absolute power corrupt absolutely

27
MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------- Pointers Hakim Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S. Dalam Acara Continuing Legal Education ,” Peran Mahkamah Konstitusi Sebagai Penjaga Konstitusi dan Pengawal Demokrasi Dalam Sengketa Pemilu” Jakarta, 3 Mei 2013 1. Reformasi Politik dan Hukum Pada 1998, bangsa Indonesia mengalami reformasi politik yang diiringi dengan reformasi konstitusi. Ketika itu para akademisi dan praktisi serta elemen-elemen mahasiswa sepakat bahwa UUD 1945 yang kita miliki turut andil dalam melahirkan rezim otoriter sehingga perlu diamandemen. Oleh karena itu, pada 1999 sampai dengan 2002 dilakukan amandemen UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pemisahan kekuasaan, kesejahteraan sosial, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum serta hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan kebutuhan bangsa. Reformasi konstitusi telah melahirkan beberapa lembaga negara baru, yaitu Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Kelahiran lembaga- lembaga ini didasari atas pemikiran dan semangat untuk memperkuat mekanisme saling mengendalikan dan saling mengimbangi (checks and balances) antar cabang-cabang kekuasaan negara agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Hal ini senada dengan pendapat Lord Acton yang mengatakan,”power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely. 2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 telah ditentukan bahwa MK memiliki empat kewenangan konstitusional (constitutional authorities) dan satu kewajiban konstitusional (constitusional obligation). Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d Undang-Undang Nomor 24 tahun 2003 juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi (UU MK) mempertegas ketentuan tersebut dengan menyebut empat kewenangan MK, yaitu: 1. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945; 1 bphn

Upload: phungtram

Post on 13-Jan-2017

247 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: absolute power corrupt absolutely

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---------

Pointers Hakim Konstitusi Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S. Dalam Acara

Continuing Legal Education,” Peran Mahkamah Konstitusi Sebagai

Penjaga Konstitusi dan Pengawal Demokrasi Dalam Sengketa Pemilu”

Jakarta, 3 Mei 2013

1. Reformasi Politik dan Hukum

Pada 1998, bangsa Indonesia mengalami reformasi politik yang diiringi dengan reformasi

konstitusi. Ketika itu para akademisi dan praktisi serta elemen-elemen mahasiswa

sepakat bahwa UUD 1945 yang kita miliki turut andil dalam melahirkan rezim otoriter

sehingga perlu diamandemen. Oleh karena itu, pada 1999 sampai dengan 2002

dilakukan amandemen UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasar mengenai

tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pemisahan kekuasaan, kesejahteraan sosial,

eksistensi negara demokrasi dan negara hukum serta hal-hal lain sesuai dengan

perkembangan aspirasi masyarakat dan kebutuhan bangsa.

Reformasi konstitusi telah melahirkan beberapa lembaga negara baru, yaitu Dewan

Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial. Kelahiran lembaga-

lembaga ini didasari atas pemikiran dan semangat untuk memperkuat mekanisme saling

mengendalikan dan saling mengimbangi (checks and balances) antar cabang-cabang

kekuasaan negara agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power). Hal

ini senada dengan pendapat Lord Acton yang mengatakan,”power tends to corrupt,

absolute power corrupt absolutely.

2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi

Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 telah ditentukan bahwa MK memiliki empat

kewenangan konstitusional (constitutional authorities) dan satu kewajiban konstitusional

(constitusional obligation). Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d Undang-Undang

Nomor 24 tahun 2003 juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah

Konstitusi (UU MK) mempertegas ketentuan tersebut dengan menyebut empat

kewenangan MK, yaitu:

1. Menguji undang-undang terhadap UUD 1945;

1

bphn

Page 2: absolute power corrupt absolutely

2. Memutus sengketa kewenangan antarlembaga negara yang kewenangannya

diberikan oleh UUD 1945;

3. Memutus pembubaran partai politik;

4. Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

Sementara itu, berdasarkan Pasal 7A dan Pasal 7B Ayat (1) sampai dengan Ayat (5) dan

Pasal 24C Ayat (2) UUD 1945 yang kemudian ditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat

(2) UU MK, Mahkamah Konstitusi memiliki kewajiban untuk memberi keputusan atas

pendapat DPR bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran

hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau

Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Selain memiliki empat

kewenangan dan satu kewajiban, MK juga memiliki fungsi yang merupakan derivasi dari

kewenangannya itu, yakni pengawal kontitusi (the guardian of constitution), penafsir

akhir konstitusi (the final interpreter of constitution), pengawal demokrasi (the guardian

of democracy), pelindung hak konstitusional warga negara (the protector of citizen’s

constitutional right), pelindung hak asasi manusia (the protector of human rights).

