ii. tinjauan pustaka 2.1 kondisi hutan indonesiadigilib.unila.ac.id/14096/16/bab ii.pdfbaliton...
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Hutan Indonesia
Dalam kurun waktu tahun 2009 sampai tahun 2013 laju kehilangan tutupan
hutan alam (deforestasi) mencapai sekitar 4,5 juta ha. Data Forest Watch
Indonesia (FWI) menyebutkan tahun 2013 luas hutan Indonesia tersisa sekitar
82,3 juta ha. Tahun 2004 luas tutupan hutan Indonesia diperkirakan sekitar 94
juta ha. Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya deforestasi hutan di
Indonesia. Salah satunya adalah lemahnya tata kelola kehutanan di Indonesia.
Tanpa adanya tata kelola dan pembenahan hutan yang baik, diperkirakan dalam
beberapa tahun sekitar 73 juta ha hutan alam Indonesia terancam akan habis,
karena adanya penebangan dan pembalakan secara liar.
Berdasarkan kajian FWI, pada periode 2009 sampai 2013, laju berkurangnya
tutupan hutan atau deforestasi rata-rata 1,13 juta ha pertahun. Angka ini jauh
melebihi data Kementrian Kehutanan, yang menyebutkan laju deforestasi telah
menurun menjadi dibawah 700.000 ha pertahun, dalam periode yang sama.
Luas hutan yang hilang di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut
(Diana,2015).
6
Gambar 2.1 Luas Hutan yang Hilang di Indonesia (Diana,2015)
Pada gambar 2.1 dijelaskan luas hutan yang hilang di Indonesia. Berdasarkan
gambar tersebut, diperlukan adanya upaya pengurangan laju deforestasi dan
menyelamatkan kondisi hutan di Indonesia. Salah satu upaya mengurangi laju
deforestasi adalah dengan cara mengurangi penggunaan kayu pada pembuatan
rumah bertingkat yang dikembangkan konstruksi beton yang lebih efektif.
2.2 Teknologi Balok Beton
Ada beberapa jenis teknologi balok beton sebagai contoh yaitu, beton berpori
(Baliton CLC) dan keraton (keramik komposit beton).
2.2.1 Beton Berpori (Baliton CLC)
Baliton singkatan dari balok lantai beton. CLC singkatan dari Cellular
Lightweight Concrete. Baliton adalah beton yang memiliki berat jenis
lebih ringan daripada beton konvensional, yang umum digunakan
masyarakat Indonesia. Pada umumnya berat beton ringan berkisar antara
600 – 1600 kg/m3. Sehingga keunggulan beton ringan utamanya ada pada
berat, jika digunakan pada bangunan tinggi (high rise building) akan
dapat secara signifikan mengurangi berat bangunan, yang selanjutnya
7
berdampak pada perhitungan pondasi. Baliton CLC merupakan teknologi
Internasional berstandar Jerman. Teknologi yang sudah diaplikasikan di
lebih dari 40 negara di dunia, ribuan bangunan rumah dan apartemen,
sarana pendidikan, sarana ibadah, industri dan bangunan komersial
lainnya.
Baliton CLC menggunakan tulangan besi ulir dan di dalamnya
mengunakan eraman besi yang standar untuk pengecoran lantai beton.
Pengecoran menggunakan Baliton CLC tanpa menyediakan bekisting,
kayu kaso, papan kayu lapis untuk perancak cetak, yang biayanya
mencapai 35 % dari proses produksi. Tanpa menunggu beton mengering
selama minimal 14 hari agar dapat membongkar bekisting.
Baliton CLC memiliki keunggulan kompetitif penggunaan beton ringan
dibandingkan dengan material bangunan tradisional yaitu: isolator suara,
struktur materialnya memberikan sifat kedap suara, tahan terhadap
kelembaban, daya serap air kurang dari 16% jadi tidak memerlukan
penyelesaian yang bersifat melindungi, aman terhadap lingkungan
(ekologis), dan beton ringan bukan merupakan benda yang mudah rusak
dan cepat rapuh. Dimensi Baliton CLC yaitu memiliki ketebalan 12 cm,
lebar 25 cm, dan panjangnya dapat dipesan sesuai kebutuhan. Harga
Baliton CLC per-m2 berkisar Rp 450.000, -, jika dengan pemasangan dan
finishing sekitar Rp 650.000, - (www.baliton.net,2015).
