6. trend corruption report periode agustus 2013 – januari 2014
TRANSCRIPT
TREND CORRUPTION REPORTPeriode Agustus 2013 - Januari 2014
Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum UGM
“Awas, Korupsi di Tahun Politik”
PUSAT KAJIAN ANTI KORUPSIFakultas Hukum UGM
Jl Trengguli Blok E No.12 Bulaksumur, Yogyakarta
Telp. 0274 746 7008 email [email protected]
perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum
pada pemilukada Gunung Mas dan Lebak.
Institusi pengawal konstitusi yang selama
ini dianggap bersih, runtuh seketika
wibawa dan martabatnya. Perkara suap
pilkada di MK menyeret banyak tersangka
lain, meliputi anggota DPR, pengusaha,
kepala daerah, sampai advokat.
Sebagai pengembangan kasus suap MK,
KPK telah menetapkan Tubagus Chaeri
Wardana sebagai tersangka. Menyusul
kemudian sang kakak yakni Gubernur
Banten, Ratu Atut Chosiyah juga
ditetapkan sebagai tersangka. Tidak
berhenti pada kasus suap pilkada, KPK
menyasar kasus lain. Akhirnya Wawan dan
Atut juga ditetapkan sebagai tersangka
dalam kasus pengadaan alat kesehatan di
Banten. Inilah yang banyak disebut
berbagai pihak sebagai tanda-tanda
runtuhnya dinasti Banten yang selama ini
menggurita.
Halaman 1
PENDAHULUAN
Sejauh ini upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia belum memperlihatkan hasil
signifikan. Bahkan tantangan kedepan
akan semakin berat melihat semakin
mengguritanya perilaku ini. Hampir semua
lini jabatan publik, birokrasi, dan swasta
tercatat pernah menjadi pelaku baik yang
sedang maupun telah diproses secara
hukum berkaitan dengan tindak pidana
korupsi. Lebih memprihatinkan lagi adalah
aparat penegak hukum yang seharusnya
m e n j a d i a k t o r t e r d e p a n d a l a m
pemberantasan korupsi banyak yang
menjadi pelaku. Bagaimana membersihkan
lantai republik dari korupsi jika sapunya
masih lekat dengan perilaku kotor.
Tengah tahun kedua 2013 tercatat korupsi
menyebar mulai dari pemerintah pusat
sampai pemerintah daerah. Paling
mengejutkan adalah ditangkapnya Ketua
Mahkamah Konstutusi Akil Mochtar karena
diduga menerima suap berkaitan dengan
Halaman 2
A. Pendekatan dan Sumber Data
Trend Corruption Report Tengah Tahun
Kedua 2013 yang disusun Pusat Kajian Anti
(PUKAT) Korupsi Fakultas Hukum UGM
adalah laporan yang mencermati
kecenderungan tindak pidana korupsi
pada bulan Agustus 2013 sampai dengan
awal Januari 2014.
Pendekatan yang digunakan adalah
kualitatif-representatif. Adapun yang
menjadi sumber data adalah pemberitaan
media massa. Namun, tidak semua
pemberitaan media massa mengenai kasus
korupsi dipantau dalam laporan ini.
Pemantauan hanya dilakukan pada kasus-
kasus korupsi yang dianggap mewakili
atau merepresentasikan pemberitaan
media massa.
Sumber data yang digunakan untuk
menyusun laporan ini adalah berita kasus
korupsi yang dimuat oleh media massa
cetak nasional seperti Harian Koran
Tempo, Kompas, Jawa Pos, Republika,
Media Indonesia, Seputar Indonesia, Suara
Pembaruan, Suara Merdeka, dan beberapa
media cetak yang berada di daerah. Selain
itu berita kasus korupsi yang dimuat oleh
media online seperti tempo.co, detik.com,
k o m p a s . c o m , o k e z o n e . c o m ,
be r i t a sa tu . com, t r ibunnews . com,
sindonews.com, tvonenews.tv, dan media
online lainnya juga menjadi sumber data
dalam laporan ini.
Cara menyusun Trend Corruption Report
Tengah Tahun Kedua 2013 ini diawali
dengan mencari dan mengumpulkan
berita kasus korupsi di media massa.
Kemudian berita korupsi tersebut
diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal
meliputi pelaku korupsi, sektor korupsi,
modus korupsi, kerugian negara, dan
lembaga yang menangani kasus korupsi.
Setelah dilakukan pengolahan data
kemudian dilakukan analisa secara
kualitatif.
B. Periode Pemantauan
1 Agustus 2013-10 Januari 2014
TREND KORUPSI TENGAH TAHUN
KEDUA 2013
A. Pelaku Korupsi
Berdasar pemberitaan kasus korupsi yang
dimuat oleh media massa yang dipantau
oleh PUKAT Korupsi FH UGM, terdapat 67
pelaku korupsi dari Agustus 2013 sampai
dengan 10 Januari 2014. Swasta
menduduki urutan teratas (22 orang).
Disusul pemerintah daerah (18 orang)
pada posisi kedua. Dan pada posisi ketiga
adalah BUMN (10 orang).
Apabila dibandingkan dengan periode
sebelumnya, telah terjadi perubahan yang
signifikan pada aktor korupsi. Swasta
menempati urutan pertama pelaku korupsi
(33 %) pada tengah tahun kedua 2013.
