ii. tinjauan pustaka a. tindak pidana korupsi 1. pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/bab...

55
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian Korupsi Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan corruptie 1 . Pengertian korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2 ialah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain, sedangkan pengertian korup ialah busuk; buruk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Menurut A.S. Hornby et. al. Dalam The Advanced Leaner's Dictionary of Current English 3 korupsi adalah "the offering and accepting of bribes" (penawaran/pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap) dan diartikan pula sebagai “decay” yaitu kebusukan/kerusakan. Pengertian korupsi banyak didefinisikan oleh para pakar, dimana masing-masing merumuskannya sesuai dengan sisi pandang bidang ilmunya. Korupsi dari sisi 1 Martiman Prodjohamidjojo, Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tersangka Untuk Memperoleh Informasi Dalam Perkara Korupsi Oleh Kejaksaan, 2001: hlm.7 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 1989 3 dikutip dari Baharuddin Lopa, 1989: hlm.1

Upload: ngonhi

Post on 19-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tindak Pidana Korupsi

1. Pengertian Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berarti

kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata

corruption/corrupt, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan corruptie1.

Pengertian korupsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia2 ialah penyelewengan

atau penggelapan (uang negara atau perusahaan dan sebagainya) untuk

keuntungan pribadi atau orang lain, sedangkan pengertian korup ialah busuk;

buruk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok

(melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi).

Menurut A.S. Hornby et. al. Dalam The Advanced Leaner's Dictionary of Current

English3 korupsi adalah "the offering and accepting of bribes"

(penawaran/pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap) dan diartikan

pula sebagai “decay” yaitu kebusukan/kerusakan.

Pengertian korupsi banyak didefinisikan oleh para pakar, dimana masing-masing

merumuskannya sesuai dengan sisi pandang bidang ilmunya. Korupsi dari sisi

1 Martiman Prodjohamidjojo, Tinjauan Yuridis Terhadap Hak Tersangka Untuk

Memperoleh Informasi Dalam Perkara Korupsi Oleh Kejaksaan, 2001: hlm.7 2 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 1989

3 dikutip dari Baharuddin Lopa, 1989: hlm.1

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

32

pandang ekonomi menurut Jacob van Klaveren4 bahwa seorang pengabdi negara

(pegawai negeri) yang berjiwa korup menganggap kantor/instansinya sebagai

perusahaan dagang, dimana pendapatannya akan diusahakan semaksimal

mungkin.

Korupsi dari sisi pandang pemerintahan menurut J. S. Nye5 sebagai perilaku yang

menyimpang dari kewajiban-kewajiban normal suatu peran instansi pemerintah,

karena kepentingan pribadi (keluarga, golongan, kawan, teman) demi mengejar

status dan gengsi atau melanggar peraturan dengan jalan melakukan atau mencari

pengaruh bagi kepentingan pribadi. Hal itu cakup tindakan seperti penyuapan

(memberi hadiah dengan maksud hal-hal menyelewengkan seseorang dalam

kedudukan pada jawatan dinasnya); nepotisme (kedudukan sanak saudaranya

sendiri didahulukan, khususnya dalam pemberian jabatan atau memberikan

perlindungan dengan alasan hubungan asal-usul dan bukannya berdasarkan

pertimbangan prestasi; penyalahgunaan atau secara tidak sah menggunakan

sumber penghasilan negara untuk kepentingan pribadi).

Carl J. Friesrich6

“Merumuskan korupsi dari sisi pandang kepentingan umum dengan

mengatakan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada apabila seorang

memegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu

seperti seorang pejabat yang bertanggungjawab melalui uang atau semacam

hadiah lainnya yang tidak dibolehkan oleh undang-undang; membujuk atau

mengambil langkah yang menolong siapa saja yang menyediakan hadiah

dan dengan demikian benar-benar membahayakan Kepentingan umum”.

4 dikutip dari John A. Gardiner, 1974: hlm.18

5 J.S. Nye, “Corruption and Political Development: A Cost-Benefit Analysis,” American

Political Science Review, Vol. 61, No. 2, pp. 417-427. 1967 6 Carl J. Friesrich, Political Pathology. 1966: hlm. 85

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

33

Selanjutnya Mubyarto7 yang mengutip pendapat Theodore M. Smith

“Merumuskan korupsi dari sisi pandang politik dengan mengatakan secara

keseluruhan korupsi di Indonesia muncul lebih sering sebagai masalah

politik daripada masalah ekonomi. Ia menyentuh keabsahan (legitimasi)

pemerintah di mata generasi muda, kaum elite terdidik dan pegawai pada

umumnya. Korupsi mengurangi dukungan pada pemerintah dari kelompok

elite di tingkat propinsi dan kabupaten”.

Menurut sisi pandang sosiologi, Syed Hussein Alatas8 menyatakan terjadi korupsi

adalah apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkan oleh

seorang dengan maksud mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa

pada kepentingan-kepentingan si pemberi. Kadang-kadang juga berupa perbuatan

menawarkan pemberian uang dan hadiah lain yang dapat menggoda pejabat.

Termasuk dalam pengertian ini juga pemerasan yakni permintaan pemberian atau

hadiah seperti itu dalam pelaksanaan tugas-tugas publik. Istilah itu juga dikenakan

pada pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus bagi

keuntungan mereka sendiri. Selanjutnya ditambahkan Syed Hussein Alatas, yang

termasuk pula sebagai korupsi adalah pengangkatan sanak saudara, teman-teman

atau kelompok-kelompok politik pada jabatan-jabatan dalam kedinasan aparatur

pemerintahan tanpa memandang keahlian mereka maupun konsekuensinya pada

kesejahteraan masyarakat (nepotisme). Dengan demikian yang termasuk dalam

korupsi adalah empat tipe yang mencakup perbuatan penyuapan, pemerasan,

nepotisme dan penggelapan.

Menurut Syed Hussein Alatas9 empat tipe korupsi di atas dalam prakteknya

meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

7 Mubyarto, 1980: hlm. 60

8 Syed Hussein Alatas,1980: hlm. 11

9 Syed Hussein Alatas,1980: hlm. 13

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

34

1. Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.

2. Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan.

3. Korupsi melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.

4. Korupsi dengan berbagai macam akal berlindung dibalik pembenaran

hukum.

5. Mereka yang terlibat korupsi adalah yang menginginkan keputusan yang

tegas dan mereka mampu mempengaruhi keputusan.

6. Tindakan korupsi mengandung penipuan baik pada badan publik atau

masyarakat umum.

7. Setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.

8. Setiap bentuk korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari

mereka yang melakukan itu.

9. Suatu perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan pertanggung

jawaban dalam tatanan masyarakat.

2. Tindak Pidana Korupsi

Pengertian tindak pidana korupsi sejak berlakunya Peraturan Penguasa Militer No.

Prt/PM-06/1957 Tanggal 9 April 1957 sampai dengan diundangkannya UUTPK

Tahun 1999 semakin lama semakin disempurnakan, sehingga hampir

merumuskan berbagai bentuk pengertian korupsi yang telah diuraikan di atas.

Dalam UUTPK pengertian tindak pidana korupsi tercantum dalam Bab II tentang

Tindak Pidana Korupsi Pasal 2-Pasal 20 dan Bab III tentang tindak pidana lain

yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi Pasal 21-Pasal 24. Berdasarkan

ketentuan pasal-pasal tersebut dapat dikategorikan lima pengertian dan tipe tindak

pidana korupsi berikut di bawah ini dengan penjelasan masing-masing unsurnya.

Unsur-unsur yang sama yang telah dijelaskan sebelumnya tidak akan dijelaskan

lagi pada penjelasan unsur Pasal berikutnya.

a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tipe Pertama

Pengertian tindak pidana korupsi tipe pertama terdapat dalam Pasal 2 UUTPK:

(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

35

memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua puluh tahun) dan denda paling sedikit Rp

200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.

1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati dapat dijatuhkan.

Berpijak dari ketentuan pasal di atas unsur-unsur dari tindak pidana korupsi

adalah sebagai berikut:

(1) Perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu badan

Pada dasarnya maksud memperkaya di sini dapat ditafsirkan suatu perbuatan

dengan mana si pelaku bertambah kekayaannya oleh karena perbuatan tersebut.

Modus operandi perbuatan memperkaya dapat dilakukan dengan berbagai cara,

misalnya dengan membeli, menjual, mengambil, memindahbukukan rekening,

menandatangani kontrak serta perbuatan lainnya sehingga si pelaku bertambah

kekayaannya.

(2) Perbuatan tersebut bersifat melawan hukum

Unsur melawan hukum dalam UUTPK mencakup perbuatan melawan hukum baik

dalam arti formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun perbuatan tersebut

tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi apabila perbuatan

tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-

norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat

dipidana.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

36

(3) Merugikan keuangan atau perekonomian negara

Penjelasan UUTP menentukan bahwa keuangan negara adalah seluruh kekayaan

negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk di

dalamnya segala bagian kekayaan negara dan segala hak dan kewajiban yang

timbul karena:

a) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawaban pejabat

negara, baik di tingkat pusat maupun daerah; dan

b) Berada dalam pengurusan dan pertanggungjawaban Badan Usaha Milik

Negara/ Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan, Badan Hukum, dan

perusahaan yang menyertakan modal negara, atau perusahaan yang

menyertakan modal pihak ketiga berdasarkan perjanjian dengan negara.

Perekonomian negara adalah kehidupan perekonomian yang disusun sebagai

usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan atau pun usaha masyarakat secara

mandiri yang berdasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat

maupun daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan

kepada seluruh kehidupan masyarakat.

b. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tipe Kedua

Pasal 3 UUTPK merumuskan pengertian tindak pidana korupsi tipe kedua sebagai

berikut:

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain

atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

37

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000.00 (lima puluh juta

rapiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Unsur-unsur tindak pidana korupsi dari Pasal di atas adalah sebagai berikut:

(1) Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukannya

Tindak pidana korupsi pada tipe kedua ini terutama ditujukan kepada seorang

pegawai negeri, oleh karena hanya pegawai negeri saja yang dapat

menyalahgunakan jabatan, kedudukan dari kewenangan, kesempatan atau sarana

yang ada padanya. Menurut ketentuan Pasal 1 Ayat (2) UUTPK, pengertian

pegawai negeri meliputi:

(a) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam undang-undang

Kepegawaian (i.c. Undang-Undang No. 43 Tahun 1999);

(b) Pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHPidana (i.c. Pasal 92

KUHPidana);

(c) Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah;

(d) Orang yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima

bantuan dari keuangan negara atau daerah; dan

(e) Orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat.

