebut tidak puas atau kecewa.
Promosi merupakan satu bentuk usaha perusahaan untuk meningkatkan
volume penjualan produk yang ditawarkannya dengan promosi perusahaan dapat
memberikan persepsi positif terhadap pelanggan.
Citra merek dalam setiap perusahaan harus memperhatikan aspek yang ada
pada citra, karena pada citra tersebut pelanggan dapat memilah dan menentukan
seberapa besar pengaruh nya dalam minat dan keinginan pelanggan, oleh karena
itu perusahaan harus bisa mempertimbangkan aspek tersebut dengan cermat.
Kepuasan pelanggan sangatlah penting untuk menentukan loyalitas
pelanggan, agar pelanggan tetap setia membeli produk atau jasa. kepuasan
pelanggan mencakup perbandingan antara harapan dan kinerja yang diterima. Jika
pelanggan telah merasa puas, biasanya mereka akan melakukan kegiatan
pembelian ulang atau merekomendasikan kepada pihak lain terhadap produk atau
jasa tersebut.