Periode sebelumnya urutan pertama selalu
diduduki oleh pemerintah daerah.
Banyaknya swasta yang menjadi pelaku
Halaman 3
tindak pidana korupsi oleh PUKAR Korupsi
FH UGM dilihat sebagai munculnya gejala
pseudostate. Aktor swasta berselingkuh
dengan para pejabat negara maupun
birokrat membeli produk kebijakan negara
demi memperoleh keuntungan baik
langsung maupun tidak langsung.
Aktor swasta ini banyak menjadi pelaku
suap dan dalam pengadaan barang dan
jasa. Contohnya adalah Cornelis Nalau
seorang pengusaha yang menjadi pelaku
suap dalam pilkada Gunung Mas kepada
Akil Mochtar. Selain itu juga terdapat nama
Tubagus Chaeri Wardana yang menjadi
pelaku suap pilkada Lebak. TCW alias
Wawan juga ditetapkan sebagai tersangka
dalam pengadaan alat kesehatan Provinsi
Banten. Kasus lain dengan pelaku suap
oleh swasta adalah Lusita Anie Razak yang
disangka menyuap Kepala Kejaksaan
Negeri Praya atas perkara yang sedang
ditangani.
Swasta sebagai pelaku pada pengadaan
barang dan jasa misalnya korupsi
pengadaan benih Kementan. Terdapat
nama Kaharuddin Dirut PT SHS beserta tiga
orang lainnya dari PT SHS yang ditetapkan
sebagai tersangka dalam korupsi benih.
Keterlibatan swasta dalam korupsi juga
terjadi di daerah, yaitu di Kebumen dalam
kasus korupsi proyek peningkatan jalan
yang menyeret Alwanudin Nawawi,
Direktur PT Surya Buana Indah dan Heru
Setiadi, Direktur PT Mega Sarana sebagai
tersangka.
Jumlah
Kasus Presentase
Jumlah
Kasus Presentase
Jumlah
Kasus Presentase
1 Pemerintah Pusat 16 11,19% 0 0,00% 16 8,00%
2 Pemerintah Daerah 39 27,27% 18 27,00% 57 27,00%
3 Legislatif Pusat 3 2,10% 1 1,00% 4 2,00%
4 Legislatif Daerah 16 11,19% 2 3,00% 18 9,00%
5 BUMN 2 1,40% 10 15,00% 12 6,00%
7 Swasta 36 25,17% 22 33,00% 58 28,00%
8 Kepala Daerah 8 5,59% 6 9,00% 14 7,00%
9 Pegawai Sekolah 2 1,40% 0 0,00% 2 1,00%
10 Penegak Hukum 5 3,50% 3 4,00% 8 4,00%
11 Pegawai Universitas 10 6,99% 1 1,00% 11 5,00%
12 Menteri 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%
13 KPUD 0 0,00% 0 0,00% 0 0,00%
14 Duta Besar 1 0,71% 0 0,00% 1 0,00%
15 Partai Politik 2 1,40% 0 0,00% 2 1,00%
16 Pejabat Negara 3 2,10% 4 6,00% 7 3,00%
Total 143 100,00% 67 67,16% 210 100,00%
NO Pelaku Korupsi
Januari - Juli 2013 Agust 2013 - Jan 2014 1 Tahun Terakhir
Tabel 1. Pelaku Korupsi
2Halaman 4
Urutan kedua pelaku korupsi adalah
pemerintah daerah. Aktor pemerintah
daerah tersebar di berbagai daerah. Aktor
pemerintah daerah banyak terjerat korupsi
pengadaan barang dan jasa seperti Ketut
Mantara Gandhi, Kepala UPT Taman
Budaya bersama Ketut Suastika, Kadisbud
Bali yang disangka melakukan korupsi
dalam pengadaan sound system, lighting,
dan CCTV di Art Center. Selain itu juga
terdapat kasus korupsi di lingkungan DKI
yang menyeret Yuswil Iswantara, Kasudin
Kominfo Jakarta Selatan dan Ridha Bahar,
Kasudin Kominfo Jakarta Pusat sebagai
tersangka dalam pengadaan CCTV di
Monas. Aktor pemerintah daerah juga
banyak yang terlibat dalam kasus korupsi
dana hibah seperti yang terjadi di
Kalimantan Selatan yang menyeret Muchlis
Gafuri, mantan Sekda Kalsel beserta tiga
orang lainnya sebagai tersangka bantuan
sosial Kalsel.
Contoh kasus korupsi pada sektor
penerimaan negara/daerah yaitu kasus
suap izin lokasi tanah pemakaman bukan
umum di Tanjung Sari, Bogor, ke anggota
DPRD Kabupaten Bogor sekitar Rp 900
juta. Iyus Djuher, Ketua DPRD Bogor
merupakan salah satu pelaku yang
menerima uang suap tersebut. Pelaku
lainnya yakni Usep Jumenio, pegawai
Pemkab Bogor, Listo Welly Sabu, pegawai
honorer Pemkab Bogor, Nana Supriatna,
swasta, dan Sentot Susilo, Dirut PT Garindo
Perkasa.