(2) Tujuan dari perbuatan tersebut menguntungkan diri sendiri atau orang

lain atau suatu korporasi

Perbuatan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi berarti

membuat orang tersebut, orang lain/kroninya atau suatu korporasi memperoleh

aspek material maupun inmaterial dari perbuatan itu. Pembuktian unsur

“menguntungkan” dapat lebih mudah dibuktian oleh penuntut umum karena unsur

menguntungkan tidak memerlukan dimensi apakah orang tersebut menjadi kaya

atau bertambah kaya sebagaimana unsur “memperkaya” dalam pasal 2 UUTPK.

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

38

c. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tipe Ketiga

Tindak pidana korupsi pada tipe ketiga terdapat dalam Pasal 5 sampai dengan

pasal 13 UUTPK yang merupakan pasal-pasal dari KUHPidana yang kemudian

ditarik menjadi tindak pidana korupsi. Apabila dikelompokkan, terdapat empat

kelompok tindak pidana korupsi tipe ketiga berikut ini.

(1) Penarikan perbuatan yang bersifat penyuapan, yaitu Pasal 209, 210, 418,

419 dan 420 KUHPidana.

(2) Penarikan perbuatan yang bersifat penggelapan yaitu Pasal 415, 416 dan

417 KUHPidana.

(3) Penarikan perbuatan yang bersifat kerakusan yaitu Pasal 423 dan 425

KUHPidana.

(4) Penarikan perbuatan yang berkorelasi dengan pemborongan, leveransir dan

rekanan, yaitu Pasal 387, 388 dan 435 KUHPidana.

d. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tipe Keempat

Pasal 15 dan 16 UUTPK mengkualifikasikan perbuatan percobaan (poging),

pembantuan atau permufakatan jahat serta pemberian kesempatan, sarana atau

keterangan terjadinya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang di luar

wilayah Indonesia sebagai tindak pidana korupsi.

e. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Tipe Kelima

Tindak pidana korupsi pada tipe kelima ini sebenarnya “tidak murni” sebagai

tindak pidana korupsi melainkan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak

pidana korupsi sebagaimana diatur dalam Bab III Pasal 21 sampai dengan 24

UUTPK. Apabila dijabarkan, hal-hal tersebut adalah:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau

menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,

penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau

terdakwa, ataupun para saksi dalam perkara korupsi dipidana dengan

pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas)

tahun dan atau denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh

juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

39

rupiah).

(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 35 atau Pasal

36 UUTPK yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi

keterangan yang tidak benar dipidana dengan pidana penjara paling

singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan atau denda

paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan

paling banyak Rp 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).

(3) Dalam perkara korupsi, pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 220, 231, 241, 422, 429 atau 430 KUHPidana

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling

lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 300.000.000.00 (tiga ratus juta

rupiah).

(4) Saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

31 UUTPK dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan

atau denda paling banyak Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah).

B. Karakteristik Tindak Pidana Korupsi

Dyatmiko Soemodihardjo, di dalam bukunya berjudul mencegah dan

memberantas korupsi, mencermati dinamikanya di Indonesia dan masih terlalu

banyak kelompok atau karakteristik Tindak Pidana Korupsi di Indonesia sehingga

masih kesulitan bagi masyarakat umum untuk memahami masuk kelompok atau

karakteristik yang mana suatu tindak pidana korupsi yang telah dilakukan oleh

seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, dan inilah beberapa

karakteristik Tindak pidana Korupsi :

a. Korupsi yang terkait dengan keuangan negara, yaitu melawan hukum

untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara;

menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan

dapat merugikan keuangan negara terdapat pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 7

Ayat (1) huruf A, Pasal 7 Ayat (1) huruf C, Pasal 7 Ayat (2), Pasal 8, Pasal

9, Pasal 10 huruf (A), Pasal 12 huruf (I), Pasal 12A dan Pasal 17, UUDRI

Nomor 31 Tahun 1999 juncto UURI Nomor 20 Tahun 2001.

b. Korupsi yang terkait dengan suap – menyuap, yaitu menyuap pegawai

negeri; memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya;

pegawai negeri menerima suap;pegawai negeri menerima hadiah yang

berhubungan dengan jabatannya ; menyuap hakim; menyuap advokad;

hakim dan advokad yang menerima suap; hakim yang menerima suap;

advokad yang menerima suap, terdapat pada Pasal 5, Pasal 6, Pasal 11,

Pasal 12 huruf a, Pasal 12 huruf b, Pasal 12 huruf c, Pasal 12 huruf d, Pasal

12 A, Pasal 17, dan UURI Nomor 31 Tahun 1999 juncto UURI Nomor 20

Tahun 2001.

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

40

c. Korupsi yang terkait penggelapan dalam jabatan, yaitu pegawai negeri

yang menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan; pegawai negeri

memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi; pegawai negeri

merusakkan bukti; pegawai negeri membiarkan orang lain merusak bukti;

pegawai negeri membantu orang lain merusakkan buku terdapat pada

Pasal 8, Pasal 9 huruf i, Pasal 10 huruf a, Pasal 10 huruf b, Pasal 10 huruf

c.

d. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan, yaitu pegawai negeri

memeras; pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lainnya,

terdapadat pada Pasal 12 huruf e, Pasal 12 huruf f, Pasal 12 huruf g, Pasal

12 A, Pasal 17, dan UURI Nomor 31 Tahun 1999 juncto UURI Nomor 20

Tahun 2001.

e. Korupsin yang terkait dengan perbuatan curang, yaitu pembohong berbuat

curang, pengawas proyek membiarkan perbuatan curang, rekanan TNI /

POLRI berbuat curang, pengawas rekanan TNI / POLRI membiarkan

perbuatan curang, penerima barang TNI / POLRI membiarkan perbuatan

curang, pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan

orang lain yang terdapat pada Pasal 12 huruf i, Pasal 17 dan UURI Nomor

20 Tahun 2001.

f. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan yaitu

pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya yang terdapat

pada pasal 12 huruf i.

g. Korupsi yang terkait dengan grafitasi, yaitu pegawai negeri menerima

grafitasi dan tidak lapor Komisi Pemberantasan Korupsi yang terdapat

pada, pasal 12 B juncto 12 C, Pasal 13, Pasal 17, dan UURI Nomor 20

Tahun 2001.

Perbuatan korupsi di manapun dan kapanpun akan selalu memiliki ciri khas dan

ciri khas tersebut bisa bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Melibatkan lebih dari satu orang;

b. Korupsi tidak hanya berlaku di kalangan pegawai negeri atau anggota

birokrasi negara, korupsi juga terjadi di organisasi usaha swasta;

c. Korupsi dapat mengambil bentuk menerima sogok, uang kopi, salam

tempel, uang semir, uang pelancar, baik dalam bentuk uang tunai atau

benda atau pun wanita;

d. Umumnya serba rahasia, kecuali sudah membudaya;

e. Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik yang tidak

selalu berupa uang;

f. Setiap tindakan korupsi mengandung penipuan, bisaanya pada badan

publik atau masyarakat umum;

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

41

g. Setiap perbuatan korupsi melanggar norma-norma tugas dan

pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat;

h. Di bidang swasta, korupsi dapat berbentuk menerima pembayaran uang

dan sebagainya, untuk membuka rahasia perusahaan tempat seseorang

bekerja, mengambil komisi yang seharusnya hak perusahaan.

Menurut M. Dawan Rahardjo dalam artikelnya Korupsi Kolusi dan Nepotisme

(KKN) menggambarkan bahwa timbulnya perbuatan korupsi dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Pertama, apakah kelembagaan pemerintah itu memberikan

kesempatan kepada perbuatan korupsi. Kedua, lingkungan budaya yang

memepengaruhi psikologi orang-seorang. Ketiga, pengaturan ekonomi yang

mungkin memberikan tekanan-tekanan tertentu. Tindak pidana korupsi bukanlah

peristiwa yang berdiri sendiri. Pelaku korupsi menyangkut berbagai hal yang

sifatnya kompleks. Faktor faktor penyebabnya tidak saja dapat berasal dari

internal pelaku korupsi, Tetapi dapat juga berasal dari situasi lingkungan yang

kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.

Berikut adalah aspek-aspek penyebab seseorang melakukan korupsi, menurut

Sarlito W Sarwono , kendatipun tidak ada jawaban yang persis, tetapi dua hal

yang jelas yakni :

a. Dorongan dari dalam diri sendiri (keinginan, Hasrat, kehendak dan

sebagainya);

b. Rangsangan dari luar (dorongan teman-teman, adanya kesempatan,

kurangnya kontrol dan sebagainya).

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

42

Beberapa Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana korupsi

menurut Andi hamzah sebagai berikut:

a. Kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibandingkan dengan

kebutuhan yang makin hari makin meningkat;

b. Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia yang merupakan sumber

atau sebab meluasnya korupsi;

c. Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang kurang efektif dan kurang

efisien sering di pandang sebagai penyebab korupsi, dalam arti bahwa

yang demikian itu akan memberi peluang untuk melakukan korupsi.

Semakin besar anggaran pembangunan, semakin besar pula kemungkinan

kebocoran-kebocoran;

d. Modernisasi mengembangbiakkan korupsi karena membawa perubahan

nilai dasar atas masyarakat membuka sumber-sumber kekayaan dan

kekuasaan baru, membawa perubahan yang diakibatkannya dalam bidang

kegiatan sistem politik, memperbesar kekuasaan pemerintah dan melipat

gandakan kegiatan-kegiatan yang diatur oleh peraturan pemerintah;

e. Faktor mental yang tidak sehat lebih dominan untuk mendorong terjadinya

perbuatan korupsi. Sebab sekalipun faktor-fakor lainnya itu ada / terdapat

pada diri seseorang, akan tetapi apabila ia bermental sehat tidak akan

melakukan perbuatan korupsi (semacam ada rem).

Analisa yang lebih detail lagi tentang beberapa penyebab korupsi kemudian

dipaparkan oleh badan pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) dalam

bukunya berjudul “Strategi Pemberantasan Korupsi” dimana beberapa yang

menjadi penyebab korupsi antara lain;

1) Aspek individu pelaku

a. Sifat tamak manusia

Kemungkinan orang melakukan korupsi bukan disebabkan karena orangnya

miskin atau penghasilannya tidak cukup. Kemungkinan orang tersebut sudah

cukup kaya tetapi masih mempunyai hasrat yang begitu besar untuk

memperkaya diri, penyebab korupsi pada pelaku semacam ini datang dari

dalam diri sendiri yakni sifat tamak dan rakus;

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

43

b. Moral yang kurang kuat

Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk

melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat

bawahannya atau fihak yang lainnya memberikan kesempatan untuk itu;

c. Penghasilan yang kurang mencukupi

Penghasilan seorang pegawai dari suatu pekerjaan selayaknya dapat

memenuhi atau sejalan dengan kebutuhan hidup yang wajar, bila hal itu tidak

terjadi maka sesorang akan berusaha memenuhinya dengan berbagai cara.

tetapi apabila segala upaya dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan

semacam ini akan memberikan sebuah peluang besar untuk melakukan tindak

korupsi, baik itu korupsi waktu, tenaga, maupun fikiran dalam artian semua

curahan peluang itu untuk keperluan diluar pekerjaan yang seharusnya;

d. Kebutuhan hidup yang mendesak

Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi

terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu kemudian membuka ruang

bagi seseorang untuk melakukan jalan pintas diantaranya dengan melakukan

korupsi;

e. Gaya hidup yang konsumptif

Kehidupan di kota kota besar acapkali mendorong gaya hidup seseorang

berperilaku konsumtif. Perilaku semacam ini apabila tidak diimbangi dengan

pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk

melakukan berbagai tindakan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan

kemungkinan itu adalah dengan melakukan tindak korupsi;

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

44

f. Sifat malas atau tidak mau bekerja

Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari suatu pekerjaan tanpa keluar

keringat alias malas bekerja. Sifat semacam ini akan potensial dalam

melakukan tindakan apapun dengan cara cara mudah dan cepat, yang

diantaranya melakukan korupsi;

g. Ajaran agama yang kurang diterapkan

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius, yang tentunya akan melarang

setiap warga negaranya melakukan tindakan korupsi dalam bentuk apapun.