Dalam konteks pembangunan hukum yang berkeadilan, keempat kewenangan dan satu

kewajiban tersebut memiliki peran yang sangat strategis. Mekanisme judicial review,

misalnya, merupakan upaya paling efektif pada saat ini guna menjamin dan memastikan

bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan yang menjadi penuntun

penyelenggaraan negara agar selaras dan tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Wewenang untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar telah

merobohkan doktrin supremasi parlemen (supremacy of parliament) yang menjadi

paradigma dasar UUD 1945 sebelum perubahan dan menggantikannya dengan ajaran

supremasi konstitusi (supremacy of constitution).

Di sisi lain, MK tidak hanya berfungsi sebagai pengawal konstitusi (the guardian of

constitution), tetapi juga berfungsi sebagai pengawal ideologi negara (the guardian of

ideology), yakni Pancasila. Artinya, dalam memeriksa, mengadili, dan memutus suatu

perkara konstitusi, maka selain mendasarkan pada pasal-pasal UUD 1945, juga harus

mendasarkan pada Pancasila sebagai batu uji dalam setiap perkara konstitusionalitas

produk undang-undang.

3. Paradigma Keadilan Substantif Dalam Memutus Sengketa Pemilu

Secara normatif, MK hanya berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa

hasil Pemilu yang meliputi Pemilu legislatif, Pemilu Presiden, maupun Pemilukada.

Namun, dalam perkembangannya, untuk mencapai demokrasi substansial, MK dapat

pula mengadili tidak hanya pada sengketa hasil Pemilu, melainkan juga pada

keseluruhan proses Pemilu sepanjang proses itu terbukti dalam persidangan melanggar

2

bphn

Page 3: absolute power corrupt absolutely

asas Pemilu yang Luber dan Jurdil. Hal ini merupakan ikhtiar MK untuk mencapai

demokrasi yang substansial bukan hanya demokrasi yang melulu bersifat prosedural.

Oleh karena itu, saat memeriksa, mengadili, dan memutus sengketa Pemilukada Provinsi

Jawa Timur, meskipun dalil Pemohon hanya sedikit mempermasalahkan sengketa hasil

suara, namun dalam pemeriksaan fakta di persidangan secara nyata telah terbukti

adanya pelanggaran yang bersifat sistematis, terstruktur, dan massive yang menciderai

asas-asas Pemilukada yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Oleh karenanya, Mahkamah memerintahkan untuk dilakukan pemungutan suara ulang di

tiga kabupaten, yaitu Sampang, Bangkalan, dan Pamekasan.

Pemilihan umum merupakan sarana utama pembentukan dan penyelenggaraan

demokrasi karena di dalamnya ada partisipasi rakyat dalam memilih dan menentukan

pemimpin maupun wakilnya. Oleh karena itu, pemilihan umum harus dilaksanakan

secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Tidak boleh ada lagi suara

pemilih yang tidak dihitung atau dimanipulasi, karena hal tersebut sama saja halnya

dengan menyelewengkan kedaulatan rakyat (people’s sovereignty).

Dalam perkara perselisihan hasil pemilu, wewenang MK bukan sekedar menghitung

perselisihan suara saja, tetapi wajib mencari keadilan atas pelanggaran prinsip-prinsip

pemilu yang demokratis. MK memang tidak diperkenankan mengadili pelanggaran

Pemilu yang bersifat pidana dan administratif, karena bukan menjadi kewenangan yang

dimilikinya. Namun ketika melihat adanya prinsip dan asas Pemilu yang dilanggar

sehingga menyebabkan munculnya ketidakadilan dalam pelaksanaan pemilu, maka MK

secara hati-hati dan selektif akan mengadilinya.