B. Sektor Korupsi
PUKAT Korupsi FH UGM mencatat
setidaknya terdapat 6 sektor korupsi.
sektor tertinggi adalah pengadaan barang
dan jasa sebanyak 19 kasus. Urutan kedua
adalah sektor kesejahteraan sosial
sebanyak 4 kasus. Urutan ketiga adalah
sektor penerimaan negara sebanyak 3
kasus.
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
Kasus Presentase
1 Penerimaan Negara 10 11,36% 3 10,00% 13 11,00%
2 Pemilukada 1 1,14% 0 0,00% 1 1,00%
3 Pertanian / Kehutanan / perkebunan / perikanan 10 11,36% 0 0,00% 10 8,00%
4 Pekerjaan Umum 8 9,09% 0 0,00% 8 7,00%
5 Keolahragaan, Pendidikan dan Keagamaan 17 19,32% 0 0,00% 17 14,00%
6 Penegak Hukum 2 2,27% 1 3,00% 3 3,00%
7 Kesejahteaan Sosial 3 3,41% 4 13,00% 7 6,00%
8 BUMN / BUMD 1 1,14% 2 6,00% 3 3,00%
9 Energi dan SDM 4 4,55% 2 6,00% 6 5,00%
10 Departemen Luar Negeri 1 1,14% 0 0,00% 1 1,00%
11 Komunikasi dan Informatika 1 1,14% 0 0,00% 1 1,00%
12 Kesehatan 6 6,82% 0 0,00% 6 5,00%
13 Proyek Pengadaan Barang dan Jasa 12 13,64% 19 61,00% 31 26,00%
14 Legislatif 4 4,55% 0 0,00% 4 3,00%
15 Perdagangan & Perindustrian 2 2,27% 0 0,00% 2 2,00%
16 Keuangan / Perbankan 5 5,69% 0 0,00% 5 4,00%
17 Keagamaan 1 1,14% 0 0,00% 1 1,00%
Total 88 100,00% 31 100,00% 119 100,00%
Agust 2013 - Jan 2014 1 Tahun Terakhir
Tabel 2. Sektor dan Jumlah Kasus Korupsi
No. Sektor
Januari - Juli 2013
Halaman 5
Sektor pengadaan barang dan jasa
mendominasi kasus korupsi yaitu 61%.
Proyek pengadaan genset RSUD Karawang
telah menjadi kasus korupsi dengan
ditetapkannya Ida Lisnurida, Wakil Direktur
RSUD Karawang sebagai tersangka beserta
tiga orang lainnya. Pengadaan benih di
Kementan menjadi kasus korupsi dengan
ditetapkannya Kaharuddin, Dirut PT SHS
sebagai tersangka beserta tiga orang
lainnya.
Kasus korupsi sektor kesejahteraan sosial
sebanyak 13%. Contoh kasus korupsi
sektor kesejahteraan sosial adalah kasus
dana hibah Yayasan Harapan Bangsa
Sejahtera yang diduga dilakukan Kadar
Slamet, anggota DPRD Kota Bandung.
Kasus korupsi sektor penerimaan negara
10%. Contoh kasus korupsi sektor
penerimaan negara adalah korupsi
anggaran satpol PP yang diduga dilakukan
oleh Anggiat Hutagalung, staf ahli
Gubernur Sumut.
C. Modus Korupsi
Selama tengah tahun kedua 2013 modus
korupsi tercatat dalam rupa merugikan
k e u a n g a n n e g a r a d a n / a t a u
menyalahgunakan wewenang sebanyak 25
kasus dan yang kedua dalam bentuk suap-
menyuap 6 kasus.
Modus merugikan keuangan negara
dan/atau menyalahgunakan wewenang
(pasal 2 dan pasal 3 UU Tipikor) menempati
urutan teratas sebanyak 80,65%. Pasal 2
dan pasal 3 UU Tipikor memang paling
banyak digunakan oleh penegak hukum
untuk menjerat para pelaku tindak pidana
korupsi. Pada pertengahan kedua tahun
2013 modus ini menempati urutan teratas
yang terjadi pada banyak kasus pengadaan
barang dan jasa.
Contoh kasusnya kasus korupsi pengadaan
tas dan alat tulis KPU Bone yang diduga
dilakukan mantan komisioner Muhiyyin.
Kasus ini terbilang sederhana yaitu
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
Kasus Presentase
1 Merugikan Keuangan Negara
dan / atau Menyalahgunakan
Wewenang
70 79,55% 25 80,65% 95 79,83%
2 Suap Menyuap 12 13,64% 6 19,35% 18 15,13%
3 Penggelapan Dalam Jabatan 2 2,27% 0 0,00% 2 1,68%
4 Gratifikasi 2 2,27% 0 0,00% 2 1,68%
5 Perbuatan Pemerasan 2 2,27% 0 0,00% 2 1,68%
Total 88 100,00% 31 100,00% 119 100,00%
Tabel 3. Modus Korupsi
No. Sektor
Januari - Juli 2013 Agust 2013 - Jan 2014 1 Tahun Terakhir
2Halaman 6
p e n g g e l e m b u n g a n h a r g a p a d a
pengadaan tas dan alat tulis. Kasus yang
lebih rumit misalnya kasus pengadaan alat
kesehatan di Banten yang diduga
dilakukan oleh Tubagus Chaeri Wardana
bersama dengan Ratu Atut Chosiyah.