Akan tetapi kenyataan dilapangan menunjukan bahwa praktek korupsi

semakin berkembang subur di tengah masyarakat. situasi paradoks semacam

ini mencerminkan bahwa ajaran agama tidak sepenuhnya diterapkan dalam

kehidupan.

2) Aspek Organisasi

a. Kurangnya Sikap Keteladanan Pimpinan

Posisi pimpinan dalam suatu lembaga formal maupun informal sesungguhnya

mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi bawahannya. Apabila seorang

pemimpin tidak bisa memberikan keteladanan yang baik dihadapan

bawahannya misalnya berbuat korupsi maka kemungkinan besar bawahannya

akan mengambil kesempatan yang sama sebagaimana atasannya;

b. Tidak adanya kultur organisasi yang benar

Kultur organisai bisaanya mempunyai pengaruh kuat terhadap anggotanya.

apabila kulur organisasi tidak dapat dikelola dengan baik, maka akan

menimbulkan berbagai situasi yang tidak kondusif mewarnai kehidupan

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

45

organisasi. Dalam posisi yang demikian perbuatan negatif seperti antara lain

korupsi memiliki peluang yang besar untuk terjadi;

c. Sistem akuntabilitas yang benar di instansi pemerintah yang kurang memadai

Pada institusi pemerintah pada umumnya belum merumuskan dan

melaksanakan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga belum

merumuskan dengan tujuan dan sasaran yang harus dicapai dalam periode

tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya terhadap instansi pemerintah

sulit untuk dilakukan penilaian apakah instansi tersebut telah berhasil

mencapai sasaranya atau tidak? Dan akibat lebih lanjut terhadap kurangnya

perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki semacam ini

memunculkan situasi organisasi yang kondusif untuk praktek korupsi;

d. Kelemahan sistem pengendalian manajemaen

Pengendalian manajemen merupakan salah satu syarat bagi tindak

pelanggaran korupsi dalam sebuah organisasi. semakin longgar atau lemah

pengendalian manajemen sebuah organisasi akan semakin terbuka peluang

perbuatan tindak korupsi anggota atau pegawai di dalamnya;

e. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam orgainisasi

Pada umumnya jajaran manajemen selalu menutupi tindakan korupsi yang

dilakukan oleh segelintir oknum dalam organisasi. Akibat sifat tertutup

tersebut, pelanggaran korupsi justru cenderung terus berjalan dengan berbagai

bentuk.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

46

3) Aspek tempat individu dan organisasi berada

a. Nilai nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi Sebagaimana

diketahui, korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat misalnya,

masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Sikap

sikap seperti ini sering membuat masyarakat tidak kritis pada kondisi

misalnya dari mana kekayaan tersebut didapatkan;

b. Masyarakat kurang menyadari sebagai korban utama korupsi Masyarakat

masih kurang menyadari bila yang dirugikan dalam korupsi itu adalah justru

masyarakat sendiri. Anggapan pada masyarakat umum bahwa yang

mengalami kerugian akibat korupsi adalah Negara, Padahal bila negara rugi,

yang rugi adalah masyarakat juga karena proses anggaran pembangunan bisa

berkurang akibat di korupsi;

c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi

Dan umumnya setiap korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini

kurang disadari oleh masyarakat sendiri. Bahkan seringkali masyarakat sudah

terbisaa terlibat pada kegiatan korupsi sehari hari dengan cara cara terbuka

namun tidak mereka sadari;

d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan

diberantas bila masyarakat ikut berpartisi aktif

Dimana pada umumnya masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi itu

tanggung jawab pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi itu

bisa diberantas hanya bila masyarakat itu aktif berperan serta melakukannya;

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

47

e. Aspek peraturan perundang undangan korupsi yang mudah timbul karena

adanya kelemahan di dalam peraturan perundang undangan yang dapat

mencakup adanya peraturan yang hanya menguntungkan kroni penguasa,

kualitas peraturan yang kurang memadai, peraturan yang kurang

disosialisasikan, sanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi yang tidak

konsisten dan pandang bulu, serta lemahnya bidang evaluasi dan revisi

peraturan perundang undangan.

C. Sistem Peradilan Pidana dan Sub – Sub Sistem Peradilan Pidana

Istilah sistem peradilan pidana (SPP) sebenarnya dapat disepadankan dengan

istilah dalam bahasa Inggris criminal justice sistem (CJS) atau ada juga yang

menyepadankan dengan istilah lain dalam bahasa Inggris juga yaitu criminal

justice administration (CJA), namun demikian istilah yang terakhir jarang

digunakan disini.

Cakupan SPP tidak hanya terbatas pada masalah pengadilan, namun lebih luas

daripada itu, dalam kamus hukum CJS diberi pengertian sebagai: “The network ef

courts and tribunals which deal with criminal law and its enforcement”10

.

Dilihat dari segi tujuan sistem, SPP dapat diartikan sebagai suatu jaringan kerja

yang ada dalam masyarakat atau negara yang dibentuk secara sadar dalam rangka

usaha mengendalikan kejahatan, agar kejahatan yang ada dalam masyarakat masih

berada dalam tingkatan yang dapat diterima. Dengan demikian, dalam pengertian

10

Black, 1986: hlm. 75

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

48

ini terdapat suatu kesadaran bahwa kejahatan yang terdapat di dalam masyarakat

tidak mungkin dapat dihilangkan sama sekali, karena itu yang dapat dilakukan

oleh SPP adalah sebatas pada usaha untuk mengendalikan atau mengurangi

kejahatan (controll/reduction of crime).

Memahami pengertian peradilan dalam kerangka sistem, analisis mengenai

bagaimana seseorang menjadi pelanggar hukum, dalam konteks sistem

dikemukakan oleh La Patra11

sebagai berikut: “When someone becomes a law

violator, he may be considered to be crossing the boundary between society and

the criminal justice sistem. After leaving the CJS, the individual returns to society;

if he returns to the CJS at the later time, he is called a recidivist”.

Menurut La Patra seseorang dikatakan sebagai pelanggar hukum, mungkin karena

ia telah melanggar batas-batas antara masyarakat dengan SPP. Seseorang yang

melakukan perbuatan melanggar hukum berarti ia telah melanggar batas toleransi

masyarakat, untuk itu bagi mereka akan menerima konsekuensi dengan

dimasukkan ke dalam SPP. Sesudah ia keluar dari SPP ia akan kembali lagi ke

dalam masyarakatnya, namun apabila di kemudian hari ia melakukan pelanggaran

hukum ia akan masuk kembali ke dalam SPP, orang tersebut secara terminologi

hukum dinamakan sebagai residivis.

Pandangan La Patra tersebut terdapat gambaran adanya siklus yang dimulai dari

terjadinya pelanggaran hukum oleh seseorang dalam masyarakat, kemudian

masuknya si pelanggar hukum ke dalam SPP, sampai dengan munculnya seorang

11

La Patra, Healing: The Coming Revolution in Holistic Medicine. 1978: hlm. 83

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

49

residivis. Dalam. pandangan La Patra tersebut seorang pelanggar hukum itu ada

dalam batas antara masyarakat dengan SPP. Apabila seseorang tidak melakukan

pelanggaran hukum pidana, maka ia tidak akan masuk ke dalam SPP, sedangkan

apabila seseorang telah selesai menjalani hukuman, maka ia akan kembali lagi ke

dalam masyarakat, dan ia akan masuk lagi ke dalam SPP manakala ia melakukan

pelanggaran hukum lagi (residivis).

Lebih jauh lagi La Patra berpandangan bahwa beberapa perbedaan sistem sosial

mempunyai pengaruh terhadap seseorang sebelum ia kontak dengan SPP.

Menurutnya sesorang lahir dengan beberapa kemampuan mental dan fisik dan

khususnya yang cenderung telah diwarisi. Dalam kehidupannya orang

berhubungan dengan bermacam-macam kelompok, misalnya keluarga, yang

memainkan peranan penting dalam hidupnya. Sistem sosial penting yang lain

yang dapat mempengaruhi adalah ekonomi, pendidikan, teknologi, dan politik.

Sistem ekonomi misalnya dapat mempengaruhi tingkat penghasilan, perawatan

kesehatan, transportasi, pekerjaan, rekreasi, dan atribut lain dalam hidupannya,

sedangkan sistem pendidikan akan membentuk kecerdasan (kemampuan berpikir)

dan jiwa (mental endowments) serta meningkatkan keahlian dan potensi yang

dimiliki seseorang. Sistem teknologi dapat mempengaruhi seni, metode, dan

perlengkapan yang dipergunakan dalam proses perubahan dan pengaruh utama

dalam hidupnya pada waktu bekerja. Karena sistem potitik menghasilkan

pengalokasian sumber daya dan menetapkan formasi kebijakan (policy) dan

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

50

hukum (laws) maka secara tidak langsung sistem politik akan mempengaruhi

proses evolusi dari norma-norma sosial serta nilai-nilai.

Segi idealita suatu pendekatan sistem dapat digunakan untuk menyelidiki

hubunaan-hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana

seseorang dapat menjadi pelanggar hukum. Dalam hal ini La Patra telah

membantu membuat langkah sebagai petunjuk mengenai pendefinisian tingkatan-

tingkatan sistem untuk memahami masalah peradilan pidana. Tidak dapat

disangkal bahwa batas-batas dan tingkatan-tingkatan sistem yang meliputi

identifikasi sistem, sub sistem, dan sistem yang lebih tinggi berhubungan dengan

masalah pemahaman peradilan pidana dalam kerangka sistem.