Dalam hal ini, MK telah menjalankan fungsinya sebagai pengawal demokrasi (the

guardian of democracy) dan pelindung hak konstitusional warga negara (the protector of

citizen’s constitutional right).

4. Addressat Putusan MK

Menurut Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan,”Mahkamah Konstitusi

berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat

final...” .Sifat putusan MK yang bersifat final artinya bahwa tidak ada upaya hukum yang

dapat ditempuh terhadap putusan MK ini. Selain itu, putusan MK juga bersifat mengikat

(binding), tidak hanya mengikat para pihak tetapi juga mengikat seluruh warga negara

Indonesia (erga omnes). Putusan MK ini kemudian harus ditindaklanjuti oleh para

addressad putusan MK,1 dalam hal ini adalah Presiden dan DPR melalui revisi ketentuan

1 Addressat putusan MK ini berbeda-beda dalam setiap pelaksanaan kewenangan MK. Dalam perkara judicial review produk undang-undang, yang menjadi addressad putusan MK adalah Presiden dan DPR. Sedangkan dalam Sengketa Pemilu maupun Pemilukada, addressatnya adalah KPU, dan KPU Provinsi/Kabupaten/Kota.

3

bphn

Page 4: absolute power corrupt absolutely

yang telah dibatalkan oleh MK. Oleh karena itu, putusan MK menjadi politik hukum bagi

pembentuk undang-undang dalam proses legislasi nasional. Meskipun MK tidak memiliki

instrumen hukum untuk menegakan putusannya, namun putusan MK menjadi panduan

dan pedoman dalam setiap perkara konstitusi.

Dalam perkembangannya, pelaksanaan putusan MK ini diserahkan kepada kesadaran

berhukum dan berkonstitusi seluruh masyarakat, terutama para addressat putusan MK.

Keengganan dalam melaksanakan putusan MK merupakan sebuah pelanggaran

konstitusi yang merupakan kesepakatan luhur (modus vivendi) seluruh rakyat Indonesia.

Kasus ini menjadi penanda rendahnya kesadaran berhukum dan berkonstitusi yang

masih menyelimuti sebagian penyelenggara negara.

5. Gagasan Judicial Review Satu Atap

Dalam perkembangan pelaksanaan kewenangan MK, ada sebuah diskursus yang selalu

menjadi bahan diskusi dan perdebatan dalam forum-forum akademis dan ilmiah, yakni

terkait dengan gagasan agar MK diberi kewenangan untuk melakukan judicial review

terhadap semua produk perundang-undangan. Setidaknya ada dua alasan mengapa

gagasan ini muncul. Pertama, dalam perkembangannya, ternyata ada produk hukum

yang posisinya berada di bawah undang-undang seperti PP, Perpres,dan Perda yang

tidak bertentangan dengan undang-undang, tetapi malah bertentangan dengan

konstitusi, sehingga menimbulkan kerugian konstitusional terhadap warga negara dan

tidak ada saluran hukum yang tersedia, kecuali dilakukan judicial review terhadap

ketentuan itu di MA. Namun, MA hanya memiliki kewenangan untuk melakukan uji

legalitas atas produk hukum yang posisinya berada di bawah undang-undang terhadap

undang-undang dan tidak berwenang melakukan uji konstitusionalitas produk itu

terhadap UUD 1945. Kedua, adanya kesan putusan MA dapat dianulir dan dibatalkan

oleh MK. Padahal kedudukan kedua lembaga ini dalam sistem ketatanegaraan negara

kita adalah sederajat. Kesan ini muncul tatkala calon legislatif yang kalah dalam Pemilu

melakukan uji legalitas peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2009 terkait dengan

penghitungan kursi tahap kedua ke MA. Dalam putusannya MA menyatakan bahwa

peraturan KPU tersebut bertentangan dengan undang-undang sehingga MA membuat

penafsiran baru atas Pasal 205 ayat (4) UU Pemilu tersebut.

Ternyata putusan MA ini menimbulkan kekisruhan politik karena apabila diterapkan,

putusan MA ini dapat menyebabkan disproporsionalitas dan deviasi yang sangat besar

sehingga bertentangan dengan sistem pemilu yang proporsional karena Partai yang

Lain lagi dalam perkara pembubaran partai politik, addressat putusan MK adalah pemerintah dan dalam perkara Impeachment adalah DPR.