Keduanya diduga secara bersama-sama
melakukan tindak pidana korupsi dalam
pengadaan alat kesehatan di Banten. Ratu
Atut Chosiyah diduga menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Gubernur Banten
dalam pengadaan alat kesehatan.
Modus kedua dalam bentuk suap-
menyuap sebanyak 19,35%. Modus ini
menempati urutan kedua karena
terungkapnya suap di MK mengenai hasil
pilkada Gunung Mas dan Lebak. Selain itu
terdapat satu perkara suap lain yaitu
Kepala Kejaksaan Negeri Praya, M Subri.
D. Kerugian Negara
Kerugian negara paling banyak dalam
rentang 1-10 miliar yaitu 10 kasus, diikuti
jumlah kerugian negara di bawah satu
milyar sebanyak 3 kasus dan terakhir
masing-masing satu kasus pada rentang
kerugian keuangan negara 10-50 miliar
dan diatas 100 miliar.
Kasus korupsi pada tengah tahun kedua
2013 tidak semuanya terdapat kerugian
negara karena terdapat banyak kasus di
dalamnya. Kerugian keuangan negara
paling banyak didominasi rentang 1-10
miliar sebanyak 10 kasus atau 66,67%.
Contoh kasusnya adalah kasus pengadaan
CCTV di Monas yang merugikan keuangan
negara 1,7 miliar.
Kerugian negara di bawah 1 miliar terdapat
3 kasus korupsi, yaitu kasus pengadaan
g e n s e t R S U D K a r a w a n g y a n g
mengakibatkan kerugian negara 400 juta.
Kasus kedua adalah korupsi tukar guling
lahan di Tanjungpinang yang diduga
dilakukan mantan walikota Pangkalpinang
Zulkarnain Karim. Jumlah kerugian negara
sebesar Rp.957.798.000. Kasus ketiga
adalah pengadaan tas dan alat tulis KPU
Bone yang diduga dilakukan oleh
Muhiyyin, mantan komisioner KPU Bone.
Jumlah kerugian negaranya sebesar 100
juta rupiah.
Kasus korupsi dengan jumlah kerugian
negara 10-50 miliar yaitu kasus bantuan
subsidi perumahan di Karanganyar yang
diduga dilakukan oleh mantan Bupati Rina
Iriani.
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
Kasus Presentase
1 Dibawah 1 M 24 27,27% 3 20,00% 27 26,21%
2 1 - 10 M 20 22,73% 10 66,67% 30 29,13%
3 10 -50 M 15 17,04% 1 6,67% 16 15,53%
4 50 - 100 M 6 6,82% 0 0,00% 6 5,83%
5 Diatas 100 M 5 5,68% 1 6,67% 6 5,83%
6 Belum Diketahui 8 9,10% 0 0,00% 8 7,77%
7 Tidak Ada Kerugian
Negara
10 11,36% 0 0,00% 10 9,71%
Total 88 100,00% 15 100,00% 103 100,00%
Tabel 4. Kerugian Negara
No. Kerugian Negara
Januari - Juli 2013 Agust 2013 - Jan 2014 1 Tahun Terakhir
Halaman 7
Kasus ini jumlah kerugian negaranya
ditaksir 18,4 miliar. Rina Iriani diduga
melakukan korupsi menyalahgunakan
bantuan subsidi perumahan Griya Lawu
Asri dari Kementerian Perumahan Rakyat
pada KSU Sejahtera tahun 2007-2008.
Sebelumnya dua mantan ketua KSU
Sejahtera yaitu Fransiska Riyana Sari dan
Handoko Mulyono telah dijatuhi pidana
dalam perkara ini.
Kasus dengan jumlah kerugian negara di
atas 100 miliar adalah kasus pengadaan
b e n i h d i K e m e n t a n . K a s u s i n i
mengakibatkan kerugian negara sekitar
112 miliar rupiah. Para personil PT SHS
telah ditetapkan empat orang sebagai
tersangka. Kasus ini berkaitan dengan
pengadaan ben ih kede la i f i k t i f ,
penggelembungan volume dan harga
kedelai.
Total kerugian negara yang tercatat selama
a k h i r t a h u n 2 0 1 3 s e b e s a r R p .
275.160.906.552. Jumlah ini adalah total
kerugian negara yang dipantau oleh
PUKAT Korupsi FH UGM dari 61 kasus.
Jumlah keseluruhan TCR ini memantau 67
kasus.Terdapat 6 kasus suap, sehingga
untuk mengetahui jumlah kerugian negara
kasus suap tidak diikutsertakan. Seperti
diketahui kasus suap menyuap tidak
mengakibatkan kerugian keungan negara
secara langsung. Jumlah kerugian negara
sekitar 275 miliar bukan jumlah yang kecil,
terlebih ini hanya dari 61 kasus. Total
kerugian negara akibat korupsi pada
periode kedua 2013 di seluruh Indonesia
tentu jauh lebih besar berkali lipat dari
angka tersebut.
E. Lembaga yang Menangani
Pada tengah tahun kedua 2013 lembaga
yang menangani kasus korupsi urutan
pertamanya adalah kejaksaan negeri
sebesar 29,03%. Pada urutan kedua yaitu
KPK sebesar 25,81%. Urutan ketiga adalah
kepolisian daerah sebesar 16,13%.