SPP dalam pengertian tingkatan-tingkatan tersebut di atas digambarkan oleh La

Patra sebagai berikut:

Ragaan 1. Hubungan SPP dengan politik, ekonomi dan budaya

Society

Politic, economic, sosial, culture

CRIMINAL JUSTICE SISTEM

Level I

Level II

Level III

Keterangan:

Level I (society) yaitu suatu level yang lebih besar merupakan sistem masyarakat,

dalam level mana terdapat level-level yang lebih kecil antara lain; Level II

(poleksosbud) yaitu level dimana terdapat faktor-faktor politik, ekonomi, sosial,

budaya, teknologi, sedangkan level yang lebih kecil yaitu; Level EQ subsistem of

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

51

criminal justice, level dimana terjadinya proses penegakan hukum pidana yang

pada hakikatnya terdapat interaksi, interkoneksi dengan level-level yang lebih

besar sehingga kedudukan dari level 3 menjadi interdepensi terhadap level-level

lainnya12

.

Gambaran tersebut di atas terlihat jelas bahwa letak SPP ada dalam tatanan

masyarakat, dalam kedudukan seperti itu SPP dipengaruhi oleh sub-sub sistem

penting dalam masyarakat, yaitu ekonomi, pendidikan, teknologi, dan politik.

Berdasarkan pada pandangan La Patra tersebut SPP harus berpijak pada

masyarakat, SPP tidak bisa lepas dari masyarakat dan bekerja sendiri didalamnya.

Sub-sub sistem dalam SPP haras bekerja dengan suatu tatanan yang sudah jelas

tujuan atau targetnya.

SPP tidak boleh bekerja sendiri terpisah dari tujuan masyarakat dimana SPP

berada didalamnya. Allan Coffey13

secara lebih detail dengan pendekatan yang

berbeda dengan La Patra mengemukakan pengertian sistem sebagai: “The sistems

approach has to do with causes and effects, which in turn have to do with

interaction. All human interactions are effects of some kind, and every interaction

whether large or small, has some effect. Even the supposed absence of interaction

has effect on thse who notice the absence. It is through this fundamental

observation about sistems that the vital role of people emerges”.

Menurat Coffey pendekatan sistem dapat dilakukan dengan melihat rangkaian

sebab akibat dari suatu proses interaksi. Bahwa setiap macam interaksi manusia

adalah akibat dari berbagai hal, dan setiap interaksi apakah ia besar atau kecil

12

J.W. La Patra, Healing: The Coming Revolution in Holistic Medicine. 1978: hlm. 86 13

Allan Coffey, 1984: hlm. 8

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

52

pastilah akan menimbulkan suatu akibat. Menurat Coffey, terhadap pengamatan

mendasar tentang sistem ini menimbulkan adanya peranan penting mengenai

orang (people).

Lebih lanjut lagi untuk memberikan gambaran pendekatan SPP sebagai suatu

proses rangkaian interaksi sebab akibat diberikan contoh oleh Coffey sebagai

berikut: “The interaction of an armed robber with the victim is the effect of the

robbery, but it is also the cause of another interaction with police (hopefully), and

with prosecution, corrections and so on. The interaction of police with

prosecution similarly a variety of both causes and effects, as are the interactions

of corrections with courts and police”.

Karena suatu sistem dipahami sebagai suatu rangkaian sebab interaksi sebab

akibat sehingga menurut Coffey suatu sistem itu digambarkan seperti untaian

rantai (chain) yang berisi rangkaian sebab-sebab dan akibat-akibat, sebagaimana

dikatakan oleh Coffey sendiri bahwa: “A sistem is simply a chain of these causes

and effects”.

Sejalan dengan pandangannya tersebut diberikan suatu gambaran mengenai

sistematik rantai interaksi yang dapat didisain untuk menghasilkan altibat-akibat

yang diinginkan, secara konsisten Coffey menganalogikan dengan sistem

pemanas ruangan yang dilengkapi dengan alat pemanas (thermostat) yang dapat

mengatur seberapa besar panas yang diperlukan untuk ruangan sehingga tercapai

tingkat suhu ruangan yang ideal, yang sesuai dengan kebutuhan pemakainya.

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

53

Kerangka pandangan Coffey tersebut, dalam hal SPP, maka fungsi-fungsi

individual dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan

idealnya dapat berfungsi sama dengan cara kerja sistem pemanas. Meskipun tidak

dapat disangkal bahwa sistematik cara kerja SPP yang terjadi dapat disebabkan

oleh beberapa kemungkinan, sedang sistem pemanas hanya disebabkan oleh satu

macam kemungkinan yaitu tingkat suhu ruangan. Dengan kata lain bahwa SPP

harus bisa memberikan respon terhadap bermacam-macam variabel, seperti

variabel perubahan sosial, perubahan peraturan perundang-undangan, dan

perubahan ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi polisi, pengadilan,

penuntut umum, pembela, dan lembaga pemasyarakatan, yang kesemuanya itu

sebenarnya adalah sejumlah “thermostat”.

Salah satu tujuan peradilan pidana adalah pengendalian kejahatan dalam rangka

perlindungan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan, oleh karena itu salah satu

tolak ukur keberhasilan peradilan pidana adalah dengan melihat tingkat

kemampuan peradilan pidana untuk mampu menyeleksi secara efisien kesalahan

tersangka dan memberikan hukuman yang harus diterapkan kepada pelaku secara

pantas (adil), sehingga dengan demikian secara kuantitatif tercapai tingkat

penegakan hukum yang tinggi.

Sisi lain masyarakat menginginkan perlindungan agar tidak menjadi korban

kejahatan, atau kalau pun sudah terlanjur menjadi korban kejahatan, maka

pelakunya dapat diproses melalui peradilan pidana, namun demikian pada sisi

yang lain masyarakat tidak menginginkan terjadinya gangguan terhadap hak-hak

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

54

mereka sebagai warga negara yang mempunyai hak asasi manusia (HAM) akibat

bekerjanya alat-alat penegak hukum, kecuali yang memang benar-benar telah

diatur kewenangannya oleh peraturan hukum yang berlaku.

Hal tersebut ibarat dua sisi dari mata uang. Oleh karena itu peradilan pidana harus

mampu mengakomodasi secara proporsional setidak-tidaknya dua macam

kepentingan tersebut yaitu kepentingan umum, yaitu kepentingan warga

masyarakat yang menjadi korban kejahatan baik secara langsung maupun tidak

langsung yang dalam hal ini diwakili oleh alat negara penegak hukum, dengan

kepentingan pelaku kejahatan. Kedua kepentingan yang harus diperhatikan secara

proporsional ini harus menjadi salah satu dasar falsafah utama dalam peradilan

pidana.

Apabila peradilan pidana terlalu mementingkan pemberian kewenangan alat

negara penegak hukum tanpa memperhatikan pemberian hak-hak warga negara

khususnya kepada tersangka/terdakwa, maka hal itu merupakan potensi terjadinya

pelanggaran hak-hak warga negara. Namun sebaliknya jika terlalu mementingkan

aspek perlindungan hak-hak warga negara dikhawatirkan akan mempersulit

pelaksanaan tugas aparat penegak hukum.

Penyelesaian perkara kejahatan melalui proses peradilan pidana, berarti alat-alat

negara penegak hukum bekerja dengan menjalankan kewenangan yang

dimilikinya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Lord Acton bahwa “power

tends to corrupt”, bahwa kekuasaan cenderung untuk disalahgunakan, maka di

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

55

sinilah letak pentingnya perhatian terhadap perlunya perlindungan warga negara

terhadap kemungkinan pelanggaran kewenangan oleh alat negara penegak hukum.

Seseorang yang diduga telah melakukan suatu perbuatan jahat oleh alat negara

penegak hukum, maka status hukumnya berubah menjadi tersangka. Sebagai

seorang tersangka dia dapat dikenakan berbagai pembatasan terhadap

kemerdekaan pribadinya seperti kebebasan bergerak, menguasai/memiliki harta

benda dan lain sebagainya.

Kondisi seperti ini seorang tersangka berhadapan dengan petugas penegak hukum

yang dibekali sejumlah kewenangan tertentu, maka seorang tersangka akan

nampak sebagai pihak yang sangat lemah. Sebagai pihak yang lemah tentunya

harus ada suatu jaminan yuridis yang memberi perlindungan agar seorang

tersangka tidak menjadi korban penyalahgunaan kewenangan. Meskipun seorang

tersangka dapat dikenakan berbagai pembatasan HAM yang dimilikinya, tidak

berarti dia dapat diperlakukan sewenang-wenang sehingga berkesan seluruh

haknya sebagai warga negara telah hilang sama sekali.

Pembatasan-pembatasan hak-hak warga negara dalam suatu negara yang berdasar

atas hukum seperti di Indonesia, hanya diperbolehkan apabila hal itu dibenarkan

oleh hukum itu sendiri melalui suatu proses peradilan pidana yang adil (due

process of law) sebagai lawan dari arbitrary process atau proses peradilan yang

sewenang-wenang.

Due process of law merupakan kerangka dasar pendirian sistem peradilan yang

tertib. yang meliputi administrasi, dan kebebasan seseorang, bahkan kita tidak

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

56

dapat membicarakan masalah keadilan dalam proses peradilan tanpa

mengkaitkannya dengan due process of law, yang menurut Tobisa dan Petersen14

berasal dari Magna Charta tahun 1215 di Inggris yang mulai membatasi

kekuasaan raja yang absolut sehingga warga negara tidak terlindungi dengan baik.

Tidak ada satu definisi yang tepat untuk segala situasi mengenai due process of

law karena adanya perbedaan-perbedaan tempat yang mempengaruhi. Definisinya

tergantung pada hubungan hukum atau peraturan perundang-tmdangan yang

mengatur perilaku warga dan hukum yang membatasi kekuasaan. Due process of

law bukan rule of law tetapi merupakan elemen dasar dari keadilan. Menurut

definisi dari Daniel Webster yang diambil berdasarkan kasus Dartmouth College v

Woodward due process of law diartikan sebagai: a law which hears before it

condems; which proceeds upon Due process of law merupakan jaminan

konstitusional untuk melindungi individu dari kekuasaan yang sewenang-wenang,

karena adanya jaminan bahwa tidak seorang pun boleh dirampas hidup,

kebebasan, dan kekayaannya selain berdasarkan putusan pengadilan yang sah.

Sebagai contoh dikutipkan Amandemen ke-5 dan ke-14 dalam konstitusi Amerika

Serikat sebagai berikut:

No perso… be deprived of life, liberty, or property without due process of

law (fifth amandment);

… nor shall any state deprive any person of life, liberty, or property,

without due process of law (14th amandment)

14

Dikutip dari Mardjono Reksodiputro, 1983: hlm. 211

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

57

Ada tiga hal yang menjadi asumsi atau dasar dari due process of law yaitu: (1)

rule of law dalam arti negara berdasar hukum; (2) Equality before the law atau

asas persamaan di depan hukum dalam arti tidak ada diskriminasi yang bersifat

negatif di muka hukum; dan (3) presumption of innocence dalam arti asas praduga

tidak bersalah.