8
Gambar 2.2. Beton Berpori (Baliton CLC)
(sumber : http://www.baliton.net)
Gambar 2.2 adalah gambar beton berpori (Baliton CLC) yang dapat
digunakan untuk membangun dan membuat bangunan bertingkat.
Penggunaan beton berpori ini dapat mengurangi penggunaan kayu.
2.2.2 Keraton (Keramik Komposit Beton)
Dak keraton (keramik komposit beton) merupakan bahan alternatif lantai
beton yang dalam pemasangannya dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga
yang telah berpengalaman dalam pekerjaan proyek konstruksi agar waktu
lebih efisien, rapih, tidak boros material, atau terjadinya kegagalan
struktur. Ceiling brick ini terbuat dari tanah liat (keramik) yang di buat
dengan cara di extrude sehingga berbentuk menyerupai kubus dengan
lubang-lubang dibagian tengahnya. Keramik ini mempunyai rongga
menyerupai huruf “V”. Untuk membuat plat ceiling brick ini dirangkai
dan direkatkan dengan beton.
9
Gambar 2.3. Dak Keraton (Keramik Komposit Beton) yang
Tersusun (sumber : http://dakbetonkeraton.com)
Gambar 2.3 adalah gambar dak keraton yang sudah tersusun. Untuk
memperkuat strukturnya, ceiling brick juga diberi tulangan baja yang
diletakkan di keempat sisinya dan kemudian dicor dengan beton.
Pemberian tulang dilakukan dengan penulangan searah. Ini karena
tulangan hanya dikaitkan dengan dua balok yang berhadapan. Dak
ceiling brick lahir atas kerjasama beberapa negara di Eropa (Jerman dan
Belanda) sekitar seratus tahun yang lalu. Kemudian, teknologi material
ini dibawa ke Indonesia melalui proyek Bantuan Teknis Pembangunan
Industri Bahan Bangunan yang diawasi oleh UNIDO/ UNDP (PBB
Project INS/ 740/ 034) oleh Mursodo dikembangkan lagi modifikasi
keuntungan menggunakan dak ceiling brick (Keramik Komposit Beton)
adalah :
1. Bobotnya lebih ringan (±130-150 kg/m2) dibandingkan dengan
beton (±288 kg/m2). Menurut Mursodo, keuntungan bobot yang
ringan akan memperkecil gaya gempa yang diterima oleh stuktur
bangunan.
10
2. Ekonomis dibandingkan dengan beton. Dak beton dibentuk dari
pasir, batu pecah dan semen kemudian diberi tulangan baja. Bila
menggunakan ceiling brick, maka pemakaian beton dapat dihemat
hingga 60%. Ini karena pengecoran beton hanya dilakukan pada
lapisan diatas ceiling brick (setebal 1-3 cm) dan celah antara satu
keraton dengan keraton lainnya. Tulangan baja yang digunakannya
pun juga lebih sedikit karena menggunakan sistem tulangan searah.
3. Bila menggunakan beton, plat/dak lantai harus diberi bekisting
untuk menahan cetakannya. Sedangkan dengan keraton tidak perlu
menggunakan cetakan dan bekisting dalam jumlah yang banyak.
Bekisting hanya diletakkan pada ujung tumpuan balok.
4. Isolator, rongga didalam bata ceiling brick ini juga memberikan
keuntungan tambahan yaitu dapat meredam panas dan bunyi karena
berfungsi sebagai isolator.
