seminar memahamistate capture corruption, hakordia, kpk
TRANSCRIPT
State Capture Corruption, Grand Corruption dan Korupsi Struktural
Rimawan PradiptyoKetua Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada
Seminar Memahami State Capture Corruption, Hakordia, KPK,
16 Desember 2020
Definisi
Kendala Struktural
Kemana Angin Bertiup?
Komitmen Anti Korupsi?
Perubahan Norma
Korupsi Struktural di Indonesia
Korupsi telah didesain dari sejakperencanaan dan penyusunan peraturan
Aturan yang ada justru mendorongorang melakukan korupsi
Aturan tanpa teori dan peraturan yang tidak dapat ditegakkan
State-capture corruption
UU Tipikor ketinggalan jaman
3
Korupsi Swasta
Korupsi staff asing
Illicit Enrichment
Trading of Influence
Hal yang Belum DiaturKondisi Korupsi Saat Ini
Grand Corruption• Definisi Transparency International: • Grand corruption is the abuse of high-level power that benefits the few at the expense of the many, and causes serious and widespread harm to individuals and society. It often goes unpunished.
• Dimungkinkan melihat dari duapendekatan terkait Grand Corruption:• Intensitas korupsi• Pengaruh politik pelaku korupsi
• Didasarkan pada definisi di atas, makaGrand Corruption adalah daerah A
Skal
a Ko
rups
i
Pengaruh Politik
Besar Kecil
Besar A B
Kecil C D
State Capture Corruption (SCC)• SCC adalah korupsi politik yang bersifat sistemik, yang
mana, kepentingan pribadi, individu maupun perusahaan, mempengaruhi secara signifikan pengambilan keputusanpemerintah untuk keuntungan sekelompok pihak tersebut(lihat Edwards, 2017).
• SCC tidak dapat dipisahkan dari sistem politik yang berkembang di suatu negara.
• Bagaimana sistem insentif politisi dan birokrat, pengaturanCoI pejabat public, sistem partai politik (termasukpendanaan partai politik) berpengaruh terhadap potensiSCC di suatu negara.
• Hasil dari proses politik tersebut berpengaruh terhadapkebijakan public. K
• ebijakan public adalah pilihan pemerintah untukmelakukan atau tidak melakukan sesuatu (Nugroho, 2020) Sumber: elsam.or.id
Arah Ideal ReformasiPe
ntin
g
Diatur
Ya Tidak
Ya Logis Error Type 2False
Negative
Tidak Error Type 1False
Positive
Logis
Pent
ing
Diatur
Ya Tidak
Ya Logis Error Type 2False
Negative
Tidak Error Type 1
False Positive
Logis
• Yang penting tidak diatur, yang diatur tidak penting
• Mengatur yang penting dan tidak diatur yang tidak penting
• Jika cakupan hukum komprehensif: – False positive (error type I) > false negative
(error type II)– Menghukum orang tidak bersalah, dibobot
lebih berat daripada membebaskan orang bersalah
• Perubahan aspek kelembagaan: – False positive (error type I) < false
negative (error type II)– Mengatur hal tidak berisiko (penting),
dibobot lebih rendah daripada tidakmengatur hal yang berisiko (penting)
False Positive
False Negative
Perbedaan Prioritas
PerubahanAspek Kelembagaan
Reformasi Dikorupsi
SektorFormal
SektorInformal
AspekKelembagaan
SektorFormal
SektorInformal
AspekKelembagaan
• Reformasi Dikorupsi adalah fenomenaketika sistem/ sistem kelembagaandiubah ke arah yang memperlemahaspek tata Kelola (governance).
• Catatan: false negative di aspekkelembagaan lebih berbahayadaripada false positive
Grand Corruption vs IUUF: Pola Serupa? • IUUF termasuk kejahatan serius,
mengingat IUUF umumnya tidak berdirisendiri, namun terkait dengan kejahatanberat lainnya (UNCLOS, 2000).
• Setiap upaya menanggulangi dan mencegah IUUF pada dasarnya juga mencegah dan menanggulangikejahatan serius lainnya.
• Pola serupa terjadi pada Grand Corruption yang umumnya tidak berdirisendiri, minimum terkait dengan TPPU (pencucian uang)
• Bagaimana SCC di bidang pengelolaansumber daya kelautan?