Menurut Mardjono Reksodiputro15

, due process of law sering ditafsirkan secara

keliru karena hanya dikaitkan dengan penerapan aturan-aturan hukum acara

pidana dalam suatu proses peradilan terhadap terdakwa. Dengan mengutip kalimat

salah satu alinea Pembukaan UUD 1945: “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan

adalah hak segala bangsa” Oleh karena itu sebenarnya pengertian dari proses

peradilan pidana yang adil harus lebih luas dari pada sekedar menerapkan aturan

hukum acara pidana, namun selain itu harus terdapat suatu sikap penghargaan kita

terhadap hak-hak warga negara termasuk di dalamnya adalah tersangka/terdakwa.

Inti dari pengertian due process of law yang benar adalah perlindungan terhadap

kebebasan warga negara. dan hal ini menjadi tonggak utama peradilan pidana

dalam negara hukum.

Adanya dua macam tuntutan terhadap jaminan perlindungan kepentingan dua

pihak dalam proses peradilan pidana, yaitu kepentingan umum yang diwakili oleh

petugas penegak hukum yang menginginkan adanya jaminan kelancaran proses

peradilan pidana, dengan kepentingan pihak tersangka dan terdakwa yang

menginginkan jaminan perlindungan hak asasi mereka, sebenarnya membawa

15

Mardjono Reksodiputro, Hukum Pidana dan Batas-batas Toleransi Penegakan

Hukum, Pidato Pengukuhan Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1994

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

58

kesukaran di dalam praktek, karena pada dasarnya sangat sukar untuk memenuhi

tuntutan tersebut secara benar-benar seimbang.

Pengamatan terhadap dua macam sistem peradilan yang sangat berpengaruh di

dunia, yaitu sistem Anglo Saxon dan Eropa Kontinental, ternyata menunjukkan

adanya perbedaan cara pandang dalam memenuhi dua macam kepentingan yang

dalam banyak hal sering bertentangan itu.

Sistem Anglo Saxon meletakkan kerangka hukum acara pidana yang lebih

menonjolkan aspek perlindungan hak-hak asasi manusia dibandingkan dengan

penonjolan aspek kepentingan petugas penegak hukum. Tradisi sistem Anglo

Saxon yang berasal dari Inggris dan kemudian juga sampai ke Amerika Serikat

itu. dipengaruhi oleh munculnya Magna Charta tahun 1215 yang memperkenalkan

prinsip due process of law, hukum acara pidananya mencerminkan sendi-sendi

hukum berdasarkan Habeas Corpus dan Rule of Law. sedang pendekatan

pemeriksaan perkara. lebih bersifat accusatoria.

Sistem Eropa Kontinental terlihat lebih menonjolkan kepentingan tugas negara

dalam proses peradilan pidana yang diberikan melalui perangkat peraturan yang

memberikan kewenangan alat penegak hukum, namun demikian bukan berarti hak

asasi khususnya bagi tersangka dan terdakwa tidak diperhatikan karena peraturan

hukum yang memberi berbagai kewenangan petugas penegak hukum tersebut

diimbangi dengan ketentuan mengenai akibat hukum apabila terjadi pelanggaran

dan penyalahgunaan kewenangan.

Page 29: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

59

Rumusan peraturan hukum acara pidananya mencerminkan sendi-sendi hukum

berdasarkan rule of law dan diperkuat oleh Droit Administratis. Kedua macam

sistem peradilan pidana tersebut kalau pada awalnya memang dapat dibedakan

secara jelas dengan melihat kepada sejarah dan tradisi sistem hukumnya, namun

demikian sekarang ini nampaknya semakin sulit mengingat dalam

perkembangannya terjadi beberapa percampuran sistem hukum di banyak negara

penganut ke dua macam sistem hukum tersebut. Indonesia misalnya sebagai salah

satu contoh. Kalau dilihat dari sejarah sistem hukumnya sebenarnya lebih

condong kepada sistem Eropa Continental, namun dalam perkembangannya

ternyata ditemukan juga pengaruh sistem Anglo Saxon, hal ini kemungkinan

disebabkan oleh arus globalisasi informasi dan semakin banyaknya ahli hukum

Indonesia yang melakukan studi hukum ke Amerika Serikat dibandingkan dengan

yang ke Belanda atau Perancis.

Mengingat perkembangan kedua macam sistem hukum dan sistem peradilan

pidana yang berpengaruh di dunia tersebut, sebenamya kita tidak dihadapkan

kepada suatu sikap mutlak untuk menjadikan pilihan yang harus diterima, namun

nampaknya akan lebih baik apabila dilakukan pengidentifikasian sistem nilai yang

melatar belakangi bagaimana dinamika berjalannya sistem peradilan pidana yang

dapat dipilih sesuai dengan perkembangan kebutuhan peradilan pidana, sehingga

kita terhindar dari perangkap sistem yang semula kita pilih.

Page 30: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

60

Penelitian Herbert L. Packer16

mencoba untuk mengambil atostraksi dari

kenyataan berjalannya peradilan pidana di Amerika Serikat yang menganut model

adversary, dan kemudian menciptakan dua model (kerangka pikiran) yang

kemudian dikembangkan menjadi teori. Kedua model yang dimaksudkan tersebut

adalah crime control model (CCM) dan due process wtodel (DPM) . Menurut

Packer kedua model tersebut saling berkompetisi (berlomba) untuk mendapatkan

prioritas dalam pelaksanaan proses pidana.

Kedua model yang dikemukakan Packer tersebut sebenamya hanyalah suatu

abstraksi dari kenyataan proses kriminal yang diamati. Sebenamya secara faktual

model tersebut tidak ada sungguh-sungguh di dunia ini (dalam arti menjadi

semacam peraturan hukum tertentu yang mengatur proses peradilan pidana

menjadi dua macam model tersebut), karena model ini hanyalah suatu cara Packer

untuk menilai pelaksanaan peradilan pidana.

Sebenarnya selain kedua model yang dikemukakan Packer tersebut masih ada satu

model lagi yang dikemukakan oleh John Griffithst17

sebagai suatu pandangan

yang mengkritik CCM dan DPM yang ada dalam sistem adversary. Model ketiga

yang dimaksud dinamakan sebagai The Family Model. Selain itu sebenamya

Roeslan Saleh18

juga mengemukakan mengenai dua macam model peradilan

pidana yang dinamakannya sebagai Mode 1 Yuridis dan Model Kemudi atau

stuurmode.

16

Herbert L. Packer, Two Models of the Criminal Process ,1968: hlm. 72 17

John Griffithst, the crime control model” dan “the due process model. 1970: hlm. 48 18

Roeslan Saleh, Stelsel pidana Indonesia Roeslan Sale, Jakarta, Aksara Baru 1983

Page 31: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

61

Peradilan pidana diselenggarakan oleh lembaga-lembaga peradilan pidana, yaitu

Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan. Kedudukan

Kepolisian dalam proses peradilan pidana berperan sebagai penjaga pintu gerbang

(as a gate keepers) yaitu melalui kekuasaan yang ada, ia merupakan awal mula

dari proses pidana. Polisi dalam hal ini Penyidik Polri berwenang menentukan

siapa yang patut disidik, ditangkap, dan ditahan. Penuntut umum baru

melaksanakan fungsinya setelah ada penyerahan hasil pemeriksaan dari penyidik.

Pembuatan surat dakwaan oleh penuntut umum berdasarkan berita acara

pemeriksaan penyidikan. Jadi antara tugas Kepolisian dan tugas Kejaksaan, satu

sama lain ada kaitannya. Kaitan tersebut dimana hasil penyidikan oleh polisi akan

mempengaruhi dakwaan yang dibuat oleh jaksa.

Praktik peradilan pidana tidak dapat dihindari tugas Kepolisian dan Kejaksaan

tersebut saling berhubungan, maka mutlak perlu adanya kerja sama seharmonis

mungkin, haras ada koordinasi yang dilandasi tanggung jawab moral bersama

untuk satu tujuan yaitu penegakan hukum.

Kekuasaan polisi, seberapa dapat harus menunjang tugas penuntut umum, artinya

tidak sekehendak hati menggunakan kekuasaan tersebut. Sebaliknya antara kedua

lembaga itu selalu diadakan koordinasi dan konsultasi timbal balik. Masing-

masing mengambil inisiatif positif saling bertemu untuk memecahkan persoalan-

persoalan yang rumit dalam menangani satu perkara.

Kegiatan Prapenuntutan, tidak berarti menempatkan Kejaksaan berada di atas

Kepolisian, dan sebaliknya pula wewenang Kepolisian tidak berarti di atas

Page 32: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

62

Kejaksaan. Kepolisian dan Kejaksaan adalah sama-sama merupakan rantai-rantai

yang terkait dalam satu roda bergigi. Prapenuntutan, pada hakekatnya suatu

tuntutan moral, atau suatu jalur komunikasi, agar Kepolisian dan Kejaksaan saling

“tepo sliro” saling menghargai, bertenggang rasa akan tugas dan tanggung jawab

masing-masing.

Mengenai hubungan Kepolisian dengan Pengadilan. Hubungan tersebut yaitu

dalam hal penyidik mengajukan permintaan untuk perpanjangan penahanan,

meminta izin penggeledahan, penyitaan dan pemeriksan surat. Jika ketua

Pengadilan tidak memberi izin atau menolak permintaan penyidik, maka penyidik

harus berusaha memahami kebijaksanaan yang ditempuh oleh Pengadilan

tersebut.

Hubungan antara penuntut umum dengan hakim tampak pada pemeriksan di muka

persidangan. Jika hakim berdasarkan periksaannya beranggapan surat dakwaan

tersebut tidak atau kurang benar, maka hakim dapat memberikan kesempatan

kepada penuntut umum untuk memperbaikinya.

Hubungan dengan Lembaga Pemasyarakatan, penuntut umum adalah orang yang

ditugaskan melaksanakan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

tetap dengan memasukkan orang yang telah dipidana ke Lembaga

Pemasyarakatan (eksekusi). Dalam hal putusan Pengadilan berupa perampasan

kemerdekaan, maka peranan hakim sebagai pejabat diharapkan juga bertanggung

jawab atas putusan tersebut. Artinya ia harus mengetahui apakah putusan yang

Page 33: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

63

telah dijatuhkan olehnya dilaksanakan dengan baik oleh petugas-petugas yang

berwenang yaitu, baik penuntut umum maupun Lembaga Permasyarakatan.

Adanya pengawasan atas putusan yang dijatuhkan, maka tujuan pemidanaan

antara lain usaha pengembalian eks terpidana ke masyarakat dapat dilaksanakan.