Kejaksaan negeri menempati urutan
per tama sebaga i l embaga yang
menangani kasus korupsi. Tentu dapat
dipahami karena kejaksaan negeri
terdapat hampir di semua kabupaten dan
kota seluruh Indonesia. Banyak kasus
korupsi di daerah diungkap kejaksaan
negeri, misalnya kasus pengadaan genset
RSUD Karawang, kasus korupsi PNPM di
Malili, dan proyek pengerasan jalan di
kebun PTPN II distrik Sawit Sebrang.
Kasus yang ditangani KPK pada tengah
tahun kedua 2013 diantaranya adalah suap
SKK Migas. Kasus ini telah menyeret Ketua
SKK Migas, Rudi Rubiandini sebagai
tersangka bersama Simon Gunawan selaku
manajer operasional PT Kernel Oil dan
Deviardi seorang swasta. PT Kernel Oil
selalu dimenangkan dalam tender yang
dilakukan SKK Migas dengan memberikan
suap kepada Rudi Rubiandini. Berdasar
pengembangan penyidikan akhirnya
Sekjem Kementerian ESDM, Waryono
Karyo juga ditetapkan sebagai tersangka.
KPK masih mengembangkan kasus ini
karena diduga melibatkan aktor yang
2Halaman 8
sangat banyak mulai dari para bisnisman
dunia perminyakan sampai politisi di DPR.
Kasus ini harus menjadi momentum
pengusutan mafia minyak yang selama ini
bermain kotor.
Kasus yang ditangani oleh kepolisian
daerah diantaranya adalah kasus korupsi
peningkatan jalan Kebumen yang
ditangani Polda Jateng.
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
KasusPresentase
Jumlah
Kasus Presentase
1 KPK 13 14,78% 8 25,81% 21 17,65%
2 Polisi Resor 0 0,00% 1 3,23% 1 0,84%
3 Polisi Daerah 2 2,27% 5 16,13% 7 5,88%
4
Markas Besar
Polisi Republik
Indonesia
0 0,00% 1 3,23% 1 0,84%
5 Kejaksaan Negeri 13 14,78% 9 29,03% 22 18,49%
6 Kejaksaan Tinggi 11 12,50% 4 12,90% 15 12,61%
7 Kejaksaan Agung 9 10,22% 2 6,45% 11 9,24%
8Pengadilan
TIPIKOR40 45,45% 1 3,23% 41 34,45%
Total 88 100,00% 31 100,00% 119 100,00%
Tabel 5. Lembaga yang Menangani Kasus Korupsi
No. Lembaga
Januari - Juli 2013 Agust 2013 - Jan 2014 1 Tahun Terakhir
Kasus ini melibatkan Kepala Dinas PU
Kebumen, Dwiyono bersama dua orang
swasta Alwanudin Nawawi, Direktur PT
Surya Buana Indah dan Heru Setiadi,
Direktur PT Mega Sarana. Kasus lain adalah
korupsi dana hibah Yayasan Harapan
Bangsa Sejahtera yang diduga dilakukan
Kadar Slamet, anggota DPRD Kota
Bandung.
Hambit Bintih-Bupati Gunung Mas,
Cornelis Nalau-pengusaha, Tubagus
Chaeri Wardana-pengusaha, Susi Tur
Andayani-advokat, dan terakhir Ratu Atut
Chosiyah-Gubernur Banten.
Sebenarnya publik tidak benar-benar
terkejut mendengar berita ditangkapnya
Akil Mochtar oleh KPK. Semenjak Refly
Harun menyampaikan dugaan suap di
Mahkamah Konstitusi pada tahun 2010
publik banyak bertanya-tanya mengenai
integritas Mahkamah Konstitusi. Mencari
KASUS - KASUS STRATEGIS
A. Suap Mahkamah Konstitusi
Kamis 3 Oktober 2013 Indonesia terhenyak
mendengar kabar ditangkapnya Akil
Mochtar, Ketua Mahkamah Konstitusi oleh
KPK. Akil diduga menerima suap berkaitan
dengan pilkada Gunung Mas dan Lebak
yang ditangani Mahkamah Konstitusi. Akil
ditetapkan menjadi tersangka beserta
beberapa orang lainnya diantaranya
Cherun Nisa-anggota DPR RI Fraksi Golkar,
Halaman 9
titik terang dugaan suap di tubuh
M a h k a m a h K o n s t i t u s i a k h i r n y a
dibentuklah tim investigasi. Sayangnya
hasil kerja tim investigasi belum berhasil
membuka tabir perilaku kotor dalam
lembaga anak kandung reformasi itu.
Mahkamah Konstitusi selama masa
reformasi menjadi tumpuan bagi para
pencari keadilan yang merasa hak
konst i tus ionalnya t idak ter jamin.
Kepercayaan rakyat kepada Mahkamah
Konstitusi awalnya sangat tinggi, karena
integritas para hakim konstitusi dipandang
sangat tinggi. Selain itu kinerja lembaga
pengawal konstitusi ini dinilai luar biasa
dengan seringnya mengeluarkan putusan
yang bersifat terobosan demi terwujudnya
keadilan substantif.