Tindak Pidana di Bidang Perikanan Tindak Pidana Lain
1. Pemalsuandokumen kapal
8. Pemalsuan laporanpenangkapan ikan
1. Transaksi illegal BBM di tengah laut
2. Registrasi dan bendera ganda
9. Ekspor tanpadokumen yang diperlukan
2. Pelanggarankeimigrasian
3. Penangkapanikan tanpadokumen sah
10. Menangkap di luarWPP yang diizinkan
3. Tindak pidanakepabeanan
4. Marked down ukuran kapal
11. Menggunakan alat tangkap yang dilarang
4. Pencucian uang
5. Mempekerjakan nahkoda/ABK asing
12. Tidak memiliki/ bermitra dengan UPI
5. Penghindaranperpajakan
6. Tidak aktifkan transmitter kapal
13. Tidak mendaratkantangkapan di pelabuhan
6. Penyelundupan dan perdagangan narkoba
7. Alih muatan illegal di tengah laut
7. Perdagangan orang (perbudakan)
8. Tindak pidanakorupsi
10
Korupsi dan Konflik Agraria
2016: 450 konflik agraria, 1.265.027 ha, 86.745 KK (Komnas HAM & KPA, 2017)
2000-2014: 1.391 konflik agraria, 5.711.396 Ha, 926.700 KK (Komnas HAM, KPA & Walhi, 2014)
BPN: Dampak konflik 607.886 Ha lahan menjadi tidak produktif, kerugian negara Rp 146 Triliun
Pola serupa juga terjadi di lima negara lain di Asia (Yasmi, dkk, 2012)
Peta Mental Korban Konflik Lahan
Alih Fungsi Hutan di ASEAN• Negara-negara ASEAN: • Penurunan luas lahan: Indonesia,
Malaysia, Myanmar, Kamboja Brunei• Peningkatan luas lahan hutan: Vietnam,
Laos, Filipina, Thailand• Alih fungsi hutan terbesar di ASEAN 1990-
2015: • Indonesia: 275.350 km2, jauh lebih luas
hutan daripada Malaysia tahun 1990: 237.760 km2
• 50% lahan sawit 2005 di Malaysia dan Indonesia, adalah hutan di tahun 1990 (Vijay, dkk 2016, Koh dan Wilcove, 2008).
4,130
129,440
1,185,450
176,449
223,760
392,180
65,550
164
140,050
93,630
3,800
94,570
910,100
187,614
221,950
290,410
80,400
164
163,990
147,730
BRUNEI CAMBODIA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMAR PHILIPPINES SINGAPORE THAILAND VIETNAM
1990 2015
78.37
73.33
65.44
76.45
68.11
60.01
21.9824.40
27.41 28.77
72.11
53.5750.24
81.29
67.55
44.47
26.96
23.06
32.10
47.64
BRUNEI CAMBODIA INDONESIA LAOS MALAYSIA MYANMARPHILIPPINESSINGAPORE THAILAND VIETNAM
1990 2015
Sumber:WorldBank,diolah. Sumber:WorldBank,diolah.
Luas Hutan (km2) 1990 dan 2015 Proporsi Hutan/Daratan (%) 1990 dan 2015
Definisi
Kendala Struktural
Ke Mana Angin Bertiup?
Komitmen Anti Korupsi?
Perubahan Norma
Masalah Pembangunan
Tidak faham diri dan lawan
Besarnya Sektor Informal
Human Capital yang terlupakan
Modal Sosial yang terlupakan
Reformasi Hukum yang Tertinggal
Kendala Aspek Kelembagaan
AspekKelembagaan
Sistem InsentifHeterogen
DualismeSistem
Kelembagaan
PenyerapanAnggaran
sebagai KPI Sektor Publik
KorupsiStruktural
(Grand Corruption)
MasalahTransparansi
dan Akuntabilitas
KehadiranPemerintah
Minim
Masalah Pembangunan di IndonesiaSun Tzu in Wee (2003):• If you know your enemies and know yourself,
you will not be imperiled in a hundred battles; • if you do not know your enemies but do know
yourself, you will win one and lose one; • if you do not know your enemies nor
yourself, you will be imperiled in every single battle.