4

bphn

Page 5: absolute power corrupt absolutely

perolehan suaranya besar akan memperoleh tambahan kursi, sedangkan partai yang

perolehan suaranya kecil, akan mendapatkan pengurangan kursi.

Polemik ini berakhir ketika beberapa partai politik diantaranya Partai Hanura, Partai

Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera mengajukan judicial review mengenai Pasal 205

Ayat (4) UU No.10 Tahun 2008 ke MK dan MK menjatuhkan putusan conditionally

constitutional, artinya pasal tersebut tetap dinyatakan konstitusional sepanjang

ditafsirkan menurut putusan MK. Namun, ada kesan yang kuat bahwa putusan MA dapat

dibatalkan oleh putusan MK. Hal ini didasari pada perbedaan penafsiran antara MK

dengan MA atas Pasal 205 ayat (4) dan ini merupakan salah satu implikasi dari sistim

judicial review yang berada pada dua atap.

6. Politik Hukum Judicial Review

Terlepas dari adanya diskursus terkait gagasan penyatuatapan proses judicial review.

Saya ingin menegaskan bahwa dualisme judicial review yang saat ini berlaku di negara

kita adalah merupakan sebuah legal policy dari para perubah UUD yang amat

dipengaruhi oleh konfigurasi politik saat terjadi proses perubahan UUD. Oleh karena itu,

manakala ada sebuah kebutuhan dan keputusan politik untuk merealisasikan gagasan

penyatuatapan proses judicial review, maka yang pertama harus dilakukan adalah

perubahan konstitusi. Karena konstitusi dengan tegas mengatur bahwa uji

konstitusionalitas undang-undang terhadap UUD merupakan ranah kewenangan MK,

sedangkan uji legalitas produk hukum di bawah undang-undang merupakan

kewenangan MA.

Namun, hendaknya konstitusi tidak terlalu sering diubah, karena akan mengakibatkan

perubahan pada warna dan corak produk hukum yang berada di bawahnya guna

menyesuaikan dengan konstitusi yang baru. Oleh karena itu, sebaiknya hasil

amandemen sekarang dilaksanakan dulu dan tak perlu buru-buru diperbaiki sebab ia

merupakan hasil maksimal yang telah menampung berbagai keinginan secara

kompromistis. Biarlah UUD 1945 yang merupakan garis besar haluan negara dalam

penyusunan kebijakan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan hukum menjadi

kontitusi yang hidup (living constitution).

Jakarta, 1 Mei 2013

Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S.

5

bphn

Page 6: absolute power corrupt absolutely

Peran Mahkamah Konstitusi SebagaiPenjaga Konstitusi dan Pengawal

DemokrasiDalam Sengketa Pemilu

Oleh:Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H.,M.S.

Continuing Legal EducationPUSLITBANG BPHN

Jakarta, 3 Mei 2013

bphn

Page 7: absolute power corrupt absolutely

• Pada 1998, bangsa Indonesia mengalami reformasi politik yang diiringidengan reformasi konstitusi.

• Ketika itu para akademisi dan praktisi serta elemen-elemenmahasiswa sepakat bahwa UUD 1945 yang kita miliki turut andil dalammelahirkan rezim otoriter sehingga perlu diamandemen.

• Oleh karena itu, pada 1999 sampai dengan 2002 dilakukanamandemen UUD 1945 untuk menyempurnakan aturan dasarmengenai tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pemisahankekuasaan, kesejahteraan sosial, eksistensi negara demokrasi dannegara hukum serta hal-hal lain sesuai dengan perkembangan aspirasimasyarakat dan kebutuhan bangsa.

1. Reformasi Politik dan Hukum

bphn

Page 8: absolute power corrupt absolutely

• Reformasi konstitusi telah melahirkan beberapa lembaga negara baru,yaitu Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Konstitusi, dan KomisiYudisial.

• Kelahiran lembaga-lembaga ini didasari atas pemikiran dan semangatuntuk memperkuat mekanisme saling mengendalikan dan salingmengimbangi (checks and balances) antar cabang-cabang kekuasaannegara agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan (abuse ofpower).