Terungkapnya kasus suap Akil Mochtar
menjadi pil pahit bagi Mahkamah
Konstitusi. Namun, pil pahit tersebut bisa
saja menyehatkan Mahkamah Konstitusi
dari kebobrokan internal. Suap di
Mahkamah Konstitusi berkaitan dengan
sengketa hasil pemilihan umum, terlebih
setelah pemilihan kepala daerah menjadi
rezim pemilihan umum yang diikuti
pemindahan yurisdiksi mengadili sengketa
hasil pemilukada dari Mahkamah Agung
kepada Mahkamah Konstitusi.
Terungkapnya kasus Akil Mochtar pada
dasarnya adalah peristiwa hukum biasa.
Namun, ada dampak yang sangat besar
karena Akil Mochtar adalah ketua
Mahkamah Konstitusi. Mahkamah ini
memiliki tugas dan kewenangan yang
sangat besar khususnya sebagai
mahkamah politik. Modus suap yang
terjadi pada kasus Akil harus menjadi
perhatian. Perselisihan hasil pemilihan
umum kepala daerah bisa diputus atas
pengaruh suap yang dilakukan oleh aktor-
aktor partai politik. Pemilu sebagai upaya
memilih pemimpin secara demokratis
menjadi rusak akibat putusan pesanan di
MK. Tentu sangat berbahaya bagi
demokrasi.
B. Korupsi Dinasti Banten
Tubagus Chaeri Wardana seorang
pengusaha yang juga adik Gubernur
Banten Ratu Atut Chosiyah ditetapkan
sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus
suap pi lkada Lebak. Berdasarkan
pengembangan penyidikan KPK juga
menetapkan Ratu Atut Chosiyah sebagai
tersangka dalam kasus suap ini. Tidak
berhenti pada suap pilkada Lebak, KPK
terus mengusut dugaan keterlibatan
Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan dan
Ratu Atut dalam kasus yang lain. Akhirnya
KPK menetapkan Wawan dan Atut sebagai
tersangka pengadaan alat kesehatan
Banten. Lebih lanjut KPK juga menetapkan
Wawan sebagai tersangka dalam Tindak
Pidana Pencucian Uang setelah melakukan
penelusuran berkoordinasi dengan PPATK.
Wawan sebagai Komisaris Utama PT Bali
Pacific Pragama dan Atut sebagai
Gubernur Banten menjadi tersangka dalam
kasus pengadaan alat kesehatan Provinsi
Banten tahun anggaran 2011-2013. Atut
dikenai pasal 2 ayat 1 dan atau pasal 2 UU
Tipikor sedangkan Wawan dikenai pasal 2
2Halaman 10
ayat 1 dan atau pasal 3 UU Tipikor. Modus
yang dipakai adalah keduanya secara
bersama-sama melakukan perbuatan
melawan hukum dan atau penyalahgunaan
kewenangan yang mengakibatkan
kerugian negara. Keduanya diduga secara
b e r s a m a - s a m a m e l a k u k a n
penggelembungan harga atau mark up
pengadaan alat kesehatan Provinsi Banten
pada tahun 2011-2013.
Laporan masyarakat tentang korupsi di
Banten sudah banyak disampaikan kepada
penegak hukum. Bahkan ketua KPK
Abraham Samad pernah menyatakan
bahwa korupsi di Banten adalah kejahatan
k e l u a r g a . L e b i h l a n j u t S a m a d
mengutarakan bahwa korupsi di Banten
tidak hanya pada pengadaan alat
kesehatan saja, tetapi juga pada proyek-
proyek infrastruktur dan bantuan sosial.
Kuatnya dinasti Atut di Banten yang
menguasai banyak jabatan publik disinyalir
memudahkan ter jad inya korups i .
Pengawasan baik internal pemerintahan
maupun pengawasan eksternal seakan
tidak berjalan. Keluarga Atut banyak
memiliki unit usaha yang mengerjakan
proyek-proyek daerah. Salah satu proyek
tersebut adalah pengadaan alat kesehatan
yang disidik KPK.
Mencermati korupsi di Banten, Pusat Kajian
Anti (PUKAT) Korupsi FH UGM melihat
bahwa aparat penegak hukum perlu untuk
menyelidiki kemungkinan dinasti lain baik
di tingkat nasional maupun di daerah yang
melakukan kejahatan korupsi dengan pola
serupa.
Dinasti politik baik di tingkat nasional dan
daerah potensial memicu terjadinya
korupsi yang massif karena berkumpulnya
kekuasaan pada segelintir orang. Korupsi
cenderung berbahaya dan semakin
mematikan apabila dilakukan oleh sebuah
dinast i . PUKAT Korupsi FH UGM
mencermati berbagai kasus korupsi yang
dilakukan dinasiti politik. Korupsi oleh
dinasti jauh lebih berbahaya karena
dilakukan dalam beberapa pola:
1. Pengisian jabatan pemerintahan.
Awalnya untuk suatu jabatan, pengisian
dilakukan tidak berdasarkan kapasitas dan
kebutuhan, tetapi jabatan diberikan
kepada orang-orang yang memiliki
hubungan keluarga atau berasal dari
kelompoknya sendiri. Walaupun hal ini
belum tentu korupsi , tetapi bisa
merupakan nepotisme. Lebih berbahaya
lagi adalah dikemudian hari kekuasaan
dalam jabatan tersebut bisa digunakan
untuk kepentingan pemberi karena hutang
budi. Contoh yang banyak terjadi adalah
pengisian jabatan kepada dinas oleh
kepala daerah.