SektorFormal
AspekKelembagaan
SektorFormal
SektorInformal
AspekKelembagaan
Negara Maju Indonesia
Masalah pembangunan kita: 1. Kita tidak cukup mengetahui
siapa “diri” dan “lawan kita”;2. Transformasi sektor informal ke
formal;3. Aspek kelembagaan yang
lemah, sehingga korupsi dan ekonomi biaya tinggi marak
Kendala Transparansi dan Akuntabilitas
SIN/NIK
BPJS
Pendidikan
BantuanSosial
Pajak/ Subsidi/
PNBPKriminalitas
Perencanaan
BO
NIK/SIN: Perbaikan Data Kependudukan
Beneficiary Ownership
Data dan Peta Tunggal
Data Interfacing Antar K/L
Sumber: Satu Indonesia; Strategi Pembangunan Berkelanjutan, Adil, dan dan Mandiri, Pradiptyo dkk, (2018)
Natural Resource-Curse Hypothesis
• Australia, Malaysia dan Chile adalah negara kaya SDA namun terhindar dari RCH karena mereka memprioritaskan perbaikan aspek kelembagaan dan pembangunan human capital.
•Fokus ke sektor ekstraktif•Ekspor raw material•Impor barang modal dan konsumtif
SDA kaya
•Korupsi marak•Manufaktur lemah(industrialisasi gagal)
•Tergantung sektorekstraktif
Kelembagaan Lemah •Defisit neraca pembayaran
•Inovasi lemah•Terputus dari global value chain
•Kerusakan lingkungan
Ketertinggalan
Kendala: Dualisme Sistem KelembagaanPerkembangan Teknologi
SistemAdministrasi
17
Sistem Birokrasi
Demokrasi & Perekonomian Modern
VSVS
• Sistem birokrasi dan administrasitidak mampu mengimbangiperkembangan teknologi, ekonomidan demokrasi.
• Aspek keberlanjutan pembangunandipertanyakan.
Hete
roge
nita
s Sist
em
Inse
ntif
Sekt
or P
ublik
• Koordinasi antar K/L sulit dilakukan karena koordinasi dan sinergibertentangan dengan KPI K/L
• Koordinasi menjadi beban bagi K/L yang digaji dengan cara rasionaldan manusiawi.
• Selama system insentif tidak rasional dan tidak manusiawi, pencapaian outcome sulit dilakukan.
18
KPK, BI, OJK dan BRR Kemenkeu dan K/L Reformasi Birokrasi
K/L non Reformasi Birokrasi
Single salary system dengannilai gaji yang manusiawi(gaji = pendapatan)
Non single salary system namun elemen gaji tidak banyak dan total salary lebih manusiawi
Non single salary system, elemen gaji banyak dan nilai gaji tidak manusiasi
Pendapatan tidak terkait dengan jumlah kegiatan
Campuran (mixed) Pendapatan meningkat sejalan dengan aktivitas (penyerapan)
Job description ada dan berorientasi ke outcome
Job description sudah ada meski belum tentu berorientasi ke outcome
Job description tidak ada
Non-Pecatable (Kecuali KPK) Non-Pecatable Non-Pecatable
Dampak: orientasi kerja fokus ke outcome (kinerja)
Dampak: campuran (mixed) Dampak: orientasi kerja fokuske output atau upayamenciptakan kegiatan
Kesalahan KPI untuk K/L• Kesalahan indikan kinerja utama (Key
Performance Indicator/KPI) sebagian besar sektorpublik adalah PENYERAPAN Anggaran
• Fakta: – Kemampuan PENYERAPAN anggaran K/L
dengan tingkat KESEJAHTERAAN belumtentu terkait!!
– Anggaran = input, untuk menyerap Anggaranperlu aktivitas/program = Output, Dampakke KESEJAHTERAAN = Outcome
• Di masa pandemi, terbukti KPI PenyerapanAnggaran sulit diterapkan
• SONJO/Sambatan Jogja, mampu membuatoutcomes dengan biaya mendekati Rp0!!