• Hal ini senada dengan pendapat Lord Acton yang mengatakan,”powertends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”.bp

hn

Page 9: absolute power corrupt absolutely

2. Kewenangan Mahkamah Konstitusi • Berdasarkan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 telah ditentukan bahwa MK

memiliki empat kewenangan konstitusional (constitutional authorities)dan satu kewajiban konstitusional (constitusional obligation).

• Pasal 10 ayat (1) huruf a sampai dengan d Undang-Undang Nomor 24tahun 2003 juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentangMahkamah Konstitusi (UU MK) mempertegas ketentuan tersebutdengan menyebut empat kewenangan MK, yaitu:

a) Menguji undang-undang terhadap UUD 1945;

b) Memutus sengketa kewenangan antarlembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945;

c) Memutus pembubaran partai politik;

d) Memutus perselisihan tentang hasil pemilu.

bphn

Page 10: absolute power corrupt absolutely

• Sementara itu, berdasarkan Pasal 7A dan Pasal 7B Ayat (1) sampaidengan Ayat (5) dan Pasal 24C Ayat (2) UUD 1945 yang kemudianditegaskan kembali dalam Pasal 10 ayat (2) UU MK, MahkamahKonstitusi memiliki kewajiban untuk memberi keputusan atas pendapatDPR bahwa Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukanpelanggaran hukum, atau perbuatan tercela, atau tidak memenuhisyarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimanadimaksud dalam UUD 1945.

• Selain memiliki empat kewenangan dan satu kewajiban, MK jugamemiliki fungsi yang merupakan derivasi dari kewenangannya itu,yakni pengawal kontitusi (the guardian of constitution), penafsir akhirkonstitusi (the final interpreter of constitution), pengawal demokrasi(the guardian of democracy), pelindung hak konstitusional warganegara (the protector of citizen’s constitutional right), pelindung hakasasi manusia (the protector of human rights).

bphn

Page 11: absolute power corrupt absolutely

• Dalam konteks pembangunan hukum yang berkeadilan, keempatkewenangan dan satu kewajiban tersebut memiliki peran yang sangatstrategis.

• Mekanisme judicial review, misalnya, merupakan upaya paling efektifpada saat ini guna menjamin dan memastikan bahwa ketentuanperaturan perundang-undangan yang menjadi penuntunpenyelenggaraan negara agar selaras dan tidak bertentangan denganUUD 1945.

• Wewenang untuk menguji undang-undang terhadap undang-undangdasar telah merobohkan doktrin supremasi parlemen (supremacy ofparliament) yang menjadi paradigma dasar UUD 1945 sebelumperubahan dan menggantikannya dengan ajaran supremasi konstitusi(supremacy of constitution).

bphn

Page 12: absolute power corrupt absolutely

• Di sisi lain, MK tidak hanya berfungsi sebagai pengawal konstitusi (theguardian of constitution), tetapi juga berfungsi sebagai pengawalideologi negara (the guardian of ideology), yakni Pancasila.

• Artinya, dalam memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkarakonstitusi, maka selain mendasarkan pada pasal-pasal UUD 1945,juga harus mendasarkan pada Pancasila sebagai batu uji dalam setiapperkara konstitusionalitas produk undang-undang.

bphn

Page 13: absolute power corrupt absolutely

3. Paradigma Keadilan Substantif Dalam Memutus Sengketa Pemilu

• Secara normatif, MK hanya berwenang memeriksa, mengadili, danmemutus sengketa hasil Pemilu yang meliputi Pemilu legislatif, PemiluPresiden, maupun Pemilukada.

• Namun, dalam perkembangannya, untuk mencapai demokrasisubstansial, MK dapat pula mengadili tidak hanya pada sengketa hasilPemilu, melainkan juga pada keseluruhan proses Pemilu sepanjangproses itu terbukti dalam persidangan melanggar asas Pemilu yangLuber dan Jurdil.