Dengan demikian hubungan Pengadilan dengan penuntut umum dan Lembaga

Pemasyarakatan tampak lebih nyata melalui lembaga pengawasan sebagai hal

yang baru dalam KUHAP. Hal ini ini sekaligus diartikan pula tugas hakim dalam

sistem peradilan pidana tidaklah berakhir pada saat keputusan Pengadilan

dijatuhkan, tapi juga terus berlanjut sampai tujuan pemidanaan atau tujuan sistem

peradilan pidana tercapai, atau setidak-tidaknya sampai eks terpidana kembali

kepada masyarakat sebagai anggota yang baik.

Tugas hakim yang demikian ini, memberi manfaat agar ia dalam menjatuhkan

pidana dapat mengetahui perilaku narapidana dalam lembaga dan pengaruhnya

terhadap putusan yang telah ia berikan maupun ketika eks terpidana kembali pada

masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan sistem peradilan pidana terpadu

menuntut suatu konsekuensi perluasan kekuasaan hakim tidak hanya sebagai

pemidana saja atau melaksanakan fungsi justisi, tetapi juga sebagai pelaksana

dalam mencapai tujuan peradilan pidana, yaitu fungsi pembinaan terhadap pidana

atau fungsi kesejahteraan19

.

19

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana. 1981: hlm. 38

Page 34: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

64

Kedudukannya sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat pula dikatakan

hakim telah melakukan fungsi politik kriminal, sebagai suatu cara untuk mencapai

atau mewujudkan kesejahteraan di dalam kehidupan masyarakat. Fungsi ini dalam

praktik peradilan pidana di negara-negara yang maju banyak dilakukan terutama

dalam konteks pembangunan terhadap manusia bagi mereka yang telah

melakukan pelanggaran terhadap hukum. Dengan kata lain pembangunan tidak

hanya ditujukan terhadap manusia yang tidak melakukan pelanggaran terhadap

hukum saja, tetapi juga terhadap pelanggar hukum. Pembangunan tersebut

dilakukan melalui kebijakan pidana yang dimulai dari sejak awal proses peradilan

pidana dan dilanjutkan sampai saat terpidana menjalani masa pidananya di

Lembaga Pemasyarakatan dengan tujuan menjadi warga negara yang baik.

Sistem peradilan pidana yang terdiri dari subsistem-subsistem Kepolisian,

Kejaksaan, Pengadilan, dan Lembaga Pemasyarakatan merupakan satu kesaruan

yang melaksanakan fungsi dan tugas penegakan hukum pidana secara terpadu

(integrated criminal justice sistem). Untuk memahami fungsi dan tugas masing-

masing subsistem dan hubungannya subsistem lainnya dalam peradilan pidana, di

bawah ini diuraikan fungsi dan tugas Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan

Lembaga Pemasyarakatan.

Page 35: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

65

D. Fungsi dan Tugas Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan dan Lembaga

Pemasyarakatan

1. Kepolisian

Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(selanjutnya disebut UU Kepolisian) merupakan pembaruan dari Undang-undang

No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian R.I. Dalam UU Kepolisian mencantumkan

tugas kepolisian yang meliputi tugas penegakan hukum serta pemeliharaan

ketertiban dan keamanan umum.

Proses penegakan hukum, Kepolisian lembaga yang pertama kali harus dilalui

dalam proses peradilan pidana. Oleh karenanya mempunyai wewenang untuk

melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan mulai dari penyelidikan, penyidikan,

penahanan, penyitaan sampai ditemukan suatu kejahatan yang telah dilakukan

sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Nomor 81 Tahun 1981 tentang

KUHAP. Dalam melaksanakan tugas ini terkandung pengertian mencegah dan

menindak atau memberantas kejahatan menurut ketentuan yang berlaku.

Berdasarkan tugas polisi yang luas tersebut, maka menuntut suatu tingkat

kepribadian yang tinggi dalam arti anggota polisi memiliki pengetahuan, tanggap

serta terampil dalam menangani kasus-kasus menyangkut penegakan bukun serta

ketertiban dan keamanan masyarakat. Anggota polisi, dituntut pula mempunyai

rasa tanggung jawab hukum memadai, mengingat tugasnya harus dapat

memberikan penilaian terhadap perbuatan yang dapat dikualifikasikan sebagai

tindak pidana. Lagi pula ia harus segera mengambil sikap ucapan harus bertindak

apabila terjadi peristiwa pelanggaran hukum. Polisi menganggap sebagai wasit

Page 36: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

66

terhadap nilai-nilai sosial yang dilanggar, karena ia yang berhadapan langsung

dengan situasi sehari-hari, sehingga dalam praktek kadang-kadang sewajarnya jika

terjadi tindak pidana, tindakan polisi dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat

praktis dan pragmatis, seperti sering tcrlihat penanganan oleh polisi terhadap

pelanggaran lalu lintas.

Sebagai salah satu lembaga penegak hukum, Kepolisian diletakkan di garis depan

dalam menghadapi situasi perubahan sosial yang cepat. Perubahan cepat sebagai

akibat timbulnya modernisasi di bidang teknologi, khususnya dalam pencegahan

kejahatan modern dan kejahatan luar bisaa seperti Korupsi, terorisme,

penyanderaan, pembajakan udara, di samping menghadapi bentuk-bentuk

kejahatan umumnya. seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, penipuan.

Tugas multi kompleks ini disebabkan polisi tidak dapat menghindarkan diri, ia

harus berkontak langsung dengan masyarakat, dan juga selalu berkonfrontasi

dengan masyarakat tersebut.

Tugas melakukan bimbingan masyarakat adalah tugas untuk menciptakan

ketaatan warga kepada hukum serta peraturan-peraturan negara secara persuasip

dan edukatif yang dalam pelaksanaannya menghendaki kerja sama dengan

berbagai instansi baik pemerintah maupun organisasi kemasyarakatan lainnya.

Tugas yang bersifat preventif atau pencegahan meliputi tugas polisi sebagai

pemelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum; memelihara keselamatan

jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan

ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan perlindungan dan pertolongan

Page 37: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

67

dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia; menyelenggarakan segala kegiatan

dalam rangka membina keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas jalan;

melindungi dan melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara,

sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang; membina

ketaatan diri warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-

undangan; turut serta dalam pembinaan hukum nasional dan pembinaan kesadaran

hukum masyarakat; melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis

terhadap alat-alat Kepolisian Khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-

bentuk pengamanan swakarsa yang memiliki kewenangan Kepolisian terbatas;

melakukan pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia

dengan koordinasi instansi terkait sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

dan mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian

internasional.

Apabila dikaji lebih lanjut tugas memelihara keamanan adalah tugas yang luas

dibandingkan dengan tugas penyidik. Tugas memelihara keamanan dan

pertahanan bukan sekedar tugas ketertiban yang berarti penegakan hukum,

melainkan tugas-tugas keamanan dapat saja berupa tugas yang menyampingkan

penegakan hukum demi tercapainya keamanan. Contoh, untuk melaksanakan

keamanan dapat saja prosedur hukum dikesampingkan, yaitu dalam hal dilakukan

penangkapan, penggeledahan dan penyitaan tanpa melakukan prosedur hukum

seperti yang disyaratkan KUHAP. Dalam melaksanakan tugas di atas tentunya

polisi diberi wewenang untuk melakukan sesuatu yang erat hubungan dengan

pelaksanaan tugas.

Page 38: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

68

Polisi sebagai lembaga pertama yang berhadapan langsung dengan masyarakat,

diharapkan dapat menggunakan wewenang dalam penyidikan tidak hanya sekedar

supaya tersangka didakwa, tetapi dalam kaitannya dengan tujuan peradilan pidana

mampu menilai dan menggunakan wewenang tersebut sesuai dengan tujuan

peradilan pidana.

Penyidikan suatu perkara yang telah cukup bukti untuk diteruskan sebagai suatu

perkara, polisi dapat saja melanjutkan perkara itu untuk didakwa. Kemudian

ternyata polisi menghentikan penyidikan, karena polisi berpendapat bahwa

manfaat “penghentian” akan lebih baik dibandingkan dengan perkara diteruskan.

Misalnya polisi menangani perkara pelanggaran lalu lintas, dimana antara pelaku

dengan korban telah terjadi perdamaian. Kemudian polisi menghentikan

penyidikan, setelah melihat bahwa proses penyidikan yang telah ia lakukan

ternyata memberi pengaruh positif kepada pelaku, antara lain ia menginsyafi

perbuatannya yang salah dan untuk itu berjanji tidak mengulangi lagi

perbuatannya, dan akan berbuat baik sebagaimana layaknya. Hal ini dapat

dibenarkan karena tujuan peradilan pidana setidak-tidaknya telah tercapai pada

tahap yang dilakukan oleh polisi tersebut. Dengan kata lain “tujuan” peradilan

pidana memberikan pembenaran (justification) atas perbuatan-perbuatan polisi

dalam penghentian penyidikan tersebut.

Menjadi permasalahan sekarang, bagaimana seandainya dengan penghentian

penyidikan tersebut ternyata penuntut umum atau pihak ketiga melakukan

praperadilan. Dalam hal ini hakim seyogyanya pertama-tama tidak hanya

Page 39: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

69

mengartikan praperadiian sebagai suatu cara untuk menguji sah atau tidaknya

penghentian penyidikan secara kebenaran formil, artinya menekankan pada apa

yang diatur oleh undang-undang saja. Tetapi melihat sah atau tidak sahnya itu

secara lebih luas lagi, yaitu jika tujuan peradilan pidana tercapai dengan dilakukan

penghentian penyidikan tersebut, yaitu si pelaku dapat menjadi warga masyarakat

yang baik dan insyaf dan akan mematuhi hukum, maka penghentian penyidikan

oleh polisi tersebut hams dianggap sah. Suatu hal yang pertu dicatat, hal tersebut

di atas hanya dapat dimungkinkan pada sistem peradilan pidana yang terpadu

yang menghendaki keharmonisan, koordinasi kerja sama yang baik antara

lembaga peradilan.

Pihak ketiga yang mengajukan praperadilan, baik yang berkepentingan sendiri

atau pembelanya, hendaknya lebih luas pandangannya terhadap makna peradilan

(dalam hal ini penyidikan), bukan hanya sebagai upaya untuk menghukum, tapi

juga untuk mengembalikan si pelanggar hukum kepada jalan yang benar. Kembali

ke jalan yang benar itu tidak “harus” melalui peradilan pidana yang dimulai sejak

penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di persidangan sampai dengan pelaksanaan

hukum, tetapi dapat saja dilaksanakan oleh salah satu sub sistem peradilan pidana.