19
Masalah Tata Kelola SDA• Sumber masalah dari tata kelola SDA bermuara
pada korupsi• Salah satu penyebab korupsi adalah system
insentif yang tidak rasional dan tidak manusiawi• Penyerapan anggaran sebagai KPI• Take home pay ASN meningkat sejalan
dengan penyerapan anggaran• Sulitnya koordinasi karena heterogenitas
system insentif di sektor public.• Status quo bias terhadap upaya perbaikan
• Kecenderungan penerapan kebijakan yang tidak mempertimbangkan evidence-based policy (EBP)
Korupsi
Perijinan
Peta tidaktunggal
TumpangTindihLahan
Konfliklahan
MasalahKemitraan
Beneficiary Ownership
Corporate criminal liability
Database Korupsi: Putusan Pengadilan
2001–2009
W1 2001-2009• 549 kasus• 831 terdakwa
2001–2012
W2 2001-2012• 1,289 kasus• 1,831 terdakwa
2001–2013
W3 2001-2013• 1,518 kasus• 2,142 terdakwa
2001–2015
W4 2001-2015• 2,321 kasus• 3,109 terdakwa
2001–2019
W5 2001-2019• 4684 terdakwa
Hasil analisis dimuat di situs: CegahKorupsi.feb.ugm.ac.id.
Laboratorium Ilmu Ekonomi, FEB, UGM membangun database korupsi sejak 2009 didasarkan pada putusan pengadilan yang berketetapan hukum (inkracht).
Korupsi Tercatat di Indonesia (2001-2015)
37%
4%
59%
0%0%
Proporsi Korupsi MenurutPekerjaan
Public Sector
SOEs (National &Regional )
Private Corporation
Cooperative & CSO
Others
14,09%
58,49%54,11%
83,39%
65,10%
8,96%
91,94%
10,52%5,60%
30,75%
44,16%
0,44%
76,83%
9,53%
25,64%
11,01%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
100,00%
Civil S
ervan
t
Village
Gove
rnm
ent
Politic
ians
Mini
ster a
nd Inde
pende
nt Bod
ies
SOEs
(Nat
iona
l & R
egion
al)
Privat
e Cor
poratio
n
Coopera
tive &
CSO
Other
s
Prosecution: % of State Loss Final Conviction: % of State Loss
?
Hukuman Finansial Menurut Skala Korupsi
23
SkalaKorupsi Terpidana
Rata-rata Kerugian
Negara (A)
Rata-rata TuntutanJaksa (B) B/A (%)
Avg PutusanPengadilan
(C) C/A (%)
Gurem 62 119,934 2,037,049 1698.5% 4,111,515 3428.1%
Kecil 512 10,198,507 21,405,450 209.9% 101,505,468 995.3%
Sedang 1062 154,962,172 170,303,109 109.9% 664,341,936 428.7%
Besar 779 1,417,735,018 699,716,427 49.4% 516,807,423 36.5%
Kakap 148 48,453,559,408 10,710,261,681 22.1% 4,021,250,522 8.3%
Definisi
Kendala Struktural
Ke Mana Angin Bertiup?
Komitmen Anti Korupsi?
Perubahan Norma
Kemana Angin Bertiup?