Unsur aman pengecoran dak keraton kekuatan dak ceiling brick (keramik
komposit beton) sudah diuji laboratorium yang mendapat hasil bahwa
ceiling brick akan melendut pada beban diatas 500 kg/m2. Hasil ini sesuai
dengan loading Test-II No LB/ BPPU/ 001-12/ IX/ 9906.09.99. Dak
Keraton memiliki dua jenis yaitu yang memiliki katebalan 10 cm dan 12
cm (Gambar 2.4). Harga per-satuan dak Keraton Rp 9.500,- untuk
ketebalan 12 cm dan Rp 8.500,- untuk ketebalan 10 cm. Harga
pemasangan dan finishing per-m2 berkisar Rp 550.000,- sampai Rp
750.000,- (http://dakbetonkeraton.com,2015)
11
Gambar 2.4. Dak Keraton Satuan
(sumber : http://dakbetonkeraton.com)
2.3 Konstruksi Beton
Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak
zaman Yunani atau bahkan peradaban kuno terdahulu. Tahun 1801, F. Ciognet
menandai permulaan perkembangan teknolgi beton dengan mengaryakan
desain perahu semen kecil yang kita kenal ferrocement. Perkembangan pesat
teknologi beton terjadi pada tahun 1910 yang dipelopori oleh German
Committee for Reiforced Concrete (Komite Jerman untuk Beton Bertulang),
Austrian Concrete Committee (Komite Beton Austria), British Concrete
Institute dan American Concrete Institute (Institut Beton Amerika) dengan
perkembangan beton bertulang, dan pada tahun 1920 era prategang (ACI
Commitee, 1992).
Beton adalah konstruksi bangunan sipil yang paling banyak digunakan. Hal
tersebut dikarenakan beton memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan
bahan-bahan konstruksi lain diantaranya karena harga yang relatif murah
(ekonomis), kemampuan menahan gaya tekan yang tinggi, dapat dibentuk
sesuai kebutuhan konstruksi yang diinginkan, mudah dalam perawatannya
12
serta ketahanan yang baik terhadap cuaca dan lingkungan sekitar. Oleh karena
itu, beton dianggap sangat penting untuk terus dikembangkan.
Menurut Mc Cormac (2004), ada banyak kelebihan dari beton sebagai struktur
bangunan diantaranya adalah:
1. Beton memiliki kuat tekan lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan
bahan lain.
2. Beton bertulang mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap api dan air,
bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak
bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-
rata, batang-batang struktur dengan ketebalan penutup beton yang memadai
sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada
permukaanya saja tanpa mengalami keruntuhan.
3. Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
4. Beton biasanya merupakan satu-satunya bahan yang ekonomis untuk
pondasi telapak, dinding basement, dan tiang tumpuan jembatan.
5. Salah satu ciri khas beton adalah kemampuanya untuk dicetak menjadi
bentuk yang beragam, mulai dari pelat, balok, kolom yang sederhana
sampai atap kubah dan cangkang besar.
6. Di bagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah
(pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan
tulangan baja, yang mungkin saja harus didatangkan dari daerah lain.
Selain itu, Mc Cormac (2004) menyatakan kekurangan dari penggunaan beton
sebagai suatu bahan struktur yaitu:
13
1. Beton memiliki kuat tarik yang sangat rendah, sehingga memerlukan
penggunaan tulangan tarik.
2. Beton bertulang memerlukan bekisting untuk menahan beton tetap
ditempatnya sampai beton tersebut mengeras.
3. Rendahnya kekuatan persatuan berat dari beton mengakibatkan beton
bertulang menjadi berat. Ini akan sangat berpengaruh pada struktur bentang
panjang dimana berat beban mati beton yang besar akan sangat
mempengaruhi momen lentur.
4. Rendahnya kekuatan persatuan volume mengakibatkan beton akan
berukuran relatif besar, hal penting yang harus dipertimbangkan untuk
bangunan-bangunan tinggi dan struktur-struktur berbentang panjang.
5. Sifat-sifat beton sangat bervariasi karena bervariasinya proporsi campuran
dan pengadukannya. Selain itu, penuangan dan perawatan beton tidak bisa
ditangani dengan teliti seperti yang dilakukan pada proses produksi
material lain seperti baja dan kayu lapis.
Untuk mengantisipasi kekurangan pada beton maka, beton di beri tulangan
yang dapat manahan tegangan tarik yang disebut beton bertulang. Beton
bertulang adalah mengkombinasikan beton dan tulangan baja dengan cara
menyatukan dan membiarkan keduanya bekerja bersama–sama sesuai
fungsinya yaitu beton menahan beban tekan dan tulangan akan menahan beban
tarik yang terjadi akibat load.
Beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan
yang tidak kurang dari nilai minimum dan direncanakan berdasarkan asumsi
14
bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja (SNI - 03 - 2847 – 2002).
Berikut ini merupakan Tabel 1 sifat material beton yang berkomposisi semen
dan pasir dengan perbandingan 1:2. Tabel 2 menunjukkan sifat material besi
baja untuk tulangan beton.
Tabel 1. Sifat Material Beton (Concrete)
Parameter Nilai
Modulus elastisitas 4100 MPa
Poisson's ratio 0,21
Shear modulus 17 MPa
Mass density 2200 kg/m3
Tensile strength 5 MPa
Compressive strength 40 MPa
Sumber : www.engineeringtoolbox.com
Tabel 2. Sifat Material Besi Beton
Parameter Nilai
Modulus elastisitas 120 GPa
Poisson's ratio 0,26
Shear modulus 6500 MPa
Mass density 7250 kg/m3
Tensile strength 450 MPa
Yield strength 240 MPa
Sumber : www.engineeringtoolbox.com
2.2.1. Ketentuan Perencanaan Pembebanan
Dalam perencanaan pembebanan ini digunakan beberapa standar, yaitu sebagai
berikut:
1) Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-
2847-2002).
2) Standar Perencanaan Ketahan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
(SNI 1726-2002).
15
3) Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-
1987).
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, struktur sebuah gedung harus
direncanakan kekuatannya terhadap beban-beban berikut:
1. Beban Mati (Dead Load)
2. Beban Hidup (Live Load)
Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan ini adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati
Beban mati yang diperhitungkan dalam struktur gedung bertingkat ini
merupakan berat sendiri elemen struktur bangunan yang memiliki fungsi
struktural menahan beban. Beban tersebut harus disesuikan dengan volume
elemen struktur yang akan digunakan. Beban dari berat sendiri elemen-
elemen tersebut diantaranya sebagai berikut:
Beton = 2200 kg/m3
Tegel (keramik) tebal per cm = 24 kg/m3
Spesi tebal per cm = 21 kg/m3
2. Beban Hidup
Beban hidup yang digunakan untuk lantai bangunan gedung/rumah
bertingkat mengacu pada standar pedoman pembebanan yang ada, yaitu
sebesar 250 kg/m2. Agar beban yang diberikan pada beton bertulang dapat
diketahui distribusi tegangannya.
16
2.4 Tegangan
Tegangan adalah besaran pengukuran intensitas gaya atau reaksi dalam yang
timbul per satuan luas. Dalam praktik teknik, gaya umumnya diberikan dalam
pound atau newton, dan luas yang menahan dalam inch2 atau mm2. Akibatnya
tegangan biasanya dinyatakan dalam pound/inch2 yang sering disingkat psi
atau Newton/mm2 (MPa). Tegangan yang dihasilkan pada keseluruhan benda
tergantung dari gaya yang bekerja. Dalam praktik, kata tegangan sering
memberi dua pengertian :
a. Gaya per satuan luas atau intensitas tegangan, yang umumnya ditunjukkan
sebagai tegangan satuan.
b. Gaya dalam total suatu batang tunggal yang umumnya dikatakan sebagai
tegangan total.
Pada saat benda menerima beban sebesar P kg, maka benda akan bertambah
panjang sebesar ΔL mm. Saat itu pada material bekerja tegangan yang dapat
dihitung dengan rumus (engineering stress) :
𝜎 =𝐹
𝐴0 (1)
Keterangan:
σ = tegangan (pascal, N/m2)
F = beban yang diberikan (Newton,)
Ao = luas penampang mula - mula (mm2).
Sedangkan true stress adalah tegangan hasil pengukuran intensitas gaya reaksi
yang dibagi dengan luas permukaan sebenarnya (actual). True stress dapat
dihitung dengan (Beer dan Jhonson, 1987):
σ = F/A (2)
17
dengan:
σ = True stress ( MPa)
F = Gaya (N)
A = Luas permukaan sebenarnya (mm2)
Tegangan normal dianggap positif jika menimbulkan suatu tarikan (tensile) dan
dianggap negatif jika menimbulkan penekanan (compression). Namun,
tegangan pada balok beton sama dengan tegangan normal pada balok.