Polisi dalam bidang penyidikan menurut KUHAP adalah sebagai penyidik Karna,

dengan demikian polisi memiliki peran sebagai koordinator penyidik. Adapun

wewenang polisi sebagai penyelidik dari penyidik menurut KUHAP dapat dilihat

dalam Pasal 5, 6, dan 7 sebagai berikut:

Page 40: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

70

Sebagai penyelidik:

Pasal 4:

Penyelidik adalah setiap pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

Pasal 5:

(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4:

a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :

1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak

pidana;

2. Mencari keterangan dan alat bukti;

3. Menyuruh berheriti seorang yang dicurigai dari menanyakan serta

memeriksa tanda pengenal diri;

4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa:

1. Penangkapan, Larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan

penyitaan;

2. Pemeriksaan dan penyitaan;

3. Mengambil sidik jari dam memotret seorang;

4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.

(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tindakan

sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada penyidik.

Page 41: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

71

Sebagai penyidik :

Pasal 6:

(1) Penyidik adalah:

a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia;

b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh

undang-undang.

(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) akan diatur

lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

Pasal 7 :

(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena

kewajibannya mempunyai wewenang:

a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak

pidana;

b. Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri

tersangka;

d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.

e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

g. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

saksi;

h. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

Pemeriksaan perkara;

i. Mengadakan penghentian penyidikan;

j. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggungjawab.

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf b mempunyai

wewenang sesuai dengan Undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-

masing dan dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan

pengawasan penyidik tersebut dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf a.

Page 42: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

72

Peradilan pidana Kepolisian mempunyai tugas yang bersifat penindakan atau

represif, seperti melakukan tindakan penyelidikan, penyidikan, penangkapan,

penahan dan penyitaan. Tindakan ini dalam sistem peradilan pidana bermaksud

menyelesaikan dengan efektif tiap-tiap perkara yang masuk di Kepolisian. Dengan

adanya angka penyelesaian perkara yang tinggi terhadap kasus-kasus yang masuk

di Kepolisian sebagai the gate keepers, maka hal ini menunjukan bahwa

Kepolisian sebagai subsistem dalam peradilan pidana telah bertindak secara

efisien.

Bertindak “efisien” yang dilaksanakan oleh Kepolisian tidak mempunyai arti

apabila tidak diikuti oleh mekanisme sub sistem lainnya. Misalnya Kejaksaan atau

penuntut umum dalam proses lebih lanjut terhadap perkara yang dilimpahkan oleh

polisi haruslah dengan cepat menyelesaikan hal tersebut.

Apabila hal di atas dihubungkan dengan lembaga prapenuntutan sebagai hak

penuntut umum untuk mengembalikan berkas perkara kepada polisi dengan alasan

belum cukup bukti, maka jangan sampai proses melengkapi menjadi berlarut-

larut. Perlu kerja sama kedua lembaga berupa koordinasi; bagi penuntut umum

prapenuntutan adalah suatu jalur resmi dalam memberi petunjuk-petunjuk yang

harus dilakukan oleh pihak Kepolisian dalam rangka penyelesaian perkara.

Sebaliknya oleh polisi, prapenuntutan dianggap pula sebagai jalur resmi untuk

berkonsultasi kepada penuntut umum.

Page 43: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

73

2. Kejaksaan

Salah satu fungsi hukum adalah mewujudkan keamanan dan ketertiban

masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah melalui aparat-aparatnya, yaitu

yang dikenal sebagai aparatur penegak hukum. Oleh karena itu, tugas dan

wewenang masing-masing aparatur penegak hukum tersebut tidak hanya berkaitan

dengan menerapkan hukum pidana (material dan formal) saja, melainkan pula

melaksanakan tugas perlindungan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera

material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jaksa sebagai aparatur penegak hukum yang mempunyai salah satu tugas di

bidang penuntutan merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah guna

melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan. Kewenangan jaksa dalam

menuntut didasarkan pada asas legalitas, yaitu adanya peraturan perundang-

undangan yang memberi kewenangan kepada jaksa sebagai satu-satunya lembaga

penuntut umum yang mewakili pemerintah dalam penegakan hukum pidana.

Dengan demikian Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara di bidang penuntutan, sehigga tidak mungkin ada kewenangan

penuntutan yang dilakukan selain oleh Kejaksaan, karena Kejaksaan adalah satu-

satunya alat pemerintah yang mengemban tugas tersebut (dominus litis). Adapun

aturan yang mengatur tentang Kejaksaan Republik Indonesia tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia

(UU Kejaksaan). undang-undang Kejaksaan adalah undang-undang yang baru dan

Page 44: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

74

mengaritikan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1991 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia.

Ketentuan-ketentuan tersebut di atas, maka tugas yang diemban oleh Kejaksaan

itu makin mantap yang disesuaikan dengan negara yang sedang melaksanakan

pembangunan di segala bidang, dimana Kejaksaan pun haras tampil dalam

peranannya sebagai aparatur penegak hukum, keamanan dan ketertiban

masyarakat, mengawasi peredaran barang-barang cetakan dan aliran-aliran

kepercayaan yang kesemuanya itu merupakan pengamanan dan usaha-usaha

mempertahankan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia terhadap

kegiatan-kegiatan yang dapat menggoyahkan sendi-sendi kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga dalam melaksanakan tugas dan

wewenangnya tersebut, Kejaksaan harus lebih mampu dan berwibawa dalam

mewujudkan kepastian hukum, ketertiban, dan keadilan berdasarkan Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945.

Lebih jelas lagi dalam UU Kejaksaan tugas dan wewenang jaksa dirumuskan

sebagai berikut:

Pasal 2:

(1) Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya dalam undang-undang ini

disebut kejaksaan, adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasarkan

undang-undang.

(2) Kekuasaan negara sebagaimana pada ayat (1) dilaksanakan secara merdeka.

(3) Kejaksaan sebagaimana pada ayat (1) adalah satu dan tidak terpisahkan.

Page 45: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

75

Pasal 30:

(1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:

a. Melakukan penuntutan;

b. Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah

memperoleh kekuatan hukum tetap;

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,

putusan pidana pengawasan dan keputusan lepas bersyarat;

d. Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan

undang-undang;

e. melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan

pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.

(2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan dengan kuasa khusus

dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama

negara atau pemerintah.

(3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum, kejaksaan turut

menyelenggarakan kegiatan:

a. peningkatan kesadaran hukum masyarakat;

b. pengamanan kebijakan penegakan hukum;

c. pengawasan peredaran barang cetakan;

d. pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat

dan negara;

e. pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;

f. penelitian dan pengembangan hukum serta statistik kriminal.

UU Kejaksaan mengadakan perbedaan pengertian jaksa dan penuntut umum

sebagai berikut:

Pasal 1 butir 1:

Jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh undang-undang

untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap serta wewenang

lain berdasarkan undang-undang.

Page 46: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

76

Pasal 1 butir 2

Penuntut Umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-undang

ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim.

Rumusan di atas jelas terdapat perbedaan pengertian jaksa dan penuntut umum,

yang dapat dilihat dari kewenangannya, yang mana kewenangan jaksa adalah: (1)

sebagai penuntut umum; dan (2) sebagai eksekutor, sedangkan penuntut umum

wewenangnya adalah: (1) melakukan penuntutan; dan (2) melaksanakan

penetapan hakim.

Seorang jaksa yang sedang menangani perkara dan dalam tahap penuntutan

disebut sebagai penuntut umum, sedangkan yang tidak sedang bertugas dalam

penuntutan disebut sebagai jaksa saja. Dengan demikian seorang jaksa belum

tentu sebagai seorang penuntut umum karena ia tidak melakukan tugas sebagai

seorang penuntut umum di muka persidangan. Jaksa setiap saat dapat

menggantikan kedudukan sebagai seorang penuntut umum dan apabila terjadi hal

demikian persidangan pengadilan berjalan terus tidak terpengaruhi dengan adanya

penggantian seorang penuntut umum oleh jaksa lain.

Hal yang demikian berbeda dengan seorang hakim, dimana apabila dalam

persidangan tiba-tiba hakim bersangkutan berhalangan, tidak dapat digantikan

dengan hakim yang lain. Apabila terpaksa diadakan penggantian hakim karena

hakim bersangkutan berhalangan tetap, maka persidangan tersebut akan dimulai

kembali sejak dari permulaan. Ketentuan demikian karena jabatan hakim adalah

jabatan tetap yang tidak bisa diperintah oleh atasan, sehingga bebas dalam

Page 47: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

77

memutus perkara yang ditanganinya, sedangkan seorang jaksa wajib

memperhatikan perintah atasannya mengenai setiap pekerjaan atau tugas yang

diembannya. Hal itu secara tegas tercantum dalam Pasal 2 Ayat (3) UU

Kejaksaan: “Kejaksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah satu dan tidak

terpisahkan.”

Perumusan tentang tugas dan wewenang Kejaksaan dalam UU Kejaksaan ini

sinkron dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981

tentang KUHAP. Dalam Pasal 14 KUHAP disebutkan bahwa penuntut umum

mempunyai wewenang:

a. Menerima dan memeriksa perkara, penyidikan perkara dari penyidik atau

penyidik pembantu;

b. Mengadakan pra penuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan

dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 Ayat (3) dan Ayat (4) dengan

memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari

penyidik;

c. Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau

menahan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya

dilimpahkan oleh penyidik;

a. Membuat surat dakwaan;

b. Melimpahkan perkara ke Pengadilan;

c. Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari

dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan baik

kepada terdakwa maupun kepada saksi untuk datang pada sidang yang

telah ditentukan;

d. Melakukan penuntutan;

e. Menutup perkara demi kepentingan umum;

f. Mengadakan tindakan lain dalam lingkup tugas dan tanggung jawab

sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini;

g. Melaksanakan penetapan hakim.

Page 48: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

78

Kemudian pada Pasal 270 KUHAP disebutkan pula bahwa pelaksanaan keputusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh jaksa,

yang untuk itu panitera mengirimkan salinan surat putusan kepadanya.

3. Pengadilan

Pengadilan adalah lembaga yang menjalankan salah satu kekuasaan kehakiman

yang merdeka, menyelenggarakan peradilan yang dilaksanakan oleh hakim guna

menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang

diajukan kepadanya. Inti tugas tersebut adalah memberi kekuasaan pada hakim di

pengadilan untuk mengadili dan memberi keputusan setiap perkara baik perdata

maupun pidana.

Tugas ini dilaksanakan oleh hakim, termasuk hakim di Pengadilan Negeri, hakim

tinggi di Pengadilan Tinggi dan hakim agung di Mahkamah Agung. Dalam

menjalankan tugasnya hakim harus merdeka, harus bebas, tidak boleh ada

pengaruh kekuasaan pemerintah, tidak boleh ada campur tangan oleh pihak

manapun, hakim harus mandiri.

Tujuan penegakan hukum dan keadilan menuntut kepada hakim agar supaya wajib

mengadili dan memeriksa setiap perkara yang diajukan kepadanya; tidak boleh

menolak memeriksa perkara. Hakim adalah tempat pencari keadilan meminta

keadilan. Hakim dianggap mulut undang-undang (hukum) yang dapat

memberikan tafsiran atas peraturan hukum yang berlaku untuk itu hakim wajib

pula mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Putusan-

Page 49: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

79

putusan hakim, yang telah mempunyai kekuatan pasti, harus dilaksanakan dengan

baik, bahkan ia wajib mengawasinya.