Beneficiary Ownership GNP SDA
Satgas 115 PerMA13/2016
Stranas PK AEoI &MLA
UU 19/2019 (KPK)
GNP SDA Tidak
Dilanjutkan
Ekspor BenihLobster
Omnibus Law (RBA di
Perijinan)
2014-2019 2019 - sekarang
GNP-SDA: Perbaikan KelembagaanMonitoring compliance pelaku usaha
Audit kepatuhan meliputi spatial, sosial dan lingkungan
Perbaikan sistem dan regulasi
Koordinasi dan supervisi permasalahan lintas K/L
Deteksi “Special Case”
Breakthrough dan debottlenecking permasalahan lintas K/L/D
• KPK melalui program GNP-SDA, bekerja sama dengan 26 K/L melakukan upaya perbaikanaspek kelembagaan
• KKP membentuk Satgas 115 (anti IUUF) untuk memperbaiki aspekkelembagaan di sektor perikanantangkap
• Beberap K/L memperbaiki tata kelola perijinan dan pengawasan
Sumber: KPK, 2019
ANALISIS DAN EVALUASI KAPAL EKS-ASING
• 1132 kapal ikan eks-asing menjadi obyekAnev
• Kapal tersebut dimilikioleh 187 perusahaan
• Kapal tersebar di 33 pelabuhan di Indonesia
27
255
374
4
104
1 10 2 1 8
98
2
216
280
1 1
AUSTRALIA
BEL IZE
T IONGKOK
HONDURAS
JEPANG
KAMBOJA
KOREA
MALAYSIA
MEKSIK
O
PANAMA
FIL IPIN
A
SINGAPURA
TAIWAN
THAILANDUSA
VIETNAM
JUMLAH KAPAL EKS-ASING OBJEK ANEVJumlah Kapal
Sumber: KKP, 2019
Peningkatan Detection dan Conviction Rates
102
67
151
10 700 0
13
38
11
28 27
101
43
189
232
157
127
112
68 71
228
253
192
154
0
50
100
150
200
250
300
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tidak Diproses Hukum Menjalani Pembinaan
Menjalani Proses Hukum Total Kapal
Distribusi Penanganan Kapal Pelanggar Hukum 2012-2018
101
43
189
232
157
127
101
26
139
176
120
64
1 010
136
181
96
36
0 0 0 0
115
84
46
0
50
100
150
200
250
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Menjalani Proses Hukum Inkracht Ditenggelamkan Didenda
Distribusi Hukuman Terhadap Kapal IUUF 2012-2018
Penenggelaman dan Pembinaan Kapal
0 0 2
5247
27
121 0 4
67
108
63
22
0 0 4
1726
6 21 010
136
181
96
36
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
< 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal
Distribusi Kapal yang Ditenggelamkan 2012-2018
0 0
76
3
1614
0 0
6
29
5
1012
0 0 0
3 32
10 0
13
38
11
2827
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
< 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal
Distribusi Kapal yang Dibina 2014-2018
Penindakan Terhadap Kapal dan Non Kapal
0 0 0 0
32
23
15
0 0 0 0
63
50
19
0 0 0 0
10 10 12
0 0 0 0
115
84
46
0
20
40
60
80
100
120
140
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
< 30 GT > = 30 GT GT N/A Total Kapal
Distribusi Kapal yang Didenda 2012-2018
7
15
13
14
9
0
10
11 11
6
0
3
2
8
3
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2014 2015 2016 2017 2018
Jalur Hukum Inkracht Didenda
Penindakan Terhadap Non Kapal
KAPAL-KAPAL IKAN ASING PELAKU IUUF YANG DITANGKAP DI INDONESIA
MV SILVER SEA 2 FV VIKING HUA LI 8
FV STS 50 FV FU YUAN YU 831 HAI FA
31
• IUUF adalah trans national organized crime.
• Banyak kapal-kapal asingdengan tonase besar, melakukan pencurian lintasnegara
• Tercatat 7 kapal yang menjadi buron Interpol, berhasil di tangkap oleh Satgas 115.
• IUUF adalah tanggung jawabsemua negara untukmenanggulanginya. Sumber: KKP, 2019
Dampak GNP-SDA
Peningkatan penerimaannegara
Penguatan fungsipengendalian pemerintah
Penurunan biaya informal
Peningkatan standarpelayanan publik
Kesenjanganproses bisnis
Pembiaranmoral hazard
Birokratisasipermasalahan
Minim Akuntabilitas
State-capture corruption
Apa yang Terjadi Selama ini?
Definisi
Kendala Struktural
Ke Mana Angin Bertiup?
Komitmen Anti Korupsi?
Perubahan Norma
Pra: UU 30/2002Eksekutif
KPK
Legislatif Eksekutif
YudikatifState
Independent Body (KPK, dll)
Pasca: UU 19/2019
UU 30/2002: • KPK adalah lembaga independent• Pegawai KPK bukan ASN (tenaga
profesional)
UU 19/2019: • KPK adalah bagian dari eksekutif (pasal 1 & 3) • Pegawai KPK adalah ASN (pasal 24)
Will KPK be a Leaderless Law Enforcer?