2. Matinya fungsi checks and balances.
Apabila jabatan-jabatan yang saling terkait
diduduki oleh orang yang memiliki
hubungan darah atau semenda, tentu bisa
timbul kemungkinan lemahnya fungsi
checks and balances. Misalnya adalah
suami sebagai ketua DPRD sedangkan
isterinya seorang bupati.
3. Penentuan penerima pekerjaan
pengadaan barang dan jasa.
Halaman 11
Pola korupsi oleh sebuah dinasti banyak
dilakukan dengan memberikan pekerjaan
barang dan jasa kepada unit usaha yang
dimiliki oleh keluarga. Kasus korupsi alat
kesehatan di Banten dicurigai termasuk
dalam pola ini.
4. Membentuk lembaga fiktif yang akan
menerima dana publik. Dana hibah dan
dana bantuan sosial termasuk yang sering
digunakan oleh para kepala daerah untuk
kepentingannya sendiri. Ada yang berupa
korupsi kebijakan, maksudnya adalah
penyalurannya benar tetapi diberikan
hanya kepada kelompoknya sendiri untuk
tujuan politik. Selain itu juga sering
ditemukan dibentuknya lembaga fiktif
untuk menerima dana tersebut.
5. Menerima dana publik melalui lembaga
resmi tetapi dengan cara melawan hukum.
Model lain dari upaya memperoleh dana
publik adalah dibentuk lembaga resmi
yang tujuannya tidak lebih dari menerima
dana publik sedangkan prosedur
penyalurannya banyak yang melawan
hukum.
C. Dana Hibah Persiba Bantul
Kasus korupsi dana hibah Persiba Bantul
diduga merugikan keuangan negara
sebesar Rp 12,5 miliar. Kasus ini telah
menyeret Idham Samawi mantan Bupati
Bantul dan Edi Bowo Nurcahyo mantan
Kepala Kantor Pemuda dan Olah Raga
Kabupaten Bantul sebagai tersangka sejak
Juli 2013. Kerja penegakan hukum oleh
Kejaksaan Tinggi DIY ini menjadi penting
dalam upaya pemberantasan korupsi
khususnya di Yogyakarta.
Sejauh ini belum pernah ada kasus korupsi
yang jumlah kerugiannya besar maupun
pelakunya berasal dari pejabat maupun
tokoh penting diproses oleh penegak
hukum di DIY. Kasus ini menjadi bukti
bahwa penegakan hukum t idak
memandang kedudukan maupun asal usul
orang yang disangka menjadi pelaku.
Kejaksaan Tinggi DIY terus melakukan
p e m e r i k s a a n s a k s i - s a k s i d a n
mengumpulkan alat bukti. Kerja penyidik
tentu harus didukung selama profesional
sesuai aturan. Melihat keterangan
Kejaksaan Tinggi DIY dalam berbagai
kesempatan di media massa, terlihat
Kejaksaan Tinggi DIY telah mendapatkan
cukup alat bukti. Minimal dari dua hal saja
yaitu keterangan para saksi dalam
pemeriksaan dan surat-surat yang
berkaitan dengan dana hibah persiba, yang
sejauh ini sudah diperoleh penyidik
nantinya dapat menjadi alat bukti di depan
pengadilan sesuai KUHAP. Jadi tidak ada
alasan untuk tidak segera menuntaskan
kasus dana hibah Persiba.
Melihat perkembangan kasus ini PUKAT
Korupsi FH UGM mendesak Kejaksaan
Tinggi DIY untuk segera menuntaskan dan
melimpahkannya kepada pengadilan.
Kejaksaan Tinggi DIY harus menjadikan
kasus ini sebagai prioritas, karena kasus ini
menimbulkan kerugian negara yang besar
dan telah menjadi perhatian masyarakat
luas. Profesionalitas dan integritas
2Halaman 12
Kejaksaan Tinggi DIY akan dilihat dari
penuntasan kasus dana hibah Persiba ini.
PREDIKSI TREND KORUPSI TAHUN 2014
Tahun 2014 adalah tahun politik.
Berdasarkan pengalaman kasus Akil
Mochtar, maka harus tetap diwaspadai
adanya pemanfaatan MK sebagai
pengadilan politik. Demokrasi terancam
apabila mahkamah ini tidak terjaga
integritasnya. Secara tata kelola tentu
kualitas MK patut diapresiasi, tetapi
integritas hakim konstitusi harus
senantiasa dijaga. Selain mengadili
perselisihan hasil pemilihan umum MK
masih memiliki kewenangan lain, yaitu
menguji undang-undang terhadap
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, memutus sengketa
kewenangan lembaga negara yang
kewenangannya diberikan oleh UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
memutus pembubaran partai politik.
Selain itu MK juga memiliki kewajiban
untuk memutus pendapat DPR dalam
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden. Lembaga yang memiliki
kewenangan dan kewajiban sangat besar
ini harus dikawal integritasnya oleh publik.
Tahun 2014 akan diselenggarakan
pemilihan umum untuk memilih anggota
DPR, DPD, dan DPRD. Selain itu juga akan
dilaksanakan pemilihan umum presiden.