Peranan yang dimainkan oleh hakim sebagai subsistem dalam peradilan pidana

dalam usahanya untuk menanggulangi kejahatan dan penjahat adalah pemberian

hukuman pidana bagi si pelanggar hukum. Tingginya angka penghukuman oleh

hakim pada pengadilan terhadap perkara yang masuk, bukan hanya sebagai

petunjuk adanya kemampuan hakim dalam melaksanakan aturan yang berlaku

tetapi juga menunjukan adanya kerja sama dan koordinasi antar lembaga-lembaga

sistem peradilan pidana secara baik.

Dampak dari adanya kegiatan hakim yang cepat dan tinggi dalam penyelesaian

perkara pidana (crime clearance) bukan tidak mungkin mampu mencegah jumlah

kejahatan karena hal ini lebih efektif dalam penanggulangan kejahatan

penyelesaian perkara yang cepat berarti juga kemungkinan risiko penangkapan

yang besar dan cepat terhadap calon penjahat dibandingkan dengan ancaman

hukuman yang berat. Hal ini menyebabkan pengaruh prevensi atas kejahatan juga

sangat ditentukan oleh efisiensi kerja hakim sebagai sub sistem peradilan pidana.

Perlu dikemukakan dalam hal ini mengenai peran hakim selain sebagai pemberi

pidana (straftoemeter) yaitu peran hakim dalam memberi putusan yang “sesuai

dengan hukum dan rasa keadilan” yang hidup dalam masyarakat, juga melakukan

penemuan hukum. Dalam penjelasan Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang

Kehakiman hal ini dinyatakan dengan tegas, bahwa hakim merupakan perumus

dan penggali dari nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.

Page 50: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

80

Makna dari ketentuan ini memberi peran yang luas pada hakim, bahwa untuk

mendapat keadilan bagi si pencari keadilan andaikata hakim tidak menemukan

hukum tertulis, ia wajib menggali hukum tidak tertulis, atau hukum yang hidup

dalam masyarakat.

Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas berarti hakim harus

menyelesaikan setiap perkara yang diajukan padanya, dan kemungkinan dalam

menyelesaikan perkara “menemukan hukum” (rechtsvinding) lebih dahulu baru

kemudian menetapkan keputusan (vonis). Dalam hal ini berarti dalam sistem

peradilan pidana di samping melakukan peran yudikatif (fungsi yudisiil) hakim

juga “dapat” melakukan peran legislatif (the judge law).

Hakim sebagai pejabat yang diberikan wewenang untuk memeriksa serta

memutuskan suatu perkara mempunyai kedudukan yang istimewa, karena hakim

selain sebagai pegawai negeri, diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Hakim

sebagai pegawai negeri digaji oleh pemerintah, akan tetapi ia tidak menjalankan

perintah dari pemerintah, bahkan hakim dapat menghukum pemerintah apabila

pemerintah melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Oleh karena itu untuk

mewujudkan negara hukum yang mempunyai sistem peradilan yang baik, harus

dipenuhi syarat tidak ada campur tangan atau pengaruh oleh pihak manapun dan

dalam bentuk apapun dalam sistem peradilan.

Pedoman-pedoman bagi hakim yang tertuang dalam pasal-pasal tersebut

dimaksud agar hakim dalam melaksanakan tugas selalu menggunakan pedoman

tersebut sebagai alat kontrol terhadap dirinya. Kemudian yang lebih penting lagi

Page 51: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

81

adalah hakim memeriksa perkara pidana tidak memihak, sebingga putusannya

mencerminkan rasa keadilan.

4. Lembaga Pemasyarakatan

Lembaga pemasyarakatan adalah wadah yang berfungsi sebagai tempat

penggodokan para terpidana, guna menjalani apa yang telah diputuskan oleh

pengadilan baginya. Lembaga pemasyarakatan adalah wadah yang berfungsi

sebagai akhir dari proses penyelesaian peradilan pidana. Berhasil atau tidaknya

tujuan peradilan pidana terlihat dari hasil yang telah ditempuh dan dikeluarkan

oleh lembaga pemasyarakatan dalam pidananya.

Masuknya terpidana ke dalam lembaga pemasyarakatan merupakan titik awal

usaha pembinaan terpidana baik fisik maupun mental, dengan cara memberikan

kepada mereka pendidikan sekolah, moral, agama serta keterampilan khusus agar

terpidana nantinya mempunyai bekal dalam menghadapi lingkungan hidup baru di

sekitarnya dalam masyarakat. Dalam kenyataan sekarang karena terbatasnya

sarana untuk tempat penahanan bagai tersangka/terdakwa, yang seharusnya

ditahan di rumah tahanan negara (Rutan), maka dalam praktik lembaga

Pemasyarakatan berfungsi juga sebagai rumah tahanan negara.

Tugas-tugas sosial yang dimiliki oleh lembaga pemasyarakatan memberikan

wewenang padanya untuk menilai sikap perilaku terpidana dan menentukan

langkah apa yang akan dijalankan dalam proses pembinaan tersebut. Hasil

penilaian ini mendorong untuk diberikan upaya-upaya yang meringankan

terpidana selama menjalani pemidanaan dalam lembaga pemasyarakatan. upaya-

Page 52: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

82

upaya tersebut berupa pemberian remisi atau pelepasan bersyarat, yang semua itu

mengarah agar terpidana tidak berbuat jahat lagi nantinya. Fungsi sosial dari

lembaga pemasyarakatan diwujudkan dengan memberikan pendidikan dan

ketrampilan bagi terpidana, serta pembinaan moral dan tingkah laku yang baik

serta bermanfaat.

Apa yang disebutkan sebagai tugas sosial sebenamya adalah usaha lembaga

pemasyarakatan dalam upayanya “meresosialisasikan” para terpidana.

Resosialisasi ini adalah dalam mencapai tujuan akhir dari peradilan pidana izin

supaya eks terpidana kembali ke dalam masyarakat sebagai warga yang berguna.

Usaha resosialisasi yang dimulai dengan menciptakan “kultur resosialisasi” tidak

akan berhasil apabila masyarakat sendiri sebagai “tempatnya” tidak menciptakan

kultur yang sama terhadap eks terpidana.

Perlu dipikirkan bahwa sebagai suatu “sistem”, peradilan pidana tidak hanya

terdiri dari sub-sub sistem seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan lembaga

pemasyarakatan saja, tetapi juga subsistem masyarakat adalah juga ikut serta di

dalamnya. Sudah selayaknya pengertian keterpaduan dari sistem peradilan pidana

adalah dicerminkan dengan keterpaduan dari sub-subsistem peradilan pidana di

atas.

Page 53: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

83

E. Efektivitas Penyidik Polri dalam Penanganan Tindak Pidana Korupsi

Lambatnya penyelesaian kasus korupsi yang ditangani oleh Polri membuat

Masyarakat kurang mempercayai Polri dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi

termasuk Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) juga mengkritisi Polri terkait

lambatnya penanganan kasus Korupsi yang ditangani. Sebagai salah satu bentuk

kepedulian Kompolnas terhadap Polri agar semakin kuat dan baik dalam

menangani kasus korupsi.

Bahkan masyarakat juga, tidak pernah mengetahui, kasus korupsi apa saja yang

sedang ditangani oleh Polri dan kasus apa saja yang sudah selesai ditangani. Polri

dipandang terbisaa diintervensi oleh kekuatan politik serta memiliki komitmen

dan profesionalisme yang lemah dalam pemberantasan korupsi.

Kepolisian Republik Indonesia (Polri) masih tidak bisa independen dalam

penanganan kasus korupsi di lembaganya, karena instansi Polri masih berada di

lingkungan pemerintahan dan belum independen seperti Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK). Alhasil, ada rasa segan untuk mengungkap kasus korupsi yang

melibatkan pejabat pemerintahan, mengalami kesulitan. Kalau KPK itu lebih

independen jika menindak pejabat di pemerintahan. Selain itu instruksi Presiden

RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang penanganan kasus tindak pidana

korupsi (Tipikor)."Tentang implementasi Inpres 9 dan 17 Tahun 2011 dan Inpres

13/2013 tentang Efektivitas penanggulangan korupsi, Untuk diketahui,

Kompolnas telah menilai dari tiga instansi penegak hukum di Indonesia, seperti

Kejaksaan Agung (Kejagung), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri.

Page 54: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

84

Hanya Polri yang dinilai lambat dalam penanganan kasus korupsi. Oleh sebab itu

dibentuklah Lembaga KPK berdasarkan UU Nomo 30 Tahun 2002 Tentang

Komisi Pemberantasan Korupsi yang dianggap akan lebih evektif dalam

penanganan Tindak Pidana Korupsi.

Berpijak dari hal tersebut di atas ada indikator yang berpengaruh besar terhadap

efektivitas peranan penyidik Polri dalam penanganan kasus tindak pidana korupsi,

yang paling mendasar dan harus sangat diperhatikan yaitu dari segi perundang-

undangan itu sendiri yang merupakan landasan hukum paling mendasar bagi Polri

dan menyangkut kewenanganya dalam penyidikan tindak pidana korupsi. Berikut

digambarkan bagan indikator efektivitas Polri dari segi perundang-undangan :

UU No. 2 Tahun 2002

Tentang Kepolisian

Negara Republik

Indonesia

UU No. 31 Tahun

1999/UU No. 20 Tahun

2001

Tentang

Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi

UU No. 8 Tahun 1981

Tentang KUHAP

Mengatur tugas

kepolisian yang

meliputi : penegakan

hukum dan

pemeliharaan

Kamdagri

Belum ada satu

pasalpun yang mengatur

kewenangan kepada

Polri untuk melakukan

penyadapan dan

penyitaan asset pelaku

tindak pidana korupsi

Pasal 7 Ayat 1 tentang

kewenangan penyidik

Polri pada aplikasinya

dalam penanganan

tindak pidana korupsi

masih belum efektif.

Page 55: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Korupsi 1. Pengertian …digilib.unila.ac.id/2266/8/BAB II.pdf · Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata corruption/corrupt, ... hadiah seperti

85

Indikator tersebut menggambarkan bahwa masih lemahnya kewenangan Polri

dalam penyidikan tindak pidana korupsi dibandingkan dengan lembaga KPK

(Komisi Peberantasan Korupsi), jika dilihat sebenarnya Polri berperan sangat

besar dalam penegakan hukum pemberantasan kasus tindak pidana korupsi.

Namun lemahnya undang-undang yang mengatur tentang kewenangan Polri

dalam penyidikan tindak pidana korupsi menjadi salah satu indikator penyebab

Polri belum efektif dalam menangani kasus tindak pidana korupsi.