Head of Investigator and Prosecutor, and
also leader of KPK
Commissioners
Deputy/ Director
Staff Staff
Deputy/ Director
Staff
Director
Deputy
Commissioners (no longer head of investigator and prosecutor)
Supervisory Council
Pre: Act 30/2002 Post: Act 19/2019
Articles 21
Ketidaksesuaian antara SOP dan Sistem insentif
SistemInsentif
Standard Operating Procedure
(SOP)
Standard Operating Procedure (SOP)
SistemInsentif
Pra: UU 30/2002 Pasca: UU 19/2019
Kinerja KPK yang gemilang (2005-2019) disebabkan kesesuaian antara sistem insentifdan SOP (sangat ketat) dan fokus keoutcomes.
The Detection Rate of KPK is DeterioratedSt
ate
Off
icia
ls
(Pro
min
ent
Indi
vidu
als) Corruption worth Rp1 billion or
more
Yes No
Yes KPK KPK
No KPK Police/ Prosecutor St
ate
Off
icia
ls
(Pro
min
ent
Indi
vidu
als) Corruption worth Rp1 billion or
more
Yes No
Yes KPK Police/ Prosecutor
No KPK Police/ Prosecutor
Act 19/2019: • KPK no longer handles corruption cases which become people attention (article 11)• KPK must coordinate with prosecution office for prosecution process (article 12A)• KPK’s right to open branch offices at provincial level is abolished (article 19)
Pre: Act 30/2002
Seizure Search Warrants Tapping
KPK had implemented post audit for tapping Seizure
Search Warrants
Tapping
Supervisory Council
Post: Act 19/2019Riskless Prospect Uncertain Prospect
Articles 12B and 47
A Herculean Task: Facing Serious Crime with Ordinary Measures
Special Measures
Prosecution
Investigation
Inquiry
CorruptionInquiry
Investigation
Prosecution
Pre: Act 30/2002 Post: Act 19/2019
Article 38
Definisi
Kendala Struktural
Ke Mana Angin Bertiup?
Komitmen Anti Korupsi?
Perubahan Norma
Ketika Nature/ State of the World Bergerak
Mobilitas dan kerumunanmenyebar Covid-19, eskalasi VUCA
Kondisi ini belumterjadi sehinggakita tidak tahuapa yang terjadipasca covid-19
Kerumunan dan mobilitasmanusia tulangpunggungekonomi, VUCA
Strategi Dominan menjadi Strategi Terdominasi,demikian pula sebaliknya
Pra Covid
Covid-19
PascaCovid-19
Kegagalan Akibat Perubahan Nature• Kegagalan invasi Napoleon ke Rusia 1812
– Contoh:Epic History TV, “Napoleon in Russia ALL PARTS”, diunggah: 20 Juni 2020, https://www.youtube.com/watch?v=byH2WhzXjcQ&t=193s, diakses: 26 Oktober 2020.
• Kekalahan Napoleon di Waterloo 1815– Contoh: Epic History TV, “Napoleonic Wars:
Battle of Waterloo 1815”, diunggah: 17 May 2015, https://www.youtube.com/watch?v=nDZGL1xsqzs; diakses: 26 Oktober 2020.
• Kegagalan Operation Barbarossa 1941-1942 (invasi Nazi ke Rusia) – Contoh: Past to Future, “Operation Barbarossa:
Hitler's Invasion of The Soviet and Battle of Moscow – Animation”diunggah: 9 Juni 2020, https://www.youtube.com/watch?v=gPMgYC0sXos&t=634s, diakses: 26 Oktober 2020. Sumber: Biography.com
Covid-19 adalah “Perang” Bukan Bencana
• Setiap perang selalu ada lawan, namunpandemi ini lawannya adalah diri kita sendiri(ego, kedisiplinan, dll)
• Kapan pandemi berakhir tidak ada yang tahu, sehingga diperlukan wawasan the survival game
• Sense of crisis diharapkan tumbuh darianggota masyarakat
• Diharapkan masyarakat “hemat energi” dan rasional karena perjuangan masih panjang, meski vaksin nantinya ditemukan (2-3 tahun ke depan)
• Kerjasama akan menjaga keberlanjutan(sustainability) gerakan kemanusiaan
Apa yang Sedang Kita Hadapi? SektorFormal
SektorInformal
AspekKelembagaan
SektorFormal
SektorInformal
AspekKelembagaan
Kontraksi di sektor formal
Peningkatansektor informal
Transaksi Fisik
TransaksiDaring
AktivitasEkonomi PatuhProtokol Covid
Covid-19: Perubahan Proses Bisnis
Covid-19
Mobilitas
Kerumunan
Ruang Tertutup
3M (Mas Ngawi)
3T
Sektor Jasa Non-Finansial
SektorRiil
SektorFinansial
Ekonomi dapat bergulirdengan media baru
Tidak ada kerusakaninfrastruktur
Strategi Bertahan di Masa Pandemi
1. Expect the unexpected: mempertimbangkan dampakterburuk;
2. Thinking the unthinkable: memikirkansolusi yang tidak terpikirkansebelumnya
3. Mobilisasi sumberdaya untukmengatasi dampak Covid-19 di daerah/lingkungan kita
Logistik: Mobilisasi Sumber Daya• Selama perang/ pandemic/ krisis
ekonomi, maka logistic selalu memegangperanan penting
• Logistik = f(sumber daya)• Di mana sumber daya berada? Jelas bukan
di pemerintah (APBN) yang hanya 1/7-1/6 dari GDP, namun sumber daya ada di masyarakat 5/6-6/7 dari GDP.