• Hal ini merupakan ikhtiar MK untuk mencapai demokrasi yangsubstansial bukan hanya demokrasi yang melulu bersifat prosedural.

bphn

Page 14: absolute power corrupt absolutely

• Oleh karena itu, saat memeriksa, mengadili, dan memutus sengketaPemilukada Provinsi Jawa Timur, meskipun dalil Pemohon hanyasedikit mempermasalahkan sengketa hasil suara, namun dalampemeriksaan fakta di persidangan secara nyata telah terbukti adanyapelanggaran yang bersifat sistematis, terstruktur, dan massive yangmenciderai asas-asas Pemilukada yang bersifat langsung, umum,bebas, rahasia, jujur, dan adil. Oleh karenanya, Mahkamahmemerintahkan untuk dilakukan pemungutan suara ulang di tigakabupaten, yaitu Sampang, Bangkalan, dan Pamekasan.bp

hn

Page 15: absolute power corrupt absolutely

• Pemilihan umum merupakan sarana utama pembentukan danpenyelenggaraan demokrasi karena di dalamnya ada partisipasi rakyatdalam memilih dan menentukan pemimpin maupun wakilnya. Olehkarena itu, pemilihan umum harus dilaksanakan secara langsung,umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Tidak boleh ada lagi suarapemilih yang tidak dihitung atau dimanipulasi, karena hal tersebutsama saja halnya dengan menyelewengkan kedaulatan rakyat(people’s sovereignty).

bphn

Page 16: absolute power corrupt absolutely

• Dalam perkara perselisihan hasil pemilu, wewenang MK bukansekedar menghitung perselisihan suara saja, tetapi wajib mencarikeadilan atas pelanggaran prinsip-prinsip pemilu yang demokratis. MKmemang tidak diperkenankan mengadili pelanggaran Pemilu yangbersifat pidana dan administratif, karena bukan menjadi kewenanganyang dimilikinya. Namun ketika melihat adanya prinsip dan asasPemilu yang dilanggar sehingga menyebabkan munculnyaketidakadilan dalam pelaksanaan pemilu, maka MK secara hati-hatidan selektif akan mengadilinya.

• Dalam hal ini, MK telah menjalankan fungsinya sebagai pengawaldemokrasi (the guardian of democracy) dan pelindung hakkonstitusional warga negara (the protector of citizen’s constitutionalright).

bphn

Page 17: absolute power corrupt absolutely

• Menurut Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, yang menyatakan,”MahkamahKonstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhiryang putusannya bersifat final...”.

• Sifat putusan MK yang bersifat final artinya bahwa tidak ada upayahukum yang dapat ditempuh terhadap putusan MK ini.

• Selain itu, putusan MK juga bersifat mengikat (binding), tidak hanyamengikat para pihak tetapi juga mengikat seluruh warga negaraIndonesia (erga omnes).

4. Addressat Putusan MK

bphn

Page 18: absolute power corrupt absolutely

• Putusan MK ini kemudian harus ditindaklanjuti oleh para addressadputusan MK, dalam hal ini adalah Presiden dan DPR melalui revisiketentuan yang telah dibatalkan oleh MK.

• Oleh karena itu, putusan MK menjadi politik hukum bagi pembentukundang-undang dalam proses legislasi nasional. Meskipun MK tidakmemiliki instrumen hukum untuk menegakan putusannya, namunputusan MK menjadi panduan dan pedoman dalam setiap perkarakonstitusi.

bphn

Page 19: absolute power corrupt absolutely

• Dalam perkembangannya, pelaksanaan putusan MK ini diserahkankepada kesadaran berhukum dan berkonstitusi seluruh masyarakat,terutama para addressat putusan MK. Keengganan dalammelaksanakan putusan MK merupakan sebuah pelanggaran konstitusiyang merupakan kesepakatan luhur (modus vivendi) seluruh rakyatIndonesia.

• Kasus ini menjadi penanda rendahnya kesadaran berhukum danberkonstitusi yang masih menyelimuti sebagian penyelenggaranegara.

bphn

Page 20: absolute power corrupt absolutely

5. Gagasan Judicial Review Satu Atap

• Dalam perkembangan pelaksanaan kewenangan MK, ada sebuahdiskursus yang selalu menjadi bahan diskusi dan perdebatandalam forum-forum akademis dan ilmiah, yakni terkait dengangagasan agar MK diberi kewenangan untuk melakukan judicialreview terhadap semua produk perundang-undangan. Setidaknyaada dua alasan mengapa gagasan ini muncul.

bphn

Page 21: absolute power corrupt absolutely

• Pertama, dalam perkembangannya, ternyata ada produk hukumyang posisinya berada di bawah undang-undang seperti PP,Perpres,dan Perda yang tidak bertentangan dengan undang-undang, tetapi malah bertentangan dengan konstitusi, sehinggamenimbulkan kerugian konstitusional terhadap warga negara dantidak ada saluran hukum yang tersedia, kecuali dilakukan judicialreview terhadap ketentuan itu di MA.