Terdapat diantara anggota legislatif yang
kembali mencalonkan diri.
Akhir 2013 sudah mulai tahapan pemilihan
umum. Kinerja legislasi tidak lagi bisa
diharapkan baik, karena fokus mereka
adalah upaya pemenangan dalam
pemilihan umum mendatang. Tidak hanya
anggota legislatif, dalam jajaran eksekutif
juga sudah terlihat aktif bergerilya
menyambut pemenangan pemilu. Tentu
keadaan ini praktis mengganggu jalannya
roda pemerintahan. Para pemimpin tidak
lagi bekerja memperhatikan rakyatnya,
tetapi memperjuangkan kelompok dan
partainya sendiri.
Salah satu yang perlu diperhatikan
menjelang pemilihan umum adalah
pendanaan partai politik yang berasal dari
sumber tidak sah, khususnya korupsi.
Selain itu juga sangat mungkin akan
banyak fasilitas negara yang digunakan
dalam upaya pemenangan pemilu oleh
para pejabat negara. Sebagai perhatian,
selama ini ditengarai BUMN banyak
dijadikan sebagai sapi perahan partai
politik maupun pejabat negara. Pasal 40
ayat (3) huruf (d) UU Partai Politik melarang
partai politik meminta atau menerima dana
dari badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, dan badan usaha milik
desa atau sebutan lainnya. Namun, dari
kasus Hambalang bisa menjadi pelajaran
model korupsi politik menggunakan
BUMN. Mulai dari yang paling sederhana
adalah BUMN dimintai sejumlah uang
tertentu oleh para politisi atas pekerjaan
yang berjalan atas bantuan pengaturan
politisi tersebut.
Halaman 13
Menjelang pemilihan umum perlu
diwaspadai pendanaan politik yang tidak
sah berasal dari korupsi berbagai sektor.
Pendanaan politik dari sumber tidak sah
biasanya juga akan dibelanjakan pada pos
pembiayaan tidak sah seperti politik uang.
Beberapa sektor yang rawan mulai dari
korupsi perbankan, pengadaan barang dan
jasa, penerimaan dan belanja negara,
BUMN, pekerjaan umum, pajak, dan cukai.
Saat ini sedang berlangsung upaya untuk
menjadikan BUMN kekayaan negara yang
dipisahkan, salah satunya melalui judicial
review UU Keuangan Negara dan UU
Perbendaharaan Negara. Apabila upaya ini
berhasil tentu perampokan BUMN tidak
lagi menjadi rezim korupsi. Sektor lain yang
sering disinyalir sebagai pundi-pundi
pendanaan pol i t ik adalah sektor
perbankan. Menjelang pemilu 2004 dan
pemilu 2009 selalu terjadi korupsi di sektor
ini sehingga perlu diwaspadai.
Beberapa kasus besar yang belum selesai
pada 2014 bisa menjadi komoditas politik.
Kasus Century, Hambalang, dan kasus
Migas harus menjadi prioritas agar bisa
diselesaikan segera. Semakin lama kasus-
kasus ini tidak tuntas, maka akan terus
menjadi hutang para penegak hukum.
Orang yang bermasalah hukum banyak
yang akan maju lagi menjadi anggota
legislatif. Bagi yang diduga terlibat,
penyelesaian kasus akan memberikan
kejelasan dan kepastian. Bagi publik,
penuntasan kasus akan membuat jelas
siapa saja yang memiliki masalah hukum
dan masih akan maju dalam pemilihan
umum mendatang. Bisa dibayangkan
apabila orang yang memiliki masalah
hukum belum tuntas setelah terpilih
menjadi anggota legislatif kemudian
divonis bersalah. Meskipun bisa dilakukan
mekanisme penggantian antar waktu,
tentu publik akan dirugikan karena sudah
memilih. Oleh karena itulah penting bagi
penegak hukum untuk menjadikan kasus-
kasus ini sebagai prioritas untuk
diselesaikan.
2Halaman 14
PENUTUP
Pada tengah tahun kedua 2013 aktor
korupsi didominasi swasta, pemerintah
daerah, dan BUMN. Sedangkan sektor
pengadaan barang dan jasa menduduki
tempat teratas. Modus merugikan
keungan negera disusul suap menyuap
menempati urutan teratas pada periode
ini. Adapun jumlah kerugian negara
terbanyak antara 1-10 miliar disusul jumlah
dibawah 1 miliar. Lembaga yang
menangani terbanyak adalah kejaksaan
disusul KPK dan kepolisian.
Terlihat jelas betapa mengguritanya tindak
pidana korupsi. Upaya pemberantasan
korupsi harus dilakukan secara luar biasa,
terencana, dan terintegrasi. Tidak kalah
penting adalah pemberantasan korupsi
harus menjadi gerakan seluruh elemen
bangsa mengingat korupsi bukan masalah
hukum semata. Keterlibatan masyarakat
luas menjadi salah satu kunci keberhasilan
pemberantasan korupsi.Yogyakarta, 23
Januari 2014
Salam antikorupsi,
Pusat Kajian Anti (PUKAT) Korupsi Fakultas
Hukum UGM
Zainal Arifin Mochtar
Hasrul Halili
Totok Dwi Diantoro
Oce Madril
Hifdzil Alim
Zaenur Rohman (081802662584)
Fariz Fachriyan