• Sumber daya di masyarakat tidak harusbersifat moneter
• Membangun modal sosial menjadikebutuhan untuk bertahan (survive) daripandemi.
APBN GDP -APBN
Fleksibel
Tidak harus berupa uang
5/6-6/7 GDP
Ketentuan Ketat
1/6-1/7 GDP
• SONJO (Sambatan Jogja: sonjo.id/ ) didesain denganmemanfaatkan sumber daya yang tersedia di Jogja. – Inspirasi dari: Apollo 13, AK-47
• Di awal pendiriannya, anggota SONJO berasal darijaringan akademisi anti korupsi, dan kemudianberkembang.
• Prinsip kerja di SONJO mengikuti prinsip-prinsip tata kelola organisasi berintegritas (GCG
• Tantangan: bagaimana memanfaatkan semuasumber daya tersebut untuk menghasilkanoutcomes?
• SONJO mungkin diterapkan di daerah lain denganmenyesuaikan kondisi di tiap daerah.
SONJO
Gerakan Anti
Korupsi
BudayaLokal
KebutuhanLokal
SumberDaya
Manusia
Teknologiyang
Tersedia
Jejaring
Memanfaatkan Apa yang Kita Miliki
Gerakan Berintegritas: Suatu Kebutuhan
Kewajiban
Kebutuhan
Terp
aksa
Keinginan
Bisnis Berintegritas
Perubahan Proses BisnisPandemi menggerakkan Nature/ state of the world (belum mencapai steady state)• Dominant strategies di masa pra Covid-19
menjadi dominated strategies di masa Covid-19, dan sebaliknya
Kejujuran dan transparansi
sangat dibutuhkan
Kebutuhanterhadap sains
meningkat
Empati dan jaringan sosialberkembang
Adaptasi dan Inovasi
Perubahan Aktivitas Ekonomi
Reversed Engineering
KPI: Outcomes
KPI: PenyerapanAnggaran
Pembentukan Norma Baru• Norma yang akan terbentuk pasca Covid-19
ditentukan oleh norma mayoritas yang berkembang di masa pandemic Covid-19 ini(Munjid, 2020)
• Jika norma yang berkembang: ketidakpercayaan terhadap sesama, dan anti sains, maka norma itulah yang akanberkembang di masa pasca pandemi.
• Jika empati, sinergi, transparansi, integritas, dan mengikuti sains (EBP) adalah norma di masa pandemi, maka norma itulah yang akanberkembang pasca pandemi berakhir.
Perubahan Norma dalamJangka Panjang
Norma Lama
Seolah Tidak adakelangkaanTidak ada Cense of CrisisSulit Koordinasi
Tidak Jujur (TidakTransparan)
Orientasi Input/Output
Norma Baru
Kelangkaan Sumber DayaSense of Crisis TinggiSuka membantu/ sinergi(warm-glow giving)
Jujur (Transparan)
Orientasi Outcome
Perubahan mekanisme kehidupan sesuai covid-19, dalam jangka panjang akan membentuknorma baru di masyarakat
Matur Sembah Nuwun