• Namun, MA hanya memiliki kewenangan untuk melakukan ujilegalitas atas produk hukum yang posisinya berada di bawahundang-undang terhadap undang-undang dan tidak berwenangmelakukan uji konstitusionalitas produk itu terhadap UUD 1945.bp

hn

Page 22: absolute power corrupt absolutely

• Kedua, adanya kesan putusan MA dapat dianulir dan dibatalkanoleh MK. Padahal kedudukan kedua lembaga ini dalam sistemketatanegaraan negara kita adalah sederajat. Kesan ini muncultatkala calon legislatif yang kalah dalam Pemilu melakukan ujilegalitas peraturan KPU Nomor 15 Tahun 2009 terkait denganpenghitungan kursi tahap kedua ke MA. Dalam putusannya MAmenyatakan bahwa peraturan KPU tersebut bertentangan denganundang-undang sehingga MA membuat penafsiran baru atasPasal 205 ayat (4) UU Pemilu tersebut.

• Ternyata putusan MA ini menimbulkan kekisruhan politik karenaapabila diterapkan, putusan MA ini dapat menyebabkandisproporsionalitas dan deviasi yang sangat besar sehinggabertentangan dengan sistem pemilu yang proporsional karenaPartai yang perolehan suaranya besar akan memperolehtambahan kursi, sedangkan partai yang perolehan suaranya kecil,akan mendapatkan pengurangan kursi.

bphn

Page 23: absolute power corrupt absolutely

• Polemik ini berakhir ketika beberapa partai politik diantaranyaPartai Hanura, Partai Gerindra dan Partai Keadilan Sejahteramengajukan judicial review mengenai Pasal 205 Ayat (4) UU No.10Tahun 2008 ke MK dan MK menjatuhkan putusan conditionallyconstitutional, artinya pasal tersebut tetap dinyatakankonstitusional sepanjang ditafsirkan menurut putusan MK.Namun, ada kesan yang kuat bahwa putusan MA dapat dibatalkanoleh putusan MK.

• Hal ini didasari pada perbedaan penafsiran antara MK dengan MAatas Pasal 205 ayat (4) dan ini merupakan salah satu implikasidari sistim judicial review yang berada pada dua atap.bp

hn

Page 24: absolute power corrupt absolutely

6. Politik Hukum Judicial Review

• Terlepas dari adanya diskursus terkait gagasan penyatuatapanproses judicial review. Saya ingin menegaskan bahwa dualismejudicial review yang saat ini berlaku di negara kita adalahmerupakan sebuah legal policy dari para perubah UUD yang amatdipengaruhi oleh konfigurasi politik saat terjadi proses perubahanUUD.

• Oleh karena itu, manakala ada sebuah kebutuhan dan keputusanpolitik untuk merealisasikan gagasan penyatuatapan prosesjudicial review, maka yang pertama harus dilakukan adalahperubahan konstitusi.

bphn

Page 25: absolute power corrupt absolutely

• Karena konstitusi dengan tegas mengatur bahwa uji konstitusionalitasundang-undang terhadap UUD merupakan ranah kewenangan MK,sedangkan uji legalitas produk hukum di bawah undang-undangmerupakan kewenangan MA.

• Namun, hendaknya konstitusi tidak terlalu sering diubah, karena akanmengakibatkan perubahan pada warna dan corak produk hukum yangberada di bawahnya guna menyesuaikan dengan konstitusi yang baru.

bphn

Page 26: absolute power corrupt absolutely

• Oleh karena itu, sebaiknya hasil amandemen sekarangdilaksanakan dulu dan tak perlu buru-buru diperbaiki sebab iamerupakan hasil maksimal yang telah menampung berbagaikeinginan secara kompromistis. Biarlah UUD 1945 yangmerupakan garis besar haluan negara dalam penyusunankebijakan, baik dalam bidang sosial, ekonomi, politik, dan hukummenjadi kontitusi yang hidup (living constitution).

bphn

Page 27: absolute power corrupt absolutely

SEKIANTERIMAKASIHbp

hn