2.4.1. Tegangan Normal pada Balok
Suatu tegangan σx bekerja dalam arah normal terhadap penampang
sebuah balok dari regangan normal ϵx . Tiap serat longitudinal dari
sebuah balok hanya dikenakan beban tarik dan tekan (yaitu, serat-serat
dalam tegangan uniaksial). Sehingga diagram tegangan-regangan bahan
akan memberikan hubungan sebanding antara (σx) dan (ϵx). Jika
bahannya elastis dengan suatu diagram tegangan-regangan linier, maka
dapat digunakan Hukum Hooke untuk tegangan uniaksial (σ= Eϵ) dan
diperoleh :
𝜎𝑥 = 𝐸 ∈𝑥= −𝐸𝐾𝑦
Jadi, tegangan normal yang bekerja pada penampang berubah secara
linier terhadap jarak sumbu y dari permukaan netral. Jenis distribusi
tegangan ini ditunjukkan pada Gambar 2.5, yaitu tegangan relatif (tekan)
di bawah permukaan netral apabila kopel Mo bekerja dalam arah yang
ditunjukkan. Kopel ini menghasilkan suatu kelengkungan positif K
dalam balok, meskipun menyatakan suatu momen lentur negatif M.
18
Tegangan normal pada suatu balok digambarkan oleh persamaan
berikut:
𝜎 =𝑀𝑦
𝐼 (3)
Dimana,
σ : tegangan normal, N
M : momen lentur pada penampang, Nmm
y : jarak dari sumbu netral ke centroid, mm
I : momen inersia, mm4
Gambar 2.5. Penyebaran Tegangan Normal pada Sebuah Balok
Dari Bahan Elastis Linier
Pada fiber terluar balok nilai koordinat y dinotasikan dengan simbol c,
sehingga tegangan normal maksimumnya menjadi:
𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑀𝑐
𝐼 atau 𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠 =
𝑀𝐼
𝑐⁄
𝐼𝑐 ⁄ disebut modulus penampang yang umumnya dinotasikan dengan
simbol Z. Sehingga tegangan lentur maksimum digambarkan oleh
persamaan (Thimoshenko S.P. dan Goodier J.N, 2004):
𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠 =𝑀
𝑍 (4)
19
Setiap bentuk suatu balok dapat mempengaruhi tegangan yang terjadi,
penyebabnya yaitu besar momen inesia yang berbeda. Besar momen
berkaitan langsung dengan bentuk permukaan suatu balok beton.
2.5 Momen Inersia
Momen inersia dapat disebut juga momen kedua. Data momen inersia suatu
penampang dari komponen struktur akan diperlukan pada perhitungan-
perhitungan tegangan lentur, tegangan geser, tegangan torsi, defleksi balok,
kekakuan balok/kolom dan sebagainya. Luasan A pada Gambar 2.6.
merupakan bidang datar yang menggambarkan penampang dari suatu
komponen struktur, dengan dA merupakan suatu luasan/elemen kecil
(Cheng,1997).
Gambar 2.6. Potongan Penampang
Secara sistematis momen inersia ditentukan dengan persamaan-persamaan
berikut:
Momen Inersia terhadap sumbu x:
Ix = y2 dA (5)
Momen Inersia terhadap sumbu y:
Iy = x2 dA (6)
20
Momen Inersia Perkalian (Product of Inertia):
Ixy = xy dA (7)
Momen inersia pada Persamaan (5) dan Persamaan (6), selalu bertanda positif,
sedangkan momen inersia perkalian pada Persamaan (7) dapat bertanda
negatif. Momen inersia pada ketiga persamaan tersebut penggunaannya
terbatas pada momen inersia bidang tunggal, sedangkan secara umum banyak
bidang/penampang merupakan gabungan dari beberapa penampang tunggal.
Misalnya penampang yang berbentuk L adalah gabungan dari dua penampang
segi empat. Untuk menyelesaikan momen inersia pada penampang gabungan
diperlukan pengembangan dari Persamaan (5), (6), dan (7). yang disebut
dengan Teori Sumbu Sejajar (Cheng, 1997).
a. Teori Sumbu Sejajar
x yo
dA
x’ x
r y
xo
A O
r’ O = titik berat luasan A
y’
y
Gambar 2.7. Penampang dengan Sumbu Transformasi
21
Momen inersia terhadap sumbu x:
Ix = dAyy2
'
Ix = dAydAyydAy 22 ''2
Ix = dAyydAydAy 22 ''2
Sumbu xo melalui titik berat bidang A, maka 0ydA , sehingga:
Ix = Ixo + Ay’2 (8)
Momen inersia terhadap sumbu y:
Iy = dAxx2
'
Iy = dAxdAxxdAx 22 ''2
Iy = dAxxdAxdAx 22 ''2
Sumbu yo melalui titik berat bidang A, maka 0xdA , sehingga:
Iy = Iyo + Ax’2 (9)
Momen inersia polar:
Ip = dAyyxx .''22
Ip = dAyyyyxxxx .''2''2 2222
Ip = ydAyxdAxdAyxdAyx '2'2'' 2222
Sumbu xo dan sumbu yo melalui titik berat luasan A, maka :
22
xdA = 0 dan ydA= 0
Sehingga:
Ip = Ipo + Ar’2 (10)
Momen inersia perkalian:
Ixy = dAyyxx ''
Ixy = dAyxydAxxdAyxydA ''''
Sumbu xo dan sumbu yo melalui titik berat luasan A, maka
xdA = 0 dan ydA= 0
Sehingga:
Ixy = Ixyo + Ax’y’ (11)
Untuk mempermudah tampilan distribusi tegangan yang terjadi maka
dibuatkan diagram yaitu diagram gaya gesar dan momen lentur.
2.6 Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur
Pada saat suatu balok dibebani oleh gaya atau kopel, tegangan dan regangan
akan terjadi di seluruh bagian interior balok. Untuk menentukan besarnya
tegangan dan regangan, harus ditentukan gaya internal dan kopel internal yang
bekerja pada balok.
23
Gambar 2.8. Gaya Geser dan Momen Lentur pada Balok
Balok dipotong melintang mn yang terletak pada jarak x dari ujung bebas.
Resultan dari tegangan yang bekerja di penampang adalah gaya geser (V) dan
momen lentur (M). Beban (P) beban berarah transversal terhadap sumbu balok,
maka tidak ada gaya aksial pada penampang. Gaya geser dan momen lentur
dihitung dari persamaan keseimbangan :
Σ𝑉 = 0 → P − V = 0 → V = P
Σ𝑀 = 0 → 𝑀 − 𝑃𝑥 = 0 → 𝑀 = 𝑃𝑥
Gaya dan momen bekerja pada elemen balok yang dipotong antara dua
penampang yang jaraknya berdekatan satu sama lain. Pada balok, gaya geser
positif bekerja searah jarum jam terhadap bahan dan gaya geser negatif bekerja
berlawanan jarum jam terhadap bahan. Momen lentur positif menekan bagian
atas balok dan momen lentur negatif menekan bagian bawah balok.
24
Gambar 2.9. Perjanjian Tanda Untuk Gaya Geser dan Momen Lentur
Gaya geser positif cendrung mengubah bentuk elemen dengan muka kanan
bergerak ke bawah relatif terhadap muka kiri. Momen lentur positif menekan
(memperpendek) bagian atas dan menarik bagian bawah balok (Wang dan
Charles,1984).
Gambar 2.10. Deformasi Akibat Gaya Geser dan Momen Lentur
𝑅𝐴 =𝑃𝑏
𝐿; 𝑅𝐵 =
𝑃𝑎
𝐿
𝑉 = 𝑅𝐴 =𝑃𝑏
𝐿→ (0 < 𝑥 < 𝑎)
𝑀 = 𝑅𝐴𝑥 =𝑃𝑏𝑥
𝐿
𝑉 = 𝑅𝐴 − 𝑃 =𝑃𝑏
𝐿− 𝑃 =
𝑃𝑎
𝐿→ (𝑎 < 𝑥 < 𝐿)
𝑀 = 𝑅𝐴𝑥 − 𝑃(𝑥 − 𝑎) =𝑃𝑏𝑥
𝐿− 𝑃(𝑥 − 𝑎)
− +
V
V V
V
M M
M M
M
M
M
M
−
−
+
+
V
V V
V
25
𝑀 = 𝑃𝑎
𝐿(𝐿 − 𝑎)
𝑀𝑚𝑎𝑥 =𝑃𝑎𝑏
𝐿
Persamaan tersebut menghasilkan diagram gaya geser dan momen lentur pada
Gambar 2.11 di bawah ini. Diagram pada Gambar 2.11 menunjukkan kondisi
balok jika menerima beban terpusat.
Gambar 2.11. Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur Beban Terpusat
𝑅𝐴 = 𝑅𝐵 =𝑞𝐿
2
𝑉 = 𝑅𝐴 − 𝑞𝑥 =𝑞𝐿
2− 𝑞𝑥 → (0 < 𝑥 < 𝐿)
𝑀 = 𝑅𝐴𝑥 − 𝑞𝑥 =𝑞𝐿
2− 𝑞𝑥
𝑀𝑚𝑎𝑥 =𝑞𝐿2
8
P
A B
x
L
RA RB
V
0
Pb/L
-Pa/L
Pab/L
a b
M
26
Persamaan tesebut menghasilkan diagram gaya geser dan momen lentur pada
gambar 2.12 di bawah. Diagram pada gambar 2.12 menunjukkan kondisi
balok jika menerima beban terdistribusi di sepanjang balok.
Gambar 2.12. Diagram Gaya Geser dan Momen Lentur Beban Terbagi
Rata
Untuk menunjang data distribusi tegangan maka menentukan defleksi atau
perubahan bentuk harus diketahui.
q
A B
x
L
RA RB
V
0
qL/2
-qL/2
qL2/8
M
27
2.7 Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah sumbu y akibat
adanya pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Deformasi
pada balok secara sangat mudah dapat dijelaskan berdasarkan defleksi balok
dari posisinya sebelum mengalami pembebanan. Defleksi diukur dari
permukaan netral awal ke posisi netral setelah terjadi deformasi. Konfigurasi
yang diasumsikan dengan deformasi permukaan netral dikenal sebagai kurva
elastis dari balok. Gambar 2.13.(a) memperlihatkan balok pada posisi awal
sebelum terjadi deformasi dan Gambar 2.13.(b) adalah balok dalam konfigurasi
terdeformasi yang diasumsikan akibat aksi pembebanan (Thimoshenko S.P.
dan Goodier J.N, 2004).
Gambar 2.13. (a)Balok sebelum terjadi deformasi,(b)Balok dalam
konfigurasi terdeformasi
Jarak perpindahan y didefinisikan sebagai defleksi balok. Dalam penerapan,
kadang kita harus menentukan defleksi pada setiap nilai x disepanjang balok.
Hubungan ini dapat ditulis dalam bentuk persamaan yang sering disebut
persamaan defleksi kurva (atau kurva elastis) dari balok.
28
Sistem struktur yang di letakkan horizontal dan yang terutama di peruntukkan
memikul beban lateral, yaitu beban yang bekerja tegak lurus sumbu aksial
batang. Beban semacam ini khususnya muncul sebagai beban gravitasi, seperti
misalnya bobot sendiri, beban hidup vertikal, dan lain-lain. Contoh sistem
balok dapat di kemukakan antara lain, balok lantai gedung, gelagar jembatan,
balok penyangga keran, dan sebagainya. Sumbu sebuah batang akan terdeteksi
dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya terpakai.
Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal baik
itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
a. Teori Momen Luas Pertama
Sudut θ antara tangen A dan tangen B sama dengan luasan diagram M
antara kedua titik dibagi EI.
𝜃 = ∫𝑀 𝑑𝑥
𝐸𝐼
𝐴
𝐵 (12)
Keterangan: θ = Sudut Kemiringan
M = Momen Lentur dengan jarak x dari titik B
E = modulus Elastisitas
I = momen Inersia
Teori ini dipergunakan untuk:
1. Menghitung lendutan.
2. Menghubungkan putaran sudut antara titik-titik yang dipilih
sepanjang sumbu balok.
b. Teori Momen Luas Kedua
Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan tangen A sama dengan momen
dikali jarak (centroid area) dibagi EI.